Upload
aup-malewa
View
164
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAMMENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
(Studi Di Kantor PEMKOT Malang)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat
Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan
Dalam Ilmu Hukum
Disusun Oleh :
YOAN NOVITA JIHAN
NIM. 0310103184
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALFAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG
2008
41
LEMBAR PERSETUJUAN
UPAYA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
(Studi Di Kantor PEMKOT Malang)
Disusun Oleh :
YOAN NOVITA JIHAN
NIM. 0310103184
Disetujui pada tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Agus Yulianto, SH., M.H Luthfi Effendi, SH., M.HumNIP: 131 573 915 NIP: 131 577 617
Mengetahui
Ketua Bagian
Hukum Administrasi Negara
Agus Yulianto, SH., M.HNIP: 131 573 915
i
2
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
(Studi Di Kantor PEMKOT Malang)
Disusun Oleh :
YOAN NOVITA JIHAN
NIM. 0310103184
Skripsi ini disahkan oleh Dosen Pembimbing Pada Tanggal …………………
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Agus Yulianto, SH., M.H Luthfi Effendi, SH., M.Hum
NIP: 131 573 915 NIP: 131 577 617
Ketua Majelis Penguji, Ketua Bagian
Hukum Administrasi Negara
Agus Yulianto, SH., M.H Agus Yulianto, SH., M.HNIP: 131 573 915 NIP: 131 573 915
Mengetahui
Dekan,
Herman Suryo Kumoro, SH., M.HumNIP: 131 472 741
ii
3
ABSTRAKSI
YOAN NOVITA JIHAN, Hukum Administrasi Negara, Fakultas HukumUniversitas Brawijaya, Pebruari 2008, Upaya Badan Kepegawaian Daerah DalamMeningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi di Kantor PEMKOTMalang), Agus Yulianto, SH., M.Hum; Luthfi Effendi, SH., M.Hum.
Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas mengenai masalahPelaksanaan Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang dalamMengupayakan Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di wilayah badanitu sendiri. Hal ini dilatarbelakangi ketentuan dalam UU RI No. 43/99 tentangPokok Kepegawaian yang mana untuk mencapai tujuan nasional diperlukanAparatur Negara sebagai penyelenggara. Untuk itu sangat diharapkan adanyaPegawai Negeri Sipil yang berkualitas. Disini penulis merumuskan masalah yangdihadapi yakni: 1) Upaya-upaya apa yang dilakukan BKD Kota Malang dalammeningkatkan prestasi kerja PNS? Dimana peningkatan prestasi kerja PNS inidifokuskan pada peningkatan kemampuan pegawai, pemberian motivasi dankejelasan atas peran. 2) Hambatan dan solusi yang dihadapi oleh BKD, yang manaterganjal oleh kurang sadarnya PNS akan kedisiplinan absensi. Sehinggapemberian sanksi sangat tepat di terapkan sebagai solusi. Tujuan dari penulisan iniadalah untuk bisa mendapatkan gambaran pasti mengenai permasalahan yangtelah dilakukan oleh BKD Kota Malang dalam pengupayaan peningkatan prestasikerja PNS. Metode penelitian yang digunakan adalah metode empiris dankemudian dianalisa secara deskriptif kuantitatif. Dengan demikian fenomena-fenomena yang ditangkap saat penelitian dideskripsikan secara kuantitatif untukmemperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Maka dalampenelitian ini digunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara danobservasi. Dari data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini terungkap bahwakeadaan Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malangsecara umum mempunyai prestasi kerja yang baik. Hal tersebut merupakan hasilpositif dari upaya yang telah dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah KotaMalang dalam meningkatkan prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang mana telahberlaku sesuai dengan aturan yang ditentukan.
Selanjutnya agar pegawai negeri sipil dapat bekerja dengan lebih baik,lancar dan tepat waktu maka upaya-upaya yang dilakukan oleh BadanKepegawaian Daerah perlu ditingkatkan lagi dan penerapan pendidikan danpelatihan maupun ijin belajar pun perlu untuk lebih ditingkatkan sehingga dapatmemaksimalkan kinerja Pegawai Negeri Sipil.
iii
4
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan hanya kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah memberikan rahmat dan karunia yang tiada henti hingga penulis dapat
sampai pada tahap ini, khususnya dengan selesainya skripsi ini.
Terimakasih yang mendalam juga penulis haturkan kepada Mama Mimi dan
Papa selaku orang tua yang begitu kuat dan memberikan dukungan serta inspirasi
yang tiada henti.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Herman Suryo Kumoro, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya Malang atas partisipasi memudahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Agus Yulianto, SH., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum
Administrasi Negara dan selaku Pembimbing Utama atas masukan-
masukannya dan bimbingannya yang sangat bermanfaat untuk penulis.
3. Bapak Luthfi Effendi, SH., M.Hum selaku pembimbing pendamping atas
kesabaran, ketelitian dan bantuannya sehingga skripsi ini bisa menjadi lebih
sempurna.
4. Pihak-pihak di Pengajaran yang telah memberikan informasi-informasi
penting mengenai skripsi.
5. My luvly Angelz (Ochie, Vhiet, Revi, Eq) yang selalu memberikan
dukungan, semangat dan selalu menjadi inspirasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini … Semoga kita bisa bersama selamanya…. Bisa
iv
5
bersenang-senag lagi … Thanx to great journey… that make me so
powerfull…
6. My Luvly Sista (Nen, Nana, Ita) atas dukungannya dan omelannya. Tapi
cukup membuat penulis ngebut menyelesaikan skripsi.
7. My luvly ‘RAT’ yang udah bangunin tiap pati berangkat ke kampuz…thankz
for your spirit. Buat ngerubah Joe jadi lebih baik…
Thanks udah nemenin masa-masa skripsiku yang berat dan membuatnya lebih
mudah….. Itz make me now you’re D’ best… lup ya….!
8. My Luvly Rere… yang buat semuanya berwarna….
9. LamBO… yang udah memberikan semangat untuk memulai semuanya…
skripsi and life….
10. Orang-orang ‘Mapla’ Ce’ Novi, Bowo, Tyas, Mas Huson, Yudi, Amon,
Ridho, Mario, Mas …. Etc) atas attentionnya … dan do’anya.
11. Orang-orang di “Puskrip” atas kehebatannya ngetikin skripsiku….
12. D’ people yang hidup di Bali (Eyi, Mapa Eya’, Baxco, Pcrnya Revi, Rina)
ataz great holiday…. that so wonderfull and make me get a great spirit to
finish this lesson…. We will meet againt.
13. All d’ people … angkatan 2003 (Hadi, Herdi, Jaka, Alvan, Bondan, Wido,
Untung, Devi, Vina, Sheila, Rina, Prima, Dewi, Sukma, Ninda, Nia, Eva,
Wida, Patri, Wava, Sigit, Vicky, Wira, Londo, Prima, Bombom, Erik K) dan
semua teman seangkatan, senasib, seperjuangan)… we gonna great
scholarship….
v
6
14. Bu Yeti atas bantuannya di BKD PEMKOT Malang sehingga penggarapan
skripsi ini lebih mudah dan makan siangnya dan info-info yang very
important.
15. Orang-orang BKD atas informasi dan datanya.
16. Bapak Penjaga Perpustakaan yang udah ngejagain buku-buku yang aku
perluin.
17. Pihak-pihak lain yang turut membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis yakin, skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, sehingga masukan
dan kritik akan selalu penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini.
Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam proses
pembuatan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun
tidak disengaja.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa mengampuni kesalahan kita dan berkenan
menunjukkan jalan yang benar.
Malang, Februari 2008
Penulis
vi
7
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
ABSTRAKSI ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Metode Penelitian ...................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
F. Sistematika Pembahasan ............................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Badan Kepegawaian ................................................ 11
B. Manajemen Kepegawaian .......................................................... 16
C. Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil .......................................... 18
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai
Negeri Sipil ................................................................................ 21
vii
8
BAB III METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian ......................................................................... 36
B. Pemilihan Lokasi ....................................................................... 37
C. Sumber Data .............................................................................. 37
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 39
E. Instrumen Penelitian .................................................................. 39
F. Analisis Data .............................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data ........................................................................... 41
B. Data Fokus Penelitian ................................................................ 58
C. Analisis dan Interprestasi Data .................................................. 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 91
B. Saran .......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Pegawai BKD Berdasarkan Golongan dan Sastra ............... 57
Tabel 2 Macam Insentif Yang Diberikan Kepada Pegawai di Lingkungan
BKD PEMKOT Malang ............................................................... 59
Tabel 3 Jenis Pelanggaran Pegawai Negeri Sipil Pada BKD PEMKOT
Malang tahun 2006-2007 .............................................................. 60
Tabel 4 Pendapat Pegawai Terhadap Insentif Yang Diberikan Atasan .... 61
Tabel 5 Jumlah Pegawai Di BKD Pemkot Malang Yang Mengikuti
Diklat struktural ........................................................................... 64
Tabel 6 Jumlah Pegawai Yang Mengikuti Tugas Belajar Di BKD
Pemkot Malang ............................................................................ 64
Tabel 7 Jumlah Pegawai Di BKD Pemkot Malang Yang Mengikuti
Diklat Teknis Fungsional ............................................................. 65
Tabel 8 Pendapat Pegawai Mengenai Pemberian Motivasi Oleh Atasan . 67
Tabel 9 Pendapat Pegawai Terhadap Jumlah Yang Dihasilkan ................ 68
Tabel 10 Pendapat Pegawai Terhadap Program Pendidikan Dan Latihan
Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kualitas Hasil Kerja ........... 70
Tabel 11 Pendapat Pegawai Terhadap Penetapan Kejelasan Atas Peran
Dapat Meningkatkan Kualitas Hasil Kerja .................................. 71
Tabel 12 Pendapat Pegawai Pada Pengaruh Pemberian Motivasi Terhadap
Kualitas Hasil Kerja ..................................................................... 72
Tabel 13 Pendapat Pegawai Terhadap Kualitas SDM ................................ 73
ix
10
Tabel 14 Pendapat Pegawai Pada Pengaruh Pemberian Motivasi Terhadap
Ketepatan Waktu Dalam Penyelesaian Pekerjaan ........................ 74
Tabel 15 Pendapat Pegawai Pada Pengaruh Pendidikan Dan Latihan
Kepegawaian Terhadap Kualitas Hasil Kerja .............................. 75
Tabel 16 Pendapat Pegawai Terhadap Waktu Yang Diperlukan Dalam
Menyelesaikan Tugas ................................................................... 77
Tabel 17 Pendapat Pegawai Mengenai Setelah Mengikuti Pendidikan dan
Latihan, Ketetapan Waktu Penyelesaian Pekerjaan Dapat
Tercapai......................................................................................... 78
Tabel 18 Pendapat Pegawai Mengenai Penetapan Kejelasan Atas Peran
dapat Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Pada Waktunya ............... 79
x
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang .... 56
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwasannya Pelaksanaan Pembangunan Nasional tergantung pada sumber
daya yang tersedia, termasuk yang paling dominan sumber daya manusia.
Dimana, sumber daya manusia ini merupakan pemikir, perencana dan pelaksana
pembangunan.
Dalam UU RI No. 43/1999 tentang Pokok Kepegawaian dikatakan bahwa:
Dalam rangka mencapai Tujuan Nasional untuk mewujudkanmasyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi diperlukan PegawaiNegeri yang merupakan aparatur negara yang bertugas sebagai abdimasyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata,menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaankepada Pancasila dan UUD 1945.
Manusia adalah subyek dan objek pembangunan. Sejalan dengan maksud
diatas bisa dilihat bahwa Pegawai Negeri sebagai aparatur yang merupakan
Sumber Daya Manusia yang memegang peranan penting dan sangat menentukan
karena Pegawai Negerilah pelaksana pemerintah yang merumuskan kebijaksanaan
Negara dalam rangka melancarkan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.
Lebih lanjut dikatakan oleh Kartasasmitha1 bahwa “Manusia adalah Sumber
Daya Pembangunan yang paling utama diantara Sumber Daya lain yang harus
terus menerus dibangun kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan
penggerak pembangunan”.
1 Kartasasmitha, G, 1996. Pengembangan SDM. Malang (H: 1)
1
2
Dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia, pembangunan aparatur
Negara sangatlah dibutuhkan. Hal ini disebabkan bahwa salah satu penunjang
kelancaran. Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional terutama
terletak pada kesempurnaan Aparatur Negara lebih khusus lagi ialah Pegawai
Negeri Sipil yang merupakan unsur terbesar dalam Aparatur Negara. Pegawai
Negeri Sipil disamping dituntut dan dibutuhkan dalam segi kuantitasnya yang
mencukupi juga ditujukan dengan prestasi kerja dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
Dalam UU RI No. 22/1999 tentang Pemda (otoda) menyebutkan : “Otoda
adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Jadi daerah diberi kewenangan
dan keleluasaan untuk melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat. Dalam penjelasan umum Undang-Undang ini juga
dinyatakan tujuan pemberian ekonomi berupa peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan
demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi
antar pusat dan daerah serta antar daerah dengan daerah dalam rangka menjaga
keutuhan NKRI. Ini berarti penyelenggaraan otoda dilaksanakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan,
keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah.
Dalam pelaksanaan otonominya daerah-daerah harus berpegang teguh pada
prinsip kewenangan otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab sebagaimana
3
yang dinyatakan dalam penjelasan No. 1 (b) UU RI No. 2 Tahun 1999 yang
menyatakan bahwa:
Kewenangan otonomi luas adalah kekuasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua
bidang pemerintahan kecuali kewenangan di bidang lainnya yang akan
ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dan yang dimaksud dengan
otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan
diperlukan, serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.
Dari pernyataan tersebut mengandung arti bahwa daerah otonom
mempunyai kewenangan dan tanggungjawab yang sangat besar dalam rangka
persiapan dan peningkatan kapasitas daerah guna membangkitkan kemampuan
menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat, serta meningkatkan
pendayagunaan potensial daerah secara optimal dan terpadu. Disamping itu untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna, penyelenggaraan pemerintahan dalam
hal ini tugas-tugas rutin, pelayanan publik serta tugas-tugas pembangunan.
Bahwasannya pelaksanaan Pembangunan Nasional tergantung pada Sumber
Daya yang tersedia, termasuk yang paling dominan Sumber Daya Manusia.
Dimana Sumber Daya Manusia ini merupakan pemikir, perencana dan
pelaksanaan pembangunan.
Perlunya peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil tercantum dalam
penjelasan umum UU RI No. 43/1999 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagai
berikut :
4
Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan
nasional sangat tergantung pada kesempurnaan Aparatur Negara. Khususnya
Pegawai Negeri karena itu, dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan
Nasional yakni mewujudkan madani yang taat hukum, berperadaban
modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai
Negeri yang merupakan unsur Aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi
masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata
kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila dan UUD 1945.
Dengan adanya peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil diharapkan dapat
diperoleh Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Negara, abdi Negara dan
abdi masyarakat yang dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggungjawab,
loyal terhadap Pancasila, UUD 1945, Negara, pemerintahan serta mampu
memotivasi diri agar diperoleh hasil kerja yang lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Disamping itu peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil juga diharapkan
dapat mendukung pelaksanaan administrasi Pemerintahan Kota sehingga dapat
berjalan efektif.
Sejalan dengan hal tersebut Badan Kepegawaian adalah staf yang berada
dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Walikota dalam
menyelenggarakan teknis dan administrasi Pemerintahan Kota.
5
Agar susunan organisasi dan tata kerja yang dimaksud dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, diperlukan adanya
pegawai untuk melaksanakannya
Dalam pelaksanaan tugas yang dimaksud, Pemerintah Kota melengkapi
struktur organisasi dan membentuk bagian tersendiri yang melaksanakan tugas
dibidang kepegawaian yaitu Bidang Kepegawaian.
Menurut Wursanto2 Bagian Kepegawaian pada organisasi Pemerintahan
mempunyai tugas membuat analisa yang meliputi:
1. Klasifikasi Jabatan (Job Classification)
2. Analisa Jabatan (Job Analisis)
3. Penilaian Jabatan (Job Evaluation)
4. Mengurus soal-soal perekrutan (Recruitment)
5. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pengembangan kepegawaian
6. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pembinaan kepegawaian
7. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan semangat kerja (morale) dan
disiplin pegawai.
8. Membuat program penggajian yang adil
9. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pemberian kesejahteraan
pegawai
10. Mengurus soal-soal yang berhubungan dengan pemberhentian.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa Bagian Kepegawaian
selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan pegawainya
2 Wursanto, IG, 1991. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta. (H: 13)
6
dalam rangka meningkatkan prestasi kerja mereka guna menjamin
terselenggaranya pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat secara
berdayaguna dan berhasil guna.
Dari gambaran mengenai kedudukan dan tugas yang dilaksanakan oleh
Bagian Kepegawaian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
upaya Bagian Kepegawaian Pemerintah Kota Malang dalam meningkatkan
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Dalam usaha untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan khususnya di Pemerintahan Kota
Malang sangat ditentukan kualitas pegawai yang berada didalamnya.
Namun demikian pada kenyataannya kemampuan aparatur pemerintah
khususnya Pemerintah Kota Malang masih kurang. Dalam arti prestasi kerja atau
kualitas pegawainya masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini
sebagaimana hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Dalam Negeri bekerjasama dengan Institut Ilmu Pemerintahan Tahun 1994/1995
tentang Pengembangan Karir Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota seperti
yang dikutip oleh Burhanuddin3 menyimpulkan :
a. Pegawai Negeri yang bekerja di Lingkungan Pemerintah Kota belum
mempunyai gambaran tentang masa depannya.
b. Pengelolaan administrasi Kepegawaian yang masih terbatas.
c. Akibat pengelolaan administrasi Kepegawaian di daerah masih tergantung dari
pusat.
3 Burhanuddin, 1995. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta. (H: 384)
7
d. Penempatan pegawai pada jabatan structural terdapat adanya dominasi dari
pimpinan yang memberikan kesan adanya subyektifitas pengangkatan
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas
Pegawai Negeri di Pemerintah Kota Malang pada umumnya masih terbatas,
mengingat betapa pentingnya kualitas Sumber Daya Pegawai Negeri Sipil dalam
pelaksanaan pembangunan, pemerintahan, pelayanan masyarakat dituntut untuk
selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai maka penulis
mengambil judul penelitian yaitu: “Upaya Badan Kepegawaian Daerah Dalam
Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Di Kantor Pemkot
Malang)”
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari hal tersebut maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah untuk
meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota
Malang?
2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi Badan Kepegawaian Daerah dalam
meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil dan bagaimana upaya
mengatasinya?
8
C. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode pendekatan empiris dengan pendekatan analisa deskriptif yang mana
metode ini bila dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai adalah memecahkan
masalah dengan cara menggambarkan keadaan obyek yang diteliti pada masa
sekarang dengan apa adanya sehingga dapat diketahui jelas bagaimana
pelaksanaan pengupayaan peningkatan prestasi kerja yang dilakukan Badan
Kepegawaian Daerah sebenarnya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 2 sumber
yaitu data primer yang didapat dari wawancara pada narasumber dan data
sekunder yaitu dari pengolahan pada bahan pustaka.
Adapun teknik-teknik yang dilakukan dalam rangka memperoleh data
sekunder adalah dengan cara interview, observasi dan dokumentasi.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan memperoleh gambaran tentang Upaya Peningkatan Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah
di Pemerintah Kota Malang.
2. Mengetahui, mendeskripsikan hambatan yang dihadapi oleh Badan
Kepegawaian Daerah dalam meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
di Lingkungan Pemerintah Kota Malang.
9
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi perkembangan Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum
Kepegawaian.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan input bagi Badan Kepegawaian Daerah
dalam meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat
berdayaguna dalam penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan
masyarakat.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi peneliti
lebih lanjut dengan kajian lebih mendalam di Bidang Kepegawaian
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika Pembahasan dalam penulisan ini terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan, yang menentukan uraian tentang Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Metode Penelitian, Tujuan Penelitian, dan
Sistematika Pembahasan.
BAB II : Tinjauan Pustaka, yang memuat teori yang berhubungan dengan
upaya Bagian Kepegawaian dalam meningkatkan Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil.
10
BAB III : Metodologi penelitian yang memuat tentang Jenis Penelitian, Fokus
Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen
Penelitian dan Metode Analisis
BAB IV : Hasil dan Pembahasan, yang memuat hasil penelitian berupa
gambaran umum objek studi uraian tentang Fokus Penelitian serta
Analisis dan Interpretasi Kerja.
BAB V : Penutup, Kesimpulan dan Saran yang memuat uraian tentang
kesimpulan umum dan saran berdasarkan pembahasan dan
permasalahan yang ada.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Budaya Kepegawaian
Menurut Handoko4 menjelaskan bahwa “Bagian Kepegawaian adalah
departemen pelayanan yang membantu para karyawan dari pimpinan organisasi”.
Sedangkan menurut Manullang5 Bagian Personalia adalah “Bagian urusan
pegawai merupakan “service department” yang membantu mengerjakan segala
masalah kepegawaian yang dihadapi oleh setiap pimpinan”.
Dengan demikian Bagian Kepegawaian adalah bagian yang menangani
masalah individu atau personal yang apabila hal ini diaplikasikan dalam
organisasi adalah mengenai para pegawai atau karyawan.
Berkaitan dengan hal ini maka Bagian Kepegawaian mempunyai peranan
yang sangat menentukan dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas
pegawainya. Hal ini dapat dimaklumi karena keberhasilan organisasi pemerintah
sangat dipengaruhi oleh aparatur pelaksananya.
Untuk keperluan itu Bagian Kepegawaian perlu menjalankan fungsi-
fungsinya yang menurut Jiwanto6 sebagai berikut :
1. Fungsi Managerial terdiri atas :
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pengarahan (Directing)
d. Pengawasan (Controlling)
4 Handoko, T, Hani. 1999. Manajemen Personalia dan SDM. Yogyakarta (H: 14)5 Manullang, 1984. Management Personalia. Jakarta (H: 25)6 Jiwanto, Gunawan, 1985. Management Personalia dan SDM. Yogyakarta (H: 7)
11
12
2. Fungsi Operasional terdiri atas:
a. Pengadaan Karyawan (Recruitment)
b. Training dan Pengembangan karyawan (Training and Development)
c. Balas jasa (Compensation)
d. Pengintegrasian pegawai (Integration)
e. Pemutusan Hubungan Kerja (Sparation)
3. Peranan atau kedudukan managemen personalia dalam pencapaian tujuan
organisasi secara terpadu.
Kemudian menurut Awig Dwi Sb. dan Marwan Asri7 menyatakan bahwa
salah satu fungsi utama bagian personalia ialah:
1. Merencanakan tenaga kerja atau pegawai
2. Mengorganisir pegawai dengan memberikan perincian tugas guna menghindari
ketidakjelasan pekerjaan.
3. Memberikan intensif kepada pegawai baik bersifat positif maupun negatif.
4. Pelaksanaan pengawasan, menilai pekerjaan, masa kerja, dan sebagainya yang
dijadikan dasar untuk pengembangan pegawai.
Dari pertanyaan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa fungsi yang
dijalankan oleh Bagian Kepegawaian meliputi fungsi Managerial dan Operasional
serta pengembangan prestasi pegawai. Dalam rangka pelaksanaan fungsi-fungsi
dimaksud perlu adanya uraian tugas sebagai ruang lingkup dan pedoman Kerja
Bagian Kepegawaian. Ruang lingkup ini menurut Mussanef8 meliputi:
7 S.B, Awig dan Marwan Asri, 1986. Pengelolaan Karyawan. Yogyakarta (H: 26)8 Mussanef, 1992. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta (H: 23)
13
a. Umum terdiri dari:
1. Penyusun rencana kerja
2. Pengadaan pegawai
3. Pengangkatan calon pegawai
4. Penilaian pelaksanaan kegiatan
5. Pengangkatan calon pegawai menjadi Pegawai Negeri Sipil
6. Penyusunan daftar susunan kepangkatan
7. Pendidikan dan latihan
8. Kenaikan pangkat
9. Kenaikan gaji berkala
10. Tunjangan-tunjangan
11. Mutasi jabatan
12. Mutasi biaya
13. Cuti
14. Pemberian penghargaan
15. Pembinaan kesejahteraan pegawai
16. Taspen
17. Pemberhentian
18. Pensiun.
b. Khusus
1. Pembinaan tenaga kekaryawanan atau perbantuan anggota ABRI
2. Penyelesaian kasus-kasus perorangan
3. Penggantian surat-surat yang hilang
14
4. Peninjauan masa kerja
5. Penyelesaian masalah-masalah kepegawaian yang bersifat kemanusiaan
6. Penyelesaian NIP, KARPEG dan TASPEN
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi
yang terdapat pada Bagian Kepegawaian sangat berkaitan dengan pemberian
motivasi, peningkatan kemampuan pegawai dan kejelasan atas peran.
Kebijakan dalam penyelenggaraan kepegawaian telah ditetapkan oleh
Presiden bersama DPR dalam bentuk Undang-Undang yaitu Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 pada pasal 1 yang dimaksud dengan :
Pegawai Negeri adalah mereka yang sudah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan dalam peraturan perUndang-Undangan yang berlaku, diangkat
oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau
diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan
perUndang-Undangan dan digaji menurut peraturan perUndang-Undangan yang
berlaku.
Kemudian macam-macam Pegawai Negeri diatur dalam ketentuan
berikutnya yaitu pada pasal 2 :
Pegawai negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah dan
c. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
15
Untuk dapat memahami macam-macam Pegawai Negeri Sipil ini dijelaskan
dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok
Kepegawaian sebagai berikut :
1. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga
Pemerintahan, Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Kesekretariatan,
Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah dan
Kepaniteraan Pengadilan.
2. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan suatu PerUndang-Undangan
diperbantukan pada badan lain seperti Perusahaan Umum, Yayasan, dan lain-
lain
3. Yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah Otonom.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pegawai Negeri
Sipil baik Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai
Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu dan diangkat oleh pejabat yang berwenang,
diserahi tugas tertentu serta gaji oleh Negara berdasarkan Peraturan perUndang-
Undangan yang berlaku.
Adapun Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
seluruh Pegawai Negeri Sipil yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Malang
yang meliputi :
16
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada daerah otonom.
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah yang ada di jajaran Pemerintah Kota Malang.
B. Manajemen Kepegawaian
Manajemen kepegawaian memegang peranan penting dalam organisasi
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam hal ini kegiatan manajemen kepegawaian meliputi kegiatan
perencanaan, pengelolaan dan pengawasan Pegawai Negeri Sipil. Sehingga
mereka dapat menjalankan tugasnya secara efisien dan efektif.
Sedangkan tugas manajemen Kepegawaian menurut Mussanef9 adalah:
a. Mendapatkan Pegawai yang cakap sesuai dengan kebutuhan organisasi
b. Menggerakkan pegawai untuk tercapainya tujuan organisasi
c. Memelihara dan mengembangkan kecepatan serta kemampuan pegawai untuk
mendapatkan prestasi kerja yang sebaik-baiknya.
Lebih lanjut Handoko10 menjelaskan bahwa “Manajemen Kepegawaian
adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan pembinaan Sumber
Daya Manusia untuk mencapai tujuan baik tujuan-tujuan individu maupun
organisasi”.
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen
Kepegawaian adalah segala yang berkenaan dengan pemberdayaan Sumber Daya
Pegawai dalam usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
9 Mussanef, 1992. Mussanef. Op.cid. (H: 24)10 Handoko, T, Hani. Op.cid (H: 24)
17
Selanjutnya dengan adanya manajemen Kepegawaian yang diselenggarakan
oleh Bagian Kepegawaian, pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil secara efektif dan
efisien dapat terwujud dan mampu menghasilkan pegawai dalam kuantitas dan
kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berkaitan dengan hal tersebut maka manajemen Kepegawaian yang dalam
pelaksanaannya harus dipenuhi syarat-syarat sebagai suatu ciri yang seharusnya
ada dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas bidang kepegawaian sebagai berikut :
a. Pelaksanaan manajemen Kepegawaian harus dilandasi suatu manajemen yang
berdasarkan ilmiah, yaitu mengandung unsur-unsur manajemen dalam
pelaksanaannya.
b. Pembinaan pegawai diarahkan ke produktifitas kerja yang dapat menimbulkan
efektifitas dan efisiensi kerja.
c. Pembinaan efektifitas dan efisiensi kerja kearah pengusahaan secara maksimal
dilakukan dengan jalan memberikan pendidikan dan latihan kerja. Hal ini
dilakukan baik pada permulaan maupun dalam rangka tugasnya untuk
pemupukan dan perkembangan technical skill dan managerial skill untuk
mewujudkan mental equipment rasa kesatuan dan keutuhan. Dimana perlu
diadakan pembinaan kesejahteraan sosial para pegawai dan keluarga serta
jaminan keamanan bekerja dengan baik selama bekerja maupun sebelumnya.
d. Penempatan pegawai berdasarkan prinsip “The right man on the right place”.
Dengan adanya prinsip tersebut diharapkan Bagian Kepegawaian dapat
menciptakan suasana kerja yang mendukung bagi para pegawai untuk
mengembangkan kemampuan mereka.
18
e. Pengambilan tindakan disiplin terhadap pegawai yang tidak menjalankan
tugasnya sebagaimana mestinya, sesuai dengan peraturan perUndang-
Undangan yang berlaku.
f. Bagi masing-masing pegawai diusahakan adanya pemeliharaan kesehatan fisik
dan mental.
g. Menciptakan dan memelihara hubungan baik antara atasan dan bawahan,
maupun antara para pegawai di lingkungan unit kerja mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Manajemen
Kepegawaian adalah :
a. Memanfaatkan secara optimal sumber tenaga pegawai dalam organisasi dengan
penempatan pegawai yang layak dan menjamin kerja yang efektif.
b. Kesemuanya mencakup kerjasama dengan mempertimbangkan hubungan antar
manusia dan kebutuhan perorangan serta kelompok. Sehingga setiap pegawai
terdorong untuk memberikan sumbangan yang terbaik bagi efektifitasnya
pelaksanaan pekerjaan.
C. Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
Bahwa keberhasilan dari organisasi sangat ditentukan oleh Prestasi Kerja
Pegawai. Dengan demikian maka pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan
untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai.
19
Dalam hal ini prestasi kerja menurut Nainggolan11 ialah “hasil yang dicapai
oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya”.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas, Soetomo12 menjelaskan
bahwa :
a. Prestasi Kerja adalah hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
b. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan,
pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negeri Sipil.
Berdasarkan pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja
Pegawai Negeri Sipil ialah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri Sipil
dalam melakukan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat
meningkatkan status pegawai yang bersangkutan.
Adapun ukuran prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan
menurut Dharma13 meliputi :
a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan
b. Kualitas yaitu mutu dihasilkan
c. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
Kemudian agar menjamin obyektifitas prestasi kerja pegawai, perlu
diadakan penilaian pelaksanaan pekerjaan dari para pegawai dalam suatu unit
organisasi.
11 Nainggolan, H. 1987. Pembinaan PNS. Jakarta. (H:123)12 Soetomo, 1985. Dasar dan Technique Research. Bandung. (H: 113)13 Dharma, Agus, 1985. Management Prestasi Kerja. Jakarta (H: 26)
20
Penilaian pelaksanaan pekerjaan menurut Moekijat14 adalah merupakan
“Suatu proses penilaian individu mengenai pelaksanaan pekerjaannya di tempat
kerja untuk memperoleh kemajuan secara sistematis”.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa menilai
prestasi kerja seorang pegawai adalah membandingkan hasil pekerjaan dengan
standar yang telah ditentukan organisasi mengenai baik dan tidaknya hasil
pekerjaan yang telah dicapai oleh pegawai tersebut. Untuk itu penilaian prestasi
kerja seseorang pegawai pada prinsipnya dapat dilihat dari tingkat kemajuan yang
telah dicapai.
Tingkat kemajuan tersebut dapat dilihat dari Daftar Penilaian Pekerjaan
(DP3), sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979.
Dalam DP3 telah ditetapkan unsur-unsur yang menjadi dasar-dasar penilaian
pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang meliputi: Kesetiaan, Prestasi
Kerja, Tanggungjawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa, dan
Kepemimpinan.
Berkaitan dengan hal itu Mussanef15 menyatakan bahwa tujuan penilaian
prestasi kerja pegawai adalah:
a. Untuk memperoleh bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan
pegawai.
b. Sebagai bahan pertimbangan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan,
pemindahan, kenaikan gaji berkala dan lain-lain.
14 Moekijat, 1995. Manajemen Personalia dan SDM. Bandung, (H: 99)15 Mussanef. 1992. Op.cid (H: 207-208)
21
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
Bahwasannya prestasi kerja pegawai mempunyai keterkaitan dengan hasil
kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas mereka, dan selanjutnya akan
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Sehubungan dengan hal dimaksud perlu diadakan pembinaan Pegawai
Negeri Sipil secara terus menerus sehingga mereka dapat mampu menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi diri sendiri maupun organisasi. Untuk itu pembinaan
Pegawai Negeri Sipil tidak dapat dipisahkan dari kedudukan mereka sebagai
manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan, kemampuan dan kepribadian yang
dapat dikembangkan.
Oleh karenanya Pembinaan Prestasi Kerja Pegawai harus dapat menyentuh
semua itu. Pada kenyataannya seorang pegawai dalam melaksanakan tugas
dipengaruhi beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri organisasi maupun
lingkungan.
Menurut T. Hani Handoko16 mengemukakan sebagai berikut :
Motivasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi
seseorang, dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan individu dan
pemahaman perilaku untuk mencapai prestasi yang tinggi yang disebut persepsi
peranan adalah saling berhubungan, jika bila salah satu faktor rendah maka
tingkat prestasi akan rendah walaupun faktor-faktor lainnya tinggi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja pegawai
didukung oleh adanya motivasi pegawai, kemampuan, dan kejelasan akan peran.
16 Handoko, T. Hani. 1999. Op.cid. (H: 251-252)
22
1. Motivasi
Motivasi menurut Hasibuan17 adalah “Pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai tujuan”.
Sedangkan menurut Moekijat18 motivasi diartikan sebagai “Dorongan
seseorang untuk mengambil tindakan karena orang tersebut ingin melakukan
demikian”.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi merupakan
keseluruhan pemberian daya penggerak kepada seseorang yang dalam hal ini
pegawai sehingga mereka mau bekerja lebih baik dan bergairah demi
tercapainya tujuan.
Didasari atau tidak motif manusia didasarkan atas kebutuhan baik
kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, sedangkan jenis-jenius
kebutuhan pegawai yang dapat mempengaruhi prestasi kerjanya menurut
Siagian19 dikemukakan sebagai berikut:
Seseorang dianggap mempunyai motivasi prestasi tinggi apabila dia
mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik dari yang lain dalam banyak
situasi. Ada tiga karakteristik kebutuhan yang menjadi pusat perhatiannya yaitu
prestasi, afiliasi dan kekuasaan. Dari ketiga kebutuhan ini telah terbukti
merupakan unsur-unsur penting yang ikut menentukan prestasi pribadi dalam
situasi kerja dan cara hidup.
Dari uraian diatas jelas dinyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi kerja adalah pemenuhan kebutuhan. Apabila kebutuhan
17 Hasibuan, S.P. 1987. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta (H: 158)18 Moekijat. Op.cid (H: 225)19 Siagian, Sondang, P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta (H: 189)
23
seorang pegawai terpenuhi maka akan dapat sangat memungkinkan motivasi
untuk berprestasi meningkat. Oleh sebab itu dalam organisasi diupayakan
pemenuhan kebutuhan menjadi skala prioritas utama.
Dengan demikian pegawai perlu diberikan motivasi agar mereka tetap
mempunyai minat untuk bekerja dengan baik dan perasaan puas terhadap
pekerjaan atau jabatan yang diembannya, keadaan yang demikian
memungkinkan seseorang pegawai dapat berprestasi lebih baik.
Dalam hal ini Bagian Kepegawaian berperan untuk memberikan motivasi
kepada para pegawai sehingga dapat bekerja lebih baik. hal ini sesuai dengan
pendapat Moekijat20 yang menyatakan “Bahwa fungsi personalia mempunyai
pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap motivasi pegawai dan
kepuasan”.
Dengan demikian pemberian motivasi pegawai pada dasarnya
membutuhkan pengetahuan mengenai karakteristik pegawai dalam organisasi
sehingga upaya pemberian motivasi tersebut dan akan bermanfaat secara
maksimal guna meningkatkan prestasi kerja pegawai.
Adapun wujud konkrit pada Pegawai Negeri Sipil adalah kenaikan
pangkat menurut Nainggolan21 ialah “Penghargaan yang diberikan atas
pengabdian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan terhadap Negara, selain
itu juga dimaksudkan sebagai dorongan kepada pra Pegawai Negeri Sipil untuk
meningkatkan pengabdiannya”.
20 Moekijat. Op.cid. (H: 143)21 Nainggolan, H. Op.cid (H: 184)
24
Dari pengertian tersebut kenaikan pangkat diharapkan secara implicit
menimbulkan suatu dorongan terhadap pegawai untuk lebih berprestasi karena
“Sistem Kenaikan pangkat yang dipergunakan juga mengacu pada system karir
dan system prestasi kerja”. Burhanuddin22
Adapun dasar kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah No. 12
Tahun 2002 sebagaimana dikutip oleh Ghufron23 kenaikan pangkat Pegawai
Negeri Sipil secara garis besar meliputi:
1. Kenaikan Pangkat Reguler adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada
seseorang Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan tanpa memperhatikan jabatan yang dipangkunya.
2. Kenaikan Pangkat Pilihan adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada
seseorang Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan struktural ataupun
jabatan fungsional tertentu yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
3. Kenaikan Pangkat sebagai penyesuaian ijasah adalah kenaikan pangkat yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh tanda tama belajar
ijasah atau akte.
Selain kenaikan pangkat tersebut atau saja masih banyak jenis kenaikan
pangkat yang disesuaikan dengan kebutuhan, seperti kenaikan pangkat
istimewa yang diberikan kepada pegawai karena prestasinya yang luar biasa
atau menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan Negara.
22 Burhanuddin. A. Op.cid. (H: 74)23 Ghufron, Ahmad. 1991. Manajemen Kepegawaian. Jakarta (H: 63)
25
Dengan demikian kenaikan pangkat bagi seorang Pegawai Negeri Sipil
merupakan prestasi kerja yang dicapai dengan baik, yang aman hal itu
dibuktikan lewat Daftar penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP 3). Selain itu
kenaikan pangkat bentuk motivasi yang lain diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil adalah Mutasi Pegawai.
Mutasi atau perpindahan pegawai dimaksudkan untuk memberikan
tambahan pengalaman kerja kepada pegawai serta menghindari kejenuhan
kerja, disamping itu merupakan salah satu bentuk pembinaan pegawai. Mutasi
pegawai dapat dilakukan dari suatu jabatan lain atau dari suatu tempat ke
tempat lain atau sebagai promosi suatu jabatan yang lebih tinggi. Tujuan dari
mutasi pegawai menurut Musanef24 meliputi:
1. Peningkatan Produktifitas.
2. Pendayagunaan Pegawai.
3. Pengembangan Karir.
4. Penambahan tenaga ahli pada unit yang membutuhkan.
5. Pengisian jabatan-jabatan yang lowong.
6. Sebagai hukuman.
Kemudian Burhanuddin25 mengatakan bahwa mutasi adalah “Untuk
mendapatkan tenaga kerja yang cukup pada kedudukan yang tepat pada situasi
yang berbeda dan mencegah kejenuhan kerja pegawai”.
Dengan demikian tujuan mutasi adalah untuk meningkatkan kemampuan
melalui pengembangan pengetahuan yang dilakukan melalui pemberian
24 Mussanef, Op.cid. (H: 148)25 Burhanuddin, A. Op.cid. (H: 198)
26
motivasi kepada para Pegawai berupa perpindahan dalam jabatan atau
perpindahan wilayah kerja.
Disamping itu dengan adanya mutasi diharapkan adanya inovasi baik
yang bersifat meneruskan program yang telah ada maupun adanya
pembaharuan. Sehingga menimbulkan suasana baru pada organisasi yang
sekaligus wadah untuk meningkatkan prestasi pegawai.
2. Kemampuan Pegawai
Berkaitan dengan kelancaran suatu pekerjaan dibutuhkan adanya
kemampuan demikian juga dalam organisasi dimana kemampuan anggota
sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan operasional.
Berkaitan dengan hal ini kemampuan menurut S.P Siagian26 bahwa
“Kemampuan yang ditunjukkan oleh para anggota organisasi hanya sebagai
potensi yang terdapat dalam dirinya”.
Menurut Rao27 mengatakan bahwa “Seseorang yang mampu mungkin
hanya membutuhkan usaha sangat sedikit untuk mencapai prestasi kerja tinggi,
sedangkan seorang lain dengan kemampuan rendah mungkin harus berusaha
keras untuk menghasilkan tingkat keluaran rata-rata sekalipun”.
Kemudian Rao28 menyimpulkan bahwa kemampuan yang harus dimiliki
pegawai agar dapat berprestasi meliputi:
1. Pengetahuan tentang pekerjaan mencakup pengetahuan, pengertian,
ketelitiannya mengenai asas-asas, kritik-kritik, kebijaksanaan, prosedur dan
pengembangan terakhir berkaitan dengan fungsi –fungsi dan bidang-bidang
26 Siagian, Sondang. P. Op.cid. (H: 147)27 Rao, T.V. 1996. Penilaian Prestasi Kerja Teori dan Praktek. Jakarta (H: 42)28 Ibid (H: 198)
27
yang ada kaitannya. Kemampuan menerapkan pengetahuannya kepada
situasi-situasi yang praktis.
2. Keterampilan merencanakan merupakan kemampuan untuk
menvisualisasikan semua segi pekerjaan menduga kemungkinan-
kemungkinan dan merencanakan secara sistematika seperangkat tindakan
dan cara bertindak untuk mencapai sasaran.
3. Keterampilan mengorganisasi merupakan kemampuan untuk mengarahkan
mengkoordinasikan dan memadukan sumber daya menyelesaikan tugas dan
pendelegasian tanggung jawab dan wewenang yang sesuai.
4. Kemampuan berhubungan antara pribadi dan kelompok. Kemampuan untuk
bekerja yang harmonis dengan atasan, rekan sebaya dan bawahan baik
secara perseorangan maupun dalam kelompok.
Dengan demikian kemampuan pegawai dapat dilihat dari pengetahuan
dan keterampilan yang ada pada diri pegawai tersebut dalam menjalankan
setiap tugasnya dengan baik. modal pengetahuan dan keterampilan tersebut
pada umumnya dimiliki oleh para pegawai yang berpendidikan dan
berpengalaman dalam pekerjaannya.
Dalam kaitannya dengan kemampuan kerja, pengalaman juga merupakan
bagian dari kemampuan yang juga tidak kalah dengan faktor pendidikan.
Karena pada dasarnya pengalaman juga merupakan potensi yang ada pada diri
seseorang pegawai, maka pengertian pengalaman disini lebih ditujukan pada
pelajaran yang diperoleh seseorang dalam bekerja atau menekuni
pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa orang yang memiliki masa
dinas atau masa kerja tertentu pula dalam jabatan yang didudukinya. Dengan
28
kata lain semakin lama seseorang menduduki jabatan maka semakin banyak
pengalaman yang diperoleh dalam jabatan tersebut.
Dalam kaitannya dengan kemampuan, pendidikan dan pelatihan pegawai
merupakan bidang penting dalam pembinaan pegawai. Dimana kedudukannya
dapat langsung mempengaruhi pegawai yang diinginkan.
Dalam rangka pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang berdasarkan pada
sistem karir dan system prestasi kerja, pendidikan dan pelatihan merupakan
salah satu aspek yang perlu ditangani secara terus menerus dan terencana.
Sebelum lebih lanjut membahas tentang pendidikan dan latihan maka
perlu diketahui pengertian dari pendidikan dan pelatihan terdahulu. Menurut
Mussanef29 mengemukakan bahwa:
Pendidikan Pegawai Negeri adalah pendidikan yang dilakukan bagi
Pegawai Negeri untuk meningkatkan kemampuannya sesuai dengan tuntutan
persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Sedangkan
latihan Pegawai Negeri adalah bagian dari pendidikan yang dilakukan bagi
Pegawai Negeri untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya sesuai
dengan tuntutan persyaratan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri dimana yang
bersangkutan ditempatkan.
Sedangkan pasal 1 Undang-Undang No 14 tahun 1994 menyatakan
bahwa “Pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil adalah
penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan jabatannya”.
29 Mussanef, Op.cid. (H: 155)
29
Selain itu tujuan pendidikan dan pelatihan jabatan seperti dikutip oleh
Burhanuddin30 antara lain adalah:
1. Meningkatkan pengabdian.
2. Menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang lebih baik.
3. Membina karir Pegawai Negeri Sipil.
Sedangkan seperti dikutip oleh Saleh31 mempunyai tujuan:
1. Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada
Pancasila, UUD 1945, Negara dan Republik Indonesia.
2. Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki
wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas umum pemerintah
dan pembangunan.
3. Memantapkan semangat pengabdian dan berorientasi pada pelayanan,
pengayoman dan pengembangan partisipasi masyarakat.
4. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan atau keterampilan serta
pembentukan sedini mungkin kepribadian Pegawai Negeri Sipil.
Namun demikian dari pendidikan dan pelatihan berguna untuk
meningkatkan kemampuan pengabdian, keterampilan serta pembinaan karir
pegawai sehingga dapat bekerja efisien dan efektif.
Berdasarkan ketentuan tersebut pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri
Sipil terbagi atas:
30 Burhanuddin, A. Op.cid. (H: 195)31 Saleh. K. Wantjik, 1994. PP No. 14 Tahun 1994. Tentang Pendidikan dan Latihan
Jabatan (H: 5)
30
1. Pendidikan dan pelatihan prajabatan.
2. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan.
Pendidikan dan pelatihan prajabatan adalah pendidikan dan pelatihan
yang dipersyaratkan dalam pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan
pendidikan dan pelatihan dalam jabatan adalah pendidikan dan pelatihan yang
diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan pelatihan dalam
jabatan tersebut terdiri dari:
1) Pendidikan dan Pelatihan Struktural
Pendidikan dan pelatihan Struktural adalah pendidikan dan pelatihan
yang dipersyaratkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan
struktural. Pendidikan dan Pelatihan Struktural ini terdiri atas:
a. Pendidikan pelatihan staf dan pimpinan Administrasi Dasar Umum yang
selanjutnya Pendidikan dan Pelatihan ADUM, yaitu pendidikan dan
pelatihan yang dipersyaratkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang terpilih
dan memiliki kemampuan untuk diangkat dalam jabatan struktural
eselon V.
b. Pendidikan dan Pelatihan staf dan Pimpinan Dasar Umum Tingkat
Lanjutan (ADUMLA), yaitu pendidikan dan pelatihan yang diberikan
bagi pejabat eselon IV atau pejabat eselon V yang potensial dan
dipersiapkan untuk menduduki jabatan eselon IV.
c. Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Pertama
(SPAMA) yaitu pendidikan dan pelatihan yang diberikan bagi pejabat
eselon IV yang potensial dan dipersiapkan untuk menduduki eselon III.
31
d. Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan administrasi tingkat
menengah (SPAMEN) yaitu pendidikan dan pelatihan yang
dipersyaratkan bagi pejabat eselon II atau pejabat III yang potensial dan
dipersiapkan untuk menduduki jabatan eselon II.
e. Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tinggi
(SPATI) yaitu pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan bagi
Pegawai Negeri Sipil yang telah menduduki jabatan struktur eselon II
dan terpilih serta memiliki kemampuan untuk diangkat dalam jabatan
struktural eselon I.
2) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional
Pendidikan dan Pelatihan fungsional adalah pendidikan dan pelatihan
dan pelatihan yang diselenggarakan bagi Pegawai Negeri Sipil yang akan
dan telah menduduki jabatan fungsional. Pendidikan dan Pelatihan
fungsional dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tingkat jabatan
fungsional yang bersangkutan.
3) Pendidikan dan Pelatihan teknis
Pendidikan dan Pelatihan teknis adalah pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan untuk memberi keterampilan atau penguasaan di bidang
teknis tertentu kepada seorang Pegawai Negeri Sipil, agar ia mampu untuk
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya yang dibebankan kepadanya
dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan dan Pelatihan Teknis ini dapat diberikan secara berjenjang
kepada seseorang Pegawai Negara Sipil untuk meningkatkan keterampilan
32
dan pengetahuan teknisnya sesuai dengan tingkat dan jabatan yang
dijabatnya. Untuk menjamin keterampilan dan kemampuan pegawai yang
bersangkutan sesuai dengan tingkat dan jenis jabatan yang dipercayakan
kepadanya.
3. Kejelasan atau Peran
Kejelasan atau peran merupakan taraf pengertian dan penerimaan
seorang pegawai atas tugas yang dibebankan kepadanya. Kejelasan asas peran
mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja pegawai. Yang mana makin jelas
pengertian pegawai mengenai sasaran pekerjaan, makin banyak energi yang
dikerahkan ke arah tujuan, dengan demikian maka pegawai tersebut menerima
dengan baik peran yang diberikan. Untuk ini Strereers32 mengatakan bahwa
“Peranan yang jelas dan terperinci ternyata berkaitan dengan peningkatan pada
tujuan”.
Dalam kehidupan organisasi terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan peran, yang dapat mengurangi usah kerja, yaitu :
1. Kekaburan peran disebabkan oleh perubahan yang cepat dalam organisasi
meningkatkan kerumitan organisasi, komunikasi yang buruk.
2. Adanya konflik peran dimana seorang pegawai dihadapkan pada tuntutan
peran yang saling bertentangan.33
Konflik peran mempunyai pengaruh langsung terhadap efektifitas
organisasi, bila ketentuan peran-peran pegawai yang berhubungan dengan
tujuan bertentangan dengan tuntutan-tuntutan lain yang diminta dari mereka.
32 Steers, Richard, M., 1985. Efektivitas Organisasi. Diterjemahkan oleh Magdalena.
Jakarta. (H: 149)33 Ibid (H: 148)
33
Salah satu cara mengurai bahkan meniadakannya adalah mengintegrasikan
tujuan pribadi atau kelompok dengan sasaran organisasi.
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa salah satu aspek prestasi yang
baik terdiri dari penjelasan kepada para pegawai mengenai sifat yang
seharusnya ada pada tugas mereka dan mengusahakan agar tugas mereka
diterima dengan baik oleh pegawai.
Berkaitan hal tersebut upaya lain yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan prestasi kerja adalah meningkatkan dalam jabatan yaitu dengan
memberikan kedudukan jabatan tertentu dalam struktur organisasi untuk
bertanggung jawab melaksanakan tugas pimpinan.
Kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk
memperoleh pengaruh terhadap orang lain. Lebih lanjut seorang yang
mempunyai need power yang besar biasanya menyukai kondisi persaingan dan
orientasi status serta akan lebih memberikan perhatiannya pada hal-hal yang
memungkinkan memperbesar pengaruhnya terhadap orang lain itu padanya.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan
kekuasaan bagi seorang pegawai akan berpengaruh terhadap aktivitas kerja
mereka dalam organisasi.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu proses yang berlanjut dan berasal pada minat untuk
mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan
teori, konseptualisasi serta pemilihan metode penelitian yang sesuai dengan
sasaran/fokus penelitian. Minat untuk mengadakan penelitian dapat timbul dan
berkembang karena rangsangan bacaan, diskusi, seminar dan pengamatan serta
perpaduan antara semuanya itu. Penelitian dimaksudkan untuk menetapkan dan
mencari hubungan yang menarik untuk menerangkan masalah yang diamati.
Berkaitan dengan penelitian tersebut, lebih lanjut Koenjaraningrat, Ismani HP
mengemukakan bahwa:
Penelitian dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan adalah segala aktivitasdidasarkan disiplin ilmiah. Untuk mengumpulkan mengklasifikasi,menganalisa, dan menginterprestasikan fakta-fakta serta hubungan antarafakta-fakta alam, masyarakat, kelakuan, hasil kelakuan & rohani manusiaguna menentukan prinsip-prinsip pengetahuan dan metode-metode barudalam usaha menanggapi hal-hal tersebut.34
Bertitik tolak dari pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mengungkapkan & mengetahui fenomena yang terjadi obyek &
menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Untuk
itu perlu diadakan penyesuaian jenis penelitian yang tepat sesuai dengan
kondisi situs penelitian.
34 Koentjaraningrat, 1991. Metode-metode Pengaruh Penelitian Kualitatif. Bandung.
Remaja Rosda Karya.
34
35
Koectjoroningrat menggolongkan penelitian dalam 3 jenis yaitu :
a. Penelitian yang bersifat menjelajah, bertujuan untuk memperdalam
pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu/mendapatkan ide-ide baru.
Mengenai gejala itu dengan maksud untuk merumuskan masalahnya secara
lebih terinci untuk mengembangkan hipotesa, dalam hal ini masalahnya sangat
tertentu dan belum ada hipotesa.
b. Penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat
sifat-sifat suatu individu, keadaan gejala/keluhan tertentu/untuk menemukan
frekuensi/penyebaran suatu gejala frekuensi adanya hubungan tertarik antara
suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin
sudah hipotesa, mungkin belum, tergantung dari sedikit banyaknya
pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan.
c. Penelitian yang bersifat menerangkan bertujuan menguji hipotesa-hipotesa
tentang adanya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang diteliti,
dalam hal ini sendirinya sudah ada hipotesa.35
Berdasarkan pendapat tersebut, maka apabila dikaitkan dengan bertujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
yang ke 2 yaitu bersifat deskriptif. Nawawi mengemukakan “metode deskriptif
dapat diartikan sebagai prosedur. Pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta yang tampak/sebagaimana adanya”36
35 Ismani HP, 1996, Pengembangan SDM. Malang: BP-FIA.36 Nawawi, Hadari, dan Mimi Martini, 1994. Peneltiian Terapan. Yogyakarta, EMUP.
36
A. Fokus Penelitian
Sebelum menjelaskan mengenai fokus penelitian ini maka terlebih dahulu
dijelaskan maksud diterapkannya fokus penelitian. Moleong mengemukakan
maksud ditetapkannya fokus yaitu “Pertama-tama menetapkan fokus, dapat
membantu studi; kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria
inklusi-inklusi/memasukkan-mengeluarkan (inclusion-inclusion criteria) suatu
informasi yang baru diperoleh di lapangan”
Dengan demikian maka fokus dalam penelitian sangat penting karena
dengan fokus ini akan sangat membantu peneliti mengungkapkan data yang akan
dikumpulkan, diolah dan dianalisis, sesuai dengan judul penelitian ini yaitu:
“Upaya badan kepegawaian dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai”37 maka
yang menjadi fokus penelitian disini adalah:
a. Upaya peningkatan prestasi kerja, yang terdiri dari :
1. Pemberian motivasi
2. Peningkatan kemampuan pegawai
3. Penetapan kejelasan akan peran
b. Prestasi kerja meliputi:
1. Kuantitas hasil kerja
2. Kualitas hasil kerja
3. Ketepatan waktu dan penyelesaian tugas.
37 Moleong, Lexi, J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosda
Karya.
37
B. Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat dimana sebenarnya peneliti menangkap keadaan
dari obyek yang diteliti. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengambil
lokasi di Badan Kepegawaian Daerah Pemkot Malang, provinsi Jawa Timur.
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah:
a. Badan Kepegawaian Daerah Pemkot.
b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Pemkot Malang.
c. Kepala bidang mutasi pada badan kepegawaian daerah Pemkot Malang.
d. Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan pada Badan Kepegawaian Pemkot
Malang.
e. Para kepala sub bagian, kepala sub bidang dan staf.
C. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan untuk menggali dan mengumpulkan data yang
diperoleh dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini penulis mendapat data dari 2
sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Surachmad yang dimaksud
dengan data-data tersebut adalah:
“Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
oleh penyelidik untuk tujuan khusus. Data sekunder ialah data yang lebih dahulu
dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar penyelidik sendiri. Walaupun
dikumpulkan itu sepenuhnya adalah data yang asli”.
Dari seluruh pegawai di Badan Kepegawaian Pemkot Malang/populasi
orang. Dapat diambil beberapa orang pegawai sebagai informan. Jumlah ini
38
ditentukan dengan pertimbangan beberapa orang tersebut sudah mampu mewakili
dari semua pegawai yang ada di Badan Kepegawaian Daerah Pemkot Malang.38
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
bertujuan/purposive sample. Sampel bertujuan yang dikemukakan oleh Arikunto.
Bahwa “Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan
didasarkan atas strata, random/daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu”. Dengan kata lain teknik yang digunakan adalah non propotional random
sampling”.39
Adapun rincian dari populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat
diperoleh melalui:
a. Narasumber/informan
Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini ialah :
1. Kepala Badan Daerah Kepegawaian PEMKOT Malang
2. Kepala Tata Usahaan Badan Kepegawaian PEMKOT Malang
3. Kepala Sub Bagian Bidang Perencanaan Badan Kepegawaian PEMKOT
Malang.
4. Kepala Sub Bagian Bidang Mutasi Badan Kepegawaian PEMKOT Malang.
5. Kepala Sub Bagian DIKLAT Badan Kepegawaian PEMKOT Malang.
b. Berasal dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan serta
arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian ini.
38 Surachmad, Winarto, 1985. Dasar dan Teknik Research, Bandung: Yargito.39 Arikunto, Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
39
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini data yang diperoleh berasal dari data primer
dan data sekunder. Untuk itu dalam pengumpulan data dimaksud, dilakukan
dengan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Interview yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti secara langsung
berhadapan langsung dengan narasumber untuk memperoleh data/informasi
yang diperlukan sehubungan dengan fokus penelitian.
b. Observasi ialah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengamati segala aktivitas-
aktivitas/kegiatan kerja sehari-hari yang diselenggarakan Badan Kepegawaian
Pemkot Malang.
c. Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari berbagai
dokumen, perundang-undangan, buku-buku ilmiah, laporan-laporan, arsip-arsip
yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk memperoleh
data dari dalam penelitian. Adapun Instrumen Penelitian yang digunakan oleh
peneliti terdiri atas :
a. Pedoman observasi sebagai alat bantu dalam mengadakan pengamatan.
b. Pedoman wawancara sebagai panduan wawancara dengan para informan yang
berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan fokus penelitian/masalah yang
diteliti untuk membantu peneliti dalam menggali data yang diperlukan.
40
F. Analisa Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisa data yang dikumpulkan
menggunakan analisa data deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang tidak
mempergunakan perhitungan statistik dan terbatas pada penilaian presentase saja.
Arikunto menyatakan bahwa “Analisa data deskriptif eksploratif adalah analisa
yang digunakan untuk memperoleh suatu gambaran/status fenomena”40
Lebih lanjut sebagaimana tidak bekerja dengan menggunakan datadalam bentuk/yang ditransformasikan menjadi bilangan/angka, tidakdiolah dengan rumus dan tidak ditafsirkan sesuai ketentuanstatistik/matematik. Sebuah rangkaian kerja/proses penelitian kualitasberlangsung serempak dilakukan dalam bentukpengumpulan/pengolahan dan mengintepresentasikan sejumlah datayang bersifat kualitatif.41
Selanjutnya dalam langkah-langkah dalam menganalisis data sebagai
berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil
wawancara, pengamatan, yang dilakukan, catatan laporan, dokumen yang ada.
2. Data dikelompokkan dan diklasifikasikan berdasarkan kategori yang
ditetapkan.
3. Pengolahan data dengan cara menghitung dan menjumlahkan serta
mentabulasikan ke dalam tabel yang telah disediakan.
4. Penjabaran secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi yang
dipresentasikan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
pendiskripsiannya.
40 Arikunto, Op.cid (H: 299)41 Nawawi, Op.cid (H: 176)
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
1. Gambaran Umum Kota Malang
Kota Malang terletak antara garis 112° 17’ 10,9” - 112° 57’ 00” BT dan
7° 44’ 55, 11” – 8° 26’ 35,45” LS dengan luas wilayah 3,347,87 km2 suhu
udara rata-rata 18,25°C sampai dengan 31,45°C.
Kota Malang adalah bagian dan propinsi Jawa Timur yang merupakan
dataran tinggi yang dikelilingi G. Arjuno, G. Anjasmoro, G. Semeru, G Kawi,
G. Kelud, G. Panderman dan G. Welirang serta pegunungan kapur dengan
posisi terletak pada ketinggian 250-500 m diatas laut. Kondisi dataran rendah
sedangkan dataran tinggi 500-3600 diatas permukaan laut terdapat di Malang
Selatan, Lereng Tengger Semeru, Lereng Gunung Kawi dan Gunung Arjuno.
Sungai-sungai yang mengalir antara lain sungai Brantas yang bermuara
air ke daerah Dukuh Sumber Brantas Kecamatan Batu. Sungai Konto yang
melintasi Kecamatan Pujon Ngantang dan sungai Lesti mengalir di wilayah
Kecamatan Poncokusumo dan Tumpang keseluruhan sungai. Sungai tersebut
mempunyai pengaruh besar bagi perekonomian yang bersifat agraris. Keadaan
alamnya mempunyai struktur tanah andosol yang merupakan jenis tanah yang
mengandung abu dan berwarna hitam, tanah regosol, broen forest, tanah
aluvial, mediterian dan tanah litosol.
41
42
Disamping mempunyai posisi alam yang indah dan sejuk, pemerintah
mengembangkan prasarana pendukung pertanian seperti irigasi molek untuk
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Terdapat pula bendungan yang
cukup besar yaitu bendungan Karankates dengan kapasitas isi maksimal
343.000.000 m3, bendungan Selorejo dengan kapasitas isi maksimal
62.300.000 m3 dan bendungan Senguruh dengan kapasitas isi maksimal
21.500.000 m3.
Di daerah Malang terdapat banyak obyek wisata yang sangat potensial
untuk dikembangkan baik wisata alam maupun wisata budaya. Hal ini
didukung dengan kondisi geografis yang ditandai dengan udara sejuk. Aneka
tanaman hias, aneka buah-buahan serta prasarana yang baik dan lancar
sehingga menjadikan daerah ini sebagai salah satu potensi wisata daerah yang
perlu dikembangkan. Keberadaannya yang meliputi agrowisata, tanaman
wisata, wisata pantai, sumber air panas, kolam renang, bendungan, hutan
wisata, candi, obyek ini merupakan daya tarik wisatawan lokal maupun
mancanegara sehingga dapat menambah pendapatan daerah sekaligus
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Jenis flora yang terdapat di wilayah Kota Malang dapat dibagi menjadi :
a. Tumbuhan-tumbuhan pelindung, untuk pengawetan kawasan hutan sebagai
sumber mata air pelindung tanah tandus, seperti pohon jati dan pinus.
b. Tanaman komoditi pertanian.
c. Tanaman musiman : jagung, padi, ubi, karang tanah, tebu dan lain-lain.
d. Tanaman sayuran : kentang, wortel, buncis, sawi, mentimun dan lain-lain.
43
e. Tanaman buah-buahan: apel, jeruk, anggur, mangga, pisang pepaya dan
lain-lain.
f. Tanaman keras : kopi, coklat, kelapa, cengkeh dan lain-lain.
Jenis fauna yang ada pada umumnya adalah jenis hewan ternak seperti
sapi, kambing, kerbau, domba, ayah dan itik. Selain sebagai mata pencaharian
sampingan dapat menambah juga digunakan untuk konsumsi dan tambahan
pendapatan keluarga menambah kebutuhan protein keluarga.
Lapangan usaha sebagai mata pencaharian menurut jenis pekerjaan dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Sektor pertanian
b. Sektor perkebunan
c. Sektor perikanan
d. Sektor peternakan
e. Sektor kehutanan
f. Sektor perdagangan
g. Sektor industri
h. Sektor jasa/angkutan
i. Sektor informal
j. PNS/TNI/POLRI
2. Gambaran Umum Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
Badan Kepegawaian Kota Malang sebagai realisasi dari prinsip
desentralisasi kewenangan otonom daerah, sebagaimana yang diamanatkan UU
44
No. 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian yang ditindak lanjuti
keputusan Walikota Nomor 350 tahun 2004. Tentang uraian pokok fungsi dan
tata kerja. Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang. Hal tersebut sebagai
upaya untuk menjamin efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan manajemen
Pegawai Negeri Sipil dalam rangka peningkatan SDM guna peningkatan
pelayanan di bidang kepegawaian.
Badan kepegawaian Daerah Kota Malang setiap tahunnya membuat
laporan hasil kinerja unitnya secara keseluruhan untuk melihat sejauhmana
tingkat kebersihan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program kerjanya.
Selain itu Badan Kepegawaian juga melakukan penilaian kerja pada
pegawainya dengan kriteria penilaian seperti di dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan (DP-3) yang dibuat setiap satu tahun sekali.
Badan kepegawaian Kota Malang merupakan organisasi/perangkat
daerah yang dibentuk dengan peraturan. Peraturan Daerah no. 6 tahun 2004
yang mengatur tentang tugas pokok, fungsi tata kerja Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang.
a. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi Badan Kepegawaian
1. Badan Kepegawaian adalah unsur pendukung pelaksana Pemerintah
Daerah dalam Bidang Kepegawaian dan Badan Kepegawaian dipimpin
oleh Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Daerah melalui sekretaris daerah.
45
2. Tugas pokok
Badan Kepegawaian adalah unsur pendukung pelaksana Pemerintah
Daerah dalam bidang kepegawaian yang mempunyai tugas melaksanakan
sebagian urusan rumah tangga di Bidang Kepegawaian yang ditetapkan
Kepala Daerah.
3. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Kepegawaian
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan.
b) Penyelenggaraan pelaksanaan Administrasi Pegawai Negeri Sipil.
c) Penyiapan penyusunan peraturan perundang-undangan daerah di
bidang kepegawaian.
d) Perencanaan dan pengembangan Kepegawaian Daerah.
e) Penyiapan kebijakan umum pengembangan Kepegawaian Daerah dan
berkoordinasi dengan kantor pendidikan dan pelatihan.
f) Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan norma, standar
dan prosedur yang diterapkan dalam peraturan perundang-undangan.
g) Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, pemindahan &
pemberhentian dalam jabatan struktural sesuai dengan norma, standar
dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
h) Penyiapan dan penetapan pensiunan Pegawai Negeri Sipil
46
i) Penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil
sesuai dengan norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
j) Penyelenggaraan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan
dalam Bidang Kepegawaian.
k) Pemberian tanda jasa kepada Pegawai Negeri Sipil.
b. Struktur Organisasi
Susunan organisasi badan kepegawaian terdiri dari :
1. Unsur pimpinan yaitu kepala badan.
2. Unsur pembantu pimpinan yaitu Bagian Tata Usaha yang terdiri :
a) Sub bagian keuangan dan penyusunan program
b) Sub bagian umum
3. Unsur pelaksana yaitu :
a) Bidang perencanaan dan pembinaan terdiri dari :
1) Sub bidang formasi dan informasi pegawai
2) Sub bidang pembinaan dan pemberhentian
b) Bidang mutasi terdiri dari :
1) Sub bidang kepangkatan
2) Sub bidang jabatan
c) Bidang pendidikan dan pelatihan terdiri dari :
1) Sub bidang teknis fungsional
2) Sub bidang fungsional
3) Kelompok jabatan fungsional
47
Kegiatan Badan Kepegawaian dapat dilihat dari uraian tugas beberapa
bidang kegiatan dan sub bidang kegiatan sebagai berikut:
1. Kepala Badan
Kepala badan mempunyai tugas
a) Memimpin, mengawasi, membina dan melakukan koordinasi dan kerjasama
dalam pelaksanaan kepegawaian yang ditetapkan Kepala Daerah.
b) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai
dengan tugasnya.
2. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum
meliputi penyusunan program ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan,
kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan dan
perpustakaan serta kearsipan badan.
Bagian Tata Usaha juga mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan badan.
b) Pelaksanaan penyusunan Rencana Anggaran Satu Kerja (RASK) dan
Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK).
c) Pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan
badan.
e) Pengelolaan administrasi kepegawaian.
f) Pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan
g) Pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan perpustakaan badan.
48
h) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
i) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
Bagian tata usaha mempunyai sub bagian:
1) Sub bagian keuangan dan penyusunan program yang mempunyai tugas:
Melakukan Administrasi umum meliputi penyusunan program, pelaksanaan
anggaran dan pelaksanaan Administrasi Keuangan. Selain itu sub bagian ini
juga mempunyai fungsi:
(a) Pengumpulan bahan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan badan.
(b) Penyiapan bahan penyusunan RASK dan DASK.
(c) Pelaksanaan anggaran dan penyusunan Administrasi Keuangan.
(d) Penyusunan laporan dan dokumentasi pelaksanaan program dan
kegiatan.
(e) Penyusunan dan penyampaian laporan penggunaan anggaran setiap
bulan.
(f) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
(g) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian tata
usaha sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
2) Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan administrasi umum
meliputi ketatalaksanaan, ketatausahaan, kepegawaian, urusan rumah
tangga, perlengkapan, kehumasan dan perpustakaan serta kearsipan badan.
49
Disamping itu mengenai fungsi-fungsinya terdiri dari:
(a) Pelaksanaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan badan.
(b) Pelaksanaan administrasi kepegawaian.
(c) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan
(d) Pelaksanaan kehumasan, keprotokolan dan perpustakaan badan.
(e) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
(f) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata
Usaha sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
3. Bidang Perencanaan dan Pembinaan
Bidang perencanaan dan pembinaan mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan dan bidang pegawai dan juga mempunyai fungsi :
a) Penyusunan program dan kegiatan perencanaan dan pembinaan pegawai.
b) Pelaksanaan perencana pegawai
c) Penyusunan rencana kebutuhan pegawai
d) Pengelolaan data sebagai bahan perencanaan kepegawaian
e) Pengelolaan sistem informasi kepegawaian
f) Penyusunan formasi kepegawaian
g) Pelaksanaan pembinaan disiplin pegawai
h) Pelaksanaan bimbingan dan konseling permasalahan pegawai
i) Pengelolaan kesejahteraan pegawai
j) Pelaksanaan administrasi pemberhentian pegawai
k) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
l) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan bidang tugas & fungsinya.
50
Bidang Perencanaan dan pembinaan ini membawahi:
1) Sub bidang farmasi dan informasi pegawai
Yang bertugas melakukan pengelolaan formasi dan informasi dan juga
mempunyai fungsi:
(a) Pelaksanaan analisa data penyusunan rencana kebutuhan pegawai
(b) Penyiapan bahan penyusunan pengelolaan formasi kepegawaian
(c) Pengumpulan, pengelolaan sistem informasi kepegawaian
(d) Penyiapan pengelolaan sistem informasi kepegawaian
(e) Pelaksanaan dokumentasi data pegawai
(f) Penyusunan Daftar Urut Kepegawaian (DUK) dan DP3
(g) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
(h) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang formasi
dan informasi sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
2) Sub bidang pembinaan dan pemberhentian
Mempunyai tugas melakukan pembinaan disiplin, pengelolaan,
kesejahteraan dan administrasi pemberhentian pegawai:
Selanjutnya juga mempunyai fungsi :
(a) Pengumpulan dan pengolahan data presensi pegawai.
(b) Penyiapan data dan menindaklanjuti pelanggaran disiplin pegawai.
(c) Penyiapan pelaksanaan bimbingan dan konseling permasalahan
pegawai.
(d) Penyusunan dan pengurusan dokumen kesejahteraan pegawai yang
meliputi kartu pegawai (KARPEG), Asuransi kegiatan (ASKES),
BAPPETARUM, KARIS/KARSU.
(e) Pengurusan dana santunan bagi pegawai yang meninggal saat bertugas.
51
(f) Penyiapan pemberian tanda penghargaan pegawai berprestasi.
(g) Penyiapan administrasi dan pelaksanaan asuransi pegawai
(h) Pelaksanaan administrasi pemberhentian pegawai
(i) Penyusunan data pendukung proses pemberhentian pegawai
(j) Penyusunan dokumentasi pensiun pegawai
(k) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
(l) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
perusahaan dan pembinaan sesuai dengan bidang tugas & fungsinya.
4. Bidang Mutasi
Bidang mutasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan mutasi,
penempatan dan promosi pegawai sekaligus berfungsi:
a) Penyusunan program dan kegiatan mutasi, penempatan dan promosi
pegawai.
b) Pelaksanaan mutasi, penempatan dan promosi pegawai
c) Pelaksanaan pemrosesan kenaikan pangkat dan gaji berkala pegawai.
d) Pelaksanaan penjagaan data mutasi pegawai
e) Pelaksanaan analisa dan pertimbangan kenaikan/penurunan pangkat dan gaji
berkala pegawai.
f) Pengelolaan penempatan pegawai sesuai dengan kompetensinya.
g) Pelaksanaan mutasi jabatan
h) Pelaksanaan evaluasi penempatan pegawai.
52
i) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
Bidang mutasi ini membawahi:
1) Sub bidang kepangkatan
Yang mempunyai tugas melakukan pengelolaan mutasi kepangkatan
pegawai dan juga mempunyai fungsi:
(a) Penyiapan pelaksanaan mutasi kepangkatan pegawai yang meliputi
kenaikan/penurunan pangkat dan gaji berkala.
(b) Penyiapan pemrosesan kenaikan/penurunan pangkat dan gaji berkala
pegawai.
(c) Penyiapan bahan penjagaan data mutasi pegawai
(d) Penyiapan analisa dan pertimbangan kenaikan dan penurunan pangkal
serta gaji berkala pegawai.
(e) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas & fungsi
(f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang mutasi sesuai
dengan bidang tugas & fungsinya.
2) Sub bidang jabatan mempunyai tugas melakukan pengelolaan mutasi
jabatan, penempatan dan promosi pegawai dan mempunyai fungsi:
(a) Mengimplikasikan dan mengelola data sebagai pertimbangan
penempatan pegawai.
(b) Penyiapan pengelolaan penempatan pegawai sesuai dengan
kompetensinya.
(c) Penyiapan data sebagai pertimbangan promosi pegawai.
53
(d) Penyiapan pelaksanaan mutasi jabatan
(e) Penyiapan evaluasi penempatan pegawai.
(f) Pengevaluasian & pelaporan pelaksanaan tugas & fungsi
(g) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang mutasi
sesuai dengan bidang tugas & fungsinya.
5. Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Bidang pendidikan dan pelatihan mempunyai tugas melaksanakan
pengolahan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan kualitas pegawai
untuk melaksanakan tugas tersebut bidang ini juga mempunyai fungsi antara
lain:
a) Penyusunan program dan angkatan pengelolaan pendidikan dan pelatihan
serta pengembangan kualitas pegawai.
b) Pengelolaan fasilitas kegiatan pendidikan dan pelatihan.
c) Pengelolaan fasilitas kegiatan pendidikan dan pelatihan.
d) Pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dalam melaksanakan
pendidikan dan pelatihan pegawai.
e) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan rekomendasi hasil pendidikan dan
pelatihan dalam rangka pengembangan karier pegawai.
f) Pelaksanaan kajian pengembangan kualitas pegawai.
g) Pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengembangan
kualitas pegawai.
h) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
54
i) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan. Oleh kepala bagian sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
Bidang pendidikan dan pelatihan membawahi :
1. Sub Bidang Teknis Fungsional
Yang mempunyai tugas melakukan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
teknis fungsional. Dan juga mempunyai fungsi:
(a) Melaksanakan pengelolaan pendidikan dan pelatihan teknis fungsional.
(b) Penyiapan pemrosesan ijin belajar bagi pegawai yang melaksanakan
peningkatan pendidikan.
(c) Penyiapan pelaksanaan ujian dinas dan penyesuaian ijazah.
(d) Pelaksanaan inventarisasi data kebutuhan pendidikan dan pelatihan
teknis fungsional.
(e) Pelaksanaan fasilitasi kegiatan dan pelatihan teknis fungsional.
(f) Penyiapan kerjasama dengan instansi terkait dalam melaksanakan
pendidikan dan pelatihan teknis fungsional.
(g) Pelaksanaan evaluasi dan penyiapan rekomendasi hasil pendidikan, dan
pelatihan teknis fungsional dalam rangka pengembangan karir pegawai.
(h) Pendokumentasian data hasil pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
teknis fungsional.
(i) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
(j) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang pendidikan
pelatihan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
55
2. Sub Bagian Teknis Struktural
Sub bidang ini bertugas untuk melakukan pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan struktural. Dan juga mempunyai fungsi sebagai berikut:
(a) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan struktural.
(b) Pelaksanaan inventarisasi data kebutuhan pendidikan dan pelatihan
struktural.
(c) Pelaksanaan fasilitas kegiatan pendidikan dan pelatihan struktural
antara lain pelaksanaan Orientasi Laporan (OL) dan studi banding.
(d) Penyiapan kerjasama dengan instansi terkait dalam melaksanakan
pendidikan dan pelatihan struktural.
(e) Pelaksanaan evaluasi dan penyiapan rekomendasi hasil pendidikan dan
pelatihan struktural dalam rangka pengembangan karir pegawai.
(f) Pendokumentasian data hasil pelaksanaan pendidikan dan pelatihan-
pelatihan struktural.
(g) Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi.
(h) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional ini mempunyai tugas untuk
menyelenggarakan sebagian tugas pokok dan fungsi badan yang membutuhkan
keterampilan dan keahlian tertentu serta atas dasar kebutuhan badan.
57
Gambar 1
Pemerintah Kota Malang
Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah
Sumber : Badan kepegawaian daerah kantor PEMKOT Malang.
Kepala
BagianPerencanaan &
PembinaanBagian
Tata Usaha
Sub BagianUmum
Sub. BagianKeuangan &Penyusunan
Program
Sub BagianPembinaan &
Pemberhentian
Sub. BagianFormasi &InformasiPegawai
Sub BagianJabatan
Sub. BagianKepangkatan
Sub BagianStruktural
Sub BagianTeknis
Fungsional
BagianMutasi
BagianPendidikan &
Pelatihan
56
57
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi badan kepegawaian Daerah
Kota Malang, sesuai dengan struktur organisasi yang diharapkan didukung dengan
jumlah pegawai yang cukup memadai yaitu 44 orang personel dengan tingkat
pendidikan.
1. 23 orang (52%) berpendidikan tinggi :
3 orang lulusan D3
14 orang lulusan S1
6 orang lulusan S2
2. 21 orang (48%) berpendidikan di SLTA ke bawah :
2 orang lulusan SD
1 orang lulusan SMP
18 orang lulusan SLTA
Sehingga dapat dilihat dari tingkat pendidikan personel akan signifikan
dalam menunjang kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Kepegawaian.
Adapun komposisi pegawai dengan strata pendidikan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Data pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah berdasarkan golongan
dan strata pendidikan.
Strata PendidikanNo Golongan
SD SLTP SLTA D1 D3/SM S1 S2 S31 Golongan II 3 32 Golongan III 22 2 3 14 33 Golongan II 16 164 Golongan I 3 2 1
Jumlah 2 1 18 3 14 6Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kantor PEMKOT Malang
58
B. Data Fokus Penelitian
1. Upaya Badan Kepegawaian Dalam Meningkatkan Kerja Pegawai
Sebagaimana diketahui bahwa kepegawaian mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pengelolaan sumber daya pegawai. Untuk itulah maka
bagian ini merasa perlu untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai. Apabila
dikaji lebih jauh banyak upaya yang dapat dilakukan namun dalam penelitian
ini penulis hanya membatasi pada hal sebagaimana tercantum dalam fokus
penelitian yaitu pemberian motivasi, peningkatan kemampuan pegawai, dan
kejelasan peran.
a. Pemberian motivasi
Pemberian motivasi kepada pegawai adalah salah satu upaya ke arah
peningkatan prestasi kerja pegawai. Dengan pemberian motivasi tersebut
akan dimungkinkan terjadi suatu peningkatan prestasi kerja. Hal ini karena
pegawai akan terdorong untuk mendapatkan suatu penghargaan dan mereka
berusaha menghindari terjadinya hukuman atas segala kegiatan hasil
kerjanya.
Dengan demikian meningkatkan prestasi kerja pegawai sangat
membantu organisasi dalam mencapai dari tujuan yang ditetapkan. Adapun
pemberian motivasi yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah
Kota Malang dengan melalui pemberian insentif, hukuman, pengangkatan,
dalam jabatan serta mutasi pegawai.
Jika hanya menghadirkan gaji, penghasilan sangat minim sekali untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi dengan adanya kebijaksanaan
59
pemberian insentif sangat membantu untuk menutupi kekurangan-
kekurangan yang dirasakan tersebut, sehingga sangat berpengaruh dalam
memotivasi pelaksanaan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Kemudian guna mengetahui upaya yang telah dilakukan Badan
kepegawaian daerah dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai dalam
memberikan motivasi baik berupah pemberian langsung maupun hukuman
kepada pegawai yang melakukan pelanggaran sebagaimana tertulis pada
tabel 2 dan 3 berikut.
Tabel 2. Macam insentif yang diberikan kepada pegawai di lingkungan
badan kepegawaian PEMKOT Malang.
No Jenis Insentif Jumlah Keterangan
1 Tunjangan : strukturalfungsional tugas belajar
Berdasarkaneselon/ fungsional@ 100.000
Setiap bulan
2 Paket lebaran Sesuai golongan Tiap bulan
3 Uang lembur uangperjalanan dinas seragamdinas
Bersifat insidentilsesuai golongan1 stel
Tiap tahun
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kantor PEMKOT Malang
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pemberian insentif kepada
pegawai banyak yang bersifat material, sedangkan untuk pemberian insentif
yang bersifat non material yang telah diupayakan ialah pengusulan pegawai
atas penerimaan piagam satya lencana. Bagi mereka yang mempunyai
prestasi kerja yang cukup lama sesuai dengan ketentuan yang ada. Adapun
pegawai yang telah memperoleh penghargaan satya lencana tahun 2007
adalah 1 orang dari sub bagian umum.
60
Selain pemberian insentif juga diberlakukan hukuman yang diberikan
kepada pegawai yang melakukan pelanggaran. Untuk mengetahui lebih jelas
tentang hukuman, hukuman tersebut dapat dikategorikan menjadi.
1. Ringan yaitu berupah tegoran lisan, tertulis, pernyataan tidak puas secara
tertulis.
2. Sedana yaitu berupah penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 th,
penurunan gaji sebesar 1 x kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
tahun.
Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun.
Berat yaitu berupah penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih
rendah untuk paling lama 1 tahun, pembebasan atas permintaan sendiri
sebagai pegawai negeri sipil, pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
pegawai negeri sipil.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Jenis Pelanggaran Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang Tahun 2006-2007
Tahun2006 2007No Jenis Pelanggaran
Golongan Jumlah Golongan Jumlah1. Ringan III / a
III / bIII / cII / c
1 org1 org2 org1 org
III / aII / aII / C
1 org1 org1 org
2. Sedang III / bIII / c
1 org1 org
II / b 1 org
3. Berat II / cI / cI / d
1 org1 org1 org
Jumlah 10 org 4 orgSumber : Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang.
61
Berdasarkan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa pelanggaran yang
dilakukan pegawai selama dua tahun terakhir mengalami penurunan
terutama berkaitan dengan hukuman yang berat untuk tahun 2006 tidak ada
lagi yang melakukan.
Pemberian motivasi kepada pegawai selain berwujud pemberian
insentif juga dapat dilakukan dengan memberikan kedudukan dalam suatu
jabatan tertentu pada suatu unit organisasi. Pengangkatan pegawai dalam
suatu jabatan tertentu diharapkan dapat mendorong pegawai untuk lebih
bekerja keras sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Berikut ini
pendapat pegawai terhadap insentif diberikan oleh atasan.
Tabel 4. Pendapat pegawai terhadap insentif yang diberikan oleh atasan.
No Pemberian insentif Pendapat Pegawai Persentase
1 Sering diberikan 0 0%
2 Kadang-kadang 11 68,75%
3 Tidak pernah diberikan 5 31,25%
Jumlah 16 100%Sumber : Badan Kepegawaian Kantor PEMKOT Malang
Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malangtanggal 9 Januari 2008.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pendapat pegawai terhadap
insentif yang diberikan dari atasan adalah 11 pegawai/68,75% menyatakan
kadang-kadang menerima insentif dan 5 orang/31,25% memberikan
jawaban tidak pernah diberikan.
Selanjutnya sesuai dengan asas pembinaan Pegawai Negeri Sipil yaitu
sistem karir dan prestasi kerja pegawai, pengangkatan dalam jabatan ini
merupakan suatu bentuk pengembangan karir pegawai yang berdasarkan
62
pada prestasi kerja pegawai. Pengangkatan dalam jabatan ini juga sangat
perlu supaya pegawai memiliki penghargaan berupah pengangkatan dalam
jabatan dimaksud dapat memperoleh tepat pada waktunya.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut seorang pegawai untuk dapat
diangkat dalam suatu jabatan tertentu berdasarkan beberapa kriteria dimana
secara umum yang bersangkutan harus mempunyai prestasi kerja yang
tinggi, bertanggung jawab, loyal dan berdedikasi tinggi. disamping itu perlu
yang dipertimbangkan adalah pangkat/golongan yang harus sesuai dengan
jabatan yang akan diembannya, pendidikan dan pelatihan pejenjangan yang
dipersyaratkan untuk jabatan tersebut. Daftar urut kepangkatan memiliki
jiwa kepemimpinan dan Human Relation yang baik pula.
Sesuai dengan struktur organisasi, jumlah eselon pada Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang adalah Eselon.
III / a (8 orang), III / b (6 org), III / c (1 org)
IV / a (3 orang), IV / a (3 org), IV / b (2 org)
Upaya lain yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah selain
memberi insentif dan pengangkatan dalam jabatan adalah mutasi pegawai.
Mutasi pegawai adalah merupakan suatu bentuk pembinaan pegawai dimana
dengan mutasi pegawai diharapkan dapat memberikan suasana kerja baru
yang lebih baik dan menambah pengalaman pegawai seta menghindarkan
kebosanan kerja.
Manfaat yang dirasakan dengan diadakannya mutasi pegawai yang
antara lain memperoleh pegawai potensial pada jabatan yang tepat,
63
memberikan pengalaman kerja dan kemampuan yang lebih kepada pegawai,
mencegah kebosanan kerja dan kemampuan yang dapat mengurangi
semangat kerja dan bagi organisasi sendiri dengan adanya mutasi pegawai
dimungkinkan adanya suasana baru.
b. Peningkatan Kemampuan Pegawai
Bahwa upaya kedua yang dilakukan Badan Kepegawaian Daerah
Dalam rangka meningkatkan prestasi kerja pegawai adalah meningkatkan
kemampuan pegawai melalui sub bagian pendidikan dan pelatihan pegawai
telah melaksanakan beberapa cara, antara lain ialah pengiriman pegawai
untuk mengikuti pendidikan struktural dan teknis fungsional.
Pendidikan dan latihan pada dasarnya untuk meningkatkan
kemampuan pegawai dan pengembangan metodenya yang lebih baik dengan
tuntutan jaman sebagaimana tercantum dalam pasal 1 UU No. 101 tahun
2000 bahwa, diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
Adapun jenis kegiatan pendidikan dan pelatihan di lingkungan Badan
Kegiatan Daerah Kota Malang meliputi:
1) Latihan pra jabatan bagi calon pegawai negeri sipil.
2) Diklat pimpinan
3) Penataran-penataran di bidang fungsional
Kemudian guna mengikuti Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
yang telah dikirim untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan struktural
64
teknik fungsional dan kursus-kursus yang dapat dilihat pada tabel 5, 6, 7
berikut ini:
Tabel 5. Jumlah pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
yang mengikuti data struktural.
Jumlah pegawai yang mengikutiNo Diklat
2005 2006 2007
1. Latihan Penjabatan 101 254 293
2. Diklat Pim. 56 56 50
3. Tugas Belajar 7 4 6
4. Studi Banding 1 1 1
Jumlah 165 320 670Sumber : Badan Kepegawaian Kantor PEMKOT Malang
Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malangtanggal 9 Januari 2008.
Berdasarkan data pada tabel 5 dapat diketahui bahwa diketahui selama
3 tahun struktural mengalami peningkatan.
Untuk mengetahui beberapa jumlah tugas belajar yang dikirim selama
3 tahun terakhir maka dapat kita lihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6 Jumlah pegawai tugas belajar di Badan Kepegawaian Daerah Kota
Malang.
Jumlah pegawai yang dikirimNo Jenjang Pendidikan
2005 2006 2007
1. S2 (magister) 7 4 6
2. S1 (sarjana) - - -
3. D3 (diploma) - - -
Jumlah 7 4 6Sumber : Badan Kepegawaian Kantor PEMKOT Malang
Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malangtanggal 9 Januari 2008.
65
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai yang
mengikuti tugas belajar selama 3 th terakhir ini hanya yang berpendidikan
S2. Dan dapat dilihat bahwa sampai tahun 2007 pelaksanaan tugas belajar
tetap dilaksanakan walaupun dalam pelaksanaannya sangat ditentukan oleh
kemampuan daerah dalam pembiayaannya.
Sedangkan untuk mengetahui jumlah pegawai yang dikirim untuk
mengikuti diklat teknik fungsional akan ditampilkan pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang yang
mengikuti Diklat Teknis Fungsional
Jumlah pegawai yang dikirimNo Jenis diklat teknis
fungsional 2005 2006 2007
1. Kurus / Pelatihan 92 210 150
2. Ijin Belajar 68 54 56
3. Ujian Dinas 64 82 97
4. Ujian KPPI 70 57 3
Jumlah 294 403 341Sumber : Badan Kepegawaian Kantor PEMKOT Malang
Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malangtanggal 9 Januari 2008.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengiriman paling
banyak adalah berlangsung pada tahun 2006 dengan peserta kursus
terbanyak mencapai 210 peserta.
c. Pemberian Kejelasan atas Peran
Pemberian kejelasan atas peran setiap pegawai adalah merupakan
sesuatu hal yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kerja. Penetapan
kejelasan akan peran tersebut dilaksanakan dengan menetapkan job
66
Description serta menentukan uraian tugas bagi setiap pegawai, sehingga
mereka dalam menjalankan pekerjaannya mempunyai acuan yang terperinci
dan baku. Disamping itu dengan memberikan kejelasan peran kepada
pegawai dapat menghindari terjadinya kerancuan dan ketidakjelasan tugas-
tugas pegawai, yang pada akhirnya mengganggu tercapainya tujuan
organisasi.
Berkaitan dengan hal diatas, kejelasan atas peran setiap pegawai
khususnya pejabat struktural dapat dilihat dalam Peraturan Daerah Kota
Malang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Badan Kepegawaian Malang. Adapun isi dari Peraturan Daerah tersebut
mengatur secara rinci mengenai fungsi dan tugas pokok dari masing-masing
bagian. Dengan demikian jelas bahwa penetapan kejelasan peran di Badan
Kepegawaian Malang telah dilaksanakan. Kemudian pelaksanaan dari
fungsi dan tugas setiap bagian sebagian besar sudah berhasil. Hal ini terlihat
dari laporan tahunan anggaran dimana program-program yang direncanakan
melebihi target yang ditentukan.
Selanjutnya mengenai peran setiap pegawai dalam menjalankan tugas
dan fungsinya serta tanggungjawabnya dalam merealisasikan peran tugas
yang diberikan kepada staf, setiap kasubag memberikan tugas-tugas kepada
mereka berdasarkan porsi yang sama. Dari hasil penyelesaian tugas-tugas
pokok tersebut dapat diketahui sejauhmana kemampuan dan penguasaan
mereka dalam bekerja.
67
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian
kejelasan peran kepada pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota
Malang telah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dengan adanya
perincian fungsi dan tugas pokok dari setiap bagian serta adanya pembagian
pekerjaan oleh atasan kepada stafnya.
2. Prestasi Kerja Pegawai Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
Berkenaan dengan yang penulis kemukakan mengenai prestasi kerja,
maka yang penulis gunakan dalam mengukur prestasi kerja adalah kualitas,
kuantitas dan ketepatan waktu. Tetapi dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak
mengadakan pengukuran disebabkan penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Dalam hal ini yang penulis lakukan hanya mendiskripsikan hasil wawancara
beberapa orang pegawai.
Dalam rangka meningkatkan prestasi kerja ini dapat juga dilakukan oleh
pimpinan (atasan) dengan memberikan motivasi kepada bawahannya. Berikut
ini pendapat pegawai tentang sikap pimpinan dalam memberikan motivasi.
Tabel 8. Pendapat pegawai mengenai pemberian motivasi oleh atasan
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Selalu 2 12,50%
2 Kadang-kadang 14 87,50%
3 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang tanggal
9 Januari 2008.
68
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pendapat pegawai terhadap
pemberian motivasi yang dilakukan oleh atasan, terdapat 12 pegawai atau 80%
memberikan jawaban sesuai dengan waktu, 3 pegawai atau 20% menyatakan
kadang-kadang sesuai dan tak satupun yang memberikan jawaban waktu tidak
mencukupi.
a. Kuantitas Hasil Pekerjaan
Dalam melihat prestasi kerja maka yang dapat dilakukan adalah
dengan mengungkapkan sejauhmana pengaruh pemberian motivasi,
peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran dapat
meningkatkan jumlah hasil pekerjaan yang dapat diselesaikan.
Untuk memberikan gambaran tentang apakah selama ini jumlah
dihasilkan (kuantitas) sesuai dengan yang ditargetkan dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 9 Pendapat pegawai terhadap jumlah yang dihasilkan (kuantitas)
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Selalu 4 25%
2 Kadang-kadang 12 75%
3 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pendapat pegawai terhadap
jumlah yang dihasilkan (kuantitas) sesuai yang ditargetkan, terdapat 4
pegawai atau 25% memberikan jawaban selalu, 12 pegawai atau 5%
69
menyatakan kadang-kadang sesuai dan tak satupun yang memberikan
jawaban waktu tidak pernah.
Dengan adanya upaya pemberian motivasi, peningkatan kemampuan
dari penetapan kejelasan atas peran dapat mempengaruhi bertambahnya
hasil penyelesaian pekerjaan yang ada oleh staf. Dimana pegawai terbantu
sekali dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi kewajiban dan
tanggungjawab dengan tujuan agar pekerjaan yang dapat diselesaikan bisa
lebih banyak.
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya upaya-upaya yang
dilakukan Badan Kepegawaian Daerah di atas dapat meningkatkan kuantitas
hasil pekerjaan. Pemberian motivasi dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kuantitas hasil pekerjaan. Dengan adanya pemberian insentif
dapat memberikan tambahan penghasilan keluarga. Karena selama ini
dengan hanya mengandalkan gaji tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari yang harganya semakin meningkat. Dengan demikian
lebih dapat berkonsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan lebih banyak dari sebelumnya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian
motivasi yang antara lain dengan pemberian insentif dapat meningkatkan
jumlah hasil pekerjaan yang dapat diselesaikan.
Selanjutnya untuk mengetahui lebih lanjut setelah diadakan
wawancara dengan beberapa pegawai tentang upaya pemberian motivasi
70
terhadap peningkatan kuantitas hasil pekerjaan dapat dilihat pada tabel 10
berikut ini:
Tabel 10. Pendapat pegawai terhadap program pendidikan dan latihan
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hasil kerja.
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Sangat berpengaruh 2 12,50%
2 Cukup berpengaruh 14 87,50%
3 Tidak berpengaruh 0 0%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Berdasarkan pada tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar
pegawai memberikan tanggapan positif terhadap pengaruh pemberian
motivasi terhadap peningkatan jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan.
Tidak ada 1 orang yang memberikan tanggapan negatif karena menganggap
pemberian motivasi bahwa pemberian motivasi dapat meningkatkan
kuantitas hasil pekerjaan.
Penetapan kejelasan antara peran juga dapat meningkatkan kuantitas
hasil pekerjaan. Dengan adanya pembagian tugas yang jelas dapat membuat
pegawai mengerti akan tugas dan tanggungjawab yang menjadi bebannya.
Hal ini menghindari saling melempar pekerjaan dan menyalahkan satu sama
lain. Dimana dengan adanya pembagian tugas tersebut, pegawai dapat
bekerja dengan lancar dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian tugas-
tugas. Sehingga pegawai dapat meningkatkan jumlah hasil pekerjaan yang
dapat diselesaikan.
71
Dapat disimpulkan bahwa penetapan kejelasan atas peran dapat
meningkatkan kuantitas hasil pekerjaan. Dan untuk mengetahui secara lebih
jelas bahwa kejelasan peran melalui pembagian tugas kepada staf
Pemerintah berpengaruh terhadap peningkatan kuantitas pekerjaan pegawai,
dapat dilihat dari pernyataan pegawai yang penulis tuangkan dalam bentuk
tabel 11 berikut:
Tabel 11. Pendapat pegawai terhadap penetapan kejelasan atas peran dapat
meningkatkan kualitas hasil kerja.
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Dapat 14 87,50%
2 Kadang-kadang 2 12,50%
3 Tidak dapat 0 0%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Berdasarkan data tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar pegawai memberikan tanggapan baik terhadap pengaruh kejelasan atas
peran terhadap peningkatan kuantitas hasil pekerjaan. Dan tidak ada 1 orang
pun yang menjawab tidak dapat. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dengan penetapan kejelasan atas peran berpengaruh terhadap
kuantitas hasil pekerjaan.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan
kemampuan dapat meningkatkan kuantitas hasil pekerjaan. Untuk lebih
72
jelasnya dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa orang pegawai
Diklat Kepegawaian pada tabel 12 berikut ini.
Tabel 12. Pendapat pegawai pada pengaruh pemberian motivasi terhadap
kualitas hasil kerja.
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Sangat berpengaruh 2 12,50%
2 Cukup berpengaruh 14 87,50%
3 Tidak berpengaruh 0 0%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Dari tabel 12 tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pegawai memberikan tanggapan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil
kerja. Dan tidak 1 orang pun yang memberikan tanggapan tidak
berpengaruh karena merasa bahwa setelah Diklat Kepegawaian tidak
dipromosikan pada jabatan yang diharapkan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa arti peningkatan kemampuan dapat meningkatkan
kuantitas hasil pekerjaan.
b. Kualitas hasil pekerjaan
Prestasi kerja juga diukur dari kualitas hasil pekerjaan atau mutu yang
dihasilkan dalam penyelesaian tugas. Berikut ini pendapat pegawai terhadap
kualitas SDM di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang.
73
Tabel 13. Pendapat pegawai terhadap kualitas SDM
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Baik 2 25%
2 Cukup 14 75%
3 Kurang 0 0%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pendapat pegawai terhadap
kualitas SDM, terdapat 2 pegawai atau 25% memberikan jawaban baik, 14
pegawai atau 5% menyatakan cukup dan tak satupun yang memberikan
jawaban kurang.
Dimana dapat dilihat dari sejauhmana pengaruh pemberian motivasi,
peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran yang telah
dilaksanakan dapat meningkatkan mutu hasil pekerjaan. Dengan adanya
upaya pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan penetapan
kejelasan atas peran dapat meningkatkan mutu hasil pekerjaan. Hal ini
sangat mendukung pegawai dalam menyelesaikan tugas-tugas dibebankan
pada Sub Bagian dan staf. Dimana mutu hasil pekerjaan lebih meningkat
setelah adanya upaya tersebut. Yang tentunya sangat berpengaruh sekali
secara umum pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang.
Dengan adanya upaya-upaya Badan Kepegawaian tersebut dapat
meningkatkan mutu hasil pekerjaan. Pemberian motivasi berpengaruh
terhadap peningkatan mutu dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh
pegawai. Pengangkatan dalam suatu jabatan dapat mendorong pegawai
74
untuk lebih meningkatkan mutu dan hasil pekerjaan yang dilakukan,
sehingga diharapkan dengan usaha tersebut, pegawai yang lain juga dapat
dipromosikan. Tentunya hal tersebut diserahkan lagi kepada pimpinan
dalam memberikan penilaian yang tentunya diserahkan lagi kepada
pimpinan dalam memberikan penilaian yang tentunya lebih mengerti akan
hal-hal tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian
motivasi dapat meningkatkan hasil pekerjaan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa orang pegawai pada tabel 14
berikut ini:
Tabel 14. Pendapat pegawai pada pengaruh pemberian motivasi terhadap
ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan.
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Sangat berpengaruh 0 0%
2 Cukup berpengaruh 16 100%
3 Tidak berpengaruh 0 0%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Berdasarkan pada tabel 14 dapat disimpulkan bahwa sebagian
pegawai memberikan tanggapan positif.
Peningkatan kemampuan juga dapat meningkatkan mutu hasil
pekerjaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang staf yang
telah mengikuti Diklat Kepegawaian yang menerangkan bahwa setelah
mengikuti Diklat Kepegawaian yang menerangkan bahwa setelah mengikuti
75
Diklat, pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang terdapat
dalam petunjuk. Dan tentunya hasil pekerjaan apabila dibandingkan
sebelum mengikuti Diklat jauh lebih meningkat. Karena pegawai lebih
memahami apa yang seharusnya diikuti dalam petunjuk. Dimana sebelum
mengikuti Diklat pegawai belum begitu mengerti aturan-aturan yang
seharusnya dilaksanakan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Diklat Kepegawaian
dapat meningkatkan mutu hasil pekerjaan. Sebagaimana juga diungkapkan
dalam hasil wawancara dengan beberapa alumni Diklat Kepegawaian pada
Tabel 15 berikut ini :
Tabel 15. Pendapat pegawai pada pengaruh pendidikan dan latihan
kepegawaian terhadap kualitas hasil kerja.
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1 Sangat berpengaruh 0 0%
2 Cukup berpengaruh 12 75%
3 Tidak berpengaruh 4 25%
Jumlah 16 100%Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Berdasarkan tabel 15 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pegawai memberikan cukup berpengaruh. Dan 4 orang memberikan
tanggapan tidak berpengaruh dengan alasan yang bersangkutan tidak
ditempatkan sesuai dengan Diklat Kepegawaian yang diikuti.
Selain hal tersebut diatas penetapan kejelasan atas peran juga dapat
meningkatkan mutu hasil pekerjaan yang dicapai. Dengan pembagian tugas
76
yang jelas dapat meningkatkan konsentrasi pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan. Sehingga pegawai merasa tidak perlu takut bahwa pekerjaan
yang sedang dikerjakan adalah pekerjaan orang lain. Dengan dapat
berkonsentrasi tersebut pegawai dapat meningkatkan mutu dari hasil
pekerjaan yang sedang dikerjakan adalah pekerjaan orang lain. Dengan
dapat berkonsentrasi tersebut dapat meningkatkan mutu dari hasil pekerjaan
yang sedang diselesaikan. Dengan demikian masing-masing dari pegawai
dapat bekerja seperti yang diharapkan oleh pimpinan.
Dapat dibuat kesimpulan bahwa kejelasan atas peran dapat
meningkatkan mutu dari hasil pekerjaan yang diselesaikan.
c. Ketepatan Waktu
Selanjutnya untuk melihat prestasi kerja yaitu ketepatan waktu dalam
menyelesaikan tugas, dimana dalam hal ini dapat dilihat juga bahwa dari
sejauh mana pengaruh pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan
penetapan kejelasan atas peran yang dirasakan untuk dapat meningkatkan
atau memicu penyelesaian tugas tepat pada waktunya. Hal ini tidak luput
dari upaya pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan penetapan
kejelasan atas peran yang dilakukan Badan Kepegawaian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian motivasi,
peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran berpengaruh
terhadap penyelesaian tugas tepat pada waktunya. Pendapat pegawai
terhadap waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas yaitu:
77
Tabel 16. Pendapat Pegawai Terhadap Waktu Yang Diperlukan Dalam
Menyelesaikan Tugas
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1. Cukup 3 18,75 %
2. Sedang 13 81,25 %
3. Tidak cukup 0 0 %
Jumlah 16 100 %Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Dari tabel diatas menunjukkan pendapat pegawai terhadap waktu yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas, terdapat 3 pegawai atau 18,75 %
memberikan jawaban cukup, 13 pegawai atau 81,25 % menyatakan kadang-
kadang sesuai dan tak satupun yang memberikan jawaban waktu tidak
mencukupi.
Dengan pemberian insentif memicu pegawai untuk menyelesaikan
pekerja tepat pada waktunya. Sehingga dengan selesainya pekerjaan tepat
pada waktunya tersebut, pegawai merasa tidak terbebani dengan pekerjaan
tersebut. Dan pegawai dapat mengerjakan pekerjaan yang lain. Yang
tentunya hal tersebut sangat mendorong pegawai dalam bekerja sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dalam rangka tuntutan tugas dan
tanggung jawab tersebut.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan dengan mengikuti
pendidikan dan latihan dapat berpengaruh terhadap penyelesaian pekerjaan
tepat pada waktunya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil
wawancara dengan beberapa informasi pada tabel 17 berikut ini:
78
Tabel 17. Pendapat Pegawai Mengenai Setelah Mengikuti Pendidikan dan
Latihan Ketepatan Waktu Penyelesaian Pekerjaan Dapat Tercapai
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1. Dapat tercapai 2 12,50 %
2. Kadang-kadang 14 87,50 %
3. Tidak tercapai 0 0 %
Jumlah 16 100 %Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Berdasarkan data tabel 17 tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar pegawai memberikan dapat tercapai. Dan tidak seorangpun yang
memberikan jawaban tidak tercapai.
Peningkatan kemampuan juga dapat mendorong penyelesaian tugas
tepat pada waktunya dengan mengikuti Diklat Bendahara Pegawai
khususnya bendahara lebih mengerti hal-hal yang berhubungan dengan
perbendaharaan. Sehingga pegawai dapat menyelesaikan tugas sesuai
dengan petunjuk atau aturan yang telah ditentukan. Dan pengetahuan di
bidang keuangan bertambah dengan adanya Diklat tersebut. Dimana dengan
demikian pegawai dapat menyelesaikan tugas tersebut tepat pada waktunya
dan tidak ada tunggakan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan Diklat
kepegawaian dapat berpengaruh terhadap penyelesaian tugas tepat pada
waktunya. Hal ini juga dapat dilihat dari pendapat beberapa alumni Diklat
kepegawaian pada tabel 18 berikut ini:
79
Tabel 18. Pendapat Pegawai Mengenai Penetapan Kejelasan Atas Peran
dapat Menyelesaikan Pekerjaan Tepat pada Waktunya
No Pernyataan Pegawai Jumlah Persentase
1. Dapat 8 50 %
2. Kadang-kadang 8 50 %
3. Tidak dapat 0 0 %
Jumlah - 100 %Sumber : Hasil wawancara pegawai di Badan Kepegawaian Daerah PEMKOT Malang
tanggal 9 Januari 2008.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pegawai
memberikan tanggapan baik terhadap pengaruh peningkatan kemampuan
terhadap penyelesaian tugas tepat pada waktunya. Dan tidak ada satu
orangpun yang memberikan tanggapan bahwa penetapan kejelasan atas
peran dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya.
Selain kedua hal tersebut, penetapan penjelasan atas peran dapat
berpengaruh terhadap penyelesaian pekerjaan tepat pada atasannya. Dengan
adanya pembagian tugas yang jelas maka pegawai mengerti akan tugas dan
tanggungjawabnya. Sehingga pegawai tidak mencari-cari lagi tugas apa
yang harus dikerjakan secepatnya. Dan tidak takut bahwa tugas yang
dikerjakan tersebut merupakan tugas teman yang lain. Selain itu juga
pegawai merasa dikejar-kejar apabila tugasnya belum selesai. Maka
pegawai selalu berusaha untuk menyelesaikan tugasnya tepat pada
waktunya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penetapan kejelasan
atas peran berpengaruh terhadap penyelesaian tugas tepat pada waktunya.
80
C. Analisis dan Interpretasi Data
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, peneliti berusaha untuk
menganalisa dan menginterpretasikan. Adapun analisis dan interpretasi data
tersebut meliputi:
1. Upaya-Upaya Peningkatan Prestasi Kerja
a. Pemberian Motivasi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan upaya peningkatan prestasi
kerja pegawai melalui pemberian motivasi telah dilaksanakan dengan cukup
baik oleh Badan Kepegawaian. Pemberian insentif kepada pegawai yang
berhak menerima perlakuan secara rutin dan sedetail serta tepat waktu. Hal
ini sedikit banyak mendorong pegawai untuk lebih kreatif, sehingga
pekerjaan yang lebih dapat dihasilkan mempunyai kualitas dan kuantitas
yang lebih baik.
Selain penghargaan Badan Kepegawaian juga telah menetapkan
hukuman berupa sanksi terhadap pegawaian melakukan pelanggaran baik
kategori berat maupun ringan. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai, yang memuat
tentang perilaku dan sikap pegawai agar citra aparatur di masyarakat tetap
baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian
insentif negatif (hukuman) mempunyai dua manfaat yaitu pertama dapat
memotivasi pegawai untuk disiplin dan tidak melanggar peraturan yang ada
serta yang kedua dengan adanya disiplin pegawai akan menunjang
81
peningkatan hasil kerja yang lebih baik, hal ini berarti juga bahwa prestasi
kerja pegawai meningkat.
Upaya lain yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian untuk
meningkatkan prestasi kerja pegawai melalui pemberian motivasi adalah
pengangkatan dalam jabatan. Pengangkatan pegawai untuk menduduki
suatu jabatan dapat memberikan dorongan kepada pegawai untuk bersaing
secara sehat guna mencapai kedudukan yang dimaksud. Sehingga mereka
akan bekerja keras, tepat waktu, disiplin dan meningkatkan kemampuan
dengan harapan agar bisa mendapatkan penilaian dari pemimpin untuk bisa
didudukkan dalam jabatan tertentu.
Sebagaimana ditampilkan pada tabel sebelumnya bahwa jumlah
jabatan struktural yang ada di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
sangat terbatas jumlahnya, sementara jumlah pegawai yang ada jumlahnya
sangat banyak. Untuk itu pengangkatan dalam jabatan harus dilakukan
seobjektif mungkin, bebas dari unsur-unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
sehingga dapat mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur Negara dan
abdi negara/masyarakat yang benar-benar bersih dan profesionalisme di
bidang tugasnya, terutama dalam menghadapi era pembaharuan dewasa ini.
Sehubungan dengan hal tersebut Badan Kepegawaian dalam
mengangkat pegawai untuk menduduki suatu jabatan tetap memperhatikan
beberapa persyaratan yang ada seperti kemampuan pegawai, pangkat atau
golongan, senioritas, serta pendidikan dan latihan penjenjangan. Disamping
82
itu secara prosedural juga dibentuk Tim Dewan Kepangkatan yang diketuai
oleh sekretaris Wilayah/Daerah.
Selain pemberian insentif dan pengangkatan dalam jabatan struktural,
upaya lain yang ditempuh oleh Badan Kepegawaian adalah melakukan
mutasi pegawai. Mutasi atau kepindahan pegawai adalah salah satu cara
untuk memotivasi pegawai untuk bekerja lebih kreatif.
b. Peningkatan Kemampuan Pegawai
Upaya kedua yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian dalam
meningkatkan prestasi kerja pegawai adalah dengan meningkatkan
kemampuan pegawai, yang meliputi pengiriman pegawai untuk mengikuti
pendidikan latihan penjenjangan baik struktural maupun fungsional,
pengiriman, pegawai untuk mengikuti kursus-kursus dan penataran,
pengiriman tugas belajar serta belajar serta pemberian ijin belajar kepada
pegawai.
Adapun yang dimaksud pendidikan dan latihan struktural adalah
pendidikan secara bertingkat dalam bidang tugasnya bagai Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural tertentu, sehingga diharapkan
mampu memimpin dan melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan
pembangunan di jajaran Departemen Dalam Negeri.
Selain upaya peningkatan prestasi kerja yang diselenggarakan oleh
Badan Kepegawaian ialah dengan mengirimkan pegawai untuk mengikuti
pendidikan dan latihan teknis fungsional, kursus maupun penataran terus
diupayakan, mengingat bahwa jumlah bagian yang ada di Badan
83
Kepegawaian Daerah Kota Malang sangat banyak sudah barang tentu
dibutuhkan pegawai yang profesional atau ahli pada bidang tugasnya
masing-masing, seperti Bendaharawan, Pimpinan proyek, Kearsipan dan
sebagainya.
Berkaitan dengan hal diatas, kebijaksanaan yang ditempuh oleh Badan
Kepegawaian adalah mengirimkan pegawai dari setiap Badan Kepegawaian
adalah mengirimkan pegawai dari setiap bagian secara bergantian.
c. Penetapan Kejelasan atas Peran
Data hasil wawancara dan pengamatan langsung pada objek studi
dapat dinyatakan bahwa penetapan kejelasan atas peran yang dilaksanakan
oleh Badan Kepegawaian telah dilakukan dengan baik. hal ini terbukti telah
disusunnya Peraturan Daerah II Kabupaten Malang Nomor 06 Tahun 2004,
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian
Kotamadya Malang dan DPRD Tingkat II Malang, yang mengatur tentang
tugas dan fungsi setiap pemimpin dapat diatur dan ditetapkan sehingga
keseluruhan potensi yang ada dapat dicurahkan untuk mengerjakan tugasnya
secara maksimal, sehingga berdampak bahwa pekerjaan yang dihasilkan
bisa optimal.
Selain pemberian kejelasan atas peran kepada pimpinan, untuk
mengoptimalkan para pegawai yang tidak memegang jabatan, masing-
masing bagian juga sudah mengatur pembagian tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab Kepala Sub Bagian kepada stafnya secara merata. Sehingga
staf juga bisa mengetahui apa yang harus dilakukan secara rutin dan dapat
84
mencurahkan perhatiannya kepada tugas yang dibebankan kepadanya.
Dalam hal ini Badan Kepegawaian kurang begitu berperan, sebab lebih
banyak dilaksanakan oleh kepada bagian masing-masing dalam mengawasi
dan menentukan tugas-tugas staf.
2. Prestasi Kerja Pegawai
a. Kuantitas Hasil Pekerjaan
Untuk mengukur peningkatan prestasi kerja di Badan Kepegawaian
Daerah Kota Malang dapat dilihat dari kuantitas hasil pekerjaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Umum dan
Perlengkapan Kabupaten Malang menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan dalam kuantitas atau jumlah pekerjaan yang dihasilkan. Hal ini
didorong dengan adanya pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan
penempatan kejelasan atas peran pada pegawai di bagiannya.
Hal serupa juga disampaikan oleh beberapa orang staf yang
menyatakan bahwa pentingnya pemberian motivasi, peningkatan
kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran terhadap pelaksanaan
pekerjaan. Dimana dalam melaksanakan tugasnya mereka merasakan
adanya pengaruh upaya-upaya tersebut dalam penyelesaian tugasnya.
Sehingga dengan demikian jumlahnya pekerjaannya yang dihasilkan dapat
lebih meningkat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerjaan
yang dihasilkan dapat lebih meningkat dengan adanya penetapan kejelasan
atas peran. Selain itu diketahui bahwa seluruh pegawai memberikan
85
tanggapan positif terhadap pemberian motivasi, peningkatan kemampuan
dan penetapan kejelasan atas peran dalam mempengaruhi kuantitas atau
jumlah pekerjaan yang dihasilkan. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa jumlah yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh
pemberian motivasi, peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan
pekerjaan atas peran.
b. Kualitas Hasil Pekerjaan
Prestasi kerja juga diukur dari kualitas hasil pekerjaan yaitu mutu
yang dihasilkan. Dimana berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag
Kepangkatan menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kualitas atau
mutu pekerjaan yang dihasilkan. Hal ini didorong dengan pemberian
motivasi, peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran yang
dilakukan selama ini.
Hal tersebut juga disampaikan oleh beberapa orang staf upaya-upaya
tersebut dalam meningkatkan kualitas hasil pekerjaan. Ternyata hampir
seluruh pegawai memberikan tanggapan bahwa pemberian motivasi,
peningkatan kemampuan dan penetapan kejelasan atas peran mempengaruhi
peningkatan kualitas hasil pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan
kualitas hasil pekerjaan dapat dipengaruhi oleh adanya upaya-upaya yang
dilakukan Badan Kepegawaian tersebut.
c. Ketepatan Waktu
Selain dari kedua tersebut diatas prestasi kerja pegawai dapat diukur
dengan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, dimana
86
berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pembinaan yang menerangkan
bahwa penyelesaian pekerjaan telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Hal
ini didorong dengan adanya pemberian motivasi peningkatan kemampuan
dan penetapan kejelasan atas peran.
Hal serupa juga disampaikan oleh beberapa orang staf yang hampir
seluruhnya memberikan tanggapan positif terhadap pengaruh pemberian
motivasi, peningkatan kemampuan dan kejelasan atas peran terhadap
ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan dapat
dipengaruhi oleh pemberian motivasi peningkatan kemampuan dan
penetapan kejelasan atas peran.
3. Hambatan-hambatan Badan Kepegawaian Daerah dalam meningkatkan
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Daerah
PEMKOT Malang.
Semua badan yang mempunyai fungsi dan tugas baik suatu badan resmi
maupun tak resmi yang berjalan pasti mempunyai hambatan-hambatan yang
mana di tiap masing-masing badan tersebut berbeda-beda. Dan Badan
Kepegawaian Daerah adalah termasuk salah satunya. Di dalam Badan
Kepegawaian Daerah terdapat Pegawai Negeri Sipil yang bekerja untuk
menjalankan fungsi dan tugas pokok dari Badan Kepegawaian Daerah, dimana
secara keseluruhan pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas
di Badan Kepegawaian Daerah Kantor PEMKOT Malang, sudah cukup baik
dengan merujuk pada peraturan-peraturan yang ada. Tetapi dalam kenyataan
87
yang terjadi di lapangan masih terdapat beberapa hambatan yang dialami oleh
Badan Kepegawaian Daerah di dalam proses pelaksanaannya. Fungsi dan tugas
pokoknya yang seharusnya sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Malang
nomor 6 tahun 2004. Meskipun sudah dibuat peraturan tersebut tetapi masih
ada masalah yang berhubungan dengan peraturan-peraturan yang ada tersebut.
Maupun masalah antara Pegawai Negeri Sipil yang ditegaskan di Badan
Kepegawaian Daerah Kantor PEMKOT Malang tersebut.
Adapun salah satu yang menjadi hambatan pelaksanaan peningkatan
prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Daerah Kantor
PEMKOT Malang adalah masalah yang kadang dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil yang diperbantukan masalah yang terjadi yaitu adalah seringkali
Pegawai Negeri Sipil keluar kantor atau berjalan. Berjalan pada jam-jam dinas
sehingga mengakibatkan molornya jadwal penyelesaian tugas. Berdasarkan
pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengetahui bahwa
masih cukup banyak Pegawai Negeri Sipil yang pada jam-jam dinas
meninggalkan kantor hanya karena pada jam tersebut Pegawai Negeri Sipil
tersebut sedang tidak menggarap tugas. Sedangkan pada menit-menit
selanjutnya. Belum tentu ia tidak diserahi tugas. Dan menurut pengamatan
penulis lagi terkadang tugas yang diserahkan masih menumpuk di meja kantor
Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan. Hal ini sesuai dengan penglihatan
penulis Pegawai Negeri Sipil tidak bisa menyelesaikan tugas tersebut pada hari
terebut dan pada hari tinggal waktunya Pegawai Negeri Sipil yang
diperbantukan tersebut tergesa-gesa dalam penyelesaiannya.
88
Dan tentu saja sifat tersebut adalah mengurangi keefektifan Badan
Kepegawaian Daerah dalam mengupayakan peningkatan prestasi kerja pegawai
Negeri Sipil yang diperbantukan di badannya. Disini hal tersebut adalah
berpengaruh pada menurunnya kemampuan kerja Pegawai Negeri Sipil dimana
kualitas hasil kerja yang diselesaikan tentu saja menjadi kurang maksimal.
Selain itu yang juga tampak sebagai hambatan bagi pelaksanaan
pengupayaan penaikan prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil di Badan
Kepegawaian Daerah kantor PEMKOT Malang adalah adanya Pegawai Negeri
Sipil yang tidak masuk dinas baik untuk sehari maupun berhari-hari. Pegawai
Negeri Sipil yang semacam ini memang terkadang muncul dan cukup
mengganggu kelancaran dari proses kerja yang telah ditentukan.
Hal-hal tersebut adalah sangat jelas bertentangan dengan kebijaksanaan
dan aturan dari Badan Kepegawaian Daerah. Dikarenakan jalannya Badan
Kepegawaian Daerah ini adalah telah ditentukan sesuai aturan dari pusat yakni
PUTUSAN WALI KOTA MALANG NOMOR 350 TAHUN 2004 tentang
uraian tugas pokok, fungsi dan tata kerja. Badan Kepegawaian Daerah Kota
Malang sehingga semua tindak tanduk yang dilaksanakan tidak boleh lepas dari
aturan tersebut.
4. Solusi untuk mengatasi hambatan pelaksanaan upaya Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang dalam peningkatan prestasi kerja
Pegawai Negeri Sipil
Dari hambatan-hambatan yang telah diuraikan diatas, maka perlu adanya
suatu solusi dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan tersebut, agar proses
89
pelaksanaan pengupayaan peningkatan prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil oleh
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang dapat berjalan optimal dan
terstruktur sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Untuk masalah keluarnya Pegawai Negeri Sipil pada jam-jam dinas maka
dapat diantisipasi dengan adanya buku ijin keluar masuk. Yaitu buku yang
mencatat keluar masuknya Pegawai Negeri Sipil yang bertugas. Hal ini cukup
objektif sehingga dapat meminimalisir. Banyaknya pegawai negeri sipil yang
meninggalkan kantor pada jam-jam dinas.
Disini keefektifan terlihat dimana dengan adanya buku keluar masuk
maka Pegawai Negeri Sipil yang memang melaksanakan tugas dinas ataupun
bisa dengan adanya kepentingan yang cukup mendesak.
Selanjutnya untuk permasalahan tidak masuk untuk berdinas telah
ditentukan dalam buku pedoman kepegawaian yang dikeluarkan oleh Badan
Kepegawaian Daerah Kota Malang suatu jenis hukuman yang terstruktur
berdasarkan tingkat kesalahan yaitu:
a. 3 hari jam kerja secara terus menerus & atau 2-5 x tidak ikut apel pagi/siang
secara terus menerus/berselang dalam 1 bulan. Maka dalam rangka
pembinaan atau mendidik PNS yang bersangkutan diberikan peringatan-
peringatan.
b. 4-6 hari kerja secara terus menerus/berselang dalam 1 bulan tanpa
keterangan, dikenakan sangsi teguran lisan.
c. 7-9 hari kerja secara terus/berselang dalam 1 bulan tanpa keterangan
dikenakan teguran tertulis.
90
d. 10-12 hari kerja secara terus/berselang dalam 1 bulan tanpa keterangan
dikenakan sanksi pernyataan tidak puas secara tertulis.
e. 13-15 hari kerja terus/berselang 1 bulan tanpa keterangan dikenakan
penundaan gaji berkala selama 3 bulan.
f. 16-18 hari kerja secara terus/berselang 1 bulan tanpa keterangan dikenakan
sanksi penurunan gaji 1 x berkala selama 3 bulan.
g. 19-22 hari kerja secara terus/berselang 1 bulan tanpa keterangan dikenakan
sanksi berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 6 bulan.
h. 22 hari kerja/lebih secara terus/berselang dalam 1 bulan tanpa keterangan
dikenakan sanksi berupah 1 penundaan kenaikan pangkat selama 6 bulan,
paling lama 1 tahun.
i. 30 hari kerja secara terus menerus tanpa keterangan yang sah dipanggil
secara dinas melalui alamat rumah/tempat tinggal disertai tanda bukti
pengiriman surat, baik melalui pos, baik melalui pos maupun kurir minimal
3x panggilan dengan catatan:
a) Apabila ketidakhadiran PNS tersebut dianggap cukup alasan dan masih
dapat dibina, diberi sanksi berupah penundaan kenaikan pangkat selama
1 th.
b. Apabila ketidakhadiran PNS tersebut karena kelalaiannya/tidak cukup
alasan sebagai bahan pertimbangan penjatuhan hukuman tersebut diatas,
permasalahannya diteruskan kepada Gub Kdh Tk. 1 Jatim melalui
saluran hirarki.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan setelah menganalisanya, maka
berikut ini penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya yang dilakukan oleh BKD Kota Malang dalam rangka meningkatkan
prestasi kerja karyawan terdiri dari :
a. Pemberian motivasi yang diusahakan dengan pemberian insentif dan
hukuman.
b. Peningkatan kemampuan pegawaian dengan cara mengirimkan pegawai
untuk mengikuti pendidikan dan latihan struktural.
c. Dengan cara pemberlakuan pembagian tugas kepada masing-masing
pegawai.
2. Keadaan aparatur/pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang secara
umum mempunyai prestasi kerja baik. Hal ini didasarkan pada hasil pekerjaan
yang baik dan didasarkan pada waktu penyelesaian pekerjaan adalah sesuai
dengan waktu yang ditetapkan merupakan hasil yang positif dari upaya-upaya
yang telah dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah dalam rangka
meningkatkan prestasi kerja pegawai.
3. Prestasi kerja yang baik ini juga didukung dengan adanya daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan sebagai evaluasi mengenai pelaksanaan tugas seorang
pegawai yang bersangkutan mempunyai prestasi kerja yang baik/tidak. Dengan
91
92
demikian daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat merupakan salah satu
tolak ukur mengetahui prestasi kerja pegawai.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam rangka meningkatkan
kerja pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang maka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai, pengirim
pegawai untuk mengikuti diklat struktural diutamakan mereka yang telah
memegang jabatan/mereka yang lebih senior baik dari segi kepangkatan serta
masa kerja. Sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial di antara
pegawai. Disamping itu agar persyaratan untuk menduduki suatu jabatan
benar-benar terpenuhi.
2. Disamping itu dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai juga
diberikan kemudahan ijin belajar karena dengan adanya ijin belajar tersebut
memungkinkan pegawai untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan
apabila dilihat dari segi kepangkatan mereka akan dapat mencapai pangkat
yang lebih tinggi sesuai dengan ijaza yang dimiliki. Sehingga diharapkan
dengan diberikan ijin belajar dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan prestasi kerja pegawai.
93
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang. 2004. Pokok-pokok Kepegawaian.
Dharma, Agus. 1985. Management Prestasi Kerja. Jakarta: CV. Rajawali.
Dwi, S.B., Awif dan Marwan Asri. 1986. Pengelolaan Karyawan. Yogyakarta:BPFZ.
Ghufron, Ahmad. 1991. Management Kepegawaian. Jakarta: Kanisius.
Handoko, T., Hani. 1999. Manajemen Personalia dan SDM. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, S.P. 1987. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta: CV.Gunung Agung.
Jiwanto, Gumawan. 1985. Manajemen Personalia dan SDM. Yogyakarta: BPFE.
Kartasasmita, G. 1996. Pengembangan SDM. Malang: BPFIA.
Manullang. 1984. Management Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moekijat. 1995. Manajemen Personalia dan SDM. Bandung: CV. Mandar Mangu.
Mussanef. 1992. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: CV. Haji MasAgung.
Nainggolan, H. 1987. Pembinaan PNS. Jakarta: PT. Pertija.
Nawawi, Hadari, dan Mimi, Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Rao, T.V. 1996. Penilaian Prestasi Kerja Teori dan Praktek. Jakarta: PustakaBinawan Presindo.
Saleh, K., Wantjik. 1994. PP. No. 14 Tahun 1994 Tentang Pendidikan danLatihan Jabatan PNS. PP No. 45 Tahun 1994 Tentang PengangkatanDalam Jabatan Struktural. PP No. 16 Tahun 1994 Tentang JabatanFungsional PNS. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Seotomo. 1985. Dasar-Dasar terhadap Research. Bandung: Tarsito UniversityPress.
Siagian, Sondang, P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara.
94
Steers, Richard, M. 1985. Efektifitas Organisasi. Diterjemahkan oleh Magdalina.Jakarta : Erlangga.
Surachmad, Winarto. 1985. Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito.
Warsanto, IG. 1991. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Jatmika.
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang. 2004. Himpunan Peraturan PegawaiNegeri Sipil. Malang.
95
PerUndang-Undangan dan Peraturan
UU RI No. 32/2004 Tentang PEMDA (Otonomi Daerah)
UU RI No. 43/1999 Tentang Perubahan Atas UU RI No. 8/1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Peraturan Pemerintah No. 101/2000Tentang Pendidikan dan Latihan Jabatan PNS.
PERDA Kota Malang No. 6/2004 Tentang Susunan Organisasi dan Tata KaryaBadan Kepegawaian.
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1980 tentang Dasar Kenaikan Pangkat.
Peraturan Pemerintah No. 12/2002 tentang Pengangkatan PNS.
96
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apakah tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah.
2. Berapa jumlah pegawai yang ada di PEMKOT.
3. Berapa jumlah pegawai di Badan Kepegawaian Daerah.
4. Berapa jumlah jabatan yang ada di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah.
5. Berapa jumlah pegawai yang mengikuti Diklat.
6. Sehubungan dengan pemberian motivasi dalam upaya peningkatan prestasi
kerja pegawai salah satunya adalah dengan melalui pemberian insentif.
Bagaimana pendapat saudara dengan pemberian insentif tersebut?
7. Pengangkatan dalam sebuah jabatan merupakan suatu bentuk pengembangan
karir pegawai yang berdasarkan prestasi kerja pegawai. Pertimbangan dan
kriteria apa saja yang menjadi dasar pengangkatan pegawai dalam suatu
jabatan?
8. Mutasi pegawai adalah salah satu bentuk pembinaan pegawai dimana dengan
adanya mutasi pegawai diharapkan dapat memberikan suasana kerja baru yang
lebih baik dan menambah pengalaman pegawai serta menghindari kebosanan
kerja. Bagaimana pendapat Bapak dengan adanya mutasi dan apa manfaat yang
diperoleh dari adanya mutasi tersebut.
9. Pemberian kejelasan atas peran setiap pegawai adalah merupakan suatu hal
yang diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi kerja berkaitan dengan
hal tersebut. Upaya apa saja yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah
Kota Malang dalam menetapkan peran pegawai.
10. Sejauh mana pengaruh pemberian motivasi peningkatan kemampuan kerja
dan penetapan kejelasan atas peran, dapat meningkatkan hasil pekerjaan yang
dapat diselesaikan.