103

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i
Page 2: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

i

SUSUNAN DEWAN REDAKSI JURNAL “AMPLITUDE”

MITRA BESTARI

Prof.Dr. Chatarina Muryani, M.Si (Guru Besar Universitas Sebelas Maret) Prof. Drs. Suparwoto, M.Pd ( Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta) Dr. Moh. Thoifur, M.Si (Universitas Ahmad Dahlan yogyakarta)

Dr. Muhtadi,M.A ( Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta)

PENGARAH Dr. Jasman Indradno, M.Si (Kepala BP2MK Wilayah III)

PENASEHAT

Dra. Hj. Suliyastuti, MM (Kepala SMA N 2 Karanganyar)

PIMPINAN UMUM Caswidi, S.Pd, M.Pd

WAKIL PIMPINAN

Irham. S.Pd.I, M.Pd

KETUA PENYUNTING Ariezta Rosalina Frimasari, ST

PENYUNTING PELAKSANA

Andri Fitrianingsih, S.Psi, M.Si Puji Mawarti, S.Pd

Nasrul Firdaus, S.Pd

DESAIN GRAFIS Ahmad Ghazi W

Sekretariat

Jalan Ronggowarsito, Bejen, Karanganyar, Kode Pos 57716 Telp. (0271) 495795

Email: [email protected] Perwakilan Daerah Jawa Barat

Sanidi, S.Pd Jl. Raya Lombang- Indramayu Jabar

(HP.089632649981) Perwakilan Daerah Nusa Tenggara Barat

Tri Asmaning Jl. Raya Pancor Selong Lombok Timur NTB

(HP.O81803697788)

Page 3: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

ii

LEMBAGA KAJIAN PENDIDIKAN DAN FORUM ILMIAH INDONESIA DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul.........................................................................…...........

Susunan Dewan Redaksi...……………………………………………....

Daftar isi.....................................................................................................

Meningkatkan Prestasi Belajar PKn dengan Metode Peta Konsep

Wijayanto Nugroho ……………………………………………………………………………………………

Meningkatkan hasil belajar Momentum melalui model Team Assisted

Individualization dengan Modelling Modellus

Caswidi.................................................................................................................

Upaya Meningkatkan kemampuan membaca Melalui Media Kartu

gambar huruf Kontekstual

Suparmi......................................................................................................

Meningkatkan Prestasi Bealajar Fisika dengan Model Discovery

Learning pada Listrik Statis

Endang Satiti Budiyatmi............................................................................

Meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar Ekonomi dengan

Pemanfaatan Pose Selfie di Komik

Up Grading Supramono.................................................................................

Praktek berkarya Seni Patung melalui Media Sabun dengan Teknik

Butsir

Kriswanto Dwi Utomo.........................................................................................

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika operasi hitung awal

Melalui Media Realita kartu angka.

Suparmi...............................................................................................................

Peningkatan Ketrampilan Menulis Eksposisi Melalui Model Take

and Give.

Sanusi.......................................................................................................

i

ii

iii

1

14

27

39

51

63

74

86

Page 4: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

1

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN

DENGAN METODE PETA KONSEP

Wijayanto Nugroho

SD N 03 LEMPONG JENAWI

Abstrak :Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar PKn materi

Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat melalui metode diskusi dan tanya jawab pada

siswa kelas IV Semester II SD Negeri 03 Lempong Jenawi Karanganyar Tahun Pelajaran

2016/2017.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan 3 siklus penelitian ini mengamati 1).

Aktivitas siswa siklus I ke siklus II, dan siklus III. Perhatian siswa meningkat 9,09 , siklus II ke

siklus III naik 18,19% ; Aktif berdiskusi 9,09%; siklus II ke siklus III naik 1,42%; Aktif

bertanya dan menjawab meningkat 36,36%;, siklus II ke siklus III naik 9,09 ; aktif mengerjakan

tugas siklus I ke II naik 9,09, siklus II ke III, naik 9,1. 2). Hasil pengolahan data dari perbaikan

nilai prestasi siswa dari siklus ke siklus juga mengalami peningkatan . Rata-rata nilai pra siklus

ke siklus I naik mencapai 6,36 siklus I ke siklus II mengalami kenaikan 3,64; siklus II ke siklus

III mengalami kenaikan 5,91; Berdasarkan pengolahan data dari perbaikan pembelajaran,

membuktikan bahwa metode diskusi dan tanya jawab dapat meningkatakan prestasi belajar

PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa Kelas V Semester II SD Negeri 03 Lempong

Jenawi Tahun Pelajaran 2017/2018.

.

Kata kunci; Peta Konsep meningkatkan hasil belajar, Materi Kebebasan Berorganisasi

Abstract: The purpose of this study was to determine the improvement of Civics Education

learning outcomes of the Central Level Government System through the method of discussion

and question and answer for students in grade IV Semester II Public Elementary School 03

Lempong Jenawi Karanganyar 2016/2017 Academic Year. Classroom Action Research (CAR)

was conducted with 3 cycles of this study observing 1). Student activities cycle I to cycle II, and

cycle III. Student attention increased 9.09, cycle II to cycle III rose 18.19%; Actively discuss

9.09%; cycle II to cycle III rose 1.42%; Active in asking and answering increased 36.36%;

cycle II to cycle III rose 9.09; actively working on the duty cycle I to II rose 9.09, cycle II to III,

up 9.1. 2). The results of data processing from improving student achievement values from

cycle to cycle also increase. The average pre-cycle value to cycle I rose to 6.36 cycle I to cycle

II, increasing 3.64; cycle II to cycle III has increased by 5.91; Based on data processing from

learning improvements, proving that the method of discussion and question and answer can

improve Civics learning achievement material on Organizational Freedom in Class V students

in Semester II SD Negeri 03 Lempong Jenawi 2017/2018 Academic Year. .

Keywords; Concept Map to improve learning outcomes, Organizational Freedom Material

PENDAHULUAN

Untuk mengatasi pembelajaran

PKn maka diperlukan suatu metode

pembelajaran yang dapat mendorong siswa

untuk belajar menemukan jawaban atau

pemecahan masalah untuk menyimpulkah

suatu materi yang relevan. Siswa dapat

Page 5: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

2

diarahkan untuk membentuk kelompok dan

berdiskusi dengan kelompoknya dalam

menemukan suatu informasi atau materi

PKn Mengenal Sistem Pemerintahan

Tingkat Pusat menurut pikiran dan hasil

diskusi kelompok mereka.

Salah satu metode pembelajaran

yang dapat meningkatkan keaktifan siswa

adalah metode diskusi dan tanya jawab

metode ini merupakan model pembelajaran

yang lebih menekankan pada proses

belajar dalam kelompok, bukan

mengerjakan sesuatu bersama kelompok.

Dengan model pembelajaran ini

diharapkan hasil pembelajaran akan lebih

bermakna bagi siswa dan pada akhirnya

siswa dapat menemukan banyak hal yang

menarik dalam pembelajaran PKn.

Penerapan metode pembelajaran

dari guru di sekolah memegang peranan

penting dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa kelas IV SD. Gambaran

selintas, guru SD N 03 Lempong dalam

praktiknya mereka hampir seluruhnya

menerapkan prinsip-prinsip pengajaran

dengan menerapkan prinsip ceramah.

Sehingga masih memerlukan pembenahan.

Diskusi adalah aktivitas dari

sekelomok siswa, berbicara saling bertukar

informasi maupun pendapat tentang sebuah

topik atau masalah, dimana setiap anak

ingin mencari jawaban/ penyelesaian

problim dari dari segala segi dan

kemungkinan yang ada (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan 1999).

Metode diskusi adalah cara penyajian

pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan

pada suatu masalah. Metode diskusi disini

siswa dapat mengemukakan pendapat,

menyangkal pendapat orang lain,

mengajukan usul, dan saran dalam rangka

pemecahan masalah yang ditinjau dari

beberapa segi. Termasuk antara guru dan

siswa. Untuk terciptanya pelaksanaan yang

multi arah dalam pengajaran PKn di SD 03

Lempong Jenawi, interaksi dijembatani

oleh metode pembelajaran. Dengan

demikian komunikasi akan berjalan lebih

efektif dan efisien.

Dengan melihat gejala dan berbagai

pemikiran diatas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas

dengan judul: “Meningkatkan Prestasi

Belajar PKn Materi Kebebasan

Berorgansiasi dengan Metode Peta Konsep

Pada Siswa Kelas V Semester II SD N 03

Lempong Jenawi Tahun 2017/2018”

Tujuan Penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar PKn

materi mengenal sistem pemerintahan

tingkat pusat melalui metode diskusi dan

tanya pada siswa kelas V Semester II SD

Negeri 03 Lempong Jenawi Karanganyar

Tahun Pelajaran 2017/2018.

Page 6: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

3

Dengan diketahui hasil proses

pembelajaran, penelitian ini dilaksanakan

maka diharapkan hasil penelitian ini dapat

bermanfaat : 1) Bagi Siswa, Penelitian ini

akan memberikan bantuan pada siswa

untuk lebih aktif dan kreatif dalam

pembelajaran sehingga proses

pembelajaran menjadi lebih mudah,

menyenangkan, serta dapat meningkatkan

pemahaman siswa. 2) Bagi Guru: Menjadi

bahan dan acuan dan menambah

pengetahuan tentang pembelajaran diskusi

dan tanya jawab yang dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif proses

pembelajaran di dalam kelas. 3) Bagi

Sekolah; Penelitian ini memberikan

sumbangan yang bermanfaat untuk

perbaikan proses pembelajaran dan

motivasi guru-guru di sekolahnya, agar

mau dan mampu melaksanakan

pembelajaran yang menarik dan

menantang, terutama pada pembelajaran

PKn agar dapat memperoleh hasil

maksimal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada kelas

V Sekolah Dasar Negeri 03 Lempong

Jenawi Tahun ajaran 2017/2018.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

dilakukan selama 5 bulan dimulai pada

bulan Januari sampai Mei. Penyusunan

proposal dilakukan bulan Januari, Februari

menyusun instrumen, Maret pelaksanaan

penelitian dan pengumpulan data, dalam

penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus,

dimana pada tiap siklus dengan

penanganan yang berbeda. Siklus pertama

akan disempurnakan pada siklus kedua,

dan begitu seterusnya. April penyusunan

pelaporan penelitian. Penelitian tindakan

kelas ini subyek penelitian adalah siswa

kelas V SDN 03 Lempong Dengan jumlah

siswa 11 anak.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan Data, a)Observasi

meliputi: (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan observasi kelas, dan (3)

pembahasan balikan. b. Dokumentasi:

digunakan untuk memperoleh data tentang

kemampuan awal PKn siswa yang diambil

dari nilai ulangan Kelas IV Semester II SD

Negeri 03 Lempong Kecamatan Jenawi

Kabupaten Karanganyar. c. Tes

Adapun teknik yang digunakan

untuk memeriksa validitas dalam

penelitian ini adalah triangulasi.

Moeleong (2004: 330)

mengemukakan bahwa “Tringulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar

data itu untuk keperluan pengecekkan atau

sebagai pebandng terhadap data itu.”

Untuk menjaga validitas, secara

kolaboratif data dalam penelitian ini akan

didiskusikan /dikonsultasikan dengan

teman sejawat, serta diupayakan

Page 7: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

4

memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1)

observer akan mengamati keseluruhan

sekuensi peristiwa yang terjadi dikelas; 2)

tujuan, batas waktu dan rambu-rambu

observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat

lengkap dan hati-hati; dan 4) observasi

harus dilakukan secara obyektif.

Data berupa hasil tes

diklasifikasikan sebagai data kuantitatif.

Data tersebut dianalisis secara deskriptif,

yakni dengan membandingkan nilai tes

antarsirklus. Yang dianalisis adalah nilai

tes sebelum menggunakan metode Diskusi

dan Tanya Jawab, dan nilai tes setelah

menggunakan metode Diskusi dan Tanya

Jawab, sebanyak dua siklus. Kemudian,

data yang berupa nilai tes

antarsiklus tersebut dibandingkan hingga

hasilnya dapat mencapai batas

ketercapaian atau indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan model yang dilakukan oleh

Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan

pengembangan dari model Kurt Lewin.

Suharsimi Arikunto (2003: 83)

mengemukakan model yang didasarkan

atas konsep pokok bahwa penelitian

tindakan terdiri dari empat komponen

pokok yang juga menunjukkan langkah,

yaitu: 1.Perencanaan atau planning, 2.

Pelaksanaan atau acting, 3.Pengamatan

atau observing, 4.Refleksi atau reflecting

Langkah-langkah tersebut dapat

diilustrasikan dalam gambar 3 berikut :

Gambar 3. 1 Skema Model Dasar Penelitian

Tindakan Kelas

Model Kurt Lewin dalam Arikunto Suharsimi

(2009:16)

Hasil dari pengamatan ini

kemudian dijadikan dasar sebagai

langkah berikutnya, yaitu refleksi

kemudian disusun sbuah modifikasi

yang diaktualisasikan dalam bentuk

rangkaian tindakan dan pengamatan

lagi, begitu seterusnya.

PROSEDUR PENELITIAN

Tabel 3.1 Prosedur Penelitian

Deskripsi awal Masalah belajar PKn siwa

kelas IV

S

I

K

L

U

S

1

1.

Penyusu

nan

Rencana

Tindakan

Merencanakan

pembelajaran yang

akan diterapkan dalam

proses pembelajaran

PKn

Menentukan pokok

bahasan.

Mengembangkan

skenario pembelajaran.

Menyiapkan sumber

belajar.

Mengembangkan

Page 8: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

5

format evaluasi.

Mengembangkan

format observasi.

2

2

Pelaksan

aan

Tindakan

Menerapkan tindakan

dengan menerapkan

metode diskusi dan

tanta jawab mengacu

pada skenario

pembelajaran.

3

3

Pengama

tan

Melakukan observasi

dengan memakai

format observasi

terhadap aktivitas

siswa.

4 Evaluasi/

Refleksi

Melakukan evaluasi

tindakan yang telah

dialakukan.

Melakukan pertemuan

untuk membahas hasil

evaluasi tentang

skenario pembelajaran

dan lain-lain.

Memperbaiki

pelaksanaan tindakan

sesuai hasil evaluasi,

untuk digunakan

siklus berikkutnya.

Evaluasi tindakan I,

apa bila belum

berhasil maka guru

sepakat untuk

menindaklanjuti ke

siklus berikutnta

sampai memenuhi

KKM (70)

Indikator pencapaian Prestasi

belajar Pendidikan Kewarganegaraan

siswa kelas V meningkat sehingga hasil

rata-rata kelas mencapai 70 dan ketuntasan

belajar klasikal mencapai minimal 80% .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kondisi awal pembelajaran

PKn belum mencapai tujuan yang

diharapkan, sehingga harus dilakukan

suatu tindakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan prestasi belajar siswa agar

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(70). Hasil tersebut dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 4.1 Presentasi belajar PKn Kelasl V SD N 03

Lempong pada kondisi awal.

Nilai (N) Jumlah (F) NF %

30 1 30 9,09

40 1 40 9,09

50 2 100 18,18

60 4 240 36,36

70 3 210 27,27

80 - -

Jumlah 11 620 100

56,36

Ketuntasan klasikal 27,27%

Tabel diatas adalah nilai PKn pada

kondisi awal pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Lempong dapat digambarkan

dalam grafik sebagai berikut :

Grafik 4.1 Prestasi belajar PKn Siswa Kelas V SD

N 03 Lempong pada kondisi awal.

Berdasarkan hasil belajar PKn

masih rendah maka guru melakukan

inovasi dalam pembelajaran agar prestasi

belajar PKn materi Mengenal Sistem

Pemerintahan Tingkat Pusat dapat

meningkat diantaranya dengan

menerapkan metode pembelajaran Diskusi

dan Tanya jawab dengan tujuan untuk

meningkatkan hasil belajar dan aktifitas

siswa serta aktifitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran PKn materi

Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat

Pusat.

0

1

2

3

4

30 40 50 60 70

Pra siklus

Page 9: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

6

Adapun tahapan Penelitian dilakukan

melalui 4 tahapan yaitu perencanaan

(planning), tindakan (acting), Hasil

pengamatan (observing), refleksi

(reflecting).Setelah dilakukan tindakan

hasil observasi dan pengamatan pada

tindakan kelas siklus I menunjukkan

bahwa siswa yang belum termotivasi untuk

aktif berdiskusi dan mengemukakan

pendapatnya. Dalam metode pembelajaran

diskusi dan tanya jawab, pembelajaran

PKn materi Kebabasan Berorganisasi.

siklus I dalam proses pembelajaran masih

ada beberapa siswa yang terlihat masih

pasif, hasilnya belum mencapai standart

nilai KKM yang ditentukan (70). Ternyata

dari pengamatan tersebut diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data Aktivitas Siswa Kelas V SDN 03

Lempong dengan metode Peta Konsep

Mata Pelajaran PKn pada Siklus I

Aspek yang

dinilai

Kelompok J

m

l

Prese

ntase

%

I4

Siswa

II4

Siswa

III 3

Siswa

Memperhatikan

Penjelasan guru 3 3 2 8 72,72

Aktif diskusi

dengan teman 2 2 2 6 54,54

Aktif Bertanya

dan Menjawab

Pertanyaan

2 1 2 5 45,45

Aktif

mengerjakan

tugas 2 2 2 6 54,54

Pada tabel di atas diketahui bahwa

perhatian siswa cukup baik, dari 11 siswa 8

diantaranya telah memperhatikan

penjelasan guru saat pembelajaran dengan

metode pembelajaran diskusi dan tanya

jawab berlangsung yaitu mencapai 72,72

%. Akan tetapi keaktifan siswa dalam

berdiskusi masih kurang karena hanya

mencapai 54,54 % dan keberanian

bertanya dan menjawab pertanyaan dari

guru yang mencapai 45,45 %. dan yang

aktif mengerjakan tugas dari 11 siswa

hanya 6 siswa (54,54). Hal tersebut di

karenakan anak belum terbiasa kerja

kelompok. Akibatnya siswa yang benar-

benar aktif jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan dengan siswa tidak aktif saat

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Adapun hasil pencapaian nilai siswa

sebagai tolok ukur hasil belajar siswa

Materi Mengenal Sistem Pemerintahan

Tingkat Pusat dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar PKn

dengan metode Peta Konsep Siswa Kelas V SDN 03

Lempong pada Nilai tes siklus I dapat dilihat dalam

tabel dibawah ini:

Nilai (N) Jumlah

(F)

NF %

40 1 40 9,09

50 1 50 9,09

60 4 240 36,36

70 4 280 36,36

80 1 80 9,09

Rata-rata 62,72 690 100

Ketuntasan

klasikal

45,45%

Tabel diatas adalah nilai PKn

materi Mengenal Sistem Pemerintahan

Tingkat Pusat pada siklus I setelah diberi

tindakan. Dalam hal ini nilai di peroleh

dalam kegiatan belajar mengajar dengan

metoe diskusi dan tanya jawab yang

dilaksanakan pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 lempong dapat digambarkan

dalam grafik sebagai berikut :

Page 10: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

7

Grafik 4.2 Prestasi belajar PKn Siswa Kelas IV

SDN 03 Lempong pada siklus I

Hasil tes yang disajikan pada tabel

di atas, menunjukkan bahwa 6 siswa

mendapat nilai kurang dari 70. Sedangkan

6 siswa mendapat nilai 70. Nilai rata-rata

kelas 62,72. Ketuntasan secara klasikal

sebesar 45,45%. Berdasarkan hasil

tersebut, dapat diketahui bahwa proses

pembelajaran PKn Mengenal Sistem

Pemerintahan Tingkat Pusat pada siklus I

ada peningkatan dari sebelum tindakan.

Namun perlu ditindak lanjuti karena belum

mencapai batas KKM (70).

Hasil observasi terhadap

pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan

bahwa siswa kurang aktif, tidak banyak

memberikan komentar, siswa belum

terbiasa melakukan diskusi kelas. Siswa

belum biasa berbicara atau mengeluarkan

pendapat di hadapan teman-temannya.

Berdasarkan hal tersebut peneliti

bersama teman sejawat sepakat untuk

melanjutkan ke siklus berikutnya (siklus

II) dengan lebih meningkatkan kegiatan

dan proses pembelajaran diskusi secara

maksimal. Pada siklus berikutnya

diharapkan siswa lebih fokus dalam

mengikuti pembelajaran, serta guru dapat

membimbing siswa secara optimal untuk

mencapai hasil yang diharapkan.

TAHAPAN TINDAKAN SIKLUS II

Berdasarkan hasil refleksi dan

evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus

1 diketahui bahwa belum menunjukkan

adanya perubahan hasil belajar yang

signifikan. Hal ini terlihat dari data yang

telah diperoleh yaitu siswa yang mendapat

nilai tuntas hanya 6 (45,45%) dengan

nilai rata-rata kelas 62,72. Selain itu

banyak siswa yang kurang aktif saat

mengikuti pembelajaran, karena siswa

yang rajin mengerjakan tugas hanya 6

siswa ( 54,54% ) siswa beranian bertanya

dan menjawab pertanyaan dari guru 5

(45,45%). Siswa yang aktif mendengarkan

keterangan guru 8 (72,72). Dan siswa aktif

berdiskusi 6 siswa ( 54,54% ).

Oleh karena itu pada siklus II

proses tindakan pembelajaran lebih

ditingkatkan dan dioptimalkan dari siklus

sebelumnya, hal ini bertujuan agar nilai

hasil belajar siswa pada siklus II lebih baik

atau meningkat dari siklus I. Pelaksanakan

siklus II dilaksanakan dengan tahapan –

tahapan. Dalam pembelajaran pada

tindakan kelas siklus II diperoleh hasil

bahwa tindakan peneliti sudah sesuai

dengan harapan, proses pembelajaran

sudah berjalan dan hasilnya sudah

mengalami peningkatan dibandingkan

siklus sebelumnya.

Peneliti berkolaborasi dengan

guru secara runtut melaksanakan observasi

terhadap pelaksanaan pembelajaran PKn

pada setiap siklus observasi ini

ditunjukkan untuk mengamati aktivitas

dalam pembelajaran. Keseluruhan data

yang diperoleh sebagai bahan untuk

menganalisis perkembangan hasil belajar

PKn siswa. Data tersebut antara lain

sebagai berikut :

Tabel 4.4 Data Aktivitas Siswa Kelas V pada

Siklus II dengan metode Peta Konsep

Aspek yang

dinilai

Kelompok Jml

%

I

3

II

3

III

3

IV

2

0

1

2

3

4

40 50 60 70 80

siklus I

Page 11: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

8

Memperha

tikan

Penjelasan

guru

3 2

2 2 9 81,81

Aktif

diskusi

dengan

teman

2 2

3 2 7 63,63

Aktif

Bertanya

dan

Menjawab

Pertanyaan

2 1

2

2 7 81,81

Aktif

mengerjak

an tugas 3 2

3 2 10 90,90

Dari tabel di atas diketahui

bahwa keaktifan siswa telah mengalami

peningkatan, memperhatikan penjelasan

guru. dari 11 siswa 9 (81,81). Aktif

berdiskusi dengan teman saat

pembelajaran dengan metode

pembelajaran berlangsung yaitu 7

mencapai 63,63%. Selain itu aktif

bertanya atau menjawab pertanyaan dari

guru yang mencapai 7 siswa 63,63%.

Siswa aktif mengerjakan tugas dari

jumlah siswa 11 belum keseluruhanya

baru 10 (90,90).

Perhatian siswa dalam

pembelajaran sudah terfokus, siswa

sudah merespon penjelasan guru

tentang materi yang disampaikan dan

berani mengeluarkan ide atau gagasan.

Hal ini menunjukkan bahwa proses

pembelajaran tidak lagi berjalan searah

melainkan dua arah yaitu adanya proses

timbal balik antara guru dan siswa.

Hasil pencapaian nilai siswa sebagai

tolok ukur hasil belajar siswa materi

Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat

pada siklus II dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.5 Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas V

Siswa SDN 03 Lempong pada siklus II

Nilai (N) Jumlah

(F)

NF %

50 2 100 18,18

60 3 180 9,09

70 4 280 54,54

80 1 80 9,09

90 1 90 9,09

100 - - -

Jumlah 11 730 100

Rata-rata 66,36

Ketuntasan

klasikal

54,54%

Tabel diatas adalah nilai PKn

materi Kebebasan Berorganisasi pada

siklus II setelah diberi tindakan. Dalam hal

ini nilai di peroleh dalam kegiatan belajar

mengajar dengan Peta Konsep yang

dilaksanakan pada siswa kelas V SD

Negeri 03 Lempong dapat digambarkan

dalam grafik sebagai berikut :

Grafik 4.3 Prestasi belajar PKn siklus II

Hasil tes yang disajikan pada

grafik di atas, menunjukkan dari jumlah

siswa 11 bahwa 5 siswa mendapat nilai

kurang dari KKM (70). Siswa tuntas dari

jumlah 11 siswa baru 6 rata-rata kelas

sudah ada peningkatan dibanding siklus

sebelumnya 66,36, namun siswa

dikatakan tuntas apabila 80 % dari

jumlah siswa telah mendapat nilai batas

KKM (70). Sedangkan ketuntasan secara

klasikal sebesar 54,54%.

Berdasarkan hasil tersebut,

dapat diketahui bahwa proses

pembelajaran PKn materi Kebebasan

Berorganisasi pada siklus II ada

peningkatan dari sebelum tindakan.

0

1

2

3

4

50 60 70 80 9

siklus II

Page 12: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

9

Namun perlu ditindak lanjuti karena

belum mencapai batas KKM (70).

Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan hasil observasi di

atas, dapat diketahui bahwa siswa

masih perlu ditindaklanjuti

pembelajaran pada siklus III perlu

ditekankan pada siswa pentingnya

kedisiplinan waktu. Hasil observasi

terhadap pelaksanaan tindakan dapat

dideskripsikan bahwa siswa masih

ragu takut salah. Hal ini terlihat pada

saat siswa diminta untuk

menyampaikan pendapat, siswa

kurang berminat atau kurang

bersemangat melakukan kegiatan ini.

Maka peneliti bersama guru sepakat

untuk melanjutkan ke siklus

berikutnya (siklus III) dengan lebih

meningkatkan kegiatan dan proses

pembelajaran diskusi secara maksimal.

TAHAPAN TINDAKAN SIKLUS III

Hasil refleksi dan evaluasi

pelaksanaan tindakan pada siklus II

diketahui bahwa sudah ada perubahan

prestasi siswa namun belum sesuai

dengan harapan guru yaitu belum

memenuhi KKM (70) . Hal ini terlihat

dari data yang telah diperoleh yaitu

siswa yang mendapat nilai tuntas

hanya 6 (54,54%) dengan nilai rata-

rata kelas 66,36.

Peneliti berkolaborasi dengan

guru secara runtut melaksanakan

observasi terhadap pelaksanaan

pembelajaran PKn pada setiap siklus

observasi ini ditunjukkan untuk

mengamati aktivitas dalam

pembelajaran. Keseluruhan data yang

diperoleh sebagai bahan untuk

menganalisis perkembangan hasil

belajar PKn siswa. Data tersebut

antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.6 Data Aktivitas Siswa Kelas V pada

Siklus III

Aspek yang

dinilai

Kelompok J

m

l

%

I

3

II

3

III

3

IV

2

Memperhatika

n Penjelasan

guru

3 3

3 2 11 100

Aktif diskusi

dengan teman 3 2

3 2 10 90,90

Aktif Bertanya

dan Menjawab

Pertanyaan

2 3

3 2 10 90,90

Aktif

mengerjakan

tugas

3 3

3 2 11 100

Dari tabel di atas diketahui

bahwa keaktifan siswa telah mengalami

peningkatan, memperhatikan penjelasan

guru (100%). Aktif berdiskusi dengan

teman saat pembelajaran dengan

metode pembelajaran berlangsung yaitu

mencapai 90.90%. Selain itu aktif

bertanya atau menjawab pertanyaan dari

guru yang mencapai mencapai 90.90%.

Siswa aktif mengerjakan tugas

mencapai 100%.

Hasil pencapaian nilai siswa

sebagai tolok ukur hasil belajar siswa

materi Kebebasan Berorgansiasi pada

siklus III dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.7 Presentasi Prestasi belajar PKn Siswa Kl

V

SDN 03 Lempong pada siklus III

Nilai (N) Jumlah

(F)

NF %

50 - - -

60 1 60 9,09

70 3 210 27,27

80 5 400 45,45

90 2 180 18,18

100 - - -

Jumlah 11 850 100

Rata-rata 77,27

Page 13: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

10

Ketuntasan

klasikal

90,90%

Tabel diatas adalah nilai PKn

materi mengenal sistem pemerintahan

tingkat pusat pada siklus III setelah diberi

tindakan. dapat digambarkan dalam grafik

sebagai berikut :

Grafik 4.4 Prestasi belajar PKn siklus III

Hasil tes yang disajikan pada

tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai

rata-rata kelas telah mencapai batas

tuntas 77,27. Ketuntasan secara

klasikal sebesar 90,90%. Dari hasil

tersebut dapat diketahui bahwa proses

pembelajaran PKn materi Kebebasan

Berorgansiasi dari siklus kesiklus ada

peningkatan dan telah mencapai batas

tuntas.

PEMBAHASAN ANTAR SIKLUS

Penelitian tindakan Kelas

telah dilaksanakan melalui 3 siklus

yaitu siklus I, II, dan siklus III.

Pelaksanaan tindakan kelas

menunjukkan bahwa dari hasil

pengamatan dan analisis data yang ada

selama siklus ke siklus tentang

perhatian dan keaktifan siswa

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.8 Data Aktivitas Siswa Kelas V SDN 03

Lempong dengan metode

pembelajaran diskusi dan tanya jawab

pada Mata Pelajaran PKn Siklus I s/d

Siklus III

Aspek

yang

dinilai

Memperhatikan

penjelasanguru

Aktif diskusi

SI SII SIII SI SII SIII

Jml

Siswa 8 9 11 6 7 10

Prose

ntase 72,72 81,81 100 54,54 63,63 90,90

Aspek

yang

dinilai

Aktif Bertanya dan

Menjawab

Pertanyaan

Aktif mengerjakan

tugas

SI SII SI SII SI SII

Jml

Siswa 6 7 6 7 6 7

Prosent

ase 45,45

81,8

1 45,45 81,81 45,45 81,81

Keterangan :

S I : Siklus I S II : Siklus II

S III : Siklus III

Setelah dilakukan beberapa

perbaikan dari kelemahan pembelajaran

siklus I, pada siklus II dan siklus III, proses

pembelajaran telah mendapatkan hasil

yang signifikan. Aktivitas siswa dari siklus

ke siklus mengalami perubahan, siswa

telah mengikuti pembelajaran dengan baik.

dari tabel di atas diketahui bahwa dari 11

siswa, yang memperhatikan pada siklus I

mencapai 8 siswa, siklus II mencapai 9

siswa, siklus III mencapai 11 siswa

Keaktifan siswa diskusi pada siklus I

mencapai 6 siswa, siklus II mencapai 7

siswa; , siklus III mencapai 10 siswa.

Aktif bertanya siklus I, ada 6 siswa. siklus

II mencapai 7 siswa; , siklus III mencapai

10 siswa. Aktif mengerjakan tugas; siklus

I, 5 Siswa ; siklus II mencapai 10 siswa; ,

siklus III mencapai 11 siswa.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa

adanya peningkatan aktifitas siswa mulai

dari siklus I sampai dengan siklus III.

Peningkatan aktivitas siswa dalam

pembelajaran antara lain:1) Siswa lebih

memperhatikan selama pembelajaran

0

1

2

3

4

5

60 70 80 90 9

SIKLUS III

Page 14: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

11

berlangsung. 2). Siswa lebih aktif

menjawab pertanyaan guru. 3). Keberanian

siswa untuk bertanya semakin meningkat.

4). Siswa aktif belajar mengerjakan tugas-

tugas yang diberikan oleh guru.

Sedangkan perkembangan hasil

belajar siswa yang memperoleh nilai

setelah dilakukan tindakan mengalami

perubahan yang signifikan. Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Presentasi Prestasi belajar PKn Siswa

Kelas V SDN 03 Lempong dari Pra

Siklus, SIklus I , II dan III

Nilai (N) Jumlah

(F) Pra

Siklus

Jumlah

(F)

S. I

Jumlah

(F)

S. II

Jumlah

(F)

S. III

30 1 - - -

40 1 1 - -

50 2 1 - -

60 4 3 3 1

70 3 6 4 3

80 - - 1 5

90 - - 1 2

100 - - - -

Jumlah 11 11 11 11

Rata-rata 56,36 62,72 66,36 77,27

Ketuntasan

klasikal

27,27 45,45 54,36 90,90

Kenaikan

rata-Rata

Antar

siklus

- 6,36 3,64 5,91

Berdasarkan hasil tersebut, dapat

diketahui rerata yang dicapai telah

memenuhi indikator kinerja dan secara

klasikal telah mencapai batas ketuntasan.

Dari keseluruhan data yang telah diperoleh

selama siklus pertama sampai dengan

siklus terakhir dapat disimpulkan bahwa

peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas

V SDN 03 Lempong Jenawi dapat

dilakukan dengan penerapan metode

pembelajaran diskusi dan tanya jawab.

Nilai PKn materi Mengenal Sistem

Pemerintahan Tingkat Pusat siswa SD

Negeri 03 Lempong melalui penerapan

metode Diskusi dan Tanya Jawab dapat

digambarkan dalambentuk grafik sebagai

berikut :

Grafik 4.5. Nilai PKn materi Mengenal Sistem

Pemerintahan Tingkat Pusat dari Pra

Siklus, siklus I ,II, dan Siklus III

Sedangkan Peningkatan nilai

mata pelajaran PKn materi Mengenal

Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat

siswa SD Negeri 03 Lempong melalui

penerapan metode Diskusi dan Tanya

Jawab dapat digambarkan dalam

bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 4.6. Peningkatan Nilai Rata- Rata PKn

Materi Kebebsan Berorgansiasi dari

Pra Siklus, siklus I ,II, dan Siklus III

Berdasarkan indikator kinerja yang

telah ditetapkan bahwa prestasi belajar

PKn siswa kelas V SD Negeri 03 Lempong

jenawi tuntas ditentukan apabila 80% dari

jumlah siswa mendapat nilai 70 ke atas.

Dari hasil tindakan melalui metode diskusi

dan tanya jawab, dapat diketahui jumlah

siswa mendapat nilai 70 ke atas sebanyak

10 siswa atau telah mencapai 90,90 %

0

1

2

3

4

5

6

30 40 50 60 70 80 90

pra siklus

siklus I

siklus II

Siklus III

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Prasiklus

Siklus I Siklus II Siklus III

Nilai Rata-Rata

Page 15: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

12

sehingga prestasi yang dicapai setiap siklus

terdapat peningkatan yang signifikan.

Hipotesis tindakan yang berbunyi

“Metode Peta Konsep dapat Meningkatkan

Prestasi Belajar PKn Materi Kebebasan

Berorganisasi Pada Siswa Kelas V

Semester II SD N 03 Lempong Jenawi

Tahun 2017/2018” terbukti kebenarannya,

apabila dikaitkan dengan teori masih

relevan.

Metode diskusi dan tanya jawab

termasuk faktor yang berasal dari luar

siswa yang mempengaruhi secara positif

terhadap prestasi belajar PKn materi

mengenal sistem pemerintahan tingkat

pusat anak menjadi lebih aktif, maka

tecipta pembelajaran yang multi arah,

komunikasi lebih efektif dan efisien.

KESIMPULAN

Berdasrakan hasil penelitian yang

telah dikemukakan pada bab IV dapat

disimpulkan bahwa sebagai berikut: 1).

Aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn

Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat

Pusat dari siklus ke siklus mengalami

peningkatan. 2). Hasil pengolahan data

dari perbaikan nilai prestasi siswa dari

siklus ke siklus juga mengalami

peningkatan . Rata-rata nilai pra siklus ke

siklus I naik mencapai 6,36 siklus I ke

siklus II mengalami kenaikan 3, 64; siklus

II ke siklus III mengalami kenaikan 5,91;

Simpulan membuktikan bahwa, Metode

Peta Konsep Dapat Meningkatkan Prestasi

Belajar PKn Pada Siswa Kelas V Semester

II SD Negeri 03 Lempong Jenawi Tahun

Pelajaran 20172018.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan dapat dikemukakan saran

– saran sebagai berikut :1). Bagi siswa,

penelitian ini akan memberikan bantuan

pada siswa untuk lebih aktif dan kreatif

dalam pembelajaran sehingga proses

pembelajaran menjadi lebih mudah,

menyenangkan, serta dapat meningkatkan

Prestasi belajar siswa.2).Bagi Guru,

menjadi bahan dan acuan untuk menambah

pengetahuan tentang pembelajaran diskusi

dan tanya jawab yang dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif proses

pembelajaran di dalam kelas. 3). Bagi

Kepala Sekolah, menjadi referensi dalam

melaksanakan tugas supervisi dan evaluasi

untuk memberikan pembinaan dan

motivasi guru-guru di sekolahnya, agar

mau dan mampu melaksanakan

pembelajaran yang menarik dan

menantang, pada pembelajaran yang

sesuai dengan materi pelajaran yang

diberikan kepada siswanya untuk

mempermudah memahami berbagai

macam pelajaran agar dapat memperoleh

hasil maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk 2009. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

A. Suryo subroto, 1997. Proses Belajar

Mengajar Disekolah. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

2003 Undang – Undang Sistem

Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS) 2003. Jakarta:

Sinar Grafika

Departemen Pendidikan Nasional. 2004.

Kuri Kulum Pedoman Penilaian.

Jakarta: Depdiknas

...............2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, syaiful Bahri. 2002. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta.: PT

Rineka Cipta

Page 16: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

13

Djojonegoro, Wardiman. 1994. Kreativitas,

Kebudayaan, dan Perkembangan

Iptek. Bandung : Alfabeta

http://foldyku.blogspot.com/2005_10_10_a

rchive.html. unduh 13-1-2017

Moleong, 2006. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Nana Sujana, 2007. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi

pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Prasasti, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar PKn Dengan Metode

Diskusi dan Tanya Jawab siswa

kelas V. Menjing :Perpustakaan

SD

SD N 03 Lempong. 2016/2017. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Sekolah Dasar. Menjing:

Tim KTSP.

Page 17: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

14

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MOMENTUM MELALUI MODEL

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MODELLING MODELLUS

Caswidi

SMA N 2 Kabupaten Karanganyar

ABSTRAK” MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MOMENTUM MELALUI MODEL TEAM

ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MODELLING MODELLUS SISWA SMA N 2

KARANGANYAR”

Dalam proses belajar media/metoda pengajaran sangat penting agar dapat mencapai prestasi

belajar, efektifitas, dan efisiensi pembelajaran secara maksimal sehingga prestasi belajar siswa

lebih meningkat.Media/model pembelajaran harus mengalami perubahan dan peningkatan untuk

menghilangkan kesan statis dalam pembelajaran. Dengan menggunakan kolaborasi jigsaw

dengan program aplikasi IT Tracker diharapkan bisa menjawab masalah perubahan

pembelajaran.

Dengan pola pembelajaran jigsaw bisa mentransfer aplikasi tracker dalam pembelajaran,

dikarenakan generasi IT sudah ada pada diri siswa. Porses pengalihan dari nyata tentang gerak

lurus di input dalam aplikasi tracker yang berupa dunia maya.

Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, sebelum memasuki siklus I tinjauan prasiklus

pada hasil ulangan harian materi sebelumnya yang memiliki rata-rata kognitif 53, dan 51% batas

ketuntasan. Dengan menggunakan kolaborasi jigsaw dan tracker mengalami peningkatan

kognitif rata-rata 68 dengan ketuntasan menjadi 77%. Pada siklus kedua kognitif siswa dengan

rata-rata i 78, dan ketuntasan mencapai 82% berdasarkan indikator kinerja pada penelitian ini

adalah untuk peningkatan kognitif harus rata-rata 75 dan ketuntasan 80%.

Perbandingan peningkatan kognitif dari pra siklus ke siklus I sebesar 22%, siklus I ke siklus II

sebesar 9,33%, sedangkan ketuntasan dari pra siklus ke siklus I sebesar 26%, dan dari siklus I

ke siklus II sebesar 5%.

Kata Kunci : model TAI,Modelling Modellus dan Belajar

ABSTRACT "LEARNING TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) WITH

MODELING MODELING PROGRAM TO INCREASE STUDENTS STUDENT

MOMENTUM SMA N 2 KARANGANYAR" In the process of learning media / method of

teaching is very important in order to achieve learning achievement, effectiveness, and

efficiency of learning to the maximum so that student learning achievement is increasing.Media

/ learning model must undergo changes and improvements to eliminate the impression of static

in learning. By using jigsaw collaboration with IT Tracker application program is expected to

answer the problem of learning change. With the pattern of learning jigsaw can transfer tracker

applications in learning, because the generation of IT already exist in the students themselves.

The transferee of the real about the straight motion in the input in the application of the tracker

in the form of cyberspace. In this study it is divided into two cycles, before entering cycle I of

the pre-cycle review on the results of the previous daily repetition of the material having a

cognitive average of 53, and 51% of the mastery limit. By using jigsaw collaboration and

tracker had an average cognitive improvement of 68 with mastery to 77%. In the second

cognitive cycle of students with an average of 78, and completeness of 82% based on

performance indicators in this study is for cognitive improvement should be average 75 and

80% completeness. The comparison of cognitive improvement from pre cycle to cycle I is 22%,

cycle I to cycle II is 9,33%, while completeness from pre cycle to cycle I is 26%, and from cycle

I to cycle II is 5% .

Keywords: model TAI, Modeling Modellus dan Learning

Page 18: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

15

PENDAHULUAN

Kegiatan pembelajaran diarahkan

untuk memberdayakan semua potensi

peserta didik menjadi kompetensi yang

diharapkan. Di dalam kurikulum 2013

model pembelajaran yang dianjurkan

adalah pembelajaran yang berbasis saintis

meliputi; model problem based learning,

Discovery Learning dan project learning.

Dalam pesatnya dunia teknologi imformasi

dewasa ini, merupakan tantang besar bagi

seorang guru dalam melayani pendidikan

di setiap pembelajaran. Dunia siswa telah

berada dalam teknologi komputerisasi

sehingga guru secepatnya bisa mengikuti

perkambangan. Pembelajaran saat ini.

Agar menyesuaikan kebutuhan siswa

dengan berjalannya ilmu teknologi

imformatika maka dalam penelitian ini

mencakup dua model pembelajaran yaitu

model problem based learning untuk

Metode Team Assisted Individualization

(TAI) dan Model Project learning untuk

Program Modelling Modellus.

Pembelajaran TAI dengan latar belakang

diskusi yang dipimpin ketua kelompok

yang memiliki kemampuan lebih sedikit

dibandingkan anggota kelompok lainnya

bisa memperlancar kegiatan pembelajaran.

Modelling modellus digunakan untuk

project learning karena ada beberapa

pemprograman tentang materi momentum

yang akan dikerjakan oleh kelompok

dengan tambahan ekstra waktu di luar jam

pembelajaran dengan menggunakan model

aplikasi diharapkan bisa meningkatkan

semangat belajar dengan dimungkinkan

dapat meningkatkan prestasi hasil belajar

momentum. Berdasarkan hasil Ulangan

Harian tahun lalu untuk kelas X semester

dua yang nilainya kurang memuaskan

adalah Momentum, didukung dengan

adanya angket yang diedarkan pada kelas

XI MIPA bahwa momentum menduduki

peringkat sulit 35% dari 72 koresponden,

posisi 35% adalah terbesar di bandingkan

materi-materi lain yang ada pada kelas X

semester 2 (Tabel.1.1).

Tabel.1.Angket dan hasil angket

Penelitimenggunakankelas X,

dikarenakanmengajar di kelas X.

Tabel.2 hasil angket

N

o

Materi Kategorisuli

t

prosentas

e

1 Hk. Newton 13 18

2 Gravitasi 15 21

3 Usaha energi 10 14

4 Momentum 25 35

5 gerakharmoni

s 9 13

Jumlah 72 100

Mengapa memilih kelas X MIPA-4

dengan alasan bahwa kelas X MIPA-4

memiliki nilai rata-rata terendah selama

dilakukan ulangan harian sebanyak tiga

kali pokok bahasan sebelumnya. Proses

MenurutAnda yang paling sulitpokokbahasanmatapelajaran

fisikakelas X semester 2 kemarinadalah…………

a. Hukum Newto b. Hk Newton Gravitasi

c. Usaha dan energi d. Momentum dan Impuls

e. GetaranHarmonis

Page 19: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

16

pembelajaran saintifik akan muncul jika

diterapkannya model Team Assisted

Individualization (TAI) dan project

learning saat mengerjakan Modelling

Modellus. Bentuk kegiatannya antara lain

kegiatan menghimpun informasi,

membandingkan, mengkategorikan,

menganalisis, mengintegrasikan,

mengorganisasikan bahan, membuat

kesimpulan-kesimpulan serta menciptakan.

Berdasarkan latar belakang masalah

diatas, maka permasalahan yang ada dapat

di identifikasi sebagai berikut; 1) Perlu

pengembangan Metode atau model

pembelajaran agar prestasi bejalar siswa

meningkat. 2)Agar pembelajaran bisa

berjalan dengan latar belakang

pemebelajaran kooperatif maka metode

pembelajarannya menggunakan Team

Assisted Individualization (TAI). 3)

Perlunya perubahan suasana belajar

sebagai sarana memanfaatkan teknologi

imformatika. 4) Bahwa perlunya

pembelajaran fisika yang didukung

program aplikasi komputerisasi sebagai

dunia siswa saat ini.

Agar penelitian lebih terarah maka

permasalahan dibatasi pada ; 1)

Pembelajaran fisika dilaksanakan dengan

model Team Assisted Individualization

(TAI) melalui observasi ketrampilan, sikap

dan penilaian pengetahuan siswa. 2)

Variabel yang akan ditingkatkan dalam

penelitian ini adalah Prestasi hasil belajar

siswa. 3) Pembelajaran Fisika dengan

menggunakan Modelling Modellus untuk

member semangat belajar padamateri

Momentum.

Berdasarkan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, dan batasan

masalah dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai

berikut;1)Bagaimanakah Rancangan

implementasi pembelajaran fisika dengan

model Team Assisted Individualization

(TAI) dengan modelling modellusd apat

meningkatkan prestasi belajar momentum

siswa kelas X MIPA-4 SMA N 2

Karanganyar. 2) Apakah pembelajaran

fisika dengan model Team Assisted

Individualization (TAI) dengan modelling

modellus dapat meningkatkan prestasi

belajar momentum siswa kelas X MIPA-4

SMA N 2 Karanganyar semester 2 tahun

pelajaran 2016/2017?. 3) Apakah dengan

menggunakan Aplikasi modelling modellus

dapat meningkatkan semangat belajar

fisika siswa?.

Penelitian ini bertujuan untuk; 1)

Mengimplementasikan pembelajaran fisika

dengan model Team Assisted

Individualization (TAI) pada materi

momentum siswa kelas X MIA-4 SMA

Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran

2016/2017. 2) Menerapkan modelling

Modellus pada pemebalajaran fisika pada

Page 20: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

17

siswa kelas X IPA-4 SMA Negeri 2

Karanganyar semester 2 tahun pelajaran

2016/2017. 3) Meningkatkan hasil belajar

fisika pada materi Momentum di kelas X

MIA-4 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun

pelajaran 2016/2017.

Hasil penelitian ini memiliki

beberapa manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis. 1) Manfaat

Teoritis; Secara teoritis, hasil penelitian ini

dapat menambah khasana teori yang

berhubungan dengan Pembelajaran fisika

dengan model Team Assisted

Individualization (TAI) dan aplikasi

program modelling Modelllus untuk

meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

2) Manfaat praktis Secara praktis, hasil

penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh

beberapa pihak, antara lain: a) Penelitian

ini memberikan wawasan dan motivasi

para guru dan praktisi pendididkan dalam

memilih model pembelajaran yang tepat.

b) Memberi sumbangsi untuk ilmu

pengetahuan dan bagi pembangunan

bangsa dan Negara.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian ini dilaksanakan

pada siswa kelas XIPA-4 SMA Negeri 2

Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017.

Jumlah siswa yang terlibat dalam

pembelajaran berjumlah 35 siswa terdiri

dari 14 laki-laki dan 21 perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan mulai

bulan Januari 2017 sampai dengan bulan

april 2017.Tempat Penelitian ini

dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar,

Alamat Jl. Ronggowarsito, Bejen,

Karanganyar.

Jenis Penelitian ini merupakan jenis

penelitian kualitatif tindakan atau action

research. Ada empat tahapan dalam

penelitian ini sebagai berikut yaitu; 1)

Perencanaan (planning) dilakukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran , ketrampilan dan sikap

dalam pembelajaran TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI). 2) Tindakan

yang merupakan implementasi dari

perencanaan yang sudah disusun. Pada

tahap tindakan dilakukan perubahan proses

pembelajaran dan kegiatan terhadap

ketrampilan serta penillaiaian sikap siswa

yang diinginkan. 3) Pengamatan

(observasi) yaitu: mengamati dampak atau

hasil dari tindakan yang dilakasanakan

atau dikenakan pada siswa . Apakah

berdasarkan tindakan pada siswa

berpengaruh pada perbaikan dan

peningkatan proses pembelajaran. 4)

Refleksi (Reflection) kegiatan ini mengkaji

dan mempertimbangkan secara mendalam

tentang hasil atau dampak setelah

dilakukan tindakan dengan berbagai

kriteria yang telah dibuat. Dari kegiatan

refleksi diperoleh rekomendasi-

Page 21: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

18

rekomendasi untuk perbaikan siklus II.

Siklus akan berhenti jika kegiatan

pembelajaran sudah mencapai indikator

yang ditetapkan.

Prosedur Penelitian ini dilakukan

meningkatkan hasil belajar , ketrampilan

dan sikap siswa. Tahapan kegiatan yang

dilakukan pada tiap siklus meliputi:

Perencanaan, Pelaksanaan, observasi,

Refleksi.

Indikator kinerja penelitian

tindakan kelas ini adalah; 1) Kriteria

ketuntasan minimal hasil belajar kognitif

siswa sebesar 75. 2) Ketuntasan kalsikal

hasil belajar kelas sebesar 80%. 3)

Ketuntasan skor prestasi belajar

ketrampilan rata-rata kelas minimal 75%.

4) Ketuntasan skor prestasi belajar sikap

rata-rata kelas minimal 75%.

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini meliputi teknik tes dan non

tes. Analisis data pada penelitian ini terdiri

dari tiga komponen yaitu : 1) Penyajian

data dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, tabel, grafik, dan bagan

hubungan antar kategori atau dengan teks

yang berbentuk naratif pada masing-

masing siklus. 2) Kesimpulan dan

Verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pretes kognitif

pada materi Hukum Gravitasi diketahui

sebanyak 45,71% siswa tidak mencapai

ketuntasan. Nilai rata-rata tes kognitif

kelas sebesar 54.29 dan pre tes. Dengan ini

diatas menandakan kelas ini perlu

diadakan tindakan, nilai raa-ratanya 68,29

dengan demikian nilai hasil pre tes masih

rendah.

Ketercapaian prestasi belajar ranah

Pengetahuan siklus I diperoleh dari tes

pada sub bab Impuls-momentum, dan

Hukum kekekalan momentum. Prestasi

belajar Pengetahuan siklus I disajikan pada

lampiran. Nilai rata-rata prestasi belajar

pengetahuan siklus I sebesar 73,29 dengan

nilai tertinggi 85, dan terendah 55.

Persentase jumlah siswa yang mencapai

batas ketuntasan belajar adalah 62,86 %

sehingga prestasi belajar kognitif siklus I

belum mencapai indikator kinerja klasikal

yang ditetapkan.

Hasil observasi indikator ranah

keterampilan (keaktifan) siklus I

berdasarkan hasil observasi disajikan pada

Tabel 3.

Tabel.3. Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus

I

No Indikator Capaian Indikator

(%)

1 Rajin 74.29 2 kerjasama 78.57 3 Peran serta 73.57 4 toleransi 74.29 Rata-rata 75.18

Berdasarkan Tabel 3 capaian

indikator terendah adalah peran serta 73,57

capaian indikator tertinggi adalah kerja

Page 22: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

19

sama (78,57%). Rata-rata capaian indikator

prestasi belajar siklus I adalah 75,18%

sehingga prestasi belajar keterampilan

siklus I belum mencapai indikator kinerja

yang ditetapkan.

Hasil observasi indikator sikap

pada siklus I disajikan pada Tabel 4

Tabel 4. Ketercapaian Indikator Sikap siklus I

No Indikator Capaian Indikator

(%)

1 Jujur 68.33

2 Rasa ingin tahu 74.17

3. bertanya/ide 65.83

4 Demokrasi 73.33

Rata 70,42

Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat

bahwa Hasil observasi Sikap siswa siklus I

yang paling rendah adalah menyampaikan

ide/bertanya (65,83%) sedangkan indikator

Sikap siswa yang paling tinggi adalah rasa

ingin tahu (74,17%) ketercapaian indikator

sikap siswa rata-rata sebesar 70,42%.

Ketercapaian rata-rata hasil belajar

ranah pengetahuan, keterampilan, dan

sikap pada kegiatan pembelajaran siklus I

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar

siklus I

No Ranah Capaian Rata-Rata (%)

1 Pengetahuan 73,29

2 keterampilan 75,18

3 Sikap 70.42

Hasil Belajar Pengetahuan Siklus II

Ketercapaian prestasi hasil belajar

Pengetahuan (kognitif) siswa siklus II

diperoleh dari tes tertulis.Data prestasi

belajar pengetahuan siklus II disajikan

pada Lampiran.Nilai rata-rata prestasi

belajar kognitif siklus II sebesar 79 dengan

nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65.

Persentase jumlah siswa yang sudah

mencapai batas ketuntasan belajar adalah

91,43% sedangkan persentase jumlah

siswa belum tuntas sebesar 8,57%. Dari

data tersebut disimpulkan bahwa hasil

belajar pengetahuan siklus II sudah

mencapai indikator kinerja klasikal yang

ditetapkan sudah diatas 80%.

Hasil observasi keterampilan Siklus II

Ketercapaian indikator prestasi

belajar ranah keterampilan siklus II

berdasarkan hasil observasi disajikan pada

Tabel 6 dan Lampiran .

Tabel 6. Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus

II

No Indikator Capaian Indikator (%)

1 Rajin 90,00 2 kerjasama 92,50 3 Peran serta 91,67 4 Toleransi 88,33

Rata-rata 90,63

Berdasarkan Tabel 6 capaian

indikator terendah adalah toleransi 88,33%

capaian indikator tertinggi adalah

kerjasama (91,67%). Rata-rata capaian

indikator siklus II adalah 90,63% dan

tingkat ketuntasan 82,86% dan yang tidak

tuntas 17,14%, sehingga prestasi belajar

keterampilan siklus II sudah mencapai

indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu

ketuntasaannya 80%.

Page 23: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

20

Hasil observasi Sikap siklus II

Ketercapaian indikator Sikap pada

siklus II disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Ketercapaian Indikator Sikap siklus II

No Indikator Capaian Indikator

(%)

1 Jujur 79.17

2 Rasa ingin tahu 79.17

3 Bertanya/ide 72.50

4. demokratis 78.33

Rata-rata 77.29

Berdasrkan Tabel 7 dapat dilihat

bahwa ketercapaian indikator Sikap siswa

siklus II yang paling rendah adalah

mengeluarkan pendapat/ide (72,50%)

sedangkan indikator Sikap siswa yang

paling tinggi adalah jujur dan dan rasa

ingin tahu (79,17%) ketercapaian indikator

Sikap siswa rata-rata sebesar 77.29%.

Nilai Rata-Rata Hasil Belajar siklus II

Ketercapaian rata-ratahasil belajar

pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada

kegiatan pembelajaran siklus II disajikan

pada Tabel 8.

Tabel 8. Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar

siklus II

No Ranah Capaian Rata-Rata (%)

1 Pengetahuan 79,00

2 keterampilan 90,63

3 Sikap 77.29

Prestasi belajar pengetahuan

(kognitif) pada pra siklus, siklus I, dan

siklus II, menunjukkan skor yang

berbeda.Tes kognitif pra siklus berisi

tentang Gaya Gravitasi, tes siklus I tentang

Impuls dan momentum, untuk tes siklus II

tentang Hukum kekekalan momentum,

hukum kekekalan energi kinetic dan

tumbukan, untuk observasi ranah

ketrampilan dan sikap.

Perbandingan nilai rata-rata tes

Pengetahuan (kognitif) pra siklus, siklus I,

dan siklus II, disajikan pada tabel.9.dan

Gambar 1.

Tabel.9. Perbandingan Nilai rata-rata dan ketuntasan antar siklus

No siklus Nilai rata-rata Capaian

ketuntasan

1 pra siklus 68,29 54,29%

2 Siklus I 73,29 62,83%

3 Siklus II 90,00 91,43%

Gambar.1. Grafik nilai rata-rata dan ketuntasan

belajar antar siklus

Berdasarkan Gambar 1.dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata

prestasi belajar pengetahuan (kognitif) dari

pra siklus sampai siklus II. Peningkatan

rata-rata prestasi belajar kognitif dari pra

siklus ke siklus I sebesar 5% dan dari

siklus I ke siklus II sebesar 16,71%.

Persentase jumlah siswa yang

mencapai batas ketuntasan belajar

pengetahuan (kognitif)dari pra siklus

sampai siklus II juga mengalami

peningkatan dapat dilihat pada Gambar 2.

0

50

100

prasiklussiklus I siklus II

capai

an r

ata-

rata

Grafik Nilai rata-rata hasil belajar

Pengetahuan antar siklus

rata-rata

Page 24: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

21

Gambar .2. Grafik Ketuntasan rata-rata belajar

antar siklus

Dari grafik 2 diatas dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus

II. Jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan belajar pada kegiatan

pembelajaran dari pra siklus ke siklus I

sebesar 8,62% , dan dari siklus I ke siklus

II sebesar 28,57%,.Dari pra siklus ke siklus

I belum ada tanda-tanda peningkatan,

setelah siklus II ketuntasan dapattercapai

indikator kinerja yang ditetapkan (80%)

Hasil belajar ketrampilan terdiri

dari empat indikator yaitu Rajin, kerja

sama,, peran serta dan toleransi.

Perbandingan hasil belajar Ketrampilan

dapat dilihat pada Gambar .3.

Gambar .3. Grafik hasil belajar ketrampilan antar

siklus

Berdasarkan Gambar.3.diperoleh

informasi bahwa terjadi peningkatan

prestasi belajar Ketrampilan dari siklus I

ke siklus II.

Pencapaian rata-rata prestasi belajar

ketrampilan dari pra siklus sampai siklus II

disajikan pada Gambar 4.4.

Gambar .4 Grafik Nilai rata-rata ketrampilan

hasil belajarantar siklus

Dari Gambar .4. dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata

prestasi belajar Ketrampilan dari pra siklus

sampai dengan siklus II. Peningkatan skor

rata-rata prestasi belajar Ketrampilan dari

siklus I ke siklus II sebesar 2,50%.

Persentase jumlah siswa yang

mencapai batas ketuntasan belajar

keterampilandari siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan yang dapat dilihat

pada Gambar .5.

Gambar 5. Grafik Ketuntasan rata-rata hasil

belajar ketrampilan antar siklus

0

20

40

60

80

100

prasiklus siklus I siklus II

ket

erca

pai

an

ket

unta

san r

ata-

rata Grafik ketuntasan belajar antar siklus

ketuntasan

68

70

72

74

76

78

80

siklus I Siklus II

ket

erca

pia

n r

ata-

rata

Grafik hasil belajar ketrampilan antar siklus

Aktifkerjasamaperan sertatoleransi

0

20

40

60

80

100

prasiklus siklus I siklus II

ket

erca

pai

an

rata

-rat

a

Grafik rata-rata ketrampilan hasil belajar antar

siklus

0

50

100

prasiklus siklus I siklus II

ket

erca

pai

an r

ata-r

ata

Grafik ketuntasan hasil belajar ketrampilan antar

siklus

ketuntasan

Page 25: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

22

Dari gambar.5.grafik diatas dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dari siklus I, siklus II. Jumlah siswa

yang mencapai ketuntasan hasil belajar

ketrampilan pada kegiatan pembelajaran

siklus I ke siklus II sebesar 11,43%. Pra

siklus belum pernah diukur tingkat

ketrampilan, mulai pengukuran dilakukan

pada saat siklus I ke siklus II dan sudah

mencapai indikator kinerja yang ditetapkan

(80%).

Hasil belajar Sikap terdiri dari

empat indikator yaitu Jujur, Demokratis,

Rasa ingin tahu, dan

berpendapat/ide.Perbandingan hasil belajar

sikap dapat dilihat pada Gambar.6

Gambar.6. Grafik hasil belajar sikap antar siklus

Berdasarkan grafik diatas diperoleh

bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar

Sikap dari siklus I ke siklus II.

Pencapaian rata-rata prestasi belajar

sikap dari pra siklus sampai siklus II

disajikan pada Gambar .7.

Gambar 7. Grafik Nilai rata-rata hasil belajar

Sikap

Dari Gambar 7.dapat dilihat bahwa

terjadi peningkatan skor rata-rata prestasi

belajar Sikap dari siklus I ke siklus II.

Peningkatan skor rata-rata prestasi belajar

Sikap dari siklus I ke siklus II sebesar

4,43%.

Persentase jumlah siswa yang

mencapai batas ketuntasan belajar Sikap

dari siklus I ke siklus II juga mengalami

peningkatan yang dapat dilihat pada

Gambar .8.

Gambar .8. Grafik Ketuntasan rata-rata hasil

belajar Sikap antar siklus

Dari gambar .8 grafik diatas dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dari siklus I ke siklus II. Jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan hasil

belajar Sikap pada kegiatan pembelajaran

dari siklus I ke siklus II sebesar 11,43%.

Dari siklus I ke siklus II sudah mencapai

0

20

40

60

80

100

prasiklus siklus I Siklus II

Grafik hasil belajar Sikap antar siklus

jujur

pendapat/ide2

70

72

74

76

78

prasiklus siklus I siklus II

ket

erca

pai

an

rata

-rat

a

Grafik Nilai rata-rata hasil belajar sikap antar

siklus

0

20

40

60

80

100

prasiklus siklus I siklus II

ket

erca

pai

an r

ata-

rata

Grafik ketuntasan hasil belajar sikap antar

siklus

ketuntasan

Page 26: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

23

indikator kinerja indikator kinerja yang

ditetapkan (80%).

Perbandingan nilai rata-rata prestasi

belajar Pengetahuan, Ketrampilan, dan

Sikap selama proses tindakan disajikan

pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Nilai rata-rata Hasil belajar

selama proses tindakan

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat

peningkatan prestasi hasil belajar

Pengetahuan, Ketrampilan, dan Sikap

mengalami Peningkatan. Peningkatan Nilai

pengetahuan dari pra siklus ke siklus II

berturut-turut sebesar 5%, 5,71%,

sedangkan nilai ketrampilan peningkatan

sebesar 4,50%, dan nilai sikap sebesar

4.46%.

PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk meningkatkan hasil belajar materi

Momentum Impuls dengan menggunakan

Pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI) dengan model

aplikasi Modelling Modellus siswa kelas X

IPA-4 semester 2 tahun pelajaran

2016/2017 pada aspek kognitif, aspek

ketrampilan dan aspek afektif.

Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Pada siklus I pembentukan

kelompok dengan anggota 5 siswa yang

heterogen dalam kelompok dan homogen

antar kelompok. Kemudian pada akhir

pembelajaran materi Momentum Impuls

dilakukan posttest untuk mengetahui

prestasi belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) harus ada

asisten yang memiliki kemampuan lebih

dibandingkan anggota lain. Dengan

memiliki siswa berkemampuan lebih inilah

proses pembelajaran dengan menggunakan

modelling modellusakan di transfer ke

teman-teman sekelompoknya. Modelling

Modellus ini adalah program pembelajaran

aplikasi dengan menggunakan program

yang telah setting oleh guru dengan materi

momentum Impuls.

Tahap ketiga yaitu kuis, kuis

dilaksanakan setelah siswa belajar dalam

kelompoknya dimana dalam kuis siswa

tidak boleh saling bekerja sama dan nilai

kuis ini menentukan nilai kelompok untuk

mendapatkan kelompok terbaik. Tahap

keempat skor dihitung berdasarkan skor

awal setiap siswa memiliki kesempatan

yang sama untuk memberikan sumbangan

skor maksimal bagi kelompoknya

berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

Pada tahap kelima guru memberikan

penghargaan kepada kelompok terbaik

60

65

70

75

80

85

prasiklus siklus I siklus II

Nil

ai r

ata-

rata

Grafik Nilai rata-rata hasil belajar antar

siklus

Pengetahuan

ketrampilan

sikap

Page 27: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

24

yang bertujuan agar lebih meningkatkan

motivasi belajar siswa.

Hasil dari siklus I ini Nampak ada

perubahan ke arah yang lebih baik.

Temuan yang dihasilkan pada siklus I

adalah penerapan model aplikasi modelling

Modellus mengalami kendala, karena

siswa-siswi tidak pernah mengenal

program itu sebelumnya. Berkat ketekunan

anggota yang memiliki kemampuan lebih

yang berfungsi sebagai asisten dapat

terselesaikan dengan baik. Inilah penting

pembelajaran Team Assisted

Individualization sangat cocok diterapkan

untuk pembelajaran yang menggunakan

model-model aplikasi komputerisasi di

tingkat SMA.

Pada Siklus II hasil temuan yang

didapat bahwa siswa mengalami data

sudah baik namun masih ada sedikit

peserta didik yang lupa terhadap cara

pengoperasian modelling modellus pada

saat menuliskan persamaan/ rumus pada

materi tumbukan sehingga memerlukan

waktu yang agak lama untuk mendapatkan

hasil yang diinginkan.

Pada kegiatan siklus I dilihat dari

ranah keterampilan memiliki empat

indikator, yaitu; rajin, kerjasama, peran

serta, dan menghargai/toleransi. Observasi

ranah keterampilan pada pertemuan kedua

masih belum sesuai yang diharapkan.

Kendala pada pertemuan pertama,

dikarenakan siswa merasa baru pada

program modelling modellus. Keaktifan

siswa hanya satu dua saja, yang lainnya

menunggu teman yang sedang

mengoperasikan program. Temuan selain

mengoperasikan program modeling

modellus juga pada kelompok yang tidak

membawa laptop. Sebagai rekomendasinya

yaitu siswa yang menjadi asisten pada

kelompoknya di perjelas lagi cara

mengoperasikan program tersebut, setelah

itu baru mengajari teman-teman

sekelompoknya. Temuan kedua masalah

laptop tiap kelompok harus ada minimal

satu buah laptop, rekomendasinya

ditekankan lagi supaya membawa laptop

agar pembelajaran bisa berjalan lancer

untuk kelompoknya masing-masing.

Ranah sikap yang terdiri dari empat

indikator pada siklus I belum begitu

tampak mengalami ketuntasan yang sesuai

dengan indikator kerja, capaian rata-rata

nilai belum mencapai batas ketuntasan,

maka perlu adanya siklus II untuk

menempuh batas ketuntasan. Indikator

Sikap jujur dan rasa ingin tahu cukup

tinggi, sedangkan indikator berpendapat /

memiliki ide masih perlu ditingkatkan lagi.

Kegiatan presentasi pada siklus II

rata-rata peserta didik tampil bersama dan

saling memberi penjelasan atau menjawab

pertanyaan saling bergantian, berbeda

dengan kegiatan presentasi pada siklus I

Page 28: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

25

yang tampil hanya satu orang sebagai

perwakilan dengan anggota antara lima

atau empat. Dengan model pembelajaran

TAI ini melatih siswa menggunakan proses

pengumpulan data merumuskan hasil uji

dan memverifikasi sebuah konsep yang

dibandingkan dengan literature buku

siswa. Dari kegiatan tersebut siswa merasa

bermain peran dalam persamaan atau

formula untuk sebuah konsep dalam Proses

pembelajaran.

Rekomendasi siklus II adalah guru

memberikan pengarahan dan penjelasan

petunjuk lebih detail khususnya pada

program modelling modellus. Hasil pada

siklus II keaktifan dan perilaku (sikap)

siswa semakin meningkat, dengan tingkat

ketuntasan memenuhi indikator kerja yang

telah ditetapkan, dengan demikian

pembelajaran TAI dengan menggunakan

modeling Modellus adalah sebuah upaya

guru untuk meningkat hasil belajar

seberapa rumitnya materi yang akan

diajarkan mesti membuahkan hasil yang

diharapkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari awal

hingga akhir pembelajaran dapat disimpulkan

bahwa: Pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI) dengan modelling

modellus dapat meningkatkan prestasi belajar

momentum siswa kelas X MIPA SMA N 2

Karanganyar semester 2 tahun pelajaran

2016/2017 melalui dua siklus. dengan

peningkatan sebagai berikut : a) Capaian nilai

rata-rata siswa yang mencapai criteria

ketuntasan minimal (KKM) belajar kognitif

mengalami peningkatan dari pra siklus

(68,29%), siklus I (73,29%), dan siklus II

(79,00%). b) Capaian nilai rata-rata prestasi

belajar ranah ketrampilan mengalami

peningkatan dari siklus I (75.18%), dan siklus

II (77,86%). C) Capaian nilai rata-rata

prestasi belajar ranah Sikap mengalami

peningkatan dari siklus I (72.86%), dan siklus

II (77,32%).

SARAN

1) Untuk Guru; a) dalam menerapkan

pembelajaran ini, adalah upaya dalam

rangka mencari alternatif agar peserta

didik mengalami peningkatan prestasi

belajar pada materi momentum dan pada

umumnya mata pelajaran fisika. 2) Untuk

Peneliti lain; a) Perlu dilakukan penelitian

tentang faktor-faktor lain yang

berpengaruh terhadap prestasi belajar,

sehingga dapat menambah pengetahuan

guru dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar siswa. b) Untuk memperkuat

penelitian ini, maka perlu diadakan

penelitian lebih lanjut mengenai penerapan

metode pembelajaran TAI dengan

menggunakan modeling modellus untuk

meteri lain.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

26

Kurniah Imas, Sani Berlin (2014). Sukses

implementasikan Kurikulum 2013.

Yogyakarta: kata pena.

Abu Ahmadi dan Widodo.Suprioni.2004.

Spikologi Belajar. Jakarta: Rineka cipya

Vitor Duarte Teodoro. 2002. Modellus:

Learning Physics with

Mathematical Modelling. USA:

Universidade Nova de Lisboa.

Bueche J Frederick.1999.Teori dan Soal-

soal Fisika. Jakarta: Erlangga

Dimyati dan Mulyono.2009.Belajar dan

pembelajaran.Jakarta:Rineka

Cipta

Departemen Pendidikan Nasional.

(2003). Undang-undang Pendidikan

Nasional. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori

Belajar. Jakarta. Erlangga.

Darsono dkk.2002. Belajar dan

Pembelajaran.Semarang: IKIP

Semaraang Press.

Kemendikbud.2008. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

pustaka

Kemendikbud.2013. Model

Pembelajaran Penemuan

(Discovery Learning).Jakarta:

Depdiknas

Sya.Nasution S.2002.Berbagai

Pendekatan dalam Proses Belajar

Mengajar,Jakarta: Bina Aksara

Rufaida anisufi, Sarwanto. (2013). Buku

siswa Fisika peminatan (MIA).

Surakarta : Mediatama.

Raymond A,Serway,John

W.Jewett,Jr.2010. Fisika untuk

sain dan Teknik, Jakarta:Salemba

Teknika

Sardiman.2007.Interaksi dan motivasi

Belajar mengajar.Raja Grafindo

Persada.

Sudjana,Nana.2009. Cara Belajar Siswa

Aktif dalam proses belajar

Mengajar,Bandung : Sinar Baru

Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor

yang

mempengaruhinya.Jakarta:PT

Asdi Mahasatya.

Sutrisno.1996. Seri Fisika Dasar

Mekanika. Bandung: ITB

Page 30: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

27

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA KARTU

GAMBAR HURUF KONTEKSTUAL

SUPARMI

SD N 04 LEMPONG

Abstraksi Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apakah Meningkatkan kemampuan

membaca dapat dilakukan Melalui penggunaan alat peraga Kartu gambar huruf Kontektual pada

siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar

semester II tahun pelajaran 2017/2018? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

kamampuan membaca melalui media kartu gambar huruf konntektual pada siswa kelas I

Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar semester II

tahun pelajaran 2017/2018. Metode pengumpulan data dalam penelitian observasi, dan analisis

dokumen. Teknik uji validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi

metode. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

interaktif. Hasil penelitian ini adalah perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran

membaca melalui penggunaan alat peraga kartu gambar huruf konntektual yang selalu

mengalami peningkatan dari sebelum siklus dan setelah siklus I, II, III. Hasil tersebut adalah:

ketuntasan siswa dalam membaca sebelum siklus 33 %, siklus I 50 %, siklus II, 86 %, dan siklus

III 100%. Dengan demikian dalam penelitian ini setiap siklus selalu mengalami peningkatan,

dan pada siklus III semua siswa sudah tuntas dalam membaca

Kata kunci : Kemampuan Membaca, Media Kartu gambar huruf konstekstual.

Abstract The main problem in this study is whether improving reading skills can be done

through the use of contextual picture card teaching aids for class I students of Public Elementary

School 04 Lempong, Jenawi District, Karanganyar Regency, second semester 2017/2018 school

year? The purpose of this study was to improve the ability to read through the contextual picture

card media in class I students of Public Elementary School 04 Lempong, Jenawi District,

Karanganyar Regency, second semester 2017/2018 academic year. Methods of data collection

in observation research, and document analysis. The data validity test technique uses data

source triangulation techniques and triangulation method. The data analysis technique used in

this study is an interactive analysis technique. The results of this study are the acquisition of the

average value of students in reading learning through the use of teaching aids for intellectual

letters that always increase before the cycle and after the cycle I, II, III. These results are:

students' completeness in reading before the cycle 33%, cycle I 50%, cycle II, 86%, and cycle

III 100%. Thus in this study each cycle always increases, and in the third cycle all students have

finished reading

Keywords: Reading Ability, Media Cards for contextual lettering.

Page 31: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

28

PENDAHULUAN

Salah satu elemen/unsur yang turut

menentukan kualitas sumber daya manusia

tersebut yaitu mengefektifkan kemampuan

membaca pada siswa kelas I Sekolah

Dasar. Salah satu elemen atau aspek

tersebut adalah kemampuan membaca,

karena kemampuan tersebuat sangat

penting peranannya dalam upaya

melahirkan generasi masa depan yang

cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya

adalah kemampuan berbahasa. Dengan

menguasai pembelajaran, peserta didik

akan mampu mengekspresikan seacara

cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat

dia sedang berkomunikasi, juga akan

mampu membentuk generasi masa depan

yang kreatif sehingga mampu melahirkan

generasi yang terampil, cerdas dan

berwawasan ilmu pengetahuan. Selain itu,

juga akan mampu melahirkan generasi

masa depan yang kritis karena mereka

memiliki kemampuan untuk

berkomunikasi dan memerima pesan dari

orang lain secara runtut dan sistematis.

Bahkan kecerdasan dan

ketrampilan membaca juga akan mampu

melahirkan generasi masa depan yang

berbudaya karena sudah terbiasa dan

terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak

lain sesuai dengan konteks pada saat dia

sedang berkomunikasi .Kemampuan

membaca dalam pembelajaran bahasa

Indonesia di jenjang pendidikan sekolah

dasar secara khusus diberikan mulai

dikelas satu sampai dengan kelas enam.

Kompetensi kemampuan membaca sangat

dibutuhkan untuk pengembangan

berbahasa. Berdasarkan Kurikulum Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar pembelajaran

membaca dan menulis wajib diajarkan

pada kelas I. Indikator dari kompetensi

pembelajaran tersebut mencakup siswa

mampu membaca dan mencermati atau

memaknai dari bacaaan tesebut, sehingga

untuk meningkatkan kemampuan

membaca dapat dilakukan melalui

ketentuan ini, dapat dikemukakan bahwa

secara teoritis siswa kelas satu telah

memiliki kompetensi sebagaimana

dinyatakan dalam indikator tersebut.

Sebagai institusi pendidikan formal

kompetensi demikian menjadi

tanggungjawab para pendidik terutama

guru, kepala sekolah, dan jajarannya.

Dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat

kemampuan dan ketrampilan membaca dan

pemahamannya juga sangat penting.

Keterampilan tersebut benar-benar menjadi

dasar bagi pembentukan pribadi dan

keberhasilan hidupnya di tengah

masyarakat. Namun harus diakui secara

jujur ketrampilan kemampuan membaca

dikalangan siswa sekolah dasar khususnya

di kelas I belum seperti yang diharapkan.

Page 32: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

29

Kondisi ini tidak lepas dari proses

pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah

yang dinilai kurang berhasil dalam

membantu siswa meningkatkan kualitas

belajar dan meningkatkan sumber daya

manusia. Dalam kenyataan dari

pengamatan yang juga sebagai guru di

kelas I tersebut yang khususnya dilakukan

dengan guru pengampu mata pelajaran

terkait dikelas tersebut bahwa kemampuan

dan keterampilan membaca siswa kelas I

masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat

melalui nilai kemampuan membaca pada

ulangan harian di kelas tersebut. Paling

tidak keberhasilan tersebut, ada dua

macam faktor yang menyebabkan

rendahnya tingkat kemampuan siswa

dalam keberhasilan membaca tersebut.

yaitu faktor eksternal dan factor internal.

Yang termasuk faktor eksternal,

diantaranya pengaruh pergaulan,

keluarga,lingkungandan fisik. Akibatnya

siswa tidak terbiasa untuk menyampaikan

bahasa komunikasi sesuai dengan konteks

dan situasi .Dari faktor internal, faktor-

faktor yang berpengaruh di antaranya

pendekatan pembelajaran, metode, media,

atau sumber pembelajaran yang digunakan

oleh guru. Guru memiliki pengaruh yang

cukup signifikan terhadap tingkat

perkembangan dan pembentukan psikologi

siswa.

Pada umumnya, guru kelas

saat menyampaikan pelajaran bahasa

Indonesia cenderung menggunakan

pendekatan pembelajaran yang

konvensional, miskin inovasi sehingga

kegiatan pembelajaran bahasa

berlangsung monoton dan

membosankan. Para peserta tidak

diajak untuk belajar berbahasa,

bersosialisasi, berpengalaman,

komunikasi, tetapi cenderung diajak

belajar tentang bahasa. Artinya, apa

yang disajikan oleh guru di kelas bukan

bagaimana siswa membaca untuk

memahami melainkan diajak untuk

mempelajari teori tentang bahasa.

Akibatnya pelajaran bahasa hanya

sekadar melekat pada diri siswa

sebagai sesuatu yang rasional dan

kognitif belaka, belum menyatunya

secara sosial emosional dan afektif. Ini

artinya, rendahnya kemampuan aspek

psikomotor bisa menjadi hambatan

serius bagi siswa untuk menjadi siswa

yang cerdas, kritis, kreatif dan

berbudaya. Jika kondisi pembelajaran

semacam ini dibiarkan berlarut-

larut,bukan tidak mungkin berdampak

dikalangan siswa kelas I akan terus

berada pada tataran yang rendah. Para

siswa akan terus menerus mengalami

kesulitan dalam mengekspresikan

bahasa dalam bentuk membaca.

Page 33: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

30

Dalam konteks demikian

diperlukan pendekatan pembelajaran

pakem yang benar-benar inovatif dan

kreatif sehingga proses pembelajaran bisa

berlangsung aktif, efektif, dan

menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak

untuk belajar tentang bahasa secara

rasional dan kognitif, tetapi juga diajak

untuk belajar, berlatih dalam konteks dan

situasi tutur yang sesungguhnya dalam

suasana yang dialogis, interaktif, menarik

dan menyenangkan melalui membaca.

Dengan cara demikian, siswa tidak akan

terpasang dalam suasana pembelajaran

yang kaku, monoton, dan membosankan.

Pembelajaran model pakem menjadi

sajian materi yang selalu dirindukan dan

dinantikan oleh siswa. Dari latar belakang

tersebut maka peneliti cenderung untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas

dengan judul: Meningkatkan kemampuan

membaca Melalui penggunaan alat peraga

Kartu gambar huruf Kontektual pada siswa

kelas I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong

Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester II tahun pelajaran

2017/2018.

Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk meningkatkan kemampuan

membaca melalui penggunaan media

kartu gambar huruf kontektual pada siswa

kelas I SDN 04 Lempong Kecamatan

Jenawi Kabupaten Karanganyar semester

II tahun pelajaran 2017/2018.

Manfaat dari penelitian bagi siswa

adalah memberikan semangat, motivasi,

kesempatan dan kebebasan kepada siswa

untuk belajar sehingga memudahkan siswa

untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan membacanya secara optimal

dan mengefektifkan dan mendalami

penguasaan materi pembelajaran membaca

melalui penggunaan alat peraga kartu

gambar huruf konntektual. Sedangkan bagi

Guru antara lain untuk memberi masukan

kepada guru untuk meningkatkan

kreatifitas. Sedangkan bagi sekolah, antara

lain hasil penelitian diharapkan dapat

menumbuhkan suasana belajar yang aktif,

kreatif dan menyenangkan dan

pengaplikasian teori yang telah diperoleh

dimungkinkan semangat kerja warga

sekolah semakin tinggi dan efisien.

Lokasi tempat Penelitian ini

dilaksanakan di kelas I SDN 04 Lempong

Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester II tahun pelajaran

2017/2018 dengan subjek 6 anak.

Penelitian dilaksanakan pada 3 Januari

2018 sampai 31 Maret 2018. Dalam

penelitian ini yang menjadi subjek adalah

siswa kelas I. Adapun subyek yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa kelas I SDN 04 Lempong

Page 34: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

31

Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester II tahun 2017/2018

yang berjumlah 6 siswa.

Data yang dikumpulkan untuk

dikaji dan di analisis dalam penelitian ini

adalah data kualitatif. Sumber data tersebut

meliputi, sumber data primer, yaitu anak ,

guru. Sumber data sekunder, yaitu arsip /

dokumen, hasil belajar, lembar observasi.

Sumber data dalam penelitian ini adalah

tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa,

dokumen, dan observasi. Data dalam

penelitian ini nilai kemampuan membaca

yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah

diadakan tindakan kelas. Hasil tersebut

akan dibandingkan bagaimana hasilnya

sebelum mendapat perlakuan atau tindakan

dengan hasil sesudah mendapat perlakuan

atau tindakan.

Metode - metode yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu menggunakan

antara lain dokumen, yaitu peneliti

mengumpulkan data tertulis berupa daftar

nilai kemampuan membaca sebelum dan

sesudah tindakan. Teknik tes, untuk

membandingkan kemampuan membaca

sebelum dan sesudah tindakan. Observasi,

dilakukan selama proses penggunaan alat

peraga kartu gambar huruf konntektual

dalam pembelajaran berlangsung untuk

meningkatkan kemampuan membaca

siswa.

Teknik analisis data dalam

penelititan ini dilakukan dengan analisis

interaktif, meliputi tahap reduksi data,

tahap penyajian data dan tahap ferifikasi

data dan penarikan kesimpulan.

Media Kartu Gambar Huruf Kontektual

Alat peraga adalah merupakan

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dan dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan

siswa sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Kegiatan pembelajaran dengan alat

peraga kartu gambar huruf konntektual

dapat dikelompokkan dalam bermain

membangun atau menyusun kata atau

kalimat. Dalam kegiatan membaca anak

menggunakan kartu gambar huruf

konntektual untuk menghubungkan dengan

gambar misalnya rumah, buah buahan,

benda, tumbuh-tumbuhan atau hewan

secara grafis. Salah satu cara yang banyak

dilakukan anak untuk menyalurkan

dorongan kreatifnya yang menggebu-gebu

adalah dengan membaca gambar. Salah

satu fungsi alat peraga kartu gambar huruf

konntektual yang terpenting bagi anak

adalah untuk menyalurkan kemampuan

membaca dan bukan untuk menciptakan

bentuk keindahan. Hasil akhir yang

diharapkan siswa dapat membaca dengan

Page 35: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

32

baik dan benar dan dapat memahami

makna dari apa yang telah dibaca.

HASIL PENELITIAN

Kemampuan membaca siswa kelas

I SDN 04 Lempong Kecamatan Jenawi

Kabupaten Karanganyar dalam KBM

sebelum tindakan masih rendah, keadaan

tersebut dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

Tabel 1. Nilai Keterampilan Membaca Sebelum

Siklus

No Nama

Siswa Nilai KKM Ket

1 B 67 70 Tidak

Tuntas

2 M 65 70 Tidak

Tuntas

3 Mu 70 70 Tuntas

4 An 73 70 Tuntas

5 D 65 70 Tidak

Tuntas

6 N 69 70 Tidak

Tuntas

Keterangan:

Tuntas : 2 siswa = 33 % .

Tidak Tuntas : 4 siswa = 67 %

Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa kemampuan membaca siswa masih

diperlukan tindakan pembelajaran

selanjutnya dengan materi membaca

menggunakan alat peraga kartu gambar

huruf konntektual atau kartu kata dan

kalimat. Tuntas 2 siswa atau 33 % dan

belum tuntas 4 siswa atau 67 %, maka

perlu perbaikan pembelajaran pada siklus

I.

Tabel 2. Nilai Keterampilan Membaca Siklus I

No

Nama

Siswa Nilai

KKM

Ket

1 B 67 70 Tidak

Tuntas

2 M 65 70 Tidak

Tuntas

3 Mu 73 70 Tuntas

4 An 73 70 Tuntas

5 D 70 70 Tuntas

6 N 64 70 Tidak

Tuntas

Keterangan:

Tuntas : 3 siswa = 50 %

Tidak Tuntas : 3 siswa = 50 %.

Dari hasil analisis tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan

membaca siswa masih pada siklus I masih

diperlukan tindakan pembelajaran

selanjutnya dengan materi membaca

menggunakan alat peraga kartu gambar

huruf konntektual atau kartu kata dan

kalimat. Pada siklus I siswa yang Tuntas 3

siswa atau 50 % dan belum tuntas 3 siswa

atau 50 %, maka perlu perbaikan

pembelajaran pada siklus II.

Tabel 3. Nilai Keterampilan Membaca Siklus II

No

Nama

Siswa Nilai

KKM

Ket

1 B 67 70 Tidak

Tuntas

2 M 65 70 Tidak

Tuntas

3 Mu 73 70 Tuntas

Page 36: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

33

4 An 73 70 Tuntas

5 D 70 70 Tuntas

6 N 64 70 Tidak

Tuntas

Keterangan:

Tuntas : 5 siswa = 84 % .

Tidak Tuntas : 1 siswa = 16 %

Dari hasil analisis tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan

membaca siswa masih pada siklus II masih

diperlukan tindakan pembelajaran

selanjutnya dengan materi membaca

menggunakan alat peraga kartu gambar

huruf konntektual atau kartu kata dan

kalimat. Pada siklus II siswa yang Tuntas 5

siswa atau 84 % dan belum tuntas 1 siswa

atau 16 %, karena siswa belum tuntas

semua, maka perlu perbaikan pembelajaran

pada siklus III

Tabel 4. Nilai Kemampuan Membaca Siklus III

No

Nama

Siswa Nilai

KKM

Ket

1 B 73 70 Tuntas

2 M 73 70 Tuntas

3 Mu 80 70 Tuntas

4 An 80 70 Tuntas

5 D 78 70 Tuntas

6 N 79 70 Tuntas

Keterangan:

Tuntas : 6 siswa = 100 %

Tidak Tuntas : 0 siswa = 0 %.

Dari hasil analisis tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan

membaca siswa masih pada siklus III

sudah berhasil karena semua siswa sudah

tuntas semua atau 100% sudah tuntas

sesuai indikator keberhasilan. maka

penelitian dihentikan dan sudah tidak

dilanjutkan lagi. Berdasarkan hasil

pelaksanaan tindakan pada siklus I, II, III

dengan perolehan nilai tersebut dapat

dinyatakan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan membaca siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan Alat

peraga kartu gambar huruf konntektual

dari siklus satu ke siklus berikutnya. Hal

tersebut dapat dideskripsikan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 5. Rentang kemampuan membaca

N

o

Nila

i

Tun

tas

Siklus I Siklus II

Nilai

Tuntas

Siklus I

J

m

l

Pers

en

J

m

l

Pers

en

J

m

l

Pers

en

1

2

T

BT

3

3

50

%

50

%

5

1

84

%

16

%

6

0

100

%

0 %

-

Keterangan

T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

Page 37: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

34

Tabel 6. Persentase peningkatan Kemampuan

membaca setiap siklus

Keadaa

n

Rata rata

ketuntasan

membaca

Pening

katan

Persentase

peningkata

n

Siklus I 44% 0 0 %

Siklus

II

72% 28 28%

Siklus

III

100% 28 28%

Dari data tabel di atas

menunjukkan peningkatan kemampuan

membaca dan keberhasilan yang

signifikan dalam pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga artu huruf.

PEMBAHASAN

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 3

siklus yang masing-masing siklus terdiri

dari 4 tahapan yaitu; a)perencanaan

tindakan, b)pelaksanaan tindakan,

c)observasi dan interpretasi, d)analisis,

e)refleksi tindakan dari siklus I sampai

siklus III.

Berdasarkan hasil pelaksanaan

pada masing- masing siklus yaitu pada

siklus I, siklus II, siklus III dapat

dinyatakan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan membaca dalam pembelajaran

yang menggunakan alat peraga kartu

gambar huruf konntektual dari siklus satu

ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat

dilihat dari tabel 7 berikut:

Tabel 7.Rentang kemampuan membaca

N

o

Nilai

Tuntas

Siklus I Siklus II Siklus III

Jm

l

Perse

n

J

ml

Perse

n

J

ml

Perse

n

1

2

T

BT

2

4

33 %

67 %

3

3

50 %

50 %

6

0

100%

0 %

-

T = tuntas

Bt = Belum Tuntas

Tabel 8. Persentase peningkatan Kemampuan

membaca setiap siklus

Keadaan Rata rata

nilai

Kemampuan

membaca

Peningk

atan

Persentase

peningkata

n

Siklus I 72 0 0 %

Siklus II 74 28 28%

Siklus III 100 28 28%

Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) ini

dilaksanakn dalam tiga siklus. Setiap siklus

dilaksanakan dalam 4 tahap, yakni:

perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan interpretasi,

analisis, refleksi tindakan siklus I – III.

Berdasarkan tindakan-tindakan

tersebut, guru berhasil melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga kartu gambar huruf konntektual

dapat meningkatkan kemampuan membaca

dan perhatian siswa, sehingga berakibat

pada meningkatnya kualitas proses dan

hasil pembelajaran serta kreativitas siswa.

Page 38: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

35

Keberhasilan pembelajaran dengan

penggunaan alat peraga kartu gambar

huruf konntektual dalam upaya

peningkatan kemampuan membaca dapat

dilihat dari indikator-indikator sebagai

berikut:

1) Siswa terlihat antusias dan bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran dengan

alat peraga kartu gambar huruf

konntektual dan kartu kata.

2) Hal ini dapat terlihat siswa antusias dan

semangat saat merespon pembelajaran

dari guru. Siswa merasa mendapatkan

metode pengajaran yang menarik,

menyenangkan dan efektif.

3) Siswa sudah tidak malu untuk maju ke

depan kelas membacakan hasil

kerjanya.

4) Hal ini dapat terlihat pada saat siswa

mau ke depan kelas membacakan hasil

kerjanya dengan suka rela tanpa ada

paksaan dari guru. Ini berarti siswa

sudah tidak malu lagi untuk ke depan

kelas, hal ini disebabkan karena siswa

sudah dibiasakan untuk menyampaikan

pendapat pada saat mengerjakan tugas

dan maju ke depan kelas membacakan

hasil karyanya.

5) Siswa sudah mampu menggunakan alat

peraga kartu gambar huruf konntektual

dan kata.

6) Pada setiap proses pembelajaran terjadi

umpan balik, guru selalu memberikan

pertanyaan-pertanyaan baik tes maupun

nontes kepada siswa mengenai materi

membaca. Nilai dari hasil pekerjaan

yang telah diberikan oleh guru

menunjukkan peningkatan dari siklus I

sampai siklus III.

1) Guru sudah mampu memberikan

metode pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan.

2) Minat siswa terhadap pembelajaran

membaca dengan menggunakan alat

peraga kartu gambar huruf konntektual

dapat dikatakan mengalami

peningkatan.

Hal ini dapat dilihat pada sikap

siswa saat mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Siswa terlihat antusias dan

semangat. Misalnya banyak siswa yang

menunjukkan tangannya untuk menjawab

pertanyaan dari guru atau untuk

membacakan hasil kerjanyua di depan

kelas. Hal ini terjadi karena guru berusaha

untuk membangkitkan minat dan motivasi

siswa dengan cara memberikan reward

atau hadiah dan pujian pada siswa yang

pintar dan rajin serta mampu mengerjaan

tugas dan menjawab pertanyaan dengan

baik dan benar. Metode pengajaran ini

terbukti dapat mengubah kemampuan

membaca pada siswa yang pada awalnya

malu untuk maju ke depan kelas menjadi

Page 39: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

36

berani maju ke depan kelas dan memiliki

semangat serta kreatifitas.

Pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga kartu gambar

huruf konntektual merupakan

pembelajaran yang bersifat variatif,

menyenangkan, menarik bagi siswa serta

menantang. Konsep inilah yang diharapkan

oleh peneliti, selain itu untuk dapat

meningkatkan minat belajar siswa guru

juga dapat meningkatkan kemampuan

membaca. Tujuan dari tindakan ini adalah

agar siswa yang kemampuan membaca

kurang, menjadi termotivasi dan mau

belajar dengan rajin, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan membaca.

KESIMPULAN

Kesimpulan hasil penelitian ini

adalah terdapat peningkatan kemampuan

membaca dengan menggunakan alat

peraga kartu gambar huruf konntektual

dan kartu kata pada siswa kelas I SDN 04

Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester II Tahun Pelajaran

2017/2018.

Peningkatan kemampuan membaca

ini terjadi setelah guru melakukan

beberapa upaya antara lain :

a. Penggunaan alat peraga kartu gambar

huruf konntektual dan kata sebagai

media pembelajaran.

b. Guru menyampaikan materi pelajaran

dengan penggunaan alat peraga kartu

gambar huruf konntektual dan kartu

kata dalam upaya peningkatan

kemampuan membaca

c. Guru menggunakan alat peraga kartu

gambar huruf konntektual sebagai

stimulant bagi siswa untuk lebih kreatif,

semangat, dan aktif.

d. Guru membuat inovasi baru dengan

pembelajaran menggunakan alat peraga

kartu gambar huruf konntektual serta

dikerjakan secara berkelompok, selain

itu juga memberikan tugas individu

pada siswa.

e. Guru memberikan motivasi kepada

siswa supaya siswa tidak takut atau

malu membacakan hasil kerjanya di

depan kelas serta membiasakan siswa

untuk maju ke depan kelas, baik untuk

tugas kelompok maupun individu.

Upaya yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan

alat peraga kartu gambar huruf

konntektual dan kata dalam pembelajaran

terbukti dapat meningkatkan kemampuan

membaca pada siswa kelas I SDN 04

Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester II tahun pelajaran

2017/2018.

Hal tersebut dapat terlihat dari

kesimpulan hasil penelitian ini sebagai

Page 40: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

37

berikut : nilai yang diperoleh siswa

mencapai indikatro keberhasilan semua

siswa sudah tuntas, Dengan demikian

melalui penggunaan alat peraga kartu

gambar huruf konntektual dalam

pembelajaran dapat meningkatkan

kemampuan membaca siswa .

SARAN

Berkaitan dengan simpulan di atas,

maka peneliti dapat mengajukan saran-

saran sebagai berikut:

a. Kepada siswa hendaknya lebih

semangat untuk belajar melalui

membaca agar kemampuan membaca

meningkat.

b. Kepada guru yang belum menerapkan

penggunaan alat peraga dalam

pembelajaran agar kemampuan

membaca siswa meningkat.

c. Kepada Kepala Sekolah harus lebih

mengusahakan fasilitas, khususnya

alat peraga yang dapat mendukung

kelancaan kegiatan belajar mengajar

dan meningkatkan hasil serta prestasi..

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, 2005. Bahasa Indonesia,

Jakarta : Balai Pustaka.

Burhan, 1998. Pengantar Penelitian dalam

Pendidikan. Surabaya : Usaha

Nasional.

Depdikbud, 1994. Kamus Bahasa

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Keraf, 2004. Komposisi Bahasa Indonesia.

Jakarta : Grafindo.

Hamalik, 2003 Media Pendidikan.

Bandung : Citra Aditya Bakti.

Hasan, 1999. Pembelajaran IPS Sekolah

Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hernowo. 2003. Manfaat Membaca.

Bandung : Remaja Karya.

Rahman, 1996. Belajar dan Pembelajaran.

Bandung : Rosdakarya.

Kemis & Taggart, 2006 ; Prosedur

Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta

: Bumi Aksara

Slametto, 2003. Belajar Dan Faktor Yang

Mempengaruhi. Jakarta : Rineka

Cipta.

Sugiyanto, 2007. Pembelajaran Berbasis

Kontelektual. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, 2005. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta, PT

Rineka Cipta.

Hadi, 2005 Metode Riseearch III.

Yogyakarta : Yayasan Penerbit

Fakultas Psikologi UGM.

Suyatmi, 1996. Pengetahuan Sekilas

Tentang Bahasa Indonesia.

Surakarta : UNS

Page 41: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

38

Guntur. 1997. Pengajaran Sintaksis.

Bandung : Angkasa

Ullman, 2007. Metode Penilaian. Bandung

: Tarsito.

Usman, 2005. Profesionalisme Guru.

Kencana Media.

Wiryodijoyo, 1999. Kreatif Mengarang.

Yogyakarta Kanisius.

Page 42: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

39

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL

DISCOVERY LEARNING PADA LISTRIK STATIS

Endang Satiti Budiyatmi

SMA Negeri Karangpandan

ABSTRAK, Tujuan Penelitian Ini Adalah Mengimplementasikan Penerapan Model

Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Materi Listrik

Statis Pada Siswa Kelas XII MIPA-1 Semester 1 SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran

2018/2019. Pembelajaran fisika dengan model Discovery Learning dapat diterapkan pada materi

Listrik Statis di kelas XII IPA-1 SMA Negeri Karangpandan tahun pelajaran 2018/2019

dengan dua siklus yang masing-masing melalui dua kali pertemuan pembelajaran dengan hasil,

yaitu : a) Persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar kognitif mengalami

peningkatan dari prasiklus (47,22%), siklus I (75%), dan siklus II (91,67%). b) Capaian rata-rata

ketuntasan prestasi belajar ketrampilan mengalami peningkatan dari siklus I (75,00%), dan

siklus II (88,89%). c) Capaian rata-rata ketuntasan prestasi belajar Sikap mengalami

peningkatan dari siklus I (77,78%), dan siklus II (91,67%).

Kata kunci: Prestasi belajar, Discovery Learning, dan Listrik Statis

ABSTRACT, The Purpose of this research is to use The Implementation Of The Discovery

Learning Learning Model To Improve The Learning Achievement Of Static Electricity Physics

In Class XII Students Of The First Semiparty-1 Semester 1 Karangpandan Public ‘High School

Academic Year 2018/2019 . Physics learning with Discovery Learning models can be applied to

Static Electricity material in class XII IPA-1 Karangpandan State High School Academic Year

2018/2019 with two cycles each through two learning meetings with results, namely: a)

Percentage of students reaching cognitive learning completeness has increased from pre-cycle

(47.22%), cycle I (75%), and cycle II (91.67%). b) The achievement of the average

completeness of skills learning achievement has increased from the first cycle (75.00%), and the

second cycle (88.89%). c) Achievement of the average completeness of attitudes learning

achievement experienced increase from the first cycle (77.78%), and the second cycle

(91.67%).

Keywords: Learning achievement, Discovery Learning, and Static Electricity

PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika selama ini

mengalami banyak kendala, sama juga

seperti yang dialami peneliti terutama di

SMA Negeri Karangpandan. Berdasarkan

pengamatan terhadap Nilai hasil ulangan

harian tahun lalu untuk kelas XII semester

satu yang nilainya kurang memuaskan

adalah materi Listrik statis. Hal tersebut

dikarenakan peneliti posisinya mengajar di

kelas XII dan pada semester satu ini

tentang listrik statis pembelajarannya rata-

rata berjalan baik, tetapi ketika diadakan

ulangan harian hasilnya kurang yang

diharapkan.

Page 43: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

40

Dari kenyataan diatas tersebut pada

umumnya kecenderungan pembelajaran

fisika selama ini hanya finalnya saja yang

disampaikan oleh guru, dan tolak ukurnya

hanya sampai pada hafalan rumus serta di

perbanyak dengan latihan soal-soal. Jika

pembelajaran hanya sampai tingkatan

menghafal dan membahas soal-soal, maka

otomatis metode yang digunakan adalah

ceramah dan diskusi tanya jawab. Oleh

karena itu peneliti mencoba mencari

metode yang tepat untuk pembelajaran

yang di mulai dari awal sebelum adanya

konsep dan Model-model pembelajaran

yang juga sesuai dengan kurikulum 2013

yaitu model Pembelajaran Discovery

Learning.

Didalam pedoman penilaian menurut

kurikulum 2013, meliputi penilaian proses

atau ketrampilan, penilaian sikap, dan

penilaian pengetahuan. Dikarenakan model

pembelajaran yang digunakan Discovery

Learning, maka penilaian proses atau

ketrampilan dilakukan melalui observasi

saat siswa bekerja kelompok, berdiskusi,

maupun saat presentasi didepan kelas saat

proses pembelajaran berlangsung.

Penilaian ketrampilan atau kinerja disini

adalah keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan Model

Discovery learning.

Hal yang sangat penting dalam

belajar fisika adalah membangun Sikap

MIPA para ilmuwan dalam menemukan

konsep yang dilakukan melalui percobaan

dan penelitian MIPA. Dalam pembelajaran

fisika, siswa seharusnya diajak mengenal

obyek, gejala alam dan permasalahan

alam, menelaah dan menemukan

kesimpulan atau konsep tentang alam.

Bentuk kegiatannya antara lain mengamati,

mencatat, memikirkan, membaca,

membandingkan, membuat pertanyaan,

membuat hipotesis, melakukan percobaan,

mengumpulkan data, dan lain-lain.

Peneliti juga akan mencoba

mengungkapkan agar pembelajaran fisika

itu lebih tertanam berakar maka siswa

terlibat langsung dalam pembelajaran.

Dalam dokumen kurikulum 2013

merencanakan kegiatan pembelajaran

menggunakan prinsip-prinsip: (1) berpusat

pada peserta didik, (2) mengembangkan

kreativitas peserta dididk, (3) menciptakan

kondisi menyenangkan dan menantang, (4)

bermuatan nilai, Etika, estetika, logika, dan

(5) menyediakan pengalaman belajar yang

beragam melalui penerapan berbagai

strategi dan metode. Dengan aturan

kurikulum sekarang dan memenuhi

permasalahan diatas, maka model yang

akan peneliti gunakan adalah model

Discovery Learnng.

Model Discovery Learning mengacu

kepada teori belajar yang didefinisikan

sebagai proses pembelajaran yang terjadi

Page 44: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

41

pada pelajar tidak disajikan dengan bentuk

finalnya, tetapi diharapkan siswa berperan

aktif, mengorganisasi sendiri. Model

pembelajaran Discovery

Learning mempunyai prinsip yang hampir

sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem

Solving. Tidak ada perbedaan yang

prinsipil pada ketiga istilah ini.

Berdasarkan latar belakang masalah

diatas, maka permasalahan yang ada dapat

diidentifikasi sebagai berikut: Perlu

pengembangan Metode atau model

pembelajaran agar prestasi belajar siswa

meningkat. Metode ceramah dan Tanya

jawab dalam penekanan latihan soal-soal

belum mampu menuntaskan kriteria

minimal belajar pada materi Listrik statis.

Agar hasil pembelajaran dapat bertahan

dan berakar atau tidak cepat lupa, metode

pembelajarannya menggunakan discovery

learning, dan yang sesuai dengan

kurikulum 2013. Perlunya perubahan

suasana belajar sebagai optimalisasi

memanfaatkan laboratorium . Kurangnya

kerjasama dalam satu kelompok sehingga

perlu di tingkatkan.

Berdasarkan latar belakang masalah

dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimanakah Rancangan implementasi

pembelajaran fisika dengan model

Discovery Learning untuk meningkatkan

Prestasi Belajar pada materi Listrik Statis

di kelas XII MIPA-1 SMANegeri

Karangpandan?, Apakah pembelajaran

fisika dengan model Discovery Learning

dapat meningkatkan prestasi belajar pada

materi Elasisitas di kelas XII MIPA-1

SMA Negeri Karangpandan tahun

pelajaran 2018/2019?, Apakah dengan

menggunakan pembelajaran model

discovery learning siswa dapat terlibat

langsung dalam pembelajaran bisa

meningkatkan prestasi belajar?

TINJAUAN PUSTAKA

Hakekat Belajar

Belajar dapat diartikan secara

umum sebagai usaha untuk mencari ilmu

pengetahuan guna menguasai keterampilan

tertentu. Belajar pada hakikatnya adalah

suatu aktivitas yang mengharapkan

perubahan tingkah laku pada individu yang

belajar (Depdiknas, 2003:6). Belajar

selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu

adanya tingkah laku, sifat perubahannya

relatif permanen, dan perubahan tersebut

disebabkan oleh interaksi dengan

lingkungan.

Menurut Undang-undang Pendidikan

nomor: 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

Pendidikan adalah Usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

Page 45: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

42

spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Discovery Learning

Discovery Learning (Model

pembelajaran penemuan). Guru hanya

memberi masalah, kemudian masalah

diorganisir, diteliti, diamati dan

disimpulkan sendiri oleh siswa. Model

Discovery Learning ini menuntun siswa

melalui lembar kerja siswa tentang listrik

statis dan menemukan sendiri konsepnya

dan materinya sehingga siswa terlibat aktif

dalam proses penemuan konsep. Pada

penelitian tindakan kelas ini variabel yang

akan ditingkatkan adalah prestasi hasil

belajar dengan menggunakan variabel

Model pembelajaran penemuan (Discovery

learning). Dalam model ini akan didapat

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan

sebagai wujud adanya perubahan

peningkatan hasil belajar pada diri siswa.

Pada discovery learning akan muncul

bertanya (questioning), menemukan

(inquiry), pemodelan (modelling), refleksi

(reflection), penilaian autentik (authentic

assessment).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pre tes kognitif

pada materi Listrik dinamis diketahui

sebanyak 47.22% siswa tidak mencapai

ketuntasan. Nilai rata-rata tes kognitif

kelas sebesar 64.31.

Ketercapaian prestasi belajar ranah

Pengetahuan siklus I diperoleh dari tes

pada sub bab konsep muatan listrik, gaya

coulomb, medan listrik statis. Prestasi

belajar Pengetahuan siklus I disajikan pada

lampiran . Nilai rata-rata prestasi belajar

pengetahuan siklus I sebesar 72,00 dengan

nilai tertinggi 86 dan terendah 51.

Persentase jumlah siswa yang mencapai

batas ketuntasan belajar adalah 75 % dan

yang belum tuntas sebesar 25% sehingga

prestasi belajar kognitif siklus I belum

mencapai indikator kinerja klasikal yang

ditetapkan.

Hasil observasi indikator ranah

keterampilan (keaktifan) siklus I

berdasarkan hasil observasi

Tabel 1 Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus

I

No Indikator Capaian Indikator (%)

1 Rajin 73.33

2 kerjasama 79.17

3 Peran serta 75.00

4 toleransi 73.33

Rata-rata 75.21

Berdasarkan Tabel 1 capaian

indikator terendah adalah Rajin, toleransi

73,33 capaian indikator tertinggi adalah

kerjasama (79,17%). Rata-rata capaian

indikator prestasi belajar siklus I adalah

75,21% sehingga prestasi belajar

keterampilan siklus I belum mencapai

indikator kinerja yang ditetapkan.

Page 46: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

43

Tabel 2. Ketercapaian Indikator Sikap siklus I

No Indikator Capaian Indikator (%)

1 Jujur 71.67

2 Rasa ingin tahu 79.17

3. bertanya/ide 67.50

4 Demokrasi 73.33

Rata 72.92

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat

bahwa Hasil observasi Sikap siswa siklus I

yang paling rendah adalah menyampaikan

ide/bertanya (67,50%) sedangkan indikator

Sikap siswa yang paling tinggi adalah rasa

ingin tahu (79,17%) ketercapaian indikator

sikap siswa rata-rata sebesar 72.92%.

Tabel 3. Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar

siklus I

No Ranah Capaian Rata-Rata

(%)

1 Pengetahuan 72,00

2 keterampilan 75.21

3 Sikap 72.92

Ketercapaian prestasi hasil belajar

Pengetahuan (kognitif) siswa siklus II

diperoleh dari tes tertulis. Nilai rata-rata

prestasi belajar kognitif siklus II sebesar

86,83 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai

terendah 60. Persentase jumlah siswa yang

sudah mencapai batas ketuntasan belajar

adalah 91.67 % sedangkan persentase

jumlah siswa belum tuntas sebesar 8.33%.

Dari data tersebut disimpulkan bahwa hasil

belajar pengetahuan siklus II sudah

mencapai indikator kinerja klasikal yang

ditetapkan.

Tabel 4. Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus

II

No Indikator Capaian

Indikator (%)

1 Rajin 80.83

2 kerjasama 82.50

3 Peran serta 77.50

4 Toleransi 77.50

Rata-rata 79.58

Berdasarkan Tabel 4 capaian

indikator terendah adalah toleransi dan

peran serta 77,50% capaian indikator

tertinggi adalah kerjasama (82.50%). Rata-

rata capaian indikator siklus II adalah

79.58% dan tingkat ketuntasan 88.89% dan

yang tidak tuntas 23,33%, sehingga

prestasi belajar keterampilan siklus II

sudah mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan.

Ketercapaian indikator Sikap pada

siklus II disajikan pada Tabel 5 dan

Lampiran.

Tabel 5. Ketercapaian Indikator Sikap siklus II

No Indikator Capaian Indikator

(%)

1 Jujur 80.83

2 Rasa ingin tahu 77.50

3 Bertanya/ide 73.33

4. demokratis 77.50

Rata-rata 77.29

Berdasrkan Tabel 5 dapat dilihat

bahwa ketercapaian indikator Sikap siswa

siklus II yang paling rendah adalah

mengeluarkan pendapat/ide (73,33%)

sedangkan indikator Sikap siswa yang

paling tinggi adalah jujur (80,83%)

ketercapaian indikator Sikap siswa rata-

rata sebesar 77.29%, sedangkan tingkat

ketuntasan mencapai 91.67% siswa

mencapai batas indikator kinerja.

Page 47: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

44

Ketercapaian rata-rata hasil

belajar pengetahuan, keterampilan, dan

sikap pada kegiatan pembelajaran siklus II

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar

siklus I

No Ranah Capaian Rata-Rata

(%)

1 Pengetahuan 86.83

2 keterampilan 79.58

3 Sikap 77.29

Prestasi belajar pengetahuan

(kognitif) pada pra siklus, siklus I, dan

siklus II menunjukkan skor yang berbeda.

Tes kognitif pra siklus berisi tentang

Listrik dinamis, tes siklus I tentang muatan

listrik, dan gaya coulomb elastis sedangkan

Energi listrik, medan listrik dan potensial

listrik untuk tes siklus II.

Perbandingan nilai rata-rata tes

Pengetahuan (kognitif) pra siklus, siklus I,

dan siklus II disajikan pada table 7 dan

Gambar 1.

Tabel.7. Perbandingan Nilai rata-rata dan

ketuntasan antar siklus

No siklus Nilai rata-

rata

Capaian

ketuntasan

1 pra siklus 64,31 47.22%

2 Siklus I 72,00 75,00%

3 Siklus II 86,83 91,67%

Gambar. 1. Grafik nilai rata-rata dan ketuntasan

belajar antar siklus

Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata

prestasi belajar pengetahuan (kognitif) dari

pra siklus sampai siklus II. Peningkatan

rata-rata prestasi belajar kognitif dari pra

siklus ke siklus I sebesar 7,69 dan dari

siklus I ke siklus II sebesar 14,83.

Prosentase jumlah siswa yang

mencapai batas ketuntasan belajar

pengetahuan (kognitif) dari pra siklus

sampai siklus II juga mengalami

peningkatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Ketuntasan rata-rata belajar

antar siklus

Dari grafik 2 diatas dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus

II. Jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan belajar pada kegiatan

pembelajaran dari pra siklus ke siklus I

sebesar 27,78% dari siklus I ke siklus II

sebesar 16,67%. Dari siklus I sampai siklus

II sudah mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan (85%).

Hasil belajar ketrampilan terdiri dari

empat indikator yaitu Rajin, kerja sama,

peran serta dan toleransi.

Page 48: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

45

Tabel.7. Perbandingan hasil belajar ketrampilan

antar siklus No Indikator Siklus I (%) Siklus II (%)

1 Rajin 73.33 80.83

2 kerjasama 79.17 82.50

3 Peran serta 75.00 77.50

4 Toleransi 73.33 75.83

Rata-rata 75.21 79.17

Gambar 3. Grafik hasil belajar ketrampilan antar

siklus

Berdasarkan Gambar 3. diperoleh

informasi bahwa terjadi peningkatan

prestasi belajar Ketrampilan dari pra siklus

hingga siklus II.

Pencapaian rata-rata prestasi belajar

ketrampilan dari pra siklus sampai siklus II

disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik rata-rata ketrampilan hasil

belajar antar siklus

Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa

terjadi peningkatan skor rata-rata prestasi

belajar Ketrampilan dari siklus I ke siklus

II. Peningkatan skor rata-rata prestasi

belajar Ketrampilan dari siklus I ke siklus

II sebesar 3,96%. Persentase jumlah siswa

yang mencapai batas ketuntasan belajar

keterampilan dari siklus I sampai siklus II

juga mengalami peningkatan yang dapat

dilihat pada Gambar 5.

Tabel.8. Nilai rata-rata dan ketuntasan Aspek

Ketrampilan antar siklus

Komponen Siklus I Siklus II

Nila rata-rata

kterampilan

75.21 79.17

Ketuntasan 75.00 88,98

Gambar 5. Ketuntasan rata-rata hasil belajar

ketrampilan antar siklus

Dari gambar 5. grafik diatas dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dari siklus I, ke siklus II. Jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan hasil

belajar ketrampilan pada kegiatan

pembelajaran dari siklus I ke siklus II

sebesar 13,98%. Dari siklus I sampai siklus

II sudah mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan (85%).

Prestasi Belajar Sikap

Hasil belajar Sikap terdiri dari

empat indikator yaitu Jujur, Demokratis,

Rasa ingin tahu, dan berpendapat/ide.

Perbandingan hasil belajar sikap dapat

dilihat pada Tabel.9 dan Gambar 6.

Tabel.9. Nilai rata-rata dan ketuntasan Aspek

sikap antar siklus

Komponen Siklus I Siklus II

Nila rata-rata sikap 72.92 77,29

Ketuntasan 77.78 91.67

Page 49: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

46

Gambar 6. hasil belajar sikap antar siklus

Berdasarkan grafik diatas

diperoleh bahwa terjadi peningkatan

prestasi belajar Sikap dari siklus I hingga

siklus II.

Nilai rata-rata hasil belajar Sikap

Pencapaian rata-rata prestasi

belajar sikap dari siklus I sampai siklus II

disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik Nilai rata-rata hasil belajar

Sikap antar siklus

Dari Gambar 7. dapat dilihat bahwa

terjadi peningkatan skor rata-rata prestasi

belajar Sikap dari siklus I dengan siklus II.

Peningkatan skor rata-rata prestasi belajar

Sikap dari siklus I ke siklus II sebesar

4,37%

Persentase jumlah siswa yang

mencapai batas ketuntasan belajar Sikap

dari siklus I sampai siklus II juga

mengalami peningkatan yang dapat dilihat

pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Ketuntasan rata-rata hasil

belajar Sikap antar siklus

Dari gambar 8 grafik diatas dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dari, siklus I, sampai II. Jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan hasil

belajar Sikap pada kegiatan pembelajaran

dari siklus I ke siklus II sebesar 13,89%.

Pada saat siklus I belum mencapai

indikator kinerja sedangkan pada siklus II

sudah mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan (85%).

Perbandingan nilai rata-rata prestasi

belajar Pengetahuan, Ketrampilan, dan

Sikap selama proses tindakan disajikan

pada Gambar 4.9

Gambar. 9 Grafik Nilai rata-rata Hasil belajar

.

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat

peningkatan prestasi hasil belajar

Page 50: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

47

Pengetahuan dari pra siklus hingga siklus

II sebesar 22,52, dan Ketrampilan, dan

Sikap mengalami Peningkatan dari siklus I

ke siklus II berturut-turut sebesar 3,96 dan

4,37.

PEMBAHASAN

Pembahasan Siklus I

Pada Siklus I Siswa dibagi menjadi

enam kelompok, pembagian kelompok

dilakukan dalam rangka menerapkan

Kurikulum 2013. Hasil kerja kelompok di

akhir pertemuan dilakukan kegiatan

presentasi. Untuk tindakan pada siklus I

pemodelan pembelajaran penemuan

(discovery learning) ini siswa pertama kali

merasa terkejut, dikarenakan model ini

baru pertama kali diterapkan selama ini di

SMA. Selama pelaksanaan proses

pembelajaran siklus I masih banyak

kendala-kendala muncul, seperti masih ada

siswa yang bekerja kurang efektif,

sehingga disarankan pendampingan dalam

proses pembelajaran penemuan berjalan

lancar.

Masalah muncul pada saat

pelaksanaan pertemuan kedua, yaitu ketika

siswa melakukan kegiatan uji medan listrik

statis pengamatan kurang kosentrasi

sehingga data yang didapat kurang akurat.

Masalah kedua yang muncul adalah ketika

siswa mengambil data percobaan, banyak

siswa yang kurang paham bahwa satu kali

mengambil data digunakan untuk

merumuskan dua konsep yakni konsep

medan listrik dan konsep potensial listrik,

kelihatan kesalahan dari hasil akhir

menghitung energi listrik. Kendala ini

dapat diselesaikan ketika guru berkeliling

memberi arahan dan saran.

Jika dilihat dari hasil dari tes ranah

pengetahuan pada siklus I menuju

perbaikaan, walaupun tidak signifikan

hampir mendekati 75% ketuntasanya.

Adanya perubahan itu disebabkan model

pembelajaran yang menerapkan siswa dari

proses mengamati, mengidentifikasi, dan

mendapatkan data melalui percobaan

hingga siswa menemukan sebuah

persamaan seperti rumusan untuk hukum

coulomb. Siswa baru sadar bahwa rumus

gaya tarik antar muatan didapat setelah

muatan di uji oleh muatan lain.

Hasil rumusan diskusi kelompok

selanjutnya dipresentasikan di depan kelas.

Kegiatan presentasi siklus I pertemuan

satu, temuan-temuan dari siklus I akan

direkomendasi untuk siklus berikutnya.

Setelah presentasi berjalan, siswa terasa

bahwa kesimpulan- kesimpulan yang

diperoleh merupakan materi pelajaran

listrik statis, sehingga dari temuan-temuan

pada siklus I, kekurangannya agar dapat

terpenuhi untuk siklus II.

Dalam kegiatan diskusi siklus I

ketka merumuskan siswa masih ada yang

kurang fokus dalam bekerjasama, dan dari

Page 51: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

48

aspek sikap (afektif) siswa yang terdiri dari

indikator jujur, rasa ingin tahu,

bertanya/ide, dan demokratis. . Hasil

observasi terhadap empat indikator

tersebut menunjukkan bahwa aspek sikap

siswa belum mencapai indikator yang

ditetapkan.

Observasi ranah keterampilan pada

pertemuan kedua masih belum sesuai yang

diharapkan. Kendala pada pertemuan

pertama, dikarenakan siswa merasa baru

pada percobaan yang menggunakan

muatan listrik, keaktifan siswa hanya satu

dua saja, yang lainnya menunggu teman.

Setelah guru berkeliling menghampiri dan

memberi arahan kegiatan baru kelihatan

berjalan sinergis.

Pembahasan siklus II

Pembahasan pada proses

pembelajaran Siklus II tes pengetahuan

sudah menunjukan ketuntasan mencapai

75% siswa dinyatakan tuntas. Hasil ini

menunjukan proses pembelajaran

penemuan sudah berjalan cukup baik,

walaupun belum mencapai target

ketuntasan yang telah ditetapkan oleh

pihak sekolah yaitu 85% siswa harus

tuntas, hasil dari ranah tes pengetahuan

tampak pada lampiran.

Disini lembar kerja siswa tentang

discovery learning hanya berupa arahan

dalam percobaan. Tanpa ada judul

percobaan, justru sebaliknya siswa harus

bisa menemukan judul percobaan sesuai

data yang diperoleh dari percobaan.

Rekomendasi untuk siklus II yaitu siswa

pada saat mengambil data percobaan harus

tahu latar belakangnya, bahwasanya data

itu akan dipakai untuk merumuskan

konsep apa?, sarannya siswa harus selalu

melihat referensi yang lain, agar tujuan

percobaan terpenuhi.

Keterampilan siswa sudah baik

dalam pembelajaran penemuan siklus II,

hasilnya pada lampiran. Dari empat

indikator keaktifan yang diobservasi sudah

mulai nampak adanya keseriusan siswa

dalam percobaan penemuan, hasil proses

siklus II dari ranah ketrampilan

menunjukan 88% lebih siswa sudah

dinyatakan tuntas.

Kegiatan percobaan ini melatih

siswa menggunakan proses pengumpulan

data merumuskan hasil uji dan menemukan

sebuah konsep yang dibandingkan dengan

literature buku siswa. Dari kegiatan

tersebut siswa merasa bermain peran yang

menemukan persamaan atau formula untuk

sebuah konsep fisika dalam Proses

pembelajaran.

Menerapkan pentingnya proses

penemuan (discovery learning) dalam

kegiatan pembelajaran sebagian besar

siswa sudah terlibat aktif dalam setiap

tahapan. Karakteristik Discovery learning

pada kegiatan pembelajaran siklus II sudah

Page 52: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

49

terwujud dan terpenuhi. Indikator

keterampilan dan indikator Sikap pada

pembelajaran mengalami peningkatan.

Sebagian besar siswa sudah dapat

melakukan tahapan-tahapan; mengamati,

menanya, mencoba, merumuskan /

menyimpulkan, dan mengkomunikasikan /

presentasikan didepan kelas. Peningkatan

indikator-indikator keterampilan

disebabkan karena siswa memiliki lebih

banyak kesempatan untuk melakukan

kegiatan dan aktualisasi diri dalam

kelompoknya. Keterlibatan aktif setiap

siswa dalam bertukar pikiran dan saling

sharing antar satu siswa dengan siswa lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini

sebagai berikut : Pembelajaran fisika

dengan model Discovery Learning dapat

diterapkan pada materi Listrik Statis di

kelas XII IPA-1 SMA Negeri

Karangpandan tahun pelajaran 2018/2019

dengan dua siklus yang masing-masing

melalui dua kali pertemuan pembelajaran

dengan hasil, yaitu : (1)Persentase jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan belajar

kognitif mengalami peningkatan dari

prasiklus (47,22%), siklus I (75%), dan

siklus II (91,67%).(2) Capaian rata-rata

ketuntasan prestasi belajar ketrampilan

mengalami peningkatan dari siklus I

(75,00%), dan siklus II (88,89%). (3)

Capaian rata-rata ketuntasan prestasi

belajar Sikap mengalami peningkatan dari

siklus I (77,78%), dan siklus II (91,67%).

Saran

1. Untuk Guru

Sebelum menerapkan model

pembelajaran Penemuan (Discovery

Learning), guru sebaiknya memberikan

penjelasan kepada siswa tentang

kegiatan yang akan dilakukan karena

kegiatan pembelajaran ini benar-benar

siswa yang aktif dari mulai

pembelajaran sampai menyimpulkan.

Dengan demikian dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran penemuan ini

guru harus selalu menjaga suasana

terlaksananya pembelajaran.

Dalam menerapkan pembelajaran

Penemuan (Discovery Learning) guru

sebaiknya kreatif dan mencari cara

alternatif, misalnya dalam membuat

lembar kerja Discoery Learning yang

mengarah ke siswa menemukan konsep.

Guru harus bisa membagi waktu

dengan baik, karena penerapan proses

pembelajaran penemuan (Discovery

Learning) membutuhkan pengalaman

belajar nyata khususnya mata pelajaran

sain yang menciptakan siswa akan

terbentuk sikap sain.

Dalam kurikulum sekarang ini

guru sain biasanya menggunakan model

pembelajaran Problem based learning,

Page 53: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

50

jarang sekali yang menerapkan

pembelajaran Discovery Learning.

Discovery learning hanya dipakai untuk

penelitian-penelitian saja dengan alasan

membuang-buang waktu dan

pembahasan soal-soal tidak terlaksana.

Kepentingan atasan takut tidak

terjawab, beda dengan keinginan guru

yang menginginkan pembelajaran harus

terjadi proses pada diri siswa.

2. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini mudah-

mudahan bisa digunakan sebagai acuan

untuk penelitian lain diluar ilmu

pendidikan IPA yang sejenis dan

diharapkan dapat memberikan manfaat

dan kontribusi bagi dunia pendidikan

dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Untuk penelitian pendidikan

apapun variabel yang akan diukur

semuanya akan bermuara pada hasil

peningkatan hasil belajar yang akan

tercantum dalam tiga ranah, yaitu

pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Penelitian pendidikan sifatnya

tidak statis selalu berubah-ubah

walaupun sama model yang digunakan

tetapi belum tentu hasilnya sama,

karena obyek yang diteliti adalah siswa.

Siswa dari tahun ke tahun

kemampuannya tidak sama apalagi beda

tempat (sekolah) pasti beda pula, tetapi

penelitian pendidikan harus tetap

berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniah Imas, Sani Berlin (2014). Sukses

implementasikan Kurikulum 2013.

Yogyakarta: kata pena.

Kemendikbud.2013. Model Pembelajaran

Penemuan (Discovery

Learning).Jakarta: Depdiknas

Arif sadiman dkk.2010. Media

Pendidikan.Jakarta: PT. Rajawali

press

Muhibin Syah. 2010. Spikologi

Pendidikan. Bandung : PT

Rosdakarya

Abu Ahmadi dan Widodo. Suprioni.2004.

Spikologi Belajar. Jakarta: Rineka cipya

Bueche J Frederick.1999. Teori dan Soal-

soal Fisika. Jakarta: Erlangga

Dimyati dan Mulyono.2009.Belajar dan

pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2003).

Undang-undang Pendidikan

Nasional. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori

Belajar. Jakarta. Erlangga.

Darsono dkk.2002. Belajar dan

Pembelajaran.Semarang: IKIP Semaraang

Press

Kemendikbud.2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai pustaka

Oemar Hamalik.2001.Kurikulum dan

Pembelajaran.Jakarta:

Bumi Aksara

Yul, Iskandar. 2004. Tes, Bakat, Minat,

Sikap dan Personality MMPI-DG,

Jakarta : Yayasan Darma Graha.

Page 54: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

51

PEMANFAATAN POSE SELFIE DI KOMIK SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR EKONOMI

Up Grading Supramono

SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

Abstrak, Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas

XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam memanfaatkan pose selfie komik pada materi ekonomi

pokok bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran 2018/2019 dan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam memanfaatkan pose selfie

komik pada materi ekonomi pokok bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran 2018/2019.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Tindakan

kelas yang diteliti adalah memanfaatkan pose selfie komik. Hasil Penelitian secara empiris

penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan media Pose Selfie Komik berhasil

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa materi ekonomi pokok bahasan ketenagakerjaan

pada siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2018/2019,secara teoritik,

penelitian ini menguatkan pendapat bahwa pembelajaran dengan pemanfaatanPose Selfie

Komik berhasil meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik tentang materi

ketenagakerjaan,hipotesis tindakan “Memanfaatkan Pose Selfie Komik dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam belajar ekonomi

pada pokok bahasan “Ketenagakerjaan” dapat dibuktikan kebenarannya.

.

Kata kunci; Peta Konsep meningkatkan hasil belajar, Pose Selfie

Abstract, The purpose of this study was to find out the increase in the activities of IPS 1 grade

XI students of SMAN 2 Karanganyar in utilizing comic selfie poses on economic subjects in the

2018/2019 academic year and to find out the improvement in learning outcomes of XI IPS 1

students at SMAN 2 Karanganyar in taking selfie poses comics on economic material the

subject matter of the 2018/2019 academic year Employment. The method used is classroom

action research. The action of the class studied was using comic selfie poses. The results of this

study empirically proved that the use of Selfie Pose Comics media succeeded in improving the

learning activities and outcomes of economic material students on the subject matter of

employment in students of Class XI IPS 1 of SMAN 2 Karanganyar Academic Year 2018/2019,

theoretically, this study reinforces the opinion that learning with the use of Selfie Positions, the

comic managed to improve the activities and learning outcomes of students on labor material,

the action hypothesis "Utilizing Selfie Pose Comics can increase the activity and learning

outcomes of XI IPS students in SMAN 2 Karanganyar in learning economics on the subject of

“Labor" can be verified.

Keywords; Map Concept to improve learning outcomes, Pose Selfie

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang

sangat penting dalam upaya mencerdaskan

Page 55: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

52

kehidupan bangsa dan menjadi tolok ukur

kualitas diri seseorang. Pendidikan

dipandang sebagai cara yang paling tepat

untuk membentuk sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas. Melalui proses

pendidikan inilah masyarakat Indonesia

akan memiliki bekal untuk siap bersaing

menghadapi berbagai tantangan dari dunia

luar, serta mampu bersaing di era

globalisasi seperti saat ini. Segala potensi

yang dimiliki akan dikembangakan dengan

dibekali berbagai kecakapan dan softskill.

Inti dari pendidikan ialah proses

pembelajaran, sedangkan proses

pembelajaran itu sendiri melibatkan

banyak hal seperti yang dikemukakan

Wina Sanjaya (2013:59) yang

menyebutkan bahwa ada tujuh komponen

proses pembelajaran yaitu perumusan

tujuan, kurikulum, tenaga pengajar dan

peserta didik, pemilihan dan penyusunan

materi, penggunaan model atau strategi

pembelajaran yang efektif, penggunaan

media yang tepat, dan pelaksanaan

evaluasi yang benar. Keberhasilan proses

pembelajaran tidak akan terlepas dari

komponen-komponen tersebut, oleh

karenanya diperlukan kerjasama antar

berbagai komponen tersebut dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan.

Upaya-upaya dalam rangka

peningkatan kualitas pendidikan juga telah

dilakukan khususnya pada proses

pembelajaran, diantaranya ialah

meningkatkan kualitas para pendidik,

perbaikan kurikulum, meningkatkan sarana

prasarana belajar, dan pengembangan

model pembelajaran. Salah satu dari

upaya-upaya tersebut yang merupakan

tahap yang paling awal dilakukannya

perbaikan adalah kurikulum. Menurut

Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran

yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan observasi awal dari 36

tingkat aktivitas siswa rata-rata sebesar

39%, secara kualitas aktivitas siswa kelas

XI IPS 1 kurang aktif (Lampiran 1). Hasil

belajar, dari data 36 siswa kelas XI IPS 1

SMAN 2 Karanganyar yang menjadi

subyek penelitian ini menunjukkan nilai

ulangan harian pada materi pokok sebelum

penelitian dilakukan (pra siklus) masih

rendah. Berdasarkan ulangan harian

diketahui bahwa nilai terendah 35 dan nilai

tertinggi 87, jika dibandingkan dengan

kreteria ketuntasan minimal (KKM) pada

semester I sebesar 70, maka sebanyak 22

siswa memperoleh nilai kurang dari KKM,

siswa yang tuntas 14 atau 38,89%

Perbaikan kurikulum saat ini juga

sudah dilakukan di Indonesia dengan mulai

Page 56: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

53

diterapkannya kurikulum baru/Kurikulum

2013 yang mengganti kurikulum lama

tahun 2006/Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Pengembangan

Kurikulim ini juga dituntut mampu

beradaptasi dengan paradigma baru yang

tidak hanya pemindahan pengetahuan dari

guru ke siswa melainkan mampu membuat

siswa lebih mendominasi proses

pembelajaran di kelas. Pengetahuan harus

ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan

oleh siswa itu sendiri. Proses belajar di

kelas mengharuskan aktivitas untuk

mampu belajar aktif dan mandiri melalui

kegiatan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengolah

informasi, mengkomunikasi dan mencipta

yang sudah tertuang dalam Rencana

Pelaksanaan Pengajaran (RPP) yang telah

disusun oleh guru. Proses belajar siswa

untuk mendapatkan pengetahuan disebut

dengan aktivitas belajar. Siswa dituntut

aktif mencari informasi maupun materi

pelajaran dan peran guru hanya sebagai

fasilitator dalam siswa beraktivitas di kelas

serta membuat kesimpulan yang benar dari

penyampaian materi yang dikemukanan

oleh siswa.

Proses belajar yang seperti inilah

yang diharapkan mampu meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia. Namun

masalah yang sering terjadi terkait dengan

pelaksanaan proses pembelajaran sesuai

dengan kurikulum 2013 yaitu adanya

ketidaksesuaian penerapan praktik dengan

tujuan pembelajaran kurikulum 2013 itu

sendiri, di mana peranan siswa dalam

pembelajaran yang belum maksimal, justru

guru masih mendominasi proses belajar

mengajar dibandingkan dengan siswanya.

Hal ini disebabkan guru masih

menggunakan metode mengajar

konvensional/ceramah di mana sumber

utama pengetahuan berasal dari guru.

Dengan kata lain tujuan dari pembelajaran

belum tercapai yang disebabkan proses

pembelajaran yang cenderung pasif.

Berdasarkan latar belakang maka rumusan

masalah penelitian ini adalah; apakah

pemanfaatan pose selfie komik dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas

XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar pada

materi ekonomi pokok bahasan

Ketenagakerjaan tahun pelajaran

2018/2019?, apakah pemanfaatan pose

selfie komik dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2

Karanganyar pada materi ekonomi pokok

bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran

2018/2019?

Tujuan dari penelitian ini adalah;

Mengetahui peningkatan aktivitas siswa

kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar

dalam memanfaatkan pose selfie komik

pada materi ekonomi pokok bahasan

Ketenagakerjaan tahun pelajaran

Page 57: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

54

2018/2019, mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2

Karanganyar dalam memanfaatkan pose

selfie komik pada materi ekonomi pokok

bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran

2018/2019.

Manfaat hasil penelitian ini adalah:

meningkatkan hasil belajar siswa dengan

media pembelajaran yang inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan memudahkan

siswa untuk belajar secara bermakna

melalui pemahaman, meningkatkan

aktifitas, kreatifitas dan kemampuan

berpikir dengan memanfaatkan teknologi

komputer untuk merancang dan mendesain

pembelajaran yang menarik dan mudah

dipahami, menumbuhkembangkan karakter

siswa berupa tanggungjawab sosial,

kerjasama, keberanian, percaya diri dan

saling menghargai karena melalui

pemanfaatan media dalam pembelajaran,

Sebagai alternatif pembelajaran inovatif,

kreatif, dan memudahkan guru, karena

dapat dilakukan dengan alat/bahan dari

lingkungan sekitar, memotivasi guru untuk

belajar mengikuti perkembangan

teknologi, sehingga tidak gagap teknologi,

memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran ekonomi melalui penelitian

tindakan kelas, sebagai acuan dalam

pengambilan kebijakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dan

mutu pendidikan di sekolah, memberi

masukan pada sekolah dalam rangka

pengembangan Kurikulum (K13)

khususnya pembelajaran ekonomi.

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (classroom action research) yaitu

penelitian terhadap tindakan yang

dilakukan di kelas yang bertujuan untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajaran. Dalam penelitian ini,

tindakan kelas yang diteliti adalah

memanfaatkan pose selfie komik, sebagai

media ajar untuk meningkatkan aktifitas

siswa dan hasil belajar ekonomi.

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Belajar Ekonomi

Ontologi ekonomi merupakan

hakekat ilmu ekonomi dan objek apa saja

yang dipelajari dalam ilmu ekonomi, untuk

mengetahui apa saja yang dipelajari ada

beberapa ahli berpendapat, menurut Lionel

Robbins “mendefinisikan ekonomi ialah

suatu ilmu yang mengkaji tingkah laku

manusia yang berhubungan dengan

kehendak mereka yang tidak terbatas

dengan sumber-sumber terbatas dengan

memaksimalkan kegunaan (utility)”.

Pendapat Abdillah (Aunurrahman,

2010: 35) belajar adalah suatu usaha sadar

yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui

latihan dan pengalaman yang menyangkut

aspek-aspek kognitif, afektif, dan

Page 58: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

55

psikomotorik untuk memperoleh tujuan

tertentu. Sedangkan menurut Nana. Untuk

mengetahui hasil belajar seseorang dapat

dilakukan dengan melakukan tes dan

pengukuran.

Berdasarkan kajian di atas maka

hasil belajar ekonomi adalah hasil yang

diperoleh dari serangkaian usaha dalam

pembelajaran eknomi untuk memperoleh

pengalaman atau pengetahuan baru

sehingga menyebabkan perubahan tingkah

laku. Hasil belajar ekonomi dapat berupa

penguasaan terhadap sejumlah materi

ekonomi melalui hasil tes (kognitif)

maupun perubahan sikap (afektif). Hasil

belajar ekonomi dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil tes materi Perdangan

Internasional.

Hakikat Aktivitas Belajar

Dalam proses pembelajaran

dikelas aktivitas merupakan suatu kegiatan

baik secara fisik maupun psikis yang

diperlukan dalam rangka siswa

memperoleh pengetahuan. Tanpa aktivitas

proses bembelajaran menjadi terbambat

dan tidak sesuai dengan tujuan

pembelajaran itu sendiri.

Menurut Sardiman (2007:100),

aktivitas belajar merupakan aktivitas yang

bersifat fisik maupun mental dan keduanya

berkaitan. Dalam kegiatan belajar siswa

kemampuan fisik yang sehat diperlukan

untuk mendukung kegiatan belajar.

Demikianpula mental yang sehat

membantu bagaimana siswa dapat berpikir

logis, sistimatis, mampu merespon dan

memecahkan masalah.

Media Pose selfie

Menurut Donal P. Elly & Vernon

pengertian media ada dua yaitu arti sempit

dan arti luas. Arti sempit bahwa media itu

berwujud: grafik, foto, alat mekanik dan

elektronik yang digunakan untuk

menangkap, memroses serta

menyampaikan informasi. Menurut arti

luas, yaitu: kegiatan yang dapat

menciptakan suatu kondisi, sehingga

memungkinkan peserta didik dapat

memperoleh pengetahuan, keterampilan

dan sikap yang baru.

Sedangkan fungsi dari media

menurut Miarso (2004) mengemukakan

dua belas kegunaan media, yakni: 1)

memberikan rangsangan yang bervariasi

kepada otak, sehingga otak dapat berfungsi

secara optimal, 2) mengatasi keterbatasan

pengalaman yang dimiliki oleh pebelajar,

3) dapat melampaui batas ruang kelas, 4)

memungkinkan adanya interaksi langsung

antara pebelajar dan lingkungannya, 5)

menghasilkan keseragaman pengamatan,

6) membangkitkan keinginan dan minat

baru, 7) membangkitkan motivasi dan

merangsang untuk belajar, 8) memberikan

pengalaman yang integral/menyeluruh dari

sesuatu yang konkret maupun abstrak, 9)

Page 59: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

56

memberikan kesempatan kepada pebelajar

untuk belajar mandiri, 10) meningkatkan

kemampuan keterbacaan baru (new

literacy), yaitu kemampuan untuk

menafsirkan objek, tindakan, dan lambang

yang tampak, baik yang alami maupun

buatan manusia, yang terdapat dalam

lingkungan, 11) mampu meningkatkan

efek sosialisasi, yaitu dengan

meningkatkan kesadaran akan dunia

sekitar, dan 12) dapat meningkatkan

kemampuan ekspresi diri

pembelajar.Pengertian Selfie menurut

Ahmad (2013) merupakan istilah untuk

memotret diri sendiri. Selfie sering juga

disebut foto diri yang belakangan ini mulai

trend seiring dengan perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi. Foto

diri tersebut kemudian diunggah ke media

jejering sosial, seperti facebook, twiter,

watshap dan lebih dikenal dengan istilah

selfie.

Komik merupakan media

bergambar yang tersusun dengan alur

cerita yang berisi teks atau narasi dalam

balon-balon ucapan yang menyampaikan

informasi mengunakan bahasa yang

sederhana tidak bertele-tele. Selanjutnya

manfaat komik sebagai media ajar antara

lain dapat meningkatkan minat baca

siswa, memperpendek dari penjelasan teks

yang panjang, dengan gambar dapat

menjelaskan konsep-konsep materi, serta

memanfaatkan lingkungan, lebih mudah

diingat kembali atau diceritakan ulang.

Pemanfaatan Pose Selfie Komik

dapat diterapkan dalam pelajaran ekonomi,

karena pada media Pose Selfie Komik

menerapkan proses pembelajaran aktif,

kreatif, inovatif dan menyenangkan

diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa terhadap materi

pelajaran ekonomi apabila dibandingkan

dengan proses pembelajaran yang

menggunakan model ceramah atau

langsung.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1:Kreteria Kualitas Aktivitas

Page 60: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

57

Tabel 2. Indikator Aktivitas Belajar Pra Siklus

N

O

AKTIVITAS

BELAJAR

SISWA

SISWA

YANG

AKTIF

% KUALITAS

KEAKTIFAN

1 Membaca Materi 28 78% Aktif

2 Menyampaikan

pertanyaan 16 44% Cukup Aktif

3 Memperhatikan

gambar yang

disampaikan

guru 27 75% Aktif

4 Mendengarkan

uraian dengan

seksama 1 3%

Sangat

Kurang Aktif

5 Menanggapi

pertanyaan dari

siswa lain 19 53% Cukup Aktif

6 Diskusi

kelompok 1 3%

Sangat

Kurang Aktif

7 Menggambar 19 53% Cukup Aktif

8 Mengingat

materi yang

dipelajari 11 31% Kurang Aktif

9 Menyampaikan

ide/gagasan 12 33% Kurang Aktif

1

0

Gembira dan

Bersemangat

dalam belajar 7 19%

Sangat

Kurang Aktif

RATA-RATA 14.1 39% Kurang Aktif

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan

bahwa kondisi kelas XI IPS 1 SMAN 2

Karanganyar pada pelajaran ekonomi

kurang aktif rata-rata keaktifan 14 siswa

atau 39%. Keaktivan yang paling rendah

yaitu Mendengarkan uraian dengan

seksama (3%),diskusi (3%), Gembira dan

Bersemangat dalam belajar(19%), Keadaan

tersebut belum mengembirakan karena

aktivitas siswa secara kualitas kurang aktif,

padahal tingkat aktivitas siswa dalam

belajar itu sangat menunjang dalam

memahami materi. Siswa yang aktif belajar

akan berdampak pada tingkat penguasaan

materi yang dipelajari, semakin munguasai

materi prestasi atau hasil belajar akan

menjadi lebih baik.

Hasil belajar sebelum dilakukan

tindakan pada meteri Ketenagakerjaan

masih rendah apabila dibandingkan dengan

Kreteria Ketuntasan Minimal yang telah

ditetapkan yakni 70 hanya dicapai oleh 14

siswa atau 38,89%, sedangkan 22 siswa

memperoleh nilai kurang dari KKM.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I

mengunakan pembelajaran yang

memanfaatkan media bertujuan merespon

aktivitas siswa belajar ekonomi.

Pembelajaran pada siklus I menggunakan

kombinasi diskusi, kerja kelompok, dan

bermain.Observasi difokuskan pada

pengamatan aktivitas siswa yang meliputi;

Visual Activities, seperti membaca dan

memperhatikan gambar, Oral Activities,

seperti bertanya dan mengeluarkan

pendapat, Listening Activities, seperti

diskusi mendengarkan uraian, Writing

Activities, seperti menulis cerita, membuat

laporan, Motor Activities, seperti bermain,

No Prosentase Kualitas

1 < 20% Sangat Kurang Aktif

2 21% s.d 40% Kurang Aktif

3 41% s.d 60% Cukup Aktif

4 61% s.d 80% Aktif

5 81% s.d 100% Sangat Aktif

Page 61: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

58

Drawing Acctivities, seperti menggambar,

membuat diagram, Mental Activities,

seperti menanggapi, mengingat, dan

Emotional Activities, seperti rasa gembira,

bersemangat.

Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti dan kolaborator

deskripsi aktivitas siswa siklus I dapat

dirangkum dalam tabel berikut ini.

Tabel 3 :Aktivitas Siswa Siklus I

NO AKTIVITAS

BELAJAR SISWA

SISW

A

AKTI

F

% KUALITAS

KEAKTIFAN

1

Membaca

Materi 29 81% Aktif

2

Menyampaikan

pertanyaan 18 50% Cukup Aktif

3

Memperhatikan

gambar yang

disampaikan

guru 27 75% Aktif

4

Mendengarkan

uraian dengan

seksama 9 25%

kurang

Aktif

5

Menanggapi

pertanyaan dari

siswa lain 20 56% Cukup Aktif

6

Diskusi

kelompok 12 33% Kurang aktif

7 Menggambar 25 69% Aktif

8

Mengingat

materi yang

dipelajari 20 56% Cukup Aktif

9

Menyampaikan

ide/gagasan 20 56% Cukup Aktif

10

Gembira dan

Bersemangat

dalam belajar 22 61% Aktif

RATA-RATA 20.2 56% Cukup Aktif

Berdasarkan hasil observasi

aktivitas siswa proses pembelajaran pada

siklus I mengalami kenaikan dibanding

dengan pra siklus yaitu rata-rata aktivitas

siklus I sebasar 20-21 siswa (56%) secara

kualitas aktivitas siklus I dapat dikatakan

Aktif, sedangkan pra siklus rata-rata

sebesar 39%, sehingga mengalami

kenaikan 17%.

Aktivitas siswa pada Siklus I

setelah memanfaatkan media Pose Selfie

sudah mengalami peningkatan atau

kenaikan dari kondisi awal. Akan tetapi

belum sesuai kreteria yang diharapkan

penulis atau keberhasilan tindakan belum

mengalami peningkatan yang signifikan .

Kenaikan tersebut belum sesuai harapan

bila dibandingkan dengan target indikator

kinerja sebesar 85%.

Berdasarkan hasil evaluasi pada

Siklus I hasil belajar Ekonomi materi

ketenagakerjaan rata-rata nilai 77,50,

jumlah siswa yang tuntas 28 (77,78%)

yang tidak tuntas 8 (22,22%). Jadi rata-rata

nilai mengalami kenaikan sebesar 10, 60

dibanding Pra Siklus rata-rata nilai sebesar

66,90. Sedangkan siswa yang tuntas juga

mengalami kenaikan menjadi 28 siswa

dibanding Pra Siklus hanya sebesar 14.

Hasil data observasi menunjukkan

bahwa setelah penulis menggunakan atau

memanfaatkan media pose selfie komik

menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam

Page 62: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

59

belajar ekonomi sudah menunjukkan

kenaikan sebesar 17% dari yang semula

(Pra Siklus) sebesar 39% menjadi 56%.

Sedangkan hasil belajar juga

mengalami kenaikan sebesar 10,60. Rata-

rata nilai Pra Siklus 66,90 sedangkan

Siklus I 77,50. Jumlah siswa yang tuntas

28 (73,68%) yang tidak tuntas 8 (22,22%)

mengalami kenaikan dibanding Pra Siklus

siswa yang tuntas 14 yang tidak tuntas 22.

Hasil Siklus I aktivitas secara

kualitas sudah aktif dan hasil belajar sudah

meningkat namun demikian belum sesuai

target.Oleh karena itu peneliti berdiskusi

dengan kolaborator mengidentifikasi

permasalahan dan menentukan langkah-

langkah tindakan pada Siklus II.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II

mengunakan pendekatan pembelajaran dengan

media untuk meningkatkan aktivitas siswa dan

hasil belajar ekonomi.Media yang digunakan

Pose Selfie Komik.

Tabel 4 : Aktivitas Siswa Siklus II

N

O

AKTIVITAS

BELAJAR SISWA

SISW

A

AKTI

F

% KUALITAS

KEAKTIFAN

1

Membaca Materi 35 97

%

Sangat

Aktif

2

Menyampaikan

pertanyaan

33 92

%

Sangat

Aktif

3

Memperhatikan

gambar yang

disampaikan guru

28 78

%

Aktif

4

Mendengarkan

uraian dengan seksama

35 97

%

Sangat

Aktif

5

Menanggapi pertanyaan dari

siswa lain 28

78%

Aktif

6 Diskusi kelompok 34

94

%

Sangat

Aktif

7

Menggambar/men

yusun gambar 32

89

%

Sangat

Aktif

8 Mengingat materi yang dipelajari 30

83%

Sangat Aktif

9 Menyampaikan ide/gagasan 28

78% Aktif

10

Gembira dan Bersemangat

dalam belajar

32 89%

Sangat Aktif

Rata-Rata 31.5 88

%

Sangat

Aktif

Hasil observasi aktivitas siswa proses

pembelajaran pada siklus II mengalami

kenaikan dibanding dengan Siklus I yaitu rata-

rata aktivitas siklus II sebasar 31-32 siswa

(88%) secara kualitas aktivitas siklus II dapat

dikatakan Sangat Aktif, sedangkan Siklus

Irata-rata sebesar 56%, sehingga mengalami

kenaikan 32%.

Aktivitas siswa pada Siklus II setelah

memanfaatkan media Pose Selfie sudah

mengalami kenaikan dari Siklus I. Kenaikan

tersebut sudah sesuai harapan bila

dibandingkan dengan target indikator kinerja

sebesar 85%.

Grafik.1 : Tingkat Perbedaan Aktivitas antar siklus

Berdasarkan hasil evaluasi Siklus II

hasil belajar Ekonomi materi Ketenagakerjaan

rata-rata nilai 80,94, jumlah siswa yang tuntas

35 (97,22%) yang tidak tuntas 1 (2,78%). Jadi

rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar3,44

dibanding Siklus I rata-rata nilai sebesar 77,50.

Series1; PRA

SIKLUS; 14; 21%

Series1; SIKLUS I; 20; 31%

Series1; SIKLUS II; 31; 48%

BANYAK SISWA YANG AKTIF

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

Page 63: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

60

Sedangkan siswa yang tuntas juga mengalami

kenaikan menjadi 35 siswa dibanding Siklus I

hanya sebesar 28.

Hasil data observasi menunjukkan

bahwa setelah pemanfaatan media pose selfie

komik menunjukkan bahwa aktivitas siswa

dalam belajar ekonomi sudah menunjukkan

mengalami kenaikan dibanding dengan Siklus

I yaitu rata-rata aktivitas siklus II sebesar 31

siswa (88%) secara kualitas aktivitas siklus II

dapat dikatakan Sangat Aktif, sedangkan

Siklus I rata-rata sebesar 56%, sehingga

mengalami kenaikan 32%.

Rata-rata nilai rata-rata nilai 80,94,

jumlah siswa yang tuntas 35 (97,22%) yang

tidak tuntas 1 (2,78%). Jadi rata-rata nilai

mengalami kenaikan sebesar 3,44 dibanding

Siklus I rata-rata nilai sebesar 77,50.

Sedangkan siswa yang tuntas juga mengalami

kenaikan menjadi 35 siswa dibanding Siklus I

hanya sebesar 28 siswa.

Hasil Siklus II aktivitas secara

kualitas sudah Sangat aktif dan hasil belajar

sudah meningkat dan melampaui target yaitu

87% sedangkan target 85%, oleh karena itu

tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.

PEMBAHASAN

Aktifitas maupun hasil belajar peserta

didik dalam pembelajaran Ekonomi

mengalami peningkatan hingga

tercapainya indikator kinerja.Dari hasil

penelitian, diperoleh data bahwa aktivitas

siswa terus meningkat. Aktivitas peserta

didik dalam pembelajaran Ekonomi terus

meningkat dari pra siklus I sebesar39%

(14 dari 36 peserta didik), siklus I

sebesar 56% (28 dari 36 peserta didik), dan

siklus II sebesar 88% (31 peserta didik dari

38 peserta didik). Rekapitulasi pencapaian

target bisa dilihat pada grafikberikut.

Grafik : Capaian Banyaknya Siswa Yang Aktif.

NO

AKTIVITAS BELAJAR

SISWA

PRA

SIKLUS

SIKLUS

I

SIKLUS

II

1 Membaca Materi 28 29 35

2

Menyampaikan

pertanyaan 16 18 33

3

Memperhatikan gambar

yang disampaikan guru 27 27 28

4

Mendengarkan uraian

dengan seksama 1 9 35

5

Menanggapi pertanyaan

dari siswa lain 19 20 28

6 Diskusi kelompok 1 12 34

7

Menggambar/menyusun

gambar 19 25 32

8

Mengingat materi yang

dipelajari 11 20 30

9

Menyampaikan

ide/gagasan 12 20 28

10

Gembira dan

Bersemangat dalam

belajar 7 22 32

Tabel . Aktivitas Antar Siklus

Hasil belajar peserta didik juga

terus meningkat dari sebelum siklus I,

peserta didik yang tuntas sebesar 38.89%

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

Series1 14 20 31

Series1; PRA

SIKLUS; 14

Series1; SIKLUS I;

20

Series1; SIKLUS II; 31

Axi

s Ti

tle

BANYAK SISWA YANG AKTIF

Page 64: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

61

(14 dari 36 siswa), siklus I sebesar

77.78% (28 dari 36siswa), dan siklus II

sebesar 97,22% (35 dari 36 siswa).

Tabel. Rekapitulasi Pencapaian Target Hasil

Belajar Peserta Didik

pra

siklus

siklus

i

siklus

ii

rata-rata nilai 66.9 77.50 80,94

jumlah siswa

tuntas 14 28 35

tidak tuntas 22 8 1

nilai tertinggi 87 90 95

nilai terendah 35 60 69

Secara empiris penelitian ini

berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan

media Pose Selfie Komik berhasil

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar

siswa materi ekonomi pokok bahasan

ketenagakerjaan pada siswa Kelas XI IPS 1

SMAN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran

2018/2019. Secara teoritik, penelitian ini

menguatkan pendapat bahwa pembelajaran

dengan pemanfaatan Pose Selfie Komik

berhasil meningkatkan aktifitas dan hasil

belajar peserta didik tentang materi

ketenagakerjaan.

Hipotesis tindakan “Memanfaatkan

Pose Selfie Komik dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI

IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam belajar

ekonomi pada pokok bahasan

ketenagakerjaan” dapat dibuktikan

kebenarannya.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini

disimpulkan bahwa pemanfaatan Pose

Selfie Komik dalam pembelajaran ekonomi

secara efektif dapat meningkatkan hasil

belajar materi Ketenagakerjaan, secara

kognitif dan afektif sebagai berikut:

Aktivitas belajar siswa mengalami

peningkatan dari sebelum tindakan 39%

menjadi 56% pada siklus I dan 88% pada

siklus II. Siklus II sudah melebihi target

aktivitas secara klasikal 85%, Hasil belajar

siswa meningkat sebelum tindakan jumlah

siswa yang tuntas 14 (38,89%) meningkat

menjadi 28 (77,78%) pada siklus I dan 35

(97,22%) pada siklus II. Pada akhir siklus

II ketuntasan sudah melebihi target

ketuntasan klasikal (80%).

Ketuntasan belajar siswa

meningkat dari sebelum tindakan (38,89

%) ke siklus I (77,78%) terjadi kenaikan

38,89%, sedangkan ketuntasan belajar dari

sebelum tindakan (38,89 %) ke siklus II

(97,22 %) terjadi kenaikan sebesar

68,33%. Dari siklus I (77,78%) ke siklus II

(97,22%) terjadi peningkatan sebesar

19,44%. Pada akhir siklus II ketuntasan

juga sudah melebihi target ketuntasan

klasikal (85 %). , Rata-rata nilai siswa juga

meningkat dari sebelum tindakan (66,9)

sampai siklus I (77,5) atau naik 10,6. Rata-

rata nilai dari siklus I ke siklus II (81,2)

naik sekitar 3,7 ,

Secara afektif pemanfaatan

pemanfaatan Pose Selfie Komik mampu

menumbuhkan kesan-kesan positif tentang

Page 65: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

62

mata pelajaran ekonomi dan nilai-nilai

sosial berupa kreatifitas, kerjasama,

percaya diri dan tenggang rasa siswa

terhadap siswa lain. Hal ini terbukti

pemanfaatan media ini mampu

memfasilitasi pembelajaran yang efektif,

efisien, interaktif menyenangkan dan

memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, dan mandiri sehingga

menumbuhkembangkan karakter peserta

didik dalam belajar.

SARAN

Beberapa saran yang dapat

disampaikan adalah: Bagi guru, hendaknya

guru melakukan inovasi pengembangan

model pembelajaran inovatif dan

memanfaatkan alat peraga atau media

sehingga pembelajaran menjadi bermakna

dan siswa mampu memperoleh

pemahaman konsep (hasil belajar) serta

mampu menumbuhkan nilai-nilai positif

siswa untuk mengembangkan karakternya.

Bagi sekolah, hendaknya mendorong dan

memfasilitasi guru untuk menyusun alat

peraga agar siswa mampu belajar

matematika secara efektif dan

menyenangkan. Bagi pemegang kebijakan

bidang pendidikan, hendaknya mulai

mensosialisasikan pemanfaatan media

pembelajaran yang tidak hanya

meningkatkan aspek intelektual siswa

tetapi juga aspek spiritual, sosial, dan

emosional siswa untuk mengembangkan

karakternya, sehingga tumbuh jiwa-jiwa

yang unggul masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, W, dkk. 2007. Strategi

Pembelajaran di SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Cheppy HC. 1988. Pendidikan Moral

dalam Beberapa Pendekatan. Jakarta :

Proyek Pengembangan LPTK Dirjen

Dikti Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Indikator Pendidikan di

Indonesia. Jakarta : Balitbang Pusat

Data dan Informasi Pendidikan.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Djahiri, A. Kosasih. 1996. Menelusuri

Dunia Efektif : Pendidikan Nilai Dan

Moral. Bandung : Laboratorium

Pengajaran PMP IKIP Bandung

Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : PT. Grasindo.

Hadi Sutrisno. 1982. Metodologi Research

Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Gajah Mada.

Melvin L, Silberman. 2004. Active

Learning: 101 Cara Belajar Aktif.

Bandung: Falah Production.

Moleong. 2004. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa, D. 2005. Menjadi Guru

Profesional Menciptakan

Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Perubahan. Jakarta: PT.

Bumi Angkasa.

Page 66: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

63

PRAKTEK BERKARYA SENI PATUNG MELALUI MEDIA SABUN DENGAN

TEKNIK BUTSIR

Kriswanto Dwi Utomo

SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

Abstrak : Latar belakang penulisan karya ilmiah ini adalah keprihatinan peneliti akan

rendahnya kreativitas belajar seni rupa siswa di kelas XI IPA 3 SMA N 2 karanganyar secara

aspek sikap (afektif). Menurut hasil observasi awal kreativitas peserta didik seperti, ketrampilan

berpikir lancar (kelancaran), ketrampilan berpikir luwes (fleksibel), keterampilan berpikir

orisinal (orisinalitas), keterampilan memperinci (elaborasi), Keterampilan menilai (evaluasi).

Menurut data awal bahwa tingkat kreativitas siswa rata-rata sebesar 39%, secara kualitas

kreativitas siswa kelas XI IPA 3 kurang aktif. Sebagai alternatif melakukan inovasi

pembelajaran dengan memanfaatkan pola gambar dulu sebelum pembuatan patung pada siklus I,

sedangkan pada siklus II, memanfaatkan pola gambar dan teknik butsir . Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) melalui 2 siklus kreativitas belajar siswa meningkat dari sebelum tindakan (39 %)

ke siklus I (58 %) atau terjadi kenaikan 19 %, sedangkan kreativitas belajar dari sebelum

tindakan (39 %) ke siklus II (87 %) atau terjadi kenaikan sebesar 48 %. Pada akhir siklus II

ketuntasan juga sudah melebihi target ketuntasan klasikal (85 %).

Kata Kunci: kreativitas belajar, pola gambar, teknik butsir

Abstract: The background of this scientific writing is the researcher's concern about the low

creativity in learning fine arts students in class XI IPA 3 in Karanganyar N 2 High School in

terms of attitude (affective). According to the results of early observations of students'

creativity, such as fluent thinking skills (fluency), flexible thinking skills (flexible), original

thinking skills (originality), detailed skills (elaboration), assessment skills (evaluation).

According to preliminary data that the level of creativity of students on average is 39%, the

quality of creativity of students of class XI IPA 3 is less active. As an alternative to innovating

learning by utilizing drawing patterns before making sculptures in the first cycle, while in cycle

II, utilizing drawing patterns and butsir techniques. Classroom Action Research (PTK) through

2 cycles of student learning creativity increased from before action (39%) to cycle I (58%) or an

increase of 19%, while creativity learned from before action (39%) to cycle II (87%) or an

increase of 48%. At the end of cycle II, completeness has also exceeded the target of classical

completeness (85%).

Keywords: learning creativity, image patterns, butsir techniques

PENDAHULUAN

Hasil survei nasional pendidikan di

Indonesia menunjukkan bahwa sistem

pendidikan formal di Indonesia pada

umumnya masih kurang memberi peluang

bagi pengembangan kreativitas. Di sekolah

yang terutama dilatih adalah ranah kognitif

yang meliputi pengetahuan, ingatan dan

kemampuan berpikir logis atau penalaran.

Sementara perkembangan ranah afektif

Page 67: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

64

(sikap dan perasaan) dan ranah psikomotorik

(keterampilan) serta ranah lainnya kurang

diperhatikan dan dikembangkan.

Selain itu menurut Utami Munandar

(1992) berdasarkan hasil survey yang

dilakukan Indonesian Education Sector

Survey Report, dijelaskan bahwa pendidikan

di Indonesia menekankan pada keterampilan-

keterampilan rutin dan hafalan semata. Anak

biasanya tidak didorong mengajukan

pertanyaan dan menggunakan daya

imajinasinya, mengajukan masalah-masalah

sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap

masalah atau menunjukkan banyak inisiatif.

Jika hal tersebut dibiarkan, artinya apabila

siswa terus dikekang oleh guru dalam proses

pembelajaran, dikhawatirkan akan

berdampak negatif terhadap pengembangan

kreativitas siswa. Padahal kreativitas penting

untuk dipupuk dan dikembangkan.

Banyak terdapat sekolah sekarang

aspek kreativitas siswa kurang mendapatkan

perhatian. Mata pelajaran - mata pelajaran

yang terkait dengan pengembangan

kreativitas seperti mata pelajaran kesenian

dan keterampilan di sekolah - sekolah kurang

mendapat perhatian yang memadai, bahkan

dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak

penting. Padahal perlu diketahui bahwa

dengan adanya pemahaman serta

pendalaman terhadap keterampilan dan

penggalian bakat siswa sejak dini dapat

mengarahkan pada kehidupan siswa di masa

yang akan datang menjadi lebih baik.

Di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2

Karanganyar kreativitas siswa yang terlihat

dari hasil pengamatan mata pelajaran

kesenian masih sangat rendah. Hal ini

dikarenakan adanya pandangan bahwa mata

pelajaran kesenian merupakan mata

pelajaran yang tidak penting dan hal ini juga

dikarenakan adanya materi serta metode

pembelajaran yang digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas ini juga kurang

menarik. Guru terkonsentrasi pada

penjelasan teori. Berdasarkan observasi awal

dari 36 tingkat kreativitas siswa rata-rata

sebesar 39 %, secara kualitas kreativitas

siswa kelas XI IPA3 sangat kurang

kreativitas.

Dalam rangka mengatasi permasalahan

ini guru mencoba menerapkan metode

pembelajaran dengan menggunakan teknik-

teknik yang sederhana dan menarik yang

dianggap akan dapat meningkatkan

kreativitas belajar siswa khususnya pada

pembelajaran seni rupa. sebagai bentuk

implementasi penggunaan teknik yang

menarik dan sederhana tersebut adalah

menggunakan teknik butsir dalam praktik

berkarya seni patung dengan bahan sabun

batangan yang di terapkan di kelas XI IPA 3

semester I SMA Negeri 2 Karanganyar tahun

pelajaran 2018/2019.

Page 68: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

65

Teknik butsir merupakan salah satu

teknik yang sederhana yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran seni membuat patung

yang dapat dimanfaatkan dalam praktik

berkarya seni di sekolah-sekolah. Teknik

butsir dengan menggunakan sabun

merupakan teknik pembelajaran membuat

seni patung yang biasa digunakan di sekolah-

sekolah, karena selain bahan yang murah dan

mudah didapat bahan dari sabun merupakan

yang relatif mudah dibentuk. Berdasar latar

belakang masalah yang ada dalam penelitian

ini, maka dalam kesempatan ini penulis

ingin mengangkat permasalahan yang terkait

dengan penerapan teknik butsir yang

digunakan dalam rangka meningkatkan

kreativitas siswa dalam pembelajaran

praktek berkarya seni patung. Untuk itu

dalam penelitian ini penulis memberikan

judul penelitian ”Upaya Peningkatan

Kreativitas Belajar Seni Rupa Melalui

Praktek Berkarya Seni Patung Menggunakan

Media Sabun dengan Teknik Butsir di Kelas

XI IPS 3 semester I SMA Negeri 2

Karanganyar Tahun Ajaran 2018/2019”.

Kreativitas seseorang dapat terukur

melalui aptitude dan non aptitudenya. Oleh

karena itu yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah untuk melihat

bagaimana profil kreativitas siswa dilihat

dari ciri aptitude dan ciri non aptitude

sebelum dan sesudah diimplementasikan

model pembelajaran inkuiri dalam

pendidikan kesenian.

Setiap orang memiliki kreativitas dan

kreativitas itu dapat dikembangkan.

Pengembangan kreativitas hendaknya

dipupuk sejak dini, sebab kalau tidak

dipupuk maka kreativitas itu tidak akan

berkembang. Hal ini sejalan dengan

pendapat Munandar dalam Trianto (2007:

137) yang memberikan alasan bahwa

kreativitas pada anak perlu dikembangkan

karena: dengan berkreasi anak dapat

mewujudkan dirinya sebagai kemampuan

untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu

masalah, memberikan kepuasan kepada

individu dan memungkinkan meningkatkan

kualitas hidupnya.

Pengembangan kreativitas dapat

terukur melalui ciri aptitude dan ciri non

aptitudenya. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas

(berpikir kreatif) meliputi: (1) keterampilan

berpikir lancar (kelancaran), (2)

keterampilan berpikir luwes (fleksibel), (3)

keterampilan berpikir orisinal (orisinalitas),

(4) keterampilan memperinci (elaborasi), (5)

keterampilan menilai (evaluasi). Sedangkan

ciri-ciri non aptitude yaitu: (1) rasa ingin

tahu, (2) bersifat imajinatif, (3) merasa

tertantang oleh kemajemukan, (4) sifat

berani mengambil risiko, (5) sifat

menghargai.

Page 69: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

66

Seni dan kesenian adalah pada

dasarnya kata-kata yang sering diucapkan

dan sering didengar dalam kehidupan sehari-

hari. Menurut ensiklopedia seni merupakan

penciptaan segala hal atau benda yang

karena keindahan bentuknya orang menjadi

senang melihatnya atau mendengarnya.

Sedangkan patung merupakan sebuah karya

seni rupa tiga dimensi yang ditinjau dari segi

tujuan karya tersebut diciptakan termasuk

karya seni murni. Adapun menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia patung diartikan

benda tiruan bentuk manusia dan binatang

yang cara pembuatannya dipahat. Pengertian

ini didasarkan terjemahan dari bahasa Inggris

Sculpure karena pematung jaman dulu

kebanyakan mempergunakan teknik

memahat. Seni patung disebut juga Plastic

Art (seni plastik), maksudnya plastis adalah

adalah mudah dibentuk. Seni patung juga

diartikan sebagai seni bentuk, maksudnya

bentuk-bentuk yang memiliki keindahan.

Seni patung mempunyai pengertian yang

sangat luas karena tidak hanya bentuk

manusia atau binatang tetapi, bentuk apapun

dapat disebut patung.

Pada jaman dahulu orang membuat

patung bertujuan untuk kepentingan religi

(keagamaan), misalnya pada jaman primitif

orang membuat patung untuk kepentingan

magis, pada jaman Mesir Kuno, orang

membuat patung untuk disembah, pada

jaman Hindu dan Budha patung digunakan

untuk menghormati dewa atau orang yang

dijadikan teladan. Pada perkembangan

selanjutnya, patung dibuat untuk kepentingan

monument yaitu untuk memperingati

peristiwa-peristiwa bangsa atau kebesaran

suatu negara, kelompok atau perorangan.

Di sini penulis menggunakan metode

pembuatan patung dengan teknik butsir.

Teknik membutsir adalah teknik membuat

patung dengan cara memijit, menambah dan

mengurangi bahan yang dibentuk, biasanya

dibantu dengan alat butsir. Membuat patung

dengan cara membutsir biasa hanya

menggunakan bahan tanah liat atau plastisin.

Teknik ini sering disebut pula teknik

modeling.

Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam

melakukan penelitian, khususnya penelitian

tindakan kelas. Selain itu penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

guru dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi di dalam kelas. Adapun tujuan

khusus dari penelitian ini adalah untuk

mengatasi permasalahan yang muncul di

dalam kelas khususnya kelas XI SMA

Negeri 2 Karanganyar terkait dengan

rendahnya kreativitas belajar siswa pada

praktik berkarya seni patung.

Hasil penelitian ini diharapkan dalam

memberikan tambahan wacana kepustakaan

yang ada. Sekaligus dengan penelitian ini

Page 70: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

67

dapat memberikan gambaran tentang

penerapan teknik pembelajaran yang

sederhana dan menarik dalam proses

pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian

ini dapat ditemukan pula alternatif-alternatif

yang dapat digunakan oleh guru dalam

rangka mengatasi masalah siswa seperti

rendahnya kreativitas belajar siswa dalam

praktek berkarya seni patung.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (classroom action research) yaitu

penelitian terhadap tindakan yang dilakukan

di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki

dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Dalam penelitian ini, tindakan kelas yang

diteliti adalah memanfaatkan media sabun

dengan teknik butsir sebagai media ajar

untuk meningkatkan kreativitas siswa.

Model penelitian yang digunakan

adalah model penelitian Kurt Lewin yang

terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yaitu penelitian terhadap tindakan

yang dilakukan di kelas yang bertujuan

untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajaran. Dalam penelitian ini, tindakan

kelas yang diteliti adalah memanfaatkan

media sabun dengan teknik butsir sebagai

media ajar untuk meningkatkan kreativitas

siswa.

Model penelitian yang digunakan

adalah model penelitian Kurt Lewin yang

terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi.

Mengingat keterbatasan waktu, penelitian

tindakan ini hanya menggunakan dua siklus,

dimana tiap-tiap siklus terdiri dari sekali

pertemuan. Pada masing-masing siklus

dilakukan empat tahapan yaitu perencanaan

(planning), tindakan (action), pengamatan

(observation) dan refleksi (reflecting). Hasil

refleksi tindakan suatu siklus penelitian

dijadikan dasar untuk membuat perencanaan

tindakan siklus selanjutnya. Hasil penelitian

tindakan kelas ditunjukkan dengan

peningkatan kreativitas belajar seni rupa

yang diperoleh dari hasil pengamatan, tes

tertulis.

Subyek dari penelitian adalah siswa

kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Karanganyar

tahun ajaran 2018-2019 dengan

menggunakan teknik pengumpulan data

meliputi pengamatan, wawancara atau

diskusi, angket dan tes yang masing-masing

secara singkat diuraikan sebagai berikut :

a)Pengamatan, Pengamatan ini dilakukan

terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas maupun kinerja

siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. b)Tes, dilakukan dengan

penilaian teradap hasil karya siswa yang

Page 71: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

68

berupa karya patung yang dibuat dengan

teknik butsir dengan bahan sabun. c)

Wawancara atau Diskusi, dilakukan oleh

peneliti dan guru kolaborator. Wawancara

atau diskusi dengan guru kolaborator

dilaksanakan setelah melakukan pengamatan

pertama terhadap kegiatan belajar mengajar.

d)Kajian Dokumen, kajian juga dilakukan

terhadap berbagai dokumen atau arsip yang

ada setiap kurikulum, rencana pembelajaran

yang dibuat guru.

Untuk mendapatkan hasil penelitian

yang lebih sempurna perlu dilakukan

validitas data. Pada penelitian ini peneliti

menggunkan cara triangulasi data. Menurut

H.B. Sutopo (1996: 78), menerangkan bahwa

triangulasi data merupakan suatu teknik yang

didasari pola pikir fenomenologi yang

bersifat multiperspektif. Artinya untuk

menarik simpulan yang mantap, diperlukan

tidak hanya satu cara pendang.

Teknik triangulasi yang digunakan

adalah triangulasi dengan sumber, di mana

teknik triangulasi dengan sumber merupakan

teknik triangulasi yang mengarahkan peneliti

agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib

menggunakan beragam sumber data yang

tersedia. Artinya sama atau sejenis, akan

lebih mantap kebenarannya bila digali dari

beberapa data yang berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Hasil observasi awal yang

dilakukan di kelas XI IPA 3 SMAN 2

Karanganyar pada semester I pelajaran seni

rupa menemukan data sebagai berikut tingkat

kreativitas peserta didik materi membuat

patung dari sabun masih rendah.

Kreativitas belajar sebelum

diadakan tindakan, guru menerapkan

pembelajaran secara langsung dengan model

ceramah dan menggunakan media hanya

sebatas power point untuk menjelaskan

materi seni rupa pokok bahasan membuat

patung dari sabun. Model pembelajaran

langsung tersebut berdampak terhadap

kreativitas peserta didik yang rendah,

menurut hasil observasi awal kreativitas

peserta didik seperti, keterampilan berpikir

lancar (kelancaran), keterampilan berpikir

luwes (fleksibel), keterampilan berpikir

orisinal (orisinalitas), keterampilan

memperinci (elaborasi), keterampilan

menilai (evaluasi). Rasa ingin tahu, bersifat

imajinatif, merasa tertantang oleh

kemajemukan, sifat berani mengambil risiko,

sifat menghargai, belum terlihat

menggembirakan sehingga nampak proses

belajar satu arah guru sangat dominan

sehingga kondisi kelas kurang menarik

siswa, dalam pembuatan patung terkesan

asal-asalan dan hasil karya banyak yang

tidak bagus. Menurut data awal bahwa

tingkat kreativitas siswa rata-rata sebesar

Page 72: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

69

39%, secara kualitas kreativitas siswa kelas

XI IPA 3 kurang aktif.

Tabel 1 Indikator kreativitas Belajar

No KEGIATAN

1 Keterampilan berpikir lancar (kelancaran),

2 Keterampilan berpikir luwes (fleksibel),

3 Keterampilan berpikir orisinal (orisinalitas),

4 Keterampilan memperinci (elaborasi),

5 Keterampilan menilai (evaluasi).

6 Rasa ingin tahu

7 Bersifat imajinatif

8 Merasa tertantang oleh kemajemukan

9 Sifat berani mengambil risiko

10 Sifat menghargai.

Tabel 2 Kriteria Kualitas Kreativitas

No Prosentase Kualitas

1 < 20%

Sangat Kurang

Kreativitas

2 21% s.d 40% Kurang Kreativitas

3 41% s.d 60% Cukup Kreativitas

4 61% s.d 80% Kreativitas

5 81% s.d 100% Sangat Kreativitas

Tabel 3 Indikator Kreativitas Belajar Pra

Siklus

NO

KREATIVITAS

BELAJAR

SISWA

SISW

A

YAN

G

KRE

ATIF

%

KUALI

TAS

KREA

TIVIT

AS

A Kreativitas

dalam KBM

1 Keterampilan

berpikir lancar 14

39

%

Kurang

kreatif

(kelancaran)

2

Keterampilan

berpikir luwes

(fleksibel),

15 42

%

Cukup

kreatif

3

Keterampilan

berpikir orisinal

(orisinalitas),

14 39

%

Kurang

kreatif

4

Keterampilan

memperinci

elaborasi)

11 31

%

Kurang

kreatif

5

Keterampilan

menilai

(evaluasi).

13 36

%

Kurang

kreatif

6 Rasa ingin tahu 21 58

%

Cukup

kreatif

7 Bersifat

imajinatif 12

33

%

Kurang

kreatif

8

Merasa

tertantang oleh

emajemukan

14 39

%

Kurang

kreatif

9

Sifat berani

mengambil

risiko

9 25

%

Kurang

kreatif

10 Sifat

menghargai. 19

53

%

Cukup

kreatif

RATA-RATA 14.2

39

%

Kurang

kreatif

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan

bahwa kondisi kelas XI IPA3 SMAN 2

Karanganyar pada pelajaran seni rupa kurang

kreatif rata-rata kreativitas 14 siswa atau 39

%. Kreativitas yang paling rendah yaitu

keterampilan berpikir lancar (39%),

keterampilan berpikir orisinal (39%),

keterampilan memperinci (31%),

keterampilan menilai (36%), bersifat

imajinatif (33%), merasa tertantang oleh

kemajemukan (39%), sifat berani mengambil

risiko (25%). Keadaan tersebut belum

Page 73: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

70

mengembirakan karena kreativitas siswa

secara kualitas kurang kreatif.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I

mengunakan pembelajaran yang

memanfaatkan media bertujuan merespon

kreativitas siswa belajar seni rupa. Langkah-

langkah pembelajaran dengan memanfaatkan

media sabun selama siklus I adalah sebagai

berikut: Pada pertemuan pertama guru

memberikan motivasi agar siswa lebih fokus

dan bersemangat dalam belajar, guru

menerangkan tujuan pembelajaran dan

menyampaikan indikator-indiktor yang harus

dikuasai siswa. Pada pertemuan awal siklus

guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan apersepsi supaya siswa aktif dalam

pembelajaran dengan mengeksplorasi

bentuk patung kemudian siswa membuat

pola bentuk patung dengan tema bebas

kemudian di tempel pada sabun yang akan

dibuat. Masing-masing siswa harus aktif

membuat bentuk patung sesuai pola yang

dibuat dengan alat kater/ pisau/silet, gunting

dan sendok. Sedangkan guru memantau

jalannya pembuatan patung dan memberi

bantuan dalam pemahatan patung dan pada

akhir pertemuan guru bersama siswa

menyimpulkan hasil pembelajaran

pembuatan patung.

Berdasarkan hasil observasi kreativitas

siswa proses pembelajaran pada siklus I

mengalami kenaikan dibanding dengan pra

siklus yaitu rata-rata kreativitas siklus I

sebesar 20 siswa (58%) secara kualitas

kreativitas siklus I dapat dikatakan cukup

kreatif, sedangkan pra siklus rata-rata

sebesar 39%, sehingga mengalami kenaikan

19%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

gambar grafik berikut ini:

Grafik 1 Kreativitas Belajar Siklus 1

Kreativitas siswa pada Siklus I

setelah memanfaatkan media sabun dengan

pola gambar sudah mengalami kenaikan dari

kondisi awal akan tetapi belum sesuai

kreteria keberhasilan tindakan. Kenaikan

tersebut belum sesuai harapan bila

dibandingkan dengan target indikator kinerja

sebesar 85%.

Grafik 2 Tingkat Perbedaan

Kreativitas antar Pra siklus dan Siklus II

0 5 10 15 20 25

Kreativitas dalam KBM

Keterampilan berpikir lancar(kelancaran),

Keterampilan berpikir luwes(fleksibel),

Keterampilan berpikir orisinal(orisinalitas),

Keterampilan memperinci(elaborasi),

Keterampilan menilai(evaluasi).

Rasa ingin tahu

Bersifat imajinatif

Merasa tertantang olehkemajemukan

Sifat berani mengambil risiko

Sifat menghargai.

Series4

Series3

Series2

Series1

Page 74: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

71

Hasil data observasi menunjukkan

bahwa setelah pemanfaatan media sabun

dengan pembuatan pola dulu menunjukkan

bahwa kreativitas siswa dalam pembuatan

patung sudah menunjukkan kenaikan sebesar

58% dari yang semula (Pra Siklus) sebesar

39 % menjadi 58%.

Hasil Siklus I kreativitas siswa dalam

pembuatan patung secara kualitas sudah

kreatif namun demikian belum sesuai target.

Oleh karena itu peneliti berdiskusi dengan

kolaborator mengidentifikasi permasalahan

dan menentukan langkah-langkah tindakan

pada Siklus II. Adapun identifikasi yang

ditemukan adalah sebagai berikut: 1.

Kreativitas keterampilan berfikir luwes/

fleksibel masih kurang maksimal terutama

ketika terjadinya pembuatan pola, oleh

karena itu perlu adanya perhatian bagi siswa

yang kurang kreatif diberi tugas untuk

membuat pola yang bagus. 2. Sifat berani

mengambil risiko masih perlu ditingkatkan.

Langkah yang dilakukan pemahatan patung

sesuai dengan pola yang telah dibuat

kemudian dipahat sesuai pola yang telah

dibuat. Perlu dilanjutkan ke Siklus II karena

hasilnya belum sesuai target dari indikator

kinerja, khususnya ditekankan pada masalah

kerapian bentuk patung yang dibuat.

Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan Siklus II peneliti masih

memanfaatkan pola gambar dalam

pembuatan patung dalam proses belajar di

Kelas XI IPA3 SMAN 2 Karanganyar.

Materi pembuatan patung dengan media

sabun adapun indikator yang harus dikuasai

siswa meliputi menyelesaikan bentuk patung

dan menunjukkan hasil karya. Pada Siklus II

peneliti menekankan hal-hal yang belum

optimal dari hasil observasi Siklus I.

Observasi aktivitas siswa proses

pembelajaran pada siklus II mengalami

kenaikan dibanding dengan Siklus I yaitu

rata-rata kreativitas siklus II sebasar 31 siswa

(87%) secara kualitas kreativitas siklus II

dapat dikatakan Sangat Kreatif sedangkan

Siklus I rata-rata sebesar 58%, sehingga

mengalami kenaikan 29%. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut

ini:

Grafik 3: Kreativitas Belajar Siklus II

SangatKurangkreatif

Kurangkreatif

Cukupkreatif

kreatif

Sangatkreatif

PRA SIKLUS 9 11 11 5 0

SIKLUS I 0 12 12 9 3

02468

101214

Axi

s Ti

tle

KREATIVITAS SISWA PRA SIKLUS DAN SIKLUS I

Page 75: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

72

Kreativitas siswa pada Siklus II

setelah memanfaatkan teknik busir sudah

mengalami kenaikan dari Siklus I. Kenaikan

tersebut sudah sesuai harapan bila

dibandingkan dengan target indikator kinerja

sebesar 85%.

Hasil data observasi menunjukkan

bahwa setelah pemanfaatan teknik butsir

menunjukkan bahwa kreativitas siswa dalam

belajar seni rupa sudah menunjukkan

mengalami kenaikan dibanding dengan

Siklus I yaitu rata-rata kreativitas siklus II

sebesar 31 siswa (87%) secara kualitas

kreativitas siklus II dapat dikatakan Sangat

kreatif, sedangkan Siklus I rata-rata sebesar

58%, sehingga mengalami kenaikan 29%.

Hasil Siklus II kreativitas secara kualitas

sudah Sangat kreatif melampaui target yaitu

87% sedangkan target 85%, oleh karena itu

tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.

PEMBAHASAN

Kreativitas peserta didik dalam

pembelajaran seni rupa mengalami

peningkatan hingga tercapainya indikator

kinerja. Dari hasil penelitian, diperoleh data

bahwa kreativitas siswa terus meningkat,

kreativitas peserta didik dalam pembelajaran

seni rupa terus meningkat dari pra siklus I

sebesar 39% (14 dari 36 peserta didik),

siklus I sebesar 58% (21 dari 36 peserta

didik), dan siklus II sebesar 87% (31 peserta

didik dari 36 peserta didik). Rekapitulasi

pencapaian target bisa dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4 Kreativitas Siswa Pra Siklus, Siklus

I dan Siklus II

N

O

KREATIVITAS

BELAJAR

SISWA

PRA

SIKL

US

SIKL

US I

SIKL

US II

1

Keterampilan

berpikir lancar

(kelancaran),

14 25 32

2

Keterampilan

berpikir luwes

(fleksibel),

15 19 32

3

Keterampilan

berpikir orisinal

(orisinalitas),

14 22 31

4

Keterampilan

memperinci

(elaborasi),

11 18 34

5 Keterampilan

menilai (evaluasi). 13 21 32

6 Rasa ingin tahu 21 23 31

7 Bersifat imajinatif 12 20 28

8 Merasa tertantang

oleh kemajemukan 14 20 34

9 Sifat berani

mengambil risiko 9 14 26

10 Sifat menghargai. 19 25 32

RATA-RATA 14.2 20.7 31.2

Grafik 4: Kualitas kreativitas Antar Siklus

Page 76: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

73

SangatKu…

Kurangkr…

Cukupkr…

kreatif

Sangatkr…

PRA SIKLUS 9 11 11 5 0

SIKLUS I 0 12 12 9 3

SIKLUS II 0 0 1 20 15

0510152025A

xis

Titl

eKUALITAS KREATIVITAS ANTAR SIKLUS

Secara empiris penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa pemanfaatan media

teknik butsir berhasil meningkatkan

kreativitas materi seni rupa pokok bahasan

Pembuatan patung (Karya 3 dimensi) pada

siswa Kelas XI IPA3 SMAN 2 Karanganyar

Tahun Pelajaran 2018/2019.

Secara teoritik, penelitian ini

menguatkan pendapat bahwa pembelajaran

dengan pemanfaatan teknik butsir berhasil

meningkatkan kreativitas materi seni rupa

pokok bahasan Pembuatan patung (Karya 3

dimensi). Hipotesis tindakan penerapan

teknik butsir dapat meningkatkan kreativitas

belajar siswa dalam praktek berkarya seni

patung menggunakan media sabun batangan

yang ada di kelas XI IPA 3 Semester I SMA

Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran

2018/2019 dapat dibuktikan kebenarannya.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini disimpulkan

bahwa pemanfaatan teknik butsir dalam

pembelajaran seni rupa secara efektif dapat

meningkatkan kreativitas belajar materi

pembuatan patung, secara afektif sebagai

berikut: Kreativitas belajar siswa mengalami

peningkatan dari sebelum tindakan 39%

menjadi 58% pada siklus I dan 87% pada

siklus II. Siklus II sudah melebihi target

kreativitas secara klasikal 85%. Sedangkan

secara afektif pemanfaatan pemanfaatan

teknik butsir mampu menumbuhkan kesan-

kesan positif tentang seni rupa dan nilai-nilai

kreatifitas berupa keterampilan berpikir

lancar (kelancaran), keterampilan berpikir

luwes (fleksibel), keterampilan berpikir

orisinal (orisinalitas), keterampilan

memperinci (elaborasi), keterampilan

menilai (evaluasi). rasa ingin tahu, bersifat

imajinatif, merasa tertantang oleh

kemajemukan, sifat berani mengambil risiko,

sifat menghargai siswa terhadap siswa lain.

Hal ini terbukti pemanfaatan media ini

mampu memfasilitasi pembelajaran yang

efektif, efisien, interaktif menyenangkan dan

memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, dan mandiri sehingga

menumbuhkembangkan karakter peserta

didik dalam belajar.

SARAN

Beberapa saran yang dapat

disampaikan dalam makalah ini bagi guru,

hendaknya guru melakukan inovasi

pengembangan model pembelajaran inovatif

dan memanfaatkan alat peraga atau media

sehingga pembelajaran menjadi bermakna

dan siswa mampu memperoleh pemahaman

konsep (hasil belajar) serta mampu

menumbuhkan nilai-nilai positif siswa untuk

Page 77: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

74

mengembangkan karakternya adapun bagi

sekolah, hendaknya mendorong dan

memfasilitasi guru untuk menyusun alat

peraga agar siswa mampu belajar seni rupa

secara efektif dan menyenangkan. Bagi

pemegang kebijakan bidang pendidikan,

hendaknya mulai mensosialisasikan

pemanfaatan media pembelajaran yang tidak

hanya meningkatkan aspek intelektual siswa

tetapi juga aspek spiritual, sosial, dan

emosional siswa untuk mengembangkan

karakternya, sehingga tumbuh jiwa-jiwa

yang unggul masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsini, 2007, Penelitian

Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi

Aksara.

Dahlan. 1990.Model-Model Mengajar.

Diponegoro. Bandung.

Nana Syaodih Sukmadinanta. 2007. Metode

Penelitian Pendididikan.Remaja

Rosdakarya. (Cetakan ketiga).

Suyanto. 1995. Ciri-ciri dan Proses

Terbentuknya Kreativitas. Makalah

disampaikan pada Penataran

Kreativitas untuk Pengembangan

Produktivitas Kabag dan Kasubag

di Lingkungan IKIP Yogyakarta,

21-30 Maret 1995.Yogyakarta.

WSPK Lemlit IKIP Yogyakarta.

Sugiyanto. 2008. Model-model

Pembelajaran Inovatif. Surakarta :

PSD Rayon 13.

Sutopo. HB. 2000. Metode Penelitian

Kualitatif. Surakarta : UNS Press.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Konsep, Landasan

Teoritis-Praktis dan

Implementasinya. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher. Cetakan

Pertama.

Utami Munandar. 2004. Pengembangan

Kreativitas Anak Berbakat. Rineka

Cipta. Jakarta.

Wardani, Wihardi, Kuswaya Nasoetion,

Noehi, 2003, Penelitan Tindakan

Kelas; Jakarta: Penerbit Universitas

Terbuka.

Wardani, Julaeha, Siti dan Marsinah, Ngadi,

2005, Kemantapan Kemampuan

Profesional; Jakarta: Pusat Penerbit

Universitas Terbuka

Page 78: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

74

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG

AWAL MELALUI MEDIA REALITA KARTU ANGKA

Suparmi

SD N 04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika operasi

hitung hitung awal melalui media realita kartu angka pada siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri

04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Semester I Tahun pelajaran

2018/2018. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa

kelas I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong Kecamatan Jenawi yang berjumlah 6 siswa. Waktu

penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai 18 Juli 2018 sampai 18 Oktober 2018 .

Sumber data dan data dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa dan dokumen. Metode

pengumpulan data dalam penelitian observasi, dan analisis dokumen dan tes . Teknik uji

validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik

analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif. Kesimpulan sebagai berikut: hasil

perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran berhitung materi operasi hitung bilangan

melalui alat peraga media raelita kartu angka selalu mengalami peningkatan dari sebelum siklus

dan setelah siklus I dan siklus II. Dengan demikian setiap siklus selalu mengalami peningkatan

prestasi secara signifikan, sehingga hasil penelitian dapat diterima.

Kata kunci : Media kartu angka, Prestasi hasil belajar, Operasi Hitung awal

ABSTRACT The purpose of this study was to improve the Mathematics learning outcomes of

the initial arithmetic operations through the numerical card reality media in class I of State

Elementary School 04 Lempong, Jenawi District, Karanganyar Regency. First semester of

2018/2018 academic year. This research is in the form of Classroom Action Research. The

research subjects were first grade students of 04 Lempong Public Elementary School, Jenawi

Subdistrict, totaling 6 students. The time of the study was carried out for 3 months, starting from

18 July 2018 to 18 October 2018. Sources of data and data in this study are student test results

and documents. Methods of collecting data in observational research, and analysis of documents

and tests. The data validity test technique uses data source triangulation techniques and method

triangulation. The data analysis technique used is interactive analysis techniques. The

conclusions are as follows: the results of the average score of students in learning counting the

operating material counting numbers through the media props of the numeric cards always

increase from before the cycle and after the first cycle and the second cycle. Thus each cycle

always experiences a significant increase in achievement, so that the results of the study can be

accepted.

Keywords: Number card media, Learning achievement, Operation Calculate early

PENDAHULUAN

Seorang guru di tuntut agar hasil dari

proses belajar mengajar dapat maksimal

sesuai dengan yang diharapkan, untuk

meraih harapan tersebut maka berbagai

usaha guru selalu di coba. Belajar

merupakan aktivitas untuk mengadakan

Page 79: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

75

perubahan tingkah laku dengan tujuan

untuk membentuk sikap dan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya

tersebut adalah penerapan penggunaan alat

peraga dalam pembalajaran yang tepat. Guru

berperan sebagai pengelola proses belajar

mengajar, bertindak sebagai fasilitator dan

mediator yang berusaha menciptakan

kondisi belajar mengajar yang efektif, aktif

dan efisien, sehingga memungkinkan proses

belajar mengajar dapat mengembangkan

bahan pelajaran dan tujuan yang hendak

dicapai. Untuk memenuhi hal tersebut, maka

guru dituntut mampu mengelola proses

belajar mengajar yang memberikan respon

kepada anak, sehingga mau belajar, mau

berpikir, sebab anak sebagai subjek utama.

Dalam pasal 4 Undang-undang nomor 20

tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan

Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki

keterampilan, pengetahuan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Maka merupakan langkah yang tepat apabila

dipersiapkan sarana dan prasarana yang

setepat-tepatnya untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang handal dan

berkualitas tinggi untuk menghadapi

perkembangan dan persaingan yang

diwarnai oleh perubahan yang serba cepat.

Di dalam proses belajar mengajar

seorang guru memiliki peran yang sangat

penting. Diketahui bahwa karakter atau

itelegensi anak tidak sama dalam

menguasai, menerima dan memahami

pelajaran yang diberikan oleh guru. Terkait

dengan hal tersebut di atas maka perlu

perluasan pelayanan pendidikan. Pendidikan

Sekolah Dasar untuk menaikkan angka

partisipasi secara bertahap dan merata.

Pendidikan Sekolah Dasar akan berfungsi

sebagai peletak dasar kearah perkembangan

sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya

cipta yang diperlukan anak untuk hidup di

lingkungan masyarakat, memberikan bekal

kemampuan dasar bagi perkembangan anak

secara utuh serta memberikan bekal untuk

mengembangkan diri sesuai dengan asas

pendidikan di Sekolah Dasar disediakan

peluang bagi anak untuk belajar diperlukan

berbagai jenis alat peraga yang sesuai

dengan karakter dan perkembangan peserta

didik.

Banyak benda atau objek yang dapat

di jadikan sarana belajar mengajar bagi anak

Sekolah Dasar yaitu mulai dari diri sendiri,

guru, alam sekitar yang terdapat di

lingkungan anak, alat permainan, sampai

dengan sarana belajar mengajar, sarana yang

telah ada di Sekolah Dasar harus digunakan

secara optimal..

Page 80: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

76

Pemilihan jenis sarana dapat

ditentukan oleh guru sesuai dengan

bidang-bidang yang hendak

dikembangkan dan juga disesuaikan

dengan kebutuhan, minat serta

kebutuhan, minat serta kemampuan anak

dalam kegiatan belajar mengajar

diusahakan agar penggunaan saran

tersebut dilakukan secara kreatif dan

berfungsi ganda. Sedangkan

sarana-sarana yang disajikan di Sekolah

Dasar hendaknya dapat membantu guru

untuk melaksanakan berbagai

metode/teknik mengajar dalam proses

belajar mengajar, serta membantu anak

untuk melakukan kegiatan sesuai dengan

minat, taraf perkembangan dan

kemampuannya. Alat bantu peraga atau

alat peraga merupakan bagian teknologi

pengajaran, wujudnya dari yang sangat

sederhana dan murah sampai yang

sangat rumit dan mahal. Alat peraga

tidak ada manfaatnya tanpa adanya

aktivitas guru dan murid itu sendiri. Alat

peraga yang digunakan dalam

pembelajaran dapat berfungai untuk

mengurangi verbalisme suatu pokok

masalah dan dapat menvisualisasikan

sesuatu yang abstrak menjadi konkrit,

sehingga. memperjelas dan

mempermudah berkomunikasi

mengetahui sesuatu. Melihat tujuan dari

pendidikan Sekolah Dasar yang telah

tercantum dalam Peraturan Pemerintah,

maka pendidikan di sekolah dasar

hendaknya harus dapat di berikan sebaik

mungkin pada waktu masih menginjak

usia dini. Dengan anak yang kreatif

dalam melakukan kegiatan maka siswa

akan dapat menciptakan suatu kreasi dan

kerajinan tersendiri yang sesuai dengan

umur mereka pada saat ini.

Pemilihan jenis sarana dapat

ditentukan oleh guru sesuai dengan

bidang-bidang yang hendak dikembangkan

dan juga disesuaikan dengan kebutuhan,

minat serta kebutuhan, minat serta

kemampuan anak dalam kegiatan belajar

mengajar diusahakan agar penggunaan

sarana tersebut dilakukan secara kreatif dan

berfungsi ganda. Alat bantu peraga atau alat

peraga merupakan bagian teknologi

pengajaran, wujudnya dari yang sangat

sederhana dan murah sampai yang sangat

rumit dan mahal. Alat peraga tidak ada

manfaatnya tanpa adanya aktivitas guru dan

murid itu sendiri. Alat peraga yang

digunakan dalam pembelajaran dapat

berfungsi untuk mengurangi verbalisme

suatu pokok masalah dan dapat

menvisualisasikan sesuatu yang abstrak

menjadi konkrit, sehingga. memperjelas dan

mempermudah berkomunikasi mengetahui

sesuatu.

Dengan berbagai fasilitas yang

disediakan seperti lingkungan, peralatan,

Page 81: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

77

guru, metode Sekolah Dasar

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang

teratur dan sistematis sifatnya. Kebutuhan

yang diperlukan bagi anak Sekolah Dasar

adalah meliputi kebutuhan fisik dan

kebutuhan emosional.

Dari latar belakang dan

permasalahan yang muncul di SDN 04

Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar yaitu kurangnya kreatifitas

pada siswa disebabkan beberapa faktor

antara lain siswa belum mampu tentang

berhitung yang disebabkan karena perlunya

bimbingan dan alat peraga yang digunakan

guru dalam pembelajaran. Untuk itu maka

peneliti berkeinginan untuk mengadakan

penelitian yang berjudul: Meningkatkan

hasil belajar Matematika operasi hitung

awal melalui media realita peraga Kartu

angka pada siswa kelas I SDN 04 Lempong

Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar

Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.

Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah, Apakah Meningkatkan

hasil belajar Matematika operasi hitung

awal dapat dilakukan melalui media realita

peraga Kartu angka pada siswa kelas I SDN

04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran

2018/2019?.

Penelitian ini bertujuan untuk

Meningkatkan hasil belajar Matematika

operasi hitung awal melalui media realita

peraga Kartu angka pada siswa kelas I SDN

04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran

2018/2019.

Kegunaan penelitian ini adalah

mencakup:a)Kegunaan Teoritis 1). Hasil

penelitian diharapkan dapat menambah

bahan kajian, khususnya dalam

meningkatkan hasil belajar matematika

operasi hitung awal melalui media realita

kartu angka pada siswa kelas I SDN 04

Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester I tahun pelajaran

2018/2019. 2)Memberikan tambahan

wawasan yang luas bagi penelitian

selanjutnya. b)Kegunaan Praktis :1) Bagi

Anak, Untuk memberikan semangat dan

dorongan pada anak agar meningkatkan

hasil belajar matematika operasi hitung awal

melalui media realita kartu angka pada

siswa kelas I SDN 04 Lempong Kecamatan

Jenawi Kabuapaten Karanganyar semester I

tahun pelajaran 2018/2019. 2). Bagi Guru,

Membantu guru untuk mengaplikasikan

berbagai upaya dalam meningkatkan kinerja

guru dan keberhasilan kemampuan

matematika operasi hitung awal melalui

media realita kartu angka pada siswa kelas

I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong

Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar

semester I tahun pelajaran 2018/2019. 3).

Bagi Sekolah, dapat meningkatkan kualitas

proses belajar mengajar bagi guru secara

Page 82: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

78

pprofesional di Sekolah Dasar tersebut

dengan menggunakan alat peraga kartu

angka yang pakem dan menyenangkan

sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil

belajar berhitung pada siswa kelas I

Sekolah Dasar berhasil secara efektif dan

efisien.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan berhitung awal

merupakan salah satu indikator dari

pengembangan kemapuan siswa sekolah

dasar kelas I. Kemampuan berhitung sangat

diperlukan sebagai dasar dari mata pelajaran

matematika dasar yang harus dikembangkan

dan dikuasi oleh peserta didik kelas I

dengan menggunakan metode permainan

media realita kertu angka . Pada permainan

hitung ini dapat dimainkan di mana pun dan

kapanpun oleh siswa kelas I Sekolah Dasar

sesuai pengembangan yang ditentukan.

Untuk mencapai standar kompetensi

maupun kompetensi dasar berhitung ini

digunakan dengan media realita kartu angka

yang ada disekitarnya. Dengan

memperhatikan benda-benda di sekeliling

anak, kemudian anak diajak

menghitungnya. Kemampuan berhitung ini

merupakan salah satu ciri dari kecerdasan

logika-matematika.

Kerangka berpikir merupakan

konsep berpikir dari sebuah analisis

permasalahan dalam penelitian. Penelitian

ini mengkaji permasalahan mengenai

meningkatkan kemampuan Matematika

operasi hitung awal pada siswa kelas I

Semester I Melalui media realita kartu

angka pada siswa SDN 04 Lempong

Kecamatan Jenawi Karanganyar semester I

Tahun pelajaran 2018/2019. Kerangka

berpikir ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Hipotesis Tindakan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: Bahwa Meningkatkan hasil belajar

Matematika operasi hitung awal dapat

dilakukan Melalui media realita kartu angka

pada siswa kelas I SDN 04 Lempong

Kecamatan Jenawi Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar semester I tahun pelajaran

2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Kondisi awal siswa

sebelum tindakan

Hasil belajar Matematika Kelas I SDN 04 Lempong

masih rendah

Pelaksanaan

tindakan

Melalui Media realita

kartu angka dalam

pembelajaran

Matematika operasi hitung awal pada

siswa Kelas I SDN 04

Kondisi akhir

setelah

tindakan

Hasil belajar Matematika

operasi hitung SDN

02 Gaum meningkat

Page 83: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

79

Tempat Pelaksanaan penelitian

adalah di Sekolah Dasar Negeri 04

Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester I tahun pelajaran

2018/2019. Penelitian ini dimulai dari

tahap persiapan sampai pelaporan hasil

penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu

mulai 19 Juli 2018 sampai dengan 18

Oktober 2018.

Metode penelitian adalah suatu ilmu

yang mempelajari tentang cara-cara atau

system system untuk memecahkan suatu

masalah yang dihadapi seseorang dalam

mengadakan suatu penelitian ilmiah.

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Penelitian ini direncanakan ada tiga

siklus dipandang cukup untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi. Prosedur

penelitian yang akan dilakukkan dalam

penelitian ini mencakup empat tahap yang

meliputi kegiatan; Rencana, Pelaksanaan,

observasi, Refleksi. Jenis data yang

dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini

adalah data kualitatif,

Untuk mendapatkan data secara

valid, maka peneliti menggunakan

trianggulasi Metode Explicit Intructions.

Untuk mengukur keberhasilan

tindakan penelitian dalam pembelajaran

matematika hitung awal dengan

menggunakan media realita kartu angka

nilai rata rata.

Data merupakan fakta yang

terkumpul dari hasil pengumpulan. Setelah

data yang diperlukan terkumpul segera

diolah untuk diadakan analisis. Untuk

menganalisis data yang telah terkumpul

peneliti menggunakan analisis non statistik.

Teknik ini meliputi pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan atau ferifikasi. Tahapan-tahapan

yang dilaksanakan adalah sebagai upaya

peningkatan motivasi dan kemampuan siswa

dalam opersi hitung awal siswa kelas I

Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong

Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar

semester I tahun pelajaran 2018/2019

adalah dengan membandingkan nilai

kemampuan matematika operasi hitung awal

pada siswa kelas I sebelum siklus dengan

sesudah tindakan kelas dari siklus I sampai

siklus berikutnya.

Prosedur Penelitian Banyaknya

siklus yang direncanakan ada tiga siklus

dipandang cukup untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi. Prosedur

penelitian yang akan dilakukkan dalam

penelitian ini mencakup empat tahap yang

meliputi kegiatan seperti pada gambar

tersebut dibawah ini: Berikut ini adalah

bagan prosedur penelitian tindakan kelas

sebagai berikut.

Page 84: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

80

1. Rancangan siklus

Berdasarkan hasil

pengidentifikasian dan penetapan

masalah, peneliti kemudian

mengajukan suatu solusi alternatif

yang berupa penggunaan media

realita kartu angka dalam

pembelajaran dalam upaya untuk

meningkatkan kemampuan berhitung

awal.

2. Pelaksanaan siklus

Keseluruhan tindakan yang

dilaksanakan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengadakan

perbaikan terhadap kegiatan

penggunaan alat peraga media realita

kartu angka dalam pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan

berhitung awal yang sebelumnya

dirasakan kurang efektif. Setiap

tindakan yang diikuti dengan

kegiatan pemantauan dan evaluasi

serta analisis dan refleksi.

3. observasi

Kegiatan pemantauan yang

dilakukan untuk memonitor tindakan

yang terjadi di dalam kelas. Dalam

tahap ini, peneliti sekaligus sebagai

guru mengadakan observasi sebagai

partisipasi aktif. Peneliti mengamati

jalannya proses pembelajaran yang

terjadi di dalam kelas sambil

mencatat segala sesuatu yang terjadi

selama proses pembelajaran

berlangsung. Setelah itu, peneliti

mengadakan wawancara dengan

guru yang bersangkutan mengenai

hasil pengamatan peneliti. Dalam

forum wawancara tersebut,

diungkapkan kelemahan dan

kelebihan penggunaan media realita

kartu angka dalam pembelajaran

yang berlangsung dengan

memfokuskan pada penampilan guru

dikelas dan respon siswa terhadap

stimulan dari guru.

4. Refleksi

Hasil evaluasi kemudian

dianalisis untuk menentukan langkah-

langkah perbaikan apa yang bisa ditempuh,

sehingga didapatkan suatu solusi untuk

semua permasalahan yang dialami oleh

guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Pada tahap ini, peneliti menganalisis atau

mengolah data yang telah dikumpulkan,

kemudian menyajikannya dalam pertemuan

dengan guru yang bersangkutan. Setelah

Page 85: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

81

dilakukan diskusi dan bertukar pikiran

dengan guru diambil suatu kesimpulan yang

berupa hasil dari pelaksanaan penelitian.

Dari hasil penarikan kesimpulan ini, dapat

diketahui apakah penelitian ini berhasil atau

tidak, sehingga dapat ditentuan langkah

selanjutnya.

PEMBAHASAN

Sebelum hasil penelitian dipaparkan,

pada bab ini diuraikan terlebih dahulu

mengenai kondisi awal pembelajaran

Matematika, pembahasan hasil penelitian.

Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 siklus

dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya.

Kondisi awal ini menjadi acuan untuk

menentukan tindakan. Adapun hasil tersebut

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perolehan Nilai berhitung awal

Pra tindakan

No. Nilai Frekuensi Frekuensi

Relatif (%)

1. 70 2 2/6 x 100% =

33%

2. 60 2 2/6 x 100% =

33%

3. 50 2 2/6x 100% =

33%

rata-rata=

60

6 100%

Berdasarkan pada analisis di atas,

dapat dikemukakan dua hal pokok yang

perlu diatasi, yaitu pembelajaran

Matematika operasi hitung awal yang

konvensional dan matematika berhitung

awal siswa yang masih rendah. Langkah

selanjutnya tindakan pembelajaran sebagai

perbaikan, karena nilai rata-rata siswa baru

mencapai 60.

Seperti yang telah direncanakan,

tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali

pertemuan yaitu 10-8-2018 dan 13-8-2018

di ruang Kelas I SDN 04 Lempong

Kecamatan Jenawi. Pertemuan berlangsung

2 x 35 menit dengan menampilkan materi

menghitung bilangan dengan kartu angka

dari jumlah meja dan kursi di kelas.

Langkah-langkah yang dilakukan guru

dalam pembelajaran Matematika berhitung

awal pada tindakan siklus 1 pertemuan 1

dan 2.

Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan

dengan teman satu tim. Setiap tim

menukarkan hasil pekerjaannya dengan tim

lain dengan cara memeriksa, mengoreksi,

dan memperbaiki kesalahan dalam

menghitung yang benar.

Observasi dilaksanakan saat

pembelajaran berhitung permulaan dengan

menggunakan alat peraga media realita

kartu angka berlangsung lancar. Observasi

difokuskan pada situasi pelaksanaan

pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan

guru serta aktivitas siswa dalam

Page 86: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

82

pembelajaran berhitung awal. Dari hasil

pengamatan yang dilakukan pengamat

diperoleh hasil sebagai berikut. Setelah guru

memasuki kelas dan menempatkan diri,

salah seorang siswa menyiapkan kelas dan

melaporkan kepada guru bahwa siswa-siswi

Kelas I telah siap mengikuti pelajaran

matematika. Refleksi Tindakan Siklus I ilai

yang menonjol adalah pada keaktifan dalam

belajar berhitung permulaan dengan rata-

rata 60. Proses pembelajaran kurang berhasil

karena hasil rata-rata baru mencapai 60 dan

belum mencapai batas indikator

keberhasilan 70. Hal ini dapat dilihat pada

tabel lampiran..

Tabel 2. Perolehan Nilai berhitung pada

Siklus I

No. Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif

(%)

1 80 1 1/6 x 100% =

16%

2 70 3 3/6 x 100% =

50%

3 60 2 2/6 x 100% =

33%

rata-rata =

68

6 100%

Berdasarkan hasil analisis dan

refleksi di atas, tindakan pada siklus 1

belum berhasil karena nilai rata rata baru

mencapai 68 dan masih di bawah indikator

keberhasilan 70. Oleh karena itulah, siklus II

sebagai perbaikan proses pembelajaran pada

siklus I perlu dilaksanakan.

SIKLUS II

Perencanaan Tindakan Siklus II

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada

siklus II meliputi kegiatan dalam rangka

implementasi tindakan perbaikan.

pembelajaran Matematika berhitung awal ini

dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi

waktu pertemuan adalah 2 x 35. Kegiatan

awal, melakukan kegiatan inti, melakukan

kegiatan akhir/penutup, menanggapi usulan

siswa, membuat kesimpulan dan

melaksanakan pembelajaran melalui

penggunaan media realita. Membuat

skenario tindakan dan melaksanakan

pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan Siklus

II. Langkah-langkah yang dilakukan guru

melakukan appersepsi. Guru mejelaskan

kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai. Guru menjelaskan materi

berhitung awal dengan media realita dan

sekaligus memberikan contoh cara

menghitung beserta pengembangannya.

Observasi Tindakan siklus II menggunakan

pedoman observasi. pembelajaran berhitung

melalui kartu angka pada siklus II. Refleksi

tindakan siklus II Nilai yang menonjol

dalam berhitung permulaan dengan nilai

rata-rata 76. Dari hasil proses pembelajaran

matematika berhitung awal melalui media

Page 87: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

83

realita mengalami peningkatan signifikan.

Hasil pembelajaran memperoleh nilai rata-

rata 76 dalam mengerjakan soal matematika

berhitung awal, hasil tersebut sudah di atas

indikator keberhasilan 70 .

Tabel 3. Perolehan Nilai berhitung awal

pada Siklus II

No Nilai Frekuensi Frekuensi

Relatif (%)

1 90 1 1/6 x 100%

= 16%

2 80 2 2/6 x 100%

= 33%

3 70 3 3/6 x 100%

= 50%

rata-rata = 76 6 100%

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus

II nilai rata rata mencapai 76, pembelajaran

dikatakan berhasil tetapi belum mencapai

indikator keberhasilan 70 Nilai rata-rata

kelas melebihi indikator pencapaian yang

ditentukan 70.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian meningkatkan hasil

belajar berhitung permulaan dengan alat

peraga media realita kartu angka sebelum

dan sesudah tindakan dapat dibandingkan

pada tabel 5:

Tabel 5. Nilai berhitung awal sebelum dan

sesudah Tindakan

No Nilai Sebelum Siklus Siklus

tindakan I II

1 100 - - -

2 90 - - 1

3 80 - 1 2

4 70 2 3 3

5 60 2 2 -

6 50 2 - -

Jumlah 6 6 6

Rata-

rata

60 68 76

Dengan demikian bahwa nilai dari

kondisi awal dengan Nilai sesudah tindakan

setiap siklus mengalami peningkatan.

Deksripsi hasil penelitian dari siklus I

sampai III dapat dijelaskan secara singkat

pada tabel berikut ini. Adapun pembahasan

peningkatan hasil belajar matematika

berhitung awal melalui media realita adalah

sebagai berikut. Keberhasilan penggunaan

mediarealita kartu angka dapat

meningkatkan kualitas proses pembelajaran

berhitung awal ini dapat dilihat dari

Indikator-indikator sebagai berikut: (1)

semangat dan motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran berhitung awal.

Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus I

hingga II, terjadi peningkatan dalam hal

antusias siswa mengikuti kegiatan apersepsi

dengan semangat dan termotivasi..

Sedangkan hasil rata-rata nilai Matematika

Page 88: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

84

berhitung awal melalui media realita

adalah sebagai berikut: rata-rata nilai

sebelum tindakan adalah 60, siklus I 68

siklus II 76. Dengan demikian dilihat dari

keberhasilan indikator pada kondisi awal

dibanding dengan setiap siklus selalu

mengalami peningkatan secara signifikan,

sehingga keberhasilan prestasi matematika

berhitung awal dapat dilakukan melalui

media realita kartu angka dapat diterima

kebenarannya.

KESIMPULAN

Setelah diadakan analisis data dalam

penelitian ini, Kesimpulan dari hasil

penelitian meningkatkan hasilbelajar

berhitung permulaan dapat dilakukan

melalui alat peraga media realita kartu

angka pada siswa kelas I SDN 04

Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar semester I tahun 2018/2019.

Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan

nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran

berhitung permulaan yang selalu

mengalami peningkatan dari sebelum siklus

dan setelah siklus I, II. Hasil tersebut

adalah: Nilai rata-rata sebelum siklus 60

siklus I, 68, siklus II, 76.

SARAN

Berkaitan dengan simpulan

penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan

saran-saran sebagai berikut: a)Bagi Siswa;

Siswa hendaknya suka belajar berhitung

dengan menggunakan alat peraga kartu

angka , dan mencermati pelajaran

matematika yang diberikan oleh guru, agar

prestasinya meningkat serta dalam

pembelajaran yang lain. Di samping itu,

siswa hendaknya lebih banyak lagi berlatih

menghitung melalui kartu angka agar

prestasi semakin meningkat dan suka

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

oleh guru. b)Bagi Guru; Guru dalam

pembelajaran harus menyusun perencanaan

dan evaluasi terhadap tindakan apa saja

yang akan ditempuh dalam mengajarkan

suatu materi. Hal tersebut penting untuk

dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru

yang bersangkutan dapat memperkecil

bahkan menghilangkan kemungkinan

munculnya berbagai kelemahan dalam

proses pembelajaran yang terjadi. Selain itu,

guru harus mampu memilih metode dan alat

peraga atau media yang sesuai untuk

digunakan dalam mengajar agar dapat

menarik minat siswa. Guru hendaknya mau

secara terus menerus berusaha untuk

meningkatkan kemampuannya dalam

mengembangkan materi, menyampaikan

materi serta dalam mengelola kelas,

sehingga kualitas pembelajaran yang

dilakukannya dapat terus meningkat. Selain

itu, guru hendaknya membuka diri untuk

menerima berbagai bentuk masukan, saran

dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki

Page 89: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

85

kualitas dirinya. 3) Bagi Kepala Sekolah

agar guru dapat meningkatkan

profesionalisme maupun kualitas

pembelajaran yang dilakukan melalui

penelitian tindakan kelas ini, disarankan

kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi

sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran; (b) memotivasi guru untuk

senantiasa melakukan peningkatan

kinerjanya dengan jalan melakukan

pembaharuan dalam pendidikan dan

pengajaran (misalnya dengan melakukan

PTK sejenis ini); (c) mengirim guru ke

beberapa forum ilmiah seperti seminar,

lokakarya, workshop, diskusi ilmiah,

penataran-penataran supaya wawasan guru

bertambah luas dan mendalam intensifnya

tentang pendidikan dan pengajaran yang

menjadi tugas pokoknya.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, 2005. Bahasa Indonesia, Jakarta

: Balai Pustaka.

Burhan, 1998. Pengantar Penelitian dalam

Pendidikan. Surabaya : Usaha

Nasional.

Depdikbud, 1994. Kamus Bahasa Indonesia.

Jakarta : Balai Pustaka

,1996. Pengelolaan Sekolah.

Jakarta : Balai Pustaka.

Gino, 2005. Strategi Pembelajaran.

Bandung : Remaja.

Hamalik, 2003 Media Pendidikan. Bandung

: Citra Aditya Bakti.

Hernowo. 2003. Manfaat Membaca.

Bandung : Remaja Karya.

Rahman, 1996. Belajar dan Pembelajaran.

Bandung : Rosdakarya.

Kemis & Taggart, 2006 ; Prosedur

Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :

Bumi Aksara

Slametto, 2003. Belajar Dan Faktor Yang

Mempengaruhi. Jakarta : Rineka

Cipta.

Sugiyanto, 2007. Pembelajaran Berbasis

Kontelektual. Remaja Rosdakarya.

Page 90: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

86

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI

MODEL STUDENT GROUP

SANUSI

SMA N 2 Karanganyar

[email protected]

Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan keterampilan

menulis eksposisi melalui penerapan model pembelajaran student group pada siswa kelas

X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar. Pendekatan penelitian adalah penelitian tindakan.

Informan penelitian adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X IPS.1. Metode

pengumpulan data dengan penugasan, observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen.

Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian:

Peningkatan dalam hal proses dapat dilihat pada pelaksanaan pembelajaran yang

berlangsung dengan baik. Peningkatan produk dapat dilihat dari skor rata-rata kelas yang

diperoleh dari tahap pratindakan sampai siklus II. Pada tahap pratindakan diperoleh skor

rata-rata sebesar 64,69 meningkat menjadi 75,5 pada tahap siklus I. Selanjutnya, terjadi

peningkatan skor rata-rata menulis eksposisi pada siklus II menjadi 84,54. Hal

tersebut menunjukkan adanya peningkatan 19,85 dari tahap pratindakan sampai siklus II.

Kata Kunci : keterampilan menulis, teks eksposisi, student group

Abstract, This study aims to determine the efforts to improve the skills of writing

exposition through the implementation of student group learning model in students of

class X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar. The research approach used is action research.

Informant research is Indonesian teacher and student of class X IPS.1 SMA Negeri 2

Karanganyar. Methods of data collection is done by assignment, observation, interview,

and document recording. Analysis of research data using descriptive analysis. The

conclusion of the research is: Improvement in the process can be seen in the

implementation of learning that goes well because students feel comfortable and

understand the material presented. Product improvement can be seen from the average

score of the class obtained from the pre-action stage until cycle II. In the pre action stage,

the average score of 64.69 increased to 75.5 in cycle I. Furthermore, there was an increase

in the average score of exposition writing in cycle II to 84.54. It shows an increase of

19.85 from pre action stage until cycle II. From the results of the above research proved

that the use of student group learning model is considered successful and can improve the

ability to write the exposition of students class X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar.

Keywords: writing skills, exposition texts, student group

Page 91: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

87

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013, keterampilan

menulis merupakan salah satu pelajaran

dalam Bahasa Indonesia yang harus

diajarkan. Kompetensi Dasar pembelajaran

Bahasa Indonesia yang mengacu pada

Kurikulum 2013 kelas X adalah

memahami teks hasil observasi, tanggapan

deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita

pendek baik melalui lisan maupun tulisan.

Dari beberapa Kompetensi Dasar tersebut,

kesulitan utama yang dihadapi siswa

adalah dalam meyusun teks eksposisi.

Hal ini sesuai dengan hasil

observasi dan wawancara dengan guru dan

siswa kelas X IPS.1 pada tanggal 8

Oktober 2017, ditemukan beberapa

permasalahan dalam keterampilan menulis

eksposisi, yaitu (1) kegiatan menulis di

sekolah belum mendapat perhatian cukup

dari siswa, (2) motivasi siswa terhadap

menulis masih rendah, karena siswa

beranggapan bahwa menulis adalah

kegiatan yang sulit dibandingkan empat

keterampilan berbahasa yang lain, (3)

siswa kesulitan menemukan dan

menuangkan ide dalam pembelajaran

menulis, (4) model pembelajaran yang

digunakan kurang menarik sehingga

diperlukan model pembelajaran yang lebih

menarik untuk meningkatkan minat siswa

dalam menulis eksposisi, dan (5) media

yang digunakan kurang menarik perhatian

siswa.

Permasalahan menulis tersebut

tidak lepas dari beberapa faktor, yaitu

terkait dengan guru, siswa, media, dan

model pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran. Untuk mengatasi

kesulitan keterampilan menulis esksposisi,

salah satu model pembelajaran untuk

meningkatkan keterampilan menulis

adalah dengan menggunakan model

pembelajaran student group. Model

pembelajaran student group dipilih karena

model pembelajaran ini sesuai untuk

diterapkan dalam pembelajaran menulis

eksposisi. Selain itu, model pembelajaran

ini menuntut siswa untuk aktif dalam

pembelajaran dan mengajak siswa untuk

saling berbagi mengenai informasi yang

diperoleh. Dengan model pembelajaran

ini, diharapkan siswa mampu

menyampaikan informasi ataupun pesan

dalam tulisan eksposisi yang mereka

susun.

Model pembelajaran student group

dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif untuk meningkatkan

keterampilan menulis eksposisi siswa kelas

X IPS.1. Hal ini karena model

pembelajaran student group mempunyai

kelebihan dapat melatih siswa untuk

bekerja sama, melatih siswa untuk

berinteraksi secara baik dengan teman

sekelas, dan memperdalam pengetahuan

Page 92: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

88

siswa melalui kartu yang dibagikan. Oleh

karena itu, peneliti menerapkan model

pembelajaran student group untuk

meningkatkan keterampilan menulis

eksposisi.

Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, dapat diketahui bahwa

kesulitan belajar siswa kelas X IPS.1

SMAN 2 Karanganyar ditandai dengan

berbagai permasalahan dalam proses

pembelajaran. Untuk dapat memberikan

hasil yang diharapkan yaitu meningkatkan

keterampilan menulis eksposisi, peneliti

menggunakan model pembelajaran student

group untuk meningkatkan keterampilan

menulis eksposisi siswa kelas X IPS.1

SMAN 2 Karanganyar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan keterampilan menulis

eksposisi melalui penerapan model

pembelajaran student group pada siswa

kelas X IPS.1 SMAN 2 Karanganyar.

Tempat penelitian dilaksanakan di

SMA Negeri 2 Karanganyar Kabupaten

Karanganyar yang berlokasi di Jl.

Ronggowarsito, Bejen, Kecamatan

Karanganyar, Kab. Karanganyar Prov.

Jawa Tengah. Subjek adalah siswa kelas X

IPS.1 yang berjumlah 36 siswa.

Penelitian dilakukan dalam dua

siklus dan tiap mengikuti tahap-tahap

dalam penelitian tindakan kelas yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi.

Metode pengumpulan data yang

dilakukan pada penelitian tindakan kelas

ini diambil dengan beberapa teknik

diantaranya dengan menggunakan

observasi, wawancara, tes, dan

dokumentasi.

Instrumen penelitian adalah alat

yang dipakai untuk mengumpulkan data

dalam penelitian meliputi angket, pedoman

penilaian, dan catatan lapangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Menulis merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang

membutuhkan keterampilan. Keterampilan

tersebut adalah merangkai kata menjadi

kalimat untuk menggambarkan ide dan

dapat dipahami orang lain. Hal ini sesuai

dengan KBBI (2001: 1219) menulis

merupakan kegiatan membuat huruf atau

angka dengan pena, melahirkan pikiran

atau perasaan dengan tulisan, mengarang

cerita, membuat surat, dan menggambar.

Menulis ialah menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa, agar dapat

dipahami oleh seseorang sehingga orang

lain dapat membaca lambang- lambang

grafik itu (Tarigan, 2008: 22). Lain halnya

dengan Suparno dan Yunus (2008: 1-3),

menulis adalah kegiatan penyampaian

pesan (komunikasi) dengan menggunakan

Page 93: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

89

bahasa tulis sebagai alat atau media.

Teks Eksposisi

Dalam Kurikulum 2013, jenis teks

dapat diperinci ke dalam berbagai jenis,

seperti deskripsi, penceritaan (recount),

prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi,

diskusi, surat, iklan, catatan harian,

negosiasi, pantun, dongeng anekdot, dan

fiksi sejarah. Siswa dituntut untuk aktif

dan berani untuk mencari smber belajar

yang melampaui batas. Sesuai Kurikulum

2013 buku siswa kelas X pada bab III dan

VI, siswa mempelajari teks eksposisi. Teks

eksposisi memiliki beberapa pengertian,

untuk lebih jelasnya dapat dilhat dari

pendapat beberapa ahli di bawah ini.

Menurut Syafi’ie (via Hardiyanto,

2014: 70), eksposisi adalah wacana yang

berusaha menerangkan atau menjelaskan

pokok pikiran yang dapat memperluas

pengetahuan pembaca karangan itu.

Wacana ini bertujuan menyampaikan faka-

fakta secara teratur, logis dan saling

bertautan dengan maksud untuk

menjelaskan suatu ide, istilah, masalah,

proses, dan unsur-unsur sesuatu, hubungan

sebab-akibat, dan sebagainya agar

diketahui oleh orang lain. Paragraf

eksposisi biasanya digunakan untuk

menyajikan pengetahuan atau ilmu,

definisi, pengertian, langkah-langkah suatu

kegiatan, metode, cara dan proses

terjadinya sesuatu.

Model Pembelajaran Student group

Model pembelajaran student group

merupakan salah satu jenis model

pembelajaran aktif yang bisa diterapkan

dalam pembelajaran di kelas. Model

pembelajaran ini mengajak siswa untuk

saling berbagi mengenai materi yang akan

disampaikan oleh guru. Dengan kata lain,

model pembelajaran ini digunakan untuk

melatih siswa terlibat langsung secara aktif

dalam menyampaikan pembelajaran. Siswa

menerima materi pembelajaran kemudian

siswa menerangkan kembali kepada

temannya. Dalam proses

pembelajarannya siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok. Media yang

digunakan dalam model pembelajaran ini

adalah dengan media kartu yang nantinya

akan diisi siswa sesuai dengan kartu yang

didapat.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Awal Keterampilan Menulis

Eksposisi

Sebelum pelaksanaan tindakan

dimulai, dilakukan observasi mengenai

minat siswa terhadap pembelajaran

Bahasa Indonesia khususnya menulis

eksposisi. Berdasarkan hasil pengumpulan

diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek

penelitian adalah 68 yang diraih oleh

Page 94: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

90

satu siswa, yakni S18, sedangkan skor

terendah adalah 58 sebanyak satu siswa

yaitu S22. Skor rata-rata tentu saja masih

di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia

yaitu 75. Jumlah keseluruhan siswa kelas

X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar

adalah 33 siswa, tetapi ada satu siswa

yang berhalangan hadir.

Rata-rata skor yang dihasilkan dari

kegiatan awal ini hanya mencapai 64,69.

Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa

keterampilan menulis eksposisi siswa

kelas X IPS.1 SMA Negeri 2

Karanganyar saat dilakukan tahap

pratindakan termasuk rendah

Berdasarkan diskusi antara peneliti

dengan guru, hasil tersebut masih sangat

kurang mengingat siswa kelas X IPS.1

SMA Negeri 2 Karanganyar adalah siswa-

siswi yang memiliki kecerdasan cukup

tinggi. Jika dilakukan penggalian lebih

dalam serta potensi mereka dikembangkan

dengan cara yang bervariasi dan inovatif,

dapat dipastikan siswa akan menghasilkan

tulisan eksposisi yang lebih baik.

Siklus I

Keberhasilan produk dapat dilihat

dari hasil tulisan eksposisi siswa pada

tindakan siklus I. Hasil siklus I

tersebut kemudian dibandingkan dengan

hasil yang diperoleh pada tes kemampuan

awal (pratindakan) sebelum

menggunakan model pembelajaran

student group. Peningkatan terjadi pada

siklus I menulis eksposisi dengan skor

rata-rata 75,5, sedangkan pada tes

kemampuan awal hanya mencapai skor

rata-rata 64,69. Hal tersebut menunjukkan

telah terjadi peningkatan sebesar 10,81.

Tabel 1: Peningkatan Skor Rata-rata Pratindakan

dan Siklus I pada Setiap Aspek

Skor Rata-rata

Aspek Pra

tindakan

Siklus

I

Peningka

tan

Isi 20,22 23,47 3,25

Organisasi 13,56 15,66 2,1

Kosakata 13,41 15,19 1,78

Penggunaan

Bahasa

13,03 15,06 2,03

Mekanik 4,47 6,12 1,65

Jumlah 64,69 75,5 10,81

Data dalam bentuk diagram batang adalah

sebagai berikut.

Gambar 1 : Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-rata pada Setiap Aspek dari

Pratindakan ke Siklus I

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1,

Page 95: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

91

dapat diketahui bahwa skor rata- rata

siswa pada setiap aspek penilaian menulis

eksposisi mengalami peningkatan. Pada

aspek isi, siswa sudah mampu

mengembangkan topik atau ide yang

mereka peroleh. Hal ini dibuktikan dengan

peningkatan sebesar 3,25 dari pratindakan

ke siklus I. Pada aspek isi sebelum diberi

tindakan diperoleh skor rata-rata 20,22

dan setelah diberi tindakan siklus I naik

menjadi 23,47.

Dari hasil penilaian setiap aspek

yang dinilai dalam menulis eksposisi

tersebut dapat dijumlahkan skor rata-rata

kelas yang tampak pada diagram batang

berikut.

Gambar 2: Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-rata Kelas pada Pratindakan dan Siklus I

Siklus II

Keberhasilan produk dapat dilihat

dari hasil tulisan eksposisi siswa pada

tindakan siklus II. Hasil siklus II tersebut

kemudian dibandingkan dengan hasil

yang diperoleh pada tindakan siklus I.

Peningkatan pembelajaran menulis

eksposisi terjadi pada siklus II dengan

skor rata-rata 84,54. Pada tindakan siklus

I hanya mencapai skor rata-rata 75,5. Hal

tersebut menunjukkan telah terjadi

peningkatan sebesar 9,04. Berikut ini

tabel dan diagram peningkatan

keterampilan menulis eksposisi dari siklus

I hingga siklus II.

Tabel 2 : Peningkatan Skor Rata-rata Siklus I

dan Siklus II pada Setiap Aspek

Skor Rata-rata

Aspek Siklus

I

Siklus

II

Pningka

tan

Isi 23,47 25,81 2,34

Organisasi 15,66 16,97 131

Kosakata 15,19 17,19 2

Penggunaan

Bahasa

15,06 16,91 1,85

Mekanik 6,12 7,66 1,54

Jumlah 75,5 84,54 9,04

Berdasarkan Tabel 2 dapat

diketahui bahwa skor rata- rata siswa pada

setiap aspek penilaian menulis eksposisi

mengalami peningkatan. Dari hasil

penilaian setiap aspek yang dinilai dalam

menulis eksposisi tersebut dapat diketahui

jumlah skor rata-rata kelas yang tampak

pada diagram batang berikut.

Gambar 2 : Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-rata Kelas pada Siklus I dan Siklus II

Page 96: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

92

Alat ukur yang digunakan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan

menulis eksposisi peserta didik sebelum

diberi tindakan maupun setelah diberi

tindakan adalah dengan tes tertulis.

Adapun hal-hal yang dinilai dalam

menulis eksposisi adalah aspek isi, aspek

organisasi, aspek kosakata, aspek

penggunaan bahasa, dan aspek mekanik.

Kriteria keberhasilan tindakan praktik

menulis eksposisi melalui penerapan

model pembelajaran student group adalah

terdapat peningkatan yang terkait dengan

keterampilan menulis eksposisi, yaitu

dengan adanya peningkatan skala

penilaian dari tiap siklus yang dilakukan.

Hal tersebut dapat dilihat dalam Tebel 3

dan Gambar 3 berikut.

Tabel 3: Perbandingan Hasil Penskoran Aspek-

aspek Menulis Eksposisi pada

Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

PEMBAHASAN

Peningkatan Skor Rata-rata Aspek Isi

Kriteria penilaian pada aspek isi

mendapatkan kriteria cukup apabila

tulisan eksposisi siswa cukup menguasai

permasalahan, cukup memadai,

pengembangan terbatas, dan relevan

dengan topik tetapi kurang terperinci.

Berikut hasil skor rata-rata aspek isi dari

pratindakan hingga siklus II.

Gambar 3 : Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-rata Aspek Isi Setiap Siklus

Berdasarkan Gambar 3 di atas

menunjukkan peningkatan skor rata-rata

dari pratindakan hingga siklus II. Skor

rata-rata pratindakan sebesar 20,22.

Setelah diberi tindakan pada siklus I skor

rata-rata menjadi 23,47 , meningkat

sebanyak 3,25. Pada siklus II terjadi

peningkatan yang cukup signifikan, rata-

rata skor sebesar 25,81 mengalami

peningkatan sebanyak 2,34.

Peningkatan Skor

Aspek organisasi berkaitan dengan

struktur teks esksposisi yang mencakup

tiga hal, yaitu pernyataan pendapat atau

tesis, argumentasi, dan penegasan ulang

pendapat. Kriteria penilaian penulisan

eksposisi dari aspek organisasi dinyatakan

cukup apabila kurang lancar, kurang

Skor Rata-rata Peningkatan

dari

Pratindakan

hingga Siklus II

Aspek Pra

tindakan

Siklus

I

Siklus

II

Isi 20,22 23,47 25,81 5,59

Organisasi 13,56 15,66 16,97 3,41

Kosakata 13,41 15,19 17,19 3,78

Penggunaan

Bahasa

13,03 15.,06 16,91 3,88

Mekanik 4,47 6,12 7,66 3,19

Jumlah 64,69 75,5 84,54 19,85

Page 97: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

93

terorganisasi tetapi ide utama ternyatakan,

pendukung terbatas, dan logis tetapi tidak

lengkap. Berikut peningkatan skor rata-

rata aspek organisasi dari pratindakan

hingga siklus II.

Gambar 4 : Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-Rata Aspek Organisasi setiap Siklus

Dari Gambar 4 di atas menunjukkan

peningkatan rata-rata nilai dari

pratindakan hingga siklus II. Skor rata-

rata pratindakan sebesar 13,56, setelah

diberi tindakan pada siklus I skor rata-

rata menjadi 15,66 meningkat sebanyak

2,1. Pada siklus II terjadi peningkatan

yang cukup signifikan, yaitu skor rata-

rata menjadi 16,97 dengan kenaikan

sebanyak 1,31.

Kriteria penilaian pada aspek

kosakata penulisan teks eksposisi

dinyatakan sangat baik apabila

penguasaan kata canggih, pilihan kata dan

ungkapan efektif, menguasai

pembentukan kata, dan penggunaan

register tepat. Diharapkan siswa mampu

menulis eksposisi menggunkan pilihan

kata yang efektif. Berikut perolehan skor

rata-rata aspek kosakata siswa dari

pratindakan hingga siklus II.

Gambar 5 : Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-rata Aspek Kosakata setiap Siklus

Dari diagram batang di atas

menunjukkan terjadinya peningkatan skor

rata-rata aspek kosakata siswa dalam

menulis eksposisi dari pratindakan hingga

siklus II. Skor rata-rata tulisan siswa mulai

dari pratindakan sebesar 13,41. Setelah

diberi tindakan pada siklus I, skor rata-

rata menjadi 15,19 meningkat sebanyak

1,78. Pada siklus II terjadi peningkatan

yang cukup signifikan. Skor rata-rata

menulis eksposisi sebesar 17,19 dengan

kenaikan sebanyak 2.

Kriteria penilaian aspek penggunaan

bahasa dinyatakan cukup apabila

konstruksi sederhana tetapi efektif,

terdapat kesalahan kecil pada konstruksi

kompleks, terjadi sejumlah kesalahan

penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata,

artikel, pronomina, preposisi), tetapi

Page 98: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

94

makna cukup jelas. Berikut perolehan

skor rata-rata aspek penggunaan bahasa

dari pratindakan hingga siklus II.

Gambar 6 : Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-rata Aspek Penggunaan Bahasa setiap Siklus

Peningkatan yang dicapai pada

aspek penggunaan bahasa cukup

signifikan. Dari Gambar 17 di atas

menunjukkan peningkatan rata-rata nilai

dari pratindakan hingga siklus II. Skor

rata-rata siswa dalam menulis eksposisi

pada saat pratindakan sebesar 13,03.

Setelah diberi tindakan pada siklus I skor

rata-rata menjadi 15,06 meningkat

sebanyak 2,03. Pada siklus II terjadi

peningkatan yang cukup signifikan, yaitu

skor rata-rata menjadi sebesar 16,91

dengan kenaikan sebanyak 1,85.

Aspek yang terakhir dalam penilaian

menulis eksposisi adalah aspek mekanik.

Kriteria penilaian aspek mekanik dalam

penulisan teks eksposisi dinyatakan baik

apabila menguasai aturan penulisan,

terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda

baca, penggunaan huruf kapital, dan

penataan paragraf. Berikut perolehan skor

rata-rata aspek mekanik dari pratindakan

hingga siklus II.

Gambar 7 : Diagram Batang Peningkatan Skor

Rata-rata Aspek Mekanik setiap Siklus

Dari diagram batang di atas dapat

diketahui adanya peningkatan pada aspek

mekanik dari pratindakan, siklus I, dan

siklus II. Skor rata-rata aspek mekanik

pada tes pratindakan sebesar 4,47. Setelah

diberi tindakan pada siklus I, skor rata-

rata menjadi 6,12 meningkat sebanyak

1,65. Pada siklus II, skor rata-rata aspek

mekanik terjadi peningkatan yang cukup

signifikan. Skor rata-rata siklus II sebesar

7,66 dengan kenaikan sebanyak 1,54.

Peningkatan yang dicapai pada

aspek mekanik dalam menulis eksposisi

siswa kelas X IPS.1 SMA Negeri 2

Karanganyar secara keseluruhan

mengalami peningkatan. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran

student group dapat meningkatkan setiap

aspek dalam penulisan eksposisi.

Tabel 4: Hasil Angket Pascatindakan Keterampilan

Menulis Eksposisi Menggunakan Model

Pembelajaran Student group

Page 99: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

95

No. Pertanyaan Tanggapan

Ya Tidak

1. Apakah Anda kesulitan

dalam memahami

pembelajaran menulis

eksposisi dengan model

pembelajaran student group ?

15,625

%

84,375

%

2. Apakah model pembelajaran

student group membuat

kemampuan menulis

eksposisi Anda meningkat?

93,75% 6,25%

3. Apakah model pembelajaran

student group membuat Anda

lebih memahami cara-cara

menulis eksposisi?

93,75% 6,25%

4. Apakah Anda merasa nyaman

dengan pembelajaran menulis

eksposisi dengan

menggunakan model

pembelajaran student group ?

93,75% 6,25%

5. Apakah model pembelajaran

student group sudah tepat

diterapkan dalam

pembelajaran menulis

eksposisi?

96,875

%

3,125%

6. Apakah model pembelajaran

student group mendorong

Anda untuk lebih

mempelajari dan mendalami

menulis eksposisi?

93,75% 6,25%

7. Apakah model pembelajaran

student group terbukti tepat

untuk meningkatkan

kemampuan menulis

eksposisi?

90,625

%

9,375%

8. Menurut Anda, apakah

model pembelajaran student

group untuk pembelajaran

menulis eksposisi perlu

diterapkan di sekolah?

87,5% 12,5%

9. Setelah mengikuti

serangkaian pembelajaran

menulis eksposisi

menggunakan model

pembelajaran student group.

Apakah membuat Anda

semakin tertarik dengan

kegiatan menulis eksposisi?

93,75% 6,25%

10. Menurut Anda, pembelajaran

menulis eksposisi sebaiknya

menggunakan model

87,5% 12,5%

pembelajaran student group

atau tidak?

Berdasarkan hasil angket

pascatindakan diperoleh data bahwa model

pembelajaran student group dapat

meningkatkan proses pembelajaran

menulis eksposisi. Hal tersebut tercermin

dari respon positif siswa yang menyatakan

bahwa dengan penerapan model

pembelajaran student group mampu

mengatasi kesulitan dalam menulis

eksposisi, meningkatkan motivasi dalam

menulis eksposisi, kesesuaian model dengan

materi menulis eksposisi yang pada akhirnya

dapat membantu meningkatkan

kemampuan menulis eksposisi.

Apabila dilihat dari hasil jawaban

angket menunjukkan penerapan model

pembelajaran student group mempermudah

untuk memahami pembelajaran menulis

eksposisi sehingga siswa lebih memahami

cara menulis eksposisi. Kondisi tersebut

mendorong motivasi siswa lebih

mempelajari dan mendalami serta tertarik

untuk menulis eksposisi. Hal tersebut

berdampak pada peningkatan kemampuan

siswa dalam menulis eksposisi. Kondisi

tersebut didukung dengan adanya rasa

nyaman siswa selama penerapan model

pembelajaran student group. Peningkatan

hasil yang dicapai membuat siswa

menyatakan bahwa pembelajaran student

group tepat diterapkan guru dalam

Page 100: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

96

pembelajaran menulis eksposisi secara

berkesinambungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran memberi dan menerima

dapat digunakan untuk meningkatkan

keterampilan menulis eksposisi siswa

kelas X IPS.1 SMA Negeri 2

Karanganyar. Peningkatan yang terjadi

setelah dikenai tindakan meliputi

peningkatan proses dan produk.

Peningkatan dalam hal proses dapat

dilihat pada pelaksanaan pembelajaran

yang berlangsung dengan baik. Dapat

dikatakan baik, karena siswa merasa

nyaman dan memahami materi yang

disampaikan. Peningkatan proses juga

meliputi keseluruhan perilaku peserta

didik selama proses pembelajaran. Peserta

didik lebih memperhatikan dan merespon

dengan antusias terhadap penjelasan guru.

Selama proses menulis eksposisi

berlangsung, peserta didik ikut

berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

berinteraksi atau kerjasama dengan

peserta didik lainnya. Peserta didik

merespon positif terhadap model

pembelajaran yang digunakan. Selain itu,

terjadi tanya jawab yang baik antara guru

dan peserta didik. Hal ini menjadikan

pembelajaran menulis eksposisi lebih

kondusif dan menarik.

Peningkatan produk dapat dilihat

dari skor rata-rata kelas yang diperoleh

dari tahap pratindakan sampai siklus II.

Pada tahap pratindakan diperoleh skor

rata-rata sebesar 64,69 meningkat menjadi

75,5 pada tahap siklus I. Selanjutnya,

terjadi peningkatan skor rata-rata

menulis eksposisi pada siklus II menjadi

84,54. Hal tersebut menunjukkan adanya

peningkatan 19,85 dari tahap pratindakan

sampai siklus II.

Hasil dari tindakan yang dilakukan

hingga siklus II telah memenuhi indikator

keberhasilan produk yaitu 75% siswa

mendapatkan skor lebih dari atau sama

dengan 75 dari skor maksimal 100 setelah

diberikan tindakan. Secara keseluruhan

pada siklus II semua aspek dan kriteria

menulis eksposisi mengalami peningkatan

yang signifikan.

Dari hasil penelitian di atas terbukti

bahwa penggunaan model pembelajaran

student group dinilai berhasil dan dapat

meningkatkan kemampuan menulis

eksposisi siswa kelas X IPS.1 SMA

Negeri 2 Karanganyar.

SARAN

1. Untuk guru bahasa Indonesia,

hendaknya guru mengunakan model

pembelajaran dalam menulis eksposisi

Page 101: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

97

agar pembelajaran lebih menarik,

inovatif, menyenagkan, tidak

membosankan. Guru hendaknya

berusaha memperhatikan dan

memahami setiap kesulitan siswa

kemudian dicari solusinya agar siswa

tertarik dalam kegiatan pembelajaran.

2. Untuk siswa, penelitian ini diharapkan

dapat membantu siswa dalam

pembelajaran menulis eksposisi

sehingga dapat menghasilkan tulisan

eksposisi yang baik.

3. Untuk peneliti lain, diharapkan dapat

memanfaatkan hasil penelitian ini

sebagai bahan acuan dalam

melaksanakan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura,

H.R. 1989. Pembinaan

Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, A. Chaedar an Suzanna

Alwasilah. 2005. Pokoknya

Menulis; Cara Baru Menulis

dengan Metode Kolaborasi.

Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, dan

Supardi. 2008. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Fajri, Fatiha. 2013. “Model Pembelajaan

Student group terhadap

Pembelaaran Bahasa Jepang

(Penelitian Eksperimental

terhadap Siswa Kelas X SMA

Negeri 10 Bandun Tahun Ajaran

2012/2013)”. Thesis. Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung.

Gie, The Liang. 2012. Terampil

Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Hardiyanto, Edwan. 2014. “Peningkatan

Kemampuan Menulis Teks

Eksposisi Melalui Teknik Tanya

Jawab Pada Siswa”. Jurnal

Penelitian Pendidikan, Volume 1,

Nomor 1, hlm. 69-75.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model

Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Madya, Suwarsih. 2011. Teori dan Praktik

Penelitian Tindakan (Action

Research). Bandung: Alfabeta.

Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa

Indonesia Untuk Penulisan Karya

Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media

Perkasa.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian

Page 102: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

98

Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Sugiarto, Alfin. 2012. “Keefektifan Teknik

Think-Pair-Share (Berpikir-

Berpasangan-Berbagi) dalam

Pembelajaran Menulis Eksposisi

Siswa Kelas X SMA N 1

Piyungan Bantul”. Thesis.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Suparno dan Mohammad Yunus. 2008.

Keterampilan Menulis. Jakarta:

PT. Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis

Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 103: Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude fileVolume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude i

Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude

99