BAB IIPENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH2.1. Penentuan Prioritas Masalah
Program Keluarga Berencana merupakan program kesehatan dasar yang berhubungan dengan permasalahan lintas sektoral. Diputuskan untuk menggunakan metode MCUA dalam penetapan prioritas masalah untuk program ini karena metode ini memiliki parameter expanding scope, dimana parameter ini menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain di luar sektor kesehatan.Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah dengan membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan nilai. Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah pada Puskesmas Kecamatan Pademangan, yaitu :
1. EmergencyEmergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate) jika masalah yang dinilai berupa penyakit. adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. 2. Greatest memberKriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.3. Expanding ScopeMenunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.4. FeasibilityKriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.5. PolicyBerhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5: paling penting.
Bobot 4: sangat penting sekali.
Bobot 3: sangat penting.
Bobot 2: penting.
Bobot 1: cukup penting.2.1.1. EmergencyEmergency menunjukkan besar kerugian yang ditimbulkan oleh masalah. Ini ditujukan dengan case fatality rate (CFR) masing-masing penyakit. Sedangkan untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit digunakan proxy. Nilai proxy didapatkan dari berbagai sumber, sedangkan sistem scoring proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.
Pada permasalahan ini, pengaruh jangka panjang KB adalah untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI), sehingga kelompok kami memakai angka kematian ibu sebagai proxy. Angka Kematian Ibu adalah 359 orang per 100.000 jumlah kelahiran hidup, menjadi 0,359 % (sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2013).Tabel 2.1 Penentuan Nilai Emergency berdasarkan Proxy AKI
Range (%)Nilai
2,99 5,97 1
5,98 8,962
8,97 11,953
11,96 14,944
14,95 17,945
Tabel 2.2 Skoring Emergency terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Pademangan Periode Januari Juli 2015
NoDaftar MasalahCakupan (%)Target (%)Selisih + Proxy (%)Score
1.Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 35,4 % berada di bawah target yaitu 42 %35,44211,954
2.Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3 % berada di bawah target yaitu 45 %
32,34513,045
3.Cakupan peserta KB aktif dengan Implant Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 18,6 % berada diatas target yaitu 6,9 %
18,66,95,961
4.Cakupan peserta KB aktif dengan KB Suntik Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 46,6 % berada di atas target yaitu 41,6 %
46,641,65,36
2
5.Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 1,45 % berada di bawah target yaitu 9,83 %.
1,459,838,742
6. Cakupan peserta KB aktif dengan Pil Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 9,9 % berada di bawah target yaitu 18,6 %
9,918,69,063
7. Cakupan peserta KB aktif dengan MOP Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,23 % berada di bawah target yaitu 8,8 %
0,238,88,932
8. Cakupan peserta KB aktif dengan MOW Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,56 % berada di bawah target yaitu 2,11 %0,562,111,911
2.1.2. Greatest Member
Greatest Member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalence. Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Penentuan Nilai Greatest MemberRange (%)Nilai
1,55 3,771
3,78 6,002
6,01 8,233
8,24 10,464
10,47 12,605
12,70 14,936
Tabel 2.4 Skoring Greatest Member terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Pademangan Periode Januari Juli 2015
NoDaftar MasalahCakupan (%)Target (%)Selisih (%)Score
1.Cakupan peserta KB aktif Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 sebesar 35,4 % berada di bawah target yaitu 42 %
35,44210,55
2.Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3% berada di bawah target yaitu 45 %
32,34512,75
3.Cakupan peserta KB aktif dengan Implant Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 18,6 % berada di atas target yaitu 6,9 %
12,96,962
4.Cakupan peserta KB aktif dengan KB Suntik Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 46,6 % berada di atas target yaitu 41,6 %
46,641,652
5.Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 1,45 % berada di bawah target yaitu 9,83 %
1,459,838,382
6. Cakupan peserta KB aktif dengan Pil Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 9,9 % berada di bawah target yaitu 18,6 %
4,618,6143
7 Cakupan peserta KB aktif dengan MOP Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,23 % berada di bawah target yaitu 8,8 %
0,238,88,572
8. Cakupan peserta KB aktif dengan MOW Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,56 % berada di bawah target yaitu 2,11 %0,562,111,551
2.1.3. Expanding ScopeExpanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain di luar sektor kesehatan. Dinilai melalui azas keterpaduan puskesmas, yaitu melalui lintas sektor. Adanya keterpaduan lintas sektor diberikan nilai 2, karena masalah pada suatu program memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada banyak sektor lainnya yang berhubungan langsung, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan sektor lain diberikan nilai 1.Tabel 2.5 Range pada Jumlah Penduduk di Wilayah Kecamatan PademanganRange (Jiwa)Score
11.530 23.0591
23.060 34.5892
34.590 46.1193
46.120 57.6494
57.650 69.1795
69.180 80.7096
80.710 92.2397
92.240 103.7698
103.770 115.3299
115.300 126.830
10
Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk Se-Kecamatan Pademangan Periode Januari Juli 2015
NOKelurahan / KecamatanJumlah PendudukScore
1Pademangan Barat90.1127
2Pademangan Timur32.4602
3Ancol40.2853
Jumlah 162.85712
Tabel 2.7 Range pada Luas Wilayah
Luas Wilayah (Ha)Score
89 1771
178 2662
267 3553
356 4444
445 5335
534 6226
623 7117
712 8008
801- 8899
890 97910
Tabel 2.8 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah Se-Kecamatan Pademangan Periode Januari Juli Tahun 2015NOKelurahan / KecamatanLuas Wilayah (Ha)Nilai
1Pademangan Barat630,87
2Pademangan Timur370,24
3Ancol1862
Jumlah1.18713
Tabel 2.9 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral dan Program Periode Januari Juli 2015KeterpaduanNilai
Tidak ada keterpaduan lintas sektor atau lintas program1
Ada Keterpaduan lintas sektor atau lintas program2
Tabel 2.10 Nilai Skor Expanding ScopeRangeScore
1 51
6 82
9 113
12 144
15 175
18 206
Keterangan
Expending Scope = Luas Wilayah + Ada/tidaknya Lintas Sektor
Tabel 2.11 Skoring Expanding Scope terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Pademangan Periode Januari Juli 2015NoDaftar MasalahScore
1.Cakupan peserta KB aktif Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 sebesar 35,4 % berada di bawah target yaitu 42 %
4
2.Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3% berada di bawah target yaitu 45 %
4
3.Cakupan peserta KB aktif dengan Implant Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 18,6 % berada di atas target yaitu 6,9 %
4
4.Cakupan peserta KB aktif dengan KB Suntik Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 46,6 % berada di atas target yaitu 41,6 %
4
5.Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 1,45 % berada di bawah target yaitu 9,83 %
4
6. Cakupan peserta KB aktif dengan Pil Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 9,9 % berada di bawah target yaitu 18,6 %
4
7Cakupan peserta KB aktif dengan MOP di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,23 % berada di bawah target yaitu 8,8 %
4
8Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,56 % berada di bawah target yaitu 2,11 %4
2.1.4. FeasibilityFeasibility menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan. Untuk menilai hal tersebut digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia, program kerja, material, serta transportasi yang efektif serta efisien untuk mengatasi masalah tersebut.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya Manusia/ SDM). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan ratio tenaga kesehatan di puskesmas kecamatan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan dimasing-masing wilayah puskesmas.Tabel 2.12 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja Puskesmas terhadap Jumlah PendudukRangeNilai
1:1 1:1000 3
1:1001 1:20002
1:2001 1:30001
2. Ketersediaaan fasilitas, nilai ketersediaan fasilitas terhadap setiap kegiatan Puskesmas penilaiannya dibagi 2, yaitu :tersedia dan tidak tersedia. Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program terkait.
Tabel 2.13 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan Ketersediaan FasilitasNoKategoriKetersediaanNilai
1TempatTersedia2
Tidak tersedia1
2Alat/obatTersedia2
Tidak tersedia1
Tabel 2.14 Skoring Feasibility terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Pademangan Periode Januari Juli 2015NoDaftar MasalahTenaga Kerja PuskesmasFasilitas (Tempat + Alat/Obat)Score
1.Cakupan peserta KB aktif Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 sebesar 35,4 % berada di bawah target yaitu 42 %
235
2.Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3% berada di bawah target yaitu 45 %235
3.Cakupan peserta KB aktif dengan Implant Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 18,6 % berada di atas target yaitu 6,9 %
235
4.Cakupan peserta KB aktif dengan KB Suntik Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 46,6 % berada di atas target yaitu 41,6 %235
5.Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 1,45 % berada di bawah target yaitu 9,83 %
235
6. Cakupan peserta KB aktif dengan Pil Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 9,9 % berada di bawah target yaitu 18,6 %
235
7Cakupan peserta KB aktif dengan MOP di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,23 % berada di bawah target yaitu 8,8 %
235
8Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,56 % berada di bawah target yaitu 2,11 %235
2.1.5 PolicyUntuk dapat menyelesaikan masalah ini, maka aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu masalah tersebut menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan sebagai hasil justifikasi ditentukan bahwa untuk mengetahui hal tersebut dilihat dari seberapa seringnya masalah tersebut dipublikasikan di berbagai media. Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu informasi kesehatan di media elektronik memiliki jangkauan yang lebih luas. Kebijakan pemerintah berupa undang-undang yang mengatur jumlah anak juga berperan dalam publikasi program KB. Publikasi informasi dalam bentuk media cetak dan penyuluhan pun termasuk dalam penilaian policy. Penjumlahan dari nilai-nilai tersebut dijadikan score penilaian.Tabel. 2.15 Penentuan Nilai PolicyParameterScore
Penyuluhan:
Ada
Tidak ada21
Media (Cetak dan/atau Elektronik)Elektronik dan CetakElektronik atau Cetak21
Kebijakan pemerintah (Nasional dan/atau Daerah)
Dua kebijakanSatu kebijakan21
Tabel. 2.16 Skoring Policy terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Pademangan Periode Januari Juli 2015NoDaftar MasalahPenyuluhanMediaKebijakan PemerintahScore
1.Cakupan peserta KB aktif Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 sebesar 35,4 % berada di bawah target yaitu 42 %
1124
2.Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3% berada di bawah target yaitu 45 %
1124
3.Cakupan peserta KB aktif dengan Implant Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 18,6 % berada di atas target yaitu 6,9 %
1124
4.Cakupan peserta KB aktif dengan KB Suntik Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 46,6 % berada di atas target yaitu 41,6 %
1124
5.Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 1,45 % berada di bawah target yaitu 9,83 %
1124
6. Cakupan peserta KB aktif dengan Pil Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 9,9 % berada di bawah target yaitu 18,6 %
1124
7.Cakupan peserta KB aktif dengan MOP di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,23 % berada di bawah target yaitu 8,8 %
1124
8.Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,56 % berada di bawah target yaitu 2,11 %1124
2.1.7. Penetapan Prioritas Masalah Dari kelima aspek tersebut di atas, hasil nilai kemudian dikalikan dengan bobot sehingga didapatkan bobot nilai. Hasil perhitungan skor bobot nilai adalah sebagai berikut:Tabel 2.17. Penentuan Prioritas Masalah Menurut Metode MCUA di Wilayah Sekecamatan Pademangan
Periode Januari Juli Tahun 2015
NoParameterBobotMS-1MS-2MS-3MS-4MS-5MS-6MS-7MS-8
NBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBN
1.Greatest Member542052521021021031521015
2.Emergency45205201428283122814
3.Feasibility3412412412412412412412412
4.Policy2510510510510510510510510
5.Expanding Scope14444444444444444
Jumlah6671404444534435
Keterangan :
MS-1 Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 35.4 % berada dibawah target yaitu 42 % MS-2 Cakupan peserta KB aktif dengan IUD di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32.3 % berada dibawah target yaitu 45 % MS-3 Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 18,6 % berada di atas target yaitu 6.9 %
MS-4 Cakupan peserta KB aktif dengan KB Suntik di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 46,6 % berada di atas target yaitu 41.6 % MS-5 Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 1.45 % berada dibawah target yaitu 9.83 % MS-6 Cakupan peserta KB aktif dengan Pil di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 9.9 % berada dibawah target yaitu 18.6 % MS-7 Cakupan peserta KB aktif dengan MOP di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,23 % berada dibawah target yaitu 8.8 % MS-8 Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 0,56 % berada dibawah target yaitu 2.11 %2.2 Menentukan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada tahap telah dicoba mencari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga diagram tulang ikan (fishbone diagram/ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem adalah:1. Man
: jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan, dan
motivasi kerja.
2. Money: jumlah dana tersedia.3. Material: jumlah peralatan medis dan jenis obat.
4. Method: cara penggunaan obat.Proses adalah kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi output. Tahapan proses terdiri dari:
1. Planning (perencanaan) : Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan unuk mencapainya.
2. Organizing (pengorganisasian) : Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.3. Actuating (pelaksana): proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring): proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Pada tahapan proses, input selanjutnya akan diubah menjadi output. Adapun tahapan proses tersebut terjadi dalam suatu lingkungan (environment), sehingga keadaan lingkungan pun dapat mempengaruhi suatu sistem.
Masalah prioritas untuk program KB di wilayah Kecamatan Pademangan yang akan ditetapkan penyebab masalah dengan menggunakan diagram fishbone adalah sebagai berikut:
1. MS-1 Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 35.4 % berada dibawah target yaitu 42 %2. MS-2 Cakupan peserta KB aktif dengan IUD di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32.3 % berada dibawah target yaitu 45 %Gambar 2.1. Fishbone Cakupan Peserta KB Aktif di Kecamatan Pademangan pada Januari Juli 2015
Gambar 2.2. Fishbone Cakupan Peserta KB Aktif dengan IUD di Kecamatan Pademangan pada Januari Juli 2015
2.3 Mencari Penyebab Masalah Yang Dominan
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari delapan prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan, maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program KB pada puskesmas di wilayah Kecamatan Pademangan.
2.3.1 MS-1 Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 35.4 % berada dibawah target yaitu 42 %Berdasarkan data yang ditemukan dari MS-1 Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 35,4 % berada di bawah target yaitu 42 %. Hal demikian dapat terjadi karena beberapa hal, seperti:
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:1. Mayoritas tenaga kesehatan sebagai pelaksana lebih dari 1 program kesehatan (Man)2. Penggunaan dana dalam program KB tidak sesuai dengan perkiraan pembiayaan kegiatan program KB (Money).3. Minimnya sarana promosi dan media sosialisasi KB dilingkungan Puskesmas. (Material).4. Tidak terdapat media edukasi kepada masyarakat terkait alat kontrasepsi (Method).Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah: 1. Belum adanya arahan dari DINKES terkait penetapan target di Puskesmas (Planning).2. Belum terdapatnya visualisasi pembagian program kesehatan di Puskesmas (Organizing).3. Belum adanya reward bagi perencana dan pelaksana program kesehatan jika target tercapai. (Actuating).4. Belum adanya evaluasi program KB secara bulanan (Controlling).Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment) adalah:1. Belum adanya standarisasi waktu pelayanan di Puskesmas (Environment).Dari sembilan akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan empat akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Keempat akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Mayoritas tenaga kesehatan sebagai pelaksana lebih dari 1 program kesehatan (Man)2. Penggunaan dana dalam program KB tidak sesuai dengan perkiraan pembiayaan kegiatan program KB (Money).3. Minimnya sarana promosi dan media sosialisasi KB dilingkungan Puskesmas. (Material).4. Tidak terdapat media edukasi kepada masyarakat terkait alat kontrasepsi (Method).2.3.2 MS-2 Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3% berada di bawah target yaitu 45 %Berdasarkan data yang ditemukan dari MS-2 Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3% berada di bawah target yaitu 45 %. Hal demikian dapat terjadi karena beberapa hal, seperti:
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:
1. Tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program KB hanya 2 orang (Man).2. Tidak terpakainya pengalokasian dana untuk program KB tersebut (Money).3. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan program KB tersebut di puskesmas (Material).4. Kurangnya sosialisasi mengenai keuntungan jangka panjang dan dampak positif dari program KB tersebut (Method).Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah: 1. Petugas perencanaan menganggap program sebelumnya cukup baik (Planning).2. Kurang jelasnya pembagian jobdesk pengorganisasian program KB di puskesmas (Organizing).
3. Kurangnya komunikasi antar petugas pelaksana program KB (Actuating).4. Koordinasi dalam proses pengawasan masih belum baik (Controlling).Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment) adalah:1. Stigma masyarakat terkait KB jangka panjang sering gagal. (Environment).Dari sembilan akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan empat akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Keempat akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program KB hanya 2 orang (Man).2. Tidak terpakainya pengalokasian dana untuk program KB tersebut (Money).3. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan program KB tersebut di puskesmas (Material).4. Kurangnya sosialisasi mengenai keuntungan jangka panjang dan dampak positif dari program KB tersebut (Method)Man
Money
Material
Method
Angka kehadiran tenaga kesehatan dalam sosialisasi program KB ke masyarakat rendah.
Asumsi masyarakat dengan menggunakan KB menjadi tidak nyaman dan kurang praktis
Pengetahuan masyarakat terkait manfaat KB masih rendah
Jumlah anggaran untuk program KB tidak mencukupi
Anggaran untuk promosi dan sosialisasi tidak ada.
Sarana edukasi kepada masyarakat terkait KB terbatas
Tenaga kesehatan tidak fokus pada program KB
Tidak terdapat alokasi dana promosi dan sosialisasi pada rencana anggaran 2015
Rendahnya pengetahuan masyarakat terkait alat kontrasepsi.
Mayoritas tenaga kesehatan sebagai pelaksana lebih dari 1 program kesehatan
Penggunaan dana dalam program KB tidak sesuai dengan perkiraan pembiayaan kegiatan program KB
Minimnya sarana promosi dan media sosialisasi KB dilingkungan Puskesmas.
Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 35,4 % berada di bawah target yaitu 42 %
Tidak terdapat media edukasi kepada masyarakat terkait alat kontrasepsi
Tenaga kesehatan menghandle lebih dari 1 program
Target Program tidak challange
PelaksanaProgram KB tidak mengetahui targetnya
Pelaksanaan program KB tidak terarah sesuai target dan sasaran
Banyak PUS yang tidak menjadi peserta KB
Enggannya masyarakat untuk pergi ke Puskesmas
Petugas perencanaan menetapkan target tidak berdasarkan kondisi aktual
Laporan pencapaian program KB tidak tervisualisasi
Pelaksana Program tidak mengetahui Target program KB di Puskesmas
Tidak meratanya pembagian program kesehatan pada tenaga kesehatan
target ditetapkan berdasarkan kondisi tahun sebelumnya.
Pelayanan di Puskesmas yang lambat
Monitoring pelaksanaan program KB tidak berjalan
Struktur organisasi program kesehatan tidak terupdate dan tervisualisasi
Tidak adanya sosialisasi target program KB kepada pelaksana Program
Belum adanya standarisasi waktu pelayanan di Puskesmas
Belum adanya reward bagi perencana dan pelaksana program kesehatan jika target tercapai.
Belum adanya evaluasi program KB secara bulanan
Belum terdapatnya visualisasi pembagian program kesehatan di Puskesmas
Belum adanya arahan dari DINKES terkait penetapan target di Puskesmas
Environment
Organizing
Controlling
Actuating
Planning
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang manfaat penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.
Tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program KB hanya 2 orang
Tidak terpakainya pengalokasian dana untuk program KB tersebut
Kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang terampil dalam pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang
Kurangnya sosialisasi mengenai keuntungan jangka panjang dan dampak positif dari program KB tersebut
Pelaksanaan program KB tidak terarah sesuai target dan sasaran
Sarana yang terbatas di Puskesmas
Petugas perencanaan menganggap program sebelumnya cukup baik
Pengalokasian dana dialihkan untuk program KB lainnya
Koordinasi dalam proses pengawasan masih belum baik
Program KB tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya di Puskesmas
Fungsi organisasi program KB yang kurang teratur
Metode pengawasan yang masih belum jelas
Minimnya informasi dan penjelasan pelaksanaan program KB pada para petugas di lapangan
Evaluasi hasil program KB ditangani banyak pihak
Lingkungan masyarakat yang enggan menggunakan KB IUD
Monitoring pelaksanaan program KB yang kurang tepat
Petugas perencanaan kurang mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya
Program KB dianggap mempunyai cakupan yang tidak luas.
Environment
Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan pada program KB
Organizing
Controlling
Man
Jumlah anggaran untuk program KB tidak sesuai dengan kapasitasnya.
Actuating
Planning
Money
Material
Method
Kurangnya kerja sama antar petugas pelaksana program KB
Kurangnya minat masyarakat terhadap alat kontrasepsi jangka panjang.
Cakupan peserta KB aktif dengan IUD Sekecamatan Pademangan pada periode Januari Juli 2015 adalah sebesar 32,3% berada di bawah target yaitu 45 %
Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan program KB tersebut di puskesmas
Kurang jelasnya perencanaan program
Masyarakat lebih memilih menggunakan KB jangka pendek
Petugas perencanaan hanya mengacu pada perencanaan program yang telah ada sebelumnya
Outcome KB tidak secara keseluruhan menggambarkan tingkat keberhasilan program KB di puskesmas
Stigma masyarakat terkait KB jangka panjang sering gagal.
Kurang jelasnya pembagian jobdesk pengorganisasian program KB di puskesmas
Kurangnya komunikasi antar petugas pelaksana program KB
60