Transcript
Page 1: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

3.Hubungan antara agama, budaya dan seni(estetika, emosi dan etika)

Page 2: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Senses of Crisis: Bagaimana hubungan Islam dengan seni

budaya? Mengapa hubungan Islam dengan seni

(khususnya) sering tidak harmonis? Bagaimana solusinya?

Apa peran seni budaya bagi Islam, dan (sebaliknya) apa peran Islam bagi seni budaya?

Dalam hubungan antara Islam dan seni budaya, adakah yg lebih mendominasi dan mengapa?

Page 3: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Estetika

Estetika/keindahan merupakan dominasi karya seni.

Dua jenis keindahan:a. Seni Murni, antara lain: seni sastra, seni musik, seni rupa, seni patung, seni tari,dan seni arsitek. b. Seni Mekanis, antara lain: seni busana, perhiasan, meubelair, mobil, permadani, dan lainnya.

Keindahan secara implisit meliputi seluruh karya seni dan karya non seni seperti benda-benda dalam kebutuhan sehari-hari.

Page 4: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Estetika dan Emosi

Proses penikmatan keindahan, dilakukan dengan cara meminimalkan aspek-aspek intelektual, logika dan yang menyangkut aspek-aspek pikiran pada umumnya.

Kualitas estetika dinikmati karena dirasakan, bukan difikirkan. Lebih berhubungan dengan masalah kontemplasi, ruhaniah, bahkan agama.

Proses penikmatannya dengan mempertimbangkan struktur dan komposisi pada obyek serta keterlibatan emosi (dengan unsur-unsur: haru, sedih, rindu, senang, pilu, iba, marah, benci, dendam, takut dan sebagainya) dan latarbelakang kultur subyek.

Oleh karena itu proses penikmatan estetika lebih bersifat subyektif. (Kecantikan seorang gadis, tolok ukurnya berbeda antara orang Negro, Arab, Eropa, China, Indonesia, dsb)

Page 5: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Semula estetika berhubungan dengan selera, cita rasa/taste, perasaan maupun persepsi indera.

Oleh Baumgarten (Jerman) pengertian estetika dipersempit hanya pada pengalaman inderawi, khususnya keindahan artistik pada hasil karya seni. Sehingga tidak ada karya seni yang tidak mengandung keindahan.

Keindahan adalah energi, memperbaharui dimensi-dimensi kejiwaan yang sementara mengalami stagnasi dan gangguan sebagai akibat tidak terpenuhinya berbagai kehendak dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu, estetika selalu menjadi kebutuhan.

Page 6: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Subyektifitas Sifat subyektif dalam penikmatan

estetis terjadi oleh adanya tanggapan subyek terhadap karya seni.

Oleh karena itu kualitas estetis terkandung dalam diri atau dalam pikiran subyek yang mengamatinya.

Menurut J. Dewey, keindahan bukan dengan sendirinya ada dalam suatu obyek, tetapi karena dari pertemuan obyek estetis dengan subyek pengamat.

Page 7: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Penikmat Karya Seni

Karya seni dihasilkan oleh manusia. Mula-mula yang menikmati yang membuatnya sendiri, lalu dipublikasikan, dipamerkan, dijualbelikan dan dihadiahkan, maka karya seni bisa dinikmati banyak orang, bahkan seluruh dunia.

Seni untuk seni dalam kenyataan tidak pernah ada.

Itu sebabnya dalam estetika sebagai hasil karya, seni tidak pernah bisa dipisahkan dengan etika.

Baik senantiasa berpasangan dengan benar.

Page 8: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Etika Menurut ajaran Islam baik estetika maupun etika

sumbernya adalah Tauhid. Allah itu Maha Indah dan menyenangi keindahan. Allah menciptakan taman/jannah yang indah. (Ada)

diciptakan di dalam taman indah itu manusia-manusia indah. Adam dan Hawa (Al-Qur`an surat at-Tin)

Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi (Al-Qur`an surat al-Baqarah: 30-31), yang tugasnya memelihara keindahan ciptaan Allah di bumi.

Melaksanakan amanah-Nya adalah etika kepada-Nya. Mereka yang merusak bumi adalah orang yang tidak memiliki apresiasi keindahan.

Dengan demikian sesungguhnya estetika dan etika dalam seni budaya Islam memiliki karakter transendental.

Page 9: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Agama Tanpa Budaya akan Mati Suri

Tanpa kebudayaan sebagai suatu proses kreatif yang tidak mengenal titik final dan hasil akhir,dan selalu terbuka bagi semua orang, agama akan mengalami kemati-surian, sejarah menjadi berhenti, dan masa depan menjadi barang haram.

Konsep ‘wahyu’ dan ‘Tuhan’ tidak pernah akan dikenal manusia kecuali dengan kebudayaan.

Islam sendiri sebagai agama yang memiliki materi ajaran yang integral dan komprehensif, disamping mengandung ajaran utama sebagai syari’ah, juga memotivasi umat Islam untuk mengembangkan seni budaya Islam, yaitu seni budaya yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

Seni budaya memperoleh perhatian yang serius dalam Islam karena mempunyai peran yang sangat penting untuk membumikan ajaran utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia.

Page 10: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Fungsi Agama bagi Budaya

Al-Qur`an memandang seni budaya sebagai suatu proses, dan meletakkan seni budaya sebagai eksistensi hidup manusia.

Seni budaya merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Seni budaya tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.

Untuk kebudayaan, agama berfungsi sebagai pembimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam. Bimbingan wahyu akan sangat diperlukan terutama ketika manusia mengalami kebekuan dalam memecahkan persoalan.

Page 11: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Dalam agama-agama tertentu kesenian dapat menjadi bagian integral dari kehidupan beragama.

Dalam agama Hindu, misalnya, pada tahap perkembangannya tertentu, mempersyaratkan seni

arca dan seni bangun sebagai bidang seni yang harus dipahami atau dikuasai sebagai bagian dari

kegiatan peribadatan. Dalam agama Hindu-Dharma di Bali dikenal pembedaan antara tari yang

tergolong wali, yaitu yang suci, karena merupakan bagian tak terpisahkan dari ritual suci yang

dilaksanakan, dan tari bebali, yaitu “persembahan” yang pada dirinya sendiri tidak tergolong suci,

namun menjadi terkait dengan kesucian karena dihaturkan kepada Sang Hyang Widi Wasa dalam

rangkaian suatu upacara suci .

www.themegallery.com

Page 12: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

www.themegaller

y.com

Dalam agama Nasrani dikenal golongan nyanyian yang disebut “lagu-lagu rohani”

yang memang dinyanyikan bersama sebagai bagian dari upacara keagamaan di gereja. Adapun di dalam agama Islam tidak ada bentuk ungkapan seni apapun yang berfungsi sebagai bagian integral

dari ritus keagamaan .

Page 13: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

www.themegallery.com

Seni budaya dalam Islam Kesenian Islami berkembang di luar inti kegiatan

keagamaan, meskipun dapat bersifat amat menunjang. Sebagai contoh dapat disebutkan bagaimana arsitektur dan ornamentik Islami berkembang seiring dengan perkembangan arsitektur masjid dan pernaskahan di berbagai negeri.

Tidak ada kaidah seni yang ditentukan melalui ajaran-ajaran pokok agama. Kalaulah kegiatan kesenian dilaksanakan dalam lembaga-lembaga pendidikan formal seperti pesantren, tujuannya adalah lebih sebagai penghalus budi, dan pengasah sensitivitas akan nilai-nilai religius secara umum.

Page 14: 3.Hubungan antara agama, budaya dan seni (estetika, emosi dan etika)

Seni dalam intelektualitas dan spriritualitas

kesenian bisa diposisikan sebagai penguat dalam sistem peribadatan. Atau, dalam pengembangan intelektualitas dan spiritualitas.

Dalam konteks ini, kesenian bisa memasuki wilayah akhlak karena akhlak tidak hanya diartikan etika atau moral saja, tapi suatu keadaan hati yang baik sehingga mempengaruhi perilaku ke arah yang lebih baik. Dan kesenian bisa mendidik melalui kalbu.