BAB I
PERSALINAN NORMAL
1. PERSALINAN / PARTUS
1.1. Definisi
Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus
melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
Partus normal / partus biasa
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa
memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi
(kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi /
ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per
abdominam dengan sectio cesarea.
Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil
Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan
1.2. Sebab terjadinya persalinan
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,
nutrisi janin dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
1
1.3. Tiga “P” Faktor utama yang mempengaruhi persalinan
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik
mayor)
(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut,
persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.
1.4. Pembagian fase/kala persalinan
Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4
Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
1.5. HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah
fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut
didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus
minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi
uterus ke luar. Terjadinya his, akibat :
2
1. Kerja hormon oksitosin
2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi.
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
His yang baik dan ideal meliputi :
1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut
otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara
pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum
pun akan terbuka.
Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum,
menjadi rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau
eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus
1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak
cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).
Sifat his pada berbagai fase persalinan
1 Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
3
2 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-
4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
3 Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
4 Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
1.6. PERSALINAN KALA 1 :
FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin
lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir
yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir
kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1
4
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah
dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda
dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan
- pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga
langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) -
pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo
ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara
(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
1.7. PERSALINAN KALA 2 :
FASE PENGELUARAN BAYI
1. Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap.
2. Berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.
3. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.
4. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
5
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan
lahir (episiotomi).
6. Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
7. Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala:
a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi
otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi
dan menegang.
c. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
d. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma,
dahi, hidung, mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior
sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter
depan dan belakang, tungkai dan kaki.
6
1.8. PERSALINAN KALA 3 :
FASE PENGELUARAN PLASENTA
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap.
Berakhir dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas
pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae -
keadaan gawat darurat obstetrik).
1.9. PERSALINAN KALA 4 :
OBSERVASI PASCAPERSALINAN
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.
7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1) Kontraksi uterus harus baik,
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) Kandung kencing harus kosong,
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) Resume keadaan umum bayi, dan
7) Resume keadaan umum ibu.
7
BAB II
ABORTUS
1. DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu
bertahan hidup. Atau definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus yang
beratnya kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu (Cunningham, 2005).
2. EPIDEMIOLOGI
Sembilan puluh persen kasus abortus terjadi pada trimester pertama pada kehamilan
(Chan dan Johnson, 2008). Di Indonesia, kejadian abortus spontan diperkirakan sebanyak 10-
15%.
Sekitar 12-15% kehamilan secara klinis berakhir dengan abortus spontan pada usia
kehamilan 4-20 minggu. Abortus spontan merupakan kejadian yang paling sering terjadi dengan
insidens 50% dari semua kehamilan. Penyebab dari abortus ini adalah kelainan kromosom, faktor
endokrin, faktor inkompetensi serviks, imunologik dan infeksi, dan kelainan uterus.
3. ETIOLOGI
3.1. Faktor janin
Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan janinyang mengalami
abortus spontan, serta merupakan sebagian besar dari kegagalan kehamilan dini. Kelainan
dalam jumlah kromosom (autosomal trisomi, monosomi X dan poliploidi ) lebih sering
dijumpai daripada kelainan struktur kromosom. Abnormalitas kromosom secara
struktural dapatditurunkan oleh salah satu dari kedua orang tuanya yang menjadi
pembawa abnormalitas tersebut (Cunningham et al., 2005).
3.2. Faktor ibu
a. Infeksi (Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae,
Streptococcus agalactiae, herpes simplex virus, cytomegalovirus, and Listeria
monocytogenes)
8
b. Penyakit lain (kelainan endokrin: hipertiroid dan diabetes mellitus yang tidak
terkontrol, kelainan kardiovaskular: hipertensi atau penyakit gnjal, dan penyakit
jaringan ikat: SLE)
c. Malnutrisi berat
d. Pemakaian obat dan faktor lingkungan (tembakau, alkohol, kafein, radiasi,
kontrasepsi, toksin lingkungan)
e. Faktor imunologis (faktor autoimun, faktor aloimun)
f. Trombofilia herediter
g. Gamet yang menua
h. Laparatomi
i. Trauma (trauma langsung: cedera pada uterus dari luka tembak, atau trauma tidak
langsung: operasi pengangkaan uterus yang mengandung korpus luteum)
j. Cacat uterus (kelainan kongenital (distorsi) atau mengecilnya ukuran kavitas
uterus (unikomuat, bikomuat, septauterus), kelainan yang berhubungan dengan
dietilstilbestrol (T-shaped atau uterus hipoplastik dan juga mioma mukosa atau
intramural, bekas luka pada kavitas uterus pada dilatasi&kuretasem Asherman’s
syndrome, miomektomi)
k. Serviks inkompeten
3.3. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus.
4. FAKTOR RESIKO
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat Obstetri/ ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya penyakit yang menyertai kehamilan ( Diabetes meilitus, penyakit imunologik
sistemik)
5. Berbagai macam infeksi ( variola, CMV, toxoplasma )
6. Paparan dengan bebrbagai macam zat kimia ( rokok, obat-obatan, alcohol, radiasi)
7. Trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
9
8. Kelainan kromosom (trisomi/monosomi)
Dari aspek biologi molekuler, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling
berhubungan dengan terjadinya abortus.
5. PATOLOGI
Pada aborsi spontan, perdarahan pada desidua basalis sering terjadi. Nekrosis dan
inflamasi muncul pada area implantasi. Kehamilan menjadi lepas sebagian atau seluruhnya.
Kontraksi uterus dan dilatasi serviks menunjukan adanya pengeluaran paksa dari sebagian atau
seluruh hasil konsepsi.
6. DIAGNOSIS
Tiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua dari tiga gejala ( perdarahan pada
vagina, nyeri pada abdomen bawah, riwayat amenorea) harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
abortus (WHO, 2004).
Pada pemeriksaan Ultrasonografi penting untuk mengidentifikasikan status kehamilan
dan memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterine.
10
11
12
7. KLASIFIKASI ABORTUS
7.1. Threatened Abortion (Abortus Iminens)
Merupakan abortus yang mengancam, atau yang akan terjadi. Sekitar 25%
kejadian perdarahan berupa threatened abortion.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan -Hcg
Pemeriksaan fisik untuk mencari sumber perdarahan
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menilai ada tidaknya kantong gestasi. USG
transabdominal dapat mengetahui masih ada atau tidaknya kantung gestasi jika -
Hcg kuantitatif mencapai 5000-6000 IU/ml. Pada USG transvaginal dapat
dideteksi lebih awal, yaitu pada kadar -Hcg 1500 IU/ml. Biasanya terlihat
kantung ketuban masih baik serta terdapat tanda-tanda kehidupan janin.
7.2. Inevitable Abortion (Abortus Insipiens)
Merupakan abortus yang tidak dapat dicegah, yaitu terjadi setelah dilatasi serviks
dan ketuban udah pecah. Keadaan ini umumnya diikti oleh pengeiuaran hasil konsepsi.
7.3. Incomplete Abortion
Merupakan keluarnya sebagian hasil konsepsi dari uterus. Pada usia kehamilan
kurang dari 10 minggu, maka janin dan plasenta dapat keluar secara bersamaan,
sementara pada usia kehamilan lebih dari 10 minggu, janin dan plasenta dapat keluar
terpisah sehingga meninggalkan sisa konsepsi di dalam uterus. Sisa jaringan ini dapat
menyebabkan rasa nyeri dan perdarahan.
Gambar 1. Abortus Inkomplit
7.4. Complete Abortion
Merupakan keadaan dimana jaringan maupun hasil konsepsi telah keluar seluruhnya.
Gambar 2. Abortus Komplit
7.5. Missed Abortion
Pada kasus-kasus kegagalan kehamilan trimester pertama, embrio atau janin tidak
berkembang beberapa lama sebelum adanya tanda-tanda keguguran.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan abortus dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun mekanis
- Kimiawi : pemberian secara intrauterine atau ekstrauterin obagt abortus seperti
prostaglandin, anti progesterone atau oksitosin
- Mekanis :
1. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara perlahan
dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajam
atau vakum.
2. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar dilanjutkan
dengan kuretasi
3. Histeretomi / Histerektomi
8.1. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus.
Setelah serviks terbuka (primer maupun dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan
secara manual, dilanjutkan dengan kuretase :
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus
2. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90⁰ untuk melepaskan
jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa
masuk
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.
Gambar 3. Kuretase
9. KOMPLIKASI
1. Perdarahan presisten atau berat selama aborsi mengancam nyawa
2. Sepsis
3. Infeksi
4. Sinekia intra uterin
5. Infertilitas
6. Perforasi dari dinding uterus
7. Cedera pada usus dan kandung kemih
8. Pembentukan fistula
10. PENCEGAHAN
Perawatan obstetrik dini dengan treatment yang adekuat pada pasien yang mengalami
kelainan maternal seperti diabetes dan hipertensi. Perlindungan ibu hamil dari lingkungan yang
berbahaya dan dari paparan penyakit menular juga perlu dilakukan.
BAB III
DISTOSIA
1. DEFINISI
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai terlalu lambatnya kemajuan persalinan.
Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi apabila suatu disporporsi antara bagian
presentasi janin dan jalan lahir.
2. FAKTOR-FAKTOR
Distosia bisa terjadi karena faktor-faktor berikut :
2.1. Power (HIS)
Kelainan kekuatan (power) pada distosia terjadi karena kurangnya kontraksi
uterus dan upaya ekspulsif ibu.
2.2. Passanger (Bayi)
Kelainan pada janin (passanger) merupakan kelainan yang diakibatkan oleh letak
atau posisi janin serta kelainan bentuk dan besar janin.
2.3. Passage (Jalan lahir)
Kelainan jalan lahir (passage) adalah suatu kelainan yang diakibatkan karena
kelainan anatomis. Distosia jalan lahir bisa diakibatkan karena panggul sempit
(PAP sempit, PTP sempit dan PBP sempit). Pintu atas panggul dikatakan sempit
apabila conjugate vera <11cm dan conjugate diagonalis <12 cm, pintu tengah
panggul dikatakan sempit apabila diameter interspinarum <10 cm dan diameter
transversum dan sagitalis posterior <13,5, yang terakhir pintu bawah panggul.
Kemudian bisa karena kelainan lainnya yaitu kelainan bentuk panggul, kelainan
congenital, dan kelainan tulang belakang. Kelainan passage bisa terjadi karena
faktor herediter, kelainan congenital maupun pernah mengalami kecelakaan. Kita
bisa mendiagnosanya dengan pemeriksaan panggul, vaginal toucher dan radiologi.
Untuk penanganannya sendiri tergantung pada tingkat kesempitan dan
kelainannya. Bisa juga terjadi distosia serviks karena rigid serviks, hanging
serviks, konglumeratio serviks dan edem serviks , sedangkan distosia vagina bisa
terjadi karena adanya kelainan selaput dara dan septa vagina.
3. DISTOSIA AKIBAT POWER
3.1 Etiologi
Primigravida tua, multi gravid dan grandemultigravida, postmatur, faktor herediter
dan kelainan uterus.
3.2 Diagnosis
Memeriksa keadaan HIS atau gelombang kontraksi ritmis otot polos uterus yang
dimulai dari fundus uteri yang secara teratur dan bertahap mendorong janin
melalui serviks. Kelainan his yang bisa menyebabkan distosia adalah inersia uteri
atau kelainan his yang tidak adekuat yang menyebabkan persalinan macet, tetani
uteri atau kekuatan HIS yang terlalu kuat dan sering sehingga tidak terdapat reaksi
otot rahim. Inersia uteri sendiri dibagi menjadi 2 yaitu inersia uteri primer (bila
sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi
pada kala 1 laten) dan inersia uteri sekunder (timbul setelah berlangsung his kuat
pada kala 1 aktif tetapi kemudian melemah).
3.3 Penanganan
Untuk inersia uteri bisa kita berikan oksitosin yang berfungsi meningkatkan
frekuensi dan intensitas kontraksi rahim dengan dosis drip 5-10 IU dalam dextrose
5% 500cc , sedangkan untuk tetani uteri kita berikan luminal atau morfin.
4. DISTOSIA AKIBAT FAKTOR PASSENGER
1.1 Kelainan BB
1) Makrosomia adalah janin yang berat badannya > 4000 gram.
Etiologi : Keturunan salah satu atau dari kedua orang tua, multiparitas, postterm,
DM, sosioekonomi tingg.
Diagnosis :
a. Kenaikan berat badan yang bukan disebabkan oleh sebab lain (edema atau
yang lainnya).
b. Wanita hamil dengan perut sangat besar, kemungkinannya adalah janin yang
besar, hamil ganda dan hidraamnion.
c. Sefalo metri dengan USG.
1.2 Malformasi
1) Hidrosefalus
Definisi: Penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga
kepala menjadi besar serta ubun-ubun menjadi lebar. Jumlah cairan bisa
mencapai 1,5 – 5 L. Sering disertai dengan kelainan seperti spina bifida dan
asites.
Etiologi : belum jelas, salah satu penyebabnya adalah toxoplasmosis.
Diagnosis :
a. Palpasi : teraba kepala yang besar di atas simfisis dan kepala tidak masuk
PAP.
b. Pemeriksaan dalam : teraba kepala yang besar dengan sutura yang dalam
dan ubun-ubun yang luas.
c. Rontgen : memberikan bayangan kepala yang besar.
d. USG : memberi gambaran kepala besar.
2) Anensefalus
Definisi: Suatu keadaan dimana kepala janin tumbuh kurang sempurna
sehingga sebagian otak atau tengkorak berkurang atau tidak ada.
Etiologi : belum jelas, tetapi berhubungan dengan genetic.
Diagnosis :
a. Pemeriksaan luar : sulit dan sering keliru dengan presentasi bokong.
b. Pemeriksaan dalam : sering keliru dengan presentasi muka.
c. USG
3) Kembar siam adalah penyatuan janin kembar, bisa berupa :
a. Kraniofagus yaitu yang melekat kedua kepala.
b. Pigofagus yaitu kedua panggul melekat.
c. Torakofagus yaitu penyatuan di bagian dada.
4) Akardiatus
Definisi: Bayi yang tidak memiliki jantung atau memiliki jantung rudimeter.
1.3 Malpresentasi dan Malposisi
1.3.1 Definisi
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah
rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part)
tidak berada di anterior. Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah
belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal
dan posisi anterior.
Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau malposisi, maka dapat terjadi
persalinan yang lama atau persalinan macet. Persalinan lama adalah persalinan
kala I fase aktif dengan kontraksi uterus regular selama >12 jam. Persalinan
macet adalah persalinan yang kemajuannya terhambat oleh faktor mekanis dan
proses kelahiran tidak mungkin dilakukan tanpa intervensi operatif.
1.3.2 Klasifikasi
a. Presentasi Dahi
Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi
sedang. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiput yang berada
diantara ubun-ubun besar dan pangkal hidung.
Diagnosis
1. Pada pemeriksaan vaginal dapat diraba pangkal hidung, tepi atas
orbita, sutura frontalis dan ubun-ubun besar tetapi tidak dapat meraba
dagu atau mulut janin.
2. Pada palpasi abdomen dapat teraba oksiput dan dagu janin di atas
simfisis.
Mekanisme Persalinan
Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk kemudian dapat
berubah menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka, atau tetap
presentasi dahi. Jika tidak ada gawat janin, menunggu kemajuan
persalinan dapat dilakukan.
Apabila presentasi dahi yang menetap dibiarkan berlanjut, maka akan
terjadi molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan
berkurang dan terbentuk caput succedaneum di daerah dahi.
Penanganan
Persalinan secara bedah sesar untuk menghindari manipulasi vaginal
yang sangat meningkatkan mortalitas perinatal.
b. Presentasi Muka
Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga
oksiput mendekat ke arah punggung janin dan dagu menjadi bagian
presentasinya.
Diagnosis
1. Pemeriksaan vaginal dapat diraba mulut, hidung, tepi orbita dan dagu.
2. Pada palpasi abdomen kadang-kadang dapat diraba tonjolan kepala
janin di dekat punggung janin
Mekanisme Persalinan
Sama dengan persalinan presentasi belakang kepala. Secara berurutan
akan terjadi proses kepala mengalami penurunan, rotasi internal, fleksi,
ekstensi dan rotasi eksternal. Sebelum masuk panggul biasanya kepala
janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga masih presentasi
dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan
menyebabkan kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi
presentasi muka. Ketika masuk PAP dagu dalam posisi transversal atau
oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuannya adalah
membuat kepala dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah
posisi dagu ke arah anterior. Hal ini akan membuat kepala dapat
memasuki pintu tengah panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva.
Pada keadaan demikian dagu bawah tepat berada di bawah simfisis.
Sesuai dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya adalah fleksi
kepala sehingga bertutut-turut lahirlah hidung, mata, dahi dan oksiput.
Lalu terjadi putaran eksternal pada kepala menyesuaikan dengan arah
punggung janin.
Penanganan
1. Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi jika ingin
lahir per vaginam.
2. Posisi dagu posterior harus di bedah sesar
3. Kegagalan melahirkan vaginal secara spontan dapat dilakukan
kraniotomi atau bedah sesar
c. Presentasi Majemuk
Terjadinya prolaps satu atau lebih extremitas pada presentasi kepala atau
bokong seperti kepala yang memasuki panggul yang bersamaan dengan
kaki dan atau tangan.
Faktor resiko
- Prematuritas
- Multiparitas
- Panggul sempit
- Gemeli
- Pecahnya selaput ketuban dengan bagian terndah janin yang masih
tinggi.
Diagnosis
Bila terjadi kemajuan persalinan yang lama saat fase aktif dan bagian
terdah janin tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi pecaha
ketuban. Saat melakukan pemeriksaan dalam teraba juga
tangan/lengan/kaki.
Mekanisme persalinan
Dapat melakukan persalinan spontan bila janinnya sangat kecil. Dan mekanismenya mirip dengan persalinan kepala atau bokong.
Penanganan
Dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali pusat. tekanan ekstremitas oleh bagian terndah janjn harus dilonggarkan dulu dengan meminta ibu posisi dada lutut
d. Presentasi Bokong
Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada
di fundus dan bokong di bawah.
Klasifikasi
1. Letak bokong ( frank breech ) adalah letak bokong dengan kedua
tungkai terangkat ke atas.
2. Letak sungsang sempurna ( complete breech ) adalah letak bokong
dimana kedua kaki ada di samping bokong ( letak bokong kaki
sempurna ( lipat kejang ).
3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech ) adalah letak
sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki
atau lutut, terdiri dari :
- Kedua kaki = letak kaki sempurna
1 kaki = letak kaki tidak sempurna
- Kedua lutut = letak lutut sempurna
1 lutut = letak lutut tidak sempurna
Gambar 4. Macam-macam presentasi letak sungsang
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
a. Left sakrum anterior (sakrum kiri depan)
b. Right sakrum anterior (sakrum kanan depan)
c. Left sakrum posterior (sakrum kiri belakang)
d. Right sakrum posterior (sakrum kanan belakang)
Epidemiologi
75% adalah complete breech presentation dan 25% adalah incomplete
breech presentation.
Etiologi
1. Fiksasi kepala pada pap tidak baik atau tidak ada
2. Janin mudah bergerk
3. Gemeli
4. Kelainan uterus
5. Janin sudah lama mati
6. Tidak diketahui penyebabnya
Diagnosis
1. Palpasi
Kepala teraba du fundus, di bagian bawah bokong
2. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat
3. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os. Sacrum, tuberischii, dan anus . kadang-kadang
kaki teraba.
4. Rontgen
Prognosis
Ibu : kemungkinan robekan pada perineum lebih besar
Anak : asfiksia
Penanganan
- Sikap sewaktu hamil merubah letak janin dengan versi luar untuk
merubah letak menjadi letak kepala
Syarat
- Pembukaan < 5 cm
- Ketuban masih ada
- Bokong belum turun/masuk PAP
Cara melahirkan pervaginam
1. Fase 1 (fase menungu) sebelum bokong lahir seluruhnya, hanya
dilakukan observasi.
2. Fase 2 (fase bertindak cepat) bila badan janin sudah lahir sampai
pusat, tali pusat akan tertekan , maka janin harus lahir dalam waktu 8
menit
Gambar 5. Cara Lovset
Cara melahirkan bahu dan lengan:
1. Cara klasik (Deventer)
2. Cara Lovset
3. Cara Mueller
4. Cara Bracht
5. Cara Potter
5. DISTOSIA AKIBAT KELAINAN JALAN LAHIR
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras /
tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
5.1 Distosia karena kelainan panggul / bagian keras
Dapat berupa :
1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2. Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2
cm kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada :
1. Kesempitan pintu atas panggul
Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter
transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit
bila CD kurang dari 11,5 cm.
2. Kesempitan midpelvis
a. Diameter interspinarum 9 cm
b. Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior
kurang dari 13,5 cm.
c. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.
d. Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah
kepala melewati pintu atas panggul.
3. Kesempitan outlet
Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.
Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,
namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis
sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.
Ukuran rata-rata panggul wanita normal:
Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
Pintu tengah panggul (midpelvis) :
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP)
+ 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum +
10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka
panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam
spontan.
5.2 Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang
menghalangi lancarnya persalinan.
1.Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada serviks uteri.
Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan serviks menjadi
macet karena ada kelainan yang menyebabkan serviks tidak mau membuka.
Ada 4 jenis kelainan pada serviks uteri :
a. Serviks kaku (rigid cervix)
b. Serviks gantung (hanging cervix)
c. Serviks konglumer (conglumer cervix)
d. Edema serviks
2.Kelainan selaput dara dan vagina
a. Selaput dara yang kaku, tebal
Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)
b. Septa vagina
▪ Sirkuler
▪ Anteris – posterior
Penanganan :
- Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan
Lancar
- Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio
Cesaria
3. Kelainan – kelainan lainnya
a. Tumor – tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma
uteri, dan sebagainya.
b. Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.
c. Rectum yang penuh skibala atau tumor.
d. Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut
gantung.
e. Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.
f. Kelainan – kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,
uterus arkuatus
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, et al. 2005. Obstetri Williams Edisi 21 Vol. 2. Jakarta: EGC.
2. DeCherney, Nathan. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment
Edisi 9. Boston: McGraw Hill.
3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.