Upload
buiquynh
View
245
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
i
SUSUNAN DEWAN REDAKSI JURNAL “AMPLITUDE”
MITRA BESTARI
Prof.Dr. Chatarina Muryani, M.Si (Guru Besar Universitas Sebelas Maret) Prof. Drs. Suparwoto, M.Pd ( Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta) Dr. Moh. Thoifur, M.Si (Universitas Ahmad Dahlan yogyakarta)
Dr. Muhtadi,M.A ( Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta)
PENGARAH Dr. Jasman Indradno, M.Si (Kepala BP2MK Wilayah III)
PENASEHAT
Dra. Hj. Suliyastuti, MM (Kepala SMA N 2 Karanganyar)
PIMPINAN UMUM Caswidi, S.Pd, M.Pd
WAKIL PIMPINAN
Irham. S.Pd.I, M.Pd
KETUA PENYUNTING Ariezta Rosalina Frimasari, ST
PENYUNTING PELAKSANA
Andri Fitrianingsih, S.Psi, M.Si Puji Mawarti, S.Pd
Nasrul Firdaus, S.Pd
DESAIN GRAFIS Ahmad Ghazi W
Sekretariat
Jalan Ronggowarsito, Bejen, Karanganyar, Kode Pos 57716 Telp. (0271) 495795
Email: [email protected] Perwakilan Daerah Jawa Barat
Sanidi, S.Pd Jl. Raya Lombang- Indramayu Jabar
(HP.089632649981) Perwakilan Daerah Nusa Tenggara Barat
Tri Asmaning Jl. Raya Pancor Selong Lombok Timur NTB
(HP.O81803697788)
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
ii
LEMBAGA KAJIAN PENDIDIKAN DAN FORUM ILMIAH INDONESIA DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul.........................................................................…...........
Susunan Dewan Redaksi...……………………………………………....
Daftar isi.....................................................................................................
Meningkatkan Prestasi Belajar PKn dengan Metode Peta Konsep
Wijayanto Nugroho ……………………………………………………………………………………………
Meningkatkan hasil belajar Momentum melalui model Team Assisted
Individualization dengan Modelling Modellus
Caswidi.................................................................................................................
Upaya Meningkatkan kemampuan membaca Melalui Media Kartu
gambar huruf Kontekstual
Suparmi......................................................................................................
Meningkatkan Prestasi Bealajar Fisika dengan Model Discovery
Learning pada Listrik Statis
Endang Satiti Budiyatmi............................................................................
Meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar Ekonomi dengan
Pemanfaatan Pose Selfie di Komik
Up Grading Supramono.................................................................................
Praktek berkarya Seni Patung melalui Media Sabun dengan Teknik
Butsir
Kriswanto Dwi Utomo.........................................................................................
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika operasi hitung awal
Melalui Media Realita kartu angka.
Suparmi...............................................................................................................
Peningkatan Ketrampilan Menulis Eksposisi Melalui Model Take
and Give.
Sanusi.......................................................................................................
i
ii
iii
1
14
27
39
51
63
74
86
1
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN
DENGAN METODE PETA KONSEP
Wijayanto Nugroho
SD N 03 LEMPONG JENAWI
Abstrak :Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar PKn materi
Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat melalui metode diskusi dan tanya jawab pada
siswa kelas IV Semester II SD Negeri 03 Lempong Jenawi Karanganyar Tahun Pelajaran
2016/2017.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan 3 siklus penelitian ini mengamati 1).
Aktivitas siswa siklus I ke siklus II, dan siklus III. Perhatian siswa meningkat 9,09 , siklus II ke
siklus III naik 18,19% ; Aktif berdiskusi 9,09%; siklus II ke siklus III naik 1,42%; Aktif
bertanya dan menjawab meningkat 36,36%;, siklus II ke siklus III naik 9,09 ; aktif mengerjakan
tugas siklus I ke II naik 9,09, siklus II ke III, naik 9,1. 2). Hasil pengolahan data dari perbaikan
nilai prestasi siswa dari siklus ke siklus juga mengalami peningkatan . Rata-rata nilai pra siklus
ke siklus I naik mencapai 6,36 siklus I ke siklus II mengalami kenaikan 3,64; siklus II ke siklus
III mengalami kenaikan 5,91; Berdasarkan pengolahan data dari perbaikan pembelajaran,
membuktikan bahwa metode diskusi dan tanya jawab dapat meningkatakan prestasi belajar
PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa Kelas V Semester II SD Negeri 03 Lempong
Jenawi Tahun Pelajaran 2017/2018.
.
Kata kunci; Peta Konsep meningkatkan hasil belajar, Materi Kebebasan Berorganisasi
Abstract: The purpose of this study was to determine the improvement of Civics Education
learning outcomes of the Central Level Government System through the method of discussion
and question and answer for students in grade IV Semester II Public Elementary School 03
Lempong Jenawi Karanganyar 2016/2017 Academic Year. Classroom Action Research (CAR)
was conducted with 3 cycles of this study observing 1). Student activities cycle I to cycle II, and
cycle III. Student attention increased 9.09, cycle II to cycle III rose 18.19%; Actively discuss
9.09%; cycle II to cycle III rose 1.42%; Active in asking and answering increased 36.36%;
cycle II to cycle III rose 9.09; actively working on the duty cycle I to II rose 9.09, cycle II to III,
up 9.1. 2). The results of data processing from improving student achievement values from
cycle to cycle also increase. The average pre-cycle value to cycle I rose to 6.36 cycle I to cycle
II, increasing 3.64; cycle II to cycle III has increased by 5.91; Based on data processing from
learning improvements, proving that the method of discussion and question and answer can
improve Civics learning achievement material on Organizational Freedom in Class V students
in Semester II SD Negeri 03 Lempong Jenawi 2017/2018 Academic Year. .
Keywords; Concept Map to improve learning outcomes, Organizational Freedom Material
PENDAHULUAN
Untuk mengatasi pembelajaran
PKn maka diperlukan suatu metode
pembelajaran yang dapat mendorong siswa
untuk belajar menemukan jawaban atau
pemecahan masalah untuk menyimpulkah
suatu materi yang relevan. Siswa dapat
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
2
diarahkan untuk membentuk kelompok dan
berdiskusi dengan kelompoknya dalam
menemukan suatu informasi atau materi
PKn Mengenal Sistem Pemerintahan
Tingkat Pusat menurut pikiran dan hasil
diskusi kelompok mereka.
Salah satu metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan keaktifan siswa
adalah metode diskusi dan tanya jawab
metode ini merupakan model pembelajaran
yang lebih menekankan pada proses
belajar dalam kelompok, bukan
mengerjakan sesuatu bersama kelompok.
Dengan model pembelajaran ini
diharapkan hasil pembelajaran akan lebih
bermakna bagi siswa dan pada akhirnya
siswa dapat menemukan banyak hal yang
menarik dalam pembelajaran PKn.
Penerapan metode pembelajaran
dari guru di sekolah memegang peranan
penting dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas IV SD. Gambaran
selintas, guru SD N 03 Lempong dalam
praktiknya mereka hampir seluruhnya
menerapkan prinsip-prinsip pengajaran
dengan menerapkan prinsip ceramah.
Sehingga masih memerlukan pembenahan.
Diskusi adalah aktivitas dari
sekelomok siswa, berbicara saling bertukar
informasi maupun pendapat tentang sebuah
topik atau masalah, dimana setiap anak
ingin mencari jawaban/ penyelesaian
problim dari dari segala segi dan
kemungkinan yang ada (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan 1999).
Metode diskusi adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan
pada suatu masalah. Metode diskusi disini
siswa dapat mengemukakan pendapat,
menyangkal pendapat orang lain,
mengajukan usul, dan saran dalam rangka
pemecahan masalah yang ditinjau dari
beberapa segi. Termasuk antara guru dan
siswa. Untuk terciptanya pelaksanaan yang
multi arah dalam pengajaran PKn di SD 03
Lempong Jenawi, interaksi dijembatani
oleh metode pembelajaran. Dengan
demikian komunikasi akan berjalan lebih
efektif dan efisien.
Dengan melihat gejala dan berbagai
pemikiran diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas
dengan judul: “Meningkatkan Prestasi
Belajar PKn Materi Kebebasan
Berorgansiasi dengan Metode Peta Konsep
Pada Siswa Kelas V Semester II SD N 03
Lempong Jenawi Tahun 2017/2018”
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar PKn
materi mengenal sistem pemerintahan
tingkat pusat melalui metode diskusi dan
tanya pada siswa kelas V Semester II SD
Negeri 03 Lempong Jenawi Karanganyar
Tahun Pelajaran 2017/2018.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
3
Dengan diketahui hasil proses
pembelajaran, penelitian ini dilaksanakan
maka diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat : 1) Bagi Siswa, Penelitian ini
akan memberikan bantuan pada siswa
untuk lebih aktif dan kreatif dalam
pembelajaran sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih mudah,
menyenangkan, serta dapat meningkatkan
pemahaman siswa. 2) Bagi Guru: Menjadi
bahan dan acuan dan menambah
pengetahuan tentang pembelajaran diskusi
dan tanya jawab yang dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif proses
pembelajaran di dalam kelas. 3) Bagi
Sekolah; Penelitian ini memberikan
sumbangan yang bermanfaat untuk
perbaikan proses pembelajaran dan
motivasi guru-guru di sekolahnya, agar
mau dan mampu melaksanakan
pembelajaran yang menarik dan
menantang, terutama pada pembelajaran
PKn agar dapat memperoleh hasil
maksimal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada kelas
V Sekolah Dasar Negeri 03 Lempong
Jenawi Tahun ajaran 2017/2018.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
dilakukan selama 5 bulan dimulai pada
bulan Januari sampai Mei. Penyusunan
proposal dilakukan bulan Januari, Februari
menyusun instrumen, Maret pelaksanaan
penelitian dan pengumpulan data, dalam
penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus,
dimana pada tiap siklus dengan
penanganan yang berbeda. Siklus pertama
akan disempurnakan pada siklus kedua,
dan begitu seterusnya. April penyusunan
pelaporan penelitian. Penelitian tindakan
kelas ini subyek penelitian adalah siswa
kelas V SDN 03 Lempong Dengan jumlah
siswa 11 anak.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan Data, a)Observasi
meliputi: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan observasi kelas, dan (3)
pembahasan balikan. b. Dokumentasi:
digunakan untuk memperoleh data tentang
kemampuan awal PKn siswa yang diambil
dari nilai ulangan Kelas IV Semester II SD
Negeri 03 Lempong Kecamatan Jenawi
Kabupaten Karanganyar. c. Tes
Adapun teknik yang digunakan
untuk memeriksa validitas dalam
penelitian ini adalah triangulasi.
Moeleong (2004: 330)
mengemukakan bahwa “Tringulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar
data itu untuk keperluan pengecekkan atau
sebagai pebandng terhadap data itu.”
Untuk menjaga validitas, secara
kolaboratif data dalam penelitian ini akan
didiskusikan /dikonsultasikan dengan
teman sejawat, serta diupayakan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
4
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1)
observer akan mengamati keseluruhan
sekuensi peristiwa yang terjadi dikelas; 2)
tujuan, batas waktu dan rambu-rambu
observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat
lengkap dan hati-hati; dan 4) observasi
harus dilakukan secara obyektif.
Data berupa hasil tes
diklasifikasikan sebagai data kuantitatif.
Data tersebut dianalisis secara deskriptif,
yakni dengan membandingkan nilai tes
antarsirklus. Yang dianalisis adalah nilai
tes sebelum menggunakan metode Diskusi
dan Tanya Jawab, dan nilai tes setelah
menggunakan metode Diskusi dan Tanya
Jawab, sebanyak dua siklus. Kemudian,
data yang berupa nilai tes
antarsiklus tersebut dibandingkan hingga
hasilnya dapat mencapai batas
ketercapaian atau indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan model yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan
pengembangan dari model Kurt Lewin.
Suharsimi Arikunto (2003: 83)
mengemukakan model yang didasarkan
atas konsep pokok bahwa penelitian
tindakan terdiri dari empat komponen
pokok yang juga menunjukkan langkah,
yaitu: 1.Perencanaan atau planning, 2.
Pelaksanaan atau acting, 3.Pengamatan
atau observing, 4.Refleksi atau reflecting
Langkah-langkah tersebut dapat
diilustrasikan dalam gambar 3 berikut :
Gambar 3. 1 Skema Model Dasar Penelitian
Tindakan Kelas
Model Kurt Lewin dalam Arikunto Suharsimi
(2009:16)
Hasil dari pengamatan ini
kemudian dijadikan dasar sebagai
langkah berikutnya, yaitu refleksi
kemudian disusun sbuah modifikasi
yang diaktualisasikan dalam bentuk
rangkaian tindakan dan pengamatan
lagi, begitu seterusnya.
PROSEDUR PENELITIAN
Tabel 3.1 Prosedur Penelitian
Deskripsi awal Masalah belajar PKn siwa
kelas IV
S
I
K
L
U
S
1
1.
Penyusu
nan
Rencana
Tindakan
Merencanakan
pembelajaran yang
akan diterapkan dalam
proses pembelajaran
PKn
Menentukan pokok
bahasan.
Mengembangkan
skenario pembelajaran.
Menyiapkan sumber
belajar.
Mengembangkan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
5
format evaluasi.
Mengembangkan
format observasi.
2
2
Pelaksan
aan
Tindakan
Menerapkan tindakan
dengan menerapkan
metode diskusi dan
tanta jawab mengacu
pada skenario
pembelajaran.
3
3
Pengama
tan
Melakukan observasi
dengan memakai
format observasi
terhadap aktivitas
siswa.
4 Evaluasi/
Refleksi
Melakukan evaluasi
tindakan yang telah
dialakukan.
Melakukan pertemuan
untuk membahas hasil
evaluasi tentang
skenario pembelajaran
dan lain-lain.
Memperbaiki
pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi,
untuk digunakan
siklus berikkutnya.
Evaluasi tindakan I,
apa bila belum
berhasil maka guru
sepakat untuk
menindaklanjuti ke
siklus berikutnta
sampai memenuhi
KKM (70)
Indikator pencapaian Prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan
siswa kelas V meningkat sehingga hasil
rata-rata kelas mencapai 70 dan ketuntasan
belajar klasikal mencapai minimal 80% .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kondisi awal pembelajaran
PKn belum mencapai tujuan yang
diharapkan, sehingga harus dilakukan
suatu tindakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasi belajar siswa agar
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(70). Hasil tersebut dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 4.1 Presentasi belajar PKn Kelasl V SD N 03
Lempong pada kondisi awal.
Nilai (N) Jumlah (F) NF %
30 1 30 9,09
40 1 40 9,09
50 2 100 18,18
60 4 240 36,36
70 3 210 27,27
80 - -
Jumlah 11 620 100
56,36
Ketuntasan klasikal 27,27%
Tabel diatas adalah nilai PKn pada
kondisi awal pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Lempong dapat digambarkan
dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 4.1 Prestasi belajar PKn Siswa Kelas V SD
N 03 Lempong pada kondisi awal.
Berdasarkan hasil belajar PKn
masih rendah maka guru melakukan
inovasi dalam pembelajaran agar prestasi
belajar PKn materi Mengenal Sistem
Pemerintahan Tingkat Pusat dapat
meningkat diantaranya dengan
menerapkan metode pembelajaran Diskusi
dan Tanya jawab dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar dan aktifitas
siswa serta aktifitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran PKn materi
Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat
Pusat.
0
1
2
3
4
30 40 50 60 70
Pra siklus
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
6
Adapun tahapan Penelitian dilakukan
melalui 4 tahapan yaitu perencanaan
(planning), tindakan (acting), Hasil
pengamatan (observing), refleksi
(reflecting).Setelah dilakukan tindakan
hasil observasi dan pengamatan pada
tindakan kelas siklus I menunjukkan
bahwa siswa yang belum termotivasi untuk
aktif berdiskusi dan mengemukakan
pendapatnya. Dalam metode pembelajaran
diskusi dan tanya jawab, pembelajaran
PKn materi Kebabasan Berorganisasi.
siklus I dalam proses pembelajaran masih
ada beberapa siswa yang terlihat masih
pasif, hasilnya belum mencapai standart
nilai KKM yang ditentukan (70). Ternyata
dari pengamatan tersebut diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data Aktivitas Siswa Kelas V SDN 03
Lempong dengan metode Peta Konsep
Mata Pelajaran PKn pada Siklus I
Aspek yang
dinilai
Kelompok J
m
l
Prese
ntase
%
I4
Siswa
II4
Siswa
III 3
Siswa
Memperhatikan
Penjelasan guru 3 3 2 8 72,72
Aktif diskusi
dengan teman 2 2 2 6 54,54
Aktif Bertanya
dan Menjawab
Pertanyaan
2 1 2 5 45,45
Aktif
mengerjakan
tugas 2 2 2 6 54,54
Pada tabel di atas diketahui bahwa
perhatian siswa cukup baik, dari 11 siswa 8
diantaranya telah memperhatikan
penjelasan guru saat pembelajaran dengan
metode pembelajaran diskusi dan tanya
jawab berlangsung yaitu mencapai 72,72
%. Akan tetapi keaktifan siswa dalam
berdiskusi masih kurang karena hanya
mencapai 54,54 % dan keberanian
bertanya dan menjawab pertanyaan dari
guru yang mencapai 45,45 %. dan yang
aktif mengerjakan tugas dari 11 siswa
hanya 6 siswa (54,54). Hal tersebut di
karenakan anak belum terbiasa kerja
kelompok. Akibatnya siswa yang benar-
benar aktif jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan dengan siswa tidak aktif saat
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Adapun hasil pencapaian nilai siswa
sebagai tolok ukur hasil belajar siswa
Materi Mengenal Sistem Pemerintahan
Tingkat Pusat dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar PKn
dengan metode Peta Konsep Siswa Kelas V SDN 03
Lempong pada Nilai tes siklus I dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini:
Nilai (N) Jumlah
(F)
NF %
40 1 40 9,09
50 1 50 9,09
60 4 240 36,36
70 4 280 36,36
80 1 80 9,09
Rata-rata 62,72 690 100
Ketuntasan
klasikal
45,45%
Tabel diatas adalah nilai PKn
materi Mengenal Sistem Pemerintahan
Tingkat Pusat pada siklus I setelah diberi
tindakan. Dalam hal ini nilai di peroleh
dalam kegiatan belajar mengajar dengan
metoe diskusi dan tanya jawab yang
dilaksanakan pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 lempong dapat digambarkan
dalam grafik sebagai berikut :
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
7
Grafik 4.2 Prestasi belajar PKn Siswa Kelas IV
SDN 03 Lempong pada siklus I
Hasil tes yang disajikan pada tabel
di atas, menunjukkan bahwa 6 siswa
mendapat nilai kurang dari 70. Sedangkan
6 siswa mendapat nilai 70. Nilai rata-rata
kelas 62,72. Ketuntasan secara klasikal
sebesar 45,45%. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran PKn Mengenal Sistem
Pemerintahan Tingkat Pusat pada siklus I
ada peningkatan dari sebelum tindakan.
Namun perlu ditindak lanjuti karena belum
mencapai batas KKM (70).
Hasil observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa kurang aktif, tidak banyak
memberikan komentar, siswa belum
terbiasa melakukan diskusi kelas. Siswa
belum biasa berbicara atau mengeluarkan
pendapat di hadapan teman-temannya.
Berdasarkan hal tersebut peneliti
bersama teman sejawat sepakat untuk
melanjutkan ke siklus berikutnya (siklus
II) dengan lebih meningkatkan kegiatan
dan proses pembelajaran diskusi secara
maksimal. Pada siklus berikutnya
diharapkan siswa lebih fokus dalam
mengikuti pembelajaran, serta guru dapat
membimbing siswa secara optimal untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
TAHAPAN TINDAKAN SIKLUS II
Berdasarkan hasil refleksi dan
evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus
1 diketahui bahwa belum menunjukkan
adanya perubahan hasil belajar yang
signifikan. Hal ini terlihat dari data yang
telah diperoleh yaitu siswa yang mendapat
nilai tuntas hanya 6 (45,45%) dengan
nilai rata-rata kelas 62,72. Selain itu
banyak siswa yang kurang aktif saat
mengikuti pembelajaran, karena siswa
yang rajin mengerjakan tugas hanya 6
siswa ( 54,54% ) siswa beranian bertanya
dan menjawab pertanyaan dari guru 5
(45,45%). Siswa yang aktif mendengarkan
keterangan guru 8 (72,72). Dan siswa aktif
berdiskusi 6 siswa ( 54,54% ).
Oleh karena itu pada siklus II
proses tindakan pembelajaran lebih
ditingkatkan dan dioptimalkan dari siklus
sebelumnya, hal ini bertujuan agar nilai
hasil belajar siswa pada siklus II lebih baik
atau meningkat dari siklus I. Pelaksanakan
siklus II dilaksanakan dengan tahapan –
tahapan. Dalam pembelajaran pada
tindakan kelas siklus II diperoleh hasil
bahwa tindakan peneliti sudah sesuai
dengan harapan, proses pembelajaran
sudah berjalan dan hasilnya sudah
mengalami peningkatan dibandingkan
siklus sebelumnya.
Peneliti berkolaborasi dengan
guru secara runtut melaksanakan observasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran PKn
pada setiap siklus observasi ini
ditunjukkan untuk mengamati aktivitas
dalam pembelajaran. Keseluruhan data
yang diperoleh sebagai bahan untuk
menganalisis perkembangan hasil belajar
PKn siswa. Data tersebut antara lain
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Aktivitas Siswa Kelas V pada
Siklus II dengan metode Peta Konsep
Aspek yang
dinilai
Kelompok Jml
%
I
3
II
3
III
3
IV
2
0
1
2
3
4
40 50 60 70 80
siklus I
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
8
Memperha
tikan
Penjelasan
guru
3 2
2 2 9 81,81
Aktif
diskusi
dengan
teman
2 2
3 2 7 63,63
Aktif
Bertanya
dan
Menjawab
Pertanyaan
2 1
2
2 7 81,81
Aktif
mengerjak
an tugas 3 2
3 2 10 90,90
Dari tabel di atas diketahui
bahwa keaktifan siswa telah mengalami
peningkatan, memperhatikan penjelasan
guru. dari 11 siswa 9 (81,81). Aktif
berdiskusi dengan teman saat
pembelajaran dengan metode
pembelajaran berlangsung yaitu 7
mencapai 63,63%. Selain itu aktif
bertanya atau menjawab pertanyaan dari
guru yang mencapai 7 siswa 63,63%.
Siswa aktif mengerjakan tugas dari
jumlah siswa 11 belum keseluruhanya
baru 10 (90,90).
Perhatian siswa dalam
pembelajaran sudah terfokus, siswa
sudah merespon penjelasan guru
tentang materi yang disampaikan dan
berani mengeluarkan ide atau gagasan.
Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran tidak lagi berjalan searah
melainkan dua arah yaitu adanya proses
timbal balik antara guru dan siswa.
Hasil pencapaian nilai siswa sebagai
tolok ukur hasil belajar siswa materi
Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat
pada siklus II dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.5 Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas V
Siswa SDN 03 Lempong pada siklus II
Nilai (N) Jumlah
(F)
NF %
50 2 100 18,18
60 3 180 9,09
70 4 280 54,54
80 1 80 9,09
90 1 90 9,09
100 - - -
Jumlah 11 730 100
Rata-rata 66,36
Ketuntasan
klasikal
54,54%
Tabel diatas adalah nilai PKn
materi Kebebasan Berorganisasi pada
siklus II setelah diberi tindakan. Dalam hal
ini nilai di peroleh dalam kegiatan belajar
mengajar dengan Peta Konsep yang
dilaksanakan pada siswa kelas V SD
Negeri 03 Lempong dapat digambarkan
dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 4.3 Prestasi belajar PKn siklus II
Hasil tes yang disajikan pada
grafik di atas, menunjukkan dari jumlah
siswa 11 bahwa 5 siswa mendapat nilai
kurang dari KKM (70). Siswa tuntas dari
jumlah 11 siswa baru 6 rata-rata kelas
sudah ada peningkatan dibanding siklus
sebelumnya 66,36, namun siswa
dikatakan tuntas apabila 80 % dari
jumlah siswa telah mendapat nilai batas
KKM (70). Sedangkan ketuntasan secara
klasikal sebesar 54,54%.
Berdasarkan hasil tersebut,
dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran PKn materi Kebebasan
Berorganisasi pada siklus II ada
peningkatan dari sebelum tindakan.
0
1
2
3
4
50 60 70 80 9
siklus II
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
9
Namun perlu ditindak lanjuti karena
belum mencapai batas KKM (70).
Refleksi (Reflecting)
Berdasarkan hasil observasi di
atas, dapat diketahui bahwa siswa
masih perlu ditindaklanjuti
pembelajaran pada siklus III perlu
ditekankan pada siswa pentingnya
kedisiplinan waktu. Hasil observasi
terhadap pelaksanaan tindakan dapat
dideskripsikan bahwa siswa masih
ragu takut salah. Hal ini terlihat pada
saat siswa diminta untuk
menyampaikan pendapat, siswa
kurang berminat atau kurang
bersemangat melakukan kegiatan ini.
Maka peneliti bersama guru sepakat
untuk melanjutkan ke siklus
berikutnya (siklus III) dengan lebih
meningkatkan kegiatan dan proses
pembelajaran diskusi secara maksimal.
TAHAPAN TINDAKAN SIKLUS III
Hasil refleksi dan evaluasi
pelaksanaan tindakan pada siklus II
diketahui bahwa sudah ada perubahan
prestasi siswa namun belum sesuai
dengan harapan guru yaitu belum
memenuhi KKM (70) . Hal ini terlihat
dari data yang telah diperoleh yaitu
siswa yang mendapat nilai tuntas
hanya 6 (54,54%) dengan nilai rata-
rata kelas 66,36.
Peneliti berkolaborasi dengan
guru secara runtut melaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran PKn pada setiap siklus
observasi ini ditunjukkan untuk
mengamati aktivitas dalam
pembelajaran. Keseluruhan data yang
diperoleh sebagai bahan untuk
menganalisis perkembangan hasil
belajar PKn siswa. Data tersebut
antara lain sebagai berikut :
Tabel 4.6 Data Aktivitas Siswa Kelas V pada
Siklus III
Aspek yang
dinilai
Kelompok J
m
l
%
I
3
II
3
III
3
IV
2
Memperhatika
n Penjelasan
guru
3 3
3 2 11 100
Aktif diskusi
dengan teman 3 2
3 2 10 90,90
Aktif Bertanya
dan Menjawab
Pertanyaan
2 3
3 2 10 90,90
Aktif
mengerjakan
tugas
3 3
3 2 11 100
Dari tabel di atas diketahui
bahwa keaktifan siswa telah mengalami
peningkatan, memperhatikan penjelasan
guru (100%). Aktif berdiskusi dengan
teman saat pembelajaran dengan
metode pembelajaran berlangsung yaitu
mencapai 90.90%. Selain itu aktif
bertanya atau menjawab pertanyaan dari
guru yang mencapai mencapai 90.90%.
Siswa aktif mengerjakan tugas
mencapai 100%.
Hasil pencapaian nilai siswa
sebagai tolok ukur hasil belajar siswa
materi Kebebasan Berorgansiasi pada
siklus III dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.7 Presentasi Prestasi belajar PKn Siswa Kl
V
SDN 03 Lempong pada siklus III
Nilai (N) Jumlah
(F)
NF %
50 - - -
60 1 60 9,09
70 3 210 27,27
80 5 400 45,45
90 2 180 18,18
100 - - -
Jumlah 11 850 100
Rata-rata 77,27
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
10
Ketuntasan
klasikal
90,90%
Tabel diatas adalah nilai PKn
materi mengenal sistem pemerintahan
tingkat pusat pada siklus III setelah diberi
tindakan. dapat digambarkan dalam grafik
sebagai berikut :
Grafik 4.4 Prestasi belajar PKn siklus III
Hasil tes yang disajikan pada
tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kelas telah mencapai batas
tuntas 77,27. Ketuntasan secara
klasikal sebesar 90,90%. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran PKn materi Kebebasan
Berorgansiasi dari siklus kesiklus ada
peningkatan dan telah mencapai batas
tuntas.
PEMBAHASAN ANTAR SIKLUS
Penelitian tindakan Kelas
telah dilaksanakan melalui 3 siklus
yaitu siklus I, II, dan siklus III.
Pelaksanaan tindakan kelas
menunjukkan bahwa dari hasil
pengamatan dan analisis data yang ada
selama siklus ke siklus tentang
perhatian dan keaktifan siswa
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.8 Data Aktivitas Siswa Kelas V SDN 03
Lempong dengan metode
pembelajaran diskusi dan tanya jawab
pada Mata Pelajaran PKn Siklus I s/d
Siklus III
Aspek
yang
dinilai
Memperhatikan
penjelasanguru
Aktif diskusi
SI SII SIII SI SII SIII
Jml
Siswa 8 9 11 6 7 10
Prose
ntase 72,72 81,81 100 54,54 63,63 90,90
Aspek
yang
dinilai
Aktif Bertanya dan
Menjawab
Pertanyaan
Aktif mengerjakan
tugas
SI SII SI SII SI SII
Jml
Siswa 6 7 6 7 6 7
Prosent
ase 45,45
81,8
1 45,45 81,81 45,45 81,81
Keterangan :
S I : Siklus I S II : Siklus II
S III : Siklus III
Setelah dilakukan beberapa
perbaikan dari kelemahan pembelajaran
siklus I, pada siklus II dan siklus III, proses
pembelajaran telah mendapatkan hasil
yang signifikan. Aktivitas siswa dari siklus
ke siklus mengalami perubahan, siswa
telah mengikuti pembelajaran dengan baik.
dari tabel di atas diketahui bahwa dari 11
siswa, yang memperhatikan pada siklus I
mencapai 8 siswa, siklus II mencapai 9
siswa, siklus III mencapai 11 siswa
Keaktifan siswa diskusi pada siklus I
mencapai 6 siswa, siklus II mencapai 7
siswa; , siklus III mencapai 10 siswa.
Aktif bertanya siklus I, ada 6 siswa. siklus
II mencapai 7 siswa; , siklus III mencapai
10 siswa. Aktif mengerjakan tugas; siklus
I, 5 Siswa ; siklus II mencapai 10 siswa; ,
siklus III mencapai 11 siswa.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa
adanya peningkatan aktifitas siswa mulai
dari siklus I sampai dengan siklus III.
Peningkatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran antara lain:1) Siswa lebih
memperhatikan selama pembelajaran
0
1
2
3
4
5
60 70 80 90 9
SIKLUS III
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
11
berlangsung. 2). Siswa lebih aktif
menjawab pertanyaan guru. 3). Keberanian
siswa untuk bertanya semakin meningkat.
4). Siswa aktif belajar mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru.
Sedangkan perkembangan hasil
belajar siswa yang memperoleh nilai
setelah dilakukan tindakan mengalami
perubahan yang signifikan. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Presentasi Prestasi belajar PKn Siswa
Kelas V SDN 03 Lempong dari Pra
Siklus, SIklus I , II dan III
Nilai (N) Jumlah
(F) Pra
Siklus
Jumlah
(F)
S. I
Jumlah
(F)
S. II
Jumlah
(F)
S. III
30 1 - - -
40 1 1 - -
50 2 1 - -
60 4 3 3 1
70 3 6 4 3
80 - - 1 5
90 - - 1 2
100 - - - -
Jumlah 11 11 11 11
Rata-rata 56,36 62,72 66,36 77,27
Ketuntasan
klasikal
27,27 45,45 54,36 90,90
Kenaikan
rata-Rata
Antar
siklus
- 6,36 3,64 5,91
Berdasarkan hasil tersebut, dapat
diketahui rerata yang dicapai telah
memenuhi indikator kinerja dan secara
klasikal telah mencapai batas ketuntasan.
Dari keseluruhan data yang telah diperoleh
selama siklus pertama sampai dengan
siklus terakhir dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas
V SDN 03 Lempong Jenawi dapat
dilakukan dengan penerapan metode
pembelajaran diskusi dan tanya jawab.
Nilai PKn materi Mengenal Sistem
Pemerintahan Tingkat Pusat siswa SD
Negeri 03 Lempong melalui penerapan
metode Diskusi dan Tanya Jawab dapat
digambarkan dalambentuk grafik sebagai
berikut :
Grafik 4.5. Nilai PKn materi Mengenal Sistem
Pemerintahan Tingkat Pusat dari Pra
Siklus, siklus I ,II, dan Siklus III
Sedangkan Peningkatan nilai
mata pelajaran PKn materi Mengenal
Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat
siswa SD Negeri 03 Lempong melalui
penerapan metode Diskusi dan Tanya
Jawab dapat digambarkan dalam
bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.6. Peningkatan Nilai Rata- Rata PKn
Materi Kebebsan Berorgansiasi dari
Pra Siklus, siklus I ,II, dan Siklus III
Berdasarkan indikator kinerja yang
telah ditetapkan bahwa prestasi belajar
PKn siswa kelas V SD Negeri 03 Lempong
jenawi tuntas ditentukan apabila 80% dari
jumlah siswa mendapat nilai 70 ke atas.
Dari hasil tindakan melalui metode diskusi
dan tanya jawab, dapat diketahui jumlah
siswa mendapat nilai 70 ke atas sebanyak
10 siswa atau telah mencapai 90,90 %
0
1
2
3
4
5
6
30 40 50 60 70 80 90
pra siklus
siklus I
siklus II
Siklus III
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Prasiklus
Siklus I Siklus II Siklus III
Nilai Rata-Rata
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
12
sehingga prestasi yang dicapai setiap siklus
terdapat peningkatan yang signifikan.
Hipotesis tindakan yang berbunyi
“Metode Peta Konsep dapat Meningkatkan
Prestasi Belajar PKn Materi Kebebasan
Berorganisasi Pada Siswa Kelas V
Semester II SD N 03 Lempong Jenawi
Tahun 2017/2018” terbukti kebenarannya,
apabila dikaitkan dengan teori masih
relevan.
Metode diskusi dan tanya jawab
termasuk faktor yang berasal dari luar
siswa yang mempengaruhi secara positif
terhadap prestasi belajar PKn materi
mengenal sistem pemerintahan tingkat
pusat anak menjadi lebih aktif, maka
tecipta pembelajaran yang multi arah,
komunikasi lebih efektif dan efisien.
KESIMPULAN
Berdasrakan hasil penelitian yang
telah dikemukakan pada bab IV dapat
disimpulkan bahwa sebagai berikut: 1).
Aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn
Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat
Pusat dari siklus ke siklus mengalami
peningkatan. 2). Hasil pengolahan data
dari perbaikan nilai prestasi siswa dari
siklus ke siklus juga mengalami
peningkatan . Rata-rata nilai pra siklus ke
siklus I naik mencapai 6,36 siklus I ke
siklus II mengalami kenaikan 3, 64; siklus
II ke siklus III mengalami kenaikan 5,91;
Simpulan membuktikan bahwa, Metode
Peta Konsep Dapat Meningkatkan Prestasi
Belajar PKn Pada Siswa Kelas V Semester
II SD Negeri 03 Lempong Jenawi Tahun
Pelajaran 20172018.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat dikemukakan saran
– saran sebagai berikut :1). Bagi siswa,
penelitian ini akan memberikan bantuan
pada siswa untuk lebih aktif dan kreatif
dalam pembelajaran sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih mudah,
menyenangkan, serta dapat meningkatkan
Prestasi belajar siswa.2).Bagi Guru,
menjadi bahan dan acuan untuk menambah
pengetahuan tentang pembelajaran diskusi
dan tanya jawab yang dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif proses
pembelajaran di dalam kelas. 3). Bagi
Kepala Sekolah, menjadi referensi dalam
melaksanakan tugas supervisi dan evaluasi
untuk memberikan pembinaan dan
motivasi guru-guru di sekolahnya, agar
mau dan mampu melaksanakan
pembelajaran yang menarik dan
menantang, pada pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran yang
diberikan kepada siswanya untuk
mempermudah memahami berbagai
macam pelajaran agar dapat memperoleh
hasil maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk 2009. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
A. Suryo subroto, 1997. Proses Belajar
Mengajar Disekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
2003 Undang – Undang Sistem
Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) 2003. Jakarta:
Sinar Grafika
Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Kuri Kulum Pedoman Penilaian.
Jakarta: Depdiknas
...............2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta.: PT
Rineka Cipta
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
13
Djojonegoro, Wardiman. 1994. Kreativitas,
Kebudayaan, dan Perkembangan
Iptek. Bandung : Alfabeta
http://foldyku.blogspot.com/2005_10_10_a
rchive.html. unduh 13-1-2017
Moleong, 2006. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nana Sujana, 2007. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi
pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Prasasti, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar PKn Dengan Metode
Diskusi dan Tanya Jawab siswa
kelas V. Menjing :Perpustakaan
SD
SD N 03 Lempong. 2016/2017. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Sekolah Dasar. Menjing:
Tim KTSP.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
14
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MOMENTUM MELALUI MODEL
TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MODELLING MODELLUS
Caswidi
SMA N 2 Kabupaten Karanganyar
ABSTRAK” MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MOMENTUM MELALUI MODEL TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MODELLING MODELLUS SISWA SMA N 2
KARANGANYAR”
Dalam proses belajar media/metoda pengajaran sangat penting agar dapat mencapai prestasi
belajar, efektifitas, dan efisiensi pembelajaran secara maksimal sehingga prestasi belajar siswa
lebih meningkat.Media/model pembelajaran harus mengalami perubahan dan peningkatan untuk
menghilangkan kesan statis dalam pembelajaran. Dengan menggunakan kolaborasi jigsaw
dengan program aplikasi IT Tracker diharapkan bisa menjawab masalah perubahan
pembelajaran.
Dengan pola pembelajaran jigsaw bisa mentransfer aplikasi tracker dalam pembelajaran,
dikarenakan generasi IT sudah ada pada diri siswa. Porses pengalihan dari nyata tentang gerak
lurus di input dalam aplikasi tracker yang berupa dunia maya.
Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, sebelum memasuki siklus I tinjauan prasiklus
pada hasil ulangan harian materi sebelumnya yang memiliki rata-rata kognitif 53, dan 51% batas
ketuntasan. Dengan menggunakan kolaborasi jigsaw dan tracker mengalami peningkatan
kognitif rata-rata 68 dengan ketuntasan menjadi 77%. Pada siklus kedua kognitif siswa dengan
rata-rata i 78, dan ketuntasan mencapai 82% berdasarkan indikator kinerja pada penelitian ini
adalah untuk peningkatan kognitif harus rata-rata 75 dan ketuntasan 80%.
Perbandingan peningkatan kognitif dari pra siklus ke siklus I sebesar 22%, siklus I ke siklus II
sebesar 9,33%, sedangkan ketuntasan dari pra siklus ke siklus I sebesar 26%, dan dari siklus I
ke siklus II sebesar 5%.
Kata Kunci : model TAI,Modelling Modellus dan Belajar
ABSTRACT "LEARNING TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) WITH
MODELING MODELING PROGRAM TO INCREASE STUDENTS STUDENT
MOMENTUM SMA N 2 KARANGANYAR" In the process of learning media / method of
teaching is very important in order to achieve learning achievement, effectiveness, and
efficiency of learning to the maximum so that student learning achievement is increasing.Media
/ learning model must undergo changes and improvements to eliminate the impression of static
in learning. By using jigsaw collaboration with IT Tracker application program is expected to
answer the problem of learning change. With the pattern of learning jigsaw can transfer tracker
applications in learning, because the generation of IT already exist in the students themselves.
The transferee of the real about the straight motion in the input in the application of the tracker
in the form of cyberspace. In this study it is divided into two cycles, before entering cycle I of
the pre-cycle review on the results of the previous daily repetition of the material having a
cognitive average of 53, and 51% of the mastery limit. By using jigsaw collaboration and
tracker had an average cognitive improvement of 68 with mastery to 77%. In the second
cognitive cycle of students with an average of 78, and completeness of 82% based on
performance indicators in this study is for cognitive improvement should be average 75 and
80% completeness. The comparison of cognitive improvement from pre cycle to cycle I is 22%,
cycle I to cycle II is 9,33%, while completeness from pre cycle to cycle I is 26%, and from cycle
I to cycle II is 5% .
Keywords: model TAI, Modeling Modellus dan Learning
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
15
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran diarahkan
untuk memberdayakan semua potensi
peserta didik menjadi kompetensi yang
diharapkan. Di dalam kurikulum 2013
model pembelajaran yang dianjurkan
adalah pembelajaran yang berbasis saintis
meliputi; model problem based learning,
Discovery Learning dan project learning.
Dalam pesatnya dunia teknologi imformasi
dewasa ini, merupakan tantang besar bagi
seorang guru dalam melayani pendidikan
di setiap pembelajaran. Dunia siswa telah
berada dalam teknologi komputerisasi
sehingga guru secepatnya bisa mengikuti
perkambangan. Pembelajaran saat ini.
Agar menyesuaikan kebutuhan siswa
dengan berjalannya ilmu teknologi
imformatika maka dalam penelitian ini
mencakup dua model pembelajaran yaitu
model problem based learning untuk
Metode Team Assisted Individualization
(TAI) dan Model Project learning untuk
Program Modelling Modellus.
Pembelajaran TAI dengan latar belakang
diskusi yang dipimpin ketua kelompok
yang memiliki kemampuan lebih sedikit
dibandingkan anggota kelompok lainnya
bisa memperlancar kegiatan pembelajaran.
Modelling modellus digunakan untuk
project learning karena ada beberapa
pemprograman tentang materi momentum
yang akan dikerjakan oleh kelompok
dengan tambahan ekstra waktu di luar jam
pembelajaran dengan menggunakan model
aplikasi diharapkan bisa meningkatkan
semangat belajar dengan dimungkinkan
dapat meningkatkan prestasi hasil belajar
momentum. Berdasarkan hasil Ulangan
Harian tahun lalu untuk kelas X semester
dua yang nilainya kurang memuaskan
adalah Momentum, didukung dengan
adanya angket yang diedarkan pada kelas
XI MIPA bahwa momentum menduduki
peringkat sulit 35% dari 72 koresponden,
posisi 35% adalah terbesar di bandingkan
materi-materi lain yang ada pada kelas X
semester 2 (Tabel.1.1).
Tabel.1.Angket dan hasil angket
Penelitimenggunakankelas X,
dikarenakanmengajar di kelas X.
Tabel.2 hasil angket
N
o
Materi Kategorisuli
t
prosentas
e
1 Hk. Newton 13 18
2 Gravitasi 15 21
3 Usaha energi 10 14
4 Momentum 25 35
5 gerakharmoni
s 9 13
Jumlah 72 100
Mengapa memilih kelas X MIPA-4
dengan alasan bahwa kelas X MIPA-4
memiliki nilai rata-rata terendah selama
dilakukan ulangan harian sebanyak tiga
kali pokok bahasan sebelumnya. Proses
MenurutAnda yang paling sulitpokokbahasanmatapelajaran
fisikakelas X semester 2 kemarinadalah…………
a. Hukum Newto b. Hk Newton Gravitasi
c. Usaha dan energi d. Momentum dan Impuls
e. GetaranHarmonis
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
16
pembelajaran saintifik akan muncul jika
diterapkannya model Team Assisted
Individualization (TAI) dan project
learning saat mengerjakan Modelling
Modellus. Bentuk kegiatannya antara lain
kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan,
mengorganisasikan bahan, membuat
kesimpulan-kesimpulan serta menciptakan.
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka permasalahan yang ada dapat
di identifikasi sebagai berikut; 1) Perlu
pengembangan Metode atau model
pembelajaran agar prestasi bejalar siswa
meningkat. 2)Agar pembelajaran bisa
berjalan dengan latar belakang
pemebelajaran kooperatif maka metode
pembelajarannya menggunakan Team
Assisted Individualization (TAI). 3)
Perlunya perubahan suasana belajar
sebagai sarana memanfaatkan teknologi
imformatika. 4) Bahwa perlunya
pembelajaran fisika yang didukung
program aplikasi komputerisasi sebagai
dunia siswa saat ini.
Agar penelitian lebih terarah maka
permasalahan dibatasi pada ; 1)
Pembelajaran fisika dilaksanakan dengan
model Team Assisted Individualization
(TAI) melalui observasi ketrampilan, sikap
dan penilaian pengetahuan siswa. 2)
Variabel yang akan ditingkatkan dalam
penelitian ini adalah Prestasi hasil belajar
siswa. 3) Pembelajaran Fisika dengan
menggunakan Modelling Modellus untuk
member semangat belajar padamateri
Momentum.
Berdasarkan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, dan batasan
masalah dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai
berikut;1)Bagaimanakah Rancangan
implementasi pembelajaran fisika dengan
model Team Assisted Individualization
(TAI) dengan modelling modellusd apat
meningkatkan prestasi belajar momentum
siswa kelas X MIPA-4 SMA N 2
Karanganyar. 2) Apakah pembelajaran
fisika dengan model Team Assisted
Individualization (TAI) dengan modelling
modellus dapat meningkatkan prestasi
belajar momentum siswa kelas X MIPA-4
SMA N 2 Karanganyar semester 2 tahun
pelajaran 2016/2017?. 3) Apakah dengan
menggunakan Aplikasi modelling modellus
dapat meningkatkan semangat belajar
fisika siswa?.
Penelitian ini bertujuan untuk; 1)
Mengimplementasikan pembelajaran fisika
dengan model Team Assisted
Individualization (TAI) pada materi
momentum siswa kelas X MIA-4 SMA
Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran
2016/2017. 2) Menerapkan modelling
Modellus pada pemebalajaran fisika pada
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
17
siswa kelas X IPA-4 SMA Negeri 2
Karanganyar semester 2 tahun pelajaran
2016/2017. 3) Meningkatkan hasil belajar
fisika pada materi Momentum di kelas X
MIA-4 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun
pelajaran 2016/2017.
Hasil penelitian ini memiliki
beberapa manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. 1) Manfaat
Teoritis; Secara teoritis, hasil penelitian ini
dapat menambah khasana teori yang
berhubungan dengan Pembelajaran fisika
dengan model Team Assisted
Individualization (TAI) dan aplikasi
program modelling Modelllus untuk
meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
2) Manfaat praktis Secara praktis, hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
beberapa pihak, antara lain: a) Penelitian
ini memberikan wawasan dan motivasi
para guru dan praktisi pendididkan dalam
memilih model pembelajaran yang tepat.
b) Memberi sumbangsi untuk ilmu
pengetahuan dan bagi pembangunan
bangsa dan Negara.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian ini dilaksanakan
pada siswa kelas XIPA-4 SMA Negeri 2
Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017.
Jumlah siswa yang terlibat dalam
pembelajaran berjumlah 35 siswa terdiri
dari 14 laki-laki dan 21 perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Januari 2017 sampai dengan bulan
april 2017.Tempat Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar,
Alamat Jl. Ronggowarsito, Bejen,
Karanganyar.
Jenis Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif tindakan atau action
research. Ada empat tahapan dalam
penelitian ini sebagai berikut yaitu; 1)
Perencanaan (planning) dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran , ketrampilan dan sikap
dalam pembelajaran TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI). 2) Tindakan
yang merupakan implementasi dari
perencanaan yang sudah disusun. Pada
tahap tindakan dilakukan perubahan proses
pembelajaran dan kegiatan terhadap
ketrampilan serta penillaiaian sikap siswa
yang diinginkan. 3) Pengamatan
(observasi) yaitu: mengamati dampak atau
hasil dari tindakan yang dilakasanakan
atau dikenakan pada siswa . Apakah
berdasarkan tindakan pada siswa
berpengaruh pada perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran. 4)
Refleksi (Reflection) kegiatan ini mengkaji
dan mempertimbangkan secara mendalam
tentang hasil atau dampak setelah
dilakukan tindakan dengan berbagai
kriteria yang telah dibuat. Dari kegiatan
refleksi diperoleh rekomendasi-
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
18
rekomendasi untuk perbaikan siklus II.
Siklus akan berhenti jika kegiatan
pembelajaran sudah mencapai indikator
yang ditetapkan.
Prosedur Penelitian ini dilakukan
meningkatkan hasil belajar , ketrampilan
dan sikap siswa. Tahapan kegiatan yang
dilakukan pada tiap siklus meliputi:
Perencanaan, Pelaksanaan, observasi,
Refleksi.
Indikator kinerja penelitian
tindakan kelas ini adalah; 1) Kriteria
ketuntasan minimal hasil belajar kognitif
siswa sebesar 75. 2) Ketuntasan kalsikal
hasil belajar kelas sebesar 80%. 3)
Ketuntasan skor prestasi belajar
ketrampilan rata-rata kelas minimal 75%.
4) Ketuntasan skor prestasi belajar sikap
rata-rata kelas minimal 75%.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi teknik tes dan non
tes. Analisis data pada penelitian ini terdiri
dari tiga komponen yaitu : 1) Penyajian
data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, tabel, grafik, dan bagan
hubungan antar kategori atau dengan teks
yang berbentuk naratif pada masing-
masing siklus. 2) Kesimpulan dan
Verifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pretes kognitif
pada materi Hukum Gravitasi diketahui
sebanyak 45,71% siswa tidak mencapai
ketuntasan. Nilai rata-rata tes kognitif
kelas sebesar 54.29 dan pre tes. Dengan ini
diatas menandakan kelas ini perlu
diadakan tindakan, nilai raa-ratanya 68,29
dengan demikian nilai hasil pre tes masih
rendah.
Ketercapaian prestasi belajar ranah
Pengetahuan siklus I diperoleh dari tes
pada sub bab Impuls-momentum, dan
Hukum kekekalan momentum. Prestasi
belajar Pengetahuan siklus I disajikan pada
lampiran. Nilai rata-rata prestasi belajar
pengetahuan siklus I sebesar 73,29 dengan
nilai tertinggi 85, dan terendah 55.
Persentase jumlah siswa yang mencapai
batas ketuntasan belajar adalah 62,86 %
sehingga prestasi belajar kognitif siklus I
belum mencapai indikator kinerja klasikal
yang ditetapkan.
Hasil observasi indikator ranah
keterampilan (keaktifan) siklus I
berdasarkan hasil observasi disajikan pada
Tabel 3.
Tabel.3. Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus
I
No Indikator Capaian Indikator
(%)
1 Rajin 74.29 2 kerjasama 78.57 3 Peran serta 73.57 4 toleransi 74.29 Rata-rata 75.18
Berdasarkan Tabel 3 capaian
indikator terendah adalah peran serta 73,57
capaian indikator tertinggi adalah kerja
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
19
sama (78,57%). Rata-rata capaian indikator
prestasi belajar siklus I adalah 75,18%
sehingga prestasi belajar keterampilan
siklus I belum mencapai indikator kinerja
yang ditetapkan.
Hasil observasi indikator sikap
pada siklus I disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Ketercapaian Indikator Sikap siklus I
No Indikator Capaian Indikator
(%)
1 Jujur 68.33
2 Rasa ingin tahu 74.17
3. bertanya/ide 65.83
4 Demokrasi 73.33
Rata 70,42
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat
bahwa Hasil observasi Sikap siswa siklus I
yang paling rendah adalah menyampaikan
ide/bertanya (65,83%) sedangkan indikator
Sikap siswa yang paling tinggi adalah rasa
ingin tahu (74,17%) ketercapaian indikator
sikap siswa rata-rata sebesar 70,42%.
Ketercapaian rata-rata hasil belajar
ranah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap pada kegiatan pembelajaran siklus I
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar
siklus I
No Ranah Capaian Rata-Rata (%)
1 Pengetahuan 73,29
2 keterampilan 75,18
3 Sikap 70.42
Hasil Belajar Pengetahuan Siklus II
Ketercapaian prestasi hasil belajar
Pengetahuan (kognitif) siswa siklus II
diperoleh dari tes tertulis.Data prestasi
belajar pengetahuan siklus II disajikan
pada Lampiran.Nilai rata-rata prestasi
belajar kognitif siklus II sebesar 79 dengan
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65.
Persentase jumlah siswa yang sudah
mencapai batas ketuntasan belajar adalah
91,43% sedangkan persentase jumlah
siswa belum tuntas sebesar 8,57%. Dari
data tersebut disimpulkan bahwa hasil
belajar pengetahuan siklus II sudah
mencapai indikator kinerja klasikal yang
ditetapkan sudah diatas 80%.
Hasil observasi keterampilan Siklus II
Ketercapaian indikator prestasi
belajar ranah keterampilan siklus II
berdasarkan hasil observasi disajikan pada
Tabel 6 dan Lampiran .
Tabel 6. Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus
II
No Indikator Capaian Indikator (%)
1 Rajin 90,00 2 kerjasama 92,50 3 Peran serta 91,67 4 Toleransi 88,33
Rata-rata 90,63
Berdasarkan Tabel 6 capaian
indikator terendah adalah toleransi 88,33%
capaian indikator tertinggi adalah
kerjasama (91,67%). Rata-rata capaian
indikator siklus II adalah 90,63% dan
tingkat ketuntasan 82,86% dan yang tidak
tuntas 17,14%, sehingga prestasi belajar
keterampilan siklus II sudah mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu
ketuntasaannya 80%.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
20
Hasil observasi Sikap siklus II
Ketercapaian indikator Sikap pada
siklus II disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Ketercapaian Indikator Sikap siklus II
No Indikator Capaian Indikator
(%)
1 Jujur 79.17
2 Rasa ingin tahu 79.17
3 Bertanya/ide 72.50
4. demokratis 78.33
Rata-rata 77.29
Berdasrkan Tabel 7 dapat dilihat
bahwa ketercapaian indikator Sikap siswa
siklus II yang paling rendah adalah
mengeluarkan pendapat/ide (72,50%)
sedangkan indikator Sikap siswa yang
paling tinggi adalah jujur dan dan rasa
ingin tahu (79,17%) ketercapaian indikator
Sikap siswa rata-rata sebesar 77.29%.
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar siklus II
Ketercapaian rata-ratahasil belajar
pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada
kegiatan pembelajaran siklus II disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8. Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar
siklus II
No Ranah Capaian Rata-Rata (%)
1 Pengetahuan 79,00
2 keterampilan 90,63
3 Sikap 77.29
Prestasi belajar pengetahuan
(kognitif) pada pra siklus, siklus I, dan
siklus II, menunjukkan skor yang
berbeda.Tes kognitif pra siklus berisi
tentang Gaya Gravitasi, tes siklus I tentang
Impuls dan momentum, untuk tes siklus II
tentang Hukum kekekalan momentum,
hukum kekekalan energi kinetic dan
tumbukan, untuk observasi ranah
ketrampilan dan sikap.
Perbandingan nilai rata-rata tes
Pengetahuan (kognitif) pra siklus, siklus I,
dan siklus II, disajikan pada tabel.9.dan
Gambar 1.
Tabel.9. Perbandingan Nilai rata-rata dan ketuntasan antar siklus
No siklus Nilai rata-rata Capaian
ketuntasan
1 pra siklus 68,29 54,29%
2 Siklus I 73,29 62,83%
3 Siklus II 90,00 91,43%
Gambar.1. Grafik nilai rata-rata dan ketuntasan
belajar antar siklus
Berdasarkan Gambar 1.dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
prestasi belajar pengetahuan (kognitif) dari
pra siklus sampai siklus II. Peningkatan
rata-rata prestasi belajar kognitif dari pra
siklus ke siklus I sebesar 5% dan dari
siklus I ke siklus II sebesar 16,71%.
Persentase jumlah siswa yang
mencapai batas ketuntasan belajar
pengetahuan (kognitif)dari pra siklus
sampai siklus II juga mengalami
peningkatan dapat dilihat pada Gambar 2.
0
50
100
prasiklussiklus I siklus II
capai
an r
ata-
rata
Grafik Nilai rata-rata hasil belajar
Pengetahuan antar siklus
rata-rata
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
21
Gambar .2. Grafik Ketuntasan rata-rata belajar
antar siklus
Dari grafik 2 diatas dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus
II. Jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar pada kegiatan
pembelajaran dari pra siklus ke siklus I
sebesar 8,62% , dan dari siklus I ke siklus
II sebesar 28,57%,.Dari pra siklus ke siklus
I belum ada tanda-tanda peningkatan,
setelah siklus II ketuntasan dapattercapai
indikator kinerja yang ditetapkan (80%)
Hasil belajar ketrampilan terdiri
dari empat indikator yaitu Rajin, kerja
sama,, peran serta dan toleransi.
Perbandingan hasil belajar Ketrampilan
dapat dilihat pada Gambar .3.
Gambar .3. Grafik hasil belajar ketrampilan antar
siklus
Berdasarkan Gambar.3.diperoleh
informasi bahwa terjadi peningkatan
prestasi belajar Ketrampilan dari siklus I
ke siklus II.
Pencapaian rata-rata prestasi belajar
ketrampilan dari pra siklus sampai siklus II
disajikan pada Gambar 4.4.
Gambar .4 Grafik Nilai rata-rata ketrampilan
hasil belajarantar siklus
Dari Gambar .4. dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata
prestasi belajar Ketrampilan dari pra siklus
sampai dengan siklus II. Peningkatan skor
rata-rata prestasi belajar Ketrampilan dari
siklus I ke siklus II sebesar 2,50%.
Persentase jumlah siswa yang
mencapai batas ketuntasan belajar
keterampilandari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan yang dapat dilihat
pada Gambar .5.
Gambar 5. Grafik Ketuntasan rata-rata hasil
belajar ketrampilan antar siklus
0
20
40
60
80
100
prasiklus siklus I siklus II
ket
erca
pai
an
ket
unta
san r
ata-
rata Grafik ketuntasan belajar antar siklus
ketuntasan
68
70
72
74
76
78
80
siklus I Siklus II
ket
erca
pia
n r
ata-
rata
Grafik hasil belajar ketrampilan antar siklus
Aktifkerjasamaperan sertatoleransi
0
20
40
60
80
100
prasiklus siklus I siklus II
ket
erca
pai
an
rata
-rat
a
Grafik rata-rata ketrampilan hasil belajar antar
siklus
0
50
100
prasiklus siklus I siklus II
ket
erca
pai
an r
ata-r
ata
Grafik ketuntasan hasil belajar ketrampilan antar
siklus
ketuntasan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
22
Dari gambar.5.grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar dari siklus I, siklus II. Jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan hasil belajar
ketrampilan pada kegiatan pembelajaran
siklus I ke siklus II sebesar 11,43%. Pra
siklus belum pernah diukur tingkat
ketrampilan, mulai pengukuran dilakukan
pada saat siklus I ke siklus II dan sudah
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan
(80%).
Hasil belajar Sikap terdiri dari
empat indikator yaitu Jujur, Demokratis,
Rasa ingin tahu, dan
berpendapat/ide.Perbandingan hasil belajar
sikap dapat dilihat pada Gambar.6
Gambar.6. Grafik hasil belajar sikap antar siklus
Berdasarkan grafik diatas diperoleh
bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar
Sikap dari siklus I ke siklus II.
Pencapaian rata-rata prestasi belajar
sikap dari pra siklus sampai siklus II
disajikan pada Gambar .7.
Gambar 7. Grafik Nilai rata-rata hasil belajar
Sikap
Dari Gambar 7.dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan skor rata-rata prestasi
belajar Sikap dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan skor rata-rata prestasi belajar
Sikap dari siklus I ke siklus II sebesar
4,43%.
Persentase jumlah siswa yang
mencapai batas ketuntasan belajar Sikap
dari siklus I ke siklus II juga mengalami
peningkatan yang dapat dilihat pada
Gambar .8.
Gambar .8. Grafik Ketuntasan rata-rata hasil
belajar Sikap antar siklus
Dari gambar .8 grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar dari siklus I ke siklus II. Jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan hasil
belajar Sikap pada kegiatan pembelajaran
dari siklus I ke siklus II sebesar 11,43%.
Dari siklus I ke siklus II sudah mencapai
0
20
40
60
80
100
prasiklus siklus I Siklus II
Grafik hasil belajar Sikap antar siklus
jujur
pendapat/ide2
70
72
74
76
78
prasiklus siklus I siklus II
ket
erca
pai
an
rata
-rat
a
Grafik Nilai rata-rata hasil belajar sikap antar
siklus
0
20
40
60
80
100
prasiklus siklus I siklus II
ket
erca
pai
an r
ata-
rata
Grafik ketuntasan hasil belajar sikap antar
siklus
ketuntasan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
23
indikator kinerja indikator kinerja yang
ditetapkan (80%).
Perbandingan nilai rata-rata prestasi
belajar Pengetahuan, Ketrampilan, dan
Sikap selama proses tindakan disajikan
pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Nilai rata-rata Hasil belajar
selama proses tindakan
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat
peningkatan prestasi hasil belajar
Pengetahuan, Ketrampilan, dan Sikap
mengalami Peningkatan. Peningkatan Nilai
pengetahuan dari pra siklus ke siklus II
berturut-turut sebesar 5%, 5,71%,
sedangkan nilai ketrampilan peningkatan
sebesar 4,50%, dan nilai sikap sebesar
4.46%.
PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar materi
Momentum Impuls dengan menggunakan
Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dengan model
aplikasi Modelling Modellus siswa kelas X
IPA-4 semester 2 tahun pelajaran
2016/2017 pada aspek kognitif, aspek
ketrampilan dan aspek afektif.
Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Pada siklus I pembentukan
kelompok dengan anggota 5 siswa yang
heterogen dalam kelompok dan homogen
antar kelompok. Kemudian pada akhir
pembelajaran materi Momentum Impuls
dilakukan posttest untuk mengetahui
prestasi belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) harus ada
asisten yang memiliki kemampuan lebih
dibandingkan anggota lain. Dengan
memiliki siswa berkemampuan lebih inilah
proses pembelajaran dengan menggunakan
modelling modellusakan di transfer ke
teman-teman sekelompoknya. Modelling
Modellus ini adalah program pembelajaran
aplikasi dengan menggunakan program
yang telah setting oleh guru dengan materi
momentum Impuls.
Tahap ketiga yaitu kuis, kuis
dilaksanakan setelah siswa belajar dalam
kelompoknya dimana dalam kuis siswa
tidak boleh saling bekerja sama dan nilai
kuis ini menentukan nilai kelompok untuk
mendapatkan kelompok terbaik. Tahap
keempat skor dihitung berdasarkan skor
awal setiap siswa memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan sumbangan
skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya.
Pada tahap kelima guru memberikan
penghargaan kepada kelompok terbaik
60
65
70
75
80
85
prasiklus siklus I siklus II
Nil
ai r
ata-
rata
Grafik Nilai rata-rata hasil belajar antar
siklus
Pengetahuan
ketrampilan
sikap
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
24
yang bertujuan agar lebih meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Hasil dari siklus I ini Nampak ada
perubahan ke arah yang lebih baik.
Temuan yang dihasilkan pada siklus I
adalah penerapan model aplikasi modelling
Modellus mengalami kendala, karena
siswa-siswi tidak pernah mengenal
program itu sebelumnya. Berkat ketekunan
anggota yang memiliki kemampuan lebih
yang berfungsi sebagai asisten dapat
terselesaikan dengan baik. Inilah penting
pembelajaran Team Assisted
Individualization sangat cocok diterapkan
untuk pembelajaran yang menggunakan
model-model aplikasi komputerisasi di
tingkat SMA.
Pada Siklus II hasil temuan yang
didapat bahwa siswa mengalami data
sudah baik namun masih ada sedikit
peserta didik yang lupa terhadap cara
pengoperasian modelling modellus pada
saat menuliskan persamaan/ rumus pada
materi tumbukan sehingga memerlukan
waktu yang agak lama untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan.
Pada kegiatan siklus I dilihat dari
ranah keterampilan memiliki empat
indikator, yaitu; rajin, kerjasama, peran
serta, dan menghargai/toleransi. Observasi
ranah keterampilan pada pertemuan kedua
masih belum sesuai yang diharapkan.
Kendala pada pertemuan pertama,
dikarenakan siswa merasa baru pada
program modelling modellus. Keaktifan
siswa hanya satu dua saja, yang lainnya
menunggu teman yang sedang
mengoperasikan program. Temuan selain
mengoperasikan program modeling
modellus juga pada kelompok yang tidak
membawa laptop. Sebagai rekomendasinya
yaitu siswa yang menjadi asisten pada
kelompoknya di perjelas lagi cara
mengoperasikan program tersebut, setelah
itu baru mengajari teman-teman
sekelompoknya. Temuan kedua masalah
laptop tiap kelompok harus ada minimal
satu buah laptop, rekomendasinya
ditekankan lagi supaya membawa laptop
agar pembelajaran bisa berjalan lancer
untuk kelompoknya masing-masing.
Ranah sikap yang terdiri dari empat
indikator pada siklus I belum begitu
tampak mengalami ketuntasan yang sesuai
dengan indikator kerja, capaian rata-rata
nilai belum mencapai batas ketuntasan,
maka perlu adanya siklus II untuk
menempuh batas ketuntasan. Indikator
Sikap jujur dan rasa ingin tahu cukup
tinggi, sedangkan indikator berpendapat /
memiliki ide masih perlu ditingkatkan lagi.
Kegiatan presentasi pada siklus II
rata-rata peserta didik tampil bersama dan
saling memberi penjelasan atau menjawab
pertanyaan saling bergantian, berbeda
dengan kegiatan presentasi pada siklus I
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
25
yang tampil hanya satu orang sebagai
perwakilan dengan anggota antara lima
atau empat. Dengan model pembelajaran
TAI ini melatih siswa menggunakan proses
pengumpulan data merumuskan hasil uji
dan memverifikasi sebuah konsep yang
dibandingkan dengan literature buku
siswa. Dari kegiatan tersebut siswa merasa
bermain peran dalam persamaan atau
formula untuk sebuah konsep dalam Proses
pembelajaran.
Rekomendasi siklus II adalah guru
memberikan pengarahan dan penjelasan
petunjuk lebih detail khususnya pada
program modelling modellus. Hasil pada
siklus II keaktifan dan perilaku (sikap)
siswa semakin meningkat, dengan tingkat
ketuntasan memenuhi indikator kerja yang
telah ditetapkan, dengan demikian
pembelajaran TAI dengan menggunakan
modeling Modellus adalah sebuah upaya
guru untuk meningkat hasil belajar
seberapa rumitnya materi yang akan
diajarkan mesti membuahkan hasil yang
diharapkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari awal
hingga akhir pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa: Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dengan modelling
modellus dapat meningkatkan prestasi belajar
momentum siswa kelas X MIPA SMA N 2
Karanganyar semester 2 tahun pelajaran
2016/2017 melalui dua siklus. dengan
peningkatan sebagai berikut : a) Capaian nilai
rata-rata siswa yang mencapai criteria
ketuntasan minimal (KKM) belajar kognitif
mengalami peningkatan dari pra siklus
(68,29%), siklus I (73,29%), dan siklus II
(79,00%). b) Capaian nilai rata-rata prestasi
belajar ranah ketrampilan mengalami
peningkatan dari siklus I (75.18%), dan siklus
II (77,86%). C) Capaian nilai rata-rata
prestasi belajar ranah Sikap mengalami
peningkatan dari siklus I (72.86%), dan siklus
II (77,32%).
SARAN
1) Untuk Guru; a) dalam menerapkan
pembelajaran ini, adalah upaya dalam
rangka mencari alternatif agar peserta
didik mengalami peningkatan prestasi
belajar pada materi momentum dan pada
umumnya mata pelajaran fisika. 2) Untuk
Peneliti lain; a) Perlu dilakukan penelitian
tentang faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar,
sehingga dapat menambah pengetahuan
guru dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa. b) Untuk memperkuat
penelitian ini, maka perlu diadakan
penelitian lebih lanjut mengenai penerapan
metode pembelajaran TAI dengan
menggunakan modeling modellus untuk
meteri lain.
DAFTAR PUSTAKA
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
26
Kurniah Imas, Sani Berlin (2014). Sukses
implementasikan Kurikulum 2013.
Yogyakarta: kata pena.
Abu Ahmadi dan Widodo.Suprioni.2004.
Spikologi Belajar. Jakarta: Rineka cipya
Vitor Duarte Teodoro. 2002. Modellus:
Learning Physics with
Mathematical Modelling. USA:
Universidade Nova de Lisboa.
Bueche J Frederick.1999.Teori dan Soal-
soal Fisika. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mulyono.2009.Belajar dan
pembelajaran.Jakarta:Rineka
Cipta
Departemen Pendidikan Nasional.
(2003). Undang-undang Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori
Belajar. Jakarta. Erlangga.
Darsono dkk.2002. Belajar dan
Pembelajaran.Semarang: IKIP
Semaraang Press.
Kemendikbud.2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
pustaka
Kemendikbud.2013. Model
Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning).Jakarta:
Depdiknas
Sya.Nasution S.2002.Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar,Jakarta: Bina Aksara
Rufaida anisufi, Sarwanto. (2013). Buku
siswa Fisika peminatan (MIA).
Surakarta : Mediatama.
Raymond A,Serway,John
W.Jewett,Jr.2010. Fisika untuk
sain dan Teknik, Jakarta:Salemba
Teknika
Sardiman.2007.Interaksi dan motivasi
Belajar mengajar.Raja Grafindo
Persada.
Sudjana,Nana.2009. Cara Belajar Siswa
Aktif dalam proses belajar
Mengajar,Bandung : Sinar Baru
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.Jakarta:PT
Asdi Mahasatya.
Sutrisno.1996. Seri Fisika Dasar
Mekanika. Bandung: ITB
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
27
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA KARTU
GAMBAR HURUF KONTEKSTUAL
SUPARMI
SD N 04 LEMPONG
Abstraksi Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apakah Meningkatkan kemampuan
membaca dapat dilakukan Melalui penggunaan alat peraga Kartu gambar huruf Kontektual pada
siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
semester II tahun pelajaran 2017/2018? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kamampuan membaca melalui media kartu gambar huruf konntektual pada siswa kelas I
Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar semester II
tahun pelajaran 2017/2018. Metode pengumpulan data dalam penelitian observasi, dan analisis
dokumen. Teknik uji validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi
metode. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
interaktif. Hasil penelitian ini adalah perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran
membaca melalui penggunaan alat peraga kartu gambar huruf konntektual yang selalu
mengalami peningkatan dari sebelum siklus dan setelah siklus I, II, III. Hasil tersebut adalah:
ketuntasan siswa dalam membaca sebelum siklus 33 %, siklus I 50 %, siklus II, 86 %, dan siklus
III 100%. Dengan demikian dalam penelitian ini setiap siklus selalu mengalami peningkatan,
dan pada siklus III semua siswa sudah tuntas dalam membaca
Kata kunci : Kemampuan Membaca, Media Kartu gambar huruf konstekstual.
Abstract The main problem in this study is whether improving reading skills can be done
through the use of contextual picture card teaching aids for class I students of Public Elementary
School 04 Lempong, Jenawi District, Karanganyar Regency, second semester 2017/2018 school
year? The purpose of this study was to improve the ability to read through the contextual picture
card media in class I students of Public Elementary School 04 Lempong, Jenawi District,
Karanganyar Regency, second semester 2017/2018 academic year. Methods of data collection
in observation research, and document analysis. The data validity test technique uses data
source triangulation techniques and triangulation method. The data analysis technique used in
this study is an interactive analysis technique. The results of this study are the acquisition of the
average value of students in reading learning through the use of teaching aids for intellectual
letters that always increase before the cycle and after the cycle I, II, III. These results are:
students' completeness in reading before the cycle 33%, cycle I 50%, cycle II, 86%, and cycle
III 100%. Thus in this study each cycle always increases, and in the third cycle all students have
finished reading
Keywords: Reading Ability, Media Cards for contextual lettering.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
28
PENDAHULUAN
Salah satu elemen/unsur yang turut
menentukan kualitas sumber daya manusia
tersebut yaitu mengefektifkan kemampuan
membaca pada siswa kelas I Sekolah
Dasar. Salah satu elemen atau aspek
tersebut adalah kemampuan membaca,
karena kemampuan tersebuat sangat
penting peranannya dalam upaya
melahirkan generasi masa depan yang
cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya
adalah kemampuan berbahasa. Dengan
menguasai pembelajaran, peserta didik
akan mampu mengekspresikan seacara
cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat
dia sedang berkomunikasi, juga akan
mampu membentuk generasi masa depan
yang kreatif sehingga mampu melahirkan
generasi yang terampil, cerdas dan
berwawasan ilmu pengetahuan. Selain itu,
juga akan mampu melahirkan generasi
masa depan yang kritis karena mereka
memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dan memerima pesan dari
orang lain secara runtut dan sistematis.
Bahkan kecerdasan dan
ketrampilan membaca juga akan mampu
melahirkan generasi masa depan yang
berbudaya karena sudah terbiasa dan
terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak
lain sesuai dengan konteks pada saat dia
sedang berkomunikasi .Kemampuan
membaca dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di jenjang pendidikan sekolah
dasar secara khusus diberikan mulai
dikelas satu sampai dengan kelas enam.
Kompetensi kemampuan membaca sangat
dibutuhkan untuk pengembangan
berbahasa. Berdasarkan Kurikulum Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar pembelajaran
membaca dan menulis wajib diajarkan
pada kelas I. Indikator dari kompetensi
pembelajaran tersebut mencakup siswa
mampu membaca dan mencermati atau
memaknai dari bacaaan tesebut, sehingga
untuk meningkatkan kemampuan
membaca dapat dilakukan melalui
ketentuan ini, dapat dikemukakan bahwa
secara teoritis siswa kelas satu telah
memiliki kompetensi sebagaimana
dinyatakan dalam indikator tersebut.
Sebagai institusi pendidikan formal
kompetensi demikian menjadi
tanggungjawab para pendidik terutama
guru, kepala sekolah, dan jajarannya.
Dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat
kemampuan dan ketrampilan membaca dan
pemahamannya juga sangat penting.
Keterampilan tersebut benar-benar menjadi
dasar bagi pembentukan pribadi dan
keberhasilan hidupnya di tengah
masyarakat. Namun harus diakui secara
jujur ketrampilan kemampuan membaca
dikalangan siswa sekolah dasar khususnya
di kelas I belum seperti yang diharapkan.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
29
Kondisi ini tidak lepas dari proses
pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
yang dinilai kurang berhasil dalam
membantu siswa meningkatkan kualitas
belajar dan meningkatkan sumber daya
manusia. Dalam kenyataan dari
pengamatan yang juga sebagai guru di
kelas I tersebut yang khususnya dilakukan
dengan guru pengampu mata pelajaran
terkait dikelas tersebut bahwa kemampuan
dan keterampilan membaca siswa kelas I
masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat
melalui nilai kemampuan membaca pada
ulangan harian di kelas tersebut. Paling
tidak keberhasilan tersebut, ada dua
macam faktor yang menyebabkan
rendahnya tingkat kemampuan siswa
dalam keberhasilan membaca tersebut.
yaitu faktor eksternal dan factor internal.
Yang termasuk faktor eksternal,
diantaranya pengaruh pergaulan,
keluarga,lingkungandan fisik. Akibatnya
siswa tidak terbiasa untuk menyampaikan
bahasa komunikasi sesuai dengan konteks
dan situasi .Dari faktor internal, faktor-
faktor yang berpengaruh di antaranya
pendekatan pembelajaran, metode, media,
atau sumber pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Guru memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap tingkat
perkembangan dan pembentukan psikologi
siswa.
Pada umumnya, guru kelas
saat menyampaikan pelajaran bahasa
Indonesia cenderung menggunakan
pendekatan pembelajaran yang
konvensional, miskin inovasi sehingga
kegiatan pembelajaran bahasa
berlangsung monoton dan
membosankan. Para peserta tidak
diajak untuk belajar berbahasa,
bersosialisasi, berpengalaman,
komunikasi, tetapi cenderung diajak
belajar tentang bahasa. Artinya, apa
yang disajikan oleh guru di kelas bukan
bagaimana siswa membaca untuk
memahami melainkan diajak untuk
mempelajari teori tentang bahasa.
Akibatnya pelajaran bahasa hanya
sekadar melekat pada diri siswa
sebagai sesuatu yang rasional dan
kognitif belaka, belum menyatunya
secara sosial emosional dan afektif. Ini
artinya, rendahnya kemampuan aspek
psikomotor bisa menjadi hambatan
serius bagi siswa untuk menjadi siswa
yang cerdas, kritis, kreatif dan
berbudaya. Jika kondisi pembelajaran
semacam ini dibiarkan berlarut-
larut,bukan tidak mungkin berdampak
dikalangan siswa kelas I akan terus
berada pada tataran yang rendah. Para
siswa akan terus menerus mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan
bahasa dalam bentuk membaca.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
30
Dalam konteks demikian
diperlukan pendekatan pembelajaran
pakem yang benar-benar inovatif dan
kreatif sehingga proses pembelajaran bisa
berlangsung aktif, efektif, dan
menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak
untuk belajar tentang bahasa secara
rasional dan kognitif, tetapi juga diajak
untuk belajar, berlatih dalam konteks dan
situasi tutur yang sesungguhnya dalam
suasana yang dialogis, interaktif, menarik
dan menyenangkan melalui membaca.
Dengan cara demikian, siswa tidak akan
terpasang dalam suasana pembelajaran
yang kaku, monoton, dan membosankan.
Pembelajaran model pakem menjadi
sajian materi yang selalu dirindukan dan
dinantikan oleh siswa. Dari latar belakang
tersebut maka peneliti cenderung untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas
dengan judul: Meningkatkan kemampuan
membaca Melalui penggunaan alat peraga
Kartu gambar huruf Kontektual pada siswa
kelas I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong
Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester II tahun pelajaran
2017/2018.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan
membaca melalui penggunaan media
kartu gambar huruf kontektual pada siswa
kelas I SDN 04 Lempong Kecamatan
Jenawi Kabupaten Karanganyar semester
II tahun pelajaran 2017/2018.
Manfaat dari penelitian bagi siswa
adalah memberikan semangat, motivasi,
kesempatan dan kebebasan kepada siswa
untuk belajar sehingga memudahkan siswa
untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan membacanya secara optimal
dan mengefektifkan dan mendalami
penguasaan materi pembelajaran membaca
melalui penggunaan alat peraga kartu
gambar huruf konntektual. Sedangkan bagi
Guru antara lain untuk memberi masukan
kepada guru untuk meningkatkan
kreatifitas. Sedangkan bagi sekolah, antara
lain hasil penelitian diharapkan dapat
menumbuhkan suasana belajar yang aktif,
kreatif dan menyenangkan dan
pengaplikasian teori yang telah diperoleh
dimungkinkan semangat kerja warga
sekolah semakin tinggi dan efisien.
Lokasi tempat Penelitian ini
dilaksanakan di kelas I SDN 04 Lempong
Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester II tahun pelajaran
2017/2018 dengan subjek 6 anak.
Penelitian dilaksanakan pada 3 Januari
2018 sampai 31 Maret 2018. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek adalah
siswa kelas I. Adapun subyek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas I SDN 04 Lempong
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
31
Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester II tahun 2017/2018
yang berjumlah 6 siswa.
Data yang dikumpulkan untuk
dikaji dan di analisis dalam penelitian ini
adalah data kualitatif. Sumber data tersebut
meliputi, sumber data primer, yaitu anak ,
guru. Sumber data sekunder, yaitu arsip /
dokumen, hasil belajar, lembar observasi.
Sumber data dalam penelitian ini adalah
tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa,
dokumen, dan observasi. Data dalam
penelitian ini nilai kemampuan membaca
yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah
diadakan tindakan kelas. Hasil tersebut
akan dibandingkan bagaimana hasilnya
sebelum mendapat perlakuan atau tindakan
dengan hasil sesudah mendapat perlakuan
atau tindakan.
Metode - metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan
antara lain dokumen, yaitu peneliti
mengumpulkan data tertulis berupa daftar
nilai kemampuan membaca sebelum dan
sesudah tindakan. Teknik tes, untuk
membandingkan kemampuan membaca
sebelum dan sesudah tindakan. Observasi,
dilakukan selama proses penggunaan alat
peraga kartu gambar huruf konntektual
dalam pembelajaran berlangsung untuk
meningkatkan kemampuan membaca
siswa.
Teknik analisis data dalam
penelititan ini dilakukan dengan analisis
interaktif, meliputi tahap reduksi data,
tahap penyajian data dan tahap ferifikasi
data dan penarikan kesimpulan.
Media Kartu Gambar Huruf Kontektual
Alat peraga adalah merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Kegiatan pembelajaran dengan alat
peraga kartu gambar huruf konntektual
dapat dikelompokkan dalam bermain
membangun atau menyusun kata atau
kalimat. Dalam kegiatan membaca anak
menggunakan kartu gambar huruf
konntektual untuk menghubungkan dengan
gambar misalnya rumah, buah buahan,
benda, tumbuh-tumbuhan atau hewan
secara grafis. Salah satu cara yang banyak
dilakukan anak untuk menyalurkan
dorongan kreatifnya yang menggebu-gebu
adalah dengan membaca gambar. Salah
satu fungsi alat peraga kartu gambar huruf
konntektual yang terpenting bagi anak
adalah untuk menyalurkan kemampuan
membaca dan bukan untuk menciptakan
bentuk keindahan. Hasil akhir yang
diharapkan siswa dapat membaca dengan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
32
baik dan benar dan dapat memahami
makna dari apa yang telah dibaca.
HASIL PENELITIAN
Kemampuan membaca siswa kelas
I SDN 04 Lempong Kecamatan Jenawi
Kabupaten Karanganyar dalam KBM
sebelum tindakan masih rendah, keadaan
tersebut dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
Tabel 1. Nilai Keterampilan Membaca Sebelum
Siklus
No Nama
Siswa Nilai KKM Ket
1 B 67 70 Tidak
Tuntas
2 M 65 70 Tidak
Tuntas
3 Mu 70 70 Tuntas
4 An 73 70 Tuntas
5 D 65 70 Tidak
Tuntas
6 N 69 70 Tidak
Tuntas
Keterangan:
Tuntas : 2 siswa = 33 % .
Tidak Tuntas : 4 siswa = 67 %
Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan membaca siswa masih
diperlukan tindakan pembelajaran
selanjutnya dengan materi membaca
menggunakan alat peraga kartu gambar
huruf konntektual atau kartu kata dan
kalimat. Tuntas 2 siswa atau 33 % dan
belum tuntas 4 siswa atau 67 %, maka
perlu perbaikan pembelajaran pada siklus
I.
Tabel 2. Nilai Keterampilan Membaca Siklus I
No
Nama
Siswa Nilai
KKM
Ket
1 B 67 70 Tidak
Tuntas
2 M 65 70 Tidak
Tuntas
3 Mu 73 70 Tuntas
4 An 73 70 Tuntas
5 D 70 70 Tuntas
6 N 64 70 Tidak
Tuntas
Keterangan:
Tuntas : 3 siswa = 50 %
Tidak Tuntas : 3 siswa = 50 %.
Dari hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan
membaca siswa masih pada siklus I masih
diperlukan tindakan pembelajaran
selanjutnya dengan materi membaca
menggunakan alat peraga kartu gambar
huruf konntektual atau kartu kata dan
kalimat. Pada siklus I siswa yang Tuntas 3
siswa atau 50 % dan belum tuntas 3 siswa
atau 50 %, maka perlu perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
Tabel 3. Nilai Keterampilan Membaca Siklus II
No
Nama
Siswa Nilai
KKM
Ket
1 B 67 70 Tidak
Tuntas
2 M 65 70 Tidak
Tuntas
3 Mu 73 70 Tuntas
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
33
4 An 73 70 Tuntas
5 D 70 70 Tuntas
6 N 64 70 Tidak
Tuntas
Keterangan:
Tuntas : 5 siswa = 84 % .
Tidak Tuntas : 1 siswa = 16 %
Dari hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan
membaca siswa masih pada siklus II masih
diperlukan tindakan pembelajaran
selanjutnya dengan materi membaca
menggunakan alat peraga kartu gambar
huruf konntektual atau kartu kata dan
kalimat. Pada siklus II siswa yang Tuntas 5
siswa atau 84 % dan belum tuntas 1 siswa
atau 16 %, karena siswa belum tuntas
semua, maka perlu perbaikan pembelajaran
pada siklus III
Tabel 4. Nilai Kemampuan Membaca Siklus III
No
Nama
Siswa Nilai
KKM
Ket
1 B 73 70 Tuntas
2 M 73 70 Tuntas
3 Mu 80 70 Tuntas
4 An 80 70 Tuntas
5 D 78 70 Tuntas
6 N 79 70 Tuntas
Keterangan:
Tuntas : 6 siswa = 100 %
Tidak Tuntas : 0 siswa = 0 %.
Dari hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan
membaca siswa masih pada siklus III
sudah berhasil karena semua siswa sudah
tuntas semua atau 100% sudah tuntas
sesuai indikator keberhasilan. maka
penelitian dihentikan dan sudah tidak
dilanjutkan lagi. Berdasarkan hasil
pelaksanaan tindakan pada siklus I, II, III
dengan perolehan nilai tersebut dapat
dinyatakan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan membaca siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan Alat
peraga kartu gambar huruf konntektual
dari siklus satu ke siklus berikutnya. Hal
tersebut dapat dideskripsikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5. Rentang kemampuan membaca
N
o
Nila
i
Tun
tas
Siklus I Siklus II
Nilai
Tuntas
Siklus I
J
m
l
Pers
en
J
m
l
Pers
en
J
m
l
Pers
en
1
2
T
BT
3
3
50
%
50
%
5
1
84
%
16
%
6
0
100
%
0 %
-
Keterangan
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
34
Tabel 6. Persentase peningkatan Kemampuan
membaca setiap siklus
Keadaa
n
Rata rata
ketuntasan
membaca
Pening
katan
Persentase
peningkata
n
Siklus I 44% 0 0 %
Siklus
II
72% 28 28%
Siklus
III
100% 28 28%
Dari data tabel di atas
menunjukkan peningkatan kemampuan
membaca dan keberhasilan yang
signifikan dalam pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga artu huruf.
PEMBAHASAN
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 3
siklus yang masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahapan yaitu; a)perencanaan
tindakan, b)pelaksanaan tindakan,
c)observasi dan interpretasi, d)analisis,
e)refleksi tindakan dari siklus I sampai
siklus III.
Berdasarkan hasil pelaksanaan
pada masing- masing siklus yaitu pada
siklus I, siklus II, siklus III dapat
dinyatakan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan membaca dalam pembelajaran
yang menggunakan alat peraga kartu
gambar huruf konntektual dari siklus satu
ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat
dilihat dari tabel 7 berikut:
Tabel 7.Rentang kemampuan membaca
N
o
Nilai
Tuntas
Siklus I Siklus II Siklus III
Jm
l
Perse
n
J
ml
Perse
n
J
ml
Perse
n
1
2
T
BT
2
4
33 %
67 %
3
3
50 %
50 %
6
0
100%
0 %
-
T = tuntas
Bt = Belum Tuntas
Tabel 8. Persentase peningkatan Kemampuan
membaca setiap siklus
Keadaan Rata rata
nilai
Kemampuan
membaca
Peningk
atan
Persentase
peningkata
n
Siklus I 72 0 0 %
Siklus II 74 28 28%
Siklus III 100 28 28%
Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) ini
dilaksanakn dalam tiga siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam 4 tahap, yakni:
perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan interpretasi,
analisis, refleksi tindakan siklus I – III.
Berdasarkan tindakan-tindakan
tersebut, guru berhasil melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga kartu gambar huruf konntektual
dapat meningkatkan kemampuan membaca
dan perhatian siswa, sehingga berakibat
pada meningkatnya kualitas proses dan
hasil pembelajaran serta kreativitas siswa.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
35
Keberhasilan pembelajaran dengan
penggunaan alat peraga kartu gambar
huruf konntektual dalam upaya
peningkatan kemampuan membaca dapat
dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut:
1) Siswa terlihat antusias dan bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran dengan
alat peraga kartu gambar huruf
konntektual dan kartu kata.
2) Hal ini dapat terlihat siswa antusias dan
semangat saat merespon pembelajaran
dari guru. Siswa merasa mendapatkan
metode pengajaran yang menarik,
menyenangkan dan efektif.
3) Siswa sudah tidak malu untuk maju ke
depan kelas membacakan hasil
kerjanya.
4) Hal ini dapat terlihat pada saat siswa
mau ke depan kelas membacakan hasil
kerjanya dengan suka rela tanpa ada
paksaan dari guru. Ini berarti siswa
sudah tidak malu lagi untuk ke depan
kelas, hal ini disebabkan karena siswa
sudah dibiasakan untuk menyampaikan
pendapat pada saat mengerjakan tugas
dan maju ke depan kelas membacakan
hasil karyanya.
5) Siswa sudah mampu menggunakan alat
peraga kartu gambar huruf konntektual
dan kata.
6) Pada setiap proses pembelajaran terjadi
umpan balik, guru selalu memberikan
pertanyaan-pertanyaan baik tes maupun
nontes kepada siswa mengenai materi
membaca. Nilai dari hasil pekerjaan
yang telah diberikan oleh guru
menunjukkan peningkatan dari siklus I
sampai siklus III.
1) Guru sudah mampu memberikan
metode pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan.
2) Minat siswa terhadap pembelajaran
membaca dengan menggunakan alat
peraga kartu gambar huruf konntektual
dapat dikatakan mengalami
peningkatan.
Hal ini dapat dilihat pada sikap
siswa saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Siswa terlihat antusias dan
semangat. Misalnya banyak siswa yang
menunjukkan tangannya untuk menjawab
pertanyaan dari guru atau untuk
membacakan hasil kerjanyua di depan
kelas. Hal ini terjadi karena guru berusaha
untuk membangkitkan minat dan motivasi
siswa dengan cara memberikan reward
atau hadiah dan pujian pada siswa yang
pintar dan rajin serta mampu mengerjaan
tugas dan menjawab pertanyaan dengan
baik dan benar. Metode pengajaran ini
terbukti dapat mengubah kemampuan
membaca pada siswa yang pada awalnya
malu untuk maju ke depan kelas menjadi
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
36
berani maju ke depan kelas dan memiliki
semangat serta kreatifitas.
Pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga kartu gambar
huruf konntektual merupakan
pembelajaran yang bersifat variatif,
menyenangkan, menarik bagi siswa serta
menantang. Konsep inilah yang diharapkan
oleh peneliti, selain itu untuk dapat
meningkatkan minat belajar siswa guru
juga dapat meningkatkan kemampuan
membaca. Tujuan dari tindakan ini adalah
agar siswa yang kemampuan membaca
kurang, menjadi termotivasi dan mau
belajar dengan rajin, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan membaca.
KESIMPULAN
Kesimpulan hasil penelitian ini
adalah terdapat peningkatan kemampuan
membaca dengan menggunakan alat
peraga kartu gambar huruf konntektual
dan kartu kata pada siswa kelas I SDN 04
Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester II Tahun Pelajaran
2017/2018.
Peningkatan kemampuan membaca
ini terjadi setelah guru melakukan
beberapa upaya antara lain :
a. Penggunaan alat peraga kartu gambar
huruf konntektual dan kata sebagai
media pembelajaran.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran
dengan penggunaan alat peraga kartu
gambar huruf konntektual dan kartu
kata dalam upaya peningkatan
kemampuan membaca
c. Guru menggunakan alat peraga kartu
gambar huruf konntektual sebagai
stimulant bagi siswa untuk lebih kreatif,
semangat, dan aktif.
d. Guru membuat inovasi baru dengan
pembelajaran menggunakan alat peraga
kartu gambar huruf konntektual serta
dikerjakan secara berkelompok, selain
itu juga memberikan tugas individu
pada siswa.
e. Guru memberikan motivasi kepada
siswa supaya siswa tidak takut atau
malu membacakan hasil kerjanya di
depan kelas serta membiasakan siswa
untuk maju ke depan kelas, baik untuk
tugas kelompok maupun individu.
Upaya yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan
alat peraga kartu gambar huruf
konntektual dan kata dalam pembelajaran
terbukti dapat meningkatkan kemampuan
membaca pada siswa kelas I SDN 04
Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester II tahun pelajaran
2017/2018.
Hal tersebut dapat terlihat dari
kesimpulan hasil penelitian ini sebagai
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
37
berikut : nilai yang diperoleh siswa
mencapai indikatro keberhasilan semua
siswa sudah tuntas, Dengan demikian
melalui penggunaan alat peraga kartu
gambar huruf konntektual dalam
pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuan membaca siswa .
SARAN
Berkaitan dengan simpulan di atas,
maka peneliti dapat mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
a. Kepada siswa hendaknya lebih
semangat untuk belajar melalui
membaca agar kemampuan membaca
meningkat.
b. Kepada guru yang belum menerapkan
penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran agar kemampuan
membaca siswa meningkat.
c. Kepada Kepala Sekolah harus lebih
mengusahakan fasilitas, khususnya
alat peraga yang dapat mendukung
kelancaan kegiatan belajar mengajar
dan meningkatkan hasil serta prestasi..
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiyah, 2005. Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka.
Burhan, 1998. Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional.
Depdikbud, 1994. Kamus Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Keraf, 2004. Komposisi Bahasa Indonesia.
Jakarta : Grafindo.
Hamalik, 2003 Media Pendidikan.
Bandung : Citra Aditya Bakti.
Hasan, 1999. Pembelajaran IPS Sekolah
Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hernowo. 2003. Manfaat Membaca.
Bandung : Remaja Karya.
Rahman, 1996. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung : Rosdakarya.
Kemis & Taggart, 2006 ; Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta
: Bumi Aksara
Slametto, 2003. Belajar Dan Faktor Yang
Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sugiyanto, 2007. Pembelajaran Berbasis
Kontelektual. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, 2005. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta, PT
Rineka Cipta.
Hadi, 2005 Metode Riseearch III.
Yogyakarta : Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
Suyatmi, 1996. Pengetahuan Sekilas
Tentang Bahasa Indonesia.
Surakarta : UNS
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
38
Guntur. 1997. Pengajaran Sintaksis.
Bandung : Angkasa
Ullman, 2007. Metode Penilaian. Bandung
: Tarsito.
Usman, 2005. Profesionalisme Guru.
Kencana Media.
Wiryodijoyo, 1999. Kreatif Mengarang.
Yogyakarta Kanisius.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
39
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL
DISCOVERY LEARNING PADA LISTRIK STATIS
Endang Satiti Budiyatmi
SMA Negeri Karangpandan
ABSTRAK, Tujuan Penelitian Ini Adalah Mengimplementasikan Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Materi Listrik
Statis Pada Siswa Kelas XII MIPA-1 Semester 1 SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran
2018/2019. Pembelajaran fisika dengan model Discovery Learning dapat diterapkan pada materi
Listrik Statis di kelas XII IPA-1 SMA Negeri Karangpandan tahun pelajaran 2018/2019
dengan dua siklus yang masing-masing melalui dua kali pertemuan pembelajaran dengan hasil,
yaitu : a) Persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar kognitif mengalami
peningkatan dari prasiklus (47,22%), siklus I (75%), dan siklus II (91,67%). b) Capaian rata-rata
ketuntasan prestasi belajar ketrampilan mengalami peningkatan dari siklus I (75,00%), dan
siklus II (88,89%). c) Capaian rata-rata ketuntasan prestasi belajar Sikap mengalami
peningkatan dari siklus I (77,78%), dan siklus II (91,67%).
Kata kunci: Prestasi belajar, Discovery Learning, dan Listrik Statis
ABSTRACT, The Purpose of this research is to use The Implementation Of The Discovery
Learning Learning Model To Improve The Learning Achievement Of Static Electricity Physics
In Class XII Students Of The First Semiparty-1 Semester 1 Karangpandan Public ‘High School
Academic Year 2018/2019 . Physics learning with Discovery Learning models can be applied to
Static Electricity material in class XII IPA-1 Karangpandan State High School Academic Year
2018/2019 with two cycles each through two learning meetings with results, namely: a)
Percentage of students reaching cognitive learning completeness has increased from pre-cycle
(47.22%), cycle I (75%), and cycle II (91.67%). b) The achievement of the average
completeness of skills learning achievement has increased from the first cycle (75.00%), and the
second cycle (88.89%). c) Achievement of the average completeness of attitudes learning
achievement experienced increase from the first cycle (77.78%), and the second cycle
(91.67%).
Keywords: Learning achievement, Discovery Learning, and Static Electricity
PENDAHULUAN
Pembelajaran fisika selama ini
mengalami banyak kendala, sama juga
seperti yang dialami peneliti terutama di
SMA Negeri Karangpandan. Berdasarkan
pengamatan terhadap Nilai hasil ulangan
harian tahun lalu untuk kelas XII semester
satu yang nilainya kurang memuaskan
adalah materi Listrik statis. Hal tersebut
dikarenakan peneliti posisinya mengajar di
kelas XII dan pada semester satu ini
tentang listrik statis pembelajarannya rata-
rata berjalan baik, tetapi ketika diadakan
ulangan harian hasilnya kurang yang
diharapkan.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
40
Dari kenyataan diatas tersebut pada
umumnya kecenderungan pembelajaran
fisika selama ini hanya finalnya saja yang
disampaikan oleh guru, dan tolak ukurnya
hanya sampai pada hafalan rumus serta di
perbanyak dengan latihan soal-soal. Jika
pembelajaran hanya sampai tingkatan
menghafal dan membahas soal-soal, maka
otomatis metode yang digunakan adalah
ceramah dan diskusi tanya jawab. Oleh
karena itu peneliti mencoba mencari
metode yang tepat untuk pembelajaran
yang di mulai dari awal sebelum adanya
konsep dan Model-model pembelajaran
yang juga sesuai dengan kurikulum 2013
yaitu model Pembelajaran Discovery
Learning.
Didalam pedoman penilaian menurut
kurikulum 2013, meliputi penilaian proses
atau ketrampilan, penilaian sikap, dan
penilaian pengetahuan. Dikarenakan model
pembelajaran yang digunakan Discovery
Learning, maka penilaian proses atau
ketrampilan dilakukan melalui observasi
saat siswa bekerja kelompok, berdiskusi,
maupun saat presentasi didepan kelas saat
proses pembelajaran berlangsung.
Penilaian ketrampilan atau kinerja disini
adalah keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan Model
Discovery learning.
Hal yang sangat penting dalam
belajar fisika adalah membangun Sikap
MIPA para ilmuwan dalam menemukan
konsep yang dilakukan melalui percobaan
dan penelitian MIPA. Dalam pembelajaran
fisika, siswa seharusnya diajak mengenal
obyek, gejala alam dan permasalahan
alam, menelaah dan menemukan
kesimpulan atau konsep tentang alam.
Bentuk kegiatannya antara lain mengamati,
mencatat, memikirkan, membaca,
membandingkan, membuat pertanyaan,
membuat hipotesis, melakukan percobaan,
mengumpulkan data, dan lain-lain.
Peneliti juga akan mencoba
mengungkapkan agar pembelajaran fisika
itu lebih tertanam berakar maka siswa
terlibat langsung dalam pembelajaran.
Dalam dokumen kurikulum 2013
merencanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan prinsip-prinsip: (1) berpusat
pada peserta didik, (2) mengembangkan
kreativitas peserta dididk, (3) menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang, (4)
bermuatan nilai, Etika, estetika, logika, dan
(5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam melalui penerapan berbagai
strategi dan metode. Dengan aturan
kurikulum sekarang dan memenuhi
permasalahan diatas, maka model yang
akan peneliti gunakan adalah model
Discovery Learnng.
Model Discovery Learning mengacu
kepada teori belajar yang didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
41
pada pelajar tidak disajikan dengan bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa berperan
aktif, mengorganisasi sendiri. Model
pembelajaran Discovery
Learning mempunyai prinsip yang hampir
sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada ketiga istilah ini.
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka permasalahan yang ada dapat
diidentifikasi sebagai berikut: Perlu
pengembangan Metode atau model
pembelajaran agar prestasi belajar siswa
meningkat. Metode ceramah dan Tanya
jawab dalam penekanan latihan soal-soal
belum mampu menuntaskan kriteria
minimal belajar pada materi Listrik statis.
Agar hasil pembelajaran dapat bertahan
dan berakar atau tidak cepat lupa, metode
pembelajarannya menggunakan discovery
learning, dan yang sesuai dengan
kurikulum 2013. Perlunya perubahan
suasana belajar sebagai optimalisasi
memanfaatkan laboratorium . Kurangnya
kerjasama dalam satu kelompok sehingga
perlu di tingkatkan.
Berdasarkan latar belakang masalah
dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Bagaimanakah Rancangan implementasi
pembelajaran fisika dengan model
Discovery Learning untuk meningkatkan
Prestasi Belajar pada materi Listrik Statis
di kelas XII MIPA-1 SMANegeri
Karangpandan?, Apakah pembelajaran
fisika dengan model Discovery Learning
dapat meningkatkan prestasi belajar pada
materi Elasisitas di kelas XII MIPA-1
SMA Negeri Karangpandan tahun
pelajaran 2018/2019?, Apakah dengan
menggunakan pembelajaran model
discovery learning siswa dapat terlibat
langsung dalam pembelajaran bisa
meningkatkan prestasi belajar?
TINJAUAN PUSTAKA
Hakekat Belajar
Belajar dapat diartikan secara
umum sebagai usaha untuk mencari ilmu
pengetahuan guna menguasai keterampilan
tertentu. Belajar pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas yang mengharapkan
perubahan tingkah laku pada individu yang
belajar (Depdiknas, 2003:6). Belajar
selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu
adanya tingkah laku, sifat perubahannya
relatif permanen, dan perubahan tersebut
disebabkan oleh interaksi dengan
lingkungan.
Menurut Undang-undang Pendidikan
nomor: 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
Pendidikan adalah Usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
42
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Discovery Learning
Discovery Learning (Model
pembelajaran penemuan). Guru hanya
memberi masalah, kemudian masalah
diorganisir, diteliti, diamati dan
disimpulkan sendiri oleh siswa. Model
Discovery Learning ini menuntun siswa
melalui lembar kerja siswa tentang listrik
statis dan menemukan sendiri konsepnya
dan materinya sehingga siswa terlibat aktif
dalam proses penemuan konsep. Pada
penelitian tindakan kelas ini variabel yang
akan ditingkatkan adalah prestasi hasil
belajar dengan menggunakan variabel
Model pembelajaran penemuan (Discovery
learning). Dalam model ini akan didapat
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
sebagai wujud adanya perubahan
peningkatan hasil belajar pada diri siswa.
Pada discovery learning akan muncul
bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), pemodelan (modelling), refleksi
(reflection), penilaian autentik (authentic
assessment).
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pre tes kognitif
pada materi Listrik dinamis diketahui
sebanyak 47.22% siswa tidak mencapai
ketuntasan. Nilai rata-rata tes kognitif
kelas sebesar 64.31.
Ketercapaian prestasi belajar ranah
Pengetahuan siklus I diperoleh dari tes
pada sub bab konsep muatan listrik, gaya
coulomb, medan listrik statis. Prestasi
belajar Pengetahuan siklus I disajikan pada
lampiran . Nilai rata-rata prestasi belajar
pengetahuan siklus I sebesar 72,00 dengan
nilai tertinggi 86 dan terendah 51.
Persentase jumlah siswa yang mencapai
batas ketuntasan belajar adalah 75 % dan
yang belum tuntas sebesar 25% sehingga
prestasi belajar kognitif siklus I belum
mencapai indikator kinerja klasikal yang
ditetapkan.
Hasil observasi indikator ranah
keterampilan (keaktifan) siklus I
berdasarkan hasil observasi
Tabel 1 Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus
I
No Indikator Capaian Indikator (%)
1 Rajin 73.33
2 kerjasama 79.17
3 Peran serta 75.00
4 toleransi 73.33
Rata-rata 75.21
Berdasarkan Tabel 1 capaian
indikator terendah adalah Rajin, toleransi
73,33 capaian indikator tertinggi adalah
kerjasama (79,17%). Rata-rata capaian
indikator prestasi belajar siklus I adalah
75,21% sehingga prestasi belajar
keterampilan siklus I belum mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
43
Tabel 2. Ketercapaian Indikator Sikap siklus I
No Indikator Capaian Indikator (%)
1 Jujur 71.67
2 Rasa ingin tahu 79.17
3. bertanya/ide 67.50
4 Demokrasi 73.33
Rata 72.92
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
bahwa Hasil observasi Sikap siswa siklus I
yang paling rendah adalah menyampaikan
ide/bertanya (67,50%) sedangkan indikator
Sikap siswa yang paling tinggi adalah rasa
ingin tahu (79,17%) ketercapaian indikator
sikap siswa rata-rata sebesar 72.92%.
Tabel 3. Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar
siklus I
No Ranah Capaian Rata-Rata
(%)
1 Pengetahuan 72,00
2 keterampilan 75.21
3 Sikap 72.92
Ketercapaian prestasi hasil belajar
Pengetahuan (kognitif) siswa siklus II
diperoleh dari tes tertulis. Nilai rata-rata
prestasi belajar kognitif siklus II sebesar
86,83 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai
terendah 60. Persentase jumlah siswa yang
sudah mencapai batas ketuntasan belajar
adalah 91.67 % sedangkan persentase
jumlah siswa belum tuntas sebesar 8.33%.
Dari data tersebut disimpulkan bahwa hasil
belajar pengetahuan siklus II sudah
mencapai indikator kinerja klasikal yang
ditetapkan.
Tabel 4. Ketercapaian Indikator ketrampilan siklus
II
No Indikator Capaian
Indikator (%)
1 Rajin 80.83
2 kerjasama 82.50
3 Peran serta 77.50
4 Toleransi 77.50
Rata-rata 79.58
Berdasarkan Tabel 4 capaian
indikator terendah adalah toleransi dan
peran serta 77,50% capaian indikator
tertinggi adalah kerjasama (82.50%). Rata-
rata capaian indikator siklus II adalah
79.58% dan tingkat ketuntasan 88.89% dan
yang tidak tuntas 23,33%, sehingga
prestasi belajar keterampilan siklus II
sudah mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan.
Ketercapaian indikator Sikap pada
siklus II disajikan pada Tabel 5 dan
Lampiran.
Tabel 5. Ketercapaian Indikator Sikap siklus II
No Indikator Capaian Indikator
(%)
1 Jujur 80.83
2 Rasa ingin tahu 77.50
3 Bertanya/ide 73.33
4. demokratis 77.50
Rata-rata 77.29
Berdasrkan Tabel 5 dapat dilihat
bahwa ketercapaian indikator Sikap siswa
siklus II yang paling rendah adalah
mengeluarkan pendapat/ide (73,33%)
sedangkan indikator Sikap siswa yang
paling tinggi adalah jujur (80,83%)
ketercapaian indikator Sikap siswa rata-
rata sebesar 77.29%, sedangkan tingkat
ketuntasan mencapai 91.67% siswa
mencapai batas indikator kinerja.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
44
Ketercapaian rata-rata hasil
belajar pengetahuan, keterampilan, dan
sikap pada kegiatan pembelajaran siklus II
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Ketercapaian Rata-Rata Hasil Belajar
siklus I
No Ranah Capaian Rata-Rata
(%)
1 Pengetahuan 86.83
2 keterampilan 79.58
3 Sikap 77.29
Prestasi belajar pengetahuan
(kognitif) pada pra siklus, siklus I, dan
siklus II menunjukkan skor yang berbeda.
Tes kognitif pra siklus berisi tentang
Listrik dinamis, tes siklus I tentang muatan
listrik, dan gaya coulomb elastis sedangkan
Energi listrik, medan listrik dan potensial
listrik untuk tes siklus II.
Perbandingan nilai rata-rata tes
Pengetahuan (kognitif) pra siklus, siklus I,
dan siklus II disajikan pada table 7 dan
Gambar 1.
Tabel.7. Perbandingan Nilai rata-rata dan
ketuntasan antar siklus
No siklus Nilai rata-
rata
Capaian
ketuntasan
1 pra siklus 64,31 47.22%
2 Siklus I 72,00 75,00%
3 Siklus II 86,83 91,67%
Gambar. 1. Grafik nilai rata-rata dan ketuntasan
belajar antar siklus
Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
prestasi belajar pengetahuan (kognitif) dari
pra siklus sampai siklus II. Peningkatan
rata-rata prestasi belajar kognitif dari pra
siklus ke siklus I sebesar 7,69 dan dari
siklus I ke siklus II sebesar 14,83.
Prosentase jumlah siswa yang
mencapai batas ketuntasan belajar
pengetahuan (kognitif) dari pra siklus
sampai siklus II juga mengalami
peningkatan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Ketuntasan rata-rata belajar
antar siklus
Dari grafik 2 diatas dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus
II. Jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar pada kegiatan
pembelajaran dari pra siklus ke siklus I
sebesar 27,78% dari siklus I ke siklus II
sebesar 16,67%. Dari siklus I sampai siklus
II sudah mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan (85%).
Hasil belajar ketrampilan terdiri dari
empat indikator yaitu Rajin, kerja sama,
peran serta dan toleransi.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
45
Tabel.7. Perbandingan hasil belajar ketrampilan
antar siklus No Indikator Siklus I (%) Siklus II (%)
1 Rajin 73.33 80.83
2 kerjasama 79.17 82.50
3 Peran serta 75.00 77.50
4 Toleransi 73.33 75.83
Rata-rata 75.21 79.17
Gambar 3. Grafik hasil belajar ketrampilan antar
siklus
Berdasarkan Gambar 3. diperoleh
informasi bahwa terjadi peningkatan
prestasi belajar Ketrampilan dari pra siklus
hingga siklus II.
Pencapaian rata-rata prestasi belajar
ketrampilan dari pra siklus sampai siklus II
disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik rata-rata ketrampilan hasil
belajar antar siklus
Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan skor rata-rata prestasi
belajar Ketrampilan dari siklus I ke siklus
II. Peningkatan skor rata-rata prestasi
belajar Ketrampilan dari siklus I ke siklus
II sebesar 3,96%. Persentase jumlah siswa
yang mencapai batas ketuntasan belajar
keterampilan dari siklus I sampai siklus II
juga mengalami peningkatan yang dapat
dilihat pada Gambar 5.
Tabel.8. Nilai rata-rata dan ketuntasan Aspek
Ketrampilan antar siklus
Komponen Siklus I Siklus II
Nila rata-rata
kterampilan
75.21 79.17
Ketuntasan 75.00 88,98
Gambar 5. Ketuntasan rata-rata hasil belajar
ketrampilan antar siklus
Dari gambar 5. grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar dari siklus I, ke siklus II. Jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan hasil
belajar ketrampilan pada kegiatan
pembelajaran dari siklus I ke siklus II
sebesar 13,98%. Dari siklus I sampai siklus
II sudah mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan (85%).
Prestasi Belajar Sikap
Hasil belajar Sikap terdiri dari
empat indikator yaitu Jujur, Demokratis,
Rasa ingin tahu, dan berpendapat/ide.
Perbandingan hasil belajar sikap dapat
dilihat pada Tabel.9 dan Gambar 6.
Tabel.9. Nilai rata-rata dan ketuntasan Aspek
sikap antar siklus
Komponen Siklus I Siklus II
Nila rata-rata sikap 72.92 77,29
Ketuntasan 77.78 91.67
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
46
Gambar 6. hasil belajar sikap antar siklus
Berdasarkan grafik diatas
diperoleh bahwa terjadi peningkatan
prestasi belajar Sikap dari siklus I hingga
siklus II.
Nilai rata-rata hasil belajar Sikap
Pencapaian rata-rata prestasi
belajar sikap dari siklus I sampai siklus II
disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Grafik Nilai rata-rata hasil belajar
Sikap antar siklus
Dari Gambar 7. dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan skor rata-rata prestasi
belajar Sikap dari siklus I dengan siklus II.
Peningkatan skor rata-rata prestasi belajar
Sikap dari siklus I ke siklus II sebesar
4,37%
Persentase jumlah siswa yang
mencapai batas ketuntasan belajar Sikap
dari siklus I sampai siklus II juga
mengalami peningkatan yang dapat dilihat
pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Ketuntasan rata-rata hasil
belajar Sikap antar siklus
Dari gambar 8 grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar dari, siklus I, sampai II. Jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan hasil
belajar Sikap pada kegiatan pembelajaran
dari siklus I ke siklus II sebesar 13,89%.
Pada saat siklus I belum mencapai
indikator kinerja sedangkan pada siklus II
sudah mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan (85%).
Perbandingan nilai rata-rata prestasi
belajar Pengetahuan, Ketrampilan, dan
Sikap selama proses tindakan disajikan
pada Gambar 4.9
Gambar. 9 Grafik Nilai rata-rata Hasil belajar
.
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat
peningkatan prestasi hasil belajar
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
47
Pengetahuan dari pra siklus hingga siklus
II sebesar 22,52, dan Ketrampilan, dan
Sikap mengalami Peningkatan dari siklus I
ke siklus II berturut-turut sebesar 3,96 dan
4,37.
PEMBAHASAN
Pembahasan Siklus I
Pada Siklus I Siswa dibagi menjadi
enam kelompok, pembagian kelompok
dilakukan dalam rangka menerapkan
Kurikulum 2013. Hasil kerja kelompok di
akhir pertemuan dilakukan kegiatan
presentasi. Untuk tindakan pada siklus I
pemodelan pembelajaran penemuan
(discovery learning) ini siswa pertama kali
merasa terkejut, dikarenakan model ini
baru pertama kali diterapkan selama ini di
SMA. Selama pelaksanaan proses
pembelajaran siklus I masih banyak
kendala-kendala muncul, seperti masih ada
siswa yang bekerja kurang efektif,
sehingga disarankan pendampingan dalam
proses pembelajaran penemuan berjalan
lancar.
Masalah muncul pada saat
pelaksanaan pertemuan kedua, yaitu ketika
siswa melakukan kegiatan uji medan listrik
statis pengamatan kurang kosentrasi
sehingga data yang didapat kurang akurat.
Masalah kedua yang muncul adalah ketika
siswa mengambil data percobaan, banyak
siswa yang kurang paham bahwa satu kali
mengambil data digunakan untuk
merumuskan dua konsep yakni konsep
medan listrik dan konsep potensial listrik,
kelihatan kesalahan dari hasil akhir
menghitung energi listrik. Kendala ini
dapat diselesaikan ketika guru berkeliling
memberi arahan dan saran.
Jika dilihat dari hasil dari tes ranah
pengetahuan pada siklus I menuju
perbaikaan, walaupun tidak signifikan
hampir mendekati 75% ketuntasanya.
Adanya perubahan itu disebabkan model
pembelajaran yang menerapkan siswa dari
proses mengamati, mengidentifikasi, dan
mendapatkan data melalui percobaan
hingga siswa menemukan sebuah
persamaan seperti rumusan untuk hukum
coulomb. Siswa baru sadar bahwa rumus
gaya tarik antar muatan didapat setelah
muatan di uji oleh muatan lain.
Hasil rumusan diskusi kelompok
selanjutnya dipresentasikan di depan kelas.
Kegiatan presentasi siklus I pertemuan
satu, temuan-temuan dari siklus I akan
direkomendasi untuk siklus berikutnya.
Setelah presentasi berjalan, siswa terasa
bahwa kesimpulan- kesimpulan yang
diperoleh merupakan materi pelajaran
listrik statis, sehingga dari temuan-temuan
pada siklus I, kekurangannya agar dapat
terpenuhi untuk siklus II.
Dalam kegiatan diskusi siklus I
ketka merumuskan siswa masih ada yang
kurang fokus dalam bekerjasama, dan dari
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
48
aspek sikap (afektif) siswa yang terdiri dari
indikator jujur, rasa ingin tahu,
bertanya/ide, dan demokratis. . Hasil
observasi terhadap empat indikator
tersebut menunjukkan bahwa aspek sikap
siswa belum mencapai indikator yang
ditetapkan.
Observasi ranah keterampilan pada
pertemuan kedua masih belum sesuai yang
diharapkan. Kendala pada pertemuan
pertama, dikarenakan siswa merasa baru
pada percobaan yang menggunakan
muatan listrik, keaktifan siswa hanya satu
dua saja, yang lainnya menunggu teman.
Setelah guru berkeliling menghampiri dan
memberi arahan kegiatan baru kelihatan
berjalan sinergis.
Pembahasan siklus II
Pembahasan pada proses
pembelajaran Siklus II tes pengetahuan
sudah menunjukan ketuntasan mencapai
75% siswa dinyatakan tuntas. Hasil ini
menunjukan proses pembelajaran
penemuan sudah berjalan cukup baik,
walaupun belum mencapai target
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh
pihak sekolah yaitu 85% siswa harus
tuntas, hasil dari ranah tes pengetahuan
tampak pada lampiran.
Disini lembar kerja siswa tentang
discovery learning hanya berupa arahan
dalam percobaan. Tanpa ada judul
percobaan, justru sebaliknya siswa harus
bisa menemukan judul percobaan sesuai
data yang diperoleh dari percobaan.
Rekomendasi untuk siklus II yaitu siswa
pada saat mengambil data percobaan harus
tahu latar belakangnya, bahwasanya data
itu akan dipakai untuk merumuskan
konsep apa?, sarannya siswa harus selalu
melihat referensi yang lain, agar tujuan
percobaan terpenuhi.
Keterampilan siswa sudah baik
dalam pembelajaran penemuan siklus II,
hasilnya pada lampiran. Dari empat
indikator keaktifan yang diobservasi sudah
mulai nampak adanya keseriusan siswa
dalam percobaan penemuan, hasil proses
siklus II dari ranah ketrampilan
menunjukan 88% lebih siswa sudah
dinyatakan tuntas.
Kegiatan percobaan ini melatih
siswa menggunakan proses pengumpulan
data merumuskan hasil uji dan menemukan
sebuah konsep yang dibandingkan dengan
literature buku siswa. Dari kegiatan
tersebut siswa merasa bermain peran yang
menemukan persamaan atau formula untuk
sebuah konsep fisika dalam Proses
pembelajaran.
Menerapkan pentingnya proses
penemuan (discovery learning) dalam
kegiatan pembelajaran sebagian besar
siswa sudah terlibat aktif dalam setiap
tahapan. Karakteristik Discovery learning
pada kegiatan pembelajaran siklus II sudah
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
49
terwujud dan terpenuhi. Indikator
keterampilan dan indikator Sikap pada
pembelajaran mengalami peningkatan.
Sebagian besar siswa sudah dapat
melakukan tahapan-tahapan; mengamati,
menanya, mencoba, merumuskan /
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan /
presentasikan didepan kelas. Peningkatan
indikator-indikator keterampilan
disebabkan karena siswa memiliki lebih
banyak kesempatan untuk melakukan
kegiatan dan aktualisasi diri dalam
kelompoknya. Keterlibatan aktif setiap
siswa dalam bertukar pikiran dan saling
sharing antar satu siswa dengan siswa lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini
sebagai berikut : Pembelajaran fisika
dengan model Discovery Learning dapat
diterapkan pada materi Listrik Statis di
kelas XII IPA-1 SMA Negeri
Karangpandan tahun pelajaran 2018/2019
dengan dua siklus yang masing-masing
melalui dua kali pertemuan pembelajaran
dengan hasil, yaitu : (1)Persentase jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan belajar
kognitif mengalami peningkatan dari
prasiklus (47,22%), siklus I (75%), dan
siklus II (91,67%).(2) Capaian rata-rata
ketuntasan prestasi belajar ketrampilan
mengalami peningkatan dari siklus I
(75,00%), dan siklus II (88,89%). (3)
Capaian rata-rata ketuntasan prestasi
belajar Sikap mengalami peningkatan dari
siklus I (77,78%), dan siklus II (91,67%).
Saran
1. Untuk Guru
Sebelum menerapkan model
pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning), guru sebaiknya memberikan
penjelasan kepada siswa tentang
kegiatan yang akan dilakukan karena
kegiatan pembelajaran ini benar-benar
siswa yang aktif dari mulai
pembelajaran sampai menyimpulkan.
Dengan demikian dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran penemuan ini
guru harus selalu menjaga suasana
terlaksananya pembelajaran.
Dalam menerapkan pembelajaran
Penemuan (Discovery Learning) guru
sebaiknya kreatif dan mencari cara
alternatif, misalnya dalam membuat
lembar kerja Discoery Learning yang
mengarah ke siswa menemukan konsep.
Guru harus bisa membagi waktu
dengan baik, karena penerapan proses
pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) membutuhkan pengalaman
belajar nyata khususnya mata pelajaran
sain yang menciptakan siswa akan
terbentuk sikap sain.
Dalam kurikulum sekarang ini
guru sain biasanya menggunakan model
pembelajaran Problem based learning,
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
50
jarang sekali yang menerapkan
pembelajaran Discovery Learning.
Discovery learning hanya dipakai untuk
penelitian-penelitian saja dengan alasan
membuang-buang waktu dan
pembahasan soal-soal tidak terlaksana.
Kepentingan atasan takut tidak
terjawab, beda dengan keinginan guru
yang menginginkan pembelajaran harus
terjadi proses pada diri siswa.
2. Untuk Peneliti Lain
Hasil penelitian ini mudah-
mudahan bisa digunakan sebagai acuan
untuk penelitian lain diluar ilmu
pendidikan IPA yang sejenis dan
diharapkan dapat memberikan manfaat
dan kontribusi bagi dunia pendidikan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Untuk penelitian pendidikan
apapun variabel yang akan diukur
semuanya akan bermuara pada hasil
peningkatan hasil belajar yang akan
tercantum dalam tiga ranah, yaitu
pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Penelitian pendidikan sifatnya
tidak statis selalu berubah-ubah
walaupun sama model yang digunakan
tetapi belum tentu hasilnya sama,
karena obyek yang diteliti adalah siswa.
Siswa dari tahun ke tahun
kemampuannya tidak sama apalagi beda
tempat (sekolah) pasti beda pula, tetapi
penelitian pendidikan harus tetap
berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniah Imas, Sani Berlin (2014). Sukses
implementasikan Kurikulum 2013.
Yogyakarta: kata pena.
Kemendikbud.2013. Model Pembelajaran
Penemuan (Discovery
Learning).Jakarta: Depdiknas
Arif sadiman dkk.2010. Media
Pendidikan.Jakarta: PT. Rajawali
press
Muhibin Syah. 2010. Spikologi
Pendidikan. Bandung : PT
Rosdakarya
Abu Ahmadi dan Widodo. Suprioni.2004.
Spikologi Belajar. Jakarta: Rineka cipya
Bueche J Frederick.1999. Teori dan Soal-
soal Fisika. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mulyono.2009.Belajar dan
pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. (2003).
Undang-undang Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori
Belajar. Jakarta. Erlangga.
Darsono dkk.2002. Belajar dan
Pembelajaran.Semarang: IKIP Semaraang
Press
Kemendikbud.2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai pustaka
Oemar Hamalik.2001.Kurikulum dan
Pembelajaran.Jakarta:
Bumi Aksara
Yul, Iskandar. 2004. Tes, Bakat, Minat,
Sikap dan Personality MMPI-DG,
Jakarta : Yayasan Darma Graha.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
51
PEMANFAATAN POSE SELFIE DI KOMIK SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR EKONOMI
Up Grading Supramono
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
Abstrak, Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas
XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam memanfaatkan pose selfie komik pada materi ekonomi
pokok bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran 2018/2019 dan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam memanfaatkan pose selfie
komik pada materi ekonomi pokok bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran 2018/2019.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Tindakan
kelas yang diteliti adalah memanfaatkan pose selfie komik. Hasil Penelitian secara empiris
penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan media Pose Selfie Komik berhasil
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa materi ekonomi pokok bahasan ketenagakerjaan
pada siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2018/2019,secara teoritik,
penelitian ini menguatkan pendapat bahwa pembelajaran dengan pemanfaatanPose Selfie
Komik berhasil meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik tentang materi
ketenagakerjaan,hipotesis tindakan “Memanfaatkan Pose Selfie Komik dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam belajar ekonomi
pada pokok bahasan “Ketenagakerjaan” dapat dibuktikan kebenarannya.
.
Kata kunci; Peta Konsep meningkatkan hasil belajar, Pose Selfie
Abstract, The purpose of this study was to find out the increase in the activities of IPS 1 grade
XI students of SMAN 2 Karanganyar in utilizing comic selfie poses on economic subjects in the
2018/2019 academic year and to find out the improvement in learning outcomes of XI IPS 1
students at SMAN 2 Karanganyar in taking selfie poses comics on economic material the
subject matter of the 2018/2019 academic year Employment. The method used is classroom
action research. The action of the class studied was using comic selfie poses. The results of this
study empirically proved that the use of Selfie Pose Comics media succeeded in improving the
learning activities and outcomes of economic material students on the subject matter of
employment in students of Class XI IPS 1 of SMAN 2 Karanganyar Academic Year 2018/2019,
theoretically, this study reinforces the opinion that learning with the use of Selfie Positions, the
comic managed to improve the activities and learning outcomes of students on labor material,
the action hypothesis "Utilizing Selfie Pose Comics can increase the activity and learning
outcomes of XI IPS students in SMAN 2 Karanganyar in learning economics on the subject of
“Labor" can be verified.
Keywords; Map Concept to improve learning outcomes, Pose Selfie
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang
sangat penting dalam upaya mencerdaskan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
52
kehidupan bangsa dan menjadi tolok ukur
kualitas diri seseorang. Pendidikan
dipandang sebagai cara yang paling tepat
untuk membentuk sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Melalui proses
pendidikan inilah masyarakat Indonesia
akan memiliki bekal untuk siap bersaing
menghadapi berbagai tantangan dari dunia
luar, serta mampu bersaing di era
globalisasi seperti saat ini. Segala potensi
yang dimiliki akan dikembangakan dengan
dibekali berbagai kecakapan dan softskill.
Inti dari pendidikan ialah proses
pembelajaran, sedangkan proses
pembelajaran itu sendiri melibatkan
banyak hal seperti yang dikemukakan
Wina Sanjaya (2013:59) yang
menyebutkan bahwa ada tujuh komponen
proses pembelajaran yaitu perumusan
tujuan, kurikulum, tenaga pengajar dan
peserta didik, pemilihan dan penyusunan
materi, penggunaan model atau strategi
pembelajaran yang efektif, penggunaan
media yang tepat, dan pelaksanaan
evaluasi yang benar. Keberhasilan proses
pembelajaran tidak akan terlepas dari
komponen-komponen tersebut, oleh
karenanya diperlukan kerjasama antar
berbagai komponen tersebut dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan.
Upaya-upaya dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan juga telah
dilakukan khususnya pada proses
pembelajaran, diantaranya ialah
meningkatkan kualitas para pendidik,
perbaikan kurikulum, meningkatkan sarana
prasarana belajar, dan pengembangan
model pembelajaran. Salah satu dari
upaya-upaya tersebut yang merupakan
tahap yang paling awal dilakukannya
perbaikan adalah kurikulum. Menurut
Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran
yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan observasi awal dari 36
tingkat aktivitas siswa rata-rata sebesar
39%, secara kualitas aktivitas siswa kelas
XI IPS 1 kurang aktif (Lampiran 1). Hasil
belajar, dari data 36 siswa kelas XI IPS 1
SMAN 2 Karanganyar yang menjadi
subyek penelitian ini menunjukkan nilai
ulangan harian pada materi pokok sebelum
penelitian dilakukan (pra siklus) masih
rendah. Berdasarkan ulangan harian
diketahui bahwa nilai terendah 35 dan nilai
tertinggi 87, jika dibandingkan dengan
kreteria ketuntasan minimal (KKM) pada
semester I sebesar 70, maka sebanyak 22
siswa memperoleh nilai kurang dari KKM,
siswa yang tuntas 14 atau 38,89%
Perbaikan kurikulum saat ini juga
sudah dilakukan di Indonesia dengan mulai
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
53
diterapkannya kurikulum baru/Kurikulum
2013 yang mengganti kurikulum lama
tahun 2006/Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Pengembangan
Kurikulim ini juga dituntut mampu
beradaptasi dengan paradigma baru yang
tidak hanya pemindahan pengetahuan dari
guru ke siswa melainkan mampu membuat
siswa lebih mendominasi proses
pembelajaran di kelas. Pengetahuan harus
ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan
oleh siswa itu sendiri. Proses belajar di
kelas mengharuskan aktivitas untuk
mampu belajar aktif dan mandiri melalui
kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, mengkomunikasi dan mencipta
yang sudah tertuang dalam Rencana
Pelaksanaan Pengajaran (RPP) yang telah
disusun oleh guru. Proses belajar siswa
untuk mendapatkan pengetahuan disebut
dengan aktivitas belajar. Siswa dituntut
aktif mencari informasi maupun materi
pelajaran dan peran guru hanya sebagai
fasilitator dalam siswa beraktivitas di kelas
serta membuat kesimpulan yang benar dari
penyampaian materi yang dikemukanan
oleh siswa.
Proses belajar yang seperti inilah
yang diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Namun
masalah yang sering terjadi terkait dengan
pelaksanaan proses pembelajaran sesuai
dengan kurikulum 2013 yaitu adanya
ketidaksesuaian penerapan praktik dengan
tujuan pembelajaran kurikulum 2013 itu
sendiri, di mana peranan siswa dalam
pembelajaran yang belum maksimal, justru
guru masih mendominasi proses belajar
mengajar dibandingkan dengan siswanya.
Hal ini disebabkan guru masih
menggunakan metode mengajar
konvensional/ceramah di mana sumber
utama pengetahuan berasal dari guru.
Dengan kata lain tujuan dari pembelajaran
belum tercapai yang disebabkan proses
pembelajaran yang cenderung pasif.
Berdasarkan latar belakang maka rumusan
masalah penelitian ini adalah; apakah
pemanfaatan pose selfie komik dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas
XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar pada
materi ekonomi pokok bahasan
Ketenagakerjaan tahun pelajaran
2018/2019?, apakah pemanfaatan pose
selfie komik dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2
Karanganyar pada materi ekonomi pokok
bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran
2018/2019?
Tujuan dari penelitian ini adalah;
Mengetahui peningkatan aktivitas siswa
kelas XI IPS 1 SMAN 2 Karanganyar
dalam memanfaatkan pose selfie komik
pada materi ekonomi pokok bahasan
Ketenagakerjaan tahun pelajaran
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
54
2018/2019, mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2
Karanganyar dalam memanfaatkan pose
selfie komik pada materi ekonomi pokok
bahasan Ketenagakerjaan tahun pelajaran
2018/2019.
Manfaat hasil penelitian ini adalah:
meningkatkan hasil belajar siswa dengan
media pembelajaran yang inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan memudahkan
siswa untuk belajar secara bermakna
melalui pemahaman, meningkatkan
aktifitas, kreatifitas dan kemampuan
berpikir dengan memanfaatkan teknologi
komputer untuk merancang dan mendesain
pembelajaran yang menarik dan mudah
dipahami, menumbuhkembangkan karakter
siswa berupa tanggungjawab sosial,
kerjasama, keberanian, percaya diri dan
saling menghargai karena melalui
pemanfaatan media dalam pembelajaran,
Sebagai alternatif pembelajaran inovatif,
kreatif, dan memudahkan guru, karena
dapat dilakukan dengan alat/bahan dari
lingkungan sekitar, memotivasi guru untuk
belajar mengikuti perkembangan
teknologi, sehingga tidak gagap teknologi,
memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran ekonomi melalui penelitian
tindakan kelas, sebagai acuan dalam
pengambilan kebijakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan
mutu pendidikan di sekolah, memberi
masukan pada sekolah dalam rangka
pengembangan Kurikulum (K13)
khususnya pembelajaran ekonomi.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research) yaitu
penelitian terhadap tindakan yang
dilakukan di kelas yang bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran. Dalam penelitian ini,
tindakan kelas yang diteliti adalah
memanfaatkan pose selfie komik, sebagai
media ajar untuk meningkatkan aktifitas
siswa dan hasil belajar ekonomi.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Belajar Ekonomi
Ontologi ekonomi merupakan
hakekat ilmu ekonomi dan objek apa saja
yang dipelajari dalam ilmu ekonomi, untuk
mengetahui apa saja yang dipelajari ada
beberapa ahli berpendapat, menurut Lionel
Robbins “mendefinisikan ekonomi ialah
suatu ilmu yang mengkaji tingkah laku
manusia yang berhubungan dengan
kehendak mereka yang tidak terbatas
dengan sumber-sumber terbatas dengan
memaksimalkan kegunaan (utility)”.
Pendapat Abdillah (Aunurrahman,
2010: 35) belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif, dan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
55
psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Nana. Untuk
mengetahui hasil belajar seseorang dapat
dilakukan dengan melakukan tes dan
pengukuran.
Berdasarkan kajian di atas maka
hasil belajar ekonomi adalah hasil yang
diperoleh dari serangkaian usaha dalam
pembelajaran eknomi untuk memperoleh
pengalaman atau pengetahuan baru
sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku. Hasil belajar ekonomi dapat berupa
penguasaan terhadap sejumlah materi
ekonomi melalui hasil tes (kognitif)
maupun perubahan sikap (afektif). Hasil
belajar ekonomi dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil tes materi Perdangan
Internasional.
Hakikat Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran
dikelas aktivitas merupakan suatu kegiatan
baik secara fisik maupun psikis yang
diperlukan dalam rangka siswa
memperoleh pengetahuan. Tanpa aktivitas
proses bembelajaran menjadi terbambat
dan tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran itu sendiri.
Menurut Sardiman (2007:100),
aktivitas belajar merupakan aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental dan keduanya
berkaitan. Dalam kegiatan belajar siswa
kemampuan fisik yang sehat diperlukan
untuk mendukung kegiatan belajar.
Demikianpula mental yang sehat
membantu bagaimana siswa dapat berpikir
logis, sistimatis, mampu merespon dan
memecahkan masalah.
Media Pose selfie
Menurut Donal P. Elly & Vernon
pengertian media ada dua yaitu arti sempit
dan arti luas. Arti sempit bahwa media itu
berwujud: grafik, foto, alat mekanik dan
elektronik yang digunakan untuk
menangkap, memroses serta
menyampaikan informasi. Menurut arti
luas, yaitu: kegiatan yang dapat
menciptakan suatu kondisi, sehingga
memungkinkan peserta didik dapat
memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang baru.
Sedangkan fungsi dari media
menurut Miarso (2004) mengemukakan
dua belas kegunaan media, yakni: 1)
memberikan rangsangan yang bervariasi
kepada otak, sehingga otak dapat berfungsi
secara optimal, 2) mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki oleh pebelajar,
3) dapat melampaui batas ruang kelas, 4)
memungkinkan adanya interaksi langsung
antara pebelajar dan lingkungannya, 5)
menghasilkan keseragaman pengamatan,
6) membangkitkan keinginan dan minat
baru, 7) membangkitkan motivasi dan
merangsang untuk belajar, 8) memberikan
pengalaman yang integral/menyeluruh dari
sesuatu yang konkret maupun abstrak, 9)
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
56
memberikan kesempatan kepada pebelajar
untuk belajar mandiri, 10) meningkatkan
kemampuan keterbacaan baru (new
literacy), yaitu kemampuan untuk
menafsirkan objek, tindakan, dan lambang
yang tampak, baik yang alami maupun
buatan manusia, yang terdapat dalam
lingkungan, 11) mampu meningkatkan
efek sosialisasi, yaitu dengan
meningkatkan kesadaran akan dunia
sekitar, dan 12) dapat meningkatkan
kemampuan ekspresi diri
pembelajar.Pengertian Selfie menurut
Ahmad (2013) merupakan istilah untuk
memotret diri sendiri. Selfie sering juga
disebut foto diri yang belakangan ini mulai
trend seiring dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Foto
diri tersebut kemudian diunggah ke media
jejering sosial, seperti facebook, twiter,
watshap dan lebih dikenal dengan istilah
selfie.
Komik merupakan media
bergambar yang tersusun dengan alur
cerita yang berisi teks atau narasi dalam
balon-balon ucapan yang menyampaikan
informasi mengunakan bahasa yang
sederhana tidak bertele-tele. Selanjutnya
manfaat komik sebagai media ajar antara
lain dapat meningkatkan minat baca
siswa, memperpendek dari penjelasan teks
yang panjang, dengan gambar dapat
menjelaskan konsep-konsep materi, serta
memanfaatkan lingkungan, lebih mudah
diingat kembali atau diceritakan ulang.
Pemanfaatan Pose Selfie Komik
dapat diterapkan dalam pelajaran ekonomi,
karena pada media Pose Selfie Komik
menerapkan proses pembelajaran aktif,
kreatif, inovatif dan menyenangkan
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa terhadap materi
pelajaran ekonomi apabila dibandingkan
dengan proses pembelajaran yang
menggunakan model ceramah atau
langsung.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1:Kreteria Kualitas Aktivitas
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
57
Tabel 2. Indikator Aktivitas Belajar Pra Siklus
N
O
AKTIVITAS
BELAJAR
SISWA
SISWA
YANG
AKTIF
% KUALITAS
KEAKTIFAN
1 Membaca Materi 28 78% Aktif
2 Menyampaikan
pertanyaan 16 44% Cukup Aktif
3 Memperhatikan
gambar yang
disampaikan
guru 27 75% Aktif
4 Mendengarkan
uraian dengan
seksama 1 3%
Sangat
Kurang Aktif
5 Menanggapi
pertanyaan dari
siswa lain 19 53% Cukup Aktif
6 Diskusi
kelompok 1 3%
Sangat
Kurang Aktif
7 Menggambar 19 53% Cukup Aktif
8 Mengingat
materi yang
dipelajari 11 31% Kurang Aktif
9 Menyampaikan
ide/gagasan 12 33% Kurang Aktif
1
0
Gembira dan
Bersemangat
dalam belajar 7 19%
Sangat
Kurang Aktif
RATA-RATA 14.1 39% Kurang Aktif
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan
bahwa kondisi kelas XI IPS 1 SMAN 2
Karanganyar pada pelajaran ekonomi
kurang aktif rata-rata keaktifan 14 siswa
atau 39%. Keaktivan yang paling rendah
yaitu Mendengarkan uraian dengan
seksama (3%),diskusi (3%), Gembira dan
Bersemangat dalam belajar(19%), Keadaan
tersebut belum mengembirakan karena
aktivitas siswa secara kualitas kurang aktif,
padahal tingkat aktivitas siswa dalam
belajar itu sangat menunjang dalam
memahami materi. Siswa yang aktif belajar
akan berdampak pada tingkat penguasaan
materi yang dipelajari, semakin munguasai
materi prestasi atau hasil belajar akan
menjadi lebih baik.
Hasil belajar sebelum dilakukan
tindakan pada meteri Ketenagakerjaan
masih rendah apabila dibandingkan dengan
Kreteria Ketuntasan Minimal yang telah
ditetapkan yakni 70 hanya dicapai oleh 14
siswa atau 38,89%, sedangkan 22 siswa
memperoleh nilai kurang dari KKM.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I
mengunakan pembelajaran yang
memanfaatkan media bertujuan merespon
aktivitas siswa belajar ekonomi.
Pembelajaran pada siklus I menggunakan
kombinasi diskusi, kerja kelompok, dan
bermain.Observasi difokuskan pada
pengamatan aktivitas siswa yang meliputi;
Visual Activities, seperti membaca dan
memperhatikan gambar, Oral Activities,
seperti bertanya dan mengeluarkan
pendapat, Listening Activities, seperti
diskusi mendengarkan uraian, Writing
Activities, seperti menulis cerita, membuat
laporan, Motor Activities, seperti bermain,
No Prosentase Kualitas
1 < 20% Sangat Kurang Aktif
2 21% s.d 40% Kurang Aktif
3 41% s.d 60% Cukup Aktif
4 61% s.d 80% Aktif
5 81% s.d 100% Sangat Aktif
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
58
Drawing Acctivities, seperti menggambar,
membuat diagram, Mental Activities,
seperti menanggapi, mengingat, dan
Emotional Activities, seperti rasa gembira,
bersemangat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti dan kolaborator
deskripsi aktivitas siswa siklus I dapat
dirangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 3 :Aktivitas Siswa Siklus I
NO AKTIVITAS
BELAJAR SISWA
SISW
A
AKTI
F
% KUALITAS
KEAKTIFAN
1
Membaca
Materi 29 81% Aktif
2
Menyampaikan
pertanyaan 18 50% Cukup Aktif
3
Memperhatikan
gambar yang
disampaikan
guru 27 75% Aktif
4
Mendengarkan
uraian dengan
seksama 9 25%
kurang
Aktif
5
Menanggapi
pertanyaan dari
siswa lain 20 56% Cukup Aktif
6
Diskusi
kelompok 12 33% Kurang aktif
7 Menggambar 25 69% Aktif
8
Mengingat
materi yang
dipelajari 20 56% Cukup Aktif
9
Menyampaikan
ide/gagasan 20 56% Cukup Aktif
10
Gembira dan
Bersemangat
dalam belajar 22 61% Aktif
RATA-RATA 20.2 56% Cukup Aktif
Berdasarkan hasil observasi
aktivitas siswa proses pembelajaran pada
siklus I mengalami kenaikan dibanding
dengan pra siklus yaitu rata-rata aktivitas
siklus I sebasar 20-21 siswa (56%) secara
kualitas aktivitas siklus I dapat dikatakan
Aktif, sedangkan pra siklus rata-rata
sebesar 39%, sehingga mengalami
kenaikan 17%.
Aktivitas siswa pada Siklus I
setelah memanfaatkan media Pose Selfie
sudah mengalami peningkatan atau
kenaikan dari kondisi awal. Akan tetapi
belum sesuai kreteria yang diharapkan
penulis atau keberhasilan tindakan belum
mengalami peningkatan yang signifikan .
Kenaikan tersebut belum sesuai harapan
bila dibandingkan dengan target indikator
kinerja sebesar 85%.
Berdasarkan hasil evaluasi pada
Siklus I hasil belajar Ekonomi materi
ketenagakerjaan rata-rata nilai 77,50,
jumlah siswa yang tuntas 28 (77,78%)
yang tidak tuntas 8 (22,22%). Jadi rata-rata
nilai mengalami kenaikan sebesar 10, 60
dibanding Pra Siklus rata-rata nilai sebesar
66,90. Sedangkan siswa yang tuntas juga
mengalami kenaikan menjadi 28 siswa
dibanding Pra Siklus hanya sebesar 14.
Hasil data observasi menunjukkan
bahwa setelah penulis menggunakan atau
memanfaatkan media pose selfie komik
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
59
belajar ekonomi sudah menunjukkan
kenaikan sebesar 17% dari yang semula
(Pra Siklus) sebesar 39% menjadi 56%.
Sedangkan hasil belajar juga
mengalami kenaikan sebesar 10,60. Rata-
rata nilai Pra Siklus 66,90 sedangkan
Siklus I 77,50. Jumlah siswa yang tuntas
28 (73,68%) yang tidak tuntas 8 (22,22%)
mengalami kenaikan dibanding Pra Siklus
siswa yang tuntas 14 yang tidak tuntas 22.
Hasil Siklus I aktivitas secara
kualitas sudah aktif dan hasil belajar sudah
meningkat namun demikian belum sesuai
target.Oleh karena itu peneliti berdiskusi
dengan kolaborator mengidentifikasi
permasalahan dan menentukan langkah-
langkah tindakan pada Siklus II.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II
mengunakan pendekatan pembelajaran dengan
media untuk meningkatkan aktivitas siswa dan
hasil belajar ekonomi.Media yang digunakan
Pose Selfie Komik.
Tabel 4 : Aktivitas Siswa Siklus II
N
O
AKTIVITAS
BELAJAR SISWA
SISW
A
AKTI
F
% KUALITAS
KEAKTIFAN
1
Membaca Materi 35 97
%
Sangat
Aktif
2
Menyampaikan
pertanyaan
33 92
%
Sangat
Aktif
3
Memperhatikan
gambar yang
disampaikan guru
28 78
%
Aktif
4
Mendengarkan
uraian dengan seksama
35 97
%
Sangat
Aktif
5
Menanggapi pertanyaan dari
siswa lain 28
78%
Aktif
6 Diskusi kelompok 34
94
%
Sangat
Aktif
7
Menggambar/men
yusun gambar 32
89
%
Sangat
Aktif
8 Mengingat materi yang dipelajari 30
83%
Sangat Aktif
9 Menyampaikan ide/gagasan 28
78% Aktif
10
Gembira dan Bersemangat
dalam belajar
32 89%
Sangat Aktif
Rata-Rata 31.5 88
%
Sangat
Aktif
Hasil observasi aktivitas siswa proses
pembelajaran pada siklus II mengalami
kenaikan dibanding dengan Siklus I yaitu rata-
rata aktivitas siklus II sebasar 31-32 siswa
(88%) secara kualitas aktivitas siklus II dapat
dikatakan Sangat Aktif, sedangkan Siklus
Irata-rata sebesar 56%, sehingga mengalami
kenaikan 32%.
Aktivitas siswa pada Siklus II setelah
memanfaatkan media Pose Selfie sudah
mengalami kenaikan dari Siklus I. Kenaikan
tersebut sudah sesuai harapan bila
dibandingkan dengan target indikator kinerja
sebesar 85%.
Grafik.1 : Tingkat Perbedaan Aktivitas antar siklus
Berdasarkan hasil evaluasi Siklus II
hasil belajar Ekonomi materi Ketenagakerjaan
rata-rata nilai 80,94, jumlah siswa yang tuntas
35 (97,22%) yang tidak tuntas 1 (2,78%). Jadi
rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar3,44
dibanding Siklus I rata-rata nilai sebesar 77,50.
Series1; PRA
SIKLUS; 14; 21%
Series1; SIKLUS I; 20; 31%
Series1; SIKLUS II; 31; 48%
BANYAK SISWA YANG AKTIF
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
60
Sedangkan siswa yang tuntas juga mengalami
kenaikan menjadi 35 siswa dibanding Siklus I
hanya sebesar 28.
Hasil data observasi menunjukkan
bahwa setelah pemanfaatan media pose selfie
komik menunjukkan bahwa aktivitas siswa
dalam belajar ekonomi sudah menunjukkan
mengalami kenaikan dibanding dengan Siklus
I yaitu rata-rata aktivitas siklus II sebesar 31
siswa (88%) secara kualitas aktivitas siklus II
dapat dikatakan Sangat Aktif, sedangkan
Siklus I rata-rata sebesar 56%, sehingga
mengalami kenaikan 32%.
Rata-rata nilai rata-rata nilai 80,94,
jumlah siswa yang tuntas 35 (97,22%) yang
tidak tuntas 1 (2,78%). Jadi rata-rata nilai
mengalami kenaikan sebesar 3,44 dibanding
Siklus I rata-rata nilai sebesar 77,50.
Sedangkan siswa yang tuntas juga mengalami
kenaikan menjadi 35 siswa dibanding Siklus I
hanya sebesar 28 siswa.
Hasil Siklus II aktivitas secara
kualitas sudah Sangat aktif dan hasil belajar
sudah meningkat dan melampaui target yaitu
87% sedangkan target 85%, oleh karena itu
tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
PEMBAHASAN
Aktifitas maupun hasil belajar peserta
didik dalam pembelajaran Ekonomi
mengalami peningkatan hingga
tercapainya indikator kinerja.Dari hasil
penelitian, diperoleh data bahwa aktivitas
siswa terus meningkat. Aktivitas peserta
didik dalam pembelajaran Ekonomi terus
meningkat dari pra siklus I sebesar39%
(14 dari 36 peserta didik), siklus I
sebesar 56% (28 dari 36 peserta didik), dan
siklus II sebesar 88% (31 peserta didik dari
38 peserta didik). Rekapitulasi pencapaian
target bisa dilihat pada grafikberikut.
Grafik : Capaian Banyaknya Siswa Yang Aktif.
NO
AKTIVITAS BELAJAR
SISWA
PRA
SIKLUS
SIKLUS
I
SIKLUS
II
1 Membaca Materi 28 29 35
2
Menyampaikan
pertanyaan 16 18 33
3
Memperhatikan gambar
yang disampaikan guru 27 27 28
4
Mendengarkan uraian
dengan seksama 1 9 35
5
Menanggapi pertanyaan
dari siswa lain 19 20 28
6 Diskusi kelompok 1 12 34
7
Menggambar/menyusun
gambar 19 25 32
8
Mengingat materi yang
dipelajari 11 20 30
9
Menyampaikan
ide/gagasan 12 20 28
10
Gembira dan
Bersemangat dalam
belajar 7 22 32
Tabel . Aktivitas Antar Siklus
Hasil belajar peserta didik juga
terus meningkat dari sebelum siklus I,
peserta didik yang tuntas sebesar 38.89%
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
Series1 14 20 31
Series1; PRA
SIKLUS; 14
Series1; SIKLUS I;
20
Series1; SIKLUS II; 31
Axi
s Ti
tle
BANYAK SISWA YANG AKTIF
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
61
(14 dari 36 siswa), siklus I sebesar
77.78% (28 dari 36siswa), dan siklus II
sebesar 97,22% (35 dari 36 siswa).
Tabel. Rekapitulasi Pencapaian Target Hasil
Belajar Peserta Didik
pra
siklus
siklus
i
siklus
ii
rata-rata nilai 66.9 77.50 80,94
jumlah siswa
tuntas 14 28 35
tidak tuntas 22 8 1
nilai tertinggi 87 90 95
nilai terendah 35 60 69
Secara empiris penelitian ini
berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan
media Pose Selfie Komik berhasil
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
siswa materi ekonomi pokok bahasan
ketenagakerjaan pada siswa Kelas XI IPS 1
SMAN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran
2018/2019. Secara teoritik, penelitian ini
menguatkan pendapat bahwa pembelajaran
dengan pemanfaatan Pose Selfie Komik
berhasil meningkatkan aktifitas dan hasil
belajar peserta didik tentang materi
ketenagakerjaan.
Hipotesis tindakan “Memanfaatkan
Pose Selfie Komik dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI
IPS 1 SMAN 2 Karanganyar dalam belajar
ekonomi pada pokok bahasan
ketenagakerjaan” dapat dibuktikan
kebenarannya.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa pemanfaatan Pose
Selfie Komik dalam pembelajaran ekonomi
secara efektif dapat meningkatkan hasil
belajar materi Ketenagakerjaan, secara
kognitif dan afektif sebagai berikut:
Aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan dari sebelum tindakan 39%
menjadi 56% pada siklus I dan 88% pada
siklus II. Siklus II sudah melebihi target
aktivitas secara klasikal 85%, Hasil belajar
siswa meningkat sebelum tindakan jumlah
siswa yang tuntas 14 (38,89%) meningkat
menjadi 28 (77,78%) pada siklus I dan 35
(97,22%) pada siklus II. Pada akhir siklus
II ketuntasan sudah melebihi target
ketuntasan klasikal (80%).
Ketuntasan belajar siswa
meningkat dari sebelum tindakan (38,89
%) ke siklus I (77,78%) terjadi kenaikan
38,89%, sedangkan ketuntasan belajar dari
sebelum tindakan (38,89 %) ke siklus II
(97,22 %) terjadi kenaikan sebesar
68,33%. Dari siklus I (77,78%) ke siklus II
(97,22%) terjadi peningkatan sebesar
19,44%. Pada akhir siklus II ketuntasan
juga sudah melebihi target ketuntasan
klasikal (85 %). , Rata-rata nilai siswa juga
meningkat dari sebelum tindakan (66,9)
sampai siklus I (77,5) atau naik 10,6. Rata-
rata nilai dari siklus I ke siklus II (81,2)
naik sekitar 3,7 ,
Secara afektif pemanfaatan
pemanfaatan Pose Selfie Komik mampu
menumbuhkan kesan-kesan positif tentang
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
62
mata pelajaran ekonomi dan nilai-nilai
sosial berupa kreatifitas, kerjasama,
percaya diri dan tenggang rasa siswa
terhadap siswa lain. Hal ini terbukti
pemanfaatan media ini mampu
memfasilitasi pembelajaran yang efektif,
efisien, interaktif menyenangkan dan
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, dan mandiri sehingga
menumbuhkembangkan karakter peserta
didik dalam belajar.
SARAN
Beberapa saran yang dapat
disampaikan adalah: Bagi guru, hendaknya
guru melakukan inovasi pengembangan
model pembelajaran inovatif dan
memanfaatkan alat peraga atau media
sehingga pembelajaran menjadi bermakna
dan siswa mampu memperoleh
pemahaman konsep (hasil belajar) serta
mampu menumbuhkan nilai-nilai positif
siswa untuk mengembangkan karakternya.
Bagi sekolah, hendaknya mendorong dan
memfasilitasi guru untuk menyusun alat
peraga agar siswa mampu belajar
matematika secara efektif dan
menyenangkan. Bagi pemegang kebijakan
bidang pendidikan, hendaknya mulai
mensosialisasikan pemanfaatan media
pembelajaran yang tidak hanya
meningkatkan aspek intelektual siswa
tetapi juga aspek spiritual, sosial, dan
emosional siswa untuk mengembangkan
karakternya, sehingga tumbuh jiwa-jiwa
yang unggul masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri, W, dkk. 2007. Strategi
Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Cheppy HC. 1988. Pendidikan Moral
dalam Beberapa Pendekatan. Jakarta :
Proyek Pengembangan LPTK Dirjen
Dikti Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Indikator Pendidikan di
Indonesia. Jakarta : Balitbang Pusat
Data dan Informasi Pendidikan.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Djahiri, A. Kosasih. 1996. Menelusuri
Dunia Efektif : Pendidikan Nilai Dan
Moral. Bandung : Laboratorium
Pengajaran PMP IKIP Bandung
Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : PT. Grasindo.
Hadi Sutrisno. 1982. Metodologi Research
Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada.
Melvin L, Silberman. 2004. Active
Learning: 101 Cara Belajar Aktif.
Bandung: Falah Production.
Moleong. 2004. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, D. 2005. Menjadi Guru
Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Perubahan. Jakarta: PT.
Bumi Angkasa.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
63
PRAKTEK BERKARYA SENI PATUNG MELALUI MEDIA SABUN DENGAN
TEKNIK BUTSIR
Kriswanto Dwi Utomo
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
Abstrak : Latar belakang penulisan karya ilmiah ini adalah keprihatinan peneliti akan
rendahnya kreativitas belajar seni rupa siswa di kelas XI IPA 3 SMA N 2 karanganyar secara
aspek sikap (afektif). Menurut hasil observasi awal kreativitas peserta didik seperti, ketrampilan
berpikir lancar (kelancaran), ketrampilan berpikir luwes (fleksibel), keterampilan berpikir
orisinal (orisinalitas), keterampilan memperinci (elaborasi), Keterampilan menilai (evaluasi).
Menurut data awal bahwa tingkat kreativitas siswa rata-rata sebesar 39%, secara kualitas
kreativitas siswa kelas XI IPA 3 kurang aktif. Sebagai alternatif melakukan inovasi
pembelajaran dengan memanfaatkan pola gambar dulu sebelum pembuatan patung pada siklus I,
sedangkan pada siklus II, memanfaatkan pola gambar dan teknik butsir . Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) melalui 2 siklus kreativitas belajar siswa meningkat dari sebelum tindakan (39 %)
ke siklus I (58 %) atau terjadi kenaikan 19 %, sedangkan kreativitas belajar dari sebelum
tindakan (39 %) ke siklus II (87 %) atau terjadi kenaikan sebesar 48 %. Pada akhir siklus II
ketuntasan juga sudah melebihi target ketuntasan klasikal (85 %).
Kata Kunci: kreativitas belajar, pola gambar, teknik butsir
Abstract: The background of this scientific writing is the researcher's concern about the low
creativity in learning fine arts students in class XI IPA 3 in Karanganyar N 2 High School in
terms of attitude (affective). According to the results of early observations of students'
creativity, such as fluent thinking skills (fluency), flexible thinking skills (flexible), original
thinking skills (originality), detailed skills (elaboration), assessment skills (evaluation).
According to preliminary data that the level of creativity of students on average is 39%, the
quality of creativity of students of class XI IPA 3 is less active. As an alternative to innovating
learning by utilizing drawing patterns before making sculptures in the first cycle, while in cycle
II, utilizing drawing patterns and butsir techniques. Classroom Action Research (PTK) through
2 cycles of student learning creativity increased from before action (39%) to cycle I (58%) or an
increase of 19%, while creativity learned from before action (39%) to cycle II (87%) or an
increase of 48%. At the end of cycle II, completeness has also exceeded the target of classical
completeness (85%).
Keywords: learning creativity, image patterns, butsir techniques
PENDAHULUAN
Hasil survei nasional pendidikan di
Indonesia menunjukkan bahwa sistem
pendidikan formal di Indonesia pada
umumnya masih kurang memberi peluang
bagi pengembangan kreativitas. Di sekolah
yang terutama dilatih adalah ranah kognitif
yang meliputi pengetahuan, ingatan dan
kemampuan berpikir logis atau penalaran.
Sementara perkembangan ranah afektif
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
64
(sikap dan perasaan) dan ranah psikomotorik
(keterampilan) serta ranah lainnya kurang
diperhatikan dan dikembangkan.
Selain itu menurut Utami Munandar
(1992) berdasarkan hasil survey yang
dilakukan Indonesian Education Sector
Survey Report, dijelaskan bahwa pendidikan
di Indonesia menekankan pada keterampilan-
keterampilan rutin dan hafalan semata. Anak
biasanya tidak didorong mengajukan
pertanyaan dan menggunakan daya
imajinasinya, mengajukan masalah-masalah
sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap
masalah atau menunjukkan banyak inisiatif.
Jika hal tersebut dibiarkan, artinya apabila
siswa terus dikekang oleh guru dalam proses
pembelajaran, dikhawatirkan akan
berdampak negatif terhadap pengembangan
kreativitas siswa. Padahal kreativitas penting
untuk dipupuk dan dikembangkan.
Banyak terdapat sekolah sekarang
aspek kreativitas siswa kurang mendapatkan
perhatian. Mata pelajaran - mata pelajaran
yang terkait dengan pengembangan
kreativitas seperti mata pelajaran kesenian
dan keterampilan di sekolah - sekolah kurang
mendapat perhatian yang memadai, bahkan
dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak
penting. Padahal perlu diketahui bahwa
dengan adanya pemahaman serta
pendalaman terhadap keterampilan dan
penggalian bakat siswa sejak dini dapat
mengarahkan pada kehidupan siswa di masa
yang akan datang menjadi lebih baik.
Di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2
Karanganyar kreativitas siswa yang terlihat
dari hasil pengamatan mata pelajaran
kesenian masih sangat rendah. Hal ini
dikarenakan adanya pandangan bahwa mata
pelajaran kesenian merupakan mata
pelajaran yang tidak penting dan hal ini juga
dikarenakan adanya materi serta metode
pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas ini juga kurang
menarik. Guru terkonsentrasi pada
penjelasan teori. Berdasarkan observasi awal
dari 36 tingkat kreativitas siswa rata-rata
sebesar 39 %, secara kualitas kreativitas
siswa kelas XI IPA3 sangat kurang
kreativitas.
Dalam rangka mengatasi permasalahan
ini guru mencoba menerapkan metode
pembelajaran dengan menggunakan teknik-
teknik yang sederhana dan menarik yang
dianggap akan dapat meningkatkan
kreativitas belajar siswa khususnya pada
pembelajaran seni rupa. sebagai bentuk
implementasi penggunaan teknik yang
menarik dan sederhana tersebut adalah
menggunakan teknik butsir dalam praktik
berkarya seni patung dengan bahan sabun
batangan yang di terapkan di kelas XI IPA 3
semester I SMA Negeri 2 Karanganyar tahun
pelajaran 2018/2019.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
65
Teknik butsir merupakan salah satu
teknik yang sederhana yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran seni membuat patung
yang dapat dimanfaatkan dalam praktik
berkarya seni di sekolah-sekolah. Teknik
butsir dengan menggunakan sabun
merupakan teknik pembelajaran membuat
seni patung yang biasa digunakan di sekolah-
sekolah, karena selain bahan yang murah dan
mudah didapat bahan dari sabun merupakan
yang relatif mudah dibentuk. Berdasar latar
belakang masalah yang ada dalam penelitian
ini, maka dalam kesempatan ini penulis
ingin mengangkat permasalahan yang terkait
dengan penerapan teknik butsir yang
digunakan dalam rangka meningkatkan
kreativitas siswa dalam pembelajaran
praktek berkarya seni patung. Untuk itu
dalam penelitian ini penulis memberikan
judul penelitian ”Upaya Peningkatan
Kreativitas Belajar Seni Rupa Melalui
Praktek Berkarya Seni Patung Menggunakan
Media Sabun dengan Teknik Butsir di Kelas
XI IPS 3 semester I SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Ajaran 2018/2019”.
Kreativitas seseorang dapat terukur
melalui aptitude dan non aptitudenya. Oleh
karena itu yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah untuk melihat
bagaimana profil kreativitas siswa dilihat
dari ciri aptitude dan ciri non aptitude
sebelum dan sesudah diimplementasikan
model pembelajaran inkuiri dalam
pendidikan kesenian.
Setiap orang memiliki kreativitas dan
kreativitas itu dapat dikembangkan.
Pengembangan kreativitas hendaknya
dipupuk sejak dini, sebab kalau tidak
dipupuk maka kreativitas itu tidak akan
berkembang. Hal ini sejalan dengan
pendapat Munandar dalam Trianto (2007:
137) yang memberikan alasan bahwa
kreativitas pada anak perlu dikembangkan
karena: dengan berkreasi anak dapat
mewujudkan dirinya sebagai kemampuan
untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah, memberikan kepuasan kepada
individu dan memungkinkan meningkatkan
kualitas hidupnya.
Pengembangan kreativitas dapat
terukur melalui ciri aptitude dan ciri non
aptitudenya. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas
(berpikir kreatif) meliputi: (1) keterampilan
berpikir lancar (kelancaran), (2)
keterampilan berpikir luwes (fleksibel), (3)
keterampilan berpikir orisinal (orisinalitas),
(4) keterampilan memperinci (elaborasi), (5)
keterampilan menilai (evaluasi). Sedangkan
ciri-ciri non aptitude yaitu: (1) rasa ingin
tahu, (2) bersifat imajinatif, (3) merasa
tertantang oleh kemajemukan, (4) sifat
berani mengambil risiko, (5) sifat
menghargai.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
66
Seni dan kesenian adalah pada
dasarnya kata-kata yang sering diucapkan
dan sering didengar dalam kehidupan sehari-
hari. Menurut ensiklopedia seni merupakan
penciptaan segala hal atau benda yang
karena keindahan bentuknya orang menjadi
senang melihatnya atau mendengarnya.
Sedangkan patung merupakan sebuah karya
seni rupa tiga dimensi yang ditinjau dari segi
tujuan karya tersebut diciptakan termasuk
karya seni murni. Adapun menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia patung diartikan
benda tiruan bentuk manusia dan binatang
yang cara pembuatannya dipahat. Pengertian
ini didasarkan terjemahan dari bahasa Inggris
Sculpure karena pematung jaman dulu
kebanyakan mempergunakan teknik
memahat. Seni patung disebut juga Plastic
Art (seni plastik), maksudnya plastis adalah
adalah mudah dibentuk. Seni patung juga
diartikan sebagai seni bentuk, maksudnya
bentuk-bentuk yang memiliki keindahan.
Seni patung mempunyai pengertian yang
sangat luas karena tidak hanya bentuk
manusia atau binatang tetapi, bentuk apapun
dapat disebut patung.
Pada jaman dahulu orang membuat
patung bertujuan untuk kepentingan religi
(keagamaan), misalnya pada jaman primitif
orang membuat patung untuk kepentingan
magis, pada jaman Mesir Kuno, orang
membuat patung untuk disembah, pada
jaman Hindu dan Budha patung digunakan
untuk menghormati dewa atau orang yang
dijadikan teladan. Pada perkembangan
selanjutnya, patung dibuat untuk kepentingan
monument yaitu untuk memperingati
peristiwa-peristiwa bangsa atau kebesaran
suatu negara, kelompok atau perorangan.
Di sini penulis menggunakan metode
pembuatan patung dengan teknik butsir.
Teknik membutsir adalah teknik membuat
patung dengan cara memijit, menambah dan
mengurangi bahan yang dibentuk, biasanya
dibantu dengan alat butsir. Membuat patung
dengan cara membutsir biasa hanya
menggunakan bahan tanah liat atau plastisin.
Teknik ini sering disebut pula teknik
modeling.
Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam
melakukan penelitian, khususnya penelitian
tindakan kelas. Selain itu penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi di dalam kelas. Adapun tujuan
khusus dari penelitian ini adalah untuk
mengatasi permasalahan yang muncul di
dalam kelas khususnya kelas XI SMA
Negeri 2 Karanganyar terkait dengan
rendahnya kreativitas belajar siswa pada
praktik berkarya seni patung.
Hasil penelitian ini diharapkan dalam
memberikan tambahan wacana kepustakaan
yang ada. Sekaligus dengan penelitian ini
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
67
dapat memberikan gambaran tentang
penerapan teknik pembelajaran yang
sederhana dan menarik dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat ditemukan pula alternatif-alternatif
yang dapat digunakan oleh guru dalam
rangka mengatasi masalah siswa seperti
rendahnya kreativitas belajar siswa dalam
praktek berkarya seni patung.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research) yaitu
penelitian terhadap tindakan yang dilakukan
di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Dalam penelitian ini, tindakan kelas yang
diteliti adalah memanfaatkan media sabun
dengan teknik butsir sebagai media ajar
untuk meningkatkan kreativitas siswa.
Model penelitian yang digunakan
adalah model penelitian Kurt Lewin yang
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yaitu penelitian terhadap tindakan
yang dilakukan di kelas yang bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran. Dalam penelitian ini, tindakan
kelas yang diteliti adalah memanfaatkan
media sabun dengan teknik butsir sebagai
media ajar untuk meningkatkan kreativitas
siswa.
Model penelitian yang digunakan
adalah model penelitian Kurt Lewin yang
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Mengingat keterbatasan waktu, penelitian
tindakan ini hanya menggunakan dua siklus,
dimana tiap-tiap siklus terdiri dari sekali
pertemuan. Pada masing-masing siklus
dilakukan empat tahapan yaitu perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan
(observation) dan refleksi (reflecting). Hasil
refleksi tindakan suatu siklus penelitian
dijadikan dasar untuk membuat perencanaan
tindakan siklus selanjutnya. Hasil penelitian
tindakan kelas ditunjukkan dengan
peningkatan kreativitas belajar seni rupa
yang diperoleh dari hasil pengamatan, tes
tertulis.
Subyek dari penelitian adalah siswa
kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Karanganyar
tahun ajaran 2018-2019 dengan
menggunakan teknik pengumpulan data
meliputi pengamatan, wawancara atau
diskusi, angket dan tes yang masing-masing
secara singkat diuraikan sebagai berikut :
a)Pengamatan, Pengamatan ini dilakukan
terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas maupun kinerja
siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. b)Tes, dilakukan dengan
penilaian teradap hasil karya siswa yang
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
68
berupa karya patung yang dibuat dengan
teknik butsir dengan bahan sabun. c)
Wawancara atau Diskusi, dilakukan oleh
peneliti dan guru kolaborator. Wawancara
atau diskusi dengan guru kolaborator
dilaksanakan setelah melakukan pengamatan
pertama terhadap kegiatan belajar mengajar.
d)Kajian Dokumen, kajian juga dilakukan
terhadap berbagai dokumen atau arsip yang
ada setiap kurikulum, rencana pembelajaran
yang dibuat guru.
Untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih sempurna perlu dilakukan
validitas data. Pada penelitian ini peneliti
menggunkan cara triangulasi data. Menurut
H.B. Sutopo (1996: 78), menerangkan bahwa
triangulasi data merupakan suatu teknik yang
didasari pola pikir fenomenologi yang
bersifat multiperspektif. Artinya untuk
menarik simpulan yang mantap, diperlukan
tidak hanya satu cara pendang.
Teknik triangulasi yang digunakan
adalah triangulasi dengan sumber, di mana
teknik triangulasi dengan sumber merupakan
teknik triangulasi yang mengarahkan peneliti
agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib
menggunakan beragam sumber data yang
tersedia. Artinya sama atau sejenis, akan
lebih mantap kebenarannya bila digali dari
beberapa data yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil observasi awal yang
dilakukan di kelas XI IPA 3 SMAN 2
Karanganyar pada semester I pelajaran seni
rupa menemukan data sebagai berikut tingkat
kreativitas peserta didik materi membuat
patung dari sabun masih rendah.
Kreativitas belajar sebelum
diadakan tindakan, guru menerapkan
pembelajaran secara langsung dengan model
ceramah dan menggunakan media hanya
sebatas power point untuk menjelaskan
materi seni rupa pokok bahasan membuat
patung dari sabun. Model pembelajaran
langsung tersebut berdampak terhadap
kreativitas peserta didik yang rendah,
menurut hasil observasi awal kreativitas
peserta didik seperti, keterampilan berpikir
lancar (kelancaran), keterampilan berpikir
luwes (fleksibel), keterampilan berpikir
orisinal (orisinalitas), keterampilan
memperinci (elaborasi), keterampilan
menilai (evaluasi). Rasa ingin tahu, bersifat
imajinatif, merasa tertantang oleh
kemajemukan, sifat berani mengambil risiko,
sifat menghargai, belum terlihat
menggembirakan sehingga nampak proses
belajar satu arah guru sangat dominan
sehingga kondisi kelas kurang menarik
siswa, dalam pembuatan patung terkesan
asal-asalan dan hasil karya banyak yang
tidak bagus. Menurut data awal bahwa
tingkat kreativitas siswa rata-rata sebesar
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
69
39%, secara kualitas kreativitas siswa kelas
XI IPA 3 kurang aktif.
Tabel 1 Indikator kreativitas Belajar
No KEGIATAN
1 Keterampilan berpikir lancar (kelancaran),
2 Keterampilan berpikir luwes (fleksibel),
3 Keterampilan berpikir orisinal (orisinalitas),
4 Keterampilan memperinci (elaborasi),
5 Keterampilan menilai (evaluasi).
6 Rasa ingin tahu
7 Bersifat imajinatif
8 Merasa tertantang oleh kemajemukan
9 Sifat berani mengambil risiko
10 Sifat menghargai.
Tabel 2 Kriteria Kualitas Kreativitas
No Prosentase Kualitas
1 < 20%
Sangat Kurang
Kreativitas
2 21% s.d 40% Kurang Kreativitas
3 41% s.d 60% Cukup Kreativitas
4 61% s.d 80% Kreativitas
5 81% s.d 100% Sangat Kreativitas
Tabel 3 Indikator Kreativitas Belajar Pra
Siklus
NO
KREATIVITAS
BELAJAR
SISWA
SISW
A
YAN
G
KRE
ATIF
%
KUALI
TAS
KREA
TIVIT
AS
A Kreativitas
dalam KBM
1 Keterampilan
berpikir lancar 14
39
%
Kurang
kreatif
(kelancaran)
2
Keterampilan
berpikir luwes
(fleksibel),
15 42
%
Cukup
kreatif
3
Keterampilan
berpikir orisinal
(orisinalitas),
14 39
%
Kurang
kreatif
4
Keterampilan
memperinci
elaborasi)
11 31
%
Kurang
kreatif
5
Keterampilan
menilai
(evaluasi).
13 36
%
Kurang
kreatif
6 Rasa ingin tahu 21 58
%
Cukup
kreatif
7 Bersifat
imajinatif 12
33
%
Kurang
kreatif
8
Merasa
tertantang oleh
emajemukan
14 39
%
Kurang
kreatif
9
Sifat berani
mengambil
risiko
9 25
%
Kurang
kreatif
10 Sifat
menghargai. 19
53
%
Cukup
kreatif
RATA-RATA 14.2
39
%
Kurang
kreatif
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan
bahwa kondisi kelas XI IPA3 SMAN 2
Karanganyar pada pelajaran seni rupa kurang
kreatif rata-rata kreativitas 14 siswa atau 39
%. Kreativitas yang paling rendah yaitu
keterampilan berpikir lancar (39%),
keterampilan berpikir orisinal (39%),
keterampilan memperinci (31%),
keterampilan menilai (36%), bersifat
imajinatif (33%), merasa tertantang oleh
kemajemukan (39%), sifat berani mengambil
risiko (25%). Keadaan tersebut belum
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
70
mengembirakan karena kreativitas siswa
secara kualitas kurang kreatif.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I
mengunakan pembelajaran yang
memanfaatkan media bertujuan merespon
kreativitas siswa belajar seni rupa. Langkah-
langkah pembelajaran dengan memanfaatkan
media sabun selama siklus I adalah sebagai
berikut: Pada pertemuan pertama guru
memberikan motivasi agar siswa lebih fokus
dan bersemangat dalam belajar, guru
menerangkan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan indikator-indiktor yang harus
dikuasai siswa. Pada pertemuan awal siklus
guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan apersepsi supaya siswa aktif dalam
pembelajaran dengan mengeksplorasi
bentuk patung kemudian siswa membuat
pola bentuk patung dengan tema bebas
kemudian di tempel pada sabun yang akan
dibuat. Masing-masing siswa harus aktif
membuat bentuk patung sesuai pola yang
dibuat dengan alat kater/ pisau/silet, gunting
dan sendok. Sedangkan guru memantau
jalannya pembuatan patung dan memberi
bantuan dalam pemahatan patung dan pada
akhir pertemuan guru bersama siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran
pembuatan patung.
Berdasarkan hasil observasi kreativitas
siswa proses pembelajaran pada siklus I
mengalami kenaikan dibanding dengan pra
siklus yaitu rata-rata kreativitas siklus I
sebesar 20 siswa (58%) secara kualitas
kreativitas siklus I dapat dikatakan cukup
kreatif, sedangkan pra siklus rata-rata
sebesar 39%, sehingga mengalami kenaikan
19%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar grafik berikut ini:
Grafik 1 Kreativitas Belajar Siklus 1
Kreativitas siswa pada Siklus I
setelah memanfaatkan media sabun dengan
pola gambar sudah mengalami kenaikan dari
kondisi awal akan tetapi belum sesuai
kreteria keberhasilan tindakan. Kenaikan
tersebut belum sesuai harapan bila
dibandingkan dengan target indikator kinerja
sebesar 85%.
Grafik 2 Tingkat Perbedaan
Kreativitas antar Pra siklus dan Siklus II
0 5 10 15 20 25
Kreativitas dalam KBM
Keterampilan berpikir lancar(kelancaran),
Keterampilan berpikir luwes(fleksibel),
Keterampilan berpikir orisinal(orisinalitas),
Keterampilan memperinci(elaborasi),
Keterampilan menilai(evaluasi).
Rasa ingin tahu
Bersifat imajinatif
Merasa tertantang olehkemajemukan
Sifat berani mengambil risiko
Sifat menghargai.
Series4
Series3
Series2
Series1
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
71
Hasil data observasi menunjukkan
bahwa setelah pemanfaatan media sabun
dengan pembuatan pola dulu menunjukkan
bahwa kreativitas siswa dalam pembuatan
patung sudah menunjukkan kenaikan sebesar
58% dari yang semula (Pra Siklus) sebesar
39 % menjadi 58%.
Hasil Siklus I kreativitas siswa dalam
pembuatan patung secara kualitas sudah
kreatif namun demikian belum sesuai target.
Oleh karena itu peneliti berdiskusi dengan
kolaborator mengidentifikasi permasalahan
dan menentukan langkah-langkah tindakan
pada Siklus II. Adapun identifikasi yang
ditemukan adalah sebagai berikut: 1.
Kreativitas keterampilan berfikir luwes/
fleksibel masih kurang maksimal terutama
ketika terjadinya pembuatan pola, oleh
karena itu perlu adanya perhatian bagi siswa
yang kurang kreatif diberi tugas untuk
membuat pola yang bagus. 2. Sifat berani
mengambil risiko masih perlu ditingkatkan.
Langkah yang dilakukan pemahatan patung
sesuai dengan pola yang telah dibuat
kemudian dipahat sesuai pola yang telah
dibuat. Perlu dilanjutkan ke Siklus II karena
hasilnya belum sesuai target dari indikator
kinerja, khususnya ditekankan pada masalah
kerapian bentuk patung yang dibuat.
Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan Siklus II peneliti masih
memanfaatkan pola gambar dalam
pembuatan patung dalam proses belajar di
Kelas XI IPA3 SMAN 2 Karanganyar.
Materi pembuatan patung dengan media
sabun adapun indikator yang harus dikuasai
siswa meliputi menyelesaikan bentuk patung
dan menunjukkan hasil karya. Pada Siklus II
peneliti menekankan hal-hal yang belum
optimal dari hasil observasi Siklus I.
Observasi aktivitas siswa proses
pembelajaran pada siklus II mengalami
kenaikan dibanding dengan Siklus I yaitu
rata-rata kreativitas siklus II sebasar 31 siswa
(87%) secara kualitas kreativitas siklus II
dapat dikatakan Sangat Kreatif sedangkan
Siklus I rata-rata sebesar 58%, sehingga
mengalami kenaikan 29%. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut
ini:
Grafik 3: Kreativitas Belajar Siklus II
SangatKurangkreatif
Kurangkreatif
Cukupkreatif
kreatif
Sangatkreatif
PRA SIKLUS 9 11 11 5 0
SIKLUS I 0 12 12 9 3
02468
101214
Axi
s Ti
tle
KREATIVITAS SISWA PRA SIKLUS DAN SIKLUS I
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
72
Kreativitas siswa pada Siklus II
setelah memanfaatkan teknik busir sudah
mengalami kenaikan dari Siklus I. Kenaikan
tersebut sudah sesuai harapan bila
dibandingkan dengan target indikator kinerja
sebesar 85%.
Hasil data observasi menunjukkan
bahwa setelah pemanfaatan teknik butsir
menunjukkan bahwa kreativitas siswa dalam
belajar seni rupa sudah menunjukkan
mengalami kenaikan dibanding dengan
Siklus I yaitu rata-rata kreativitas siklus II
sebesar 31 siswa (87%) secara kualitas
kreativitas siklus II dapat dikatakan Sangat
kreatif, sedangkan Siklus I rata-rata sebesar
58%, sehingga mengalami kenaikan 29%.
Hasil Siklus II kreativitas secara kualitas
sudah Sangat kreatif melampaui target yaitu
87% sedangkan target 85%, oleh karena itu
tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
PEMBAHASAN
Kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran seni rupa mengalami
peningkatan hingga tercapainya indikator
kinerja. Dari hasil penelitian, diperoleh data
bahwa kreativitas siswa terus meningkat,
kreativitas peserta didik dalam pembelajaran
seni rupa terus meningkat dari pra siklus I
sebesar 39% (14 dari 36 peserta didik),
siklus I sebesar 58% (21 dari 36 peserta
didik), dan siklus II sebesar 87% (31 peserta
didik dari 36 peserta didik). Rekapitulasi
pencapaian target bisa dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4 Kreativitas Siswa Pra Siklus, Siklus
I dan Siklus II
N
O
KREATIVITAS
BELAJAR
SISWA
PRA
SIKL
US
SIKL
US I
SIKL
US II
1
Keterampilan
berpikir lancar
(kelancaran),
14 25 32
2
Keterampilan
berpikir luwes
(fleksibel),
15 19 32
3
Keterampilan
berpikir orisinal
(orisinalitas),
14 22 31
4
Keterampilan
memperinci
(elaborasi),
11 18 34
5 Keterampilan
menilai (evaluasi). 13 21 32
6 Rasa ingin tahu 21 23 31
7 Bersifat imajinatif 12 20 28
8 Merasa tertantang
oleh kemajemukan 14 20 34
9 Sifat berani
mengambil risiko 9 14 26
10 Sifat menghargai. 19 25 32
RATA-RATA 14.2 20.7 31.2
Grafik 4: Kualitas kreativitas Antar Siklus
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
73
SangatKu…
Kurangkr…
Cukupkr…
kreatif
Sangatkr…
PRA SIKLUS 9 11 11 5 0
SIKLUS I 0 12 12 9 3
SIKLUS II 0 0 1 20 15
0510152025A
xis
Titl
eKUALITAS KREATIVITAS ANTAR SIKLUS
Secara empiris penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa pemanfaatan media
teknik butsir berhasil meningkatkan
kreativitas materi seni rupa pokok bahasan
Pembuatan patung (Karya 3 dimensi) pada
siswa Kelas XI IPA3 SMAN 2 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2018/2019.
Secara teoritik, penelitian ini
menguatkan pendapat bahwa pembelajaran
dengan pemanfaatan teknik butsir berhasil
meningkatkan kreativitas materi seni rupa
pokok bahasan Pembuatan patung (Karya 3
dimensi). Hipotesis tindakan penerapan
teknik butsir dapat meningkatkan kreativitas
belajar siswa dalam praktek berkarya seni
patung menggunakan media sabun batangan
yang ada di kelas XI IPA 3 Semester I SMA
Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran
2018/2019 dapat dibuktikan kebenarannya.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini disimpulkan
bahwa pemanfaatan teknik butsir dalam
pembelajaran seni rupa secara efektif dapat
meningkatkan kreativitas belajar materi
pembuatan patung, secara afektif sebagai
berikut: Kreativitas belajar siswa mengalami
peningkatan dari sebelum tindakan 39%
menjadi 58% pada siklus I dan 87% pada
siklus II. Siklus II sudah melebihi target
kreativitas secara klasikal 85%. Sedangkan
secara afektif pemanfaatan pemanfaatan
teknik butsir mampu menumbuhkan kesan-
kesan positif tentang seni rupa dan nilai-nilai
kreatifitas berupa keterampilan berpikir
lancar (kelancaran), keterampilan berpikir
luwes (fleksibel), keterampilan berpikir
orisinal (orisinalitas), keterampilan
memperinci (elaborasi), keterampilan
menilai (evaluasi). rasa ingin tahu, bersifat
imajinatif, merasa tertantang oleh
kemajemukan, sifat berani mengambil risiko,
sifat menghargai siswa terhadap siswa lain.
Hal ini terbukti pemanfaatan media ini
mampu memfasilitasi pembelajaran yang
efektif, efisien, interaktif menyenangkan dan
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, dan mandiri sehingga
menumbuhkembangkan karakter peserta
didik dalam belajar.
SARAN
Beberapa saran yang dapat
disampaikan dalam makalah ini bagi guru,
hendaknya guru melakukan inovasi
pengembangan model pembelajaran inovatif
dan memanfaatkan alat peraga atau media
sehingga pembelajaran menjadi bermakna
dan siswa mampu memperoleh pemahaman
konsep (hasil belajar) serta mampu
menumbuhkan nilai-nilai positif siswa untuk
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
74
mengembangkan karakternya adapun bagi
sekolah, hendaknya mendorong dan
memfasilitasi guru untuk menyusun alat
peraga agar siswa mampu belajar seni rupa
secara efektif dan menyenangkan. Bagi
pemegang kebijakan bidang pendidikan,
hendaknya mulai mensosialisasikan
pemanfaatan media pembelajaran yang tidak
hanya meningkatkan aspek intelektual siswa
tetapi juga aspek spiritual, sosial, dan
emosional siswa untuk mengembangkan
karakternya, sehingga tumbuh jiwa-jiwa
yang unggul masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsini, 2007, Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi
Aksara.
Dahlan. 1990.Model-Model Mengajar.
Diponegoro. Bandung.
Nana Syaodih Sukmadinanta. 2007. Metode
Penelitian Pendididikan.Remaja
Rosdakarya. (Cetakan ketiga).
Suyanto. 1995. Ciri-ciri dan Proses
Terbentuknya Kreativitas. Makalah
disampaikan pada Penataran
Kreativitas untuk Pengembangan
Produktivitas Kabag dan Kasubag
di Lingkungan IKIP Yogyakarta,
21-30 Maret 1995.Yogyakarta.
WSPK Lemlit IKIP Yogyakarta.
Sugiyanto. 2008. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta :
PSD Rayon 13.
Sutopo. HB. 2000. Metode Penelitian
Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Konsep, Landasan
Teoritis-Praktis dan
Implementasinya. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher. Cetakan
Pertama.
Utami Munandar. 2004. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Rineka
Cipta. Jakarta.
Wardani, Wihardi, Kuswaya Nasoetion,
Noehi, 2003, Penelitan Tindakan
Kelas; Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka.
Wardani, Julaeha, Siti dan Marsinah, Ngadi,
2005, Kemantapan Kemampuan
Profesional; Jakarta: Pusat Penerbit
Universitas Terbuka
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
74
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG
AWAL MELALUI MEDIA REALITA KARTU ANGKA
Suparmi
SD N 04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika operasi
hitung hitung awal melalui media realita kartu angka pada siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri
04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Semester I Tahun pelajaran
2018/2018. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa
kelas I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong Kecamatan Jenawi yang berjumlah 6 siswa. Waktu
penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai 18 Juli 2018 sampai 18 Oktober 2018 .
Sumber data dan data dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa dan dokumen. Metode
pengumpulan data dalam penelitian observasi, dan analisis dokumen dan tes . Teknik uji
validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif. Kesimpulan sebagai berikut: hasil
perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran berhitung materi operasi hitung bilangan
melalui alat peraga media raelita kartu angka selalu mengalami peningkatan dari sebelum siklus
dan setelah siklus I dan siklus II. Dengan demikian setiap siklus selalu mengalami peningkatan
prestasi secara signifikan, sehingga hasil penelitian dapat diterima.
Kata kunci : Media kartu angka, Prestasi hasil belajar, Operasi Hitung awal
ABSTRACT The purpose of this study was to improve the Mathematics learning outcomes of
the initial arithmetic operations through the numerical card reality media in class I of State
Elementary School 04 Lempong, Jenawi District, Karanganyar Regency. First semester of
2018/2018 academic year. This research is in the form of Classroom Action Research. The
research subjects were first grade students of 04 Lempong Public Elementary School, Jenawi
Subdistrict, totaling 6 students. The time of the study was carried out for 3 months, starting from
18 July 2018 to 18 October 2018. Sources of data and data in this study are student test results
and documents. Methods of collecting data in observational research, and analysis of documents
and tests. The data validity test technique uses data source triangulation techniques and method
triangulation. The data analysis technique used is interactive analysis techniques. The
conclusions are as follows: the results of the average score of students in learning counting the
operating material counting numbers through the media props of the numeric cards always
increase from before the cycle and after the first cycle and the second cycle. Thus each cycle
always experiences a significant increase in achievement, so that the results of the study can be
accepted.
Keywords: Number card media, Learning achievement, Operation Calculate early
PENDAHULUAN
Seorang guru di tuntut agar hasil dari
proses belajar mengajar dapat maksimal
sesuai dengan yang diharapkan, untuk
meraih harapan tersebut maka berbagai
usaha guru selalu di coba. Belajar
merupakan aktivitas untuk mengadakan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
75
perubahan tingkah laku dengan tujuan
untuk membentuk sikap dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya
tersebut adalah penerapan penggunaan alat
peraga dalam pembalajaran yang tepat. Guru
berperan sebagai pengelola proses belajar
mengajar, bertindak sebagai fasilitator dan
mediator yang berusaha menciptakan
kondisi belajar mengajar yang efektif, aktif
dan efisien, sehingga memungkinkan proses
belajar mengajar dapat mengembangkan
bahan pelajaran dan tujuan yang hendak
dicapai. Untuk memenuhi hal tersebut, maka
guru dituntut mampu mengelola proses
belajar mengajar yang memberikan respon
kepada anak, sehingga mau belajar, mau
berpikir, sebab anak sebagai subjek utama.
Dalam pasal 4 Undang-undang nomor 20
tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki
keterampilan, pengetahuan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Maka merupakan langkah yang tepat apabila
dipersiapkan sarana dan prasarana yang
setepat-tepatnya untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang handal dan
berkualitas tinggi untuk menghadapi
perkembangan dan persaingan yang
diwarnai oleh perubahan yang serba cepat.
Di dalam proses belajar mengajar
seorang guru memiliki peran yang sangat
penting. Diketahui bahwa karakter atau
itelegensi anak tidak sama dalam
menguasai, menerima dan memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru. Terkait
dengan hal tersebut di atas maka perlu
perluasan pelayanan pendidikan. Pendidikan
Sekolah Dasar untuk menaikkan angka
partisipasi secara bertahap dan merata.
Pendidikan Sekolah Dasar akan berfungsi
sebagai peletak dasar kearah perkembangan
sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya
cipta yang diperlukan anak untuk hidup di
lingkungan masyarakat, memberikan bekal
kemampuan dasar bagi perkembangan anak
secara utuh serta memberikan bekal untuk
mengembangkan diri sesuai dengan asas
pendidikan di Sekolah Dasar disediakan
peluang bagi anak untuk belajar diperlukan
berbagai jenis alat peraga yang sesuai
dengan karakter dan perkembangan peserta
didik.
Banyak benda atau objek yang dapat
di jadikan sarana belajar mengajar bagi anak
Sekolah Dasar yaitu mulai dari diri sendiri,
guru, alam sekitar yang terdapat di
lingkungan anak, alat permainan, sampai
dengan sarana belajar mengajar, sarana yang
telah ada di Sekolah Dasar harus digunakan
secara optimal..
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
76
Pemilihan jenis sarana dapat
ditentukan oleh guru sesuai dengan
bidang-bidang yang hendak
dikembangkan dan juga disesuaikan
dengan kebutuhan, minat serta
kebutuhan, minat serta kemampuan anak
dalam kegiatan belajar mengajar
diusahakan agar penggunaan saran
tersebut dilakukan secara kreatif dan
berfungsi ganda. Sedangkan
sarana-sarana yang disajikan di Sekolah
Dasar hendaknya dapat membantu guru
untuk melaksanakan berbagai
metode/teknik mengajar dalam proses
belajar mengajar, serta membantu anak
untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
minat, taraf perkembangan dan
kemampuannya. Alat bantu peraga atau
alat peraga merupakan bagian teknologi
pengajaran, wujudnya dari yang sangat
sederhana dan murah sampai yang
sangat rumit dan mahal. Alat peraga
tidak ada manfaatnya tanpa adanya
aktivitas guru dan murid itu sendiri. Alat
peraga yang digunakan dalam
pembelajaran dapat berfungai untuk
mengurangi verbalisme suatu pokok
masalah dan dapat menvisualisasikan
sesuatu yang abstrak menjadi konkrit,
sehingga. memperjelas dan
mempermudah berkomunikasi
mengetahui sesuatu. Melihat tujuan dari
pendidikan Sekolah Dasar yang telah
tercantum dalam Peraturan Pemerintah,
maka pendidikan di sekolah dasar
hendaknya harus dapat di berikan sebaik
mungkin pada waktu masih menginjak
usia dini. Dengan anak yang kreatif
dalam melakukan kegiatan maka siswa
akan dapat menciptakan suatu kreasi dan
kerajinan tersendiri yang sesuai dengan
umur mereka pada saat ini.
Pemilihan jenis sarana dapat
ditentukan oleh guru sesuai dengan
bidang-bidang yang hendak dikembangkan
dan juga disesuaikan dengan kebutuhan,
minat serta kebutuhan, minat serta
kemampuan anak dalam kegiatan belajar
mengajar diusahakan agar penggunaan
sarana tersebut dilakukan secara kreatif dan
berfungsi ganda. Alat bantu peraga atau alat
peraga merupakan bagian teknologi
pengajaran, wujudnya dari yang sangat
sederhana dan murah sampai yang sangat
rumit dan mahal. Alat peraga tidak ada
manfaatnya tanpa adanya aktivitas guru dan
murid itu sendiri. Alat peraga yang
digunakan dalam pembelajaran dapat
berfungsi untuk mengurangi verbalisme
suatu pokok masalah dan dapat
menvisualisasikan sesuatu yang abstrak
menjadi konkrit, sehingga. memperjelas dan
mempermudah berkomunikasi mengetahui
sesuatu.
Dengan berbagai fasilitas yang
disediakan seperti lingkungan, peralatan,
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
77
guru, metode Sekolah Dasar
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang
teratur dan sistematis sifatnya. Kebutuhan
yang diperlukan bagi anak Sekolah Dasar
adalah meliputi kebutuhan fisik dan
kebutuhan emosional.
Dari latar belakang dan
permasalahan yang muncul di SDN 04
Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar yaitu kurangnya kreatifitas
pada siswa disebabkan beberapa faktor
antara lain siswa belum mampu tentang
berhitung yang disebabkan karena perlunya
bimbingan dan alat peraga yang digunakan
guru dalam pembelajaran. Untuk itu maka
peneliti berkeinginan untuk mengadakan
penelitian yang berjudul: Meningkatkan
hasil belajar Matematika operasi hitung
awal melalui media realita peraga Kartu
angka pada siswa kelas I SDN 04 Lempong
Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, Apakah Meningkatkan
hasil belajar Matematika operasi hitung
awal dapat dilakukan melalui media realita
peraga Kartu angka pada siswa kelas I SDN
04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran
2018/2019?.
Penelitian ini bertujuan untuk
Meningkatkan hasil belajar Matematika
operasi hitung awal melalui media realita
peraga Kartu angka pada siswa kelas I SDN
04 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran
2018/2019.
Kegunaan penelitian ini adalah
mencakup:a)Kegunaan Teoritis 1). Hasil
penelitian diharapkan dapat menambah
bahan kajian, khususnya dalam
meningkatkan hasil belajar matematika
operasi hitung awal melalui media realita
kartu angka pada siswa kelas I SDN 04
Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester I tahun pelajaran
2018/2019. 2)Memberikan tambahan
wawasan yang luas bagi penelitian
selanjutnya. b)Kegunaan Praktis :1) Bagi
Anak, Untuk memberikan semangat dan
dorongan pada anak agar meningkatkan
hasil belajar matematika operasi hitung awal
melalui media realita kartu angka pada
siswa kelas I SDN 04 Lempong Kecamatan
Jenawi Kabuapaten Karanganyar semester I
tahun pelajaran 2018/2019. 2). Bagi Guru,
Membantu guru untuk mengaplikasikan
berbagai upaya dalam meningkatkan kinerja
guru dan keberhasilan kemampuan
matematika operasi hitung awal melalui
media realita kartu angka pada siswa kelas
I Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong
Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
semester I tahun pelajaran 2018/2019. 3).
Bagi Sekolah, dapat meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar bagi guru secara
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
78
pprofesional di Sekolah Dasar tersebut
dengan menggunakan alat peraga kartu
angka yang pakem dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar berhitung pada siswa kelas I
Sekolah Dasar berhasil secara efektif dan
efisien.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan berhitung awal
merupakan salah satu indikator dari
pengembangan kemapuan siswa sekolah
dasar kelas I. Kemampuan berhitung sangat
diperlukan sebagai dasar dari mata pelajaran
matematika dasar yang harus dikembangkan
dan dikuasi oleh peserta didik kelas I
dengan menggunakan metode permainan
media realita kertu angka . Pada permainan
hitung ini dapat dimainkan di mana pun dan
kapanpun oleh siswa kelas I Sekolah Dasar
sesuai pengembangan yang ditentukan.
Untuk mencapai standar kompetensi
maupun kompetensi dasar berhitung ini
digunakan dengan media realita kartu angka
yang ada disekitarnya. Dengan
memperhatikan benda-benda di sekeliling
anak, kemudian anak diajak
menghitungnya. Kemampuan berhitung ini
merupakan salah satu ciri dari kecerdasan
logika-matematika.
Kerangka berpikir merupakan
konsep berpikir dari sebuah analisis
permasalahan dalam penelitian. Penelitian
ini mengkaji permasalahan mengenai
meningkatkan kemampuan Matematika
operasi hitung awal pada siswa kelas I
Semester I Melalui media realita kartu
angka pada siswa SDN 04 Lempong
Kecamatan Jenawi Karanganyar semester I
Tahun pelajaran 2018/2019. Kerangka
berpikir ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Hipotesis Tindakan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: Bahwa Meningkatkan hasil belajar
Matematika operasi hitung awal dapat
dilakukan Melalui media realita kartu angka
pada siswa kelas I SDN 04 Lempong
Kecamatan Jenawi Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar semester I tahun pelajaran
2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Kondisi awal siswa
sebelum tindakan
Hasil belajar Matematika Kelas I SDN 04 Lempong
masih rendah
Pelaksanaan
tindakan
Melalui Media realita
kartu angka dalam
pembelajaran
Matematika operasi hitung awal pada
siswa Kelas I SDN 04
Kondisi akhir
setelah
tindakan
Hasil belajar Matematika
operasi hitung SDN
02 Gaum meningkat
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
79
Tempat Pelaksanaan penelitian
adalah di Sekolah Dasar Negeri 04
Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester I tahun pelajaran
2018/2019. Penelitian ini dimulai dari
tahap persiapan sampai pelaporan hasil
penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu
mulai 19 Juli 2018 sampai dengan 18
Oktober 2018.
Metode penelitian adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang cara-cara atau
system system untuk memecahkan suatu
masalah yang dihadapi seseorang dalam
mengadakan suatu penelitian ilmiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini direncanakan ada tiga
siklus dipandang cukup untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi. Prosedur
penelitian yang akan dilakukkan dalam
penelitian ini mencakup empat tahap yang
meliputi kegiatan; Rencana, Pelaksanaan,
observasi, Refleksi. Jenis data yang
dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
adalah data kualitatif,
Untuk mendapatkan data secara
valid, maka peneliti menggunakan
trianggulasi Metode Explicit Intructions.
Untuk mengukur keberhasilan
tindakan penelitian dalam pembelajaran
matematika hitung awal dengan
menggunakan media realita kartu angka
nilai rata rata.
Data merupakan fakta yang
terkumpul dari hasil pengumpulan. Setelah
data yang diperlukan terkumpul segera
diolah untuk diadakan analisis. Untuk
menganalisis data yang telah terkumpul
peneliti menggunakan analisis non statistik.
Teknik ini meliputi pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau ferifikasi. Tahapan-tahapan
yang dilaksanakan adalah sebagai upaya
peningkatan motivasi dan kemampuan siswa
dalam opersi hitung awal siswa kelas I
Sekolah Dasar Negeri 04 Lempong
Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
semester I tahun pelajaran 2018/2019
adalah dengan membandingkan nilai
kemampuan matematika operasi hitung awal
pada siswa kelas I sebelum siklus dengan
sesudah tindakan kelas dari siklus I sampai
siklus berikutnya.
Prosedur Penelitian Banyaknya
siklus yang direncanakan ada tiga siklus
dipandang cukup untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi. Prosedur
penelitian yang akan dilakukkan dalam
penelitian ini mencakup empat tahap yang
meliputi kegiatan seperti pada gambar
tersebut dibawah ini: Berikut ini adalah
bagan prosedur penelitian tindakan kelas
sebagai berikut.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
80
1. Rancangan siklus
Berdasarkan hasil
pengidentifikasian dan penetapan
masalah, peneliti kemudian
mengajukan suatu solusi alternatif
yang berupa penggunaan media
realita kartu angka dalam
pembelajaran dalam upaya untuk
meningkatkan kemampuan berhitung
awal.
2. Pelaksanaan siklus
Keseluruhan tindakan yang
dilaksanakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengadakan
perbaikan terhadap kegiatan
penggunaan alat peraga media realita
kartu angka dalam pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan
berhitung awal yang sebelumnya
dirasakan kurang efektif. Setiap
tindakan yang diikuti dengan
kegiatan pemantauan dan evaluasi
serta analisis dan refleksi.
3. observasi
Kegiatan pemantauan yang
dilakukan untuk memonitor tindakan
yang terjadi di dalam kelas. Dalam
tahap ini, peneliti sekaligus sebagai
guru mengadakan observasi sebagai
partisipasi aktif. Peneliti mengamati
jalannya proses pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas sambil
mencatat segala sesuatu yang terjadi
selama proses pembelajaran
berlangsung. Setelah itu, peneliti
mengadakan wawancara dengan
guru yang bersangkutan mengenai
hasil pengamatan peneliti. Dalam
forum wawancara tersebut,
diungkapkan kelemahan dan
kelebihan penggunaan media realita
kartu angka dalam pembelajaran
yang berlangsung dengan
memfokuskan pada penampilan guru
dikelas dan respon siswa terhadap
stimulan dari guru.
4. Refleksi
Hasil evaluasi kemudian
dianalisis untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan apa yang bisa ditempuh,
sehingga didapatkan suatu solusi untuk
semua permasalahan yang dialami oleh
guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Pada tahap ini, peneliti menganalisis atau
mengolah data yang telah dikumpulkan,
kemudian menyajikannya dalam pertemuan
dengan guru yang bersangkutan. Setelah
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
81
dilakukan diskusi dan bertukar pikiran
dengan guru diambil suatu kesimpulan yang
berupa hasil dari pelaksanaan penelitian.
Dari hasil penarikan kesimpulan ini, dapat
diketahui apakah penelitian ini berhasil atau
tidak, sehingga dapat ditentuan langkah
selanjutnya.
PEMBAHASAN
Sebelum hasil penelitian dipaparkan,
pada bab ini diuraikan terlebih dahulu
mengenai kondisi awal pembelajaran
Matematika, pembahasan hasil penelitian.
Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 siklus
dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya.
Kondisi awal ini menjadi acuan untuk
menentukan tindakan. Adapun hasil tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perolehan Nilai berhitung awal
Pra tindakan
No. Nilai Frekuensi Frekuensi
Relatif (%)
1. 70 2 2/6 x 100% =
33%
2. 60 2 2/6 x 100% =
33%
3. 50 2 2/6x 100% =
33%
rata-rata=
60
6 100%
Berdasarkan pada analisis di atas,
dapat dikemukakan dua hal pokok yang
perlu diatasi, yaitu pembelajaran
Matematika operasi hitung awal yang
konvensional dan matematika berhitung
awal siswa yang masih rendah. Langkah
selanjutnya tindakan pembelajaran sebagai
perbaikan, karena nilai rata-rata siswa baru
mencapai 60.
Seperti yang telah direncanakan,
tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan yaitu 10-8-2018 dan 13-8-2018
di ruang Kelas I SDN 04 Lempong
Kecamatan Jenawi. Pertemuan berlangsung
2 x 35 menit dengan menampilkan materi
menghitung bilangan dengan kartu angka
dari jumlah meja dan kursi di kelas.
Langkah-langkah yang dilakukan guru
dalam pembelajaran Matematika berhitung
awal pada tindakan siklus 1 pertemuan 1
dan 2.
Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan
dengan teman satu tim. Setiap tim
menukarkan hasil pekerjaannya dengan tim
lain dengan cara memeriksa, mengoreksi,
dan memperbaiki kesalahan dalam
menghitung yang benar.
Observasi dilaksanakan saat
pembelajaran berhitung permulaan dengan
menggunakan alat peraga media realita
kartu angka berlangsung lancar. Observasi
difokuskan pada situasi pelaksanaan
pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan
guru serta aktivitas siswa dalam
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
82
pembelajaran berhitung awal. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan pengamat
diperoleh hasil sebagai berikut. Setelah guru
memasuki kelas dan menempatkan diri,
salah seorang siswa menyiapkan kelas dan
melaporkan kepada guru bahwa siswa-siswi
Kelas I telah siap mengikuti pelajaran
matematika. Refleksi Tindakan Siklus I ilai
yang menonjol adalah pada keaktifan dalam
belajar berhitung permulaan dengan rata-
rata 60. Proses pembelajaran kurang berhasil
karena hasil rata-rata baru mencapai 60 dan
belum mencapai batas indikator
keberhasilan 70. Hal ini dapat dilihat pada
tabel lampiran..
Tabel 2. Perolehan Nilai berhitung pada
Siklus I
No. Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
1 80 1 1/6 x 100% =
16%
2 70 3 3/6 x 100% =
50%
3 60 2 2/6 x 100% =
33%
rata-rata =
68
6 100%
Berdasarkan hasil analisis dan
refleksi di atas, tindakan pada siklus 1
belum berhasil karena nilai rata rata baru
mencapai 68 dan masih di bawah indikator
keberhasilan 70. Oleh karena itulah, siklus II
sebagai perbaikan proses pembelajaran pada
siklus I perlu dilaksanakan.
SIKLUS II
Perencanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada
siklus II meliputi kegiatan dalam rangka
implementasi tindakan perbaikan.
pembelajaran Matematika berhitung awal ini
dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi
waktu pertemuan adalah 2 x 35. Kegiatan
awal, melakukan kegiatan inti, melakukan
kegiatan akhir/penutup, menanggapi usulan
siswa, membuat kesimpulan dan
melaksanakan pembelajaran melalui
penggunaan media realita. Membuat
skenario tindakan dan melaksanakan
pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan Siklus
II. Langkah-langkah yang dilakukan guru
melakukan appersepsi. Guru mejelaskan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Guru menjelaskan materi
berhitung awal dengan media realita dan
sekaligus memberikan contoh cara
menghitung beserta pengembangannya.
Observasi Tindakan siklus II menggunakan
pedoman observasi. pembelajaran berhitung
melalui kartu angka pada siklus II. Refleksi
tindakan siklus II Nilai yang menonjol
dalam berhitung permulaan dengan nilai
rata-rata 76. Dari hasil proses pembelajaran
matematika berhitung awal melalui media
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
83
realita mengalami peningkatan signifikan.
Hasil pembelajaran memperoleh nilai rata-
rata 76 dalam mengerjakan soal matematika
berhitung awal, hasil tersebut sudah di atas
indikator keberhasilan 70 .
Tabel 3. Perolehan Nilai berhitung awal
pada Siklus II
No Nilai Frekuensi Frekuensi
Relatif (%)
1 90 1 1/6 x 100%
= 16%
2 80 2 2/6 x 100%
= 33%
3 70 3 3/6 x 100%
= 50%
rata-rata = 76 6 100%
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus
II nilai rata rata mencapai 76, pembelajaran
dikatakan berhasil tetapi belum mencapai
indikator keberhasilan 70 Nilai rata-rata
kelas melebihi indikator pencapaian yang
ditentukan 70.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian meningkatkan hasil
belajar berhitung permulaan dengan alat
peraga media realita kartu angka sebelum
dan sesudah tindakan dapat dibandingkan
pada tabel 5:
Tabel 5. Nilai berhitung awal sebelum dan
sesudah Tindakan
No Nilai Sebelum Siklus Siklus
tindakan I II
1 100 - - -
2 90 - - 1
3 80 - 1 2
4 70 2 3 3
5 60 2 2 -
6 50 2 - -
Jumlah 6 6 6
Rata-
rata
60 68 76
Dengan demikian bahwa nilai dari
kondisi awal dengan Nilai sesudah tindakan
setiap siklus mengalami peningkatan.
Deksripsi hasil penelitian dari siklus I
sampai III dapat dijelaskan secara singkat
pada tabel berikut ini. Adapun pembahasan
peningkatan hasil belajar matematika
berhitung awal melalui media realita adalah
sebagai berikut. Keberhasilan penggunaan
mediarealita kartu angka dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
berhitung awal ini dapat dilihat dari
Indikator-indikator sebagai berikut: (1)
semangat dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran berhitung awal.
Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus I
hingga II, terjadi peningkatan dalam hal
antusias siswa mengikuti kegiatan apersepsi
dengan semangat dan termotivasi..
Sedangkan hasil rata-rata nilai Matematika
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
84
berhitung awal melalui media realita
adalah sebagai berikut: rata-rata nilai
sebelum tindakan adalah 60, siklus I 68
siklus II 76. Dengan demikian dilihat dari
keberhasilan indikator pada kondisi awal
dibanding dengan setiap siklus selalu
mengalami peningkatan secara signifikan,
sehingga keberhasilan prestasi matematika
berhitung awal dapat dilakukan melalui
media realita kartu angka dapat diterima
kebenarannya.
KESIMPULAN
Setelah diadakan analisis data dalam
penelitian ini, Kesimpulan dari hasil
penelitian meningkatkan hasilbelajar
berhitung permulaan dapat dilakukan
melalui alat peraga media realita kartu
angka pada siswa kelas I SDN 04
Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar semester I tahun 2018/2019.
Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan
nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran
berhitung permulaan yang selalu
mengalami peningkatan dari sebelum siklus
dan setelah siklus I, II. Hasil tersebut
adalah: Nilai rata-rata sebelum siklus 60
siklus I, 68, siklus II, 76.
SARAN
Berkaitan dengan simpulan
penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan
saran-saran sebagai berikut: a)Bagi Siswa;
Siswa hendaknya suka belajar berhitung
dengan menggunakan alat peraga kartu
angka , dan mencermati pelajaran
matematika yang diberikan oleh guru, agar
prestasinya meningkat serta dalam
pembelajaran yang lain. Di samping itu,
siswa hendaknya lebih banyak lagi berlatih
menghitung melalui kartu angka agar
prestasi semakin meningkat dan suka
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru. b)Bagi Guru; Guru dalam
pembelajaran harus menyusun perencanaan
dan evaluasi terhadap tindakan apa saja
yang akan ditempuh dalam mengajarkan
suatu materi. Hal tersebut penting untuk
dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru
yang bersangkutan dapat memperkecil
bahkan menghilangkan kemungkinan
munculnya berbagai kelemahan dalam
proses pembelajaran yang terjadi. Selain itu,
guru harus mampu memilih metode dan alat
peraga atau media yang sesuai untuk
digunakan dalam mengajar agar dapat
menarik minat siswa. Guru hendaknya mau
secara terus menerus berusaha untuk
meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan
materi serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang
dilakukannya dapat terus meningkat. Selain
itu, guru hendaknya membuka diri untuk
menerima berbagai bentuk masukan, saran
dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
85
kualitas dirinya. 3) Bagi Kepala Sekolah
agar guru dapat meningkatkan
profesionalisme maupun kualitas
pembelajaran yang dilakukan melalui
penelitian tindakan kelas ini, disarankan
kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi
sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran; (b) memotivasi guru untuk
senantiasa melakukan peningkatan
kinerjanya dengan jalan melakukan
pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran (misalnya dengan melakukan
PTK sejenis ini); (c) mengirim guru ke
beberapa forum ilmiah seperti seminar,
lokakarya, workshop, diskusi ilmiah,
penataran-penataran supaya wawasan guru
bertambah luas dan mendalam intensifnya
tentang pendidikan dan pengajaran yang
menjadi tugas pokoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiyah, 2005. Bahasa Indonesia, Jakarta
: Balai Pustaka.
Burhan, 1998. Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional.
Depdikbud, 1994. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
,1996. Pengelolaan Sekolah.
Jakarta : Balai Pustaka.
Gino, 2005. Strategi Pembelajaran.
Bandung : Remaja.
Hamalik, 2003 Media Pendidikan. Bandung
: Citra Aditya Bakti.
Hernowo. 2003. Manfaat Membaca.
Bandung : Remaja Karya.
Rahman, 1996. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung : Rosdakarya.
Kemis & Taggart, 2006 ; Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
Bumi Aksara
Slametto, 2003. Belajar Dan Faktor Yang
Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sugiyanto, 2007. Pembelajaran Berbasis
Kontelektual. Remaja Rosdakarya.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
86
PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI
MODEL STUDENT GROUP
SANUSI
SMA N 2 Karanganyar
Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan keterampilan
menulis eksposisi melalui penerapan model pembelajaran student group pada siswa kelas
X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar. Pendekatan penelitian adalah penelitian tindakan.
Informan penelitian adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X IPS.1. Metode
pengumpulan data dengan penugasan, observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen.
Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian:
Peningkatan dalam hal proses dapat dilihat pada pelaksanaan pembelajaran yang
berlangsung dengan baik. Peningkatan produk dapat dilihat dari skor rata-rata kelas yang
diperoleh dari tahap pratindakan sampai siklus II. Pada tahap pratindakan diperoleh skor
rata-rata sebesar 64,69 meningkat menjadi 75,5 pada tahap siklus I. Selanjutnya, terjadi
peningkatan skor rata-rata menulis eksposisi pada siklus II menjadi 84,54. Hal
tersebut menunjukkan adanya peningkatan 19,85 dari tahap pratindakan sampai siklus II.
Kata Kunci : keterampilan menulis, teks eksposisi, student group
Abstract, This study aims to determine the efforts to improve the skills of writing
exposition through the implementation of student group learning model in students of
class X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar. The research approach used is action research.
Informant research is Indonesian teacher and student of class X IPS.1 SMA Negeri 2
Karanganyar. Methods of data collection is done by assignment, observation, interview,
and document recording. Analysis of research data using descriptive analysis. The
conclusion of the research is: Improvement in the process can be seen in the
implementation of learning that goes well because students feel comfortable and
understand the material presented. Product improvement can be seen from the average
score of the class obtained from the pre-action stage until cycle II. In the pre action stage,
the average score of 64.69 increased to 75.5 in cycle I. Furthermore, there was an increase
in the average score of exposition writing in cycle II to 84.54. It shows an increase of
19.85 from pre action stage until cycle II. From the results of the above research proved
that the use of student group learning model is considered successful and can improve the
ability to write the exposition of students class X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar.
Keywords: writing skills, exposition texts, student group
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
87
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013, keterampilan
menulis merupakan salah satu pelajaran
dalam Bahasa Indonesia yang harus
diajarkan. Kompetensi Dasar pembelajaran
Bahasa Indonesia yang mengacu pada
Kurikulum 2013 kelas X adalah
memahami teks hasil observasi, tanggapan
deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek baik melalui lisan maupun tulisan.
Dari beberapa Kompetensi Dasar tersebut,
kesulitan utama yang dihadapi siswa
adalah dalam meyusun teks eksposisi.
Hal ini sesuai dengan hasil
observasi dan wawancara dengan guru dan
siswa kelas X IPS.1 pada tanggal 8
Oktober 2017, ditemukan beberapa
permasalahan dalam keterampilan menulis
eksposisi, yaitu (1) kegiatan menulis di
sekolah belum mendapat perhatian cukup
dari siswa, (2) motivasi siswa terhadap
menulis masih rendah, karena siswa
beranggapan bahwa menulis adalah
kegiatan yang sulit dibandingkan empat
keterampilan berbahasa yang lain, (3)
siswa kesulitan menemukan dan
menuangkan ide dalam pembelajaran
menulis, (4) model pembelajaran yang
digunakan kurang menarik sehingga
diperlukan model pembelajaran yang lebih
menarik untuk meningkatkan minat siswa
dalam menulis eksposisi, dan (5) media
yang digunakan kurang menarik perhatian
siswa.
Permasalahan menulis tersebut
tidak lepas dari beberapa faktor, yaitu
terkait dengan guru, siswa, media, dan
model pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran. Untuk mengatasi
kesulitan keterampilan menulis esksposisi,
salah satu model pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan menulis
adalah dengan menggunakan model
pembelajaran student group. Model
pembelajaran student group dipilih karena
model pembelajaran ini sesuai untuk
diterapkan dalam pembelajaran menulis
eksposisi. Selain itu, model pembelajaran
ini menuntut siswa untuk aktif dalam
pembelajaran dan mengajak siswa untuk
saling berbagi mengenai informasi yang
diperoleh. Dengan model pembelajaran
ini, diharapkan siswa mampu
menyampaikan informasi ataupun pesan
dalam tulisan eksposisi yang mereka
susun.
Model pembelajaran student group
dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan
keterampilan menulis eksposisi siswa kelas
X IPS.1. Hal ini karena model
pembelajaran student group mempunyai
kelebihan dapat melatih siswa untuk
bekerja sama, melatih siswa untuk
berinteraksi secara baik dengan teman
sekelas, dan memperdalam pengetahuan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
88
siswa melalui kartu yang dibagikan. Oleh
karena itu, peneliti menerapkan model
pembelajaran student group untuk
meningkatkan keterampilan menulis
eksposisi.
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, dapat diketahui bahwa
kesulitan belajar siswa kelas X IPS.1
SMAN 2 Karanganyar ditandai dengan
berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran. Untuk dapat memberikan
hasil yang diharapkan yaitu meningkatkan
keterampilan menulis eksposisi, peneliti
menggunakan model pembelajaran student
group untuk meningkatkan keterampilan
menulis eksposisi siswa kelas X IPS.1
SMAN 2 Karanganyar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan menulis
eksposisi melalui penerapan model
pembelajaran student group pada siswa
kelas X IPS.1 SMAN 2 Karanganyar.
Tempat penelitian dilaksanakan di
SMA Negeri 2 Karanganyar Kabupaten
Karanganyar yang berlokasi di Jl.
Ronggowarsito, Bejen, Kecamatan
Karanganyar, Kab. Karanganyar Prov.
Jawa Tengah. Subjek adalah siswa kelas X
IPS.1 yang berjumlah 36 siswa.
Penelitian dilakukan dalam dua
siklus dan tiap mengikuti tahap-tahap
dalam penelitian tindakan kelas yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
Metode pengumpulan data yang
dilakukan pada penelitian tindakan kelas
ini diambil dengan beberapa teknik
diantaranya dengan menggunakan
observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah alat
yang dipakai untuk mengumpulkan data
dalam penelitian meliputi angket, pedoman
penilaian, dan catatan lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang
membutuhkan keterampilan. Keterampilan
tersebut adalah merangkai kata menjadi
kalimat untuk menggambarkan ide dan
dapat dipahami orang lain. Hal ini sesuai
dengan KBBI (2001: 1219) menulis
merupakan kegiatan membuat huruf atau
angka dengan pena, melahirkan pikiran
atau perasaan dengan tulisan, mengarang
cerita, membuat surat, dan menggambar.
Menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa, agar dapat
dipahami oleh seseorang sehingga orang
lain dapat membaca lambang- lambang
grafik itu (Tarigan, 2008: 22). Lain halnya
dengan Suparno dan Yunus (2008: 1-3),
menulis adalah kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
89
bahasa tulis sebagai alat atau media.
Teks Eksposisi
Dalam Kurikulum 2013, jenis teks
dapat diperinci ke dalam berbagai jenis,
seperti deskripsi, penceritaan (recount),
prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi,
diskusi, surat, iklan, catatan harian,
negosiasi, pantun, dongeng anekdot, dan
fiksi sejarah. Siswa dituntut untuk aktif
dan berani untuk mencari smber belajar
yang melampaui batas. Sesuai Kurikulum
2013 buku siswa kelas X pada bab III dan
VI, siswa mempelajari teks eksposisi. Teks
eksposisi memiliki beberapa pengertian,
untuk lebih jelasnya dapat dilhat dari
pendapat beberapa ahli di bawah ini.
Menurut Syafi’ie (via Hardiyanto,
2014: 70), eksposisi adalah wacana yang
berusaha menerangkan atau menjelaskan
pokok pikiran yang dapat memperluas
pengetahuan pembaca karangan itu.
Wacana ini bertujuan menyampaikan faka-
fakta secara teratur, logis dan saling
bertautan dengan maksud untuk
menjelaskan suatu ide, istilah, masalah,
proses, dan unsur-unsur sesuatu, hubungan
sebab-akibat, dan sebagainya agar
diketahui oleh orang lain. Paragraf
eksposisi biasanya digunakan untuk
menyajikan pengetahuan atau ilmu,
definisi, pengertian, langkah-langkah suatu
kegiatan, metode, cara dan proses
terjadinya sesuatu.
Model Pembelajaran Student group
Model pembelajaran student group
merupakan salah satu jenis model
pembelajaran aktif yang bisa diterapkan
dalam pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran ini mengajak siswa untuk
saling berbagi mengenai materi yang akan
disampaikan oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran ini digunakan untuk
melatih siswa terlibat langsung secara aktif
dalam menyampaikan pembelajaran. Siswa
menerima materi pembelajaran kemudian
siswa menerangkan kembali kepada
temannya. Dalam proses
pembelajarannya siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok. Media yang
digunakan dalam model pembelajaran ini
adalah dengan media kartu yang nantinya
akan diisi siswa sesuai dengan kartu yang
didapat.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Awal Keterampilan Menulis
Eksposisi
Sebelum pelaksanaan tindakan
dimulai, dilakukan observasi mengenai
minat siswa terhadap pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya menulis
eksposisi. Berdasarkan hasil pengumpulan
diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek
penelitian adalah 68 yang diraih oleh
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
90
satu siswa, yakni S18, sedangkan skor
terendah adalah 58 sebanyak satu siswa
yaitu S22. Skor rata-rata tentu saja masih
di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia
yaitu 75. Jumlah keseluruhan siswa kelas
X IPS.1 SMA Negeri 2 Karanganyar
adalah 33 siswa, tetapi ada satu siswa
yang berhalangan hadir.
Rata-rata skor yang dihasilkan dari
kegiatan awal ini hanya mencapai 64,69.
Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa
keterampilan menulis eksposisi siswa
kelas X IPS.1 SMA Negeri 2
Karanganyar saat dilakukan tahap
pratindakan termasuk rendah
Berdasarkan diskusi antara peneliti
dengan guru, hasil tersebut masih sangat
kurang mengingat siswa kelas X IPS.1
SMA Negeri 2 Karanganyar adalah siswa-
siswi yang memiliki kecerdasan cukup
tinggi. Jika dilakukan penggalian lebih
dalam serta potensi mereka dikembangkan
dengan cara yang bervariasi dan inovatif,
dapat dipastikan siswa akan menghasilkan
tulisan eksposisi yang lebih baik.
Siklus I
Keberhasilan produk dapat dilihat
dari hasil tulisan eksposisi siswa pada
tindakan siklus I. Hasil siklus I
tersebut kemudian dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh pada tes kemampuan
awal (pratindakan) sebelum
menggunakan model pembelajaran
student group. Peningkatan terjadi pada
siklus I menulis eksposisi dengan skor
rata-rata 75,5, sedangkan pada tes
kemampuan awal hanya mencapai skor
rata-rata 64,69. Hal tersebut menunjukkan
telah terjadi peningkatan sebesar 10,81.
Tabel 1: Peningkatan Skor Rata-rata Pratindakan
dan Siklus I pada Setiap Aspek
Skor Rata-rata
Aspek Pra
tindakan
Siklus
I
Peningka
tan
Isi 20,22 23,47 3,25
Organisasi 13,56 15,66 2,1
Kosakata 13,41 15,19 1,78
Penggunaan
Bahasa
13,03 15,06 2,03
Mekanik 4,47 6,12 1,65
Jumlah 64,69 75,5 10,81
Data dalam bentuk diagram batang adalah
sebagai berikut.
Gambar 1 : Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-rata pada Setiap Aspek dari
Pratindakan ke Siklus I
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1,
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
91
dapat diketahui bahwa skor rata- rata
siswa pada setiap aspek penilaian menulis
eksposisi mengalami peningkatan. Pada
aspek isi, siswa sudah mampu
mengembangkan topik atau ide yang
mereka peroleh. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan sebesar 3,25 dari pratindakan
ke siklus I. Pada aspek isi sebelum diberi
tindakan diperoleh skor rata-rata 20,22
dan setelah diberi tindakan siklus I naik
menjadi 23,47.
Dari hasil penilaian setiap aspek
yang dinilai dalam menulis eksposisi
tersebut dapat dijumlahkan skor rata-rata
kelas yang tampak pada diagram batang
berikut.
Gambar 2: Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-rata Kelas pada Pratindakan dan Siklus I
Siklus II
Keberhasilan produk dapat dilihat
dari hasil tulisan eksposisi siswa pada
tindakan siklus II. Hasil siklus II tersebut
kemudian dibandingkan dengan hasil
yang diperoleh pada tindakan siklus I.
Peningkatan pembelajaran menulis
eksposisi terjadi pada siklus II dengan
skor rata-rata 84,54. Pada tindakan siklus
I hanya mencapai skor rata-rata 75,5. Hal
tersebut menunjukkan telah terjadi
peningkatan sebesar 9,04. Berikut ini
tabel dan diagram peningkatan
keterampilan menulis eksposisi dari siklus
I hingga siklus II.
Tabel 2 : Peningkatan Skor Rata-rata Siklus I
dan Siklus II pada Setiap Aspek
Skor Rata-rata
Aspek Siklus
I
Siklus
II
Pningka
tan
Isi 23,47 25,81 2,34
Organisasi 15,66 16,97 131
Kosakata 15,19 17,19 2
Penggunaan
Bahasa
15,06 16,91 1,85
Mekanik 6,12 7,66 1,54
Jumlah 75,5 84,54 9,04
Berdasarkan Tabel 2 dapat
diketahui bahwa skor rata- rata siswa pada
setiap aspek penilaian menulis eksposisi
mengalami peningkatan. Dari hasil
penilaian setiap aspek yang dinilai dalam
menulis eksposisi tersebut dapat diketahui
jumlah skor rata-rata kelas yang tampak
pada diagram batang berikut.
Gambar 2 : Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-rata Kelas pada Siklus I dan Siklus II
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
92
Alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan
menulis eksposisi peserta didik sebelum
diberi tindakan maupun setelah diberi
tindakan adalah dengan tes tertulis.
Adapun hal-hal yang dinilai dalam
menulis eksposisi adalah aspek isi, aspek
organisasi, aspek kosakata, aspek
penggunaan bahasa, dan aspek mekanik.
Kriteria keberhasilan tindakan praktik
menulis eksposisi melalui penerapan
model pembelajaran student group adalah
terdapat peningkatan yang terkait dengan
keterampilan menulis eksposisi, yaitu
dengan adanya peningkatan skala
penilaian dari tiap siklus yang dilakukan.
Hal tersebut dapat dilihat dalam Tebel 3
dan Gambar 3 berikut.
Tabel 3: Perbandingan Hasil Penskoran Aspek-
aspek Menulis Eksposisi pada
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
PEMBAHASAN
Peningkatan Skor Rata-rata Aspek Isi
Kriteria penilaian pada aspek isi
mendapatkan kriteria cukup apabila
tulisan eksposisi siswa cukup menguasai
permasalahan, cukup memadai,
pengembangan terbatas, dan relevan
dengan topik tetapi kurang terperinci.
Berikut hasil skor rata-rata aspek isi dari
pratindakan hingga siklus II.
Gambar 3 : Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-rata Aspek Isi Setiap Siklus
Berdasarkan Gambar 3 di atas
menunjukkan peningkatan skor rata-rata
dari pratindakan hingga siklus II. Skor
rata-rata pratindakan sebesar 20,22.
Setelah diberi tindakan pada siklus I skor
rata-rata menjadi 23,47 , meningkat
sebanyak 3,25. Pada siklus II terjadi
peningkatan yang cukup signifikan, rata-
rata skor sebesar 25,81 mengalami
peningkatan sebanyak 2,34.
Peningkatan Skor
Aspek organisasi berkaitan dengan
struktur teks esksposisi yang mencakup
tiga hal, yaitu pernyataan pendapat atau
tesis, argumentasi, dan penegasan ulang
pendapat. Kriteria penilaian penulisan
eksposisi dari aspek organisasi dinyatakan
cukup apabila kurang lancar, kurang
Skor Rata-rata Peningkatan
dari
Pratindakan
hingga Siklus II
Aspek Pra
tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Isi 20,22 23,47 25,81 5,59
Organisasi 13,56 15,66 16,97 3,41
Kosakata 13,41 15,19 17,19 3,78
Penggunaan
Bahasa
13,03 15.,06 16,91 3,88
Mekanik 4,47 6,12 7,66 3,19
Jumlah 64,69 75,5 84,54 19,85
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
93
terorganisasi tetapi ide utama ternyatakan,
pendukung terbatas, dan logis tetapi tidak
lengkap. Berikut peningkatan skor rata-
rata aspek organisasi dari pratindakan
hingga siklus II.
Gambar 4 : Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-Rata Aspek Organisasi setiap Siklus
Dari Gambar 4 di atas menunjukkan
peningkatan rata-rata nilai dari
pratindakan hingga siklus II. Skor rata-
rata pratindakan sebesar 13,56, setelah
diberi tindakan pada siklus I skor rata-
rata menjadi 15,66 meningkat sebanyak
2,1. Pada siklus II terjadi peningkatan
yang cukup signifikan, yaitu skor rata-
rata menjadi 16,97 dengan kenaikan
sebanyak 1,31.
Kriteria penilaian pada aspek
kosakata penulisan teks eksposisi
dinyatakan sangat baik apabila
penguasaan kata canggih, pilihan kata dan
ungkapan efektif, menguasai
pembentukan kata, dan penggunaan
register tepat. Diharapkan siswa mampu
menulis eksposisi menggunkan pilihan
kata yang efektif. Berikut perolehan skor
rata-rata aspek kosakata siswa dari
pratindakan hingga siklus II.
Gambar 5 : Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-rata Aspek Kosakata setiap Siklus
Dari diagram batang di atas
menunjukkan terjadinya peningkatan skor
rata-rata aspek kosakata siswa dalam
menulis eksposisi dari pratindakan hingga
siklus II. Skor rata-rata tulisan siswa mulai
dari pratindakan sebesar 13,41. Setelah
diberi tindakan pada siklus I, skor rata-
rata menjadi 15,19 meningkat sebanyak
1,78. Pada siklus II terjadi peningkatan
yang cukup signifikan. Skor rata-rata
menulis eksposisi sebesar 17,19 dengan
kenaikan sebanyak 2.
Kriteria penilaian aspek penggunaan
bahasa dinyatakan cukup apabila
konstruksi sederhana tetapi efektif,
terdapat kesalahan kecil pada konstruksi
kompleks, terjadi sejumlah kesalahan
penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata,
artikel, pronomina, preposisi), tetapi
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
94
makna cukup jelas. Berikut perolehan
skor rata-rata aspek penggunaan bahasa
dari pratindakan hingga siklus II.
Gambar 6 : Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-rata Aspek Penggunaan Bahasa setiap Siklus
Peningkatan yang dicapai pada
aspek penggunaan bahasa cukup
signifikan. Dari Gambar 17 di atas
menunjukkan peningkatan rata-rata nilai
dari pratindakan hingga siklus II. Skor
rata-rata siswa dalam menulis eksposisi
pada saat pratindakan sebesar 13,03.
Setelah diberi tindakan pada siklus I skor
rata-rata menjadi 15,06 meningkat
sebanyak 2,03. Pada siklus II terjadi
peningkatan yang cukup signifikan, yaitu
skor rata-rata menjadi sebesar 16,91
dengan kenaikan sebanyak 1,85.
Aspek yang terakhir dalam penilaian
menulis eksposisi adalah aspek mekanik.
Kriteria penilaian aspek mekanik dalam
penulisan teks eksposisi dinyatakan baik
apabila menguasai aturan penulisan,
terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda
baca, penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf. Berikut perolehan skor
rata-rata aspek mekanik dari pratindakan
hingga siklus II.
Gambar 7 : Diagram Batang Peningkatan Skor
Rata-rata Aspek Mekanik setiap Siklus
Dari diagram batang di atas dapat
diketahui adanya peningkatan pada aspek
mekanik dari pratindakan, siklus I, dan
siklus II. Skor rata-rata aspek mekanik
pada tes pratindakan sebesar 4,47. Setelah
diberi tindakan pada siklus I, skor rata-
rata menjadi 6,12 meningkat sebanyak
1,65. Pada siklus II, skor rata-rata aspek
mekanik terjadi peningkatan yang cukup
signifikan. Skor rata-rata siklus II sebesar
7,66 dengan kenaikan sebanyak 1,54.
Peningkatan yang dicapai pada
aspek mekanik dalam menulis eksposisi
siswa kelas X IPS.1 SMA Negeri 2
Karanganyar secara keseluruhan
mengalami peningkatan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
student group dapat meningkatkan setiap
aspek dalam penulisan eksposisi.
Tabel 4: Hasil Angket Pascatindakan Keterampilan
Menulis Eksposisi Menggunakan Model
Pembelajaran Student group
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
95
No. Pertanyaan Tanggapan
Ya Tidak
1. Apakah Anda kesulitan
dalam memahami
pembelajaran menulis
eksposisi dengan model
pembelajaran student group ?
15,625
%
84,375
%
2. Apakah model pembelajaran
student group membuat
kemampuan menulis
eksposisi Anda meningkat?
93,75% 6,25%
3. Apakah model pembelajaran
student group membuat Anda
lebih memahami cara-cara
menulis eksposisi?
93,75% 6,25%
4. Apakah Anda merasa nyaman
dengan pembelajaran menulis
eksposisi dengan
menggunakan model
pembelajaran student group ?
93,75% 6,25%
5. Apakah model pembelajaran
student group sudah tepat
diterapkan dalam
pembelajaran menulis
eksposisi?
96,875
%
3,125%
6. Apakah model pembelajaran
student group mendorong
Anda untuk lebih
mempelajari dan mendalami
menulis eksposisi?
93,75% 6,25%
7. Apakah model pembelajaran
student group terbukti tepat
untuk meningkatkan
kemampuan menulis
eksposisi?
90,625
%
9,375%
8. Menurut Anda, apakah
model pembelajaran student
group untuk pembelajaran
menulis eksposisi perlu
diterapkan di sekolah?
87,5% 12,5%
9. Setelah mengikuti
serangkaian pembelajaran
menulis eksposisi
menggunakan model
pembelajaran student group.
Apakah membuat Anda
semakin tertarik dengan
kegiatan menulis eksposisi?
93,75% 6,25%
10. Menurut Anda, pembelajaran
menulis eksposisi sebaiknya
menggunakan model
87,5% 12,5%
pembelajaran student group
atau tidak?
Berdasarkan hasil angket
pascatindakan diperoleh data bahwa model
pembelajaran student group dapat
meningkatkan proses pembelajaran
menulis eksposisi. Hal tersebut tercermin
dari respon positif siswa yang menyatakan
bahwa dengan penerapan model
pembelajaran student group mampu
mengatasi kesulitan dalam menulis
eksposisi, meningkatkan motivasi dalam
menulis eksposisi, kesesuaian model dengan
materi menulis eksposisi yang pada akhirnya
dapat membantu meningkatkan
kemampuan menulis eksposisi.
Apabila dilihat dari hasil jawaban
angket menunjukkan penerapan model
pembelajaran student group mempermudah
untuk memahami pembelajaran menulis
eksposisi sehingga siswa lebih memahami
cara menulis eksposisi. Kondisi tersebut
mendorong motivasi siswa lebih
mempelajari dan mendalami serta tertarik
untuk menulis eksposisi. Hal tersebut
berdampak pada peningkatan kemampuan
siswa dalam menulis eksposisi. Kondisi
tersebut didukung dengan adanya rasa
nyaman siswa selama penerapan model
pembelajaran student group. Peningkatan
hasil yang dicapai membuat siswa
menyatakan bahwa pembelajaran student
group tepat diterapkan guru dalam
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
96
pembelajaran menulis eksposisi secara
berkesinambungan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran memberi dan menerima
dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan menulis eksposisi siswa
kelas X IPS.1 SMA Negeri 2
Karanganyar. Peningkatan yang terjadi
setelah dikenai tindakan meliputi
peningkatan proses dan produk.
Peningkatan dalam hal proses dapat
dilihat pada pelaksanaan pembelajaran
yang berlangsung dengan baik. Dapat
dikatakan baik, karena siswa merasa
nyaman dan memahami materi yang
disampaikan. Peningkatan proses juga
meliputi keseluruhan perilaku peserta
didik selama proses pembelajaran. Peserta
didik lebih memperhatikan dan merespon
dengan antusias terhadap penjelasan guru.
Selama proses menulis eksposisi
berlangsung, peserta didik ikut
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
berinteraksi atau kerjasama dengan
peserta didik lainnya. Peserta didik
merespon positif terhadap model
pembelajaran yang digunakan. Selain itu,
terjadi tanya jawab yang baik antara guru
dan peserta didik. Hal ini menjadikan
pembelajaran menulis eksposisi lebih
kondusif dan menarik.
Peningkatan produk dapat dilihat
dari skor rata-rata kelas yang diperoleh
dari tahap pratindakan sampai siklus II.
Pada tahap pratindakan diperoleh skor
rata-rata sebesar 64,69 meningkat menjadi
75,5 pada tahap siklus I. Selanjutnya,
terjadi peningkatan skor rata-rata
menulis eksposisi pada siklus II menjadi
84,54. Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan 19,85 dari tahap pratindakan
sampai siklus II.
Hasil dari tindakan yang dilakukan
hingga siklus II telah memenuhi indikator
keberhasilan produk yaitu 75% siswa
mendapatkan skor lebih dari atau sama
dengan 75 dari skor maksimal 100 setelah
diberikan tindakan. Secara keseluruhan
pada siklus II semua aspek dan kriteria
menulis eksposisi mengalami peningkatan
yang signifikan.
Dari hasil penelitian di atas terbukti
bahwa penggunaan model pembelajaran
student group dinilai berhasil dan dapat
meningkatkan kemampuan menulis
eksposisi siswa kelas X IPS.1 SMA
Negeri 2 Karanganyar.
SARAN
1. Untuk guru bahasa Indonesia,
hendaknya guru mengunakan model
pembelajaran dalam menulis eksposisi
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
97
agar pembelajaran lebih menarik,
inovatif, menyenagkan, tidak
membosankan. Guru hendaknya
berusaha memperhatikan dan
memahami setiap kesulitan siswa
kemudian dicari solusinya agar siswa
tertarik dalam kegiatan pembelajaran.
2. Untuk siswa, penelitian ini diharapkan
dapat membantu siswa dalam
pembelajaran menulis eksposisi
sehingga dapat menghasilkan tulisan
eksposisi yang baik.
3. Untuk peneliti lain, diharapkan dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai bahan acuan dalam
melaksanakan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura,
H.R. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, A. Chaedar an Suzanna
Alwasilah. 2005. Pokoknya
Menulis; Cara Baru Menulis
dengan Metode Kolaborasi.
Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, dan
Supardi. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Fajri, Fatiha. 2013. “Model Pembelajaan
Student group terhadap
Pembelaaran Bahasa Jepang
(Penelitian Eksperimental
terhadap Siswa Kelas X SMA
Negeri 10 Bandun Tahun Ajaran
2012/2013)”. Thesis. Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung.
Gie, The Liang. 2012. Terampil
Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Hardiyanto, Edwan. 2014. “Peningkatan
Kemampuan Menulis Teks
Eksposisi Melalui Teknik Tanya
Jawab Pada Siswa”. Jurnal
Penelitian Pendidikan, Volume 1,
Nomor 1, hlm. 69-75.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Madya, Suwarsih. 2011. Teori dan Praktik
Penelitian Tindakan (Action
Research). Bandung: Alfabeta.
Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa
Indonesia Untuk Penulisan Karya
Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media
Perkasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
98
Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Sugiarto, Alfin. 2012. “Keefektifan Teknik
Think-Pair-Share (Berpikir-
Berpasangan-Berbagi) dalam
Pembelajaran Menulis Eksposisi
Siswa Kelas X SMA N 1
Piyungan Bantul”. Thesis.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Suparno dan Mohammad Yunus. 2008.
Keterampilan Menulis. Jakarta:
PT. Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Volume 1 Nomor 1, Jurnal Pendidikan Amplitude
99