51
PENGARUH DIMENSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MOTIVASI INTRINSIK DAN KEADILAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF PADA PERAWAT RS. PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Iwan Ristiawan 1 , Heru Kurnianto Tjahjono 2 Email : [email protected] Pascasarjana Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Latar belakang : Rumah Sakit tentunya layaknya organisasi yang dihadapkan oleh situasi struktural yang berjenjang. Sepertinya hal perawat akan di pimpin oleh kepala ruang yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam setiap pemimpin. Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang diyakini oleh beberapa pendapat kepemimpinan yang baik dibanding kepemimpinan yang lain karena dampaknya diyakini akan sangat berpengaruh terhadap karyawan terkait komitmen afektif di tempat para karyawan bekerja, selain itu juga penilaian perawat dilihat dari motivasi intrinsik yang dimilikinya apakah komitmen itu lahir dari masing- masing perawat sehingga menimbulkan pengaruh terhadap komitmen afektif. Gaji dan tunjangan terkait keadilan kompensasi finansial yang diberikan juga akan berpengaruh dengan komitmen afektif pada perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian : Jenis penelitian dengan penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif dengan tipe rancangan cross sectional survey. Menggunakan analisis regresi berganda. Subyek penelitian semua 1

thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

  • Upload
    vothuan

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

PENGARUH DIMENSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MOTIVASI INTRINSIK DAN KEADILAN KOMPENSASI FINANSIAL

TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF PADA PERAWATRS. PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Iwan Ristiawan1, Heru Kurnianto Tjahjono2

Email : [email protected]

Pascasarjana Magister Manajemen Rumah Sakit

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar belakang : Rumah Sakit tentunya layaknya organisasi yang dihadapkan oleh situasi struktural yang berjenjang. Sepertinya hal perawat akan di pimpin oleh kepala ruang yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam setiap pemimpin. Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang diyakini oleh beberapa pendapat kepemimpinan yang baik dibanding kepemimpinan yang lain karena dampaknya diyakini akan sangat berpengaruh terhadap karyawan terkait komitmen afektif di tempat para karyawan bekerja, selain itu juga penilaian perawat dilihat dari motivasi intrinsik yang dimilikinya apakah komitmen itu lahir dari masing-masing perawat sehingga menimbulkan pengaruh terhadap komitmen afektif. Gaji dan tunjangan terkait keadilan kompensasi finansial yang diberikan juga akan berpengaruh dengan komitmen afektif pada perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Metode penelitian : Jenis penelitian dengan penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif dengan tipe rancangan cross sectional survey. Menggunakan analisis regresi berganda. Subyek penelitian semua perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 232 korespondensi dengan kuesioner yang kembali dan yang dijadikan untuk olah data sejumlah 120 kuesioner.

Hasil : Menunjukkan bahwa pada motivasi inspirasional nilai signifikan p>0,05 (0,062), pengaruh ideal dengan nilai signifikan p>0,05 (0,490), stimulasi intelektual dengan nilai signifikan p>0,05 (0,155), dan keadilan kompenasasi finansial dengan nilai signifikan p>0,215 yang berarti tidak ada pengaruh secara positif signifikan terhadap komitmen afektif sebagai variabel terikat, dan faktor yang berpangaruh positif signifikan pada variabel motivasi intrinsik dengan nilai signifikan p<0,05 (0,000) terhadap komitmen afektif perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta sedangkan untuk variabel pertimbangan individual

1

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

dengan nilai signifikan p<0,05 (0,030) berpengaruh terhadap komitmen afektif tetapi nilai koefisien negatif.

Kesimpulan : Penelitian ini bahwa kepemimpinan transformasional pada dimensi pertimbangan individual dan motivasi intrinsik berpengaruh signifikan terhadap komitmen afektif sedangkan dimensi kepemimpinan transformasional yang lain pada motivasi inspirasional, pengaruh ideal dan stimulasi intelektual serta variabel keadilan kompensasi finansial tidak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap komitmen afektif perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Kata kunci : Kepemimpinan Transformasional Dimensi Motivasi Inspirasional, Kepemimpinan Transformasional Dimensi Pengaruh Ideal, Kepemimpinan Transformasional Dimensi Pertimbangan Individual, Kepemimpinan Transformasional Dimensi Stimulasi Intelektual, Motivasi Intrinsik, Keadilan Kompensasi Finansial, Komitmen Afektif.

ABSTRACT

Background : Hospital is an organization that faced by structural situation that has gradual structure as nurses that will be lead by office-head who have different characteristics in the way of guiding. A number of opinions say that transformational leadership is better than other leadership because the effect is convinced to influence to the worker in matter of affective commitment in their work place. Besides that, nurses evaluated by the origin of their intrinsic motivation and how they develop the effect to their affective commitment. The nurses’ salary and subsidy related to financial compensation also influence affective commitment to nurses in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.

Research method : The study was conducted with quantitative method and descriptive approach with cross sectional design. Data was analyzed with double regression method. The subject of this study is of nurses in PKU Muhammadiyah Jogjakarta Hospital. There are 232 samples and the questioner that returned was120 questionnaires.

Result : The study showed that in inspirational motivation dimension, transformational leadership has significant value p>0,05 (0,062), ideal effect has significant value (0,490), intellectual stimulation with significant value p>0,05 (0.155) , and financial compensation judgment has significant value p>0,215, means that there is no significant positive influence of affective commitment as dependent variable, and factor that has significant positive influence in intrinsic motivation variable with significant value p<0,05(0,000) to affective commitment of PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital nurses. While individual consideration that has significant value p<0,05 (0.030) has influence to affective commitment with negative coefficient.

2

Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Resume : The study showed that transformational leadership in individual consideration and intrinsic motivation significantly influence to affective commitment, while transformational leadership in inspirational dimension, ideal effect and intellectual stimulation and financial compensation justice dimension don’t have significant influence to affective commitment of PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.

Keywords : Transformational Leadership, Inspirational Motivation Dimension of Transformational leadership, Ideal effect dimension of Transformational leadership, Individual Consideration of Transformational leadership, Intellectual Stimulation of Transformational leadership, intrinsic motivation of Transformational leadership, financial compensation, affective commitment.

LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan yang professional dan berkualitas di rumah sakit,

tentunya tidak terlepas dari hasil kerjasama seluruh komponen sumber daya,

khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam organisasi layanan

rumah sakit tersebut. Keperawatan merupakan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang paling besar proporsi dari tenaga kesehatan lain tentunya mempunyai

tanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dan

berkualitas terhadap klien secara berkesinambungan. Pada kenyataannya saat ini

tenaga perawat yang ada dilapangan masih belum memenuhi standar. Pelayanan

keperawatan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil

dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan keahliannya, berat ringannya

pekerjaan dan sifat pekerjaan yang monoton, suasana dan lingkungan pekerjaan,

peralatan yang menunjang, serta sikap kepala ruang atau supervisor dalam

memberikan bimbingan dan pembinaan (Marwansyah, 2010).

Kepemimpinan yang dilaksanakan di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta diselenggarakan dengan pendelegasian wewenang kepada karyawan,

serta memberikan kesempatan yang seluasnya dalam setiap pengambilan

kesempatan yang seluas-luasnya dalam setiap pengambilan keputusan termasuk

pembagian insentif, namun demikian masih dirasa adanya kekurangan didalam

penyelenggaraan tersebut, yang dapat dilihat dari beberapa keluhan dari karyawan

:

3

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

1) Pada kepatuhan perawat terhadap prosedur dan standar pelayanan yang belum

maksimal yang tidak berdasarkan pada asuhan keperawatan yang sudah

distandarkan oleh rumah sakit. Disamping itu masih banyak adanya keluhan

dari pasien mengenai pelayanan yang kurang simpatik dari petugas, baik itu

petugas administrasi maupun petugas pelayanan.

2) Disiplin perawat yang masih rendah, ditandai dengan masih adanya karyawan

yang datang tidak tepat waktu atau tidak hadir bekerja dengan berbagai alasan.

3) Penyelenggaraan kepemimpinan yang belum sesuai dengan harapan

karyawan.

4) Adanya kesenjangan penghasilan dan kompensasi antara tenaga medis,

paramedis, tenaga struktural dan tenaga non medis.

5) Tidak adanya tindakan sangsi hukum terhadap karyawan yang mangkir.

Tabel 1.1

Tingkat absensi perawat RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2012

Bulan Jumlah

Januari 6

Februari 8

Maret 6

April 4

Mei 7

Juni 5

Sumber : Diklat RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa masih ada perawat yang absen atau

tidak hadir dengan berbagai alasan. Ada yang mempunyai alasan sekolah jadwal

yang berbenturan dengan jadwal kerja, ada yang tidak hadir tanpa alasan dan ada

yang tidak hadir karena kepentingan keluarga atau sakit. Hal ini terlihat masih ada

perawat yang mempunyai tingkat komitmen rendah.

4

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Tabel 1.2

Data pengunduran diri perawat per Januari-Desember 2012

Jumlah Keterangan

Konsen ke RT 2

Pindah kerja 8

Melakukan

kesalahan

2

Pensiun 1

Sumber : Diklat RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Terlihat tabel diatas adanya pengunduran dari perawat yang berarti tingkat

komitmen terhadap rumah sakit rendah ditunjukkan dari hasil data pengunduran

diri bulan Januari sampai Desember 2012. Banyak perawat pindah kerja yang

berarti tingkat komitmen afektif rendah atau dapat juga pindah kerja karena

berbagai alasan sebagai pindah kerja ikut suami.

Secara garis besar keluhan karyawan pada RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta adalah tersebut diatas, sehingga perlu adanya perhatian terhadap

kepemimpinan yang dirasa perlu untuk dikembangkan atau diperbaiki, sehingga

diharapkan perawat dapat termotivasi untuk bekerja dan berkomitmen dengan

baik dengan mempertimbangkan kompensasi yang diberikan pada perawat.

Sebagai seorang pemimpin gaya kepemimpinan yang diterapkan memang tidak

berpatokan pada satu gaya saja, banyak referensi dari gaya kepemimpinan

tersebut memberikan dampak positif terhadap anggotanya.

Kepemimpinan transfomasional menitikberatkan pada pendekatan dengan

cara menunjukkan perhatian terhadap bawahan, memperlakukan karyawan secara

individual, melatih dan menasehati, mempunyai keteladanan bagi bawahan, dapat

mempengaruhi bawahan agar bekerja lebih baik dengan memberikan visi dan misi

dan pemecahan masalah secara hati-hati (Luthans 2006). Konsep kepemimpinan

transformasional nampaknya sudah diterapkan di RS. PKU Muhammadiyah

5

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Yogyakarta termasuk supervisor yang membawahi instalasi rawat inap secara

struktural. Hal ini terlihat dengan adanya penilaian kinerja yang dinilai dengan

DP3 (Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai) yang berdampak kepada penghargaan

kepada karyawan atau perawatnya apabila mereka melakukan kinerja yang tinggi,

selain menyiapkan reward berupa promosi pada jabatan tertentu, rekomendasi

untuk study lanjutan secara gratis atau dengan dana pinjaman maupun pelatihan-

pelatihan khusus atau reward dalam bentuk yang lain sebagai bentuk

penghormatan dan penghargaannya tersebut. Namun dalam perjalanannya tidak

semua pemimpin atau supervisor dapat menjalankan perannya dengan baik secara

totalitas sesuai dengan konsep kepemimpinan transformasional, hal ini terbukti

salah satunya dengan masih terdapat daftar karyawan atau perawat yang tidak

mematuhi peraturan jam kerja masuk maupun pulang, serta nampaknya tidak

semua perawat merasakan rasa yang sama atau meratanya persepsi ataupun

pandangan perawat yang satu dengan yang lainnya mengenai gaya kepemimpinan

yang diterapkan oleh supervisor.

Tiap kepala ruang atau supervisor memiliki cara dan kemampuan yang

berbeda dalam memberikan teguran kepada bawahannya. Ada kepala ruang atau

supervisor yang langsung menegur namun adapula yang langsung melaporkan

kepada seksi keperawatan untuk ditindak lanjuti. Selain itu tugas supervisor atau

kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau

pekerjaan yang dilimpahkan kepada anggota organisasi dikerjakan sesuai dengan

yang diinginkan, sehingga untuk mewujudkan tugas tersebut, para manajer harus

mampu mendesain suasana yang dapat memotivasi orang lain karena setiap orang

yang bekerja akan terikat oleh “kontrak kerja” yang mengatur secara rinci apa

yang harus dilakukan, berapa lama dalam sehari bekerja serta berapa besar gaji

yang menjadi haknya. Namun dalam kontrak tersebut tidak pernah disinggung

secara eksplisit seberapa keras seorang pegawai harus bekerja, seberapa banyak

upaya yang harus dicurahkan dan seberapa positif sikap yang harus ditunjukkan

terhadap pekerjaannya. Tentunya kepala ruang atau supervisor mempunyai

pendekatan motivasi kepada perawat. Motivasi bukan hanya dihasilkan oleh

kebutuhan tetapi juga oleh dua kumpulan sumber yang terpisah tapi berhubungan.

6

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Sumber tersebut adalah motivasi intrisik dan ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik

bersifat nyata dan dapat dilihat orang lain, meliputi gaji, benefit, dan promosi.

Didalam motivasi ekstrinsik tentunya dibutuhkan motivator ekstrinsik fungsinya

sebagai menarik orang ke dalam organisasi dan membuat mereka terus bekerja,

sehingga para pekerja khususnya perawat dapat terinspirasi untuk mencapai level

yang lebih tinggi atau mencapai tujuan baru supaya didapatkan kinerja yang

meningkat. Selain itu juga seorang perawat tentunya mempunyai motivasi

intrinsik dalam dirinya terkait dengan perasaan tanggung jawab, pencapaian,

prestasi yaitu sesuatu merupakan tugas atau tujuan yang berhubungan. Melakukan

pekerjaan yang berarti/ bermakna ada kaitannya dengan motivasi intrinsik. Seperti

yang dinyatakan oleh Manz dan Neck “ sekalipun tugas membuat kita merasa

lebih kompeten dan lebih mengontrol diri, kita masih kesulitan waktu untuk

menikmati dan termotivasi oleh pekerjaan tersebut karena kita tidak yakin

pekerjaan itu cukup berharga. Kebayakan dari kita menginginkan tujuan dan arti”

(Luthans 2006).

Kompensasi yang meliputi pembayaran uang tunai secara langsung,

imbalan tidak langsung dalam bentuk maslahat tambahan (benefit) dan pelayanan,

dan insentif untuk memotivasi pekerja agar mencapai produktivitas yang lebih

tinggi adalah komponen yang sangat menentukan dalam hubungan kerja. Jika

dikelola secara tepat, kompensasi atau balas jasa dapat membantu organisasi

dalam mencapai tujuan-tujuannya dan mendapatkan, memelihara, serta

mempertahankan pekerja-pekerja unggul dan produktif. Tidak mudah merancang

dan mengelola sebuah sistem kompensasi atau sistem imbalan yang efektif.

Secara umum ada dua pendeketan utama untuk mengevaluasi informasi analisis

jabatan untuk menentukan kompensasi yang adil yakni whole job methods

(mempertimbangkan nilai seluruh jabatan yang ada dalam organisasi) dan

compensable factor methods (aspek-aspek jabatan yang secara umum disepakati

sebagai dasar yang sah untuk membedakan gaji/ upah). Pada organisasi atau

perusahaan berskala menengah dan besar pendekatan yang biasanya digunakan

adalah compensable factor methods. Secara umum, pendekatan ini dipandang

7

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

lebih memberi peluang terwujudnya keadilan dalam kompensasi (Marwansyah

2010).

Terkait kompensasi yang diberikan meliputi : tunjangan kesehatan

(takaful), tunjangan keluarga, THR (bonus akhir tahun), tunjangan milad RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta, bonus bantuan pendidikan, tunjangan hadir

senilai Rp. 10.000, uang makan Rp. 10.000 dan yang terakhir indeks pelayanan

(jasa pelayanan) yang diberikan 3 bulan sekali. Dari semua tunjangan yang

diberikan tentunya banyak keadilan kompensasi finansial yang nantinya

berdampak pada komitmen afektif di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Selain itu RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta dibawah naungan organisasi

Muhammadiyah yang mempunyai prinsip dalam berorganisasi Muhammadiyah

yaitu “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di

Muhammadiyah” yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan yang berarti

pimpinan dan warga persyarikatan Muhammadiyah untuk memelihara dan

meneguhkan niat ikhlas hanya mencari ridho Allah SWT dalam ber-

Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah gerakan amal yang merupakan

manifestasi dari keimanan yang diyakini oleh setiap warga muhammadiyah.

Apabila dikaitkan dengan prinsip tersebut tentunya anggota organisasi

Muhammadiyah tidak mengedepankan kompensasi yang diberikan tetapi

komitmen terhadap organisasi tersebut. Komitmen secara harfiah diartikan

sebagai sebuah level kedekatan pekerja dengan beberapa aspek dalam

pekerjaannya. Komitmen ini merupakan sebuah konsep penting yang

merefleksikan adanya kealamian dan kuatnya ikatan individu baik terhadap

pekerjaan, karir maupun organisasi tempat kerja. Oleh karena itu komitmen

organisasi sebagai salah satu bagian penting dari komitmen karyawan, khususnya

perawat akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Sikap kerja berupa

komitmen organisasi dikorelasikan dengan stabilitas ketenagakerjaan (rendahnya

tingkat keluarnya karyawan secara sukarela), tingkat rajin tidaknya karyawan

(rendahnya tingkat absensi karyawan), kinerja, kualitas layanan pelanggan, dan

perilaku organisasi (perilaku profesional yang mengarah pada harapan dan

terpenuhinya tugas yang diberikan). Komitmen organisasi ini dapat digunakan

8

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

sebagai indikator adanya tingkat rajin tidaknya individu dan loyalitasnya terhadap

organisasi. Komitmen yang tinggi akan terlihat dari tingginya tingkat retensi

karyawan, sehingga tidak mudah untuk meninggalkan organisasi. Hal ini

menunjukkan korelasi komitmen organisasi dengan berbagai variabel kerja

lainnya. Terbentuknya sebuah komitmen ditentukan oleh sejumlah faktor yang

tidak terjadi begitu saja, akan tetapi melalui proses yang cukup panjang dan

bertahap. Menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen

organisasi, yaitu faktor personal, faktor organisasi dan faktor non organisasional.

Dari ketiga faktor tersebut, faktor personal yang meliputi usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, status marital, masa kerja dan status pegawai. Faktor personal

ini merupakan salah satu determinan penting yang mempengaruhi komitmen

organisasi ditempat kerjanya (Asmaningrum, 2009).

Data dari bagian kepegawaian didapatkan kurang lebih 40% dari jumlah

perawat di instalasi rawat inap RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki

lama kerja lebih dari 10 tahun, hal ini mencerminkan adanya kesetiaan perawat

terhadap rumah sakit. RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan rumah

sakit swasta yang tidak semata-mata profit oriented atau mencari keuntungan

semata, sehingga dalam perekrutan karyawan atau perawat sudah ditanamkan

sejak dini pada diri calon karyawan atau perawat bahwa RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta mempunyai tujuannya mensejahterakan umat yang

membutuhkan karyawan atau perawat yang dapat bekerja dengan hati serta

melibatkan perasaan secara emosional. Dengan demikian adanya perawat

sebanyak kurang lebih 40% dengan masa kerja lebih dari 10 tahun menunjukkan

secara implisit bahwa mereka telah melibatkan diri secara emosional terhadap RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta tentunya menginginkan adanya

eksistensi dan terus berkembang untuk mendapatkan hati dari para pelanggan atau

customer, sehingga dibutuhkan peningkatan kinerja perawat untuk mendapatkan

hasil yang baik terhadap pelayanan yang diberikan. Peningkatan mutu pelayanan

yang baik tentunya dibutuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi dari perawat.

Kesejahteraan bagi para perawat tetap harus diperhatikan melalui konsep keadilan

9

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

kompensasi finansial. Selain itu juga diperlukan strategi kepemimpinan para

supervisor atau pimpinan untuk dapat mempengaruhi cara pandang perawat agar

melakukan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab demi mewujudkan

tujuan organisasi yang akan berujung terhadap keberhasilan organisasi dan

pemenuhan karyawan atau perawat serta kepuasan pasien akan mutu pelayanan

yang diberikan oleh RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Peneliti memilih pemimpin yang bersifat transformasional dibanding

kepemimpinan transaksional atau kepemimpinan yang lainnya yang sebagai

pengobservasian bagi manajer dalam masa kepemimpinan yang dijalaninya dan

kepemimpinan transformasional lebih meningkatkan motivasi dan kinerja

pengikut dengan membuat mereka sadar mengenai pentingnya hasil-hasil

pekerjaan, mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi dari pada

kepentingan diri sendiri dan menstimulus kebutuhan-kebutuhan mereka yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional dimana

kepemimpinan transaksional hanya memotivasi para pengikutnya demi

kepentingan pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan transformasional dibangun

diatas fondasi kepemimpinan tranksaksional, dimana kepemimpinan

transformasional ini dapat menghasilkan tingkat-tingkat usaha dan kinerja

bawahan kearah yang lebih baik, diatas standar yang biasa terjadi bila hanya

menggunakan kepemimpinan transformasional (Luthans, 2006).

Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai analisis kepemimpinan transformasional,

motivasi intrinsik dan keadilan kompensasi finansial terhadap komitmen afektif di

RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepemimpinan Transformasional

Bass dan Avolio mengemukakan bahwa, “Kepemimpinan

transformasional sebagai pengaruh pemimpin atau atasan terhadap bawahan. Para

bawahan merasakan adanya kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat

10

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

kepada atasan, dan mereka termotivasi untuk melakukan melebihi apa yang

diharapkan. Kepemimpinan transformasional harus dapat mengartikan dengan

jelas mengenai visi untuk organisasi, sehingga pengikutnya akan menerima

kredibilitas pemimpin tersebut”. Bass dan Avolio mengemukakan, “Ada tiga cara

seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan:

a. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha;

b. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok;

c. Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan

aktualisasi diri”.

Para Kepemimpinan transformasional mereka yang memberikan

pertimbangan perseorangan dan stimulasi intelektual dan yang memiliki charisma

(Muchlas 2008, h. 346). Karakteristik dan pendekatan kepemimpinan

transformasional bersumber dari Bernard M. Bass, dalam bukunya yang berjudul

“Transformational Leadership: Learning to Share the Vision, “Organizational

Dynamics, Winter 1990 hal. 22 diantaranya sebagai berikut :

a. Karisma

Memberikan visi dan misi; memunculkan rasa bangga; mendapatkan respek

dan kepercayaan.

b. Inspirasi

Mengkomunikasikan harapan tinggi; menggunakan symbol-simbol untuk

memfokuskan usaha; mengekspresikan tujuan pentingh dalam cara yang

sederhana.

c. Simulasi Intelektual

Menunjukkan intelegensi; rasional; pemecahan masalah secara hati-hati.

d. Memperhatikan Individu

Menunjukkan perhatian terhadap pribadi; memperlakukan karyawan secara

individual; melatih; menasehati.

Kepemimpinan transformasional dibangun diatas suatu pekerjaan.

Kepemimpinan transformasional dibangun diatas fondasi kepemimpinan

transaksional, dimana kepemimpinan transformasional ini dapat menghasilkan

tingkat-tingkat usaha dan kinerja bawahan, diatas standar yang biasa terjadi, bila

11

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

hanya menggunakan kepemimpinan transaksional. Lebih jauh lagi, kepemimpinan

transformasional ini ternyata lebih dari sekedar kharisma. Pemimpin yang murni

kharismatik mungkin menginginkan para bawahannya mengadopsi pandangan

kharismatiknya dan tidak lebih dari itu. Dipihak lain, pemimpin transaksional

akan berusaha untuk mengajarkan para bawahannya kemampuan bertanya, tidak

hanya untuk membangun tanggapan pendapat yang dilontarkan oleh pimpinannya.

Jadi kesimpulannya banyak bukti yang menunjukkan bahwa kepemimpinan

transformasional ini memiliki korelasi kuat dengan angka pindah kerja yang lebih

rendah, produktivitas yang lebih tinggi, dan kepuasan karyawan yang lebih tinggi

pula daripada kepemimpinan transaksional.

Motivasi

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk

berprestasi yang bersumber dalam diri individu tersebut, yang lebih dikenal

dengan faktor motivasional. Menurut Herzberg yang dikutip oleh Luthans

(1992), yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah :

a) Achievement (Keberhasilan)

Keberhasilan seorang pegawai dapat dilihat dari prestasi yang diraihnya

Agar sesorang pegawai dapat berhasil dalam melakasanakan pekerjaannya,

maka pemimpin harus mempelajari bawahannya dan pekerjaannya dengan

memberikan kesempatan kepadanya agar bawahan dapat berusaha

mencapai hasil yang baik.

b) Recognition (pengakuan/penghargaan)

Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan, pimpinan harus memberi

pernyataan pengakuan terhadap keberhasilan bawahan

c) Work it self (Pekerjaan itu sendiri)

Pimpinan membuat usaha-usaha ril dan meyakinkan, sehingga bawahan

mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan usaha

berusaha menghindar dari kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta

mengusahakan agar setiap bawahan sudah tepat dalam pekerjaannya.

12

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

d) Responsibility (Tanggung jawab)

Agar tanggung jawab benar menjadi faktor motivator bagi bawahan,

pimpinan harus menghindari supervise yang ketat, dengan membiarkan

bawahan bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan

menerapkan prinsip partisipasi. Diterapkannya prinsip partisispasi

membuat bawahan sepenuhnya merencanakan dan melaksanakan

pekerjaannya.

e) Advencement (Pengembangan)

Pengembangan merupakan salah satu faktor motivator bagi bawahan.

Faktor pengembangan ini benar-benar berfungsi sebagai motivator, maka

pemimpin dapat memulainya dengan melatih bawahannya untuk pekerjaan

yang lebih bertanggung jawab. Bila ini sudah dilakukan selanjutnya

pemimpin member rekomendasi tentang bawahan yang siap untuk

pengembangan, untuk menaikkan pangkatnya, dikirim mengikuti

pendidikan dan pelatihan lanjutan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri yang

turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang yang dikenal

dengan teori hygiene factor. Menurut Herzberg yang dikutip oleh Luthans

(1992), yang tergolong sebagai hygiene factor antara lain ialah berikut:

a) Policy and administration (Kebijakan dan administrasi)

b) Quality supervisor (Supervisi)

c) Interpersonal relation (Hubungan antar pribadi)

d) working condition (Kondisi kerja)

e) wages (Gaji)

Keadilan Kompensasi Finansial

Newman & Milkovich (2004) dalam Ulupui (2005) berpendapat keadilan

adalah suatu fundamental dari sistem kompensasi. Pernyataan seperti “perlakuan

yang adil untuk semua pegawai” merefleksikan sebuah perhatian terhadap

keadilan. Tujuan keadilan berusaha untuk menjamin keadilan kompensasi untuk

13

Page 14: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

semua individu dalam hubungan ketenagakerjaan. Tujuan keadilan fokus kepada

pembuatan sistem kompensasi yang mengenali baik kontribusi pekerja (semakin

tinggi kinerja atau pengalaman atau training maka semakin tinggi pula

kompensasi yang diberikan) dan kebutuhan pekerja (memberikan upah minimum,

atau asuransi kesehatan).

Menurut Cascio, tujuan yang mungkin paling penting dari setiap sistem

pembayaran atau kompensasi adalah keadilan (fairness atau equity). Keadilan

dapat dinilai paling tidak dari tiga dimensi, yaitu :

a. Keadilan internal (internal equity) : artinya, jika dipandang dari nilai relatif

setiap jabatan terhadap sebuah organisasi, apakah tingkat pembayarannya

adil?

b. Keadilan eksternal (exrternal equity) : artinya, apakah gaji/ upah yang

dibayarkan oleh sebuah organisasi adil jika dibandingkan dengan tingkat upah

yang dibayarkan organisasi sejenis?

c. Keadilan individual (individual equity) : artinya, apakah imbalan yang

diterima oleh seseorang “adil” jika dibandingkan dengan imbalan yang

diterima oleh orang lain yang mengerjakan pekerjaan yang sama atau sejenis?

Mondy (2008) mengungkapkan malakukan penambahan dalam teori

Cascio sebagai berikut :

a. Teori keadilan (equity theory) adalah teori motivasi di mana orang menilai

kinerja dan sikap mereka dengan membandingkan kontribusi mereka pada

pekerjaan dan keuntungan yang mereka peroleh dari situ dengan kontribusi

dan keuntungan dari orang lain yang sebanding (comparison others).

b. Keadilan finansial (financial equity) : persepsi para karyawan mengenai adil

tidaknya pembayaran yang mereka terima.

c. Keadilan karyawan (employee equity) : terwujud ketika orang-orang yang

menjalankan jabatan yang serupa untuk perusahaan yang sama menerima

bayaran menurut faktor-faktor yang unik pada diri karyawan, seperti tingkat

kinerja atau senioritas.

Pengertian keadilan kompensasi finansial adalah merupakan persepsi para

karyawan mengenai adil tidaknya pembayaran yang mereka terima (Mondy,

14

Page 15: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

2008). Pembayaran/ kompensasi yang dilakukan baik kompensasi langsung

maupun kompensasi tidak langsung.

Komitmen Afektif

Meyer & Allen mengemukakan ada 3 bentuk dasar dari komitmen

organisasi yaitu : Affective Commitment, Continuance Commitment, dan

Normative Commitment. Yang dimaksudkan ketiganya adalah :

a. Affective Commitment (komitmen Afektif)

Menurut Meyer & Allen, Affective Commitment mengacu pada keterikatan

emosional, identifikasi serta keterlibatan seorang pegawaipada suatu

organisasi. Artinya bahwa komitmen dipandang sebagai suatu sikap, yaitu

suatu usaha dari individu dalam mengidentifikasikan dirinya pada organisasi

beserta tujuannya, serta tetap ingin menjadi anggota organisasi tersebut agar

bisa mencapai tujuannya. Affective commitment muncul karena terdapat

adanya kesesuaian nilai antara organisasi & pekerja. Diantaranya adalah

karakteristik individu, karakterstik struktur organisasi, signifikansi tugas dan

keahlian. Komitmen jenis ini akan menjadi kuat bila pengalamannya dalam

suatu organisasi/lembaga konsisten atau sesuai dengan harapan-harapan dan

dapat memuaskan kebutuhan dasarnya, begitu sebaliknya.

b. Continuance Commitment (komitmen berkelanjutan)

Meyer & Allen, mengemukakan bahwa Continuance Commitment mengacu

pada komitmen yang didasarkan pada kerugian-kerugian pegawai bila

meninggalkan organisasi.

c. Normative Commitment (Komitmen Normatif)

Menurut Meyer & Allen, komitmen ini mengacu pada perasaan pegawai untuk

tetap tinggal dalam suatu organisasi.

Konsep Unidimensional dan Multidimensional

Dalam kajian organisasi, salah satu aspek penting yang menjadi perhatian

organisasi adalah seberapa tinggi derajat komitmen karyawan di dalam organisasi

atau selanjutnya kita bahasakan komitmen keorganisasian. Mengapa komitmen

15

Page 16: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

menjadi penting? Pakar organisasi meyakini bahwa konsep itu salah satu

prediktor kinerja yang cukup kritikal (Tjahjono, 2008).

Konsep komitmen keorganisasian merupakan konsep yang multi

perspektif. Halaman ini menjelaskan bahwa komitmen keorganisasian

merupakan konsep yang dapat dilihat sebagai konsep unidimensional dan

multidimensional (Tjahjono, 2008).

Dalam sudut pandang unidimensional, konsep komitmen keorganisasian

dilihat sebagai bentuk keterikatan individu atau karyawan dengan organisasinya

sehingga mereka memutuskan untuk bertahan di organisasi ini. Konsep ini

diinisiasi Mowday et al. (1982).

Sedangkan dalam sudut pandang multidimensional, konsep komitmen

keorganisasian dapat dilihat dari dimensi afektif yang menunjukkan keterikatan

individu dan organisasi secara emosional, dimensi continuance yang melihat

ikatan dari sisi pragmatis karyawan dan dimensi normatif sebagai bentuk

keterikatan individu dan organisasi dari sisi kewajiban moral. Konsep ini

diinisiasi Allen & Meyer (1990) dan Meyer et al. (1993).

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif dengan

pendekatan penelitian deskriptif dengan tipe rancangan cross sectional survey.

Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah responden dalam penelitian ini adalah perawat

yang bertugas di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 232

orang. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan untuk pengambilan data kuesioner.

Obyek penelitian dilakukan di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah perawat tetap dan yang bersedia menjadi

responden. Kriteria eksklusi dalam penelitian tersebut adalah perawat tetap sedang

cuti, perawat tetap sedang melanjutkan studi keluar, perawat tetap tidak bersedia

16

Page 17: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

menjadi subyek penelitian, perawat tetap yang dalam pengisian angket penelitian

tidak lengkap.

Instrumen Penelitian

Dimensi yang diukur berdasarkan pada Avolio, Bass dan Jung (1999) dan

Antonakis (2001) mengidentifikasi perilaku kepemimpinan transformasional atas

empat dimensi diantaranya : dimensi motivasi inspirasional (5 item), dimensi

pengaruh ideal (3 item), dimensi pertimbangan individual (4 item), dimensi

stimulasi intelektual (2 item). Kuesioner yang ada mengacu pada teori motivasi

intrinsik yang meliputi : penyelesaian tugas (task completion) berjumlah 2 item,

pencapaian prestasi (achievement) berjumlah 5 item, otonomi (autonomy)

berjumlah 1 item, dan pengembangan pribadi (personal growth) berjumlah 3 item.

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terkait keadilan kompensasi finansial

berjumlah 5 item. Pengukuran oleh Allen dan Mayer (1990) dan Mayer et.al

(1993) dan dikembangkan oleh Tjahjono (2008) terdiri atas 6 item pertanyaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

RS PKU Muhammadiyah awalnya didirikan berupa klinik dan poliklinik

pada tanggal 15 februari 1923, lokasi pertama di Jagang Notoprajan

No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoeom)

dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa’. Didirikan

atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Seiring dengan waktu, nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan

Umat). Pada tahun 1928, klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi

ke jalan Ngabean No.12 B Yogyakarta (sekarang jalan K.H. Ahmad Dahlan).

Pada tahun 1936, klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi lagi ke

jalan K.H. Ahmad Dahlan No.20 Yogyakarta sampai sekarang ini. Pada tahun

1970-an, status klinik dan poliklinik berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah adalah salah satu rumah sakit swasta di

Yogyakarta yang merupakan amal usaha pimpinan pusat persyarikatan

17

Page 18: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Muhammadiyah di Yogyakarta yang telah terakreditasi 16 bidang pelayanan

dengan tipe B. Rumah sakit ini selain memberikan pelayanan kesehatan juga

digunakan sebagai tempat pendidikan bagi calon dokter dan perawat.

Untuk melihat perbedaan komitmen pada perawat di RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta, maka dilakukan pembagian masing-masing

karakteristik yaitu: 1) Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan, 2) Usia, 3)

Pendidikan : SMA, D3, S1, 4) Masa kerja dan 5) Bagian Ruangan.

Sebagian responden berjenis kelamin perempuan yaitu 88,3% dan

sebanyak 11,7% berjenis laki-laki. Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan hasil

bahwa tidak terdapat perbedaan komitmen yang signifikan antara laki-laki dan

perempuan. Namun demikian, komitmen yang dimiliki perawat perempuan lebih

tinggi daripada perawat laki-laki. Dilihat dari jumlah karyawan perempuan lebih

banyak dari laki-laki, maka sangatlah wajar jika komitmen pada perawat

perempuan lebih tinggi daripada perawat laki-laki. Hasil ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Farooq et al (2011) yang mengemukakan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada komitmen yang ditinjau dari

perbedaan jenis kelamin, dan karyawan perempuan memiliki tingkat komitmen

yang sedikit lebih tinggi daripada karyawan laki-laki. Selain kewajiban perawat

yang berat, rumah sakit seperti RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini

membutuhkan keramah-tamahan dalam melayani para pasien agar suasana hangat

dapat terbentuk di lingkungan RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta.

Data umur responden penelitian menunjukkan bahwa 54,2% berusia 25-35

tahun, 40,8% berusia 36-45 tahun dan berusia >45 tahun sebesar 5%. Perbedaan

komitmen yang ditinjau dari perbedaan umur menunjukkan hasil bahwa tidak

terdapat perbedaan tingkat komitmen pada perawat di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat komitmen perawat di RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta sama ke seluruh perawat. Dengan komitmen

tertinggi antara umur 25-45 tahun. Hasil pengujian tersebut didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2010) yang meneliti hubungan antara faktor

demografi karyawan dengan komitmen karyawan menemukan hasil bahwa faktor

demografi umur pada karyawan tidak mempengaruhi tingkat komitmen yang ada.

18

Page 19: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar pendidikan

D3 perawat sebesar 75%, pendidikan S1 perawat sebesar 23,3% dan 1,7%

berpendidikan SMA. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Iqbal

(2010) dalam penelitiannya melihat hubungan antara demografi karyawan dengan

komitmen menunjukkan hasil bahwa jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan

tidak berhubungan dengan tingkat komitmen yang dimilikinya. Penemuan ini

mendukung fakta bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang karyawan,

maka semakin tinggi pula harapannya terhadap perusahaan. Pernyataan

dikemukakan oleh (Allen dan Meyer, 1997:44) bahwa tingkat pendidikan tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komitmen karyawan.

Sebagian besar responden bekerja selama 1-5 tahun sebesar 41,7%, urutan

kedua sebesar 28,3% bekerja selama 16-20 tahun kemudian 11-15 tahun sebesar

15,8% selanjutnya 7,5% bekerja selama 6-10 tahun dan yang terakhir sebesar

6,7% bekerja selama >20 tahun. Adanya perbedaan serta kesenjangan dari lama

bekerjanya perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta membuat perawat

memiliki motivasi tersendiri dalam bekerja. Komitmen yang tinggi pada

karakteristik ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Mathieu dan

Zajac (1990) bahwa karakteristik lama bekerja memiliki korelasi positif-rendah

terhadap komitmen karyawan.Hasil penelitian didukung oleh Coble (2004) yang

menyatakan bahwa komitmen karyawan akan tinggi saat pertama kali bergabung

dengan perusahaan, kemudian pada tahun pertama akan menurun secara

signifikan. Tahun ke 1-10 komitmen karyawan menurun secara signifikan

terutama pada tahun ke-10 terdapat penurunan tingkat komitmen afektif pada

karyawan.

Jumlah kuesioner yang dikembalikan pada kamar bayi sebanyak 10%,

kamar bersalin sebanyak 9,2%, bangsal yang terdiri dari bangsal arofah, mina

multazam, ibnu sina, marwah, zam-zam, raudoh dan muzdalifah sebanyak 69,2%

sedangkan pada poli sebanyak 11,7% sehingga dapat diurutkan yaitu bangsal,

poli, kamar bayi dan kamar bersalin. Apabila dikaitkan dengan komitmen

tentunya tidak ada yang membedakan karena sesuai dengan proporsi kerja

masing-masing bagian.

19

Page 20: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa dari keseluruhan pertanyaan

dari semua variabel menunjukkan bahwa nilai maksimal dan minimal serta rata-

rata dari setiap variabel mempunyai respon yang baik oleh responden karena tidak

mempunyai nilai minimal 0 dan secara keseluruhan mempunyai nilai maksimal,

sehingga dapat dikatakan responden menerima secara baik apa yang diberikan

dalam setiap pertanyaan.

Dilihat dari keseluruhan butir pernyataan dari masing-masing variabel,

untuk variabel gaya kepemimpinan transformasional pada masing-masing dimensi

dengan rata-rata tertinggi terjadi pada butir pernyataan ”terinspirasi dari pimpinan

saya, saya harus merasa bekerja lebih baik dan pimpinan saya senang memberi

kesempatan saya untuk bertindak mandiri” pada dimensi motivasi inspirasional

dengan masing-masing nilai rata-rata 3,91 atau 78,19%, butir pertanyaan pada

dimensi pengaruh ideal pada pertanyaan “pemimpin saya merupakan salah satu

panutan bagi saya” dengan nilai rata-rata 3,93 atau 78,68%, pada dimensi

pertimbangan individual pada pertanyaan “saya percaya kompetensi pimpinan

saya” dengan nilai rata-rata 3,83 atau 78,19% dan pada dimensi stimulasi

intelektual pada pertanyaan “pimpinan saya banyak memberikan inspirasi bagi

saya” dengan nilai sebesar 3,83 atau 76,55%. Dari ke-4 dimensi tersebut yang

paling besar rata-rata pada dimensi pengaruh ideal, hal ini menunjukkan bahwa

kepala ruang pada tiap-tiap ruangan di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

mampu menjadi panutan bagi para perawat.

Kepemimpinan transformasional mempengaruhi sisi komitmen para

pengikutnya dengan memberikan pengaruh, serta mengajak para pengikutnya

untuk berpikir kritis terhadap segala pendekatan yang ada dan melibatkan mereka

dalam pengambilan keputusan yang pada akhirnya hal tersebut dapat

meningkatkan komitmen para karyawan (Jemier dan Berkes, 1979).

Variabel bebas pada kepemimpinan transformasional pada dimensi

motivasi inspirasional (X1) mempunyai nilai signifikan 0,062 dapat dikatakan

tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada komitmen afektif, dimensi

pengaruh ideal (X2) nilai signifikan 0,490 yang berarti tidak mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan pada komitmen afektif, mempunyai nilai pengaruh dan

20

Page 21: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

signifikan pada komitmen afektif terjadi pada dimensi pertimbangan individual

(X3) dengan nilai signifikan 0,030 tetapi nilai koefisien negatif dan yang terakhir

pada dimensi stimulasi intelektual (X4) nilai signifikan 0,155 yang berarti tidak

mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada komitmen afektif. Dari ke-4

variabel bebas yang mempunyai pengaruh pada komitmen afektif pada variabel

dimensi pertimbangan individual tetapi nilai koefisien negatif. Hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat bentuk interaksi penting dalam rangka

peningkatan komitmen afektif yang terjadi dalam lingkungan kerja di RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Contoh bentuk interaksi tersebut dapat berupa

dukungan kepada para karyawan, menghargai para karyawan, dan juga bisa

berupa ajakan untuk bersama-sama melakukan sebuah pekerjaan atau bahkan

terlibat dalam pengambilan keputusan.

Hasil uji pada regresi nilai koefisien negatif pada variabel kepemimpinan

transformasional dimensi pertimbangan individual memungkinkan ada nilai bias

pada variabel tersebut dikarenakan pertanyaan yang diberikan tumpang tindih

dengan pertanyaan pada keadilan kompensasi finansial sedangkan hasil keadilan

kompensasi finansial tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kepala ruang di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta tersebut dalam menjalankan peran kepemimpinannya tidak

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional secara sepenuhnya.

Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Tuna et

al (2011) hasil menunjukkan bahwa salah satu dimensi gaya kepemimpinan

transformasional yaitu idealized influence memiliki hubungan yang sangat rendah

terhadap komitmen kontinuans dan dimensi intellectual stimulation terhadap

komitmen yang memiliki hubungan sangat rendah terhadap komitmen normatif.

Penelitian yang dilakukan McCann et al (2006) menunjukkan hasil yang sama

bahwa dimensi idealized influence hanya mempengaruhi komitmen afektif dan

tidak tedapat pengaruh yang signifikan terhadap komitmen kontinuans dan

komitmen normatif.

Leach (2005) dengan penelitiannya menunjukkan hasil bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional

21

Page 22: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

yang digunakan para pemimpin terhadap komitmen para perawat di Rumah Sakit

Anak California. Begitu juga dengan gaya kepemimpinan transformasional pada

manajer tidak mempengaruhi.

Variabel motivasi intrinsik dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti

mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada komitmen afektif di perawat RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan skor persepsi perawat di RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta terhadap motivasi intrinsik tertinggi 4,29 terdapat

pada pertanyaan saya bangga bekerja di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini

karena saya ikut tumbuh didalamnya. Dengan item pertanyaan tersebut yang

merupakan dimensi pada personal growth (pengembangan pribadi) pada motivasi

intrinsik menandakan rasa dalam diri untuk mengembangkan diri dan

berkomitmen didalam RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta sangat tinggi.

Menurut Herzberg motivasi intrinsik adalah motivasi yang mendorong seseorang

untuk berprestasi yang bersumber dalam diri individu tersebut. Dengan hasil yang

berpengaruh positif dan signifikan yang berarti motivasi intrinsik dipunyai oleh

masing-masing perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada penelitian Choong dkk (2005) menguji hubungan antara motivasi

intrinsik dan komitmen organisasi para akademisi pada perguruan tinggi swasta

Malaysia dengan hasil motivasi intrinsik secara signifikan berkorelasi dengan tiga

komponen komitmen yaitu; afektif, berkelanjutan dan komitmen normatif. Selain

itu, hasil dari penelitian bahwa motivasi intrinsik telah diprediksi signifikan

terhadap komitmen organisasi. Apabila motivasi intrinsik akan terbentuk lebih

baik pada perawat sebaiknya dilakukan pelatihan yang memadai, lokakarya,

seminar dan konferensi yang terkait dengan lingkup pekerjaan. Dengan

melakukan hal ini, RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta akan dapat lebih

meningkatkan motivasi intrinsik pada perawat. Selanjutnya, hal ini akan

memperkuat komitmen organisasi untuk meningkatkan kinerja. Harapan ini, pada

RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta akan dapat berjuang untuk status yang

lebih baik, reputasi dan kinerja. Akhirnya, akan mampu menarik lebih banyak

pasien yang ingin berkunjung di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan

22

Page 23: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

tentunya akan menambah jumlah kunjungan pasien dan pendapatan RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta.

Faktor keadilan kompensasi finansial di perawat RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta secara umum dari penyebaram kuesioner hampir

sama persepsi dari masing-masing perawat di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta terlihat dari nilai rata-rata yang ada. Dari pertanyaan yang diberikan

kepada responden terkait adil tidaknya upah yang berikan RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta kepada perawat baik langsung maupun tidak

langsung rata-rata tertinggi pada pertanyaan kompensasi finansial (pembayaran

keuangan) dirasakan adil di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan nilai

rata-rata 4,25 yang berarti dirasakan cukup adil pembayaran yang diberikan

kepada perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Menurut Cascio tujuan

paling penting dari setiap sistem kompensasi adalah terwujudnya keadilan

internal, keadilan ekternal dan keadilan invidual (Marwansyah, 2010).

Dari pengujian hasil regresi pada keadilan kompensasi finansial terhadap

perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan nilai signifikansi 0,215

yang berarti tidak pengaruh positif dan signifikan antara keadilan kompensasi

finansial terhadap komitmen afektif di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Ketika karyawan mempersepsikan keadilan prosedural dan distributif yang tinggi,

komitmen organisasi juga ikut tinggi. Karyawan akan lebih berkomitmen pada

perusahaan saat ini jika persepsi keadilan yang diterima dalam organisasi tinggi

dalam penelitian Ponnu and Chuah tahun 2010 yang berjudul Organizational

commitment, organizational justice and employee turnover in Malaysia. Selain itu

juga apabila kita kaitkan dengan organisasi Muhammadiyah terkait dengan

keadilan kompensasi finansial tidak ada pengaruh karena pada perinsipnya orang

yang bekerja di organisasi Muhammadiyah bukan mencari materi semata didalam

bekerja tetapi mengedepankan ingin menghidupkan organisasi Muhammadiyah

karena niat ikhlas karena Allah SWT. Jadi berapapun kompensasi yang diberikan

oleh organisasi Muhammadiyah tidak akan berpengaruh terhadap komitmen

afektif.

23

Page 24: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Newman & Milkovich (2004) dalam Ulupui (2005) berpendapat keadilan

adalah suatu fundamental dari sistem kompensasi. Pernyataan seperti “perlakuan

yang adil untuk semua pegawai” merefleksikan sebuah perhatian terhadap

keadilan.

Komitmen afektif para perawat masuk ke dalam kategori tinggi sehingga

dapat ditarik kesimpulan yaitu pemimpin kepala ruang bidang keperawatan di RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam menjalankan perannya tidak

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional dan terkait keadilan

kompensasi finansial tidak ada pengaruh berapapun kompensasi yang diberikan

tetapi dengan prinsip organisasi Muhammadiyah yaitu “Hidup-hidupilah

Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” yang disampaikan

oleh KH. Ahmad Dahlan yang berarti pimpinan dan warga persyarikatan

Muhammadiyah untuk memelihara dan meneguhkan niat ikhlas hanya mencari

ridho Allah dalam ber-Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah gerakan amal

yang merupakan manifestasi dari keimanan yang diyakini oleh setiap warga

muhammadiyah.

Menurut Meyer & Allen (1991), Affective Commitment mengacu pada

keterikatan emosional, identifikasi serta keterlibatan seorang pegawai pada suatu

organisasi. Artinya bahwa komitmen dipandang sebagai suatu sikap, yaitu suatu

usaha dari individu dalam mengidentifikasikan dirinya pada organisasi beserta

tujuannya, serta tetap ingin menjadi anggota organisasi tersebut agar bisa

mencapai tujuannya. Affective commitment muncul karena terdapat adanya

kesesuaian nilai antara organisasi & pekerja. Diantaranya adalah karakteristik

individu, karakterstik struktur organisasi, signifikansi tugas dan keahlian.

Komitmen jenis ini akan menjadi kuat bila pengalamannya dalam suatu

organisasi/lembaga konsisten atau sesuai dengan harapan-harapan.

Para karyawan akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaan

dan pekerjaannya dengan alasan yang berbeda-beda seperti contoh, mereka

senang dengan pekerjaan yang mereka miliki saat ini atau keuntungan yang

didapat lebih baik daripada bekerja di tempat lain. Mereka telah menemukan

pekerjaan cocok dengan orang-orang yang menarik berada di dalamnya. Selain

24

Page 25: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

itu, terdapat faktor penting yang membantu peningkatan komitmen dan loyalitas

karyawan yaitu kepemimpinan transformasional, yang merupakan kepemimpinan

yang memiliki kharisma dengan kemampuan memberikan inspirasi, memberikan

semangat,dan yang memperhatikan kebutuhan para karyawan (Bass dan Riggio,

2006).

Green dan Baron sebagaimana dikutip oleh N.H. Setiadi Widjaya

berpendapat bahwa komitmen pada organisasi tampak mempengaruhi beberapa

aspek kunci dari perilaku kerja. Hal ini didapat dari beberapa hasil studi yang

telah dilakukan oleh peneliti. Seperti dikemukan Greenberg dan Baron bahwa

terdapat konsekuensi dari komitmen organisasi pada pekerja, antara lain yaitu :

1. Tingginya tingkat komitmen pada organisasi cenderung dikaitkan dengan

rendahnya tingkat absensi dan pergantian (turn over). Bahkan mereka yang

lebih banyak melibatkan diri ternyata kecil kemungkinannya untuk mencari

pekerjaan baru dibandingkan dengan mereka yang belum aktif terlibat.

2. Komitmen pada organisasi dikaitkan dengan tingginya tingkat keinginan

untuk berbagi dan melakukan pengorbanan. Oleh karena itu dapat diharapkan

mereka yang paling banyak terlibat dengan organisasi adalah mereka yang

dengan segenap kesadarannya berkorban demi organisasi.

3. Komitmen pada organisasi juga memiliki konsekuensi personal yang positif.

Mereka yang sangat lekat dengan organisasi cenderung menikmati

keberhasilan kariernya dan kehidupan di luar pekerjaan.

Adanya komitmen bukan hanya dapat meningkatkan tanggung jawab

pegawai, akan tetapi yang sesungguhnya diharapkan terjadi adalah munculnya

rasa memiliki organisasi.Timbulnya rasa memiliki ini akan berakibat pada

keberhasilan organisasi/ lembaga, karena para anggota organisasi akan berusaha

menghindari perilaku yang disfungsional dengan demikian akan bekerja lebih

produktif. Jadi, komitmen organisasi memiliki arti penting baik bagi organisasi

maupun pegawai itu sendiri, terutama dalam menciptakan keadaan positif dari

lingkungan kerja organisasi.

25

Page 26: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

KESIMPULAN

1. Dimensi-dimensi gaya kepemimpinan transformasional yang terdiri dari

dimensi idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation,

dan individual consideration hanya pada 1 variabel yang memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap komitmen afektif yaitu variabel individual

consideration dengan nilai signifikansi sebesar 0.030 sedangkan nilai

signifikansi yang lain diatas p>0.050 yang berarti pada kepala ruang bidang

keperawatan di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta tidak secara penuh

menggunakan kepemimpinan transformasional.

2. Hasil nilai koefisiensi dan uji t pada variabel kepemimpinan transformasional

dimensi pertimbangan individual mempunyai nilai negatif yang

memungkinkan terjadi tumpang tindih antara konsep variabel ini dengan

keadilan kompensasi finansial pada setiap pertanyaan yang diberikan.

3. Variabel motivasi intrinsik dan keadilan kompensasi finansial terhadap

komitmen afektif pada perawat RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta hanya

pada variabel motivasi intrinsik yang berpengaruh positif dan signifikan

dengan nilai signifikansi 0.000, hal ini menandakan semakin baiknya prestasi,

tanggung jawab, kemajuan dan pengakuan terhadap pekerjaan itu sendiri maka

semakin tinggi pula komitmen afektif perawat di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Untuk keadilan kompensasi finansial tidak mempunyai pengaruh

positif dan signifikan dengan p>0.05 yang berarti berapapun kompensasi yang

diberikan kepada perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta tidak

mempunyai pengaruh terhadap komitmen afektif.

4. Komitmen afektif para perawat masuk ke dalam kategori tinggi sehingga

dapat ditarik kesimpulan yaitu pemimpin kepala ruang bidang keperawatan di

RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam menjalankan perannya tidak

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional dan terkait keadilan

kompensasi finansial pada perawat tidak ada pengaruh berapapun kompensasi

yang diberikan tetapi dengan prinsip organisasi Muhammadiyah yaitu “Hidup-

hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”

yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan yang berarti pimpinan dan warga

26

Page 27: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

persyarikatan Muhammadiyah untuk memelihara dan meneguhkan niat ikhlas

hanya mencari ridho Allah dalam ber-Muhammadiyah. Muhammadiyah

adalah gerakan amal yang merupakan manifestasi dari keimanan yang

diyakini oleh setiap warga muhammadiyah.

KETERBATASAN PENELITIAN

1. Penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel bebas dengan harapan lebih

terfokus dan lebih detail.

2. Diharapkan kedepannya ada penelitian dengan obyek seluruh perawat dan

mengisi kuesioner yang ada.

3. Penelitian dilakukan dengan bantuan diklat untuk membagikan kuesioner

kepada perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta, hal tersebut

membuat keakuratan data tidak terjamin, dikarenakan peneliti tidak terjun

langsung kelapangan untuk mengambil data penelitian diharapkan kepada RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah konsisten menjadi rumah sakit

pendidikan, dapat memberikan kesempatan pada peneliti selanjutnya untuk

dapat mengambil data yang diperlukan secara mandiri dengan syarat dan

ketentuan tertentu yang tentu saja lebih diperketat untuk menjaga hal-hal yang

dikhawatirkan terjadi oleh pihak manajemen.

4. Banyaknya peneliti yang melakukan penelitian di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta serta adanya kesibukan perawat membuat penelitian ini menjadi

lebih lama dalam pengumpulan data yaitu selama dua bulan.

SARAN

a. Saran Kepada RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

1) Berdasarkan hasil yang diperoleh diharapkan dapat menjadi informasi

mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan

komitmen afektif perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

27

Page 28: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam menyusun

kebijakan dalam rangka meningkatkan komitmen afektif perawat di RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan

mengenai dominasi dari faktor motivasi intrinsik dan faktor kepemimpinan

transformasional dimensi pertimbangan individual yang dapat

meningkatkan komitmen afektif perawat di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, sehingga hal ini merupakan informasi penting bagi RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta bahwa kebijakan organisasi dan administrasi,

gaji atau upah, keamanan kerja, kondisi tempat bekerja, hubungan antar

temen sejawat serta hubungan dengan supervisor atau atasan secara

simultan berpengaruh dominan dalam mempengeruhi komitmen afektif

perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

4) Hasil penelitian ini tidak pengaruh yang positif dan signifikan pada

kepemimpinan trasformasional (motivasi inspirasional, pengaruh ideal,

stimulasi intelektual) dan keadilan kompensasi finansial terhadap

komitmen afektif sehingga dapat memberikan evaluasi kepada pihak RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk dapat lebih meningkatkan

perilaku kepemimpinan transformasional dan keadilan kompensasi

finansial melalui pelatihan-pelatihan khusus terkait variabel-variabel

tersebut dan pemberian kompensasi yang lebih bagi para perawat di RS.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

5) Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, didapatkan data

mengenai tingkat pendidikan perawat di RS. PKU Muhammadiyah

Yogyakarta dengan dominan pada pendidikan D3 sebesar 75% dan ada

yang masih berpendidikan SMA sebesar 1.7%. Hal tersebut dapat menjadi

hal yang patut diperhatikan dan menjadi tanggung jawab RS. PKU

Muhammadiyah Yogyakarta untuk dapat meningkatkan tingkat

pendidikan perawat mengingat peraturan menteri kesehatan republik

Indonesia nomor HK.02.02/MENKES/148/2010 mengenai standar

minimal tingkat pendidikan perawat di rumah sakit adalah S1. Hal tersebut

28

Page 29: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan diikuti

dengan menurunnya tingkat komitmen pada diri karyawan. Kesimpulan ini

sangat beralasan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan

maka semakin tinggi harapan mereka terhadap perusahaan dan jika sekali

waktu harapan tersebut tidak dipenuhi akan berakibat pada menurunnya

tingkat komitmen pada karyawan tersebut maka dengan pendidikan tinggi

kualitas yang diberikan karyawan dalam bekerja akan lebih tinggi. Dengan

kondisi yang ada RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat

memberikan beasiswa maupun dana pinjaman kepada perawat yang ingin

melanjutkan studynya, dan RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

diharapkan berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi tenaga

perawat baru dengan tingkat pendidikan D3 dengan cara membuat

kebijakan baru mengenai standar minimal penerimaan perawat baru

dengan lulusan S1.

b. Saran Kepada Akademisi

1) Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan

melakukan penelitian di rumah sakit lain sehingga hasil penelitian lebih

mencerminkan gambaran tentang kepemimpinan transformasional,

motivasi intrinsik, keadilan kompensasi finansial dan komitmen afektif

dalam setiap rumah sakit tentunya akan berbeda persepsinya.

2) Peneliti dapat menambahkan variabel lain atau faktor lain sebagai variabel

yang digunakan misalnya mengganti kepemimpinan transformasional

dengan kepemimpinan transaksional atau yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKAAbdullah, Raemah Hasyim and Mahmood, Rosli, 2012, How Do Our Malaysian

Academic Staff Perceive Their Leader’s Leadhersihp Styles In Relation To Their Commitment To Service Quality?, University of Management and Technology, Malaysia and Universiti Utara, Malaysia, Internationaljournal.org.

Asmaningrum, Nurfika 2009, http___lontar.ui.ac.id_file_file=digital_125274-TESIS0574 Nur N09p-Pengaruh Penerapan-Pendahuluan, FIK UI.

29

Page 30: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Ayu, Rahmi Budi Amalia 2013, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi terhadap Komitmen Afektif Perawat di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis Progam Pascasarjana Magister Manajemen Rumah Sakit.

Bass, Bernard M., dan Riggio, Ronald E. (2006). Transformational leadership. New Jersey: Lawrence Elrbaun Associates. New York : Simmon and Schuster

Brantas. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Bandung; CV Afabeta. Choong, Yuen-Onn and Wong, Kee-Luen and Lau, Teck-Chai, 2011, Intrinsic Motivation and Organizational Commitment In The Malaysian Private Higher Education Institutions : An Empirical Study, Faculty of Business and Finance, Universiti Tunku Abdul Rahman, Malaysia, International Refereed Research Journal, www..researchersworld..com.

Coble. Dianne. P. (2004). Employee Commitment and Organizational Influence: A Study of the Ways in Wich Tenure, Work Group, and Job Level Influence Employee Commitment. Disertasi. Download at: http://search.proquest.com/docview/305049968/136BFA835D057EE1B1/

2 ?accountid=31533Farooq, N., Irfan, M., Farooq, M,. (2011) Measurement of the Degree of

Organizational Commitment Among the Faculty Member of Private Sector Universities in Peshwar City. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research in Business. Vol 3 (4). 151 – 162.

Ferdinand, Augusty 2011, Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi Ilmu Manajemen, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gie, The Liang. 1998, Ensikiopedi Administrasi, Gunung Agung, Jakarta.Greenberg, J, 1995, Managing Behavior In Organization, USA : practice-hall.inc.Gustiyah, Raikan. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

penyeluhan perindustrian pada kantor perindustrian dan perdagangan kota medan. Tesis.

Hasibun, M.S.P 2005. Organisasi Dan Motivasi; Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta; PT. Bumi Aksara.

Herzberg, F., (1968). Work and the nature of man. London. UK: Crosby.Iqbal, Adnan. (2010). An Empirical Assessment of Demographic Factors,

Organizational Ranks, and Organizational Commitment. Internatioanl Journal of Business and Management.Vo, 5 (3). 16 - 27

Jermier, J. dan Berkes, L.(1979).Leader behaviour in a police command bureaucracy: Acloser look at the quasi-military model, Administrative Science Quarterly, 24, 1–23.

Kutipan Wahjosumadjo dalam buku Manullang (2000).Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. “Perilaku Organisasi”. Buku 1. Edisi

Kelima. Salemba Empat. Jakarta.

30

Page 31: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Leach, Linda, S. (2005). Nurse Executive Transformational Leadership and Orgabizational Commitment. Journal of Nurse Academy.Vol 35 (5).228-237.

Luthans, Fred 2006, Perilaku Organisasi Edisi 10, Yogyakarta, Andi.Marquis, Bassie L & Huston, Carol J 2003, Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, EGC.Marwansyah, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Alfabeta CV.Mathieu, John.E., Dennis M. Zajac. (1990). A Review and Meta-Analysis of then

Antecendents, Correlates, and Consequences of Organizational Commitment.Journal Of Applied Psychology. Vol 108.171-194.

McCann, John, A.J., Langford, Peter, H., Rawlings, Robert, M. (2006). Testing Behling and McFillen’s Syncretial Model of Charismatic Transformational Leadership.Group and Organizational Management.Vol 31 (2). 237.

Milton, C.L., (1999). Ethical Issues From Nursing Theoretical Perspectives.Nursing.

Muchlas, Makmuri 2008, Perilaku Organisasi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Notoatmojo. S, (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.Dewi, Arlina dkk 2011, Panduan Tesis, Yogyakarta, Program Studi Manajemen

Rumah Sakit Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pangesti, G.L 2013. Analisis Kepemimpinan Transformasional, Faktor Motivator dan Faktor Hygiene terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Balai Besar Pelatihan Ketransmigrasian Yogyakarta.

Pranajati, Lucky 2012, Pengaruh Keadilan Kompenasi Terhadap Komitmen Organisasi Pada Perawat RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan, Tesis S2 Pada Program Studi Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Purnomo, Heru. 2013. Pengaruh Motivasi Ekstrinsik, Motivasi Intrinsik dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Pada KPP Pratam Yogyakarta. Tesis Program Magister Manajemen Program Pasca Sarjana. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ragil, Tribhakti Hutomo. 2013 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Tesis Program Magister Manajemen Program Pasca Sarjana. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Riyanto, Agus 2011, hal. 148. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.Siregar, Syahrial 2009, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kemampuan

Berkomunikasi Kepala Bidang terhadap Kinerja Pegawai Pelayanan Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatra Utara, Medan, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.

Sopiyudin, dr. M. Dahlan, 2006, hal. 159. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan Menggunakan SPSS. PT. Arkans. Jakarta.

31

Page 32: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35815.docx · Web viewatau kepala ruang yang tidak kalah pentingnya adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada

Sugiyono 1999, Statistik untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung.Sujudi, Achmad 2011, Menjadi Seniman Organisasi Seni Mengelola “Healthcare

Industry”, Jakarta, Rujut Publishing.Tjahjono, H.K 2008, Komitmen Keorganisasian dapat dilihat sebagai Konsep

Unidimensional dan Multidimensional, diakses 09 Oktober 2013 dari http://hkt.staff.umy.ac.id/files/2010/07/komitmen-afektif.pdf.

Tjahjono, H.K 2009, Metode Penelitian Bisnis 1.0. Yogyakarta, Visi Solusi Madani.

Tjahjono, H.K 2010, Manajemen Berkeadilan dan Pengaruhnya pada Outcomes Perusahaan Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Trisnantoro, Laksono 2009, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.Tuna, Muharrem., Ghazzawi, I., Tuna, A.A., dan Catir, Oza. (2011).

Transformational Leadership and Organizational Commitment: The Case of Turkey’s Hospitality Industry. S.A.M. Advanced Management Journal. Vol 76 (3). 10.

Ulupui, I.G.K., 2005, “ Pengaruh Partisipasi Anggaran, Persepsi Keadilan Distributif, Keadilan Prosedura, dan Goal Commmitment terhadap Kinerja”. Kinerja . Vol. 9, No.2, p. 98-112.

Umar, Husein 2010, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan : Paradigma Positivistik dan Berbasis, Pemecahan Masalah/ Husein Umar, Jakarta, Rajawali Press.

Usri, Kosterman & Faizal, Emmyr Moeis, 2011, Manajemen Rumah Sakit, Teori dan Aplikasi, Bandung, LSKI.

Yukl, Gary 2010, Kepimimpinan dalam Organisasi, Jakarta, Indeks.

32