142
i VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA BAHASA INDONESIA DI GEREJA GANJURAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Theresia Margyanti Handayani Pratiwi NIM: 151224034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

i

VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE

PADA HOMILI MISA BAHASA INDONESIA

DI GEREJA GANJURAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Theresia Margyanti Handayani Pratiwi

NIM: 151224034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

iv

MOTTO

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya

kepada Tuhan!

(Yeremia 17:7)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan

bertekunlah dalam doa

(Roma 12:12)

Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian

(Peribahasa)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini ku persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya yang tiada tara

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Bapak Ibu tercinta, Tri Subagyo dan Yuliana Winarti, yang tidak

pernah berhenti memberikan dukungan dan doanya selama

ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Oktober 2019

Penulis,

Theresia Margyanti Handayani Pratiwi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Theresia Margyanti Handayani Pratiwi

NIM : 151224034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE

PADA HOMILI MISA BAHASA INDONESIA

DI GEREJA GANJURAN

Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 21 Oktober 2019

Yang menyatakan,

Theresia Margyanti Handayani Pratiwi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

viii

ABSTRAK

Pratiwi, Theresia Margyanti Handayani. 2019. Variasi Keformalan Campur

Kode pada Homili Misa Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Campur kode sering terjadi ketika menyampaikan sebuah pesan atau

gagasan dalam situasi formal maupun non formal. Hal ini dapat ditemukan dalam

penyampain pesan kehidupan melalui situasi keagamaan. Peristiwa campur kode

menyebabkan adanya variasi dari setiap kode ragam bahasanya

Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi

keformalan, dan (3) faktor campur kode pada Homili Misa bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang jenis

campur kode, jenis variasi keformalan dan faktor campur pada kode Homili Misa

bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran.

Jenis penelitian ini adalah penelitan deskriptif kualitatif. Data penelitian

berupa rangkaian kalimat, dan objek penelitiannya adalah variasi keformalan

campur kode yang terdapat dalam kalimat-kalimat Homili Romo di Gereja

Ganjuran. Data ini berjumlah 35 yang terdapat data faktor penyebab, data jenis

campur kode, dan data jenis variasi keformalan. Metode pengumpulan data yaitu

simak, rekam, dan wawancara. Kemudian, analisis data yang digunakan, yaitu

teknik bagi unsur langsung dan baca markah.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya tiga unsur yang terdapat

dalam Homili Misa bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran. Unsur yang pertama,

jenis campur kode yaitu ke dalam dan keluar. Unsur yang kedua, jenis variasi

keformalan yaitu (1) ragam santai+ragam santai, (2) ragam resmi+ ragam resmi,

(3) ragam resmi+ragam santai, (4) ragam resmi+ragam akrab, (5) ragam akrab +

ragam resmi, (6) ragam santai+ragam akrab, (7) ragam akrab+ragam santai, (8)

ragam usaha+ragam usaha, dan (9) ragam santai+ragam resmi. Unsur yang ketiga,

faktor penyebab campur kode; faktor kebahasaan yang ditemukan antara lain,

faktor penggunaan istilah yang lebih populer, satu ragam dan tingkat tutur bahasa,

mitra pembicara, pokok pembicara, fungsi dan tujuan.

Kata kunci: campur kode, variasi keformalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

ix

ABSTRACT

Pratiwi, Theresia Margyanti Handayani. 2019. Formality Variation of Code

Mixing at Indonesian Mass Homily at Ganjuran Church. Thesis.

Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education,

Departments of Languages and Arts, Faculty of Teachers Training and

Education, Sanata Dharma University.

Code mixing often occurs when conveying a message or idea in a formal

or informal situation. This can be found in the delivery of messages of life through

religious situations. Code mixing events cause variations in each language code

variety.

This research examines the types of code mixing, types of formality

variations, and code mixing factors at the Indonesian Mass Homily at Ganjuran

Church. The purpose of this research is to describe the types of code mix, types of

formality variations, and code mixing factors in the Indonesian Mass Homily in

Ganjuran Church.

The type of this research is a qualitative descriptive research. The

research data is a series of sentences, and the object of research is the formality

variation of code mixing that contained in the sentences of the Father's Homily in

Ganjuran Church. This data amounted 35 which contained causative factor data,

type of code mixing data, and type of formality variation data. Data collection

methods are refer, record, and interview. Then, the data analysis use agih method

with direct division elements technique and read markers.

The results of this research showed that there are three elements found

in the Indonesian Mass Homily at Ganjuran Church. The first element, the type of

code mix i.e. in and out. The second element, types of formality variations;

relaxed, effortless, familiar and official variety. In addition, nine variations of

formality were found, i.e. (1) relaxed variety + relaxed variety, (2) official variety

+ official variety, (3) official variety + relaxed variety, (4) official variety +

familiar variety, (5) familiar variety + official variety, (6) relaxed variety +

familiar variety, (7) familiar variety + relaxed variety, (8) effortless variety +

effortless variety, and (9) relaxed variety + official variety. The third element,

factors that cause code mixing; linguistic factors that found i.e. more popular

term usage factors, one variety and level of speech, speaker partner, speaker

point, function, and purpose.

Keywords: code mixing, variations in formality.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc.Ph.D selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra.

4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan saran dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. selaku triangulator dalam skripsi

ini.

6. Dosen Penguji yang telah memberikan masukan bagi perbaikan skripsi

ini.

7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat PBSI yang membant

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

xi

penulis dalam mengurus keperluan sistem dan pendaftaran ujian

skripsi.

8. Staf dan karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang

telah membantu penulis mendapatkan literatur yang menunjang

penyelesaian skripsi ini.

9. Romo Kresna Handoyo dan Romo Eko Santosa selaku subjek

penelitian di Gereja Ganjuran.

10. Orang tua tercinta, Ibu Yuliana Winarti dan Bapak Tri Subagyo, yang

telah memberikan segala dukungan berupa cinta dan kasih sayang,

nasihat, motivasi, perhatian, materi dan doa selama ini, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

11. Warung Kopi Berkah Dalem yang telah berperan menjadi berkat

kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

12. Keluarga besar Trah Sastro Sudarmo yang sudah memberikan

motivasi maupun doanya.

13. Teman-teman SMA, Gabriela Eka Devinta, Maria Vita Azaria, Evelin

Aprilia Pratiwi, Marita Milu Pratiwi,Rena Regita, Achilia Budi Pratiwi

yang selalu mengingatkan, memberikan dorongan semangat, motivasi, dan

selalu menemani berdiskusi.

14. Sahabat saya Danu Chrismanto, Christison Deva Elieser, Peter Gigih

dan Angela Nadia yang selalu memberikan motivasi, perhatian dan

mengingatkan untuk mengerjakan skripsi.

15. Teman-teman seperjuangan Meylina Barus, Theresia Alvincia, Erena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

xii

Nawang, Lusiana Meliana, Emiya Hartanta, Cindy Yulia, dan Cristina

Dian Puspita Sari, yang selalu mengingatkan dan menemani penulis

berdiskusi.

16. Teman-teman PPL Adrianus Subari, Suri Leon, Marcellino Ricardo,

dan Regina Utami yang selalu memberikan dorongan semangat.

17. Teman-teman PBSI 2015 yang selalu memberikan semangat dan

menemani penulis berdiskusi.

18. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 21 Oktober 2019

Penulis,

Theresia Margyanti Handayani Pratiwi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

PERNYATAAN LEMBAR KEASLIAN KARYA...................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI................................................................................................... xiii

HALAMAN BAGAN ..................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3

1.3Tujuan Penelitian.......................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

1.5 Batasan Istilah ............................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 6

2.1 Penelitian yang Relevan............................................................................... 6

2.2 Landasan Teori............................................................................................. 7

2.2.1 Sosiolinguistik........................................................................................... 7

2.2.2 Kedwibahasaan.......................................................................................... 8

2.2.3 Campur Kode ............................................................................................. 9

2.2.4 Jenis-jenis Campur Kode ........................................................................... 10

2.2.5 Latar Belakang Terjadinya Campur Kode ................................................ 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

xiv

2.2.6 Faktor Penyebab Campur Kode ............................................................... 14

2.2.7 Variasi Bahasa dari Segi ke Formalan ..................................................... 23

2.2.8 Homili ...................................................................................................... 27

2.3 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31

3.1 Jenis Penelitian............................................................................................ 31

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian .............................................................. 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32

3.4 Teknik Analisis Data.................................................................................. 33

3.5 Triangulasi Data ......................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 36

4.1 Deskripsi Data............................................................................................ 36

4.1.1 Jenis Campur Kode ................................................................................. 36

4.1.2 Data Jenis Variasi Keformalan ............................................................... 37

4.1.3 Data Faktor Penyebab Campur Kode .................................................... 38

4.2 Analisis Data ............................................................................................. 38

4.2.1 Jenis Campur Kode ................................................................................ 39

4.2.1.1 Jenis Campur Kode ke Dalam ............................................................ 39

4.2.1.2 Jenis Campur Kode ke Luar ............................................................... 42

4.2.2 Jenis Variasi Keformalan ....................................................................... 47

4.2.2.1 Jenis Variasi Keformalan Ragam Resmi ............................................ 47

4.2.2.2 Jenis Variasi Keformalan Ragam Resmi dan Santai ........................... 48

4.2.2.3 Jenis Variasi Keformalan Ragam Santai dan Akrab ........................... 50

4.2.2.4 Jenis variasi Keformalan Ragam Akrab dan Santai ............................ 51

4.2.2.5 Jenis Variasi Keformalan Ragam Usaha ............................................. 52

4.2.2.6 Jenis Variasi Keformalan Ragam Santai ............................................. 53

4.2.2.7 Jenis Variasi Keformalan Ragam Resmi dan Akrab ........................... 53

4.2.2.8 Jenis Variasi Keformalan Ragam Akrab dan Resmi ........................... 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

xv

4.2.2.9 Jenis Variasi Keformalan Ragam Santai dan Resmi ........................... 56

4.2.3 Jenis Faktor Penyebab Campur Kode .................................................... 57

4.2.3.1 Faktor Penggunaan Istilah yang Lebih Populer.................................. 57

4.2.3.2 Faktor Adanya Mitra Bicara ................................................................ 59

4.2.3.3 Faktor Adanya Pokok Pembicara ....................................................... 60

4.2.3.4 Faktor Adanya Fungsi dan Tujuan yang sama ................................... 61

4.2.3.5 Faktor Adanya Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa .............................. 62

4.3 Pembahasan............................................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN ................................................................................ 70

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 70

5.2 Saran ......................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72

LAMPIRAN................................................................................................... 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

xvi

HALAMAN BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir. .................................................. 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterangan SPEAKING ……………………………………. 21

Tabel 4.1.1. Data jenis campur kode dalam homili…………………….... 36

Tabel 4.1.2. Data jenis variasi keformalan dalam homili………………... 37

Tabel 4.1.3. Faktor campur kode dalam homili…………………………. 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi sosial yang bisa digunakan secara variasi

tergantung dari penuturnya. Syamsuddin (1986: 2), mengemukakan dua

pernyataan mengenai pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang

dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-

perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua,

bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk,

tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi

kemanusiaan.

Pengabean (1998: 5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang

mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.

Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa diutarakan oleh Soejono

(1983: 1), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting

dalam hidup bersama. Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah

komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan,

maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain. Hal ini dapat kita simpulkan

bahwa bahasa merupakan menyampaian maksud dan tujuan melalui tanda-tanda

atau kode yang ada pada setiap kata yang diucapkan. Bahasa juga dipakai untuk

menyampaikan sebuah pesan dalam kehidupan melalui keagamaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

2

Pemakaian suatu bahasa sering kali adanya ketidaksengajaan oleh kata-

kata yang diucapkan. Adanya campuran yang secara tidak sadar maupun secara

sadar Salah satunya campuran dalam penggunaan bilingual atau multilingual

yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal dan lawan tutur, sehingga kita

secara tidak langsung terbentuk oleh campuran dalam penggunanaan bahasa

tersebut. Percampuran bahasa sering terjadi dalam situasi formal maupun non

formal, seperti situasi dalam rapat, wawancara, pidato, dan situasi keagamaan.

Situasi keagamaan atau ibadah sering terjadi saat pengkhotbahan kepada lawan

tutur atau biasa yang disebut umat. Ibadah dan pengkhotbahan dalam setiap

agama mempunyai istilah yang berbeda-beda. Seperti halnya dalam agama

katholik, yang disebut dengan misa dan homili.

Percampuran tersebut disebut juga dengan istilah campur kode. Pada

situasi formal, seperti halnya dalam homili sering terjadi percampuran dalam

penggunaan bahasa. Campur kode, juga sering terjadi percampuran dari variasi-

variasi atau ciri kas kalimat dari setiap bahasanya. Menurut Chaer dan Agustina

(2010 dalam Rifai dan Rusminto, 2017: 2), campur kode adalah percampuran

serpihan kata, frasa, dan klausa suatu bahasa di dalam bahasa lain yang digunakan.

Campur kode juga melihat adanya variasi keformalan. Variasi keformalan tersebut

terdiri percampuran ragam ragam-ragam yang ada. Contohnya dalam homili

adanya kalimat “sehingga kalau saya mengatakan, wis raiso“. Contoh tuturan

tersebut merupakan percampuran dua bahasa yang termasuk dalam ragam resmi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

3

dan ragam santai. Ragam resmi terjadi di kalimat bahasa Indonesia dan ragam santai

terjadi di kalimat bahasa Jawa. Mengapa ragam resmi dan ragam santai? Karena

dalam kalimat ragam resmi ditandai adanya penggunaan bahasa baku, sesuai

dengan ejaan yang disempurnakan. Kalimat bahasa Jawa ditandai adanya kata-kata

santai. Penggunaan kalimat bahasa Jawa termasuk tataran rendah atau biasa yang

digunakan dalam situasi santai.

Campur kode merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih, yang terjadi

karena situasi sekitar. Penggunaan bahasa yang lebih dari satu, atau bahasa satu

bercampur dengan bahasa kedua. Bahasa pertama atau biasa disebut dengan bahasa

ibu, sedangkan bahasa kedua adalah bahasa di negara tempat tinggal kita. Bahasa

ketiga merupakan bahasa internasional, atau bahasa diluar negara yang kita tempati.

Pemakaian bahasa juga merupakan salah satu ilmu sosiolinguistik. Menurut KBBI

sosiolinguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang digunakan dalam interaksi

sosial. Fungsi bahasa sangat penting untuk komunikasi dengan mitra tutur atau

lawan tutur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas ada dua masalah yang perlu

dicari jawabannya, yakni adalah sebagai berikut:

1) Apa sajakah jenis-jenis campur kode pada Homili Misa bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran?

2) Apa sajakah jenis-jenis variasi keformalan pada Homili Misa bahasa

Indonesia di Gereja Ganjuran?

3) Apa sajakah faktor penyebab campur kode pada Homili Misa bahasa

Indonesia di Gereja Ganjuran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

4

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian tentang campur kode pada Homili Misa Bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran, bertujuan untuk:

1) Mendeskripsikan jenis-jenis campur kode pada Homili Misa bahasa

Indonesia di Gereja Ganjuran.

2) Mendeskripsikan jenis-jenis variasi keformalan pada Homili Misa bahasa

Indonesia di Gereja Ganjuran.

3) Mendeskripsikan faktor penyebab campur kode pada Homili Misa bahasa

Indonesia di Gereja Ganjuran.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menambah

informasi dan pengetahuan terkait campur kode yang terjadi dalam homili saat misa

di Gereja.

2. Manfaat praktis

Bagi pembaca masyarakat umum, dapat menjadikan penelitian ini untuk

menambah informasi yang positif, bahwa seringkali terjadi campur kode saat

homili.

1.5 Batasan Istilah

1. Sosiolinguistik

Menurut Nababan (1984:2 dalam Chaer dan Agustin, 2014:3),

sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

5

2. Campur Kode

Menurut KBBI campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa dari

satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa,

pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya.

3. Homili

Homili adalah khotbah yang berisikan ajaran-ajaran moral kitab suci,

yang berasal dari agama katholik.

4. Variasi Keformalan

Variasi keformalan adalah macam-macam ragam bahasa berdasarkan

situasinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan oleh beberapa hal, yaitu (a) Penelitian yang relevan

(b) Sosiolinguistik (c) campur kode (d) jenis-jenis campur kode (e) faktor-faktor

terjadinya campur kode (f) variasi keformalan dan (g) kerangka berfikir

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Martiningsih (2012) berjudul Alih

Kode dan Campur Kode dalam Pengajian di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.

Erma Martiningsih merupakan mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Pada

penelitian ini, yang membedakan adalah subjek dan objek dari penelitian. Penelitian

yang dilakukan Erna Murtiningsih dilakukan di dalam sebuah pengajian di Lombok

Nusa Tenggara Barat. Persamaannya adalah mencari faktor-faktor dan jenis-jenis

campur kode.

Penelitian yang kedua oleh Setyanirum (2019) berjudul Jenis, Bentuk,

Faktor Penyebab Campur Kode dalam Perbincangan Pengisi Acara “Ini Talk

Show” di Net Tv. Kristina Dewi Arta Setyanirum merupakan mahasiswi dari

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Sanata

Dharma. Dalam penelitian yang di lakukan oleh Kristina yang membedakan adalah,

objeknya dan bentuk. Objek penelitian tersebut adalah salah satu acara pertelevisian

di Net TV, yaitu “Ini Talk Show” dan mencari bentuk-bentuk yang ada dalam

campur kode acara tersebut. Penelitian tersebut juga mencari faktor-

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

7

faktor penyebab dan jenis dari campur kode. Persamaan dengan penelitian ini

adalah sama-sama mencari faktor-faktor penyebab dan jenis-jenis campur kode.

Penelitian yang ketiga oleh Putra (2012) berjudul Analisis Penggunaan

Campur Kode dalam Ceramah Y.M. Bhikkhu Uttamo. Eko Mandala Putra

merupakan mahasiswi dari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra

Indonesia dan Daerah, Universitas Mataram. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Eko Mandala Putra yang membedakan adalah, objeknya dan fungsi. Objek

penelitian tersebut Ceramah Y.M. Bhikkhu Uttamo dan mencari fungsi-fungsi yang

ada dalam campur kode tersebut. Penelitian tersebut juga mencari faktor-faktor

penyebab dan jenis dari campur kode. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti yaitu, sama-sama mencari faktor-faktor penyebab dan jenis-jenis

campur kode.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan

penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat (Nababan, 1984: 2). Menurut

Sumarsono (2002: 5), sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi

kemasyarakatan, hubungan antaranggota masyarakat, tingkah laku masyarakat

seperti keluarga, suku, dan bangsa. Menurut KBBI, sosiologi adalah pengetahuan

atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang

struktur sosial, proses sosial dan perubahannya.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ketahui ilmu bahasa yang

sangat penting yang digunakan dalam berkomunikasi. Sosiolinguistik sangat erat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

8

hubungannya dengan interaksi dengan lawan tutur atau mitra tutur. Interaksi

tersebut menggunakan bahasa yang alat penting untuk mencapai maksud dan tujuan

seorang penutur. Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam suku, ras, adat

dan bahasa. Oleh sebab itu, banyak sekali aneka bahasa ibu dari setiap suku di

daerah.

2.2.2 Kedwibahasaan

Pada kehidupan bermasyarakat sering kali kita temui adanya penggunaan

dua bahasa ketika berkomunikasi. Penggunaan dua bahasa tersebut dilakukan

dilakukan menggunakan cara percampuran dalam setiap kalimat yang diucapkan.

Menurut Tarigan (1990: 7), pengertian kedwibahasaan berkembang dan berubah

mengikuti situasi dan kondisi. Menurut Kridalaksana (2008: 36), kedwibahasaan

atau bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau

oleh suatu masyarakat.

Kedua pendapat tersebut dapat kita ketahui bahwa kedwibahasaan

penggunaan dua bahasa atau lebih, yang mencirikan sebagai pengungkapan yang

mengikuti situasi dan kondisi. Kedwibahasaan berasal dari kata dwi dan bahasa,

yang artinya dua bahasa. Kedwibahasaan juga sering disebut dengan istilah

bilingualisme. Secara harfiah bilingualisme berkenaan dengan penggunaan dua

bahasa atau dua kode bahasa. Bilingual (-itas atau –isme) terdiri dari dua kata

bahasa Latin, yaitu bi- yang artinya dua, dan lingual (bahasa Perancis: lingua) yang

artinya bahasa. Dalam hal ini, bilingualitas merupakan bagian dari bilingualisme.

Kemudian dalam bahasa Indonesia, bilingulitas disebut kedwibahasaan dan

bilingualisme disebut kedwibahasaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

9

2.2.3 Campur Kode (Code Mixing)

Campur kode merupakan campuran bahasa yang di dalamnya terdapat

unsur-unsur dalam setiap katanya. Menurut Suwito (1985 dalam Mustikawati,

2015: 26), campur kode pada umumnya terjadi dalam suasana santai atau terjadi

karena faktor kebiasaan. Menurut Sumarsono (2002: 202-203), campur kode

terjadi apabila penutur menyelipkan unsur bahasa lain ketika sedang memakai

bahasa tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

campur kode terjadi ketika si penutur menyelipkan unsur bahasa lain atau

penguasaan dua bahasa ketika suasana santai berlangsung.

Campur kode sering terjadi di dalam situasi formal maupun informal.

Menurut Kridalaksana (1982: 32 dalam Suandi, 2014: 139), memberikan batasan

campur kode atau interferensi sebagai penggunaan satuan bahasa dari suatu bahasa

ke bahasa yang lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk

di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Menurut Istiati

(1985 dalam Suandi, 2014: 140), campur kode dilakukan oleh penutur bukan

semata-mata karena alasan situasi pada saat terjadinya interaksi verbal, melainkan

oleh sebab-sebab yang bersifat kebahasaan. Tidak jauh berbeda dengan beberapa

pendapat sebelumnya. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa campur

kode digunakan untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa dan terjadi

karena sebab kebahasaan. Maka dari itu ciri yang menonjol dalam campur kode

menurut Nababan (dalam Aslindan dan Syafyahya, 2007: 87) adalah kesantaian

atau informal. Terjadinya campur kode biasanya untuk memahami apa yang akan

disampaikan si penutur kepada lawan tutur. Namun dalam homili, si penutur atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

10

romo biasanya ingin menyampaikan maksud dari kalimat-kalimat yang ada pada

kitab kepada audience atau umat. Maka dibuat suasana santai atau informal, agar

tidak terlalu tegang serta audience atau umat mengerti apa yang sampaikan si

penutur atau romo saat homili.

2.2.4 Jenis-jenis Campur Kode

Pada campuran berbahasa atau campur kode, bisa diketahui jenis-jenis

campur kode yang digunakan dalam tuturan. Jenis-jenis atau macam-macam

campur kode diketahui untuk membedakan campur ke dalam atau campur kode

keluar. Suandi (2014: 140-141), mengungkapkan beberapa ciri-ciri campur kode

(Code Mixing), yaitu:

a. Campur kode tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan seperti yang

terjadi dalam alih kode, tetapi bergantung kepada pembicaraan (fungsi bahasa).

b. Campur kode terjadi karena kesantaian pembicara dan kebiasaannya dalam

pemakaian bahasa.

c. Campur kode pada umumnya terjadi dan lebih banyak dalam situasi tidak resmi

(informal).

d. Campur kode berciri pada ruang lingkup di bawah klausa pada tataran yang

paling tinggi dan kata pada tataran yang rendah.

Unsur bahasa sisipan dalam peristiwa campur kode tidak lagi mendukung

fungsi sintaksis bahasa Indonesia secara mandiri, tetapi sudah menyatu dengan

bahasa yang disisipi. Menurut Suandi (2014: 140-141), membagi macam-macam

campur kode berdasarkan asal unsur serapannya. Campur kode dapat dibedakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

11

menjadi tiga jenis yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing), campur kode

ke luar (auter code mixing), dan campur kode campuran (hybrid code mixing).

2.2.4.1 Campur Kode ke Dalam (inner Code Mixing)

Campur kode ke dalam (inner code mixing) adalah jenis campur kode yang

menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekrabat. Peristiwa campur kode

tuturan bahasa Indonesia biasanya terdapat unsur di dalamnya. Unsur tersebut

seperti bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan bahasa daerah lainnya.

2.2.4.2 Campur Kode ke Luar (Outer Code Mixing)

Campur kode ke luar (Outer Code Mixing) adalah campur kode yang

menyerap unsur-unsur bahasa asing. Unsur-unsur bahasa asing misalnya gejala

campur kode. Pada pemakaian bahasa Indonesia terdapat sisipan bahasa Belanda,

Inggris, Arab, bahasa Sansekerta.

2.2.4.3 Campur Kode Campuran (Hybrid Code Mixing)

Campur kode campuran (hybrid Code Mixing) adalah campur kode yang di

dalamnya telah menyerap unsur bahasa asli (bahasa-bahasa daerah) dan bahasa

asing. Campur kode juga bisa diklasifikasikan berdasarkan tingkat perangkat

kebahasan. Berdasarkan kategori tersebut campur kode juga dapat dibedakan

menjadi tiga jenis Jendra (2007: 169-170 dalam Suandi, 2014: 141).

1. Campur Kode pada tataran Klausa (Campur Kode Klausa)

Campur kode pada tataran klausa merupakan campur kode yang berada

pada tataran paling tinggi. Contoh “memberikan dukungan dari belakang bisa

diartikan Tut Wuri Handayani”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

12

2. Campur kode pada tataran Frasa (Campur Kode Frasa)

Campur kode pada tataran frasa setingkat lebih rendah dibandingkan dengan

campur kode pada tataran klausa. Contoh:“selamat Paskah”. Campur kode yang

terjadi memiliki arti hari raya umat Kristen dan Katholik, untuk mengenang kisah

sengsara Tuhan dan terjadi sekali dalam setahun. Campur kode bisa juga bersifat

campuran (hybrid,baster) seperti yang ditunjukkan pada contoh berikut.“Rini

melakukan studi banding ke Amerika”. Campur kode pada tataran frasa ini dapat

juga berupa ungkapan (idiom) seperti contoh berikut:.the last but not least (terakhir,

tetapi tidak kalah pentingnya).

3. Campur kode pada tataran kata (Campuran Kode Kata)

Campur kode kata pada tataran kata merupakan campur kode yang paling

banyak terjadi pada setiap bahasa. Campur kode pada tataran kata bisa berwujud

kata dasar (kata tunggal), bisa berupa kata kompleks, kata berulang, dan kata

majemuk.

Pada kata kompleks bisa terjadi campur kode baster (hybrid), demikian pula

pada kata berulang. Berikut beberap contoh campur kode yang terjadi pada tataran

kata.

(1) Show kemarin ini menampilkan penyanyi top Raisa

(2) Follower di media sosial Rina bertambah banyak.

Pada contoh (1) dan (2) memiliki campur kode, contoh kalimat pertama

merupakan campur kode ke dalam (inner code mixing). Contoh kalimat kedua

merupakan campur kode ke luar (outer code mixing). Contoh campur kode (hybrid)

pada kata kompleks termasuk kata ulang dan kata majemuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

13

(1) Fashion show bulan depan akan berlangsung di Hotel Plaza

Ambarukmo.

2.2.5 Latar Belakang Terjadinya Campur Kode

Menurut Suwito (1983 dalam Suandi, 2014: 142-146), menyatakan bahwa

terdapat 3 alasan terjadinya campur kode, antara lain: (1) identifikasi peranan, (2)

identifikasi ragam, dan (3) untuk menjelaskan dan menafsirkan. Menurut Suwito

(1983 dalam Suandi, 2014: 142), ketiga hal tersebut saling bergantung dan tidak

jarang mengalami tumpang tindih. Ukuran dalam identifikasi peranan adalah sosial,

registral, dan edukasional. Campur kode yang terjadi ditunjukkan untuk

mengidentifikasi peranan penutur, baik secara sosial, regional, maupun

registrasional. Misalnya dalam pemakaian bahasa Jawa, pemilihan variasi bahasa

dan cara mengekspresikan variasi bahasa tersebut dapat memberikan dan kesan

tertentu baik tentang status sosial dan identifikasi keinginan untuk menjelaskan dan

menafsirkan tampak dan sikap penutur. Penutur yang bercampur kode dengan

unsur-unsur bahasa Inggris dapat memberi kesan bahwa si penutur berpendidikan

dan memiliki hubungan yang luas.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Jendra (2008 dalam Suandi,

2014: 142:146), menyatakan bahwa latar belakang terjadinya sebuah campur kode

pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) peserta pembicara, (2)

media bahasa yang digunakan, dan (3) tujuan pembicara. Ketiga hal tersebut masih

dapat diringkas lagi menjadi dua pokok bagian, misalnya peserta pembicara

menjadi (1) penutur dan dua faktor yang lain, yaitu media bahasa dan tujuan

pembicaraan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

14

disatukan menjadi (2) Faktor kebahasaan. Kedua faktor tersebut saling berkaitan

dan mengisi satu sama lain.

1. Faktor Penutur

Seorang penutur berlatar belakang bahasa ibu bahasa Jawa yang memiliki

sikap bahasa yang positif dan kadar kesetiaan yang tinggi terhadap bahasa Jawa bila

ia berbicara bahasa Indonesia tentu akan terjadi campur kode ke dalam. Artinya,

bahasa Indonesianya akan sering disisipi unsur bahasa Jawa. Bisa juga karena ia

kurang menguasai bahasa Indonesia dengan baik, maka bahasa Indonesia yang

digunakannya akan sering tercampur dengan kode bahasa Jawa atau ragam bahasa

Indonesianya kurang tepat pada situasi. Contoh lain ditujukkan ketika orang

terpelajar sering kali memasukan kata-kata asing dalam tuturanya.

2. Faktor kebahasaan.

Penutur dalam memakai bahasanya sering berusaha untuk mencampur

bahasanya dengan kode bahasa lain untuk mempercepat penyampaian pesan.

Adapun beberapa faktor kebahasaan yang menyebabkan campur kode antara lain:

2.2.6 Faktor Penyebab Campur Kode

1. Keterbatasan Penggunaan Kode

Faktor keterbatasan kode terjadi apabila penutur melakukan campur kode,

karena tidak mengerti pada non frasa atau klausa dalam bahasa dasar yang

digunakannya. Campur kode karena faktor ini lebih dominan terjadi ketika penutur

bertutur dengan kode dasar BI dan BJ. Keterbatasan ini menyebabkan penutur

menggunakan kode yang lain dengan kode dasar pada pemakaian kode sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

15

Fenomena campur kode dengan kode dasar BI yang disebabkan karena keterbatasan

penggunaan kode tampak pada tuturan-tuturan berikut.

(1). “Kita pun juga dipanggil untuk menjadi nabi-nabi pada jaman now,

jaman sekarang ini “.

(2). “Apakah panjenengan, bapak ibu sekalian, ketika masih

kanak-kanak itu menghidupkan bulan purnama”.

Tuturan (1) dan (2) menunjukan adanya peristiwa campur kode BJ pada

kode dasar B.Ingg. Tuturan (1) merupakan tuturan seorang romo, mengenai arti

istilah jaman sekarang, tuturan (2) terjadi pada pertanyaan untuk masa lampau. Pada

peristiwa tutur tersebut, penutur melakukan campur kode dengan memasukkan

kode B.Ingg now „sifat‟. Tuturan (2) penutur memasukan kode BJ panjenengan

„sekalian‟. Faktor penyebab terjadinya campur kode itu adalah keterbatasan kode

penutur dalam kode B.Ingg. Penutur tidak memahami padanan dalam B.Ingg

sehingga memasukkan kode yang diketahuinya dalam kode BJ. Fenomena campur

kode dapat juga terjadi karena penutur lebih sering menggunakan kode tersebut,

dalam bertutur walaupun penutur sebenarnya mengetahui padanannya dalam

B.Ingg. Penggunaan kode B.J mengakibatkan penutur lebih mudah mengingat kode

tersebut, dibandingkan dengan penandanya dalam kode B.Ingg. Faktor keterbatasan

kode penutur yang menyebabkan terjadinya campur kode juga tampak ketika

penutur menggunakan kode BJ dalam berkomunikasi dan verbal. Campur kode

yang disebabkan oleh penutur sulit mencari padanannya dalam kode BJ tampak

pada tuturan-tuturan berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

16

(1). Jelas mobile mlaku pelan pas neng tikungan, kan dalane nanjak nek.

Jelas mobilnya jalan pelan pas di tikungan, kan jalannya menanjak.

2. Penggunaan istilah yang Lebih Populer.

Pada kehidupan sosial, terdapat kosakata tertentu yang dinilai mempunyai

padanan yang lebih populer. Tuturan berikut menunjukan adanya fenomena campur

kode karena penggunaan istilah lebih populer.

(1). Anak-anak jaman sekarang, atau jaman now

(2). Cuek is the best

3. Tempat tinggal dan Pembicaraan berlangsung

Pembicara terkadang sengaja melakukan campur kode terhadap mitra

bahasa karena dia memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dipandang dari pribadi

pembicara, ada berbagai maksud dan tujuan melakukan campur kode antara lain

pembicara ingin mengubah situasi pembicaraan, yakni dari situasi formal yang

terikat ruang dan waktu. Pembicara juga terkadang melakukan campur kode dari

suatu bahasa ke bahasa lain karena faktor kebiasaan dan kesantaian.

4. Mitra Bicara

Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Pada masyarakat bilingual,

seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa. Namun, bisa juga

melakukan campur kode menggunakan bahasa lain, dengan mitra bicaranya yang

memiliki latar belakang daerah yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

17

5. Pembicara dan Pribadi Pembicara

Pembicara merupakan seseorang yang dipercaya untuk menyampaikan

suatu hal atau informasi di depan umum. Kedudukan pembicara dapat

menyampaikan isi pembicaraannya secara baik. Dalam hal ini pembicara dapat

menyampaikan pengetahuan, serta memotivasi dan mempersuasi pendengarnya

untuk melakukan sesuatu. Ketika penyampaian, harus antusias dan

terlihat memiliki dedikasi yang tinggi. Pembicara akan dikatakan berhasil apabila

pembicara tersebut berhasil memberikan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi

para pendengarnya.

6. Modus Pembicaraan

Modus pembicaraan merupakan sarana yang digunakan untuk berbicara.

Modus lisan (tatap muka, melalui telepon atau audio visual) lebih banyak

menggunakan ragam non formal. Modus lisan lebih sering terjadi campur kode

dibandingkan dengan modus tulis.

7. Topik

Campur kode dapat disebabkan faktor topik. Topik ilmiah disampaikan dengan

menggunakan ragam formal. Topik non ilmiah disampaikan dengan “bebas” dan

dengan menggunakan ragam non formal. Dalam ragam non formal terkadang

terjadi “penyisipan” unsur bahasa lain, disamping isi topik pembicaraan nonilmiah

(percakapan sehari-hari) menciptakan pembicaraan yang santai. Pembicaraan yang

santai tersebutlah yang kemudian mendorong adanya campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

18

8. Fungsi dan Tujuan

Fungi bahasa yang digunakan dalam pembicaraan didasarkan pada tujuan

berkomunikasi. Fungsi bahasa merupakan ungkapan yang berhubungan dengan

tujuan tertentu, seperti memerintah, menawarkan, mengumumkan, memarahi dan

lain sebagainya. Pembicara menggunakan bahasa meniru fungsi yang

dikehendakinya sesuai dengan konteks dan situasi berkomunikasi. Campur kode

dapat terjadi karena situasi dipandang tidak sesuai atau relevan. Oleh sebab itu,

campur kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual

dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.

9. Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa

Pemilihan ragam dan tingkat tutur bahasa banyak didasarkan pada

pertimbangan pada mitra bicara. Pertimbangan ini menunjukan suatu pendirian

terhadap topik tertentu atau relevansi dengan situasi tertentu. Campur kode lebih

sering muncul pada penggunaan ragam non formal dan tutur bahasa daerah jika

dibandingkan dengan penggunaan ragam bahasa tinggi.

10. Hadirnya Penutur Ketiga

Dua orang berasal dari etnis yang sama pada umumnya saling berinteraksi

dengan bahasa pokok etnis. Tetapi jika hadir orang ketiga dalam pembicaraan

tersebut memiliki latar belakang kebahasaan yang berbeda, biasanya dua orang

pertama beralih kode ke bahasa yang dikuasai oleh orang ketiga. Hal tersebut

dilakukan untuk menetralisasi situasi dan sekaligus menghormati hadirnya orang

ketiga tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

19

11.Pokok Pembicara

Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor dominan yang menentukan

terjadinya campur kode. Pokok pembicaraan pada dasarnya dapat dibedakan

menjadi dua golongan besar yaitu:

a. Pokok pembicaraan yang bersifat formal

b. Pokok pembicaraan yang bersifat informal.

12. Membakitkan Rasa Humor

Campur kode sering dimanfaatkan pemimpin rapat untuk menghadapi

ketegangan mulai timbul dalam memecahkan masalah atau kelesuan. Dalam hal ini,

ketika cukup lama bertukar pikiran memerlukan rasa humor. Bagi pelawak hal

tersebut berfungsi untuk membuat penonton merasa senang dan puas.

13. Sekedar Bergengsi

Sebagian penutur ada yang melakukan campur kode sekedar untuk bergengsi.

Hal itu terjadi apabila faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor-faktor sosio

situasional yang lain. Dalam hal ini tidak mengharuskan penutur untuk melakukan

campur kode atau dengan kata lain, fungsi kontekstualnya maupun situasi

relevansinya.

Situasi tutur atau tuturan juga menjadi salah satu penyebab campur kode.

Menurut Leech (1983 dalam Suandi, 2014: 82-83), mengengemukakan sejumlah

aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam berkomunikasi. Aspek-aspek

itu adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

20

1. Penutur dan Lawan Tutur

Aspek yang bersangkutan dengan penutur dan lawan tutur adalah usia, latar

belakang sosial ekonomi jenis kelamin dan tingkat keakraban.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek

fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang

bersifat fisik lazim disebut konteks (context), sedangkan konteks setting sosial

disebut konteks.

3. Tujuan Tuturan

Merupakan hal yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan

tutur. Tujuan tuturan merupakan hal yang melatar belakangi tuturan dan semua

tuturan orang normal memiliki tujuan.

4. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau aktivitas

Dalam tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas yaitu tindak tutur itu

merupakan tindakan juga. Menurut Gunarwan (dalam Rustono, 1999:33), sebuah

tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan. Pendapat tersebut dapat kita

ketahui bahwa tuturan bisa dilihat dari suatu gerakan tubuh.

5. Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal

Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan

tindakan non verbal. Memukul atau berjalan merupakan contoh dari tindakan

nonverbal. Sementara berbicara merupakan tindakan verbal. Tindak verbal adalah

tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

21

Menurut Dell Hymes (dalam Sumarsono, 2002: 334-335), suatu peristiwa

tutur dalam campur kode harus memenuhi komponen, yang huruf-huruf

pertamanya dirangkai menjadi akronim “SPEAKING”. Kedelapan komponen itu

adalah sebagai berikut.

2.1 Tabel SPEAKING

NO SPEAKING KETERANGAN

1 S Setting and Scene

2 P Participants

3 E Ends: purpose and goal

4 A Act sequences

5 K Key:tone or spirit of act

6 I Instrumentalities

7 N Norms of interaction and interpretation

8 G Genre

Setting and scene berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung,

sedangkan scene mengacu pada situasi, dan waktu atau situasi psikologis

pembicaraan.Waktu, tempat tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan

variasi bahasa yang berbeda juga. Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada

pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan

pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam

keadaan sunyi. Ketika di lapangan sepak bola kita bisa berbicara dengan keras tapi

di ruang perpustakaan harus bicara seperlahan mungkin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

22

Participant adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan.

Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara atau

pendengar, tetapi dalam khotbah masjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah

sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat

menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan

menggunakan ragam atau gaya bahasa akan berbeda berbicara dengan orang tuanya

atau gurunya, bila dibandingkan dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.

End, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang

terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara.

Ketika para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda.

Misaalnya, jaksa ingin membutukan kesalahan si terdakwa, pembela berusaha

membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha

memberikan keputusan yang adil.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujuaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran

dan isi ujaran berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana

penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dan topik pembicaraan.

Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta

berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan

disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

23

dengan mengejek dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak

tubuh dan isyarat.

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada

kode ujuaran yang digunakan, seperti bahasa, dialeg ragam atau register.

Norm of Interaction dan Interpretation, mengacu pada norma atau aturan

dalam interaksi. Misalnya yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya,

dan sebagainya. Mengacu pada norma penafiran terhadap ujuran dari lawan bicara.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,

pepatah, doa dan sebagainya. Penyampain tersebut dapat terjadi disituasi formal

maupun non formal.

2.2.7 Variasi Bahasa dari Segi ke Formalan

Berdasarkan tingkat keformalanya, Martin Joos (1967 dalam Chaer dan

Agustina, 2014: 70-72), membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (inggris

style). Gaya tersebut yaitu, gaya atau ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi

(formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan

gaya atau ragam akrab (intimate).

Ragam Beku (frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal, yang

digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya,

dalam upacara kenegaraan, khotbah masjid, tata cara pengambilam sumpah;kitab

undang-undang, aktenotaris, dan surat-surat keputusan. Disebut ragam baku karena

pola-pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

24

Bentuk ragam beku ini memiliki ciri kalimatnya panjang-panjang, tidak

mudah dipotong atau dipenggal, dan sulit sekali dikenai ketentuan tata tulis dan

ejaan standar. Bentuk ragam beku yang seperti ini menuntut penutur dan pendengar

untuk serius dan memperhatikan apa yang ditulis atau dibicarakan. Tekanan

pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali. Bahasa yang digunakan dalam

ragam ini berciri sangat formal.

Ragam Resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam

pidato kenegaraan, rapat dinas,surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-

buku pelajaran, dan sebagainya. Pola kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara

mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi pada dasarnya sama dengan ragam

bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi, dan tidak

dalam situasi yang tidak resmi. Berikut contoh ragam resmi

(1) Saya sudah mengerjakan tugas kuliah.

(2) Misa hari ini menyenangkan

Karakteristik kalimat dalam ragam ini yaitu lebih lengkap dan kompleks,

adanya kata penghubung, menggunakan pola tata bahasa yang tepat dan juga kosa

kata standar atau baku. Menggunakan tata bahasa yang baik (sesuai PEUBI), lugas,

sopan, menggunakan bahasa yang baku, baik itu dalam bahasa lisan maupun tertulis. Jadi,

percakapan antarteman yang sudah karib atau percakapan dalam keluarga tidak

menggunakan ragam resmi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

25

Ragam Usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim

digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan

yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Berikut contoh ragam usaha.

Reno : “Selamat siang, Pak. Ada yang ketinggalan?”

Dosen : “Tolong teman-teman yang lain diberi tahu makalahnya

harus dikumpulkan paling lambat besok ya”.

Reno : “Baik, Pak. Nanti saya sampaikan kepada teman-teman

yang lain”.

Dosen : “Oke, terima kasih”.

Reno dan Riki : “Terima kasih kembali, Pak”.

Percakapan tersebut, merupakan contoh percakapan ragam usaha yang dilakukan

oleh mahasiswa dan dosen. Dalam penggunaan bahasanya lebih formal. Jadi, ragam usaha

adalah ragam yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berbeda diantara

ragam formal dan ragam informal atau ragam santai.

Ragam Santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan

dalam situasi tidak resmi atau berbicang-bincang dengan keluarga atau teman karib

pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Ragam santai

banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang

dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa

daerah. Berikut contoh ragam santai:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

26

Adi : “Saya kayaknya gak jadi ikut ntar”. (mungkin nanti tidak bisa ikut

Futsal).

Riki : “Lha ngopo?” (mengapa tidak jadi ikut futsal?)

Adit : “Ada sodara datang dari Lombok”. (Ada saudara saya datang

dari Lombok).

Riki : “Ya lain kali aja”. (Ya sudah lain kali ikut futsal ya)

Adit :” Siap”.

Percakapan tersebut, merupakan percakapan antara teman sekelas tetapi

hubungan keduanya tidak sedekat seperti pada ragam intim. Demikian juga dengan

struktur morfologi dan sintaksis yang normatif tidak digunakan.

Ragam Akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan

oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga,

atau antarteman yang sudah karib. Ragam akrab ditandai dengan penggunaan

bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek dengan artikulasi yang sering tidak

jelas. Berikut contoh ragam akrab:

Reno : “Jadi, Cin?” (jadi ikut futsal tidak?)

Riki : “Yoi, janji jadi koor” (Jadi, karena saya sudah janji mau menjadi

koordinator)

Percakapan tersebut merupakan contoh ragam bahasa akrab antara dua sahabat

karib. Keakraban ini dapat kita ketahui dari bahasa yang digunakan seperti sapaan Cin dan

penggunaan bahasa pendek-pendek yang diketahui kedua penutur. Hal ini terjadi karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

27

diantara partisipan sudah ada saling pengertian dan memiliki pengetahuan yang

sama.

Pendapat lain juga disebutkan oleh, Utorodewo mengenai ragam bahasa.

Ragam bahasa menurut Utorodewo (2010: 3 dalam Purwaningrum 2018) terbagi

dalam dua kelompok yaitu:

a. Ragam Bahasa Berdasarkan Media Pengantarnya

Penggunaan bahasa berdasarkan media pengantarnya terbagi dalam ragam

lisan dan ragam tulis. Ragam tulis adalah bahasa yang benar-benar ditulis atau

dicetak. Dalam ragam tulis juga bisa disebut dengan ragam tulis dan lisan

semiformal, maksudnya tidak terlalu formal ataupun tidak terlalu nonformal

b. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaiannya

Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaiannya dikelompokkan menjadi

ragam formal, ragam nonformal, dan ragam semiformal. Dalam ragam formal

sifatnya terikat, memenuhi aturan, begitu juga dengan nonformal sifatnya tidak

resmi, bisa bisa digunakan dalam situasi santai. Berdasarkan kedua pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa ragam-ragam bahasa dari variasi keformalan,

seringkali penggunaannya dalam situasi formal maupun infomal atau non formal.

Terjadi sesuai dengan konteksnya dalam penggunaan ragam-ragam tersebut.

2.2.8 Homili

Homili adalah khotbah yang berisikan ajaran-ajaran moral kitab suci, yang

berasal dari agama katholik. Secara harfiah homili berasal dari bahasa Yunani yaitu

homilia, yang berarti percakapan dalam suasana akrab dengan pribadi lain. Menurut

Hennry George (dalam Komisi Liturgi, 2011: 15) homilia berarti kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

28

bersama, persatuan, persekutuan, hubungan suami istri yang mesra, pertemuan atau

sidang, penjelasan atau petunjuk, upaya menyadarkan atau meyakinkan orang lain.

Pada arti klasik, homili merupakan penafsiran Kitab Suci ayat demi ayat. Pendapat

tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap penyampaian itu berguna untuk kehidupan

bersama. Pada lingkup gereja, khususnya sebuah perayaan atau misa, homili

dipakai untuk menyampaikan penjelasan berkaitan isi kitab suci.

Menurut Origenes (dalam komisi Liturgi, 2011: 16), tujuan dari penjelasan

homili adalah memahami pesan-pesan rohani dengan kesimpulan praktis untuk

dihayati, baik dalam perayaan maupun kehidupan sehari-hari. Pesan rohani yang

disampaikan, biasanya dijadikan renungan untuk mempetimbang suatu hal secara

tuntas. Persamaan dari homili adalah khotbah yang biasanya memberikan

penjelasan mengenai ajaran agama. Maka dari itu, khotbah lebih bersifat secara

umum. Homili tidak bisa dipakai sebagai pengganti khotbah diluar perayaan atau

misa.

2.3 Kerangka Berfikir

Penelitian yang berjudul “variasi keformalan campur kode pada homili misa

bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran” menggunakan kajian teori sosiolinguistik,

kedwibahasaan, campur kode dan variasi keformalan. Pada campur kode terbagi

atas tiga jenis, yaitu campur kode ke dalam, ke luar dan campuran. Faktor penyebab

dari campur kode itu sendiri yaitu, keterbatasan penggunaan kode, penggunaan

istilah yang lebih populer, pembicara dan pribadi pembicara, mitra pembicara,

tempat tinggal dan waktu pembicaraan berlangsung, modus pembicaraan, topik,

fungsi dan tujuan, ragam dan tingkat tutur bahasa, hadirnya penutur ketiga, untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

29

membakitkan rasa humor, untuk sekedar bergengsi. Variasi keformalan yang

terbagi dalam lima variasi yaitu, variasi keformalan ragam beku, variasi keformalan

ragam santai, variasi keformalan ragam usaha, variasi keformalan ragam santai dan

variasi keformalan ragam akrab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

30

VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE

PADA HOMILI BAHASA INDONESIA

DI GEREJA GANJURAN

SOSIOLINGUISTIK

KEDWIBAHASAAN

VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE

Jenis Campur Ko de

Suandi (2014: 140-141)

Jenis Variasi Keformalan Chaer dan Agustina

(2014: 70-72)

Faktor Penyebab

Campur Kode

Suandi (2014: 142-146)

1.Campur Kode Kedalam

2.Campur Kode Keluar

3. Campur Kode Campuran

1. Variasi Keformalan

Ragam Beku

2. Variasi Keformalan

Ragam Santai

3. Variasi Keformalan

Ragam Usaha

4. Variasi Keformalan

Ragam Santai

5. Variasi Keformalan

Ragam Akrab.

1. Keterbatasan

Penggunaan Kode

2. Penggunaan Istilah

yang Lebih Populer

3. Pembicara dan

Pribadi Pembicara

4. Mitra Pembicara

5. Tempat Tinggal dan

Waktu Pembicaraan

Berlangsung

6. Modus Pembicaraan

7. Topik

8. Fungsi dan Tujuan

9. Ragam dan Tingkat

Tutur Bahasa

10. Hadirnya Penutur

Ketiga

11. Pokok Pembicara

12. Membakitkan Rasa

Humor

13. Sekedar Bergengsi

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain lain. Dalam bahasa homili yang diteliti sesuai dengan ciri-ciri

penelitian kualitatif salah satunya mengkaji peristiwa-peristiwa di situasi sosial.

Deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil homili yang sudah dikelompokkan ke dalam

jenis campur kode, jenis variasi keformalan dan faktor penyebab campur kode.

Secara holistik dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah (Moleong, 2007: 6).

Secara konteks, data yang diperoleh yaitu beberapa kalimat dalam khotbah.

Kalimat-kalimat tersebut merupakan hasil transkrip dari sebuah tuturan. Tuturan

tersebut merupakan tuturan satu arah, karena subjek hanya menjelaskan point-point

penting saat misa berlangsung dengan percampuran bahasa. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam Moelong (2007: 7) mengenai kualitatif.

Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata

tulisan atau lisan dari orang lain atau perilaku yang diamati.

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

32

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari homili romo-romo di Gereja

Ganjuran. Terdapat dua romo yang menjadi sumber data, dimana romo-romo

tersebut merupakan Romo paroki di Gereja Ganjuran. Romo tersebut adalah Romo

Krisna Handoyo dan Romo Eko Santosa. Kemudian setelah itu dilakukannya

wawancara kepada Romo setelah ibadah selesai. Data dalam penelitian ini adalah

rangkaian kalimat yang mengandung fenomena variasi keformalan dalam campur

kode yang akan diteliti.

Objek penelitian ini adalah variasi keformalan campur kode yang terdapat

dalam kalimat-kalimat homili romo-romo di Gereja Ganjuran. Rangkain kalimat

dalam homili akan dicari jenis campur kode, jenis variasi korformalan dan faktor

penyebabnya campur kode.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan yaitu simak, rekam, catat

dan wawancara. Pemerolehan menggunakan teknik simak atau obeservasi dengan

bantuan rekaman untuk pengambilan data saat homili berlangsung. Teknik analisis

data dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan

dipelajari, dan membuat simpulan agar mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain Sugiyono (2010: 335). Adapun langkah-langkahnya yaitu:

1. Mentranskripsikan data,

2. Memilih data yang tidak mengandung unsur sara,

3. Mengumpulkan data berdasarkan kategorinya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

33

4. Menandai tuturan yang mengandung campur kode dengan tanda CK dan

variasi keformalan dengan tanda VK,

5. Mengklasifikasikan jenis campur kode dan jenis campur kode dengan

tanda, CK I untuk campur kode internal, campur kode eksternal dengan

tanda CK dan campur kode campuran dengan tanda CK C. Sedangkan jenis

variasi keformalan ragam beku dengan tanda VK BK, variasi keformalan

ragam santai dengan tanda VK RR, variasi keformalan ragam usaha dengan

tanda VK RU, variasi keformalan ragam santai dengan tanda VK RS dan

variasi keformalan ragam akrab dengan tanda VK RA,

6. Menganalisis faktor penyebab terjadinya variasi keformalan campur kode

pada homili misa bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain Bogdan (dalam Sugiyono, 2013: 244). Analisis data kualitatif Bogdan

dan Biklen (1982: 52) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa, analisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

34

dapat kita peroleh dari berbagai macam cara, tentunya dengan upaya-upaya yang

ada. Berikut teknik analisis yang digunakan oleh peneliti:

1. Mencatat hasil yang diperoleh dari hasil penutur,

2. Mengumpulkan, dan memilah data yang perlu digunakan,

3. Membuat kategori-kategori terhadap data yang telah dipilah,

4. Menentukan data yang teridentifikasi ke dalam campur kode, variasi keformalan,

dan faktor campur kode,

5. Mengklasifikasikan data ke dalam campur kode, variasi keformalan dan fakor

campur kode,

6. Membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari makna campur kode,

variasi keformalan dan faktor campur kode,

7. Menarik kesimpulan.

Dalam hal ini, peneliti juga menggunakan teknik bagi unsur langsung untuk

menentukan variasi keformalan campur kode. Menurut Kesuma (2007: 55), teknik

bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu

konstruksi menjadi beberapa bagian atau bagian-bagian dan unsur-unsur yang

langsung membentuk kontruksi yang dimaksud. Menurut Kesuma (2007: 66),

teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara “membaca pemarkah”

dalam suatu konstruksi. Peneliti menggunakan tanda “iiii” untuk memberikan

markah pada analisis faktor penyebab campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

35

Adapun pendapat lain mengenai teknik analisis data, yaitu menurut

sudaryanto. Menurut Sudaryanto (1993: 13), metode analisis data yang alat

penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses analisis

data dapat diambil melalui wawancara, catat lapangan dan lain-lain dengan cara

memilah-milah atau mengorganisasikan yang telah ditemukan. Proses analisis data

ditentukan pada bahasa itu sendiri.

3.5 Triangulasi Data

Penelitian ini, peneliti memerlukan pemeriksaan keabsahan data.

Keabsahan data ini disebut juga dengan triangulasi data. Menurut Moleong (2013:

330), triangulasi merupakan pemeriksaan keabsahan sebuah data yang

memanfaatkan suatu yang lain di luar data, untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding data. Pengamatan data sangat diperlukan dalam penelitian.

Proses triangulasi dalam penelitian ini akan dilakukan oleh ahli dalam bidang kajian

sosiolinguistik yaitu Danang Satria Nugraha S.S., M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disampaikan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi

(1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan.

4.1 Deskripsi Data

Data ini berupa rangkaian kalimat dari 8 kali homili misa Bahasa Indonesia

yang diteliti. Hasil rekaman diambil saat homili misa di Gereja Ganjuran, pada

perioede Januari-Februari 2019. Data digolongkan menjadi tiga, yaitu data jenis

campur kode, jenis variasi keformalan, dan faktor penyebab campur kode. Data ini

berjumlah 35 yang terdapat data faktor penyebab, data jenis campur kode, dan data

jenis variasi keformalan.

4.1.1. Data Jenis Campur Kode dalam Homili Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran

Campur kode merupakan terjadinya campuran bahasa. Data jenis campur

kode dibedakan menjadi tiga, yaitu campur kode ke luar, dalam, dan campuran.

Berikut adalah data ketiga jenis campur kode yang ditemukan.

Tabel 1.1. Data Jenis Campur Kode dalam Homili Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran

NO DATA KODE

1 “sampai muncul cuek is the best” H1/512019

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

37

Selain data di atas, masih ada dua puluh dua data lain yang memperlihatkan jenis

campur kode, yakni terdapat pada tabel 1.1.

4.1.2. Data Jenis Variasi Keformalan Kode dalam Homili Bahasa Indonesia

di Gereja Ganjuran

Variasi keformalan adalah macam-macam ragam bahasa berdasarkan

situasinya. Data jenis variasi keformalan campur kode dibedakan menjadi lima,

yaitu variasi keformalan ragam beku, variasi keformalan ragam santai, variasi

keformalan ragam usaha, variasi keformalan ragam santai dan variasi keformalan

ragam akrab. Berikut adalah data kelima jenis variasi keformalan campur kode yang

ditemukan.

Tabel 1.2. Data Jenis variasi Keformalan dalam Homili Bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran

NO DATA KODE

1 “sampai muncul cuek is the best” H1/512019

Selain data diatas, masih ada tiga puluh empat data lain yang memperlihatkan jenis

variasi keformalan, yakni terdapat pada tabel 1.2.

4.1.3. Data Faktor Penyebab Campur Kode dalam Homili Bahasa Indonesia

di Gereja Ganjuran

Data faktor campur kode dibedakan menjadi tiga belas. Berikut adalah data

ketiga faktor campur kode yang ditemukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

38

Tabel 1.3. Faktor Campur Kode dalam Homili Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran

NO DATA Konteks

1 “sampai muncul cuek is the best” Penjelasan dalam bacaan injil,

dengan adanya contoh-contoh

tindakan yang dominan.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

Selain data diatas, masih ada dua puluh dua data lain yang memperlihatkan faktor

penyebab campur kode yakni terdapat pada tabel 1.3.

4.2 Analisis Data Peneliti menggunakan analisis data jenis dan faktor penyebab variasi

keformalan campur kode dalam homili Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran.

Peneliti menggunakan teknik baca markah dan teknik bagi unsur langsung Kesuma

(2007: 66), untuk menganalisis data jenis campur kode, jenis variasi keformalan

dan faktor penyebab campur kode. Berikut ini uraian hasil analisis jenis dan faktor

penyebab variasi keformalan campur kode dalam homili Bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

39

4.2.1 Jenis Campur Kode Homili Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran

Dalam analisis data jenis campur kode, peneliti menggunakan beberapa

tahap yang dilalui. Pada tahap pertama, menentukan data yang teridentifikasi ke

dalam campur kode. Kedua, mengklasifikasikan data ke dalam jenis campur kode.

Ketiga, membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari makna penggunaan

jenis campur kode. Berikut ini uraian analisis jenis campur kode homili Bahasa

Indonesia di Gereja Ganjuran.

4.2.1.1 Jenis Campur Kode ke Dalam

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

campur kode ke dalam yang meliputi:

(1)“Apakah di antara panjenengan yang sama sekali belum pernah nonton

film?” (H3/1312019)

Data (1) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah panjenengan. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata

panjenengan termasuk campur kode jenis ke dalam. Ketiga, peneliti membagi

konstruksi data, menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur

kode. Kata panjenengan merupakan campur kode yang berupa kata dasar yang

berkategori nomina atau kata benda. Panjenengan berasal dari bahasa jawa. Kata

panjenengan dalam bahasa Indonesia adalah panggilan untuk orang yang lebih tua,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

40

atau bentuk kata ganti orang kedua tunggal maupun jamak, yaitu kamu. Pada bahasa

jawa kata panjenengan berguna untuk menghormati yang lebih tua.

(2) “bapak ibu sekalian, anak-anak jaman sekarang lebih ngeyel apa lebih

manut? “ (H7/922019)

Data (2) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah ngeyel dan manut.

Kedua, peneliti mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode

jenis ke luar dan ke dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan

bahwa kata ngeyel dan manut termasuk campur kode jenis ke dalam. Ketiga,

peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari makna penggunaan

jenis campur kode. Kata ngeyel merupakan campur kode yang berupa kata dasar

yang berkategori kata kerja. Kata ngeyel berasal dari bahasa Jawa. Kata ngeyel

dalam bahasa Indonesia adalah eyel atau ngeyel, yang artinya tidak mau mengalah.

Kata manut merupakan campur kode yang berupa kata dasar yang berkategori kata

kerja. Kata manut berasal dari bahasa Jawa. Kata manut dalam bahasa Indonesia

adalah patuh, yang artinya taat pada aturan atau perintah.

(3) “Bapak ibu saudara sekalian, kira-kira kalau kita menghitung, bapak ibu

saudara yang sudah sepuh ingat jaman dahulu” (H2/612019)

Data (3) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah sepuh. Kedua, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

41

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata sepuh

termasuk campur kode jenis ke dalam. Ketiga, peneliti membagi konstruksi data,

menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur kode. Kata sepuh

merupakan campur kode yang berupa kata dasar yang berkategori nomina atau kata

benda. Sepuh berasal dari bahasa Jawa. Kata sepuh dalam bahasa Indonesia adalah

panggilan untuk orang yang lebih tua atau lebih tepatnya orang tua yang sudah

lanjut usia. Dalam bahasa Jawa kata panjenengan berguna untuk menghormati yang

lebih tua atau lanjut usia.

(4) “Langsung nyaut kalau begini to?” (H3/1312019)

Data (4) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah nyaut dan to. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata nyaut dan

to termasuk campur kode jenis ke dalam. Ketiga, peneliti membagi konstruksi data,

menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur kode. Kata nyaut

dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti menanggapi. Sedangkan kata to dalam

Bahasa Indonesia mempunyai arti kan.Jadi kata-kata nyaut to artinya menanggapi

kan.

(5) “spontan tidak mau mengikuti perintah Yesus, tetapi hanya untuk

ngeyem-nyemi daripada rame, daripada macam-macam” (H7/922019)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

42

Data (5) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah ngeyem-nyemi. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata ngeyem-

nyemi termasuk campur kode jenis ke dalam. Keempat, peneliti membagi

konstruksi data, menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur

kode. Kata ngeyem-nyemi dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti menyenangkan.

Kata tersebut termasuk kata sifat dalam Bahasa Indonesia. Selain kelima data

diatas, masih ada dua puluh dua data lain yang memperlihatkan jenis campur kode

ke dalam, yakni terdapat pada Tabel 4.1.1.

4.2.1.2 Jenis Campur Kode Ke Luar

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

campur kode ke luar yang meliputi:

(6) “kita pun juga dipanggil untuk menjadi nabi-nabi pada jaman now,

jaman sekarang ini” (H5/322019)

Data (6) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah kata now. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata now

termasuk campur kode jenis ke luar. Keempat, peneliti membagi konstruksi data,

menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur kode. Kata now

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

43

merupakan campur kode yang berupa kata dasar yang berkategori keterangan

waktu. Kata now berasal dari bahasa Inggris. Kata now dalam bahasa Indonesia

artinya sekarang atau saat ini. Dalam bahasa Inggris kata now berguna untuk

menunjukan keterangan waktu.

(7)“bahkan bisa dicek melalui, android, smartphone atau leptop”

(H8/1022019)

Data (7) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah kata android, smartphone dan laptop.

Kedua, peneliti mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke

luar dan ke dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa

kata kata android, smartphone dan laptop termasuk campur kode jenis ke luar.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis campur kode. Kata kata android, smartphone dan laptop

merupakan campur kode yang berupa kata dasar yang berkategori kata benda. Kata

android, smartphone dan laptop berasal dari bahasa Inggris. Kata android dalam

bahasa Indonesia artinya robot manusia. Dalam bahasa Inggris kata android

berguna menunjukkan sistem operasi, yang dirancang untuk perangkat bergerak

atau layar sentuh, pada telepon atau komputer tablet. kata benda dan jenis mesin

yang menjalankan. Kata smartphone dalam bahasa Indonesia artinya telepon

genggam. Pada bahasa Inggris smartphone berguna untuk menerangkan telepon

genggam yang dilengkapi dengan fitur dan sebagai alat komunikasi. Kata laptop

dalam bahasa Indonesia memiliki arti komputer pribadi yang berukuran kecil. Kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

44

laptop berguna untuk menerangkan suatu benda yang berukuran kecil dan bisa

dibawa kemana-mana.

(8) “sampai muncul cuek is the best” (H1/512019)

Data (8) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah is the best. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata kata is

the best termasuk campur kode jenis ke luar. Ketiga, peneliti membagi konstruksi

data, menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur kode. Kata is

merupakan kata kerja yang menghubungkan kata “cuek” dan “the best”. Kata-kata

the best merupakan frasa kata sifat yang menjelaskan kata “cuek”. Jadi, kata-kata

is the best artinya dalam Bahasa Indonesia adalah yang terbaik.

(9) “Walaupun sebetulnya kalau orang berdoa itu, jawabannya cuma tiga,

yes no and wait.” (H4/2012019)

Data (9) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah yes no and wait. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata kata yes

no and wait termasuk campur kode jenis ke luar. Ketiga, peneliti membagi

konstruksi data, menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

45

kode. Pada Bahasa Indonesia kata yes mempunyai arti ya. Kata no mempunyai arti

tidak. Kata and mempunyai arti, sedangkan kata wait mempunyai arti tunggu.

(10) “Bukan tempatnya untuk online dengan yang bukan God” (H1/512019)

Data (10) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah online dan God. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata online

dan God termasuk campur kode jenis ke luar. Ketiga, peneliti membagi konstruksi

data, menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis campur kode. Dalam

bahasa Indonesia mempunyai arti kata online memiliki arti terhubung internet.

Sedangkan God memiliki arti Tuhan.

(11) “Ya langsung dikabulkan, no tidak, tetapi diberi yang lain.

(H4/2012019)

Data (11) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah no. Kedua, peneliti mengklasifikasikan

data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke dalam yang

teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata no termasuk campur

kode jenis ke luar. Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan

mencari makna penggunaan jenis campur kode. Pada dasarnya kata tersebut

termasuk campur kode keluar, karena terdapat percampuran unsur dua bahasa, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

46

unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata no memiliki arti tidak dalam

Bahasa Indonesia.

(12) Atau wait tunggu untuk menguji ketekunan kesetiaan iman.”

(H4/202019)

Data (12) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah wait. Kedua, peneliti mengklasifikasikan

data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke dalam yang

teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata wait termasuk campur

kode jenis ke luar. Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan

mencari makna penggunaan jenis campur kode. Pada dasarnya kata tersebut

termasuk campur kode keluar, karena terdapat percampuran unsur dua bahasa, yaitu

unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata wait memiliki arti tunggu dalam

Bahasa Indonesia.

(13) “maka a fear adalah kenyataan palsu yang tampak nyata”

(H8/1022019)

Data (13) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

empat langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan campur kode.

Unsur yang termasuk campur kode adalah a fear. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut dalam jenis campur kode jenis ke luar dan ke

dalam yang teridentifikasi campur kode. Peneliti menentukan bahwa kata a fear

termasuk campur kode jenis ke luar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

47

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis campur kode. Pada dasarnya kata tersebut termasuk

campur kode keluar, karena terdapat percampuran unsur dua bahasa, yaitu unsur

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata a dalam Bahasa Inggris memiliki arti

sebuah. Kata fear dalam Bahasa Indonesia memiliki arti ketakutan. Jadi kata-kata

a fear memiliki arti sebuah kenyataan.

4.2.2 Jenis Variasi Keformalan dalam Homili Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran

Dalam analisis data jenis variasi keformalan campur kode, peneliti

menggunakan beberapa tahap yang dilalui. Pada tahap pertama, menentukan data

yang teridentifikasi ke dalam variasi keformalan. Kedua, mengklasifikasikan data

ke dalam jenis variasi keformalan. Ketiga, membagi konstruksi data,

menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis variasi keformalan campur

kode. Berikut ini uraian analisis jenis variasi keformalan, dalam homili Bahasa

Indonesia di Gereja Ganjuran.

4.2.2.1 Jenis Variasi Keformalan Ragam Resmi

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam resmi meliputi:

(14) “apakah panjenengan, bapak ibu sekalian, ketika masih kanak-

kanak itu menghidupkan bulan purnama?” (H2/612019)

(B. J=ragam resmi)-(B. I = ragam resmi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

48

Data (14) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat“apakah

panjenengan, bapak ibu sekalian, ketika masih kanak-kanak itu menghidupkan

bulan purnama?”. Kedua, peneliti menentukan jenis ragam beku, ragam santai,

ragam usaha, ragam santai dan ragam akrab yang teridentifikasi variasi keformalan.

Peneliti mengklasifikasikan data tersebut ke dalam dua jenis variasi keformalan.

Peneliti menentukan data (14) termasuk jenis variasi keformalan ragam resmi.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Kalimat apakah panjenengan, bapak

ibu sekalian, ketika masih kanak-kanak itu menghidupkan bulan purnama?”

merupakan variasi keformalan ragam resmi. Selain situasinya resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan bahasa baku, sopan, sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan. Dalam bahasa Jawa kata panjenengan merupakan tingkatan

tertinggi, yaitu krama inggil. Kata panjenengan penyebutan untuk orang yang lebih

tua, yang berupa pernyataan berdasarkan suatu hal yang telah diresmikan.

4.2.2.2 Jenis Variasi Keformalan Ragam Resmi dan Santai

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam resmi dan santai meliputi:

(15) “Semua ruangan mungkin banyak diyan,lampu kecil, senthir atau

mungkin teplok paling banter petromak yang paling terang”

(H2/612019)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

49

(B.I=ragam resmi)-(B.J=ragam santai)

Data (15) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat“Semua

ruangan mungkin banyak diyan, lampu kecil, senthir atau mungkin teplok paling

banter petromak yang paling terang”. Kedua, peneliti menentukan jenis ragam

beku, ragam santai, ragam usaha, ragam santai dan ragam akrab yang teridentifikasi

variasi keformalan. Peneliti menentukan data (15) termasuk jenis variasi

keformalan ragam resmi dan santai.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Kata “Semua ruangan mungkin

banyak diyan,lampu kecil, senthir atau mungkin teplok paling banter petromak

yang paling terang” merupakan variasi keformalan ragam resmi dan santai. Ragam

resmi terletak pada Bahasa Indonesia. Selain situasinya resmi, kalimatnya

lengkap,menggunakan bahasa baku, sopan, sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan. Ragam santai terletak pada Bahasa Jawa. Pada kalimatnya

menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.

Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah. Kata-

kata diyan, senthir, teplok paling banter, merupakan bahasa secara umum yang

digunakan dalam bahasa Jawa. Dalam hal ini, kata-kata tersebut termasuk kata

benda, kata sifat dan konjungsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

50

4.2.2.3 Jenis Variasi Keformalan Ragam Santai dan Akrab

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam santai dan akrab meliputi:

(16) “Atau wait tunggu untuk menguji ketekunan kesetiaan iman.”

(H4/202019)

(B.Ingg=ragam santai)- (B.I =ragam akrab)

Data (16) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat“Atau wait

tunggu untuk menguji ketekunan kesetiaan iman”.Kedua, peneliti menentukan jenis

ragam beku, ragam santai, ragam usaha, ragam santai dan ragam akrab yang

teridentifikasi variasi keformalan. Peneliti mengklasifikasikan data (16) termasuk

dalam jenis variasi keformalan ragam santai dan akrab.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Ragam akrab terdapat pada kalimat

Bahasa indonesia. Dalam kalimat ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak

lengkap, pendek-pendek dengan artikulasi yang sering tidak jelas. Ragam santai

terdapat pada kata Bahasa Inggris. Dalam kalimatnya menggunakan bentuk alergro,

yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kata wait termasuk kata umum

yang digunakan. Pada kata bahasa Ingris merupakan kata langsung atas kalimat

perintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

51

4.2.2.4 Jenis Variasi Keformalan Ragam Akrab dan Santai

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam akrab dan santai meliputi:

(17) “tetapi guru mengajak melatih siswa –siswinya untuk ngliwet, tatapi

nasihat beli saja” (H7/922019)

(B.I=ragam akrab)- (B.J=ragam santai)

Data (17) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat “tetapi guru

mengajak melatih siswa –siswinya untuk ngliwet, tatapi nasihat beli saja”. Kedua,

peneliti menentukan jenis ragam beku, ragam santai, ragam usaha, ragam santai dan

ragam akrab yang teridentifikasi variasi keformalan. Peneliti menentukan data (17)

termasuk jenis variasi keformalan ragam akrab dan santai.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Ragam akrab terdapat pada bahasa

Indonesia. Kalimat tersebut termasuk jenis variasi keformalan ragam akrab. Dalam

kalimat ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek

dengan artikulasi yang sering tidak jelas. Ragam santai terdapat pada Bahasa Jawa.

Dalam kalimatnya menggunakan bentuk alergro, yakni bentuk kata atau ujaran

yang dipendekkan. Kata ngliwet dalam bahasa jawa termasuk tingkatan rendah,

yaitu ngoko. Jika digunakan dalam situasi resmi kata ngliwet berubah menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

52

tataran tinggi, yaitu krama. Dalam bahasa Jawa halus atau krama, kata ngliwet

disebut mbethak.

4.2.2.5 Jenis Variasi Keformalan Ragam Usaha

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam usaha meliputi:

(18) Romo: “anak-anak cowok, lebih ngeyel“ (H7/922019)

(B.I=ragam usaha)-(B.J=ragam usaha)

Data (18) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat “anak-anak

cowok, lebih ngeyel“. Kedua, peneliti menentukan jenis ragam beku, ragam santai,

ragam usaha, ragam santai dan ragam akrab yang teridentifikasi variasi keformalan.

Peneliti mengklasifikasikan data tersebut ke dalam jenis variasi keformalan.

Peneliti menentukan percampuran dua bahasa pada data (18) termasuk variasi

keformalan ragam usaha. Ketiga, peneliti membagi konstruksi data,

menerjemahkan dan mencari makna penggunaan jenis variasi keformalan. Dalam

kalimatnya pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Kata ngeyel

dalam bahasa Jawa termasuk tataran rendah atau secara umum digunakan. Kata

ngeyel menerangkan anak laki-laki yang suka membantah dibandingkan anak

perempuan. Selain kelima data diatas, masih ada tiga puluh data lain yang

memperlihatkan jenis variasi keformalan, yakni terdapat pada Tabel 4.1.2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

53

4.2.2.6 Jenis Variasi Keformalan Ragam Santai

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam santai meliputi:

(19) “sampai muncul cuek is the best” (H1/512019)

(B.I=ragam santai)- (B.Ingg=ragam santai)

Data (18) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat “sampai muncul

cuek is the best”. Kedua, peneliti menentukan jenis ragam beku, ragam santai, ragam

usaha, ragam santai dan ragam akrab yang teridentifikasi variasi keformalan.

Peneliti menentukan data (18) termasuk jenis variasi keformalan ragam santai.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Kalimat bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris termasuk jenis variasi keformalan ragam santai. Dalam kalimatnya

menggunakan bentuk alergro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.

Kata is merupakan kata kerja yang menghubungkan kata “cuek” dan “the best”.

Kata-kata the best merupakan frasa kata sifat yang menjelaskan kata “cuek”. Jadi,

kata-kata is the best artinya dalam Bahasa Indonesia adalah yang terbaik.

4.2.2.7 Jenis Variasi Keformalan Ragam Resmi dan Akrab

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam resmi dan akrab meliputi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

54

(20)“Hanya sekarang terang bulan itu menjadi makanan, iya toh”

(H2/612019)

“ (B.I=ragam resmi)- (B.J=ragam akrab)

Data (20) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat“Hanya

sekarang terang bulan itu menjadi makanan, “toh”. Kedua, peneliti menentukan

jenis ragam beku, ragam santai, ragam usaha, ragam santai dan ragam akrab yang

teridentifikasi variasi keformalan. Peneliti menentukan data (20) termasuk jenis

variasi keformalan ragam resmi dan akrab.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Ragam resmi terdapat pada bahasa

Indonesia. Kalimat tersebut termasuk jenis variasi keformalan ragam resmi. Selain

situasinya resmi, kalimatnya lengkap, menggunakan bahasa baku, sopan, sesuai

dengan ejaan yang disempurnakan. Sedangkan ragam santai terletak pada bahasa

Jawa Ragam akrab terdapat pada bahasa Jawa. Dalam kalimat ditandai dengan

penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek dengan artikulasi yang

sering tidak jelas. Kata toh dalam bahasa jawa termasuk tingkatan rendah, yaitu

ngoko. Kata toh merupakan dielek dari bahasa daerah Jawa dan mempunyai maksud

konfirmasi. Mengonfirmasi bahwa dari kalimat, “Hanya sekarang terang bulan itu

menjadi makanan.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

55

4.2.2.8 Jenis Variasi Keformalan Ragam Akrab dan Resmi

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam akrab dan resmi meliputi:

(21)“Kalau boleh dari pengalaman, siapa yang tiap hari diantara panjenengan,

barang sejenak nonton televisi” (H3/1312019)

(B.I=ragam akrab)- (B.J=ragam resmi)

Data (21) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat“Kalau boleh

dari pengalaman, siapa yang tiap hari diantara panjenengan, barang sejenak

nonton televisi”. Kedua, peneliti menentukan jenis ragam beku, ragam santai,

ragam usaha, ragam santai dan ragam akrab yang teridentifikasi variasi keformalan.

Peneliti menentukan data (21) termasuk jenis variasi keformalan ragam akrab dan

resmi.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Ragam akrab terdapat pada bahasa

Indonesia. Kalimat tersebut termasuk jenis variasi keformalan ragam resmi. Dalam

kalimat ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek

dengan artikulasi yang sering tidak jelas.Sedangkan ragam resmi terletak pada

bahasa Jawa. Selain situasinya resmi, kalimatnya lengkap, menggunakan bahasa

beku, sopan, sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Dalam bahasa Jawa kata

panjenengan merupakan tingkatan tertinggi, yaitu krama inggil. Kata panjenengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

56

penyebutan untuk orang yang lebih tua, yang berupa pernyataan berdasarkan suatu

hal yang telah diresmikan.

4.2.2.9 Jenis Variasi Keformalan Ragam Santai dan Resmi

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

jenis variasi keformalan ragam santai dan resmi meliputi:

(22) “timbang rame, timbang repot-repote wis yo, akhirnya apa?” (H7/922019)

(B.J=ragam santai)-(B.I=ragam resmi)

Data (22) dapat dianalisis menggunakan teknik bagi unsur langsung melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan unsur yang merupakan variasi

keformalan. Unsur yang termasuk variasi keformalan adalah kalimat “timbang rame,

timbang repot-repote wis yo, akhirnya apa?”. Kedua, peneliti menentukan jenis ragam

beku, ragam santai, ragam usaha, ragam santai dan ragam akrab yang teridentifikasi

variasi keformalan. Peneliti menentukan data (22) termasuk jenis variasi

keformalan ragam resmi dan santai.

Ketiga, peneliti membagi konstruksi data, menerjemahkan dan mencari

makna penggunaan jenis variasi keformalan. Kata “timbang rame, timbang repot-

repote wis yo, akhirnya apa?” merupakan variasi keformalan ragam santai dan resmi.

Ragam santai terletak pada bahasa Jawa. Pada kalimatnya menggunakan bentuk

alegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai, karena kata –kata yang digunakan termasuk tataran rendah.

Ragam santai terletak pada bahasa Indonesia. Selain situasinya resmi, kalimatnya

lengkap,menggunakan bahasa baku, sopan, sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

57

4.2.3 Jenis Faktor Penyebab Campur Kode dalam Homili Bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran

Dalam faktor penyebab campur kode dibedakan menjadi dua, yaitu faktor

penutur dan faktor kebahasaan. Faktor penutur terdiri dari faktor latar belakang

bahasa daerah dan faktor tingkat pendidikan seseorang. Faktor kebahasaan

digolongkan menjadi tiga belas, yaitu faktor keterbatasan penggunaan kode,

penggunaan istilah yang lebih populer, pembicara dan pribadi pembicara, mitra

bicara, tempat tinggal dan waktu pembicaraan berlangsung, modus pembicaraan,

topik, fungsi dan tujuan, ragam dan tingkat tutur bahasa, hadirnya penutur ketiga,

pokok pembicaraan, untuk meningkatkan rasa humor, dan untuk sekadar bergengsi.

Pada analisis faktor penyebab variasi keformalan campur kode, peneliti

menggunakan beberapa tahap yang dilalui. Pertama, menentukan data yang

teridentifikasi ke dalam jenis variasi keformalan campur kode. Kedua, menentukan

jenis faktor penyebab variasi keformalan campur kode. Ketiga, memberikan tanda

pada data yang sudah diklasifikasikan jenis faktor penyebabnya. Berikut ini uraian

analisis jenis faktor penyebab variasi keformalan campur kode, dalam homili

Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran.

4.2.3.1 Faktor Penggunaan Istilah yang Lebih Populer

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

faktor penyebab campur kode berupa penggunaan istilah yang lebih populer,

yaitu:

(23) “sampai muncul cuek is the best” (H1/512019)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

58

Konteks: Penjelasan dalam bacaan injil, dengan adanya contoh-contoh

tindakan yang dominan.

H1: Homili pertama ( Romo Krisno Handoyo)

P: Umat Ganjuran

Umat Ganjuran yang mengikuti misa saat itu mayoritas remaja-

remaja katholik.

Data (23) dapat dianalisis menggunakan teknik baca markah melalui tiga

langkah. Pertama, peneliti menentukan jenis campur kode ke luar, ke dalam atau

campuran yang teridentifikasi campur kode. Unsur yang termasuk campur kode

adalah kata – kata is the best. Kedua, peneliti mengklasifikasikan data tersebut ke

dalam faktor penyebab campur kode. Peneliti menentukan bahwa is the best

disebabkan adanya faktor penggunaan istilah yang lebih populer, karena penutur

dan mitra tutur mempunyai wawasan mengenai istilah yang lebih populer saat itu.

Ketiga, peneliti memberi tanda pada data. Data faktor penyebab ditandai dengan

(iiii) sehingga menjadi iiiiis iiiithe iiiibest. Keempat, peneliti memberikan kode pada

data yang sudah diklasifikasikan.

(24) “Bukan tempatnya untuk online dengan yang bukan God” (H1/512019)

Konteks: Penegasan diakhir, homili berdasarkan injil yang telah dibacakan.

H1: Homili pertama ( Romo Krisna Handoyo)

P: Umat Ganjuran

Umat Ganjuran mempunyai latar belakang bahasa Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

59

Pada data (24) dapat dianalisis menggunakan teknik baca markah melalui

tiga langkah. Pertama, peneliti menentukan jenis campur kode ke luar, ke dalam

dan campuran yang teridentifikasi campur kode. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut ke dalam faktor penyebab campur kode. Peneliti

menentukan bahwa kata-kata online dan God disebabkan adanya faktor istilah lebih

populer. Pada dasarnya mitra tutur menggunakan istilah tersebut karena, lawan

tutur atau pendengarnya adalah kalangan anak muda. Dalam hal tersebut populer

dikalangannya, karna menggunakan bahasa negara lain. Ketiga, peneliti memberi

tanda pada data. Data faktor penyebab ditandai dengan (iiii) sehingga menjadi iiii

online dan iiii God.

4.2.3.2 Faktor Adanya Mitra Bicara

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

faktor penyebab campur kode adanya mitra bicara, yaitu:

(25) “Bapak ibu saudara sekalian, kira-kira kalau kita menghitung, bapak

ibu saudara yang sudah sepuh ingat jaman dahulu.” (H2/612019)

Konteks: Romo mengajak umat yang sudah tua, untuk mengingat kembali

jaman dahulu, yang berkaitan dengan bacaan injil.

H2: Homili kedua ( Romo Eko Santosa)

P: Umat Ganjuran

Umat Ganjuran yang mengikuti misa saat itu mayoritas bapak ibu

katholik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

60

Data (25) dapat dianalisis menggunakan teknik baca markah melalui tiga

langkah. Pertama, peneliti menentukan jenis campur kode ke luar, ke dalam atau

campuran yang teridentifikasi campur kode. Unsur yang termasuk campur kode

adalah kata sepuh. Kedua, peneliti mengklasifikasikan data tersebut ke dalam faktor

penyebab campur kode. Peneliti menentukan bahwa sepuh disebabkan adanya

faktor mitra bicara, karena penutur memberikan homilinya kepada bapak ibu yang

sudah tua maupun lanjut usia. Ketiga, peneliti memberi tanda pada data. Data faktor

penyebab ditandai dengan (iiii) sehingga menjadi iiiisepuh.

4.2.3.3 Faktor Adanya Pokok Pembicara

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

faktor penyebab campur kode adanya topik pembicaraan, yaitu:

(26)“Karna semua ruangan mungkin banyak diyan,lampu kecil, senthir atau

mungkin teplok paling banter petromak yang paling terang” (H2/612019)

Konteks:Penghidupan ketika belum ada listrik, peggunaan penerangan

menggunakan diyan, senthir, teplok dan petromak.

H2: Homili kedua ( Romo Eko Santosa)

P: Umat Ganjuran

Umat Ganjuran mempunyai latar belakang bahasa Jawa

Data (26) dapat dianalisis menggunakan teknik baca markah melalui tiga

langkah. Pertama, peneliti menentukan jenis campur kode ke luar, ke dalam atau

campuran yang teridentifikasi campur kode. Unsur yang termasuk campur kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

61

adalah kata-kata diyan, senthir, teplok, paling dan banter. Kedua, peneliti

mengklasifikasikan data tersebut ke dalam faktor penyebab campur kode. Peneliti

menentukan bahwa diyan, senthir, teplok, paling dan banter disebabkan adanya

faktor topik pembicaraan, karena penutur memberikan homilinya mengenai

penerangan jaman dahulu dengan yang sekarang. Berkaitan dengan bacaan injil hari

itu. Ketiga, peneliti memberi tanda pada data. Data faktor penyebab ditandai dengan

(iiii) sehingga menjadi iiiidiyan, iiiisenthir, iiiiteplok, iiiipaling dan iiiibanter.

4.2.3.4 Faktor Adanya Fungsi dan Tujuan yang sama

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

faktor penyebab campur kode adanya fungsi dan tujuan yang sama, yaitu:

(27) “Nek sing paling aman, memang kedua-duanya yang paling

aman”(H3/1312019)

Konteks: Menanyakan ketika menonton film, yang dilihat cerita atau

pemain filmnya.

H3: Homili ketiga (Romo Eko Santosa)

P: Umat Ganjuran

Umat Ganjuran mempunyai latar belakang bahasa Jawa

Data (27) dapat dianalisis menggunakan teknik baca markah melalui tiga

langkah. Pertama, peneliti menentukan jenis campur kode ke luar dan ke dalam

yang teridentifikasi campur kode. Unsur yang termasuk campur kode adalah kata

nek sing. Kedua, peneliti mengklasifikasikan data tersebut ke dalam faktor

penyebab campur kode. Peneliti menentukan bahwa nek sing disebabkan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

62

faktor fungsi dan tujuan yang sama, karena penutur memberikan pertanyaan kepada

mitra tutur untuk memperoleh jawaban yang menjadi maksud dan tujuan. Ketiga,

peneliti memberi tanda pada data. Data faktor penyebab ditandai dengan (iiii)

sehingga menjadi iiii nek iiiising.

4.2.3.5 Faktor Adanya Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa

Pada bagian ini disajikan analisis data yang telah diolah. Berikut analisis

faktor penyebab campur kode adanya fungsi dan tujuan yang sama, yaitu:

(28) “Hanya sekarang terang bulan itu menjadi makanan, iya toh”

(H2/612019)

Konteks: Perbedaan terang bulan dengan terang bulan sekarang. Dahulu

terang bulan itu maksudnya cahaya bulan. Kalau sekarang terang bulan

diajadikan sebagai nama makanan.

H2: Homili kedua (Romo Eko Santosa)

P: Umat Ganjuran

Umat Ganjuran mempunyai latar belakang bahasa Jawa

Data (28) dapat dianalisis menggunakan teknik baca markah melalui tiga

langkah. Pertama, peneliti menentukan jenis campur kode ke luar dan ke dalam

yang teridentifikasi campur kode. Unsur yang termasuk campur kode adalah kata

toh. Kedua, peneliti mengklasifikasikan data tersebut ke dalam faktor penyebab

campur kode. Peneliti menentukan bahwa toh disebabkan adanya faktor ragam dan

tingkat tutur bahasa. Kata toh mempunyai arti kan. Menegaskan kembali dari cara

berkata. Ketiga, peneliti memberi tanda pada data. Data faktor penyebab ditandai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

63

dengan (iiii) sehingga menjadi iiii toh. Selain kelima data diatas, masih ada tiga puluh

data lain yang memperlihatkan jenis faktor penyebab campur kode, yakni terdapat

pada Tabel 4.1.3.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis dan faktor variasi

keformalan campur kode pada homili misa Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran

periode Januari – Februari 2019. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa

jenis yang terdapat dan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya variasi

keformalan campur kode dalam homili misa Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran.

Faktor yang menyebabkan campur kode, yaitu faktor penutur atau sikap dan faktor

kebahasaan.

Secara keseluruhan jenis campur kode yang ditemukan berjumlah dua jenis

campur kode, yaitu campur kode ke luar dan dalam. Jenis variasi keformalan

berjumlah sembilan jenis, yaitu (1) ragam santai+ ragam santai, (2) ragam resmi+

ragam resmi, (3) ragam resmi+ragam santai, (4) ragam resmi+ragam akrab, (5)

ragam akrab + ragam resmi, (6) ragam santai+ragam akrab, (7) ragam akrab+ragam

santai, (8) ragam usaha+ragam usaha, dan (9) ragam santai+ragam resmi. Teori

yang digunakan peneliti untuk menganalisis jenis campur kode adalah teori Suwito

(dalam Suandi, 2014). Kemudian teori yang digunakan untuk menganalisis faktor

variasi keformalan campur kode adalah teori Jendra (dalam Suandi, 2014: 142-

146). Jenis variasi keformalan campur kode peneliti menganalisis menggunakan

teori dari Martin Joos (dalam Chaer dan Agustina, 2014: 70-72).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

64

Penelitian terdahulu yang relevan yang digunakan peneliti adalah penemuan

dari Martiningsih (2012) berjudul Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Pengajian

Di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat edisi April 2019, Setyanirum (2019)

berjudul Jenis, Bentuk, Faktor Penyebab Campur Kode Dalam Perbincangan

Pengisi Acara “Ini Talk Show” Di Net Tv, dan Putra (2012) berjudul Analisis

Penggunaan Campur Kode Dalam Ceramah Y.M. Bhikkhu Uttamo.

4.3.1 Jenis Campur Kode dalam Homili Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran periode Januari-Februari 2019

Peneliti mengelompokkan menjadi dua pembahasan mengenai jenis campur

kode. Campur kode berdasarkan segi teori dan segi penelitian yang relevan,

diuraikan sebagai berikut:

1) Segi Teori

Peneliti menemukan dua acuan teori mengenai jenis campur kode, yaitu

teori dari Suandi berdasarkan unsur serapannya (2014: 140-141), yang menyatakan

bahwa jenis campur kode dibedakan menjadi tiga yaitu (1) jenis campur kode ke

luar, (2) jenis campur kode ke dalam, dan (3) jenis campur kode campuran.

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan dua jenis campur kode dalam

homili Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran periode Januari-Februari 2019, yaitu

jenis campur code ke luar dan ke dalam. Campur kode ke dalam terjadi dari Bahasa

Indonesia ke Bahasa Jawa. Campur kode keluar terjadi dari Bahasa Inggris ke

dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan teori dari Suandi (2014: 142-

146) sehingga penelitian ini bersifat mendukung teori Suandi (2014: 142-146).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

65

2) Segi Penelitian yang Relevan

Pada penelitian terdahulu pertama yaitu Martiningsih (2012) menganalisis

jenis campur kode berdasarkan pendapat Suwito (1983: 78-80) yang membedakan

campur kode menjadi kata, frasa, baster, idiom, klausa, dan kalimat. Campur kode

ke dalam terjadi dari Bahasa Indonesia ke bahasa sasak. Bahasa sasak adalah bahasa

daerah Nusa Tenggara Timur. Sedangkan campur kode keluar terjadi dari Bahasa

Arab dan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Jadi dalam penelitian ini,

peneliti hanya bersifat membandingkan dan menambahkan dari penelitian

Martiningsih (2012).

Penelitian terdahulu kedua Setyanirum (2019) menganalisis jenis campur

kode berdasarkan pendapat Suandi (2014: 141), yang membedakan campur kode

ke dalam, ke luar dan campuran. Namun dalam hal ini Setyanirum (2019) hanya

menemukan dua campur kode, yaitu ke dalam dan keluar. Campur kode ke dalam

terjadi dari bahasa Sunda, Jawa ke dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan campur

kode keluar terjadi dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Jadi dalam

penelitian ini, peneliti hanya bersifat membandingkan dan menambahkan dari

penelitian Setyanirum (2019)

Penelitian terdahulu ketiga Putra (2012) menganalisis jenis campur kode

berdasarkan pendapat Suwito (1983: 76), yang membedakan campur kode menjadi

ke dalam (inner code-mixing) dan ke luar (outer code-mixing). Campur kode ke luar

terjadi dari Bahasa Pali dan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Namun

dalam penelitian Putra (2012) tidak menemukan campur kode ke dalam, karena

semua data yang ditemukan merupakan jenis campur kode ke luar. Jadi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

66

penelitian ini, peneliti hanya bersifat membandingkan dan menambahkan dari

penelitian Putra (2012).

4.3.2 Jenis Variasi Keformalan dalam Homili Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran periode Januari-Februari 2019

Peneliti membahas mengenai jenis variasi keformalan dalam homili. Variasi

keformalan berdasarkan segi teori dan segi penelitian yang relevan yang diuraikan

sebagai berikut:

1) Segi Teori

Peneliti menemukan dua acuan teori mengenai jenis variasi keformalan

campur kode, yaitu teori Martin Joos (1967 dalam Chaer dan Agustina, 2014: 70-

72), yang menyatakan bahwa jenis variasi keformalan campur kode dibedakan

menjadi lima, yaitu variasi keformalan ragam beku, variasi keformalan ragam

santai, variasi keformalan ragam usaha, variasi keformalan ragam santai dan variasi

keformalan ragam akrab. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan sembilan

variasi keformalan dalam homili Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran, yaitu (1)

ragam santai+ ragam santai, (2) ragam resmi+ ragam resmi, (3) ragam resmi+ragam

santai, (4) ragam resmi+ragam akrab, (5) ragam akrab + ragam resmi, (6) ragam

santai+ragam akrab, (7) ragam akrab+ragam santai, (8) ragam usaha+ragam usaha,

dan (9) ragam santai+ragam resmi. Penelitian ini sejalan dengan teori Martin Joos

(1967), sehingga penelitian ini bersifat mendukung teori Martin Joos (dalam Chaer

dan Agustina 2014: 70-72) mengenai jenis variasi keformalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

67

2) Segi Penelitian yang Relevan

Pada penelitian terdahulu pertama mengenai jenis variasi keformalan yaitu

Martiningsih (2012). Peneliti hanya menggunakan teori jenis variasi keformalan

campur kode berdasarkan teori Chaer dan Agustina (2004: 61-72) menyatakan

bahwa jenis variasi terjadi dari segi penutur, pemakaian, sarana dan keformalan.

Dalam variasi keformalan menurut Martin Joos campur kode dibedakan menjadi

lima, yaitu variasi keformalan ragam resmi, santai, usaha, santai dan akrab. Namun

untuk bagian analisis Martiningsih (2012), tidak memasukan adanya jenis variasi.

Sedangkan penelitian terdahulu kedua Setyanirum (2019) dan penelitian

terdahulu ketiga Putra (2012) tidak menggunakan teori variasi keformalan maupun

bagian analisisnya. Maka dapat disimpulkan, dalam penelitian variasi keformalan

ini, peneliti bersifat menemukan.

4.3.3 Faktor Penyebab Variasi Keformalan Campur Kode dalam Homili

Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran periode Januari-Februari 2019

Peneliti mengelompokkan menjadi dua pembahasan mengenai faktor

penyebab variasi keformalan campur kode. Variasi keformalan berdasarkan segi

teori dan segi penelitian yang relevan, diuraikan sebagai berikut:

1) Segi Teori

Peneliti menemukan dua acuan teori mengenai faktor penyebab campur

kode, yaitu teori dari Dell Hymes (dalam Chaer dalam Agustina, 1995: 62) dan

Jendra (dalam Suandi, 2014: 142-146). Pada teori Dell Hymes (dalam chaer dalam

Agustina, 1995: 62) menyebutkan bahwa penyebab campur kode antara lain,

setting and scene, participan, end (merujuk pada maksud dan tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

68

petuturan) sequence (mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran), key (mengacu

pada nada, cara), instrumentalities (mengacu pada jalur bahasa yang digunakan),

norm of interaction dan interpretation mengacu pada norma atau aturan) dan

genre, (mengacu pada jenis bentuk penyampaian). Pada teori Jendra (dalam Suandi,

2014: 141), menyatakan bahwa faktor penyebab campur kode dibedakan menjadi

dua, yaitu (1) faktor penutur (latar belakang bahasa daerah dan keterpelajaran

seseorang) dan (2) faktor kebahasaan, keterbatasan penggunaan kode, penggunaan

istilah yang lebih popular pembicaraan dan pribadi pembicara, mitra bicara, tempat

tinggal dan waktu pembicaraan berlangsung, modus pembicaraan, topik, fungsi dan

tujuan, ragam dan tingkat tutur bahasa, hadirnya penutur ketiga, pokok pembicara,

untuk membangkitkan rasa humor, untuk sekadar bergengsi.

Berdasarkan penelitian ini, peneliti hanya menemukan faktor kebahasaan

yang penyebab campur kode dalam homili Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran

periode Januari-Februari 2019. Faktor kebahasaan yang ditemukan antara lain,

faktor penggunaan istilah yang lebih populer, fungsi dan tujuan, satu ragam dan

tingkat tutur bahasa, pokok pembicara dan mitra pembicara. Penelitian ini sejalan

dengan teori dari Jendra (dalam Suandi, 2014: 142-146) sehingga penelitian ini

bersifat mendukung.

2) Segi Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu pertama yaitu Martiningsih (2012) mengenai faktor

penyebab terjadinya campur kode, menggunakan teori Thelander (dalam Chaer

dan Agustin, 2010: 142) menyatakan faktor campur kode dapat dilihat dari segi

tempat tinggal penutur, pembicaraan yang sedang berlangsung, topik pembicara,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

69

perubahan ragam dan tingkat tuturan. Namun dalam hal ini, Martiningsih (2012)

menemukan faktor campur kode yaitu, fungsi dan tujuan, ketiadaan padanan kata

yang tepat, pencapaian tujuan tertentu, kesulitan mencari padanan kata, pengaruh

bahasa asli, perubahan topik pembicaraan, dan peniruan kalimat lain. Jadi dalam

penelitian ini, peneliti hanya bersifat membandingkan dari penelitian Martiningsih

(2012).

Penelitian terdahulu kedua oleh Setyanirum (2019), menganalisis data

faktor campur kode berdasarkan pendapat Suandi (2014: 142), yang menyatakan

bahwa faktor campur kode dibedakan menjadi dua, yaitu faktor penutur dan faktor

kebahasaan. Namun dalam hal ini Setyanirum (2019) hanya menemukan faktorr

penutur, penutur kaum terpelajar, sekedar bergengsi. Faktor kebahasaan meliputi

faktor keterbatasan kode, penggunaan istilah yang lebih populer, pembicara dan

pribadi pembicara, mitra bicara, fungsi dan tujuan dan untuk membangkitkan rasa

humor. Jadi dalam penelitian ini, peneliti hanya bersifat menambahkan dari

penelitian Setyanirum (2019).

Penelitian terdahulu ketiga Putra (2012) menganalisis jenis faktor penyebab

campur kode berdasarkan pendapat Suwito (1985: 72) yang menyatakan bahwa

campur kode di lihat dari segi penutur, lawan tutur, situasi dan kebiasaan. Namun

dalam hal ini, hasil analisis Putra (2012) hanya menemukan dua faktor, yaitu segi

penutur dan kebiasaan. Jadi dalam penelitian ini, peneliti hanya bersifat

menambahkan dan membandingkan dari penelitian Putra (2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

5.1 Kesimpulan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan penelitian yang berjudul ”Variasi Keformalan Campur Kode

Pada Homili Misa Bahasa Indonesia Di Gereja Ganjuran“ membahas tiga

masalah, yaitu jenis campur kode, jenis variasi keformalan dan faktor campur kode

Homili Misa Bahasa Indonesia Di Gereja Ganjuran. Berikut ini kesimpulan data

yang meliputi tiga hal:

1. Jenis campur kode dalam Homili misa Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran, yaitu campur kode ke dalam dan keluar. Campur kode ke dalam

terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Campur kode keluar terjadi

dari bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.

2. Jenis variasi keformalan dalam Homili misa Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran, yaitu (1) ragam santai+ ragam santai, (2) ragam resmi+ ragam

resmi, (3) ragam resmi+ragam santai, (4) ragam resmi+ragam akrab, (5)

ragam akrab + ragam resmi, (6) ragam santai+ragam akrab, (7) ragam

akrab+ragam santai, (8) ragam usaha+ragam usaha, dan (9) ragam

santai+ragam resmi.

3. Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode dalam Homili misa

bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran adalah faktor kebahasaan. Faktor

kebahasaan yang ditemukan antara lain, faktor penggunaan istilah yang

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

71

4. lebih populer, satu ragam dan tingkat tutur bahasa, mitra pembicara, pokok

pembicara, fungsi dan tujuan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian variasi keformalan campur kode ini, dapat

diperoleh saran dari peneliti. Adapun saran yang diberikan, yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menambah

informasi dan pengetahuan, terkait campur kode yang terjadi dalam homili

saat misa di Gereja.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi yang positif bagi

masyarakat umum, bahwa seringkali terjadi campur kode saat homili.

3. Penelitian ini juga bisa dijadikan untuk menambah wawasan, mengenai

variasi keformalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

DAFTAR PUSTAKA

Aslinda dan Syafyahya, L. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Aditama.

Atmaja, Velisia Krisna Murti. 2018. Campur Kode dan Alih Kode Dalam Interaksi

Perdagangan di Pasar Bringharjo Yogyakarta. [Online].

Tersedia:https://repository.usd.ac.id:/17753/2/134114015_full.pdf[1Desem

ber 2018]

Bogdan, B. 1982. Pengantar Studi Penelitian. Bandung: PT Alfabeta.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2004. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Harimurti, K. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Huri, D. 2014. Penguasaan Kosakata Kedwibahasaan Antara Bahasa Sunda dan

Bahasa Indonesia Pada Anak-Anak. [Online]. Tersedia:

https://journal.unsika.ac.id:/index.php/judika/article/download/122/126 [11

April 2019]

Indrastuti, N. S. 1997. Campur Kode dan Alih Kode dalam Siaran Radio. [Online].

Tersedia: https://jurnal.ugm.ac.id:/jurnalhumaniora/article/view/1878/1685

[1 Desember 2018]

Moleong, J. Lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Kesuma, T. M. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta:

Crasvatibooks.

Komisi Liturgi KWI. 2011. Homiletik Panduan Berkhotbah Efektif. Jakarta: PT

Kanisius.

Maleong, L. J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Marlyn. 2018. Campur Kode Ceramah Ustad Maulana dalam Acara “Islam

ItuIndah”DiTransTv. [Online],Vol 3 (3), 13 Halaman. Tersedia:

http://jurnal.untad.ac.id:/jurnal/index.php/BDS/article/download/10040/79

87 [10 Febuari 2019]

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

73

Martiningsih, E. 2012. Alih Kode dan Campur Kode dalam Pengajian di Lombok

Timur Nusa Tenggara Barat. [Online]. Tersedia:

https://eprints.uny.ac.id:/22229/1/Erma%20Martiningsih%2008210144

015.pdf. [1 Desember 2018]

Mustikawati, D. 2015. Alih Kode Dan Campur Kode Antara Penjual dan Pembeli

Analisis Pembelajaran Berbahasa Melalui Studi Sosiolinguistik

[Online]Vol 3 (3), 32 Halaman. Tersedia: http://journal.umpo.ac.id:

/index.php/dimensi/article/viewFile/154/141#

Nababan. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Oktavianus. 2013. Bahasa yang Membentuk Jati Diri dan Karakter Bangsa.

[Online].Tersedia:https://www.researchgate.net:/publication/319241439_B

ahasa_yang_Membentuk_Jati_Diri_dan_Karakter_Bangsa, [10 Febuari

2019]

Pangabean, M. 1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta: PT Gramedia.

Partinem, S. 2011. Alih Kode dan Campur Kode. [Online]. Tersedia:

https://sastrapuisi.wordpress.com:/2011/12/11/kode-alih-kode-dan-

campur-kode-disusun-untuk-disajikan-dalam-diskusi-mata-kuliah-

sosiolinguistik-dosen-pengampu-prof-fathurahman-dan-dr-ida-zulaida/ [1

Desember 2018]

Purwaningrum, C. A. 2018. Jenis Ragam dan Karakteristik Ragam Tutur Guru dan

Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII A. [Online].

Tersedia: http://repository.usd.ac.id: /31186/2/131224096_full.pdf [20

Agustus 2019]

Putra, E. M. 2012. Analisis Penggunaan Campur Kode dalam Ceramah Y.M.

Bhikkhu Uttamo. [Online]. Tersedia:

https://mandala991.files.wordpress.com:/2013/01/analisis-penggunaan-

campur-kode-dalam-ceramah-y-m-bhikkhu-uttamo.pdf [10 Febuari 2019]

Bala, Robert.2016. Homili yang membumi. Yogyakarta: PT Kanisius.

Rosa, E. E. 2013. Campur Kode Dan Alih Kode Dalam Ujian Skripsi Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa. [Online]. Tersedia:

https://eprints.uny.ac.id:/44427/1/Ema%20Eliya%20Roza_08205244017.p

df [23 Oktober 2019]

Rusminto, R. D. 2017. Alih Kode dan Campur Kode Rubrik ”Buras” dan

Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa.[Online], 12 Halaman. Tersedia:

file:///C:/Users/eft260819/Downloads/13969-30518-1-PB.pdf. [15 Agustus

2019]

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

74

Setyaningrum, K. D. 2019. Jenis, Bentuk, Faktor Penyebab Campur Kode Dalam

Perbincangan Pengisi Acara “Ini Talk Show” Di Net Tv. [Online].

Tersedia: http://repository.usd.ac.id:/33141/2/141224008_full.pdf [ 13

Febuari 2019]

Soejono, A.G. 1983. Metodik Khusus Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Karya.

Suandi. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa:Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sugiyono. 2010. Metode Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif,Kualitatif,dan .

Bandung: Alfabeta.

Sumarsono. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumarsono, D. P. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar.

Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta:

UNS Press.

Suwito. 1985. Sosiolinguistik. Surakarta: Henary Offset.

Syamsuddin, A. 1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, H. G. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP

Muhammadiyah Jakarta Pre.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Krisna Handoyo Pr. di Geraja Ganjuran

(Sabtu, 5 Januari 2018)

“Namun melalui kedatangan tiga orang majus yang menurut tradisi bernama Baltasar, Melkion dan

Gaspar dari Euthopia. Dimana ketiganya mewakili ketiga besar bangsa manusia kepada dunia hendak

dinyatakan bahwa kehadiran Yesus itu bukan untuk bangsa Yahudi, tetapi seluruh bangsa di Bumi. Dengan

kata lain panampakan Tuhan atau Ephifania hendak menyatakan akan iman kita atas universalitas

keselamatan dari Yesus. Bahwa keselamatan itu diperuntukan untuk semua, Yesus adalah penyelamat

seluruh umat manusia yang mau menerima dia dan percaya kepadaNya. Oleh bacaan pertama dalam kitab

nabi Yesaya penampakan Tuhan itu dinyatakan sebagai..dinyatakan sebagai terangmu datanvg dan kemuliaan

Tuhan telah terbit atas-Mu.

Dalam ayat 1. Sebab Yesus adalah terang dunia berkat kehadirannya di tengah-tengah kita hidup

dan masadepan kita yang menyelimuti kegelapan karna dosa maka maut menjadi terang dan penuh

pengharapan. Kita diterangi untuk memperoleh keselamatan dan kekal. Terang Kritus dan penyelamatan

berlaku untuk selaruh dunia, sebagaimana juga yang ditegaskan oleh Santo Paulus dalam bacaan kedua

bahwa orang-orang Yahudi pun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota-anggota tubuh, serta peserta dalam

janji yang diberikan oleh Yesus Kristus (efesus 3:6). Nah, saudari-saudari terkasih..untuk mengalami Tuhan

yang membawa keselamatan dalam hidup kita, kita diajar menghayati sikap iman seperti orang majus itu.

Ada 3 hal yang bisa kita renungkan dalam sepekan ini, yang pertama: Mereka ingin disebut orang majus,

bahasa yunaninya makus. Dalam bahasa Yunani, kata markus makhoeng jamak, mempunyai 4 arti: salah

satunya adalah iman persia yang ahli dalam astrologi dan astronomi. Jadi, kalau matius menyebut mereka

sebagai orang majus, kemungkinan merujuk pada para iman persia. Dalam anstronomi dan atrologi ini yang

khususnya mengenai ilmu perbintangan. Mereka membenarkan keahliannya tersebut untuk mencari dan

menyembah Yesus.

Dalam ayat 2. Seperti para majus berarti apa.... berarti kita menggunakan keahlian kita masing-

masing untuk mencari dan menyembah mengambdi Tuhan. Atas apa yang kita miliki, kita tidak

memanfaatkan yang baik untuk kepentingan dan kesenangan kita sendiri. Supaya kita tidak jatuh dalam

egoisme, individualisme atau cueksime, sampai muncul cueks is the best. Apa arti kita mempunyai semboyan

surga menjadi berkat bagi siapa saja dan apa saja. Tetapi apapun profesi, ketrampilan dan keahlian, bakat dan

talenta kita, marilah kita gunakan sebagai sarana untuk mencari dan mengabdi Tuhan. Itu yang pertama, yang

kedua:Para majus dapat berjumpa dengan Yesus karna ada petunjuk yang ada pada mereka, yaitu bintang.

Dalam mengatakan begini dalam ayat 2 tadi, Kami telah melihat bintangnya.. N nya besar..di ufuk timur, dan

kami datang untuk menyembah dia. Disitu dikatakan, bintangnya berarti bintang Tuhan karnanya K besar.

Artinya, Tuhan sendirilah yang memberikan petunjuk kepada mereka untuk mencari dan menemukan dia.

Kekita Tuhan juga selalu memberikan bintangnya untuk mencari dan menemukan Tuhan. Namun yang sering

dialami para majus itu, bintang itu tidak selalu jelas dan tampak.

Maka kita selalu berusaha untuk peka terhadap kearah Tuhan membimbing saya dan diamana saya

mesti berhenti untuk melakukan susuatu untuk melakukan perjalanan lagisue untuk melakukan bimbingan

dengan Tuhan. Kita diajak untuk mengasah kepekaan kita. Diatas keluarga kita, diatas lingkungan wiliyah

dan masyarakat kita, diatas geraja kita, diatas tempat kerja kita, dan yang lain-lain. Sehingga ditempat –

tempat itu, itu menemukan Tuhan dan berjumpa dengan-Nya. Kalau saya mengutip, salah satu tempat

spiritual Ignatius, ,menemukan Tuhan di dalam segala hal. Iso nemokake Gusti Allah nenggone sokongan opo

wae, luwih-luwih..lebih-lebih mereka yang tergolong terkriwah yang termasuk KLMTD, disanalah Tuhan.

Apalagi Yesus pernah mengatakan “barangsiapa yang melakukan kepada saudaraku, yang paling hina ini,

kamu lakukan juga untuk aku.” Menemukan Tuhan dalam segala hal, yang ketiga, terakhir: Setelah berjumpa

dengan Yesus, para majus itu apa? Sujud menyembah dia, dan mempersembahkan persembahan kepada anak

itu. Mereka mempersembahkan apa? Mereka mempersembahkan emas. Sebagaimana para majus yang sujud

menyembah Tuhan dan mempersembahkan persembahan kepadanya, kitapun diajak supaya dengan tekun dan

setia kepada Tuhan untuk mewujudkan persembahan kepada kepadaNya.

Dalam hal ini perayaan ekaristi mesti mendapatkan tempat yang utama dalam hidup kita. Sehabis

itulah Yesus hadir dan kita sujud menyembah serta menunjukan persembahan kepadaNya, berupa kolekte

dan persembahan lainnya. Tetapi juga, seluruh niat hidup kehendak, supaya dalam korban Kritus yang dicara

alam, untuk menyelamatkan kita rayakan. Namun ekaristi juga mesti kita jadikan sumber perayaan dan

puncak hidup kita. Artinya apa? Artinya sembah sujud dan persembahan yang kita wujudkan kepada Tuhan

untuk dala perayaan ekaristi mesti menjadi pendorong kita, baik kita untuk mengabdi Tuhan melakukan

kepada sesama, dalam hidup sehari-hari. Itulah makanya harus tambahkan yang keempat, maka tidak jadi

yang terakhir.“yang keempat, apa yang keempat ? orang-orang majus setelah berjumpa dengan Yesus, dalam

ayat 12, mereka pulang ke negerinya lewat jalan lain. Ora baleni meneh dalan sing niki. Dalam ini mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

pulang lewat jalan lain karna, dilarang untuk kembali kepada Herodes.Tetapi secara simbolis, hal ini

menegaskan bahwa, mereka yang benar-benar mengalami menampakan Tuhan dan berjumpa denganNya,

tidak akan lagi hanya menapaki jalan yang sama, apalagi manusia lama, apalagi hal-hal yang gelap, hal-hal

yang salah,hal-hal bosan, hal-hal yang keliru.Tidak, tidak kembali kepada manusia lama, tidak kembali

ketidakadilan. Menuju dalam roh, sebab pengelaman perjumpaan dengan Tuhan itu, membeharui dan

mengubah.

Maka setelah kita berjumpa dengan Tuhan dan sujud menyembah kepadanya dalam perayaan

ekaristi, kita mesti kembali dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun dalam kehidupan sehari-hari itu mesti

kita jalani dalam secara lain dan baru. Sesuai dengan roh, sesuai dengan semangat yang kita dapatkan dalam

jumpa dalam ekaristi. Sebagai kesimpulan, apa yang didapat kalau kita mencari Tuhan ? cari Tuhan berarti

mau mencari tau apa yang Tuhan mau. Cari Tuhan berarti mau mendengar apa yang Tuhan maksudkan, cari

Tuhan berarti mau mengalahkan apa yang saya pikir. Cara Tuhan berarti mau it line and online with God.. it

line and online with God .. Maka dalam kesempatan ekaristi, bukan tempatnya untuk online dengan yang

bukan God.. in line dan online with God disanalah kita akan sungguh-sungguh menemukan Tuhan,

bagaimana ia mau berkehendak, bagaimana ia mau bermaksud untuk hidup kita.”

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Eko Santosa Pr. di Geraja Ganjuran (Minggu,

13 Januari 2018)

“Kalau boleh dari pengalaman, siapa yang tiap hari diantara panjenengan, barang sejenak nonton

televisi? Tidak sempat nonton telivisi? Sempat tidak sempat dan tidak sempat tidak apa-apa? Apakah diantara

panjenengan yang sama sekali belum pernah nonton film? Sudah? kalau sudah nonton film, paling tidak

entah film di televisi atau di gedung bioskop, atau dimana saja kita bisa nonton film. Apakah diantara

panjenengan-panjengan di waktu-waktu senggang, buka hp nonton you tube? ada ndak? Yah baik! Sekarang,

panjenengan nonton itu kurang lebih film yang di pilih itu bermacam-macam. Sekarang ketika nonton film,

yang panjenengan perhatikan bintang filmnya atau ceritanya? coba, yang diperhatikan sejak awal sampai

akhir, itu kisahnya atau ceritanya atau justru malah memperhatikan bintang filmnya? Yang mana? Bintang

filmnya atau ceritanya? Opo? Cerita atau bintang film? Kalau prodiakon, cerita atau bintang film ? nen

?napa? Lhah pun nate ningali nonton nopo mboten? Pun nate to riyen? Gek nate nonton dangdut to? Sing di

tonton, kalau kita nonton film yang tetap menjadi perhatian kita bintang filmnya, atau tetap kisahnya? Yang

mana? Nek sing paling aman, memang kedua-duanya yang paling aman.Tapi saya mememinta untuk

memilih, tidak usah dijawab kalau memang malu untuk menjawab.

Sekarang siapa yang hafal kata-kata yang diucapkan bintang film itu? ada yang hafal? Contohnya,

siapa? Anak-anak, anak-anak atau bapak atau bapak ibulah, yang belum pernah nonton film upin ipin? Siapa

yang belum pernah? Oh semua sudah pernah. Baik. Sudah pernah nonton atau sekilas. Siapa yang pernah

mendengar, orang mengucapkan kata-kata yang diucapkan ipin atau upin yang diulang tiga kali berturut-

turut? Langsung nyaut kalau begini to? Ini kan contoh yang sangat sederhana. Bahwa ketika saya menonton

film, akhirnya yang menjadi pusat perhatian adalah bintangnya. Sehingga saya dengan mudah mengingat

kembali apa yang diucapkan si bintang film tadi. Bagaimana gerak-geriknya, juga kadang-kadang ditirukan.

Ucapan kata-kata juga ditirukan. Karna begitu menonton, saya seolah-olah pernah menyamakan dengan

bintang yang ada disana. Sekarang tidak nonton film. Siapa yang pernah nonton sepak bola? Sekarang kalau

nonton sepak bola, di sana ada bintang lapangan yang menjadi idola panjenengan anda semua. Ketika ada

bola datang, tidak cepat-cepat. Apakah muni, Ayo to cepet to, ayo to cepet to, ayo to, ayo to cepet. Seperti

itukah? Hal yang sangat sederhana. Kecewa? Waduh? Tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahwa disana

seolah-solah, panjenengan semua ikut terlibat, dalam peristiwa itu.

Lepas dari itu mencoba menirukan kata-kata, tingkah laku, gerak-gerik yang semakin menyerupai

sang idola. Bahkan pakaian juga bisa ditiru. Inilah peristiwa yang sangat sederhana, yang bisa kita temukan

dalam hidup harian kita masing-masing.Tapi sekarang, coba kita lihat, kita perhatikan, film yang begitu

indah, yang selalu diulang-ulang. Dalam peristiwa hidup kita sebagai seorang iman. Sebelum film dimulai,

akan bertanya-tanya bagaimana bintangnya kira-kira menarik atau tidak, dan sebagainya. Pada awal mula,

kita diajak untuk melihat bintang itu. Ketika Yesus dilahirkan, para gembala datang untuk bersembah sujud,

ditunjukan oleh apa? Tandanya? Bintang, yang kemudian bersinar terang merujuk pada kanak-kanak Yesus.

Ketika sang jana dari timur mengalami kebingungan, dan bertanya-tanya kepada herodes, dimana anak itu

dilahirkan? Karna apa? Mereka telah menemukan bintangnya. Tandanya bintang itu tadi. Setelah diberitahu

dibethlehem, mereka keluar dan sungguh mengarah pada kanak-kanak Yesus. Mereka datang berjumpa

dengan kanak-kanak Yesus, bersujud, dan memberikan persembahan. Kemudian, hari ini kita rayakan pesta

pembaptisan. Orang-orang banyak datang berbondong-bondong kepada Yohanes, dan bertanya-tanya kepada

Yohanes. Apakah Yohones ini mesias? Tetapi Yohanes mengatakan, saya bukan mesias. Tetapi tandanya

jelas ditunjukkan kepada pribadi Yesus, yang pada waktu baptis, setelah baptis, ia berdoa dan ada suarana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Roh kudus turun dalam rupa lidah-lidah api. “Engkaulah anak yang ku kasihi, kepadaMulah aku berkenan”.

Jelas kita diajak untuk memusatkan perhatian, kepada sang bintang sejati, yaitu Kristus. Lhah nanti kita akan

melihat selama satu malam penuh, yang mau menunjukan tokoh bintang sejati, yaitu Kristus sendiri. Dengan

segala tutur kata, dengan gerak geriknya, segala tindakannya yang bermacam-macam yang kita temukan

dalam hari-hari yang akan datang, sampai nanti, saat kita merayakan Kristus Raja semesta Alam. Kita diajak

nonton fim seperti itu. Kita diajak untuk melihat sang tokoh utama, yaitu kristus sendiri, yang kemudian

dikatakan. “Engkaulah anak yang ku kasihi kepadaMu lah aku berkenan”. Bapak ibu dan sudara sekalian

yang terkasih, kita semua telah menerima sakramen baptis.

Ketika dibaptis, saya diangkat menjadi anak-anak Allah. Karna rahmat baptis yang sudah anda

terima, bisa diangkat menjadi anak-anak Allah. Maka dengan situasi inilah saya sudah tidak ada pilihan lain.

Kecuali menjaga jiwa tetap menjadi anak Allah, Bagaimana tetap menjaganya supaya berkenan kepada

Allah? Apa yang saya lakukan? apa yang saya perbuat? Tetap berkenan kepada Allah. Siapa yang menjadi

contoh idola kita? Sang bintang sejati? Yaitu Kristus sendiri. Sehingga, hidup kita, perjalanan hidup kita,

sikap kita, semakin lama tanpa kita sadari mestinya menyerupai sang bintang idola, yaitu menyerupai kristus.

Sudah tidak ada pilihan lain, jika saya sungguh menyerupai sebagai anak-anak Allah. Hidup saya harus

berkenan kepada Allah dan tidak ada pilihan lain. Segala tindakan, tutur kata, tingkah laku, apa yang

diperbuat semakin menyerupai Kristus sendiri. Maka, ,mau tidak mau saya akan mengarahkan perhatian saya

kapada idola, kepada sang bintang sejati, yaitu Kristus itu sendiri. Karna saya tidak punya pilihan lain, dan ini

saya bangun terus menerus, supaya hidup saya berkenan bagi Allah, dan saya sungguh sadar sebagai anak

Allah, anak yang dikasihi. Dengan peristiwa baptis, yaitu setiap kali saya meneliti batin.

Saya akan melihat suluruh apa yang saya alami, di dalam hidup saya. ...yang kurang baik saya

mohon ampun kepada Tuhan, dan saya akan memperbaiki dihari kemudian. Supaya hidup saya semakin

berkenan bagi dia, dan sesama kita. Saya akan memperbuat, memperbaiki diri terus menerus, semakin

menyerupai Kristus sang bintang. Abadi, bintang sejati dan juga yang menjadi tokoh dalam film, dan saya

tidak punya pilihan lain. Saya hanya bisa mengarah kepada Kristus sendiri, saya haru mengikuti Kritus, dan

hidup saya kepada Kristus. Karna itulah yang menjadi tumpuhan harapan hidup. Dia anak yang dikasihi, dan

hidupnya berkenan kepada Allah. Kita juga diangkat menjadi anak yang dikasihi ketika dibaptis. Maka,

bagaimana membangun supaya hidup saya berkenan bagi Allah.. dan akhirnya kita tidak bisa dengan

sekehendak hati, tidak bisa. Saya harus membangun sikap hidup seperti anak Allah sendiri. Seperti Kristus

sendiri, agar hidup kita semakin lama berkenan bagi Allah. Dalam tindakan, dalam tutur kata, dan dalam

perbuatan harian kita, dan selalu saya perbaiki ketika saya menitih batin. Sehingga tampaklah hidup saya

semakin tumbuh dan berkembang, dan kalau berkenan di hati Allah, hidup kita bagi Allah dan kemudian kita

akan menjadi berkat bagi sesama kita. Usaha! Sebagai perjuangan bagi hidup kita sebagai umat beriman,

yang ingin mengikut Yesus Kristus secara sederhana yang dirumuskan pada bacaan injil tadi, hidup yang

berkenan. Inilah perjuangan hidup kita, sebagai anak-anak Allah. Karna martabat baptis yang telah kita

terima.”

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Krisna Handoyo Pr. di Geraja Ganjuran

(Minggu, 20 Januari 2019)

Namun hendak saya sampaikan nyaris tidak langsung berkaitan dengan hidup berkeluarga. Saya

akan melihat hal lain, yang mungkin jarang muncul ketika bacaan-bacaan tadi kita dengar. Saya akan

mengawali dengan sebuah cerita, ada seorang bapak yang selalu berdoa untuk anaknya, sebut saja nama

anaknya adalah Toni.. waton muni yang susah diatur. Kira-kira demikan,“Tuhan tolonglah anak laki-laki saya

putra satu-satunya jadikanlah dia yang tau aturan, jadikanlah dia yang anak yang rajin belajar, jadikan dia

anak yang suka mendengar dan melaksanakan nasihat saya dan nasihat guru-gurunya. Tuhan kiranya engkau

menolong dia, agar kelak dia menjadi seorang sarjana yang segera mendapatkan pekerjaan yang baik”.

Setelah seperti itu berulang-ulang diucapaka oleh bapak tadi hampir setiap hari. Dalam doa itu bapa kami

menyampaikan apa yang mesti dapat untuk anaknya. Tadinya bapak tadi Tuhan melakukan pekerjaan lain

untuk anaknya. Tuhan harus mengikuti kemauan bapak tadi, dan bukan bapak tadi yang harus ikut kemauan.

Saudari-saudaraku terkasih, ada banyak persoalan yang terjadi dalam kehidupan manusia, dan dalam setiap

persoalan orang beriman ingin agar Tuhan turut campur tangan.

Dalam doa orang selalu menyebut kemauan, agar Tuhan laksanakan. Apabila tidak terlaksana orang

membuat kesimpulan doanya tidak dikabulkan. Walaupun sebetulnya kalau orang berdoa itu, jawabannya

cuma tiga, yes no and wait..Ya langsung dikabulkan, no tidak tetapi diberi yang lain. Atau wait tunggu untuk

menguji ketekunan kesetian iman. Toni telah lama menantikan mukzizat dari Tuhan untuk studynya. Ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

banyak berdoa, agar lulus, lulus, lulus ujian akhir meski ia jarang belajar. Ia begitu percaya bahwa Tuhan

akan membuat mukzizat baginya. “Bukankah Tuhan dapat mengerjakan segalanya, karna ia memang Maha

Kuasa”. Demikan ia berkeyakinan.”

“Pada saat ujian, Toni memang bingung, karna semua soal yang ditanyakan penguji terasa asing, ia

keluar kamar ujian dengan lumlet. Dalam hati ia bertanya, “ mengapa Tuhan tidak membuat mukzizat bagi

saya? Apakah Tuhan tidak mencintai saya?”, demikan hatinya terucap. Saudari-saudaraku terkasih, orang

sering tidak sadar bahwa Tuhan jauh lebih bijaksana dari manusia. Tuhan lebih tau jalan yang tepat untuk

setiap persoalan. Karena itu doa yang benar ialah mohon jalan keluar yang dikehendaki Tuhan. Bukan minta

Tuhan menyetujui jalan keluar kita. Doa yang baik hanya berupa persoalan kita, lalu minta Tuhan beri jalan

keluarnya. Bisajadi jalan keluar, atau harapan kita sesuai dengan kebijaksanaan Tuhan, bisa juga tidak sesuai

bahkan mungkin juga sulit untuk dipahami atau dimengerti. Saudari-saudaraku terkasih, ketika mengahadiri

pesta perkawinan di Cana. Maria tahu bahwa ada persoalan yaitu Tuan pesta kehabisan anggur, ini masalah,

ini persoalan. Maria datang ke Yesus, Maria tidak mengajukkan persoalan sebagai jalan keluar. Misalnya,

Maria tidak menyatakan, “anakmu tolong beli anggur, buatan mukzizat, pinjam anggur di rumah tetangga”

dan sebagainya, tidak mengatakan begitu.

Maria datang, dan hanya memberitahuan persoalan kehabisan anggur. Maria hanya menumpahkan

persoalan, apakah jalan keluarnya, pendek kata terserah, dengan artian kurang pas. Hanya saja maria memberi

pesan kepada para pelayan. “Lakukanlah apa yang perintah-Nya kepadamu”. Pesanan Maria adalah pesanan

taat kepada Allah. Maria sendiri hidup kepada ketaatan sabda Allah, “Aku ini hamba Tuhan terjadilah

kepadaku menurut perkaaanMu”. Saudari-saudaraku terkasih, setiap hari kita berdoa, barangkali kita sering

mengharapkan supaya kita terima bersih. Tetapi Maria memberi nasihat supaya kita melakukan sabda Tuhan.

Tuhan mengabulkan doa kita, tetapi dari kita dituntut sesuatu taat kepada sabda Allah. Bukan Yesus yang

mengisi air ke dalam tempayang, tetapi manusia, para pelayan. Pelayan-pelayan mesti taat, akibatnya

terjadilah mukzizat. Dari doa Maria di Cana kita dapat belajar, bahwa kepada Tuhan kita menyampaikan

kesulitan kita, bukan kemauan kita. Pendek kata terserah, dalam arti kurang pas. Tuhan mau berbuat apa,

selanjutkan doa kita harus didukung kepada sabda Allah. Karena itu, setiap kali kita selesai berdoa Maria

berpesan, “Lakukanlah apa yang perintah-Nya kepadamu”. Saudari-saudaraku yang terkasih, yang menarik

adalah bahwa Yesus membuat mukzizat tidak dari suatu yang kosong. Melainkan dari ada yang disitu, dari

suatu yang disiapakan yaitu air, dan yang pasti ada tempatnya tempayang.

Orang-orang atas nasihat bunda Maria dan juga atas permintaan Yesus, mengisi tempayang itu

penuh dengan air. Itulah usaha-usaha dari manusia, dan karena usaha itulah Yesus membuat mukzizat.

Tampak bahwa Tuhan akan membuat mukzizat, bukan dari suatu yang kosong seperti tukang obat atau ahli

ujum. Tetapi ia menggunakan sesuatu yang sudah ada disitu. Waktu yang sudah ada itu, disiapakan oleh

orang yang menerima mukzizat tersebut. Ini berarti bahwa mukzizat hanya atau akan terjadi, bila ada

kerjasama antara manusia dengan Tuhan. Manusia mempersiapkan berapa hal, barang diri yang diperlukan,

dan Tuhan melengkapi dengan memenuhi keinginan manusia. Unsur keaktifan dan usaha manusia sangat

penting disini. Usaha diwujud bahwa manusia percaya akan kuasa Tuhan. Dalam kehidupan kita sebagai

manusia Kristen yang katholik. Tuhan juga selalu membuat mukzizat dalam kehidupan kita. Namun

diperlukan usaha dari kita yaitu ungkapan kepercayaan kepada Tuhan. Ungkapan tersebut berwujujud dalam

segala ungkapan kita. Untuk menjauhkan diri, usaha kita untuk maju dan untuk semakin mengenal Tuhan.

Seorang kudus mengatakan bekerjalah mati-matian, seakan-akan keberhasilmu itu tergantung dari usahamu.

Berdoalah mati-matian seakan-akan seluruh kebersamaan keberhasilan itu adalah dari Tuhan melulu.

Disinilah letak kerja sama antara manusia dengan Tuhan meskipun dalam parkasatuka. Kerna manusia bisa

berkerja sama karena anugrah, karena pemberian, karena rahmat, karena telenta yang juga Tuhan berikan.

Maka tinggal bagaimana kita mempergunakan anugrah rahmat talenta itu, untuk bersama Tuhan

mewujudkan sesuatu yang baik, demi kehidupan bersama baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan

maupan masyarakat. Moga-moga sabda Allah ini memberikan penegasan dan inspirasi yang baik buat kita

bagiamana semestinya ketika mengupayakan sesuatu yang baik demi kepentingan bersama.”

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Eko Santosa Pr. di Geraja Ganjuran (Minggu,

27 Januari 2019)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

“Pada waktu itu dimana Yesus menang tampil di depan banyak orang. Dalam pembaptisan yang

dilakukan oleh Yohanes, dia dinyatakan sebagai anak yang dikasihi oleh Allah dan supaya semua orang

mendengarkan dia. Ia menerima Roh Kudus yang turun atas dia, ini dalam peristiwa pembaptisan. Hari ini

kita diajak juga menyimak sosok pribadi Yesus yang juga mengalami turunnya Roh Kudus. Digambarkan

oleh bacaan injil tadi, “sesudah dicobai dipandang gurun dalam kuasanya kembalilah Yesus ke Galilea dalam

kuasa Roh”. Kemudian dia diminta untuk membaca alkitab, dan diberikan kitab nabi Yesaya. Kemudian

dibacakan, “ Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab itu ia telah mengurapi aku”. Lalu menunjukan lagi bahwa

Yesus mendapatkan anugrah Roh Kudus. Roh Kudus turun atas dia. Kemudian apa yang dilakukan

menyampaikan kabar baik, memberitakan kabar baik, membebaskan orang tertindas, memberitakan rahmat

Tuhan telah datang. Kemudian pada bagian terakhir Yesus berkata kepada orang lain,”pada hari ini genaplah

nastadi sewaktu kamu mendengarkan, ,”pada hari ini genaplah nastadi sewaktu kamu mendengarkan,”pada

hari ini genaplah nastadi sewaktu kamu mendengarnya”. Penting pada hari ini kita mendengarkan, bukan

kemarin pada hari ini.

Apa yang mau disampaikan Yesus, mengapa mengatakan pada hari ini, dan ini secara khusus

banyak pada kata hari ini dalam injil Lukas. Baik saudara-saudara sekalian bahwa kita lebih mudah untuk

mengolah pengalaman ini semua. Saya akan mengambil contoh yang dialami oleh bapak ibu sekalian. Bapak

ibu, apakah coba bisa sedikit mengingat kembali, ketika panjenengan mengucapkan janji nikah. Masih

ingatkah ? masih ? masih ingat bapak ibu? (umat menjawab, “masih”). Bagaimana kata-katanya? Bagaimana

kata-katanya? Atau masih ingat? bagaimana? coba, benar tidak yang saya katakan, diahadapan iman dan para

saksi, saya memilih engkau disebut namanya menjadi suami atau menjadi istri saya. Saya berjanji setia

padanya dan seterusnya ndak diarani keminter. Karena apa, kok iso apalmen, tapi ini bukan hal yang penting

bagi saya. Bahwa disitu ada suatu janji yang diucapkan, dihadapan iman dan para saksi bagi bapak ibu

sekalian didepan altar mengucapkan janji setia membangun keluarga. Menerima sakremen pernikahan,kata-

kata ini tidak pernah dilewatkan, dan kemudian masing-masing menyatakan itu semua baik dari pihak calon

suami ataupun calon istri. Dihadapan iman dan para saksi, saya memilih engkau nyebut namanya siapa.

Menjadi istri atau suami saya, saya berjanji dan seterusnya, menjadi suatu peristiwa yang sungguh

luar biasa. Kemudian imam menyatakan, atas nama gereja Allah dan dihadapan para saksi, saya menyatakan

bahwa perkawinan ini adalah perkawinan yang sah menurut gereja. Kemudian yang bagian akhir, apa yang

telah dipersatukan Allah tidak bisa diceraikan manusia. Janji yang diucapkan oleh bapak ibu sekalian ini,

akan diwujudakan besok atau hari ini? Janji yang dicapak tadi, janji dihadapan iman dan para saksi dan

seterusnya, itu diwujudkan besok, setelah hidup bersama atau hari ini? Heh? Besok apa hari ini ? (umat

menjawab “hari ini”). Sungguh? Sungguh? Kalau jujur hari ini apa besok? (umat menjawab”hari ini”) oh

besok. Ndak papa, besok, besok juga mengatakan besok, mau diwujudkan hari ini jur kalone kapan? Kerena

apa, janji ini mesti selalu aktual, atau selalu bergema di dalam hidup saya. Saya tidak bisa menunda

mewujudkan janji itu. Sesok wae yo, sesok wae yo, koyo nyaur utang. Justru disinilah kita tidak bisa menunda

sebuah janji. Apalagi yang erat kaitannya suatu bernilai bagi hidup kita masing-masing. Maka dalam bacaan

injil tadi kita dengarkan, bahwa ketika membaca kita suci yang sungguh dinubuatkan perjanjian lama nabi

Yesaya, Roh Tuhan ada padaku.Ia telah mengurapi aku, untuk apa? Menyampaikan kabar baik,

memberitakan kabar baik, membebaskan orang tertindas, dan lain lain tugas itu. Kemudian pada hari ini,

genaplah nastadi sewaktu kamu mendegarnya, tidak kemaren, tidak besok.

Hari ini, besokpun juga akan dikatakan hari ini. Hari ini juga akan berlangsung untuk selamanya.

Maka janji ini selalu baru dalam perwujudtan, dan kita semua sebagai orang beriman juga mengucapkan janji

baptis. Karena kita masing-masing mengucapakan janji baptis dengan sendirinya. Kita mesti hari ini

mewujudkannya, bukan besok. Kita juga menjadi dengan peristiwa baptis itu, kita menjadi anak Allah, kita

dibebaskan dari dosa, kita menjadi anggota gereja, ini semua bukan besok. Tetapi hari ini kita menerima

pembaptisan, besok juga hari ini tetap menjadi anggota gereja. Hari ini tadi dikuduskan, hari ini saya

dibebaskan, hari ini saya diselamatkan, hari ini saya menerima kehadirat Tuhan, semuanya dalam hari ini.

Saudara-saudaraku yang terkasih, dalam hidup berkeluarga bahwa itu tidak bisa ditunda. Apalagi Yesus tidak

pernah menunda janji, dan kitapun sebagai pengikut-pengikut Yesus. Ucapkan janji, janji baptis bagi

semuanya, dan selalu diperbarui janji itu di malam Paskah, dan saya mengingat kembali peristiwa itu,

setidak-tidaknya dalam peristiwa baptis dengam percikan air berkat. Supaya apa? Janji itu terwujud hari ini,

bukan besok. Dengan demikin saya selalu memperbarui diri, mengaktualkan diri terus menerus untuk

mewujudkan janji itu menjadi semakin nyata. Bahwa saya sebagai murid-murid Kristus saya sungguh

mengalami, menyimak Kristus dengan seksama sehingga saya mengalami Kristus yang menyelematkan, yang

kemudian saya berani mengakui, setiap saat setiap waktu bahwa dialah sang penyeleamat. Dialah yang saya

ikuti, yang membawa pembebasan, yang membawa penebusan bagi siapapun juga, dan terus menerus saya

tidak akan meninggalkan, saya tidak akan menunda lagi untuk pengikut Kristus, dan mewartakan apa yang

sudah kita alami, bahwa dialah penyelamat.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Krisna Handoyo Pr. di Geraja Ganjuran

(Minggu, 3 Febuari 2019)

“Saudara-saudari terkasih, oleh karena itu sebagaimana Yeremia, panggil untuk menggenapi supaya

menyampaikan sabda dan kehendak Tuhan kepada bangsa-bangsa.Kitapun juga dipanggil untuk menjadi

nabi-nabi jaman now, jam sekarang ini. Setidaknya ada tiga pokok tugas pokok nabi,tugasnya adalah tiga M.

M yang pertama adalah meneguhkan, M yang kedua adalah mengkritik, dan M yang ketiga adalah

menghibur. Setidaknya tugas tiga pokok nabi adalah meneguhkan mengkritik dan menghibur. Kalau kita

melihat segala sesuatunya sudah berjalan dengan benar dan baik, apalagi kalau menggunakan rumllusan

Aristoteles masih ada berguna. Maka tugas kita meneguhkan, supaya yang benar, apa yang baik, apa yang

bergutina dapat bertahan baik dalam kuantitas maupun kualitas. Namun kalau yang terjadi itu melenceng dari

prinsip kebenaran, kebaikan serta kebergunaan, maka kita wajib menyampaikan kritik yang membangun demi

terciptanya kebaikan bersama. Namun kalau kita melihat terjadinya kesulitan, masalah, bencana, kesedihan

dan kita turut ambil untuk memberikan penghiburan, yang semua tadi untuk honum komonom.”

“Saudara-saudari terkasih, menjalankan tritugas kenabihan tersebut tidak selalu mudah seperti yang

dialami Yeremia. Pelaksanaan kenabihan tersebut mengandung berbagai resiko, karena disini yang dibangun

bukan sikap plourisasi. Plourisasi atau dengan istilah dikotomi, pokoknya kalau ini mesthi sebaik apapun

mesti jelek. Putih dan hitam, padahal sebetulnya hidup ini sifatnya abu-abu. Kerena yang jelas putih itu

adalah Allah, yang jelas-jelas hitam adalah setan atau iblis. Tergantung kecendurungan kita kepada yang

putih yang baik benar berguna. Maka pelaksanaan tugas itu mengandung berbagai resiko, kesulitan dan

penolakan. Sebab Tuhan sungguh mengenal kita ayat lima, ia tidak mungkin memberikan tantangan dan

tuntutan yang tidak mampu kita panggul. Kalau kita mesti menghadapi kesulitan, tantangan bahkan bahaya.

Tuhan berjanji, dalam ayat 19 “aku menyertai engkau untuk melepaskan kelimpa”.Saudara-saudari terkasih,

penolakan, cibiran dan kata-kata sinis yang merendahkan, meremehkan juga dialami Yesus sendiri. Hal ini

tampak jelas dalam bacaan injil hari ini. Semakin jelaslah penolakan kepada Yesus, bahkan mereka tidak

hanya menolak tetapi di usir Yesus, dan bermaksud membunuhnya, dan melemparkannya dari atas

tebing.Kekerasan tidak boleh dilawan dengan kekerasan, ia memilih pergi karena konflik yang terjadi sudah

tidak menggunakan akal, dan itu susana plourisasi. Sebaik apapun yang dilakukan, selalu dianggap jelek. Satu

pertanyaan untuk tetap menjalani hidup, mengapa Yeremia dan Yesus tetap menjalani tuga perutusan.

Meskipun banyak mengalami tantangan, mengalami banyak kesulitan, mengalami banyak bahaya. Mereka

sungguh digerakan dan kobarkan oleh semangat cinta, kasih. Kerena Yesus sangat mengasihi kita, maka ia

rela berkorban sampai sehabis-habisnya untuk kita, sampai tuntas. Semoga semangat kasih, selalu berkorbar

dalam diri kita, sehingga diri kita rela melakukan pengorbanan apapun. “

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Eko Santosa Pr. di Geraja Ganjuran (Minggu,

9 Febuari 2019)

“Bapak ibu dan saudara-saudara sekalian terkasih, kalau kita mencoba melihat pengalaman hidup

harian, dan mecoba membandingkan ketika kita masih kanak-kanak. Anak-anak jaman sekarang lebih ngeyel

apa lebih manut? (umat menjawab “lebih ngeyel”)Anak e sopo? anak-anak cowok, lebih ngeyel hee. Kira-kira

kalau panjenengena dieyeli marah atau ngalah? Ngalah nuruti kemauan mereka? Timbang geger, timbang

ribut, timbang rewel, timbang rame, nak ra trimo. Kerena ada kata-kata yang lain, wong ngalah nggula

wesengi. Tetapi sekarang, kalau kita semua melihat anak –anak itu lebih manut diberitahu orang tua atau

guru? (umat menjawab”guru”) baik. Kalau dulu guru katanya kena digugu, kena ditiru. Tetapi guru sekarang,

guru jaman sekarang sulit, bisa dikatakan apakah ini guru yang baik. Kata-katanya bagus, tetapi dalam

praktiknya, sulit untuk diikuti. Sebagai contoh, gurunya mengajak, untuk melatih siswa-siswinya untuk

ngeliwet, tatapi nesehat beli saja, ini contoh. Maka sekarang, anak-anak itu lebih manut dengan orang tua apa

guru? Ra mesti to. Sekarang, kalau kita lanjutkan bapak ibu sekalian, panjenengan lebih manut nasihat dokter

apa lebih manut nggugu karepe dewe? Manut dokter apa munut awake dewe kalau sakit? Dospundi, manut

dokter, nggungu karepe dewe kalau sakit. Apa? (umat menjawab” dokter”) tenan? Sakestu?. Kalau memang

sungguh, sungguh siapa diantara panjenengan yang pernah merasa bosen minum obat? Atau malas minum

obat?. Awas ati-ati mengko ndak konangan, tiwas konangan, ndak diminyak i suci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Sebenarnya dari contoh-contoh yang sederhana ini, pertanyaannya, lalu siapa yang dinut? Anak-

anak sudah, atau sering kali ngeyel dengan orang tua, atau dengan gurunya kadang-kadang, atau sudah atau

sering kali ngeyel, jebule seperti itu, kemudian dihadapannya nggih, nggih neng ora kepanggih. Kemudian

bapak ibu sekalian, periksa dokter, kadang-kadang iya, kadang-kadang tidak, jur sing digugu ki sopo?, ini

sesuatu yang perlu kita lihat seksama. Karena apa, ketika saya mempunyai harapan, ketika saya mempunyai

cita-cita yang menarik, akhirnya kalau saya mengatakan wis raiso. Banyak orang datang menemui Yesus

ingin mendengarkan khotbah Allah. sekarang yo rapapolah tak ngalah, wong iki dawuh. Dari pada repot,

daripada ketok ngeyele, ketoke elek,daripada ribut, yowis aku tak ngalah, tapi karna perintahmu aku akan

menebarkan jalaku. spontan tidak mau mengikuti perintah Yesus, tatapi hanya untuk ngeyem-nyemi daripada

rame, daripada macem-macem. Tetapi justru disinilah, mereka mendapatkan pengalaman. Pengalaman baru,

sadar bahwa dia sebagai orang berdosa, karena mau mendengarkan.Dia sungguh mengikuti Kristus.

Mengikuti apa yang dikehendaki Yesus, disuruh apa saja mau, maka semuanya sangat istimewa. Orang tua

pun kadang bingung untuk mendapatkan kesehatan opo sing tak arep-arep keturutan, opo sing tetapi

kemudian saya butuh telinga untuk mendengarkan Tuhan. Sehingga pasukan-pasukan itu sulit untuk

menerima, sulit menangkap, sulit untuk memahami. Dengan penuh keseganan, aku ora ana pilihan liyo,

gejobo mung matur karo Gusti. Tetapi ketika saya berfikir hanya untuk saat ini, sing penting ketok, sing

penting ngadek.”

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Krisna Handoyo Pr. di Geraja Ganjuran

(Minggu, 10 Febuari 2019)

“Ibu, bapak, saudara-saudaraku terkasih, ada seorang guru SD, sebut saja namanya bapak Paulus

bejo. Alangkah bahagianya bapak Paulus Bejo, mengapa? Sebab pada suatu hari ia mendapat kabar baik,

kabar baik naik pangkat. Sebagai guru SD, ia sudah mengabdi selama dua puluh tahun. Apalagi, selama itu

hidupnya serba pas-pasan, pas ada atau pas tidak ada. Sampai sering bermimpi, “kapan yo keluarga saya

merasa bahagia sedikit?”, dan malam itu tiba-tiba ada kabar dari atasan. “ Bapak Paulus Bejo, bapak usulkan

menjadi kepala sekolah, dan ini sudah diterima. Jadi bapak mulai besok naik pangkat, tinggal nunggu

peresmian atau pelantikannya.” Alangkah terkejut bercampur bahagia, pikirnya “sepeserpun aku tidak

kehilangan uang. Ya orang lain itu, untuk menjadi tungkang sapu saja terkadang kena ratusan ribu

rupiah.Terima kasih Tuhan.”

“Saudara-saudariku terkasih, apakah petrus dan kawan-kawan pernah bermimpi untuk menjadi

orang penting? Seperti yang ada dalam sabda tadi? Mereka hanya para nelayan, setatus hidup yang paling

rendah. Kalau diibaratkan setera dengan gembala domba. Jelas Petrus campur takut, tetapi amat bahagia. Oleh

sebab itu, ia diangkat menjadi penjala manusia. Ia tidak hanya mengumpulkan ikan untuk menghidupi

keluarganya, kini ia mengumpulkan manusia, untuk mengikuti perintah, memberikan gambar gembira,

kemerdekaan dari penjajahan setan. Tentu pada saat itu belum terbayangkan, bagaimana ia akan berkarya,

tentunya berat dan sukar. Demikian juga bapak Paulus Bejo, malam itu belum tau, tentunya dirasa berat dan

sukar. Namun, martabat itu membesarkan hatinya. Bukankah martabat memberikan berkat? Artinya berkat

untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik. Maka percayalah saja menanggapi sabda Yesus. “Mulai

sekarang engkau akan menjadi penjala manusia. Jangan takut!.” Kata anak itu. Dalam injil tertulis beberapa

kata, bahkan bisa dicek malalui, android, semartphone atau leptop. Kata-kata itu kurang lebih muncul tiga

ratus enam puluh lima kali, itu kan artinya jumlah hari dalam setahun. Maksudnya adalah menjadi pengikut

Kristus, jangan takut. Takut dalam istilah bahasa lain a fear kuanta, eropa, alpa, fear..fear, itu mempunyai

kepanjangan, atau v itu fals. Nah, a fear adalah kenyataan palsu yang tampak nyata, itu yang namanya takut,

kawatir, cemas. Saya rasa, kita semua punya pengalaman komplit, betapa kita sering kawatir, takut. Tetapi

setelah kita melihat kenyataan, ternyata ketakutakan yang kita alami jauh dari kenyataan yang ada. Maka

sepanjang hari, dalam setahun, Yesus menyatakan diri, “jangan takut!”. Kembali ke soal pak Bejo, pak

apakah Paulus Bejo mendapatkan cinongko? Ia dianggap layak oleh atasannya untuk memandu jabatan

kepala sekolah. Nah ia terkenal bijaksana dan sabar, murah hati tetapi sangat disiplin, sederhana dan jujur.

Sifat itu cocok mendukung untuk menjadi kepala sekolah. Seperti Petruspun demikian, ia sudah lama

merindukan ketrentaman batinnya. Ia merasa tergantung dari kemurahan Tuhan. Kerena pekerjaannya

addalah pekerjaan berat, dan lebih menggantungkan diri kemurahan Tuhan, dari pada kempuan dan

perpecahan diri. Maka di samping bekerja keras ia sudah biasa berdoa, sebelum dan sesudah bekerja untuk

keselamatan diri dan keluarganya. “

Transkrip Homili Misa kedua Bahasa Indonesia, Romo Krisna Handoyo Pr. di Geraja Ganjuran

(Minggu, 17 Febuari 2019)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

“Bapak ibu dan saudara-saudara sekalian yang terkasih, kalau kita mencermati istilah jaman dahulu.

Sekarang, rupa-rupanya kalau kita cermati semuanya serba indah, maksudnya bahwa apa yang kita butuhkan

juga kita peroleh, mudah kita dapat, meskipun kadang-kadang harus menangkal kemampuan kita. Tapi

semuanya serba ada, disamping itu apa yang kita inginkan bisa dikatakan serba kemewahan. Sekarang ini

kalau kita cermati, orang-orang bersusah payah, begitu bekerja keras untuk melayani anak-anaknya. Sehingga

akibatnya semua serba tersedia, serba melayani, yang harus melayani orang tua dengan berbagai

pertimbangan. Maka banyak hal untuk kedepan orang tidak berpikir lagi, bahwa orang tidak takut

menghadapi kesulitan. Orang tidak mempersiapkan diri, bahwa akan menghadapi suatu tantangan dimasa

yang akan datang. Kerena sekarang ini, saya mengalami merasa serba tersedia dan serba melayani atau boleh

dikatakan tidak mau atau enggan mau berusaha, enggan untuk bekerja keras. Saudara-saudara sekalian, kalau

diminta memilih barang atau bendatertentu.

Saya memilih mengangsur untuk mendapatkan barang itu, atau saya lebin memilih menabung untuk

mendapatkan benda itu. Milih nabung atau milih ngangsur? Milih yang mana? Milih yang ngangsur atau

menabung? Napa? Ngangsur po nabung? (umat menjawab”nabung”) baik. Tapi praktiknya, napa? ( umat

menjawab”nabung”) nabung po ngangsur? Tapi coba bayangkan, tidak sedikit, contohnya naik sepeda motor,

sekarang naik sepeda motor kemana-kemana. Neng sasete abot, njajal enak ngangsur, mbayarnya besok.

Sehingga kemudian selama bertahun-tahun, sehinga saya pikir enak ngangsur. Kerena kalau tidak jelas

semakin banyak. Sekarang makanan enak, semua serba tersedia, serba melayani, kalau menanak nasi juga

tinggal makan. Coba suatu saat nasi dirumah habis, kon ngliwet mboh. Sekarang, saya bisa jajan di warung itu

cari nasi goreng. Coba sekarang sudah merasakan enak gampang tinggal beli. Suatu saat kemudian, ngliwet

lali terus dibuang, ini contoh, karna apa? Tidak pernah tau cara menanak nasi, ora tau gelem ngewangi.

Akhirnya apa? Terus beli. Sehingga besok akan mengalami kesulitan, dan ini diingatkan.

Berbahagialah kamu yang miskin, karna kamulah. Orang miskin itu, secara sederhana semuanya

serba terbatas. Serba tidak tercukupi dan semuanya tidak terlayani. Lalu bagaiamana, ketika meninginkan

suatu supaya mendapatkan barang itu bisa muncul? Sehingga kalau saya punya beras, karna saya miskin tidak

bisa mencukupi, piye carane sakcukup-cukupe. Karena kemudian kreatifitasnya muncul, sehingga tidak

miskin lagi karena punya daya kreatifitas. Punya daya juang yang sekarang sangat dekat. Sehingga semua

semakin serba kesulitan, dan kreatifitas semakin jelas, daya juangnya juga semakin kuat. Kemudian mau

tidak mau, ngrasake merasakan kepenak. Lah bagaimana saya mempunyai daya juang ketika saya sungguh

mengalami ketidakberdayaan menjadi sakit. Maka kita semua ketika diajak untuk mencermati, supaya kita

bisa berfikir jauh lagi. Bagaimana saya membangunkan daya juang. Jika kita mengalami kesulitan, kita

mampu mengatasi kesulitan. Sakarang ini lapar, sekarang miskin, supaya apa? Saya muncul daya juang. Tapi

bagaimana dengan pengalaman hidup saya, dengan istilah muspus, kemudian mendekat kembali dengan

orang tua, agar keinginan tercapai. Timbang rame, timbang repot-repote wis yo, akhir nya apa? Tidak ada

daya juang”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Tabel 4.1.1. Data jenis campur kode dalam homili Bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran

NO DATA KODE

1 “sampai muncul cuek is the best” H1/512019

2 “Bapak ibu saudara sekalian, kira-kira kalau kita

menghitung, bapak ibu saudara yang sudah sepuh ingat

jaman dahulu”

H2/612019

3 “apakah panjenengan, bapak ibu sekalian, ketika masih

kanak-kanak itu menghidupkan bulan purnama ?”

H2/612019

4 “Karna semua ruangan mungkin banyak diyan,lampu

kecil, senthir atau mungkin teplok paling banter petromak

yang paling terang”

H2/61/2019

5 “Hanya sekarang terang bulan itu menjadi makanan iya

toh”

H2/612019

6 “kalau boleh saya bertanya penjenengan siapa yang

belum pernah mengalami kegegalapan ?”

H2/162019

7 “Kalau boleh dari pengalaman, siapa yang tiap hari

diantara panjenengan, barang sejenak nonton televisi”

H3/1312019

8 “Apakah di antara panjenengan yang sama sekali belum

pernah nonton film?”

H3/1312019

9 “Sekarang ketika nonton film, yang panjenengan

perhatikan bintang filmnya atau ceritanya ?”

H3/1312019

10 Nek sing paling aman, memang kedua-duanya yang

paling aman”

H3/1312019

11 “Langsung nyaut kalau begini to?” H3/1312019

12 “Walaupun sebetulnya kalau orang berdoa itu,

jawabannya cuma tiga, yes no and wait.”

H4/2012019

13 “Ya langsung dikabulkan, no tidak tetapi diberi yang lain. H4/2012019

14 “Atau wait tunggu untuk menguji ketekunan kesetian

iman.”

H4/202019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

15 “kitapun juga dipanggil untuk menjadi nabi-nabi pada

jaman now, jaman sekarang ini”

H5/322019

16 “tetapi guru mengajak melatih siswa –siswinya untuk

ngliwet, tatapi nesehat beli saja”

H7/922019

17 “kadang-kadang, atau sudah atau sering kali ngeyel,

jebule seperti itu.”

H7/922019

18 “sehingga kalau saya mengatakan, wis raiso “ H7/922019

19 “tapi kami tidak mendapatkan apa-apa, wis ngeyel” H7/922019

20 “spontan tidak mau mengikuti perintah Yesus, tatapi

hanya untuk ngeyem-nyemi daripada rame, daripada

macem-macem”

H7/922019

21 “bahkan bisa dicek malalui, android, smartphone atau

leptop”

H8/1022019

22 “maka a fear adalah kenyataan palsu yang tampak nyata” H8/1022019

23 “coba suatu saat nasi dirumah habis, kon ngliwet,mboh.” H7/922019

24 “Sehigga saya pikir enak ngangsur” H8/1022019

25 “sehingga kalau saya punya beras, karna saya miskin

tidak bisa mencukupi, piye carane cukup-cukupe”

H8/1022019

26 “mau tidak mau, ngrasake merasakan kepenak” H8/1022019

27 “timbang rame, timbang repot-repote wis yo, akhir nya

apa? “

H7/922019

28 Romo: “bapak ibu sekalian, anak-anak jaman sekarang

lebih ngeyel apa lebih manut ? “

H7/922019

29 Umat:“lebih ngeyel “ H7/922019

30 Romo: “anak-anak cowok, lebih ngeyel “ K7/922019

31 “karna janji ini mesthi selalu aktual, atau selalu bergema

dalam hidup saya”

H5/2712019

32 “Bahwa disana seolah-solah, panjenengan semua ikut

terlibat, dalam peristiwa itu.”

H3/1312019

33 “Opo? Cerita atau bintang film? Kalau prodiakon, cerita

atau bintang film”

H3/1312019

34 “Sing di tonton, kalau kita nonton film yang tetap

menjadi perhatian kita bintang filmnya, atau tetap

kisahnya?”

H3/1312019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Tabel 4.1.2. Data jenis variasi keformalan dalam homili Bahasa Indonesia di

Gereja Ganjuran

35 “Bukan tempatnya untuk online dengan yang bukan God” H1/512019

NO DATA KODE

1 “sampai muncul cuek is the best” H1/512019

2 “Bapak ibu saudara sekalian, kira-kira kalau kita

menghitung, bapak ibu saudara yang sudah sepuh ingat

jaman dahulu”

H2/612019

3 “apakah panjenengan, bapak ibu sekalian, ketika masih

kanak-kanak itu menghidupkan bulan purnama ?”

H2/612019

4 “Karna semua ruangan mungkin banyak diyan,lampu

kecil, senthir atau mungkin teplok paling banter petromak

yang paling terang”

H2/61/2019

5 “Hanya sekarang terang bulan itu menjadi makanan iya

toh”

H2/612019

6 “kalau boleh saya bertanya penjenengan siapa yang

belum pernah mengalami kegegalapan ?”

H2/162019

7 “Kalau boleh dari pengalaman, siapa yang tiap hari

diantara panjenengan, barang sejenak nonton televisi”

H3/1312019

8 “Apakah di antara panjenengan yang sama sekali belum

pernah nonton film?”

H3/1312019

9 “Sekarang ketika nonton film, yang panjenengan

perhatikan bintang filmnya atau ceritanya ?”

H3/1312019

10 Nek sing paling aman, memang kedua-duanya yang

paling aman”

H3/1312019

11 “Langsung nyaut kalau begini to?” H3/1312019

12 “Walaupun sebetulnya kalau orang berdoa itu, H4/2012019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

jawabannya cuma tiga, yes no and wait.”

13 “Ya langsung dikabulkan, no tidak tetapi diberi yang lain. H4/2012019

14 “Atau wait tunggu untuk menguji ketekunan kesetian

iman.”

H4/202019

15 “kitapun juga dipanggil untuk menjadi nabi-nabi pada

jaman now, jaman sekarang ini”

H5/322019

16 “tetapi guru mengajak melatih siswa –siswinya untuk

ngliwet, tatapi nesehat beli saja”

H7/922019

17 “kadang-kadang, atau sudah atau sering kali ngeyel,

jebule seperti itu.”

H7/922019

18 “sehingga kalau saya mengatakan, wis raiso “ H7/922019

19 “tapi kami tidak mendapatkan apa-apa, wis ngeyel” H7/922019

20 “spontan tidak mau mengikuti perintah Yesus, tatapi

hanya untuk ngeyem-nyemi daripada rame, daripada

macem-macem”

H7/922019

21 “bahkan bisa dicek malalui, android, smartphone atau

leptop”

H8/1022019

22 “maka a fear adalah kenyataan palsu yang tampak nyata” H8/1022019

23 “coba suatu saat nasi dirumah habis, kon ngliwet,mboh.” H7/922019

24 “Sehigga saya pikir enak ngangsur” H8/1022019

25 “sehingga kalau saya punya beras, karna saya miskin

tidak bisa mencukupi, piye carane cukup-cukupe”

H8/1022019

26 “mau tidak mau, ngrasake merasakan kepenak” H8/1022019

27 “timbang rame, timbang repot-repote wis yo, akhir nya

apa? “

H7/922019

28 Romo: “bapak ibu sekalian, anak-anak jaman sekarang

lebih ngeyel apa lebih manut ? “

H7/922019

29 Umat:“lebih ngeyel “ H7/922019

30 Romo: “anak-anak cowok, lebih ngeyel “ H7/922019

31 “karna janji ini mesthi selalu aktual, atau selalu bergema

dalam hidup saya”

H5/2712019

32 “Bahwa disana seolah-solah, panjenengan semua ikut H3/1312019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Tabel 4.1.3. Faktor campur kode dalam homili Bahasa Indonesia di Gereja

Ganjuran

terlibat, dalam peristiwa itu.”

33 “Opo? Cerita atau bintang film? Kalau prodiakon, cerita

atau bintang film”

H3/1312019

34 “Sing di tonton, kalau kita nonton film yang tetap

menjadi perhatian kita bintang filmnya, atau tetap

kisahnya?”

H3/1312019

35 “Bukan tempatnya untuk online dengan yang bukan God” H1/512019

NO DATA Konteks

1 “sampai muncul cuek is the best” Penjelasan dalam bacaan injil,

dengan adanya contoh-contoh

tindakan yang dominan.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

2 “Bapak ibu saudara sekalian, kira-kira

kalau kita menghitung, bapak ibu

saudara yang sudah sepuh ingat jaman

dahulu”

Romo mengajak umat yang sudah

tua, untuk mengingat kembali

jaman dahulu, yang berkaitan

dengan bacaan injil.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

3 “apakah panjenengan, bapak ibu

sekalian, ketika masih kanak-kanak itu

menghidupkan bulan purnama ?”

Romo mengajak umat untuk

mengingat kembali jaman dahulu.

Ketika bapak ibu masih kecil,

sering menghidupakan bulan

purnama. Kata menghidupkan

bulan purnama maksudnya

menyalakan penerangan. Kata

bulan purnama sebagai cahaya

yang terang.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

4 “Karna semua ruangan mungkin

banyak diyan,lampu kecil, senthir atau

mungkin teplok paling banter

petromak yang paling terang”

Penghidupan ketika belum ada

listrik, peggunaan penerangan

menggunakan diyan, senthir,

teplok dan petromak.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

P: Umat Gereja Ganjuran

5 “Hanya sekarang terang bulan itu

menjadi makanan iya toh”

Perbedaan terang bulan dengan

terang bulan sekarang. Dahulu

terang bulan itu maksudnya

cahaya bulan. Kalau sekarang

terang bulan diajadikan sebagai

nama makanan.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

6 “kalau boleh saya bertanya

penjenengan siapa yang belum pernah

mengalami kegegalapan ?”

Menanyakan tentang siapa yang

belum pernah mengalami

kegelalapa, untuk mengawali

topik yang akan dibicarakan.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

7 “Kalau boleh dari pengalaman, siapa

yang tiap hari diantara panjenengan,

barang sejenak nonton televisi”

Menanyakan tentang

pengaalaman, untuk mengawali

topik yang akan dibicarakan.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran 8 “Apakah diantara panjenengan yang

sama sekali belum pernah nonton

film?”

9 “Sekarang ketika nonton film, yang

panjenengan perhatikan bintang

filmnya atau ceritanya ?”

10 Nek sing paling aman, memang kedua-

duanya yang paling aman”

Menegaskan mengenai mononton

film, sebaiknya yang dilihat

bintang film dan kisahnya.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

11 “Langsung nyaut kalau begini to?” Merespon atas jawaban umat yang

cepat meanggapi dari topik yang

dibicarakan.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

12 “Walaupun sebetulnya kalau orang

berdoa itu, jawabannya cuma tiga, yes

no and wait.”

Menjelaskan ketika orang berdoa

itu seperti apa

P1:Penutur (Romo Krisna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

13 “Ya langsung dikabulkan, no tidak

tetapi diberi yang lain.

Menjelaskan ketika orang berdoa

itu seperti apa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

P1:Penutur (Romo Krisna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

14 Atau wait tunggu untuk menguji

ketekunan kesetian iman.”

Menjelaskan ketika orang berdoa

itu seperti apa.

P1:Penutur (Romo Krisna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

15 “kitapun juga dipanggil untuk menjadi

nabi-nabi pada jaman now, jaman

sekarang ini”

Penjelasan megenai, kewajiban

kita sebagai umat, diharapkan

untuk bisa mewartakan sabda-

sabda Tuhan.

P1:Penutur (Romo Krisna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

16 “tetapi guru mengajak melatih siswa –

siswinya untuk ngliwet, tatapi nesehat

beli saja”

Mengumpamakan dalam sekolah

kejuruan memasak, sering adanya

latihan menanak nasi. Tetapi

sebenarnya guru menganjurkan

untuk membeli nasi saja, agar

tidak sulit.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

17 “kadang-kadang, atau sudah atau

sering kali ngeyel, jebule seperti itu.”

Contoh dalam kehidupan sehari-

hari ketika seseorang disuruh

melakukan sesuatu.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

18 “sehingga kalau saya mengatakan, wis

raiso “

Contoh dalam kehidupan sehari-

hari ketika manusia sudah merasa

tidak sanggup.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

19 “tapi kami tidak mendapatkan apa-

apa, wis ngeyel”

Penjelasan bacaan injil mengenai

murid-murid Yesus sedang

menjala ikan dan belum

mendapatkan apa-apa.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

20 “spontan tidak mau mengikuti Penjelaasan mengenai bacaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

perintah Yesus, tatapi hanya untuk

ngeyem-nyemi daripada rame,

daripada macem-macem”

injil, tentang mengalah untuk

menyenangkan seseoranng.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

21 “bahkan bisa dicek malalui, android,

smartphone atau leptop”

Menjelaskan istilah yang ada

dibacaan injil.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

22 “maka a fear adalah kenyataan palsu

yang tampak nyata”

Penjelasan mengenai bacaan injil,

yang mengaitkan dengan

kehedupan sekarang tentang

mencari informasi.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

23 “coba suatu saat nasi dirumah habis,

kon ngliwet,mboh.”

Mengumpakan ketika suatu hari

nasi habis, dan kita disuruh untuk

menanak nasi tidak bisa.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

24 “Sehigga saya pikir enak ngangsur” Penjelasan mengenai implikasi

dari bacaan inji, ketika ingin

membeli sesuatu, dan uangnya

belum mencukupi. Jalan

keluarnya adalah mengkredit atau

mencicil.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

25 “sehingga kalau saya punya beras,

karna saya miskin tidak bisa

mencukupi, piye carane cukup-

cukupe”

Usaha gimana caranya

mendapatkan beras demi

mencukupi kebutuhan keluarga.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

26 “mau tidak mau, ngrasake merasakan

kepenak”

Menjelaskan mengenai khotbah

yang membahas tentang

kehidupan kekal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

27 “timbang rame, timbang repot-repote

wis yo, akhir nya apa? “

Penegasan atas injil yang telah

dibacakan, yang sebelumnya

terdapat contoh-contoh dalam

kehidupan sehari-hari.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

28 Romo: “bapak ibu sekalian, anak-anak

jaman sekarang lebih ngeyel apa lebih

manut ? “

Romo bertanya diawal menganai

anak-anak jaman sekarang, umat

menjawab, dan romo menanggapi.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

29 Umat:“lebih ngeyel “

30 Romo: “anak-anak cowok, lebih

ngeyel “

31 “karna janji ini mesthi selalu aktual,

atau selalu bergema dalam hidup

saya”

Romo memberikan penjelasan

mengenai janji pernikahan yang

telah diucapakan pasangan yang

telah menikah.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

32 “Bahwa disana seolah-solah,

panjenengan semua ikut terlibat,

dalam peristiwa itu.”

Ketika sedang menonton film,

sering ikut merasakan dalam

cerita yang sedang ditayangkan.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

33 “Opo? Cerita atau bintang film? Kalau

prodiakon, cerita atau bintang film”

Menanyakan ketika menonton

film, yang dilihat cerita atau

pemain filmnya.

P2:Penutur (Romo Eko Santosa)

P: Umat Gereja Ganjuran

34 “Sing di tonton, kalau kita nonton film

yang tetap menjadi perhatian kita

bintang filmnya, atau tetap kisahnya?”

35 “Bukan tempatnya untuk online

dengan yang bukan God”

Membahas saat ibadah ada yang

menyalakan telepon.

P1:Penutur (Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Triangulasi Data

Variasi Keformalan Campur Kode pada Homili Misa

Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran

Edisi Januari-Febuari 2019

Oleh: Theresia Margyanti Handayani Pratiwi (151224034)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

NO

Data

Jenis Campur Kode

Jenis Variasi

Keformalan Faktor Penyebab

Campur Kode

Konteks

Triangulasi

Jenis

Campur

Kode

Jenis

Variasi

Keformal

an

Faktor

Penyebab

Campur

Kode

S TS S TS S TS

1 “sampai muncul

cuek is the best”

H1/512019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

tercampur adalah is the

best. Kata is merupakan

kata kerja yang

menghubungkan kata

“cuek” dan “the best”.

the best merupakan frasa

kata sifat yang

menjelaskan kata “cuek”.

Jadi, kata-kata is the best

artinya dalam Bahasa

Indonesia adalah yang

terbaik.

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan.

Kosakatanya banyak

dipenuhi unsur leksikal

dialek dan unsur bahasa

daerah.

“sampai muncul cuek is

the best”

(B.I=ragam santai)-

(B.Ingg= Ragam

santai)

Sampai muncul cuek

merupakan ragam

santai karena dari

kalimatnya tidak

Penggunaan is the best

dipengaruhi adanya

penggunaan istilah

yang lebih populer,

dikalangan mitra tutur.

Kata is merupakan

kata kerja yang

menghubungkan kata

“cuek” dan “the best”.

the best merupakan

frasa kata sifat yang

menjelaskan kata

“cuek”.

Pada dasarnya mitra

tutur menggunakan

istilah tersebut karena,

lawan tutur atau

pendengarnya adalah

kalangan anak muda.

Is the best populer

dikalangannya, karna

menggunakan bahasa

negara lain.

Penjelasan

dalam bacaan

injil, dengan

adanya contoh-

contoh

tindakan yang

dominan.

P1:Penutur

(Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

lengkap, dan kata cuek

termasuk tidak baku.

Is the best merupakan

ragam santai karena

gaya bahasa yang

digunakan. Is the best

merupakan kata sifat

yang menjelaskan kata

cuek.

2 “Bapak ibu

saudara sekalian,

kira-kira kalau

kita menghitung,

bapak ibu

saudara yang

sudah sepuh

ingat jaman

dahulu?”

H2/612019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah sepuh.

Dalam bahasa Indonesia

kata sepuh artinya tua atau

orang yang lebih tua.

“Bapak ibu saudara

sekalian, kira-kira

kalau kita

menghitung,bapak ibu

saudara yang sudah

sepuh ingat jaman

dahulu?”

(B.I=ragam resmi)-

(B.J=ragam resmi)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam resmi.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

resmi. Selain situasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

bahasa baku, sopan,

sesuai dengan ejaan

Penggunaan kata

sepuh dipengaruhi

adanya mitra bicara,

yang berlatarbelakang

daerah yang sama.

Sepuh dalam bahasa

jawa artinya orang

yang sudah tua.

Romo

mengajak umat

yang sudah tua,

untuk

mengingat

kembali jaman

dahulu, yang

berkaitan

dengan bacaan

injil.

P1:Penutur

(Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

yang disempurnakan.

Dalam bahasa Jawa

kata sepuh merupakan

tingkatan tertinggi,

yaitu krama inggil.

Kata sepuh penyebutan

untuk orang yang sudah

tua atau lanjut usia.

3 “apakah

panjenengan,

bapak ibu

sekalian, ketika

masih kanak-

kanak itu

menghidupkan

bulan purnama

?”

H2/612019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

panjenengan.

Kata panjenengan

penyebutan untuk orang

yang lebih tua.

“apakah

panjenengan,bapak

ibu sekalian, ketika

masih kanak-kanak

menghidupkan bulan

purnama?”

(B.I=ragam resmi)-

(B.J=ragam resmi)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam resmi.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

resmi. Selain situasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

bahasa baku, sopan,

sesuai dengan ejaan

yang disempurnakan.

Penggunaan kata

panjenengan

dipengaruhi adanya

mitra bicara,yang

berlatarbelakang

daerah yang sama.

Panjenengan dalam

bahasa jawa artinya

kamu. Kata

panjenengan

menghormati yang

lebih tua.

Romo

mengajak umat

untuk

mengingat

kembali jaman

dahulu. Ketika

bapak ibu

masih kecil,

sering

menghidupaka

n bulan

purnama. Kata

menghidupkan

bulan purnama

maksudnya

menyalakan

penerangan.

Kata bulan

purnama

sebagai cahaya

yang terang.

P2:Penutur

(Romo Eko

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Dalam bahasa Jawa

kata panjenengan

merupakan tingkatan

tertinggi, yaitu krama

inggil. Kata

panjenengan

penyebutan untuk

orang yang lebih tua.

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

4 “semua ruangan

mungkin banyak

diyan,lampu

kecil, senthir

atau mungkin

teplok paling

banter petromak

yang paling

terang”

H2/61/2019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah diyan,

senthir, teplok paling

banter.

Diyan yang mempunyai

arti lilin.

Senthir yang mempunyai

arti lampu kecil dengan

bahan bakar minyak tanah.

Teplok yang mempunyai

arti lampu tempel yang

bersumbu.

Banter yang mempunyai

arti kencang, kuat dan

mampu

“ Semua ruangan

mungkin banyak

diyan,lampu kecil,

senthir atau mungkin

teplok paling banter petromak yang paling

terang”

(B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut,

memiliki dua ragam.

Ragam resmi terletak

pada Bahasa Indonesia.

Selain situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sopan, sesuai

dengan ejaan yang

disempurnakan.

Sedangkan ragam

santai terletak pada

Penggunaan kata

diyan, senthir,teplok

paling banter

,dipengaruhi adanya

topik pembicaraan.

Diyan yang

mempunyai arti lilin.

Senthir yang

mempunyai arti lampu

kecil dengan bahan

bakar minyak tanah.

Teplok yang

mempunyai arti lampu

tempel yang

bersumbu.

Banter yang

mempunyai arti

kencang, kuat dan

mampu.

Penghidupan

ketika belum

ada listrik,

peggunaan

penerangan

menggunakan

diyan, senthir,

teplok dan

petromak.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Bahasa Jawa. Kata-kata

diyan, senthir, teplok

paling banter,

merupakan bahasa

secara umum yang

digunakan dalam

bahasa Jawa. Dalam hal

ini, kata-kata tersebut

termasuk kata benda,

kata sifat dan

konjungsi.

5 “Hanya sekarang

terang bulan itu

menjadi

makanan, iya

toh”

H2/612019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah toh. Kata

toh dalam Bahasa

Indonesia mempunyai arti

kan.

“Hanya sekarang

terang bulan itu

menjadi makanan, iya

toh?” (B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam akrab)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut,

memiliki dua ragam.

Ragam resmi terletak

pada Bahasa Indonesia.

Selain situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sopan, sesuai

dengan ejaan yang

disempurnakan.

Sedangkan ragam akrab

terlatak pada Bahasa

Jawa, karena terdapat

penekanan pada toh.

Penggunaan kata toh

dipengaruhi adanya

ragam dan tingkat

tutur bahasa. Kata toh

mempunyai arti kan.

Menegaskan kembali

dari cara berkata.

Perbedaan

terang bulan

dengan terang

bulan sekarang.

Dahulu terang

bulan itu

maksudnya

cahaya bulan.

Kalau sekarang

terang bulan

diajadikan

sebagai nama

makanan.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Kata toh merupakan

dielek dari bahasa

daerah Jawa.

6 “kalau boleh

saya bertanya

penjenengan

siapa yang belum

pernah

mengalami

kegegalapan ?”

H2/162019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

panjenengan.

Dalam bahasa Jawa kata

panjenengan merupakan

tingkatan tertinggi, yaitu

krama inggil. Kata

panjenengan penyebutan

untuk orang yang lebih

tua.

kalau boleh saya

bertanya penjenengan

siapa yang belum

pernah

mengalami

kegegalapan ?

(B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam resmi)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam resmi.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

resmi. Selainsituasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

bahasa baku, sopan,

sesuai dengan ejaan

yang disempurnakan.

Dalam bahasa Jawa

kata panjenengan

merupakan tingkatan

tertinggi, yaitu krama

inggil. Kata

panjenengan

penyebutan untuk

orang yang lebih tua.

Penggunaan kata

panjenengan

dipengaruhi adanya

mitra bicara,yang

berlatarbelakang

daerah yang sama.

Panjenengan dalam

bahasa jawa artinya

kamu. Kata

panjenengan

menghormati yang

lebih tua.

Menanyakan

tentang siapa

yang belum

pernah

mengalami

kegelalapa,

untuk

mengawali

topik yang

akan

dibicarakan.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

7 “Kalau boleh

dari pengalaman,

siapa yang tiap

hari diantara

panjenengan,

barang sejenak

nonton televisi”

H3/1312019

Kalau boleh dari

pengalaman, siapa

yang tiap hari diantara

panjenengan, barang

sejenak nonton televisi” (B.I=ragam akrab) –

(B.J=ragam resmi)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut,

memiliki dua ragam.

Ragam akrab terletak

pada Bahasa Indonesia.

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

akrab. Dalam kalimat

ditandai dengan

penggunaan bahasa

yang tidak lengkap,

pendek-pendek dengan

artikulasi yang sering

tidak jelas.

Dalam bahasa Jawa

kata panjenengan

merupakan tingkatan

tertinggi, yaitu krama

inggil. Kata

panjenengan

penyebutan untuk

orang yang lebih tua.

Menanyakan

tentang

pengaalaman,

untuk

mengawali

topik yang

akan

dibicarakan.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

8 “Apakah diantara

panjenengan

Apakah diantara

panjenengan yang

Menanyakan

tentang siapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

yang sama sekali

belum pernah

menonton film?”

H3/1312019

sama sekali belum

pernah

menonton film?

(B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam resmi)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam resmi.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

resmi. Selain situasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

bahasa baku, sopan,

sesuai dengan ejaan

yang disempurnakan.

Dalam bahasa Jawa

kata panjenengan

merupakan tingkatan

tertinggi, yaitu krama

inggil. Kata

panjenengan

penyebutan untuk

orang yang lebih tua.

yang belum

pernah

mengalami

kegelalapa,

untuk

mengawali

topik yang

akan

dibicarakan.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

9 “Sekarang ketika

nonton film,

yang

panjenengan

perhatikan

bintang filmnya

“Sekarang ketika

nonton film, yang

panjenengan perhatikan

bintang filmnya atau

ceritanya?”

Penggunaan kata

panjenengan

dipengaruhi adanya

mitra bicara,yang

berlatarbelakang

daerah yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

atau ceritanya ?”

H3/1312019

(B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam resmi)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam resmi.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

resmi. Selainsituasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

bahasa baku, sopan,

sesuai dengan ejaan

yang disempurnakan.

Dalam bahasa Jawa

kata panjenengan

merupakan tingkatan

tertinggi, yaitu krama

inggil. Kata

panjenengan

penyebutan untuk

orang yang lebih tua.

Panjenengan dalam

bahasa jawa artinya

kamu. Kata

panjenengan

menghormati yang

lebih tua.

10 “Nek sing paling

aman, memang

kedua-duanya

yang paling

aman”

H3/1312019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

“Nek sing paling aman,

memang kedua-duanya

yang paling aman”

Ragam santai Ragam santai

(B.I=ragam santai) –

(B.J=ragam santai)

Penggunaan kata nek,

sing dipengaruhi

adanya fungsi dan

tujuan. Kata nek dan

sing mempunyai arti

kalau yang. Dalam

fungsi bahasa,

merupakan konjungsi

Menegaskan

mengenai

mononton film,

sebaiknya yang

dilihat bintang

film dan

kisahnya.

P2:Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Jawa. Kata yang

tercampur adalah nek sing.

Kata-kata nek sing

mempunyai arti dalam

Bahasa Indonesia yaitu

kalau yang. Oleh karena

itu, kalau yang termasuk

konjungsi atau kata

penghubung.

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam santai.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan.

Kosakatanya banyak

dipenuhi unsur leksikal

dialek dan unsur bahasa

daerah. Pada kata-kata

Bahasa jawa,

merupakan konjungsi

dan digunakan secara

santai.

Dalam tataran bahasa

Jawa kata-kata nek sing

termasuk kata

ngokoNgoko

merupakan tataran

jenis-jenis kata dalam

Bahasa Jawa, yaitu

tataran yang rendah.

Dalam hal ini, tataran

rendah digunakan

dalam pembicaraan

atau kata sambung.

Kata nek sing

mengarah pada pada

maksud tujuan

dimaksud.

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

mitra tutur dengan

lawan tutur, yang

seumuran

11 “Langsung nyaut

kalau begini to?”

H3/1312019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1) nyaut

(2) to

Kata nyaut dalam Bahasa

Indonesia mempunyai arti

menanggapi. Sedangkan

kata to dalam Bahasa

Indonesia mempunyai arti

kan.

Jadi kata-kata nyaut to

artinya menanggapi kan.

“Langsung nyaut kalau

begini to?”

(B.I=ragam santai) –

(B.J=ragam santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam santai

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan.

Kosakatanya banyak

dipenuhi unsur leksikal

dialek dan unsur bahasa

daerah.

Penggunaan kata (1)

nyaut (2) to adanya

fungsi dan tujuan.

Kata Nyaut

mempunyai arti

menanggapi. Kata to

adanya fungsi dan

tujuan. Kata to

mempunyai arti kan.

Kedua kata tersebut

mengarah pada

pertanyaan yang akan

ditujukan.

Merespon atas

jawaban umat

yang cepat

meanggapi dari

topik yang

dibicarakan.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

12 “Walaupun

sebetulnya kalau

orang berdoa itu,

jawabannya

cuma tiga, yes no

and wait.”

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

“Walaupun sebetulnya

kalau orang berdoa itu,

jawabannya cuma

tiga, yes no and wait” (B.I=ragam santai) –

(B.Ingg=ragam

santai)

Penggunaan kata (1)

yes (2) no (3) and (4)

wait di pengaruhi

adanya penggunaan

istilah yang lebih

populer.

Kata yes mempunyai

Menjelaskan

ketika orang

berdoa itu

seperti apa

P1:Penutur

(Romo Krisna

Handoyo)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

H4/2012019 tercampur adalah

(1)yes

(2) no

(3) and

Dalam Bahasa Indonesia

kata yes mempunyai arti

ya. Kata no mempunyai

arti tidak. Kata and

mempunyai arti,

sedangkan

kata wait mempunyai arti

tunggu.

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam santai

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan. Pada kata

bahasa Ingris

merupakan kata-kata

langsung atas kalimat

perintah.

arti ya.

Kata no mempunyai

arti tidak.

Kata and mempunyai

arti dan.

Kata wait mempunyai

arti tunggu.

P: Umat Gereja

Ganjuran

13 “Ya langsung

dikabulkan, no

tidak, tetapi

diberi yang lain.

H4/2012019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

tercampur adalah no. Kata

no memiliki arti tidak

dalam Bahasa Indonesia

“Ya langsung

dikabulkan, no tidak,

tetapi diberi yang lain” (B.I=ragam resmi) –

(B.Ingg=ragam

santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam resmi

dan ragam

santai.Ragam resmi

terdapat pada kalimat

bahasa Indonesia.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

Menjelaskan

ketika orang

berdoa itu

seperti apa.

P1:Penutur

(Romo Krisna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

resmi. Selain situasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

bahasa baku, sesuai

dengan ejaan yang

disempurnakan.

Ragam santai terdapat

pada kata Bahasa

Inggris. Kata no

termasuk kata umum

yang digunakan. Pada

kata bahasa Ingris

merupakan kata

langsung atas kalimat

perintah.

14 Atau wait tunggu

untuk menguji

ketekunan

kesetian iman.” H4/202019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

tercampur adalah wait.

Kata wait mempunyai arti

tunggu dalam Bahasa

Indonesia.

“Atau wait tunggu

untuk menguji

ketekunan kesetian

iman” (B.Ingg=ragam

santai) – (B.I=ragam

akrab)

Ragam akrab terdapat

pada kalimat Bahasa

indonesia. Kalimat

tersebut termasuk jenis

variasi keformalan

ragam akrab. Dalam

kalimat ditandai dengan

penggunaan bahasa

yang tidak lengkap,

pendek-pendek dengan

Menjelaskan

ketika orang

berdoa itu

seperti apa.

P1:Penutur

(Romo Krisna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

artikulasi yang sering

tidak jelas.

Ragam santai terdapat

pada kata Bahasa

Inggris. Kata wait

termasuk kata umum

yang digunakan. Pada

kata bahasa Ingris

merupakan kata

langsung atas kalimat

perintah.

15 “kitapun juga

dipanggil untuk

menjadi nabi-

nabi pada jaman

now, jaman

sekarang ini”

H5/322019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

tercampur adalah

now. Kata now dalam

Bahasa Indonesia

mempunyai arti sekarang,

termasuk kata proposisi.

Kata yang menunjukan

keterangan waktu saat ini.

“kitapun juga dipanggil

untuk menjadi nabi-

nabi pada jaman now,

jaman sekarang ini”

(B.I=ragam resmi) –

(B.Ingg=ragam

santai)

Ragam resmi terdapat

pada kalimat Bahasa

Indonesia.Kalimat

tersebut termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Ragam santai terdapat

Penggunaan kata now

di pengaruhi adanya

penggunaan istilah

yang lebih populer.

Kata now dalam

bahasa indonesia

mempunyai arti

sekarang.

Penjelasan

megenai,

kewajiban kita

sebagai umat,

diharapkan

untuk bisa

mewartakan

sabda-sabda

Tuhan.

P1:Penutur

(Romo Krisna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

pada kata Bahasa

Inggris. Kata now

termasuk kata

keterangan dalam

bahasa ingris karena

menunjukan waktu.

Kata now termasuk

santai digunakan secara

langsung

16 “tetapi guru

mengajak

melatih siswa –siswinya untuk

ngliwet, tatapi

nesihat beli saja” H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah ngliwet.

Kata ngliwet dalam

Bahasa Indonesia

mempunyai arti menanak

nasi, yang termasuk kata

kerja.

“tetapi guru mengajak

melatih siswa –siswinya untuk ngliwet,

tatapi nasihat beli saja” (B.I=ragam akrab) –

(B.J=ragam santai)

Dalam percampuran

dua bahasa terdapat

ragam akrab dan santai.

Ragam akrab terdapat

pada bahasa Indonesia.

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

akrab. Dalam kalimat

ditandai dengan

penggunaan bahasa

yang tidak lengkap,

pendek-pendek dengan

artikulasi yang sering

tidak jelas.

Ragam santai terdapat

pada Bahasa Jawa.

Penggunaan kata

ngliwet di pengaruhi

adanya mitra bicara.

Kata ngliwet

mempunyai arti

menanak nasi.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara.

Mengumpamak

an dalam

sekolah

kejuruan

memasak,

sering adanya

latihan

menanak nasi.

Tetapi

sebenarnya

guru

menganjurkan

untuk membeli

nasi saja, agar

tidak sulit.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Kata ngliwet termasuk

kata kerja yang

digunakan secara

umum.

17 “kadang-kadang,

atau sudah atau

sering kali

ngeyel, jebule

seperti itu.”

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1) ngeyel

(2) jebule

Dalam tataran bahasa Jawa

kata-kata ngeyel dan

jebule termasuk kata

ngoko. Ngoko merupakan

tataran jenis-jenis kata

dalam Bahasa Jawa, yaitu

tataran yang rendah.

Dalam hal ini, tataran

rendah digunakan dalam

pembicaraan mitra tutur

dengan lawan tutur, yang

seumuran. Kata ngeyel

dalam Bahasa Indonesia

mempunyai arti

membantah. Kata jebule

dalam Bahasa Indonesia

“kadang-kadang, atau

sudah atau sering kali

ngeyel, jebule seperti

itu.”

(B.I=ragam akrab) –

(B.J=ragam akrab)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk dalam ragam

akrab. Kalimat tersebut

merupakan variasi

keformalan ragam

akrab Dalam kalimat

ditandai dengan

penggunaan bahasa

yang tidak lengkap,

pendek-pendek dengan

artikulasi yang sering

tidak jelas. Kata –kata

yang digunakan dalam

Bahasa Jawa termasuk

tataran rendah. Tetapi

dalam Bahasa

Indonesia termasuk

kata sifat.

Penggunaan kata

ngeyel dan jebule

dipengaruhi adanya

mitra bicara.

Kata ngeyel

mempunyai arti

membantah.

Kata jebule

mempunyai arti

ternyata.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah.

Contoh dalam

kehidupan

sehari-hari

ketika

seseorang

disuruh

melakukan

sesuatu.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

mempunyai arti ternyata.

18 “sehingga kalau

saya

mengatakan, wis

raiso “

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1) wis

(2) raiso

Dalam tataran bahasa Jawa

kata-kata wis dan raiso

termasuk kata ngoko.

Ngoko merupakan tataran

jenis-jenis kata dalam

Bahasa Jawa, yaitu tataran

yang rendah. Dalam hal

ini, tataran rendah

digunakan dalam

pembicaraan mitra tutur

dengan lawan tutur, yang

seumuran. Kata wis dalam

Bahasa Indonesia

mempunyai arti sudah.

Kata raiso dalam Bahasa

Indonesia mempunyai arti

tidak bisa.

“sehingga kalau saya

mengatakan, wis raiso” (B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk dalam ragam

resmi dan ragam santai.

Dalam kalimat bahasa

Indonesia termasuk

ragam resmi.Kalimat

tersebut termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Dalam kata-kata bahasa

Jawa termasuk ragam

santai. Kata –kata yang

digunakan dalam

Bahasa Jawa termasuk

tataran rendah. Tetapi

dalam Bahasa

Indonesia termasuk

konjungsi dan kata

sifat.

Penggunaan kata- kata

(1)wis (2) raiso

dipengaruhi adanya

mitra bicara.

Kata wis atau uwis

mempunyai arti sudah.

Kata raisa mempunyai

arti sudah tidak bisa.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara

Contoh dalam

kehidupan

sehari-hari

ketika manusia

sudah merasa

tidak sanggup.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

19 “tapi kami tidak

mendapatkan

apa-apa, wis

ngeyel”

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1)wes

(2) ngeyel.

Dalam tataran bahasa Jawa

kata-kata wes dan ngeyel

termasuk kata ngoko.

Ngoko merupakan tataran

jenis-jenis kata dalam

Bahasa Jawa, yaitu tataran

yang rendah. Dalam hal

ini, tataran rendah

digunakan dalam

pembicaraan mitra tutur

dengan lawan tutur, yang

seumuran. Kata wis dalam

Bahasa Indonesia

mempunyai arti sudah.

Kata ngeyel dalam Bahasa

Indonesia mempunyai arti

membantah.

“tapi kami tidak

mendapatkan apa-apa,

wis ngeyel”

(B.I=ragam santai) –

(B.J=ragam santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam santai

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan.

Dalam kata-kata bahasa

Jawa termasuk ragam

santai. Kata –kata yang

digunakan dalam

Bahasa Jawa termasuk

tataran rendah. Tetapi

dalam Bahasa

Indonesia termasuk

konjungsi dan kata sifat

Penggunaan kata- kata

(1)wis (2)ngeyel

dipengaruhi adanya

mitra bicara. Kata wis

atau uwis mempunyai

arti sudah.

Kata ngeyel

mempunyai arti

membantah.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara.

Penjelasan

bacaan injil

mengenai

murid-murid

Yesus sedang

menjala ikan

dan belum

mendapatkan

apa-apa.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

20 “spontan tidak

mau mengikuti

perintah Yesus,

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

“spontan tidak mau

mengikuti perintah

Yesus, tatapi hanya

Penggunaan nyem-

nyemi dipengaruhi

adanya mitra bicara.

Penjelaasan

mengenai

bacaan injil,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

tatapi hanya

untuk ngeyem-

nyemi daripada

rame, daripada

macam-macam”

H7/922019

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah ngayem-

nyemi. Kata ngeyem-nyemi

dalam Bahasa Indonesia

mempunyai arti

menyenangkan. Kata

tersebut termasuk kata

sifat dalam Bahasa

Indonesia.

untuk

ngeyem-nyemi daripada rame, daripada

macem-macem”

(B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam santai)

Dalam kalimat Bahasa

Indonesia termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai,

karena kata –kata yang

digunakan termasuk

tataran rendah. Tetapi

dalam Bahasa

Indonesia termasuk

konjungsi dan kata

sifat.

Kata ngeyem-yemi

mempunyai arti

menyenangkan.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah,

yang bahasa ibunya

adalah Bahasa Jawa.

tentang

mengalah

untuk

menyenangkan

seseoranng.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

21 “bahkan bisa

dicek malalui,

android,

smartphone atau

leptop”

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

“bahkan bisa dicek

malalui, android,

smartphone atau

leptop” (B.I=ragam usaha) –

(B.Ingg=ragam usaha)

Dalam percampuran

Penggunaan kata-kata

(1) android (2)

smarthphone di

pengaruhi adanya

penggunaan istilah

yang lebih populer.

Kata android

Menjelaskan

istilah yang ada

dibacaan injil.

P1:Penutur

(Romo Kresna

Handoyo)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

H8/1022019 tercampur adalah

(1) android

(2) smartphone

Dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti, yaitu:

Kata android mempunyai

arti robot manusia.

Android dalam Bahasa

Inggris merupakan kata

benda.

Kata smartphone

mempunyai arti telepon

genggam.Smartphone

dalam Bahasa Inggris

merupakan kata benda.

dua bahasa termasuk

variasi keformalan

ragam usaha.

Pembicaraan yang

berorientasi kepada

hasil atau produksi.

Dalam penggunaan

bahasanya lebih formal

dan baku.

mempunyai arti robot

manusia. Android

dalam Bahasa Inggris

merupakan kata

benda.

Kata smartphone

mempunyai arti

telepon genggam.

Smartphone dalam

Bahasa Inggris

merupakan kata

benda.

Pada dasarnya mitra

tutur menggunakan

istilah tersebut karena,

lawan tutur atau

pendengarnya adalah

kalangan anak muda.

Is the best populer

dikalangannya, karna

menggunakan bahasa

negara lain

P: Umat Gereja

Ganjuran

22 “maka a fear

adalah kenyataan

palsu yang

tampak nyata”

H8/1022019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

tercampur adalah a fear.

Dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti, yaitu:

“maka a fear adalah

kenyataan palsu yang

tampak nyata”

(B.I=ragam usaha) –

(B.Ingg=ragam usaha) Dalam percampuran

dua bahasa termasuk

variasi keformalan

ragam usaha.

Penggunaan kata-kata

a fear di pengaruhi

adanya penggunaan

istilah yang lebih

populer.

Kata a dalam bahasa

Inggris memiliki arti

sebuah.

Kata fear dalam

bahasa Inggris

Penjelasan

mengenai

bacaan injil,

yang

mengaitkan

dengan

kehedupan

sekarang

tentang

mencari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

Kata a dalam bahasa

Inggris memiliki arti

sebuah.

Kata fear dalam bahasa

Inggris memiliki arti

ketakutakan. Jadi kata-kata

a fear memiliki arti sebuah

kenyataan.

Pembicaraan yang

berorientasi kepada

hasil atau produksi.

Dalam penggunaan

bahasanya lebih formal

dan baku.

A fear diartikan

sebagai kata benda

yang berarti ketakutan

atau rasa takut.

memiliki arti

ketakutakan. Jadi kata-

kata a fear memiliki

arti sebuah kenyataan

Pada dasarnya mitra

tutur menggunakan

istilah tersebut karena,

lawan tutur atau

pendengarnya adalah

kalangan anak muda.

Is the best populer

dikalangannya, karna

menggunakan bahasa

negara lain.

informasi.

P1:Penutur

(Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

23 “coba suatu saat

nasi di rumah

habis, kon

ngliwet,mboh.”

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah kon

ngliwet mboh.

“coba suatu saat nasi di

rumah habis, kon

ngliwet,mboh” (B.I=ragam akrab) –

(B.J=ragam santai)

Dalam kalimat bahasa

Indonesia termasuk

jenis variasi keformalan

ragam akrab. Dalam

kalimat ditandai dengan

penggunaan bahasa

yang tidak lengkap,

pendek-pendek dengan

artikulasi yang sering

tidak jelas. Kalimat

bahasa Jawa termasuk

ragam santai, karena

kata –kata yang

Penggunaan kalimat

“kon ngliwet, mboh”

dipengaruhi adanya

mitra bicara.

Kon mempunyai arti

disuruh.

Ngliwet mempunyai

arti menanak nasi.

Mboh atau emboh,

mempunyai arti tidak

tau.

Jadi, kalimat kon

ngliwet, mboh

mempunyai arti

“disuruh menanak

nasi, tidak tau”.

Maksudnya jika

disuruh menanak nasi

Mengumpakan

ketika suatu

hari nasi habis,

dan kita

disuruh untuk

menanak nasi

tidak bisa.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

digunakan termasuk

tataran rendah. Tetapi

dalam Bahasa

Indonesia termasuk

konjungsi dan kata

sifat.

tidak bisa. Pengaruh

tersebut menyesuaikan

dengan asal daerah

dari mitra bicara.

24 “Sehigga saya

pikir enak

ngangsur”

H8/1022019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

ngangsur. Kata ngangsur

dalam Bahasa Indonesia

mempunyai arti mencicil,

yang termasuk kata kerja.

“Sehigga saya pikir

enak ngangsur” (B.I=ragam santai) –

(B.J=ragam santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam santai

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan.

Penggunaan ngangsur

dipengaruhi adanya

mitra bicara. Kata

ngangsur berasal dari

bahasa Jawa. Secara

lengkap maksudnya

adalah mengangsur

yang mempunyai arti

mencicil. Pengaruh

tersebut menyesuaikan

dengan asal daerah

dari mitra bicara.

Penjelasan

mengenai

implikasi dari

bacaan inji,

ketika ingin

membeli

sesuatu, dan

uangnya belum

mencukupi.

Jalan keluarnya

adalah

mengkredit

atau mencicil.

P1:Penutur

(Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

25 “sehingga kalau

saya punya

beras, karna saya

miskin tidak bisa

mencukupi, piye

carane cukup-

cukupe”

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

“sehingga kalau saya

punya beras, karna

saya miskin tidak bisa

mencukupi, piye

carane cukup-

cukupe” (B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam santai)

Penggunaan kalimat

piye carane sak

cukup-cukupe

dipengaruhi adanya

mitra bicara.

Piye mempunyai arti

bagaimana.

Carane mempunyai

Usaha gimana

caranya

mendapatkan

beras demi

mencukupi

kebutuhan

keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

H8/1022019 Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1)piye

(2)carane

(3) cukup-cukupe.\

Kalimat piye carane

cukup-cukupe mempunyai

arti dalam Bahassa

Indonesia yaitu

bagaimana caranya

cukup.

Dalam kalimat Bahasa

Indonesia termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai,

karena kata –kata yang

digunakan termasuk

tataran rendah.

arti caranya.

Cukup-cukupe

mempunyai arti pas

atau cukup

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah,

yang bahasa ibunya

menggunakan Bahasa

Jawa.

P1:Penutur

(Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

26 “mau tidak mau,

ngrasake

merasakan

kepenak”

H8/1022019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1) ngrasake,

(2) kepenak.

Kata ngrasake dan

kepanak mempunyai arti

dalam Bahasa Indonesia

yaitu merasakan dan enak.

Dalam hal ini, kata

“mau tidak mau,

ngrasake merasakan

kepenak” (B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam santai)

Dalam kalimat Bahasa

Indonesia termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai,

Penggunaan kata-kata

(1) ngrasake (2)

kepenak dipengaruhi

adanya mitra bicara.

Ngrasake mempunyai

arti merasakan.

Kepenak mempunyai

arti enak atau bahagia.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah,

yang bahasa ibunya

menggunakan Bahasa

Jawa

Menjelaskan

mengenai

khotbah yang

membahas

tentang

kehidupan

kekal.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

merasakan dan enak

termasuk kata sifat. karena kata –kata yang

digunakan termasuk

tataran rendah.

27 “timbang rame,

timbang repot-

repote wis yo,

akhirnya apa? “

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

1)timbang

(2)rame

(3)wis

(4)yo

Dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti, yaitu:

Timbang mempunyai arti

daripada.

Reme mempunyai arti

ramai. Kata merupakan

bentuk tidak baku dari

kata ramai. Kata rame

digunakan dalam bahasa

jawa.

Wis atau uwis mempunyai

arti sudah

Yo mempunyai arti ya.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

resmi. Selain situasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

bahasa baku, sesuai

dengan ejaan yang

disempurnakan.

“timbang rame,

timbang repot-repote

wis yo, akhirnya apa?” (B.J=ragam santai) –

(B.I=ragam resmi)

Dalam kalimat Bahasa

Indonesia termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai,

karena kata –kata yang

digunakan termasuk

tataran rendah.

Penggunaan (1)

timbang (2) rame (3)

wis (4) yo, dipengaruhi

adanya mitra bicara.

Timbang mempunyai

arti daripada.

Reme mempunyai arti

ramai. Kata

merupakan bentuk

tidak baku dari kata

ramai. Kata rame

digunakan dalam

bahasa jawa.

Wis atau uwis

mempunyai arti sudah

Yo mempunyai arti ya.

Jadi pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah,

yang bahasa ibunya

menggunakan Bahasa

Jawa

Penegasan atas

injil yang telah

dibacakan,

yang

sebelumnya

terdapat

contoh-contoh

dalam

kehidupan

sehari-hari.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

28 Romo: “bapak

ibu sekalian,

anak-anak jaman

sekarang lebih

ngeyel apa lebih

manut ? “

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1)ngeyel

(2) manut

Kata ngeyel dan manut

mempunyai arti dalam

Bahasa Indonesia yaitu,

membantah dan nurut.

Kedua kata tersebut

termasuk kata sifat.

“bapak ibu sekalian,

anak-anak jaman

sekarang lebih ngeyel

apa lebih manut ? “

(B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam santai)

Dalam kalimat Bahasa

Indonesia termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai,

karena kata yang

digunakan termasuk

tataran rendah.

Penggunaan kata (1)

ngeyel (2) manut

dipengaruhi adanya

mitra bicara.

Ngeyel mempunyai

arti membantah.

Manut mempunyai arti

nurut atau patuh.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah,

yang bahasa ibunya

menggunakan Bahasa

Jawa

Romo bertanya

diawal

menganai anak-

anak jaman

sekarang, umat

menjawab, dan

romo

menanggapi.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

29 Umat:“lebih

ngeyel “

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

“lebih ngeyel “

(B.I=ragam usaha) –

(B.J=ragam usaha)

Percampuran dua

bahasa termasuk variasi

keformalan ragam

usaha. Pembicaraan

yang berorientasi

Penggunaan kata (1)

ngeyel (2) manut

dipengaruhi adanya

mitra bicara.

Ngeyel mempunyai

arti membantah.

Manut mempunyai arti

nurut atau patuh.

Pengaruh tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

tercampur adalah

(1)ngeyel

kepada hasil atau

produksi. Dalam

penggunaan bahasanya

lebih formal dan baku.

Kata ngeyel dalam

bahasa Jawa termasuk

tataran rendah atau

secara umum

digunakan.

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah,

yang bahasa ibunya

menggunakan Bahasa

Jawa

30 Romo: “anak-

anak cowok,

lebih ngeyel “

H7/922019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

(1)ngeyel

“ anak-anak cowok,

lebih ngeyel” (B.I=ragam usaha –

(B.J=ragam usaha)

Percampuran dua

bahasa termasuk variasi

keformalan ragam

usaha. Pembicaraan

yang berorientasi

kepada hasil atau

produksi. Dalam

penggunaan bahasanya

lebih formal dan baku.

Kata ngeyel dalam

bahasa Jawa termasuk

tataran rendah atau

secara umum

digunakan.

Penggunaan kata (1)

ngeyel (2) manut

dipengaruhi adanya

mitra bicara.

Ngeyel mempunyai

arti membantah.

Manut mempunyai arti

nurut atau patuh.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara.

Dalam hal ini mitra

bicara berasal dari

Jawa Tengah, yang

bahasa ibunya

menggunakan Bahasa

Jawa

31 “karena janji ini

mesthi selalu

aktual, atau

selalu bergema

dalam hidup

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

“karena janji ini

mesthi selalu aktual,

atau selalu bergema

dalam

hidup saya”

Penggunaan kata

mesthi dipengaruhi

adanya mitra bicara.

Kata mesthi

mempunyai arti pasti.

Romo

memberikan

penjelasan

mengenai janji

pernikahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

saya” H5/2712019

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah mesthi.

Kata mesthi dalam Bahasa

Indonesia mempunyai arti

pasti.

(B.I=ragam santai) –

(B.J=ragam resmi)

Dalam kalimat Bahasa

Indonesia termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai,

karena kata yang

digunakan termasuk

tataran rendah.

Pengaruh tersebut

menyesuaikan dengan

asal daerah dari mitra

bicara. Dalam hal ini

mitra bicara berasal

dari Jawa Tengah,

yang bahasa ibunya

menggunakan Bahasa

Jawa.

yang telah

diucapakan

pasangan yang

telah menikah.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

32 “Bahwa disana

seolah-solah,

panjenengan

semua ikut

terlibat, dalam

peristiwa itu.” H3/1312019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah

panjenengan. Dalam

bahasa Jawa kata

panjenengan merupakan

tingkatan tertinggi, yaitu

krama inggil. Kata

“Bahwa disana seolah-

olah, panjenengan

semua ikut terlibat,

dalam peristiwa itu” (B.I=ragam resmi) –

(B.J=ragam resmi)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam resmi.

Kalimat tersebut

termasuk variasi

keformalan ragam

resmi. Selainsituasinya

resmi, kalimatnya

lengkap, menggunakan

Penggunaan kata

panjenengan

dipengaruhi adanya

mitra bicara,yang

berlatarbelakang

daerah yang sama.

Panjenengan dalam

bahasa jawa artinya

kamu. Kata

panjenengan

menghormati yang

lebih tua.

Ketika sedang

menonton film,

sering ikut

merasakan

dalam cerita

yang sedang

ditayangkan.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

panjenengan penyebutan

untuk orang yang lebih tua

bahasa baku, sopan,

sesuai dengan ejaan

yang disempurnakan.

Dalam bahasa Jawa

kata panjenengan

merupakan tingkatan

tertinggi, yaitu krama

inggil. Kata

panjenengan

penyebutan untuk

orang yang lebih tua.

33 “Opo? Cerita

atau bintang

film? Kalau

prodiakon, cerita

atau bintang

film?”

H3/1312019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah opo.

Kata opo dalam Bahasa

Indonesia mempunyai arti

apa. Kata apa dalam

merupakan kata tanya.

Penjelesan kata apa untuk

mencari jawaban dari

suatu peristiwa yang

terjadi.

“Opo? Cerita atau

bintang film? Kalau

prodiakon, cerita atau

(B.J=ragam santai) –

(B.I=ragam resmi)

Dalam kalimat Bahasa

Indonesia termasuk

variasi keformalan

ragam resmi. Selain

situasinya resmi,

kalimatnya lengkap,

menggunakan bahasa

baku, sesuai dengan

ejaan yang

disempurnakan.

Kalimat bahasa Jawa

termasuk ragam santai,

karena kata yang

digunakan termasuk

tataran rendah.

Penggunaan kata opo

dipengaruhi adanya

mitra bicara,yang

berlatarbelakang

daerah yang sama.

Kata opo mempunyai

arti apa. Pengaruh

tersebut menyesuaikan

dengan asal daerah

dari mitra bicara.

Menanyakan

ketika

menonton film,

yang dilihat

cerita atau

pemain

filmnya.

P2:Penutur

(Romo Eko

Santosa)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

34 “Sing di tonton,

kalau kita nonton

film yang tetap

menjadi

perhatian kita

bintang filmnya,

atau tetap

kisahnya?” H3/1312019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode ke

dalam, karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan bahasa

daerah. Bahasa daerah

tersebut adalah Bahasa

Jawa. Kata yang

tercampur adalah sing.

Kata sing dalam bahasa

Indonesia mempunyai arti

yang. Kata yang termasuk

konjungsi atau kata

penghubung.

“Sing ditonton, kalau

kita nonton film yang

tetap menjadi perhatian

(B.J=ragam santai) –

(B.I=ragam santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam santai.

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan.

Penggunaan kata sing

dipengaruhi adanya

fungsi dan tujuan. Sing

mempunyai arti yang.

Dalam fungsi bahasa,

merupakan konjungsi

atau kata sambung.

Kata sing mengarah

pada pertanyaan yang

akan ditujukan.

35 “Bukan

tempatnya untuk

online dengan

yang bukan God”

H1/512019

Kalimat tersebut termasuk

jenis campur kode keluar,

karena terdapat

percampuran unsur dua

bahasa, yaitu unsur Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Inggris. Kata yang

tercampur adalah

(1) online

(2) God

Dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti, yaitu:

online memiliki arti

terhubung internet.

God memiliki arti Tuhan

“Bukan tempatnya

untuk online dengan

yang bukan God” (B.I=ragam santai) –

(B.Ingg=ragam

santai)

Dalam percampuran

dua bahasa tersebut

termasuk ragam santai.

Kalimat tersebut

termasuk jenis variasi

keformalan ragam

santai. Dalam

kalimatnya

menggunakan bentuk

Penggunaan kata (1)

online (2) God

dipengaruhi adanya

penggunaan istilah

yang lebih populer.

online memiliki arti

terhubung internet.

God memiliki arti

Tuhan.

Pada dasarnya mitra

tutur menggunakan

istilah tersebut karena,

lawan tutur atau

pendengarnya adalah

kalangan anak muda.

Membahas saat

ibadah ada

yang

menyalakan

telepon.

P1:Penutur

(Romo Kresna

Handoyo)

P: Umat Gereja

Ganjuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

alergro, yakni bentuk

kata atau ujaran yang

dipendekkan. Kata

Online merupakan kata

kerja dalam bahasa

Inggris.Kata God

merupakan kata benda

dalam bahasa Inggris.

Dalam hal tersebut

populer

dikalangannya, karna

menggunakan bahasa

negara lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: VARIASI KEFORMALAN CAMPUR KODE PADA HOMILI MISA …repository.usd.ac.id/36015/2/151224034_full.pdf · Penelitian ini mengkaji tentang (1) jenis campur kode, (2) jenis variasi keformalan,

BIODATA PENULIS

Theresia Margyanti Handayani Pratiwi lahir di

Bantul, 19 Juni 1997. Penulis menyelesaikan pendidikan

di TK Pangudiluhur Kalirejo, Samigaluh, Kulon Progo.

Penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SD Kanisius

Ganjuran dan lulus pada tahun 2009. Penulis kemudian

melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Kanisius Ganjuran dan lulus tahun 2012. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah

Atas di SMA Stelladuce Bantul dan selesai tahun 2015.

Pada tahun 2015 penulis juga melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi

swasta, tepatnya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengambil

jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “Variasi Keformalan Campur Kode pada Homili Misa

Bahasa Indonesia di Gereja Ganjuran”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI