104
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK AXIA JALAN R.E. MARTADINATA NO. 47A BOGOR LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER LUTFIANA, S.Far. 1306502560 ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK AXIA JALAN R.E. MARTADINATA NO. 47A

BOGOR

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

LUTFIANA, S.Far.

1306502560

ANGKATAN LXXIX

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

DEPOK

JANUARI 2015

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK AXIA JALAN R.E. MARTADINATA NO. 47A

BOGOR

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

LUTFIANA, S.Far.

1306502560

ANGKATAN LXXIX

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

DEPOK

JANUARI 2015

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

iv Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

v Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

vi Universitas Indonesia

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

vii Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Axia Bogor. Laporan

PKPA ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis

selama melaksanakan kegiatan PKPA ini, yaitu kepada:

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

2. Dr. Hayun, M.Si, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia dan pembimbing dari Universitas Indonesia

yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis selama

penyusunan laporan ini.

3. Drs. Arel St.S.Iskandar, MM., M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Apotek Axia

yang telah berbagi ilmu kepada penulis serta membimbing penulis selama

pelaksanaan PKPA di Apotek Axia Bogor dan selama penyusunan laporan

ini.

4. Dra. Azizahwati, M.S., Apt., selaku Pembimbing Universitas atas bimbingan

selama penulisan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

5. Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan, dan bantuan

yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. Kedua orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini

tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan doa.

7. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah

terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

viii Universitas Indonesia

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan

ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA

ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan

laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis

selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Penulis

2015

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

ix Universitas Indonesia

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK AXIA JALAN R.E. MARTADINATA NO. 47A BOGOR

ABSTRAK

Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Axia Bogor bertujuan untuk

memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam pengelolaan Apotek, serta

melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan dan etika yang berlaku. Tugas khusus yang diberikan adalah mengenai

perencanaan pengadaan obat dan perbekalan farmasi lainnya untuk apotek yang

baru berdiri.

Kata kunci: Apoteker, Apotek Axia, perencanaan obat

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

x Universitas Indonesia

REPORT OF PHARMACIST INTERNSHIP PROGRAM AT APOTEK

AXIA JALAN R.E. MARTADINATA NO.47A BOGOR

ABSTRAC

The aim of pharmacist internship program in Apotek Axia Bogor is to understand

the duties and responsibilities of Pharmacist in Pharmacy management, and also

practice pharmaceutical care according to current regulations and pharmacist

ethics. Specific task that given in pharmacist internship program is drugs

procurement planning and other pharmaceutical supplies for the newly pharmacy.

Keywords : Pharmacist, Apotek Axia, druds procurement planning.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

xi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1 Pengertian Apotek .......................................................................... 4

2.2 Tatacara Perizinan Apotek ............................................................. 4

2.3 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek ...................................... 7

2.4 Sumber Daya Manusia di Apotek ................................................... 8

2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ................................... 10

2.6 Pengelolaan Narkotika .................................................................. 19

2.7 Penggolongan Obat di Indonesia .................................................. 22

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK AXIA .............................................. 23

3.1 Pendahuluan ...................................................................................... 23

3.2 Lokasi dan Tata Ruang ..................................................................... 23

3.3 Sumber Daya Manusia ...................................................................... 24

3.4 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya ..................... 25

3.5 Pelayanan Apotek ............................................................................. 27

3.6 Pengelolaan Narkotika ...................................................................... 29

3.7 Pengelolaan Psikotropika .................................................................. 29

3.8 Kegiatan Administrasi dan Keuangan .............................................. 30

BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 31

4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek ........................................................... 31

4.2 Kegiatan Apotek.................................................................................. 33

4.3 Kegiatan PKPA di Apotek Axia ......................................................... 36

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 43

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 43

5.2 Saran ............................................................................................... 43

DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 44

LAMPIRAN ......................................................................................................... 45

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Formulir Model APT-1 ...................................................... 46

Lampiran 2. Contoh Formulir Model APT-2 ...................................................... 48

Lampiran 3. Contoh Formulir Model APT-3 ...................................................... 49

Lampiran 4. Contoh Formulir Model APT-4 ...................................................... 56

Lampiran 5. Contoh Formulir Model APT-5 ...................................................... 57

Lampiran 6. Contoh Formulir Model APT-6 ...................................................... 60

Lampiran 7. Contoh Formulir Model APT-7 ...................................................... 61

Lampiran 8. Surat Pesanan Narkotika ................................................................ 62

Lampiran 9. Laporan Narkotika SIPNAP ........................................................... 63

Lampiran 10. Peta Apotek Axia ........................................................................... 64

Lampiran 12. Tata Letak Ruang Apotek Axia ..................................................... 65

Lampiran 13. Surat Pesanan Apotek Axia ........................................................... 66

Lampiran 14. Kartu Stok Barang Apotek Axia .................................................... 67

Lampiran 15. Etiket Apotek Axia ........................................................................ 68

Lampiran 16. Salinan Resep Apotek Axia ........................................................... 69

Lampiran 17. Kuitansi Apotek Axia .................................................................... 70

Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika Apotek Axia ...................................... 71

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ketersediaan dan kualitas fasilitas

pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, perbekalan kesehatan, dan manajemen

kesehatan. Dengan demikian diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan

yang bermutu, memiliki tenaga kesehatan profesional, perbekalan kesehatan yang

lengkap, dan manajemen kesehatan yang baik. Adapun salah satu jenis fasilitas

tersebut ialah Apotek.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35

tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apotek adalah

sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh

Apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien

(Menteri Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51

tahun 2009 pasal 1 ayat 13, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah

suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan

dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009).

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Menteri Kesehatan RI, 2014).

Apoteker merupakan tenaga kesehatan profesional yang dituntut dapat

berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat. Untuk

itu segala informasi obat yang diberikan haruslah lengkap, mudah dimengerti, dan

berorientasi kepada pasien. Selain fungsi sosial tersebut, Apotek pun memiliki

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

2

Universitas Indonesia

fungsi ekonomi yang mengharuskan Apotek memperoleh laba untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan mempertahankan

kelangsungan usahanya. Dengan demikian seorang Apoteker tidak hanya dituntut

dari segi teknis kefarmasian saja, tetapi juga dari segi manajemen.

Pengelolaan apotek sepenuhnya berada pada Apoteker. Oleh karena itu

seorang Apoteker harus mengelola apoteknya secara efektif sehingga penyaluran

perbekalan farmasi kepada masyarakat dapat dipertanggungjawabkan, dimana

mutu, khasiat, dan keamanannya terjamin. Pengelolaan Apotek dibedakan atas

pengelolaan teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Pengelolaan teknis

farmasi meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat; pengadaan, penyimpanan,

penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya; dan pelayanan informasi

mengenai perbekalan farmasi. Adapun pengelolaan non teknis farmasi mencakup

kegiatan administrasi, keuangan, personalia, arus barang, dan bidang lain yang

berhubungan dengan Apotek.

Dengan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Axia

periode 11 Agustus hingga 30 Agustus 2014 ini diharapkan calon Apoteker

mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam pengelolaan

sebuah Apotek dan memiliki pengetahuan serta pengalaman menjalankan praktek

pelayanan kefarmasian di Apotek. Selain itu calon Apoteker diharapkan mampu

mengetahui peran dan fungsi Apoteker di Apotek dalam aspek menajerial yang

meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan pengelolaan administrasi keuangan.

1.2. Tujuan

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Axia bertujuan agar

mahasiswa:

a. Mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam pengelolaan

Apotek, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku.

b. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis

untuk melakukan praktek kefarmasian di Apotek.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009

Pasal 1, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik

kefarmasian oleh Apoteker. Pada Peraturan Pemerintah (PP) ini menekankan

apotek sebagai sarana pelayanan kefarmasian dimana pengerian dari pelayanan

kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada

pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil

yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Hal tersebut menggambarkan telah terjadi pergeseran orientasi bahwa

apotek kini lebih mengutamakan kepada keselamatan pasien bukan hanya menjual

komoditi dagang berupa sediaan farmasi.

2.2 Tatacara Perizinan Apotek

Dalam proses pemberian izin apotek, hal tersebut secara resmi ditandai

dengan diterbitkannya SIA (Surat Izin Apotek) oleh dinas kesehatan

kabupaten/kotamadya. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang

bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu

tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala Dinkes

wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin dan pencabutan

izin apotek kepada Meteri Kesehatan RI dan tembusan disampaikan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes

/SK/X/2002 Prosedur Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut :

1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1 yang

tertera pada Lampiran 1.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

4

Universitas Indonesia

2. Dengan menggunakan formulir APT-2 pada Lampiran 2. Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah

menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai

POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan

kegiatan.

3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh formulir APT-3 yang tertera pada Lampiran 3.

4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan

menggunakan contoh formulir model APT-4 yang tertera pada Lampiran 4.

5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud, ayat (4), Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh

formulir model APT-5 yang tertera pada Lampiran 5.

6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir

model APT-6 pada Lampiran 6 .

7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

8. Terhadap permohonan izin apotek, APA atau lokasi yang tidak sesuai dengan

permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka

waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat

penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model

APT-7 yang tertera pada Lampiran 7.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

5

Universitas Indonesia

Adapun persyaratan yang perlu dilampirkan pada surat permohonan izin

apotek adalah sebagai berikut:

1. Fotokopi KTP Apoteker Pengelola Apotek.

2. Fotokopi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA).

3. Denah bangunan dan peta lokasi.

4. Surat status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/ kontrak.

5. Daftar alat perlengkapan apotek.

6. Daftar Ketenagaan Apotek (Asisten Apoteker).

7. Daftar Perlengkapan administrasi (etiket, kopi resep, form laporan narkotika

dll.)

8. Surat pernyataan dari APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja tetap

pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di Apotek lain

9. Surat izin dari atasan bagi APA PNS/ABRI/Pegawai Instansi Pemerintahan

lainnya

10. Akte Perjanjian Kerja Sama antara APA dengan Pemilik Sarana Apotek yang

disahkan Notaris.

11. Surat pernyataan PSA tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan dibidang

obat-obatan.

12. Surat Izin Usaha berdasarkan Undang Undang Gangguan (UUG).

13. Daftar kepustakaan wajib Apotek

14. NPWP pemilik sarana apotek

2.3 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2014, Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana

Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan Kefarmasian.

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan

Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:

a. Ruang penerimaan Resep

Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan

Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

6

Universitas Indonesia

penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat

oleh pasien.

b. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas

meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan

sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air

minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat,

lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket dan label

obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang

cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).

c. Ruang penyerahan Obat

Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat

digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.

d. Ruang konseling

Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi

konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu

konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.

e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari

Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan

khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,

pengukur suhu dan kartu suhu.

f. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

7

Universitas Indonesia

2.4 Sumber Daya Manusia di Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 35 tahun 2014, pelayanan

kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh

Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat

Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) untuk Apoteker

Penanggungjawab Apotek dan atau apoteker pendamping, serta Surat Izin Kerja

Tenaga Tekhnis Kefarmasian (SIKTTK) untuk asisten apoteker.

Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi

kriteria:

1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.

3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/ Continuing Professional

Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang

berkesinambungan.

4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri,

baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau

mandiri.

5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang

undangan, sumpah apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar

pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku.

Dalam melakukan pelayanan kefarmasian seorang apoteker harus

menjalankan peran sebagai:

a. Pemberi layanan

Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.

Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan

kesehatan secara berkesinambungan.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

8

Universitas Indonesia

b. Pengambil keputusan

Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan dengan

menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Komunikator

Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.

d. Pemimpin

Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan

yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan

mengelola hasil keputusan.

e. Pengelola

Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan

informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi

informasi dan bersedia berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan Obat.

f. Pembelajar seumur hidup

Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional

Development/CPD)

g. Peneliti

Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam

mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan

memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan

Kefarmasian.

(Kementerian Kesehatan RI, 2014)

2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2014, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

9

Universitas Indonesia

pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan

pelayanan farmasi klinik.

2.5.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

a. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola

konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

b. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan

Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

c. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan

dengan kondisi fisik yang diterima.

d. Penyimpanan

1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka

harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang

jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat,

nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai

sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan

kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

10

Universitas Indonesia

4) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan

FIFO (First In First Out)

e. Pemusnahan

1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang

mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan

disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh

Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat

izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita

acara.

2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan

oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau

cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan

Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya

dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

f. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan

sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau

pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,

kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian

persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau

elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal

kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

g. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,

faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan)

dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

11

Universitas Indonesia

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal

merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,

meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.

Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi

kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi

pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir),

psikotropika (menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan

lainnya.

2.5.2 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

2.5.2.1 Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik

dan pertimbangan klinis.

Kajian administratif meliputi:

a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan

b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf

c. tanggal penulisan Resep.

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

a. bentuk dan kekuatan sediaan;

b. stabilitas; dan

c. kompatibilitas (ketercampuran Obat).

Pertimbangan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi dan dosis Obat;

b. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;

c. duplikasi dan/atau polifarmasi;

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

12

Universitas Indonesia

d. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping, manifestasi klinis

lain);

e. kontra indikasi; dan

f. interaksi obat.

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker

harus menghubungi dokter penulis Resep.

2.5.2.2 Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi

Obat.

Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan resep meliputi kegiatan:

menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan resep serta mengambil

Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama

Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.

b. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan

c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:

1) warna putih untuk Obat dalam/oral;

2) warna biru untuk Obat luar dan suntik;

3) menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau

emulsi.

d. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang

berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.

Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:

a. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali

mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan

jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);

b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien

c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien

d. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

13

Universitas Indonesia

e. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan

Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,

kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain

f. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,

mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil

g. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya

h. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh Apoteker

(apabila diperlukan)

i. Menyimpan Resep pada tempatnya

j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien

Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan

swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang

memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat

bebas atau bebas terbatas yang sesuai.

2.5.2.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,

dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai

Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan

metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,

keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,

stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:

a. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;

b. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat

(penyuluhan);

c. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;

d. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang

sedang praktik profesi;

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

14

Universitas Indonesia

e. melakukan penelitian penggunaan Obat;

f. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;

g. melakukan program jaminan mutu.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi

Obat :

a. Topik Pertanyaan;

b. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;

c. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon);

d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat

alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium);

e. Uraian pertanyaan;

f. Jawaban pertanyaan;

g. Referensi;

h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data Apoteker

yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.

2.5.2.4 Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan

kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,

Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien

dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker

harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami

Obat yang digunakan.

Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:

a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,

ibu hamil dan menyusui).

b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,

AIDS, epilepsi).

c. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan

kortikosteroid dengan tappering down/off).

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

15

Universitas Indonesia

d. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,

fenitoin, teofilin).

e. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi

penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari

satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis

Obat.

f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

Tahap kegiatan konseling:

a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien

b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime

Questions, yaitu:

1) Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?

2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?

3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah

Anda menerima terapi Obat tersebut?

c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien

untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat

d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan Obat

e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien

Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan

pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam

konseling.

2.5.2.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan

Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh

Apoteker, meliputi :

a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan

pengobatan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

16

Universitas Indonesia

b. Identifikasi kepatuhan pasien

c. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya

cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin

d. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum

e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat

berdasarkan catatan pengobatan pasien

f. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan

menggunakan Formulir 8 sebagaimana terlampir.

2.5.2.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:

a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

c. Adanya multidiagnosis.

d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang

merugikan.

Kegiatan:

a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri

dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui

wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain

c. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara lain

adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi,

pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,

terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi Obat

d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan

apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

17

Universitas Indonesia

e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana

pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan

meminimalkan efek yang tidak dikehendaki

f. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh

Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk

mengoptimalkan tujuan terapi.

g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat.

2.5.2.7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis.

Kegiatan:

a. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami

efek samping Obat.

b. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

c. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional

2.6 Penggolongan Obat di Indonesia

Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009).

Penggolongan Obat

Menurut Depkes, 2006, Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Obat Bebas

Gambar 2.1 Logo obat bebas

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

18

Universitas Indonesia

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran

hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

b. Obat bebas Terbatas

Gambar 2.2 Logo bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan

tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas

adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : CTM tablet

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,

berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima)

centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih

sebagai berikut :

Gambar 2.3 Tanda Peringatan dalam kemasan obat bebas terbatas

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

19

Universitas Indonesia

c. Obat Keras dan Psikotropika

Gambar 2.4 Logo obat keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam

lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku.

d. Obat Narkotika

Gambar 2.5 Logo narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri dan menimbulkan ketergantungan.

2.7 Pengelolaan Narkotika.

Narkotika menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Sedangkan, perkursor narkotika adalah zat atau

bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan

narkotika. Narkotika bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

20

Universitas Indonesia

kesehatan serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun jika disalahgunakan

dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan. Untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan narkotika, maka diadakan pengawasan terhadap penggunaan

narkotika dan perkursornya mulai dari kegiatan pembelian, penyimpanan,

penjualan, administrasi serta penyampaian sampai pelaporannya.

Untuk mempermudah pengawasan tersebut maka Pemerintah menetapkan

PT. Kimia Farma sebagai satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk

memproduksi, mengimpor dan mendistribusikan narkotika di Indonesia.

Pengelolaan narkotika yang ada di apotek meliputi kegiatan:

2.7.1 Pemesanan narkotika

Pemesanan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui

Surat Pesanan (SP) narkotika yang terdiri dari 4 rangkap SP (1 Asli, 3 tembusan)

kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Seperti

yang tertera di Lampiran 8.

Surat Pesanan narkotika harus memuat:

a. Identitas APA (Nama dan No. SIPA APA)

b. Tanda tangan dari APA

c. Nama dan alamat distributor

d. Nama apotek (Stempel apotek), untuk 1 SP hanya bisa memesan 1 jenis

apotek

e. Stok akhir narkotika

2.7.2 Penyimpanan narkotika

Narkotika yang berada di apotek, wajib disimpan secara khusus sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No. 35

Tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur

dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 pasal 5

serta keterangannya, yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk

menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat khusus tersebut

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

21

Universitas Indonesia

b. Harus mempunyai kunci yang kuat.

c. Tempat khusus dapat berupa 2 buah tempat yang terpisah atau 1 tempat yang

terbagi 2 dan tiap bagian mempunyai daun pintu dan kunci-kunci sendiri.

bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidina, dan garam-

garamnya, serta persediaan narkotika. Bagian kedua dipergunakan untuk

menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40x80x100

cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada dinding atau lantai. Kecuali tempat

tersebut merupakan bagian dari lemari atau meja resep yang besar .

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/MENKES/PER/I/1978

tersebut, lemari narkotika juga tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang

lainnya dan anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penangungjawab atau

pegawai lain yang dikuasakan (Asisten apoteker yang memiliki SIKTTK). Selain

itu, lemari narkotika juga harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat

oleh umum.

2.7.3 Pelayanan resep yang mengandung narkotika

Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 Apotek hanya menyerahkan

narkotika kepada:

a. Rumah sakit

b. Pusat kesehatan masyarakat

c. Balai pengobatan

d. Dokter, dan

e. pasien

Tentang tatacara penyerahan resep yang mengandung narkotika juga

dijelaskan pada surat edaran Badan Pengawas Obat dan Makanan No.

366/E/SE/1977 antara lain disebutkan:

a. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No. 9 Tahun 1976

tentang narkotika, maka apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika

atas dasar resep yang sama atau atas dasar salinan resep. Untuk resep

narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

22

Universitas Indonesia

tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan

resep asli.

b. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani

sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada

resep yang mengandung narkotika

Resep yang mengandung narkotika selanjutnya diberi garis merah dan

disimpan bersama resep narkotika lain sesuai tanggal pembuatan resep.

2.7.4 Pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat

Peraturan Menteri Kesehatan No.35 Tahun 2014 menyebutkan bahwa

pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek yang rusak atau tidak memenuhi

syarat harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Di Apotek pemusnahan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan

narkotika yang memuat :

a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.

b. Nama, Nomor SIPA apoteker penanggungjawab apotek.

c. Nama dan alamat apotek

d. Identitas saksi dari pemerintahan dan seorang saksi lain dari tenaga kesehatan.

e. Tempat dan cara pemusnahan.

f. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

g. Tanda tangan Apoteker penanggungjawab apotek dan saksi-saksi.

Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada :

2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3) Kepala Balai POM.

4) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

5) Arsip di Apotek.

2.7.5 Pelaporan pemakaian narkotika

Laporan pemakaian narkotika tersebut terdiri dari Nama Narkotika, satuan,

salado awal,pemasukan dari, jumlah pemasukaan, alasan pengunaan, jumlah

penggunaan dan saldo akhir. Pelaporan peabupaten/Kota setempat secara tertulis

dan secara online pada program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

23

Universitas Indonesia

(SIPNAP) melaui website http://sipnap.binfar.depkes.go.id yang dikelola oleh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Seperti yang tertera di Lampiran 9.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

24

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTEK AXIA

3.1. Pendahuluan

Apotek Axia berdiri sejak Januari 2011. Apotek ini dikelola oleh seorang

Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA) yakni

Drs. Arel Sutan Sjahrir Iskandar, M.M., M.Si., Apt dengan nomor SP:

01.01.V.5.2.7759. Nama “Axia” berasal dari kata “AKSI” yang merupakan

singkatan dari Arisan Keluarga Sutan Iskandar, dimana arisan tersebut

dilaksanakan di rumah keluarga di Jalan R.E. Martadinata No.47A. Kata “Arisan”

diganti menjadi “Apotek” karena yang akan dibuka adalah sebuah Apotek.

Dengan demikian namanya menjadi Apotek Keluarga Sutan Iskandar.

Secara tata bahasa kata Axia berarti nenek moyang kupu-kupu. Pemilik

Apotek memiliki filosofi yaitu Apotek diibaratkan sebagai kepompong yang akan

bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah.

3.2. Lokasi dan Tata Ruang

3.2.1. Lokasi

Apotek Axia terletak di Jalan R.E. Martadinata No.47A, Kelurahan

Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Apotek berada

sekitar 10 meter dari kantor Kelurahan Ciwaringin. Apotek juga berada dekat

Bank Perkreditan Rakyat, pabrik sepatu, dan pemukiman penduduk. Letak Apotek

tidak berada di tepi jalan, namun jalan raya di depan gang Apotek cukup ramai

dilewati kendaraan yang akan menuju Jalan Merdeka dan Cimanggu. Adapun

Apotek pesaing yang berada di sekitar Apotek Axia antara lain Apotek Kimia

Farma dan Apotek Merdeka yang berada di Jalan Merdeka serta Apotek Centro

Medika yang terletak di dekat Air Mancur. Peta Apotek Axia terlampir pada

Lampiran 10.

3.2.2. Tata Ruang

Bangunan Apotek memiliki ukuran 8 x 3 m. Apotek terdiri dari halaman

depan, ruang tunggu pasien, etalase obat Over The Counter (OTC), ruang

peracikan obat, lemari penyimpanan obat psikotropika, wastafel, dan toilet.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

25

Universitas Indonesia

Tempat pemajangan obat OTC dibuat lebih luas daripada ruang peracikan obat

dikarenakan Apotek Axia berorientasi pada pelayanan swamedikasi. Adapun tata

ruang Apotek Axia dapat dilihat pada Lampiran 11.

3.3. Sumber Daya Manusia

Di Apotek Axia hanya terdapat satu orang APA sekaligus PSA yaitu Drs.

Arel Sutan Sjahrir Iskandar, M.M., M.Si., Apt.. Tidak terdapat Apoteker

Pendamping ataupun tenaga teknis kefarmasian. Dengan demikian fungsi

manajerial dan pelayanan kefarmasian hanya dijalankan oleh APA. Pasien yang

datang ke apotek umumnya adalah pasien swamedikasi sehingga pelayanan yang

diberikan tidak lama dan dapat ditangani oleh seorang apoteker. Seorang APA

diantaranya sebagai berikut (Firmansyah, 2009).

a. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang

bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.

b. Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang

dilandasi oleh kepentingan masyarakat.

c. Berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

d. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang

diserahkan kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman, rasional

atas permintaan masyarakat.

e. Memberitahukan kepada dokter penulis resep jika dalam resep dianggap

terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat.

f. Menunjuk Apoteker pendamping atau Apoteker pengganti jika berhalangan

melaksanakan tugasnya.

g. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker

pendamping atau Apoteker pengganti dalam pengelolaan Apotek.

h. Menyerahkan resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lain, kunci-kunci

tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika, serta berita acaranya, jika

menyerahkan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian.

i. Mengamankan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, jika tidak, SIA-nya dicabut.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

26

Universitas Indonesia

3.4. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

3.4.1. Pengadaan

Pengadaan barang di Apotek Axia memperhatikan beberapa hal seperti

sumber barang harus jelas dan resmi, jumlah dan jenis barang disesuaikan dengan

kondisi keuangan dan kategori arus fast moving atau slow moving, berdasarkan

produk bermerek yang tengah digemari oleh masyarakat, dan berdasarkan jenis

penyakit yang sedang banyak diderita oleh masyarakat. Pengadaan barang

dilakukan secara Cash On Delivery (COD), konsinyasi, dan kredit. Adapun

pembelian barang di Apotek Axia dilakukan dengan cara pembelian terbatas guna

menghindari penumpukan barang yang dapat mengakibatkan modal terhenti.

Langkah-langkah pengadaan barang di Apotek Axia diantaranya sebagai

berikut.

a. Pemeriksaan dan pencatatan jumlah obat dan perbekalan kesehatan lainnya

Pemeriksaan dan pencatatan jumlah obat serta perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan setiap hari. Jumlah barang yang berada pada stok minimum dicatat pada

buku defekta. Selanjutnya dilakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar

Farmasi (PBF). Selain barang dengan stok minimum, barang-barang yang belum

ada di Apotek namun permintaan dari pelanggan tinggi pun harus dicatat pada

buku defekta.

b. Pemesanan obat dan perbekalan kesehatan kepada PBF berdasarkan buku

defekta

Pemesanan barang dapat menggunakan Surat Pesanan (SP) seperti yang

tertera pada Lampiran 12, langsung kepada salesman, ataupun via telepon. SP

berisi nama PBF, nama barang, kemasan, jumlah barang, dan potongan harga

yang kemudian ditandatangani oleh APA. Faktor-faktor yang harus diperhatikan

dalam melakukan kerjasama dengan PBF meliputi legalitas PBF, kualitas barang

pesanan dapat dipertanggungjawabkan, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan,

akan bertanggung jawab terhadap barang pesanan jika terjadi kerusakan, potongan

harga yang diberikan, dan cara pembayaran.

c. Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan

Obat dan perbekalan kesehatan yang disertai faktur pembelian dan SP dikirim

ke Apotek. Selanjutnya barang tersebut diterima oleh Apoteker dan dilakukan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

27

Universitas Indonesia

pengecekan berdasarkan kesesuaian jenis, bentuk, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan

kondisi fisik barang dengan SP dan faktur. Faktur akan ditandatangani oleh

Apoteker jika barang pesanan telah sesuai. Sebaliknya jika barang tidak sesuai

dengan SP ataupun barang telah mendekati waktu kadaluarsa, barang akan

dikembalikan langsung kepada PBF.

Barang yang telah datang tersebut selanjutnya dicatat dalam buku penerimaan

barang. Setelah itu barang dibubuhi harga sesuai dengan rumus perhitungan harga

jual yang telah ditetapkan oleh Apotek. Faktur pembelian yang diterima pun

disimpan pada buku faktur sesuai dengan urutan tanggal masuk guna

menginventaris barang yang telah diterima dan mengetahui jumlah uang yang

akan dibayarkan saat jatuh tempo.

3.4.2. Penyimpanan

Apotek Axia menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dan First

Expired First Out (FEFO) dalam hal penyimpanan barang. Pada sistem FIFO,

barang yang dikeluarkan lebih dahulu ialah barang yang lebih dahulu masuk.

Adapun pada sistem FEFO, barang dengan tanggal kadaluarsa lebih cepat akan

dikeluarkan terlebih dahulu.

Obat bebas, obat bebas terbatas, fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu,

dan perbekalan kesehatan lainnya seperti kassa steril dan non steril, kapas,

masker, dan sebagainya diletakkan pada etalase bagian depan Apotek.

Penyusunannya dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan permainan warna

sehingga akan menarik perhatian pelanggan dan mempermudah dalam

pengambilan barang.

3.4.3. Pencatatan

Pencatatan obat dan perbekalan kesehatan lainnya di kartu stok dilakukan

setiap ada barang yang datang, barang terjual, dan kadaluarsa. Kartu stok Apotek

Axia berisi tanggal, jumlah barang masuk beserta sumbernya, jumlah barang

keluar, saldo, dan keterangan. Kartu stok diletakkan tepat disamping dus obat

masing-masing didalam etalase obat. Hal tersebut ditujukan untuk memudahkan

pencatatan dan pengecekan kesesuaian catatan dengan kondisi yang ada terkait

obat dan perbekalan kesehatan didalam etalase. Contoh kartu stok Apotek Axia

dapat dilihat pada Lampiran 13.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

28

Universitas Indonesia

3.5. Pelayanan Apotek

3.5.1. Pelayanan Swamedikasi

Pelayanan obat non resep yakni yang tergolong obat bebas kepada

konsumen adalah pelayanan swamedikasi. Obat-obatan yang dapat dijual bebas

antara lain obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, alat

kesehatan tertentu, dan kosmetika. Di Apotek Axia, pelayanan swamedikasi yang

dilakukan sudah cukup baik dimana pelayanan hanya diberikan pada kasus

penyakit ringan seperti diare, batuk, demam, penyakit kulit, dan nyeri.

3.5.2. Pelayanan Obat dengan Resep

Pelayanan obat dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat

dengan resep dokter secara tunai. Adapun alur pelayanan resep di Apotek Axia

ialah sebagai berikut.

1. Apoteker menerima resep dari pasien, dilakukan skrining resep, dicek

ketersediaan obat di apotek, dan diberi harga.

2. Harga obat diberitahukan kepada pasien. Apabila pasien menyetujui maka

pasien bisa segera membayar dan menunggu obat selesai disiapkan. Jika harga

obat dirasa mahal oleh pasien, Apoteker dapat menawarkan obat generik.

3. Resep dibawa ke meja peracikan untuk dikerjakan. Lembaran resep diberi

kertas penanda berisi nomor resep, tanggal resep, nama pasien, dan harga obat.

Obat yang telah selesai disiapkan kemudian diberi etiket. Selanjutnya obat

yang telah siap tersebut dicek kesesuaiannya yang meliputi nama pasien, usia

pasien, bentuk sediaan, jumlah obat, dan informasi obat di etiket. Etiket apotek

axia terlampir pada Lampiran 14.

4. Obat diserahkan kepada pasien disertai pemberian informasi, kemudian nomor

telepon pasien, alamat pasien, jumlah, dan harga resep dicatat dalam buku

resep.

5. Salinan resep seperti pada Lampiran 15. atau kuitansi seperti pada Lampiran

16. dapat dibuat atas permintaan pasien.

3.5.3. Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA)

Pelayanan Obat Wajib Apotek di Apotek Axia disertai dengan pemberian

informasi obat.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

29

Universitas Indonesia

3.5.4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pemberian Informasi Obat kepada pasien dilakukan saat penyerahan obat

di Apotek. PIO harus diberikan oleh seorang Apoteker dan tidak hanya dilakukan

ketika pasien membeli obat tetapi saat pasien hanya sekedar bertanya dan tidak

membeli obat pun harus diberikan PIO. Adapun pertanyaan yang sering

ditanyakan oleh konsumen yang datang ke Apotek meliputi indikasi, efek

samping obat, cara penggunaan, hal yang harus dihindari selama menggunakan

obat, interaksi yang dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan, dan

sebagainya.

3.6. Pengelolaan Narkotika

Di Apotek Axia tidak terdapat obat golongan narkotika

3.7. Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan obat golongan psikotropika di Apotek Axia mencakup

pemesanan, penerimaan, penyimpanan, dan pelaporan penggunaan psikotropika.

3.7.1. Pemesanan Psikotropika

Pemesanan sediaan psikotropika di Apotek memenuhi ketentuan sebagai

berikut.

a) Dalam satu lembar surat pesanan boleh terdapat lebih dari satu jenis

psikotropika. SP Psikotropika terlampir pada Lampiran 17.

b) Dalam surat pesanan mencantumkan nama Apotek, alamat Apotek, nomor

Surat Izin Apotek (SIA), nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), dan nomor

Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA).

c) Surat pesanan harus ditandatangani oleh APA dan terdapat stempel Apotek.

d) Surat pesanan dibuat tiga rangkap, satu surat salinannya digunakan untuk

pengarsipan di Apotek, sedangkan lembar yang asli diserahkan ke PBF yang

bersangkutan. Pemesanan psikotropika tidak harus dilakukan di PBF Kimia

Farma.

3.7.2. Penerimaan dan Penyimpanan Psikotropika

Penerimaan sediaan psikotropika di Apotek dilakukan oleh Apoteker.

APA akan menerima dan menandatangani bukti penerimaan obat psikotropika. Di

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

30

Universitas Indonesia

Apotek Axia obat golongan psikotropika disimpan didalam lemari khusus yang

terkunci disertai kartu stok obat sehingga keamanannya terjamin.

3.7.3. Pelaporan Penggunaan Psikotropika

Laporan penggunaan sediaan psikotropika di Apotek Axia dilakukan

setiap sebulan sekali melalui form aplikasi software SIPNAP secara online ke

Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

dengan tembusan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM).

3.8. Kegiatan Administrasi dan Keuangan

3.8.1. Kegiatan Administrasi

Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek berfungsi untuk mencatat

segala proses kegiatan yang terjadi di Apotek sehingga dapat digunakan sebagai

arsip. Adapun kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Axia adalah

sebagai berikut.

a) Administrasi penjualan

Pada administrasi penjualan mencakup kegiatan pencatatan obat-obat yang

terjual antara obat bebas dan obat ethical di Apotek dalam sebuah buku penjualan.

b) Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang

Pencatatan terhadap pembelian kredit atau hutang dagang dibuat

berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke Apotek. Pencatatan yang

dilakukan meliputi nomor faktur, harga barang, jatuh tempo pembayaran, dan

potongan harga yang diberikan oleh PBF. Tujuan dari pencatatan tersebut ialah

untuk memudahkan pengawasan terhadap pembayaran barang sehingga

pembayaran dapat dilakukan dengan tepat waktu.

c) Administrasi pembukuan

Administrasi pembukuan berfungsi untuk mencatat seluruh pemasukan

dan pengeluaran dari transaksi-transaksi penjualan yang telah dilakukan di Apotek

Axia.

3.8.2. Sistem Administrasi

Sistem administrasi di Apotek Axia meliputi perencanaan, pengadaan,

pengelolaan, dan pelaporan barang yang masuk dan keluar. Kelengkapan

administrasi yang ada di Apotek Axia diantaranya sebagai berikut.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

31

Universitas Indonesia

a. Buku defekta

Daftar nama obat dan perbekalan farmasi lainnya yang telah mendekati

persediaan minimum atau banyak dipesan oleh konsumen dicatat didalam buku

defekta. Oleh karena itu dapat diketahui secara pasti terkait obat atau perbekalan

farmasi yang harus segera dipesan dan pemesanan dapat terkontrol dengan baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Didalam Surat Pesanan (SP) tercantum tanggal pemesanan, nama PBF

yang ditunjuk, nama dan nomor barang, jenis kemasan, jumlah pesanan, dan tanda

tangan pemesanan serta stempel Apotek. SP terdiri dari dua lembar yang harus

ditandatangani oleh seorang Apoteker.

3.8.3. Kegiatan Keuangan

Kegiatan keuangan meliputi segala kegiatan terkait aliran uang masuk

yang berasal dari setiap transaksi penjualan barang dan jasa di Apotek, serta aliran

uang keluar yang berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembiayaan

hutang dagang dan biaya operasional Apotek lainnya. Apotek Axia melakukan

stock opname secara rutin untuk mengetahui jumlah aset obat yang tersisa.

Adapun administrasi kegiatan keuangan yang dilakukan di Apotek Axia ialah

sebagai berikut.

a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang berhubungan dengan uang yang ada di

kas Apotek setiap bulan.

b. Laporan laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang dialami

oleh Apotek selama satu tahun.

c. Neraca tahunan untuk mengetahui aset Apotek, baik berupa harta lancar

maupun harta tetap.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

31 Universitas Iindonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Apotek merupakan salah satu tempat praktek seorang apoteker. Seiring

dengan perkembangan zaman, maka terjadi perubahan konsep dimana apoteker

tidak menggunakan obat sebagai komoditi barang melainkan sebagai alat untuk

memberikan pelayanan dibidang kesehatan kepada masyarakat. Hal ini juga

diterapkan di Apotek Axia.

4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek

Apotek Axia berdiri sejak Januari 2011. Apotek Axia didirikan oleh

Pemilik Sarana Apotek (PSA) Arel St Iskandar,M.Sc,Apt yang juga merangkap

sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). Bangunan apotek menyatu dengan

rumah PSA pada ruangan sederhana. Dengan slogan Apotek Axia Apotek

Keluarga, pendiri berharap Apotek bisa menjadi apotek yang dapat memenuhi

kebutuhan obat keluarga di sekitar rumahnya. Selain itu dengan adanya apotek ini

diharapkan bisa menjadi tempat pengabdian profesi apoteker pemilik.

Apotek Axia terletak di Jalan R.E Martadinata No 47A, Kelurahan

Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Apotek Axia tidak berada

tepat di jalan utama. Letak Apotek ini memang kurang strategis untuk menarik

drop in costumer , namun karena apotek axia berkonsep apotek keluarga maka

sasaran utamanya adalah domestic costumer yang tinggal di lingkungan sekitar

apotek maka letaknya yang berada ditengah penduduk dirasa tetap stategis, hal ini

pula yang diharapkan menjadikan Apotek tersebut sebagai Apotek utama dalam

memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Keberadan Apotek

mudah ditemui dengan adanya papan nama yang terpasang di depan Apotek serta

di tepi jalan utama sebelum masuk Apotek. Apotek Axia memiliki beberapa

Apotek kompetitor namun letak Apotek kompetitor ini cukup jauh 750 meter

sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya persaingan antar apotek.

Desain eksterior dan interior Apotek Axia cenderung sederhana. Meskipun

sederhana, desain ini dapat meyakinkan pelanggan. Apotek memiliki banner yang

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

32

Universitas Indonesia

bertuliskan nama apotek beserta nama APA. Pada dinding apotek juga memiliki

beberapa poster informasi mengenai obat dan kesehatan. Posisi apotek yang tidak

dijalan utama menyebabkan bangunan apotek tidak memiliki pembatas kaca

antara ruangan apotek dengan luar, sehingga ruangan apotek mudah dilihat dari

luar. Apotek memiliki fasilitas ruang tunggu yang nyaman, buku bacaan, serta

kamar mandi/WC yang selalu bersih. Fasilitas ini sangat mendukung pelanggan

untuk merasa nyaman ketika harus menunggu obat. Apotek Axia memiliki ruang

peracikan dilengkapi dengan meja racik, lemari pendingin beserta wastafel. Meja

ini digunakan apoteker untuk melakukan penyiapan dan peracikan obat. Lemari

pendingin digunakan untuk menyimpan obat yang memelukan kondisi

penyimpanan khusus. Obat-obatan yang ada di apotek tersusun di beberapa etalase

kaca. Hal ini bertujuan agar mudah terlihat oleh pelanggan serta memberikan

kesan akan ketersediaan obat yang ada di Apotek lengkap. Selain itu penataan

obat juga dibuat agar tidak ada celah kosong.

Apotek Axia dikelola sendiri oleh APA tanpa dibantu dengan tenaga

kefarmasian lainnya, Sehingga seluruh kegiatan apotek berada dibawah tanggung

jawab dan ditangani oleh APA itu sendiri. Jam operasional apotek dimulai pada

pukul 08.00-20.00. Karena letak bangunan Apotek yang menyatu dengan rumah,

hal ini tidak mempersulit APA dalam mengoperasikan Apoteknya tanpa tenaga

kefarmasian lainnya.

4.2 Kegiatan Apotek

4.2.1 Kegiatan Teknik Kefarmasian

Pengelolaan obat di Apotek Axia dimulai dengan perencanaan pemesanan

perbekalan farmasi yang didasarkan pada buku defekta. Buku defekta ini

berfungsi untuk mencatat perbekalan farmasi yang ketersediaanya kosong.

Berdasarkan perbekalan farmasi yang tertulis di buku ini nantinya APA akan

memilah perbekalan farmasi tersebut berdasarkan prioritas untuk dilakukan

pemesanan. Prioritas ini dipertimbangkan dari kategori barang, apakah termasuk

slow moving atau fast moving. Sistem pengadaan seperti ini memungkinkan

pengelolaan ketersediaan obat di Apotek Axia terlaksana dengan baik karena

jarang sekali terjadi kelebihan stok yang belum terjual setelah masa expired date.

Selain itu pengadaan barang di apotek juga dilakukan secara bertahap

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

33

Universitas Indonesia

menyesuaikan dengan cash flow Apotek. Setelah terpilih barang yang termasuk

prioritas tinggi untuk dilakukan pengadaan maka akan dilakukan pemesanan.

Pemesanan dilakukan melalui telepon ke PBF yang bersangkutan atau dengan

memesan langsung kepada sales PBF yang berkunjung rutin ke Apotek Axia.

Obat-obat yang dipesan nantinya ditulis nama obat, jenis sediaan, ukuran dan

jumlah pada surat pesanan yang nantinya akan diserahkan menyusul ke PBF

bersamaan pada saat barang datang.

Pada umumnya obat yang telah dipesan akan datang paling lama satu hari

setelah dilakukan pemesanan. Pada saat penerimaan obat pesanan yang datang

dilakukan pengecekan berdasarkan data obat yang tercantum pada faktur

pembelian. Pengecekan tersebut diantaranya yaitu pengecekan antara barang yang

datang dengan yang tertulis di surat pesanan, pengecekan barang yang datang

dengan faktur pembeliannya terhadap merek, bentuk sediaan, ukuran, jumlah,

harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat

yang tertera di dalam faktur dan tanggal kadaluarsanya. Jika obat sudah sesuai,

faktur ditandatangani oleh APA. Faktur Copyan disimpan oleh kita sebagai bukti

pembelian sedangkan Faktur asli dibawa PBF untuk nantinya diserahkan sebagai

bukti pelunasan jika pada saat tanggal jatuh tempo sudah dilakukan pelunasan.

Obat kemudian akan diberi harga serta dilakukan pencatatan di buku rincian

pembelian dan kartu stok meliputi jumlah perbekalan farmasi dan tanggal datang.

Penyimpanan obat di Apotek Axia dibuat berdasarkan OTC, ethical,

psikotropika. Obat OTC disimpan pada etalase kaca didepan sehingga mudah

terlihat dan menarik pelanggan. Obat ethical tersimpan di etalase kaca namun sulit

terjangkau pandangan mata pelanggan. Sedangkan penyimpanan psikotropika di

Apotek Axia dilakukan secara khusus, yakni obat tersebut diletakkan di lemari

khusus terpisah dengan penyimpanan obat lainnya dan terletak di bagian dalam

tepatnya berada di dekat meja racik agar mudah diawasi serta terjamin

keamanannya, efek farmakologis dan bentuk sediaan.

Penataan obat dilakukan berdasarkan efek farmakologis dengan tujuan

agar memudahkan Apoteker dalam memilihkan alternatif obat lain untuk suatu

jenis obat jika ketersediaan obat yang diminta pasien tidak ada. Sedangkan

penataan berdasar bentuk sediaan bertujuan untuk memudahkan penyimpanan dan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

34

Universitas Indonesia

pengambilan saat dibutuhkan. Pada setiap obat tersebut memiliki kartu stok yang

tersimpan di dekat obat yang tertulis. Kartu stok ini digunakan untuk memantau

ketersediaan perbekalan farmasi yang ada.

Pelayanan farmasi Apotek Axia lebih banyak dilakukan swamedikasi

dibanding pelayanan resep. Adapun prosedur pelayanan resep yaitu diawali

dengan memeriksa ketersediaan obat yang diminta dan kelengkapan resep itu

sendiri meliputi skrinning administrasi, farmasetik dan farmakologi. Setelah

dilakukan pemeriksaan, dilanjutkan dengan penghargaan resep. Harga resep

dikonfirmasi kembali kepada pasien untuk didapatkan persetujuan. Pengerjaan

resep dilakukan jika pasien sudah setuju dan melakukan pembayaran. Pasien yang

memerlukan kwitansi, maka akan dibuatkan kwitansi. Penyiapan obat dilakukan

di meja racik disertai pemberian etiket. Obat diserahkan kepada pasien disertai

pelayanan informasi obat mengenai nama obat, regimen dosis, cara penyimpanan

obat (untuk obat yang membutuhkan penyimpanan khusus) serta informasi

lainnya yang berkaitan dengan pengobatan pasien.

Swamedikasi sering dilakukan di Apotek Axia. Pada saat melakukan

swamedikasi informasi mengenai pasien harus dikumpulkan agar dapat

memilihkan obat yang tepat dan sesuai untuk kondisi pasien. Penggalian

informasi meliputi untuk siapa obat ini, keluhan yang dirasakan, tempat timbulnya

gejala dan apa yang menjadi pencetusnya, sudah berapa lama gejala dirasakan, da

ada tidaknya penyerta, pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan,

kemungkinan alergi obat. Setelah informasi cukup, apoteker akan menawarkan

beberapa merk pilihan obat (jika tersedia lebih dari satu merk) yang sesuai

berdasarkan informasi kondisi pasien tersebut.

Pemberian konseling, informasi dan edukasi obat selalu dilakukan jika

dirasa diperlukan, terutama pada pasien yang memiliki penyakit kronis

(pengobatan jangka panjang) seperti asma, diabetes, penyakit kardiovaskuler dan

lain sebagainya. Nama, alamat dan nomor telepon juga diminta apabila pelanggan

menebus resep. Hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi apabila terjadi kesalah

dalam penyiapan obat.

Kegiatan stok opname rutin dilakukan Apotek Axia. Kegiatan ini meliputi

pemeriksaan apakah jumlah barang yang tersedia sama dengan jumlah barang

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

35

Universitas Indonesia

yang tercatat pada kartu stok obat. Manfaat yang bisa didapat dari kegiatan ini

mengetahui perbekalan farmasi yang kadaluwarsa atau mendekati waktu

kadaluwarsa, memisahkan perbekalan farmasi yang kadaluwarsa dengan

perbekalan farmasi lainnya, serta mengontrol ketersediaan barang agar bisa segera

dilakukan pemesanan.

4.2.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian

Faktur–faktur dari PBF dimasukan ke suatu folder map kemudian disusun

sesuai abjad dari PBF yang bersangkutan sehingga saat jatuh tempo dari sediaan

atau perbekalan farmasi tiba tidak sulit mencari faktur pembelian tersebut. Selain

itu hal ini juga mempermudah APA untuk mengetahui berapa biaya yang harus

membayar setiap hari dan tidak terbebani dengan tanggal pembayaran yang tidak

teratur. Untuk faktur pembelian secara tunai disusun sesuai abjad PBF dan

diletakan dalam folder map yang terpisah dengan faktur pembelian secara kredit.

Serta untuk faktur pajak disusun sesuai abjad dari PBF kemudian disusun kembali

berdasarkan tanggal dan diletakan dalam suatu folder map. Penyimpanan resep

juga dilakukan urut berdasarkan tanggal resep tersebut masuk dan disimpan

selama 5 tahun. Penyimpanan resep yang teratur akan mempermudah pencarian

jika suatu saat dibutuhkan kembali.

Pelayanan yang ramah, tepat dan cepat merupakan hal yang diandalkan

jika berkecimpung dalam bidang pelayanan masyarakat. Namun untuk suatu

usaha apotek tidak cukup itu saja. Pelayanan apotek yang baik tidak terlepas dari

peran APA. APA yang bisa memberikan pelayanan farmasi yang optimal akan

menyenangkan hati pasien dan mendorong pasien untuk datang kembali ke apotek

kita. Besarnya peran APA akan memaksimalkan fungsi utama apotek sebagai

tempat layanan kesehatan.

4.3 Kegiatan PKPA di Apotek Axia

Pelaksanaan PKPA di Apotek Axia berlangsung pada bulan Agustus 2014.

Berbagai macam kegiatan dilakukan selama jangka waktu tersebut, mulai dari

diskusi perapotekan, analisis resep, stok opname, hingga pembuatan kapsul.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

36

Universitas Indonesia

4.3.1 Diskusi Apotek

Pengertian Apotek terbaru tercantum pada PP 51 Tahun 2009 jika

dibandingkan dengan PP sebelumnya pengertian Apotek ternyata telah mengalami

pergeseran. Menurut PP 51 Tahun 2009 Apotek adalah sarana pelayanan

kefarmasian, tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan

menurut PP yang lain (PP No 25 Tahun 1980) Apotek merupakan tempat tertentu,

tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat.

Perbedaan pengertian ini menimbulkan paradigma baru dimana apotek yang

sekarang ada merupakan tempat praktek profesi apoteker yang menjadikan obat

bukan sebagai komoditas barang melainkan sebagai “alat” praktek Apoteker.

4.3.2 Diskusi Pendirian Apotek Baru

Dalam merencanakan pendirian apotek baru penting untuk memahami

kondisi lingkungan sekitar apotek. Selain secara teoritis melakukan studi

kelayakan, yang lebih penting lagi adalah menghitung ratio antara rata-rata

belanja obat per orang perbulan dari jumlah penduduk dengan Apotek yang ada di

wilayah tersebut. Setelah itu akan diperoleh jumlah maksimal pendapatan (omzet)

Apotek yang ada di wilayah tersebut. Dengan demikian penambah an satu Apotek

di suatu wilayah, tidak mengganggu pendapatan (omzet) dari Apotek lainnya di

wilayah tersebut.

4.3.3 Diskusi Struktur Organisasi dan Pengelolaan Apotek

Berdasarkan rentang kendali struktur organisasi dapat dibedakan menjadi

narrow span of control (berjenjang) dan wide span of control (mendatar). Suatu

Apotek idealnya menggunakan Wide span of control dimana Apoteker

membawahi langsung baik Apoteker Pendamping, Asisten Apoteker, Kasir

maupun Juru resep. Sehingga Apoteker akan memiliki tanggung jawab atas semua

kegiatan di Apotek dan mudah dalam melakukan pengawasan. Pada pembagian

Job Desk, tidak semua apotek dapat menerapkannya terutama pada Apotek kecil.

Kerugian dari adanya Job Desk akan mengakibatkan setiap orang hanya fokus

pada pekerjaannya sendiri dan tidak peduli terhadap pekerjaan yang bukan

merupakan bagiannya. Tidak adanya penerapan Job Desk dapat diatasi dengan

Apoteker tetap membagi tugas masing-masing pegawainya, namun dengan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

37

Universitas Indonesia

memberikan catatan bahwa masing-masing pegawai tetap harus saling membantu

tugas pegawai lainnya.

4.3.4 Diskusi Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pembelian barang bisa dilakukan melalui pembelian sistem kredit dan

Cash on Delivery (COD). Pembelian COD biasanya hanya sering dilakukan pada

saat pertama kali Apotek melakukan kerja sama dengan PBF yang bersangkutan.

Pembelian dengan sistem kredit dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu

pembelian bertahap dan pembelian sekaligus dalam jumlah besar.

Pembelian barang bertahap (membeli kebutuhan per minggu atau per 10

hari) akan memungkinkan kita efektif dalam mempergunakan dana, memberikan

jatuh tempo yang berbeda serta memungkinkan dana kita berputar. Dana yang

yang ada nantinya dapat digunakan untuk membeli barang dengan item yang

berbeda. Adapun kerugian yang diperoleh yaitu apabila terjadi permintaan barang

yang melonjak, akan menyebabkan kesulitan memenuhi permintaan tersebut pada

akhirnya terjadi kekurangan hingga kekosongan stok. Metode pembelian ini

sesuai untuk apotek yang memiliki dana terbatas

Pembelian barang sekaligus dalam jumlah banyak (kebutuhan per bulan)

dapat mengakibatkan dana yang ada tidak dapat berputar, karena terwujud dalam

bentuk barang. Namun keuntungannya akan mudah memenuhi jika terjadi

lonjakan permintaan barang. Pembeliaan ini sesuai untuk Apotek yang memiliki

dana besar.

Dalam melakukan pembelian, kita bisa menggolongkan perbekalan

farmasi menjadi perbekalan slow moving dan fast moving. Kategori ini yang nanti

akan membantu dalam menentukan prioritas pembelian barang yang tercantum

pada buku defekta. Kategori slow moving dan fast moving dapat didasarkan kapan

barang tersebut laku terjual. Untuk kategori slow moving, perbekalan sudah

dilakukan pelunasan pembayaran namun barang masih ada di Apotek dengan kata

lain belum laku terjual. Berbeda halnya dengan fast moving, pada saat jatuh tempo

pelunasan barang sudah laku terjual. Strategi untuk mengatasi kondisi seperti ini

adalah dengan mencermati jumlah barang yang dibeli pada saat pembelian

sehingga nantinya diharapkan barang termasuk dalam fast moving.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

38

Universitas Indonesia

4.3.5 Stok Opname

Kegiatan dilakukan melalui pengecekan stok nyata yang ada dengan kartu

stok perbekalan farmasi. Apabila jumlah barang yang ada dengan jumlah barang

yang tertera pada kartu stok berbeda maka jumlah yang ada dikartu stok

disesuaikan dengan jumlah barang yang ada. Hal ini biasa terjadi, karena

terkadang Apoteker lupa mencatatkan kembali terhadap barang yang sudah

terjual. Melalui kegiatan stok opname ini, kita dapat mengetahui kekosongan

barang yang ada untuk kemudian dicatatkan pada buku defekta agar bisa

dilakukan pemesanan segera. Selain itu kegiatan stok opname juga dapat

mengetahui barang yang sudah expired date.

4.3.6 Pengenalan Administrasi Apotek

Pengenalan administrasi apotek. Beberapa kelengkapan administrasi

apotek yang dipelajari diantaranya meliputi faktur pajak, faktur pembelian,

kwitansi nota penjualan, buku defekta, copy resep, etiket, surat pesanan. Kegiatan

ini mengenalkan bagaimana bentuk, syarat, fungsi dan cara penyimpanan masing-

masing kelengkapan administrasi apotek tersebut.

4.3.7 Diskusi Pengelolaan Resep Narkotika

Obat narkotika diperoleh dari PBF Kimia Farma sebagai distributor

tunggal. Pemesanan dilakukan melalui Surat Pesanan Narkotika, dimana satu jenis

obat untuk satu SP. Resep Narkotika sendiri tidak boleh dilakukan iter. Apabila

resep baru diambil setengah, maka jika ingin setengahnya diambil dilakukan

pengambilan pada tempat yang sama seperti pengambilan sebelumnya. Resep

Narkotika disimpan terpisah dari resep lainnya. Penggunaan Narkotika dilakukan

pelaporan paling lambat tanggal 10 tiap bulannya melalui online SIPNAP.

4.3.8 Penentuan Harga Jual Apotek (HJA)

Ketika barang datang, setelah dilakukan pengecekkan antara barang datang

dengan surat pesanan dan barang datang dengan faktur pembelian, dilakukan

penghitungan harga jual. Penentuan harga jual di Apotek Axia :

HJA= (HNA + PPn 10%) x Faktor Penjualan (%)

HNA : Harga Netto Apotek

10% : Besarnya Pajak

Faktor Penjualan : tergantung jenis barang OTC atau Ethical

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

39

Universitas Indonesia

Setelah dilakukan perhitungan harga dilakukan pelabelan harga pada

masing-masing perbekalan farmasi tersebut untuk kemudian diletakkan di masing-

masing lemari yang tersedia, sesuai bentuk sediaan. Dalam persaingan antar

Apotek tidak diperbolehkan untuk melakukan persaingan harga melainkan

persaingan yang disarankan adalah bentuk pelayanan Apotek yang diberikan.

Selain itu pabrik juga sebenarnya telah mencantumkan HET sesuai dengan

Kemenkes No: 069/Menkes/SK/II/2006.

4.3.9 Praktek Pembuatan Kapsul

Kapsul yang dibuat kali ini berisi Nikotinamid dan Diazepam. Dalam

proses pembuatan kapsul terlebih dahulu dilakukan penghitungan jumlah obat

yang dibutuhkan untuk kemudian mempertimbangkan nomor kapsul yang akan

digunakan dan banyaknya kapsul, obat serta zat tambahan yang diperlukan.

Setelah diketahui banyaknya bahan yang dibutuhkan, dilakukan penyiapan alat

yang akan digunakan. Bentuk sediaan obat yang digunakan adalah tablet, oleh

karenanya perlu dilakukan penggerusan. Setelah sediaan obat homogen dilakukan

pencetakkan melalui papan cetak kapsul.

4.3.10 Diskusi Standar Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian berbeda dengan Pekerjaan Kefarmasian.

Pelayanan Kefarmasian sangat erat kaitannya dengan kompetensi seorang

Apoteker. Kegiatan yang termasuk Pelayanan Kefarmasian dan pelaksanaannya

sering dilakukan di apotek meliputi pelayanan resep yang diikuti pelayanan

informasi Obat, konseling, swamedikasi. Sedangkan untuk Home Care,

Monitoring Efek Samping Obat, Patient Medical Record sendiri belum begitu

diterapkan di Apotek Indonesia.

Kegiatan pelayanan resep diawali dengan melakukan skrinning resep

(administratif, farmasetik, pertimbangan klinis), penyiapan obat, etiket, kemasan,

dan penyerahan obat. Penyerahan obat penting dilakukan oleh Apoteker sebagai

pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Pada saat

penyerahan ini, Apoteker juga memberikan informasi obat atau konseling.

Adapun Informasi sendiri merupakan kegiatan memberikan pemahaman mengenai

obat ke pasien sedangkan konseling lebih cenderung pemberian solusi kepada

pasien mengenai pengobatannya. Selain pelayanan resep, Apoteker juga berperan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

40

Universitas Indonesia

dalam memberikan edukasi terhadap pasien yang ingin melakukan swamedikasi.

Apoteker berperan dalam memutuskan pilihan obat yang cocok didasarkan

penyakit dan status ekonomi pasien. Swamedikasi ini memberikan peluang dalam

meningkatan banyaknya kunjungan pasien ke Apotek, sebagai tantangan,

Apoteker perlu mendalami ilmu farmakoterapi.

4.3.11 Praktek Analisis Resep

Analisis resep meliputi skrinning terhadap resep yang masuk. Skrinning

administrative dilakukan melalui mengecek kelengkapan administrasi dari resep

yang ada meliputi nama, SIP, alamat dan nomor telepon dokter, tanggal penulisan

resep, tanda R/, nama jumlah dan signa obat, paraf dokter serta identitas

pasien(nama dan usia pasien). Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa

analisis resep yang dilakukan, semua resep memenuhi kelengkapan adminstratif.

Skrinning farmasetis dan farmakologi juga dilakukan terhadap resep-resep

tersebut. Selain itu pada resep tersebut dilakukan review meliputi indikasi, dosis,

efek samping yang mungkin timbul terhadap pasien pada penggunaan obat

tersebut serta pengambilan kesimpulan sementara mengenai kondisi pasien

berdasarkan resep yang diterima. Review ini bermanfaat sebagai dasar informasi

dalam pemberian informasi kepada pasien pada saat penyerahan obat. Setelah

dilakukan review, dilanjutkan dengan mempersiapkan pembuatan etiket, kwitansi

dan copy resep. Pada tiap akhir resep dianalisis dilakukan diskusi terhadap

masing-masing resep yang dianalisis.

Masing-masing resep untuk pasien tentunya memiliki kekhasan tersendiri,

salah satunya yaitu resep untuk pasien anak. Hal yang perlu diperhatikan dalam

pengerjaan resep untuk pasien anak adalah bentuk sediaan terhadap usia anak.

Penting untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengkonsumsi obat, apakah

anak sudah bisa menggunakan tablet atau perlu menambahkan sirplus atau perlu

dilakukan pembuatan puyer.

4.3.12 Praktek Pelayanan Swamedikasi dan Konseling

Pada kegiatan ini mahasiswa dihadapkan pada berbagai macam kondisi

pasien. Salah satu kondisi yang sering ditemui adalah sakit gigi. Pasien datang

dengan mengeluhkan sakit gigi. Pasien sebelumnya pernah mengalami sakit gigi

dan terbiasa mengatasinya dengan membeli obat sendiri. Namun ketika

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

41

Universitas Indonesia

ditanyakan sebagian besar pasien lupa mengingat nama obatnya. Dengan kondisi

seperti ini penting menanyakan sudah berapa lama keluhan dialami, apakah pasien

sudah mengkonsumsi obat sebelumnya, adakah alergi obat. Pada kondisi pasien

sakit gigi, perlu menanyakan apakah nyeri gigi disertai bengkak dan gigi

berlubang. Pasien yang mengalami nyeri saja kita bisa sarankan pemberian

analgesik dapat berupa asam mefenamat dengan menawarkan berbagai macam

merk sehingga pasien dapat memutuskan sendiri sesuai kondisi ekonominya.

Penyerahan obat juga disertai informasi agar obat diminum bila nyeri 3x sehari

setelah makan. Jika dalam jangka waktu 3 hari, keluhan tidak hilang disarankan

untuk berobat ke dokter gigi. Pada kasus gigi yang berlubang, pasien disarankan

untuk berobat ke dokter gigi agar bisa ditangani baik dicabut atau ditambal.

Namun beberapa pasien menolak saran tersebut. Disinilah peran Apoteker untuk

memberikan informasi akibat dari gigi berlubang. Pada kondisi gigi berlubang

dapat menimbulkan infeksi, karena gigi yang berlubang merupakan sarang kuman

yang berakibat menimbulkan nyeri. Untuk pencegahan sementara pasien

disarankan sering berkumur dan sikat gigi teratur.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

42 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Menjadi Apoteker sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang sekaligus juga

sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) selain memiliki kemampuan teknis

kefarmasian yang memadai (kompetensi sebagai Apoteker) juga harus

memahami kemampuan manajerial. Semua pekerjaan yang dilakukan di

Apotek, harus dikerjakan secara cermat dan terkendali. Kecermatan penting

karena berkaitan dengan kualitas pelayanan kepada pasien. Sedangkam

pengendalian dibutuhkan agar Apotek dapat berkembang.

b. Kegiatan Pelaksanaan PKPA di Apotek Axia Bogor yaitu diskusi serta

melakukan praktek kefarmasian di Apotek.

5.2 Saran

a. Perlu disiplin dalam penulisan stok barang di kartu stok, sehingga tidak terjadi

kekurangan obat atau kehilangan obat.

b. Pemasangan papan nama apotek (billboard) yang ada di depan gang pinggir

jalan utama sebaiknya menggunakan papan nama yang lebih besar dan

menggunakan neon agar lebih terlihat oleh masyarakat (eye catching) terutama

pada malam hari

c. Apotek menyediakan informasi mengenai obat maupun penyakit berupa poster

maupun brosur untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar apotek

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

43 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2104 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Kemenkes RI: Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pemerintah RI :

Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor:1332/Menkes/Sk/X/2002 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993

tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.Kemenkes RI :

Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pemerintah RI : Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara

Penyimpanan Narkotika. Depkes RI : Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 1976 tentang Narkotika. Pemerintah RI : Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pemerintah RI: Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2006. Pedoman Penggunaan Obat

Bebas dan Bebas Terbatas. Depkes RI: Jakarta

Firmansyah, M. (2009). Tata Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasi dan

Kesehatan. Jakarta: Visimedia.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

44

44 Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

45

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Contoh formulir APT-1

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN FORM. APT-1

NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002

TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK

Nomor : ……………………..,…………………..

Lampiran :

Perihal : Permohonan Izin Apotik Kepada Yth;

Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

..................................................................

di

________________________________

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Apotik dengan data-data

sebagai berikut :

1. Pemohon

Nama Pemohon :……………………………………….

Nomor Surat Izin Kerja /surat Penugasan :……………………………………….

Nomor Karu Tanda Penduduk :……………………………………….

Alamat dan Nomor Telepon :……………………………………….

Pekerjaan sekarang :……………………………………….

Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP) :……………………………………….

2. Apotik

Nama Apotik :……………………………………….

Alamat :………………………………………..

Nomor Telepon :………………………………………..

Kecamatan :………………………………………..

Propinsi :………………………………………..

3. Dengan menggunakan Sarana : Milik sendiri/milik pihak lain

Nama Pemilik Sarana :………………………………………..

Alamat :………………………………………..

N P W P :………………………………………..

Bersama Permohonan ini kami lampirkan :

1. Salinan / Foto copy Surat Izin Kerja Apoteker

2. Salinan / Foto copy Kartu Tanda Penduduk

3. Salinan / Foto copy denah bangunan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

46

Universitas Indonesia

4. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/ sewa / konrak

5. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan SIK

6. Asli dan Salinan / foto copy daftar terperinci alat perlengkapan Apotik

7. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotik bahwa tidak bekerja tetap pada

perusahaan Farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotik di Apotik Lain.

8. Asli dan salinan / Foto copy Surat Izin atasan bagi PNS, anggota ABRI dan Pegawai

Instansi Pemerintah lainnya.

9. Akte Perjanjian Kerja sama Apoteker Pengelola Apotik dengan Pemilik Sarana Apotik

10. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang

obat

Demikian permohonankami, atas perhatian dan persetujuannya kami sampaikan terima kasih

………………,…………………….

________________________

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

47

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Contoh formulir APT-2

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN FORM. APT-2

NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002

TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK

DINAS KESEHATAN KOTA/ KABUPATEN.......................................................

Nomor :……………………..,…………………..

Lampiran :

Perihal : Permohonan Izin Apotik Kepada Yth;

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

……………………………………

di .

_____________________________

Sehubungan dengan Surat permohonan dari

Apoteker..................................................................., nomor......................,

tanggal........................., perihal permohonan apotik , maka dengan ini kami tugaskan

saudara segera melaksanakan pemeriksaan terhadap permohonan Apotik.........................

di alamat.......................... hasil pelaksanaan pemeriksaan tersebut supaya disampaikan

kami dalam bentuk Berita Acara (Form APT-3) selambat-lambatnya dalam waktu 6

(enam ) hari kerja sejak surat ini diterima.

Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

_________________________

NIP...........................................

Tembusan Kepada Yth;

1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta

2. Arsip

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

48

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Contoh formulir APT-3

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN FORM. APT-3

NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002

TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERA IZIN APOTIK

BERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTIK

Pada hari ini..............................tanggal.............Bulan...............tahun...............kami yang

bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama :……………………………………….

Pangkat :……………………………………….

Jabatan :……………………………………….

N I P :……………………………………….

2. Nama :……………………………………….

Pangkat :……………………………………….

Jabatan :……………………………………….

N I P :……………………………………….

Berdasarkan surat tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Kota/

Kabupaten,..................Nomor............

Tanggal.............bulan.............tahun................., telah melakukan pemeriksaan setempat

terhadap :

Nama Apotik :……………………………………….

Alamat :……………………………………….

Kecamatan :……………………………………….

Kota/ kabupaten :……………………………………….

Propinsi :……………………………………….

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

49

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (lanjutan)

HASIL PEMERIKSAAN

NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN PENILAIAN

TMS MS

BANGUNAN

1.Sarana Apotek Sarana Apotek dapat

didirikan pada lokasi

yang sama dengan

kegiatan pelayanan

dan komoditi lainnya

diluar sediaan farmasi

2. Bangunan

Apotek sekurang-

kurangnya memiliki

ruangan khusus untuk:

a.Ruangan peracikan dan

penyerahan resep

-ada sesuai kebutuhan

b. Ruangan Administrasi

dan kamar kerja Apoteker

-ada sesuai kebutuhan

c. WC -ada sesuai kebutuhan

2. Kelengkapan bangunan

calon Apotek:

a. Sumber air Harus memenuhi

persyaratan kesehatan

-Sumur/PAM/

Sumur

pompa,dll

b. Penerangan Harus cukup terang

sehingga dapat

menjamin

pelaksanaan tugas dan

fungsi Apotek

-PLN/Generator

-Petromak,dll

c. Alat pemadam

kebakaran

Harus berfungsi

dengan baik

sekurang-kurangnya

dua buah

.............buah

Dengan ukuran

............Lb

............Lb

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

50

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (lanjutan)

NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN PENILAIAN

TMS MS

d. Ventilasi dan Sanitasi Yang baik serta

memenuhi

persyaratan hygiene

lainnya

-

Jendela......buah

-

Ventilasi.....bua

h

-Saluran

pembuagan

limbah ada/tidak

-Bak-bak tempat

pembuangan

sampah

ada/tidak

4. Papan Nama Berukuran minimal

Panjang 60 cm

Dengan tulisan

-hitam diatas dasar

putih

-tinggi huruf minimal

5 cm

-berukuran

panjang..........c

m

-lebar............cm

-dengan tulisan

......................-

PERLENGKAPAN

1.Alat pembuatan,

pengolahan dan peracikan

Sarana Apotek dapat

didirikan pada lokasi

yang sama dengan

kegiatan pelayanan

dan komoditi lainnya

diluar sediaan farmasi

a.gelas ukur 10 mL, 100

mL, 250 mL

- 10 mL minimal 1 bh

- 100 mL minimal 1

bh

- 250 mL minimal 1

bh

-ada/tidak

.............buah

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

51

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (lanjutan)

NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN PENILAIAN

TMS MS

b.labu erlenmeyer 100 mL,

250 mL, 1 Liter

- 100 mL minimal 1

bh

- 250 mL minimal 1

bh

- 1 mL minimal 1 bh

-ada/tidak

.............buah

c. gelas piala 100 mL, 500

mL, 1 Liter

- 100 mL minimal 1

bh

- 500 mLminimal 1

bh

- 1L minimal 1 bh

-ada/tidak

.............buah

d. panci pengukur 1 L -minimal 1 buah -ada/tidak

.............buah

e. corong berbagai ukuran -minimal 3 buah -ada/tidak

.............buah

f.timbangan miligram

dengan anak timbangan

yang sudah ditara

-minimal 1 set -ada/tidak

g.timbangan gram dengan

anak timbangan yang

sudah ditara

-minimal 1 set -ada/tidak

h.termometer berskala

100oC

-minimal 1 buah -ada/tidak

.............buah

i.mortir garis tengah 5-10

cm dan 10-15 cm beserta

alu

- minimal masing-

masing 1 buah

-ada/tidak

.............buah

j.spattel

logam/tanduk/plastik dan

porselen

- minimal masing-

masing 1 buah

-ada/tidak

.............buah

k.cawan penguap porselen

garis tengah 5-15 cm

- minimal 1 buah -ada/tidak

.............buah

l.batang pengaduk -ada sesuai kebutuhan -ada/tidak

m.pemanas air -ada sesuai kebutuhan -ada/tidak

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

52

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (lanjutan)

NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN PENILAIAN

TMS MS

n.kompor atau alat

pemanas yang sesuai

-ada dengan ukuran

dan jenis sesuai

kebutuhan

o.panci -ada sesuai kebutuhan

p.rak tempat pengeringan

alat

-ada sesuai kebutuhan

2. Perlengkapan dan alat

perbekalan farmasi

a.botol - ada dengan ukuran

jenis dan jumlah

sesuai kebutuhan

b.lemari dan rak untuk

menyimpan obat

- ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

c. lemari pendingin - ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

d. lemari untuk

penyimpanan narkotika

dan bahan berbahaya

lainnya

- ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

3. Wadah pengemas dan

pembungkus

a. etiket -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

b.wadah pengemas dan

pembungkus untuk

penyerahan obat

-ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

4. Alat administrasi

a. blangko pesanan obat -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

b.blangko kartu stok obat -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

53

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (lanjutan)

NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN PENILAIAN

TMS MS

c.blangko salinan resep -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

d.blangko faktur dan

blangko nota penjualan

-ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

e.buku pembelian -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

f.buku penerimaan -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

g.buku penjualan -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

h.buku pengiriman -ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

i.buku pembukuan

keuangan

-ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

j.buku pencatatan

narkotika dan psikotropika

-ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

k.buku pesanan narkotika

dan psikotropika

-ada dengan jumlah

sesuai kebutuhan

l.form laporan obat

narkotika

-ada sesuai kebutuhan

m.form laporan obar

psikotropika

-ada sesuai kebutuhan

5. 1 Buku standar yang

diwajibkan

Farmakope Indonesia

edisi terbaru 1 buah

2. Kumpulan peraturan

perundang-undangan yang

berhunbungan dengan

apotek

-ada sesuai kebutuhan

TENAGA KESEHATAN

1. Apoteker Pengelola

Apotek

............orang

2.Apoteker Pendamping ............orang

3. Asisten Apoteker .............orang

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

54

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (lanjutan)

Demikianlah Berita acara kami baut sesungguhnya dengan pennuh tangung jawab Berita

acara dibuat dalam rangkap 3 tiga) dan dikirim kepada :

1. Kepada Dinas Kesehatan Propinsi

2. Pemohon rangkap satu

3. Satu rangkap Arsip

Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan .......................,..........................

Kota/ Kabupaten yang membuat berita acara ini,

......................................................... 1..................................................

NIP. NIP.

2..................................................

NIP.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

55

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Contoh formulir APT-4

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN FORM.

APT-4

NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002

TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK

Nomor :

……………………..,…………………..

Lampiran :

Perihal : Pernyatan siap melakukan Kepada Yth;

Kegiatan Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

………………………………………….

di .

________________________________

Menunjuk Surat permohonan kami Nomor :.............................., tanggal.................................., dan

menunjuk ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/Per/X/2002 Pasal 7 ayat

(4) dan (5), dengan ini melaporkan bahwa Apotik .........................yang beralamat..........................

di jalan ............................., kecamatan..............................., Kabupaten.................... .............,telah

siap untuk melaksanakan kegiatan.

Demikianlah untuk diketahui dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Apoteker Pengeloa Apotik

_________________________

SIK...........................................

Tembusan Kepada Yth;

1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta

2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.........................

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

56

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Contoh formulir APT-5

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN FORM. APT-5

NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002

TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK

SURAT IZIN APOTIK

Nomor:.............................

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA/ KABUPATEN

MEMBACA

Surat Permohonan ............................tanggal..................., tentang permohonan untuk memperoleh

Izin Apotik.

MENIMBANG

Bahwa permohonan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan permohonan dapat

disetujui, oleh karena itu mengganggap perlu menetapkan dengan suatu Surat Keputusan.

Mengingat :

1. Undang-undang Obat Keras (St. 1937 No. 541);

2. Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 No.

100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495);

3. Undang-undang No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Lembaran Negara Tahun 1997 No.

10, Tambahan Lembaran Negara No. 3671);

4. Undang-undang No.22 Tahun 1997 Tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1997 No.

67, Tambahan Lembaran Negara No. 3698);

5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara No. 60

tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara No.378)

6. Undang-undang No.25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 72 Tahun 1999, Tambahan

Lembaran Negara No. 3848);

7. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.

26 Tahun 1965 tentang Apotik (Lembaran Negara RI No. 40 Tahun 1980, Tambahan

Lembaran Negara No. 3169);

8. Peraturan Pemerinath No.32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara RI

No. 49 Tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara No. 3637);

9. Peraturan Pemerinath No.72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan (Lembaran Negara RI No. 138 Tahun 1998, Tambahan Lembaran Negara No.

3781);

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

57

Universitas Indonesia

Lampiran 5. (lanjutan)

10. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Propinsi sebagi Daerah

Otonomi, (Lembaran Negara RI No. 54 Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara No. 3952

Tahun 2000);

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik, jo Peraturan Menetri Kesehatan RI Nomor

922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN

Pertama : Memberi Izin Apotik Kepada :

N a ma :.........................................................................

Alamat :.........................................................................

Surat Izin Kerja Nomor :..................................tgl....................................

N a ma Apotik :.........................................................................

Alamat Apotik :.........................................................................

Kecamatan :.........................................................................

Kota/Kabupaten :.........................................................................

Propinsi :.........................................................................

Dengan Menggunakan Sarana : Milik Sendiri/ milik orang lain

N a ma Pemilik sarana :.........................................................................

Akta Perjanjian Kerja Sama Nomor :.........................................................................

Tanggal :.........................................................................

Dibuat dihadapan Notaris :.........................................................................

Di :.........................................................................

Dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Izin Apotik ini berlaku untuk Apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik

Sarana Apotik, di LOKASI dan Sarana sebagaimana tersebut diatas.

2. Penyelenggaraan Apotik, harus selalu mematuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku.

Kedua : Surat Keputusan ini dicabut kembali apabila terjadi hal-hal dimaksud dalam Pasal 25 Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara

Pemberian Izin Apotik.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

58

Universitas Indonesia

Lampiran 5. (lanjutan)

Ditetapkan di :....................................

Pada tanggal :

Kepala Dinas Kota/Kabupaten.............

------------------------------------------------

Tembusan Kepada Yth;

1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta

2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.........................,

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

59

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Contoh formulir APT-6

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN FORM. APT-6

NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002

TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA/ KABUPATEN.......................................................

Nomor :

……………………..,…………………..

Lampiran :

Perihal : Penundaan Izin Apotik Kepada Yth;

Apoteker.................................................

di .

________________________________

Sehubungan dengan Surat Saudara, nomor......................, tanggal........................., perihal

permohonan Apotik , maka dengan ini kami beritahukan bahwa kami belum dapat menyetujui

Permohonan Izin tersebut karena :

1..........................................................................................................................................................

2............................................................................................................................ ..............................

3............................................................................................................................ ..............................

Selanjutnya kepada Saudara kami minta melengkapi kekurangan tersebut selambat-lambatnya

dalam waktu 1 (satu ) bulan sejak surat ini diterima.

Demikian untuk dimaklumi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

.................................................

_________________________

NIP...........................................

Tembusan Kepada Yth;

1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta

2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi....

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

60

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Contoh formulir APT-7

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN FORM. APT-7

NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002

TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA/ KABUPATEN.......................................................

Nomor :……………………..,…………………..

Lampiran :

Perihal : Penolakan Izin Apotik Kepada Yth;

Apoteker Pengelola Apotik...................

di .

________________________________

Sehubungan dengan Surat Saudara, nomor......................, tanggal........................., perihal

permohonan Apotik, maka dengan ini kami beritahukan bahwa kami tidak dapat menyetujui

Permohonan tersebut karena :

1............................................................................................................................ ..............................

2..........................................................................................................................................................

3............................................................................................................................ ..............................

demikianlah untuk diketahui.

Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

.................................................

_________________________

NIP...........................................

Tembusan Kepada Yth;

1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta

2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi................

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

61

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Surat Pesanan Narkotika

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

62

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Laporan Narkotika SIPNAP

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

63

63 Universitas Indonesia

Lampiran 10. Peta Letak Apotek AXIA

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

64

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Tata Letak Ruang Apotek AXIA

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

65

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Surat pesanan Apotek AXIA

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

66

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Kartu stok barang Apotek AXIA

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

67

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Etiket obat Apotek AXIA

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

68

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Salinan resep Apotek AXIA

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

69

Lampiran 16. Kuitansi Apotek AXIA

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

70

Lampiran 17. Surat Pemesanan Psikotropika

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK AXIA JALAN R.E. MARTADINATA NO.47 A BOGOR

PERENCANAAN PENGADAAN OBAT DAN PERBEKALAN FARMASI

LAINNYA UNTUK APOTEK YANG BARU BERDIRI

LUTFIANA, S.Far.

1306502560

ANGKATAN LXXIX

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2015

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….… ii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………… iii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………... 1

1.2 Tujuan ……………………………………………………………………… 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 3

2.1 Pengertiaan opotek ………………………………………………………….. 3

2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi ………………………………………………. 3

2.2 Perencanaan ………………………………………………………………… 5

BAB III. METODOLOGI PENULISAN ……………………………………………. 12

3.1 Waktu dan Tempat Penulisan ………………………………………………. 12

3.2 Metode Penulisan …………………………………………………………... 12

BAB IV. PEMBAHASAN …………………………………………………………….. 13

BAB V. PENUTUP ……………………………………………………………………. 17

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..... 17

5.2 Saran ………………………………………………………………………... 17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 18

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009, Apotek merupakan salah

satu sarana pelayanan kesehatan. Untuk melakukan pelayanan kesehatan dengan

sebaik-baiknya kepada masyarakat apotek perlu daya dukung berupa ketersediaan

obat. Apotek juga merupakan satu jenis usaha di bidang kesehatan yang

melakukan pekerjaan kefarmasian. Apotek diberikan kewenangan dalam

penyaluran obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropik dan obat

narkotik. Ketersediaan produk juga merupakan salah satu aspek yang sangat

penting bagi perkembangan usaha, termasuk usaha Apotek.

Mengingat biaya persediaan obat awal untuk apotek yang baru berdiri cukup

tinggi, sementara modal yang ada sangat terbatas, ketersediaan obat dapat

dilaksanakan dengan efektif dan efisien bila dikelola dengan baik. Salah satu

pengelolaan adalah dengan perencanaan yang akurat dan reliabel. Efisiensi dan

efektifitas pada bagian pengadaan tentunya sangat berpengaruh terhadap

eksistensi Apotek kedepannya.

Perencanaan pengadaan obat di Apotek yang baru berdiri senantiasa

berdasarkan alokasi dana yang tersedia bukan berdasarkan jumlah kebutuhan yang

direncanakan. Dasar perhitungan kebutuhan biaya obat yang ideal dalam satu

tahun secara global adalah sebesar 60 % X jumlah penduduk X biaya obat per

kapita. Direktur Bina Obat dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada

bulan Maret 2006 dalam Rapat Konsolidasi (RAKON) tingkat Pusat di Pontianak

mengemukakan bahwa standar biaya obat publik rasional menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) adalah US $ 2 per kapita, sedangkan Standar

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) US $ 1 per kapita atau

diasumsikan sekira Rp 9.000,00 (sembilan ribu rupiah) per kapita. Selain itu hasil

Rapat Konsolidasi (RAKON) Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun

2002 di Bandung merekomendasikan bahwa alokasi dana obat untuk Pelayanan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

2

Universitas Indonesia

Kesehatan dasar dalam satu tahun minimal sebesar Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah)

per kapita, artinya biaya penyediaan obat adalah sebesar 60% X jumlah penduduk

X Rp. 5.000,00.

Untuk itu, pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) tahun 2014 di Apotek

Axia ini penulis tertarik untuk membahas tentang kegiatan perencanaan obat dan

sediaan farmasi lainnya untuk apotek yang baru berdiri dari mulai dari tahapan,

metode yang dapat digunakan hingga keuntungan dari kegiatan perencanaan

tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui dan memahami

kegiatan perencanaan obat dan sediaan farmasi lainnya untuk apotek yang baru

berdiri meliputi; tujuan perencanaan, penyusunan tahapan perencanaan kebutuhan,

metode-metode yang dapat digunakan, hingga keuntungan yang di peroleh dari

kegiatan perencanaan tersebut.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009

Pasal 1, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik

kefarmasian oleh Apoteker. Pada Peraturan Pemerintah (PP) ini menekankan

Apotek sebagai sarana pelayanan kefarmasian dimana pengertian dari Pelayanan

Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada

pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil

yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Hal tersebut

menggambarkan telah terjadi pergeseran paradigma bahwa Apotek kini lebih

mengutamakan kepada keselamatan pasien.

2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomer 35 tahun 2014

meliputi; perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

2.2.1 Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,

budaya dan kemampuan masyarakat.

2.2.2 Pengadaan

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan

Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

4

Universitas Indonesia

2.2.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat

pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

2.2.4 Penyimpanan

Di apotek Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,

maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas

pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch

dan tanggal kadaluwarsa.

Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sesuai

dengan persyaratan kefarmasian sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan

keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis

Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan

kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis dan sistem pengeluaran Obat

memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out)

2.2.5 Pemusnahan

Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung

narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan, pemusnahan Obat selain narkotika dan

psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain

yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan

dengan berita acara.

Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara

pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan

selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

5

Universitas Indonesia

2.2.6 Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau

pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari

terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,

kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan

menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok

sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah

pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

2.2.7 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,

faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan

pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal

merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,

meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Sedangkan, pelaporan eksternal

merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika,

psikotropika dan perkursor narkotika.

2.3 Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi

2.3.1 Definisi

Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam

pengelolaan sediaan farmasi di apotek, karena dengan adanya perencanaan akan

menentukan fungsi kegiatan pengelolaan lainnya.

Menurut Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB), 2011,

Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu pengadaan

sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan,

agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu serta

efisien.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

6

Universitas Indonesia

Pemilihan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus berdasarkan:

a. Pola penyakit

b. Kebutuhan dan Kemampuan/daya beli masyarakat

c. Pengobatan berbasis bukti

d. Bermutu dan Ekonomis

e. Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)

f. Pola penggunaan obat sebelumnya

Sedangkan menurut PerMenkes No.35 tahun 2014, Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi adalah pola penyakit,

pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

Menurut WHO, ada empat strategi dalam pengadaan obat yang baik :

a. Pengadaaan obat-obatan dengan harga mahal dengan jumlah yang tepat

b. Seleksi terhadap supplier yang dapat dipercaya dengan produk yang

berkualitas

c. Pastikan ketepatan waktu pengiriman obat

d. Mencapai kemungkinan termurah dari harga obat yang ada.

2.3.2 Tujuan Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi

Menurut Mashuda, 2011, tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :

Mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang

sesuai kebutuhan. Perencanaan yang tepat juga dapat menghindari terjadinya

kekosongan obat/ penumpukan obat di apotek.

2.3.3 Tahap Perencanaan Persediaan Farmasi

Menurut Kemenkes RI, 2008, tahap pelaksanaan dari perencanaan, sebagai

berikut :

2.3.3.1 Tahap Pemilihan Obat

Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-benar

diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan obat

yang tepat, sebaiknya memperhatikan kriteria yang dipergunakan sebagai acuan

dalam pemilihan obat, yaitu :

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

7

Universitas Indonesia

2.3.3.2 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat.

Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat yang

bersumber dari Laporan Penjualan/Pengeluaran obat setiap harinya. Kompilasi

pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung stok optimum.

2.3.3.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat.

Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara

tepat. Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode.

Ada 3 (tiga) metode perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan:

1. Pola penyakit

2. Pola konsumsi

3. Kombinasi antara pola konsumsi dan pola penyakit

1. Metode Konsumsi

Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data

konsumsi obat tahun sebelumnya yang dapat dilihat dari data penjualan obat dan

resep yang masuk setiap harinya. jika obat atau barang yang habis atau laku keras

maka dilakukan perencanaan pemesanan obat tersebut.

Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode

konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengolahan data

b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi

c. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

d. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu

dilakukan analisa trend pemakaian obat.

Adapun data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode

konsumsi:

a. Daftar obat.

b. Stok awal.

c. Penerimaan.

d. Pengeluaran.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

8

Universitas Indonesia

e. Sisa stok.

f. Obat hilang/rusak, kadaluarsa.

g. Kekosongan obat.

h. Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun.

i. Waktu tunggu.

j. Stok pengaman.

k. Perkembangan pola kunjungan.

RUMUS Perhitungan Metode Konsumsi :

A= (B+C+D)-E

Keterangan :

A = Rencana pengadaan

B = Pemakai rata-rata/periode

C = Stok pengaman 10 % – 20 %

D = Kebutuhan Waktu tunggu

E = Sisa stok

2. Metode Morbiditas

Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola

penyakit, yaitu perencanaan perbekalan farmasi yang sesuai data jumlah

pengunjung dan jenis penyakit yang banyak di keluhkan atau di konsultasikan

dengan APA atau TTK di Apotek, hal ini juga dapat di lihat dari data-data yang

sesuai, contohnya data UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit,

waktu tunggu, dan stok pengaman.

Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :

a. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur - penyakit.

b. Menyiapkan data populasi penduduk.

i. Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan berdasarkan

jenis kelamin untuk umur antara : 0 s/d 4 tahun, 5 s/d 14 tahun, 15 s/d 44

tahun, > 45 tahun.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

9

Universitas Indonesia

c. Menyediakan data masing-masing penyakit untuk seluruh populasi pada

kelompok umur yang ada.

d. Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit perperiode untuk

seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.

e. Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat

menggunakan pedoman pengobatan yang ada.

f. Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk periode yang akan datang.

2.3.3.4 Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat

Dengan melaksanakan penyesuaian perencanaan obat dengan jumlah dana

yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana pengadaan,

skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan untuk rencana

pengadaan obat periode yang akan datang.

Beberapa metoda untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi anggaran

pengadaan obat:

1. Analisa ABC

Analisis ABC memprioritaskan pengadaan berdasarkan atas nilai rupiah

(volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per

unit).

Prioritas pengadaan barang difokuskan pada item persediaan yang bernilai

penjualan tinggi dan daripada yang rendah karena barang-barang tersebut

memberikan konstribusi paling besar terhadap keuangan Apotek.

Analisi ABC membagi persediaan farmasi menjadi 3 kelas, yaitu :

a. Kelas A : Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini

mewakili sekitar 75-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya

hanya sekitar 10-20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang

tinggi terhadap biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara

intensif (Quick, 1997).

b. Kelas B : Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini

mewakili sekitar 15-20% dari total nilai persediaan, jumlah itemnya sekitar

10-20% dari seluruh item (Quick, 1997).

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

10

Universitas Indonesia

a. Kelas C : Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini

mewakili sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 60-80%

dari seluruh barang (Quick, 1997).

2. Analisa VEN

Analisis VEN merupakan analisis yang digunakan untuk menetapkan

prioritas pembelian obat berdasarkan kepentingannya serta menentukan

tingkat stok yang aman (Quick, 1997). Kategori dari obat-obat VEN yaitu:

a. V (Vital)

Obat yang tergolong dalam kategori vital adalah obat untuk menyelamatkan

hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan

kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan (Quick, 1997).

b. E (Esensial)

Kategori esensial digunakan untuk obat-obat yang banyak diminta untuk

digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat.

Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast moving

(Quick,1997).

c. N (Non-esensial)

Kategori non-esensial untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak esensial,

tidak digunakan untuk menyelamatkan hidup manusia maupun pengobatan

penyakit terbanyak, contohnya suplemen vitamin (Quick, 1997).

3. Analisis VEN-ABC

Metode analisis ini mengkombinasi kedua metode sebelumnya. Dalam metode

ini pengelompokan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu. Analisis VEN-ABC menggabungkan analisis

ABC dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam

(Quick, 1997). Matriks analisis ABC-VEN dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Matriks analisis ABC-VEN

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

[Sumber: Quick, 1997, telah diolah kembali]

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

11

Universitas Indonesia

Berdasarkan Tabel 2.1 prioritas yang pertama dalam pemilihan obat adalah VC

dilanjutkan VB dan VA karena obat kategori vital dapat berupa jenis obat slow

moving atau fast moving. EA adalah obat yang terlebih dahulu dibeli, karena obat

tersebut adalah obat yang fast moving dengan harga tinggi. Kemudian EB, lalu

obat EC yang biasa digunakan untuk resep racikan. Apabila anggaran tidak

mencukupi, maka obat yang non-essensial tetapi menyerap banyak anggaran (NA)

lebih diprioritaskan untuk keluar dari daftar anggaran belanja tetapi apabila

anggaran masih ada setelah membeli golongan obat vital dan essensial, maka

golongan obat non-essensial (NC) yang diprioritaskan untuk dibeli kemudian NB.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

12 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Waktu dan Tempat Penulisan

Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 08

Agustus-30 Agustus 2014 di Apotek Axia yang bertempat di Jl.R.E.Martadinata

N0. 47 A Bogor.

3.2 Metode Penulisan

Penulisan dilakukan berdasarkan penelusuran literatur dari berbagai sumber

dan informasi yang tersedia, baik berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah,

serta literatur lain yang dapat dibuktikan keabsahannya. Kemudian dilakukan

penyusunan laporan berdasarkan sumber pustaka tersebut.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

13 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini akan membahas

tentang perencanaan pengadaan sediaan farmasi di apotek yang baru berdiri.

Mengingat biaya persediaan obat awal untuk apotek yang baru berdiri yang cukup

tinggi, sementara modal yang ada sangat terbatas maka perencanaan yang matang

dalam pengadaan persediaan sediaan farmasi awal menjadi sangat penting.

Persediaan awal harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat laku terjual dan

sesuai dengan kebutuhan konsumen. Efisiensi dan efektifitas pada bagian

pengadaan tentunya sangat berpengaruh terhadap eksistensi Apotek kedepannya.

Proses perencanaan persediaan farmasi dimulai dengan tahapan pemilihan

obat, yang dimaksud dari tahap pemilihan obat disini adalah pemilihan

berdasarkan review terhadap pola penyakit, budaya/kebiasaan masyarakat sekitar,

dan daya beli mereka, untuk mengetahui hal tersebut dapat dilakukan dengan

mengadakan survey pada apotek pesaing untuk melihat sediaan farmasi yang

mereka sediakan, dapat juga dilakukan dengan mencari data tentang penyakit

yang sering terjadi dengan bertanya langsung kepada masyarakat disekitar apotek

atau apotek turut serta dalam kegiatan bakti sosial di lingkungan sekitar. Selain

itu, data pola penyakit yang merupakan salah satu faktor penting untuk digunakan

sebagai dasar pemilihan obat juga bisa didapatkan dari hasil Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan oleh Kemenkes RI setiap tahunnya.

Menurut RISKESDAS, 2013, penyakit menular yang paling tinggi prevalensinya

di Indonesia adalah penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), pneumonia,

TB paru, hepatitis dan diare akibat infeksi (contoh; kolera). Sedangkan penyakit

tidak menular yang prevalensinya tinggi di Indonesia adalah asma, PPOK

(Penyakit Paru Obstruktif Kronik), kanker, diabetes mellitus, hipertiroid,

hipertensi, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal kronis dan penyakit

sendi/rematik. Obat penyakit-penyakit tersebut penting untuk diadakan mengingat

kebutuhanya tinggi di Indonesia, namun untuk apotek yang baru berdiri obat-

obatan dapat dipilih secara lebih lanjut pada yang harganya terjangkau. Untuk

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

14

Universitas Indonesia

obat-obatan dengan harga tinggi seperti obat-obatan kanker perlu diadakan jika

apotek sudah mempunyai pangsa pasar khusus yang rutin membeli obat-obatan

tersebut.

Penentuan obat yang akan diadakan juga dapat ditentukan dari mendata

obat-obatan yang sering diresepkan oleh dokter praktek dilingkungan sekitar

apotek. Sebagai apoteker kita harus membina hubungan profesionalisme baik

dengan dokter sebagai penulis resep yang berpraktik dilingkungan sekitar apotek

sehingga apoteker dapat menanyakan daftar obat yang diresepkan oleh setiap

dokter dan apa obat pengganti yang dipakai jika suatu merek obat yang diresepkan

sedang tidak ada. Hal tersebut dilakukan agar perencanaan pengadaan obat yang

dibuat tepat dan sesuai kebutuhan.

Untuk apotek baru berdiri, merek obat dipilih seminimal mungkin, tidak

perlu mengadakan obat berbagai macam merek yang mempunyai zat aktif yang

sama. Apotek hanya perlu mengadakan 3 jenis obat yaitu obat generik untuk

masyarakat ekonomi kebawah, Me Too Product untuk masyarakat ekonomi

menengah dan Original drug untuk masyarakat ekonomi keatas. Jika ada resep

masuk dengan merek dagang berbeda Apoteker boleh mengganti obat dengan

merek dagang yang tersedia tetapi zat aktifnya sama dengan persetujuan dokter

dan atau pasien oleh pasien. Obat-obatan yang promosinya sedang gencar

dilakukan dapat dijadikan obat pilihan karena biasanya dicari oleh konsumen.

Faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat dan

sediaan farmasi lain adalah produk tersebut harus mudah diperoleh. Hal tersebut

penting dipertimbangkan dalam proses pemilihan obat, untuk menjamin

kontinyuitas ketersediaan produk untuk meningkatkan kepuasan pasien

kedepannya.

Setelah pemilihan obat, tahapan selanjutnya yang dilakukan dalam proses

perencanaan persediaan farmasi awal adalah perhitungan jumlah kebutuhan obat

dan sediaan farmasi lain. Secara teori terdapat 3 metode yang digunakan untuk

menghitung kebutuhan obat, yakni metode konsumsi, metode mobiditas dan

kombinasi keduanya. Metode konsumsi dibuat berdasarkan data pemakaian obat

pada periode sebelumnya sedangkan metode morbiditas dibuat berdasarkan pola

penyakit yang paling banyak ditemui di apotek. Namun, proses perencanaan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

15

Universitas Indonesia

persediaan farmasi pertama kali pada apotek yang baru berdiri kedua metode

tersebut tidak dapat digunakan, karena apotek belum mempunyai data pemakaian

obat maupun data pola penyakit yang sering dikonsultasikan.

Perhitungan kebutuhan obat dan sediaan farmasi lain pada apotek yang

baru berdiri biasanya belum dilakukan, apotek baru dapat mengadakan barang

dengan jumlah kecil terlebih dahulu, misalkan 1/3 lusin per item obat dengan

bentuk sediaan cair. Pembatasan jumlah pembelian obat dimaksudkan untuk

mengefesiensi modal yang dikeluarkan kerena biasanya pada apotek baru jumlah

permintaan dari konsumen pun masih belum terlalu tinggi dan modal pun terbatas.

Terlalu banyaknya kuantitas stok obat-obatan dan sediaan farmasi lain juga dapat

memperbesar resiko kerusakan. Data dari hasil penjualan awal inilah dapat

dipergunakan untuk dasar perhitungan pada periode selanjutnya.

Tahap selanjutnya dalam proses perencanaan persediaan farmasi adalah

penyesuaian perencanaan dengan modal yang ada. Dalam tahap ini dibuat skala

prioritas sediaan farmasi yang akan diadaakan. Secara teori prioritas sediaan

farmasi dapat ditentukan dengan melakukan analisa ABC, analisa VEN (Vital,

Essential & Non Essential) atau matriks antara analisa ABC dan VEN. Dalam

analisa ABC prioritas pengadaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan

yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit) lalu dikelompokkan

menjadi golongan A, B dan C sesuai urutan dana yang dibutuhakan. Setelah

dikelompokkan pengadaan barang difokuskan pada item persediaan yang bernilai

penjualan tinggi (kelompok A) dan daripada kelompok yang lainnya karena

barang-barang tersebut memberikan konstribusi paling besar terhadap keuangan

Apotek.

Untuk analisa VEN, dimana obat-obatan digolongkan berdasarkan manfaat

tiap jenis obat terhadap kesehatan, pengadaan diproritaskan pada golongan vital

sedangkan golongan non essential menjadi prioritas terakhir. Metode ini lebih

cocok diterapkan untuk pengadaan barang di rumah sakit karena obat-obatan yang

disediakan memang lebih ditujukan untuk mengobati pasien (kuratif) agar dapat

menurunkan mortalitas dan morbiditas, sehingga kelompok vital yang

berhubungan dengan keselamatan pasien harus diprioritaskan. Sedangkan di

Apotek tujuan pengadaan sediaan farmasi tidak hanya untuk kuratif saja namun

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

16

Universitas Indonesia

juga bertujuan untuk pencegahan penyakit dan meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat (preventif & promotif). Apalagi dalam era SJSN (Sistem Jaminan

Kesehatan Nasional) sekarang ini pemasukan apotek dari penjualan obat-obatan

yang ditujukan untuk pengobatan (yang sebagian besar merupakan obat Ethical)

sudah berkurang, karena masyarakat biasanya menebus obat di apotek yang ada

pada sarana kesehatan tingkat dasar seperti puskesmas dan balai pengobatan.

Peran apotek kini lebih besar pada kegiatan swamedikasi untuk penyakit-penyakit

ringan dan dalam kegiatan serta preventif dan promotif seperti yang tersebut

diatas. Sehingga golongan obat Non Essential untuk penunjang kesehatan

termasuk vitamin dan supplement tidak bisa menjadi priorotas terakhir dalam

perencanaan pengadaan obat-obatan dan justru harus diutamakan, namun, tetap

dalam koridor bahwa obat-obatan vital memang harus tetap tersedia walaupun

dalam jumlah sedikit.

Selain tahapan-tahapan yang disebutkan diatas, dalam perencanaan

sebaiknya tidak luput dari kegiatan monitoring distributor sediaan farmasi dan

alat kesehatan untuk menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa

sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memenuhi persyaratan

mutu. Kegiatan ini juga dilakukan untuk menjamin obat dan alkes terjamin

ketersediaannya.

Hal lain yang tidak kalah penting untuk direncanakan adalah frekuensi

pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan karena pengaturan terhadap

frekuensi pengadaan dapat dijadikan strategi untuk meningkankan efektifitas dan

efesiensi modal. Contohnya pengadaan di Apotek dibagi menjadi 3 gelombang

setiap bulannya (3x dalam 1 bulan), maka waktu jatuh tempo pembayaran masing-

masing pembelian tersebut akan berbeda. Sebelum pembelian pertama dan kedua

jatuh tempo, suudah ada pemasukan yang didapatkan apotek sehingga uangnya

dapat digunakan untuk pembayaran item barang lainnya. Untuk lebih jelasnya,

misalkan suatu obat direncanakan untuk diadakan sebanyak 30 unit dalam satu

bulan, karena frekuensi pembelian bibagi menjadi 3 gelombang pada tanggal 1, 10

dan 20, maka masing-masing pembelian menjadi 10 unit. Pembelian pertama

(pada tanggal 1) akan jatuh tempo ditanggal 1 bulan berikutnya. Sebelum periode

pembayaran pembelian pertama jatuh tempo, 10 untuk barang dapat diperkirakan

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

17

Universitas Indonesia

sudah laku terjual dan uangnya dapat digunakan untuk pembelian item barang

lain. Sedangkan pembayaran yang harus dibayarkan pada tanggal 1, uang untuk

pembayarannya dapat diambil dari pembelian ketiga yang sudah laku terjual.

Keuntungan sistem ini adalah bahwa barang yang kurang fast moving pun dapat

menjadi fast moving dan perputaran uang menjadi lebih cepat, dengan catatan

pembelian bertahap ini dapat digunakan jika apotek tersebut tidak jauh dari

sumber PBF. Hal ini akan sangat menguntungkan untuk apotek baru sehingga

dapat meminimalisir modal yang dikeluarkan pada pembelian sediaan farmasi,

alkes dan sediaan farmasi lainnya untuk pertama kali.

Demikian tahap-tahapan dalam perencanaan yang dapat dilakukan di

Apotek yang baru berdiri. Perencanaan yang tepat akan menjamin ketersediaan

barang namun sekaligus dapat mencegah penumpukan barang. Sehingga

perputaran keuangan di apotek menjadi maksimal dan performanya menjadi baik

dimata konsumen baru.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

18 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tujuan perencanaan persediaan farmasi di apotek bertujuan adalah

mengadakan sediaan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan mencegah

terjadinya kesosongan maupun penumpukan barang.

2. Tahapan yang dilakukan dalam perencanaan adalah ; tahap pemilihan obat,

perhitungan jumlah kebutuhan, dan penyesuaian kebutuhan dengan modal

yang ada.

3. Pada tahap pemilihan obat Ethical diadakan 3 jenis saja yaitu, obat generik,

Me Too Product, dan Original drugs. untuk OTC dipilih obat yang sedang

gencar dipromosikan di berbagai media.

4. Pada tahap perhitungan jumlah kebutuhan obat di apotek yang baru berdiri

belum dilakukan karena belum adanya data konsumsi rata-rata. Obat diadakan

dalam jumlah terbatas.

5. Pengadaan obat dapat dilakukan secara bertahap untuk mengefesiensi modal.

6. Manfaat dilakukannya perencanaan persediaan obat-obatan dan sediaan

farmasi lainnya pada apotek yang baru berdiri adalah agar perputaran

keuangan di apotek menjadi maksimal dan modal yang terbatas dapat dipakai

secara efektif dan efisien.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20405070-PR-Lutfiana-Laporan.pdfuniversitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di

19 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2104 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kemenkes RI: Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Pemerintah RI : Jakarta

Mashuda al ed. 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik

(CPFB)/ Good Pharmacy Practice (GPP). Kemenkes RI & IAI:

Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor: 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman

Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk

Pelayanan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI: Jakarta

WHO. 1999. Operational Principles For Good Pharmaceutical

Procurement. Essential Drugs and Medicines Policy Interagency

Pharmaceutical Coordination Group: Geneva

Joko Puji Hartono. 2007. Tesis: Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan

Obat Publik untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di

Puskesmas Se Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.

Universitas Diponegoro: Semarang

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Kebijakan Obat

Nasional. Depkes RI: Jakarta

Quick, Jonathan D. (1997). Managing drug supply: The selection,

procurement, distribution, and use of pharmaceuticals 2nd Edition.

Connecticut: Kumarian Press.

Laporan praktik…, Lutfiana, FF UI, 2014