9
www.hukumonline.com RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR …. TAHUN …. TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menghadapi sistem perdagangan bebas dunia sebagai upaya mengantisipasi persaingan global, dan dengan semangat otonomi Daerah dipandang perlu menetapkan kawasan tertentu dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas; b. bahwa terwujudnya Kawasan Perdagangan bebas dan Pelabuhan Bebas merupakan upaya pelaksanaan pembangunan ekonomi untuk memajukan - kesejahteraan umum, dan mendorong pembangunan daerah yang dapat meningkatkan taraf hidup rakyat di daerah ini; c. bahwa wilayah Kota Batam, Rempang, Galang dan Belakang Padang memiliki letak geografis yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan internasional, sehingga dipandang perlu untuk ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, maka perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999) Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang; Perimbangan Keuangan.Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); www.hukumonline.com

Uu Kawasanbebasbatam v01 2003 r

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Uu Kawasanbebasbatam v01 2003 r

Citation preview

KEPUTUSAN

www.hukumonline.com

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR . TAHUN .

TENTANG

KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa dalam rangka menghadapi sistem perdagangan bebas dunia sebagai upaya mengantisipasi persaingan global, dan dengan semangat otonomi Daerah dipandang perlu menetapkan kawasan tertentu dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;

b. bahwa terwujudnya Kawasan Perdagangan bebas dan Pelabuhan Bebas merupakan upaya pelaksanaan pembangunan ekonomi untuk memajukan -kesejahteraan umum, dan mendorong pembangunan daerah yang dapat meningkatkan taraf hidup rakyat di daerah ini;

c. bahwa wilayah Kota Batam, Rempang, Galang dan Belakang Padang memiliki letak geografis yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan internasional, sehingga dipandang perlu untuk ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, maka perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999) Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang; Perimbangan Keuangan.Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

4. Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Slak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902);

5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang (Lembaran _

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA ANTARA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, yang selanjutnya disebut dengan Kawasan Batam, adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai.

(2) Dewan Kawasan Batam adalah Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

(3) Ketua Dewan Kawasan Batam adalah Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

(4) Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam adalah Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam.

(5) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Batam adalah Kepala Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam

Pasal 2

(1) Kawasan Batam adalah Daerah Kota Batam sesuai dengan Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. (2) Untuk tahap pertama Kawasan Batam meliputi pula

a. Batam;

b. Rempang;

c. Galang, dan

d. Belakang Padang.

(2) Penentuan tahap berikutnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 3

Di dalam Kawasan Batam dilakukan kegiatan di bidang perekonomian, yaitu: industri, perdagangan, perhubungan, perbankan, asuransi, telekomunikasi, promosi, maritim, perikanan dan sektor lain yang terkait langsung dengan kegiatan tersebut.

BAB II

KEDUDUKAN HUKUM

Pasal 4

(1) Kawasan Batam merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Kawasan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas ditetapkan untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun terhitung sejak mulai berlakunya Undang-undang ini.

BAB III

KELEMBAGAAN

Pasal 5

(1) Dewan Kawasan Batam ditetapkan, diangkat oleh dan bertanggungjawab kepada Presiden.

(2) Dewan Kawasan sebagaimana dimaksud ayat 1, diketuai oleh Menteri Koordinator yang membidangi Perekonomian dan gubernur setempat selaku Wakil Ketua merangkap anggota yang dibantu oleh 8 (delapan) orang anggota yang terdiri dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Menteri Perhubungan, Ketua BKPM dan Walikota Batam.

(3) Masa Kerja Ketua dan anggota Dewan Kawasan Batam maksimal 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 6

(1) Dewan Kawasan Batam membentuk Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam yang dipimpin oleh seorang Kepala dan dibantu oleh seorang Wakil Kepala dan beberapa anggota.

(2) Kepala, Wakil Kepala dan Anggota Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Kawasan Batam .

(3) Masa kerja Kepala, Wakil Kepala dan Anggota Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(4) Ketentuan mengenai struktur organisasi, tugas dan wewenang Kepala, Wakil Kepala, dan Anggota Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dewan Kawasan Batam.

BAB IV

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 7

(1) Dewan Kawasan Batam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), mempunyai tugas dan wewenang menetapkan kebijaksanaan umum, membina mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan Badan Otorita Pengusahaan

(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), Dewan Kawasan Batam bertanggung jawab kepada Presiden.

(3) Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan Kawasan Batam sesuai dengan fungsi-fungsi Kawasan Batam.

(4) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam bertanggungjawab kepada Dewan Kawasan Batam.

BAB V

FUNGSI KAWASAN

Pasal 8

(1) Fungsi Kawasan Batam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 adalah sebagai tempat melaksanakan usaha dan pengembangan di bidang perekonomian.

(2) Fungsi Kawasan Batam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi

a. kegiatan usaha industri pengolahan bahan baku;

b. b kegiatan manufaktur meliputi rancang bangun, perekayasaan, penyortiran pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, pengepakan ulang atas barang dan bahan baku balk dari dalam negeri maupun luar negeri, pelayanan perbaikan atau rekondisi permesinan dan peningkatan mutu;

c. penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pusat industri dan perdagangan jasa internasional dan lembaga keuangan dan perbaikan, offshore banking dan lembaga keuangan bukan bank, sarana sumber air dan listrik, pelabuhan laut dan bandar udara, pelayaan alih kapal, transito udara, serta prasarana dan sarana Iainnya.

BAB VI

PERIZINAN

Pasal 9

Untuk memperlancar kegiatan Batam, Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam diberi wewenang mengeluarkan ijin-ijin dan ijin usaha Iainnya yang diperlukan oleh para pengusaha yang mendirikan dan menjalankan usaha di Kawasan Batam melalui pelimpahan wewenang dari instansi pusat terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

LALU LINTAS BARANG KARANTINA, DEVISA, KEIMIGRASIAN PELAYARAN DAN PENERBANGAN

Pasal 10

(1) Barang yang terkena ketentuan larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan, dilarang dimasukkan ke Kawasan Batam.

(2) Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Batam hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mempunyai izin usaha yang berkedudukan di Kawasan Batam.

(3) Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya dapat memasukkan barang ke Kawasan Batam sepanjang berhubungan dengan kegiatan usahanya.

(4) Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan Batam melalui Pelabuhan dan Bandar Udara yang ditunjuk dan berada di bawah pengawasan pabean diberikan pembebasan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai.

(5) Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Batam ke daerah pabean diberlakukan tata laksana kepabeanan di bidang impor dan ekspor serta ketentuan di bidang cukai.

(6) Pemasukan barang konsumsi dari luar daerah pabean untuk kebutuhan penduduk di Kawasan Batam diberikan pembebasan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai.

(7) Jumlah dan jenis barang yang diberikan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) ditetapkan oleh Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam.

Pasal 11

(1) Peraturan perundang-undangan mengenai karantina manusia, hewan, ikan dan tumbuh-tumbuhan untuk wilayah Indonesia tetap berlaku di Kawasan Batam.

(2) Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam bekerjasama dengan pejabat instansi yang berwenang untuk memperlancar pemeriksaan dan kerjasama dengan instansi terkait Iainnya.

Pasal 12

(1) Alat pembayaran yang sah di Kawasan Batam adalah mata uang rupiah.

(2) Pemasukan dan pengeluaran mata uang rupiah dari daerah pabean ke Kawasan Batam atau sebaliknya dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Mata uang asing dapat diperjualbelikan di Kawasan Batam melalui bank atau pedagang valuta asing yang mendapat ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Di dalam Kawasan Batam semua transaksi perdagangan internasional dilakukan dalam valuta asing oleh bank yang mendapat ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 13

(1) Peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian Republik Indonesia tetap berlaku di dalam Kawasan Batam.

(2) Pemberian fasilitas atau kemudahan di bidang keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis perdagangan bebas di Kawasan Batam diatur dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Pasal 14

Peraturan perundang-undangan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pelayaran, penerbangan, dan telekomunikasi tetap berlaku di Kawasan Batam.

BAB VIII

SUMBER PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN

Pasal 15

(1) Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam dapat mengusahakan sumber pendapatan sendiri untuk membiayai seluruh kegiatan usahanya.

(2) Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam dapat memperoleh sumber pendapatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(3) Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam wajib mengelola keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Setiap awal tahun anggaran, Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam harus menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Kawasan Batam dan disahkan oleh Dewan Kawasan.

(5) Setiap akhir tahun anggaran, Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam harus menyusun laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kawasan Batam yang disahkan oleh Dewan Kawasan.

Pasal 16

Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam dapat menerima sumber pembiayaan dalam bentuk pinjaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan persetujuan Dewan Kawasan melalui Pemerintah Pusat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN'

Pasal 17

Segala perjanjian, kesepakatan, kerjasama, hak dan kewajiban, pemberian ijin dan lain-lain yang telah dilakukan menurut kewenangan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam berdasarkan peraturan perundang-undangan dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-undang ini.

Pasal 18

(1) Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dinyatakan menjadi Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam.

(2) Struktur Organisasi, tugas, fungsi, dan wewenang Kepala Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (4) ditetapkan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan,

Pasal 19

(1) Semua asset Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam menjadi asset Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam.

(2) Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam bertanggung jawab dan wajib menjaga serta memelihara semua asset sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 20

Hak Pengelolaan lahan/tanah yang menjadi kewenangan Otorita Batam dialihkan kepada Badan Otorita Pengusahaan Kawasan Batam.

Pasal 21

Dengan berlakunya Undang-undang ini, semua ketentuan peraturan perundang-undangan dan lembaga atau instansi yang ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini, serta paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) tahun harus disesuaikan dengan Undang-undang ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Undang-undang ini mulai berlaku pada saat diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta,

Pada Tanggal ..PRESIDEN REPUBLIK INDONESIATtd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Ditetapkan Di Jakarta,

Pada Tanggal ..

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ttd.BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

www.hukumonline.com