9
125 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658 PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KINERJA PEKERJA PELAKSANAAN BEKISTING PADA PEKERJAAN BETON Amin Zainullah 1) , Agus Suharyanto 2) , Sugeng P. Budio 3) VEDC Malang 1) E-mail : [email protected] Program Magister Teknik Sipil, Minat Manajemen Konstruksi Universitas Brawijaya Malang 2,3) Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini menganalisis pengaruh upah, kemampuan kerja dan pengalaman kerja terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting. Populasi dari penelitian ini adalah pekerja yang sedang melaksanakan proyek Pembangunan Perumahan Greenwood Golf , Pondok Blimbing Indah Kota Malang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh yaitu seluruh pekerja pada sebuah proyek pembangunan yang sedang berlangsung dengan jumlah 37 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah, kemampuan kerja dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting . Daya prediksi dari model regresi (R-square) yang dibentuk dalam pengujian ini memiliki nilai 36,1%, artinya upah, kemampuan kerja, dan pengalaman kerja mempunyai kontribusi terhadap kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar 36,1%, sedangkan sisanya 63,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Manajemen pelaksanaan proyek konstruksi perlu memperhatikan upah karena dengan meningkatkan upah maka kinerja pekerjanya juga akan meningkat. Untuk menambah kemampuan dan pengalaman kerja hendaknya pekerja diikutkan pada pelatihan pembuatan bekisting agar bisa membuat bekisting yang kuat, tidak bocor, mudah dibongkar serta tepat ukurannya dan memiliki nilai ekonomis tinggi dengan waste bekisting yang minimal. Kata kunci: kemampuan, kinerja, pengalaman, upah PENDAHULUAN Perkembangan konstruksi beton di Indonesia mengalami banyak kemajuan dari segi kuantitas . Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan yang menggunakan konstruksi beton dari daerah perkotaan hingga ke daerah pedesaan seperti bangunan tempat ibadah maupun bangunan rumah tinggal, perkantoran, ruko, sekolahan dsb. Namun dilihat dari segi kualitas, mutu beton yang dibuat dalam skala kecil terutama di daerah masih jauh dari yang diharapkan karena dilaksanakan dengan sangat konvensional oleh para pekerja konstruksi yang kurang terampil dan kurang memahami cara pelaksanaan pengerjaan beton terutama pelaksanaan pembuatan bekisting. Pengerjaannya kurang sempurna dan tidak kuat sehingga ketika dicor banyak yang melendut, berubah bentuk, bocor bahkan sampai jebol. Akibat dari lemahnya bekisting maka pemadatan pun dilaksanakan dengan asal-asalan karena khawatir bekistingnya rusak hal ini akan berpengaruh pada tingkat kepadatan beton. Permasalahan lain timbul setelah bekisting dibongkar maka harus dilakukan perbaikan beton seperti memahat bagian-bagian yang lendut dan menambal beton yang keropos , padahal mutu beton tambalan tidaklah sama dengan beton monolit. Bekisting dalam pekerjaan konstruksi beton artinya acuan, wadah atau

Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

Citation preview

Page 1: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

125

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN DAN PENGALAMAN KERJA

TERHADAP KINERJA PEKERJA PELAKSANAAN BEKISTING PADA

PEKERJAAN BETON

Amin Zainullah

1), Agus Suharyanto

2), Sugeng P. Budio

3)

VEDC Malang1)

E-mail : [email protected]

Program Magister Teknik Sipil, Minat Manajemen Konstruksi

Universitas Brawijaya Malang2,3)

Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis pengaruh upah, kemampuan kerja dan pengalaman kerja terhadap kinerja pekerja

pelaksanaan pekerjaan bekisting. Populasi dari penelitian ini adalah pekerja yang sedang melaksanakan proyek

Pembangunan Perumahan Greenwood Golf , Pondok Blimbing Indah Kota Malang. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh yaitu seluruh pekerja pada sebuah proyek

pembangunan yang sedang berlangsung dengan jumlah 37 orang. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah, kemampuan kerja dan

pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting .

Daya prediksi dari model regresi (R-square) yang dibentuk dalam pengujian ini memiliki nilai 36,1%, artinya

upah, kemampuan kerja, dan pengalaman kerja mempunyai kontribusi terhadap kinerja pekerja pelaksanaan

pekerjaan bekisting sebesar 36,1%, sedangkan sisanya 63,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.

Manajemen pelaksanaan proyek konstruksi perlu memperhatikan upah karena dengan meningkatkan upah maka

kinerja pekerjanya juga akan meningkat. Untuk menambah kemampuan dan pengalaman kerja hendaknya

pekerja diikutkan pada pelatihan pembuatan bekisting agar bisa membuat bekisting yang kuat, tidak bocor,

mudah dibongkar serta tepat ukurannya dan memiliki nilai ekonomis tinggi dengan waste bekisting yang

minimal.

Kata kunci: kemampuan, kinerja, pengalaman, upah

PENDAHULUAN

Perkembangan konstruksi beton di

Indonesia mengalami banyak kemajuan

dari segi kuantitas . Hal ini dapat dilihat

dari banyaknya bangunan yang

menggunakan konstruksi beton dari daerah

perkotaan hingga ke daerah pedesaan

seperti bangunan tempat ibadah maupun

bangunan rumah tinggal, perkantoran,

ruko, sekolahan dsb. Namun dilihat dari

segi kualitas, mutu beton yang dibuat

dalam skala kecil terutama di daerah masih

jauh dari yang diharapkan karena

dilaksanakan dengan sangat konvensional

oleh para pekerja konstruksi yang kurang

terampil dan kurang memahami cara

pelaksanaan pengerjaan beton terutama

pelaksanaan pembuatan bekisting.

Pengerjaannya kurang sempurna dan tidak

kuat sehingga ketika dicor banyak yang

melendut, berubah bentuk, bocor bahkan

sampai jebol. Akibat dari lemahnya

bekisting maka pemadatan pun

dilaksanakan dengan asal-asalan karena

khawatir bekistingnya rusak hal ini akan

berpengaruh pada tingkat kepadatan beton.

Permasalahan lain timbul setelah bekisting

dibongkar maka harus dilakukan perbaikan

beton seperti memahat bagian-bagian yang

lendut dan menambal beton yang keropos ,

padahal mutu beton tambalan tidaklah

sama dengan beton monolit.

Bekisting dalam pekerjaan

konstruksi beton artinya acuan, wadah atau

Page 2: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

126

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

cetakan (formwork) berfungsi untuk

menampung baja tulangan dan beton

basah yang akan dicor sesuai dengan

bentuk yang diharapkan dan menjaga

hingga proses pengerasannya. Bekisting

terdiri dari bidang kontak yang langsung

menempel beton (papan kayu , multiplek,

plat baja atau bahan lain) dan balok-balok

pembagi maupun balok pendukungnya

(Sagel/Gideon 1993). Pengerjaan bekisting

memerlukan perencanaan yang matang

karena ketika dilaksanakan pengecoran

dengan kecepatan menanjak tinggi maka

gaya horisontal yang bekerja sangat besar

terutama pada bagian bawah yaitu sebesar

tinggi cor dikalikan berat jenis beton

basah, yang apabila tidak diantisipasi

dengan kekuatan bekisting yang memadai

bisa terjadi kegagalan pengecoran karena

bekistingnya jebol.

Sumber daya merupakan faktor

penentu dalam keberhasilan suatu proyek

kontruksi. Sumber daya yang berpengaruh

dalam proyek terdiri dari man, materials,

machine, money dan method. Sumber

Daya Manusia adalah salah satu faktor

yang sangat berpengaruh dalam sebuah

pekerjaan, termasuk dalam sebuah

pekerjaan kontruksi. Sebuah pekerjaan

sekecil apapun apabila tidak didukung

dengan sumber daya manusia yang bagus

dalam hal kualitas dan produktivitas, tidak

akan memberikan hasil yang maksimal dan

memuaskan dalam sebuah proyek. Bahkan,

akibat penggunaan sumber daya manusia

yang kurang tepat bisa mengakibatkan

sebuah kerugian yang besar pada proyek

kontruksi.

Dalam upaya untuk mengatur atau

memanajemen penggunaan Sumber Daya

Manusia agar realistis, maka kontraktor

harus mengetahui tingkat kinerja masing-

masing. Hal tersebut sangat diperlukan

untuk memantau dan memetakan apa yang

akan terjadi pada sebuah proyek akibat

penggunaan dan pemanfaatan tenaga kerja.

Kurang diperhatikannya kinerja tenaga

kerja pada suatu proyek kontruksi dapat

menghambat pekerjaan kontruksi itu

sendiri.

Menurut Mangkuprawira (2007)

kinerja adalah hasil atau tingkat

keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu di dalam

melaksanakan tugas dibandingkan dengan

berbagai kemungkinan, seperti standar

hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama.

Dalam pelaksanaan di lapangan hal

tersebut terkadang bisa terjadi dikarenakan

tenaga kerja yang kurang efektif didalam

pekerjaannya. Contoh tindakan yang

menyebabkan pekerjaan yang kurang

effektif tersebut antara lain menganggur,

ngobrol, makan, merokok, istirahat, yang

kesemuanya itu dilaksanakan pada saat

jam kerja. Faktor yang mempengaruhi

kinerja pelaksanaan pekerjaan bekisting

antara lain upah yang diterima pekerja,

pengalaman kerja dan kemampuan kerja.

Sumber Daya Manusia memegang

peranan yang sangat penting, sebab dengan

tidak adanya tenaga kerja/ karyawan yang

profesional/ kompetitif, perusahaan tidak

dapat melakukan aktivitasnya secara

maksimal meskipun semua peralatan

modern yang diperlukan telah tersedia.

Melihat sangat pentingnya peranan tenaga

kerja/karyawan sebagai sumber daya

manusia dalam proses produksi sehingga

diharapkan karyawan akan dapat bekerja

lebih produktif dan profesional dengan

didorong oleh rasa aman dalam melakukan

segala aktivitasnya. Untuk itu perlu

diperhatikan ketentuan-ketentuan yang

berkenaan dengan keberadaan sumber

daya manusia sebagai pekerja dalam

perusahaan yang sedikit banyak

menentukan tercapai tidaknya tujuan

perusahaan.

Bertitik tolak dari karyawan sebagai

sumber daya manusia itulah, maka

perusahaan perlu mengetahui bahwa

tenaga kerja memerlukan penghargaan

serta diakui keberadaannya, juga prestasi

Page 3: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

127

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

kerja yang mereka ciptakan dan harga diri

yang mereka miliki karena sumber daya

manusia bukan mesin yang siap pakai.

Salah satu cara memberikan penghargaan

terhadap prestasi kerja karyawan yaitu

dengan melalui upah. Upah merupakan

masalah yang menarik dan penting bagi

perusahaan, karena upah mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap

pekerja. Apabila upah yang diberikan oleh

perusahaan dirasa sudah sesuai dengan

jasa atau pengorbanan yang diberikan

maka karyawan akan tetap bekerja dan

lebih giat dalam bekerja.

Kemampuan kerja mampu

meningkatkan kinerja pekerja.

(Martoyo,1994) mengungkapkan bahwa

sejumlah karyawan pada suatu lingkungan

organisasi atau perusahaan adalah sebuah

masyarakat tersendiri dengan karakteristik-

karakteristik yang berbeda-beda.

Karyawan di sini tidak berdiri sendiri,

sebab berada dan memiliki hubungan serta

keterkaitan satu sama lain. Namun antar

masing-masing individu memiliki sikap,

karakteristik, kepribadian yang berlainan.

Demikian halnya dalam segi kemampuan,

bahwa semua karyawan mempunyai

kekuatan dan kelemahan, yang

membuatnya relatif unggul dibandingkan

karyawan lain dalam melaksanakan tugas

atau pekerjaan tertentu.

Menurut (Gibson, 1984),

kemampuan menunjukkan potensi orang

untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan.

Kemampuan berhubungan erat dengan

kemampuan fisik dan mental yang dimiliki

orang untuk melaksanakan pekerjaan.

Kemampuan (ability) menurut Robbins

(1996), sebagai kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan. Ditambahkan pula bahwa

keseluruhan kemampuan dari seseorang

individu pada hakekatnya tersusun dari

dua yaitu kemampuan intelektual dan

kemampuan fisik. Kemampuan intelektual

adalah kemampuan yang diperlukan untuk

mengerjakan kegiatan secara mental.

Kemampuan fisik merupakan kemampuan

yang diperlukan untuk melakukan tugas

yang menuntut stamina, kecekatan dan

kekuatan fisik. Di samping itu, (Bolman et

al, 1999) juga menyatakan bahwa

kemampuan individu untuk menjadi lebih

bernilai, terkendali, dan lebih efektif harus

dengan dukungan pelatihan, pengalaman,

dan peluang untuk berpartisipasi dalam

proses perubahan organisasi sehingga

seorang karyawan akan jauh lebih kuat

untuk masa yang akan datang. Begitupun

dengan pendapat Deierlein and Bob (1996)

bahwa untuk mengetahui kemampuan

seorang karyawan dilakukan dengan suatu

pengujian pra pekerjaan, di mana salah

satu segi pengujian tersebut adalah dengan

pelatihan dan pengalaman yang pernah

diikuti. (Dessler, G, 1996) mengatakan

bahwa pendidikan dan pengalaman kerja

merupakan langkah awal untuk melihat

kemampuan seseorang. Senada dengan

pendapat di atas, (Duffy, 1996) juga

menyatakan bahwa dalam segi pelatihan

dan teknik pembelajaran yang berbasis

pada pengalaman dapat digunakan

membantu orang-orang untuk mengetahui

kemampuannya. Kemampuan seseorang

dalam melakukan suatu pekerjaan, dapat

memberikan suatu gambaran mengenai

kerja (Weich, 1997).

Selain upah dan kemampuan,

pengalaman kerja dapat meningkatkan

kemampuannya dalam melaksanakan

pekerjaan. Pengalaman merupakan suatu

proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku

baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa diartikan sebagai suatu

proses yang membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Suatu pembelajaran juga mencakup

perubahaan yang relatif tepat dari perilaku

yang diakibatkan pengalaman, pemahaman

dan praktek (Knoers & Haditono, 1999).

Pengalaman kerja seseorang

menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang

pernah dilakukan seseorang dan

Page 4: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

128

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

memberikan peluang yang besar bagi

seseorang untuk melakukan pekerjaan

yang lebih baik. Semakin luas pengalaman

kerja seseorang, semakin trampil

melakukan pekerjaan dan semakin

sempurna pola berpikir dan sikap dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Abriyani Puspaningsih,

2004). Johnstone et al. (2002) menemukan

sebuah studi yang memberikan bukti

bahwa pekerja berpengalaman bekerja

lebih baik karena mereka memiliki dasar

pengetahuan yang lebih besar untuk

menarik dari dan lebih mahir

mengorganisir pengetahuan mereka.

Keunggulan tersebut bermanfaat bagi

pengembangan keahlian. Berbagai macam

pengalaman yang dimiliki individu akan

mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas.

Oleh karena itu, pengalaman kerja yang

didapat seseorang akan meningkatkan

kemampuannya dalam melaksanakan

pekerjaan

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah

pekerja pada sebuah proyek pembangunan

yang sedang berlangsung, pada proyek

Pembangunan Perumahan Greenwood

Golf Jl. Greenwood Golf Utama Kota

Araya, Pondok Blimbing Indah Kota

Malang. Selanjutnya teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik sampling jenuh. Menurut

Sugiyono (2010) teknik sampling jenuh /

sensus adalah teknik penentuan sample

bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Sehingga sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

keseluruhan dari jumlah popluasi yaitu

seluruh pekerja pada sebuah proyek

pembangunan yang sedang berlangsung,

pada proyek Pembangunan Perumahan

Greenwood Golf Kota Malang yang

berjumlah 37 orang.

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel

merupakan unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana cara

mengukur suatu variabel yang berisikan

indikator yang memungkinkan peneliti

mengumpulkan data yang relevan untuk

variabel tersebut. Adapun variabel dalam

penelitian adalah

1. Upah (X1)

Upah adalah balas jasa yang

berupa uang atau balas jasa yang lain

yang diberikan oleh lembaga atau

organisasi perusahaan kepada pekerja

karena prestasinya. Indikator untuk

mengukur upah adalah

a upah yang diterima tepat waktu

b upah yang diterima sesuai dengan

lama kerja

c upah yang diterima dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari

2. Kemampuan kerja (X2)

Kemampuan kerja adalah

keberhasilan seseorang atas tugas-

tugas yang dilaksanakan. Indikator

untuk mengukur kemampuan kerja

adalah

a. mampu mengerjakan sesuai dengan

gambar kerja

b. memahami cara memilih bahan

yang baik untuk pekerjaan

c. mampu mengerjakan sesuai dengan

bahan yang akan dipakai

d. mampu menggunakan peralatan

untuk menyelesaikan pekerjaan

3. Pengalaman kerja (X3)

Pengalaman kerja merupakan

tingkat pemahaman seseorang atas

pekerjaan yang diembannya. Indikator

untuk mengukur pengalaman kerja

adalah

a. Semakin lama masa kerja

pelaksanaan pekerjaan bekisting,

semakin baik hasil yang didapat

b. Semakin sering melakukan

pekerjaan bekisting, semakin

Page 5: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

129

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

banyak pengalaman dalam

pelaksanaan pekerjaan bekisting

c. Semakin sering melakukan

pekerjaan bekisting, semakin

banyak wawasan tentang pekerjaan

bekisting

d. Semakin sering melakukan

pekerjaan bekisting, semakin

mengetahui permasalahan

pekerjaan bekisting

4. Kinerja (Y) Suatu hasil yang dicapai oleh

karyawan dalam pekerjaannya menurut

kreteria tertentu yang berlaku untuk

suatu pekerjaan tertentu. Indikator

kinerja yaitu

a. pekerjaan yang saya selesaikan

sudah sesuai dengan

pengawas/mandor

b. menyelesaikan pekerjaan tepat

waktu

c. memiliki tanggung jawab terhadap

pekerjaan yang dilakukan

Teknik Analisis Data.

Statistik yang digunakan untuk

menganalisis pengaruh variabel upah (X1),

kemampuan kerja (X2), dan pengalaman

kerja (X3), terhadap kinerja pekerja

pelaksanaan pekerjaan bekisting (Y)

digunakan regresi linier berganda. Model

persamaan dalam penelitian ini

(Kriswanto, 2007) adalah:

exxxy ++++= 332211 βββα

dimana :

y : Kinerja pekerja

α : konstanta.

β : bilangan koefisien.

x1 : upah

x2 : kemampuan kerja

x3 : pengalaman kerja

e : disturbance error.

Pengujian Hipotesis.

Pengujian atas hipotesis yang ingin

membuktikan pengaruh variabel upah

(X1), kemampuan kerja (X2), dan

pengalaman kerja (X3) terhadap kinerja

pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting

(Y). digunakan uji t, yang dihasilkan dari

model regresi berganda. Kriteria hipotesis

yang diajukan dapat diterima atau ditolak

apabila taraf signifikan sig. t < 5%, maka

variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen.

PEMBAHASAN

Tabel berikut adalah hasil

perhitungan dari uji regresi berganda

dengan bantuan Statistical Package for

Social Science (SPSS) 15.0 for windows.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis

Regresi Berganda

Variabel β Sig t Ket

Konstanta

Upah

Kemampuan kerja

Pengalaman kerja

1,051

0,659

0,706

0,281

2,158

3,478

2,140

0,038

0,001

0,040

Sig

Sig

Sig

α : 5 %

R Square : 0,361

F hitung : 6,204

Sig. F : 0,002

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan Tabel 1 dapat

dijelaskan bahwa Uji F dalam penelitian

ini digunakan untuk menguji ketepatan

atau keberartian model penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat

dijelaskan bahwa nilai F dalam penelitian

ini sebesar 6,204 dengan nilai probabilitas

sebesar 0.002 dan signifikan pada alpha

(α) sebesar 5% (0,05). Hal ini mempunyai

makna bahwa upah, kemampuan kerja,

dan pengalaman kerja mempunyai

pengaruh signifikan terhadap kinerja

pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting.

Daya prediksi dari model regresi (R-

square) yang dibentuk dalam pengujian ini

memiliki nilai 36,1%, artinya upah,

kemampuan kerja, dan pengalaman kerja

mempunyai kontribusi terhadap kinerja

Page 6: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

130

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting

sebesar 36,1%, sedangkan sisanya 63,9%

dipengaruhi oleh variabel lain di luar

model.

Berdasarkan hasil penelitian,

diperoleh dibentuk model persamaan

sebagai berikut:

Y = 1,051+ 0.659X1+ 0.706X2 + 0.281X3

Besarnya nilai konstanta sebesar

1,051 dan pengaruh ini arahnya positif.

Hal ini mempunyai makna bahwa apabila

variabel upah, kemampuan dan

pengalaman kerja sama dengan nol, maka

besarnya kinerja pekerja pelaksanaan

pekerjaan bekisting sebesar 1,051.

Besarnya nilai koefisien upah

sebesar 65,9% dan pengaruh ini arahnya

positif. Hal ini mempunyai makna bahwa

apabila upah yang diterima tepat waktu,

upah yang diterima sesuai dengan lama

kerja dan upah yang diterima dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka

akan meningkatkan kinerja pekerja

pelaksanaan pekerjaan bekisting sebesar

65,9%.

Besarnya nilai koefisien kemampuan

kerja sebesar 70,6% dan pengaruh ini

arahnya positif. Hal ini mempunyai makna

bahwa apabila pekerja mampu

mengerjakan sesuai dengan gambar kerja,

memahami cara memilih bahan yang baik

untuk pekerjaan, mampu mengerjakan

sesuai dengan bahan yang akan dipakai

dan mampu menggunakan peralatan untuk

menyelesaikan pekerjaan, maka akan

meningkatkan meningkatkan kinerja

pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting

sebesar 70,6%.

Besarnya nilai koefisien pengalaman

kerja sebesar 28,1% dan pengaruh ini

arahnya positif. Hal ini mempunyai makna

bahwa apabila semakin meningkat

pengalaman kerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting, maka akan meningkatkan

kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting sebesar 28,1%.

Pengujian Hipotesis.

Seperti tampak pada Tabel 1

diperoleh nilai t hitung untuk variabel upah

sebesar 2,158 dengan probabilitas sebesar

0,038. Nilai probabilitas tersebut lebih

kecil dari signifikan statistik pada α = 5%,

sehingga menolak H0 yang artinya bahwa

upah berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting.

Nilai t hitung untuk variabel

kemampuan kerja sebesar 3,478 dengan

probabilitas sebesar 0,001. Nilai

probabilitas tersebut lebih kecil dari

signifikan statistik pada α = 5%, sehingga

menolak H0 yang artinya bahwa

kemampuan kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pekerja pelaksanaan

pekerjaan bekisting.

Nilai t hitung untuk variabel

pengalaman kerja sebesar 2,140 dengan

probabilitas sebesar 0,040. Nilai

probabilitas tersebut lebih kecil dari

signifikan statistik pada α = 5%, sehingga

menolak H0 yang artinya bahwa

pengalaman kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pekerja pelaksanaan

pekerjaan bekisting.

PEMBAHASAN.

Berdasarkan hasil kajian empiris,

ditemukan bukti bahwa upah mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting.

Bekisting atau papan cetak dalam proses

pembuatan konstruksi beton bertulang

termasuk komponen yang menelan biaya

cukup besar disamping komponen yang

lain yaitu pembesian dan pengecoran.

Bekisting merupakan alat bantu, bukan

material pokok dalam pembuatan

konstruksi beton bertulang itu sendiri.

Berbeda dengan besi dan beton yang

tertinggal, setelah beton mengeras maka

bekisting akan dibongkar dan dipindahkan

ke tempat lain. Bongkaran bekisting dapat

digunakan untuk pembuatan bekisting lagi,

untuk pembuatan plafon , atap , daun

pintu , bangunan sementara seperti pagar,

Page 7: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

131

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

atau barak kerja. Pemanfaatan terakhir dari

sisa-sisa bongkaran bekisting adalah

untuk kayu bakar.

Secara sepintas pembuatan bekisting

terlihat sederhana dan mudah, sehingga

dalam praktek di lapangan seringkali hal

ini kurang mendapatkan perhatian, bahkan

dalam pelaksanannya diserahkan begitu

saja kepada para mandor dan dikerjakan

oleh tukang dengan dibantu para pekerja,

yang secara teknis maupun ekonomis

kurang menguasai perhitungan. Mereka

tinggal memesan saja bahan-bahan yang

diperlukan menurut kebiasan yang sering

dilakukan selama ini, namun di sisi lain

hasil yang didapat kadang melendut di

sana – sini, bocor, bahkan lebih tragis lagi

ada bekisting yang jebol atau runtuh ketika

pengecoran sedang berlangsung.

Kajian dari segi teknis dalam

penentuan bahan yang cocok untuk

pembuatan bekisting belum tentu cocok

kalau dilihat dari segi ekonomisnya,

demikian pula sebaliknya. Contohnya

penggunaan triplek tebal 12 mm oleh

kontraktor A untuk pengecoran pelat

lantai. Dari segi teknik triplek ini mudah

dikerjakan, rata, dan sudah memenuhi

syarat, harganya pun relatif murah sekitar

Rp 120.000,00 per lembar untuk ukuran

122 cm x 244 cm. ( sekitar 3 m2), namun

setelah dipakai mengecor 2 kali pada

lantai pertama dan lantai ke dua, triplek

tersebut rusak ketika dibongkar, karena air

semennya masuk pori-pori yang

menyebabkan hilangnya daya rekat lem

pada triplek serta menambah lekatnya

beton dengan triplek sehingga kesulitan

ketika membuka/ membongkar bekisting.

Untuk pengecoran lantai berikutnya

kontraktor tersebut harus membeli triplek

baru lagi, karena triplek lama dinyatakan

sudah tidak memenuhi syarat oleh

konsultan pengawas. Kalau dihitung

biayanya maka per m2

bekisting tersebut

menghabiskan Rp.120.000,00 dibagi 3 m2

dan dibagi lagi 2 kali pemakaian =

Rp.20.000,00 / m2. Di lain pihak

kontraktor B menggunakan plywood

setebal 15 mm yang permukaannya

dilapisi film ( film faced plywood), suatu

bahan yang membuat permukaan plywood

rapat dan licin sehingga beton tidak mudah

lekat., dengan harga lebih mahal yaitu Rp.

210.000,00 per lembar sedangkan luasnya

sama dengan triplek tadi (sekitar 3m2).

Setelah dipakai untuk pengecoran, ternyata

film faced plywood bisa digunakan untuk

pengecoran sampai 7x. Ini berarti

kontraktor B menghabiskan biaya Rp.

210.000,00 dibagi 3 m2

dibagi lagi 7x

pemakaian = Rp.10.000,00 / m2, lebih

murah.

Berdasarkan ilustrasi tersebut,

pelaksanaan pekerjaan bekisting

dibutuhkan kemampuan yang dimiliki

semua individu yang terlibat dalam

pelaksanaan pekerjaan bekisting, dimana

kemampuan pekerja sangat ditentukan oleh

kemampuan mengerjakan sesuai dengan

gambar kerja, memahami cara memilih

bahan yang baik untuk pekerjaan, mampu

mengerjakan sesuai dengan bahan yang

akan dipakai dan dapat menggunakan

peralatan tangan untuk menyelesaikan

pekerjaan dengan baik.

Pengalaman kerja mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

pekerja pelaksanaan pekerjaan bekisting.

Bekisting untuk pengecoran beton

dipersyaratkan :

1. Kuat secara konstruksi dalam menahan

berat sendiri bekisting, berat beton

segar dan tulangan serta beban hidup

pekerja dan peralatan

2. Mudah dipasang dan dibongkar, karena

bekisting hanyalah konstruksi

sementara sehingga harus diupayakan

sesederhana mungkin.

3. Tidak bocor, agar air semen tidak

keluar melalui celah-celah papan yang

mengakibatkan beton keropos

4. Terbuat dari bahan yang kedap air,

agar air semen tidak masuk ke pori-

pori bekisting yang berakibat beton

melekat dengan bekisting sehingga

Page 8: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

132

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

sulit membukanya dan menyebabkan

kerusakan pada papan bekisting

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Upah mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja

pelaksanaan pekerjaan bekisting pada

proyek perumahan Greenwood Golf di

Kota Malang dengan nilai koefisien

sebesar 65,9%, artinya apabila upah

yang diberikan kepeda pekerja

dinaikan maka akan meningkatkan

kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting pada proyek perumahan

Greenwood Golf di Kota Malang

sebesar 65,9%.

2. Kemampuan kerja mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting pada proyek perumahan

Greenwood Golf di Kota Malang

dengan nilai koefisien sebesar 70,6%,

artinya apabila kemampuan pekerja

dinaikan maka akan meningkatkan

kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting pada proyek perumahan

Greenwood Golf di Kota Malang

sebesar 70,6%.

3. Pengalaman kerja mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting pada proyek perumahan

Greenwood Golf di Kota Malang

dengan nilai koefisien sebesar 28,1%,

artinya apabila pengalaman pekerja

dinaikan maka akan meningkatkan

kinerja pekerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting pada proyek perumahan

Greenwood Golf di Kota Malang

sebesar 28,1%

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut,

maka saran dan implikasi penelitian ini

adalah

1. Manajemen pelaksanaan proyek

konstruksi perlu memperhatikan upah

yang harus dibayarkan kepeda pekerja,

hal ini karena dengan upah mampu

membangkitkan semangat kerja, yang

berdampak pada peningkatan kinerja

2. Guna meningkatkan kemampuan dan

pengalaman kerja, manajemen

pelaksanaan proyek konstruksi perlu

mengikutkan pekerjanya untuk

mengikuti pelatihan, dengan mengikuti

pelatihan diharapkan dapat menguasai

prinsip dasar bekisting, proses control

posisi dan alignment bekisting, dengan

memperhatikan qualitas, keselamatan,

analisa dalam rangka pemilihan jenis

bekisting sesuai kondisi di lapangan,

dan nilai ekonomisnya, peralatan

penunjang proses pembuatan bekisting

untuk mengurangi waste bekisting.

3. Besarnya nilai R square (R2) sebesar

36,1% artinya variabel upah,

kemampuan kerja, dan pengalaman

kerja memberikan kontribusi terhadap

kinerja pelaksanaan pekerjaan

bekisting sebesar 36,1%, sedangkan

sisanya 63,9% dipengaruhi oleh oleh

faktor atau variabel lain yang tidak

dimasukan dalam model penelitian ini.

Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar

bagi peneliti yang akan datang untuk

menambah variabel penelitian, seperti

sarana dan prasarana, gaya

kepemimpinan mandor dalam

mengawasi pekerjaan bekisting

DAFTAR PUSTAKA Abriyani, Puspaningsih, 2004. “Faktor-faktor yang

berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Dan

Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur”,

Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia,

Jakarta.

Bolman, Lee, G. Deal, and Terry, E. 1999. 4

Steeps to Keeping Change Efforts Heading

in The Right Direction, Journal for Quality

& Participation (QCJ), Vol: 22, ISS: 3,

Page: 6-11.

Deierlein, Bob. (1996) Pop Quiz: How to Peg a

Productive Mechanic, Journal World Wastes

(WWA), vol: 39, ISS: 11, Page: 13-15.

Page 9: Upah Pekerja Pelaksanaan Bekisting

133

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658

Dessler, G., 2007. Manajemen SDM, Terjemahan

Eli Tanya, Edisi IX. PT. Indeks Kelompok

Gramedia. Jakarta

Duffy, Tom. 1996. Finding The Multifaceted

Trainer. Journal Computer Word (COW),

Vol: 30, ISS: 6, 91.

Gibson. 1997. Manajemen. Penerjemah: Zuhad

Ichyaudin. Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Harijanto, 2003. ”Pengaruh Pelatihan dan

Pengalaman Kerja terhadap Ketrampilan

dan Kinerja Karyawan Koperasi Usaha

Karya: Studi pada Koperasi Bongkar Muat

(TKBM) Tanjung Perak Surabaya” Jurnal

Aplikasi Manajemen , Volume 1 no 2,

Universitas Brawijaya Malang

Hidayat, Felix , 2009 ”Motivasi Pekerja pada

Proyek Konstruksi di Kota Bandung” Jurnal

Media Teknik Sipil , Vol IX , No 1

Universitas Katholik Parahiyangan

Bandung

Johnston, M. W., Parrasuraman, A., Futrell, C. M.,

& Black, W. C. 2002. A longitudinal

assessment of the impact of selected

organizational influences on salespeople’s

organizational commitment during early

employment. Journal of Marketing science,

27: 333-344.

Knoers dan Haditono, (1999) Psikologi

Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya, Cetakan ke-12, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta

Putra, I Km Alit, 2009 “Hubungan Karekteristik

Dengan Kinerja Kontraktor di Kota

Denpasar” Jurnal Teknik Gradien Vol 1 No

1, Universitas Udayana Denpasar

Mangkuprawira, Sjafri. 2007.

Kinerja.http://ronawajawordpress.com

/2007/05/29/ kinerja-apa-itu / diakses 15

September 2010.

Martoyo, Susilo, 1994. Manajemen Sumber Daya

Manusia, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Robbins, Stephen P and Mary Coulter 2010 .

Manajemen. Edisi Kesepuluh, Jilid Dua.

Penerbit Erlangga. Jakarta

Sagel, Kole , Kusuma Gideon,1993 Pedoman

Pengerjaan Beton Penerbit Erlangga.

Jakarta

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya

Manusia, cetakan pertama. Bandung :

PT.Refika Aditama

Sudarto, 2007, “Identifikasi Permasalahan Pada

Faktor Internal Yang Mempengaruhi

Kinerja Perusahaan Jasa Kosntruksi di

Indonesia” , Jurnal Teknologi Edisi No 2

Tahun XXI, Universitas Indonesia

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Administrasi,

Penerbit Alfabeta, Cetakan ke 15,

Bandung.Siagian, Sondang P, 1995.

Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku

Administrasi. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Weich, Jilly. 1997. Charities Must Boost Image

for New Deal, Journal People Management

(PMT), Vol: 3, ISS: 19, Page:10.