3
PENGGELAPAN DAN PENIPUAN 1. Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 372 KUHP (Penggelapan): a. Unsur Obyektif: 1) Unsur Sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain - sesuatu barang, adalah tidak harus barang yang berwujud, seperti meubel, tetapi dapat pula barang yang tidak berwujud, seperti saham-saham yang bentuknya adalah hak kebendaan. Barang itu juga tidak harus barang bergerak misalnya kendaraan, perhiasan, uang dll. - sama sekali (seluruhnya) atau sebagian kepunyaan orang lain, di sini menunjukkan, bahwa pelaku tidak mempunyai hak atas seluruh barang, atau ia hanya mempunyai hak atas sebagian dari barang yang dikuasainya. 2) Unsur Barang itu ada padanya bukan karena kejahatan Dalam hal ini, pelaku harus sudah menguasai barang, yang diperolehnya dari pemilik dengan secara sah, artinya bukan dari hasil kejahatan. Sebagai contoh, penitipan barang, penitipan uang untuk dikelola, jual-beli barang dan lain sebagainya. b. Unsur Subyektif: Unsur Dengan sengaja memiliki/menguasai dengan melawan hukum/hak - dengan sengaja, bahwa tindakan pelaku telah menjadi niat atau tujuan, atau pelaku menyadari/menginsyafi akan perbuatannya, untuk “menguasai atau memiliki suatu barang yang dipercayakan kepadanya, dengan melawan hak.” - memiliki/menguasai. Tindakan memilik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang dapat menggambarkan “menguasai sesuatu barang seolah-olah pelaku adalah pemiliknya” atau “seolah-olah pelaku adalah orang yang mempunyai hak atas barang,” atau “memperlakukan barang itu bertentangan dengan sifat hak dari pada hak yang dimiliki oleh si pelaku (bersifat melawan hukum), atas barang yang berada di bawah kekuasaannya.” - dengan melawan hukum/hak, yaitu pelaku dalam melakukan perbuatan memiliki/menguasai itu tanpa hak atau tidak mempunyai hak atas benda/barang yang dimilikinya itu. 2. Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 374 KUHP (Penggelapan dengan pemberatan): a. Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 372 KUHP b. Unsur dalam Pasal 374 KUHP (unsur pemberat) Yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaan atau jabatannya atau karena ia mendapat upah uang: - Pekerjaan atau hubungan kerja pribadi. Penggelapan terhadap barang yang ada dibawah penguasaan pelaku, dilakukan oleh pelakunya karena adanya hubungan kerja pribadi. Hubungan kerja pribadi adalah terjemahan dari kata persoonlijk dienstbetrekking. Contohnya, seorang pembantu rumah tangga yang mempergunakan atau mengambil uang belanja yang ada dibawah penguasaannya untuk kepentingan lain selain untuk belanja tanpa seijin majikannya;

Unsur Pasal 378 Dan 372 KUHP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

afawsf

Citation preview

PENGGELAPAN DAN PENIPUAN

1. Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 372 KUHP (Penggelapan):

a. Unsur Obyektif:

1) Unsur Sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain sesuatu barang, adalah tidak harus barang yang berwujud, seperti meubel, tetapi dapat pula barang yang tidak berwujud, seperti saham-saham yang bentuknya adalah hak kebendaan. Barang itu juga tidak harus barang bergerak misalnya kendaraan, perhiasan, uang dll. sama sekali (seluruhnya) atau sebagian kepunyaan orang lain, di sini menunjukkan, bahwa pelaku tidak mempunyai hak atas seluruh barang, atau ia hanya mempunyai hak atas sebagian dari barang yang dikuasainya.

2) Unsur Barang itu ada padanya bukan karena kejahatanDalam hal ini, pelaku harus sudah menguasai barang, yang diperolehnya dari pemilik dengan secara sah, artinya bukan dari hasil kejahatan. Sebagai contoh, penitipan barang, penitipan uang untuk dikelola, jual-beli barang dan lain sebagainya.

b. Unsur Subyektif: Unsur Dengan sengaja memiliki/menguasai dengan melawan hukum/hak dengan sengaja, bahwa tindakan pelaku telah menjadi niat atau tujuan, atau pelaku menyadari/menginsyafi akan perbuatannya, untuk menguasai atau memiliki suatu barang yang dipercayakan kepadanya, dengan melawan hak. memiliki/menguasai. Tindakan memilik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang dapat menggambarkan menguasai sesuatu barang seolah-olah pelaku adalah pemiliknya atau seolah-olah pelaku adalah orang yang mempunyai hak atas barang, atau memperlakukan barang itu bertentangan dengan sifat hak dari pada hak yang dimiliki oleh si pelaku (bersifat melawan hukum), atas barang yang berada di bawah kekuasaannya. dengan melawan hukum/hak, yaitu pelaku dalam melakukan perbuatan memiliki/menguasai itu tanpa hak atau tidak mempunyai hak atas benda/barang yang dimilikinya itu.

2. Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 374 KUHP (Penggelapan dengan pemberatan):

a. Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 372 KUHP

b. Unsur dalam Pasal 374 KUHP (unsur pemberat)Yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaan atau jabatannya atau karena ia mendapat upah uang: Pekerjaan atau hubungan kerja pribadi.Penggelapan terhadap barang yang ada dibawah penguasaan pelaku, dilakukan oleh pelakunya karena adanya hubungan kerja pribadi. Hubungan kerja pribadi adalah terjemahan dari kata persoonlijk dienstbetrekking. Contohnya, seorang pembantu rumah tangga yang mempergunakan atau mengambil uang belanja yang ada dibawah penguasaannya untuk kepentingan lain selain untuk belanja tanpa seijin majikannya; Jabatannya atau berhubungan dengan mata pencaharian.Penggelapan terhadap barang yang ada dibawah penguasaan pelaku, dilakukan oleh pelakunya karena berhubungan dengan mata pencaharian. Mata pencaharian terjemahan dari kata beroep yang dibedakan dengan pengertian jabatan (ambt). Contohnya, seorang kasir yang mempergunakan atau mengambil uang perusahaan yang berada di bawah penguasaannya, untuk kepentingan lain selain untuk kepentingan perusahaan tanpa seijin pimpinan perusahaan yang berwenang; Dengan mendapat upah uang.Penggelapan terhadap barang yang ada dibawah penguasaan pelaku, dilakukan oleh pelakunya berhubungan dengan mendapat upah uang dari penguasaan barang. Contohnya, seorang pemilik jasa penitipan barang yang menggelapkan (menjual, tidak mengembalikan, menyerahkan kepada orang lain dlsb.) barang yang dititipkan kepadanya.

3. Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 378 KUHP (Penipuan):

a. Unsur Obyektif:

1) Unsur Membujuk/menggerakkan orang dengan memakai nama palsu, atau memakai keadaan palsu, dengan memakai rangkaian kata-kata bohong atau memakai tipu muslihat. Menggerakkan/membujuk, berarti mempergunakan tindakan-tindakan, baik berupa perbuatan-perbuatan ataupun perkataan-perkataan yang sifatnya menipu. Dalam tindakan menggerakkan/membujuk orang lain untuk menyerahkan harus disyaratkan adanya hubungan kausal antara alat penggerak dengan penyerahan (barang/benda). Penggunaan cara-cara atau alat-alat penggerak itu menciptakan situasi yang menyesatkan seseorang yang normal, sehingga orang lain akan terperdaya; memakai nama palsu, yang dimaksudkan nama palsu haruslah berupa nama orang, yang meliputi: penggunaan nama yang bukan nama sendiri dari pelaku, nama tambahan dengan syarat tidak dikenal oleh orang lain; keadaan palsu tidak perlu berupa jabatan, pangkat atau sesuatau pekerjaan resmi, seperti orang swasta yang mengaku sebagai Polisi, Jaksa, Hakim, ataupun mengaku sebagai seorang direktur suatu PT., melainkan juga apabila pelaku mengatakan bahwa ia berada dalam keadaan tertentu, di mana ia mempunyai hak-hak tertentu, misalnya dengan mengatakan dirinya adalah informan, atau mengaku sebagai saudara atau kawan dekat dari seorang pejabat tertentu, sehingga ia mendapat prioritas tertentu, padahal semua itu tidak benar; atau rangkaian kata-kata yang bohong, disyaratkan bahwa harus terdapat beberapa kata bohong rangkaian kata-kata yang bohong yang diucapkan secara tersusun, hingga merupakan suatu ceritera yang dapat diterima sebagai sesuatu yang logis dan benar. Tindakan pelaku dalam hal ini haruslah terdiri dari pembicaraan yang tidak sesuai dengan kebenaran; memakai tipu muslihat, tindakan-tindakan yang demikian rupa sehingga menimbulkan kepercayaan atau memberi kesan kepada orang yang digerakkan seolah-olah keadaannya adalah sesuai dengan kebenaran, misalnya seseorang datang ke sebuah rumah dan mengatakan kepada pembantu rumah tersebut, bahwa ia disuruh untuk mengambil televisi oleh majikannya untuk diperbaiki, padahal semua itu tidak benar.

2) Unsur Supaya orang lain menyerahkan suatu barang atau membuat hutang atau menghapuskan piutang. Tindakan penyerahan sesuatu benda/barang haruslah merupakan akibat langsung dari upaya orang lain (pelaku) yang telah menggerakkan dirinya, jadi antara daya upaya yang digunakan dengan penyerahan benda (akibat) harus ada hubungan kausal. Membuat utang adalah membuat suatu perikatan, yang menyebabkan orang lain untuk membayar suatu jumlah uang; atau Menghapuskan piutang, artinya meniadakan perikatan yang sudah ada antara pelaku dengan orang yang digerakkan.

b. Unsur Subyektif: Unsur Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum/hak. dengan maksud di dalam pasal ini adalah terjemahan dari met het oogmerk, yang berarti bahwa opzet (kesengajaan) yang harus ditafsirkan sebagai opzet als oogmerk (opzet dalam arti sempit), yaitu maksud si pelaku harus ditafsirkan hanya ditujukan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, sehingga pelaku harus mengetahui, bahwa keuntungan yang menjadi tujuan itu harus bersifat melawan hukum. Maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain di sini tidak dapat dipisahkan dengan melawan hukum. Apakah pelaku bermaksud untuk melakukan penipuan, untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, harus dihubungkan dengan unsur melawan hukum/hak dalam perbuatannya; menguntungkan (diri sendiri atau orang lain), adalah setiap posisi atau nasib kehidupan yang diperoleh atau yang dicapai oleh pelaku sendiri atau untuk orang lain. Pada umumnya perbaikan ini terletak di bidang harta kekayaan, yaitu perbuatan menambah harta kekayaan seseorang dari pada harta kekayaan semula; dengan melawan hukum, adalah pelaku dalam melakukan perbuatan menguntungkan diri sendiri atau orang lain itu, dengan melawan hukum atau melawan hak atau pelaku tidak mempunyai hak.