45
KELAHIRAN II : CINTA BAGAI BUNGA Oleh: Masrovi (Prastika Mahadewi-syster) Kutulis cerita ini sebagai gambaran bagi khalayak tentang kehidupan kaum aktivis kerohanian islam (Rohis).Mulai dari kebudayaan, adab pergaulan sampai ke istilah-istilah khusus yang terproyeksi dalam kehidupan sehari-hari. Semua hal diatas hanya dikemas secara tersirat.Karena untuk menggambarkannya secara utuh tetapi menarik (sebagai Mohammad Rofi’i production 2008 1

pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

KELAHIRAN II : CINTA BAGAI BUNGA

Oleh:Masrovi

(Prastika Mahadewi-syster)

Kutulis cerita ini sebagai gambaran bagi khalayak tentang kehidupan kaum aktivis kerohanian islam (Rohis).Mulai dari kebudayaan, adab pergaulan sampai ke istilah-istilah khusus yang terproyeksi dalam kehidupan sehari-hari.

Semua hal diatas hanya dikemas secara tersirat.Karena untuk menggambarkannya secara utuh tetapi menarik (sebagai sesuatu yang sempurna) bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.Untuk itu semuanya telah diatur dan dikemas dengan tetap menunjukkan sisi komersial seperti:

Mohammad Rofi’i production 20081

Page 2: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

adanya kisah percintaan, kehidupan sosial dan lain-lain.

Semoga setelah membaca tulisan-tulisan ini pembaca akan semakin mengerti dan memahami tentang wacana kehidupan yang selama ini hanya disoroti dari satu sisi belaka.

Dan semoga setelah adanya tulisan ini, celah-celah kehidupan keagamaan akan semakin menipis dan hidup kembali harmonis.

BAB I

WANITA ITU

Pagi ini seakan terasa menjadi pagi yang berhiaskan embun

surgawi.Perlahan kubuka jendela kamarku, kuhirup sejuknya udara segar

yang kesegarannya melebihi juice melon diterik siang pada musim

Page 3: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

kemarau. Oh..betapa luar biasa anugerah dan nikmat yang diberikan oleh

Allah SWT kepada para hamba-Nya. Aku merasa takjub dengan semua ini.

Sejenak aku larut dalam perasaanku hingga tak sadar bahwa sedari

tadi Idris, teman satu kos ku memanggil-manggil.

“Mas Rafli....Mas Rafli, komputernya sudah bisa dipinjam belum?”

Aku kaget dengan sapaannya yang menggunakan nada agak keras

itu.

“Maaf Mas, kaget ya...habis dari tadi dipanggil-panggil nggak

nyahut-nyahut sih. Jadi agak dikerasin volumenya” katanya sambil

melontarkan rasa bersalah.

“Ah ngga apa-apa Id, Aku yang salah, ngelamun tadi..” tandasku.

“Lah gimana, sudah bisa dipinjam belum komputernya?, kalo

sudah nganggur gantian aku yang pakai ya?”

“Iya...silahkan dipakai aja. Aku sudah selesai”

Aku ingat kembali kalau tadi malam aku habis nglembur

mengerjakan editan skripsiku yang baru memulai bab satu. Tapi aku

merasa senang karena meskipun nglembur sampai jam satu, tapi aku tetap

bisa bangun jam empat pagi, tepat saat adzan subuh berkumandang. Jadi

aku masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan

ibadah wajib itu dengan shalat berjamaah di masjid. Subhanallah.... luar

biasa, aku sangat menyukai momen-momen seperti itu.

Setelah merasa badan sudah segar dan siap bergelut dengan hawa

dingin air dikamar mandi, aku langsung segera mengambil handuk dan

perlengkapan mandi setelah itu bergegas kebelakang. Alhamdu Lillah

teman-teman satu kos belum ada yang mau mandi, jadi aku tidak perlu

mengantri.

Kebetulan hari ini aku harus ke kampus pagi-pagi sekali, tepat

pukul tujuh aku harus ketemu Pak Teguh, dosen pembimbing skripsiku

untuk menyerahkan revisi kemarin. Pak Teguh orang yang sangat disiplin,

beliau tidak suka dengan mahasiswa yang telat. Aku merasa beruntung

mendapat dosen pembimbing seperti itu, karena jika tidak dipaksakan

Mohammad Rofi’i production 20083

Page 4: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

untuk disiplin, aku akan sulit untuk menjadi manusia yang disiplin. Jadi

pertemuanku dengan Pak Teguh bisa melatihku untuk senantiasa hidup

disiplin.

Selesai mandi aku langsung ke kamar untuk ganti baju. Aku dapati

handphoneku berdering-dering dengan kencang. Tanpa basa-basi lagi aku

langsung mengambil alat komunikasi itu.

“Sudah dari tadi kok Mas, tapi aku nggak berani ngangkat, takut

penting” seloroh Idris kepadaku

Kulihat ternyata yang mencoba menelfonku adalah Risma, temen

satu angkatan, satu jurusan sekaligus satu program studi di kampus.

“Assalamu’alaikum Mas Rafli...”

“Wa alaikum salam...”

“Nanti sampeyan mau bimbingan skripsi sama Pak Teguh ya?”

“Iya...pagi-pagi sekali, jam tujuh. Ini aku sudah mandi, tinggal

ganti baju terus berangkat ke kampus. Dek Risma butuh sesuatu yang bisa

kubantu?”

“Iya Mas, tolong bilangin ke Pak Teguh kalau aku belum bisa

nyerahin revisi sekarang, soalnya kemarin waktuku habis buat nungguin

adik kosku di rumah sakit. Soalnya anak kos pada pulang semua, jadi

tinggal aku sama Nani yang jagain bergantian. Aku juga gak bisa ke

kampus buat ngomong langsung, pagi ini aku harus ke rumah sakit buat

nggantiin Nani. Terus sampaikan juga maafku pada beliau ya...”

“Iya.....nanti Insya Allah aku sampaikan pada beliau”.

“Makasih banyak ya Mas.....”

“Sama-sama......salam buat temenmu yang sakit itu, aku turut

berdo’a agar dia cepet sembuh”

“Ya udah nanti aku sampaikan... wassalamu’alaikum...”

“.Wa alaikum salam.....”

Yah....begitulah Risma, meskipun kami satu angkatan tapi

perempuan asal Jombang Jawa Timur itu lebih suka memanggilku Mas,

dan katanya ia juga lebih suka kalau ku panggil adik. Tidak tahu mengapa

Page 5: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

sebabnya, yang jelas itu permintaan dari dia yang tidak bisa aku tolak.

Asalkan bisa membuat hatinya senang, memanggil apapun baik adik

maupun kakak bagiku tidak jadi masalah.

******************************************************

*

Aku sampai dikampus pukul 6.45, jadi masih ada waktu lima belas

menit bagiku untuk menunggui Pak Teguh sambil membuka-buka kembali

hasil revisiku, siapa tahu ada sesuatu yang akan beliau tanyakan kepadaku,

jadi aku harus melakukan persiapan. Tapi ketika baru membuka tas warna

hitam-coklat milikku, tiba-tiba aku dikagetkan dengan sosok yang ada

dihadapanku.

“Lho............Dek Risma, katanya tadi mau kerumah sakit, kok

sekarang malah disini?” tanyaku sambil keheranan, karena yang tiba-tiba

berdiri dihadapanku itu ternyata adalah Risma.

“Wah nggak jadi Mas, soalnya hari ini ada kabar gembira, Tiwi,

temen kosku yang lagi ada dirumah sakit keadaannya sudah semakin

membaik dan menurut dokter pagi ini sudah bisa pulang. Tadi Nani yang

ngabari aku, katanya dia bisa ngurus sendiri. Jadi aku nggak perlu datang

ke rumah sakit katanya. Juga biar bimbinganku hari ini bisa berjalan

lancar, maklum selama Tiwi sakit aku sudah bolos bimbingan selama tiga

kali. Tapi ajaibnya Mas, Tiwi itu sembuh tepat dihari ulang tahunku. Jadi

nanti malem kami mau ngadain syukuran kecil-kecilan. Mas Rafli dateng

ya......aku dah bilang sama yang lain, katanya boleh, malah bisa bikin

suasana tambah rame katanya, coz kami cuman bertiga, jadi kurang seru

kalo nggak ngundang temen-temen yang lain.”

“Oke...insya Allah aku bisa, jam berapa?”

“Habis isya aja Mas, sekitar jam setengah delapan. Jadi biar nggak

terlalu kemaleman. Insya Allah jam sembilan selesai”

“Tapi aku datengnya bawa temen juga ya?...”

Mohammad Rofi’i production 20085

Page 6: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

“Iya nggak apa-apa...berapa jumlah temen yang mau diajak ikut

Mas?, biar kami bisa persiapin jumlah menunya.”

“Di kos cuma ada Idris sama Ardi, jadi hanya mereka berdua yang

akan kuajak ikut.”

“Oke...bisa, aku tunggu di kos nanti malem ya..”

Setelah itu dosen yang kami nanti-nanti akhirnya muncul juga.

Kupersilahkan Risma untuk bimbingan dahulu, karena dia yang sedang

bermasalah dengan tugasnya.

Sembari menunggu giliran untuk bimbingan, kubuka buku kecil

warna hijau yang ada di saku tasku. Sebuah kitab karangan Imam Nawawi

Al-Bantani, seorang Ulama Klasik asli Indonesia yang namanya

melegenda sampai ke semua penjuru dunia, termasuk di timur tengah.

Kitab itu berjudul “Nashaihul Ibad, nasihat-nasihat untuk para hamba”.

Kitab itu berisi tentang tuntunan-tuntunan hidup yang diambil dari hadits

Nabi, perkataan para sahabat dan juga orang-orang ‘alim. Aku suka sekali

membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab

itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi karena kesibukanku dan

juga menuruti perkataan orang tua yang mengharuskanku untuk lebih

konsen pada kuliah, maka hingga hari ini aku belum punya kesempatan

untuk mengkajinya. Meskipun aku belum pernah mengkajinya, aku tetap

ingin tahu isi kitab itu. Maka sebagai alternatifnya aku membeli kitab itu

dalam versi terjemahan bahasa indonesia, sehingga bisa lebih memudahkan

pemahamanku.

Setelah sekian lama tenggelam dalam isi kitab itu, tiba-tiba ada

suara memanggilku.

“Mas Rafli, aku sudah selesai, silahkan gantian sampeyan yang

bimbingan, biar aku yang gantian nunggu disini, nanti kita pulangnya

sama-sama ya?...” ucap Risma kepadaku.

“Pulang sama-sama?............” tanyaku dalam hati, meski ini bukan

yang pertama kali ia mengajakku untuk pulang sama-sama dengan naik

angkot saat kami melaksanakan bimbingan bersama. Maklum kos kami

Page 7: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

agak jauh dari kampus. Dan aku pun belum mendapat restu dari orang tua

untuk membawa motor sendiri, jadi ya terpaksa sehari-harinya untuk ke

kampus aku selalu naik angkot.

Sebenarnya dalam hati kecilku aku selalu menolak ajakan dia untuk

pulang sama-sama, dengan alasan bahwa aku adalah seorang aktivis

Kerohanian Islam (Rohis). Sehingga aku takut kalau nanti ada orang yang

salah sangka dan menuduhku memberi contoh yang kurang baik bagi yang

lain. Sebenarnya Risma juga seorang muslimah yang berjilbab dan pernah

juga tergabung dalam Rohis, tapi mungkin untuk hal-hal atau adab

pergaulan semacam ini aku yang lebih tahu dari pada dia.

Namun untuk menjaga perasaan dia, ya mau bagaimana lagi, aku

menurut saja. Tapi meskipun begitu aku tidak pernah duduk berdekatan

dengan dia tatkala kami berada di angkot. Aku selalu mencoba untuk

duduk yang sekiranya aman bagiku, kecuali kalau memang terpaksa,

misalnya saat angkot penuh.

Ya.... seperti itulah. Aku menangkap sinyal-sinyal kalau Risma

ingin selalu dekat dengan aku semenjak kami saling akrab satu tahun yang

lalu. Namun sesegera mungkin kubuang jauh-jauh perasaan itu, aku hanya

menganggap Risma sebagai seorang sahabat saja, tidak lebih. Mengingat

keberadaanku dikampus yang jauh dari rumah ini adalah amanah. Dan

Bapakku sendiri pernah bilang kalau godaan orang mencari ilmu itu salah

satunya adalah wanita. Aku tidak ingin mengecewakan orang tuaku, aku

juga tak ingin aktivitasku terganggu oleh wanita jika aku pacaran. Dan dari

para ustadz yang berceramah juga sering kudapati bahwa mereka sering

mengatakan kalau pacaran justru mendatangkan banyak kemadhorotan dari

pada kebermanfaatan. Intinya mereka ingin berkata kalau pacaran itu

haram namun secara halus. Terlepas dari itu semua, aku sendiri memang

harus fokus pada kuliah, supaya cita-cita yang selama ini kurintis bisa

terwujud secara sempurna.

Akhirnya bimbingan selesailah sudah untuk hari ini. Cukup lama,

satu setengah jam aku menghadap Pak Teguh. Banyak ilmu-ilmu baru

Mohammad Rofi’i production 20087

Page 8: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

yang kudapati dari beliau di hari ini. Dengan langkah kaki penuh semangat

aku segera beranjak dari tempat duduk menuju pintu ruangan untuk keluar.

Kudapati disana ada Risma yang setia menungguiku sejak tadi. Namun kali

ini sepertinya aku punya ide untuk menolak ajakannya untuk pulang sama-

sama. Dengan cara halus kukatakan padanya:

“Maaf Dek Ris, kayaknya aku harus ke perpus dulu. Tadi Pak

Teguh menyuruhku untuk mencari tambahan referensi skripsi. Kalau Dek

Ris mau pulang dulu ya tidak apa-apa, silahkan saja.”

“Ah...nggak apa-apa Mas, aku ikut ke perpus juga. Aku kan juga

butuh tambahan referensi buat skripsiku.”

“Lah De Ris apa nggak persiapan buat acara nanti malem?” kataku

seraya menguatkan opini supaya dia mau pulang lebih dulu.

“Kalau acara nanti malem gampang Mas, ga perlu persiapan tetek-

bengek, paling dua jam juga selesai. Ayo kalau mau ke perpus kita sama-

sama”

“Aduh...maksud hati menghindar dari bahaya, ternyata aku sendiri

yang malah menambah suasana bahaya itu” ucapku dalam hati.

Akhirnya hari ini memang sudah nasibku menjalani begitu banyak

waktu bersama Risma. Mulai dari ke perpus sama-sama, sampai pulang

naik angkot pun kami sama-sama.

Hingga akhirnya sampailah angkot di depan gang jambu.

“Turun pak......” teriak Risma. Setelah itu ia turun.

“Mas Rafli, jangan lupa janjinya, nanti malem ke kosku ya!”

katanya sembari menyerahkan uang ke sopir angkot.

“Iya.... santai saja, aku pasti datang”

Risma memang lebih dulu turun dari angkot dari pada aku. Karena

tempat kosnya satu gang lebih dekat dari pada tempat kos-kosanku.

Ditengah kesendirianku didalam angkot, aku sejenak termenung

dalam lamunanku.

“Kok bisa ada wanita yang bersikap seperti itu kepadaku”

gumamku.

Page 9: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

Sangatlah pantas kalau aku merasa heran dengan sikap Risma

kepadaku, karena sebelumnya belum pernah ada wanita yang bersikap

demikian kepadaku. Aku terkenal sebagai sosok yang dingin pada wanita,

namun sepertinya Risma tak peduli dengan semua itu.

Dan yang lebih membuatku heran adalah bahwa Risma juga

merupakan sosok yang tidak terlalu suka jalan-jalan kesana-kemari dengan

lelaki. Ia benar-benar wanita yang memproteksi diri, tapi mengapa dengan

aku dia bisa cair?.

Pernah suatu ketika ada teman kuliah yang mencoba nembak dia

waktu dikampus. Langsung saja Risma menolaknya secara mentah-mentah

didepan umum. Dan kejadian seperti itu tidak terjadi sekali dua kali, tapi

sudah sampai empat kali mungkin. Maklum, Risma bisa dikategorikan

sebagai wanita yang mempunyai paras cantik. Jadi, lelaki mana yang tidak

mau jadi pacar dia. Tapi aku tidak mau seperti lelaki-lelaki itu, aku masih

punya adab pergaulan yang kujunjung tinggi serta komitmen untuk tidak

pacaran sebelum naungan yang halal (pernikahan) datang.

Aku hanya bisa berdo’a agar aku tidak terjebak dalam situasi

seperti ini. Aku masih ingin terus istiqomah dijalan yang telah kupilih.

Bukan karena Muhammad Rafli bin Abdul Rahman ini adalah seorang

aktivis Rohis, tapi lebih jauh dari itu, yakni sebagai insan yang beragama

yang mempunyai tata nilai, syariat serta adab yang harus dijunjung tinggi

dan dilaksanakan.

***

Mohammad Rofi’i production 20089

Page 10: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

BAB II

Page 11: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

KADO ISTIMEWA

Adzan maghrib berkumandang bersahut-sahutan. Bagi orang-

orang yang diberi nikmat berupa iman, panggilan suci itu bak kalimat-

kalimat cinta yang keindahannya jauh melebihi karya-karya Khalil Gibran.

Atau jika diibaratkan sebuah simphony, maka secara hakikat kemerduan

suaranya jauh lebih merdu dari karya-karya milik Bethoven.

Seperti biasanya aku yang bertugas untuk mengingatkan teman-

teman satu kos untuk shalat jamaah di masjid. Karena di kos akulah yang

usianya paling tua dan kebetulan diberi amanah sebagai mas’ul. Tapi

sepertinya aku tidak terlalu repot melakukan hal itu untuk hari ini. Karena

yang berada didalam kos selain aku hanya Idris dan Ardi. Mereka sudah

terbiasa untuk shalat jamaah di masjid tanpa harus dipaksa-paksa.

“Idris, ayo kita ke mesjid....”

“Iya Mas, aku ngambil sandal dulu dibelakang”

Sembari menunggu Idris, aku dan Ardi duduk-duduk dulu didepan

kos. Tapi tak lama kemudian Idris pun muncul, lalu kami berangkat ke

masjid bersama.

Diperjalanan menuju masjid aku menceritakan hal-hal yang

kualami hari ini, termasuk niatan Risma untuk mengundangku di hajatan

ulang tahunnya.

“Eh nanti habis isya aku diundang makan-makan lho. Temenku

Risma hari ini ulang tahun, sekalian syukuran temen satu kosnya yang baru

pulang dari rumah sakit. Aku sudah bilang sama dia kalau mau ngajak

kalian juga biar tambah rame. Katanya sih boleh, tapi aku nanti tolong

ditemeni beli kado buat dia ya... kan nggak enak kalau dateng ke pesta

ulang tahun tanpa membawa kado”.

“Oo...Mba Risma yang sering dateng ke kos itu ya Mas. Kok Dia

perhatian banget sama sampeyan ya Mas. Kayaknya Mas Rafli cocok kalau

Mohammad Rofi’i production 200811

Page 12: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

sama dia. Mba Risma kan cantik sedangkan Mas Rafli juga lumayan cakep

lah. Hehe............. ”Ardi mencoba menggodaku.

“Cakep tapi dikit kan?, banyakan kamu. Hehe......” bantahku.

“Iya Ardi, dia juga sering telfon Mas Rafli. Kayaknya kalau aku

lihat dia punya feeling tuh sama Mas Rafli” tambah Idris.

“Punya feeling gimana maksudnya?” tanyaku pada Idris.

“Ya itu Mas, istilahnya dalam bahasa Romeo and juliette itu jatuh

cinta” tandasnya.

“Ah jangan ngomong yang macem-macem kamu Id, Ngga baik

ngomong kayak gitu” aku coba menepis pendapat mereka.

“Tapi kalau fakta-faktanya mendukung seperti itu gimana Mas?,

Apa Mas Rafli mau mengelak?” tambah Ardi.

“Ya meskipun seperti itu kita tetep nggak boleh bicara

sembarangan, apalagi kalau menyangkut soal cinta, urusannya bisa

menjadi rumit. Aku ngga selera kalau ngomong-ngomong dengan tema

kayak gitu”

“Ya kita-kita sebagai adik hanya bisa berdo’a supaya Allah SWT

memberikan sesuatu yang terbaik untuk Mas Rafli, termasuk untuk urusan

jodoh. Hehe..... kan sebentar lagi sampeyan mau lulus. Setelah itu pasti

kerja dan mau cepet-cepet nikah kan?. Aku masih ingat perkataan Mas

Rafli dulu, kalau sudah lulus dan punya pekerjaan mapan mau segera

menikah. Iya kan Mas?” ucap Idris.

“Iya, memang keinginanku seperti itu. Tapi belum tentu aku mau

menikah dengan Risma kan?” sekali lagi aku mencoba mematahkan opini-

opini mereka.

“Hehehe..........”mereka berdua malah tertawa ngekek.

Akhirnya sampai juga kami didepan Masjid Baiturrahim. Jarak

antara masjid dengan kos kami lumayan jauh, namun kami mencoba untuk

selalu istiqomah dalam melaksanakan kesempurnaan ibadah lewat shalat

berjama’ah. Itulah hal yang membuatku senang berada diantara orang-

orang seperti Idris dan Ardi serta teman-teman yang lain yang pemahaman

Page 13: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

agamanya memang sudah bagus. Jadi kami bisa saling mengingatkan satu

sama lain tentang urusan ibadah.

Selesai shalat magrib berjama’ah biasanya kami langsung pulang

lalu melakukan tilawah Al-Qur’an bersama-sama, setelah itu ada kajin

kitab hadits Riyadlus Shalihin yang juga merupakan karya Imam Nawawi

Al-Bantani. Tapi karena banyak anak kos yang pulang, maka untuk

sementara kajian diliburkan. Untuk itu aku merubah planning, yakni

selesai shalat aku harus mencari kado untuk Risma. Maka kuajaklah kedua

temanku iIdris dan Ardi untuk jalan-jalan mencari sesuatu yang pantas

untuk dijadikan kado.

“Mau nyari kado yang seperti apa Mas?” tanya Ardi.

“Wah bagusnya kalau kado ulang tahun itu apa ya Di?, Idris, kamu

punya ide ngga?” aku balik tanya pada mereka.

“Lah Mba Risma itu hobbinya apa Mas?” gantian Idris yang tanya.

“Katanya sih dia hobby kalau baca buku, terutama tentang

kewanitaan” jawabku.

“Kalau gitu Mas Rafli ngasih kadonya berupa buku aja. Nah

kebetulan tuh didepan kan ada toko buku Nurul Hikmah, kita coba nyari-

nyari buku tentang kewanitaan disana aja gimana Mas?” Idris memberikan

usul.

“Wah encer juga otakmu Id” sambungku dengan perasaan senang

karena telah menemukan solusi.

Kalau soal pecah-memecah urusan, Idris memang jagonya.

Orangnya sangat cerdas, kreatif dan banyak ide. Makanya tak heran jika

dikampus dia mendapat amanah sebagai Ketua Departemen Penelitian dan

Pengembangan (litbang) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat

fakultas. Selain itu prestasi akademiknya juga selalu bagus. Ia sekarang

beranjak semester enam, terpaut dua semester denganku. Selama lima

semester kemarin IPnya tidak pernah kurang dari tiga koma.

Subhanallah.........

Sesampainya di toko buku Nurul Hikmah kami langsung hunting

Mohammad Rofi’i production 200813

Page 14: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

buku dari satu rak ke rak yang lain. Untuk menghemat waktu kami berbagi

tugas, aku hunting di rak tengah, Idris di rak sebelah kiri dan Ardi di rak

sebelah kanan.

Tak lupa aku pesan pada mereka:

“Nyarinya buku tentang kewanitaan ya!, cari yang keluaran terbaru

yang kira-kira Risma belum pernah baca.”

“Oke Mas” sahut mereka.

Setelah sekitar sepuluh menit mencari akhirnya:

“Ketemu.....” teriakku kegirangan.

“Wah dapet buku apa itu Mas?” tanya Ardi.

“Who wants to be a best moslemah, karangan Mafaza An-nuriyya”

jawabku.

Ya.... resensi buku itu pernah kubaca disurat kabar ibu kota

kemarin. Isinya sangat bagus, menyikapi pola kehidupan wanita dari

berbagai sudut pandang. Didalamnya juga berisi fatwa-fatwa dari hadits

dan juga dari orang-orang populer didunia. Tak jarang pula fatwa-fatwa itu

diambil dari kitab Nashaihul Ibad yang sering aku baca. Kesempurnaan

isinya juga dilengkapi dengan tips-tips untuk menjadi muslimah yang

berkarakter, menjadi muslimah yang cerdas, menjadi istri shalihah untuk

suami yang shalih dan lain-lain. Adab pergaulan muslimah pun disinggung

disana. Intinya buku ini sangatlah bagus dan cocok untuk seorang

muslimah sekaliber Risma.

“Yah... buku ini saja, ini juga keluaran terbaru kok, dan bisa

dipastikan kalau Risma belum pernah membacanya” tandasku pada teman-

teman.

“Ya udah itu aja ngga apa-apa. Memang harganya berapa Mas?”

tanya Ardi.

“Lima puluh ribu dapet diskon sepuluh persen”

“Berarti bayarnya empat puluh lima ribu. Mas Rafli punya duitnya

nggak?” tambah Ardi.

“Oh iya, aku lupa kalau aku belum ditransfer duit dari rumah. Uang

Page 15: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

dikantong Cuma tinggal tiga puluh lima ribu, hanya cukup untuk makan

empat atau lima hari” jawabku.

“Oh iya Id, kamu kemaren baru dapet kiriman dari kakakmu kan?,

kalau aku pinjam dulu buat beli buku ini bisa nggak?, nanti kalau aku

sudah ditransfer segera aku ganti.” Pintaku pada Idris.

“Iya Mas ngga apa-apa, aku malah merasa senang bisa membantu

Mas Rafli” jawab Idris dengan kata-kata yang sangat menghibur hatiku.

Memang kami anak-anak satu kos sudah terbiasa untuk hidup

saling berbagi, termasuk masalah uang. Jadi masalah pinjam-meminjam

uang sudah menjadi hal yang lumrah bagi kami. Dan kami tidak pernah

ribut untuk urusan itu, karena semuanya orang-orang yang sangat amanah.

“Buku ini Mba, sekalian bungkus pakai kertas kado yang rapi ya...

nanti mau aku bikin hadiah untuk temenku yang lagi ulang tahun” pintaku

pada seorang wanita penjaga toko buku itu.

“Kertasnya warna apa Mas?” tanya wanita itu.

“Yang pink aja, wanita biasanya suka dengan warna pink”

jawabku.

Selesai menerima buku yang telah terbungkus kado, kami langsung

cabut ke kos. Waktu untuk sampai pada shalat isya masih lumayan lama,

sekitar lima belas menit lagi. Kusuruh teman-temanku untuk

mempersiapkan diri, jadi selesai shalat jamaah isya nanti kami tidak pulang

lagi ke kos, tapi langsung menuju tempat kosnya Risma.

*********************************************************

Tepat jam setengah delapan aku dan teman-teman sudah sampai

didepan kosnya Risma.

“Assalamu’alaikum................”

“Wa alaikum salam..... wah pangerannya Mba Risma sudah

dateng” jawab seorang wanita dari belakang pintu.

Mohammad Rofi’i production 200815

Page 16: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

Kalau aku boleh menebak, wanita itu pasti Nani, teman satu kos

dengan Risma. Karena yang ada dikos katanya hanya dia, Nani dan Tiwi.

Tapi Tiwi kan baru sembuh dari sakit, jadi nggak mungkin membukakan

pintu malam-malam.

“Tuh bener kan firasatku Mas, temen satu kosnya aja nyebut Mas

Rafli sebagai pangeran buat Mba Risma” Idris kembali menggoda. Tapi

aku acuh, aku tak mau meributkan hal semacam itu ditempat orang lain.

Apalagi ini dikosnya Risma.

Tak lama kemudian orang yang punya gawe keluar.

“Mas Rafli masuk, temen-temennya diajak juga ya. Nih disini

sudah pada ngumpul kok” sapa Risma dengan suara khas wanita yang

lembut dan penuh kesahajaan.

Aku melihat disana juga ada teman-teman kampusku yang lain.

Tapi yang ada hanya para wanita. Rupanya satu-satunya lelaki yang

diundang di hajatan ulang tahunnya hanyalah aku. Untung aku mengajak

teman-teman kos, kalau tidak, aku pasti tidak bisa membayangkan

bagaimana nasibku saat ini.

Kulihat disana ada Santi, Nilam, Dewi, Cindy, dan beberapa yang

lain aku kurang begitu mengenal.

“Eh Raf, kamu dateng juga ya.... aku kira Risma cuma ngundang

cewek-cewek doank” seloroh Nilam kepadaku.

“Iya Nilam, tadi pagi kami ketemu dikampus dan aku diundang

buat dateng malam ini. Jadi ya.....aku dateng aja” jawabku dengan enteng.

Sepertinya hajatan akan segera dimulai. Namun sebelum hajatan

dimulai aku ingin menyerahkan kado yang sudah kubawa kepada Risma.

Rupanya Risma masih agak repot dengan persiapan hajatan. Lalu tak lama

kemudian sepertinya dia sudah agak luang. Tanpa basa-basi aku segera

beranjak dari tempatku lalu menghampiri Risma.

“Dek Ris, ini aku ada sedikit hadiah dihari ulang tahunmu”

“Wah apa ini Mas, kado untukku ya. Harusnya mas Rafli nggak

perlu repot-repot. Aku ngundang Mas Rafli kan bukan berharap supaya

Page 17: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

dapet kado”

“Iya aku tahu itu. Tapi aku juga ngasih kado itu dengan tulus ngga

ada perasaan terbebani. Ya sudah yang penting diterima saja.”

“Makasih ya Mas. Mas Rafli memang baik hati”

Akhirnya hajatan dimulai juga. Dan aku ditugasi untuk memimpin

do’a. Hajatan malam itu sangatlah menyenangkan. Meski yang hadir hanya

beberapa, tapi kehangatan suasananya membuat kami merasa bahagia.

Terlebih Risma, karena ini adalah hajatan ulang tahunnya.

Tanpa sepengetahuan teman-temanku yang lain, karena aku takut

mereka salah paham, aku selipkan sepucuk surat dibagian bawah kado itu.

Kepada Sahabatku Kharisma

WidyastutiDi dalam naungan cinta Allah SWT

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kuberanikan diriku menulis sepucuk surat ini meski ketakutanku jauh lebih besar dari padanya. Melalui surat ini pula terpanjat sebuah do’a dari hambaNya yang tulus dengan berharap bahwa Dia akan memberikan perlindungan dunia-akhirat pada wanita yang berseri-seri hatinya, yang sedang membaca surat ini.

Sahabatku Risma....Hari ini begitu berharga bagimu,

semoga Engkau mendapat keluhuran sebagai wanita mulia diusiamu yang

Mohammad Rofi’i production 200817

Page 18: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

kedua puluh dua ini. Semoga Allah SWT menganugerahimu dengan waktu-waktu yang diagungkan. Penuh kesyukuran tatkala memperoleh kebahagiaan, serta penuh kesabaran tatakala menghadapi cobaan. Semoga keimanan selalu melekat dihati laksana pakaian yang tak pernah lapuk dimakan usia. Dan semoga ketakwaan selalu menjadi penghias akhlakmu dalam setiap laku.

Sahabatku Risma.....Diriku turut memuja dan mendo’a

untuk dirimu, keluargamu dan orang-orang yang kau cintai agar senantiasa dianugerahi dengan keselamatan dan kebahagiaan oleh-Nya, Sang Raja Manusia. Amiin amiin ya Robbal ‘Aalamiin..

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabatmu

Rafli

Semoga kado yang kuberikan padanya tidak salah. Kado itulah

yang kelak akan melabuhkan aku menuju dermaga cinta dengan pilihan

yang benar-benar sulit.

Page 19: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

***

Mohammad Rofi’i production 200819

Page 20: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

BAB III

BERTEMU DENGAN HATI MUTIARA

Tepat pukul 14.00 aku telah sampai di kos, panas sekali cuaca

saat itu. Aku baru pulang dari kuliah dan bimbingan. Rasanya capek sekali,

ingin aku merasakan nikmatnya istirahat dengan tidur siang, paling tidak

sampai menjelang shalat ashar nanti. Belum sempat mataku terpejam,

handphoneku berbunyi nyaring sekali. Rupanya ada yang menelfon,

langsung saja kuangkat.

“Assalamu alaikum Akh Rafli, nanti sore kita syuro ya?, antum

tidak lupa kan?”.

Rupanya yang sedang menghubungi aku adalah Mba Ani. Dia

adalah seketarisku di lembaga.

Page 21: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

“Astaghfirullah,.. aku hampir lupa Mba. Nanti syuro’nya jam

empat kan?ditempatnya Mba Ani. Insya Allah aku bisa. Kalau temen yang

lain gimana?” aku menjawab.

“Yang lain sudah aku hubungi. Ukhti Ranti, Akh Ridwan, Ukhti

Mawar dan Ukhti Santi. Semuanya Insya Allah bisa”

“Oke..Insya Allah aku juga bisa. Syukran ya sudah diingatkan”

“Sama-sama, Wassalamu alaikum....”

“Wa alaikum salam”

Dilembaga aku adalah koordinator meski dari segi usia bukan yang

paling tua. Mba Ani, Mba Ranti dan Mas Ridwan satu angkatan diatasku,

sedangkan Mawar dan Santi angkatan dibawahku. Bahkan Mba Ani, Mba

Ranti dan juga Santi kebetulan satu program studi denganku.

Lembaga kami bergerak dibidang pendidikan, kami mempunyai

beberapa lini yang mengelola bidang masing-msing. Ada Lembaga

Bimbingan Belajar (LBB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

Perpustakaan dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Lembaga kami

bersifat independen namun masih tetap mengusung agenda dakwah, karena

dakwah itulah semangat kami dalam berjuang.

****************************************************

Waktu menunjukkan pukul 15.45, itu artinya aku harus bersiap-siap

untuk berangkat syuro’. Seperti biasanya, Mas Ridwan sudah ada didepan

kosku untuk mengajakku berangkat bersama.

“Akh Rafli sudah siap?,....ayo berangkat bareng” ajaknya.

“Iya Akh aku sudah siap”

Sampai ditempat Mba Ani tepat pukul 16.00, itu artinya kami tidak

telat dan syuro pun langsung dimulai. Seperti biasanya pula aku yang

memimpin syuro, karena akulah koordinatornya. Setelah mengucap salam,

aku mengawali dengan puji-pujian kehadirat Allah SWT dan salawat pada

Nabi Muhammad SAW, setelah itu kusuruh Mas Ridwan untuk membaca

Mohammad Rofi’i production 200821

Page 22: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

tilawah Al-Qur’an, baru agenda syuro dimulai. Dan tak lupa diakhir nanti

kami pun akan menutupnya dengan bacaan hamdalah dan do’a penutup

majelis. Begitulah adab syuro kami dan akan selalu dilaksanakan dengan

format seperti itu.

Selesai syuro akupun berniat untuk langsung pulang menuju tempat

kos, namun singgah dimasjid dulu untuk mengikuti jamaah salat magrib.

Syuro sore itu berjalan agak alot, sehingga selesainya jam 17.45, hampir

mendekati waktu maghrib.

Namun baru sampai dihalaman, tiba-tiba ada suara yang

memanggilku.

“Akh Rafli.....Akh Rafli”

“Iya..........” aku menyahut.

Ternyata yang memanggilku adalah Mba Ranti, bendaharaku di

lembaga. Kulihat sekilas ia tengah lari-lari kecil menghampiriku.

“Akh Rafli, antum kosnya dekat dengan toko buku Nurul Hikmah

kan?”

“Iya betul, ada yang bisa kubantu Ukhti?”

“Gini Akh,...boleh nggak kalau aku minta tolong pada antum buat

beliin aku buku disana, judulnya who wants to be a best moslemah,

karangan Mafaza An-nuriyya. Aku dah kebelet pengen baca buku itu, tapi

untuk kesana malem ini aku nggak sempet, malem ini aku banyak tugas.

Kalau nitip antum kan besok pagi aku sudah bisa membacanya. Kita besok

pagi jam tujuh kuliah bareng kan?”

“who wants to be a best moslemah? Itu kan buku yang kubelikan

untuk kado buat Risma kemarin” kataku dalam hati.lalu kujawab:

“Iya Ukhti, Insya Allah ya. Kebetulan aku sekarang mau ke masjid

Baiturrahim untuk shalat maghrib. Toko buku Nurul Hikmah kan ada

didepannya, jadi nanti Insya Allah bisa langsung kubelikan. Nah besok

paginya pas kita kuliah bareng nanti aku kasih ke antum. Gitu aja ya....”

“Iya, syukran Akh Rafli”

“Sama-sama. Yuk...Assalamu alaikum” ucapku untuk berpamitan.

Page 23: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

“Wa alaikum salam” jawab Mba Ranti.

“Oh ya ini uangnya Akh Rafli” Mba Ranti kembali bicara

denganku.Tapi kali ini dengan volume agak keras karena aku sudah ada

diatas motor dan segera cabut.

“Ah gampang, besok aja Ukhti” sahutku.

“Oo..gitu, sekali lagi syukran jazakillah Akh Rafli”

“Iya, wassalamu alaikum” jawabku lagi.

Lalu aku tak lagi mendengar suaranya, mungkin ia menjawab

salam itu tapi dengan suara yang lirih.

Sebenarnya aku sudah lama berada dalam satu organisasi dengan

Mba Ranti, semenjak kami sama-sama di Rohis jurusan kami dulu. Selama

ini aku mengenal sosok Beliau hanya sebatas rekan kerja saja. Tidak

pernah sama sekali kami membicarakan hal yang lain selain agenda

organisasi saat kami bertemu. Bahkan dikampus sekalipun kami sangat

sungkan untuk ngobrol, kecuali itu penting dan berkaitan dengan agenda

dakwah. Mungkin karena rasa saling perkewuh itulah yang membuatku

kurang mengenal sosok beliau secara pribadi.

Namun perasaan saling perkewuh itu menjadi sirna tatkala aku

mengirim ucapan selamat menunaikan ibadah puasa pada beliau saat

momen ramadhan kemarin. Aku memang nekat melakukannya, karena jika

difikir-fikir beliau itu sudah lama jadi rekan kerjaku, jadi sangat lucu kalau

tidak ada saling keakraban diantara kami. Memang, menjaga adab

pergaulan sangatlah perlu. Tapi menurutku untuk sekedar bisa saling

bertegur sapa dan saling mengenal satu sama lain bukanlah hal yang salah.

Bukankah dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwasannya manusia

diciptakan sebagai pria, wanita, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa

adalah untuk saling mengenal satu sama lain. Selain itu juga disebutkan

bahwasannya sesama muslim ibarat satu tubuh (saudara). Jika yang satu

sakit maka yang lain pun ikut merasakan sakitnya. Jika sesama muslim

tidak saling mengenal, bagaimana ia bisa berbagi dengan saudaranya?.

Bagaimana ia bisa tahu permasalahan saudaranya?. Dan bagaimana ia bisa

Mohammad Rofi’i production 200823

Page 24: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

merasakan sakit saudaranya?

Semenjak saat itu beliau dan aku mulai berani bertegur sapa tatkala

bertemu. Baik dijalan, dikampus ataupun dimana saja. Keakraban pun

mulai tejalin perlahan demi perlahan. Hingga saat ini, keakraban kami

telah berlangsung selama tiga bulan. Namun aku sendiri tak mau telalu

cair. Aku tetap menjaga adab-adab pergaulan yang sesuai dengan syariat.

Mengingat juga bahwa statusku yang saat ini adalah seorang Ikhwan dan

beliau pun seorang akhwat.

Setelah ada rasa saling mengenal itulah aku baru bisa menilai

beliau. Ternyata beliau itu seorang yang sangat menyayangi keluarga.

Berhati lembut, mulia dan bersahaja. Akhlak beliau yang layak dipuji itu

mengimbangi nikmat dari Allah SWT berupa paras nan cantik. Beliau juga

adalah sosok yang sangat mempunyai jiwa wanita dan Insya Allah

Shalihah. Aku merasa seakan telah mengenal sosok yang berhati mutiara.

Pernah suatu ketika dikala malam beliau missed call ke

handphoneku. Aku tak berani mengangkat karena waktu masih

menunjukkan pukul dua lebih tiga puluh menit. Aku bingung sekaligus

keheranan ada akhwat sekaliber Mba Ranti berani melakukan hal itu.

Karena biasanya untuk sekedar mengirim sms diatas jam delapan malam

saja mereka enggan. Tidak akhsan katanya.

Lalu pagi harinya setelah usai shalat subuh (waktu yang dianggap

sudah akhsan untuk menelfon atau mengirim sms kepada lawan jenis) aku

coba kirim sms pada beliau untuk konfirmasi.

“Asssalamu alaikum. Afwan Ukhti, tadi malem antum missed call aku ya. Kalo boleh tahu ada apa ya?”

“Oo...itu ya. Afwan Akh, aku cuma coba ngingetin saudaraku aja untuk bangun dan bermunajat kepada Allah SWT. Sekalian biar saudaraku ini bisa melakukan

Page 25: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

sahur kalau mau melaksanakan puasa sunnah. Tapi afwan kalau malah mengganggu”

“Oh....gitu ya, kalau gitu syukran pada Mba Ranti. Insya Allah tidak mengganggu kok. Justru aku malah seneng kalau ada yang ngingetin untuk urusan ibadah. Syukran ya. Wassalamu alaikum”

“Sama-sama, wa alaikum salam”

Dari hal sekecil itupun aku bisa menilai kalau Mba Ranti juga

seorang yang rajin dalam melaksanakan ibadah shalat malam dan puasa

sunnah. Karena tak mungkin seseorang menyuruh orang lain melaksanakan

ibadah sedangkan ia sendiri tak melakukannya. Mungkin itulah cerminan

sifat shalihah yang dimiliki oleh beliau. Dan aku pun menjadi termotivasi

untuk senantiasa bermunajat pada Allah SWT setiap malam. Karena kalau

boleh jujur, sebelumnya aku masih sulit untuk melakukan aktivitas itu.

***

Mohammad Rofi’i production 200825

Page 26: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

BAB IVKALA CINTA BERMEKARAN BAGAI BUNGA DIMUSIM SEMI

Dipagi harinya aku berangkat kekampus pukul 6.30, karena hari ini

kuliah Seminar akan dimulai jam tujuh. Seperti biasanya aku naik angkot

menuju ke kampus. Sesampinya angkot didepan gang jambu tiba-tiba,

“Assalamu alaikum Mas Rafli”

Ada orang yang memanggilku, dan ternyata itu adalah Risma. Aku

tadi tidak melihat waktu ia masih dijalan menunggu angkot, karena aku

sedang konsen dengan makalah yang akan ku bawakan dalam seminar

nanti.

Tanpa ada basa-basi sama sekali ia langsung duduk disampingku.

Kumaklumi karena saat itu angkot sedang penuh dengan ibu-ibu yang mau

berangkat ke pasar.

Page 27: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

“Makasih ya Mas atas pemberian kadonya kemarin. Ternyata isinya

buku yang sangat bagus. Aku menyukainya dan sudah menghatamkan

setengah dari keseluruhan isinya.”

“Iya sama-sama. Alhamdu Lillah kalau Dek Risma suka dengan

bukunya. Berarti aku tidak salah pilih dengan buku itu”

Angkot terus melaju. Seiring dengan laju angkot, mulut Risma juga

tak ada henti-hentinya memainkan kata-kata yang tertuju kepadaku. Mulai

dari cerita masalah keluarga, teman-teman kos, kuliah dan lain-lain.

Sebagian besar ceritanya aku sudah tahu, karena dia juga sering

menceritakan hal itu.

Tak lama kemudian sampailah angkot didepan kampus kami.

“Turun pak!” teriakku.

Kami berdua lantas turun lalu berjalan menuju ruangan kelas yang

akan kami tempati dalam perkuliahan. Sesampainya disana aku sudah

mendapati Mba Ranti tengah duduk dibangku paling depan. Risma pun

lantas menyalami beliau dan dilanjutkan dengan cipika-cipiki. Begitulah

adab seorang Akhwat tatkala bertemu saudaranya seiman.

“Aku ke perpus jurusan dulu ya, mau ngambil fotocopyan” ucap

Risma kepada kami seraya berpamitan.

Kemudian aku mendekati Mba Ranti.

“Oh ya Akh Rafli, dapat kan bukunya” tanya beliau.

“Dapat Mba, ini bukunya”

“Wah makasih ya. Oh ya berapa harganya Akh?” beliau kembali

bertanya.

“Ah...nggak usah Mba, anggap saja itu hadiah dariku. Sebagai

ungkapan rasa terima kasih karena Mba Ranti selama ini telah banyak

men-supportku”

“Wah Mba Ranti malah jadi ngga enak nih. Nggak apa-apa kok

Dek nih duitnya ambil aja.” Beliau memanggilku dek mungkin karena aku

memanggilnya Mba. Biasanya beliau memanggilku Akhi karena aku juga

memanggilnya dengan sebutan ukhti. Begitulah, sesuai selera. Disamping

Mohammad Rofi’i production 200827

Page 28: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

juga menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.

“Nggak...nggak usah Mba, beneran. Sekali lagi itu sebagai

ungkapan rasa terima kasih karena Mba Ranti telah banyak men-supportku

selama ini”

“Waduh makasih ya. Syukran jazakillah khoir”

“Sama-sama Mba”

Lalu kami pun menempatkan diri pada posisi duduk kami masing-

masing karena perkuliahan akan segera dimulai.

********************************************************

Pukul 9.30 perkuliahan selesai, aku segera beranjak keluar ruangan

karena agendaku hari ini masih banyak. Survey ke sekolah yang akan

kugunakan untuk penelitian, mengerjakan revisi-revisi skripsiku dan masih

ada segudang aktivitas lain. Beberapa hari ini waktuku seolah-olah

dihitung dari menit ke menit. Jadi tidak ada waktu bagiku untuk santai-

santai. Juga dalam mengerjakan sesuatu aku tidak boleh lelet, agar semua

agenda dapat selesai sesuai deadline.

Tetapi baru sampai pintu ruangan kuliah sudah ada orang yang

menungguiku.

“Akh Rafli, tolong antum tanda tangan disurat ini ya. Ini surat yang

akan kita antar ke sekolah dalam rangka perijinan pelaksanaan try out

UNAS yang akan kita laksanakan”

Rupanya orang yang menunggui aku itu adalah ukhti Santi.

“Iya Ukhti, sini suratnya biar aku tanda tangani. Antum mau

nyebarin kapan?”

“Sekarang Akh, soalnya jika tidak cepat-cepat kita akan dikejar

agenda yang lain”

“Oo..gitu, tapi afwan aku belum bisa bantu banyak, nanti jika

semua agendaku sudah kelar Insya Allah akan intens lagi dilembaga.

Soalnya jika tidak dikejar, penelitian skripsiku bias molor lagi”

“Iya nggakapa-apa kok Akh. Kami semua tahu dan paham akan hal

Page 29: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

itu. Yang penting Akh Rafli beresin dulu skripsinya biar cepat lulus.”

“Iya Insya Allah. Syukran Ukhti”

Kami pun kemudian saling berpamitan untuk melaksanakan agenda

masing-masing.

Aku segera berjalan menuju halte bus untuk menunggu angkot

menuju SMA Negeri 6 Semarang, sekolah calon tempat penelitianku. Aku

sengaja memilih sekolah itu karena aku dulu pernah melaksanakan praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) disana.

Tak lama kemudian angkot yang ditunggu-tunggu ternyata telah

datang. Butuh waktu empat puluh menit untuk sampai disana. Lumayan

jauh. Namun aku tetap bersemangat untuk mengadakan penelitian disana.

Karena disamping sudah familiar dengan warga sekolahya, disekolah itu

juga tersimpan banyak cerita menarik dan sangat berkesan sewaktu PPL

dulu bersama teman-temandan murid-murid.

Diperjalanan didalam angkot tiba-tiba handphoneku berdering.

Kulihat ternyata yang menghubungiku adalah Diva, murid SMA 6.

“Pak Rafli, jadi kan datang ke sekolah?”

“Jadi, ni aku masih diperjalanan. Seperempat jam lagi sampai.

Ditunggu aja”

“Iya Pak, ni kami sedari tadi dah nunggu-nunggu, tapi Pak Raflinya

kok belum dating-datang sih.”

“Oh..tadi Pak Rafli ada kuliah, jadi ya sekarang baru bisa keluar”

“yaudah deh, kami tunggu ya Pak. Assalamu’alaikum”

“wa alaikum salam”

Diva adalah murid spesialku, karena dia yang paling dekat dengan

aku. Semua berawal ketika dulu aku masih PPL dia sering curhat dan

konsultasi kepadaku. Terutama masalah keagamaan. Dan terutama lagi

masalah jilbab.

Suatu ketika Diva bertanya kepadaku tentang masalah kewajiban

memakai jilbab.

“Apakah benar kalau memakai jilbab itu wajib bagi seorang

Mohammad Rofi’i production 200829

Page 30: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

muslimah?” katanya.

Lalu kujawab “Tidak salah”

“Tapi Pak, kata teman-temanku kalau aku memakai jilbab nanti

eman-eman banget rambutku yang indah ini harus selalu tertutupi. Dan

katanya juga kalau aku memakai jilbab akan jadi berkurang kecantikanku.

Aku kan nggak mau Pak”

“Ah itu alasan yang sudah biasa. Tapi tolong dijawab dengan jujur,

kalau memang memakai jilbab itu wajib, apakah Diva mau memakainya?”

“Ya Diva harus tahu dulu esensi memakai jilbab itu apa?” kilah dia.

“Memakai jilbab bukanlah sebuah life style, bukan hanya mengikuti

trend atau mode, bukan hanya sebuah aksesoris pakaian belaka, tapi

keberadaannya adalah sarana untuk menutupi aurat. Diva tahu aurat wanita

itu batasannya apa saja?”

“Tahu sih, tapi takut salah persepsi. Mending Pak Rafli sebutin aja”

“Oke. Jadi aurat wanita itu adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan

telapak tangan. Aurat wajib tertutupi terutama ketika shalat. Aurat juga

hendaknya tidak diperlihatkan kepada orang lain kecuali itu sesama jenis,

orang yang halal baginya atau dengan muhrimnya. Semuanya bertujuan

untuk menghindari fitnah”

BAB V

COBAAN-COBAAN

BAB VI

HATIKU LAYU DITELAN SALJU

BAB VII

Page 31: pemunajatcinta.files.wordpress.com · Web viewAku suka sekali membaca kitab itu, dulu aku pernah punya keinginan untuk mengkaji kitab itu di pondok pesantren sekitar kampusku, tapi

PENGANTIN ITU MILIKKU

BAB VIII

ROCK-KASIDAH

BAB IX

GADIS SUNDA

BAB X

PILIHAN YANG MEMBERATKAN

BAB XI

TAFSIR AL-CINTA

Mohammad Rofi’i production 200831