194
WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY (KAJIAN PRAGMATIK GRICE) HUMOROUS DISCOURSE IN STAND UP COMEDY (PRAGMATIC STUDY GRICE) TESIS Oleh: NAJAMUDDIN Nomor Induk Mahasiswa: 10.50.413. 03918 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

(KAJIAN PRAGMATIK GRICE)

HUMOROUS DISCOURSE IN STAND UP COMEDY

(PRAGMATIC STUDY GRICE)

TESIS

Oleh:

NAJAMUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa: 10.50.413. 03918

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 2: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

i

WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

(KAJIAN PRAGMATIK GRICE)

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan Oleh

NAJAMUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa: 105 04 13 039 18

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 3: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY
Page 4: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY
Page 5: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Najamuddin

NIM : 105 04 13 039 18

Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa tulisan ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, April 2021

Yang menyatakan

Najamuddin

Page 6: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

v

ABSTRAK

Najamuddin, 2021. Wacana Humor Dalam Stand-Up Comedy: Kajian Pragmatik Grice. Dibimbing oleh Munirah dan Mulis Madani.

Penelitia ini bertujuan mengetahui Bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice dalam wacana humor SUC dan Makna pesan sosial yang disampaikan Komika dengan pelanggaran prinsip kerja sama Grice. Jenis pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, dan sumber data dalam penelitian ini dari situs Youtube. Teknik pengumpulan data mengunakan teknik dokumentasi, observasi,simak, dan catat. Data dianalisis menggunakan teknik reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan penampilan data.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang ditemukan yaitu; 1) maksim kuantitas yang meliputi informasi yang disampaikan kurang informatif dan melebihi yang dibutuhkan, 2) maksim kualitas meliputi mengatakan sesuatu yang diyakini salah dan menyatakan sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara memadai, 3) maksim relevansi meliputi pemberian informasi yang tidak relevan dengan konteks tuturan, 4) maksim cara meliputi tuturan yang tidak jelas dan memiliki makna ganda. Dan makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika yaitu; 1) pemerintah harus menegakkan hukum, pemerataan pembangun diseluruh wilayah Indonesia, menyelesaikan angka buta huruf, pemerintah harus sigap, tanggap, meperhatikan korban bencana tanpa ada pilih kasih, dan institusi pendidikan harus memperhatikan alat musik tradisoanal, 2) senantiasa bernyukur dengan apa yang kita miliki, berhenti menilai orang dari penampilan luar, berhentilah melakukan kegiatan yang mubazir dan tidak mendidik, menjaga kebersihan, jangan mendiskreditkan beberapa pihak, berhenti melakukan bullying terhadap orang, serta para penyanyi dangdut harus lebih memperhatikan dan mementingkan kualitas dan makna lagu dibangding dengan goyangan, 3) perbedaan itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan, banggalah dengan Indonesia, kesetaraan itu penting, namun harus proposional, dan membeli suatu barang harus lebih mengedepankan fungsi dari pada genggsi. Serta fashion kita harus enak dilihat dan bisa merepresentasikan sikap kita dan kita harus mampu bersikap toleran, dan 4) pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam agar memberikan perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri. Dan iklan di Tv harus dapat menumbuhkan, mengajak, dan memicu kesadaran masyarakat untuk taat beribadah terkhususnya salat tahajud. Di samping itu juga DPR harus mampu dekat dan mendengar insprirasi rakyat dan mudah ditemui, didekati, dan merakyat.

Kata kunci: Stand-up comedy, prinsip kerja sama, kritik sosial.

Page 7: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

vi

Najamuddin, 2021. Discourse on Humor in Stand-Up Comedy: Grice's Pragmatic Study. Supervised by Munirah and Mulis Madani.

This research aims to find out the form of violation of Grice's principle of cooperation in the SUC humorous discourse and the meaning of the social message conveyed by Komika in violation of Grice's cooperation principle. This type of research approach is qualitative descriptive, and the source of the data in this study is from the Youtube site. The technique of collecting data uses documentation, observation, observing, and taking notes. Data were analyzed using data reduction techniques, data presentation, drawing conclusions and data appearance.

The results of this study indicate that the forms of violations found in Grice's cooperation principles are; 1) the maxim of quantity which includes the information conveyed is less informative and exceeds what is needed, 2) the maxim of quality includes saying something that is believed to be wrong and stating something that cannot be proven adequately, 3) the maxim of relevance includes providing information that is not relevant to the context of the speech, 4) maxims include speech that is unclear and has multiple meanings. And the meaning of the social message conveyed by Komika, namely; 1) the government must enforce the law, develop equitable distribution of builders throughout Indonesia, resolve illiteracy rates, the government must be alert, responsive, pay attention to disaster victims without favoritism, and educational institutions must pay attention to traditional musical instruments, 2) always be grateful for what we have , stop judging people from outward appearances, stop doing redundant and uneducative activities, maintain cleanliness, don't discredit some parties, stop bullying people, and dangdut singers must pay more attention and give priority to the quality and meaning of songs compared to shaking, 3) That difference is a natural thing and there is no need to be fussed about, be proud of Indonesia, equality is important, but it must be proportional, and buying an item must prioritize function rather than prestige. As well as our fashion must be pleasing to the eye and can represent our attitude and we must be able to be tolerant, and 4) Islamic boarding schools as Islamic educational institutions to pay serious attention to the problem of nutritional needs of the santri. And advertisements on TV must be able to grow, invite, and trigger public awareness to obey worship, especially the

Page 8: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberi hikmah kepada siapa

saja yang dikehendaki-Nya. Berbahagialah manusia yang telah mendapat

hikmah dari Allah, karena ia telah memperoleh kebaikan hidup dan

kehidupan. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada

Muhammad Rasulul lah yang telah menjadi al-mu’allim al-awwal bagi

kaum Muslim seluruh dunia. Juga kepada para sahabatnya, keluarganya,

dan semua manusia yang mengikuti jejak langkah konsep pendidikan

yang dipraktikkannya. Tesis ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari mencari

kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari

kehidupan seseorang. Begitupun dengan tesis ini yang tidak akan terlepas

dari kesalahan karena kapasitas penulis terbatas. Berbagai upaya telah

dilakukan demi tulisan ini selesai dengan baik.

Berbagai motivasi dari pihak yang sangat membantu selesainya

tulisan ini. Segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada

kedua orang tua tercinta penulis yang telah memberikan pendidikan

kedisiplinan, ilmu ketegaran, keyakinan dan material sehingga penulis

dapat melanjutkan pendidikan setinggi ini. Kepada Dr. Munirah, M.Pd dan

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si dosen pembimbing I dan pembimbing II, yang

telah memberi bimbingan dan arahan serta motivasi sejak awal

penyusunan tesis hingga selesai.

Page 9: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

viii

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.

H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, H.

Darwis Muhdina, M.Ag Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Makassar, dan Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum Ketua Program Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh staf pegawai

dalam lingkungan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-

teman yang sama-sama bergelut di dalam organisasi Ikatan Mahasiswa

Muhammdiyah (IMM), Ikatan Mahasiswa Woja (IMW), dan Ikatan

Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan se Indonesia (IMAKIPSI) yang

begitu banyak memberikan saya inspirasi, ilmu, pengalaman dan motivasi

sehingga bisa sampai pada saat sekarang ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang membangun.

Semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri

pribadi saya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, Maret 2021

Penulis

Page 10: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI.................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang penelitian 1

B. Fokus Penelitian 5

C. Tinjuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7

A. Tinjauan Hasil Penelitian 7

B. Tinjauan Teori dan Konsep 11

C. Kerangka Pikir 44

BAB III METODE PENELITIAN 46

A. Pendekatan Penelitian 46

Page 11: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

x

B. Batasan Istilah 47

C. Data dan Sumber Data 47

D. Teknik Pengumpulan Data 48

E. Teknik Analisis Data 50

F. Mengecek Keabsahan Data 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52

A. Deskripsi Hasil Penelitian 52

B. Pembahasan 112

BAB V SIMPULA DAN SARAN 118

A. Simpulan 118

B. Saran 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

xi

DAFTAR SINGKATAN

SUC : Stand Up Comedy

WH : Wacana Humor

PKS : Prinsip Kerja Sama

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat

TV : Televisi

TVRI : Televisi Republik Indonesia

O1 : Orang Pertama

O2 : Orang ke Dua

Page 13: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Humor merupakan kebutuhan manusia yang sulit dihindari.

Sebagai kebutuhan nonmateri, humor bisa berdampak besar bagi

penikmatnya. Setiap orang, bahkan sekelompok orang, sering membuat

humor, baik disengaja maupun tidak. Humor biasanya sengaja dilakukan

di depan orang banyak, misalnya dalam pertunjukan komedi di atas

panggung, atau dalam pidato yang bertujuan untuk mencairkan suasana.

Humor secara tidak sengaja disebabkan oleh situasi yang tiba-tiba muncul

dan membuat orang lain disekitarnya tertawa dan bahagia.

Manfaat atau keutamaan membuat orang lain bahagia dalam islam

adalah mendapatkan pengampunan dosa dari Allah SWT. Hal ini tertulis

dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah yang berbunyi:

ك السرور سبعين روي، من ادخل على مؤمن سرورا، خلق الله من ذل

الف ملك، يستغفرون له الى يوم القيامة

Artinya: Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah

Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan meminta ampunan

baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain.

Sudah sepatutnya orang muslim melakukan hal-hal yang terpuji

menurut pandangan Allah SWT. Salah satunya dengan membahagiakan

orang lain.

1

Page 14: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

2

Hal ini seperti yang dituturkan dalam hadis riwayat Ibnu Abbas ra

yang menyatakan bahwa baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:

إن رسول الله صلى الله :قال عن ابن عباس رضى الله تعالى عنهما

رور عليه وسلم قال إن احب العمال الى الله بعد الفرائض إدخال الس

.على المسلم

Artinya: Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah

melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim

yang lain.

Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam

menyampaikan keinginan atau perasaannya. Humor merupakan cara

seseorang menyampaikan sesuatu secara tidak langsung. Sebagai

fenomena kebahasaan, humor dapat ditemukan di berbagai tempat, dan

dalam berbagai bentuk. Inilah yang membuat humor begitu menarik di

masyarakat.

Humor merupakan sarana komunikasi, seperti menyampaikan

informasi, mengkritik, mengungkapkan kesenangan, mengutarakan

pendapat, rasa kesal, marah, atau rasa simpatik. Selain berfungsi untuk

mengubah keadaan emosi seseorang, humor juga memiliki fungsi sebagai

sarana pendidikan dan kritik sosial (Wijana 1994: 21). Sebagai sarana

pendidikan, humor dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana untuk

menambah dan memperluas ilmu. Sebagai sarana kritik sosial, humor

Page 15: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

3

merupakan alat atau sarana kritik yang ampuh, karena mereka yang

dikritik tidak menganggapnya sebagai konfrontasi.

Sejalan dengan perintah Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat

71:

منت بعضهم اولياء بعض يأمرون بالمعروف وينهون والمؤمنون والمؤ

كوة ويطيعون الله لوة ويؤتون الز عن المنكر ويقيمون الص

عزيز حكيم ان الله

ى ك سيرحمهم الله

ورسوله اول

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan,

sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka

menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,

melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-

Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa,

Mahabijaksana.

Merujuk pada ayat di atas, Al-quran menyuruh kita agar berbuat

yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Salah satu cara untuk

mencegah kemungkaran yaitu dengan mengkritik dan menyampaikan

pendapat. Syariat Islam menetapkan hak-hak diri atau individu muslim.

Allah telah mewajibkan nasihat dan perintah pada yang baik dan

mencegah kemunkaran. Tidak mungkin hal itu bisa ditegakkan jika muslim

tidak memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat dan

kebebasannya dalam hak tersebut. Tidaklah amar ma’ruf nahi munkar

bisa ditegakkan tanpa adanya hak kebebasan berpendapat pada diri

Page 16: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

4

seorang muslim. Salah satu cara menyampaikan kritik dan pendapat yaitu

melalui humor pada Stand Up Comedy (SUC).

Ada berbagai macam jenis humor yang berkembang di masyarakat.

Misalnya humor yag ditampilkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan humor

yang ditampilkan dengan gestur humor pembuatnya. Stand Up Comedy

(SUC) juga merupakan jenis humor yang berkembang di masyarakat.

Humor disampaikan melalui tuturan atau retorika dan bergantung pada

gerakan tubuh pembicara. Jenis humor ini berpotensi menambah

wawasan pengetahuan yang luas tentang karakter seorang pelawak

(Muzayyanah 2014: 3).

Dalam hal ini wacana humor yang akan diteliti oleh peneliti adalah

Stand Up Comedy (SUC). Stand Up Comedy merupakan lelucon

personal, yaitu lelucon yang dilakukan atau dibawakan oleh seorang

individu, biasanya dihadapan penonton dengan menggunakan monolog

suatu tema atau topik. Tema atau topik yang disampaikan biasanya

berkaitan dengan kehidupan pribadi atau kehidupan di lingkungan suatu

kelompok masyarakat. Namun sebagian besar peserta komedi membahas

berbagai fenomena kehidupan di negeri ini, misalnya tentang korupsi,

pendidikan, ekonomi, politik, sosial dan lain-lain.

Stand up comedy dimulai pada tahun 1800-an di Amerika sebagai

teater. Menurut Odios Arminto dalam artikelnya yang berjudul "Mari Melek

Sejarah Perlawakan Kita Sendiri", SUC sudah ada sejak lama di

Indonesia. Ada Cak Markeso, seorang seniman ludruk dan garingan

(tanpa iringan musik) yang memulai karirnya sejak zaman penjajahan

Page 17: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

5

sekitar tahun 1949. Sebelumnya, Cak Markeso adalah bagian dari

kelompok bernama "Ludruk Cinta Massa". Entah kenapa, dia memilih

keluar dari grup dan memilih bersolo karier. Cak Markeso tercatat dalam

sejarah seni ludruk karena pidatonya yang sangat khas dan lihai

menggugah imajinasi penikmatnya.

Sebuah program komedi tunggal yang mirip dengan Stand Up

Comedy (SUC) juga pernah tayang di TVRI (antara tahun 1970-an hingga

1980-an) dan cukup terkenal serta disukai masyarakat. Tercatat,

misalnya, nama komedian Arbain dengan aksen Tegal yang sangat kental

mampu membuat penonton tertawa karena lelucon yang dibuat sangat

hits. Apalagi ia juga memiliki kemampuan sulap yang sangat baik,

sehingga acaranya di TVRI berlangsung cukup lama. Sedangkan meski

tidak rutin, artis serba bisa Kris Biantoro ini menampilkan stand-up

comedy di TVRI dengan cara yang sangat khas, bahkan jika dibandingkan

dengan produk pertunjukan serupa hingga saat ini (Arminto 2014).

Humor di SUC berbeda dengan genre komedi-komedi lainnya.

Kekuatan dan keunggulan SUC terletak pada dominasi penggunaan

bahasa verbal. Komika aktif bercerita tentang hasil pengalaman,

observasi, dan aspirasinya terhadap kehidupan pribadinya dan kehidupan

di sekitarnya yang dikemas menjadi sesuatu yang lucu bagi penontonnya.

Merujuk pada hal tersebut, sebagai entitas komunikasi verbal yang

tidak lepas dari maksud dan tujuan tertentu. Sebagaimana Kundharu

Saddhono & Slamet (2012: 34) yang menyatakan bahwa berbicara secara

umum dapat diartikan sebagai penyampaian maksud yang dapat berupa

Page 18: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

6

gagasan, pemikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Begitu pula

dengan wacana SUC yang mengandung berbagai dimensi makna dan

maksud yang luas. Pertunjukan SUC tidak hanya sebagai sarana hiburan,

tetapi juga dapat berperan sebagai media edukasi karena informasi atau

materi yang disampaikan oleh Komika mengandung pesan-pesan yang

bersifat informatif dan mengedukasi penonton.

Para Komika sering kali membawakan materi humor yang

berhubungan dengan ruang lingkup sosial. Secara umum, permasalahan

sosial tersebut meliputi permasalahan terhadap keadaan atau tatanan

sosial, ekonomi, dan tirani kekuasaan, baik dalam lingkup daerah asal

Komika, nasional, maupun dalam lingkup Internasional. Atas dasar itulah

peneliti menjadikan wacana Stand Up Comedy (SUC) sebagai objek

penelitian. Penelitian ini akan membahas dua masalah yang berhubungan

dengan wacana humor dalam Stand up comedy. Pertama, bagaimana

bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice dalam wacana humor Stand

Up Comedy (SUC)? Kedua, bagaimana makna pesan sosial yang

disampaikan Komika dengan pelanggaran Prinsip Kerja Sama (PKS)

Grice?

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan untuk mendapatkan penelitian

yang terarah, diperlukan suatu fokus penelitian, fokus penelitian dalam

penelitian ini yaitu:

Page 19: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

7

1. Bentuk pelanggaran Prinsip Kerja Sama (PKS) Grice dalam wacana

humor SUC.

2. Makna pesan sosial yang disampaikan Komika dengan pelanggaran

Prinsip Kerja Sama (PKS) Grice.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice dalam

wacana humor SUC.

2. Mendeskripsikan makna pesan sosial yang disampaikan Komika

dengan pelanggaran prinsip kerja sama Grice.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan teoritis tentang analisis wacana humor,

terkhususnya terkait prinsip kerjasama Grice dan menambah

pengembangan teori kajian pragmatik pada khususnya dan wacana

pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

untuk:

Page 20: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

8

a. Bagi masyarakat, menumbuhkan kesadaran bahwa wacana

humor tidak hanya dinikmati sebagai hiburan saja, melainkan juga

sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.

b. Bagi guru, menjadi sumber referesi dalam proses belajar

mengajar.

c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan

pertimbangan atau rujukan untuk penelitian.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa penelitia

relevan dan teori yang dianggap relevan yang dapat mendukung

penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data.

A. Penelitian Relevan

Kajian tentang wacana humor terkait linguistik pernah dilakukan

oleh Sudarsono (2013), Wati (2013), Sari (2012), Fadilah (2015), dan

Wijayanti (2015). Sudarsono (2013), melalui skripsinya “Wacana Gombal

dalam Bahasa Indonesia: Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kultural”,

melihat penciptaan humor dalam wacana global melalui proses berikut ini.

Pertama, penggunaan aspek kebahasaan dari tingkat rendah hingga

tinggi, yaitu (1) aspek fonologi, berupa permainan fonem dan

penambahan suku kata, (2) aspek sintaksis, berupa keterkaitan kata

dalam frasa dan keterkaitan antarklausa, (3) aspek semantik, berupa

Page 21: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

9

polisemi, idiom, homonimi, peribahasa, hiperbola, metafora, elipsis, dan

personifikasi, dan (4) aspek wacana, berupa pantun, silogisme, dan

entailmen. Kedua, proses penciptaan humor dalam wacana global

dilakukan dengan berpaling dari Prinsip Kerja Sama (PKS) hingga

menghasilkan nilai rasa global. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama (PKS)

berupa sumbangan informasi yang berlebihan, tidak logis, ambigu, di luar

konteks.

Wati (2013) mengkaji humor SUC dalam skripsinya yang berjudul

“Bahasa Humor Pertunjukan: Kajian Prinsip Kerja Sama terhadap

Pertunjukan Stand Up Comedy Show di Metro TV”. Penelitian ini

membahas bentuk pendayagunaan maksim-maksim dalam Prinsip Kerja

Sama (PKS) Grice dan implikatur tuturan humor yang mendayagunakan

prinsip kerja sama dalam SUC Show di Metro TV. Berikut ini adalah hasil

penelitiannya. Pertama, pendayagunaan maksim kualitas pada terbagi

atas sembilan jenis: pelesetan, pemahaman yang salah, dianggap salah

oleh Komika, generalisasi yang salah, tidak masuk akal, tidak didukung

bukti-bukti, hal yang belum tentu benar, pemikiran yang menyimpang atau

tidak lazim, dan kombinasi tidak masuk akal dan dianggap salah oleh

Komika. Kedua, pendayagunaan maksim cara terdiri atas penuturan yang

tidak jelas, kabur, dan tidak langsung. Ketiga, pendayagunaan maksim

relevansi terdiri dari selipan, ketidaksinambungan dengan pernyataan

sebelumnya dalam satu topik pembicaraan, ketidaksinambungan karena

ambiguitas, ketidaksinambungan karena tuturan yang kurang lengkap,

dan penggunaan kata yang kurang tepat.

8

Page 22: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

10

Sari (2012), dalam skripsi berjudul “Humor dalam Stand Up

Comedy oleh Raditya Dika (Kajian Tindak Tutur, Jenis, dan Fungsi)”,

mengkaji tentang jenis tindak tutur dan penerapan prinsip kerja sama

beserta penyimpangan yang terjadi dalam humor SUC oleh Raditya Dika

serta mengetahui jenis dan fungsi humor yang digunakan. Adapun hasil

penelitiannya sebagai berikut. Pertama, jenis tindak tutur dalam humor

SUC oleh Raditya Dika yang menimbulkan kelucuan adalah tindak tutur

lokusi naratif, deskriptif, dan informatif; ilokusi asertif, direktif, deklaratif,

dan ekspresif; serta tindak tutur perlokusi. Kedua, ditemukannya

penerapan dan penyimpangan maksim-maksim prinsip kerja sama dan

prinsip sopan santun dalam tuturan untuk memancing tawa penonton.

Ketiga, jenis humor yang terdapat dalam SUC oleh Raditya Dika adalah

guyonan parikena, satire, sinisme, plesetan, analogi, unggul-pecundang,

dan apologisme. Keempat, fungsi yang termuat di dalam SUC oleh

Raditya Dika adalah fungsi (1) membantu pendidikan anak muda, (2)

meningkatkan solidaritas suatu kelompok, (3) sebagai sarana kritik sosial,

(4) memberikan suatu pelarian yang menyenangkan dari kenyataan, dan

(5) mengubah pekerjaan yang menyenangkan menjadi permainan.

Fadilah (2015), melalui skripsinya: “Humor dalam Wacana Stand-

up Comedy Indonesia Season 4 di Kompas TV”, mengemukakan hasil

penelitiannya sebagai berikut. Pertama, penciptaan humor SUCI 4

menggunakan teknik praanggapan, teknik implikatur, dan teknik dunia

kemungkinan. Kedua, tuturan humor SUCI 4 berfungsi sebagai penyalur

keinginan dan gagasan, pemahaman diri untuk menghargai orang lain,

Page 23: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

11

pemahaman kritis terhadap masalah yang ada, penghibur, penyegaran

pikiran, dan peningkatan rasa sosial.

Wijayanti dalam tesisnya: “Analisis Wacana Stand Up Comedy

Indonesia Session 4 Kompas TV” menemukan bahwa struktur wacana

SUCI 4 terdiri atas struktur wajib, yaitu isi lawakan yang terdiri atas

pengantar dan punch line, serta unsur opsional yang terdiri atas salam

pembukan, pertanyaan kabar, kalimat penutup, dan penyebutan nama.

Selain itu, kepaduan antarpremis dalam wacana ditemukan wacana yang

kohesif saja, kohesif dan koheren, serta tidak kohesif dan koheren.

Wijayanti juga menemukan berbagai fenomena kebahasaan dalam

acara SUCI 4 untuk menimbulkan efek humor, yaitu permainan bunyi yang

terdiri atas penggantian bunyi pada kata dan suku kata, ambiguitas yang

terdiri dari ambiguitas gramatikal (kata majemuk, frasa, amfipoli) dan

ambiguitas leksikal (polisemi dan homonimi), relasi leksikal (hiponimi dan

kohiponimi, meronimi, kolokasi, sinonimi, antonimi), permainan unsur

pembatas, metonimi, hiperbola, simile, visualisasi referen, dan entailment.

Fungsi komunikatif SUCI 4 yaitu untuk bercanda, menertawakan diri

sendiri, menyindir, mengkritik, mempengaruhi penonton, dan

menginformasikan budaya.

Berdasarkan beberapa tinjauan penelitian relevan di atas,

beberapa persamaa dari penelitian diatas ialah bentuk pelanggaran

prinsip kerjasama Grice. Kebaruan yang ditemukan di dalam penelitian ini

adalah makna pesan dalam Stand Up Comedy (SUC). Dalam pragmatik,

berbicara berorientasi pada maksud tujuan. Humor dalam acara SUC

Page 24: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

12

tidak hanya untuk menghibur penonton saja, tetapi juga untuk menyikapi

berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat Indonesia. Di atas

panggung, Komika menyuarakan kritik dan aspirasinya melalui lelucon.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan membahas secara

komprehensif bentuk pelanggaran Prinsip Kerja Sama (PKS) Grice dan

makna pesan sosial yang disampaikan Komika dalam SUC.

B. Tinjauan Teori dan Konsep

Teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini meliputi

beberapa aspek sebagai berikut.

1. Wacana

Istilah wacana telah dipopulerkan oleh Z. S Harris pada tahun 1952

dalam artikelnya yang berjudul Discourse Analysis dalam majalah

Language (Tarigan, 1987:21). Di Indonesia istilah wacana muncul sekitar

tahun 1970-an (dari bahasa Inggris discourse) (Djajasudarman, 1994:1).

Hal ini menandakan bahwa wacana sudah ada dan terkenal sejak dulu.

Poerwadarminta (dikutip oleh Baryadi, 2002: 1) mengartikan kata

wacana merunut dari akar atau asal katanya. Kata wacana berasal dari

kata vacana yang berarti "bacaan" dalam bahasa Sansekerta yang

kemudian dimasukkan sebagai kosakata bahasa Jawa Kuna dan Jawa

Baru, wacana yang artinya "bicara, kata, atau ucapan". Dalam ilmu

linguistik, istilah wacana dipandang sebagai satuan kebahasaan tertinggi

Page 25: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

13

karena mencakup kalimat, gugus kalimat, paragraf, penggalan wacana,

dan wacana utuh.

a. Pengertian Wacana

Wacana merupakan satuan bahasa yang tinggi tatarannya dalam

ilmu linguistik. Kridalaksana (dalam Rustono 2000: 19) menyatakan

bahwa “wacana adalah satuan bahasa dengan unsur terlengkap”.

Kridalaksana adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah

wacana, yaitu pada tahun 1978.

Van Dijk memandang bahwa wacana merupakan konstruksi teoritis

abstrak yang dilaksanakan melalui teks (Rustono 2000: 20). Menurut Van

Dijk, wacana ada pada tataran langue, sedangkan teks adalah parole-nya.

Dapat disimpulkan bahwa teks merupakan realisasi wacana.

Chaer (2007: 267) mengungkapkan bahwa wacana merupakan

satuan Bahasa yang lengkap dan satuan gramatikal tertinggi. Secara

keseluruhan dalam sebuah wacana terdapat ide, gagasan, konsep, atau

pemikiran yang lengkap yang dapat dipahami oleh pembaca atau

pendengar. Sebagai satuan tata bahasa tertinggi dan terbesar, wacana

terdiri dari satuan tata bahasa di bawahnya, yaitu kalimat.

Istilah wacana juga dijelaskan oleh beberapa ahli bahasa yang

dikutip oleh Tarigan (1987:24-25) sebagai berikut; (1) Edmonson, wacana

merupakan suatu peristiwa yang terstruktur dan dimanifestasikan dalam

perilaku linguistik. Sedangkan teks merupakan suatu urutan ekspresi-

ekspresi linguistik yang terstruktur yang membenrtuk suatu keseluruhan

yang padu atau initer. (2) Stubbs, wacana adalah organisasi bahasa di

Page 26: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

14

atas kalaimat atau klausa, dengan kata lain unit-unit linguistik yang lebih

besar dari pada kalimat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran

percakapan atau teks-teks tertulis. (3) Deese, wacana adalah seperangkat

proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa

kepaduan atau rasa kohesi bagi pendengar atau pembaca. (4)

Kridalaksana, wacana (discourse) merupakan satuan bahasa terlengkap,

dalam hierarki dramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan

terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (buku,

novel, seri ensiklopedia, dan sebagainya). Paragraf, kalimat atau kata

yang membawa amanat yang lengkap. Berdasarkan beberapa pendapat

para ahli tersebut, Tarigan (1994: 27) meyimpukan bahwa hakikat wacana

adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau

klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi, berkesinambungan,

mempunyai awal dan akhir, dan yang nyata disampaikan secara lisan atau

tertulis.

Richards, dkk (dalam Djajasudarma, 1994: 3) mengatakan bahwa

wacana dikatakan juga sebagai sebuah istilah umum dalam contoh

pemakaian bahasa, yakni bahasa yang dihasilkan oleh tindak komunikasi.

Tata bahasa, dikatakannya mengacu pada kaidah-kaidah pemakaian

bahasa, pada bentuk unit-unit gramatikal, seperti; frasa, klausa, dan

kalimat. Sedangkan wacana mengacu pada unit-unit bahasa yang lebih

besar, seperti paragraf, percakapan, dan wawancara.

Selanjutnya, Samsuri (dalam Djajasudarma, 1994: 4)

mengungkapkan bahwa wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh

Page 27: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

15

tentang suatu peristiwa komunikasi. Komunikasi dapat menggunakan

bahasa lisan dan tulis. Apapun bentuknya, wacana mengasumsikan

adanya penyapa dan pesapa. Dalam wacana lisan, penyapa adalah

pembicara, dan peserta adalah pendengar. Sedangkan dalam wacana

tulis, penyapa adalah penulis, dan pesapa adalah pembaca. Wacana

mempelajari bahasa dalam pemakaian, jadi wacana bersifat pragmatik.

Sobur (dalam Darma, 2009: 3) mengungkapkan bahwa wacana

adalah rangkaian ujaran atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan

sebuah hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu

kesatuan yang koheren, dan dibentuk oleh unsur segmental maupun

nonsegmental bahasa. Eriyanto (2005: 2) yaitu; (1) wacana adalah

komunikasi verbal, ucapan, percakapan, sebuah perlakuan formal dari

subjek dalam ucapan atau tulisan; sebuah unit teks yang digunakan oleh

linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat (Collin Coneise

English Dictonary). (2) wacana adalah sebuah percakapan khusus yang

alamiah, formal, dan pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan

tulisan; pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan

sebagainya, sebuah unit yang dihubungkan ucapan atau tulisan

(Longman, Dictornary of the Language). (3) wacana merupakan rentetan

kalimat yang saling berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu

dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga

terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat. (J.S. Badudu).

(4) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah

pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas

Page 28: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

16

personal yang bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya (Hawthorn). (5)

wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang

kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan

yang dimaksud mewakili pandangan dunia sebuah organisasi atau

representasi dari pengalaman (Roger Fowler).

J.S. Badudu (dalam Badara, 2012: 16) membagi atas dua

pengertian wacana yakni; 1) wacana merupakan rentetan kalimat yang

saling berkitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan

proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah

makna yang serasi di antara kalimat-kalimat; 2) wacana merupakan

kesatuan bahasa yang lengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat,

atau klausa dengan koherasi dan kohesi yang tinggi yang

berkesinambungan, yang mampu memunyai awal dan akhir yang nyata,

disampaikan secara lisan dan tulisan.

Berdasarkan uraian menurut para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang tertinggi dan

terlengkap yang tatarannya berada di atas kalimat yang memeiliki makna

tersirat dan tersurat.

b. Jenis Wacana

Wacana pada dasarnya di bagi menjadi dua, yakni wacana lisan

dan wacana tulis. Wacana lisan merupakan segala bentuk ujaran yang

dilakukan suatu orang atau lebih. Ujaran yang dilakukan satu orang,

misalnya ceramah, berpidato, dan lain-lain, dan ujaran yang dilakukan

beberapa orang misalnya, diskusi, wawancara, dan lain-lain. Wacana tulis

Page 29: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

17

adalah segala bentuk bahasa yang dilakukan dengan teks (tulisan/grafik),

misalnya, novel, cerpen, dongeng dan lain-lain.

Mulyana (2005:53) membagi wacana berdasarkan jumlah penutur

menjadi dua, yaitu wacana monolog dan wacana dialog. Wacana monolog

merupakan jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Penuturnya

bersifat satu arah, yaitu dari pihak penutur. Beberapa bentuk wacana

monolog antara lain yaitu pembacaan puisi, pidato, pembacaan berita,

dan lain-lain. Wacana dialog merupakan jenis wacana yang ditututrkn oleh

dua orang atau lebih. Jeni wacana ini bisa berbentuk lisan atau tulisan.

Dalam kajian wacana, istilah penutur (addresser) atau orang pertama O1,

bisa disebut sebagai penyapa, pembicara, dan penulis (wacan tulis).

Sedangkan penutur (addresser) atau orang ke dua O2, sering disamakan

dengan sebutan pesapa, mitra bicra, pasangan bicara, lawan bicara,

pendengar, dan pembaca (wacana tulis).

Sejalan dengan itu, menurut Darma (2009:26-32, jenis wacana

dibagi menjadi dua, yaitu wacana dialog dan wacan monolog. Wacana

dialog adalah wacana yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan

antara dua belah pihak seperti terdapat pada obrolan pembicara dengan

penelpon, wawancara, dan lain-lain. Wacana monolog adalah wacana

yang tidak melibatkn suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan

dua pihak yang berkepentingan.

Selanjutnya, Tarigan (1987:51) mengemukakn bahwa wacana

dapat diklasifikasi dengan berbagai cara bergantung kepada sudut

pandang seseorang. Menurutnya, wacana dapat dibagi menjadi sembiln

Page 30: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

18

jenis, yaitu wacana lisan dan tulisan, wacana langsung dan tidak

langsung, wacana pembeberan dan penutur, wacana prosa, puisi, dan

drama. Secara garis besar, tipe-tipe wacana dapat disederhanakn menjadi

dua kelompok, yaitu wacana lisan dan tulisan. Wacana lisan terdri dari

wacana lisan langsung, tidak langsung, lisan pembeberan, dan penuturn

berupa prosa, puisi, dan drama. Wacana tulis dikategorikan menjadi

wacana tulis langsung dan tidak langsung, pembebern, penuturan, prosa,

puisi, dan drama.

Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang

disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Contohnya dalam

kehidupan sehari-hari seperti dalam Koran, majalah, buku, dan lain-lain.

Wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan

secara lisan melalui media lisan. Contohnya sangat produktif dalam sastra

lisan di seluruh tanah air kita ini, juga dalam siaran-siaran televisi, radio,

ceramah, khotbah, kuliah, pidato, stand up comedy dan sebagainya.

Wacana langsung atau direct discourse adalah kutipan wacana

yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi. Wacana tidak langsung atau

direct discourse adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutif

harfiah kata-kata yang diapakai oleh pembicara dengan menggunakn

konstruksi pragmatik atau kata tertentu, antara lain dengan klausa

subordinatif, kata “bahwa”, dan sebagainya.

Wacana pembeberan atau expository discourse adalah wacana

yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok

pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis. Wacana penuturn

Page 31: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

19

atau narrative discourse adalah wacana yang mementingkan urutan waktu

tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh

kronologi.

Wacana prosa merupakan wacana yang disampaikan dalam bentuk

prosa, dapat lisan atau pun tulisan, dapat berupa wacana langsung atau

tidak langsung, dapat pula dengan pembeberan atau penuturan. Sebagai

contoh: novel, novelet, cerita pendek, kertas kerja, artikel, surat, skripsi,

tesis, disertasi, dan sebagainya. Wacana puisi adalah wacana yang

disampaikn dalam bentuk puisi, baik secara tertulis maupun secara lisan.

Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,

dalam bentuk dialog, baik secara tertulis atau lisan.

Sementara itu, menurut Oktavianus (2006: 44-49), jenis-jenis

wacana dibagi atas dua kelompok yaitu:

1) Berdasarkn cara pengungkapan, terdiri dari empat jenis, yaitu: (1)

wacana lisan, (2) wacana tulisan, (3) wacana verbal, dan (4) wacana

nonverbal.

2) Berdasarkan konfigurasi makna, terdiri dari enam jenis, yaitu: (1)

wacana naratif, (2) wacana deskriptif, (3) wacana procedurl, (4)

wacana ekspositori, (5) wacana hartori, dan (6) wacana humor.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka jenis wacana yang akan diteliti

adalah jenis wacana berdasarkn cara pengungkapannya, yakni wacana

lisan yang terdapat dalam Stand Up Comedy (SUC) yang ditayangkan di

televisi maupun di media sosial youtube. Sedangkan berdasarkan

konfigurasi makna termasuk wacana humor. Jenis wacana ini bisa juga di

Page 32: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

20

sebut wacana monolog kerana wacana ini tidak melibatkn suatu bentuk

tutur percakapan atau pembicaraan dua pihak yang berkepentingan.

c. Sifat dan Ciri-ciri Wacana

Menurut Syamsuddin (dalam Darma, 2009: 16) ciri-ciri dasar lain yang

dapat diramu dari pendapat beberapa ahli, seperti Selegloff, Merrit, dan

Sacls, Fraser, Richard, Searle, Halliday, Horn,dan Hasan, antara lain

sebagai berikut.

1) Analisis wacana bersifat interpretative pragmatis, baik bentuk

bahasanya maupun maksudnya (form and nation).

2) Analisis wacana lebih banyak bergantung pada interpretasi terhadap

konteks dan pengetahuan yang luas (interpretation of word).

3) Semua unsur yang terkandung di dalam wacana dianalisis sebagai

suatu rangkaian.

4) Wujud bahasa dalam wacana itu lebih jelas karena didukung oleh

situasi yang tepat.

5) Khusus untuk wacana dialog, kegiatan analisis terutama berkaitan

dengan pertanyaan, jawaban, pengalaman percakapan, kesempatan

berbicara, dan lain-lain.

Selanjutnya, menurut Darma (2009: 3-4) ciri dan sifat sebuah wacana

dapat diidentifikasi berdasarkan pengertian wacana, antara lain sebagai

berikut.

1) Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan da tulisan atau

rangkaian tindak tutur.

Page 33: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

21

2) Wacana mengungkapkan sesuatu hal (subjek).

3) Penyajiannya teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua

situasi pendukungnya.

4) Wacana memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian.

5) Wacana dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental.

Dengan demikian, ciri-ciri wacana adalah ujaran-ujaran yang

berbentuk lisan atau tulisan, membahas suatu hal yang lengkap,

sistematis, dan koheren sesuai konteks dan situasi, serta dibentuk oleh

unsur segmental dan nonsegmental.

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam suatu

komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.

Melalui analisis wacana, kita tidak hanya mengetahui isi teks yang

terdapat pada suatu wacana. Tetapi juga mengetahui pesan yang ingin

disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan-pesan

itu tersusun, dan dipahami. Analisis Wacana memungkinkan untuk

memperlihatkan motivasi yang tersembunyi di belakang sebuah teks atau

di belakang pilihan metode penelitian tertentu untuk menafsirkan teks.

Objek kajian atau penelitian analisis wacana pada umumnya

berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa tulis

atau teks maupun lisan. Jadi objek kajian atau penelitian analisis wacana

adalah unit bahasa diatas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan dan

konteks yang eksis dikehidupan sehari-hari, misalnya naskah pidato,

rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung,

Page 34: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

22

catatan rapat, dan sebagainya. Pembahasan wacana pada dasarnya

merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks

yang terdapat dalam teks. Pembahasan tersebut bertujuan menjelaskan

hubungan antara kalimat atau antara ujaran (utterances) yang membentuk

wacana.

2. Wacana Humor

Dalam kehidupan sosial tentunya tidak lepas dari humor. Humor

merupakan kebutuhan yang sangat penting karena dapat menenangkan

pikiran yang tegang. Selain itu, dalam suasana yang kaku sekalipun,

humor berfungsi untuk mencairkan suasana. Meski humor itu dibutuhkan,

namun masih banyak orang yang belum paham apa itu humor. Tidak

semua orang mengerti humor. Hanya mereka yang bekerja di bidang

humor yang akan lebih memahaminya.

Humor berkembang di beberapa wilayah seperti Jerman dan

Yunani yang di kenal sebagai satire. Satire diartikan sebagai komedi yang

berisi sindiran (kegetiran, kepedihan, dan sebagainya) terhadap suatu

keadaan seseorang atau kelompok. Komedi berisi hal-hal jenaka yang

merupakan representasi dari kehidupan yang disajikan secara

menyenangkan, yang membutuhkan rileksasi dalam kehidupan. Komedi

digambarkan secara berlebih-lebihan atau diplesetkan dan merupakan

wujud baru dari humor. Dengan demikian, humor telah dikenal sejak

dahulu dengan nama satire.

a. Pengertian Humor

Humor menurut KBBI daring berarti (i) sesuatu yang lucu dan (ii)

Page 35: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

23

keadaan (dalam cerita dan sebagainya) yang menggelitik hati;

kejenakaan, kelucuan. Humor menurut Wikipedia adalah sikap yang

cenderung dilakukan untuk membangkitkan rasa gembira dan memicu

gelak tawa. Istilah ini berasal dari istilah medis Latin kuno, yang mengajari

bahwa keseimbangan cairan dalam tubuh manusia, yang dikenal sebagai

humor (bahasa Latin: humor, "cairan tubuh"), yang diatur oleh kesehatan

dan emosi manusia. Sedangkan menurut Danandjaja (1997)

mengemukakan bahwa humor merupakan segala bentuk folklore yang

dapat menimbulkan atau menyebabkan pendengarnya (maupun

pembawanya) merasa tergelitik perasaan lucunya sehingga terdorong

untuk tertawa. Humor disampaikan dalam bentuk lelucon, teka-teki,

anekdot, plesetan, dan lain-lain. Lebih lanjut, Danandjaja menyatakan

bahwa humor biasanya mengandung sebuah kejutan, karena

mengungkapkan suatu yang tidak terduga, dapat mengecoh orang,

melanggar tabu, menampilkan yang aneh-aneh karena tidak biasa, tidak

masuk akal dan tidak logis, kontradiktif dengan kenyataan, mengandung

kenakalan untuk mengganggu orang lain, dan umumnya mengandung

makna ganda.

Suprana (dalam Rustono 2000: 33) menjelaskan bahwa ada

seorang Yunani yang tertarik pada penamaan segala sesuatu yang

berhubungan dengan kesehatan. Baginya, humor sangat bermanfaat bagi

kesehatan karena dapat digunakan sebagai obat, sehingga dalam dunia

kesehatan kata humor memiliki arti “cairan tubuh”. Secara umum kamus

menjelaskan bahwa humor adalah sesuatu yang lucu dan menggelikan.

Page 36: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

24

Pandangan ini memperkuat anggapan bahwa humor adalah stimulasi dan

tawa adalah respon. Namun, tertawa tidak selalu terjadi karena humor.

Demikian pula, humor tidak selalu membuat orang tertawa. Tersenyum,

meringis, bahkan menangis juga bisa terjadi karena humor. Dalam

Ensiklopedia Britanica terdapat batasan humor, yaitu suatu rangsangan,

baik verbal maupun nonverbal yang dapat memancing penonton untuk

tertawa.

Menurut Danandjaja, yang dikutip dalam Wijana (2003: 3),

mengungkapkan bahwa dalam masyarakat, segala bentuk humor harus

dapat memberikan kenyamanan. Humor melalui reaksi emosional, seperti

tertawa dapat meredakan masalah mental dan pikiran yang diakibatkan

oleh masalah sosial yang dihadapi masyarakat tersebut. Dengan

demikian, humor tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga dapat

menciptakan kondisi psikologis yang lebih baik dan menjaga

keseimbangan mental.

Selanjutnya, Levinson mengemukakan bahwa bahasa juga bisa

dikaji dari aspek konteks pemakainya atau secara pragmatik. Suatu ujaran

pada umumnya memiliki tiga komponen tindak tutur seperti mengucapkan

sesuatu (tindak lokusi), melakukan sesuatu (tindak ilokusi), dan efek dari

ujaran (tindak perlokusi). Pada ketiga komponen ini, konteks sangat

berperan. Manipulasi konteks pada komponen tindak tutur ini berpotensi

menimbulkan efek lucu. Pada dasarnya manipulasi konteks inilah yang

dimanfaatkan untuk menciptkan wacan humor (Otavianus, 2006:52).

Humor adalah sesuatu yang lucu dan menggelitik hati. Santono

Page 37: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

25

Mukadis berpendapat bahwa humor itu sesuatu seni yang di dalamnya

terdapat penjungkirbalikan nilai-nilai antara yang serius dengan yang tidak

serius. Humor yang demikian oleh Sigmud Freud mempunyai kemiripan

dengan impian. Humor merupakan rangsangan yang menyebabkan

seseorang tertawa atau tersenyum dalam kebahagiaan. Senyum dan tawa

merupakan manifestasi eksternal dari penikmat humor tersebut (Wijana,

2003:37).

Manser (dalam Rahmanadji 2007: 215) menyatakan bahwa kata

humor berasal dari bahasa latin umor "cairan". Asal kata tersebut

merupakan upaya pertama untuk menjelaskan sesuatu yang disebut

humor. Namun, humor yang artinya cairan, tidak ada hubungannya

dengan pemahaman humor secara umum seperti saat ini.

Saat ini ada banyak teori tentang humor. Banyak humor dianalisis

dengan menggunakan teori psikologi, sehingga teori humor dari sudut

pandang psikologis cukup berkembang saat ini. Lebih lanjut, humor juga

dianalisis dalam disiplin ilmu lain, seperti linguistik dan seni budaya.

Humor bukanlah komunikasi yang serius. Raskin (1985: 100)

menyebut komunikasi humor sebagai komunikasi yang non-bona-fide.

Komunikasi non-bona-fide terjadi dalam empat situasi, yaitu pembicara

berhumor secara tidak sengaja, pembicara berhumor dengan sengaja,

pendengar tidak mengharapkan humor, dan pendengar mengharapkan

humor. Wilson (dalam Soedjatmiko 1992: 70) membagi teori humor

menjadi tiga kelompok besar, yaitu teori pembebasan, teori konflik, dan

teori ketidaksesuaian.

Page 38: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

26

Dengan demikian, humor adalah sesuatu yang tercipta baik dalam

bentuk verbal maupun nonverbal, baik disengaja maupun tidak disengaja,

yang dapat membuat orang senang, sedih, tersenyum, tertawa, bahkan

menangis. Tujuan umum humor adalah untuk menghibur atau melepaskan

ketegangan penikmat humor. Wacana di SUC termasuk humor, karena

humor dihadirkan untuk menghibur penonton. Dalam acara SUC, salah

satu bentuk menikmati humor adalah tertawa dan/atau tepuk tangan.

b. Jenis-jenis Wacana Humor

Jenis humor sangat beragam. Berdasarkan bentuknya, Rustono

(2000: 39) mengelompokkan humor menjadi dua, yaitu humor verbal dan

humor nonverbal. Humor verbal merupakan humor yang disampaikan

dengan kata-kata, sedangkan humor nonverbal adalah humor yang

disampaikan melalui gerakan tubuh atau dalam bentuk gambar. Dari segi

penyajiannya, ada humor lisan, humor tulis, dan kartun. Humor lisan

disajikan dengan tuturan, humor tulis dipresentasikan secara tertulis, dan

kartun yang diekspresikan dalam gambar dan tulisan.

Menurut Freud (dalam Rustono 2000: 39) klasifikasi humor dapat

dilakukan berdasarkan dua kriteria, yaitu motivasi dan topik. Berdasarkan

motivasinya, humor dibedakan menjadi komik, humor, dan kecerdasan.

Komik adalah humor yang tidak termotivasi untuk diolok-olok, diejek, atau

menyinggung orang lain. Humor adalah humor yang bersifat memotivasi,

seperti mengejek atau menghina. Wit adalah humor yang dimotivasi

secara intelektual. Sedangkan dari segi topik, humor dapat dikelompokkan

menjadi humor seksual, humor etnik, humor religius, dan humor politik.

Page 39: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

27

Selanjutnya jenis humor menurut Setiawan (dalam Rahmanadji

2007: 217) dibedakan berdasarkan kriteria bentuk ekspresi yang terdiri

dari humor personal, humor dalam interaksi sosial, dan humor dalam seni.

Humor pribadi adalah humor yang cenderung menertawakan dirinya

sendiri, misalnya melihat suatu benda lucu akan membuat seseorang

tertawa. Humor dalam interaksi sosial terjadi dalam percakapan antara

dua orang atau lebih. Selain itu dalam pidato atau ceramah sering kali

terdapat humor. Humor seni dapat dibagi menjadi humor perilaku, humor

grafis, dan humor sastra. Humor dilihat dari maksud dalam komunikasi

terbagi menjadi tiga, yaitu humor yang dimaksudkan melucu dan penerima

menanggapi bahwa itu merupaka suatu humor, penutur tidak bermaksud

berhumor tetapi penerima menganggap itu humor, dan humor yang

disampiakan untuk melucu tapi penerima tidak menggap itu humor.

Menurut Pramono (dalam Rahmanadji 2007: 218) humor dapat

diklasifikasikan menjadi humor menurut penampilannya, yang terdiri dari

humor lisan, humor tertulis / bergambar, dan humor gestur. Selain itu,

humor menurut tujuannya terdiri dari humor kritis, humor beban pesan,

dan humor semata-mata pesan.

Lebih lanjut, Rahmanadji (2007: 218) membagi humor berdasarkan

kriteria indrawi berupa humor verbal, humor visual, dan humor auditif.

Humor menurut kriteria materi dibedakan menjadi humor politik, humor

seksual, humor sadis, dan humor teka-teki. Berdasarkan etik, humor

dibedakan menjadi humor sehat atau humor edukatif dan humor tidak

Page 40: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

28

sehat. Berdasarkan estetika, humor dibedakan menjadi humor tinggi

(halus dan tidak langsung) dan humor rendah (kasar dan terlalu eksplisit).

Dengan demikian, jenis humor yang akan di teliti adalah jenis

humor verbal yang berdasarkan penampilannya yakni humor lisan, dan

humor gerak tubuh. Berdasarkan tujuannya yakni humor kritik dan humor

beban pesan.

c. Ciri-ciri Wacana Humor

Ciri-ciri wacana humor yaitu:

1) Bentuk lisan atau lisan yang sudah ditranskipkan dalam bentuk tulisan.

2) Milik kolektif.

3) Bersifat anonym.

4) Bersifat aktual dengan kejadian dalam masyarakat pad masa tertentu.

5) Bersifat spontan dan polos.

6) Mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat.

Lebih lanjut, Wijan (1995: vii) wacana humor adalah wacana yang

terbentuk dari proses komunikasi yang tidak bonafid (non-bona-fide

communication). Pernyataan tersebut merupakan ciri yang sangat penting

untuk diperhatikan sebagai ciri bahasa humor. Jadi dalam wacana ini,

maksim-maksim percakapan, maksim-maksim kesopanan, serta

parameter pragmatik dengan sengaja dilarang untuk menciptakan humor.

d. Fungsi Wacana Humor

Humor sebagai suatu kebutuhan bagi setiap orang memiliki banyak

fungsi. Menurut Sujoko (dalam Rahmanadji 2007: 218) humor dapat

berfungsi sebagai:

Page 41: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

29

1) Melaksanakan semua keinginan dan semua tujuan, ide atau pesan.

2) Membuat orang menyadari bahwa mereka tidak selalu benar.

3) Mengajari orang untuk melihat masalah dari berbagai sudut.

4) Menghibur.

5) Memperlancar pikiran.

6) Membuat orang mentolerir sesuatu, dan

7) Memungkinkan orang untuk memahami pertanyaan kompleks.

Danandjaja (dalam Rahmanadji 2007: 219) mengemukakan bahwa

humor dapat berfungsi sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan

diri seseorang. Perasaan ini dapat disebabkan oleh ketidakadilan sosial,

persaingan politik, ekonomi, etnis atau kelas, dan pembatasan kebebasan

bergerak, seks, atau kebebasan berekspresi. Dari berbagai permasalahan

tersebut, humor biasanya muncul dalam bentuk kritik sosial atau tentang

seks.

Asyura dk (2014: 5) membagi fungsi humor menjadi tiga, yaitu:

1) Fungsi memahami. Humor mampu membuka pikiran seseorang

untuk memahami dan memperdalam suatu masalah yang rumit.

Permasalahan yang terjadi disampaikan dalam bentuk humor agar

dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat. Fungsi

memahami menjadikan humor sebagai media kritik dan komunikasi

sosial antarmanusia.

2) Fungsi mempengaruhi. Humor berfungsi untuk menyampaikan

pendapat atau gagasan dalam upaya mempengaruhi orang untuk

Page 42: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

30

berpikir dan bertindak secara bijak. Ide-ide yang mempengaruhi ini

memiliki alasan logis bagi pembaca atau pendengarnya untuk

menindaklanjutinya.

3) Fungsi menghibur. Seperti halnya fungsi humor pada umumnya,

humor dapat menghilangkan kejenuhan atau kebosanan yang

dialami siapa saja. Dengan membaca atau mendengarkan humor

akan sangat bermanfaat bagi kesehatan

Dari berbagai pendapat tersebut, pendapat Danandjaja dan Asyura

dkk tidak dapat mendeskripsikan fungsi humor secara detail. Namun

dapat disimpulkan bahwa humor dapat berfungsi sebagai sarana hiburan,

pendidikan, peningkatan rasa sosial masyarakat, penyalur inspirasi dan

gagasan, serta sebagai bentuk kritik terhadap fenomena dalam

masyarakat atau kritik sosial.

3. Pragmatik

Menurut Lecch (1993:15) istilah pragmatik diartikan sebagai kajian

mengenai kondisi-kondisi umum bagi penggunaan bahasa secara

komunikatif. Hal ini dipertegas oleh Levinson (dalam Rahardi, 2005:48)

yang mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari

relasi bahasa dengan konteksnya. Hal ini sejalan dengan pendapat

Rahardi (2005:49) yang menjelaskan bahwa pragmatik adalah ilmu

bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang

pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang melatarbelakangi

bahasa tersebut.

Page 43: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

31

Berdasarkan pendapat tersebut, Yule (2006:4) yang membagi ruang

lingkup pragmatik menjadi empat yakni (1) pragmatik merupakan studi

tentang maksud penutu, (2) pragmatik adalah studi tentang makna

kontekstual, (3) pragmatik adalah studi tentang bagaimana aga rlebih

banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan, dan (4) pragmatik

adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis

besar, definisi pragmatik tidak dapat dilepaskan dari maksud dalam

tuturan yang disampaikan penutur. Oleh karena itu, pragmatik adalah ilmu

yang mempelajari tentang maksud dalam tuturan yang di sampaikan oleh

penutur kepada lawan tutur.

a. Implikatur

Menurut Grice dalam artikel yang berjudul Logic and Conversation

menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi

yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang di

implikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan. Dengan

demikian, dalam implikatur hubungan antara tuturan yang sesungguhnya

dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat mutlak. Inferensi maksud

tuturan itu harus didasarkan pada situasi konteks tutur yang

melatarbelakangi munculnya tuturan tersebut (Rahardi, 2005:43).

Secara etimologi, implikasi dituturkan pada implikatur. Secara

nominal istilah ini hampir sama dengan kata implication, yang artinya

maksud, pengertian, keterlihatan (Echlosh dalam Ahmad, 2013:136)

sejalan dengan itu, Ahmad (2013:137). Menyatakan bahwa implikatur

Page 44: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

32

adalah maksud, keinginan atau ungkapan-ungkapan hati yang

tersembunyi dari penutur.

Hal ini sejalan dengan pendapat lubis (2015:73) yang mengatakan

bahwa implikatur adalah arti atau aspek arti pragmatik. Arti literal (harfiah)

itu yang turut mendukung arti sebenarnya dari sebuah kalimat, selebihnya

berasal dari fakta disekeliling kita (atau dunia ini) situasinya, dan

kondisinya.

Menurut Levinson (dalam Lubis. 2015 : 73), ada empat macam

faedah konsep implikatur yaitu :

1) Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta pembahasan yang

terjangkau oleh teori linguistik.

2) Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah

dari yang dimaksud sipemakai bahasa.

3) Dapat memberikan pemeriian sumantik yang sederhana tentang

hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang

sama.

4) Dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak

berkaitan malah berlawanan (seperti metafora).

Contoh : Muhammad Ali adalah petarung yang indah

Kata petarung pada contoh tersebut berarti “atlet tinju”. Pemaknaan

ini besar karena secara umum orang sudah mengetahui bahwa

Muhammad Ali adalah seorang atlet tinju yang legendaris. Dalam konteks

wacana tersebut orang tidak akan memahami kata petarung dengan

pengertian lain. Dengan demikian, implikatur adalah sebuah ajaran yang

Page 45: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

33

mempunyai implikasi berupa proposal yang sebenarnya bukan bagian dari

tuturan itu.

b. Praanggapan

Praanggapan ini berasal dari perdebatan dalam filsafat, terutama

tentang hakikat rujukan (apa-apa, benda/keadaan, dan sebagainya) yang

dirujuk dan ditunjuk oleh kata, frasa, atauu kalimat dan ungkapan –

ungkapan rujukan( Nababan dalam Lubis, 2015:61).

Praanggapan itu sebenarnya diketahui benar tidaknya dengan

ungkapan kebahasan yang dapat diketahui atau diidentifikasi melalui ujian

kebahasaan khususnya dengan ketepatan dalam peniadaan tetap

keberadaannya walaupun kalimatnya ditiadakan.

Contoh : kuliah Analisis Wacana diberikan di semester v

Berdasarkan contoh tersebut maka penanggapannya adalah (1)

ada kuliah analisis wacana (2) ada semester v orang yang mendengar

tuturan itu akan beranggapan bahwa ada kuliah analisis wacana yang

akan dipelajari pada semester lima. Dengan demikian, praanggapan

adalah suatau pengetahuan bersama antara penutur dengan mitra tutur.

4. Prinsip Kerja Sama Grice

Dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa

seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk

mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan tutur, dan berharap lawan

tutur dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan tersebut. Untuk

itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan

konteks, jelas, mudah dipahami, padat dan ringkas (concise), serta selalu

Page 46: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

34

pada persoalan (straight forward), sehingga tidak menghabiskan waktu

lawan tuturnya.

Bila dalam suatu percakapan terjadi penyimpangan, ada implikasi-

implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila implikasi itu

tidak ada, maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan

kerjasama atau tidak bersifat kooperatif. Jadi, secara ringkas dapat

diasumsikan bahwa ada berupa prinsip kerja sama yang harus dilakukan

penutur dan lawan tutur agar proses komunikasi itu berjalan lancar.

Grice (1975: 45) yang dinyatakan kembali oleh Baryadi (2015: 88-

89) menyatakan prinsip kerja sama sebagai berikut. “Buatlah percakapan

Anda sebagaimana yang diminta, sesuai dengan taraf percakapan itu

terjadi, dengan tujuan dan arah yang dapat diterima dalam pertukaran

percakapan yang Anda terlibat di dalamnya‟.

Lebih lanjut Grice (1975: 47) menjelaskan bahwa dengan

memperhatikan dan menaati prinsip kerjasama tersebut, tuturan yang

diungkapkan dapat diterima secara efektif dan efisien oleh lawan bicara.

Grice berpendapat bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip-prinsip

kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan

(conversational maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity),

maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of

relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner).

a. Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity)

Menurut Grice (1975: 45), yang diperjelas oleh Baryadi (2015: 89),

ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menegakkan maksim kuantitas,

Page 47: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

35

yaitu: (1) “Sampaikan informasi seinformatif mungkin (sesuai dengan

tujuan percakapan)’’. (2) “Jangan menyampaikan informasi yang

berlebihan yang melebihi yang dibutuhkan‟. Tuturan yang tidak sesuai

dengan ketentuan tersebut, maka dianggap tidak mematuhi maksim

kuantitas.

Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat

memberikan informasi yang cukup, relative memadai, dan seinformatif

mungkin. Informasi yang demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang

sebenarnya dibutuhkan oleh mitra tutur. Tuturan yang mengandung

informasi yang tidak sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur, dapat

dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam Prinsip Kerja Sama Grice.

Demikian sebaliknya, apabila tuturan itu mengandung informasi yang

berlebihan akan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Perhatikan

contoh berikut.

Contoh:

1) “Lihat itu Ibu Munirah memasuki ruang kuliah.”

2) “Lihat itu Ibu Munirah, dosen mata kuliah Pragmatik yang menjabat

sebagai ketua prodi PBSI Unismuh Makassar memasuki ruangan

kuliah.”

Tuturan (1) merupakan tuturan yang sudah jelas dan sangat

informatif isinya. Penambahan informasi seperti yang ditunjukan pada

tuturan (2) justru akan menyebabkan tuturan menjadi berlebihan dan

terlalu panjang. Tuturan (2) tidak sesuai dengan prinsip kerja sama Grice,

yaitu meanggar maksim kuantitas.

Page 48: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

36

b. Maksim Kualitas (The Maxim of Quality)

Grice (1975: 46) yang dijelaskan kembali oleh Baryadi (2015: 89)

menjelaskan bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam

menegakkan maksim kualitas, yaitu: (1) “Jangan mengatakan sesuatu

yang tidak benar atau mengatakan sesuatu yang diyakini salah”; (2)

“Jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan

secara memadai”. Tuturan yang tidak mematuhi ketentuan tersebut maka

dianggap tidak mematuhi maksim kualitas.

Dengan maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat

menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam

bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang

jelas.

Contoh:

1) Ibu kota negara Indonesia adalah Jakarta

2) Ibu kota negara Indonesia adalah Dompu

Tuturan (1) secara kualitatif benar kerena penutur meyakini dan

memiliki bukti-bukti yang memadai seperti istana negara, kantor-kantor

kementrian, gedung DPR/MPR semuanya berada di Jakarta. Dengan

demikian tuturan (1) memenuhi prinsip kerja sama maksim kualitas.

Sedangkan tuturan (2) tidak benar dan tidak bisa di buktikan. Dengan

demikian tuturan (2) melanggar prinsip kerja sama Grice, yaitu maksim

kualits.

c. Maksim Relevansi (The Maxim of Relevance)

Page 49: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

37

Grice (1975: 46) yang diklarifikasi kembali oleh Baryadi (2015: 89)

tentang maksim relevansi. Di bawah kategori hubungan, saya

menempatkan maksim tunggal, "Jaga agar tetap relevan". Maksim ini

menekankan kewajiban setiap peserta tutur untuk memberikan kontribusi

yang relevan dengan isu yang dibicarakan.

Di dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja

sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya

dapat memberikan kontribusi yang relevan (sesuai) tentang sesuatu yang

sedang dipertuturkan tersebut. Bertutur dengan tidak memberikan

kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip

kerja sama.

Contoh yang sesuai:

Najam : “Aduh, aku haus sekali, Dek.”

Alam : “Aku belikan es cendol ya, Kak.”

Apa yang diutarakan oleh Alam tersebut relevan dengan masalah

yang dihadapi di dalam pembicaraan. Tuturan Najam berisi keluhan

bahwa dia kehausan. Tuturan tersebut menyebabkan Alam

mengekspresikan tuturan yang sesuai atau terkait dengan pokok

persoalan yang diutaran.

Contoh yang tidak sesuai:

Najam : “Aduh, aku haus sekali, Dek.”

Alam : “Aku baru saja minum es cendol, Kak.”

Dengan demikian, tuturan Alam pada contoh tersebut tidak sesuai

dengan maksim relevansi dalam prinsip kerja sama.

Page 50: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

38

d. Maksim Pelaksanaan (The Maxim of Manner) atau Maksim Cara

Menurut Grice (1975: 46) yang dijelaskan kembali oleh Baryadi

(2015: 90), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar maksim

pelaksanaan dapat terlaksana secara optimal. “akhirnya, dalam kategori

cara, dalam hal ini saya memahami bukan sebagai apa yang dikatakan

(seperti kategori sebelumnya), tetapi tentang bagaimana yang dikatakan

harus diungkapkan, saya merumuskan supermaksim “ungkapan yang

tepat” dan berbagai macam maksim sebagai berikut.

1) Hindari ungkapan yang kabur.

2) Hindari ketaksaan.

3) Buatlah ringkas (hindari ungkapan yang berkepanjangan).

4) Ungkapkanlah sesuatu itu secara runtut atau teratur.

Maksim cara berkaitan dengan bagaimana cara mengungkapkan

makna. Intensi mengungkapkan maksud tuturan dilakukan dengan

berbicara secara langsung, menghindari tuturan yang tidak jelas,

menyampaikanutan yang tidak taksa, berbicara singkat (tidak berlebihan),

dan runtut (berbicara secara teratur, tidak dengan cara yang rumit).

Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur

secara langsung, jelas dan tidak kabur. Orang bertutur dengan tidak

mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar Prinsip Kerja

Sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan atau cara.

Contoh:

A: Mau yang mana, komedi atau horor?

B: Yang komedi saja. Gambarnya juga lebih bagus.

Page 51: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

39

C: Mau yang mana, komedi atau horor?

D: Sebenarnya yang drama yang bagus sekali. Apalagi pemainnya aku

suka semua. Tapi ceritanya tidak jelas arahnya. Action bagus juga, tapi

ceritanya aku tidak mengerti

E: Jadi kamu pilih yang mana?

Kedua penggalan percakapan tersebut, dapat dilihat bahwa

jawaban B adalah jawaban yang lugas tidak berlebihan. Pelanggaran

terhadap maksim dapat dilihat dari jawaban D.

Untuk memenuhi maksim cara atau maksim pelaksanaan,

adakalanya kelugasan tidak selalu bermanfaat di dalam interaksi verbal.

Sebagai pembatas dari maksim cara atau pelaksanaan, pembicara dapat

menyatakan ungkapan seperti, bagaimana kalau, menurut saya, dan

sebagainya. Dengan demikian, prinsip kerja sama dalam berkomunikasi

harus ditaati agar komunikasi yang disampaikan dapat diterima oleh lawan

tutur. Namun, tidak tertutup kemungkinan PKS dapat dilanggar dengan

tujuan tertentu.

5. Makna Pesan

a. Pengertian Makna

Makna telah diadopsi sebagai istilah umum yang mencakup arti dan

acuan dalam linguistik (Lyons Allan dalam Noth, 1995.92) dan dalam

filsafat bahasa (Dummett dalam Noth, 1995.92) Pendapat ini sama halnya

dengan pendapat (Evans & McDowell dalam Noth, 1995.96) yang

mengatakan bahwa makna merupakan penentuan acuan dan menyiratkan

pencarian akan kebenaran empiris.

Page 52: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

40

Berbeda halnya dengan pendapat Ogden dan Richards (dalam

Oktavianus.2006:17) yang mengatan bahwa pengertian makna sangat

kompleks. Makna dapat didefinikan dari sudut pandang yang berbeda-

beda. Demikian juga dalam suatu peristiwa komunikasi, makna bersifat

otonom dalam pikiran penutur, lawan tutur bahwa pada objek yang

dijadikan sebagai bahan penuturan. Selain itu, dikatakan demikian karena

makna tidak hanya semata-mata terkait dengan bahasa tetapi juga terkait

dengan berbagai faktor di luar bahasa.

Ada tiga hal yang dijelaskan oleh para filsuf dari linguis sehubungan

dengan usahan menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu yakni (1)

menjelaskan makna kata secara alamiah. (2) medeskripsikan kalimat

secara alamiah, dan (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi

(Kempson dalam Sobur, 2009: 256). Dalam kaitan ini Kempson

berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (1)

kata: (2) kalimat: dan (3) apa yang dibutuhkan pembicara untuk

berkominikasi sama halnya dengan Brown (dalam Sobur, 2009:256) yang

mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk

menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Bentuk

bahasa yang dimaksud yakni kata dan kalimat.

Ada enam pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau konsep

makna model proses makna W Johnsosn, DeVito (dalam Sobur,

2009:258-259) menawarkan sejumlah implikasi bagi komunikasi antar

manusia.

Page 53: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

41

1) Makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata

melainkan pada manusia.

2) Makna berubah, kata-kata relative statis. Banyak dari kata yang orang

gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tapi makna dari kata-kata ini

terus berubah, dan ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari

makna.

3) Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi

mengacu pada dunia nyata, kominikasi hanya masuk akal bilamana ia

mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4) Penyingkatan yang berlebihan atau akan merubah makna. Berkaitan

erat dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah

masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan

tanpa mengaitkan dengan acuan yang kongret dan dapat diamati.

5) Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata

dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena

itu, kebanyakan kata mempunyai banyak makna. Ini bisa

menimbulkan masalah bila sebuah kata diartikan secara berbeda oleh

dua orang yang sedang berkomunikasi. Bila ada keraguan, sebaiknya

bertanya dan bukan membuat asumsi, ketidaksepakatan akan hilang

bila makna yang diberikan masing-masing pihak

6) Makna dikomunikasikan hanya sebagai makna yang peroleh dari

suatu kejadian bersifat multiaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya

sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat

dijelaskan.

Page 54: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

42

Dengan demikian, makna senantiasa berada dalam suatu teks yang

disampaikan oleh seseorang secara tersirat maupun tersurat. Makna

adalah arti yang dikandung dalam teks yang dapat tersirat maupun

tersurat.

b. Jenis-Jenis Makna

Menurut Alston, teori acuan atau teori referensial merupakan salah

satu jenis teori makna yang menggali atau mengidentifikasikan makna

suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan

tersebut. Istilah referensi itu sendiri, menurut Palmer (Sobur, 2009:259)

yakni hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-

kalimat, dan dunia pengalaman yang nonlinguistik.

Lebih lanjut, teori ideasional merupakan salah satu jenis teori

makna yang menawarkan alternative lain untuk memecahkan masalah

makna ungkapan menurut Alston, teori ideasional ini adalah suatu jenis

teori makna yang mengenali atau mengidentifikasikan makna ungkapan

dengan gagasan-gagasan yang berhubungan dengan ungkapan tersebut

terakhir, menurut alston teori tingkah laku ini salah satu jenis teori makna

mengenai makna suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsangan-

rangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut, dan atau

tanggapan-tanggapan (responses) yang ditimbulkan oleh ucapan tersebut.

Teori ini menanggapi bahasa sebagai semacam kelakuan yang

mengembalikannya kepada teori situmulus dan respons. Makna menurut

teori ini, merupakan rangsangan untuk menimbulkan perilaku tertentu

sebagai respons kepada rangsangan itu tadi dengan demikian, jenis teori

Page 55: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

43

makna yang dikemukakan Alston dapat saja ditemukan dalam stand Up

Comedy atau di luar ketiga jenis teori makna tersebut.

6. Stand Up Comedy

Stand up comedy dimulai pada tahun 1800-an di Amerika sebagai

teater. Menurut Odios Arminto dalam artikelnya yang berjudul "Mari Melek

Sejarah Perlawakan Kita Sendiri", SUC sudah ada sejak lama di

Indonesia. Ada Cak Markeso, seorang seniman ludruk dan garingan

(tanpa iringan musik) yang memulai karirnya sejak zaman penjajahan

sekitar tahun 1949. Sebelumnya, Cak Markeso adalah bagian dari

kelompok bernama "Ludruk Cinta Massa". Entah kenapa, dia memilih

keluar dari grup dan memilih bersolo karier. Cak Markeso tercatat dalam

sejarah seni ludruk karena pidatonya yang sangat khas dan lihai

menggugah imajinasi penikmatnya.

Sebuah program komedi tunggal yang mirip dengan Stand Up

Comedy (SUC) juga pernah tayang di TVRI (antara tahun 1970-an hingga

1980-an) dan cukup terkenal serta disukai masyarakat. Tercatat, misalnya,

nama komedian Arbain dengan aksen Tegal yang sangat kental mampu

membuat penonton tertawa karena lelucon yang dibuat sangat hits.

Apalagi ia juga memiliki kemampuan sulap yang sangat baik, sehingga

acaranya di TVRI berlangsung cukup lama. Sedangkan meski tidak rutin,

artis serba bisa Kris Biantoro ini menampilkan stand-up comedy di TVRI

dengan cara yang sangat khas, bahkan jika dibandingkan dengan produk

pertunjukan serupa hingga saat ini (Arminto 2014).

Stand Up Comedy merupakan sebuah budaya komedi lama dan

Page 56: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

44

baru terkenal di Indonesia, yang istilahnya Fresh From the Oven. Namun,

meski terbilang baru, budaya ini telah menarik banyak orang untuk

melakukannya. Seniman, pejabat, dokter, buruh dan mahasiswa

menjajahnya, bahkan tidak sedikit yang menjadikannya pekerjaan yang

menjanjikan. Menurut Roman Papana, pakar dan pelopor Stand up

comedy di Indonesia. Stand up comedy adalah salah satu bentuk

pertunjukan komedi di mana komedian tampil di depan penonton dan

berbicara langsung kepada mereka. Ramon juga menambahkan bahwa

Komika (Stand Up Comedy Actor) menceritakan cerita pendek lucu,

lelucon pendek (biasa disebut bits), dan one-lines yang biasa disebut

monology atau routine comedy (Adrianus, 2013).

Stand Up Comedy biasanya dilakukan oleh satu orang (ada yang

berbentuk kelompok), membawa materi asli atau buatan sendiri (ada yang

membawa ini dinamakan komedian, stand komik atau Komika. Biasanya

para komedian membawa materi mereka dengan gaya monolog walaupun

ada beberapa jurus yang mengharuskan mereka berinteraksi dengan

penonton.

7. Struktur Wacana Stand Up Comedy

Struktur atau bagian utama wacana Stand Up Comedy (SUC) terdiri

dari setup dan punch line. Menurut Dean (2012: 14), setup merupakan

bagian pertama dari humor SUC yang mempersiapkan orang untuk

tertawa. Punch line merupakan bagian kedua dari humor SUC, yang

membuat orang tertawa. Dengan kata lain, setup tersebut menciptakan

Page 57: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

45

ekspektasi dan punch line membawa kejutan. Bagian setup menuntun

penonton ke arah ekspektasi. Selanjutnya, punch line tersebut

mengejutkan penonton, namun berbeda dengan ekspektasi yang telah

terbentuk di benak penonton. Dean (Ibid.hlm.18) memberi contoh sebagai

berikut.

Saya telah menikah selama tiga puluh lima tahun dan cinta sejati

saya hanya ada pada satu wanita. Jika istri saya mengenal

wanita ini, saya bisa saja terbunuh.

Setup: Saya telah menikah selama tiga puluh lima tahun dan cinta sejati

saya hanya ada pada satu wanita.

Ketika dan setelah Komika mengatakan setup-nya, pikiran

penonton akan berasumsi pada tuturan yang kemungkinan akan seperti

ini: Pria ini membanggakan dirinya akan betapa dia mencintai istrinya

dengan sepenuh hati. Mereka telah menikah selama tiga puluh lima tahun

dan mereka sangat bahagia. Pria ini tidak pernah selingkuh sekalipun dan

akan setia selama sisa hidupnya.

Melalui anggapan tersebut, penonton akan curiga dan berharap

wanita yang dicintai pria adalah istrinya sendiri. Namun, Komika

memberikan puch line yang tepat yang sekaligus mematahkan atau

menangkis ekspektasi penonton.

Punch Line: Jika istri saya mengenal wanita ini, saya bisa saja terbunuh.

Ternyata, meski sudah tiga puluh lima tahun menikah dengan

istrinya, pria ini tidak bahagia dan lebih suka mencintai wanita lain.

Page 58: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

46

Namun, pria ini takut istrinya akan membunuhnya jika mengetahui

perselingkuhannya dengan wanita lain.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan pembahasan teoritis yang dikemukakan sebelumnya,

menunjukan hubungan yang saling berkesinambungan setiap alur

pembahasan, sehingga tampak alur pikiran dalam penelitian ini. Kerangka

pikir penelitian ini pada hakikatnya merupakan garis petunjuk yang

digunakan untuk menopang dan mengarahkan peneliti dalam

mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang mengkaji wacana humor

yang terdapat dalam acara Stand-Up Comedy di media televisi dan

youtube dengan menggunkan teori pendekatan Grice. Bagaimana bentuk

pelanggaran prinsip kerja sama Grice dalam wacana SUC dan makna

pesan yang disampaikan Komika dengan pelanggaran prinsip kerja sama

Grice. Kemudian dianalisis dan mendapatkan temuan berupa wujud

pelanggaran prinsip kerja sama Grise yaitu berupa maksim kuantitas,

kualitas, relevansi, dan pelaksanaan atau cara.

Bagan Kerangka Pikir

Wacana Humor

Page 59: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

47

Bagan 2.1. Kerangka Pikir

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan mulai dari

pendekatan penelitian, batasan istilah, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

Stand-Up Comedy

Pendekatan Grice

Bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice (Maksim

kuantitas, kualitas, relevansi, dan pelaksanaan/cara

Makna pesan sosial pelanggaran prinsip kerja

sama

Korpus Data

Analisis

Temuan

Page 60: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

48

A. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini termasuk dalam jenis pendekatan

penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena suatu subjek penelitian dengan cara

mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata atau tulisan (Moleong, 2010:6).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang

dilakukan oleh Komika. Apabila terdapat angka-angka dalam penelitian ini

hanya untuk mendukung dalam mendeskripsikan hasil penelitian.

Laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut.

Penelitian ini difokuskan pada prinsip kerja sama Grice yang

terdapat dalam Stand Up Comedy yang bertujuan untuk menemukan dan

mendeskripsikan pelangaran prinsip kerja sama dan makna pesan yang

disampaikan Komika dalam Stand Up Comedy.

B. Batasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam memahami

penelitian. Isilah dalam penelitian ini diberikan batasan secara

operasional. Batasan terhadap beberapa istilah diuraikan sebagai berikut.

47

Page 61: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

49

1. Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap yang

tatarannya berada di atas kalimat yang memiliki makna tersitar

maupun tersurat.

2. Wacana humor adalah bentuk tuturan yang dapat menyebabkan

orang lain senang, tersenyum, sedih, tertawa, dan bahkan menangis.

3. PKS Grice adalah sebuah prinsip kerja sama yang dalam rangka

melaksanakan prinsip-prinsip kerja sama tersebut, setiap penutur

harus mematuhi empat maksim percakapan, yakni maksim kuantitas,

maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan atau

cara

4. Stan Up Comedy adalah suatu lawakan personal yang dibawakan

dengan bermonolog di depan penonton.

5. Youtube adalah media elektronik berupa audio visual yang dijadikan

sumber data bagi peneliti.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah tuturan lisan Komika dalam

Stand-up comedy di media social Youtube. Bentuk tuturan lisan itu

akan di transkip dalam bentuk tertulis berupa wacana humor. Setiap

data penelitian tersebut akan dijadikan secara spesifik ke dalam sub

data dan akan diklasifikasikan.

2. Sumber Data

Page 62: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

50

Sumber data adalah sesuatu yang dapat memberikan suatu

informasi atau keterangan tentang objek yang akan diteliti

(Sudaryanto, 1993:91). Menurut Mahsun (2013:28) Sumber data

adalah hal yang berhubungan dengan data yang di dalamnya

terdapat masalah yang berhubungan dengan populasi, sampel, dan

informan. Sumber data dalam penelitian ini adalah Stand Up Comedy

oleh Abdul Arsad, Akbar, Ari Kriting, dan Dzawin yang ditayangkan di

media sosial (Televisi/Youtube) yang diunduh melalui youtube.

Penetepan sumber data akan disesuaikan berdasarkan kebutuhan

data yang diperlukan oleh peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara yang dilakukan untuk memeroleh

informasi melalui dokumen-dokumen. Dokumen yang dimaksud

adalah rekaman video (Sugiyono, 2016:329).

2. Teknik Observasi

Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan

pancaindera. Bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk

memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah

penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,

kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa

atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam

Page 63: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

51

penelitian ini menggunakan Observasi non-partisipasi. Observasi non-

partisipasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan tanpa

adanya keterlibatan langsung peneliti sebagai observer.

a. Teknik Simak

Menurut Sudaryanto (1988:2) pada dasarnya teknik simak

dapat diwujudkan dengan cara penyadapan untuk mendapatkan

data pertama kali, dengan menyadap pembicaraan seseorang

atau beberapa orang. Kegiatan menyadap itu dapat dipandang

sebagai teknik dasarnya, dan dapat disebut teknik sadap.

Teknik simak adalah teknik yang digunakan dalam

mengumpulkan data dengan cara menyimak/mendengar rekaman

video. Teknik simak ini adalah teknik simak bebas libas cakap

yaitu kegiatan menyimak perilaku pembahasan di dalam suatu

peristiwa tutur (Mahsun, 2005:219).

b. Teknik Catat

Teknik catat adalah teknik yang digunakan dalam

mengumpulkan data dengan cara mencatat dialog yang didengar

dari rekaman video yang berupa wacana humor. Hal yang dicatat

berkaitan dengan fokus penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan saat proses pengumpula data dan

setelah pengumpulan data. Hasil data yang telah terkumpul, baik dengan

Page 64: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

52

menggunakan teknik dokumentasi, maupun catat, dioraganisasikan,

diklasifikasikan, dikodekan, dan dikategorika. Teknik analisis data

menggunakan metode deskripsi kualitatif. Langkah-langkah analisis data

dilakukan dengan model analisis interaktif, yaitu:

1. Reduksi Data

Dalam reduksi data diadakan seleksi data sehingga diperoleh data

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan

kemudian dikelompokan dengan karakteristik PKS Grise. Tahap

menyeleksi data agar diperoleh data yang berkualitas.

2. Sajian Data

Proses ini, data yang diperoleh kemudian dibuktikan guna

menemukan pelanggaran dan makna yang sesuai dengan

pendekatan PKS Grice. Data disajikan dalam bentuk deskriptif.

3. Penarikan Kesimpulan

Semua hasil dari pembuktian pelanggaran PKS Grice disimpulkan,

sehingga memudahkan pembacaan hasil penelitian.

4. Menampilkan Data

Menampilkan data yaitu hasil analisis yang dapat memberikan

hasil yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Mengecek Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan (trustworthiness) data diperlukan

teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan digunakan untuk

Page 65: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

53

mempertanggung jawabkan secara ilmiah penelitian yang dilakukan agar

tidak ada kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang

tentunya akan berdampak terhadap analisis data dan hasil akhir dari

penelitian. Teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah teknik

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

2010: 330).

Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi yang

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data (Moleong, 2010:331).

Pemeriksaan data dengan cara ini adalah dengan cara peneliti membaca

berulang-ulang hasil analisis untuk mengurangi kesalahan yang mungkin

terjadi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 66: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

54

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Grice dalam Wacana Humor

Stand Up Comedy (SUC).

Hasil penelitian didapatkan berdasarkan empat karakter prinsip kerja

sama Grice yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksi relevansi, dan

maksim pelaksanaan atau cara.

Berdasarkan karakteristik prinsip kerja sama Grice, ditemukan

pelanggaran maksim dan diurutkan mulai dari maksim kuantitas, kualitas,

maksim relevansi dan maksim pelaksanaan atau cara.

a. Pelanggaran Maksim Kuantitas

Dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat

memberikan informasi yang relatif memadai, seinformatif mungkin, dan

informasi tersebut tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya

dibutuhkan oleh lawan tutur. Tuturan yang tidak memuat informasi yang

dibutuhkan oleh lawan tutur dapat dikatakan telah melanggar maksim

kuantitas dalam prinsip kerjasama Grice. Berikut adalah hal-hal yang

harus dipenuhi dalam mematuhi maksim kuantitas menurut Grice: 1)

menyampaikan informasi seinformatif mungkin (sesuai tujuan

pembicaraan), dan 2) tidak menyampaikan informasi berlebihan yang

melebihi yang dibutuhkan. Berikut ini pelanggaran terhadap maksim

kuantitas.

(1) Di Malang itu teman-teman, saya suka sekali nonton Arema di

stadion. Dan aremania di sana itu sudah mulai ada kubu-

53

Page 67: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

55

kubunya. Jadi, ada aremania tribun utara, tribun selatan, tribun

ekonomi, manajemen, akuntasi, oi macam-macam, macam-

macam. Akhirnya saya berpikir, kayaknya saya juga harus buat

kubu sendiri. Saya beri nama Aremania tribun tenggara timur

laut. Yang lain bawa terompet, kami bawa kompas. “Ini tenggara

timur laut di bagian mana?” Begitu dapat tempat duduk, ada

yang protes, “ah, di sini bukan tenggara timur laut. Di sini ini

selatan barat daya”. Akhirnya harus cari lagi. Begitu dapat

tempat duduk yang benar, pertandingan sudah bubar. Tapi

teman-teman, paling tidak enak itu kalau kalian nonton dari

tribun timur, karena kalau di tribun barat itu nonton pakai lampu,

cahaya terang kelap-kelip di mana-mana, tapi di tribun timur itu

masih gelap, listrik tidak ada. Di tribun barat itu dikasih kursi,

dikasih sofa, makrgergheran enak-enak, tapi di tribun timur itu

masih beralaskan tanah, makan seadanya. Bahkan orang dari

tribun barat itu berteriak ke tribun timur, “Woi, kalian yang ada di

tribun timur, sabar saja, nanti kami bangun kursi di situ. Kami

kasih makan enak.” Tetapi, sampai pertandingan berakhir tidak

ada yang datang. (Abdur, SUCI 4)

(2) Orang sekolah sekarang itu, tambah aneh-aneh kurikulum itu,

coba kalia perhatikan! Sekolah sudah macam-macam jenis

sekolah, tiba-tiba di kota-kota besar ada lagi yang bikin sekolah,

“sekolah alam”. Saya pas perhatikan, sekolah alam konsepnya

apa? Dihutan-hutan, saya omong kosong. Bukannya apa-apa,

Page 68: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

56

kalian itu sepertinya tidak bersyukur, orang-orang kota itu.

Sudah syukur-syukur dapat gedung, mereka pilih sekolah di

hutan lagi. Eh saya kasih tahu, di Indonesia Timur sana banyak

orang sekolah di hutan karena tidak bisa dapat gedung. Coba

bersyukur kah. Kalau memang kamu mau sekolah di hutan,

tidak usah kalian bikin lagi sekolah alam itu. Lebih bagus kita

tukaran aja kan? Kita datang di kota sekolah di gedung. Kamu

yang mau sekolah di alam itu, kamu pergilah di Indonesia Timur

itu, sekolah dengan kaswari-kaswari sekalian di sana. (Ari, The

Tour).

(3) Gue benaran kurang suka sama bola gitu. Tapi ada teman gue

bilang katanya gue banci karena gue enggak suka nonton bola.

Sekarang gini, nonton bola itu adalah Fashion men. Lu suka

nonton bola itu karena Fashion, gue nggak suka nonton bola

karena gue punya Fashion lain, gue suka naik gunung. Dan naik

gunung itu adalah salah satu olahraga ekstrem. Dan lu masih

mau bilang kalu gue banci? Iya kan. Sekarag gini, kita kalau

naik gunung kita pakai perlengkapan lengkap men. Kita bawa

kompas, matras, tenda, kos-kossan, kamar madi dalam, ibu kos,

waow dibawa semuanya. (Dzawin, SUCI 4).

Wacana (1) Komika melakukan pelanggaran maksim kuantitas.

Pelanggaran maksim kuantitas terjadi ketika awalnya Komika membahas

terkait tribun yang ada di stadion namun berbalik membahas nama-nama

jurusan dalam perkuliahan. Pembahasan nama-nama jurusan oleh

Page 69: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

57

Komika merupakan sebuah informasi yang berlebihan, tidak sesuai

dengan tujuan pembahasan Komika sebelumnya terkait tribun stadion

dalam sepak bola. Sehingga dalam wacana Komika melanggar makasim

kuantitas yaitu menyampaikan informasi yang melebihi yang dibutuhkan

oleh mitra tutur atau penonton.

Pada Wacana (2) Komika tidak mematuhi maksim kuantitas.

Pelanggaran terjadi ketika Komika mengatakan “Kamu yang mau sekolah

di alam itu, kamu pergilah di Indonesia Timur itu, sekolah dengan kaswari-

kaswari sekalian disana”. Pada kalimat tersebut, Komika menyampaikan

informasi yang menimbulkan efek humor, namun informasi yang

disampaikan oleh Komika merupakan informasi yang berlebihan yang

melebihi yang dibutuhkan yaitu dengan menyuruh orang-orang di kota

untuk sekolah dengan kaswari-kaswari. Kalimat ini jelas berlebihan,

karena bagaimana mungkin manusia sekolah dan belajar dengan hewan

yang ada di hutan, yang nota benenya hewan merupakan mahkluk yang

tidak berakal. Sehingga dalam wacana ini Komika melanggar maksim

kuantitas yaitu mengatakan sesuatu yang berlebihan.

Selanjutnya wacana (3) Wacana tidak mematuhi maksim kuantitas.

Itu terdapat pada tuturan “kita kalau naik gunung kita pakai perlengkapan

lengkap men. Kita bawa kompas, matras, tenda, kos-kossan, kamar madi

dalam, ibu kos, waow dibawa semuanya”. Informasi pada tuturan Komika

berlebihan melebihi yang dibutuhkan oleh lawan tutur atau penonton.

Karena pada wacana, Komika mengatakan bahwa ketika mereka naik

gunung maka mereka membawa Ibu kos. Penyataan ini merupakan

Page 70: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

58

pernyataan yang berlebihan, yang mengundang tawa penonton namun

melanggar maksim kuantitas, yaitu mengatakan sesuatu yang berlebihan.

b. Pelanggaran Maksim Kualitas

Dalam peristiwa percakapan peserta tutur, diwajibkan mengatakan

sesuatu yang sebenarnya kepada mitra tutur untuk memenuhi prinsip-

prinsip kerja sama maksim kualitas. Kontribusi perserta percakapan

hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai dan dapat diterima

dalam kehidupan nyata. Tuturan yang tidak benar atau tidak mengandung

kebenaran dan tuturan yang kebenarannya tidak dapat dibuktika secara

memadai dianggap melanggar maksim kualitas.

(4) Teman-teman, di sini ada yang tahu Rokatenda? Tidak ada.

Inilah suara minor yang mau saya bawa malam ini. Teman-

teman, Rokatenda adalah gunung berapi di Pulau Flores. Dia

meletus dari bulan Oktober 2012 sampai Desember 2013.

Empat belas bulan, empat belas bulan. Bahkan dari pertama

kali dia meletus, sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup-

tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada. Wajar kalau

teman-teman tidak tahu, karena memang berita Rokatenda

meletus pada waktu itu, itu tertutup oleh berita banjir Jakarta.

Bahkan berita banjir Jakarta itu diarahkan menjadi bencana

nasional karena merugikan negara hampir Dua Puluh Triliun.

Rokatenda, selama empat belas bulan meletus itu, negara

cuma rugi seribu rupiah. Iya, dua koin Lima Ratus untuk tutup

telinga. (Abdur, SUCI 4).

Page 71: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

59

(5) Bapak saya itu jadi caleg di 2014. Kemarin beliau buat kartu

nama, bagus sekali, lengkap dengan foto seperti Ursula potong

poni begitu. Kemudian beliau bagi keseluruh masyarakat

kampong, beliau bagi, beliau bagi, beliau bagi. Begitu KPU

datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun ini itu

tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak saya langsung stres, iya.

Karena kalau tidak ada foto caleg, itu bagai mana masyarakat

disana mau memilih? Masyarakat disanakan rata-rata masih

buta huruf. Jangankan mau memilih, huruf A besar macam

gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif. (Abdur, SUCI 4).

(6) Teman-teman, memang kita sering kali menilai orang itu dari

penampilan. Banyak orang yang bilang don’t judge the book by

its cover, tapi kita ini manusia, stop tipu-tipu, stop tipu-tipu. We

are judging the book by its cover, we are. Cewek pake hotpants

kita bilang cabe-cabean, cewek tutup aurat kita bilang ninja.

Bahkan ada yang pake hotpants tapi tutup aurat, a kalau ini gila.

(Abdur, SUCI 4).

(7) Dua minggu yang lalu kami ke pantai ancol itu teman-teman,

aduh. Saya baru pertama kali lihat itu pantai ancol itu air lautnya

itu hitam gelap tidak bisa lihat apa-apa. Itu macam oli mesin kita

kasih pasir gitu. Itu pantai ancol men. Ada ubur-ubur yang

berenang itu napas satu-satu heu ha heu ha heu. Ada kala dia

membentuk huruf SOS. Orang Jakarta mungkin kasihan lihat

Page 72: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

60

saya main lampu merah, tapi jujur saya menangis melihat kalian

bisa mandi di pantai seperti itu, jujur. (Abdur, SUCI 4).

(8) Teman-teman, beberapa tahun belakangan ini pemerintah kita

itu menekankan pada pembelajaran kontekstual. Artinya

pembelajaran yang diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Tapi

masih banyak kejadian di sekolah itu yang tidak kontekstual

pada kehidupan kita. Ambil contoh pelajaran matematika, ada

soal begini. Sebuah menara tingginya 60m, jika seorang

mengamat dengan puncak menara membentuk sudut 60

derajat. Hitunglah jarak pengamat dengan menara. Soal ini

kalau diberikan kepada kami yang di timur kami bingung. Bukan

bingung hitungnya, kami bingung ini menara seperti apa?

Seperti apa? Tempat saya itu tidak ada menara. Kenapa tidak

diganti saja dengan tiang kapal kah, pohon kelapa kah, atau

tiang listrik. Tapi percuma, listrik juga belum ada. Dan contoh

lain. Pembelajaran membaca kelas 1 SD sampai sekarang,

sampai detik ini itu masih ada pembelajaran begini ini: ini budi,

ini ibu budi. Aduh mama sayang eeee. Ini pelajaran perasaan

dari zaman Pithecanthropus sampai politikus begini saja, tidak

ada perubahan. Lagian ini tidak kontekstual untuk daerah timur,

sejak kapan ada orang timur nama budi? Sejak kapan? Jangan-

jangan budi itu makhluk astral. Seharusnya kalau mau

kontekstual untuk daerah timur itu diganti. Ini eduardus, ini

Page 73: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

61

mama eduardus, eduardus senang Karena sumberair sudah

dekat. (Abdur, SUCI 4).

(9) Saya heran pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu

dibeda-bedakan. Padahal kita ini kan satu Ibu Pertiwi teman-

teman, satu Ibu Pertiwi. Saya itu terkadang berpikir itu dengan

frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu Ibu Pertiwi begitu,

apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan,

kemudian melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah? Iya, jadi

kamar bersalin begitu, lampu terang, follow spot di mana-mana

begitu, kemudian Ibu Pertiwi berbaring.

O1: Ya Ibu Per. (Ini panggilan akrab Ibu Pertiwi ya).

O1: Ya Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, terus,

iya, terus, kuat, terus, kepalanya sudah keluar, oke, ya.

Sumatera.

Sumatera lahir, dan itu adalah pulau yang paling susah lahir

karena gunungnya paling banyak. Itu Ibu Pertiwi sampai robek-

robek itu. Dan mungkin setelah itu, Kalimantan lahir, Jawa lahir,

Bali lahir, dan pulau-pulau di bagian Indonesia Timur itu

lahirnya paling terakhir.

O1: Ya Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, iya

terus, sedikit lagi, sedikit lagi, iya kepalanya sudah keluar, oke,

iya, listrik mati. Begitulah cara kami lahir, makanya wajar kalau

kami gelap-gelap. (Abdur, SUCI 4).

Page 74: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

62

(10) Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya

Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah

menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang

sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah diributin

datangnya bulan. (Akbar, SUCI 1)

(11) Indonesia telah meredeka bagi sebagian orang, karena apa,

ingat! kita tentu diajari dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar ya. Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat yang berbahagia, mengantar rakyat

Indonesia dengan selamat sentosa ke pintu gerbang. Cuman

sampai pintu gerbang lo ya, belum masuk lo ya. Cuman sampai

pintu gerbang, kita belum masuk. Masih antri, hanya sebagian

yang masuk, pejabat masuk, semua masuk, rakyat banyak yang

belum masuk. Menuju masyarakat yang merdeka, berdaulat,

adil dan makmur. (Akbar, SUCI 1)

(12) Tapi bebicara tentang harga diri, harga diri saya itu tercoreng,

karena apa? Tim sepak bola kita kalah terus. Menurut saya

kekalahan timnas sepak bola itu karena satu, dia punya satu

kekurangan, kekurangan orang timur. Serius, sungguh ini.

Karena orang timur itu paling jago kalau main bola, dan kita jago

main bola karena kebiasaan berburu. Betul, iyo. Orang lain

kalau berburu itu pakai panah, tombak, senapan. Kalau kita

orang timur beda, kita kalau berburu itu yang namanya anoa,

Page 75: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

63

kaswari, babi hutan itu kita kejar, kita kejar, kita kejar, kemudian

kita tackling. (Ari Kriting, SUCI 3).

(13) Jangan kaya anak-anak alay. Anak alay kalau temannya ulang

tahun malah dikerjain sama dia. Wis saya paling benci dengan

yang begitu. Temannya ulang tahun diikat, iyakan diikat,

ditimpuk-timpukkin, disiram bensi, dibakar. Sudah begitu kenapa

kalau orang ulang tahun itu identik dengan suka di lempar-

lempar dengan telur, iya kan?. Itu kan mubazir, mending

telurnya dimakan. Apalagi yang masih mahasiswa, sok kaya lagi

lempar-lempar orang pakai telur, mending kalian goreng untuk

dikossan kan. Ini di lempar-lempar dengan telur, menurut saya

itu kegiatan yang mubazir dan tidak mendidik sama sekali.

Kalau mau, teman-teman kalian pas ulang tahun lakukanlah

acara yang mendidik. Jangan dilempar telur, dilempar

pertanyaan. Pas ulang tahun, siapakah penemu benua

amerika?. Colombus. Bagus, jangan dilempar telur. (Ari Kriting,

Indosiar, lucunya tu disini)

(14) Dan terkait untuk masalah budaya. Saya sebenarnya juga

bangga dengan seluruh budaya Indonesia, kecuali satu, budaya

wayang orang. Menurut saya itu agak mendiskriminasi. Karena

mendiskriminasi orang timur kalau menurut saya. Karena di

budaya wayang orang itu. Kalau kita lihat itu tokoh-tokoh

utamanya itu yang namanya Arjuna, yang namanya Rama, dan

lain sebagainya itu kan gagah-gagah kan. Giliran penjahatnya

Page 76: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

64

itu diwujudkannya hitam dan rambutnya kriting. Itu pasti orang

timur. Dan juga itu dinamakan Buto. Ini kalau menurut saya ini

plesetan saja ini. Sebenarnya ini pasti namanya Beta itu. (Ari

Kriting)

(15) Tapi lo sadar nggak sih ya, ketika banyak orang sekarang itu

lebih rela untuk bangun malam untuk nonton bola ketimbang

bangun malam sholat tahajud, benar nggak sih? Iya nggak sih?

Benarkan. Gue pikir-pikir ini adalah akibat dari salah satu

faktornya adalah kebanyaka iklan-iklan, iya kan? Banyak iklan di

Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton bola, tetapi nggak

ada satu pun iklan di Indonesia yang memacu kita untuk sholat

tahajud. Bener nggak, sih? Iya, nggak? Emang di sini ada yang

pernah lihat iklan sholat tahajud gitu? Nggak ada kan?

Seharusnya ada, men, seharusnya ada kayak “Extra joss susu

jahe untuk menemani sholat tahajudmu”, atau “Kuku bima

religi”, atau “Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”.

(Dzawin, SUCI 4).

(16) Kalau menurut gue, fungsi dari pakaian, fungsi dari fashion itu

ada dua. Yang pertama fisual, yang kedua fungsional. Enak

dilihat dan bisa merepresentasikan sikap. Percuma pakai peci,

koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas bulan puasa,

ada warteg masih digerebek. Iya kan? Padahal udah ditirai

masih digerebek. Kan kasihan. Gue belum kenyang. Lagian gini

men. Orang-orang yang makan di warteg pas bulan puasa,

Page 77: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

65

emang mereka pas makan pernah ada yang pamer? Keluar dari

warteg terus bawa es teh gitu, ada orang yang lagi puasa, cie

aus. Enggak pernah kan?. Gini men. Percuma gitu pakai peci,

koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas lagi ceramah

di atas panggung, kepala orang dipiting. Percuma. Siapa

namanya tuh? Ustad apa? Ustad apa? Ya, Ustad Harajuku. Ini

mungkin waktu dia masih di pesantren, temen-temennya

bangun malam buat sholat tahajud, dia bangun malam buat

nonton smackdown. (Dzawin, SUCI 4).

(17) DPR itu tugasnya kan untuk mendengarkan suara rakyat,

aspirasi rakyat. Tapi, gimana caranya DPR mendengarkan

suara rakyat, ketika DPR dihalangi oleh tembok yang begitu

tinggi, naik ke kantor, ke kantor itu pakai Camry, ya kan?

Seharusnya DPR itu bukan diletakkan di Senayan, tapi di

tengah-tengah pasar, iya. Di pasar itu kan segala macam ada

kan? Dari tukang ayam, sampai tukang cabe, ayam kampus,

cabe-cabean. Ada dari gembel ngemis, sampai gembel ngelem,

ada men. Biasa ke kantor pake Camry, ini jalan jalan kaki, pas

lagi jalan ketemu preman. Tapi enggak akan dipalak. Ndak

berani preman pasar malak preman negara. (Dzawin, SUCI 4).

Wacana (4) Komika tidak mematuhi maksim kualitas, itu terlihat

pada kalimat “Bahkan dari pertama kali dia meletus sampai dia ulang

tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak

ada”. Pada kalimat tersebut menunjukan adanya pelanggaran prinsip kerja

Page 78: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

66

sama yaitu Komika tidak mematuhi maksim kualitas. Komika mengatakan

sesuatu yang tidak benar atau mengatakan sesuatu yang diyakini salah.

Karena tepat satu tahun meletusnya gunung Rokatenda tidak ada acara

peringatan tiup-tiup lilin ulang tahun seperti yang dikatakan oleh Komika

pada wacana.

Dalam Wacana (5) tersebut, Komika melanggar maksim kualitas.

Pelanggara terdapat pada kalimat “Masyarakat disanakan rata-rata masih

buta huruf. Jangankan mau memilih, huruf A besar macam gunung

Krakatau saja mereka piker lam alif”. Kalimat huruf A besar seperti gunung

krakatau adalah kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenaranya. Karena

tidak pernah ada bukti bahwa pernah ada huruf A sebesar gunung

Krakatau seperi yang dikatakan oleh Komika pada wacana. Informasi

yang disampikan Komika menimbulkan efek humor bagi penonton, namun

melanggar prinsip kerja sama. Oleh sebab itu, wacana yang disampaikan

oleh Komika merupakan wacana yang melanggar maksim kualitas, yaitu

mengatakan sesuatu yang idak dapat dibuktikan kebenarannya.

Wacana (6) Pada kalimat terakhirnya, Komika mengatakan bahwa

“ada yang pake hotpants tapi tutup aurat, a kalau ini gila”. Pernyataan ini

merupakan pernyataan yang tidak bisa dibuktikan secara memadai.

Sebab, bisa jadi orang-orang yang berpakain hotpants tapi tutup aurat

adalah fashion mereka dalam berpenampilan dan tidak bisa langsung

dijastifikasi bahwa mereka yang berpenampilan seperti itu adalah orang

gila. Walaupun dalam pandangan Agama Islam berpakaian tertutup tetapi

memperlihatkan lekuk tubuh itu merupakan sesuatu yang dilarang, namun

Page 79: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

67

bukan berarti mereka yang menggunakan pakaian hotpants merupakan

orang gila. Sehingga wacana yang disampaikan Komika merupaka

wacana yang melangagar maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu

yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara memadai.

Wacana (7) tidak mematuhi masksim kulitas. “Ada ubur-ubur yang

berenang itu napas satu-satu heu ha heu ha heu. Ada kala dia

membentuk huruf SOS”. Kalimat yang disampaikan oleh Komika diatas

adalah sebuah kalimat yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara

memadai. Karena ubur-ubur yang membentuk huruf SOS belum pernah

ditemukan, sehinga kalimat yang disampiakan oleh Komika merupakan

kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara memadi dan

kalimat teresebut merupakan kalimat yang melanggar prinsip kerja sama,

yaitu melanggar maksim kualitas.

Wacana (8) “Pembelajaran membaca kelas 1 SD sampai sekarang,

sampai detik ini itu masih ada pembelajaran begini: ini budi, ini ibu budi.

Aduh mama sayang e. Ini pelajaran perasaan dari zaman Pithecanthropus

sampai politikus begini saja, tidak ada perubahan”. Pada wacana, Komika

tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengatan sesuatu yang tidak

benar. Komika mengatakan bahwa pembelajaran ini budi dan ini ibu budi

sudah ada sejak zaman Pithecanthropus. Padahal manusia

Pithecanthropus merupakan manusia purba yag hidup pada zaman batu

tua (Palaeolthikum) yang berdasarkan sejarah dan hasil penelitian

bahwasanya pada zaman itu belum mengenal huruf. Dan buku peraga ini

Page 80: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

68

budi diterbitkan 1976. Sehingga pada wacana, Komika melanggar maksim

kualitas dengan mengatakan sesuatu yang tidak benar.

Wacana (9) ini melanggar prinsip kerja sama Grice, yaitu tidak

mematuhi maksim kualitas, karena tuturan yang disampaikan oleh Komika

tidak benar. Hal ini ditandai melalui tuturan “Saya itu terkadang berpikir itu

dengan frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu Ibu Pertiwi begitu,

apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan, kemudian

melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah?” peristilahan Ibu Pertiwi

merupakan ungkapan kata yang menyimpang atau berbeda dengan

makna dari kata-kata pembangunnya yang memiliki makna “tanah air”

atau “tanah tumpah darah” bukan sosok seorang wanita yang bernama

Pertiwi yang melahirkan pulau-pulau di Indonesia seperti yang di

ungkapkan oleh Komika pada wacana.

Dalam wacana (10) ini Komika melanggar maksim kualitas, yaitu

mengatakan sesuatu yang diyakini salah. Pelanggaran terdapat pada

kalimat “Istri saya taggal 25, itu tanggal 36”. Pada kalender tanggal hanya

dimulai dari taggal 1 sampai dengan tanggal 31. Tidak ada dalam

kalender sampai tanggal 36. Pernyataan Komika pada wacana

menghasilkan humor, namun melanggar maksim kualitas.

Wacana (11) tidak mematuhi maksim kualitas. Komika mengatakan

sesuatu yang tidak benar atau salah. Pelanggaran terdapat pada kalimat

“Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat

yang berbahagia, mengantar rakyat Indonesia dengan selamat sentosa ke

pintu gerbang”. Pernyataan Komika terkait UUD 1945 adalah salah,

Page 81: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

69

kesalahan terjadi karena Komika tidak menyebutkan beberapa bagian

yang tedapat pada UUD 1945. Susunan UUD 1945 yang benar adalah

“dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah

kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan

rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia,

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.

Selanjutnya, pada wacana (12) mengandung humor yang

menyebabkan lawan tutur tertawa, namun Komika tidak mematuhi maksim

kualitas, yaitu mengungkapkan sesuatu yang kebenarannya tidak bisa

dibuktikan secara memadai. Itu terdapat pada kalimat “Orang lain kalau

berburu itu pakai panah, tombak, senapan. Kalau kita orang timur beda,

kita kalau berburu itu yang namanya anoa, kaswari, babi hutan itu kita

kejar, kita kejar, kita kejar, kemudian kita tackling”. Kalimat ini melanggar

maksim kualitas, karena Komika mengatakan sesuatu yang kebenarannya

tidak bisa dibuktika secara memadai. Itu karena Komika mengatakan

bahwa orang timur kalau berburu anoa, kaswari, dan babi dengan cara

dikejar lalu di tackling. Padahal orang timur masih menggunakan alat

seperti panah untuk berburu.

Wacana (13) tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu Komika

mengungkapkan sesuatu yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan secara

memadai. Itu terdapat pada kalimat “temannya ulang tahun diikat, iyakan

diikat, ditimpuk-timpukkin, disiram bensi, dibakar”. Kalimat ini tidak dapat

dibuktikan kebenarannya secara memadai, karena biasanya orang-orang

ketika ulang tahun hanya mengikat dan menipuk temannya menggunakan

Page 82: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

70

telur dan tepung. Tidak pernah ada kasus yang ketika orang ulang tahun

disiram dan dibakar seperti yang disampaikan oleh Komika.

Wacana (14) tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengatakan

sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. Itu

terdapat pada kalimat “Itu pasti orang timur. Dan juga itu dinamakan Buto.

Ini kalau menurut saya ini plesetan saja ini. Sebenarnya ini pasti namanya

Beta itu”. Pada kalimat tersebut, Komika menyebutkan bahwa nama Buto

yang merupakan raksasa yang dikenal berperangai jahat dalam mitologi

Jawa adalah plesetan dari nama Beta yang merupakan bahasa yang

sering digunakan oleh orang timur yang artinya adalah aku atau saya.

Pernyataan ini merupakan pernyataan yang tidak mampu dibuktikan

kebenarannya.

Wacana (15) tersebut tidak mematuhi maksim kualitas, karena

terkandung tuturan-tuturan yang tidak benar. Itu terdapat pada tuturan

“Extra joss susu jahe untuk menemani sholat tahajudmu, Kuku bima religi,

dan Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”. Tuturan Komika

memiliki efek humor, namun tuturan Komika dianggap sebagai tuturan

yang keliru dan tidak logis. Produk minuman energi seperti Extra Joss dan

Kuku Bima berfungsi untuk menambah energi bagi peminumnya, terutama

saat melakukan pekerjaan berat. Begitu juga dengan produk kacang

Garuda yang biasanya dinikmati dalam keadaan santai. Produk makanan

dan minuman ini biasanya tidak dikonsumsi saat beribadah atau salat

seperti yang dikatakan oleh Komika.

Page 83: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

71

Wacana (16) tidak mematuhi maksim kualitas, ketakpatuhan

terdapat pada tuturan “dia bangun malam buat nonton smackdown”.

Tuturan ini tidak mematuhi maksim kualitas karena hanya merupakan

asumsi Komika yang bisa saja tidak berdasarkan fakta, dengan tujuan

untuk menyindir Ustad Hariri yang melakukan tindakan kekerasan

terhadap jamaah.

Selanjutnya, wacana (17) tidak mematuhi maksim kualitas.

Pelangaran ditandai melalui tuturan “Seharusnya DPR itu bukan

diletakkan di Senayan, tapi di tengah- tengah pasar”. Pendapat Komika

melalui tuturan tersebut terlalu mengada-ada dan mustahil terjadi, karena

cakupan tugas dan fungsi anggota DPR yang begitu luas. Bukan hanya

mencakup pada tataran pasar atau pada level rakyat kecil saja, namun

pada tataran yang lebih luas.

c. Pelanggaran Maksim Relevansi

Komunikasi penutur diharapkan memberikan informasi yang

relevan dengan permasalahan yang sedang dibicarakan, jika tidak maka

terjadi pelanggaran maksim relevansi. Adanya pelanggaran maksim

relevansi menjadikan komunikasi terganggu sehingga dapat menimbulkan

efek dalam komunikasi. Berikut data yang melanggar maksim relevansi.

(18) Ketika semua yang di sini itu sudah bersistem dengan online, di

tempat saya itu, aduh, oh lain, lain dari yang lain. Buat akte

kelahiran itu teman-teman di sana itu gratis. Tapi karena masih

manual, itu antriannya itu panjangnya masyaAllahhuakbar.

(Abdur, SUCI 4).

Page 84: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

72

(19) Dangdut yang sekarang itu lebih mementingkan goyangan

daripada lagu. Teman-teman ada yang tahu lagunya Zaskia?

Tidak tahu? Kita tahunya dia goyang itik. Teman-teman tahu

lagunya Inul Daratista? Tidak tahu? Kita tahunya dia goyang

ngebor. Teman-teman tahu lagunya Angel Elga? Tidak tahu?

Kita tahunya dia mantan Rhoma Irama. (Abdur, SUCI 4).

(20) Film-film di Indonesia itu mendiskriminasikan orang Timur

sebenarnya teman-teman. Iya. Orang timur itu misalkan kita

ambil contoh Iko Uwais gitu. Iko Uwais kalau mau main film

berperan jadi orang timur itu gampang, tinggal jemur dia di

panas pakai baju merah, celana biru, sepatu hijo, goyang-

goyang bombastic, selesai, selesai. Tapi, kalau orang Timur

mau jadi Iko Uwais itu susah. Kalau pun main dengan Iko

Uwais, paling jadi penjahat, tukang pukul, pegang parang,

kemudian, “Hei, ko stop tipu-tipu saya e”. (Abdur, SUCI 4).

(21) Teman-teman, Indonesia itu telalu terpusat di Jakarta. Makanya

penjahat itu juga datang disini. Pencuri itu teman-teman di timur

itu dapat tangkap itu pasti dapat pukul sampai busuk, sampai

busuk. Pencuri disini itu dapat foto, dapat suting, wawancara,

masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah. Makanya anak-anak

timur sana itu pikir-pikir, ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita

tidak pernah masuk Tv? Kita pencuri di Jakarta saja. Akhirnya

mereka datang kesini, mencuri disini, dapat tangkap

Alhamdulillah. Dipukul sampai busuk juga, sampai busuk um

Page 85: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

73

sampai busuk. Kenapa mereka tidak masuk Tv? Karena mereka

ini bukan pencuri yang berijazah. Akhirnya mereka pulang ke

timur lagi untuk sekolah, tapi mereka tidak sadar, di timur itu

sekolah juga susah. Jadi sama saja. (Abdur, SUCI 4). (22) Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya

Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah

menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang

sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah diributin

datangnya bulan. (Akbar, SUCI 1). (23) Tapi sebenarnya jujur, gua kurang suka sama bola, gua kurang

suka nonton bola, nggak suka bahkan. Karena kalau menurut

gua, bola itu penuh dengan provokasi. Loe lihat kemarin itu ada

kasus Materazzi disundul sama Zidane. Itu karena Materazzi

memprovokasi Zidane. O1: Eh, Zidane, ibu kamu teroris ya? (Zidane masih sabar).

O1: Eh, Zidane, adik kamu teroris ya? (Zidane masih sabar).

O1: Eh, Zidane, Bapak kamu tukang siomay ya?

O2: Eh, anjir, gua digombalin. Derrr (menanduk dada O1).

(Dzawin SUCI 4).

(24) Banyak orang sekarang itu beli Hp lebih mengedepankan

gengsi ketimbang fungsi. Beli Hp sampai 12 Juta, tapi pengen

pamerin, niatnya di pamerin. Pengen dipamerein tapi

dikantongin, lu kalau pengen pamer jangan dikantongin, tempel

di jidat, Hp, Hp, Hp. Beli Hp mahal banget sampai 12 Juta.

Motor gue aja beli seken itu cuman 7 Juta. Lu beli Hp 12 Juta

Page 86: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

74

buat apa coba? Dipake ngojek nggak bisa, pake boncengan

enggak bisa, ditaru di parkiran ilang. Beli Hp 12Juta, itu Hp 12

Juta 2 biji kalau digabungin dijual, mak gue umroh. (Dzawin

SUCI 4). Wacana (18) tidak mematuhi maksim relevansi. Hal tersebut

terdapat pada tuturan online dan oh lain. Terminologi online memiliki

makna “konektivitas antarperanti elektronik atau peranti elektronik dengan

jaringan internet”. Pada wacana ini, tuturan tersebut merupakan tuturan

yang mengimplikasikan kemajuan teknologi informasi yang berada di

Pulau Jawa, terkhususnya Ibu Kota Jakarta. Sedangkan tuturan “oh lain”

bukan merupakan terminologi khusus sebagai antitesis dari istilah online,

meskipun pada tuturan tersebut mengimplikasikan perbedaan

perkembangan teknologi informasi di Nusa Tenggara Timur, secara

khusus di Larantuka.

Pada wacana (19) melalui tuturan “Teman-teman tahu lagunya

Angel Elga? Tidak tahu. Kita tahunya dia mantan Rhoma Irama”. Tuturan

yang disampaiakan oleh Komika mengdandung humor yang

mengakibatkan penonton tertawa, namun tuturan tersebut tidak mematuhi

maksim relevansi, karena tuturan Komika merupakan tuturan yang tidak

berkaitan dengan pokok pembicaraan Komika atau informasi yang telah

mendahuluinya, karena pedangdut yang dimaksud oleh Komika hanya

terbatas pada mereka yang dikenal karena memiliki goyangan khasnya,

bukan karena sensasi hubungannya dengan pedangdut laki-laki.

Wacana (20) Informasi yang disampaikan tidak relevan. “jika Iko

Page 87: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

75

Uwais ingin bermain film berperan jadi orang timur itu gampang. Tinggal

jemur dia di panas pakai baju merah, celana biru, sepatu hijo, goyang-

goyang bombastic, selesai”. Pada kalimat pertama bahwa untuk berperan

menjadi orang timur yang identik dengan kulit hitam harus berjemur

dipanas itu relevan, karena untuk menjadikan kulit hitam seperti orang

timur itu bisa dengan berjemur. Namun, jika harus memakai baju merah,

celana biru, sepatu hijo itu tidak relevan.

Dalam wacana (21) tidak mematuhi maksim relevansi.

Ketakpatuhan terdapat pada kalimat “Akhirnya mereka datang kesini,

mencuri disini, dapat tangkap Alhamdulillah. Dipukul sampai busuk juga,

sampai busuk ummm sampai busuk”. Penggunaan kata Alhamdulillah

pada kalimat diatas tidaklah relevan dengan situasi dan kondisi saat itu.

Karena kalimat Alhamdulillah digunakan atau diungkapkan untuk

menyatakan rasa syukur atas segala nikamat kebaikan. Bukan untuk

mensyukuri perbuatan buruk seperti pada wacana tersebut. Kalimat yang

disampaikan Komika mampu memancing penonton untuk tertawa, namun

ungkapan tersebut tidak mematuhi maksim relevansi.

Pada wacana (22) Komika melanggar maksim relevansi.

Pelanggaran terdapat pada kalimat “Ini ada sedikit kejadian menarik

mengenai perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya

Idul fitri itu adalah menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak

ada yang sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36”. Tuturan ini tidak

mematuhi maksim relevansi, karena tuturan Komika tidak berkaitan

dengan pokok pembicaraan Komika atau informasi yang mendahuluinya,

Page 88: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

76

karena menanti datangnya bulan yang di maksud Komika sebelumnya

adalah bulan untuk merayakan Idhul Fitri, bukan bulan yang dimaksudkan

Komika setelahnya, yaitu datang bulan perempuan.

Wacana (23) tidak mematuhi maksim relevansi terdapat pada

dialog terakhir O1 dan O2: “Eh, Zidane, Bapak kamu tukang siomay ya?”

“Eh, anjir, gua digombalin. Derrr (menanduk dada O1).” Turan Komika

mampu mengundang tawa penonton, namun tuturan tersebut tidak

relevan, karena kehadiran kedua bagian wacana tersebut justru menjadi

berlebihan dan tidak menambah informasi apapun yang relevan dengan

tindakan provokasi berupa ucapan berbau SARA yang dilakukan oleh O1

kepada O2.

Selanjutnya, wacana (24) tidak mematuhi maksim relevan.

Pelanggaran terdapat pada kalimat “Beli Hp mahal banget sampai 12

Juta. Motor gue aja beli seken itu cuman 7 Juta. Lu beli Hp 12 Juta buat

apa coba? Dipake ngojek nggak bisa, pake boncengan enggak bisa,

ditaru di parkiran ilang”. Kalimat tersebut tidak relevan karen fungsi dari

Motor dan Hp berbeda dan tidak ada keterkaitan. Sehingga

membandingkan fungsi Hp dan motor tidaklah relevan.

d. Pelanggaran Maksim Pelaksanaan atau Cara

Dalam peristiwa percakapan peserta tutur, pelangaran maksim cara

terjadi karena peserta tutur bertutur dengan menggunakan tuturan yang

tidak jelas, tuturan yag ambigu atau bermakna ganda, tuturan yag

berlebihan (berbelit) dan tuturan yang tidak teratur.

Page 89: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

77

(25) Teman-teman, sudah 16 Tahun kita tertatih dalam revormasi,

ditipu oleh politisi yang katanya berikan bukti bukan janji. Tetapi

ketika ada tangis seorang minor di pelosok negeri, mereka sibuk

mencari kualisi bukan solusi. Makanya teman-teman, dari pada

sibuk nonton mereka debad di televisi, lebih baik datang kesini!

Bisa cuci mata ada tate Veni. (Abdur, SUCI 4).

(26) Sebenarnya malam hari ini tuh saya kepingin sekali berada di

panggung ini, kemudian bawa sasando, alat musik asli NTT

begitu. Cuma apa daya, saya tidak bisa main sasando. Teman-

teman, di NTT sekalipun belajar sasando itu tidak masuk dalam

kurikulumm tidak masuk, sedikit lagi masuk museum itu. Saya

takutnya, ini lama-kelamaan sasando itu hanya bisa tinggal

cerita. Saya punya anak begitu, kemudian saya punya anak

datang, tanya ke saya.

O1: Bapak, katanya sasando itu alat musik NTT. Itu dia pung

cara main bagaimana e?

O2: Ah, dia punya cara main itu, anak, ya begitu.

O1: Ya begitu bagaimana?

O2: Ya, begitu. Ya, kalau gitar kan begini (sambil memetik gitar).

Nah, gitar begini. Nah, sasando begitu.

O1: Ya itu begitu begitu bagaimana?

O2: Ah, sudah anak. Tidak usah pikirm mari kita minum tuak

saja. (Abdur, SUCI 4).

Page 90: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

78

(27) Banggalah dengan Indonesia, banggalah dengan Indonesia.

Tapi kita harus prihatin dengan Indonesia, semuanya banyak

yang dikuasai asing. Pertambangan milik asing, bank milik

asing, perusahaan-perusahaan milik asing. Tapi yang saya

bingung, waktu saya tanya bapak saya, ya saya tanya bapak

saya.

O1: Pak, semua itu milik asing ya?

O2: Ah itu sudah tidak asing,

Hahahahahaha jadi sudah barang basi. (Akbar, SUCI 1)

(28) Dan masalah kulit, orang yang kulitnya gelap itu paling sering

dibullying. Saya itu kalau masih menelpon di tempat umum ada

saja yang celoteh-celoteh tidak enak itu. O1: Ih penumpang

gelap ya. Kalau naik angkot juga begitu, baru naik, tak, ini

sudah ada lagi penumpang di dalam. O1: Ihiyyy, penumpang

gelap?. Sampai di dalam angkot ditanya lagi.

O1: Mau kemana mas?

O2: Mau ke pasar

O1: Pasti pasar gelap ya?

Padahalkan tidak ada hal-hal seperti itu, omong kosong semua

kan?. Mana ada tuh yang namanya pasar gelap. Memang

pernah ke pasar terus

O1: Ibu, mau beli

O2: Beli apa?

O1: Beli baju

O2: Sabar sebentas saya carikan, ini gelap, ini gelap. (Ari, SUCI

3)

Page 91: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

79

(29) Lagian gini men. Cewek itu sering banget ngomongin masalah

kesetaraan gender. Bener gak sih? Lagian kesetaraan gender

itu maksudnya apa sih? Setara itu kan artinya sama, padahal

sama belum tentu proporsional, belum tentu pas. Contohnya

begini. Gua naik bis, gua naik kereta sama adek gua, tempat

duduknya cuma satu. Adek gua duduk, gua berdiri, nggak

setara, tetapi proporsional, karena gua lebih kuat, hitungannya

setara. Atau pakai solusi yang kedua, gua duduk, adik gua gua

pangku. Ini cewek mintanya kesetaraan gender, tapi giliran di

kereta tempat duduk cuma satu, gua duduk dia berdiri ngelihatin

gua terus. Ya, nggak gua kasih, kan setara. Kalau mau, pakai

solusi yang kedua, elu gua pangku. Iya, nggak? Kalau elu gua

pangku, ya adik gua berdiri. Iya kan? Kalau masih nggak mau

juga, ya udah silakan duduk, tapi elu pangku gua, ya adik gua

berdiri lagi. (Dzawin, SUCI 4).

(30) Eh, loe tahu nggak sih, dari sekian banyak makanan nusantara,

makanan yang menurut gue paling enak itu adalah makanan

pesantren. Kenapa? Karena makanan pesantren itu bergizi

men, bergizi rendah. Pagi-pagi kita makan nasi, tahu, kerupuk.

Siang-siang kita makan nasi, tempe, kerupuk. Malam-malam

kita makan hati men. Makannya itu-itu mulu. (Dzawin, SUCI 4).

Wacana (25) Komika tidak mematuhi maksim pelaksanaan atau

cara. Ajakan untuk datang ke studio kompas tv untuk cuci mata karena

ada tante veni memiliki makna ganda atau ketaksaan. Karena cuci mata

Page 92: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

80

bisa berarti mencuci mata ditemani tante Veni dan cuci mata yang artinya

bersenang-senang dengan melihat tante Veni.

Dalam wacana (26) Informasi yang disampaikan Komika tidak jelas,

ungkapan berkepanjangan dan tidak runtut atau teratur. Itu terjadi ketika

dalam percakapan antara bapak dan anak. Seorang anak yang

menanyakan bagaimana cara memainkan alat musik sasando kepada

bapaknya. Kemudian ayahnya menjawab dengan jawaban yang tidak

jelas, ungkapan yang disampaikan berkepanjangan dan tidak

runtut/teratur, sehingga tidak menemui kejalasan dari suatu yang

dipertanyakan oleh anaknya tersebut.

Pada wacana (27) ini Komika tidak mematuhi maksim cara, yaitu

menggunakan kalimat yang bermakna ganda. Itu terdapat pada

percakapan O1 dan O2. O1: Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu

sudah tidak asing. Jawaba dari O2 mengandung makna ganda. Makna

pertama, yaitu sudah tidak asing lagi yag bermakana kekayaan Indonesia

bukan milik atau dikelola oleh orang asing lagi, dan makna kedua yaitu

semua kekeyaan Indonesia yang dikelolah oleh orang asing sudah

menjadi rahasia umum atau sudah diketahui oleh banyak rakyat

Indonesia.

Wacana (28) tidak mematuhi makasim cara, yaitu menggunakan

kalimat yang memiliki makna ganda. Itu terdapat pada kalimat O1. “Kalau

naik angkot juga begitu, baru naik, tak, ini sudah ada lagi penumpang di

dalam O1: Ihiyyy, penumpang gelap ya?”. Kata penumpang gelap memiliki

makna ganda yaitu penumpang yang tidak membayar angkot, dan

Page 93: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

81

penumpang gelap yang memiliki makna penumpang yang memiliki rupa

yang gelap atau hitam. Namun pada wacana ini Komika membahas

tentang orang yang memandang sebelah mata orang yang berkulit hitam.

Dalam wacana (29) tuturan tidak mematuhi maksim cara. Tuturan

melanggar maksim cara terletak pada ambiguitas frasa “adik gua”. Pada

awal tuturan Komika, frasa “adik gua” bermakna “saudara kandung yang

lebih muda”. Sementara pada akhir tuturan Komika, frasa “adik gua”

dapat bermakna “kemaluan laki-laki” mengalami sebuah ketaksaan,

terutama ketika diikuti oleh kata kerja “berdiri”. Sehingga maknanya tidak

saja bermakna tunggal “saudara mudanya yang berdiri”, namun bisa juga

bermakna “kemaluannya berereksi”. Dengan demikian, tuturan Komika

tidak mematuhi maksim cara.

Selanjutnya wacana (30) Wacana tidak mematuhi maksim cara.

Wacana tidak mematuhi maksim cara terdapat pada tuturan “malam-

malam kita makan hati, men”. Tuturan “makan hati” diasumsikan

mengandung dua arti. Pertama, makan hati yang berarti aktivitas

mengonsumsi jeroan hati ampela. Dan kedua, ungkapan yang bermakna

kecewa, sedih, atau kesal. Adapun tuturan yang dimaksudkan Komika

mengacu pada arti yang kedua, yaitu kecewa, sedih, atau kesal.

1. Makna Pesan Sosial yang Disampaikan Komika Dengan

Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Grice dalam Wacana Humor

Stand-Up Comedy (SUC).

Stand Up Comedy merupakan salah satu genre komedi yang

disampaikan melalui kegiatan berbicara (lisan). Dalam pragmatik,

Page 94: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

82

berbicara adalah aktivitas yang berorientasi pada tujuan. Dengan

demikian, penampilan Stand Up Comedy (SUC) dilandasi oleh orientasi

pada tujuan tertentu, sekaligus sebagai media hiburan. Dalam penelitian

ini, tujuan komedi para Komika di SUC berorientasi pada kritik sosial.

Sehubungan dengan itu, yang dikaji dalam pembahasan ini adalah makna

pesan dalam kritik sosial oleh Komika.

a. Makna Pesan Sosial Abdur

Makna pesan sosial yang disampaikan Abdur terdapat pada data

berikut ini:

(31) Di Malang itu teman-teman, saya suka sekali nonton Arema di

stadion. Dan aremania di sana itu sudah mulai ada kubu-

kubunya. Jadi, ada aremania tribun utara, tribun selatan, tribun

ekonomi, manajemen, akuntasi, oi macam-macam, macam-

macam. Akhirnya saya berpikir, kayaknya saya juga harus buat

kubu sendiri. Saya beri nama Aremania tribun tenggara timur

laut. Yang lain bawa terompet, kami bawa kompas. “Ini

tenggara timur laut di bagian mana?” Begitu dapat tempat

duduk, ada yang protes, “ah, di sini bukan tenggara timur laut.

Di sini ini selatan barat daya”. Akhirnya harus cari lagi. Begitu

dapat tempat duduk yang benar, pertandingan sudah bubar.

Tapi teman-teman, paling tidak enak itu kalau kalian nonton dari

tribun timur, karena kalau di tribun barat itu nonton pakai lampu,

cahaya terang kelap-kelip di mana-mana, tapi di tribun timur itu

masih gelap, listrik tidak ada. Di tribun barat itu dikasih kursi,

Page 95: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

83

dikasih sofa, makrgergheran enak-enak, tapi di tribun timur itu

masih beralaskan tanah, makan seadanya. Bahkan orang dari

tribun barat itu berteriak ke tribun timur, “Woi, kalian yang ada di

tribun timur, sabar saja, nanti kami bangun kursi di situ. Kami

kasih makan enak.” Tetapi, sampai pertandingan berakhir tidak

ada yang datang. (Abdur, SUCI 4)

(32) Teman-teman, di sini ada yang tahu Rokatenda? Tidak ada.

Inilah suara minor yang mau saya bawa malam ini. Teman-

teman, Rokatenda adalah gunung berapi di Pulau Flores. Dia

meletus dari bulan Oktober 2012 sampai Desember 2013.

Empat belas bulan, empat belas bulan. Bahkan dari pertama

kali dia meletus, sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup-

tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada. Wajar kalau

teman-teman tidak tahu, karena memang berita Rokatenda

meletus pada waktu itu, itu tertutup oleh berita banjir Jakarta.

Bahkan berita banjir Jakarta itu diarahkan menjadi bencana

nasional karena merugikan negara hampir Dua Puluh Triliun.

Rokatenda, selama empat belas bulan meletus itu, negara

cuma rugi seribu rupiah. Iya, dua koin Lima Ratus untuk tutup

telinga. (Abdur, SUCI 4).

(33) Bapak saya itu jadi caleg di 2014. Kemarin beliau buat kartu

nama, bagus sekali, lengkap dengan foto seperti Ursula potong

poni begitu. Kemudian beliau bagi keseluruh masyarakat

kampong, beliau bagi, beliau bagi, beliau bagi. Begitu KPU

Page 96: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

84

datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun ini itu

tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak saya langsung stres, iya.

Karena kalau tidak ada foto caleg, itu bagai mana masyarakat

disana mau memilih? Masyarakat disanakan rata-rata masih

buta huruf. Jangankan mau memilih, huruf A besar macam

gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif. (Abdur, SUCI 4).

(34) Teman-teman, memang kita sering kali menilai orang itu dari

penampilan. Banyak orang yang bilang don’t judge the book by

its cover, tapi kita ini manusia, stop tipu-tipu, stop tipu-tipu. We

are judging the book by its cover, we are. Cewek pake hotpants

kita bilang cabe-cabean, cewek tutup aurat kita bilang ninja.

Bahkan ada yang pake hotpants tapi tutup aurat, a kalau ini

gila. (Abdur, SUCI 4).

(35) Dua minggu yang lalu kami ke pantai ancol itu teman-teman,

aduh. Saya baru pertama kali lihat itu pantai ancol itu air

lautnya itu hitam gelap tidak bisa lihat apa-apa. Itu macam oli

mesin kita kasih pasir gitu. Itu pantai ancol men. Ada ubur-ubur

yang berenang itu napas satu-satu heu ha heu ha heu. Ada

kala dia membentuk huruf SOS. Orang Jakarta mungkin

kasihan lihat saya main lampu merah, tapi jujur saya menangis

melihat kalian bisa mandi di pantai seperti itu, jujur. (Abdur,

SUCI 4).

(36) Teman-teman, beberapa tahun belakangan ini pemerintah kita

itu menekankan pada pembelajaran kontekstual. Artinya

Page 97: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

85

pembelajaran yang diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Tapi

masih banyak kejadian di sekolah itu yang tidak kontekstual

pada kehidupan kita. Ambil contoh pelajaran matematika, ada

soal begini. Sebuah menara tingginya 60m, jika seorang

mengamat dengan puncak menara membentuk sudut 60

derajat. Hitunglah jarak pengamat dengan menara. Soal ini

kalau diberikan kepada kami yang di timur kami bingung. Bukan

bingung hitungnya, kami bingung ini menara seperti apa?

Seperti apa? Tempat saya itu tidak ada menara. Kenapa tidak

diganti saja dengan tiang kapal kah, pohon kelapa kah, atau

tiang listrik. Tapi percuma, listrik juga belum ada. Dan contoh

lain. Pembelajaran membaca kelas 1 SD sampai sekarang,

sampai detik ini itu masih ada pembelajaran begini ini: ini budi,

ini ibu budi. Aduh mama sayang eeee. Ini pelajaran perasaan

dari zaman Pithecanthropus sampai politikus begini saja, tidak

ada perubahan. Lagian ini tidak kontekstual untuk daerah timur,

sejak kapan ada orang timur nama budi? Sejak kapan?

Jangan-jangan budi itu makhluk astral. Seharusnya kalau mau

kontekstual untuk daerah timur itu diganti. Ini eduardus, ini

mama eduardus, eduardus senang Karena sumberair sudah

dekat. (Abdur, SUCI 4).

(37) Saya heran pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu

dibeda-bedakan. Padahal kita ini kan satu Ibu Pertiwi teman-

teman, satu Ibu Pertiwi. Saya itu terkadang berpikir itu dengan

Page 98: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

86

frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu Ibu Pertiwi begitu,

apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan,

kemudian melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah? Iya, jadi

kamar bersalin begitu, lampu terang, follow spot di mana-mana

begitu, kemudian Ibu Pertiwi berbaring.

O1: Ya Ibu Per. (Ini panggilan akrab Ibu Pertiwi ya).

O1: Ya Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, terus,

iya, terus, kuat, terus, kepalanya sudah keluar, oke, ya.

Sumatera.

Sumatera lahir, dan itu adalah pulau yang paling susah lahir

karena gunungnya paling banyak. Itu Ibu Pertiwi sampai robek-

robek itu. Dan mungkin setelah itu, Kalimantan lahir, Jawa lahir,

Bali lahir, dan pulau-pulau di bagian Indonesia Timur itu

lahirnya paling terakhir.

O1: Ya Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, iya

terus, sedikit lagi, sedikit lagi, iya kepalanya sudah keluar, oke,

iya, listrik mati. Begitulah cara kami lahir, makanya wajar kalau

kami gelap-gelap. (Abdur, SUCI 4).

(38) Ketika semua yang di sini itu sudah bersistem dengan online, di

tempat saya itu, aduh, oh lain, lain dari yang lain. Buat akte

kelahiran itu teman-teman di sana itu gratis. Tapi karena masih

manual, itu antriannya itu panjangnya masyaAllahhuakbar.

(Abdur, SUCI 4).

Page 99: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

87

(39) Dangdut yang sekarang itu lebih mementingkan goyangan

daripada lagu. Teman-teman ada yang tahu lagunya Zaskia?

Tidak tahu. Kita tahunya dia goyang itik. Teman-teman tahu

lagunya Inul Daratista? Tidak tahu. Kita tahunya dia goyang

ngebor. Teman-teman tahu lagunya Angel Elga? Tidak tahu. Kita

tahunya dia mantan Rhoma Irama. (Abdur, SUCI 4).

(40) Film-film di Indonesia tuh mendiskriminasikan orang Timur

sebenarnya teman-teman. Iya. Orang timur itu, misalkan kita

ambil contoh Iko Uwais gitu. Iko Uwais, kalau mau main film

berperan jadi orang timur itu gampang, tinggal jemur dia di

panas pakai baju merah, celana biru, sepatu hijo, goyang-

goyang bombastic, selesai, selesai. Tapi, kalau orang Timur

mau jadi Iko Uwais itu susah. Kalau pun main dengan Iko Uwais

paling jadi penjahat, tukang pukul, pegang parang, kemudian,

“Hei, ko stop tipu-tipu saya e”. (Abdur, SUCI 4).

(41) Teman-teman, Indonesia itu telalu terpusat di Jakarta. Makanya

penjahat itu juga datang disini. Pencuri itu teman-teman di timur

itu dapat tangkap itu pasti dapat pukul sampai busuk, sampai

busuk. Pencuri disini itu dapat foto, dapat suting, wawancara,

masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah. Makanya anak-anak

timur sana itu pikir-pikir, ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita

tidak pernah masuk Tv? Kita pencuri di Jakarta saja. Akhirnya

mereka datang kesini, mencuri disini, dapat tangkap

Alhamdulillah. Dipukul sampai busuk juga, sampai busuk um

Page 100: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

88

sampai busuk. Kenapa mereka tidak masuk Tv? Karena mereka

ini bukan pencuri yang berijazah. Akhirnya mereka pulang ke

timur lagi untuk sekolah, tapi mereka tidak sadar, di timur itu

sekolah juga susah. Jadi sama saja. (Abdur, SUCI 4). (42) Teman-teman, sudah 16 Tahun kita tertatih dalam revormasi,

ditipu oleh politisi yang katanya berikan bukti bukan janji. Tetapi

ketika ada tangis seorang minor di pelosok negeri, mereka sibuk

mencari kualisi bukan solusi. Makanya teman-teman, dari pada

sibuk nonton mereka debad di televisi, lebih baik datang kesini!

Bisa cuci mata ada tate Veni. (Abdur, SUCI 4).

(43) Sebenarnya malam hari ini tuh saya kepingin sekali berada di

panggung ini, kemudian bawa sasando, alat musik asli NTT

begitu. Cuma apa daya, saya tidak bisa main sasando. Teman-

teman, di NTT sekalipun belajar sasando itu tidak masuk dalam

kurikulumm tidak masuk, sedikit lagi masuk museum itu. Saya

takutnya, ini lama-kelamaan sasando itu hanya bisa tinggal

cerita. Saya punya anak begitu, kemudian saya punya anak

datang, tanya ke saya.

O1: Bapak, katanya sasando itu alat musik NTT. Itu dia pung

cara main bagaimana e?

O2: Ah, dia punya cara main itu, anak, ya begitu.

O1: Ya begitu bagaimana?

O2: Ya, begitu. Ya, kalau gitar kan begini (sambil memetik gitar).

Nah, gitar begini. Nah, sasando begitu.

Page 101: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

89

O1: Ya itu begitu begitu bagaimana?

O2: Ah, sudah anak. Tidak usah pikirm mari kita minum tuak

saja. (Abdur, SUCI 4).

Wacana (31) Komika mengkritisi perbedaan perlakuan pemerintah dalam

pemerataan pembangunan daerah di Indonesia. Hal itu terlihat dalam

tuturan “Tapi teman-teman, paling tidak enak itu kalau kalian nonton dari

tribun timur, karena kalau di tribun barat itu nonton pakai lampu, cahaya

terang kelap-kelip di mana-mana, tapi di tribun timur itu masih gelap, listrik

tidak ada. Di tribun barat itu dikasih kursi, dikasih sofa, makan enak-enak,

tapi di tribun timur itu masih beralaskan tanah, makan seadanya”.

Pernyataan Komika merupakan ungkapan kiasan yang mengandung

makna dalam konteks ketimpangan pembangunan di wilayah Indonesia.

Frasa “tribun timur” mengacu pada wilayah Indonesia Timur yang

digambarkan miskin infrastruktur dan kebutuhan hidup. Di sisi lain,

ungkapan “tribun barat” merujuk pada wilayah Indonesia Barat yang

digambarkan memiliki pembangunan infrastruktur yang baik dan

penduduk yang sejahtera.

Makna pesan sosial pada wacana ini ialah pemerintah harus

melakukan pemerataan pembangun diseluruh wilayah Indonesia, agar

tidak ada wiyalah yang tertinggal oleh karena ketidak merataan

pembangunan.

Wacana (32) Komika mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah

pusat di daerah terpencil di Indonesia, seperti di Flores Nusa Tenggara

Timur. Hali tersebut ada di dalam kalimat “Bahkan dari pertama kali dia

Page 102: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

90

meletus sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada

kado yang datang, tidak ada”. Tuturan ini menyiratkan periode terakhir

letusan Gunung Rokatenda yang terjadi selama satu tahun, yaitu pada

bulan Oktober hingga Desember 2013. Rokatenda merupakan gunung

berapi yang terletak di Pulau Palue, sebelah utara Pulau Flores. Akibat

letusan ini, beberapa desa ditimpa kerikil dan abu vulkanik, makanan dan

air bersih berkurang, dan warga di sekitar Rokatenda meninggal dunia

akibat tersapu awan panas. Meski bencana alam ini berlangsung lama,

Komika mengaku pemerintah pusat tidak memberikan bantuan logistik

dan uang kepada korban erupsi Rokatenda dan lebih memperhatikan

banjir di Ibu Kota Jakarta.

Makna pesan sosial, yaitu pemerintah harus sigap, tanggap, dan

meperhatikan korban bencana tanpa ada pilih kasih.

Pada wacana (33) Komika mengkritisi aturan KPU pada pemilu

2014 tentang surat suara caleg 2014 yang tidak memuat gambar para

caleg, tetapi hanya nomor urut dan nama masing-masing calon. Pada

pemilu 2014, surat suara yang memuat foto caleg hanya untuk caleg DPD

RI. Menurut Komika, hal ini membuat masyarakat di kampung tempat

tinggal Komika kesulitan untuk memilih calon yang mereka ingin pilih. Itu

dikarenakan masyarakat di sana rata-rata masih buta huruf sehingga

mereka kesulitan membaca nama calon pada surat suara pileg 2014

silam. Makna pesan sosial pada wacana ialah pemerintah atau KPU harus

mampu membuat aturan yang tepat sasaran tanpa merugikan orang lain.

Page 103: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

91

Dan pemerintah diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan angka

buta huruf di wilayah Timur Indonesia.

Wacana (34) Komika mengkritik tentang orang-orang yang sering

melihat orang lain dari sampulnya saja. Menurut Komika, kata-kata

“jangan menilai buku dari sampulnya” itu omong kosong untuk orang

zaman sekarang, stop tipu-tipu tegasnya. Karena kita sekarang lebih

banyak menilai buku dari sampunya atau menilai orang dari luarnya saja.

Contohya sering terjadi dilingkup masyarakat, ketika kita melihat

perempuan memakai rok mini atau pakaian ketat, kita sering mengatakan

mereka cabe-cabean, perempuan nakal atau tidak baik. Dan ketika kita

melihat perempuan memakai jilbab dan menutup aurat, kita sering

mengolok mereka dengan sebutan ninja karea menggunakan cadar

bahkan menyebut mereka teroris. Itulah realitas yang disampaikan oleh

Komika terkait kita yang sering menilai orang dari luarnya saja.

Makna pesan sosial dalam wacana ialah berhenti menilai orang

dari penampilan luarnya saja.

Dalam wacana (35) Komika mengkritik bagaimana kondisi pantai

ancol yang kotor dan airnya yag berwarna hitam, yang tidak layak

digunakan untuk mandi dan dijadikan tempat pariwisata atau liburan.

Saking gelapnya, Komika mengibaratkan air di pantai ancol seperti pasir

yang diberikan oli mesin, hitam pekat. Komika juga menyampaikan rasa

keprihatinannya kepada orang-orang yang bisa mandi di pantai yang

kondisinya kotor.

Page 104: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

92

Makna pesan sosial pada wacana adalah bagaimana kita harus

menjaga kebersihan, sehingga tempat-tempat pariwisata tetap bersih dan

terjaga. Sehingga masyarakat bisa menikmati tempat pariwisata dengan

nyaman dan aman.

Wacana (36) ini, Komika mengkritisi tentang kurikulum yang

menekankan pada pembelajaran kontekstual. Artinya pembelajaran yang

diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Namun menurut Komika, masih

banyak pembelajaran di sekolah yang tidak kontekstual pada kehidupan

kita. Komika mengambil contoh pembelajaran yang tidak kontekstual itu di

wilayah Komika. Contoh “Sebuah menara tingginya 60m, jika seorang

mengamat dengan puncak menara membentuk sudut 60 derajat.

Hitunglah jarak pengamat dengan menara.” Soal ini menurut Komika

kalau diberikan kepada mereka diwilayah Timur akan kebingungan. Bukan

karena mereka bingung bagaimana cara menghitungnya, melaingkan

mereka bingung bentuk menara yang dimaksud pada pertanya tersebut.

Karena menurut informasi dari Komika, di NTT tempat tinggal Komika

tidak ada menara, sehingga mengakibatkan mereka sulit menjawab

pertanyaan yang diberikan.

Pada wacana ini Komika memberikan saran agar pertanyaan

seperti itu diganti dengan tiang kapal atau pohon kelapa yang notabeninya

mereka sering melihatnya. Makna pesan sosial pada wacana ialah

sekolah harus mampu menerapkan pembelajaran kontekstual dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 105: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

93

Selanjutnya, wacana (37) Komika mengkritisi sikap diskriminatif

pemerintah pusat dalam hal melaksanakan pembangunan di Indonesia

(seperti pembangunan manusia dan infrastruktur) di Kawasan Timur

Indonesia. Ini ditunjukkan dengan tuturan “Saya heran, pembangunan itu

selalu dibeda-bedakan, selalu dibeda-bedakan dan Pulau-pulau di bagian

Indonesia Timur itu lahirnya paling terakhir”. Kedua kalimat kunci di atas

menyiratkan dikotomi dan kesenjangan pembangunan manusia dan

pembangunan infrastruktur antardaerah di Indonesia, khususnya di

kawasan timur Indonesia. Dalam pembangunan nasional, Indonesia Timur

selalu dibelakangkan, sehinga mengakibatkan pembangunan tidak

merata.

Makna pesan sosial, yaitu permerintah harus melakukan

pembangunan secara merata di seluruh wilayah Indonesia tanpa

membeda-bedakan.

Wacana (38) Sasaran kritik Komika ialah pemerintah. Hal itu terlihat

dalam tuturan “di tempat saya itu, aduh, oh lain, lain dari yang lain”.

Tuturan ini menyiratkan kegagalan pemerintah menyediakan teknologi

informasi di kampung halaman Komika. Kritikan Komika menyiratkan sikap

diskriminatif pemerintah dalam pemerataan fasilitas teknologi informasi di

berbagai daerah di Indonesia. Dalam wacana ini, Komika mengungkap

dikotomi keberadaan dan kemajuan teknologi antara daerah asal yang

sangat memprihatinkan, yang ditandai melalui tuturan “oh lain”, dengan

Jakarta yang diungkapkan melalui frasa “di sini”, dimana perkembangan

teknologi informasi semakin maju, yaitu tersistematisnya berbagai aktivitas

Page 106: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

94

berbasis online. Hal ini diterangkan melalui tuturan "semuanya di

sinisudah bersistem online".

Makna pesan sosial ialah pemerintah harus mampu melakukan

pemerataan fasilitas teknologi informasi pada berbagai daerah di

Indonesia. Sehingga tidak ada daerah yang susah dalam mengurus

administrasi dll seperti yang dikeluhkan oleh Komika.

Wacana (39) Komika mengeluhkan karya musik artis dangdut saat

ini yang lebih identik dengan tarian atau goyangan, bukan lagu. Hal itu

ditunjukkan Komika melalui kalimat “Dangdut yang sekarang itu lebih

mementingkan goyangan daripada lagu”. Eksistensi musik dangdut dalam

khazanah kancah hiburan Indonesia yang identik dengan nafas religius

yang menjunjung tinggi etika dan estetika masih tetap dipertahankan

hingga saat ini. Sayangnya, Komika berpandangan bahwa dangdut yang

diperkenalkan dan dibawakan oleh generasi 2000-an itu bertentangan

dengan karya pendahulunya. Seniman dangdut era 2000-an telah

mengalihkan dan mengaburkan esensi seni yang mereka tampilkan,

sehingga ironisnya publik lebih mengenalnya karena goyangannya, bukan

lagu yang mereka nyanyikan. Sebut saja Inul Daratista yang lebih dikenal

dengan goyang ngebornya, Zaskia Gotik yang terkenal dengan goyang

itiknya, dan lain sebagainya. Sedangkan pedangdut Angel Elga terkenal

karena hubungan asmaranya dengan Rhoma Irama, bukan karena karya

atau lagunya.

Page 107: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

95

Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah para penyanyi dangdut

harus lebih memperhatikan dan mementingkan kualitas dan makna lagu

dibangding dengan goyangan.

Dalam wacana (40), Komika mengkritik karya sinematografi

Indonesia yang mendiskreditkan masyarakat Timur karena kerap

meberikan peran peran subversif. Hal ini ditunjukkan dengan kalimat (1)

Film-film di Indonesia tuh mendiskriminasikan orang timur sebenarnya dan

(2) Kalau pun main dengan Iko Uwais paling jadi penjahat, tukang pukul,

pegang parang.

Salah satu contohnya, Komika menyebut lakon antagonis aktor

bernama Alfridus Godfred yang merupakan orang timur dalam film laga

The Raid. Hal tersebut terungkap dalam kalimat "Hei, ko stop tipu-tipu

saya e" yang merupakan penggalan dialog Alfridus Godfred di film The

Raid. Aktor tersebut memainkan peran gangster dalam film The Raid.

Mirip dengan Alfridus Godfred, di film laga lainnya, banyak aktor dari

Indonesia Timur juga berperan sebagai antagonis, peran yang identik

dengan kekerasan. Sehingga menjauhkan karakter dari simpati dan

empati penonton khususnya penonton Indonesia.

Makna pesan sosial, yaitu para sinematografi Indonesia harus

memberikan peran yang tanpa mendiskreditkan beberapa pihak.

Wacana (41) Komika mengkritik tentang tentang perlakuan yang

tidak adil oleh aparat hukum. Hukum tumpul ke atas dan runcing ke

bawah kata yang tepat untuk menggambarkan hal yang dikritik oleh

Komika. Hukum di Indonesia timpang sebelah atau tumpul ke atas runcing

Page 108: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

96

ke bawah. Keadilan di negara ini lebih tajam menghukum masyarakat

kelas bawah daripada pejabat tinggi seperti para koruptor. Komika

membandingkan dengan para pencuri yang berijazah yang notabenenya

para pejabat yang ekonominya kelas atas yang terjerat kasus korupsi dan

suap. Mereka diperlakukan seperti seorang raja, foto dengan gagah,

masuk TV, dan masuk penjara dengan fasilitas mewah. Berbeda dengan

mereka yang melakukan kejahat kecil. Seperti mereka yang maling ayam,

ubi, sandal dll. Mereka diperlakukan tidak manusiawi dan bahkan

diperlakukan kasar sebelum dimasukan di dalam penjara. Hal ini sangat

bertentangan dengan negara Indonesia yang notabenenya negara hukum.

Komitmen Indonesia sebagai Negara hukum pun selalu dan dinyatakan

secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen.

Makna pesan sosial pada wacana yaitu Indonesia sebagai negara

hukum harus menegakkan hukum tanpa ada perlakuan yang tidak adil.

Hukum tidak boleh tumpul keatas dan runcing kebawah.

Wacana (42) Komika mengkritisi tentang politisi yang sering menipu

rakyatnya dengan mengumbar-ngubar jani politiknya, yang katanya

memberikan bukti bukan sekadar janji. Padahal, ketika ada tangisan dari

rakyat karena penderitaan. Mereka malah sibuk mengurusi

kekuasaannya, mencari kualisi untuk melanggengkan kekuasaan mereka.

Padahal yang dibutuhkan masyarakat Indonesia adalah solusi dari para

politisi atau para pejabat Negara, buka janji-janji manis.

Page 109: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

97

Makna pesan sosial pada wacana ialah janji harus ditepati. Dan

politisi harus mampu memberikan bukti nyata dari janji-janji yang telah

mereka katakan.

Selanjutnya wacana (43) Komika mengkritik ketidakpedulian

lembaga pendidikan di Nusa Tenggara Timur untuk memasukkan

kesenian sasando dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Hal tersebut

diungkapkan melalui tuturan Komika “Di NTT sekalipun belajar sasando

itu tidak masuk dalam kurikulum”.

Sebagai salah satu ikon kesenian NTT, sasando dihadapkan pada

situasi yang ironis hingga tahun 2014, sasando belum pernah diajarkan

secara formal oleh sekolah-sekolah di NTT. Secara tersirat, Komika

menilai salah satu cara atau upaya pelestarian sasando adalah dengan

meneruskan dan mengajarkannya kepada generasi muda melalui

pembelajaran di sekolah. Dengan cara ini, sasando akan tetap menjadi

budaya yang langgeng dan dapat dikenali dan dimainkan oleh generasi

sekarang dan yang akan datang.

Makna pesan sosial dalam wacana tersebut adalah bahwa

lembaga pendidikan di Nusa Tenggara Timur harus lebih memperhatikan

alat musik tradisional dan memasukkan kesenian sasando dalam

kurikulum pembelajaran di sekolah.

b. Makna Pesan sosial Akbar

Makna pesan sosial yang disampaikan Akbar terdapat pada data

berikut ini:

Page 110: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

98

(44) Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya

Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah

menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang

sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah diributin

datangnya bulan. (Akbar, SUCI 1).

(45) Indonesia telah meredeka bagi sebagian orang, karena apa,

ingat! kita tentu diajari dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar ya. Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat yang berbahagia, mengantar rakyat

Indonesia dengan selamat sentosa ke pintu gerbang. Cuman

sampai pintu gerbang lo ya, belum masuk lo ya. Cuman sampai

pintu gerbang, kita belum masuk. Masih antri, hanya sebagian

yang masuk, pejabat masuk, semua masuk, rakyat banyak yang

belum masuk. Menuju masyarakat yang merdeka, berdaulat,

adil dan makmur. (Akbar, SUCI 1).

(46) Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya

Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah

menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang

sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah diributin

datangnya bulan. (Akbar, SUCI 1).

Wacana (44) Komika mengkritisi perbedaan hari raya Idhul Fitri di

Indonesia. Perbedaan itu dikarenakan metode yang digunakan untuk

melihat hilal berbeda. Pemerintah menggunakan metode ruqyat,

Page 111: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

99

sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab untuk mentukan bulan

baru 1 Syawal.

Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah bahwa perbedaan itu

adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan.

Pada wacana (45) Komika mengritisi kemerdekaan yang hanya

dinikmati oleh sebagian orang. Kemerdekaan hanyalah milik para pejabat

dan penguasa di negri Indonesia. Rakyat Indonsia hanya di antar sampai

ke pintu gerbang kemerdekaan namun belum bisa masuk dan menikmati

kemerdekaan.

Makna pesan pada wacana ini, yaitu pemerintah harus mampu

memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia sesuai bunyi UUD

1945.

Selanjutnya, wacana (46) Kekayaan alam Indonesia yang

melimpah ternyata tak berbanding lurus dengan kesejahteraan bangsa

Indonesia. Penyebanya karena banyaknya kekayaan Indonesia yang

dikuasai oleh asing. Komika mengkritisi tentang bayaknya kekayaan atau

aset Indonesia yang dimiliki atau dikelolah oleh Negara luar, itu terlihat

pada wacana “Tapi kita harus prihatin dengan Indonesia, semuanya

banyak yang dikuasai asing. Pertambangan milik asing, bank milik asing,

perusahaan-perusahaan milik asing”.

Penguasaan kekayaat atau aset Indonesia oleh asing sudah tidak

asing dan sudah menjadi rahasia umum. Itu terlihat kertika percakapan O1

dan O2.. O1: Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu sudah tidak asing.

Komika prihatin dengan Indonesia yang begitu banyak kekayaannya

Page 112: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

100

namun banyak yang dikuasai oleh asing. Asing kendalikan semua sektor.

Menurut pengamat Ekonomi UGM Revrizon Baswir, sebagaimana dikutip

dari Hitbut-Tahrir.or.id, bahaya yang paling penting adalah asing tidak

hanya akan mengendalikan ekonomi tetapi mereka akan mengendalikan

semuanya. Sehingga siapapun yang berkuasa di negeri ini akan

bergantung kepada asing, karena asinglah yang mempunyai modal,

mereka yag menguasai lahan, mengendalika regulasi, sampai pada

kebijakan-kebijakan di tingkat mikro.

Makna pesan sosial pada wacana ialah banggalah dengan

Indonesia, namun mari kita kembali mengelola sendiri kekayaan Indonesia

untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

c. Makna Pesan sosial Ari Kriting

Makna pesan sosial yang disampaikan Ari Kriting terdapat pada

data berikut ini:

(47) Orang sekolah sekarang itu, tambah aneh-aneh kurikulum itu,

coba kalia perhatikan! Sekolah sudah macam-macam jenis

sekolah, tiba-tiba di kota-kota besar ada lagi yang bikin sekolah,

“sekolah alam”. Saya pas perhatikan, sekolah alam konsepnya

apa? Dihutan-hutan, saya omong kosong. Bukannya apa-apa,

kalian itu sepertinya tidak bersyukur, orang-orang kota itu.

Sudah syukur-syukur dapat gedung, mereka pilih sekolah di

hutan lagi. Eh saya kasih tahu, di Indonesia Timur sana banyak

orang sekolah di hutan karena tidak bisa dapat gedung. Coba

bersyukur kah. Kalau memang kamu mau sekolah di hutan,

Page 113: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

101

tidak usah kalian bikin lagi sekolah alam itu. Lebih bagus kita

tukaran aja kan? Kita datang di kota sekolah di gedung. Kamu

yang mau sekolah di alam itu, kamu pergilah di Indonesia Timur

itu, sekolah dengan kaswari-kaswari sekalian di sana. (Ari

Kriting, THE TOUR)

(48) Tapi bebicara tentang harga diri, harga diri saya itu tercoreng,

karena apa? Tim sepak bola kita kalah terus. Menurut saya

kekalahan timnas sepak bola itu karena satu, dia punya satu

kekurangan, kekurangan orang timur. Serius, sungguh ini.

Karena orang timur itu paling jago kalau main bola, dan kita jago

main bola karena kebiasaan berburu. Betul, iyo. Orang lain

kalau berburu itu pakai panah, tombak, senapan. Kalau kita

orang timur beda, kita kalau berburu itu yang namanya anoa,

kaswari, babi hutan itu kita kejar, kita kejar, kita kejar, kemudian

kita tackling. (Ari, SUCI 3)

(49) Jangan kaya anak-anak alay. Anak alay kalau temannya ulang

tahun malah dikerjain sama dia. Wis saya paling benci dengan

yang begitu. Temannya ulang tahun diikat, iyakan diikat,

ditimpuk-timpukkin, disiram bensi, dibakar. Sudah begitu kenapa

kalau orang ulang tahun itu identik dengan suka di lempar-

lempar dengan telur, iya kan?. Itu kan mubazir, mending

telurnya dimakan. Apalagi yang masih mahasiswa, sok kaya lagi

lempar-lempar orang pakai telur, mending kalian goreng untuk

dikossan kan. Ini di lempar-lempar dengan telur, menurut saya

Page 114: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

102

itu kegiatan yang mubazir dan tidak mendidik sama sekali.

Kalau mau, teman-teman kalian pas ulang tahun lakukanlah

acara yang mendidik. Jangan dilempar telur, dilempar

pertanyaan. Pas ulang tahun, siapakah penemu benua

amerika?. Colombus. Bagus, jangan dilempar telur. (Ari,

Indosiar, lucunya tu disini).

(50) Dan terkait untuk masalah budaya. Saya sebenarnya juga

bangga dengan seluruh budaya Indonesia, kecuali satu, budaya

wayang orang. Menurut saya itu agak mendiskriminasi. Karena

mendiskriminasi orang timur kalau menurut saya. Karena di

budaya wayang orang itu. Kalau kita lihat itu tokoh-tokoh

utamanya itu yang namanya Arjuna, yang namanya Rama, dan

lain sebagainya itu kan gagah-gagah kan. Giliran penjahatnya

itu diwujudkannya hitam dan rambutnya kriting. Itu pasti orang

timur. Dan juga itu dinamakan Buto. Ini kalau menurut saya ini

plesetan saja ini. Sebenarnya ini pasti namanya Beta itu. (Ari

Kriting).

(51) Dan masalah kulit, orang yang kulitnya gelap itu paling sering

dibullying. Saya itu kalau masih menelpon di tempat umum ada

saja yang celoteh-celoteh tidak enak itu. O1: Ih penumpang

gelap ya. Kalau naik angkot juga begitu, baru naik, tak, ini

sudah ada lagi penumpang di dalam. O1: Ihiyyy, penumpang

gelap?. Sampai di dalam angkot ditanya lagi.

O1: Mau kemana mas?

Page 115: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

103

O2: Mau ke pasar

O1: Pasti pasar gelap ya?

Padahalkan tidak ada hal-hal seperti itu, omong kosong semua

kan?. Mana ada tuh yang namanya pasar gelap. Memang

pernah ke pasar terus

O1: Ibu, mau beli

O2: Beli apa?

O1: Beli baju

O2: Sabar sebentas saya carikan, ini gelap, ini gelap.

Wacana (47) Komika mengkritisi tentang sekolah alam yang

dilakukan oleh orang-orang kota. Komika mengkritis sekolah alam yang

bertemakan di hutan-hutan dan mengatakan orang-orang yang

mengadakan sekolah itu tidak berysukur dengan fasilitas gedung yang

ada di kota. Komika membandingkan dengan orang-orang yang ada di

timur yang masih tertinggal terkait infrastruktur, terkhususnya infrastruktur

untuk pendidikan. Di wilayah Papua, perkembangan pendidikan masih

sangat memprihatinkan. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Papua

masih rendah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan jika

lebih dari 50% anak-anak usia sekolah (3-19 tahun) tidak mendapatkan

pendidikan di sekolah. Minimnya fasilitas masih menjadi faktor utama. Di

Papua masih banyak sekolah yang berdiri seadanya dengan

menggunakan tenda dan kursi yang lapuk.

Melihat fenomena tersebut. Komika menawarkan untuk tukar

sekolah. Orang-orang timur datang untuk sekolah di kota dan

Page 116: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

104

menggunakan fasilitas gedung dan orang-orang yang mau sekolah di

alam pergi sekolah di wilayah Indonesia timur.

Makna pesan sosial dalam wacana Komika, yaitu kita harus

senantiasa bernyukur dengan apa yang kita miliki, terkhususnya fasilitas

pendidikan yang layak. Karena masih banyak di tempat atau daerah lain

yang pendidikannya belum atau tidak layak.

Pada wacana (48) Komika mengkritik Tim Nasional Indonesia

(Timnas) yang kalah terus, terkhususnya Timnas sepak bola Indonesia

terus menerus merasakan kekalahan. Menurut Komika, kekalahan Timnas

sepak bola Indonesia karena kekurangan pesepak bola dari timur.

Indonesia memiliki potensi besar sebagai sebuah bangsa yang besar.

Dikarenakan budaya dari ujung barat hingga ujung timur, membuat

bangsa Indonesia begitu besar. Begitupun yang terlihat di dunia sepak

bola. Di mana bintang-bintang Timnas Indonesia datang dari segala

penjuru Nusantara. Tak sedikit pula mutiara dari timur Indonesia yang

begitu berkilau mebela bangsa di level Internasional. Pesepak poda dari

timur memang terkenal dengan talenta pesepak bolanya. Seperti Ronny

Pattinasarani (Makassar), Rochi Putiray (Ambon), Elie Aiboy (Jayapura),

Boaz Solossa (Papua), dan begitu banyak pemain yang berasal dari timur

yang memiliki potensi yang sangat luar biasa di persepak bolaa Indonesia.

Makna pesan sosial adalah agar pemerintah banyak merekrut

orang timur masuk di Timnas Indonesia, karena orang-orang timur

memiliki talenta dalam sepak bola.

Page 117: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

105

Wacana (49) ini Komika mengkritisi perilaku anak-anak ketika

merayakan ulang tahun. Komika menyebut mereka anak alay karena

berlebihan dalam melakukan sesuatu, terutama merayakan ulang tahun.

Anak-anak zama sekarang sering kali merayakan ulang tahun dengan

melempar telur dan tepung kepada temannya yang sedang berulang

tahun. Menurut Komika kegiatan seperti itu sangat mubazir apatahlagi jika

hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa yang hidup kos, menurut Komika

lebih baik telur itu dimasak dan dimaka oleh anak-anak kos. Dilain sisi,

kegiatan semacam ini juga tidak terdidik. Senghingga pada akhir

kalimatnya Komika memberikan saran kepada mereka untuk jangan

melempar telur, melainkan melempar pertanyaan yang menambah

wawasan ilmu pengetahuan kepada teman yang sedang ulang tahun.

Makna pesan sosialnya adalah berhenti melakukan kegiatan yang

mubazir dan tidak mendidik, terkhususnya ketika perayaan ulang tahun.

Dalam wacana (50) Komika mengkritisi tenyang budaya-budaya

yang selalu mendiskriminasi orang-orang yang berkulit hitam dan

berambut kriting. Seringkali tokoh-tokong yang ada dalam sebuah cerita

budaya menjadikan tokoh utamanya adalah orang-orang yang gagah,

tanpan, dan putih. Sedangkan penjahat selalu diperankan oleh orang-

orang yang berkulit hitam, dan berambut keriting. Menurut Komika, ini

merupakan perlakuan yang diskriminasi orang-orang timur yang secara

fisik wajahnya hitam dan berambut keriting.

Page 118: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

106

Makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika adalah agar

diskriminasi itu dihilangkan, agar semua tidak ada yang di beda-bedakan

dan agar tidak ada kecemburuan sosial.

Selanjutnya wacana (51) tersebut. Komika mengkritisi tentang

orang-orang yang sering membullying orang yang berkulit hitam,

terkhususnya orang-orang timur yang memiliki kulit hitam da rambut

keriting. Komika menceritakan bagaimana Komika dibully dengan kata

penumpang gelap oleh orang lain ketika dia hendak menaiki angkot.

Bullying memang sering kali terjadi di sekitara kita, terutama bullying yang

berkaitan dengan fisik. Bullying memiliki dampang yang besar terhadap

korban bully, dampaknya merusak kepercayaan diri korban dan bahkan

sampai membuat korban bisa membunuh dirinya karena tidak sanggup

menahan penderitaan mental dikarenakan bullying.

Makna pesan sosial yaitu janganlah kita melakukan bullying

terhadap orang lain, terutama bullying terhadap fisik orang lain, karena

bisa merusak psikologis orang lain.

d. Makna Pesan Sosial Dzawin

Makna pesan sosial yang disampaikan Dzawin terdapat pada data

berikut ini:

(52) Gue benaran kurang suka sama bola gitu. Tapi ada teman gue

bilang katanya gue banci karena gue enggak suka nonton bola.

Sekarang gini, nonton bola itu adalah Fashion men. Lu suka

nonton bola itu karena Fashion, gue nggak suka nonton bola

karena gue punya Fashion lain, gue suka naik gunung. Dan naik

Page 119: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

107

gunung itu adalah salah satu olahraga ekstrem. Dan lu masih

mau bilang kalu gue banci? Iya kan. Sekarag gini, kita kalau

naik gunung kita pakai perlengkapan lengkap men. Kita bawa

kompas, matras, tenda, kos-kossan, kamar madi dalam, ibu kos,

waow dibawa semuanya. (Dzawin, SUCI 4).

(53) Tapi lo sadar nggak sih ya, ketika banyak orang sekarang itu

lebih rela untuk bangun malam untuk nonton bola ketimbang

bangun malam sholat tahajud, benar nggak sih? Iya nggak sih?

Benarkan. Gue pikir-pikir ini adalah akibat dari salah satu

faktornya adalah kebanyaka iklan-iklan, iya kan? Banyak iklan di

Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton bola, tetapi nggak

ada satu pun iklan di Indonesia yang memacu kita untuk sholat

tahajud. Bener nggak, sih? Iya, nggak? Emang di sini ada yang

pernah lihat iklan sholat tahajud gitu? Nggak ada kan?

Seharusnya ada, men, seharusnya ada kayak “Extra joss susu

jahe untuk menemani sholat tahajudmu”, atau “Kuku bima

religi”, atau “Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”.

(Dzawin, SUCI 4).

(54) Kalau menurut gue, fungsi dari pakaian, fungsi dari fashion itu

ada dua. Yang pertama fisual, yang kedua fungsional. Enak

dilihat dan bisa merepresentasikan sikap. Percuma pakai peci,

koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas bulan puasa,

ada warteg masih digerebek. Iya kan? Padahal udah ditirai

masih digerebek. Kan kasihan. Gue belum kenyang. Lagian gini

Page 120: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

108

men. Orang-orang yang makan di warteg pas bulan puasa,

emang mereka pas makan pernah ada yang pamer? Keluar dari

warteg terus bawa es teh gitu, ada orang yang lagi puasa, cie

aus. Enggak pernah kan?. Gini men. Percuma gitu pakai peci,

koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas lagi ceramah

di atas panggung, kepala orang dipiting. Percuma. Siapa

namanya tuh? Ustad apa? Ustad apa? Ya, Ustad Harajuku. Ini

mungkin waktu dia masih di pesantren, temen-temennya

bangun malam buat sholat tahajud, dia bangun malam buat

nonton smackdown. (Dzawin, SUCI 4).

(55) DPR itu tugasnya kan untuk mendengarkan suara rakyat,

aspirasi rakyat. Tapi, gimana caranya DPR mendengarkan

suara rakyat, ketika DPR dihalangi oleh tembok yang begitu

tinggi, naik ke kantor, ke kantor itu pakai Camry, ya kan?

Seharusnya DPR itu bukan diletakkan di Senayan, tapi di

tengah-tengah pasar, iya. Di pasar itu kan segala macam ada

kan? Dari tukang ayam, sampai tukang cabe, ayam kampus,

cabe-cabean. Ada dari gembel ngemis, sampai gembel ngelem,

ada men. Biasa ke kantor pake Camry, ini jalan jalan kaki, pas

lagi jalan ketemu preman. Tapi enggak akan dipalak. Ndak

berani preman pasar malak preman negara. (Dzawin, SUCI 4).

(56) Tapi sebenarnya jujur, gua kurang suka sama bola, gua kurang

suka nonton bola, nggak suka bahkan. Karena kalau menurut

gua, bola itu penuh dengan provokasi. Loe lihat kemarin itu ada

Page 121: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

109

kasus Materazzi disundul sama Zidane. Itu karena Materazzi

memprovokasi Zidane. O1: Eh, Zidane, ibu kamu teroris ya? (Zidane masih sabar).

O1: Eh, Zidane, adik kamu teroris ya? (Zidane masih sabar).

O1: Eh, Zidane, Bapak kamu tukang siomay ya?

O2: Eh, anjir, gua digombalin. Derrr (menanduk dada O1).

(Dzawin SUCI 4).

(57) Banyak orang sekarang itu beli Hp lebih mengedepankan

gengsi ketimbang fungsi. Beli Hp sampai 12 Juta, tapi pengen

pamerin, niatnya di pamerin. Pengen dipamerein tapi

dikantongin, lu kalau pengen pamer jangan dikantongin, tempel

di jidat, Hp, Hp, Hp. Beli Hp mahal banget sampai 12 Juta.

Motor gue aja beli seken itu cuman 7 Juta. Lu beli Hp 12 Juta

buat apa coba? Dipake ngojek nggak bisa, pake boncengan

enggak bisa, ditaru di parkiran ilang. Beli Hp 12Juta, itu Hp 12

Juta 2 biji kalau digabungin dijual, mak gue umroh. (Dzawin

SUCI 4). (58) Lagian gini men. Cewek itu sering banget ngomongin masalah

kesetaraan gender. Bener gak sih? Lagian kesetaraan gender

itu maksudnya apa sih? Setara itu kan artinya sama, padahal

sama belum tentu proporsional, belum tentu pas. Contohnya

begini. Gua naik bis, gua naik kereta sama adek gua, tempat

duduknya cuma satu. Adek gua duduk, gua berdiri, nggak

setara, tetapi proporsional, karena gua lebih kuat, hitungannya

setara. Atau pakai solusi yang kedua, gua duduk, adik gua gua

Page 122: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

110

pangku. Ini cewek mintanya kesetaraan gender, tapi giliran di

kereta tempat duduk cuma satu, gua duduk dia berdiri ngelihatin

gua terus. Ya, nggak gua kasih, kan setara. Kalau mau, pakai

solusi yang kedua, elu gua pangku. Iya, nggak? Kalau elu gua

pangku, ya adik gua berdiri. Iya kan? Kalau masih nggak mau

juga, ya udah silakan duduk, tapi elu pangku gua, ya adik gua

berdiri lagi. (Dzawin, SUCI 4).

(59) Eh, loe tahu nggak sih, dari sekian banyak makanan nusantara,

makanan yang menurut gue paling enak itu adalah makanan

pesantren. Kenapa? Karena makanan pesantren itu bergizi

men, bergizi rendah. Pagi-pagi kita makan nasi, tahu, kerupuk.

Siang-siang kita makan nasi, tempe, kerupuk. Malam-malam

kita makan hati men. Makannya itu-itu mulu. (Dzawin, SUCI 4).

Wacana (52) Komika mengkritisi orang-orang yang menilai bahwa

laki-laki yang tidak suka menonton sepak bola adalah banci. Tidak semua

orang suka dengan sepak bola dan tidak semua orang yang tidak suka

sepak bola tersebut adalah banci. Karena menurut Komika, menonton

sepak bola adalah Fashion dan tidak semua orang Fashionnya sama.

Jadi, makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika ialah

jangan menghujat atau menjustifikasi orang yang tidak suka menonton

sepak bola adalah banci. Karena semua orang punya hobi yang berbeda-

beda.

Wacana (53) Komika mengkritisi tayangan iklan yang disiarkan di

televisi Indonesia, yang hanya menampilkan konten produk barang dan

Page 123: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

111

jasa saja, tanpa memiliki pesan moral tertentu yang bisa bermanfaat untuk

masyarakat, misalnya ajakan beribadah seperti salat tahajud. Dampaknya,

kesadaran masyarakat untuk menjalankan ibadah pun berkurang,

terkhususnya salat wajib dan tahajud. Hal ini ditunjukkan Komika pada

kalimat “Banyak iklan di Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton bola,

tapi nggak ada satupun iklan di Indonesia yang memacu kita untuk sholat

tahajud.” Contoh beberapa iklan produk makanan dan minuman ringan

mempersuasi masyarakat untuk lebih menyaksikan pertandingan sepak

bola pada dini hari atau subuh, alih-alih melaksanakan salat tahajud (bagi

pemeluk agama Islam).

Oleh karena itu, makna pesan sosial yang disampaikan oleh

Komika ialah agar iklan di televise dapat menumbuhkan, mengajak, dan

memicu kesadaran masyarakat untuk taat beribadah terkhususnya salat

tahajud.

Dalam wacana (54) Tuturan tersebut mengimplikasikan ormas

Islam yang diasosiasikan melalui frasa “peci, koko, sarung serta kata

gerebek” yang berkenaan dengan aksi penggeledahan dan razia rumah

makan oleh ormas Islam tertentu pada Bulan Ramadhan.

Makna pesan sosial pada wacana ini yaitu fashion kita harus enak

dilihat dan bisa merepresentasikan sikap kita dan kita harus mampu

bersikap toleran terkhususnya ormas Islam.

Wacana (55) Komika mengungkapkan, fungsi keterwakilan suara

rakyat yang diemban oleh anggota DPR tidak berjalan secara ideal. Hal ini

ditandai melalui tuturan “Tapi, gimana caranya DPR mendengarkan suara

Page 124: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

112

rakyat ketika DPR dihalangi oleh tembok yang begitu tinggi, pakai, naik ke

Kantor, ke Kantor itu pakai Camry”. Tuturan Tembok yang begitu tinggi

merupakan ungkapan yang berhubungan dengan Kantor DPR RI yang

berada di Senayan Jakarta. Kata Camry mengacu pada mobil sedan

berkelas menengah ke atas yang bernama Toyota Camry. Tuturan ini

merupakan gambaran simbol kemewahan anggota DPR. Oleh demikian,

tuturan tersebut mengimplikasikan para anggota DPR yang begitu sulit,

ditemui, didekati, dan tidak merakyat.

Sebagai simbol kerakyatan, Komika mengusulkan agar Kantor DPR

RI dipindahkan ke lingkungan sosial yang dekat dengan aktivitas

masyarakat, misalnya pasar tradisional yang dijadikan sebagai simbol

kerakyatan, pasar menjadi tempat jual-beli masyarakat, terutama

masyarakat lapisan menengah ke bawah. Hal itu dilakukan agar anggota

DPR bisa mengetahui masalah yang dialami masyarakat serta

mendengarkan aspirasi dan kebutuhan mereka secara langsung.

Makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika adalah DPR

harus mampu dekat dan mendengar insprirasi rakyat dan mudah ditemui,

didekati, dan merakyat.

Dalam wacana (56) Pada wacana Komika mengungkapkan ketidak

sukaannya terhadap sepak bola. Ketidak sukaannya dikarenakan sikap

provokasi yang ada dalam sepak bola yang berbau SARA. Hal tersebut

ditandai melalui tuturan “bola itu penuh dengan provokasi, Materazzi, dan

Zidane”. Ketiga tuturan tersebut mengimplikasikan kasus provokasi

berbau isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang dilakukan

Page 125: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

113

oleh pemain bertahan timnas Italia, Marco Materazzi terhadap pemain

Prancis Zinedine Zidane.

Makna pesan sosial yang disampaikan Komika, yaitu agar dalam

persepakbolaan tidak ada provokasi yang mengandung SARA agar

meminimalisir perkelahian dan permusuhan dalam sepak bola.

Wacana (57) Pada wacana ini Komika mengkritisi terkait orang-

orang yang membeli suatu barang dengan lebih mengedepankan gengsi

ketimbang fungsi. Contoh yang disampaikan oleh Komika ialah orang-

orang yang membeli Hp sampai 12 Juta hanya untuk dipamerkan.

Makna pesan sosial dalam wacana ini, yaitu mengajak agar orang-

orang membeli suatu barang lebih mengedepankan fungsi dari pada

genggsi.

Pada wacana (58) Dalam wacana, Komika mengkritik kaum

perempuan, secara khusus yang sering membicarakan dan menuntut

persamaan hak atau kesetaraan gender terhadap kaum laki-laki. Hal

tersebut terdapat pada kalimat “Cewek itu sering banget ngomongin

masalah kesetaraan gender”. Hal yang dikritik pada wacana ini ialah

kesalahpahaman kaum perempuan terhadap konsep kesetaraan gender.

Hal ini ditunjukkan melalui tuturan “Lagian kesetaraan gender itu

maksudnya apa sih? Setara itu kan artinya sama, padahal sama belum

tentu proporsional, belum tentu pas”. Dalam ilustrasinya di atas, seorang

wanita di kereta api yang tengah berdiri karena tidak mendapatkan kursi

kosong, ia selalu memandangi Komika yang sedang duduk bersama

adiknya, dengan harapan Komika mempersilakan wanita tersebut

Page 126: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

114

menduduki kursinya. Komika tidak memberikan kursinya untuk ditempati

oleh wanita tersebut karena ia memiliki hak untuk tetap menduduki kursi

yang sudah ditempatinya sejak awal dan ia merasa tidak adil jika ia harus

berdiri karena memberikan kursi yang didudukinya ditempati oleh wanita

tersebut. Dengan kata lain, wanita itu ingin berusaha mendapatkan

haknya untuk menduduki kursi tersebut dengan melanggar atau

mengabaikan hak Komika menempati kursi tersebut. Makna pesan sosial

Komika, yaitu kesetaraan itu penting, namun harus proposional.

Selanjutnya, wacana (59) Komika mengkritisi pondok pesantren

selaku institusi pendidikan Islam yang tidak terlalu memberikan perhatian

serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri. Hal tersebut

diungkapkan pada tuturan “Karena makanan pesantren itu bergizi, men,

bergizi rendah”.

Pada pagi hari, para santri dihidangakan nasi, kerupuk, dan tahu.

Pada siang hari, nasi, tempe, dan kerupuk menjadi menu santap siang

para santri. Jika menakar kandungan gizi makanan tersebut, maka

didapat hasil sebagai berikut: nasi mengandung karbohidrat; tahu

mengandung protein, lemak, dan karbohidrat; tempe mengandung protein,

lemak, dan karbohidrat; kerupuk mengandung karbohidrat serta kadar

gula dan garam yang tinggi. Komika menilai, kandungan dan

keseimbangan gizi dari pangan-pangan tersebut memprihatinkan.

Sementara itu, tuturan “makan hati” yang diungkapkan Komika

bukan mengacu pada aktivitas mengonsumsi jeroan ati ampela,

melainkan sebuah ungkapan yang bermakna “kecewa, sedih, atau kesal‟.

Page 127: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

115

Komika kecewa dan sedih karena sepanjang dan setiap hari para santri

selalu disajikan menu makanan yang sama yang memiliki kualitas gizi

yang rendah dan tidak seimbang.

Jadi makna pesan sosial pada wacan ini, yaitu harapan agar

pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam agar memberikan

perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri.

B. Pembahasan

1. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Grice dalam Wacana Humor

Stand Up Comedy (SUC).

Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bagian hasil

penelitian ditemukan bahwa bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice,

yakni pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi,

dan maksim cara. Keempat maksim tersebut, yang paling menonjol atau

paling banyak ditemukan pada Stand Up Comedy wacana sosial, yaitu

maksim kualitas.

Hasil temuan diperoleh bahwa pelanggaran maksim kualitas dalam

Stand Up Comedy wacana sosial di Indonesia disebabkan oleh penutur

yang mengatakan sesuatu yang tidak benar atau mengatakan sesuatu

yang diyakini salah dan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak

dapat dibuktikan secara memadai. Pelanggaran ini terjadi jika penutur

tidak memiliki keyakinan untuk menginformasikan sesuatu kepada mitra

tutur atau pendengar. Pelanggaran maksim kualitas merupakan

pelanggaran yang banyak dilakukan oleh Abdur. Pelanggaran sengaja

dilakuakan oleh Komika agar tercipta kelucuan dan efek humor. Dengan

Page 128: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

116

demikian, diperoleh bahwa pelanggaran maksim kualitas berupa

pernyataan sesuatu yang tidak benar atau pernyataan sesuatu yang

diyakini salah dan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat

dibuktikan secara memadai dapat menimbukan humor atau kelucuan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Tustiantina (2014:95) dalam penelitiannya

yang mengatakan bahwa untuk membentuk kelucuan diperlukan

pelanggaran maksim kualitas yakni mengungkapkan informasi yang

diragukan kebenarannya.

Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pelanggaran maksim kuantitas yakni adanya informasi yang disampaikan

tidak informatif dan informasi yang disampaikan berlebihan yang melebihi

yang dibutuhkan. Pelanggaran maksim kuantitas dilakukan oleh penutur

dengan tujuan untuk menimbulkan efek humor yang mengakibatkan gelak

tawa oleh lawan tutur atau penonton. Hal ini sejalan dengan pendapat

Yule (2006) yang mengatakan untuk menciptakan kelucuan, maka harus

memberikan informasi yang kurang dari informasi yang dibutuhkan.

Dengan demikian, apabila informasi yang disampaikan kurang informatif,

maka informasi tersebut dapat mengandung humor.

Pelanggaran maksim relevansi terjadi karena pemberian informasi

yang tidak relevan dengan konteks tuturan. Antara penutur dan lawan

tutur tidak terjadi hubungan yang relevan sehingga terjadi pelanggaran

maksim relevansi. Dalam penelitian ini lebih banyak ditemukan

pelanggaran relevansi yang dilakuakan oleh Abdur. Pelanggaran maksim

relevansi biasanya terjadi karena penutur sengaja agar terjadi efek

Page 129: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

117

kelucuan atau humor didalam Stand Up Comedy. Hal ini selaras dengan

temuan Tustiantina (2014:95), yaitu pelanggaran maksim relevansi

menghasilkan kelucuan karena ketidaksingkronan topik pembicaraan.

Selanjutnya, hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

pelanggaran maksim cara, yaitu adanya informasi yang taksa atau

ambigu, tidak jelas, dan tidak teratur. Pelanggaran in sengaja dilakukan

agar yang disampaikan menimbulkan efek humor. Hal ini sejalan dengan

temuan Tustiantina (2014:95) yang mengatakan bahwa kelucuan dapat

hadir ketika maksim cara dilanggar.

Dengan demikian, dalam berkomunikasi diharapkan penutur

menerapkan prinsip kerja sama agar komunikasi berlangsung dengan

lancar. Namun, pada kenyataannya prinsip kerja sama tidak harus selalu

ditaati. Prinsip kerja sama hanya dapat diterapkan pada konteks

kebahasaan yang formal atau resmi. Tetapi dalam konteks yang

nonformal prinsip kerja sama dapat dilanggar dengan tujuan memberikan

hiburan dan kritikan terhadap fenomena yang terdapat dalam masyarakat.

Hal ini diperkuat dalam temuan yang diperoleh peneliti, yakni berdasarkan

teori Grice yang membagi empat maksim tersebut masing-masing dimulai

dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim

cara.

2. Makna Pesan Sosial yang Disampaikan Komika Dengan

Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Grice dalam Wacana Humor

Stand Up Comedy (SUC).

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian pada bagian terdahulu

Page 130: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

118

ditemukan bahwa makna pesan yang disampiakan oleh Komika Stan Up

Comedy berupa kritik terhadap fenomena yang ada di masyarakat. Seperti

Abdur yang menyampaikan Stan Up Comedy dengan makna pesan sosial

bahwa pemerintah harus menegakkan hukum, melakukan pemerataan

pembangun diseluruh wilayah Indonesia, menyelesaikan angka buta

huruf, serta pemerintah harus sigap, tanggap, meperhatikan korban

bencana tanpa ada pilih kasih, dan terkhusus institusi pendidikan di Nusa

Tenggara Timur agar lebih memperhatikan alat musik tradisoanal dan

memasukkan kesenian sasando dalam kurikulum pembelajaran di

sekolah.

Selain itu, makna pesan sosial yang disampaiakan Komika Abdur

terhadap masyarakat bahwa berhenti menilai orang dari penampilan

luarnya saja, dan serta mari menjaga kebersihan, sehingga tempat-tempat

pariwisata tetap bersih dan masyarakat bisa menikmati tempat pariwisata

dengan nyaman dan aman. Di samping itu, terhadap dunia seni dan

perfilman, pesan sosial yang disampaikan oleh Komika bahwa

sinematografi Indonesia harus memberikan peran yang tanpa

mendiskreditkan beberapa pihak, serta para penyanyi dangdut harus lebih

memperhatikan dan mementingkan kualitas dan makna lagu dibangding

dengan goyangan.

Selanjutnya, makna pesan yang disampaiakan oleh Akbar bahwa

perbedaan itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan dan

pemerintah harus mampu memberikan kemerdekaan kepada rakyat

Indonesia sesuai bunyi UUD 1945. Selain itu, dalam wancananya Komika

Page 131: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

119

menyampaikan bahwa banggalah dengan Indonesia, namun mari kita

kembali mengelola sendiri kekayaan Indonesia untuk kesejahteraan rakyat

Indonesia.

Makna pesan sosial yang disampaikan Ari Kriting yaitu bahwa kita

harus senantiasa bernyukur dengan yang kita miliki, terkhususnya fasilitas

pendidikan yang layak. Karena masih banyak di tempat atau daerah lain

yang pendidikannya belum atau tidak layak. Selain itu, makna pesan

sosial yang disampaiakan oleh Ari Kriting bahwa berhentilah melakukan

kegiatan yang mubazir dan tidak mendidik. Serta berhenti melakukan

bullying terhadap orang, terutama bullying terhadap fisik orang, karena

bisa merusak psikologis orang lain. Di samping itu, ia juga menyampaikan

bahwa diskriminasi itu dihilangkan, agar semua tidak ada yang dibeda-

bedakan dan agar tidak ada kecemburuan sosial.

Makna pesan sosial yang ada dalam wacana Dzawin bahwa

kesetaraan itu penting, namun harus proposional, dan jangan menghujat

atau menjustifikasi orang yang tidak suka menonton sepak bola adalah

banci. Karena semua orang punya hobi yang berbeda-beda. Dan ia pun

mengatakan bahwa jika kita membeli suatu barang harus lebih

mengedepankan fungsi dari pada genggsi. Serta fashion kita harus enak

dilihat dan bisa merepresentasikan sikap kita dan kita harus mampu

bersikap toleran terkhususnya ormas Islam.

Selain itu, makna pesan sosial yang disampaiakan oleh Dzawin

bahwa pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam agar

memberikan perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri.

Page 132: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

120

Dan iklan di Tv harus dapat menumbuhkan, mengajak, dan memicu

kesadaran masyarakat untuk taat beribadah terkhususnya salat tahajud.

Di samping itu, ia juga menyampaikan bahawa DPR harus mampu dekat

dan mendengar insprirasi rakyat dan mudah ditemui, didekati, dan

merakyat.

Dengan demikian, wacana humor yang diciptakan oleh Komika

dengan berbagai cara yang unik untuk menyampaikan makna pesa sosial

terhadap fenomena sosial, sehingga bukan hanya humor yang bisa di

ambil oleh lawan tutur, melainkan pesan-pesan yang disampaikan oleh

Komika melalui lelucon atau humor. Sesuai dengan penelitan yang

dilakukan oleh Sari (2012) yang menemukan fungsi humor dalam Stand

Up Comedy yang disampaikan oleh Raditya Dika. Hal ini pun selaras

dengan teori yang dikemukakan oleh Danandjaja (dalam Rahmanadji

2007:219), yaitu humoe dapat berfungsi sebagai sarana penyalur

perasaan yang menekan diri seseorng. Persaan tersebut dapat

disebabkan oleh ketidak adilan social persaingan politik, ekonomi, suku

bangsa tau golongan, dan kengkangan dalam kebebasan bergerak, seks,

atau kebebasan megeluarkan pendapat.

Page 133: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

121

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab empat dapat disimpulkan

bahwa bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang ditemukan oleh

peneliti, yaitu (1) maksim kuantitas meliputi informasi yang disampaikan

kurang informatif dan melebihi yang dibutuhkan, (2) maksim kualitas

meliputi mengatakan sesuatu yang diyakini salah dan menyatakan

sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara memadai, (3) maksim

relevansi meliputi pemberian informasi yang tidak relevan dengan konteks

tuturan, dan (4) maksim cara meliputi tuturan yang tidak jelas dan memiliki

makna ganda.

Makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika, yaitu (1)

pemerintah harus menegakkan hukum, melakukan pemerataan

Page 134: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

122

pembangun diseluruh wilayah Indonesia, menyelesaikan angka buta

huruf, serta pemerintah harus sigap, tanggap, meperhatikan korban

bencana tanpa ada pilih kasih, dan terkhusus institusi pendidikan agar

memperhatikan alat musik tradisoanal, (2) senantiasa bernyukur dengan

apa yang dimiliki, berhenti menilai orang dari penampilan luarnya saja,

berhentilah melakukan kegiatan yang mubazir dan tidak mendidik,

menjaga kebersihan, jangan mendiskreditkan beberapa pihak, berhenti

melakukan bullying terhadap orang, terutama bullying terhadap fisik

orang, karena bisa merusak psikologis orang lain, serta para penyanyi

dangdut harus lebih memperhatikan dan mementingkan kualitas dan

makna lagu dibangding dengan goyangan, (3) perbedaan itu adalah hal

yang wajar dan tidak perlu diributkan, banggalah dengan Indonesia,

kesetaraan itu penting, namun harus proposional, dan membeli suatu

barang harus lebih mengedepankan fungsi dari pada genggsi. Serta

fashion kita harus enak dilihat dan bisa merepresentasikan sikap kita dan

kita harus mampu bersikap toleran, dan (4) pondok pesantren selaku

institusi pendidikan Islam agar memberikan perhatian serius pada

persoalan kebutuhan gizi para santri. Dan iklan di Tv harus dapat

menumbuhkan, mengajak, dan memicu kesadaran masyarakat untuk taat

beribadah terkhususnya salat tahajud. Di samping itu juga DPR harus

mampu dekat dan mendengar insprirasi rakyat dan mudah ditemui,

didekati, dan merakyat.

Dengan demikian, dalam berkomunikasi diharapkan penutur

menerapkan prinsip kerja sama agar komunikasi berlangsung dengan

Page 135: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

123

lancar. Namun, pada kenyataannya prinsip kerja sama tidak harus selalu

ditaati. Prinsip kerja sama hanya dapat diterapkan pada konteks

kebahasaan yang formal atau resmi. Tetapi dalam konteks yang

nonformal prinsip kerja sama dapat dilanggar dengan tujuan memberikan

hiburan dan kritikan terhadap fenomena yang terdapat dalam masyarakat.

Dan wacana humor yang diciptakan oleh Komika dengan berbagai cara

yang unik untuk menyampaikan makna pesan sosial terhadap fenomena

sosial, sehingga bukan hanya humor yang bisa di ambil oleh lawan tutur,

melainkan pesan-pesan yang disampaikan oleh Komika melalui lelucon

atau humor.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti,

maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada para pendengar atau penonton Stand Up Comedy agar lebih

bijak dalam merespon dan memahami Stand Up Comedy serta dapat

mengambil pesan-pesan positif terhadap apa yang disampaikan oleh

Komika.

2. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan pendekatan

Grice pada aspek implikasi wacana humor terhadap pembelajaran

Bahasa Indonesia.

Page 136: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

124

3. Kepada guru agar bisa menggunakan teori penelitian ini dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.

Page 137: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

DAFTAR PUSTAKA

Adrianus. 2013. “Stand Up Comedy Apa Itu?” (Online). (https://apostleadrianus.

Wordpress. Com /2013/01/07/221-research-standup-comedy-apa-sih-

itu/. Diakses tanggal 21 Juli 2020 pukul 19.00)

Aliah Darma, 2009, Analisis Wacana Kritis, Bandung: Yayasan Widya bekerja

sama dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI.

Andrianto, Oktavianus. 2006. Evaluasi Kebijakan Metode Penyusutan Aktiva

Tetap dan pengaruhnya Terhadap Laba.

Arminto, Odios. 2014. “Mari Melek Sejarah Perlawakan Kita Sendiri”.

http://hiburan.kompasiana.com/humor/2014/10/02/mari-melek-sejarah-

perlawakan-kita-sendiri-692478.html(diakses tanggal 20 Januari 2015

pukul 22.05).

Asyura, Muhammad, Chairil Effendy, dan Martono 2014. Makna dan fungsi

humor dalam kumpulan cerita Abu Nawas (Jurnal) Jurnal Pendidikan

dan Pembelajaran Untan, Vol 3, No 4, April 2014. Pontianak:

Universitas Tanjungpura.

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapanya pada

Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Baryadi, Pratomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam bahasa.

Yogyakarta: Pustaka ganda Suli

2015. Teori-teori Linguistik Pascastruktural Memasuki

Abad ke-21. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Page 138: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Compas TV, Stand Up. 2016. “Abdur: Angka Kriminalisasi Tertinggi

(SUCI 4 Grand Final)”. (Online), (http://youtu.be/pFzsQpCFp_8.

Diakses 20 September 2020).

______2016. “Abdur: Di-Folbek Raditya Dika (SUCI 4

Preshow)”. (Online), (http://youtu.be/YBnYbUhjWwU. Diakses 20

September 2020).

_____________ 2016. “Abdur: Handphone Sumber Kecelakaan (SUCI 4

Show 4)”. (Online), (http://youtu.be/tbGjHRM1D3k. Diakses 20

September 2020).

_____________ 2016. “Abdur: Indonesia Ibarat Kapal Tua (SUCI 4 Gran

Final)”. (Online), (http://youtu.be/3754EDgx_rc. Diakses 20

September 2020).

_____________ 2016. “Abdur: Indonesia Masuk Piala Dunia (SUCI 4

Show)”. (Online), (http://youtu.be/UEYEzNocKWc. Diakses 20

September 2020).

_____________ 2016. “Abdur: Orasi Dari Timur (SUCI 4 Show 6)”.

(Online), (http://youtu.be/WfCVdopmpEE. Diakses 20 September

2020).

_____________ 2016. “Abdur: Pe Es Ka Kupang (SUCI 4 Show 9)”.

(Online), (http://youtu.be/thLEyKQGkwQ. Diakses 20 September

2020).

_____________ 2016. “Abdur: Sasando (SUCI 4 Show 14)”. (Online),

(http://youtu.be/2Gmejlze-Z8. Diakses 20 September 2020).

Page 139: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

_____________ 2016. “Abdur: Saya Mau Seperti Kakak Glenn Fredly

(SUCI 4)”. (Online), (http://youtu.be/qMlvouSMcZk. Diakses 20

September 2020).

_____________ 2016. “Abdur: Suara Mior Dari Timur (SUCI 4 Show 1)”.

(Online), (http://youtu.be/KRrdfOnMLWo. Diakses 20 September

2020).

_____________ 2016. “Abdur: Tempat Kejadian Fashian (SUCI 4 Show

13)”. (Online), (http://youtu.be/64k5X8nOxe8. Diakses 20

September 2020).

_____________ 2016. “Akbar: Mencintai Indonesia (SUCI 1 Show 6)”.

(Online), (https://youtu.be/GAgBjreqxxM. Diakses 15 Oktober 2020).

_____________ 2016. “Dzawin: Tim U 19 (SUCI 4 Show 15)”. (Online),

(https://youtu.be/V5QnTjJKAv0. Diakses 15 Oktober 2020).

_____________ 2016. “Dzawin: Makanan Terenak Se-Nusantara (SUCI

4 Show 3)”. (Online), (https://youtu.be/KY3sw-5Kg. Diakses 15

Oktober 2020).

_____________ 2016. “Dzawin: Pedagang Asongan (SUCI 4 Show 10)”.

(Online), (https://youtu.be/7kq_qpidE0Y. Diakses 15 Oktober 2020).

_____________ 2020. “Dzawin: Buta Fashion (SUCI 4 Show 13)”.

(Online), (https://youtu.be/KY3sw-5Kg. Diakses 15 Oktober 2020).

_____________ 2016. “Grand Final Stand Up Comedy Akbar: Fenomena

di Indonesia, TKI Sudah Seperti Pakaian (SUCI 1)”. (Online),

(https://youtu.be/37D9hoz1YzY. Diakses 15 Oktober 2020).

Page 140: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

_____________ 2020. “Stan Up Comedy Arie Kriting: Pasar Barang

Antik, Tapi Tidak Ada Yang Istimewa (THE TOUR)”. (Online),

(https://youtu.be/fXkxE0cbur8. Diakses 20 Oktober 2020).

_____________ 2020. “SUCI 3-Stand Up Arie Kriting: Harga Diri Saya

Tercoreng, Diskriminasi Terhadap Orang Timur”. (Online),

(https://youtu.be/JrfLICx1_dE. Diakses 20 Oktober 2020).

___________ 2020. “SUCI 3-Stand Up Arie Kriting: Beta Bangga Jadi

Orang Timur, Indonesia Timur Itu Beda”. (Online),

(https://youtu.be/UYfkl2NKaUE. Diakses 20 Oktober 2020).

____________ 2020. “SUCI 3-Stand Up Arie Kriting: Orang Timur Itu

Sering Dibully Pakai Fisik”. (Online), (https://youtu.be/A-

lOywUgG9c. Diakses 20 Oktober 2020).

____________ 2020. “PECAH! Dzawin Roasting Abdur, Bilang Beli

Sepati 1,2 Juta Dapat 4 Biji tapi KW-SUCI 4”. (Online),

(https://youtu.be/Eb-glHWR2oQ. Diakses 15 Oktober 2020).

____________ 2020. “Stand Up Comedy Dzawin: Harusnya DPR Jangan

di Senayan, Tapi di Tengah asar! - SUCI 4”. (Online),

(https://youtu.be/NBfsCRhnkgE. Diakses 15 Oktober 2020).

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana (Pemahaman Antar Unsur). Bandung:

PT

Eresco.

Page 141: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain

lain.

Cetakan V. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti

Dean, Greg. 2012. Step by Step To Stand-Up Comedy. Jakarta: Bukune.

Dendy Sugono dkk, 2008, “Kamus Bahasa Indonesia”, Pusat Bahasa,

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Grice, H.P. 1975. “Logic and Conversation”. Dalam Syntax and Semantics:

Speech Act 3. New York: Academic Press. Halaman 41-58.

Hassan Shadily, 1993, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Indosiar. 2020. “Lucunya Tuh Disini: Arie Kriting-Judul Film”. (Online),

(https://youtu.be/ccZsltcoGE. Diakses 20 Oktober 2020).

Kundharu Saddhono & Slamet. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.

Leech, Geoffrey. 1983. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh Oka,

M.D.D. 1993. Jakarta: UI-Press.

Mahsun, M.S. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode,

dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Press.

Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, Mansur. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Tinjauan Deskriptif Sistem

Bunyi Bahasa Indonesia. Malang; Bumi Aksara.

Page 142: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Mulyana Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT

Remaja

Rosdakarya.

Muzayyanah, Fitrotul. 2014. “Retorika Dakwah dalam Tayangan Stand-up

Comedy Show Metro TV Edisi Maulid Nabi”. Skripsi. Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Noth, Winfried. 1995. Semiotik. Diterjemahkan oleh Abdul Syukur Ibrahim, dkk.

2006. Surabaya: Airlangga University Press

Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa. Yogyakarta: Andalas

University Press.

Rahmadi, Kurjana. 2005. Pragmatik: kesantunan Imperatif Bahasa

Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rahmanadji. 2007. “Sejarah, Teori, Jenis, dan Fungsi Humor”. Artikel. Malang:

Universitas Negeri Malang

Rustono. 2000. Implikatur Tuturan Humor. Semarang: CV. IKIP Semarang

Press.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soedjatmiko, Wuri. 1992. “Aspek Linguistik dan Sosiokultural di dalam Humor”

dalam PELLBA 5. Jakarta: Lembaga bahasa unika Atma Jaya.

Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Tehnik Analisis Bahasa (Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Page 143: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung:

PenerbitAngkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung. Penerbit Angkasa.

___________________1987. Teknik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, 1997. Pengajaran Wacana, Bandung: Angkasa.

______ 1987 Wacana Persuasi: Sarana Strategis bagi Komunikasi

Pembangunan, dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Bhratara

Karya Aksara, Jakarta.

Tustiantina, Diana 2014, Analisis Wacana Humor pada Stiker di Kendaran.

Dalam Faizah Sari (Eds) Prosiding KIMLI 2014 Peranan Bahasa Ibu

dan Bahasa Nasional dalam Pengembangan Potensi Penutur Bahasa

(92-96). Lampung: Universitas Lampung.

Wati, Desy Winda. 2013. “Kajian Prinsip Kerja Sama terhadap Pertunjukan

Stand Up Comedy Show di Metro TV”. Skripsi pada Program Studi

Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, Malang.

Wijana, I Dewa Putu. 1994. “Pemanfaatan Homonimi di dalam Humor”. Jurnal

Humaniora. No 1, Tahun 1994, Hlm. 21-28. Universitas Gajah Mada:

Yogyakarta.

Page 144: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Yule, George. 2006. Pragmatik. Terjemahan Oleh Indah Fajar Wahyuni.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Zhar, Ghifari. 2020. “Stand Up Comedy Dzawin: Penyakit Menyebabkan

masuk Neraka”. (Online), (https://youtu.be/TqoWtWVQbuc. Diakses

15 Oktober 2020).

Page 145: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Deskripsi Data Terpilih

2. Surat Keterangan Penelitian

Page 146: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

DESKRIPSI DATA TERPILIH ABDUR

NO JUDUL VIDEO WAKTU DATA TERPILIH

PELANGGARAN MAKSIM

MAKNA

1 PSK Kupang (Abdur, SUCI 4) Alamat Website: (http://youtu.be/thLEyKQGkwQ)

2:19-3:46 Di Malang itu teman-teman, saya suka sekali nonton Arema di stadion. Dan aremania di sana itu sudah mulai ada kubu- kubunya. Jadi, ada aremania tribun utara, tribun selatan, tribun ekonomi, manajemen, akuntasi, oi macam-macam, macam- macam. Akhirnya saya berpikir, kayaknya saya juga harus buat kubu sendiri. Saya beri nama Aremania tribun tenggara timur laut. Yang lain bawa terompet, kami bawa kompas. “Ini tenggara timur laut di bagian mana?” Begitu dapat tempat duduk, ada yang protes, “ah, di sini bukan tenggara timur laut. Di sini ini selatan barat daya”. Akhirnya harus cari

Maksim Kuantitas: Komika melakukan pelanggaran maksim kuantitas. Pelanggaran maksim kuantitas terjadi ketika awalnya Komika membahas terkait tribun yang ada di stadion namun berbalik membahas nama-nama jurusan dalam perkuliahan. Pembahasan nama-nama jurusan oleh Komika merupakan sebuah informasi yang berlebihan, tidak sesuai dengan tujuan pembahasan Komika sebelumnya terkait tribun stadion dalam sepak bola. Sehingga dalam wacana Komika melanggar makasim

Komika mengkritisi perbedaan perlakuan pemerintah dalam pemerataan pembangunan daerah di Indonesia. Hal itu terlihat dalam tuturan “Tapi teman-teman, paling tidak enak itu kalau kalian nonton dari tribun timur, karena kalau di tribun barat itu nonton pakai lampu, cahaya terang kelap-kelip di mana-mana, tapi di tribun timur itu masih gelap, listrik tidak ada. Di tribun barat itu dikasih kursi, dikasih sofa, makan enak-enak, tapi di tribun timur itu masih beralaskan tanah, makan seadanya”. Pernyataan Komika merupakan ungkapan kiasan yang mengandung makna dalam konteks ketimpangan pembangunan di wilayah

Page 147: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

lagi. Begitu dapat tempat duduk yang benar, pertandingan sudah bubar. Tapi teman-teman, paling tidak enak itu kalau kalian nonton dari tribun timur, karena kalau di tribun barat itu nonton pakai lampu, cahaya terang kelap-kelip di mana-mana, tapi di tribun timur itu masih gelap, listrik tidak ada. Di tribun barat itu dikasih kursi, dikasih sofa, makrgergheran enak-enak, tapi di tribun timur itu masih beralaskan tanah, makan seadanya. Bahkan orang dari tribun barat itu berteriak ke tribun timur, “Woi, kalian yang ada di tribun timur, sabar saja, nanti kami bangun kursi di situ. Kami kasih makan enak.” Tetapi, sampai pertandingan berakhir tidak ada yang datang. (Abdur, SUCI 4)

kuantitas yaitu menyampaikan informasi yang melebihi yang dibutuhkan oleh mitra tutur atau penonton.

Indonesia. Frasa “tribun timur” mengacu pada wilayah Indonesia Timur yang digambarkan miskin infrastruktur dan kebutuhan hidup. Di sisi lain, ungkapan “tribun barat” merujuk pada wilayah Indonesia Barat yang digambarkan memiliki pembangunan infrastruktur yang baik dan penduduk yang sejahtera. Makna pesan sosial pada wacana ini ialah pemerintah harus melakukan pemerataan pembangun diseluruh wilayah Indonesia, agar tidak ada wiyalah yang tertinggal oleh karena ketidak merataan pembangunan.

2 Suara minor dari 1.25-2.15 Teman-teman, di sini ada Maksim Kualitas: Komika mengeluhkan

Page 148: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

timur (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/KRrdfOnMLWo)

yang tahu Rokatenda? Tidak ada. Inilah suara minor yang mau saya bawa malam ini. Teman- teman, Rokatenda adalah gunung berapi di Pulau Flores. Dia meletus dari bulan Oktober 2012 sampai Desember 2013. Empat belas bulan, empat belas bulan. Bahkan dari pertama kali dia meletus sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada. Wajar kalau teman-teman tidak tahu karena memang berita Rokatenda meletus pada waktu itu, itu tertutup oleh berita banjir Jakarta. Bahkan berita banjir Jakarta itu diarahkan menjadi bencana nasional karena merugikan negara hampir Dua Puluh Triliun. Rokatenda selama empat belas bulan meletus itu negara cuma rugi seribu

Komika tidak mematuhi maksim kualitas, itu terlihat pada kalimat “Bahkan dari pertama kali dia meletus sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada”. Pada kalimat tersebut menunjukan adanya pelanggaran prinsip kerja sama yaitu Komika tidak mematuhi maksim kualitas. Komika mengatakan sesuatu yang tidak benar atau mengatakan sesuatu yang diyakini salah. Karena tepat satu tahun meletusnya gunung Rokatenda tidak ada acara peringatan tiup-tiup lilin ulang tahun seperti yang

minimnya perhatian pemerintah pusat di daerah terpencil di Indonesia, seperti di Flores Nusa Tenggara Timur. Hali tersebut ada di dalam kalimat “Bahkan dari pertama kali dia meletus sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada”. Tuturan ini menyiratkan periode terakhir letusan Gunung Rokatenda yang terjadi selama satu tahun, yaitu pada bulan Oktober hingga Desember 2013. Rokatenda merupakan gunung berapi yang terletak di Pulau Palue, sebelah utara Pulau Flores. Akibat letusan ini, beberapa desa ditimpa kerikil dan abu vulkanik, makanan dan air bersih berkurang, dan warga di sekitar Rokatenda meninggal dunia akibat tersapu awan panas. Meski

Page 149: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

rupiah. Iya, dua koin lima ratus untuk tutup telinga.

dikatakan oleh Komika pada wacana.

bencana alam ini berlangsung lama, Komika mengaku pemerintah pusat tidak memberikan bantuan logistik dan uang kepada korban erupsi Rokatenda dan lebih memperhatikan banjir di Ibu Kota Jakarta. Makna pesan sosial, yaitu pemerintah harus sigap, tanggap, dan meperhatikan korban bencana tanpa ada pilih kasih.

3 Orasi dari timur (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/WfCVdopmpEE)

2:34-4:34 Bapak saya itu jadi caleg 2014. Kemarin beliau buat kartu nama, bagus sekali, lengkap dengan foto seperti Ursula potong poni begitu. Kemudian beliau bagi keseluruh masyarakat kampung. Beliau bagi, beliau bagi, beliau bagi. Begitu KPU datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun ini itu tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak saya langsung stres. Iya, karena kalau tidak ada foto caleg, itu

Maksim Kualitas: Komika melanggar maksim kualitas. Pelanggara terdapat pada kalimat “Masyarakat disanakan rata-rata masih buta huruf. Jangankan mau memilih, huruf A besar macam gunung Krakatau saja mereka piker lam alif”. Kalimat huruf A besar seperti gunung krakatau

Komika mengkritisi aturan KPU pada pemilu 2014 tentang surat suara caleg 2014 yang tidak memuat gambar para caleg, tetapi hanya nomor urut dan nama masing-masing calon. Pada pemilu 2014, surat suara yang memuat foto caleg hanya untuk caleg DPD RI. Menurut Komika, hal ini membuat masyarakat di kampung tempat tinggal Komika kesulitan untuk memilih calon yang mereka ingin

Page 150: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

bagai mana masyarakat disana mau memilih? Masyarakat disanakan rata-rata masih buta huruf. Jangankan mau memilih, huruf A besar macam gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif.

adalah kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenaranya. Karena tidak pernah ada bukti bahwa pernah ada huruf A sebesar gunung Krakatau seperi yang dikatakan oleh Komika pada wacana. Informasi yang disampikan Komika menimbulkan efek humor bagi penonton, namun melanggar prinsip kerja sama. Oleh sebab itu, wacana yang disampaikan oleh Komika merupakan wacana yang melanggar maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang idak dapat dibuktikan kebenarannya.

pilih. Itu dikarenakan masyarakat di sana rata-rata masih buta huruf sehingga mereka kesulitan membaca nama calon pada surat suara pileg 2014 silam. Makna pesan sosial pada wacana ialah pemerintah atau KPU harus mampu membuat aturan yang tepat sasaran tanpa merugikan orang lain. Dan pemerintah diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan angka buta huruf di wilayah Timur Indonesia.

4 Tempat kejadian 1.50-2.20 Teman-teman, memang Maksim Kualitas: Komika mengkritik tentang

Page 151: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

fashion (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/64k5X8nOxe8)

kita sering kali menilai orang dari penampilan. Banyak orang yang bilang Don’t judge the book by its cover, tapi kita ini manusia. Stop tipu-tipu. Stop tipu-tipu. We are judging the book by its cover, we are. Cewek pake hotpants kita bilang cabe-cabean, cewek tutup aurat kita bilang ninja. Bahkan ada yang pake hotpants tapi tutup aurat, a kalau ini gila.

Pada kalimat terakhirnya, Komika mengatakan bahwa “ada yang pake hotpants tapi tutup aurat, a kalau ini gila”. Pernyataan ini merupakan pernyataan yang tidak bisa dibuktikan secara memadai. Sebab, bisa jadi orang-orang yang berpakain hotpants tapi tutup aurat adalah fashion mereka dalam berpenampilan dan tidak bisa langsung dijastifikasi bahwa mereka yang berpenampilan seperti itu adalah orang gila. Walaupun dalam pandangan Agama Islam berpakaian tertutup tetapi memperlihatkan

orang-orang yang sering melihat orang lain dari sampulnya saja. Menurut Komika, kata-kata “jangan menilai buku dari sampulnya” itu omong kosong untuk orang zaman sekarang, stop tipu-tipu tegasnya. Karena kita sekarang lebih banyak menilai buku dari sampunya atau menilai orang dari luarnya saja. Contohya sering terjadi dilingkup masyarakat, ketika kita melihat perempuan memakai rok mini atau pakaian ketat, kita sering mengatakan mereka cabe-cabean, perempuan nakal atau tidak baik. Dan ketika kita melihat perempuan memakai jilbab dan menutup aurat, kita sering mengolok mereka dengan sebutan ninja karea menggunakan cadar bahkan menyebut mereka

Page 152: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

lekuk tubuh itu merupakan sesuatu yang dilarang, namun bukan berarti mereka yang menggunakan pakaian hotpants merupakan orang gila. Sehingga wacana yang disampaikan Komika merupaka wacana yang melangagar maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara memadai.

teroris. Itulah realitas yang disampaikan oleh Komika terkait kita yang sering menilai orang dari luarnya saja. Makna pesan sosial dalam wacana ialah berhenti menilai orang dari penampilan luarnya saja.

5 Tempat kejadian fashion (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/64k5X8nOxe8)

3.18-3:53 Dua minggu yang lalu kami ke pantai ancol itu teman-teman, aduh. Saya baru pertama kali lihat itu pantai ancol itu air lautnya itu hitam gelap tidak bisa lihat apa-apa. Itu macam oli mesin kita kasih pasir gitu. Itu pantai ancol men. Ada ubur-ubur yang berenang

Maksim Kualitas: “Ada ubur-ubur yang berenang itu napas satu-satu heu ha heu ha heu. Ada kala dia membentuk huruf SOS”. Kalimat yang disampaikan oleh Komika diatas adalah sebuah kalimat yang

Komika mengkritik bagaimana kondisi pantai ancol yang kotor dan airnya yag berwarna hitam, yang tidak layak digunakan untuk mandi dan dijadikan tempat pariwisata atau liburan. Saking gelapnya, Komika mengibaratkan air di pantai ancol seperti pasir yang

Page 153: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

itu napas satu-satu heu ha heu ha heu. Ada kala dia membentuk huruf SOS. Orang Jakarta mungkin kasihan lihat saya main lampu merah. Tapi jujur saya menangis melihat kalian bisa mandi di pantai seperti itu. Jujur.

kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. Karena ubur-ubur yang membentuk huruf SOS belum pernah ditemukan, sehinga kalimat yang disampiakan oleh Komika merupakan kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara memadi dan kalimat teresebut merupakan kalimat yang melanggar prinsip kerja sama, yaitu melanggar maksim kualitas.

diberikan oli mesin, hitam pekat. Komika juga menyampaikan rasa keprihatinannya kepada orang-orang yang bisa mandi di pantai yang kondisinya kotor. Makna pesan sosial pada wacana adalah bagaimana kita harus menjaga kebersihan, sehingga tempat-tempat pariwisata tetap bersih dan terjaga. Sehingga masyarakat bisa menikmati tempat pariwisata dengan nyaman dan aman.

6 Difolbek Raditya Dika (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/YBnYbUhjWwU)

2:10-3:36 Teman-teman, beberapa tahun belakangan ini pemerintah kita itu menekankan pada pembelajaran kontekstual. Artinya pembelajaran yang diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Tapi masih banyak kejadian di sekolah

Maksim Kualitas: “Pembelajaran membaca kelas 1 SD sampai sekarang, sampai detik ini itu masih ada pembelajaran begini: ini budi, ini ibu budi. Aduh mama sayang

Komika mengkritisi tentang kurikulum yang menekankan pada pembelajaran kontekstual. Artinya pembelajaran yang diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Namun menurut Komika, masih banyak pembelajaran di

Page 154: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

itu yang tidak kontekstual pada kehidupan kita. Ambil contoh pelajaran matematika, ada soal begini. Sebuah menara tingginya 60m, jika seorang mengamat dengan puncak menara membentuk sudut 60 derajat. Hitunglah jarak pengamat dengan menara. Soal ini kalau diberikan kepada kami yang di timur kami bingung. Bukan bingung hitungnya, kami bingung ini menara seperti apa? Seperti apa? Tempat saya itu tidak ada menara. Kenapa tidak diganti saja dengan tiang kapal kah, pohon kelapa kah, atau tiang listrik. Tapi percuma, listrik juga belum ada. Dan contoh lain. Pembelajaran membaca kelas 1 SD sampai sekarang, sampai detik ini itu masih ada pembelajaran begini ini: ini

e. Ini pelajaran perasaan dari zaman Pithecanthropus sampai politikus begini saja, tidak ada perubahan”. Pada wacana, Komika tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengatan sesuatu yang tidak benar. Komika mengatakan bahwa pembelajaran ini budi dan ini ibu budi sudah ada sejak zaman Pithecanthropus. Padahal manusia Pithecanthropus merupakan manusia purba yag hidup pada zaman batu tua (Palaeolthikum) yang berdasarkan sejarah dan hasil penelitian bahwasanya pada zaman itu belum mengenal huruf. Dan

sekolah yang tidak kontekstual pada kehidupan kita. Komika mengambil contoh pembelajaran yang tidak kontekstual itu di wilayah Komika. Contoh “Sebuah menara tingginya 60m, jika seorang mengamat dengan puncak menara membentuk sudut 60 derajat. Hitunglah jarak pengamat dengan menara.” Soal ini menurut Komika kalau diberikan kepada mereka diwilayah Timur akan kebingungan. Bukan karena mereka bingung bagaimana cara menghitungnya, melaingkan mereka bingung bentuk menara yang dimaksud pada pertanya tersebut. Karena menurut informasi dari Komika, di NTT tempat tinggal Komika tidak ada menara, sehingga mengakibatkan mereka

Page 155: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

budi, ini ibu budi. Aduh mama sayang eeee. Ini pelajaran perasaan dari zaman Pithecanthropus sampai politikus begini saja, tidak ada perubahan. Lagian ini tidak kontekstual untuk daerah timur, sejak kapan ada orang timur nama budi? Sejak kapan? Jangan-jangan budi itu makhluk astral. Seharusnya kalau mau kontekstual untuk daerah timur itu diganti. Ini eduardus, ini mama eduardus, eduardus senang Karena sumberair sudah dekat.

buku peraga ini budi diterbitkan 1976. Sehingga pada wacana, Komika melanggar maksim kualitas dengan mengatakan sesuatu yang tidak benar.

sulit menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada wacana ini Komika memberikan saran agar pertanyaan seperti itu diganti dengan tiang kapal atau pohon kelapa yang notabeninya mereka sering melihatnya. Makna pesan sosial pada wacana ialah sekolah harus mampu menerapkan pembelajaran kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.

7 Indonesia ibarat kapal tua (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/3754EDgx_rc)

5:17-6:37 Saya heran, pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu dibeda-bedakan. Padahal, kita ini kan satu Ibu Pertiwi, teman- teman, satu Ibu Pertiwi. Saya itu terkadang berpikir itu dengan frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu

Maksim kualitas: Wacana melanggar prinsip kerja sama Grice, yaitu tidak mematuhi maksim kualitas, karena tuturan yang disampaikan oleh Komika tidak benar. Hal ini ditandai

Komika mengkritisi sikap diskriminatif pemerintah pusat dalam hal melaksanakan pembangunan di Indonesia (seperti pembangunan manusia dan infrastruktur) di Kawasan Timur Indonesia. Ini ditunjukkan dengan tuturan “Saya

Page 156: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Ibu Pertiwi begitu, apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan, kemudian melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah? Iya, jadi kamar bersalin begitu, lampu terang, follow spot di mana-mana begitu, kemudian Ibu Pertiwi berbaring.

O1: Ya, Ibu Per. Ini panggilan akrab Ibu Pertiwi, ya. O1: Ya, Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, terus, iya, terus, kuat, terus, kepalanya sudah keluar, oke, ya. Sumatera. Sumatera lahir, dan itu adalah pulau yang paling susah lahir karena gunungnya paling banyak. Itu Ibu Pertiwi sampai robek- robek itu. Dan mungkin setelah itu, Kalimantan lahir, Jawa lahir, Bali lahir, dan pulau-

melalui tuturan “Saya itu terkadang berpikir itu dengan frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu Ibu Pertiwi begitu, apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan, kemudian melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah?” peristilahan Ibu Pertiwi merupakan ungkapan kata yang menyimpang atau berbeda dengan makna dari kata-kata pembangunnya yang memiliki makna “tanah air” atau “tanah tumpah darah” bukan sosok seorang wanita yang bernama Pertiwi yang melahirkan pulau-pulau di

heran, pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu dibeda-bedakan dan Pulau-pulau di bagian Indonesia Timur itu lahirnya paling terakhir”. Kedua kalimat kunci di atas menyiratkan dikotomi dan kesenjangan pembangunan manusia dan pembangunan infrastruktur antardaerah di Indonesia, khususnya di kawasan timur Indonesia. Dalam pembangunan nasional, Indonesia Timur selalu dibelakangkan, sehinga mengakibatkan pembangunan tidak merata. Makna pesan sosial, yaitu permerintah harus melakukan pembangunan secara merata di seluruh wilayah Indonesia tanpa membeda-bedakan.

Page 157: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

pulau di bagian Indonesia Timur itu lahirnya paling terakhir. O1: Ya, Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, iya terus, sedikit lagi, sedikit lagi, kepalanya sudah keluar, oke, iya, listrik mati. Begitulah cara kami lahir. Makanya wajar kalau kami gelap- gelap.

Indonesia seperti yang di ungkapkan oleh Komika pada wacana.

8 Handphone sumber kecelakaan (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/tbGjHRM1D3k)

1:30-1:50 Ketika semua yang di sini itu sudah bersistem dengan online, di tempat saya itu, aduh, oh lain, lain dari yang lain. Buat akte kelahiran itu teman-teman di sana itu gratis. Tapi karena masih manual, itu antriannya itu panjangnya masyaAllahhuakbar.

Maksim Relevansi: Wacana tidak mematuhi maksim relevansi. Hal tersebut terdapat pada tuturan online dan oh lain. Terminologi online memiliki makna “konektivitas antarperanti elektronik atau peranti elektronik dengan jaringan internet”. Pada

Sasaran kritik Komika ialah pemerintah. Hal itu terlihat dalam tuturan “di tempat saya itu, aduh, oh lain, lain dari yang lain”. Tuturan ini menyiratkan kegagalan pemerintah menyediakan teknologi informasi di kampung halaman Komika. Kritikan Komika menyiratkan sikap diskriminatif pemerintah dalam pemerataan fasilitas teknologi informasi di berbagai daerah di

Page 158: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

wacana ini, tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengimplikasikan kemajuan teknologi informasi yang berada di Pulau Jawa, terkhususnya Ibu Kota Jakarta. Sedangkan tuturan “oh lain” bukan merupakan terminologi khusus sebagai antitesis dari istilah online, meskipun pada tuturan tersebut mengimplikasikan perbedaan perkembangan teknologi informasi di Nusa Tenggara Timur, secara khusus di Larantuka.

Indonesia. Dalam wacana ini, Komika mengungkap dikotomi keberadaan dan kemajuan teknologi antara daerah asal yang sangat memprihatinkan, yang ditandai melalui tuturan “oh lain”, dengan Jakarta yang diungkapkan melalui frasa “di sini”, dimana perkembangan teknologi informasi semakin maju, yaitu tersistematisnya berbagai aktivitas berbasis online. Hal ini diterangkan melalui tuturan "semuanya di sinisudah bersistem online". Makna pesan sosial ialah pemerintah harus mampu melakukan pemerataan fasilitas teknologi informasi pada berbagai daerah di Indonesia. Sehingga tidak ada daerah yang susah dalam mengurus administrasi dll seperti yang dikeluhkan oleh Komika.

9 Indonesia 2:51-3:08 Dangdut yang sekarang itu Maksim Relevansi: Komika mengeluhkan karya

Page 159: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

masuk piala dunia (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/UEYEzNocKWc)

lebih mementingkan goyangan daripada lagu. Teman-teman ada yang tahu lagunya Zaskia? Tidak tahu. Kita tahunya dia goyang itik. Teman-teman tahu lagunya Inul Daratista? Tidak tahu. Kita tahunya dia goyang ngebor. Teman-teman tahu lagunya Angel Elga? Tidak tahu. Kita tahunya dia mantan Rhoma Irama.

Pada wacana melalui tuturan “Teman-teman tahu lagunya Angel Elga? Tidak tahu. Kita tahunya dia mantan Rhoma Irama”. Tuturan yang disampaiakan oleh Komika mengdandung humor yang mengakibatkan penonton tertawa, namun tuturan tersebut tidak mematuhi maksim relevansi, karena tuturan Komika merupakan tuturan yang tidak berkaitan dengan pokok pembicaraan Komika atau informasi yang telah mendahuluinya, karena pedangdut yang dimaksud oleh Komika hanya terbatas pada mereka yang dikenal karena memiliki goyangan khasnya, bukan karena sensasi hubungannya dengan

musik artis dangdut saat ini yang lebih identik dengan tarian atau goyangan, bukan lagu. Hal itu ditunjukkan Komika melalui kalimat “Dangdut yang sekarang itu lebih mementingkan goyangan daripada lagu”. Eksistensi musik dangdut dalam khazanah kancah hiburan Indonesia yang identik dengan nafas religius yang menjunjung tinggi etika dan estetika masih tetap dipertahankan hingga saat ini. Sayangnya, Komika berpandangan bahwa dangdut yang diperkenalkan dan dibawakan oleh generasi 2000-an itu bertentangan dengan karya pendahulunya. Seniman dangdut era 2000-an telah mengalihkan dan mengaburkan esensi seni yang mereka tampilkan, sehingga ironisnya publik

Page 160: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

pedangdut laki-laki. lebih mengenalnya karena goyangannya, bukan lagu yang mereka nyanyikan. Sebut saja Inul Daratista yang lebih dikenal dengan goyang ngebornya, Zaskia Gotik yang terkenal dengan goyang itiknya, dan lain sebagainya. Sedangkan pedangdut Angel Elga terkenal karena hubungan asmaranya dengan Rhoma Irama, bukan karena karya atau lagunya. Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah para penyanyi dangdut harus lebih memperhatikan dan mementingkan kualitas dan makna lagu dibangding dengan goyangan.

10 Saya mau jadi seperti kakak Glen (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/qMlvouSMcZk)

1.40-2.10 Film-film di Indonesia tuh mendiskriminasikan orang Timur sebenarnya, teman-teman. Iya. Orang timur itu, misalkan kita ambil contoh Iko Uwais gitu. Iko Uwais kalau mau main film berperan jadi orang timur

Maksim Relevansi: Informasi yang disampaikan tidak relevan. “jika Iko Uwais ingin bermain film berperan jadi orang timur itu gampang. Tinggal

Komika mengkritik karya sinematografi Indonesia yang mendiskreditkan masyarakat Timur karena kerap meberikan peran peran subversif. Hal ini ditunjukkan dengan kalimat (1) Film-film di Indonesia

Page 161: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

itu gampang. Tinggal jemur dia di panas pakai baju merah, celana biru, sepatu hijo, goyang-goyang bombastic, selesai, selesai. Tapi, kalau orang Timur mau jadi Iko Uwais itu susah. Kalau pun main dengan Iko Uwais paling jadi penjahat, tukang pukul, pegang parang, kemudian, “Hei, ko stop tipu-tipu saya e”

jemur dia di panas pakai baju merah, celana biru, sepatu hijo, goyang-goyang bombastic, selesai”. Pada kalimat pertama bahwa untuk berperan menjadi orang timur yang identik dengan kulit hitam harus berjemur dipanas itu relevan, karena untuk menjadikan kulit hitam seperti orang timur itu bisa dengan berjemur. Namun, jika harus memakai baju merah, celana biru, sepatu hijo itu tidak relevan.

tuh mendiskriminasikan orang timur sebenarnya dan (2) Kalau pun main dengan Iko Uwais paling jadi penjahat, tukang pukul, pegang parang. Salah satu contohnya, Komika menyebut lakon antagonis aktor bernama Alfridus Godfred yang merupakan orang timur dalam film laga The Raid. Hal tersebut terungkap dalam kalimat "Hei, ko stop tipu-tipu saya e" yang merupakan penggalan dialog Alfridus Godfred di film The Raid. Aktor tersebut memainkan peran gangster dalam film The Raid. Mirip dengan Alfridus Godfred, di film laga lainnya, banyak aktor dari Indonesia Timur juga berperan sebagai antagonis, peran yang identik dengan kekerasan. Sehingga menjauhkan karakter dari simpati dan

Page 162: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

empati penonton khususnya penonton Indonesia. Makna pesan sosial, yaitu para sinematografi Indonesia harus memberikan peran yang tanpa mendiskreditkan beberapa pihak.

11 Angka kriminalisasi (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/pFzsQpCFp_8)

3:44:5:05 Teman-teman, Indonesia itu telalu terpusat di Jakarta. Makanya penjahat itu juga datang disini. Pencuri itu teman-teman di timur itu dapat tangkap itu pasti dapat pukul sampai busuk, sampai busuk. Pencuri disini itu dapat foto, dapat suting, wawancara, masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah. Makanya anak-anak timur sana itu pikir-pikir, ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita tidak pernah masuk Tv? Kita pencuri di Jakarta saja. Akhirnya mereka datang kesini, mencuri disini,

Maksim Relevansi: Wacana tidak mematuhi maksim relevansi. Ketakpatuhan terdapat pada kalimat “Akhirnya mereka datang kesini, mencuri disini, dapat tangkap Alhamdulillah. Dipukul sampai busuk juga, sampai busuk ummm sampai busuk”. Penggunaan kata Alhamdulillah pada kalimat diatas tidaklah relevan

Komika mengkritik tentang tentang perlakuan yang tidak adil oleh aparat hukum. Hukum tumpul ke atas dan runcing ke bawah kata yang tepat untuk menggambarkan hal yang dikritik oleh Komika. Hukum di Indonesia timpang sebelah atau tumpul ke atas runcing ke bawah. Keadilan di negara ini lebih tajam menghukum masyarakat kelas bawah daripada pejabat tinggi seperti para koruptor. Komika membandingkan dengan para pencuri yang berijazah yang notabenenya para pejabat

Page 163: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

dapat tangkap Alhamdulillah. Dipukul sampai busuk juga, sampai busuk ummm sampai busuk. Kenapa mereka tidak masuk Tv? Karena mereka ini bukan pencuri yang berijazah. Akhirnya mereka pulang ke timur lagi untuk sekolah, tapi mereka tidak sadar, di timur itu sekolah juga susah. Jadi sama saja.

dengan situasi dan kondisi saat itu. Karena kalimat Alhamdulillah digunakan atau diungkapkan untuk menyatakan rasa syukur atas segala nikamat kebaikan. Bukan untuk mensyukuri perbuatan buruk seperti pada wacana tersebut. Kalimat yang disampaikan Komika mampu memancing penonton untuk tertawa, namun ungkapan tersebut tidak mematuhi maksim relevansi.

yang ekonominya kelas atas yang terjerat kasus korupsi dan suap. Mereka diperlakukan seperti seorang raja, foto dengan gagah, masuk TV, dan masuk penjara dengan fasilitas mewah. Berbeda dengan mereka yang melakukan kejahat kecil. Seperti mereka yang maling ayam, ubi, sandal dll. Mereka diperlakukan tidak manusiawi dan bahkan diperlakukan kasar sebelum dimasukan di dalam penjara. Hal ini sangat bertentangan dengan negara Indonesia yang notabenenya negara hukum. Komitmen Indonesia sebagai Negara hukum pun selalu dan dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen. Makna pesan sosial pada wacana yaitu Indonesia sebagai negara hukum

Page 164: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

harus menegakkan hukum tanpa ada perlakuan yang tidak adil. Hukum tidak boleh tumpul keatas dan runcing kebawah.

12 Orasi dari timur (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/WfCVdopmpEE)

0:49-1:07 Teman-teman, sudah 16 Tahun kita tertatih dalam revormasi. Ditipu oleh politisi yang katanya berikan bukti bukan janji. Tetapi ketika ada tangis seorang minor di pelosok negeri, mereka sibuk mencari kualisi bukan solusi. Makanya teman-teman, dari pada sibuk nonton mereka debad di televisi, lebih baik datang kesini bisa cuci mata ada tate Veni.

Maksim Pelaksanaan/cara: Komika tidak mematuhi maksim pelaksanaan atau cara. Ajakan untuk datang ke studio kompas tv untuk cuci mata karena ada tante veni memiliki makna ganda atau ketaksaan. Karena cuci mata bisa berarti mencuci mata ditemani tante Veni dan cuci mata yang artinya bersenang-senang dengan melihat tante Veni.

Komika mengkritisi tentang politisi yang sering menipu rakyatnya dengan mengumbar-ngubar jani politiknya, yang katanya memberikan bukti bukan sekadar janji. Padahal, ketika ada tangisan dari rakyat karena penderitaan. Mereka malah sibuk mengurusi kekuasaannya, mencari kualisi untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Padahal yang dibutuhkan masyarakat Indonesia adalah solusi dari para politisi atau para pejabat Negara, buka janji-janji manis. Makna pesan sosial pada wacana ialah janji harus ditepati. Dan politisi harus mampu memberikan bukti

Page 165: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

nyata dari janji-janji yang telah mereka katakan.

13 Sasando (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/2Gmejlze-Z8)

0:08-1:11 Sebenarnya malam hari ini tuh saya kepingin sekali berada di panggung ini, kemudian bawa sasando, alat musik asli NTT begitu. Cuma apa daya, saya tidak bisa main sasando. Teman- teman, di NTT sekalipun belajar sasando itu tidak masuk dalam kurikulum. Tidak masuk. Sedikit lagi masuk museum itu. Saya takutnya, ini lama-kelamaan sasando itu hanya bisa tinggal cerita. Saya punya anak begitu, kemudian saya punya anak datang, tanya ke saya.

O1: Bapa, katanya

sasando itu alat musik NTT. Itu dia pung cara main bagaimana e?

O2: Ah, dia punya cara main itu, anak, ya

Maksim Pelaksanaan/cara: Informasi yang disampaikan Komika tidak jelas, ungkapan berkepanjangan dan tidak runtut atau teratur. Itu terjadi ketika dalam percakapan antara bapak dan anak. Seorang anak yang menanyakan bagaimana cara memainkan alat musik sasando kepada bapaknya. Kemudian ayahnya menjawab dengan jawaban yang tidak jelas, ungkapan yang disampaikan berkepanjangan dan tidak runtut/teratur, sehingga tidak menemui kejalasan

Komika mengkritik ketidakpedulian lembaga pendidikan di Nusa Tenggara Timur untuk memasukkan kesenian sasando dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Hal tersebut diungkapkan melalui tuturan Komika “Di NTT sekalipun belajar sasando itu tidak masuk dalam kurikulum”. Sebagai salah satu ikon kesenian NTT, sasando dihadapkan pada situasi yang ironis hingga tahun 2014, sasando belum pernah diajarkan secara formal oleh sekolah-sekolah di NTT. Secara tersirat, Komika menilai salah satu cara atau upaya pelestarian sasando adalah dengan meneruskan dan mengajarkannya kepada generasi muda melalui pembelajaran di sekolah.

Page 166: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

begitu. O1: Ya begitu bagaimana? O2: Ya, begitu. Ya, kalau

gitar kan begini (sambil memetik gitar). Nah, gitar begini. Nah, sasando begitu.

O1: Ya itu begitu begitu bagaimana?

O2: Ah, sudah anak. Tidak usah pikir. Mari kita minum tuak saja.

dari suatu yang dipertanyakan oleh anaknya tersebut.

Dengan cara ini, sasando akan tetap menjadi budaya yang langgeng dan dapat dikenali dan dimainkan oleh generasi sekarang dan yang akan datang. Makna pesan sosial dalam wacana tersebut adalah bahwa lembaga pendidikan di Nusa Tenggara Timur harus lebih memperhatikan alat musik tradisional dan memasukkan kesenian sasando dalam kurikulum pembelajaran di sekolah.

Page 167: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

DESKRIPSI DATA TERPILIH AKBAR

NO JUDUL VIDEO WAKTU DATA TERPILIH

PELANGGARAN MAKSIM

MAKNA

1 Fenomena di Indonesia, TKI Sudah Seperti Pakaian (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/37D9hoz1YzY)

4:26-4:44 Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah diributin datangnya bulan.

Maksim Kualitas: wacana ini Komika melanggar maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang diyakini salah. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Istri saya taggal 25, itu tanggal 36”. Pada kalender tanggal hanya dimulai dari taggal 1 sampai dengan tanggal 31. Tidak ada dalam kalender sampai tanggal 36. Pernyataan Komika pada wacana menghasilkan humor, namun melanggar maksim kualitas.

Komika mengkritisi perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Perbedaan itu dikarenakan metode yang digunakan untuk melihat hilal berbeda. Pemerintah menggunakan metode ruqyat, sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab untuk mentukan bulan baru 1 Syawal. Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah bahwa perbedaan itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan.

Page 168: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

2 Mencintai Indonesia (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/GAgBjreqxxM)

3:43-4:24 Indonesia telah meredeka bagi sebagian orang, karena apa, ingat! kita tentu diajari dalam pembukaan Undang-Undang Dasar ya. Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, mengantar rakyat Indonesia dengan selamat sentosa ke pintu gerbang. Cuman sampai pintu gerbang lo ya, belum masuk lo ya. Cuman sampai pintu gerbang, kita belum masuk. Masih antri, hanya sebagian yang masuk, pejabat masuk, semua masuk, rakyat banyak yang belum masuk. Menuju masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

Maksim Kualitas: Wacana tidak mematuhi maksim kualitas. Komika mengatakan sesuatu yang tidak benar atau salah. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, mengantar rakyat Indonesia dengan selamat sentosa ke pintu gerbang”. Pernyataan Komika terkait UUD 1945 adalah salah, kesalahan terjadi karena Komika tidak menyebutkan beberapa bagian yang tedapat pada UUD 1945.

Komika mengritisi kemerdekaan yang hanya dinikmati oleh sebagian orang. Kemerdekaan hanyalah milik para pejabat dan penguasa di negri Indonesia. Rakyat Indonsia hanya di antar sampai ke pintu gerbang kemerdekaan namun belum bisa masuk dan menikmati kemerdekaan. Makna pesan pada wacana ini, yaitu pemerintah harus mampu memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia sesuai bunyi UUD 1945.

Page 169: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Susunan UUD 1945 yang benar adalah “dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.

3 Fenomena di Indonesia, TKI Sudah Seperti Pakaian (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/37D9hoz1YzY)

4:26-4:44 Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah

Maksim Relevansi: Komika melanggar maksim relevansi. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya Idhul Fitri di

Komika mengkritisi perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Perbedaan itu dikarenakan metode yang digunakan untuk melihat hilal berbeda. Pemerintah menggunakan metode ruqyat, sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab untuk

Page 170: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

diributin datangnya bulan. Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36”. Tuturan ini tidak mematuhi maksim relevansi, karena tuturan Komika tidak berkaitan dengan pokok pembicaraan Komika atau informasi yang mendahuluinya, karena menanti datangnya bulan yang di maksud Komika sebelumnya adalah bulan untuk merayakan Idhul Fitri, bukan bulan yang dimaksudkan Komika setelahnya,

mentukan bulan baru 1 Syawal. Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah bahwa perbedaan itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan.

Page 171: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

yaitu datang bulan perempuan.

4 Mencintai Indonesia (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/GAgBjreqxxM)

2:38-3:04 Banggalah dengan Indonesia, banggalah dengan Indonesia. Tapi kita harus prihatin dengan Indonesia, semuanya banyak yang dikuasai asing. Pertambangan milik asing, bank milik asing, perusahaan-perusahaan milik asing. Tapi yang saya bingung, waktu saya tanya bapak saya, ya saya tanya bapak saya. O1: Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu sudah tidak asing, Hahahahahaha jadi sudah barang basi.

Maksim Cara: Komika tidak mematuhi maksim cara, yaitu menggunakan kalimat yang bermakna ganda. Itu terdapat pada percakapan O1 dan O2. O1: Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu sudah tidak asing. Jawaba dari O2 mengandung makna ganda. Makna pertama, yaitu sudah tidak asing lagi yag bermakana kekayaan Indonesia bukan milik atau dikelola oleh orang asing lagi, dan makna kedua yaitu semua kekeyaan Indonesia yang dikelolah oleh orang

Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ternyata tak berbanding lurus dengan kesejahteraan bangsa Indonesia. Penyebanya karena banyaknya kekayaan Indonesia yang dikuasai oleh asing. Komika mengkritisi tentang bayaknya kekayaan atau aset Indonesia yang dimiliki atau dikelolah oleh Negara luar, itu terlihat pada wacana “Tapi kita harus prihatin dengan Indonesia, semuanya banyak yang dikuasai asing. Pertambangan milik asing, bank milik asing, perusahaan-perusahaan milik asing”. Penguasaan kekayaat atau aset Indonesia oleh asing sudah tidak asing dan sudah menjadi rahasia umum. Itu terlihat kertika percakapan O1 dan O2.. O1:

Page 172: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

asing sudah menjadi rahasia umum atau sudah diketahui oleh banyak rakyat Indonesia.

Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu sudah tidak asing. Komika prihatin dengan Indonesia yang begitu banyak kekayaannya namun banyak yang dikuasai oleh asing. Asing kendalikan semua sektor. Menurut pengamat Ekonomi UGM Revrizon Baswir, sebagaimana dikutip dari Hitbut-Tahrir.or.id, bahaya yang paling penting adalah asing tidak hanya akan mengendalikan ekonomi tetapi mereka akan mengendalikan semuanya. Sehingga siapapun yang berkuasa di negeri ini akan bergantung kepada asing, karena asinglah yang mempunyai modal, mereka yag menguasai lahan, mengendalika regulasi, sampai pada kebijakan-kebijakan di tingkat mikro. Makna pesan sosial pada wacana ialah banggalah

Page 173: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

dengan Indonesia, namun mari kita kembali mengelola sendiri kekayaan Indonesia untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Page 174: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

DESKRIPSI DATA TERPILIH ARI KRITING

NO JUDUL VIDEO WAKTU DATA TERPILIH PELANGGARAN

MAKSIM MAKNA

1 Pasar barang antik, tapi tidak ada yang istimewa (Ari Kriting, THE TOUR) (https://youtu.be/fXkxE0cbur8)

6:40-7:36 Orang sekolah sekarang itu, tambah aneh-aneh kurikulum itu, coba kalia perhatikan! Sekolah sudah macam-macam jenis sekolah, tiba-tiba di kota-kota besar ada lagi yang bikin sekolah, “sekolah alam”. Saya pas perhatikan, sekolah alam konsepnya apa? Dihutan-hutan, saya omong kosong. Bukannya apa-apa, kalian itu sepertinya tidak bersyukur, orang-orang kota itu. Sudah syukur-syukur dapat gedung, mereka pilih sekolah di hutan lagi. Eh saya kasih tahu, di Indonesia Timur sana banyak orang sekolah di hutan karena tidak bisa dapat gedung. Coba bersyukur kah. Kalau

Maksim Kuantitas: Komika tidak mematuhi maksim kuantitas. Pelanggaran terjadi ketika Komika mengatakan “Kamu yang mau sekolah di alam itu, kamu pergilah di Indonesia Timur itu, sekolah dengan kaswari-kaswari sekalian disana”. Pada kalimat tersebut, Komika menyampaikan informasi yang menimbulkan efek humor, namun informasi yang disampaikan oleh Komika merupakan informasi yang berlebihan yang melebihi yang dibutuhkan yaitu dengan menyuruh

Komika mengkritisi tentang sekolah alam yang dilakukan oleh orang-orang kota. Komika mengkritis sekolah alam yang bertemakan di hutan-hutan dan mengatakan orang-orang yang mengadakan sekolah itu tidak berysukur dengan fasilitas gedung yang ada di kota. Komika membandingkan dengan orang-orang yang ada di timur yang masih tertinggal terkait infrastruktur, terkhususnya infrastruktur untuk pendidikan. Di wilayah Papua, perkembangan pendidikan masih sangat memprihatinkan. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Papua masih rendah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan jika lebih dari 50% anak-anak usia sekolah (3-19 tahun) tidak mendapatkan pendidikan di sekolah. Minimnya fasilitas masih menjadi faktor utama. Di Papua masih banyak sekolah yang berdiri seadanya dengan menggunakan

Page 175: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

memang kamu mau sekolah di hutan, tidak usah kalian bikin lagi sekolah alam itu. Lebih bagus kita tukaran aja kan? Kita datang di kota sekolah di gedung. Kamu yang mau sekolah di alam itu, kamu pergilah di Indonesia Timur itu, sekolah dengan kaswari-kaswari sekalian di sana.

orang-orang di kota untuk sekolah dengan kaswari-kaswari. Kalimat ini jelas berlebihan, karena bagaimana mungkin manusia sekolah dan belajar dengan hewan yang ada di hutan, yang nota benenya hewan merupakan mahkluk yang tidak berakal. Sehingga dalam wacana ini Komika melanggar maksim kuantitas yaitu mengatakan sesuatu yang berlebihan.

tenda dan kursi yang lapuk. Melihat fenomena tersebut. Komika menawarkan untuk tukar sekolah. Orang-orang timur datang untuk sekolah di kota dan menggunakan fasilitas gedung dan orang-orang yang mau sekolah di alam pergi sekolah di wilayah Indonesia timur. Makna pesan sosial dalam wacana Komika, yaitu kita harus senantiasa bernyukur dengan apa yang kita miliki, terkhususnya fasilitas pendidikan yang layak. Karena masih banyak di tempat atau daerah lain yang pendidikannya belum atau tidak layak.

2 Harga diri saya tercoreng, diskriminasi terhadap orang timur (Ari, SUCI 3) (https://youtu.be/JrfLICx1_dE)

0:58-1:38 Tapi bebicara tentang harga diri, harga diri saya itu tercoreng, karena apa? Tim sepak bola kita kalah terus. Menurut saya kekalahan timnas sepak bola itu karena satu, dia punya satu kekurangan, kekurangan orang timur. Serius, sungguh ini.

Maksim Kualitas: Wacana mengandung humor yang menyebabkan lawan tutur tertawa, namun Komika tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengungkapkan sesuatu yang kebenarannya tidak

Komika mengkritik Tim Nasional Indonesia (Timnas) yang kalah terus, terkhususnya Timnas sepak bola Indonesia terus menerus merasakan kekalahan. Menurut Komika, kekalahan Timnas sepak bola Indonesia karena kekurangan pesepak bola dari timur. Indonesia memiliki potensi besar sebagai sebuah bangsa yang besar. Dikarenakan budaya dari ujung

Page 176: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Karena orang timur itu paling jago kalau main bola, dan kita jago main bola karena kebiasaan berburu. Betul, iyo. Orang lain kalau berburu itu pakai panah, tombak, senapan. Kalau kita orang timur beda, kita kalau berburu itu yang namanya anoa, kaswari, babi hutan itu kita kejar, kita kejar, kita kejar, kemudian kita tackling.

bisa dibuktikan secara memadai. Itu terdapat pada kalimat “Orang lain kalau berburu itu pakai panah, tombak, senapan. Kalau kita orang timur beda, kita kalau berburu itu yang namanya anoa, kaswari, babi hutan itu kita kejar, kita kejar, kita kejar, kemudian kita tackling”. Kalimat ini melanggar maksim kualitas, karena Komika mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak bisa dibuktika secara memadai. Itu karena Komika mengatakan bahwa orang timur kalau berburu anoa, kaswari, dan babi dengan cara dikejar lalu di tackling. Padahal orang timur masih menggunakan alat seperti panah

barat hingga ujung timur, membuat bangsa Indonesia begitu besar. Begitupun yang terlihat di dunia sepak bola. Di mana bintang-bintang Timnas Indonesia datang dari segala penjuru Nusantara. Tak sedikit pula mutiara dari timur Indonesia yang begitu berkilau mebela bangsa di level Internasional. Pesepak poda dari timur memang terkenal dengan talenta pesepak bolanya. Seperti Ronny Pattinasarani (Makassar), Rochi Putiray (Ambon), Elie Aiboy (Jayapura), Boaz Solossa (Papua), dan begitu banyak pemain yang berasal dari timur yang memiliki potensi yang sangat luar biasa di persepak bolaa Indonesia. Makna pesan sosial adalah agar pemerintah banyak merekrut orang timur masuk di Timnas Indonesia, karena orang-orang timur memiliki talenta dalam sepak bola.

Page 177: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

untuk berburu.

3 Judul Film (Ari, Indosiar, lucunya tu disini) (https://youtu.be/ccZsltcoGE)

1:47-2:44 Jangan kaya anak-anak alay. Anak alay kalau temannya ulang tahun malah dikerjain sama dia. Wis saya paling benci dengan yang begitu. Temannya ulang tahun diikat, iyakan diikat, ditimpuk-timpukkin, disiram bensi, dibakar. Sudah begitu kenapa kalau orang ulang tahun itu identik dengan suka di lempar-lempar dengan telur, iya kan?. Itu kan mubazir, mending telurnya dimakan. Apalagi yang masih mahasiswa, sok kaya lagi lempar-lempar orang pakai telur, mending kalian goreng untuk dikossan kan. Ini di lempar-lempar dengan telur, menurut saya itu kegiatan yang mubazir dan tidak

Maksim Kualitas: Wacana tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu Komika mengungkapkan sesuatu yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan secara memadai. Itu terdapat pada kalimat “temannya ulang tahun diikat, iyakan diikat, ditimpuk-timpukkin, disiram bensi, dibakar”. Kalimat ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara memadai, karena biasanya orang-orang ketika ulang tahun hanya mengikat dan menipuk temannya menggunakan telur dan tepung. Tidak pernah ada kasus yang ketika orang ulang tahun disiram dan dibakar seperti

Komika mengkritisi perilaku anak-anak ketika merayakan ulang tahun. Komika menyebut mereka anak alay karena berlebihan dalam melakukan sesuatu, terutama merayakan ulang tahun. Anak-anak zama sekarang sering kali merayakan ulang tahun dengan melempar telur dan tepung kepada temannya yang sedang berulang tahun. Menurut Komika kegiatan seperti itu sangat mubazir apatahlagi jika hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa yang hidup kos, menurut Komika lebih baik telur itu dimasak dan dimaka oleh anak-anak kos. Dilain sisi, kegiatan semacam ini juga tidak terdidik. Senghingga pada akhir kalimatnya Komika memberikan saran kepada mereka untuk jangan melempar telur, melainkan melempar pertanyaan yang menambah wawasan ilmu pengetahuan kepada teman yang sedang ulang tahun. Makna pesan sosialnya adalah berhenti melakukan kegiatan yang

Page 178: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

mendidik sama sekali. Kalau mau, teman-teman kalian pas ulang tahun lakukanlah acara yang mendidik. Jangan dilempar telur, dilempar pertanyaan. Pas ulang tahun, siapakah penemu benua amerika?. Colombus. Bagus, jangan dilempar telur.

yang disampaikan oleh Komika.

mubazir dan tidak mendidik, terkhususnya ketika perayaan ulang tahun.

4 Beta Bangga Jadi Orang Timur, Indonesia Timur Itu Beda. (Ari Kriting) (https://youtu.be/UYfkl2NKaUE)

1:23-2:02 Dan terkait untuk masalah budaya. Saya sebenarnya juga bangga dengan seluruh budaya Indonesia, kecuali satu, budaya wayang orang. Menurut saya itu agak mendiskriminasi. Karena mendiskriminasi orang timur kalau menurut saya. Karena di budaya wayang orang itu. Kalau kita lihat itu tokoh-tokoh utamanya itu yang namanya Arjuna, yang

Maksim Kualitas: Wacana tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. Itu terdapat pada kalimat “Itu pasti orang timur. Dan juga itu dinamakan Buto. Ini kalau menurut saya ini plesetan saja ini. Sebenarnya ini pasti namanya Beta itu”. Pada kalimat tersebut,

Komika mengkritisi tenyang budaya-budaya yang selalu mendiskriminasi orang-orang yang berkulit hitam dan berambut kriting. Seringkali tokoh-tokong yang ada dalam sebuah cerita budaya menjadikan tokoh utamanya adalah orang-orang yang gagah, tanpan, dan putih. Sedangkan penjahat selalu diperankan oleh orang-orang yang berkulit hitam, dan berambut keriting. Menurut Komika, ini merupakan perlakuan yang diskriminasi orang-orang timur yang secara fisik wajahnya hitam dan berambut keriting. Makna pesan sosial yang

Page 179: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

namanya Rama, dan lain sebagainya itu kan gagah-gagah kan. Giliran penjahatnya itu diwujudkannya hitam dan rambutnya kriting. Itu pasti orang timur. Dan juga itu dinamakan Buto. Ini kalau menurut saya ini plesetan saja ini. Sebenarnya ini pasti namanya Beta itu.

Komika menyebutkan bahwa nama Buto yang merupakan raksasa yang dikenal berperangai jahat dalam mitologi Jawa adalah plesetan dari nama Beta yang merupakan bahasa yang sering digunakan oleh orang timur yang artinya adalah aku atau saya. Pernyataan ini merupakan pernyataan yang tidak mampu dibuktikan kebenarannya.

disampaikan oleh Komika adalah agar diskriminasi itu dihilangkan, agar semua tidak ada yang di beda-bedakan dan agar tidak ada kecemburuan sosial.

5 Orang Timur Itu Sering Dibully Pakai Fisik. (Ari, SUCI 3) (https://youtu.be/A-lOywUgG9c)

2:17-3:03 Dan masalah kulit, orang yang kulitnya gelap itu paling sering dibullying. Saya itu kalau masih menelpon di tempat umum ada saja yang celoteh-celoteh tidak enak itu. O1: Ih penumpang gelap ya. Kalau naik angkot juga begitu, baru naik, tak, ini sudah ada lagi

Maksim Cara: Wacana tidak mematuhi makasim cara, yaitu menggunakan kalimat yang memiliki makna ganda. Itu terdapat pada kalimat O1. “Kalau naik angkot juga begitu, baru naik, tak, ini sudah ada lagi penumpang di dalam

Komika mengkritisi tentang orang-orang yang sering membullying orang yang berkulit hitam, terkhususnya orang-orang timur yang memiliki kulit hitam da rambut keriting. Komika menceritakan bagaimana Komika dibully dengan kata penumpang gelap oleh orang lain ketika dia hendak menaiki angkot. Bullying memang sering kali terjadi di sekitara kita, terutama bullying yang berkaitan dengan

Page 180: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

penumpang di dalam. O1: Ihiyyy, penumpang gelap?. Sampai di dalam angkot ditanya lagi. O1: Mau kemana mas? O2: Mau ke pasar O1: Pasti pasar gelap ya? Padahalkan tidak ada hal-hal seperti itu, omong kosong semua kan?. Mana ada tuh yang namanya pasar gelap. Memang pernah ke pasar terus O1: Ibu, mau beli O2: Beli apa? O1: Beli baju O2: Sabar sebentas saya carikan, ini gelap, ini gelap.

O1: Ihiyyy, penumpang

gelap ya?”. Kata penumpang gelap memiliki makna ganda yaitu penumpang yang tidak membayar angkot, dan penumpang gelap yang memiliki makna penumpang yang memiliki rupa yang gelap atau hitam. Namun pada wacana ini Komika membahas tentang orang yang memandang sebelah mata orang yang berkulit hitam.

fisik. Bullying memiliki dampang yang besar terhadap korban bully, dampaknya merusak kepercayaan diri korban dan bahkan sampai membuat korban bisa membunuh dirinya karena tidak sanggup menahan penderitaan mental dikarenakan bullying. Makna pesan sosial yaitu janganlah kita melakukan bullying terhadap orang lain, terutama bullying terhadap fisik orang lain, karena bisa merusak psikologis orang lain.

Page 181: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

DESKRIPSI DATA TERPILIH DZAWIN

NO JUDUL VIDEO WAKTU DATA TERPILIH PELANGGARAN

MAKSIM MAKNA

1 Tim U 19 (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/V5QnTjJKAv0)

2:37-3:05 Gue benaran kurang suka sama bola gitu. Tapi ada teman gue bilang katanya gue banci karena gue enggak suka nonton bola. Sekarang gini, nonton bola itu adalah Fashion men. Lu suka nonton bola itu karena Fashion, gue nggak suka nonton bola karena gue punya Fashion lain, gue suka naik gunung. Dan naik gunung itu adalah salah satu olahraga ekstrem. Dan lu masih mau bilang kalu gue banci? Iya kan. Sekarag gini, kita kalau naik gunung kita pakai perlengkapan lengkap men. Kita bawa kompas, matras, tenda, kos-kossan, kamar madi dalam, ibu kos, waow dibawa semuanya.

Maksim Kuantitas:

Wacana tidak mematuhi maksim kuantitas. Itu terdapat pada tuturan “kita kalau naik gunung kita pakai perlengkapan lengkap men. Kita bawa kompas, matras, tenda, kos-kossan, kamar madi dalam, ibu kos, waow dibawa semuanya”. Informasi pada tuturan Komika berlebihan melebihi yang dibutuhkan oleh lawan tutur atau penonton. Karena pada wacana, Komika mengatakan bahwa ketika mereka naik gunung maka mereka membawa Ibu kos. Penyataan ini merupakan

Komika mengkritisi orang-orang yang menilai bahwa laki-laki yang tidak suka menonton sepak bola adalah banci. Tidak semua orang suka dengan sepak bola dan tidak semua orang yang tidak suka sepak bola tersebut adalah banci. Karena menurut Komika, menonton sepak bola adalah Fashion dan tidak semua orang Fashionnya sama.

Jadi, makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika ialah jangan menghujat atau menjustifikasi orang yang tidak suka menonton sepak bola adalah banci. Karena semua orang punya hobi yang berbeda-beda.

Page 182: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

pernyataan yang berlebihan, yang mengundang tawa penonton namun melanggar maksim kuantitas, yaitu mengatakan sesuatu yang berlebihan.

2 Dzawin Roasting Abdur, bilang Beli Sepatu 1,2 Juta Dapet 4 Biji tapi KW (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/Eb-glHWR2oQ)

4:17-5:10 Tapi lo sadar nggak sih ketika banyak orang sekarang itu lebih rela untuk bangun malam untuk nonton bola ketimbang bangun malam sholat tahajud. Benar nggak sih. Iya nggak sih? Benarkan. Gue pikir-pikir ini adalah akibat dari salah satu faktornya adalah kebanyaka iklan. Iya kan?. Banyak iklan di Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton bola, tapi nggak ada satupun iklan di Indonesia yang memacu kita untuk sholat tahajud. Bener nggak, sih? Iya,

Maksim Kualitas: Wacana tersebut tidak mematuhi maksim kualitas, karena terkandung tuturan-tuturan yang tidak benar. Itu terdapat pada tuturan “Extra joss susu jahe untuk menemani sholat tahajudmu, Kuku bima religi, dan Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”. Tuturan Komika memiliki efek humor, namun tuturan Komika dianggap sebagai tuturan yang keliru dan tidak logis.

Komika mengkritisi tayangan iklan yang disiarkan di televisi Indonesia, yang hanya menampilkan konten produk barang dan jasa saja, tanpa memiliki pesan moral tertentu yang bisa bermanfaat untuk masyarakat, misalnya ajakan beribadah seperti salat tahajud. Dampaknya, kesadaran masyarakat untuk menjalankan ibadah pun berkurang, terkhususnya salat wajib dan tahajud. Hal ini ditunjukkan Komika pada kalimat “Banyak iklan di Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton bola, tapi nggak ada satupun iklan di Indonesia yang memacu kita

Page 183: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

nggak? Emang di sini ada yang pernah lihat iklan sholat tahajud gitu? Nggak ada, kan? Seharusnya ada, men, kayak “Extra joss susu jahe untuk menemani sholat tahajudmu”; atau “Kuku bima religi”; atau “Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”.

Produk minuman energi seperti Extra Joss dan Kuku Bima berfungsi untuk menambah energi bagi peminumnya, terutama saat melakukan pekerjaan berat. Begitu juga dengan produk kacang Garuda yang biasanya dinikmati dalam keadaan santai. Produk makanan dan minuman ini biasanya tidak dikonsumsi saat beribadah atau salat seperti yang dikatakan oleh Komika.

untuk sholat tahajud.” Contoh beberapa iklan produk makanan dan minuman ringan mempersuasi masyarakat untuk lebih menyaksikan pertandingan sepak bola pada dini hari atau subuh, alih-alih melaksanakan salat tahajud (bagi pemeluk agama Islam).

Oleh karena itu, makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika ialah agar iklan di televise dapat menumbuhkan, mengajak, dan memicu kesadaran masyarakat untuk taat beribadah terkhususnya salat tahajud.

3 Buta Fashion (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/KY3sw-5Kg)

4:35-5:39 Kalau menurut gue fungsi dari pakaian, fungsi dari fashion itu ada dua. Yang pertama fisual, yang kedua fungsional. Enak dilihat dan bisa merepresentasikan sikap.

Maksim Kualitas:

Wacana tidak mematuhi maksim kualitas, ketakpatuhan terdapat pada tuturan “dia bangun malam

Tuturan tersebut mengimplikasikan ormas Islam yang diasosiasikan melalui frasa “peci, koko, sarung serta kata gerebek” yang berkenaan dengan aksi penggeledahan dan razia

Page 184: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Percuma pakai peci, koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas bulan puasa, ada warteg masih digerebek. Iya kan? Padahal udah ditirai masih digerebek. Kan kasihan. Gue belum kenyang. Lagian gini men. Orang-orang yang makan di warteg pas bulan puasa, emang mereka pas makan pernah ada yang pamer? Keluar dari warteg terus bawa es teh gitu, ada orang yang lagi puasa, cie aus. Enggak pernah kan?. Gini men. Percuma gitu pakai peci, koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas lagi ceramah di atas panggung, kepala orang dipiting. Percuma. Siapa namanya tuh? Ustad apa? Ustad apa? Ya, Ustad Harajuku. Ini

buat nonton smackdown”. Tuturan ini tidak mematuhi maksim kualitas karena hanya merupakan asumsi Komika yang bisa saja tidak berdasarkan fakta, dengan tujuan untuk menyindir Ustad Hariri yang melakukan tindakan kekerasan terhadap jamaah.

rumah makan oleh ormas Islam tertentu pada Bulan Ramadhan.

Makna pesan sosial pada wacana ini yaitu fashion kita harus enak dilihat dan bisa merepresentasikan sikap kita dan kita harus mampu bersikap toleran terkhususnya ormas Islam.

Page 185: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

mungkin waktu dia masih di pesantren, temen-temennya bangun malam buat sholat tahajud, dia bangun malam buat nonton smackdown.

4 Pemilu (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/aeSZAEaA-ts)

2:23-3:07 DPR itu tugasnya kan untuk mendengarkan suara rakyat, aspirasi rakyat. Tapi, gimana caranya DPR mendengarkan suara rakyat ketika DPR dihalangi oleh tembok yang begitu tinggi, pakai, naik ke kantor, ke kantor itu pakai Camry, ya kan? Seharusnya DPR itu bukan diletakkan di Senayan, tapi di tengah-tengah pasar, iya. Di pasar itu kan segala macam ada kan? Dari tukang ayam sampai tukang cabe, ayam kampus, cabe-cabean. Ada dari gembel ngemis sampai gembel ngelem ada men. Biasa ke kantor

Makasim Kualitas: wacana tidak mematuhi maksim kualitas. Pelangaran ditandai melalui tuturan “Seharusnya DPR itu bukan diletakkan di Senayan, tapi di tengah- tengah pasar”. Pendapat Komika melalui tuturan tersebut terlalu mengada-ada dan mustahil terjadi, karena cakupan tugas dan fungsi anggota DPR yang begitu luas. Bukan hanya mencakup pada tataran pasar atau pada level rakyat kecil saja, namun pada

Komika mengungkapkan, fungsi keterwakilan suara rakyat yang diemban oleh anggota DPR tidak berjalan secara ideal. Hal ini ditandai melalui tuturan “Tapi, gimana caranya DPR mendengarkan suara rakyat ketika DPR dihalangi oleh tembok yang begitu tinggi, pakai, naik ke Kantor, ke Kantor itu pakai Camry”. Tuturan Tembok yang begitu tinggi merupakan ungkapan yang berhubungan dengan Kantor DPR RI yang berada di Senayan Jakarta. Kata Camry mengacu pada mobil sedan berkelas menengah ke atas yang bernama Toyota Camry. Tuturan ini merupakan gambaran simbol kemewahan anggota DPR.

Page 186: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

pake Camry, ini jalan jalan kaki, pas lagi jalan ketemu preman. Tapi enggak akan dipalak. Ndak berani preman pasar malak preman negara.

tataran yang lebih luas.

Oleh demikian, tuturan tersebut mengimplikasikan para anggota DPR yang begitu sulit, ditemui, didekati, dan tidak merakyat.

Sebagai simbol kerakyatan, Komika mengusulkan agar Kantor DPR RI dipindahkan ke lingkungan sosial yang dekat dengan aktivitas masyarakat, misalnya pasar tradisional yang dijadikan sebagai simbol kerakyatan, pasar menjadi tempat jual-beli masyarakat, terutama masyarakat lapisan menengah ke bawah. Hal itu dilakukan agar anggota DPR bisa mengetahui masalah yang dialami masyarakat serta mendengarkan aspirasi dan kebutuhan mereka secara langsung.

Makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika adalah DPR harus mampu dekat dan mendengar insprirasi rakyat dan mudah ditemui, didekati, dan

Page 187: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

merakyat.

5 Tim U 19 (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/V5QnTjJKAv0)

0:58-1:28 Tapi sebenarnya jujur, gua kurang suka sama bola, gua kurang suka nonton bola, nggak suka bahkan. Karena kalau menurut gua, bola itu penuh dengan provokasi. Loe lihat kemarin itu ada kasus Materazzi disundul sama Zidane. Itu karena Materazzi memprovokasi Zidane. O1: Eh, Zidane, ibu kamu teroris ya? Zidane masih sabar. O1: Eh, Zidane, adik kamu teroris ya? Zidane masih sabar. O1: Eh, Zidane, Bapak kamu tukang siomay ya? O2: Eh, anjir, gua digombalin. Derrr (menanduk dada O1).

Maksim Relevansi: Wacana tidak mematuhi maksim relevansi terdapat pada dialog terakhir O1 dan O2

: “Eh, Zidane, Bapak kamu tukang siomay ya?” “Eh, anjir, gua digombalin. Derrr (menanduk dada O1).” Turan Komika mampu mengundang tawa penonton, namun tuturan tersebut tidak relevan, karena kehadiran kedua bagian wacana tersebut justru menjadi berlebihan dan tidak menambah informasi apapun yang relevan dengan tindakan provokasi berupa ucapan berbau SARA yang dilakukan oleh O1

Komika mengungkapkan ketidak sukaannya terhadap sepak bola. Ketidak sukaannya dikarenakan sikap provokasi yang ada dalam sepak bola yang berbau SARA. Hal tersebut ditandai melalui tuturan “bola itu penuh dengan provokasi, Materazzi, dan Zidane”. Ketiga tuturan tersebut mengimplikasikan kasus provokasi berbau isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang dilakukan oleh pemain bertahan timnas Italia, Marco Materazzi terhadap pemain Prancis Zinedine Zidane.

Makna pesan sosial yang disampaikan Komika, yaitu agar dalam persepakbolaan tidak ada provokasi yang mengandung SARA agar meminimalisir perkelahian dan permusuhan dalam sepak bola.

Page 188: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

kepada O2.

6 Penyakit Hati (Dzawin SUCI 4) (https://youtu.be/TqoWtWVQbuc)

4:14-5:00 Banyak orang sekarang itu beli Hp lebih mengedepankan gengsi ketimbang fungsi. Beli Hp sampai 12 Juta, tapi pengen pamerin, niatnya di pamerin. Pengen dipamerein tapi dikantongin, lu kalau pengen pamer jangan dikantongin, tempel di jidat, Hp Hp Hp. Beli Hp mahal banget sampai 12 Juta. Motor gue aja beli seken itu cuman 7 Juta. Lu beli Hp 12 Juta buat apa coba? Dipake ngojek nggak bisa, pake boncengan enggak bisa, ditaru di parkiran ilang. Beli Hp 12Juta, itu Hp 12 Juta 2 biji kalau digabungin dijual, mak gue umroh.

Maksim Relevansi:

wacana tidak mematuhi maksim relevan. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Beli Hp mahal banget sampai 12 Juta. Motor gue aja beli seken itu cuman 7 Juta. Lu beli Hp 12 Juta buat apa coba? Dipake ngojek nggak bisa, pake boncengan enggak bisa, ditaru di parkiran ilang”. Kalimat tersebut tidak relevan karen fungsi dari Motor dan Hp berbeda dan tidak ada keterkaitan. Sehingga membandingkan fungsi Hp dan motor tidaklah relevan.

Pada wacana ini Komika mengkritisi terkait orang-orang yang membeli suatu barang dengan lebih mengedepankan gengsi ketimbang fungsi. Contoh yang disampaikan oleh Komika ialah orang-orang yang membeli Hp sampai 12 Juta hanya untuk dipamerkan.

Makna pesan sosial dalam wacana ini, yaitu mengajak agar orang-orang membeli suatu barang lebih mengedepankan fungsi dari pada genggsi.

7 Pedagang Asongan (Dzawin, SUCI

2:42-3:41 Lagian gini men. Cewek itu sering banget ngomongin masalah

Maksim cara:

Wacana tidak mematuhi maksim

Komika mengkritik kaum perempuan, secara khusus yang sering membicarakan

Page 189: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

4). (https://youtu.be/7kq_qpidE0Y)

kesetaraan gender. Bener gak sih? Lagian kesetaraan gender itu maksudnya apa sih? Setara itu kan artinya sama, padahal sama belum tentu proporsional, belum tentu pas. Contohnya begini. Gua naik bis, gua naik kereta sama adek gua, tempat duduknya cuma satu. Adek gua duduk, gua berdiri; nggak setara, tetapi proporsional karena gua lebih kuat, hitungannya setara. Atau pakai solusi yang kedua, gua duduk, adik gua gua pangku. Ini cewek mintanya kesetaraan gender, tapi giliran di kereta tempat duduk cuma satu gua duduk dia berdiri ngelihatin gua terus. Ya, nggak gua kasih. Kan setara. Kalau mau, pakai solusi yang kedua: elu gua pangku.

cara. Tuturan melanggar maksim cara terletak pada ambiguitas frasa “adik gua”. Pada awal tuturan Komika, frasa “adik gua” bermakna “saudara kandung yang lebih muda”. Sementara pada akhir tuturan Komika, frasa “adik gua” dapat bermakna “kemaluan laki-laki” mengalami sebuah ketaksaan, terutama ketika diikuti oleh kata kerja “berdiri”. Sehingga maknanya tidak saja bermakna tunggal “saudara mudanya yang berdiri”, namun bisa juga bermakna “kemaluannya berereksi”. Dengan demikian, tuturan Komika tidak mematuhi maksim

dan menuntut persamaan hak atau kesetaraan gender terhadap kaum laki-laki. Hal tersebut terdapat pada kalimat “Cewek itu sering banget ngomongin masalah kesetaraan gender”. Hal yang dikritik pada wacana ini ialah kesalahpahaman kaum perempuan terhadap konsep kesetaraan gender. Hal ini ditunjukkan melalui tuturan “Lagian kesetaraan gender itu maksudnya apa sih? Setara itu kan artinya sama, padahal sama belum tentu proporsional, belum tentu pas”. Dalam ilustrasinya di atas, seorang wanita di kereta api yang tengah berdiri karena tidak mendapatkan kursi kosong, ia selalu memandangi Komika yang sedang duduk bersama adiknya, dengan harapan Komika mempersilakan wanita tersebut menduduki kursinya. Komika tidak

Page 190: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

Iya, nggak? Kalau elu gua pangku, ya adik gua berdiri. Iya kan? Kalau masih nggak mau juga, ya udah silakan duduk, tapi elu pangku gua, ya adik gua berdiri lagi.

cara.

memberikan kursinya untuk ditempati oleh wanita tersebut karena ia memiliki hak untuk tetap menduduki kursi yang sudah ditempatinya sejak awal dan ia merasa tidak adil jika ia harus berdiri karena memberikan kursi yang didudukinya ditempati oleh wanita tersebut. Dengan kata lain, wanita itu ingin berusaha mendapatkan haknya untuk menduduki kursi tersebut dengan melanggar atau mengabaikan hak Komika menempati kursi tersebut. Makna pesan sosial Komika, yaitu kesetaraan itu penting, namun harus proposional.

8 Makanan Terenak Se-Nusantara (Dzawin, SUCI 4) (https://youtu.be/KY3sw-5Kg)

0:10-0:37 Eh, loe tahu nggak sih, dari sekian banyak makanan nusantara, makanan yang menurut gue paling enak itu adalah makanan pesantren. Kenapa? Karena makanan

Maksim Cara: Wacana tidak mematuhi maksim cara. Wacana tidak mematuhi maksim cara terdapat pada tuturan “malam-malam kita makan

Komika mengkritisi pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam yang tidak terlalu memberikan perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri. Hal tersebut diungkapkan pada tuturan “Karena

Page 191: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

pesantren itu bergizi men, bergizi rendah. Pagi-pagi kita makan nasi, tahu, kerupuk; siang-siang kita makan nasi, tempe, kerupuk. Malam-malam kita makan hati men. Makannya itu-itu mulu.

hati, men”. Tuturan “makan hati” diasumsikan mengandung dua arti. Pertama, makan hati yang berarti aktivitas mengonsumsi jeroan hati ampela. Dan kedua, ungkapan yang bermakna kecewa, sedih, atau kesal. Adapun tuturan yang dimaksudkan Komika mengacu pada arti yang kedua, yaitu kecewa, sedih, atau kesal.

makanan pesantren itu bergizi, men, bergizi rendah”.

Pada pagi hari, para santri dihidangakan nasi, kerupuk, dan tahu. Pada siang hari, nasi, tempe, dan kerupuk menjadi menu santap siang para santri. Jika menakar kandungan gizi makanan tersebut, maka didapat hasil sebagai berikut: nasi mengandung karbohidrat; tahu mengandung protein, lemak, dan karbohidrat; tempe mengandung protein, lemak, dan karbohidrat; kerupuk mengandung karbohidrat serta kadar gula dan garam yang tinggi. Komika menilai, kandungan dan keseimbangan gizi dari pangan-pangan tersebut memprihatinkan.

Sementara itu, tuturan “makan hati” yang diungkapkan Komika bukan mengacu pada aktivitas mengonsumsi jeroan ati ampela, melainkan sebuah

Page 192: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

ungkapan yang bermakna “kecewa, sedih, atau kesal‟. Komika kecewa dan sedih karena sepanjang dan setiap hari para santri selalu disajikan menu makanan yang sama yang memiliki kualitas gizi yang rendah dan tidak seimbang.

Jadi makna pesan sosial pada wacan ini, yaitu harapan agar pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam agar memberikan perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri.

Page 193: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY
Page 194: WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY

RIWAYAT HIDUP

Najamuddin, lahir pada tanggal 21 Mei 1996 di

kelurahan Kandai Dua kecamatan Woja

kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. Anak ke

Dua dari Dua bersaudara. Buah kasih sayang dari

pasangan bapak Jamaluddin dan ibu Nurjanah.

Peneliti memasuki jenjang pendidikan dasar

dibangku SD Negeri 7 Woja tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008. Peneliti

melanjutkan jenjang pendidikan menengah pertama pada tahun 2008 di SMP

Negeri 1 Woja dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti

melanjutkan pendidikan sekolah menegah atas di SMA Negeri 1 Woja dan tamat

pada tahun 2014. Pada tahun yang sama, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa

pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, Program Studi Strata I

dan lulus pada tahun 2018. Kemudian di tahun itu juga peneliti melanjutkan

pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar dan

mengambil Jurusan Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Kerja keras, pengorbanan serta kesabaran dan atas izin Allah Swt,

pada tahun 2021 peneliti mengakhiri masa perkuliahan dengan menyusun karya

ilmiah yang berjudul “Wacana Humor Dalam Stand Up Comedy (Kajian

Pragmatik Grice).”