Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Rangkuman F Hitung Parameter Perlakuan
Dari F hitung (Tabel 2) bahwa pengamatan terhadap panjang akar
menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan (MA) berpengaruh tidak nyata
sedangkan faktor tunggal media tanam (M) berpengaruh nyata dan faktor bentuk
azolla (A) berpengaruh tidak nyata. Pengamatan pada tinggi tanaman, diameter
batang dan jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuaan kombinasi (MA)
maupun faktor tunggalnya baik media (M), dan Azolla (A) tidak berpengaruh
nyata. Sedangkan pada pengamatan luas daun menunjukkan bahwa kombinasi
(MA) berpengaruh tidak nyata sedangkan faktor tungal (A) berpengaruh nyata dan
faktor (M) tidak berpengaruh nyata. Pada berat kering akar dan pada pengamatan
berat kering batang perlakuan kombinasinya (MA) berpengaruh nyata.
Tabel 2. Hasil Rangkuman F Hitung Parameter PerlakuanParameter
Panjang
Akar
Tinggi
Tanaman
Diameter
Batang
(90 hst)
Jumlah
Daun
Luas
Daun
Berat Biomasa
Akar Batang
Blok 1.869 ns 0.081 ns 0.092 ns 3.197 ns 3.075 * 0.351 ns 1.443 ns
Perlakuan 1.064 ns 1.383 ns 1.028 ns 0.850 ns 2.272 ns 1.638 ns 2.322 *
Media( M) 3.681 * 0.312 ns 0.138 ns 0.241 ns 0.476 ns 0.323 ns 0.039 ns
Azolla (A ) 0.220 ns 0.131 ns 0.172 ns 0.275 ns 3.120 * 0.542 ns 1.792 ns
M x A 0.613 ns 2.366 ns 1.753 ns 1.341 ns 2.447 ns 2.624 * 3.348 *
Galat 22 22 22 22 22 22 22
Keterangan: ns Berpengaruh Tidak Nyata* Berpengaruh Nyata** Berpengaruh Sangat Nyata
21
4.2 Panjang Akar
Akar merupakan organ penting menunjang pertumbuhan tanaman karena
fungsinya dalam penyerapan hara, air, dan penopang tegaknya tanaman. Lynch
(1995) mengemukakan bahwa arsitektur akar merupakan aspek penting dalam
produktivitas tanaman. Arsitektur perakaran menjadi lebih penting pada keadaan
marjinal seperti kandungan dan ketersediaan hara yang rendah atau distribusi hara
yang kompleks (Atkinson, 2000).
Berdasarkan analisis varian, maka untuk mengetahui beda antar perlakuan
dilakukan uji DMRT 5 % yang hasilnya tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji lanjut DMRT 5% terhadap Panjang AkarPerlakuan Rata-rata (cm) Notasi
M1 13.688 aM3 12.369 abM2 11.901 b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata
Dari hasil analisis lanjut uji jarak berganda DMRT 5% pada Tabel 3 di
atas menunjukkan M1 (2:2:1) berbeda tidak nyata dengan M3 (1:2:2), tapi berbeda
nyata dengan M2 (2:1:2). Pada media M1 (2:2:1) bibit cenderung mempunyai
panjang akar yang lebih baik dibandingkan media lainnya. Sedangkan perlakuan
M2 (2:1:2) mempunyai panjang akar yang terendah.
Hal ini disebabkan karena pada media 2:2:1 (M1) mempunyai permebilitas
yang lebih baik dibandingkan pada media 2:1:2 (M2) sehingga dengan nilai
permeabilitas yang baik maka draenase akan baik sehingga tidak terjadi kejenuhan
air (suasana aerob).
22
Tumbuhan yang bukan hidrofit keadaan jenuh air akan menyebabkan
anaerob. Kecuali itu, proses-proses lain menjadi terhambat seperti nitrifikasi
terhambat. Terhambatnya pertumbuhan (atas dan akar), metabolisme aerobik
terhambat, pengambilan dan akumulasi zat akan diperkecil, dan dapat
menstimulasi mikroorganisme parasit (Anonim, 2005).
Dengan adanya perbaikan drainase menyebabkan perbaikan peredaran
udara di dalam tanah, menghilangkan unsur atau senyawa racun, merangsang
kegiatan mikroba, menyebabkan tanah lebih mudah diolah, dan merangsang
pertumbuhan akar tanaman sehingga menjadi besar dan dalam (Arsyad, 2000).
Sedangkan pada media 2:1:2 (M2) media ini menggambarkan bahwa
media ini tersusun dari bahan yang sangat ringan dan sangat porus, sehingga
mempunyai kemampuan menyerap air dan menahan air yang sangat tinggi. Nilai
kerapatan bongkah dan kerapatan partikel yang sangat kecil karena merupakan
media yang didominasi oleh bahan organik yang mempunyai massa yang sangat
kecil (Djajadi dkk, 2002).
Peningkatan porositas tanah menyebabkan ketidakseimbangan antara pori
makro dan mikro. Jika pori mikro jauh lebih besar dari pori makro menyebabkan
volume udara menjadi rendah sehingga menyebabkan berkurangnya pori aerasi,
penghawaan kurang, dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar
(Koorevaar, et al.,1987). Porositas tanah dipengaruhi oleh berat volume tanah
(BV), dimana semakin tinggi berat volume tanah maka porositas rendah begitu
pun sebaliknya semakin rendah berat volume tanah maka porositas akan semakin
tinggi.(Lampiran 15, Analisis Fisika).
23
Draenase yang tidak begitu baik menyebabkan jenuh air yang disebabkan
keadaan jenuh air secara ekstrim berarti tanah tergenang air secara terus menerus
dalam periode cukup lama yang mengakibatkan akar tanaman menjadi busuk
karena kekurangan oksigen, sehingga penyerapan hara terlambat dan tanaman
tumbuh kerdil (Rodiah dan Sumarno, 1993). Banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan akar dan sistem akar suatu tanaman. Ini meliputi faktor-faktor
seperti permeabilitas tanah, air tanah, dan faktor-faktor kimia tanah khususnya
pH tanah.
pH rendah dapat mengurangi kerapatan perakaran dibandingkan tanah
serupa dengan pH yang lebih tinggi (Fisher dan Dunham, 1994). Akan tetapi
perlu diingat bahwa besar kecilnya perkembangan akar tidak selalu mendukung
hasil, suatu sistem akar kecil dapat mendukung hasil yang tinggi asalkan lengas
tanah dan zat-zat hara terdapat dalam ketersediaan yang baik.
4.3 Tinggi Tanaman
Dari analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi tanaman (Tabel 2, Lampiran
1-3) menunjukkan bahwa komposisi media dan bentuk kompos Azolla tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bibit durian pada semua
tingkatan umur.
Tidak adanya pengaruh komposisi media dan macam bentuk kompos
Azolla terhadap tinggi tanaman diduga dikarenakan terlalu singkatnya penelitian
sehingga tidak adanya perbedaan yang menonjol antar sesama perlakuan. Seperti
24
05
101520253035404550
perlakuan
rerata 30hst
60hst
90hst
diketahui bahwa tanaman durian merupakan tanaman berkayu yang memerlukan
waktu untuk pertumbuhan dan menyerap unsur haranya.
Tidak adanya pengaruh komposisi media dan macam bentuk kompos
Azolla terhadap tinggi tanaman juga dikarenakan tempat pembibitan yang cukup
teduh sehingga intensitas cahaya kurang. Cahaya penting bagi tanaman untuk
melakukan proses fotosintesis, kemudian hasil dari proses fotosintesis akan
ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman melalui pembuluh floem,
selanjutnya energi dari hasil fotosintesis tersebut akan mengaktifkan pertumbuhan
tinggi tanaman (Haryati, 1996).
Intensitas cahaya tinggi berpengaruh terhadap aktivitas auksin pada
meristem apikal. Apabila intensitas cahaya tinggi maka aktivitas auksin
meningkat pula, sehingga mengakibatkan tanaman tumbuh tinggi (June, 2001).
Menurut Dieter (2000), pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh
perkembangan dan pertumbuhan sel. Makin cepat sel membelah dan memanjang
(membesar) semakin cepat tanaman meninggi.
Pengaruh komposisi media dan macam bentuk kompos Azolla terhadap
tinggi tanaman pada berbagai tingkat umur disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh komposisi media dan macam bentuk kompos Azolla terhadap rerata tinggi tanaman
25
Gambar 1 Menunjukkan bahwa pemberian kombinasi komposisi media
dan macam bentuk kompos Azolla menunjukkan hasil berbeda tidak nyata
terhadap tinggi tanaman
Di samping itu penambahan kompos Azolla dalam bentuk padat dengan
cara dibenamkan mempunyai peranan yang penting, karena dengan bentuk padat
kompos Azolla bisa lebih bertahan dari proses pelarutan dalam air, pencucian,
penguapan, dan denitrifikasi. Di dalam Azolla juga mengandung kandungan unsur
N yang tinggi. Hasil ini sejalan dengan pendapat Syekfani (1997) yang
menyatakan bahwa Nitrogen merupakan penyusun komponen penting organ
tanaman, sebagai unsur yang terlibat dalam proses fotosintesis, merupakan unsur
kehidupan sel tanaman, penyusun klorofil dan senyawa organik penting lainnya.
Jika berada dalam keadaan kekurangan, maka tanaman akan memperlihatkan
gejala klorosis.
Gardner et al. (1991) menambahkan bahwa nutrisi mineral dan
ketersediaan air mempengaruhi pertumbuhan ruas, terutama oleh perluasan sel,
seperti pada organ vegetatif atau organ pembuahan. Nitrogen dan air khususnya
meningkatkan tinggi tanaman.
Sedangkan pada perlakuan M2A1 medianya mempunyai permebilitas yang
kurang dari lainnya, sehingga kemungkinan lolosnya air dari dalam tanah kurang,
pada perlakuan ini juga terjadi penurunan pH sehingga tanah menjadi asam yang
dikarenakan akibat proses pengomposan Azolla segar oleh bakteri (Azizah dkk,
2003).
26
0.360.360.370.370.380.380.390.390.400.40
perlakuan
rerata
4.4 Diameter Batang
Dari analisis sidik ragam untuk pertumbuhan diameter tanaman terlihat
bahwa perlakuan komposisi media dan bentuk kompos Azolla berpengaruh tidak
nyata terhadap perkembangan diameter batang bibit durian pada umur 90 hst.
(Tabel 2 dan Lampiran 5), untuk lebih jelasnya pengaruh komposisi media dan
macam bentuk kompos Azolla terhadap diameter tanaman pada umur 90 hst
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh komposisi media dan macam bentuk kompos Azolla terhadap diameter batang
Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian kombinasi media dan kompos
Azolla menunjukkan hasil berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan diameter
batang.
Tidak adanya pengaruh terhadap diameter batang disebabkan tempat yang
terlalau teduh karena diameter juga dipengaruhi oleh cahaya karena hasil
fotosintesis akan ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman melalui pembuluh
floem, selanjutnya energi dari hasil fotosintesis tersebut akan mengaktifkan
pertumbuhan batang, sehingga diameter batang meningkat.
27
0
2
4
6
8
10
12
14
perlakuan
rerata 30 hst
60 hst90 hst
4.5 Jumlah Daun
Dari hasil sidik ragam pertumbuhan bibit durian menunjukkan bahwa
semua perlakuan yang diujikan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan
jumlah daun .
Untuk lebih jelasnya pengaruh komposisi media dan macam bentuk
kompos Azolla terhadap jumlah daun pada berbagai tingkat umur disajikan pada
gambar Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh komposisi media dan macam bentuk kompos Azolla terhadap rerata jumlah daun
Dalam Gambar 3 terlihat bahwa semua perlakuan yang diujikan
menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata, hal ini disebabkan karena
unsur-unsur hara khususnya unsur hara makro yang terdapat di dalam semua
kombinasi yang diujikan akan memberikan pengaruh yang sama bagi
pertumbuhan tanaman, menurut Khaswarina (2001) menunjukkan bahwa unsur N
menyebabkan perkembangan daun yang lebih cepat. Sedangkan unsur P, K, Mg,
Ca, dan S juga berperan dalam menunjang pertumbuhan daun. Sedangkan unsur
hara mikro dan bahan pembawa lainnya yang terdapat pada sebagian kombinasi
28
perlakuan juga akan memberikan pengaruh yang sama bagi pertumbuhan
tanaman, seperti berperan di dalam memperbesar peluang terjadinya proses
fotosintesis, sesuai dengan pendapat Hairiah, dkk (2003), unsur Fe berperan
penting dalam sintesa klorofil, unsur Mn diperlukan untuk pembentukan O2 dalam
proses fotosintesis.
Tidak adanya pengaruh terhadap jumlah daun mungkin disebabkan tempat
yang teduh karena jumlah daun juga dipengaruhi oleh cahaya karena hasil
fotosintesis akan ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman melalui pembuluh
floem, selanjutnya energi dari hasil fotosintesis tersebut akan mengaktifkan
pertumbuhan tunas, sehingga jumlah cabang dan daun meningkat (June, 2001).
4.6 Luas Daun
Dari analisis lanjut uji jarak berganda DMRT 5% pada Tabel
menunjukkan bahwa pada umur 90 hst perlakuan A3 (tablet) berbeda tidak nyata
dengan perlakuan A2 (kering) dan A1 (basah), tetapi A3 berbeda nyata dengan A0
(tanpa Azolla).
Tabel 4. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% terhadap Luas DaunPerlakuan Rata-rata (cm2) Notasi
A3 53.843 aA2 53.706 abA1 53.556 abcA0 50.463 c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata
29
Dari analisis lanjut uji jarak berganda DMRT 5% pada Tabel 4
menunjukkan bahwa pada umur 90 hst perlakuan A3 (tablet) berpengaruh berbeda
tidak nyata dengan perlakuan A2 (kering) dan A1 (basah), tetapi A2 berbeda nyata
dengan A0 (tanpa Azolla) sedangkan A1 berpengaruh tidak nyata.
Perlakuan A3 menghasilkan rata-rata luas daun yang lebih luas dan
berpengaruh berbeda nyata dari pada kontrol A0 (tanpa Azolla), Azolla tablet
merupakan perlakuan terbaik karena di samping pemberiannya yang dilakukan
dengan cara dibenamkan di dalam tanah sehingga akar dapat lebih mudah
menyerapnya, dalam bentuk padatan Azolla juga tidak mudah mengalami
perlarutan oleh air sehingga menyebabkan unsur-unsur yang dikandung oleh
Azolla tidak mudah hilang. Pembenaman Azolla menunjukkan efektif sebagai
sumber Nitrogen yang memacu pertumbuhan vegetatif tanaman (Lubis, 2000).
Azolla dapat berpengaruh dalam luas daun dikarenakan hidup bersimbiosis
dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N2) dari udara.
Anabaena azollae mempunyai 2 macam sel yaitu sel vegetatif dan sel heterosis.
Sel heterosis berfungsi untuk menambat Nitrogen dari udara. Enzim Nitrogenase
terdapat di dalam sel heterosis karena Nitrogenase sensitif terhadap oksigen, oleh
karenanya sel heterosis tidak memiliki fotosistem II dan energi yang dibutuhkan
untuk fiksasi Nitrogen dipasok dari fotosistem I dari sel-sel vegetatif yang
berfungsi mengikat karbon udara yang hasilnya sebagian diangkut ke sel
heterosis. Kemampuan menambat Nitrogen (N2) dari asosiasi tersebut lebih tinggi
dibandingkan kemampuan menambat N2 dari bakteri yang hidup bebas di sekitar
tanaman dan lebih tinggi daripada simbiosis yang lain yaitu dapat mencapai 450-
30
500 kg/ha/tahun atau pada pertumbuhan yang maksimal dapat mencapai 670
kg/ha/tahun (Sumadi, 2003).
Kertesediaan unsur N pada saat menjelang munculnya daun merupakan
faktor yang menentukan perkembangan luas daun. Oleh karena itu pertumbuhan
dan perkembangan daun memerlukan ketersediaan unsur N yang cukup selama
fase pertumbuahan tanaman, yaitu mulai pertumbuhan daun bawah sampai daun
pucuk, apabila unsur N melebihi dosis yang dibutuhkan daun bagian bawah, maka
kelebihan unsur N tersebut akan ditranskolasikan pada daun bagian pucuk (Lubis,
2000).
4.7 Berat Kering Batang
Pertumbuhan tanaman difinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman
yang diikuti dengan peningkatan berat kering. Proses pertumbuhan tanaman
meliputi pembelaan sel, pelebaran sel, dan diferensiasi sel (Darmawan dan
Baharsyah, 1982). Menurut Gardner et al (1991), berat kering tanaman budidaya
merupakan penimbunan hasil asimilasi CO2 sepanjang masa pertumbuhan.
Berdasarkan analisis varian terhadap berat kering bagian atas, maka untuk
mengetahui beda antar perlakuan dilakukan uji DMRT 5 % yang hasilnya tertera
pada Tabel 5. Dimana M1A3 berbeda nyata dengan perlakuan M2A0 dan M1A0.
Perlakuan M1A3 mempunyai berat kering lebih baik dikarenakan mempunyai
kadar unsur hara yang lebih baik sehingga proses metabolisme lebih optimal.
Hasil metabolisme memberi kontribusi terhadap pertambahan berat kering
tanaman.
31
Tabel 5. Hasil uji lanjut DMRT 5% berat kering batang (Shoot)Perlakuan Rata-rata Notasi
M1A0 3.353 bcM1A1 4.330 abcM1A2 4.647 abM1A3 4.913 aM2A0 3.000 cM2A1 4.103 abcM2A2 3.800 abcM2A3 4.137 abcM3A0 3.297 bcM3A1 4.300 abcM3A2 4.713 abM3A3 4.447 abc
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata
Berat kering tanaman merupakan cerminan efisiensi penyerapan unsur
hara dan pemanfaatan radiasi matahari yang tersedia sepanjang masa pertumbuhan
oleh tajuk tanaman. Sehingga cahaya juga berpengaruh terhadap berat kering
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Terjadi hubungan yang erat antara kondisi daun-daun yang tumbuh dengan
laju asimilasi bersih tanaman. Daun yang tidak dalam kondisi saling menaungi
akan dapat menyerap cahaya matahari, yang semakin meningkat sehingga dapat
menyebabkan meningkatnya laju asimilasi bersih. Hal itu tidak terlepas dari
keadaan perakarannya, yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dan lengas
sebagai bahan dalam proses fotosintesis di daun untuk diubah bersama-sama CO2
menjadi karbohidrat (June, 2001).
Berat kering tanaman juga dipengaruhi oleh kadar air. Kekurangan air
dapat menghambat laju fotosintesa, karena turgiditas sel penjaga stomata akan
menurun. Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan, 1995). Penutupan
32
stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada daun akan
mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada akhirnya akan
mengurangi laju fotosintesa (Goldsworthy dan Fisher, 1995). Disamping itu
penutupan stomata merupakan faktor yang sangat penting dalam perlindungan
terhadap cekaman air yang berat (Fitter dan Hay, 1994).
4.8 Berat Kering Akar
Karena akar tanaman mampu menyerap unsur hara dan air dalam jumlah
yang cukup bagi tanaman. Kondisi perakaran yang buruk akan mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan tanaman durian.
Berat kering akar tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
kadar unsur hara. Media mengandung kandungan unsur hara dalam kriteria
sedang, penambahan Azolla menyebabkan kandungan unsur hara media ini
meningkat sehingga kebutuhan tanaman untuk melakukan pertumbuhan tercukupi.
(Lampiran 14, Hasil Analisis).
Tabel 5. Hasil uji lanjut DMRT 5% berat kering akar (Root)Perlakuan Rata-rata Notasi
M1A0 0.613 bcM1A1 0.750 abcM1A2 0.803 abM1A3 0.863 aM2A0 0.673 abcM2A1 0.777 abcM2A2 0.787 abcM2A3 0.800 abM3A0 0.683 cM3A1 0.763 abcM3A2 0.767 abcM3A3 0.633 abc
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata
33
Berdasarkan analisis varian terhadap berat kering bagian atas maka untuk
mengetahui beda antar perlakuan dilakukan uji DMRT 5 % yang hasilnya tertera
pada Tabel 5. M1A3 berbeda nyata dengan perlakuan M3A0 dan M1A0.
Apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P, K dan Mg akan
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, akar menjadi lemah dan jumlah
akar berkurang, dengan demikian akan mempengaruhi berat kering tanaman,
terutama unsur P dapat menyebabkan berkurangnya perkembangan akar dimana
akar akan kelihatan kecil-kecil, sedangkan unsur N merupakan unsur penyusun
tanaman muda. Sedangkan unsur C, H, dan O yang terkandung di dalam bahan
organik merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis
sebagai penyusun senyawa-senyawa penting dalam tanaman yang nantinya akan
diubah membentuk organ seperti batang, daun, dan akar. Sesuai dengan pendapat
Darmawan dan Baharsyah (1982) yang menjelaskan apabila fotosintesis
berlangsung dengan baik, tanaman akan dapat tumbuh dengan normal serta diikuti
oleh peningkatan berat kering tanaman.
Berat kering akar juga dipengaruhi oleh struktur tanah. Struktur tanah
dan konsentrasi tanah menentukan kerapatan akar dan jangkauan penjalarannya.
Struktur mampat dan konsistensi berat menyebabkan kerapatan akar dan
penjalarannya lemah, sehingga kemampuan akar menyerap lengas dan hara
menjadi kecil (Syukur, 2002).
BV tanah juga berpengaruh dalam menentukan berat kering akar dimana
semakin tinggi BV tanah, maka porositas semakin rendah sehingga menyebabkan
media ini mempunyai permeabilitas dan infiltrasi yang cepat, daya menahan air
34
yang rendah, sehingga kapasitas air tersedia rendah. Begitupun sebaliknya apabila
BV rendah, maka porositas semakin tinggi, sehingga menyebabkan media sering
mengalami kejenuhan air.
Pada media M3A0 mempunyai nilai BV yang tinggi (Lampiran 15, analisis
fisika tanah). Karena media ini didominasi fraksi pasir maka pori makro lebih
banyak dibandingkan pori mikro. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya permeabilitas
tanah dan pori drainase lambat maupun pori menahan air. Tingginya fraksi pasir
dibandingkan fraksi lempung maupun fraksi debu menyebabkan rendahnya luas
permukaan jenis sehingga menyebabkan nilai KPK-nya rendah. Berdasarkan sifat-
sifat tersebut maka proses pelindian di tanah ini besar sehingga hara tersedia
banyak yang hilang dan ini berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Pada
media M2A0 mempunyai nilai BV yang rendah, sehingga menyebabkan sering
terjadi kejenuhan air dimana semua pori tanah (makro dan mikro) terisi oleh air
sehingga menyebabkan proses-proses metabolisme terhambat.
35