4
PRAKTIK YANG BAIK Pelatihan Praktik yang Baik dalam Pembelajaran dan Manajemen Sekolah yang diselenggarakan USAID PRIORITAS mendapatkan apresiasi dari Kepala Dinas Pendidikan (Kadiknas) Provinsi Sulawesi Selatan, H. Abdullah Jabbar. Pelatihan USAID PRIORITAS menurut Kadiknas sangat relevan untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru dan kompetensi siswa. ”Kompetensi siswa di Sulawesi Selatan perlu ditingkatkan. Walaupun pada tahun 2012 dinyatakan lulus 100 persen tetapi kompetensinya masih belum sesuai harapan,” kata Kadiknas di hadapan 68 guru, kepala sekolah, pengawas dan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) peserta Pelatihan untuk Fasilitator Daerah Praktik yang Baik dalam Pembelajaran yang diselenggarakan di Hotel Horison pada 19- 26 Januari 2014. Beliau juga menekankan perlu adanya tanggung jawab guru, kepala sekolah, pengawas dan UPTD untuk meningkatkan kualitas siswa. Menurutnya, setelah guru mendapatkan sertifikasi seharusnya kualitas mengajar di dalam kelas menjadi lebih meningkat sehingga kompetensi siswa juga meningkat. “Kalau sampai tidak meningkat, suatu saat orang tua siswa bisa menuntut pada guru. Mengapa besarnya tunjangan sertifikasi tidak meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak mereka,” kata Kadiknas mengingatkan kepada semua yang hadir. Fasilitator DaerahTerpilih Para peserta yang dilatih dipersiapkan untuk menjadi fasilitator daerah yang akan memfasilitasi pelatihan dan mendampingi sekolah mitra di empat daerah mitra Kohor 2, yaitu Toraja, Bone, Parepare dan Takalar. Mereka dibekali dengan materi PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) yang membuat siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran dan MBS (manajemen berbasis sekolah) untuk keberhasilan pembelajaran. Para fasilitator yang dilatih ini adalah para guru, kepala sekolah, dan pengawas yang telah lulus dari uji berkas dan wawancara yang dilakukan oleh tim USAID PRIORITAS, bersama dinas pendidikan dan Kemenag di masing-masing kabupaten/kota daerah, serta melibatkan dosen perguruan tinggi mitra. USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa WARTA PRIORITAS Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan EDISI 05/DESEMBER-FEBRUARI 2014 Kadiknas Apresiasi Pelatihan USAID PRIORITAS (1) Pelatihan USAID PRIORITAS dinilai Kadiknas Sulsel dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. (2) Kadiknas Sulsel memberi sambutan pada pelatihan untuk pelatih (ToT) Praktik yang Baik Pembelajaran SD/MI di Hotel Horison Makassar (19/1). (3) Kadiknas Sulsel memukul gong menandai dimulainya acara pelatihan. (4) Ibu Rahmat Tang Fasilitator Daerah asal Bone memaparkan hasil pengamatan kelompoknya tentang tata letak bangku sekolah yang efektif. (5) Pada hari ketiga pelatihan, peserta melakukan praktik mengajar di SDN Sudirman 3 Makassar. Maros Diseminasi Program untuk Sekolah Non Mitra Kepala SDN 76 Mattiro Bulu, Bapak Reski Rasyid, S.Pd membuat kebijakan membebaskan semua guru mengambil alat tulis kantor (ATK) yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran aktif, seperti untuk membuat media pembelajaran dan bahan pajangan siswa. Setiap ada pembelajaran yang memerlukan ATK guru dapat langsung mengambil dari toko yang sudah ditunjuk oleh sekolah. Kebijakan tersebut membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan; kelas menjadi lebih kaya dengan pajangan, siswa lebih bebas berkreasi, dan guru menjadi lebih bebas untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya dalam pembelajaran. “Yang kita bangun dengan para guru adalah rasa saling percaya. Saya percayakan mereka untuk mengambil terlebih dahulu apa-apa yang dibutuhkan di toko. Pembayarannya dengan toko dilakukan pertiga bulan sekali. Para guru cukup menandatangani nota pembelian, dan nota tersebut kemudian dikumpul oleh toko, untuk diserahkan pada kepala sekolah. Kepala sekolah selanjutnya mengkonfirmasi kepada bendahara untuk melakukan pembayaran. Pak Reski menyatakan cara ini sangat efektif untuk membuat pembelajaran menjadi lebih aktif dan kreatif. Sekolahnya yang dikunjungi kepala sekolah dan guru SD/MI mitra LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dari Makassar, membuat mereka terkesan dengan kekayaan pajangan yang ditampilkan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Untuk memperluas program peningkatan mutu pendidikan di daerahnya, Pemerintah Kabupaten Maros mengintensifkan diseminasi program Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) untuk tingkat SMP/MTs. Di antara tiga kabupaten mitra kohor 1 yaitu Maros, Bantaeng, dan Wajo, Kabupaten Maros yang pertama kali melakukan program diseminasi untuk sekolah non mitra setelah satu tahun bermitra dengan USAID PRIORITAS. Program diseminasi yang dilakukan selama dua bulan itu (Desember 2013-Januari 2014) Fasilitator Daerah Maros melatih 300 peserta pembelajaran CTL yang berasal dari 60 sekolah, dan 120 peserta MBS dari 40 sekolah. Pelatihan itu dibagi dalam tiga angkatan yang diikuti para kepala sekolah, bendahara, komite dan guru dari sekolah yang tidak masuk menjadi sasaran langsung program USAID PRIORITAS. “Fasilator daerah bersemangat segera melakukan penyebaran penerima program pelatihan USAID PRIORITAS setelah ada SK Bupati Maros No. 58 Tahun 2013 tentang dana sharing pendidikan gratis yang menyebutkan untuk program sosialisasi kurikulum 2013 dan diseminasi progam USAID PRIORITAS. Alokasinya Rp. 120.000 per guru,” ujar Muhammad Dahlan M.Pd, Ketua panitia pelatihan MBS dan CTL yang juga Fasilitator Daerah (Fasda) Maros. Lahirnya SK tersebut memicu Fasda Maros membuat proposal dan jadwal pelatihan yang diajukan langsung ke Dinas Pendidikan Maros. Dinas pendidikan sangat mendukung dan menerbitkan SK pengangkatan Fasda sebagai fasilitator pelatihan tersebut. “Pemerintah daerah mendukung penyebarluasan penerima program ini karena kasmi sudah merasakan dampak yang baik peningkatan mutu pendidikan dan penyelenggaraan manajemen sekolah,” tutur Koordinator Fasilitator Daerah Maros, Alimuddin Assegaf, S.Pd. Menurut Azmi, Koordinator Daerah USAID PRIORITAS Kabupaten Maros, Bupati Maros berkomitmen melakukan replikasi program pelatihan USAID PRIORITAS sampai mencakup 60 persen guru yang ada di Maros. “Jadi kalau jumlah guru di Maros sekarang ini 3000 orang, sekitar 1800 pelatihan guru akan didanai oleh APBD untuk memperoleh pelatihan seperti ini,” jelasnya. Peserta pelatihan diseminasi MBS di Kabupaten Maros melakukan kunjung karya ide-ide dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pelatihan MBS di gedung SMPN 1 Maros. 1) Kelas SDN 76 Mattiro Bulu yang kaya dengan pajangan karya siswa; 2) Pak Resky menjelaskan program sekolah saat kunjungan sekolah mitra dari Bantaeng dan Wajo; 3) Siswa menggunakan media daun dalam pembelajaran. WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected] 1 3 2 1 1 1 8 2 3 4 5 Perlu ATK untuk Pembelajaran, Guru Tinggal Ambil di Toko

WARTA PRIORITAS fileyang telah lulus dari uji berkas dan wawancara yang dilakukan oleh tim USAID PRIORITAS, bersama dinas pendidikan dan Kemenag di masing-masing kabupaten/kota daerah,

Embed Size (px)

Citation preview

PRAKTIK YANG BAIK

Pelatihan Praktik yang Baik dalam Pembelajaran dan Manajemen Sekolah yang diselenggarakan USAID PRIORITAS mendapatkan apresiasi dari Kepala Dinas Pendidikan (Kadiknas) Provinsi Sulawesi Selatan, H. Abdullah Jabbar. Pelatihan USAID PRIORITAS menurut Kadiknas sangat relevan untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru dan kompetensi siswa.

”Kompetensi siswa di Sulawesi Selatan perlu ditingkatkan. Walaupun pada tahun 2012 dinyatakan lulus 100 persen tetapi kompetensinya masih belum sesuai harapan,” kata Kadiknas di hadapan 68 guru, kepala sekolah, pengawas dan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) peserta Pelatihan untuk Fasilitator Daerah Praktik yang Baik dalam Pembelajaran yang diselenggarakan di Hotel Horison pada 19-

26 Januari 2014. Beliau juga menekankan perlu adanya

tanggung jawab guru, kepala sekolah, pengawas dan UPTD untuk meningkatkan kualitas siswa. Menurutnya, setelah guru mendapatkan sertifikasi seharusnya kualitas mengajar di dalam kelas menjadi lebih meningkat sehingga kompetensi siswa juga meningkat. “Kalau sampai tidak meningkat, suatu saat orang tua siswa bisa menuntut pada guru. Mengapa besarnya tunjangan sertifikasi tidak meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak mereka,” kata Kadiknas mengingatkan kepada semua yang hadir.

Fasilitator Daerah TerpilihPara peserta yang dilatih dipersiapkan

untuk menjadi fasilitator daerah yang akan

memfasilitasi pelatihan dan mendampingi sekolah mitra di empat daerah mitra Kohor 2, yaitu Toraja, Bone, Parepare dan Takalar. Mereka dibekali dengan materi PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) yang membuat siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran dan MBS (manajemen berbasis sekolah) untuk keberhasilan pembelajaran.

Para fasilitator yang dilatih ini adalah para guru, kepala sekolah, dan pengawas yang telah lulus dari uji berkas dan wawancara yang dilakukan oleh tim USAID PRIORITAS, bersama dinas pendidikan dan Kemenag di masing-masing kabupaten/kota daerah, serta melibatkan dosen perguruan tinggi mitra.

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

WARTA PRIORITASMedia Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

EDISI 05/DESEMBER-FEBRUARI 2014

Kadiknas Apresiasi Pelatihan USAID PRIORITAS

(1) Pelatihan USAID PRIORITAS dinilai Kadiknas Sulsel dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. (2) Kadiknas Sulsel memberi sambutan pada pelatihan untuk pelatih (ToT) Praktik yang Baik Pembelajaran SD/MI di Hotel Horison Makassar (19/1). (3) Kadiknas Sulsel memukul gong menandai dimulainya acara pelatihan. (4) Ibu Rahmat Tang Fasilitator Daerah asal Bone memaparkan hasil pengamatan kelompoknya tentang tata letak bangku sekolah yang efektif. (5) Pada hari ketiga pelatihan, peserta melakukan praktik mengajar di SDN Sudirman 3 Makassar.

Maros Diseminasi Program untuk Sekolah Non Mitra

Kepala SDN 76 Mattiro Bulu, Bapak Reski Rasyid, S.Pd m e m b u a t k e b i j a k a n membebaskan semua guru mengambil alat tulis kantor (ATK) yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran aktif, seperti untuk membuat media pembe la j aran dan bahan pajangan siswa. Setiap ada pembelajaran yang memerlukan ATK guru dapat langsung mengambil dari toko yang sudah ditunjuk oleh sekolah. Kebijakan tersebut membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan; kelas menjadi lebih kaya dengan pajangan, siswa lebih bebas berkreasi, dan guru menjadi lebih bebas untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya dalam pembelajaran.

“Yang kita bangun dengan para guru adalah rasa saling percaya. Saya percayakan mereka untuk mengambil terlebih dahulu apa-apa yang dibutuhkan di toko. Pembayarannya dengan

toko dilakukan pertiga bulan sekali. Para guru cukup menandatangani nota pembelian, dan nota tersebut kemudian dikumpul oleh toko, untuk diserahkan pada kepala sekolah. Kepala sekolah selanjutnya mengkonfirmasi kepada bendahara untuk melakukan pembayaran.

Pak Reski menyatakan cara ini sangat efektif untuk membuat pembelajaran menjadi lebih aktif dan kreatif. Sekolahnya yang dikunjungi kepala sekolah dan guru SD/MI mitra LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dari Makassar, membuat mereka terkesan dengan

kekayaan pajangan yang ditampilkan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Untuk memperluas program peningkatan mutu pendidikan di daerahnya, Pemerintah Kabupaten Maros mengintensifkan diseminasi program Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) untuk tingkat SMP/MTs. Di antara tiga kabupaten mitra kohor 1 yaitu Maros, Bantaeng, dan Wajo, Kabupaten Maros yang pertama kali melakukan program diseminasi untuk sekolah non mitra setelah satu tahun bermitra dengan USAID PRIORITAS. Program diseminasi yang dilakukan selama dua bulan itu (Desember 2013-Januari 2014) Fasilitator Daerah Maros melatih 300 peserta pembelajaran CTL yang berasal dari 60 sekolah, dan 120 peserta MBS dari 40 sekolah. Pelatihan itu dibagi dalam tiga angkatan yang diikuti para kepala sekolah, bendahara, komite dan guru dari sekolah yang tidak masuk menjadi sasaran langsung program USAID PRIORITAS.

“Fasilator daerah bersemangat segera melakukan penyebaran penerima program pelatihan USAID PRIORITAS setelah ada SK Bupati Maros No. 58 Tahun 2013 tentang dana sharing pendidikan gratis yang

menyebutkan untuk program sosialisasi kurikulum 2013 dan diseminasi progam USAID PRIORITAS. Alokasinya Rp. 120.000 per guru,” ujar Muhammad Dahlan M.Pd, Ketua panitia pelatihan MBS dan CTL yang juga Fasilitator Daerah (Fasda) Maros.

Lahirnya SK tersebut memicu Fasda Maros membuat proposal dan jadwal pelatihan yang diajukan langsung ke Dinas Pendidikan Maros. Dinas pendidikan sangat mendukung dan menerbitkan SK pengangkatan Fasda sebagai fasilitator pelatihan tersebut. “Pemerintah daerah mendukung penyebarluasan penerima program ini karena kasmi sudah merasakan dampak yang baik peningkatan mutu pendidikan dan penyelenggaraan manajemen sekolah,” tutur Koordinator Fasilitator Daerah Maros, Alimuddin Assegaf, S.Pd.

Menurut Azmi, Koordinator Daerah USAID PRIORITAS Kabupaten Maros, Bupati Maros berkomitmen melakukan replikasi program pelatihan USAID PRIORITAS sampai mencakup 60 persen guru yang ada di Maros. “Jadi kalau jumlah guru di Maros sekarang ini 3000 orang, sekitar 1800 pelatihan guru akan didanai oleh APBD untuk memperoleh pelatihan seperti ini,” jelasnya.

Peserta pelatihan diseminasi MBS di Kabupaten Maros melakukan kunjung karya ide-ide dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada

pelatihan MBS di gedung SMPN 1 Maros.

1) Kelas SDN 76 Mattiro Bulu yang kaya dengan pajangan karya siswa; 2) Pak Resky menjelaskan program sekolah saat

kunjungan sekolah mitra dari Bantaeng dan Wajo; 3) Siswa menggunakan media daun dalam pembelajaran.

WARTA PRIORITASWARTA PRIORITASWARTA PRIORITAS

Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)

Editor Mustajib (Communication Specialist)

Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs)

ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]

1

32

1

1

18

2

3 4 5

Perlu ATK untuk Pembelajaran, Guru Tinggal Ambil di Toko

BERITA PRAKTIK YANG BAIK

Pameran Pendidikan untuk Diseminasi Program Terapkan Progam Minat Baca SDN 39 Cakke Pintar Bercerita

SDN 39 Cakke Enrekang Sulawesi Selatan adalah sekolah yang konsisten mengembangkan progam pengembangan minat baca. Untuk siswa kelas awal, sekolah ini menyelenggarakan dua jam tambahan pengembangan minat baca per-minggu. Kegiatannya dilakukan pada sore hari. Kemudian setiap hari Sabtu, semua siswa mengikuti satu jam tambahan kegiatan membaca yang dilaksanakan di akhir pelajaran.

Jam minat baca diisi dengan kegiatan membaca buku pelajaran dan buku cerita, Setelah membaca siswa difasilitasi untuk menceritakan kembali hasil bacaannya pada teman atau kelompoknya. Sekolah menjalankan metode membaca buku dengan berbagai model, seperti model diorama cerita, model piramida cerita dan lainnya. Untuk anak-anak kelas lanjut dipandu untuk membuat presentasi dan ringkasan bacaan.

Model Diorama Cerita

Dalam model diorama cerita, anak-anak diminta membaca buku cerita dan mendiskusikan dalam kelompok. Buku ceritanya kebanyakan bergambar. Anak-anak dibimbing membuat diorama

berdasarkan gambar yang ada di buku atau menentukan tokoh-tokoh dan latarnya, baru membuat dioramanya sendiri.

Untuk membuat diorama, bahan-bahannya adalah: 1) kotak/kardus kecil tempat sepatu/ mie; 2) kertas berwarna; 3) kertas karton; 4) gunting; 5) lem; 6) benang; 7) crayon atau pensil berwarna; 8) boneka-

boneka kecil miniatur, binatang, tumbuhan, dan benda-benda lain yang sesuai dengan ide cerita.

Cara membuatnya adalah sebagai berikut; 1) Kardus dipotong bagian depan untuk display; 2) Kertas berwarna digambar dan ditempelkan di kardus sebagai latar lingkungan cerita, misalnya hutan atau laut sesuai dengan ceritanya. Bisa juga kardus tersebut langsung diwarnai; 3) Kertas karton digunting membentuk tokoh-tokoh yang digambar dalam cerita dan diwarnai dengan crayon atau pensil berwarna. Bisa juga diganti dengan boneka-boneka miniatur binatang, tumbuhan, dan lain lain, disesuaikan dengan cerita.

Kertas atau miniatur ini digantung dengan benang dan ditempel dengan lem di langit-langit diorama. Bisa juga di lem saja di alasnya. Letakkan yang besar-besar di bagian belakang dekat dengan latar, dan yang kecil-kecil di bagian depan.

Salah satu contoh model diorama cerita adalah diorama bawah laut. Setelah kelompok menyusun urutan cerita, dan membuat diorama. Bersama-sama atau salah seorang siswa, sambil memegang diorama tersebut, menceritakan kisah tentang laut dan isinya sesuai dengan

buku yang telah dibaca. Dengan cara ini, siswa menjadi tidak kehilangan fokus dan bercerita lebih runtut. Guru SDN 39 Cakke menggunakan diorama tidak cuma untuk bercerita, tetapi juga untuk membantu menjelaskan sesuatu atau menunjukkan interaksi dalam suatu habitat, misalnya habitat hutan.

Piramida Cerita

Model diorama lainnya adalah piramida cerita. Pada model ini, siswa dikelompokkan yang terdiri dari 3-4 orang. Mereka bersama-sama membaca sebuah buku cerita. Kemudian berdiskusi menentukan poin-poin penting dalam cerita. Poin ini mencakup tiga hal yaitu awal, inti dan akhir cerita. Tiga poin tersebut ditulis dan digambar pada tiga sisi kertas yang berbentuk piramida. Piramida kertas dibuat dalam kelompok. Bahannya dari kertas karton dan disatukan antar sisinya dengan lem. Setelah menulis dan menggambar di tiga sisi piramida tersebut, mereka bercerita di hadapan teman-temannya sesuai urutan cerita.

“Dengan bantuan media-media pembelajaran yang mudah dan murah ini, siswa bisa mengasah keterampilan membaca, menggambar, menulis, bekerja sama dan bercerita dengan runtut. Mereka menjadi lebih kreatif dan percaya diri,” ujar Aslima, guru SDN 39 Cakke.

SEBELUMNYA sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Maros mengalami kesulitan dalam menyusun RKAS. “Kalau mau jujur, pada saat pengawas sekolah mau datang memeriksa RKS dan RKAS, kami kebingungan mempersiapkannya, bentu format, dan cara menghitungnya. Kami terpaksa copy paste saja dari sekolah lain,” ujar Kepala Sekolah SDN 180 Papandangan Maros, Yadayasari.

Setelah mengikuti pelatihan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan mendapatkan pendampingan dari fasilitator daerah USAID PRIORITAS, sekolah-sekolah mitra di Maros menjadi yang pertama menerima pencairan dana BOS.

“Untuk pencairan dana BOS, Dinas Pendidikan Kabupaten Maros mensyaratkan

sekolah menyerahkan RKS dan RKAS yang sistematis dan akuntabel. Hal ini menjadi kendala bagi teman-teman yang tidak dilatih MBS,” kata Alimuddin Assegaf, S.Pd, Koordinator Fasda Kabupaten Maros.

Karena sudah dilatih dan didampingi dalam program MBS, SD/MI Mitra USAID PRIORITAS ini lebih cepat satu bulan menyerahkan RKS dan RKASnya dibanding sekolah lain. Dinas Pendidikan Maros bahkan menjadikan RKS dan RKAS yang disusun oleh sekolah mitra menjadi acuan dalam penyusunan RKS dan RKAS.

“Agar seluruh sekolah di Maros memahami sistematika penyusunan RKS dan RKAS, diseminasi pelatihan MBS dan pendampingannya perlu dilakukan ke sekolah-sekolah non-mitra,” ujar Alimuddin.

RKAS Akuntabel, Dana BOS Cair Tercepat

RKAS dan RPP SDN 180 Papandangan Maros, yang didampingi USAID PRIORITAS.

Mengarusutamakan Gender di Sekolah SD/MIMakassar. 89 orang terdiri dari guru SD dan MI, kepala

sekolah, pengawas sekolah, Kepala UPTD dari berbagai daerah yaitu Wajo, Maros, Bantaeng, Pinrang dan Enrekang dan dosen dari UIN dan UNM mendapatkan pelatihan gender sebagai salah satu sesi pelatihan modul II USAID PRIORITAS yang dilakukan di Hotel M Regency (24/4). Kegiatan ini dilakukan agar pengarusutamaan gender juga sampai di tingkat Sekolah Dasar.

“Banya permasalahan gender di tingkat sekolah,” kata Abrar, Kepala SDN 166 Pinrang yang juga salah satu fasilitator pelatihan ini. “Misalnya, dalam materi-materi buku ajar masih banyak terdapat bias Gender. Banyak contoh pelajaran menempatkan perempuan bekerja di sektor domestik dan laki-laki di sektor publik, seperti dalam kalimat yang sering kita temui pada pelajaran kelas awal 'Ibu bekerja di dapur dan ayah Budi membaca koran,” ujarnya

Setelah para peserta mendapatkan pemahaman tentang gender. Peserta diajak mengidentifikasi bias gender yang terjadi pada waktu pembelajaran, kegiatan sekolah dan pada fasilitas sekolah. Masing-masing kelompok peserta mempresentasikan bias gender yang terjadi di sekolah dan merumuskan langkah

ke depan untuk mengarusutamakan gender. Pada waktu pembelajaran, bias gender terjadi ketika

ketua kelas atau dalam diskusi kelompok yang dipilih cenderung laki-lak tanpa pertimbangan “Ke depan, perhatian guru harus adil dan memberikan kesempatan yang sama terhadap perempuan atau laki-laki,” ujar Aslima, guru dari SDN 39 Cakke Enrekang.

Bias gender juga terjadi pada kegiatan-kegiatan sekolah. “Pada waktu upacara, seringkali yang dijadikan pemimpin upacara adalah laki laki. Waktu upacarapun, pada waktu acara pengerekan bendera, laki-laki sering diletakkan di tengah dengan dua perempuan yang mengiringi,” ujar Hasmir, peserta dari Maros.

“Kalau fasilitas, toilet seharusnya dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan, dan modelnya lebih baik berbeda, karena laki-laki bisa dengan cara berdiri kalau pipis,” lanjutnya.

Sebagai langkah tindak lanjut pelatihan ini, para peserta akan berusaha mengarusutamakan gender di sekolah masing-masing berdasarkan hasil idenfitikasi bias gender di sekolah masing-masing.

Tribonni, salah satu peserta pelatihan sedang melakukan simulasi pembelajaran.

2 3

Murid SDN 39 Cakke kreatif membuat Diorama dan Piramida Cerita

Di Maraja Ballroom Hotel Sahid, USAID PRIORITAS menggelar Pameran Pendidikan tingkat provinsi, atau yang sering disebut dengan Provincial Showcase. Pameran yang diadakan pada tanggal 25 Juni 2014 ini diikuti oleh sekolah SD/MI dan SMP/MTS dari enam kota/Kabupaten yaitu Wajo, Maros, Bantaeng, Jeneponto, Pinrang dan Makassar. Empat sekolah mitra atau binaan UNM dan UIN juga hadir dalam pameran ini. Total stand atau boothnya ada tiga belas buah mewakili daerah dan tingkat pendidikan.

Pameran dihadiri oleh Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kemenag, Dewan Pendidikan, DPRD dari 10 Kabupaten/Kota.

Dalam sambutannya, gubernur Sulsel yang diwakili oleh Kepala Bappeda Provinsi, Yacksan Hamzah, berharap program-program USAID PRIORITAS yang baik ini bisa diadopsi dan didesiminasi oleh pemerintah Kabupaten. Gubernur berharap mutu pendidikan di Sulsel berkat adanya program pendidikan yang ditawarkan USAID PRIORITAS

Acara ini juga menampilkan b e r b a g a i a t r a k s i s i s w a y a n g memperlihatkan dampak dari model pembelajaran aktif yang dikenalkan oleh USAID PRIORITAS. Siswa mampu lebih mengaktualisasi diri karena pembelajaran yang dilakukan lebih berorientasi siswa.

Atraksi siswa SD/MI dari Wajo memperlihatkan kemampuan siswa menjawab tantangan lingkungannya yang sering banjir dengan membuat alat pendeteksi banjir sejak dini. Sedangkan Atraksi siswa SD/MI dari Bantaeng memperlihatkan kemampuan siswa menjelaskan proses pembiasan cahaya

Pada acara talkshow yang langsung dipandu oleh Pettapuang, Prof. Dr. Qadir Gassing menyatakan komitmennya untuk terus mensosialisasikan kepada dosen model pembela jaran yang lebih berorientasi ke siswa. Tak Lupa ia juga menyoroti pentingnya sertifikasi guru untuk ditingkatkan.

Para peserta pameran berkeliling untuk mengamati stand-stand dan mengamati hasil-hasil karya siswa. MTs Binamu yang mewakili Jeneponto memamerkan peta pembelajaran yang terskema dengan baik, mulai dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), lembar kerja siswa, dan feedback dari siswa terhadap pembelajaran guru. Karya siswa yang menarik lainnya adalah dari karya ketrampilan SD Al Abrar dari Pinrang. Para siswa di sekolah itu mampu membuat tas dari Cup platstik Teh gelas, dilapisi dengan pita-pita sehingga kelihatan sebagai tampil elegan. “Harganya bisa mencapai 250.000,” kata guru penjaga stand tersebut.

Di stand-stand lain banyak kreasi

siswa terlihat, yang memperlihatkan keaktifan siswa dalam menghasilkan produk pembelajaran. Mereka tidak lagi terpaku pada proses mengajar yang monoton, yaitu guru menjadi satu-satunya nara sumber. Dalam pembelajaran aktif, siswa diharapkan menjadi actor yang mampu untuk mengamati, menalar, menganalisis dan menemukan pemecahan masalah.

Mikroskop merupakan media yang sangat penting untuk mata pelajaran IPA. Setiap sekolah harus memiliki

mikroskop yang cukup agar pembelajaran menjadi efektif. Sekolah saya di MTsN Turikale, Maros hanya memiliki 1 mikroskop, sementara

jumlah siswa per kelas kurang lebih 32 orang dengan 3 rombel pertingkatan kelas. Kami terkendala kekurangan mikroskop pada saat mengajar IPA yang memerlukan mikroskop dalam kegiatan pembelajarannya. Saya berpikir bagaimana cara membuat sendiri alat alternatif pengganti mikroskop yang mahal itu. Saya kemudian mencoba berinovasi memperbesar penglihatan objek dengan menggunakan mistar plastik, botol aqua, gelas kaca yang diisi air, mangkok kaca, dan botol parfum. Terakhir saya gunakan botol minyak gosok.

Mula-mula dibuka kertas tulisan yang ada di bagian luar, dibersihkan dan diisi air. Botol dimasukkan baskom yang berisi air penuh dan diisi. Mulut botol ditutup dan ditekan memastikan tidak ada gelembung yang bisa menghalangi pengamatan. Gelembung dapat menghalangi fokus sehingga objek preparat tidak nampak. Setelah itu, lumut saya letakkan di atas meja preparat, dan saya amati. Rumbai-rumbai lumut kelihatan lebih jelas dan botol minyak gosok lebih efektif dibanding dengan bahan lainnya. Namun bagaimana botol tersebut bisa dirangkai menjadi mikroskop? Bersama siswa, saya mencoba merangkai dengan bahan lainnya dan menempatkan botol yang berfungsi sebagai lensa objektif.

Mikroskop yang kami buat rangkaiannya adalah sebagai berikut: Botol plastik minuman sebagai tubus,

mulutnya sebagai lensa okuler, Tiga buah balok dengan ukuran yang

berbeda, satu sebagai lengan berukuran 22 cm, dan satu sebagai penghubung lengan dengan tubus dengan ukuran 8 cm, dan lainnya sebagai kaki dengan ukuran 12 cm,

Dua buah tutup botol sebagai makrometer atau sekrup pengarah kasar,

Tiga buah paku yang berfungsi sebagai penghubung, dua buah paku sebagai penyangga meja objek, dua buah paku sebagai pelekat tutup botol, dua buah paku di simpan di atas objek,

Karton sebagai meja objek dan penahan cermin, cermin berfungsi sebagai sumber cahaya,

Karet yang berfungsi untuk melekatkan tubus dengan lengan mikroskop,

Lakban untuk melekatkan paku dengan tubus sehingga tubus dapat berbentuk pipih,

Pisau untuk memotong botol.

Cara MembuatPotong tiga buah balok dengan

ukuran 22 cm, 12 cm dan 8 cm dan rangkai dengan paku. Tempelkan penutup botol plastik pada bagian balok penghubung lengan dengan dua buah paku ke lengan mikroskop sebagai penyangga meja preparat. Gunting karton persegi berukuran 11 cm, dan lubangi bagian tengah dengan ukuran diameter 1 cm. Gunting bagian yang akan ditempelkan ke lengan mikroskop dengan ukuran +4 cm dan letakkan di atas paku. Potong bagian bawah botol plastik. Lubangi botol tersebut sesuai ukuran mulut dan bagian bawah botol minyak gosok. Masukkan botol minyak gosok ke dalam lubang. Supaya tidak ada celah antara botol minyak gosok (lensa objektif) dengan botol plastik (tubus), botol ditekan dengan paku pada bagian depan, dan belakang persis di atas botol

minyak gosok. Lekatkan botol plastik di balok (lengan mikroskop) dengan menggunakan karet. Sekarang siap untuk digunakan, letakkan preparat yang telah dibuat.

Cara Menggunakan Mikroskop sederhana dari balok dan

bambu digunakan dengan menaikkan tubus dan menyimpan preparat di atas meja sediaan (meja preparat) dan memastikan objek preparat tepat di atas lubang. Jarak fokus diatur dengan menaikturunkan tubus. Objek preparat terlihat besar dan jelas pada jarak fokus kurang lebih 1,5 cm sampai 5 cm. Sedangkan mekanisme penggunaan mikroskop sederhana dari bahan karton adalah menyimpan preparat di atas meja sediaan, memilih lensa objektif (botol yang telah berisi air, sesuai dengan ukuran pembesaran yang diinginkan), memegang botol tersebut sambil mengamati objek preparat.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan botol yang lebih besar akan menghasilkan pembesaran yang lebih besar. Botol minyak gosok juga bisa diganti dengan jenis botol kaca yang tidak berwarna lainnya.

Keunggulan mikroskop ini, alat dan bahannya mudah didapat, pembuatannya juga relatif mudah, hasil yang didapatkan mirip dengan aslinya. Jika pengamatan dilakukan di tempat terbuka hasil dan perbesarannya semakin jelas.

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

Hujan, lumpur, dan medan jalan yang sulit dilalui tidak menjadi penghalang bagi tim fasilitator daerah (Fasda) Enrekang Sulawesi Selatan membuka isolasi di Pedalaman Bungin untuk berbagi pengalaman pembelajaran program USAID PRIORITAS. Mereka terdiri atas 8 orang: Neti, S.Pd (fasilitator nasional), Salma, S.Pd, (kepala sekolah), Jumurdin, S.Pd (pengawas sekolah), Marliah, S.Pd (pengawas sekolah), Sapar (kepala sekolah), Aslima Rahim (guru), Risnawati Achmad (guru), dan Suriany B (guru).

Tim Fasda sudah dua kali menjangkau kecamatan terpencil ini untuk memberi pelatihan diseminasi PAKEM dan MBS pada Desember 2013 dan Januari 2014.

Jalan yang harus dilalui bertepatan dengan musim hujan sehingga banyak jalan yang dilewati rusak parah, banjir seperti sungai kecil, berlumpur, dan licin. Sangat sulit untuk melaluinya. Waktu tempuh yang seharusnya bisa dicapai sekitar satu setengah jam, menjadi setengah hari. Dari Kecamatan Cakke tim berangkat jam 11 siang, dan baru tiba di kota Bungin setelah Maghrib.

Selama dalam perjalanan, tim bahu-membahu mendorong dan menarik sepeda motor jika terjebak

lumpur dan tempatnya licin. Untungnya setelah tiba di Bungin, mereka bisa langsung beristirahat di penginapan yang disewakan panitia. “Kami bertekad menjangkau Kecamatan Bungin untuk menyebarluaskan praktik yang baik dalam pembelajaran dan saling berbagi pengalaman dengan para guru dan kepala sekolah di sana,” ujar Neti, Fasnas USAID PRIORITAS.

Peserta pelatihan diseminasi PAKEM di Kecamatan Bungin sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan untuk pertama kalinya. “Sebelumnya saya kalau mengajar selalu menjadi satu-satunya narasumber di kelas. Dalam pelatihan ini saya menjadi tahu PAKEM yang efektif untuk mengaktfikan siswa. Kami bisa mengerti cara menerapakan prinsip-prinsip PAKEM di kelas,” kata Baharuddin guru SDN 87 Tallang Rilau.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDK Mabu, Muh. Yusuf T, S.Pd, mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini, “Pelatihan ini membuat saya memiliki metode mengaktifkan siswa, dalam cara bertanya, berdiskusi dan menanggapi. Bagi saya pelatihan ini luar biasa,” ujarnya.

(Bahar Makkutana)

Berbagai jenis model mikroskop murah karya ibu Kasmiatang, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat dan hasil yang hampir sama dengan model aslinya.

Mikroskop Kreatif Berbiaya Murah, Hasilnya Mirip yang AsliOleh Kasmiatang Kadir, S.Pd., MTsN Turikale, Maros

1) Pak Amirullah sedang membantu oenarikan SPPT dari warga. 2) Secara simbolis menyerahkan bantuan alat olah raga dari dana kembalian pajak kepada

1

2

Kasmiatang Kadir, S.Pd

4 5

Pedalaman Bungin: Jalan Terjal Tidak Surutkan Semangat Diseminasi

Melihat upaya yang dilakukan Kepala SDN 166 Kariango Pinrang dalam memajukan sekolah dan banyaknya perubahan besar di sekolah, pak Amirullah komite sekolah merasa

terpanggil ikut andil di dalamnya. “Kepala sekolah kami, pak Abrar adalah Fasilitator Nasional USAID PRIORITAS. Setelah ikut pelatihan USAID PRIORITAS banyak sekali gebrakan yang ia buat untuk memajukan sekolah,” ujarnya.

Ia bertanya-tanya apa yang bisa dia lakukan untuk ikut andil membantu sekolah? Akhirnya, ia punya ide menggali dana masyarakat lewat sisa kembalian dana pajak. Setiap tahunnya, tepatnya bulan April, sebagai kepala dusun, ia punya tugas menarik dana pajak dari masyarakat. Ia menangani sekitar 900 SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) di desanya. Ia melihat peluang untuk menarik dana partisipasi masyarakat untuk sekolah dari tugasnya tersebut. Ide tersebut

dirapatkan dengan anggota komite sekolah yang lain, dan mereka menyetujui.

“Pada saat menarik pajak, saya mengajak pembayar pajak untuk ikut membantu sekolah. Misalnya warga berkewajiban membayar pajak sebesar 17 ribu, tapi uangnya 20 ribu. Saya sampaikan kepada pembayar pajak tersebut, apakah kembaliannya yang 3 ribu bisa disumbangkan untuk kemajuan sekolah?” Tawaran demikian sering ditanggapi positif oleh masyarakat. “Bahkan ada yang menambah sepuluh ribu, atau dua puluh ribu. Seikhlasnya mereka,” lanjutnya.

Dana tiap tahun yang terkumpul dari 900 SPPT itu kurang lebih dua juta rupiah. Jumlah penerimaan dan pengelolaannya selalu dilaporkan kepada masyarakat pada saat pertemuan tahunan sekolah. “Awalnya masyarakat kurang menyambut baik. Pada tahun pertama hanya terkumpul tiga ratus ribu. Tapi setelah kami laporkan pengelolaan dananya secara transparan, mereka menjadi percaya dan pada tahun berikutnya terkumpul lebih dari dua juta,” ujarnya.

PERLU FOTO PELATIHAN ATAU PRAKTIK MENGAJAR DI SEKOLAH BUNGIN

Gali Dana Sekolah Lewat Sisa Kembalian Pembayaran Pajak

Tampak medan jalanan menuju Kecamatan Bungin sulit dilewati bila musim hujan.

Amirullah

BERITA BERITA

Untuk melihat langsung proses pembelajaran aktif dan implementasi manajemen berbasis sekolah, sekolah mitra USAID PRIORITAS dari Kabupaten Tana Toraja melakukan kunjungan belajar (study visit) ke

sekolah mitra DBE di Kabupaten Enrekang (22/2). Tiap sekolah dari 8 SMP/MTs dan 16 SD/MI Tana Toraja mengirimkan 2 orang utusan kepala sekolah dan komite sekolah yang berjumlah 48 orang. Ditambah stakeholder dari dinas pendidikan, Kemenag, dan UPTD dengan jumlah keseluruhan peserta adalah 55 orang.

Untuk mereka yang berasal dari SMP/MTs mengunjungi SMPN 1 Enrekang, sedangkan yang berasal dari SD/MI berkunjung SDN 119 Belalang dan SDN 39 Cakke. Sekolah-sekolah yang dikunjungi tersebut merupakan sekolah yang selama ini konsisten menerapkan pembelajaran PAKEM/ CTL dan Manajemen Berbasis Sekolah.

“Dengan studi visit ini sekolah dari Tana Toraja bisa memperoleh gambaran nyata implementasi PAKEM, CTL, dan MBS yang terbukti berdampak baik. Mereka dapat termotivasi untuk menerapkan praktik pendidikan yang baik di masing-masing sekolah,” urai Bahar Makkutana, Koordinator Daerah USAID PRIORITAS

untuk Enrekang dan Tana Toraja. Para peserta study visit bertemu dan berdiskusi mengenai

proses dan dampak praktik yang baik di sekolah dengan melihat sekolah dalam melakukan pengelolaan pembelajaran, penataan lingkungan kelas, peningkatan partisipasi masyarakat, dan pengelolaan keuangan sekolah.

Untuk melihat pengelolaan pembelajaran, mereka langsung mengamati guru yang sedang mengajar menggunakan pendekatan PAKEM atau CTL. Mereka juga melihat rencana kegiatan anggaran sekolah (RKAS), rencana kerja sekolah (RKS), dan berdiskusi dengan komite, guru dan kepala sekolah.

“Saya melihat komitmen dan konsistensi dari sekolah untuk menerapkan metode pembelajaran aktif PAKEM menjadi kunci yang penting untuk memajukan sekolah. Di SDN 39 Cakke ini saya melihat penggunaan alat peraga luar biasa. Hal itu membuat pembelajaran menyenangkan dan anak-anak menjadi

mudah mengerti. Ternyata alat peraga bisa juga dibuat oleh siswa sendiri, tidak perlu selalu beli dengan menggunakan dana BOS,” ujar Octavianus, S.Pd, MM, pengawas dari

Sekolah Mitra di Tana Toraja Menimba Ilmu ke Enrekang

Pameran pendidikan 24 sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Maros yang diadakan di Aula Masjid AL Markaz dipenuhi pengunjung (20/2). Ratusan pengunjung yang berasal guru, orang tua murid,

mahasiswa, dosen-dosen, siswa dari berbagai sekolah. Bupati Maros, HM Hatta Rahman yang terlambat datang juga ikut berdesak-desakan berkeliling mengunjungi semua stand dan kagum dengan antusiasme partisipan dan pajangan-pajangan hasil pembelajaran aktif.

Pameran diikuti oleh 24 sekolah yaitu 8 sekolah SMP/MTs dan 16 SD/MI mitra USAID PRIORITAS. Masing-masing memiliki stan pameran yang menunjukkan berbagai macam hasil kreasi siswa dalam pembelajaran aktif yang biasa dipajang di kelas, seperti laporan praktikum, puisi, lukisan, kerajinan tangan, dan lain-lain. Para guru dan kepala sekolah juga menampilkan hasil karya mereka seperti RPP (Rencana Program Pembelajaran), RKAS, RKT, media pembelajaran, dan lain-lain.

Bapak Baharuddin, Sekretaris Daerah Maros menyatakan dukungannya terhadap acara pameran pendidikan ini. Beliau berharap pameran pendidikan ini dapat berdampak tidak hanya pada sekolah mitra USAID PRIORITAS tetapi juga pada sekolah-sekolah lainnya. Pameran ini juga diharapkan menjadi ajang interaksi antara sekolah mitra dan non mitra USAID PRIORITAS sehingga praktik-praktik yang baik bisa tersebar.

Pemerintah Daerah Maros juga berkomitmen untuk menyebarkan praktik-praktik yang baik USAID PRIORITAS dengan dana dari APBD.

Pada acara tersebut, beberapa kepala sekolah, komite, dan guru juga melakukan testimoni perubahan-perubahan yang terjadi setelah ikut dalam program USAID PRIORITAS. Para guru kini mampu menyusun RPP yang lebih logis, membuat lembar kerja yang memfasilitasi siswa untuk berpikir tingkat tinggi, dan pembelajarannya selaras dengan Kurikulum 2013. Dulunya mereka hanya copy paste dari teman atau mengajar tanpa RPP sama sekali.

Sekolah juga dapat bekerja sama dalam menyusun RKAS (Rencana kerja Anggaran Sekolah) sehingga sekolah-sekolah mereka paling cepat mendapatkan pencairan dana BOS. Sekolah juga lebih bisa membangkitkan partisipasi masyarakat untuk menunjang pembelajaran di sekolah.

Acara juga yang menampilkan berbagai atraksi hasil pembelajaran aktif. Murid-Murid MTsN Turikale memperagakan penggunaan mikroskop yang dirangkai dari bahan-bahan yang murah dan terjangkau seperti dari botol minyak gosok, kardus, kaca dan lain-lain. SDN Pakalu 1 secara kreatif memperagakan cara membuat perahu kecil yang digerakkan dinamo.

Pada acara penutupan, Kepala Bidang Kurikulum Dinas Pendidikan Maros, Drs. Ashar Salam, MM menyatakan kesannya dengan pameran pendidikan tersebut. Pihaknya berkomitmen untuk menyelenggarakan sendiri pameran pendidikan seperti ini dengan dana dari APBD.

Pengunjung Pameran Pendidikan Maros Membludak

UNTUK memperkaya dan memberikan inspirasi kepada para dosen LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam pelaksanaan perkuliahan, USAID PRIORITAS bersama dosen LPTK dan guru pengampu mata pelajaran mengembangkan Buku Sumber untuk Dosen LPTK tentang Literasi untuk Kelas Awal, Matematika, dan IPA untuk SMP. Buku sumber ini diperuntukkan bagi para dosen LPTK yang akan mencetak calon-calon guru SD/MI dan SMP/MTS. Draf buku sumber tersebut disosialisasikan dan dilatihkan kepada para dosen LPTK sebelum dicetak, untuk diujicoba penggunaannya dan mendapatkan masukan.

Para peserta sosialisasi dan pelatihan ini terdiri 60 dosen LPTK dari PGSD Universitas Negeri Makassar, PGSD UIN Alauddin Makassar, STAIN Palopo, Universitas Muhammadiyah,

STAIN Bone dan LPTK lainnya tergabung dalam konsorsium LPTK mitra USAID PRIORITAS.

Mereka difasilitasi untuk memahami isi buku dan menggunakannya dalam perkuliahan LPTK. Pelatihan juga bertujuan mendorong peserta mampu menyusun persiapan perkuliahan dengan menggunakan buku sumber tersebut. Di akhir sesi, mereka diajak mensimulasikan atau mempraktikkan

unit pembelajaran dalam suatu mata kuliah dengan menggunakan buku sumber tersebut.

Menurut Dr. Asdar MPd, Dosen Matematika UNM, salah seorang fasilitator kegiatan, Buku sumber Matematika ini berbeda dengan bahan ajar kebanyakan. Isinya tidak banyak menyangkut aspek teoretis tapi banyak dengan kegiatan-kegiatan implementatif mengamati, menyelidiki, menemukan dan menyimpulkan. ”Buku ini tidak hanya mengandalkan penguasaan konsep dan ketrampilan matematis seperti menghitung dan menggunakan rumus-rumus tetapi lebih menekankan kemampuan untuk menyelidiki, menemukan rumus, dan memecahkan masalah,” ujarnya

Menurutnya, buku sumber ini juga disusun berdasarkan fakta-fakta

kelemahan pengajaran Matematika yang terjadi di sekolah. Susunan modul mencakup konsep-konsep yang sederhana sampai berpikir tingkat tinggi, tidak hanya soal soal permainan, tetapi juga soal-soal olimpiade. “Modul ini saya pakai untuk mata kuliah micro teaching, matematika sekolah, geometri dasar, aljabar elementer dan teori bilangan. Juga bisa digunakan untuk kegiatan PPG, MGMP dan KKG,” lanjutnya

“Banyak yang baru dan menginspirasi saya temukan pada buku sumber ini,” ungkap Ibu Andi Halimah, Dosen Bahasa Indonesia UIN Alauddin yang ikut pada kelompok literasi. “Pembelajaran selama ini untuk anak-anak lebih banyak menghapal, seperti menghapal kata. Tetapi pada modul ini, anak didik dilatih untuk menemukan sendiri. Umpamanya huruf a, pada kata mata, anak tidak diminta menghapal, tapi menemukan bahwa diantara kata itu terdapat huruf a,” katanya.

PRESIDEN RTI (Research Triangle Institute) International Wayne Holden dan Aaron William Wakil Presiden RTI Divisi Pembangunan In ternas iona l mengunjungi sekolah mitra USAID PRIORITAS di Makassar (19/2). RTI merupakan lembaga yang dipercaya USAID untuk melaksanakan program USAID PRIORITAS di I n d o n e s i a . R T I s e d a n g meingimplementasikan program pelayanan publik Kesehatan melalui proyek USAID KINERJA dan peningkatan mutu pendidikan dasar m e l a l u i p r o g r a m U S A I D PRIORITAS.

Keduanya mengunjungi Puskesmas Batua, yang menjadi salah satu dampingan program kesehatan USAID KINERJA, dan

mengunjungi SDN Mamajang II dan SDN Inpres Bertingkat Mamajang III dan SMP YP PGRI yang menjadi mitra program USAID PRIORITAS. RTI telah bekerja bersama-sama dengan Pemerintah Indonesia dan mitra proyek lainnya menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas.

Wayne Holden sangat terkesan dengan keaktifan pembelajaran di SDN Inpres Bertingkat Mamajang III yang menggunakan pendekatan PAKEM. “Sangat menginspirasi untuk melihat komitmen dan kemitraan yang berkelanjutan dari pemerintah, mitra proyek, anggota masyarakat, dan pendidik dalam meningkatkan kesempatan atas pendidikan di Sulawesi Selatan,” ujar Holden.

Presiden RTI Berkunjung ke Makassar

1) Diskusi peserta study visit dengan guru, kepala, dan komite SDN 39 Cakke; 2) Peserta berdiskusi dengan siswa SDN 119 Belalang yang sedang belajar berbagai sumber energi; 3) Kegiatan membaca di SDN 39 Cakke; 4) Mengamati RKAS yang dipajangkan di mading SDN 119 Belalang.

2

1

3 4

Di stan SMPN I Turikale, Bupati Maros ditunjukkan cara mudah menghitung volume segitiga oleh guru yang menjaga stan.

Peserta tampak antusias melihat presentasi siswa.

Peserta dari kelompok literasi untuk kelas awal mempraktikkan cara mengajar dengan memanfaatkan big book.

Modul Pelatihan USAID PRIORITAS Jangkau Dosen

Pada kelompok IPA, dosen LPTK dan guru peserta pelatihan sedang mempraktikkan proses rambatan getar.

Wayne Holden (paling kanan) ditemani Stuart Weston dan Aaron William berdiskusi dan mengamati siswa yang sedang belajar aktif

76