3
Aku hanya seorang insan muda yang masih belajar dan sering menemukan hal-hal baru dalam kehidupan. Aku bersyukur karena Allah masih sangat baik padaku, sehingga sedikit demi sedikit, aku mengerti akan kehebatan-Nya yang Maha Luar Biasa. Aku berusaha untuk menjalani hidupku dengan senyuman, meski terkadang aku menghadapi saat-saat sulit dalam hidupku. Hidupku yang sebenarnya penuh dengan karunia dari Tuhan. “Ya Allah, buatlah aku selalu bahagia dan selalu tersenyum karena imanku pada-Mu serta rasa syukurku atas segala karunia-Mu yang tiada pernah bosan-bosan menghampiriku”. Ketika kehidupan melewati sebuah cerita tentang indahnya hati karena seseorang yang menurutku mampu mendamaikan hati, seseorang yang baik padaku, seseorang yang mampu membuatku tersenyum dan bahagia. Akupun bertanya, “Apakah ini yang dinamakan cinta?”. Aku tak tahu pasti tentang perasaanku yang satu ini. Mungkin karena aku terlalu bodoh soal cinta yang katanya bisa membuat orang bahagia ataupun gila. Ehm… seperti itu kah? “Ya Allah, mungkinkah saat ini aku sedang jatuh cinta? Seperti engkau ketahui bahwa aku tak terlalu mengerti tentang cinta, tak mengerti atas perasaan yang sedang aku rasakan, karena ku tahu bahwa Engkau lebih mengetahui tentang diriku daripada aku sendiri. Oleh karena itu, ajari aku cinta Ya Allah…” *** Aku nikmati kebahagiaan tanpa kepastian saat bertemu dengannya. Pertemuan yang tak bisa aku hindari karena aku dengannya berada dalam lingkungan yang sama. Hal itulah yang membuat aku semakin keras dalam mengendalikan hatiku yang tak tahu pasti arahnya. “Apakah aku jatuh cinta kepadanya?” tak henti-hentinya hadir dalam setiap pikiranku. Ku ingat firman Allah dalam surah An-Najm ayat 39, “dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”. Aku mencoba untuk merenung. Jika aku ingin mengerti arti cinta, maka aku harus berusaha untuk memahaminya, supaya aku tak salah dalam mengartikan cinta. Kalaupun aku harus mencintai seseorang, jangan sampai cintaku mengalahkan cinta kepada Allah Yang Maha Cinta. Tapi mengapa aku harus merasakan jatuh cinta kepada lawan jenisku? Ehm… husnudzan saja kepada Allah, mungkin itu semua adalah kebaikan untukku yang tak ku sadari. Memahami cinta sangat sulit dan membutuhkan pengorbanan. Mungkin Allah sedang menguji perjuanganku, apakah aku tergolong hamba-Nya yang kuat atau bukan? Akan ku buktikan kepada Allah, bahwa aku tak akan mudah menyerah. Sedikit demi sedikit ilmu tentang cinta telah terkumpul dalam sel-sel otakku, meskipun perasaan masih sangat labil, apalagi ketika bertemu dengan orang yang mempunyai peran utama dalam hal ini. Aku harus ekstra bersabar, karena kutahu bahwa Allah selalu bersama orang-orang bersabar. “Cinta itu suci, cinta itu fitrah, jadi cinta selamanya akan suci dan tidak akan pernah bisa terkontaminasi oleh noda-noda akibat kemaksiatan. Sedikit saja terkontaminasi, maka itu bukan lagi cinta”.

ya allah, ajari aku cinta.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

love in islam

Citation preview

Page 1: ya allah, ajari aku cinta.pdf

Aku hanya seorang insan muda yang masih belajar dan sering menemukan hal-hal baru dalam kehidupan. Aku bersyukur karena Allah masih sangat baik padaku, sehingga sedikit demi sedikit, aku mengerti akan kehebatan-Nya yang Maha Luar Biasa. Aku berusaha untuk menjalani hidupku dengan senyuman, meski terkadang aku menghadapi saat-saat sulit dalam hidupku. Hidupku yang sebenarnya penuh dengan karunia dari Tuhan. “Ya Allah, buatlah aku selalu bahagia dan selalu tersenyum karena imanku pada-Mu serta rasa syukurku atas segala karunia-Mu yang tiada pernah bosan-bosan menghampiriku”. Ketika kehidupan melewati sebuah cerita tentang indahnya hati karena seseorang yang menurutku mampu mendamaikan hati, seseorang yang baik padaku, seseorang yang mampu membuatku tersenyum dan bahagia. Akupun bertanya, “Apakah ini yang dinamakan cinta?”. Aku tak tahu pasti tentang perasaanku yang satu ini. Mungkin karena aku terlalu bodoh soal cinta yang katanya bisa membuat orang bahagia ataupun gila. Ehm… seperti itu kah? “Ya Allah, mungkinkah saat ini aku sedang jatuh cinta? Seperti engkau ketahui bahwa aku tak terlalu mengerti tentang cinta, tak mengerti atas perasaan yang sedang aku rasakan, karena ku tahu bahwa Engkau lebih mengetahui tentang diriku daripada aku sendiri. Oleh karena itu, ajari aku cinta Ya Allah…”

***

Aku nikmati kebahagiaan tanpa kepastian saat bertemu dengannya. Pertemuan yang tak bisa aku hindari karena aku dengannya berada dalam lingkungan yang sama. Hal itulah yang membuat aku semakin keras dalam mengendalikan hatiku yang tak tahu pasti arahnya. “Apakah aku jatuh cinta kepadanya?” tak henti-hentinya hadir dalam setiap pikiranku. Ku ingat firman Allah dalam surah An-Najm ayat 39, “dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”. Aku mencoba untuk merenung. Jika aku ingin mengerti arti cinta, maka aku harus berusaha untuk memahaminya, supaya aku tak salah dalam mengartikan cinta. Kalaupun aku harus mencintai seseorang, jangan sampai cintaku mengalahkan cinta kepada Allah Yang Maha Cinta. Tapi mengapa aku harus merasakan jatuh cinta kepada lawan jenisku? Ehm… husnudzan saja kepada Allah, mungkin itu semua adalah kebaikan untukku yang tak ku sadari. Memahami cinta sangat sulit dan membutuhkan pengorbanan. Mungkin Allah sedang menguji perjuanganku, apakah aku tergolong hamba-Nya yang kuat atau bukan? Akan ku buktikan kepada Allah, bahwa aku tak akan mudah menyerah. Sedikit demi sedikit ilmu tentang cinta telah terkumpul dalam sel-sel otakku, meskipun perasaan masih sangat labil, apalagi ketika bertemu dengan orang yang mempunyai peran utama dalam hal ini. Aku harus ekstra bersabar, karena kutahu bahwa Allah selalu bersama orang-orang bersabar. “Cinta itu suci, cinta itu fitrah, jadi cinta selamanya akan suci dan tidak akan pernah bisa terkontaminasi oleh noda-noda akibat kemaksiatan. Sedikit saja terkontaminasi, maka itu bukan lagi cinta”.

Page 2: ya allah, ajari aku cinta.pdf

“ Cinta itu ada pemilik dan penguasanya, jadi sesuatu dapat di dinamakan cinta apabila semua didasari oleh ketentuan-ketentuan yang diperlakukan Pemiliknya yaitu Allah SWT”. “Cinta itu damai, cinta itu tenang dan cinta tidaklah bergejolak. Cinta yang katanya bergejolak, mungkin sudah terkena unsur X dari luar. Sementara cinta itu suci dan berdiri sendiri”. “Cinta mengarah kepada kebaikan, dan cinta tidaklah berlaku pada keburukan. Kebaikan tidak akan pernah bisa bersatu dengan keburukan, seperti minyak dan air. Bagaimana mungkin cinta yang mengarahkan kebaikan dapat berlaku juga kepada keburukan?”. “Cinta itu semua tunduk kepada Yang Mengaturnya, jadi jangan engkau katakan cinta, sementara yang Mengatur cinta tidak paling engkau cintai. Dan jangan engkau katakan cinta, jika Yang Mengaturnya tidak meridhoi apa yang engkau lakukan”. “Cinta dirasakan oleh hati, bukan mata ataupun bibir.” “Cinta itu tidak mudah pudar, jadi jangan engkau katakan cinta jika engkau cepat melupakan apa yang engkau cintai” Itulah sedikit ilmu cinta yang aku dapatkan, yang sebenarnya berasal dari diriku sendiri, karena Allah-lah yang menanamkan cinta di setiap makhluknya, termasuk aku. Dari sedikit ilmu itu, aku sedikit lebih mengenal cinta. Sebenarnya masih banyak lagi yang belum aku ketahui tentang cinta, karena jika cinta itu diungkapkan, maka tak akan ada ujungnya, hal ini disebabkan persepsi orang terhadap cinta itu berbeda-beda. Aku semakin pede dengan perasaanku, karena aku tak terlalu culun soal cinta. Ketika aku bertemu dengannya, jurus-jurus andalanku aku keluarkan. “Cinta itu tenang, jadi hadapilah dengan tenang dan jangan sampai mengganggu aktivitas hidup yang bermanfaat. Cinta itu ada pemiliknya, jadi cinta kepada pemiliknya harus nomor satu diatas segala cinta. Cinta itu suci, jadi jaga pandangan, jaga sikap, dan jaga ucapan” begitulah kata hatiku. Akupun wajib mengikuti hati kecilku, agar cinta ini tidak berubah menjadi dosa, cinta tetap menjadi cinta yang tersusun rapi didalam hatiku. Cinta itu terletak dihati, jadi aku berusaha untuk menjaga ucapanku. Karena ku tahu bahwa setiap ucapan adalah tanggung jawab dan aku tidak tahu, apakah aku mampu untuk mempertanggung jawabkan jika aku menyatakan cinta? Biarlah cinta ini tersimpan di hatiku yang paling dalam. Ternyata Tuhanku mengajariku agar aku bisa bersabar dalam menyatakan cinta dan membuktikan cintaku kepadanya atas dasar cinta nomor wahid yaitu Allah. Aku harus menunggu sampai dia halal bagiku. Aku tak mau Tuhanku marah karena perbuatan dan ucapanku yang menurutku cinta namun sebenarnya bukan cinta. “Cinta itu tidak pernah menimbulkan kemarahan Pemiliknya” kata hatiku yang khawatir jika aku salah dalam memaknai cinta. Ilmu selanjutnya yang berusaha aku terapkan adalah “Cinta itu adalah kebaikan”. Ya aku mencoba untuk berbuat baik kepada orang yang aku cintai dan saudara-saudaraku lainnya. Kebaikan itu luas, kebaikan tidak hanya satu jadi aku harus berbuat baik kepada semua orang supaya Pemilik Cinta meridhoiku.

Page 3: ya allah, ajari aku cinta.pdf

Dalam berbuat baik, tidaklah mudah seperti membalikkan kedua belah tangan. Namun harus dengan perjuangan, kesabaran, kelembutan, senyuman dan pastinya tetap istiqomah. Terkadang dalam berbuat baik, saudara-saudaraku tidak menghargaiku, atau bahkan pernah menyindirku. Huh,,, terkadang aku hanya bisa merenung dan putus asa seringkali menghantuiku. Hati kecilku berbicara,”buat apa engkau bersedih, bukannya kamu berbuat baik atas dasar cinta? dan cinta yang paling utama dan pertama adalah Allah? Jadi buat apa engkau bersedih hanya karena manusia? Berdoalah kepada Allah untuk mereka, supaya mereka mendapatkan hidayah dari Allah. Tetap SeNgat (Senyum dan Semangat) untuk berbuat kebaikan, karena Allah tidak menyia-nyiakan orang yang berbuat baik”. Aku sedikit mengerti makna dari keikhlasan dari cinta, yaitu memberi tanpa mengharap balasan walau hanya sedikit melainkan hanya mengharap Ridho dari Illahi. Aku sangat bersyukur bisa mempunyai cinta, karena dengan begitu aku bisa menambah cerita-cerita indah dan penuh perjuangan di atas lembar kehidupanku. Wahai seorang disana,,, aku memang mencintaimu tapi biarlah aku dan Tuhanku yang tahu. Jika engkau kelak ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi pasangan hidupku, maka tak ada seorangpun yang akan mampu memisahkan kita. Bukti cintaku bukan terletak pada seringnya aku bertemu denganmu, seringnya aku membuatmu tertawa, ucapan-ucapanku yang manis, ataupun banyaknya aku memberikan hadiah, melainkan dari doa-doaku kepada Rabb-ku agar engkau menjadi pribadi yang taat, berakhlak mulia, pandai bersyukur, dan mampu menjaga kehormatan. Aku tak tahu apakah engkau kelak menjadi pasangan hidupku, yang pasti sekarang buatlah dirimu menjadi orang baik karena Allah berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS. An-Nur : 26) Wallahu a’lam bishshowab…

EBOOK INI DI DOWNLOAD DARI : http://bersamameraihridhoillahi.blogspot.com