14
Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake, 1956) Teori ini di pelopori oleh duet Kingsley Davis dan Judith Blake pada tahun 1956. Yakni teori struktur sosial dan fertilitas yang kemudian biasa dikenal dengan teori Variabel Antara Davis & Blake. Garis merah dari teori ini adalah bahwa proses reproduksi menyangkut tiga tahapan penting, yaitu : 1. Hubungan kelamin (intercourse) 2. Konsepsi atau pembuahan (conception) 3. Kehamilan (gestation), Menurut keduanya hanya melalui faktor tersebut kondisi budaya dapat mempengaruhi fertilitas proses ini kemudian menjadi dasar pemikiran untuk merumuskan variabel penentu yang dapat menghambat dan atau mentiadakan kelahiran. Karena pada masa itu, jumlah kelahiran tidak terbendung sehingga populasi melonjak tinggi. Variabel-variabel itu kemudian menjadi variabel antara yang menentukan fertilitas. Variabel antara disajikan dalam kotak berikut : Variabel Antara 1

Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake, 1956)

Teori ini di pelopori oleh duet Kingsley Davis dan Judith Blake pada tahun

1956. Yakni teori struktur sosial dan fertilitas yang kemudian biasa dikenal

dengan teori Variabel Antara Davis & Blake. Garis merah dari teori ini adalah

bahwa proses reproduksi menyangkut tiga tahapan penting, yaitu :

1. Hubungan kelamin (intercourse)

2. Konsepsi atau pembuahan (conception)

3. Kehamilan (gestation), Menurut keduanya hanya melalui faktor tersebut

kondisi budaya dapat mempengaruhi fertilitas

proses ini kemudian menjadi dasar pemikiran untuk merumuskan variabel

penentu yang dapat menghambat dan atau mentiadakan kelahiran. Karena pada

masa itu, jumlah kelahiran tidak terbendung sehingga populasi melonjak tinggi.

Variabel-variabel itu kemudian menjadi variabel antara yang menentukan fertilitas.

Variabel antara disajikan dalam kotak berikut :

Variabel Antara

A. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan seks :

1. Umur memulai hubungan

2. Selibat permanen

3. Mencakup tentang:

a. Waktu antara retaknya hubungan suami istri (proses perceraian)

b. Tidak kawin sesudah menjadi janda

4. Abstinensi sukarela

5. Berpantang karena terpaksa

6. Frekuensi hubungan seks

B. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya

konsepsi :

1

Page 2: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

1. Kemandulan yang tidak disengaja

2. Memanfaatkan atau menolak menggunakan alat kontrasepsi, yang

mencakup :

a. Kontrasepsi dengan penggunaan bahan-bahan kimia dan mekanis

b. Kontrasepsi Tanpa Penggunaan Bahan Kimia dan Mekanis

3. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor yang

disengaja

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi gretasi dan kelahiran dengan

selamat :

1. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor yang disengaja

2. Mortalitas janin oleh faktor sengaja

Berikut merupakan penjelasan dari Variabel Antara diatas.

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan seks

1. Umur memulai hubungan seks

Untuk menentukan kejadian (event) memulai berhubungan kelamin, umumnya

digunakan pendekatan umur ketika pertama kali menikah. Pada setiap kelompok

masyarakat proses bereproduksi atau memiliki keturunan dilegalkan melalui

institusi perkawinan walaupun tidak dipungkiri bahwa terdapat hubungan kelamin

diluar pernikahan, baik yang menghasilkan kelahiran maupun tidak. Coba

perhatikan para nenek dan generasi sebelumnya umumnya punya anak lebih

banyak kan. Karena mereka menikah pada usia yang sangat muda. Mungkin

bahkan mereka menikah sebelum umur 16 tahun (batas usia menikah di UU

perkawinan).  Bila para generasi nenek kita dan sebelum sebelumnya menikah

pada usia yang sangat muda, hal ini adalah dampak dari tingkat kematian yang

tinggi.

Kematian terjadi karena penyakit, karena perang, atau karena proses

melahirkan yang tidak baik, ibu dan anak meninggal saat proses melahirkan, jadi

melahirkan bayi yang baru diharapkan dapat menggantikan kehilangan tersebut.

Oleh karena itu menikah muda merupakan pilihan untuk mengatasi kekurangan

2

Page 3: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

jumlah penduduk akibat kematian tersebut, oleh karenanya pada situasi seperti ini

maka umur kawin pertama memiliki nilai plus terhadap fertilitas. Artinya seorang

perempuan yang menikah pada usia yang sangat muda, sangat dimungkinkan

memiliki beberapa orang anak sebelum mereka menyelesaikan masa suburnya.

(Masa subur adalah rentang waktu dimana seorang perempuan berpeluang

melahirkan umumnya dipakai usia 15 hingga 44 atau 49 tahun). Pada kelompok

masyarakat yang tidak memiliki program pencegahan kelahiran seperti program

keluarga berencana (KB), maka penundaan umur kawin pertama merupakan salah

satu cara untuk menghambat kelahiran.

2. Selibat permanen

Selibat artinya kurang lebih adalah status hidup membujang yang permanen.

Secara logis, status tidak kawin seperti ini, biasanya menghasilkan suatu tingkat

fertilitas yang rendah dan dipandang menjadi faktor yang lebih manjur

dibandingkan penundaan umur kawin pertama. Selibat permanen ini biasanya

sering dijumpai pada kelompok masyarakat agamis seperti pastor, pendeta budha

dan sufi. Jadi,  jumlah orang yang selibat ini sangatlah sedikit. Variabel ini

memiliki nilai minus terhadap fertilitas karena mereka yang melakukan selibat

permanen berarti ‘menghilangkan’ kejadian kelahiran yang dimiliki.

Namun, walau begitu peningkatan jumlah orang yang tidak kawin, tidak akan

menurunkan fertilitas, kecuali bila persetubuhan diluar perkawinan berhasil

dicegah atau cara kontrasepsi dan pengguguran secara bebas dijalankan. Jika

kontrasepsi dan pengguguran mudah diperoleh dan dilaksanakan dalam hidup

perkawinan, maka fertilitas yang diakibatkannya dapat menyebabkan banyak dari

penduduk terhindar dari tak kawin seumur hidup. Ringkasnya seperti ini, bila

suatu negara atau wilayah bermaksud meregulasikan selibat ini, artinya mengatur

selibat dalam peraturan resmi dengan tujuan untuk menekan angka kelahiran yang

begitu tingginya, maka usaha ini akan sia-sia bila di negara atau wilayah tersebut 

melegalkan pengguguran kandungan. Karena logikanya, untuk apa harus selibat

untuk menghindari kelahiran, kalau bisa digugurkan.

3

Page 4: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

Ataupun bila negara atau wilayah itu mewajibkan penduduknya menggunakan

kontrasepsi yang akhirnya menunda atau menurunkan jumlah anak yang lahir.

Maka status selibat atau tidak kawin menjadi tidak berguna. Penundaan

pernikahan, status tak kawin, pantang senggama dalam perkawinan, jika semua itu

efektif dalam membatasi fertilitas pada prinsipnya semua menanggung kesulitan

yang sama, yakni menghindari hubungan seks.

3. a. Waktu antara retaknya hubungan suami istri (proses perceraian)

Tingkat perceraian dan lamanya waktu yang hilang karena lamanya proses

perceraian suami-istri memiliki nilai minus terhadap fertilitas. Jika perkawinan

berlangsung stabil atau jikalaupun tidak stabil namun tak ada waktu yang hilang

diantaranya, maka fertilitas tidak berpengaruh. Seorang perempuan yang

menjalani proses perceraian dapat menanti beberapa masa/waktu sebelum

memasuki perkawinan baru dan kesuburan diantara masa tersebut menjadi hilang.

Kesuburan akan kembali stabil jika terjadi perkawinan baru.

b. Tidak kawin sesudah menjadi janda

Pengaruh yang terjadi terhadap fertilitas tergantung pada kedudukan para

janda itu sendiri. Janda akibat perceraian umumnya kehilangan sedikit saja waktu

dari kesempatannya untuk mengadakan hubungan seks karena umumnya mereka

akan segera menikah lagi. Umumnya masyarakat setuju agar seorang janda segera

menikah lagi dengan kerabat/keluarga suami yang meninggal seperti pada

kelompok masyarakat yang lebih sederhana yang umumnya bercocok tanam dan

hidup berpindah. Pada kelompok masyarakat lain terdapat larangan bagi janda

untuk menikah dengan kerabat/keluarga suami. Hal seperti ini terjadi pada

kelompok masyarakat yang menjunjung nilai stratifikasi/kelas masyarakat. Juga

terdapat kelompok masyarakat yang tidak hanya melarang seorang janda untuk

menikah lagi dalam lingkungan keluarga suaminya, tapi justru menolak untuk

menikah lagi. Di India, kasta memperkuat kekuasaan keluarga untuk mencegah

seorang janda menikah lagi. Karena perkawinan akan merendahkan kasta.

4. Abstinensi sukarela

4

Page 5: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

Abstinen ini adalah pantang senggama sukarela dalam perkawinan atau tidak

ngumpul suami-istri. No seks. Lebih banyak masyarakat pra-industri jaman dulu

yang melakukan pantang senggama dalam perkawinan dibandingkan masyarakat

industri. Pengaruhnya terhadap fertilitas tergantung pada suasana tertentu karena

sekurang-kurangnya ada 4 tipe restriksi yakni sesudah melahirkan (post partum),

pantang berkala (occasional), masa hamil dan masa haid. Tipe restriksi pertama

(sesudah melahirkan) dan kedua (pantang berkala) cenderung membatasi

kelahiran. Sedangkan dua yang terakhir (masa hamil dan masa haid) mempunyai

efek meningkatkan kelahiran (karena kesuburan setelah selesai dari masa hamil

dan haid, tingkat kesuburan perempuan meningkat).

Hampir semua kelompok masyarakat mempraktekkan pantang senggama

setelah melahirkan yang lamanya berkisar antara 1 bulan hingga 40 hari setelah

melahirkan. Selain itu terdapat juga larangan senggama selama masa menyusui

yang bisa berlangsung selama 2 tahun. Lamanya berpantang tidak selamanya

menunjukkan kesuburan yang hilang karena pengeluaran telur tertunda atau hanya

terjadi kadang-kadang saja. Masa pantang dapat dianggap sebagai hilangnya 

‘kejadian kelahiran’ hanya bila periode itu berlangsung selama dua bulan atau

lebih meskipun hilangnya ‘kelahiran’ itu jauh lebih kecil dari lamanya waktu

pantang. Masa tabu bersenggama setelah melahirkan membantu menjarangkan

kelahiran anak. Pantangan berkala (occasional) adalah restriksi yang berlangsung

dalam hubungan dengan hari libur tetap dan upacara khusus yang dianggap tabu.

Penelitian yang pernah dilakukan di India menunjukkan jumlah rata-rata hari

menghindari senggama karena alasan agama adalah 24 hari per tahun. Jika hari-

hari ini terjadi berselang-seling, hampir tidak ada kesuburan yang hilang karena

telah menjadi bagian frekuensi senggama yang normal. Di beberapa kelompok

masyarakat pantang senggama berlangsung sangat lama. Seperti penduduk

Mortlock Island dari Kepulauan Carolina melarang senggama selama masa

perang. Di kelompok masyarakat nelayan Pulau Yap, pantang senggama saat

melakukan aktifitas pencarian ikan yang berlangsung selama 6 hingga 8 minggu.

Pantang senggama selama masa hamil tidak mempengaruhi fertilitas. Kebanyakan

kelompok masyarakat melarang aktifitas senggama pada sebagian kecil dari masa

hamil. Demikian pula halnya larangan senggama selama masa haid. Efeknya

5

Page 6: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

sangat kecil atau sama sekali tidak ada terhadap fertilitas. Pantang senggama ini

cenderung memusatkan aktivitas seksual pada bagian subur dari pada siklus haid,

5. Berpantang karena terpaksa

Karena kesehatan atau penyakit mengakibatkan pantang senggama yang lebih

tinggi. Faktor yang sama dapat menyebabkan impotensi walaupun kondisi ini

lebih ditentukan oleh faktor psikologis. Suatu penyebab lain ialah terpisahnya

suami istri karena migrasi.

6. Frekuensi hubungan seks

Frekuensi senggama mungkin lebih banyak menaikkan fertilitas di masyarakat

sedang berkembang daripada masyarakat industri. Davis dan Blake tidak dapat

menemukan bukti yang kuat bahwa frekuensi rata-rata senggama dalam kelompok

umur yang satu jelas berbeda dengan kelompok umur lainnya seperti juga halnya

antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Juga tidak ada bukti bahwa

frekuensi senggama merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi variasi

fertilitas antara satu masyarakat dengan yang lain.

B. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya konsepsi

1. Kemandulan yang tidak disengaja

Hanya ada sedikit bukti. Kondisi hidup yang sulit didalam kelompok

masyarakat dapat menimbulkan suatu tingkat fertilitas yang rendah sekali atau

kemandulan mutlak khususnya pada bagian akhir dari masa reproduksi seorang

6

Page 7: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

perempuan. Penyakit kelamin juga dapat mengakibatkan kemandulan pada

masyarakat yang berperadaban tinggi. Pada pihak lain ketegangan syaraf dan cara

hidup pada sebagian masyarakat perkotaan sedikit banyak dapat menurunkan

fertilitas.

2. Memanfaatkan atau menolak penggunaan alat kontrasepsi

Mengingat variabel senggama memiliki pengaruh negatif terhadap fertilitas

hanya dengan ‘tidak kumpul’, baik variabel konsepsi maupun variabel kehamilan

tidak membutuhkan suatu cara se-ekstrim pantang senggama atau perlunya hal itu

dilembagakan (seperti kehidupan selibat) untuk mempengaruhi fertilitas. Efisiensi

yang nyata dari kontrasepsi khususnya diduga akan mampu meluaskan

penggunaannya sebagai alat penekan fertilitas.

a. Kontrasepsi dengan penggunaan bahan-bahan kimia dan mekanis

Dalam kebanyakan masyarakat sederhana dan pedesaan, ide

kontrasepsi yang menggunakan bahan kimia dan mekanis sudah diketahui

dan orang berusaha menggunakannya. Namun dalam situasi yang

mengharuskan orang membatasi fertilitasnya cara ini bukanlah yang biasa

digunakan semata-mata karena tekhnologi masyarakat yang sedang

berkembang tidak dapat menunjangnya dengan metode yang efektif.

Karena tidak mengetahui fisiologi reproduksi, masyarakat tersebut kurang

mampu mencari cara apa yang harus mereka pakai. Sama pula halnya

mereka tidak dapat memanfaatkan bahan tersebut karena tidak cukup

mengetahui masalah kimia. Sebab itu metode yang dipakai gagal atau

kalau berhasil lebih banyak karena ilmu gaib daripada ilmu pengetahuan.

Karena kurang berpengalaman dalam mencoba bermacam-macam teknik

kontrasepsi maka orang menilai satu metode sama saja dengan yang lain.

Bahkan metode yang akan mencapai tujuan kontrasepsi cenderung

menjadi kaku, mengurangi kenikmatan seks, dan tidak sehat seperti

memasukkan sejenis kulit kacang ke dalam liang senggama (Negro dan

Guyana – Inggris), memasukkan sobekan kain atau rumput-rumputan yang

telah dipotong halus (Bapinda dan Bambunda – Afrika), memasukkan

7

Page 8: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

kotoran hewan (Mesir dan Bambunda-Afrika). Ada pula metode

menyemprotkan cairan yang mengandung air jeruk atau ramuan sabut

buah pohon mahogani ( Martinique atau Guyana). Namun bahan tersebut

hanya mungkin diperoleh pada suatu daerah dan musim tertentu dalam

setahun. Jadi tekhnologi dan ekonomi masyarakat pra-industri tidak

mampu menghasilkan bahan kontrasepsi kimia-mekanis yang sekaligus

murah, memuaskan, efektif, dan  mudah didapat.

b. Kontrasepsi Tanpa Penggunaan Bahan Kimia dan Mekanis

Metode seperti senggama terputus tanpa penetrasi dan bermacam cara

pemuasan heteroseksual yang menyimpang tidak tergantung pada

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknik. Metode yang beraneka ragam itu

banyak dikenal dan dipraktekkan oleh hampir semua masyarakat. Akan

tetapi tidak cukup banyak metode ini yang digunakan sebagai cara utama

untuk mengontrol fertilitas. Metode ini paling banyak dipakai untuk

hubungan kelamin diluar pernikahan atau dalam hal dimana hubungan

kelamin sebelum nikah dihalalkan tetapi kehamilan sebelum nikah

dilarang. Tetapi masih diragukan apakah praktek demikian merupakan

bantuan yang penting bagi pengontrolan fertilitas untuk semua

masyarakat.

3. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor yang

disengaja

Sama halnya dengan kontrasepsi yang menggunakan bahan kimia dan

mekanik, kontrol terhadap kesuburan berada diluar kemampuan masyarakat.

Operasi pada bagian alat kelamin dapat dilaksanakan tapi dapat memberikan efek

yang berbahaya. Bila tehnik operasi disempurnakan sehingga dengan mudah

diubah-ubah untuk sekaligus mengatur jarak kelahiran anak atau membatasi

jumlah anak maka cara ini dapat menjadi alat utama untuk mereduksi fertilitas di

masyarakat terbelakang.

8

Page 9: Variabel Antara – Fertilitas (Davis & Blake 1956)

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi gretasi dan kelahiran dengan

selamat

1. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor yang disengaja

Berkenaan dengan variabel nomor ini telah dikemukakan bahwa nilai

fertilitas pada umumnya rendah pada masyarakat pra-industri. Karena data yang

tersedia memperlihatkan bahwa tingkat lahir-mati lebih besar dalam masyarakat

demikian. Bagaimanapun juga kesimpulan tersebut masih perlu diuji karena tidak

ada informasi pembanding yang cukup untuk angka-angka keguguran.

2. Mortalitas janin oleh faktor disengaja

Masyarakat terbelakang sangat sedikit mengetahui tentang cara memperkecil

mortalitas janin, sebaliknya mereka benar-benar memiliki cara yang mudah untuk

mempertinggi kematian janin yakni melalui pengguguran karena cara ini

dipandang sebagai cara utama membatasi fertilitas.

9