UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN BELAJAR
BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING)
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)
Oleh :
AKHMAD HAMAMI
NIM. 102017023926
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
i
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN BELAJAR
BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING)
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Matematika
Oleh :
AKHMAD HAMAMI
NIM. 102017023926
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I,
Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd. NIP. 19480323 1982 03 1 001
Pembimbing II,
Abdul Muin, S.Si., M.Pd. NIP. 19751201 2006 04 1 003
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul : ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)” yang disusun oleh Akhmad Hamami NIM : 102017023926 telah diujikan pada tanggal 10 Agustus 2010 dan telah diterima oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan/Prodi Pendidikan Matematika.
Jakarta, 28 September 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan / Prodi) Tanggal Tanda Tangan Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan / Prodi) Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001 Penguji I Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 Penguji II Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19700528 199603 2 002
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AKHMAD HAMAMI
NIM : 102017023926
Jurusan : Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2002
Alamat : Jl. KH. Agus Salim Gg. Masjid 1 RT.001/06 No.58 Kel. Poris Plawad Kec.Cipondoh Kota Tangerang
Provinsi Banten
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan Dosen : Nama : Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd NIP : 19480323 1982 03 1 001 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
Nama : Abdul Muin, S.Si., M.Pd NIP : 19751201 2006 04 1 003 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekwensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 14 Juli 2010 Yang Menyatakan,
( AKHMAD HAMAMI )
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat,
dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah SWT. Yang demikian adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS. At-Taubah : 41)
Hanya penderitaan hidup yang mengajarkan manusia untuk menghargai
kebahagiaan dan kebaikan serta kebagusan hidup (Hadits)
Persembahan :
Ku persembahkan buah karya ilmiah ini kepada Kedua Orang Tuaku (Bapak dan Ibu) tercinta, serta Kakak dan Adikku yang sangat aku Banggakan, karena merekalah yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, dan selalu mendo’akan serta memberikan semangat dalam menempuh studi akhir ini yang penuh dengan tantangan dan halangan serta perjuangan yang keras demi pendewasaan tingkat keilmuan Aku sebagai Mahasiswa..
v
ABSTRAK
Akhmad Hamami, ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)”. Skripsi Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa melalui pendekatan belajar bermakna (meaningful learning). Selain itu juga dapat bermanfaat dalam mereformasi proses pembelajaran yang selama ini masih menerapkan metode dan strategi pembelajaran matematika yang monoton menjadi proses yang menyenangkan (Fun) dan mencerdaskan (Brillian) yang membuat siswa aktif dan kreatif serta bermakna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (clasroom action research). Penelitian ini menggunakan 3 siklus yang terdiri dari empat tahap yang saling berkaitan. Keempat tahap tersebut adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX-B (Sembilan) di SMP Waskita Madya Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2009/2010 dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2009. Jumlah siswa kelas IX-B di SMP Waskita Madya Kota Tangerang dalam penelitian ini adalah 28 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan belajar bermakna dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang berdasarkan pada siklus III dengan perolehan nilai rata-rata keseluruhan siklus III adalah 65,64. Siklus ini berhenti pada siklus III karena telah mencapai nilai ketuntasan belajar matematika yang diterapkan di sekolah yaitu 60. Kata kunci : Pemahaman Konsep, Matematika, Belajar Bermakna (Meaningful Learning). xv +, 82, 6 tabel, 5 gambar, 59 lampiran.
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas kehendak-NYA penulis
dapat menyusun skripsi ini. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah
dalam rangka guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sedangkan judul skripsi ini adalah ”Upaya Peningkatan Pemahaman
Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful
Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)”.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak sekali menerima bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat
menyelesaikan dengan baik skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis
dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Abdul Muin, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan Staf jurusan
Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
7. Bapak Suhanda, S.Pd.I, M.Pd. selaku Kepala SMP Waskita Madya Kota
Tangerang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dewan Guru, Staf dan siswa SMP Waskita Madya Kota Tangerang
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Palupi Kriswanto, ST., selaku Guru Matematika di SMP Waskita
Madya Kota Tangerang yang telah membantu penulis dalam pengumpulan
data skripsi ini.
10. Teristimewa Ibunda Tersayang Marsih, dan Ayahanda Dadang Suwardi yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materil dalam
menyelesaikan skripsi ini, dan kedua Nenekku tersayang Hj. Hasanah dan
Khodijah (mak tua Dijjah) terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya
selama ini, skripsi ini sebagai bukti aku telah memenuhi janjiku selama ini aku
tidak akan pernah bisa membalas semua jasamu.
11. Kakakku Mansuri dan Adikku Irna Budiyanti yang tiada hentinya memberikan
motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
12. Kekasihku yang tercinta Khairun Nisa, S.Si, Apt., yang selalu memberikan
motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
13. Rekan-Rekan Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2002 dan
2003, 2005 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
pembuatan skripsi ini.
14. Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu sehingga bisa terselesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi yang dibuat ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin.
Jakarta, 14 Juli 2010
Penulis,
( AKHMAD HAMAMI )
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ................................... 4
1. Identifikasi Area .................................................................. 4
2. Fokus Penelitian .................................................................. 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian .................................................. 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ............................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6
1. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
2. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Matematika ............................................................ 7
B. Pengertian Konsep Dalam Belajar Matematika ...................... 8
C. Pemahaman Konsep Matematika ............................................ 14
D. Pengertian Pendekatan Belajar Bermakna ........……………… 17
E. Penerapan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika .................... 24
x
F. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................. 26
G. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ........................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 28
B. Rancangan Siklus Penelitian ................................................... 28
C. Subjek Penelitian ..................................................................... 34
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ............................ 35
E. Tahapan Intervensi Tindakan .................................................. 35
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan .......................... 36
G. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 36
H. Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan ......................... 36
I. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ............................ 37
K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis ........................ 38
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................... 38
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ......................................................................... 39
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 69
C. Analisis Data ........................................................................... 70
D. Interprestasi Hasil Analisis ..................................................... 73
E. Pembahasan Temuan Penelitian .............................................. 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 77
B. Saran ........................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 82
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus I .................................. 50
Tabel 4.2 : Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I .................................... 51
Tabel 4.3 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus II ................................. 59
Tabel 4.4 : Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II ................................... 60
Tabel 4.5 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus III ............................... 67
Tabel 4.6 : Rekapitulasi Persentase Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Pada Siklus I, II dan III ............................................................... 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kombinasi Konsep ..................................................................... 11
Gambar 2.2 : Kegiatan B-M Ditinjau Dari Kontinum Belajar Bermakna dan
Belajar Menghapal .................................................................... 19
Gambar 2.3 : Penerapan Belajar Bermakna Dalam Meningkatkan Pemahaman
Konsep Matematika Siswa ............................................................. 24
Gambar 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 30
Gambar 3.2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian ..................................................................... 82
Lampiran 2 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus I ............................... 86
Lampiran 3 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus II ............................. 90
Lampiran 4 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus III ............................ 95
Lampiran 5 : Daftar Kelompok Belajar Siswa .............................................. 98
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 1................................................... 99
Lampiran 7 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 ......................... 101
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 2................................................... 102
Lampiran 9 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 ......................... 104
Lampiran 10 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 3 .......................................... 105
Lampiran 11 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 3 ................ 106
Lampiran 12 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 4 .......................................... 109
Lampiran 13 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 4 ................ 110
Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 5................................................... 111
Lampiran 15 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 5 ......................... 112
Lampiran 16 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus I ............................................ 114
Lampiran 17 : Soal Tes Akhir Siklus I ............................................................ 116
Lampiran 18 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus I................................... 118
Lampiran 19 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 6........................................... 121
Lampiran 20 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 6 ................. 122
Lampiran 21 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 7................................................... 124
Lampiran 22 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 7 ......................... 125
Lampiran 23 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 8................................................... 126
Lampiran 24 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 8 ......................... 127
Lampiran 25 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 9................................................... 128
Lampiran 26 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 9 ......................... 129
Lampiran 27 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 10................................................. 130
Lampiran 28 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 10 ....................... 131
Lampiran 29 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus II ............................................ 132
xiv
xv
Lampiran 30 : Soal Tes Akhir Siklus II ........................................................... 133
Lampiran 31 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus II ................................. 135
Lampiran 32 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 11................................................. 138
Lampiran 33 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 11 ....................... 139
Lampiran 34 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 12................................................. 140
Lampiran 35 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 12 ....................... 141
Lampiran 36 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 13................................................. 142
Lampiran 37 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 13 ....................... 143
Lampiran 38 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 14................................................. 145
Lampiran 39 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 14 ....................... 146
Lampiran 40 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 15................................................. 147
Lampiran 41 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 15 ....................... 148
Lampiran 42 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 16................................................. 150
Lampiran 43 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 16 ....................... 151
Lampiran 44 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus III ........................................... 152
Lampiran 45 : Soal Tes Akhir Siklus III ......................................................... 153
Lampiran 46 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus III ................................ 155
Lampiran 47 : Skor Soal Tes Akhir Siklus I ................................................... 157
Lampiran 48 : Daftar Nilai Siklus I ................................................................. 158
Lampiran 49 : Skor Soal Tes Akhir Siklus II .................................................. 159
Lampiran 50 : Daftar Nilai Siklus II ................................................................ 160
Lampiran 51 : Skor Soal Tes Akhir Siklus III ................................................. 161
Lampiran 52 : Daftar Nilai Siklus III .............................................................. 162
Lampiran 53 : Lembar Hasil Wawancara Guru ............................................... 163
Lampiran 54 : Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar .................... 166
Lampiran 55 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus I .................... 168
Lampiran 56 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus II ................... 169
Lampiran 57 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus III ................. 170
Lampiran 58 : Grafik Hasil Rata-Rata Keseluruhan Pada Siklus I, II, dan III 171
Lampiran 59 : Photo Kegiatan Penelitian ........................................................ 172
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab
profesional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi
pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan
kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan
kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang
membelajarkan peserta didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara
optimal dan bermakna.
Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu metode belajar
mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan metode
yang tepat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif peserta
didik. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan profesional guru
untuk mengelola program pengajaran dengan metode belajar yang kaya
dengan variasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB I pasal I ayat 1 disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.1 Pasal ini menunjukan berbagai aspek pengembangan kepribadian dan
kognitif peserta didik yang menyeluruh dalam pembangunan masyarakat dan
bangsa untuk mampu menghadapi tantangan kehidupan global. Sehingga
begitu tinggi kualitas manusia yang diharapkan dalam pasal di atas
1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas ( Sinar Grafika: 2008) Cet. 1 hal. 3
1
2
menjadikan guru harus benar-benar melakukan perubahan dalam
pembelajarannya.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan
yang sangat penting dan pengetahuan dasar yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, maka matematika perlu dipelajari dan dipahami oleh semua
lapisan masyarakat, matematika juga merupakan suatu alat untuk
mengembangkan cara berpikir dan bernalar. Matematika juga merupakan
salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah dan pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa, terutama pada siswa sekolah formal dalam meningkatkan
prestasi belajar yang maksimal. Namun dikalangan beberapa siswa, pelajaran
matematika masih dianggap pelajaran yang dianggap sulit karena banyak
konsep-konsep yang abstrak dalam pelajaran matematika. Ketidak pahaman
siswa terhadap suatu konsep dapat terjadi karena konsep-konsep tidak
diajarkan dengan baik, pengajaran tidak baik dalam pengertian metode atau
pendekatannya kurang sesuai dengan bahan yang diajarkan atau bahkan
karena suatu hal guru dalam mengajarnya selalu cepat meninggalkan proses
kemampuan bernalar siswa.
Menurut Mursell dan Nasution, mereka berpendapat bahwa :
Sukses dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan hasil-hasil yang mantap atau tahan lama dan yang dapat dipergunakan si pelajar dalam hidupnya. Mengajar hanya berhasil bila diberi pelajaran yang bermakna. Ini adalah pendapat dari psikologi dewasa ini setelah berpuluh tahun mengadakan penyelidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang autentik, yang sejati, dan yang tahan lama, mengajar harus berdasarkan pelajaran yang mengandung makna bagi siswa. Banyak pelajaran di sekolah tidak bermakna baginya tidak memberi hasil yang autentik karena tak mengandung arti bagi anak. Akibatnya anak-anak menghafalnya di luar kepala tanpa memahaminya dan segera melupakannya2. Belajar mengajar sebagai suatu proses memerlukan perencanaan yang
seksama dan sistematis agar dapat dilaksanakan secara realistis. Perencanaan
tersebut dibuat guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.
Demikian halnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan
2 J. Marsell dan S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h.19.
3
adanya langkah-langkah yang sistematis sehingga mencapai hasil belajar yang
optimal.
Melihat kenyataan di lapangan terutama di sekolah, akhir-akhir ini
banyak masalah yang ditemui dalam pendidikan khususnya dalam mencapai
hasil belajar siswa yang kurang optimal. Hasil diskusi awal dengan guru yang
menjadi tim dalam pembuatan penelitian ini, serta hasil observasi
memperlihatkan beberapa permasalahan pembelajaran yang perlu segera
diatasi. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain para siswa hanya
menghafal tanpa memahami betul isi pelajaran, para siswa kurang dilatih
berfikir, guru mengajar fakta-fakta maupun konsep-konsep yang terpisah-
pisah. Hal ini bertentangan dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika
yang lebih menekankan pada proses dan bukan pada hasil semata.
Suatu kesalahan yang sering terjadi juga adalah guru kurang
memperhatikan tingkat pemahaman konsep siswa dalam mengikuti perubahan
tahap demi tahap dalam mencapai materi pelajaran. Dengan kata lain, siswa
hanya dibuat tercengang oleh guru dalam mempermainkan rumus yang begitu
runtut dalam sebuah rangkaian pokok bahasan. Kondisi ini mungkin bagi guru
suatu pekerjaan yang remeh jika sekedar menulis rumus yang sebenarnya
dapat dijadikan sebagai penuntun siswa dalam memahami materi dan
penyelesaian soal-soal.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dicarikan suatu
formula pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep dalam menyelesaikan soal matematika siswa.
Para guru hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai
variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran
matematika.
Berkaitan dengan kesulitan siswa memahami isi pelajaran, maka salah
satu yang dapat dipertanyakan adalah apakah upaya yang telah dilakukan guru
dalam membentuk siswa yang mengalami kesulitan telah sesuai dengan apa
yang ada di dalam pikiran siswa. Pertanyaan ini sesuai dengan apa yang
diutarakan oleh Ausubel sebagai berikut : ”the most importen single factor
4
infuencing learning is what the learner already knows”. Oleh karena itu
menjadi penting bagi guru untuk mengetahui gagasan atau konsep apa yang
dimiliki siswa yang berkaitan dengan bahan baru yang akan diajarkan. Inilah
yang menjadi inti dari belajar bermakna.
Melalui pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning), yaitu
mengharapkan agar siswa memahami pelajaran secara mendalam (bermakna)
berupa pemberian pemahaman konsep matematika dasar yang sudah dipelajari
siswa sebelumnya kemudian menghubungkan konsep selanjutnya yang
berkaitan dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga siswa
tersebut memahami pelajaran yang telah diberikan oleh gurunya dengan
mengaitkan konsep awal yang mirip dengan konsep berikutnya terutama
materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa tersebut maka pemahaman
konsep siswa di dalam memorinya akan lama dilupakan. Guru sebagai
fasilitator menciptakan proses belajar aktif, kreatif dan menyenangkan (Fun)
secara garis besar proses pembelajaran dengan Meaningful Learning.
Dari uraian yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba
melakukan pengkajian lebih luas lagi dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk
skripsi dengan judul: ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning)”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
1. Identifikasi Area
Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah kelas IX SMP
Waskita Madya Kota Tangerang. Jumlah siswa dalam penelitian ini 28
siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Secara
umum kemampuan siswa di kelas ini masih tergolong rendah. Hal ini
terlihat dari nilai raport siswa pada semester lima, dimana masih banyak
siswa yang mendapat nilai di bawah standar yang ditetapkan sekolah dan
sebagian besar siswa masih tergolong siswa yang pasif dalam mengikuti
proses pembelajaran.
5
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa pada materi bangun ruang sisi
lengkung (BRSL) kelas IX SMP Waskita Madya Kota Tangerang dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Agar penelitian ini mampu menghasilkan gambaran yang jelas tentang
permasalahan yang ada, maka dilakukan pembatasan masalah dalam
penelitian. Untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini maka
masalah dibahas dibatasi sebagai berikut :
1. Penelitian dilaksanakan di SMP Waskita Madya Kota Tangerang.
2. Obyek penelitian adalah siswa kelas IX-B SMP Waskita Madya Kota
Tangerang.
3. Penelitian dilakukan pada saat pembelajaran matematika di dalam kelas.
4. Pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) yang dimaksud
adalah advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat,
dan integrative reconciliation.
5. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi
lengkung (BRSL) yang dibatasi dengan mengidentifikasi unsur-unsur
BRSL, menghitung luas selimut dan Luas permukaan BRSL, menghitung
volume dari BRSL, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
BRSL.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran bangun
ruang sisi lengkung (BRSL) dengan menggunakan pendekatan belajar
bermakna (Meaningful Learning) ?
6
2. Apakah penggunaan dengan pendekatan belajar bermakna (Meaningful
Learning) dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IX SMP ?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus permasalahan yang tertuang pada halaman
depan penulisan penelitian ini, maka Penelitian ini bertujuan :
1) Untuk mendeskripsikan tingkat pemahaman konsep matematika siswa
dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
2) Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)
dalam pembelajaran matematika yang berhubungan dengan pokok
bahasan bangun ruang sisi lengkung (BRSL).
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah :
a. Bagi penulis adalah dari hasil penelitian ini penulis dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangsih terhadap
khazanah ilmu perngetahuan.
b. Bagi Siswa adalah dengan pembelajaran dengan pendekatan Meaningful
Learning ini dapat diimplementasikan pada jenjang berikutnya tanpa
melupakan konsep yang telah diberikan oleh penulis ketika pada
penelitian ini berlangsung.
c. Bagi guru atau pihak sekolah adalah dapat mereformasi proses
pembelajaran yang selama ini masih menerapkan metode dan strategi
pembelajaran matematika yang monoton menjadi lebih baik dengan
proses yang menyenangkan/mengasyikan (Fun) dan mencerdaskan
(Brillian) yang membuat siswa aktif dan kreatif serta belajar menjadi
bermakna.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa latin methematica, yang bermula
dari bahasa Yunani mathematike dari akar kata mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan pula dengan kata
mathanein yang berarti berpikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan,
hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan1.
Menurut John dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lerner
mengemukakan bahwa matematika disamping sebagi bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,
mencatat, mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline
juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri
utamanya penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
bernalar induktif.2
James dan James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu: Aljabar,
analisis dan geometri.3
Matematika menurut Ruseffendi adalah bahasa symbol, ilmu deduktif
yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
1 Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2000), h. 1-3. 2 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003) h. 252. 3 Erman Suherman, et.al, Stategi Pembelajaran Stategi ......................................h. 16.
7
8
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan
akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi, yaitu
”memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir
yang deduktif”. 4
Matematika timbul sebagai hasil dari pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari
matematika diperlukan adanya pemikiran, pengertian dan penalaran yang tidak
cukup dengan hapalan saja. Mempelajari matematika juga membutuhkan
pemikiran yang bersifat logik, sehingga matematika merupakan sarana
berpikir yang baik bagi setiap ilmu pengetahuan dan dengan matematika ilmu
lainnya bisa berkembang dengan cepat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat ilmu tentang logika,
ilmu tentang bilangan-bilangan serta terdapat konsep-konsep yang saling
berhubungan dan dipresentasikan dengan bahasa simbol. Obyek penelaahan
matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik beratkan kepada
hubungan, pola, bentuk dan struktur serta konsepnya. Dengan demikian
matematika itu dapat dikatakan bahwa matematika itu berkenaan dengan
gagasan yang berstruktur yang hubungannya diatur secara logis.
B. Pengertian Konsep Dalam Belajar Matematika
Definisi yang berada di dalam kamus bahasa Indonesia, konsep adalah
ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.5 Dan menurut
kamus matematika, konsep adalah gambaran ide tentang suatu benda yang
dilihat dari segi ciri-cirinya seperti kuantitas, sifat atau kualitas.6 Menurut
Dahar, konsep adalah “suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas
stimulus-stimulus”.7
4 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 1. 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) cet. Ke-2
h.588. 6 Baharin Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar, (Jakarta: Grasindo, 2002), h.72. 7 Mulyati, Psikologi Belajar, (Surakarta: Andi Yogyakarta, 2005) cet. 1 hal. 53.
9
Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu
formasi konsep (consept formation) dan asimilasi konsep (consept
assimilation), formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep-
konsep sebelum anak-anak masuk sekolah, formasi konsep dapat disamakan
dengan belajar konsep konkret menurut Gagne. Asimilasi konsep merupakan
cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah,
dalam proses ini anak-anak diberi nama konsep dan atribut-atribut dari konsep
itu. Ini berarti mereka akan belajar arti konseptual baru dengan memperoleh
penyajian atribut-atribut kriteria dari konsep, dan kemudian mereka akan
menghubungkan atribut-atribut ini dengan gagasan yang relevan yang sudah
ada dalam struktur kognitif mereka.8
Sedangkan, menurut Chaplin menyebutkan bahwa pengertian konsep
meliputi9 :
1. Satu ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata-kata, simbol,
dan tanda.
2. Satu ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda
ke dalam satu gagasan tunggal.
Pada waktu mempelajari obyek langsung matematika khususnya belajar
tentang konsep-konsep yang terkandung dalam pokok bahasan yang dipelajari
siswa akan mengerti apa yang seharusnya diperbuat pada saat siswa
menghadapi masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.
Pada saat akan memperkenalkan suatu konsep kepada siswa, terdapat
banyak hal yang harus diperhatikan guru antara lain :
1. Perkembangan intelektual siswa (apakah konsep yang akan dipelajari atau
diberikan sesuai dengan perkembangan intelektual siswa?).
2. Pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa (apakah konsep lama akan
mendukung konsep baru yang akan diajarkan?).
3. Mempersiapkan siswa untuk turut aktif untuk menemukan konsep-konsep
baru tersebut.
8 Ratna Wilias Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta : Erlangga, 1996) Cet. Ke-2 h.79-92.
9 Mulyati, Psikologi Belajar.................................................................................. h. 53.
10
4. Memberikan bimbingan kepada siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam
mengartikan suatu konsep.
Karena jika suatu konsep sudah tertanam dalam ingatan siswa maka
sukar untuk merubahnya dan sulit dihilangkan. Salah konsep dapat terjadi
karena guru dalam mengajar tidak memperhatikan gagasan anak itu mengikuti
proses belajar. Kesalahan pada konsep dasar, akan mengakibatkan kesulitan
dalam penguasaan konsep selanjutnya mengingat urutan materi dalam
pelajaran matematika tersusun secara hirarkis, konsep satu menjadi konsep
yang lain. Jika guru tidak menguasai konsep atau salah konsep maka
kemungkinan besar siswa menerimanya akan salah konsep. Heruman
berpendapat bahwa :
Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan ”Pembelajaran Spiral”, sebagai konsekuensi dalil Bruner. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut10.
Menurut beberapa ahli pengajaran matematika, dalam mempelajari
matematika suatu konsep hendaknya dimulai dari tingkat rendah menuju ke
tingkat yang lebih tinggi. Dienes mengemukakan bahwa: ”belajar konsep-
konsep matematika tingkat tinggi tidak mungkin terjadi jika prasyarat yang
mendahulu konsep itu belum dipelajari”11. Contohnya : jika akan diberikan
konsep bangun ruang sisi lengkung kepada siswa SMP kelas IX maka
sebelumnya terlebih dahulu apakah siswa tersebut telah mengetahui konsep-
konsep yang mendukung terbentuknya konsep bangun ruang sisi lengkung
salah satunya seperti bangun tabung, sebelum mempelajari bangun tabung
siswa sudah mengetahui bangun datar lingkaran dan bangun persegi panjang.
10 Heruman, Model Pembelajaran............................................................................ h. 4. 11 Herman Hudoyo, Pengembangan kurikulum matematika dan pelaksanaanya di
depan kelas, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), h. 108.
11
Makna (pengertian)
Perasaan (selera)
Simbol (bahasa)
Konsep
Otak manusia seolah-olah merupakan gudang tempat menyimpan setiap
pengalaman yang diperoleh, atau dapat menyimpan setiap pengalaman yang
diperoleh, atau dapat diibaratkan sebagai gudang pengalaman seperti halnya
rekaman gambar hidup atau komputer. Kumpulan rekaman ini memungkinkan
untuk dikumpulkannya kembali pengalaman-pengalaman yang lalu pada
waktu hal tersebut terjadi atau terulang lagi. Rekaman pengalaman tersebut
merupakan susunan pengertian, perasaan dan nilai, serta selera lain dalam
bentuk simbol atau bahasa. Kombinasi dari pengertian, nilai dan simbol
dinamakan sebagai ”Konsep”.
Hakikat susunan suatu konsep, dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kombinasi Konsep
Kata konsep dipakai dalam beberapa cara oleh berbagai ahli. Masing-
masing konsep mempunyai karakteristik dasar yang sama, yaitu mengandung
pengertian yang sederhana yaitu sekurang-sekurangnya tersusun dalam suatu
gagasan yang berarti dan dikenal. Semua gagasan ini berasal dan dimiliki oleh
otak serta disimpan.
Selain hal-hal yang diuraikan diatas, hal-hal berikut ini juga akan
membantu siswa dalam memahami suatu konsep :
1. Menyajikan contoh-contoh yang bervariasi dari konsep-konsep yang
memudahkan siswa membuat generalisasi.
2. Menunjukan konsep-konsep yang berbeda namun berkaitan untuk
membantu siswa dalam diskriminasi.
3. Menyajikan bukan contoh konsep untuk meningkatkan kemampuan untuk
diskriminasi dan generalisasi.
12
4. Menghindari contoh dari konsep yang memiliki sifat yang sama.12
Dalam belajar matematika, setelah siswa memperoleh pengertian,
abstraksi dan generalisasi, dari suatu konsep atau struktur matematika barulah
diperlukan adanya pelatihan pemahaman konsep matematika yang cukup,
sehingga pengendapan tercapai dan terjadi transfer belajar. Dengan cara
menghubungkan unsur-unsur pendukung dari suatu konsep yang telah
diketahui siswa sehingga terbentuknya konsep baru yang akan diajarkan guru,
siswa akan merasa turut serta dalam usaha menemukan konsep baru tersebut.
Dengan menggunakan bahasa yang tepat (dengan bahasa siswa sendiri atau
dengan bimbingan guru) siswa diharapkan dapat menemukan dan memahami
konsep yang diajarkan tersebut sebagai sesuatu yang bermakna bagi dirinya.
Dengan ini siswa akan lebih memahami, ingat lebih lama serta mampu
menggunakan konsep baru tersebut dalam bentuk atau konteks lain.
Taktik yang digunakan untuk mengajar atau belajar konsep itu melalui
proses. Siswa harus13 :
1. Membuat generalisasi didalam suatu kelas. Siswa harus diberi seperangkat
stimuli yang berbeda bentuk tetapi saling berhubungan. Untuk masing-
masing stimuli itu dapat memberi respon yang sama. Umpamanya, dengan
ditunjuki segitiga, segiempat, lingkaran, bujur sangkar, siswa diharapkan
dapat menjawab ”bentuk-bentuk geometrik”.
2. Membeda-bedakan di kelas, jika generalisasi telah dibuat, siswa harus
belajar membedakan konsep itu dari konsep-konsep lain yang mirip.
Dengan kata lain, jika kita mempelajari suatu konsep, kita belajar memberi
respon pada suatu kondisi dan tidak memberi respon pada suatu kondisi
yang di luar kondisi tersebut.
Menurut Dahar Ada beberapa keuntungan yang ditawarkan dalam
belajar konsep, yaitu14 :
12 Nana Sudjana dan Wari suwariyah, Model-model mengajar CBSA, (Bandung: Sinar
Baru, 1995), h. 57. 13 Setijadi, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991) Cet. Ke-2 h. 138-139. 14 Mulyati, Psikologi Belajar ...............................................................................h. 59-60.
13
1. Mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam
mengategorisasikan berbagai stimulus terbatas.
2. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir.
3. Konsep-konsep merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi.
4. Konsep-konsep diperlukan untuk memecahkan masalah.
Matematika merupakan ilmu yang berhubungan dengan atau menelaah
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan
diantara hal-hal itu. Untuk memahami struktur-struktur serta hubungan-
hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang
terdapat di dalam matematika itu. Dengan demikian, belajar matematika
berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur yang terdapat dalam
bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-
konsep dan struktur tersebut.15
Konsep dalam belajar matematika adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk dapat mengklasifikasikan (mengelompokkan)
obyek atau kejadian, dan menerangkan apakah obyek atau kejadian itu
merupakan contoh atau bukan dari ide tersebut. Contoh: konsep bangun ruang
sisi lengkung yang meliputi bangun tabung, kerucut dan bola. Dengan adanya
konsep memungkinkan kita memisahkan obyek-obyek, apakah itu termasuk
bangun ruang sisi lengkung? dan konsep-konsep apa saja sehingga
terbentuknya bangun ruang sisi lengkung tersebut?
Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih
bermakna jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-
struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping
hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan strukur-struktur.16
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, konsep dalam belajar
matematika merupakan salah suatu ide atau cara dengan memahami
kebersamaan sifat-sifat dari benda-benda konkret atau peristiwa-peristiwa
untuk dikelompokkan menjadi salah satu jenis (bentuk abstrak) dalam belajar
15 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan pengembangan Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001) h. 7.
16 Herman Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran ................................................h. 43.
14
matematika. Dengan demikian siswa itu telah siap untuk belajar konsep
matematika. Bentuk konsep yang sederhana adalah konsep konkret yang
berarti sekumpulan objek-objek dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan di dalam
proses belajar matematika, siswa dapat mengekspresikan dengan
menggunakan benda-benda, gambar-gambar, kata-kata, simbol-simbol,
maupun dalam bentuk skema (rencana atau bagan) sehingga konsep-konsep
yang sudah tertanam pada pengalaman belajar siswa tersebut dapat
dihubungkan dengan konsep yang relevan dalam belajar matematika
selanjutnya. Hal ini dapat memudahkan siswa untuk memahami suatu konsep-
konsep yang terdapat dalam belajar matematika.
C. Pemahaman Konsep Matematika.
Istilah pemahaman, sebagai terjemahan dari istilah Understanding,
mempunyai tingkat kedalaman arti yang berbeda. Misalnya, bila seorang ahli
matematika mengatakan bahwa ia memahami suatu teori matematika, maka
berarti ia mengetahui banyak hal tentang teori itu. Sekarang keadaan di atas
dibandingkan dengan keadaan seorang siswa sekolah dasar atau siswa sekolah
menengah yang telah memahami hukum asosiatif. Apakah kedalaman
pemahaman siswa tadi sama seperti ahli matematika di atas? Jawabnya tentu
saja tidak. Terdapat beberapa tingkat pemahaman matematika.
Menurut Ngalim, Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat
kemampuan yang mengharapkan testee (siswa) mampu memahami arti atau
konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya
hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang
ditanyakan.17
Adapun Heruman tentang Pemahaman konsep yaitu pembelajaran
lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami
suatu konsep matematika.18 Lanjutnya pemahaman konsep terdiri atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman
17 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-12 h. 44.
18 Heruman, Model Pembelajaran ............................................................................. h. 3.
15
konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman
konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan
lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep
dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau
kelas sebelumnya.
Menurut Skemp, dimana Skemp mengajukan gagasannya tentang
tingkatan-tingkatan pemahaman atau daya serap (the levels of understanding)
siswa pada pembelajaran matematika. Skemp membedakan tingkatan
pemahaman siswa terhadap matematika menjadi dua yaitu, pemahaman
instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional
(realational understanding). Pemahaman instruksional sejumlah konsep
diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya
hafal rumus dalam perhitungan sederhana, pada tingkatan ini dapat dikatakan
siswa baru berada di tahap tahu atau hafal suatu rumus dan dapat
menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal, tetapi dia belum atau tidak
tahu mengapa rumus tersebut dapat digunakan. Siswa pada tahapan ini juga
belum atau tidak bisa menerapkan rumus tersebut pada keadaan baru yang
berkaitan. Sebaliknya pemahaman relasional termuat suatu skema atau
struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian yang lebih luas. Pada
tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan
hafal tentang suatu rumus, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa rumus
tersebut dapat digunakan. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain. Jadi dalam
pemahaman relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna.19 Bloom,
membedakan pemahaman (comprehension) menjadi tiga macam pemahaman
yaitu, pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan
pembuatan ekstrapolasi (ekstapolation). Dalam matematika misalnya mampu
mengubah (translation) soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya,
19 http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Peta Konsep Segitiga pada Siswa SMA, 16
Januari 2009, 04:05 PM.
16
mampu mengartikan (interpretation) suatu kesamaan, mampu memperkirakan
(ektrapolation) suatu kecenderungan dari diagram.
Pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM yaitu
dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:
1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.
2. Membuat contoh dan non contoh penyangkal.
3. Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol.
4. Mengubah suatu bentuk refresentasi kebentuk yang lain.
5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang
menentukan suatu konsep.
7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.20
Berdasarkan uraian di atas, pemahaman merupakan terjemahan dari
komprehensi (comprehension). Pemahaman adalah kemampuan untuk
menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Paham artinya ”mengerti
benar”, sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep.
Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan untuk mengerti dan dapat
menjelaskan suatu konsep pada matematika. Pemahaman yang sesuai dalam
penelitian ini adalah pemahaman relasional, pemahaman yang didalamnya
terdapat suatu skema (bagan) atau struktur sehingga dapat digunakan pada
penyelesaian yang lebih luas, misalnya pengajaran dimulai dari hal yang
kongkret (dasar) dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Dalam pemahaman
relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna (Meaningful). Untuk
memahami materi yang menyangkut konsep matematika yang lebih tinggi,
akan menuntut kemampuan pemahaman yang lebih tinggi.
Jadi, pemahaman konsep matematika yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah menekankan pada kemampuan kognitif siswa untuk mengerti suatu
konsep di dalam matematika terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi
20 Asri Munggaranti, Penerapan Model Pembelajaran Berprograma Tipe Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK, (Bandung: UPI, 2007) h. 25.
17
lengkung yang meliputi : dapat mengidentifikasi unsur-unsur bangun ruang
sisi lengkung (BRSL), dapat menghitung luas selimut dan luas permukaan
bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dapat menghitung volume dari bangun
ruang sisi lengkung (BRSL), dan dapat memecahkan masalah yang berkaitan
dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL) yang disesuaikan dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada materi matematika untuk
SMP kelas IX semester 5.
D. Pengertian Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning)
Pendekatan ialah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa
dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana materi itu
disajikan.21 Belajar bermakna dikemukakan oleh Ausubel, menurut Ausubel
dalam proses pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna adalah suatu
proses belajar yang mengaitkan informasi atau konsep baru dengan konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif (subsumer) seseorang.22
Pendekatan belajar bermakna ini menekankan bahwa guru dalam memberikan
materi pelajaran yang baru harus dapat dihubungkan dengan konsep yang ada
dalam struktur kognitif siswa. Suparno menyatakan tentang belajar bermakna,
yaitu ”...kegiatan siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”.23
Menurut Ausubel yang dilansir oleh Mulyati bahwa banyak pendidik
menyamakan belajar penemuan dengan belajar hafalan sebab mereka
berpendapat belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan
sendiri pengetahuan. Namun, belajar penemuan menjadi bermakna bila dapat
menjelaskan hubungan antar konsep. Belajar penemuan dapat dipandang
rendah kebermaknaannya dan merupakan belajar hafalan bila dalam
memecahkan masalah, sekedar menebak. Dengan demikian, belajar bermakna
21Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid, Guru, Dan
SPG.(Bandung: Tarsito,1980), h.98. 22 Mulyati, Psikologi Belajar........................................................................................h. 78. 23 Heruman, Model Pembelajaran..................................................................................h. 5.
18
tidak sesederhana seperti belajar tentang materi bermakna dan bertujuan
memperoleh makna baru.24 Jadi, inti dari teori Ausubel tentang belajar
bermakna adalah suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa.
Berdasarkan dimensi keterkaitan antar konsep dalam teori belajar
Ausubel, ’belajar’ dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Pertama,
berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara
bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
telah ada (telah dimiliki dan diingat siswa tersebut).25
Menurut Mulyasa bahwa pendekatan belajar bermakna (meaningful
learning) berbeda dari pendekatan belajar menghafal yang selama ini tetap
dilaksanakan oleh para guru pada proses belajar mengajar di kelas. Dalam
metode menghafal, murid-muridnya mendengar dan menerima, kemudian
mengingat-ingat materi pelajaran yang diterima tersebut. Kadang-kadang
terdapat materi yang kurang dipahami peserta didik, bukan tidak masuk akal
peserta didik. Namun, karena materi tersebut sudah ada dalam paket pelajaran,
dan ada keharusan bagi peserta didik untuk menghafalnya, maka peserta didik
diam saja menerima. Metode ini disebut ”chalk and talk”. Dalam metode
”chalk and talk” ini, pihak yang lebih aktif adalah guru. Sementara itu peserta
didik lebih bersifat pasif. Metode ini juga dikenal dengan istilah ”receptive
learning”. Dalam metode ini, pembelajaran terjadi dalam situasi rutin dan
membosankan. Materi pelajaran, meskipun diterima dan dihafal, namun
mudah terlupakan, karena materi tersebut tidak diterima melalui pemahaman
yang masuk akal, tetapi melalui instruksi transmisi.26
Senada dengan Mulyasa mengenai teori belajar Ausubel, Ruseffendi
membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar
menghafal, siswa dapat belajar dengan menghafalkan apa yang sudah
24 Mulyati, Psikologi Belajar …………………………........................................h. 78. 25 Heruman, Model Pembelajaran ........................................................................h. 4-5. 26 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karekteristik, dan
Implementasi), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 240.
19
diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna adalah memahami apa yang sudah
diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari
akan lebih dimengerti. Adapun Suparno menyatakan bahwa belajar bermakna
terjadi apabila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam
struktur pengetahuan mereka dalam setiap penyelesaian masalah.27
Pendekatan belajar bermakna jauh lebih bernilai dari pada menghafal.
Sehubungan dengan hal ini, Novak menggambarkan dalam suatu diagram
kegiatan belajar-mengajar ditinjau dari dua kontinum yaitu belajar bermakna
disatu ujung, dan diujung lain belajar secara menghafal, seperti terlihat pada
gambar diagram berikut 28 :
Gambar 2.2 : Diagram Kegiatan B-M ditinjau dari kontinum belajar bermakna
dan belajar menghafal.
Konsep utama dalam teori Ausubel dengan pendekatan belajar bermakna
adalah suatu bentuk pemprosesan informasi dalam otak atau struktur kognitif
sehingga siswa memahami benar apa yang telah dipelajarinya. Ausubel
mengemukakan bahwa belajar bermakna baru dapat terjadi apabila informasi-
informasi baru yang dipelajarinya dapat diasimilasikan kedalam struktur
pengetahuan yang telah berada dalam struktur kognitif siswa.29
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu struktur
kognitif dan materi pengetahuan baru. Struktur kognitif merupakan segala
27 Heruman, Model Pembelajaran ............................................................................. h. 5. 28 Ida Tampubolon Sinambela, Disertasi Tes esai pemetaan konsep....................... h. 15. 29 Ida Tampubolon Sinambela, Disertasi Tes esai pemetaan konsep....................... h. 16.
Belajar yang bermakna
Belajar dengan menghafalkan
Penjelasan hubungan antara konsep-konsep
Ceramah atau penyajian
Buku teks Daftar
Penelitian ilmiah, penemuan hal-hal
baru
Penelitian rutin
Teka-teki coba-coba
Belajar dengan penemuan sendiri
Pengajaran terencana dengan
menggunakan peragaan
Pekerjaan laboratorium
sekolah
Penerapan rumus-rumus
Belajar dengan
penemuan terpimpin
Belajar dengan menerima
20
pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar yang
lalu. Dalam belajar bermakna pengetahuan baru harus mempunyai hubungan
atau dihubungkan dengan struktur kognitifnya. Hubungan tersebut akan terjadi
karena adanya kesamaan isi (subtantiveness) dan secara beraturan (non-
arbitrer).30
Menurut Slameto bahwa Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta,
konsep-konsep, generalisasi-generalasi yang terorganisasi, yang telah
dipelajari dan dikuasai seseorang.31
Macam-macam variabel struktur kognitif adalah :
1. Pengetahuan yang telah dimiliki
Bagaimana bahan baru dapat dipelajari dengan baik, bergantung pada apa
yang telah diketahui (advence organizers).
2. Diskriminabilitas
Konsep-konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas, dengan apa yang
telah dipelajari, mudah dipelajari dan dikuasai.
3. Kemantapan dan kejelasan
Konsep-konsep yang mantap dan jelas yang telah ada di dalam struktur
kognitif memudahkan belajar dan retensi. Untuk menambah kemantapan
dan kejelasan konsep itu perlu latihan.
Adapun menurut Sukmadinata bahwa agar belajar bagi siswa, ada dua
tambahan persyaratan. Pertama, suatu materi memiliki kebermaknaan logis
berarti bahwa materi tersebut dapat dihubungkan dengan konsep-konsep yang
telah ada pada siswa. Agar materi baru dapat dipahami siswa, maka ia sendiri
harus memiliki materi yang sesuai dengan hal itu. Bila siswa dalam struktur
kognitifnya telah memiliki materi, ide-ide yang sesuai, yang memungkinkan
materi baru dapat dihubungkan padanya secara substantif dan non-arbitrer,
maka materi tersebut telah memiliki kebermaknaan potensial (potential
meaningfulness). Kedua, suatu materi memiliki kebermaknaan potensial,
30 Nana Syaodih S, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2001), cet ke-4, h. 135. 31 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 25-26.
21
sebab siswa dapat memberikan makna, tetapi hal itu bergantung pada kemauan
siswa untuk memberi makna atau tidak. Apabila si siswa mempunyai kesiapan
untuk memberi makna maka terjadilah belajar bermakna (meaningful
learning).32
Kalau disimpulkan belajar bermakna ini menuntut tiga persyaratan :
1. Materi yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif
secara beraturan karena adanya kesamaan isi.
2. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan
dipelajarinya.
3. Siswa harus mempunyai kemauan atau motivasi untuk menghubungkan
konsep tersebut dengan struktur kognitifnya.
Menurut Ausubel dalam Novak, ada tiga kebaikan dari belajar bermakna
yakni33 :
1. Materi pembelajaran yang dipelajari secara bermakna akan lebih lama
dapat diingat.
2. Informasi yang tersubsumsi (proses interaksi antara materi baru dengan
subsumer) berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer,
jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang
mirip.
3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek
residual pada subsumsi, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang
mirip walaupun telah terjadi lupa.
Untuk menerapkan belajar bermakna dalam pembelajaran, Ausubel,
memberikan pernyataan bahwa ”the most important single factor influencing
learning is whot the learner already knows. Ascertain this and teach him
accordingly”. Maksudnya adalah faktor paling penting yang mempengaruhi
belajar ialah apa yang telah diketahui siswa yakinilah ini dan ajarlah ia
32Slameto, Belajar dan Faktor-faktor...................... ...............................................h. 136. 33 Mulyati, Psikologi Belajar…………………………………………………....h. 79-80.
22
demikian.34 Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti dari belajar
bermakna (meaningful Learning) yang merupakan teorinya.
Dalam menerapkan teori Ausubel pada pembelajaran, ada empat langkah
yang harus dipenuhi guru yakni pengatur awal (advance organizer),
diperensiasi progresif, belajar superordinat, integrative reconciliation.35
Pengatur awal (advance organizier) mengarahkan para siswa ke materi
yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali
informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membentuk
menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap
semacam pertolongan mental, dan disajikan sebelum materi baru. Dengan
strategi ini guru dapat menerapkan secara nyata di depan kelas dengan
menugaskan para siswa untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya. Misalnya sebagai pokok bahasan
pembelajaran adalah bangun ruang sisi lengkung. Maka guru menugaskan
siswa untuk membaca terlebih dahulu materi ini sebelum pembahasannya di
depan kelas.
Strategi kedua yang harus ditampilkan guru dalam pembelajaran
bermakna adalah diferensiasi progresif. Diferensiasi progresif yaitu
mengembangkan konsep mulai dari unsur-unsur paling umum dan inklusif
suatu konsep yang harus diperkenalkan lebih dahulu, kemudian baru hal-hal
lebih mendetil dan khusus. Jadi, konsep-konsep disusun secara hierarkis.
Dengan menggunakan strategi ini, materi pelajaran yang disampaikan guru
hendaknya bertahap. Guru mengajarkan konsep-konsep yang paling inklusif
lebih dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif, dan setelah itu
baru mengajarkan hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep.
Strategi ketiga yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan belajar bermakna adalah belajar superordinat. Superordinat yaitu
suatu pengenalan konsep-konsep yang telah dipelajari sebagai unsur-unsur
34 Wiwik Haryani et. al, Penggunaan Peta Konsep Sebagai Media Pembelajaran
Dalam Pencapaian Belajar Bermakna (Meaningful Learning), (Samarinda: Universitas Mulawarman, 2000) h. 42-43.
35 Mulyati, Psikologi Belajar…………………………………….......h. 81-82.
23
yang lebih luas. Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang
lebih luas, lebih inklusif (umum).
Strategi ke empat adalah Penyesuaian Integratif (integrative
reconciliation), kadang-kadang seorang siswa dihadapkan pada suatu
kenyataan yang disebut pertentangan kognitif (cognitive dissonance). Hal ini
terjadi bila dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep
yang sama, atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih dari satu konsep.
Untuk mengatasi pertentangan kognitif ini, maka guru disarankan untuk
menerapkan strategi penyesuaian integratif.
Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya
disusun sedemikian rupa sehingga guru dapat menjelaskan tentang kesamaan
dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang
baru saja dipelajari. Guru dapat memulai dengan konsep yang paling umum,
tetapi guru perlu memperlihatkan bagaimana keterkaitnya konsep-konsep
subordinat, dan kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti
baru bagi konsep yang tingkatnya lebih tinggi. Setelah itu guru juga dapat
menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan-latihan sehingga siswa bisa
lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pelajaran
bermakna sejauh pelajaran atau masalah itu riil atau berharga bagi si pelajar,
dan sejauh hubungan esensial antara bagian-bagiannya ditegaskan, sehingga
tugas murid adalah menangkap atau memahami hubungan-hubungan dalam
keseluruhan itu. Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide
baru yang punya makna, penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan belajar
menghafal. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi proses pembelajaran ini
akan banyak makan waktu. Maka untuk siswa dalam belajar matematika
dengan pendekatan belajar bermakna akan lebih efektif jika guru
menjelaskannya dengan penemuan (inquiri) dari konsep sebelumnya yang
dimiliki oleh siswa, demonstrasi, skema atau diagram, dan ilustrasi. Dengan
24
pendekatan belajar bermakna diharapkan siswa akan dapat menguasai dan
mengingat konsep-konsep inti relevan yang akan dipelajari selanjutnya.
E. Penerapan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika.
Mengurangi Proses Hafalan
Pengalaman Yang Nyata (Makna)
Me ori
mSiswa
Pemahaman Konsep
Matematika Pembelajaran
Matematika Siswa SMP
Pendekatan Belajar Bermakna
Minat dan Perhatian Siswa
Pemikiran Yang Teratur dan
Efisien
Gambar 2.3 : Penerapan Belajar Bermakna Dalam Meningkatkan Pemahaman
Konsep Matematika Siswa
Pembelajaran matematika umumnya diajarkan dengan pendekatan yang
berorientasi kepada guru. Padahal idealnya pelajaran disampaikan dengan
pendekatan yang berpusat pada siswa. Dengan memilih pendekatan atau
sebuah metode yang tepat sehingga siswa akan menjadi siswa yang aktif,
kreatif, dan dapat berprestasi di sekolahnya.
Proses pembelajaran matematika yang abstrak dengan pendekatan belajar
bermakna ini, siswa memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran dan
alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru
sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran
pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi kongkret, semi abstrak,
25
dan selanjutnya abstrak. Sehingga pembelajaran matematika akan terjadi
keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang
akan diajarkan.
Setiap konsep matematika yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu
segera diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori
siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk
keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal
ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, ”Saya mendengar
maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya
mengerti”.36 Proses pembelajaran ini sangat tepat atau relevan dengan
pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
Pendekatan Meaningful Learning atau Belajar bermakna merupakan
suatu metode atau strategi belajar mengajar yang membuat siswa menjadi aktif
sehingga mengurangi terjadinya proses pembelajaran hafalan, memperbesar
minat dan perhatian siswa karena sudah paham konsep terutama dalam
pembelajaran matematika, memperoleh pengalaman belajar yang nyata
(makna), meletakkan dasar-dasar penting sehingga bertahan lama dalam
ingatan (memori) siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur tercipta efisien
dalam belajar sehingga menjadi siswa yang kreatif dan inovatif, serta dapat
dengan tepat mengerjakan soal atau tugas dengan lebih baik dari sebelumnya.
Hasil perencanaan dalam proses pembelajaran matematika menunjukkan
bahwa pendekatan Meaningful Learning terhadap pemahaman konsep ini dapat
menjadikan siswa mengurangi proses pembelajaran hafalan, memperbesar
minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran matematika, memperoleh
pengalaman belajar yang nyata (makna), meletakan dasar-dasar penting
sehingga bertahan lama dalam ingatan (memory) siswa, menumbuhkan
pemikiran yang teratur sehingga tercipta efisien dalam belajar.
36 Heruman, Model Pembelajaran ...............................hal. 2.
26
Berdasarkan hal di atas, pengenalan dan pemahaman konsep sangat
penting dilakukan karena keberhasilan dan kesalahan dalam pemahaman
konsep-konsep yang bersifat mendasar dalam kajian suatu bahan mempunyai
dampak pada konsep-konsep dalam bahan kajian lainnya, karena matematika
dijenjang tertentu haruslah dibekali dengan keberhasilan pembelajaran
matematika dijenjang awal. Dan Teori belajar bermakna (meaningful learning)
yang dipelopori oleh Ausubel inilah, bertujuan mendasar memberikan
pemahaman konsep awal berkaitan dengan pemahaman konsep yang akan
diajarkan selanjutnya. Sehingga pemahaman konsep matematika siswa akan
meningkat jika proses pembelajarannya dengan pendekatan belajar bermakna
(Meaningful Learning).
F. Kajian Penelitian Yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan pemahaman
konsep matematika siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna
(Meaningful Learning), penulis mengutip penelitian yang relevan yaitu :
1. Hasil penelitian oleh Haryani, dkk (2000). Tentang Penggunaan Peta
Konsep Sebagai Media Pembelajaran Dalam Pencapaian Belajar Bermakna
(Meaningful Learning). Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Nilai semua tes hasil belajar siswa pada setiap siklus menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan. Ini artinya penggunaan peta konsep
dalam pencapaian Meaningful Learning ini berpengaruh positif.
b. Dari angket skala sikap pun menunjukkan bahwa siswa semangat
belajar dengan penggunaan peta konsep dalam pencapaian Meaningful
Learning ini, dan banyak yang berpendapat bahwa hampir semua siswa
senang jika penggunaan peta konsep dalam pencapaian Meaningful
Learning ini diterapkan disekolahnya.
2. Ida Tampubolon Sinambela (1994) dalam penelitiannya yang berjudul Tes
Esai Pemetaan Konsep Sebagai Alat Ukur Dalam Belajar Bermakna
(Meaningful Learning). Suatu eksperimen di SD Cianjur yang menerapkan
27
pendekatan proses dan pendekatan konsep dalam meaningful learning.
Diperoleh hasil penelitian ini tes esai pemetaan konsep memberikan hasil
belajar yang lebih baik dibanding dengan tes pilihan ganda sebagai alat
ukur dalam belajar bermakna (meaningful learning).
G. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan
1. Peningkatan Pemahaman konsep matematika akan terjadi pada siswa
terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut,
dan bola) apabila guru bidang studi matematika di SMP Waskita Madya
melaksanakan proses pembelajaran dengan mengaitkan konsep yang sudah
dipelajari dengan konsep yang akan atau sedang diajarkan. Sehingga siswa
tidak menganggap pokok bahasan itu sulit lagi dan tidak perlu selalu
banyak menghafal rumus untuk menyelesaikan soal bangun ruang sisi
lengkung.
2. Pendekatan Belajar bermakna adalah salah satu pendekatan yang konsep
pembelajarannya menuntut konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan
dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.
Pengambilan konsep/pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ini juga
disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMP
yang meliputi : Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sisi lengkung
(BRSL), menentukan luas selimut dan volume bangun ruang sisi lengkung
(BRSL), serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang
sisi lengkung (BRSL). Dalam hal ini pembelajaran dengan belajar
bermakna (Meaningful Learning) yang akan digunakan diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa sehingga akan
berpengaruh bagi siswa agar mengurangi terjadi proses pembelajaran
hafalan, memperbesar minat dan perhatian siswa, memperoleh belajar yang
bermakna, konsep dapat bertahan lama dalam memory siswa dan
menumbuhkan pemikiran yang teratur serta siswa akan lebih aktif, kreatif,
inovatif, dan tepat waktu dalam menyelesaikan soal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Waskita Madya yang beralamat di
Jalan Benteng Betawi Cipondoh Kota Tangerang Banten 15141.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari tanggal 13 Juli sampai dengan 08 September
tahun 2009. Adapun jadwal penelitian terlampir pada lampiran 1.
B. Rancangan Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang
difokuskan pada situasi kelas, atau Classroom Action Research dengan
peningkatan pada unsur design untuk memungkinkan diperolehnya gambaran
keefektifan tindakan yang dilakukan. Metode penelitian ini dilakukan pada
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna
(Meaningful Learning) untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika
siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (BRSL).
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus (pra
penelitian). Dalam pra siklus tersebut peneliti melakukan observasi terhadap
guru dan siswa kelas IX tentang proses pembelajaran matematika khususnya
materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Observasi dilakukan dengan cara
melihat data dari nilai raport kelas IX semester 5 yang masih tergolong rendah
dan wawancara terhadap guru tentang preoses belajar matematika. Setelah pra
siklus ini selesai dilakukan barulah peneliti melakukan penelitiannya terdiri
dari 3 siklus.
Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan menggunakan beberapa
siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya yaitu :
28
29
1. Perencanaan (Planning)
Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti
menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri
atas lembar observasi, lembar wawancara, lembar kerja siswa dan tes akhir
siklus.
2. Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan dikelas.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti mengobservasi
keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah di
buat peneliti, dengan menggunakan lembar observasi.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan
dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil
analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan
tindakan selanjutnya.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Dimana
setiap siklusnya menggunakan pendekatan proses belajar bermakna
(Meaningful Learning) yang meliputi : advance organizer, diferensiasi
progresif, belajar superordinat, integrative reconciliation, dan consolidation.
Belajar bermakna dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi
terjadinya proses pembelajaran hafalan, memperbesar minat dan perhatian
siswa, memperoleh pengalaman belajar yang nyata (makna), konsep dapat
bertahan lama dalam memori siswa, dan menumbuhkan pemikiran yang
teratur sehingga dapat menyelesaikan masalah matematika dengan tepat
waktu.
Berdasarkan analisa atas refleksi maka dapat ditentukan apakah siklus
selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak. Penelitian akan diakhiri atau
dihentikan dengan kriteria adalah: tes yang diberikan pada akhir siklus
30
menunjukkan bahwa 60 % dari jumlah siswa mendapatkan nilai keseluruhan
di atas rata-rata.
Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan,
digambarkan sebagai berikut1:
Permasalahan Kurangnya pemahaman
konsep yang dimiliki
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas
1 Suharsimi Arikunto. et.al, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
cet. 2, h.74.
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan Data Refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Refleksi II
Perencanaan Tindakan III
Permasalahan baru hasil refleksi II
Pelaksanaan Tindakan III
Pengamatan/ Pengumpulan Data Refleksi III
Apabila permasalahan belum
berhasil
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
31
Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
digambarkan sebagai berikut :
Tahap Penelitian Siklus I
SIKLUS
I
Tahap Perencanaan
1. Menyiapkan kelas penelitian
2. Membuat rencana pengajaran (RPP)
3. Mendiskusikan kepada guru kolaborator
4. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan
5. Menyiapkan modul materi ajar dan soal-soal latihannya
6. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan
lapangan serta keperluan observasi lainnya)
7. Menyiapkan VCD BRSL sebagai media pembelajaran
8. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan
9. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus
10. Mempersiapkan alat dokumentasi
Tahap Pelaksanaan
1. Menyampaikan langkah-langkah proses pembelajaran
menggunakan pendekatan Meaningful Learning
2. Guru mengarahkan siswa ke materi konsep yang akan dipelajari.
3. Siswa menyimak pokok bahasan dengan menonton VCD
pembelajaran dengan panduan guru.
4. Guru mempresentasikan LKS
5. Masing-masing kelompok mengerjakan dan mendiskusikan LKS
1. Mengurus surat izin penelitian. 2. Pemberian tes Bangun tabung, kerucut, dan bola. 3. Wawancara terhadap guru matematika di sekolah. 4. Melakukan observasi proses pembelajaran di kelas
penelitian. 5. Mensosialisasikan pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan Meaningful Learning pada siswa yang menjadi subjek penelitian.
Kegiatan Pendahuluan
32
yang telah disiapkan guru.
6. Guru melakukan penilaian proses / kinerja kelompok / performs
anggotanya
7. Siswa mempresentasikan pekerjaannya dan kelompok lain
menanggapi dengan dipandu oleh guru.
8. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai
LKS yang telah dikerjakan siswa, dalam berdiskusi guru
mengkonstruksi pemahaman siswa mengenai bangun ruang sisi
lengkung.
9. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap bangun ruang sisi
lengkung guru memberikan latihan soal kepada siswa.
10. Membahas dan mengkoreksi latihan soal bersama-sama.
11. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah
dibahas.
12. Memberi tugas kepada siswa.
Tahap Observasi
Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan
Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I
yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tahap Penelitian Siklus II
SIKLUS
II
Tahap Perencanaan
1. Membuat rencana pengajaran berdasarkan pada refleksi siklus I
2. Mempersiapkan alat peraga / media pembelajaran
3. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan
4. Menyiapkan modul materi ajar dan soal-soal latihannya
5. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan
lapangan serta keperluan observasi lainnya)
6. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan
33
7. Menyiapkan soal/tes pada akhir setiap siklus
8. Mempersiapkan alat dokumentasi
Tahap Pelaksanaan
1. Memotivasi siswa dengan pemberian konsep bangun tabung,
kerucut, dan bola yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai dalam
pembelajaran ini.
3. Pembelajaran diulang dengan tetap mengacu pada hasil refleksi
disiklus I
4. Guru membimbing siswa memahami langkah-langkah untuk
menemukan rumus luas selimut pada tabung dan kerucut.
5. Siswa diberi latihan-latihan pada LKS atau tugas dari guru untuk
menemukan atau menguatkan konsep yang dimilikinya.
6. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah
dibahas.
7. Memberi tugas kepada siswa
Tahap Observasi
Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan
Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus II
yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tahap Penelitian Siklus III
Tahap Perencanaan
1. Membuat rencana pengajaran berdasarkan pada refleksi siklus II
2. Mendiskusikan kepada guru kolaborator
3. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan
4. Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran
5. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan
lapangan serta keperluan observasi lainnya)
34
SIKLUS
III
6. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan
7. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus
8. Mempersiapkan alat dokumentasi
Tahap Pelaksanaan
1. Memotivasi siswa dengan pembelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
2. Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai dalam
pembelajaran ini
3. Guru mengajak siswa untuk menemukan dan mengingat kembali
konsep-konsep materi pada siklus I dan siklus II
4. Memberikan penguatan-penguatan konsep dengan latihan-latihan.
5. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah
dibahas.
6. Memberikan tugas kepada siswa.
7. Mewawancarai Guru dan Siswa
Tahap Observasi
Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan
Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus III
yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Gambar 3.2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX (Sembilan) B di SMP
Waskita Madya Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa
kelas IX-B Tahun Pelajaran 2009/2010 di SMP Waskita Madya Kota
Tangerang ini adalah 28 siswa. Dalam penentuan subjek, peneliti memilihnya
setelah berkonsultasi dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Waskita
Madya Kota Tangerang.
35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana
kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan penelitian dalam skripsi
ini. Dalam penelitian, peneliti dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata
pelajaran matematika kelas IX yang bertindak sebagai pengamat.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan intervensi tindakan ini berlangsung beberapa siklus dimana
setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
analisis, dan refleksi. Pada tahapan penelitian kegiatan pendahuluan dilakukan
beberapa tindakan yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan wawancara kepada guru matematika
2. Observasi proses pembelajaran dikelas penelitian
3. Mensosialisasikan pembelajaran siswa dengan pendekatan belajar
bermakna (meaningful learning)
Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan
observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Tahap
tindakan pada siklus I antara lain :
1. Pemberian informasi tentang rencana pembelajaran dan anologi materi
2. Siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai dengan skenario
3. Memberikan arahan dan tugas untuk kegiatan berikutnya
Adapun tahap tindakan pada siklus II adalah mempelajari hasil refleksi
tindakan pada siklus I dan menggunakannya sebagian masukan pada tindakan
siklus II. Begitupun pada tahap tindakan siklus III adalah mempelajari hasil
refleksi pada siklus II jika pada siklus II belum mencapai kriteria keberhasilan
penelitian dan menggunakannya sebagian masukan pada tindakan pada siklus
III.
36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh peneliti yaitu meningkatkan pemahaman konsep matematika
pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan pendekatan pembelajaran
belajar bermakna (Meaningful Learning) yang berdasarkan hasil rata-rata tes
keseluruhan pada LKS dan tes akhir siklus dalam setiap siklusnya mencapai 60 %
dari jumlah siswa di atas rata-rata.
G. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
1. Data kualitatif, yaitu hasil observasi proses pembelajaran, hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi (berupa foto kegiatan
pembelajaran).
2. Data kuantitatif, yaitu nilai tugas siswa tiap akhir pertemuan berbentuk
lembar kerja siswa (LKS) dan tes akhir siklus.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan
peneliti.
H. Instrumen Pengumpul Data yang Digunakan
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
instrumen antara lain:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktifitas siswa selama
proses pembelajaran materi bangun ruang sisi lengkung dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
2. Lembar soal
Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman
konsep siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan bangun
ruang sisi lengkung (BRSL) berupa lembar kerja siswa (LKS) pada tiap
akhir pertemuan dan tes akhir siklus.
37
3. Catatan lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai apa yang terjadi selama
penelitian berlangsung. Tujuan catatan lapangan ini adalah untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan
belajar bermakna (Meaningful Learning).
4. Lembar wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru, hal ini dilakukan untuk mengetahui
secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum
mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi
di kelas.
5. Dokumentasi
Dokumentasi ini berupa gambar atau foto saat kegiatan penelitian
berlangsung. Dokumentasi ini dibuat untuk memperkuat proses penelitian.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancari guru.
Siswa diminta mengerjakan soal pada akhir tindakan pada setiap siklus, dan
melakukan penilaian hasil tes siswa ketika proses belajar mengajar
berlangsung yang dibantu oleh guru mata pelajaran matematika. Hasil setiap
penilaian tes tersebut didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat
menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang obyektif, sahih, dan
handal dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dan saturasi, yaitu :
1. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi
tentang hal yang sama. Untuk memperoleh tentang pemahaman siswa
dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara
dengan guru dan melihat hasil pengamatan guru mitra.
2. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang
kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
38
3. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu
pada pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang
sudah terkumpul berupa hasil kerja siswa, hasil wawancara, hasil observasi,
dan catatan lapangan.
Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif
deskriptif. Analisis data dilakukan pada berbagai kesempatan dari awal
penelitian sampai berakhirnya proses penelitian. Hasil dari analisis data ini
berupa informasi berbentuk kalimat-kalimat yang berupa gambaran proses
penelitian. Adapun analisis data secara kuantitatif yaitu dengan
membandingkan hasil tes pada setiap siklusnya.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan
pemahaman konsep matematika maka akan di tindak lanjuti untuk melakukan
tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.
Setelah penelitian ini berakhir, peneliti menyadari bahwa penelitian ini
telah berhasil menguji adanya peningkatan pemahaman konsep matematika
pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan pendekatan belajar
bermakna (meaningful learning), guna meningkatkan hasil belajar
matematika. Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa serta faktor-faktor lain yang belum diketahui. Untuk itu
masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti di mulai dengan
melakukan observasi awal di SMP Waskita Madya Kota Tangerang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran
siswa. Dalam penelitian ini juga mewawancarai guru mata pelajaran
matematika kelas IX yaitu dilaksanakan pada hari senin tanggal 13 Juli 2009
dimaksudkan untuk mengetahui nilai KKM yang ditetapkan dari sekolah dan
tingkat pemahaman konsep matematika siswa.
Adapun hasil pengamatan dari penelitian pendahuluan yang
diantaranya adalah :
a) Sebagian siswa masih bingung menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh
bangun ruang sisi lengkung (BRSL).
b) Siswa belum dapat menyebutkan contoh bangun ruang sisi lengkung
(BRSL) dalam kehidupan sehari-hari.
c) Siswa belum dapat menggambar bentuk berbagai macam jaring-jaring
bangun ruang sisi lengkung dengan sempurna.
d) Banyak siswa yang belum dapat menanggapi pertanyaan dari guru tentang
materi yang telah dibahas. Mereka belum paham tentang materi yang telah
dibahas sebelumnya, sehingga guru kembali menjelaskannya.
e) Masih banyak siswa belum mengerti tentang materi bangun ruang sisi
lengkung yang diberikan sehingga siswa merasa kesulitan ketika
menjawab soal latihan dari guru.
f) Pemahaman konsep matematika siswa rata-rata rendah karena kurangnya
minat siswa terhadap pelajaran matematika serta teknik mengajar guru
yang masih kurang bervariasi sehingga masih banyak siswa yang tidak
memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran.
39
40
g) Banyak siswa yang mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, menjelang
akhir waktu pemberian tugas, mereka sibuk bertanya dan mencontek,
sehingga mereka lambat dalam mengumpulkan tugas.
h) Kurangnya pemahaman konsep dan semangat belajar siswa tentang materi
bangun ruang sisi lengkung disebabkan proses pembelajaran selama ini
tidak bermakna bagi siswa.
Berdasarkan penelitian pendahuluan tersebut, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih tergolong
rendah. Hal ini juga terlihat dari nilai ulangan siswa yang belum mencapai
nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 60. Maka dari itu peneliti
melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
Penggunaan belajar bermakna (Meaningful Learning) ini dilakukan
pada tanggal 13 Juli 2009. Diharapkan dengan pendekatan belajar bermakna
ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dan mencapai
nilai KKM yang diharapkan. Dengan tahapan-tahapan tindakan pembelajaran
dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain terdiri dari tiga siklus yaitu :
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang
sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan
pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada
tindakan pembelajaran selanjutnya. Adapun tahapan tindakan
pembelajaran siklus I adalah :
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus I ini
adalah peneliti menyiapkan kelas penelitian dengan mendiskusikan
kepada guru kolaborator, mempersiapkan rencana pembelajaran, LKS
(Lembar Kerja Siswa) yang dibuat oleh peneliti dengan sistem
pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) sebagai panduan
atau modul siswa yang terdiri dari pembahasan dan soal-soal latihan
41
sebagai evaluasi dalam pembelajaran dari siklus I, menyiapkan VCD
pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, lembar kerja siswa
(LKS), dan alat dokumentasi.
Siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan dengan materi diantaranya
mengidentifikasi sifat-sifat dari tabung, kerucut dan bola, menggambar
dan membuat jaring-jaring dari setiap BRSL, serta menentukan luas
selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dan
didalamnya termasuk untuk mengerjakan tes akhir siklus I. Lembar
kerja siswa (LKS) dan tes akhir siklus dibuat untuk mengetahui
perkembangan hasil pemahaman konsep matematika siswa. Lembar
observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas siswa pada
setiap pertemuan untuk melihat tingkat pemahaman konsep
matematika siswa ketika pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna
(Meaningful Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa. Target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu
pemahaman konsep dasar siswa dapat lebih baik dibandingkan hasil
proses belajar sebelum menggunakan proses belajar dengan
pendekatan belajar bermakna, serta dapat menyelesaikan soal-soal
yang diberikan dengan secara sistematis tidak dengan cara menghafal
rumus. Metode yang digunakan dalam pemberian materi adalah
pengatur awal (advance organizer), diferensiasi progresif, belajar
superordinat, integrative reconciliation, dan consolidation. Sehingga
dapat mengaitkan konsep yang dimiliki pada kognitif siswa
sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan selanjutnya.
b. Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam lima
pertemuan dengan alokasi waktu (2 x 40 menit) tiap pertemuannya.
42
Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan menjadi lima
pertemuan seperti terlampir yaitu pada :
1) Pertemuan pertama/ Senin, 13 Juli 2009
Kegiatan belajar matematika di kelas IX B dilaksanakan pada
hari senin, 13 juli 2009 sebagai pertemuan pertama pembelajaran
dengan pendekatan belajar bermakna. Pertemuan pertama
berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai
dari pukul 10.00 s/d pukul 11.20. Pokok bahasan yang dibahas
adalah mengidentifikasi sifat-sifat dari tabung, kerucut, dan bola.
Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan memberi salam
dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan pertama ini
terdapat satu orang yang tidak hadir dikarenakan tidak ada
keterangannya (alpha). Guru mata pelajaran matematika hadir
sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa satu per satu dan
melakukan penilaian pada peneliti ketika proses pembelajaran
berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran
pada pertemuan selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai aturan dari
pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning), dan kegiatan
mengajar dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada siswa
tentang bangun-bangun yang termasuk bangun ruang lalu
dilanjutkan dengan pertanyaan bangun-bangun apa saja yang
termasuk bangun ruang sisi lengkung. Kegiatan belajar mengajar
dilanjutkan dengan mengerjakan soal latihan dengan menjawab
LKS 1 yang telah dibuat oleh peneliti, kemudian semua siswa
diberikan kesempatan untuk mengerjakan didepan kelas, bagi
siswa yang menjawab benar diberikan poin 5. Latihan soal ini
dilakukan peneliti ingin mengetahui pemahaman konsep yang
telah dimiliki siswa. Setelah siswa mengerjakan LKS 1, kemudian
43
dilanjutkan mengerjakan LKS 2 dimana siswa mengidentifikasi
sifat-sifat dari tabung, kerucut, dan bola yang telah dipelajarinya
pada pelajaran sebelumnya.
Pada pertemuan pertama ini, waktu yang dialokasikan
hanya cukup untuk tanya jawab dan menyampaikan aturan main
dari belajar bermakna (Meaningful Learning) tentang materi
konsep bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola).
Proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini belum berjalan
secara maksimal karena siswa masih bersifat pasif dan hanya
mengingat materi terdahulu yang pernah dipelajari sebelumnya,
namun beberapa siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai
penutup guru mengingatkan mengulang pelajaran hari ini karena
dilanjutkan untuk pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan kedua/ Kamis, 16 Juli 2009
Pada hari Kamis, tanggal 16 Juli 2009 sebagai pertemuan
kedua pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna.
Pertemuan kedua berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam
pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d pukul 08.20. Pokok
bahasan yang dibahas adalah membuat jaring-jaring tabung,
kerucut, dan bola yang belum tuntas pada pertemuan pertama.
Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan memberi salam
dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan kedua ini ada 2
siswa yang tidak masuk semua, dimana satu siswa dikarenakan
sakit sedangkan yang satunya lagi tidak ada keterangan (alpha).
Guru mata pelajaran matematika hadir sebagai observer untuk
mengamati aktivitas siswa satu per satu dan melakukan penilaian
pada peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian
dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan
selanjutnya.
44
Pada pertemuan kedua ini, waktu yang dialokasikan hanya
cukup menyimak VCD pembelajaran agar dimaksudkan
pemahaman konsep matematika bisa terarah selain penjelasan dari
peneliti sebelumnya, setelah siswa menyimak VCD Pembelajaran
maka dilaksanakan pembagian kelompok belajar. Alokasi
Menyimak VCD hanya 45 menit. Setelah siswa menyimak VCD
pembelajaran, kemudian guru mengkondisikan siswa menjadi 6
kelompok dari 28 siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 5
orang siswa dan ada dua kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa.
Dalam Pembagian kelompok tersebut dikelompokkan secara
bervariasi (acak) dari tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda.
Ketika pembagian kelompok berlangsung, beberapa anak menolak
untuk dikelompokkan tapi untungnya hanya segelintir anak saja,
dan hal itu dapat di atasi dengan segera. Daftar kelompok belajar
siswa dalam pembelajaran ini dapat di lihat pada lampiran 5.
Setelah siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan
dan mengerti aturan main dari pendekatan belajar (Meaningful
Learning), guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi
mengenai bangun ruang yang sudah dipelajari sebelumnya di kelas
VIII dan kemudian menggali pengetahuan awal siswa untuk
menunjang materi yang akan disampaikan. Selanjutnya, guru
menjelaskan garis besar materi membuat gambar jaring-jaring
bangun ruang yang sudah dipelajari dari kelas sebelumnya
kemudian peneliti membuat jaring-jaring bangun ruang sisi
lengkung seperti tabung, kerucut, dan bola sambil memberikan
contoh-contoh soal. Dan guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti setelah
selesai menjelaskan. Ketika guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengemukakan pendapat, hampir semua siswa
menjawab “Tidak ada pertanyaan Pa, semua paham...” dan
sebagian lagi hanya diam. Disini membuat peneliti berpikir apakah
45
yang diam saja sudah paham atau belum? Proses pembelajaran
pada pertemuan kedua ini belum berjalan secara tidak maksimal
karena siswa masih bersifat pasif dan hanya mengingat materi
terdahulu yang pernah dipelajari sebelumnya, namun beberapa
siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai penutup guru
mengingatkan mengulang pelajaran hari ini karena dilanjutkan
untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pertemuan Ketiga/ Senin, 20 Juli 2009
Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, pertemuan
ketiga pun berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang
dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20 WIB dengan melanjutkan
proses pembelajaran sebelumnya. Awal kegiatan seperti biasanya
adalah membuka pembelajaran dengan memberi salam dan
memeriksa absensi/kehadiran siswa, terdapat 2 siswa yang tidak
hadir karena sakit.
Selanjutnya, pertemuan ketiga ini para siswa sudah
langsung duduk berkumpul dengan kelompok belajarnya yang
sudah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Berhubung guru
sudah menjelaskan garis besar dipertemuan sebelumnya yaitu
membuat jaring-jaring tabung, kerucut, dan bola dengan bantuan
media pembelajaran VCD. Maka guru langsung membagikan
lembar kerja kelompok (LKK) 3 pada masing-masing kelompok
belajar. Dimana pada LKK ini siswa membuat jaring-jaring bangun
ruang sisi lengkung dengan ukuran yang telah ditentukan oleh
peneliti.
Setelah membagikan LKK, guru memberikan pengarahan
mengenai langkah-langkah dalam membuat jaring-jaring
menggunakan karton dengan ukuran yang berbeda-beda pada tiap
kelompoknya dimaksudkan agar setiap kelompok memiliki
gambaran tentang bagaimana menemukan luas permukaan pada
bangun tabung dan kerucut tersebut. Setelah mereka paham,
46
mereka langsung berdiskusi dengan masing-masing kelompok
belajarnya untuk menyelesaikan pekerjaan kelompoknya yang
terdapat pada LKK tersebut. Guru berkeliling untuk memantau
aktivitas siswa dari satu kelompok ke kelompok lain. Guru melihat
masih banyak kelompok yang mengalami kesulitan, karena mereka
belum terlalu terbiasa melukis jaring-jaring bangun ruang dengan
langsung praktek sendiri terutama banyak yang kesulitan pada
membuat jaring-jaring selimut kerucut.
Selanjutnya guru memberi sedikit arahan kepada mereka,
dan setelah mereka paham mereka melanjutkan kembali untuk
mengerjakan LKK tersebut. Masih saja ada siswa yang tidak bisa
diam untuk mengganggu temannya dikelompok lain yang sedang
serius mengerjakan LKK. Dan guru pun langsung
mengendalikannya, tapi masih saja melakukan hal itu. Guru
matematika kelas ini langsung turun tangan untuk
mengendalikannya. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal
LKK adalah 30 menit, namun belum semua kelompok
menyelesaikan tugasnya. Sehingga setiap kelompok melanjutkan
hasil kelompoknya dikerjakan dirumah. Bagi siswa yang tidak
mengerjakan pekerjaan dikelompoknya maka siswa tersebut tidak
dimasukkan kedalam daftar kelompok.
Sebelum menutup pertemuan ini, guru memberikan
penilaian terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan
menyimpulkan dari apa yang telah dilaksanakan. Sebagai penutup,
guru meminta siswa untuk mengulang kembali materi tadi dirumah
selain melanjutkan pekerjaan kelompok yang belum selesai.
4) Pertemuan keempat/ Kamis, 23 Juli 2009
Pertemuan keempat sama halnya dengan pertemuan
sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)
yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan
47
memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ada satu
siswa yang tidak hadir pada pertemuan keempat ini semuanya
dikarenakan masih sakit.
Tanpa disuruh oleh guru, siswa pun sudah berkumpul
dalam kelompok belajarnya masing-masing. Kemudian guru
menjelaskan aturan yang akan presentasi hasil pekerjaan dari tiap
kelompok, alokasi waktu yang diberikan pada setiap kelompok
untuk presentasi adalah 10 menit. Setelah semuanya paham,
selanjutnya guru memanggil kelompok I untuk mempresentasikan
hasilnya namun kelompok pertama pekerjaannya belum selesai
maka dilanjutkan pada kelompok selanjutnya yang siap tampil
dihadapan kelompok lainnya. Dan salah satu siswa yang mewakili
kelompok tersebut langsung menjelaskan cara membuat jaring-
jaring bangun ruang sisi lengkung dengan terlebih dahulu
menentukan ukuran-ukurannya seperti luas-luas bangun datar,
sedangkan kelompok yang lain menanggapinya.
Aktivitas siswa pada pertemuan keempat ini tidak banyak
mengalami perubahan, masih saja ada beberapa siswa yang tidak
mendengarkan hasil diskusi dari kelompok lain, mereka hanya
mengobrol dan mengganggu siswa lainnya. Guru sering menegur
siswa-siswa tersebut, tapi tidak bertahan lama. Kemudian guru
mengambil tindakan lainnya yaitu jika masih ada yang
mengganggu proses pembelajaran ini, maka guru tidak segan-segan
untuk mengeluarkan mereka dari ruang kelas. Sejak itu beberapa
siswa menjadi diam dan mulai mau menanggapi kelompok lain
yang sedang presentasi, tapi masih saja ada yang tidak
menghiraukan.
Dari hasil presentasi dari tiap kelompok diharapkan siswa
dapat menemukan rumus untuk menentukan luas permukaan dan
luas selimut dari tabung, kerucut, dan bola. Dengan proses
pembelajaran ini siswa lebih mudah dan terarah dalam memahami
48
konsep bangun ruang sisi lengkung karena sudah mulai terbiasa
dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna. Rata-rata
siswa sudah mulai aktif untuk bertanya, tapi masih ada juga yang
masih kurang aktif alias pasif. Kelemahannya adalah mereka masih
kebingungan dalam menentukan awal menemukan luas permukaan
bangun ruang sisi lengkung karena tidak mendengarkan hasil dari
diskusi temannya. Kemudian siswa mengerjakan tugas 4 yang telah
dibuat peneliti yang bertujuan untuk melihat perkembangan hasil
proses tindakan ini. Akan tetapi, perolehan nilai siswa mengerjakan
LKK 4 sedikit meningkat dibandingkan pada pertemuan
sebelumnya, rata-rata nilai adalah ≤ 60 yang artinya hampir semua
soal latihan LKK 4 dapat dijawab dengan benar disertai alasan
yang benar pula pada setiap latihan soal pada LKK.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa
secara mandiri maka guru memberikan latihan soal latihan 5 yakni
soal yang dibuat oleh guru sendiri terdiri dari 4 soal. Alokasi untuk
menjawab 4 soal ini, guru memberikan waktu hanya 15 menit.
Kemudian setelah siswa menjawab soal tersebut maka jawaban
dikumpulkan, untuk tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman
konsep pada siswa maka guru dan siswa membahas bersama-sama
soal tersebut sehingga jika jawaban siswa yang merasa salah dapat
paham dimana letak kesalahan pemahaman konsepnya. Setelah itu
guru mengoreksi latihan soal yang telah dijawab dan membagikan
hasilnya kepada siswa kembali.
Selanjutnya, guru bersama siswa membuat rangkuman dari
materi pembelajaran yang telah dibahas. Sebagai penutup, guru
mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran yang
dibahas, dan pelajaran sebelumnya karena pertemuan selanjutnya
akan diadakan tes akhir siklus I.
49
5) Pertemuan kelima/ Senin, 27 Juli 2009
Pada pertemuan terakhir dalam siklus I ini diadakan ujian
tes akhir siklus I. Tes akhir siklus I ini berbentuk essay berjumlah
8 soal yang dikerjakan selama 2 jam pelajaran. Tes uraian yang
terdiri dari 8 soal ini materi diambil dari soal latihan siswa selama
proses pembelajaran siklus I yaitu tentang mengidentifikasi unsur-
unsur dan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang sisi lengkung
(tabung, kerucut, dan bola), menggambar bentuk dan melukis
jaring-jaring bangun tabung, kerucut dan bola, serta menghitung
ukuran dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Tes ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan dan
pemahaman konsep matematika siswa terhadap materi yang telah
diajarkan pada pertemuan dalam siklus 1.
c. Tahap Observasi
Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator
yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi selama
proses pembelajaran. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran dilakukan dengan penilaian langsung melihat dari hasil
kerja siswa (LKS). Pada data tersebut dapat dilihat bahwa dari 8
aktivitas yang diobservasi didapatkan rata-rata pemahaman konsep
siswa pada tingkat kurang. Karena di siklus I ini siswa masih lemah
dapat menghitung ukuran BRSL yang berkaitan dengan mengaitkan
dari ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki BRSL tersebut, kurang
memperhatikan guru, kurang menjawab soal latihan dari guru, dan
masih tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, masih kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran, dan guru pun masih kesulitan dalam
memberikan pemahaman konsep matematika siswa.
Pada pertemuan kelima dilaksanakan ujian tes akhir siklus I.
Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah dibahas
pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada siklus I.
50
Berikut ini hasil rata-rata selama siklus I disajikan dalam tabel 4.2
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus I
No Kelas Interval if Nilai Tengah
( f .i iix ) x
1. 10 – 23 7 16,5 115,5
2. 24 – 37 8 30,5 244
3. 38 – 52 3 45 135
4. 53 – 65 6 59 354
5. 66 – 80 2 73 146
6, 81 – 93 2 97 194
Jumlah 28 321 1188,5
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas didapat hasil rata-rata hasil
selama siklus I adalah 42,45 dengan nilai terendahnya 10 serta nilai
tertingginya 88. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih
dari nilai rata-rata sebanyak 5 orang yaitu 17,86 % dan yang mendapat
nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 23 orang yaitu 82,14 %.
Perolehan nilai tes akhir siklus I ini belum memenuhi indikator
keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa harus mendapat nilai lebih
dari rata-rata nilai tes keseluruhan atau KKM.
Dengan hasil tersebut, maka siklus I telah selesai dan akan
dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, siswa diharapkan mendapatkan
hasil nilai persentase yang lebih meningkat dari siklus I.
d. Tahap Refleksi / Evaluasi
Berdasarkan lembar observasi dan hasil tes akhir siklus I,
diperoleh hasil analisis kegiatan refleksi atau evaluasi. Hasil refleksi
tersebut dirangkum dalam tabel berikut:
51
Tabel 4.2
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I
No Kendala/Kesulitan Perbaikan
1. Kurangnya pemahaman
siswa mengenai teknik
menggambar jaring-jaring
BRSL
Mengulang kembali materi yang
mengenai teknik menggambar
jaring-jaring BRSL pada
pertemuan berikutnya.
2. Kurangnya aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar
dalam berdiskusi kelompok
Aktivitas siswa ditingkatkan
dengan cara memberi motivasi
dan dorongan pada siswa
3. Kurangnya Siswa dapat
menghitung ukuran pada
BRSL.
Guru akan mengarahkan tentang
kaitannya dengan sifat-sifat pada
BRSL dan bangun ruang selain
BRSL.
4. Guru belum dapat
mengkondisikan kelas
dengan baik
Guru bertindak lebih tegas lagi
dalam menghadapi siswa-siswa
yang tidak disiplin
5. Keaktifan siswa dalam
menanggapi pertanyaan
guru masih dirasa kurang
Memberikan suasana kelas
menjadi lebih santai tapi serius
agar siswa tidak takut lagi untuk
mennanggapi pertanyaan dan
memberikan jawaban
6. Beberapa siswa masih
kebingungan dalam
menjawab soal-soal latihan
karena pemahaman tentang
konsep BRSL pada
awalnya kurang dipahami.
Guru memberikan arahan secara
detail mengenai soal-soal yang
dianggap bingung oleh siswa
dengan pendekatan pemahaman
konsep dasar
52
7. Siswa masih kurang tepat
waktu untuk
mengumpulkan tugas.
Guru akan mengkondusifkan
waktu mengerjakan tugas,
sehingga siswa tidak lagi lambat
mengumpulkan tugas
Sedangkan untuk mencapai nilai yang sesuai dengan KKM
yang ditetapkan sekolah hanya 7 siswa orang saja dari 28 siswa yang
tingkat pemahamannya sudah memenuhi KKM. Pada siklus II peneliti
harus memperhatikan siswa dan lebih meningkatkan metode
pembelajaran karena masih banyak kekurangan dalam menerapkan
metode belajar bermakna (Meanigful Learning). Dilihat dari tabel 4.2
bahwa masih banyaknya kekurangan atau kendala pada siklus I ini,
maka untuk pelaksanaan siklus II diharapkan saran dan perbaikan
dapat dilaksanakan secara optimal.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses
pembelajaran harus lebih diarahkan. Siswa diarahkan untuk dapat
menyelesaikannya soal matematika secara optimal. Guru pun lebih
tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan secara
detail, dan memberikan suasana pembelajaran yang santai tapi serius
agar pemahaman konsep matematika siswa.
Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah menemukan
rumus luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi lengkung
(BRSL), menghitung luas selimut dan volume dari bangun ruang sisi
lengkung (BRSL), dan menghitung ukuran unsur-unsur dari BRSL jika
diketahui luas selimut dan volumenya. Pembelajaran dilaksanakan
dengan metode yang digunakan adalah Tanya jawab, Diskusi
kelompok, Eksperimen, Penemuan, Pemberian tugas. Pada siklus II ini
dilaksanakan dengan 5 kali pertemuan. Pertemuan 1, 2, 3, dan 4 untuk
53
materi dan pembahasan soal, kemudian pada pertemuan ke-5 yaitu tes
akhir siklus II dengan pemberian soal sebanyak 7 soal berbentuk essay.
b. Tahap Pelaksanaan
Siklus II ini terdiri dari 5 pertemuan dengan pokok bahasan
menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi
lengkung (BRSL), menghitung luas selimut dan volume dari bangun
ruang sisi lengkung (BRSL), dan menghitung ukuran unsur-unsur dari
BRSL jika diketahui luas selimut dan volumenya. Pada saat materi
diberikan, siswa sudah berada pada kelompoknya masing-masing. Hal
ini memudahkan siswa berinteraksi dengan siswa lainnya. Adapun
uraian proses pembelajaran pada siklus II sebagai berikut :
1) Pertemuan Keenam/ Kamis, 30 Juli 2009
Pertemuan keenam di siklus II berlangsung 2 x 40 Menit (2
jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB.
Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam dan
memeriksa absensi/kehadiran siswa, satu siswa yang tidak hadir
dikarenakan tanpa keterangan (alfha). Kemudian guru pun
mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar semua siswa
berdisiplin dan mudah diatur. Kegiatan selanjutnya adalah guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi siklus II ini
kemudian memberikan penjelasan dan pengarahan materi
mengenai teknik menemukan rumus dengan cara setiap kelompok
membuat jaring-jaring BRSL terlebih dahulu, agar dimaksudkan
adanya pemahaman yang berarti (bermakna) dalam kognitif siswa
dengan mengerjakan lembar kerja kelompok (LKK) 6. Setelah
siswa telah mengerjakan LKK selesai maka setiap kelompok
mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas,
sedangkan kelompok lainnya menyimak.
Setelah masing-masing kelompok telah selesai
mempresantasikan di depan kelas maka peneliti mengarahkan
bagaimana untuk mengaitkan konsep menemukan rumus luas
54
selimut dan luas permukaan dari BRSL yang benar. Pada
pertemuan ini sudah terlihat banyak siswa yang memperhatikan
peneliti ketika menjelaskan materi. Selain itu banyak yang
menanggapi pertanyaan peneliti sehingga kelas menjadi hidup,
tetapi masih ada yang belum memahami dalam menggambar
bentuk BRSL jika ukurannya berubah. Jadi peneliti dengan metode
eksperimen dan penemuan ini mengarahkan siswa untuk
mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada waktu di kelas
sebelumnya. Setelah peneliti memberikan arahan untuk bagaimana
menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan BRSL dengan
diskusi kelompok dan siswa dari masing-masing kelompoknya
tidak ada lagi pertanyaan, maka dilanjutkan siswa mengerjakan
lembar kerja siswa (LKS) 7 untuk melihat perkembangan
pemahaman konsep siswa secara individual. Alokasi untuk
mengerjakan LKS 7 adalah 20 menit.
2) Pertemuan Ketujuh/ Senin, 03 Agustus 2009
Kegiatan berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam
pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20 WIB dengan
memberi salam dan memeriksa absensi siswa. Setelah guru selesai
menjelaskan materi secara detail pada pertemuan sebelumnya.
Selanjutnya guru langsung menggunakan metode tanya
jawab dengan memberikan penjelasan kembali mengenai
menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan yang terdapat
pada BRSL. Setelah mereka paham maka dengan diskusi kelompok
guru melanjutkan dengan membahas tentang menerapkan rumus
BRSL yang mereka temukan dengan menghitung ukuran luas
selimut dan luas permukaan BRSL. Ketika proses pembelajaran
berlangsung masih banyak yang belum paham dalam menghitung
luas selimut dan luas permukaan dari BRSL karena disebabkan
pertentangan kognitif (cognitif dissonance) maka guru
menggunakan penyesuaian integratif dimana dengan menjelaskan
55
secara bertahap dengan tanya jawab, setelah siswa merasa mengerti
bagaimana mengidentifikasi ciri-ciri dari BRSL, guru langsung
dengan consolidation memberikan lebih banyak contoh-contoh
yang relevan dengan BRSL dalam kehidupan sehari-hari yang
sering mereka jumpai.
Pada pertemuan ini consolidation siswa lebih terbantu
karena dapat membantu kognitifnya karena siswa akan memahami
konsep jika diberikan hal-hal yang sering mereka jumpai seperti
antara lain kaleng susu yang sama dengan bentuk tabung. Setelah
mereka memahami materi pada pertemuan ini maka dilanjutkan
dengan membagikan LKS 8 kepada masing-masing siswa.
Penyelesaian LKS 8 ini diberikan waktu sebanyak 10 meni.
Mereka pun langsung menyelesaikan soal demi soal dari
LKS 8 tersebut. Pada awal membaca soal pada LKS tersebut,
beberapa siswa masih kebingungan dalam mengerjakan soal yang
diberikan dan langsung meminta pengarahan dari guru dan
akhirnya merekapun mengerti. Perolehan skor pemahaman konsep
pertama siklus II ini lebih baik dibandingkan perolehan skor
pemahaman konsep di siklus I yang rata-rata siswa memperoleh
skor paling tinggi 5. Begitu pula pada perolehan skor pemahaman
konsep kedua lebih baik dari pemahaman konsep pertama, karena
ada yang memperoleh skor 5 yang artinya dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan benar. Dan mereka menyelesaikan semua
soal di LKS tepat pada waktunya walaupun masih bisa dikatakan
mereka tidak bisa menyelesaikan dengan cepat.
Kegiatan selanjutnya adalah penutup, guru selalu
mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran, serta
mempelajari materi selanjutnya karena berhubungan dengan materi
pada pertemuan ini.
56
3) Pertemuan Kedelapan/ Kamis, 06 Agustus 2009
Pertemuan kedelapan ini berlangsung selama 2 x 45 menit
(2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.25 WIB
dengan melanjutkan proses pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya karena waktunya tidak mencukupi. Kegiatan seperti
biasanya diawali dengan memberi salam dan memeriksa absensi
siswa, hanya ada satu siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit.
Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan
pengarahan materi tentang menentukan luas selimut tabung,
kerucut dan bola tanpa melupakan konsep mencari unsur-unsur
dari bangun ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal
rumus sebagai dasar pembelajaran Meaningful Learning yang
diantaranya menentukan satu unsur-unsur yang terdapat pada suatu
bangun tabung digabungkan dengan unsur-unsur lain yang terdapat
pada bangun tersebut. Dengan ekspositori guru memberikan
beberapa contoh-contohnya secara detail dan jelas, dan
menciptakan suasana belajar menjadi santai tapi serius agar siswa
bebas untuk mengemukakan pendapatnya jika ada cognitif
dissonance. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi
dengan penyesuaian integratif diadakan tanya jawab apabila siswa
ada yang tidak dimengerti dalam materi pada pertemuan ini.
Sebelum ditutup, guru memberikan lembar tugas 9 yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang diperoleh
oleh siswa dalam pertemuan kedelapan disiklus II ini. Dengan
alokasi mengerjakannya yaitu 15 menit.
Sebagai penutup guru dan siswa memberikan kesimpulan
untuk pembelajaran materi ini, dan tidak lupa mengingatkan semua
siswa pula untuk mempelajari kembali karena ada hubungannya
dengan materi pada pertemuan selanjutnya
57
4) Pertemuan kesembilan/ Senin, 10 Agustus 2009
Pertemuan kesembilan di siklus II berlangsung selama 2 x
40 Menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.25
WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam
dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, seluruh siswa pun hadir.
Kemudian guru pun mengkondisikan kelas seperti biasanya siswa
duduk dibangkunya masing-masing dengan tertib dan guru lebih
tegas lagi agar semua siswa berdisiplin.
Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan
pengarahan materi tentang menentukan volume tabung, kerucut,
dan bola tanpa melupakan konsep mencari volume dari bangun
ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal rumus sebagai
dasar pembelajaran Meaningful Learning yang diantaranya
menentukan perubahan volume suatu bangun tabung digabungkan
dengan bangun kerucut atau bangun tabung digabungkan dengan
setengah bola dan seterusnya, menentukan ukuran unsur-unsur
tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luas selimut dan
volumenya beserta contoh-contohnya secara detail dan jelas, dan
menciptakan suasana belajar menjadi santai tapi serius agar siswa
bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian setelah guru
selesai menjelaskan materi diadakan tanya jawab apabila ada yang
tidak dimengerti akibat dari cognitif dissonance. Karena ada waktu
20 menit yang tersisa sebelum waktu pengajaran selesai setelah
tanya jawab, siswa selanjutnya mengerjaan soal-soal LKS 10
maka dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
Sebagai penutup guru dan siswa memberikan kesimpulan
untuk pembelajaran materi ini dan mengingatkan semua siswa pula
untuk mempelajari kembali karena pertemuan selanjutnya akan
diadakan ujian tes akhir siklus.
58
5) Pertemuan Kesepuluh/ Kamis, 13 Agustus 2009
Pertemuan kesepuluh ini dilaksanakan tes akhir siklus II
untuk pokok bahasan menemukan rumus luas selimut dan luas
permukaan bangun ruang sisi lengkung (BRSL), menghitung luas
selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dan
menghitung ukuran unsur-unsur dari BRSL jika diketahui luas
selimut dan volumenya. Soal tes akhir siklus II ini berbentuk
pilihan Essay berjumlah 7 soal yang disesuaikan dengan indikator
pembelajaran yang ingin dicapai untuk pokok bahasan tersebut.
Tes ini dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, agar semua siswa
tidak terburu-buru dalam menyelesaikannya. Tes siklus II ini juga
dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap
materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan hasil belajar antara siklus I dengan siklus II.
Kemudian ada waktu yang tersisa sebanyak 10 menit digunakan
untuk membahas sedikit hasil tes akhir siklus II ini.
c. Tahap Observasi
Tindakan pembelajaran siklus II ini secara umum dapat
dikatakan sudah baik, karena dari pertemuan keenam pembelajaran
sudah berjalan tertib dan lancar, tidak ada siswa yang keluar-keluar
dari kelompok belajarnya dan sudah mulai terlihat keaktifan siswa
dalam mengemukakan pendapatnya. Pemahaman siswa untuk menjadi
yang terbaik diantara siswa lainnya terlihat lebih meningkat
dibandingkan siklus I, dan pada pertemuan keenam kebanyakan siswa
sudah tidak banyak yang mengalami kebingungan karena mungkin
materinya lebih mudah dibandingkan materi sebelumnya. Tapi masih
ada beberapa siswa yang hanya mengandalkan teman-teman lainnya
dalam kelompok belajar untuk menyelesaikan LKS. Pembelajaran pun
masih terasa kurang karena proses pembelajaran dalam penyelesaian
soal terutama dalam menghitung ukuran pada BRSL tersebut.
59
Pada data yang diobservasi dengan melihat hasil penilaian
kerja siswa (LKS) didapatkan ada peningkatan pemahaman konsep
matematika siswa dengan adanya pengaruh proses pembelajaran
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) di
siklus II. Karena di siklus II ini kurang dapat menghitung ukuran
unsur-unsur BRSL yang berkaitan dengan luas selimut dan volumenya
jika diketahui lebih dahulu, kurang memperhatikan guru, kurang
menjawab soal latihan dari guru, dan masih tidak tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas, masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
Pada pertemuan kesembilan dilaksanakan ujian tes akhir siklus
II. Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah dibahas
pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada siklus II
Berikut ini hasil rata-rata selama siklus II disajikan dalam tabel 4.4
sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil rata-rata keseluruhan pada siklus II
No Kelas Interval if Nilai Tengah
( f .i iix ) x
1. 16 – 28 4 22 88 2. 29 – 41 9 35 315 3. 42 – 54 2 48 96 4. 55 – 67 6 61 336 5. 68 – 80 4 74 296
6, 81 – 93 3 87 261
Jumlah 28 327 1422
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas didapat hasil rata-rata hasil
selama siklus I adalah 50,79 dengan nilai terendahnya 16 serta nilai
tertingginya 91. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih
dari nilai rata-rata sebanyak 12 orang yaitu 42,85 % dan yang
mendapat nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 16 orang yaitu
60
57,15 %. Perolehan nilai tes akhir siklus II ini belum memenuhi
indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa harus mendapat
nilai lebih dari rata-rata nilai tes keseluruhan atau KKM. Jadi dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata pada siklus
II mengalami peningkatan dibandingkan nilai rata-rata pada siklus I
dengan selisih yaitu 8,34
Dengan hasil tersebut, maka siklus II telah selesai dan akan
dilanjutkan ke siklus III. Pada siklus III, siswa diharapkan
mendapatkan hasil nilai persentase yang lebih meningkat dari siklus II.
d. Tahap Refleksi / Evaluasi
Berdasarkan hasil lembar observasi, hasil tes keseluruhan
selama siklus II, dan catatan lapangan diperoleh hasil analisis kegiatan
refleksi. Hasil refleksi tersebut dirangkum dalam tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II
No Kendala/Kesulitan Perbaikan
1. Masih kesulitan dalam
menghitung unsur-unsur
BRSL jika luas dan
volumenya diketahui lebih
dahulu.
Dengan ekspositori, Peneliti lebih
mengarahkan siswa untuk bisa
menghitung unsur-unsurnya dengan
menerapkan rumus BRSL yang
telah ditemukan pada pertemuan
sebelumnya.
2. Kurangnya perhatian siswa
ketika guru menjelaskan
materi.
Memberikan suasana kelas menjadi
lebih santai tapi serius agar siswa
tidak jenuh.
3. Beberapa siswa masih
kesulitan dalam menjawab
soal-soal latihan berbentuk
cerita.
Guru memberikan arahan secara
detail mengenai soal-soal yang
dianggap sulit oleh siswa dengan
strategi penjelasan hubungan antara
konsep-konsep dengan eksperimen.
61
4. Masih banyaknya siswa
lambat untuk
mengumpulkan tugas
dengan tidak tepat waktu
Guru akan lebih mengkondusifkan
lagi waktu mengerjakan tugas,
sehingga siswa tidak lagi lambat
mengumpulkan tugas dengan
pendekatan individu.
Dilihat dari masih banyaknya kekurangan atau kendala pada
siklus II ini, maka untuk pelaksanaan siklus III diharapkan saran dan
perbaikan dapat dilaksanakan secara optimal. Terutama dalam
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa sekolah
menengah pertama (SMP).
3. Tindakan Pembelajaran Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus III ini dimulai dengan menyiapkan
rencana pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar dan LKS
(Lembar Kerja Siswa), lembar tes akhir siklus III, dan menyiapkan
lembar observasi, dan keperluan pembelajaran lainnya.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus II maka pada siklus III ini
proses pembelajaran dilaksanakan tidak lagi dengan cara belajar
kelompok tetapi dengan cara pendekatan individual dimana siswa
mengerjakan soal secara mandiri agar tidak mengalami kesulitan
dalam pemahaman konsep matematika. Alokasi waktu dalam
penyelesaian LKS tetap 40 menit seperti siklus II agar siswa dapat
menyelesaikannya secara optimal. Guru pun lebih tegas dalam
mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan secara detail, dan
memberikan suasana pembelajaran yang santai tapi serius serta
memberikan reward kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi
sebagai prestasi siswa dalam pembelajaran matematika agar siswa
lebih baik dalam pemahaman konsepnya dibandingkan dengan
pertemuan sebelumnya.
62
Materi yang akan dibahas pada siklus III ini adalah
mengidentifikasi unsur-unsurnya, menghitung luas permukaan dan
volume serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun
ruang sisi lengkung (BRSL). Target pada siklus III ini siswa dapat
menunjukkan pemahaman konsep yang tinggi dan hasil tes akhir siklus
III hasilnya adalah menunjukkan bahwa 60 % siswa mendapatkan nilai
lebih dari nilai rata-rat tes keseluruhan selama siklus III.
b. Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus III ini terdiri dari 5 pertemuan
dengan pokok bahasan mengidentifikasi unsur-unsurnya, menghitung
luas permukaan dan volume serta memecahkan masalah yang
berkaitan dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Pada siklus III
ini dilaksanakan dalam 4 pertemuan membahas materi sedangkan satu
pertemuan terakhir dilaksanakan tes akhir siklus III.
Dalam tahapan pelaksanaan siklus III ini ada beberapa pertemuan
lanjutan dari pertemuan siklus II antara lain yaitu :
1) Pertemuan Kesebelas/ Senin, 24 Agustus 2009
Karena pada tanggal 15 Agustus 2009 sampai dengan
tanggal 23 Agustus 2009 dalam penelitian ini terganggu dengan
acara perlombaan siswa dan guru untuk merayakan HUT RI dan
tanggal 20 Agustus 2009 para siswa dan guru libur dalam
menyambut bulan suci ramadhan sehingga pertemuan kesepuluh
ini baru dilaksanakan kembali. Pertemuan kesepuluh di siklus II
berlangsung selama 2 x 40 Menit (2 jam pelajaran) yang dimulai
dari pukul 10.00 s/d 11.25 WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya
dengan memberikan salam dan memeriksa absensi/kehadiran
siswa, seluruh siswa pun hadir. Kemudian guru pun
mengkondisikan kelas seperti biasanya siswa duduk dibangkunya
masing-masing dengan tertib dan guru lebih tegas lagi agar semua
siswa berdisiplin. Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan
63
penjelasan dan pengarahan materi tentang menentukan ukuran
unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luas selimut
atau volumenya terlebih dahulu tanpa melupakan konsep formula
bangun ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal rumus
sebagai dasar pembelajaran Meaningful Learning yang diantaranya
menentukan perubahan ukuran unsur-unsur suatu bangun tabung,
kerucut dan bola beserta contoh-contoh secara detail dan jelas,
serta peneliti membimbing untuk menghitung volume tabung
dengan tidak melupakan suasana belajar yang santai tapi serius
agar siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian
setelah guru selesai menjelaskan materi diadakan tanya jawab
apabila ada yang tidak dimengerti. Setelah ada sesi tanya jawab
kegiatan selanjutnya yaitu siswa diperintahkan untuk mengerjakan
soal-soal LKS 11 dan 12, karena ada waktu 10 menit maka LKS
dibahas peneliti dengan siswa. Sebagai penutup, guru selalu
mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran serta
mempelajari pelajaran selanjutnya.
2) Pertemuan kedua belas/ Kamis, 27 Agustus 2009
Pertemuan kedua belas sama halnya dengan pertemuan
sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)
yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB. Kegiatan diawali
seperti biasanya dengan memberikan salam dan memeriksa
absensi/kehadiran siswa, ada satu siswa yang tidak hadir
dikarenakan sakit. Kemudian guru pun mengkondisikan kelas
seperti biasanya siswa duduk dibangkunya masing-masing dengan
tertib dan guru lebih tegas lagi agar semua siswa berdisiplin.
Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan
membimbing untuk dapat menghitung volume kerucut dan bola
tanpa melupakan konsep formula volume dari bangun ruang sisi
lengkung tersebut, dan tanpa menghafal rumus beserta contoh-
64
contoh secara detail dan jelas, dan menciptakan suasana belajar
menjadi santai tapi serius agar siswa bebas untuk mengemukakan
pendapatnya. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi
diadakan tanya jawab apabila ada yang tidak dimengerti. Setelah
ada sesi tanya jawab kegiatan selanjutnya yaitu siswa
diperintahkan untuk mengerjakan soal-soal LKS 13 dan 14, karena
ada waktu 15 menit maka LKS dibahas peneliti dengan siswa.
Sebagai penutup, guru selalu mengingatkan agar siswa mengulang
kembali pelajaran serta mempelajari pelajaran selanjutnya..
3) Pertemuan Ketiga belas/Senin, 31 Agustus 2009
Pertemuan ketiga belas ini berlangsung selama 2 x 40
menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20
WIB dengan melanjutkan proses pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya yaitu membahas pokok bahasan Menghitung
perubahan luas tabung, kerucut, dan bola, jika salah satu unsurnya
berubah. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberi salam
dan memeriksa absensi siswa, ternyata untuk pertemuan ketiga
belas ini siswa hadir secara keseluruhan.
Pembelajaran dilanjutkan dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dari materi ini mengulang kembali dengan
membahas bagaimana meghitung luas selimut dan luas permukaan
dari tabung, kerucut, dan bola lalu guru langsung memberikan
penjelasan dan pengarahan beserta contoh-contohnya. Awalnya
mereka kesulitan Menghitung perubahan luas tabung, kerucut, dan
bola, jika salah satu unsurnya berubah. Setelah diberikan
bimbingan dengan secara jelas oleh peneliti akhirnya mereka
mengerti dengan konsep yang sudah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya. Tetapi ada beberapa siswa saja yang belum paham
yang masih malu untuk bertanya karena malu dikatakan bodoh oleh
teman-temannya.
65
Materi Menghitung perubahan luas tabung, kerucut, dan
bola, jika salah satu unsurnya berubah masih rendah tingkat
pemahaman konsep siswa sehingga dituntut lebih kearah hitung-
hitungan terlebih dahulu. Penjelasan demi penjelasan sering
diulang agar siswa lebih mengerti dan paham. Untuk pertemuan
ini, alokasi waktu yang tersedia hanya cukup untuk memberi
penjelasan dan pengarahan mengenai materi saja. Pengerjaan LKS
15 materi ini dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Sebagai
penutup guru tidak lupa mengingatkan untuk mengulang kembali
materi ini dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya.
4) Pertemuan Keempat belas/ kamis, 03 September 2009
Kegiatan berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam
pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB dengan
memberi salam dan memeriksa absensi siswa. Setelah guru selesai
menjelaskan materi secara detail pada pertemuan sebelumnya, guru
langsung membagikan LKS 15 kepada masing-masing siswa.
Penyelesaian LKS 15 ini tiap siswa diberikan waktu sebanyak 20
menit, setelah itu hasil tugas siswa dibahas bersama-sama ketika
seluruh siswa sudah mengumpulkan tugasnya masing-masing.
Dalam pertemuan ini siswa sudah dapat dengan tepat waktu untuk
mengumpulkan tugas mandirinya.
Untuk proses pembelajaran siklus III ini agak berbeda
dengan sebelumnya, disini guru akan mengarahkan kepada siswa
yang mempunyai daya serap tinggi dan penguasaan materinya
cukup baik sebagai tutor sebaya untuk membantu siswa pada siswa
lain yang masih kesulitan baik dalam mempelajari materi maupun
dalam penyelesaian soal-soal di LKS ini. Hal ini dilakukan untuk
membantu siswa menghilangkan kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikan soal apalagi dengan temannya sendiri dan juga agar
selesai pada waktunya. Setelah membahas LKS 15 tugas yang
tertunda pada pertemuan ketiga belas maka dilanjutkan dengan
66
membahas menghitung perubahan volume tabung, kerucut, dan bola,
jika salah satu unsurnya berubah. Mereka pun langsung
menyelesaikan soal demi soal dari tiap soal yang terdapat pada
LKS 16.
Pada pertemuan ini, peneliti tidak banyak lagi memberikan
penjelasan tentang menghitung perubahan volume tabung, kerucut, dan
bola, jika salah satu unsurnya berubah., karena materi ini sudah
dibahas pada pertemuan sebelumnya sehingga siswa sudah terbiasa
dengan materi ini dan tidak ada lagi yang masih bingung
diperintahkan untuk mengerjakan LKS 16 sebanyak 3 soal dengan
tepat waktu. Peneliti memberikan waktu selama 30 menit untuk
mengerjakan tugas tersebut. Sebelum berakhirnya pertemuan ini,
peneliti menyarankan kepada siswa untuk belajar kembali tentang
materi yang telah diberikan selama siklus III karena pertemuan
berikutnya akan diadakan tes akhir siklus III .
5) Pertemuan kelima belas/ Senin, 07 September 2009
Pada hari senin tanggal 7 September 2009 pukul pukul
10.00 s/d 11.20 WIB merupakan pertemuan terakhir siklus III.
Pada tahap ini peneliti memberikan tes untuk siswa kelas IX
sebanyak 9 soal essay yang mencangkup materi menghitung luas
selimut dan volume tabung, kerucut, dan bola, serta memecahkan
masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola. Alokasi
waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tes tersebut adalah
2 jam pelajaran. Pada pertemuan ini siswa hadir semua. Untuk
melihat suasana pembelajaran saat siswa mengerjakan soal tes
akhir siklus pada lampiran 71.
Pada tes ini peneliti dibantu oleh observer yaitu guru mata
pelajaran matematika untuk mengamati kegiatan penelitian selama
di kelas dan mengamati aktifitas siswa selama menjalani tes ini
maupun proses pembelajaran selama setiap siklus ini berlangsung.
67
c. Tahap Observasi
Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator
yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi selama
proses pembelajaran. Pada data pengamatan dengan dilihat dari
penilaian hasil kerja siswa setiap pertemuan disiklus III dikategorikan
pemahaman konsep matematika siswa meningkat dengan adanya
pengaruh penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful
Learning).
Pada pertemuan kelima belas dilaksanakan ujian tes akhir
siklus III. Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah
dibahas pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada
siklus III. Berikut ini hasil rata-rata keseluruhan selama siklus III
disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Rata-rata keseluruhan pada Siklus III
No Kelas Interval if Nilai Tengah ( ix ) f .i ix
1. 31 – 42 1 36,5 36,5
2. 43 – 54 10 48,5 485
3. 55 – 66 4 60,5 242
4. 67 – 78 5 72,5 362,5
5. 79 – 90 5 84,5 422,5
6, 91 – 102 3 96,5 289,5
Jumlah 28 399 1838
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas didapat hasil rata-rata hasil
selama siklus III adalah 65,64 dengan nilai terendahnya 31 serta nilai
tertingginya 99. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih
dari nilai rata-rata sebanyak 17 orang yaitu 60,71% dan yang mendapat
68
nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 11 orang yaitu 39,29%. Hasil
Rata-rata keseluruhan tes siswa selama siklus III mengalami
peningkatan dibandingkan pada siklus II yaitu dari 50,79 menjadi
65,64 dan peningkatannya sebesar 14,85 dimana sebanyak 17 siswa
sudah mendapatkan nilai di atas rata-rata sehingga indikator
keberhasilan yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes
siswa sudah tercapai ≥ 60,00.
Dari semua data tersebut pada siklus III ini, bisa dikatakan
bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dan
indikator keberhasilan pun sudah tercapai dengan rata-rata kelas ≥
60,00 maka ini dihentikan di siklus III sesuai dengan target yang
direncanakan.
d. Tahap Refleksi / Evaluasi
Pada tahap refleksi siklus III ini siswa sudah mengalami
peningkatan pemahaman konsep matematika yang otimal karena sudah
memenuhi standar KKM sekolah yaitu dengan nilai 60. Berdasarkan
pengamatan selama siklus III berlangsung bahwa pelaksanaan proses
pembelajaran dengan pendekatan yang digunakan oleh guru pada
setiap tindakan pembelajaran pendekatan belajar bermakna
(Meaningful Learning) telah berhasil meningkatkan pemahaman
konsep matematika siswa, hal ini memudahkan siswa untuk memahami
materi. Walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan,
tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan pembelajaran
selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir
pembelajaran.
Dan data Hasil belajar melalui tes akhir siklus III dan nilai
tugas sudah menunjukkan hasil yang baik. Rata-rata nilai keseluruhan
tes siswa selama siklus III mengalami peningkatan dari 50,79 menjadi
65,64 dan peningkatannya sebesar 14,85 dimana sebanyak 17 siswa
sudah mendapatkan nilai di atas rata-rata sehingga indikator
keberhasilan yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes
69
siswa sudah tercapai ≥ 60,00. Dari semua data tersebut pada siklus III
ini, bisa dikatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep
matematika siswa dan indikator keberhasilan pun sudah tercapai
dengan rata-rata kelas ≥ 60,00 maka proses pembelajaran ini
dihentikan di siklus III sesuai dengan target yang direncanakan.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya lembar
kerja siswa (LKS) dan tes akhir tiap siklus untuk mengetahui pemahaman
konsep matematika siswa. Selain data tes tiap akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan pemahaman konsep matematika siswa maka ada data pendukung
dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan catatan lapangan untuk
mengetahui aktivitas siswa setiap pertemuan pada siklus I, II dan III. Untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat
keterpercayaan yang tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi
memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama
observasi dari narasumber, memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya
atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan memastikan
kebenaran data. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data
yang absah dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap
aktivitas siswa apakah menunjukkan peningkatan pemahaman konsep
matematika siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna
(Meaningful Learning) dalam pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menggali
data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Diskusi
dengan guru kolaborator tentang hasil observasi yang diperoleh, dibaca
berulang-ulang dan melakukan reduksi data yaitu menghilangkan data yang
tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data atau
informasi yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Dan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi yang diberikan dilakukan dengan memeriksa hasil tes akhir
siklus siswa yang diberikan pada tiap siklus. Soal akhir siklus dibuat
70
disesuaikan dengan kurikulum sekolah mengenai kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran yang ingin dicapai. Soal tersebut juga tak lupa
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan guru pelajaran matematika kelas IX B
SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang pada penelitian ini sebagai
kolaborator (mitra peneliti). Tes akhir siklus digunakan untuk melengkapi data
pengamatan peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran
matematika
C. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada
dari berbagai sumber baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut :
1. Data hasil tes akhir siklus
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran matematika, maka perlu juga dilakukan analisis daya serap
siswa terutama pada pemahaman konsep siswa terhadap materi yang telah
dipelajari dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna. Data yang
dianalisis berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil lembar kegiatan
siswa (LKS) dan tes akhir siklus tindakan pembelajaran atau tes setelah
keseluruhan tindakan pembelajaran selesai. Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
belajar bermakna, karena seseorang yang sudah memiliki pemahaman
yang tinggi ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar
siswa pada tindakan ini diperoleh dari siklus I, II , dan III terlihat
mengalami peningkatan yang cukup baik tiap siklusnya.
Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 42,45. Siswa yang telah mencapai
nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah hanya 5 siswa dari
28 siswa atau ada 17,86 %, yang berarti masih belum terlihat mengalami
peningkatan pemahaman konsep. Dan pada siklus II nilai rata-rata siswa
yaitu 50,79. Siswa yang telah mencapai nilai sesuai dengan KKM yang
ditetapkan oleh sekolah hanya 12 siswa dari 28 siswa atau ada 42,85 %,
yang berarti mengalami peningkatan pemahaman konsep dibandingkan
71
pada siklus I dengan selisih yaitu 8,34. Kemudian pada siklus III nilai rata-
rata siswa yaitu 65,64. Jumlah siswa yang sudah memenuhi nilai KKM
pada siklus III ini adalah 17 siswa dari 28 siswa atau sudah mencapai
60,71 % dari jumlah seluruh siswa. Berikut adalah tabel Rekapitulasi nilai
rata-rata siswa selama siklus I, II, dan III.
Table 4.6
Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Pada Siklus I, II, dan III
Siklus I
Nilai siswa lebih dari rata-rata
Jumlah Persentasi
5 17,86 %
Siklus II
Nilai siswa lebih dari rata-rata
Jumlah Persentasi
12 42,85 %
Siklus III
Nilai siswa lebih dari rata-rata
Jumlah Persentasi
17 60,71 %
Dari table 4.6 terlihat jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari
rata-rata nilai tes keseluruhan meningkat dari mulai siklus I, II, dan III.
Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih
dari rata-rata nilai tes keseluruhan sudah tercapai pada siklus III. Sehingga
penelitian ini berhenti pada siklus III dimana jumlah siswa yang mendapat
nilai lebih dari rata-rata sebanyak 17 siswa yaitu 60,71 %. Dan grafik
untuk nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III dapat dilihat pada lampiran
58.
72
2. Lembar Observasi
Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, penulis didampingi
oleh observer. Observer tersebut adalah guru mata pelajaran matematika
yang diberikan lembar observasi berfungsi sebagai alat pengamatan untuk
mengetahui dan mengukur aktivitas siswa dan peneliti sebagai guru yang
memberikan perlakuan. Lembar observasi juga digunakan untuk
menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan pada tindakan pembelajaran siklus I dan
II tingkat pemahaman konsep matematika siswa masih dikategorikan pada
pemahaman konsep siswa tingkat sedang dilihat dari hasil kerja siswa dari
setiap pertemuannya. Karena di siklus I dan II ini kurang dapat
menghitung ukuran BRSL yang berkaitan dengan mengaitkan dari konsep
formula yang dimiliki BRSL tersebut, kurang memperhatikan guru, kurang
menjawab soal latihan dari guru, dan masih tidak tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas, masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, dan
guru pun masih kesulitan dalam memberikan pemahaman konsep
matematika siswa.
Untuk siklus III rata-rata skor pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran matematika sudah mencapai kategori pemahaman konsep
tingkat tinggi. Siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik,
hampir semua siswa senang mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning), hampir
semua siswa pun sudah dapat menunjukkan keberanian dalam
mengemukakan pendapat baik dalam bertanya maupun mengemukakan
solusi, walaupun masih ada siswa yang masih pasif tapi hal tersebut dapat
tertutupi oleh banyaknya siswa yang aktif. Bukan hanya itu saja, lebih dari
60 % siswa sudah mulai ada peningkatan pemahaman konsep dalam
pembelajaran matematika.
3. Hasil Wawancara
Hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika
diperoleh informasi bahwa penggunaan proses belajar bermakna
73
(meaningful learning) memberikan semangat dalam belajar matematika,
karena siswa mulai memahami konsep dalam pembelajaran matematika
dan sudah dapat menemukan cara penyelesaian dalam menyelesaikan
suatu masalah matematis dengan cara tidak menghafal rumus. Siswa yang
kemampuan matematika masih rendah, dengan menggunakan pendekan
belajar bermakna ini memberikan pengaruh besar terhadap pola belajar
siswa tersebut. Namun dengan pendekatan belajar bermakna ini dalam
pembelajaran matematika tidak dapat tercapai pemahaman konsep yang
meningkat jika kognitif siswa tidak dikaitkan dengan materi selanjutnya.
Berdasarkan hasil data pemahaman konsep siswa dan wawancara
didapatkan pula bahwa pendekatan belajar bermakna (meaningful
learning) ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan hasil
belajar siswa yang kemampuan matematikanya tingkat rendah dan sedang.
Untuk siswa yang sudah memilki prestasi belajar matematika yang baik,
pendekatan belajar bermakna ini dapat menambah kecepatan siswa
tersebut dalam memahami materi yang diberikan. Penggunaan pendekatan
ini dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kognitif siswa,
sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
D. Interpretasi Hasil Analisis
Pada tindakan siklus I menunjukkan siswa mulai ada ketertarikan
walaupun pemahaman konsep matematika pada siswa menggunakan
pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) masih rendah. Dengan
adanya semangat dan keaktifan siswa bertanya dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)
dapat menginformasikan bahwa pendekatan belajar bermakna ini dapat
menciptakan sikap positif siswa terhadap matematika. Adanya hasil belajar
yang tinggi merupakan salah satu ciri siswa yang memiliki pemahaman
konsep yang baik.
Berdasarkan hasil belajar siswa yang dijadikan indikator keberhasilan
dalam penelitian ini karena seseorang yang memiliki pemahaman yang tinggi
74
ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar pada tindakan ini
diperoleh dari siklus I, II, dan III terlihat ada peningkatan yang cukup baik
pada setiap siklusnya. Pada penelitian tindakan siklus I diperoleh data nilai
rata-rata keseluruhan yaitu 42,45, dan tindakan di siklus II diperoleh data nilai
rata-rata keseluruhan sebesar 50,79. Sedangkan tindakan di siklus III diperoleh
data nilai rata-rata keseluruhan sebesar 65,64 Ini artinya terjadi peningkatan
pemahaman konsep matematika siswa sebesar 14,85. Adanya peningkatan
pemahaman konsep matematika siswa setelah siswa diberikan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)
dalam belajar matematika. Tapi pada proses belajarnya tidak luput dari
bantuan tutor sebaya dalam membantu siswa yang masih kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan terutama dalam menerapkan konsep
formula BRSL dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, berdasarkan data yang
diberikan pada siswa terlihat bahwa penggunaan pendekatan belajar bermakna
(Meaningful Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika
siswa.
Berdasarkan hasil observasi tentang aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dari siklus I, II, dan III Pembelajaran di siklus I masih banyak
terdapat hambatan-hambatan, sebagian siswa tidak setuju untuk
dikelompokkan mereka ingin seperti pembelajaran biasanya. Tapi hal ini bisa
diatasi dengan bujukan dari guru mata pelajaran matematika yang menasehati
mereka. Proses pembelajaran pun akhirnya berlangsung dengan lancar.
Kegiatan pembelajaran ini melatih para siswa agar dapat menemukan rumus
bangun ruang sisi lengkung sendiri dengan mengetahui jaring-jaringnya,
melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat baik dalam
bertanya maupun memberikan solusi, dan melatih siswa agar dapat
bertanggung jawab pada masalah matematis yang diberikan. Sedangkan pada
siklus II dan III dari tiap pertemuannya mulai ada peningkatan pemahaman
konsep matematika siswa yang cukup signifikan dari hasil kerja siswa yang
berbentuk LKS.
75
Siswa yang mempunyai pemahaman rendah dengan adanya
pembelajaran seperti ini memberikan pengaruh yang besar. Dan juga bagi
siswa yang prestasinya sedang, bisa menandingi siswa yang prestasinya tinggi.
Sedangkan siswa yang mempunyai prestasi tinggi walaupun menganggap
pendekatan ini seperti biasanya tapi dapat meningkatkan pemahamannya
menjadi jauh lebih baik lagi. Selama proses pembelajaran berlangsung, terjadi
peningkatan hasil belajar siswa terutama bagi siswa yang mempunyai prestasi
belajar masih sangat kurang. Semua siswa senang belajar dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) ini karena
dari awal mereka tidak suka dengan pelajaran matematika tapi akhirnya
mereka pun bisa menyukai pelajaran matematika dengan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi, dan
hasil tes akhir siklus terlihat bahwa pemebelajaran dengan menggunakan
pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
salah satu strategi pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah menggunakan model
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa selain metode ceramah yang
monoton.
E. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam
proses belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)
dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi
lengkung kepada siswa dapat memberikan pengalaman baru dalam belajar
matematika. Proses pembelajaran yang mengelompokkan siswa membuat
pembelajaran menjadi lain dari sebelumnya. Pembelajaran seperti ini
menekankan siswa agar dapat mengidentifikasi unsur-unsur BRSL,
menghitung luas selimut dan Luas permukaan BRSL, menghitung volume dari
BRSL, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan BRSL, dengan
76
suasana yang menyenangkan dapat melatih keberanian siswa dalam
menanggapi pertanyaan guru sehingga dapat menumbuhkan semangat
belajar matematika siswa dan mendorong siswa siswa untuk lebih siap
serta aktif dalam belajar. Karena siswa yang sudah memahami suatu
konsep maka akan berpengaruh dengan tingkat hasil belajar siswa tersebut.
2. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam
proses belajar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Hasil belajar dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini
karena seseorang yang sudah memiliki pemahaman yang tinggi ditandai
dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar siswa matematika yang
diperoleh dari siklus I, II, dan III terlihat mengalami peningkatan yang
cukup baik.
Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari hasil rata-rata
keseluruhan selama siklus I, II dan III yang nilai rata-ratanya terus
meningkat. Indikator keberhasilan tercapai pada siklus III dimana 65,64 ini
berarti 60,71% siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes keseluruhan
tindakan pembelajaran. Grafik nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III dapat
dilihat pada lampiran 58.
3. Keterbatasan fasilitas dalam proses pembelajaran matematika yang
menjadi penghambat pembelajaran.
Fasilitas yang belum memadai menjadikan proses pembelajaran
matematika menjadi terhambat. Akan tetapi, pada pokok bahasan bangun ruang
sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola) ini hanya memerlukan VCD
Pembelajaran agar terarah dalam membuat sebuah jaring-jaring bangun tersebut,
mistar papan tulis yang diperlukan dalam melukis jaring-jaring agar terlihat jelas
telah tersedia. Karena pelajaran dengan pendekatan belajar ini banyak
menggunakan media pembelajaran namun di sekolah ini hanya memiliki media
televisi dan mistar saja dan media lainnya masih terbatas. Jadi, selain fasilitas
yang ada di sekolah ini maka sangat diperlukan juga fasilitas media yang lebih
lengkap lagi untuk pembelajaran matematika.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis buat dan hasil pengolahan data
observasi proses belajar mengajar, wawancara, catatan lapangan dan hasil tes
setiap siklus sebagai interprestasi data atau konsep dalam penyusunan skripsi
ini seperti yang terdapat dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam
pembelajaran pada bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas IX SMP
Waskita Madya Kota Tangerang.
2. Pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung
(BRSL) dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful
Learning) meningkat Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil belajar
matematika siswa pada setiap siklusnya. Hasil belajar matematika siswa
dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini, karena siswa yang
sudah memiliki pemahaman yang tinggi ditandai dengan hasil belajar
matematika siswa yang tinggi pula. Indikator keberhasilan tercapai pada
siklus III yaitu 65,64 ini berarti 60,71 % siswa mendapat nilai lebih dari
rata-rata tes keseluruhan tindakan pembelajaran.
B. Saran
Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)
dalam proses belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika
siswa di SMP Waskita Madya Kota Tangerang ini sangat penting. Oleh karena
itu Penulis juga memberikan saran agar metode penggunaan pendekatan
belajar bermakna (Meaningful Learning), maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain yaitu :
77
78
1. Peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang tinggi
dibandingkan dengan pemahaman konsep matematika siswa pada saat
sebelum dilakukan penelitian ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan
kembali.
2. Dan untuk siswa yang berprestasi dalam belajar, maka penggunaan
pendekatan belajar bermakna ini tidak berpengaruh terlalu besar terhadap
pemahaman konsepnya, namun dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan akan membantu siswa ketika adanya pertentangan kognitif
(cognitif dissonance) dibandingkan menggunakan proses pembelajaran
hafalan.
3. Fasilitas yang belum memadai menjadikan proses pembelajaran
matematika menjadi terhambat. Oleh karena itu disarankan kepada pihak
sekolah memperhatikan dan meningkatkan fasilitas yang diperlukan dan
merupakan sarana dan prasarana yang lengkap dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa terutama pelajaran matematika.
4. Pendekatan persuasif antar pihak sekolah dan keluarga sangat diperlukan
tentunya kontrol yang benar dan baik kepada anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka
Cipta, 2003.
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta, 2006.
Arikunto Suharsimi, et.al. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Dahar Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga, 1996.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002.
Fahrurozi Aziz, et.al. Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta : UIN Jakarta, 2007.
Haryani Wiwik, et.al. Penggunaan Peta Konsep Sebagai Media Pembelajaran Dalam
Pencapaian Belajar Bermakna (Meaningful Learning), Samarinda :
Universitas Mulawarman, 2000.
Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007.
Hudoyo Herman. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di
Depan Kelas, Surabaya : Usaha Nasional, 1979.
http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Peta Konsep Segitiga pada Siswa SMA, 16
Januari 2009.
79
80
http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Model Pembelajaran Berprograma Tipe
Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK, 03 Maret 2009.
Ismail et.al. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta : Universitas Terbuka,
2000.
J. Marsell dan S. Nasution. Mengajar Dengan Sukses, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Loedji Willa Adrian Soekotjo. Kompetensi Matematika SMP Billingual Kelas VIII,
Bandung : Yrama Widya, 2004.
Mulyati. Psikologi Belajar, Surakarta : Andi Yogyakarta, 2005.
Mulyasa E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karekteristik, dan
Implementasi), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.
Purwanto Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung :
Ramaja Rosdakarya, 2004.
Setijadi, Pengelolaan Belajar, Jakarta : Rajawali Pers, 1991.
Shamsudin Baharin. Kamus Matematika Bergambar, Jakarta : Grasindo, 2002.
Sinambela Ida Tampubolon. Tes Esai Pemetaan Konsep Sebagai Alat Ukur Dalam
Belajar Bermakna, Jakarta : Pasca Sarjana IKIP, 1994.
Suherman Erman, et.al. Stategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung :
UPI, 2003.
81
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,
2003.
Syaodih S. Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2001.
Uzer Usman, Muhammad. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.
Undang-Undang RI Nomor 20 BAB I Tahun 2003. Tentang Sisdiknas, Jakarta : Sinar
Grafika, 2006.
Wari suwariyah, Nana Sudjana. Model-Model Mengajar CBSA, Bandung : Sinar
Baru, 1991.