10
imulus sel sel goblet dan sel mukosa Breathing Peradangan lapisan rongga Bone Bowel Aktivitas seluler meningkat Metabolisme meningkat fungsi penghidu Akumulasi secret berlebih dan edema Peningkatan metabolisme Adanya agen infeksi 2.9 WOC Sinusitis 15 | Keperawatan Sensori Persepsi Faktor Makrofag menangkap benda asing yang Infeksi saluran Virus Bakte Jamur Merangsang pengeluaran mediator Edema Bradik Prostalgl Peningkatan set. point Suhu tubuh Tumor Faktor Aliran lendir atau secret Sekret tertimbun lebih banyak di

woc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

u

Citation preview

2.9 WOC Sinusitis

Faktor EkstrinsikFaktor Intrinsik

TumorJamurBakteriVirus

Infeksi saluran pernafasan atas

Makrofag menangkap benda asing yang masuk ke tubuh

Merangsang pengeluaran mediator kimia

ProstalglandinBradikininStimulus sel sel goblet dan sel mukosaBreathingPeradangan lapisan ronggaBoneBowelAktivitas seluler meningkatMetabolisme meningkat fungsi penghiduAkumulasi secret berlebih dan edemaPeningkatan metabolismeAdanya agen infeksi

Aliran lendir atau secret terhambat oleh tumor

Peningkatan set. point HipotalamusEdema

Sekret tertimbun lebih banyak di sinusSuhu tubuh meningkat

Peningkatan tekanan sinusMedia yang baik untuk petumbuhan kumanHipertermia

Gangguan pada N. OlfaktoriusNyeriInfeksiBersihan jalan nafas tidak efektifAkumulasi secret pada saluran pernafasan produksi mukusNafsu makan Intoleransi aktivitasMalaisePemecahan Karbohidrat, lemak, dan protein lebih banyak BB Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhIntake nutrisi berkurangBadan tampak kurus

Sinusitis

respon terhadap bau

Gangguan persepsi sensori

Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Gaya BaruSmeltzer, Susanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, Edisi 8, EGC : Jakarta.

Soeparti, E.A (2001). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher, Gaya Baru : Jakarta.

Sinus merupakan suatu organ atau ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran mukosa. Menurut Budisanto, (2009) sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. Mansjoer, 1999), Sinusitis adalah radang sinus paranasal. Bila terjadi pada beberapa sinus disebut multisinusitis, yang paling sering terkena adalah sinus maksila kemudian etmoid, frontal dan sphenoid.Sedangkan menurut Charlene J, (2001) menjelaskan sinusitis adalah sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal. Jadi dapat disimpulkan sinusitis adalah suatu penyakit atau kelainan yang menyerang sinus paranasal.

2. EtiologiSinusitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Menurut (Glukman, 1999), kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah streptococcus pneumoniae dan hemophilus influenza yang ditemukan pada 70 % kasus. Dapat pula disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut, infeksi gigi molar (M1, M2, M3) atas, serta premolar (P1, P2) berenang, menyelam, trauma, dan barotrauma. Faktor predisposisi obstruksi mekanik seperti deviasi septum, benda asing dalam hidung, tumor, atau polip, juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin dan kering.

4. Manifestasi KlinisBerdasarkan manifestasi klinis menurut Adams (1997 hal 241) sinusitis dapat dibagi dua yaitu : a. Sinusitis Akut1) Sinus Maksilaris : Gejalanya berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, dan sering kali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk juga terkadang berbau busuk.2) Sinusitis etmoidalis : Gejalanya berupa nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung.3) Sinusitis Frontalis : Gejalanya berupa nyeri kepala yang khas berlokasi diatas alis dan biasa pada pagi hari dan memburuk pada tengah hari kemudian perlahan-lahan sampai menjelang malam.4) Sinusitis Sfenoidalis : Gejalanya berupa nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium.

b. Sinusitis Kronik.Gejala sinusitis kronik tidak jelas. Selama eksaserbasi akut, gejala-gejala mirip dengan gejala sinusitis akut namun diluar masa itu gejala berupa suatu perasaan penuh pada wajah dan hidung, dan hipersekresi yang sering kali mukopurulen.5. Pemeriksaan PenunjangTransiluminasi adalah pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya diragukan. Terutama berguna untuk evaluasi penyembuhan, dan pada wanita hamil/untuk menghindari bahaya radiasi. Bermakna bila hanya salah satu sisi sinus sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan sisi yang normal. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda positif (+) untuk sinus maksila dan sinus frontal.Pemeriksaan foto rongent yang dibuat, yaitu posisi Waters posteroanterior (PA), dan lateral. Dengan posisi ini maka sinusitis akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa dan gambaran air fluid level. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur kuman dan uji resistensi dari sekret rongga hidung (Mansjoer, 1999 hal 105).Pemeriksaan foto rontgen

6. PenatalaksanaanTujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah amoksisilin dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah trimeptoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda). Dekongestan oral atau topikal dapat saja diberikan. Irigasi juga efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah drixoral (Smeltzer, 2001).Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat sembuh hanya dengan pemberian obat. Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi akibat kelainan anatomi.

Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat. Prinsip penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus dilakukan penanganan terhadap penyebabnya. Cara operasi paling mutakhir terhadap sinusitis adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).

B. Asuhan Keperawatan1. PengkajianMenurut Rusari, (2008) pengkajian dari sinusitis adalah : a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.b. Riwayat Penyakit sekarang : Gejala : Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma dan penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinya , lamanya. Sekret hidung : warna, jumlah, konsistensi secret, epistaksis, ada tidaknya krusta/nyeri hidung. Riwayat Sinusitis : nyeri kepala, lokasi dan beratnya, hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca dan gangguan umum lainnya : kelemahan. Tanda : Demam, drainage, purulen, polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang sampai Pucat, odema keluar dari hidng atau mukosa sinus, kemerahan dan odema membran mukosa. Pemeriksaan penunjung : kultur organisme hidung dan tenggorokan, pemeriksaan rongent sinusc. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri tenggorokan.d. Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita sakit gigi gerahame. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga klien yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.f. Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih), interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.g. Pola fungsi kesehatan1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.2) Pola nutrisi dan metabolisme : biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung3) Pola istirahat dan tidur : selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek4) Pola Persepsi dan konsep diri : klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun5) Pola sensorik : daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).h. Pemeriksaan fisik1) Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.2) Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa merah dan bengkak).

2. Diagnosa KeperawatanMenurut Rusari (2008) diagnosa yang timbul adalah : a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder dari peradangan sinus.b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus. e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi)

3. Rencana Keperawatana. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder peradangan sinus.Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif. Kriteria Hasil: Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi melalui mulut.

Intervensi :1) Kaji penumpukkan sekret yang ada. Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.2) Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.3) Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.

b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang. Kriteria Hasil : Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang, klien tidak menyeringai kesakitan

Intervensi :1) Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.2) Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya. Rasional : Dengan mengetahui sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.3) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.4) Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien. Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.5) Kolaborasi untuk penggunaan analgetik. Rasional : Dapat mengurangi nyeri.

c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi :1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus dilakukan.2) Auskultasi bunyi usus. Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukkan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.3) Beri perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.Tujuan: Istirahat tidur kembali normal. Kriteria Hasil: Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu. Klien dapat tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.

Intervensi : 1) Kaji kebutuhan tidur klien. Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.2) Ciptakan suasana yang nyaman. Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang3) Anjurkan klien bernafas lewat mulut. Rasional : Pernafasan tidak terganggu.4) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat. Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.

e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi).Tujuan: Cemas klien berkurang.Kriteria Hasil: Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya dan klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

Intervensi: 1) Kaji tingkat kecemasan klien. Rasional : menentukan tindakan berikutnya.

2) Jelaskan atau kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.3) Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan. Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat. 4) Diskusikan faktor individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara. Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.

22 | Keperawatan Sensori Persepsi