Upload
vuongthien
View
224
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
RANCANG BANGUN SISTEM PENGUATAN OPTIK ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER (EDFA) PADA RENTANG
PANJANG GELOMBANG L BAND
TESIS
NAMA: ANWAR MUJADIN NPM: 0906577570
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPOK JUNI 2011
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
RANCANG BANGUN SISTEM PENGUATAN OPTIK ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER (EDFA) PADA RENTANG
PANJANG GELOMBANG L BAND
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik
NAMA: ANWAR MUJADIN NPM: 0906577570
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
KEKHUSUSAN OPTOELEKTRONIKA DAN APLIKASI LASER
DEPOK JUNI 2011
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Anwar Mujadin
NPM : 0906577570
ii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
2
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh :
Nama : Anwar Mujadin
NPM : 0906577570
Program Studi : Teknik Elektro
Judul Tesis : Rancang Bangun Sistem Penguatan Optik
Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) pada
Rentang Panjang Gelombang L Band.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknik
pada Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 28 Juni 2011
iii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
3
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT berkat, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul
Rancang Bangun Sistem Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier
(EDFA) Pada Rentang Panjang Gelombang L Band . Penulisan Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata dua (S2)
Jurusan Teknik Elektro pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan petunjuk
yang diberikan selama penyelesaian tesis ini khususnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Retno Wigajatri P., MT , selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan sabar menuntun penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Dr. Ary Syahriar, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan kegiatan penelitian BPPT
yang sinergi dengan tesis penulis.
3. Kepada kedua orang tua penulis, yang selalu mendoakan keselamatan dan
kesejahteraan kami sekeluarga semua.
4. Kepada istri dan ke-tiga anak penulis, yang selalu pengertian walaupun
waktu keluarga telah habis selama kuliah.
5. Pihak SDM Universitas Al Azhar, yang telah memberikan kesempatan dan
peluang untuk melanjutkan studi kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
6. Kelompok peneliti photonik, direktorat PTIK BPPT yang telah
memberikan kepercayaan dan keleluasaan pemakaian instrumen optik
yang canggih dan mahal.
Depok, 28 Juni 2011
Penulis
iv
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
4
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Anwar Mujadin
NPM : 0906577570
Program Studi : Opto-elektonika dan Aplikasi Laser
Departemen : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Rancang Bangun Sistem Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier
(EDFA) pada Rentang Panjang Gelombang L Band
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tesis saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai hak cipta.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 28 Juni 2011
v
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
5
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Anwar Mujadin Program Studi : Opto-elektonika dan Aplikasi Laser Departemen : Teknik Elektro Judul : Rancang Bangun Sistem Penguatan Optik
Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) pada Rentang Panjang Gelombang L Band.
Erbium doped fiber amplifier (EDFA) menjadi kunci utama komponen dense wavelength division multiplexing (DWDM) dalam sistem komunikasi fiber optik.
EDFA L band relatif bekerja pada inversi populasi rendah dimana energi absorpsi dan emisi bekerja pada level energi konvensional dengan menghasilkan penguatan positip. Pola daya laser diode pumping (LDP) menjadi bagian terpenting dalam pengaturan EDFA L band, khususnya untuk menentukan penguatan tinggi dengan noise yang rendah. Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah rangkaian elektronika menggunakan komponen high end technology dengan stabilitas dan akurasi tinggi dengan fitur: laser diode pumping (LDP), termo electric cooler (TEC) dan power meter diatas sebuah rangkaian kompak printed circuit board (PCB) terintegrasi.
EDFA diatur pada forward pumping dengan satu buah LDP 980 nm. Panjang EDFA yang digunakan berukuran 13.5 meter, nilai ini dipilih untuk mengefisienkan daya LDP agar didapat daya keluaran penguatan yang maksimum terhadap daya sinyal masukan minimum. Prototipe dikarakterisasi kemudian diverifikasi menggunakan analisa numerik Matlab untuk menentukan performa sistem penguatan optik EDFA secara keseluruhan.
Parameter unjuk kerja seperti gain dan noise figure (NF) dapat diperoleh dengan mengubah daya laser pompa berturut-turut 53.6 mW, 61.1 mW, 64.83 mW dan 68.25 mW dengan sinyal masukan berturut-turut -20 dBm, -15 dBm, -10 dBm dan -5 dBm. Hasil eksperimen menunjukan bahwa sinyal masukan terkecil -20 dBm dapat dikuatkan hingga diatas 3 dB dengan noise figure (NF) rata-rata dibawah 4 dB.
Kata kunci : Rangkaian high stability laser diode pumping, penguatan optik, noise figure (NF), EDFA L Band.
vi
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
6
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Anwar Mujadin Study Program : Opto-electronic and Laser Aplications Department : Electrical Engineering Title : The Development of Erbium Doped Fiber
Amplifier (EDFA) at L Band Region.
Erbium doped fiber amplifiers (EDFA) have become major key components for dense wavelength division multiplexing (DWDM) optical fiber communication systems.
An L-band EDFA operates in a relatively low population inversion that a positive net gain is produced for L-band signals while energy absorption occurs at the conventional band. Therefore, pumping scheme has become major issues in L band EDFA to obtain high gain and low noise figure (NF) as well as pump power efficiency. In this research we have developed a high stability and accuracy circuit using high end technology components, the feature such as: laser diode pumping, thermo electric cooler and power meter on a compact printed circuit board (PCB).
EDFA was regulated at forward pumping using simple single pump structure with 980 nm pump laser and short L band EDFA. Length of EDFA is 13.5 meters were used, the purpose is to get short L band length but with efficient pumping power to get good gain output at several pumping and signal power. Prototype has characterized and verified using numerical analysis Matlab to determine performance of EDFA system overall.
The performance parameter such as gain, NF and output power was taken at L band ITU wavelength standard with four different laser diode pumping powers of 53.6 mW, 61.1 mW, 64.83 mW and 68.25 mW respectively. A range of different input signal power ranging was used of -20 dBm, -15dBm, -10 dBm and -5 dBm respectively. Experimentally, the lowest power at -20 dBm can be amplified up to 3 dB within lowest noise figure bellow 4 dB.
Key Words : High stability laser diode pumping circuitry, optical amplified, noise figure, EDFA L Band.
vii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
7
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMAKASIH..................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS..... v
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ABSTRAK........................................................................................................ vi
ABSTRACT......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xv
DAFTAR SIMBOL ..................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xvii
1. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2
Perumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3
Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4
Manfaat Penelitian............................................................................... 4
1.5
Batasan Penelitian................................................................................ 4
1.6
Sistimatika Pembahasan....................................................................... 5
2. TINJAUAN TEORI................................................................................... 6
2.1
Parameter dan Karakterisasi Fiber yang di-Doping Erbium
6
2.1.1 Level Energi Erbium .................................................. 6
2.1.2 Absorpsi dan Emisi Cross Section.............................................. 7
2.1.3 Amplifikasi Sistem Atomik Tiga Tingkat EDFA....................... 8
2.1.4 Inversi populasi dan Waktu Tinggal ... 9
2.1.5 Parameter Overlap .. 11
2.1.6 Amplified Spontaneous Emission (ASE), Gain dan
12
Noise Figure (NF) 2.1.7 Simulasi Matlab .. 15
2.2
Konfigurasi Setup Sistem Penguatan Optik Erbium Doped .. 17
Fiber Amplifier 2.2.1 Pemilihan laser pemompa ... 19
2.2.2 Fused Fiber Coupler (FFC) ................................................... 21
2.2.3 Wave Length Division Multiplexing Fused Fiber Coupler
23
2.3.3 Isolator Optik ....................................................... 24
viii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
8
Universitas Indonesia
2.3
Parameter Pengukuran dan Perhitungan Besaran Optik ..... 25 2.3.1 Daya dalam Sitem Optik
25
2.3.2 Perhitungan Losses dan Attenuation . 26 2.3.3 Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) .. 26 2.3.4 Perhitungan Optical Return Loss (ORL)
27
3. METODE PENELITIAN........................................................................ 3.1
Pencarian Referensi ............ 28 3.2
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 28 3.3
Mekanisme Pengumpulan Data ............................................. 29 3.3.1 Pengambilan Data Pengujian Sistem Integrasi Elektronika...... 29 3.3.2 Pengambilan Data Karakterisasi Komponen Optik ............ 29 3.3.3 Pengambilan Data Hasil Pengujian Karakterisasi Performa . 29 Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier L Band
3.4
Analisa Data ......... 30
4. RANCANG BANGUN SISTEM PENGUATAN OPTIK ERBIUM . 31 DOPED FIBER AMPLIFIER PADA RENTANG PANJANG GELOMBANG L BAND
4.1
Rancang Bangun Sistem Kontrol Elektronika
31 4.1.1 Uji Coba Rangkaian Elektronika diatas Project Board ............ 33 4.1.1.1 Rangkaian Laser Diode Driver ADN2830.................... 33 4.1.1.2 Potensiometer Digital 1024 posisi AD5231.................. 35 4.1.1.3 Rangkaian Power Meter AD8304................................. 37 4.1.2 Rancang Bangun Rangkaian Skematik Elektronika .............. 39 4.1.3 Rancang Bangun Layout Printed Circuit Board .. 39
4.2
Rancang Bangun Sistem Dumper Komponen Optik .......... 41 4.3
Rancang Bangun Susunan Komponen Optik dalam Dumper . 42
5. PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM PENGUATAN OPTIK . 44 ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER PADA RENTANG PANJANG GELOMBANG L BAND
5.1
Perhitungan Nilai Seting Komponen Pengendali Laser 980 nm......... 44 5.2
Karakterisasi Power Meter .......................................... 45 5.3
Karakterisasi Komponen Optik dalam Penguatan Optik Erbium .. . 47 Doped Fiber Amplifier Pada Rentang Panjang Gelombang L Band 5.3.1 Karakterisasi Laser pemompa 980 nm .............................. 47 5.3.2 Karakterisasi Isolator Optik L band . 50
5.4
Karakterisasi Sistem Penguatan Optik Erbium Doped Fiber ....... 52 Amplifier Pada Rentang Panjang Gelombang L Band 5.4.1 Karakterisasi Gain Penguatan Optik Erbium Doped Fiber
54 Amplifier dengan Variasi Daya Pompa
ix
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
9
Universitas Indonesia
5.4.2 Karakterisasi Gain Penguatan Optik Erbium Doped Fiber
56
Amplifier dengan Variasi Daya Sinyal 5.4.3 Karakterisasi Gain Erbium Doped Fiber Amplifier dengan .. 57
Variasi Panjang gelombang 5.5
Pengukuran Amplified Spontaneous Emission (ASE) ... 60
5.6
Karakterisasi Gain dan Noise Figure Erbium Doped Fiber .. 61 Amplifier L Band
5.7
Analisa Pendahuluan Menggunakan Simulasi Matlab
65
6. KESIMPULAN......................................................................................... 68
DAFTAR ACUAN . 70
Lampiran Hasil Rancang Bangun Sistem Penguatan Optik . 72 Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) Pada Rentang Panjang Gelombang L Band
Lampiran Hasil Karakterisasi Sistem Penguatan Optik . ... 88 Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) Pada Rentang Panjang Gelombang L Band
x
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
10
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Absorpsi ( abs) dan emisi ( abs) cross section pada transisi... 4I13/2
4I15/2 dalam Er3+ untuk berbagai gelas utama 8
Tabel 2.2 Harga parameter EDFA yang digunakan dalam simulasi .. Matlab .
16
Tabel 4.1 Intruksi perintah 24 bit serial data word AD5231....................... 36
Tabel 4.2 Tabel kebenaran perintah dan operasi AD5231.......................... 37
Tabel 4.3 Variasi parameter nilai untuk metoda intercept.......................... 38
Tabel LR.1 Bill of Material (BOM) skematik sistem hardware EDFA .. 86
Tabel LK.1 Karakterisasi power monitoring AD8304 (VR1 atau VR2) .. di-set pada 0.001mW/step.
88
Tabel LK.2 Karakterisasi laser dioda pumping (LDP) LU980L .. 89
Tabel LK.3 Karakterisasi isolator optik L band (Opnoti tipe .. 1S-D-15-250-1-1-NE sinyal masukan -20 dBm pengujian pada rentang L band.
90
Tabel LK.4a Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya
sinyal konstan -20 dBm pengujian pada L band ITU. 91
Tabel LK.4b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya
sinyal konstan -15 dBm pengujian pada L band ITU. 92
Tabel LK.4c Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya
sinyal konstan -10 dBm pengujian pada L band ITU. 93
Tabel LK.4d Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya
sinyal konstan -5 dBm pengujian pada L band ITU. 94
Tabel LK.5a Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya ... pompa konstan 150 mA (53.6 mW) pengujian pada ITU.
95
Tabel LK.5b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya ... pompa konstan 160 mA (61.14 mW) pengujian pada ITU.
96
Tabel LK.5c Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya ... pompa konstan 170 mA (64.83 mW) pengujian pada ITU.
97
xi
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
11
Universitas Indonesia
Tabel LK.5d Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk
daya pompa konstan 180 mA (68.25 mW) pengujian pada ITU.
98
Tabel LK.6a Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter variasi daya... sinyal terhadap daya pompa konstan pada 1580.35 nm
99
Tabel LK.6b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter variasi daya... sinyal terhadap daya pompa konstan pada 1590.41 nm
99
Tabel LK.7a Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter daya sinyal
konstan terhadap variasi daya pompa pada 1580.35 nm 100
Tabel LK.7b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter daya sinyal
konstan terhadap variasi daya pompa pada 1590.41 nm 100
Tabel LK.8 Karakterisasi ASE, gain , dan NF EDFA L band panjang 13.5 meter daya sinyal pada arus LDP tetap 150 mA daya sinyal -20 dBm pengujian pada ITU Grid.
101
Tael LK.9 Spesifikasi kanal frekuensi komunikasi serat optik berdasarkan ITU Grid
102
xii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
12
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur level energi Erbium berikut notasi energinya
6
Gambar 2.2 Proses absorpsi, emisi spontan, emisi terangsang . 7
Gambar 2.3 Sistem atomik tiga tingkat untuk model amplifikasi EDFA . 9
Gambar 2.4 Garis melintang mode optis overlap pada sebuah distribusi
Ion erbium 12
Gambar 2.5 Konfigurasi setup EDFA dengan cara a) forward pumping .. b) backward pumping c) bidirectional pumping.
18
Gambar 2.6 Pola spektroskopi ASE pada EDFA . . 18
Gambar 2.7 Level eksitasi dan panjang gelombang ion Er3+ ............... 19
Gambar 2.8 Performa uncooled 980nm mini DIL .. 20
Gambar 2.9 Fused Fiber Coupler (FFC) .. 21
Gambar 2.10 Distribusi daya fused fiber coupler (FFC) . 22
Gambar 2.11 Daya sebagai fungsi dan panjang tarikan dengan rentang gelombang 980nm dan 1580nm
23
Gambar 2.12 Disain isolator optik untuk lintasan optik yang menjalar . maju (foward) dan balik (backward).
24
Gambar 2.13 Pengukuran power loss pada fiber .. .. 26
Gambar 3.1 Peralatan optik milik lab Photonik PTIK BPPT . ..............
28
Gambar 4.1 Diagram blok rangkaian integrasi elektronika
32
Gambar 4.2 Uji coba rangkaian elektronika diatas project board .. 33
Gambar 4.3 Rangkaian laser driver pada current boosting mode untuk . arus injeksi maksimum 40 mA (IBIAS).
34
Gambar 4.4 Diagram blok AD5231 digitas potensiometer [15] . 36
Gambar 4.5 Power meter dengan metoda lowering intercept [16]
38
Gambar 4.6 Screen shoot rangkaian rancang bangun skematik elektronika 39
xiii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
13
Universitas Indonesia
Gambar 4.7 Screen shoot perancangan layout PCB ..
40
Gambar 4.8 Dumper komponen optik setelah di susun .. .. 41
Gambar 4.9 Konfigurasi komponen optik dalam dumper . 43
Gambar 5.1 Konfigurasi karakterisasi power meter .
45
Gambar 5.2 Grafik hasil karakterisasi power meter daya masukan ..... (mW) terhadap tegangan keluaran Vout (mV).
46
Gambar 5.3 Konfigurasi karakterisasi LDP 980 nm
48
Gambar 5.4 Grafik hasil karakterisasi LDP 980 nm (LU980L) arus .. injeksi (mA) terhadap daya keluaran (mW).
49
Gambar 5.5 Screen shoot pola daya LDP pada saat lasing di 26mA . 49
Gambar 5.6 Screen shoot pola daya LDP dengan arus injeksi 150 mA
50
Gambar 5.7 Konfigurasi karakterisasi isolator optik
51
Gambar 5.8 Screen shoot hasil karakterisasi isolator optik dengan . metode synchronize.
52
Gambar 5.9 Konfigurasi karaterisasi EDFA L band dengan konfigurasi
forward pumping. 53
Gambar 5.10 Pola gain EDFA variasi daya pompa terhadap daya sinyal .. konstan -20dBm, -15 dBm, -10 dBm dan -5 dBm.
55
Gambar 5.11 Pola gain EDFA , variasi daya sinyal terhadap daya pompa..... konstan 53.6 mW, 61.14 mW, 64.83 mW, 68.25 mW
57
Gambar 5.12 Pola gain EDFA , variasi daya sinyal terhadap daya pompa..... konstan pada panjang gelombang 1580.35nm dan 1590.41nm
58
Gambar 5.13 Pola gain EDFA , daya sinyal konstan terhadap variasi daya
pompa pada panjang gelombang 1580.35 nm dan 1590.41nm 59
Gambar 5.14 Pola spektrum ASE Lband EDFA 13.5 m daya pompa 53.6.. mw (150 mA arus injeksi)
60
Gambar 5.15 Sinyal penguatan EDFA -2.65 dBm untuk sinyal 1589.52nm... (-20 dBm)
62
xiv
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
14
Universitas Indonesia
Gambar 5.16 Pola spektrum ASE EDFA L band (13.5 m) dengan daya .. 53.6 mW (tanpa sinyal masukan)
63
Gambar 5.17 Pola spektrum gain dan NF EDFA L band (13.5m) dengan
daya pompa 53mW pada daya sinyal -20 dBm konstan 64
Gambar 5.18 Gain terhadap daya sinyal masukan untuk daya daya .. pompa 53.6 mW (dekat daerah saturasi).
66
Gambar 5.19 Gain terhadap daya pompa untuk variasi sinyal masukan . 20dBm, -15 dBm, -10dBm dan -5 dBm
67
Gambar 5.20 ASE terhadap variasi daya pompa ..
67
Gambar L.1 Rangkaian elektronika mikrokontroler dan TEC ..
72
Gambar L.2 Rangkain elektronika power meter dan laser controller .. 73
Gambar L.3 Jalur tembaga PCB bagian atas . 74
Gambar L.4 Jalur tembaga PCB bagian bawah . 75
Gambar L.5 Silkscreen legend PCB jalur atas . 76
Gambar L.6 Silkscreen legend PCB jalur bawah. . 77
Gambar L.7 Solder mask PCB jalur atas
78
Gambar L.8 Solder mask PCB jalur bawah ... 79
Gambar L.9 Bagian tutup dumper komponen optik
80
Gambar L.10 Bagian landasan sparasi dumper komponen optik
81
Gambar L.11 Bagian sparasi dumper komponen optik
82
Gambar L.12 Sistem integrasi elektronika setelah proses solder dan trouble. shooting.
83
Gambar L.13 Sistem integrasi elektronika dan dumper (komponen optik . terlihat dalam dumper).
84
Gambar L.14 Flow chart dan alur kerja rangkaian elektronika
85
Gambar L.15 Photo percobaan sistem integrasi elektronika dan komponen... optik sistem penguatan optik EDFA L band
103
xv
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
15
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
ASE Amplified Spontaneous Emission
C-Band Conventional Band
CW Continues Wave
DWDM Dense Wavelength Division Multiplexing
EDFA Erbium Doped Fiber Amplifier
FBG Fiber Bragg Grating
FFC Fuse Fiber Coupler
FRA Fiber Raman Amplifier
IC Integrated Circuit
IOA Integrated Optical Amplifier
ITU International Telecommunication Union
L-Band Long Band
LDP Laser Diode Pumping
IL Insertion Loss
LD Laser Diode
LED Light Emitting Diode
MPD Monitor Photo Diode
OA Optical Amplifier
OI Optical Isolator
OSA Optical Spectrum Analyzer
PCB Printed Circuit Board
SLA Semiconductor Laser Amplifier
SMF Single Mode Fiber
TLS Tunable Laser Source
TC Tap Coupler
WDM Wavelength Division Multiplexing
WSC Wavelength Selector Coupler
xvi
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
16
Universitas Indonesia
DAFTAR SIMBOL
E1,E2,E3 Tingkatan energi (1,2,3) berturut turut
h Konstanta Plank
v Frekuensi sinyal (cahaya)
I
Intensitas medan cahaya
Fluk photon
absI
Intensitas cahaya absorpsi
em I
Intensitas cahaya emisi
21
Cross section emisi
12
Cross section absorpsi 4I15/2 Ground state (tingkatan 1) 4I13/2 metastable state (tingkatan 2) 4I11/2 unstable state (tingkatan 3)
A32 A21 Emisi spontan 3 ke 2, Emisi spontan dan 2 ke 1
W12 dan W21 Sinyal datang dan emisi terangsang sinyal
pv
, vs
Frekuensi pompa dan frekuensi sinyal
p , s
Fluk photon pompa dan Fluk photon sinyal
(a)p
Laju absorpsi pompa dari tingkat 1 ke tingkat 3
(a)s
Laju absorpsi sinyal dari tingkat 1 ke tingkat 2
(e)p
Laju emisi pompa dari tingkat 3 ke 1
(e)s
Laju emisi sinyal dari tingkat 2 ke 1
32
Probalitas transisi dari tingkat 3 ke 2
21
Probalitas transisi dari tingkat 2 ke 1
32
dan 21 Waktu tinggal tingkat 3 ke 2 dan tingkat 2 ke 1
N1,N2,N3 Laju perubahan populasi ion di tingkat 1, 2, dan 3
Faktor overlap
effA
Luas efektif cross sectional
w
Ukuran spot (Gaussian beam)
xvii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
17
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Rancang Bangun .. . 72
Rangkaian elektronika mikrokontroler dan TEC .. .. 72
Rangkain elektronika power meter dan laser controller .. 73
Jalur tembaga PCB bagian atas . 74
Jalur tembaga PCB bagian bawah . 75
Silkscreen legend PCB jalur atas
76
Silkscreen legend PCB jalur bawah.
77
Solder mask PCB jalur atas .. 78
Solder mask PCB jalur bawah .. 79
Bagian tutup dumper komponen optik .. 80
Bagian landasan sparasi dumper komponen optik .. 81
Bagian sparasi dumper komponen optik .. 82
Sistem integrasi elektronika setelah proses solder dan trouble shooting.
83
Sistem integrasi elektronika dan dumper (komponen optik
terlihat dalam dumper). 84
Flow chart dari alur kerja rangkaian elektronika
85
Bill of Material (BOM) skematik . 86
Lampiran 2
Data Hasil Karakterisasi
88
Karakterisasi power monitoring AD8304 (VR1 atau VR2) diatur pada 0.001mW/step.
88
Karakterisasi laser dioda pumping (LDP) LU980L
89
Karakterisasi isolator optic L band Opnoti . 90
xviii
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
18
Universitas Indonesia
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter daya
sinyal (-20 dBm) pengujian pada L band ITU.
91
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter daya
sinyal (-15 dBm) pengujian pada L band ITU. 92
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter daya
sinyal (-10 dBm) pengujian pada L band ITU. 93
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter daya
sinyal (-5 dBm) pengujian pada L band ITU. 94
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter pada .. untuk daya pompa konstan 150 mA (53.6 mW) pengujian pada ITU
95
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter pada .. untuk daya pompa konstan 160 mA (61.14 mW) pengujian pada ITU.
96
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter pada . untuk daya pompa konstan 170 mA (64.83 mW) pengujian pada ITU.
97
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter pada .. untuk daya pompa konstan 180 mA (68.25 mW) pengujian pada ITU.
98
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5, variasi daya
sinyal terhadap daya pompa konstan ( 1580.35 nm) 99
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5, variasi daya ........ sinyal terhadap daya pompa konstan ( 1590.41 nm)
99
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5, variasi daya . pompa terhadap variasi daya sinyal konstan ( 1580.35 nm)
100
Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5, variasi daya
pompa terhadap variasi daya sinyal konstan ( 1590.41 nm) 100
Karakterisasi ASE, gain dan NF EDFA L band panjang
13.5 meter pada arus LDP tetap 150 mA daya sinyal -20 dBm Pengujian pada ITU Grid.
101
xix
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
1
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem komunikasi serat optik merupakan jaringan komunikasi yang paling
populer saat ini khususnya untuk jaringan komunikasi ring metro. Seiring dengan
kebutuhan informasi yang serba cepat dan akurat, saluran serat optik menjadi pilihan
utama bagi para penyedia layanan komunikasi (provider), karena serat optik ini
mampu menyalurkan data dalam orde giga bit per second (Gbps) hingga tera bit
per second (Tbps) pada frekuensi optik antara 0,3 THz - 30.000 THz. Berdasarkan
panjang gelombang optis yang digunakan, komunikasi serat optik dibagi dalam
tiga kelompok kanal yaitu S band (1450 nm-1530 nm), C band (1530 nm-1570
nm) dan L band (1570 nm-1620 nm) sesuai badan standarisasi international
telecommunication union (ITU) [1]. Tiga kelompok kanal frekuensi komunikasi
serat optik berdasarkan ITU diperlihatkan pada lampiran [Tabel LK.9].
Sinyal optik dalam saluran transmitter optik akan mengalami pelemahan
pada rentang jarak tertentu, sehingga diperlukan repeater untuk memperkuat dan
memperbaiki sinyal tersebut. Untuk mengatasi hal ini, banyak usaha telah
dilakukan, sehingga diperoleh suatu repeater yang serba optik yaitu sinyal optik
yang sudah lemah tidak dikonversi lagi ke listrik melainkan langsung diperkuat
secara optical amplifier sehingga diperoleh sinyal yang kuat tanpa mengalami
degradasi akibat konversi.
Para ahli telah melakukan penelitian terkait dengan repeater secara optik
ini, akhirnya pada dekade 80-an, ditemukan teknologi penguatan optik
menggunakan aktif medium doped fiber amplifer (DFA). DFA bekerja
berdasarkan pengalihan energi photon konvesional dari tingkatan energi sebuah
atom maupun ion (kristalin). Sinyal lemah yang melewati aktif medium kemudian
dicampur dengan sinyal photon pemompa, sehingga aktif medium ini akan
menghasilkan cahaya emisi terangsang yang koheren dengan panjang gelombang
sinyal. Emisi terangsang ini akhirnya akan mengakibatkan amflipikasi sinyal
masukan di jalur keluaran DFA ini.
Penelitian para ahli dilanjutkan lagi dengan mencari solusi bahan aktif,
media serat (gelas) dan sinyal pemompanya. Akhirnya ditemukanlah aktif medium
1
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
2
Universitas Indonesia
.
yang di-doping bahan utama ion kristalin erbium (Er3+) dan beberapa bahan host
gelas, termasuk dengan sinyal pemompanya yaitu 980 nm atau 1480 nm.
Kemudian DFA ini dikenal dengan nama erbium doped fiber (EDF) [2].
Bahan aktif EDF akan memberikan penguatan sinyal apabila diberi energi
photon dengan panjang gelombang 980 nm atau 1480 nm yang dihasilkan laser
diode pumping (LDP), energi tersebut akan menaikkan ion-ion erbium dari tingkat
energi ground state ke tingkat excited state. Ion-ion pada tingkat energi excited
state membentuk inversi populasi kumpulan ion yang siap runtuh kembali ke
tingkat ground state. Ion akan runtuh secara spontan dengan melepaskan cahaya
yang mempunyai frekuensi dan fasa yang sama dengan sinyal masukan. Inversi
populasi mempunyai masa lifetime tergantung jenis dan bahan doping dan host
glass. Penguatan yang dihasilkan oleh EDF sangat dipengaruhi oleh dua parameter
utama yaitu absorption cross section ( a) sebagai parameter yang menunjukkan
tingkat absorpsi EDF terhadap daya pompa yang dikenakannya dan emission cross
section ( e) adalah tingkat penguatan yang dihasilkan oleh medium [3].
Perlu diluruskan presepsi kesalahan publik mengenai kata EDF dan EDFA.
EDF adalah serat optik yang telah di-doping dengan erbium, sedangkan EDFA
adalah sistem penguatan optik berbasis EDF yang di dalamnya terdapat
komponen optik pasif dan aktif pendukung, rangkaian elektronika pengendali dan
catu daya. Sebagain besar pihak pabrikan yang mengeluarkan data teknis dengan
kata EDFA padahal yang mereka jual adalah hanya serat optik EDF saja. Saat
ini, EDF tidak hanya digunakan sebagai penguat melainkan banyak digunakan
sebagai sensor optik.
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan setup sistem penguatan
optik EDFA ini terutama dari penempatan LDP. Pada umumnya terdapat tiga
konfigurasi setup EDFA yaitu: forward pumping, backward pumping, dan
bidirectional pumping. Ketiga konfigurasi setup EDFA memiliki penggunaan
komponen yang sama seperti: EDF, LDP, wavelength division multiplexing
(WDM), optical isolator (OI), fused coupler (FC), dan sistem integrasi elektronika.
Sistem integrasi elektronika terdiri dari mikrokontroler, adjustable LDP current
pumping, power meter dan thermo electric cooler (TEC). Sinyal keluaran dari
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
3
Universitas Indonesia
setiap kanal sistem penguatan optik EDFA memiliki amplified spontaneous
emission (ASE) yang unik. Gain yang dihasilkan dipengaruhi oleh empat
parameter yaitu: panjang EDF, panjang gelombang sinyal masukan, daya sinyal
masukan, dan daya sinyal pompa [4].
Rancang bangun sistem penguatan optik EDFA perlu biaya yang sangat
mahal, termasuk pengadaan tools dan optical instrument yang digunakan. Untuk
melengkapi sistem integrasi elektronika pada sistem komunikasi optik EDFA, di
pasaran lepas tersedia hardware elektronika berupa Evaluation Board (EB) yang
dijual terpisah-pisah yang dijual dengan harga yang mahal juga.
Di Indonesia, selama ini sistem penguatan optik EDFA dilakukan hanya
sebatas simulasi, walaupun ada hanya sebatas pengaturan LDP saja. Rancang
bangun sistem penguatan optik EDFA dibutuhkan pemikiran yang matang dalam
pengadaan barang dan pengerjaan (hemat biaya). Pengadaan EB hanya membuang
biaya, karena setelah penelitian selesai EB ini tidak bisa dijadikan prototipe.
Pengadaan EB dapat dieliminasi, namun demikian dibutuhkan persiapan yang
relatif lama, pertama manual book EB harus dibongkar untuk meneliti kelayakan
rangkaian elektronik, fitur teknologi, ketersediaan komponen di pasaran lepas, dan
kecocokan dengan komponen aktif optik pendukungnya.
Rancang bangun sistem penguatan optik EDFA dalam penelitian ini,
seluruhnya tanpa pembelian EB khususnya pada bagian: pengendalian LDP, TEC,
potensiometer digital, dan power meter monitoring. Urutan penelitian rancang
bangun sistem penguatan optik EDFA pada rentang panjang gelombang L band ini
terdiri dari tiga bagian utama yaitu: rancang bangun sistem kontrol elektronik,
rancang bangun sistem dumper optik dan rancang bangun konfigurasi komponen
optik EDFA dalam dumper optik. Penelitian diakhiri dengan karakterisasi
performa EDFA untuk EDF jenis L band panjang 13.5 meter. Performa utama
EDFA adalah menentukan gain dan noise figure (NF) yang diuji pada variasi
panjang gelombang sinyal masukan, variasi daya sinyal masukan, dan variasi daya
pompa.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang hendak dipelajari dan dianalisa pada penelitian ini
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
4
Universitas Indonesia
adalah:
a. Rancang bangun sistem pendukung EDFA terdiri dari rancang bangun
kontrol elektronik, rancang bangun sistem dumper optik dan rancang
bangun konfigurasi komponen optik EDFA dalam dumper optik.
b. Karakterisasi: LDP 980 nm, power meter, dan komponen optik pasif.
c. Hubungan gain dan NF terhadap panjang EDF yang telah ditentukan
untuk komposisi: panjang gelombang sinyal masukan (L band ITU grid),
panjang gelombang dominan, daya masukan dan daya sinyal pemompa.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mempelajari rancang bangun sistem penguatan optik EDFA berbasis
mikrokontroler.
b. Mempelajari karakterisasi komponen pendukung sistem penguatan optik
EDFA termasuk komponen optik pasif, komponen optik aktif, dan
komponen elektronika pengendali.
d. Mempelajari karakterisasi gain, noise figure (NF), dari panjang EDF yang
telah ditentukan, terhadap komposisi panjang gelombang sinyal masukan,
daya masukan dan daya sinyal pemompa.
e. Membuat prototipe sistem penguatan optik EDFA kedalam kemasan
berorientasi produk.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Memahami optimasi sistem EDFA pada panjang EDF yang telah
ditentukan terhadap variasi: panjang gelombang sinyal masukan, daya
sinyal masukan, dan daya sinyal pompa.
b. Didapatkan daya kualitatif gain dan noise figure (NF) sesuai standar
yang ditetapkan ITU.
c. Hasil penelitian mempunyai nilai jual kompetitif dengan divais yang
sama yang ada di pasaran pada saat ini.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
5
Universitas Indonesia
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian dibatasi dalam beberapa aspek utama yaitu:
a. Rancang bangun sistem penguatan optik EDFA menggunakan: 13.5
meter panjang EDF jenis L band, konfigurasi dibangun secara forward
pumping dengan satu jenis laser pemompa yaitu laser dioda 980 nm.
b. Menggunakan mikrokontroler ATMega8535, komponen elektronik
pengendali optik menggunakan komponen pabrikan Analog Device.
c. Analisa pendahuluan disimulasikan menggunakan Matlab pada panjang
gelombang sinyal masukan dominan 1580.35 nm, daya sinyal dan
pompa divariasikan untuk mencari optimasi besaran gain .
d. Teknik pengendalian daya laser pemompa dilakukan dengan mengatur
arus injeksi berturut-turut dari 150 mA, 160 mA, 170 mA dan 180 mA,
sehingga menghasilkan daya pompa berturut-turut 53.6 mW, 61.14
mW , 64.83 mW dan 68.25 mW .
e. Sinyal masukan L band pada rentang ITU grid L band 1570 nm sampai
1610 nm disimulasikan dengan satu instumen tunenable laser source
(TLS), dengan sinyal masukan simulasi berturut-turut -20 dBm, -15
dBm, -10 dBm dan -5 dBm. Sinyal keluaran dimonitor oleh satu
instrumen optical spectrum analyzer (OSA).
1.6 Sismatika Pembahasan
Sistimatika pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam 6 bab. Pada Bab
1 akan diterangkan uraian dan latar belakang melakukan penelitian, masalah dan
perumusannya, tujuan dan manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistimatika
pembahasan. Bab 2 berisikan tinjauan pustaka mengenai karakteristik serat optik
yang di-doping erbium dengan model matematisnya, komponen pasif optik
pendukung EDFA dan teknik pembacaan daya dalam sistem optik. Pada Bab 3
dibahas metode penelitian mengenai pencarian referensi, tempat penelitian,
mekanisme pengumpulan data, dan pengambilan data hasil pengujian. Bab 4 berisi
rancang bangun sistem penguatan optik EDFA terutama dalam menjelaskan sistem
optik dan elektronik. Pada Bab 5 dibahas karakterisasi dan pembahasan hasil
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
6
Universitas Indonesia
eksperimen. Bab 6 sebagai penutup berisikan kesimpulan.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Dalam tinjauan teori ini akan dibahas mengenai landasan teori komponen
yang digunakan dalam merancang bangun rangkaian sistem penguat optik EDFA,
secara garis besar tinjauan teori dibagi dalam empat yaitu: teori dasar karakteristik
dan parameter fiber yang di-doping Erbium, komponen optik pasif pendukung
EDFA, teknik pengukuran dan tatacara pembacaan daya optik, dan terakhir adalah
pengukuran dan perhitungan parameter penguatan EDFA seperti ASE, gain, dan
noise figure (NF).
2.1 Parameter dan Karakteristik Fiber yang di-Doping Erbium
Dalam subbab ini akan dibahas mengenai sifat fiber yang di-doping erbium
terutama mengenai absorpsi dan emisi cross section, life time, gain, ASE dan
noise figure (NF).
2.1.1 Level Energi Ion Erbium
Struktur level energi ion Erbium berikut notasinya ditunjukan pada Gambar
2.1 berikut [6].
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
7
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Struktur level energi Erbium berikut notasi energinya [6].
2.1.2 Absorpsi dan Emisi Cross Section
Cross section merupakan parameter yang menyatakan kemampuan suatu
ion untuk mengabsorpsi atau mengemisi cahaya, dua keadaan tersebut mempunyai
hubungan dengan energi El dan E2 (El<E2). Probabilitas transisi untuk
mengabsorpsi suatu photon dari energi E2E1 adalah sebanding dengan cross
section absorpsi 12
dan untuk emisi photon adalah sebanding dengan cross
section emisi 21 . Diantara 2 tingkat energi tersebut memiliki perbedaan energi Eg
= E2-E1. Bila ada energi photon sebesar hv (dimana h = konstanta planck, v =
frekuensi cahaya) diserap oleh ion Er3+ (terangsang), ion akan dieksitasi kedalam
energi tingkat tertinggi E2, proses ini didefinisikan sebagai absorpsi terangsang.
Eksitasi ion tidak berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat normal E1,
dengan mengemisi energi yang sama dengan frekuensi photon, proses ini
didefinisikan sebagai emisi terangsang. Proses absorpsi dan emisi dapat
menghasilkan transisi ion dari satu tingkat ke tingkat lain. Adapun hubungan
transisi ion-ion tersebut ditunjukan dalam Gambar 2.2 [6].
Gambar 2.2 (a) Proses absorpsi. (b) Proses emisi spontan. (c) Emisi terangsang [6].
Intensitas cahaya dari energi photon per unit area per unit waktu, untuk flux
photon , didefinisikan oleh:
I=hv
(2.1)
Probalitas transisi untuk absorpsi dan emisi dari energi photon secara proposonal
terdapat dalam absorpsi 12
dan emisi 21
cross section. intensitas cahaya absorpsi
dan emisi ion dengan intensitas cahaya datang I didefinisikan sebagai:
E2
E1
E2
E1
hv
hv
(a)
(b)
E2
E1
hv
(c)
hv
hv
6
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
8
Universitas Indonesia
abs 12I = I
(2.2)
em 21I = I
(2.3)
laju absorpsi dan emisi dalam sejumlah photon didefinisikan sebagai :
abs 12N =
(2.4)
em 21N =
(2.5)
Kemudian untuk koleksi ion yang telah diidentifikasi dengan population N1 dan
N 2, total perubahan intensitas cahaya adalah [6]:
em abs 2 21 1 12I=I -I =(N -N )I
(2.6)
Absorpsi ( 12 ) dan emisi ( 21 ) cross section pada transisi 4I13/2 4I15/2
dalam Er3+ untuk berbagai gelas utama ditunjukan pada Tabel 2.1 [6].
Tabel 2.1. Absorpsi ( 12 ) dan emisi ( 21 ) cross section pada transisi 4I13/2
4I15/2 dalam Er3+ untuk berbagai gelas utama [6].
Host Glass (Gelas Utama) Wavelength
12
21
(nm) x10-21
cm2
x10-211
cm2
Al-P silica 1531 6,60 5,70 Silicate L-22
1536
5,80
7,27
F1uorophosphate L11
1533
6,99
7,16
F1uorophosphate L14
1532
5,76
5,79
F1uorozirconate F88
1531
4,98
4,95
GeO2-Si02
1530
7,9±0,3
6,7±0,3
Al2O3-SiO2
1530
5,1±0,6
4,4±0,6
GeO2-Al2O3-SiO2
1530
4,7±1,0
4,4±1,0
2.1.3 Amplifikasi Sistem Atomik Tiga Tingkat Erbium Doped Fiber
Sistem atomik tiga tingkat amplifikasi dari erbium doped fiber (EDF)
ditentukan oleh struktur tiga tingkat energi dari ion Er3+. Gambar 2.3 diperlihatkan
sistem atomik tiga tingkat untuk model amplifikasi EDF [6]. Jumlah populasi
dalam masing-masing tingkat diberi label N1, N2, dan N3. Tiap tingkat
sesungguhnya adalah kumpulan space energi yang dinamakan multiplet [6]. Tiga
tingkat energi dari ion Er 3+ adalah: 4I15/2 ground state diberi label 1, 4I13/2
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
9
Universitas Indonesia
metastable state diberi label 2 dan 4I11/2 unstable state diberi label 3.
Untuk proses amplifikasi, beberapa populasi dari ion erbium pada tingkat 1
perlu di eksitasi ke tingkat tinggi ( tingkat 2 dan tingkat 3), diperlukan pompa
photon untuk mengeksitasi ion erbium dari tingkat 1 ke tingkat lebih tinggi. Ion
erbium dari tingkat 1 akan tereksitasi ke tingkat 3 bila diberi cahaya pemompa
980 nm.
Ion erbium yang dieksitasi ke tingkat atas dapat kembali ke tingkat lebih
rendah dengan menghasilkan cahaya emisi. Cahaya emisi dapat terjadi melalui
dua proses, dikenal sebagai emisi spontan (A32 , A21 ) dan emisi terangsang (W21 ).
4 I11/2
4 I13/2
4 I15/21
3
2
R31
A21
A32
W12
W21
R13
Pump 980 nm
Gambar 2.3 Sistem atomik tiga tingkat untuk model amplifikasi EDF [6].
Emisi terangsang (W21) menghasilkan cahaya koheren yang sama dengan
frekuensi sinyal photon (W12), photon akan dipancarkan pada arah dan frekuensi
yang sama dengan sinyal photon sehingga terjadi amplifikasi sinyal photon.
2.1.4 Inversi Populasi dan Waktu Tinggal
Emisi terangsang dapat melebihi batas serapan hanya ketika N2 >N1.
Kondisi ini disebut dengan inversi populasi. Ion yang telah tereksitasi ke tingkat
tertinggi, kemudian akan saling berinteraksi dengan sinyal photon dan
dipancarkan sebagai emisi terangsang. Flux photon dari cahaya pompa pada
frequency pv
pada transisi dari tingkat 1 ke tingkat 3, dinotasikan dengan p .
Jumlah photon per unit waktu per unit area, flux photon dari sinyal cahaya pada
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
10
Universitas Indonesia
frekuensi sv
dari transisi tingkat 1 ke tingkat 2 dinotasikan dengan s . Laju
absorpsi adalah kemampuan untuk menyerap photon per unit area cross section.
Laju absorpsi pompa dari tingkat 1 ke tingkat 3 dinotasikan dengan (a)p
dan laju
absorpsi dari tingkat 1 ke tingkat 2 dinotasikan sebagai (a)s . Laju emisi adalah
kemampuan untuk memancarkan foton per unit area cross section, terdiri dari
emisi pompa (e)p
dan emisi sinyal (e)s . Probalitas transisi dari tingkat 3 ke tingkat
2 dinotasikan 32 , dan juga untuk probalitas transisi dari tingkat 2 ke tingkat 1
dinotasikan sebagai 21 , kedua transisi ini tergantung pada waktu tinggal dari
tingkat 2 secara relatif ke tingkat1 dinotasikan 21 dan waktu tinggal tingkat 3
secara relatif ke tingkat 2 dinotasikan 32 . Transisi probalitas dan waktu tinggal
masing-masing tingkat antara tingkat 1 dan tingkat 2 dinotasikan dengan
21 211
sedangkan untuk tingkat 3 dan 2 dinotasikan sebagai 32 321 . Laju
perubahan populasi ion ditingkat 1,2,3 berturut turut dinotasikan sebagai N1,N2
dan N3. Persamaan laju perubahan populasi dalam sistem atomik tiga tingkat
dapat di formulasikan sebagai [6] :
(e) (a) (a) (e)121 2 2 s 1 s s 1 p 3 p p
dN= N +(N -N ) -(N -N )
dt
(2.7)
(a) (e)221 2 1 s 2 s s 32 3
dN=- N +(N -N ) + N
dt (2.8)
(a) (e)332 3 1 p 3 p p
dN=- N +(N -N )
dt (2.9)
Jumlah populasi dalam tingkat 1 akan dikurangi oleh penyerapan tingkat paling
tinggi ( (a)p dan (a)
s ), dan ditambah oleh emisi dari tingkat tertinggi ( (e)p dan (e)
s ).
Persamaan dapat disederhanakan dengan asumsi bahwa pada tingkat yang sama,
laju emisi dan laju absorpsi adalah sama, sehingga persamaan laju populasi emisi
untuk sistem tiga tingkat atomik ditulis sebagai:
a a121 2 2 1 s s 1 3 p p
dN= N +(N -N ) -(N -N )
dt
(2.10)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
11
Universitas Indonesia
a221 2 1 2 s s 32 3
dN=- N +(N -N ) + N
dt
(2.11)
a332 3 1 3 p p
dN=- N +(N -N )
dt
(2.12)
Agar ditemukan angka dari populasi pada masing-masing tingkat, maka harus
diselidiki pada kondisi steady state. Pada keadaan steady state dapat dihitung laju
populasi, dimana semua turunan terhadap waktu adalah nol sehingga akan didapat
jumlah populasi pada waktu tertentu dengan persamaan:
31 2 dNdN dN
= = =0dt dt dt
(2.13)
Total populasi N didefinisikan sebagai :
1 2 3N N N N
(2.14)
Jumlah populasi fluk photon pompa dan medan sinyal di formulasikan berikut:
s p21 21
s p21 21
(e) (e)s p
1 (a) (e) (a) (e)s s p p
+ +1N = N
( + ) + ( + ) +1
(2.15)
s p
21 21
s p21 21
(a) (a)s p
2 (a) (e) (a) (e)s s p p
+N = N
( + ) + ( + ) +1 (2.16)
2.1.5 Parameter Overlap
Parameter Overlap didefinisikan sebagai mode optis terjadinya tumpang
tindih antara distribusi intensitas optis dengan distribusi ion erbium [6]. Parameter
ini diperhitungkan karena mode optis ini terlibat dalam merangsang transisi
absorpsi dan emisi ion Er3+. Potongan melintang mode optis overlap pada sebuah
distribusi ion erbium diperlihatkan pada Gambar 2.4 berikut.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
12
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Potongan melintang mode optis overlap pada sebuah distribusi ion erbium [6].
Dari Gambar 2.4 terlihat bahwa terjadi perluasan mode optis dari inti serat optis
ke dalam cladding. Besaran faktor overlap
ditentukan oleh jari-jari inti serat
dan ukuran spot w ( berkas Gaussian ). Faktor overlap didefinisikan sebagai:
2
2
R-w=(1-e )
(2.17)
Rata-rata medan intensitas melalui EDFA diformulasikan sebagai:
eff
PI=
A
(2.18)
Dimana 2effA = R
adalah derah efektif cross sectional EDFA, I medan
intensitas, dan P adalah medan daya pada sumbu z (panjang EDFA).
2.1.6 Amplified Spontaneous Emission (ASE) Gain, dan Noise Figure (NF).
Untuk mode serat tunggal pada potongan melintang dengan dua polarisasi
yang berbeda pada frekuensi v, daya noise dalam sebuah bandwidth v sepadan
dengan emisi spontan [6], persamaanya adalah :
0ASEP =2hv v
(2.19)
Persamaan propagasi daya ASE dalam arah medan ASE adalah:
0 R r
Erbium ion
distribution
Mode field intensity
N
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
13
Universitas Indonesia
(e) (a) 0 (e)ASE2 1 ASE ASE 2
dP (v)=(N (v)-N (v)) P (v) + P (v)N (v)
dz
(2.20)
Jumlah populasi dalam tingkat 2 berbanding lurus degan intensitas pompa dan
ASE. Bila diketahui I
hv
, mode medan cahaya dan distribusi ion terhadap
sinyal, pompa dan ASE diformulasikan sebagai :
21 2121s p
s vj p
21 2121s p
s p
(a) (a)(a)vj ps
ASE jj
2 (a) (e) (a) (e)(a) (e)vj vj p ps s
ASE jjvj
I + I (v )+ Ihv hv hvN = N
( + ) ( + )( + )I + I (v )+ I +1
hv hv hv
(2.21)
Dimana ASE jI (v ) adalah intensitas sinyal ASE pada frequesi jv , intensitas sinyal
sI , intensitas sinyal pI dan intensitas ASE ASEI . ASE dibagi ke dalam komponen
daya dalam bandwidth jv , titik tengah dari jv . Dimana jv adalah frekuensi
panjang gelombang lain yang juga ikut diamplifikasi pada sinyal ASE. Untuk
menentukan populasi tingkat 2 ditinjau dari emisi pompa, emisi sinyal, dan daya
ASE dengan mempertimbangkan sebagai faktor overlap, mode medan cahaya
dan distribusi ion erbium diformulasikan sebagai:
21 2121
s j p
21 2121
s p
(a) (a)(a)vj ps
s s vj ASE j p pjeff eff eff
2 (a) (e) (a) (e)(a) (e)vj vj p ps s
s s vj ASE j p pjeff eff j eff
P + P (v )+ PA hv A hv A hv
N = N( + ) ( + )( + )
P + P (v )+ P +1A hv A hv A hv
(2.22)
Setiap daya ASE ASE jP (v ) dikomposisikan pada arah perambatan maju +ASE jP (v )
dan mundur -ASE jP (v ) dengan persamaan:
+ -
ASE j ASE j ASE jP (v )=P (v )+P (v )
(2.23)
Untuk menghasilkan formulasi praktis dengan mempertimbangkan loss
yang terjadi dalam erbium doped fiber (disebabkan oleh tidak kesempurnaan
bahan serat, terkontaminasi bahan lain) dinotasikan berturut-turut sebagai
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
14
Universitas Indonesia
s (losses sinyal), p (losses pompa) dan vj (losses ASE). Sinyal, pompa, ASE
arah maju dan ASE arah mundur dalam medan daya cahaya didefinisikan sebagai
[6]:
s (e) (a)2 1 -s s s s s s
dP=(N -N ) P P
dz
(2.24)
p (e) (a)-2 p 1 p p p p p
dP=(N -N ) P P
dz
(2.25)
+ASE j (e) (a) + (e) +
2 1vj vj s ASE j 2 vj s vj ASE j
dP (v )=(N -N ) P (v )+N hv v- P (v )
dz
(2.26)
-ASE j (e) (a) - (e) +
2 1vj vj s ASE j 2 vj s vj ASE j
dP (v )=-(N -N ) P (v )-N hv v+ P (v )
dz
(2.27)
Parameter overlap digunakan untuk mendapatkan sinyal dan ASE. Daya
ASE dalam kanal titik tengah jv
akan diasumsikan menjadi satu sinyal propagasi
dalam arah maju maupun mundur. Kanal frekuensi jv
sangat kecil, sehingga
cross section secara esensial adalah konstan melewati jv
[6].
Karakteristik lain untuk mengukur performa dari EDFA adalah efisiensi
daya konversi yaitu menghitung rasio daya sinyal terhadap daya pompa sepanjang
serat EDF [6].
Merujuk pada persamaan (2.24) efisiensi daya konversi dihitung dengan:
out in
in out
s S
P P
P - Px100%
P - P (2.28)
Sumber utama derau (noise) dalam EDFA adalah emisi spontan dari
transisi antara tingkatan energi atas (tingkat 2 atau tingkat 3) ke tingkatan energi
dasar (ground state). Sepanjang jalur penguatan, emisi spontan akan menjalani
penguatan yang sama halnya dengan sinyal yang akan dikuatkan oleh EDFA.
Noise figure (NF) suatu penguat optik adalah mengukur rasio daya sinyal terhadap
daya derau (signal to noise ratio) untuk sinyal yang dilewatkan pada suatu
penguat, atau perbandingan antara signal to noise ratio pada sisi masukan (SNRin)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
15
Universitas Indonesia
terhadap signal to noise ratio pada sisi keluaran (SNRout) suatu penguat [6].
NF = SNRin/SNRout (2.29)
Noise figure akan selalu lebih besar dari satu, hal ini terjadi karena suatu
kenyataan bahwa penguat selalu memberikan tambahan noise selama proses
penguatan dan SNRout selalu lebih kecil dari SNRin. Nilai noise figure biasanya
ditunjukkan dalam satuan dB. Nilai NF yang tinggi menyatakan bahwa signal to
noise ratio mengalami degradasi akibat proses amplifikasi. Gain dan noise figure
dapat juga dinyatakan secara praktis dalam bentuk persamaan (2.30) dan (2.31) [6]
signal out noise out noise out
signal in
P P PG dB 10log
P (2.30)
ASEP 1NF
h.v. v.G G (2.31)
Psignal out+Pnoise out = daya sinyal keluaran terukur pada OSA ( mW)
PASE = Pnoise out = daya ASE yang terukur di OSA (mW)
h = konstanta planck = 6,626.10-34 Js
v s = frekuensi sinyal masukan (Hz)
v = bandwidth frekuensi sinyal (Hz) = Bo =
Hz
s = panjang gelombang sinyal (m); = bandwidth sinyal -3 dB
2.1.7 Simulasi Matlab
Pada penelitian ini, persamaan matematis (2.24) dan (2.25) akan
disimulasikan secara analisa numerik menggunakan Matlab untuk mendapatkan
analisa pendahuluan dari EDFA L band seperti:
a. Hubungan gain EDFA terhadap variasi daya pompa dengan daya
sinyal konstan pada satu panjang gelombang (1580.35 nm).
b. Hubungan gain EDFA terhadap perubahan variasi daya sinyal dengan
daya pompa konstan pada satu panjang gelombang (1580.35 nm)
c. Hubungan gain EDFA terhadap perubahan daya sinyal keluaran dan
daya sinyal masukan.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Simulasi Matlab digunakan sebagai tools verifikasi dan investigasi untuk
menentukan kesimpulan tingkat keberhasilan hasil percobaan dalam penelitian
sistem penguatan optik EDFA pada rentang panjang gelombang L band ini.
Beberapa harga parameter dalam simulasi Matlab EDFA diperlihatkan
pada Tabel 2.2 berikut [6][19].
Tabel 2.2 Harga parameter EDFA yang digunakan dalam simulasi Matlab [6][19]
Parameter Harga/ukuran/keterangan
Bahan dan tipe mode serat GeO2-SiO2 fiber, single mode
step index fiber
Sinyal masukan ( ) 1580.35 nm
Diameter inti serat 7 micrometer
Diameter cladding 125 micrometer
Indek bias inti serat (n1) 1,47
Numerical aperture (NA) 0.39
Perbedaan Refraktif indek ( n) 0.05
Background Loss 0.014 dB/km
Overlap factor p untuk 980nm = 0.6365
s untuk 1580.35nm = 0.4039
Kosentrasi ion erbium 19.8x1023
(m-3)
Waktu tinggal ( 21) 10 ms
Absorpsi dan emisi cross section
transisi dari erbium
untuk sinyal pompa 980 nm
p(a)=: 4.5x1025 m2;
p(e) = 0
untuk sinyal sumber 1580.35 nm
s(a)= 1.69x1024 m2;
s(e) = 1.77x1024m2
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
17
Universitas Indonesia
2.2 Konfigurasi Setup Sistem Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier
Bagian besar dari setup penguatan optik erbium doped fiber amplifier
(EDFA) terdiri dari: erbium doped fiber (EDF), satu atau lebih laser diode
pumping (LDP), wave length division multiplexing (WDM), optical isolator (OI),
fused coupler (FC), dan sistem integrasi elektronika controller berikut driver.
WDM berfungsi untuk memasukkan kombinasi laser pemompa 980 nm dan sinyal
masukan ke dalam EDF untuk dikuatkan. FC berfungsi sebagai pembagi sinyal,
sedangkan OI berfungsi untuk mencegah pemantulan sinyal yang telah diperkuat
kembali ke dalam divais yang akan menambah noise dan menurunkan efesiensi.
Secara umum konfigurasi setup sistem penguatan optik EDFA terdiri dari
tiga model. Cahaya laser pemompa diinjeksikan ke fiber dalam arah yang sama
dengan arah sinyal masuk, maka model ini disebut dengan forward pumping
yang ditunjukkan oleh Gambar 2.5a. Bila arah cahaya laser pemompa berlawanan
dengan arah sinyal masuk seperti dalam Gambar 2.5b, maka model ini disebut
dengan backward pumping. Bila kombinasi keduanya diatas diaplikasikan
bersama-sama, maka model ini disebut dengan bidirectional pumping, yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.5c [6].
(a)
(b)
EDF
EDF
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
18
Universitas Indonesia
(c)
Gambar 2.5 Konfigurasi setup EDFA dengan cara, (a) forward pumping, (b) backward pumping, (c) bidirectional pumping [7].
Bidirectional pumping memiliki gain resultan yang lebih besar diantara
ketiganya. Forward pumping memiliki noise performance yang baik namun
memiliki gain yang paling kecil. Disamping itu pumping dengan 980 nm lebih
baik dibandingkan dengan pumping 1480 nm, karena pumping ini memiliki noise
yang lebih kecil dan dapat mencapai populasi inversi yang lebih besar [6].
Bila sinyal keluaran dimonitor oleh optical spectrum analyzer (OSA), pola
spektroskopi amplified spontaneous emission (ASE) akan muncul sesuai dengan
tipe erbium doped fiber (EDF) yang digunakan. Pola spektroskopi gain ASE pada
EDFA diperlihatkan pada Gambar 2.6 berikut [7].
Gambar 2.6 Pola spektroskopi ASE pada EDFA [7].
EDF
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
19
Universitas Indonesia
2.2.1 Pemilihan Laser Pemompa
Komponen penting yang paling diperlukan dalam setup sistem EDFA
adalah sumber pompa untuk menyediakan enegi eksitasi pada panjang gelombang
yang bersesuaian, pompa ini dikenal juga dengan erbium pump band. Pada
awalnya laser pemompa EDFA adalah sebuah dye laser pump ion Argon pada
panjang gelombang 514 nm dan 670 nm, laser ini berukuran besar, komplek,
mahal dan memiliki practial optical bench yang sangat besar. Teknologi semakin
maju dan akhirnya kini laser pemompa EDFA beralih ke laser diode pumping
(LDP) yang memiliki: efisiensi tinggi, kompak, daya tahan lama dan harganya
cukup murah dibandingkan teknologi laser pemompa ion Argon. Laser saat ini
compatible dengan semiconductor diode laser technology, dengan panjang
gelombang 980nm dan 1480 nm yang cocok digunakan untuk setup sistem EDFA
dalam komunikasi optik. Pada dasarnya Erbium memiliki panjang gelombang
eksitasi 514.5 nm, 532 nm, 650 nm, 800 nm, 980 nm dan 1480 nm kesemua
panjang gelombang berhubungan dengan perbedaan energi antara antara ground
state ( 4I15/2 ) dengan ke enam level eksitasi dari ion Er3+
. Pada Gambar 2.7
diperlihatkan level eksitasi dan panjang gelombang ion Er3+ [7].
Gambar 2.7 Level eksitasi dan panjang gelombang ion Er3+ [7].
Laser pemompa 980 nm memiliki inversi populasi yang lebih banyak
sehingga memiliki NF yang kecil, sedangkan laser pemompa 1480 nm memiliki
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
20
Universitas Indonesia
inversi populasi yang lebih sedikit tetapi lebih efisien dalam menkonversi photon.
Sehingga penguatan EDFA akan lebih besar bila menggunakan laser pemompa
980 nm daripada laser pemompa 1480 nm [7].
Dalam penelitian ini laser pemompa yang dipilih adalah laser pemompa
uncooled LU980L 980 nm mini DIL 8 pin dengan karakteristik diperlihatkan pada
Gambar 2.8 [7].
Gambar 2.8 Performa uncooled 980nm mini DIL [7].
Laser pemompa ini memiliki arus threshold pada arus 26 mA. Rangkaian
integrasi elektonika akan mengatur arus yang masuk ke laser pemompa ini,
dimana arus injeksi diatur dibawah atau di atas arus lasing. Laser pemompa akan
bekerja pada tegangan antara 0.9 Volt sampai dengan 1.2 Volt dengan kebutuhan
arus ±500 mA [7].
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
21
Universitas Indonesia
2.2.2 Fused Fiber Coupler
Fused fiber coupler (FFC) adalah proses teknologi penyatuan dua (couple)
serat optik yang mengalami pemanasan dan penarikan (fusing) dalam satuan
waktu. Pemanasan dua serat optik ini bertujuan untuk mendekatkan kedua inti
serat optik agar terjadi perpindahan medan evanescent yang sempurna, sedangkan
penarikan bertujuan untuk mendapatkan ukuran nilai coupling yang diinginkan
melalui proses wave guide coupler. Seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.9,
proses pembuatan FFC diawali dengan menggandengkan dan melilitkan dua buah
serat optik jenis single mode fiber, yaitu fiber 1 dan fiber 2. Cahaya dengan
panjang gelombang dan daya tertentu dimasukan pada masukan 1 sementara
masukan 2 dibiarkan terbuka, keluaran 1 dan keluaran 2 dari fiber 1 dan fiber 2 di
monitor oleh optical spectrum analyzer (OSA) kemudian dipanaskan sambil ditarik
sampai mendapatkan nilai coupling yang diinginkan [8].
Gambar 2.9 Fused fiber coupler (FFC) [8]
Sepanjang perambatan, daya tersebut akan merambat pada cladding dan
masuk pada inti fiber 2 yang diakibatkan oleh medan evanescent, dimana daya
akan terdistribusi dengan pola seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.10 [9].
Pemanasan dan penarikan dihentikan setelah mendapatkan coupling daya yang
diinginkan, titik 3 dB adalah titik dimana distribusi daya tepat terbagi dua sama
rata sebesar 50% disetiap keluaran. Pada produk sebenarnya, salah satu masukan
bisa dipotong (diterminasi) kemudian FFC di kemas dengan selubung logam
sepanjang L.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
22
Universitas Indonesia
Gambar 2.10 Distribusi daya fused fibre coupler [9].
Di pasaran lepas, FFC banyak di jual dengan beraneka ragam coupling
ratio (spliter), ragam coupling ratio FFC diperlihatkan pada Tabel 2.3 [9]. Pada
penelitian ini FFC yang digunakan adalah FFC dengan rasio 95%-5% dan 99%-
1%, FFC 95%-5% digunakan untuk menyalurkan dan mendeteksi sinyal masukan
sedangkan FFC 99%-1% digunakan untuk menyalurkan dan mendeteksi sinyal
keluaran akhir penguatan EDFA.
Tabel 2.3 FFC dengan berbagai macam prosentasi coupling ratio [9].
Coupling Ratio
Keluaran1 Keluaran 2
99% 1%
95% 5%
90% 10%
50% 50%
Keluaran 1
Keluaran 2
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
23
Universitas Indonesia
2.2.3 Wavelength Division Multiplexing Fused Fiber Coupler
Proses pembuatan wavelength division multiplexing fused fiber coupler
(WDM) sama seperti komponen fuse coupler yang telah diterangkan sebelumnya,
perbedaanya hanya terletak pada jenis bahan fiber yang digunakan dan fungsi.
WDM coupler digunakan sebagai penggabung daya dan pemisah panjang
gelombang, diperlukan beberapa parameter yang saling mendukung, yaitu jari-jari
inti, perbedaan indeks bias antara inti dan selubung, panjang gelombang, panjang
kopling, panjang arah propagasi, dan jarak antara dua inti serat. WDM Coupler
pada setup EDFA pada penelitian ini adalah untuk menggabungkan sinyal 980 nm
LDP dengan sinyal input L band ITU.
Pada Gambar 2.11 diperlihatkan perpaduan antara dua rentang panjang
gelombang 980 nm dan 1580 nm, dengan parameter indek bias inti 1.458, selisih
inti dan selubung 5 m, panjang arah propagasi 10 mm. Hubungan fasa kedua
pandu gelombang dipengaruhi oleh arah propagasi z pada jarak nilai kz = /2
dimana semua daya dialirkan dari pandu gelombang pertama ke pandu
gelombang kedua, dan sebaliknya hingga pada jarak kz =
[10][11]. Aplikasi
WDM terletak pada pemilihan parameter karakteristik pandu gelombang serta
pengaturan koefisien kopling agar diperoleh karakteristik WDM pada rentang
panjang gelombang tertentu.
Gambar 2.11 Daya sebagai fungsi dari panjang tarikan dengan rentang panjang gelombang 980 nm dan 1580 nm [10][11]
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
24
Universitas Indonesia
2.2.4 Isolator Optik
Isolator optik adalah suatu piranti optik yang hanya memperbolehkan
sinyal optik menjalar dalam satu arah [12]. Dalam arah menjalar maju (forward),
sinyal optik yang keluar dari fiber disejajarkan (collimated) dengan menggunakan
lensa graded index (GRIN) kemudian melewati birefringent rutile (TiD2). berkas
sinyal optik ordinary dan extraordinary yang keluar dari material ini diteruskan
melalui Faraday rotator yang terdiri atas Yittrium Iron Garnet (YIG) dan kristal
Y3Fe5D12 yang dikelilingi oleh magnit permanen. Polarisasi berkas sinyal optik
yang melewati Faraday rotator sudutnya diputar 45° dari sumbu polarisasi, dan
selanjutnya dilewatkan pada piranti birefringent kedua yang menggabungkan
berkas tersebut untuk dilewatkan pada ujung keluaran serat optik. Berkas sinyal
optik yang menjalar kearah balik (backward) akan dipisahkan menjadi dua berkas,
berkas ordinary dan extraordinary. Berkas sinyal optik tersebut akan diputar sudut
polarisasinya oleh Faraday rotator menjadi 90° dari polarisasi masukannya, dan
selanjutnya dilewatkan pada piranti birefringent kedua. Berkas yang menjalar
secara divergen tersebut tidak dapat terfokus pada ujung serat optik masukan,
sehingga berkas balik tidak dapat masuk kedalam serat optik. Pada Gambar 2.12
diperlihatkan disain dari sebuah isolator optik [12].
Gambar 2.12 Disain isolator optik untuk lintasan optik yang menjalar maju (Forward) dan balik (Backward) [12].
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
25
Universitas Indonesia
2.3 Parameter Pengukuran dan Perhitungan dalam Besaran Optik
Dalam subbab ini dijelaskan tatacara pengukuran dan perhitungan besaran
optik seperti: Daya optik, perhitungan losses dan attenuation, dan perhitungan
optical return loss (ORL).
2.3.1 Daya optik
Pengukuran daya optik digunakan untuk menentukan seberapa besar
kekutan penguatan cahaya atau seberapa besar kekuatan cahaya yang hilang dalam
link fiber optik. Unit pengukuran daya cahaya menggunakan milliwatt (mW) atau
dBm. dBm ditentukan sebagai daya decibel (dB) dalam satu milliWatt (mW). dBm
mempresentasikan harga mutlak daya, sedangkan dB adalah rasio dua harga daya
untuk mempresentasikan penguatan atau pelemahan (atenuasi). Decibel (dB)
adalah sebuah unit logaritmis basis sepuluh untuk mempresentasikan rasio sebuah
jumlah fisik (daya atau intensitas) relatif kepada referensi yang telah ditentukan
[13].
Sebagai ilustrasi, sebuah laser mengeluarkan daya 2 mW (sama dengan 3
dBm). Sebuah EDFA mempunyai penguatan 2 kali (sama dengan 3 dB) atau
dengan kata lain 3 dB adalah penguatan 2 kali.
Hubungan antara mW dan dBm ditunjukan pada persamaan (2.32) dan (2.33) [13].
dBm/10mW 10
(2.32)
10P
dBm 10log ( )1mW
(2.33)
Sedangkan hubungan antara penguatan atau pelemahan dalam dB ditunjukan pada
persamaan (2.34) dan (2.35) [13].
OUT
IN
PG(dB) 10log( )
P (2.34)
G dB /10OUT INP P .10
(2.35)
dimana P OUT = daya setelah mengalami penguatan atau pelemahan
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
26
Universitas Indonesia
PIN = daya awal sebelum mengalami penguatan atau pelemahan.
G(dB) = gain dalam dB.
Bila POUT lebih kecil dari PIN maka telah terjadi pelemahan dan hasilnya selalu
akan negatif, misal pelemahan di inisialkan dengan Losses L(dB) maka daya
losses dapat ditunjukan pada persamaan (2.36) atau (2.37) [13]:
L(dB) = - G(dB) = IN
OUT
P10log
P
(2.36)
IN OUTL dB P dBm P dBm
(2.37)
2.3.2 Perhitungan Losses dan Attenuation
Dalam pengukuran daya istilah losses dengan attenuation keduanya
memiliki presepsi yang sama yaitu terjadinya pengurangan nilai daya keluaran
dari sumber daya awal (daya masukan), losses biasanya dibicarakan pada objek
dalam sistem sedangkan attenuation berbicara pada subjek penyebabnya. Pada
Gambar 2.13 diperlihatkan pengukuran fiber power losses, daya masukan
menggunakan TLS dan daya keluaran di monitor oleh OSA [13].
0.1mV (-10dBm)
0.05mV (-13dBm)
Sumber cahaya (TLS AQ4321) Power meter (OSA AQ6317)
Pengujian Serat optik
Gambar 2.13. Pengukuran power losses pada fiber [13].
Pada Gambar 2.13 ditunjukan bahwa daya yang terbaca oleh OSA lebih
kecil dari daya awal yang dikeluarkan oleh TLS, artinya serat optik memiliki
attenuation 3 dB, atau dikatakan sistem optik tersebut mempunyai losses 3 dB.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
27
Universitas Indonesia
2.3.3 Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR)
Signal to noise ratio (SNR) adalah perhitungan perbandingan daya rata-rata
sinyal informasi (PSignal) dengan daya rata-rata sinyal noise (PNoise). SNR sering di
ekpresikan menggunakan skala logaritmis decibel yang ditunjukan pada
persamaan (2.38) [13] :
SignaldB 10 Signal Noise
Noise
PSNR 10log P (dB) P (dB)
P (2.38)
2.3.4 Perhitungan Optical Return Loss (ORL)
ORL adalah perhitungan perbandingan daya optik yang di refleksikan (PRef)
dengan daya sumber cahaya semula (P Source). Untuk mengukur ORL digunakan
instrumen optical time division reflectometer (OTDR). Nilai ORL adalah nilai
logaritmis rasio dalam decibel yang di ekspresikan oleh persamaan (2.39) [13].
ORL (dB) = 10 log (PRef/Psource) (2.39)
Refleksi optik disebabkan karena terjadinya efek Rayleigh scattering, oleh
bahan fiber itu sendiri dengan sumber cahaya sistem laser, efek Rayleigh muncul
pada ujung fiber, konektor, dan WDM coupler. Untuk menghindari efek refleksi
umumnya dipasang komponen optik isolator, yang telah dibahas di subbab
sebelumnya.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
28
Universitas Indonesia
BAB 3 METODE PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian ini akan dibahas mengenai langkah dan
strategi menyelesaikan penelitian. Metode penelitian ini dibagi dalam beberapa
kriteria diantaranya mengenai: pencarian referensi, waktu dan tempat penelitian,
mekanisme pengumpulan data, dan yang terakhir ditutup dengan analisa data.
3.1. Pencarian Referensi
Pencarian referensi ditujukan untuk mengumpulkan data yang berhubungan
dengan rancang bangun sistem penguatan optik EDFA pada rentang panjang
gelombang L band, seperti mengumpulkan data: produk EDFA yang ada
dipasaran, sistem pendukung hardware (komponen optik dan elektronika), dan
sistem pendukung software penunjang rancang bangun.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian a.
Semua kegiatan penelitian dilakukan di laboratorium Photonik PTIK BPPT.
Laboratorium ini memiliki peralatan dan instrumen optik seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.1.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 3.1 Peralatan optik milik laboratorium PTIK BPPT seperti: (a) mesin splicer, (b) tang kupas fiber, (c) mesin potong fiber (d)attenuator
(d) attenuator, (e) TLS (f) OSA
28
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
29
Universitas Indonesia
3.3 Mekanisme Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan sepenuhnya melalui hasil eksperimen.
Mekanisme pengumpulan data dibagi dalam beberapa kriteria diantaranya:
pengambilan data hasil pengujian sistem elektronika, pengambilan data hasil
karakterisasi komponen optik, dan yang terakhir pengambilan data hasil pengujian
perangkat EDFA (hasil integrasi elektronika dan sistem optik).
3.3.1 Pengambilan Data Hasil Pengujian Sistem Integrasi Elektronika
Pengambilan data hasil pengujian sitem integrasi elektronika dilakukan
sebagai berikut:
a. Pengujian laser driver, data yang diamati adalah perubahan variabel data
nilai resistansi potensiometer digital RPSET terhadap perubahan daya
keluaran laser pemompa.
b. Pengujian rangkaian power meter, yaitu dengan mengamati perubahan
variabel data nilai resistansi potensiometer terhadap sensitivitas (jangkah
ukur) V OUT sebagai keluaran. TLS di set pada daerah kerja ITU pada
rentang panjang gelombang L band. Selanjutnya hasil pengujian akan
dibandingkan linieritasnya dengan hasil ukur OSA.
3.3.2 Pengambilan Data Hasil Pengujian Karakterisasi Komponen Optik.
Pengambilan data hasil pengujian karakterisasi komponen optik
dilakukan sebagai berikut:
a. Karakterisasi laser diode, data yang diamati adalah perubahan variabel
nilai resistansi potensiometer digital RPSET, besaran injeksi arus ke laser
pemompa, dan daya laser pemompa yang dihasilkan.
b. Karakterisasi isolator optik, data yang diamati adalah daya sinyal keluaran
setelah melewati isolator (menentukan insertion loss). Karakterisasi
dilakukan dengan mengatur panjang gelombang L band (TLS) melewati
isolator kemudian daya keluaran dimonitor dengan OSA.
3.3.3 Pengambilan Data Hasil Pengujian Karakterisasi Performa EDFA.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
30
Universitas Indonesia
Pengambilan data hasil pengujian karakterisasi performa EDFA dilakukan
sebagai berikut:
a. Pengukuran ASE, data yang diamati adalah perubahan variabel data arus
injeksi dan daya laser pemompa terhadap perubahan ASE yang
dikeluarkan. Pengukuran dilakukan tanpa sinyal masukan L band.
b. Pengukuran gain, data yang diamati adalah perubahan variabel daya sinyal
masukan pada daya laser pemompa konstan dan daya sinyal masukan
konstan.
c. Perhitungan noise figure (NF), dihitung setelah pengambilan data hasil
pengukuran variable gain dan ASE selesai dilakukan.
3.4 Analisa Data
Setelah pengambilan data lengkap dan terpenuhi, akan didapatkan ilustrasi
analisa data sebagai perumusan masalah sebagai berikut:
a. Hasil karakterisasi baik komponen elektronik maupun optik akan
menentukan parameter performa EDFA secara keseluruhan, komponen
yang tidak masuk dalam kriteria akan didiskualifikasi. Kriteria yang
dipertimbangkan adalah sensitivitas, kestabilan dan isertion loss.
b. Menentukan nilai optimal arus injeksi terhadap perubahan daya laser
pemompa. Menentukan nilai optimal gain dan ASE, untuk variasi daya
sinyal masukan dan daya pompa. Optimasi dilakukan pada panjang EDFA
tetap (13.5 meter).
c. Menentukan nilai noise figure (NF) setelah pengambilan data gain dan
ASE didapat. Menentukan peningkatan-penurunan gain rata-rata akibat
peningkatan-penurunan daya pompa maupun daya sinyal. Menentukan
daya pompa dan daya sinyal pada daerah saturasi EDFA.
d. Membuktikan persamaan (2.30) dan (2.31). Daya sinyal masukan yang
semakin bertambah besar akan menghasilkan gain yang semakin kecil
dengan NF yang semakin besar.
e. Hasil karakterisasi diverifikasi menggunakan analisa numerik
menggunakan Matlab untuk menentukan tingkat keberhasilan hasil
karakterisasi.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
31
Universitas Indonesia
BAB 4 RANCANG BANGUN
SISTEM PENGUATAN OPTIK ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER PADA RENTANG PANJANG GELOMBANG L BAND
Rancang bangun penguatan optik erbium doped fiber amplifier ( EDFA)
dibagi dalam tiga kategori yaitu rancang bangun sistem kontrol elektronik,
rancang bangun sistem dumper optik dan rancang bangun susunan konfigurasi
komponen optik EDFA dalam dumper optik. Dumper optik adalah sebuah tempat
terbuat dari plastik untuk menyusun konfigurasi komponen optik yang telah
disambung agar kemasan EDFA lebih kompak dan mudah dirawat atau diperbaiki.
4.1 Rancang Bangun Sistem Kontrol Elektronik.
Rancang bangun sistem kontrol elektronik terdiri dari beberapa tahapan
antara lain: uji coba rangkaian elektronika diatas project board, disain skematik,
terakhir proses pembuatan layout PCB.
Rancang bangun sistem kontrol elektronik diawali dengan pembuatan
diagram blok keseluruhan rangkaian sebagai konsep awal untuk menentukan fitur
alat. Diagram blok keseluruhan rangkaian sistem kontrol elektronik diperlihatkan
pada Gambar 4.1.
Prinsip kerja rangkaian utama elektronik dari diagram blok dijelaskan
sebagai berikut:
a. Blok Laser driver, arus injeksi ke LDP dikendalikan oleh digital
potensiometer, daya dari laser kemudian di indra oleh photodioda, arus
dari photodioda dikonversi kebentuk tegangan kemudian masuk
kesaluran AD/C mikrokontroler. Mikrokontroler mengendalikan LDP
pada lup tertutup sesuai dengan daya yang diinginkan pengguna.
b. Blok thermo electric cooler (TEC), LDP dipompa pada arus
maksimum, LDP menjadi panas, terdeteksi oleh thermistor, perubahan
tegangan thermistor diindra oleh mikrokontroler sebagai perubahan
suhu LDP melalui pin AD/C. Digital potensiometer diaktifkan untuk
mengendalikan peltier TEC, laju pendingin diatur oleh mikrokontroler
dengan mengendalikan digital potensiometer ke pengendali TEC .
31
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
32
Universitas Indonesia
ADJUST CURRENT PUMP 1
PWM
ADJUST CURRENT PUMP 2
THERMISTOR
PELTIER
TEC CURRENT
Gambar 4.1 Diagram blok rangkaian integrasi elektronika
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
33
Universitas Indonesia
4.1.1 Uji Coba Rangkaian Elektronik di atas Project Board.
Setelah mendapatkan rangkaian elektronika referensi dan komponen
elektronika yang dibutuhkan, dibuat rangkaiannya di atas project board, untuk
kemudian diuji kemampuannya seperti ditunjukan pada Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Rangkaian elektronika di atas project board.
Uji coba rangkaian elektronika menggunakan empat buah project board,
dan satu buah sumber daya tunggal 5V/6A. Rangkaian elektronika disusun secara
bertahap mulai dari rangkaian laser driver, rangkaian sistem pendingin TEC
(optional), rangkaian power meter, dan sistem kendali mikrokontroler. Sistem
elektronika dan pemilihan komponen utama dalam operasi EDFA akan dirangkai
sebagai berikut :
4.1.1.1 Rangkaian Laser Diode Driver ADN2830
Rangkaian laser diode driver disusun pada mode current boosting. Mode
ini dipilih karena arus injeksi dapat diatur dari 4 mA - 400 mA secara berkala.
Rangkaian laser driver pada mode current boosting untuk arus injeksi maksimum
400 mA (IBIAS) diperlihatkan pada Gambar 4.3 berikut [14]:
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
34
Universitas Indonesia
Laser diode (LD) dan monitoring photo diode (MPD) terletak dalam
kemasan mini DIL laser diode pumping 980 nm, arus pengindraan dari MPD akan
diumpan-balikan ke ADN2830 untuk mengontrol daya dari LD.
Gambar 4.3 Rangkaian laser driver pada current boosting mode untuk arus injeksi maksimum 400mA (IBIAS) [14].
. ADN2830 menggunakan sistem automatic power control (APC) untuk
mengendalikan kestabilan daya LD terhadap waktu dan kompensasi suhu. Daya
keluaran dari LD dikontrol oleh resistor RPSET yang dihubungkan antara pin PSET
dan ground. Pin PSET akan dijaga konstan sebesar 1.23V. Nilai resistansi RPSET
dapat dihitung dengan formulasi berikut [14]:
PSET
AV
1.23VR =
I (4.1)
Dimana IAV adalah arus rata-rata (average) photodioda.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
35
Universitas Indonesia
ADN2830 memiliki dua aktif alarm yaitu DEGRADE dan FAIL. Resistor
RASET digunakan untuk mengatur batasan arus injeksi yang dikehendaki
sedangkan pin DEGRADE dan pin FAIL digunakan sebagai indikator batasan
arus injeksi tersebut. Pin DEGRADE akan berlogika tinggi (+5V) apabila arus
injeksi telah mencapai 90% dari arus maksimum. Pin FAIL akan berlogika tinggi
(+5V) apabila arus injeksi telah melebihi arus maksimum. Untuk menghitung nilai
resistansi RASET dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut [14]:
FAILASET ASET
ASET
I 1.23VI = ; R =
Nx200 I (4.2)
I FAIL adalah batasan arus injeksi maksimum yang dikehendaki, IASET adalah arus
listrik yang melewati R ASET dan N adalah jumlah chip ADN2830 yang dipasang
parallel ( satu chip AD2830 dapat mengendalikan LD dengan arus maksimum
200mA). Pada penelitian ini resistor RPSET digantikan oleh sebuah potensiometer
digital AD5231, sedangkan RASET cukup diatur sekali menggunakan
potensiometer konvensional sebesar 10 k , kemudian digantikan oleh resistor
tetap serial parallel. Rancangan lengkap dari rangkaian laser diode driver
ADN2830 diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.2]
4.1.1.2 Potensiometer Digital 1024 Posisi AD5231
AD5231 adalah sebuah chip potensiometer digital yang dapat diprogram
melalui protokol serial peripheral interface (SPI). Chip ini diprogram dengan cara
scratchpad, dimana nilai resistansi 50 k dicacah kedalam 1024 langkah, setiap
langkah memiliki resistansi sebesar [15]:
Dalam mode scratchpad programming, hasil seting dapat diprogram
secara langsung ke register RDAC antara terminal W-A dan terminal W-B untuk
menghasilkan nilai resistansi yang diinginkan. Hasil programming disimpan
kedalam electrical eresable memory (EEMEM) secara permanen. Pada Gambar
4.4 diperlihatkan diagram blok dari AD5231 digital potensiometer [15].
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
36
Universitas Indonesia
Scratchpad register dapat diprogram menggunakan representatif data
word. Penyimpanan scatchpad pada EEMEM membutuhkan waktu sekitar 25ms,
pin ready (pin RDY) akan berlogika rendah apabila proses penyimpanan data
pada EEMEM selesai. Pin write protect (pin WP) bila diberi logika rendah
(ground) akan menonaktifkan penulisan ke EEMEM. Nilai register RDAC dapat
disegarkan kembali dengan membuat pin preset (pin PR) diberi logika rendah
sesaat (10ms).
Adapun intruksi perintah dalam format 24 serial data word diperlihatkan
pada Tabel 4.1, sedangkan pada Tabel 4.2 diperlihatkan tabel kebenaran perintah
dan operasi dari AD5231 [15].
Gambar 4.4 Diagram blok AD5231 digital potensiometer [15].
Tabel 4.1 Intruksi perintah 24 bit serial data word AD5231 [15].
AD5231 diprogram dengan 4 kabel SPI yang kompatible dengan digital interface
yaitu serial data input (SDI), serial data output (SDO), chips select (CS) dan
clock (CLK). Format serial data word protokol SPI terdiri dari 24 bit diantaranya:
command bits (bit C0-C3), address bits (A3-A0), data bits (D0-D9) untuk RDAC,
dan data bits (D0-D15) untuk EEMEM. Adapun intruksi perintah format 24 serial
data word diperlihatkan pada Tabel 4.1, sedangkan pada Tabel 4.2 diperlihatkan
tabel kebenaran perintah dan operasi dari AD5231 [15].
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
37
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Tabel kebenaran perintah dan operasi AD5231 [15].
Rancangan lengkap dari rangkaian potensiometer Digital 1024 Posisi
AD5231diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.2].
4.1.1.3 Rangkaian Power Meter AD8304
AD8304 adalah sebuah chip power meter digital yang mampu pengindra
perubahan arus photodiode dalam jangkah ukur pA (piko Ampere). Rangkaian
power meter AD8304 menggunakan metoda lowering the intercept yang memiliki
sensitivitas pengukuran photodioda lebih akurat dengan penggunaan komponen
yang lebih sedikit. Pihak pabrikan memberikan rangkaian elektronik bersama
tabel variasi parameter, yang diperlihatkan pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.3 [16].
Dari hasil percobaan, pemilihan parameter 400mV/dekade dengan
sensitivitas pengukuran arus photodioda IZ = 10 pA pada konfigurasi nilai RA, RB
dan RZ berturut turut 9.76K , 8.2K , dan 50K , sangat sesuai untuk
mendapatkan sensitivitas pengukuran daya optik dengan resolusi perhitungan
AD/C mikrokontroler 10 bit 4096 langkah. Tegangan VOUT = 400 mV/decade
kemudian diturunkan dengan variable resistor pembagi tegangan 100 kali VR1 dan
V R2.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
38
Universitas Indonesia
Gambar 4.5 Power meter dengan metoda lowering the intercept [16].
Tabel 4.3 Variasi parameter nilai untuk metoda lowering intercept [16].
Tegangan Vout dapat dihitung dengan formulasi [16]:
LOGZ PDOUT Y 10 REF
Z LOG Z LOG Z
RR IV = G V x x log +V x
R +R I R +R (4.3)
Dimana:
ALOG
B
RG = 1 + dan R = 5 k
R (4.4)
Rancangan lengkap dari rangkaian Powermeter AD83041 dengan metode
metoda lowering the intercept diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.2].
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
39
Universitas Indonesia
4.1.2 Rancang Bangun Rangkaian Skematik Elektronika
Rangkaian elektronika referensi yang telah lulus uji kebenaranya diatas
project board, selanjutnya dipindahkan kedalam rancang bangun software aplikasi
CAD. Software CAD dalam desain Printed Circuit Board (PCB) pada penelitian
ini menggunakan software CAD elektronika Protel 99SE. Pada Gambar 4.6
diperlihatkan screen shoot untuk rancang bangun rangkaian skematik elektronika
pengendali EDFA. Rancang bangun rangkaian skematik elektronika dalam
penelitian ini dibagi dua skematik yaitu rangkaian elektronika MCU dengan TEC
controller yang diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.1] dan skematik rangkaian
elektronika power meter dengan laser controller yang diperlihatkan pada
[Gambar L.2].
Gambar 4.6 Screen shoot rangkaian rancang bangun skematik elektronika pengendali EDFA.
4.1.3 Rancang Bangun Layout Printed Circuit Board
Masih menggunakan software Protel 99SE rancang bangun rangkaian
elektronika yang telah selesai kemudian di compile menghasilkan file bill of
material (BOM) yang berisikan keterangan part type, designator, footprint dan
total komponen yang digunakan. BOM hasil rancang bangun layout PCB
diperlihatkan pada lampiran [Tabel LR.1]. Compiler juga menghasilkan file
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
40
Universitas Indonesia
berektensi *.net yang akan di downloding ke PCB untuk menghasilkan layout
PCB.
Sebelum melakukan autoroute pengguna terlebih dahulu perlu mengisi
setting aturan terutama mengenai lebar track PCB, jarak track ke track, ukuran via
(trough hole) dan power plane untuk grounding, kemudian dilanjutkan dengan
menyusun tata letak komponen secara optimal. Autoroute akan dimulai setelah
me-download file berekstensi *.net yang dituju. Pada Gambar 4.7 diperlihatkan
screen shoot rancang bangun layout PCB.
Rancang bangun layout PCB dalam penelitian ini dibagi dalam enam
separasi cetakan yaitu cetakan jalur PCB bagian atas seperti yang diperlihatkan
pada lampiran [Gambar L.3], cetakan jalur PCB bagian bawah [Gambar L.4],
cetakan silkscreen legend PCB [Gambar L.5], cetakan silkscreen legend PCB jalur
bawah [Gambar L.6], cetakan solder mask PCB jalur atas [Gambar L.7], dan
yang terakhir cetakan solder mask PCB jalur bawah yang diperlihatkan pada
lampiran [Gambar L.8].
Gambar 4.7 Screen shoot perancangan layout PCB.
Komponen elektronika dipasang (disolder) pada PCB dimulai dari
komponen yang berukuran kecil kemudian dilanjutkan dengan komponen yang
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
41
Universitas Indonesia
berukuran besar. Penyolderan dilakukan di atas meja anti statis, saat penyolderan
tangan peneliti harus menggunakan wrist strap anti statis. Setelah komponen
terpasang, board PCB dicuci dengan cairan isopropyl alcohol untuk
menghilangkan sisa pasta solder. Bentuk board PCB finishing diperlihatkan pada
lampiran [Gambar L.13]. Pada penelitian ini mikrokontroler diprogram
menggunakan low level languange (assembler) dengan menggunakan perantara
development software AVR Studio 4.0. Flow chart pemrograman diperlihatkan
pada lampiran [Gambar L.14].
4.2 Rancang Bangun Sistem Dumper Komponen Optik
Dumper adalah sebuah tempat untuk menyusun konfigurasi komponen
optik yang telah disambung agar kemasan EDFA lebih kompak dan mudah di
rawat atau diperbaiki. Perancangan sudut lekukan dumper komponen optik
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, yang memiliki bending losses tidak
terlalu signifikan yaitu sekitar 0.5 dB [13]. Dumper dibuat sendiri dari bahan
plastik yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagian tutup dumper yang
diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.9], bagian landasan separasi yang
diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.10], dan bagian separasi yang
diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.11].
Ketiga bagian sistem dumper disusun sehingga berbentuk seperti
penggulung benang seperti Gambar 4.8 berikut.
Gambar 4.8 Dumper komponen optik setelah disusun.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
42
Universitas Indonesia
4.3 Rancang Bangun Susunan Komponen Optik dalam Dumper.
Rancang bangun susunan komponen optik dalam dumper diperlukan agar
komponen optik yang telah disambung (splacing) diletakan pada posisi yang
benar, artinya gulungan dan lintasan fiber menuju ke setiap separasi dumper
mengikuti aturan lekukan dan tidak menimbulkan lekukan berlebih, agar fiber
optik tidak rusak atau kehilangan daya akibat bending loss. Body kemasan
FC,WDM dan isolator (ISO) diletakan tepat ditengah-tengah bagian datar dumper.
Hasil percobaan integrasi antara rangkaian elektronika dengan komponen optik
sebelum masuk dalam dumper diperlihatkan pada lampiran [Gambar L.15].
Dumper terdiri dari tiga bagian yaitu lapis bawah, lapis tengah dan lapis
atas. Konfigurasi lengkap susunan komponen optik dalam dumper diperlihatkan
pada Gambar 4.9 dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Lapis bawah dumper ditempatkan komponen optik: pigtail 1 (PT1), fused
coupler 1 (FC1), photodiode 1 (PD1) dan isolator 1 (ISO1). Serat optik PD1
digulung searah jarum jam, sedangkan serat optik untuk PT1, PC1 dan ISO1
digulung berlawanan arah jarum jam, kemudian ujung keluaran ISO1 akan
masuk kedalam celah separasi menuju ke lapis tengah dumper. Ujung PT1
digunakan sebagai sinyal masukan.
b. Lapis tengah dumper ditempatkan komponen optik: laser diode 1(LD1),
wavelength division multiplexer 1(WDM1), EDFA L band, wavelength
division multiplexer 2 (WDM2), dan laser diode 2 (LD2). Serat optik LD1,
WDM1, EDFA, dan WDM2 digulung berlawanan arah jarum jam, sedangkan
untuk fiber optik LD2 digulung searah jarum jam. Ujung keluaran WDM2
akan masuk kedalam celah separasi menuju ke lapis atas dumper.
c. Lapis atas dumper ditempatkan komponen optik: isolator 2 (ISO2,) fused
coupler 2 (FC2), photodiode 2 (PD2) dan pigtail 2 (PT2). Serat optik PD2
digulung searah jarum jam, sedangkan serat optik untuk ISO2, FC2 dan PT2
digulung berlawanan arah jarum jam, ujung keluaran PT2 diletakan sebagai
sinyal keluaran.
Dalam penelitian ini setup EDFA menggunakan konfigurasi codirectional
pumping dengan LD2 dan WDM2 tidak terpasang. Sistem integrasi elektronika
dengan dumper diperlihatkan pada Gambar 4.9 berikut.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
43
Universitas Indonesia
Gambar 4.9 Sistem integrasi elektronika dengan dumper
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
44
Universitas Indonesia
BAB 5 PENGUJIAN DAN ANALISA
RANCANG BANGUN SISTEM PENGUATAN OPTIK ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER (EDFA)
PADA RENTANG PANJANG GELOMBANG L BAND
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengambilan data karakterisasi dan
pembahasannya yang dibagi dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah
perhitungan nilai seting komponen vital pengendali laser pemompa, kategori
kedua berisikan teknis karakterisasi komponen optik secara individual, dan
kategori ketiga ditekankan pada teknis pengambilan data performa dari sistem
penguatan optik EDFA pada rentang panjang gelombang L band.
5.1 Perhitungan Nilai Komponen Pengendali Laser 980 nm.
Chip pengendali laser pemompa 980 nm tidak berdiri sendiri, perlu
komponen pasif pendukung tambahan (diluar chip). Perhitungan ditujukan untuk
mencari ukuran nilai komponen pendukung tersebut pada jangkah pengendalian
yang tepat. Dalam penelitian ini pengendali arus injeksi laser pemompa 980 nm
menggunakan chip ADN2830. Chip ini dipilih karena memiliki fitur komponen
pasif pendukung (di luar chip) lebih sederhana [14]. Nilai komponen pasif yang
harus dihitung oleh pengguna adalah RPSET dan RASET seperti yang di tunjukan
dalam lampiran [Gambar L.2]. Pada pengendalian otomatis RPSET digantikan oleh
potensiometer linier digital, dan RASET digantikan oleh komponen tetap serial-
parallel (R78, R79, R80 atau R85, R86, R87) seperti yang di tunjukan dalam
lampiran [Gambar L.2]. Arus injeksi pengendalian diatur dari 4 mA - 300 mA.
I ASET adalah arus yang melewati RPSET, N adalah jumlah chip (ADN2830 yang
digunakan), Imak adalah arus pengendalian maksimum chip ADN2830 dan Ibiastrip
adalah arus injeksi mirror. RPSET dan RASET di hitung sebagai berikut [14].
RPSET = 1.23V/0,05 mA = 24.6 k
mak
biastripASET
I 300 mAI 750 uA
N x I 2 x 200 mA
ASETASET
1.23V 1.23R 17,6 k
I 750 uA
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
45
Universitas Indonesia
5.2 Karakterisasi Power Meter
Tujuan dari karakterisasi ini adalah untuk mencari nilai komponen
kepresisian pengukuran chip pengendali power meter melalui eksperimen. Dalam
penelitian ini pengendali power meter digunakan chip ADN8304. Chip ini dipilih
karena memiliki fitur komponen pasif pendukung (di luar chip) lebih sederhana
dengan kepresisian tinggi. Konfigurasi nilai RA, RB dan RZ diberikan sesuai dengan
pilihan default 400mV/decade [15]. Komponen pasif yang harus diatur oleh
pengguna adalah V R1 atau VR2 seperti yang di tunjukan dalam lampiran [Gambar
L.2].
Pin VOUT merupakan pin keluaran chip hasil konversi pengindraan dari
bentuk intensitas cahaya ke bentuk tegangan listrik. VR1 atau VR2 dikonfigurasikan
sebagai pembagi tegangan 100 kali untuk mendapatkan nilai sensitivitas skala
pembacaan V OUT = 0.001 mW/4 mV/step. Nilai besaran 4 mV disesuaikan dengan
tegangan pembacaan AD/C 10 bit mikrokontroler sebesar 4 mV/step yang dihitung
sebagai berikut:
V 4.096V 4.096VREF 4 mV/step10BIT 1024Resolusi 2
Setup konfigurasi karakterisasi power meter diperlihatkan pada Gambar 5.1
Gambar 5.1 Konfigurasi karakterisasi power meter.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
46
Universitas Indonesia
Teknis karakterisasi power meter dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
a. Menghubungkan TLS di-set pada panjang gelombang 1590 nm (titik
tengah ITU L band) dengan daya -20 dBm (daya maksimum TLS) dengan
attenuator 10 dB (simulasi sinyal input -30 dBm).
b. Menghubungkan photodiode, potensiometer (VR1 atau VR2) sesuai dengan
lampiran [Gambar L.2], dan menghubungkan pin VOUT dengan voltmeter.
Dilanjutkan dengan memutar potensiometer (VR1 atau VR2) agar
pembacaan voltmeter V OUT = 4 mV. Kemudian TLS di-set dengan +10
dBm (0 dBm melalui attenuator), memastikan pembacaan VOUT = 4,096
mV di voltmeter.
c. Karaterisasi power meter dimulai dengan mengatur daya keluaran
berturut-turut dari -30 dBm sampai 0 dBm pada panjang gelombang 1570
nm, 1590 nm, dan 1610 nm.
Hasil karakterisasi power meter diperlihatkan pada lampiran [Tabel LK.1]
Hubungan antara daya sinyal masukan dan tegangan VOUT diperlihatkan pada
Gambar 5.2 berikut.
Gambar 5.2 Grafik hasil karakterisasi power meter daya masukan (mW) terhadap tegangan keluaran VOUT (mV).
y= 4000x
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
47
Universitas Indonesia
Dari hasil karakterisasi lampiran [Tabel LK.1], kesalahan relatif pembacaan
antara 1mV-5mV atau setara dengan kesalahan relatif 0.001mW- 0.002mW.
Kesalahan relatif ini disebabkan oleh sensitivitas ukur dari voltmeter. Photodiode
PDDM981 ini memiliki band spektral pada cakupan panjang gelombang 1100
nm-1650 nm dengan responsivitas 0.8 mA/mW [16]. Responsivitas adalah satuan
perbandingan antara arus listrik yang dikeluarkan terhadap daya dari intensitas
cahaya yang diterima. Karena L band memiliki panjang gelombang yang sempit
(1570 nm- 1610 nm) terhadap cakupan spectral band photodiode itu sendiri,
photodiode akan merespon daerah spektral L band pada responsivitas yang sama.
Dari hasil percobaan terbukti, power meter untuk panjang gelombang 1570 nm,
1590 nm dan 1610 nm, untuk daya yang sama memiliki tegangan keluaran
(VOUT) hampir sama.
5.3 Karakterisasi Komponen Optik dalam Sistem Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier Pada Rentang Panjang Gelombang L Band.
Karakterisasi komponen erbium doped fiber amplifier (EDFA) difokuskan
pada karakterisasi laser pemompa 980 nm dan isolator optik.
5.3.1 Karakterisasi Laser Pemompa 980 nm
Tujuan karakterisasi dari laser pemompa ini adalah untuk menentukan nilai
arus injeksi terhadap daya keluaran dari LDP 980 nm. Laser pemompa 980nm
yang akan dikarakterisasi adalah tipe LU980L dual in line (DIL) package
uncooled laser pumping. Laser ini dipilih karena selain ukuranya kecil, laser ini
memiliki daya keluaran besar (200mW/500mA) [17]. Pada Gambar 5.3
diperlihatkan konfigurasi karakterisasi LDP 980 nm beserta peralatan ukur
pendukung .
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
48
Universitas Indonesia
Gambar 5.3 Konfigurasi karakterisasi LDP 980 nm
Pengambilan data karakterisasi dilakukan secara manual tanpa
mikrokontroler, pengaturan arus injeksi ke laser pemompa dilakukan dengan
memutar potensiometer linear RPSET (diterangkan dalam subbab 5.1). Data hasil
karakterisasi manual ini nantinya akan dijadikan referensi dasar pengendalian
cerdas oleh mikrokontroler.
Teknis karakterisasi laser pemompa 980 nm dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
a. Menghubungkan serat optik LDP 980 nm ke instrumen monitor (OSA).
b. Menghubungkan pin kaki LDP 980 nm yang bersesuaian pada chip
pengendali ADN2830 sesuai dengan lampiran [Gambar L.2].
c. Menghubungkan pin IBIAS monitoring dengan amperemeter sesuai dengan
lampiran [Gambar L.2]. kemudian memutar RPSET secara berkala untuk
pengaturan arus injeksi dari 4 mA
180 mA.
d. Mencatat perubahan RPSET, arus injeksi ke LDP, dan power output LDP
pada OSA (mW atau dBm).
Karakterisasi LDP 980 nm secara lengkap diperlihatkan pada lampiran
[Tabel LK.2], tampilan grafik hasil karakterisasi diperlihatkan pada Gambar 5.4
berikut.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
49
Universitas Indonesia
Gambar 5.4 Grafik hasil karakterisasi LDP 980 nm ( LU980L) arus injeksi (mA) terhadap daya keluaran (mW).
Hubungan antara arus injeksi dan daya keluaran LDP adalah linier dengan
gradien 0.436 mW/mA.
Pada Gambar 5.5 diperlihatkan screen shoot pola daya dari LDP yang
lasing di 26 mA.
Gambar 5.5 Screen shoot pola daya LDP pada saat lasing di 26mA .
Pada Gambar 5.6 diperlihatkan screen shoot pola daya dari LDP dengan
arus injeksi di 150 mA.
y= 0.436 x
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
50
Universitas Indonesia
Gambar 5.6 Screen shoot pola daya LDP dengan arus injeksi 150 mA .
Kestabilan daya keluaran dari LDP dipengaruhi oleh suhu dari body laser.
Semakin besar arus injeksi maka semakin besar disipasi daya (panas). Penggunaan
daya LDP dibawah 50% dari daya maksimum memungkinkan kestabilan daya
akan dipertahankan stabil.
5.3.2 Karakterisasi Isolator Optik L Band .
Tujuan karakterisasi dari isolator optik ini adalah untuk menentukan
insertion loss daya yang merambat melewati isolator pada panjang gelombang L
band. Isolator optik yang dikarekterisasi adalah isolator optik Opnoti L band tipe
IS-D-15-250-1-1-NE. Isolator ini dipilih karena memiliki ukuran kecil agar bisa
dikemas dalam dumper optik. Karakterisasi isolator menggunakan metoda
synchronize, metoda ini dipilih agar titik pengukuran lebih cepat dan akurat
dibandingkan dengan cara manual. Metode synchronize adalah dengan cara
menghubungkan instrumen ukur (OSA AQ6317) dan instrumen sumber cahaya
(TLS AQ4321) dengan kabel komunikasi data general purpose interface bus
(GPIB), OSA dijadikan master device dan TLS dijadikan slave device. OSA akan
mengendalikan TLS untuk merubah panjang gelombang pada daerah L band
dengan span panjang gelombang yang diset oleh pengguna. Pada Gambar 5.7
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
51
Universitas Indonesia
diperlihatkan konfigurasi karakterisasi isolator optik beserta instrumen pendukung
dengan metoda synchronize.
Gambar 5.7 Konfigurasi karakterisasi isolator optik
Teknis karakterisasi isolator optik L band dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
a. Menyambungkan ujung fiber isolator optik, ujung sinyal masukan
dihubungkan dengan TLS dan ujung yang lain dihubungkan dengan OSA
(Body isolator optik mempunyai tanda anak panah untuk menunjukan arah
propagasi cahaya).
b. Menghidupkan TLS, di-set pada daya -20 dBm (daya maksimum). OSA di-
set pada posisi synchronize, dengan memasukan nilai START 1570 nm,
nilai STOP 1620 nm, nilai SPAN 1 nm ( titik pengukuran
karakterisasi adalah (1620-1570)/1 = 50 data).
c. Menekan tombol synchronize pada OSA.
Hasil karakterisasi isolator optik secara lengkap diperlihatkan pada
lampiran [Tabel LK.3], screen shoot pola daya output isolator optik di perlihatkan
pada Gambar 5.8 berikut.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
52
Universitas Indonesia
Gambar 5.8 Screen shoot hasil karakterisasi isolator optik dengan metode synchronize.
Dari hasil karakterisasi, isolator optik L band Opnoti tipe I5-D-15-250-
1-1-NE memiliki output daya keluaran rata-rata -20,86 dBm, sehingga isolator
optik ini memiliki insertion loss sebesar 0,86 dB. Insertion loss diakibatkan oleh
pengaruh dispersi dari lensa grade index atau terjadi sebagian penyerapan daya
oleh lensa polarisasi yang ada di dalam isolator optik [12].
5.4 Karakterisasi Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier pada Rentang Panjang Gelombang L Band.
Tujuan dari karakterisasi penguatan optik EDFA L band adalah untuk
melihat pola gain terhadap: variasi daya sinyal masukan, variasi daya pompa, dan
variasi panjang gelombang sinyal masukan. Pengukuran ASE dan perhitungan NF
diperoleh dari satu panjang gelombang sinyal masukan yang telah ditentukan.
Eksperimen pertama kali dimulai dengan potongan EDFA L band panjang 15
meter, setiap penyambungan dengan komponen optik lainnya (WDM atau FC)
EDFA akan terpotong 3 cm di mesin potong. Interaksi percobaan dilakukan terus
menerus untuk berbagai macam percobaan dengan resiko EDFA akan terpotong 3
cm setiap kali penyambungan. Panjang EDFA L band 13.5 meter dipilih karena
merupakan potongan panjang terakhir keberhasilan hasil eksperimen.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
53
Universitas Indonesia
Eksperimen dilakukan secara manual (tanpa menggunakan
mikrokontroler), selanjutnya data dari hasil karakterisasi akan dijadikan referensi
pengendalian cerdas menggunakan mikrokontroler. Pada Gambar 5.9
diperlihatkan konfigurasi karakterisasi EDFA L band.
Gambar 5.9 Konfigurasi karakterisasi EDFA L band dengan konfigurasi forward pumping.
Teknis karakterisasi EDFA L band dilakukan dengan langkah berikut:
a. Memposisikan RPSET pada nilai resistansi paling besar (25k ). Semua
power meter diatur pada posisi pembacaan 4 mV/0.001 mW. Memastikan
arah isolator optik searah dengan arah propagasi sinyal masukan.
b. Menghubungkan (FC1) ke sinyal keluaran TLS, menghubungkan sinyal
keluaran FC2 99% ke sinyal masukan OSA.
c. Mengatur R PSET secara bertahap (mengatur injeksi arus) agar daya laser
pemompa menghasilkan pola ASE yang rata pada daerah L band. Mencatat
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
54
Universitas Indonesia
RPSET, arus injeksi (mA) dan daya laser pemompa saat ASE rata (gain
rata).
d. Mengatur panjang gelombang sinyal masukan ITU L band (TLS) dengan
daya masukan berturut-turut -20 dBm, -15 dBm, -10 dBm dan -5 dBm.
Mencatat semua nilai gain dan menghitung NF pada setiap titik
pengukuran.
Dengan konfigurasi pengambilan data yang sama, dihasilkan variasi karakterisasi
EDFA L band antara lain :
5.4.1 Karakterisasi Gain Pada Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier dengan Variasi Daya Pompa
Tujuan dari karakterisasi ini adalah untuk mengetahui pola gain pada daya
sinyal konstan terhadap variasi daya pompa, pada panjang gelombang ITU L
band.
Data hasil karakterisasi EDFA pada rentang panjang gelombang L band
ITU untuk daya sinyal masukan konstan berturut-turut -20 dBm (0,010 mW), -15
dBm (0,032 mW), -10 dBm (0,100 mW) dan -5 dBm (0,316 mW), terhadap
variasi daya pompa berturut-turut 150 mA (53,60 mW), 160 mA (61,14 mW),
170 mA (64,83 mW) dan 180 mA (68,25 mW), diperlihatkan pada lampiran
[Tabel LK.4a, Tabel LK.4b, Tabel LK.4c, dan Tabel LK.4d]. Pola gain hasil
karakterisasi diperlihatkan pada Gambar 5.10 berikut.
(a)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
55
Universitas Indonesia
(b)
(c)
(d)
Gambar 5.10 Pola gain EDFA, variasi daya pompa terhadap daya sumber konstan: (a) -20dBm (b)-15 dBm (c)-10dBm dan (d)-5 dBm
Dari persamaan (2.4) dan (2.18), laju absorpsi terangsang sinyal (a)s
lebih
besar daripada laju absorpsi pompa (a)p ,
mengakibatkan populasi ion di
tingkatan 2 berkurang seiring dengan peningkatan flux photon sinyal s , fluk
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
56
Universitas Indonesia
photon sinyal s berbanding lurus dengan daya sinyal Ps. Peningkatan daya sinyal
P s dengan daya pompa tetap mengakibatkan penurunan gain (2.30).
5.4.2 Karakterisasi Gain Penguatan Optik Erbium Doped Fiber Amplifier dengan Variasi Daya Sinyal
Tujuan dari karakterisasi ini adalah untuk mengetahui pola gain EDFA dari
variasi daya sinyal terhadap daya pompa konstan, pada panjang gelombang ITU L
band.
Data hasil karakterisasi EDFA pada rentang panjang gelombang L band
ITU untuk variasi daya sinyal berturut-turut -20 dBm (0,010 mW), -15 dBm
(0,032 mW), -10 dBm (0,100 mW) dan -5 dBm (0,316 mW) terhadap daya pompa
konstan berturut-turut 150 mA (53,60 mW), 160 mA (61,14 mW), 170 mA (64,83
mW) dan 180 mA (68,25 mW), diperlihatkan pada lampiran [Tabel LK.5a, Tabel
LK.5b, Tabel LK.5c, dan Tabel LK.5d]. Pola gain hasil karakterisasi
diperlihatkan pada Gambar 5.11 berikut.
(a)
(b)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
57
Universitas Indonesia
(c)
(d)
Gambar 5.11 Pola gain EDFA, variasi daya sinyal masukan terhadap daya pompa konstan pada: (a) 150 mA (53,60 mW) (b) 160 mA (61,14 mW)
(c) 170 mA (64,83 mW) (d) 180 mA (68,25 mW)
Dari persamaan (2.4) dan (2.18), apabila laju absorpsi terangsang pompa (a)p
lebih besar daripada laju absorpsi sinyal (a)s
mengakibatkan terjadinya
peningkatan populasi ion di tingkatan 2 dan penurunan populasi ion di tingkatan
1. Penurunan populasi ion di tingkatan 1 menyebabkan penurunan laju absorpsi
sinyal terangsang (a)s . Populasi ion pada tingkatan 2 akan runtuh menghasilkan
emisi spontan berupa ASE noise dengan panjang gelombang yang tidak koheren
dengan sinyal masukan. Peningkatan ASE noise mengakibatkan penurunan gain.
5.4.3 Karakterisasi Gain Erbium Doped Fiber Amplifier dengan Variasi Panjang Gelombang
Tujuan dari karakterisasi ini adalah untuk mengetahui pola gain EDFA
dari variasi daya sinyal terhadap daya pompa konstan, juga pada daya sinyal
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
58
Universitas Indonesia
terhadap variasi daya pompa, pada panjang gelombang ITU L band 1580,35 nm
dan 1590,41 nm. Kedua panjang gelombang ini dipilih karena merupakan panjang
gelombang dominan yang sering digunakan dalam sistem komunikasi optik ITU
L band.
Data hasil karakterisasi EDFA pada panjang gelombang 1580,35 nm dan
1590,41 nm untuk variasi daya sinyal berturut-turut -20 dBm (0,010 mW), -15
dBm (0,032 mW), -10 dBm (0,100 mW) dan -5 dBm (0,316 mW) terhadap daya
pompa konstan berturut-turut 150 mA (53,60 mW), 160 mA (61,14 mW), 170
mA(64,83 mW) dan 180 mA (68,25 mW), diperlihatkan pada lampiran [Tabel
LK.6a dan Tabel LK.6b]. Pola gain hasil karakterisasi diperlihatkan pada Gambar
5.12.
(a)
(b) Gambar 5.12 Pola gain EDFA, variasi daya sinyal masukan(sumber) terhadap daya pompa konstan pada panjang gelombang: (a) 1580,35nm (b) 1590,41 nm
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
59
Universitas Indonesia
Data hasil karakterisasi EDFA pada panjang gelombang 1580,35 nm dan
1590,41 nm untuk sinyal masukan konstan berturut-turut -20 dBm (0,010 mW), -
15 dBm (0,032 mW), -10 dBm (0,100 mW) dan -5 dBm (0,316 mW) terhadap
variasi daya pompa berturut-turut 150 mA (53,60 mW), 160 mA (61,14 mW), 170
mA(64,83 mW) dan 180 mA (68,25 mW), diperlihatkan pada lampiran [Tabel
LK.7a dan Tabel LK.7b]. Pola gain hasil karakterisasi diperlihatkan pada Gambar
5.13.
(a)
(b)
Gambar 5.13 Pola gain EDFA, daya sinyal masukan (sumber) konstan terhadap variasi daya pompa pada panjang gelombang: (a) 1580,35nm (b) 1590,41 nm
Dari persamaan (2.4) dan (2.18), flux photon sinyal s
berbanding
terbalik dengan frekuensi sinyal sv ,
atau berbanding lurus dengan panjang
gelombang sinyal. Peningkatan panjang gelombang sinyal mengakibatkan
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
60
Universitas Indonesia
peningkatan s dan daya sinyal Ps. Peningkatan daya sinyal Ps pada daya pompa
P p konstan ataupun peningkatan daya pompa Pp pada daya sinyal Ps konstan,
keduanya mengakibatkan penurunan gain (2.30). Besaran gain dari EDFA
tergantung dari cross section pada setiap panjang gelombang EDFA L band.
5.5 Pengukuran Amplified Spontaneous Emission (ASE)
Teknis pengukuran sama seperti menggunakan langkah sub 5.3, tetapi
pada pengukuran ASE tidak ada sinyal masukan. Tujuan dari karakterisasi ini
adalah untuk mengetahui karakter ASE noise. Pengukuran ASE dilakukan pada
satu panjang gelombang L band 1598.64 nm. Panjang gelombang ini dipilih
karena terletak pada titik tengah panjang gelombang L band untuk mempermudah
investigasi pengukuran. Daya pompa dipilih pada 150 mA (53.6 mW) karena
menghasilkan pola ASE flat pada layar monitor OSA. Pada Gambar 5.14
diperlihatkan pola spektrum ASE flat dari EDFA L band dengan daya pompa 53.6
mW (150 mA arus injeksi), menghasilkan inversi populasi dengan ASE rata-rata -
37.66 dBm.
Gambar 5.14 Pola spektrum ASE rata L-band EDFA (13.5 meter) dengan daya pompa 53.6 mW (150 mA arus injeksi)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
61
Universitas Indonesia
ASE rata disebabkan oleh nilai ambang (threshold) penguatan untuk
populasi inversi pada level enegi 1 dan 2 adalah sama, dengan pemompaan
ambang sama persatuan luas pada bandwidth gelombang L band. Puncak ASE
untuk seluruh panjang EDFA dan daya pompa yang diberikan terjadi pada panjang
gelombang 1571,24 nm. Kejadian ini disebabkan karena sifat spektroskopi
Erbium dimana pada panjang gelombang sekitar 1571 nm, Er3+ memliki absorpsi
dan emisi cross section paling tinggi. Pola spektrum ASE menunjukkan bahwa
semakin tinggi daya pompa yang diberikan pada EDFA semakin tinggi daya ASE-
nya. Hal ini terjadi karena faktor inversi populasinya semakin meningkat, atau
jumlah populasi ion-ion erbium pada level energi exited state lebih besar dari yang
ada pada level ground state.
5.6 Karakterisasi Gain dan Noise Figure Erbium Doped Fiber Amplifier L Band.
Tujuan dari karektrisasi untuk mengetahui besaran rata-rata penguatan dan
tingkat kualitas sinyal yang dihasilkan EDFA. Nilai gain dan NF pada EDFA
dipengaruhi oleh daya laser pemompa, panjang EDFA, nilai emisi dan absorpsi
cross section, panjang gelombang dan daya sinyal masukan.
Teknis karakterisasi gain dan noise figure (NF) dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
a. Melakukan langkah seperti saat karakterisasi EDFA dengan menggunakan
rangkaian Gambar 5.9.
b. Memasukan sinyal L band -20 dBm konstan dengan daya laser pemompa
53.60 mW (150 mA arus injeksi). Mencatat sinyal keluaran yang diukur
oleh OSA.
c. Menghitung gain dan NF dengan menggunakan persamaan (5.1) dan (5.2)
[6].
signal out noise out noise out
signal in
P P PG dB 10log
P (5.1)
ASE
s
P 1NF(dB) 10log
h.v . v.G G (5.2)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
62
Universitas Indonesia
signal out noise outP P
= daya sinyal keluaran terukur pada OSA ( mW)
ASE noise out P P = daya ASE yang terukur di OSA (mW)
h = konstanta planck = 6,626.10-34 Js
vs = frekuensi sinyal input optik (Hz)
v = bandwidth frekuensi sinyal (Hz) ; Bo = s s
cHz
= panjang gelombang sinyal (m)
= bandwidth sinyal pada -3 dB (nm)
Pada Gambar 5.15 diperlihatkan hasil karakterisasi gain dan NF untuk
panjang gelombang 1589.52 nm (-20 dBm).
Gambar 5.15 Sinyal penguatan EDFA -2.65 dBm untuk sinyal 1589.52 nm (-20 dBm)
Dari Gambar 5.15 diperlihatkan sinyal 1589.52 nm (-20 dBm) telah
mengalami penguatan sehingga keluaranya menjadi -2.65 dBm. Gain dan NF
sinyal 1589.52 nm dapat dihitung sebagai berikut :
signal inP = -20.00 dBm = 0.01mW = 10-5 W
signal out noise outP P
= -2.65 dBm = 0.543mW = 543.10-6 W
noise out ASE P P = -40.05 dBm = 0.000099mW = 99. 10-6 W
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
63
Universitas Indonesia
s = 1589.52nm = 1589.52 10-9m
1 = 1589.02nm; 2 = 1590.02nm; =1590.02nm-1589.02nm = 0.5nm
G = signal out noise out noise out
signal in
P P P
P
= 6 6
5543.10 99.10
10
= 44.40
G(dB) = 10 log [G] = 10 log (44.40) = 16.47 dB 8
s 9s
c 3.10V
1589.52.10= 1.89 x 1014 Hz
v = Bo = 8 9
9 9s s
c 3.10 0,5.10
1589,52.10 1589,52.10
= 5,94 x 1010 Hz
NF (dB) = 10 log ASE
s
P 1
h.v . v.G G
= 10 log 6
34 14 1099.10 1
44.406,626.10 1,89.10 5,94.10 44.40x x x = 3.97 dB
Dengan metoda pengukuran dan perhitungan yang sama, untuk daya
pompa konstan 53.6 mW dan sinyal masukan konstan sebesar -20 dBm yang
diatur pada rentang panjang gelombang ITU L band, gain dan NF dapat
dikarakterisasi. Hasil karakterisasi diperlihatkan pada lampiran [Tabel LK.8].
Pada Gambar 5.16 diperlihatkan pola spektrum ASE keluaran EDFA L
band dengan daya pompa konstan 53.6 mW (tanpa sinyal masukan).
Gambar 5.16 Pola spektrum ASE EDFA L band (13.5 meter) dengan daya pompa 53.6 mW (tanpa sinyal masukan)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
64
Universitas Indonesia
Panjang gelombang 1570 nm memliki ASE paling tinggi dibandingkan dengan
ASE pada panjang gelombang 1610 nm, disebabkan karena pola spektroskopi
absorpsi dan emisi cross section erbium L band pada 1570 nm paling tinggi
dibandingkan dengan panjang gelombang 1610 nm. Berikutnya pada Gambar
5.17 diperlihatkan pola spektrum gain dan NF EDFA L band pada daya LDP
(53.6 mW ) dan sinyal masukan (-20 dBm) konstan.
Gambar 5.17 Pola spektrum gain dan NF EDFA L band (13.5 m) dengan daya pompa 53mW pada daya sinyal masukan -20 dBm konstan.
Dari Gambar 5.17 ditunjukan bahwa noise figure (NF) selalu lebih besar dari
satu, hal ini terjadi karena penguat selalu memberikan tambahan noise selama proses
penguatan dan SNRout selalu lebih kecil dari SNRin. Nilai NF yang tinggi menyatakan
bahwa signal to noise ratio mengalami degradasi akibat proses amplifikasi
(penguatan), sesuai dengan landasan teori persamaan (2.29) [6].
NF = SNRin/SNRout
Nilai NF dipengaruhi juga oleh gain (G), frekuensi sinyal masukan (v), dan
panjang gelombang sinyal masukan, sesuai dengan landasan teori (2.31) [6].
ASEP 1NF
h.v. v.G G
Noise figure akan semakin besar apabila frekuensi sinyal masukan (v) semakin
kecil atau panjang gelombang sinyal masukan ( ) semakin besar. Gain (G) pada
EDFA L band akan semakin kecil seiring dengan peningkatan ( ) sinyal masukan.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
65
Universitas Indonesia
5.7 Analisa Pendahuluan Menggunakan Simulasi Matlab.
Dalam penelitian ini, simulasi Matlab digunakan sebagai analisa
pendahuluan untuk verifikasi keberhasilan percobaan dilihat dari sudut pandang
landasan teori matematis. Sinyal keluaran yang diteliti akibat perubahan daya
sinyal masukan maupun daya pompa dalam orde yang sangat kecil dengan
jangkah pengukuran yang sangat lebar, sangat sulit sekali untuk dilakukan dalam
percobaan. Pendekatan matematis menggunakan simulasi Matlab akan banyak
membantu memecahkan persoalan yang tidak mungkin dilakukan dalam
percobaan. Hasil karakterisasi percobaan kemudian dimasukan dalam chart hasil
simulasi, untuk menentukan kesimpulan performa dari sistem EDFA L band ini.
Teknis karakterisasi menggunakan simulasi Matlab dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
e. Menyiapkan software aplikasi Matlab, dalam penelitian ini digunakan
Matlab versi 2009.
f. Memasukan data parameter EDFA L band yang digunakan sesuai dengan
Tabel 2.2. Data parameter ini diambil data spesifikasi teknis aktual EDFA
L band yang dikeluarkan dari pihak pabrikan.
g. Memecahkan persamaan diferensial (2.24), (2.25) dan (2.26) ke dalam
Matlab menggunakan metoda Runge Kutta orde empat [20][21].
h. Menentukan kesimpulan dari chart hasil simulasi dan hasil percobaan.
Pada Gambar 5.18 diperlihatkan pola gain terhadap variasi daya sinyal
masukan untuk daya pompa tetap 53.6 mW. Daya pompa 53.6 mW dipilih karena
merupakan daya pompa terendah untuk eksitasi ion Er3+. Pada simulasi ini akan
menentukan seberapa besar gain EDFA pada daya pompa paling rendah terhadap
variasi daya sinyal konstan. Dari Gambar 5.18 terlihat bahwa EDFA akan saturasi
pada daya sinyal lebih besar dari -10 dBm. Pada daerah ini ion-ion Er3+ pada
daerah ground state mulai berkurang untuk terjadinya absopsi dan emisi
terangsang yang akan menghasilkan sinyal koheren, sehingga terjadi penurunan
sinyal keluaran yang mengakibatkan penurunan gain, sesuai dengan persamaan
(2.30).
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
66
Universitas Indonesia
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 106
7
8
9
10
11
12
Daya sinyal (mW)
Gai
n (d
B)
L=13.5
Daerah saturasi
Daya pompa 53.6 mW
1580.35 nm
Percobaan
Simulasi
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10Daya sinyal (dBm)
8
9
10
11
12
7
Gambar 5.18 Gain terhadap daya sinyal masukan untuk daya daya pompa 53.6 mW (dekat daerah saturasi).
Pada Gambar 5.19 diperlihatkan pola gain terhadap perubahan daya
pompa berturut turut 53.6 mW, 61.14 mW, 64.83 mW dan 68. 25 mW, untuk
variasi sinyal masukan tetap berturut turut -20 dBm, -15 dBm, -10 dBm dan -5
dBm. Peningkatan daya sinyal Ps pada daya pompa Pp konstan ataupun
peningkatan daya pompa Pp pada daya sinyal Ps konstan, keduanya
mengakibatkan penurunan gain begitu juga sebaliknya akan terjadi peningkatan
gain, sesuai dengan persamaan (2.30).
Gambar 5.20 diperlihatkan hasil simulasi pola ASE terhadap variasi daya
pompa untuk panjang EDFA L band 13.5 meter. Dari Gambar 5.20 diperlihatkan
terjadinya peningkatan pola spektrum ASE apabila daya pompa ditingkatkan. Hal
ini terjadi karena adanya peningkatan emisi spontan yang menghasilkan sinyal
yang tidak koheren dengan sinyal masukan, mengakibatkan terjadinya penurunan
sinyal keluaran.
Semua perbedaan gain pada Gambar 5.18 sampai Gambar 5.19 disebabkan
karena faktor losses akibat splacing, insertion losses komponen optik, dan kopling
optik (konektor) yang tidak diperhitungkan dalam simulasi.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
67
Universitas Indonesia
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1-40
-30
-20
-10
0
10
20
Input Pump Power (W)
Gai
n (d
B)
L=13.5
Gambar 5.19 Gain terhadap daya pompa untuk variasi sinyal masukan -20dBm, -15 dBm, -10dBm dan -5 dBm
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1-65
-60
-55
-50
-45
-40
-35
-30
Input Pump Power (W)
Day
a A
SE
L=13.5
Gambar 5.20 ASE terhadap variasi daya pompa
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
68
Universitas Indonesia
BAB 6 KESIMPULAN
Dalam bab terakhir ini akan dibahas mengenai kesimpulan atas penelitian
sistem penguatan optik erbium doped fiber amplifier (EDFA) pada rentang
panjang gelombang L band 1570 nm-1610 nm.
Dari hasil eksperimen, analisa, dan simulasi untuk panjang erbium doped
fiber (EDF) tetap 13.5 meter jenis L band dan laser dioda pemompa 980 nm,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Telah berhasil dilakukan rancang bangun sistem penguatan optik EDFA
untuk pengendalian laser diode pumping driver dengan arus injeksi 4 mA-
300 mA dan power meter controller dengan sensitivitas 0.001 mW pada
jangkah pengukuran 30 dB.
b. Pada daya pompa sebesar 53.6 mW (150 mA arus injeksi) dihasilkan pola
amplified spontaneous emission (ASE) rata-rata sebesar -36.45 dBm.
c. Ditunjukan bahwa dengan sinyal masukan konstan -20 dBm pada panjang
gelombang L band terstandarisasi badan international telecommunication
union (ITU), untuk daya pompa konstan 53.6 mW (150 mA arus injeksi)
dihasilkan gain rata-rata sebesar 11.04 dB dan noise figure (NF) rata-rata
sebesar 3.95 dB.
d. Ditunjukan pula bahwa dengan daya pompa sebesar 68,25 mW (180 mA
arus injeksi) terhadap daya sinyal masukan konstan 0,01mW (-20 dBm)
dihasilkan penguatan terbesar pada panjang gelombang 1570.42 nm
sebesar 20,64 dB.
Hasil penelitian ini secara umum memiliki performa: kemampuan
menguatkan sinyal kecil dibawah -30 dBm, memiliki noise figure (NF) dibawah 4
dB, memiliki gain 20,64 dB dengan 30% penggunaan daya pompa, panjang
EDFA pendek, sistem elektronika menggunakan catu daya tunggal (+5 Volt), dan
ukuran kemasan prototipe relatif kecil yaitu berukuran 250 mm x 200 mm x 100
mm.
68
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
69
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
[1]
Chinlon, Lin. (2006). Broadband optical access networks and fiber-to-the
home systems technologies and deployment strategies. England: John Wiley
& Sons.
[2]
Lazorcik, Jay. (2008). Optical Fiber Basic. Lighthouse Chapter SCTE, 23-
24.
[3]
Keiser, Gerd. (2000). Optical fiber communications. Singapore: McGraw-
Hill.
[4]
A Selvarajan, S Kar, T Srinivas. (2002). Optical Fiber Communication.
Singapore: Mc Graw Hill International Edition.
[5]
Max, Ming-Kang, Liu. (1996). Principles and applications of optical
communications. USA: R.R. Donnelley & Sons Company.
[6]
Beker, P.c., Olsson, N.A., & Simpson, J.R. (1999). Erbium-doped fiber
amplifiers fundamentals and technology. USA: Academic Press.
[7]
Kaminov, Ivan P.(2008). Optical Fiber Telecommunications V:107-110.
USA: Elsevier.
[8]
Stewart, WJ., & Love, J.D. (1985). Design Limitation on Tapers and
Couplers in Single Mode Fibers . in Proc.ECOC 85, 559-562.
[9]
Birks,T.A. (1989). Twist- Induced Tuning in Tapered Fiber Couplers.
Appl.Optic, Vol 28, 4226-4233.
[10] System, Cisco.(2000). Introduction to DWDM Technology. Cisco Systems,
Inc. San Jose, 20-25.
[11]
Jeff, H. (2002). Wavelenght Division Multiplexing. USA: Prentice Hall.
[12]
Damask, Jay N. (2005). Polarization Optics In Telecommunication.
USA: springer.
[13]
Chomycz, Bob.(2000). Fiber Optic Installer s field manual. Singapore:
McGraw-Hill.
[14]
Device, Analog .(2000). ADN2830 datasheet. July 23, 2010. http://_
www.alldatasheet.com.
[15]
Device, Analog .(2000). ADN5231 datasheet. July 23, 2010. http://_
www.alldatasheet.com.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
70
Universitas Indonesia
[16]
Device, Analog .(2000). AD8304 datasheet. July 23, 2010. http://_
www.analog.com.
[17]
Technologies, Nanovation .(2001). PDDM981 Single Element PIN Detector
datasheet. July 23, 2010. http://www.alldatasheet.com.
[18]
Technologies, Bookham .(2000). LU980L Mini DIL Uncooled Laser. Maret
21, 2010. http://www.alldatasheet.com.
[19]
Limited, Fibercore .(2010). M12 generic datasheet. July 19, 2010.
http://www.fibercore.com.
[20]
Ranjbaran, Mehdi. (2001). Project Simulation Erbium Doped Fiber
Amplifier. 22-27.
[21]
Nur Samijayani, Octarina. (2009). Comparative Analysis of 980 nm and
1480nm Pumping Scheme On C-Band EDFA Using 1530 nm Signal
Wavelength. 50-54.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
71
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Agrawal, Govin. P. (1992). Fiber-optic communication systems. Canada: John Wiley
& Sons, Inc.
Agrawal, D.C. (2003). Fiber optic communication. India: S. Chan & Company Ltd.
Bass, Michael., Stryland, Eric W. Van. (2002). Fiber optics handbook: fiber, devices,
and system for optical communication. New York: McGraw-Hill.
Buxens, A., Poulsen, R.N., Clausen, A.T., & Jeppesen, P. (2008). Gain flattened L-
band EDF A based on upgrade C-band EDFA using forward ASE pumping in
an EDFA section. Electronics Letters, 36, 821-823.
Desurvire, Emmanuel. (1994). Erbium doped fiber amplifier:Principles and
applications. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Dutta, Achyut K., Dutta, Niloy K., & Fujiwara, Masahito. (2003). WDM
technologies: passive optical components. USA: Academic Press.
Gistvik, Stefan Nilsson. (2002). Optical fiber theory for communication networks.
Sweden: Ericsson Networks Technolgies AB.
Hoss, Robert. J. (1990). Fiber optic communications design handbook. New Jersey:
Prentice-Hall.
Kaminov, Ivan P., Tingye Li, & Willner, Alan E. (2008). Optical fiber
telecommunications, A: Components and subsystems. USA: Academic Press.
Kaminov, Ivan P., Tingye Li, & Willner, Alan E. (2008). Optical fiber
telecommunications, B: Systems and networks. USA: Academic Press.
Kaminow, Ivan P., & Koci, Thomas L. (1997). Optical fiber telecommunications
IlIA. California: Academic Press.
McMahon, David. (2007). MATLAB Demystified. New York : McGraw-Hill eBook.
Pramono, Sholeh H., Syahriar, A., & Sardy, S. (2008). Gain and noise figure
properties of erbium-doped fiber amplifier (EDFA) with length and pump
power variations. International Joint Seminar in Engineering, 83-86.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
72
Universitas Indonesia
Gambar L1. Rangkaian elektronika mikrokontroler dan TEC
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
73
Universitas Indonesia
Gambar L2. Rangkaian elektronika power meter dan laser controller
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
74
Universitas Indonesia
Gambar L.3 Jalur tembaga PCB bagian atas
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
75
Universitas Indonesia
Gambar L.4 Jalur tembaga PCB bawah
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
76
Universitas Indonesia
Gambar L.5 Silkscreen legend PCB jalur atas
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
77
Universitas Indonesia
Gambar L.6 Silkscreen legend PCB jalur bawah
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
78
Universitas Indonesia
Gambar L.7 Solder mask PCB jalur atas
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
79
Universitas Indonesia
Gambar L.8 Solder mask PCB jalur bawah
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
80
Universitas Indonesia
Gambar L.9 Bagian tutup dumper komponen optik
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
81
Universitas Indonesia
Gambar L.10 Bagian landasan separasi dumper komponen optik
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
82
Universitas Indonesia
Gambar L.11 Bagian separasi dumper komponen optik
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
83
Universitas Indonesia
Gambar L.12 Sistem integrasi elektronika setelah proses solder dan trouble shooting
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
84
Universitas Indonesia
Gambar L.13 Sistem integrasi elektronika dan dumper (komponen optik terlihat dalam dumper)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
85
Universitas Indonesia
Gambar L.14 Flow chart dari alur kerja rangkaian elektronika
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
86
Universitas Indonesia
Tabel L.1 Bill of material (BOM) skematik
No Used Value Designator Footprint
1 4 1K5 R53 R54 R55 R56 P-0603
2 1 1K8 R12 P-0603
3 27 1K
R1 R2 R3 R4 R6 R7 R13 R27 R57
P-0603
R58 R59 R60 R61 R62 R63 R67 R69
R71R73 R74 R75 R78 R79 R81 R82
R85 R86
4 1 1M R18 P-0603
5 2 1n C39 C42 P-0603
6 6 1uF/16V C18 C19 C20 C21 C46 C50 ELCO_SMD
7 1 4.00 Mhz XT1 XTAL1
8 4 4K7 R76 R80 R83 R87 P-0603
9 29 10K
R5 R8 R10 R16 R17 R22 R24 R25
P-0603
R33 R36 R37R40 R41 R44 R64 R65
R68 R70 R72 RB1 RB2RC1 RC2
RD1 RD2 RS1 RS2 RZ1 RZ2
10 1 10 M R26 P-0603
11 4 10 nF C40 C43 CF1 CF2 P-0603
12 6 10uF/16V C15 C22 C49 C53 ELCO_SMD
13 3 15K R11 R19 R20 P-0603
14 3 20K R9 R14 R15 P-0603 P-0603
15 2 20K VR1 VR2 TUNED
16 4 22uF/16V C5 C6 C7 C54 ELCO_SMD
17 2 33pF C13 C14 P-0603
18 15 100K R28 R29 R30 R31 R32 R45 R46
P-0603
R47 R48R49 R50 R51 R52 R77 R84
19 24 100n
C9 C10 C11 C16 C17 C23 C24 C25
P-0603
C27 C30 C31 C32 C35C37 C41 C44
C45 C47 C48 C51 C52 C55
CPB1 CPB2
20 1 150K R23 P-0603
21 1 180 R21 P-0603
22 1 200n C28 P-0603
23 7 470 R34 R35 R38 R39 R42 R43 R88 P-0603
24 4 470uF/16V C1 C2 C3 C4 ELCO_SMD
25 2 LDP 980 LD1 LD2 DIP8
26 2 AD820 IC13 IC16 SO-8
27 1 AD5231 IC3 TSSOP-16
28 1 AD5235 IC10 TSSOP-16
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
87
Universitas Indonesia
Tabel L.1 (lanjutan)
No Used Value Designator Footprint
29 2 AD8304 IC7 IC8 TSSOP-14
30 4 ADN2830 IC11 IC12 IC14 IC15 LFCSP-32
31 1 ADN8831 IC5 LFCSP-32
32 1 ADR292 IC4 SO-8
33 1 ATMega8535 IC1 TQFP/MLF
34 1 DB9/F PCB SC3 DB-9/M
35 2 FDS8928A MOS1 MOS2 SO-8
36 1 IN4002 D1 DIODE0.4
37 4 Inductor L1 L2 L3 L4 L-SMD
38 3 LED LED3 LED4 LED5 2PIN
39 2 LED_Double LED1 LED2 3PIN
40 1 LM35 IC17 TO-92C
41 2 LM324 IC6 IC9 SO-14
42 1 MALE_PCB SC1 DC_CONNECT
43 8 NPN T1 T2 T3 T4 T5 T7 T8 T9 SOT-23
44 5 PNP T6 T10 T11 T12 T13 SOT-23
45 1 SIP3 SW2 SIP3
46 2 SIP6 SC2 SC4 SIP6
47 1 SW1 SW1 SIP2
48 1 TEC TEC1 SQR4X4
49 14 1.5mm TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6
TEST_POINT
TP7 TP8 TP9 TP10 TP11 TP12
TP13 TP14
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
88
Universitas Indonesia
Tabel LK.1 Karakterisasi power monitoring AD8304 (VR1 atau VR2 di set pada 0.001 mW/step)
Panjang Gelombang (L Band) 1570 nm 1590 nm 1610 nm
Kode Kode Daya Masukan Aktual Tegangan Terukur (VOUT)
(Des) (hex) (mW) (dBm) (mV) (mV) (mV) (mV) 1 001 0.001 -30.000 4 5 9 7 25 019 0.025 -16.021 100 103 102 104 50 032 0.050 -13.010 200 201 205 203
75 04B 0.075 -11.249 300 305 304 304 100 064 0.100 -10.000 400 405 403 403 125 07D 0.125 -9.031 500 504 504 501 150 096 0.150 -8.239 600 605 604 603 175 0AF 0.175 -7.570 700 702 702 702 200 0C8 0.200 -6.990 800 801 802 803 225 0E1 0.225 -6.478 900 903 902 901 250 0FA 0.250 -6.021 1,000 1,004 1,003 1,003 275 113 0.275 -5.607 1,100 1,101 1,104 1,103 300 12C 0.300 -5.229 1,200 1,205 1,205 1,201 325 145 0.325 -4.881 1,300 1,303 1,301 1,302 350 15E 0.350 -4.559 1,400 1,405 1,403 1,404 375 177 0.375 -4.260 1,500 1,503 1,502 1,501 400 190 0.400 -3.979 1,600 1,604 1,603 1,603 425 1A9 0.425 -3.716 1,700 1,701 1,704 1,703 450 1C2 0.450 -3.468 1,800 1,805 1,805 1,801 475 1DB 0.475 -3.233 1,900 1,904 1,902 1,904 500 1F4 0.500 -3.010 2,000 2,001 2,005 2,001 525 20D 0.525 -2.798 2,100 2,103 2,102 2,104 550 226 0.550 -2.596 2,200 2,201 2,205 2,203 575 23F 0.575 -2.403 2,300 2,305 2,304 2,304 600 258 0.600 -2.218 2,400 2,405 2,403 2,403 625 271 0.625 -2.041 2,500 2,501 2,505 2,503 650 28A 0.650 -1.871 2,600 2,603 2,602 2,604 675 2A3 0.675 -1.707 2,700 2,701 2,705 2,703 700 2BC 0.700 -1.549 2,800 2,805 2,804 2,804 725 2D5 0.725 -1.397 2,900 2,905 2,903 2,903 750 2EE 0.750 -1.249 3,000 3,004 3,004 3,001 775 307 0.775 -1.107 3,100 3,105 3,104 3,103 800 320 0.800 -0.969 3,200 3,202 3,202 3,202 825 339 0.825 -0.835 3,300 3,301 3,302 3,303 850 352 0.850 -0.706 3,400 3,403 3,402 3,401 875 36B 0.875 -0.580 3,500 3,504 3,503 3,503 900 384 0.900 -0.458 3,600 3,601 3,604 3,603 925 39D 0.925 -0.339 3,700 3,705 3,705 3,701 950 3B6 0.950 -0.223 3,800 3,802 3,803 3,803 975 3CF 0.975 -0.110 3,900 3,901 3,904 3,902
1000 3E8 1.000 0.000 4,000 4,005 4,006 4,001
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
89
Universitas Indonesia
Tabel LK.2 Karakterisasi laser diode pumping (LDP) LU980L
No RPSET
Arus Panjang Daya keluaran
injeksi LDP Gelombang
(Ohm) (mA) (nm) (dBm) (mW)
1 24.000 26 980,298 2,12 1,629 2 23.150 27 980,304 3,10 2,045
3 22.300 28 980,318 3,71 2,353 4 21.550 29 980,323 4,98 3,147 5 20.700 30 980,323 5,21 3,318
6 19.900 31 980,318 5,50 3,549 7 19.150 32 980,337 6,21 4,177 8 18.250 33 980,332 6,49 4,461
9 17.500 34 980,337 7,05 5,070 10 16.750 35 980,329 7,24 5,303 11 15.500 36 980,331 7,56 5,707
12 15.000 37 980,347 8,02 6,340 13 14.250 38 980,341 8,30 6,769 15 12.650 40 980,368 8,75 7,501
16 11.850 41 980,388 9,36 8,628 17 11.100 42 980,385 9,53 8,975 18 10.300 43 980,374 9,58 9,074
19 9.550 44 980,374 9,85 9,663 20 8.750 45 980,407 9,99 9,986 21 7.850 46 980,398 10,03 10,090
22 7.100 47 980,382 10,37 10,890 23 6.350 48 980,375 10,39 10,950 24 5.450 49 980,411 10,48 11,180
25 4.650 50 980,374 10,53 11,310 26 4.250 60 980,421 12,22 16,690 27 3.900 70 980,424 13,03 20,110
28 3.500 80 980,407 13,84 24,220 29 3.150 90 980,500 14,56 28,560 30 2.750 100 980,516 15,25 33,530
31 2.400 110 980,547 15,90 38,860 32 2.250 120 980,552 16,42 43,830 33 1.950 130 980,547 16,46 46,130
34 1.650 140 980,542 17,18 52,180 35 1.300 150 980,535 17,29 53,600 36 1.100 160 980,604 17,86 61,140
37 750 170 980,613 18,12 64,830 38 455 180 980,622 18,34 68,250 39 160 190 980,625 18,46 70,210
40 110 200 980,662 18,85 76,720 Nilai rata -rata (nm) 980,424
Nilai rata -rata (mW/1 mA)
0,387
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
90
Universitas Indonesia
Tabel LK.3 Karakterisasi isolator optik L band Opnoti tipe 1S-D-15-250-1-1-NE sinyal masukan -20 dBm
pengujian pada rentang L band
No
Sinyal Masukan -20 dBm
Daya Daya Insertion
Keluaran Keluaran Loss
(nm) (dBm) (dB) 1 1570.42 -20.81 0.81
2 1572.06 -20.82 0.82
3 1573.71 -20.82 0.82
4 1575.37 -20.95 0.95
5 1577.03 -20.90 0.90
6 1578.69 -20.91 0.91
7 1580.35 -20.81 0.81
8 1582.02 -20.83 0.83
9 1583.69 -20.84 0.84
10 1585.36 -20.82 0.82
11 1587.04 -20.90 0.90
12 1588.73 -20.92 0.92
13 1590.41 -20.97 0.97
14 1592.10 -20.84 0.84
15 1593.79 -20.86 0.86
16 1595.49 -20.82 0.82
17 1597.19 -20.81 0.81
18 1598.89 -20.87 0.87
19 1600.60 -20.92 0.92
20 1602.31 -20.92 0.92
21 1604.03 -20.97 0.97
22 1605.74 -20.83 0.83
23 1607.47 -20.85 0.85
24 1609.19 -20.81 0.81
25 1610.92 -20.82 0.82
Nilai rata-rata -20.86 0.86
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
91
Universitas Indonesia
Tabel LK.4a Karakterisasi EDFA L-band panjang 13.5 meter untuk daya sinyal konstan -20 dBm pengujian pada L band ITU grid
Arus injeksi 150 160 170 180
(mA)
Daya pompa
17,290 17,860 18,120 18,340 Gain
(dBm)
Daya pompa 53,600 61,140 64,830 68,250
rata-rata
(mW)
Daya sinyal -20 -20 -20 -20
/+10 mA
(dBm)
No ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dB) 1 1570,42 -6,45 13,55 -2,75 17,25 -0,80 19,20 0,64 20,64 2,36
3 1572,06 -6,59 13,41 -3,64 16,36 -1,52 18,48 -0,20 19,80 2,13
5 1573,71 -7,11 12,89 -4,24 15,76 -2,16 17,84 -0,99 19,01 2,04
7 1575,37 -7,69 12,31 -4,95 15,05 -2,85 17,15 -1,60 18,40 2,03
9 1577,03 -8,08 11,92 -5,45 14,55 -3,49 16,51 -2,39 17,61 1,90
11 1578,69 -8,41 11,59 -5,88 14,12 -3,98 16,02 -2,91 17,09 1,83
13 1580,35 -8,56 11,44 -6,13 13,87 -4,33 15,67 -3,28 16,72 1,76
15 1582,02 -8,66 11,34 -6,38 13,62 -4,68 15,32 -3,72 16,28 1,65
17 1583,69 -8,76 11,24 -6,56 13,44 -4,85 15,15 -3,96 16,04 1,60
19 1585,36 -8,79 11,21 -6,67 13,33 -5,16 14,84 -4,15 15,85 1,55
21 1587,04 -8,84 11,16 -6,75 13,25 -5,33 14,67 -4,33 15,67 1,50
23 1588,73 -8,78 11,22 -6,84 13,16 -5,50 14,50 -4,50 15,50 1,43
25 1590,41 -8,82 11,18 -6,97 13,03 -5,66 14,34 -4,71 15,29 1,37
27 1592.10 -8,85 11,15 -7,09 12,91 -5,77 14,23 -4,90 15,10 1,32
29 1593,79 -8,93 11,07 -7,19 12,81 -5,92 14,08 -5,13 14,87 1,27
31 1595,49 -8,97 11,03 -7,32 12,68 -6,10 13,90 -5,28 14,72 1,23
33 1597,19 -9,07 10,93 -7,44 12,56 -6,29 13,71 -5,49 14,51 1,19
35 1598,89 -9,23 10,77 -7,64 12,36 -6,54 13,46 -5,77 14,23 1,15
37 1600.60 -9,48 10,52 -7,95 12,05 -6,78 13,22 -6,13 13,87 1,12
39 1602,31 -9,71 10,29 -8,24 11,76 -7,24 12,76 -6,51 13,49 1,07
41 1604,03 -9,94 10,06 -8,58 11,42 -7,57 12,43 -6,89 13,11 1,02
43 1605,74 -10,27 9,73 -8,98 11,02 -7,98 12,02 -7,35 12,65 0,97
45 1607,47 -10,74 9,26 -9,47 10,53 -8,53 11,47 -7,88 12,12 0,95
47 1609,19 -11,25 8,75 -10,00 10,00 -9,20 10,80 -8,57 11,43 0,89
49 1610,92 -11,79 8,21 -10,65 9,35 -9,81 10,19 -9,27 10,73 0,84
Gain rata-rata (dB) 11,05
13,05
14,48
15,39
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
92
Universitas Indonesia
Tabel LK.4b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya sinyal konstan -15 dBm pengujian pada ITU grid
Arus injeksi 150 160 170 180
(mA)
Daya pompa
17,290 17,860 18,120 18,340 Gain
(dBm)
Daya pompa 53,600 61,140 64,830 68,250
rata-rata
(mW)
Daya sinyal -15 -15 -15 -15
/+10 mA
(dBm)
No ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dB) 1 1570,42 0,03 15,03 1,80 16,80 3,11 18,11 4,21 19,21 1,39
3 1572,06 -0,86 14,14 1,05 16,05 2,40 17,40 3,56 18,56 1,47
5 1573,71 -1,58 13,42 0,29 15,29 1,82 16,82 2,94 17,94 1,51
7 1575,37 -2,24 12,76 -0,32 14,68 1,12 16,12 2,31 17,31 1,52
9 1577,03 -2,81 12,19 -0,91 14,09 0,59 15,59 1,78 16,78 1,53
11 1578,69 -3,22 11,78 -1,29 13,71 0,08 15,08 1,28 16,28 1,50
13 1580,35 -3,39 11,61 -1,56 13,44 -0,26 14,74 0,99 15,99 1,46
15 1582,02 -3,58 11,42 -1,79 13,21 -0,54 14,46 0,66 15,66 1,41
17 1583,69 -3,76 11,24 -1,98 13,02 -0,68 14,32 0,42 15,42 1,39
19 1585,36 -3,85 11,15 -2,15 12,85 -0,82 14,18 0,26 15,26 1,37
21 1587,04 -3,92 11,08 -2,20 12,80 -0,93 14,07 0,09 15,09 1,34
23 1588,73 -3,93 11,07 -2,28 12,72 -1,09 13,91 -0,07 14,93 1,29
25 1590,41 -4,00 11,00 -2,24 12,76 -1,21 13,79 -0,26 14,74 1,25
27 1592.10 -4,12 10,88 -2,54 12,46 -1,35 13,65 -0,38 14,62 1,25
29 1593,79 -4,21 10,79 -2,66 12,34 -1,52 13,48 -0,58 14,42 1,21
31 1595,49 -4,25 10,75 -2,74 12,26 -1,67 13,33 -0,73 14,27 1,17
33 1597,19 -4,38 10,62 -2,89 12,11 -1,80 13,20 -0,97 14,03 1,14
35 1598,89 -4,52 10,48 -3,10 11,90 -1,97 13,03 -1,10 13,90 1,14
37 1600.60 -4,76 10,24 -3,38 11,62 -2,31 12,69 -1,51 13,49 1,08
39 1602,31 -5,01 9,99 -3,62 11,38 -2,63 12,37 -1,84 13,16 1,06
41 1604,03 -5,24 9,76 -3,93 11,07 -2,97 12,03 -2,21 12,79 1,01
43 1605,74 -5,54 9,46 -4,27 10,73 -3,35 11,65 -2,59 12,41 0,98
45 1607,47 -5,99 9,01 -4,75 10,25 -3,82 11,18 -3,12 11,88 0,96
47 1609,19 -6,46 8,54 -5,27 9,73 -4,41 10,59 -3,73 11,27 0,91
49 1610,92 -7,05 7,95 -5,92 9,08 -5,08 9,92 -4,56 10,44 0,83
Gain rata-rata (dB) 11,05
12,65
13,83
14,79
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
93
Universitas Indonesia
Tabel LK.4c Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya sinyal konstan -10 dBm pengujian pada ITU grid
Arus injeksi 150 160 170 180
(mA)
Daya pompa
17,290 17,860 18,120 18,340 Gain
(dBm)
Daya pompa 53,600 61,140 64,830 68,250
rata-rata
(mW)
Daya sinyal -10 -10 -10 -10
/+10 mA
(dBm)
No ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dB) 1 1570,42 4,52 14,52 5,62 15,62 6,57 16,57 7,23 17,23 0,90
3 1572,06 3,85 13,85 4,97 14,97 5,85 15,85 6,67 16,67 0,94
5 1573,71 3,18 13,18 4,37 14,37 5,29 15,29 6,10 16,10 0,97
7 1575,37 2,55 12,55 3,79 13,79 4,78 14,78 5,58 15,58 1,01
9 1577,03 1,98 11,98 3,23 13,23 4,23 14,23 5,02 15,02 1,01
11 1578,69 1,52 11,52 2,74 12,74 3,85 13,85 4,67 14,67 1,05
13 1580,35 1,29 11,29 2,53 12,53 3,59 13,59 4,42 14,42 1,04
15 1582,02 1,04 11,04 2,29 12,29 3,26 13,26 4,10 14,10 1,02
17 1583,69 0,83 10,83 2,06 12,06 3,11 13,11 3,93 13,93 1,03
19 1585,36 0,69 10,69 1,96 11,96 2,97 12,97 3,77 13,77 1,03
21 1587,04 0,61 10,61 1,79 11,79 2,86 12,86 3,67 13,67 1,02
23 1588,73 0,57 10,57 1,76 11,76 2,75 12,75 3,54 13,54 0,99
25 1590,41 0,44 10,44 1,62 11,62 2,51 12,51 3,33 13,33 0,96
27 1592.10 0,31 10,31 1,49 11,49 2,47 12,47 3,24 13,24 0,98
29 1593,79 0,24 10,24 1,38 11,38 2,36 12,36 3,10 13,10 0,95
31 1595,49 0,13 10,13 1,26 11,26 2,21 12,21 2,96 12,96 0,94
33 1597,19 0,02 10,02 1,13 11,13 2,06 12,06 2,83 12,83 0,94
35 1598,89 -0,12 9,88 0,99 10,99 1,93 11,93 2,60 12,60 0,91
37 1600.60 -0,35 9,65 0,71 10,71 1,67 11,67 2,42 12,42 0,92
39 1602,31 -0,59 9,41 0,48 10,48 1,41 11,41 2,14 12,14 0,91
41 1604,03 -0,82 9,18 0,26 10,26 1,15 11,15 1,81 11,81 0,88
43 1605,74 -1,11 8,89 -0,09 9,91 0,82 10,82 1,48 11,48 0,86
45 1607,47 -1,51 8,49 -0,47 9,53 0,37 10,37 1,08 11,08 0,86
47 1609,19 -1,95 8,05 -0,95 9,05 -0,07 9,93 0,59 10,59 0,85
49 1610,92 -2,51 7,49 -1,53 8,47 -0,68 9,32 -0,06 9,94 0,82
Gain rata-rata (dB) 10,59
11,74
12,69
13,45
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
94
Universitas Indonesia
Tabel LK.4d Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya sinyal konstan -5 dBm pengujian pada ITU grid
Arus injeksi 150 160 170 180
(mA)
Daya pompa
17,290 17,860 18,120 18,340 Gain
(dBm)
Daya pompa 53,600 61,140 64,830 68,250
rata-rata
(mW)
Daya sinyal -5 -5 -5 -5
/+10 mA
(dBm)
No ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dB) 1 1570,42 7,72 12,72 8,48 13,48 9,05 14,05 9,72 14,72 0,67
3 1572,06 7,33 12,33 8,11 13,11 8,78 13,78 9,31 14,31 0,66
5 1573,71 6,89 11,89 7,68 12,68 8,31 13,31 8,84 13,84 0,65
7 1575,37 6,04 11,04 7,23 12,23 7,87 12,87 8,48 13,48 0,81
9 1577,03 5,96 10,96 6,78 11,78 7,45 12,45 8,07 13,07 0,70
11 1578,69 5,58 10,58 6,39 11,39 7,06 12,06 7,66 12,66 0,69
13 1580,35 5,31 10,31 6,14 11,14 6,77 11,77 7,42 12,42 0,70
15 1582,02 5,07 10,07 5,89 10,89 6,57 11,57 7,20 12,20 0,71
17 1583,69 4,86 9,86 5,68 10,68 6,37 11,37 6,95 11,95 0,70
19 1585,36 4,70 9,70 5,54 10,54 6,25 11,25 6,78 11,78 0,69
21 1587,04 4,58 9,58 5,40 10,40 6,12 11,12 6,71 11,71 0,71
23 1588,73 4,49 9,49 5,29 10,29 5,97 10,97 6,54 11,54 0,68
25 1590,41 4,35 9,35 5,15 10,15 5,81 10,81 6,44 11,44 0,70
27 1592.10 4,02 9,02 5,01 10,01 5,71 10,71 6,36 11,36 0,78
29 1593,79 4,07 9,07 4,92 9,92 5,62 10,62 6,22 11,22 0,72
31 1595,49 3,99 8,99 4,79 9,79 5,47 10,47 6,09 11,09 0,70
33 1597,19 3,89 8,89 4,69 9,69 5,33 10,33 5,98 10,98 0,70
35 1598,89 3,74 8,74 4,53 9,53 5,21 10,21 5,83 10,83 0,70
37 1600.60 3,51 8,51 4,30 9,30 4,94 9,94 5,61 10,61 0,70
39 1602,31 3,30 8,30 4,09 9,09 4,76 9,76 5,42 10,42 0,71
41 1604,03 3,10 8,10 3,87 8,87 4,49 9,49 5,13 10,13 0,68
43 1605,74 2,81 7,81 3,60 8,60 4,23 9,23 4,87 9,87 0,69
45 1607,47 2,47 7,47 3,24 8,24 3,92 8,92 4,52 9,52 0,68
47 1609,19 2,05 7,05 2,83 7,83 3,53 8,53 4,12 9,12 0,69
49 1610,92 1,63 6,63 2,39 7,39 3,06 8,06 3,68 8,68 0,68
Gain rata-rata (dB) 9,46
10,28
10,95
11,56
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
95
Universitas Indonesia
Tabel LK.5a Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya pompa konstan 150 mA (53,6 mW) pengujian pada ITU grid
Arus injeksi 150
(mA)
Daya pompa
17,290
(dBm) gain
Daya pompa 53,600
rata-rata
(mW) /+5dBm
Daya sinyal -20 -15 -10 -5
(dBm)
No
ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dB) 1 1570,42 -6,45 13,55 0,03 15,03 4,52 14,52 7,72 12,72 0,28
3 1572,06 -6,59 13,41 -0,86 14,14 3,85 13,85 7,33 12,33 0,36
5 1573,71 -7,11 12,89 -1,58 13,42 3,18 13,18 6,89 11,89 0,33
7 1575,37 -7,69 12,31 -2,24 12,76 2,55 12,55 6,04 11,04 0,42
9 1577,03 -8,08 11,92 -2,81 12,19 1,98 11,98 5,96 10,96 0,32
11 1578,69 -8,41 11,59 -3,22 11,78 1,52 11,52 5,58 10,58 0,34
13 1580,35 -8,56 11,44 -3,39 11,61 1,29 11,29 5,31 10,31 0,38
15 1582,02 -8,66 11,34 -3,58 11,42 1,04 11,04 5,07 10,07 0,42
17 1583,69 -8,76 11,24 -3,76 11,24 0,83 10,83 4,86 9,86 0,46
19 1585,36 -8,79 11,21 -3,85 11,15 0,69 10,69 4,70 9,70 0,50
21 1587,04 -8,84 11,16 -3,92 11,08 0,61 10,61 4,58 9,58 0,53
23 1588,73 -8,78 11,22 -3,93 11,07 0,57 10,57 4,49 9,49 0,58
25 1590,41 -8,82 11,18 -4,00 11,00 0,44 10,44 4,35 9,35 0,61
27 1592.10 -8,85 11,15 -4,12 10,88 0,31 10,31 4,02 9,02 0,71
29 1593,79 -8,93 11,07 -4,21 10,79 0,24 10,24 4,07 9,07 0,67
31 1595,49 -8,97 11,03 -4,25 10,75 0,13 10,13 3,99 8,99 0,68
33 1597,19 -9,07 10,93 -4,38 10,62 0,02 10,02 3,89 8,89 0,68
35 1598,89 -9,23 10,77 -4,52 10,48 -0,12 9,88 3,74 8,74 0,68
37 1600.60 -9,48 10,52 -4,76 10,24 -0,35 9,65 3,51 8,51 0,67
39 1602,31 -9,71 10,29 -5,01 9,99 -0,59 9,41 3,30 8,30 0,66
41 1604,03 -9,94 10,06 -5,24 9,76 -0,82 9,18 3,10 8,10 0,65
43 1605,74 -10,27 9,73 -5,54 9,46 -1,11 8,89 2,81 7,81 0,64
45 1607,47 -10,74 9,26 -5,99 9,01 -1,51 8,49 2,47 7,47 0,60
47 1609,19 -11,25 8,75 -6,46 8,54 -1,95 8,05 2,05 7,05 0,57
49 1610,92 -11,79 8,21 -7,05 7,95 -2,51 7,49 1,63 6,63 0,53
Gain rata-rata (dB) 11,05
11,05
10,59
9,46
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
96
Universitas Indonesia
Tabel LK.5b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya pompa konstan 160 mA (61,14 mW) pengujian pada ITU grid
. Arus injeksi
160
(mA)
Daya pompa
17,860
(dBm) gain
Daya pompa 61,140
rata-rata
(mW) /+5dBm
Daya sinyal -20 -15 -10 -5
(dBm)
No
ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dB) 1 1570,42 -2,75 17,25 1,80 16,80 5,62 15,62 8,48 13,48 1,26
3 1572,06 -3,64 16,36 1,05 16,05 4,97 14,97 8,11 13,11 1,08
5 1573,71 -4,24 15,76 0,29 15,29 4,37 14,37 7,68 12,68 1,03
7 1575,37 -4,95 15,05 -0,32 14,68 3,79 13,79 7,23 12,23 0,94
9 1577,03 -5,45 14,55 -0,91 14,09 3,23 13,23 6,78 11,78 0,92
11 1578,69 -5,88 14,12 -1,29 13,71 2,74 12,74 6,39 11,39 0,91
13 1580,35 -6,13 13,87 -1,56 13,44 2,53 12,53 6,14 11,14 0,91
15 1582,02 -6,38 13,62 -1,79 13,21 2,29 12,29 5,89 10,89 0,91
17 1583,69 -6,56 13,44 -1,98 13,02 2,06 12,06 5,68 10,68 0,92
19 1585,36 -6,67 13,33 -2,15 12,85 1,96 11,96 5,54 10,54 0,93
21 1587,04 -6,75 13,25 -2,20 12,80 1,79 11,79 5,40 10,40 0,95
23 1588,73 -6,84 13,16 -2,28 12,72 1,76 11,76 5,29 10,29 0,96
25 1590,41 -6,97 13,03 -2,24 12,76 1,62 11,62 5,15 10,15 0,96
27 1592.10 -7,09 12,91 -2,54 12,46 1,49 11,49 5,01 10,01 0,97
29 1593,79 -7,19 12,81 -2,66 12,34 1,38 11,38 4,92 9,92 0,96
31 1595,49 -7,32 12,68 -2,74 12,26 1,26 11,26 4,79 9,79 0,96
33 1597,19 -7,44 12,56 -2,89 12,11 1,13 11,13 4,69 9,69 0,96
35 1598,89 -7,64 12,36 -3,10 11,90 0,99 10,99 4,53 9,53 0,94
37 1600.60 -7,95 12,05 -3,38 11,62 0,71 10,71 4,30 9,30 0,92
39 1602,31 -8,24 11,76 -3,62 11,38 0,48 10,48 4,09 9,09 0,89
41 1604,03 -8,58 11,42 -3,93 11,07 0,26 10,26 3,87 8,87 0,85
43 1605,74 -8,98 11,02 -4,27 10,73 -0,09 9,91 3,60 8,60 0,81
45 1607,47 -9,47 10,53 -4,75 10,25 -0,47 9,53 3,24 8,24 0,76
47 1609,19 -10,00 10,00 -5,27 9,73 -0,95 9,05 2,83 7,83 0,72
49 1610,92 -10,65 9,35 -5,92 9,08 -1,53 8,47 2,39 7,39 0,65
Gain rata-rata (dB) 13,05
12,65
11,74
10,28
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
97
Universitas Indonesia
Tabel LK.5c Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya pompa konstan 170 mA (64,83 mW) pengujian pada ITU grid
Arus injeksi 170
(mA)
Daya pompa
18,120
(dBm) gain
Daya pompa 64,830
rata-rata
(mW) /+5dB
m
Daya sinyal -20 -15 -10 -5
(dBm)
No
ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm
) (dB)
(dBm)
(dB) (dBm
) (dB)
(dBm)
(dB) (dB)
1 1570,42 -0,80 19,20 3,11 18,11 6,57 16,57 9,05 14,05 1,72
3 1572,06 -1,52 18,48 2,40 17,40 5,85 15,85 8,78 13,78 1,57
5 1573,71 -2,16 17,84 1,82 16,82 5,29 15,29 8,31 13,31 1,51
7 1575,37 -2,85 17,15 1,12 16,12 4,78 14,78 7,87 12,87 1,43
9 1577,03 -3,49 16,51 0,59 15,59 4,23 14,23 7,45 12,45 1,35
11 1578,69 -3,98 16,02 0,08 15,08 3,85 13,85 7,06 12,06 1,32
13 1580,35 -4,33 15,67 -0,26 14,74 3,59 13,59 6,77 11,77 1,30
15 1582,02 -4,68 15,32 -0,54 14,46 3,26 13,26 6,57 11,57 1,25
17 1583,69 -4,85 15,15 -0,68 14,32 3,11 13,11 6,37 11,37 1,26
19 1585,36 -5,16 14,84 -0,82 14,18 2,97 12,97 6,25 11,25 1,20
21 1587,04 -5,33 14,67 -0,93 14,07 2,86 12,86 6,12 11,12 1,18
23 1588,73 -5,50 14,50 -1,09 13,91 2,75 12,75 5,97 10,97 1,18
25 1590,41 -5,66 14,34 -1,21 13,79 2,51 12,51 5,81 10,81 1,18
27 1592.10 -5,77 14,23 -1,35 13,65 2,47 12,47 5,71 10,71 1,17
29 1593,79 -5,92 14,08 -1,52 13,48 2,36 12,36 5,62 10,62 1,15
31 1595,49 -6,10 13,90 -1,67 13,33 2,21 12,21 5,47 10,47 1,14
33 1597,19 -6,29 13,71 -1,80 13,20 2,06 12,06 5,33 10,33 1,13
35 1598,89 -6,54 13,46 -1,97 13,03 1,93 11,93 5,21 10,21 1,08
37 1600.60 -6,78 13,22 -2,31 12,69 1,67 11,67 4,94 9,94 1,09
39 1602,31 -7,24 12,76 -2,63 12,37 1,41 11,41 4,76 9,76 1,00
41 1604,03 -7,57 12,43 -2,97 12,03 1,15 11,15 4,49 9,49 0,98
43 1605,74 -7,98 12,02 -3,35 11,65 0,82 10,82 4,23 9,23 0,93
45 1607,47 -8,53 11,47 -3,82 11,18 0,37 10,37 3,92 8,92 0,85
47 1609,19 -9,20 10,80 -4,41 10,59 -0,07 9,93 3,53 8,53 0,76
49 1610,92 -9,81 10,19 -5,08 9,92 -0,68 9,32 3,06 8,06 0,71
Gain rata-rata (dB) 14,48
13,83
12,69
10,95
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
98
Universitas Indonesia
Tabel LK.5d Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter untuk daya pompa konstan 180 mA (68,25 mW) pengujian pada ITU grid
Arus injeksi 180
(mA)
Daya pompa
18,340
(dBm) gain
Daya pompa 68,250
rata-rata
(mW) /+5dBm
Daya sinyal -20 -15 -10 -5
(dBm)
No
ITU Daya keluaran dan gain
(nm) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dBm) (dB) (dB) 1 1570,42 0,64 20,64 4,21 19,21 7,23 17,23 9,72 14,72 1,97
3 1572,06 -0,20 19,80 3,56 18,56 6,67 16,67 9,31 14,31 1,83
5 1573,71 -0,99 19,01 2,94 17,94 6,10 16,10 8,84 13,84 1,72
7 1575,37 -1,60 18,40 2,31 17,31 5,58 15,58 8,48 13,48 1,64
9 1577,03 -2,39 17,61 1,78 16,78 5,02 15,02 8,07 13,07 1,51
11 1578,69 -2,91 17,09 1,28 16,28 4,67 14,67 7,66 12,66 1,48
13 1580,35 -3,28 16,72 0,99 15,99 4,42 14,42 7,42 12,42 1,43
15 1582,02 -3,72 16,28 0,66 15,66 4,10 14,10 7,20 12,20 1,36
17 1583,69 -3,96 16,04 0,42 15,42 3,93 13,93 6,95 11,95 1,36
19 1585,36 -4,15 15,85 0,26 15,26 3,77 13,77 6,78 11,78 1,36
21 1587,04 -4,33 15,67 0,09 15,09 3,67 13,67 6,71 11,71 1,32
23 1588,73 -4,50 15,50 -0,07 14,93 3,54 13,54 6,54 11,54 1,32
25 1590,41 -4,71 15,29 -0,26 14,74 3,33 13,33 6,44 11,44 1,28
27 1592.10 -4,90 15,10 -0,38 14,62 3,24 13,24 6,36 11,36 1,25
29 1593,79 -5,13 14,87 -0,58 14,42 3,10 13,10 6,22 11,22 1,22
31 1595,49 -5,28 14,72 -0,73 14,27 2,96 12,96 6,09 11,09 1,21
33 1597,19 -5,49 14,51 -0,97 14,03 2,83 12,83 5,98 10,98 1,18
35 1598,89 -5,77 14,23 -1,10 13,90 2,60 12,60 5,83 10,83 1,13
37 1600.60 -6,13 13,87 -1,51 13,49 2,42 12,42 5,61 10,61 1,09
39 1602,31 -6,51 13,49 -1,84 13,16 2,14 12,14 5,42 10,42 1,02
41 1604,03 -6,89 13,11 -2,21 12,79 1,81 11,81 5,13 10,13 0,99
43 1605,74 -7,35 12,65 -2,59 12,41 1,48 11,48 4,87 9,87 0,93
45 1607,47 -7,88 12,12 -3,12 11,88 1,08 11,08 4,52 9,52 0,87
47 1609,19 -8,57 11,43 -3,73 11,27 0,59 10,59 4,12 9,12 0,77
49 1610,92 -9,27 10,73 -4,56 10,44 -0,06 9,94 3,68 8,68 0,68
Gain rata-rata (dB) 15,39
14,79
13,45
11,56
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
99
Universitas Indonesia
Tabel LK.6a Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter variasi daya sinyal terhadap daya pompa konstan ( 1580,35 nm)
1580,35 nm
Daya Pompa
150 mA 160 mA 170 mA 180 mA Peningkatan
17.29 dBm 17.86 dBm 18.12 dBm 18.34 dBm gain
53.6 mW 61.14 mW 64.83 mW 68.25 mW rata-rata
Daya Daya keluaran dan gain
/+10mA
sinyal
dBm mW dBm dB dBm dB dBm dB dBm dB dB
-20 0,010 -8,01 11,99 -6,02 13,98 -4,43 15,57 -3,28 16,72 1,58
-15 0,032 -3,09 11,91 -1,59 13,41 -0,16 14,84 0,88 15,88 1,32
-10 0,100 1,45 11,45 2,57 12,57 3,61 13,61 4,45 14,45 1,00
-5 0,316 5,41 10,41 6,17 11,17 6,84 11,84 7,48 12,48 0,69
Penurunan gain 0,53
0,94
1,24
1,41
rata-rata /+5 dBm (dB)
Tabel LK.6b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter variasi daya sinyal terhadap daya pompa konstan ( 1590,35 nm)
1590,41 nm
Daya Pompa
150 mA 160 mA 170 mA 180 mA Peningkatan
17.29 dBm 17.86 dBm 18.12 dBm 18.34 dBm gain
53.6 mW 61.14 mW 64.83 mW 68.25 mW rata-rata
Daya Daya keluaran dan gain
/+10mA
sinyal
dBm mW dBm dB dBm dB dBm dB dBm dB dB
-20 0,010 -8,82 11,18 -6,97 13,03 -5,66 14,34 -4,71 15,29 1,37
-15 0,032 -4,00 11,00 -2,24 12,76 -1,21 13,79 -0,26 14,74 1,25
-10 0,100 0,44 10,44 1,62 11,62 2,51 12,51 3,33 13,33 0,96
-5 0,316 4,35 9,35 5,15 10,15 5,81 10,81 6,44 11,44 0,70
Penurunan gain 0,61
0,96
1,18
1,28
rata-rata /+5 dBm (dB)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
100
Universitas Indonesia
Tabel LK.7a Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter panjang gelombang 1580,35 nm pada daya sumber tetap
Daya sumber
1580,35 nm -20 dBm -15 dBm -10 dBm -5 dBm Penurunan
0,010 mW 0,032 mW 0,100 mW 0,316 mW gain
Daya pompa Daya keluaran dan gain rata-rata /+5 dBm
mA mW dBm dB dBm dB dBm dB dBm dB dB
150 53,60 -8,56 11,44 -3,39 11,61 1,29 11,29 5,31 10,31 0,38
160 61,14 -6,13 13,87 -1,56 13,44 2,53 12,53 6,14 11,14 0,91
170 64,83 -4,33 15,67 -0,26 14,74 3,59 13,59 6,77 11,77 1,30
180 68,25 -3,28 16,72 0,99 15,99 4,42 14,42 7,42 12,42 1,43
Kenaikan gain 1,76
1,46
1,04
0,70
rata-rata /+10 mA (dB)
Tabel LK.7b Karakterisasi EDFA L band panjang 13.5 meter panjang gelombang 1590,41 nm pada daya sumber tetap
Daya Sumber
1590,41 nm -20 dBm -15 dBm -10 dBm -5 dBm Penurunan
0,010 mW 0,032 mW 0,100 mW 0,316 mW gain
Daya pompa Daya keluaran dan gain rata-rata /+5dBm
mA mW dBm dB dBm dB dBm dB dBm dB (dB)
150 53,60 -8,82 11,18 -4,00 11,00 0,44 10,44 4,35 9,35 0,61
160 61,14 -6,97 13,03 -2,24 12,76 1,62 11,62 5,15 10,15 0,96
170 64,83 -5,66 14,34 -1,21 13,79 2,51 12,51 5,81 10,81 1,18
180 68,25 -4,71 15,29 -0,26 14,74 3,33 13,33 6,44 11,44 1,28
Kenaikan gain 1,37
1,25
0,96
0,70
rata-rata /+10 mA (dB)
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
101
Universitas Indonesia
Tabel LK.8 Karakterisasi ASE, gain, dan NF EDFA L band panjang 13.5 meter pada arus LDP tetap 150 mA
daya masukan -20 dBm pengujian pada ITU grid
No
Arus LDP 150 (mA)
ASE Gain NF
Daya LDP 17,290 (dBm)
Daya LDP 53,600 (mW)
Daya Sinyal -20 (dBm)
Daya Sinyal 1,00E-
05 (W)
ITU L band Daya keluaran
(nm) (dBm) (W) (dBm) G(dB) (dB)
1 1570,42 -6,45 2,26E-04 -36,401 13,55 1,333
3 1572,06 -6,59 2,19E-04 -36,407 13,41 1,480
5 1573,71 -7,11 1,95E-04 -36,409 12,88 2,012
7 1575,37 -7,69 1,70E-04 -36,410 12,30 2,605
9 1577,03 -8,08 1,56E-04 -36,411 11,91 3,008
11 1578,69 -8,41 1,44E-04 -36,415 11,58 3,348
13 1580,35 -8,56 1,39E-04 -36,420 11,43 3,507
15 1582,02 -8,66 1,36E-04 -36,425 11,33 3,615
17 1583,69 -8,76 1,33E-04 -36,430 11,23 3,724
19 1585,36 -8,79 1,32E-04 -36,430 11,20 3,767
21 1587,04 -8,84 1,31E-04 -36,433 11,15 3,828
23 1588,73 -8,78 1,32E-04 -36,434 11,21 3,780
25 1590,41 -8,82 1,31E-04 -36,435 11,17 3,833
27 1592,10 -8,85 1,30E-04 -36,438 11,14 3,873
29 1593,79 -8,93 1,28E-04 -36,439 11,06 3,966
31 1595,49 -8,97 1,27E-04 -36,441 11,02 4,017
33 1597,19 -9,07 1,24E-04 -36,440 10,92 4,132
35 1598,89 -9,23 1,19E-04 -36,445 10,76 4,301
37 1600,60 -9,48 1,13E-04 -36,452 10,51 4,558
39 1602,31 -9,71 1,07E-04 -36,464 10,28 4,790
41 1604,03 -9,94 1,01E-04 -36,473 10,05 5,025
43 1605,74 -10,27 9,40E-05 -36,480 9,72 5,363
45 1607,47 -10,74 8,43E-05 -36,510 9,25 5,819
47 1609,19 -11,25 7,50E-05 -36,531 8,74 6,323
49 1610,92 -11,79 6,62E-05 -36,560 8,20 6,850
Nilai rata-rata -36,45 11,04 3,954
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
102
Universitas Indonesia
Tabel LK.9 Spesifikasi frekuensi komunikasi serat optik berdasarkan ITU Grid
L-Band C-Band S-Band 100 GHz Grid 50 GHz Offset 100 GHz Grid 50 GHz Offset 100 GHz Grid 50 GHz Offset
THz nm THz nm THz nm THz nm THz nm THz nm 1 186.00 1611.79 186.05 1611.35 191.00 1569.59 191.05 1569.18 196.00 1529.55 196.05 1529.16 2 186.10 1610.92 186.15 1610.49 191.10 1568.77 191.15 1568.36 196.10 1528.77 196.15 1528.38 3 186.20 1610.06 186.25 1609.62 191.20 1567.95 191.25 1567.54 196.20 1527.99 196.25 1527.60 4 186.30 1609.19 186.35 1608.76 191.30 1567.13 191.35 1566.72 196.30 1527.22 196.35 1526.83 5 186.40 1608.33 186.45 1607.90 191.40 1566.31 191.45 1565.90 196.40 1526.44 196.45 1526.05 6 186.50 1607.47 186.55 1607.04 191.50 1565.50 191.55 1565.09 196.50 1525.66 196.55 1525.27 7 186.60 1606.60 186.65 1606.17 191.60 1564.68 191.65 1564.27 196.60 1524.89 196.65 1524.50 8 186.70 1605.74 186.75 1605.31 191.70 1563.86 191.75 1563.45 196.70 1524.11 196.75 1523.72 9 186.80 1604.88 186.85 1604.46 191.80 1563.05 191.85 1562.64 196.80 1523.34 196.85 1522.95 10 186.90 1604.03 186.95 1603.60 191.90 1562.23 191.95 1561.83 196.90 1522.56 196.95 1522.18 11 187.00 1603.17 187.05 1602.74 192.00 1561.42 192.05 1561.01 197.00 1521.79 197.05 1521.40 12 187.10 1602.31 187.15 1601.88 192.10 1560.61 192.15 1560.20 197.10 1521.02 197.15 1520.63 13 187.20 1601.46 187.25 1601.03 192.20 1559.79 192.25 1559.39 197.20 1520.25 197.25 1519.86 14 187.30 1600.60 187.35 1600.17 192.30 1558.98 192.35 1558.58 197.30 1519.48 197.35 1519.09 15 187.40 1599.75 187.45 1599.32 192.40 1558.17 192.45 1557.77 197.40 1518.71 197.45 1518.32 16 187.50 1598.89 187.55 1598.47 192.50 1557.36 192.55 1556.96 197.50 1517.94 197.55 1517.55 17 187.60 1598.04 187.65 1597.62 192.60 1556.55 192.65 1556.15 197.60 1517.17 197.65 1516.78 18 187.70 1597.19 187.75 1596.76 192.70 1555.75 192.75 1555.34 197.70 1516.40 197.75 1516.02 19 187.80 1596.34 187.85 1595.91 192.80 1554.94 192.85 1554.54 197.80 1515.63 197.85 1515.25 20 187.90 1595.49 187.95 1595.06 192.90 1554.13 192.95 1553.73 197.90 1514.87 197.95 1514.49 21 188.00 1594.64 188.05 1594.22 193.00 1553.33 193.05 1552.93 198.00 1514.10 198.05 1513.72 22 188.10 1593.79 188.15 1593.37 193.10 1552.52 193.15 1552.12 198.10 1513.34 198.15 1512.96 23 188.20 1592.95 188.25 1592.52 193.20 1551.72 193.25 1551.32 198.20 1512.58 198.25 1512.19 24 188.30 1592.10 188.35 1591.68 193.30 1550.92 193.35 1550.52 198.30 1511.81 198.35 1511.43 25 188.40 1591.26 188.45 1590.83 193.40 1550.12 193.45 1549.72 198.40 1511.05 198.45 1510.67 26 188.50 1590.41 188.55 1589.99 193.50 1549.32 193.55 1548.91 198.50 1510.29 198.55 1509.91 27 188.60 1589.57 188.65 1589.15 193.60 1548.51 193.65 1548.11 198.60 1509.53 198.65 1509.15 28 188.70 1588.73 188.75 1588.30 193.70 1547.72 193.75 1547.32 198.70 1508.77 198.75 1508.39 29 188.80 1587.88 188.85 1587.46 193.80 1546.92 193.85 1546.52 198.80 1508.01 198.85 1507.63 30 188.90 1587.04 188.95 1586.62 193.90 1546.12 193.95 1545.72 198.90 1507.25 198.95 1506.87 31 189.00 1586.20 189.05 1585.78 194.00 1545.32 194.05 1544.92 199.00 1506.49 199.05 1506.12 32 189.10 1585.36 189.15 1584.95 194.10 1544.53 194.15 1544.13 199.10 1505.74 199.15 1505.36 33 189.20 1584.53 189.25 1584.11 194.20 1543.73 194.25 1543.33 199.20 1504.98 199.25 1504.60 34 189.30 1583.69 189.35 1583.27 194.30 1542.94 194.35 1542.54 199.30 1504.23 199.35 1503.85 35 189.40 1582.85 189.45 1582.44 194.40 1542.14 194.45 1541.75 199.40 1503.47 199.45 1503.10 36 189.50 1582.02 189.55 1581.60 194.50 1541.35 194.55 1540.95 199.50 1502.72 199.55 1502.34 37 189.60 1581.18 189.65 1580.77 194.60 1540.56 194.65 1540.16 199.60 1501.97 199.65 1501.59 38 189.70 1580.35 189.75 1579.93 194.70 1539.77 194.75 1539.37 199.70 1501.21 199.75 1500.84 39 189.80 1579.52 189.85 1579.10 194.80 1538.98 194.85 1538.58 199.80 1500.46 199.85 1500.09 40 189.90 1578.69 189.95 1578.27 194.90 1538.19 194.95 1537.79 199.90 1499.71 199.95 1499.34 41 190.00 1577.86 190.05 1577.44 195.00 1537.40 195.05 1537.00 200.00 1498.96 200.05 1498.59 42 190.10 1577.03 190.15 1576.61 195.10 1536.61 195.15 1536.22 200.10 1498.21 200.15 1497.84 43 190.20 1576.20 190.25 1575.78 195.20 1535.82 195.25 1535.43 200.20 1497.46 200.25 1497.09 44 190.30 1575.37 190.35 1574.95 195.30 1535.04 195.35 1534.64 200.30 1496.72 200.35 1496.34 45 190.40 1574.54 190.45 1574.13 195.40 1534.25 195.45 1533.86 200.40 1495.97 200.45 1495.60 46 190.50 1573.71 190.55 1573.30 195.50 1533.47 195.55 1533.07 200.50 1495.22 200.55 1494.85 47 190.60 1572.89 190.65 1572.48 195.60 1532.68 195.65 1532.29 200.60 1494.48 200.65 1494.11 48 190.70 1572.06 190.75 1571.65 195.70 1531.90 195.75 1531.51 200.70 1493.73 200.75 1493.36 49 190.80 1571.24 190.85 1570.83 195.80 1531.12 195.85 1530.72 200.80 1492.99 200.85 1492.62 50 190.90 1570.42 190.95 1570.01 195.90 1530.33 195.95 1529.94 200.90 1492.25 200.95 1491.88
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011
103
Universitas Indonesia
Gambar L.15 Photo percobaan sistem integrasi elektronika dan komponen optik sistem penguatan optik EDFA L band.
Rancang bangun..., Anwar Mujadin, FT UI, 2011