i
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI
ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA
DI KOTA PEKANBARU
(Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh
FATMAWATI ALIM
NIM. A121308018
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA
SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU
(Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)
TESIS
Oleh
FATMAWATI ALIM
NIM. A121308018
Telah disetujui oleh pembimbing
Komis Pembimbing
Nama Tanda Tangan Tangggal
Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto.
NIP. 194911 08197609 1 001
………………
..........…..2015
Pembimbing II
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
NIP. 19651128 199003 1 001
……………… ........……2015
Telah dinyatakan memenuhi syarat
Pada tanggal …………2015
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Program Pasca Sarjana UNS
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
NIP. 19651128 199003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA
SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU
(Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)
TESIS
Oleh
FATMAWATI ALIM
NIM. A121308018
Telah dipertahankan di depan penguji
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal 2015
Jabatan
Tim Penguji:
Nama
Ketua Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AIFO.
NIP. 19480531 197603 1 001
………………
Sekretaris
Anggota Penguji
Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd.
NIP. 19680323 199303 1 012
Prof. Dr. Sugiyanto.
NIP. 194911 08197609 1 001
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
NIP. 19651128 199003 1 001
Mengetahui
………………
........…………
………………
Direktur
Program Pascasarjana
Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
Ketua Program Studi
Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
NIP. 19651128 199003 1 001
Tanda Tangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul : IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN
JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA
PEKANBARU (Studi Khasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013).
Ini adalah hasil karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain.
Kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan serta daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permendiknas No.17, Tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau seluruh isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus
seizin dan pernyataan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai
institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam
bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau
keseluruhan tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan berhak mempublikasikan
pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini. maka saya
bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2015
Mahasiswa
Fatmawati Alim
A121308018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Fatmawati Alim. A121308018. 2013. IMPLEMENTASI KURIKULUM
PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI
KOTA PEKANBARU. (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013).
Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto, Pembimbing II Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
ABSTRAK
Latar belakang penelitian adalah penerapan implementasi kurikulum pendidikan
jasmani adaptif masih jauh dari apa yang diharapkan dan di dalam pelaksanaannya
masih banyak yang belum tercapai hal ini dapat dilihat dari pelaksanaannya manajemen
kurikulum yang merupakan pokok kegiatan terencana meliputi bidang perencanaan, dan
pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Proses tersebut bertujuan secara
beruntun meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengstafan, (4)
Pengawasan. Sedangkan di dalam pelaksanaannya meliputi : (1) Sumber daya
penunjang, (2) Proses pembelajaran, dan (3) Usaha atau kesulitan serta usaha guru
dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang
dikemukakan oleh Sugiyono dan mengunakan teknik pengumpulan data menggunakan
Observasi, Wawancara dengan informan meliputi kepala sekolah, guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan, pegawai tata usaha pada setiap sekolah luar biasa se-
Kota Pekanbaru, dan pengawas sekolah luar biasa Kota Pekanbaru, dan Studi
dokumentasi.
Hasil perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di 6 SLB Kota
Pekanbaru, hanya SLB Cendana yang merencanakan kurikulum pendidikan jasmani
adaptif. Pengorganisasian kurikulum hanya memiliki struktur organisasi dalam
kepemerintahan dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala
sekolah. Sementara untuk di sekolah hanya memiliki tim. Tim dalam perencanaan,
penyusunan, pengembangan dan penyesuaian kurikulum melibatkan kepala sekola, guru
kelas, guru bidang studi, orang tua siswa. Pengstafan tidak berjalan dengan semestinya
karena masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai SLB Kota Pekanbaru.
Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah sesuai dengan semestinya mulai dari
perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaan. Sementara pengawas PLB hanya
memantau keadaan sekolah dan tidak melihat pelaksanaan kurikulum. Sumber daya
penunjang pendidikan jasmani adaptif tidak memadai dan masih harus diperhatikan
pengandaan dan modifikasi untuk sarana dan prasarana. Proses pembelajaran
pendidikan adaptif disesuaikan dengan kondisi fisik siswa. Kendala serta usaha guru
dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak memiliki kesulitan yang berarti.
Kesimpulan bahwa implementasi kurikulum pendidikan jasmani belum berjalan
dengan semestinya karena tidak adanya perencanaan dan guru yang khusus mengajar
penjasorkes. Masih kurangnya sumber daya penunjang yang mendukung kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Kata Kunci: Implementasi Kurikulum, Manajemen Kurikulum, Sumber Daya
Penunjang, Proses Pembelajaran, Kendala Serta Usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Fatmawati Alim. A121308018. THE IMPLEMENTATION OF ADAPTIVE
PHYSICAL EDUCATION CURRICULUM IN JUNIOR AND SENIOR HIGH
SCHOOLS FOR STUDENT WITH DISABILITIES IN PEKANBARU CITY (A
Case Study on the Management of 2013 Curriculum). First Counselor: Prof. Dr.
Sugiyanto, Second Counselor: Prof. Dr. Agus Kristiyanto M.Pd. Postgraduate Thesis of
Sport Science Study Program of Surakarta Sebelas Maret University
ABSTRACT
The implementation of physical education curriculum in practice has
management constituting the specifics of planned activities including curriculum
planning and development, implementation and revision. Those processes included: (1)
planning, (2) organization, (3) staffing, (4) supervision. Meanwhile, the implementation
included: (1) supporting resource, (2) learning process, and (3) the constraints or the
difficulties the teachers encountered and the solution to them in teaching and in
interacting with the students.
This study was taken place in Pekanbaru City of Riau Province by taking 6
schools for students with disabilities (SLBs) as the location of research: SLB Sri
Mujinab, SLB Cendana Rumbai, SLB Pelita Hati, SLB Negeri Pembina, SLB Melati
Rumbai, and SLB Al-Faqih. Techniques of collecting data used were observation,
interview with informants including headmasters, physical education, sport and health
teachers, administrators in individual schools and supervisors of schools for students
with disabilities (SLBs), and documentation study.
The result of adaptive physical education curriculum planning in 6 SLBs of
Pekanbaru City showed that only SLB Cendana made the plan of adaptive physical
education curriculum. Curriculum organization only had organizational structure in
government from Kemendikbud (Cultural and Education Ministry), Provincial Service,
Local Service, main teachers to headmasters. The school only had team. The curriculum
developing, and adjustment team involved headmasters, classroom teachers, study field
teachers, and students’ parents. Staffing did not run duly due to inadequate number of
teaching staffs and employees in SLBs in Pekanbaru City. The supervision had been
conducted duly by the headmasters from curriculum planning to implementation.
Meanwhile PLB supervisors only monitored the condition of school and did not pay
attention to the curriculum implementation. The supporting resource for adaptive
physical education had been inadequate and the infrastructure procurement and
modification still needed consideration. The process of adaptive education learning was
adjusted with the students’ physical condition. The teachers did not encountered
substantial difficulty or constraint in teaching and interacting with the students. In their
approach, the teachers should be patient, sincerely and wholehearted.
The conclusion of research was that the implementation of physical education
curriculum had not run duly yet because of no planning and no teacher specifically
teaching physical education, sport and health. The resource supporting the adaptive
physical education learning activity was still inadequate. The adaptive physical
education learning was adjusted with the children’s ability and condition.
Keywords: Implementation of curriculum, Curriculum Management, Learning
Process, Constraint and Attempt.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO:
Kesuksesan Hanya Dibatasi Oleh Impian dan Kerja Keras.
Mau = Bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Jangan kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong
Karena sesungguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi
Dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.
(Q.S Al Israa: 37)
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Dan rasa Terimakasih yang setulus-
tulusnya ku persembahkan kepada orang tua yang telah mengiringi setiap langkahku
Dengan doa dan tetesan keringat yang telah beliau korbankan untukku.
Hari ini setetes kebahagiaan telah ku nikmati
Sekeping cita-cita telah ku raih
Namun…
Perjalanan Ku masih panjang dan perjuangan Ku belum usai
Didepan Ku masih terbentang ribuan rintangan
Yang harus Ku Lalui
Untuk itu Ku harapkan Ridha Mu yaa Allah
Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kupersembahkan karya ini kepada:
1. Ayah (Alim Hanafi) dan ibu (Dra. Jalinus, M.Pd.) tercinta.
2. Nenek dan Kakak-kakakku Nova Riolina Alim, Yose Rizal Alim, Dr. Jesi
Alexander Alim, M.Pd., Melvi Lesmana Alim, M.Pd. yang selalu memberi
dukungan dan motivasi.
3. Agus Sulastio, M.Pd. yang selalu setia memotivasi.
4. Sahabat-sahabat Pascasarjana IOR A angkatan 2013.
5. Sahabat-sahabat setanah rantau.
6. Sahabat-sahabat dan keluarga baru ku di tanah Jawa.
7. Almamaterku FKIP Universitas Riau.
8. Almamaterku Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
AlhamdulillahiRobbilAlamin. Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis yang berjudul Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani
Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru, walau masih banyak
kekurangan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikannya. Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada harwah Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Tesis ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Studi pada Program Pascasarjana, Ilmu Keolahragaan di Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari, bahwa penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan
pemikiran, dukungan, keritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada
Program Pascasarjana UNS.
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana UNS.
3. Prof. Dr. Sugiyanto, sebagai Pembimbing I penulisan tesis ini, yang telah
memberikan bimbingan yang luar biasa, memberikan banyak ilmu, masukan dan
motivasi selama proses perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan
penyelesaian tesis ini.
4. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Sebagai pembimbing II sekaligus Ketua Prodi
Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi selama
perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan penyelesaian tesis ini.
5. Semua warga Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Cendana Rumbai, Pelita Hati, Negeri
Pembina, Melati dan Al-Faqih yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan
informasi yang penulis butuhkan serta kemudahan-kemudahan yang diberikan
selama penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Ibu Elvira Yuanintias Selaku KASI SLB Dinas Pendidikan Provinsi Riau yang telah
memberikan kemudahan dalam proses pengurusan surat izin penelitian.
7. Teristimewa yang mulia ibunda dan ayahanda, Nenekku serta Kakak-kakak tercinta
yang selalu memberikan semangat, perhatian dan penuh pengorbanan baik materil
maupun moril di dalam menemani maupun mendoakan selama perkuliahan maupun
pada masa penulisan tesis.
8. Agus Sulastio sekeluarga yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan
semangat selama perkuliahan maupun saat penulisan tesis.
9. Rekan-rekan kelas A Pascasarjana Ilmu Kelolahragaan angkatan 2013 yang telah
berbagi pengalaman, motivasi selama menempuh studi bersama dan sahabat-sahabat
Melta Sari Rama, Rahmi Fitri, Sinta Riza, Nursaumi Rahmadhani, Ermelinda Y.P
Larung, Kurnia Wahyu Nengsih, Alfi Nurrina Hakim yang telah meluangkan waktu
dalam membantu selama proses penelitian.
Surakarta, April 2015
Penulis
Fatmawati Alim
A121308018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ....................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 7
C. Rumusan Masalah..................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .............................................................................. 11
1. Hakekat Kurikulum .............................................................. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Pengertian Kurikulum ...................................................... 11
b. Implementasi Kurikulum .................................................. 13
c. Kurikulum 2013 ................................................................ 20
d. Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani ............................... 33
e. Kurikulum Fleksibel ......................................................... 35
2. Pendidikan Jasmani Adaptif .................................................. 38
a. Sekolah Luar Biasa (SLB) ................................................. 45
b. Anak Berkebutuhan Khusus .............................................. 48
c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ............................ 52
d. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ........................ 53
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 70
C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................... 73
B. Jenis Penelitian ............................................................................ 73
C. Sumber Data ................................................................................ 73
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 74
E. Teknik Penjamin Keabsahan Data ............................................... 77
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tentang SMP dan SMA Luar Biasa di Kota
Pekanbaru. ................................................................................. 81
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 143
1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ............... 148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ........ 156
3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif .................. 162
4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ................ 165
5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif .............. 169
6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................... 172
7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi deng-
an Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ....................................... 179
C. Pembahasan ..................................................................................... 183
1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ............. 183
2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ...... 184
3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ................ 185
4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif .............. 185
5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif ............ 186
6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................... 187
7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi deng-
an Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ....................................... 189
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 190
B. Implikasi ................................................................................. 192
C. Saran ....................................................................................... 194
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ............................ 27
Tabel 2. Sikap, Pengetahuan, Keterampilan Berdasarkan Permendikbud No.
54 Tahun 2013 .................................................................................... 35
Tabel 3. Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Drajat Keterbelakangan-
nya ....................................................................................................... 63
Tabel 4. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Sri Mujinab .................................. 98
Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Cendana Rumbai ........................... 98
Tabel 6. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Pelita Hati .................................... 99
Tabel 7. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Negeri Pembina ........................... 100
Tabel 8. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Melati ........................................... 101
Tabel 9. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Al-Faqih ....................................... 102
Tabel 10. Peraturan Seragam SLB Sri Mujinab ............................................... 132
Tabel 11. Peraturan Seragam SLB Cendana Rumbai ...................................... 133
Tabel 12. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Sri Mujinab Menu-
rut Kelainan ..................................................................................... 138
Tabel 13. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Cendana Rumbai
Menurut Kelainan ............................................................................ 139
Tabel 14. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Pelita Hati Menu-
rut Kelainan ..................................................................................... 140
Tabel 15. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Negeri Pembina
Menurut Kelainan ............................................................................ 141
Tabel 16. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Melati Menurut
Kelainan ......................................................................................... 142
Tabel 17. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Al-Faqih Menurut
Kelainan ........................................................................................... 143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal ................................ 54
Gambar 2. Contoh Proses Penglihatan Tidak Normal ...................................... 54
Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual Implementasi Kurikulum Pendidikan
Jasmani Adaptif .............................................................................. 72
Gambar 4. Stuktur Organisasi SLB Sri Mujinab Pekanbaru Tahun 2014
/2015 ............................................................................................... 92
Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun
2014/2015 ....................................................................................... 93
Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Pelita Hati Pekanbaru Tahun 2014/
2015 ................................................................................................ 94
Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Negeri Perbina Pekanbaru Tahun
2014/2015 ....................................................................................... 95
Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Melati Pekanbaru Tahun 2014/2015 ...... 96
Gambar 5. Struktur Organisasi SLB AL-Faqih Pekanbaru Tahun 2014
/2015 ............................................................................................... 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Dokumentasi .................................................................................... 201
Lampiran Wawancara ....................................................................................... 209
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa, selaras dengan UUD 1945 dan ditegaskan lagi didalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena
itu, setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis dan
gender. Pendidikan yang bermutu merupakan prasarat terbentuknya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas. Yaitu warga Negara yang unggul secara intelektual,
dan moral serta pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab. Secara universal bahwa pendidikan diseluruh dunia
adalah hak setiap manusia, baik mereka yang normal maupun mereka yang memiliki
kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek
tersebut.
Dengan demikian pembangunan pendidikan nasional perlu diarahkan pada
peningkatan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan dimensi
kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya
pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun manusia berkarakter
dan berwawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi
upaya memelihara persatuan berbangsa dan bernegara dalam pergaulan masyarakat
dunia. Dalam pelaksanaan kemajuan dan perkembangan pendidikan selalu diusahakan
melalui berbagai hal yang terstandar menuju yang terbaik.
Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah semua warga negara.
Artinya, semua satuan pendidikan harus memberikan kesempatan menjadi peserta
didiknya kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kekhususannya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31
ayat (1) berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Dengan
demikian bahwa hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan
sudah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 45 yang bersifat mengikat. Artinya, pihak
manapun tidak dapat menghalangi atau merintangi maksud seseorang untuk belajar dan
mendapatkan pengajaran. Jadi pendidikan itu sudah diatur untuk semua warga negara
Indonesia, baik meraka yang normal maupun yang memiliki kelainan sedemikian rupa
baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi antara ketiga kelainan tersebut.
Generasi yang terdidik adalah aset bangsa yang sangat diharapkan untuk masa
depan bangsa, untuk itu diperlukan pendidikan yang berkualitas bagi anak bangsa
Indosesia. Generasi bangsa berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas
tidak hanya meraka yang normal, tetapi mereka yang memiliki kelainan sedemikian
rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut.
Secara lebih rinci lagi tentang hak warga negara untuk memperoleh pengajaran
itu telah disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 5 ayat (1) setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu;
dan ayat (5) dan setiap warga negarak berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
Dalam mampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2008
tentang standar proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa,
Tunagrahita dan Tunalaras. Biro hukum dan organisasi Departemen Pendidikan
Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan dan
Bantuan Hukum di dalam Hargio (2012:1) mengungkapkan:
Mengingat kebinekaan budaya, keragaman latar belakang dan
karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan
yang bermutu, proses pembelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan
memenuhi standar. Proses pembelajaran setiap satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa,
kreativiras, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dari beberapa kutipan diatas, maka setiap jenis satuan pendidikan harus menuju
kearah pendidikan nasional guna membudayakan ilmu pengetahuan, keterampilan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pengalaman, sikap dan nilai. Menjamin terujudnya mutu pendidikan yang dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa dan yang membentuk watak serta peradaban bangsa
juga seluruh kehidupan manusia. Begitu juga pada pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan yang merupakan integral dari suatu pendidikan.
Dalam setiap satuan pendidikan diatur oleh kurikulum yang nengatur sistematis
berjalannya pembelajaran dan struktur di sekolah. Bentuk penyesuaian kurikulum bagi
anak berkebutuhan khusus dapat dituangkan kedalam program pendidikan individual
atau program pengajaran individual yang disebut juga kurikulum fleksibel yang sesuai
dengan keterbatasan masing-masing peserta didik. Program pengajaran individual
merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus
baik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa maupun yang memiliki kelainan
khusus. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak yang normal dan anak
yang mempunyai kelainan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti
memperkecil kesenjangan angka partisipasi anak normal dengan anak yang luar biasa.
Untuk investasi jangka panjang dengan lahirnya para penyandang cacat,
berkelainan atau anak berkebutuhan khusus yang terdidik dan terampil, secara tidak
langsung dapat mengurangi biaya perawatan dan biaya pelayanan kebutuhan sehari-hari
(Efendi, 1999). Disamping itu ada efek psikologis, yaitu tumbuhnya motivasi
berprestasi dan tumbuhnya percaya diri anak luar biasa. Keadaan seperti ini dapat
mempertinggi pertumbuhan konsep diri anak berkelainan. Yang dimaksud dengan
berkelainan fisik antara lain; tunanetra, tunarungu, cacat pada salah satu anggota tubuh
dan tunadaksa, dan yang di maksud dengan berkelainan mental; tunalaras, tunagrahita.
Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuai dengan kelainan,
sekolahnya tidak sama dengan kelas-kelas anak yang normal. Menurut Wahyudi (2005)
“Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan anak luar biasa”. Adapun yang dirancang dalam pendidikan luar
biasa adalah kelas, program dan pelayanan, sehingga sekolah luar biasa disebut juga
kelas spesial. Hal ini juga telah di sebutkan dalam kurikulum yang telah berlaku.
Dalam pendidikan anak berkelainan atau pendidikan anak berkebutuhan khusus,
istilah penyimpangan secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap memiliki
penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal baik, fisik, mental, maupun
karakteristik perilaku sosialnya, Kirk, 1970; Hewrd dan Orlansky 1988 didalam Efendi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
(2006:6) “Anak yang berbeda dari rata-rata umumnya dikarenakan ada permasalahan
dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosial, dan gerak”.
Menurut Hosni (2003:6-8) untuk keperluan pendidikan luar biasa anak
berkelainan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu; 1) Masalah dalam sensorimotor,
anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat,
mendengar, dan kemampuan geraknya. Kelainan sensorimotor secara umum lebih
mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhan
dalam pendidikan. Ada tiga jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor
yaitu: (a) Hearing disorders (kelainan pendengaran atau tunarungu), (b) Visual
impairment (kelainan penglihatan atau tunanetra), (c) Physical disability (kelainan fisik
atau tanadaksa). 2) Masalah dalam belajar dan tingkah laku, kelompok anak luar biasa
yang mengalami problem dalam belajar yaitu; (a) Mental raterdation (keterbelakangan
mental atau tunagrahita), (b) Learning disability (ketidak mampuan belajar atau
kesulitan belajar khusus), (c) behavior disorders (anak nakal atau tunalaras), (d)
Giftetand telented (anak berbakat), (e) Multy handicap (cacat lebih dari satu atau
tunaganda). Jadi pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini harus dilakukan secara
menyeluruh dan sesuai dengan kelainan yang dimiliki peserta didik baik untuk
pendidikan umum maupun pendidikan jasmaninya.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan gerak, pengetahuan
dan perilaku hidup aktif dan sikap positif melalui kegiatan jasmani (Srijono 1995:11).
Pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah mempunyai jangkauan yang
sangat luas, selain siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang
olahraga pendidikan jasmani juga mengarahkan siswa untuk tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan seimbang, selain itu mengarahkan siswa pada tingkah laku yang
baik. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani menurut Abduljabar (2009:8)
yakni pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu beberapa aktivitas
fisikal atau beberapa tipe gerak tubuh, meskipun para siswa mendapat keuntungan dari
proses aktivitas fisikal, tetapi keuntungan tidak selalu berupa fisikal, non fisikal pun bisa
diraih seperti perkembangan intelektual, sosial, estetika, dan pekembangan kognitif dan
afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Aktivitas fisikal dalam pengertian ini adalah aktivitas gerak siswa untuk
meningkatkan keterampilan gerak dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek
koognifif, afektif dan sosial. Aktivitas ini harus disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Pendidikan jasmani tidak hanya disajikan pada siswa normal saja, tetapi
pendidikan jasmani juga disajikan pada anak-anak luar biasa. Anak luar biasa (cacat)
dalam dunia pendidikan disebut juga Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki
ciri-ciri penyimpangan atau kelainan mental, fisik, emosi, sosial, maupun tingkah laku
dan membutuhkan modifikasi dan layanan khusus untuk memenuhi kebutuhan
pendidikannya agar dapat mengembangkan sumua potensi dan bakat yang dimilikinya.
Pendidikan jasmani untuk anak berkebutuhan khusus disebaut dengan
pendidikan jasmani adaptif yang merupakan pembinaan pendidikan jasmani bagi anak
berkebutuhan khusus. Menurut Henderayana (2007:7) menyatakan bahwa pendidikan
jasmani adaptif adalah sebuah program yang bersifat individual yang yang meliputi
jasmani/fisik, kebugaran gerak, pola maupun keterampilan gerak dasar. Keterampilan-
keterampilan air, menari, permainan olahraga baik individu maupun beregu yang
didesain bagi penyandang cacat.
Sama halnya pendidikan yang dilakukan oleh siswa normal, pendidikan jasmani
adaptif disajikan untuk membantu agar siswa memahami mengapa siswa bergerak dan
melakukannya secara aman, efisien dan efektif. Hal ini disebabkan kerana gerak
merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dan tanpa gerak manusia tidak akan
mampu mempertahankan hidupnya baik dari aspek kesehatan, pertumbuhan fisik,
perkembangan mental sosial dan intelektual. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus
memiliki hak yang sama dengan siswa normal pada umumnya untuk memdapatkan
pendidikan yang layak terutama dalam pendidikan jasmani.
Anak berkebutuhan khusus memiliki gerak yang sangat terbatas dalam
mengikuti pendidikan jasmani. Faktor yang paling penting dan harus diperhatikan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah semua intruksi harus jelas dan
isyarat yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa berkebutuhan khusus.
Di kota Pekanbaru terdapat enam Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari
berbagai jenjang pendidikan yang meliputi TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dalam satu
sekolah luar biasa. SLB ini juga tidak dispesifikkan untuk satu keterbatasan/kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
khusus saja. Setiap sekolah luar biasa terdiri dari siswa tunanetra, tunarung, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras dan tunaganda. Sekolah-sekolah luar biasa yang ada di Kota
Pekanbaru memiliki visi dan misi yang hampir sama dengan sekolah TK, SD, SMP,
SMA umum. Walaupun jumlah siswa pada setiap tingkatnya berjumlah tidak banyak,
tetapi pembelajaran tetap terlaksana seperti sekolah biasa pada umumnya.
Menurut Hosni didalam Erianti (2008;4) hakekat pembelajaran adaptif adalah
merupakan pembelajaran yang bisa dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan, dan memenuhi kebutuhan pendidikan
pembelajaran Anak Luar Biasa (ALB). Dengan demikian dapat dikatakan pembalajaran
adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh
(comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan
masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat
dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar.
Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian
dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus
(ABK) sangat diperlukan agar mampu mengembangkan daya pikirnya dan termotivasi
untuk melakukan kegitan olahraga yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan kata
lain motivasi eksternal dan pembinaan dibutuhkan untuk menggerakkan motivasi
internal dari siswa.
Untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi penyandang cacat atau ketunaan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 32 ayat 1 berbunyi “Pendidikan khusus merupakan pendidikan peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa”. Jadi pendidikan khusus harus dilakukan secara menyeluruh agar tercapai
tujuan dalam pendidikan adaptif begitu pula pada pendidikan jasmani adaptif yang
sangat harus diperhatikan karena pendidikan jasmani dapat membantu dalam tumbuh
kembang pesetra didik berkebutuhan khusus.
Untuk pendidikan jasmani permainan dan olahraga disekolah meliputi: olahraga
tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non lokomotor, dan
manipulative, atletik, kasti, ronders, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
lapangan, badminton serta aktifitas lainnya. Untuk kurikulum SD, SMP, SMA tidak
berbeda dibandingkan dengan SDLB, SMPLB, SMALB di Sekolah Luar Biasa (SLB)
hal yang harus diperhatikan dalam implementasi kurikulumnya adalah dengan cara
memodifikasi komponen pada kurikulum yang sesuai dengan kelainan peserta didik.
Sementara itu dalam implementasi kurikulum harus berpegang pada acuan menajemen
kurikulum agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dakam hal ini menurut Hamalik
didalam Agustinus (2014:31) ada empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum yakni: 1) planning, 2) organizing, 3)
staffing, dan 4) controlling.
Dengan penyusunan manajemen yang baik diharapkan implementasi kurikulum
2013 juga terlaksana dengan baik. Sehubungan dengan itu apakah implementasi
kurikulum pada Sekolah Luar Biasa kota Pekanbaru telah terlasana? Dari apa yang telah
peneliti jumpai dilapangan dalam pelaksanaannya mata pelajaran pendidikan jasmani di
SLB Kota Pekanbaru dilapangan, SMPLB dan SMALB digabung menjadi satu dengan
kurikulum yang berbeda dan kelainan yang berbeda pula, apakah akan dapat mencapai
tujuan dan hasil yang diinginkan sesuai dengan tuntutan kurikulum? Dengan guru yang
bukan berlatar belakang pendidikan jasmani. Untuk terlaksananya dan berjalannya
tujuan dari kurikulum dengan sebagaimana mestinya harus dirancang kelas, program
dan layanan terhadap anak-anak berkelainan. Dari apa yang pernah penulis amati hal-hal
seperti diatas untuk pelajaran penjas tidak berjalan seperti apa yang seharusnya. Dari 6
(enam) SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru hanya 1(satu) sekolah yang
memiliki guru olahrag yang berlatar belakang pendidikan olahraga. Hal ini membuat
penulis untuk meneliti Implementasi Kurikulum Pendidikan jasmani Adaptif Pada SMP
dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan lartar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat
diidentifikasi ,adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan adaptif pada SMP
dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru?
2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani
adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Bagaimana pengembangan staf atau sumber daya manusia dalam mengelola dan
pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar
Biasa di Kota Pekanbaru?
4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum
pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?
5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada
SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?
6. Bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif
pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?
7. Bagaimana kendala atau kesulitan serta usaha guru penjas adaptif dalam
mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar
Biasa Kota Pekanbaru?
8. Bagaimanakah Sistem Pembinaan atlet pelajar luar biasa SMP dan SMA Luar
Biasa Kota Pekanbaru?
C. Rumusan Masalah
Bedasarkan dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif
pada SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru?
2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani
adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?
3. Bagaimana pengembangan staf atau sumber daya manusia dalam mengelola dan
pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar
Biasa di Kota Pekanbaru?
4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum
pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?
5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada
SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?
6. Bagaimana proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan
SMA Luar Biasa kota Kota Pekanbaru?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
7. Bagaimana kendala dan usaha guru pendidikan jasmani adaptif dalam mengajar
dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa di
Kota Pekanbaru?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Menemukan pelaksanaan perencanaan dalam implementasi kurikulum 2013
pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.
2. Menemukan sistem organisasi dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan
jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.
3. Menemukan kebenaran tentang pengstafan dan sumber daya manusia dalam
implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Kota Pekanbaru.
4. Menemukan kebenaran pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi
kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota
Pekanbaru.
5. Menemukan kebenaran tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota
Pekanbaru.
6. Menemukan kebenaran tentang ketersediaan fasilitas olahraga di Sekolah Luar
Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.
7. Menemukan kebenaran tentang kendala, kesulitan serta guru penjas adaptif
dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah
Luar Biasa di Kota Pekanbaru
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Informasi kepada pengelola pendidikan secara umum dan khususnya Sekolah
Luar Biasa (SLB) yang ada di Kota Pekanbaru.
2. Pedoman bagi guru-guru yang mengajar dibidang studi pendidikan jasmani
adaptif agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan dapat meningkatkan dan
menggali potensi siswa-siswi berkebutuhan khusus dalam olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Masukan bagi kepala sekolah Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru untuk
pembinaan dan peningkatan kompetensi guru-guru pendidikan jasmani adaptif
dan miningkatkan pembinaan serta kompetensi atlet-atlet pelajar Luar Biasa
yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.
4. Masukan bagi Pejabat Dinas Pendidikan dan yayasan yang mengelola Sekolah
Luar Biasa (SLB) untuk mengambil kebijaksanaan dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota
pekanbaru.
5. Bagi peneliti sebagai landasan berpijak dalam melaksanakan penelitian yang
lebih luas dan merupakan aksi turut andil dalam pengembangan dan
pembangunan olahraga di Kota Pekanbaru.
6. Meningkatkan motivasi bagi pelajar berkebutuhan khusus dalam pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif dan mengembangkan potensi diberbagai cabang
olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakekat Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Istilah “kurikulum” bukanlah asli bahasa Indonesia. Istilah ini baru masuk dalam
dunia pendidikan Indonesia pada tahun 1968, yaitu sejak lahirnya kurikulum 1968 untuk
menggantikan kurikulum sebelumnya yakni Perencanaan Pembalajaran 1950. Istilah
kurikulum itu sendiri diambil dari bahasa Yunani, curriculum. Pada masa Yunani dulu,
istilah ini pada awalnya digunakan untuk dunia olahraga, yaitu berupa jarak yang harus
ditempuh oleh seseorang pelari, mulai dari garis start sampai dengan finish. Seiring
berjalananya waktu, istilah ini kemudian mengalami perkembangan dan meluas hingga
ke dunia pendidikan.
Imas & Berlin (2014:2) mendefinisikan kurikulum menjadi dua, yaitu: 1) definisi
kurikulum berasal dari dunia olahraga dan kemudian diadaptasi dan digunakan kedalam
dunia pendidikan, 2) definisi kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu
kewaktu mulai dari definisi yang sangat sederhana menjadi definisi yang sangat
kompleks.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan
dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut didasari kepada kesadaran
bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem
pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan
masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan. (
Nasution,2009:3).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSP) pada pasal 1 butir 19 dinyatakan bahwa kurikulim adalah; Seperangkat
rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Menilik dari pengertian kurikulum diatas, maka bisa dikatakan bahwa kurikulum
merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum
ibarat jantung pendidikan, jika jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun
akan berfungsi dengan baik. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, maka suatu tujuan
dan sasaran dari pendidikan akan sulit dicapai.
Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) menyatakan bahwa kurikulum dapat
dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Kurikulum sebagai produk, (2) kurikulum
sebagai program, (3) kurikulum sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan (4) kurikulum
sebagai pengalaman belajar siswa. Dalam kurikulum mengandung bahan kajian, muatan
meteri, dan pengalaman belajar akan menimbulkan beragam interaksi atara guru dan
siswa. Interaksi ini tercakup dalam proses pembelajaran.
Sukmadinata dalam Agustinus (2014:32) mengemukakan bahwa terdapat tiga
konsep tentang kurikulum, yaitu: 1) kurikulum sebagai suatu substansi. Suatu kurikulum
dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar, bagi murid-murid disekolah,
atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat
menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar,
kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai persetujuan bersama antar para penyusun
kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu
kurikulum juga dapat mencakup lingkung tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten,
provinsi, atau pun seluruh Negara. 2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem
kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem
pendidikan bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup struktur personalia,
dan prosedur kerja, bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi
dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum
agar tetap dinamis, 3) kurikulum sebagai bidang studi yaitu kurikulum bidang studi. Ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan
kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan
sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan
penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.
Berdasarkan ketiga konsep tersebut, maka dapat dimaknai bahwa kurikulum
adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi
siswa. Berdasarkan program pendidikan siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga
mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetapkan.
b. Implementasi Kurikulum
Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai
dan sikap. Menurut Endang (2009:19) proses penerapan ide, konsep dan kurikulum
potensial dalam pembelajaran sehingga siswa menguasai seperangkat kompetensi
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan
guru atau proses belajar yang dilakukan siswa didalam atau diluar kelas. Proses
pengajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen (Wina
Sanjaya, 2008:196). Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran
adalah faktor peserta didik, guru, sarana dan prasarana, alat dan media, serta faktor
lingkungan.
Selain itu dalam implementasinya harus benar-benar dilakukan secara baik untuk
mencapai hasil yang diinginkan dalam pendidikan. Impelmentasi kurikulum menurut
Imas & Berlin (2014:5) adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah
dirancang/didesain, ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merancang
implementasi kurikulum, di antaranya adalah: (1) Rumusan tujuan, komponen ini
membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau diharapkan tercapai setelah
pelaksanaan kurikulum yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkenaan
dengan aspek-aspek deduktif, administratif, sosial, dan aspek lainnya. (2) Identifikasi
sumber-sumber, komponen ini membuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survey untuk mengetahui sumber-
sumber yang digunakan meliputi sumber keterbacaan, sumber audio visual, manusia,
masyarakat, dan sumber di sekolah yang bersangkutan. (3) Peran pihak-pihak terkait,
komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai
pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator serta siswa
sendiri. (4) Pengembangan kemampuan professional, komponen ini memuat perangkat
kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait
dengan implementasi kurikulum. (5) Penjadwalan kegiatan pelaksanaan, komponen ini
memuat uraian lengkap dan rinci tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan
ini diperlukan sebagai acuan bagi para pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan rugas
dan partisipasinya dan bagi pengelola dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan
pengontrolan dan evaluasi. (6) Unsur penunjang, komponen ini membuat uraian lengkap
tentang semua unsur penunjang meliputi metode kerja manusia, perlengkapan, biaya,
dan waktu yang tersedia. Semua harus direncanakan secara seksama. (6) Komunikasi,
komponen ini dirancang sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka penyelenggaraan
pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil. (7) Monitoring, komponen
ini memuat secara rinci dan kompehensif tentang rencana kegiatan monitoring sejak
awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses pelaksanaan secara cermat
monitoring tersebut, pelaksanaan dan materi diperlukan. (8) Pencataan dan pelaporan,
komponen ini memuat segala sesuatu yang berkenaan dengan pencataan data dan
informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum.
Pencatatan ini berfungsi ganda yaitu membantu posisi monitoring dan membantu
prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum. (9) Evaluasi proses, komponen ini memuat
rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal
seperti tujuan , fungsi, metode, evaluasi dan bentuk evaluasi. (10) Perbaikan dan
Redesain kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan
upaya perbaikan atau redisain kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini
dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dari beberapa komponen tersebut jelas bahwa implementasi kurikulum harus di
laksanakan dengan baik, sepenuh hati dan keinginan yang kuat dalam laksanaannya,
permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanaakan bertolak belakang atau
menyimpang dari yang telah dirancang.
Dalam implementasi kurikulum memiliki suatu proses budaya untuk meningkatkan
kualitas manusia melalui manajemen kurikulum. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pemberdayaan sumber daya secara optimal. Oleh karena itu peranan prinsip-
prinsip dalam kurikulum merupakan hal yang amat penting. (Sonhadji didalam Agustinus,
2014:28).
Pada umumnya, untuk melakukan suatu pekerjaan diperlukan kerjasama dengan
orang lain serta dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) dan material. Makin kompleks
suatu pekerjaan, makin diperlukan pendayagunaan insani dan non-insani secara efisien.
Dalam kaitannya dengan hal ini Longenecker & Pringle didalam Agustinus (2014:27)
mengemukakan bahwa proses pengadaan, pengkombinasian dan pemanfaatan sumber daya
insani dan non-insani misalnya uang, sarana fisik, teknologi, dan informasi. Jadi, semakin
kompleks organisasi atau masyarakat semakin memerlukan manajemen, dan orang yang
mengkoordinasi sumber daya secara efesien untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Hal yang hamper senada dikemukakan Handoko dalam Purwanto (2009:10)
mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam perkembangan teori manajemen banyak para ahli mendefinisikan
manajemen sesuai dengan pemahaman terhadap teori yang dibangunnya. Fungsi
manajemen menurut beberapa ahli didalam Agustinus (2014:28) yakni forcasting,
programming, budgeting, planning, system, facilitating, organizing, staffing, actualiting,
assembling resources, leading commanding, directing, motivating, coordinating,
controlling, evaluating, reporting. Dari beberapa teori mengenai fungsi manajemen
Agustinus (2014:27) menyimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses, proses dalam
manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dan tujuan yang ingin dicapai melalui
dan dengan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat berfungsi sebagai
sebuah proses untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatka sumber daya
insani dan non-insani memalui dan dengan orang lain.
Kurikulum merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang sangat vital.
Oleh karenanya, kurikulum perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Dari beberapa teori
mengenai kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya, manajemen kurikulum menunjuk
pada fungsi-fungsi manajemen. Menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:31) terdapat
empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam penyusunan atau pengembangan
kurikulum, yakni: (1) planning (Perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3)
staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan).
Jadi dalam manajemen kurikum berpatokan pada empat fungsi dalam penyusunan
atau perkembangan kurikulum yaitu (1) planning (Perencanaan), (2) organizing
(pengorganisasian), (3) staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan). Dalam
perencanaan merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam Implementasi Kurikulum 2013
dapat berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas
mata pelajaran, Standar Kompetensi Lulusan (SKK), Kompensi Inti (KI), Kompetensi
Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi
waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber
belajar, untuk pelaksanaannya merupakan implementasi dari RPP.
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan berarti memumtuskan apa yang akan dilakukan, bagaimana
melakukannya, siapa yang akan melakukannya, dan bilamana akan dilakukan. Kategori
perilaku ini termasuk membuat keputusan mengenai sasaran, prioritas, strategi, struktur
formal, alokasi sumber daya, penunjukkan tanggungjawab dan pengaturan kegiatan-
kegiatan. Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pengorganisasian unit kerja
yang efisien, koordinasi kegiatan-kegiatan, penggunaan sumber-sumber daya secara
efisien, serta adaptasi terhadap sebuah lingkungan yang berubah.
Menutut Kauffman dalam Agustinus (2014:38) prencanaan adala proses
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan, sumber tang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
diperlukan seefisien dan seefektif mungkin. Selain itu perencanaan merupakan suatu
proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan.
Selanjutnya Hamalik dalam Agustinus (20014:38) perencanaan harus disusun
sebelum pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya sebab menentukan kerangka
untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Hamalik dalam Agustinus
(2014:38) menambahkan rencana yang baik dalam rencana kurikulum terdiri dari 5
unsur, yaitu; (1) Tujuan dirumuskan secara jelas. (2) Komprehensif, namun jelas bagi
staf dan para anggota organisasi. (3) Hierarki rencana yang terfokus pada daerah yang
paling penting. (4) Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang
tersedia. (5) Layak, memungkinkan perubahan.
Perencanaan pada dasarnya merupakan satu siklus tertentu dan melalui siklus
sejak awal persiapan sampai pelaksanaan dan penyelesaian perencanaan. Menurut
Purwanto (2009:12) Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi
tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu.
Di samping itu, rencana memungkinkan: (1) Organisasi bila memperoleh dan mengikat
sumberdaya-sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan. (2) Para
anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan
berbagai tujuan dan prosedur terpilih. (3) Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur
sehingga tindakan korektif dapat diambil jika tingkat kemajuan tidak meningkat. (4)
Perencanaan dapat berupa pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan
penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran
dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Handoko dalam Purwanto
2009:14).
Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain
tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan
kontinyu. Tetapi sebaliknya, perencanaan yang baik tergantung pelaksanaan efektif
fungsi-fungsi lain.
Berdasarkan beberapa pernyaan diatas dapat dipahami bahwa perencanaan
kurikulim adalah rangkaian kegiatan untuk kedepan yang bertujuan untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil
yang diinginkan baik dalam suatu sistem pendidikan maupun secara global.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Setelah menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencanarencana atau program-
program untuk mencapainya, maka perlu merancang dan mengembangkan suatu
organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses.
Pengorganisasian adalah suatu proses dimana suatu pekerjaan yang ada dibagi atas
komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas untuk mengkoordinasikan
hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan (Winardi didalam Purwanto 2009:15).
Sedangkan menurut Hasibuan (1990) pengorganisasian adalah suatu proses untuk
menentukan, mengelompokkan tugas dan pengaturan secara bersama aktivitas untuk
mencapai tujuan, menentukan orang-orang yang akan melakukan aktivitas,
menyediakan alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan
kepada setiap individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut.
Agustinus (2014:37) mengemukakan pengorganisasian dapat dilihat dari dua
pendekatan, yakni secara structural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional
dalam konteks akademik atau kurikulum. Dalam konteks manajemen meliputi: (1)
Organisasi perencanaan kurikulum yang dilaksanakan oleh suatu lembaga
pengembangan kurikulum, atau suatu tim pengembang kurikulum. (2) Organisasi dalam
rangka pelaksanaan kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun pada tingkat sekolah
atau lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum. (3) Organisasi dalam evaluasi
kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak dalam proses evaluasi kurikulum.
Selanjutnya secara akademik, organisasi kurikulum dapat dikembangakan dalam
bentuk-bentuk organisasi, sebagai berikut: (1) Kurikulum mata pelajarang, yang terdiri
dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah. (2) Kurikulum bidang studi yang
mengfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis. (3) Kurikulum integrasi, yang
menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu. (4) Core
curriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa
pengorganisasian adalah suatu usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
diantara orang-orang dalam kelompok yang meliputi menetapkan tugas, wewenang,
tanggungjawab serta tata hubungan kerja masing-masing.
3) Penyusunan Staf (Staffing)
Penyusunan staf (Staffing) menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:39) adalah
fungsi yang menyesiakan orang-orang untuk melaksanakan suatu sistem yang
dilaksanakan dan diorganisasikan. Selanjutnya Agustinus (2014:39) menjelaskanan
staffing pada hakikatnya meliputi rekrutmen, seleksi, hiring, penempatan, pelatihan,
penilaian, dan kompensasi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan penyusunan staf adalah penarikan
(recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi
para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
4) Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (contolling) menurut Agustinus (2014:38) merupakan proses
pengecekan performance terhadap standar untuk menentukan sejauh mana tujuan yang
telah dicapai. Pengontrolan bertalian dengan perencanaan sebagai bagian dari sistem
manajemen. Selanjutnya Purwanto (2009:14) Pengawasan adalah penemuan dan
penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat positif maupun negatif. Pengawasan positif
mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan efektif dan efisien.
Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan
atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.
Handoko didalam Purwanto (2009:15) mengatakan bahwa fungsi pengawasan
pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu (1) penetapan standar pelaksanaan, (2)
penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, (3) pengukuran pelaksanaan nyata dan
membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, dan (4) pengambilan tindakan
koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.
Berdasarkan definisi di atas, memberikan gambaran bahwa adanya keterkaitan
antara perencanaan dengan pengawasan dan bahkan dengan fungsi-fungsi manajemen
yang lain. Pengawasan membantu dalam memberikan penilaian apakah perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengawasan sudah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Lebih lanjut untuk kurikulum Hamalik (2010:38) mengemukakan bahwa kontrol
kurikulum dapat dipandang sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan tentang
kurikulum di sekolah atau proses pengajaran yang dibatasi oleh minat-minat pihak luar,
seperti orang tua, karyawan, masyarakat local atau masyarakat luas.
Dengan kata lain, pengontrolan menunjuk pada proses dimana hal-hal yang
direncanakan bisa dilaksnakan sesuai dengan yang ditargetkan. Fungsi kontrol berlanjut
secara simultan dengan fungsi-fungsi lainnya dalam sistem.
c. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di teruskan
dengan kurikulum 2006 (KTSP).
Dalam paparan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh
dalam Muzamiroh (2013:2) bahwa Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan
materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat
menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran
lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu
melahirkan tantangan internal dan eksternal yang dibidang pendidikan pendidikan.
Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam
menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip
utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar
isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata
pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran
diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat
oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi
sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan
kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL.
Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian
kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang
dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Puskur (2013:84) menyatakan Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang
sebagai berikut: (1) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran. (2)Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta
didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses
pembelajaran siswa aktif. (3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang
dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI/SDLB, dan untuk mata pelajaran
di kelas tertentu untuk SMP/MTS/SMPLB, SMA/MA/SMLB, SMK/MAK/SMKLB. (4)
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan
pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi). (5) Kompetensi Inti menjadi unsur
organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti. (6)
Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). (7) Silabus dikembangkan sebagai
rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran
(SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
atau mata pelajaran di kelas tersebut. (8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
1) Fungsi dan Tujuan Kurikulum 2013
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasan kehidupan bangsa.
Untuk itu pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No.20 Tahun 2003) Secara
singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didik
menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan
pasal 35 undang-undang tersebut.
Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi
pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan
cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan,
serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.
Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk
mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban
dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia
memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi
pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Dijenjang
pendidikan formal seharusnya memiliki ciri atau profil sebagai berikut: (a) Pendidikan
Dasar Tumbuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Tumbuh
sikap beretika (sopan santun dan beradap), Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar,
ingin tahu, senang membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tumbuh kemampuan komunikasi sosial (tertip, sadar aturan, dapat bekerja sama dengan
teman, dapat berkompetisi), dan Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan. (b)
Pendidikan Menengah Umum adalag Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa mulai mapan, Memiliki etika (sopan santun dan beradap), Memiliki
penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum, kreatif, inisiatif, serta memiliki
tanggung jawab) dan penalaran sebagai penekanannya, Kemampuan
berkomunikasi/sosial (tertib, sadar atuaran dan undang-undang, dapat bekerja sama,
mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi), Dapat
mengurus dirinya sendiri. Ali (2014:21) mengemukakan bahwa dengan fungsi dan
tujuan kurikulum 2013 dapat menjadikan sosok manusia Indonesia lulusan dari berbagai
pendidikan formal.
2) Peran Kurikulum 2013
Muzamiroh (2013:133-135) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 lebih bersifat
tematik integratif yang berarti bahwa ada mata pelajaran yang terkait satu sama lain
yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan dihilangkan melainkan digabung. Pada
kurikulum ini, guru tak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus pengajaran
untuk siswa setiap tahun seperti yang terjadi pada KTSP.
Tujuan kurikulum 2013, sebagaimana yang tercakup dalam Kompetisi Inti ( KI )
dan Kompetensi Dasar ( KD ), bahkan silabus dan buku, telah dipriskripsikan secara
terpusat.
Henny Supolo Sitepu (2013:192-198) kurikulum 2013 ini memusatkan pada
pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013
menyebutkan 3 kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu sifat individu,
sikap sosial, dan sikap alam. Terminologi “akhlak mulia” yang tercantum di pasal 3 UU
No 20 Tahun 2003 tujuan system pendidikan nasional dijabarkan dalam SKL sebagai
sikap individu yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dan santun. Kemudian sikap
sosial yaitu memiliki toleransi, gotong royong, kerjasama dan musyawarah. Sedangkan
sikap alam mencakup pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik dan cinta
perdamaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Kartono (2013:231) kurikulum 2013 memiliki sasaran dalam setiap
jenjang. Untuk tingkat SD, diprioritaskan untuk pembentukan sikap. Sementara tingkat
SMP difokuskan untuk mengasah keterampilan dan untuk tingkat SMA dimulai
membangun pengetahuan.
3) Pengembangan Kurikulum 2013
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah
satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Menurut Permendiknas di dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang
dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
a) Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah
apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang
luar biasa besarnya. Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan
tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang
dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini
dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
b) Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka.
Selanjutnya Penyempurnaan Pola Pikir Pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau
perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:
(a) Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. (b) Dari satu arah menuju
interaktif. (c) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. (d) Dari pasif menuju aktif-
menyelidiki. (e) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. (f) Dari
pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. (g) Dari luas menuju
perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. (h) Dari stimulasi rasa tunggal
menuju stimulasi ke segala penjuru. (i) Dari alat tunggal menuju alat multimedia. (j)
Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. (k) Dari produksi massa
menuju kebutuhan pelanggan. (l) Dari usaha sadar tunggal menuju jamak. (m) Dari
satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin. (n) Dari kontrol
terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. (o) Dari pemikiran faktual menuju kritis.
(p) Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang
ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut (diadaptasikan dari materi sosialisasi
Kurikulum2013 dalam Muzamiroh, 2014:60-61) (1) Isi dan pesan-pesan kurikulum
terlalu padat, yang ditunjukan dengan kebanyak mata pelajaran dan banyak materi yang
keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan anak. (2) Kurikulum
belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional. (3) Kompetensi yang dikembangkan lebih dikombinasi oleh aspek
pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap). (4) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesiau dengan
perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, soft
skulls and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam
kurikulum.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan
pendekatan baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di
dalam KBK 2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi
perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada
KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir
perumusan kurikulum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel. 1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1. Standar Kompetensi Lulusan diturunkan
dari Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan
dari kebutuhan
2.
Standar Isi dirumuskan berdasarkan
Tujuan Mata Pelajaran (Standar
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran)
yang dirinci menjadi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang bebas mata
pelajaran
3.
Pemisahan antara mata pelajaran
pembentuk sikap, pembentuk
keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan
Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai
5.
Mata pelajaran lepas satu dengan yang
lain, seperti sekumpulan mata pelajaran
terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti (tiap kelas)
(Sumber : Puskur: 2013)
Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar
kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan
kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri
dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak
diberikan kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih
diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan
tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan
penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.
4) Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Muzamiroh (2013:39) Kunci sukses yang menentukan keberhasilan
implementasi kurikulum 2013 adalah kepemempinan kepala sekolah, terutama dalam
mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua sumberdaya pendidikan
yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dapat menggerakan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan,
dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
betahap. Oleh karena itu, dalam mentukseskan implementasi kurikulum 2013 diperlukan
kepala sekolah yang mandiri, dan professional dengan kemampuan manajemen serta
kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk
meningkatkan mutu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan, terutama untuk
memobilisasi sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi
program sekolah, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar,
keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah dengan masyarakat.
Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah, Flower (2004:20) mengemukakan
“school administrators act as hierarchical leaders within and as public leaders in the
boarder community. In both roles they play, or can play, a significan part in defining,
developing and implementing education policy”. Pernyataan ini dapat dimaknai bahwa
seorang dalam kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin sekolah memegang
dua peranan penting yakni sebagai pemimpin sekolah dalam organisasi dan dapat pula
sebagai pemimpin umum dalam masyarakat luas. kedua peranan itu sangat penting
sehingga dapat memainkan peran dalam mengidentifikasikan, mengembangkan, dan
menerapkan kebijaksanaan pendidikan.
Selanjutnya Hanson (2003:155) mengilustrasikan bahwa peranan sebagai kepala
sekolah adalah peran sebagai manager, maka “This is the person who keeps his or her nose
to the grinstone, ear or to the ground, foot on the throttle, and finger to the wind. Tiring to
make all subordinates emulate that posture earns such a manager the title of the one you
love to hate”. hal ini dapat dimaknai bahwa peran kepala sekolah adalah peran yang
penting dan selalu memposisikan dirinya sebagai orang tang selalu tanggap dengan situasi
yang ada untuk memajukan dunia pendidikan, dan terkadang sebagai kepala sekolah
dijuluki sebagai orang yang dicinta untuk di benci.
Keberhasilan kurikulum 2013 menuntut kepala sekolah yang demokratis
professional, sehingga mampu menumbuhkan iklim demokratis di sekolah, yang akan
mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan
pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Kepala sekolah yang mandiri, demokratis, dan professional harus berusaha
menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai yakni: (1)
Pembinaan mental; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu menciptakan
iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan
baik, secara proporsional dan professional. Untuk itu, kepala sekolah harus berusaha
melengkapi sarana, prasarana dan sumber belajar agar dapat memberi kemudahan kepada
para guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar. Untuk kepentingan tersebut,
kepala sekolah bisa bekerjasama dengan komite sekolah dalam menggandeng masyarakat
untuk ikut memikirkan pendidikan di sekolah, terutama yang menyangkut masalah
pendanaan. (2) Pembinaan moral; yaitu membina para tenaga pendidikan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban
sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Kepala sekolah harus berusaha
memberikan nasehat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada saat upacara bendera
atau pertemuan rutin. (3) Pembinaan fisik; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jamani atau badan, kesehatan dan penampilan
mereka secara lahiriah. Kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan agar para
tenaga kependidikan terlibat secata aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olahraga, baik
yang programkan disekolah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitas sekolah.
(4) Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui
kegiatan karia wisata yang dibiasa dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran. Dalam hal ini
kepala sekolah dibantu oleh para pembantunya harus mampu merencanakan berbagai
program pembinaan artistic, seperti karia wisata, agar dalam pelaksanaannya tidak
menganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, pembinaan artistic harus terkait
ataumerupakan pengayaan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
5) Guru
Yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kreatifitas
guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat
menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dilaksanakan diberbagai daerah karena sebagian guru belum siap. Ketidak siapan guru
tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah
kreatifitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat
disosialisasikan oleh pemerinta. Dalam hal ini, guru-guru yang bertugas di daerah dan
di perdalaman akan sulit mengikuti hal-hal baru dalam waktu singkat, apalagi dengan
pendekatan tematik integratif yang memerlukan waktu untuk memahaminya.
Menurut Mulyasa (2014:41) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil
dan meteri kependidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik intgratif dengan
contextual theching and learning (CTL) oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak
mungkin melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk
kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah. Dalam
kerangka ini lah perlunya kreativitas guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator, dan
mitra belajar bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi
kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar
(facilitate learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam
suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka. Hal tersebut merupakan modal dasar bagi
peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi,
menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai
tantangan.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 sikap yang di
identifikasikan Rogers (dalam Mulyasa 2014:42) sebagai berikut: (1) Tidak berlebihan
mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka. (2) Dapat lebih
mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. (3) Mau dan
mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit
sekalipun. (4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta
didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran. (5) Dapat menerima balikan atau
feedback, baik yang bersifat positif maupun negative, dan menerimanya sebagai
pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. (6) Toleransi terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran. (7) Menghargai
prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka mereka sudah tau prestasi yang
dicapainya.
Beberapa hal yang harus dipahami guru dari peserta didik antara lain; kemampuan,
potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang
keluarga, dan kegiatan disekolah. Agar implementasi kurikulum 2013 berhasi
memperhatikan perbedaan individual peserta didik, guru perlu memperhatikan hal-hal
berikut; (1) Menggunakan metode yang bervariasi. (2) Memberikan tugas yang berbeda
bagi setiap peserta didik. (3) Mengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuannya,
serta disesuaikan dengan mata pelajaran. (4) Memodifikasi dan memperkaya bahan
pembelajaran. (5) Menghubungi spesialis bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan.
(6) Menggunakan prosedur yang berfariasi dalam membuat penilaian dan laporan. (7)
Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dengan kecepatan yang sama. (8)
Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan
kemampuan masing-masing pada setiap pembelajaran. (9) Mengusahakan keterlibatan
peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran.
Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami
mereka melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut; (1) Mengamati peserta didik dalam
berbagai situasi, baik dikelas maupun diluar kelas. (2) Menyesiakan waktu untuk
mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama dan setelah pembeljaran. (3)
Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang
konstruktif. (4) Mempelajari catatan peserta didik yang adekuat. (5) Membuat tugas dan
latihan untuk kelompok. (6) Memberiikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan yang berbeda. (7) Memberikan penilaian secara adil dan transparan.
Beberapa hal yang harus dimiliki guru, untuk mendukung implementasi kurikulum
2013 antara lai sebagai berikut; (1) Menguasai dan memahami kopetensi inti dalam
hubunganya dengan kompetensi lulusan. (2) Menyukai apa yang diajarkannya dan
menyenangi mengajar sebagai suatu profesi. (3) Memahami peserta didik, pengalaman,
kemampuan dan prestasinya. (4) Menggunakan metode dan media yang berfariasi dalam
mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik. (5) Memodifikasi dan mengeliminasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bahan yang kurang penting bagi kehidupan peserta didik. (6) Mengikuti perkembangan
pengetahuan mutahir. (7) Menyiapkan proses pembelajaran. (8) Mendorong peserta didik
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. (9) Menghubungkan pengalaman yang lalu
dengan kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.
Adapun karakteristik guru yang berhasil mengembangkan pembelajaran secara
efektif dapat di identifikasikan sebagai berikut; (1) Respek dan memahami dirinya, serta
dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil). (2) Antusias dan bergairah terhadap bahan,
kelas, dan seluruh kegiatan pembelajaran. (3) Berbicara dengan jelas dan komunikatif
(dakam mengomunikasikan idenya terhadap peserta didik). (4) Memperhatikan perbedaan
individual peserta didik. (5) Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak
akal. (6) Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik. (7) Tidak menonjolkan
diri, dan menjadi teladan bagi peserta didik.
Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013, dan menyiapkan guru
yang siap menjadi fasilitator pembeljaran sebagaimana diuraikan diatas, hendaknya
diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas
sekolah, dan komite sekolah. Musyawarah tersebut diperlukan terutama untuk
menganalisis, mendiskusikan dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang terkait
dengan implementasi kurikulum 2013, antara lain sebagai berikt; (1) Kerangka dasar dan
struktur kurikulum. (2) Pedoman implementasi kurikulum 2013. (3) Pedoman pengelolaan.
(4) Pedoman evaluasi kurikulum. (5) Standar kompetensi kelulusan. (6) Kompetensi inti
dan kompetensi dasar. (7) Buku guru. (8) Buku siswa. (9) Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). (10) Standar proses dan model pembelajaran. (11) Dokumen standar
penilaian. (12) Pedoman penilaian dan lapor. (13) Buku pedoman bimbingan dan konseling.
Buku pedoman dan dokumen-dokumen tersebut, bagi guru yang sudah ikut
pelatihan atau diklat, mungkin tidak terlalu bermasalah, karena sudah ada sedikit
pencerahan, tapi bagi guru yang belum ikut diklat merupakan masalah besar dan akan
menjadi batu sandungan dalam implementasi kurikulum 2013. Oleh karena itu, alangkah
bijaknya seandainya guru-guru yang sudah mengikuti diklat berinisiatif secara kreatif untuk
memahamkan guru-guru lain yang ada di sekolahnya, sehingga semuanya siap mendukung
keberhasilan implementasi kurikulum 2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6) Peserta didik
Dalam implementasi kurikulum 2013 yang tak kalah pentingnya adalah peserta
didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktifitas peserta didik, guru
harus mampu mendisiplinkan peserta didiknya, terutama disiplin diri (self-disciline).
Imas dan Berlin (2014:63) menjelaskan peserta didik adalah subjek yang memiliki
kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan
pengetahuan. Untuk itu guru harus mampu berperan sebagai fasitator yang
memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun
pengetahuannya. Peserta didik perlu di dorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segara sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras untuk mewujudkan ide-
idenya.
Kurikulum 2013 menuntut peserta didik yang kreatif yang dapat
mengembangkan ide-ide yang di milikinya. Untuk itu sangat diperlukan kedisiplinan
diri untuk meraihnya. Mulyasa (2014:45) menjelaskan guru harus mampu membantu
peserta didik mengembangkan pola prilakunya, meningkatkan standar prilakunya, dan
melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.
Mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, yakni: sikap demokratis sehingga peraturan disiplin perlu
berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, oleh, dan untuk peserta didik.
d. Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani
Mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan termasuk mata
pelajaran kelompok B di dalam struktur kurikulum 2013. Yaitu kelompok mata
pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten
kearifan local yang dikembangkan oleh pemerintah daerah, pola penerapannya dapat
dengan integrasi dengan kompetensi dasar yang sudah termuat dalam kurikulum
SMP/SMA sederajat, atau dapat menambah dasar tersendiri. Dalam struktur kurikulum
mata pelajaran PJOK alokasi waktu 3 jam pelajaran setiap minggu. Struktur kurikulum
2013 ini, mata pelajaran PJOK memiliki konten memberi sumbangan mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kompetensi gerak dan gaya hidup sehat, dan memberi warna pada pendidikan karakter
bangsa.
Mengingat tantangan yang berat bagi seseorang yang akan menjalankan pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan untuk menjalankan profesinya dalam implementasi
kurikulum 2013. Maka kurikulum 2013 dikembangkan dengan menyempurnakan pola pikir
sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi
yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. (2) Pola pembelajaran satu ranah
(interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif )interaktif guru- peserta
didik-masyarakat lingkungan alam, sumber/media lainya). (3) Pola pembelajaran terisolasi
menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet). (5) Pola
pembelajaran sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). (6) pola pembelajaran alat
tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat mulrimedia. (7) pola pembelajaran berbasis
massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memper kuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setia peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal
(monidiscipline) menjadi pembalajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline), dan (9)
Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional diperlukan profit kualifikasi
kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi kelulusan. Dalam
penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar
komperensi lulusan merupakan merupakan kualifikasi kemampuan kelulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau
dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.Kompetensi lulusan SMP/MTS/SMPLB dan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB
Paket C memilliki sikap, pengetatahuan, dan keterampilan berdasarkan Permebdikbud No.
54 tahun 3013 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 2. Sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Permendikbud No.
54 tahun 2013:
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan factual, konseptual, procedural dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan
kejadian.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari
yang dipelajari disekolah secara mandiri.
(Sumber: Kemendikbud: 2014:102)
e. Kurikulum Fleksibel
Setiap satuan dalam pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta
didiknya harus berpegang pada kurikulum yang terbaru dan berlaku. Dengan demikian
didalam pendidikan khusus hendaknya kurikulum yang berlaku disesuaikan dengan
karakteristik dari masing-masing jenis kelompok peserta didik yang berkebutuhan
khusus.
Kurikulum yang dikembangkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus berbeda
dengan struktur kurikulum umum. Peserta didik berkelainan dapat dikelompokan
menjadi dua kategori yaitu peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan
intelektual dibawah rata-rata dan peserta didik memiliki kemampuan intelektual dibawah
rata-rata.
Martinis Yamin (2008:82) menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan khusus
terdir dari 8 sampai 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan
pengembangan diri. Muatan local merupaka kegiartan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang sesuai dengan ciri khas daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan dengan materi pelajaran yang ada. Program khusus memiliki kegiatan
yang bervariasai sesuai dengan ketunaannya, yaitu program orientasi dan mobilitas
untuk anak tunanetra, bina komunikasi dan persepsi bunyi untuk tunarungu, bina diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, serta bina pribadi
dan sosial untuk tunalaras. Untuk pengembangan bina diri bukan merupakan mata pelajaran
yang harus diasuh oleh guru. Perkembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
pesertadidik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat dan niat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi di sekolah.
Selanjutnya Martinis Yamin (2008:83) menjelaskan pula bahwa peserta didik tanpa
disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata tentu masih memungkinkan untuk
mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta
didik berkelainan yang disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata, diperlukan
perancangan komponen kurikulum yang sangat spesifik dan bersifat tematik untuk
mendorong kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan berkebutuhan khusus semua perangkat pembelajaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan
karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skil).
Semua komponen pembelajaran diatur dalam kurikulum fleksibel.
Bentuk penyesuaian kurikulum bagi anak-anak berkebutuhan khusus dapat
dituangkan kedalam program pendidikan individual atau program pengajaran individual.
Eriyanti (2009:2) berpendapat bahwa program pengajaran individual atau program
pendidikan individual merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang
berkebutuhan khusus, baik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa maupun
yang memiliki kelainan khusus. Dalam merancang dan menyusun program pendidikan atau
pengejaran individual guru dan pihak terkait harus memahami dan memperhatikan
Beberapa hal seperti yang di kemukakam oleh Depdiknas (2003) yaitu: 1)
pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa, 2) karakteristik kebutuhan khusus peserta didik yang
berkebutuhan khusus, dan 3) tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Dari kutipan diatas kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran anak
berkebutuhan khusus harus fleksibel, yakni pembelajaran dapat dimodifikasi sesuai dengan
keterbatasan masing-masing peserta didik. Selain itu penyesuaian kurikulum dapat
dituangkan kedalam program pendidikan individu atau pembelajaran individu, untuk itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
perlunya memahami pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik kebutuhan khusus peserta
didik yang berkebutuhan khusus, dan tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan
khusus.
Pada dasarnya kurikulum anak berkebutuhan khusus sama dengan anak yang
normal di sekolah biasa, yang saat ini berlaku kurikulum 2013 hanya saja dalam pendidikan
luar biasa pembelajaran dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan
khusus. Muhammad Nuh dalam sambutan pelatihan implementasi kurikulum 2013
menyampaikan bahwa “Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan
pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan
proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi
amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di
masa depan”. Dan beliau menambahkan “Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan
atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari
kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui
kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua
mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi
lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip
ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum
2013.
Kurikulum yang bersifat fleksibel mengakomodasi peserta didik dengan berbagai
latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum 2013 akan lebih peka mempertimbangkan
keragaman peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Sekolah luar biasa (SLB) yang menyelenggarakan pendidikan khusus
(adaptif) harus mampu mengembangkan kurikulum (kurikulum 13) sesuai dengan tingkat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki komperensi untuk
bekal hidup (life skill).
Dedy Kustawan (2013:96) mengemukakan ada 5 (lima) model pengembangan
dalam upaya menyusun kurikulum fleksibel, yaitu: 1) model eskalasi (ditingkatkan), 2)
model duplikasi (meniru atau menggandakan), 3) model duplikasi (merubah untuk
disesuaikan), 4) model subtitusi (mengganti), 5) model omisi (menghilangkan), dan prinsip
pengembangan kurikulum fleksibel harus dijadikan acuan oleh para guru untuk peserta
didik berkebutuhan khusus (PDBK) adalah; 1) kurikulum umum yang diberlakukan untuk
peserta didik pada umumnya perlu diubah atau dimodifikasi untuk disesuaikan dengan
kondisi PDBK, 2) menyesuaikan kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada
komponen tujuan, materi, proses, dan/atau penilaian, 3) penyusunan kurikulum tidak harus
sama ada masing-masing komponen, 4) proses penyesuaian tidak harus sama untuk semua
materi, 5) proses modifikasi juga tidak harus sama untuk semua mata pelajaran, dan 6)
proses modifikasi juga tidak sama pada masing-masing jenis kelainan PDBK.
Dengan adanya perbedaan karakteristik dari setiap peserta didik berkebutuhan
khusus tentunya hal ini akan memerlukan kemampuan khusus guru terutama oleh guru
pendidikan jasmani yang harus memodifikasi pembelajaran sedemikian rupa sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik peserta didik agar terlaksananya target yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku pada saat itu.
2. Pendidikan Jasmani Adaptif
Barangkali sebagian diantara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi
ketika pendidikan tersebut diartikan dalam batasan tertentu, maka terdapatlah
bermacam-macam pengertian yang diberikan, seperti yang Ki Hajar Dewantara
mengemukakan “Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak, adapun
maksudnya adalah pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pendidikan sebagai suatu proses pembelajaran manusia yang berlangsung seumur
hidup. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah suatu usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakan, bangsa dan Negara.
Tujuan yang sama pada pendidikan jasmani yakni menurut Erianti (2009:38)
menyatakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,
aspek pola hidup sehat, tindakan moral, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas
jasmani.
Depdiknas (2006:131) menyatakan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan
gerak, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional,
sportifitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Yani
Meimulyani dan Asep (2013:2) mengutarakan hal yang hampir sama bahwa pendidikan
jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik,
mental, serta emosional bahwa fungsi pendidikan jasmani untuk memfasilitasi agar anak
berkembang menjadi dirinya sendiri secara optimal dengan potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan
faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Dalam kata lain melalui pendidikan jasmani dapat meningkatkan keterampilan gerak,
pengetahuan, dan penalaran serta mampu mengaplikasikan dalam bentuk nilai-nilai seperti
sikap, mental, emosional, sportifitas, spiritual, dan sosial.
Pendidikan jasmani tidak hanya menekankan pada penguasaan aspek keterampilan
gerak atau keterampilan olahraganya saja, melainkan lebih dari pada itu pendidikan jasmani
yang dilaksanakan secara teratur dan dalam suasana pendidikan, dapat mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
seluruh kepribadian anak yang meliputi aspek mental, sosial, intelektual, moral, dan
estetika.
Jadi Pendidikan jasmani dapat diartikan suatu proses pembelajaran yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan gerak, pengetahuan
dan perilaku hidup aktif dan sikap positif melalui kegiatan jasmani. Pendidikan jasmani
yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman
belajar melalui aktivitas jasmani yang terpilih serta dilakukan secara sistematis. Pendidikan
jasmani selain untuk kesehatan juga harus mengandung aspek yang sesuai dengan tumbuh
kembang peserta didik.
(Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan
Menengah Umum). Untuk pendidikan jasmani pada sekolah luar biasa dikenal dengan
pendidikan penjas adaptif.
Penyelenggaraan Pendidikan sudah dijamin dalam Undang-Undang Republik
Indonesia yang telah disebutkan di atas pendidikan harus dilaksanakan dalam ruang lingkup
seluas-luasnya dan tidak memandang perbedaan baik dalam setatus sosial dan sebagainya,
semua masyarakat memiliki hak yang sama begitu juga untuk meraka yang memiliki
keterbatasan dan kelainan baik fisik, mental, sosial maupun gabungan antara ketiga aspek
tersebut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan
khusus) disekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Seperti yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional terutama pada pasal 5 ayat (2) bahwa Warga Negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus,
dan pasal 32 ayat (1) behwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi dan bakat istimewa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dikenal juga dengan pendidikan
adaptif. Pembelajaran dalam pendidikan adaptif harus disesuaikan dengan kondisi
keterbatasan masing-masing peserta didik. Menurut Hosni dalam Erianti (2009:5) hakekat
pembelajaran adaptif adalah merupakan pembelajaran biasa yang di modifikasi dan
dirancang sedemikian rupa hingga dapat dipelajari, dilaksnakan, dan memenuhi kebutuhan
pendidikan anak luar biasa. Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran adaptif bagi
anak luar biasa tersebut dirancang diadaptasikan sesuai dengan karakteristik yang di miliki
oleh masing-masing anak. Begitu juga dalam pendidikan jasmani untuk anak berkebutuhan
khusus.
Menurut Nixon dan Jewett didalam Lutan dkk (2002:29) pendidikan jasmani adalah
suatu aspek dari pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan
pengenaan kemampuan gerak individu sukarela dan beguna serta berhubungan langsung
dengan respon mental, emosional, dan sosial. Dari rumusan tentang pendidikan jasmani
dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah salah satu aspek dari proses
pendidikan secara keseluruhan peserta didik melalui kegiatan jasmani yang dirancang
secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram dalam usaha meningkatkan
kemampuan dan keterampilan jasmani, sosial, serta perkembangan kecerdasan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan Undang-Undang Republik Indonesia No.3
Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 30 ayat 4 yang berbunyi
Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat diselenggarakan pada ruang
lingkup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan olahraga
khusus bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan mental
seseorang. Dari kutipan Undang-undang yang telah dijelaskan diatas, untuk olahraga
penyandang cacat telah diatur oleh negara dan diselenggarakan pada ruang lingkup
pendidikan, rekseasi dan prestasi. Untuk olahraga pendidikan, olahraga bagi anak
berkebutuhan khusus dikenal dengan nama pendidikan jasmani adaptif sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Depdiknas, dimana pendidikan jasmani adaptif ini telah
dimodifikasi sesuai dengan kondisi kelainan masing-masing peserta didik dan disesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Menurut Sherril dalam Delphie (2006:113) yang dimaksud dengan pendidikan
jasmani khusus adalah sebagai berikut: 1) pendidikan jasmani khusus didefinisikan sebagai
suatu sistem penyampaian. Pelayanan yang kompehensif dan dirancang untuk
mengidentifikasi pemacahan masalah dalam ranah psikomotor, 2) pelayanan tersebut
mencakup penilaian, program pendidikan individu (PPI), 3) pengajaran bersifat
pengembangan yang disarankan, konseling dan koordinasi dari sumber layanan terkait
untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan
pemuda.
Kemudian Yudha (2005:1) menegaskan bahwa pengelolaan pendidikan luar biasa
dituntut untuk dapat memotivasi dalam segala sapek kehidupan anak luar biasa termasuk
juga dalam kehidupan berolahraga bagi anak berkebutuhan khusus.
Sedangkan tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi anak yang berkelainan yang
dikemukakan oleh Hosni (2003:33) adalah: a) menolong siswa mengoreksi kondisi yang
dapat diperbaiki, b) untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun
yang memperburuk keadaannya melalui pendidikan jasmani tertentu, c) untuk memberikan
kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga
dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi, d) untuk menolong siswa
memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya, e) untuk membantu siswa
melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri, f) untuk
membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika
tubuh yang baik, g) untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga
yang dapat diminatinya sebagai penonton.
Sementara itu Nurhasan (2005:6) mengemukakan tujuan utama dalam pelajaran
Penjas bagi siswa adaptif, yaitu pembentukan kebugaran dan rehabilitasi kelainan gerak
siswa. Mahendra (2005:3) menjelaskan sebagaimana yang telah dibahas dalam buku
falsafah Pendidikan jasmani adaptif, peranan dan sumbangan pendidikan jasmani yang
paling unik dibanding dengan mata pelajaran lain adalah dalam kemampuannya untuk
mengembangkan tiga aspek, yaitu: 1) meningkatkan kebugaran jasmani siswa, 2)
meningkatkan keterampilan gerak siswa, 3) meningkatkan pemahaman dan pengertian
siswa dalam bidang konsep dan prinsip gerak. (Hahendra, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dari kutipan diatas dapat diartikan melalui pendidikan jasmani dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan citra dari anak berkebutuhan khusus akan berkembang. Citra diri anak
merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak, misalnya saja ketika anak merasa
bahwa ia memiliki kemampuan gerak yang baik dalam aktivitas gerak, prasaan positif dan
percaya dirinya akan berkembang.
Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani faktor yang tidak kalah penting harus
adanya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran suatu pembelajaran dan
pembinaan prestasi olahraga di sekolah. Salah satu kendala kurang lancarnya pembelajaran
pendidikan jasmani dan pembinaan prestasi di sekolah termasuk didalamnya anak-anak
yang berkelainan, adalah kurang memadainya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Jadi untuk menunjang pembelajran dan pembinan prestasi disekolah perlu diperhatikan dan
dipersiapkan sarana dan prasarana.
Dalam Kamus Besar BI (1991:880) sarana ialah segala sesuatu yang dapat dipakai
sebagai alat pencapai maksud atau tujuan tertentu. Menurut UU RI No.3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam pasal 1 ayat 20 dan 21 sarana olahraga
adalah peralatan/perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Sarana menurut
Erianti (2009:53) mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan
didalam pembelajaran pendidikan jasmani. Jadi sarana pendidikan jasmani adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan atau sumber daya pendukung dalam
benruk peralatan dan perlengkapn untuk kegiatan olahraga.
Pengembangan sarana pendidikan jasmani guru penjas atau pelatih di sekolah dapat
berbuat banyak dan leluasa dalam menggunakan dan memanfaatkan bahkan
mengembangkan atau memodifikasi sarana yang akan digunakan. Menurut Erianti
(2008:52) “ Pengembangan sarana pendidikan jasmani artinya melengkapi yang sudah ada
dengan jalan mengadakan, memperbanyak dan membuat alat-alat yang sederhana atau
dimodifikasi.’’Jadi dalam pengembangan sarana ini diharapkan untuk memberdayakan
anak didik agar bisa lebih banyak bergerak dalam situasi yang gembira dan menarik tanpa
kehilangan sensasi pendidikan jasmani ataupun sedang berlatih dalam meningkatkan
prestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sedangkan dalam Kamus Besar BI (1991:786) Prasarana ialah Segala yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek
,dsb). Menurut UU RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam
pasal 1 ayat 20 dan 21 Prasarana adalah tempat/ruang, termasuk lingkungan yang
digunakan untuk kegiatan olahraga dan penyelenggaraan olahraga. Dan menurut Erianti
(2009:54) “ prasarana pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah
dan memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen atau susah
dipindah-pindahkan.” Jadi prasarana adalah sumberdaya pendukung yang terdiri dari
tempat olahraga baik didalam ataupun diluar ruangan sesuai persyaratan yang ditetapkan
untuk pelaksanaan kegiatan olahraga.
Faktor sarana dan prasarana merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalah kegiatan olahraga. Sarana dan prasarana
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pendidikan jasmani. Sarana dan prasarana
disekolah sangat menentukan perkembangan siswa dan atlet agar dapat belajar dan berlatih
semaksimal mungkin.
Kemudian dalam pendidikan jasmani di SLB di pelukan adanya lapangan, ruangan
senam, lapangan bocee, bak lompat serta alat-alat lain seperti bola, matras, mistar, lembing,
tolak peluru, ring, palang tunggal, palang sejajar, balok keseimbangan, bola bocy, pita
senam dan stopwatch. Selain itu perlengkapan siswa juga harus tersedia seperti pakaian
khusus olahraga seperti baju, celana, sepatu dan atribut lainya yang dibutuhkan. Fasilitas
atau sarana dan prasarana akan dapat memberikan kontribusi dan hasil yang optimal
terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran penjas dan prestasi atlet yang
lebih meningkatkan gairah latihan.
Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana merupakn
faktor yang sangat penting dalam pendidikan jasmani dan proses pembinaan prestasi
disekolah, karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran dan pembinaan
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Sekolah Luar Biasa (SLB)
Penyelenggaraan pendidikan jasmani adaptif dilakukan di Sekolah Luar Biasa
yakni sekolah dengan layanan khusus dengan peserta anak berkebutuhan khusus yang
dikenal juga dengan istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam
pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang dirancang, diadaptasikan sesuai dengan
karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan anak luar
biasa (Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Luar Sekolah, 2003).
Rancangan Pendidikan Luar Biasa , terdiri dari tiga komponen pokok yakni kelas,
program dan layanan. Ketiga tersebut apa bila dirancang dengan baik dan sempurna akan
memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa. Dengan kata lain pendidikan anak
luar biasa adalah pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi
kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat di penuhi oleh kurikulum
sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan anak.
Maka secara operasional dilapangan pengertian pendidikan luar biasa dapat
diartikan sebagai kelas khusus, program khusus, dan layanan khusus yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa.
Di Indonesia anak-anak berkebutuhan khusus ini mendapat layanan pendidikan
khusus yang di tempatkan di sekolah yang dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Kelainan khusus terhadap fisik atau mental pada anak dengan berkebutuhan khusus yang
mempunyai hendaya perkembangan menghendaki layanan pendidikan khusus sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Penidikan Nasional Nomor
2 tahun 1989 (dalam pasal 11 ayat 4 dan pasal 38) dan dipertegas kembali dalam
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20
tahun 2003 dalam pasal 32 ayat (1). Dinyatakan bahwa “Pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa”. Untuk itulah maka aspek-aspel yang perlu
dikembangkan pada anak berkebutuhan khusus atau anak yang bersekolah di SLB adalah
gerak, bahasa, kognitif, emosi, sosial, moralitas, dan kepribadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Selanjutnya Sekolah Luar Biasa (SLB) menurut Permendinas Nomor 29 Tahun
2005 adalah taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMKLB). Jadi Sekolah Luar Biasa
pada dasarnya memiliki jenjang yang sama dengan sekolah umum pada setiap jenjang
pendidikannya. Untuk wilayah Kota Pekanbaru Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam satu
lingkungan terdapat semua jenjang pendidikan (TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB) dengan
berbagai jenis kelainan.
Menurut Erianti (2008:5-6) “Anak luar biasa (ALB) adalah anak yang memiliki
kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan
yang sedemikian rupa sehingga didalam mengembangkan kemampuannya secara
maksimum membutuhkan pendidikan luar biasa”. Jadi anak luar biasa untuk
mengembangkan kemampuannya dibutuhkan pendidikan khusus sesuai dengan kelainan
yang dimilikinya. Pada saat sekarang ini perkembangan anak luar biasa sudah mulai
dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Mereka memiliki hak yang sama
dan ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti anak yang lain, yakni mereka yang
dididik dan disekolahkan.
Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang
ditengah lingkungan keluarga, maka pendidikan luar biasa harus dirancang sedemikian rupa
sehingga program dan layanannya dekat dengan anak luar biasa. Anak luar biasa atau anak
berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak lainnya. Perbedaan hanya
terletak pada adanya kelainan yang dideritanya, kelainan bisa terletak pada fisik, mental,
sosial atau gabungan ketiga aspek tersebut. Seperti yang dikemukakan Yudha (2005:1)
bahwa anak SLB kedudukannya sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa perlu mendapatkan posisi dan fungsi strategis dalam pembangunan terutama
pembangunan pendidikan yang menjadi bagian integral dalam pembangunan suatu bangsa.
Dengan kelainan dan keterbatasan yang sedemikian rupa mereka hingga membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa. Pemerintah memfasilitasi
pendidikan luar biasa sama dengan pendidikan umum, dengan ini diharapkan anak
berkelainan atau anak berkebutuhan khusus dapat membentuk pribadinya, memdapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pekerjaan di bidangnya dan keterbatasannya, dapat memelihara kesehatan dan hidup
mandiri.
Dalam pendidikan di Indonesia setiap jenjangnya telah ditetapkan oleh pemerintah
mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Semuanya ini adalah proses
pendidikan pada setiap jenjangnya. Tidak terkecuali untuk anak yang berkebutuhan khusus.
Seperti halnya anak normal, anak berkebutuhan khusus proses pendidikannya sama seperti
anak normal yang dimulai dari pendidikan usia dini sampai dengan perguruan tinggi.
Begitu juga Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mereka yang normal, untuk anak
berkebutuhan khusus dikenal sebagai Sekolah Menengah Pertama Luar biasa (SMPLB)
yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak yang berkebutuhan
khusus atau anak yang memiliki kelainan fisik, mental, sosian atau pun gabungan dari
ketiga aspek tersebut.
Dedy dan Yani (2013:56-57) menjelaskan bahwa satuan pendidikan khusus bagi
peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas: (1) Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat, (2)
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) atau sebutan lain untuk satuan
pendidikan yang sejenis dan sederajat.
Selanjutnya Dedy dan Yani (20013:59) menjelaskan Untuk membedakan kelainan
dapat dibedakan sebagai berikut: a) SMPLB-A untuk peserta didik tunanetra, b) SMPLB-B
peserta didik untuk peserta didik tungrungu, c) SMPLB-C untuk peserta didik tunagrahita,
d) SMPLB-D untuk peserta didik tunadaksa, e) SMPLB-E untuk peserta didik tunalaras,
dan f) SMPLB-G untuk peserta didik tunaganda. Kemudian jumlah dan alokasi waktu jam
pelajaran untuk SMPLB A,B,C,D dan G kelas VII, VIII, IX adalah 34 jam/minggu.
Kelebihan 2 jam dari SMP umum karena penambahan mata pelajaran program khusus.
Selanjutnya Sunardi (2012:38) menjelaskan proporsi muatan isi kurikulum satuan
pendidikan SMPLB A, B, C, D, E terdiri atas 60-70% aspek akademik dan 40-30% aspek
keterampilan. Kurikulum pada tingakat saruan pendidikan apapun sangat sederhana sesuai
dengan batas-batas kemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual.
Sedangkan pada tingkat menenyah atas atau SMALB adalah jenjang sekolah
menengah atas yang diperuntukan untuk pendidikan khusus yang setara dengan Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Menengah Atas (SMA) untuk umum. Dedy dan Yani (2013:57) mengungkapkan satuan
pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang menengah adalah Sekolah
Menengah atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMKLB)
atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.
Tidak berbeda dengan SMPLB, pengelompokan SMALB menurut jenis kelainan
yang dikemukakan Dedy dan Yani (2013:59) yakni: a) SMALB-A untuk peserta didik
tunanetra, b) SMALB-B peserta didik untuk peserta didik tungrungu, c) SMALB-C untuk
peserta didik tunagrahita, d) SMALB-D untuk peserta didik tunadaksa, e) SMALB-E untuk
peserta didik tunalaras, dan f) SMALB-G untuk peserta didik tunaganda.
Selain itu jumlah dan alokasi waktu jam belajar pada tingkat SMALB-A, B, C, D,
E, G kelas X, XI, XII. menurut Dedy dan Yani (2013:73) adalah 36 jam/minggu, sama
dengan jem pelajaran di SMA umum. Program khusus pada jenjang SMALB bersifat
fakultatif dan tidak termasuk beban belajar. Muatan isi kurikulum satuan pendidikan
SMALB A, B, C, D, E terdiri dari 40-50% aspek akademik dan 50-60% aspek
keterampilan. Dari jenjang pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB A, B, C, D, E
mengacu pada SKL, KI, KL sekolah umum yang disesuai kan dengan kemampuan dan
kebutuhan khusus yang dimiliki peserta didik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa SMALB merupakan Sekolah menengah
atas yang diperuntukan untuk anak berkebutuhan khusus ata berkelainan. Dalam
penerapannya sama dengan sekolah menengah atas lainnya, baik dari segi pelajaran
maupun alokasi waktu. SMALB dikelompokan sesuai dengan jenis kelainan, SMALB-A
(tunanetra), SMALB-B (tunarungu), SMALB-C (tunagrahita), SMALB-D (tunadaksa),
SMALB-E (tunalaras), dan SMALB-G (tunaganda). Walau pun anak berkebutuhan khusus
memiliki kelainan yang sedemikian rupa mereka juga memiliki hak yang sama dalam
memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya.
b. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Setiap manusia terlahir menjadi spesial, unik dan dikaruniai kemampuan yang
berbeda satu dengan yang lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Semua manusia juga
berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas. Begitu juga anak-anak berkelainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial, maupun gabungan ketiga aspek tersebut atau
dikenal juga sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Istilah yang paling tepat
tergantung dari bagaimana cara memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah impairment yang berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada
jaringan, disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya
bagian tubuh tertentu, sedangkan handicap berhubungan dengan kelainan atau ketidak
mampuan yang dimiliki seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Deddy Kustawan (2013:77) Anak bekebutuhan khusus (ABK) atau
dikenal juga dengan cilldren with special needs adalah mereka yang karena suatu hal
khusus (baik yang berkebutuhan khusus permanen adaupun yang berkebutuhan khusus
temporer) membutuhkan pendidikan khusus, agar potensinya dapat berkembang secara
optimal. Anak berkebutuhan khusus permanen yaitu mereka yang mengalami hambatan
hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari malam
dirinya (contohnya anak yang memiliki hambatan atau gangguan penglihatan,
pendengaran, gangguan gerak, dsb) sedangkan anak berkebutuhan khusus temporer
adalah anak mereka yang mengalami hambatan hambatan belajar dan hambatan
perkembangan karena penyebabnya berasal dari luar tubuhnya ( contohnya tunadaksa,
anak dari masyarakat yang terasing dan sebagainya).
Zainal Alimin dalam Dedy kustawan dan Yeni (2013:28) mengartikan bahwa
anak berkebutuhan khusus sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang
sesuai dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.
Selanjutnya Yeni dan Caryoto (2013:7-8) menyatakan untuk memahami anak
berkebutuhan khusus ada 2 hal perbedaan yaitu: (1) perbedaan individual yakni
membandingkan keadaan individu dengan orang lain dalam berbagai hal diantaranya
perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan intelektual), kemampuan panca indra
(sensory), kemampuan gerak, kemampuan komunikasi perilaku sosial, dan keadaan fisik.
(2) Perbedaan intraindividual adalah suatu perbandingan antara potensi yang ada dalam
diri individu itu sendiri, perbedaan itu dapat muncul dari berbagai aspek meliputi
intelektual, fisik, psikologis, dan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(Kirk, 1970; Heward & Orlansky, 1988 dalam Mohammad Efendi 2006:2) anak
berkelainan, berkebutuhan khusus atau anak yang berbeda dari rata pada umumnya
dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran,
sosialisasi dan bergerak. Dari uraian yang diatas dapat disimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang dengan keterbatasan baik fisik, mental, sosial
maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut sehingga membutuhkan layanan pendidikan
yang spesifik yang berbeda dengan anak pada umumnya, karena anak berkebutuhan khusus
ini memiliki keterbatasan sedemikian rupa meliputi kelainan fisik seperti kelainan indra
penglihatan (tunanetra), kelainan indra pendengaran (tunarungu), kelainan fungsi anggota
tubuh (tunadaksa) dan anak yang memiliki kelainan dalam aspek mental meliputi anak
yang memiliki kemampuan mental lebih yang dikenal sebagai anak berbakat, dan anak
yang memiliki kemampuan sangat rendah dikenal sebagai anak tunagrahita, sedangkan
anak yang berkelainan dalam aspek sosial adalah anak yang memiliki kesulitan dalam
penyesuaian perilaku terhadap lingkungan sekitar anak dalam keterbatasan ini dikenal
dengan sebutan tunalaras.
Erianti (2009:7) menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki
kelainan yang sedemikian rupa sehingga didalam mengembangkan kemampuannya
(capacity) secara maksimum membutuhkan pendidikan luar biasa atau layanan yang
berhubungan dengan pendidikan luar biasa.
Anak atau peserta didik yang memiliki kelainan menurut Permendiknas Nomor 70
Tahun 2009 tentang pendidikan adaptif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan terdiri dari peserta didik
yang memiliki kelainan dan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa, dalam hal ini termasuk peserta yang berkebutuhan khusus permanen.
Jika dicermati kelainan yang dialami oleh seseorang maka setiap kelainan yang ada
pada hakikatnya memiliki derajat tertentu. Effendi (2006:3-4) mengemukakan gradasi
kelainan atau berkebutuhan khusus dimulai dari tingkat yang paling berat hingga tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
yang paling ringan dan pada ambang batas tertentu jarak anak yang berkelainan dan tidak
berkelainan tampak perbedaan yang mencolok.
Kirk, 1970 dalam Efendi (2006:4) menjelaskan tentang anak berkelainan yang
dimasukan dalam kategori perlu layanan khusus, yaitu “…who deviates from the average
or normal child in mental, physical, or social characteristics to such an extent that he
requires a modification of school practices, or special educational services in order to
develop to his maximum capacity”. “ anak-anak yang menyimpang dari anak rata-rata atau
normal secara mental, fisik, atau karakter sosial, salah satunya untuk meringankan
kebutuhan mereka akan modifikasi kegiatan sekolah, atau pelayanan pendidikan khusus
yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas maksimal mereka.”
Jadi implikasi pada pernyataan tersebut bahwa pelayanan pendidikan khusus
(student with special needs) hanya diberikan kepada anak-anak yang memiliki hambatan
untuk meniti tugas perkembangannya, disebabkan oleh kelainan dalam aspek fisik, mental
dan sosial. Dengan pemberian pelayanan pendidikan khusus yang relevan dan sesuai
dengan kebutuhannya, potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dapat
dikembangkan secara optimal.
Menurut Efendi (2006:4) Klasifikasi anak berkebutuhan khusus dikelompokan ke
dalam kelainan fisik, kelainan mental dan kelainan karakteristik sosial. Kelainan fisik
adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat dari kelainan
tersebut timbul suatu keadaan dimana tidak dapat melakukan pekerjaan atau tugas secara
normal. Contoh dari kelainan fisik ini seperti; (a) alat fisik indra, misalnya kelainan pada
indra pengliharan (tunanetra), kelainan pada pendengaran dan fungsi organ bicara
(tunarungu), (b) alat gerak tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang (poliomyelitis),
kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi gerak (cerebal
palsy), kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna, misalnya lahir
tanpa tangan/kaki, amputasi (tunadaksa).
Anak berkebutuhan khusus dalam aspek mental adalah anak yang memiliki
penyimpangan kemampuan berfikir secara kritis, logis dalam menghadapi lingkungan
sekitar. Kelainan dalam aspek ini terbagi dua yaitu kelainan mental dalam arti lebih
(supernormal) yang dikelompokan menjadi; (a) anak mampu belajar dengan cepat (rapid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
learner), (b) anak berbakat (gifted), dan anak genius (extremely gifted). Anak dalam
kategori ini anak tidak harus disekolah luar biasa. Anak yang berkelainan mental dalam arti
kekurangan disebut tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan sedemikian
rendahnya (dibawah normal) sehingga untuk meniti perkembangannya memerlukan
bantuan dan layanan secara khusus, termasuk didalam kebutuhan pendidikannya. Kelainan
perilaku sosial adalah anak yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain.
Efendi (2006:11) menjelaskan Pengklasifikasikan anak berkelainan atau anak
berkebutuhan khusus sebagai mana yang telah di jelaskan, dalam pendidikan khusus atau
layanan khusus (khususnya di Indonesia) maka bentuk kelainan di sekolah luar biasa (SLB)
dapat disederhanakan sesuai dengan kekhususannya masing-masing yaitu: 1) Bagian A
untuk kelas tunanetra, 2) bagian B untuk kelas tunarungu, 3) bagian C untuk kelas
tunagrahita, 4) bagian D untuk kelas tunadaksa, 5) bagian E untuk tunalaras, dan 6) bagian
G untuk kelas tunaganda (cacat ganda).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang mengalami kelainan yang sedemikian baik fisik, mental, sosial maupun
gabungan dari ketiga aspek tersebut. Untuk pengembangan potensi dirinya, anak
berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan khusus atau layanan khusus di sekolah luar
biasa. Yang mengikuti pendidikan khusus di sekolah luar biasa antara lain adalah anak
berkebutuhan khusus tunanerta, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan
tunaganda. Kerana karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Jenis anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa menurut Kauffman dan
Hallahan dalam Erianti (2009:10) dapat di golongkan berdasarkan jenis kelainannya
yaitu: 1) Tunagrahita (mental retardation) atau disebut sebagai anak dengan hendaya
perkembangan (child with development impairment), 2) Kesulitan belajar (learning
disability) anak yang berprestasi rendah (specific learning disability), 3) Hiperaktif
(attention deficit disorder with hyperactive), 4) tunalaras (emotional or behavioral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
disorder), 5) Tunarungu wicara (communication disorder and deafnes), 6) tunanetra
(partially seing and legally blind), 7) anak autisik (autistic children), 8) tunadaksa
(physical disability), 9) tunaganda (multiple handicapped), 10) anak berbakat (giftedness
and special talents).
Sementara itu pendapat lain juga dikemukakan oleh Rahardja (2003:7-15)
mengelompokkan jenis anak berkebutuhan khusus berdasarkan lenis kelainannya yakni
antara lain: 1) tunanetra, 2) tunarungu, 3) tunagrahita, 4) tunadaksa, 5) tunaganda.
d. Karakreistik Anak Berkebutuhan khusus
1) Peserta Didik Tunanetra
Mata sebagai indra penglihatan dalam tubuh manusia dan menduduki peringkat
utama, sebab sepanjang waktu manusia terjaga mata akan membantu manusia dalam
melakukan aktivitas, disamping sensoris lainnya seperti pendengaran, penciuman,
perabaan dan perasa. Effendi (2006:26) menyatakan Begitu besar peran mata sebagai
salah satu dari panca indra yang sangat penting, maka dengan terganggunya indra
penglihatan seseorang berarti ia akan kehilangan fungsi kemampuan visualnya untuk
merekam objek dan peristiwa fisik yang ada dilingkungannya. Dalam hal ini seseorang
yang memiliki hambatan atau gangguan dalam penglihatan dikenal dengan nama
tunanetra.
Kehadiran anak tunanetra tidak mengenal sekat suku bangsa, agama, golongan,
ras, atau status. Mereka hadir tanpa harus memberi tanda-tanda khusus sebagaimana
layaknya fenomena alam lainnya. Hanya saja yang perlu menjadi perhatian adalah
bagaimana cara membantu mereka dengan tepat dan dapat menerima keadaan
ketunatraannya, yang terpenting juga adalah bagaimana agar mereka dapat
mengembangkan potensi dirinya walaupun dalam keterbatasan.
Organ mata yang normal dalam menjalankan fungsi sebagai indra penglihatan
melalui proses berikut. Pantulan cahaya dari objek dilingkungannya ditangkap oleh mata
melewati kornea, lensa mata, dan membentuk bayangan mata yang lebih kecil dan
terbalik pada retina. Dari retina memalalui saraf penglihatan bayangan dikirim ke otak
dan membentuklah kesadaran organ tentang objek yang dilihatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal
(Sumber: Efendi (2006:30)
Sedangkan organ mata yang tidak nomal atau berkelainan dalam proses fisiologis
melihat sebagai berikut. Bayangan benda yang ditangkap oleh mata tidak dapat diteruskan
oleh kornea, lensa, mata, retina, dan ke saraf dikarenakan suatu sebab, misalnya kornea
mata mengalami kerusakan, kering, keriput, lensa mata menjadi keruh, atau saraf yang
menghubungkan mata dengan otak mengalami gangguan. Seseorang yang mengalami
kondisi tersebut dikatakan sebagai penderita kelainan penglihatan atau tunanerta (Efendi,
2006:30).
Gambar 2. Contoh Proses Penglihatan Tidak Normal
(Sumber: Efendi, 2006)
Didalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan juga
disebut dengan tunanetra. Sutjihati (2006:65) memyatakah bahwa tunanetra tidak saja
mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas selalu
dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam
belajar.
Menurut Dedy Kustawan (2013:82) Peserta didik tunanetra adalah peserta didik
yang memiliki hambatan penglihatan yang sedemikian rupa. Menurut Kaufman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Hallahan didalam Dedy Kustawan (2013:82) tunanerta adalah individu yang memiliki
lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak
lagi memiliki penglihatan. Artinya seseorang dikatakan tunanetra jika ia memiliki visus
sentralis 6/60 lebih kecil dari itu dan bisa jadi setelah di koreksi secara maksimal
penglihatan tidak dapat digunakan.
Sementara Sudjihati (2006:65) juga pendapat bahwa tunanetra adalah individu yang
indra penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi
dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Dan tambahan lain menurut Sudjihati
(2006:65) anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi
sebagai berikut: a) ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
awas, b) terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu, 3) terjadi
kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Dari uraian di atas bahwa tunanerta harus diberikan layanan khusus karena
keterbatasannya dalam melihat. Pemberian layanan khusus atau pendidikan khusus sesuai
dengan klasifikasi ketunanetraannya. Karena tunanetra memiliki keterbatasan pada indra
penglihatannya maka proses belajar menekankan pada alat indra yang lain yakni indra
pendengaran dan indra peraba. Prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan
bersuara, contohnya adalah menggunakan tulisan Braille, gambar timbul, benda model, dan
benda nyata, sedangkan media bersuara adalah menggunakan radio, tape recorder, VCD,
DVD, televisi dan sebagainya. Untuk membantu tunanetra beraktifitas disatuan pendidikan
khusus (Sekolah Luar Biasa) mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas (OM).
Orientasi dan mobelitas adalah mata pelajaran pada program pendidikan khusus. Dedy
Kustawan (2013:82-83) menyatakan Orientasi dan mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat
putih (tongkat khusus tunanerta yang terbuat dari alumenium). Jadi jika hal ini tidak
dipelajari maka peserta didik tunanerta dapat ketinggalan kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya.
Selanjutnya Hosni (2003:16) mengatakan latihan khusus atau bantuan lainnya
dalam pendidikan tunanerta dapat dikelompokan menjadi: a) mereka mampu membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
catakan standar, b) mampu membaca cetakan standar dengan menggunakan kaca pembesar,
c) mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf No. 18), d) mampu membaca cetakan
kombinasi, cetakan regular dan cetakan besar, e) membaca cetakan besar menggunakan
kaca pembesar, f) menggunakan braille tetapi masih bias melihat cahaya dan, g)
menggunakan braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.
Yani Meimulyani dan Cartoyo (2013:10) mengelompokan jenis tunanetra menjadi
dua kelompok tunanetra yakni: 1) tunanerta golongan buta total (Blind) yaitu mereka yang
sama sekali tidak memiliki atau hampir tidak memiliki persepsi visual, mereka yang hanya
memiliki persepsi cahaya, mereka memiliki persepsi sumber cahaya dan mereka yang
mengunakan tanda-tanda braille sebagai media baca atau pengajaran, 2) tunanetra golongan
kurang lihat (low vision) yaitu mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran besar
(benda-benda berukuran 1dm atau lebih besar), mereka membutuhkan tanda-tanda braille
sebagai media baca dan pengajaran, mereka memiliki persepsi benda-benda sedang (benda-
benda ukuran 1 dm dan 2 cm) dan di antara mereka ada yang membutuhkan tanda-tanda
braille dan ada diantara mereka yang menggunakan huruf dan tanda visual yang diperbesar,
mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran kecil (benda-benda berukuran 2 cm
atau lebih kecil) mereka pada umumnya dapat menggunakan huruf dan tanda visual sebagai
media baca dan pengajaran.
Berdasarkan Word Health Organition (WHO) didalam Yani dan Asep (2013:11)
seseorang dikatakan low vision apabila: 1) memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun
telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi atau koreksi, refraksi srandart (kacamata atau
lensa), 2) mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima
refsefsi cahaya, 3) luas penglihatan kurang dari 10 drajad dari titik fiksasi.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyandang
tunanetra adalah mereka yang memiliki keterbatasan (cacat) pada indra penglihatan baik
total maupun masih memiliki sisa penglihatan. Maka dari itu diperlukan pendidikan khusus
untuk penyandang tunanetra dan media pembelajarannya juga harus dikelompokan menjadi
kelopok buta total dan kelompok low vision.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Untuk pembelajaran pendidikan jasmani sendiri dapat dikalukan dengan
memodifikasi alat dengan menggunakan suara contohnya bola yang diberi kerincingan,
berlari dengan menggunakan tepukan tangan dan sebagainya.
2) Peserta Didik Tunarungu
Dalam susunan pancaindra manusia, telinga sebagai indra pendengaran yang
merupakan organ untuk melengkapi informasi yang diperoleh melalui penglihatan. Oleh
karena itu, kehilangan kemampuan untuk mendengar berarti kehilangan kemampuan
menyimak secara utuh peristiwa disekitarnya. Banyak istilah yang digunakan untuk
menyebut anak yang mengalami kelainan pendengaran yaitu tuli, bisu, tunawicara, cacat
dengar, kurang dengar ataupun tunarungu.
Didalam dunia pendidikan luar biasa atau di sekolah luar biasa anak yang
mengalami kelainan pendengaran dikenal dengan sebutan tunarungu. Yani dan Asep
(2013:11-12) mengartikan tunarunggu sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama
melalui indra pendengaran dan karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarungu juga memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka juga disebut
tunawicara. Selanjutnya Dedy (2013:83) menyatakan bahwa anak tunarungu adalah
mereka yang memiliki hambatan pendengaran sedemikian rupa, dengan hambatan ini
mengakibatkan gangguan pada komunikasi dan bahasa sehingga dalam pendidikan
penyandang tunarunggu memerlukan layanan atau pendidikan khusus sesuai dengan
kebutuhannya.
Selain itu Mufti Salim didalam Sutjihati (2006:93-94) menyimpulkan bahwa
anak tunarungu adalah anak mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau
seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan
bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan
lahir batin yang layak. Selanjutnya hal yang hampir serupa dinyatakan oleh Dedy dan
Yeni (2013:31) bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kesulitan
kemampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan menjadi
tuli dan kurang dengar, sehingga menghambat proses penerimaan informasi bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
melalui pendengarannya baik menggunakan alat bantu dengar maupun tidak, oleh karena
itu diperlukan bimbingan atau pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhannya
untuk mengoptimalkan bahasa dan potensi yang dimilikinya.
Maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengarnya sehingga sulit untuk memahami
bahasa dikarenakan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat
pendengarannya, sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan agar mereka bias menggali potensi dirinya secara
optimal.
Karena memiliki hambatan pendengaran individu tunarungu juga memiliki
hambatan berbicara atau berkomunikasi. Untuk itu bahasa yang digunakan oleh
penyandang tunarungu adalah bahasa isyarat seperti yang dikemukakan oleh Yeni dan
Caryoto (20013:12) cara berkomunikasi tunarungu dengan individu lain menggunakan
bahasa syarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk
isyarat bahasa berbeda-beda setiap Negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang
dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa
verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cendrung sulit dalam
memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Untuk kepentingan pendidikan klasifikasi tunarungu dapat di ketahui memalui
tes audiometris. Dwidjosumarto dalam Sutjihati (2006:95) mengemukakan
ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut: tingkat I kehilangan kemampuan
mendengar antara 35-54 dB penderita ini hanya memerlukan latihan berbicara dan
bantuan mendengar secara khusus, tingkat II adalah kehilangan kemampuan mendengar
antara 55-69 dB penderita memerlukan penempatan sekolah secara khusus dan dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan secara khusus,
tingkat III kehilangan kemampuan mendengar 70-89 dB, dan tingkat IV kehilangan
kemampuan mendengar 90 dB ke atas.
Penderita dari tingkat I dan II mengalami ketulian. Dalam kebiasaan sehari-hari
mereka sesekali latihan berbicara, mendengar berbahasa, dan memerlukan pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III
dan IV pada hakekatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Menurut Yani dan Cartoyo (2013:13) kelompok tunarungu dapat di
klasifikasikan sebagai berikut: a) tunarungu ringan (Mild hearing loss), b) tunarungu
sedang (moderate hearing loss), c) tunarungu agak berat (moderately severe hearing
loss), d) tunarungu berat (severe hearing loss), e) tunarungu berat sekali (profound
hearing loss).
Dengan kata lain tunarungu dapat diklasifikasikan menurut tingkat
pendengarannya sehingga memerlukan pendidikan khusus untuk memenuhi kebutuhan
pendidikannya. Selain itu Sudjihati (2006:65) menyatakan perkembangan bahasa dan
bicara anak tunarungu berkaitan dengan ketajaman pendengarannya. Akibat dari
keterbatasan pendengaran anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik, dengan
demikian tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraba, proses peniruannya
hanya terbatas pada peniruan visual.
Perlunya pendidikan khusus untuk pengembangan diri pada penyandang
tunarungu dalam menggali potensi dirinya, demikian pula dalam pendidikan jasmani.
Dengan pendidikan jasmani adaptif diharapkan anak tunarungu dapat membentuk
kepercayaan dirinya, menjalani pergaulan sosial, dan kebugaran jasmani.
3) Peserta Didik Tunagrahita
Sesuai dengan fungsinya, mental dan kecerdasan bagi manusia merupakan
pelengkap kehidupan yang paling sempurna. Dengan bekal mental dan kecerdasan yang
memadai dinamika kehidupan menjadi lebih baik, sebab melalui kecerdasan mental
manusia dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang lebih bermanfaat dan
menyenangkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Sepanjang waktu selama manusia beraktivitas, ia akan melibatkan mental sebagai
pengendali gerak tubuh dalam aktivitas. Oleh sebab itu kelainan atau gangguan alat
sensoris ini pada seseorang disebut mental subnormal berarti ia telah kehilangan
sebagian besar kemempuan untuk mengabstraksikan peristiwa yang ada
dilingkungannya secara akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula
dengan keterbelakangan mental, lemah ingatan, flebleminded, mental subnormal, dan
tunagrahita. Didalam dunia pendidikan khusus atau tepatnya sekolah luar biasa, siswa
yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata dikenal dengan tunagrahita
yang kelasnya disebut juga kelas C. Istilah ini menjelaskan kondisi anak yang
kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Yani dan Asep (2013:12) mengemukakan tunagrahita adalah individu yang
memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah tara-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan.
Selanjutnya Sutjihati (2006:103) menjelaskan keterbelakangan kecerdasannya
mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah bisa
secara klasikal. Sementara Delphie (2006:2) “ Anak dengan hendaya perkembangan
kemampuan (tunagrahita), memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan
perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik”. Menurut Dedy (2013;85)
peserta didik tunagrahita mempunyai hambatan akademik yang sedemikian rupa
sehingga dalam layanan pembelajarannya memerlukan modifikasi kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan kemampuannya.
Bratanata 1979 didalam Efendi (2006:88) menyatakan bahwa seseorang
dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memilki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga sehingga untuk
meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,
termasuk dalam program pendidikannya.
Penafsiran yang salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa keadaan
kelainan mental atau tunagrahita dianggap seperti suatu penyakit sehingga dengan
memasukan kelembaga pendidikan atau perawatan khusus, anak diharapkan dapat
normal kembali. Penafsiran tersebut sama sekali tidak benar sebab tunagrahita dalam
jenjang manapun tidak ada hubungannya dengan penyakit atau sama dengan penyaki.
Menurut Kirk,1970 dalam Mohammad Efendi (2006:88) “Mental retarded is not disease
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
but a condition”. Jadi, kondisi tunagrahita tidak bisa disembuhkan atau diobati dengan
obat apapun.
Dengan demikian dari beberara teori yang telah disebutkan dapat disimpulkan
bahwa tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata dan
mempengaruhi perkembangan mentalnya, maka dari itu anak dengan masalah ini disebut
juga dengan anak yang keterbelakangan mental. Dengan kondisi ini tidak dapat
disembuhkan dengan obat apapun, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak dengan
keterbatasan tunagrahita memerlukan pendidikan secara khusus atau di sekolah luar
biasa.
Selanjutnya tim proyek pengembangan pendidikan jasmani bagi penyandang
tunagrahita (2004:1) menjelaskan bahwa para penyandang tunagrahita (Intelectual
disability) memiliki prevalensi 7 kali lipat dibandingkan dengan ketulian, 9 kali lipat
lebih prevalen dibandingkan dengan yang memiliki cerebral palsy, 15 kali lipat
dibandingkan kebutaan total dan 35 kali lipat dibandingkan distropi otot.
Untuk memahami anak tunagrahita atau keterbelakangan mental ada baiknya
memahami terlebih dahulu konsep Mental Age (MA). Mental Age adalah kemampuan
mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Sutjihati (2006:104)
mencontohkan “Anak yang mempunyai usia enam tahun akan mempunyai kemampuan
yang sepadan dengan kemampuan anak yang berusia enam tahun pada umumnya”.
Artinya anak yang berumur enam tahun akan memiliki MA enam tahun. Jika seorang
anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (cronologi Age), maka anak tersebut
memiliki kemampuan kecerdasan diatas rata-rata. Sebaliknya jika MA seorang anak
lebih rendah dari pada umurnya, maka anak tersebut memiliki kemampuan dibawah rata-
rata. Anak tunagrahita memiliki MA yang lebih rendah dari pada CA secara jelas. Oleh
karena itu MA yang sedikit saja kurangnya dari CA tidak termasuk tunagrahita. MA
dipandang sebagi indeks dari perkembangan kognitif dari seorang anak.
Jadi untuk mengetahui seorang anak termasuk kedalan kondisi tunagrahita dapat
memahami konsep mental age (MA) yang disesuaikan dengan anak sesusianya, jika MA
lebih rendah dari pada CA dapat dipastikan anak tersebut mengalami keterbelakangan
mental atau kemampuan intelektualnya dibawah rata-rata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak
tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Akan tetapi semakin lama
perbedaan pola perkembangan antara anak tunagahita dengan anak normal semakin terlihat
jelas. Pada kasus tertentu memang ada anak normal menyerupai keadaan anak tunagrahita
jika dilihat selintas, tetapi setelah ia mendapatkan perawatan atau terapi tertentu, maka
berlahan tanda-tanda ketunagrahitaan yang tampak sebelumnya berangsur-angsur hilang
dan menjadi normal. Keadaan ini kemudian dikenal dengan istilah tunagrahita semu
(pseudofeebleminded). Mohammad Efendi (2006:89) berpendapat bahwa kasus
pseudofeebleminded ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya yakni: 1)
Gangguan emosi pada kanak-kanak sehingga menghambat perkembangan kognitifnya. 2)
Keadaan lingkungannya yang kurang baik dan tidak memberikan ransangan pada
kecerdasan anak sehingga kecerdasannya terhambat.
Rendahnya kapabilitas mental pada anak tunagrahita akan berpengaruh terhadap
kemampuanya untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya. Hendeschee dalam Mohammad
Efendi (2006:89) memberikan batasan Dengan kondisi keterbatasan intelegensi,
keterbatasan sosial dan keterbatasan fungsi-fungsi lainnya anak tunagrahita tidak dapat
hidup dengan kekuatan sendiri di tempat sederhana dalam masyarakat. Edgar Doll dalam
Mohammad Efendi (2006:89) berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika : (1) secara
sosial tidak cakap, (2) secara normal dibawah normal, (3) kecerdasan terhambat sejak lahir,
dan (4) kematangannya terhambat. Dari uraian tersebut memberikan implikasi bahwa
ketergantungan anak tunagrahita terhadap orang lain pada dasarnya tetap ada, meskipun
tiap masing-masing jenjang anak tunagrahita kualitasnya berbeda, tergantung pada berat-
ringannya ketunagrahitaan yang diderita.
Untuk memahami anak tunagrahita ada baiknya kita telaah definisi tentang anak ini
yang dikembangkan oleh AAMD (American Association of Mental Deficiency) sebagai
berikut : “Keterbelakangan mental menunjukan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara
jelas dengan disertai ketidak mampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa
perkembangan” (Kauffman dan Hallahan, 1986 didalam Sutjihati Soemantri 2006).
Menurut Sutjihati (2006:105) ada beberapa karakteristik umum tunagrahita yang
dapat dipelajari, yaitu: 1) keterbatasan intelegensi yakni kapasitas belajar anak tunagrahita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis, dan membaca sangat terbatas.
Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan
membeo (meniru), 2) keterbatasan sosial yakni anak tunagrahita cenderung berteman
dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar,
tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dan bijaksana, sehingga mereka harus selalu
dibimbing dan diawasi, mereka juga mudah dipengaruhi dan cendrung melakukan sesuatu
tanpa memikirkan akibatmya, 3) keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya yakni anak
tunagrahita memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru
dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin
secara konsisten yang dialaminya dari hari kehari. Anak tunagrahita tidak dapat
menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita atau keterbelakangan
mental merupakan kondisi dimana pengembangan kecerdasannya mengalami hambatan
sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Untuk itu diperlukan
pendidikan khusus untuk menggali potensi dirinya, sehingga walau dalam keadaan
tunagrahita mereka memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan
mengembangkan potensi yang diminatinya.
Tunagrahita atau keterbelakangan mental dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
pengelompokan ini umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya. Honsi (2003:19-20)
mengemukakan klasifikasi anak tunagrahita yakni; a) Tunagrahiita ringan biasanya
memiliki IQ 70-55, b) tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55-40, c) tunagrahita berat
biasanya memiliki IQ 40-25, dan d) tunagrahita sangat berat memiliki IQ <25.
Selanjutnya Blake didalam Efendi (2006:108) menjelaskan perbedaan anak
tunagrahita pada table berikut.
Tabel 3. klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasar Drajat Keterbelakangannya.
Level
Keterbelakangan
IQ
Standford Binet Skala Weschler
Ringan 68-52 69-55
Sedang 51-36 54-40
Berat 32-90 39-25
Sangat berat >19 >24
(Sumber: Blake didalam Effendi (2006:108))
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
a) Tunagrahita Ringan
Menurut Sudjihati (2006:106) Tunagrahita ringan disebut moron atau debil.
Kelompok ini memiliki IQ antara 68-55 menurut Binet, sedangkan skala Weschler
(WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan
berhitung sederhana. Dengan bimbingan yang baik, anak terbelakangan mental ringan
pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.
Sudjihati Soemantri (2006:107) “anak keterbelakangan mental ringan dapat
dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian,
peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik
anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan”.
Selanjutnya menutut Efendi (2006:90) kemampuan yang dapat dikembangkan
pada anak tunagrahita ringan antara lain: (1) membaca, menulis, mengeja, dan
berhitung, (2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain, (3)
keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.
Jadi anak tunagrahita ringan adalah anak dengan IQ 68-55 yang masih mampu
untuk dididik, membaca, berhitung, bekerja dan dilatih. Untuk perkembangan
pengetahuannya mereka dapat dilatih, bekerja, dan masih bisa bersekolah disekolah luar
biasa. Pada dasarnya tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik, jika diliat
sekilas mereka separti anak normal pada umumya. Oleh karena itu agak sukar
membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dan anak normal.
b) Tunagrahita Sedang
Efendi (2006:90) Tunagrahita sedang disebut juga tunagrahita mampu latih atau
embecil adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya
sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukan bagi anak
tunagrahita ringan.
Kemudian menurut Sutjihati (2006:107) tunagrahita sedang adalah tunagrahita
dengan kelompok yang memiliki IQ 51-36 skala Binet dan 54-40 menutur skala
Weschler (WISC). Mereka dapat didik untuk mengurus dirinya sendiri, melindungi diri
dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan,
dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Kemampuan anak tunagrahita ringan perlu diberdayakan karena mereka masih
mampu dilatih. Untuk perkembangannya pengetahuannya mereka dapat dilatih untuk
merawat dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari. Effendi (2006:90) menjelaskan
bahwa anak tunagrahita ringan mampu dilatih dengan memberdayakan kemampuannya
melalui: 1) belajar mengurus diri sendiri misalnya makan, memakai pakaian, tidur, dan
mandi sendiri, 2) belajar menyesuaikan lingkungan rumah dan sekitarnya, 3)
mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di tempat kerja, atau dilembaga khusus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang
memiliki kecerdasan yang sedemikian rendahnya, mampu dilatih untuk merawat dirinya
sendiri melalui aktivitas sehari-hari serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatannya
menurut kemempuannya.
c) Tunagrahita berat dan sangat berat
Tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat sering disebut idiot atau anak
mampu rawat. Sudjihati (2006:108) menjelaskan tunagrahita berat (severe) memiliki IQ
antara 32-20 menurut slake Binet dan antara 39-25 menurut skala Weschler (WISC),
dan untuk tunagrahita sangat berat memiliki IQ dibawah 19 menurut skala Binet dan IQ
dibawah 25 menurut skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal
yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.
Selanjutnya Efendi (2006:90) menjelaskan bahwa tunagrahita berat dan
tunagrahita sangat berat ini memiliki kecerdasan yang sangat rendah sehingga ia tidak
mampu mengurus dirinya sandiri dan bersosialisasi, sehingga untuk mengurus dirinya
sendiri memerlukan bantuan orang lain. Selain itu Patton didalam Efendi (2006:91)
menjelaskan bahwa anak tunagrahita mampu rawat atau tunagrahita berat
membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu
hidup tanpa bantuan orang lain.
Ciri fisik tunagrahita berat atau tunagrahita sangat berat menurut Erianti
(2009:19) adalah sebagai berikut; 1) penampilan fisiknya tidak seimbang, misalnya
kepala terlalu besar/kecil, 2) tidak dapat mengurus dirinya sendiri, 3) perkembangan
bicara dan bahasanya terlambat, 4) tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap
lingkungan, pandangannya selalu kosong, 5) koordinasi gerak sering tidak terkendali, 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kadang kala sebagian anak tunagrahita berat dan sangat berat sering mengeluatkan
cairan dari mulut (ludah atau iler).
Dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat
adalah anak yang kecerdasannya sangat rendah dan tidak bisa merawat atau mengurusi
dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sehingga sepanjang hidupnya membutuhkan
perawatan, karena ia tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Dengan kata lain
tunagrahita berat dan sangat berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam
hal berbakaian, mandi, makan, dan semua kativitas sehati-hari.
4) Peserta Didik Tunadaksa
Barangkali kita sependapat bahwa kaki dan tangan merupakan organ tubuh yang
sangat penting dalam mobilitas. Hal ini disebabkan kedua jenis organ ini manfaatnya
sangat besar bagi manusia dalam melengkapi dan merealisasikan segala keinginan
untuk bergerak, baik yang dilakukan secara parsial maupun integral bersama dengan
organ sensoris pendukung lainnya.
Apabila fungsi kedua organ tubuh tersebut mengalami gangguan, baik sebagian
ataupun keseluruhan, yang disebabkan oleh luka maupun luka bagian syaraf otak
(cerebal palsy), kelainan pertumbuhan, atupun amputasi, akan mempengaruhi mobilitas
hidup orang yang mengalaminya. Hal seperti ini dikenal dengan sebutan tunadaksa.
Tunadaksa menurut Dedy dan Yani (2013:33) adalah individu yang memiliki gangguan
gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan strukur tulang yang bersifat
bawaan, akibat kecelakaan, celebral palsy (CP), amputasi, polio, dan lumpuh. Dedy dan
Yeni (2013;34) juga menjelaskan bahwa tingkatan gangguan pada tunadaksa adalah
tunadaksa ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetapi
masih dapat ditingkatkan melalui terapi, untuk tunadaksa sedang yaitu memiliki
keterbatasan gerak dan gangguan koordinasi sensorik, sedangkan tunadaksa berat yaitu
memiliki keterbatasan total dalam gerak fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan
fisik.
Selanjutnya Suroyo didalam Yani dan Asep (2013:14) menjelaskan bahwa
tunadaksa adalah ketidakmampuan angota tubuh untuk melaksanakan fungsinya
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna, sehingga
untuk kepentingan pembelajaran perlu layanan secara khusus. Selain itu Erianti
(2009:24) mengartikan tunadaksa sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya
mengalami masalah, sehingga menghasilkan kelainan dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan
layanan khusus.
Sementara itu Yani dan Caryoto (2013:19) mendefinisikan ketunadaksaan
adalah seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh
sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya
kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.
Selanjutnya Conference dalam Sudjihati (2006:121) mengartikan tunadaksa adalah
suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan
pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal yang disebabkan oleh
penyakit, kecelakaan, atau juga dapat disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
Delphie (2006:123) menyatakan peserta didik tunadaksa dapat dikelompokan
menjadi dua bagian besar yaitu “kelainan pada sistem serebral (serebral system) dan
kelainan pada sistem otot dan rangka (musculoskeletal system)”. Jadi peserta didik
tunadaksa mayoritas memiliki kecacatan fisik, sehingga mengalami gangguan pada
koordinasi gerak, persepsi, kognisi dan dikarenakan adanya kerusakan syaraf tertentu.
Dengan demikinan dalam memberikan layanan disekolah memerlukan modifikasi dan
adaptasi yang diklasifikasikan dalam tiga kategori umum, yaitu kerusakan pada syaraf,
kerusakan tulang, dan dengan anak gangguan kesehatan lainya.
Sementara itu Mujito dalam Erianti (2009:25) mengatakan anak tunadaksa dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu 1) golongan yang kehilangan atau atau kekurangan
anggota tubuh misalnya amputasi (amputee) dan cebol, 2) golongan yang kelayuan
otot/tulang seperti post poliomyelitis, paraplegia, dan stiomyelitis, golongan yang
mengalami kekakuan dan tidak adanya koordinasi yang baik seperti TBC tulang.
Selanjutnya Yani dan Caryoto (2013:20-21) menjelaskan dilihat dari pergerakan
otot-otot penyandang cerebral palsy dikelompokan menjadi empat jenis yaitu: 1)
Spastic yaitu anak yang mengalami ini menunjukan kekejangan pada otot-ototnya, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam diam misalnya waktu
tidur. Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan
marah atau dalam keadaan tenang. 2) athetoid yaitu anak yang mengalami athetoid
tidak mengalami atau kekakuan. Otot-ototnya dapat begerak dengan mudah, malah
terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Hal
ini sangat mengganggu dan merepotkan anak itu sendiri. Gerakan ini terdapat pada
tangan, kaki, lidah, bibir dan mata. 3) tremor yaitu anak yang mengalami tremor sering
melakukan gerakan-gerakan kecil yang berulang-ulang. Sering dijumpai anak yang
salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak, 4) rigid yaitu anak cerebral palsy jenis ini
mengalami kekakuan otot-otot. Gerakan-gerakannya sangat lambat dan kasar. Kondisi-
kondisi anak seperti itu jelas memberi dampak pada aktifitas dikehidupannya.
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa adalah suatu
hambatan dimana terjadi kerusakan pada organ seperti tulang, otot, sendi maupun pada
syaraf. Dimana pada kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau juga
pembawaan sejak lahir. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki tunadaksa untuk
melakukan gerak tubuh menyebabkan ia membutuhkan layanan latihan, baik terapi
maupun bantuan medis guna memperbaiki atau mengobati kelainan pada tubuhnya
dengan pola tertentu, peralatan-peralatan yang sesuai, dan fasilitas pendukung lainnya.
untuk yang memiliki masalah pendidikan, maka pembelajaran dapat yang bersifat
khusus yang sesuai dengan kelainan anak yang bersangkutan.
5) Peserta Didik Tunalaras
Istilah tunalaras berasal dari kata tuna dan laras. Tuna berarti kurang sedangkan
laras berarti sesuai. Jadi dari perpaduan kata tersebut dapat diartikan anak tunalaras
adalah anak yang tingkah lakunya tidak sesuai dengan lingkungan.
Anak yang memiliki gangguan tingkah laku atau lebih dikenal dengan sebutkan
tunalaras ini, bukan masalah yang sederhana untuk menentukan anak dengan gangguan
tingkah laku ini. Secara garis besar anak tunalaras dapat diklasifikasikan menjadi anak
yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan
mengalami gangguan emosional. Sehubungan dengan itu, William M.C didalam Yani
dan Asep (2013:15) mengemukakan ada dua klasifikasi anak dengan kelainan tunalaras,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
yaitu; 1) anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial, 2) anak yang mengalami gangguan emosi.
Tunalaras menurut Erianti (2009:20) merupakan istilah atau sebutan bagi mereka
yang mengalami penyimpangan tingkah laku sedemikian rupa sehingga merugikan dirinya
sendiri maupun lingkungannya, tingkahlaku mereka dikatakan menyimpang karena tidak
selaras dengan norma-norma yang berlaku dilingkungannya. Anak tunalaras juga disebut
dengan anak nakal, anak anak bandel, keras kepala, dan anak yang mengalami gangguan
emosi.
Hal yang hampir sama di kemukakan oleh Dedy dan Yani (2013:34) bahwa
tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol sosial, individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Effendi (2006:134)
mengatakan apapun sebutan yang diberikan kepada individu yang tidak mampu
menyelaraskan perilakunya dengan norma umum yang berlaku dilingkungannya, secara
substansi tidak mengurangi sebagai sosok individu yang perlu intervensi khusus.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan anak tunalaras adalah individu yang memiliki
atau mengalami hambatan dalam mengontrol emosi, sikap dan tingkah laku yang tidak
sesuai dengan lingkungan, mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
sehingga hal ini akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain yang disekitarnya dan akan
mengganggu pada situasi belajarnya. Menurut Sudjihati (2006:147) situasi belajar yang
mereka hadapi secara monoton akan mengubah perilaku bermasalahnya menjadi semakin
berat.
Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan
Nomor 12 Tahun 1952 berbunyi bahwa anak tunalaras adalah individu yang mempunyai
tingkah laku menyimpang/bekelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggara
terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar,
tidak/kurang memiliki toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah
terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
6) Peserta Didik Tunaganda
Tunaganda adalah individu yang mengalami kelainan lebih dari dua kelainan.
Menurut Dedy (2013:91) peserta didik tunaganda atau kelainan majemuk adalah peserta
didik dengan dua kelainan atau lebih. Misalnya, peserta didik yang memiliki hambatan
penglihatan dan pendengaran, hambatan kecerdasan, autis dan sebagainya.
Selanjutnya Dedy dan Yani (2013:34) menjelaskan yang disebut anak tunaganda
adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis atau lebih) yang
menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat
diatasi dengan satu program khusus untuk satu kelainan saja, melainkan harus didekati
dengan variasi program pendidikan sesuai dengan kelainan.
Sementara menurut Johnston & Magrab didalam Yani & Asep (2013:16)
tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup
kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang
disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi,
gerak, bahasa, atau hubungan pribadi dimasyarakat.
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tunaganda adalah
seseorang yang memiliki hambatan atau kelainan lebih dari satu, misalnya dalam diri
seseorang mengalami hambatan pendengaran (tunarungu) dan hambatan kecerdasan
(tunagrahita). Dengan hambatan-hambatan tersebut mereka memerukan pendidikan
khusus atau layanan khusus untuk dapat meniti kehidupannya yang lebih baik.
B. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan Khairul Asbar (2010) yang meneliti tentang Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Siswa Tunagrahita Riangan di Sekolah Kuar
Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati aspek yang
terkait dengan pendidikan jasmani adaptif baik dari kurikulum, dukungan kepala sekolah
terhadap pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dan mengamati guru pendidikan jasmani
yang mengajar baik teori maupun praktek dilapangan yang dilakukan secara teoritis.
Pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran tidak maksimal, pengelolaan sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
prasarana yang tidak sebagaimana mestinya dan kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang diajukan,
dalam penelitian ini mengembangkan kerangka berfikir memberikan arahan tentang
langkah-langkah metodologi yang akan diambil, penelitian ini menggunakan metode
“kualitatif” penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah yang lebih
menekankan terhadap makna dari suatu peristiwa yang berkaitan terhadap orang-orang
dalm situasi tertentu. Kegiatan inti dari penelitian kualitatif adalah pemahaman tentang
makna suatu tindakan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam latar sosial penelitian.
Dua makna yang perlu diperhatikan adalah makna yang dikomunikasikan secara langsung
dan tidak langsung yakni dalam bentuk kata dan tindakan. Berdasarkan kepentingan
menangkap makna secara tepat, cermat, rinci dan kompehensif, maka teknik yang paling
tepat adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Aspek pengembangan
kurikulum ini yang paling disoroti adalah mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP dan SMA luar biasa di
Kota Pekanbaru. Untuk dapat terlaksana suatu proses pendidikan diperlukan manajemen
kurikulum yang mengelola kurikulum itu sendiri. banyak fungsi yang digunakan dalam
suatu manajemen, sementara untuk manajemen kurikulum fungsi yang harus diperhatikan
dalam implementasi kurikulum adalah planning, organizing, staffing, controlling.
Modifikasi dalam kurikulum fleksibel harus mengacu pada manajemen yang mengatur
kurikulum. Maka semua pihak yang terkait didalam implementasi kurikulum pendidikan
jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa harus dapat membuat perencanaan
pembelajaran secara tepat, baik program dan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa
yang memiliki kelainan. Oleh karena itu implementasi kurikulum pendidikan jasmani juga
harus mencakup pada sasaran, yaitu: (1) Kognitf sebagai aspek pemahaman dari nilai-nilai
pengetahuan. (2) Psikomotor sebai aspek keterampilan, dan (3) Afektif sebagai aspek sikap
kepribadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Agar sasaran implementasi kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
tersebut berjalan secara efektif dan efisien diperlukan guru yang berlatar belakang
pendidikan olahraga dan membuat perencanaan pembelajaran layanan, mengevaluasi
sebaik mungkin untuk dapat dilaksanankan. Sumber daya penunjang yang mendukung
untuk terlaksananya pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah
Luar Biasa. Sehubungan dengan hal diatas, diharapkan guru mata pelajaran dapat membuat
perencanaan, dan melaksakan evaluasi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta
memberikan layana yang sebaik mungkin terhadap anak bekelainan atau berkebutuhan
khusus dengan sewajarnya, dibawah pengawasan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
Luar Biasa.
Perencanaan
Kendala dan
Usaha
Pelaksanaan
Sumber Daya
Penunjang
Pengontrolan
Pengstafan
Pengorganisasian
Implementasi Kurikulum
Pendidikan Jasmani Adaptif
Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual Implementasi Kurikulum Pendidikan
Jasmani Adaptif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Rencana lokasi penelitian akan dilaksanakan pada Sekolah Luar Biasa Sri
Mujinab Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Kota Pekanbaru,
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Melati Kota Pekanbaru dan Sekolah Luar Biasa
Al-Faqih Kota Pekanbaru.
2. Waktu
Berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya penelitian maka penelitian ini
akan berlangsung selama 3 bulan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Februari
2015.
B. Jenis Penelitian
Penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan
SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini menggunakan metode kualitatif artinya metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada general (Sugiyono, 2010).
C. Sumber Data
Sember data dalam penelitian Implementasi Kurikuplum Pendidikan Jasmani
Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini adalah koordinator
pendidikan yayasan pendidikan sekolah luar biasa untuk sekolah luar biasa Sri Mujinab
dan sekolah luar biasa Cendana Rumbai, sementara untuk sekolah luar biasa Negeri
Pembina, Pelita Hati, Melati dan Al-Faqih adalah kepala sekolah yang di anggap lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
bertanggung jawab dalam perekrutan guru dan memberikan guru-guru untuk
meningkatkan mutu guru Penjasorkes dan perekrutan siswa.
Sumber yang paling penting adalah informan-informan yang memiliki hubungan
kegiatan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA
Luar Biasa di Kota Pekanbaru diantaranya:
a. Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru.
b. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru.
c. Pegawai Tata Usaha (TU)
d. Pengawas sekolah luar biasa
Dalam penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada
SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini jumlah informan tidak dapat dijadikan
sebagai unsur utama. Maksudnya, salah satu ukurannya adalah apabila telah terjadi
kejenuhan dalam pengumpulan data, dan bila data yang di kemukakan informan
cenderung mengulang data sebelumnya, maka informan dan pengumpul data dianggap
cukup.
Jumlah informan mengunakan prinsip snow ball teori Spradley dalam Yetti
(2006;26) yaitu jumlah informan ibarat bola salju yang pada mulanya kecil, kemudian
semakin membesar dalam proses pengelindingannya. Maksudnya adalah informasi yang
diperoleh dari informan terus dicari sampai diperoleh jawaban yang dibutuhkan, dan
akan dihentikan bila tidak muncul lagi indikasi informasi yang baru. Dasar pemilihan
informan bermula dari Kepala sekolah, dan juga berdasarkan pengamatan dilapangan.
Secara umum informasi didalam penelitian ini adalah orang-orang yang ada di Sekolah
Luar Biasa Kota Pekanbaru yang dapat memberikan informasi yang dikehendaki.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Setelah peneliti memperoleh surat izin penelitian, peneliti segera
mempersiapkan kerangka kerja yang akan digunakan untuk menggali data
dilapangan dalam bentuk pedoman panduan lapangan secara garis besar. Agar data
lebih representative, baik dari segi validitas dan reabilitasnya, ini didasarkan pada
keterampilan metodologi yang digunakan, kepekaan, dan integritas peneliti. Dengan
demikian perlu dibina keakraban hubungan antar pribadi. Hal ini sesuai dengan apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang dikemukakan oleh BogBog dan Biklen dalam Sugiyono (2008:67) ditekankan
harus terbina hubungan rapat dengan subjek sebagai sehabat, selanjutnya melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sehingga data yang dikumpulkan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Selanjutnya Lofland didalam Asbar (2010:33) menjelaskan sumber data
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan yang lainnya berkaitan dengan hal itu pada bagian
jenis datanya dibagi kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, dokumentasi (foto),
dan statistik.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data
dalam satu penelitian, guna memahami objektif dilapangan sesuai dengan apa yang
diteliti. Peneliti akan melakukan observasi dilokasi tempat sosial berlangsung
(Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati,
Sekolah Luar Biasa Melati dan Sekolah Luar Biasa Al-Faqih), dan aktor yang
mempunyai peranan memungkinan untuk mendapatkan data untuk penelitian ini
seperti Kepala sekolah, guru Penjas, guru, dan siswa-siswi SMPLB dan SMALB di
Kota Pekanbaru. Teknik pengambilan data melalui observasi agar lebih
menyempurnakan apa yang telah terekam melalui teknik wawancara. Observasi
dilakukan dalam situasi sosial menurut Faisal dalam Sugiyono (2088;7) situasi sosial
mempunyai tiga elemen yaitu; (a) lokasi / tempat fisik sosial itu berlangsung, (b)
pelaku / aktor yang menduduki status / posisi yang memungkinkan peranan tertentu,
(c) aktivitas / kegiatan para pelaku dalam lokasi atau tempat berlangsung suatu
situasi sosial. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga nantinya
diperoleh data yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya penulis akan bertindak adil
atau netral dengan cara merekam hasil sesungguhnya yang terjadi dilapangan.
b. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2010;72) menyatakan bahwa “wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Jadi
wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan pada peneliti, seperti kepala sekolah Sekolah
Luar Biasa Kota Pekanbaru, guru Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa Kota
Pekanbaru, guru-guru di Sekolah Luar Biasa Kota Pkanbaru dan Siswa-Siswi SMP
dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru. Wawancara dilakukan dengan informan
dengan cara peneliti membuat pertanyaan untuk diajukan kepada imforman, dengan
menggunakan tape recorder, catatan untuk mengumpulkan data-data yang peneliti
inginkan, dan camera untuk memotret kala peneliti sedang melakukan pembicaraan /
wawancara dengan informan.
Wawancara dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.
Faisal didalam Khairul (2010;37) mengemukakan ada dua cara pengumpulan data
melalui wawancara yaitu, (a) dengan wawancara peneliti dapat menggali baik yang
diketahui atau yang dialami oleh seorang subjek maupun yang tersembunyi dari diri
subjek atau orang yang diwawancarai, (b) apa yang ditanyakan kepada informan bisa
mencangkup hal-hal yang bersifat aktifitas waktu yang berkaitan dengan masalah
masa sekarang atau masa yang akan datang. Ada 7 langkah yang ditempuh yang
dilakukan dalam pengumpulan data melalui wawancara yang dikemukakan oleh
Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2010:76) yaitu;
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan.
b. Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
c. Mengawali atau membuka alur wawancara.
d. Melangsungkan alur wawancara.
e. Menginformasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengahirinya.
f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
c. Studi Dokumentasi
Untuk memperkuat data yang diperoleh dengan wawancara, pengamatan
lapangan (observasi) peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi didalam
pengumpulan data. Sugiyono (2010:82) mengemukakan dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berupa karya seni, dapat berupa
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Hasil penelitian ini yang
menjadi studi dokumentasi adalah data tertulis yang dibutuhkan untuk mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
hasil penelitian ini seperti rencana pembelajaran seperi RPP, Silabus, PROTA,
Promes, buku ajar, daftar hadir siswa pada saat pembelajaran dimulai, profil guru
penjasorkes dan profil siswa.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data instrument menurut Faisal dalam Khairul (2010:33)
merupakan komponen yang diperlukan dalam penelitian Implementasi Kurikulum
Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini
berupa kamera, Tape recorder, blangko-blangko catatan yang digunakan. Jadi
instrument kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendir.
E. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Keabsahan suatu data hanya tergantung pada teknik yang dipakai dalam
pengumpulan data, cara yang digunakan serta kejujuran informan sebagai data yang
utama. Teknik penjamin keabsahan data pada penelitian Implementasi Kurikulum
Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini
adalah dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,
pemeriksaan teman sejawat melaui diskusi dan pengecekan anggota (Molleong, dalam
Sugiyono 2008:77).
1. Perpanjang Keikutsartaan
Perpanjang keikutsertaan yang dimaksud adalah keikutsertaan peneliti dan
memahami situasi sosial, sehingga data yang diperoleh dengan sempurna dan
dapat dipercaya.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menentukan ciri-ciri dan
unusur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang dicari.
Ketekunan pengamatan dapat dilakukan dengan cara memperbanyak kontak dengan
informan, meningkatkan frekwensi pengamatan dan selanjutnya menelaah sampai
pada suatu keyakinan bahwa permasalahan yang diteliti sudah benar.
3. Triangulasi
Triangulasi yang dimaksud adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
berperan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data tersebut, untuk
membandingkan dua data tersebut adalah peneliti itu sendiri. Selanjutnya Mathison
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dalam Sugiyono (2010:85) mengemukakan bahwa “nilai dari teknik pengumpulan
data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent
(meluas), tidak konsisten atau kontradiksi”. Oleh karena itu dengan menggunakan
teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih
konsisten, tuntas dan pasti. Patton dalam Sugiyono(2010:85) mengatakan bahwa
“Melalui triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan
dengan satu pendekatan. Jadi triangulasi dilakukan terus menerus selama
membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, sehingga data dapat
dipercaya.
4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi
Pemeriksaan teman sejawat melaui diskusi yang dimaksud adalah melakukan
diskusi dengan teman-teman. Maksudnya adalah melakukan diskusi dengan teman-
teman yang memberikan saran dan keritikan terhadap hasil sementara. Selanjutnya
peneliti memperbaiki hal-hal yang dirasa perlu, setelah itu data dirapikan kembali
menjadi catatan lapangan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan
terhadap hasil pengamatan tersebut.
5. Pengecekan Anggota
Pengecekan anggota yang dimaksud adalah pengecekan anggota yang terlibat
dalam penelitian ini. Pengecekan anggota ini sangat perlu untuk memberikan reaksi,
pandangan, dan situasi mereka sendiri terhadap data yang diperoleh peneliti. Para
anggota yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, Guru Penjas Orkes, Guru-Guru di
Sekolah, Siswa-siswi SMPLB –SMALB di Kota Pekanbaru.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak data tersebut diperoleh selanjutnya dipelajari dengan
teliti. Tahap pertama, peneliti mengumpulkan dan mencatat semua data yang diperoleh.
Selanjutnya dilakukan dengan memilih dan memilah data, menghilangkan dan
mengurangi data yang telah diperoleh tersebut, terutama data yang tidak sesuai dengan
penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan pada penelitian ini berdasarkan teori
(Spradley dalam Sugiyono 2008:92) dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1.
Menentukan situasi sosial, 2. Melakukan observasi lapangan, 3. Melakukan analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
lapangan, 4. Melakukan observasi terfokus dengan pertanyaan terstruktur, 5. Melakukan
analisis teksonomi, 6. Melakukan boservasi terseleksi dengan pertanyaan kontras,
1. Menentukan Situasi Sosial
Situasi sosial yang dimaksud adalah situasi di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru
(SLB). Ini didasarkan pada kriteria; (a) sederhana, (b) mudah menjangkaunya, (c)
tidak kentara melakukan penelitian,mudah menjumpai informan, (d) kegiatan dapat
dilakukan berulang-ulang situasi sosial di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru
seluruh situasi sosial informan yang terlibat dalam penelitian ini.
2. Melakukan Observasi Lapangan
Dalam observasi lapangan ada dua hal yang dilakukan, yaitu melakukan
observasi secara umum dan luas / grand tour, serta observasi yang dilakukan secara
terfokus atau mini tour. Grand tour dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi
Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru secara umum. Mini tour lebih terfokus pada
implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar
Biasa di Kota Pekanbaru.
3. Melakukan Analisis Kawasan
Analisi kawasan merupakan suatu proses untuk menentukan unsur atau
makna budaya yang mencangkup kategori yang lebih kecil, yang terdiri dari tiga
kategori, yaitu: (a) nama dari suatu kawasan budaya, (b) kategori yang lebih kecil
didalam suatu kawasan, (c) hubungan sistematik dari kedua kategori diatas. Analisis
kawasan dilakukan menggunakan hubungan sistematik yang universal, sifatnya
berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
4. Melakukan Observasi terfokus dengan Pertanyaan Terstruktur
Observasi terfokus dilakukan untuk menelusuri makna khusus dalam
hubungan dengan makna yang lebih luas. Setelah diperoleh gambaran mengenai
kawasan-kawasan budaya melaui analisis kawasan, kemudian dipilih kawasan-
kawasan yang berhubungan dekat yang berkaitan dengan topik masalah penelitian
yakni implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA
Luar Biasa di Kota Pekanbaru. Untuk mempermudah dalam memperoleh informasi
maka disiapkan pertanyaan terstruktur, sehingga diharapkan data sesuatu yang
dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
5. Melakukan Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi dilakukan untuk mencari hubungan antar komponen di
dalam kawasan, yang berpedoman kepada jenis-jenis aktor yang terlibat di dalam
Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar
Biasa di Kota Pekanbaru.
6. Melakukan Observasi Tersleksi dengan Pertanyaan Kontras
Observasi tersleksi dilakukan untuk mengkaji secara lebih rinci kawasan-
kawasan yang terpilih. Dalam hal ini dianjurkan suatu bentuk pertanyaan pada
masing-masing kawasan budaya yang muncul dari perbedaan sebagaimana halnya
dengan kesamaan diantara kategori-ketegori. Maksud dari observasi ini adalah
menentukan makna dari situasi sosial yang diteliti dengan mengajukan pertanyaan
kontras terhadap kawasan yang ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN
A. Deskripsi Latar SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru
Wilayah yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah SMP dan SMA Luar Biasa
di Kota Pekanbaru Provinsi Riau Sumatra. Di Kota Pekanbaru terdapat 10 Sekolah Luar
Biasa dan hanya 6 Sekolah Luar Biasa yang memiliki jenjang SMP dan SMA Luar Biasa
yaitu Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai, Sekolah Luar
Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai dan Sekolah Luar Biasa Al-
Faqih.
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Luar Biasa Pekanbaru
a. Sejarah Singkat Berdiri SLB Sri Mujinab
Memperhatikan banyaknya anak berkelainan khususnya di Ibu kota Propinsi
Riau yakni Pekanbaru yang disampaikan oleh salah seorang guru tamatan Sekolah Guru
Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Bandung yang bernama Nanun HS, pada kesempatan
perjumpaan dengan Ny. R. Ismail Suko atas hasil penelitian dan pengamatannya yang
dilakukan sebelumnya. Didorong kesadaran ini serta mengingat bahwa tugas organisasi
Dharma Wanita menunjang proram Pemerintah antara lain bergerak dalam bidang
pendidikan, sosial kemasyarakatan maka pada rapat pengurus Dharma Wanita Propinsi
Riau tanggal 15 November 1980, Ny. R. Ismail Suko (salah seorang Wakil Ketua pada
waktu itu) mengemukakan usul untuk mendirikan SLB dan pembukaannya diharapkan
awal tahun 1981 adalah tahun Internasional Paracacat.
Dalam rangka usaha sebagai tindak lanjut untuk mendirikan SLB ini diadakan
konsultasi dengan berbagai instansi Pemerintah antara lain dengan Kakanwil
Departemen Sosial Propinsi Riau Dr. Rustandi, Kakanwil Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Riau Drs. Soeyatta, Kepala Dinas P dan K TK. I Riau H.
Nazarudin, Kepala Bank Pembangunan Daerah Riau Drs. Sjafei Yusuf, pada pokoknya
menyambut baik atas rencana akan berdirinya SLB di Pekanbaru. Dengan Keputusan
Rapat yang dipimpin Ny. Bas Tobing adalah: (1) SLB mulai buka bulan Februari 1981
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dengan jumlah murid 8 orang, guru 1 orang, guru bantu 1 orang. (2) Pembukaan secara
resmi pada bulan Juni 1981 tahun ajaran baru. (3) Tempat belajar sementara meminjam
1 ruangan di gedung Dharma Wanita.
b. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Cendana Rumbai
Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai (SLB-CR) adalah sekolah yang dibangun
dibawah naungan Yayasan Pendidikan Cendana Chevron Pasifik Indonesia. Pada awal
berdirinya Dr. Jenni Oepangat menemukan beberapa anak berkebutuhan khusus di
lingkungan keluarga karyawan PT. CPI. Untuk menindaklanjuti ditemukannya anak
berkebutuhan khusus di PT.CPI, maka dilanjutkan pembicaraan dengan: (1)
Pembicaraan antara Dr. Jenni Oepangat dan Dr. Smith pada tahun 1974. (2)
Pembicaraan Dr. P.T. Smith dengan Dra. S. Sadli di Rumbai pada tanggal 3 April 1974.
(3) Pembicaraan antara Dr. Oepangat, Dr. Jenni Oepangat dan Dra. S. Sadli pada
tanggal 8 Juli 1974.
Dari hasil pembicaraan, maka ditunjuklah Dra. S. Sadli selaku koordinator Team
Ahli Psikologi UI yang berhubungan dengan rencana pemerikasaan anak terbelakang di
lingkungan PT. CPI Rumbai oleh Dr. Fuad Hassan. Pada tanggal 1 Mei 1975, SLB-CR
resmi dibuka dengan acara yang sangat sederhana dan sangat sakral setelah Drs.
Anggen datang untuk mempersiapkan pendirian Sekolah Luar Biasa. Selanjutnya pada
tanggal 29 Juni 1975 Sekolah Luar Biasa Cendana dimasukkan di bawah naungan
pengawasan Yayasan Pendidikan Cendana berdasarkan memorandum Managing
Director PT CPI oleh L.G. Austin.
c. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Pelita Hati
Berawal dari tahun 2004 jumlah SLB yang ada di Kota Pekanbaru sangat sedikit.
Hanya ada 3 SLB di Pekanbaru dengan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah
kecamatan yang ada pada saat itu. Melihat kondisi yang demikian, maka pada bulan
April 2004 berdirilah satu Yayasan Pendidikan Tuah Bersama yang menaungi cikal
bakal berdirinya SLB Pelita Hati Pekanbaru. Apalagi setelah melalui survey oleh pihak
yang berkompeten diperoleh bahwa di Kecamatan Tampan belum ada berdiri sekolah
Luar Biasa, yang notabene adalah merupakan kecamatan yang terbesar dilihat dari segi
kepadatan penduduknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
SLB Pelita Hati Pekanbaru berdiri dengan akte notaris nomor 57 tanggal 16 juni
2004 dan mendapatkan persetujuan izin operasional pendirian sekolah swasta dari
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau dengan nomor 420/DPK.2.3/1303. Tertanggal
07 Juni 2006.
d. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Negeri Pembina
SLB Negeri Pembina pekanbaru berdiri pada tanggal 29 januari 1998, oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Dinas pendidikan Provinsi Riau,
yang beralamatkan di Jl. Segar No. 46 Kel. Rejosari. Kec. Tenayan raya, Kulim –
Pekanbaru. Pada tahun 1999 – 2001 di kepalai oleh Drs. Ansori, Pada tahun 2001 –
sekarang oleh H. Samijo, S.Sos. M.Pd.
Perkembangan Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina ini tahun-ketahun
bertambah pesat, semula siswanya hanya berjumlah 12 orang, dan saat ini siswanya
sudah berjumlah 267 orang, siswa tersebut berasal dari lingkungan setempat dan dari
daerah ( kabupaten / kota ) mereka ada yang berketunaan ( Tunanetra, Tunarungu,
Tunagrahita, Tunadaksa,Tunalaras, dan autis.
e. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Melati
Berdasarkan pemantauan dalam kehidupan di lingkungan kecamatan Rumbai
Pekanbaru, banyak anak-anak penyandang yang seharusnya sekolah mereka tidak
sekolah dengan berbagai alasan akhirnya Ketua Federasi untuk Kesejahteraan Cacat
Mental Provinsi Riau ( FNKCM Drs.M.Jakfar ) pada tanggal 1 Juni 2003 menyewa
sebuah rumah di jalan Paus ( patimura lama) Rumbai membuka Sekolah Luar Biasa
untuk tahun pelajaran 2003/2004 yang dirintis oleh alumni lulusan UNP jurusan PLB
yaitu Yosi Rita,S.Pd dan Misrawati,S.Pd dibantu oleh Zamitul Azma selaku tenaga
administrasi pasa saat itu. Sampai saat ini SLB Melati Rumbai berkembang sangat pesat
dan sudah memiliki gedung sendiri dengan bantuan yayasan dan pemerintah.
f. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Al-Faqih
Pada tahun 2004 ibu Hj. Nur Liani berkeinginan membangun Sekolah Luar Biasa
di Kota Pekanbaru, setelah berdiskusi bersama pihak keluarga dan yayasan pada bulan
Maret 2004 berdirilah Sekolah Luar Biasa AL-Faqih di bawah naungan yayasan
pendidikan AL-Faqih. Awal mulanya berdirinya Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
menyewa gedung yang berada di jalan Adi Sucipto Pekanbaru. Setelah itu tahun 2005
Sekolah Luar Biasa Al-Faqih sudah memiliki gedung sendiri yakni di jalan Cipta Karya
Panam-Pekanbaru. Pada awalnya SLB Al-Faqih hanya memiliki 2 ruangan untuk kelas
yang dibangun menggunakan dana yayasan. Mulai dari tahun 2005 SLB Al-Fakiq mulai
berkembang dengan bantuan yayasan dan pemerintah. Sekarang SLB AL-Faqih
berkembang cukup pesat dan memiliki gedung yang layak untuk anak-anak
berkebutuhan khusus menimba ilmu.
2. Profil Sekolah Luar Biasa
a. Profil Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
Nama Yayasan : Yayasan Permata Bunda Propinsi Riau
Status Sekolah : Swasta
Alamat : Jl. Dr. Sutomo, Pekanbaru
Kelurahan : Suka Mulia
Kecamatan : Sail
Kabupaten/ Kota : Pekanbaru
Provinsi : Riau
Kode Pos : 28133
No.Telepon : (0761) 22963
Status Akreritasi : A/Tahun 2006
Nomor SK Izin Operasional
1) Tahun Pendirian : 1981
2) Tahun Beroperasi : 14 Februari 1981
3) Status tanah : Milik Sendiri
a. Surat tanah : Sertifikat, Akte
b. Luas tanah : 17.800 m2
4) Status Bangunan : (Milik sendiri, hak guna bangunan)
a. Surat Izin Bangunan : No. 105 tanggal 17 Mei 1983
b. Luas Bangunan : 5000m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b. Profil Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Nama Yayayasan : Yayasan Pendidikan Cendana
Status Sekolah : Swasta
Alamat : Komplek Enau, PT. CPI Rumbai – Pekanbaru
Kelurahan : Rumbai Bukit
Kecamatan : Rumbai Pesisir
Kabupaten/ Kota : Pekanbaru
Provinsi : Riau
Kode Pos : 28271
No.Telepon : (0761) 946654
Nomor SK Izin Operasional : 1857/109.FS/A8-1996
1) Tahun Pendirian : 5 Mai 1975
2) Tahun Beroperasi : 5 Mai 1975
3) Status tanah : Hak Pakai
Status Bangunan : (Milik sendiri, hak guna bangunan)
Surat Izin Bangunan : No. 105 tanggal 17 Mei 1983
Luas Bangunan : 1000m2
c. Profil Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Nama Yayasan : Yayasan Permata Bunda Propinsi Riau
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Nomor Statistik : I.874096006015 II. 80209060801
Status Sekolah : Swasta
Alamat : Jl. Merpati Sakti GG.Air Tabik No.03
Kelurahan : Simpang Baru
Kecamatan : Tampan
Kabupaten/ Kota : Pekanbaru
Provinsi : R i a u
Kode Pos : 28293
Nomor SK Izin Operasional : 420/DPK.2.3/1303
1) Tahun Pendirian : 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
2) ahun Beroperasi : 2004
3) Status tanah : Milik Sendiri
d. Profil Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Nama Sekolah : Sentra PK-LK SLB Negeri
Pembina Pekanbaru
Nomor Pokok Standar Nasional : 10495037
Nomor Statistik Sekolah : 901096070003
Alamat : Jl. Segar No.46
Kelurahan : Rejo Sari
Kecamatan : Tenayan Raya
Kota : Pekanbaru
Provinsi : Riau
Kode Pos : 28282
Telepon : (0761) 7870063
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi : B/Tahun 2007
Tahun Didirikan/beroperasi : 29 Januari 1998
Kepemilikan Tanah/Bangunan : Pemerintah Dinas Pendidikan Prov. Riau
a) Luas Tanah : 14.354 m2
b) Surat Tanah : Akte, Jula Beli
c) Luas Bangunan : 6.500 m2
Nomor SK Izin Operasional : 13A/O/1998
e. Profil Sekolah Luar Biasa Melati
Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Melati
Nama Sekolah : SLB Melati Rumbai
Nomor Statistik Sekolah : 874096012014/2004
Status Sekolah : Swasta
Alamat : Jalan. Pramuka Gang Pandu No. 9
Kelurahan : Limbungan
Kecamatan : Rumbai Pesisir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Kota : Pekanbaru
Provinsi : Riau
Akta Pendirian : Nomor 11, Tanggal 5 Agustus 2003
Izin Operasional : 420/DPK.21/830
Luas Tanah Bangunan I : 192m
Luas Tanah bangunan II : 90m
Luas Tanah bangunan III : 150 m
f. Profil Sekolah Luar Biasa Al-Faqih
Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Al-Faqih
Nama Sekolah : SLB Al-Faqih
Nomor Statistik Sekolah : 802090608003
Status Sekolah : Swasta
Alamat : jalan Cipta Karya
Kelurahan : Tuah Karya
Kecamatan : Tampan
Kota : Pekanbaru
Provinsi : Riau
Kode Pos : 28294
No.Telp : 0813 7152 5966
No. SK Izin Operasional : 420/DPK.2.1/799
1) Tahun Pendirian : 2004
2) Tahun Beroperasi : Februari 2004
3) Status Tanah : Milik Sendiri
a) Serat Tanah : Akte/Sertifikat
b) Luas Tanah : 1000m2
c) Luas Bangunan : 598m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Kepala Sekolah
Orang-orang yang pernah menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Luar Biasa Kota
Pekanbaru:
a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
1) Nanun, SH
2) Drs. Abdul Manaf
3) Drs. M. Mulyono
4) M. Palguno, S.Sos
5) Hj. Juminten, S. Sos. M.Pd
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
2) Drs. Anggen
3) Vakum
4) Dra. Yusron Sipala
5) Dra. Marfuatun
6) Drs. Eman Sulaiman
7) Dra. Marfuatun
8) Drs. M. Jakfar
9) Taufikurohman, SE
10) Muntalip, S.Pd
c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
1) Delfarisda, S.Pd
2) Teguh Proyono, S.Pd
3) Kris Setiadji, S.Pd
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
1) Drs. Ansori
2) H. Samijo, S.Sos. M.Pd.
e. Sekolah Luar Biasa Melati
1) Drs. H. Jaffar
2) Zamiarul Azma,S.Sos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
1) Eko Yulianto, SH
2) Drs. Al-Muhdil Karim
3) Elivitria, A.Md
4) Nurfatimah, S.Ag
4. Guru Penjas Orkes
Guru-guru yang mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah
Luar Biasa Pekanbaru adalah:
a. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru adalah bapak
WA, beliau adalah satu-satunya guru olahraga yang berlatar Pendidikan Olahraga D3
dari Universitas Negeri Padang. Bapak WA melamar jadi guru olahraga di Sekolah
Luar Biasa Sri Mujinab, setelah diterima sebagai guru penjas karena kekurangan
guru bapak WA juga menjadi guru kelas. Untuk mengajar penjas bapak WA
mengajar diseluruh kelas, sementara untuk guru kelas bapak WA mengajar SMALB
kelas XI B yakni kelas tunarungu. Peneliti bertanya kepada bapak WA apakah bapak
sangat menikmati mengajar di sekolah ini, karena bapak juga bukan sebagai jurusan
PLB?
“ia, saya sangat menikmati mengajar disini karena sudah menjadi
keputusan saya untuk melamar menjadi guru disini. Selain itu ada
kebahagian tersendiri bisa mengajar mereka dan sekarang tidak hanya
olahraga sekarang saya juga bertindak sebagai guru kelas karena
keterbatasan guru. Pada awalnya saya tidak mengerti seperti apa saya
akan mengajar karena basic saya hanya diolahraga, apalagi anak-anak
kita dengan berbagai keterbatasan ya ini menjadi tantangan bagi saya
dan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWA.”
Dengan ketulusan hati bapak WA mengabdikan dirinya untuk mengajar
olahraga dan menjadi guru kelas walaupun sebelumnya bapak WA belum pernah
mengajar anak berkebutuhan khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
b. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Guru penjasorkes Sekolah Laur Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru adalah
guru yang tidak berlatar belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Namun bapak AR adalah tamatan S1 PLB IKIP Padang. Bapak AR melamar menjadi
guru ke Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru, setelah diterima menjadi
pegawai atau guru di Yayasan Pendidikan Cendana pada tahun 2001 beliau mengajar
untuk guru kelas C (Tunagrahita) dan pada saat itu karena di sekolah tersebut tidak
memiliki guru penjas, bapak AR diberi tugas oleh kepala sekolah untuk mengajar
olahraga dengan hanya berbekal hobi olahraga. Peneliti bertanya kepada bapak AR
kenapa bapak mau menerima tugai itu pak?
“saya mau mengajar penjaskes, mau menerima karena guru penjas
saat itu memang tidak ada. Saya juga hobi olahraga dan saya juga
tidak tahu latar belakang pendidikan olahraga makanya saya banyak
belajar. Saya juga pernah mendapat kesempatan untuk penataran
guru penjas khusus pendidikan luar biasa. Oleh sebab itu saya harus
menghayati pekerjaan yang diberikan kepada saya, kalau sekarang
saya sudah merasa cocok untuk menjadi guru olahraga dan akan
tetap menjadi guru olehraga di sekolah ini.”
Dengan bermodal hobi itulah bapak AR menerima tugas sebagai guru Penjas di
SLB Cendana Rumbai Pekanbaru. Selama menjadi guru Penjas hanya sekali mengikuti
penataran guru Penjas untuk Sekolah Luar Biasa di Jakarta. Penataran lainnya hanya
untuk olahraga prestasi siswa SLB sebagaimana diungkapkan bapak AR di atas.
Prestasi olahraga oleh siswa Cendana Rumbai tidak diragukan lagi mulai dari tingkat
kota, Provinsi, Nasional dan Internasional dibawah asuhan bapak AR tidak diragukan
lagi dengan banyaknya prestasi yang diukir dan banyaknya medali yang didapatkannya.
c. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Guru olahraga di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru adalah bapak TP.
Selain guru olahraga bapak TP adalah perintis berdirinya Sekolah Luar Biasa Pelita
Hati Pekanbaru dan pernah menjabat Kepala Sekolah di SLB ini, sekarang selain
menjadi guru penjaskes bapak TP juga sebagai guru kelas SMALB kelas C
(tunagrahita) di sekolah ini. Latar belakang pendidikan bapak TP adalah tamatan D2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
PLB Surakarta dan transfer S1 PLB IKIP Padang. Beliau mengajar olahraga di SLB ini
sejak awak berdirinya SLB Pelita Hati Pekanbaru. Tidak jauh berbeda dengan bapak
AR, bapak TP juga berbekal hobi berolahraga. Peneliti bertanya kepada bapak TP apa
yang membuat bapak tertarik untuk mengajar penjas di sekolah ini pak?
“Selain pada saat itu kita kekurangan guru jadi kita semua merangkap
menjadi semua tugas, dan kebetulan saya hobi olahraga ya kenapa
tidak untuk mengajar penjas, dan sampai sekarang pun saya tetap
menjadi guru penjas untuk sekolah ini.”
Mulai dari berdirinya sekolah ini bapak TP sudah menjadi guru olahraga, dengan
berbekal pengalaman beliau juga berhasil membawa anak dari Sekolah Luar Biasa Pelita
Hati mengikuti kejuaraan nasional yakni POPCANAS tahun 2011 dan menjadi juara
dicabang olahraga renang.
d. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru ada 2 guru yang bertugas
sebagai guru olahraga, karena SLB Negeri Pembina memiliki murid yang lebih banyak
dibandingkan dengan SLB lainnya di Pekanbaru. Yang mengajar penjas di SLB ini
adalah bapak RM dan ibu YE. Bapak RM memiliki latar belakang sebagai guru agama
yang menggemari olahraga bulutangkis dan juga pernah menjadi atlet, sedangkan ibu
YE berlatar belakang lulusan PLB IKIP Padang yang dulu pernah bersekolah di SGO
dan penah menjadi atlet atletik. Berbekal itulah bapak RM dan ibu YE menjadi guru
penjas.
e. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai
Guru penjasorkes di SLB Melati Rumbai Pekanbaru adalah bapak DC. Bapak
DC merupakan guru kelas yang mengemban tugas sebagai guru penjas, bapak DC
berlatar belakang tamatan PGSD tidak berbeda dengan guru penjas di SLB lainnya
bapak DC diberi tugas untuk mengajar penjas di SLB ini karena memiliki hobi olahraga.
Peneliti bertanya kepada bapak DC sebelum bapak mererima tugas ini bagaimana
perasaan atau apa yang bapak pikirkan saat itu?
“Yang saya pikirkan saat itu ya buk, awalnya saya rugu karena jujur
saya pada saat itu baru diterima di sekolah ini dan pengalaman saya
tidak ada di anak-anak berkebutuhan khusus apa lagi untuk olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tapi saat itu saya mendapat dorongan dari guru-guru yang lain saya
pasti bisa. Ya saya dengan optimis menerima tugas ini. Alhamdulillah
saya menikmati dan belajar terus cara mengajar olahraga untuk anak-
anak kita ini”
Dengar optimis bapak DC menerima tawaran mengajar penjaskes di sekolah ini
dan sampai sekarang bapak DC mengajar dengan baik.
f. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
Duru penjasorkes di SLB AL-Faqih adalah bapak BF, dengan keterbatasan
jumlah guru selain mengajar penjasorkes bapak BF jagu guru kelas dan keterampilan
bertukang. Tidak berbeda dengan guru penjas di SLB lain bapak DC menerima tugas ini
karena sangat hobi berolahraga, sementara latar belakang pendidikan bapak DC adalah
S1 PGSD.
5. Struktur Organisasi
Gambar 4. Stuktur Organisasi SLB Sri Mujinab Pekanbaru Tahun 2014/2015
KOMITE
Drs. Syamsudin
KEPALA SEKOLAH
Hj. Juminten, S.Sos, M.Pd
UNIT PERPUSTAKAAN
KELOMPOK JABATAN FINGSIONAL /GURU
TATA USAHA Windarti, S.Pd
TKLB/SDLB/SMPLB/SMALB
PENJAGA SEKOLAH
MASYARAKAT SEKITAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun 2014/2015
TATA USAHA
KOMITE TIM AHLI KEPALA SEKOLAH
MUNTALIP, S.Pd
WAKIL KEPALA SEKOLAH
NORAMAIHANI, S.Pd
KOOR.
KURIKULUM &
KESISWAAN
KOOR. HUMAS &
SARANA
PRASARANA
KOORDINATOR
SOSIAL
KOORDINATOR
KEUANGAN
MAJELIS GURU
SISWA
TKLB SDLB SMPLB SMALB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
KEPALA SEKOLAH
KRIS SETIADJI, S.Pd
KOMITE SEKOLAH
SEKSI KURIKULUM
YULFIDA DESTINI, S.Pd
SEKSI KESISWAAN
TEGUH PRIYONO, S.Pd
PRASARANA
DELFARISDA, S.Pd
SEKSI HUMAS
PURYATI
KOORDINATOR
TKLB
KURNIATI SITOHANG, S.Pd
SDLB
JAWATI, S.Ag
SMPLB
SURIYADI, S.Pd
SMLAB
TEGUH PRIYONO, S.Pd
SISWA
Gambar 6. Struktur Organisasi SLB Pelita Hati Pekanbaru Tahun 2014/2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 7. Struktur Organisasi SLB Negeri Pembina Pekanbaru Tahun 2014/2015
KEPALA SEKOLAH
H. SAMIJO, S.Sos, M.Pd
WAKIL KEPALA SEKOLAH
M. HARIS, S.Pd
KOOR. KURIKULUM
M. HARIS, S.Pd
KOOR. KESISWAAN
YATMIATI, S.Pd
SARANA & PRASARANA
EKO YULIANTO, S.Pd
MAJELIS GURU
TKLB SDLB SMPLB SMALB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 8. Struktur Organisasi SLB Melati Pekanbaru Tahun 2014/2015
KEPALA SEKOLAH
ZAMAITUL AZMA, S.Sos
BENDAHARA
NURHAMIDAH, S.Psi
MAJELIS GURU
TATA USAHA
KEBERSIHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 9. Struktur Organisasi SLB AL-Faqih Pekanbaru Tahun 2014/2015
6. Keadaan Pegawai
Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru:
a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru
berjumlah 20 orang seperti pada Tabel di bawah ini:
KEPALA SEKOLAH
NURFATIMAH, S.Ag
TATA USAHA
ILHAM
WAKIL KURIKULUM
ELIVITRIA KESISWAAN
WULAN, S.pd
WAKIL SARANA/HUMAS
BENNI FATRA, S.pd
MAJELIS GURU
SISWA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Sri Mujinab Pekanbaru
No Nama Tempat tanggal Lahir Jabatan Golongan Ijazah Mata Pelajaran
1. Hj.Juminten,S.Sos, M.Pd Sleman, 07-05-1953 Kepsek IV c S2 Bahasa Indonesia
2. Nelita Basni S.Pd Limapuluh Kota.05-08-1967 Guru IV a S1 Guru Kelas
3. Maimunah Z.S.Pd Padang, 15-04-195 Guru IV a S1 Guru Kelas
4. Yasni, S.Pd Tanah Datar,07-06-1968 Guru IV a S2 Guru Kelas
5. Adriningsih, S.Pd P.Ganting, 06-0-1963 Guru IV a S1 Guru Kelas
6. Lendrawati, S.Pd Pekanbaru,17-08-1968 Guru IV a S1 Guru Kelas
7. Asril,S.Ag Lb.Mandian Gajah06-09-1973 Guru Guru bantu S1 Agama Islam
8. Nurlela, S.Pd T.Montong 04-06-193 Guru Guru Bantu S1 Guru Kelas
9. Erni Air Tabik 26-06-1971 Guru Guru Bantu SGPLB Guru Kelas
10. Irwan Sitomul, S.Fil l Huta Tongah 12-04-1975 Guru Guru Bantu S1 Agama Islam
11. Juliarnita Ismet, S.Pd Pekanbaru 10 juli 1982 Guru Guru Honor S1 Guru Kelas
12. Dalmadi,S.Pd Bantul 26-09-1956 Guru IV a S1 Guru Kelas
13. Slamet Hanafi, S.Pd Jogjakarta 29-11-1961 Guru IV a S1 Guru Kelas
14. Suparni, S.Ag Bantul 15-04-1959 Guru IV a S1 Guru Kelas
15. Windarti Sleman 03-07-1987 Guru Guru Bantu D1 Komputer
16. Linda Dedek Pekanbaru 08-05-197 Guru Guru Bantu SMA Salon
17. Wahyu Adi Kinali 25-11-1986 Guru Guru Bantu D2 Penjas
18. Juwadi, S.Pd Bantul 15-04-1959 Guru IV a S1 Guru Kelas
19. Kendaryanti Bogor 09-08-1985 Guru III d D2/PLB Guru Kelas
20. Sumiati Pekanbaru 20-08-1985 Guru Guru Honor SMKK Menjahit
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru
berjumlah 6 orang seperti pada Tabel di bawah ini:
Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Cendana Rumbai Pekanbaru
No Nama Tempat tanggal Lahir Jabatan Golongan Ijazah Mata Pelajaran
1. Muntalip, S.Pd Pacitan, 13 Januari 1967 Kepsek III b S1 Bahasa Matematika
2. Fatma Yulis, S.Pd Kota Bumi, 24-12-1964 Guru III c S1 Guru Kelas
3. Adi Romadona, S.Pd Jambi, 22-08-1977 Guru II c S1 Guru Kelas
4. Fatimah Selfi, S.Pd Janjung Jati, 30-07-1963 Guru III c S1 Guru Kelas
5. Noramaihani, S.Pd Solok, 09-5-1966 Guru III a S1 Guru Kelas
6. Meri Delva S, S.Pd Pekanbaru,14-07-1988 Guru II a S1 Guru Kelas
c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru berjumlah
12 orang seperti pada Tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel. 6. Keadaan Pegawai dan guru SLB Pelita Hati Pekanbaru NO. NAMA TTL AGAMA JABATAN IJAZAH STATUS
KEPEGAWAIAN
1. Kris Stiadji, S.Pd Karanganyar
29-11-1969
Islam Kepsek S1 GTT/PTT PROVINSI
2. Delfarisda, S.Pd Pekanbaru
07-09-1962 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI
3. YULFIDA
DESTINI, S.Pd
Kab.50 Kota
25-08-1965 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI
4. Teguh Priono, S.Pd Purbalingga
07-11-1965 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI
5. Ernita Sriulan,
S.Pd
Toboh Apar
21-04-1974 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI
6. PURYATI, S.Pd Pekanbaru
10-05-1969 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI
7. Jawiati, S.Ag Koto Rajo 13-
12-1974 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI
8. Murniati Sitohang,
S.Ag
L. Sitohang
13-09-1978
Protestan Guru S1 GTY/PTY
9. Desni Darwis, S.Pd Pekanbaru
12-02-1977 Islam Guru S1 GTY/PTY
10. Zhedwal Mardizal,
S.Pd
Kapau 17-01-
1984 Islam Guru S1 Guru Honor Sekolah
11. Nuryadi Jumarel Pulau Sipan
19-05-1989 Islam Guru SMA Guru Honor Sekolah
12. Yerika Tauzia,
S.Pd
Batui 03-03-
1989 Islam Guru S1 Guru Honor Sekolah
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina berjumlah 27 orang, 21
diantaranya adalah PNS, 4 guru bantu dan 2 honor komite. Sedangkan pegawai hanya 1
pegawai tata usaha di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru seperti pada Tabel
di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Table. 7. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Negeri Pembina Pekanbaru
No Nama Pendidikan Terakhir Status
Jabatan Status
1 MUHAMMAD HARIS, S.Pd S1. PLS WK DIKDAS PNS
2 JUSNITA NUR, S.Pd S1. PLB Guru B PNS
3 RIANTO, S.Pd S1. PLB Guru C PNS
4 KAMALUL AINI. K S1. PLB Guru C PNS
5 NURMAILIS, S.Pd S1. PLB Guru D PNS
6 SUWARNO, S.Pd S1. PLB Guru C PNS
7 SULMA , S.Pd S1. PLB Guru C PNS
8 YATMIATI, S.Pd S1. PLB Guru A PNS
9 APRIL NARNI, S.Pd S1. PLB Guru C PNS
10 CHENTRIE NALTY, S.Pd S1. PLB Guru B PNS
11 YUSNI, S.Pd S1. PLB Guru B PNS
12 SULASTRI WILDA, S.Pd S1. PLB Guru C PNS
13 ELFAYANTI,S.Pd S1. PLB Guru B PNS
14 FITRIANI, S.Pd S1. PLB Guru B PNS
15 HERLIDA, S.Pd S1. PLB Guru B PNS
16 DESWITA, S.Pd S1. PLB Guru B PNS
17 EVA SUSANTI, S.Pd S1. PLB Guru AUTIS PNS
18 SRI RAMAYANI, S.Pd S1. PLB Guru AUTIS PNS
19 MISDAYANI, SPd S1. PLB Guru AUTIS PNS
20 EKO YULIANTO, S.Pd S1. Hukum Guru B PNS
21 SRI RAHAYU, S.Pd S1. PLB Guru C PNS
22 YERI EKA YULIUS, S.Pd S1. PLB Guru B Guru Bantu
23 ASNAWATI SGPLB Guru A Guru Bantu
24 DESI ARISANDI, S.Pd S1. PLB Guru AUTIS Guru Bantu
25 DARMAWATI, S.Pd S1. Agama Guru Agama Guru Bantu
26 RITA ANGRAINI, S.Ag S1. Agama Guru Agama Guru Honor
27
VONDRA RIZKI, S.Kom
S1. Komputer Guru TIK Guru Honor
28 SARI ISTIKHOMAH, S,Sos S1.Ilmu Sosial Tata Usaha PTT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
e. Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai
Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru berjumlah 13
orang dan 3 orang pegawai diantaranya 1 pegawai tata usaha dan 2 kebersihan, 2
pegawai kebersihan ini adalah alumni dari Sekolah Luar Biasa Melati dengan
keterbatasan tunarungu dan tunagrahita sedang. Keadaan guru dan pegawai di Sekolah
Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru seperti pada Tabel di bawah ini:
Tabel. 8. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Melati Rumbai Pekanbaru NO. NAMA TEMPAT TANGGAL
LAHIR
AGAM
A
JABATAN IJAZAH L/P
1. Zamiatul Azma, S.Sos S.Panjang 25-09-1966 Islam Kkepsek S1 P
2. Nurhamidah, S.Psi Palembang 03-09-1977 Islam Guru S1 P
3. Khadijah, S.Pdi Padang Kamal 17-07-
1975
Islam Guru S1 P
4. Roza Umami, S.Pd G.Panjang 23-08-1979 Islam Guru S1 P
5. Asmawati, S.Pd P. Baru 10-06-1977 Islam Guru S1 P
6. Salma P. Baru 24-08-1982 Islam Guru SMA P
7. Restina Sari, A.Md Padang 22-12-1982 Islam Guru D3 P
8. Dewi Yuliani, S.Psi Padang 20-01-1980 Islam Guru S1 P
9. Ribowo, S.Pd L.Pakem 10-10-1985 Islam Guru S1 L
10. Rafiah Cotgirek 22-05-1972 Islam Guru SMK P
11. Doni Candra, S.Pd Bengkalis 22-10-1985 Islam Guru S1 L
12 Bismil Hayati, S.Ag P.Baru 17-071-976 Islam Guru S1 P
13. RATNA JUITA Surantih 26-06-1968 Islam Guru SGPLB P
14. ARI AHMAD, S.Kom P.Baru 27-03-1988 Islam Tata Usaha S1 L
15 SAID ABDUL
KAMIL
P.Batu 19-04-1990 Islam Kebersihan SMALB L
16 MUTIA ZUILDA P.Baru 20-02-1989 Islam Kebersihan SMALB P
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru bejumlah 5 termasuk
kepala sekolah dan pegawai. SLB AL-Faqih Pekanbaru seperti pada Tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel. 9. Keadaan Guru dan Pegawai SLB AL-Faqih Pekanbaru
NO. NAMA TTL AGAMA P/L JABATAN IJAZAH
1. Nurfatimah,S.Ag P.Baru 30-09-1968 Islam P Kepsek S1 Pend.Agama
2. Elfitria P.Baru 02-01-1968 Islam P Guru DIPLOMA II
3. Benny Fatra, S.Pd P.Baru 23-11-1986 Islam L Guru S1 PGSD
4. Sukmaria Kampar 18-11-1989 Islam P Guru SMA
5. DRS. AL Mudil K R.Ringan 23-11-1960 Islam L Guru S1
6. Teti Mulyati P.Baru 13-03-1969 Islam P Guru DIPLOMA II
7. Ilham P.Baru 09-02-1985 Islam L Tata Usaha SMK
7. Keadaan Seiswa
Keadaan siswa pada Sekolah Luar Biasa Pekanbaru adalah sebagai berikut:
a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
Siswa terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dari usia 8 tahun sampai
27 tahun. Kehadiran siswa ke sekolah ada yang diantar oleh orang tua dengan
menggunakan mobil, sepeda motor, ada yang datang sendiri ke sekolah
mempergunakan kenderaan roda dua yang dikenderai sendiri oleh siswa, ada yang
jalan kaki dan naik kendaraan umum.
Setiap hari Senin siswa Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru
melakukan Upacara bendera dengan pelaksana dari siswa dan pembina upacara
kepala sekolah dan guru guru secara bergantian. Dari apa yang peneliti amati di
lapangan siswa SLB Sri Mujinab melakukan upacara secara hikmat, setiap hari
Senin. Sebelum masuk belajar, di aula seluruh siswa dan guru berdoa bersama
kemudian mereka masuk ke kelas dan berdoa lagi di kelas dipimpin oleh siswa itu
sendiri atau yang di tunjuk sebagai ketua kelas. Setiap pagi Rabu dan Kamis
melakukan senam bersama dan sabtu pramuka.
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Siswa-siswa SLB Cendana Rumbai Pekanbaru terdiri dari TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB mulai dari usia 8 tahun sampai dengan 28 tahun. Kehadiran
siswa-siswi ke sekolah ada yang menggunakan mobil antar jemput dari sekolah, ada
juga diantar oleh orang tua dan mengunakan kendaraan yang dikendari sendiri oleh
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Setiap hari senin seperti sekolah pada umumnya SLB Cendana Rumbai
Pekanbaru juga melakukan kegiatan upacara bendera yang dipimpin oleh siswa dan
sebagai pembina upacara adalah kepala sekolah ataupun guru secara bergantian. Dari
apa yang peneliti amati upacara berjalan hikmat. Setiap hari Senin-Kamis semua warga
SLB Cendana melakukan Sholat Zuhur berjemaan di musholla. Sebelum masuk belajar
di kelas siswa-siswa beserta guru melakukan berdoa bersama. Setiap hari Rabu siswa-
siswi, guru dan pegawai makan siang bersama pada pukul 11.00 WIB yang sudah
dimasakan oleh pegawai yang bertugas untuk itu.
c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
SLB Pelita Hati Pekanbaru terdiri dari usia 7 tahun sampai dengan 25 tahun
mulai dari tingkatan TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan berbagai kebutuhan
khusus. Siswa berangkat kesekolah ada yang diantar oleh orang tua menggunakan mobil
atau sepeda motor, ada yang datang sendiri menggunakan angkutan umum dan berjalan
kaki untuk sampai kesekolah.
Setiap hari Senin SLB Pelita Hati melaksanakan upacara bendera, bertindak
sebagai pelaksana upacara adalah siswa dan pembina adalah kepala sekolah atau guru
secara bergantian. Untuk hari Pabu mulai pagi siswa-siswi dan guru melakukan kegiatan
jalan santai di sekitaran komplek sekolah, setelah itu siswa menuju keruang
keterampilan masing-masing diantaranya menjahit, membuat prakarya, dan
menggambar.
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru memiliki 268 siswa, merupakan
jumlah siswa terbanyak diantara SLB lainnya. mulai dari usia 8 tahun sampai dengan 30
tahun. Untuk sampai ke sekolah siswa ada yang diantar oleh orang tua menggunakan
mobil, sepeda motor, jalan kaki, ada juga yang datang sendiri dan menggunakan
angkutan umum dan melanjutkan jalan kaki dari depan jalan sekolah.
Setiap hari Senin SLB Negeri Pembina Pekanbaru mengadakan upacara bendera.
Sebagai pelaksana adalah siswa dan berindak sebagai pembina adalah kepala sekolah
atau pun guru secara bergantian. Setiap Selasa siswa diwajibkan membeli kue atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
makanan yang dibuat oleh tim tata boga. Tim tata boga ini adalah siswa-siswi yang
memilih program khusus tata boga yang dibimbing oleh guru yang bertuga ditata boga.
e. Sekolah Luar Biasa Melati
Siswa SLB Melati terdiri dari TKLB,SDLB, SMPLB, SMALB mulai dari usia 8
tahun sampai dengan 32 tahun. Kehadiran siswa sekolah ada yang diantar oleh orang tua,
datang sendiri mengunakan sepeda motor, dan ada jaga yang berjalan kaki.
Setiap hari Senin SLB ini melaksanakan upacara bendera dengan hikmat.
Dengan pelaksana adalah siswa dan pembina adalah kepala sekolah atau guru secara
bergantian. Setiap Jumat sore beberapa siswa SMALB melaksanakan ekstrakulikuler
diantaranya olahraga atletik, renang, dan pelatihan komputer.
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
Siswa SLB AL-Faqih Pekanbaru terdiri dari 16 siswa, mulai dari usia 8 tahun
sampai dengan usia 26 tahun. Kehadiran siswa ke sekolah ada yang di antar oleh orang
tua menggunakan kendaraan roda dua, ada juga yang menggunakan becak, dan
berangkat sendiri dari rumah.
Setiap hari Senin SLB ini melaksanakan upacara bendera. Dan pada hari Sabtu
melaksanakan olahraga bersama seperti senam ataupun peramuka. Setelah itu
dilanjutkan dengan ekstrakulikuler.
8. Keberadaan Sekolah
Penelitian ini dilakukan di 6 Sekolah Luar Biasa (SLB) Pekanbaru. Yang
letaknya berjauhan antara satu dengan lainnya. Berikut keterangan keberadaan sekolah-
sekolah luar biasa yang peneliti teliti:
a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru tidak jauh dari pusat kota
Pekanbaru. Posisi Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru berada di Jalan
Sutomo yang bersebelahan dengan Panti Sosial Sri Mujinab, kantor Pemerintahan
seperti Dispora Provinsi Riau, gedung dokumen dan arsip Provinsi Riau, Sekolah
Kejuruan. Untuk akses menuju ke sekolah ini sangat memudahkan orang tua yang
tidak membawa kendaraan karena jalur perjalanan dilewati oleh angkutan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Sekolah Luar Biasa Sri Munjinab Pekanbaru ini tergolong sekolah yang maju pada
saat sekarang ini.
Adapun fasilitas yang di miliki SLB ini :
1) Ruangan Kantor
Ruang kepala sekolah digabungkan dengan ruangan TU dan ruang tamu.
Ruangan ini cukup besar berukuran 4x6 meter yang dilengkapi 2 meja kerja yang 1
meja kepala sekolah dan yang lainnya meja untuk TU yang dilengkapi komputer,
laptop selain itu diruangan ini dilengkapi dengan withe board, lemari dokumen, satu
set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dinding, kalkulator, wireless internet.
Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon sebanyak 4 bola. Ruangan ini tertata rapi
dan bersih. Ruangan kepala sekolah terletak paling depan tepat di sebelah pintu
masuk. Sehingga memudahkan tamu untuk mememui kepala sekolah ataupun staf
sekolah.
Sedangkan untuk majelis guru terdapat di tengah-tengah bangunan atau di
antara kelas-kelas, gunanya untuk mengontrol kelas. Ruang mejelis guru sendiri
berukuran 4x7 meter dengan beberapa fasilitas seperti 15 meja dan kursi untuk
guru, memiliki almari yang digunakan untuk arsip atau menyimpan tugas anak, di
lengkapi 2 kipas angin plafon dan 4 kipas angin dinding, White bord, TV, alat
pengeras suara, jam dinding. Tetapi ruangan ini jarang ditempati oleh guru karena
guru lebih sering menghabiskan waktu dikelasnya masing-masing. Ruangan ini
sangat berfungsi ketika rapat ataupun ada pertemuan guru dan kepala sekolah
2) Ruang Kelas
Ruang kelas di SLB Sri Mujinab berjumlah 24 kelas untuk TKLB, SDLB,
SMPLB dan SMALB. Ukuran masing-masing kelas adalah 3x4 yang dilengkapi
oleh 1 pasang meja guru dan 3-6 pasang meja siswa karena siswa dalam 1 kelas
hanya sedikit, kipas angin, papan absen, bingkai-bingkai prakarya ataupun
pahlawan, papan tulis (White board), almari untuk menyimpan perangkat
pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, mading hasil karya siswa. Kelas-kelas
ini terlihat rapi dan bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Untuk kelas tunagrahita terletak digedung yang berbeda tepatnya gedung
belakang sekolah, dalam satu gedung terdiri dari 5 kelas, disetiap kelas terdapat 1
set meja guru, dan 3-5 set meja siswa, almari untuk menyimpan perangkat
pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, jam dinding, kipás angin. Kelas-kelas
ini terlihat bersih tapi agak berantakan karena siswa suka memindah-mindahkan
kursi yang paginya sudah tersusun rapi.
3) Ruang P3K / UKS
Ruang P3K atau UKS menjadi satu ruang dengan ruang fisiotrapi. Ruangan ini
berukuran 4x6 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan 3 tempat tidur yang dibatasi tirai,
timbangan berat badan, 2 kursi roda, 2 pasang kruk, kotak P3K, 1 meja ½ biro beserta
kurisi, 2 bangku tanpa lengan dan obat-obat ringan.
4) Perpustakaan
Ruangan perpustakaan berukuran 4-6 meter yang di lengkapi dengan 2 lemari
buku, 4 rak buku, 2 meja berukuran 2 meter, 12 kursi tanpa lengan, kipas angin, 1 unit
komputer dan diterangi lampu neon berjumlah 4 bola.
5) Labor Komputer
Labor komputer berukuran 4x4 dilengkapi dengan 5 unit komputer, 1 meja guru,
pendingin ruangan AC, wireless internet, karpet, jam dinding, di terangi dengan lampu
neon berjumlah 4 bola.
6) Ruangan Berkebutuhan Khusus
a) Ruang bina bicara yang digabungkan dengan ruang persepsi bunyi.
Ruang bina bicara digabungkan dengan ruang persepsi bunyi, ruangan ini
digunakan oleh anak-anak dengan keterbatasan tunarungu. Ruangan ini dilengkapi
dengan TV, DVD, tape rekorder, kaca pembesar, cermin, 5 meja dan kursi siswa, 1
meja dan kursi guru, lemari jam, dinding.
b) Ruang Audio Visual
Ruangan audio visual di SLB Sri Mujinab dilengkapi dengan televisi,
DVD, LCD, 8 kursi dan meja siswa, 1 kursi dan meja guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
7) Ruangan Praktek Keterampilan Seperti;
a) Ruang menjahit
Ruang menjahit di SLB Sri Mujinab berukuran 4x6 meter, terdapat 2 mesin
jahit elektrik dan 6 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi dengan
baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk
menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan
menjahit, terdapat juga White board yang digunakan untuk membuat gambar atau
desain pakaian yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1
mesin obras, 1 set gunting kain, strika, 3 kipas angin, 10 kursi, 1 karpet permadani.
Dengan tersedianya alat-alat menjahit yang lengkap, siswa bersemangat
mengasah keterlampilan menjahit. Siswa juga membuat pakaian seragam guru,
pakaian batik yang diperjualkan kepada orang tua siswa dan pakaian fashionshow
untuk anak-anak tunarungu. Dengan adanya perektek menjahit ini diharapkan skill
yang sudah mereka miliki akan berguna setelah menamatkan sekolah.
b) Ruang salon
Ruang salon di SLB Sri Mujinab Pekanbaru berukuran 3x4 yang dilengkapi
dengan 2 kaca besar, 4 kursi yang digunakan berukuran rendah yang digunakan
untuk yang di salon dan 2 kursi tinggi yang digunakan untuk yang akan menghias, 1
kursi cuci rambut, 2 hair drayer, 2 alat catok, 2 keranjang alat, mesin walk, tas make
up, gunting rambut, 2 kipas angin dan poster-poster model rambut. Di ruangan ini
siswa-siswi belajar bagaimana cara menghias, memotong dan mencuci rambut. Pada
umumnya yang mengambil jurusan salon adalah anak perempuan tetapi ada juga
anak-laki-laki yang mengambil jurusan ini. Selain itu di luar jam pelajaran salon
siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di ruangan salon.
c) Ruang Pertukangan
Ruang pertukangan di SLB Sri Mujinab berukuan 4x5 meter, ruangan
dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti alat pemotong kayu, pahat, gergaji,
paku-paku dengan berbagai ukuran, white board, serpihan-sepihan kayu yang siap
untuk diolah, lemari untuk menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
grinda, 2 meja praktek, rak alat, meja las, las listrik, kompresor, cetakan paving blok,
bor listrik, 3 kipas angin.
Ruang pertukangan ini biasa digunakan untuk prek membuat keterampilan
dari kayu, lempengan ataupun daur ulang dari sampah-sampah plastik yang dapat
dimanfaatkan menjadi pajangan, hiasan dinding, vas bunga, hiasan lemari. Hasil
prakarya ini biasanya setiap tahun mengikuti pameran dan dijual.
8) Ruangan Pendukung Lainnya
a) Musholla
Musholla di SLB Sri Mujinab difasilitasi dengan mimbar, 4 sajadah panjang
untuk shalat berjamaah, kipas angin, 4 sajadah untuk 1 orang, 4 sarung, 4 pasang
mukenah, 1 lemari untuk menyimpan Al-Qur’an, 1 lemari menyimpan buku cerita
agama sakaligus mukenah dan sarung. Guru dan siswa biasanya melakukan shalad
jemaah setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu di mushalla ini.
b) Kamar mandi/ WC
Terdapat 2 wc siswa purta dan 2 wc untuk siswa putri dan 2 wc untuk guru
dan pegawai. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset duduk, didepan wc terdapat
wastafel, cermin dan sabun cuci tangan
c) Gudang
Gudang di SLB Sri Mujinab digunakan untuk menyimpan alat-alat
kebersihan dan perkebunan seperti gerobak sorong, cangkul, gunting rumput, mesin
potong rumput, ember dan gayung penyiram bunga, mesin foging dan sabit. Selain
itu di dalamnya terdapat kursi dan meja yang tidak digunakan lagi.
d) Taman
Taman merupakan arena bermain untuk siswa-siswi, dengan fasilitas seperti
ayunan, seluncuran, palang tunggal, jembatan penyebrangan, lorong, palang sejajar,
tumput yang tertata rapi, tanaman dan bunga-bunga yang menghihasi taman di SLB
Sri Mujinab.
Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
a) Lapangan outdor masih menggunakan tanah kosong yang berada di sebelah sekolah
ataupun lapangan pelajar yang berada disebelah kantor Dispora yang tidak jauh dari
SLB Sri Muujinab. Lapangan ini digunakan untuk olahraga atletik dan sepak bola.
Sedangan untuk lapangan basket sekolah memiliki lapangan basket dengan ukuran
standar dan digunakan juga untuk lapangan voli dan bulutangkis. Untuk kolam
berenang menggunakan kolam berenang umum yang letaknya tidak jauh dari sekolah,
biasanya pelajaran renang untuk pembinaan prestasi bagi siswa tunagrahita sedang dan
tunarungu. Lapangan Bocce menggunakan taman sekolah yang dibatasi oleh papan
dengan ukuran yang seadanya.
b) Lapangan indoor sekolah menggunakan aula sekolah yang diperuntukan untuk bermain
tenis meja.
c) Jumlah bola yang di miliki SLB Sri Mujinab
1) Bola kaki berjumlah 3 unit
2) Bola voli berjumlah 2 unit
3) Bola basket berjumlah 2 unit
4) Bola bocce berjumlah 1 set
d) Jumlah net
1) Net voli berjumlah 2 unit
2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit
3) Net dan tenis maja berjumlah 4 unit
e) Atletik cabang lempar
1) Cakram berjumlah 2 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg
2) Peluru berjumlah 3 utuk 3kg dan 3 unit 5 kg
f) Gawang berjumlah 12 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon
g) Matras berjumlah 1 unit
h) Kun berjumlah 1 set
i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.
j) Stopwatch 1 unit
k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru yang berjarak 10 km dari pusat
kota di Kecamatan Rumbai Pesisir kelurahan Lembah Damai. Posisi Sekolah Luar Biasa
Cendana Rumbai Pekanbaru berada di dalam areal PT Chevron Rumbai. Sekolah Luar
Biasa Cendana Rumabai ini tergolong sekolah yang maju di antara sekolah luar biasa
lain yang ada di Pekanbaru, karena sekolah ini mempunyai fasilitas yang cukup
dibandingkan Sekolah Luar Biasa lainnya di kota Pekanbaru karena sekolah ini
mendapatkan bantuan dari PT CPI sekarang PT Chevron yang merupakan perusahaan
minyak terbesar di Indonesia dan sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Cendana Rumbai yang berada di kawasan PT Chevron.
Adapun fasilitas yang ada di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru adalah:
1) Ruangan Kantor
Ada dua ruangan kantor di sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru
yang berukuran 4x4 meter, satu diantaranya adalah ruangan Kepala Sekolah yang
dilengkapi satu set meja kerja, computer, laptop, white board, lemari dokumen dan
satu set kursi tamu. Ruangan ini diterangi oleh lampu neon 40 watt sebanyak 6 bola
dan alat pendingin (AC) sehingga ruangan ini sangat nyaman rasanya kalau kita berada
di dalamnya, karena ruangan ini tertata dengan rapi. Ruangan kepala sekolah terletak
paling depan dari bangunan sekolah ini sehingga orang yang datang atau tamu dapat
terlihat jelas ketika memasuki areal sekolah, begitu juga anak yang datang ke sekolah
karena kedatangan siswa tidak dapat diatur seperti sekolah-sekolah biasa.
Ruangan majelis guru berhadapan dengan ruangan kepala sekolah ukurannya
4x8 meter dapat digunakan untuk 10 orang guru. Fasilitas yang ada di ruangan guru
adalah meja ½ biro, lemari file, white board, tv, telepon, kursi tempat duduk guru,
almari tempat menyimpan tugas murid dan menyimpan media pengajaran oleh guru,
ruangan ini juga dilengkapi dengan alat pendingin (AC) yang dapat digunakan oleh
guru-guru untuk pendukung proses belajar mengajar. Di ruangan ini meja guru
tersusun dengan rapi sehingga duduk di dalam ruangan guru kita merasa enak dan
nyaman. Letak ruangan majelis guru dengan ruangan kepala sekolah berhadapan yang
dibatasi oleh gang berukuran 1,5 meter menuju ruang belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Di sebelah ruangan kepala sekolah terletak ruangan tata usaha yang berukuran
3x4 meter, di dalam ruangan tata usaha dilengkapi meja dan kursi untuk pegawai tata
usaha. Ruangan tata usaha dilengkapi AC, komputer, printer, mesin fotocopy, lemari
tempat penyimpanan arsip guru, murid dan arsip sekolah, papan untuk menyusun
kegiatan harian, rak kayu, filling cabinet, alat pengeras suara, tv, dan kebutuhan lain
untuk administrasi sekolah seperti membuat laporan, keadaaan siswa, surat-menyurat
dan lain-lainnya.
2) Ruangan Belajar
Ruangan belajar seluruhnya terdiri dari 8 ruangan yang 6 ruangan berukuran
5x7 meter dan dua ruangan berukuran 4x6 m, ruangan tampak bersih dan rapi hanya
diisi satu meja dan kursi untuk guru serta setiap kelas hanya ada lima pasang kursi dan
meja saja dan ada karpet tempat duduk berwarna hijau. Setiap kelas tampak rapi tidak
ada sampah yang berserakan karena ada petugas yang membersihkan sehingga kelas
selalu nyaman untuk belajar dan ruangan dilengkapi dengan papan tulis serta
dilengkapi AC seperti kelas;
a) Kelas A adalah kelas yang diisi oleh siswa SD dan SMA yang berpotensi untuk
menulis dan membaca dan jumlahnya ada 5 orang, kelas ini dilengkapi dengan
tape combo polytron, kursi murid, lemari, kursi guru, meja kerja ½ biro, meja
computer, meja murid, rak-rak kayu, AC, celling fan, computer, white board,
karpet dan papan absen.
b) Kelas B adalah kelas anak besar tunarungu tidak bisa baca tulis jumlahnya 5
siswa, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru, kursi murid, kursi putar tanpa
tangan, meja ½ biro, lemari besi, celling fan, AC, papan absen, cermin, lampu
neon, white board dan karpet.
c) Kelas D adalah kelas siswa SD yang tidak berpotensi pandai tulis baca, siswanya
5 orang, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru dan meja guru yang berukuran ½
biro, kursi dan meja untuk murid 5 pasang, komputer, printer, AC, white board,
celling fan, papan absen, karpet
d) Kelas E adalah kelas yang siswanya hanya 1 orang, anaknya suka usil suka
mengganggu temannya yang lain siswanya setingkat SMP, kelas ini dilengkapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
dengan meja guru ½ biro, meja dan kursi murid 5 pasang, lemari peratan, speech
traine, tape recorder, white board, papan absen dan karpet.
e) Kelas F adalah kelas siswa tunarungu setingkat SMP siswanya 2 orang
perempuan, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru, meja guru ½ biro dan kursi
putar, 5 pasang meja dan kursi untuk siswa, lemari besi, meja komputer,
komputer, celling fan, white board, papan absen dan AC.
f) Kelas G adalah kelas tunagrahita, siswnya besar-besar jumlahnya 3 orang (SMP dan
SMA) dilengkapi meja guru ½ biro dan kursi putar, 5 pasang meja dan kursi untuk
murid, AC, papan absen, white board, celling fan dan karpet. Setiap ruang kelas
dilengkapi juga dengan cermin, lampu neon 40 watt dan jam dinding.
3) Ruangan Pustaka / Lab Komputer
Dilengkapi dengan satu buah tv, satu buah DVD vitron, 5 buah computer, kursi,
meja baca pustaka, meja computer, rak buku, racun api, scanner dan vacuum cleaner,
dilengkapi dengan karpet, AC, lampu neon 40 watt 4 buah.
4) Ruangan Pembinaan Bicara
Ruangan pembinaan bicara adalah ruangan untuk melatih anak-anak yang kurang
jelas bicaranya maka di ruangan ini anak-anak dilatih berbicara sehingga lama-kelamaan
anak bisa berbicara dan bicaranya bisa dimengerti. Alat yang terdapat di ruangan ini
adalah kaca besar, tape recorder, kursi, meja ½ biro dan aipond.
5) Ruangan Fisioterapi/ UKS
Ruangan fisioterapi/ UKS adalah ruangan untuk tempat anak yang kurang sehat
sesampainya di sekolah, di ruangan ini terdapat dua buah tempat tidur dan lemari obat-
obatan ringan.
6) Ruangan Praktik
a) Ruang Menjahit
Ruangan praktik menjahit bergabung dengan musholah dengan adanya
pembatas triplex. Ruangan keterampilan dilengkapi dengan tv, VCD, computer, 5
mesin jahit, 2 mesin jahit portable, 1 mesin jahit singer, mesin obras, mesin necy,
lemari pakaian, meja tempat memotong kain, gunting, meja seterika, seterika, white
board, lemari peralatan, kursi, bahan kain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
b) Ruangan Pertukangan
Ruangan pertukangan dilengkapi dengan lemari alat, meja ketam, meja las, meja
praktek, rak alat, ban pres, mesin bubut, bot duduk listrik, bor engkol, cetakan batako,
cetakan paving blok, gergaji listrik, kipas angina, kompresor, mesin amplas listrik,
genset, ketam lisrtik, masin bor kayu, masin rotter, las listrik. Ruangan sangat lengkap
sehingga siswa dapat mengasah keterampilan dalam membuat prakarya baik untuk
dipakai sendiri maupun dijual.
c) Ruangan Salon
Ruangan ini dilengkapi dengan alat-alat salon seperti kursi putar, cermin,
meja+cermin, kursi cuci rambut, AC, hair drayer, keranjang alat, tas make up, gunting
rambut, gunting zigzag, bed lulur. Ruangan ini digunakan untuk pelatihan salon bagi
siswa. Beberapa alumni dari SLB ini sudah membuka salon sendiri dengan keterampilan
yang ia dapat ketika bersekolah di SLB Cendana.
7) Ruangan Pendukung Lainnya
a) Musholah bergabung dengan ruangan keterampilan menjahit, siswa dan
guru sholat berjamaah setiap hari Senin, Rabu dan Kamis.
b) Dapur merupakan sarana pendukung lainnya di Sekolah Luar Biasa Cendan
Rumbai yang berfungsi sebagai tempat memasak air untuk guru dan murid, pada hari
Rabu mereka makan siang di sekolah bersama-sama. Makanan dimasak di dapur
berukuran 4x5 meter. Dapur ini dilengkapi dengan peralatan seperti kursi, lemari
peralatan dapur, meja, ampia, blender, cetakan kue, dandang, igloo, kompor hook,
kompor listrik, kulkas dan peralatan makan lainnya seperti piring, gelas, tempat cuci
tangan, sendok, garpu dan lai-lain.
c) WC, dua WC siswa putra, dua WC siswa putrid an dua WC untuk guru dan
pegawai. WC dilengkapi dengan bak dan shower untuk dipakai mandi, ada yang WC
jongkok dan kloset duduk.
d) Gudang TU, di gudang ini disimpan alat-alat seperti kamera, cas batray,
handycam, camera digital, LCD, proyektor, wieless, lemari peralatan, trypot,
laminating, impuls sealer, mesin ketik manual, laptop Toshiba, scanner dan juga ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
gudang penyimpanan alat-alatyang rusak seperti meja, kursi yang tidak layak pakai
dan perabotan lainnya.
8) Taman
Taman dilengkapi dengan alat-alat bermain seperti ayunan, jembatan
penyeberangan, jungkat-jangkit, palang bertingkat, putaran, seluncuran, tangga
majemuk, tiang gawang, tiang katrol.
Sedangkan untuk fasilitas sarana prasarana pendidikan jasmani adalah sebagai
berikut:
a) Lapangan outdor sekolah ini adalah apangan bola kaki berukuran 40x60 meter,
lapangan bulutangkis semenisasi, lapangan voli semenisasi, bak lompat jauh,
lapangan bocce, lapangan basket. Semua lapangan ini terdapat di dalam lingkungan
sekolah.
b) Lapangan outdor untuk sekolah ini adalah aula terdapat di antara ruangan belajar dan
dapur. Di aula terdapat pentas mini dan bangku panjang serta 5 buah meja murid
serta kursi tempat duduk. Aula digunakan sebagai tempat berdoa bersam sebelum
masuk ke kelas masing-masing dan tempat anak bermain dikala jam istirahat juga
tempat senam pada jam olahraga karena senam irama merupakan alternatif kalau
cuaca kurang baik atau hujan dan terkadang siswa olahrangnya hanya mau senam
saja karena di dinding diletakkan TV 29 inci dan satu buah VCD sehingga anak-anak
mengikuti tayangan yang ada di TV. Berikutnya ada ruangan dimana ruangan ini
diperuntukan untuk kegiatan olahraga tenis meja.
c) Jumlah bola
1) Bola kaki berjumlah 10 unit
2) Bola voli berjumlah 5 unit
3) Bola basket berjumlah 8 unit
4) Bola bocce berjumlah 3 set
d) Jumlah net
1) Net voli berjumlah 3 unit
2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit
3) Net dan meja pimpong berjumlah 2 unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
e) Atletik cabang lempar
1) Cakram berjumlah 3 unit untuk 1kg dan 2 unit untuk 2kg
2) Peluru berjumlah 3 utuk 3kg dan 3 unit 5 kg
f) Gawang berjumlah 6 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon
g) Matras berjumlah 4 unit
h) Kun berjumlah 20 buah
i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.
j) Stopwatch 4 unit
k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
SLB Pelita Hati Pekanbaru berjarak 14 km dari pusat kota, terletak di
kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Posisi SLB Pelita Hati Pekanbaru terletak
berdekatan dengan kampus utama Univesitas Riau, dengan jarak 500 meter dari jalan
besar. SLB Pelita Hati berdiri di bawah naungan Yayasan Permata Bunda Provinsi
Riau.
Adapun fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Luar Biasa Pelita
Hati Pekanbaru sebagai berikut:
1) Ruangan Kantor
Ruangan kepala sekolah berada di lantai dua dengan ukuran 4x6 digabung
dengan ruangan TU dan ruang tamu. Ruangan ini cukup besar dilengkapi 2 meja
kerja yang 1 meja kepala sekolah dan yang lainnya meja untuk TU yang dilengkapi
komputer, laptop selain itu di ruangan ini dilengkapi dengan withe board, lemari
dokumen, satu set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dindin, wireless internet,
papan slogan yang ditempel di dinding. Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon
sebanyak 4 bola. Ruangan ini tertata rapi dan bersih.
Sedangkan untuk majelis guru tedapat di tengah-tengah bangunan atau di
antara kelas-kelas, gunanya untuk mengontrol kelas. Ruang mejelis guru sendiri
berukuran 4x5 meter dengan beberapa fasilitas seperti 9 meja dan kursi untuk guru,
memiliki almari yang digunakan untuk arisip atau menyimpan tugas anak, di
lengkapi 2 kipas angin plafon dan 1 kipas angin dinding, White bord, alat pengeras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
suara, jam dinding. Ruangan ini juga digunakan untuk rapat ataupun ada pertemuan guru
dan kepala sekolah
SLB Pelita Hati hanya memiliki 8 kelas yang berukuran 6x8 meter, dengan
keterbatasan ruangan maka setiap ruang dapat dibagi lagi menjadi 2 ruang kelas ,dengan
sekat ruang memakai triplek non permanen.
2) Perpustakaan
Perpustakan dilengkapi dengan buku-buku pelajaran, buku-buku cerita, lemari
buku, rak buku, karpet, dan meja bundar ceper.
3) Lab. Komputer
Ruangan lab. komputer digabungkan dengan ruangan audio visual dengan
fasilitas 5 komputer, TV, DVD, alat pengeras suara, kursi, meja, karpet, kipas angin, jam
dinding.
4) Ruang praktek keterampilan seperti;
a) Ruang menjahit
Ruang menjahit digabungkan dengan kelas VII C, dengan fasilitas 1 mesin
jahit portable, 5 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi dengan
baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk
menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan
menjahit, white board yang digunakan untuk membuat gambar atau desain pakaian
yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1 mesin obras, 1 set
gunting kain, meja strika, strika, 2 kipas angin, 1 karpet permadani.
Dengan tersedianya alat-alat menjahit yang lengkap, siswa bersemangat
mengasah keterlampilan menjahit. Perektek menjahit ini diharapkan skil yang sudah
mereka miliki akan berguna setelah menamatkan sekolah.
b) Ruang pertukangan
Ruang pertukangan berukuan 4x5 meter, ruangan ini hanya berbataskan
triplek dengan kelas XI C. Ruangan dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti
alat pemotong kayu, pahat, gergaji, paku-paku dengan berbagai ukuran, white
board, serpihan-sepihan kayu, papan yang siap untuk diolah, lemari untuk
menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu, grinda, meja praktek, rak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
alat, las listrik, cetakan paving blok, bor listrik, 3 kipas angin, koran yang digulung-
gulung, papan besar untuk merangkai karangan bunga, alat sablon.
Hasil karya dari siswa SLB Pelita Hati pernah menjadi juara umum saat
pameran hasil karya Se-Provinsi Riau.
5) Ruangan pendukung lainnya
a) Kamar mandi/ WC.
Terdapat 1 wc siswa putra dan 1 wc untuk siswa putri dan 1 wc untuk guru
dan pegawai. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset jongkok, di depan wc
terdapat wastafel, cermin dan sabun cuci tangan.
b) Gudang
Gudang digunakan untuk menyimpan alat-alat kebersihan, selain itu di
dalamnya terdapat kursi dan meja yang tidak digunakan lagi.
6) Taman
SLB Pelita Hati Pekanbaru tidak memiliki taman, hanya halaman yang
digunakan untuk lahan bermain, upacara bendera dan berolahraga.
Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana olahraga SLB Pelita Hati Pekanbaru
adalah sebagai berikut:
a) Lapangan outdor masih menggunakan tanah kosong yang berada di sebelah sekolah
ataupun lapangan di kawasan Universitas Riau yang tidak jauh dari SLB Pelita Hati
Pekanbaru. Lapangan ini digunakan untuk olahraga atletik dan sepak bola. Untuk
lapangan basket sekolah juga menggunakan lapangan basket yang ada di
lingkungan Universitas Riau, sedangkan voli lapangan yang digunakan adalah
lapangan yang komplek sekolah milik dari perumahan. Untuk kolam renang
menggunakan kolam renang umum yang letaknya tidak jauh dari sekolah, biasanya
pelajaran renang untuk pembinaan prestasi bagi siswa tunagrahita sedang dan
tunarungu. Lapangan Bocce menggunakan taman sekolah yang dibatasi
mengunakan garis mengunakan kapur atau baru bata dengan ukuran yang seadanya.
b) Lapangan indoor sekolah menggunakan aula sekolah yang diperuntukan untuk bermain
tenis meja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
c) Jumlah bola yang di miliki SLB Pelita Hati Pekanbaru
1) Bola kaki berjumlah 2 unit
2) Bola voli berjumlah 1 unit
3) Bola basket berjumlah 1 unit
4) Bola bocce berjumlah 1 set
d) Jumlah net
1) Net voli berjumlah 1 unit
2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit
3) Net dan tenis meja berjumlah 1 unit
e) Atletik cabang lempar
1) Cakram berjumlah 2 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg
2) Peluru berjumlah 1 utuk 3kg dan 1 unit 5 kg
f) Gawang berjumlah 2 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon
g) Matras berjumlah 1 unit
h) Kun merupakan kun modifikasi dari paving blok.
i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.
j) Stopwatch 1 unit
k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru berjarak 12 km dari pusat kota
dan merupakan SLB negeri satu-satunya di Kota Pekanbaru. Tanah Sekolah sepenuhnya
hak milik Dinas Pendidikan Provinsi Riau , luas areal seluruhnya 14.345m2. Posisi
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru berada di Jalan Segar No. 46 Kelurahan
Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi.
Adapun fasilitas yang dimiliki SLB ini :
1) Ruangan Kantor
Ruang kepala sekolah digabungkan dengan ruangan ruang tamu. Ruangan ini
cukup besar berukuran 4x6 meter yang dilengkapi 1 meja kerja kepala sekolah yang
dilengkapi komputer, laptop selain itu di ruangan ini dilengkapi dengan withe board,
lemari dokumen, satu set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dindin, kalkulator,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
wireless internet. Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon sebanyak 4 bola.
Ruangan ini tertata rapi dan bersih. Ruangan kepala sekolah terletak paling depan
tepat di sebelah kanan setelah pintu masuk. Sehingga memudahkan tamu untuk
mememui kepala sekolah ataupun kepala sekolah memantau siapa saja yang keluar
masuk sekolah.
Sedangkan ruang majelis guru berukuran 5x7 meter yang difasilitasi meja dan
kursi untuk guru, almari yang digunakan untuk arisip atau menyimpan tugas anak, di
lengkapi 2 kipas angin plafon dan 4 kipas angin dinding, White bord, TV, alat
pengeras suara, jam dinding dan Wc. Tetapi ruangan ini jarang ditempati oleh guru
karena guru lebih sering menghabiskan waktu di kelas ataupun diruangan yang ada di
daerah itu mengingat jarak dari kelas ke majelis guru cukup jauh. Ruangan ini sangat
berfungsi ketika rapat ataupun ada pertemuan guru dan kepala sekolah.
Di sebelah ruang majelis guru terdapat ruang tata usaha yang berukuran 3x3
meter. Di dalam ruangan tata usaha terdapat meja dan kursi untuk pegawai tata usaha.
Selain itu ruang tata usaha juga dilengkapi dengan komputer, printer, lemari tempat
menyimpan arsip sekolah, guru dan murid, papan kegiatan tahunan, rak buku kayu,
alat-tulis, buku-buku tulis besar, alat pengeras suara dan alat-alat administrasi
lainnya.
2) Ruang Kelas
Ruang kelas di SLB Negeri Pembina berjumlah 34 kelas dengan ukuran 4x6
meter dilengkapi oleh 1 pasang meja guru dan 3-12 pasang meja siswa karena siswa
dalam 1 kelas hanya sedikit, kipas angin, papan absen, bingkai-bingkai prakarya
ataupun pahlawan, papan tulis (White board), almari untuk menyimpan perangkat
pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, mading hasil karya siswa. Kelas-kelas ini
terlihat rapi dan bersih.
3) Ruang P3K / UKS
Ruang P3K atau UKS menjadi satu ruang dengan ruang fisiotrapi. Ruangan ini
berukuran 6x8 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan 2 tempat tidur yang dibatasi tirai,
timbangan berat badan, 2 kursi roda, 2 pasang kruk, kotak P3K, 2 meja ½ biro beserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kurisi, 2 bangku tanpa lengan dan obat-obat ringan, gambar dan patung anatomi, gambar
petunjuk titik pijat.
4) Perpustakaan
Ruangan perpustakaan berukuran 4x6 meter yang di lengkapi dengan 2 lemari
buku, 4 rak buku, 2 meja berukuran 2 meter, 12 kursi tanpa lengan, kipas angin, 1 unit
komputer dan diterangi lampu neon berjumlah 4 bola. Ruangan ini juga tersedia
berbagai buku tentang pembelajaran anak berkebutuhan khusus, buku pelajaran, dan
kamus.
5) Labor komputer dan labor multimedia
Labor komputer digabungkan dengan labor multimedia berukuran 4x5
dilengkapi dengan 12 unit komputer, 1 meja guru, pendingin ruangan AC, wireless
internet, karpet, jam dinding, di terangi dengan lampu neon berjumlah 4 bola.
6) Ruangan berkebutuhan khusus seperti:
a) Ruang bina bicara yang digabungkan dengan ruang persepsi bunyi dan labor
audiometer.
Ruang bina bicara digabungkan dengan ruang persepsi bunyi dan labor
audiometer, ruangan ini digunakan oleh anak-anak dengan keterbatasan tunarungu.
Ruangan ini dilengkapi dengan TV, DVD, tape rekorder, kaca pembesar, cermin, 5
meja dan kursi siswa, 1 meja dan kursi guru, lemari jam dinding dan alat pengukur
suara atau bunyi yang dapat digunakan oleh siswa tunarungu.
b) Ruang audio visual
Ruangan audio visual di SLB Negeri Pembina Pekanbaru dilengkapi dengan
televisi, DVD, LCD, 8 kursi dan meja siswa, 1 kursi dan meja guru.
7) Ruang praktek keterampilan seperti;
a) Ruang menjahit (tata busana)
Ruang menjahit di SLB Negeri Pembina berukuran 6x8 meter, terdapat 2
mesin jahit listrik dan 8 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi
dengan baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk
menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan
menjahit, terdapat juga White board yang digunakan untuk membuat gambar atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
desain pakaian yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1
mesin obras, 1 set gunting kain, seterika, meja seterika, meja untuk tempat
menggunting kain, 3 kipas angin, kursi, 1 karpet permadani.
b) Ruang salon (tata kecantikan)
Ruang salon di SLB Negeri Pembina Pekanbaru berukuran 6x8 meter yang
dilengkapi dengan 3 kaca+meja, 3 kursi putar yang digunakan berukuran rendah yang
digunakan untuk yang akan di salon dan 2 kursi tinggi yang digunakan untuk yang akan
menghias, 1 kursi cuci rambut, 2 hair drayer, 2 alat catok, 2 keranjang alat, mesin walk,
tas make up, gunting rambut, 2 kipas angin, steamer, 1 meja guru, 3 meja dan kursi
siswa dan poster-poster model rambut. Di ruangan ini siswa-siswi belajar bagaimana
cara menghias, memotong dan mencuci rambut. Selain itu di luar jam pelajaran salon
siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada diruangan salon.
c) Ruang Kesenian
Ruang kesenian di SLB Negeri Pembina berukuran 6x8 ruangan ini digunakan
untuk latihan untuk siswa memilih ekstrakurikuler seni rupa, musik, seni tari, seni
lukis dilengkapi dengan alat-alat kesenian seperti rebana, angklung, TV, DVD,
pengeras suara, lemari yang pakaian untuk baju-baju tari, organ, microfon, kanvas, cat
minyak, karpet. Ruangan ini digunakan untuk latihan untuk siswa memilih
ekstrakurikuler kesenian.
d) Tuang Tata Boga
Ruangan tata boga berukuran 6x8 meter yang dilengkapi dengan 2 oven ukuran
besar, 2 westafel pencuci piring, 2 kompor gas, 3 kompor minyak, panci, kuali,
baskom, mangkuk, baki, rak piring, meja untuk membuat adonan, bahan-bahan seperti
tepung, gula, telur, beras, kulkas, meja, kursi, TV, DVD, lemari, celemek, blender,
termos nasi, termos air, mixer, rice cooker, timbangan, dispenser dan kipas angin.
Siswa yang mengambil keterampilan tata boga ini setiap hari membuat kue-kue basah
yang di jual ke guru-guru dan siswa, semua jenis kue basah terutama kue basah khas
melayu dan bisa mereka buat oleh siswa berkebutuhan khusus ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
e) Ruang Otomotif
Ruang otomotif berukuran 6x8 meter dengan berbagai perlengkapan
perbengkelan seperti berbagai jenis kunci, obeng, dongkrak, tang, gerjagaji,
gerinda,kikir, bor, snel dan tap, pahat, kompresor, meja, kursi, baju bengkel. Siswa
yang tergabung dalam otomotif ini adalah siswa tunarungu memperbaiki motor
miliknya sendiri atau pun motor guru yang mengalami kerusakan.
f) Ruang Layang-Layang
Ruang layang-layang berukuran 3x3 meter dan dilengkapi oleh bahan-bahan
pembuat layang-layang seperti kertas, benang, bambu, lem kertas, gunting, amplas
kertas, pisau dan dilengkapi dengan kursi, meja karpet, lemari, rak alat, meja praktek.
Biasanya siswa membuat layang-layang dan kemudian layang-layang yang layak
diterbangkan dijual ke warung-warung yang ada di lingkungan sekolah ataupun siswa
sendiri yang membeli.
g) Ruang hantaran
Ruangan hantaran berukuran 6x8 meter dilengkapi dengan peralatan membuat
hantaran pernikahan ataupun aksesoris. Ruangan ini dilengkapi dengan keranjang-
keranjang, kertas kado, plastik bening, bunga-bunga plastik, lem, gunting, kapas,
benang, kain yang belum diolah, pita, manik-manik, kertas karton, meja, kursi, meja
praktek. Tidak hanya membuat hantaran tetapi di ruangan ini juga dilaksanakan
pelatihan pembuatan aksesoris dan boneka.
h) Ruang Merangkai Bunga
Ruang merangkai bungan berukuran 6x8 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan
bunga-bunga pelastik, botol-botol minuman plastik yang nantinya akan dipergunakan
untuk membuat vas bunga, pipet, plastik asoi warna warni, benang, lem kertas, gunting,
busa, gabus, besi pipih yang akan digunakan untuk tangkai bunga, papan-papan untuk
membuat karangan bunga.
i) Ruang Pertukangan
Ruang pertukangan di SLB Negeri Pembina berukuan 6x8 meter, ruangan
dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti alat pemotong katu, pahat, gergaji, paku-
paku dengan berbagai ukuran, White board, serpihan-sepihan kayu yang siap untuk di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
olah, lemari untuk menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu, gerinda, 2
meja praktek, rak alat, meja las, las listrik, kompresor, cetakan paving blok, bor listrik,
kipas angin.
Ruang pertukangan ini biasa digunakan untuk praktek membuat keterampilan
dari kayu, lempengan ataupun daur ulang dari sampah-sampah pelastik yang dapat
dimanfaatkan menjadi pajangan, hiasan dinding, vas bunga, hiasan lemari. Hasil
prakarya ini biasanya setiap tahun mengikuti pameran dan di jual.
8) Ruangan Pendukung Lainnya
a) Musholla
Mushola di SLB Negeri Pembina Pekanbaru difasilitasi dengan mimbar, 5
sajadah panjang untuk sholad berjamaah, tirai dari stenlis sebagai ijab pembatas
sholad antara laki-laki dan perempuan, kipas angin, 4 sajadah perorangan, 4 sarung,
8 pasang mukenah, 1 lemari untuk menyimpan Al-Qur’an, 1 lemari menyimpan
buku cerita agama sakaligus mukenah dan sarung. Guru dan siswa biasanya
melakukan shalat jemaah setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu di
mushalla ini.
b) Kamar mandi/ WC.
Terdapat 2 wc didalam majelis guru, 2 wc untuk siswa putri dan 2 wc siswa
putra. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset duduk, di depan wc yang berada di
dalam ruang majelis guru terdapat wastafel, cermin dan sabun cuci tangan.
c) Gudang
Gudang di SLB Negeri Pembina Pekanbaru digunakan untuk menyimpan locker
yang tidak digunakan lagi, kursi dan meja yang tidak digunakan lagi, cangkul, mesin
pemoting rumput, gerobak sorong.
9) Taman atau Halaman
Tidak ada taman di SLB Negeri Pembina ini yang ada hanya halaman yang
sudah disemen atau diberi paving blok yang merupakan arena bermain untuk siswa-
siswi, dengan fasilitas seperti ayunan, seluncuran, tiang bendera dan sepanjang teras
berjejer bunga-bunga yang ditanam di dalam pot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Sedangkan fasilitas sarana dan presarana Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Pekanbaru adalah sebagai berikut:
a) Lapangan outdoor menggunakan lapangan upacara yang cukup luas dan juga
menggunakan lapangan yang tidak jauh dari sekolah. Di lapangan sekolah terdapat
tiang net yang biasa digunakan untuk net badminton dan voli, memiliki 1 tiang ring
basket. Sementara untuk olahraga sepak bola, dan atletik menggunakan lapangan yang
berada tidak jauh dari sekolah. Untuk olahraga renang sekolah bekerja sama dengan
Aras yakni kolam renang umum yang jaraknya 2 kilometer dari sekolah. Sementara itu
untuk olahraga bocce memakai lapangan tanah yang ada di samping ruang tata boga
dengan ukuran seadanya.
b) Lapangan indoor menggunakan aula yang biasanya digunaka untuk olahraga tenis
meja, olahraga tenis meja di SLB ini merupaka ekstrakulikuler dan pembinaan prestasi.
c) Jumlah bola
1) Bola kaki berjumlah 3 unit
2) Bola voli berjumlah 4 unit
3) Bola basket berjumlah 2 unit
4) Bola bocce berjumlah 2 set
d) Jumlah net
1) Net voli berjumlah 2 unit
2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit
3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit
e) Atletik cabang lempar
1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg
2) Peluru berjumlah 2 utuk 3kg dan 2 unit 5 kg
f) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon
g) Matras berjumlah 4 unit
h) Kun berjumlah 1 set
i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.
j) Stopwatch 5 unit
k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
e. Sekolah Luar Biasa Melati
Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru berjarak 12 km dari pusat kota di
Kecamatan Rumbai Pesisir. Posisi Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai ini di lingkungan
rumah penduduk. SLB Melati Rumbai memiliki dua posisi bangunan yang pertama
bangunan inti yang terdapat di halaman rumah kepala sekolah, sedangkan posisi ke dua
hanya berjarak dua rumah dari posisi pertama yang digunakan untuk gedung SMPLB
dan SMALB. SLB Melati Rumbai berdiri di bawah naungan Yayasan Pendidikan
Melati. Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru dibangun di halaman rumah
penasehat Yayasan Pendidikan Melati yakni suami dari kepala sekolah. SLB Melati
Rumbai Pekanbaru adalah sekolah yang sedang berkembang tetapi masih memiliki
hambatan dan kebutuhan.
Adapun fasilitas yang dimiliki Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru
adalah:
1) Ruang Kantor
Ruang kepala sekolah berukuran 3x4 meter digabung dengan ruang tata usaha
dan ruang tamu. Di dalam ruang kepala sekolah dilengkapi dengan 1 meja kerja untuk
kepala sekolah, 1 meja kamputer yang digunakan pegawai tata usaha, printer, 1 kursi
tamu panjang, lemari arsip, kipas angin, karpet dan diterangi oleh 2 lampu neon.
Walaupun dalam satu ruangan ini merupakan akses dari kegiatan sekolah, ruangan ini
tetap tertata rapi dan bersih. Posisi ruangan ini pas di samping rumah ibu kepala
sekolah yang dahulu merupakan garasi rumah sebelum didirikannya SLB Melati
Rumbai ini.
Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru belum memiliki ruangan majelis
guru. Guru hanya ditempatkan pada kelas tempat ia mengajar. Untuk rapat biasanya
memakai aula sekolah yang merupakan ruangan serba guna di sekolah ini.
2) Ruang Kelas
Ruangan kelas di Sekolah Luar Biasa Melati rumbai berukuran 4x6 meter. Ruang
kelas untuk proses belajar mengajar masih kurang. Untuk mengatasinya selama ini
pihak sekolah melakukan:
a) Penggabungan dua tingkatan kelas menjadi satu kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
b) Penggunaan dua jenis kelainan dalam satu kelas
c) Penyekatan satu ruangan kelas yang cukup besar menjadi dua atau tiga kelas
d) Memanfaatkan ruangan lain, seperti aula dan ruang keterampilan menjadi kelas
tempat proses belajar mengajar.
Walaupun dengan keterbatasan ruangan semua warga sekolah tetap bersemangat
dalam semua kegiatan sekolah.
3) Ruang Perpustakaan
Ruang perpustakaan digabung dengan ruang komputer didalam ruangan ini
dilengkapi dengan 5 unit komputer, 1 meja dan kursi guru, rak buku, lemari buku,
pendingin ruangan (AC), diterangi 4 lampu neon, 5 meja baca dan kursi.
4) Ruang Audio visual
Ruang audio visual digabungkan dengan ruang musik dan seni. Ruangan ini
berukuran 4x6 meter yang dilengkapi dengan Tv, DVD, alat pengeras suara, gitar
akustik, orgen, drum, rebana, seruling, kursi dan meja guru, kursi siswa, lemari,
pendingin ruangan (AC). Ruangan ini tempat siswa belajar dan berlatih musik dan juga
merupakan ruang audio visual bagi asiswa tunanetra.
5) Ruang Keterampilan
Ruang keterampilan terletak di samping ruang kepala sekolah dengan ukuran 3x5
meter. Ruangan ini merupakan ruangan berbagai keterampilan seperti menjahit,
membuat aksesoris dan merangkai bunga. Ruangan ini dilengkapi dengan 5 mesin jahit
manual, 1 mesin jahit portable, 1 mesin orbras, gunting kain, meja memotong kain, meja
strika, seterika, lemari, bunga plastik, benang, dasar kain.
6) Ruangan pendukung lainnya
a) Wc, di bangunan pertama terdapat 1 wc untuk guru dan 1 wc untuk siswa,
sedangkan untuk bangunan kedua terdapat 2 wc untuk siswa dan 1 wc untuk guru.
b) Gudang sekolah ini digunakan untuk menyimpan alat-alat yang sudah rusak atau
tidak digunakan seperti meja, kursi, lemari, dan ada juga alat-alat seperti cangkul,
grobak dorong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
7) Taman
Tidak ada taman di SLB Melati Rmbai ini yang ada hanya halaman yang sudah
disemen yang merupakan arena bermain untuk siswa-siswi. Gedung utama memiliki
fasilitas seperti ayunan, seluncuran, palang bertingkat, tiang bendera dan sepanjang teras
ruangan kepala sekolah berjejer bunga-bunga yang di tanam didalam pot. Untuk gedung
kedua selurah halaman disemen dan hanya ada 1 tiang bendera
Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan jasmani Sekolah Luar Biasa
Melati Rumbai Pekanbaru adalah sebagai berikut:
a) Lapangan outdor menggunakan halaman yang berada digedung kedua. Dihalaman
terdapat 1 tiang ring basket dan 1 tiang net yang dapat digunakan untuk net voli dan
batminton, sementara itu untuk bermain sepak bola ataupun atletik dapat mengunakan
lapangan yang tidak jauh dari sekolah. Lapangan ini jaga digunakan oleh sekolah dasar
yang tidak jauh dari SLB. Sementara itu untuk tenis meja, mengunakan halaman
sekolah dengan memindahkan tenis meja ke halaman.
b) Lapangan indor menggunakan aula yang biasanya digunakan ketika cuaca sedang
tidak mendukung melakukan kegiatan penjas dilapangan.
c) Jumlah bola
1) Bola kaki berjumlah 2 unit
2) Bola voli berjumlah 2 unit
3) Bola basket berjumlah 1 unit
4) Bola bocce berjumlah 1 set
d) Jumlah net
1) Net voli berjumlah 1 unit
2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit
3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit
e) Atletik cabang lempar
1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2 kg.
2) Peluru berjumlah 2 untuk 3kg dan 1 unit 5 kg.
f) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon dan diganti dengan ban
motor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
g) Matras berjumlah 1 unit.
h) Kun berjumlah 1 set.
i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.
j) Stopwatch 1 unit.
k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
Sekolah Luar Biasa AL-Faqih berjarak 13 km dari pusat kota di kecamatan
Tampan. Posisi SLB AL-Faqih berada di lingkungan perumahan, bagi orang tua yang
tidak mengunakan kendaraan pribadi dapat mengunakan becak atau ojek untuk
mengantarkan anak ke sekolah. SLB AL-Faqih berdiri dalam naungan Yayasan
Pendidikan Al-Faqih. SLB ini masih dalam tahap pengembangan masih banyak
hambatan dan dan kebutuhan.
Adapun fasilitan yang ada di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru adalah
sebagai berikut:
1) Ruangan Kantor
Ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, majelis guru dan ruang tamu dijadikan
satu ruangan karena hanya ada 5 tenaga pengajar di sekolah ini. Ruangan ini berukuran
6x8 meter dilengkapi dengan 1 meja dan kursi kepala sekolah, 1 meja dan kursi tata
usaha, komputer, print, wireless, 6 meja dan kursi guru, lemari arsip, 1 set kursi tamu,
kipas angin, dispenser, papan tulis, jam dinding, pengeras suara.
2) Ruang Kelas
Ruang kelas di SLB Al-Faqih ada 6 ruangan yang ukurannya 6x8 meter, dengan
keterbatasan ruang maka satu ruangan disekat menggunakan triplek untuk dua kelas.
Ada 6 ruangan masih dalam tahap pembangunan. Ada pun fasilitas yang ada didalam
kelas 1 set kursi dan meja guru, lemari, 8 sampai dengan 12 pasang meja dan kursi
siswa, kipas angin.
3) Ruang Perpustakaan
Ruang perpustakaan digabung dengan ruang komputer. Ruangan ini difasilitasi
dengan 5 komputer, 2 lemari buku, 2 rak buku, karpet dan meja berukuran rendah untuk
membaca buku. Terdapat juga buku-buku pelajaran dan buku cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
4) Ruangan Berkebutuhan Khusus
a) Ruangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama
Di ruangan ini digunakan untuk siswa tunarungu, ruangan ini dilengkapi
dengan LCD TV, DVD, kursi dan meja siswa, kursi dan meja guru, poster-poster
abjad menggunakan tangan, poster bahasa isyarat, pengeras suara, kipas angin.
b) Ruangan Fisiotrapi
Ruang fisiotrapi digabungkan dengan ruang UKS, di ruangan ini terdapat 2
tempat bed, bola terapi, kotak P3K, obat-obatan ringan, meja dan kursi, timbangan
berat badan dan kipas angin.
5) Ruangan Praktik
a) Ruang Salon
Ruang salon ini masih sangat sederhana, karena praktek salon merupakan
kegiatan baru disekolah ini. Ruangan salon dilengkapi dengan 2 cermin+kaca, tes
make up, gunting rambut, beberapa jenis sisir, penjepit rambut, bangku tanpa
lengan, lemari kaca, kipas angin dan poster-postem model rambut.
b) Ruangan Aksesoris
Ruangan aksesoris merupakan ruangan yang digunakan untuk siswa yang
belajar membuat aksesoris seperti, bros jilbab, penjepit rambut, boneka, mainan
kunci dari manik-manik. Ruangan ini dilengkapi dengan lemari untuk menyimpan
peralatan, kipas angin, karpet, mesin jahit, bahan-bahan membuat aksesoris seperti
kain perca, kawat, benang nilon, manik-manik, kapas.
6) Ruangan Pendukung Lainnya
a) Dapur merupakan ruangan pendukung di SLB Al-Faqih Pekanbaru yang berfungsi
untuk memasak air atau masak bersama untuk acara makan besama di sekolah.
Dapur ini dilengkapi dengan peralatan seperti kursi, meja, rak piring, westafel
pencuci piring, meja, kompor, panci, kuali, cetakan kue, oven, sendok, garpu,
piring.
b) Wc di SLB Al-Faqih terdapat di sebelah ruangan kantor, terdapat 1 wc untuk guru
dan 1 wc untuk siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
c) Gudang di SLB ini digunakan untuk menyimpan barang atau peralatan yang tidak
terpakai seperti meja, bangku, alat bangunan seperti cat, ember, kuas, karena
sekolah ini sedang proses pembangunan.
7) Halaman
Halaman di SLB ini cukup luas tetapi tidak ada taman, semua lantai
halaman sudah menggunakan paving blok. Hanya ada beberapa bunga didalam pot
yang terdapat di teras kantor dan kelas. Halaman ini juga digunakan unruk kegiatan
penjasorkes. Selain ini halaman ini dilengkapi dengan ayunan, seluncuran, putaran
untuk fasilitas bermain.
Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana di Sekolah Luar Biasa Al-Faqih adalah
sebagai berikut:
a) Lapangan outdoor menggunakan halaman sekolah ini. Di halaman terdapat 1 tiang
ring basket dan 1 tiang net yang dapat digunakan untuk net voli dan badminton,
sementara itu untuk bermain sepak bola ataupun atletik dapat mengunakan lapangan
yang tidak jauh dari sekolah. Lapangan ini merupakan tanah lapang milik
perumahan di sekitar lingkungan sekolah. Sementara itu untuk tenis meja,
mengunakan halaman sekolah dengan memindahkan tenis meja ke halaman.
b) Jumlah bola
1) Bola kaki berjumlah 2 unit
2) Bola voli berjumlah 2 unit
3) Bola basket berjumlah 1 unit
4) Bola bocce berjumlah 1 set
c) Jumlah net
1) Net voli berjumlah 1 unit
2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit
3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit
d) Atletik cabang lempar
1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2 kg.
2) Peluru berjumlah 2 utuk 3kg dan 1 unit 5 kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
e) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon dan diganti dengan
ban motor.
f) Matras berjumlah 1 unit.
g) Kun berjumlah 1 set.
h) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.
i) Stopwatch 1 unit.
j) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
9. Tata Tertib Siawa
Tata tertib siswa yang berlaku di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru adalah
sebagai berikut:
a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
1) Ketentuan Waktu Masuk dan Pulang: Waktu masuk sekolah semua murid adalah
pagi pukul 07.30 WIB
2) Waktu istirahat: Kelas TKLB s/d SDLB pukul 09.00-09.30 WIB, Kelas SMPLB s/d
SMALB istirahat pertama pukul 09.30-09.45 WIB. Istrahat kedua pukul 11.05-
11.20 WIB
3) Waktu pulang sekolah: Kelas persiapan; TKLB pulang pukul 10.00 WIB, kelas
SDLB kelas I-III pulang pukul 10.30 WIB, Kelas dasar SDLB IV s/d VI pulang
pukul 11.00 WIB, Kelas dasar; SMPLB s/d SMALB dan kelas lanjutan pulang
pukul 13.40 WIB
4) Kebersihan Disiplin dan Sopan Santun: Setiap hari Rabu diadakan pemeriksaan
kuku, murid dilarang memelihara kuku, Murid harus menyisir rambutnya dengan
rapi, untuk murid putra tidak diperbolehkan berambut panjang atau gondrong.
Setiap bulan dilakukan pemeriksaan rambut, Semua murid wajib mengikuti upacara
senin dan senam pagi, Semua murid dilarang merokok, Semua murid wajib
menghormati orang tua, guru dan sesama teman di sekolah, Semua murid dilarang
berkelahi, Semua murid wajib mengikuti semua peraturan dan tata tertib sekolah,
Siswa yang berkasus di lingkungan sekolah wali kelas melapor ke piket, orang tua
dilarang menangani sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
5) Sangsi Pelanggaran/Penyimpangan: Terlambat satu kali, ditegur/ diberi nasehati secara
lisan, Terlambat dua kali, ditegur/diberi nasehat secara lisan dan hukuman fisik secara
spontan (semua hukuman yang diberikan bersifat mendidik).
a) Terlambat tiga kali berturut selama tiga hari, tidak diizinkan mengikuti pelajaran di
kelas dan disuruh pulang.
b) Pelanggaran/penyimpangan yang menyangkut disiplin, etika dan sopan santun, akan
diambil kebijaksanaan sesuai jenis berat/ringannya.
c) Tidak masuk sekolah selama 2 bulan berturut-turut tanpa ada keterangan dianggap
mengundurkan diri.
6) Pakaian Seragam SLB
Tabel. 10. Peraturan Seragam SLB Sri Mujinab
No. Hari Baju Seragam yang dipakai ke Sekolah
1. Senin-Selasa Baju Osis SD, SMP, SMA
2. Rabu-Kamis Baju biru batik Riau, celana/rok biru dongker
3. Jum’at Baju melayu
4. Sabtu Baju Pramuka atau pakaian Olahraga sesuai jadwal pelajaran.
5. Sepatu warna hitam pakai tali dan kaos kaki putih.
Semua baju seragam dipakai dengan rapi dan baju dimasukan.
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru
1) Setiap siswa berhak:
a) Mendapatkan pelayanan pendidikan dan pengajaran dari sekolah
b) Mengikuti kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.
c) Menggunakan alat-alat dan fasilitas sekolah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
d) Mendapatkan penghargaan atas prestasi yang dicapai.
2) Setiap Siswa Berkewajiban Untuk:
a) Melaksankan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di luar
sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
b) Melaksanakan peraturan tata tertib sekolah dengan sebai-baiknya
c) Menghormati sesama siswa, guru dan karyawan, orang tua dan pengurus Yayasan
Pendidikan Rumbai (YPC)
d) Berbahasa Indonesia yang baik dan benar
e) Hadir di sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi
f) Melaksanakan 6K (keamanan, kebersihan, ketertiban, kekeluargaan, keindahan,
kerindangan)
g) Menjaga dan merawat sarana dan prasaran sekoalh
h) Membayar SPP tepat pada waktunya
3) Pakaian Seragam Sekolah Luar Biasa Cendana Rumabi
Tabel 11. Seragam Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
No Hari Baju seragam yang dipakai ke Sekolah Luar Biasa (SLB)
1 Senin Celana/ rok/ topi/ dasi warna biru, kemeja/ blus putih, sepatu hitam
dengan kaos kaki putih, ikat pinggang hitam
2 Selasa Celana/ rok warna biru/ kemeja/ blus warna putih, sepatu hitam dengan
kaos kaki putih, ikat pinggang hitam
3 Rabu Celana/ rok warna biru/ kemeja/ blus warna putih, sepatu hitam dengan
kaos kaki putih, ikat pinggang hitam
4 Kamis Celana/ rok warna biru, kemeja/ blus batik, sepatu berwarna hitam
5 Jumat Baju melayu
Sepatu bebas
c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Adapun tata tertib yang berlaku di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru
adalah sebagai berikut:
1) Tata Tertib Siswa Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru
a) Sekolah masuk pukul 07.000 WIB. Siswa sudah harus hadir minimall 5 menit
sebelum bel berbunyi.
b) Sebelum pelajaran dimulai dan sebelum pulang sekolah berdoa menurut agama
dan kepercayaan masing-masing.
c) Siswa harus selalu mengenakan seragam yang ditentukan oleh sekolah dan
berpakaian bersih, rapi dan sopan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
d) Siswa harus mengikuti upacara di sekolah dengan tertib.
e) Siswa tidak boleh berkuku panjang dan berambut panjang. Bagi siswa perempuan
tidak boleh mengenakan perhiasan yang berlebihan di sekolah.
f) Siswa harus patuh kepada bapak dan ibu guru.
g) Siswa harus hormat kepada tamu yang datang ke sekolah.
h) Apabila tidak masuk sekolah, siswa membertahukan secara lisan atau tertulis
kepada guru kelas/ sekolah.
i) Peliharalah buku pelajaran/ buku perpustakaan dan alat pelengkap lainnya dengan
baik, rapi dan bersih.
j) Pada waktu istirahat, tidak dibenarkan membeli jajan di luar sekolah.
k) Siswa harus ikut membantu menjaga kebersihan sekolah.
l) Siswa dilarang mencoret-coret meja, jedela, pintu dan dinding sekolah.
m) Buang air harus di tempat yang ditentukan (WC) dan siram kloset sampai bersih
setelah digunakan.
n) Jagalah dan peliharalah tanaman yang ada di pekarangan sekolah.
o) Dilarang keras merokok di lingkungan sekolah.
p) Siswa dilarang membawa barang berharga ke sekolah.
q) Siswa harus menjaga nama baik sekolah dimanapun berada.
r) Dilarang berkelahi di sekolah.
s) Dilarang meninggalkan kelas sebelum jam pulang sekolah.
t) Siswa dilarang membawa handphone, radio atau maupun mainan dari rumah selama
KBM berjalan maupun di lingkungan sekolah.
u) Siswa harus taat pada tata terttib yang diterapkan di sekolah.
2) Sanksi-Sanksi
a) Bagi siswa yang melanggar tata tertib di atas akan ditindaklanjuti.
b) Terlambat mengikuti upacara bendera, tidak diperkenankan masuk lingkungan
upacara.
c) Tidak memakai seragam sekolah, membuat surat pernyataan.
d) Tidak mengikuti senam pagi wajib lapor kepada guru kelas atau wali kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
e) Bagi siswa yang terbukti membawa HP, radio atau mainan dari rumah dalam tiga
kali peringatan tidak diindahkan maka barang tersebut menjadi barang milik
sekolah.
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Tata tertib siswa di Sekolah Negeri Pembina Pekanbaru adalah sebagai berikut
1) Siswa wajib hadir 15 menit sebelum pelajaran di mulai
2) Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran
3) Berakaian seragam sesuai ketentuan sekolah
4) Siswa wajib mengikuti upacara
5) Siswa wajib mengikuti senam pagi
6) Siswa wajib mengikuti kegiatan Jumat ceria sesuai yang dipilihnya
7) Siswa wajib melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guru
8) Siswa wajib membawa peralatan sekolah
9) Apabila berhalangan hadir siswa wajib mohon izin pada guru kelas
10) Selama pembelajaran pintu gerbang ditutup, apabila siswa ada keperluan wajib
mohon izin pada guru kelas / guru piket
11) Siswa wajib membiasakan adab sopan santun
12) Siswa wajib menjaga kebersihan diri dan lingkungan
13) Siswa dihimbau untuk jajan di kantin sekolah
14) Siswa dilarang membawa hand phone ke sekolah
15) Siswa dilarang mencuri
16) Siswa dilarang melakukan kekerasan
17) Siswa dilarang mengecat rambut warna-warni
18) Siswa putra dilarang berambut panjang / rambut harus dipotong pendek
19) Siswa putra dilarang memakai perhiasan
20) Siswa putri dilarang memakai perhiasan berlebihan
Apabila siswa melanggar peraturan yang telah ditentukan sekolah, maka siswa
diberi sanksi sebagai berikut :
1) Teguran lisan
2) Teguran tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
3) Hukuman
Apabila tiga kali (3 x) melakukan pelanggaran tata tertib yang telah
ditentukan sekolah, siswa sanggup mengundurkan diri dari sekolah SLB Negeri
Pembina Pekanbaru.
e. Sekolah Luar Biasa Melati
Adapun tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai PekanBaru adalah
sebagai berikut:
1) Pada jam belajar, siswa harus berada di ruangan dan mengikuti pelajaran yang telah
ditentukan / disediakan.
2) Berperan serta menjaga kebersihan lingkungan, (ruang belajar, asrama, mushola,
ruang makan dsb).
3) Menjalankan pergaulan yang harmonis, saling menghormati, dan tidak merugikan
orang lain.
4) Menjalankan ibadah menurut agama masing-masing dan saling menghormati antar
umat beragama.
5) Senantiasa berpakaian dan berpenampilan yang bersih, rapi dan sopan.
6) Tidak membawa / menyimpan senjata tajam atau semacamnya yang dapat
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
7) Dilarang merokok / memakai Narkoba di dalam maupun di luar panti selama
menjadi siswa SLB Melati Rumbai Pekanbaru.
8) Tidak diperkenankan melakukan pergaulan bebas antara siswa pria dan wanita yang
melampaui batas norma-norma agama dan kesusilaan.
9) Menjaga kebersihan dan kerapian kelas masing-masing.
10) Menjaga barang milik sendiri dan ikut serta memelihara barang inventaris sekolah,
serta dilarang memindah tempatkan tanpa seizin petugas.
11) Menghemat pemakaian dan memelihara fasilitas air dan listrik.
12) Tidak diperkenankan membawa / memakai barang-barang perhiasan yang berlebih-
lebihan.
13) Tidak diperkenankan pindah kamar tanpa perintah / izin petugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
14) Siswa putra dilarang masuk ke kamar siswa wanita atau sebaliknya tanpa perintah /
seizin pengasuh atau petugas.
15) Siswa makan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan dan tdak diperkenankan
membawa makan ke ruang asrama, kecuali sakit atau seizin petugas.
16) Tidak membuat gaduh, membunyikan tv,tape atau radio pada jam pelajaran dan
istirahat malam.
17) Tidak diperkenankan menerima pasien pijat di dalam kamar asrama.
18) Tidak menerima tamu di dalam kamar, kecuali keluarga , dan harus melaporkan
kepada petugas / satpam.
19) Siswa yang akan berpergian meninggalkan panti karena suatu sebab, wajib meminta
izin kepada pengasuh atau petugas. Pihak sekolah tidak bertanggung jawab atas
kejadian yang menimpa apabila siswa meninggalkan panti tanpa ijin / sepengetahuan
pengasuh / petugas.
20) Tidak diperkenankan memperjualbelikan barang pembagian sekolah/ panti atau
inventaris (alat-alat kebersihan, reglet/pen, alat-alat kebersihan sendiri, dsb).
21) Dilarang mengikuti / memasuki suatu organisasi politik yang dilarang pemerintah
atau mengadakan kegiatan di luar panti tanpa seizin kepala panti.
22) Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur lebih sesuai dengan
keperluan.
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
Tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru
1) Kedisiplinan Siswa
a) Siswa berpakaian lengkap dan rapi.
b) Dilarang makan di dalam kelas.
c) Dilarang membeli makanan pada jam pelajaran.
d) Membuang sampah pada tempatnya.
e) Dilarang memakai gelang, kalung, dan anting bagi pria.
f) Dilarang memakai perhiasan yang berlebihan.
g) Wajib mengikuti upacara bendera.
h) Tidak mengganggu/mengacau kelas lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
i) Bersikap sopan / tidak menentang guru dan pegawai.
j) Tidak memalsukan tanda tangan wali, guru ataupun kepala sekolah.
k) Dilarang membawa minuman keras.
l) Dilarang merusak sarana dan prasarana sekolah
m) Tidak mengambil barang milik orang lain
n) Dilarang membawa senjata tajam tanpa sepengetahuan sekolah.
10. Jumlah Siswa T.A 2014 / 2015
Jumlah siswa pada tahun 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru adalah
sebagai berikut:
a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab
Pekanbaru sebanyak 129 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Sri Mujinab Pekanbaru
Menurut Kelainannya.
KELAS JURUSAN JUMLAH
TOTAL A B C C1 D AUTIS
TKLB A - - - - - - -
B - - - - - - -
C - - - - - - -
SUB Jumlah
SDLB 1 1 - 3 2 - - 6
2 1 4 3 4 1 - 13
3 1 6 2 2 1 - 13
4 - 7 3 2 2 - 15
5 1 5 3 3 1 - 10
6 - - - 9 1 - 17
SUB Jumlah 4 22 18 22 6 0 72
SMPLB 1 - 8 5 6 - - 19
2 - 7 2 5 1 - 15
3 - - 4 5 - - 9
SUB JUMLAH 0 15 11 16 1 0 43
SMALB 1 - - 2 2 - - 4
2 - - 7 - 1 - 8
3 - - 2 - - - 2
SUB Jumlah 0 0 11 1 1 0 14
Jumlah Total 4 37 40 40 8 0 129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Cindena
Rumbai Pekanbaru sebanyak 24 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13: Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Cendana
RumbaiPekanbaru Menurut Kelainannya.
KELAS JURUSAN JUMLAH
TOTAL A B C C1 D AUTIS
TKLB A - - - - - 1 1
B - - - 1 - - -
C - - - - - - -
SUB JUMLAH - - - 1 - 1 2
SDLB 1 - - 1 - - - 1
2 - - - - - - -
3 1 - - - - - 1
4 1 2 - - - - 3
5 - 2 1 - - 1 4
6 - - - - - - -
SUB JUMLAH 2 4 2 - - 1 9
SMPLB 1 - - - - - - -
2 - - 2 1 - - 3
3 - 1 - - - - 1
SUB JUMLAH - 1 2 1 - - 4
SMALB 1 - - 1 - - 1 2
2 - - 1 2 - - 3
3 - - 2 2 - - 4
SUB JUMLAH - - 4 4 - 1 9
Jumlah Total 2 5 8 6 - 3 24
c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Pekanbaru sebanyak 64 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Tabel 14. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Pelita Hati Pekanbaru
Menurut Kelainannya.
KELAS JURUSAN JUMLAH
TOTAL A B C C1 D AUTIS
TKLB A - 4 - 1 - 1 6
B - - - - - - -
C - - - - - - -
SUB JUMLAH 4 - 1 - 1 6
SDLB 1 1 1 - 1 - - 3
2 - 7 1 3 - - 11
3 - 3 2 - - - 5
4 - 1 1 5 1 - 8
5 - 1 2 5 - - 8
6 - 6 4 - - - 10
SUB JUMLAH 1 19 10 14 1 - 45
SMPLB 1 - - 2 2 - - 4
2 - - - 2 - - 2
3 - - - - - - -
SUB JUMLAH - - 2 4 - - 6
SMALB 1 - 1 3 2 - - 6
2 - - - - - - -
3 - - 1 - - - 1
SUB JUMLAH - 1 4 2 - - 7
Jumlah Total 1 24 16 21 1 1 64
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Negeri
Pembina Pekanbaru sebanyak 267 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Tabel 15. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Negeri Pembina Pekanbaru
Menurut Kelainannya.
KELAS JURUSAN JUMLAH
TOTAL A B C C1 D AUTIS
TKLB A - - - - - - -
B - - - - - - -
C - - - - - - -
SUB JUMLAH - - - - - - -
SDLB 1 3 10 22 1 1 3 40
2 2 15 20 2 1 1 41
3 2 12 8 5 2 3 32
4 2 10 10 4 4 4 34
5 1 8 11 1 1 1 23
6 3 8 8 8 2 6 35
SUB JUMLAH 13 63 79 21 11 18 205
SMPLB 1 2 8 7 3 - - 20
2 - 5 3 2 1 4 15
3 - 2 1 1 - - 4
SUB JUMLAH 2 15 11 6 1 4 39
SMALB 1 - 10 2 - - - 12
2 - 6 3 - 1 - 10
3 1 1 1 - - - 3
SUB JUMLAH 1 17 6 - 1 - 23
Jumlah Total 16 95 96 25 13 22 267
e. Sekolah Luar Biasa Melati
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Melati
Rumbai Pekanbaru sebanyak 81 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Tabel 16. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Melati Rumbai Pekanbaru
Menurut Kelainannya.
KELAS JURUSAN
JUMLAH
TOTAL
A B C C1 D E AUTIS
TKLB A - 1 - - - - - 1
B - 1 - - - - - 1
C - - - - - - - -
SUB JUMLAH - 2 - - - - - 2
SDLB 1 - 1 6 - - - - 7
2 1 2 8 - - - - 11
3 - 3 5 - - - 3 11
4 - 2 4 1 - - 7 14
5 - 3 10 - 1 1 15
6 - - 1 - 1 - 2
SUB JUMLAH 1 11 34 1 1 1 11 60
SMPLB 1 1 2 - 3
2 - 1 1 1 1 - 4
3 - 3 2 1 1 1 - 8
SUB JUMLAH 1 6 3 1 2 2 - 15
SMALB 1 - 1 1 - - - - 2
2 - 1 1 - - - - 2
3 - - - - - - - -
SUB JUMLAH - 2 2 - - - - 4
Jumlah Total 2 21 39 2 3 3 11 81
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih
Pekanbaru sebanyak 30 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Tabel 17. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB AL-Faqih Pekanbaru
Menurut Kelainannya.
KELAS JURUSAN JUMLAH
TOTAL A B C C1 D AUTIS
TKLB A - - - - - - -
B - - - - - - -
C - - - - - - -
SUB JUMLAH - - - - - - -
SDLB 1 - 2 2 - - 1 5
2 - 2 2 - - - 4
3 - 1 3 - - - 4
4 - 2 2 - - - 4
5 - 1 - - - - 1
6 - - - 1 - - 1
SUB JUMLAH - 8 9 1 - 1 19
SMPLB 1 - 2 1 1 - - 4
2 - - 1 - - - 1
3 - 2 - - - 1 3
SUB JUMLAH - 4 2 1 - 1 8
SMALB 1 - 1 - - - - 1
2 - - - - 1 - 1
3 - - 1 - - - 1
SUB JUMLAH - 1 1 - 1 - 3
Jumlah Total - 13 12 2 1 2 30
B. Hasil Penelitian
Dalam mengungkap imlementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah
Luar Biasa (SLB) di Kota Pekanbaru maka teknik yang dilakukan dengan wawancara. Hal
ini untuk mengungkap sejauh mana manajemen dalam implementasi kurikulum,
keberadaan, pemanfaatan dan pemeriharaan sarana dan prasarana, pelaksanaan proses
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, serta kendala, kesulitan dan usaha dalam
implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru.
Dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Riau menetapkan Sekolah Luar Biasa di
Kota Pekanbaru tetap melanjutkan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar. Hal ini
seperti di ungkapkan oleh wakil kepala sekolah SLB Negeri Pembina Pekanbaru pada
tanggal 01 Desember 2014, pukul 09.00 WIB:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
”Kalau untuk SLB kita tetap menggunakan kurikulum 2013. Pada
awalnya tetap timbul pro dan kontra dengan melanjukan
kurikulum ini. Tetapi saya yakin bahwa pemerintah memiliki
dasar pertimbangan dalam memutuskan ini. Jadi dalam rapat
KKG yang lalu dan dihadiri oleh pihak dinas bahwa semua
sekolah luar biasa di Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru itu
tetap menggunakan kurikulum 2013, berbeda yang di sekolah
umum bisa menghentikan kurikulum ini untuk yang baru jalan
satu semester”
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh bapak MY selaku pengawas SLB
Kota Pekanbaru yang ditemui pada saat kunjungan di SLB Sri Mujinab pada tanggal 02
Desember 2014:
”Dinas sudah memutuskan kalau sekolah luar biasa tetap
melanjutkan kurikulum 2013, walaupun saat ini masih banyak
kekurangan. Kita berharap tahun 2015 nanti semua SLB sudah
secara merata menggunakan kurikulum ini untuk semua mata
pelajaran. Untuk sekarang yang SD hanya kelas I dan kelas VI,
untuk SMP itu baru kelas VII saja dan SMA untuk semua kelas.
Selain itu nanti akan ada sosialisasi yang mendalam terkait
dengan implementasi kurikulum 2013 yang akan disesuaikan
dengan kurikulum fleksibel yang akan dilakukan beberapa tahap.
Untuk yang sekarang kita masih mengharapkan bantuan dari
rekan guru untuk bisa mempresentasikan kepada rekan-rekannya
terkait dengan hasil pelatihan yang sudah diikutinya selama ini.”
Dari kutipan ini menunjukan bahwa pemerintah provinsi khususnya Dinas
Pendidikan Provinsi Riau bidang Pendidikan Luar Biasa akan tetap melanjutkan kurikulum
2013 untuk acuan pembelajaran. Kurikulum 2013 dilaksanakan serentak pada awal tahun
ajaran 2014-2015. Banyaknya langkah yang harus disusun ketika menyesuaikan kurikulum
ini menjadi kurikulum fleksibel. Perlunya pemahaman yang mendalam terhadap isi dari
standar kurikulum 2013 agar dapat diimplementasikan secara baik.
Terkait dengan pemahaman terhadap setandar isi dari kurikulum 2013 ini. Hal ini
pertama kali peneliti tanyakan kepada bpk MH pada tanggal 01 Desember 2013. Apakah
bapak sudah memahami standar isi dari kurikulum 2013?
”Sebenarnya SLB itu sudah paling telat menggunakan kurikulum
2013 ini karena di sekolah umum sudah satu tahun lebih dahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
dari kita. Sedangkan di SLB serentak se-Indonesia menggunakan
pada tahun 2014. Untuk kurikulum 2013 ini sebenarnya bagus
mengunakan tematik jadi pelajaran itu digabungkan dan saling
terhubung satu dan lainnya. Jadi kita sekarang ini menggunakan
tema itu untuk yang tingkat sekolah dasar, tetapi yang SMP dan
SMA menggunakannya permata pelajaran dan ini masih belum
semuanya terimplementasikan karena terlalu banyak kendala
mulai dari administrasi kelas, bahan ajar dan sarana prasarananya.
Karena harus tetap dilanjutkan pemerintah dan sekolah masih
dalam tahap penyesuaian jadi sebagian kelas memakai kurikulum
KTSP dan sebagiannya lagi beralih ke kurikulum 2013.”
Hal senada disampaikan oleh kepala sekolah SLB Si Mujinab Pekanbaru ibu JM pada
tanggal 02 Desember 2014 yang ditemui diruangannya:
“Kalau untuk SD memang dari dulu kita menggunakan tematik yah
karena memang cocok digunakan dengan keterbatasan anak kita
untuk usia SD. Sedangkan yang SMP dan SMA saya rasa kurang
cocok ya, karena K.13 menuntut peranan anak lebih banyak dan
guru hanya fasilitator saja. Sedangkan keadaan anak kita di sini
tidak bisa seperti itu guru selain mendidik kita juga mengasuh
kalau di SLB. Apalagi untuk tunarungu kalau kita minta kerja
kelompok yang ada mereka bukan mengerjakan tugas melainkan
hanya ngobrol saja sepanjang hari nah disini kendalanya. Jadi
kalau yang ini harus dimodifikasi total penerapannya. Kalau
untuk tunagrahita jelas kita belum menggunakan K.13 karena
memang itelegensinya yang terbatas tapi nanti kita akan sesuaikan
untuk tunagrahita ini. Apalagi tunagrahita sedang dan berat baru
saja kita ajarkan misalnya dalam olahraga itu berpindah dari satu
kotak ke kotak lain kalau kita instruksikan lagi dalam beberapa
menit kemudian sudah tidak ingat dia. Kebijakan yang sudah
disepakati juga oleh dinas SLB tetap melanjutkan kurikulum ini.
Untuk kurikulum 2013 ini harus dirombak abis-abisan. Beda
dengan KTSP karena memang sudah ada penjelasannya untuk
implementasinya di SLB. Kalaupun ada penyesuaian itu tidak
terlalu banyak seperti yang dilakukan pada kurikulum 2013”
Selanjutnya di tempat terpisah pada tanggal 03 desember 2014 kepala sekolah Sekolah
Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru bapak MT mengungkapkan:
”Menurut pemahaman saya konsep untuk kurikulum 2013 secara
teori dapat kami laksanakan tapi hambatan di sekolah adalah kelas
kami menggunakan sistem rombel. Rombel pertama untuk anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
tunanetra kelas 2, rombel kedua untuk anak tunarungu kelasnya
mulai TK sampai SPM satu rombel, rombel tiga anak SMP dan
SMA anak tunagrahita sedang, rombel keempat anak SMP dan
SMA tunagrahita ringan. Permasalahannya anak kami yang tahun
2013 kelas VII hanya satu orang, kemudian kelas X itu dua,
kondisi sekarang anak yang kelas VII bergabung dengan anak
tunarungu, tidak mungkin lima anak menggunakan kurikulum
2006, satu anak menggunakan kurikulum 2013. Permasalahan di
lapangan kesulitan untuk melaksanakan kurikulum 2013 karena
metode yang berbeda, 2006 masih konvensional dengan EEK,
sedangkan 2013 menggunakan 5M. Insha allah pada semester dua
akan kami bentuk tim untuk mengkaji mungkin tidak dengan
kondisi anak saat ini menggunakan kurikulum 2013. Sehingga
sampai saat ini kami belum melaksankan kurikulum 2013.
Selanjutnya pada tanggal 06 desember 2014 kepala sekolah luar biasa Pelita Hati yakni
bapak KA mengutarakan standar ini dari kurikulum 2013 dari sudut pandang beliau:
“Untuk kurikulum 2013 di SLB baru berjalan 1 semester, jadi
untuk pelaksanaannya kita masih terbatas karena masih banyak
yang belum lengkap seperti buku-buku dan sarana prasarana
lainnya. Sementara dari dinas itu menetapkan untuk tetap
melanjutkan kurikulum 2013 ya boleh dibilang dengan keadaan
yang masih terbatas. Kalau untuk kerikulum 2013 dalam PLB (
Pendidikan Luar Biasa) sepertinya kalau kita liat dari evaluasi
seperti penerimaan raport itu dikurikulum 2013 menggunakan
narasi, nah kita sudah dari awal juga menggunakan kolom narasi
dan kolom nilai, untuk hal ini kurikulum 2013 sesuai dengan
PLB yang menjadi kendala dalam implementasinya di SLB
untuk kurikulum 2013 ini dituntut anak harus bisa memberikan
pendapat, berfikir kritis dengan keadaan anak kita yang seperti
ini ya tidak bisa, ada juga anak harus mencari jawaban atas tugas
dengan cara berkelompok ini juga tidak bisa diterapkan misalnya
dalam pelajaran IPA kita kelompokan anak-anak ini untuk
mendiskusikan tentang tumbuhan, untuk tunarungu bisa tidak
selesai karena mereka akan ngobrol saja sama teman-temannya.
Jadi kita harus merombak kurikulum ini menjadi kurikulum yang
sesuai untuk anak kita. Berbeda dengan KTSP yang memang ada
panduan khusus untuk Sekolah Luar Biasa. Kalau untuk
kurikulum 2013 ini yang umum dan yang PLB itu kurikulumnya
sama, jadi kita kewalahan di sini. Dalam rapat penyesuaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
kurikulum misalnya bulan ini, untuk bulan depan sewaktu
evaluasi kita rubah lagi karena memang tidak sesuai jadi habis
kita disesuaikan saja. Jadi untuk SMP dan SMA yang memang
kurikulum ini disusun permata pelajaran saya rasa kurang cocok
ini akan memakan waktu untuk menyesuaikannya, sementara
kalau untuk di SD dengan tematik ini baru sesuai karena
memang kita menggunakan tematik sejak kurikulum KTSP 2006
untuk SD”
Ditempat terpisah juga diungkapkan oleh kepala sekolah luar biasa Al-Faqih Pekanbaru ibu
Nf:
”Bahwa standar kurikulum 2013, pembelajaran pembelajarannya
menggunakan pendekatan sentifik dan juga tematik integratif.
Nah sistem tematik integratif ini bagus untuk dilaksanakan di
SLB tetapi dalam kurikulum 2013 ini hanya untuk SD, karena
karena apa yang kita jelaskan tentang pembelajaran itu terkait
antara satu dengan lainnya. berbeda dengan SMP dan SMA yang
pembelajarannya permata pelajaran jadi harus benar-benar
menyesuaikan kurikulum ini menyeluruh. Anak ini tidak bisa kita
samakan dengan anak umumnya mereka harus kita bimbing,
sementara kurikulum 2013 menuntut anak belajar sendiri dan guru
sebagai fasilitator nah disini kita merombak isi kurikulum agar
bisa kita laksanakan di sekolah luar biasa ini. sementara pedoman
untuk PLB itu tidak ada, semua isi dan kompinen disamakan
dengan sekolah umum, berbeda dengan kurikulum 2006 yang ada
untuk PLB nya jadi kita tinggal sesuaikan dengan keadaan,
kondisi dan kelainan anak kita. Untuk saat ini dinas tetap
menepatkan untuk di SLB yang ada di Pekanbaru ini tetap
melanjutkan kurikulum 2013.”
Dari apa yang telah diungkapkan oleh kepala sekolah ini menunjukan masih banyaknya
kekurangan sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya kurikulum 2013. Dari
segi persiapan dan kesiapan kurikulum 2013 masih jauh dari kata sempurna untuk
pelaksanaan kurikulum ini. Selain harus disesuaikan menyeluruh kurikulum 2013 tidak
memiliki acuan pelaksanaan untuk sekolah luar biasa, hal ini membuat guru dan kepala
sekolah harus bekerja keras dalam menyesuaikan kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel
yang akan digunakan di sekolah luar biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri dari atas mata
pelajaran tetapi juga meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung
jawab sekolah. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pencapaian hasil belajar dalam
Pendidikan Luar Biasa (PLB) kurikulum yang berlaku mengalami penyesuaian untuk
setiap kebutuhan anak. Dalam menyesuaian ini harus memiliki manajemen yang
berfungsi sebagai pelaksanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan pengawasan yang
dalam hal ini adalah prosedur agar tercipta kurikulum yang dapat menjadikan hasil
belajar secara maksimal.
Penetiti menjumpai bapak MH wakil kepala sekolah Pembina dan meminta
waktu untuk melaksanakan wawancara untuk mengungkap perencanaan dari
implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif unruk SMP dan SMA di sekolah ini
dan menanyakan bagaimana perencanaan dalam penyesuaian kurikulum 2013 ke
kurikulum anak berkebutuhan khusus atau kurikulum fleksibel? Dan bagaimana dengan
pendidikan jasmani adaptif, seperti apa perencanaan penyesuaian kurikulum tersebut?
”Kalau untuk perencanaan kurikulum ini kita sudah ada patokan
terkait hal itu, yang pertama kita memang memiliki pedoman dari
Puskur (Pusat Kurikulum) pedoman untuk penyesuaian kurikulum
di SLB, selanjutnya kita persiapkan administrasi kelas dan setelah
itu kita sesuaikan dengan kemampuan anak didik kita. Jadi kita
menyusun kurikulum ini intinya sesuai dengan kondisi anak,
keadaan anak, karakter anak. Karena anak kita disini memiliki
keanekaragaman karakter jadi disesuaikan saja dan yang terpenting
tujuan pendidikan. Berhubung sekarang kita menggunakan
kurikulum 2013 untuk sebagian mata pelajaran jadi disini memang
harus kerja keras untuk merombaknya karena memang tidak ada
acuan untuk PLB tidak seperti yang 2006 memang sudah ada
khusus KTSP yang untuk PLB. Kalau untuk penjas sendiri kita
tidak memiliki kurikulum, karena memang kita tidak memiliki guru
yang membidangi mata pelajaran tersebut. Jadi guru yang mengajar
penjas disini adalah guru yang merangkap menjadi guru kelas. Jadi
kita tidak melakukan perencanaan penyesuaian kurikulum untuk
mata pelajaran penjas. Karena kita memberikan kepercayaan
kepada guru yang mengajar olahraga untuk mengatur semua
kegiatan pembelajaran olahraga ini.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Dari kutipan ini menjelaskan tidak adanya perencanaan penyesuaian kurikulum pendidikan
jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru. Hal ini juga diperjelas
oleh guru yang mengajar penjas di sekolah ini yakni bapak RM pada tanggal 06 Januari
2015 pukul 08.12 WIB:
”Kalau untuk olahraga kita tidak memakai kurikulum, karena
memang guru untuk olahraganya tidak ada, hanya saya dan satu
rekan lagi yang membimbing anak-anak karena memang saya
senang diolahraga. Dengan hobi tadilah kami bersedia untuk
membimbing anak-anak. Untuk ini kami tidak menggunakan
kurikulum seperti pelajaran lain.”
Tidak adanya guru yang berlatar belakang pendidikan olahraga menjadi alasan tidak
adanya kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif disekolah ini.
Pembelajaran penjas hanya berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh
guru yang mengemban tugas sebagai guru penjas.
Di tempat lain pada tanggal 02 Desember 2014 hal yang serupa diungkapkan oleh kepala
sekolah Sri Mujinab Pekanbaru ibu JM yang ditemui diruangannya:
“Kalau untuk perencanaan penyesuaiannya, pemerintah atau pusat
kurikulum menerbitkan pedoman penyesuaian kurikulum SLB nah
setelah itu dengan kurikulum yang berlaku kita sesuaikan dengan
keadaan anak kita. Jadi perencanaan ini harus kita kembangkan
untuk mendapat hasil yang maksimal. Untuk pendidikan jasmani
sendiri di sekolah ini karena guru pendidikan jasmaninya sekarang
merangkap sebagai guru kelas karena kita kekurangan guru jadi
untuk perencanaan kita serahkan ke beliau saja, sementara itu
memang ada sebenarnya kurikulum yang mengatur pendidikan
jasmasi atau olahraga ini tetapi karena keterbatasan kita jadi kita
serahkan dengan bapak Wahyu Adi saja karena memang tugas
beliau. Jadi kita ikut apa kata beliau saja yang penting kita
melaksanakan pembelajaran itu.”
Selanjutnya bapak WA pengungkapkan pada tanggal 07 Januari 2015 yang dijumpai di
ruangannya:
“Untuk Kurikulum saat ini yang berlaku adalah kurikulum 2013,
tetapi tidak semua pelajaran dan sebenarnya pendidikan jasmani ini
ya seharusnya menggunakan kurikulum 2013 juga tetapi dengan
keterbatasan saya sebagai guru olahraga yang merangkap juga guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
kelas jadi pihak sekolah memberi kelonggaran karena saya
mengajar dari SD sampai SMA dengan kelainan anak yang
berbeda-beda. Untuk itu saya merancang sendiri pembelajran itu.
Saya tidak menggunakan kurikulum untuk merencanakan ini, saya
beracuan kepada buku-buku dimana sewaktu kuliah kita memang
memiliki mata kuliah penjas adaptif, nah dari situlah saya berangkat
untuk mengajar disini, selain itu saya juga share dengan dosen saya
untuk mengajar penjas adaptif ini. Sebenarnya dalam tujuan
pendidikan bukan begini prosesnya, tetapi selama masih saya saja
yang menjadi guru olahraga dan merangkap menjadi guru kelas
maka akan seperti ini yang kita hadapi, selain itu kita
mengharapkan dari yayasan atau dinas dapat memperhatikan hal ini
agar tercapainya tujuan dari pendidikan.”
Dari kutipan ini menunjukan bahwa perencanaan kurikulum pendidikan penjas adaptif
tidak terlaksana di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, walaupun memiliki guru olahraga yang
memiliki latar belakang pendidikan olahraga, ini dikarenakan merangkap sebagai guru
kelas dan mengajar pendidikan jasmani adaptif untuk semua kelas di sekolah tersebut. Hal
yang berbeda disampaikan oleh kepala sekolah SLB Cendana rumbai yakni bapak MT yang
ditemui di ruangannya pada awal kedatangan peneliti mengantarkan surat penelitiian pada
tanggal 03 Desember 2013:
“Kalau untuk perencanaan kurikulum itu sendiri di sekolah kami
yang jelas kami menyiapkan buku satunya, kemudian nanti
mempersiapkan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan
RPP, program semester, program tahunan dan rencana minggu
efektif, kemudian pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring,
kami evaluasi, kami mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau
mid semester begitu ju untuk penjaskes semua sama harus ada
administrasi kelasnya dan nanti dikumpul ke yayasan dan ini wajib.
Hanya untuk sekarang kita belum menggunakan kurikulum 2013
kita masih menggunakan KTSP karena Kurikulum 2013 modelnya
mengamati, mencari sendiri. Inisiatif untuk anak tunagrahita agak
kurang, itu terus terang yang membuat saya agak gamang. Untuk
anak tunarungu dan tunanetra tidak ada masalah. Hanya kebetulan
kami tunarungu dan tunanetra tidak ada yang di kelas I, IV dan VII,
di kelas VII dan X anak tunagrahita. Insyaallah kita akan serentak
penggunaannya pada tahun ajaran baru 2015.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Hal senada juga diungkapkan oleg guru penjasorkes SLB Cendana Rumbai yang peneliti
temui pada tanggal 09 Januari 2015:
“Kalau untuk perencanaan kurikulum penjaskes itu sendiri di
sekolah kita mempersiapkan buku satunya yakni pedoman
penyesuaian kurikulum PLB, kemudian nanti mempersiapkan
perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan RPP, program
semester, program tahunan dan rencana minggu efektif, kemudian
pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring, kami evaluasi, kami
mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau mid semester setelah
itu kita sesuaikan dengan kebutuhan anak. Kalau di Cendana sendiri
belum menggunakan kurikulum 2013 karena kelas yang mendapat
acuan kurikulum 2013 itu isinya anak tunagrahita, jadi untuk saat
ini dalam KKG penyesuaian kurikulum memang tunagrahita itu
belum bisa kita terapkan kurikulum 2013 mungkin setelah terjadi
perombakan atau penyusunan total kita bisamengaplikasikannya
untuk tunagrahita.”
Dari kutipan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan guru penjasorkes di Sekolah Luar
Biasa Cendana Pekanbaru bahwa SLB ini masih menggunaka kurikulum 2006 yakni KTSP
dikarenakan pada kelas yang ditentukan untuk pelaksanaan kurikulum 2013 diisi oleh anak
yang berkelainan tunagrahita. Sementara kebijakan yang disepakati oleh dinas dan
kelompok kerja guru kurikulum 2013 belum bisa menggunakan kurikulum 2013.
Selanjutnya pada tanggal 06 Desember 2014 kepala Sekolah Luar Biasa Pelita Hati bapak
KA menyampaikan bahwa:
“Kalau untuk kurikulum sekarang kita memang lagi beradaptasi dari
KTSP ke kurikulum 2013, tepi memang belum merata karena masih
banyak kendala sana-sini dan kemudian ini juga belum semua mata
pelajaran. Dalam penyesuaiannya kita berpatokan kepada karakter,
kelainan dan kemampuan anak. Setelah itu baru kita bisa bikin
perencanaannya. Sebenarnya kurikulum 2013 ini agak rumit yah
kalu diterapkan di sekolah luar biasa apalagi SMP dan SMA yang
memang permata pelajaran sementara untuk SD baru cocok
memang dari dahulu kita menggunakan tematik. Sedangkan untuk
penjas sendiri bapak teguh sudah mengadopsi kurikulum 2013
kebetulan beliau selain guru SMA C beliau juga mengajar
penjasorkes untuk semua kelas dan baru-baru ini mengikuti
sosialisasi untuk penjas, tetapi kita belum menerima RPP dan
administrasi kelas lainnya yang beliau buat karena memang saya
tidak mewajibkan itu untuk penjas dengan alasan beliau sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
sibuk memegang guru kelas dan penjas. Sebenarnya saya ingin
sekali kita mempunyai guru penjas ini memang dari orang olahraga
karena banyak prestasi anak untuk olahraga dan bisa ditangani
secara benar oleh orang yang lebih ngerti, tetapi dengan
keterbatasan kita ya apa boleh buat, ini saja sangat bersyukur bapak
teguh bisa mengajar kalau tidak yah kita benar-benar mengajar
penjas dengan apa adanya.”
Selanjutnya di rumah kediaman bapak TP menyatakan hal yang senada pada tanggal 08
Januari 2015:
“Kalau untuk perencanaan kurikulum KTSP berpindah ke kurikulum
2013 untuk penjaskes itu tidak terlalu rumit dalam pelaksanaannya
karena hampir sama jasa perlakukannya yang rumit malah untuk
administrasi kelas karena saya selain mengajar penjas untuk semua
kelas dan mengajar untuk SMA kelas C selain itu pencapaian yang
ditargetkan oleh kurikulum itu sendiri karena kurikulum 2013 ini
tidak ada yang khusus untuk PLB semua disamakan dengan yang
umum. Jadi untuk merancang atau merencanakan kita harus
sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak kita. Kalau saya
sudah mulai mengajar dengan acuan kurikulum 2013 tapi belum
secara maksimal karena memang ini masih baru dan harus terjadi
menyesuaian secara total, tetapi saja tidak membuat perangkat kelas
seperti RPP, silabut dan program lainnya secara tertulis karena
kepala sekolah memberi pengetian selain saya mengajar olahraga
ini untuk semua kelas saya juga mengajar dikelas SMAC. Ini
karena kita tidak memiliki guru penjas khusus, mungkin setelah
permintaan kita dipenuhui oleh dinas atau yayasan kita bisa
memenuhi kubutuhan siswa dalam mata pelajaran penjas yang
benar-benar terstruktur dari kurikulum sampai ke evaluasi akhir.”
Dalam pelaksanaan mata pelajaran penjasorkes di SLB Pelita Hati sudah menggunakan
kurikulum 2013, tetapi dalam hal ini perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan sendiri
oleh guru penjasorkes dengan beracuan pada kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan
kemampuan anak. Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 untuk olahraga tidak bisa
dilakukan maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang Pendidikan Jasmni
Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk
mengajar pendidikan jasmani adaptif, seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah luar
biasa Melati tumbai pada tanggal 09 Januari 2014:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
“Untuk perencanaan penyesuaian kurikulum ini memang sekarang
kita sedang sibuk melakukan KKG membahas tentang penyesuaian
kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel yang akan kita gunakan di
SLB. Biasanya kita merencanakan program apa yang harus kita
buat, menyususun perangkat pembelajaran seperti RPP dan lain-lain
pada setiap mata pelajaran dan kita sesuaikan dengan beberapa
karakter secara umum dan nanti di sekolah baru kita sesuaikan
dengan dengan karakter anak-anak kita yang ada disekolah. Kalau
untuk penjas ini biasanya guru menyusun dan menyesuaikan
sendiri, kebetulankita memang tidak ada guru khusus untuk penjas
karena guru penjas kita merangkap dengan guru kelas. Jadi beliau
menyusun sendiri di sesuaikan dengan kemampuan anak dan ini
saya tidak tahu beliau mengambil acuan dari mana, yang penting
kalau saya liat beliau telaten mengajar anak dilapangan.
Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 atau kurikulum apa saja
yang nentinya akan berlaku untuk olahraga tidak bisa dilakukan
maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang
Pendidikan Jasmni Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah
Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk mengajar pendidikan
jasmani adaptif. Saya berharap semua SLB baik itu di Pekanbaru
atau pempat lain pemerintah memperhatikan juga kesediaan guru
olahraganya terutama untuk yang status sebagai sekolah swasta. Ini
karena banyaknya siswa yang dapat mengembangkan prestasi
diolahraga apalagi kalau memanga adanya guru olahraga.”
Dengan tidak adanya guru khusus yang mengajar penjas adaptif di sekolah membuat
pelaksanaan mata pelajaran di SLB menjadi seperti formalitas. Hal yang hampir serupa
diungkapkan oleh bapak DC selaku guru penjaorkes di SLB Melati Rumbai pada tanggal
10 Januari 2015 yang ditemui di ruangan tata usaha:
“Sebagai seorang guru saya berusaha memahami kurikulum yang
ada termasuk kurikulum KTSP maupun Kurikulum 2013 walau pun
memang belum kami pakai, ya semaksimal mungkin sesuai dengan
patokan dan perencanaan yang ada di dalam tahapan pembelajaran
kurikulum yang sudah kita susun. Sementara untuk penjas saya
merancang sendiri dan saya sesuaikan dengan kemampuan siswa.
Selain itu memang kita tidak memiliki guru khusus ya, jadi saya
susun sesuai dengan kemampuan saya saja dan untungnya kepala
sekolah tidak ada memberi paksaan terkalit dengan pembelajaran
yang saya berikan, jadi saya lega dengan keadaan ini karena saya
mengajar untuk semua kelas. Selain itu saya merasa di SLB ini
pendidikan olahraga itu pelaksanaannya seperti formalitas saja.
Mengapa saya berkata ini karena kita memang kurang diperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
tetapi pertasi siswa dalam olahraga itu banyak sekali, tetapi dalam
pendidikannya kurang diperhatikan, kalau ada yang mengajar ya
syukur kalau tidak bagaimana. Saya berharap walaupun anak kita
disini memiliki kekurangan sedemikian rupa setidaknya walaupun
mereka lemah diakademik seperti tunagrahita setidaknya mereka
biasa mengembangkan prestasi olahraganya dan memang harus ada
guru khusus untuk ini. kalau saya ya begini aja adanya, pelatihan
pun tidak ada untuk penjas adaptif ini walaupun ada itu sebelum
saya mengajar disini.”
Adapun implementasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan perlu dilakukan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan
acuan kurikulum yang berlaku di nasional dan diharapkan dapat meningkatkan sikap positif
bagi diri sendiri dan menghargai manfaat bagi diri aktivitas jasmani. Selanjutnya
perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di SLB AL-Faqih disampaikan oleh
kepala sekolah ibu NF pada tanggal 10 Desember 2014 bahwa:
“Untuk perencanaan kurikulum SLB biasanya dilakukan bersama-
sama yakni dalam bentuk KKG yang dihadiri oleh guru-guru SLM
se-Kota Pekanbaru dan kepala sekolah juga membicarakan
penyusunan, perencanaan dan penyesuaian kurikulum. Untuk
kurikulum 2013 kita setiap bulannya dalam KKG melakuan
pernencanaan dan penyesuaian karena memang kurikulum ini baru
semester ini dilaksanakan di SLB dan akan tetap dilanjutkan,
setelah itu barulah kita sesuaikan lagi di sekolah masing-masing
yang akan disesuaikan dengan kebutuhan siswa kita. Dan untuk
penjas sendiri kita serahkan langsung keguru penjas, karena sekolah
ini tidak ada guru penjasnya jadi ya kita rencanakan per semester,
contohnya pada rapat semester kita langsung menyusun rencana
untuk pelajaran penjas apa saja olahraga yang kita lakukan, karena
kita disini hanya 5 orang guru termasuk kepala sekolah jadi kita
lakukan seperti itu. Nanti coordinator tetap pak Benni. Tidak
adanya guru khusus untuk penjas ini memang kita merasa kesulitan
untuk mengajar penjas di sekolah, walaupun demikian bagaimana
pun mata pelajaran ini harus terlaksana, dengankata lain ya seperti
yang saya jelaskan tadilah pelaksanaannya.”
Hal yang senada diungkapkan oleh guru pendidikan jasmani SLB AL-Faqih pada tanggal
08 Januari 2015 oleh bapak BF:
“Untuk perencanaan kurikulum di sini intinya disesuaikan dengan
keadaan sekolah, keadaan anak. Seperti yang diketahui tenaga
pengajar di sekolah ini sangat terbatas hanya 5 orang dan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
termasuk kepala sekolah, Tu dan guru penjas. Jadi kita sesuaikan
dengan kemampuan kita dan anak pastinya. Untuk perencanaan
kurikulum dalam mata pelajaran penjas kita menyusunnya
persemester karena keterbatasan kita dalam tenaga pengajar. Jadi
setiap minggu kita sudah tahu apa yang harus di ajarkan kepada
anak-anak dan ini semua guru terlibat.
Dari segi perencanaan kurikulum jelas bahwa menentukan apa yang akan dilakukan
dalam mencapai tujuan pendidikan. Dari hasil wawancara terkait dengan perencanaan
kurikulum pada sekolah-sekolah luar biasa Kota Pekanbaru sudah cukup baik karena
perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG)
sekolah luar biasa se-Kota Pekanbaru. Perencanaan kurikulum berpatokan dengan melihat
kondisi siswa. Tetapi tidak demikian dengan perencanaan kurikulum untuk mata pelajaran
pendidikan jasmani. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perencanaan kurikulum
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan jauh dari kata baik bahkan beberapa sekolah
tidak memiliki acuan kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan. Hal ini dikarenakan tidak ada guru khusus yang mengajar
pendidikan jasmani ini, selain itu kepala sekolah tidak mewajibkan kepada guru pendidikan
jasmani dalam menyusun kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran. Guru hanya
beracuan kepada apa yang mereka pikirkan dan mencari reverensi dibuku atau diinternet.
Hanya terdapat satu sekolah yang menyusun perencanaan kurikulum dan masih
menggunakan kurikulum KTSP sebagaimana yang berlaku pada yayasan.
2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Untuk mengungkap pengorganisasian kurikulum peneliti melakukan wawancara
dengan kepala sekolah, guru pendidikan jasmani dan staf sekolah (Pegawai Tata Usaha).
Untuk pertama peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Pelaksanaan
wawancara tentang pengorganisasian kurukulum dimulai dari SLB Negeri Pembina pada
tanggal 08 Desember 2014 peneliti menjumpai bapak MH. Peneliti menanyakan apakah
sekolah membentuk tim dalam perencanaan atau implementasi kurikulum, jika ada
bagaimana struktur organisasi tim penyusun kurikulum? apakah ada tujuan dari
organisasi penyusun kurikulum dan bagaimana fungsinya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
“Kalau struktur organisasinya tidak ada. Itu dikerjakan bersama.
Jadi tujuan diadakan penyusunan kurikulum bersama ini agar
menyatukan semua SLB di Pekanbaru ini dan menyatukan visi
dan misi kita di dalam penerapan implementasi kurikulum dan
sekarang yang sedang berlangsung itu untuk kurikulum 2013,
bertujuan agar semua guru pendidikan khusus, khususnya di SLB
Pembina memahami dan melaksanakan apa yang di cermati oleh
kurikulum 2013 untuk anak-anak berkebutuhan khusus karena
kita baru mulai untuk berkebutuhan kusus ini. Kalau anak di
sekolah umum ada yang sudah berjalan dua semester untuk
kurikulum ini. Tapi kita akan meratakan di tahun 2015 ini. Kalau
untuk yang di sekolah sama saja tidak ada struktur organiasi
khusus untuk penyesuaian kurikulum ini, tetapi semua warga
sekolah terlibat didalamnya”
Di tempat terpisah kepala sekolah SLB Sri Mujinab ibu JM mengungkapkan:
“Sekolah membentuk tim penyusun dan penyesuaian kurikulum,
jadi semua majelis guru tim dalam penyusunan kurikulum tetapi
tidak ada struktur organisasinya. Tujuan dari tim ini adalam
menyatukan persepsi, tujuan, dan apa yang hendak kita capai.
Kalau ada tim penyusun kurikulum ini nanti bisa mendiskusikan
kesulitan yang dihadapi terutama anak-anak kita inikan
berkelainan jadi lebih mudah kita untuk merancang pembelajaran
seperti apa yang akan kita berikan pada anak. Kalau untuk tujuan
dari tim ini agar biasa melaksanakan pembelajaran dengan baik
yang dituntut oleh kurikulum.”
Selanjutnya pada tanggal pada tanggal 09 Desember 2014 bapak MT dari kutipan
wawancara nyampaikan bahwa:
“Untuk struktur penyusunan penyesuaian kurikulum itu adanya
hanya yang dari dinas, itu progresnya melalui KKG. Untuk
sekolah sendiri tidak ada strukturnya, jadi kita semua adalah tim
di sekolah dan semua majelis guru, kepala sekolah bahkan orang
tua pun termasuk tim dalam penyesuaian kurikulum ini baik untuk
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan hasil akhir kenaikan
kelas kitalah timnya. Ini bertujuan agar semua yang kita
rancanakan dapat terlaksana dengan baik dan ini berfungsi juga
untuk menyatukan antara pihak sekolah dengn orang tua. Jadi
tujuan dari pendidikan PLB ini dapat tercapai.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Strruktur organisasi dalam implementasi kurikulum hanya dimiliki oleh dinas yang
dilaksanakan dalam KKG yang meliputi perencanaan, pengembangan dan penyesuaian
kurikulum. Hal ini juga diungkapkan oleh bapak KA pada tanggal 10 Desember yang
ditemui diruangannya:
“Struktur organisasi itu hanya ada pada dinas yang seperti sekolah
umum jadi strukturnya dimulai dari Kemendikbud, Dinas
Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala sekolah. Nah dari
dinas pelaksanaan tugasnya dilaksanakan dalam KKG yakni guru-
guru SLB se-Kota Pekanbaru. Sementara kalau untuk di sekolah
tidak ada, kita bekerja ya sesuai dengan jabatan kita disekolah.
Sedangkan untuk penyusunan, pengembangan dan penyeseuaian
kurikulum itu kita lakukan bersama. Jadi semua warga yang
terlibat dalam implementasi kurikulum termasuk dalam tim
kurikulum dan tambahan adalah orang tua atau wali murid.
Dibentuknya tim ini bertujuan untuk menyatukan pendapat untuk
mewujudkan visi dan misi sekolah, agar nantinya proses
pembelajaran itu terlaksana dengan baik. Jadi tujuan dari
pendidikan itu dapat tercapai.”
Hal senada disampaikan oleh ibu ZA pada tanggal 20 Desember 2014 bahwa:
“Untuk struktur itu kita ada yang dari dinas nah distruktur ini kita
susun kurikulum bersama-sama dengan sekolah lain biasa disebut
KKG. Kalau disekolah tidak ada strukturnya yang ada hanya
struktur sekolah saja tetapi yah jabatannya tetap yang itu saja.
Kalau disekolah semua majelis guru, kepala sekolah dan TU
kebetulan TU kita juga merangkap guru, karena TU yang
sebelumnya itu sudah berhenti kalau yang dulu beliau tidak
masuk kedalam tim. Selanjutnya untuk orang tua yang memang
anaknya memiliki kelainan yang berat. Tim ini bertujuan untuk
menyatukan pendapat kita agar dapat melaksanakan tujuan dari
pendidikan khususnya di PLB ini dengan baik. Selain itu juga
dapat menyatukan orang tua dan guru. maka dengan adanya tim
penyusun kurikulum diharapkan agar dapat pencapai tujuan dari
pendidikan itu sendiri.”
Selanjutnya pada tanggal 13 Desember 2014 hal hampir serupa disampaikan oleh ibu NF
yakni:
“Kalau untuk kurikulum memang harus ada organisasinya karena
agar tujuan pendidikan itu dapat percapai. Selain itu di sekolah ini
memang tenaganya terbatas jadi tidak ada struktur organisasinya.
Semua kita putuskan bersama baik itu untuk kurikulum maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
kegiatan lainnya termasuk pelaksanaan pembelajaran. Disini kan
hanya lima orang jadi ya dimusyawarahkan saja secara bersama-
sama, gimana bagusnya, yang sesuai kita laksanakan disekolah.”
Dari apa yang telah disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa tampak bahwa
pengorganisasian dalam kurikulum sama dengan yang dilakukan oleh sekolah umum, untuk
struktur kepemerintahan dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru
inti dan kepala sekolah dalam hal ini dibentuk lah Kelompok Kerja Guru (KKG) yakni
guru Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru untuk perencanaan, penyusunan, pengembangan
dan penyusunan Kurikulum yang saat ini sedang berlangsung penyesuaian kurikulum 2013
ke kurikulum fleksibel. Sementara untuk sekolah tidak ada struktur organisasi yang tertulis
melainkan dalam bentuk tim. Tim dalam penyusunan, pengembangan dan penyesuaian
kurikulum melibatkan kepala sekolah, majelis guru dan orang tua. Hal ini senada dengan
yang disampaikan oleh bapak RM guru olahraga SLB Negeri Pembina pada tanggal 06
Januari 2015:
“Untuk penyusunan atau pengembangan kurikulum ini kita ada tim
yang dari dinas yakni semua kepala sekolah luar biasa di
Pekanbaru dan semua guru SLB di Pekanbaru. Sementara untuk
di sekolah timnya adalah kepala sekolah, majelis guru, dan otang
tua. Dengan adanya tim ini membantu sekali dalam
pengembangan kurikulum dan untuk mencapai tujuan kurikulum
itu sendiri.”
Dengan adanya KKG dapat menyatukan persepsi dan memecahkan kendala yang ada di
sekolah. Tetapi ini hanya untuk mata pelajaran umum tidak halnya dengan pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan. Pada KKG tidak ada membahas kurikulum untuk mata
pelajaran penjasorkes, untuk mata pelajaran penjasorkes sesuai dengan inisiatif dari guru
yang mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pernyataan ini disampaikan
oleh guru olahraga bapak WA pada tanggal 07 Januari 2015:
“Dalam penyusunan kurikulum dilakukan didinas dengan bentik
KKG, jadi semua guru dan kepala sekolah SLB se-Pekanbaru
berkumpul membicarakan soal kurikulum dan dihadiri juga oleh
dinas. Kalau disekolah ini juga ada timnya yaitu dari kepala
sekolah, guru dan orang tua . Tetapi sangat disayangkan karena
hanya mata pelajaran penjas yang tidak dibahas dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
penyusunan kurikulum ini. hal ini kerena memang guru olahraga
yang latar belakangnya pendidikan olahraga saya sendiri, selain
itu dengan keterbatasan guru saya juga mengajar di kalas. Jadi
kesepakatan memang kita menggunakan inisiatif sendiri untuk
merencanakan dan merancang kurikulum untuk pendidikan
olahraga anak berkebutuhan khusus ini.”
hal senada juga disampaikan oleh bapak TP dalam kutipan wawancara pada tanggal 08
Januari 2015:
“Untuk penyusunan kurikulum ini kita lakukan dua kali yang
pertama kita lakukan dalam kelompok kerja guru dan kemudian
kita sesuaikan lagi di sekolah. Untuk di sekolah kita memang
sudah ada timnya. Jadi semua warga sekolah termasuklah
kedalam tim penyesuaian kurikulum. Tetapi kalau untuk
pendidikan jasmani itu diserahkan saya sepenuhnya dan tidak
dibahas di KKG ataupun di sekolah. Seharusnyakan tidak begitu,
tetapi memang kita kekurangan guru dalam pendidikan jasmani.
Kalau untuk pendidikan jasmani baru Sri Mujinab yang punya
guru penjas tetapi sekarang kedengarannya juga merangkap
menjadi guru kelas. Nah disini kita menjadi sulit. Didalam rapat
bersama dinas juga sudah dibahas tentang ini tetapi masih belum
ada respon”
Tidak adanya guru khusus yang membidangi pendidikan jasmani menyebabkan tidak
adanya pengorganisasian dalam penyusunan kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Hal ini makin dipertegas oleh pernyataan bapak BF guru penjasokes SLB AL-
Faqih ditempat terpisah:
“Kalau untuk pengorganisasian dalam kurikulum ini kita biasanya
dari dinas itu ada program KKG yang nantinya akan menyusun,
merencanakan, mengembangkan kurikulum secara garis
besarnyanya setelah itu baru kita susun lagi disekolah dengan tim
yang ada disekolah. Kalau untuk sekolah kita semuanya terlibat
didalam tim karena memang jumlah kita hanya sedikit. Untuk
olahraga itu sendiri karena kita tidak memiliki guru khusus ya kita
hanya menyusun kegiatan pendidikan jasmani pada saat evaluasi
semester, kita bicarakan untuk semester depan apa saja olahraga
yang akan kita laksanakan. Jadi seperti itu saja pelaksanaannya.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Dari segi pelaksanaan kurikulum hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan
dikerjakan, dan apa targetnya. Sementara itu bapak AR dalam kutipan wawancaranya
menyatakan:
“Strukur organisani di Cendana tidak dibuat secara tertulis atau
bagan, yang paling penting adalah kita saling membantu dalam
penyusunan kurikulum ini. Karena yayasan menuntut kami dalam
pelaksanaan kurikulum ini harus benar-benar efektif dan harus
jelas apa saja yang harus dikerjakan, kapan kita mengerjakannya,
dan apa saja target yang harus kita capai misalnya untuk satu
semester. Ini berlaku juga untuk pendidikan jasmani didalam
rapat tim kurikulum kita juga membicarakannya walaupun
sebenarnya saya bukan dari pendidikan olahraga tetapi saya dan
teman-teman majelis juga membantu saya untuk itu. Kalau di
KKG kita memang tidak membicarakan tentang penyusunan
kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, karena sudah
diserahkan keguru masing-masing , jadi kami hanya
membicarakan pelajaran masing-masing kelas yang kami pegang
karena memang semua guru olahraga di SLB merangkap tugas
sebagai guru kelas. Inilah yang terkadang saya pribadi merasa
ingin memberikan yang terbaik di olahraga anak-anak
berkebutuhan khusus karena mereka bisa kita arahkan melalui
pendidikan jasmani, tetapi kita belum dikasih kesempatan untuk
memiliki guru yang benar-benar khusus untuk mengajar olahraga
saja. Sementara saya memang lebih tertarik mengajar olahraga
walaupun saya dari PLB.”
Dari apa yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
pengorganisasian dalam kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak sesuai
dengan semestinya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara dengan guru pendidikan
jasmani enam Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru bahwa di dalam pengorganisasian baik
itu dalam kelompok kerja guru sekolah luar biasa Kota Pekanbaru atau pengembangan
kurikulum di sekolah tidak menindaklanjuti kurikulum apa yang akan digunakan dalam
pendidikan jasmani, melainkan menyerahkan semua yang berkaitan dengan pendidikan
jasmani kepada guru yang bertugas. Sementara itu untuk Sekolah Luar Biasa Cendana
Rumbai memiliki koorganisasi yang terkoordinir untuk semua kegiatan sekolah baik dalam
punyesuaian kurikulum ataupun dalam pelaksanaannya memiliki sistem yang dikontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
langsung dari pihak yayasan, termasuk dalam pengorganisasian kurikulum pendidikan
jasmani.
3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Pengstafan dalam kurikulum merupakan fungsi yang menyediakan orang-orang
untuk melaksanakan suatu sistem yang dilaksanakan dan diorganisasikan. Di dalam
kurikulum sangatlah penting memilih sumber daya manusia dalam pelaksanaannya
untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan. Untuk mengungkap itu semua maka
dilakukan wawancara dengan bapak MH wakil kepala sekolah luar biasa Negeri
Pembina pada tanggal 11 Desember 2014 diruangannya dan peneliti menyanyakan guru
dan admin atau pegawai lulusan apa saja yang ada di sekolah ini?
”Yang pertama tentu kita terima PLB (Pendidikan Luar Biasa)
namun karena tenaga dari lulusan PLB itu kurang kita menerima
guru-guru dari umum, misalnya kita menerima guru agama, untuk
yang akan datang saya mengharapkan guru olahraga nah itu
sangat penting agar olahraga di sekolah ini terarah. Sementara
untuk pegawai kita sekarang itu dari ilmu sosial.”
Dari kutipan ini menunjukan bahwa kurangnya tenaga pendidik yang ada pada sekolah,
termasuk didalamnya guru pendidikan jasmani dan olahraga. Hai ini terbukti bahwa dari 6
SLB di Kota Pekanbaru hanya satu guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan
sekarang merangkap juga menjadi guru kelas untuk SMALB B di Sekolah Laur Biasa Sri
Mujinab. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu JM kepala sekolah luar biasa Sri
Mujinab:
“Saat ini kita masih kurang sekali tenaga pengajar, untuk PLB dan
guru umum seperti agama, bahasa inggris dan olahraga.
Sebenarnya kita sudah ada guru yang tepat untuk olahraga karena
memang basik nya sebagai guru olahraga, tetapi karena dengan
jumlah siswa yang banyak dan tenaga pengajar yang tidak
memadai jadi kita memperdayakan guru olahraga merangkap
menjadi guru kelas untuk SMALB kelas B. sementara dengan
kekurangan itu kita juga masih terima untuk tamatan SMA
sebagai TU tetapi sekarang sudah dua tahun ini kita tidak terima
tamatan SMA, minimal itu S1.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Melihat dari kurangnya tenaga pendidik dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan
guru mata pelajaran membuat sekolah menerima guru dari lulusan di luar dari lulusan
pendidikan bahkan menerima lulusan SMA untuk tenaga kepegawaian seperti yang di
ungkapkan oleh ibu ZA kepala sekolah luar biasa Melati Rumbai pada tanggal 18
Desember 2014:
“Dengan kurangnya guru kita yang dari PLB dan pendidikan
seperti guru mata pelajaran jadi kita menerima guru juga dari
psikologi, hukum, sosial dan ekonomi dan alumni sebagai
pegawai kebersihan. Selanjutnya kita berharap bahwa permintaan
kita untuk ditempatkan guru yang sesuai di sekolah kita ini,
apalagi kita tidak ada guru yang bersatatus PNS semua guru PLB
yang PNS ditempatkan di SLB Negeri, jadi semua di sini adalah
honor yayasan, jadi untuk menambah guru kita juga harus
menghitung-hitung dana sekolah, BOS dan yayasan. Di sini yang
membuat kami sulit menerima guru karena keterbatasan dana
tadi.”
Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa AL-Faqih ibu NF:
”Untuk saat ini kita ada lulusan S1, ada juga yang SMA. Untuk PLB
ada 2 orang, sementara ibu sendiri S.Ag, bapak Beni itu S.Pd dari
PGSD. Banyak sekali kendala dalam pengstafan di sekolah kami,
sekarang saja hanya ada 4 guru yang harapan kita tidak muluk-
muluk 6 aja guru di sekolah ini sudah sangat membantu. Kendala
juga terletak pada dana, jadi dana dari yayasan tidak membekap
untuk menambah guru honor yayasan. Dari dinas juga belum ada
respon, ya kami berlima harus lebih keras lagi dalam membagi
tuga-tugas ini.”
Tidak adanya penempatan guru berstatus pegawai negeri sipil pada sekolah luar biasa
swasta di Kota Pekanbaru membuat sekolah luar biasa kekurangan tenaga pendidik dan
pegawai. Kejadian ini membuat guru yang mengajar di sekolah merangkap dan bekerja
keras dalam pembagian tugas di sekolah.
Dari segi pengrekrutan tenaga pengajar dan kepegawaian jalur kepemerintahan
tidak dilakukan bersamaan dengan penerimaan guru dan pegawai secara umum, untuk
penerimaannya memiliki jadwal sendiri dan ini menbuat informasi terhambat kepada calon
guru yang ingin membuat permohonan atau pendaftaran sebagai Calon Pegawai Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Sipil (CPNS), hai ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah luar biasa Pelita Hati bapak
KA pada tanggal 17 Desember 2014:
“Untuk sekarang kita memang sangat kekurangan guru dan
pegawai, untuk sekarang saja pegawai TU merangkap guru, guru
penjasnya juga merangkap, dan ada kelas digabungkan dengan 1
guru yang mengajar. Memang kalau kita disini semua honor
yayasan dan komite, sementara yang honor pemprov itu baru
saya, bapak teguh dan ibu In. Selanjutnya kita memang belum
kebagian guru yang statusnya PNS, sementara yang PNS itu
ditempatkan di SLN Negeri Pembina dan Sri Mujinab. Untuk
penerimaan guru dan pegawai yang PNS ini tidak dilakukan
serentak dengan guru dan pegawai pada umumnya, tidak tahu
dengan alasan apa kita dibedakan. Untuk itu banyaknya calon
guru dan pegawai ini tidak tahun informasi.”
Kebijakan yang dibuat Pemerintah Pekanbaru dalam penerimaan guru dan pegawai
untuk sekolah luar biasa membuat tidak meratanya penempatan guru dan pegawai di
Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru. Berbeda dengan Sekolah Luar Biasa Cendana
Rumbai dalam pengrekrutan tenaga pengajar dilakukan oleh yayasan Cendana melalui
berbagai macam test seperti yang disampaikan oleh bapak MT selaku kepala sekolah pada
tanggal 18 Desember 2014:
“Sekarang di sekolah ini delapan yakni satu menejer, 5 guru, 1
kepala sekolah, 1 TU , 1 junitor yakni adalah alumni dan yang
satu lagi sudah kami ajukan tapi belum diangkat oleh Cendana.
Selanjutnya untuk penerimaan guru dan pegawai bukan kapasitas
saya tapi langsung dari SDM di bagian Personalia Cendana dan
melalui berbagai test seperti test kemampuan akademik, test
bahasa inggris, dan test kekhususan kalau untuk (PLB), setelah
melalui test tersebut yang lolos test kita training 3 bulan dan
setelah itu baru kita jadikan guru. Untuk dua tahun terakhir ini
kita memang tidak ada kontrak jadi kalau seandainya guru ini mau
test PNS ya kita izinkan, kalau lulus boleh memilih tetapi kalau
tidak kita masih biasa kembali lagi. Untuk sekarang kita merasa
tidak kekurangan guru karena memang anak kita juga tidak
banyak. Tetapi kalau yayasan bilang ada penambahan guru lagi
kita bersyukur kalau biasa guru olahraga dan untuk tunanetra.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Kebijakan pembatasan atau tidak bolehnya penempatan atau pengangkatan guru PNS
disatuan pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh yayasan menjadi permasalahan
yang perlu segara diselesaikan atau dicari solusinya.
Dari hasil wawancara terkait dengan pengstafan di Sekolah Luar Biasa Kota
Pekanbaru masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai di Sekolah Luar Biasa
Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat banyaknya guru yang merangkap tugas sebagai pegawai
TU dan guru bidang studi seperti pendidikan jasmani dan guru agama. Tidak adanya
penempatan guru dan pegawai yang status PNS di sekolah luar biasa swasta membuat
sekolah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan guru dan pegawai, sementara guru dan
pegawai PNS hanya mendapat penempatan di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina dan
sebagian di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki
yayasan, komite dan BOS membuat sekolah tidak berana mengambil resiko untuk
menambah tenaga pengajar. Sementara penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk
jalur kepemerintahan yakni Pegawai Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak
dibuka serentak dengan penerimaan tenaga pengajar dan pegawai umum, hal ini membuat
informasi tidak merata bahkan tidak sampai kepada calon guru dan pegawai yang akan
mengabri di sekolah luar biasa.
4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Pengawasan atau pengontrolan kurikulum dapat dipandang sebagai pembuatan
keputusan-keputusan tentang kurikulum di sekolah atau pengecekan sejauh mana tujuan
telah dicapai. Untuk mengungkap sejauh mana pengawasan atau pengontrolan yang
dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru
khususnya pada pendidikan jasmani adaptif peneliti mengajukan pertanyaan kepada
pengawas sekolah luar biasa bapak MY pada tanggal 03 januari yang peneliti temui pada
saat kunjungan di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab apakah bapak mengontrol
penyususnan kurikulum di sekolah?
”Untuk di sekolah tidak, sementara saya hanya mengontrol pada
saat penyusunan pada saat kelompok kerja guru sekolah luar biasa
Kota Pekanbaru. Untuk selanjutnya yang di sekolah seperti
penyusunan, penyesuaian, pengembangan sampai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
pelaksanaan kurikulum itu saya serahkan kepada masing-masing
sekolah dan setelah itu saya menerima laporan dari kepala sekolah
langsun terkait dengan penyusunan, sampai dengan pelaksanaan
kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus ini, jadi intinya
semua kegiatan sekolah saya hanya menerima laporan langsung
dari kepala sekolah. Sementara itu untuk keadaan sekolah dan
keadaan siswa barulah saya langsung turun untuk mengontrol atau
melakukan pengawasan.”
Dari segi penyusunan, perencanaan dan penyesuaian dan pelaksanaan kurikulum dan
semua kegiatan di sekolah untuk anak bekebutuhan khusus, pengawas tidak mengontrol
langsung melainkan menerima laporan dari kepala sekolah. Selain itu pengawasan
berlangsung terkait dengan keadaan sekolah dan keadaan anak. Hal ini sesuai dengan
kuripan wawancara yang diutarakan oleh kepala sekolah luar biasa Negeri Pembina yang
diwakili oleh bapak MH pada tanggal 13 Desember 2014:
”Kalau pengawasan semua kegiatan sekolah harus ada
pengontrolan. Baik dari perencanaan sampai terlaksananya
kurikulum itu harus dikontrol, ekstrakurikuler dan pembinaan
prestasi, penerimaan siswa, dan kegiatan lain di luar sekolah harus
dikontrol agar tidak terjadi kesalahan. Kalau untuk pelaksanaan
kurikulum sendiri saya langsung memantau semua kegiatan
pembelajaran seperti berkeliling dari ke kelas-kelas, kalau untuk
olahraga saya langsung kelapangan. Misalnya ada kendala kita
langsung bicarakan dengan guru. Sementara untuk pihak dinas
sendiri itu hanya melihat keadaan sekolah atau keadaan siswa,
kalau untuk pelaksanaannya beliau hanya menerima laporan saja.
Kunjunganpun hanya dilakukan tiga bukan sekali.”
Hal ini dibenarkan oleh bapak RM guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada
tanggal 12 Januari 2015 bahwa:
”Tentunya ada pengawasan dari kepala sekolah terhadap kegiatan
sekolah. Walaupun tidak rutin tetapi pengawasannya itu ada.
Kepala sekolah langsung mengawasi di lapangan ataupun di kelas
terkait dengan pelaksanaan pembelajaran bagai mana prosesnya
itu kepala sekolah mengawasi. Pengawasannya seperti ketika kita
berolahraga bersama Kamis pagi, kepala sekolah juga ada di
lapangan melihat bagaimana berjalannya kegiatan di lapangan.
Untuk pengawas sekolah yang dari dinas sepertinya saya belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
pernah melihat ya, kalau datang ke sekolah ada itupun hanya
menemui kepala sekolah saja, kalau ke guru sepertinya tidak ada”
Hal yang senada juga diungkapkan oleh ibu JM kepala sekolah luar biasa Sri Mujinab pada
tanggal 15 Desember 2015:
”Tentunya iya, pengawasan itu harus dilakukan untuk semua
kegiatan di sekolah. Tidak hanya kurikulum tetapi semua yang
terkait dengan kegiatan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kalau
untuk pelaksanaan biasanya saya langung ke kelas-kelas atau
kelapangan juga untuk memantau kondisi pembelajaran yang
sedang berlangsung. Kalau tidak ada saya, biasanya saya
mempercayakan kepada wakil saya untuk melakukan pengawasan
terkait semua kegiatan selama saya tidak ada. Saya juga membuka
layanan telepon 24 jam untuk guru dan orang tua yang memang
ada keperluan mendesak tentang kegiatan sekolah. Sementara itu
untuk pengawas tidak ada pengawasan terkait dengan kegiatan
sekolah, beliau hanya melihat keadaan sekolah atau keadaan
siswa, untuk kegiatan dan sebagainya itu kita yang memberi
laporan”
Dari apa yang disampaikan oleh kepala sekolah ditegaskan juga oleh bapak WA guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 13 Januari 2015:
”Jelas ada pengawasan oleh kepala sekolah terkait proses
pembelajaran, biasanya beliau langsung ke lapangan dan ke kelas-
kelas mengawasi berjalanan PBM dan untuk semua kegiatan
kalau sempat sepertinya beliau ada untuk mengawasi. Tetapi
kalau untuk pengawas dinas saya tidak pernah melihat beliau
dalam memantau proses belajar mengajar, belaiu datang hanya
sekali-sekali sepertinya.”
Dari segi pengawasan semua kegiatan sekolah, kepala sekolah melakukan pengawasan
langsung baik itu saat perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaan kurikulum itu
sendiri. Hal ini juga sesuai yang diungkapkan oleh kepala sekolah luar bias Cendana
Rumbai bapak MT pada tanggal 16 Desember 2014 yang peneliti temui diruangannya:
”Saya mengawasi terus-menerus, setiap bulan sebelum mengajar
persiapan sudah disahkan oleh saya. Sebelum saya tanda tangani
belum bisa dipakai untuk mengajar. Begitu juga dengan kegiatan
sekolah saya juga melakukan pengawasan terkait dengan semua
kegiatan sekolah. Karena apapun kegiatannya saya juga sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
panitia atau tim di dalamnya karena memang jumlah kita yang
sedikit tadi.”
Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh bapak KA selaku Kepala Sekolah Laur Biasa
Pelita Hati pada tanggal 17 Desember 2014:
”Jelas semua harus dilakukan pengawsan terkait dengan kegiatan
sekolah, mulai dari penerimaan siswa, perencanaan kurikulum
sampai dengan pelaksanaannya harus dikontrol karena akan
menjadi bahan evaluasi saya ke depannya. Selain itu untuk
pelaksanaan dari kurikulum ini untuk pembelajaran di kelas
biasanya saya mengawasi dari luar kelas bahkan kadang saya
masuk, kalau untuk di lapangan saya memantau langsung ke
lapangan, biasanya kalau terjadi kendala kita membicarakan
langsung ataupun pada saat jam pelajaran berakhir”
Di tempat terpisah ibu NF Kepala Sekolah Luar Biasa AL-Faqih mengungkapkan hal yang
senada:
”Iya, tentunya saya sebagai kepala sekolah memonitoring semua
kegiatan sekolah, baik itu kegiatan yang berhubungan dengan
kurikulum, kegiatan ekstra, kegiatan di sekolah ataupun di luar
sekolah saya selalu mengawasi. Selain itu saya juga termasuk di
dalam tim apaun kegiatan disekolah ini, seperti yang pernah saya
sampaikan bahwa memang kita disini hanya lima orang jadi
semua kegiatan kita lakukan bersama sekalugus saya melakukan
pengawsan terhadap kegiatan tersebut. Sedangkan untuk
pelaksanaan pembelajaran saya langsung ke kelas atau ke
lapangan untuk memantau pelaksanaan pembelajaran. Untuk
pengawasan sendiri saya tidak terjadwal dan dadakan saja baik
untuk hari maupun jamnya”
Pengawasan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dadakan dan tidak
dijadwalkan, agar porses belajar mengajar di kelas maupun di lapangan terjadi dengan apa
adanya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu ZA kepala sekolah luar biasa
Melati Rumbai pada tanggal 18 Desember 2014:
”Pengawasan yang saya lakukan tidak terjadwal, melainkan saya
langsung melakukan pengawasan ketika saya sempat baik itu
pagi maupun pada siang harinya. Kalau untuk olahraga pastinya
pagi ya karena saya biasanya ikut olahraga bersama juga sama
anak-anak kalau saya lagi tidak sibuk. Selain itu saya juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
mengawasi semua kegiatan sekolah baik untuk di dalam sekolah
ataupun yang berada diluar sekolah.”
Dari kutipan wawancara menunjukan bahwa pengawasan dilakukan dalam setiap kegiatan
yang ada di sekolah. Selain itu untuk beberapa kegiatan kepala sekolah termasuk di
dalamnya karena jumlah guru yang tidak mencukupi. Dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar pengawasan dilakukan secara langsung ke kalas-kelas maupun ke lapangan.
Dalam pengawasan tidak ada jadwal khusus melainkan dilakukan dadakan agar proses
pembelajaran terjadi apa adanya. Sementara itu untuk pengawas dinas tidak melakukan
pengawasan terkait dengan penyusunan sampai dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah
melainkah hanya mendapat laporan dari kepala sekolah terkait dengan hal itu. Dalam
kunjungannya pengawas hanya datang menemui kepala sekolah dan melihat keadaan
sekolah dan siswa.
5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif
Sumber daya penunjang merupakan komponen yang sangat penting dalam
pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk mengungkap kesediaan
sumber daya penunjang pendidkan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Luar
Biasa Kota Pakanbaru, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kepala
sekolah luar biasa yang diwakili oleh bapak MH pada tanggal 15 Desember 2014:
”Seperti yang sudah diketahui untuk guru yang khusus dalam
penjas kita tidak ada, kita hanya memiliki guru yang merangkap
sebagai guru penjas. Sementara sumber daya penunjang yang lain
Tentunya kita membutuhkan lapangan, membutuhkan alat-alat,
dan tempat untuk penerapan pendidikan jasmani adaptif ini. Kalau
untuk lapangan kita mencoba memodifikasi sepak bola menjadi
bila mana kalau diumum namanya futsal kalau bola ukurannya
sama sementara untuk bola tunanetra itu ada seperti kerincing di
dalamnya jadi ada bunyi-bunyiannya. Jadi kalau untuk olahraga
sumber daya kita ya belum mendukung kita masih banya perlu
tambahan. Jadi ada gedung yang kita buka pembatasnya untuk
membuat beberapa arena, karena sekarang ini untuk indoor kita
masih menggunakan aula, jadi besok kalau sudah jadi maka
indoor kita sudah ada tempat sendiri. jadi indoor kita masih dalam
tahap pembangunan disana nanti kita akan membuat seperti GOR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
mini yang bisa digunakan untuk basket, bulutangkis, tenis meja.
Jadi untuk sekarang kita memang memanfaatkan sarana yang
ada.”
Dari segi pambangunan sarana dan prasana pendidikan olahraga di sekolah luar biasa
Negeri Pembina masih dalam tahap pembangunan lapangan indoor, dan sementara
mengunakan aula pertemuan untuk olahraga tenis meja. Mengalihfungsikan lapangan
merupakan pemanfaatan terhadap kelancaran proses pembelajaran pendidikan jasmani
kesehatan dan olahraga. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara yang disampaikan oleh
ibu JM selaku kepala sekolah luar biasa Sri Mujinab pada tanggal 16 Desember 2014:
“Kalau sumberdaya penunjang untuk penjas itu ada tapi kalau
dibilang mendukung pastinya belum, masih banyak kekurangan di
sana-sini terkait dengan olahraga, tapi diusahakan ada, misalnya
bola, raket, net, meja pimpong itu ada, nah kalau lapangan untuk
bola kaki atau lompat jauh itu kita biasa pakai lapangan atau tanah
lapang yang berada disamping sekolah itupun rebutan sama SD
sebelah, tempat alternatif kita bawa kelapangan pelajar yang
disebelah Dispora nah itu juga rebutan sama SMA1, SMP1,
SMP4 dan SMP 10 tapi masih bisa berbagi karena lapangan besar,
nah kalau untuk voli, basket, badminton itu 1 lapangan yang
fungsinya bisa di ganti-ganti multifungsilah maksudnya. Yang
membedakan kan garisnya, yang penting pembelajaran pendjas ini
tetap berjalan. Selanjutnya untuk indoor kita menggunakan aula
dah kalau senam lantai atau tenis meja bisa di aula.”
Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa Melati Rumbai ibu ZA pada
tanggal 19 Desember bahwa:
“Kalau untuk suber daya penunjang gurunya seperti yang saya
pernah sampaikan kita hanya memiliki guru penjas yang
merangkap dikelas. Selain itu untuk sarana dan prasarana kita ada
berupa lapangan ya memang ini buka standar dari ketentuan yang
semestinya tetapi ada atau untuk olahraga seperti lari, sepak bola
kita ajak siswa ini kelapangan milik warga yang tidak jauh dari
sekolah, selanjutnya kita manfaatkan halaman sekolah yang di
gedung dua itu sudah ada tiang untuk net voli, bulutangkis dan
kalau tenis meja juga menggunakan halaman itu. Sementara untuk
peralatan ada walaupun tidak banyak tetapi kita mengusahakan
ada, kalau gurunya bilang kita harus punya bola atau perelatan
baru saya pasti mengusahakannya. Selain itu kita baru-baru ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
mendapat bantuan bola bocee untuk tunagrahita dari dinas, itu
semua SLB di Pekanbaru dapat. Jadi disini kita memanfaatkan
apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk proses pembelajaran
pendidikan jasmani.”
Selanjutnya ditempat terpisah pada tanggal 20 Desember 2014 bapak KA selaku kepala
sekolah Pelita Hati menyampaikan hal senada:
”Sumber daya penunjang untuk pendidikan jasmani itu ada tetapi
masih bisa dibilang belum sesuai dengan semestinya karena
keterbatasan ruang terbuka di sekolah ini. Kalau untuk lapangan
kita numpang di kampus UNRI atau lapangan milik warga yang
tidak jauh dari sekolah, untuk tenis meja kita didalam aula atau
halam sekolah. Selanjutnya alat-alat olahraga kita ada walaupun
tidak banyak. Biasanya kita memperbanyak dengan cara
memodifikasi atau membeli yang sudah jadi. Yang kita
modifikasi alat-alat itu sesuai dengan kebutuhan kita.”
Lebih lanjut ibu NF kepala sekolah AL-Faqih juga mengatakan:
“Untuk olahraga ya, selain guru, kalau lapangan kita pake halaman
yang di depan, untuk bola-bola ada, basket, voli, bocce yang
olahraga untu tunagrahita juga ada baru-baru ini kita mendapat
bantuan dari Dinas Pendidikan Provinsi. Kalau dibilang
mendukung ya belum, tetapi kita ada. Walaupun dengan fasilitas
olahraga yang seadanya kita tetap melaksanakan pendidikan
jasmani ini dengan sungguh-sungguh.”
Dari apa yang peneliti amati lapangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa tidak berbeda satu dan
lainnya yang terletak di luar sekolah yakni menggunakan lapangan milik warga yang
kondisini kurang baik. Apalagi kondisi lapangan setelah hujan dengan tanah tidak rata dan
berlubang. Walaupun demikian pembelajaran tetap berlangsung dilapangan tersebut karena
memang sudah tidak ada pilihan lain, seburuk-buruknya kondisi lapangan pembelajaran
dialihkan di sekolah menggunakan halaman sekolah atau alula sekolah. Sementara untuk
peralatan seperti bolah, net, cakram, peliru, bocee dan yang lainnya sudah ada walaupun
dalam jumlah yang minim. Selanjutnya hal yang berbeda peneliti temui pada Sekolah Luar
Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru, selain memiliki sarana olahraga yang lengkap sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
ini memiliki lapangan yang berada di dalam sekolah dengan tanah yang rata dan rumput
tertata dengan rapi, bak lopat dan lapangan bocee permanen yang sangat menunjang proses
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh bapak MT kepala sekolah luar biasa Cendana Rumabi pada tanggal 16
Desember 2014:
“Kalau untuk sumber daya penunjang kita ada, guru yang pastinya
pak Adi, lapangan bola, lapangan bocee, dan lompat jauh yang
sudah kita buat permanen, lapangan basket juga yang disamping
ruang pertukangan, badminton juga sudah ada indoornya, itu
sekaligus untuk tenis meja, kalau perlengkapan lain bola-bola saya
rasa juga sudah lengkap, matras dan yang lainnya. Kalau untuk
saat ini semua sudah ada karena bapak Adi belum menyampaikan
kepada saya tentang kekurangan peralatan untuk penjas. Biasanya
kalau ada yang kurang kita langsung bikin laporan ke yayasan dan
beberapa hari kita sudah menerima apa yang kita sampaikan
termasuk untuk fasilitas olahraga di sekolah.”
Hal senada juga di utarakan oleh bapak AR guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan SLB Cendana Rumbai pada tanggal 15 Januari 2015:
“Sarana dan prasarana olahraga di sekolah ini sudah sangat memadai
ya, karena kita mendapat bantuan dari yayasan apapun yang kita
laporkan terkait fasilitas pembelajaran sangat cepat diresponnya,
kalau untuk lapangan sendiri kita sudah ada biasanya kita main bola
dan atletik menggunakan lapangan yang dibawah itu, selanjutnya
lapangan bocee, basket dan lompat jauh sudah permanen dan sangat
nyaman untuk anak-anak, jadi kalau untuk sumber daya penunjang
Alhamdulillah kita sudah cukup.”
Dengan adanya dukungan fasilitas olahraga yang dimiliki Sekolah Luar Biasa
Cendana Rumbai akan dapat membantu kebutuhan pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus. Hal ini tidak tersedia di sekolah luar biasa
lainnya yang memang memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan jasmani adaptif sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
6. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Adaptif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah wujud dari manajemen kurikulum.
pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan
menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap
guru dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawabnya. Dalam hal ini peneliti menanyakan kepada kepala sekolah luar biasa
Negeri Pembina yang diwakili oleh bapak MH pada tanggal 15 Desember 2015 dengan
pertanyaan apakah setiap guru bidang studi dan guru kelas mempunyai perencanaan
untuk melaksanakan proses belajar mengajar? Bagaimana dengan guru mata pelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan?
“Nah kalau untuk guru mata pelajaran lain sudah lengkap semuanya,
tetapi untuk olahraga ini belum karena kita tidak punya guru
olahraga yang benar-benar tamatan dari olahraga jadi disini kita
timbul masalah. Jadi untuk olahraga kita memang tidak ada RPP
atau pun perencanaan seperti mata pelajaran yang lain.”
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan pada tanggal 12 Januari 2015 oleh bapak RM
sebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan:
“Karena kita memang bukan dari pendidikan olahraga dan semua
merangkap. Jadi kami yang mengajar penjas ini tidak membuat
rencana pengajaran sebelumnya seperti yang dibuat oleh mata
pelajaran yang yang memang administrasi kelasnya harus lengkap.”
Hal senada disampaikan oleh kepala sekolah Sri Mujinab ibu JM pada tanggal 16
Desember 2014 bahwa:
”Kalau guru kelas dan bidang studi ya pastinya ada, kebetulan selain
guru penjas, pak adi juga mengajar guru kelas karena memang kita
kurang dalam tenaga guru jadi kalau untuk kelas yang dipegang pak
Adi memang ada RPP dan perlengkapan administrasi kelas yang
lain, tapi kalu untuk penjasnya tidak karena selain bapak adi
mengajar penjas untuk semua kelas jadi saya tidak mewajibkan,
kalau ada ya saya terima kalau tidak juga tidak apa-apa. Sebenarnya
seperti yang kita ketahui bersama sebenarnya ini tidak baik, tetapi
karena kita kekurangan guru jadi kita harus menjalankan seperti ini
dulu, tetapi kita sudah membicarakan hal ini jauh-jauh hari untuk
penambahan guru tertama guru penjas tetapi belum ada respon”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Dengan keterbatasan tenaga kerja dan tidak adanya guru khusus yang mengajar pendidikan
jasmani membuat guru sekolah luar biasa bebas tugas dalam membuat perencanaan
pembelajaran. Hal ini juga disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sekolah luar biasa Sri Mujinab bapak WA yang ditemui pad asaat jam istirahat
sekolah:
”Dulu awal saya mengajar disini saya membuat semua perangkat
pembelajaran seperti RPP dan program-pragram lain termasuk
program latihan untuk prestasi. Makin kesini apa lagi semenjak
saya juga merangkap guru kelas jadi itu mulai sudah tidak kerjakan
karena saya fokus ke kelas yang saya pegang. Dan atasan saya
memberi toleransi terkait hal itu melihat banyaknya program yang
harus saya kerjakan. Jadi untuk tiga tahun tarakhir ini perencanaan
seperti RPP dan yang lainnya untuk penjas kalau ada saya serahkan
ke kepala sekolah dan kalau tidak juga bukan jadi masalah. Yang
penting ialah saya tetap mengajar penjas di sekolah ini kerena
memang tidak ada guru lagi. Sebenarnya ini bertolak belakang
dengan apa yang seharusnya dan kita semua tahu itu.”
Berbeda dengan sekolah luar biasa Cendana Rumbai, semua guru bidang studi, guru kelas
dan guru pendidikan jasmani diwajibkan membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan
pernyataan bapak MT selaku kepala sekolah luar biasa Cendana Rumbai:
”Di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai ini semua guru wajib
membuat perencanaan atau program pengajaran dan tidak ada
pengecualian, termasuklah guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Karena kita mesih menggunakan KTSP jadi sesuai
dengan yang diperintahkan kurikulum kita membuat program
tahunan, program semester, dan rincian minggu efektif.”
Senada dengan yang disampaikan oleh bapak AR selaku guru pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan Sekolah Laur Baisa Cendana Rumbai:
”Kami guru di sini harus membuat program atau perencanaan
pengajaran seperti program tahunan, program semester, rincian
minggu efektif, silabus, RPP karena semua program yang kami buat
ini pada awal tahun sudah ditagih oleh kepala sekolah sebagai
administrasi guru disini.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Dari apa yang ungkapkan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
tersebut, bapak AR memberikan program tahunan, program semester, rincian minggu
efektif, silabus, RPP. Dari pengamatan peneliti guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa
Cendana Rumbai Pekanbaru membuat program pengajaran dengan baik yang akan menjadi
tuntunan untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Sementara itu hal berbeda diungkapkan oleh kepala sekolah luar biasa Pelita
Hati bapak KA pada tanggal 20 Desember 2014:
”Mata pelajaran lain itu tetap membuat administrasi kelas sesuai
dengan peraturan yang berlaku di kurikulum, sementara untuk
penjas sendiri saya tidak mewajibkan karena seperti yang saya
katakan sebelumnya kita disini tidak memiliki guru penjas. Selain
itu guru yang mendapat tugas mengajar olahraga disini mengajar
untuk semua kelas, jadi beliau hanya membuat perencanaan untuk
kelas saja sementara untuk olahraga tidak”
Hal ini juga disampaikan oleh bapak TP selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan di sekolah luar biasa Pelita Hati pada tanggal 14 Januari 2015:
”Untuk mata pelajaran penjas saya tidak membuat perencanaan
pembelajaran seperti RPP dan program lainnya, tetapi kalau untuk
di kelas yang saya pegang saya membuat semuanya.”
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dilakukan tanpa memiliki perencanaan yang
matang sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dengan tidak adanya program
pembelajaran dan administrasi kelas lainnya mata pelajaran ini tetap dilaksanakan dengan
apa adanya. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan ibu NF selaku kepala
Sekolah Luar Biasa AL-Faqih :
”Dengan keterbatasan tenaga pendidik di sekolah kita jadi semua
guru merangkap tugas, seperti pak Benni guru kelas menjadi guru
penjas juga untuk semua kelas. Dengan kesibukan ini jadi kita tidak
mewajibkan untuk membuat RPP dan program lainnya untuk meta
pelajaran pendidikan jasmani. Jadi kita melakukan pendidikan
jasmani ini dengan apa adanya yang penting mata pelajaran ini
tetap terlaksana.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Hal yang senada juga disampakan bapak BF selaku guru pendidikan jasmani olahrag dan
kesehatan di SLB AL-Faqih pada tanggal 17 Januari 2015:
”Untuk penjas kadang-kadang saya buat, tetapi lebih banya tidak
karena saya juga merengkap guru kelas. Jadi yang saya lebih fokus
ke kelas yang saya pegang. Sementara kita tidak memiliki guru
khusus olahraga pembelajaran olahraga akan tetap begini.”
Dari apa yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan
kepala sekolah menunjukan dari 6 sekolah luar biasa di Kota Pekanbaru hanya sekolah luar
biasa Cendana Rumbai yang membuat program dan perencanaan pembelajaran. Sementara
itu 5 di antaranya tidak membuat perencanaan pembelajaran di mana merupakan komponen
terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2008 Tentang Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita,
Tunadaksa dan Tunalaras Pasal 1 nenyatakan bahwa: Standar proses pendidikan khusus
tunanetra, tunarungu,tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang memuat tuntunan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu dari apa
yang peneliti amati pelaksanaan pembelajaran pada penndidikan jasmani olahraga dan
kesehatan yang diajarkan hanya peraktek saja dan tidak diberikan secara teori ataupun
kesehatan di dalam kelas. Tersedianya pendidikan yang berkualitas merupakan kebijakan
pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Namun tidak bisa
dipungkiri hal ini masih belum terlaksana di Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Dari pengamatan peneliti, guru yang mengajar pendidikan jasmani di sekolah luar
biasa tidak seperti di sekolah umum namun guru menghadapi siswanya satu-persatu dan
mempraktikkan terlebih dahulu setelah itu siswa mengikuti. Hal ini dilakukan secara
sistematis seperti halnya memiliki acuan seperti RPP yang guru adopsi pada internet
maupun buku-buku dari sekolah umum sesuai dengan pernyataan bapak RM selaku guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SLB Negeri Pembina yang peneliti jumpai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
pada jam istirahat setelah kegiatan pendidikan jasmani di sekolah pada tanggal 12 Januari
2015:
”Walaupun kita tidak membuat RPP dan perangkat pembelajaran
lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya kita sistematis seperti apa
yang tertera pada RPP pada umumnya. Untuk saya pribadi saya
mengabil acuan dari internet atau buku-buku penjas untuk sekolah
umum karena memang kita tidak memiliki buku pegangan khusus
untuk pendidikan jasmani adaptif ini, apalagi untuk kurikulum
2013 yang memang kita mengarahnya menggunakan buku yang
digunakan oleh sekolah umum jadi untuk saat ini ya seperti ini
dulu keadaan pendidikan jasmani kita”
Dari segi pelaksanaan pendidikan penjasorkes di lapangan sudah mengacu pada apa yang
semestinya, walaupun sekolah tidak membuat perencanaan mulai dari perencana kurikulum
sampai dengan pelaksanaan pembelajaran untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Dari
apa yang peneliti amati di SLB Sri Mujinab 14 Januari 2015 bapak WA mengajar di dalam
aula menyusun kun dan mempraktikan lari zig zag dengan melewati kun kemudian pak
WA memberi kesempatan kepada anak untuk melakukannya dengan memanggil nama anak
melalui absensi siswa. Siswa ada yang menjawab dan langsung melakukannya dan ada juga
yang diam saja. Kepada siswa yang hanya berdiri diam bapak WA langsung mendekati
siswanya dan merengkulnya sambil berbisik agar siswa mau melakukan gerakan yang
sudah dipraktekan oleh bapak WA. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah
ini berjalan sesuai dengan semestinya sesuai dengan apa yang peneliti amati dan kebetulan
bapak WA merupakan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang memiliki
latar belakang pendidikan olahraga. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara:
”Kalau untuk pelaksanaan dulu sebelum saya ditugaskan menjadi
guru kelas, saya selalu membuat perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum saat itu dan sekarang karena saya megang
kelas jadi untuk perangkatnya saya fokus ke kelas saja. Sementara
penjas saya masih menggunakan gambaran sewatu saya kuliah dulu
dan yang sebelum saya memegang guru kelas. Untuk
pelaksanaannya sama seperti apa yang tertera di RPP tetapi tidak
tertulis.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Terkait proses pembelajaran penjas adaptif, dengan tidak adanya perencanaan pembelajaran
membuat guru pendidikan jasmani di sekolah luar biasa hanya bermodalkan pada
pengalaman saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak TP guru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Pelita Hati pada tanggal 13 Januari 2015:
”Jadi karena kita tidak ada guru penjasnya tidak ada membuat
rencana pembelajaran maka kita laksanakan saja sesuai dengan
pengalaman kita dan pastinya melihat buku-buku penjas yang dari
umum setelah itu kta sesuaikan dengan kondisi anak kita.
Kebetulan untuk sekarang ini saya beracuan pada kurikulum 2013
maka saya menggunakan bukuk umum yang dikeluarkan kurikulum
2013. Tetapi memang untuk perencanaan pembelajarannya saya
tidak membuatnya.”
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh bapak DC selaku guru olahraga:
”Kalau saya membuat perencanaan pembelajaran tetapi tidak secara
tertulis biasanya ia, tapi program ini kan tidak wajib. Karena perlu
diketahui penjas disini hanya seperti formalitas saja karena memang
belum ada guru khusus untuk mata pelajaran ini. jadi kita buat
sesuai dengan pengalaman kita diolahraga terkadang saya juga
melihat reverensi diinternet atau buku-baku olahraga anak
berkebutuhan khusus dan video-vidio. Melalui media itu saya
belajar agar kebutuhan pendidikan jasmani anak-anak ini terpenuhi.
Bukan hanya tidak membuat perencanaan pembelajaran tetapi pada sekolah luar biasa AL-
Faqih untuk mata pelajaran penjas adaptif sudah direncanakan pada awal semester. Hal ini
dipertegas oleh bapak BF selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada
tanggal 17 Januari 2015:
”Kalau program pembelajaran saya buat tapi untuk kelas, kalau
untuk orahraganya itu sudah kita sepakati bersama di awal tahun
ajaran. Jadi kita tinggal melaksanakannya saja. Untuk
pelaksanaannya kita beracuan pada buku-buku olahraga umum
yang sudah disediakan dari sekolah dan pelaksanaannya ini saya
belajar dari pengalaman ketika dulu masih sekolah dan kuliah di
PGSD kan ada mata kuliah penjas. Jadi saya belajar dari
pengalaman saya, kebetulan saja juga hobi berolahraga dan kalau
olahraga itukan pada hakikatnya untuk pelaksanaannya itu sama
saja yang normal sama yang berkelainan tetapi bedanya hanya kita
perlu menyesuaikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Dari yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
pelaksanaan mata pelajaran pendidikan adaptif tidak memiliki program perencanaan
pembelajaran hal ini tidak sesuai dengan apa yang menjadi kewajiban guru dalam
melengkapi administrasi kelas. Dalam pelaksanaannya guru beracuan pada pengalaman dan
membaca reverensi dari internet atau buku pendidikan jasmani untuk di sekolah umum
setelah itu disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Sistematis pelaksanaan pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan sudah mengacu pada apa yang semestinya yakni dengan
membariskan siswa, berdoa bersama, persepsi, motivasi, menjelaskan tujuan pembelajaran
dan melakukan pemanasan.
Dari apa yang peneliti amati di lapangan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
di sekolah luar biasa dilakukan dengan menggabungkan beberapa kelas menjadi satu
dengan alasan jumlah siswa pada satu kelas sedikit. Dalam pembelajaran tetap
menggunakan materi yang berbeda untuk setiap kelasnya.
7. Kendala atau Kesulitan Serta Usaha Guru Pendidikan Jasmani Adaptif dalam
Mengajar dan Berinteraksi dengan Siswa
Beragamnya kemampuan dan karakter pada anak berkebutuhan khusus. Siswa
berkebutuhan khusus memiliki masalah dalam sensoris, gerak, belajar dan tingkah laku.
Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena
sebagian besar anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam merespon
rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan
bahkan yang memang fisiknya terganggu sehingga tidak dapat melakukan gerakan fisik
yang terarah. Hal ini perlukanya pendekatan dan usaha guru pendidikan jasmani dalam
mengajar pendidikan jasmani atau pun berinteraksi dengan siswa. Untuk mengungkap
kendala atau kesulitan serta usaha dalam pembelajaran pendidikan jasamani dan
berinteraksi dengan siswa peneliti melakukan wawancara pertama terkait dengan hal ini
kepada bapak RM selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal
26 Januari 2015 dalam kutipan wawancara bapak RM mengungkapkan:
”Kendala disini memang sesuai dengan kekurangan mereka, seperti
anak tunarungu. Siswa kurang memahami apa yang kita bicarakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
Sedangkan anak tunagrahita ketika mereka lagi mood, enjoy dan
dengan mudah mengajar mereka tetapi kalau lagi mereka lagi tidak
enak hati nah ini yang menjadi hambata yang kami rasakan di sini.
Yang jelas kalau anak berkebutuhan khusus ini sebenarnya sama
dengan anak-anak kecil pada umumnya. Kita harus melakukan
pendekatan dengan kasih sayang, dengan kasih sayang ini mereka
bisa melaksanakan instruksi dari kita. Karena kalu kita tidak
melakukan mereka seperi itu siswa ini tidak akan mengikuti apa
yang kita instruksikan. Sebenarnya kendalanya tidak begitu menjadi
masalah berat kalau kita melakukan pendekatan secara individu.
Kadang ada juga yang menggelitik hati ketika ada perlombaan,
kalau anak tunagrahita ini kadang rasa setia kawannya besar. Nah
pernah kejadian dikejuaranaan nasional anak kita itu mengikuti
lomba lari dan ketika sudah start dan lari karena lawannya
katinggalan malah dia tungguin dan maunya lari sama-sama gitu.
Jadi dengan kejadian ini kita yah tidak bisa berbuat apa-apa karena
memang begitu adanya anak kita ini”
Dengan kekurangan yang dimiliki siswa maka kendala yang dialami oleh guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan sesuai dengan kondisi siswa. Dalam pendekatan dengan
anak berkebutuhan khusus ini dilakukan secara individu selain itu dengan kasih sayang,
karena guru di sekolah luar biasa tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai teman,
orang tua, dan pengasuh. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak WA guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Sri Mujinab:
”Tentunya didalam pelaksanaannya pasti ada kendala, tetapi kendala
ini tidak berat karena sesuai dengan karakter anak disini yang
memang tidak sama dengan anak pada umumnya. Kalau lagi
baiknya anak-anak terutama yang tunagrahita itu bisa kita arahkan,
tetapi kalau lagi tidak baik ini masalah. Jadi di sini kita harus
pandai-pandai membujuk mereka untuk bisa menuruti instruki kita.
Yang penting kita sabar karena dengan keterbatasan dan tingkah
pola siswa disini tidak sama dengan anak ada umumnya. Tetapi
kalau untuk pelajaran penjas mereka selalu bersemangat apalagi
kalau udah dibawa berenang jarang yang tidak hadir. Jadi di sini
guru olahraga sangat digemari karena memang selain guru yang
mendidik siswa kita juga harus menjadi teman, orang tua, pengasuh
bahkan siap melayani mereka. Walaupun begitu ada rasa puas
tersendiri dekat dan berinteraksi dengan anak-anak ini.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak AR guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sekolah luar biasa Cendana Rumbai pada tanggal 28 Januari 2015:
“Mengajar siswa dengan berbagai macam karakter ini tidak begitu
sulit, intinya kita sabar dan tulus dengan mereka. Karena anak
berkubutuhan khusus ini sangat peka terhadap karakter seseorang
mungkin ini kelebihan mereka apa lagi dengan anak downsyndrome
mereka tahu orang-orang yang tulus kepada mereka atau hanya
memanfaatkan keadaan. Selain kita melakukan pendekatan secara
individu kita juga harus menyesuaikan diri karena tidak hanya
sebagai guru, kita disini juga sebagai orang tua dan pengasuh kalau
di SLB. Dalam pembelajaran penjas sendiri mereka bersemangat
ya, apalagi fikri kata ibunya kalau bisa setiap hari dia maunya pake
baju olahraga terus. Jadi kalau untuk mengajar itu tidak ada
kesulitan yang berarti melainkan intinya kita harus sabar, tulus dan
melakukan pendekatan individu dan tanpa batas sama mereka
terkadang anak-anak ini maunya dimanja seperti diusap-usap
kepalanya atau pun tiba-tiba memeluk, ini sebagai wujud kalau
mereka nyaman dan sayang dengan kita.”
Pendekatan yang dilakukan untuk berinteraksi dengan siswa dilakukan dengan cara
individu selain itu dalam proses pembelajaran guru harus memiliki kesabaran karena
karakter anak yang berbeda satu dan yang lainya. Pada sasarnya pendekatan yang dilakukan
dalam berinteraksi dengan siswa bekebutuhan khusus memiliki trik yang sama yakni
pendekatan secara individu, sabar, tulus dan ikhlas karena kondisi anak dengan berbagai
karakter. Hal ini sesuai dengan kuripan wawacara dengan bapak TP guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Pelita Hati yang peneliti temui
dikediamannya pada tanggal 02 Februari 2015:
“Tentunya dalam pelaksanaan pendidikan jasamani ini ada kendala,
tetapi kendala yang kita hadapi ini tidak begitu menjadi masalah.
Karena anak-anak memiliki kelainan jadi itu wajar saja. Kalau
untuk olahraga mereka semua bersemangat, yang selalu bermasalah
itu anak tunarungu karena mereka selalu banyak alasan untuk tidak
melakukan kegiatan olahrag yang pura-pura sakit perut atau
kakinya sakit begitu jadi mereka ada aja alasan. Nah seperti
kejadian tadi kita lagi belajar atletik jadi ada anak tunarungu yang
melumuri kakinya dengan canterpain supaya tidak disuruh hari
dengan alasan kakinya sakit, jadi tadi itu saya dekati dan saya lihat
kakinya dan saya pegang eh ternyata bau canterpaint itu kan jelas
yah kakinya jadi kepanasan gara-gara crem otot. Jadi selalu bikin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
alasan kalau anak tunarungu. Berbeda dengan tunanetra dan
tunagrahita mereka bersemangat dalam pelajaran penjas. Ya begitu
kendala yang saya hadapi sebenarnya ini bukan kendala melainkan
keunikan dari siswa. Untuk solusinya kita melakukan pendekatan
secara individu, membicarakan dengan mereka kalau tidak baik
bermalas-malasan dalam berolahraga. Yang intinya dalam
menghadapi siswa di SLB kita harus sabar, tulus dan ikhlas agar
apa yang kita berikan kepada anak menjadi bermanfaat untuk
mereka karena mereka memang harus di bimbing dengan baik.”
Hai ini sesuai dengan peneliti amati pada saat jam olahraga di sekolah luar biasa Pelitah
Hati yang salah satu anak dengan kelainan tunarungu melumuri kakinya dengan krem otot
dan mengeluh bahwa kakinya sakit. Kemudian bapak TP mendekati siswa tersebut dan
menegur siswa bahwa kelakuannya itu tidak baik tetapi bapak TP melakukan dengan hati-
hati sehingga siswa tidak merasa dimarahi.
Kendala dan kesulitan yang dialami oleh guru dalam pendidikan jasmani adaptif di
sekolah luar biasa tidak terlepas dari kondisi siswa biasanya ini terjadi pada anak tunarungu
yang secara pikirin tidak ada masalah. Hal ini juga dinyatakan oleh bapak BF guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa AL-Faqih pada tanggal 03
Februari 2014:
“Kendala dan kesulitan pada awalnya karena saya bukan dari PLB
dan mengajar penjas ya sedikit banyaknya saya mengalami
kesulitan. Pada awalnya itu saya mengalami kesulitan memahami
kondisi anak setelah itu metode seperti apa yang harus saya
gunakan untuk olahraga ini. Tetapi makin kesini saya mengerti dan
menikmati mengajar anak-anak di olahraga. Sebenarnya kendala
justru pada kelainan anak sendiri ya, misalnya begini anak
tunagrahita kalau lagi tidak mau ya dia tidak mau kalau kita tidak
bisa mengajak dan membujuknya dengan baik itu akan menjadi
sulit mengajak mereka tapi pas lagi maunya anak-anak ini belum
mulai jam pelajaran sudah ngumpul malah saya yang ditarik-tarik
kelapangan, selanjutnya untuk tunarungu ini mereka secara akal
pikiran kan tidak ada masalah jadi selalu cari-cari alasan untuk
tidak olahraga kadang alasan sesak nafas, sakit perut, kaki sakit,
tapi setelah di iyakan yang dia mau malah main sama teman-
temannya dan tidak terlihat sakit, sedangkan kalau untuk tunanetra
dan tunadaksa mereka tidak ada masalah dan malah bersemangat.
Begitulah kondisi anak-anak disini, intinya kita harus sabar, ikhlas
dan bisa memperlakukan mereka seperti anak sendiri dengan begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
antara kita dengan anak itu tidak ada batasan dan lebih mudah
memahami mereka.”
Hal senada disampaikan oleh bapak DC guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
pada tanggal 04 Februari 2015 dalam kutipan wawancaranya:
“Yang paling besar itu ssaat pertama kali saya mengajar anak, nah
mulai saya bukan seorang yang tamatan PLB dan harus mengajar
olahraga juga di awal saya banyak menemui kendala-kendala ya
seperti kurang memahami kondisi anak, jadi saya memang berjuang
keras untuk memahami pembelajaran ini. Selain itu bukan materi
yang harus kita pahami dulu tapi kondisi anak nah disini saya
merasa berat pada awalnya apalagi tunagrahita berat ditambah agak
sedikit autis jadi saya bingung cara mendekatinya. Tetapi seiring
berjalanannya waktu dan bimbingan dari guru-guru yang lain saya
sudah bisa meminimalisir kendala-kendala tersebut. Dengn kendala
dan kesulitan-kesulitan yang saya dialami saya terus belajar
memahami kondisi mereka, dan saya masuk ke dunia mereka dan
saya mencoba mengarti apa keinginan mereka setelah itu saya
sesuaikan dengan materi pembelajaran olahraga yang bersifat
olahraga gembira dan Alhamdulillah sekarang mereka itu bisa
tercapai ya walaupun masih 70%.”
Dari hasil wawancara terkait dengan kendala atau kesulitan serta usaha guru
pendidikan jasmani adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak mengalami
kesulitan yang berarti. Kendala yang dihadapi guru terkait dengan kelainan pada siswa
misalnya anak tunagrahita yang memiliki pemikiran sesuai yang dia pikiran pada saat itu
berbeda dengan siswa dengan kelainan tunarungu yang kebanyakan dari mereka suka
membuat alasan untuk tidak melakukan olahraga. Dengan keterbatasan siswa guru
menganggap tingkah pola mereka merupakan keunikan dan tidak membuat ini menjadi
kendala atau masalah.
Pendekatan yang dilakukan pada siswa di sekolah luar biasa dilakukan dengan cara
pendekatan individu walaupun pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan
bersifat kelompok. Kelainan yang dimiliki siswa membuat tidak bisa diperlakukan sama
antara anak satu dan lainnya. Selain itu guru di sekolah luar biasa tidak hanya menjadi
pendidik tetapi juga menjadi orang tua, teman, pengasuh yang dapat membimbing siswa
dengan kasih sayang, sabar, tulus dan ikhlas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
C. Pembahasan
1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Hasil penelitian ini menunjukah bahwa Perencanaan penyesuaian kurikulum di
Sekolah Luar Biasa Pekanbaru berjalan dengan cukup baik. Hal ini tercermin dengan
adanya; (a) dukungan dari guru, staf dan dinas, (b) pelatihan atau sosialisasi yang
diikuti oleh kepala sekolah dan guru tekait dengan implementasi kurikulum, (c)
dukungan dari wali murid, (d) mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah, (e)
merumuskan perencanaan kurikulum sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolah, (f) mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran
pembelajaran, (g) menyusun rencana dan program peningkatan mutu, (h) melakukan
evaluasi pelaksanaan, (i) memutuskan sasaran penyesuaian baru. Didalam perencanaan
kurikulum ada yang bersifat kelompok yakni dilakukan bersama dalam Kelompok
Kerja Guru (KKG) Sekolah Luar Biasa se-Kota Pekanbaru dan kelompok kerja kepala
sekolah, dan penyesuaian yang dilakukan persekolah. Perencanaan penyesuaian
kurikulum untuk sekolah luar biasa memiliki panduan penyesuaian yang disusun oleh
pusat kurikulum, selanjutnya dalam perencanaan penyeseuaian kurikulum dilakukan
dengan mempertimbangkan kemampuan dan kelainan siswa.
Dalam perencanaan penyesuaian kurikulum untuk pendidikan penjas adaptif
tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Berdasarkan hasil analisis data dari
wawancara yang telah dilakukan dengan kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani
dienam sekolah luar biasa Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa dari enam Sekolah
Luar Biasa di Kota Pekanbaru hanya Sekolah Luar Biasa Pelita Hati yang menggunakan
sistematis kurikulum 2013, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai masih mengguanan
KTSP untuk acuan mata pelajaran pendidikan jasmani dan 4 diantaranya mengaku
bahwa tidak ada perencanaan penyesuaian kurikulum untuk pendidikan jasmani adaptif
dengan alasan tidak adanya guru yang khusus untuk mengajar pendidikan jasmani
adaptif di sekolah tersebut dan tidak adanya kewajiban dalam memenuhi administrasi
kelas.
Tidak ada guru yang membidangi mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif
membuat sekolah tidak menyusun kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
adaptif. Sementara sekolah dituntut untuk membekali berbagai macam ilmu
pengetahuan yang cepat berkembang dan juga dituntut untuk dapat mengembangkan
minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian bahkan dituntut agar pesetra didik
dapat menguasai berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk dunia pekerjaan. Dalam
hal ini pihak sekolah sudah membicarakan kepada dinas terkait untuk memfasilitasi
adanya guru penjas yang memang berlatar belakang dari pendidikan olahraga, tetapi hal
ini masih belum ditanggapi oleh dinas terkait.
Oleh karena itu kepala sekolah diharapkan menyetarakan pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif dengan mata pelajaran lain yang merupakan mata pelajaran
yang dapat membantu tumbuh kembang anak dan peluang yang sangat besar dalam
meningkatkan prestasi diluar bidang akademik, ini tergambar dari hasil prestasi
olahraga yang sudah diukir oleh siswa berkebutuhan khusu di Kota Pekanbaru.
2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Pengorganisasian Implementasi Kurikulm sengat penting fungsinya karena
dalam penyusunan dan implementasi kurikulum harus memiliki tim yang terarah.
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling
berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut
terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini
kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja
sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak
berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan kurang
maksimal.
Melihat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum
sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses
pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan. Tidak berbeda dengan sekolah umum dalam hal
pengoraganisasian pengembangan kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB), jelas ada
struktur dalam pengembang kurikulum dimulai dari Kemendikbud, Dispend Provinsi,
Dispend Daerah, kepala sekolah dan guru inti. Sementara untuk organisasi
pengembangan kurikulum di sekolah organisasi berbentuk tim penyusun kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan orang tua yang memiliki anak dengan
karegori kelainan sedang dan berat. Dalam organisasi penysunan kurikulum Sekolah
Luar Biasa di Kota Pekanbaru tidak memiliki strukrur organisasi, strukur organisasi
yang digunakan hanya struktur organisasi sekolah. Walau pun tidak memiliki struktur
organisasi dan SK dalam penyusunan penyesuaikan kurikulum ini tetap terlaksana
dengan solid sesuai dengan pencapaian tujuan dan visi misi sekolah.
3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Pengstafan kurikulum ditemukan bahwa pengstafan di sekolah luar biasa Kota
Pekanbaru masih sangat jauh dari kata baik, karena masih kurangnya tenaga pengajar
dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat banyaknya guru
yang merangkap tugas sebagai pegawai TU dan guru bidang studi seperti pendidikan
jasmani dan guru agama. Tidak adanya penempatan guru dan pegawai yang status PNS
di sekolah luar biasa swasta membuat sekolah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
guru dan pegawai, sementara guru dan pegawai PNS hanya mendapat penempatan di
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina dan sebagian di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab.
Dengan keterbatasan dana yang dimiliki yayasan, komite dan BOS membuat sekolah
tidak berani mengambil resiko untuk menambah tenaga pengajar. Sementara
penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk jalur kepemerintahan yakni Pegawai
Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak dibuka serentak dengan penerimaan
tenaga pengajar dan pegawai umum, hal ini membuat informasi tidak merata bahkan
tidak sampai kepada calon guru dan pegawai yang akan mengabdi di sekolah luar biasa.
4. Pengawasan kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Pengontrolan kurikulum adalah proses pengawasan performance terhadap
standard untuk menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai, dengan kata lain
pengontrolan merujuk kepada proses dimana hal-hal yang direncanakan bisa terlaksana
sesuai dengan yang telah ditargetkan. Dalam hal ini kontrol dilakukan oleh yang
memiliki kebijakan tertinggi terhadap anggotanya. Pengontrolan kurikulum dilakukan
dari semua aspek yang menyangkut kegiatan sekolah. Pada Sekolah Luar Biasa di Kota
Pekanbaru pemilik kebijakan tertinggi di sekolah adalah kepala sekolah selanjutnya
pengontrolan sekolah dilakukan oleh pihak dinas dengan perpanjang tangan yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
pengawas sekolah pendidikan luar biasa. Perngontrolan kurikulum di sekolah luar biasa
Kota pekanbaru sudah berjalan dengan semestinya. Dari apa yang peneliti amati dapat
diungkap bahwa pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah ada sebegai berikut:
(a) kepala sekolah mengawasi penyusunan sampai dengan terlaksananya dan
mengevaluasai kurikulum, (b) kepala sekolah mengontrol semua kegiatan yang dibuat
disekolah maupun diluar sekolah, (c) kepala sekolah melakukan pengawasan dikelas
maupun dilapangan dengan cara memantau langsung proses belajar mengajar dan tidak
memiliki jadwal khusus untuk pengawasan ini, pengawasan dilakukan secara dadakan
tanpa diketahui oleh guru, (d) pengawasan ini akan dievaluasi satu bulan sekali atau
pun secara langsung jika ada hal yang dianggap mendesak. Selanjutnya pengawasan
sekolah yang dilakukan oleh pihak dinas yakni dengan kunjungan satu kali dalam tiga
bulan. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak Dinas hanya melihat terkait dengan
keadaan sekolah dan keadaan anak tanpa mensupervisi proses pembelajaran terutama
untuk mata pelajaran pendidikan jasmani.
Oleh karena Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pendidikan Provinsi Riau
diharapkan dapat memperhatikan pendidikan luar biasa yang ada di Provinsi Riau
Terutama terutama pada bidang pendidikan jasmani adaptif.
5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif
Sumber daya penunjang pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa
Pekanbaru hanya sekolah luar biasa Sri Mujinab yang memiliki guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan yang berlatar belakang pendidikan olahraga dan
dengan kurangnya tenaga pendidik di sekolah bapak WA merangkap menjadi guru
kelas. Sementara itu 5 di antaranya tidak memiliki guru yang kusus mengajar
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Guru yang mengajar pendidikan jasmani
adaptif di sekolah luar biasa ini hanya bermodal kesenangan pada olahraga hal ini
dikarenakan tidak adanya guru khusus yang memang dari pendidikan olahraga yang
mengajar di sekolah
Sementara itu untuk sumber daya penunjang lainnya seperti lapangan outdoor untuk
materi sepak bola dan atletik sekolah luar biasa menggunakan lapangan yang tidak jauh
dari sekolah atau lapangan milik warga dengan kondisi yang kurang baik seperti tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
yang tidak rata, berlubang dan jika hujan lapangan akan tergenang air dengan kondisi
ini akan membahayakan siswa jika melakukan aktifitas fisik dalam jangka waktu lama.
Selanjutnya untuk indoor sekolah menggunakan aula atau ruang serba guna
yang ada pada lingkungan sekolah untuk olahraga tenis meja, sementara untuk olahraga
basket, voli dan badminton menggunakan lapangan yang ada pada sekolah dengan
membuat 1 lapangan untuk beberapa cabang olahraga, hal ini dilakukan karena tidak
tersedianya ruang yang cukup untuk membuat lapangan. Sementara peralatan olahraga
sekolah hanya memiliki seadanya dan tidak mendukung kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa. Untuk meminimalisir kekurangan
pihak sekolah melakukan modifikasi alat dan memodifikasi peraturan serta permainan
olahraga.
Berbeda dengan sekolah luar biasa Cendana Rumbai di mana lapangan berada
di dalam lingkungan sekolah dengan tanah yang rata dan rerumputan yang tapi.
Keadaan ini membuat pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di
sekolah ini dapat terlaksana dengan nyaman. Memiliki lapangan basket yang biasa
beralih fungsi lapangan voli dan ring basket portable yang dapat dipindah-pindahakan.
Serta bak lompat jauh dan lapangan bocce yang dibuat permanen dengan ukuran
standar. Dengan tersediana sarana dan prasarana yang cukup hal ini sangat menunjang
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa Cendana Rumbai.
Dari pengamatan yang dilakukan dalam memodifikasi lapangan dan peraturan
dilakukan misalnya pada materi voli netnya direndahkan mungkin setinggi net untuk
bulu tangkis, untuk tunagrahita berat boleh mendrible bola basket dengan dua tangan,
lari dengan jarak 20-30 meter, dan sebagainya yang penting siswa itu bergerak dan mau
berolahraga.
6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif
Peoses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar
biasa Kota Pekanbaru tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dalam
pelaksanaannya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dilaksanakan dengan cara
mengadaptifkan artinya setiap materi pelajaran tidak diberikan seperti memberikan
pelajaran pada siswa umum karena siswa yang dihadapi adalah siswa berkelainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
seperti: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunaganda (memiliki
2 lelainan seperti tunarungu+tunagrahita) oleh karena itu pemblajaran harus
dimodifikasi mulai dari peraturan, ukuran lapangan serta peralatan.
Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat lebih banyak memodifikasi alat-alat
yang dipergunakan dalam pembelajaran agar menarik siswa dalam pembelajaran
pendidikan jasmani dan proses pembalajaran dapar berjalan dengan baik. Memodifikasi
lapangan yang sesuai dengan kemampuan gerak siswa terutama untuk tunadaksa yang
memiliki keterbatasan gerak serta anak tunagrahita yang dari pengamatan adalah siswa
yang paling capat bosan dan lambat dalam menerima instruksi. Gerakan yang
dilakukan tentunya tidak menyulitkan siswa dan membuat siswa bersemangat dalam
pembelajaran pendidikan jasmani.
Sementara itu hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan dalam program pembelajaran hanya sekolah luar biasa Cendana
Rumbai yang membuat perencanaan pembelajaran seperti program tahunan, program
semester, rincian minggu efektif, silabus mata pelajaran penjasorkes, Rencana
Pembelajaran (RPP) blanko laporan perkembangan kinerja siswa. Perencanan
pembelajaran di sekolah luar biasa Cendana Rumbai oleh bapak AR dibuat sebelum
tahun ajaran dimulai atau sesudah perencanaan, penyususna dan penyesuaian
kurikulum, karena pada awal masuk sekolah akan diserahkan ke kepala sekolah.
Program pembelajaran ini akan dievaluasi setiap semesternya oleh kepala sekolah, dan
semua guru mata pelajaran dan guru kelas apakah di semester yang akan datang layak
dilanjutkan ataukah harus membuat perencanaan ulang.
Berbeda dengan sekolah luar biasa lainnya yang tidak memiliki perencanaan
pembelajaran karena dari pihak sekolah tidak mewajibkan adanya perencanaan
pembelajaran untuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini
disebabkan karena guru yang mengajar penjasorkes merangkap dengan mata pelajaran
lain dan tidak ada guru khusus yang mengajar pendidikan jasmani adaptif. Guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini hanya bermodalkan pengalaman,
membaca reverensi dari buku pendidikan jasmani untuk sekolah umum yang
dimosifikasi dengan kebutuhan siswa, selanjutnya melihat video yang tersedia di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
internet. Dari apa yang perneliti amati guru penjasorkes ini bersungguh-sungguh dalam
memberikan pendidikan jasmani kepada siswa dan membimbing siswa dengan penuh
kasih sayang dan kesabaran dengan pengetahuan pendidikan jasmani yang seadanya.
Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dilakukan
dengan menggabungkan beberapa kelas dengan kelainan yang berbeda, ini dilakukan
karena jumlah siswa pada setiap kelasnya hanya sedikit dan guru pendidikan jasmani
yang merangkap dengan mata pelajaran lain membuat pembelajaran pendidikan
jasmani harus mengabungkan beberapa kelas menjadi satu. Selain itu walapun siswa
melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani dalam satu waktu guru tetap
memberikan materi sesuai dengan kelasnya dan metode sesuai dengan kerebatasan
siswa.
7. Kendala atau Kesulitan dan Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi dengan
Siswa
Dengan kekurangan yang dimiliki siswa maka kendala yang dialami oleh guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sesuai dengan kondisi siswa. Misalnya
anak tunarungu yang lambat dalam menerima penjelasan. Dari pengamatan guru
menginstruksikan atau menjelaskan menggunakan bahasa isyarat. Sementara
tunagrahita lambat dalam menerima penjelasan guru atau mengerti dalam waktu yang
lama setelah dijelaskan berkali-kali. Selanjutnya begitu banyak alasan pada anak
tunarungu yang suka membuat alasan untuk tidak ikut pembelajaran pendidikan
jasmani. Contohnya dari apa yang peneliti pernah amati salah satu siswa dengan
kelainan tunarungu melumuri kakinya dengan krem otot dan mengeluh bahwa kakinya
sakit. Tetapi dengan keterbatasan siswa guru menganggap tingkah pola mereka
merupakan keunikan dan tidak membuat ini menjadi kendala atau masalah.
Pendekatan yang dilakukan pada siswa di sekolah luar biasa dengan cara
pendekatan individu walaupun pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang
dilakukan bersifat kelompok. Kelainan yang dimiliki siswa membuat tidak bisa
diperlakukan sama antara anak satu dan lainnya. Selain itu guru di sekolah luar biasa
tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga menjadi orang tua, teman, pengasuh yang
dapat membimbing siswa dengan kasih sayang, sabar, tulus dan ikhlas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang dapat dijadikan pijakan untuk analisis masalah yang
berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pada SMP dan
SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru maka dapat disimpulkan:
1. Perencanaan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif tidak sesuai
dengan apa yang seharusnya. Berdasarkan hasil analisis data dari wawancara yang
telah dilakukan dengan kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani dienam sekolah
luar biasa Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa dari enam Sekolah Luar Biasa
di Kota Pekanbaru hanya Sekolah Luar Biasa Pelita Hati yang menggunakan
sistematis kurikulum 2013, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai masih
mengguanan KTSP untuk acuan mata pelajaran pendidikan jasmani dan 4
diantaranya mengaku bahwa tidak ada perencanaan penyesuaian kurikulum untuk
pendidikan jasmani adaptif dengan alasan tidak adanya guru yang khusus untuk
mengajar pendidikan jasmani adaptif di sekolah tersebut dan tidak adanya kewajiban
dalam memenuhi administrasi kelas.
Dalam hal ini pihak sekolah sudah membicarakan kepada dinas terkait untuk
memfasilitasi adanya guru penjas yang memang berlatar belakang dari pendidikan
olahraga, tetapi hal ini masih belum ditanggapi oleh dinas terkait.
2. Pengorganisasi dalam kurikulum pendidikan luar biasa tidak berbeda dengan
sekolah umum, di dalam pengorganisasian dari dinas struktur dalam pengembang
kurikulum dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan
kepala sekolah. Sementara itu untuk penyusunan kurikulum di sekolah tidak
memiliki struktur organisasi karena lebih berbentuk tim yang beranggotakan semua
majelis guru, kepala sekolah dan orang tua khususnya orang tua yang memiliki anak
dengan kelainan berat. Di dalam tim dari penyususnan kurikulum ini tidak memiliki
SK (surat keputusan) walaupun ini merupakan kegiatan rutin sekolah.
3. Pengembangan staf dan sumber daya manusia dalam implementasi kurikulum
ditemukan bahwa Pengstafan di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru masih kurangnya
tenaga pengajar dan pegawai . Tidak adanya penempatan guru dan pegawai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
status PNS di sekolah luar biasa swasta membuat sekolah kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan guru dan pegawai. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki
yayasan, komite dan BOS membuat sekolah tidak berani mengambil resiko untuk
menambah tenaga pengajar. Penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk jalur
kepemerintahan yakni Pegawai Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak
dibuka serentak dengan penerimaan tenaga pengajar dan pegawai umum.
4. Pengontrolan kurikulum dilakukan dari semua aspek yang menyangkut kegiatan
sekolah. Selain itu untuk beberapa kegiatan kepala sekolah termasuk di dalamnya
karena jumlah guru yang tidak mencukupi. Dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar pengawasan dilakukan secara langsung ke kelas-kelas maupun ke
lapangan. Dalam pengawasan tidak ada jadwal khusus melainkan dilakukan dadakan
agar proses pembelajaran terjadi apa adanya. Untuk pengawas dinas tidak
melakukan pengawasan terkait dengan penyusunan sampai dengan pelaksanaan
kurikulum di sekolah melainkah hanya mendapat laporan dari kepala sekolah terkait
dengan hal itu.
5. Belum tersedianya sumber daya penunjang yang memadai seperti guru dan fasilitas
olahraga di sekolah-sekolah luar biasa membuat pembelajaran dilakukan belum
mekasimal. Hanya SLB Cendana yang memiliki fasilitas yang memadai seperti
lapangan dan fasilitas olahraga lainnya yang berada di lingkungan sekolah.
6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif dari di Sekolah Luar Biasa Kota
Pekanbaru dilakukan dengan cara adaptif. Untuk dapat dilakukan oleh siswa materi
pelajaran harus adaptif sesuai dengan kemampuan anak, guru harus bisa merancang
pembelajaran dengan baik dan mempersiapkan alat-alat yang menarik minat siswa
untuk belajar. 6 sekolah luar biasa di Kota Pekanbaru hanya sekolah luar biasa
Cendana Rumbai yang membuat program dan perencanaan pembelajaran.
Sementara itu 5 di antaranya tidak membuat perencanaan pembelajaran dimana
merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terjadi
karena tidak adanya guru yang membidangi mata pelajaran tersebut .
7. Kendala, kesulitan serta pendekatan guru pendidikan jasmani adaptif berinteraksi
dengan siswa berkebutuhan khusus adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
implementasi pendidikan penjas adaptif itu sendiri. Tidak ada kendala yang begitu
berarti yang dihadapi oleh guru-guru pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
biasa Kota Pekanbaru, karena dengan keantusiasan siswa dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini. Dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani guru harus melihat kondisi jiwa dan fisik siswa karena siswa
dengan kelainan fisik, mental, dan sosial ini tidak dapat dipaksa sesuai yang
diinginkan. Pelayanan pada siswa bersifat individu, walaupun disini anak yang
ditangani memiliki kelainan yang sama guru tetap membimbing siswa satu persatu
dan sering mengulangi gerakan dan ikut serta dalam kegiatan olahraga, karena anak
yang berkelainan ini akan melakukan apa yang dilakukan oleh gurunya.
B. Implikasi
Implikasi dalam temuan ini adalah dari hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa manajemen kurikulum baik itu perencanaan kurikulum,
pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan pengontrolah kurikulum pendidikan
jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru akan telaksana apabila Sekolah
Luar Biasa memiliki guru yang memang membidangi mata pelajaran tersebut dan
semua pihak baik itu kepala sekolah, dinas, guru mata pelajaran lain dan orang tua
saling membahu dan bekerja sama dalam terlaksananya pembelajaran yang baik.
Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Provinsi Riau dan kepala sekolah menjadi tiang
pertama yang dapat merealisasikan pengadaan sumber daya manusia dalam hal ini guru
pendidikan jasmani sebagai sumber daya penunjang dan sarana prasarana dalam
implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Kota
Pekanbaru. Dengan adanya guru pendidikan jasmani dan sarana prasarana yang
memadai di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru maka dapat diterapkan manajemen
kurikulum yang sesuai dengan semestinya.
Dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adaptif tentunya siswa dapat
menginali dan mengembangkan bakat dibidang olahraga. Sepertihalnya banyak siswa
yang mengikuti iven-iven olahraga yang bergensi mulai dari tingkat daerah, nasional
dan internasional yang dinaungi oleh organisasi NationalParalympikCommite (NPC),
Persatuan Olahraga Tunarungu Indosesia (PORTURIN), Pesatuan Olahraga Tunanetra
Indonesia (PORTUNI) dan Special Olympic Indosesia (SOINA). Dengan mencapai
prestasi ini setidaknya berawal dari pendidikan jasmani adaptif yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah luar biasa menjasi fasilitator dalam mengenali siswa-siswa yang
memiliki potensi dalam bidang olahraga. Selain itu perlunya dukungan oleh orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
siswa untuk dapat bekerjasama denganpihak sekolah terhadap pembelajaran di sekolah
khususnya dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sangat dibutuhkan perhatian, kepedulian
dan keterlibatan kepala sekolah terutama Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas
Pendidikan tehadap manajemen pelaksanan kurikulum terutama pada mata pelajaran
pendidikan jasmani dan minimnya perangkat pembelajaran yang meliputi buku dan
sarana prasarana serta minimnya sosialisasi kurikulum dan pelatihan terkait dengan
pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif. Seharusnya ini menjadi catatan penting bagi
sekolah dan pemerintah agar tidak memandang sebelah mata terhadap pendidikan
jasmani adaptif untuk anak berkebutuhan khusus dan dapat membuat kebijakan untuk
memperhatikan pendidikan secara merata baik untuk yang normal ataupun untuk anak
berkebutuhan khusus.
Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada SMP
dan SMA di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru menghasilkan beberapa temuan dan
belum semua komponen ikut berperan dengan sebagaimana mestinya.
Contohnya:
1. Pengawas Pendidikan Luar Biasa (PLB) hanya menerima laporan terhadap
pelaksanaan pembelajaran hanya dari kepala sekolah saja dan tidak mlakukan
observasi langsung kelapangan atau pun kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
Sebaiknya selaku pengawas sekolah harus memperhatikan semua aspek yang
berhubungan dengan keadaan sekolah, keadaan siswa dan pelaksanaan kurikulum
yang diimplementasikan pada proses pembelajaran di sekolah, termasuk kelayakan
guru dan sumber daya penunjang lainnya.
2. Kepala Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati, Sekolah
Luar Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai dan Sekolah Luar
Biasa Al-Faqih tidak mewajibkan kepada guru pendidikan jasmani untuk membuat
prangkat pembelajaran dalam pelaksanaanya karena beranggapan tidak adanya guru
yang memang membidangi pendidikan jasmani tersebut. Selain itu pengawasan
pelaksanaan hanya sebatas meninjau langsung kelapangan tanpa mengsupervisi
pembelajaran tersebut. Sementara itu untuk Sekolah Luar Biasa Cendana rumbai
kepala sekolah hanya memperhatikan program pengajaran secara administrasi saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
namun tidak memberi masukan pada waktu mengajar karena apa yang diajarkan oleh
guru dianggap benar.
Untuk menaggulangi masalah yang terjadi dilapangan hendaknya kepala sekolah
mencarikan jalan keluar dari permasalahan yang ditemui dilapangan dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yaitu dengan mengusulkan kepada pemerintah
dan yayasan penembahan guru penjasorkes dengan latar belakang pendidikan olahraga.
Guru penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru mengajar lebih
banyak menggunakan pengalaman saja. Dari pengakuan guru penjasorkes di Sekolah
Luar Biasa Kota Pekanbaru mengungkapkan untuk penataran pelatihan pendidikan
jasmani adaptif hanya dilakukan sekali dalam 10 tahun terakhir dan itu tidak merata
kesemua guru pendidikan jasmani di Kota Pekanbaru. Penataran dan pelatihan lebih
kebidang prestasi atau kearah perlombaan yang diselenggarakan oleh Dispora Provinsi
Riau. Sementara itu untuk menambah pengetahuan dibidang pendidikan jasmani adaptif
guru mengaku lebih banyak membaca buku olahraga umum yang dimodifikasi
komponennya sesuai dengan kebutuhan dan kelainan siswa, selain itu melihat diinternet.
Namun demikian guru-guru pendidikan jasmani adaptif mengajar serius,
memahami dan sepenuh hati walaupun bukan dari pendidikan olahraga. Dalam satu kali
mengajar guru pendidikan jasmani adaptif menggabungkan beberapa kelas dan kelainan
yang berbeda. Walaupun mengajar sendiri untuk semua kelas dari SD, SMP dan SMA
guru penjasorkes melayani siswa dengan kasih sayang dan memberikan layanan yang
maksimal kepada siswanya.
C. Saran
Terlaksananya suatu implementasi dari pendidikan tidak hanya dilihat dari
kurikulum yang berlaku pada saat itu, tetapi juga bagaimana manajemen dalam
pengembangan kurikulum itu sendiri, sumber daya penunjang, pelaksanaannya, dan
meminimalisir kendala dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu dari hasil penelitian
disarankan kepada:
1. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan atau KKG bersama guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Luar Biasa yang ada di Kota Pekanbaru
sekaligus bisa menyamakan persepsi untuk proses belajangar mengajar pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
jasmani adaptif. Serta membuat program dan administrasi kelas sesuai apa yang
diberlakukan oleh kurikulum agar tercapainya maksud dari pembelajaran. Selain itu
dapat memodifikasi alat olahraga lebih banyak agar dapat meminimalisir kekurangan
sarana dan prasarana di sekolah.
2. Kepala sekolah agar pendidikan jasmani adaptif di sekolah juga diperhatihan, tidak
menganggap pendidikan jasmani sebagai fomalitas dalam pembelajaran di sekolah
olehkarena tidak ada guru yang membidangi mata pelajaran tersebut. Hendaknya
kepala sekolah melakukan supervisi juga pada saat guru mengajar tidak hanya
menerima laporan sekilas tentang pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dan
mewajibkan guru Penjasorkes dalam pembuatan administrasi kelas seperti silabus,
RPP, program mingguan, program semester, dan program tahunan.
3. Dinas Pendidikan Provinsi Riau agar memperhatikan pendidikan jasmani adaptif dan
tidak dipandang sebelah mata, jangan hanya melihat dari medali yang disumbangkan
oleh siswa bekebutuhan khusus dalam bidang olahraga seperti pertandingan dari
tingkat daerah, Nasional maupun internasional saja, karena itu bukan menjadi
indikator baiknya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah. Maka
sudah seharusnya Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Riau
memperhatikan dan meningkatkan baik itu SDM dan sumber daya penunjang dalam
meningkatkan kualitas dari pendidikan adaptif khususnya pendidikan jasmani adaptif
yang ada di Sekolah Luar Biasa Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru. Seperti
merekrut guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan latar belakang
pendidikan olahraga, memberikan pelatihan pelaksanaan pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan adaptif.
4. Pemerintah Provinsi Riau dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau
dapat membuka lowongan bagi guru pendidikan olahraga untuk ditempatkan di
Sekolah Luar Biasa di Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru secara merata
seperti apa yang sudah diajukan oleh pihak sekolah tentang pengadaan guru olahraga
untuk Sekolah Luar Biasa. Membuka penerimaan pegawai dan guru untuk Sekolah
Luar Biasa dilakukan serentak dengan penerimaan guru dan pegawai diinstansi
lainnya.
5. Perlu adanya kerjasama yang baik sesama guru, pegawai TU, kepala sekolah dan
orang tua untuk mengetahui perkembangan siswa di sekolah maupun di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
6. Bagi para pembaca penelitian ini sebagai informasi dan menambah pengetahuan
terkait dengan implementasi kurikulum pendidikan jasmasi adaptif dan diharapkan
setelah membaca ini timbulnya apresiasi untuk memperhatikan anak berkebutuhan
khusus terutama dalam bidang olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar. 2009. Cara Mudah Belajar Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.
Ali, H. M. 2004. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
Agustinus, Hermino. 2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter. Bandung: Alfabeta
Asbar, Khairul. 2010. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Siswa Tunagrahita
Ringan di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai. Tesis. Padang. Program
Pascasarjana UNP.
Bandhie Delphie. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT Reftika Aditama
Catheline Clark, Alan Dyson, and Alan Millwark. 1998. Theory Special Education.
London: ISBN.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka.
Depdikbud. 1989. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.
Depdinas. 2004. Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani Bagi Penyandang
Tunagrahita. Jakarta: Bagian Proyek Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup
Olahraga Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas.
Efendi, M. 1999. Aspek Psikologik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.
Efendi, M. 2006. Pengantar Psiko Pedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.
Ega, Trisna. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.
Ellen, B. 2005. Qualitative Studiesin Special Education. Indiana University: Bwgriffin.
Com. Accepted 23 July 2005.
Endang, T. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Mata
Pelajaran Sejarah di SMA Negeri Surakarta. Surakarta. Tesis: UNS.
Erianti, 2008. Buku Ajar Pendidikan Jasmani Adaptif. Padang: UNP.
Erianti. 2009. Pendidikan Penjas Adaptif. Malang: Wineka Media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
Flower, Frances C. 2004. Policy Studies for Educational Leaders. An Introduction. 2nd
Edition. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.
Fuchs, D. 1993. Inclusive Schools Movement and The Radicalizationof Special Education
Reform. Washington, DC: Vanderbilt University.
Griner, Derek. 2006. Culturally Adapted Mental Health Intervention. Cambridge:
Cambridge University Press.
Hallan, D. P. and Kauffman, J. M. 1991. Exceptional Children : Introduction to Special
Education. Mexico: Prentice Hall.
Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hanson, E. Mark. 2003. Educational Administration and Organizational Behavior.
5th
Edition. United States of America: pearson Education, Inc.
Hardy, L. 2009. Fundamental Movement Skills Among Australian Preschool Children.
Jurnal Science and Medicine in Sport: Elselver. com. accepted 29 May 2009.
Hargio, Santoso. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Hasibuan. 1990. Manajemen di dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hendrayana, Yudi. 2003. Pembelajaran Permainan Dasar. Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Henny, S. M. 2013. Memahami dan Pendalaman Kurikulum 2013. Bandung: Sinar Baru.
Hosni, Irham, 2003. Pembelajaran Adaptif Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas.
Imas, K dan Berlin. 2013. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Kata Pena.
Joseph, P. Winnick. 2010. Adapted Physical Education and Sport. Canada: ISBN.
Kirk, A. 1990. Educating Exceptional Children. New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co.
Kartono. 2013. Strategi dalam Memahami Implementasi Kurikulum. Jakarta: Salemba
Empat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
Kemendikbud. 2014. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan: Buku Guru. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Budaya.
Kustawan, Dedy. 2013. Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro
Media.
Kustawan Dedy dan Yani Maimulyani. 2013. Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan
Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro
Media.
Mahendra, Agus. 2005. Mekanika Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Martinis, Yamin. 2008. Mengenal Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Sinar
Baru.
Marthin, H. Manser. 1995. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University Press.
Meimulyani, Yani dan Cartoyo. 2013. Media Pembelajaran Adaptif. Jakarta Timur: PT.
Luxima Metro Media.
Meimulyani, Yani dan Asep T. 2013. Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta Timur: PT.
Luxima Metro Media.
Miller, J. P., and Seller, W. 1985. Curriculum Prespectives and Pratice. New York:
Longman Inc.
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muzamiroh. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Gramedia.
Nasution. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhasan. 2005. Aktivitas Kebugaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa.
Purwanto. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Puskur. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: sektretariat Negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
Regina Salma. 2010. Motivasi Anak Terhebat. Yogyakarta: Jogja Greati Publisher.
Rusli, Lutan. 2002. Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: direktorat Jendral Olahraga
Depdiknas.
Saylor, J. Galen et. al. 1981. Curriculum Planning For Better Teaching and Learning.
Fourth Edition. New York. Rinehait and Wiaton.
Srijono, Sunardi. 1995. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Umum Depdikbud.
Sunardi. 2012. Kecendrungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Ditjen Dikti.
Sutjihati, Somantri. 2006. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika
Aditama.
Suyanto, dan Hisyam. 2000. Implementasi dan Perencanaan Kurikulum. Jakarta: Rineka
Cipta.
Undang-Undang RI No. 3 tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam Pembinaan
dan Pengembangan Olahraga.Jakarta : Biro Humas dan Hukum.
Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam ketentuan
umum. Jakarta : Humas dan Hukum.
Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Penyandang Cacat. Jakarta : Humas
dan Hukum.
Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun. 1945. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdinas.
Undang-Undang No. 20. Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN).
Wahyudi. 2005. Pendidikan Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Wina, Sanjaya. 2008. Manajemen Pendidikan Berkarakter. Yogyakarta: Pedajogja.
Yudha, M. 2005. Perkembangan Gerak. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Sri Mujinab Gambar: Proses wawancara Kepala SLB
Cendana
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Pelita Hati Gambar: Proses wawancara Kepala SLB
Negeri Pembina
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Melati Gambar: Proses wawancara Kepala SLB
AL-Faqih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
Proses wawacara Guru Penjas SLB Sri Mujinab Proses wawacara Guru Penjas SLB Cendana
Proses wawacara Guru Penjas SLB Pelita Hati Proses wawacara Guru Penjas SLB N
Pembina
Proses wawacara Guru Penjas SLB Melati Proses wawacara Guru Penjas SLB Al-
Faqih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
Wawancara TU SLB Sri Mujinab Wawancara TU SLB Cendana
Wawancara TU SLB Pelita Hati Wawancara TU SLB Negeri Pembina
Wawancara TU SLB Melati Wawancara TU SLB Al-Faqih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Dokumentasi Kegiatan Olahraga di Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
Prestasi di Bidang Olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
Sarana dan Prasarana Olahraga di Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
Kegiatan di SLB Kota Pekanbaru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user