PEDOMAN UMUM
SEKOLAH LAPANG IKLIM
TA. 2009
DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
DEPARTEMEN PERTANIAN 2009
i
KATA PENGANTAR
Dampak perubahan iklim yang mengakibatkan banjir dan kekeringan di lahan usahatani akan mengancam ketahanan pangan nasional. Untuk itu petani sebagai ujung tombak pelaksanaan usahatani diharapkan mampu melaksanakan usahatani degan meminimalisir dampak perubahan iklim yang terjadi sehingga tidak terjadi penurunan produksi.
Sekolah Lapang Iklim menjadi salah satu upaya pemberdayaan petani dalam upaya mengantisipasi bencana banjir dan kekeringan di lahan usahatani sebagai akibat dampak perubahan iklim
Pedoman Umum ini disusun dengan maksud untuk menjadi pedoman dan acuan pelaksanaan bagi pelaksana kegiatan Sekolah Lapang Iklim dan semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan ini. Dengan adanya acuan atau pedoman ini diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan juklak di propinsi dan juknis di kabupaten agar petugas dapat memahami dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat terwujud sesuai harapan yang ingin dicapai.
Demikian semoga pedoman umum ini dapat dilaksanakan oleh
para pelaksana di Pusat maupun di Daerah dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Jakarta, Januari 2009 Direktur Pengelolaan Air
............................... NIP. ...............
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................ iii I. PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................... 1 B. Tujuan ...................................................................... 3 C. Sasaran .................................................................... 4 D. Istilah ........................................................................ 5
II. SEKOLAH LAPANG IKLIM ........................................... 12
A. Prinsip Dasar Sekolah Lapang Iklim ......................... 13 B. Azas-azas Sekolah Lapang Iklim ............................. 13 C. Proses Belajar .......................................................... 14 D. Pemandu/Fasilitator ................................................. 16
III. PROSES SEKOLAH LAPANG IKLIM ........................... 17
A. Metode Pelaksanaan ................................................ 17 B. Lokasi dan Peserta Sekolah Lapang Iklim................. 18 C. Persiapan ................................................................. 18 D. Kurikulum Sekolah Lapang Iklim .............................. 20 E. Pelaporan ................................................................. 28 F. Pembiayaan ............................................................. 28
iii
IV. INDIKATOR KINERJA ................................................... 30
A. Keluaran (Output) ..................................................... 30 B. Hasil (Outcome) ....................................................... 30 C. Manfaat (Benefit) ...................................................... 30 D. Dampak (Impact) ...................................................... 30
V. MONITORING DAN EVALUASI ..................... 31
A. Monitoring dan Evaluasi ........................................... 31 B. Pelaporan ................................................................. 31
VI. PENUTUP ....................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 34 LAMPIRAN
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanasan global (global warming) telah mengubah kondisi iklim
global, regional, dan lokal. Mengingat iklim adalah unsur utama yang
berpengaruh dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka
perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan
ketahanan pangan. Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya
tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan
pertanian, yaitu: (a) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap
unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (b)
berubahnya pola curah hujan, (c) makin meningkatnya intensitas kejadian
iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan (d) naiknya
permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara.
Selain menurunkan produktivitas terutama akibat terjadinya banjir dan
kekeringan, pergeseran musim dan peningkatan intensitas kejadian iklim
ekstrim, global warming juga menjadi penyebab penciutan dan fluktuasi
luas tanam serta memperluas areal pertanaman yang akan gagal panen,
terutama tanaman pangan dan tanaman semusim lainnya. Oleh sebab itu
perubahan iklim dan kejadian iklim ekstrim seperti El-Nino dan La-Nina
akan mengancam ketahanan pangan nasional, dan keberlanjutan pertanian
pada umumnya. Sebagai gambaran, satu kali kejadian El-Nino (Lemah-
sedang) dapat menurunkan produksi padi nasional sebesar 2-3%. Jika iklim
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 2
ekstrim diikuti oleh peningkatan suhu udara maka penurunan produksi padi
akan lebih tinggi.
Selain akan menciutkan luas lahan pertanian akibat terendam air laut,
peningkatan permukaan air laut juga akan meningkatkan salinitas
(kegaraman) tanah sekitar pantai. Salinitas pada tanah bersifat racun bagi
tanaman sehingga mengganggu fisiologis dan fisik pada tanaman, kecuali
tumbuhan laut dan pantai atau varietas adaptif. Salinitas pada padi sangat
erat kaitannya dengan keracunan logam berat, terutama Fe dan Al.
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai garis dan hamparan
pantai yang sangat panjang, sehingga penciutan lahan pertanian akibat
peningkatan permukaan air laut menjadi sangat luas.
Salah satu dampak perubahan iklim global yaitu bergesernya awal
musim hujan, hal ini berdampak sangat besar untuk para petani.
Sedangkan informasi ramalan akhir musim hujan atau awal musim
kemarau, sangat diperlukan untuk menentukan musim tanam berikutnya
akan menanam komoditas apa? Dan kapan mulai tanam.
Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat petani akan dampak
perubahan iklim, pemahaman terhadap prilaku iklim (hujan) dan upaya
penyesuaian pola tanam dan jadwal tanam, diperlukan Sekolah Lapang
Iklim yaitu sekolah informal bagi para petani yang belajar mengenai iklim
secara mandiri melalui proses mengalami, berbagi pendapat, menarik
kesimpulan dan menentukan langkah aksi yang akan melahirkan
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 3
pengalaman baru yang ditularkan ke petani lain.
B. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan & kemampuan petani dalam
pemanfaatan informasi iklim dan kearifan lokal dalam kegiatan
budidaya tanaman
2. Meningkatkan kemampuan petani untuk menanggulangi
permasalahan banjir & kekeringan di lahan usahataninya sehingga
dapat meminimalkan resiko kehilangan hasil
3. Meningkatkan kemampuan petani dalam mengidentifikasi perubahan
iklim dan dampak yang ditimbulkan terkait ketersediaan air
4. Meningkatkan sikap kritis petani dalam mengambil keputusan
menyangkut upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
C. Sasaran
1. Meningkatnya pengetahuan & kemampuan petani dalam
pemanfaatan informasi iklim dan kearifan lokal dalam kegiatan
budidaya tanaman
2. Meningkatnya kemampuan petani untuk menanggulangi
permasalahan banjir & kekeringan di lahan usahataninya sehingga
dapat meminimalkan resiko kehilangan hasil
3. Meningkatknya kemampuan petani dalam mengidentifikasi perubahan
iklim dan dampak yang ditimbulkan terkait ketersediaan air
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 4
4. Meningkatknya sikap kritis petani dalam mengambil keputusan
menyangkut upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
D. Istilah
Dalam Pedoman Teknis ini akan dijumpai istilah-istilah yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
1. Cuaca
Keadaan fisik atmosfer pada suatu saat (waktu tertentu) di suatu
tempat, yang dalam waktu singkat (pendek) berubah keadaannya,
seperti panas, kelembaban atau gerak udaranya
2. Iklim
Peluang statistik keadaan cuaca rata-rata atau keadaan cuaca
jangka panjang pada suatu daerah, meliputi kurun waktu beberapa
bulan atau beberapa tahun
3. Unsur Iklim
Radiasi matahari, Temperatur, Kelembaban, Awan, Presipitasi,
Evaporasi, Tekanan Udara, Angin
4. Faktor/Pengendali Iklim
Ketinggian tempat, Latitude/ garis lintang, Daerah tekanan, Arus
laut, Permukaan tanah
5. Musim
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 5
Rentang waktu yang mengandung fenomena (nilai sesuatu unsur
cuaca) yang dominan atau mencolok
6. Gas Rumah Kaca (GRK)
Gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap
radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga
menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi hangat.
7. Efek Rumah Kaca
Bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang
menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar
atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan
menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih panas.
8. Pemanasan Global
Kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan
daratan Bumi.
9. Perubahan Iklim
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan
terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti
naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta
berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada
akhirnya merubah pola iklim dunia.
10. El Nino
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 6
Penampakan suhu air permukaan laut yang panas yang tidak
normal di wilayah ekuator bagian timur dan tengah yang memberi
dampak kemarau kering berkepanjangan di Indonesia
11. La Nina
Penampakan suhu permukaan laut yang lebih rendah dari
normalnya di wilayah ekuator bagian timur dan tengah yang
memberi dampak musim hujan deras terus menerus di Indonesia
12. Data Iklim
Data cuaca yang dapat digunakan sebagai petunjuk tentang
keadaan iklim di suatu tempat
13. Adaptasi
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan dampak negatif dari
perubahan iklim.
14. Mitigasi
Upaya untuk mengurangi emisi GRK sehingga laju perubahan iklim
dapat ditekan.
15. Curah Hujan (mm)
Ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu)
millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 7
yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung
air sebanyak satu liter.
16. Curah hujan kumulatif (mm)
Jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif.
Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang
musim pada masing-masing Zona Prakiraan Iklim (ZPI).
17. Zona Prakiraan Iklim (ZPI)
Daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas
antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah
yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas
antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non
ZPI.
Luas suatu wilayah ZPI tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah
administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZPI bisa
terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah
kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZPI.
18. Permulaan Musim Kemarau
Berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang
dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya.
Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama,
atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1971-2000).
19. Permulaan Musim Hujan
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 8
Berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama
atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian
berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal
(maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-
rata 1991-2000).
20. Dasarian
Rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari.
Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :
a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10.
b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20.
c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan
akhir bulan.
21. Sifat Hujan
Perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang
ditetapkan (satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan
normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971-2000).
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Diatas Normal (AN) :
jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.
b. Normal (N) :
jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya.
c. Dibawah Normal (BN) :
jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-
ratanya.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 9
22. Dinas Pertanian
Dinas Pertanian adalah dinas yang di dalam tugas pokok dan
fungsinya mendapat mandat di bidang pertanian tanaman pangan.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 10
II. SEKOLAH LAPANG IKLIM
Sekolah Lapang Iklim adalah Sekolah lapang yang dilaksanakan di alam
terbuka dengan memberdayakan petani agar mampu membaca kondisi
iklim serta kearifan lokal untuk melaksanakan budidaya pertanian spesifik
lokasi agar dapat meminimalisir penurunan produksi akibat dampak
fenomena iklim (banjir dan kekeringan).
Sekolah Lapang Iklim seperti sekolah lapang lainnya, diselenggarakan di
lapangan dan mempunyai kurikulum , system evaluasi belajar dan sertifikat
tanda kelulusan.
Pada Sekolah lapang iklim hanya dikenal peserta dan fasilitator. Karena
dalam proses belajarnya peserta diharapkan dapat membangun materi
pembelajaran dengan bantuan pemandu lapangan sebagai fasilitatornya.
A. Prinsip Dasar Sekolah Lapang Iklim
“ Belajar dengan melakukan sesuatu (Learning by doing) dan
Belajar melalui Pengalaman (Learning by experiencing)” Prinsip ini
berdasarkan pada Saya baca, saya lupa. Saya Lihat, saya ingat.
Saya melakukan sesuatu, saya bisa. Saya menemukan, saya
menguasai.”
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 11
B. Azas – Azas Sekolah Lapang Iklim :
1. Sarana belajar utama di lapangan
2. Cara belajar lewat pengalaman
3. Mengembangkan perencanaan dari bawah
4. Tidak ada guru, yang ada fasilitator sebagai pelayan yang
membantu melancarkan proses belajar
5. Pengkajian agroekosistem dan iklim
6. Metode serta bahan praktis dan tepat guna
7. Kurikulum berdasarkan ketrampilan yang dibutuhkan
8. Dilaksanakan dalam satu musim tanam
9. Pelaksanaan terbagi atas tahap persiapan dan pelaksanaan
10. Peserta berasal dari 1 GP3A yang mewakili P3A bagian hulu,
tengah dan hilir
11. GP3A terpilih adalah GP3A yang aktif dalam kegiatan
usahataninya dan sering mengalami masalah dalam
ketersediaan air.
12. Lokasi yang menjadi pengamatan dan tempat belajar
ditententukan oleh peserta yang dianggap paling
representative disesuaikan dengan kebutuhan materi
C. Proses Belajar
Selama proses belajar, peserta akan melaksanakannya melalui proses
“Daur Belajar dari Pengalaman”. Yaitu Mengalami/melakukan
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 12
(mengamati di lapangan), Mengungkapkan (menggambar ekosistem),
Menganalisis (diskusi/analisa), Menyimpulkan (memutuskan tindakan yang
perlu dilakukan) dan Menerapkan/Kembali melakukan (di lahan belajar dan
lahan sendiri).
Proses ini merupakan proses belajar yang alamiah, tidak ada murid dan
guru, peserta belajar dari dirinya/pengalamannya sendiri. Pemandu
Lapangan hanya berperan membantu agar proses belajar berjalan dengan
baik.
Proses Daur Belajar dapat dilihat pada siklus berikut :
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 13
D. Pemandu/Fasilitator
Pemandu bukanlah guru atau instruktur melainkan fasilitator yang
akan menggali dan membangkitkan kemampuan kritis petani dalam
proses belajar. Untuk itu pemandu sekolah lapang iklim mempunyai
syarat sebagai berikut :
1. Telah mengikuti TOT Sekolah Lapang Iklim
2. Menguasai metode pendidikan orang dewasa
3. Menguasai konsep mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
serta mampu mengolah data/informasi iklim dan kearifan
lokal untuk dirumuskan menjadi suatu strategi
penanggulangan dampak perubahan iklim.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 14
III. PROSES SEKOLAH LAPANG IKLIM
Proses Sekolah Lapang Iklim menjelaskan bagaimana Sekolah Lapang
Iklim dilaksanakan sehingga tujuan dan sasaran penyelenggaraan dapat
berjalan baik. Proses itu meliputi beberapa tahapan mulai dari metoda
pelaksanaan, persiapan, pelaksanaan, hari lapang petani evaluasi dan
pelaporan. Oleh karena itu, sekolah lapang ini dilaksanakan dalam 1
musim tanam.
A. Metoda Pelaksanaan
Sekolah Lapang Iklim dilaksanakan dalam 1 musim tanam yang
terdiri dari 12 kali pertemuan dengan jarak antar pertemuan 7
hari/ 1 minggu. Untuk menilai keberhasilan pada pertemuan ke 12
dilakukan evaluasi.
B. Lokasi dan Peserta SLI
1. Lokasi
a. Pilih lokasi di areal/wilayah GP3A atau Gapoktan
b. Tempat belajar/latihan dapat berpindah pindah pada
setiap P3A/Kelompok Tani yang ada di wilayah tersebut
sesui dengan materi yang dibicarakan
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 15
2. Peserta
a. Jumlah peserta 25 orang
b. Peserta mewakili semua P3A/Kelompok tani yang ada di
wilayah GP3A/Gapoktan tersebut
c. Pilih peserta yang cukup aktif di P3A/Kelompok taninya.
C. Persiapan
Kegiatan Persiapan meliputi upaya koordinasi dengan para pihak
terkait.
Persiapan Sekolah Lapang Iklim dilakukan dalam 2 kali pertemuan
(Lampiran 1). Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Persiapan ke - 1
- Sosialisasi Pelaksanaan SLI dengan mengundang
pengurus P3A yang ada dalam GP3A terpilih.
- Menentukan Pemandu dan Peserta SLI
- Mendata kebutuhan data informasi iklim dan ketersediaan
air untuk menentukan awal musim tanam
2. Persiapan ke - 2
- Kontrak Belajar
Metoda pembelajaran partisipatoris yang dikembangkan
bertujuan agar semua orang yang terlibat mempunyai
rasa memiliki terhadap program Sekolah Lapang Iklim
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 16
(SLI) yang akan dilakukan, sehingga para peserta
memiliki motivasi dan komitmen yang kuat untuk
mengikuti seluruh kegiatan sekolah lapangan.
- Mengolah data informasi iklim dan ketersediaan air untuk
menentukan jenis komoditas awal musim tanam dan awal
pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim.
- Menyusun Jadwal, Materi dan Lokasi SLI
- Menyusun kebutuhan bahan dan dana pelaksanaan SLI
D. Kurikulum Sekolah Lapang Iklim
Sekolah Lapang Iklim dilaksanakan dalam 1 (satu) musim tanam. Contoh
jadwal pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Iklim pada Lampiran 2.
Kurikulum SLI disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan peserta.
Contoh Kurikulum Sekolah Lapang Iklim yang dapat digunakan adalah:
1. Evaluasi Hasil Pengamatan di Lapangan
Peserta diharapkan mengamati kondisi lapangan (pertanaman)
selama seminggu dan mendiskusikan hasilnya pada saat
pertemuan berikutnya.
2. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok dimaksud untuk meningkatkan Kerjasama,
Komunikasi, Kepemimpinan dan Kreativitas antara para petani
peserta dalam suatu kelompok .
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 17
3. Pengenalan unsur cuaca dan iklim
Pengamatan cuaca, yang diamati : Cuaca Sesaat, Tekanan Udara,
Tempreratur udara, Kelembaban Udara, Angin, Perawanan,
Presipitasi, Radiasi Matahari, Visibilitas dll.
4. Pengenalan Ekosistem
Pengamatan lapangan sangat membantu peserta untuk lebih
mengenal ekosistem yang dihadapinya, sehingga mereka akan
lebih mudah mengetahui permasalahan yang terjadi dan upaya
apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
5. Pengenalan Istilah dalam Prakiraan Musim
Membangun kemampuan peserta untuk menterjemahkan hasil
prakiraan BMG untuk menduga atau memprakirakan iklim.
6. Konsep Peluang (Prakiraan atau ramalan mengandung
kesalahan)
Kondisi iklim pada satu musim ke musim yang sangat berfluktuasi
karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Pada musim
tertentu kemampuan meramal menjadi kurang baik karena faktor
yang tidak diketahui dan sulit diduga perilakunya. Pada musim lain
kemampuan meramal menjadi lebih baik karena ada dominasi
faktor yang sudah dipahami perilakunya seperti fenomena El-Nino
dan La-Nina. El-Nino berkaitan dengan kejadian kekeringan, La-
Nina berkaitan dengan kejadian banjir
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 18
7. Pengaruh cuaca dan iklim terhadap perkembangan OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) serta Pertumbuhan
Tanaman.
Mempelajari pengaruh cuaca dan iklim terhadap perkembangan
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) untuk mempelajari cara
pencegahan dan pengendalian hama.
Mempelajari Pengaruh cuaca dan iklim terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman untuk menilai penurunan produksi yang
mungkin terjadi akibat dampak perubahan iklim.
8. Field Trip
Kunjungan ke stasiun Klimatologi ditujukan untuk
memperkenalkan lebih jauh tentang jenis-jenis peralatan yang
digunakan untuk mengukur unsur iklim
9. Pengenalan Alat pengukur unsur cuaca/iklim dan cara
kalibrasi data
- Alat pengukur unsur cuaca/iklim tidak bisa dibuat secara
sembarangan tetapi harus mengikuti pedoman baku
sehingga tingkat ketelitian pengukuran dapat diandalkan.
- Kalibrasi merupakan kegiatan untuk menyesuaikan data hasil
pengukuran alat yang tidak memenuhi standar dengan data
hasil pengukuran alat yang standar.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 19
10. Mengenal Proses pembentukan hujan
Peserta diajak untuk mengenal unsur alam yang mempengaruhi
proses pembentukan hujan dan bagaimana pengaruh hutan
dilingkungan mereka dapat menahan air hujan untuk disimpan
lebih banyak dalam tanah.
11. Memanfaatkan Informasi prakiraan musim dan Kearifan
lokal untuk mengatur strategi penanaman
- Dalam menentukan budidaya atau teknologi penanaman
yang akan dilakukan sebaiknya ikut mempertimbangkan hasil
ramalan musim. Dengan demikian kemungkinan kegagalan
dapat dihindari atau dikurangi.
- Bila diramalkan pada musim gadu El-Nino terjadi, maka
resiko terkena kekeringan akan tinggi. Kalau penanaman
tetap dilakukan seperti biasanya, khususnya pada daerah
yang rentan, maka sebaiknya perlu diperhatikan saat tanam,
atau menggunakan varietas yang tahan kering atau diganti
dengan komoditi non-padi yang kebutuhan airnya sedikit.
- Bila diramalkan pada musim rendeng dengan curah hujan
tinggi (hujan akan lebih tinggi dari normal), maka daerah
yang biasa terkena banjir sebaiknya perlu mengatur waktu
tanam sehingga ancaman banjir dapat dihindari.
12. Mengenal ekologi tanah
Mempelajari keseimbangan antara jumlah air yang diberikan ke
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 20
lahan (hujan dan irigasi) dan jumlah air yang hilang lewat
penguapan, run off dll untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
tanaman serta potensi terjadinya banjir.
13. Mempelajari Neraca air lahan untuk menentukan
kebutuhan irigasi dan menilai potensi kejadian banjir.
Neraca air lahan menunjukkan keseimbangan antara jumlah air
yang diberikan ke suatu lahan (hujan dan irigasi) dan jumlah air
yang hilang baik lewat penguapan ataupun aliran permukaan dan
pengisian air tanah
14. Analisa Usahatani Sederhana
Menghitung secara sederhana keuntungan secara ekonomi dari
aktifitas usahatani yang dilakukan.
15. Penilaian ekonomi informasi prakiraan musim/iklim
Kejadian iklim ekstrim selalu/seringkali menimbulkan kerugian
yang besar tanpa mampu mengatasinya. Kemampuan prakiraan
dan tingkat adopsi thd hasil prakiraan masih rendah
16. Mengenal Faktor Penyebab Banjir dan kekeringan
Mengidentifikasi faktor penyebab banjir dan kekeringan di
wilayahnya serta peluang bencana itu terjadi.
17. Pengendalian masalah banjir & kekeringan
Banjir dan kekeringan merupakan dua bentuk bencana alam yang
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 21
disebabkan oleh iklim ekstrim
Hal yang perlu dilakukan dalam mengatasi kejadian iklim ekstrim:
• Kenali wilayah yang termasuk rawan pada saat hujan
menyimpang dari normal
• Temukan atau pelajari faktor-faktor dominan penyebab
penyimpangan iklim
• Cari sumber informasi iklim atau ramalan tentang kejadian
iklim ekstrim(BMG dan internet) dan catat nomor hotline-
nya.
• Identifikasi bentuk kegiatan operasional/ program antisipasi
atau mengatasi kejadian iklim ekstrim. Seperti pembuatan
embung, sumur pompa, diversifikasi usahatani, penerapan
sistem sorjan, dll.
18. Hari Lapang Petani
Hari lapang petani merupakan media pertemuan antara petani
peserta SLI dan petani yang belum mengikuti SLI dalam rangka
memperkenalkan kegiatan SLI yang sedang berlangsung.
Kegiatan ini dilaksanakan di akhir kegiatan. Pada hari lapang
petani menunjukkan hasil proses kegiatan SLI dan memberikan
rekomendasi pola tanam dan jadwal tanam yang dihasilkan petani
peserta SLI selama proses belajar.
19. Evaluasi Belajar
Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 22
pelaksanaan kegiatan SLI.
20. Pemberian Sertifikat
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan kegiatan SLI.
Peserta yang berhasil menyelesaikan SLI akan mendapatkan
sertifikat sebagai bukti kelulusan/keikut sertaan.
E. Pembiayaan
Biaya disediakan melalui dana Tugas Pembantuan, Anggaran
tersebut digunakan untuk :
- ATK,
- Display/alat peraga/modul,
- Konsumsi Rapat
- Perlengkapan Peserta
- Foto Copy Bahan
- Penyusunan Laporan
- Honor Panitia dan Narasumber
- Penggantian Transport Peserta dan Petugas
Pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Iklim dilaksanakan di 55 (lima
puluh lima) kabupaten di 9 (sembilan) propinsi. Rincian lokasi tersebut
pada Lampiran 5.
Penggunaan anggaran Sekolah Lapang Iklim dijelaskan dalam
Lampiran 6.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 23
IV. INDIKATOR KINERJA
A. Keluaran (Output)
Terlaksananya kegiatan Sekolah Lapang Iklim.
B. Hasil (Outcome)
Tersosialisasikannya informasi iklim untuk penentuan pola tanam
dan jadwal tanam
C. Manfaat (Benefit)
Terlaksananya usahatani dengan pola tanam dan jadwal tanam
sesuai informasi iklim sehingga dapat mengurangi resiko akibat
adanya pengaruh iklim.
D. Dampak (Impact)
Meningkatkan upaya antisipasi dan adaptasi perubahan iklim
sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas lahan.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 24
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan
Sekolah Lapang Iklim yang meliputi kegiatan persiapan dan
pelaksanaan yaitu :
1. Terhadap kegiatan persiapan meliputi antara lain pemilihan
lokasi, petani, sosialisasi, rencana pembiayaan, dukungan dari
pemerintah daerah setempat dan lain-lain.
2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan penyusunan rencana
kegiatan, organisasi, tugas dan fungsi pelaksana, pengadaan
dan penggunaan bahan/alat, pelaksanaan kegiatan SLI,
produktivitas pekerjaan dan lain-lain.
B. Pelaporan
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Adapun
macam laporan adalah :
1) Laporan Persiapan
Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang hasil
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 25
persiapan pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim antara lain hasil
sosialisasi, penentuan fasilitator, peserta, lokasi kegiatan, jadwal
pelaksanaan, kurikulum dan pembiayaan.
2) Laporan akhir
Setelah pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim selesai, penanggung
jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib menyiapkan dan
menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program Sekolah Lapang
Iklim baik dari segi fisik maupun keuangan. Laporan akan lebih
informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto
dokumentasi selama pelaksanaan kegiatan. Out line laporan akhir
adalah seperti Lampiran 7.
Laporan akhir ke Pusat disampaikan ke Ditjen Pengelolaan Lahan
dan Air cq. Direktorat Pengelolaan Air dengan alamat: Jl. Taman
Margasatwa No. 3, Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550.
Outline Laporan akhir terlampir pada Lampiran 4.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 26
VI. PENUTUP
Sekolah Lapang Iklim bersifat spesifik lokasi. Materi yang dibahas
disesuaikan dengan kebutuhan petani peserta dengan memanfaatkan
informasi iklim serta kearifan local, diharapkan peserta mampu
merumuskan suatu rekomendasi pola tanam serta jadwal tanam yang
paling sesuai diterapkan di wilayahnya dalam Musim Hujan maupun
Musim Kemarau.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Pedoman Sekolah Lapangan _Pengengalian Hama
Terpadu Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian.
Anonim, 2007. Pedoman Training of Trainers Sekolah Lapang Iklim (TOT
SLI), Direktorat Perlindungan Tanaman, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, Departemen Pertanian.
Anonim, 2007. Pedoman Umum Sekolah Lapang Iklim, Direktorat
Perlindungan Tanaman, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Departemen Pertanian.
Anonim, 2007, Modul Pengantar Sekolah Lapangan Iklim : Materi Iklim
dan Aplikasi, Direktorat Perlindungan Tanaman, Institut Pertanian
Bogor, Pemda Kabupaten Indramayu, dan Badan Meteorologi dan
Geofisika. Jakarta
Tim Litbang Pertanian, 2008, Draft Final Panduan Penyelenggaraan
Sekolah Lapang Iklim, Badan Litbang Pertanian, Departemen
Pertanian, Jakarta
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 28
Lampiran 1
JADUAL PERSIAPAN
PELAKSANAAN KEGIATAN SEKOLAH LAPANG IKLIM
No. Materi Peserta Persiapan Ke – 1
1. - Sosialisasi Sekolah Lapang Iklim 2. - Menentukan Peserta SLI 3. - Mendata kebutuhan data informasi
iklim dan ketersediaan air untuk menentukan awal musim tanam
- Dinas Pertanian - Dinas Pengairan - Petugas Lapangan /PPL - Pengurus P3A (wakil Wil. hulu, tengah, hilir)
Persiapan Ke – 2 1. Kontrak Belajar 2. - Mengolah data informasi iklim dan
ketersediaan air untuk menentukan jenis komoditas, awal musim tanam dan awal pelaksanaan SLI
3. - Menyusun Jadwal, Materi dan Lokasi SLI
4. - Menyusun kebutuhan bahan dan dana pelaksanaan SLI
- Dinas Pertanian - Dinas Pengairan - Petugas Lapangan/PPL - Peserta SLI terpilih
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 29
Lampiran 2
JADUAL PELAKSANAAN KEGIATAN SEKOLAH LAPANG IKLIM
No Materi Tujuan Pertemuan Ke – 1
1. Pembukaan Kegiatan SLI dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan dihadiri oleh instansi terkait
2. Mengenal unsur cuaca dan iklim
Mengamati unsur cuaca seperti cuaca sesaat, tekanan udara, temperatur, kelembaban, angin, perawanan, presipitasi, radiasi matahari dll
3. Mengenal Ekosistem
Mengenal unsur ekosistem di wilayahnya yang dapat menjadi penyebab permasalahan dalam usahatani dan upaya pengendaliannya
4 Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif mengidentifikasi unsur cuaca dan ekosistem yang mempengaruhi aktifitas usahataninya
Pertemuan Ke – 2 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
2. Mengenal Istilah Prakiraan Musim
Membangun kemampuan peserta untuk menterjemahkan hasil prakiraan BMG untuk menduga atau memprakirakan iklim
3. Konsep Peluang Mempelajari ketepatan peramalan iklim dengan memahami prilaku fenomena El-Nino & La Nina
4. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif menghitung kemungkinan penurunan hasil akibat iklim ekstrim
Pertemuan Ke – 3 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
2. Pengaruh Cuaca dan Iklim terhadap Perkembangan OPT serta
- Mempelajari Cara Pencegahan dan Pengendalian Hama - Mempelajari kemungkinan penurunan produksi akibat dampak perubahan iklim
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 30
No Materi Tujuan Pertumbuhan Tanaman
3. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif mengidentifikasi kemungkinan serangan hama dan penurunan hasil akibat dampak perubahan iklim dan cara pencegahan serta pengendaliannya
Pertemuan Ke – 4 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
2. Field Trip ke Stasiun Klimatologi
Peserta diajak berkunjung ke Stasiun Klimatologi untuk mengenal jenis - jenis peralatan yang digunakan untuk mengukur unsur iklim
3. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif mendiskusikan bentuk sederhana yang dapat mereka buat dan gunakan untuk mengukur faktor cuaca/iklim
Pertemuan Ke – 5 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
2. Mengenal alat ukur cuaca/iklim dan cara kalibrasi data
Mengukur unsur cuaca/iklim dengan alat ukur buatan sendiri dan melakukan kalibrasi dengan data hasil pengukuran alat yang standar.
3. Mengenal Proses Pembentukan Hujan.
Mengenal unsur alam yang mempengaruhi terjadinya hujan dan bagaimana pengaruh hutan dalam menyimpan air hujan.
4. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif melakukan percobaan terjadinya hujan, menghitung air yang jatuh dan mengkalibrasi hasilnya.
Pertemuan Ke – 6 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 31
No Materi Tujuan 2. Mengenal Ekologi
Tanah Mempelajari struktur dan tekstur tanah serta organisme yang hidup didalamnya yang mem pengaruhi kemampuan tanah menyimpan air
3. Mempelajari Neraca Air Lahan dan menilai potensi terjadinya banjir
Mempelajari keseimbangan antara jumlah air yang diberikan ke lahan (hujan dan irigasi) dan jumlah air yang hilang lewat penguapan, run off dll untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman serta potensi terjadinya banjir.
4. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif melakukan perhitungan neraca air lahan, menilai ketersediaan air untuk pertanaman serta upaya penanggulangannya
Pertemuan Ke – 7 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
2. Mengatur strategi penanaman
Mempelajari informasi prakiraan iklim, kearifan lokal dan ketersediaan air untuk menentukan pola tanam dan jadwal tanam untuk mengurangi kegagalan panen.
3. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif mempelajari prakiraan iklim serta mengidentifikasi kearifan lokal untuk menyusun pola tanam dan jadwal tanam
Pertemuan Ke – 8 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
2. Analisa Usahatani Sederhana
Menghitung secara sederhana keuntungan secara ekonomi dari aktifitas usahatani yang dilakukan.
3. Pengenalan Ekonomi informasi prakiraan musim
Mempelajari kerugian yang dialami petani pada kejadian iklim ekstrim.
4. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif menyusun analisa usahatani sederhana dengan memperhitungkan kejadian iklim ekstrim
Pertemuan Ke – 9
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 32
No Materi Tujuan 1. Evaluasi Hasil
Pengamatan Lapangan
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan lapangan selama seminggu, tetang kondisi tanaman, ketersediaan air, kendala dan upaya pemecahan masalah
2. Pengenalan faktor penyebab banjir dan kekeringan
Mengidentifikasi faktor penyebab banjir dan kekeringan di wilayahnya serta peluang bencana itu terjadi.
3. Pengendalian Banjir dan Kekeringan
Mengidentifikasi upaya yang dapat dilakukan untuk mengupayakan pengendalian bencana banjir dan kekeringan
4. Dinamika Kelompok
Peserta secara aktif mengidentifikasi penyebab banjir dan kekeringan di wilayahnya dan menyusun upaya penanggulangannya.
Pertemuan Ke – 10 1. Hari Lapang
Petani Peserta menunjukkan hasil proses kegiatan SLI dan memberikan rekomendasi pola tanam dan jadwal tanam yang dihasilkan petani peserta SLI selama proses belajar kepada petani disekitar yang belum mengikuti SLI
2. Evaluasi Belajar Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan SLI.
3. Pemberian Sertifikat
Setiap peserta SLI yang dinyatakan lulus diberikan sertifikat keikut sertaan dalam SLI.
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 33
Lampiran 3
JADUAL PALANG KEGIATAN SEKOLAH LAPANG IKLIM
Minggu ke ... No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pem
bobotan
1
Persiapan ke – 1
- Penetapan SK-SK Tim
- Menentukan Peserta SLI
-Mendata kebutuhan data informasi iklim dan ketersediaan air untuk menentukan awal musim
tanam
10%
2 Persiapan ke - 2 20%
3 Pertemuan ke – 1 28%
4 Pertemuan ke – 2 36%
5 Pertemuan ke – 3 44%
6 Pertemuan ke – 4 52%
7 Pertemuan ke – 5 60%
8 Pertemuan ke – 6 68%
9 Pertemuan ke – 7 76%
10 Pertemuan ke – 8 84%
11 Pertemuan ke – 9 92%
12 Pertemuan ke–10 100%
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 34
Lampiran 4
Out Line dari Laporan Akhir ini adalah :
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
Latar belakang
Tujuan dan Sasaran
II. Pelaksanaan
A. Masukan
B. Lokasi
C. Tahap Pelaksanaan
D. Permasalahan
E. Pemecahan Masalah
III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan
IV. Kesimpulan dan Saran
Lampiran
Dokumentasi setiap tahapan kegiatan
Tabel perkembangan kegiatan
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 35
Lampiran 5
LOKASI SEKOLAH LAPANG IKLIM TA. 2009
No PROPINSI / KABUPATEN UNIT
1. PROPINSI JAWA BARAT 10
Kabupaten Bekasi 1
Kabupaten Cirebon 1
Kabupaten Garut 1
Kabupaten Indramayu 1
Kabupaten Karawang 1
Kabupaten Kuningan 1
Kabupaten Majalengka 1
Kabupaten Sukabumi 1
Kabupaten Tasikmalaya 1
Kabupaten Subang 1
2. PROPINSI JAWA TENGAH 11
Kabupaten Banyumas 1
Kabupaten Batang 1
Kabupaten Blora 1
Kabupaten Boyolali 1
Kabupaten Cilacap 1
Kabupaten Demak 1
Kabupaten Grobogan 1
Kabupaten Jepara 1
Kabupaten Pati 1
Kabupaten Pekalongan 1
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 36
No PROPINSI / KABUPATEN UNIT
Kabupaten Pemalang 1
3. PROPINSI DI. YOGYAKARTA 4
Kabupaten Bantul 1
Kabupaten Gunung Kidul 1
Kabupaten Kulon Progo 1
Kabupaten Sleman 1
4. PROPINSI JAWA TIMUR 4
Kabupaten Bojonegoro 1
Kabupaten Nganjuk 1
Kabupaten Tulungangung 1
Kabupaten Ponorogo 1
5. PROPINSI SUMATERA UTARA 6
Kabupaten Tanah Karo 1
Kabupaten Tapanuli Selatan 1
Kabupaten Asahan 1
Kabupaten Serdang Bedagai 1
Kabupaten Padang Sidempuan 1
Kabupaten Labuhan Batu 1
6. PROPINSI SUMATERA BARAT 1
Kabupaten Pasaman 1
7. PROPINSI SUMATERA SELATAN 6
Kabupaten Musi Banyu Asin 1
Kabupaten Ogan Komering Ulu 1
Kabupaten Muara Enim 1
Kabupaten Musi Rawas 1
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan 1
Pedoman Teknis Sekolah Lapang Iklim 2009 37
No PROPINSI / KABUPATEN UNIT
Kabupaten Ogan Ilir 1
8. PROPINSI LAMPUNG 5
Kabupaten Lampung Selatan 1
Kabupaten Tulang Bawang 1
Kabupaten Way Kanan 1
Kabupaten Lampung Tengah 1
Kabupaten Pesawaran 1
9. PROPINSI SULAWESI SELATAN 8
Kabupaten Maros 1
Kabupaten Luwu 1
Kabupaten Bulukumba 1
Kabupaten Bantaeng 1
Kabupaten Sidrap 1
Kabupaten Soppeng 1
Kabupaten Enrekang 1
Kabupaten Luwu Utara 1
T O T A L 55
mpiran 6
Penggunaan Anggaran Sekolah Lapang Iklim