72
DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI KULINER LUMPIA SEMARANG TAHUN 1998-2017 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Oleh AGUS FIYANI NIM 3111412029 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI KULINER LUMPIA SEMARANG TAHUN 1998-2017

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh

AGUS FIYANI

NIM 3111412029

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

ii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji I

Nina Witasari, S.S., M. Hum

NIP.197405014 200501 001

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. Jayusman, M.Hum Drs. Ibnu Sodiq, M. Hum

NIP. 19630815 198803 1 001 NIP. 1963815 198803 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Page 3: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

iii

Page 4: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

iv

Page 5: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

� “Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S.

Al Baqoroh : 153)

� “Bertaqwalah kepada Allah, maka Dia akan membimbingmu.

Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al Baqarah: 282)

� “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan

boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu.

Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah:

216)

PERSEMBAHAN

Dengan tidak mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah SWT, karya

sederhana ini penulis persembahkan untuk:

� Orang tuaku, kakakku, adikku, serta saudara-saudaraku tercinta yang

selalu memberikan doa, materi, dukungan, kebahagiaan, dan kasih sayang

tiada hentinya.

Sahabatku serta teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan kebahagiaan

yang tak terlupakan.

Page 6: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, nikmat serta

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Dinamika Perkembangan Industri Kuliner Lumpia Semarang Tahun 1998-2017”

sehinggja dapat memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sejarah

Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan,

dorongan semangat, bantuan, fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberi kesempatan untuk menimba ilmu di

UNNES.

2. Drs. Moh. Sholehatul Mustofa, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian dan memperlancar penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Hamdan Tri Atmaja, M.Pd, Ketua Jurusan Sejarah yang telah

memberikan kemudahan administrasi dalam perizinan penelitian.

4. Drs. Jayusman, M.Hum yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dengan penuh kesabaran.

5. Drs. Ibnu Sodiq, M. Hum yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dengan penuh kebijaksanaan.

Page 7: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

vii

6. Segenap dosen dan tenaga pengajar di Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan ilmu sebagai bekal yang bermanfaat.

7. Rombel Ilmu Sejarah dan teman-teman jurusan Sejarah atas

kebersamaan dan kebahagiaannyaa selama ini.

8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat

dalam penyusunan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati maka penulis berharap agar skripsi ini dapat

memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.

Semarang, Oktober 2018

Page 8: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

viii

SARI

Agus Fiyani. 2018. “Dinamika Perkembangan Industri Kuliner Lumpia Semarang Tahun

1998-2017”.

Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : Sejarah, Industri, Etnis Tionghoa, Lumpia.

Etnis Tionghoa peranakan Semarang membaur dengan penduduk Semarang dan

memunculkan akulturasi dari berbagai aspek, tak terkecuali kuliner. Salah satu hasil

akulturasi budaya kuliner yang ada di Kota Semarang adalah kuliner lumpia. Kuliner

lumpia dapat dikatakan sebagai hasil dari budaya yang menjadi identitas etnis peranakan

Tionghoa Semarang. Kuliner lumpia hadir pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan

salah satu contoh perpaduan budaya asli Tionghoa dengan budaya Jawa yang serasi dalam

cita rasa. Asal-usul keberadaan kuliner lumpia bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir

di Fujian, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang.

Metode yang digunakan adalah metode historis yang melalui empat tahap, yakni

heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahap heuristik diperoleh dari koleksi di

beberapa perpustakaan, hasil wawancara serta situs internet. Tahap kritik dilakukan dengan

menguji asli tidaknya dokumen dilihat dari wujudnya (kritik intern), kemudian dilakukan

pengujian kredibilitas sumber dengan mengkroscekkan sumber itu dengan sumber lainnya

atau fakta di lapangan. Untuk tahap interpretasi, penulis mencoba memberi makna dari

masing-masing bukti yang telah dikritik. Langkah selanjutnya adalah historiografi.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sejarah awal kuliner lumpia di Semarang

dipelopori oleh sepasang suami istri yang menikah pada abad ke-19, Tjoa Thay Yoe dan

Wasi. Pada tahun 1870, mereka menciptakan satu makanan yaitu kue baru yang diberi

nama lumpia. Pemberi ide nama kue lumpia tersebut ialah Thoa Thay Yoe. Lumpia

merupakan kuliner tradisional hasil akulturasi budaya Tionghoa-Jawa yang sudah

merakyat. Lumpia berasal dari kata lun bing (baca: lu-en ping), dalam dialek Hokkian

berbunyi lun pia yang artinya kue bulat, yang selanjutnya beradaptasi dengan lidah lokal

sehingga menjadi lumpia hingga sekarang, walaupun di beberapa tempat masih tetap

menyebutnya lumpia. Perkembangan usaha industri kuliner lumpia di Semarang

mengalami pasang surut, terbukti pada tahun 1966 pemerintah mengeluarkan beberapa

peraturan khususnya kehidupan budaya, namun dalam aktivitas ekonomi, etnis Tionghoa

diberikan keleluasaan untuk mengembangkan perekonomian. Para pengusaha kuliner

lumpia mengalami kesulitan untuk memperjualbelikannya saat hari peringatan kebudayaan

Tionghoa dikarenakan adanya peraturan tersebut.

Simpulan dari penelitian ini adalah perkembangan industri lumpia di Semarang telah

memberikan sumbangan yang bersifat positif bagi mata pencaharian masyarakat pada

tahun 1998 hingga 2017, bagi kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar, yaitu

terbentuknya kerja sama antar budaya dan status sosial yang berbeda. Kuliner lumpia

Page 9: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

ix

berpengaruh bagi kehidupan sosial, kuliner lumpia juga memberikan sumbangan positif

bagi kehidupan ekonomi sebagian masyarakat Semarang, yaitu mengurangi angka

pengangguran, menciptakan lapangan usaha baru, dan sebagai penggerak ekonomi.

Page 10: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. iii

PERNYATAAN ...................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v

PRAKATA .............................................................................................. vi

SARI ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 6

Page 11: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

xi

F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8

G. Metode Penelitian........................................................................ 14

BAB II AWAL MULA KULINER LUMPIA DI SEMARANG

A. Sejarah dan Perkembangan Kuliner Indonesia ........................... 22

B. Sejarah Kuliner Semarang........................................................... 26

C. Pengaruh Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Semarang ........... 34

D. Sejarah Kuliner Lumpia di Semarang ......................................... 40

BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI KULINER LUMPIA DI KOTA

SEMARANG TAHUN 1998-2017

A. Perkembangan Industri Kuliner Lumpia di Kota Semarang

Tahun 1998-2017 ..................................................................................... 43

1. Eksistensi Industri Kuliner Lumpia .............................................. 43

2. Perkembangan Lumpia pada Tahun 1870-2017 ........................... 44

B. Industri-industri Kuliner Lumpia Semarang ............................................ 47

1. Lumpia Gang Lombok ................................................................. 47

2. Lumpia Mbak Lien ....................................................................... 49

3. Lumpia Cik Me Me ...................................................................... 50

4. Lumpia Mataram ......................................................................... 52

5. Lumpia Pak Edy .......................................................................... 54

6. Lumpia Kings .............................................................................. 56

Page 12: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

xii

7. Restaurant Semarang ...................................................... 55

8. Lumpia Express .............................................................. 56

C. Kreatifitas dan Inovasi yang Dikembangkan Para Pengusaha

Industri Kuliner Lumpia di Semarang ........................................ 56

D. Sistem Produksi Industri Kuliner Lumpia Semarang.................. 57

1. Harga ............................................................................... 57

2. Kemasan .......................................................................... 57

3. Rasa ................................................................................. 58

E. Sistem Pemasaran Industri Kuliner Lumpia Semarang .............. 58

1. Lokasi Penjualan ............................................................ 59

2. Pelayanan ....................................................................... 59

3. Situasi Persaingan .......................................................... 59

F. Identitas Budaya .......................................................................... 60

BAB IV PENGARUH INDUSTRI KULINER LUMPIA SEMARANG TER-

HADAP KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA MASYARAKAT

KOTA SEMARANG

A. Pengaruh Adanya Industri Kuliner Lumpia Semarang Terhadap

Kehidupan Sosial Masyarakat Semarang .................................... 61

B. Pengaruh Adanya Industri Kuliner Lumpia Semarang Terhadap

Kehidupan Ekonomi Masyarakat Semarang ............................... 63

1. Mengurangi Angka Pengangguran dan Menciptakan

Page 13: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

xiii

Lapangan Kerja ............................................................... 64

2. Penggerak Ekonomi ......................................................... 65

a. Home Industri Kulit Lumpia ............................... 66

b. Bisnis Rebung ...................................................... 69

c. Kursus Pembuatan Kulit Lumpia......................... 70

d. Kampung Tematik Edukasi Lumpia .................... 71

C. Pengaruh Adanya Kuliner Industri Lumpia Semarang Terhadap

Kehidupan Budaya Masyarakat Semarang ................................. 72

1. Tradisi Tok Panjang ............................................................. 73

2. Festival Makan Pulang ........................................................ 75

3. Pasar Semawis Semarang ..................................................... 76

BAB V KESIMPULAN ........................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 80

LAMPIRAN ............................................................................................ 88

DAFTAR INFORMAN .......................................................................... 113

TRANSKIP WAWANCARA ................................................................ 114

Page 14: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Wawancara dengan Jongkie Tio ............................................. 89

Gambar 2. Wawancara dengan Untung Usodo ......................................... 90

Gambar 3. Wawancara dengan Ibu Purnama ............................................ 90

Gambar 4. Wawancara dengan Ibu Eko .................................................... 91

Gambar 5. Kios Lumpia Gang Lombok .................................................... 92

Gambar 6. Restoran Mbak Lien ................................................................ 93

Gambar 7. Restoran Cik Me Me ............................................................... 93

Gambar 8. Kios Lumpia Mataram ............................................................ 94

Gambar 9. Restauran Semarang ................................................................ 94

Gambar 10. Kios Loenpia Pak Edy ........................................................... 95

Gambar 11. Kios Lumpia Kings ............................................................... 95

Gambar 12. Restoran Lumpia Express ..................................................... 96

Gambar 13. Peta Lokasi Kios Lumpia Gang Lombok .............................. 97

Gambar 14. Peta Lokasi Restoran Lumpia Mbak Lien ............................. 98

Gambar 15. Peta Lokasi Restoran Lumpia Cik Me Me ............................ 98

Gambar 16. Peta Lokasi Kios Lumpia Mataram ....................................... 99

Gambar 17. Peta Lokasi Industri Pembuatan Kulit Lumpia ..................... 100

Gambar 18. Peta Lokasi Pembuatan Rebung ............................................ 101

Gambar 19. Koran Suara Merdeka Tahun 2014 ....................................... 103

Gambar 20. Koran Suara Merdeka Tahun 2016 ....................................... 104

Gambar 21. Koran Kompas Tahun 2015 .................................................. 105

Gambar 22. Koran Jakarta Tahun 2008 .................................................... 106

Page 15: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

xv

Gambar 23. Koran AKTUAL Tahun 2015 ............................................... 107

Gambar 24. Koran Jawa Pos Tahun 2018 ................................................. 108

Gambar 25. Tabloid Cempaka Tahun 2016 .............................................. 109

Gambar 26. Koran Suara Merdeka Tahun 1969 ....................................... 110

Page 16: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel varian isi, pengemasan, dan teknik penjualan dari

setiap penjual industri lumpia di Semarang ............................... 102

Page 17: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Wawancara ..................................................... 89

Lampiran 2. Dokumen Gambar Industri-industri Lumpia Semarang ....... 92

Lampiran 3. Peta Lokasi Industri Lumpia Semarang................................ 97

Lampiran 4. Tabel Varian Isi, Pengemasan, dan Teknik Penjualan

Dari Setiap Penjual Lumpia di Semarang ............................ 102

Lampiran 5. Data-data Sumber Koran ...................................................... 103

Lampiran 6. Dokumen Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 1967 ......................................................... 111

Lampiran 7. Daftar Informan .................................................................... 113

Lampiran 8. Transkip Wawancara ............................................................ 114

Page 18: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Awal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa,

India, Arab, dan Eropa. Dalam sejarah kuliner di Indonesia, banyak didapati akulturasi

budaya antara pendatang dari berbagai bangsa dengan penduduk setempat. Dapat

dikatakan bahwa perkembangan pembentukan budaya kuliner di Indonesia telah

berlangsung dalam harmoni, dengan diperkaya melalui akulturasi dengan kebudayaan

para pendatang.

Beberapa jenis makanan di Indonesia banyak yang datang dari luar dan sekarang

telah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia, misalnya roti jala dari India

dan sekarang telah menjadi bagian dari kuliner masyarakat di Aceh dan Sumatera Utara;

mie bakso dari Tiongkok telah menjadi bagian dari kuliner masyarakat di Jawa. Wujud

akulturasi di Indonesia bukan hanya dalam bentuk aneka artefak/perabotan rumah

tangga, melainkan juga kain batik, perhiasan, ungkapan bahasa sehari-hari, kesenian

pertunjukkan (seperti gambang kromong, cokekan, tanjidor), sastra, seni lukis, bela diri,

astrologi, pengobatan, dan lain sebagainya. Kuliner Indonesia pun merupakan bagian

dari hasil akulturasi budaya yang sangat penting untuk dipahami wujudnya di berbagai

wilayah.1

Kota Semarang didiami oleh masyarakat multukultur, terdapat beberapa etnis yang

berkembang di Kota Semarang. Masyarakat multikultur mempengaruhi kebudayaan yang

berkembang di Kota Semarang. Jumlah etnis Tionghoa di Kota Semarang lebih

mendominasi dibanding kelompok etnis lainnya. Etnis Tionghoa peranakan Semarang

1Fadly Rahman, Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia., (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2016), Cet.1, hlm.XII.

Page 19: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

2

membaur dengan penduduk Semarang dan memunculkan akulturasi dari berbagai

aspek, tak terkecuali kuliner.2 Salah satu hasil akulturasi budaya kuliner yang ada di Kota

Semarang adalah kuliner lumpia. Kuliner lumpia merupakan salah satu hasil dari

akulturasi budaya kuliner Tionghoa dan Jawa. Kuliner lumpia dijadikan sebagai salah

satu Signature Dish kuliner kota Semarang. Tidak banyak masyarakat yang tahu, jika

sejatinya kuliner lumpia adalah makanan yang dihasilkan dari perpaduan budaya kuliner

Tionghoa dengan Jawa. Kuliner lumpia dapat dikatakan sebagai hasil dari budaya yang

menjadi identitas etnis peranakan Tionghoa Semarang. Melalui kuliner lumpia, etnis

Tionghoa Semarang mampu menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat pribumi,

bahwa produk budaya etnis peranakan Tionghoa masih dapat diterima.

Kuliner lumpia hadir pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan salah satu

contoh perpaduan budaya asli Tionghoa dengan budaya Jawa yang serasi dalam cita rasa.

Asal-usul keberadaan kuliner lumpia bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir di

Fujian, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang dengan membuka bisnis

makanan khas Tionghoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa

Thay Joe kemudian bertemu dengan Wasi, orang asli Jawa yang juga berjualan makanan

yang hampir sama, hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang juga udang.

Seiring waktu bejalan, mereka bukannya bermusuhan, malah saling jatuh cinta dan

kemudian menikah.3

Bisnis yang dijalankan pun akhirnya dilebur menjadi satu dengan sentuhan-

sentuhan perubahan yang malah semakin melengkapi kesempurnaan rasa makanan lintas

budaya Tionghoa – Jawa. Isi dari lumpia diubah menjadi ayam atau udang yang

dicampur dengan rebung serta dibungkus dengan kulit lumpia. Keunggulannya adalah

udang dan telurnya yang tidak amis, rebungnya juga manis, serta kulit lumpia yang

2Indah Ella Susanti, “Lumpia Semarang Pada Masa Orde Baru (Lumpia sebagai Identitas Budaya Etnis

Tionghoa Peranakan Semarang”, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015), hlm.385). 3Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017, di Restaurant Semarang.

Page 20: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

3

renyah jika digoreng. Makanan khas Semarang ini biasanya dipasarkan di Olympia Park,

pasar malam Belanda di daerah Mlaten, Kota Semarang, tempat biasa mereka berjualan

berdua. Oleh karena itu makanan ini dikenal dengan sebutan lumpia. Usahanya semakin

besar, sehingga dapat diteruskan oleh anak-anaknya dan pegawai-pegawainya hingga

sekarang dengan rasa serta cara pembuatan yang berbeda.4

Perkembangan budaya etnis Tionghoa di Kota Semarang pada masa Orde Lama

hingga Orde Baru mengalami masa pergejolakan dan deskrimasi. Hal ini disebabkan

karena pemerintah Orde Baru telah mengeluarkan beberapa peraturan yang bersifat

deskriminatif. Peraturan tersebut berdampak pada etnis Tionghoa yang dipertegas saat

dikeluarkannya Instruksi Presiden No.14 tahun 1967, tentang agama, budaya, dan adat

istiadat, dokumen Intruksi Presiden Republik Indonesia No.14 tahun 1967 dapat dilihat

pada lampiran 6.5 Masyarakat etnis Tionghoa tidak dapat dengan bebas melakukan

segala aktivitas budayanya, karena dilarang untuk dipertunjukkan di depan umum. Pada

waktu itu, usaha kuliner lumpia yang juga merupakan bagian dari budaya peranakan

Semarang, tetap dapat berjualan, namun tetap saja pengusaha kuliner lumpia tidak dapat

maju untuk lebih berkembang karena peluang pengusaha kuliner lumpia membuka

usahanya di acara – acara kebudayan Tionghoa tidak dapat lagi terealisasikan, sehingga

peluang para pengusaha kuliner lumpia pada masa itu sangat terbatas untuk melakukan

aktivitas berjualannya.6

Pada era reformasi kebijakan asimilasi bagi etnis Tionghoa dihapuskan. Sehingga

pergerakan kaum Tionghoa sudah tidak mengalami pembatasan lagi. Para pemimpin di

Era Reformasi lebih toleran dibandingkan pemimpin pada masa Orde Baru, sehingga

masyarakat peranakan Tionghoa di Semarang sudah mulai berani berekspresi untuk

4Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017, di Restaurant Semarang.

5http://id.wikisource.org/wiki/instruksi_Presiden_Republik_Indonesia_Nomor_14_Tahun_1967

6Indah Ella Susanti, “Lumpia Semarang Pada Masa Orde Baru (Lumpia sebagai Identitas Budaya Etnis

Tionghoa Peranakan Semarang”, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015), hlm.385).

Page 21: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

4

kembali menikmati kebudayaan mereka, seperti perayaan Imlek diperbolehkan untuk

dilaksanakan, pemakaian Bahasa Mandarin sudah diperbolehkan, dan kesenian

Barongsai kembali dibuka.

Maka dari hal tersebut, memberikan dampak positif pula bagi masyarakat

pengusaha kuliner peranakan Tionghoa di Semarang. Karena pada masa Reformasi

pengusaha kuliner lumpia di Semarang dapat mengembangkan usaha kuliner lumpia

dengan bebas tanpa adanya keterbatasan akibat peraturan kebijakan asimilasi etnis

Tionghoa di Semarang, mereka sudah dapat berjualan pada acara-acara perayaan

kebudayaan Tionghoa. Hingga sekarang usaha kuliner lumpia tetap bertahan, bahkan

telah berkembang dan sangat populer tidak hanya di Kota Semarang sendiri, melainkan

juga dikenal di daerah-daerah lainnya.

Perkembangan kuliner lumpia Semarang pada masa Era Reformasi semakin

berkembang, hingga sekarang kuliner lumpia telah semakin menunjukkan eksistensinya

di masyarakat. Media pemasarannya pun semakin mudah karena semakin banyak media

yang ingin memberitakan produk hasil dari akulturasi budaya Tonghoa–Jawa ini.

Walaupun kuliner lumpia memiliki peran sebagai budaya serta kuliner dapat menjadi

bagian dari sejarah yang berpengaruh terhadap ragam kuliner di setiap daerah, tetapi

belum banyak ada penelitian khusus yang membahas mengenai dinamika perkembangan

industri kuliner lumpia di Semarang tahun 1998-2017. Tulisan ini memfokuskan sejarah

kuliner lumpia dari awal masa Reformasi hingga mulai berkembangnya dan faktor-faktor

hambatan/dukungan yang mempengaruhi berkembangnya produksi industri kuliner

lumpia di Semarang tahun 1998– 2017.

Dari berbagai wacana di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Dinamika Perkembangan Industri Kuliner Lumpia di Kota

Semarang Tahun 1998-2017”.

Page 22: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang sejarah kemunculan industri kuliner lumpia di Semarang?

2. Bagaimana perkembangan industri kuliner lumpia di Semarang tahun 1998 – 2017?

3. Apa saja faktor hambatan atau dukungan yang mempengaruhi perkembangan

produksi industri kuliner lumpia Semarang tahun 1998 – 2017?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian ini

bertujuan :

1. Untuk mengetahui latar belakang sejarah kemunculan industri kuliner lumpia di

Semarang.

2. Untuk menjelaskan perkembangan industri kuliner lumpia Semarang tahun 1998 –

2017.

3. Untuk mendeskripsikan faktor hambatan atau dukungan yang mempengaruhi

perkembangan produksi industri kuliner lumpia Semarang tahun 1998 – 2017.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat antara lain sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan gambaran serta menambah

wawasan tentang dinamika perkembangan kuliner lumpia sebagai hasil dari akulturasi

Page 23: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

6

budaya. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam

pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah meningkatkan kemampuan peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat serta menambah pengetahuan mengenai

perkembangan industri kuliner di Kota Semarang.

2. Bagi Pengguna

Manfaat bagi pengguna atau peneliti lain yang ingin mengkaji topik yang

sama, penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi informasi

yang berguna dan membantu penelitian-penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan sebagai penegasan mengenai batasan-

batasan objek penelitian yang meliputi lingkup wilayah (spatial scope) dan lingkup

waktu (temporal scope). Penelitian ini perlu adanya batasan ruang lingkup spasial dan

ruang lingkup temporal agar permasalahan yang dibahas tidak terjadi perluasan dan

terlalu melebar.

1. Ruang Lingkup Waktu (Temporal Scope)

Ruang lingkup waktu (temporal scope) adalah batasan waktu yang digunakan

dalam penulisan sejarah. Ruang lingkup temporal kajian penelitian ini adalah antara

tahun 1998 hingga tahun 2017. Tahun 1998 dipilih sebagai awal penulisan,

dikarenakan tahun 1998 merupakan awal dari masa reformasi, dimana peraturan

deskriminatif terhadap kebudayaan etnis Tionghoa peranakan telah berakhir. Tahun

Page 24: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

7

1998, budaya etnis Tionghoa peranakan mengalami keterbukaan sehingga event-event

kebudayaan dan keagamaan peranakan Tionghoa banyak digelar, kepariwisataan

berkembang dan kreativitas seni budaya lebih maju dari sebelumnya. Sehingga tahun

1998 awal dari berkembangnya budaya etnis Tionghoa Peranakan di Kota Semarang,

hal ini tentu mendorong lebih pesatnya kuliner lumpia. Hal itulah bukti-bukti tahun

1998, kuliner lumpia semakin populer di Semarang, bahkan sebagai ikon.

Batas akhir penelitian ini pada tahun 2017, dikarenakan hingga tahun 2017

lumpia Semarang selalu mengalami perkembangannya. Terbukti, tidak hanya generasi

keturunan Tjoa Thay Joe dan Warsih yang melanjutkan usaha kuliner lumpia, namun

hingga tahun 2017, para mantan karyawan Tjoa Thay Joe dan Warsih, juga membuka

warung lumpia di sepanjang Jalan Mataram dan sepanjang Jalan Pandanaran,

Semarang. Menurut survey penulis, hingga tahun 2017 ada sebanyak dua belas kios

yang membuka usaha kuliner lumpia Semarang. Walaupun kajian ini dibatasi oleh

lingkup temporal yang telah ditetapkan diatas namun pembahasan bisa saja akan

menyentil peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar batas temporal itu. Ini menjadi jelas

bahwa setiap kejadian mempunyai keterkaitan dalam kondisi waktu yang lampau

terjalin dengan masa depan.

2. Ruang Lingkup Wilayah (Spatial Scope)

Ruang lingkup spasial (spatial scope) adalah batasan wilayah yang diambil

dalam penulisan sejarah. Ruang wilayah (spatial scope) penelitian ini adalah Kota

Semarang. Karena disinilah penulis melakukan penelitiannya terkait dengan judul

penelitian. Penulis melakukan penelitian pada industri-industri kuliner lumpia di

Semarang, yaitu Lumpia Gang Lombok, Lumpia Mbak Lien, Lumpia Cik Me Me,

Page 25: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

8

Lumpia Mataram, Loenpia Pak Edy, Lumpia Kings, Restaurant Semarang, dan

Lumpia Ekspress.

Selain itu alasan penulis memilih Kota Semarang sebagai wilayah pada

penulisan ini, yaitu karena Kota Semarang merupakan salah satu kawasan yang

menjadi rujukan awal lahirnya kuliner lumpia dan sudah menjadi ikon di Kota

Semarang. Dalam fakta sejarah, kuliner lumpia lahir pertama kali di Kota Semarang,

yang dipelopori oleh Tjoa Thay Yoe dan Warsih pada abad 19, sekitar tahun 1870.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menggunakan bahan-bahan referensi yang menunjang, yaitu referensi

tertulis yang berupa buku-buku, surat kabar, majalah dan dokumen-dokumen penting lain

dalam bentuk tertulis untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan

yang diteliti.

Kajian Pustaka dikembangkan sebagai acuan penelitian yang sangat bermanfaat

untuk memberikan sejumlah teori dan juga untuk memperkaya materi penulisan

penelitian ini. Tinjauan pustaka digunakan peneliti untuk bahan referensi sehingga dapat

menghindari peneliti dari kerancuan objek studi dalam menyusun penelitian ini. Kajian

pustaka memberikan tinjauan mengenai apa yang akan dibahas oleh penulis sebagai

bahan referensi dan rujukan dalam menyusun penelitian ini. Sumber yang digunakan

berisi teori-teori yang mendukung, surat kabar sejaman, autobiografi, permasalahan yang

diajukan atau ditanyakan, dan pendukung lain yang mempunyai relevansi dengan isi

buku.

Referensi pertama yang digunakan adalah sebuah buku yang berjudul “Peranakan

Tionghoa dalam Kuliner Nusantara”. Buku karya dari Aji Chen Bromokusumu ini

diterbitkan oleh Kompas. Buku ini merupakan hasil dari penelitian yang membahas

Page 26: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

9

mengenai pengaruh kuliner di Indonesia yang dipengaruhi oleh Cina dan Eropa. Dalam

buku ini dikatakan bahwa seni kuliner peranakan Tionghoa di Indonesia sangat khas,

karena merupakan suatu bentuk hasil dari silang budaya Tiongkok, Nusantara, dan Eropa

melalui proses yang tidak singkat. Melalui buku ini Aji Chen Bromokusumu tidak hanya

menceritakan tentang makanan peranakan Tionghoa, tetapi juga membahas tentang

sejarahnya dan juga cara penyajiannya yang otentik. Aji Chen Bromokusumu dalam

bukunya mengungkapkan kuliner adalah salah satu produk budaya yang mampu

melampaui batas-batas geografis, bangsa, dan zaman. Sama halnya ragam kuliner

Nusantara, seperti: bakso, bakmi, soto, lumpia, galantin, bistik, bakpia, kue lapis, legit

atau es puter. Kuliner tersebut adalah warisan dari hasil campur tangan antara

masyarakat lokal dengan kaum peranakan Tionghoa.

Uraian yang disajikan dalam buku ini menggunakan pendekatan etnografi dan

majalah wisata kuliner, sehingga halaman demi halaman dipenuhi dengan deskripsi yang

detail, historis, dan menarik. Cita rasa kuliner peranakan Tionghoa pada dasarnya tidak

tunggal, tetapi jamak sebagaimana masyarakatnya yang plural: ada yang berkiblat pada

Barat (Belanda), timur (Tiongkok) dan lokal (Nusantara). Aji Chen Bromokusumu

mencoba menjelaskan hasil silang budaya khususnya pada kuliner peranakan Tionghoa

memiliki variasi menu yang sangat beragam sehingga kuliner peranakan yang berada di

Nusantara pantas untuk dihargai tinggi. Buku ini digunakan karena buku ini

menceritakan, membahas sejarah kuliner Nusantara, mempromosikan kuliner Nusantara

yang sebenarnya tidak lepas dengan hasil budaya peranakan Tionghoa.

Kesimpulan dari buku “Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara”, yaitu

kuliner peranakan merupakan salah satu budaya yang unik yang ada di Indonesia. Hal ini

semakin dimantapkan karena bukti-bukti yang ada bahwa proses asimilasi dan akulturasi

yang panjang menghasilkan makanan-makanan yang unik yang tidak akan didapati di

Page 27: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

10

luar Indonesia dan juga tidak akan didapati di negeri asalnya Tiongkok sekalipun. Seni

kuliner peranakan di Indonesia memiliki suatu bentuk kekayaan yang dimiliki oleh

bangsa Indonesia yang majemuk sehingga hasil silang budaya kuliner peranakan di

Indonesia perlu dilestarikan dan dijaga untuk generasi yang akan datang. Aji Chen

Bromokusumu mengungkapkan kuliner adalah salah satu khazanah budaya.

Kontribusi buku ‘’Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara” dalam penelitian

ini ialah memudahkan penulis untuk mengetahui bagaimana sejarah dan proses akulturasi

peranakan Tionghoa melalui kuliner. Aji Chen Bromokusumu memberikan informasi

bahwa kuliner Nusantara tidaklah lepas dari pengaruh bangsa Asing khususnya etnis

Tionghoa yang telah datang ke Nusantara sejak berkembangnya kerajaan-kerajaan

Hindu-Budha di Nusantara dan berlanjut hingga kedatangan orang-orang Barat di

Indonesia.

Perbedaan buku ini dengan dengan penelitian penulis adalah dalam fokus

pembahasannya Aji Chen Bromokusumu membahas mengenai seni kuliner di Indonesia

merupakan hasil akulturasi budaya kuliner di Indonesia dengan budaya Tionghoa dan

Belanda, sedangkan penulis lebih fokus membahas tentang silang budaya kuliner

Indonesia yang khususnya dengan budaya kuliner peranakan Tionghoa. Pembahasan

selanjutnya buku ini lebih banyak membahas mengenai beberapa makanan dan resep

kuliner peranakan, sedangkan dalam penelitian yang akan peneliti teliti lebih membahas

bagaimana budaya akulturasi kuliner peranakan di Indonesia secara khusus terutama

dalam perkembangan produksi kuliner peranakan.

Referensi kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul

“Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia”. Buku karya Fadly Rahman

diterbitkan oleh kompas Gramedia. Buku ini menjelaskan mengenai kajian kuliner

massal di Indonesia. Sejarah panjang bangsa Indonesia menyediakan ruang untuk kajian

Page 28: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

11

kuliner yang sangat penting untuk menyadarkan bahwa kuliner bangsa Indonesia tidak

hanya untuk dinikmati dalam cita rasanya saja, namun juga memiliki kekayaan sejarah

yang perlu untuk dipertahankan dan dilestarikan sebagai bagian dari identitas bangsa.

Beraneka citarasa, sarat bumbu, kaya bahan, serta beragam pengolahan dan penyajian

adalah citra-citra yang melekat dalam kuliner Indonesia banyak dipengaruhi oleh

Tionghoa, India, dan Arab. Keragaman citra makanan Indonesia terbentuk melalui proses

sejarah yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang serta dipengaruhi oleh

berbagai dari unsur global.

Kegairahan untuk mengembangkan makanan di Indonesia dapat dirasakan

beberapa tahun belakangan. Berbagai pihak, mulai dari lembaga pemerintahan hingga

media massa, berusaha untuk mengangkat ragam makanan di berbagai daerah di

Indonesia agar dikenal di lingkup nasional hingga internasional.7 Dalam bukunya, Fadly

Rahman menggunakan sumber yang sangat beragam mulai dari sumber artefak berupa

prasasti, tulisan berupa naskah-naskah kuno, catatan-catatan perjalanan bangsa asing,

hingga buku-buku masak masa kolonial dan dokumen resmi pemerintahan kolonial.

Kesimpulan dari buku yang berjudul “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan

Indonesia”, yaitu Masalah makanan yang berkaitan dengan bagaimana bahan-bahan

makanan dibudidayakan, kebijakan politik dan ekonomi terkait tata kelola sistem

budidaya itu, hingga persoalan budaya yang berpeluang memunculkan aksi saling klaim

makanan khas antarbangsa. Selain itu, merebaknya berbagai upaya untuk menampilkan

makanan daerah atau etnis juga bisa memunculkan berbagai rupa makanan etnis adalah

sebuah ciri kecil dari tumbuhnya rasisme yang tidak banyak disadari dan dalam hidup

keseharian. Hasilnya, hal-hal penting yang seharusnya dikembangkan, sebut saja

diantaranya masalah nutrisi dan kesehatan serta ketahanan, revitalisasi, dan diversifikasi

7Fadly Rahman, Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia., (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2016), Cet.1, hlm.2.

Page 29: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

12

pangan, menjadi luput dibenahi. Masalah-masalah saling klaim kuliner itu pun terasa

menggelisahkan di Indonesia, karena sikap klaim kuliner seperti itu menunjukkan masih

minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sejarah budayanya sendiri dan tentu

saja perlu dipahami akar permasalahannya dengan cara melacak sejarah makanan itu

sendiri.8

Kontribusi buku “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia” dalam

penelitian ini ialah memudahkan penulis untuk mengetahui bagaimana sejarah kuliner di

Indonesia dan fakta baru dalam pengembangan kuliner Indonesia dari masa ke masa.

Perbedaan buku ini dengan penelitian penulis adalah dalam fokus pembahasannya Fadly

Rahman membahas mengenai sejarah kuliner di Indonesia di setiap wilayah Indonesia

“dari Sabang sampai Merauke” yang memiliki nilai historis dan kekhasan bahan

makanannya, sedangkan dalam penelitian yang akan diteliti lebih terfokus secara khusus

membahas sejarah perkembangan industri kuliner lumpia Semarang.

Referensi ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal yang berjudul

“Lumpia Semarang pada Masa Orde Baru (Lumpia sebagai Identitas Budaya Etnis

Tionghoa Peranakan Semarang). Jurnal yang bernama Avatara ini diterbitkan pada

Oktober 2015 ini ditulis oleh Indah Ella Susanti dan Sri Mastuti Purwaningsih. Jurnal ini

menjelaskan mengenai perkembangan lumpia Semarang pada masa Orde Baru dan

makna Lumpia sebagai identitas khas etnis peranakan Tionghoa di Semarang.

Jurnal Avatara merupakan penelitian untuk menjelaskan bahwa etnis peranakan

Tionghoa di Semarang merupakan etnis minoritas yang mendapatkan perlakuan

deskriminatif saat Orde Baru dari berbagai aspek. Etnis peranakan Tionghoa di

Semarang mendapatkan batasan-batasan dalam hal perdagangan. Hal ini yang

menyebabkan banyaknya toko-toko yang dikuasai etnis peranakan Tionghoa, tak

8Fadly Rahman, Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia., (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2016), Cet.1, hlm.8.

Page 30: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

13

terkecuali industri kuliner lumpia yang semakin menjamur di Semarang. Di jurnal ini

juga dijelaskan bahwa kuliner lumpia merupakan kuliner hasil dari akulturasi budaya

etnis Tionghoa dengan penduduk Semarang.

Kontribusi jurnal dalam penelitian ini adalah menambah informasi terkait dengan

bagaimana perkembangan kuliner lumpia di Kota Semarang. Bagaimana kehidupan

masyarakat Tionghoa peranakan hidup berdampingan dengan penduduk asli di Kota

Semarang. Sisi lain kebhinekaan dan persaudaraan antara peranakan Tionghoa dengan

penduduk asli di Kota Semarang yang tidak terlepas dari prasangka politik yang

diciptakan oleh penguasa. Karena dalam penelitian ini juga membahas tentang kehidupan

masyarakat Tionghoa peranakan yang hidup berdampingan bersama dengan penduduk

asli di Kota Semarang dengan budaya yang berbeda.

Perbedaan jurnal ini dengan penelitian penulis adalah pertama dalam jurnal ini

membahas tentang kuliner lumpia pada masa Orde Baru dan kehidupan peranakan

Tionghoa di Semarang. Sedangkan dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah

mengenai sejarah dan perkembangan kuliner lumpia Semarang dari tahun 1998 hingga

2017.

Referesi keempat penulis menggunakan jurnal yang berjudul “Penelusuran Jejak

Makanan Khas Semarang Sebagai Aset Inventarisasi Promosi Wisata Kuliner Jawa

Tengah”. Jurnal DIPO IPTEKS ini, ditulis oleh Novia Rochmawati, Nailah dan Imam

Oktariandi, menjelaskan bahwa jejak makanan khas Semarang merupakan aset

inventarisasi dan promosi wisata kuliner Jawa Tengah. Jurnal ini juga menjelaskan

bagaimana sejarah asal muasal kuliner tersebut muncul dan berkembang dalam

kehidupan warga Semarang, sehingga mendapatkan label “Khas” Semarang.

Kesimpulan dari jurnal ini adalah sejarah kuliner khas Semarang muncul dengan

seiring perkembangan Kota Semarang sendiri. Kuliner Semarang mendapatkan pengaruh

Page 31: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

14

akulturasi dari kebudayaan Eropa, Cina, Arab dan beberapa Negara lain. Adanya

kebudayaan lain banyak dibawa oleh beberapa golongan dari luar yang mempengaruhi

selera kuliner masyarakat Kota Semarang. Pengaruh orang Eropa yang datang ke

Semarang, jejak kulinernya dapat dijumpai di Toko Oen yang ada di jalan Pemuda.

Sedangkan pengaruh etnis Cina dapat dijumpai dari berbagai makanan khas seperti

kuliner lumpia, mie titee, lontong cap go meh dan lain sebagainya. Sedangkan dari Arab,

pengaruhnya dapat dilihat dari nasi kebuli dan makanan-makanan yang mengguanakan

bahan baku kambing.

Kontribusi jurnal untuk penelitian ini adalah menambah informasi terkait dengan

potensi nilai historis budaya kuliner Semarang, bagaimana terciptanya beberapa makanan

yang diberi label “khas Semarang”, dan bagaimana upaya-upaya yang dapat melestarikan

eksistensi makanan tersebut.

Perbedaan jurnal ini dengan penelitian penulis adalah dalam fokus pembahasannya

jurnal ini membahas mengenai penelusuran jejak makanan khas Semarang sebagai asset

inventarisasi dan promosi wisata kuliner Jawa yang memiliki nilai historis dan kekhasan

bahan makanannya, sedangkan dalam penelitian yang akan diteliti lebih terfokus secara

khusus membahas sejarah perkembangan industri kuliner lumpia Semarang.

G. Metode Penelitian

Suatu penelitian yang akan diteliti membutuhkan metode ilmiah yang menyangkut

permasalahan yang akan diteliti dan dibahas untuk mendasari dalam sebuah kajian.

Adapun metode yang digunakan sesuai dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini

adalah metode penelitian sejarah karena penelitian ini berhubungan dengan dinamika dan

perkembangan industri kuliner lumpia di Kota Semarang tahun 1998-2017.

Page 32: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

15

Metode Sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau.9 Metode ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui

fakta masa lampau dengan sebenarnya. Penggunaan metode sejarah dalam proses

penulisan penelitian skripsi ini dilakukan melalui empat tahapan yang dilakukan secara

berurutan, yakni sebagai berikut:

1. Heuristik

Pada tahap heuristik merupakan upaya penelitian penulis dalam melakukan

beberapa kegiatan yang berupa usaha untuk mencari, mengumpulkan, menghimpun

sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis kaji.

Sumber yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Dinamika Perkembangan

Industri Kuliner Lumpia di Kota Semarang Tahun 1998-2017” diperoleh melalui

penelusuran pustaka. Sumber pertama, sumber sejarah diperoleh dari perpustakaan

antara lain yaitu Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah (UNNES), Perpustakaan Pusat

UNNES, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Depo Arsip Suara

Merdeka. Sumber-sumber bukti yang diperoleh meliputi keterangan-keterangan

mengenai kejadian-kejadian berkaitan dengan judul penelitian yang kemudian

dikategorikan sifatnya, sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Menurut Nugroho Notosusanto, sumber primer merupakan sumber yang

keterangannya diperoleh secara langsung dari para narasumber ataupun orang

yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri. Sebagai sumber

sejarah, sumber primerlah yang harus dikejar karena sumber inilah yang paling

9Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1975),

hlm.32.

Page 33: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

16

valid dan reliable.10

Klasifikasi sumber primer adalah manuskrip, arsip, jurnal,

Koran dan wawancara langsung dengan pemilik toko kuliner. Adapun teknik

pengumpulan data primer dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi langsung

seseorang untuk memperoleh informasi yang tepat dari narasumber yang

terpercaya dengan cara mengajukan pertanyaan langsung pada

narasumber. Pertama, wawancara dilakukan dengan pemerhati sejarah

Kota Semarang yang mengetahui sejarah kondisi kehidupan peranakan

Tionghoa di Semarang, dan bagaimana sejarah kuliner lumpia masuk di

Kota Semarang serta perkembangannya, yakni Bapak Jongkie Tio

(Wawancara dilakukan pada tanggal 04 Maret 2017).

Jongkie Tio merupakan seorang pemerhati sejarah dan bangunan-

bangunan bersejarah Kota Semarang. Kedua, peneliti melakukan

wawancara dengan pemilik toko lumpia gang Lombok Semarang, yaitu

Bapak Untung Usodo sebagai seorang generasi penerus penjual kuliner

Lumpia Gang Lombok (Wawancara dilakukan pada tanggal 23 April

2017, Pukul 14.00). Ketiga, peneliti melakukan wawancara dengan

pemilik Lumpia Mbak Lien, yaitu Edonis (Wawancara dilakukan pada

tanggal 14 Mei 2017. Keempat, peneliti melakukan wawancara dengan

pengusaha kulit lumpia di Kranggan Dalam Semarang, yaitu Ibu Eko

(Wawancara dilakukan pada tanggal 22 September 2018). Kelima, peneliti

melakukan wawancara dengan pengusaha rumahan lumpia di Kranggan

10Nugroho Notosusanto,Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1982), Hlm. 94.

Page 34: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

17

Dalam Semarang, yaitu Ibu Purnama (Wawancara dilakukan pada tanggal

22 September 2018). Keenam, peneliti melakukan wawancara dengan

karyawan peracik rebung lumpia Gang Lombok, yaitu Bapak Nastain

(Wawancara dilakukan pada tanggal 22 September 2018). Ketujuh,

peneliti melakukan wawancara dengan pemilik Lumpia Mataram, yaitu

Bapak Tan Yok Tjay (Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Agustus

2017).

2) Dokumen

Dokumen-dokumen terbagi atas beberapa kategori-kategori pokok,

antara lain otobiografi, surat-surat, koran, buku harian, dan arsip. Sumber

penelitian ini adalah dari laporan surat kabar yang berupa Koran, pertama

koran Suara Merdeka tahun 2014, dengan judul “Lumpia Diusulkan Jadi

Warisan Budaya”; kedua koran Suara Merdeka tahun 2016, berjudul “Cik

Me Me Raih Penghargaan Varian Menu Lumpia Terbanyak”; ketiga koran

Suara Merdeka, berjudul “Tionghoa Asing Lebih Banjak Jg Tinggal di

Semarang”; keempat koran dari Kompas tahun 2015, berjudul “Malaysia

Ingin Klaim Lumpia, Pengusaha Tegaskan Itu Warisan Indonesia; kelima,

koran Jawa Pos tahun 1966, berjudul “Lumpia Semarang, Makanan

Berkhasiat”; keenam koran dari Koran Jakarta tahun 2008, berjudul

“Meliani Sugiarto “Cik Me Me”, Owner Lumpia “Delight” Tak Henti

Lakukan Inovasi”; ketujuh koran dari Aktual tahun 2015, berjudul

“Pewaris Lumpia Semarang Sesalkan Klaim Malaysia”; kedelapan koran

dari Jawa Pos tahun 2018 dengan judul “Mokong Sekolah, Digembleng

Buat Lunpia”; kesembilan, majalah dari Cempaka yakni “ Lumpia Delight

Pelopor Pengembangan Lumpia Asli Semarang”.

Page 35: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

18

b. Sumber Sekunder

Sumber Sekunder menurut Nugroho Notosusanto, sumber sekunder

merupakan sumber yang diperoleh oleh pengarang dari lain atau sumber lain.

Adapun sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

studi pustaka. Studi pustaka yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk

memperoleh data dengan cara mencari buku literatur. Sumber sekunder pada

penelitian ini yang didapat berupa jurnal, buku-buku, artikel-artikel dari

Perpustakan Daerah Provinsi Jawa Tengah, Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah

(UNNES), dan Perpustakaan Pusat (UNNES).11

2. Kritik Sumber

Setelah mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh pada

tahap heuristik, maka tahap selanjutnya adalah melakukan proses seleksi (verifikasi)

atau sumber yang telah dikumpulkan harus terlebih dahulu diverifikasi sebelum

digunakan. Ada terdapat dua aspek yang dikritik yaitu otentisitas (keaslian sumber)

dan kredibilitas (tingkat kebenaran informasi) sumber sejarah. Peneliti atau

sejarawan harus selektif dalam menggunakan sumber sejarah, karena harus

mengutamakan kebenaran. Sehingga peneliti harus bisa membedakan mana yang

benar dan mana yang palsu. Karena masih banyak sumber sejarah yang meragukan.

Kritik sumber merupakan proses kerja ilmiah yang harus dipertanggungjawabkan

agar terhindar dari fantasi, manipulasi atau fabrikasi. Selain itu kritik sumber sangat

penting guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian. Setelah sumber diverifikasi,

maka dapat dikatakan sebagai fakta sejarah. Karena hanya data sejarah yang

11Nugroho Notosusanto,Norma-Norma Dasar Pemikiran dan Penelitian, (Jakarta : Dephan, 1971), Hlm. 30.

Page 36: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

19

terpercaya sajalah yang dapat digunakan dalam penelitian sejarah sebagai bukti-

bukti sejarah. Terdapat dua jenis kritik sumber, eksternal dan internal. Kritik

eksternal dimaksud untuk menguji otetisitas (keaslian) suatu sumber. Kritik internal

dimaksudkan untuk menguji kredibilitas dan reabilitas sumber.

a. Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah usaha untuk mendapatkan otentisitas sumber

melakukan penelitian fisik terhadap sumber. Kritik eksternal mengarah pada

aspek luar dari sumber. Kritik eksternal juga merupakan uji otentisitas

(keaslian) suatu sumber, agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli

bukan tiruan atau palsu. Kritik ini dilakukan dengan cara meneliti jenis bahan,

gaya bahasa, penulisan, ungkapan-ungkapan, identitas pengarang.

b. Kritik Internal

Kritik internal merupakan kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber,

artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung

bias, dikecohkan, dan lain sebagainya. Kritik internal ditujukan untuk

memahami isi teks. Arti lain kritik internal ingin menguji lebih jauh lagi

mengenai isi dokumen. Setelah selesai menguji otentisitas (keaslian) suatu

sumber, selanjutnya peneliti atau sejarahwan berlanjut ke uji kredibilitas atau

uji reabilitas. Artinya peneliti harus menentukan seberapa jauh dapat dipercaya

kebenaran dan isi informasi yang disampaikan oleh suatu sumber atau

dokumen sejarah. Kritik ini dilakukan dengan cara membandingkan berbagai

sumber yang ada, sehingga diperoleh fakta yang merupakan unsur utama untuk

memperoleh informasi.

Page 37: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

20

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka

rekonstruksi realitas masa lampau. Arti lain interpretasi merupakan suatu kesan,

pendapat terhadap suatu pandangan sejarawan. Perkembangan interpretasi pada abad

19 banyak dipengaruhi oleh aliran idealis. Sementara pada abad 20 interpretasi

sejarah lebih merupakan hasil penilaian pribadi terhadap realitas sejarah. Proses

kerja interpretasi yang melibatkan aktivitas mental seperti seleksi, analisis,

konspirasi, serta kombinasi dan berujung pada sintesis.

Kegiatan interpretasi ini penulis berusaha menganalisis sumber-sumber yang

ada. Kemudian menyusul sumber-sumber tersebut dalam bentuk penulisan skripsi.

Sehingga di dalam interpretasi perlu diadakan analisis sumber untuk mengurangi

unsur subyektivitas dalam suatu penulisan sejarah selalu ada yang dipengaruhi latar

belakang, motivasi, pola pikir dan lain-lain. Subyektivitas adalah hak sejarahwan,

tetapi bukan berarti sejarahwan dapat melakukan interpretasi sekehendaknya sendiri.

Sejarahwan harus berada dibawah bimbingan metodologi sejarah sehingga

subjektivitas dapat diminimalisir. Tahap interpretasi ini dibagi dalam dua langkah

yaitu analisis dan sintesis. Analisis merupakan kegiatan untuk menguraikan

sedangkan sintesis berarti mengumpulkan.

4. Historiografi

Historiografi merupakan proses akhir dalam metode penelitian sejarah, yang

kemudian dituangkan menjadi sebuah kisah sejarah dalam bentuk tulisan. Aspek

kronologis sangat penting dalam penulisan sejarah karena dapat mengetahui

perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam suatu peristiwa sejarah. Tahap ini

Page 38: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

21

diperluakan suatu imajinasi historis yang baik sehingga fakta-fakta sejarah menjadi

kajian utuh, sistemasis serta komunikatif.

Page 39: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

22

BAB II

AWAL MULA KULINER LUMPIA DI SEMARANG

A. Sejarah dan Perkembangan Kuliner Indonesia

Indonesia memiliki berbagai macam kuliner dengan aneka ciri khas yang berbeda-

beda di setiap daerahnya. Sejarah kuliner Indonesia mengalami perkembangan seiring

dengan datangnya bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Eropa. Proses hubungan

antar bangsa yang dilakukan sejak berabad-abad yang lalu, sehingga menimbulkan

akulturasi budaya dengan beberapa bangsa asing tersebut.12

Indonesia sudah sejak masa

lampau dikenal sebagai sumber rempah-rempah yang sangat melimpah dan beragam

jenisnya, sehingga dapat menciptakan variasi sajian kuiner yang kaya cita rasa. Pada

awal abad ke-16, bangsa Portugis datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah

dan memperkenalkan rempah-rempah Indonesia ke Eropa, sehingga hal tersebut yang

mendorong bangsa lainnya seperti Belanda datang ke Indonesia untuk mencari rempah-

rempah di Indonesia. Kondisi tersebut menjadi awal penyebab secara tidak langsung

yang mempengaruhi perkembangan makanan di Indonesia. Dengan datangnya bangsa

dari negeri Eropa masuk ke suatu daerah-daerah Indonesia, menyebabkan terciptanya

kuliner tradisional baru yang memiliki unsur negara Eropa. 13

“Saat Perang Dunia I terjadi, pasokan bahan baku utama makanan dari Belanda

terputus dan menyebabkan orang-orang Belanda yang ada di Indonesia mulai mencoba

makanan Indonesia yang kemudian berkembang menjadi menu yang disebut Rijsttafel.

Pada dasarnya Rijsttafel bukan sebuah nama makanan, melainkan merupakan budaya

12Pipit Anggraeni, “Menu Populer Hindia Belanda (1901-1942): Kajian Pengaruh Budaya Eropa Terhadap

Kuliner Indonesia”, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2017, hlm. 88). 13

Mandra Lazuardi dan Mochamad Sandy Triardy, Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kuliner Nasional

2015-2019, (PT. Republik Solusi), hlm.14.

Page 40: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

23

makan. Jika diartikan secara harfiah, rijst berarti nasi dan tafel berarti meja, jika

disatukan

Page 41: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

23

menjadi hidangan nasi yang memiliki arti sederhana yakni meja nasi.”14

Rijsttafel

merupakan suatu bentuk dari penggabungan dua budaya, metode penyajian ala

bangsawan orang-orang Belanda bersanding dengan sajian hidangan masakkan

Indonesia.15

Hidangan makanan yang disebut sebagai Rijsttafel tersebut, dapat mencapai

empat puluh jenis makanan dalam satu meja yang dihidangkan oleh empat puluh

pelayan. Menu-menu yang biasa disajikan sebenarnya merupakan menu-menu makanan

yang sangat sederhana, yaitu Nasi, Sate, Ayam Goreng atau Ayam Panggang, Rendang,

Opor Ayam, Kerupuk, Sambal, Tempe dan Tahu. Salah satu restoran yang konsisten

menyajikan berbagai menu dengan konsep Rijsttafel hingga sekarang ini adalah Restoran

Oasis di Jakarta yang berdiri sejak 1968.16

“Di tahun 1960-an dan 1970-an, perkembangan dunia kuliner Indonesia dari sisi

pendidikan mulai berkembang dengan berdirinya beberapa lembaga pendidikan tinggi

bidang kuliner. Salah satunya adalah Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) yang

bermula dari didirikannya Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) pada tahun 1959 di

bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.”17

Pada tahun 1967, Departemen Pendidikan menerbitkan sebuah buku masakkan

yang berjudul “Mustika Rasa”. Buku ini merupakan buku masak nasional pertama di

Indonesia yang menunjukkan adanya warisan dari berbagai lapisan waktu yang panjang

disertai pengaruh global yang membentuk selera dan cara pandang masyarakat Indonesia

terhadap makanan.18

Dengan diterbitkannya buku tersebut memberikan tanda bahwa

pentingnya melestarikan budaya kuliner Indonesia yang sangat beragam telah disadari

14Mandra Lazuardi dan Mochamad Sandy Triardy, Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kuliner Nasional

2015-2019, (PT. Republik Solusi), hlm.14. 15

Fadly Rahman, Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2011), hlm.2. 16

Sorta Tobing, “Oasis, Konsisten Menyajikan Hidangan Kolonial”,

http://www.tempo.co/read/news/2012/08/25/201425391/Oasis-Konsisten-Menyajikan-Hidangan-Kolonial,

diakses 21 Februari 2018, pukul 15.59. 17

Mandra Lazuardi dan Mochamad Sandy Triardy, Op.cit., hlm.15. 18

Fadly Rahman, Op.cit., hlm.288.

Page 42: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

24

sejak lama. Buku dengan tebal 1.123 halaman dan memuat lebih dari 1000 resep

masakan Indonesia tersebut, dimulai tahun 1960 ketika Menteri Pertanian Brigjen dr

Azis Saleh bertemu Presiden Soekarno. Dalam pertemuan itu, Soekarno meminta agar

diterbitkan buku resep masakan Indonesia yang lengkap. Kemudian pada tahun 1970 –

1980, mulai banyak buku-buku resep masakan yang diterbitkan.19

Pada 26 Juli 1975, berdiri lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lembaga

inilah yang berwenang mengeluarkan sertifikat “HALAL”, baik dalam hal pangan, obat-

obattan, makanan maupun produk kosmetika. Dengan lahirnya lembaga ini,

menunjukkan bahwa pengawasan terhadap produk makanan dan minuman di Indonesia

telah mulai mendapatkan sorotan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait dengan

kepastian halal tidaknya produk-produk tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi di mana

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam.20

Popularitas kuliner Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 1990, sejak

mulai disiarkannya program televisi yang menyiarkan program kuliner. Sejak saat itu,

televisi sangat berpengaruh besar untuk mengangkat popularitas kuliner Indonesia. Sejak

munculnya tayangan kuliner di salah satu program acara televisi swasta, beberapa tahun

setelahnya muncul berbagai progam tayangan di televisi yang sejenis.21

Hal ini

memberikan dampak positif tidak hanya untuk meningkatkan popularitas kuliner

Indonesia di masyarakat Indonesia sendiri saja, namun mampu menarik minat

masyarakat untuk semakin dekat dengan kuliner khas Indonesia.22

Tidak dipungkiri,

media memiliki peran yang sangat besar dalam mengubah presepsi masyarakat terhadap

19Andreas Maryoto, “Jejak Buku Resep Masakan”,

http://nasional.kompas.com/read/2011/11/29/02163238/jejak. buku.resep.masakan, diakses 21 Februari 2018,

pukul 16.25. 20

Mandra Lazuardi dan Mochamad Sandy Triardy, Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kuliner Nasional

2015-2019, (PT. Republik Solusi), hlm.14. 21

Ibid, hlm.18. 22

Ibid, hlm.17.

Page 43: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

25

makanan lokal sehingga masyarakat dalam menikmati kuliner lokal menjadi sebuah

kepedulian untuk lebih mengahargai budaya kuliner di negerinya.

Pada tahun 2011, popularitas kuliner tradisional Indonesia mulai diakui oleh

masyarakat dunia. Hal ini ditunjukkannya dengan masuknya beberapa masakan

Indonesia seperti sate, nasi goreng, dan rendang masuk kedalam daftar World’s 50 Best

Foods versi CNN dimana Rendang menduduki posisi pertama. Hal ini semakin

meningkatkan antusiasme masyarakat Indonesia dan asing untuk lebih mengenal

berbagai kuliner tradisional Indonesia. Upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan

ragam kuliner tradisional Indonesia ini berlanjut dengan diadakannya Program 30 Ikon

Kuliner Tradisional Indonesia (30 IKTI) yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif sejak tahun 2012.23

Pada tahun 2013, tiga puluh kuliner tradisional Indonesia resmi diperkenalkan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marie Elka Pangestu secara resmi

memperkenalkan tiga puluh ikon kuliner tradisonal. Tiga puluh ikon kuliner tradisional

tersebut antara lain terdiri dari 22 berasal dari Pulau Jawa, 5 dari Sumatra, dan masing -

masing 1 dari Sulawesi dan Bali, serta 2 ”ikon nasional” yaitu tumpeng dan nasi goreng

kampung.24

Penentuan ikon ini berkaitan dengan usaha untuk mendefinisikan dan mencatat

secara sistematis masakan khas Indonesia. Dengan begitu, tidak hanya untuk mencatat

jumlah kuliner tradisional di Indonesia yang sangat beragam, namun juga membuat

dokumentasi resep, sejarah, dan cara pembuatan kuliner Indonesia. Acara peluncuran

23Mandra Lazuardi dan Mochamad Sandy Triardy, Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kuliner Nasional

2015-2019, (PT. Republik Solusi), hlm.17. 24

Kemenparekraf Puskompublik ini mempublikasikan dalam akun Youtube pada tanggal 10 April 2013,

berformat video berdurasi 7 menit 7 detik dengan judul “The 30 Indonesian Traditional Culinary Icon” dan

diiringi musik latar lagu Nasional “Indonesia Pusaka”. Adapun 30 ikon kuliner tradisonal tersebut mencakup:

Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura, Sate maranggi Purwakarta, Klappertaart Manado, Tahu telur Surabaya,

Sate lilit Bali, Rendang Padang, Orak-arik buncis Solo, Pindang patin Palembang, Nasi liwet solo, Bir pletok

Jakarta, Kolak pisang ubi Bandung, Ayam goreng lengkuas Bandung, Laksa Bogor, Kunyit asam Solo, dan

Asam padeh tongkol Padang.

Page 44: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

26

ikon kuliner tradisonal Indonesia, diharapkan Indonesia akan segera memiliki identitas

budaya kuliner Indonesia.

B. Sejarah Kuliner Semarang

Semarang merupakan kota pelabuhan dan pusat perdagangan yang sangat

berpengaruh di pulau Jawa sejak berabad-abad silam, banyak pedagang-pedagang dari

berbagai Negara yang datang melalui kota pelabuhan ini. Kedatangan bangsa asing

membawa pengaruh besar terhadap budaya lokal. Kebudayaan di Kota Semarang sangat

beragam dan harmonis, sehingga di Kota Semarang dapat dirasakan sentuhan budaya

Jawa yang menyatu bersama dengan budaya Arab, India, Eropa, dan Cina. Sebagian

besar yang menguasai roda perdagangan di Jawa Tengah adalah etnis Tionghoa.25

Karena jumlah etnis Tionghoa di Kota Semarang lebih banyak dibanding kelompok etnis

asing lainnya, maka budaya etnis asing yang paling mempengaruhi budaya Jawa adalah

budaya Tionghoa. Salah satu kekayaan produk budaya tersebut adalah dalam bidang

kuliner. Sejak dahulu akulturasi budaya kuliner etnis Tionghoa ini turut memperkaya

citarasa kuliner Semarang, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah kuliner

Semarang banyak dipengaruhi Cina.26

Kota Semarang memiliki keanekaragaman jenis kuliner yang merupakan hasil dari

aktivitas kebudayaan masyarakatnya. Keanekaragaman jenis kuliner tersebut

mencerminkan bagaimana karakter dan ciri masyarakat Semarang.

Rochmawati menarik kesimpulan sebagai berikut :

Ciri khusus atau karakter yang tercermin dari masakan Semarang adalah makanan

yang bercitarasa pedas, bumbu yang minimalis dan disajikan dalam keadaan panas.

Hal ini disebabkan karena Kota Semarang merupakan daerah pesisir dimana keadaan

iklim dan cuacanya yang panas. Selain hal tersebut, latar belakang kuliner khas

Semarang diracik dengan bumbu yang sederhana dan minimalis karena masyarakat

25“Tionghoa Asing Lebih Banjak Jg Tinggal di Semarang”, Suara Merdeka. 1969.

26Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017 di Restaurant Semarang.

Page 45: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

27

Semarang merupakan masyarakat yang sederhana dan tidak “neko-neko”. Kekhasan

karakter masyarakat Semarang tersebut dapat dilihat pada salah satu masakan yang

bernama Pindang Serani. Pindang Serani merupakan salah satu masakan khas

Semarang yang dibuat dengan cara yang sangat sederhana dan mudah. Bahan-

bahannya pun bukanlah bahan yang sulit untuk dicari dan ditemukan. Bahan

masakan tersebut hanyalah ikan pindang yang direbus dengan bumbu-bumbu dapur

yang minimalis berupa garam, bawang putih, bawang merah, cabai, tomat dan serai.

Seluruh bumbu tersebut hanya direbus bersama dengan ikan pindang dan disajikan

ketika hangat.

Kota Semarang memiliki potensi hasil alam seperti hasil pertanian, perkebunan,

dan hasil laut sebagai bahan makanan lokal, sehingga makanan tradisional Kota

Semarang perlu digali ulang dan diperkenalkan kembali kepada masyarakat agar

keberadannya tetap eksis. Masyarakat asing yang menetap di Kota Semarang sebagian

besar adalah masyarakat keturunan Tionghoa dan Arab serta banyak juga perantau dari

daerah lain seperti dari Pulau Kalimantan dan Sumatera, sehingga dampak dari

keanekaragaman suku ini adalah makanan yang mulai dipadukan dengan makanan

masing-masing asal masyarakat perantau ini. Hal ini menyebabkan kombinasi antara

jenis makanan asli Semarang dengan makanan masyarakat perantau, sehingga

menghasilkan makanan baru.27

Datangnya bangsa-bangsa asing sejak dahulu, memberikan dampak positif untuk

turut memperkaya citarasa kuliner Semarang. Maka dari itu, kita dapat memanfaatkan

daya tarik wisata kuliner untuk menarik para wisatawan. Adapun kuliner Semarang yang

merupakan akulturasi dari bangsa lain adalah lumpia (akulturasi dengan Cina), nasi

kebuli (akulturasi dengan Arab) dan es krim (akulturasi dengan Eropa). Wisata kuliner

bisa menjadi salah satu aset Promosi dan Inventarisasi data kepariwisataan Semarang.

Banyaknya jenis makanan, minuman jamu dan jajanan yang ada hendaknya mendapat

perhatian lebih dari pemerintah. Apalagi dengan adanya perkembangan bahwa saat ini

wisata kuliner sedang menjadi tren. Secara tidak langsung mendorong dalam setiap kota

27Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017 di Restaurant Semarang.

Page 46: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

28

mulai bergerak untuk menggali lebih dalam wisata kuliner dan menginventarisasikan

makanan khas mereka sebagai salah satu kekayaan budaya yang harus pula diperhatikan

dan dilestarikan. Tentunya hal demikan dapat mempengaruhi wisata kuliner di Jawa

Tengah sendiri.28

Ada beberapa makanan Semarang yang dapat dijadikan rujukan dalam

pemilihan makanan favorit pengunjung. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang serta hasil survei primer yang dilakukan,

diperoleh bahwa lokasi-lokasi makanan tersebar di beberapa kawasan yang bisa

dijadikan sebagai tempat tujuan wisata makanan, diantaranya Kawasan jalan Pandanaran,

Kawasan simpang lima, Kawasan jalan MT. Haryono, Semawis Pecinan, Kawasan

Taman KB, dan Kawasan Mall Sri Ratu.29

Salah satu makanan khas Semarang yang masih bertahan, populer, dan masih

banyak digemari oleh wisatawan maupun masyarakat Semarang sendiri adalah kuliner

lumpia. Dari hasil survei penulis ada beberapa tempat utama rekomendasi kuliner lumpia

yang paling populer dan digemari oleh masyarakat luas yakni 1) Lumpia Gang Lombok,

di Jalan Gang Lombok No. 11, Purwodinatan, Semarang Tengah; 2) Lumpia Mataram,

di Jalan MT Haryono No.533 A, Mataram, Semarang; 3) Lumpia Mbak Lien, di Jalan

Pemuda Gang Grajen No.1, Bangunharjo, Pandansari, Semarang Tengah; 4) Lumpia Cik

Me Me, di Jalan Gajahmada No.107, Miroto, Semarang Tengah.30

Selain itu, Kota Semarang juga memiliki ragam makanan khas yang lain dan

tersebar tidak merata di beberapa tempat, yang terdiri dari makanan pokok, minuman,

jajanan dan makanan olahan. Berikut daftar inventarisasi31

:

28 Novia Rochmawati,“Penelusuran Jejak Makanan Khas Semarang sebagai Aset Inventarisasi dan Promosi

Wisata Kuliner Jawa Tengah”, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2013, hlm.1) 29

Pujiyanti dan Minta Harsana. Studi Potensi Wisata Makanan (Food Tourism) Dalam Pengembangan

Pariwisata di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Halaman 1-2. 30

Novia Rochmawati, Op.cit., hlm.4.

31Novia Rochmawati, “Penelusuran Jejak Makanan Khas Semarang sebagai Aset Inventarisasi dan Promosi

Wisata Kuliner Jawa Tengah”. (Semarang: Universitas Diponegoroi, 2013, hlm.10)

Page 47: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

29

1. Makanan

Nasi ayam, nasi kebuli, nasi tomat, mie kopyok, mie titee, lontong cap gomeh,

gudeg koyor, sop semarang, koyor, tahu gimbal, petis kangkung, nasi goreng babat,

glewo koyor, pindang serani, opor semarang, nasi bandeng, pacri terong, petis

bumbon, cemplung, sambal goreng semarang, soto semarang, mangut, janganan

semanggi.

2. Minuman

Wedang tahu, wedang kacang, es gempol, jamu majun, es kombor, es lilin,

jamu bopo biyung, jamu jago, jamu nyonya meneer, bir Semarang.

3. Jajanan

Serabi kucur, serabi inggris, ketan srikaya, ongol-ongol, jongkong, kocomoto,

gelek mletek, onde-onde ceplis, sentiling, moaci semarang, ganjel ril, lumpia,

wingko babad, kuping gajah, putu mayang, tahu pong, bolang-baling, pisang

plenet, kacang gris, jubika adas, mentho, kue kuping tikus, blanggem, klenyem,

kue pia, pistuban, rondo royal, duda kemul, rasikan, ketan salak.

4. Makanan Olahan

Bandeng pindang, bandeng presto, tahu petis, mangut panggang.

Potensi wisata kuliner di Kota Semarang dapat dijadikan peluang besar untuk turut

mengembangkan tingkat perekonomian di Kota Semarang, khususnya dalam bidang

industri kuliner. Di Indonesia memiliki makanan tradisional yang khas di setiap kotanya

dan dapat menarik turis mancanegara. Semarang sebagai salah satu gudang kekayaan

kuliner negeri ini, yang memiliki karakter yang kuat dan unik, terutama dalam hal cita

rasa. Material atau bahan yang dipakai dalam pengolahan kuliner Semarang, rata-rata

menggunakan resep tradisional. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan

Page 48: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

30

perekonomian masyarakat di Semarang dengan mengembangkan wisata kuliner

Semarang. Peran jurnalistik terhadap kuliner Semarang, juga turut membantu untuk

mempromosikan kuliner Semarang ke masyarakat luas hingga wisatawan mancanegara.

Kuliner di Kota Semarang saat ini tengah disorot dan hal ini tentunya tidak lepas

dari peran pemerintah daerah. Sementara itu, sebelum kuliner di beberapa daerah

Indonesia booming seperti saat ini, Kota Bandung menjadi pusat kreativitas kuliner dan

hal itu pun diamini oleh beberapa media online maupun televisi. Tapi, dalam beberapa

tahun terakhir, banyak kuliner khas di kota lain yang turut menonjol.32

Berbicara mengenai perkembangan kuliner beberapa daerah di Indonesia, tren

pemberitaan mengenai kuliner di Semarang lebih banyak dibandingkan dengan daerah

lain karena selain keberagaman kuliner yang ada di Kota Semarang, sejarah kuliner di

Kota Semarang cukup menarik untuk diulas. Hal tersebut karena keberagaman yang

berasal dari percampuran banyak budaya yang lebih terasa kental. Misalnya saja

makanan asli Semarang, yakni wedang ronde yang ternyata punya latar belakang sejarah

sebagai sesaji bagi orang meninggal di Negara China.33

Terlepas dari sejarah kuliner di

Semarang, saat ini pengusaha kuliner di Semarang juga tidak kalah inovatif jika

dibandingkan Kota Bandung misalnya saja yang terbaru ada Lumpia Bengkoang, ada

pula Lumpia Mbledos bagi warga yang menyukai rasa pedas.

Pengaruh media sosial saat ini menjadi pengaruh besar dalam membantu

mempopulerkan kuliner Semarang. Arus media sosial yang kian cepat, mudah, dan

murah seringkali menjadi pilihan bagi para pebisnis untuk memasarkan suatu usaha.

Media sosial menjadi bagian yang penting dalam memasarkan suatu produk karena saat

ini media sosial telah menjadi referensi seseorang untuk mencari informasi, termasuk

32Wawancara dengan Edonis, tanggal 14 Mei 2017 di restoran Mbak Lien.

33Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017 di Restaurant Semarang.

Page 49: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

31

informasi mengenai kuliner. Juga ada penelitian yang membuktikan bahwa 15 menit per

hari dilakukan untuk mencari makanan di media sosial bagi orang Inggris.34

Selain media sosial, masih ada hal lain yang mendukung untuk mempromosikan

kuliner Semarang, antara lain adalah dengan adanya acara pameran atau festival-festival

kuliner. Dengan pengadaan event-event kuliner Semarang, selain dapat mempopulerkan

kuliner-kuliner Semarang, juga dapat membantu pengusaha-pengusaha industri kecil dan

menengah dalam mempromosikan hasil usaha kulinernya. Pada tahun 2017 menjelang

tahun baru Imlek, komunitas kuliner BrotherFood Semarang, menyelenggarakan festival

kuliner di area parkir Mall Sri Ratu Semarang selama tujuh hari berturut-turut dari 23

Januari hingga 29 Januari. Konsep festival kuliner ini lebih spesifik yaitu menyajikan

hidangan-hidangan dengan bahan utama daging babi. Olahan daging babi memang

identik dengan panganan khas warga Tionghoa seperti Nopiang dan Bakcang. Namun,

jika pengunjung beragama muslim dapat mengunjungi 10 stand yang menjual kuliner

non babi. Maksud komunitas ini membuka festival kuliner tersebut, bertujuan untuk

memperkenalkan jenis-jenis makanan khas Imlek dan resep-resep kuno agar tidak

punah.35

Acara festival kuliner tersebut kembali diselenggarakan lagi oleh Firdaus selaku

panitia acara, bertepatan saat hari lebaran tiba, yakni tanggal 25 Juni 2017 hingga 2 Juli

2017. Berbeda dengan acara sebelumnya, festival kali ini dibuka dengan 60 stand

kuliner, yang terdiri dari makanan khas Kota Semarang hingga beberapa kuliner dari

berbagai daerah di Jawa Tengah, bahkan tercatat disetiap harinya jumlah pengunjung

mencapai 5.000 orang.36

34Ning Rahayu. “Begini Strategi Pemasaran yang Mudah Melalui Sosmed”.

http://www.wartaekonomi.co.id/read156362/begini-strategi-pemasaran-yang-mudah-melalui-sosmed.html,

diakses 20 Desember 2018, pukul 8.02.

35 Udin Saeroji,“BrotherFood Semarang Gelar Festival Kuliner Imlek”. http://asatu.id/2017/01/24/brotherfood-

semarang-gelar-festival-kuliner-imlek/, diakses 21 Maret 2018, pukul 19.15. 36

Angling Adhitya Purbaya, Detik News: “Festival Kuliner di Semarang, Pengobat Rindu Makanan Khas”.

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3544200/festival-kuliner-di-semarang-pengobat-rindu-masakan-

khas. Diakses 21 Maret 2018, pukul 22.37.

Page 50: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

32

Pada tanggal 2 Mei 2017 hingga 7 Mei 2017, diselenggarakan pameran Craft dan

kuliner Kota Semarang oleh Dinas Perindustrian Kota Semarang yang bekerjasama

dengan Kadin Kota Semarang. Pameran yang diselenggarakan selama lima hari ini,

merupakan upaya untuk memfasilitasi para pelaku UKM dalam mempromosikan hasil

usahanya. Dengan adanya pameran ini diharapkan usaha para UKM binaan akan semakin

dikenal dan maju. Dari total 100 UKM yang mengikuti pameran ini, 50 diantaranya

dalah industri kecil dan menengah pembuat kerajinan atau craft dan 50 lainnya dari

industri kuliner. Selain pameran, pengunjung juga dapat menikmati berbagai acara

pendukung yang telah disiapkan oleh panitia sepanjang berlangsungnya pameran. Mulai

dari hiburan, lomba, fashion show hingga workshop dan meet and greet bersama artis

nasional.37

Festival kuliner Kota Semarang kembali digelar, tepatnya di Area Retensi Tawang

Kota Lama, Semarang, pada 23 hingga 24 September 2017. Di tahun 2017, festival ini

sudah berjalan keenam kalinya. Namun, acara ini pengunjung harus menyiapkan dana

sebesar Rp 200 ribu per orang, dengan begitu pengunjung dapat mencicipi beragam

makanan tempo doeloe dan berbagai acara hiburan lainnya, seperti Car Free Day,

aerobik, zumba, lomba line dance dan talkshow. Acara ini juga sangat diapresiasi oleh

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Beliau mengaku sangat senang, lantaran

selain Kota Lama Semarang sudah masuk dalam tentative list UNESCO, yaitu nominasi

daerah yang berpotensi menjadi Warisan Dunia, Semarang mulai rajin membuat event-

event kreatif yang dapat mendatangkan banyak wisatawan dan dapat menjadi daerah

tujuan wisata Internasional.38

37 Admin, “100 UKM Siap Unjuk Gigi” http://semarangkota.go.id/berita/read/7/berita-kota/1647/100-ukm-siap-

unjuk-gigi, diakses 21 Maret 2018, pukul 18.12. 38

Cahyu,“Menu Tempoe Doeloe Bisa Dinikmati di Festival Kota Lama Semarang”,

http://lifestyle.liputan6.com/read/3098714/menu-tempoe-doeloe-bisa-dinikmati-di-festival-kota-lama-

semarang, diakses pada 21 Maret 2018, pukul 11.16.

Page 51: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

33

Selanjutnya festival kuliner di Kota Semarang diselenggarakan lagi oleh Harian

Tribun Jateng bersama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) pada 10-12 November 2017 di

Sam Poo Kong, Jalan Simongan, Kota Semarang. Marketing Communication

Officer Tribun Jateng, Agus Sapto mengatakan, ada sekitar 30 pemilik restoran dan

rumah makan atau pebisnis kuliner yang bergabung dalam perhelatan bertajuk Bersatu

dalam "Ragam Rasa Indonesia di Festival Kuliner Bersama Energi Baik" tersebut. Acara

pendukung yang ikut memeriahkan acara, antara lain fashion show, lomba mewarnai,

band: Jazz Ngisoringin dan drone competition, selain itu pengunjung juga dapat

menikmati wisata dan berfoto dengan latar belakang Sam Poo Kong.39

Dan masih

banyak lagi pameran atau festival kuliner yang diselenggarakan di Kota Semarang

dengan tema yang berbeda-beda, sehingga festival kuliner sudah menjadi hal yang sudah

akrab terdengar di telinga masyarakat Semarang.

Jadi, tidak mengherankan jika semakin banyak perusahaan dan event organizer

yang antusias untuk menyelenggarakan acara-acara festival kuliner di Semarang, baik

sebagai ajang promosi maupun untuk mengambil keuntungan. Acara festival kuliner

merupakan kegiatan yang sangat positif, juga sangat berhasil sebagai bentuk usaha untuk

mempromosikan kuliner Semarang. Acara ini juga dapat menguntungkan untuk

pengusaha-pengusaha kuliner, karena dapat dijadikan peluang para pengusaha kuliner

untuk mampu menyedot ribuan pengunjung dalam setiap penyelenggaraannya, tentu hal

ini juga sangat tepat bagi promosi sebuah perusahaan.40

C. Pengaruh Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Semarang

39 Adi Prianggoro, “Catat Tanggalnya, Ada Festival Kuliner Tradisional di Sam Poo Kong

Semarang”,http://jateng.tribunnews.com/2017/11/04/catat-tanggalnya-ada-festival-kuliner-tradisional-di-sam-

poo-kong-semarang, diakses pada 22 Maret 2018, pukul 00.08 40

J. Ani Kristianti dan Melati Amaya Dori, “Menelisik Peluang Penyelenggaraan Festival Kuluer”,

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/menelisik-peluang-penyelenggaran-festival-kuliner, diakses pada 22

Maret 2018, pukul 00.22.

Page 52: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

34

Kota Semarang dikenal dengan fenomena akulturasi budaya Cina dan Jawa atau

yang biasa disebut dengan peranakan Tionghoa. Para pendatang yang berasal dari Cina

kemudian berbaur dan berakulturasi dengan kebudayaan setempat sehingga terbentuklah

budaya peranakan.41

Keunikan budaya peranakan Tionghoa di Semarang yang sangat

menarik adalah seni kulinernya. Berbagai varian hidangan kuliner yang diramu secara

khas, mengikuti zaman dengan pencampuran dari latar belakang budaya kuliner yang

berbeda-beda, yakni budaya kuliner Jawa dan Tionghoa.

Secara alamiah proses akulturasi budaya kuliner Tionghoa-Jawa di Semarang

diawali dengan datangnya para imigran Tionghoa yang datang ke Kota Semarang untuk

alasan ekonomis, politis, maupun yang lainnya. Para imigran dari Tiongkok tersebut

memulai kehidupan baru dan menyesuaikan diri di Kota Semarang. Pertama kali hal

yang mengalami proses akulturasi secara alamiah adalah bahasa, yang kemudian disusul

dengan kuliner. Kuliner menjadi hal yang sangat penting karena merupakan salah satu

kebutuhan mendasar manusia.

Pada mulanya para perantau Tionghoa sering tidak menemukan makanan dan

bahan-bahan makanan yang dibutuhkan seperti ditempat mereka berasal, tentu saja hal

ini yang membuat orang-orang Cina mengalami kesulitan, sehingga para perantau harus

sebisa mungkin menyesuaikan diri dengan apa yang ada ditempat baru. Namun perlahan

tapi pasti, para perantau Tiongkok mulai dapat beradaptasi, mereka mulai

memperkenalkan bahan makanan, teknik memasak, peralatan masak-memasak yang

sebelumnya tidak dikenal oleh penduduk Kota Semarang. Gabungan teknik, penyesuaian

41Yunike Amelia Gunawan,“Perancangan Buku Ilustrasi Kuliner Peranakan Khas Semarang”.

http://repository.unika.ac.id/11731/1/12.13.0020%20Yunike%20Amelia%20Gunawan%20COVER.pdf,

diakses pada 22 Maret 2018, pukul 14.50.

Page 53: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

35

bahan, dan peralatan kreasi baru inilah yang menjadikan terciptanya beragam kuliner

baru yang sebelumnya tidak pernah ada di Kota Semarang.42

Proses panjang asimilasi dan akulturasi ini menghasilkan makanan-makanan unik

yang tidak akan didapati di negeri asal para imigran Tiongkok dan tidak akan didapati di

luar Indonesia, dan menghasilkan kuliner baru dan spesifik khas Nusantara.43

1. Teknik, bahan, peralatan kreasi baru memasak, yang berasal dari pengaruh

Tionghoa peranakan:

a. Beberapa teknik memasak dasar yang dikenal dalam seni kuliner Tionghoa adalah:

memanggang, mengukus, menumis.

b. Peralatan kuliner peranakan: dalam kuliner Tionghoa, peralatan memsak

menempati posisi yang penting untuk menghasilkan makanan yang baik. Peralatan

memasak dalam kuliner Tionghoa sangat sederhana, jika dibandingkan dengan

peralatan memasak ala Barat, diantaranya menggunakan kukusan bambu, sumpit

panjang, saringan, talenan, wajan, sudip, dan pisau.

c. Bahan dasar kuliner peranakan: Bahan dasar yang digunakan dalam kuliner

peranakan adalah gabungan dari bumbu utama yang paling umum di Tiongkok

yang dikombinasikan dengan rempah dan bumbu asli Indonesia. Ciri khas inilah

yang paling menonjol dan mendominasi cita rasa khas kuliner peranakan

Semarang. Bumbu utama kuliner Tionghoa diantaranya adalah bawang putih, jahe,

merica, dan cabe,yang kemudian dipadukan dengan bahan rempah asli Indonesia

sehingga menghasilkan cita rasa baru kuliner peranakan Semarang. Kuliner

peranakan di Semarang, Jawa Tengah memiliki cita rasa yang lebih cenderung

manis.

42Aji ‘Chen’ Bromokusumo,Peranakan Tionghoa Dalam Kuliner Nusantara,(Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2013), hlm. XVII. 43

Ibid., hlm. 3.

Page 54: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

36

2. Beberapa kuliner khas Semarang hasil akulturasi kuliner Tionghoa:

a. Makanan

1) Lumpia

Lumpia merupakan kuliner khas Semarang hasil dari akulturasi budaya

kuliner Jawa-Tionghoa. Kuliner lumpia menjadi signature dish Kota Semarang,

karena keunikan cara penyajiannya, yang disajikan bersama dengan cabe rawit,

acar dan saus khas lumpia Semarang, serta isiannya menggunakan bahan rebung

yang dirajang kasar. Makanan ini dimasak dengan udang kupas, pihi (sejenis ikan)

dan telur, kemudian dicocol dengan saus kental gurih kecoklatan. Kuliner lumpia

Semarang memiliki aroma bau khas rebung yang berbeda dengan kuliner lumpia di

daerah lainnya.

2) Tahu Pong

Tahu pong adalah salah satu jejak nyata akulturasi kuliner Tionghoa yang

saat ini menjadi salah satu signature dish Kota Semarang. Tahu pong dapat

dikatakan sebagai makanan khas dari Kota Semarang dan merupakan salah satu

kuliner Peranakan Tionghoa yang menjadi ciri khas Kota Semarang. Makanan ini

tidak akan dapat ditemukan dimanapun diseluruh dunia. Selain di Kota Semarang,

jajanan tahu pong dapat ditemukan di Kota Kediri, namun dengan ciri khas yang

berbeda. Jajanan Tahu Pong telah populer di Kota Semarang sejak tahun 1930-an.

3) Lontong Cap Go Meh

Page 55: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

37

Lontong cap go meh adalah salah satu bukti keharmonisan dua budaya.

Dapat dipastikan kuliner lontong cap go meh merupakan hasil akulturasi budaya

dan adaptasi masyarakat keturunan Tiongkok di Nusantara dengan masyarakat

lokal. Kuliner lontong cap go meh dibuat untuk merayakan tradisi Cap Go Meh.

Menurut Jongkie Tio, kuliner ini dikreasikan oleh masyarakat Tiongkok

Peranakan dengan mengadopsi tradisi Bodo Ketupat, mereka membuat menu khas

perayaan Cap Go Meh dengan opor ayam yang dipadukan dengan sambal goring

hati, namun juga dengan aneka masakan lain, yakni sambal goreng tahu, tahu,

rebung, buncis, udang, serundeng, docang, abing, bubuk kedelai, sayur lodeh, telur,

dan kerupuk. Untuk ketupat mereka ganti dengan lontong karena potongan lontong

berbentuk bulat mirip bulan purnama, seperti semangat Cap Go Meh yang

dirayakan setiap malam bulan purnama. Selanjutnya karena masyarakat peranakan

Tionghoa hidup bertetangga dengan masyarakat mayoritas lokal muslim, sehingga

masyarakat peranakan Tionghoa meniru tradisi masyarakat lokal muslim saat

Lebaran tiba, yaitu tradisi saling berbagi makanan ketika saat Lebaran tiba,

sehingga hal tersebut juga dilakukan oleh masyarakat peranakan Tionghoa di

Semarang, mereka memberikan kuliner lontong cap go meh kepada masyarakat

lokal. Bukti nyata keharmonisan dua budaya tersebut, masih dapat dirasakan

hingga sekarang ini.

4) Wingko Babat

Kuliner wingko babat merupakan makanan tradisional yang sebenarnya

berasal dari Kota Babat, yaitu sebuah kota kecil yang berdekatan dengan Kota

Lamongan, Jawa Timur. Namun kuliner ini sangat terkenal dan menjadi kuliner

khas Kota Semarang. Jadi sebenarnya, sejarah asal-usul kuliner wingko babat ini

Page 56: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

38

berasal dari seorang wanita Tionghoa bernama Loe Lan Hwa dan suaminya The Ek

Tjong alias D.Mulyono, mereka mengungsi dari Babat ke Semarang sebagai

dampak dari Perang Dunia II.

Di Semarang, sang suami mendapat pekerjaan di KA jurusan Stasiun

Tawang, Semarang-Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Sementara itu, sang istri

berusaha mencari tambahan penghasilan dengan membuat dan menjajakan wingko

buatannya sendiri. Daerah penjualannya mula-mula adalah sekitar Stasiun Tawang,

tempat suaminya bekerja.

Keahlian Ny. D. Mulyono dalam membuat wingko diturunkan dari ayahnya,

yang membesarkannya di Kota Babat. Kue wingko ini memang kue yang banyak

dibuat di Kota Babat, hanya saja di sana dikenal dengan sebutan kue wingko saja.

Ternyata banyak warga Semarang yang menyukai kue wingko buatan Ny. D.

Mulyono. Waktu itu, kue ini belum diberi merek seperti yang sekarang dikenal,

sehingga orang-orang pun menanyakan nama kue ini. Sebagai kenangan atas Kota

Babat tempat Ny. D. Mulyono ini dibesarkan, ia pun memberikan nama “wingko

babat”.44

b. Minuman

1) Wedang Tahu

Wedang tahu merupakan salah satu contoh lain asimilasi olahan pendatang

dari Tiongkok dan cita rasa Nusantara. Tahu yang jelas berasal dari Tiongkok

berpadu dengan kuah beraroma manis pedas yang berasal dari jahe dan gula

jawa/gula aren, yang membuat kuahnya berwarna cokelat keemasan. Di Semarang

dan sekitarnya dikenal dengan sebutan wedang tahu, sementara di tempat lain ada

44 Kausar Parawali, “Asal-Usul Wingko Babat”, http://kausarkhoirr.blogspot.co.id/2013/02/wingko-babat.html,

diakses pda 25 Maret 2018, pukul 15.36

Page 57: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

39

yang menyebut tahu hua atau tahu kua. Di negeri asalnya, Tiongkok, makanan ini

juga dikenal dan digemari dalam keseharian masyarakatnya, tetapi bentuknya jauh

berbeda dengan yang kita kenal di Indonesia.

2) Wedang Ronde

Wedang ronde merupakan minuman tradisional khas Kota Semarang yang

berasal dari negeri Tiongkok. Minuman yang sudah tidak asing bagi masyarakat

Indonesia ini memiliki sejarah yang panjang. Tersebutlah Dongzhi Festival alias

Winter Solstice Festival, salah satu perayaan terpenting dalam sepanjang tahun

penanggalan Imlek. Dongzhi Festival adalah perayaan terakhir dari seluruh

rangkaian perayaan di penanggalan Imlek. Tepat di hari tersebut, matahari berada

di Tropic of Capricorn sehingga di hari tersebut menjadi terpanjang atau hari

terpendek dalam setahun. Di Tiongkok kuno, perayaan ini dirayakan dengan

berkumpulnya seluruh keluarga besar. Mereka akan membuat satu makanan yang

disebut dengan tang yuan, yang artinya kuah ronde.45

Menurut Jongkie Tio, ketika

minuman tradisional wedang ronde ini dibawa masuk ke Indonesia, wedang ronde

lebih digemari oleh masyarakat lokal, kondisinya berbanding terbalik dengan yang

terjadi di Negara asalnya mengingat minuman tradisional tersebut menjadi sesaji

untuk menyembah para dewa.

D. Sejarah Kuliner Lumpia di Semarang

45Aji ‘Chen’ Bromokusumo, Peranakan Tionghoa Dalam Kuliner Nusantara, (Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara,2013), hlm.113.

Page 58: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

40

Setiap daerah pasti memiliki kuliner dengan ciri cita rasanya masing-masing,

sehingga tidak mengherankan jika disetiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda-

beda. Pengaruh kuliner di Indonesia juga banyak yang dipengaruhi oleh Cina, Eropa, dan

Timur Tengah. Di Kota Semarang sendiri, memiliki banyak sajian kuliner khas yang

sangat unik dan beragam. Salah satu kuliner khas Semarang yang sangat unik dan

memiliki nilai historis yaitu kuliner lumpia.

Sejarah awal kuliner lumpia di Semarang dipelopori oleh sepasang suami istri yang

menikah pada abad ke-19. Bermula dari kedatangan Tjoa Thay Joe, seorang laki-laki

bujang dari Fujian,Tiongkok. Tjoa Thay Joe merupakan pemuda pekerja kasar yang

hidup di perkampungan bersama dengan penduduk setempat di Jawa. Jadi pria tersebut

bekerja sebagai pedagang makanan kecil dan bertetangga dengan Wasi yang juga

berjualan makanan kecil. Anehnya, ketika mereka berjualan, makanan yang dijual oleh

Tjoa Thay Joe tidak pernah habis, namun lain halnya dengan Wasi, seluruh makanan

kecil yang dijual olehnya pasti selalu habis di setiap harinya. Akibatnya Tjoa Thay Joe

mencoba untuk mempertanyakan hal tersebut kepada Wasi. Terungkap bahwa alasan apa

yang membuat makanan kecil yang dijual oleh Tjoa Thay Joe tidak pernah laku,

alasannya adalah makanan yang dijajakkan oleh Tjoa Thay Joe mengandung daging

babi. Setelah peristiwa itu, lambat laun mereka lebih sering menyempatkan waktu untuk

berkomunikasi dan saling bertukar cerita satu sama lain. Kemudian timbullah rasa cinta

antara Tjoa Thay Joe dan Wasi. Akhirnya mereka menikah pada abad ke-19. Pada tahun

1870, kemudian mereka menciptakan satu makanan yaitu kue baru yang diberi nama

lumpia. Pemberi ide nama kue lumpia tersebut ialah Thoa Thay Joe.46

Lumpia merupakan kuliner tradisional hasil akulturasi budaya Tionghoa-Jawa yang

sudah merakyat. Lumpia berasal dari kata lun bing (baca: lu-en ping), dalam dialek

46Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017 di Restaurant Semarang.

Page 59: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

41

Hokkian berbunyi lun pia yang artinya kue bulat, yang selanjutnya beradaptasi dengan

lidah lokal sehingga menjadi lumpia hingga sekarang, walaupun di beberapa tempat

masih tetap menyebutnya lunpia.47

Arti dari lumpia menurut kamus besar bahasa

Indonesia ialah makanan yang berupa dadar yang berisi daging, rebung, dan lain

sebagainya, lalu digulung dan digoreng.48

Kuliner lumpia menjadi signature dish Kota

Semarang, karena keunikan isiannya, yaitu rebung yang dirajang kasar, dimasak dengan

udang kupas, pihi (sejenis ikan) dan telur. Makanan ini dicocol dengan saus kental gurih

kecokelatan, disertai dengan potongan acar dan tentu saja dengan cabai rawit. Di era

modern sekarang ini, banyak varian isi dari kuliner lumpia, antara lain daging kambing,

mie bihun, ayam, dan lain-lain. 49

Tjoa Thay Joe dan Wasi dari pernikahannya tersebut, menghasilkan keturunan-

keturunannya. Sehingga usaha kuliner lumpia dilanjutkan oleh keturunan-keturunan dari

Tjoa Thay Joe dan Wasi. Anak perempuan dari Tjoa Thay Joe dan Wasi yang bernama

Tjoa Po Nio menikah dengan keluarga Siem yang bernama Siem Gwan Sing. Dari sini,

usaha kuliner lumpia dilanjutkan oleh Tjoa Po Nio dan Siem Gwan Sing yang

merupakan generasi ke II pada tahun 1930.50

Pada tahun 1960-an, usaha kuliner lumpia juga diikuti oleh Siem Swie Kiem atau

Purnomo Usodo. Beliau membuka usahanya di Gang Lombok No. 11 di kawasan

Pecinan, Semarang, yang masih bertahan hingga saat ini yang diteruskan oleh Untung

Usodo.51

Lumpia Semarang semakin berkembang, terbukti dengan didirikannya cabang

lumpia Tjoa Thay Joe di jalan-jalan besar.

47Aji ‘Chen’ Bromokusumo, Peranakan Tionghoa Dalam Kuliner Nusantara,(Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2013), Hlm.63. 48

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). 49

Jongkie Tio, Op.cit. 50

Ibid. 51

Wawancara dengan Untung Usodo, tanggal 23 April 2017 di kios Lumpia Gang Lombok, Semarang.

Page 60: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

42

Sekitar tahun 1970an Siem Swie Hie membuka warung lumpia di Jalan Pemuda, di

depan Gang Grajen, yang masih ada hingga sekarang yang diteruskan oleh anaknya,

yaitu Mbak Lien. Selanjutnya usaha kuliner lumpia Semarang juga dilanjutkan oleh

generasi ke III, yang dikelola Siem Hwa Nio membuka warung lumpia di Jalan Mataram,

yang diberi nama Lumpia Mataram, sekaligus yang merupakan Lumpia Mataram

generasi I. Pada tahun 1980an, Lumpia Mataram generasi ke II dilanjutkan oleh Tan Yok

Tjay. 52

Tan Yok Tjay selanjutnya berkolaborasi dengan putri bungsunya secara khusus

untuk menyajikan perpaduan empat generasi dari resep leluhurnya, putrinya tersebut

bernama Cik Me Me. Cik Me Me mengelola usaha kuliner lumpia di Jalan Gajah Mada,

Semarang, yang diberi nama Lumpia Delight, namun sekarang namanya diubah menjadi

Lumpia Cik Me Me.53

Cik Me Me bersama dengan sang ayah, merancang lumpia

Semarang dengan konsep berbeda, dengan menciptakan varian menu yang lebih modern,

namun tidak meninggalkan pada bahan baku utamanya yang dibuat dari rebung pilihan.

Beberapa varian menu kuliner Lumpia Delight antara lain: Lumpia Fish Kakap

(lumpia rrebung, udang, telur dan ikan kakap pilihan), Lumpia Crab (lumpia rebung,

udang, telur dan daging kepiting pilihan), Lumpia KaJaMu (lumpia rebung, telur dan

daging kambing jantan muda), Lumpia Raja Nusantara (lumpia rebung, telur, jamur dan

kacang mete pilihan), dan Lumpia Plain (khusus untuk vegetarian yang berisi hanya

cacahan rebung pilihan).

Resep usaha kuliner lumpia Tjoa Thay Joe dan Wasi selain diwariskan kepada

garis keturunannya, juga diwariskan kepada pegawai-pegawainya. Para mantan

pegawainya turut juga membuka warung lumpia di beberapa tempat di sekitar Kota

Semarang. Tentu, tidak dengan cita rasa yang sama, karena cara pembuatan atau

52Indah Ella Susanti, “Lumpia Semarang Pada Masa Orde Baru (Lumpia sebagai Identitas Budaya Etnis

Tionghoa Peranakan Semarang”, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015), hlm.387). 53

Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017 di Restaurant Semarang.

Page 61: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

43

pengolahannya pun berbeda dengan induknya.54

Usaha yang dijalankan oleh pegawai-

pegawainya tersebut dimulai sesudah orde baru berakhir dan masih ada hingga sekarang.

Kuliner lumpia merupakan produk warisan budaya yang harus dilestarikan, karena

memiliki makna dan nilai historis yang tinggi. Tepat pada tanggal 17 Oktober 2014,

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemikbud) Indonesia telah menetapkan

lumpia Semarang sebagai salah satu “Warisan Budaya Nasional Tak Benda”, yang

tertuang dalam Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

153991/MPK.A/DO/2014. Hal ini merupakan kabar yang menggembirakan untuk warga

Kota Semarang, karena mengingat usia kuliner lumpia yang sudah ratusan tahun.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Kacung Maridjan mengatakan, penetapan ini

merupakan upaya untuk melindungi budaya tak benda yang ada di Indonesia. Sejak

Indonesia merdeka hingga saat ini tercatat ada 4.156 warisan budaya tak benda, namun

baru 173 yang telah ditetapkan. Warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan

sebelumnya, antara lain, wayang, keris, angklung, batik, noken, tenun ikat sumba dan tari

saman.55

Pada tahun 2015, generasi kelima pewaris lumpia Semarang yaitu Meliani Sugiarto

atau biasa dipanggil Cik Me Me, mempunyai cara untuk menjaga tradisi budaya

leluhurnya. Cik Me Me mendapatkan informasi dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

berada di Malaysia, bahwa kuliner lumpia tersebut akan dikalim sebagai hak milik

negara Malaysia. Dari hal tersebut maka sebagai langkah antisipasi, Cik Me Me bersama

anggota keluarga yang lain datang ke Jakarta. Cik Me Me bersama dengan aktivis dari

Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) menggelar aksi di depan

Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada hari Jumat, 20 Februari 2015 sekitar pukul

10.00 WIB. Peserta aksi tersebut membawa kuliner lumpia yang ditempatkan di sebuah

54 Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017 di Restaurant Semarang.

55Adhitya.A, “Lumpia Diusulkan Jadi Warisan Budaya Dunia”, Suara Merdeka, 14 November 2014.

Page 62: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

44

tampah bamboo, kemudian kuliner tersebut akan diberikan kepada perwakilan pihak

Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia.56

Cik Me Me menyesalkan pernyataan Menteri Malaysia Datuk Seri Mohamed Nazri

yang menyatakan, Indonesia harus tutup mulut terkait protes klaim lumpia di kantor

Kedubes Malaysia di Jakarta. Duta Kuliner Malaysia, Datuk Redzuawan Ismail

menanggapi hal tersebut sebagai bentuk aksi protes yang bertujuan untuk mencari

pertengkaran belaka, padahal sebenarnya hal tersebut dilakukan, atas kesadaran Cik Me

Me sebagai salah satu generasi penerus dinasti, sehingga Cik Me Me memiliki tanggung

jawab moral untuk menjaga kuliner lumpia agar makanan ini tidak dikalim oleh negara

lain.57

Seiring dengan perkembangannya, kuliner lumpia berkembang dan semakin

bervariasi, agar kuliner lumpia tetap menjadi kuliner paling banyak diminati dan tetap

dapat bersaing dengan kuliner-kuliner populer lainnya. Salah satu kuliner lumpia yang

selalu memberikan inovasi adalah Lumpia Delight, yang sekarang bernama Lumpia Cik

Me Me. Pada 27 Februari 2018, Meliani Sugiarto atau Cik Me Me mendapatkan

penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) atas prestasinya sebagai

pemecah rekor atas inovasi menu varian terbanyak. Dalam pemberian penghargaan

tersebut dihadiri oleh Walikota Semarang, Hendar Prihadi dan Arist Merdeka Sirait

sebagai Komnas Perlindungan Anak yang juga ikut untuk memberikan apresiasi terhadap

prestasi tersebut.58

56Huffington, “Malaysia Ingin Klaim Lumpia, Pengusaha Tegaskan Itu Warisan Indonesia”, Kompas.com, 7

April 2015. 57

“Pewaris Lumpia Semarang Sesalkan Klaim Malaysia”, Aktual, 33, 6 Maret-10 April 2015.58

Tri Wuryono, “Pewaris Lumpia Semarang Sabet Penghargaan Dunia”, https://metrosemarang.com/pewaris-

lumpia-semarang-sabet-penghargaan-dunia-33790#, diakses pada tanggal 19 Maret 2018, pukul 6.35.

Page 63: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

78

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai “Dinamika Perkembangan

Industri Kuliner Lumpia di Kota Semarang Tahun 1998-2017”, sejarah awal kuliner

lumpia di Semarang dipelopori oleh sepasang suami istri yang menikah pad aabad ke-

19, yaitu Tjoa Thay Yoe dari Tionghoa dan Mbok Wasi dari Jawa. Tjoa Thay Yoe dan

Mbok Wasi bertetangga, lambat laun mereka menikah, dan akhirnya menciptakan suatu

makanan baru yaitu lumpia. Lumpia merupakan kuliner tradisional hasil akulturasi

budaya Tionghoa-Jawa yang sudah merakyat hingga sekarang.

Pada tahun 1998 merupakan awal dari masa Reformasi, sehingga kebijakan

deskriminatif terhadap agama, budaya dan adat istiadat etnis Tionghoa yang diterapkan

pada masa Orde Baru telah berakhir, sehingga pada masa Reformasi berpengaruh

terhadap berkembanganya budaya peranakan Tionghoa, salah satunya adalah pengaruh

budaya kuliner lumpia peranakan Tionghoa di Semarang. Tepat pada tanggal 17

Oktober 2014, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemikbud) Indonesia telah

menetapkan lumpia Semarang sebagai salah satu “Warisan Budaya Nasional Tak

Benda”, yang tertuang dalam Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 153991/MPK.A/DO/2014. Pada tahun 2015, generasi kelima

pewaris lumpia Semarang mempunyai cara untuk menjaga tradisi budaya leluhurnya.

Cik Me Me bersama anggota keluarga yang lain datang ke Jakarta. Cik Me Me bersama

dengan aktivis dari Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI)

menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada hari Jumat, 20

Februari 2015. Seiring dengan perkembangannya, kuliner lumpia berkembang, semakin

bervariasi, dan tetap populer hingga sekarang di tahun 2017.

Page 64: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

79

Perkembangan industri lumpia di Semarang telah memberikan sumbangan yang

bersifat positif bagi mata pencaharian masyarakat pada tahun 1998 hingga 2017, bagi

kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar, yaitu terbentuknya kerja sama antar

budaya dan status sosial yang berbeda. Kuliner lumpia berpengaruh bagi kehidupan

sosial, kuliner lumpia juga memberikan sumbangan positif bagi kehidupan ekonomi

sebagian masyarakat Semarang, yaitu mengurangi angka pengangguran, menciptakan

lapangan usaha baru, dan sebagai penggerak ekonomi.

Ada beberapa faktor kuliner lumpia dapat bertahan dan populer hingga sekarang,

yaitu pengusaha turun-temurun yang turut andil dalam mempertahankan budaya kuliner

lumpia, masyarakat Semarang, dan acara-acara kebudayaan yang kemudian dari acara

tersebut memunculkan kuliner lumpia.

Page 65: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

80

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Agnuba, Alin. Seni Murni, Minat Utama Seni Grafis. Yogyakarta: Fakultas Seni Rupa,

ISI Yogyakarta.

Bromokusumo, Aji ‘Chen’. 2013. Peranakan Tionghoa Dalam Kuliner

Nusantara,.Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: BalaiPustaka.

Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Gungwu,Wang. 1991. Kajian Tentang Identitas Orang Cina di Indonesia dalam

Perubahan Identitas Tionghoa di Asia Tenggara, Terjemahan Ahmad. Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti.

Hadidan Sudharto. P. 1995. Aspek-Aspek Sosial amdal: Sejah, Teori, dan Metode,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

H. A. R, Tilaar. 2004. Kekuatan dan Perubahan Sosial di Masyarakat, Jakarta:

Grasindo.

Lazuardi, Mandra dan Mochamad Sandy Triardy. 2015-2019. Ekonomi Kreatif:

Rencana Pengembangan Kuliner Nasional. PT. Republik Solusi.

M, Jamu’in. 2001. Memupus Silang-Sengkarut Relasi Jawa-Tionghoa: Panduan

Advokasi Untuk Membangun Rekonsiliasi. Surakarta: Ciscore.

Notosusanto, Nugroho. 1971. Norma-Norma Dasar Pemikiran dan Penelitian. Jakarta :

Dephan.

Notosusanto, Nugroho. 1982. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Onghokham.2005. Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Depok: Komunitas Bambu.

Page 66: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

81

Pujiyanti dan Minta Harsana. Studi Potensi Wisata Makanan (Food Tourism) Dalam

Pengembangan Pariwisata di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Halaman 1-

2.

Rahman, Fadly.2016. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia PustakaUtama.

Rahman, Fadly. 2011.Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-

1942. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Suwarso dan Alvin,Y. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Yogyakarta:

LP3ES.

T, Rahardjo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural: Mindfulness Dalam Komunikasi

Antar Etnis. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Wibawa, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Sumber Koran

A, Adhitya.2014. Lumpia Diusulkan Jadi Warisan Budaya Dunia. Semarang: Suara

Merdeka. (14 November 2014)

Fahmi, Maulana. M.Cik Me Me Raih Penghargaan Varian Menu Lunpia Terbanyak.

Semarang: Suara Merdeka. (29 Februari 2016)

Huffington. Malaysia Ingin Klaim Lumpia, Pengusaha Tegaskan Itu Warisan

Indonesia. Semarang:Kompas. (7 April 2015)

Isheru. Meliani Sugiarto, Raih Kartini Award Berkat Lunpia. Detak Jateng. (25 April

2015)

Lumpia Semarang, Makanan Berkhasiat. Semarang: Surat kabar Jawa Pos. (5 Mei

1996).

Page 67: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

82

Pelupessy dan Henry. Meliani Sugiarto “Cik Me Me”, Owner Lunpia “Delight” Tak

Henti Lakukan Inovasi. Semarang: Koran Jakarta.(2008).

Pewaris Lumpia Semarang Sesalkan Klaim Malaysia. Semarang: Aktual. (6 Maret-10

April 2015)

Mahendra, Ajie. Mokong Sekolah, Digembleng Buat Lunpia. Semarang: Jawa Pos. (2

Mei 2018)

Tionghoa Asing Lebih Banjak Jg Tinggal di Semarang. Semarang: Suara Merdeka.

(1969)

Unik. Lumpia Delight Pelopor Pengembangan Lumpia Asli Semarang. Semarang:

Cempaka. (19-25 Maret 2016)

Internet

(Admin). 2018. 100 UKM Siap Unjuk Gigi.

http://semarangkota.go.id/berita/read/7/berita-kota/1647/100-ukm-siap-unjuk-

gigi. Diakses 21 Maret 2018

Afina, 2017. Lumpia Terkenal di Kota Semarang,

https://www.idntimes.com/food/dining-guide/afina-kurniasari/rekomendasi-6-

toko-lunpia-terkenal-di-kota-semarang-nagih-pokoknya-c1c2. Diakses 3 Januari

2019.

Aulia, Yasmine. 2018. Sajian Kuliner Tradisional Hingga Kekinian Bisa Dipilih di

Festival Makanan Pulang Kampung Semarang.

jateng.tribunnews.com/amp/2018/16/17/sajian-kuliner-tradisional-hingga-

kekinian-bisa-dipilih-di-festival-makanan-pulang-kampung-semarang, diakses

pada 25 September 2018.

Page 68: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

83

Cahyu. Menu Tempoe Doeloe Bisa Dinikmati di Festival Kota Lama Semarang.

http://lifestyle.liputan6.com/read/3098714/menu-tempoe-doeloe-bisa-dinikmati-

di-festival-kota-lama-semarang. Diakses pada 21 Maret 2018.

Fitrianto, Rizki. Mengunjungi Sentra Pembuatan Kulit Lumpia Tertua di Semarang.

https://merahputih.com/post/read/mengunjungi-sentra-pembuatan-kulit-lumpia-

tertua-di-semarang. Diakses 23 September 2018.

Gunawan, Yunike Amelia. 2013. Perancangan Buku Ilustrasi Kuliner Peranakan Khas

Semarang.http://repository.unika.ac.id/11731/1/12.13.0020%20Yunike%20Ameli

a%20Gunawan%20COVER.pdf. Diakses pada 22 Maret 2018.

http://id.wikisource.org/wiki/Instruksi_Presiden_Republik_Indonesia_Nomor_14_Tahu

n_1967. Diakses pada 5 Mei 2017.

Kristianti, J. Anidan Melati Amaya Dori. 2018. Menelisik Peluang Penyelenggaraan

Festival Kuluer. http://peluangusaha.kontan.co.id/news/menelisik-peluang-

penyelenggaran-festival-kuliner. Diakses pada 22 Maret 2018.

Laskito, Irfan dan Dwi Royanto. 2017. Lumpia Cap Go Meh, Kudapan Imlek Khas

Semarang. https://m.viva.co.id/amp/gaya-hidup/kuliner/875522-lumpia-cap-go-

meh-kudapan-imlek-khas-semarang. Diakses pada 25 September 2018.

Maryoto, Andreas. 2011. Jejak Buku Resep Masakan.. Diakses 21 Februari 2018.

Purbaya, Angling Adhitya. Festival Kuliner di Semarang, Pengobat Rindu Masakan

Khas.http://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-3544200/festival-kuliner-di-

semarang-pengobat-rindu-masakan-khas#top. Diakses 25 September 2018.

Parawali, Kausar. 2013. Asal-Usul Wingko Babat.

http://kausarkhoirr.blogspot.co.id/2013/02/wingko-babat.html. Diakses 25 Maret

2018.

Page 69: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

84

Prianggoro, Adi. 2017. Catat Tanggalnya, Ada Festival Kuliner Tradisional di Sam

Poo Kong Semarang. http://jateng.tribunnews.com/2017/11/04/catat-tanggalnya-

ada-festival-kuliner-tradisional-di-sam-poo-kong-semarang. Diakses pada 22

Maret 2018.

Priyatmoko, Heri. Silang Sejarah dan Budaya.

https://repository.usd.ac.id/1549/1/1683_Silang+Sejarah+dan+Budaya.pdf.

Diakses 23 April 2018.

Purbaya, Angling Adhitya. 2017. Detik News: Festival Kuliner di Semarang, Pengobat

Rindu Makanan Khas. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-

3544200/festival-kuliner-di-semarang-pengobat-rindu-masakan-khas. Diakses 21

Maret 2018.

Puskompublik, Kemenparekraf. 2013. The 30 Indonesian Traditional Culinary Icon.

https://m.youtube.com/watch?sa=X&v=mKYs-

VK5&ved=2ahUKEwiOuvmzsuPeAhVUi3AKHSJKCNgQEwAHoECAYQAw.

Diakses pada 21 Februari 2018.

Puspita, Putri. Cerita di Balik Lumpia Khas Semarang.

http://bobo.grid.id/read/08673617/cerita-di-balik-lumpia-khas-

semarang?page=all. Diakses 31 Mei 2018, pukul 19.18

Saeroji, Udin. 2017. Brother Food Semarang Gelar Festival Kuliner Imlek.

http://asatu.id/2017/01/24/brotherfood-semarang-gelar-festival-kuliner-imlek/.

Diakses 21 Maret 2018, pukul 19.15.

Suatmadji. 2017. Lumpia Gang Lombok Semarang Yang Legendaris”,

//poskotanews.com/2017/01/04/lumpia-gang-lombok-semarang-yang-legendaris/.

Diakses 26 September 2018.

Page 70: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

85

Tobing, Sorta. 2012. Oasis, Konsisten Menyajikan Hidangan Kolonial.

http://www.tempo.co/read/news/2012/08/25/201425391/Oasis-Konsisten-

Menyajikan-Hidangan-Kolonial. Diakses 21 Februari 2018.

Triadi, Feby. 2014. Teori Sosial Menurut Para Ahli.

https://febytriadi.blogspot.com/2014/06/teori-sosial-menurut -para-

ahli.html?m=1. Diakses 25 Sepetember 2018.

Wuryono, Tri. “Pewaris Lumpia Semarang Sabet PenghargaanDunia”,

https://metrosemarang.com/pewaris-lumpia-semarang-sabet-penghargaan-dunia-

33790#. Diakses 19 Maret 2018, pukul 6.35.

Jurnal Online

Amalia, Fitri, Juni 2015, “Etos Budaya Pedagang Etnis Tionghoa di Psar Semawis

Semarang”. Solidarity. Volume 4, No.01,

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity/article/view/6041, 5 Januari

2017.

Anggraeni, Pipit, Juni 2015, “Menu Populer Hindia Belanda (1901-1942): Kajian

Pengaruh Budaya Eropa Terhadap Kuliner Indonesia”. Volume 9,

No.1,http://journal.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/4791, 1

Mei 2017.

Febriatmoko, Bogy, Juli 2015, “Meningkatkan Kinerja Bisnis Melalui Keunggulan

Bersaing Kuliner Khas Semarang: Studi Pada Sentra Usaha Mikro Lumpia,

Bandeng Presto Dan Wingko Di Kota Semarang”. Jurnal Bisnis Strategi. Volume

24, No.1, https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jbs/article/view/14370/11085, 28

Februari 2017.

Page 71: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

86

Hardiwanto dan Andwiani Sinarasri, 2014, “Analisis Potensi Investasi di Kota

Semarang”,https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1184/

1237, 28 Februari 2017.

Kusgiyanto,Wahyu, dkk, 0ktober 2017, “Analisis Hubungan Beban Kerja Fisik, Masa

Kerja, Usia, dan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja

Bagian Pembuatan Kulit Lumpia di Kelurahan Kranggan Kecamatan

SemarangTengah”. Jurnal Kesehatan Masyarakat E-Journal. Volume 5, No.5,

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/viewFile/18963/18041, 13

Mei 2018.

Rahayu, Ning, 2018, “Begini Strategi Pemasaran yang Mudah Melalui Sosmed”,

http://www.wartaekonomi.co.id/read156362/begini-strategi-pemasaran-yang-

mudah-melalui-sosmed.html, 20 Desember 2018.

Rochmawati, Novia, dkk, 2013, “Penelusuran Jejak Makanan Khas Semarang Sebagai

AsetInventarisasi Promosi Wisata Kuliner Jawa Tengah”. Dipoipteks. Volume 1,

No.1, https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dipoipteks/article/view/5462, 1 Mei

2017.

Suprayitno, Iswahyudi Joko, dkk, 2017, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap

Jumlah Pengangguran di Kota Semarang”.

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/2303, 3 Mei

2018.

Susanti, Indah Ella, Oktober 2015,“Lumpia Semarang Pada Masa Orde Baru (Lumpia

sebagai Identitas Budaya Etnis Tionghoa Peranakan Semarang”.Avatara E-

Journal Pendidikan Sejarah. Volume 3, No.3,

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/12661, 1 Mei

2017.

Page 72: Untukmemperolehgelar SarjanaSosial Olehlib.unnes.ac.id/33962/1/3111412029maria.pdfAwal sejarah kuliner di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Tionghoa, India, Arab, dan

87

Wahyuni, Sri, dkk, 2015,“Pengaruh Tingkat Pengalaman Berwirausaha, Produktivitas

Dan Inovasi Terhadap Pengembangan Usaha KulitLumpia: Studi Kasus Pada

UMKM Kulit Lumpia di Kelurahan Kranggan Kota Semarang”. Jurnal Ilmu

Administrasi Bisnis.Volume 4, No.1,

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jiab/article/view/7298, 3 Mei 2018.

Widiarti, Asmanah, April 2013, “Pengusaha Rebung Bambu Oleh Masyarakat, Studi

Kasus di Kabupaten Demak dan Wonosobo”. Jurnal Penelitian Hutan dan

Konservasi Alam. Volume 10, No.01, http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-

litbang/index.php/JPHKA/article/view/478/462, 13 Mei 2018.

Wawancara

Wawancara dengan Jongkie Tio, tanggal 4 Mei 2017, di Restaurant Semarang.

Wawancara dengan Untung Usodo, tanggal 23 April 2017 di kios Lumpia Gang

Lombok, Semarang.

Wawancara dengan Edonis, tanggal 14 Mei 2017 di restoran Lumpia Mbak Lien,

Semarang.

Wawancara dengan Ibu Eko, tanggal 22 September 2018 di Kampung Kranggan

Dalam, Semarang.

Wawancara dengan Ibu Purnama, tanggal 22 September 2018 di Kampung Kranggan

Dalam, Semarang

Wawancara dengan Nastain, tanggal 22 September 2018 di Kampung Brondongan,

Semarang.

Wawancara dengan Tan Yok Tjay, tanggal 24 Agustus 2017 di Kios Lumpia Mataram,

Semarang.