54
PENGARUH STOK MODAL DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA UKM DI KABUPATEN TASIKMALAYA PERIODE TAHUN 2003-2008 (Studi Kasus pada Industri Komoditi Unggulan ) Apip Supriadi, Iis Surgawati, Dita Eka Lestari Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun 2003-2008. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data semesteran selama 6 tahun yang bersifat sekunder. Data diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah model Regresi Linier Berganda dengan alat analisis: koefisien determinasi (R 2 ), uji t, uji F, heteroskedastis, uji normalitas, masalah serial korelasi dengan Durbin Watson, dan masalah multikolinier menggunakan program perhitungan Eviews dan analisis elastisitas. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa 97,93 % penyerapan tenaga kerja pada industri bordir di Kabupaten Tasikmalaya dipengaruhi oleh stok modal dan upah minimum Kabupaten sedangkan sisanya 2,07 % dipengaruhi oleh faktor lain (misal teknologi) diluar model tersebut. Untuk penyerapan tenaga kerja pada industri bambu di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 99,51 % sedangkan sisanya sebesar 0,49 %. Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri pandan di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 60,39 % dan sisanya 39,61 %. Dan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir, bambu dan pandan, 2

drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

PENGARUH STOK MODAL DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA UKM DI KABUPATEN TASIKMALAYA PERIODE TAHUN 2003-2008

(Studi Kasus pada Industri Komoditi Unggulan )

Apip Supriadi, Iis Surgawati, Dita Eka Lestari

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun 2003-2008.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data semesteran selama 6 tahun yang bersifat sekunder. Data diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah model Regresi Linier Berganda dengan alat analisis: koefisien determinasi (R2), uji t, uji F, heteroskedastis, uji normalitas, masalah serial korelasi dengan Durbin Watson, dan masalah multikolinier menggunakan program perhitungan Eviews dan analisis elastisitas.

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa 97,93 % penyerapan tenaga kerja pada industri bordir di Kabupaten Tasikmalaya dipengaruhi oleh stok modal dan upah minimum Kabupaten sedangkan sisanya 2,07 % dipengaruhi oleh faktor lain (misal teknologi) diluar model tersebut. Untuk penyerapan tenaga kerja pada industri bambu di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 99,51 % sedangkan sisanya sebesar 0,49 %. Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri pandan di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 60,39 % dan sisanya 39,61 %. Dan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir, bambu dan pandan, industri mendong juga dipengaruhi oleh stok modal dan upah minimum Kabupaten sedangkan sisanya sebesar 1,26 % di pengaruhi oleh faktor lain (teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan Skripsi ini.

Pengaruh stok modal pada industri bordir, bambu, pandan dan mendong berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Upah minimum pada industri bordir berpengaruh negatif dan tidak signifikan, upah minimum pada industri bambu dan mendong berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan untuk upah minimum pada industri pandan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Kata kunci : Stok Modal, Upah Minimum, Tenaga kerja.

2

Page 2: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia

tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%). Usaha kecil dan menengah

(UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara

ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. UKM berperan menghasilkan lebih

dari setengah Produk Domestik Bruto. Pada tahun 2006, UKM menghasilkan

53,28% PDB atau senilai Rp 1779 triliun. Sementara usaha besar menghasilkan

sisanya yakni 46,72% PDB atau senilai Rp 1559 triliun.

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, UKM ternyata berperan sangat

dominan. Pada tahun 2006, dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap oleh dunia

kerja, sebanyak 85,4 juta atau 96,2% terserap oleh UKM. Angka ini ternyata

terbagi menjadi sekitar 81 juta diantaranya diserap oleh jenis usaha Mikro dan

Kecil, dan sekitar 4,4 juta tenaga kerja lainnya diserap oleh Usaha Menengah.

Dengan demikian, hanya sekitar 4,3 juta pekerja yang diserap oleh usaha besar.

Ini menunjukan betapa kecilnya peran Usaha Besar dalam menciptakan

kesempatan kerja.

Kondisi perekonomian makro Kabupaten tasikmalaya pada saat ini

ditunjukan melalui beberapa variabel antara lain: nilai PDRB, inflasi, Laju

Pertumbuhan Ekonomi (LPE), pendapatan perkapita, dan laju investasi.

Struktur perkonomian Kabupaten Tasikmalaya masih didominasi sektor

pertanian dengan kontribusi sebesar 35,64 % terhadap produksi bruto. PDRB atas

dasar harga berlaku di Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp 4,32 trilyun, yang

dipengaruhi oleh tingkat inflasi sebesar 10,29 %.

Begitu pula dengan investasi yang ditanamkan pada UKM khususnya

pada idustri komoditi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya diharapkan mampu

mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap

kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Pada dasarnya upaya mensejahterakan buruh melalui konsep KHL

(Kebutuhan Hidup Layak) dalam UU No 13/2003 Pasal 89 (1) dianggap cukup

3

Page 3: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

ideal, namun belum jelas kapan bisa diberlakukan, sampai sekarang ini political

will yang masih lemah dari pemerintah. Sehingga penetapan upah buruh sampai

sekarang ini tetap didasarkan atas KHM sebagaimana surat edaran Menakertrans

ke seluruh gubernur tanggal 16 Juli 2004.

Makna dari upah minimum ini adalah sebagai jaring pengaman terhadap

buruh supaya tidak diekspolitasi dan upah yang tidak layak. Karena upah bagi

buruh menyangkut nasib dan kehidupannya yang selama ini dibutuhkan untuk

kepentingan buruh dan keluarga.

Pengaruh proses transformasi struktural pada perekonomian Indonesia

semasa Orde Baru telah menggeser struktur ekonomi dari dominan pertanian

menjadi dominan industri. Prioritas ekonomi nasional yang sebelumnya lebih

dititikberatkan pada sektor pertanian, mulai dikurangi, sedangkan peranan sektor-

sektor khususnya industri dan jasa semakin ditingkatkan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perlu adanya suatu

kajian yang dapat menerangkan kondisi penyerapan tenaga kerja pada UKM di

Kabupaten Tasikmalaya. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh Stok Modal dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja pada UKM di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun

2003-2008 (Studi Kasus pada Industri Komoditi Unggulan)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diteliti akan

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh stok modal dan upah minimum kabupaten terhadap

penyerapan tenaga kerja pada industri komoditi unggulan di Kabupaten

Tasikmalaya periode tahun 2003-2008.

2. Bagaimana perbandingan elastisitas penyerapan tenaga kerja pada industri

komoditi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya periode 2003-2008.

4

Page 4: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini untuk

mengetahui dan menganalisis :

1. Untuk mengetahui pengaruh stok modal dan upah minimum kabupaten

terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun

2003-2008.

2. Untuk mengetahui perbandingan elastisitas penyerapan tenaga kerja pada

industri komoditi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya periode 2003-2008.

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kerangka Pemikiran

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian usaha kecil

adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang

secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk

mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Penduduk juga merupakan peran penting dalam penyerapan tenaga kerja,

kareana apabila terjadi penurunan penduduk maka akan terjadi pula penurunan

dalam rangsangan investasi. Bagitu pula sebaliknya apabila terjadi peningkatan

penduduk yang tinggi maka tingkat penghasilan dan investasi akan tinggi pula.

Menurut Sonny Sumarsono (2003 : 105) permintaan tenaga kerja berkaitan

dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi, dimana

faktor yang mempengaruhi penyerapan akan tenaga kerja adalah tingkat upah,

nilai produksi dan nilai invastasi.

Investasi dan tingkat upah merupakan faktor-faktor penyerapan tenaga

kerja. Apabila kita mengesampingkan faktor-faktor tersebut maka penyerapan

tenaga tidak akan barjalan lancar. Nilai investasi dan tingkat upah yang terus

meningkat secara langsung akan membawa dampak positif pada penyerapan

5

Page 5: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

tenaga kerja, karena dengan adanya peningkatan upah dan nilai investasi tersebut

para pengusaha pun aka berupaya untuk meningkatkan atau menambah jumlah

unit usahanya sehingga dengan adanya penambahan unit usaha pengusaha secara

otomatis akan menambah pula jumlah tenaga kerjanya, dan dari faktor-faktor

inilah nantinya dapat dikaji untuk mengetahui perkembangan penyerapan tenaga

kerja pada UKM di Kabupaten Tasikmalaya.

2.2.1. Hubungan Antara Stok Modal dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Stok modal menurut Smith merupakan unsur produksi yang secara aktif

menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan

output, sehingga jumlah dan pertumbuhan output bergantung pada laju

pertumbuhan stok, pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara

langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung, maksudnya adalah peningkatan

produktifitas perkapita yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi dan

pembagian kerja yang semakin tinggi. (Abdul Hakim, 2002: 68)

Sedangkan model pertumbuhan Solow memperlihatkan bagaimana

pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, kemajuan teknologi

berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output

barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Seperti halnya kebanyakan

model pertumbuhan lainnya, model Solow juga menganggap bahwa penawaran

dan permintaan terhadap barang memainkan peran penting dalam suatu

perekonomian. Secara teoritis, penawaran barang didasarkan pada fungsi produksi

yang menyatakan bahwa persediaan output bergantung pada persediaan modal dan

angkatan kerja.

Dalam model ini, selain faktor kapital, Solow juga menekankan pentingnya

faktor tenaga kerja dan teknologi.

Dengan demikian besarnya stok modal akan mementukan tingkat output

secara aktif dan itu berarti dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Secara

6

Page 6: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

teoritis, semakin besar nilai investasi pada industri kecil dimana investasi yang

dilakukan bersifat padat karya maka stok modal pun akan bertambah, sehingga

kesempatan kerja yang diciptakan semakin tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut

maka dapat dilihat penyerapan tenaga kerja yaitu elastis terhadap stok modal.

2.2.2. Hubungan Antara Tingkat Upah dengan Penyerpan Tenaga Kerja

Dalam teori ini Keynes berpendapat bahwa harga-harga dan gaji-gaji tidak

fleksibel seperti yang diungkapkan oleh teori klasikal. Gaji-gaji mempunyai

kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan ekonomi menurun karena pekerja-

pekerja tidak mau menerima gaji-gaji yang tidak mencukupi mereka untuk hidup

dengan layak, hal ini diperkuat oleh aksi-aksi dari serikat pekerja. Jika gaji terlalu

rendah, pengangguran akan terjadi. Pada kasus harga, perusahaan-perusahaan

dengan produksi barang yang tinggi lebih menyukai untuk mengurangi produksi

dan memecat pekerja-pekerja dari pada menurunkan harga. Kekuatan monopoli

mereka sering kali memungkinkan mereka untuk melakukan hal ini.

Sejak pertengahan tahun 1980-an, ada beberapa saat dimana pekerja

menerima penurunan gaji. Misalnya, di industri pesawat terbang dan baja.

Disamping pengecualian-pengecualian ini penurunan gaji adalah suatu hal yang

langka. Lebih merupakan pola yang umum bahwa gaji selalu mengalami

kenaikan, setidaknya untuk mengimbangi kenaikan biaya hidup.

Sedangkan menurut Smith yang sangat menentukan jumlah penduduk pada

suatu masa tertentu adalah tingkt upah pada saat itu. Jika tingkat upah yang

berlaku lebih tinggi dari pada tingkat upah subsusten (tingkat upah yang hanya

cukup untuk hidup pas-pasan), maka jumlah penduduk akan meningkat. Smith

juga menyatakan bahwa tingkat upah ditentukan oleh stok kapital dan tingkat

pertumbuhan output. Oleh karena itu jumlah penduduk akan meningkat atau

menurun tergantung pada stok modal dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada

suatu masa tertentu. (Abdul Hakim, 2002 : 67)

7

Page 7: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

Jadi dalam hal ini upah juga sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga

kerja. Sehingga elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah yaitu elastis.

Gambar 1Kurva Penawaran Tenaga Kerja

Pada awalnya, peningkatan upah akan menambah alokasi waktu untuk

bekerja, katena biaya kesempatan dari tidak bekerja makin mahal. Penawaran dari

tenaga kerja pun makin meningkat. Tetapi sampai upah tingkat tertentu (W*),

seseorang merasakan waktu nilai hidupnya (utilitas hidupnya) telah menurun

karena hampir seluruh waktu digunakan untuk bekerja. Akhirnya dia merasa biaya

kesempatan dari bekerja amat mahal. Lalu dia pun memutuskan untuk mengurangi

jam kerja. Keadaan ini digambarkan dalam gambar 2.2 tentang kurva penawaran

tenaga kerja yang melengkung membalik (backward ending labour supply curve).

8

Upah (W)

Jam Kerja

Backward bending of supply labour

Curve

SL

I*

W*

Page 8: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

Gambar 2.Permintaan Tenaga Kerja

Dari gbr.(a) terlihat, jika dipekerjakan N1 maka produk phisik marjinal dari

tenaga kerja adalah MPPL1. Jika dipekerjakan N2 maka produk phisik marjinalnya

turun menjadi MPPL2.

Telah diketahui bahwa keuntungan maksimum diperoleh ketika tingkat

output diproduksi pada saat marginal cost (MC) = marginal revenue (MR). dalam

pasar persaingan sempurna MR = P (harga). Jadi dalam perusahaan persaingan

sempurna, keuntungan maksimum diperoleh ketika memproduksi output dimana

MC = P. per-definisi, MC adalah besrnya tambahan biaya yang diperlukan untuk

menambah output satu unit.

Dalam hal ini, perusahaan hanya menggunakan satu faktor variabel, yaitu

tenaga kerja. Dengan demikian jika ada tambahan satu unit tenaga kerja, maka

biaya akan naik sebesar harga per unit jasa tenaga kerja tersebut yang dinamakan

tingkat upah nominal, W. Output akan naik sebesar MPPL. Hal ini berarti bahwa,

jika ditambahkan satu tenaga kerja lagi maka biaya akan naik sebesar W dan

output naik sebesar MPPL. Jadi, MC = W/MPPL. Sekarang kita dapat menulis

9

Page 9: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

kembali syarat maksimisasi keuntungan sebagai berikut : W/MPPL = P atau

W/P = MPPL.

Berdasarkan persamaan syarat maksimisasi diatas, Gb. 2.3 dapat diubah ke

dalam gbr (a) yang menunjukkan hubungan antara harga tenaga kerja dengan

jumlah tenaga kerja yang diminta. Oleh karena itu kurva yang menunjukkan

hubungan tersebut disebut kurva permintaan tenaga kerja. Kurva tersebut ternyata

terletak sepanjang kurva MPPL. Perusahaan yang beroperasi berdasarkan kurva

ini berarti memenuhi syarat maksimisasi profit. Kurva garis putus menunjukkan

kombinasi N dan K dengan K yang lebih banyak.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Smith dan Solow dalam kerangka

pemikiran di atas, dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut :

Gambar 34Paradigma Penelitian Pengaruh Stok Modal dan Upah Minimum Kabupaten terhadap

Penyerapan tenaga Kerja

2.2. Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran diatas, penulis

merumuskan hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini yaitu :

a. Diduga stok modal berpengaruh positif dan upah minimum Kabupaten

berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri bordir,

pandan, mendong, dan bambu di Kabupaten Tasikmalaya.

10

Stok Modal

Upah

Penyerapan Tenaga Kerja

Page 10: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

b. Diduga elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada

industri bordir, bambu, pandan dan mendong adalah inelastis, dan elastisitas

penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri bordir,

bambu, pandan dan mendong adalah inelastis.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah stok modal, upah minimum dan penyerapan

tenaga kerja pada UKM khususnya Komoditi Unggulan di Kabupaten

Tasikmalaya, seperti Bordir, Pandan, Mendong dan Bambu.

Dalam menentukan produk unggulan tersebut, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya mempertimbangkan potensi yang dimiliki

seperti ketersediaan sumberdaya alam, beberapa aspek lainnya yang

dipertimbangkan dalam penentuan produk industri unggulan tersebut adalah :

1. Orientasi pasar

2. Ketersediaan bahan baku

3. Penyerapan tanaga kerja

4. Nilai bahan baku

5. Nilai produksi, dan

6. Nilai investasi

Berdasarkan hasil penyusunan prioritas komoditi terhadap potensi–

potensi industri di Kabupaten Tasikmalaya, keempat produk unggulan tersebut

memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pendorong

utama perekonomian daerah Kabupaten Tasikmalaya.

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif, menurut Ir. M. Iqbal Hasan, M.M. (2002:22): “penelitian yang

digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi

11

Page 11: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat”.

Metode ini bukan hanya saja menjabarkan (analitis), tetapi juga memadukan.

Metode ini pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori yang

menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah.

3.3. Model Ekonometrik

Menurut penelitian Mohamad Agus Subekti dengan judul skripsi “

Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjarnegara. “

yang menyatakan hasil persamaan model regresi yang ditransformasikan ke

logaritma berganda dengan menggunakan Logaritma Natural (Ln), bentuk

persamaannya adalah sebagai berikut:

Ln Y = Ln β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + µ

dimana : Y = Jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri

kecil genteng di Kabupaten Banjarnegaraβ0 = KonstantaX1 = Tingkat UpahX2 = Nilai ProduksiX3 = Nilai Investasiβ1 , β2 , β3 = Variabel yang dicari untuk mengukur elastisitas

hasil terhadap variabel X1,X2,X3µ = Faktor lain (faktor pengganggu)

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrik

yang dianalisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)

dengan Lin-Log Model dimana varibel tidak bebasnya dalam bentuk linear dan

varibel bebasnya dalam bentuk logaritma. Penulis mencoba menggunakan model

yang digunakan oleh Mohamad Agus Subekti (2007) dengan melakukan

modifikasi pada model penelitiannya, maka didapat persamaan sebagai berikut:

Ln L = β0 + β1 ln K + β2 ln W + e

L = Tenaga Kerja

12

Page 12: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

K = Stok Modal

W = Tingkat Upah

β0, β1, β2 = Koefisien Regresi

e = Error Term

3.4. Operasional Variabel

Adapun operasional variabel dalam pengolahan data, penulis

mengasumsikan bahwa :

Tabel 1Operasional Variabel

No Variabel Konsep Indikator Lambang

1 Tenaga Kerja

Jumlah orang yang bekerja pada industri komoditi unggulan. Orang L

2 Stok Modal

Nilai mesin tenun, mesin jahit, gergaji, golok, pisau dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Rp K

3Upah Minimum

Upah yang diterima buruh yaitu UMK x jumlah orang x 12. Rp W

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal

atau keterangan-keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen

populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara peninjauan langsung

terhadap suatu objek penelitian dan hasil wawancara dengan pihak

perusahaan, baik pihak manajemen puncak maupun pihak terkait. Selain itu,

13

Page 13: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

diperoleh dari hasil pengumpulan dokumen-dokumen perusahaan yang

berhubungan dengan topik suatu penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak luar perusahaan yang

menjadi objek penelitian. Data ini diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu

mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian yang

akan dibahas lebih lanjut berdasarkan literatur-literatur yang ada.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang dikeluarkan lembaga tertentu, yaitu Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kependudukan dan Transmigrasi dan

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya. Cara lain yang dilakukan dalam

pengumpulan data adalah dengan cara mencari data yang relevan melalui studi

pustaka dari beberapa publikasi ilmiah, surat kabar dan lain-lain yang berkaitan

dari rencana penelitian ini.

3.6. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan adalah dengan uji asumsi klasik, uji t, uji F

dan analisis elastisitas.

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

3.6.1.1. Masalah Multikolinier

Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linear atau

hubungan yang pasti diantara variabel penjelas dalam model regresi. Gejala

ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan

adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat

tinggi namun sebagian besar variabel penjelas tidak menjelaskan hubungan yang

signfikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-

stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel. (Mendenhall, dkk, 1989 dalam

Kuncoro, 2001)

14

Page 14: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

3.6.1.2. Masalah Serial Korelasi

Durbin Watson

Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai

masalah korelasi berdasarkan pada bagan daerah kritis dibawah ini :

dl = batas kritis bawah

du = batas kritis atas

4-du = batas kritis atas (dilihat dari batas maksimum)

4-dl = batas kriteria bawah (dilihat dari batas minimum)

Ketentuan penilaian batas kritis yang menjelaskan da atau tidak maslah

serial korelasi dalam model adalah sebagai berikut :

Tabel 2Tabel Kriteria Batas Durbin Watson

Kriteria Batas Kritis Kesimpulan

0 < d < dL Ho ditolak (Autokorelasi positif)

DL ≤ d ≤ du Autokorelasi tidak jelasa

4-dL < d < 4 Ho ditolak (Autokorelasi negative)

4-du ≤ d ≤ 4-dL Autokorelasi tidak jelas

du < d < 4-du Ho diterima

3.6.1.3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa

besar variabel bebas dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel

terikat.

15

Page 15: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

3.6.1.4. Heteroskedastis

Heteroskedastis merupakan salah satu asumsi OLS jika varian

residualnya tidak sama. Untuk mendekati ada tidaknya heteroskedastis dilakukan

dengan white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap

semua variable penjelas.

3.6.2. Uji t-Statistik

Uji t dilakuakan untuk melihat signifikansi dari pengaru variabel bebas

secara individu terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel terikat lainnya

konstan.

3.6.3. Uji F-Statistik

Pengujian F – statistik digunakan untuk menguji signifikansi dari semua

variabel bebas sebagai suatu kesatuan, atau mengukur pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama.

3.6.4. Analisis Elastisitas

Yaitu untuk melihat tingkat derajat kepekaan (sensitifitas) penyerapan

tenaga kerja, sebagai akibat dari perubahan stok modal dan upah minimum

terhadap banyaknya menyerap tenaga kerja. Dimana y = f (x), elastisits y terhadap

x adalah :

η

Sedangkan untuk elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok

modal dan upah minimum yaitu L = f (K,W). Formulasi elastisitas yang

digunakan sebagai berikut :

1. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Stok Modal

η

2. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Upah Minimum

η

Yaitu dengan kriteria (η > 1) elastis dan (η < 1) inelastis.

16

Page 16: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Bordir Periode Tahun 2003-2008

Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk

persamaan linear sebagai berikut :

Ln L = 1,235624 + 0,897940 ln K - 0,004597 ln W + e

4.1.1.1. Koefisien Korelasi

Dilihat dari pengaruh R yaitu sebesar 0,974747 ini menjelaskan bahwa

stok modal dan upah minimum pada industri bordir terhadap penyerapan tenaga

kerja sebesar 97,47 % sedangkan sisanya sebesar 2,53 % dijelaskan oleh faktor

lain (misalnya teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan

skripsi ini.

4.1.1.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan

variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil

regresi industri bordir memiliki R2 = 0,979338 yang berarti bahwa varians dari

variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah minimum dapat

menerangkan 97,93 % dari variabel tidak bebasnya yaitu penyerapan tenaga kerja,

sedangkan sisanya sebesar 2,07 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.

4.1.1.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Bordir

Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai

hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat

diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).

Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja

17

Page 17: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan

probabilitasnya sebesar 0,0064 < 0,05. Sedangkan pengaruh upah minimum

kabupaten tidak signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya

sebesar 0,9730 > 0,05. Sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sejalan dengan

pendapat jurnal Mohamad Agus Subekti serta teori Adam Smith dan Keynes.

4.1.1.4. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Pada Industri Bordir

Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu

arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri

bordir adalah 213,2930 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bordir Fhitung > Ftabel atau

213,2930 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah

minimum) dari industri bordir di atas secara bersama-sama signifikan

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun

2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.

4.1.1.5. Masalah Multikolinier

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel

penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara

variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat dilihat

pada correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak

lebih dari 0,5 maka uji multikolinieritas pada industri bordir dianggap lolos.

(Lampiran)

4.1.1.6. Masalah Serial Korelasi

Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok

modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah

dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun

besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah

ini :

18

Page 18: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

BATAS KRITERIA DURBIN WATSON

Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten

terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,561927. Dengan

mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421

sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat

diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara 4-du -4-dl, dengan kata lain

d > 4-du (2,561927 > 2,421) maka dalam persamaan diatas serial korelasi tak

tentu.

4.1.1.7. Uji Heteroskedastis

Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai

varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,

dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila

hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi

heteroskedastis.

Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal

ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri bordir dengan

nilai 0,081751 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya tidak

terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan

sebagai model.

19

Page 19: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

4.1.2. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Bambu Periode Tahun 2003-2008

Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk

persamaan linear sebagai berikut :

Ln L = 2,660552 + 0,632285 ln K + 0,152626 ln W + e

4.1.2.1. Koefisien Korelasi

Dilihat dari pengaruh R nya yaitu sebesar 0,993972 ini menjelaskan

bahwa stok modal dan upah minimum pada industri bambu terhadap penyerapan

tenaga kerja sebesar 99,39 % sedangkan sisanya sebesar 0,61 % dijelaskan oleh

faktor lain (misalnya teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan

skripsi ini.

4.1.2.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan

variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil

regresi pada industri bambu memiliki R2 = 0,995068 yang berarti bahwa varians

dari variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah minimum

dapat menerangkan 99,50 % dari variabel tidak bebasnya yaitu penyerapan tenaga

kerja, sedangkan sisanya sebesar 0,5 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar

model.

4.1.2.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Bambu

Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai

hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat

diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).

Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis juga dapat menarik

kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja

terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan

probabilitasnya sebesar 0,0000 < 0,05. Dan pengaruh upah minimum kabupaten

20

Page 20: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

juga signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya sebesar 0,0086 <

0,05.

4.1.2.4. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Pada Industri Bambu

Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu

arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri

bambu adalah 907,9580 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bambu Fhitung > Ftabel atau

907,9580 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah

minimum) dari industri bambu di atas secara bersama-sama berpengaruh

signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya

periode tahun 2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.

4.1.2.5. Masalah Multikolinier

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel

penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara

variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat dilihat

pada correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak

lebih dari 0,5, maka uji multikolinieritas pada industri bambu ini dianggap lolos.

(Lampiran)

4.1.2.6. Masalah Serial Korelasi

Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok

modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah

dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun

besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah

ini :

21

Page 21: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

BATAS KRITERIA DURBIN WATSON

Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten

terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,740190. Dengan

mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421

sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat

diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara 4-du -4-dl, dengan kata lain

d > 4-du (2,740190 > 2,421) maka dalam persamaan diatas serial korelasinya tak

tentu.

4.1.2.7. Uji Heteroskedastis

Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai

varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,

dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila

hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi

heteroskedastis.

Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal

ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri bambu dengan

nilai 0,154701 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya tidak

terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan

sebagai model.

22

Page 22: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

4.1.3. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten TerhadapPenyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pandan Periode Tahun

2003-2008

Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk

persamaan linear sebagai berikut :

Ln L = -0,706359 + 1,264959 ln K + 0,003542 ln W + e

4.1.3.1. Koefisien Korelasi

Dilihat dari hubungan (nilai R) yaitu sebesar 0,515964 ini menjelaskan

bahwa stok modal dan upah minimum pada industri pandan terhadap penyerapan

tenaga kerja sebesar 51,59 % sedangkan sisanya sebesar 48,41 % dijelaskan oleh

faktor lain (teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam penulisan skripsi

ini.

4.1.3.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan

variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil

pengolahan dari pada industri pandan memiliki R2 = 0,603970 yang berarti bahwa

varians dari variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah

minimum dapat menerangkan 60,39 % dari variabel tidak bebasnya yaitu

penyerapan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 39,61 % dipengaruhi oleh

variabel lain diluar model.

4.1.3.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Pandan

Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai

hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat

diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).

Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis juga dapat menarik

kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja

terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan

probabilitasnya sebesar 0,0051 < 0,05. Dan pengaruh upah minimum kabupaten

23

Page 23: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

tidak signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya sebesar 0,9721 >

0,05. Sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat jurnal

Mohamad Agus Subekti serta teori Adam Smith dan Keynes.

4.1.3.4. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Pada Industri Pandan

Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu

arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri

pandan adalah 6,862782 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bambu Fhitung > Ftabel atau

6.862782 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah

minimum) dari industri pandan di atas secara bersama-sama berpengaruh

signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya

periode tahun 2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.

4.1.3.5. Masalah Multikolinier

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel

penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara

variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat

correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak lebih

dari 0,5, maka uji multikolinieritas ini dianggap lolos. (Lampiran)

4.1.3.6. Masalah Serial Korelasi

Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok

modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah

dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun

besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah

ini :

24

Page 24: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

BATAS KRITERIA DURBIN WATSON

Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten

terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,259211. Dengan

mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421

sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat

diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara du -4-dl, dengan kata lain d

> du (2,259211 > 1,579) maka dalam persamaan diatas tidak ada serial korelasi.

4.1.3.7. Uji Heteroskedastis

Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai

varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,

dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila

hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi

heteroskedastis.

Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal

ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri pandan dengan

nilai 0,424736 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya tidak

terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan

sebagai model.

25

Page 25: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

4.1.4. Pengaruh Stok Modal Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mendong Periode Tahun 2003-2008

Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk

persamaan linear sebagai berikut :

Ln L = 2,874692 + 0,360265 ln K + 0,285800 ln W + e

4.1.4.1. Koefisien Korelasi

Dilihat dari pengaruh R nya yaitu sebesar 0,984612 ini menjelaskan

bahwa stok modal dan upah minimum pada industri mendong terhadap

penyerapan tenaga kerja sebesar 98,46 % sedangkan sisanya sebesar 1,54 %

dijelaskan oleh faktor lain (teknologi) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam

penulisan skripsi ini.

4.1.4.2. Estimasi Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan

variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas. Dari hasil

regresi pada industri ,medong memiliki R2 = 0,987410 yang berarti bahwa varians

dari variabel-variabel bebas didalam model yaitu stok modal dan upah minimum

dapat menerangkan 98,74 % dari variabel tidak bebasnya yaitu penyerapan tenaga

kerja, sedangkan sisanya sebesar 1,28 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar

model.

4.1.4.3. Pengujian Hipotesisi Secara Parsial (Uji t) Pada Industri Mendong

Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai

hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat

diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan 5% (0,05).

Berdasarkan hasil estimasi regresi OLS, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa pengaruh stok modal terhadap penyerapan tenaga kerja

terdapat pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari perbandingan

26

Page 26: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

probabilitasnya sebesar 0,0036 < 0,05. Dan pengaruh upah minimum kabupaten

tidak signifikan hal ini terlihat dari perbandingan probabilitasnya sebesar 0,0004 <

0,05.

4.1.4.4. Pengujian Hipotesisi Secara Serempak (Uji F) Pada Industri

Mendong

Pengaruh bersama-sama uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu

arah (one tail significance). Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung dari industri

mendong adalah 352,9134 dengan Ftabel pada taraf keyakinan 95 % adalah 4,96.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata industri bambu Fhitung > Ftabel atau

352,9134 > 4,96, atrinya bahwa beberapa variabel ekonomi (stok modal dan upah

minimum) dari industrimendong di atas secara bersama-sama berpengaruh

signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya

periode tahun 2003-2008 pada tingkat signifikansi 1%.

4.1.4.5. Masalah Multikolinier

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel

penjelas sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinear diantara

variabel penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinier dapat dilihat

pada correlogram of residuals, tampak bahwa semua nilai autocorrelation tidak

lebih dari 0,5, maka uji multikolinieritas pada industri mendong dianggap lolos.

(Lampiran)

4.1.4.6. Masalah Serial Korelasi

Untuk melihat ada tidaknya serial korelasi atau autokorelasi antara stok

modal dan upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja adalah

dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson dengan taraf nyata 5%. Adapun

besarnya nilai uji Durbin-Watson di dasarkan pada bagan dearah kritis di bawah

ini :

27

Page 27: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

BATAS KRITERIA DURBIN WATSON

Dari hasil estimasi pengaruh stok modal dan upah minimum Kabupaten

terhadap penyerapan tenaga kerja diperoleh DW hitung sebesar 2,151707. Dengan

mengggunakan DW tabel diperoleh du sebesar 1,579 dan 4 – du sebesar 2,421

sehingga berdasarkan batas kriteria Durbin-Watson tersebut diatas dapat

diketahui bahwa nilai DW hitungnya berada diantara du -4-dl, dengan kata lain d

> du (2,151707 > 1,579) maka dalam persamaan diatas tidak ada serial korelasi.

4.1.4.7. Uji Heteroskedastis

Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai

varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

masalah Heteroskedastisitas adalah dengan melihat White Heteroskedasticity Test,

dengan membandingkan obs R-squarednya dengan tabel chi Kuadrat (χ2). Apabila

hasil obs R-squarednya lebih kecil (<) dari tabel (χ2) berarti tidak terjadi

heteroskedastis.

Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal

ini terbukti dengan nilai hasil Obs*R squared probability industri mendong

dengan nilai 0,795034 dengan α = 5 % dan df = 1 yaitu sebesar 3,84146 artinya

tidak terjadi heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan

sebagai model.

28

Page 28: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

4.1.5.Uji Elastisitas

Uji ini dilakukan untuk dapat mengetahui besarnya elastisitas Penyerapan

Tenaga Kerja pada Industri Komoditi Unggulan terhadap beberapa variabel nya

(Stok Modal dan Upah Minimum) di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun 2003-

2008.

Berdasarkan persamaan tersebut diatas diperoleh nilai-nilai koefisien regresi

yang dapat menunjukan elastisitas. Masing-masing nilai koefisien tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut :

Bordir

Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri

bordir adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai

koefisien sebesar 0,897940 (E < 1). Koefisien stok modal yang positif

menunjukan bahwa ketika tejadi peningkatan stok modal sebesar 1 %

(ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar

0,897940 %.

Elastisits penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri

bordir adalah inelastis dengan arah hubungan yang negatif dengan nilai

koefisien sebesar -0.004597 (E < 1). Koefisien upah minimum yang

negatif dan tidak signifikan menunjukan bahwa ketika terjadi penurunan

upah minimum sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga

kerja akan turun sebesar 0,034681 %.

Bambu

Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri

bambu adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai

koefisien sebesar 0,632285 (E < 1). Koefisien stok modal yang positif

menunjukan bahwa ketika tejadi penigkatan stok modal sebesar 1 %

(ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar

0,632285 %.

29

Page 29: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri

bambu adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai

koefisien sebesar 0.152626 (E < 1). Koefisien upah minimum yang

positif dan signifikan menunjukan bahwa ketika terjadi kenaikan upah

minimum sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja

akan naik sebesar 0,152626 %.

Pandan

Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri

pandan adalah elastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai

koefisien sebesar 1,264959 (E > 1). Koefisien stok modal yang positif

menunjukan bahwa ketika tejadi penigkatan stok modal sebesar 1 %

(ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar

1,264959 %.

Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri

pandan adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan nilai

koefisien sebesar 0.003542 (E < 1). Koefisien upah minimum yang

positif dan signifikan menunjukan bahwa ketika terjadi peningkatan upah

minimum sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja

akan naik sebesar 0,003542 %.

Mendong

Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap stok modal pada industri

mendong adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan

nilai koefisien sebesar 0,360265 (E < 1). Koefisien stok modal yang

positif menunjukan bahwa ketika tejadi penigkatan stok modal sebesar 1

% (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar

0,360265 %.

Elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap upah minimum pada industri

mendong adalah inelastis dengan arah hubungan yang positif dengan

nilai koefisien sebesar 0.285800 (E < 1). Koefisien upah minimum yang

positif menunjukan bahwa ketika terjadi peningkatan upah minimum

30

Page 30: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

sebesar 1 % (ceteris paribus), maka penyerapan tenaga kerja akan naik

sebesar 0,285800 %.

4.1.5.1. Perbandingan Elastisitas Pada Masing-masing Industri Komoditi Unggulan di Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2003-2008

Tabel 4Perbandingan Elastisitas Pada Masing-masing Industri Komoditi Unggulan di Kabupaten

Tasikmalaya Periode Tahun 2003-2008Variabel Penyerapan Tenaga Kerja

Bordir 1,235624

Bambu 2,660552

Pandan -0,706359

Mendong 2,8746992

Dilihat dari tabel di atas, yang paling berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja adalah industri mendong. Karena industri mendong memiliki nilai

koefisien paling tinggi yaitu sebesar 2,8746992.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data maka pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat pada masing-masing model dapat dijelaskan sebagai

berikut:

4.2.1. Bordir

Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah

minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri bordir

terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:

- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 0,897940. dilihat dari arah

koefisiennya, ternyata antara stok modl dan penyerapan tenaga kerja

memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat

satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 0,897940

31

Page 31: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat

berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.

- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.004597. dan dilihat dari

arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan

penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang negatif. Artinya,

apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga

kerja akan menurun sebesar 0.004597 persen, demikian pula sebaliknya.

Ini sesuai dengan teori dan jurnal, hal ini terjadi karena perusahaan-

perusahaan dengan produksi barang yang tinggi lebih menyukai untuk

mengurangi produksi dan memecat pekerja-pekerja.

4.2.2. Bambu

Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah

minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri bambu

terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:

- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 0,632285. dilihat dari arah

koefisiennya, ternyata antara stok modal dan penyerapan tenaga kerja

memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat

satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 0,632285

persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat

berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.

- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.152626. dan dilihat dari

arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan

penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang positif. Artinya,

apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga

kerja akan naik sebesar 0.152626 persen, demikian pula sebaliknya. Ini

32

Page 32: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, hal ini terjadi karena

gaji-gaji mempunyai kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan

ekonomi menurun karena pekerja-pekerja tidak mau menerima gaji yang

tidak mencukupi mereka untuk hidup dengan layak. Apabila gaji terlalu

rendah, maka pengangguran akan terjadi.

4.2.3. Pandan

Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah

minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pandan

terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:

- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 1.264959 dilihat dari arah

koefisiennya, ternyata antara stok modal dan penyerapan tenaga kerja

memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat

satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 1.264959

persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat

berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.

- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.003542. dan dilihat dari

arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan

penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang positif. Artinya,

apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga

kerja akan naik sebesar 0.003542 persen, demikian pula sebaliknya. Ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, hal ini terjadi karena

gaji-gaji mempunyai kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan

ekonomi menurun karena pekerja-pekerja tidak mau menerima gaji yang

tidak mencukupi mereka untuk hidup dengan layak. Apabila gaji terlalu

rendah, maka pengangguran akan terjadi.

33

Page 33: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

4.2.4. Mendong

Untuk melihat arah hubungan masing-masing stok modal dan upah

minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mendong

terlihat dari nilai koefisiennya, lebih jelasnya sebagai berikut:

- Nilai koefisien stok modal adalah sebesar 0.360265 dilihat dari arah

koefisiennya, ternyata antara stok modal dan penyerapan tenaga kerja

memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila stok modal meningkat

satu persen, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 0.360265

persen, demikian sebaliknya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Smith dan Solow. Stok modal ini berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjelaskan peranan stok modal sangat

berpengaruh karena adanya investor yang menanamkan modal.

- Nilai koefisien upah minimum adalah sebesar 0.285800. dan dilihat dari

arah koefisiennya, ternyata hubungan antara upah minimum dan

penyerapan upah tenaga kerja memiliki hubungan yang positif. Artinya,

apabila upah minimum meningkat satu persen, maka penyerapan tenaga

kerja akan naik sebesar 0.285800 persen, demikian pula sebaliknya. Ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, hal ini terjadi karena

gaji-gaji mempunyai kecenderungan menjadi kaku ketika keadaan

ekonomi menurun karena pekerja-pekerja tidak mau menerima gaji yang

tidak mencukupi mereka untuk hidup dengan layak. Apabila gaji terlalu

rendah, maka pengangguran akan terjadi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh stok

modal dan upah minimum kabupaten. Berdasarkan hasil perhitungan dan

pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penelitian ini menghasikan kesimpulan :

1. Variabel stok modal pada industri bordir, bambu, pandan dan mendong

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

34

Page 34: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

Hal ini dikarenakan stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif

menentukan tingkat output. Sesuai dengan hipotesis penelitian. Sedangkan

untuk upah minimum pada industri bordir berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini terjadi karena

perusahaan-perusahaan dengan produksi barang yang tinggi lebih menyukai

untuk mengurangi produksi dan memecat pekerja-pekerja. Sesuai dengan

hipotesis penelitian. Untuk upah minimum pada industri bambu dan mendong

berpengarug positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini

terjadi karena kurangnya tenaga kerja pada industri bambu dan mendong

sehingga perusahaan lebih mempertimbangkan untuk menaikan gaji para

pekeja dibandingkan memecat para pekerja. Dan untuk upah minimum pada

industri pandan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Sama halnya dengan upah pada industri bambu dan

mendong, ini terjadi karena kurangnya tenaga kerja. Apabila gaji terlalu

rendah, maka pada industri pandan akan kekurangan tenga kerja sehingga

produksi tidak akan berjalan lancar.

2. Dalam uji normalitas, dapat terlihat bahwa ada satu yang cenderung

mengarah pada hipotesis nol distribusu normal, yaitu industri pandan.

Sedangkan dalam uji normalitas pada industri bordir, bambu dan mendong

berdistribusi normal.

3. Dalam masalah multikolinier, berdasarkan analisis Corelogram Of Residuals

maka dapat disimpulkan bahwa model yang dipakai oleh masing-masing

industri tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini bisa

dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC) tiap variabel tidak lebih dari 0,5.

4. Dalam penelitian ini industri bordir, bambu, pandan dan mendong lolos dari

heteroskedastis.

5. Elastisitas penyerapan tenaga kerja pada industri bordir terhadap stok modal

dan upah minimum kabupaten adalah bersifat inelastis dengan arah hubungan

masing-masing positif dan negatif. Dan elastisitas penyerapan tenaga kerja

pada industri bambu terhadap stok modal dan upah minimum kabupaten

adalah bersifat inelastis dengan arah hubungan yang positif, sedangkan

35

Page 35: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

elastisitas penyerapan tenaga kerja pada industri pandan terhadap stok modal

dan upah minimum kabupaten adalah bersifat masing-masing elastis dan

inelastis dengan arah hubungan yang positif, dan elastisitas penyerapan

tenaga kerja pada industri mendong terhadap stok modal dan upah minimum

kabupaten adalah bersifat inelastis dengan arah hubungan yang positif. Dan

industri mendong adalah industri yang paling berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja, karena memiliki nilai koefisien yang tinggi.

5.2. Saran

Mengacu pada penelitian ini, ada beberapa strategi yang kiranya harus

dipertimbangkan. Yang pertama, pemerintah dalam hal ini harus lebih

memperhatikan lagi para pengusaha lokal khususnya UKM, karena dapat diyakini

bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas yaitu dalam

menghadapi krisis ekonomi, dan diharapkan para pengusaha besar dan juga

pemerintah mampu memberikan bantuan berupa modal usahan dan pemberian

alat-alat produksi yang sifatnya lebih modern guna untuk menunjang proses

produksi supaya lebih efektif dan efisien. Dengan penerapan teknologi yang lebih

modern juga di harapkan dapat meningkatkan nilai produksi, meningkatkan

pendapatan yang mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi.

Yang kedua, pera pengrajin industri lebih banyak berinovasi dalam

pembuatan kerajinan pada industri komoditi uggulan, supaya para investor lebih

tertarik lagi dalam menginvestasikan modalnya.

Yang ketiga, Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai acuan untuk peneliti lainnya dan dapat melakukan penelitian

lanjutan terutama yang berkian dengan industri-industri kecil yang ada di

Kabupaten Tasikmalaya.

DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

36

Page 36: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

Aloysius Gunadi Brata, Distribusi Spasial UKM di Masa Krisis Ekonomi. http://www.google.com

Benny A, Ratag. Catatan Tentang UMKM, Kredit dan Pemberantasan Kemiskinan. http://www.google.com _Mei 2008

Keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998 Pengertian Usaha Kecil.

UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan. Graha Ilmu.

UU No.9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil.

Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. UII Press. Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Makro Ekonomi. PT Raja Gravindo Perkasa.

Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. Edisi III. BPFE. Yogyakarta.

EP Pramono, 2008, Eduardus, 2007 dan AH Manurung, 2006. Definisi Investasi. http://www.google.com._ Majalah Prioritas May-june 2007

Ahmad Kurnia El Qorni, Pengertian Upah, Faktor yang Mempengaruhi Upah dan Jenis-jenis Upah. http://www.google.com

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dengan Bima Grafika. Jakarta.

Neng. 2008, Pengaruh Tenaga Kerja dan Nilai Investsi Terhadap Produksi pada Industri Kecil Anyaman Bambu di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi UNSIL

Sutirman, Pemberdayaan UMKM Melalui PusatKomunikasi Bisnis Berbasis Web (suatu gagasan). http://www.google.com / www.depkop.go.id / www.ktin.org.id

Mohamad Agus Subekti. 2007, Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjarnegara. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

37

Page 37: drapips.files.wordpress.com  · Web viewDan untuk penyerapan tenaga kerja pada industri mendong di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 98,74 % sama halnya dengan industri bordir,

Tugas Pokok dan Fungsi Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. http://www.google.com

Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan, edisi ke-4. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Todaro, Michael P. 1989. Pembangunan Ekonomi di Dunia ke 3. Jakarta : Erlangga.

Tulus Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori Dan Temuan Empiris, cetakan kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia.

M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitiandan Aplikasinya, Cetakan Pertama. Jakatra : Ghalia Indonesia.

Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat - Bab.II .jabarprov.go.id

. 2003 dan 2007. Tasikmalaya Dalam Angka.

38