8
PENDAHULUAN Darah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik berdasarkan kepercayaan saja maupun secara langsung kedalam pembuluh darah juga sudah lama pula dilakukan, paling tidak sejak abad pertengahan. Pada mulanuya, pemberian darah seperti ini dan yang kini dikenal sebagai transfuse tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak mempunyai indikasi yang jelas dan dilakukan secara sembarang saja. Tindakan ini lebih banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat kepercayaan, misalnya darah sebagai lambing kehidupan. Indikasi juga tidak jelas, Pelaksanaan juga tidak didasarkan atas pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu tidak heran bila pada masa itu banyak korban karena tindakan yang dilakukan secara sembarang ini, baik pada donor maupun pada penerima darah. Bahkan pernah ada suatu masa, tepatnya abad ke-17 dan 18, transfuse dilarang dilakukan di Eropa. Transfuse yang dikakukan secara yang benar, baru dilakukan pada pertengahan abab ke-19. Meskipun indikasi telah jelas, kesadaran akan sterilitas juga telah mulai diamalkan, kecelakaan transfusi tidak dapat dikurangi sampai serendah-rendahnya, walaupun telah jauh berkurang. Barulah di ahir abad ke-19 dan awal abad ke-20, fenomena ini dapat dipahami dengan jelas dan tepat, sehingga tindakan transfuse dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih aman. Pada masa itu, seorang dokter berkebangsaan Austria dan bekerja di new York, Karl Landsteiner, menemukan melalui sejumlah besar pengamatan, bahwa darah manusia yang berasal dari 2 orang yang berbeda tidaklah selalu dapat dicampur

utd.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PENDAHULUANDarah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik berdasarkan kepercayaan saja maupun secara langsung kedalam pembuluh darah juga sudah lama pula dilakukan, paling tidak sejak abad pertengahan. Pada mulanuya, pemberian darah seperti ini dan yang kini dikenal sebagai transfuse tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak mempunyai indikasi yang jelas dan dilakukan secara sembarang saja. Tindakan ini lebih banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat kepercayaan, misalnya darah sebagai lambing kehidupan. Indikasi juga tidak jelas, Pelaksanaan juga tidak didasarkan atas pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu tidak heran bila pada masa itu banyak korban karena tindakan yang dilakukan secara sembarang ini, baik pada donor maupun pada penerima darah. Bahkan pernah ada suatu masa, tepatnya abad ke-17 dan 18, transfuse dilarang dilakukan di Eropa. Transfuse yang dikakukan secara yang benar, baru dilakukan pada pertengahan abab ke-19. Meskipun indikasi telah jelas, kesadaran akan sterilitas juga telah mulai diamalkan, kecelakaan transfusi tidak dapat dikurangi sampai serendah-rendahnya, walaupun telah jauh berkurang. Barulah di ahir abad ke-19 dan awal abad ke-20, fenomena ini dapat dipahami dengan jelas dan tepat, sehingga tindakan transfuse dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih aman. Pada masa itu, seorang dokter berkebangsaan Austria dan bekerja di new York, Karl Landsteiner, menemukan melalui sejumlah besar pengamatan, bahwa darah manusia yang berasal dari 2 orang yang berbeda tidaklah selalu dapat dicampur begitu saja tanpa perubahan fisik apapun. Dalam perbanyakan pengamatan, percampuran darah yang berasal dari 2 orang yang berbeda akan menyebabkan timbulnya pengendapan sel-sel darah merah. Peristiwa pengendapan sel tersebut dinamai sebagai aglutinasi. Pengamatan selanjutnya memperlihatkan, bahwa peristiwa ini melibatkan SDM dan bagian cair dari darah, yaitu serum atau plasma. Serum seseorang tidak dapat mengendapkan SDM orang itu sendiri atau SDM yang berasal dari orang lain, yang bila darahnya dicampur dengan darah orang yang pertama, tidak menyebabkan pengendapan. Akan tetapi, bila darah dari 2 orang yang berbeda dicampur dengan aglutinasi terjadi, maka bila serum dari salah satu orang tersebut dicampur dengan SDM dari orang yang lainnya, akan terjadi aglutinasi terjadi. Secara skematis, fenomena tersebut dapat dilihat dalam table 7.1 berikut ini.Tabel 7.1 Aglutinasi SDM oleh serum dari orang yang berbeda SDM Orang 1 SDM Orang 2

Serum orang 1 (-) (+)

Serum orang 2 (+) (-)

@ GOLONGAN DARAH ABOPengamatan terhadap contoh darah yang berasal dari sejumlah besar orang yang menunjukan, bahwa ternyata SDM manusia dapat dikelompokkan dalam 4 golongan, yang dinamakan sebagai golongan A,B,AB dan O ( singkatan dari kata ohne, kata dalam bahasa jerman yang berarti tanpa). Dengan demikian, lahirnya system golongan darah ABO yang sangat terkenal luas itu. Dalam system golongan ABO ini, berlaku asas yang mengatakan bahwa serum seseorang tidak akan mengendapkan SDM orang itu sendiri serta SDM orang lain yang segolongan. Jadi, serum seseorang dengan SDM golongan A tidak akan mengagglutasikan SDM golongan A, baik berasal dari dirinya sendiri yang berasal dari orang lain. Sebaliknya, serum orang itu mengaglutasikan SDM golongan B. hal yang sebaliknya juga berlaku untuk serum dari seseorang dengan golongan darah B.Selain kedua golongan darah tersebut , ternyata ada golongan lain yang juga perlu diperhatikan. Ada orang dengan SDM yang dapat diaglutinasikan A dan B. golongan ke tiga ini dinamai golongan AB. Golongan darah yang ke empat juga mempunyai sifat yang istimewa, kebalikan dari golongan darah AB. Sel darah merah golongan ke empat ini tidak dapat diaglutinasikan oleh serum dari orang dengan SDM golongan A,B ataupun AB. Golongan ke empat inilah yang di namai golongan O.Sebaliknya, serum dari orang dengan SDM golongan O ini mampu mengendaapkan, baik SDM golongan A maupun SDM golongan B.Peran serum dalam golongan darah juga sangat penting. Oleh karena serum dari orang dengan SDM golongan A mempunyai agglutinin ( senyawa pengaglutinasi ) . Sebaliknya, seseorang dengan SDM golongan A mempunyai agglutinin . Orang dengan SDM golongan AB tidak mempunyai salah satu atau kedua agglutinin tersebut, sedangkan orang dengan SDM golongan O mempunyai kedua agglutinin tadi. Pada tabel 7.2 berikut ini, disajikan ikhtisar dari hubungan tersebut.

Tabel 7.2 jenis agglutinin pada golongan darah ABO Golongan A Golongan B Golongan AB Golongan O

Anti A ( + ) ( - ) ( + ) ( - )

Anti B ( - ) ( + ) ( + ) ( - )

Anti AB ( + ) ( + ) ( - ) ( - )

Penetapan golongan darah ini penting dilakukan, terutama dalam menghadapi keperluan transfusi. Untuk tujuan tersebut, golongan darah penerima ( resipien ) harus sama dengan golongan darah pemberi ( donor ). Selain itu, perlu pula di lakukan uji serasi silang ( cross match test ), yaitu uji aglutinasi antara serum resipien dengan SDM donor dan serum donor dengan SDM reispien. Kedua uji tersebut haruslah tidak menghasilkan aglutinasi.

@ DASAR MOLEKULER GOLOONGAN DARAH ABOPenggolongan darah menurut system ABO ini niscaya memilki dasar kimia atau molekul yang tepat, karena reaksi aglutinasi yang dihasilkannya sangat spesifik dan dapat diukir kekuatannya. Penyelidikan menunjukkan, bahwa penggolongan ini disebabkan oleh adanya perbedaan monosakarida ( ikatan beberapa monosakarida ) yang terikat ke protein serta glikolipid membrane SDM. Pada oligosakarida golongan darah A terdapat suatu turunan gula sederhana galaktosa, yaitu N-asetilgalaktosamin ( nacgal ). Pada oligosakaridagolongan darah B, kedudukan tersebut tidak di isi oleh Nacgal, tetapi oleh galaktosa ( gal ). Untuk jelasnya, perhatikan gambar 7.1 berikut ini.

Protein/glikolipid membrane NacG Gal Nacgal ( A ) Fuc Fuc: fukosa Protein/ g;ilolipid membrane NacG- Gal-Gal (B) Fuc Sebagian dari pada protein dan glikolipid SDM golongan AB, menngandundung oligosakarida dengan ujung N-astelgalaktosamin dan sebagian lagi mengandung oligosakarida dan ujung galaktosa. Pada protein dan glikolipid SDM golongan O, tidak terdapat baik N-asetilgalaktosamin maupun galaktosa . oligosakarida dari protein dan glikolipid golongan darah O hanya mengandung N-asetiglukosamin, galaktosa dan fukosa. Dengan kata lain, oligosakarida dari golongan darah O satu monosakarida lebih pendek dari pada oligosakarida A dan B.Pada dasarnya, perbedaan oligosakarida ini disebabkan oleh perbedaan enzim yang mengolah oligosakarida golongan O. Pada SDM golongan A, terdapat enzim N-aseatilgalaksotamin transferase yang mengikat asetil N-galaksotamin. Pada SDM golongan B, enzim ini tidak ada dan sebagai gantinya ialah enzim galaktosa transferase. Enzim ini akan mengakatkan galaktosa kegalaktosa yang sudah terikat dengan N-asetilglukosamin. Pada SDM golongan B, enzim ini tidak ada dan sebagai gantinya ialah enzim galaktosa transferase. Enzim ini akan mengaktan galaktosa ke galaktosa yang sudah terikat dengan N-asetilglokosamin. Kedua enzim ini terdapat pada individu dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua enzim ini.Eligosakarida golongan darah inii ternyata tidak hanya terdapat pada membrane SDM. Sebagian dari populasi, yaitu 78%, ternyata mensekresikan oligosakarida ini kedalam cairan sekersi mukosa, dalam bentuk terikat dengan protein (glikoprotein). Individuu yang mensekresikan oligosakargida golongan darah dinamakan secretor, sedangkan yang tidak mensekresikan dinamakan non-sekretor. Oligosakarida golongan darah ini dapat dijumpai dalam air liur, cairan saluran cerna lain, termasuk cairan empedu, air mata, ASI, keringat, air kemih dan juga dalam air mani. Akan tetapi , oligosakarida ini tidak terdapat dalam cairan serebrospinal ( cairan rongga otak dan susuna saraf pusat).@ KEGUNAAN PENENTUAN GOLONGAN DARAH ABOInformasi tentang golongan darah ABO seseorang mutlak diperlukan dalam keadaan yang berhubungan dengan transfuse darah, baik sebagai donor maupun sebagai resipien. Informasi ini lebih penting lagi bagi resipien dari pada bagi donor. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya dengan memriksa darahnya ke laboratorium.Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda (marker) genetic, yang ikut menjadi bagian dari identitas seseorang, selain itu, sifat secretor dan nonsecretor, yang juga ditentukan secara genetic sering kali diperlukan dalam masalah yang berhubungan dengan hokum, apakah itu sebagai bukti yang memperkuat atau memperlemah tuduhan terhadap tersangka. Untuk tujuan tersebut, informasi tentang golongan darah ABO serta keadaan sector maupun non-sector dari seseorang akan sangat membantu dan dapat dimanfaatkan. Selain itu, kedua tanda genetic ini dapat pula dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menyelesaikan sengketa-sengketa perkeberatan, seperti penetuan ayah atau ibu dari seorang anak.