Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    1/126

     

    ANALISIS HUBUNGAN WAKTU TEMPUH DENGAN DERAJAT KEJENUHAN RUAS

    JALAN PERKOTAAN (Studi Kasus Kota Semarang)1 

    Nina Anindyawati 2, Eko Yulipriyono 3, Joko Siswanto 4

    ABSTRACT

    This research discusses the relation between Travel Time and Degree of Saturation for the urban road

    links, especially for the city of Semarang, by using regression method which Travel Time as a

     polynomial function of Degree of Saturation.

    Siliwangi Street and Soekarno-Hatta Street are selected as the sample for arterial road, Thamrin

    Street and Supriyadi Street as the sample for collector road, and Lampersari Street and Ksatrian

    Street as the sample for local road. The research found the general formula for Travel Time and

     Degree of Saturation relationship for the urban road links as : W  = wl [   1 + a ( DS )4 ]  , where the W is

    the travel time, the wlis the travel time at the free flow and the DS is the degree of saturation.

     It is also found that the arterial road wl= 6,5 – 6,75 second and a = 0,15 – 0,4 , collector road gives

    wl= 8,25 – 8,9 second and a = 0,4 – 0,6 and local road, gives w

    l= 9,62 – 11,93 second and a = 0,3 –

    0,4.The research has shown that the travel time and degree of saturation relation model for arterial road

    was exactly similar to the Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM ), 1997 standard, but for both

    of collector road and local road were not in the same condition. It means that in this case the

     Indonesian Highway Capacity Manual ( IHCM ), 1997 standard was only able to be used for arterial

    road. It is not recommended to use the Indonesian Highway Capacity Manual ( IHCM ), 1997

    standard for collector road and local road.

     Key Words : Travel Time, Degree of Saturation, Urban Road Free Flow.

    1  PILAR  Volume18, Nomer 1, April 2008: Halaman 1-82,  Dosen Magister Teknik Sipil Unissulla Semarang3, 4  Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP

    Jl. Hayam Wuruk No 5-7 , Semarang  

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Penelitian

    Derajat Kejenuhan merupakan salah satu indi-kator kinerja suatu ruas jalan di perkotaan. Na-mun bagi para pengguna jalan, derajat kejenuhan bukanlah suatu hal yang bisa dirasakansecara langsung atau dilihat secara nyata.

    MKJI 1997 memberikan suatu hubungan antaraKecepatan rata-rata Kendaraan Ringan (LV)dengan Derajat Kejenuhan. Namun, mengingatruas jalan digunakan oleh beragam kendaraan,

    maka sangatlah sulit dalam menentukan kece- patan lalu-lintas keseluruhan.Untuk itulah, perlu dicari suatu hubunganantara waktu tempuh dengan derajat kejenuhansuatu ruas jalan di perkotaan secara aktual agar

    memudahkan dalam melakukan peniliaian kon-

    disi operasional dari suatu arus lalu lintas.

    Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola hubungan antara waktu tempuh denganderajat kejenuhan ruas jalan perkotaan.Sedangkan penelitian ini diharapkan dapatmemberikan manfaat sebagai justifikasi dalam penerapan Manual Kapasitas Jalan Indonesia(MKJI) 1997 mengingat manual tersebut tidakmembedakan hirarki fungsional jalan (arterial,kolektor dan lokal )

    Pembatasan Masalah

    Pembatasan dan asumsi yang digunakan adalahsebagai berikut : penelitian ini dilakukan padaruas-ruas jalan yang mempunyai panjang yang

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    2/126

     

    cukup sehingga pengaruh simpang dianggaptidak ada, pergerakan penduduk pada saat penelitian dianggap normal, tidak sedangterjadi aksi pemogokan, demo maupun penge-rahan massa lainnya dan Penelitian inidilakukan pada hari dan cuaca dalam keadaan

    cerah dengan kondisi fisik ruas jalan dalamkeadaan baik.

    Lokasi Penelitian

    Untuk jalan arterial, dipilih : Jalan Siliwangidan Jalan Soekarno-Hatta, untuk jalankolektoral, dipilih Jalan Thamrin dan JalanSupriyadi, sedangkan untuk jalan lokal, dipilihJalan Lampersari dan Jalan Ksatrian

    TINJAUAN PUSTAKA.

    Model

    Model dapat didefinisikan sebagai bentuk pen-yederhanaan suatu realita atau dunia yangsebenarnya. 

    Waktu Tempuh dan Derajat Kejenuhan

    Waktu Tempuh

    Waktu tempuh merupakan waktu rata-rata yangdigunakan kendaraan menempuh segmen jalandengan panjang tertentu.

    Gambar 1. Waktu tempuh

    TT = t1 - t o ................................................... (1)

    Dimana :TT = Waktu Tempuh /Travel Time (jam)L = Panjang Segmen /Ruas (km)

     Derajat Kejenuhan

    Derajat kejenuhan (degree of saturation = DS )didefinisikan sebagai ratio arus lalu-lintas(smp/jam) terhadap kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan tertentu, digunakan sebagai faktor

    utama dalam penentuan tingkat kinerjasimpang dan ruas jalan. Nilai DS merupakan besaran dasar yang menentukan kinerja lalu-lintas.

    DS = Q/C ..................................................... (2)

    Dimana :DS = Derajat kejenuhanQ = Volume lalu lintas (smp/jam)C = Kapasitas (smp/jam)

    Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia

    (MKJI) 1997, kapasitas jalan kota dihitungdengan Persamaan Dasar sebagai berikut :

    C = C0   x FC W  x FC SP  x FC SF  x FC CS ........ (3)

    Dimana :C = Kapasitas ( smp/jam)C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)FCW = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-

    lintasFCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah

    (hanya untuk jalan tak terbagi)FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping

    dan bahu jalan / kerbFCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

     Arus Lalu-lintas dan Waktu Tempuh 

    Arus lalu-lintas berinteraksi dengan prasaranatransportasi (transport supply). Jika arus me-ningkat pada suatu ruas jalan tertentu, waktutempuh pasti akan bertambah (karenakecepatan menurun). Arus maksimum yangdapat melewati suatu ruas jalan biasa disebutdengan “ kapasitas “ ruas jalan tersebut.

    Fungsi arus /transport impedance mem-punyai

     bentuk umum seperti berikut (Black, 1981): 

    L  t1 t0 

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    3/126

     

    Gambar 2. Hubungan waktu tempuh denganarus lalu-lintas

    Papacostas & Prevedouros (1993)  menun- jukkan hubungan arus dan impedansi ruas jalanyang dikembangkan oleh BPR ( Bureau ofPublic Road ) seperti digambarkan padaGambar 3. 

    Gambar 3. Hubungan arus dan impedansiruas jalan

    Secara matematishubungan diatas ditulissebagai berikut :

    ⎥⎥

    ⎢⎢

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ +=

    4

    maxq

    q15.01ww  ......................... (4)  

    Dimana :W = impedansi ruas jalan pada arus qw = impedansi ruas jalan pada arus bebasq = besarnya arus lalu-lintasqmax  = kapasitas ruas jalan

    METODOLOGI PENELITIAN

    Langkah Kerja

    Langkah-langkah pengerjaan pada penelitianini dapat dilihat pada Gambar 4.

    Peralatan Yang Digunakan.

    Perangkat yang digunakan untuk surve dilapangan, yakni : patok / penanda jarak, kertas pencatat. Di samping itu juga satu set videocamera lengkap, untuk merekam kejadian dilokasi pengamatan. Ekstraksi data, denganmenggunakan televisi dan video playerditambah satu set komputer lengkap untukmemecahkan persoalan matematis dalammengalikasikan model dan simulasinya.

    Disamping  Microsoft Office, software utamayang digunakan dalam penelitian ini adalahKAJI, yang digunakan untuk membantumenyelesaikan perhitungan yang terkaitdengan permasalahan transportasi, terutamauntuk menghitung derajat kejenuhannya.

    Data

    -  Data umum.-  Kondisi geometrik

    a.  Situasi b.  Penampang melintang jalan

    c.  Kondisi Pengaturan lalu-lintas-  Kondisi lalu lintas

    Mencakup data arus dan komposisi lalu-lintas.

    -  Kondisi hambatan samping

    Ekstraksi Data

    Perhitungan derajat kejenuhan 

    DS = Q/C ..................................................... (5)

    Analisis data 

    Dari data yang didapat, baik data primermaupun data sekunder, diperoleh Q (dalamkend/jam, smp/jam) dan C (dihitung dengan bantuan software “KAJI”). Selanjutnya,hubungan TT (travel time), yang didapat dari pengamatan dan DS = Q/C dari hitungan,diplotkan ke dalam grafik.

    Waktu tempuh

    Arus lalu-lintas

    qmax 

    1,15 w

    w

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    4/126

     

    Gambar 4. Bagan alir metodologi penelitian

    Analisis dilakukan dengan cara pendekatankecocokan hubungan antara waktu tempuh danderajat kejenuhan sesuai persamaan yangdimodifikasi sebagai hubungan teoritis :

    W  = Wl[ 1 + a(DS)  b]  ................................... (6)

    Dimana :W = waktu tempuhWl = waktu tempuh pada arus bebas

    DS = derajat kejenuhan

    Kemudian dicari nilai r 2   = koefisiendeterminasi terbesar, dengan menggunakanrumus :

    r 2  =

    ∑∑

    −2

    2

    )(

    )(

    WoWo

    WoWt   ....................................... (7)

    Dimana :r 2 = koefisien determinasiWo = waktu tempuh pengamatanWt = waktu tempuh teoritis

    Wo   = waktu tempuh pengamatan rata-rata

    DATA DAN ANALISIS

    Data umum

     Jalan arterial

    Jalan Siliwangi (4/2D); Ruas jalan yangdisurvey adalah ruas antara jalan PuspogiwangRaya dengan bundaran Kalibanteng, denganarah 1 : dari arah timur ke arah barat (T–B) danarah 2 : dari arah barat ke timur(B–T)sedangkan Jalan Soekarno-Hatta (4/2D);

    Mulai

    Formulasi dan Disain Data

     Pemilihan Lokasi Penelitian

    Ekstraksi Data

    Analisis data

    A

    A

    Pembahasan dan Kesimpulan

    Data Sekunder

    -  kondisi umum dangeometrik ruas jalan

    -  kapasitas Dasar ruas jalan

    Selesai

    Data Primer-  waktu tempuh kendaraan di

    ruas jalan-  arus lalu-lintas (link-flow)

    dan kondisinya-  hambatan samping ruas jalan

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    5/126

     

    Lokasi survey pada jalan ini adalah dari bundaran tlogosari ke arah timur jara 200 meterdari pompa bensin, dengan tinjauan arah 1 :dari arah barat ke timur (B–T) dan arah 2 : dariarah timur ke arah barat (T–B)

     Jalan kolektor

    Jalan Thamrin (4/2UD); Ruas jalan yangdisurvey adalah ruas antara jalan Pandanarandengan Pekunden, dengan lokasi 50 metersebelum jalan pekunden dengan tinjauan arahdigambarkan arah 1 : dari arah utara ke arahselatan (U–S) dan arah 2 : dari arah selatan kearah utara (S–U). Untuk Jalan Supriyadi(4/2D), lokasi survey adalah seberang antaraJalan Singa dengan Perum BPD, dengantinjauan arah 1 : dari arah selatan ke arah utara(S-U) dan arah 2 : dari arah utara ke arahselatan (U–S)

     Jalan lokal  

    Untuk jalan lokal dipilih Jalan Lampersari(2/2UD); Lokasi survey adalah seberang Salon

    Kecantikan Makarizo, dengan tinjauan arah 1 :dari arah barat ke timur (B-T) dan arah 2 : dariarah timur ke arah barat (T–B); kemudianuntuk Jalan Ksatrian (2/2UD), lokasi surveyadalah seberang warung makan sederhana,dengan tinjauan arah 1 : dari arah timur ke arah

     barat (T-B) dan arah 2 : dari arah barat ketimur (B-T)

    Analisis

    Dengan mengacu pada hubungan arus denganwaktu tempuh ruas jalan yang secaramatematis digambarkan oleh persamaan padaBab II, maka hubungan Waktu Tempuh denganDerajat Kejenuhan secara matematisdigambarkan dengan persamaan Bab III di atas.

    Selanjutnya untuk Hubungan Waktu Tempuh

    dengan Derajat Kejenuhan, menunjukkan hasilseperti Tabel 1.

    Secara grafis hubungan waktu tempuh denganDerajat kejenuhan dapat dilihat pada Gambar5, 6 dan 7.

    Tabel 1. Rekapitulasi Persamaan Regresi

    Jenis Nama Jalan Persamaan Regresi r2

    Jalan

       A  r   t  e  r   i  a   l

    Siliwangi arah 1 ( B - T ) 6,5 [ 1 + 0.15 (DS)4 ] 0.93

    Siliwangi arah 2 ( T - B ) 6,75 [ 1 + 0.4 (DS)4 ] 0.91

    Soekarno-Hatta arah 1 ( T - B ) 6,5 [ 1 + 0.2(DS)4 ] 0.74

    Soekarno-Hatta arah 2 ( B - T ) 8,75 [ 1 + 0.2 (DS)4 ] 0.87

       K  o   l  e   k   t  o  r Thamrin 2 arah 8,25 [ 1 + 0.6 (DS)4 ] 0.8

    Supriyadi arah 1 ( S - U ) 8.9 [ 1 + 0.4 (DS)4 ] 0.87

    Supriyadi arah 2 ( U - S ) 8,75 [ 1 + 0.4 (DS)4 ] 0.84

       L  o   k  a   l Lampersari 2 arah 11.93 [ 1 + 0.3 (DS)4 ] 0.99

    Ksatrian 2 arah 9,62 [ 1 + 0.4 (DS)4 ] 0.99

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    6/126

     

    Jalan Arterial

    -

    2,00

    4,00

    6,00

    8,00

    10,00

    12,00

    - 0,1

    0

    0,2

    0

    0,3

    0

    0,4

    0

    0,5

    0

    0,6

    0

    0,7

    0

    0,8

    0

    0,9

    0

    1,0

    0

    Derajat Kejenuhan

       W  a   k   t  u   T  e  m  p  u   h  p  e  r   1   0   0

      m

    Siliwangi 1 Siliwangi 2 S-Hatta 1 S-Hatta 2

     Gambar 5. Hubungan waktu tempuh dengan Derajat Kejenuhan Untuk Jalan Arterial

    Jalan Kolektor 

    -

    2,00

    4,00

    6,00

    8,00

    10,00

    12,00

    14,00

    - 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

    Derajat Kejenuhan

       W  a   k   t  u   T  e  m  p  u   h  p  e  r   1   0   0  m

    Thamrin Supriyadi 1 Supriyadi 2

     Gambar 6. Hubungan Waktu Tempuh dengan Derajat Kejenuhan Untuk Jalan Kolektor

    Jalan Lokal

    -

    5,00

    10,00

    15,00

    20,00

    - 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

    Derajat Kejenuhan

       W  a

       k   t  u   T  e  m  p  u   h  p  e  r   1   0   0

      m

    Lampersari Ksatrian

     Gambar 7. Hubungan Waktu Tempuh dengan Derajat Kejenuhan Untuk Jalan Lokal

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    7/126

     

    KESIMPULAN DAN SARAN.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian lapangan dansimulasi yang telah dilakukan, dapat disim- pulkan bahwa hubungan waktu tempuh denganderajat kejenuhan secara umum digambarkanwaktu tempuh sebagai fungsi derajat kejenuhandengan mengikuti pola polinomial berpangkatempat.Rumus umum hubungan tersebut adalah :

    W  = wl [ 1 + a ( DS ) 4 ] ................................. (8)

    Dimana :W = waktu tempuhwl = waktu tempuh pada arus bebasDS = derajat kejenuhana = suatu konstanta

    Dengan rincian :1.  Untuk jalan arterial, wl = 6,5 – 6,75 detik

    dan a = 0,15 – 0,42.  Untuk jalan kolektor, wl = 8,25 – 8,9 detik

    dan a = 0,4 – 0,63.  Untuk jalan lokal, wl = 9,62 – 11,93 detik

    dan a = 0,3 – 0,4

    Dapat disimpulkan pula bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubunganantara waktu tempuh dengan derajat kejenuhanuntuk jalan arterial cocok/sesuai dengan

    standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia(MKJI), 1997. Sedangkan untuk jalan kolektordan lokal, standar yang ada pada MKJI, 1997kurang sesuai.

    Jika standar MKJI, 1997 ini hendak digunakan pada jalan-jalan kolektor dan lokal nampak bahwa standar tersbut masih membutuhkansuatu faktor penyesuaian. Hal ini bisadimaklumi mengingat MKJI, 1997 tidakmengenal /membedakan hirarki fungsional jalan.

    Saran

    1.  Untuk hasil penelitian yang lebih baik, perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut :a.  Pengambilan data dengan rentang  flow

    rate yang lebih bervariasi sehingga pola hubungan yang terjadi bisa dikajidengan lebih akurat.

     b.  Peninjauan lokasi penelitian lebih luas(jumlah jalan yang ditinjau lebih ban-yak) sehingga keterwakilan jalan bisaterpenuhi dengan baik dan ini akan benar-benar bisa menggambarkan jaringan jalan yang sesuai dengan

    lapangan.

    2.  Di samping itu akan menjadi suatu penelitian yang amat menarik dan bermanfaat sekiranya penelitian iniditindaklanjuti dengan penelitian untukmencari dan mengukur faktor-faktor penyesuaian / koreksi bagi penggunaanstandar MKJI, 1997 untuk jalan-jalankolektor dan lokal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim-,  Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Bina JalanKota Direktorat Jenderal BinaMarga Departemen PekerjaanUmum Republik Indonesia, 1997

    Atkins, Why Value travel Time ? The case Against , 1984

    Black, John, Urban Transport Planning:Theory and Practice, Croom HelmLondon, 1981

    Lee, C.,  Models in Planning : an Introductionto the Use of Quantitative Models ini

    Planning, pergamon Press – Oxford,1973

    May, Adolf D. University of California, TrafficFlow Fundamentals, Prentice Hall,1990

    Morlok, Edward K.,  Introduction toTransportation Engineering and

    Planning, McGrow-Hill, 1978

    Myers, Raymond H & Walpole, Ronald E, Ilmu Peluang dan Statistika untuk

     Insinyur dan Ilmuwan, Edisi ke-4,Penerbit ITB Bandung, 1995

    Papacostas, C.S. and Preve, P.D,

    Transportation Engineering and

    Planning, Second Edition, PrenticeHall, 1993

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    8/126

     

    Stroud, K A,  Matematika Untuk Teknik , Edisiketiga, Penerbit Erlangga, 1989

    Tamin, O Z, Perencanaan dan PemodelanTransportasi, Penerbit ITB, 1997

    Vuchic, Vukan R, Urban Public

    Transportation Systems andTechnoloqy, Prentice Hall, 1982

    Wells, G.R., Comprehensive TransportPlanning, Charles Griffin & CompanyLtd, London, 1990

    Wilson, A G , Urban and Regional Models inGeography ang Planning, John Wiley – New Yowk, 1974

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    9/126

     

    ANALISIS HUBUNGAN KECELAKAAN DAN V/C RASIO

    (STUDI KASUS: JALAN TOL JAKARTA – CIKAMPEK)1 3 

    Handjar Dwi Antoro2,Bambang Hariyadi

    3, Dadang Somantri

    ABSTRAK

    Kecelakaan lalu-lintas merupakan indikator utama tingkat keselamatan jalan raya. Di negara maju

     perhatian dan upaya terhadap permasalahan ini terus dikembangkan demi meminimalkan kuantitas dankualitas kecelakaan. Namun di negara berkembang seperti Indonesia angka kecelakaan lalu-lintasdimaklumi masih sangat tinggi, sehingga diperlukan upaya-upaya yang lebih serius lagi, baik yang bersifat preventif maupun represif.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pola hubungan antara tingkat keselamatan lalu-lintas jalan raya yang diwakili oleh angka kecelakaan dan kondisi lalu-lintas yang diwakili olehv/c rasio, sehingga dapat diprediksi lebih awal tentang kemungkinan terjadinya kecelakaan pada berbagai kondisi v/c rasio. Angka kecelakaan (accident rate)  merupakan jumlah kecelakaan yangterjadi pada suatu ruas atau seksi jalan selama periode tertentu yang ditinjau berdasarkan panjang jalan dan volume lalu-lintas yang melewati ruas tersebut tiap 100 juta kendaraan km.Sedangkan v/c rasio yang merupakan derajat kejenuhan lalu-lintas adalah perbandingan antaravolume lalu-lintas (smp) dibagi dengan kapasitas jalan. Studi kasus dilakukan di jalan tol Jakarta

    - Cikampek (2003-2005) untuk jalan sepanjang 72,3 Km yang dibagi menjadi 13 ruas arusmenuju Cikampek dan 13 ruas arus menuju Jakarta.

    Analisis regresi digunakan untuk mendapatkan fungsi hubungan tersebut dengan nilai R 2  (koefisien determinasi) yang menujukan besarnya pengaruh perubahan variansi v/c rasioterhadap perubahan variansi angka kecelakaan. Analisis dilakukan pada agregat tahun dan padaagregat jam. Pada agregat tahun angka kecelakaan dan v/c rasio dihitung berdasarkan periodetahunan pada tiap ruas, sedangkan analisis pada agregat jam angka kecelakaan dan v/c rasiodisimulasikan pada saat jam kejadian kecelakaan.

    Hasil analisis dengan agregat tahun menunjukan bahwa hubungan antara angka kecelakaan danv/c adalah fungsi polynomial positif dengan titik balik maksimum pada v/c antara 0,6 sampai0,7. Persamaannya Y = -86,75X2   + 127,4x + 0,13 (R  2=0,5003). Untuk tipe kecelakaan tunggal

    dan jenis kecelakaan ringan hubungan juga berpola polynomial positif (+), sedangkan pada tipekecelakaan multi dan jenis kecelakaan fatal/berat hubungan bersifat eksponsial negatif (-),artinya peningkatan v/c rasio justru berpengaruh terhadap menurunnya angka kecelakaan.

    Hasil analisis pada agregat jam menunjukan bahwa jumlah kecelakaan lebih banyak terjadi padav/c yang relatif rendah antara 0,1 sampai dengan 0,4 dimana pada v/c tersebut kemungkinankecepatan relatif tinggi yang berpengaruh pada kurangnya antisipasi pengemudi dalammengontrol kendaraan. Bobot keparahan kecelakaan hampir merata pada berbagai kondisi v/crasio. Namun pada jalan 2 lajur bobot keparahan kecelakaan relatif lebih tinggi akibat manuverkendaraan pada lajur jalan yang relatif terbatas dibandingkan pada jalan 4 lajur.

    Kesimpulanya adalah terdapat pola hubungan antara v/c rasio dengan angka kecelakaan di jalantol Jakarta - Cikampek, sehingga dapat dijadikan bahan masukan maupun pertimbangan dalam perencanaan dan manajemen jalan tol. 4  

    Kata Kunci : Angka Kecelakaan, Jalan Tol Jakarta–Cikampek, V/C Rasio

     

    3  PILAR Volume18, Nomor 1, April 2008: Halaman 9-184  

    .

    1.  PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 9 -182.  Perhubungan Darat Jakarta3.  Dosen Universitas Negeri Semarang

    Jl. Gunungpati Sekarang4.  Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro

    Jl. Hayam Wuruk No.5 Semarang

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    10/126

     PENDAHULUAN 

    Latar Belakang

    Kecelakaan lalu-lintas merupakan masalahyang serius di Indonesia. Dilihat dari segimakro ekonomi, kecelakaan merupakaninefisiensi terhadap penyelenggaraan angkutanartinya, suatu kerugian yang mengurangikuantitas dan kualitas orang dan/atau barangyang diangkut sekaligus menambah totalitas biaya penyelenggaraan angkutan.

    Jalan tol yang dirancang sebagai jalan bebashambatan dengan tingkat keselamatan yangtinggi ternyata tidak lepas dari permasalahantersebut. Jalan tol Jakarta - Cikampek sebagaiwilayah studi penelitian termasuk jalan tolyang berpotensi besar terhadap kecelakaanlalu-lintas. Penelitian pada tahun 2000menyebutkan bahwa rata-rata kecelakaan pada jalan ini setiap harinya mencapai lebih dari 3

    (tiga kecelakaan). Dengan pertumbuhan lalu-lintas rata-rata tiap tahun mencapai 7%, maka jalan tol ini berpotensi terhadap peningkatan jumlah kecelakaan lalu-lintas. Dengan melihatkondisi tersebut, sudah saatnyalah kita lebihintensif dalam upaya menurunkan angkakecelakaan baik yang bersifat preventifmaupun represif.

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjawab permasalahandiatas khususnya pola hubungan antara aspekkeselamatan lalu-lintas yang diwakili olehtingkat kecelakaan dan kondisi lalu-lintas yang

    diwakili oleh (v/c) rasio.

    Permasalahan

    Upaya mengurangi atau mencegah resiko kece-lakaan seringkali terbentur oleh kurangnya per- bendaharaan studi empiris sebagai acuan dalam perencanaan dan strategi operasional jalan. DiIndonesia studi-studi yang berkaitan dengan pengaruh kondisi lalu-lintas jalan terhadapkecelakaan masih belum berkembang. Hal ter-sebut menjadikan kebijakan kebijakan opera-sional lalu-lintas jalan seringkali dibuat dengan

    mengesampingkan aspek keselamatan lalu-lintas jalan.

    Tujuan

    Tujuan penulisan ini adalah :a)  Mengetahui pola umum kecenderungan

     pengaruh (v/c) rasio terhadap angkakecelakaan.

     b)  Mengetahui pola kecenderungan pengaruh(v/c) rasio terhadap angka kecelakaan

     berdasarkan tipe dan jenis Kecelakaan,serta bobot keparahan kecelakaan.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini bermanfaat sebagai wacanadalam aplikasi ilmu pengetahuan untukmemperkaya studi empiris tentang hal-hal yang

    dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitaskecelakaan di jalan tol. Selain itu bermanfaatuntuk : 

    a)  Memberi informasi kepada institusi penge-lola jalan tol Jakarta - Cikampek tentang potensi kecelakaan yang mungkin akan ter- jadi pada berbagai kondisi (v/c) rasio,sehingga dapat dijadikan pertimbanganoperasional jalan tol dalam upayameningkatkan keselamatan pada masayang akan datang. 

     b)  Informasi awal untuk aplikasi yang lebih

    luas. Pembatasan Masalah

    a)  Batasan lokasi penelitian yaitu jalan tolJakarta – Cikampek sepanjang 72,3 KM.

     b)  Batasan analisis adalah dengan metode pendekatan :- Analisis dengan agregat tahun, yaitu

    v/c rasio dihitung dari LHRT danangka kecelakaan dihitung pada tiapruas per tahun sehingga dapatmengidentifikasi hubungan (v/c) rasio

    dengan angka kecelakaan danmendapatkan hubungan tersebut berdasarkan tipe kecelakaan tunggaldan multi dan jenis kecelakaan berat/fatal dan ringan.

    - Analisis dengan agregat jam, yaitu v/crasio ditinjau berdasarkan volume jam pada saat kejadian kecelakaan dengan pendekatan metode simulasi hasilsurvei volume lalu lintas yangdilakukan pada tiap ruas selama 5 hari,dan angka kecelakaan yang ditinjau pada seluruh kejadian kecelakaan

    selama waktu penelitian sehinggateridentifikasi hubungan (v/c) rasiodengan angka kecelakaan pada saatkejadian dan mendapatkan hubungantersebut berdasarkan bobot keparahankecelakaan.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Angka Kecelakaan Lalu-Lintas

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    11/126

     Angka kecelakaan (accident rate)  biasanyadigunakan untuk mengukur tingkat kecelakaan pada satu satuan ruas jalan. Persamaanmatematis untuk menghitung angka kecelakaansebagai berikut :

    Keterangan :

    AR = Angka kecelakaan berdasarkankendaraan km perjalananA = Jumlah total kecelakaanLHRT = Volume lalu-lintas harian rata-rata

    tahunanT = Waktu periode pengamatanL = Panjang ruas jalan (dalam km)

    Kapasitas Jalan Tol

    Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia(1997), kapasitas adalah arus maksimum yangmelewati suatu titik pada jalan bebas hambatan

    yang dapat dipertahankan persatuan jam dalamkondisi yang berlaku. Besarnya kapasitas jalan bebas hambatan dapat dijabarkan sebagai

     berikut:

    Keterangan :C = Kapasitassesungguhnya (emp/J)Co = Kapasitas dasar (emp/J)FCw = Faktor penyesuaianlebar jalan bebas hambatan

    FCsp = Faktor penyesuaianakibat pemisahan arah(hanya untuk jalan bebashambatan tak terbagi)

    Arus Lalu-Lintas

    Arus lalu lintas (Q) menunjukan jumlah kendaraan bermo

    Regresi

    Pada berbagai kasus, hubungan perubah tak bebas (dependent variable) terhadap perubah bebasnya (independent variable) tidak bersifatlinier, maka terjadilah suatu hubungan nonlinier diantara keduanya. Dengan  prosedurcurve estimation  dapat ditampilkan plot model

    matematisnya bisa fungsi  polynomial,eksponensial, logaritma  atau fungsi  power ,dengan persamaan umum sebagai berikut :

    - Polinomial  Y = a + bX +cX

    -  Eksponensial  Y = ae-x

     

    -  Logaritma  Y = aLnX - b- Power   Y = a

    x-b 

    PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

    Deskripsi Daerah Penelitian.

    Jalan tol Jakarta-Cikampek dibagi dalam 13ruas dimana pada tiap awal dan akhir ruasterdapat pintu masuk dan keluar gerbang tolyang berhubungan dengan jalan non tol.Gerbang tol berada tidak pada jalur utamakecuali gerbang tol Pondok Gede Timur dangerbang tol Cikampek yang yang beradadiantara ruas, sehingga untuk menuju danmeninggalkan jalur utama biasanya dilayanioleh jalan akses dan ramp. Posisi ramp sangatmenentukan dalam proses analisis yaitu untukmengetahui volume maupun kejadian

    kecelakaan yang sejenis pada setiap ruas dasar.Ruas dasar adalah panjang ruas antara 2 pintugerbang dikurangi panjang ramp yang menujudan meninggalkan gerbang tol.

    C = Co x FCw x FCsp

    AR = A x 100.000.000

    365 x LHRT x T x L

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    12/126

     

    GERBANG HLM PGB PGT CNR BB BT CBT CKB CKT KRB KRT DWN KLP CMP

    TOL

    POSISI (KM) 2.0 4.5 8.4 10 13.4 16.6 24.6 31.3 35.5 47.1 54.4 66.7 68.3 72.3

    GERBANG

    PANJANG1.6 3.2

    RUAS (KM)

    12.3 1.6 46.7 4.2 7.32.5 3.9 3.4

    SKETSA

    PEMBAGIAN RUAS JALAN TOL JAKARTA - CIKAMPEK 

    11.68

    ARAH CIKAMPEK (A)

    POSISI RAMP

     JALAN TOL

     PJNG RUAS 3.2 0.8 2.1 2.7 7.3 5.6 3.5 10.7 6 11.8 1.0 3.5

     DASAR (KM)

     

    ARAH JAKARTA (B)

    POSISIRAMP

     JALAN TOL

    PJNG RUAS 3.0  0.6  1.7  2.6  7.2  5.8  3.6  10.7  6.6  11.9  1.0  3.5

     DASAR (KM)

    1.9 

    66.9  67.9  68.8 35.3  35.8  46.5 16.9  24.1  24.6 

    SKETSA

    PGT CKP

    72.3 47.2  53.8  54.6  66.5 31.7 30.4 10.7  12.4  13.8  16.4 

    DWN KLP

    2.0  3.9  5.0  8.0  8.7  9.3 

    CKB CKT KRB KRTCNR BB BT CBT

    2.3 

    PINTU TOL   HLM PGB

    68.8  72.3 

    PGT CKP

    54.7  66.5  66.9  67.9 35.8  53.8 25.1  30.7  31.8  35.3 16.9  24.2  46.5  47.8 10.4  12.5  13.7  16.4 

    DWN KLP

    2.0  4.3  4.8  8.0  8.7  9.5 

    CKB CKT KRB KRT

    POSISI RAMP DAN PANJANG RUAS DASAR (KM)

     PINTU TOL   HLM PGB CNR BB BT CBT

     3.2 Kondisi Volume Lalu Lintas

    Data volume lalu-lintas diperoleh dari PT. Jasa Marga, Cabang Jakarta-Cikampek yang meliputi datavolume lalu-lintas harian rata-rata tahunan, data volume lalu-lintas per jam per ruas selama lima haridan komposisi jenis kendaraan pada tiap ruas jalan tol.

    L H R T Volume Jam

    Keterangan : A Arus lalu-lintas dari Jakarta

     NAMA

    RUAS A B A B A B

    1 112.336  113.135  114.210  115.638  119.259  120.337 

    2 95.785  97.585  98.970  99.153  103.923  102.530 

    3 74.212  69.214  77.771  70.305  83.866  82.058 

    4 79.136  75.118  83.813  77.900  90.888  91.004 

    5 68.591  66.729  72.819  70.205  79.256  76.911 

    6 57.517  57.335  61.528  61.383  68.704  68.453 

    7 46.031  45.356  50.079  49.512  56.699  55.942 

    8 29.927  29.414  33.115  32.453  39.421  38.825 

    9 29.831  29.360  32.682  32.162  38.813  38.344 

    10 26.978  26.181  29.295  28.469  35.060  34.224 

    11 22.587  21.678  24.871  24.047  30.393  29.817 

    12 18.824  17.982  16.497  14.896  16.779  15.936 

    13 15.399  15.249  12.956  12.061  12.869  12.899 

    LHRT2005LHRT2004LHRT2003Fluktuasi Jam Arus Lalu Lintas

    Arah ke Cikampek (A)

    -

    1.000

    2.000

    3.000

    4.000

    5.000

    6.000

    7.000

    6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5

    Jam

           V     o       l     u     m

         e

    Ruas 1

    Ruas 2

    Ruas 3

    Ruas 4

    Ruas 5

    Ruas 6

    Ruas 7

    Raus 8

    Ruas 9

    Ruas 10

    Ruas 11

    Ruas 12

    Ruas 13

    Fluktuasi Jam Arus lalu Lintas

    Arah ke Jakarta (B)

    -

    2.000

    4.000

    6.000

    8.000

    10.000

    12.000

    6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5

    Jam

          V     o      l     u     m

         e

    Ruas 1

    Ruas 2

    Ruas 3

    Ruas 4

    Ruas 5

    Ruas 6

    Ruas 7

    Ruas 8

    Ruas 9

    Ruas 10

    Ruas 11

    Ruas 12

    Ruas 13

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    13/126

     B Arus lalu-lintas dari Cikampek

    Komposisi kendaraan pada setiap ruas diperoleh dari data perjalanan asal-tujuan kendaraan yangtercatat di tiap gerbang tol. Data ini akan digunakan untuk menghitung besarnya arus lalu lintas dalamsatuan mobil penumpang (smp)   sehingga diperoleh v/c rasio (untuk analisis pada agregat jam).Komposisi kendaraan pada tiap ruas terlihat pada tabel berikut:

    Komposisi Kendaraan Tiap Ruas

    Keterangan :A = Dari Jakarta ke CikampekB = Dari Cikampek ke Jakarta

    Golongan I = Sedan, jip, pickup, bus kecil,truk kecil (3/4), bus sedang.

    Golongan IAU = Kendaraan gol I umumGolongan II A = Truk besar dan bus besar dgn

    2 (dua) gandarGolongan IIAU = Kendaraan gol II umum

    N A M A A R A H

    R U A S I I A U I I A I I A U I I B

    A 9 0 .2 1 .3 2 .4 3 .6 2 .5 1 0 0 %

    B 8 9 .8 1 .3 2 .3 4 .0 2 .7 1 0 0 %

    A 8 9 .1 1 .3 2 .6 4 .1 2 .9 1 0 0 %

    B 8 8 .4 1 .2 2 .6 4 .6 3 .2 1 0 0 %

    A 8 7 .4 0 .9 3 .2 5 .0 3 .5 1 0 0 %

    B 8 6 .3 0 .8 3 .3 5 .7 3 .9 1 0 0 %

    A 8 3 .1 1 .6 3 .5 5 .3 6 .4 1 0 0 %

    B 8 2 .7 1 .5 3 .6 5 .3 6 .8 1 0 0 %

    A 8 0 .5 1 .9 4 .2 6 .0 7 .3 1 0 0 %

    B 7 9 .9 1 .9 4 .3 6 .1 7 .9 1 0 0 %

    A 7 8 .1 2 .5 4 .8 6 .3 8 .3 1 0 0 %

    B 7 7 .8 2 .6 4 .7 6 .2 8 .6 1 0 0 %

    A 7 8 .1 1 .9 5 .3 6 .2 8 .6 1 0 0 %

    B 7 7 .8 1 .9 5 .1 6 .2 8 .9 1 0 0 %

    A 7 6 .2 1 .1 5 .8 7 .2 9 .8 1 0 0 %

    B 7 5 .5 1 .2 5 .6 7 .4 1 0 .4 1 0 0 %

    A 7 5 .8 1 .1 5 .9 7 .3 1 0 .0 1 0 0 %

    B 7 5 .2 1 .1 5 .6 7 .4 1 0 .6 1 0 0 %

    A 7 3 .6 1 .2 5 .7 7 .7 1 1 .8 1 0 0 %B 7 3 .2 1 .2 5 .4 7 .9 1 2 .2 1 0 0 %

    A 7 5 .9 1 .2 4 .8 8 .8 9 .2 1 0 0 %

    B 7 5 .4 1 .2 4 .7 9 .2 9 .5 1 0 0 %

    A 6 4 .1 1 .8 6 .2 1 3 .7 1 4 .2 1 0 0 %

    B 6 3 .6 1 .8 6 .4 1 3 .3 1 5 .0 1 0 0 %

    A 6 2 .2 2 .1 6 .7 1 3 .2 1 5 .8 1 0 0 %

    B 6 0 .9 1 .9 6 .7 1 4 .4 1 6 .2 1 0 0 %

    A 7 8 .0 1 .5 4 .7 7 .3 8 .5 1 0 0 %

    B 7 7 .4 1 .5 4 .6 7 .5 8 .9 1 0 0 %

    1 1

    1 2

    1 3

    R A T A 2

    7

    8

    9

    1 0

    3

    4

    5

    6

    G O L O N G A N ( % )J M L

    1

    2

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    14/126

     Golongan II B = Truk besar dan bus besar

    3 (tiga) gandar atau lebih.

    Data Kecelakaan Lalu-Lintas

    Jumlah seluruh kejadian kecelakaan diperolehdari data kecelakaan rinci yang dikelompokansesuai lokasi kejadian kecelakaan (13 ruas A

    dan B) dan dikelompokan menurut jenis

    kecelakaan tunggal dan multi serta tipekecelakaan berat dan ringan. Rekapitulasi jumlah kecelakaan secara umum terlihat seperti pada tabel berikut.

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Hubungan V/C dan Kecelakaan pada

    Agregat Tahun

    Analisis ini menggunakan agregat tahun

    dimana V/C rasio dan angka kecelakaan (AR)akan dihitung pada tiap ruas dan tiap arah

     berdasarkan periode tahunan. Banyaknya datayang akan dihitung sebagai variabel X (v/crasio) dan variabel Y (AR) masing-masing 78data yaitu untuk 13 ruas kali 2 arah kali 3tahun. Tabel hasil perhitungan V/C rasio danAR seperti pada tabel berikut ini.

    Tabel niali V/C Rasio dan AR Tiap Ruas Pertahun

    A B A B A B

    1 11 10 21 5 11 16 7 6 13 23 27

    2 18 15 33 23 19 42 25 10 35 66 44

    3 8 17 25 9 15 24 3 13 16 20 45

    4 25 26 51 27 40 67 28 41 69 80 107

    5 31 27 58 21 17 38 31 19 50 83 63

    6 62 48 110 110 72 182 75 56 131 247 176

    7 55 79 134 61 79 140 73 109 182 189 267

    8 21 33 54 22 34 56 40 40 80 83 107

    9 52 74 126 77 106 183 81 74 155 210 254

    10 35 45 80 59 56 115 63 52 115 157 153

    11 51 53 104 57 67 124 60 74 134 168 194

    12 6 4 10 4 3 7 7 6 13 17 13

    13 7 4 11 19 8 27 17 4 21 43 16

    382 435 817 494 527 1021 510 504 1014 1386 1466

    KETERANGAN : A = ARAH CIKAMPEK

    B = ARAH JAKARTA

    REKAPITULASI JUMLAH KECELAKAAN

    JALAN TOL JAKARTA-CIKAMPEK TAHUN 2003 s/d 2005

    Sumber : Hasil Rekapitulasi Data

    JML

    RUAS

    Σ KECELAKAAN

    JML TOTAL2003 2004 2005JML

    Σ KECELAKAAN

    JML

    Σ KECELAKAAN

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

       K   E   C   E   L   A   K   A   A   N

    RUAS

    JUMLAHKECELAKAANTH 2003-2005

     A

    B

    NO

    RUAS

    A B A B A B A B A B A B

    1 1.42 1.44 1.45 1.47 1.51 1.53 8.48 7.65 4.2 6.2 6.0 6.0

    2 1.22 1.25 1.26 1.27 1.32 1.31 11.62 8.42 13.8 9.2 18.1 5.3

    3 0.96 0.90 1.00 0.91 1.08 1.07 13.84 32.99 22.0 52.0 12.3 27.8

    4 1.05 1.00 1.12 1.04 1.21 1.22 19.78 32.18 17.1 43.4 27.3 30.1

    5 0.93 0.91 0.99 0.96 1.07 1.04 35.50 26.85 22.3 18.0 30.7 21.9

    6 1.06 1.06 1.13 1.13 0.94 0.94 37.85 28.54 57.9 40.3 33.3 30.0

    7 1.28 1.26 1.39 1.37 1.56 1.54 55.27 70.82 41.0 67.7 53.5 90.3

    8 0.85 0.84 0.94 0.92 1.10 1.08 49.70 62.10 49.6 46.9 51.6 60.8

    9 0.85 0.83 0.93 0.91 1.08 1.07 42.92 62.79 57.2 70.1 51.5 52.8

    10 0.79 0.76 0.85 0.83 1.00 0.98 44.01 61.84 70.1 68.5 65.1 54.6

    11 0.64 0.62 0.71 0.68 0.85 0.83 45.23 53.10 45.7 55.5 43.5 54.8

    12 0.56 0.54 0.49 0.45 0.50 0.48 58.22 45.71 33.2 36.8 32.7 34.4

    13 0.47 0.46 0.39 0.37 0.39 0.39 30.50 25.67 102.7 38.9 48.7 24.3

    200520042003

    AR ( Variabel Y )

    200520042003

    V/C RASIO ( Variabel X )

    HUBUNGAN V/C dan AR

    y = -86.748x2 + 127.4x + 0.1305

    R2 = 0.5003

    0

    20

    40

    60

    80

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6

    V/C

       A   R

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    15/126

     

    Diagram pencar pola hubungan v/c rasio danAR serta nilai R 2 seperti pada gambar berikut.  Dari diagram di atas terlihat kecenderungan berpola parabolik positif (titik balikmaksimun), Nilai R 2   cukup signifikan diatas0,5 artinya perubahan variansi AR dipengaruhioleh perubahan v/c rasio sebesar 0,5003 dan

     pengaruh faktor yang lain sebesar 0,4997.Pola tersebut diakibatkan karena pada v/crendah pengemudi dapat bergerak leluasadengan kecepatan yang diinginkan tanpaadanya hambatan atau bahaya dari pengemudilain. Pada kondisi tersebut peningkatan volumelalu-lintas justru mengakibatkan kecelakaanmeningkat. Sampai pada kondisi v/c tertentuantara 0,6–0,7 dimana derajat kejenuhan jalanmeningkat mengakibatkan pengemudi harusmengurangi kecepatan dan lebih waspadadalam mengontrol kendaraan, sehingga terjadititik balik maksimum yaitu peningkatan v/c

    rasio justru berpengaruh terhadap menurunnyaangka kecelakaan.

    Hubungan v/c rasio dan angka kecelakaanternyata mempunyai karakteristik yang berbeda

    antara jalan 2 lajur searah dengan jalan 4 lajur,seperti terlihat pada diagram pencar berikut ini.Perbedaan pola kecenderungan inidikarenakan v/c rasio pada jalan 2 lajur relatiflebih kecil dibandingkan pada jalan 4 lajur. Namun yang menarik adalah pada kondisi v/cyang sama ternyata jalan 2 lajur mempunyai

    angka kecelakaan yang lebih tinggidibandingkan jalan 4 lajur. Hal ini disebabkanoleh faktor kebebasan memilih lajur dimana pengemudi yang berada pada jalan 2 lajurkurang mempunyai kebebasan bergerakdibandingkan pada jalan 4 lajur.

    Hubungan V/C Rasio Dengan AR

    Berdasarkan Tipe & Jenis Kecelakaan.

    Dengan perhitungan yang sama pada agregattahun, maka dapat diperoleh hubungan antara

    V/C rasio dengan AR berdasarkan tipekecelakaan tunggal dan multi serta jeniskecelakaan berat dan ringan. Dan hubungantersebut juga akan dilihat untuk jalan 2 lajurdan jalan 4 lajur, seperti disajikan padadiagram pencar berikut ini

    .

    \

    HUBUNGAN V/C dan AR

    PADA JALAN 2 LAJUR DAN 4 LAJUR

    y = 451.8e-2.871x

    R2 = 0.6771

    y = -77.893x2 + 148.78x - 14.338

    R2 = 0.5047

    0

    20

    40

    60

    80

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6

    V/C

       A   R

    4 L 2 L Expon. (4 L) Poly. (2 L)

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    16/126

     

    Dari gambar di atas terlihat bahwa pada tipekecelakaan tunggal dan jenis kecelakaan

    fatal/berat pola hubungan adalah negatifsedangkan pada tipe kecelakaan multi dan jeniskecelakaan ringan hubungan v/c dan AR adalah parabolik positif. Apabila dicermati ternyata pada v/c yang tinggi dimana kondisi lalu-lintassudah mendekati titik jenuh maka baikkecelakaan tunggal maupun multi sertakecelakaan fatal/berat dan ringan nilai AR terusmenurun dengan meningkatnya v/c rasio. Halini jelas terlihat apabila tipe kecelakaan

    tersebut dipisahkan untuk jalan 2 lajur dan jalan 4 lajur dimana pada v/c rendah (jalan 2

    lajur) tipe kecelakaan tunggal dan jeniskecelakaan fatal/berat mempunyai pola negatifdimana peningkatan v/c rasio berpengaruhterhadap menurunya AR dan sebaliknya padatipe kecelakaan multi dan jenis kecelakaanringan nilai AR justru meningkat. Namun padakondisi v/c yang mendekati titik jenuh maka baik kecelakaan tunggal maupun multi sertakecelakaan fatal/berat dan kecelakan ringanmengalami penurunan AR.

    KECELAKAAN TUNGGAL

    y = 183.42e-2.6815x

    R2 = 0.6218

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

    V/C

       A   R

    KECELAKAAN MULTI

    y = -59.23x2 + 108.58x - 29.711

    R2 = 0.4053

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

    V/C

       A   R

    KECELAKAAN M ULTI

    y = -45.265x2 + 95.202x - 37.81

    R2 = 0.2858

    y = -52.571x2 + 115.93x - 35.694

    R2 = 0.7132

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6V/C

       A   R

    4 LAJUR 2 LAJUR

    Poly. (4 LAJUR) Poly. (2 LAJUR)

    KECELAKAAN TUNGGAL

    y = 68.316x2 - 196.37x + 143.28

    R2 = 0.6741

    y = 9.0434x2 - 24.559x + 44.824

    R2 = 0.0684

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6V/C

       A   R

    4 LAJUR 2 LAJURPoly. (4 LAJUR) Poly. (2 LAJUR)

    KE CE LAKAAN RI NGAN/ KE RUS AKAN

    y = -73.368x2 + 122.43x - 20.483

    R 2 = 0 . 3 7 6 9

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 0 .2 0 .4 0 .6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

    V/ C

       A   R

    KE CE LAKAAN FATAL/ BE RAT

    y = 101 . 07e - 2 . 5 6 7 2 x

    R 2 = 0 . 6398

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    - 0 .2 0.4 0.6 0 .8 1 .0 1.2 1.4 1 .6

    V/ C

       A   R

    KE CE LAKAAN FATAL/ BE RAT

    y = 7 . 2496x 2   - 27.538x + 36.28

    R 2   = 0.1699

    y = 128 . 93e- 2 . 9 7 8 4 x

    R 2  = 0 . 578

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    - 0.2 0.4 0.6 0 .8 1.0 1.2 1.4 1 .6V/ C

       A   R

    4L 2LP o ly . (2L ) E x pon . (4L)

    KE CE LAKAAN RI NGAN

    y = -28 .561x 2 + 81 .629x - 12 .536

    R2  = 0.5213

    y = 304.29e - 2.828x

    R2 = 0.5416

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 0.2 0 .4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1 .6

    V/ C

       A   R

    4L 2LP oly . (2L ) E x pon . (4L)

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    17/126

     Hubungan V/C dan Kecelakaan Pada

    Agregat Jam 

    Hubungan v/c dan angka kecelakaan padaagregat jam adalah analisis yang dilakukanuntuk mengetahui hubungan secara lebihspesifik dengan berbasis volume lalu-lintas saat peristiwa kecelakaan sedang terjadi. Jumlah

    kecelakaan selanjutnya ditinjau pada kondisiv/c rasio yang dikelompokan pada interval 0,1sebagai variabel X sehingga akan terlihat jumlah kejadian kecelakaan pada berbagairentang v/c rasio. Hasil analisis tersebut terlihat pada tabel berikut :

    Jumlah Kecelakaan pada

    Berbagai Kondisi V/C Rasio  

    Secara umum jumlah kecelakaan lebih banyakterjadi pada v/c yang rendah antara 0,1 sampaidengan 0,4 dan terus berkurang dengan bertambahnya v/c rasio. Namun pada jalan 4Lajur jumlah kecelakaan meningkat lagi padav/c antara 0,5 sampai dengan 0,7. Hal inidisebabkan karena jumlah tipe kecelakaanmulti yang melibatkan lebih dari satukendaraan meningkat pada jalan 4 lajur. Pada jalan 2 lajur jumlah kejadian kecelakaan paling banyak terjadi pada pada v/c 0,3 dan pada jalan4 lajur ternyata v/c 0,6 dan 0,7 adalah penyebab jumlah kecelakaan tertinggi.

    Bobot Kecelakaan Pada Berbagai Kondisi

    V/C Rasio  Untuk mendapatkan tingkat keparahankecelakaan, maka tiap kejadian kecelakaanakan diberi bobot berdasarkan jenis kecelakaanyaitu kecelakaan yang mengakibatkankerusakan kendaraan saja, kecelakaan yangmengakibatkan luka ringan, luka berat danmeninggal dunia dengan bobot masing-masingadalah 0,2, 0,8, 3 dan 6. Analisis terhadap bobot kecelakaan yang dihubungkan pada berbagai kondisi v/c rasio dapat terlihat poladiagram pencar seperti pada gambar dibawahini:

    4 Lajur 2 Lajur Jumlah

    0 - 0.1 4  49  53 

    0.1 - 0.2 63  352  415 

    0.2 - 0.3 42  379  421 

    0.3 - 0.4 23  246  269 

    0.4 - 0.5 49  204  253 

    0.5 - 0.6 93  172  265 

    0.6 - 0.7 85  109  194 

    0.7 - 0.8 39  78  117 

    0.8 - 0.9 19  47  66 

    0.9 - 1 5  33  38 

    V/C   Σ  KECELAKAANJumlah Kecelakaan Jalan 2 Lajur 

    Pada berbagai Kondisi V/C Rasio

    0

    200

    400

    0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1

    V/C Rasio (Agregat jam)

         K    e    c    e     l    a     k    a    a    n

    Jumlah Kecelakaan Jalan 4 Lajur 

    Pada berbagai Kondisi V/C Rasio

    0

    200

    400

    0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1

    V/C Rasio (A gregat jam)

       K  e  c  e   l  a   k  a  a  n

    DIAGRAM PENCAR

    BOBOT KECELAKAAN

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3

    V/C

       B   O   B   O   T   K   E   C   E   L   A   K   A

    Rata-2 Bobot Keparahan Kecelakaan

    Pada Jalan 2 Lajur 

    0,0

    1,0

    2,0

    3,0

    0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

    V/C Rasio (Agregat jam)

       B  o   b  o   t   K  e  c  e   l  a   k  a  a  n

    Rata-2 Bobot Keparahan Kecelakaan

    Pada Jalan 4 Lajur 

    0,0

    1,0

    2,0

    3,0

    0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

    V/C Rasio (Agregat jam)

       B  o   b  o   t   K  e  c  e   l  a   k  a  a  n

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    18/126

     Bobot keparahan tinggi lebih banyak terjadi pada v/c rasio rendah dan relatif menurun padav/c rasio tinggi. Pada jalan 2 lajur rata-rata bobot kecelakaan sebesar 2,53, dan pada jalan4 lajur rata-rata sebesar 1,87.

    KESIMPULAN

    Secara umum terdapat pola hubungan antarav/c rasio dengan angka kecelakaan yaitu polynomial positif (R 2  = 5,003) dengan titik balik maksimum pada v/c antara 0,6 sampaidengan 0,7. Artinya angka kecelakaanmeningkat pada v/c yang terus meningkat dankembali menurun pada titik balik maksimum.Pola hubungan tersebut ternyata mempunyaikarakteristik berbeda untuk jalan 4 lajur (v/crasio yang relatif tinggi) dan jalan 2 lajur (v/crasio yang relatif rendah), yaitu sebagai berikut:1. Jalan 2 Lajur mempunyai angka

    kecelakaan yang lebih tinggi dibandingkan jalan 4 Lajur, yang dimungkinkandipengaruhi oleh faktor kecepatan dankebebasan manuver kendaraan.

    2. Pada kondisi v/c rasio rendah dimana pengemudi masih leluasa memilihkecepatan dengan gangguan kendaraan lainyang masih terbatas, tipe kecelakaan multidan jenis kecelakaan ringan, mempunyai pola hubungan positif (+), dimana peningkatan v/c rasio berpengaruhterhadap peningkatan angka kecelakaan. Namun hubungan tersebut berpola negatif

    (-) pada tipe kecelakaan tunggal dan jeniskecelakaan fatal/berat.

    3. Pada v/c rasio tinggi mendekati arus jenuh pola hubungan yang terjadi pada umumyaadalah negatif, dimana v/c rasio yangmeningkat akan berpengaruh terhadapmenurunnya angka kecelakaan.

    4. Nilai bobot keparahan kecelakaan relatifmenyebar hampir pada semua kondisi v/crasio. Namun pada jalan 2 lajur rata-rata bobot kecelakaan relatif lebih tinggi yaitu2,53 dibandingkan jalan 4 lajur yaitu 1,87.Besarnya tingkat keparahan kecelakaan ini

     juga dipengaruhi oleh faktor kecepatankendaraan dan kebebasan memilih lajur.

    SARAN SARAN

    1.  Untuk menganalisis hubungan antara v/crasio dengan angka kecelakaan dapatdilakukan dengan berbasis ruas padaagregat tahun maupun dengan berbasisvolume lalu-lintas pada saat terjadinyakecelakaan dengan agregat jam.

    2.  Untuk kepentingan perencanan secaramakro analisis berbasis ruas akan lebihrelevan akan tetapi untuk keperluan mikro,analisis berbasis volume jam kecelakaanakan lebih tepat, dimana setiap kejadiankecelakaan akan dievaluasi pada volumelalu-lintasnya saat itu.

    3.  Pada analisis dengan agregat tahun,

     penetapan nilai k   sebagai faktor pengaliLHRT untuk mendapatkan volume jam perencanaan sesuai MKJI 1996 sebesar0,11 untuk jalan tol sudah terlalu tinggisehingga perlu untuk ditinjau kembali.Untuk kasus tol Jakarta - Cikampek denganmenggunakan nilai k  sebesar 0,11 ternyatamenghasilkan v/c rasio mencapai angka1,5.

    4.  Pada analisis dengan agregat jam berbasisvolume lalu-lintas saat terjadinyakecelakaan, dibutuhkan master datavolume lalu-lintas yang dapat mewakili

    kondisi arus pada saat terjadinyakecelakaan (volume simulasi). Perubahanekstrim karakteristik kondisi lalu-lintasdapat berpengaruh pada keakuratan volumelalu-lintas hasil simulasi.

    5.  Perlu upaya dan perhatian khusus terhadap pengaturan kecepatan dan rambu-rambu peringatan terhadap bahaya kecelakaan di jalan tol terutama pada jalan tol denganfasilitas jalan 2 lajur.

    6.  Untuk memperkaya studi empiris, perlu penelitian serupa dengan lokasi yang berbeda dan penelitian hubungan tingkat

    kecelakaan dengan faktor-faktor lalu-lintasyang lain seperti kecepatan, kepadatanmaupun headway untuk dapat memperolehhubungan yang lebih baik antara pengaruhkondisi lalu-lintas terhadap tingkatkeselamatan lalu-lintas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Chang, J et al, 1999, of Traffic Condition (v/c)on Safety at Freeway FacilitySection,  Journal Of Korean Societyof Transportation. 

    Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997,  ManualKapasitas Jalan Indonesia (MKJI),Jakarta.

    Ditjen Perhubungan Darat, 2002, PelatihanTeknik Keselamatan Lalu Lintas dan

     Angkutan Jalan, Jakarta.Frantzeskakis, J.M., and D.I. Iordanis. (1987).

    Volume-to-Capacity Ratio andTraffic Accident on Interurban Four-Lane Highways in Greece,Transportation Research Record

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    19/126

     1112, TRB, National ResearchCouncil, Washington, D.C., pp. 29– 38.

    Golob, Recker and Alvarez, 2003, A Tool toEvaluate the Safety Effects ofChanges in Freeway Traffic Flow, Journal of Transportation

     Engineering (ASCE) University of

    California, Irvine. Hall, J.W., and O.J. Pendleton. 1989.Relationship Between V/C Ratiosand Accident

    Rates, Report FHWA-HPR-NM-88-02.FHWA, U.S. DOT, June 1989.

    Lord, et al, 2004, Modeling Crash–Flow– Density and Crash–Flow–V/C RatioRelationship for Rural and UrbanFreeway Segments, The 83rd  Annual Meeting of the Transportation

     Research Board.

    Min, Z., and V. P. Sisopiku, 1997. Relationship

     between V/C Ratios and AccidentRates, Transportation Research Record 1581, TRB, NationalResearch Council,Washington, C, pp. 47–52.

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    20/126

     

    KAJIAN MASSALISASI MOBIL PENUMPANG UMUM TRAYEK PASAR JOHAR –

    PERUMNAS BANYUMANIK KOTA SEMARANG1 

    Dhar Heri Arimaya2., Bambang Pudjianto

    3, Bambang Riyanto

    ABSTRACT

    The transportation system that smooth, safe, cheap and efficient is preferred for urban transportationdevelopment, therefore, to create orderliness in transportation system should be supported by good pubilc transportation services. The existing condition of Johar Market-Perumnas Banyumanik routethat is serviced by 229 legal vehicles of MPU C10,  (DLLAJR, 2003) is no longer appropriate withdemand. Thus, MPU performance services in the form of quantity is unbalanced that creates costinefficiency for operator.

    This study aimed to analyze the performance of MPU with its improvement or possibility to applymasse transportation from standpoint of maximum capacity from load factor, vehicle operational cost,and revenue from this route. Data used in this study is consisted of primary and secondary data.Primary data was collected from dynamic and static surveys, on data sample that conducted in

    Tuesday, Thursday and Saturday with observation periods between 06.30-08.30 am, 11.30am-13.30pm, and 15.30-17.30pm. Secondary data no collected from related offices such as DLLAJRSemarang, UBK DAMRI Semarang and operator.

    The data shows that the average of MPU operation is 16 trips/vehicle; the amount of operated vehicle143; average tariff of Rp. 2,000; BOK a day Rp. 438.200; the average dynamic load factor 117% withheadway 0.85 minutes or frequency of 71 vehicle/hour; the average FBR 1.02; the revenue is 0.02higher than BOK break event point; the data analysis results is not appropriate with operator revenuestandards from Dirjen Perhubungan in 2002 namely 10% from BOK break event point.

    The analysis on MPU performance optimization with performance improvement by applying staticload factor to attain feasible operation (=lf d mlo 126%) show that the amount of vehicle reduced from

    143 to 66, headway from 0.85 to 1.876 minutes, dynamic load factor from 117% to 126%, static loadfactor from 33.33% to 72.51% with FBR 1.104, and operator revenue is based on standard of 10%BOK break event point.

    The analysis on MPU masse review to Middle Bus, with same tariff Rp. 2000, BOK a day Rp. 860.200with circulation time 199 minutes. The Middle Bus that can operate in a day are 16 trips/vehicle, andtotal passengers in a day are 15,904, dynamic load factor 123%, break event load factor 112%, then thereplacement MPU of 143 vehicles by Middle Bus of 67 vehicles with headway 1.77 minutes and FBR1.10 is appropriate with standard 10% of BOK break event point.

    For short-term alternative, MPU performance optimization is necessary with sustainable policy onMPU to Middle Bus masse.

    Keywords : Analysis on MPU performance optimization or masse review to middle Bus5 

    1.  PILAR   Volume 18, Nomor 1,April 2008: Halaman 19 - 242.  Pengajar SMKN 7 Semarang3.4  Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro

    Jl. Hayam Wuruk No. 5 Semarang

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    21/126

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    22/126

     

    PENDAHULUAN

    Kondisi saat ini jumlah MPU trayek C10  PasarJohar - Perumnas Banyumanik dengan jumlahkendaraan yang mendapatkan ijin trayek sebesar229 kendaraan (DDLAJR Kota Semarang, 2003)terlalu berlebihan (over supply) untuk panjangrute yang ada (headway  0,55 menit), sehingga

    mengakibatkan kualitas pelayanan MPU tidaksebandingnya antara biaya yang harus ditanggungoleh operator   dengan pendapatan yang diperoleh.Solusi pokok permasalahannya dengan tinjauankelayakan operasional kinerja MPU pada per- baikan kinerjanya (optimalisasi dengan memper-timbangkan keseimbangan antara biaya opera-sional dengan pendapatan) atau kemungkinanmenerapkan massalisasi angkutan umum ditinjaudari kapasitas optimal MPU dari load factor , biaya operasional kendaraan, dan tingkat pendapatan terhadap biaya operasional kendaraan pada trayek tersebut, khususnya melakukan :

    analisis kinerja operasional MPU, analisis pendapatan MPU, evaluasi permintaan kendaraan

    MPU dengan optimalisasi pengoperasian MPUdan alternatif masalisasi MPU dengan BusSedang. Dengan penelitian ini diharapkan dapatmemberikan gambaran kelayakan usaha bagi paraoperator atau pihak swasta dalam usaha angkutanMPU khususnya yang melayani trayek PasarJohar – Perumnas Banyumanik dan memberikanmasukan kepada pihak regulator.

    PEMBAHASAN

    Tujuan pelayanan angkutan umum adalah denganmemberikan pelayanan yang aman, cepat, nyamandan murah (Warpani SP. 1996) ,   dengan menye-laraskan harapan maupun keinginan dari kedua belah pihak tanpa ada yang dirugikan, khususnyamengkaji masih layak tidaknya usaha operator  MPU trayek C10  Pasar Johar – PerumnasBanyumanik pada saat ini.

    Analisis Operasi Mobil Penumpang Umum

    Data yang diperlukan yaitu data primer (surveidinamis dan survei statis) dan data sekunder(instansi terkait), pengambilan data primer denganmetode sampel kelompok dilakukan pada tanggal3, 5, 7 oktober 2006 (hari Selasa, Kamis danSabtu) pada MPU trayek C10  Pasar Johar –Perumnas Banyumanik via  Jalan Dr. Cipto danvia Jalan MT. Haryono dengan waktu pengamatan pagi jam 06.30– 08.30, siang jam 11.30–13.30,sore jam 15.30- 17.30.

    Uji sampel dua pihak dengan (perhitungan nilaistatistik) jumlah sampel (n) 36, jumlah sampelminus 1adalah 35, rata-rata penumpang (x) 13.14 per trip,   jumlah simpangan kuadrat 864.306,standart deviasi (s     sebesar 4.969, jadi rata-rata penumpang per trip  ( o) sebesar 14. Hipotesaawal, uji dua pihak (t) dari daftar distribusi penumpang dengan = 0,05 dan dk = 35 yaitu

    daerah kritisnya adalah – 2.032 < t < 2.032. Dataanalisa diperoleh t = -1.040, kriteria pengujianditerima, dengan tingkat keper-cayaan 95%, peneliti memperlihatkan bahwa sampel yangdiambil bisa mewakili tingkat populasi.

    Dan dari hasil analisa kinerja pelayanan MPU darisurvei di lapangan yaitu, waktu tempuh  MPUrata-rata 122 menit, rata-rata jumlah penumpangdinamis adalah 14 penumpang jadi rata-rata load factor   dinamis adalah 117%, load factor   statisdiperoleh 33,33%, dengan headway rata-rata 0,85menit atau frekuensi rata-rata 71 kendaraan/jam,waiting time  (waktu tunggu) rata-rata penumpangmenunggu 0,42 menit.

    Dari analisis tersebut load factor  dinamis rata-rata117% menunjukkan permintaan akan MPU diwi-layah studi cukup tinggi. Permintaan tertinggiantara jam 06.30–08.30, dengan load factor  dinamis sebesar 123%.  Headway  tertinggi terjadiantara jam 15.25-17.35 dengan headway  sebesar0,88 menit, frekuensi tertinggi terjadi antara jam11.30–13.30 sebesar 75 kendaraan/jam. Permin-taan terrendah terjadi pada jam 15.25-17.35dengan load factor dinamis sebesar 97%. Headway  pada jam 11.30–13.30 sebesar 0,81menit, dengan frekuensi 69 kendaraan/jam. Gunalahan sepanjang trayek Pasar Johar – PerumnasBanyumanik merupakan perkantoran, sekolah dan pertokoan berarti mengidentifikasikan permintaanangkutan MPU dapat dikategorikan tetap stabil.

    Hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwakualitas kinerja pelayanan MPU yaitu, waktutempuh 122 menit bobot nilai 3,  load factor  dinamis rata-rata117% bobot nilai 1,  headway rata-rata 0,85 menit bobot nilai 3, frekuensi rata-

    rata 71 kend/jam bobot nilai 3, waiting time  rata-rata 0,42 menit bobot nilai 3, dai jumlah total bobot nilai yang diperoleh adalah 13 bisadikategorikan baik.

    Analisis pendapatan dipakai untuk menilai kela-yakan usaha pelayanan jasa angkutan yang dio- perasikan. Dalam analisis kelayakan mencakup perhitungan biaya operasi MPU dan pendapatanyang diperoleh dari hasil usaha yang dilakukan.Rata-rata kemampuan membayar user . Dari hasil

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    23/126

     

    survei dinamis dapat diketahui tarif yang diba-yarkan oleh user   ada tiga kategori yaitu Rp.3.000,00 (umum jarak > 10 km) ; Rp. 2.000,00(umum jarak < 10 km) ; dan Rp. 1.000,00(pelajar), Besaran yang diambil untuk analisisadalah tarif rata-rata perpenumpang Rp. 2.000,00,data frekuensi operasional perhari adalah 16 trip,rata-rata okupansi 14 penumpang.

    Biaya Operasi Kendaraan (BOK) yangdikeluarkan untuk membiayai operasional kenda-raan dalam memberikan pelayanan kepada user  diperhitungkan sebagai biaya pokok dalamanalisis pendapatan. Jadi dari analisis data yangada biaya operasi kendaraan yang dijalankansendiri sebesar Rp. 438.200,00

    Besarnya pendapatan dalam analisis ada 3 jenis pendapatan yaitu, pendapatan nyata operator , pendapatan impas, dan pendapatan dengan tam- bahan pendapatan bersih operator   sebesar 10%

    nilai BOK impas. Pendapatan rata-rata operatorMPU pada kondisi nyata. Rp. 448.000,00, penda- patan impas Rp. 438.200,00, pendapatan opera-tor   mencapai layak operasi Rp 482.000,00.Dengan Fare Box Ratio   ( FBR) adalah perban-dingan antara pendapatan dengan BOK yangterjadi dengan dioperasikannya kendaraan padakondisi normal, sebesar 1,02. Dan salah satu yangmempengaruhi kinerja pelayanan angkutan umumsuatu trayek adalah jumlah kendaraan yangtersedia yang melayani trayek tersebut. Jumlahnyata kendaraan yang beroperasi adalah 143kendaraan dan jumlah kendaraan yang ideal untuk beroperasi dengan dari hasil analisa perhitungandata diperoleh 133 kendaraan

    Analisis Operasi Bus Sedang

    Sesuai dengan tujuan penelitian ini, kajian mas-salisasi MPU dengan Bus Sedang (kapasitas 24 penumpang) perlu dikaji sebagai alternatif pem- banding dari optimalisasi kinerja MPU. Analisisuntuk mengetahui kinerja Bus Sedang, tahapan-tahapan yang dilakukan pada analisis MPUdikonversikan ke Bus Sedang termasuk untuk

    mendapatkan nilai pendapatan layak operasi, se- bagai acuan untuk menghitung BOK Bus Sedangdiacu trayek Bus Sedang B06  Pasar Johar –Perumnas Banyumanik via Tugu Muda untukmendapatkan nilai BOK perkilometer yang jugadapat dipakai acuan menentukan besaran-besaranlain untuk rencana Bus Sedang trayek Bxx  PasarJohar – Perumnas Banyumanik via  Dr. Cipto danMT Haryono. Biaya Operasi Kendaraan BS trayekB06  (via jalan pemuda) diperoleh sebesar Rp907.942,46 perhari atau biaya operasi kendaraan

    Rp. 2.986,65 perkilometer, jadi BOK trayek Bxx Pasar Johar – Perumnas Banyumanik (via  Dr.Cipto & MT. Haryono) dengan 288 kilometer perhari sebesar Rp 860.200,00

    Besaran-besaran yang digunakan dalam analisisBus Sedang diasumsikan ditransformasikan daridata MPU yaitu jarak tempuh rit (PP) 36,00

    kilometer, operasi perhari dalam sehari sebanyak8 rit (pp) atau 16 trip, frekuensi rata-rata 71kendaraan, waktu sirkulasi rata-rata 122 menit, jumlah rata-rata 14 penumpang atau rata-rata15.904 penumpang perhari dan tarif Rp.2.000,00. Apabila data survei dinamis MPUditransformasikan ke kendaraan Bus Sedangdiperoleh jarak tempuh per rit 36,00 kilometerdengan kecepatan rata-rata 20,00 kilometer perjam dengan deviasi waktu diasumsikan 5 %,maka waktu sirkulasi rata-rata 119 menit denganwaktu operasi 16 jam adalah 16 trip  perhari, jumlah rata-rata dinamis 15.904 penumpang

     perhari dan tarif rata-rata Rp. 2.000,00.

    Peningkatan kinerja operasi MPU  

    Dalam peningkatan kinerja operasi MPU denganmengoptimalisasi kinerja MPU sesuai yang adayaitu dengan 1) Mempertahankan tarif yang ada(Rp. 2.000,00), kinerja pelayanan MPU harusdioptimalkan dengan melakukan peningkatan load factor dinamis sampai dengan sebesar minimalload factor  layak operasi ( lf  d mlo), 2) Menaikkantarif sampai batas kelayakan pendapatan operator  yaitu margin keuntungan 10% dari BOK impasMPU, dengan load factor  dinamis data yang ada,3) Menurunkan jumlah kendaraan MPU, diacudata load factor   statis yang ada mencapai load factor   statis sesuai standar Dirjend Perhubungan2002 yaitu 70%, dengan jumlah kendaraan operasi yang ada, 4) Menurunkan jumlah kendaraan,diacu data load factor  statis dari jumlah kendaraanhasil analisis load factor  mencapai layak operasi.

    Kajian massalisasi MPU terhadap Bus Sedang

    Massalisasi MPU ke Bus Sedang dengan tarifyang sama dengan batasan load factor   dinamismencapai layak operasi (lf   d mlo) mengikutianalisis hitungan yang rasional, 2) Menurunkan jumlah kendaraan Bus Sedang, diacu data load factor   statis dan jumlah kendaraan   yang ada,mencapai load factor   statis 70% sesuai standarDirjend Perhubungan 2002, 3)Menaikan load factor  statis, diacu data load factor  statis yang adamencapai load factor   statis layak operasi dengan

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    24/126

     

    data load factor dinamis yang ada (hasilmassalisasi MPU ke Bus Sedang). 

    HASIL ANALISIS

    Alternatif dengan Optimalisasi Kinerja

    Operasi MPU

    1) Dengan Mempertahankan MPU dengan tarifyang ada yaitu, Dari hasil analisa data bilamempertahankan tarif semula yaitu dari Rp2.000,00 diperoleh load factor dinamis sebesar  126% dari load factor dinamis yang adasebesar   117%, maka pengurangan kendaraanmenjadi 132 dari 143 kendaraan yang adadengan headway   0,92 menit dari headway yang ada sebesar 0,85 menit dan nilai FBRnya1,10 dari FBR yang ada sebesar 1,02.

    2) Mempertahankan MPU dengan kenaikan tarifrasional yaitu, Dari hasil analisa data apabilaload factor dinamis yang ada dengan jumlahkendaraan yang beroperasi tetap dari 143kendaraan, load factor   dinamis tetap sebesar117% dan headway tetap dari 0,85 menit, akanterjadi kenaikan tarif sebesar 7,59% dari Rp2.000,00 menjadi Rp 2.151,88, dengan load factor impas mengalami penurunan dari 114%menjadi 106%.

    3) Optimalisasi kinerja MPU dengan menurunkan jumlah kendaraan dengan load factor   statismencapai standar minimal Dirjend PerhubTahun 2002 yaitu, Dari hasil analisis bilamenerapkan dan menyesuaikan load factor  statis minimum sesuai standar Dirjend Perhu- bungan Tahun 2002 yaitu sebesar 70% dipero-leh pengurangan jumlah kendaraan dari 143kendaraan menjadi 68 kendaraan, headway 0,85 menjadi sebesar 1,79 menit, dengan jumlah penumpang rata-rata 14 orang menjadi14,26 orang dan load factor  dinamis dari 117%menjadi 122%.

    4) Optimalisasi kinerja MPU dengan menurunkan jumlah kendaraan dari data load factor   statis

    yang ada mencapai load factor   statis layakoperasi yaitu, Dari hasil analisis bila menerap-kan dan menyesuaikan load factor   statismencapai layak operasi diperoleh pengurangan jumlah kendaraan dari 143 kendaraan menjadi66 kendaraan, headway  0,85 menjadi sebesar1,86 menit, dengan jumlah penumpang rata-rata sebanyak 14 orang menjadi 15,12 orangdan load factor   statis sebesar 33,33% menjadi72,51%.

    Alternatif massalisasi MPU terhadap Bus

    Sedang

    1) Kajian massalisasi dengan tarif yang samayaitu, analisa data bila dikaji kemassalisasiBus Sedang dengan mempertahankan tarifsemula yaitu dari Rp 2.000,00, nilai BOK perhari Rp. 860.200,00 dan waktu sirkulasi

    199 menit, dari analisis Bus Sedang bisa beroperasi dalam satu hari adalah 16 trip dengan jumlah total penumpang yang ada perhari adalah 15.904 penumpang, diperolehload factor dinamis 123%, load factor impas 112%, maka pergantian MPU dari 143kendaraan ke Bus Sedang sebesar 67 ken-daraan dengan headway 1,77 menit.

    2) Kajian massalisasi dengan load factor   statisyang ada mencapai load factor   statis standarminimal Dirjend Perhub Tahun 2002 yaitu,Dari hasil analisis bila menerapkan dan

    menyesuaikan load factor   statis minimumsesuai standar Dirjend Perhubungan Tahun2002 yaitu sebesar 70% diperoleh pengu-rangan jumlah kendaraan dari 67 kendaraanmenjadi 17 kendaraan, headway 1,77 menjadi7,14 menit, dengan jumlah penumpang rata-rata sebesar 30 orang menjadi 60 orang danload factor   dinamis dari sebesar 123%menjadi 248% dan FBRnya 2,22.

    3) Kajian masalisasi Bus Sedang dengan menu-runkan jumlah kendaraan dari data load factor  statis yang ada mencapai load factor   statislayak operasi yaitu, hasil analisis bila mene-rapkan dan menyesuaikan load factor   statismencapai layak operasi dengan  load factor  statis sebesar 123% dan jumlah penumpangrata-rata sebanyak 30 orang, diperoleh pengurangan jumlah kendaraan dari 67kendaraan menjadi 34 kendaraan, headway  1,77 menjadi sebesar 3,54 menit.

    Perbandingan alternatif optimalisasi operasi

    MPU dan massalisasi BS  

    Dari kajian yang ada dan yang menjadi alternatifdalam pengambilan keputusan sebagai tinjauan pengambilan kebijakan yang sesuai dengankondisi sekarang dapat dilihat pada halamanaakhir

    KESIMPULAN DAN SARAN  Kesimpulan

    Dari hasil analisis data survei dilapangan padaMPU trayek C10 Pasar Johar – Perumnas Banyu-

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    25/126

     

    manik, menunjukan ketidaksesuaian antarademand dan  supply  yang ada terhadap peren-canaan supply   yang direncanakan DLLAJR KotaSemarang tahun 2004 dengan mengeluarkan ijinusaha pada trayek tersebut sebesar 229 unitkendaraan, tapi pada saat ini hasil survei menun- jukkan kendaraan yang beroperasi dilapangansebanyak 143 kendaraan, diperoleh load factor  

    dinamis rata-rata sebesar 117%, load factor statisrata-rata sebesar 33,33%, headway   0,85 menitdengan FBRnya 1,02. Dalam hal kelayakan pen-dapatan operator   masih belum memenuhikelayakan pendapatan sebesar FBRnya 1,10 (atau1,1 BOK impas).

    Permasalahan diatas ditinjauan terhadap kela-yakan operasional kinerja MPU dengan perbaikankinerjanya (optimalisasi), dan hasil tinjauan opti-malisasi kinerja operasi MPU trayek C10 PasarJohar – Perumnas Banyumanik (kapasitas 12 penumpang) dapat di tarik kesimpulan sebagai

     berikut :1) Optimalisasi kinerja MPU dengan tarif

    yang ada, Dalam solusi alternatif ini pen-dapatan operator   sudah memenuhi kela-yakan, nilai headway   yang kecil masihkurang dari 1 menit adalah baik tapi perlu dipertimbangkan lagi mengenai haltersebut bila tidak sesuai antara peren-canaan dengan dilapangan akan terjadibunching   bila ada armada yang mela-kukan “pengeteman”.

    2) Optimalisasi kinerja  MPU dengan ke-naikan tarif rasional, Hasil analisa diatasditinjau dari kenaikkan tarif masih dalam batasan kenaikan yang layak karenamasih kurang dari 10% dari tarif semuladan kemungkinan masih dapat diterimaoleh user , tapi apabila hal ini direali-sasikan dilapangan tidak dipantau oleh pihak regulator, ditakutkan akan terjadi pembengkakan kenaikan tarif denganalasan yang kurang logis oleh operatoryang merasa kurang.

    3) Optimalisasi kinerja MPU dengan me-nurunkan jumlah kendaraan dengan load

     factor   statis mencapai standar minimalDirjend Perhub Tahun 2002, Dari analisisdiatas pihak operator  masih kurang layakdalam pendapatan, tapi kendaraan yang beroperasi menjadi 68 kendaraan denganheadway  1,79 menit lebih dari 1 menitkemungkinan terjadi bunching  adalahkecil bila operator  tidak ngetem.

    4) Optimalisasi kinerja MPU dengan me-nurunkan jumlah kendaraan dari dataload factor  statis yang ada mencapai load

     factor   statis layak operasi, Dari hasilanalisis dilihat dari jumlah kendaraanyang operasi mengalami penurunanadalah baik dengan tarif yang samasebesar Rp. 2.000,00 tapi untuk headway-nya sebesar 1,86 menit penumpang akanmenunggu lebih lama untuk mendapatkanangkutan umum MPU.

    Dari hasil penelitian terhadap kajianmassalisasi MPU ke Bus Sedang trayekBxx Pasar Johar – Perumnas Banyumanik(kapasitas 24 penumpang) dapat di tarikkesimpulan sebagai berikut :

    5)  Kajian massalisasi dengan tarif yangsama, dari hasil analisis untuk jumlahkendaraan operasi 67 kendaraan dan nilaiheadway   1,77 menit penumpang akanmenunggu lebih lama untuk mendapatkanangkutan umum Bus Sedang.

    6)  Kajian massalisasi dengan load factor  statis yang ada mencapai load factor  statis

    standar minimal Dirjend Perhub Tahun2002, dari hasil analisis diatas untukdengan kenaikan load factor   dinamissangat menguntungkan untuk operator ,tapi bila headwaynya mengalami kenai-kan menjadi 7,14 menit hal ini kurangmenguntungkan untuk pihak user   karenaakan menunggu lebih lama untuk men-dapatkan angkutan umum Bus Sedang.

    7)  Kajian masalisasi Bus Sedang denganmenurunkan jumlah kendaraan dari dataload factor  statis yang ada mencapai load factor   statis layak operasi, dari hasil ana-lisis diatas headwaynya mengalami kenai-kan menjadi 3,54 menit hal ini kurangmenguntungkan untuk pihak user   karenaakan menunggu lebih lama untuk menda- patkan angkutan umum Bus Sedang. tapi pihak operator   sudah layak untuk penda- patannya.

    Saran

    Sebagai alternatif jangka pendek diambil opti-malisasi kinerja MPU dengan kebijakan berke-

    lanjutan pada massalisasi MPU dengan BusSedang

    DAFTAR PUSTAKA

    Bambang YP., 2005., Evaluasi Kinerja OperasiArmada Baru Perum DAMRI UBKSemarang, studi kasus trayek Pasar Johar – Perumnas Banyumanik, UndipSemarang.

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    26/126

     

    Black. Alan, 1995. Urban Mass TransportationPlanning, Mc Graw Hill, USA.

    Black. John, 1981. Urban Transport Planning,School of Transport and Highways,University of New South Wales.

    Blackledge G. Bell-DA. - Bowen P., 1983., TheEconomoc And Planning Of Transport,London.

    Dirjend Perhubungan Darat, 1996. DalamKeputusan No.SK.274HK.105/DRJD/1996, PedomanTeknis Penyelenggaraan AngkutanPenumpang Umum di Wilayah PerkotaanDalam Trayek Tetap dan Teratur.

    Dirjend Perhubungan Darat, 1999. DalamKeputusan Menteri Perhubungan tahun1999 No. KM. 84 tahun 1999,Penyelenggaraan Angkutan Orang diJalan dengan Kendaraan Umum, Jakarta.

    Dirjend Perhubungan Darat, 2002. DalamKeputusan Nomor : SK.687/AJ.206/

    DRJD/2002, Pedoman TeknisPenyelenggaraan Angkutan PenumpangUmum Di Wilayah Perkotaan DalamTrayek Tetap dan Teratur.

    DLLAJR Kota Semarang, 2002. ProyekPengendalian dan Penertiban Lalu Lintasevaluasi Pelayanan Angkutan UmumKota Semarang, Laporan Tahunan, TidakDiterbitkan, Semarang.

    DLLAJR Kota Semarang, 2003. EvaluasiPelayanan Angkutan Umum KotaSemarang, Laporan Tahunan, TidakDiterbitkan, Semarang.

    DLLAJR Kota Semarang, 2004. Proyek EvaluasiPelayanan Trayek Angkutan 2004,Laporan Tahunan, Tidak Diterbitkan,Semarang.

    DLLAJR Kota Semarang, 2005. Data jumlaharmada yang ada dan yang dibutuhkan,Tidak Diterbitkan, Semarang.

    Hoobs. F.D, 1995. Perencanaan dan Teknik LaluLintas, UGM, Yogyakarta.

    Iskandar Abubakar, dkk 1995. Menuju LaluLintas dan Angkutan Jalan yang Tertib,

    Kanafi Adip, 1983. Transportation Demand

    Analysis, University of California,Berkley.Kusumastuti P., 2003, Pola Pelayanan Dari Segi

    Permintaan Kelayakan Usaha AngkutanUmum Pedesaan Di Kecamatan UngaranKabupaten Semarang, Undip Semarang.

    LPM ITB 1997, Modul Pelatihan ManajemenLalu Lintas Perkotaan, ITB Bandung bekerjasama dengan Kelompok BidangKeahlian Rekayasa Transportasi JurusanTeknik Sipil ITB.

    LPM ITB, 1997. Modul Pelatihan PerencanaanSistem Angkutan Umum, ITB Bandung bekerjasama dengan Kelompok Bidang

    Keahlian Rekayasa Transportasi JurusanTeknik Sipil ITB.

    Morlok E.K., 1991. Pengantar Teknik danPerencanaan Transporrtasi, cetakan keempat, Erlangga, Jakarta – Indonesia.

    Mutiara E., 2004. Statistik Berbasisi Komputeruntuk Orang-Orang NonStatistik(Statnon), Kelompok Gramedia, Jakarta –Indonesia.

    Peraturan Pemerintah. Dalam PP No. 41 Tahun1993. Angkutan Jalan

    STTD, 1992. Bahan Kuliah EkonomiTransportasi, tidak diterbitkan Bekasi.

    Sugiantoro, 2001. Teknik-teknik Sampling, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Suhartono, 2003. Analisis Keterjangkauan DayaBeli Penggunaan Jasa Angkutan UmumDalam Membayar Terif, Undip Semarang.

    Tasmin O.Z, 1997, Perencanaan dan PemodelanTransportasi, ITB, Bandung.

    Tjokroadiredjo R.E., 1990. Ekonomi RekayasaTransport, ITB Bandung.

    UBK Perum Damri Semarang, 2003. Data jenisarmada bus sedang Tahun 2003, TidakDiterbitkan, Semarang.

    Vuchic V.R., 1981. Urban Public TransportationSystem and Technology, Prentice Hall, New Jersey.

    Waldiyono, 1986. Ekonomi Transport,Universitas Gajah Mada.

    Walikota Semarang, 2001. Dalam PeraturanDaerah Keputusan, Trayek KendaraanAngkutan Penumpang Umum DalamKota, Tidak Diterbitkan, Semarang.

    Walikota Semarang, 2002. Dalam Keputusan Nomor : 551.2/190/Tahun 2002,Penetapan Tarif Angkutan KotaSemarang.

    Warpani Suwarjoko P., 1988. Rekayasa LaluLintas, ITB, Bandung.Warpani Suwarjoko P., 1988. Pengolahan Lalu

    Lintas dan Angkutan Jalan, ITB, Bandung

     

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    27/126

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    28/126

     

    .KAJIAN MASALAH ANTRIAN PADA SISTEM PENGUMPULAN TOL

    KONVENSIONAL TERHADAP RANCANGAN SISTEM PENGUMPULAN TOL

    ELEKTRONIK 1 

    Sodikin2,Bambang Riyanto3, Bambang Pudjianto4  

    ABSTRACT

     If the mean of services time rate in toll gate is higher than vehicles arrival rate, queuing is happened.

     In order to eliminate queuing, study for alternative toll service system that able to decrease of service

    capacity and solve the problem is needed.

    The queuing study for conventional toll services system by deterministic analitical simulation

    approach model be able to figure out the losing time value along daily, weekly and annually. The

    effeciency of this approach model would also be known.

     Base on the queuing simulation model and minimum value of time in base year 2005 show that the

    time loosed by drivers in Pondok Gede Toll Gate are Rp. 212,067,819.00 per week, Rp

    1,060,339,096.00 per month, and Rp. 12,724,069,163.00 per year. If the toll service system operation

    is not improve, the losing time values for 5 years would increase to Rp. 477,555,711,015.00 and theaccumulative losing time values for 10 years would be Rp. 4,138,238,760,266.00.

    The ideal problem solving for the queuing in Pondok Gede Timur Toll Gate is electronic toll

    collection system. It may reduce the vehicles queue for today and future. The ideal combination of

    conventional system with electronic system are 10 gates for conventional and 1 gate for electronic

    services system if the commuter user higher or equal than 14% and lower than 33%, 9 gates for

    conventional and 2 gates for electronic services system if the commuter user higher or equal than

    33% and lower than 52%, 8 gates for conventional and 3 gates for electronic services system if the

    commuter user higher or equal than 52% and lower than 76%, 7 gates for conventional and 4 gates

     for electronic services system if the commuter user higher than 76%.

    Key words: queuing, conventional toll system, electronic toll system, time value,

    effective combination

    Pendahuluan6 

    Sistem pengumpulan tol yang dioperasikan diIndonesia masih menggunakan sistem pengumpulan tol konvensional (tradisional)yaitu sistem pengumpulan tol yang dilakukandengan transaksi secara manual baik padasistem terbuka maupun tertutup. Sistem pengumpulan tol konvensional membutuhkanwaktu yang relatif tidak sedikit bagi para

     pengguna jalan tol, karena setiap kendaraandiharuskan untuk berhenti selama beberapawaktu untuk mendapatkan pelayanan petugas pengumpulan tol. Selain itu pada waktutertentu dimana terjadi jam sibuk para pengguna jalan tol harus melakukan antrianyang dibarengi dengan gerakan percepatan, perlambatan dan berhenti berkali-kali.

    6  

    Singkatnya, bahwa sistem pengumpulan tolkonvensional telah merugikan waktu sedemi-kian besar bagi para pengguna jalan tol,sehingga mengakibatkan besarnya biaya akibatantrian sebagai implikasi oleh besarnya nilaiwaktu yang terbuang bagi masing-masingkendaraan.

    Yang menjadi hal mendasar dalam meme-

    cahkan masalah ini yaitu dengan menyeim- bangkan antara interval waktu kedatangan(time headway)  dengan kemampuan waktu pelayanan (time service)  yang dilakukan di pintu tol. Melakukan pengaturan waktu(headway)  antar kedatangan kendaraan yangmenuju pintu tol merupakan hal yang tidakmungkin dilakukan mengingat distribusikedatangan tidak beraturan dan tidak terbatas.

    1.  PILAR Volume17, Nomor 1,April 2009: Halaman 25 -352.  Dosen Teknik Sipil Univet Bantara Sukoharjo

    Jl. Sujono Humardani No.1 Sukoharjo3,4 Dosen S2 Magister Teknk Sipil Universitas Diponegoro

    Jl. Hayam Wuruk No. 5 Semarang

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    29/126

     

    Oleh karena itu kemungkinan yang dapatdilakukan yaitu dengan mempersingkat lamawaktu pelayanan pada sistem pelayananan di pintu tol.

    Peningkatan kemampuan alat yang mampumelayani lebih cepat merupakan cara yang paling sesuai untuk dilakukan. Oleh karena itumaka perlu dilakukan suatu penelitian yangmengarah kepada pemanfaatan suatu sistem pelayanan yang mampu melayani dengancepat, akurat dan handal serta mampu mere-duksi lamanya antrian kendaraan di pintu tolsecara signifikan. Sistem pelayanan dimaksudmengarah kepada sistem pengumpulanelektronik.

     Electronic Toll Collection  adalah suatu tek-

    nologi yang memungkinkan untuk melakukan pembayaran secara elektronik pada sistem pengumpulan tol. Sistem ini dioperasikandengan menggunakan alat komunikasi yangada atau terpasang pada kendaraan sepertitransponder, wireless  atau GPS untukdideteksi dengan alat yang terpasang pada pintu tol yaitu Automatic Vehicle Identification (AVI),  Automatic Vehicle Classification (AVC) dan Vehicle Enforcement System(VES), sehingga kendaraan yang melewati pintu tol tidak perlu berhenti dalam melakukantransaksi.

    Konsep Analisis Antrian pada Sistem

    Pengumpulan Tol

    Proses terjadinya antrian terdiri dari 4 (empat)tahapa.  Tahap I: tahap dimana arus lalu lintas

    (kendaraan) bergerak dengan suatu kece- patan tertentu menuju suatu tempat pela-yanan. Besarnya arus lalu lintas yang

    datang disebut tingkat kedatangan (λ). Jikadigunakan disiplin antrian FIFO dan terda- pat lebih dari 1 (satu) tempat pelayanan

    (multilajur), maka diasumsikan bahwatingkat kedatangan (λ) tersebut akan mem- bagi dirinya secara merata untuk setiap

    tempat pelayanan sebesar (λ/N) dimana Nadalah tempat pelayanan. Dengan demi-kian dapat diasumsikan bahwa akanterbentuk N buah antrian berlajur tunggal

    dimana setiap antrian berlajur tunggalakan berlaku disiplin FIFO.

     b.  Tahap II: tahap dimana arus lalu lintas(kendaraan) mulai bergabung denganantrian yang menunggu untuk dilayani.Jadi waktu antrian dapat didefinisikansebagai waktu sejak kendaraan mulai bergabung dengan antrian sampai denganwaktu kendaraan mulai dilayani oleh suatutempat pelayanan.

    c.  Tahap III: tahap dimana arus lalu lintas(kendaraan) dilayani oleh suatu tempat pelayanan. Jadi waktu pelayanan (WP)dapat didefinisikan sebagai waktu sejakdimulainya kendaraan dilayani sampaidengan waktu kendaraan selesai dilayani.

    d.  Tahap IV: tahap dimana arus lalu lintas(kendaraan) meninggalkan tempat pela-

    yanan melanjutkan perjalanan.

    Analisa antrian deterministik secara detaildapat dibedakan menjadi dua tingkatan.Analisa antrian dapat dilakukan pada tingkatmakroskopik bila kedatangan dan pelayananyang ada bersifat menerus. Sedangkan bilakedatangan dan pelayanan yang ada bersifat

    diskrit, maka analisa dilakukan pada tingkatmikroskopik. Suatu perkiraan mengenai klasi-fikasi diperlukan untuk dapat mengakseskarakteristik masukan untuk suatu analisaantrian, apakah termasuk dalam analisa deter-ministik ataukah termasuk dalam stokastik.Jika masing-masing distribusi kedatangan danatau distribusi pelayanan probabilistik, keda-tangan tetap dan atau waktu pelayanan padamasing-masing kendaraan tidak diketahui,maka pemilihan analisis antrian stokastikmenjadi pilihan. Dilain sisi apabila waktukedatangan dan waktu pelayanan pada masing-

    masing kendaraan diketahui maka keduadistribusi baik distribusi kedatangan maupundistribusi pelayanan adalah deterministik.

    Bagan di bawah ini akan menunjukkan kapan proses antrian dianalisis menggunakan analisisantrian deterministik dan kapan menggunakananalisa antrian stokastik.

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    30/126

     

    Jika intensitas lalu lintas lebih besar daripada 1

    (ρ > 1), maka hanya dapat dipecahkan dengan pendekatan proses antrian ke proses antriandeterministik atau dengan melakukan penye-suaian dengan beberapa waktu pelayanan,variasi tingkat kedatangan rata-rata dan tingkat pelayanan rata-rata atau dengan cara terakhir

    yaitu dengan cara simulasi mikroskopik.Berdasarkan studi sebelumnya ( Lin & Su,1994), untuk suatu nilai panjang antrian rata-rata, waktu rata-rata didalam sistem dapatdiestimasikan sebagai berikut:

    dimana,T   = waktu rata-rata didalam sistem, detik. L  = panjang rata-rata antrean, kendaraan.

    C   = kapasitas gerbang, kendaraan per jam.ST  = waktu pelayanan, detik.

    Hubungan antara panjang rata-rata antriandengan kapasitas gerbang dan rasio volume-kapasitas dapat diekspresikan sebagai berikut:

    15≤ L

     LT 

    27768748 +=

    0≈ L 5.0≤C V  jika

    5.37   −=C 

    V  L 93.05.0   ≤≤C 

    V  jika

     LT 

    32501605+=

     L > 15

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    31/126

     

    dimana,

    V/C   = rasio volume-kapasitas gerbangt   = durasi arus, jam.

    Metodologi dan Asumsi

    Metodologi

    Metode perhitungan dan analisa terhadap ran-cangan sistem pelayanan ETC dapat dilakukan berdasarkan asumsi atau data sekunder hasil

     penelitian PT. Jasa Marga sebelumnya. Se-dangkan jumlah pintu yang dioperasikandengan menggunakan sistem ETC disesuaikandengan efisiensi yang optimal berdasarkan penggabungan atau kombinasi antara pintukonvensional dan ETC.

    Asumsi Sebelum Penerapan ETC (eksisting)

    Kondisi pada saat sistem pengumpulan belummenggunakan sistem ETC atau masih meng-gunakan sistem pengumpulan konvensional(eksisiting) adalah sebagai berikut:

    -  Kendaraan yang masuk ke sistem antriandianggap akan membagi secara merata ke11 pintu yang ada sesuai teori antrian,sehingga dianggap saluran kedatangantunggal dan fasilitas pelayanan tunggal(single channel-single phase)

    -  Disiplin antrian yang digunakan adalahFIFO

    -  Tingkat kedatangan dianggap tidak tetap,tetapi tingkat pelayanan tetap, sehinggatermasuk dalam proses antrian deter-ministik

    Asumsi Setelah Penerapan ETC

    Kondisi setelah penerapan ETC yaitu kondisidimana pintu pelayanan terbagi menjadi 2sistem pengumpulan tol dan dioperasikansecara bersamaan yaitu sistem konvensional bagi para pengguna tol yang belum meman-faatkan fasilitas ETC dan pintu pengumpulanETC bagi yang telah memanfaatkan fasilitasETC. Jumlah pintu yang dioperasikan tetap 11 pintu, tetapi beberapa pintu tetap diperta-hankan dengan sistem konvensional dan sele- bihnya dengan sistem ETC.Asumsi mengenai kondisi antrian yang terjadi pada kedua sistem yang dioperasikan secara bersamaan adalaha.  Kondisi antrian di sistem pengumpulan

    konvensional-  Kendaraan yang masuk ke sistemantrian dianggap akan membagi secaramerata ke beberapa pintu yang masihdipertahankan beroperasi dengan sistemkonvensional, sehingga dianggap salu-ran kedatangan tunggal dan fasilitas pelayanan tunggal (single channel-single phase)

    -  Disiplin antrian yang digunakan adalahFIFO

    -  Tingkat kedatangan dianggap tidaktetap, tetapi tingkat pelayanan tetap,

    sehingga termasuk dalam proses antriandeterministik

     b.  Kondisi antrian di sistem pengumpulanelektronik (ETC). Kendaraan yang masukke sistem antrian dianggap akan membagisecara merata ke beberapa pintu yang beroperasi dengan sistem ETC, sehinggadianggap saluran kedatangan tunggal danfasilitas pelayanan tunggal (singlechannel-single phase) 

    ( )( )[ ]   ( ) t  LC 

    V C 

    V  2

    36013141193.029.613   −+−−+=

    93.0≥C V  jika

  • 8/18/2019 Waktu Tempuh Dengan Derajat Kejenuhan Ruas

    32/126

     

    Asumsi terhadap Pengoperasian

    Pengumpulan Tol Elektronik

    Pengguna, jumlah pengguna dan jenis kenda-raan serta sistem kerja pengoperasian ETC perlu diasumsikan sebagai berikut:a.  Pengguna yang berhak mendapatkan pen-

    gumpulan elektronik (ETC) adalah peng-guna yang telah melakukan registrasi dan pembayaran dimuka untuk memanfaatkan pintu pengumpulan elektronik (ETC) jalantol atau pelanggan yang melakukan pra bayar.

     b.  Pengguna pengumpulan elektronik (ETC)diprioritaskan bagi pengguna tol yangsecara rutin (komuter) menggunakan

    fasilitas jalan tol. Sebagai standar asumsi perhitungan, maka pengguna jalan tol yangmelewati pintu tol di lokasi penelitianminimum 4 kali dalam seminggu. Bagi pengguna yang melewati pintu tersebutkurang dari 3 kali dalam seminggu,dilayani dengan sistem