Upload
wong-nde-soo
View
101
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
5BAB II TEORI DASAR2.1.Turbin Air Energi yang ada pada air adalah energi potensial dan energi kinetik yangbesarnya tergantung kepada jumlah ketinggian air yang tersedia.Turbin airadalah salah satu bentuk dari mesin konversi energi yang berfungsi untuk merubah energi mekanis yang berupa daya putar diubah menjadi energi listrik menggunakan generator (Sunyoto dkk, 2008). Kecepatan dan tekanan air yang terjadi akibat perbedaan ketinggian digunakan untuk memutar roda turbin (runner), pada
Citation preview
5
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Turbin Air
Energi yang ada pada air adalah energi potensial dan energi kinetik yang
besarnya tergantung kepada jumlah ketinggian air yang tersedia. Turbin air
adalah salah satu bentuk dari mesin konversi energi yang berfungsi untuk
merubah energi mekanis yang berupa daya putar diubah menjadi energi listrik
menggunakan generator (Sunyoto dkk, 2008).
Kecepatan dan tekanan air yang terjadi akibat perbedaan ketinggian
digunakan untuk memutar roda turbin (runner), pada runner tersebut terdapat
sudu yang berfungsi menerima energi tekan dari kecepatan air, energi yang
diterima sudu-sudu tersebut dirubah menjadi energi mekanis dalam bentuk daya
dan putaran pada poros turbin (Skat,1991).
Secara umum komponen utama turbin air adalah sebagai berikut :
1. Sudu pengarah, biasanya dapat diatur untuk mengontrol kapasitas aliran
yang masuk turbin.
2. Roda turbin (runner), pada bagian ini terjadi peralihan energi potensial
fluida menjadi energi mekanik.
3. Poros turbin, pada poros turbin terdapat runner yang menghasilkan
putaran pada poros dan ditumpu oleh bantalan.
4. Rumah turbin biasanya berbentuk keong atau spiral, berfungsi untuk
penutup turbin (Sunyoto dkk, 2008).
5
6
2.2. Kecepatan Spesifik Turbin (ns)
Kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putaran runner yang
dapat menghasilkan daya efektif untuk setiap tinggi jatuh 1 meter atau dengan
rumus dapat ditulis (Skat, 1991) :
ns = n .(Nt )1/2
(H ef )5 /4 (2.1)
Kecepatan spesifik digunakan untuk mengklasifikasikan jenis turbin dan
karakteristik turbin secara umum berdasarkan jenis-jenis turbin. Istilah ini
ditetapkan sebagai kecepatan dimana turbin akan berputar, sehingga akan
menghasilkan satu tenaga pada saat pembukaan katup penuh atau pun tidak
penuh. Kecepatan spesifik turbin berhubungan dengan tinggi dan rendahnya air
jatuh, selain itu ada berbagai kecepatan tertentu yang mungkin cocok digunakan
untuk ketinggian air, Tabel 2.1 akan menjelaskan batasan kecepatan spesifik
untuk beberapa turbin secara umum yaitu :
Tabel 2.1 Kecepatan spesifik turbin.
No Turbine type Range of specific speed
1. Kaplan 300 – 1000
2. Francis 50 – 450
3. Pelton 10 – 70
4. Cross flow 20 – 80
5. Turgo 20 - 80
Sumber ( Jagdish dkk, 1975).
Secara umumnya turbin air dapat dibedakan atas dua jenis menurut
perubahan energinya yaitu turbin reaksi (turbin tekan lebih) dan turbin impuls
(turbin tekanan sama)
7
2.3 Turbin Reaksi (Turbin Tekan Lebih)
Turbin reaksi adalah turbin air yang mana cara kerjanya merubah seluruh
energi air yang tersedia menjadi energi puntir. Turbin air reaksi dibagi menjadi
dua jenis yaitu Turbin Francis dan Turbin Kaplan.
2.3.1 Turbin Francis
Konstruksi turbin terdiri dari dari sudu pengarah dan sudu jalan, dan kedua
sudu tersebut, semuanya terendam di dalam aliran air. Air pertama masuk pada
terusan berbentuk rumah keong, perubahan energi seluruhnya terjadi pada sudu
pengarah dan sudu gerak. Aliran air masuk ke sudu pengarah dengan kecepatan
semakin naik dengan tekanan yang semakin turun sampai roda jalan, pada roda
jalan kecapatan akan naik lagi dan tekanan turun sampai di bawah 1 atm (Sunyoto
dkk,2008).
Gambar 2.1 Instalasi turbin francis (Sunyoto dkk,2008)
8
2.3.2 Turbin Kaplan
Turbin kaplan bekerja menggunakan prinsip reaksi, turbin ini mempunyai
roda jalan yang mirip dengan baling-baling pesawat terbang. Bila baling-baling
pesawat terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong, roda jalan pada
kaplan berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat
menghasilkan torsi pada poros turbin. Turbin kaplan banyak dipakai pada instalasi
pembangkit listrk tenaga air sungai, karena turbin ini mempunyai kelebihan dapat
menyesuaikan head yang berubah-ubah sepanjang tahun. Turbin kaplan dapat
beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda turbin lebih kecil dan
dapat dihububgkan langsung dengan generator (Sunyoto dkk, 2008).
Gambar 2.2 Instalasi pembangkit dengan turbin kaplan (Sunyoto dkk, 2008)
2.4 Turbin Impuls (Turbin Tekanan Sama)
Turbin impuls disebut juga turbin tekanan sama karena aliran air yang ke
luar dari nozel tekanannya sama dengan tekanan atmosfer. Adapun jenis turbin
impils yaitu Turbin Pelton dan Turbin Air Aliran Silang (Sunyoto dkk,2008).
9
2.4.1 Turbin pelton
Turbin pelton bekerja dengan prinsip impuls, semua energi tinggi dan
tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi kecepatan.
Pancaran air tersebut yang akan menjadi gaya tangensial F yang bekerja pada
sudu roda jalan (Sunyoto dkk,2008).
Gambar 2.3 Turbin impuls dengan proses penyemprotan (Sunyoto dkk,2008)
Turbin pelton beroperasi pada tinggi jatuh yang besar, tinggi air jatuh
dihitung mulai dari permukaan atas sampai tengah pancaran air seperti pada
Gambar 2.5. Bentuk sudu terbelah menjadi dua bagian yang simetris, dengan
maksud adalah agar dapat membalikan pancaran air dengan baik dan
membebaskan sudu dari gaya-gaya samping, lihat Gambar 2.4. Jumlah nozel
bergantung kepada besarnya kapasitas air, tiap roda turbin dapat dilengkapi
dengan nosel 1 sampai 6. Adapun penampang konstruksi sudu jalan dari turbin
pelton beserta nozelnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. Ukuran-ukuran utama
turbin pelton adalah diameter lingkar sudu yang kena pancaran air disingkat
diameter lingkaran pancar. Pengaturan nozel akan menentukan hasil kecepatan
dari turbin.
10
Gambar 2.4 Roda jalan turbin pelton (Sunyoto dkk,2008)
Gambar 2.5 Instalasi turbin pelton poros horizontal (Sunyoto dkk,2008)
Gambar 2.6 Instalasi turbin pelton poros vertikal (Sunyotodkk,2008)
11
Gambar 2.7 Pengaturan nosel pada turbin pelton (Sunyoto dkk, 2008)
2.4.2 Turbin Air Aliran Silang
Turbin air aliran silang adalah salah satu turbin air dari jenis turbin impuls,
turbin ini mula-mula ditemukan oleh seorang insinyur Australia yang bernama
A.G.M. Michell pada tahun 1903. Kemudian turbin ini dikembangkan dan
dipatenkan di Jerman Barat oleh Prof. Donat Banki sehingga turbin ini diberi
nama Turbin Banki kadang disebut juga Turbin Michell-Ossberger.
Efisiensi rata-rata turbin air aliran silang lebih tinggi dari pada kincir air.
Tingginya efisiensi turbin air aliran silang ini akibat pemanfaatan energi air pada
turbin ini dilakukan dua kali, yang pertama energi tumbukan air pada sudu-sudu
pada saat air mulai masuk, dan yang kedua adalah daya dorong air pada sudu-sudu
saat air akan meninggalkan runner kerja air yang bertingkat ini ternyata
memberikan keuntungan dalam hal efektifitasnya yang tinggi dan kesederhanaan
pada sistem pengeluaran air dari runner. Kurva di bawah ini akan lebih
menjelaskan tentang perbandingan effisiensi dari beberapa turbin konvensional.
12
Gambar 2.8. Efisiensi beberapa turbin dengan pengurangan debit
Kurva pada Gambar 2.8 menunjukkan hubungan antara efisiensi dengan
pengurangan debit akibat pengaturan pembukaan katup yang dinyatakan dalam
perbandingan debit terhadap debit maksimumnya. Turbin air aliran silang dengan
Q/Qmax = 0,4 menunjukan efisiensi yang cukup tinggi sekitar 80%. Turbin air
aliran silang dapat dikelompokan sebagai teknologi tepat guna yang
pengembangannya di masyarakat pedesaan memiliki prospek cerah karena
pengaruh keunggulannya sesuai dengan kemampuan dan harapan masyarakat
(Meiler dkk, 1981).
Turbin air aliran silang dapat dibagi dalam dua tipe yaitu tipe T1, yaitu
Turbin air aliran silang kecepatan rendah dan tipe T3, yaitu Turbin air aliran
silang kecepatan tinggi. Dapat dilihat pada Gambar 2.9.
13
Gambar 2.9. Dua tipe turbin air aliran silang (Haimerl dkk, 1960)
Secara umum bagian-bagian utama komponen Turbin Air Aliran Silang
yaitu :
Gambar 2.10 Model rakitan Turbin air aliran silang. 1) Elbow 2) Poros katup
3)Katup 4) Nozel 5) Runner 6) Rangka pondasi 7) Rumah turbin 8)
Tutup turbin 9) Poros runner (Haimerl dkk, 1960).
14
2.5 Perhitungan Head Efektif Pompa (Hef)
Head efektif pompa adalah tingginya pancaran yang dapat keluar dari
pompa setelah dikurangi head losses. Untuk menghitung head efektif pompa
dilakukan beberapa perhitungan antara lain (kanappa dkk, 1992)
Menghitung luas penampang pipa :
A = π . d2
4 (2.2)
Kecepatan laju aliran :
v =QA2
(2.3)
Bilangan Reynold :
Re =ρ . v . d
μ (2.4)
Losses mayor :
hf = f . Ld
. v2
2.g
(2.5)
εd
(2.6)
Losses minor :
hm = K . v2
2.g (2.7)
Loss coefficient enlargement :
K = ( 1 . A1
A2)² (2.8)
15
Haed losses yaitu :
Head losses : hf + hm (2.9)
2.6 Perhitungan Turbin Air Aliran Silang
Sebelum merancangan dan pembuatan turbin air aliran silang beberapa
penghitungan yang harus dilakukan antara lain (Skat, 1991) :
2.6.1 Efisiensi turbin
Efisiensi turbin dihitung dengan persamaan :
µt = ø² . (1+¥) ((cos∝₁ ˚)2
2) (2.10)
keterangan :
∝ = sudut pemasukan (16˚)₁
ø = koefisien tahanan nozel (0,98)
¥ = koefisien empiris (0,98)
2.6.2 Daya turbin
Daya turbin dihitung dengan menggunakan persamaan (Skat, 1991) :
Nt = ρ .Q .g .Hef .μt (2.11)
2.6.3 Putaran turbin
Putaran turbin tergantung pada head efektif, sudut pemasukan dan
diameter luar runner. Putaran turbin diperoleh dengan persamaan (Skat, 1991) :
16
n = 60 . ø ² .(2 . g .H ef )
1/2 cos∝₁(1+¥ ) π . D ₁
(2.12)
2.6.4 Analisa segitiga kecepatan
Turbin air aliran silang mempunyai dua tingkat kecepatan dapat lihat pada
Gambar 2.11, kecepatan tingkat pertama terjadi pada awal masukan air dan
kecepatan tingkat kedua terjadi setelah air jatuh dari kecepatan tingkat pertama.
17
Gambar 2.11 Dua tingkat kecepatan
Menganggap pusat pancaran memasuki runner dititik A dengan sudut ∝₁ terhadap garis singgung lingkaran luar runner, maka kecepatan aliran sebelum
masuk runner didapat kecepatan keliling u1, kecepatan relatif aliran disisi masuk
v1 dapat ditentukan. Sudut yang dibentuk oleh u1 dan v1 adalah sudut kecepatan
relatif. Kemudian air akan keluar dari tingkat pertama dengan kecepatan v2,
kecepatan relatif v2 dan kecepatan keliling u2.
Air akan memancar melintasi runner dan memasuki tingkat kedua dititik
c, dengan komponen-komponen kecepatan c3, u3 dan w3. Air keluar dari runner
dengan kecepatan c4, kecepatan keliling u4 dan kecepatan relatif w4.
2.6.4.1 Analisa kecepatan tingkat pertama
Untuk menentukan analisa kecepatan tingkat pertama dapat dilakukan
dengan beberapa perhitungan dengan sudut pemasukan aliran runner ∝₁ = 16° dan
ø = 0,98 antara lain (Skat, 1991) :
Kecepatan mutlak aliran disisi masuk adalah :
c₁= ø . (2 . g . Hef)1/2 (2.13)
Kecepatan keliling runner adalah :
u₁= ø
1+¥. c1 . cos ∝₁ (2.14)
Sudut kecepatan relatif masuk runner :
tan β₁ = 2 . tan ∝₁ (2.15)
Kecepatan relatif masuk runner :
18
𝑤₁= (2.16)
Kecepatan keliling keluar runner :
u2 = R ₂R ₁
. u₁ (2.17)
Kecepatan relatif keluar runner :
w₂ = w₁ . . sin β₁ (2.18)
Sudut kecepatan mutlak pada keluar runner:
∝2 = tan ¹ ⁻ . (2.19)
Kecepatan mutlak keluar runner (c₂) :
c₂ = u2
cos∝2 (2.20)
Sudut kecepatan relatif keluar runner (β₂) :
β₂ = ∝2+ cos ¹⁻ . (2.21)
2.6.4.2 Analisa kecepatan tingkat kedua
Kecepatan mutlak aliran memasuki turbin tingkat kedua dapat dihitung
dengan beberapa perhitungan dengan c₃ = c2, β₃ = β₂, u₃ = u₂, w₃ = w₂, β₄ = β₁,
∝₃ = ∝₂ dan u₄ = u ₁ sehingga didapat perhitungan diantaranya (Skat, 1991) :
Sudut kecepatan relatif keluar runner (β₄) :
Beda elevasi (H) diabaikan, maka :
w₄ = ¥ . w₁ (2.22)
19
Kecepatan keliling kluar runner (c4)
Kecepatan keliling keluar runner pada tingkat kedua sama dengan
kecepatan keliling masuk runner pada tingkat pertama :
c₄ = (w₄² + u₄² - 2 . w₄ . u₄ . cos (90 - β₄) )½ (2.23)
Sudut kecepatan mutlak keluar runner (∝₄) :cos ∝₄ =(w ₄. cos β ₄)−u₄
c₄ (2.24)
2.6.5 Runner
Gambar 2.12 Runner
Perancangan turbin ini ditetapkan diameter runner 250 mm. Dengan
demikian didapat persamaan nutuk mencari R₁ dan R2 antara lain (Skat, 1991) :
20
R₁ = D₁2
(2.25)
R₂ = 0,66 . R₁ (2.26)
2.6.5.1 Lebar rim (a)
Menentukan lebar rim digunakan persamaan (Skat, 1991) :
a = 0,17 . D₁ (2.27)
2.6.5.2 Panjang runner
Panjang runner dapat ditentukan dengan persamaan (Skat, 1991) :
bo =0,058 .(Q . n)
H ef
(2.28)
2.6.6 Sudu
Menentukan sudu-sudu pada turbin air aliran silang dilakukan dengan
beberapa persamaan antara lain (Skat, 1991) :
Sudut kelengkungan sudu (δ)
Sudut kelengkungan sudu dihitung dengan beberapa persamaan antara lain :
(Skat, 1991)
δ = 180° - 2 . (β₁ + ϵ) (2.29)
c = (2.30)
ϵ = arc sin(R ₂ . sin(β ₁+ β ₂))
c (2.31)
Jadi jari-jari kelengkungan sudu (rb) adalah :
ҫ = 180° - (β₁+β₂+ ϵ) (2.32)
ø = β₁+β₂-(180°-2 . Ç) (2.33)
21
d =R ₁ .sin Ø
2. sin (180 °−Ç ) (2.34)
rb = (2.35)
Gambar 2.13 Konstruksi geometri sudut
2.6.7 Jari-jari lingkaran tusuk (rp)
Menentukan Jari-jari lingkaran tusuk (rp) digunakan persamaan (Skat,
1991) :
rp = (rb² + R₁² - 2 . rb . R₁ . cos β₁)½ (2.36)
2.6.8 Jarak antara sudu
22
Jumlah sudu untuk turbin air aliran silang tidak mempunyai standarisasi
maupun persamaan-persamaan untuk mendapatkannya tetapi jika ingin
mengetahui jumlah sudu yang baik sebaiknya melakukan banyak percobaan.
Dalam perancangan turbin air aliran silang ini jumlah sudu ditetapkan sebanyak
24 buah sudu.
Gambar 2.14 Jarak antar sudu
Jarak antara sudu pada sisi keluar runner (z) :
т = 360
Jumlah sudu (2.37)
z = (2.38)
23
Jarak antara sudu lingkaran dalam runner (s₂) :
s₂ = z .R ₂R ₁
(2.39)
Tebal pancaran air memasuki sudu menggunakan persamaan :
s₁ = z sin β₁ (2.40)
Tebal pancaran ini belum termasuk ketebalan sudu, maka :
s₁ = (z sin β₁ ) - t (2.41)
dimana : t = ketebalan sudu = 5 mm ( ketebalan plat acrylic)
2.6.9 Nozel
Air dialirkan masuk turbin melalui pipa pesat, adaptor dan nozel
(pemasukan). Adaptor berfungsi merubah penampang aliran dari bulat ke
penampang persegi. Air diakhir adaptor memasuki nozel yang mempunyai
konstruksi tertentu.
Gambar 2.15 Penampang aliran
24
Gambar 2.15 menunjukkan penampang aliran air yang berbeda-beda pada
lintasannya dari pipa pesat ke runner turbin. Lengkungan garis arus memasuki
turbin idealnya berupa garis yang membentuk sudut yang konstan antara garis
singgung suatu titik pada lengkung pemasukan dengan vektor jari-jati ke pusat
lengkungan tersebut. Satu-satunya lengkung yang memenuhi ketentuan diatas
adalah spiral logaritmik yang dinyatakan dengan (Skat, 1991) :
rθ = ek θ
k = c . tg . a
Rθ = rθ . R₁
Tabel 2.2 Hasil perhitungan logaritma
360 = 2 . π rθ = e(0.287 . θ) Rθ = rθ . R1
θ° rad rθ Rθ0 0 1 1255 0.081 1.025 128.110 0.175 1.051 131.415 0.262 1.078 134.820 0.35 1.105 138.125 0.438 1.133 141.630 0.526 1.162 145.335 0.614 1.191 148.940 0.702 1.222 152.845 0.79 1.253 156.650 0.878 1.284 160.555 0.966 1.317 164.660 1.054 1.35 168.865 1.142 1.384 17370 1.23 1.42 177.575 1.318 1.455 181.980 1.406 1.492 186.5
25
85 1.494 1.53 191.390 1.582 1.569 196.1
Gambar 2.16 Jari-jari kepusat lengkungan
Sudut busur pemasukan (θ°) didapat dengan persamaan :
Q =bo . D 1 . π . θ ° .(2 . g . H ef )
½ . sin∝₁360
(2.42)
θ° =360 . 0,01 m3/ s
bo . D ₁ . π .(2 . g . H ef )½ .sin∝₁
(2.43)
Panjang busur pemasukan (L)
L = 2. R1 . π . θ °
360 (2.44)
Luas pemasukan aliran (A)
A = bo . L (2.45)
2.7 Proses Pemesinan
26
Proses pemesinan merupakan faktor yang sangat mendukung dalam
melakukan pembuatan turbin aliran silang. Beberapa jenis alat yang digunakan
pada pembuatan alat ini yaitu Mesin Bubut, Mesin Drill, Mesin Freis dan lain-
lain.
2.7.1 Mesin Bubut
Mesin bubut merupakan salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk
membuat benda-benda kerja atau peralatan yang pada umumnya terbuat dari
logam.
Gambar 2.17 Mesin Bubut Horizontal a.)Switch On/off b.) Tuas kecepatan
c.) Chuck d.) Lampu penerangan e.) Kepala lepas f.) Toolpost
g.) Eretan melintang h.) Handel putaran chuck i.) Eretan
bawah j.) Emergency k.) Pilihan kecepatan
1.1.1.1. Prinsip Kerja Mesin Bubut
Mesin bubut adalah mesin perkakas yang gerakan utamanya berputar,
dimana benda kerja berputar pada Spindel mesin terhadap mata pahat yang diam
27
(Syamsudin, 1997). Prinsip kerja mesin bubut yaitu gerakan utama yang berasal
dari motor listrik kemudian diteruskan ke transmisi melalui Pully yang
dipindahkan dengan menggunakan sabuk, diteruskan ke poros Spindel yang
memutar chuck penjepit benda kerja.
1.1.1.2. Peralatan bantu pada Mesin Bubut.
Perlengkapan mesin bubut yang mendukung proses pembubutan yaitu :
Chuck
Chuck berguna untuk memegang benda kerja yang akan diproses oleh
mesin bubut. Chuck ini terbagi dua jenis yaitu: Chuck Cahang Empat dan Chuck
Rahang Tiga
Dudukan Pahat (tool post)
Bagian ini berfungsi sebagai tempat kedudukan pahat pada saat proses
pembubutan bagian ini dapat digerakkan dengan arah 3600.
Pahat Bubut
Pahat bubut adalah alat pemotong atau penyayat benda kerja pada mesin
bubut. Jenisnya bisa dibedakan sesuai dengan keperluannya yaitu pahat jalan,
pahat radius, pahat chamfer pahat, pisau kanan, pahat serong 450, Pahat Potong,
Pahat Muka dan Pahat Alur
Bentuk dari beberapa pahat bubut dapat dilihat pada Gambar 2.18.
28
Gambar 2.18 Jenis-jenis pahat (Syamsudin, 1997)
1.1.1.3. Elemen Dasar Mesin Bubut
Elemen dasar proses bubut adalah sebagai berikut (Syamsudin, 1997) :
Kedalaman Potong (a)
a=(do−dm)
2 : mm (2.47)
Kecepatan Potong (Vc)
Vc=π . d . n1000
: mm/menit (2.48)
d=(do+dm )
2 : (mm)
Kecepatan Pemakanan (Vf)
Vf =f . n : mm/min (2.50)
Waktu Pemotongan (Tc)
Tc= Ltvf
: min (2.51)
29
Kecepatan Penghasilan Geram (Z)
Z=Vf . a . w1000 : cm3/ min (2.52)
Tabel 2.3 Kecepatan potong (Syamsudin, 1997).
Bahan
Bahan Kecepatan
TinggiKarbida
halusb kasara halusa kasarb
Baja karbon,1030,1025 70-90 25-40 170-215 90-120
Baja nikel 2330 60-85 20-35 130-170 70-100
Chrom nikel 3120,5140 45-60 15-25 100-130 55-80
Besi cor kelabu lunak 40-45 25-30 110-140 60-70
Kuningan 85-110 30-45 185-215 120-150
Kecepatan spindel pada mesin bubut dapat disetting sesuai kebutuhan
Gambar 2.13 adalah pengaturan kecepatan putaran spindel pada mesin bubut.
Gambar 2.19 Jenis-jenis putaran spindel pada Mesin bubut
Kecepatan makan (feeding) pada mesin bubut dapat disetting sesuai
kebutuhan pengerjaan gambar 2.14 adalah jenis pilihan kecepatan makan pada
mesin bubut.
30
Gambar 2.20 Kecepatan makan (feeding) pada mesin bubut
2.7.2 Mesin Drill
Mesin drill merupakan sebuah alat pemotong yang ujungnya berputar dan
memiliki sisi potong yang berfungsi untuk membuat lubang pada benda kerja
yang akan dibuat lubang.
Gambar 2.21 Mesin Drill
1.1.1.1. Mata Drill
Mata drill berfungsi untuk melakukan penyayatan benda kerja yang akan
didrill. Untuk lebih jelasnya mengenai mata drill dapat dilihat pada gambar
dibawah ini Gambar 2.20
31
Gambar 2.22 Jenis Mata Drill (www.google.com)
2.7.3 Mesin Freis
Mesin freis salah satu mesin perkakas yang memiliki gerak utama
berputar, pisau freis dipasang pada sumbu atau arbor mesin didukung oleh alat
pendukung arbor. Jika arbor mesin berputar maka pisau freis ikut berputar yang
putarannya didapat dari putaran motor listrik.
2.7.3.1 Jenis- jenis Mesin Freis
Beberapa macam bentuk dan ukuran mesin freis tergantung dari apa yang
dikerjakan, mesin freis dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Mesin Freis Vertikal,
Mesin Freis Horinzontal dan Mesin Freis Universal
32
Gambar 2.23 Mesin freis universal
2.7.3.2 Bagian- bagian Mesin Freis
Beberapa bagian dari mesin freis yaitu :meja putar
Meja mesin
Meja mesin digunakan sebagai tempat kedudukan perlengkapan mesin
freis seperti kepala pembagi dan regum.
Arbor
Arbor berfungsi sebagai pemegang pisau freis.
Ragum
Ragum adalah sebuah alat bantu yang digunakan untuk menjepit benda
kerja dengan berbagai bentuk dan ukuran dari benda kerja sesuai dengan jenis
ragumnya.
33
Gambar 2.24 Ragum
Collet
Collet merupakan alat penjepit pisau freis
Gambar 2.25 Collet
Adaptor
Adaptor digunakan untuk menjepit pisau freis pada mesin freis vertical.
Lengan
Lengan adalah pegangan sumbu utama dimana poros dari mesin freis,
dimana tool mesin freis dipasang. Lengam berfungsi untuk penyangga utama
poros serta kedudukan lengan diatur sesuai keperluan atau pengerjaan.