View Single Post [TAMAT] Kembalilah (Tak Terungkap) | Kisah Nyata Cinta Tiga Hati | R-17 (/post/55b7acf8dc06bd03208b4568#post55b
#4.25 (/show_post/55b7acf8dc06bd03208b4568/4.25/sembilan-h
Kaskus Addict –
Join: 25-05-2014,
Post: 1,341
(/profile
/viewallposts
/6829382)
m60e38 (/profile
/6829382)
28-07-2015 23:25
(/reputation
/55b7acf8dc06bd03208b4568)
(/profile
/6829382)
Sembilan Hari Terindah | Bagian 25
Sembilan Hari Terindah (Bagian 25)
Quote:
Januari 2005, malam semakin larut, dua suster datang dan menyuntikkan
sampel obat yang akan diberikan. Suntikan di atas daging dan di bawah kulit
yang dipergunakan untuk memastikan bahwa tubuhku menerima obat itu tanpa
ada alergi. Panas dan perih, itulah yang kurasakan saat itu. Nadine, ya gadis itu
ada di sebelahku saat ini begitu perhatiannya ia kepadaku kini, meskipun
bukanlah ia yang aku harapkan datang pada hari ini.
Quote:
“Gimana Nad, lancar gak?” tanyaku, “apanya yang lancar?” tanyanya
sedikit ketus, “jalanan sih lancar,” sambungnya dengan nada yang ketus.
“Ea, loe jagain gue sih jagain, galaknya gak usah dibawa juga kali,”
ujarku lalu berusaha beranjak dari pembaringanku.
“Tama!” teriaknya seketika ia menahan dadaku, “tidur sana tidur,” ujarnya
dengan nada yang menampakkan kecemasan dan skeptis disaat yang
bersamaan, aku terdiam dan memandangnya, “ngapain loe liat-liat?” tanya
Nadine lagi kepadaku, aku menggeleng.
“Loe manis banget kalo lagi cemas,” ujarku dan tersenyum, tiba-tiba
wajahnya memerah di remangnya cahaya malam itu, “loe itu Tam, dari
dulu senengannya bikin gue salting aja deh,” ujarnya lalu duduk lagi di
kursinya.
“Loh, salahkah gue memuji Nadine Helvelina?” tanyaku sambil memanggil
nama panjangnya, “enggak salah sama sekali sih,” ujarnya lalu ia
mengambil tasnya, “eh, loe gak mau pulang kan?” tanyaku agak heran, ia
lalu tersenyum.
“Terserah gue lah Tam, secara loe kan cuma temen gue,” ujarnya lalu
mengernyitkan dahinya, “huh, sendiri lagi malem ini,” ujarku lalu
menghela nafas, “gue pengen temenin loe sampe sembuh,” ujarnya lalu
menggenggam tanganku ringan, “yang bener Nad?” tanyaku tidak
percaya, ia hanya tersenyum lalu mengangguk pelan, tapi pasti.
“Gue cuma nyiapin baju aja buat besok,” ujarnya lalu dengan tanpa
canggung mengeluarkan seragam SMA di atas ranjangku, ya lengkap
dengan pakaian dalamnya, aku hanya memandangnya keheranan.
Sembilan Hari Terindah | Bagian 25 | Kembalilah (Tak Terungkap) | Kis... http://www.kaskus.co.id/show_post/55b7acf8dc06bd03208b4568/4.25
1 of 4 6/6/2016 12:21 PM
“Berarti besok daleman loe warna item, nanti gue SMS bocah,” ujarku lalu
tertawa kecil, sejurus kemudian ia mencubit pipiku, “sampe Kevin tahu
warna daleman gue, awas loh Tam,” ujarnya dan mencubit pipiku makin
keras.
Malam semakin larut, berulang kali kulihat Nadine menguap, tetapi ia masih
berkonsentrasi dengan buku yang masih ia pegang sekarang, ya ia masih
belajar. Ia sangat cantik dibalik kacamata full frame-nya malam itu, tetapi ya aku
tidak pernah bisa meraih hatinya dengan alasan yang aku tidak mengerti. Aku
tertidur, selain efek obat yang diberikan, juga karena memang deman di tubuhku
sangat tinggi dan membuatku sangat tidak nyaman.
Aku terbangun pukul 0500, aku berusaha duduk dari pembaringanku, tetapi
sesuatu menahanku. Ya, Nadine teridur di pahaku, wajahnya sangat polos
tanpa kacamata full frame yang biasanya ia gunakan. Ini masih pagi, tetapi aku
harus membangunkannya karen jarak dari rumah sakit ke sekolah cukup jauh.
Quote:
“Nad,” panggilku pelan, ia tidak bereaksi apapun saat itu, “Nad, bangun
udah jam lima,” ujarku lalu dengan sengaja kubelai rambutnya, ia malah
mengenggam tanganku, aku sedikit terkejut saat itu.
“Nad, bangun udah pagi,” ujarku lalu ia pun membuka matanya perlahan,
ia melihatku dan tersenyum, “met pagi Tam,” ujarnya tersenyum dengan
wajah yang sangat merah, ia lalu melepas genggaman tangannya
perlahan.
“Mandi sana, nanti loe telat,” ujarku, ia lalu mengacak-acak rambutnya
dan melihatku, sejurus kemudian ia menggeliat dengan menaikkan kedua
tangannya ke atas.
“Udah mandi, gak usah sok seksi di depan gue,” ujarku ketus, “yey, siapa
yang sok seksi,” ujarnya tak kalah ketus sambil memandang ke arahku.
Baru pertama kali aku melihat gadis itu menggeliat, ia lalu dengan langkai
masih gontai menuju ke kamar mandi untuk mandi pagi. Dua puluh menit
kemudian, ia sudah keluar dari kamar mandi dengan seragam SMA-nya. Wangi
sabun yang ia gunakan sangat khas, dan aku menyukainya, karena aku bisa
mengenalinya hanya dengan mencium wangi sabun ini.
Quote:
“Nad,” panggilku pelan, “aku bahagia bisa kenal sama kamu,” ujarku pelan di
telinganya, “sama-sama Tam,” ujarnya masih di dekapanku, “jadi Betelgeuse buat
aku selalu yah,” pintaku lembut kepadanya.
“Selalu Tam,” ujarnya dengan hangat, “kenapa tiba-tiba Tama begitu romantis?”
Sembilan Hari Terindah | Bagian 25 | Kembalilah (Tak Terungkap) | Kis... http://www.kaskus.co.id/show_post/55b7acf8dc06bd03208b4568/4.25
2 of 4 6/6/2016 12:21 PM
tanyanya kepadaku, “karena aku ngerasa bersalah sama Nadine,” ujarku.
Aku mencium bibirnya dengan hangat di malam itu, tanpa ada sebersit pikiranpun tentang
Cauthelia malam ini. Aku menciumnya, seakan aku tidak pernah mengenal Cauthelia,
seakan ia tidak pernah ada dekat denganku. Aku menciumnya sangat lama hingga aku
menyudahinya, dengan wajah yang sangat merah ia tersenyum kepadaku.
Quote:
“Aku tahu ini bodoh, tapi aku sayang sama Elya, tapi aku juga sayang sama
Nadine,” ujarku pelan, saat itu Nadine hanya memandangku dengan wajah yang
sangat merah.
“Biarlah Tama cinta sama dua, tiga, ato empat wanita, asalkan ada Nadine di hati
Tama, itu udah cukup,” ujarnya pelan, “cinta Tama udah sempurnain Nadine,”
ujarnya lalu ia membuka sweater yang ia gunakan.
Deg, jantungku kembali berdetak kencang saat ia mengatakan hal itu. Ia menggenggam
tanganku dengan perlahan ia letakkan tanganku di dada kirinya, aku memandangnya
dengan tidak percaya, mengapa ia lakukan ini? Hatiku bertanya-tanya saat ini. Tanganku
terpaku disana saat ia mulai melepaskan kancing kemeja yang ia gunakan satu persatu.
Quote:
“Detak jantung yang sama kayak Elya,” ujarku pelan, “aku bisa ngerasain cinta di
setiap detaknya,” ujarku berusaha mengalihkan suasana malam itu.
“Lakuin, seperti apa yang Tama lakuin ke Elya,” ujarnya dengan wajah yang
sangat merah, “maaf kalo gak segede punya Elya,” ujarnya lagi.
Satu jam tiga puluh menit kemudian aku tiba di Villa, saat itu aku sudah lelah, ya semua
yang kulakukan hari ini membuatku sangat lelah, entah apa lagi yang akan terjadi besok,
yang pasti hari ini pengakuan kedua gadis itu membuatku semakin terikat kepada
mereka berdua, entah bagaimana aku harus bertindak setelah ini. Setelah mengecup
lembut bibirku, Nadine sejurus menuju kamar, sementara aku masih duduk di ruang
depan sambil menonton televisi.
Kulihat kedua tanganku sendiri, apa yang sudah kulakukan kepada mereka? Tanyaku
dalam hati, rasa sesal itu kembali datang, ketagihan, dan apalah itu namanya, dan aku
merasa diriku sangatlah bodoh. Ini sudah pukul 2315, aku menghela nafas panjang, lalu
kuputuskan untuk memeriksa jendela dan pintu satu persatu setelah itu aku ingin
memeriksa keadaan kedua gadis itu sebelum aku pergi tidur.
Semua pintu sudah terkunci, dan semua jendela juga sudah terkunci, saatnya aku
menghampiri Nadine yang lebih dekat dari posisiku saat ini. Kubuka pintu kamarnya, dan
setelah itu aku mendekatinya, aku tersenyum kepada gadis yang sudah tidur lelap di
balik selimutnya, perlahan, kucium keningnya dan aku meninggalkan kamar itu.
Sembilan Hari Terindah | Bagian 25 | Kembalilah (Tak Terungkap) | Kis... http://www.kaskus.co.id/show_post/55b7acf8dc06bd03208b4568/4.25
3 of 4 6/6/2016 12:21 PM
Kali ini aku menuju kamar Cauthelia, saat kubuka kamarnya, pemandangan yang menguji
imanku terlihat di sana. Cauthelia, yang tertidur polos tanpa sehelai benang, saat itu
seluruh selimutnya tersingkap dan hanya menutupi bagian perut ke bawah. Wangi
keringat gadis itu benar-benar membuat hasratku memuncak, aku menggelengkan kepala
perlahan, kuhampiri gadis itu dan kuraih selimut dari bagian perutnya, lalu kunaikkan
selimut itu hingga ke pundaknya.
Sekilas tapi jelas aku melihat bagian perut ke atas, aku hanya menahan nafasku supaya
tidak menganggunya dan terbangun. Setelah selesai, aku mencium keningnya, perlahan,
aku lalu keluar dari kamar tersebut. Sejujurnya wangi keringat gadis itu benar-benar
menggodaku, tetapi Westinghouse Air Brake sudah berfungsi normal. Aku menuju ke
kamarku sendiri dan aku pun merebahkan diriku disana, tidak lama kemudian aku
tertidur.
Sembilan Hari Terindah | Bagian 25 | Kembalilah (Tak Terungkap) | Kis... http://www.kaskus.co.id/show_post/55b7acf8dc06bd03208b4568/4.25
4 of 4 6/6/2016 12:21 PM