31
Edisi kali ini: Pulau KAGET mulai Bersemi Kembali Pembukaan lahan gambut dengan cara dibakar murah ? Reklamasi Pesisir bagai Pisau Bermata Dua Mengamati Migrasi Burung Pantai Berita-berita khusus dari Berbak (Jambi), Sembilang (Sumatera Selatan), dan Kalimantan Tengah ISSN: 0854-963X Warta Konservasi Vol 12 no. 3 Juli 2004 Lahan Basah

Vol 12 no 3 (juli 2004)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Vol 12 no 3 (juli 2004)

Edisi kali ini:

Pulau KAGET mulai Bersemi Kembali

Pembukaan lahan gambut dengan cara dibakar murah ?

Reklamasi Pesisir bagai Pisau Bermata Dua

Mengamati Migrasi Burung Pantai

Berita-berita khusus dari Berbak (Jambi), Sembilang (Sumatera Selatan), dan Kalimantan Tengah

ISSN: 0854-963X

Warta KonservasiVol 12 no. 3 Juli 2004

Lahan Basah

Page 2: Vol 12 no 3 (juli 2004)

2 - Warta Konservasi Lahan Basah

Disain dan tata letak:Triana

Foto sampul muka:Pelabuhan Ratu, Jawa Barat(Wim Giesen)& Perikanan (Dok. WI-IP)

DEWAN REDAKSI

Redaksi dengan senang hati menerima bahan dari pembaca berupaartikel, hasil pengamatan, kliping, gambar dan foto. Tulisan yang

dikirimkan hendaknya tidak lebih dari 1.500 kata.

Anda dapat mengirimkan bahan tersebut kepada:Triana - Publication & Graphic Design OfficerWetlands International - Indonesia Programme

Jl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002tel: (0251) 312-189; fax./tel.: (0251) 325-755

e-mail: [email protected]; http://www.wetlands.or.id

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Daftar IsiDaftar Isi○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

UndanganUndangan

Lahan basah (termasuk danau, sungai, hutan bakau, hutanrawa gambut, hutan rawa air tawar, laguna dan lain-lain)mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-harimasyarakat di Indonesia. Lahan basah merupakan salah satusumberdaya utama pendukung perekonomian danpembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkanuntuk meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakatakan manfaat dan fungsi lahan basah, guna kepentingangenerasi sekarang maupun yang akan datang.

Warta Konservasi Lahan Basah disebarkan kepada lembagapemerintah, lembaga non-pemerintah, perguruan tinggi danmasyarakat yang terlibat/tertarik akan lahan basah.

Majalah ini diterbitkan atas kerjasama antara Ditjen.Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Dephutdengan Wetlands International - Indonesia Programme, dalamrangka pengelolaan dan pelestarian sumberdaya lahan basahdi Indonesia.

Pendapat yang terdapat di dalam Warta Konservasi LahanBasah adalah pendapat para penulis yang bersangkutan.

DEWAN REDAKSI

Dari Redaksi ...................................................................... 3

Forum Komunikasi .......................................................... 3

Berita Lahan Basah .......................................................... 4

Fokus Lahan Basah

Pulau Kaget Mulai Bersemi ...................................... 5

Konservasi Lahan Basah

Benarkah Penyiapan Lahan dengan PembakaranMurah ? ..................................................................... 6

Berita Kegiatan

BERSEMI SEMERBAKProyek Konservasi Terpadu Lahan BasahPesisir Berbak-Sembilang .................................... 9-16

CCFPIProyek Perubahan Iklim, Hutan dan Lahan Gambutdi Indonesia ........................................................ 17-24

Berita dari Lapang

Selintas Tentang Danau “Dendam Tak Sudah”di Kota Bengkulu ..................................................... 25

Reklamasi di Pesisir, Bagai PisauBermata Dua ........................................................... 26

Flora dan Fauna Lahan Basah

Hutan Mangrove: Potensi dan AncamanKelestariannya ......................................................... 28

Mengamati Migrasi Burung Pantai ......................... 29

Agenda Pertemuan Internasional ............................... 30

Publikasi Lahan Basah .................................................. 31

Kotak Katik Lahan Basah .............................................. 31

Warta KonservasiVo

l 12

no. 3

, Jul

i 200

4

PENASEHAT

Direktur Jenderal PHKA

PENANGGUNG JAWAB

Sekretaris Ditjen PHKADirektur Program WI-IP

PEMIMPIN REDAKSI

Yaya Mulyana (PHKA)I Nyoman N. Suryadiputra (WI-IP)

ANGGOTA REDAKSI

Hart Lamer Susetyo (PHKA)Soewartono (PHKA)

Hutabarat (PHKA)Juss Rustandi (PHKA)

Triana (WI-IP)Sofian Iskandar (Balitbang Kehutanan)Suwarno (Biro Humas Setjen Dephut)

Lahan Basah

Page 3: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 3Vol. 12 no. 3, Juli 2004

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dari RedaksiDari Redaksi

Forum KomunikasiForum Komunikasi

Dari R

edaksi

Fo

rum

Ko

mu

nikasi

Salam redaksi,

Disela-sela kegiatan lainnya, kamitetap berupaya menyapa Anda melaluirubrik lahan basah ini. Selamatbersua kembali, semoga kita semuaselalu dalam keadaan sehat danbahagia!

Diawali pengalaman yang dialamianggota redaksi saat kunjungan kePalembang dan Jambi, di kolom beritalahan basah, redaksi mencobamengingatkan bahwa Pelestarian Alammasih belum disikapi secara seriusdan terpadu. Sepertinya alam hanyamerupakan tanggung jawab satu ataubeberapa kelompok/institusi saja.Padahal kalau mau jujur, semuamanusia hidupnya sangat tergantungdari alam.

Di lembar berikutnya, Arief Soendjotomembawa kabar kembira. Cagar AlamPulau Kaget (Kalimantan Selatan)sebelum tahun 1995 adalah surgabagi bekantan. Rambai (Sonneratiacaseolaris) yang daun dan buahnyamerupakan pakan utama bagibekantan (Nasalis larvatus), tumbuhsubur di CA Pulau Kaget. Namunsetelah adanya peranggasan pohonrambai akibat kemarau panjang dan

Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 3

Bila anda memerlukanpenjelasan lebih lanjutdan/atau ingin menyampai-

kan kritik/saran tentang isi WKLBini, silahkan menghubungi SeksiPublikasi Wetlands International -Indonesia Programme melalui e-mail: [email protected].(Catatan: kritik dan saran tersebutakan kami muat pada kolomForum Komunikasi)

pencemaran air di S. Barito, bekantanmenjadi terancam dan menurunpopulasinya. Tetapi harapan barumuncul ketika Arief S. menyaksikansendiri tunas-tunas pohon rambaimulai menghijau. CA Pulau Kagetmulai bersemi kembali.

Di halaman berikutnya, BambangHero. S. mempertanyakan apakahpembukaan lahan gambut dengancara dibakar, murah? Anda mungkinakan terbelalak melihat analisa yangdisajikan, penasaran? simaktulisannya hingga akhir.

Oleh-oleh dari lapang lainnya datangdari Iin Purwati Handayani, dengan“Danau Dendam Tak Sudah”nyayang ada di Bengkulu, dia mengajakmenguak keunikan nama itu. Tulisanmenarik juga disuguhkan M. BadrunBancin, ibarat pisau bermata duareklamasi pesisir bisa berdampakpositif dan negatif.

Selanjutnya Anda kami ajak menyimaktulisan ringan pada kolom flora danfauna lahan basah. Kali inimenampilkan tulisan Mustari Tepu

tentang potensi dan ancamankelestarian hutan mangrove.Sementara Iwan Londo mengajak kitamengamati burung-burung pantai diSurabaya, Jawa Timur.

Kegiatan Berbak Sembilang (BSP)dan Climate Change, Forests andPeatlands in Indonesia (CCFPI),masih setia menemani Anda semua.Simak guratan-guratannya padakolom khusus BSP dan CCFPI.

Di kolom terakhir tersaji kotak-katiklahan basah seperti biasanya. Ayolepaskan ketegangan dan kejenuhandengan mengisi dan mengotak atikjawabannya.

Tak lupa kami ucapkan terima kasihkepada para penulis yang telahmenyumbangkan waktu danfikirannya, serta Anda semuapembaca setia kami. Mudah-mudahanwadah informasi ini dapat terusdipertahankan wujud dan manfaatnya.

Redaksi

Redaksi Yth.,

Terima kasih atas kesetiaannya untuk selalu berbagi informasi. Banyak manfaatyang saya dan teman-teman dapatkan dari WKLB. Apabila tidak keberatan sayajuga berminat mengirimkan tulisan untuk dimuat di WKLB. Mohon maaf, bila sayasaya bertanya apakah setiap penulis akan mendapatkan fee/honor atas artikelyang dimuat? Sekian, terima kasih atas perhatiannya.

Iyan Safaruddin (Bandung - Jawa Barat)

Terima kasih rekan Iyan atas suratnya. Kami dengan senang hati menerimasetiap tulisan yang masuk. WKLB adalah wadah pertukaran informasi tentangperlahanbasahan yang setiap edisinya tidak kurang dari 1.500 exp kamisebarluaskan ke seluruh pelosok Indonesia baik: instansi pemerintah, swasta,media, LSM, KSM, Universitas, dan para peminat/pemerhati lainnya secara cuma-cuma. Mengingat misi WKLB tsb serta kebijakan kami yang bersifat non-profit,maka kami tidak mengadakan fee (honor) atas segala tulisan yang masuk.Namun apabila teman-teman membutuhkan materi-materi publikasi yang ada padakami (buku, poster, komik, dsb), kami dengan senang hati akan mendukung.

Page 4: Vol 12 no 3 (juli 2004)

4 - Warta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Lahan BasahBerita Lahan BasahB

erit

a L

ahan

Bas

ah Pendidikan Lingkungan Hidup - Lahan BasahDisikapi tidak Simpatik oleh Beberapa Oknum Polisi

Seiring berkembangnya kesadaran masyarakatluas akan pentingnya peran alam/lingkungan diera otonomi sekarang ini, semakin gencar pula

usaha-usaha ke arah perbaikan dan pelestarian alam.Beragam kelompok dan latar belakang berpadu demi satutekad yaitu mengelola dan memanfaatkan sumber dayaalam secara optimal dan lestari.

Wetlands International - Indonesia Programme (WI-IP)adalah salah satu contoh kecil lembaga non-pemerintahyang mencoba turut andil dalam pembangunan khususnyapemulihan dan pelestarian lingkungan-lahan basah.

Sejak aktif 17 tahun yang lalu, sudah banyak kegiatanyang digeluti oleh WI-IP di beberapa wilayah di Indonesia.Survey dan inventarisasi data, Pelestarian flora danfauna, Pendampingan masyarakat, Peningkatanperekonomian masyarakat, Penyediaan data daninformasi, Perbaikan/rehabilitasi lingkungan (pesisir,gambut, dll), Pendidikan Lingkungan, serta dukungandata-data dan rekomendasi bagi pemerintah, adalah halyang rutin dilakukan.

TN Berbak (Jambi) dan TN Sembilang (SumateraSelatan) adalah wilayah-wilayah yang merupakan bagiandari kegiatan WI-IP. Di penghujung kegiatan yang sudahberjalan lima tahun di Sumatera tersebut, WI-IPmenajamkan akhir aktivitasnya dengan menerbitkan paketPendidikan Lingkungan (PL) bagi Siswa Sekolah Dasardan Sederajat di sekitar lokasi kedua taman nasionaltersebut. Pembekalan dan pembelajaran ini penting untukmembangun pemahaman dan kesadaran siswa tentangpotensi wilayah serta hal-hal apa saja yangmengancamnya. Sehingga diharapkan suatu saat nanti,mereka dapat mengelola dan memanfaatkan alamsekitarnya secara lestari. Hal itu disambut baik oleh pihakpemerintah daerah khusunya Dinas Pendidikan setempatdengan dijadikannya Pendidikan Lingkungan - LahanBasah muatan lokal (mulok) bagi sekolah-sekolah dasardan sederajat di Jambi dan Sumatera Selatan.

Ada pengalaman menarik yang saya dan tim alami, saatteknis pengiriman paket PL (berupa buku-buku untuk gurudan murid, komik, poster, tas, flipchart) dari Bogor (JawaBarat) ke Palembang (Sumsel) dan Jambi. Denganmengendarai dua mobil (pick-up dan minibus), kamisangat bersemangat untuk segera menyebarluaskan pakettersebut bagi saudara-saudara kami di Sumatera.Berbekal surat jalan dari organisasi, tim mulai berangkatdari Bogor tanggal 20 Agustus malam. Pengalaman yangtidak enak diceritakan sebenarnya diawali sekitar pukul 11malam saat tim berada di pertengahan jalan tol Bogor-Jakarta. Kami distop seorang bapak polisi dengan mobil

patrolinya. Mula-mula menanyakan surat-suratkelengkapan kendaraan dan surat ijin pengemudi. Melihatlengkap, oknum polisi tersebut lalu menanyakan barangapa yang dibawa dan surat jalannya. Dia menjelaskanbahwa kami telah melanggar Undang-Undangkelalulintasan, pasalnya mobil tersebut hanya diperuntukanbuat manusia. Kami mencoba memaparkan bahwa misikami adalah sosial, non-profit, dan demi mendukungproses belajar mengajar di Sumatera. Namun semua sia-sia, niat baik dan surat jalan ternyata tidaklah berguna.Oknum polisi itu memberi gambaran sejumlah uang dendabila diproses di pengadilan. Ujung-ujungnya sudah dapatkita tebak “damai”, yang lebih lucu dan konyolnya lagi, diaminta “uang damai” untuk dua mobil, padahal satunya lagiadalah mobil barang yang dilengkapi surat-surat.

Setelah terjadi kesepakatan “damai”, perjalanan kamilanjutkan melalui jalan lintas timur. Namun, pengalamanserupa kami alami kembali. Sebanyak empat kali kamidistop oknum-oknum polisi di sepanjang Lampung Tengah,semuanya klise berakhir dengan “damai”. Sayangnya,kami tidak sempat mencatat nama dan kesatuan masing-masing oknum tersebut. Selain gelap juga umumnyabadge nama terhalang kertas yang terselip di kantungseragam atas. Posisi diam dan bertanya kami tidak adabedanya, yang jelas kendali ada di tangan si oknum.

Ironi memang, di satu sisi bangsa Indonesia sedangmemperbaiki diri, tapi di sisi lain segelintir orangmemanfaatkan kesempatan dan kewenangannya untukkepentingan pribadi. Kejadian di atas mungkin saja benarbahwa kami melanggar, namun sebagai warga biasa nalarsaya berfikir begitu tidak pedulikah oknum-oknum polisi ituterhadap proses PL yang sedang gencar digiatkan??fatalkah kesalahan yang kami lakukan?? apa fungsi suratjalan?? kalau memang salah, apakah hal ini diberlakukansama bagi semua lapisan masyarakat termasuk jajarankepolisian beserta keluarganya?? dan haruskah hilangkebanggaan saya sebagai anak seorang purnawirawanPOLRI kepada bekas almamater ayahnya??

Mudah-mudahan sekelumit pengalaman diatas dapat diambil hikmahnya. Bangsa saatini membutuhkan tenaga dan fikiran kitasemua. Mari bersinergi untukmencapai cita-cita bersama. Tidakada salahnya bila ke depaninstitusi kepolisian juga dapatdilibatkan dalam pengembanganPendidikan Lingkungan.

(Triana, Bogor)

Page 5: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 5Vol. 12 no. 3, Juli 2004Vol. 12 no. 3, Juli 2004

Pulau Kaget merupakan

sebuah delta yang luasnyakurang lebih 200 ha dan

terletak di muara Sungai Barito.Sebagian dari pulau ini (yaitu 85 ha)ditetapkan menjadi Cagar Alam (CA)berdasarkan Surat Keputusan MenteriPertanian No. 701/Kpts/Um/11/1976tanggal 6 Nopember 1976 jo. SuratKeputusan Menteri Kehutanan danPerkebunan No. 337/Kpts-II/1999tanggal 24 Mei 1999. Denganpenetapan ini, CA Pulau Kagetmerupakan salah satu dari 3 cagaralam di Provinsi Kalimantan Selatan(catatan: cagar alam lainnya adalahCA Gunung Kentawan dan CA TelukKelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku).

Sebelum tahun 1995, vegetasi CAPulau Kaget didominasi oleh rambai(Sonneratia caseolaris), salah satutumbuhan mangrove yang akarnyamencuat vertikal dari permukaantanah. Karena daun dan buah rambaimerupakan pakan utama bagibekantan (Nasalis larvatus), tidakmengherankan apabila kemudian CAPulau Kaget dikenal sebagaisurganya bekantan.

Pulau Kaget dan bekantan menjadisatu kesatuan yang tak terpisahkanserta menjadi merek dagangKalimantan Selatan dalamkepariwisataan internasional. Primataberhidung mancung dan endemikBorneo ini mudah sekali dijumpai.Apabila menyusuri pulau denganklotok (perahu bermotor), kita denganmudah menyaksikan perilaku alamibekantan, seperti makan daun danbuah rambai, tidur di atas cabangatau ranting, berloncatan dari satudahan ke dahan lain, atau bahkanterjun dari ketinggian 15 m kepermukaan tanah atau air.

Keadaan demikian berubah samasekali, setelah peranggasan rambaiterjadi. Hampir semua rambai yangtumbuh di daratan dan tepian cagaralam mati. Pemandangan alamimenjadi membosankan. Yang tampakdominan adalah pepohonan rambaiyang kering kerontang. Walaupunpopulasi bekantan mencapai 304 ekor(Soendjoto et al., 1998a), perilakukhasnya berangsur-angsur tidak bisadinikmati. Bekantan ini hanya dapatdijumpai di lantai hutan. Akibatnya,industri kepariwisataan Kalimantan

Selatan pun anjlok.

Terdapat dua faktoryang didugamenjadi penyebabperanggasan, yaitumusim kemarauyang panjang danpencemaran airdari berbagaiindustri yang adadi sepanjangSungai Barito.Namun, Soendjoto

et al. (1998b) menyatakan bahwapenyebab peranggasan tanamanrambai adalah kelebihan populasi(overpopulation) primata dansekaligus ketidakmampuan rambaiuntuk memulihkan diri.

Kompilasi data oleh Soendjoto et al.(1998b) menunjukkan adanyapeningkatan populasi bekantan. Padatahun 1984 terdapat 229 ekorbekantan, pada tahun 1992 terdapat207 ekor, dan pada tahun 1997terdapat 304 ekor. Pada tahun 1997ini tercatat juga primata lain, yaitulutung Trachypithecus cristatussebanyak 78 ekor dan monyet ekorpanjang Macaca fascicularis 22 ekor(Soendjoto et al., 1998a). Apabilajumlah pakan bekantan 900 g/hari(Soerianegara et al., 1994) dandiasumsikan jumlah pakan keduaprimata lainnya sama dengan jumlahpakan bekantan ini, maka jumlahpakan bagi semua primata yang adadi Pulau Kaget adalah 363,6 kg/hari.

Tampaknya jumlah pakan ini tidakdapat dicukupi oleh rambai.Masalahnya, hijauan rambai yangtersedia paling sedikit harus dua kalilipat (atau sekitar 730 kg/hari). Padasisi lain, rambai yang ada di PulauKaget tidak dapat pulih dengan cepatkarena adanya gangguan danmasalah fisiologi lainnya (Soendjoto etal., 1998b). Akar rambai terganggu,karena dipotong oleh masyarakatuntuk diolah jadi bonggol kok dantutup botol. Pernafasan oleh akarterhambat, karena adanya penutupanoleh eceng gondok dan lumpur yangsemakin menumpuk. Rambai tidakmampu bersaing dengan tumbuhan

Pulau Kaget mulai bersemi

Oleh:

M. Arief Soendjoto *

Bekantan (Nasalis larvatus) sebelum tahun 1995 adalah primadonaPulau Kaget. (Foto: Dok. WI-IP)

..... bersambung ke halaman 8

Fo

kus L

ahan

Basah

Page 6: Vol 12 no 3 (juli 2004)

6 - Warta Konservasi Lahan Basah

SEKILAS INFOBenarkah Penyiapan Lahan dengan

Pembakaran Murah ?

Oleh:Dr. Bambang Hero Saharjo*

Ko

nse

rvas

i L

ahan

Bas

ah

Mengapa Mereka Nekat Membakar?

Menurut laporan media cetak dan elektronik

hingga hari ini kabut asap masih menyelimutibeberapa wilayah di Kalimantan seperti di

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang didugaakibat penyiapan lahan dengan menggunakan api danterjadi di lahan gambut. Bagi masyarakat tradisional hal itudilakukan karena mereka tidak mampu untuk melakukankegiatan penyiapan lahan dengan tanpa bakar karenabiaya yang dibutuhkan mahal serta mereka tidak yakinkalau dengan tanpa bakar hama dan penyakit yang akanmerusak tanaman mereka akan lenyap. Namun sayangnyakegiatan yang mereka lakukan ternyata tidak sendirian tapijuga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yangberkantong tebal dan mampu untuk melakukan kegiatanpenyiapan lahan tersebut tanpa bakar, terlebih merekapunmelakukan pinjaman kepada Bank untuk membangunusahanya entah itu dalam bidang kehutanan ataupunperkebunan dengan tanpa bakar (PLTB) sehingga tidakheran biayanyapun hingga ke penanaman dapatmembengkak hingga Rp. 12-15 juta perhektar, sementaradengan pembakaran mereka hanya mengeluarkan sebesarRp. 3-4 Juta per hektar. Dalam suatu laporan penelitianpernah disimpulkan bahwa kegiatan penyiapan lahandengan pembakaran hanya mengeluarkan biaya sebesarsepertiga dari biaya yang dikeluarkan bila penyiapan lahandilakukan tanpa bakar. Sehingga tidak heran banyakpengusaha “nakal” ingin memanfaatkan selisih biayapenyiapan lahan tersebut, yaitu dengan melakukan kegiatanpenyiapan lahan dengan pembakaran, meskipun izin yangdiberikan kepadanya untuk membangun usaha dikehutanan maupun perkebunan disyaratkan penyiapanlahannya tanpa bakar seperti juga tertulis dalam dokumenAMDAL.

Pada awal perkembangannya, akar tumbuh-tumbuhan yanghidup di atas timbunan sisa tumbuhan (gambut tipis) masihdapat mengambil hara mineral dari lapisan dibawahnya(stratum) dan sebagian disumbangkan dari luapan airsungai. Hasil timbunan berupa bahan organik dari sisa-sisatumbuh-tumbuhan yang relative kaya mineral (eutrofik)membentuk gambut Topogen (Noor, 1999). Namun, begitulapisan bahan organik bertambah tebal sehingga akar

tumbuhan yang hidup diatasnya tidak dapat lagi mengambilhara dari lapisan mineral, dan muka air sungai dan muka airtanah berada jauh di bawah, maka gambut yang terbentukadalah miskin hara. Hara mineral tersebut semata-matahanya dapat diproses tumbuhan dari hujan atau hasilpenambahan bahan organik setempat. Lapisan gambut yangmiskin ini disebut gambut Ombrogen (Noor, 1999).

Jadi jelas mengapa biaya penyiapan lahan dengan tanpabakar begitu tinggi, karena biaya tersebut digunakan untukmengubah lahan gambut yang miskin hara menjadi lahanyang lebih produktif sehingga dapat dibudidayakaan. Biayatersebut dipergunakaan untuk kegiatan pengapuran, yaituuntuk menaikkan pH tanah agar menjadi lebih layak,membeli pupuk dalam rangka meningkatkan kesuburan lahantersebut dan yang terahir adalah untuk membiayai kegiatanperlindungan terhadap serangan hama dan penyakit melaluipenggunaan pestisida maupun herbisida.

Penyiapan lahan dengan pembakaran seperti seringdiakukan di lahan gambut tentu saja akan menimbulkandampak yang merugikan bagi lingkungan. Suhu akibatpembakaran yang tinggi akan merusak gambut,menghilangkan kapasitas penyimpanan air, menghilangkankapasitas penyerapan karbon, menghilangkan berbagaifungsi ekologis dan ekonomis serta yang tidak kalahpentingnya adalah mencoreng nama bangsa di mata dunia.

Secara alami gambut akan mengalami proses pengkikisan(pada lahan yang diolah) dengan kecepatan yang bervariasibergantung pada tipe gambutnya serta kegiatan yangterdapat di permukaannya dan diperkirakan rata-rata 0,8-1,5cm per tahun. Sementara dengan pembakaran ketebalangambut akan terbakar hanya dalam hitungan jam. Sehinggatidak heran bila tebal gambut rata-rata 10 cm dapat habisterbakar dalam suatu kegiatan penyiapan lahan denganpembakaran hanya dalam waktu beberapa jam, sementarasecara alami membutuhkan waktu paling tidak selama 15tahun. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa denganrusaknya gambut setebal 10 cm seluas 1 ha akibatpembakaran maka itu sama saja dengan menghilangkankapasitas penyimpanan air sebesar 650 m3/ha, sehingga

Benarkah Murah dengan Pembakaran?

Page 7: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 7Vol. 12 no. 3, Juli 2004

Ko

nservasi L

ahan

Basah

kalau lahan gambut yang dibakarseluas 3000 ha maka itu setaradengan penghilangan kapasitaspenyimpanan air sebesar 1.950.000m3. Sehingga menjadi hal yangwajar sekali pada daerah yangmelakukan kegiatan tersebut seringterjadi erosi dan banjir, karena airtersebut telah kehilangan tempatberlabuh sebab gambut yangterbakar akan rusak dan tidak mungkin kembali lagikarena kalaupun kembali membutuhkan waktu ratusanbahkan ribuan tahun lagi.

Dengan melakukan penyiapan lahan denganpembakaran di lahan gambut maka itu sama saja artinyadengan menghilangkan kapasitas penyimpanan air.Sehingga gambut menjadi rentan terhadap banjir danerosi, menghilangkan kapasitas penyerapan karbon,rentan terhadap banjir dan erosi, mempengaruhi prosespembentukan tanah, mempengaruhi proses daur ulangunsur hara, mempengaruhi proses penguraian limbah,menghilangkan sumberdaya genetik, menghilangkankeanekaragaman hayati, melepaskan karbon, serta jugamemperpendek umur pakai lahan (bagi perusahaan)disamping kerugian dari sisi ekonomis serta kerugian takternilai lainnya seperti nama baik bangsa di duniainternasonal. Untuk itu agar sumberdaya (gambut)tersebut tidak rusak maka perlu dipulihkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LaboratoriumKebakaran Hutan dan Lahan IPB bekerjasama denganKantor Kementrian Negara Lingkungan Hidup,menunjukkan bahwa bila penyiapan lahan dilakukandengan menggunakan api dan terjadi di lahan gambutuntuk areal seluas 3000 ha dengan ketebalan gambutyang rusak rata-rata 10 cm, maka biaya yangdibutuhkan untuk mengganti kerusakan ekologis danekonomis akibat pembakaran tersebut sertamemulihkannya hanya dengan kompos saja makadiperlukan biaya sebesar hampir Rp. 800 Milyar (Tabel1). Padahal selisih yang akan diperoleh denganmemanipulasi kegiatan penyiapan lahan yangseharusnya dilakukan dengan tanpa bakar namundilakukan dengan pembakaran mungkin hanya sekitarRp 15-20 Milyar.

Informasi ini kembali menunjukkan bahwa keuntunganbesar yang tampak dari penyiapan lahan denganpembakaran sehingga banyak pengusaha yang nekatmelakukannya, sebenarnya merupakan bencana yangtengah diciptakan. Fakta lapangan telah membuktikan inisemua, seperti yang terjadi di beberapa daerah(Sumatera dan Kalimantan) pada lahan gambut yangdikelola oleh masyarakat dengan penyiapan lahannyamenggunakan api, sekarang mereka tengah menikmatihasil kerjanya berupa tanah sulfat masam dan peristiwabanjir di musim hujan yang justru menimbulkanpenderitaan baru. Jadi jelas sekali bahwa penyiapan

lahan dengan pembakaran sebenarnya tidak murah bahkansangat mahal bila dikaitkan dengan keinginan agarsumberdaya tersebut tetap menghasilkan dari pada dibiarkanmusnah secara perlahan-lahan, namun sayangnya hanyasedikit orang yang menyadari hal ini dan yang sangatdikhawatirkan adalah ketika sadar ternyata sumberdayatersebut telah hilang.

Tabel 1. Biaya yang dibutuhkan untuk mengganti kerusakanekologis, kerugian ekonomis dan upaya pemulihan.

No. Kerusakan Ekologis Biaya (Rp.)

1. Penyimpanan air 190.095.000.0002. Pengaturan tata air 89.100.0003. Pengendalian erosi 3.638.250.0004. Pembentukan tanah 148.500.0005. Pendaur ulang unsure hara 13.691.700.0006. Pengurai limbah 1.291.950.0007. Keanekaragaman hayati 8.910.000.0008. Sumberdaya genetic 1.217.700.0009. Pelepasan karbon 4.662.900.00010. Perosot karbon 45.738.000.000

Total 269.483.000.000

No. Kerugian Ekonomis Biaya (Rp.)

1. Hilangnya umur pakai 73.810.440.0002. Limbah tebangan yang dibakar 7.425.000.000

81.235.440.000

No. Upaya Pemulihan Biaya (Rp.)

1. Pembelian kompos 594.000.000.0002. Pengangkutan 118.000.000.0003. Penyebaran kompos 5.940.000.0004. Mengaktifkan fungsi ekologis 75.512.250.000

- Pendaur ulang unsur hara- Pengurai limbah- Keanekaragaman hayati- Sumberdaya genetik- Pelepasan karbon- Perosot karbonTotal 794.252.250.000

* Kepala Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan,Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Profil areal penyiapan lahan dengan menggunakan api di lahan gambutuntuk penanaman kelapa sawit (Foto: Bambang Hero S.)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Page 8: Vol 12 no 3 (juli 2004)

8 - Warta Konservasi Lahan Basah

Ko

nse

rvas

i L

ahan

Bas

ah

bawah untuk memperoleh unsur hara.Tumbuhan bawah yang mulaimendominasi daratan CA Pulau Kagetantara lain adalah piai (Acrostichumaureum), nipah, dan bakung (Criniumasiaticum). Umur rambai sudah tuadan peregenerasian tampaknya tidaknormal. Di cagar alam ditemukan51,05% populasi rambai tingkat semai,1,81% tingkat pancang, 1,70% tingkattiang, dan sekitar 45% rambai yangberumur 20 tahun ke atas. Semuarambai tingkat semai ini pun hanyatumbuh di tepi cagar alam yanglangsung berbatasan dengan airSungai Barito.

Untuk menyelamatkan bekantan,Departemen Kehutanan mengambillangkah tegas. Pada akhir tahun 1998sekitar 150 ekor bekantan dievakuasike Pulau Jawa (Kebun BinatangSurabaya) dan ke pulau-pulau diSungai Barito (Pulau Bakut, PulauKembang, Pulau Tempurung).

Pada saat ini, perubahan ke arahpositif mulai tampak. Ketika padatanggal 2 Mei 2004 penulis dan crewsalah satu TV swasta mengelilingiPulau Kaget dengan klotok, penuliscukup gembira dan memperoleh

harapan baru. Pulau Kaget mulaibersemi. Walaupun di daratan CAPulau Kaget tidak dijumpai lagipepohonan rambai, di sepanjang tepipulau mulai dari bagian utara, barat,selatan hingga tenggara terlihatpepohonan rambai yang mulaimenghijau. Terdapat lebih dari 20pohon rambai berdiameter di atas 20cm. Rambai-rambai yang 8 atau 9tahun lalu masih berada pada tingkatsemai kini bertumbuh danberkembang ke tingkat pancang (tinggilebih dari 1,5 m) atau tingkat tiang(berdiameter sekitar 10 cm).

Harapan ini tentunya harus mulaidisikapi bijaksana. Pertumbuhanrambai yang menggembirakan masihbelum bisa disepadankan denganharapan terhadap kelestarianbekantan. Pada tanggal tersebutpenulis dan crew TV swasta hanyabisa menemukan seekor bekantan.Penulis masih bertanya-tanya. Masihadakah bekantan lainnya? Apakahpepohonan rambai sudah mampumendukung kelompok bekantan ini?Apakah bekantan yang dievakuasiperlu dikembalikan untukmembugarkan populasi yang tersisa diPulau Kaget atau untuk menghindari

terjadinya kawin antar-kerabat dekat(inbreeding)? ��

Daftar Pustaka

Soendjoto, M.A., A. Yamani, M. Akhdiyat& Kurdiansyah. 1998a. Populasiprimata dan keanekaragaman jenissatwa di Pulau Kaget, KalimantanSelatan. Kalimantan Scientae (50):1-9.

Soendjoto, M.A., A. Yamani, M.Akhdiyat & Kurdiansyah. 1998b.Telaahan vegetasi dan keadaan rambai(Sonneratia caseolaris) di Cagar AlamPulau Kaget, Kalimantan Selatan.Kalimantan Scientae (49):51-62.

Soerianegara, I., D. Sastradipradja, H.S.Alikodra & M. Bismark. 1994. StudiHabitat, Sumber Pakan, dan PerilakuBekantan (Nasalis larvatus) sebagaiParameter Ekologi dalam MengkajiSistem Pengelolaan Habitat HutanMangrove di Taman Nasional Kutai.Bogor: Laporan Akhir Pusat PenelitianLingkungan Hidup, IPB.

* Dosen pada Fak. Kehutanan UNLAM,Banjarbaru; [email protected]

..... Sambungan dari halaman 5

Pulau Kaget mulai bersemi ..........

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Hebat ye negeri kite ini, ude mangkin demokratis aje keliatannye ..

misal, Otonomi Daerah, siape nyang kaga seneng ngedengernye ..

ampir di tiap daerah antusias menanggapi dan menindaklanjutinye

Pokonye heboh, pembangunan dimane-mane, maklum kejar setoran ... PAD ...

Gedung-gedung mewah bermunculan, mobil-mobil mengkilap tambe hilir mudik ...

aye sih setuju-setuju aje, tapi sayangnye ade yang aye kaga demen nih ...

cari “setoran” sih boleh-boleh aje, maju emang kudunye ....

tapi rawanya jangan diilangin .. dong, hutannya jangan digundulin .. dong,

sungainya jangan dicemarin .. dong, udaranya jangan dikotorin .. dong,

burungnya jangan diusirin .. dong, si miskin diperhatikan .. dong,

yang salah dihukum .. dong, bapak jangan zzz .. dong, ibu jangan sss .. dong

Sebagai orang kecil .. aye mau titip pesen nih ..

yuk kita bangun same-same, ngerasain same-same, maju same-same ..

tapi inget jaga tuh lingkungan jangan sampe rusak ...

Maju pembangunannye ... Lestari alamnye .... itu baru TOP ... dong!!

Ceplas ceplosbang DONG

Page 9: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 9Vol. 12 no. 3, Juli 2004Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 9

DEWAN REDAKSI

PenasehatKepala BKSDA Sumsel

Kepala TN. Berbak

Penanggung JawabPrianto Wibowo

(Koordinator BSP)

Pemimpin RedaksiIrwansyah Reza Lubis (BSP)

Anggota RedaksiSuryanto Adi Wardoyo (BSP)

Dandun Sutaryo (BSP)Joko Purnomo (BSP)

Ferry Hasudungan (BSP)

BERSEMI SEMERBAK

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

..... bersambung ke halaman 10

Alamat Proyek Berbak-Sembilang:

Jl. Sumpah Pemuda Blok K-3Kel. Lorok Pakjo

Palembang 30137Sumatera Selatan, Indonesia

Phone : +62 711 350786Fax : +62 711 350786

Email : [email protected]://www.bsp.or.id

Pendidikan Lingkungan Hidup

perlu diberikan sejak DINI

Oleh:Sylvi Iriyani*

Taman Nasional Sembilang (TNS)

merupakan satu-satunya Taman Nasionalyang ada di Sumatera Selatan,

keberadaannya merupakan kebanggaantersendiri bagi masyarakat disana. Aktivitasmanusia disekitar maupun dalam kawasan TNSjelas akan mengancam keberadaan TNS.Upaya yang dilaksanakan untuk menanggulangihal tersebut salah satunya adalah denganmenanamkan rasa memiliki dan rasa mencintaiTNS bagi generasi penerus terutama anak usiasekolah dasar.

Upaya menumbuhkan rasa cinta anak sekolahdasar dan sederajat terhadap TNS diwujudkandengan memberikan materi pendidikanlingkungan hidup. Materi yang diberikan iniberkaitan dengan TNS dan dikembangkansebagai kurikulum muatan lokal. Untukmelaksanakan program tersebut, diperlukankerjasama yang baik antar semua pihak. Untuk

itu pihak Berbak-Sembilang Projectbersama dengan Pemerintah KabupatenBanyuasin telah melaksanakan PelatihanPenguasaan Materi Lingkungan HidupBagi Guru Sekolah Dasar danSederajat di Sekitar Taman NasionalSembilang. Kegiatan ini bertujuan agarguru yang ada disekitar TNS dapatmengaplikasikan materi yang ada kepadasiswa sehingga proses pendidikan dapatberjalan dengan semestinya sesuaidengan yang diharapkan. Manfaat untuksiswa :

1. Meningkatnya kesadaran generasimuda terhadap lingkungan. Haldemikian adalah penting untukmenanggapi kepedulian mereka sertamendukungnya. Dalam kegiatan inidilakukan penelaahan permasalahanaktual dan membuat upaya-upaya agarsiswa terlibat sebagai motivator. Prosesini merupakan pembelajaran yangrelevan terhadap kehidupan mereka.

2. Menjalani proses penelitian danmelakukan suatu tindakan dapatmenimbulkan rasa optimis pada siswatentang masa depan mereka. Siswaperlu memahami seriusnyapermasalahan lingkungan serta jugamengembangkan rasa pengharapandan komitmen untuk perubahan.

Page 10: Vol 12 no 3 (juli 2004)

10 - Warta Konservasi Lahan Basah10 - Warta Konservasi Lahan Basah

Berbak - Sembilang : Berita Kegiatan

3. Memperhatikan isu-isu lingkungan dan berdiskusitentang cara-cara pemecahannya berarti mengajaksiswa ikut berperan aktif dalam pemecahan masalah.Ini secara khusus diperlukan ketika informasi tidaksempurna atau tidak lengkap. Mereka belajarbagaimana menerapkan keterampilan danpengetahuan mereka serta membangun nalar yangberlogika.

4. Mempelajari isu-isu lingkungan dapat memberdayakangenerasi muda dengan menghubungkan kehidupankeseharian mereka dan komunitas lokal denganpelajaran-pelajaran di kelas.

Selain siswa, manfaat dari pendidikan lingkungan jugadapat dirasakan oleh guru seperti pengetahuan tentangisu-isu lingkungan. Sehingga diharapkan denganmengetahui dan memahami isu-isu yang ada, guru dapatmelakukan berbagai kegiatan yang mendukungpeningkatan kualitas pengajaran.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan-kegiatan lingkunganakan menumbuhkan kerjasama dan rasa kepeduliandiantara mereka.

Dalam menerapkan program tersebut metode pendekatandiarahkan pada pembentukan pola berfikir. Adanyakeseimbangan antara daya kerja otakkanan dan otak kiri yang merupakankesatuan dari alat berfikir manusia. Polaberfikir yang dipacu oleh kerja otaksebelah kiri akan melahirkan pemikiranyang berhubungan dengan logika,didukung oleh kerja otak kanan yangmemacu daya cipta rasa. Tujuanpendidikan Lingkungan Hidup adalahmewujudkan manusia yangberwawasan lingkungan, maka metodayang digunakan harus terlebih dahulumembidik bagaimana membangkitkan rasaakan pentingnya memiliki wawasanlingkungan. Membangkitkan rasa ini dapatdicapai dengan pembinaan mental ataunurani manusia tersebut. Tanpa mental

dan sikap yang tepat semua pengetahuan yang diperolehhanya melalui logika tidak akan bersifat berkelanjutan.Intinya dengan metode tersebut diharapkan terwujudkesadaran dan kecintaan dari hati terhadap lingkungan dikawasan Taman Nasional Sembilang.

Program Pendidikan Lingkungan Hidup bagi siswasekolah dasar dan sederajat di kawasan TNS tersusundalam tiga bagian yang diberikan dalam bentuk tiga paketpembelajaran. Paket pertama adalah paket yangmenyajikan Panduan tentang Lahan Basah, buku inidisusun dengan maksud memberikan informasi danpengetahuan lahan basah secara umum bagipenyelenggara pendidikan yaitu guru. Buku yang keduaadalah buku panduan bagi guru untuk menjalankanproses pembelajaran dengan latihan kegiatan praktekyang akan dilakukan siswa sebagai bentuk pemahamanyang telah diberikan secara teoritis. Buku yang ke tigaadalah Lembar kerja Siswa yang disusun sesuai denganatau mengacu pada materi dua buku sebelumnya. Bukuini telah disesuaikan sebagai buku latihan dan praktekyang mudah dipahami siswa.

Untuk membantu proses pembelajaran tersebut maka gurudiberikan alat peraga berupa flip chart yang berisikanlembaran-lembaran gambar dengan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan materipembahasan. Dari gambar-gambar ini siswa dapatlangsung melihat topik-topik yang sedang dibahas olehguru, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami danmengerti. Kegiatan ini terdiri dari beberapa topik materidan setiap materi terbagi dalam beberapa aktivitas yangdisusun sesuai dengan materi pembelajaran besertametode praktek dan perlengkapan yang diperlukan (lihatTabel pada halaman berikutnya).

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pendekatan Pendidikan

Lingkungan Hidup

..... Sambungan dari halaman 9

Pendidikan Lingkungan Hidup .........................

Page 11: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 11Vol. 12 no. 3, Juli 2004Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 11

Berbak - Sembilang : Berita Kegiatan

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dari materi dan aktivitas tersebut, diharapkan programpemberian pengetahuan di sekolah dasar melalui muatanlokal di kawasan Taman Nasional Sembilang, dapatmeningkatkan pemahaman siswa tentang hubunganantara masyarakat dengan kawasan Taman NasionalSembilang. Sehingga dari program ini dapat dihasilkangenerasi muda yang dapat memberikan sumbangsihyang besar terhadap kelestarian lingkungan TamanNasional Sembilang.

Berdasarkan hasil kegiatan tersebut, direkomendasikanbeberapa hal, diantaranya: kelas yang akan menerimapelajaran tersebut adalah kelas IV dan V dan diberikansecara bertahap. Untuk menjalankan hasil kegiatantersebut, saat ini Dinas Pendidikan Nasional KabupatenBanyuasin II sedang mengkaji dan mengusahakansebaik-baiknya agar pendidikan lingkungan hidup segera

No Materi dan aktivitas Tujuan khusus Tujuan Umum

1 Ekosistem Lahan Basah Mengenal lahan basah Siswa faham,mengerti dan dapat� Mengenal lahan basah Memahami siklus air mengapresiasikannya dalam kehidupan� Memahami siklus air Mengetahui manfaat lahan basah sehari-hari� Manfaat lahan basah

2 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Mengetahui peranan masing-masing Siswa mengetahui besarnya potensidan Hewan jenis dalam ekosistem & manfaatnya dan manfaat keanekaragaman hayati� Mengenal jenis tumbuhan bermanfaat bagi manusia yang kita miliki dan pentingnya upaya� Keanekaragaman tumbuhan pelestarian keanekaragaman hayati� Keanekaragaman hewan� Hubungan antar mahluk hidup dan

keseimbangan alam

3 Sumberdaya Alam Pesisir � Mengenal keanekaragaman hayati Siswa memahami pentingnya� Keanekaragaman hayati perairan diperairan, produk dari pesisir mengelola sumberdaya pesisir� Produk dari pesisir � Mengenal hutan mangrove secara lestari dan bijaksana� Hutan bakau � Mengetahui alat tangkap ikan� Alat tangkap ikan

4 Hutan Lahan Gambut � Mengenal hutan sebagai sumber Siswa mengerti dan memahami� Mengenal gambut dan peranannya kehidupan pentingnya pelestarian hutan rawa

dalam ekosistem � Mengenal gambut dan peranannya gambut untuk kepentingan masyarakat� Hutan gambut dan bahaya � Mengetahui hubungan antara hutan

kebakaran gambut dan kebakaran hutan

5 Pemanfaatan hutan yang bijaksana � Memahami pemanfaatan hutan yang Siswa memahami manfaat dan� Hasil-hasil hutan bijaksana demi masa depan pemanfaatan hutan secara bijaksana� Pemanfaatan hutan � Memahami dampak pemanfaatan dan mengetahui dampak akibat� Permainan hutan yang tidak bijaksana pemanfaatan hutan yang tidak lestari

6 Pelestarian TNS Mengenal kawasan TNS Siswa mengenal dan mengetahui� Perlindungan Kawasan keberadaan TNS dan manfaatnya� Mengenal TNS

7 Hubungan manusia dengan Mengetahui dan memahami inti Siswa mengetahui hubungan timballingkungannya materi dari awal hingga akhir dan balik antara manusia dan lingkungannya� Menikmati alam menarik kesimpulan antara keberadaan sehingga tergugah untuk melaksanakan� Manusia wajib menjaga keutuhan manusia dan kelestarian lingkungan perubahan dimasa depan

dan kelestarian lingkungannya

dapat dijalankan pada tahun ajaran baru 2004-2005.

Dari kegiatan tersebut kita semua berharap bahwa programpendidikan berwawasan lingkungan khususnya di kawasankonservasi dapat terus diupayakan sebagai upaya pelestariankawasan konservasi, salah satunya kawasan Taman NasionalSembilang. Keberpihakan pemerintah dan kerjasama yangbaik antara seluruh komponen masyarakat dan instansidiharapkan dapat menjadikan program pelestarian kawasankonservasi terus berjalan sebagaimana yang kita harapkan.Save our forest and wetlands for our nextgenerations ! ��

* The volunteer of BSPAlamat e-mail: [email protected]

Tabel Materi Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Siswa Sekolah Dasar dan Sederajat dikawasan TN Sembilang

Page 12: Vol 12 no 3 (juli 2004)

12 - Warta Konservasi Lahan Basah12 - Warta Konservasi Lahan Basah

Berbak - Sembilang : Berita dari Lapang

Mengapa Hutan Ditebang, Ikan Jadi Sulit Didapat ??

(Pengalaman di S. Merang, Muba dan Semenanjung Banyuasin, Sumatera Selatan)

Oleh:Suryanto Adi Wardoyo

Sumatera adalah salah satupulau di dunia yang memilikikeanekaragaman hayati

cukup tinggi. Tipe habitat hutannyatersebar mulai dari hutan mangrove dipesisir, hutan dataran rendah, hutanrawa air tawar, hutan rawa gambuthingga hutan daratan tinggi.Keanekaragaman jenis hutan inimempengaruhi juga keanekaragamanjenis ikan yang mendiami perairan didalam dan sekitarnya. Sumateramemiliki jenis ikan yang beberapadiantaranya merupakan spesiesendemic atau asli pulau ini, sedikitnya30 jenis (Koettelat, 1993).

Sebagian besar hutan yang ada diIndonesia adalah hutan hujan tropis,yang tidak saja mengandung kekayaanhayati flora yang beraneka ragam,tetapi juga termasuk ekosistem terkayadi dunia sehubungan dengankeanekaragaman hidupan liarnya.

Penggundulan hutan selainmengancam kehidupan di dalam hutan,ia juga mengancam kelestariankehidupan di perairan. Perusakanhabitat di dalam hutan telahmengganggu ekosistem hutan yangpada gilirannya mengancam kehidupanberbagai spesies. Eksploitasi spesiesflora dan fauna yang berlebihanmenimbulkan kelangkaan dankepunahan spesies. Sementarapenyeragaman varietas tanaman danras hewan budidaya menimbulkanerosi genetika. Kesemuanya inimenimbulkan krisis keanekaragamanhayati. Kepunahan spesies ini termasukjuga pada spesies ikan. Beberapapenyebab, mengapa denganpunahnya hutan berarti pula terjadikepunahan pada jenis ikan.

1. Vegetasi selain sebagai habitat bagiikan-ikan, juga merupakan tempatperlindungan telur dan ikan-ikan

muda. Sebagai contoh adalahberbagai jenis ikan tempalo ataucupang (famili Belontiidae) danarwana (Sclerophages formosus)habitat aslinya dipenuhi denganvegetasi lebat dengan perairanyang relatif tenang. Ikan belida(Notopterus sp) bahkanmembutuhkan ranting atau daununtuk telur-telurnya.

2. Terbukanya hutan menyebabkankenaikan suhu perairan, sehinggamempengaruhi kondisi fisika dankimia perairan serta metabolismeikan. Hal ini yang menyebabkankematian masal ikan-ikan akibatpenggundulan hutan besar-besaran di Taman Nasional WayKambas, Lampung tahun 1984(Koettelat, 1993). Di TamanNasional Berbak (TNB), padadaerah bekas terbakar, hampirtidak ada lagi ikan. Kecuali ikanfamili Channidae (toman, gabus,bujuk dan serandang) yang tahanpada kondisi miskin oksigen,itupun di daerah yang dekatdengan sungai. Padahal didaerah yang masih bervegetasilebat tidak jauh dari lokasiterbakar, sering dijumpai berbagaifamili dan jenis ikan.

3. Erosi dan abrasi, akibatpenggundulan hutan,menyebabkan meningkatnyakekeruhan di perairan. Lumpurdan partikel menyebabkantertutupnya insang, sehingga ikansulit bernafas. Dampak laindengan banyaknya lumpur adalahterganggunya proses fotosintesaalga (periphiton) dan tanaman airyang merupakan sumbermakanan. Lumpur dapatmenimbun atau menutupi telursehingga tidak dapat terbuahi olehsel kelamin jantan sehingga tidak

dapat menetas. Hingga tahun 2000, diSungai Merang, Sumsel, jumlah jenisikan relatif banyak, bahkan merupakansungai yang terbanyak hasil ikannyadari hasil lelang lebak lebungdibandingkan sungai-sungai lain yangbermuara ke Sungai Lalan. Sejakadanya HPH di kawasan S. Merang,dan diteruskan dengan penebanganliar, hasil perikanan terus merosot.Kegiatan penebangan ini difasilitasidengan membuat parit-parit atau rel-relpengangkut kayu, menyebabkan erosidan abrasi pada tanah gambut semakinmenjadi. Pada pelaksanaan surveitahun 2002, di beberapa lokasi yangsebelumnya banyak ditemukan ikan,sudah tidak ditemukan lagi. Di tahun2003, parit-parit dan rel pengangkutkayu yang bermuara ke sungaiMerang semakin banyak dan kayu didalam hutanpun semakin habis.

Keanekaragaman dan kelestarian hutansangat berpengaruh terhadap keragamanjenis ikan. Hal ini berkaitan erat denganrantai makanan, tempat asuhan, tempatberkembang biak dan tempatperlindungan bagi ikan. [Untuk jelasnyalihat gambar]

Hancur dan hilangnya hutan berdampaklangsung pada hasil perikanan. MenurutMacKinnon, J (1986) dalam Davies J. etal 1995, Di wilayah Sumatera, hasilproduksi ikan di tambak-tambak daerahpesisir rata-rata sebesar 287 kg/ha/th.Namun, dari hasil suatu penelitian diketahuibahwa hilangnya satu hektar hutan bakaukarena dirubah menjadi tambak ataupemukiman, dapat mengurangi hasiltangkapan ikan dan udang alam di lepaspantai sebanyak 480 kg/ha/th. Dengandemikian pembangunan tambak di lahanmangrove dikhawatirkan dapatmenurunkan hasil perikanan tangkap dilaut.

..... bersambung ke halaman 16

Page 13: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 13Vol. 12 no. 3, Juli 2004Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 13

Berbak - Sembilang : Berita dari Lapang

Kebakaran hutan merupakansalah satu penyebab darimusnahnya hutan secara

cepat, padahal suksesi alami yangdiharapkan untuk mengembalikanhutan ke asalnya memerlukan waktuyang lama. Kerugian besar akibatkebakaran hutan dapat terjadi dalamwaktu yang relatif singkat.

Dampak kebakaran hutan sangatkompleks antara lain:

1. Rusaknya Tegakan dan NilaiHutanRusaknya pohon akibat terbakaradalah dikarenakan kerusakanatau kematian jaringan kambium.Walaupun demikian bukan berartisemua pohon akan mati dan tidakbisa dimanfaatkan lagi. Adabeberapa pohon menjadi turunkualitasnya disebabkan karenaadanya luka bakar pada pohonyang akan merangsang tumbuhkembangnya hama dan penyakit.Penurunan kualitas iniberlangsung terus sampai padasuatu saat kayu yang tadinyamasih bisa dimanfaatkan berubahmenjadi kayu mati yang tidakmempunyai nilai ekonomis lagi.

2. Pengusahaan HutanAkibat langsung kebakaran hutanbagi pengusaha hutan adalahterhentinya kegiatan produksikarena terganggunyapengangkutan. Hal ini pun akanmembuat terganggunyaperencanaan produksi sehinggajatah tebang dan target tebanganakan menurun. Jika pengusahahutan menjadi pensuplai utamaindustri perkayuan maka produksi

pengolahan kayupun akanterganggu.

3. Sumber Plasma NutfahKebakaran hutan mempengaruhikehidupan biologi didalam hutandiantaranya adalah matinya satwadidalam hutan, terganggunyakehidupan satwa dan kehidupanorganisme tanah, bahkanmusnahnya habitat serta pakansatwa. Dengan demikian akanterjadi perubahan ekosistem bukansaja ekosistem satwa tapi jugaekosistem tumbuhan dan alam.

4. Sumber Usaha MasyarakatSebagaimana kita ketahui bahwamasyarakat sekitar hutanmempunyai sumber matapencaharian dari hutan antaralain pengumpul hasil ikutan dansampingan seperti damar, kayubakar, madu, dsb. sedangkannelayan di kawasan hutanmangrove akan terganggu matapencahariannya akibat kebakaranhutan, dan ini akan menimbulkankeresahan masyarakat dankestabilan ekonomi rakyat.

5. Fungsi HidroorologisKebakaran hutan akanmengganggu sifat fisik dan kimiatanah, serasah sebagai penutuptanah hutan akan musnahterbakar (Surface fire) sehinggapermukaan tanah akan terbuka,berbarengan dengan itu tajukpohon pun terbuka akibatterbakar (Crown fire). Kondisiyang ditimbulkan akibat kebakaranhutan adalah partikel-partikelhujan akan langsung jatuhketanah yang terbuka sehingga

terjadi aliran permukaan tanah(run off) yang pada akhirnyaakan merusak keseimbangan tataair dan terjadinya erosi.Penyerapan air ke dalam tanah(infiltrasi) pun akan berkurangsehingga ketersediaan air tanahberkurang dan pada saat musimkering tiba bisa terjadi kekeringan.

6. Iklim Mikro dan Keindahan(estetika)Hutan merupakan sumber oksigenbahkan dianggap sebagai paru-paru dunia. Akibat kebakaranhutan maka proses fotosintesisakan terganggu sehingga sumberoksigen akan berkurang, polusiudara meningkat dan akanmempengaruhi iklim mikro,sehingga kenyamanan yangdirasakan masyarakat sekitar akanterganggu. Nilai keindahan hutanakan berubah yang padaakhirnya akan menurunkan fungsihutan secara keseluruhan.

Kebakaran yang melanda hutan baikpada hutan lindung, suaka alammaupun hutan produksi tetap danhutan produksi tidak tetap (terbatas)memerlukan usaha rehabilitasi denganteknik yang berbeda. Bila lahanhutan tidak segera direhabilitasi makadisamping nantinya tidak memberimanfaat juga produktivitas akan terusmenurun dengan cepat. Tujuan utamarehabilitasi melalui penanaman danpengayaan dimaksudkan untukmengembalikan fungsi hutan yangtelah rusak disesuaikan dengan fungsihutan tersebut. Berikut ini adalahupaya-upaya rehabilitasi padaberbagai jenis lahan hutan bekasterbakar:

Kebakaran Hutan

Oleh:Lulu Yuningsih*

..... bersambung ke halaman 16

Page 14: Vol 12 no 3 (juli 2004)

14 - Warta Konservasi Lahan Basah14 - Warta Konservasi Lahan Basah

Berbak - Sembilang : Fauna

Salah satu ruh dari kehidupanmasyarakat di Taman Nasional(TN) Sembilang adalah

kegiatan mencari ikan. Mencari ikanbahkan boleh dianggap sebagai satu-satunya sumber mata pencaharianmasyarakat lokal. Djamali & Sutomo(1999) menyebutkan bahwa besarnyapotensi perikanan yang ada di TNSembilang menjadi daya tarik tersendiribagi nelayan pendatang untuk membukausahanya. Kondisi demikian diiringi pulaoleh kegiatan pemukiman yang cukupsemarak, mulai dari toko, warung,restoran sampai tempat hiburan.Sayangnya, potensi perikanan di TNSembilang tampaknya mulai mengalamipenurunan (lihat lampiran 9 LaporanTeknis No. 22 Proyek BerbakSembilang, Wardoyo & Sutaryo 2001).

Penurunan potensi sumber dayaperikanan di TN Sembilang tentu sajacukup memprihatinkan, mengingat studimengenai keanakaragaman jenis ikan-ikan di kawasan ini belum sepenuhnyadipelajari secara khusus dan mendalam.Walaupun ada beberapa laporanmengenai jumlah keanekaragaman jenisikan TN Sembilang, tetapi umumnyalaporan tersebut berasal dari sebuahsurvey singkat yang biasanya hanyamenggambarkan jenis-jenis ikan yangumum dikenal oleh masyarakat nelayanatau terbatas pada ikan-ikan yang seringtertangkap oleh para nelayan.

Adapun studi-studi mengenai jumlah jenisikan di TN Sembilang diantaranyaadalah : Penelitian mengenai ikanGelodok Periapthalmodon schlosseri(Burhanuddin 1980), Penelitian

mengenai jumlah jenis ikan yangditangkap dengan tuguk di MuaraBanyuasin (Burhanuddin 1980a),Penelitian mengenai perikanan kelongdi Selat Bangka (Burhanuddin et al.1983), Penelitian mengenai jenis-jenisikan yang tertangkap dengan jaringklitik di Sembilang (Djamali & Sutomo1999), Survey Perikanan di CTNSembilang (Wardoyo & Sutaryo 2001)dan data kompilasi mengenai jenis-jenis ikan di TN Sembilang (Wardoyo& Iqbal 2003).

Dari laporan-laporan tersebut di dapathasil bahwa jenis-jenis ikan di TNSembilang selalu bertambah darihasil-hasil sebelumnya. Hal ini cukupmenarik mengingat penambahanjumlah jenis ikan untuk kawasan TNSembilang terjadi di saat-saat potensiperikanan di kawasan ini mulaimengalami penurunan.

Adapun laporan-laporan mengenaikeanekaragaman jumlah jenis ikan diTN Sembilang diantanya adalah:Survey tahun 1994-1995 yangdilakukan oleh Djamali & Sutomo(1999) yang melaporkan bahwajumlah ikan di kawasan TN Sembilangadalah berjumlah 57 jenis, Surveyyang dilakukan oleh Proyek BerbakSembilang pada tahun 2001melaporkan bahwa di kawasan TNSembilang terdapat sekitar 120 jenis(Wardoyo & Sutaryo 2001). Lubis2003 dalam “Mengenal lebih jauh TNSembilang”, (WKLB Vol 11 No. 4Oktober 2003) menyebutkan bahwa diTN Sembilang terdapat 142 jenis ikandari 43 familia. Sebuah laporan yang

dipublikasi oleh Jurnal PerikananUniversitas PGRI Palembangmelaporkan bahwa jumlah jenis ikandi TN Sembilang berjumlah 75 jenis(Wardoyo & Iqbal 2003).

Belum di dapat gambaran yang pastimengenai jumlah jenis ikan di TNSembilang. Di sisi lain, hasil kerjarekan tim BSP (Berbak SembilangProject) di lapangan terutama darikegiatan “Monitoring dan Evaluasi’selalu menemukan jenis-jenistambahan yang belum terdaftar untukkawasan TN Sembilang, atau dengankata lain merupakan jenis ikan baruuntuk kawasan TN Sembilang (Iqbal2004, dalam persiapan). Contohpenemuan dari jenis-jenis ikan baruuntuk kawasan TN Sembilang adalahikan buaya/kili-kili buaya (Doryicthissp, catatan : mungkin lebih dari satujenis dari famili Sygnathidae terdapatdalam kawasan ini), ikan elang (Coiusquadrifasciatus, catatan : Coiusmicrolepis tampaknya juga ada, tapibelum dikonfirmasi), kuda laut(Hippocampus sp, catatan : dilaporkanada beberapa variasi warna, adakemungkinan lebih dari satu jenis),kluyu/kloyo (satu jenis dari familiCarcharhinidae, hiu dengan seluruhtubuhnya berwarna putih), buntal(Carinotetraodon larterti, catatan :sudah ada laporan mengenai empatjenis ikan buntal, tetapi belum adauntuk jenis ini), sumpit (Toxotesmicrolepis, catatan : Toxotes jaculatrixsudah dideskripsikan, tetapi belumada catatan untuk Toxotes microlepis)dan beberapa jenis lainnnya. Lihatjuga photo-photo di bawah ini.

Ikan-Ikan di TN Sembilang

Satu, Dua atau Lebih yangbelum Teridentifikasi

Oleh:Muhammad Iqbal

Page 15: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 15Vol. 12 no. 3, Juli 2004

Berbak - Sembilang : Fauna

Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 15

Satu hal yang juga penting untukdicatat disini adalah bahwa baru-baruini tim pemantauan ke 10 TNSembilang mengamati satu jenis ikanpatin (Pangasius sp, atau mungkinjuga Helicophagus sp) di pemukimannelayan Terusan Dalam. Ikan-ikantersebut ditangkap di dekat muaraperairan TN Sembilang. Hal inimenarik mengingat ikan patin adalahsatu ikan suku primer yang tidakterlalu toleran dengan air asin.Nelayan Terusan Dalam melaporkanbahwa ikan tersebut “relatif’ seringtertangkap di air asin. Dari tujuh jenisPangasius di Sunda Besar, sebagian

besar terdapat di Kalimantan danhanya ada satu atau dua jenis yangtercatat di Sumatera (lihat Kottelat etal. 1993).

Studi lebih lanjut mengenai jenis-jenisikan di TN Sembilang sangat pentinguntuk dilakukan. Selain merupakansuatu kebanggaan, kekayaan jumlahjenis ikan-ikan di kawasan ini akandapat menggambarkan komposisi jenisikan di TN Sembilang yangsebenarnya. Banyak ikan yangbelum diketahui manfaatnya secaralangsung sesungguhnya memilkiperanan penting dalam produksi

perikanan karena kedudukannyadalam jaring-jaring kehidupan.Dengan melakukan studi lebih lanjutdan melakukan pemantauan mengenaijenis ikan-ikan di kawasan ini, makaakan sangat membantu usaha-usahakegiatan konservasi sumber dayaperairan di TN Sembilang. Dengandemikian, hal ini akan dapatmembantu masyarakat sekitar untuktetap dapat mempertahankan sumbermata pencaharian sebagai pencariikan (nelayan). ��

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Carinotetraodon larterti Buntal hitam Dorycthis sp Ikan buaya/kili-kili buaya

Coius quadrifasciatus Ikan elang

Toxotes microlepis Ikan sumpit Famili Carcharhinidae, Hiu berwarna putih

Gambar ikan-ikan yang termasuk jenis baru untuk kawasan TN Sembilang(Foto: Muhammad Iqbal & Suryanto A. W.)

Page 16: Vol 12 no 3 (juli 2004)

16 - Warta Konservasi Lahan Basah16 - Warta Konservasi Lahan Basah

Berbak - Sembilang : Berita dari Lapang

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

..... Sambungan dari halaman 13

Kebakaran Hutan ..................

..... Sambungan dari halaman 12

Mengapa hutan ditebang, ikan .......................

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

1. Hutan LindungTerhadap hutan lindung yangdikategorikan mengalami kerusakanringan maka upaya pemulihansebaiknya dilakukan dengan sistemsuksesi alami saja. Jadi rehabilitasidibiarkan kepada alam denganpermudaan alam. Bila kebakarantermasuk kategori sedangdisarankan agar dilakukanpenanaman tumbuhan kayu denganjenis lokal. Apabila kebakarantermasuk kategori kerusakan parahmaka rehabilitasinya dilakukandengan dua alternatif yang pertamarehabilitasi dengan penanaman jeniseksotik dan yang ke-dua dilakukanperpaduan antara permudaan alamidengan penanaman jenis lokal.

2. Hutan Suaka AlamBagi hutan suaka alam, denganpertimbangan bahwa hutan tersebutberfungsi untuk berkembang biaknya

satwa yang dilindungi, makakondisi habitat awalnya perludikembalikan. Oleh karena suksesialami tidak menjamin akanterciptanya habitat yang samaseperti semula maka suksesi alamitidak diberlakukan. Sebaiknyarehabilitasi lahan hutan suaka alamdilakukan dengan cara penanamankembali dan kegiatanya harusdilakukan bersama-sama dengantenaga ahli yang mempunyaipengetahuan tentang satwa,ekosistem ataupun habitat untuksatwa.

3. Hutan Produksi TerbatasApabila kerusakan akibatkebakaran termasuk kategori parahmaka rehabilitasi dilakukan denganpenanaman didaerah terbuka.Tetapi apabila tingkat kerusakanringan sampai sedang maka cukupdilakukan penanaman pengayaan.

4. Hutan Produksi TetapBilamana kerusakan akibatkebakaran termasuk kategori ringandilakukan pengayaan dengan jenisyang bernilai ekonomis tinggi. Danbila kerusakan kategori sedang makadipadukan antara permudaan alamidan penanaman. Sedangkankerusakan dengan kategori parahdapat diambil kebijaksanaan untukdibangun Hutan Tanaman Industri,bila luasnya memenuhi syarat.

5. Hutan KonversiSesuai dengan tujuannya hutankonversi adalah hutan yang dapatdiubah peruntukannya bagikeperluan lain seperti pemukiman,pertanian, perkebunan, transmigrasidan lain-lain. Sejalan dengan itumaka rehabilitasi diserahkansepenuhnya pada suksesi alamkecuali di daerah tertentu denganpertimbangan fungsi hidroorologisyang harus dipertahankan. ��

* Dosen dan Ketua Program StudiKonservasi Sumberdaya Hutan

Fakultas PertanianUniversitas Muhammadiyah Palembang

Nelayan bagan di sepanjang semenanjung Banyuasin,Sumsel, menyatakan bahwa sejak berdirinya tambak,mereka merasakan semakin berkurangnya hasiltangkapan di laut. Semenanjung Banyuasin yangmerupakan daerah penting persinggahan burung migran,telah banyak yang rusak, diperkirakan mencapai 3000 –

4000 ha lahan dijarah untuk tambak. Kondisi ini diperburukdengan semakin banyaknya trawl mini menangkap ikan didaerah pesisir yang merupakan wilayah para nelayanbagan. Hasil panen yang semakin rendah ini ternyata tidakhanya terjadi di semenanjung Banyuasin, namun juga hinggake hampir seluruh kawasan TNS. ��

Page 17: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 17Vol. 12 no. 3, Juli 2004

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI)

DEWAN REDAKSI

Pemimpin RedaksiYus Rusila Noor

Anggota RedaksiVidya Fitrian

Indra ArinalAlue Dohong

Alamat Kantor Proyek CCFPI:

KalimantanJl. Teuku Umar No 45

Palangkaraya 73111Kalimantan Tengah

Tel/Fax: 0536-38268E-mail: [email protected]

SumateraJl. A. Tholib RT 03 No. 8

Kel. Pematang SulurKec. Telanaipura

Jambi 36124Tel: 0741 60431

BogorWetlands International-Indonesia Programme

Jl A. Yani No 53 Bogor 16161P.O. Box 254/BOO, Bogor 16002

Tel: 0251-312189;Tel/Fax: 0251-325755

E-mail: [email protected]://www.wetlands.or.id

(Foto:Yus Rusila Noor /Dok.CCFPI)

Musim Kebakaran

telah Tiba!

Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 17

..... bersambung ke halaman 21

Bangsa ini mungkin sedang dilandaAmnesia. Banyak hal buruk yangterjadi berulang-ulang setiap

tahunnya seolah-olah kita lupa bahwa haltersebut pernah terjadi sebelumnya.

Memasuki bulan-bulan kering, penduduk dibeberapa wilayah, seperti Sumatera danKalimantan sepertinya harus menerimakenyataan bahwa wilayah mereka kembalidiserang oleh kebakaran hutan dan lahangambut, yang asapnya telah menimbulkanberbagai kerugian. Menurut data yang ada,jumlah hot spot, yang mengindikasikanbanyaknya sebaran lokasi kebakaran hutandan lahan, biasanya cenderung mengalamikenaikan pada bulan Juli - September.

Memasuki paruh pertama dari tahun 2004, kitadihenyakkan kembali oleh terjadinya kebakaranhutan dan lahan gambut, yang kali ini terpusat didua wilayah: Riau dan Pontianak, yangkemudian juga merambah ke Jambi danKalimantan Tengah. Kebakaran lahan dan hutangambut tahun ini dimulai pada awal Juni ketikalebih dari ratusan hot spot terpantau di wilayahRiau, dengan jarak pandang terbatas pada 100– 200 meter. Jumlah ini memang kemudianmenurun dengan adanya hujan hinggasetengahnya pada pertengahan Juni dankemudian semakin menyusut pada akhir Juni.

Berita di media massa memang menyiratkanbahwa kebakaran lahan dan hutan gambut tahunini tidak separah kejadian serupa pada tahun1997/98. Analisa Departemen Kehutanan dalamsalah satu rilisnya mengatakan bahwa kebakarantahun ini ”hanya” melalap sekitar 38.000 –40.000 hektar, kira-kira sama dengan jumlahlahan yang terbakar pada tahun 2003. Analisadata satelit juga menunjukan bahwa jumlah hot

spot yang terjadi hingga pertengahan Juni 2004,baik di Sumatera maupun Kalimantan, masih rendahdibandingkan dengan jumlah rata-rata selama 7tahun terakhir. Namun demikian, kebakaran adalahtetap kebakaran, dengan segala akibatnya. Teriakandari negara-negara tetangga yang terkena dampakasap serta gagalnya penerbangan beberapapesawat di Riau dan Jambi akibat jarak pandangyang hanya mencapai 300 meter, adalah contohkecil bahwa kebakaran lahan tahun inipun telahmendatangkan kerugian yang tidak sedikit.

Pertanyaannya, mengapa kebakaran masih sajaterjadi? Laporan mengatakan bahwa kebakaranterjadi karena kelalaian dari sebagian penduduk danpemilik HPH. Api ditengarai berasal daripembakaran untuk pembukaan lahan menjadi arealperkebunan. Pembukaan lahan dengan caradibakar masih dianggap sebagai cara termurahdalam pengusahaan lahan. Hal ini tidak sepenuhnyadiamini oleh warga petani. Di Kalteng, seorangwarga transmigran menyatakan bahwa aktivitaspembakaran lahan merupakan rutinitas yangdilakukan warga yang umumnya adalah petani.Mereka hanya membakar rumput, bukan membakarhutan, karena mereka memiliki kebun yang sudahpuluhan tahun dipelihara. Menteri Lingkungan Hidupbahkan menyatakan bahwa penyebab kebakaran diKalimantan Barat, Riau dan Jambi adalahpengusaha perkebunan yang membakar hutan,bukan masyarakat peladang berpindah.[catatan redaksi: namun dalam kunjungan tim redaksiWKLB pada bulan Juni dan Agustus ke Riau danKalteng, dijumpai adanya pembakaran calon ladang dilahan gambut oleh masyarakat, yang akhirnya apitersebut merambah ke dalam HTI dan/atau hutangambut di sekitarnya]

Sementara itu, para aktivis lingkungan cenderungmenyatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan

Page 18: Vol 12 no 3 (juli 2004)

18 - Warta Konservasi Lahan Basah18 - Warta Konservasi Lahan Basah

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

Berita Kegiatan CCFPIPenutupan Kantor CCFPI Sumatera

Berhubung sebagian besar kegiatan di Sumateratelah dapat dijalankan oleh mitra kerja di

lapangan, maka Manajemen Proyek CCFPI telahmemutuskan untuk menutup kegiatan Kantor CCFPI diSumatera terhitung sejak Juni 2004. Sehubungan denganpenutupan tersebut, maka Koordinator CCFPI untukSumatera (Indra Arinal) juga telah menyelesaikantugasnya disertai ucapan terima kasih. Untuk selanjutnya,tanggung jawab untuk berbagai kegiatan yang tersisa diSumatera akan diambil alih oleh Project Coordinator yangberkedudukan di Bogor, dibantu oleh Sdr. Telly Kurniasariyang akan menjalankan posisinya sebagai Sekretarishingga bulan Juni 2004 dan kemudian dilanjutkan dengantugas barunya sebagai Sumatra Liason Officer hinggabulan Desember 2004.

Untuk koordinasi dan penyelesaian berbagai kewajibanCCFPI kepada pihak ketiga serta meneruskan komitmen

Talk Show Kebakaran Hutan

kerjasama dengan mitra kerja di Jambi dan SumateraSelatan, suatu Tim dari Bogor (Direktur Program WI-IP,Project Coordinator CCFPI, Finance Manager dan Mainte-nance Officer) telah melakukan kunjungan ke Jambi danmelakukan diskusi serta pertemuan dengan pihak-pihakterkait, antara lain Bappeda, Dinas Kehutanan, TamanNasional dan Mitra Kerja pelaksana kegiatan (PINSE, WBH,PT. PDIW). Hasil dari pertemuan tersebut telah disampaikankepada seluruh peserta pertemuan.

Selepas pertemuan-pertemuan tersebut, Yus Rusila Noordan Hidayat Sunarsyah dari Bogor, disertai Iwan Tri CahyoWibisono (Konsultan CCFPI di Sumatera) dan Mahasiswadari Unja serta staf PT. PDIW melakukan kunjungan kelokasi rehabilitasi di AHL. Kunjungan tersebut akan dijadikansebagai acuan untuk kelanjutan kegiatan rehabilitasi diTaman Nasional Berbak. (Yus Rusila Noor) ��

Rabu, 30 Juni 2004 yang lalu, Iwan Tri CahyoWibisono sebagai perwakilan dari WetlandsInternational – Indonesia Programme diundang

untuk menjadi nara sumber dalam acara talk show yangdiselenggarakan oleh TVRI Jambi. Talk show tersebutmerupakan program TVRI dalam merespon isu kebakaranhutan dan lahan di Propinsi Jambi. Dua nara sumberlainnya adalah Ir. Frans Tandiampau dari Dinas

Kehutanan Propinsi Jambi dan Maraden Purba, KepalaBKSDA Jambi.

Acara ini cukup mengundang antusiasme masyarakat untukikut memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengankebakaran hutan serta mengenai Taman Nasional Berbak,sehingga kemudian dirasa perlu untuk meneruskan berbagaikegiatan sejenis. (Iwan Tri Cahyo Wibisono) ��

Patroli Bersama di Taman Nasional Berbak

Dalam rangka mengurangi tekanan dan gangguanterhadap Taman Nasional Berbak, WetlandsInternational - Indonesia Programme, melalui

proyek CCFPI, turut memfasilitasi kegiatan PATROLIBERSAMA di kawasan Taman Nasional Berbak denganmelibatkan berbagai pihak terkait, seperti Camat Kumpe(Koordinator), Kapolsek Kumpe (Drs. Ali Rahman), LurahTanjung - Suak kandis (Saparudin), Kepala DesaPematang Raman, Ketua BPD Sungai Aur, M. Hairul(LSM PINSE), Maslian (LSM PINSE), Kadir (WartawanJambi Ekspress), serta Kamerawan SCTV.

Patroli Bersama di TN Berbak (Foto: Dok. CCFPI)

Page 19: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 19Vol. 12 no. 3, Juli 2004Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 19

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Selama Patroli yang dilaksanakan di Sungai Aur dandilanjutkan dengan menyusuri Sungai Batanghari, Sungai AirHitam Dalam hingga Simpang Pahat dan Sungai Palu telahditemukan sekitar 60 batang (+120 m3) kayu “bantalan” yangdirakit di Sungai Palu. Disinyalir bahwa pemilik kayu sengajameninggalkan kayu tersebut karena mengetahui adanya patroliini. Selain itu, juga dijumpai aktivitas pembakaran lahan untukkeperluan pertanian. Dalam kesempatan tersebut, teammengingatkan betapa bahayanya pembakaran lahan serta

Selama beberapa tahun terakhir, berbagai upaya telah

dilakukan pemerintah, akademisi, kalangan bisnisdan LSM untuk memperkenalkan Protokol Kyoto

kepada masyarakat. Upaya ini mengalami proses yang panjanghingga akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 23Juni 2004 menyetujui RUU ratifikasi Protokol Kyoto tersebut.

Untuk mengetahui tantangan dan peluang bagi Indonesia kedepan setelah ratifikasi tersebut, telah dilaksanakan suatu diskusidi Gedung Manggala Wanabhakti, pada tanggal 5 Agustus 2004membahas lima topik utama, yaitu mengenai: (1) Kelembagaan

Diskusi “Indonesia telah Meratifikasi Protokol Kyoto: What Next?”

(Sudaryono, Deputi VI KLH); (2) Sejarah, peluang dantantangan Protokol Kyoto (Daniel Murdiyarso, CIFOR); (3)Implementasi CDM bidang kehutanan (Rizaldi Boer, IPB); (4)Implementasi CDM bidang energi (Djuwarno, MasyarakatEnergi Terbarukan Indonesia); dan (5) Peluang implementasiCDM di Indonesia (Olivia Tanudjaya, Yayasan Pelangi).

Prosiding diskusi tersebut dapat diperoleh di Wetlands Interna-tional - Indonesia Programme. Silahkan menghubungi LilisHerlisah melalui alamat e-mail: [email protected].(Muhammad Ilman) ��

Lokakarya Internasional “Peatlands Conservation, Restoration and Sustainable Use”

Proyek CCFPI telah mengirimkan dua orang utusan

yaitu Alue Dohong (Kalimantan Site Coordinator-CCFPI) dan Reza Irwansyah Lubis (Konsultan CCFPI)

untuk mengikuti dan menyajikan presentasi pada LokakaryaGambut Internasional yang bertajuk ”Peatlands Conservation,Restoration and Sustainable Use” di Lanzhou City, Cina,tanggal 7-9 Juli 2004.

Kegiatan workshop tersebut dihadiri lebih kurang 90 orangahli, perwakilan pemerintah dan NGO dari sebelas negaraseperti Cina, Jerman, Indonesia, Rusia, Inggris, Belarus,Jepang, Malaysia, Mongolia, dll. Pada Workshop tersebut Sdr.Alue Dohong mempresentasikan topik berjudul: “Restoration ofPeat Hydrology Through Canal Blocking in Central

Kalimantan, Indonesia”, sedangkan Sdr. Reza IrwansyahLubis mempresentasikan:”Conservation and Management ofPeat Swamp Forest in South Sumatera, Indonesia”.

Disamping mengikuti workshop tersebut, Sdr. Alue Dohongjuga mengikuti technical visit dengan mengunjungi berbagailokasi bergambut serta memberikan penjelasan dandemonstrasi mengenai cara pengukuran dan monitoring tinggimuka air pada kegiatan penabatan saluran yang diterapkandi Saluran Primer Induk (SPI) eks PLG dan Sungai Puning,Kalimantan Tengah. Penjelasan tersebut rencananya akandiadopsi dan diterapkan oleh pihak pengelola RuoergaiNature Reserve dalam memantau penabatan saluran diwilayah tersebut. (Alue Dohong) ��

meminta pemilik lahan untuk menghentikan aktifitas pembakarantersebut.

Patroli ini mendapatkan perhatian yang positif dari berbagaipihak, bahkan sebagian besar anggota tim menyarankanuntuk melanjutkan kegiatan ini secara rutin. Kegiatan patroli iniditayangkan SCTV pada hari minggu, 8 Agustus 2004. (TellyKurniasari)

Round Table Meeting Keberlanjutan Kegiatan Proyek

Untuk meyakinkan bahwa berbagai kegiatan yang telahdilaksanakan oleh Proyek CCFPI memiliki daya gunadan alih guna yang berkelanjutan, maka pada tanggal

22 Juli 2004 telah diadakan suatu pertemuan yang membahaskeberlanjutan kegiatan proyek setelah masa proyek berakhir.Hadir para peserta diantaranya berasal dari Dep. Kehutanan,perwakilan dari Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan,CIDA, Konsultan Proyek serta staf CCFPI sendiri.

Pada pertemuan tersebut disampaikan uraian capaian kegiatanyang telah berlangsung hingga bulan Juli 2004 serta diskusimengenai bagaimana strategi yang harus diambil untukmeyakinkan bahwa setelah proyek CCFPI selesai, kegiatantersebut masih dapat terus dilaksanakan dengan dukungandan fasilitasi oleh Pemerintah Daerah atau Departementerkait (Yus Rusila Noor) ��

Page 20: Vol 12 no 3 (juli 2004)

20 - Warta Konservasi Lahan Basah20 - Warta Konservasi Lahan Basah

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

Kebakaran hutan pada tahun1997 telah menghanguskanlebih dari 27.000 hektar areal

Taman Nasional Berbak, khususnya disebagian areal sepanjang Sungai AirHitam Laut. Tegakan batang-batanggundul serta tunggul-tunggul pohonberwarna hitam merupakan gambaranumum jika kita menelusuri Sungai AirHitam Laut dari arah areal konsesi PT.Putra Duta Indah Wood (PT PDIW).

Kebakaran yang terjadi tersebut telahmenyebabkan suksesi alami untukmemulihkan kondisi vegetasi menjadisulit terjadi dan memakan waktu yanglama. Untuk membantu rehabilitasi padaareal bekas terbakar, Proyek CCFPIbekerjasama dengan Balai TamanNasional Berbak, masyarakat nelayandi Desa Pematang Raman serta PT.PDIW telah melaksanakan kegiatanpenanaman pohon di lokasi areal bekasterbakar Air Hitam Laut. Sampai akhirtahun 2003 telah berhasil ditanam14.000 bibit tanaman Meranti rawaShorea sp, Jelutung rawa Dyera sp,Ramin Gonystilus sp, Renghas rawaGluta renghas, Punak Tetramerista sp,Balam Palaqium sp dan Tanah-tanahTrisyaniopsis sp. Sayangnya, banjirbesar melanda Provinsi Jambi,termasuk areal rehabilitasi. Dua kalibanjir besar yang melanda arealtersebut sampai bulan juni 2004 telahmerendam bibit yang baru ditanam danmenyebabkan sebagian besar tanamanmati. Dengan belajar dari terendamnyabibit pohon tersebut penanamankembali 8000 bibit pohon sedangdilaksanakan dengan melakukanberbagai modifikasi.

Untuk memperoleh gambaran mengenaikondisi vegetasi serta hidupan liarnya,tulisan ini akan menguraikan mengenai

komposisi vegetasi serta beberapajenis satwa liar yang ditemukan dilokasi sepanjang perjalanan menujuareal rehabilitasi di Simpang Raket,Air HItam Laut.

Pada saat menelusuri Sungai AirHitam Laut, Bakung Hanguanamalayana dan Rasau Pandanushelicopus, P.atrocarpus merupakandua jenis tanaman yang paling seringdijumpai disepanjang sungai AHL.Disela-sela bakung dan rasautersebut sering dijumpai kehadirantanaman menjalar (climber) sepertiFlagellaria indica, Paku hurangStenichlaena palustris, Morindaphillipensis, Akar elang Uncariaglabrata dan U. sclerophylla,. BahkanAnggrek pensil Vanda hookeriana danDendrobium salaccensis juga terlihatdisela-sela tanaman rasau. Beberapasaat kemudian, Eugenia spicata mulaiterlihat berkoloni di kanan dan kirisungai. Sesekali, Psichotria terlihatdisela-sela tajuknya. Saat itu, keduajenis tanaman ini sedang berbuahsehingga warna putih mendominasisebagian besar tajuknya. BuahEugenia spicata dan Psycothriaberwarna putih dan memiliki ukuranyang hampir sama. Karenanya, orangawam akan mengalami kesulitan untukmembedakan keduanya. Pada arealbekas terbakar yang tergenang,Zyzigium cerina dan Thoraxostachymsumatranus, T.bancanus seringkalitumbuh secara berdampingan.

Semakin masuk kedalam TamanNasional Berbak, beranekapepohonan mulai terlihat. Jenis yangpaling sering dijumpai dipinggir kanandan kiri sungai adalah PutatBarringtonia racemosa, PerupukCoccoceras borneense, dan

Terentang Campnospermamacrophyllum. Sementara itu, PulaiAlstonia pneumatophora hanyasesekali terlihat di tepi sungai AHL. Dibelakang zona tanaman tersebut,berbagai jenis pohon yang berukuranlebih besar mulai terlihat. Jenis-jenispohon besar tersebut adalah DurianDurio carinatus, Meranti Shoreapauciflora, Ramin Gonystylusbancanus, Nyatoh Palaquium sp.,Selumar Jackia ornata , Rengastembaga Melanoorhoea walichii, Arang-arang Diospyros siamang, PunakTetramerista glabra, KempasKoompassia malaccensis, dan JelutungDyera lowii. Diantara semuanya, tigajenis tanaman yang paling dominan dikanan dan kiri sungai, yaitu MerantiShorea pauciflora, Durian Duriocarinatus dan Rengas tembagaMelanoorhoea walichii. Pepohonantersebut, terutama yang tinggi seringkalimemberikan ruang tumbuh kepadaberbagai jenis paku pohon, sepertiPaku Kepala Tupai Drynariaquersifolia, Paku Sarang BurungApslenium nidus. Jenis anggrek yangsering terlihat menempel pada pohonyang tinggi adalah Grammatophylumspeciosum. Sementara itu, anggrekjenis Geodorum purporium mempunyaikecenderungan melekat pada pohonyang lebih pendek.

Beberapa jenis tanaman indah danpalm seperti Ixora grandifolia, PalasLichuala paludosa dan L.spinosa, Palmmerah Cyrtotachys lakka, beberapajenis rotan (Calamus spp. danKhortalsia spp.) sering dijumpai dikanan dan kiri sungai.

Hal yang menarik di hutan TNB adalahmunculnya Mahang Macarangapruinosa di kanan dan kiri sungai.

Gambaran Umum VEGETASI dan HIDUPAN LIAR di areal

bekas terbakar Taman Nasional Berbak, Jambi

Oleh :

Iwan Tricahyo Wibisono dan Yus Rusila Noor

Page 21: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 21Vol. 12 no. 3, Juli 2004Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 21

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kondisi ini diduga sebagai akibat darimasuknya benih Mahang dari arealbekas terbakar ke areal berhutan yangterletak di zona inti TNB. Agenpembawa benih dalam prosespenyebaran biji mahang adalah air(Hydrochory). Hal ini sangat beralasanmengingat sebagian areal hutan bekasterbakar di zona inti TNB didominasioleh Mahang Macaranga pruinosa.Dengan kata lain dapat dikatakanbahwa Sungai AHL memiliki perandalam kehadiran Mahang Macarangapruinosa ke areal yang masih berhutanTNB, terutama di kanan dan kiri sungai.

Di sepanjang perjalanan, jenis-jenisburung yang umum terlihat adalah Betetekor-panjang Psittacula longicaudadengan suaranya yang khas terlihatmondar-mandir melintasi sungai. Jenislain, seperti Serindit Melayu Loriculusgalgullus, Kucica Kampung Copsychussaularis, dan Kucica Hutan Copsychusmalabaricus juga kadang terlihat. Ketigajenis tersebut serta burung Beo Graculareligiosa dilaporkan sering ditangkapoleh penduduk.

Pada lokasi bekas kebakaran, padapagi hari, teriakan Presbytis cristatamerupakan alarm yang segeramembangunkan tidur, disusul ocehan

Pelatuk besi Dinopium javense danCaladi tilik Picoides mollucensis yangberbunyi monoton. Pada pohon didekat pondokan, Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetusterlihat bertengger menunggu sarapanpagi berupa ikan yang banyakterdapat di sungai. Jika beruntung,Buaya Senyulong Tomistomaschlegelii juga bisa terlihat,sebagaimana observasi kami yangmemergoki satu ekor buaya cukupbesar muncul ke permukaan airsungai di sekitar pondokan.Tepat dilokasi yang paling parah terbakar,Kekep babi Artamus leucorhynchusterlihat asyik hinggap sambil memutar-

Perupuk (Coccoceras borneense) Terentang (Campnosperma macrophyllum)

Contoh dua jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di dipinggir kanan dan kiri sungai bekas arealkebakaran di dalam TN Berbak (Foto: Iwan Tricahyo W./Dok. CCFPI)

mutar ekornya. Yang menarik adalahditemukannya koloni burung Pecuk ularAnhinga melanogaster yang bersarangpada tegakan batang bekas terbakar.Setidaknya 89 individu teramati disekitar 24buah sarang. Observasi ini merupakancatatan pertama observasi burung PecukUlar berbiak di TN Berbak dan yangkedua di Sumatera setelah catatan pertamadi rawa Tulang Bawang, Lampung.Sayangnya, pada pengamatan berikutnyateramati bahwa sebagian besar sarangtidak menghasilkan anakan. Wawancaradengan penduduk mengatakan bahwabesar kemungkinan telur-telur burungtersebut diambil oleh penduduk untukkemudian ditetaskan dan dipelihara. ��

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

gambut yang terjadi berulang-ulang setiap tahun adalah buahdari kurangnya supervisi dari pihak pemerintah yangmenyebabkan para pemilik HPH cenderung melakukanpembakaran di lahan mereka. Kondisi di lapangan menunjukanbahwa institusi pemberi ijin cenderung hanya memberikan ijinpengusahaan tanpa diikuti panduan yang jelas mengenaibagaimana perlakuan pengusahaan lahannya. Pada tingkatdaerah, kebakaran yang kembali melanda Riau merupakanakibat dari ketidaktegasan pemerintah setempat dalammelaksanakan UU lingkungan hidup. Meskipun ijin dikeluarkanoleh Pemda tetapi sejauh ini sanksi hukum yang diterapkansangat ringan sehingga tidak menimbulkan efek jera. MenteriLH-pun kembali mengakui bahwa penegakan hukum adalahkendala utama dalam pengendalian kebakaran hutan. Kabarbaiknya, meskipun terdengar sayup-sayup, Pemerintah telahberhasil menyeret salah satu perusahaan yang terbuktimembakar hutan pada tahun 2003, menahan pimpinannyaserta memberikan denda sebesar 1 juta dollar. Pada tahuninipun, 10 perusahaan telah dibawa ke meja hijau dan dituntut

10 tahun penjara serta denda hingga 2 trilyun rupiah.Bagaimana hasilnya? Kita tunggu saja nanti.

Dengan mengetahui gejala penyakit, kejadian serta akibatyang ditimbulkannya, lalu haruskah kita mengalamikebakaran lahan lagi di tahun-tahun mendatang?Jawabannya tentu terpulang kepada usaha kita sendiri.Usaha yang paling efektif tentu saja adalah mencegah jangansampai kebakaran terjadi. Dari sisi kebijakan, perlu dipikirkankembali adanya sistem perijinan terpadu dalam halpengusahaan lahan, sehingga pemantauannya menjadi lebihmudah. Yang juga tidak kalah pentingnya tentu saja adalahsikap proaktif dari para aparat yang telah diberikan amanahuntuk melakukan deteksi awal terjadinya kebakaran hutan.

Telah banyak upaya dan dana yang kita keluarkan. Takterhitung lagi berapa program dan proyek yang telahdijalankan untuk mencegah kebakaran lahan dan hutangambut. Sayangnya, itu semua hanya akan menjadi catatanjika kebakaran masih saja terjadi. Kalau sudah begini, siapabilang membuka lahan dengan membakar adalah cara yangpaling murah? ��

(Yus Rusila Noor dari berbagai sumber media massa)

..... Sambungan dari halaman 17

Musim Kebakaran telah tiba ..........

Page 22: Vol 12 no 3 (juli 2004)

22 - Warta Konservasi Lahan Basah22 - Warta Konservasi Lahan Basah

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

Peran Teknologi Informasi (TI)

dalam Penyebaran Bahan

Penyuluhan dan Informasi

CCFPI

Oleh:Ahmad Alimie & Yus Rusila Noor

Alvin Toffler, dalam bukunyayang sangat terkenal TheThird Wave, menggambarkan

bahwa tingkat kemajuan suatu bangsadapat diukur dari tingkatan gelombangyang dia bagi menjadi tiga. Salah satutingkatan tersebut adalah apabilamasyarakat dan pemerintahan suatubangsa telah dapat memanfaatkanTeknologi Informasi dengan mumpuni.

Hal tersebut setidaknya telah terbuktisaat ini, diantaranya denganmerebaknya teknologi maya internetyang telah terbukti membawa banyakmanfaat. Dengan telahdikembangkannya perangkat berbasisteknologi informasi ini, telah lahirberbagai turunan kegiatan dan bisnis,seperti e-commerce, e-education, danlain-lain. Teknologi Informasi datangmendobrak batasan-batasan geografissehingga kita tidak merasakan lagiadanya halangan untukberkomunikasi, bahkan untuk antarnegara sekalipun. Layanan interaktif

24 jam sehari dan 7 hari seminggujuga merupakan kelebihan TeknologiInformasi yang dapat dimanfaatkanuntuk kemajuan umat manusia,meskipun harus diakui bahwa banyakpula sisi negatif dari pemanfaatanTeknologi Informasi tersebut.

Dalam lingkup suatu organisasi,pemanfaatan Teknologi Informasi jugatelah merambah ke dalampelaksanaan kegiatan suatuorganisasi, termasuk LembagaSwadaya Masyarakat, sertahubungan antar organisasi. Teknologiinformasi digunakan sebagai saranauntuk pengelolaan sumber dayaataupun membangun komunitas onlineyang merupakan media dimana paraanggota dapat berinteraksi kapanpundan dimanapun.

Manfaat yang dirasakan denganmembangun komunitas onlinediantaranya adalah:

• tempat berkumpul;

• tempat berdiskusi;• tempat bersosialisasi;• perencanaan dan

pengorganisasian;• team building;• relationship building;• tempat bekerja;• arena belajar;• berbagi informasi;• dll.

Dengan berbagai manfaat diatas,organisasi (terutama organisasi yangpadat pengetahuan seperti LSM,pusat studi, profesi, dan lain-lain)dapat menjadi lebih baik dalammengorganisasikan komunitasnya.

Web based application merupakan isuyang sedang hangat belakangan ini.Aplikasi-aplikasi berbasis webmenawarkan banyak sekalikeunggulan. Perkembangan teknologiaplikasi berbasis web-pun kemudiansemakin mantap dengan munculnyateknologi portal. Dengan adanyaportal, semua aplikasi yang dulunyaberdiri sendiri dan sulit diintegrasikan,kini masalah tersebut hampir semuadapat dipecahkan. Aplikasi-aplikasidapat dibuat secara terpisah kemudiandiintegrasikan kedalam sebuahframework portal.

Menyadari adanya potensi sertamanfaat tersebut, Proyek CCFPI telahmenginisiasi suatu situs berbasis portal

Page 23: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 23Vol. 12 no. 3, Juli 2004Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 23

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

yang beralamat Http://www.indo-peat.net. Situs ini merupakan anakdari situs yang lebih besar yangdiberi nama PEAT PORTAL,beralamat Http://www.peat-portal.net.

Peat Portal adalah suatu situsjaringan yang dirancang sebagaiwahana untuk bertukar informasi,mengidentifikasi berbagaipermasalahan yang timbul berkaitandengan pengelolaan lahan gambut,berbagai gagasan, mendorongkesadartahuan di berbagai tingkatandan lebih jauh juga dapat digunakansebagai alat untuk pendidikan bagigenerasi muda.

Peat Portal dikembangkan denganmenggunakan perangkat lunakSIMPLIFY yang memiliki kemampuanuntuk mendesentralisasi pengelolaaninformasi oleh beberapa mitra yangberbeda. Selain itu, perangkat lunakini menggunakan perangkat yangmudah digunakan dan memungkinkanuntuk memasukan (upload) berbagai

informasi untuk dibagi dengan anggotalainnya (setelah terlebih dahuludisetujui oleh penyunting jaringan).

Melalui portal ini, Proyek CCFPImenyebarluaskan berbagai informasiyang terkait dengan pengelolaanlahan gambut di Indonesia, khususnyaberbagai kegiatan yang dilakukanoleh proyek sendiri. Termasukdidalamnya adalah informasimengenai teknik-teknik pengelolaanlahan gambut, berita terkait denganlahan gambut, berbagai produkpublikasi dan penyuluhan yang telahdikeluarkan oleh kegiatan proyekserta informasi mengenai berbagaikegiatan yang akan dilakukan terkaitdengan isu pengelolaan lahan gambutyang dikenal sangat rentan danmudah terganggu. Untuk merekayang telah bergabung menjadianggota, pada situs ini tersedia suatuwadah yang dinamakan Peat Forum.Forum ini merupakan wadah mayaberbasis elektronik yang khususdisediakan untuk mewadahi diskusi

mengenai berbagai isu yang terkaitdengan lahan gambut, hutan rawagambut dan berbagai tanah organiklainnya. Melalui wadah ini, paraanggota akan diberikan informasidiskusi yang tengah berlangsungmengenai suatu topik tertentu.

Siapa saja dapat memasuki situs PeatPortal ini dengan cara mengunjungialamat tersebut diatas. Pada saatpengguna memasuki alamat tersebut,maka akan diperlakukan sebagaiTamu. Setiap tamu kemudian dapatmenjadi anggota dengan mengikutipetunjuk yang tersedia dalam portaltersebut.

Apabila para pembaca inginmengetahui lebih lanjut mengenai situstersebut serta menginginkan untukmemperoleh buku panduannya,silakan menghubungi Ahmad Alimie([email protected]), Informa-tion Officer CCFPI. ��

Tampilan menu utama situ Peat - Portal (http://www.indo-peat.net)

Page 24: Vol 12 no 3 (juli 2004)

24 - Warta Konservasi Lahan Basah24 - Warta Konservasi Lahan Basah

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

Profil

Pelo

por

Suatu pertanyaan sering diajukan ketika orangmelihat suatu kelompok tani berhasil sedangkanyang lainnya tidak, adalah kenapa?

Jawabnya tentu bermacam-macam tergantung kasusnya masing-masing, kadang keberhasilan tersebut ditunjang oleh berbagaifaktor yang saling terkait. Kasus berikut ini diangkat darikeberhasilan kelompok tani Beringin Baru Desa Pembengis, Kec.Tungkal Hilir Kab. Tanjung Jabung Barat, Jambi, letaknyadipinggir jalan raya Jambi-Kuala Tungkal, sekitar 15 km sebelumIbu Kota Kabupaten atau 15 menit dari pusat kota.

Kelompok Tani Beringin Baru saat ini aktif menggeluti pertanianholtikultura berupa: ketimun, kacang panjang, kacang lender,terakhir juga dicoba semangka dan sawi. Kelompok iniberanggotakan 14 orang dengan luas lahan olahan kurang lebih15 ha. Lahan berupa lahan gambut tipis yang sebagianbesarnya menjadi lahan tidur, semak, tempat hama bersarang,terutama hama babi dan setiap tahunnya potensi menjadi sumberkebakaran hutan dan lahan.

Ponijan, lelaki kelahiran Jawa yang sudah menjadi wargasetempat pada pertengahan tahun 2000 mulai menekuni tanamansayur secara serius di Desa Pembengis ini. Didorong keinginanuntuk mencukupi kebutuhan ekonominya sehari-hari, ia nekatmeninggalkan berhektar-hektar kebun kelapanya di Kuala Enok,Riau untuk memulai bertanam sayur-sayuran di tempat yang baru.Pertimbangannya sederhana, kebun kelapa sulit mendatangkanuang untuk mencukupi kebutuhan harian, tetapi bertanam sayurwalaupun menguras tenaga dapat mendatangkan uang setiap

hari. Contohnya : “tanamankacang panjang ini dapatdipanen sekali dalam dua haridan setiap panen kami dapatmenjual setengah pikul dan itudijemput oleh pedagang kedesa tambahnya sambilmengelus-elus buah kacangpanjang yang ukurannyahampir sedepa” (80 cm).

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten TanjungJabung Barat, Bapak Amdani secara terpisah mengatakanbahwa untuk memotivasi petani dapat dilakukan antara laindengan pemberian contoh nyata, kalau ada satu orang sajayang berhasil, yang lainnya akan mengikut dengansendirinya. Pak Mapak dan Pak Usman masing-masingadalah ketua dan anggota kelompok Tani Beringin Barumembenarkan pendapat tersebut. Sekarang ini Pak Ponijan,dan anggota-anggota kelompok lainnya dapatmengembangkan usaha pertanian tanaman sayurnya denganbantuan dana berupa small grant dari proyek PerubahanIklim, Hutan dan Lahan Gambut di Indonesia (CCFPI)kerjasama Wetlands International - Indonesia Program (WI-IP), Wildlife Habitat Canada (WHC) dan Canadian Interna-tional Development Agency (CIDA). Sedangkanpembinaannya dilakukan secara bersama-sama antaraCCFPI dan Dinas Pertanian dan Peternakan KabupatenTanjung Jabung Barat.

Dua hal yang dilakukan oleh kelompok dalam memperolehkontinuitas pemasukan uang: pertama adalah denganmelakukan penanaman bertingkat, yaitu menanam dalambeberapa periode, biasanya dalam jarak satu bulan.Umumnya dua atau tiga tingkat, dengan demikian dalam suatuperiode ada saja hasil yang dapat dipanennya. Keduadengan cara menanam dua atau tiga jenis sayuran dalamwaktu yang berdekatan di areal yang berbeda namunberdekatan. Kombinasi yang sering dilakukan adalah antaraketimun dan kacang panjang.

Hal yang menarik dan perlu dipertimbangkan oleh petani didaerah lain dalam mengolah lahan gambut adalah carakelompok tani ini dalam mempersiapkan lahannya. KelompokBeringin Baru menerapkan pertanian tanpa membakar lahansebelumnya. Semak dan rumput disemprot pakai racun rumputsetelah kering ditebas dan dikumpulkan membujur sepanjanglahan dan dibiarkan melapuk. Mereka menanam sayur-sayuran diantara rumput-rumput tadi. Selain tidak rusaknyalahan gambut akibat terbakar, juga rumput yang membusuk tadiakan menyuburkan lahan pada rotasi tanam berikutnya.

Dalam hal ini Pak Amdani menambahkan: “ada dua hal yangperlu diperhatikan dalam pengolahan lahan gambut. Pertamajangan diganggu dia, sekali diganggu rusaklah. Dan keduaadalah pengelolaan air. Air diperlukan untuk pencucian pirityang biasanya banyak terdapat di lahan gambut dangkal, danselanjutnya air dimusim kemarau perlu untuk mempertahankankandungan air di lahan gambut. Kalau kedua hal ini bisadijaga terus maka pertanian di lahan gambut dapat bertahan”.

Begitulah langkah kecil yang dilakukan Ponijan. Berawalmemperoleh penghasilan secara berkelanjutan, akhirnya tidakhanya mampu menghidupi seorang istri dengan empat oranganaknya yang bersekolah tetapi juga telah dapat merangsangwarga sekitarnya untuk berusaha bersama. Saat ini sayur dariDesa Pembengis sudah dapat mengisi sebagian kebutuhansayur untuk kota Kuala Tungkal yang selama ini disuplai dariJambi. Keberhasilan ini bukan tanpa hambatan, tetapihambatan tersebut dianggap bagian dari keberhasilan.Selamat buat Ponijan dan para petani lahan gambut. ��

Ponijan denganlangkah kecilnya

Oleh: Indra Arinal & MaslianCCFPI-Sumatera

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kacang panjang hasil panen Pak Ponijan(Foto: Indra A./Dok. CFFPI)

(Fot

o: I

ndra

A./D

ok.C

CFP

I)

Page 25: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 25Vol. 12 no. 3, Juli 2004

Berita d

ari Lap

ang

Selintas Tentang Danau “Dendam Tak

Sudah” di Kota Bengkulu

Oleh: Iin P. Handayani, PhD

Di sebelah barat Kota Bengkulu, Prop. Bengkulu,di Sumatera bagian Selatan, terdapat sebuahkawasan Cagar Alam dengan suasana asri,

indah dan alami yang dikenal dengan sebutan ”DanauDendam Tak Sudah”. Secara geografis, kawasan CagarAlam tersebut dikelilingi oleh delapan desa yang dihuni olehMasyarakat Adat Suku Lembak yang sejak dahulu telahberinteraksi secara mutualisme dengan ekosistem DanauDendam Tak Sudah (DDTS). Desa-desa yang mengelilingiDDTS antara lain, Desa Semarang, Desa Tanjung Jaya,Kelurahan Panorama, Kelurahan Dusun Besar, Desa TabaPasmah, Desa Kembang Seri, Desa Nakau dan DesaSurabaya. Kegunaan ekosistem DDTS ini sangat besar bagimasyarakat Lembak, terutama untuk pengairan dan sumberikan air tawar, karena pada umumnya mata pencaharianmereka adalah petani sawah dan nelayan air tawar, yangsecara total sangat tergantung pada fasilitas air Danau.

Kawasan Cagar Alam DDTS memiliki dua tipe ekosistem yaituekositem perairan danau dengan luas sekitar 90 ha yangterdiri atas genangan perairan danau terbuka seluas 69 hadan zona habitat bakung-bakungan yang menjadi inang bagianggrek pensil seluas 21 ha; dan zona ekosistem hutan airtawar dengan luas 487 ha yang berfungsi sebagai kawasantangkapan air (catchment area) bagi zona perairan danau.Cagar Alam DDTS memiliki kekayaan flora yang spesifik, yaituAnggrek Pensil (Vanda hokeriana) dan ikan tembakang sertafauna yang khas seperti kukang (Nytchebus coucang), kucinghutan (Felis marmorata), burung rangkong (Bucerosrhinoceros), bangau putih (Bubulcus ibis), bangau hitam(Ciconia episcopus), burung raja udang (Pelargopsiscopensis) dan belibis (Cairina scutulata).

Di sepanjang bentang Danau Dendam Tak Sudah dapatditemui hamparan anggrek pensil, yang dianggap sebagaianggrek endemik. Karena hal inilah Gubernur HindiaBelanda pada tahun 1936 menetapkan kawasan tersebutsebagai kawasan Cagar Alam dengan luas perlindungansebesar 11,5 ha. Selanjutnya pada tahun 1981, kawasanlindung telah diperluas sebesar 430 ha sehingga menjadi441,5 ha (Surat Keputusan Menteri Pertanian). Pada tahun1992, kawasan diperluas lagi hingga 577 ha dan ditetapkan

sebagai kawasan hutan tetap (Register 61) dengan fungsiSuaka Alam atau Cagar Alam, dan diberi nama Hutan SuakaAlam/Cagar Alam Danau Dusun Besar (SK Menhut).

Walaupun sudah ada ketentuan-ketentuan yang dapat diacudalam melindungi DDTS, namun sejak pertengahan 1997hingga 1998, kerusakan Cagar Alam Danau semakin jelas danmulai meresahkan masyarakat Bengkulu, terutama para petaniyang menggantungkan hidupnya pada DDTS. Sejak jamankolonial, DDTS telah berfungsi sebagai penyedia air untukirigasi sawah seluas hampir 700 ha. Untuk saat ini, petani yangterlibat dalam usaha tani sawah di sekitar DDTS telah mendekati500 kepala keluarga.

Saat ini, hampir di sekeliling kawasan Cagar Alam DDTS sudahterusik dan di beberapa spot terlihat hamparan lahan takbervegetasi. Nampaknya, hamparan yang terbuka telah siapmenjadi areal pemukiman baru yang siap untuk dikembangkan,misalnya untuk jalan dan perumahan. Fenomena ini tentu sajasangat merisaukan. Bahkan ada aktivitas pemeliharaan ikandengan keramba apung yang telah menstimulasi proseseutrofikasi (pengkayaan nutrisi danau secara tak seimbang)akibat akumulasi sisa-sisa makanan ikan. Dalam kasus ini, sisa-sisa makanan ikan akan mengendap ke dasar danau, danmenyebabkan ketidakseimbangan unsur-unsur hara dalamdanau, yang akhirnya dapat mencemari ekosistem danberdampak pada rantai makanan serta munculnya spesies baruyang dapat bersifat merugikan keseimbangan ekosistem, sepertitimbulnya hamparan eceng gondok. Yang palingmengkhawatirkan para petani adalah terjadinya penurunandebit air danau, sehingga tidak mampu mengairi sawahpenduduk. Adanya perambahan dan kebakaran hutan jugatelah memusnahkan sebagian spesies anggrek pensil yangmerupakan spesies langka dan memusnahkan ikan-ikantembakang akibat terjadinya proses eutrofikasi di dalam danau.

Permasalahan di atas haruslah dicari jalan keluarnya denganmemadukan berbagai buah pikir dari berbagai pihak-pihakterkait serta masyarakat sekitar danau. Adanya integrasi antarberbagai stakeholders, diharapkan dapat menciptakan model-model pengelolaan DDTS secara terpadu dan berkelanjutan,dengan memperhatikan azas pemanfaatan sekaligus konservasi.Sehingga keasrian dan potensi DDTS sebagai satu-satunya”Danau Alam” yang terletak di tengah kota Bengkulu ini dapatterus dinikmati oleh generasi mendatang. ��

Sumber: Berbagai informasi yang diperoleh dari surat kabar lokal danpenggalian pasrtisipatif.

* Pusat Studi Lingkungan, Universitas Bengkulu, BENGKULUE-mail: [email protected]

Potensi Alam

Riwayat dan Fenomena

Danau Dendam Tak Sudah

Page 26: Vol 12 no 3 (juli 2004)

26 - Warta Konservasi Lahan Basah

Ber

ita

dar

i Lap

ang Reklamasi di Pesisir,

Oleh :M. Badrun Bancin*

Satu langkah maju kembalidigagas DepartemenKelautan dan Perikanan,

dengan berupaya membuat sebuahacuan umum bagi pengelolaansumberdaya pesisir dan lautan.Mengingat sumberdaya pesisir danlautan yang bersifat common property(milik umum), langkah ini dipandangsebagai suatu upaya yang strategisguna menyelamatkan sumberdayapesisir dan lautan yang selama inipemanfaatannya cenderung ekstraktifdan berorientasi profit semata. Acuantersebut adalah Pedoman UmumReklamasi di Wilayah Pesisir,melalui lokakarya yangdiselenggarakan pada tanggal 14-15Juni 2004 lalu, telah menambahharapan baru akan pengelolaansumberdaya pesisir dan lautan yanglebih bijaksana dimasa datang.

Kawasan pesisir tersusun dariberbagai ekosistem yang sangatdinamis. Melingkupi daerah-daerahyang secara geografis ke arahdaratan masih ditemukan pengaruhlautan dan sebaliknya ke arah lautanmasih terdapat pengaruh daratanseperti sedimentasi. Di dalamnyaterhimpun komponen-komponen hayatidan non hayati yang bermanfaat bagimanusia. Oleh karenanya kawasan inidikenal sangat produktif sebagaipenyedia sumberdaya baik untukbahan pangan, tambang, mineral danenergi maupun penyedia jasa-jasalingkungan berupa kawasanpariwisata, rekreasi atau transportasi.

Sejalan dengan kemajuan yangdialami manusia, tuntutan kehidupantelah membawa keinginan untukmemanfaatkan sumberdaya alamsemaksimal mungkin. Ironisnyakeinginan tersebut sering kali tanpa

pertimbangan sustainability darisumberdaya yang dieksploitasi. Takterkecuali sumberdaya pesisir danlautan, menjadi objek eksploitasi tanpakendali. Kawasan pesisir dimanfaatkanuntuk berbagai peruntukan sepertipermukiman, perkotaan, daerahindustri bandara, pelabuhan,pertambakan, tempat rekreasi dansebagainya.

Terkait dengan pemanfaatan kawasanpesisir sebagai pusat aktivitas sosialdan ekonomi telah melahirkan sebuahkonsekwensi berupa masalahketerbatasan lahan di sampingdampak negatif berupa kerusakanekosistem pesisir. Pembangunan yangdemikian intensif di kawasan pesisirjuga membawa perubahan-perubahanpada sumberdaya alam. Inimerupakan konsekwensi logis daripembangunan. Sebab semakin tinggiintensitas pembangunan di suatukawasan maka akan semakin tinggijuga perubahan-perubahan yangterjadi pada sumberdaya.

Menyikapi masalah perubahanlingkungan serta keterbatasan lahanbagi pengembangan aktivitas sosialdan ekonomi di kawasan pesisir, salahsatu alternatif yang sedang trenddikembangkan adalah denganmelakukan reklamasi pesisir.Reklamasi dimaksudkan sebagaiupaya menyediakan lahan barumelalui pemanfaatan lahan yangkurang produktif untuk ditingkatkandaya gunanya dan diharapkanmemberikan manfaat baik secaraekonomi maupun secara ekologi.

Bagi daerah-daerah pesisir yangmemiliki kepadatan penduduk tinggikhususnya, upaya reklamasi pesisirmenjadi salah satu alternatif guna

mendapatkan kawasan pengembanganekonomi baru. Banyak contoh kasusyang bisa dilihat dalam hal ini sepertiSingapura, Hongkong, Sidney danbanyak kota-kota dinegara lainmenempatkan pesisir sebagai pusatpengembangan ekonomi. Di Indonesia,Jakarta, Balikpapan dan Manado adalahbeberapa contoh kota di Indonesia yangmenjadikan kawasan pesisir sebagaipusat pertumbuhan ekonomi dan sentralpembangunan daerah.

Baik secara langsung maupun tidak,kegiatan reklamasi akan membawabanyak pengaruh terhadap lingkunganmaupun sosial ekonomi masyarakat. Darisisi manfaatnya kegiatan reklamasi dapatmemberikan keuntungan dalam berbagaihal, diantaranya adalah terbentuknyalahan baru dengan berbagai peruntukanyang dapat memberikan keuntunganekonomi lebih besar seperti kegiatanindustri, pelabuhan, wisata, perumahanatau hotel. Disamping itu reklamasi jugadapat memperbaiki kondisi fisik pantaiyang telah mengalami kerusakan akibaterosi. Dengan adanya reklamasi jugadapat memberikan ketegasan statuskepemilikan lahan yang berimplikasipada lahirnya tanggung jawab untukmengelola pantai secara baik dan benar.

Namun dibalik keinginan meningkatkanmanfaat lahan secara ekonomi melaluireklamasi tersebut, sesungguhnya akantimbul berbagai dampak yang harusdiperhatian oleh para perencanaprogram reklamasi. Paling tidak dapatdilihat dari dua dimensi dampak yangmungkin timbul secara luas.

Dampak Reklamasi

di Kawasan Pesisir

Bagai Pisau Bermata Dua

Page 27: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 27Vol. 12 no. 3, Juli 2004

Berita d

ari Lap

ang

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pertama, dimensi ekologi. Dampakyang paling dominan ditimbulkan akibatreklamasi terhadap ekologi adalahterjadinya perubahan stabilitas padaekosistem dan sumberdaya alam.Sedimentasi sebagai salah satu dampakdari kegiatan awal reklamasi misalnya,membawa perubahan pada kuantitasbahan tersuspensi di dalam perairanyang mengakibatkan tingginya tingkatkekeruhan. Seiring dengan itu akanterjadi penurunan intensitas sinarmatahari yang masuk ke perairan.Dengan demikian proses fotosintesis dariberbagai fitoplankton di perairan akanmengalami gangguan. Lebih parah lagi,dengan tingginya sedimentasi di perairanakan membawa dampak ikutan berupahilangnya nilai estetika perairan,gangguan pada mekanisme filter feedingbagi organisme penyaring makanan danlain sebagainya.

Dampak lain adalah terjadinya degradasisumberdaya alam dan keanekaragamanhayati. Kegiatan reklamasi pantaidiperkirakan akan dapat merubah strukturekologi komunitas biota laut sebagai salahsatu bentuk perubahan ekosistem terumbukarang. Sebab ekosistem terumbu karangmenjadi bagian penting dari sistem ekologiyang tersusun secara integral denganekosistem lainnya di kawasan pesisir.Selain itu, dengan kegiatan reklamasidimungkinkan terjadinya perubahan-perubahan faktor hidro-oseanografis(misal pola arus) dan geologi dari pesisiryang mengakibatkan kawasan pesisirakan kehilangan fungsinya secaraekologis.

Kedua, dimensi sosial budaya danekonomi. Kegiatan reklamasi dikawasan pesisir memungkinkanterjadinya proses perubahan kondisi

sosial budaya masyarakat. Hal initerjadi karena secara tidak langsungakan ada infiltrasi kebiasaan, perilaku,dan nilai-nilai dari luar yang masukmelalui aktivitas interaksi masyarakat“baru”. Tidak bisa dipungkiri, bahwakegiatan reklamasi umumnya terjadisebagai wujud keinginan para pemilikmodal untuk mengembangkanusahanya. Sehingga dikhawatirkanjustru melalui program reklamasiberimplikasi pada bergesernya posisimasyarakat pesisir yang tadinyamemiliki akses langsung ke pesisirmenjadi terbatasi dengan adanyakawasan baru hasil reklamasi. Contohnyata dalam hal ini adalah munculnyabentuk-bentuk hotel maupunperumahan elit di daerah reklamasi,yang dengan sendirinya akanmembentuk kultur masyarakat sendiri.

Pergeseran nilai, pola hidup dansistem sosial yang terjadi biasanyahasil dari sebuah proses interaksisosial. Dalam konteks ini masyarakatpesisir akan berupaya melakukanadaptasi sosial, bukan karenakeinginan tetapi karena tuntutankondisi lingkungan. Misalnya akanterjadi perubahan pola pekerjaanyang tadinya menggantungkan padalingkungan laut, dengan adanyareklamasi berubah menjadi pekerja-pekerja kasar, buruh bangunan dansebagainya. Hal ini tentunya akanmembawa ketimpangan sosial yanglebih jauh, disebabkan adanyaanggota masyarakat yang beralihpekerjaaan secara drastis tanpa adaskill yang memadai. Dengansendirinya akan semakin menurunkantingkat pendapatan yang berimplikasipada rendahnya tingkat kesejahteraanmasyarakat.

Dengan pemaparan di atas nampakbahwa kegiatan reklamasi ibarat pisaubermata dua. Jika kegiatan reklamasidilakukan tanpa adanya perencanaan danstudi-studi dampak lingkungan, maka yangtimbul kemudian adalah bencana. Akantetapi bila dilakukan dengan penuhpertimbangan dan perencanaan yangmatang tentunya akan memberikanmanfaat yang tidak kecil.

Salah satu upaya dalam pengelolaansumberdaya pesisir yang lebih maksimalnamun tetap lestari adalah dikembangkan-nya konsep pengelolaan pesisir terpadu.Konsep ini berupaya menumbuhkankesadaran masyarakat, membangunkapasitas, mendorong kerjasama antarsektor, memperkuat kelembagaan dankerangka peraturan dan memformulasikanserta mengimplementasikan rencana aksiyang didasarkan pada kondisi-kondisiaktual di lapangan. Secara keseluruhanprogram terpadu tersebut diharapkanbermuara pada pembangunanberkelanjutan dalam dimensi ekologis,sosial ekonomi budaya, sosial politik danhukum serta kelembagaan.

Kita berharap, dengan dilahirkannyapedoman umum reklamasi di kawasanpesisir, pemanfaatan sumberdaya pesisirdapat terus digali secara maksimal namunjuga dampak negatif yang mungkin timbulbaik secara ekologis maupun sosialbudaya dapat diminimalisir. Semoga ��

* Mahasiswa Pascasarjana IPB Program Studi Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir dan Lautan

Pengelolaan Pesisir

Secara Terpadu

Reklamasi kawasan pesisir (Sumber: www.holyhead.com/ reclamation/ )

Page 28: Vol 12 no 3 (juli 2004)

28 - Warta Konservasi Lahan Basah

Flo

ra d

an F

aun

a L

ahan

Bas

ah

28 - Warta Konservasi Lahan Basah

Hutan Mangrove: Potensi dan

Ancaman Kelestariannya

Oleh:Mustari Tepu*

Pendahuluan

..... bersambung ke halaman 30

Hutan mangrove merupakan

kumpulan pepohonan pantai didaerah tropis yang mampu

hidup, tumbuh dan berkembangsecara alami pada daerah pasangsurut yang berpantai lumpur.Sepanjang pesisir pantai berlumpur diIndonesia pada umumnya ditumbuhioleh pohon-pohon bakau (mangrove)dari berbagai family dan spesies.Tidak kurang ada 4 (empat) familyyang mendominasi hutan mangrovekita, yaitu Rhizophoraceae,Sonneratiaceae, Avicenniaceae danMeliaceae. Mangrove di Indonesiadikenal sebagai kawasan hutansejenis yang paling beragam danterluas di dunia, sekaligus merupakanpelabuhan bagi kehidupan berbagaijenis flora dan fauna. Sebanyak 189jenis flora (Noor, dkk., 2000) dan 170jenis burung (Noor, 1994) telahdiketahui hidup di hutan mangroveIndonesia termasuk beberapa jenisyang terancam punah.

Keberadaan hutan mangrove sangatpenting bagi kehidupan, karena dapatmemberikan fungsi dan manfaatsecara langsung dan tidak langsungkepada mahluk hidup termasukmanusia. Misalnya di bidangperikanan, hutan mangrovemerupakan daerah pengasuhan(nursery ground), daerah pemijahan(spawning ground) dan pembesaranatau tempat mencari makan (feedlingground) dari berbagai jenis biota laut,seperti ikan, udang, kepiting, moluskadan invertebrata lainnya.

Selain itu hutan mangrovememberikan manfaat ekonomi bagimasyarakat di sekitarnya. Manfaatterbesar adalah sebagai areallapangan kerja. Tak dapat dipungkiri,bahwa banyak penduduk Indonesiayang menggantungkan hidupnya danbekerja di sub sektor ini. Merekamencari ikan, udang, kepiting danlain-lain yang memiliki nilai jual,

kemudian dibawa ke pasar hinggamemperoleh uang untuk membiayaihidup keluarganya. Hal ini tidaklahbisa dianggap remeh, dimana banyakorang tua yang berhasil dan suksesmenyekolahkan anak-anaknya danbahkan beberapa kalangan berhasilmenjadi konglomerat dari sub sektortersebut.

Hutan mangrove juga merupakanpenghasil kayu yang bermutu, baikuntuk kayu bakar (fire wood), arangmaupun untuk konstruksi bangunan;penghasil bahan baku kertas (pulp),kosmetika, alkohol, pewarna,penyamak kulit dan lain-lain. Selainitu hutan mangrove juga berfungsisebagai wahana untuk pendidikan,penelitian dan pariwisata.

Manfaat lain dari hutan mangroveadalah di sektor ekologi ataulingkunga. Hutan mangrovemerupakan benteng terhadap erosipantai (abrasi), angin topan, ombakbesar (tsuname), pengolah limbah,pencegah intrusi air laut sertapenghasil oksigen.

Laju kerusakan hutan mangrove diIndonesia saat ini sudah pada tahapyang sangat mengkhwatirkan. Jumlahangka kerusakan mana yang valid,akurat dan dapat dipercaya, itutidaklah penting, yang jelas lajukerusakan hutan mangrove kita kinisemakin parah. Banyak faktor yangmenyebabkan kerusakan hutanmangrove antara lain adalah adanyapembalakan liar (illegal logging)

Potensi

Ancaman Kelestarian

Ekosistem di Hutan Mangrove (Dok. WI-IP)

Page 29: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 29Vol. 12 no. 3, Juli 2004

Flo

ra dan

Fau

na L

ahan

Basah

Mengamati MigrasiBurung Pantai

Oleh:Iwan Londo

Pantai Timur Surabayamerupakan daerah lahanbasah (wetlands) yang memiliki

keanekaragaman ekosistem, termasukekosistem pesisir, rawa payau danbakau dengan luas sekitar 3.100 hektar.Meskipun saat ini sebagian besarwilayahnya sudah dialihfungsikanmenjadi tambak ikan, udang maupunperumahan, ternyata pantai TimurSurabaya masih menyisakan kehidupansatwa liar yang menarik untuk diamati,termasuk Kera ekor-panjang Macacafascicularis, Garangan Herpestes sp,serta Biawak. Diantara berbagai jenishidupan liar yang hidup di kawasantersebut, yang paling menarik untukdiamati adalah kehidupan burung,terutama di Wonorejo (704’0” LS,11402’0”BT). Wonorejo terletak diKecamatan Rungkut dan diapit oleh duaSungai, yaitu Brantas (kali londosebutan masyarakat lokal) dan SungaiWonorejo. Lokasinya cukup menarikdan sangat mudah di jangkau, baikdalam kondisi hujan maupun kemarau.Karena lokasinya yang mudah iniWonorejo selalu ramai di kunjungi,terutama pada hari minggu. Namuntidak semua yang berkunjungmempunyai niat baik. Sebagandiantaranya bahkan bertujuan untukberburu Garangan, Biawak maupunburung.

Ketika pertama kali terlihat pada tgl 01Mei 2004, ada sekitar 40 ekor Kedidileher-merah Calidris ruficollis sedangmencari makan dimana salah satudiantaranya terlihat menggunakan tanda(colour flagging) berwarna oranye pada

kaki kanan atas (tibia). Burungtersebut diperkirakan berusia dewasa.

Pada tgl 02 Mei 2004 terlihat kembaliKedidi leher-merah pada lokasi/petaktambak yang sama. Pada saat ituterlihat sekitar 100 ekor Gajahan kecilNimenius minutus, 20 ekor Biru-lautekor-blorok Limosa lapponica dan200 ekor Kedidi leher-merah Calidrisruficollis. Sebanyak 4 ekor burungKedidi leher-merah terlihatmenggunakan tanda pada bagian kakikanan atasnya, dimana 3 diantaranyadengan kombinasi cincin pada bagiantarsus. Dari keempat ekor burungbertanda tersebut, 2 ekor diantaranyamenggunakan tanda berwarnaoranye, 1 ekor kombinasi tandaoranye dan kuning serta 1 ekorlainnya berwarna kuning.

Pada tanggal 03 Mei 2004, masih dipetak yang sama, terlihat lagi burungyang menggunakan tanda berwarnakuning.

Untuk mengetahui dimana burung-burung tersebut dicincin, penulismembandingkan warna-warnatersebut dengan buku PanduanBurung Pantai yang diproduksi olehWetlands International, serta denganbantuan Yus Rusila Noor (WetlandsInternational –IP) dan Rudyanto(Yayasan BirdLife Indonesia)kemudian mengkonfirmasikannyakepada Clive Minton dari AustralasianWader Studies Group (AWSG).Informasi yang diperoleh dari studiliteratur dan konfirmasi langsungtersebut ternyata cukupmencengangkan. Burung yangmenggunakan tanda berwarnaoranye ternyata dipasangi tanda dinegara bagian Victoria, Australia(4641 km. dari Wonorejo) sejak

Januari 1990. Sementara itu tandakuning berasal dari Australia BaratLaut yang berjarak 1582 km.,sementara yang berwarna kuning danoranye bersal dari Australia Selatan.

Pertemuan dengan Kedidi leher-merah Calidris ruficollis denganbendera memang sangat jarangterjadi terutama di Wonorejo danbiasanya sangat sulit mengingat tidaksetiap hari petak tambak dalam kondisikering / surut. Menurut Clive Minton,hasil pengamatan di Wonorejotersebut sangat menarik karenamemberikan petunjuk mengenaimigrasi burung pantai yang melintasdi Indonesia, terutama saat migrasi keutara. Pada saat mendarat diIndonesia, burung-burung tersebuthanya mencari makan untukmemulihkan tenaga. Setelah ituperjalanan akan dilanjutkan menujupantai Cina. Untuk Kedidi leher-merah Calidris ruficollis denganbendara warna kuning cukupmembinggungkan, karena selama inibeliau berpikir kalau burung inisecara normal akan langsung terbangmenuju Vietnam atau ke Cina Selatan,dan kemungkinan akan terlihat/turunlagi setelah melakukan perjalanansejauh 700 km. atau karena kondisicuaca yang tidak memungkinkan untukterbang sehingga memaksa untukuntuk mendarat. ��

* Alamat: Jl. Kutisari 1 no 19 SurabayaE-mail : [email protected]

Pengamatan burung pantai di perairan.(Foto: Ferry H. /Dok. WI-IP)

Perjumpaan dengan

Burung Migran

Page 30: Vol 12 no 3 (juli 2004)

30 - Warta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Ag

end

a In

tern

asio

nal

..... Sambungan dari halaman 28

Hutan Mangrove: Potensi dan Ancaman ...................

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Ber

ita

dar

i Lap

ang

Penutup

secara berlebihan tanpa pedulisilvikultur dan kaidah-kaidahkelestarian hasil (sustainable yield);adanya konversi lahan untukperuntukan lain misalnya sebagaibahan pertambakan ikan/udangsecara modern, permukiman, arealpertanian, industri, pertambangan danpencemaran lingkungan. Lajupertumbuhan penduduk juga telahmemberikan kontribusi dalampengrusakan hutan mangrove dibeberapa tempat di Indonesia melaluiprogram transmigrasi.

Kondisi ini lebih parah lagi ketikaotonomi daerah diberlakukan sejaktahun 2001. Pemerintah daerahberusaha meningkatkan PAD-nyasecara besar-besaran denganmengeruk sumber-sumber kekayaan

alam yang dimilikinya. Dan parahnyalagi penegakan supremasi hukum (lowenforcement) masih jauh dari rasakeadilan masyarakat.

Apabila kondisi ini terus berlangsung,diperkirakan dalam waktu yang tidakterlalu lama, kawasan hutan mangrovedi Indonesia akan lenyap dan musnah.

Melindungi hutan mangrove bukanhanya melindungi kayunya, tetapi jugabagaimana melindungi habitatsekaligus ekosistemnya. Mengapademikian ? Karena hutan mangrove

merupakan rumah terakhir bagi faunatertentu. Seperti di Taman NasionalRawa Aopa Watumohai-SulawesiTenggara, hutan mangrove menjadihabitat bagi Anoa dataran rendah(Bubalus depresicornis) maupuntempat berlindung dan berbiakberbagai jenis burung pantai(shorebirds), mamalia, reptil, amfibidan lain-lain. Oleh karena itu marikira sama-sama melestarikan hutanmangrove dan habitatnya, kalaubukan kita yang menjaganya siapalagi. Kalau bukan sekarang kapanlagi. (FR VI-2000). ��

* Calon Teknisi Kehutanan pada BalaiTaman Nasional Rawa Aopa Watumohai,

Provinsi Sulawesi Tenggara

Pertemuan InternasionalAgenda

Dalam simposium yang diadakan oleh Zoological Society of London and Fisheries Conservation Foundation ini,berkumpul pakar-pakar dengan beragam ketertarikan kepada konservasi terumbu karang, mulai dari pakar ekologiyang peduli terhadap kepunahan spesies terumbu karang sampai pakar ekonomi yang peduli terhadapkesejahteraan masyarakat yang bergantung kepada terumbu karang.

Tujuan diadakannya simposium ini adalah untuk mengembangkan prespektif multidisiplin yang luas terhadap masalahdan solusi dalam konservasi terumbu karang.

Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan hubungi:

Deborah Body, Scientific Meetings CoordinatorTel. 44-207-449-6227

Email: [email protected] Site: http://www.zsl.org/press/pml_0000001642.html

Simposium “Konservasi Terumbu Karang”16 Dec 2004 sampai 17 Dec 2004 london, UK

Page 31: Vol 12 no 3 (juli 2004)

- 31Vol. 12 no. 3, Juli 2004

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Publikasi Lahan BasahPublikasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kotak-Katik Lahan Basah

Pu

blikasi L

ahan

Basah

Vol. 12 no. 3, Juli 2004 - 31

Jawaban Kotak-Katik Lahan Basah Vol. 12 No 2 April 2004

12 jenis hewan yang hidup di lahan basah:

TAPIR, KEPITING, BUAYA, BERANG-BERANG,BEKANTAN, HARIMAU, UDANG, PENYU,BADAK, IKAN, GAJAH, BURUNG

CCFPI. 2004. Peat-Portal:Pedoman Penggunaan untukAnggota. Wetlands International,Ditjen PHKA, Wildlife Habitat Canadadan Global Environment Centre.Bogor. iv + 26.

Kiswara, W. 2004. Kondisi PadangLamun (Seagrass) di PerairanTeluk Banten tahun 1998-2001:Seri Selamatkan Lingkungan telukBanten 2. Lembaga PenelitianOseanologi LIPI. xii + 33.

Murdiyarso, D., U. Rosalina, K.Hairiah and (dkk.). 2004. PetunjukLapangan: Pendugaan CadanganKarbon pada Lahan Gambut.Wetlands International - IP. vi + 32.

Noor, Y.R. 2004. Paparan NilaiPenting Cagar Alam Pulau Dua,Teluk Banten sebagai KawasanBerbiak Burung air. DisertaiPanduan Pengenalan Jenis

Burung Air. Seri SelamatkanLingkungan Teluk Banten 4.Wetlands International. xii + 70.

Nuraini, S. 2004. Potret Perikanandi Teluk Banten tahun 1997-1998Disertai Paparan Peranan IkanKrapu Lumpur Sebagai BioIndikator Kestabilan PerairanTeluk Banten. Seri SelamatkanLingkungan Teluk Banten 3. BadanRiset Perikanan Tangkap DepartemenKelautan dan Perikanan. xii + 40.

Suryadiputra, A. 2004. Petualangandi Terumbu Karang:Seri KomikCAKRA. WetlandsInternational - IP.60.

Syafriadi, H., S.A. Saragih, H.S.Siregar. 2004. Sorotan Pers: KrisisLingkungan, Hutan danKonsumen. Unri Press, liv + 572.

Tiwi, D.A. 2004. Amdal Pantaiuntuk Pengelolaan TerpaduKawasan Teluk Banten. BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi.xiii + 22.

Tiwi, D.A. 2004. GambaranEkosistem Kawasan Teluk BantenTahun 1998-1999: Seri SelamatkanLingkungan Teluk Banten 1.Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi. xii + 19.

Wei, D.L.Z and T. Mundkur. 2004.Numbers and Distribution ofWaterbirds and Wetlands in theAsia Pacific Region: Results ofthe Asian Waterbird Census:1997-2001. Wetlands InternationalMalaysia. xii + 166.

Untuk melengkapi temuan Andapada dua edisi sebelumnyatentang tipe-tipe lahan basahdan jenis-jenis satwa yanghidup didalamnya, maka kali inikami ajak Anda mencari danmenemukan 12 nama-namajenis tanaman yang hidup dilahan basah.

Ayo telusuri ke-12 jenis tsb.pada kotak-katik disamping, baikmendatar, menurun, diagonal,terbalik, dsb.

T A P I R S W A T E R P U K A U

R W U V I V A G L U K O R I U H

A E Z A K E P I T I N G N Y A A

N H C O M B Z O E N A K K J E R

S J N E B U A Y A A T H A S B I

B E R A N G B E R A N G F R O M

A K D E K Q U Z W I A M T Y X A

N A B I R I S O B E K G N A D U

K L Y A D O B U C J E J A K M U

R M I J L E R I M B B G A P U S

I O T Q Y U Y N E P E U Y E U M

N D R A N G G A L A K D I O L A

G F E G U R S U N X R L N H Q N

Y A N A F G S P I O J N A T O R

E B V N I P A H X E L Z U M M A

D U H H U N G L A I O G L A D M

S A M Z C V U R N E Q K X F F I

B X D E M C E M A R A L A U T N

U A H B B A L O N N V S T E E G

N Z K A N T U N G S E M A R R I

H F O A A N G K A S A B O A A Y

I J E L U T U N G H U Z E T T Y

B R A K A N A K L G O W O A A Z

J P E I G F R R D V P P A D I O

O X S X L E A X V E J E J A K Q

B Y S U L M E R A N T I K K U Q

‘bang tri’ Jul-04