Upload
arina
View
272
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan
Citation preview
BAB II
WETTED WALL COLLUMN
2.1 Tujuan Percobaan
Mengukur transportasi fluida yang meliputi:
1. Menentukan koefisien perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas
pada fase gas.
2. Mempelajari pengaruh variabel-variabel operasi seperti laju alir terhadap
koefisien perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas dalam Wetted
Wall Column.
2.2 Tinjauan Pustaka
Wetted wall column adalah kolom vertikal dimana terjadi perpindahan massa dan
panas antara dua fluida yang mengalir di dalam kolom. Cairan mengalir dari atas kolom
kemudian membasahi dinding kolom vertikal sedangkan gas dialirkan dari bawah ke
atas di pusat kolom. Pada lapisan tipis (film) antar muka di kolom vertikal, perpindahan
massa dan panas akan meningkat karena luas antar muka (interface) yang terbentuk
lebih besar. Proses perpindahan massa dari cairan ke gas terjadi melalui proses
penguapan dan besar penurunan suhu merupakan panas laten penguapan (Anonim,
2015).
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih tinggi
ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hokum percampuran panas juga terjadi
karena panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas dapat terjadi
dalam bentuk pertukaran panas dengan luar sistem. Jadi pemberian atau pengurangan
panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa zat suatu benda secara lokal, melainkan
panas itu merambat ke atau dari bagian lain benda atau tempat lain. Peristiwa ini disebut
perindahan panas (Anonim, 2015).
Perpindahan massa didefinisikan sebagai perpindahan massa pada suatu media
yang diakibatkan oleh adanya perbedaan konsentrasi molar suatu spesies pada media
tersebut. (Anonim, 2015).
Perpindahan massa pada aliran di dalam pipa:
a. Perpindahan massa pada aliran laminar di dalam pipa
Ketika liquid atau gas mengalir di dalam pipa dan bilangan Reynoldnya dibawah
2100, yang terjadi adalah aliran laminar. Data percobaan didapat untuk perpindahan
massa di dinding untuk gas ada diplot di Gambar 2.1. untuk nilai dari W/DabL
kurang dari 70. Ordinatnya adalah (cA-cA0)/(cA1-cA0), dimana cA adalah konsentrasi
keluar, cA0 adalah konsentrasi inlet dan cA1 adalah konsentrasi diantara dinding dan
gas. Absis yang tidak berdimensi adalah W/DabL atau NReNSc(D/L)(/4), dimana W
adalah aliran dalam satuan kg/s dan L adalah panjang dari perpindahan massa dalam
satuan meter.
cA -cA0
cA1- cA0=5,5 (W
DAB ρL )-23 ........................................(1)
WDAB ρL
or NRe NScDL
π4
Gambar 2.1. data untuk difusi pada fluida pada aliran di dalam pipa
2. Perpindahan massa pada aliran turbulen di dalam pipa
Untuk aliran turbulen bilangan Reynoldnya diatas 2100 untuk gas atau liquid yang
mengalir di dalam pipa.
Nsh =k'cDDAB
=kc ρBMDDAB
=0,023 (Dvρμ )
0,83
(μρ DAB )0,33
...............................................(2)
3. Perpindahan massa untuk aliran di dalam wetted wall towers
Ketika gas mengalir di dalam inti dari wetted-wall tower perhitungan yang digunakan
sama dengan yang digunakan pada perpindahan panas gas dengan aliran turbulen
ataupun laminar (Geankoplis, 2003).
CA - CA0
CA1 - CA0
Humidifikasi adalah proses perpindahan air dari fase liquid menjadi campuran gas
dari udara dan uap air. Dehumidifikasi adalah sebaliknya, dimana uap air berpindah dari
fase uap menjadi fase liquid. Humidity H pada campuran udara - uap air didefinisikan
sebagai kg uap air yang terkandung di dalam 1 kg udara kering.
H kg H2Okg udara kering
=pA
P-pA
kgmol H2 Okgmol Udara kering
×18,02 kg H2Okg H2 O
×1
28,97 kg udarakg mol udara
H=18,0228,97
pA
P- pA..............................................(4)
Udara jenuh adalah udara yang uap airnya setara dengan air pada tekanan dan
temperatur tertentu. Sehingga, humidity jenuh adalah:
Hs =18,0228,97
pAs
P- pA s
............................................(5)
Persentase humidity atau Hp dapat didefinisikan dengan 100 kali dari humidity H dari
udara dibagi dengan humidity Hs jika udara jenuh pada suhu dan tekanan yang sama.
Hp=100 HHs
......................................................(6)
Persentase relatif humidity, yaitu jumlah dari campuran uap air-udara jenuh dalam
jumlah persen.
HR =100 pPs
.......................................................(7)
Dengan catatan HR ≠100 (pA/ps)
Dew point campuran udara dan uap air. Temperatur oada canoyrab udara dan uap air
yang bisa jenuh disebut terperature dew point atau dew point.
Panas lembab dari campuran udara-uap air. Panas lembab cs adalah jumlah panas dalam
satuan J yang dibutuhjan untuk menaikkan temperatur dari 1 kg udara kering dan uap
air per 1 K atau 1 oC.
cs kJ/kg udara kering K = 1,005 + 1,88 H (SI)
cs btu/lbm udara kering oF = 0,24 + 0,45 H (english)........................(8)
Total entalpi dari campuran udara-uap air. Total entalpi pada 1 kg udara dan uap airnya
Hy J/kg atau kJ/kg udara kering.
HykJkg
udara kering=cs (T- T0 ) + H λ0− (1,005+1,88 H ) (T−T 0° C )+H λ0
Hybtulbm
udara kering= ( 0,24 + 0,45 )+ (T−T 0 F )+H λ0...................................................(9)
Jika total entalpi mengacu pada suhu dasar T0 daro 0 oC (32 oF), perhitunga Hy menjadi
HykJkg
udara kering= (1,005+1,88 H) (T °C-0 )+2501,4 H (SI)
Hybtulbm
udara kering= ( 0,24+0,45 H) (T °F-32 ) +1075,4 H (English).............................(10)
(Geankoplis, 2003)
Gambar 2.2. Grafik humidity dari campuran udara-uap air pada tekanan total 101,325 kPa (760 mm Hg).
Oleh karena flux perpindahan massa dan luas interfacial antara liquid dan solid
tidak dapt ditentukan secara langsung dalam percobaan (yang dapat ditentukan hanya
laju dan luas total interfacial), maka koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai
laju perpindahan massa dibagi volume packing yng disebut sebagai koefisien
perpindahan massa overall volumetrik . (Nachod FC, 1956) Laju perpindahan massa per
satuan luas dinyatakan sebagai berikut :
N A = Kc (C A,L - C A *) .................................................................... (11)
Laju perpindahan massa oleh F.C Nachod dinyatakan dalam koefisien
perpindahan massa, sebagai berikut
dq/dt = k D S(C-C i *) ........................................................................... (12)
dimana k D S adalah koefisien perpindahan massa volumetrik fase liquid dalam
basis berat dan C serta C i * adalah konsentrasi setiap saat pada fase liquid dan
konsentrasi pada saat setimbang di permukaan solid (Rita, 2015).
2.3 Variabel Percobaan
A. Tekanan sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Tekanan udara : 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 kg/cm2
Suhu heater : 50 oC
- Variabel berubah
Bukaan valve : 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 putaran
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Bukaan valve : 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 putaran
Suhu heater : 50 oC
- Variabel berubah
Tekanan udara : 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 kg/cm2
2.4 Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- Beakerglass
- Heater
- Kompresor
- Stopwatch
- Termometer
- Wetted Wall column instrument
B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Air
- Udara
2.5 Prosedur Percobaan
1. Kalibrasi bukaan valve air
- Menyalakan pompa untuk mengisi tangki overflow kemudian mengatur bukaan
valve sesuai run, yaitu 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; putaran
- Mengalirkan air dari tangki overflow kemudian setelah aliran yang keluar
konstan, menampung air tersebut hingga volumenya 500 mL dalam
beakerglass. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengisi air hingga 500
mL
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap bukaan valve.
2. Kalibrasi tekanan udara
- Menyalakan kompresor sampai mencapai tekanan yang ditentukan, yaitu 0,5; 1;
1,5; 2; 2,5 kg/cm2
- Mematikan kompresor setelah tekanan yang ditentukan tercapai, kemudian
membuka valve pada kompresor dan heater untuk mengalirkan udara kedalam
kolom bersamaan dengan menyalakan stopwatch
- Pada saat udara mengalir, membaca beda ketinggian air raksa pada manometer
pipa U
- Jika tekanan sudah kembali seperti semula mematikan stopwatch, menutup
valve pada kompresor dan heater
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap variabel tekanan.
3. Prosedur percobaan
A. Tekanan sebagai varibel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 50C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan 0,5 kg/cm2
dan mengatur bukaan valve sesuai dengan run yang ditentukan yaitu 0,5 ; 1;
1,5; 2; 2,5 putaran
- Mengontakkan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas dan
valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai temperatur
awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
temperature dan dry bulb temperature untuk aliran keluar sebagai temperatur
akhir. Mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu 0,5; 1 ; 1,5; 2; 2,5 kg/cm2.
B. Bukaan valve sebagai varibel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 50C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Mengatur bukaan valve sesuai dengan run yang ditentukan yaitu 1 putaran dan
menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan yaitu 0,5;
1 ; 1,5; 2; 2,5 kg/cm2
- Mengontakkan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas dan
valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai temperatur
awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
temperature dan dry bulb temperature untuk aliran keluar sebagai temperatur
akhir. Mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk bukaan valve yaitu 0,5; 1 ; 1,5; 2; 2,5 putaran.
2.6 Data Pengamatan
Tabel 2.6.1 Kalibrasi bukaan valve untuk air
Bukaan (Putaran)
Volume air (ml)
Waktu (detik)t1 t2 t3 trata-rata
0.5 500 24.05 22.82 24.16 23.671 500 10.30 9.35 9.87 9.84
1.5 500 7.58 6.98 6.66 7.072 500 6.29 6.90 6.33 6.51
2.5 500 6.26 5.9 6.29 6.14
Tabel 2.6.2 Kalibrasi tekanan udara
Tekanan Udara
(kg/cm2)
Tinggi Manometer (cm) Waktu (detik)
H1 H2 H3 Hrata-rata t1 t2 t3 trata-rata
0.5 0.6 0.5 0.7 0.6 14.06 14.28 14.78 14.371 0.7 0.7 0.7 0.7 26.73 23.05 24.81 24.86
1.5 0.8 0.8 0.8 0.8 32.38 35.29 37.59 35.082 0.9 0.9 0.9 0.9 42.41 43.67 41.40 42.83
2.5 1.1 1.1 1.2 1.13 51.66 50.76 52.84 51.75
Tabel 2.6.3 Data pengamatan dengan tekanan sebagai variabel tetap
P Bukaan Suhu Awal (oC) Suhu Akhir (oC) H Waktu(kg/cm) (putaran) Td1 Td2 Tw1 Tw2 Td1 Td2 Tw1 Tw2 (cm) (detik)
0.5
0.5 31 27 29 29 29 25 27 24.5 0.2 13.991 28 24 27 24 29 25 28 24.5 0.2 14.12
1.5 27 24 27 25 30 25 28 24.5 0.3 14.472 28 24.5 27 24.5 30 24.5 27 24 0.3 14.51
2.5 29 24 27 24.4 31 24.5 28 24 0.4 16.96
1
0.5 31 24 28 24.5 33 24.5 28 24 0.4 22.601 32.4 24.5 28 24.5 36 24.8 29.3 24.5 0.4 23.54
1.5 39 24.9 29 24 36 25 29.4 24.5 0.4 26.552 30.1 24 28 24.5 30.5 25 29 24.5 0.4 31.06
2.5 30.9 24.5 28 24.5 34 24.7 29 24 0.7 32.65
1.5
0.5 30.2 24 29 24 35.1 25 30 24.5 1.1 41.471 30.2 24.5 29 24.5 35.1 25 30 24 1.1 42.33
1.5 30.4 24.5 29 24.5 35.9 25 30 24 1.1 44.782 35 24.5 29 24.5 35.8 24.8 30 24 1.2 44.95
2.5 36 25 30 25 39 25 31 24 1.3 45.10
2
0.5 36 24.9 30 24.6 39 25 31 24 1.4 48.361 35.1 25 30.1 25 35.9 25.2 30.2 25 1.5 48.55
1.5 35.1 25 30.1 25 35.9 25.2 30.2 25 1.5 50.152 36 25 31 26 41 26 32 25 1.5 52.11
2.5 35.11 24.5 23.1 24.8 35.2 25 30.2 24 1.5 54.57
2.5
0.5 30.3 24.5 30 24.8 35.8 25 30.1 24 1.6 56.071 35 24.5 30.1 24.6 40.1 25 30. 24 1.6 56.72
1.5 35.2 24.9 30.2 24.6 40.1 25.1 30.3 24 1.6 58.172 35.2 24.9 30.2 24.7 40.1 25 30.3 24 1.7 58.40
2.5 35.2 24.9 30.2 24.8 40 25.1 30.3 24 1.7 59.10
Tabel 2.6.4 Data pengamatan dengan bukaan valve sebagai variabel tetap
Bukaan (Putaran)
P Suhu Awal (oC) Suhu Akhir (oC) H Waktu(kg/cm2) Td1 Td2 Tw1 Tw2 Td1 Td2 Tw1 Tw2 (cm) (detik)
0.5
0.5 35.1 24.8 30.2 24.9 35.1 25 30.2 25.9 0.2 17.521 30.3 24.8 30 24.7 30.2 24.6 30 24.6 1.2 25.91
1.5 30.1 24 20.9 24.5 30.4 25 30 25 1.3 29.502 30.1 24 29 24 37 25 30 24.6 1.4 40.32
2.5 29 24 33 24.5 40 25.1 31 25.1 1.6 50.01
1
0.5 35 24.1 30 24 35.1 25 30.2 25 0.2 18.001 30.3 24 30.1 24.5 30.5 25 30.2 25 1.2 27.20
1.5 30.1 24.6 30.1 24.5 30.2 25 30.1 24.9 1.3 30.92 30 24.3 30 24 30.1 24.6 30 24.6 1.4 40.07
2.5 35.1 24 30.1 24.5 35.7 24.5 30.2 24.9 1.8 48.70
1.5
0.5 35 24 30 24.5 35.1 25 30.1 25 0.2 17.381 30.3 24.5 30 24.5 35.1 25 30.1 24.9 0.3 28.54
1.5 30.3 24.5 30 24.5 35.2 25 30.1 24.9 1.1 32.372 35 24 30 24.6 35.3 25 30 25 1.5 41.02
2.5 35.1 24.5 30.1 24.6 35.9 25 30.2 25 1.7 47.46
2
0.5 35.1 24 30.1 24.5 35.2 25 30.2 24.9 0.3 20.401 30.1 24 30 24 35 25 30.1 25 1.1 29.30
1.5 30.1 24.5 30.1 24 35.1 25 30.2 25 1.5 33.002 30.2 24.5 30.1 24.6 30.4 25 30.2 24.9 1.6 41.60
2.5 35.1 24.3 30.1 24.5 35.8 25 30.2 25 1.7 47.5
2.5
0.5 35.1 24.5 30.1 24.8 30.4 25 30 25.1 0.4 23.331 30.2 24 30 24 35.3 25 30.1 25.1 1.2 29.99
1.5 35.1 24.5 30.1 24.8 35.8 25 30.1 25 1.6 33.662 35.2 24.8 30.1 24.7 40 25 30.2 25.2 1.7 42.13
2.5 35.9 24.7 30.1 24.5 40.1 25 30.2 25 1.8 47.47
2.7 Data Perhitungan
Tabel 2.7.1. Perhitungan Laju Alir Volumetrik AirVolume Air (ml) t (detik) Laju alir
500 23,67 21,123785382500 9,84 50,813008130500 7,07 70,721357850500 6,51 76,804915515500 6,14 81,433224756
Tabel 2.7.2. Perhitungan Laju Alir Volumetrik UdaraTinggi
ManometerWaktu (detik) Volume Luas Laju Alir (mL/detik)
0,6 14,37 0,041753653 2520 105,21920670,7 24,86 0,028157683 2520 70,957361220,8 35,08 0,022805017 2520 57,46864310,9 42,83 0,021013308 2520 52,953537241,13 51,75 0,021835749 2520 55,02608696
2.8 Grafik
2 7 12 17 22 270
20
40
60
80
100
f(x) = − 3.24551056264435 x + 94.5578844119273R² = 0.915804659964546
Waktu (detik)
Laju
alir
(Q
)
Grafik 2.8.1. Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan waktu (detik) pada kalibrasi bukaan valve pada air
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.20
20406080
100120
f(x) = − 81.9711258697942 x + 136.033117008788R² = 0.5856268175407
Chart Title
Tinggi Manometer (H)
Laju
alir
(Q
)
Grafik 2.8.2 Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan tinggi manometer (H) pada kalibrasi tekanan udara
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-6.00E-04-5.00E-04-4.00E-04-3.00E-04-2.00E-04-1.00E-040.00E+001.00E-042.00E-043.00E-04
f(x) = 0.000323413498486082 x − 0.000475519996972165R² = 0.630874777255242
Chart Title
Laju Alir Volumetrik (Q)
Koe
fisie
n Pe
rpin
daha
n M
assa
(KG
)
Grafik 2.8.3. Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien perpindahan massa (KG) untuk tekanan sebagai variabel tetap
40 50 60 70 80 90 1000.00E+002.00E-054.00E-056.00E-058.00E-051.00E-041.20E-041.40E-041.60E-04
f(x) = 1.6178221575836E-06 x + 9.73062735257216E-06R² = 0.806909345574106
Chart Title
Laju Alir Volumetrik
Koe
fisie
n Pe
rpin
daha
n M
assa
(K
G)
Grafik 2.8.4. Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien perpindahan massa (KG) untuk bukaan valve sebagai variabel tetap
-20 -15 -10 -5 0 5 100
0.51
1.52
2.53
f(x) = 0.0514219672626298 x + 1.47743966297949R² = 0.467824059692278
Chart Title
Laju Alir Volumetrik (Q)
Koe
fisie
n Pe
rpin
daha
n Pa
nas
(HG
)
Grafik 2.8.5. Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien perpindahan panas (HG) untuk tekanan sebagai variabel tetap
0 2 4 6 8 10 120
20406080
100120
f(x) = − 0.494056595625068 x + 74.2430468395553R² = 0.0125063289242028
Chart Title
Laju Alir Volumetrik (Q)
Koe
fisie
n pe
rpin
daha
n Pa
nas
(HG
)
Grafik 2.8.6. Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien perpindahan panas (HG) untuk bukaan valve sebagai variabel tetap
2.9 Pembahasan
- Pada grafik 2.8.1. hubungan antara waktu (t) dengan laju alir volumetrik (Q) pada
kalibrasi liquid.
Secara teori hubungan antara waktu dengan laju alir volumetrik adalah berbanding
terbalik dimana semakin besar laju alir volumetrik maka waktu yang diperlukan
semakin sedikit. Hal ini dinyatakan dengan persamaan :
Q =
Vt
- Pada grafik 2.8.2. hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan tinggi air raksa
(H) pada kalibrasi udara.
Secara teori hubungan Q dan H adalah berbanding lurus yaitu jika laju alir
volumetrik dinaikan maka harga ketinggian air raksa akan naik pula. Secara teori
dinyatakan dengan rumus :
Q = V x A
- Pada grafik 2.8.3. hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien
perpindahan massa (KG) secara teori adalah berbanding lurus. Hal tersebut
disimpulkan dari persamaan :
kG = ky/Pt(1-YA)LM
Dimana : kY =
N A
(Y A1 -Y A)LM
NA = VU [ Y A2
1-YA2−
Y A1
1-YA1 ]VU =
Q ×ρ×(1-YA1)BMudara
Laju alir digunakan untuk menentukan rumus Vu, dimana Vu akan digunakan
untuk mendapatkan nilai kG. Dapat dilihat, bahwa semakin besar Q maka Vu juga
akan semakin besar, jika Vu semakin besar maka NA juga akan semakin besar.
Hal ini juga berpengaruh terhadap ky, yakni semakin besar NA maka ky juga akan
semakin besar dan nilai ky semakin besar maka nilai kG juga akan meningkat.
Penyimpangan-penyimpangan muncul dikarenakan pada saat udara dari
kompresor menuju ke heater, laju alir udaranya tidak stabil yang berakibat
langsung terhadap laju alir sehingga mempengaruhi koefisien perpindahan panas
dan menyebabkan perubahan ketinggian manometer yang tidak stabil yang
mempengaruhi koefisien perpindahan massa.
- Pada grafik 2.8.4. ditunjukkan hubungan antara laju laju alir air (Qair) dengan
koefisien perpindahan massa (kG) berbanding lurus, meskipun didata terakhir,
terjadi penyimpangan. Hubungan Qair dan kG berbanding lurus dinyatakan dengan
persamaan:
kG = ky/Pt(1-YA)LM
Dimana : ky =
N A
(Y A1 -Y A)LM
NA = VU [ Y A2
1-YA2−
Y A1
1-YA1 ]VU =
Q ×ρ×(1-YA1)BMudara
Laju alir dipakai untuk menentukan rumus Vu, dimana Vu akan digunakan untuk
nilai mendapat kG. Dapat dilihat, bahwa semakin besar Q maka Vu juga akan
semakin besar, jika Vu semakin besar maka NA juga akan semakin besar. Hal ini
juga berpengaruh terhadap ky, yakni semakin besar NA maka ky juga akan semakin
besar dan nilai ky semakin besar maka nilai kG juga akan meningkat.
- Pada grafik 2.8.5. menunjukkan hubungan antara laju alir udara (Qudara) dengan
koefisien perpindahan panas (hy) berbanding lurus halini telah sesuai sesuai
dengan teori. Dimana teori menyatakan bahwa laju alir akan berbanding lurus
dengan hy. Hal ini ditunjukkan dengan persamaan:
NA = VU [ Y A2
1-YA2−
Y A1
1-YA1 ]
VU =
Q ×ρ×(1-YA1)BMudara
ky =
N A
(Y A1 -Y A)LM
hy = Cs x MB x ky
Laju alir dipakai untuk menentukan rumus Vu dimana Vu akan digunakan untuk
mendapat nilai hy. Dapat lihat, bahwa semakin besar Q maka Vu juga akan
semakin besar, jika Vu semakin besar maka NA juga akan semakin besar. Hal ini
juga berpengaruh terhadap ky, yakni semakin besar NA maka ky juga akan
semakin besar dan nilai ky semakin besar maka nilai hy juga akan meningkat.
Penyimpangan-penyimpangan muncul dikarenakan pada saat udara dari
kompresor menuju ke heater, laju alir udaranya tidak stabil yang berakibat
langsung terhadap laju alir sehingga mempengaruhi koefisien perpindahan panas
dan menyebabkan perubahan ketinggian manometer yang tidak stabil yang
mempengaruhi koefisien perpindahan panas.
- Pada grafik 2.8.6. menunjukkan hubungan antara Qair dan hy berbanding lurus
meskipun beberapa data ada yang naik turun, hal ini tidak sesuai dengan teori.
Dimana teori menyatakan bahwa laju alir akan berbanding lurus dengan hy. Hal
ini ditunjukkan dengan persamaan:
NA = VU [ Y A2
1-YA2−
Y A1
1-YA1 ]VU =
Q ×ρ×(1-YA1)BMudara
ky =
N A
(Y A1 -Y A)LM
hy = Cs x MB x ky
Laju alir digunakan untuk menentukan rumus Vu, dimana Vu akan digunakan
untuk mendapat nilai hy. Dapat dilihat, bahwa semakin besar Q maka Vu juga
akan semakin besar, jika Vu semakin besar maka NA juga akan semakin besar.
Hal ini juga berpengaruh terhadap ky, yakni semakin besar NA maka ky juga akan
semakin besar dan nilai ky semakin besar maka nilai hy juga akan meningkat.
2.10. Kesimpulan
1. Diketahui bahwa hubungan antara waktu dan laju alir yaitu berbanding terbalik
pada bukaan valve sebagai variabel tetap.
2. Hubungan antara tinggi manometer dan laju alir yaitu berbanding lurus pada
tekanan udara sebagai variabel tetap.
3. Hubungan antara laju alir dan koefisien perpindahan massa yaitu berbanding lurus
pada bukaan valve sebagai variabel tetap.
4. Hubungan antara laju alir dan koefisien perpindahan massa yaitu berbanding lurus
pada tekanan udara sebagai variabel tetap.
5. Hubungan antara laju alir dan koefisien perpindahan panas yaitu berbanding lurus
pada bukaan valve sebagai variabel tetap.
6. Hubungan antara laju alir dan koefisien perpindahan panas yaitu berbanding lurus
pada tekanan udara sebagai variabel tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie. J. 2003. Transport Processes And Separation Process Principles
fourth edition. University of Minnesota: New Jersey.
Rita, Hadiatmi. Dkk. Perhitungan Koefisien Perpindahan Massa Pada Purolite Sebagai
Resin Penukar Ion (http://repository.ubaya.ac.id/54/1/Art0004_Rita-Gracy-
Syarif.pdf). Diakses pada tanggal 15 Desember 2015
(https://www.scribd.com/document_downloads/direct/129552762?
extension=pdf&ft=1450278197<=1450281807&user_id=287253871&uahk=
cCi4um4kkNoH9/jKrPMrvW3f364). Diakses pada tanggal 15 Desember 2015
(https://elearning.partsofmymemory.ac.id/2015/05/15/wetted-wall-column.pdf). Diakses
pada tanggal 15 Desember 2015
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/fisika_ilmu_panas/bab3-
perpindahan_panas.pdf). Diakses pada tanggal 15 Desember 2015