5
1 PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI Value engineering adalah suatu teknik yang menggunakan pendekatan secara sistematis, dengan mengguankan usaha yang terorganisir dan terarah untuk menganalisa fungsi dari suatu barang atau sistem dengan tujuan memenuhi kegunaan yang diperlukan dengan total biaya yang seminimal mungkin, dan tetap memperhatikan dan menyeimbangkan performance, reliability, quality, dan maintainability dari sebuah proyek. VE pada proyek konstruksi dianjurkan dilakukan pada fase awal proyek dimana biaya yang di keluarkan dari proyek masih kecil, tidak seperti pada waktu proyek sudah selesai atau sudah beroperasi, dimana biaya yang dikeluarkan akan signifikan bila terjadi perubahan. VE efektif pada proyek apabila dilaksanakan tidak hanya pada fase desain, tapi juga pada fase pre-design dan post-desain. Hal ini menyebabkan dalam menerapkan VE dalam proyek konstruksi, ada beberapa pihak yang mempunyai peranan penting yaitu, owner, konsultan perencana, dan kontraktor. Owner mempunyai standart, strategi, dan kemampuan finansial dalam membuat proyek memiliki peranan sebagai penyuplai informasi seperti : (1)Tipe dari bangunan yang akan dibuat dan fungsi utama dari bangunan tersebut, (2)Budget limit, (3)Hasil proyek yang sudah memenuhi keinginan dan kebutuhan dari owner (client satisfaction). Hal ini membuat owner sebaiknya mengerti tentang VE agar dapat tercapai efisiensi dalam VE yang tinggi. Desainer atau konsultan perencana memiliki peran menerjemahkan keinginan dari owner menjadi desain yang nantinya akan dijalankan oleh kontraktor. Konsultan perencana akan membanding bandingkan material yang akan dipakai, mengkombinasikan desain yang sudah pernah dipakai, dan metode pembangunan yang akan dipakai. Hal ini membuat konsultan perencana mempunyai pengaruh besar dalam segi biaya yang akan dikeluarkan, sehingga seorang perencana harus dapat menyeimbangkan antara cost, performance, dan reliability pada proyek yang akan dibangun. Konsultan perencana adalah pengambil keputusan dalam hal hal seperti: (1)Konsep arsitektural yang dipakai, (2)Orientasi bangunan, (3)Material yang dipakai, (4)Sistem struktur yang dipakai, (5)Automasi, (6)Penggunaan energy, (6)Mekanikal & elektrikal.

value eng

Embed Size (px)

DESCRIPTION

deskirpsi value enginering, contoh penerapan dalam praktik di indonesia, dilengkapi tahapan yang harus dilakukan untuk pelaksanaan dari value enginering tersebut

Citation preview

1

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI

Value engineering adalah suatu teknik yang menggunakan pendekatan secara

sistematis, dengan mengguankan usaha yang terorganisir dan terarah untuk menganalisa

fungsi dari suatu barang atau sistem dengan tujuan memenuhi kegunaan yang

diperlukan dengan total biaya yang seminimal mungkin, dan tetap memperhatikan dan

menyeimbangkan performance, reliability, quality, dan maintainability dari sebuah

proyek.

VE pada proyek konstruksi dianjurkan dilakukan pada fase awal proyek dimana

biaya yang di keluarkan dari proyek masih kecil, tidak seperti pada waktu proyek sudah

selesai atau sudah beroperasi, dimana biaya yang dikeluarkan akan signifikan bila

terjadi perubahan. VE efektif pada proyek apabila dilaksanakan tidak hanya pada fase

desain, tapi juga pada fase pre-design dan post-desain. Hal ini menyebabkan dalam

menerapkan VE dalam proyek konstruksi, ada beberapa pihak yang mempunyai peranan

penting yaitu, owner, konsultan perencana, dan kontraktor.

Owner mempunyai standart, strategi, dan kemampuan finansial dalam membuat

proyek memiliki peranan sebagai penyuplai informasi seperti : (1)Tipe dari bangunan

yang akan dibuat dan fungsi utama dari bangunan tersebut, (2)Budget limit, (3)Hasil

proyek yang sudah memenuhi keinginan dan kebutuhan dari owner (client satisfaction).

Hal ini membuat owner sebaiknya mengerti tentang VE agar dapat tercapai efisiensi

dalam VE yang tinggi.

Desainer atau konsultan perencana memiliki peran menerjemahkan keinginan

dari owner menjadi desain yang nantinya akan dijalankan oleh kontraktor. Konsultan

perencana akan membanding – bandingkan material yang akan dipakai,

mengkombinasikan desain yang sudah pernah dipakai, dan metode pembangunan yang

akan dipakai. Hal ini membuat konsultan perencana mempunyai pengaruh besar dalam

segi biaya yang akan dikeluarkan, sehingga seorang perencana harus dapat

menyeimbangkan antara cost, performance, dan reliability pada proyek yang akan

dibangun. Konsultan perencana adalah pengambil keputusan dalam hal – hal seperti:

(1)Konsep arsitektural yang dipakai, (2)Orientasi bangunan, (3)Material yang dipakai,

(4)Sistem struktur yang dipakai, (5)Automasi, (6)Penggunaan energy, (6)Mekanikal &

elektrikal.

2

Kontraktor bertugas merealisasikan desain yang dibuat oleh konsultan perencana

dan terikat kontrak dengan owner untuk menyelesaikan proyek dalam kurun waktu yang

sudah ditentukan dengan biaya tertentu. Dalam pelaksanaannya, kontraktor dipilih pada

waktu fase desain, hal ini agar kontraktor dapat memberi saran dan masukan dalam

material yang dipakai dan metode konstruksi yang dipakai agar dapat menghemat biaya.

Acuan yang digunakan dalam Value Engineering :

Perencanaan & Desain

Dalam proses desain dan perencanaan struktur, dilakukan peninjauan kembali

untuk penentuan dimensi yang digunakan dalam sebuah bangunan. Sehingga

dimensi yang digunakan dapat menjadi efisien.

Pemilihan Bahan Material

Meninjau ulang bahan material yang telah direncanakan apakah sudah sesuai

dengan kondisi teknik di lapangan serta mencari bahan material alternatif yang

bisa digunakan sebagai pembanding dari segi biaya, kualitas, dan masa

ketahanan dari material.

Metode Pelaksanaan

Membandingkan suatu metode kerja yang telah direncanakan dengan metode

kerja lain yang berpotensi lebih murah dan cepat, tetapi tetap menjaga kualitas

pekerjaan. Penentuan urutan item pekerjaan akan berpengaruh pada biaya

pelaksanaan. Maka dari itu perlu dilakukan peninjauan terharap urutan

pelaksanaan yang telah direncanakan.

Tahapan Pelaksanaan Value Engineering :

Tahapan Informasi

Tahap pengumpulan data-data berupa Rencana Anggaran Bangunan, Jadwal

Pelaksanaan, Desain Arsitektur/Struktural, dan referensi lainnya. Serta

wawancara terhadap pihak terkait seperti kontraktor, owner, dan konsultan

perencana.

Tahapan Alternatif

Setelah informasi dikumpulkan dilakukan analisa terhadap data yang ada dengan

calculated worth dan allocated cost to function, setelah itu malalui inovasi dan

3

kreatifitas dalam pengelolahan biaya dimunculkan beberapa alternatif yang bisa

digunakan sebagai pertimbangan.

Tahapan Pengembangan

Setelah alternatif-alternatif didapatkan dilakukan analisis lanjutan untuk

mengetahui manfaat jangka panjang dari inovasi tersebut baik dari segi biaya,

pemeliharaan, dan perbaikan.

Tahapan Presentasi

Hasil dari pengembangan alternatif yang ada di sajikan kepada pihak-pihak yang

akan mengambil keputusan untuk alternatif tersebut.

Tahapan Pengambilan Keputusan

Tahapan akhir dimana ini merupakan tahap eksekusi akan digunakan atau

tidaknya alternatif yang telah disajikan kepada pihak pengambil keputusan.

Gambar 1. Diagram Proses VE

4

Analisa Penerapan Value Engineering di Indonesia

Penerapan VE di industri konstruksi Indonesia sudah dilakukan sejak kurang lebih 20

tahun yang lalu, namun VE masih terbatas dan belum tumbuh subur. Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Fanggidae (2006) diketahui bahwa kontraktor dan

konsultan mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadap penerapan VE dalam

bidang konstruksi yang mempunyai potensi besar dalam kualitas, inovasi, keuntungan

dan kompetitif jangka panjang perusahaan.

Berdasarkan hasil survei manfaat yang diperoleh setelah melakukan VE pada

industri konstruksi di Indonesia adalah meningkatnya efisiensi, nilai proyek yang lebih

baik, berkurangnya biaya proyek, meningkatnya kualitas proyek, terciptanya ide kreatif

dan inovasi, dan kepuasan pemilik proyek. Pencapaian manfaat yang maksimal dari

penerapan VE dalam konstruksi dipengaruhi beberapa faktor yang saling berkaitan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah perencanaan yang matang dan terstruktur,

komitmen dari pihak yang terlibat, cara bagaimana seluruh proses difasilitasi dan

dikelola, serta dukungan jajaran eksekutif pemilik proyek. Namun dalam pelaksanaan di

lapangan, penerapan VE juga mempunyai permasalahan yang sering dihadapi. Berbagai

masalah yang sering terjadi di lapangan adalah kurangnya pemahaman pengetahuan dan

praktek tentang VE, adanya konflik kepentingan oleh pihak yang berbeda, dan

kurangnya panduan mengenai VE. Permasalahan inilah yang sering terjadi sehingga

penerapan VE di Indonesia tidak sesuai dengan standar internasional VE dan tidak

optimalnya hasil dari penerapan VE.

5

DAFTAR REFERENSI

Alifen, Ratna S. 1996. Value Engineering in Construction Management . Chicago :

Illinois Institute of Technology.

Chandra, Yohanes J. 2006. Penerapan Value Engineering pada Proyek Konstruksi.

Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Zetha Rahman, Herawati, & Sesmiwati. 2014. Analisa Penerapan Metode Value

Engineering Pada Industri Konstruksi Di Indonesia. Jakarta : Universitas

Pancasila.