20
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SUMBER HARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: Oleh: Yuni Wulandari 1 , Sukasno, M.Pd 2 , Drajat Friansah, M.Pd. STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri Sumbe Harta Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together secara signifikan sudah tuntas? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 133 siswa dan sebagai sampel adalah kelas VII.E yang berjumlah 26 siswa orang yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berbentuk uraian sebanyak enam soal. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t untuk data tes akhir pada taraf signifikan α=0,05 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta setelah diterapkan model kooperatif tipe Numbered Head Together secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai tes akhir sebesar 82,85 dengan presentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 80,77% Kata Kunci: Cooperative Learning, Numbered Head Together, Matematika ¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau ²³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS

VII SMP NEGERI SUMBER HARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

Oleh: Yuni Wulandari1, Sukasno, M.Pd2, Drajat Friansah, M.Pd.STKIP-PGRI Lubuklinggau

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri Sumbe Harta Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together secara signifikan sudah tuntas? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 133 siswa dan sebagai sampel adalah kelas VII.E yang berjumlah 26 siswa orang yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berbentuk uraian sebanyak enam soal. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t untuk data tes akhir pada taraf signifikan α=0,05 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri Sumberharta setelah diterapkan model kooperatif tipe Numbered Head Together secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai tes akhir sebesar 82,85 dengan presentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 80,77%

Kata Kunci: Cooperative Learning, Numbered Head Together, Matematika

PENDAHULUAN

Menurut Rusman (2012:57) menyatakan bahwa dalam menyampaikan pembelajaran,

guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam

mengelola proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus mampu

menguasai materi dan memiliki variasi dalam mengajar karena kemampuan guru pada

proses pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan peneliti dari salah

satu guru matematika di SMP Negeri Sumber Harta pada hari Jum’at 2 Oktober 2015.

Bahwa kelas VII berjumlah 156 siswa diperoleh nilai ulangan harian matematika siswa

dengan rata-rata nilai sebesar 55,64. Dengan siswa yang tuntas sebanyak 67 siswa (42,95%)

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 2: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

dan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 70.

Berdasarkan uraian di atas bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum

memuaskan. Rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut karena kurangnya variasi

strategi pembelajaran yang di gunakan oleh guru. Sehingga siswa kurang aktif dan merasa

bosan dalam belajar matematika. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut

Taniredja dkk (2011:56) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Isjoni (2007:16) menyatakan bahwa Cooperative learning adalah suatu

model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar

mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang

ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak berkerja sama dengan orang lain,

siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa yaitu

model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Menurut Trianto

(2009:82), Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Pembelajaran dengan model

Numbered Head Together (NHT) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

Menurut Lie (2008:59), model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan

model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik

ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini

bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut Trianto (2010:82-83) Numbered Heads Together terdiri dari tahap penomoran,

mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab. Berdasarkan uraian di atas maka

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif

Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII

SMP Negeri sumber Harta Tahun Pelajaran 2016/2017”.

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 3: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

LANDASAN TEORI

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT pertama kali dikemukakan oleh

Spencer Kagan pada tahun 1993. Menurut Trianto (2009:82), Numbered Head

Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai

alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Pembelajaran dengan model NHT

( Numbered Head Together) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

Menurut Lie (2008:59), model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan

model pembelajaran yang memberian kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,

teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia

anak didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah pembelajaran

yang meliputi empat komponen utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan,

berpikir bersama, dan pemberian jawaban.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran tipe Numbered Head Together

(NHT) menurut Suyatno (2009:116) adalah sebagai berikut :

a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat

nomor.

b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

d) Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f) Kesimpulan.

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 4: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

Menurut Trianto (2009: 82), ada 4 (empat) fase dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), yaitu :

Fase I: Penomoran, Dalam fase ini guru membagi siswa dalam kelompok 3-5

orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

Fase 2: Mengajukan Pertanyaan, Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada

siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam

bentuk kalimat tanya.

Fase 3: Berpikir Bersama, Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

pertanyan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban

tim.

Fase 4: Menjawab, Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan

untuk seluruh kelas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, dengan setiap

kelompok terdiri dari 3-5 siswa.

b) Kemudian setiap siswa dalam kelompok diberi nomor kepala yang berbeda

sesuai dengan jumlah anggota kelompok.

c) Guru memberikan materi dan tugas kepada setiap kelompok sebagai bahan yang

akan dipelajari.

d) Setiap siswa berpikir bersama untuk menyakinkan bahwa setiap kelompok

mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.

e) Guru memanggil salah satu nomor dari setiap kelompok dengan nomor yang

sama mengangkat tangan dan memberikan jawaban dari pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

f) Guru memberikan kesempatan kelompok lain menanggapi jawaban dari

temannya.

g) Guru memanggil nomor lain untuk menjawab pertanyaan berikutnya.

h) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari tugas yang berhubungan dengan

materi yang telah dipelajari.

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 5: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

Dalam penggunaan model pembelajaran pasti memilki kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Kelebihan dari model pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) menurut Lie (2008:63) “Dalam kelompok semua siswa menjadi siap

semua, dapat melakukan diskusi sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari

siswa yang kurang pandai”. Sedangkan kelemahan model Numbered Head Together

(NHT) disebutkan Joice dan Well (2004:4) adalah “tidak semua siswa terlibat dalam

pembelajaran dan nilai tergantung pada kemampuan individu ketika diskusi

berlangsung”.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan hipotesis penelitian maka penelitian menggunakan jenis

eksperimen semu yaitu jenis eksperimen yang sering kali dipandang sebagai eksperimen

yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu sering disebut juga dengan istilah “quasi

experiment”. Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan yaitu desain Pre-test

and Post-test Group. Menurut Arikunto (2010:123-124) dengan pola sebagai berikut:

O1 X O2

Dengan :

O1 = Pre-test

O2 = Post-test

X = Perlakuan dengan penerapan Numbered Head Together

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:3). Dalam penelitian ini ada dua variabel yang berhubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena variabel bebas (Sugiyono, 2011:4). Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif tipe Numbered Head Together,

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 6: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber Harta Tahun pelajaran 2016/2017.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2016 sampai 22 Agustus 2016 di

Kelas VII.E SMP Negeri Sumberharta tahun pelajaran 2016/2017. Sebelum penelitian

dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba tes instrumen yang bertujuan untuk

mengetahui kualitas butir soal yang akan digunakan dalam penelitian. Uji coba tes

instrumen dengan jumlah delapan butir soal, dilaksanakan pada hari Sabtu 23 Juli 2016

di kelas VIII.B SMP Negeri Sumberharta dengan jumlah siswa 24 orang. Hasil uji coba

instrumen dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan

daya pembeda. Setelah dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya

pembeda, Enam butir soal tersebut dipakai dalam penelitian.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan rincian

satu kali pemberian tes awal (pre-test), pemberian pre-test digunakan untuk mengetahui

kemampuan yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Tiga kali proses

pembelajaran dengan penerapan Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

dan satu kali pemberian tes akhir (post-test) untuk mengetahui kemampuan akhir siswa

dalam menguasai materi Bilangan Bulat.

Kemampuan Awal Pemberian pre-test dilakukan untuk menggambarkan kemampuan awal siswa

sebelum diberikan perlakuan pembelajaran dengan Model pembelajaran Numbered

Head Together pada materi Bilangan Bulat. Pemberian tes awal dilaksanakan pada

pertemuan pertama pada hari Sabtu 13 Agustus 2016 dengan jumlah siswa sebanyak

26 orang. Soal pre-test yang digunakan sebanyak enam butir soal yang berbentuk

uraian. Rekapitulasi hasil analisis data pre-test siswa dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Pre-Test)

No Kategori Keterangan

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 7: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

1.2.3.4.5.6.

Nilai MinimumNilai MaksimumRata-rata nilaiSimpangan BakuJumlah Siswa yang TuntasJumlah Siswa yang belum Tuntas

652

26,0813,30

0 Orang (0%)26 Orang (100%)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai

lebih dari atau sama dengan 70 (tuntas) dan rata-rata ( x ) nilai secara keseluruhan

sebesar 26,08. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa

sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran

Numbered Head Together termasuk kategori belum tuntas.

Kemampuan Akhir

Pelaksanaan kemampuan akhir (post-test) dilaksanakan pada pertemuan kelima

pada hari Senin 22 Agustus 2016. Tes ini untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

penerapan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head

Together. Soal post-test yang digunakan sebanyak Enam Soal butir soal berbentuk

uraian.

Rekapitulasi hasil analisis data post-test siswa dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (Post-Test)

No Kategori Keterangan

1.2.3.4.5.6.

Nilai MinimumNilai MaksimumRata-rata nilaiSimpangan BakuJumlah Siswa yang TuntasJumlah Siswa yang Belum Tuntas

5897

82,8510,71

21 Orang (80,77%)5 Orang (19,23%)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang telah mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 21 siswa (80,77%) dan rata-rata nilai

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 8: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

secara keseluruhan sebesar 82,85. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa

kemampuan akhir siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Numbered Head Together termasuk dalam kategori sudah tuntas.

Dari hasil pre-test dan post-tes yang dilakukan, terdapat peningkatan rata-rata

sebesar 82,85 - 26,08 = 56,77. Sedangkan persentase jumlah siswa yang tuntas

mengalami peningkatan sebesar 80,77%. Secara rinci grafik perbandingan nilai rata-rata

dan persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada grafik 4.1.

Rata-rata Ketuntasan Belajar

020406080

100

26,080 Pre-test

Post-test

Grafik 4.1 Rata-rata dan Ketuntasan Belajar

PembahasanPelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan rincian

satu kali pre-test (tes awal) pada awal pertemuan, tiga kali pembelajaran dengan

menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together, dan pertemuan akhir post-

tes (tes akhir) untuk mengetahui hasil belajar setelah diterapkannya Model Pembelajaran

Numbered Head Together.

Tahap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu pertemuan pertama dilaksanakan

pada hari Senin 15 Agustus 2016 dengan materi Bilangan Bulat dengan indikator

pencapaian siswa dapat memberikan contoh dan menentukan letak bilangan bulat pada

garis bilangan. Peneliti menyiapkan nomor dan pertanyaan kemudian membagi siswa

menjadi 5 kelompok yaitu 4 kelompok terdiri dari 5 orang dan 1 kelompok terdiri dari 6

orang. Setiap kelompok mendapatkan nomor dan pertanyaan, peneliti memberikan waktu

kepada siswa untuk berpikir dan menyelesaikan pertanyaan yang diberikan. Peneliti

memanggil setiap nomor untuk menjawab hasil diskusi dari pertanyaan yang sudah

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

82,85

Page 9: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

diberikan, dari pertanyaan yang telah diberikan hanya 1 kelompok yang dapat

menyelesaikan pertanyaanya yaitu kelompok 3. Siswa yang lainnya mengalami kesulitan

untuk menemukan jawabannya. Adapun kesulitan atau hambatan yang dialami siswa

antara lain perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan

memerlukan penyesuaian terhadap model pembelajaran baru tersebut. Adapun yang lain

siswa kurang berani atau percaya diri dalam mengemukakan pendapat mereka di depan

teman-teman sekelasnya. Hal ini terlihat pada saat diskusi mereka masih bersikap malu,

ragu untuk menyajikan dan takut sehingga dalam penyampaian hasil kelompoknya kurang

maksimal karena terdengar kurang jelas oleh siswa lain. Dengan demikian peneliti

memberi pengarahan dan bimbingan supaya siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dari

hasil diskusikan, kemudian dengan bimbingan peneliti, siswa diarahkan untuk

menyimpulkan berdasarkan kegiatan diskusi.

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at 19

Agustus 2016 dengan materi operasi hitung pada bilangan bulat dan indikator yang harus

dicapai siswa adalah melakukan operasi tambah, kurang, kali, bagi, bilangan bulat termasuk operasi campuran. Pembelajaran dipertemuan kedua

siswa langsung berkelompok, karena kelompok sudah dibentuk pada pertemuan

sebelumnya. Setelah itu peneliti memberikan soal berjumlah 6 kepada setiap kelompok

untuk didiskusikan. Setelah selesai peneliti memanggil nomor, setiap siswa yang nomor

kepalanya dipanggil maju untuk mempresentasikan hasil dari diskusi setiap kelompok, soal

nomor satu dikerjakan nomor kepala empat, pemanggilan nomor tidak sesuai dengan

nomor soal dikarenakan agar siswa bisa lebih bertanggung jawab pada semua soal, tapi

peneliti hanya meminta satu atau dua siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Jika ada kelompok yang memiliki jawaban berbeda dari kelompok lainnya maka saat siswa

pertama sudah mempresentasikan kemudian peneliti memberikan kesempatan siswa yang

lain untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah itu, peneliti memanggil nomor lain

untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Saat semua sudah dipresentasikan peneliti

mengajak semua siswa untuk membuat kesimpulan dari tugas yang baru dipelajari. Proses

pembelajaran pada pertemuan kedua siswa sudah lebih antusias untuk mengikuti proses

pembelajaran, siswa sudah mulai memahami model pembelajarannya, sehingga mereka

langsung mendiskusikan dan menemukan permasalahan atau jawaban dari pertanyaan

yang diberikan peneliti, walaupun sebagian dari mereka mengalami kesulitan mungkin

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 10: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

karena minimnya pengetahuan konsep matematika atau lupa pelajaran yang sudah

dipelajari. Saat peneliti memamnggil nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil mulai

bergegas maju untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya. Pada

pertemuan ini kekompakan siswa dalam kerja kelompok mulai ditunjukkan dengan baik

dan setelah di periksa hasil presentasi oleh guru terdapat 3 kelompok dapat menyelesaikan

tugas yaitu kelompok 2, 3 dan 5.

Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga dilaksankan pada hari Sabtu 20

Agustus 2016 dengan indikator yang harus dicapai siswa adalah menghitung kuadrat, akar kuadrat, pangkat tiga dan akar pangkat tiga bilangan bulat. Proses

pembelajaran pada pertemuan ketiga yaitu pembelajarannya sama dengan pertemuan

pertama maupun kedua, perbedaannya hanya pada indikator yang harus dicapai.

Pembelajaran dipertemuan ketiga siswa langsung berkelompok, karena kelompok sudah

dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu peneliti memberikan soal berjumlah 6

kepada setiap kelompok untuk didiskusikan. Setelah selesai peneliti memanggil nomor,

setiap siswa yang nomor kepalanya dipanggil maju untuk mempresentasikan hasil dari

diskusi setiap kelompok, soal nomor satu dikerjakan nomor kepala dua, tapi peneliti hanya

meminta satu atau dua siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Jika ada

kelompok yang memiliki jawaban berbeda dari kelompok lainnya maka saat siswa pertama

sudah mempresentasikan kemudian peneliti memberikan kesempatan siswa yang lain

untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah itu, peneliti memamnggil nomor lain

untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Saat semua sudah dipresentasikan peneliti

mengajak semua siswa untuk membuat kesimpulan dari tugas yang baru dipelajari. Pada

pertemuan ini siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan, sehingga

rasa tanggung jawabnya terhadap kelompok masing-masing mulai ditunjukkan. Jika ada

kelompok yang salah dalam menjawab maka siswa dari kelompok lain siap untuk

memperbaiki dan membandingkan hasil diskusi dan mereka lebih semangat dalam belajar.

Pada pertemuan ini kekompakan siswa dalam kerja kelompok ditunjukkan dengan baik

dan 5 kelompok dapat menyelesaikan tugas.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar yang diperoleh siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Numbered Head Together. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2,

pada tes awal tidak ada siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 11: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

yaitu 70. Jumlah siswa yang tuntas 0% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 100% dan rata-

rata ( x ) nilai keseluruhan yang diperoleh sebesar 26,08. Jadi secara klasikal atau seluruh

objek penelitian, kemampuan siswa sebelum penerapan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together termasuk belum tuntas, hal

ini terjadi karena materi bilangan bulat belum pernah dipelajari oleh siswa.

Setelah dilakukan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi bilangan bulat,

diadakan post-test. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70

(tuntas) sebanyak 21 siswa (80,77%) dan rata-rata ( x ) nilai keseluruhan yang diperoleh

sebesar 80,85. Jadi secara klasikal atau seluruh objek penelitian, kemampuan siswa setelah

penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe

Numbered Head Together termasuk sudah tuntas.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “Hasil

belajar siswa kelas VII SMP Negeri Sumber Harta setelah diterapkan model pembelajaran

Numbered Head Together secara signifikan tuntas”. Rata-rata nilai tes akhir diperoleh

sebesar 82,85 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 80,77%.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Joice, Wel. 2004. Model Of Teaching. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Isjoni, 2007. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:Grasindo.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Buana Pustaka

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 12: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

Trianto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 13: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS

VII SMP NEGERI SUMBER HARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

Nama : Yuni WulandariNPM : 4010166Program Studi : Pendidikan MatematikaDosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd.

2. Drajad Friansah, M.Pd.

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau

Page 14: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Yuni.docx · Web viewdan yang belum tuntas sebanyak 89 siswa (57,05%). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU2017

¹Alumi Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau²’³Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau