Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENGURANGAN DENGAN ALAT PERAGA POHON
PENGURANGAN (POHRANG) SISWA KELAS I MI/SD
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
WINDI YANTI
NIM 11150183000051
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020
i
ABSTRAK
WINDI YANTI (11150183000051), Upaya Meningkatan Pemahaman Konsep Pengurangan dengan Alat Peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) Siswa Kelas I MI/SD. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari peningkatan pemahaman konsep dengan menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Penelitian ini dilakukan di SDN Sudimara 7 Ciledug, Tangerang pada tahun pelajaran 2019/2020. Pengumpulan data pemahaman konsep pengurangan dilakukan dengan menggunakan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemahaman konsep pengurangan siswa dengan menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG). Dengan nilai rata-rata kelas 81,4 pada siklus I dan 89,7 pada siklus II. Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) dapat meningkatkan pemahaman konsep pengurangan siswa.
Kata Kunci: Alat Peraga, Pohon Pengurangan (POHRANG), Pemahaman konsep
ii
ABSTRACT
WINDI YANTI (11150183000051), Efforts to Improve Understanding of
the Concept of Reduction with Reduction Tree Teaching Aids (POHRANG) for
Class I MI / SD Students. Essay, Department of Teacher Education Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State University
Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this research is to study the increase in understanding of
concepts by using the Tree Reduction Props (POHRANG). The method used in
this research is Classroom Action Research (CAR), which was conducted in 2
cycles. This research was conducted at SDN Sudimara 7 Ciledug, Tangerang in
the 2019/2020 school year. Data collection on understanding the concept of
reduction is carried out using tests.
The results showed that there was an increase in understanding of the
concept of reducing students by using the Tree Reduction teaching aid
(POHRANG). With an average grade of 81.4 in the first cycle and 89.7 in the
second cycle. The conclusion of this study is the learning of mathematics by using
the Tree Reduction teaching aids (POHRANG) can improve students'
understanding of the concept of reduction.
Keywords: Props, Tree Reduction (POHRANG), concept understanding
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah
memberikan segala rahmat, taufik, hidyaah dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan
pada umatnya yang selalu setia mengikuti petunjuknya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah skripsi yang berjudul: “Upaya Meningkatan Pemahaman
Konsep Pengurangan dengan Alat Peraga Pohon Pengurangan (POHRANG)
Siswa Kelas I MI/SD” dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis sangat
terbantu oleh semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi dan turut
membantu memberikan saran dan bimbingan, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag. selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK).
2. Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan motivasi dan arahan kepada
penulis.
3. Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd. Dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi, arahan dan semangat kepada penulis.
4. Bapak Dr. Fauzan M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan,
bimbingan, motivasi, dan sabar dalam membimbing peneliti sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Fatkhul Arifin M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan,
bimbingan, motivasi, dan sabar dalam membimbing peneliti sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah di Jurusan PGMI yang
telah memberikan bantuan dan dukungannya.
iv
7. Ibu Nadwah, S.Pd selaku kepala sekolah dan segenap dewan guru SDN
Sudimara 7 Ciledug, terutama Ibu Hj. Sri Mulyani S.Pd dan Ibu Yuniwal
Syarief S.Pd yang telah mengizinkan dan memberikan masukan selama proses
penelitian di sekolah tersebut.
8. Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Usman dan Ibunda Nurhayati
yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan,
baik moril maupun materil yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
9. Seluruh siswa kelas I.I SDN Sudimara 7 Ciledug Kota Tangerang Tahun ajaran
2019/2020 yang senantiasa belajar dengan baik selama proses pembelajaran.
10. Tri Anzani Ashari, Khairunnisa, Dinda Muzdalifah, Suci Ariani dan Risna
Pauziyanasari selaku sahabat seperjuangan di bangku kuliah yang selalu
memberikan dukungan, bantuan dan motivasi yang luar biasa.
11. Abdul Muti yang selalu memberikan semangat dan dukungannya sehingga
penulis bisa termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan PGMI 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu namun tidak mengurangi rasa persaudaraan kita. Semoga kita semua
dapat menggapai kesuksesan bersama.
13. GIGI FAMS yang selalu memberikan semangat yang luar biasa.
14. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. semoga
Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesainya skripsi ini. semoga semua kebaikannya dijadikan amal shaleh dan
senantiasa diberikan kemuliaan, Amin.
Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan tulisan ini. semoga karya kecil ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin ya robbal’alamin.
Tangerang Selatan, 18 Januari 2020
Penulis
Windi Yanti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian...................................................... 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian ....................................................................6
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................. 6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ..................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................... 8
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ................................................ 8
1. Pemahaman Konsep Matematika ......................................................... 8
2. Pembelajaran Matematika di MI/SD .................................................... 11
3. Operasi Hitung Pengurangan Matematika ............................................ 13
4. Media Pembelajaran, Alat Peraga dan Alat Peraga Pohon Pengurangan
(POHRANG) ....................................................................................... 14
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................. 21
C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 24
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 25
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 26
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ................................. 27
C. Subjek Penelitian ...................................................................................... 28
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................................ 28
E. Tahap Intervensi Tindakan ....................................................................... 29
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................................. 30
G. Data dan Sumber Data .............................................................................. 30
H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 30
I. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 31
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ........................................................ 32
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ........................................................... 34
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..................................................... 35
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................ 36
A. Profil Sekolah ........................................................................................... 36
B. Deskripsi Data .......................................................................................... 36
C. Analisis Data ............................................................................................ 66
D. Pembahasan ............................................................................................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 74
A. Kesimpulan .............................................................................................. 74
B. Implikasi dan Saran .................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian........................................................................ 26
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Pengurangan ............................ 32
Tabel 3.3 Uji Reabilitas ................................................................................ 33
Tabel 3.4 Daya Pembeda............................................................................... 34
Tabel 3.5 Arti Penguasaan yang Dicapai ....................................................... 35
Tabel 4.1 Hasil Observasi Guru Siklus I ........................................................ 44
Tabel 4.2 Hasil Observasi Siswa Siklus I ...................................................... 47
Tabel 4.3 Skor Pemahaman Siklus I .............................................................. 49
Tabel 4.4 Hasil Observasi Guru Siklus II ...................................................... 58
Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa Siklus II ..................................................... 61
Tabel 4.6 Skor Pemahaman Siklus II ............................................................. 62
Tabel 4.7 Hasil Observasi Guru Siklus I dan II.............................................. 66
Tabel 4.8 Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II ............................................ 67
Tbael 4.9 Hasil Tes Evaluasi Siklus I dan II .................................................. 69
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alat Peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) .......................... 20
Gambar 4.1 Hasil Pemahaman Terjemahan Siklus I ...................................... 50
Gambar 4.2 Hasil Pemahaman Penafsiran Siklus I ........................................ 51
Gambar 4.3 Hasil Pemahaman Ekstrapolasi Siklus I ..................................... 52
Gambar 4.4 Hasil Pemahaman Terjemahan Siklus II ..................................... 64
Gambar 4.5 Hasil Pemahaman Penafsiran Siklus II ....................................... 64
Gambar 4.6 Hasil Pemahaman Ekstrapolasi Siklus II .................................... 65
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 24
Bagan 3.1 Model Siklus Kurt Lewin ............................................................. 28
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Hasil Observasi Guru Siklus I dan II ......................................... 67
Diagram 4.2 Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II ........................................ 68
Diagram 4.3 Hasil Tes Evauasi Siklus I dan II .............................................. 70
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat
Lampiran 2 Hasil uji anates
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lampiran 5 Lembar wawancara dan observasi pra penelitian
Lampiran 6 Lembar observasi guru dan siswa
Lampiran 7 Hasil wawancara dan observasi pra penelitian
Lampiran 8 Hasil observasi guru dan siswa
Lampiran 9 Lembar soal
Lampiran 10 Hasil evaluasi siklus I
Lampiran 11 Hasil evaluasi siklus II
Lampiran 12 Dokumentasi
Lampiran 13 Uji referensi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa serta siswa dengan lingkungannya. Kegiatan pembelajaran di
SD adalah proses pertama siswa menggali kemampuan dasar sejak dini. Di
dalam kegiatan pembelajaran guru mempunyai peran penting untuk
mengimplementasikan suatu strategi pembelajaran agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya dalam Susanto tanpa guru, sebagus
dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa
diaplikasikan. “Keberhasilan suatu strategi pembelajaran akan tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik
pembelajaran”1. Guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang tepat
sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar siswa bisa memahami materi
tersebut dengan lebih mudah. Kenyataannya sekarang ini dalam kegiatan
pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan strategi pembelajaran
yang kurang tepat. Hadi dalam Dyahsih menyatakan bahwa proses
“pembelajaran matematika selama ini yang terjadi belum sesuai dengan
yang diharapkan yaitu masih berpusat pada guru.”2 Guru hanya menjelaskan
kemudian meminta siswa mencatat dan memberikan soal latihan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah tentang “prinsip pembelajaran adalah dari
guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar”3. Siswa tidak hanya mendapatkan informasi pembelajaran
1Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013, h. 32 2 Dyahsih Alin Sholihah, Ali Mahmudi, “Keefektifan Expperiential Learning Pembelajaran
Matematika MTS Materi Bangun Ruang Sisi Datar”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika 2 no.2, (2015), h. 175-185
3 Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016, h. 2
2
dari guru saja melainkan bisa mendapatkan informasi dari mana saja salah
satunya dari benda-benda yang ada di sekitarnya.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting dalam
pendidikan. Pada kurikulum SD diketahui bahwa “pembelajaran
matematika membangun kemampuan dasar yang kokoh tentang
pemahaman konsep, ide-ide, gagasan, aturan-aturan, logika dalam
matematika, menggunakan penalaran dan pembuktian untuk memecahkan
masalah kehidupan.”4 Dengan mempelajari matematika diharapkan siswa
mempunyai rasa ingin tahu, teliti, disiplin dan percaya diri. Namun
terkadang siswa masih mengganggap matematika itu sulit, tidak
menyenangkan dan bahkan menyeramkan karena tidak sedikit siswa yang
kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan matematika.
Ini mengakibatkan siswa sulit memahami suatu konsep matematika yang
telah dipelajari, rendahnya pemahaman konsep siswa juga karena terlalu
banyak materi yang harus difahami oleh siswa dengan alokasi waktunya
terbatas. “Programme For International Students Assesment (PISA) tahun
2015 melaporkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 63 dari 70 negara
untuk matematika”5 Ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa
di Indonesia masih tergolong rendah. Karena kajian matematika juga
bersifat abstrak siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan matematika Marti dalam Rostina berpendapat bahwa
“objek matematika yang bersifat abstrak tersebut merupakan kesulitan
tersendiri yang harus dihadapi peserta didik dalam mempelajari
matematika”6. Sedangkan pada usia MI/SD pembelajaran matematika harus
berdasarkan benda konkret. Menurut Piaget dalam Syamsu “masa ini berada
pada tahap operasi konkret, yang ditandai dengan kemampuan (1)
mengklasifikasikan (mengelompokkan) benda-benda berdasarkan ciri yang
4 Dyah Tri Wahyuningtyas dan Raddin, Nur Shinta, “Pelatihan Media Pembelajaran
Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013 Bagi Guru Sekolah Dasar di Gugus 9 Kecamatan Sukun Malang”, Jurnal Dedikasi 14, (2017), h. 8-11
5 Yeni Rachmawati, Ika Maylasari, Rini Sulistyowati, dkk, Potret Pendidikan Indonesia
Statistik Pendidikan 2018, (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2018), h. 4 6 Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 3
3
sama; (2) menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau
menghitung) angka-angka atau bilangan; dan (3) memecahkan masalah
(problem solving) yang sederhana.”7
Pemahaman konsep dalam matematika dimaknai sebagai
kemampuan yang berkenaan dengan memahami ide-ide matematika yang
meyeluruh dan fungsional. Bruner dalam Zubaidh berpendapat bahwa
“belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-
struktur serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur
tersebut. Menurut Bruner pemahaman atas suatu konsep beserta strukturnya
menjadikan materi itu lebih mudah diingat dan dapat dipahami lebih
komprehensif.”8 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika harus ditekankan pada pemahaman konsep yang baik agar siswa
bisa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan matematika dan
masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
"Menurut Heruman dalam matematika setiap siswa yang baru
memahami konsep abstrak maka perlu segera diberi penguatan, agar
mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat
dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk itu perlu dilakukan
pembelajaran secara langsung melalui perbuatan dan pengertian, bukan
hanya sekedar hafalan atau menngingat fakta saja, karena jika pembelajaran
hanya sekedar menghafal atau mengingat fakta saja akan mudah dilupakan
siswa”9 Pembelajaran matematika harus ditekankan pada pemahaman
konsep yang baik dan benar sehingga siswa dapat mengetahui konsep dan
menempatkan konsep untuk memecahkan masalah matematika.
Meningkatkan pemahaman konsep siswa dapat dilakukan dengan berbagai
cara bisa dengan menggunakan media atau alat peraga yang menarik,
menggunakan metode atau strategi yang menyenangkan sehingga siswa
7 Syamsu Yusuf, Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, cet. 1, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 61 8 Zubaidah Amir dan Risnawati, Psikologi Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2016), h. 105 9 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), h.2
4
lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. Dalam tahap awal pemahaman
konsep diperlukan aktivitas-aktivitas konkret yang mengantar siswa kepada
pengertian konsep dan diimplementasikan dalam suasana yang
menyenangkan, oleh karena itu peneliti merekomendasikan penggunaan
alat peraga pada materi pembelajaran matematika. Menurut Estiningsih
dalam Nasaruddin “alat peraga merupakan media pembelajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari”10 .
Berdasarkan observasi11 yang dilakukan peneliti di kelas I.I SDN
Sudimara 7 Ciledug Kota Tangerang guru belum maksimal dalam
melakukan proses pembelajaran terlihat bahwa guru belum menggunakan
media atau alat peraga yang inovatif untuk menyampaikan materi
pembelajaran, dan juga masih kurangnya fasilitas yang terdapat di sekolah
tersebut seperti belum adanya proyektor, kelas yang digunakan masih
bergantian. Guru lebih dominan menjelaskan materi dengan metode
ceramah, memberikan contoh dipapan tulis meminta siswa menyalinnya
dibuku tulis, memberikan latihan kemudian memberikan PR. Selain itu dari
31 siswa dikelas masih ada sekitar 25 siswa yang mendapatkan skor di
bawah rata-rata, terlihat siswa kesulitan pada saat mengerjakan soal yang
telah dipelajari ini disebabkan karena siswa belum memahami konsep
dasarnya.
Berdasarkan keterangan wali kelas12 kelas I.I SDN Sudimara 7, Kota
Tangerang dalam kegiatan pembelajaran guru jarang sekali menggunakan
alat peraga, karena keterbasan waktu dalam kegiatan pembelajaran guru
lebih sering menggunakan buku paket, dan kegiatan pembelajaran juga
hanya berlangsung biasa saja yaitu guru menjelaskan dan siswa
memperhatikan.
10 Nasaruddin, “Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika”, Jurnal al-
Khwarizmi III, ed. 2, (2015), h. 21-30 11 Observasi Pendahuluan pada pembelajaran tanggal 18-19 September 2019 di kelas I.I
SDN Sudimara 7 Ciledug Kota Tangerang 12 Wawancara pendahuluan dengan wali kelas kelas I.I SDN Sudimara 7 Ciledug Kota
Tangerang tanggal 16 September 2019
5
Dimana kegiatan belajar mengajar seperti ini kurang efektif
dilakukan karena siswa merasa cepat bosan dan kurangnya semangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran terlihat dari siswa yang masih berbicara
dengan temannya serta bercanda dengan temannya dan juga siswa terlihat
kesulitan menyelesaikan soal yang diberikan. Sehingga siswa kurang
memahami konsep dari materi yang dijelaskan oleh guru. Dengan alat
peraga siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran dan siswa bisa
lebih mudah memahami kajian matematika yang bersifat abstrak menjadi
yang lebih konkret. Alat peraga bisa meningkatkan dan mengarahkan
perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi
yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya dan menanamkan
konsep yang benar kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang
berkaitan dengan pemahaman konsep siswa terhadap materi pengurangan
dengan judul: “Upaya Meningkatan Pemahaman Konsep Pengurangan
dengan Alat Peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) Siswa Kelas I
MI/SD”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasikan area dan fokus penelitian sebagai berikut:
1. Siswa belum memahami konsep.
2. Kurangnya fasilitas di sekolah.
3. Strategi pembelajaran yang kurang tepat.
4. Siswa menganggap pelajaran matematika sulit.
5. Alat peraga digunakan untuk menjelaskan materi yang bersifat abstrak
menjadi lebih konkret.
6. Pembelajaran masih berpusat pada guru.
7. Guru belum menggunakan media atau alat peraga yang inovatif.
6
Agar masalah dalam penelitian dapat terarah dengan jelas maka
lingkup dalam permasalahan ini akan dibatasi hanya pada permasalahan
pemahaman konsep melalui alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG),
yaitu:
1. Penggunaan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) dalam materi
pengurangan.
2. Pemahaman Konsep matematika siswa kelas I.
3. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah tentang konsep dasar
pengurangan untuk kelas I.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian dan pembatasan
focus penelitian, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Apakah alat peraga
Pohon Pengurangan (POHRANG) dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa?”.
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas
maka peneliti merumuskan tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui
apakah alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) dapat meningkatkan
pemahaman konsep pengurangan siswa”.
Adapun Kegunaan penelitian ini di harapkan mampu memberikan
masukan secara teoritis dan praktis diantaranya, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memperkuat teori-teori pemahaman
konsep pelajaran matematika materi pengurangan dengan penerapan alat
peraga Pohon Pengurangan (POHRANG).
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, sebagai referensi dalam pembelajaran di kelas untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematika materi pengurangan.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
7
b. Bagi guru, dapat menjadi masukan dalam memperbaiki dan
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pelajaran matematika
materi pengurangan melalui penerapan alat peraga Pohon
Pengurangan (POHRANG).
c. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahaman
konsep pada pelajaran matematika materi pengurangan.
d. Bagi lembaga pendidikan atau sekolah yang terkait, hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi
peningkatan mutu pendidikan khususnya pada pelajaran matematika
materi pengurangan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep merupakan salah satu hal yang penting
sebagai dasar dalam pencapaian hasil belajar siswa. Pemahaman
menurut Bloom dalam Susanto diartikan sebagai “kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari”13. Selain itu
menurut Sierpinska dalam Fatqurhohman “pemahaman merupakan
suatu hal yang nyata sebagai pengalaman mental seseorang yang
potensial atau aktifitas kognitif yang berlangsung pada waktu yang
lebih panjang”14. Hamzah berpendapat pemahaman juga diartikan
sebagai “kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,
menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri
tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.”15
Berdasarkan definisi ini, pemahaman diartikan sebagai
kemampuan untuk menguasai atau menangkap makna dari setiap hal
atau materi yang dipelajari. Pemahaman merupakan salah satu tolak
ukur keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Konsep sangat penting untuk seseorang, karena dengan konsep
seseorang dapat berkomunikasi dengan sesama, kemudian juga dapat
berpikir, belajar, membaca dan lain sebagainya. Russeffendi dalam
Ruminda mengemukakan “konsep sebagai ide abstrak yang
memungkinkan kita mengklasifikasi objek-objek serta
mengklasifikasikan apakah objek-objek tersebut termasuk ke dalam ide
13 Susanto, op. cit., h. 6 14 Fatqurhohman, “Pemahaman Konsep Matematika Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Bangun Datar”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 4, no.2, (2016), h.127-133 15 Hamzah B. Uno, Sutardjo Atmowidjoyo dan Nina Lamatenggo, Pengembangan
Kurikulum Rekayasa Pedagogik dalam Pembelajaran, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018), h. 148
9
abstrak”16. Indrawan berpendapat “konsep adalah sebuah ide dari hasil
abstraksi berpikir suatu keadaan atau yang menjadi kajian sebuah
ilmu”17. Sedangkan menurut Dorothy J. Skeel dalam Nursid
Sumaatmadja “konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam
pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian”18.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep
adalah suatu pemikiran, gagasan atau pengertian dan
mengklasifikasikan objek-objek termasuk ke dalam bentuk abstrak atau
konkret.
Menurut Lestari dan Yudhanegara dalam Budi mengatakan
bahwa “kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan
menyerap dan memahami ide-ide matematika”19.
Menurut NCTM pemahaman matematik adalah menjelaskan
suatu konsep baik secara lisan dan tulisan serta mampu membuat
contoh yang berkaitan dengan konsep tersebut, kemudia mampu
mengubah penjelasan kedalam suatu konsep yang bisa berupa dengan
model, diagram dan simbol, serta mengubah suatu bentuk representasi
ke bentuk representasi yang lain, mengenal berbagai makna dan
interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan
mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep, bisa
membandingkan dan membedakan antara satu konsep dengan konsep
yang lain. 20
16 Ruminda Hutagalung, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Budaya Toba di SMP Negri 1 Itukka”, Jurnal
MES (journal of Mathematics Education and Science) 2, no. 2, (2017), h. 70-76 17 Rully Indrawan, Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
campuran untuk manajemen, Pembangunan, dan Pendiidkan (Revisi), (Bandung: Refika Aditama, 2017), h.11
18 Susanto, op. cit., h. 8 19 Budi Febriyanto, Yuyun Dwi Haryanti, Oom Komalasari, “Peningkatan Pemahaman
Konsep Matematis Melalui Penggunaan Media Kantong Bergambar Pada Materi Perkalian Bilangan Di Kelas II Sekolah Dasar”, Jurnal Cakrawala Pendas 4, no. 2, (2018), h. 32-44
20 Deka Purnama Sari, N. Nurochmah, H. Haryadi, S. Syaiturjim, “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Pendekatan Pembelajaran Student Teams Achivement
Division”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika 3, no.1, (2016), h. 16-22
10
Jadi pemahaman konsep matematika adalah kemampuan
menjelaskan gagasan yang konkret menjadi yang lebih abstrak dengan
kata lain siswa mampu menjelaskan materi matematika yang telah
dipelajari dengan bahasanya sendiri tanpa mengubah makna dari materi
tersebut. Pada pembelajaran matematika pemahaman matematis siswa
sangatlah penting, materi-materi yang telah disampaikan kepada siswa
bukan hanya untuk dihafalkan tetapi lebih dari itu, sehingga siswa dapat
memahami materi-materi yang telah disampaikan. Oleh karena itu
siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan
keterkaitan tersebut agar siswa lebih mudah memahami materi yang
akan diajarkan.
Berdasarkan Depdiknas dalam Vivi, ada beberapa indikator
yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menentukan apakah seseorang
sudah memahami konsep tersebut atau belum. Beberapa indikator
tersebut misalnya menyatakan ulang sebuah konsep seseorang bisa
dikatakan memahami konsep apabila dia bisa menjelaskan kembali
konsep tersebut, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu
(sesuai dengan konsepnya) yaitu seseorang bisa mengelompokkan
suatu objek sesuai dengan konsep yang telah dipelajari, memberi
contoh dan bukan contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu
dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur atau operasi tertentu.21
Indikator pemahaman konsep menurut Bloom sebagai
berikut:22
a. Penerjemaham (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi
abstrak menjadi suatu model. Misalnya dari lambang ke arti. Dengan
21 Vivi Utari, Ahmad Fauzan, Media Rosha, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Konsep Melalui Pendekatan PMR dalam Pokok Bahasan Prisma dan Limas”, Jurnal Pendidikan
Matematika, 1, no.1, (2012), h. 33-38 22 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV Alfabeta, 2011), h.157
11
penerjemaham ini siswa bisa mengartikan sebuah konsep materi
yang telah dipelajari.
b. Penafsiran (interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan
memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu
diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Dengan
penafsiran ini siswa mampu mengaitkan konsep materi yang telah
dipelajari dengan konsep materi yang akan dipelajari.
c. Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang
telah diketahui. Dengan ekstrapolasi ini siswa dapat menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dengan bahasanya sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penting dalam
pembelajaran, salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah
membantu siswa memahami konsep. Pemahaman konsep akan
berkembang apabila guru dapat mengeksplorasi topik pelajaran secara
mendalam dan memberi contoh yang tepat dan menarik dari suatu
konsep. Dalam penelitian ini pemahaman konsep yang digunakan
adalah pemahaman menurut Bloom, yaitu penerjemahan, penafsiran
dan ekstrapolasi.
2. Pembelajaran Matematika di MI/SD
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah antara guru
dengan siswa yang mengandung makna kegiatan belajar mengajar.
Dimana kegiatan belajar adalah dilakukan oleh siswa sedangkan
kegiatan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai “seperangkat peristiwa yang
dirancang untuk memprakarsai, menggiatkan dan mendukung kegiatan
belajar siswa (manusia yang belajar)”23 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa
23 Dina Gasong, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta, Deepublish, 2018), h. 5
12
“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”24
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
bertolak dari logika berfikir. Matematika berkaitan dengan logika, ide,
struktur, bentuk dan konsep yang berkaitan dan berhubungan satu
dengan lainnya. Matematika mengembangkan aspek kognitif
seseorang, mulai dari aspek pengetahuan hingga pada aspek aplikasi.
Dalam matematika, salah satu aspek kognitif yang akan dicapai adalah
pemahaman.
Menurut piaget anak berusia 7 sampai 11 tahun berada pada
tahap perkembangan kognitif operasional konkret dimana anak pada
usia tersebut berada pada kemampuan berpikir secara logis jadi anak
belum memahami sesuatu yang abstrak. Kemampuan-kemampuan baru
termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik pemikiran tidak
lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu
dibatasi oleh keegosentrisan.25
Menurut Bruner, dalam Wahab ada “tiga proses kognitif yang
terjadi dalam kegiatan belajar, yaitu: (1) proses perolehan informasi
baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.”26
Di dalam kegiatan pembelajaran ada kerjasama antara guru
dengan siswa dan keduanya harus sama-sama memahami dan berusaha
untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang telah ditentukan. Oleh
karena itu baik guru maupun siswa dalam proses pembelajaran harus
saling memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya untuk
keberhasilan belajar. “Pembelajaran matematika adalah suatu proses
24 Ni Nyoman Parwati, I Putu Pasek Suryawan dan Ratih Ayu Apsari, Belajar dan
Pembelajaran, (Depok: Rajawali Pers, 2018), cet. 1, h. 108 25 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 71 26 A. Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013),
h. 23
13
belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan
kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi matematika.”27
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang oleh guru untuk
menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa
melaksanakan kegiatan belajar.
3. Operasi Hitung Pengurangan Matematika
Pengurangan adalah kebalikan dari penjumlahan, biasanya
hasilnya akan lebih sedikit dari jumlah kumpulan benda yang dikurangi.
“Pengurangan bilangan bulat dapat diibaratkan sebagai penambahan
dengan lawan bilangan pengurangnya.”28
Contoh:
8 – 3 = 5, dan 15 – 12 = 3
Keterangan:
Lambang bilangan 8, 3 dan 5 merupakan sama-sama bilangan bulat
Lambang bilangan 15, 12 dan 3 merupakan sama-sama bilangan
bulat
Jadi, terbukti bahwa pada pengurangan berlaku sifat tertutup.
27 Susanto, op. cit., h.186-187 28 Tatang Herman, dkk, Pendidikan Matematika I, (Bandung: UPI Press, 2010), h. 17
14
4. Media Pembelajaran, Alat Peraga dan Alat Peraga Pohon
Pengurangan (POHRANG)
a. Media Pembelajaran
Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran, oleh
karena itu sebelum membahas lebih jauh tentang alat peraga akan
diuraikan pembahasan terhadap media pembelajaran terlebih dahulu.
Kata “media berasal dari Bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau
pengantar””29. “Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
(Association of Education and Communication Technology/AECT)
di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran
untuk proses transmisi.”30 “Menurut Briggs menyatakan bahwa
media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan
serta merangsang peserta didik untuk belajar.”31 Media dalam
pembelajaran adalah segala bentuk komunikasi yang dapat
digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi kepada siswa
agar siswa bisa termotivasi untuk belajar. Dengan menggunakan
media pembelajaran memudahkan guru untuk menyampaikan materi
dan siswa juga tidak merasa cepat bosan di dalam proses
pembelajaran.
Untuk itu, terdapat beberapa kriteria yang patut diperhatikan
dalam memilih media yaitu sebagai berikut:32
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Pemilihan media
hendaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di
capai.
29 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), h. 120 30 Gde Putu Arya Oka, Media dan Multimedia Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish,
2017), h. 4 31 Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 122 32 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), cet.2 ed.2, h.80-81
15
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip atau generalisasi. Media pembelajaran yang digunakan
harus tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.
3) Praktis, luwes dan bertahan. Media pembelajaran yang digunakan
harus tahan lama dan praktis sehingga mudah digunakan oleh
guru.
4) Guru terampil menggunakannya. Seorang guru harus terampil
menggunakan media pembelajaran yang dipilihnya sehingga
siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
5) Pengelompokan sasaran. Seorang guru harus bisa menyesuaikan
penggunaan media tersebut apakah cocok untuk digunakan secara
kelompok atau individu.
6) Mutu teknis. Pngembangan media visual harus memenuhi
persyaratan teknis tertentu.
Menurut Fathurrohman dan Sutikno fungsi media
pembelajaran adalah:33
1) Menarik perhatian siswa. Hendaknya media yang digunakan
dapat menarik perhatian siswa agar siswa senang dalam belajar
materi yang diajarkan
2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses
pembelajaran. Media yang digunakan harus praktis dan mudah
digunakan sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang
diajarkan
3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan). Media yang
digunakan harus menyajikan pesan secara jelas
33 Nining Setyowati, Bambang Eko Susilo, Masrukan, “Penggunaan Alat Peraga untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa pada Materi Peluang”, Jurnal Matematika Kreatif-
Inovatif 7, no. 1, (2016), h. 24-30
16
4) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif. Penggunaan
media dalam pembelajaran hendaknya membuat kegiatan
pembelajaran menjadi lebih komunikatif dan produktif.
5) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.
6) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar. Dengan
menggunakan media pembelajaran siswa tidak merasa cepat
bosan memperlajari materi tersebut.
7) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau
menimbulkan gairah belajar.
8) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam. Setiap siswa
mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda dengan
menggunakan media dapat mengatasi gaya belajar yang berbeda-
beda tersebut
9) Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Menggunakan media dalam pembelajaran
dapat membuat siswa lebih aktif melakukan.
b. Alat Peraga
“Alat peraga adalah benda atau alat-alat yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.”34 “Alat peraga
berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata
pelajaran dalam proses belajar mengajar”.35 “Ahli psikologi
Jeromene Bruner mengemukakan bahwa alat peraga memberikan
pengalaman konkret yang memudahkan siswa belajar, yaitu
mencapai penguasaan, mengingat dan memahami simbol-simbol
34 Imroatus Solichah, Alat Peraga untuk Pelajar Tunarungu Penggunaan Bentuk Dua
Dimensi Bangun Datar Pada Siswa Tunarungu, (Jawa Timur: Media Guru, 2014), h. 17 35 Suwardi, Masni Erika Firmiana, Rohayati, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga terhadap
Hasil Pembelajaran Mantematika pada Anak Usia Dini”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora 2, no.4, (2014), h. 297-305
17
yang abstrak”36. Jadi alat peraga adalah sesuatu yang bisa membantu
guru untuk menjelaskan kajian matematika yang bersifat abstrak
menjadi bersifat konkret agar siswa bisa lebih mudah memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Alat peraga membantu guru
menyampaikan konsep pembelajaran dengan lebih mudah sehingga
bisa meningkatkan pemahaman siswa dan bisa meningkatkan nilai
siswa.
Manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran
matematika, diantaranya adalah sebagai berikut:37
1) Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak
mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya dalam
mempelajari matematika semakin besar. Dengan perasaan yang
gembira anak akan mudah menerima materi yang diajarkan
sehingga bisa memberikan dampak yang positif terhadap
pembelajaran matematika tersebut.
2) Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk
konkret, maka siswa akan lebih mudah memahami dan mengerti
materi yang telah disampaikan oleh guru terutama pada kelas
rendah.
3) Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak
membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk
geometri ruang, sehingga melalui benda-benda konkret ataupun
gambar bisa membantu daya tiliknya dan pembelajaran juga bisa
lebih efektif.
36 Rusmawati, “Penggunaan Alat Peraga Langsung pada Pembelajaran Matematika dengan
Materi Pecahan sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Jurnnal Ilmu Pendidikan
Sosial, Sains dan Humaniora 3, no.2, (2017), h. 307-314 37 Tri Murddiyanto, Yudi Mahatma, “Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk
Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Sarwahita 11, no.1, (2014), h. 38-43
18
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat alat peraga
adalah sebagai berikut:38
1) Tahan lama, berarti alat peraga yang di buat menggunakan bahan-
bahan yang kuat yang tidak mudah robek ataupun rusak.
2) Bentuk dan warna menarik. Alat peraga harus memiliki bentuk
dan warna yang menarik agar siswa merasa tertarik dan senang
menggunakannya.
3) Sederhana dan mudah dikelola. Alat peraga yang di buat haruslah
sederhana dan mudah dikelola sehingga tidak memberatkan guru
dalam penggunaannya.
4) Ukuran sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak. Ukuran alat
peraga harus disesuaikan dengan ukuran fisik anak tidak terlalu
kecil atau pendek dan tidak terlalu besar atau panjang.
5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk riil,
gambar atau diagram. Alat peraga yang digunakan hendaknya
bisa membuat materi menjadi lebih riil dan konret agar siswa
lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
6) Sesuai dengan konsep matematika. Alat peraga yang digunakan
harus sesuai dengan konsep matematika yang dipelajari sehingga
lebih mudah penggunaannya.
7) Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas. Alat
peraga yang digunakan hendaknya bisa memberikan penjelasan
konsep sehingga siswa bisa lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.
8) Peragaan itu dapat menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir
abstrak siswa. Dengan penggunaan alat peraga tersebut
diharapkan bisa mengembangkan pemikiran siswa yang abstrak
menjadi lebih konkret.
38 Nasaruddin, op. cit., h. 24-25
19
9) Bila kita mengharapkan agar peserta didik belajar aktif
(individual atau berkelompok) alat peraga yang digunakan dapat
diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dan
dicopot (diambil dari susunannya). Agar siswa bisa mengalami
langsung tentang materi yang dipelajarinya sehingga siswa lebih
cepat memahami konsep materi yang diajarkan.
10) Kadangkala alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak).
Dalam satu jenis alat peraga terkadang bisa digunakan untuk
beberapa materi sehingga lebih banyak manfaatnya dan
memudahkan guru dalam menyampaikan materi-materi
tersebut.
Dari uraian di atas diharapkan dengan bantuan penggunaan
alat peraga dalam pembelajaran dapat memberikan solusi bagi guru
yang kesulitan mengajarkan materi pembelajaran kepada siswa, dan
juga agar siswa bisa menjadi lebih aktif di dalam proses
pembelajaran dengan penggunaan bantuan alat peraga dapat menarik
perhatian siswa sehingga siswa menjadi lebih mau tahu tentang apa
yang ia pelajari sehingga proses pembelajaran bisa lebih hidup dan
banyak interaksi antara siswa dengan guru.
c. Alat Peraga Pohon Pengurangan (POHRANG)
Alat peraga pohrang kepanjangan dari pohon pengurangan
yang merupakan pengembangan dari media pohon hitung. “Pohon
hitung merupakan suatu media pembelajaran yang berbentuk pohon,
dilengkapi dengan kantong dan kartu angka berbentuk buah-buahan
yang dapat dilepas pasangkan”39. Pohon pengurangan adalah alat
peraga yang berbentuk seperti pohon dengan kartu yang dibentuk
seperti buah. Alat peraga ini dibuat sendiri oleh penulis dan
39 Ockti Syafitri, Rohita dan Nila Fitria, “Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep
Lambang Bilangan 1-10 Melalui Permainan Pohon Hitung pada Anak Usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Harapan Bangsa”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora 4, no.3, (2018), h. 193-205
20
berfungsi untuk mengajarkan konsep operasi pengurangan
matematika kelas I. Alat peraga ini terbuat dari bahan sederhana
seperti sterofom dan karton. Materi pengurangan pada kelas I masih
berupa pengurangan tanpa teknik meminjam dan bukanlah termasuk
topik yang terlalu sulit untuk diajarkan di sekolah dasar, akan tetapi
dalam mengajarkan topik tersebut guru harus menggunakan alat
peraga pembelajaran yang benar, agar siswa lebih memahami materi
tersebut. Karena pada penelitian ini menggunakan alat peraga Pohon
Pengurangan (POHRANG) maka pemberian konsep ini
menggunakan alat peraga pohrang. Adapun bentuk jadi alat peraga
ini tampak seperti gambar berikut:
Gambar 2.1 Alat Peraga Pohon Pengurangan (POHRANG)
Ilustrasi penggunaan Pohon Pengurangan (POHRANG)
adalah sebagai berikut:
1) Dalam alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) ada dua
macam buah yaitu buah yang berwarna kuning berarti buah yang
sudah masak dan buah yang berwarna hijau berarti buah yang
belum masak
2) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok agar
mengerjakannya lebih mudah
3) Misalkan diberikan soal 25 – 12? Maka buah yang sudah masak
(berwarna kuning) digantungkan di pohon pengurangan sebanyak
21
25 buah kemudian buah yang belum masak (berwarna hijau)
digantungkan sebanyak 12 buah di atas buah yang sudah masak
kemudian dihitung sisa buah yang sudah masaknya (berwarna
kuning) ada 13 buah. Maka jawaban dari soal di atas adalah 13.
4) Misalkan diberikan soal 30 – 20? Maka buah yang sudah masak
(berwarna kuning) digantungkan di pohon pengurangan sebanyak
30 buah kemudian buah yang belum masak (berwarna hijau)
digantungkan sebanyak 20 buah di atas buah yang sudah masak
kemudian dihitung sisa buah yang sudah masaknya (berwarna
kuning) ada 10 buah. Maka jawaban dari sal di atas adalah 10.
5) Ulangi peragaan tersebut beberapa kali hingga siswa benar-benar
paham
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Erlina40 Jurnal Pinus tahun 2018 yang berjudul Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Mengurutkan Bilangan 1-10 Melalui Media Pohon
Hitung Anak Kelompok B Di TK Baptis Setia Bakti Kota Kediri.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa adanya
peningkatan presentase hasil rata-rata skor penelitian pada siklus I dan II,
dimana Siklus I mencapai 66,25% sedangkan siklus II presentase rata-rata
siswa menjadi 83,75%. Perbedaan penelitian Erlina dengan penelitian ini
adalah pada penelitian Erlina menggunakan media pohon hitung sedangkan
penelitian ini menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG)
yang merupakan pengembangan dari media pohon hitung dan juga pada
penelitian Erlina untuk meningkatkan kemampuan kognitif mengurutkan
bilangan sedangkan pada penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman
konsep pengurangan siswa.
40 Erlina, “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengurutkan Bilangan 1-10 Melalui
Media Pohon Hitung Anak Kelompok B Di TK Baptis Setia Bakti Kota Kediri”, Jurnal Pinus 3, no.2, (2018), h. 73-78
22
Fitri Marfuah, Hera Heru41 Jurnal AUDI tahun 2016 yang berjudul
Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Pada Anak Usia
Dini Menggunakan Media Pohon Hitung di Kelompok Bermain Pelangi
Aisyiyah Jumantoro. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat
bahwa melalui penggunaan media pohon hitung dapat meningkatkan
kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak usia dini, hal ini
dibuktikan bahwa adanya peningkatan pada siklus I ke siklus II meningkat
sebesar 25,03%, siklus II ke siklus III mengalami peningkatan 50, secara
keseluruhan kemampuan mengenal bilangan anak mencapai 95,83%.
Perbedaan penelitian Fitri Marfuah dan Hera Heru adalah pada penelitian
Fitri Marfuah dan Hera Heru menggunakan media pohon hitung sedangkan
penelitian ini menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG)
yang merupakan pengembangan dari media pohon hitung dan juga pada
penelitian Fitri Marfuah dan Hera Heru untuk meningkatkan kemampuan
mengenal bilangan pada anak usia dini sedangkan pada penelitian ini untuk
meningkatkan pemahaman konsep pengurangan siswa.
Ruminda Hutagalung42 Jurnal MES (Journal of Mathematics
Education and Science) tahun 2017 yang berjudul Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Guided
Discovery Berbasis Budaya Toba di SMP Negeri 1 Tukka. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematik sisiwa yang diajar melalui model PBM
memiliki rata-rata 0,7675 lebih tinggi daripada siswa yang diajar melalui
PK dengan rata-rata 0,2973 pada taraf signifikan 0,000. Perbedaan
penelitian Ruminda Hutagalung dengan penelitian ini adalah pada
41 Fitri Marfuah, Hera Heru, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Pada
Anak Usia Dini Menggunakan Media Pohon Hitung di Kelompok Bermain Pelangi Aisyiyah Jumantoro”, Jurnal AUDI 2, no.1, (2016), h. 1-8
42 Ruminda Hutagalung, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Budaya Toba di SMP Negeri 1 Tukka”, Jurnal
MES (Journal of Mathematics Education and Science) 2, no. 2, (2017), h. 70-77
23
penelitian Ruminda Hutagalung menggunakan pembelajaran Guided
Discovery Berbasis Budaya Toba sedangkan pada penelitian ini
menggunakan alat Peraga Pohon Pengurangan (POHRANG).
Novika Andhani, Epon Nur’aeni L43 Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar tahun 2019 yang berjudul Peningkatan Pemahaman Konsep
Operasi Hitung Pengurangan Bilangan Bulat melalui Alat Peraga Papan
Garis Bilangan. Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan terlihat bahwa
pemahaman siswa pada konsep operasi hitung pengurangan bilangan bulat
di kelas eksperimen dengan menggunakan alat peraga papan garis bilangan
lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol tanpa menggunakan
alat peraga papan garis bilangan, dengan nilai rata-rata 78,60 untuk kelas
eksperimen dan 66,54 untuk kelas kontrol. Perbedaan penelitian Novika
Andhani dan Epon Nur’aeni L adalah pada penelitian Novika Andhani dan
Epon Nur’aeni L menggunakan alat peraga papan garis bilangan sedangkan
pada penelitian ini menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan
(POHRANG).
Derar Serhat, Muhammed Syam Qasem AlMdallal44 International
Journal of Mathematics Treads and Technology tahun 2014 yang berjudul
The Effect of Using Concept Maps on Advancing Students’ Conceptual
Understanding of Euler Circuit. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terlihat bahwa adanya peningkatan pemahaman konsep siswa
dengan menggunakan peta konsep tentang konsep sirkuit Euler dengan nilai
rata-rata 0,73 sebelum dilakukan tindakan dan nilai rata-rata 1,92 setelah
dilakukan tindakan. Perbedaan penelitian Derar Serhat dan Muhammed
Syam Qasem AlMdallal dengan penelitian ini adalah pada penelitian Derar
43 Novika Andhani, Epon Nur’aeni L, “Peningkatan Pemahaman Konsep Operasi Hitung
Pengurangan Bilangan Bulat melalui Alat Peraga Papan Garis Bilangan”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Sekolah Dasar 6, no. 1, (2019), h. 1-8 44 Derar Serhat, Muhammed Syam Qasem AlMdallal, “The Effect of Using Concept Maps
on Advancing Students’ Conceptual Understanding of Euler Circuit”, International Journal of
Mathematics Treads and Technology 15, no. 1, (2014), h. 31-37
24
Serhat dan Muhammed Syam Qasem AlMdallal melihat pengaruh
penggunaan peta konsep untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa
sedangkan pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
konsep pengurangan siswa dengan alat peraga Pohon Pegurangan
(POHRANG).
C. Kerangka Berpikir
Secara singkat peran alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG)
dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa, dapat
disampaikan melalui bagan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran yang dilakukan di sekolah guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional biasanya guru menggunakan
metode ceramah kemudian mejelaskan dan memberi contoh soal.
Pembelajaran seperti ini kurang menarik bagi siswa dan pada akhirnya
siswa sulit memahami materi pelajaran dengan sulit memahami materi
pelajaran siswa mendapatkan nilai di bawah KKM, dalam hal ini tentang
materi pengurangan.
Dengan kondisi seperti ini maka perlu diadakan perubahan dalam
penyajian materi, apalagi pada pembelajaran matematika, agar materi
pembelajaran lebih mudah diserap siswa dan lebih mudah dimengerti oleh
1. Kajian Matematika Bersifat Abstrak
2. Masih Menggunakan Metode Konvensional yaitu Ceramah
3. Menghafal Konsep
Pemahaman Konsep Rendah
Penggunaan alat peraga
Pohrang
Pemahaman Konsep
Meningkat
25
siswa. Oleh karena itu peneliti ingin memberikan satu solusi yaitu dengan
menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) pada
pembelajaran matematika materi pengurangan. Alat peraga adalah sesuatu
yang bisa membantu guru untuk menjelaskan matematika yang bersifat
abstrak menjadi lebih jelas. Alat peraga ini di buat dengan semenarik
mungkin. Dengan menggunakan alat peraga siswa bisa merasakan, melihat
dan mengamati langsung. Dengan menggunakan alat peraga penulis
mengharapkan adanya perubahan dalam suasana pembelajaran, perhatian
dan konsentrasi belajar siswa, serta perolehan nilai siswa yang terus
meningkat yang akhirnya batas ketuntasan kriteria minimal dapat dicapai
bahkan dilampaui oleh siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran materi pengurangan dan
pemahaman konsep matematika di tingkat dasar maka dapat dipahami
bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan adanya suatu alat peraga. Di
mana dalam penelitian ini alat peraganya adalah Pohon Pengurangan
(POHRANG). Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini yaitu melalui pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sudimara 7 yang berada di Jl.
Raden Fatah No. 4 Kelurahan Sudimara Barat Kecamatan Ciledug Kota
Tangerang. Pada siswa kelas I.I dengan jumlah siswa 31 orang. Penelitian
ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019-2020.
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Mei
Juni
Juli
Agu
stus
Sept
embe
r
Okt
ober
Nov
embe
r
Des
embe
r
Janu
ari
1 Penyusunan proposal
skripsi
X X X X
2 Permohonan izin
penelitian
X
3 Pra tindakan X X
4 Pengumpulan data
siklus I
X
5 Refleksi tindakan X
6 Pengumpulan data
siklus II
X
7 Pengolahan data X
8 Penyusunan hasil
penelitian
X
9 Konsultasi pembimbing X X
27
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk mendapatkan suatu data. Secara
umum “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”45. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Kemmis dan Mc. Taggart
dalam Muslich berpendapat “PTK adalah studi yang dilakukan untuk
memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan
secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri”46. Rancangan
siklus penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kurt Lewin.
Kurt Lewin dalam Wina menjelaskan bahwa ada “empat hal yang harus
dilakukan dalam proses penelitian tindakan, yakni perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi”47. Berikut ini tahapan-tahapan yang harus dilakukan
dalam proses peelitian tindakan:
Tahap I: Perencanaan tindakan (planning) adalah suatu perencanaan dalam bentuk penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi pengamatan. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKPD), menggali informasi melalui guru kelas, mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi guru dan siswa Tahap II: Pelaksanaan tindakan (acting) adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai guru model dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHON PENGURANGAN) Tahap III: Observasi (observing) adalah pengamatan atas pelaksanaan proses pembelajaran di kelas secara bersamaan sebagai peneliti dan observasi terhadap perubahan perilaku siswa atas tindakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian. Peneliti diamati oleh observer yaitu wali kelas I.I. Tahap IV: Refleksi (reflection) adalah rekomendasi atas hasil evaluasi analisis data observasi belajar siswa guna ditindaklanjuti
45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2018), h.2 46 Manur Muslich, Melaksanakan PTK itu Mudah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 8 47 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media, 2016), h. 43
28
pada siklus berikutnya dengan berdiskusi dengan observer pada hasil pengamatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut.48
Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:49
Bagan 3.1
Model Siklus Kurt Lewin
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas I.I SDN
Sudimara 7 Kota Tangerang yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 19 siswa
perempuan dan 12 siswa laki-laki.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai pelaku tindakan
sebagai perancang dan pelaksana kegiatan, yaitu membuat perencanaan
kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil
48 Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h.26-
27 49 Tukiran Taniredja, Irma Pujiati, dan Nyata, Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis dan Mudah, (Bandung: Alfabeta, CV, 2013), h. 23
Observasi
Refleksi
Perencanaan Siklus I
Terus Menerus
Tindakan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Perencanaan Siklus II
29
penelitian. Peneliti berkolaborasi dengan wali kelas sebagai observer.
Sebagai observer yaitu memberi peniliaian terhadap peneliti dalam proses
pembelajaran berlangsung.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahap intervensi tindakan penelitian yang akan dilakukan selama
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Pendahuluan
a. Peneliti melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran
Matematika berlangsung
b. Peneliti melakukan wawancara dengan guru
c. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar Matematika dari hasil observasi awal
2. Siklus
a. Perencanaan tindakan
1) Merencanakan pembelajaran
2) Menentukan pokok pembahasan
3) Membuat rencana pembelajaran
4) Membuat instrumen penelitian
5) Menyiapkan sumber belajar
6) Mengembangkan bagian format observasi pembelajaran
b. Pelaksanaan tindakan
1) Melaksanakan proses pembelajaran
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran
c. Observasi
Melakukan observasi dengan mencatat proses pembelajaran yang
sedang berlangsung
d. Refleksi
1) Menganalisis data pada siklus I
30
2) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3) Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah tercapai dan yang
belum tercapai serta kekurangan atas permasalahan yang muncul
pada siklus I dan merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya
pemahaman siswa terhadap konsep pengurangan sebanyak 100% dengan
rata-rata kelas di atas 85 melalui penerapan alat peraga Pohon Pengurangan
(POHRANG) dalam pembelajaran matematika.
G. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data: terdapat dua buah data pada penelitian ini yaitu data tes dan non
tes. Data tes diperoleh dari tes hasil belajar dan data nontes dalam
penelitian ini berupa observasi, dokumentasi dan wawancara yang
dilakukan sebelum dan selama pembelajaran berlangsung.
2. Sumber data: sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas I.I SDN
Sudimara 7 Ciledug Kota Tangerang, peneliti, dan wali kelas I.I SDN
Sudimara 7 Ciledug Kota Tangerang sebagai observer.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, peneliti
menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
1. Lembar Tes
Lembar tes soal diberikan kepada siswa untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran.
31
2. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dan observasi kegiatan guru.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai bukti otentik dalam penelitian.
Dalam mendokumentasikannya peneliti dibantu oleh teman sejawat
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Lembar wawancara
Lembar wawancara disusun untuk menjadi pedoman peneliti saat
melakukan wawancara
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
dilakukan dengan cara tes dan non tes. “Tes merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh guru untuk mengukur prestasi belajar siswa”.50 Pada teknik
pengumpulan data melalui tes yaitu berupa soal dalam bentuk isian singkat
yang diujikan setiap akhir siklusnya.
Sedangkan teknik nontes yang didapatkan peneliti berupa observasi
dan wawancara. “Observasi adalah metode yang meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indra, dapat dilakukan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba dan pengecap”51. Teknik observasi digunakan untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
“Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada obyek penelitian dan mencatat atau merekam jawaban
yang di berikan.”52 Wawancara dilakukan dengan wali kelas untuk
mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran di kelas.
50 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 118 51 Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rajagrafiindo Persada, 2016), h. 12 52 Mahmud, Metode Penelitian Pendidik, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 173
32
Tabel 3.2
Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Pengurangan
No Indikator Dimensi Pemahaman Bentuk
soal
Jumlah
soal Translation Interpretation Ekstrapolation
1 Menerjemahkan
sebuah gambar
1 dan 2 Isian 2
2 Menghitung
pengurangan 1
angka dan 2
angka
3 dan 4 Isian 2
3 Menghitung
masalah yang
berkaitan
dengan
pengurangan
dalam
kehidupan
sehari-hari
5 dan 6 Isian 2
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Tes berupa uji
hasil belajar dan instrumen non tes berupa pedoman observasi untuk
mengamati aktivitas siswa dan guru ketika proses pembelajaran
berlangsung. Sebelum instrumen tersebut digunakan, peneliti menguji coba
soal-soal yang akan diberikan menggunakan uji validitas, reabilitas soal,
tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Uji Validitas
“Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Dalam Bahasa Indonesia valid disebut dengan
33
istilah sahih”53. Pengujian validitas soal ini menggunakan bantuan
ANATES Versi 4.
2. Uji Reabilitas
“Reabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada
subjek yang sama”54. Pengujian uji reabilitas soal ini menggunakan
bantuan ANATES Versi 4. Kriteria uji reabilitas adalah sebagai berikut:55
Tabel 3.3 Uji Reabilitas
Kriteria Keterangan
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Kurang
3. Uji Taraf Kesukaran
“Azwar mengatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal adalah
proporsi antara banyaknya peserta tes yang menjawab butir soal dengan
benar dengan banyaknya peserta tes.”56 Pengujian taraf kesukaran soal
ini menggunakan bantuan ANATES Versi 4.
Kriteria taraf kesukaran ditentukan sebagai berikut:57
a. Soal dengan P 0,00 sampai 0,15 adalah soal sangat sukar
b. Soal dengan P 0,15 sampai 0,30 adalah soal sukar
c. Soal dengan P 0,30 sampai 0,60 adalah soal sedang
d. Soal dengan P 0,60 sampai 0,85 adalah soal mudah
53 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),
h.80 54 Ibid,, h. 104 55 Ibid., h.101 56 Nani Hanifah, “Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal dan
Reabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata Pelajaran Ekonomi”, Jurnal Sosio e-Kons 6, no. 1, (2014), h. 41-55
57 Ibid., h.208
34
e. Soal dengan P 0,85 sampai 1,00 adalah soal sangat mudah
4. Daya Pembeda
“Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir soal
untuk membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan
perbedaan yang ada dalam kelompok itu.”58 Pengujian daya pembeda
soal ini menggunakan bantuan ANATES Versi 4.
Kriteria daya pembeda ditentukan sebagai berikut:59
Tabel 3.4 Daya Pembeda
Kriteria Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Pada penelitian ini analisis data observasi yang digunakan sebagai
berikut:
1. Analisis Data Observasi
Data observasi merupakan data yang didapat dari hasil observasi
tentang keterlaksananya pembelajaran matematika dengan menggunakan
alat peraga pohrang berdasarkan lembar observasi. Data yang diberi
tanda checklis akan diberikan skor 1. Cara menghitung presentase
skornya yaitu:60
P = 𝐹
𝑁 × 100%
P = presentase skor observasi tiap pertemuann
58 Bagiyono, “Analisis Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan
Radiografi Tingkat 1”, Jurnal Widyanuklida 16, no. 1, (2017), h.1-12 59 Ibid., h. 218 60 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h.43
35
F = frekuensi yang akan dicari presentasenya
N = Number pf Cases (Jumlah Frekuensi)
Tabel 3.5 Arti Penguasaan yang di capai
Presentase yang diperoleh Keterangan
90-100 Baik Sekali
80-89 Baik
70-79 Cukup
<70 Kurang
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Penelitian ini rencananya terdiri dari dua siklus, akan tetapi jika telah
dilakukan sampai siklus II namun hasilnya belum mencapai kriteria
keberhasilan yaitu peningkatan pemahaman konsep siswa materi
pengurangan dengan rata-rata kelas di atas 85 maka perlu adanya perbaikan
dengan melanjutkan ke tahap siklus selanjutnya. Penelitian ini akan
dianggap cukup jika telah berhasil meningkatkan pemahaman konsep
materi pengurangan dengan indikator yang telah ditentukan.
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mempersiapkan instrumen penelitian seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), soal tes isian pemahaman konsep materi pengurangan,
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan lembar observasi untuk guru dan
siswa.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) yang
dilakukan melalui dua siklus terhadap materi pengurangan kepada siswa
kelas I SDN Sudimara 7 Kecamatan Ciledug Kota Tangerang dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran menggunakan alat peraga Pohon
Pengurangan (POHRANG) dapat meningkatkan pemahaman konsep
pengurangan siswa yang terlihat dari perolehan rata-rata pemahaman
konsep siswa sebesar 81,4 dengan observasi harian guru 82,8% dengan
kategori baik dan observasi harian siswa 81,25% dengan kategori baik pada
siklus I intervensi yang diharapkan belum tercapai. Pada siklus II rata-rata
pemahaman konsep siswa sebesar 89,7 dengan observasi harian guru 94,7%
dengan kategori baik sekali dan observasi harian siswa 97,9% dengan
kategori baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II mengalami
peningkatan rata-rata nilai pemahaman konsep siswa, Observasi harian guru
dan observasi harian siswa. Hal ini sesuai dengan intervensi yang
diharapkan yaitu, indikator keberhasilan siswa kelas I SDN Sudimara 7
Ciledug mengalami ketuntasan pemahaman konsep pengurangan siswa
sebanyak 100% dengan rata-rata kelas di atas 85 Dengan demikian
penggunaan alat peraga Pohon Pengurangan (POHRANG) pada materi
pengurangan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.
B. Implikasi dan Saran
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga Pohon
Pengurangan (POHRANG) dapat meningkatkan pemahaman konsep dasar,
dalam penelitian ini yakni konsep dasar pengurangan. Dengan alat peraga
siswa dapat melihat langsung bagaimana cara mengerjakan materi
75
pengurangan tersebut. Apabila dalam kegiatan pembelajaran menggunakan
benda-benda yang konkret maka siswa akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkannya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu
pertimbangan bagi guru yang ingin meningkatkan kualitas proses
pembelajaran tentang pengurangan dengan menggunakan alat peraga Pohon
Pengurangan (POHRANG) karena penggunaan alat peraga pada usia
MI/SD sangat tepat dan efisien.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penelitian ini memberikan
manfaat kepada beberapa pihak, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Diharapkan sekolah dapat menyediakan fasilitas berupa alat dan bahan
pendukung untuk guru membuat alat peraga serta referensi teknik
mengajar yang lebih bervariasi.
2. Bagi Guru
a. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan alat peraga Pohon
Pengurangan (POHRANG) dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa materi pengurangan sehingga alat peraga ini bisa
digunakan untuk mengatasi masalah terkait dengan materi
pengurangan.
b. Diharapkan siswa terbiasa belajar dengan menggunakan alat
peraga lain yang lebih kreatif dan inovatif
3. Bagi Siswa
Materi pengurangan membutuhkan pemahaman siswa dalam
menguasai konsep dasarnya terlebih dahulu. Oleh karena itu sebelum
melanjutkan pada materi yang lebih tinggi penting untuk mempelajari
konsep dasar pengurangan terlebih dahulu.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai gambaran untuk menjadi guru
professional yang selalu melakukan penelitian untuk mengatasi
masalah yang ada di kelas dan diharapkan juga dapat menerapkan
beragam variasi alat peraga lainnya yang lebih inovatif dan kreatif.
76
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Zubaidah dan Risnawati. Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2016.
Andhani, Novika, Epon Nur’aeni L. Peningkatan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Pengurangan Bilangan Bulat melalui Alat Peraga Papan Garis Bilangan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6, no. 1. (2019).
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2016.
Bagiyono. Analisis Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan Radiografi Tingkat 1. Jurnal Widyanuklida 16, no. 1. (2017).
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.
Dwiantara, Gede Ardi, La Masi. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan
Matematika 4, no. 1. (2016).
Erlina. Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengurutkan Bilangan 1-10 Melalui Media Pohon Hitung Anak Kelompok B Di TK Baptis Setia Bakti Kota Kediri. Jurnal Pinus 3, no. 2. (2018).
Fatqurhohman. Pemahaman Konsep Matematika Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Bangun Datar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 4, no. 2. (2016).
Febriyanto, Budi, Yuyun Dwi Haryanti, Oom Komalasari. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Melalui Penggunaan Media Kantong Bergambar Pada Materi Perkalian Bilangan Di Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal
Cakrawala Pendas 4, no. 2. (2018).
Gasong, Dina, Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish. 2018.
Hanifah, Nani. Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal dan Reabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Sosio e-Kons 6, no. 1. (2014).
77
Herman, Tatang, dkk. Pendidikan Matematika I. Bandung: UPI Press. 2010.
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h.2
Hutagalung, Ruminda. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Budaya Toba di SMP Negri 1 Itukka. Jurnal MES (journal of Mathematics Education and
Science) 2, no. 2. (2017).
Indrawan, Rully. Poppy Yaniawati. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan campuran untuk manajemen, Pembangunan, dan Pendiidkan (Revisi). Bandung: Refika Aditama. 2017.
Jufri, A. Wahab Jufri. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. 2013.
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia. 2016. cet.2 ed.2.
Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016. Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. 2016
Mahmud. Metode Penelitian Pendidik. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Marfuah, Fitri, Hera Heru. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Pada Anak Usia Dini Menggunakan Media Pohon Hitung di Kelompok Bermain Pelangi Aisyiyah Jumantoro. Jurnal AUDI 2, no. 1. (2016).
Murdiyanto, Tri, Yudi Mahatma. Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Sarwahita 11, no. 1. (2014).
Muslich, Manur, Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. 2016.
Nasaruddin. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal al-
Khwarizmi III, ed. 2. (2015).
Observasi Pendahuluan pada pembelajaran tanggal 18-19 September 2019 di kelas I.I SDN Sudimara 7 Ciledug
Oka, Gde Putu Arya. Media dan Multimedia Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish. 2017.
Parwati, Ni Nyoman, I Putu Pasek Suryawan dan Ratih Ayu Apsari. Belajar dan
Pembelajaran. Cet.1. Depok: Rajawali Pers. 2018.
78
Rachmawati, Yeni, Ika Maylasari, Rini Sulistyowati, dkk, Potret Pendidikan
Indonesia Statistik Pendidikan 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2018.
Rusmawati. Penggunaan Alat Peraga Langsung pada Pembelajaran Matematika dengan Materi Pecahan sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains dan Humaniora 3, no.2. (2017).
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. 2011.
Sari, Deka Purnama, N. Nurochmah, H. Haryadi, S. Syaiturjim. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Pendekatan Pembelajaran Student Teams Achivement Division. Jurnal Riset Pendidikan Matematika 3, no. 1. (2016).
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media. 2016.
Serhat, Derar, Muhammed Syam Qasem AlMdallal. The Effect of Using Concept Maps on Advancing Students’ Conceptual Understanding of Euler Circuit., International Journal of Mathematics Treads and Technology 15, no. 1. (2014).
Setyowati, Nining, Bambang Eko Susilo, Masrukan. Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa pada Materi Peluang. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif 7, no.1. (2016).
Solichah, Imroatus. Alat Peraga untuk Pelajar Tunarungu Penggunaan Bentuk
Dua Dimensi Bangun Datar Pada Siswa Tunarungu. Jawa Timur: Media Guru. 2014.
Sholihah, Dyahsih Alin, Ali Mahmudi. Keefektifan Expperiential Learning Pembelajaran Matematika MTS Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika 2, no. 2. (2015).
Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidika. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2018.
Sundayana, Rostina. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta. 2013.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. 2013.
Suwardi, Masni Erika Firmiana, Rohayati. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga terhadap Hasil Pembelajaran Mantematika pada Anak Usia Dini. Jurnal Al-
Azhar Indonesia Seri Humaniora 2, no. 4. (2014).
79
Syafitri, Ockti, Rohita dan Nila Fitria. Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Lambang Bilangan 1-10 Melalui Permainan Pohon Hitung pada Anak Usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Harapan Bangsa. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri
Humaniora 4, no. 3. (2018).
Tampubolon, Saur. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2014.
Taniredia, Tukiran, Irma Pujiati, dan Nyata. Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis dan Mudah. Bandung: Alfabeta. CV. 2014.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.
Uno, Hamzah B, Nina Lamatenggo Teknologi Komunikasi dan Informasi
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.
Uno, Hamzah B, Sutardjo Atmowidjoyo dan Nina Lamatenggo. Pengembangan
Kurikulum Rekayasa Pedagogik dalam Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada. 2018.
Utari, Vivi, Ahmad Fauzan, Media Rosha. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan PMR dalam Pokok Bahasan Prisma dan Limas. Jurnal Pendidikan Matematika 1, no. 1. (2012).
Wahab, Rohmalina. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafiindo Persada. 2016
Wahyuningtyas, Dyah Tri dan Raddin, Nur Shinta. Pelatihan Nedia Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013 Bagi Guru Sekolah Dasar di Gugus 9 Kecamatan Sukun Malang. Jurnal Dedikasi 14. (2017).
Wawancara pendahuluan dengan wali kelas I.I SDN Sudimara 7 Ciledug Kota Tangerang tanggal 16 September 2019
Yusuf, Syamsu, Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. cet. 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011.