Upload
phamanh
View
259
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI
MANIS JALAN GATOT SUBROTO KM 8,5, GANDASARI,
JATIUWUNG, TANGERANG
PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
TRIANI DIAN ANGGRAINI, S.Farm.
1306344330
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
ii
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI
MANIS JALAN GATOT SUBROTO KM 8,5, GANDASARI,
JATIUWUNG, TANGERANG
PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi apoteker
TRIANI DIAN ANGGRAINI, S.Farm.
1306344330
ANGKATAN LXXII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
iii
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, Juni 2014
Triani Dian Anggraini
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
iv
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan praktek kerja profesi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua baik yang dikutip atau dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Triani Dian Anggraini
NPM : 1306344330
Tanda Tangan :
Tanggal : Juni 2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
v
v
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh :
Nama : Triani Dian Anggraini, S.Farm
NPM : 1306344330
Program Studi : Apoteker – Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Judul Skripsi : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian
Pharmatama Kawasan Industri Manis Jalan Gatot Subroto
KM 8,5, Gandasari, Jatiuwung, Tangerang Periode 6
Januari – 28 Februari 2014
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada
Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Dra. Anni M. Wulandari, Apt ( )
Pembimbing II : Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. ( )
Penguji I : ( )
Penguji II : ( )
Penguji III : ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 28 Juni 2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah maka kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
di PT. Guardian Pharmatama di Kawasan Industri Manis Jl. Manis Raya Km 8,5,
Jatiuwung, Tangerang. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Guardian
Phamatama dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari 2014 dan merupakan
salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Apoteker.
pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan baik
moril maupun materil.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:
1. Dra. Anni M. Wulandari, Apt., selaku plant manager, yang telah
mengizinkan dan memberikan fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja
Profesi Apoteker
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S selaku pembimbing PKPA dari fakultas
Farmasi Universitas Indonesia
3. Dr. Harmita, Apt selaku Pembimbing Akademik atas segala perhatian,
motivasi, dan bimbingan akademiknya selama ini.
4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. Selaku Dekan Farmasi Universitas Indonesia
5. Dr. Hayun, M.Si., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia
6. Sylvistri Mayasari, S.Farm., Apt., selaku pembimbing tugas umum dan QA
Assistant Manager PT. Guardian Pharmatama.
7. Faizah Septiani, S.Farm., Apt., selaku pembimbing tugas khusus dan TSS
Assistant Manager PT. Guardian Pharmatama
8. Seluruh staf dan karyawan PT. Guardian Pharmatama, Tangerang yang telah
memberikan bantuan, pengalaman, bimbingan dan kerjasama selama
pelaksanaan PKPA
9. Teman-teman Program Profesi Apoteker angkatan 78 Universitas Indonesia
10. Seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran pengerjaan laporan ini
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
vii
vii
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan
praktek kerja ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
agar dapat memperbaiki diri di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
berguna bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
viii
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Triani Dian Anggraini
NPM : 1306344330
Program studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan kerja praktek profesi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
di PT. Guardian Pharmatama Kawasan Industri Manis Jalan Gatot Subroto KM
8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang Periode 6 Januari – 28 Februari 2014
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 28 Juni 2014
Yang menyatakan
(Triani Dian Anggraini)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
ix
ix
ABSTRAK
Nama : Triani Dian Anggraini, S.Farm.
NPM : 1306344330
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian
Pharmatama Kawasan Industri Manis Jalan Gatot
Subroto KM 8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang
Periode 6 Januari – 28 Februari 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT. Guardian Pharmatama,
Tangerang. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat
melihat langsung aktivitas yang berlangsung dalam suatu industri farmasi,
memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek yang terkait di
industri farmasi terutama dalam hal penerapan CPOB di PT. Guardian
Pharmatama dan dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai peran dan
tugas apoteker di industri farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul Protokol
Validasi Proses Pengolahan dan Pengemasan Pada Sediaan Tablet Non Salut,
Tablet Salut, dan Krim. Tugas khusus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan protokol validasi
proses dari tiga bentuk sediaan, memahami pelaksanaan dan proses pembuatan
protokol validasi proses di PT. Guardian Pharmatama, dan memahami pihak-
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.
Kata kunci : farmasi, industri, protokol, PT. Guardian Pharmatama, validasi
proses
Tugas umum : xiv + 104 halaman; 21 lampiran
Tugas khusus : iii + 28 halaman; 2 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 3 (2006 - 2008)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (2009 - 2012)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
x
x
ABSTRACT
Name : Triani Dian Anggraini, S.Farm.
NPM : 1306344330
Study Program : Apothecary Profession
Title : Report of Pharmacist Profession Internship at Guardian
Pharmatama, Kawasan Industri Manis Jl. Gatot Subroto
Km 8,5, Gandasari, Jatiuwung, Tangerang in January 6th
- February 28th 2014
Pharmacist Internship Program at PT. Guardian Pharmatama, Tangerang. This
Pharmacist Internship Program activity is intended to allow the apothecary
profession students to directly see the activity that takes place in the
pharmaceutical industry, to gain knowledge and insight into all aspects related to
the pharmaceutical industry especially in terms of the GMP implementation at PT.
Pfizer Indonesia, and to understand the role and duties of pharmacist in the
pharmaceutical industry. The special assignment that is given is entitled Process
Validation Protocol of Production and Packaging in Tablet , Tablet Coating, and
Cream. This special assignment aims to increase the knowledge of students on
matters releating to the making of Process Validation in three dosage forms,
understanding implementation and making of process validation protocol in PT.
Guardian Pharmatama, and understanding the parties involved the implemantation
of the process validation.
Keywords : GMP, pharmaceutical industry, process validation,
protocol, PT. Guardian Pharmatama
General Assignment : xiv + 104 pages; 21 appendices
Specific Assignment : iii + 28 pages; 2 appendices
Bibliography of General Assignment: 3 (2006 - 2008)
Bibliography of Specific Assignment: 5 (2009 - 2012)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
LEMBAR JUDUL…………………………………………………………… ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… v
KATA PENGANTAR………………………………………………………. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. vii
ABSTRAK....................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................... ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv
1. PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Tujuan………………………………………………………………. 2
2. TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI….……………………… 3
2.1 Industri Farmasi………………………..…………………………… 3
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)….……………………… 6
2.2.1 Manajemen Mutu…………………………………………… 6
2.2.1.1 Pemastian Mutu…………………………………… 7
2.2.1.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik…………………. 7
2.2.1.3 Pengawasan Mutu………………………………… 7
2.2.1.4 Pengkajian Mutu Produk………………………….. 8
2.2.1.5 Manajemen Risiko Mutu………………………….. 8
2.2.2 Personalia…………………………………………………… 8
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas……………………………………... 9
2.2.4 Peralatan……………………………………………………. 10
2.2.5 Sanitasi dan Higiene………………………………………… 11
2.2.6 Produksi…………………………………………………….. 12
2.2.7 Pengawasan Mutu…………………………………………… 16
2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit&Persetujuan Pemasok 17
2.2.9 Penanganan Keluhan dan Penarikan Kembali Produk……... 18
2.2.10 Dokumentasi………………………………………………… 18
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak……………... 19
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi…………………………………….. 19
3. TINJAUAN PT. GUARDIAN PHARMATAMA……………………. 21
3.1 Sejarah Perusahaan………………………………………………… 21
3.2 Visi dan Misi………………………………………………………. 21
3.2.1 Visi…………………………………………………………. 21
3.2.2 Misi…………………………………………………………. 21
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
xii
3.2.3 Kebijakan Mutu…………………………………………….. 22
3.3 Struktur Organisasi………………………………………………… 22
3.3.1 Departemen QA (Quality Assurance)………………………. 23
3.3.1.1 Pelulusan produk jadi……………………………… 23
3.3.1.2 Penanganan penyimpangan batch…………………. 23
3.3.1.3 Penanganan barang kembalian…………………….. 23
3.3.2 Departemen TSS (Technical Support Service)……………… 25
3.3.2.1 Validasi……………………………………………. 26
3.3.2.2 Stabilitas…………………………………………… 27
3.3.3 Departemen Research and Development (R&D)…………… 30
3.3.3.1 Research and Development Formulasi…………….. 30
3.3.3.2 Research and Development Analisa dan Registrasi.. 32
3.3.4 Departemen QC Bahan Awal dan Produk Jadi & IPC……… 36
3.3.4.1 Quality Control Bahan Awal……………………… 36
3.3.4.2 Quality Control Produk Jadi & IPC……………….. 41
3.3.5 Departemen Quality Control Bahan kemas…………………. 43
3.3.6 Departemen Warehouse…………………………………….. 45
3.3.6.1 Prosedur Penerimaan Bahan Baku dan Kemas……. 48
3.3.6.2 Prosedur Keluar Masuk Barang ke Ruang Produksi 48
3.3.6.3 Prosedur Keluar Barang ke Distributor……………. 49
3.3.6.4 Prosedur Penerimaan Barang Kembalian………….. 49
3.3.7 Departemen Produksi………………………………………... 49
3.3.7.1 Proses Produksi Tablet Biasa………………………. 50
3.3.7.2 Proses Produksi Tablet Salut………………………. 50
3.3.7.3 Proses Produksi Kapsul……………………………. 51
3.3.7.4 Proses Produksi Sirup……………………………… 51
3.3.7.5 Proses Produksi Suspensi………………………….. 51
3.3.7.6 Proses Produksi Sediaan Semi Solid………………. 52
3.3.8 Departemen Engineering……………………………………. 57
3.3.8.1 Maintenance……………………………………….. 58
3.3.8.2 Utility………………………………………………. 59
3.3.9 Departemen Information System…………………………….. 69
3.3.10 Departemen PPIC (Product Planning and Inventary Control) 70
3.3.10.1 Product Planning…………………………………... 70
3.3.10.2 Invemtory Control………………………………….. 71
4. PEMBAHASAN…………………………………………………………. 73
4.1 Manajemen Mutu……………………………………………………. 74
4.2 Personalia……………………………………………………………. 75
4.3 Bangunan dan Fasilitas……………………………………………… 76
4.4 Peralatan…………………………………………………………….. 77
4.5 Sanitasi dan Higiene………………………………………………… 77
4.6 Produksi……………………………………………………………... 79
4.7 Pengawasan Mutu…………………………………………………… 80
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu……………………………………….. 82
4.9 Penanganan Keluhan………………………………………………… 82
4.10 Dokumentasi………………………………………………………… 83
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
xiii
4.11 Instalasi Pengolahan Air Limbah………………………………….... 84
4.12 Kualifikasi dan Validasi…………………………………………….. 85
5. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 86
5.1 Kesimpulan…........................……………………………………... 86
5.2 Saran................................................……………………….……. 86
DAFTAR ACUAN…………………………………………………………... 87
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 88
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama……..…….... 90
Lampiran 2. Struktur organisasi Departemen QA………………….……. 91
Lampiran 3. Struktur organisasi Departemen Technical Support Service.. 91
Lampiran 4. Struktur organisasi Departemen R&D Formulasi……..……. 92
Lampiran 5. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Kemas……….... 92
Lampiran 6. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Awal dan IPC… 93
Lampiran 7. Struktur organisasi Departemen Warehouse…………..…… 93
Lampiran 8. Struktur organisasi Departemen Engineering……………… 94
Lampiran 9. Struktur organisasi Departemen R&D Analisa & Registrasi.. 94
Lampiran 10. Struktur organisasi Departemen Produksi………………….. 95
Lampiran 11. Struktur organisasi Departemen PPIC……………………… 96
Lampiran 12 . Tahapan pelulusan produk jadi……………………………... 97
Lampiran 13. Alur penulusuran kalibrasi alat……………………..………. 98
Lampiran 14. Alur proses produksi sediaan solid………………………… 99
Lampiran 15. Alur proses produksi sediaan krim………………………… 100
Lampiran 16. Alur proses produksi sediaan salep………………………… 101
Lampiran 17. Label “karantina” PT. Guardian Pharmatama……………… 102
Lampiran 18. Label “release” PT. Guardian Pharmatam…………………. 102
Lampiran 19. Label “Reject” PT. Guardian Pharmatama………………… 103
Lampiran 20. Label “Telah disampling” PT. Guardian Pharmatama……... 103
Lampiran 21. Label “Hold” PT. Guardian Pharmatama…………………... 104
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009)
Industri farmasi merupakan salah satu industri strategis yang menyangkut
kesehatan manusia dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
melalui aktivitasnya dalam bidang pembuatan obat.Industri farmasi mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab sosial untuk senantiasa menghasilkan
produk obat yang memenuhi standar mutu, khasiat dan keamanan. Oleh karena
itu, industri farmasi menjadi salah satu industri yang dikontrol dan diawasi dengan
ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) baik
ditinjau dari segi perizinan, produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang
diedarkan.
Dalam pembuatan obat, industri farmasi harus memenuhi persyaratan
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010
yang merupakan pedoman pembuatan obat yang baik dan benar pada seluruh
aspek rangkaian produksi yang bertujuan untuk memastikan bahwa sifat maupun
mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaanya. Pedoman ini juga
1
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
2
Universitas Indonesia
dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan
aturan internal sesuai kebutuhan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2006).
Salah satu tenaga inti dalam industri farmasi yang turut berperan dalam
menghasilkan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat adalah Apoteker.
Kedudukan Apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab
produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu sehingga seorang Apoteker
dituntut untuk mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
dalam mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya secara profesional agar
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di industri farmasi.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, calon Apoteker perlu
mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai yang salah satu
caranya dapat diperoleh melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri farmasi.
Oleh karena itu, Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Guardian
Pharmatama untuk menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
Pada PKPA ini peserta mendapat tugas untuk mengamati dan mempelajari
langsung kegiatan yang dilaksanakan di PT. Guardian Pharmatama.Pelaksanaan
praktek kerja berlangsung dari tanggal 2 Januari – 28 Februari 2014.Dengan
adanya praktek kerja ini diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat mengambil
manfaat dan ilmu sebanyak mungkin agar nantinya dapat diaplikasikan dengan
baik untuk kepentingan dunia kesehatan.
1.2 Tujuan
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para
calon Apoteker bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri
farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB
di PT. Guardian Pharmatama.
2. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam
industri farmasi khususnya di PT. Guardian Pharmatama. yang diharapkan
dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
2.1 Industri Farmasi
Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 mengatur mengenai industri farmasi.Industri
Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.Sedangkan yang dimaksud
dengan obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan obat
adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Pembuatan Obat adalah seluruh tahapan kegiatan untuk menghasilkan obat, yang
meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk
didistribusikan.
Berdasarkan pasal 2 Permenkes No. 1799/MENKES/PER/XII/2010,
proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh industri
farmasi.Industri farmasi mempunyai fungsi untuk membuat obat dan/atau bahan
obat, mendidik dan melatih, serta melakukan penelitian dan pengembangan.
Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat
dan/atau bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan. Industri
farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat
untuk sebagian tahapan harus berdasarkan penelitian dan pengembangan yang
menyangkut produk sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Produk hasil penelitian dan pengembangan tersebut dapat digunakan untuk proses
tahapan awal pembuatan oleh industri farmasi di Indonesia.
Berdasarkan pasal 4 Permenkes No. 1799/MENKES/PER/XII/2010, setiap
pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur
3
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Jenderal Bina Farmasi. Persyaratan untuk memperoleh izin industri terdiri atas:
berbadan usaha berupa perseroan terbatas; memiliki rencana investasi dan
kegiatan pembuatan obat; memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; memiliki secara
tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia mesing-
masing sebagai penanggungjawab pemastian mutu, produksi dan pengawasan
mutu; komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Tahap persetujuan prinsip harus dilalui oleh setiap industri farmasi untuk
dapat memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi. Persetujuan prinsip diberikan
kepada industri farmasi agar melakukan persiapan-persiapan dan usaha
pembangunan, pengadaan, pemasangan, instalasi peralatantermasuk produksi
percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat.
Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu tiga tahun, dan setiap
enam bulan sekali perusahaan yang bersangkutan menyampaikan informasi
kemajuan pembangunan proyeknya kepada Direktur Jenderal dari Kementerian
Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat
mengajukan permohonan izin industri farmasi.Surat permohonan izin industri
farmasi harus ditanda tangani oleh direktur utama dan apoteker penanggung jawab
pemastian mutu dengan memenuhi kelengkapan yang telah
dipersyaratkan.Permohonan izin industri farmasi diajukan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Paling lama dalam waktu 20 (dua
puluh) hari sejak diterimanya tembusan permohonan, Kepala Badan akan
melakukan audit pemenuhan persyaratan CPOB dan kepala Dinas Kesehatan
Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif. Paling lama
dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan
CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas provinsi dan
pemohon. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
5
Universitas Indonesia
memenuhi persyaratan administratif, kepala dinas kesehatan provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon. Paling lama
dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi dari kepala
badan dan kepala Dinkes Provinsi, Direktur Jenderal menerbitkan Izin Industri
Farmasi.
Izin Usaha Industri Farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan
tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan perundang-undangan.Industri
farmasi yang melakukan perubahan bermakna tehadap pemenuhan persyaratan
CPOB, baik perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan
mendapat persetujuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah
lokasi, perubahan penanggung jawab, atau nama industri harus dilakukan
perubahan izin.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup.Oleh karena itu, industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang
dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun
sepanjang memenuhi persyaratan.
Industri farmasi wajib menyampaikan laporan industri secara berkala
mengenai kegiatan usahanya sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai
produksi setiap obat yang dihasilkan paling lambat tanggal 15 Januari dan 15 Juli
yang disampaikan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan.
Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Perusahaan
Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi (Depkes RI,
1990) :
a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
perluasan tanpa memiliki izin.
b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan
sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
6
Universitas Indonesia
c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari Menteri Kesehatan RI.
d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) {(BPOM RI, 2006), (BPOM
RI, 2009) dan (BPOM RI, 2012)}
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu.
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,
yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di
dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu
dan Manajemen Risiko Mutu.Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor
efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu
yang saling terkait.
2.2.1.1 Pemastian Mutu
Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain seperti desain dan pengembangan produk.
2.2.1.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk.CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.
2.2.1.3 Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.
Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai
hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu
dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara
lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan
kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat
aktif dan produk jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
8
Universitas Indonesia
terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan
lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tertulis dan dicatat.
2.2.1.4 Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian Mutu Produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap
semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan
untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya
dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil
kajian ulang sebelumnya.
2.2.1.5 Manajemen Risiko Mutu
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini
dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektf. Manajemen risiko mutu
hendaklah memastikan bahwa:
a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara
ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada
perlindungan pasien.
b. Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko
mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan
dicatat.Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
Kepala bagian Produksi seharusnya adalah seorang Apoteker yang
terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan
keterampilan Managerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya
secara profesional.Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam produksi obat.
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker
terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilanManagerial sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian pengawasan
mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan
mutu.
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang
Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai,
memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan Managerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
sistem mutu/pemastian mutu
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada
mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil
baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.Pelatihan
berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannnya
hendaklah dinilai secara berkala.Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada
personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
10
Universitas Indonesia
area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat
sensitisasi.
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi
dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan
harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan,
pencemaran-silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan
perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu
atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah dapat menghindarkan pencemaran dari
lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari
kegiatan industri lain yang berdekatan. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain,
dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan
maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan
bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.Bangunan
dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan bila perlu
didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci.Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk
area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling
bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Tenaga listrik, lampu
penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak
mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau
terhadap ketepatan/ketelitian fungsi dari peralatan.
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :
a. Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di
dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan.
b. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau
produk selain yang sedang diproses.
Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang
tidak berkepentingan masuk.Area produksi, area penyimpanan dan area
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
11
Universitas Indonesia
pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil
yang tidak bekerja di area tersebut.
2.2.4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai
dengan tujuannya.Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas
yang ditentukan.Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada
jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi
kekeliruan dan kontaminasi produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat
dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan
nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk
peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam
catatan bets.
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat.Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
12
Universitas Indonesia
pencemaran produk.Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang
bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut.Pakaian kerja kotor
dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam
wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau
disterilisasi.Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator
dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan
pengemas primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan
produk.
Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar
maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga
dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai,
kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari
bets sebelumnya telah dihilangkan. Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, sanitasi
dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
efektivitas prosedur memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang
kompeten.Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.Akses ke fasilitas produksi hendaklah
dibatasi hanya untuk personil yang berwenang.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi adalah
sebagai berikut :
a. Bahan Awal
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari
produsen. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah
memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam
spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak
dipakai. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk
meyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam
kondisi yang baik.
b. Validasi Proses
Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru diadopsi,
hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk
pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan
menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi syarat mutu. Perubahan signifikan terhadap
proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau bahan yang dapat
mempengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi.
c. Pencegahan Pencemaran Silang
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.Tingkat
risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang
tercemar.Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya
hendaklah diperiksa secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan.
d. Sistem Penomoran Bets/Lot
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran
bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara,
produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot
yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling
berkaitan dan menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara
berulang.
e. Penimbangan dan Penyerahan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang
lengkap.Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk
produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat
penting.Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang
boleh diserahkan.Bahan awal, antara dan produk ruahan yang diserahkan
hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor
produksi sebelum dikirim ke area produksi.
f. Pengembalian
Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah
tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan.
g. Operasi Pengolahan – Produk Antara dan Produk Ruahan
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum dipakai. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan
bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko
terjadinya kecampurbauran atau pencemaran silang. Semua kegiatan pengolahan
hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis.Tiap penyimpangan
hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan.
h. Bahan dan Produk Kering
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan
peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau
metode lain yang sesuai. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi
produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas.
i. Produk Cair, Krim dan Salep
Produk cair, krim dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap
mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan
khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi.Untuk melindungi produk
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
15
Universitas Indonesia
terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk pengolahan dan
transfer.
j. Bahan Pengemas
Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal. Untuk menghindarkan kecampurbauran, hanya
satu jenis bahan pengemas cetak atau bahan tertentu saja yang diperbolehkan
diletakkan di tempat kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat
pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut.
k. Kegiatan Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi.Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian
yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang
dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak
lain hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur
Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.
l. Pengawasan Selama Proses
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis
yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin
menjadi penyabab variasi karakteristik produk dalam proses. Selama proses
pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal, tengah
dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian/inspeksi selama
proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari
Catatan Bets.
m. Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut
hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
16
Universitas Indonesia
ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.
n. Karantina dan Penyerahan Produk Jadi
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk
diserahkan ke gudang, pengawasan yanng ketat hendaklah dilaksanakan untuk
memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi
yang ditentukan. Setelah pelulusan suatu bets/lot oleh bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke
gudang produk jadi.
o. Catatan Pengendalian Pengiriman Obat
Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan
produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Penyimpangan terhadap
konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO) hendaklah hanya
diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan
manajemen yang bertanggung jawab.
p. Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan
dan Produk Jadi
Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan.Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak
langsung di lantai dan dengan jarak yang cukup terhadap sekelilingnya.Bahan dan
produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai.Penyimpanan
yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.Kondisi penyimpanan
obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan
hasil uji stabilitas.
2.2.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.Keterlibatan dan
komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
17
Universitas Indonesia
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai
kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu
produk.Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan.
2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan
CPOB.Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan
dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan
CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan disamping itu pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang.Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan.Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
personil-personil perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk
tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan
memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun.Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
18
Universitas Indonesia
dalam prosedur inspeksi diri.Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat.Laporan
hendaklah mencakup semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi
dan bila memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu
timyang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu
juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain
dapat dari bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan bagian
pemasaran sementara dari luar industri antara lain dapat berasal dari pasien,
dokter, paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, distributor dan Otoritas
Pengawasan Obat (OPO).
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dari peredaran dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat
mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta
berisiko terhadap kesehatan.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
19
Universitas Indonesia
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan.Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Proses
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan,
Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal
dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi
pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi
tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengeoperasian peralatan. Catatan
menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan
yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
memuaskan.Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus
dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yanng menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di
industri farmasi.CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasikan
validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan
dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.
Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang
lingkup dan cakupan validasi.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan.Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Protokol validasi tertulis hendaklah
dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol
hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu).Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan.Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan
persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi
selanjutnya.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
21
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN PT. GUARDIAN PHARMATAMA
3. 1 Sejarah Perusahaan
PT.Guardian Pharmatama terdiri dari kantor pusat yang terletak
diKompleks Green Ville Maisonette Blok FA 18-19, Jakarta 11510 dan
pabriknyayang terletak di Kawasan Industri Manis Jl. Gatot Subroto Km 8,5,
Gandasari,Jaituwung, Tangerang, Banten. PT. Guadian Pharmatama merupakan
industrifarmasi yang didirikan pada September 1992 menggantikan Industri
FarmasiHasto Husodo.Sejak itu, PT Guardian Pharmatama memiliki Motto
“Quality isour concern”.PT Guardian Pharmatama berkomitmen dalam
menghasilkanproduk yang berkualitas tinggi tanpa memberikan kerugian terhadap
perusahaanmaupun konsumen.
3. 2 Visi dan Misi
3.3.1 Visi
“ To be dominant in health care industry by providing significantsatisfication to
our customers and stakeholders through professional management”
“ Menjadi industri farmasi yang mendominasi di bidang kesehatan dengan cara
memberikan kepuasan kepada konsumen dan seluruh pemilik modal melalui
manajemen yang profesional.”
3.3.2 Misi
To provide a better health for life through:
a. Products niche and continous improvement
b. Delivering quality products
c. Establishing strategic alliances
Untuk menyediakan kesehatan yang lebih baik bagi kehidupan melalui:
a. Menghasilkan produk yang khas dan terus melakukan peningkatan.
b. Mengirim produk yang berkualitas.
c. Mengembangkan hubungan kerjasama yang strategis.
21
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
22
Universitas Indonesia
3.3.3 Kebijakan Mutu
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi, pucuk
pimpinandan seluruh karyawan PT.Guardian Pharmatama berkomitmen untuk :
a. Menghasilkan produk yang berkualitas, aman, dan berkhasiat dengan
pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik terkini.
b. Mengirim produk tepat waktu kepada seluruh pelanggan.
c. Menjaga kepercayaan publik dengan menjaga kontinuitas terhadap
pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik terkini dan Peraturan
Pemerintah yang berlaku.
d. Terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu untuk
menetapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008
e. Menilai keberhasilan kinerja sistem manajemen mutu, maka ditetapkan
sasaran mutu PT. Guardian Pharmatama secara menyeluruh yang dijabarkan
melalui sasaran mutu setiap unit kerja.
f. Penetapan dan evaluasi sasaran mutu dilakukan pada rapat manajemen setiap
bulan.
g. Sistem manajemen mutu PT. Guardian Pharmatama selalu ditinjau dan bila
perlu diperbaiki atau disempurnakan pada setiap rapat tinjauan manajemen
yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun.
h. Manajemen Representatif bertanggung jawab dalam mensosialisasikan
kebijakan mutu kepada seluruh PT. Guardian Pharmatama.
3.3 Stuktur Organisasi
PT. Guardian Pharmatama dalam melaksanakan kegiatannya
menggunakan struktur organisasi sedemikian rupa sehingga terlihat jelas tugas,
wewenang dan tanggung jawab dari setiap personilnya.Struktur organisasi PT.
Guardian Pharmatama pada tahun ini ada perubahan dari tahun sebelumnya
dimana ada penambahan dua departemen, yaitu TSS (Technical Support Services)
dan pemecahan R&D Formulasi.Departemen R&D Formulasi dibagi menjadi dua
bagian, yaitu R&D Formulasi solid dan R&D Formulasi Liquid, Semisolid, dan
Toll Manufacturing.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
23
Universitas Indonesia
PT. Guardian Pharmatama memiliki struktur organisasi yang terdiri dari
beberapa bagian, yaitu : bagian QA (Quality Assurance), TSS (Technical Support
Services), QC (Quality Control), R & D (Research and Development) Formulasi,
R & D (Research and Development) Analisa dan Registrasi, PPIC (Production
Planning Inventory Control), produksi, gudang (Warehouse), Engineering, dan IS
(Information System). Struktur organisasinya dapat dlihat pada lampiran 1.dimana
didalamnya mencakup level manager sampai pada level asisten manager dan
supervisor. Berikut ini akan dijelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab
masing-masing Departemen.
3.3.1 Departemen QA (Quality Assurance)
Departemen QA (Quality Assurance) PT. Guardian Pharmatama dipimpin
oleh seorang QA Manager. QA Manager membawahi Assistant QA Manager dan
membawahi langsung Spv. Pharmacovigilance, Spv. Document Controller, dan
Spv. Trend evaluator. Assistant QA Manager membawahi Inspektor QA, Spv.
Regulatory QA, dan Spv. Sistem Manajemen Mutu. Tugas QA (Quality
Assurance) pada PT. Guardian Pharmatama diantaranya adalah :
3.3.1.1 Pelulusan produk jadi
Departemen QA bertanggung jawab dalam proses pereleasan produk
sebelum didistribusikan. Sebelum bets diluluskan untuk direlease dibutuhkan
pengawasan terhadap kelengkapan dokumen dan investigasi terhadap seluruh
hasil formulasi dan analisa dari sediaan tersebut yang tercantum dalam batch file.
Setelah mendapat persetujuan release daridepartemen QA pada nota PDN
(Product Delivery Note), maka produk jadi pun bisa didistribusikan.
3.3.1.2 Penanganan penyimpangan batch
Seluruh penyimpangan yang terjadi di semua departemen akan dilaporkan
ke Departemen QA. Penyimpangan tersebut akan dianalisis resiko yang
disebabkan oleh penyimpangan tersebut kemudian diputuskan tindakan koreksi
terbaik untuk mencegah terjadinya resiko tadi.
3.3.1.3 Penanganan barang kembalian, penarikan produk, dan keluhan produk
a. Penanganan keluhan produk
Biasanya keluhan terhadap produk berasal dari dokter, apotek maupun
pasien.Keluhan tersebut bisa terhadap kualitas produk, efek yang merugikan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
24
Universitas Indonesia
ataupun efek terapeutik dari produk tersebut. Keluhan produk tersebut diterima
oleh marketing yang kemudian disampaikan kepada departemen QA, kemudian
Departemen R&D Analisa-Registrasi dan QC akan menganalisis produk yang
dikeluhkan tersebut. Setelah itu, QA akan memberikan surat jawaban ke
Marketing yang berisi alasan dan tindak lanjut terhadap keluhan tersebut.
b. Penanganan produk kembalian
Produk dapat dikembalikan dan digantikan atau di-CN atau dengan batch
baru, akan tetapi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:
i. Produk dengan ED ± 1 bulan, misal produk tersebut ED-nya bulan Agustus
maka produk tersebut dapat diganti jika dilaporkannya antara bulan Juli
sampai September.
ii. Kemasan produk masih tersegel terutama untuk sediaan liquid/semi solid
iii. Untuk kondisi khusus, seperti terjadi bencana, produk yang mengalami
kecacatan fisik, seperti pecah atau bocor, label tidak ada, tidak ada penandaan
tanggal kadaluarsa, penanganannya dapat berupa repack atau penggantian
barang.
c. Penarikan kembali obat
Penarikan kembali obat bisa dilakukan oleh Badan POM dan pabrik itu
sendiri.Penarikan yang dilakukan oleh Badan POM disebabkan dari hasil
pemeriksaan yang Badan POM lakukan. Contohnya adalah jika obat tersebut
mempunyai dampak yang membahayakan bagi kesehatan ataupun jika
berdasarkan uji stabilitas on going pada waktu tertentu akan terjadi perubahan
pada sediaan yang dapat membahayakan bagi pasien yang mengkonsumsi obat
tersebut dan bisa juga karena produk tersebut sudah sampai pada masa expired
date-nya maka berdasarkan inisiatif industri sendiri akan ditarik dari peredaran.
QA akan segera memberitahukan pada marketing untuk menarik produk tersebut.
Produk yang ditarik kembali dari peredaran akan dimusnahkan dan dibuat berita
acaranya.
d. Pengkajian produk tahunan (PPT)
Produk tahunan yang akan dikaji hanya untuk produk yang minimal
diproduksi 3 batch dalam tahun tersebut. Pengkajian tersebut meliputi: bahan
baku, bahan kemas, sistem HVAC, pengawasan mutu, produksi, pemantauan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
25
Universitas Indonesia
lingkungan, pengendalian perubahan, stabilitas, evaluasi keluhan produk dan
barang kembalian serta rekomendasi tindak lanjut. Produk yang dikaji akan
dimasukkan dalam laporan pengkajian produk tahunan.
e. Penanganan Batchfile
Batch file merupakan suatu dokumen yang berisi seluruh rekaman proses
pembuatan suatu batch produk. Batch filedibuat oleh departemen Research and
Development (R&D) Formulasi yang kemudian diisi oleh departemen Produksi,
QC Bahan Awal dan QC Bahan Kemas. Batch file akan disimpan sampai dengan
bulan expired date tiap produk yang ditambah 2 tahun dari bulan expired datenya.
Batch fileyang telah melewati masa simpannya akan dimusnahkan dan dibuat
berita acaranya.
f. Document Controller
Bertugas untuk mengatur distribusi Protap dan KTP (Kontrol Tehadap
Perubahan) dari tiap-tiap departemen. Distribusi protap dilakukan dengan cara
manual dan komputerisasi. Protap yang akan didistribusikan pada setiap
departemen diberikan cap controlled copyyang artinya tidak boleh diperbanyak
sembarangan. Protap berlaku selama 3 tahun kecuali ada perubahan.
DepartemenQA akan mendata protap yang masa berlakunya akan habis setiap
bulan, kemudian DepartemenQA akan mengirimkan reminder ke departemen
terkait. Semua perubahan harus ada KTPnya seperti perubahan desain bahan
kemas yang dapat mempengaruhi registrasi yang berubah.
3.3.2 Departemen TSS (Technical Support Services)
Departemen TSS (Technical Support Services) merupakan departemen
pecahan dari departemen QA (Quality Assurance). TSS dipimpin oleh Manager
TSS yang membawahi dua assisten manager yaitu Asisten Validasi dan Stabilitas
Manager sertaAsisten GMP compliance. Tanggung jawab dan wewenang dari
setiap assistan manager berbeda-beda.
Asisten Manager Validasi dan Stabilitasmembawahi Supervisor Validasi
Proses dan Supervisor Validasi Pembersihan & Stabilitas, masing-masing
Supervisor membawahi dua orang analis. Supervisor Validasi Proses membawahi
analis validasi proses. Tugas Asisten Manager Validasi dan Stabilitas diantaranya:
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
26
Universitas Indonesia
3.3.2.1 Validasi
TSS hanya menangani validasi proses dan validasi pembersihan,
sedangkan validasi metoda analisis dilakukan oleh bagian R&D An-Reg.
a. Validasi Proses
Validasi proses adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa
proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana
secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara dan produk jadi
yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan validasi proses dibutuhkan suatu protokol validasi proses agar
validasi yang dilakukan dapat terjamin. Protokol validasi proses merupakan
dokumen yang menguraikan metode kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
rangka validasi suatu sistem atau proses, termasuk metode pengujian dan kriteria
penerimaan atas hasil validasi dengan kata lain protokol merupakan dokumen
kunci bagaimana validasi proses akan dilaksanakan. PT. Guardian Pharmatama
secara konsisten melakukan validasi ulang setiap 5 tahun sekali, namun jika
terjadi perubahan seperti perubahan cara kerja dan mesin yang digunakan pada
proses pengolahan obat, perubahan produsen bahan aktif dan bahan tambahan
yang digunakan, perubahan besar batchsize ≥ 10 kali dari batch sebelumnya,
perubahan terhadap parameter/spesifikasi obat serta perubahan komposisi formula
maka produk tersebut harus segera dilakukan revalidasi, sesuai pedoman yang
termuat dalam protokol revalidasi proses. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memberikan khasiat dan mutu
yang konsisten.
Validasi proses yang dilakukan mulai dari proses pengolahan sampai
proses pengemasan. Validasi proses pengolahan merupakan tindakan pembuktian
bahwa dengan prosedur pengolahan yang digunakan akan senantiasa
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Pendekatan validasi yang digunakan adalah validasi konkuren
dan retrospektif.
b. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan dilakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa
pembersihan yang dilakukan sudah sesuai dengan spesifikasi atau tervalidasi.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Validasi ini dilakukan setelah proses produksi selesai dilaksanakan. Setiap alat
memiliki product marker karena tidak semua produk diuji. Parameter yang
digunakan untuk memilih product marker diantaranya adalah produk yang paling
sulit dibersihkan, produk yang paling toksik, kelarutan dalam air atau alkohol, zat
aktif dengan dosis kecil, produk yang paling sering diproduksi. Residu yang
dianalisa yaitu residu zat aktif dan adanya mikrobiologi (bakteri dan
jamur).Penentuan residu zat aktif dapat dilakukan secara fisik (visual) dan kimia
(HPLC).Selain penentuan residu zat aktif juga dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi. Sampel yang biasanya digunakan adalah:
i. Air bilasan: bilasan terakhir dengan menggunakan purified water. Air bilasan
tersebut diambil untuk di cek residu dengan HPLC dan Total Organic Carbon
(TOC)
ii. Usapan (swab): pada beberapa bagian alat yang sulit untuk dibersihkan
diusap dengan kapas pada area 5x5 cm. Hasil yang didapatkan kemudian
dikonversikan dengan keadaan (luas mesin) yang sebenarnya. Pendekatan
validasi yang digunakan untuk validasi pembersihan adalah validasi
konkuren.Validasi minimal dilakukan terhadap 3 batch. Jika hasil validasi
tidak memenuhi syarat, validasi dapat diulang kembali. Jika hasil ulangan
tersebut juga tidak memenuhi syarat maka dapat diusulkan perubahan pada
proses pembersihan. Kriteria penerimaan proses pembersihan untuk mikroba
yaitu < 100 koloni/swab dan untuk jamur < 10 koloni/swab. Jika prosedur
pembersihan berubah, maka akan dilakukan revalidasi pembersihan.
3.3.2.2 Stabilitas
Uji stabilitas untuk produk baru dilakukan oleh R&D analisa (2batch
pertama) sampai dengan 24 bulan, selanjutnya dilakukan oleh TSS. Uji stabilitas
yang dilakukan oleh TSS meliputi stabilitas produk rework dan produk telah
dipasarkan (existing) serta produk existing dengan perubahan. Uji stabilitas dari
produk existing masing-masing produk diambil 1 batch pertahunnya. Interval
analisanya yaitu 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan, 48 bulan sampai ED+1 tahun
dengan maksimal analisis 5 tahun namun jika produk memiliki ED 5 tahun berarti
analisa hanya sampai 5 tahun. Khusus untuk produk rework, interval analisa
diperketat menjadi tiap 6 bulan karena produk tersebut diluluskan untuk release
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
28
Universitas Indonesia
dengan pengecualian. Kondisi untuk uji stabilitas dilakukan disuhu 300C ± 2
0C,
kelembaban 75% ± 5% dalam climatic chamber. Hal ini dilakukan untuk
memberikan gambaran produk yang sudah ada di pasaran, memastikan produk
yang ada di pasaran masih memenuhi syarat sampai dengan waktu expired date
dan dapat juga untuk memperpanjang expired date untuk produk selanjutnya. TSS
juga melakukan uji stabilitas post market di mana sampel diambil langsung dari
apotek oleh pihak marketing. Uji stabilitas ini dilakukan untuk beberapa produk
yang mengalami masalah di stabilitas on going..
Assistant Manager GMP Compliance membawahi Supervisor GMP
Compliance yang membawahi inspektor GMP Compliance.Assistant Manager
GMP Compliance memiliki 5 tugas utama:
1. Kalibrasi dan kualifikasi
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membandingkan antara hasil pengukuran yang ada dengan standar.Standar yang
digunakan juga harus tertelusur dan memiliki alur penelusuran kalibrasi alat yang
berada pada lampiran.Kalibrasi dilakukan bagi alat yang memiliki parameter
ukur.Tujuan dari dilakukannya kalibrasi adalah untuk menjaga kinerja dari alat
tersebut.Biasanya kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan, tapi untuk alat-alat tertentu
bisa lebih sering karena sering digunakan, ataupun bisa lebih jarang
dikalibrasi.Kalibrasi dapat dibagi 2, yaitu kalibrasi internal (kalibrasi yang
dilakukan oleh pihak dalam pabrik yang telah mendapatkan pelatihan kalibrasi)
menggunakan kalibrator yang telah terkalibrasi dan tertelusur, serta kalibrasi
eksternal (dilakukan oleh laboratorium yang telah terakreditasi, contohnya;
HPLC, Spektrofotometer, timbangan, jangka sorong, dll). Proses kalibrasi
termasuk dalam dokumen kualifikasi operasional yang merupakan persyaratan
CPOB. Dalam laporan kalibrasi, harus dicantumkan standar apa yang digunakan
terakhir kali dan kapan terakhir dikalibrasi sehingga dapat tertelusur.
TSS melakukan kualifikasi dalam hal perencanaan, penjadwalan,
persetujuan protokol dan laporan kualifikasi serta rekualifikasi.Sedangkan
pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing departemen yang
bersangkutan. Tahapan kualifikasi yang dilakukan adalah :
a. Kualifikasi design
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Kualifikasi yang dilakukan sebelum pembelian alat
b. Kualifikasi instalasi
Kualifikasi yang dilakukan ketika alat baru datang dan akan dilakukan
pemasangan
c. Kualifikasi operasional
Kualifikasi yang dilakukan untuk melihat apakah alat tersebut dapat berjalan
dengan sesuai. Pada kualifikasi operasional, biasanya dilakukan dalam
kondisi ekstrim seperti contoh ketika alat yang tiba-tiba dimatikan, apakah
masih dapat berjalan dengan baik atau tidak
d. Kualifikasi kinerja
Kualifikasi ini dilakukan dengan melihat hasil dari alat tersebut apakah
hasilnya sesuai dengan ekspektasi
Selain terhadap peralatan, kualifikasi juga dilakukan terhadap sarana
penunjang lainnya, yaitu:
a. Sistem tata udara (HVAC)
Kualifikasi kinerja HVAC meliputi parameter suhu, kelembaban relatif,
pertukaran udara. Perbedaan tekanan antara ruang produksi dan ruang
penyangga serta jumlah partikel di udara. Untuk memantau efektifitas kinerja,
juga dilakukan pemeriksaan berkala, yaitu:
i. Pemeriksaan suhu dan RH yang dilakukan setiap hari
ii. Pemeriksaan perbedaan tekanan udara dan pertukaran udara dilakukan
setiap bulan
iii. Pemeriksaan bahan cemaran dilakukan setiap enam bulan.
b. Sistem pengolahan air
c. Sistem udara bertekanan (compressed air)
2. Mengadakan pelatihan bagi karyawan
Bertugas untuk membuat jadwal pelatihan bagi karyawan setiap akhir
tahun.Tiap bulan dilaksanakan realisasi pelatihan bekerjasama dengan HRD.
Departemen yang ingin melakukan pelatihan bagi karyawannya dapat menulis
pada surat yang diedarkan oleh TSS setiap akhir tahun. Pelatihan untuk karyawan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
30
Universitas Indonesia
dapat dilakukan sendiri oleh bagian pihak internal pabrikdan bisa trainner dari
luar yang di datangkan ke pabrik.
3. Pengendalian perubahan
Pengendalian perubahan terutama berhubungan dengan mutu produk baik
langsung maupun tidak langsung. Departemen yang ingin melakukan perubahan
mengisi form KTP (Kontrol Terhadap Perubahan) yang berisi perubahan yang
dilakukan, alasan perubahan beserta dampak perubahan. Kemudian diedarkan ke
semua departemen yang terkait untuk minta persetujuan perubahan. Siapapun
yang mengusulkan perubahan akan membuat KTP kemudian nanti akan
dievaluasi. Jika disetujui maka perubahan dapat dilakukan dan apabila sudah
disetujui maka acuan yang digunakan selanjutnya untuk proses kegiatan
mengikuti hasil perubahan tersebut.
4. Sertifikasi
Sertifikasi disini merupakan jalur untuk mendapatkan sertifikat CPOB dan
izin industri. Tahapan dari sertifikasi adalah :
a. Izin prinsip yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatansejalan dengan RIP
(Rancangan Induk Pembangunan) yang disetujui oleh BPOM. Jika sudah
disetujui maka baru diperbolehkan membangun
b. Pembangunan selama tiga bulan harus dilaporkan
c. Setelah jadi, siapkan sarana penunjang. Contoh: HVAC, air, udara
bertekanan, boiller, dan sarana yang dipersyaratkan oleh BPOM
d. Mengajukan untuk sertifikat CPOB
3.3.3 Departemen Research and Development (R&D)
3.3.3.1 Research and Development Formulasi
Research and Development Formulasi dikepalai oleh seorang Manager
R&D formulasi dan membawahi seorang Manager formulation, asisten Manager
produk baru solid dan produk BABE, empat orang supervisor formulasi untuk
produk baru dan dua orang supervisor formulasi untuk produk existing, serta
seorang asisten Manager packaging development. R&D formulasi memiliki
tanggung jawab dalam memastikan produk memenuhi spesifikasi dari parameter
yang digunakan yaitu efficacy (manfaat), quality (kualitas), safety (keamanan),
dan consumen satisfaction (kepuasan pelanggan).Tanggung jawab lainnya adalah
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
31
Universitas Indonesia
menerapkan CPOB yang berlaku saat ini. Di PT. Guardian Pharmatama terdapat
tiga bagian formulasi yaitu:
a. Bagian Formulasi Produk Baru
Formulasi produk baru merupakan suatu trial atau pengembangan obat
baru yang diterima berdasarkan forecast marketing mengacu pada kebutuhan
masyarakat pada saat itu yang belum pernah diedarkan oleh PT. Guardian
Pharmatama. Produk baru akan dibuat berdasarkan dari instruksi atau usulan
produk baru yang belum diedarkan oleh PT Guardian Pharmatama dari marketing
PT Guardian Pharmatama kepada plant Manager, selanjutnya ke R&D Manager
Formulasi dan R&D bagian analisa dan registrasi.Departemen R&D Formulasi
akan mencari formula yang tepat dengan cara studi literatur, studi produk
innovator yang memiliki bahan aktif yang sama kemudian menyusun estimasi
formula baha baku & bahan kemas kemudian akan dikirimkan kepada finance
untuk dilihat estimasi harga produksi produknya Setelah perkiraan formula dan
kemasan yang akan dipakai disetujui, pengembangan produk baru dapat
dilakukan. Kemudian R&D analisa dan registrasi akan melakukan pemeriksaan
bahan aktif yang akan dipakai, apabila sudah direlease akan dipakai untuk
formulasi. Selanjutnya R&D formulasi akan melakukan trial skala laboratorium
dan formula yang diperoleh dari hasil studi literatur. Sampel trial skala
laboratorium yang telah memenuhi persyaratan titik dilanjutkan ke bagian analisa
untuk diperiksa secara kimia, seperti kadar dan disolusinya.
Formula hasil trial skala laboratorium yang telah memenuhi persyaratan
fisik dan kmia, dilanjutkan untuk trial skala pilot dengan jumlah sampel trial lebih
banyak, yaitu 1/10 dari batch-size produksi. Jumlah batch trial pilot adalah
minimal 2 batch. Pada setiap tahap skala pilot produk harus dianalisis terlebih
dahulu oleh R&D analisa. Bulk pada skala pilot dengan jumlah ukurannya adalah
10% dari batch size produksi dan dilakukan dua kali atau secara duplo.
Setelah skala pilot memenuhi spesifikasi fisik dan kimia sampel akan
dikirimkan ke marketing untuk persetujuan bentuk, warna dan kemasan.
Kemudian dilanjutkan dengan uji stabilitas oleh bagian R&D analisa dan
registrasi, selanjutnya mulai membuat registrasi. Setelah mendapat nomor
registrasi, dilakukan proses produksi.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
32
Universitas Indonesia
b. Bagian Formulasi Produk existing
Formulasi produk existing adalah tahapan formulasi terhadap produk yang
sudah mempunyai NIE (Nomor izin edar) yang artinya sudah diedarkan dan
memiliki perubahan seperti pembesaran batch, perubahan bahan baku, perubahan
mesin, serta memperbaiki kualitas produk seperti perbaikan disolusi. Usulan
pengembangan terhadap produk existing dapat muncul dari Departemen Produksi
jika ada mesin yang diganti, QA, QC, marketing maupun purchasing. Pada bagian
ini akan dilakukan tahapan studi literatur tapi tidak dari awal dan kemudian
dilakukan trial laboratorium, kemudian ke tahap pilot produksi lalu dilakukan
stabilitas dan jika hasilnya memenuhi syarat akan dilanjutkan pada registrasi
untuk diajukan registrasi variasi.
c. Bagian Packaging Development
Bagian ini bertugas untuk mengkoordinasikan sirkulasi desain kemasan yang
diterima dari marketing.Desain kemasannya bisa untuk produk baru, produk
existing yang mengalami perubahan jenis bahan kemas ataupun produk yang
mengalami perpindahan mesin seperti perubahan sealing roll pada mesin
stripping, memeriksa desain bahan pengemas yang akan dibuat meliputi desain
untuk produk baru dan desain untuk produk existing yang mengalami perubahan
bahan pengemas dari marketing. Pemeriksaan meliputi ukuran bahan pengemas,
jenis material bahan kemas, redaksi, tata letak, nomor registrasi, nomor kode dan
spesifikasi bahan pengemas dengan mengacu pada protap-protap yang ada.Desain
kemasan yang telah disetujui oleh departemen terkait yaitu produksi, QC bahan
kemas, registrasi, QA, plant manager dan marketing, kemudian diteruskan ke
purchasing untuk pemesanan material bahan kemas.
Bagian Packaging Development juga bertanggung jawab untuk menyiapkan
FKB (formula pengemasan) dan PAD (Packaging Direction) yang akan digunakan
untuk keperluan produksi. FKB, PAD harus disetujui oleh Departemen Produksi,
QA, QC Bahan Kemas dan plant manager.
3.3.3.2 Research and Development Analisa dan Registrasi
1. Sub Departemen Research and Development Registrasi
Registrasi atau pendaftaran obat dilakukan untuk memperoleh nomor izin
edar.Izin edar tersebut berlaku selama jangka waktu 5 tahun.Bila masa izin edar
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
33
Universitas Indonesia
tersebut habis maka industri farmasi harus mendaftarkan ulang izin edar dari
produk tersebut. Berdasarkan peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011, registrasi obat
terdiri atas:
i. Registrasi baru
i. Kategori 1 : untuk obat baru, produk biologi, termasuk produk biologi
sejenis
ii. Kategori2 : obat copy
iii. Kategori3 : sediaan lain yang belum mengandung obat
ii. Registrasi variasi
i. Kategori4 : variasi mayor
ii. Kategori5 : variasi minor yang memerlukan persetujuan
iii. Kategori6 : variasi minor dengan notifikasi
iii. Registrasi ulang
Kategori7 : registrasi ulang
Obat yang mendapat izin edar harus memenuhi kriteria berikut:
a. Khasiatnya pasti dan keamanannya memadai dibuktikan melalui uji non
klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan
ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai cara
pembuatan obat yang baik (CPOB), spesifikasi dan metode analisis terhadap
semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih.
c. Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional
dan aman.
d. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e. Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan dibandingkan
dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia. Dan untuk kontrasepsi
atau obat lain yang digunakan dalam program nasional dapat dipersyaratkan
uji klinik di Indonesia.
Registrasi obat produksi dalam negeri dilakukan oleh pendaftar yang harus
memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
34
Universitas Indonesia
CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang
diregistrasi. Proses registrasi dimulai dengan pendaftar mengajukan permohonan
pra registrasi secara online (untuk obat copy) atau secara tertulis kepada BPOM
dengan tujuan untuk menentukan jalur registrasi. Kepala Badan POM
memberikan Hasil Pra Registrasi (HPR).HPR berlaku selama satu tahun sejak
tanggal dikeluarkan. Setelah itu, kemudian baru dilakukan proses registrasi
dengan menyusun dan melengkapi dokumen registrasi.
BPOM akan memberikan suatu surat yaitu approvable letter. Approvable
letter adalah surat yang berisikan informasi NIE (nomor izin edar) yang akan
dicantumkan pada kemasan produk. Kemudian pihak industri farmasi menyiapkan
diri untuk produksi, dengan kemasan sudah mencantumkan NIE.Jika industri
farmasi sudah siap untuk produksi, maka dilakukan konfirmasi terhadap BPOM
untuk dilakukan audit in situ. BPOM akan memeriksa langsung kesesuaian dalam
proses produksi obat tersebut dengan dokumen yang sudah dikumpulkan, dari
awal yaitu formulasi, raw data, hingga log book diperiksa. Jika ada
penyimpangan, maka BPOM akanmeminta surat klarifikasi terhadap
penyimpangan tersebut. Jika semua proses sudah selesai, BPOM akan
mengeluarkan surat dari hasil inspeksinya. Jika dibutuhkan penambahan data
maka BPOM akan memberikan surat permintaan tambahan. Dokumen registrasi
terdiri dari:
a. Bagian I : Dokumen administratif, informasi produk dan penandaan
b. Bagian II : Dokumen mutu
c. Bagian III : Dokumen non klinik (untuk obat baru)
d. Bagian IV : Dokumen klinik (untuk obat baru)
Jika dokumen registrasi memenuhi syarat pendaftaran obat maka BPOM
akan memberikan nomor izin edar. Tahap registrasi dapat selesai dalam jangka
waktu 1-2 tahun. Izin edar terdiri dari 15 digit yaitu:
a. 1 Digit I : Obat dagang (D) atau generik (G)
b. 1 Digit II : Bebas (B), bebas terbatas (T), keras (K), narkotika (N),
psikotropika (P)
c. 1 Digit III : Lokal (L), ekspor (E), atau impor (I)
d. 2 digit IV dan V : periode tahun pendaftaran
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
35
Universitas Indonesia
e. 3 digit VI, VII, VIII : nomor urut pabrik yang disetujui masing-masing pabrik
(antara 100-1000)
f. 3 digit IX, X, XI : nomor urut obat yang disetujui masing-masing pabrik
g. 2 digit XII dan XIII : Macam bentuk sediaan yang ada.
h. 1 digit XIV : urutan kekuatan dosis (contoh A untuk kekuatan sediaan obat
yang pertama disetujui dan B untuk kekuatan sediaan yang kedua disetujui)
i. 1 digit XV : urutan kemasan yang didaftarkan (contoh 1 untuk kemasan
utama dan 2 untuk kemasan beda kemasan pertama).
2. Sub Departemen Research and Development Analisa
Manager R&D analisa membawahi lima orang supervisor, yaitu supervisor
trial produk jadi, supervisor trial bahan baku, supervisor validasi bahan baku,
supervisor stabilitas dan supervisor validasi produk jadi. Supervisor tersebut
masing-masing membawahi analis. Sub departemen R&D analisa menerima free
sampel dari Departemen purchasing, kemudian dilakukan analisa terhadap sampel
bahan baku tersebut. Kemudian setelah melakukan analisa, R&D analisa
membuatkan ratingmanufacturer tersebut berdasarkan analisa bahan baku. Rating
tersebut dibuat berdasarkan kualitas dari bahan baku itu sendiri serta hasil
pembandingan hasil analisa dengan sertifikat analisis (CoA). Rating tersebut akan
masuk ke departemen terkait yang kemudian akan ditentukan bahan baku yang
dipilih. Jika sudah ditentukan bahan bakunya akan dilakukan trial oleh R&D
formulasi nanti sediaan yang sudah dibuat oleh R&D formulasi akan masuk ke
R&D analisis dan registrasi.
Pengembangan metode analisa menjadi tugas dari supervisor produk
jadi.Pengembangan dilakukan dengan mengacu kepada literatur resmi seperti
USP, BP, JP, Jurnal, literatur lainnya, dan dari COA bahan tersebut. Setelah trial
dan errorterhadap metode analisa dilakukan, metode tersebut disimpan dulu
sampai mencapai trial pilot pada tahap produksi karena nanti sampelnya akan
masuk kembali ke R&D analisis dan registrasi. Kemudian metode tersebut akan
divalidasi meliputi persyaratan validasi pada CPOB dengan batch formula skala
pilot. Metode analisa yang telah divalidasi akan disusun dengan nomor protap
R&D dan didistribusikan ke laboratorium QC. Pada batch pertama skala produksi,
R&D analisa akan melakukan transfer metode analisa ke laboratorium QC.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
36
Universitas Indonesia
Transfer metode meliputi pelatihan teknis ke Departemen QC mengenai tahapan
analisa dan verifikasi metode antara laboratorium R&D dan laboratorium QC.
Pada trial skala pilot dan 3 batch pertama produksi, sampel produk jadi diambil
untuk uji stabilitas dipercepat pada suhu 40°C ± 1°C dan RH 75% ± 5% selama 6
bulan. Sedangkan uji stabilitas real time pada suhu 30°C ± 1°C dan RH 75% ± 5%
minimal 2 (dua) tahun. Data yang diperoleh lewat uji stabilitas tersebut digunakan
sebagai data dalam menentukan expire date (ED).
3.3.4 Departemen Quality ControlBahan Awal dan Produk Jadi & IPC
Departemen QC merupakan suatu departemen yang melakukan kontrol
atau pengawasan terhadap mutu suatu produk.Departemen QC terbagi menjadi
dua bagian, yakni QC bahan awal dan IPC serta QC bahan kemas.Struktur
organisasi departemen QC terlampir.
3.3.4.1 Quality Control Bahan Awal
Departemen ini terdiri dari bagian bahan awal dan IPC.Untuk QC bahan
awal memeriksa dari bahan awal berupa zat aktif, zat tambahan, air, dan limbah.
Untuk bahan baku zat aktif dan zat tambahan yang baru datang akan diterima dan
diperiksa oleh pihak gudang (warehouse). Pihak gudang akan memeriksa
kelengkapan dokumen, antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order (PO),
sertifikat analisis bahan (CoA) dari bahan awal tersebut serta tampilan fisik atau
kemasan luar, kesesuaian label dengan bahan, kesesuaian dengan expired date dan
kondisi bahan awal. Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan
secara fisik telah memenuhi syarat, maka gudang akan membuat BPB (Bukti
Penerimaan Barang). BPB yang terdiri dari 4 rangkap ini, setelah dikembalikan
oleh QC akan didistribusikan ke berbagai Departemen lainnya seperti QC,
Warehouse, finance dan lain-lain. Departemen QC akan melakukan analisa
sementara Departemen Warehouse akan menentukan nomor kontrol untuk setiap
bahan awal. Pada nomor kontrol terdapat kode RA (Raw Active) untuk zat aktif
dan RT (Raw Tambahan) untuk eksipien.Nomor kontrol itu sendiri
merupakanurutan bahan yang datang pada bulan tersebut. Setelah bahan awal
dianalisa dan mendapatkan status dari departemen QC, maka rangkap ketiga dari
BPB akan diberikan kepada departemen QC sedangkan 3 rangkap lainnya
dikembalikan ke Warehouse.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara BPB dengan
label bahan awal, kesesuaian antara CoA dengan label bahan awal dan kesesuaian
antara CoA yang datang dengan CoA pada kedatangan sebelumnya. Data-data
tersebut kemudian didokumentasikan pada form checklist kedatangan barang. Jika
disetujui, maka QC bahan awal mengeluarkan form pengambilan sampel.
Bila dokumen yang telah lengkap tersebut diterima dan disetujui, maka
pihak QC akan melakukan analisa mutu terhadap bahan tersebut. Jika terdapat
temuan, maka pihak QC bahan awal membuat surat keluhan yang akan diberikan
kepada departemen purchasing yang nantinya akan diteruskan ke pihak supplier.
Pihak supplier memiliki kewajiban untuk memberikan tanggapan atau jawaban
terhadap surat tersebut dan berdasarkan jawaban tersebut dapat diterima atau tidak
oleh pihak QC. Follow up kepada pihak supplier dilakukan setiap awal minggu.
Penyimpangan didokumentasikan sebagai resume untuk masing-masing supplier
nantinya.
Sampel yang diambil oleh pihak QC bahan awal digunakan untuk analisis
kimia dan analisis mikro (pada bahan awal tertentu). Jumlah sampling ditentukan
berdasarkan:
a. Pola n
Pola ini digunakan untuk bahan baku existing atau hanya jika bahan yang
akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok
yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah namun
umumnya pada bagian atas, dimana rumus pola n sebagai berikut.
N = 1 + √n
dimana N adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil; n adalah jumlah wadah
yang diterima. Apabila n ≤4 maka sampel diambil tiap wadah.
b. Pola p, digunakan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui
dan tujuan utama adalah pengujian identitas. Rumusnya yaitu:
P = 0,4 √n
dimana P adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan
pembulatan keatas; n adalah jumlah wadah yang diterima.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
38
Universitas Indonesia
c. Pola r, digunakan untuk bahan yang diperkirakan tidak homogen dan/atau
diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan
untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. Rumusnya yaitu:
R = 1,5 √n
dimana R adalah jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan pembulatan
ke atas; n adalah jumlah wadah yang diterima/dambil sampel.
Analisa kimia yang dilakukan terdiri dari analisa secara manual seperti titrasi
dan analisis dengan menggunakan instrument analisis seperti HPLC atau
spektrofotomeri.Pengujian ulang (retest) dilakukan pada sampel dengan
mengacu kepada surat/ keterangan dari pemasok bahan awal yang
bersangkutan. Untuk bahan awal yang dibutuhkan oleh produk yang
diproduksi diluar (produk makloon) analisa dilakukan oleh kedua
pihak.Sampel yang dianalisa oleh QC PT. Guardian Pharmatama disampling
oleh perusahaan yang bersangkutan.
Bahan awal dibakukan menggunakan baku pembanding dimana baku
pembanding tersebut telah dibakukan dengan baku pembanding primer. Dua
data hasil analis tersebut kemudian dibandingkan, dengan simpangan deviasi
< 1%. Analisa terhadap bahan awal dilakukan sesuai dengan protap yang
telah tersedia, kemudian hasil dari analisa tersebut dilaporkan dalam HPBA
(Hasil Pemeriksaan Bahan Awal).Waktu pemeriksaan maksimum dari bahan
awal adalah 7 hari.Jika tidak ada permasalahan dan semuanya memenuhi
spesifikasi maka bahan awal dapat diberi status release. Sedangkan jika
terdapat masalah atau sampel tidak memenuhi spesifikasi maka bahan awal
akan diberi statusreject. QC bahan awal juga bertanggung jawab terhadap
penanganan penyimpangan bahan awal.
QC bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan
menyetujui analisa limbah cair. Limbah cair yang terdapat di pabrik PT. Guardian
Pharmatama terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. Limbah laboratorium
Limbah ini terdiri dari limbah sisa analisa kimia baik pelarut, fase gerak,
maupun limbah sisa analisis obat jadi serta limbah sisa destruksi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
39
Universitas Indonesia
mikrobiologi.Limbah ini dimusnahkan di pihak ketiga dengan beberapa klasifikasi
keamanan.
b. Limbah domestik dan produksi
Limbah ini adalah limbah dari ruang produksi wastafel dan toilet.Limbah
ini diolah dalam waste water treatment oleh Departemen Engineering. Limbah ini
dianalisis 1 minggu sekali di 3 titik yaitu titik inlet (awal),titik bak anaerob dan
titik outlet (akhir), serta setiap 1 bulan sekali pada minggu pertama dilakukan
analisi keluar. Titik inlet dan titik bak anaerob diperiksa setiap hari senin
sementara titik outlet diperiksa setiap hari kamis. Pemerikasaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan pemerian, suhu, pH, BOD (Biochemical OxygenDemand),
COD (Chemical Oxygen demand), DO (Dissolved Oxygen). Hasil pemeriksaan
harus memenuhi spesifikasi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup yang berlaku..
Selain melakukan analisa terhadap bahan awal dan limbah, bagian QC
bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan
memberikan persetujuan terhadap kualitas purified water yang digunakan untuk
produksi. Departemen QC dalam melakukan analisa dibantu oleh departemen
Engineering sebagai departemen yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengolahan purified water untuk produksi tersebut.Adapun parameter yang harus
dianalisa oleh departemen QC terhadap purified water tersebut adalah :
i. Setelah Raw Water Tank, berupa pemerian, kesadahan, total koloni dan E.
coli.
ii. Setelah Raw Water Tank dengan penambahan klorin, berupa pemerian, klorin
≤ 0,5 mg/L, total klorin dan E. coli.
iii. Setelah Multimedia filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan,
total mikroba dan E. coli.
iv. Setelah carbon Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan
total mikroba dan E. coli.
v. Setelah Softener, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbondioksida, kesadahan,
total mikroba dan E. coli.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
40
Universitas Indonesia
vi. Setelah ReverseOsmosis, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbondioksida, kesadahan,
total mikroba dan E. coli.
vii. Setelah Ultra Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan,
total mikroba dan E. coli.
viii. Setelah Ultra Violet, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC (Total
Organic Carbon), logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
ix. Setelah Purified Water tank, berupa pemerian, pH, konduktifitas, klorida,
sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC
(Total Organic Carbon), logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
x. Ruang Emulsifier, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam
berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
xi. Ruang Mix Liquid, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam
berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
xii. Ruang cuci botol, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam
berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. Ruang cuci, berupa pemerian, pH,
konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total,
karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
QC IPC bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas produk dari produk
antara (ketika proses produksi masih berjalan) hingga produk ruahan. Pada
kegiatan ini yang melakukan sampling pada saat proses produksi adalah operator
dari departemen produksi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir intensitas orang
keluar masuk dari ruang produksi yang dapat menyebabkan cross
contamination.Setelah sampel diambil, analis QC bahan awal menyerahkan
kepada pihak analis QC yang akan membawanya ke QC untuk dianalisa lebih
lanjut.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
41
Universitas Indonesia
Metode analisa yang digunakan oleh pihak QC merupakan hasil transfer metoda
yang dilakukan oleh R&D Analisa dengan departemen QC. R&D Analisa
merancang protap analisa yang kemudian ditetapkan menjadi protap QC setelah
dilakukan transfer metode dan validasi. Sampel yang diterima didokumentasikan
pada buku ekspedisi.
Analis IPC melakukan analisis parameter fisik seperti kekerasan,
ketebalan, diameter, kerapuhan dan dimensi tablet pada awal, tengah dan akhir
proses produksi. Sedangkan untuk analisis secara kimia dilakukan oleh analis QC
di laboratorium seperti penentuan kadar, disolusi, keseragaman kandungan tablet,
serta keseragaman bobot tablet. Analisa dan pengujian ini dilakukan terhadap
produk antara dan produk ruahan.
Produk antara akan dilanjutkan proses pembuatannya bila telah release
oleh departemen QC berdasarkan hasil uji yang didapatkan (telah memenuhi
spesifikasi). Parameter yang dianalisa oleh IPC terdapat pada form HPOJ (Hasil
Pemeriksaan Obat Jadi) termasuk spesifikasi dan hasilnya. Pada saat proses
sampling terdiri dari 3 titik sampling yaitu atas, tengah dan bawah. Namun
terkadang titik sampling bisa mencapai 5 titik bahkan 10 titik hal ini disesuaikan
dengan produk yang diperiksa. Untuk tablet dengan bobot dibawah 250 mg maka
diambil sepuluh titik, bobot 250 mg – 500 mg diambil lima titik, dan bobot diatas
500 mg diambil tiga titik. Analisa dilakukan maksimum dalam 6 hari.Apabila
terjadi perubahan metode analisa, maka metode analisa tersebut harus divalidasi
kembali oleh departemen R&D.
Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau pihak
ketiga yang berwenang. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka
seluruh departemen akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk
tersebut seperti produksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya, atau
QC bahan awal meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk produksi
batch tersebut. Kemudian berdasarkan evaluasi tersebut departemen QA akan
memutuskan tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang terjadi.
3.3.4.2 Quality ControlProduk Jadi dan IPC
Quality Control IPC berjalan dibawah tanggung jawab seorang asisten
manager.Bagian ini terdiri dari 3 subbagian, yaitu QC pengolahan, QC analisa,dan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
42
Universitas Indonesia
QC mikrobiologi.Masing-masing bagian tersebut dikepalai oleh supervisor yang
membawahi analis. QC IPC bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas
produk dari produk awal (ketika proses produksi masih berjalan) hingga produk
ruahan. Pada kegiatan ini yang melakukan sampling pada saat proses produksi
adalah operator dari departemen produksi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir
intensitas orang keluar masuk dari ruang produksi yang dapat menyebabkan cross
contamination. Setelah produk dinyatakan release oleh IPC, sampel diambil oleh
operator Lab untuk selanjutnyadiserahkan kepada pihak analis QC IPC yang akan
membawanya ke QC untuk dianalisa lebih lanjut. Analis IPC melakukan analisis
parameter fisik seperti kekerasan, ketebalan, diameter, kerapuhan, keseragaman
bobot tablet dan dimensi tablet pada awal, tengah dan akhir proses produksi untuk
solid, dan untuk semi solid dilakukan pemeriksaan dari pemerian, pH, viskositas,
kehalusan, dan homogenitas. Analisis secara kimia dilakukan oleh analis QC di
laboratorium seperti penentuan kadar, disolusi dan keseragaman kandungan
tablet.Analisa dan pengujian ini dilakukan terhadap produk antara dan produk
ruahan.Metode Metode analisa yang digunakan oleh pihak QC mengacu kepada
protap yang telah ditetapkan oleh R&D Analisa yang kemudian berubah menjadi
protap QC setelah dilakukan transfer metode. Sampel yang diterima
didokumentasikan pada buku ekspedisi.Produk antara akan dilanjutkan proses
pembuatannya bila telah release oleh departemen QC berdasarkan hasil uji yang
didapatkan (telah memenuhi spesifikasi). Parameter yang dianalisa oleh IPC
terdapat pada form HPOJ (Hasil Pemeriksaan Obat Jadi) termasuk spesifikasi dan
hasilnya.
Pada saat proses sampling terdiri dari 3 titik sampling yaitu atas, tengah
dan bawah. Namun terkadang titik sampling bisa mencapai 5 titik bahkan 10 titik
hal ini disesuaikan dengan produk yang diperiksa. Untuk tablet dengan bobot
dibawah 250 mg maka diambil sepuluh titik, bobot 250 mg – 500 mg diambil lima
titik, dan bobot diatas 500 mg diambil tiga titik. Analisa dilakukan maksimum
dalam 6 hari dan apabila terjadi perubahan metode analisa, maka metode analisa
tersebut harus divalidasi kembali oleh departemen R&D.
Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau pihak
ketiga. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka seluruh departemen
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
43
Universitas Indonesia
akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk tersebut
sepertiproduksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya, atau QC bahan
awal meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk produksi batch
tersebut.Kemudian berdasarkan evaluasi tersebut departemen QA akan
memutuskan tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang terjadi.
3.3.5 Departemen Quality Control Bahan Kemas
Pada awalnya QC bahan kemas berada di bawah departemen Quality
Control, bersama dengan QC bahan awal, IPC dan produk jadi.Namun pada tahun
2012, QC bahan kemas dipisah dari departemen lainnya membentuk departemen
QC Bahan Kemas.Struktur organisasi Departemen QC Bahan Kemas terlampir.
Tugas Departemen QC Bahan Kemas, antara lain :
a. Incoming control packaging material
Pengambilan pada kedatangan sampel bahan kemas selain menggunakan
tabel dari AQL (Acceptable Quality Level) yang diadaptasi dari ANSI (American
National Standarization Inspection) juga digunakan pola N. Pada AQL terdapat
special inspection dan general inspection. Cara pengambilan jumlah box sampel
adalah dengan pola N yaitu √n + 1. Sampel yang telah di sampling diberikan label
“Telah Disampling”. Bahan kemas yang telah memenuhi spesifikasi diberi label
“Release” dan yang tidak memenuhi spesifikasi diberikan label “Reject”. Hasil
analisa dari bahan kemas dicatat didalam HPBK atau Hasil Pemeriksaan Bahan
Kemas.
b. IPC pengemasan primer dan sekunder
IPC dilakukan setiap tiga jam sekali selama proses pegemasan primer
(blistering, dan stripping) sedangkan pada proses filling, liquid san semisolid
dilakukan pada saat awal, tengah, dan akhir dari proses filling. IPC pengemasan
sekunder (coding, dan packing) dilakukan setiap tiga jam sekali dan diperiksa
kelengkapannya dalam setiap kemasan produk jadi.
c. Verifikasi visual larutan injeksi
Dilakukan oleh personel yang terlatih.Dilakukan dalam ruangan gelap,
dilakukan pengamatan di bawah lampu visual dengan kekuatan minimal 10000
lux dengan menggunakan latar hitam untuk melihat partikel asing berwarna putih
dan menggunakan latar putih untuk melihat partikel asing berwarna hitam.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
44
Universitas Indonesia
d. Penyimpanan retained sample
Diambil sebanyak kebutuhan tiga kali pemeriksaan lengkap.Disimpan
pada suhu yang sesuai dengan yang tertera pada etiket, terdapat dua suhu
penyimpanan yakni suhu 15-250C dan suhu 25-30
0C.Penyimpanan produk jadi
dilakukan dalam kemasan utuh (kemasan primer dan kemasan
sekunder).Penyimpanan dilakukan selama dalam rentang daluarsa ditambah satu
tahun (ED + 1).
e. Audit pemasok bahan kemas
Dilakukan pemeriksaan terhadap kriteria penerimaan, jika suplier
memenuhi kriteria penerimaan dapat dimasukkan dalam daftar suplier tetap.
Untuk suplier baru pihak purchasing akan menilai kesesuaian harga terlebih
dahulu sebelum melakukan pemesanan bahan kemas. Audit terhadap suplier
bahan kemas dilakukan oleh QC. Bahan Kemas bekerja sama dengam QA dan
purchasing packaging. Audit terhadap suplier bahan kemas dilakukan setiap tiga
tahun.Hal-hal yang diperiksa meliputi fasilitas, mesin, bangunan, dan pengawasan
mutu dari pemasok tersebut.
Bahan kemas terdiri atas dua macam, yakni printed dan non printed.
Bahan kemas non printed contohnya botol volume 60 ml, vial, dan ampul. Bahan
kemas printed merupakan bahan kemas yang memberikan penandaan dan ciri
khas tertentu kepada suatu produk hasil produksi suatu pabrik (artwork).
Spesifikasi dari bahan kemas tersebut telah ditentukan oleh R&D formulasi.
Kemudian untuk desain bahan kemas printed akan dibuat oleh artwork designer
yang berada di bawah departemen bussines and development. Desain tersebut
disosialisasikan kepada semua bagian dan dilakukan konsultasi antara R&D
formulasi dengan marketing untuk merampungkan desain kemasan menjadi Final
Artwork (FA). FA akan diteruskan ke bagian purchasing untuk dicarikan suplier
pembuat kemudian suplier tersebut akan mengirimkan proofprint sebagai contoh.
Proofprint merupakan berkas yang dibuat oleh suplier untuk memastikan bahwa
suplier mampu memproduksi bahan kemas sesuai dengan kualitas yang diminta
oleh PT. Guardian Pharmatama.Selain dikirimkan kepada Departemen purchasing
FA juga dikirimkan ke Departemen QA dan QC bahan kemas yang selanjutnya
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
45
Universitas Indonesia
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan Spesifikasi Bahan Kemas (SPBK) dan
Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas (HPBK).Kemudian HPBK dan proofprint
menjadi acuan dalam penerimaan bahan kemas.Kesesuaian antara HPBK dan
proofprint merupakan indikator penerimaan (masuk dalam spesifikasi).Apabila
bahan kemas yang didapat dari pemasok tidak memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan, pihak PT. Guardian Pharmatama maka dinyatakan adanya
penyimpangan.
Penyimpangan itu sendiri terbagi 3 yaitu:
1. Minor, penyimpangan yang dapat diabaikan.
2. Mayor, penyimpangan yang masih bisa diterima tapi cukup mengganggu dan
PT. Guardian Pharmatama melayangkan surat keluhan kepada suplier.
3. Kritikal, penyimpangan tidak dapat ditoleransi dan bahan kemas tersebut di
tolak.
3.3.6 Departemen Warehouse
Struktur organisasi dari gudang pabrik PT. Guardian Pharmatama
dikepalai oleh seorang Manager yang membawahi seorang asisten manager dan
tiga orang supervisor yaitu Supervisor Bahan Awal, Supervisor Bahan Kemas dan
Supervisor Produk Jadi. Adapun tanggung jawab di gudang diantaranya:
a. Menangani penerimaan bahan baku dan bahan kemas yang datang dari
pemasok, dan produk jadi dari bagian produksi.
b. Menjaga kondisi dan mengontrol stok barang sesuai dengan sistem
FEFO(First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).
c. Menyimpan dan menyediakan barang yang dibutuhkan untuk produksi.
d. Menangani pengeluaran barang untuk kebutuhan produksi, penerimaan
sisabarang dari produksi.
e. Mendistribusikan produk jadi ke distributor sesuai dengan Delivery Order.
Sebelum barang masuk ke gudang bahan baku atau gudang bahan kemas,
sebelumnya disimpan di ruang karantina untuk di sampling oleh QC. Setelah hasil
analisa keluar, maka akan ditentukan barang tersebut akan di reject atau di release
(masuk ke gudang masing-masing). Gudang dapat dibagi menjadi 3 bagian besar:
1. Gudang Bahan Baku
Terdapat 3 kondisi penyimpanan bahan baku:
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
46
Universitas Indonesia
a. Suhu 2-80C, biasanya untuk tempat penyimpanan flavour seperti minyak
ikan.
b. Suhu 15-250C, misalnya untuk penyimpanan soft capsule, cangkang kapsul,
vitamin E dan vitamin C.
c. Suhu < 300C, misalnya untuk penyimpanan gliserin, sorbitol, sukrosa dll.
Gudang bahan baku terbagi atas beberapa bagian:
a. Bahan baku psikotropika dan prekursor
Bahan baku ini disimpan pada suhu 25-300C. Penyimpanannya didalam
tempat khusus yang terkunci.Setiap penggunaannya dicatat dan dilaporkan ke
Badan POM setiap bulannya oleh departemen produksi.
b. Bahan baku beta laktam
Bahan baku beta laktam disimpan di ruangan yang terpisah dari bahan
baku lainnya, yaitu di tempat makloon dari produk tersebut.
c. Bahan additional
Bahan baku ini disimpan pada suhu 15-250C, kecuali untuk bahan baku
yang di COAnya mensyaratkan untuk disimpan pada suhu 2-80C.
d. Bahan baku yang mudah terbakar
Bahan baku yang mudah terbakar seperti alkohol disimpan terpisah dari
gudang bahan baku lainnya dan Badan POM mensyaratkan gudang ini terletak di
ruangan terbuka.
2. Gudang bahan kemas
Gudang bahan kemas dibagi menjadi dua yaitu gudang bahan kemas
primer dan gudang bahan kemas sekunder.Penyimpanan barang dilakukan
terpisah dari masing-masing batchnya, serta menggunakan sistem FIFO.Pada
masing-masing rak ditempelkan nama-nama bahan yang ada pada rak
tersebut.Bahan kemas primer merupakan bahan kemas yang berkontak langsung
dengan produk seperti PLCN, PVC, alufoil, botol, ampul, dll biasanya disimpan
pada suhu 15-250C, sedangkan bahan kemas sekunder bahan pengemas sekunder
seperti box dan shipper yang disimpan pada suhu 25-300C. Untuk leaflet dan label
disimpan di dalam ruangan khusus yang terdapat pada gudang bahan kemas
sekunder.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
47
Universitas Indonesia
3. Gudang produk jadi (finishing goods)
Sebelum produk jadi di release oleh QA, produk jadi tersebut disimpan di ruang
karantina produksi, setelah dinyatakan release maka akan dipindahkan ke gudang
produk jadi. Untuk produk jadi tersebut ada 5 ruangan, yaitu:
a. R. Psikotropika
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi yang mengandung obat
psikotropika.Ruangan ini terkunci dan dikondisikan pada suhu 25- 300C.
b. R. Produk Jadi
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu
<300C.Sebagian besar produk jadi disimpan disini.
c. R. Cool Room
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C. Produk jadi yang biasanya
disimpan disini berupa injeksi, krim, salep, soft capsule,dll.
d. R. Beta laktam
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk
menyimpan produk beta laktam dan derivatnya.
e. R. Cephalosporin
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk produk
cephalosporin dan derivatnya.
f. R. Prekursor
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk produk
prekursor.
Produk jadi yang telah dipasarkan dapat dikembalikan maupun ditarik
kembali untuk kemudian di evaluasi tindak lanjutnnya. Untuk itu disediakan 2
ruangan, yaitu:
a. R. Return Goods
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk yang
dikembalikan oleh distributor yang dikondisikan pada suhu 15-250C.Pengaturan
suhu dan kelembaban pada setiap ruangan di gudang dilakukan setiap hari secara
rutin pada jam 8 pagi dan jam 3 sore.Kelembaban ruangan diatur <
75%.Pembersihan rak-rak di gudang dilakukan secara rutin setiap dua hari
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
48
Universitas Indonesia
sekali.Perawatan di gudang dari pest dilakukan, berkerjasama dengan PT. Etos
yang menangani pest control terhadap tikus, rayap, nyamuk dan serangga lainnya.
b. R. Rejected Goods
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk kembalian yang
telah berstatus reject (ditolak). Kemudian produk tersebut dipisahkan dari kemas
primernya. Setelah dikumpulkan, kemasan dihancurkan dan produk-produk
tersebut ditimbang dan dipindahkan ke gudang penampungan sementara dan
menunggu proses pemusnahan dari pihak ketiga.
3.3.6.1 Prosedur Penerimaan Bahan Baku dan Bahan Kemas
Bagian PPIC mengirimkan permintaan pembelian (PP) ke bagian
Purchasing. Kemudian bagian pembelian akan mengirimkan Purchasing Order
(PO) ke supplier, sedangkan copy dari PO akan dikirimkan ke bagian gudang.
Pada saat pengiriman barang dari pemasok, surat jalan yang dibawa oleh supplier
diperiksa kesesuaiannya oleh pihak gudang dengan PO yang berisi jenis, jumlah
dan tanggal kebutuhan barang dan suplai yang disetujui. Jika sesuai, maka barang
yang diterima akan disimpan di gudang karantina dan diberi label karantina yang
berwarna kuning dan dibuatkan Bukti Penerimaan Barang (BPB) yang
mencamtumkan nama barang, nomor kontrol, nomor kode, jumlah barang dan
nama pemasok. BPB terdiri dari 4 rangkap, yang asli diberikan kepada bagian
Accounting untuk proses pembayarannya. BPB juga diserahkan ke bagian QC,
setelah QC menerima BPB dari gudang, maka QC akan melakukan sampling dan
menganalisa sampel. Setelah itu baru didapatkan hasil apakah barang yang masuk
tersebut akan direlease (berwarna hijau) yang kemudian disimpan di gudang
bahan baku atau bahan kemas atau direject (berwarna merah) yang kemudian
disimpan di ruang tertentu sebelum diberitahukan dan dikembalikan kepada
pemasok untuk mendapat gantinya.
3.3.6.2 Prosedur Keluar Masuk Barang ke Ruang Produksi
Bagian PPIC akan mengeluarkan FPB (formula Pengolahan Batch) untuk
meminta bahan baku dan FKB (Formula Pengemasan Batch) untuk meminta
bahan kemas sebelum memproduksi suatu batch. Setelah itu bagian gudang akan
melakukan penimbangan sesuai dengan FPB tadi. Hasil penimbangan tadi
kemudian akan di crosscheck (pemeriksaan silang) dengan bagian produksi untuk
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
49
Universitas Indonesia
memastikan hasil penimbangan pada saat serah terima barang. Jika bagian
produksi kekurangan bahan dan ingin meminta bahan baku diluar FPB, maka
produksi akan mengeluarkan surat permintaan berupa SIV (Store Issue Voucher)
yang disetujui oleh Manager produksi dan diterima oleh manager gudang serta
didokumentasikan oleh bagian akuntansi. Seandainya setelah produksi ternyata
terdapat kelebihan bahan, maka bagian produksi akan mengeluarkan surat
pengembalian SRV (Store ReturnVoucher) yang disetujui oleh Manager produksi
dan diterima oleh manager gudang serta didokumentasikan oleh bagian akuntansi.
Permintaan bahan dari bagian lain seperti R&D dan QC harus menyertakan nota
Bon Permintaan Barang (PB) dan Bon pengembalian (BP) jika ada sisa.
3.3.6.3 Prosedur keluar Barang ke Distributor
Jika pihak distributor membutuhkan kiriman produk, maka distributor
akan membuat Purchasing Order (PO) dan marketing akan membuat Delivery
Instruction Note (DIN) yang berisi nomor kode, nama produk, satuan dan tujuan
pengiriman. DIN yang telah disetujui oleh departemen accounting ini kemudian
dikirim ke Departemen Warehouse. Berdasarkan DIN tersebut, gudang akan
mengeluarkan Delivery Order (DO) untuk diberikan kepada distributor beserta
barang yang dipesan.
3.3.6.4 Prosedur Penerimaan Barang Kembalian
Prosedur penerimaan barang kembalian diawali dengan Departemen QA
akan menentukan disposisi barang yang harus disetujui oleh pihak management.
Jika barang akan di repack, maka bagian produksi akan mengeluarkan SIV.
Setelah produk selesai direpack maka bagian produksi akan mengeluarkan SRV
untuk disimpan kembali di gudang produk jadi.
3.3.7 Departemen Produksi
Departemen produksi dikepalai oleh seorang Manager Produksi Solid yang
membawahi Asisten Manager produksi solid yang secara langsung membawahi
supervisor stripping & blistering, leader dan peutgas sanitasi juga membawahi.
Asisten manajer produksi liquid dan semisolida membawahi supervisor packing
liquid dan semisolida, supervisor packing solid, administrator toll manufacturing
dan administrator produksi.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Departemen ini bertanggung jawab terhadap proses pengolahan obat sejak
bahan baku mulai ditimbang oleh departemen gudang hingga pengemasan produk
ruhan yang kemudian akan disimpan ke gudang finished good. Proses pengolahan
tersebut dilaksanakan sesuai dengan jadwal produksi bulanan yang telah disusun
oleh departemen PPIC. Jika jadwal tersebut telah disetujui oleh departemen
produksi, maka jadwal itu akan dipecah menjadi jadwal produksi perminggu.Alur
proses produksi diawali dengan proses penimbangan oleh departemen gudang
hingga proses pengemasan.
3.3.7.1 Proses Produksi Tablet Biasa
Metoda pembuatan tablet yang digunakan di PT. Guardian Pharmatama
ada dua metoda yaitu metoda langsung dan granulasi basah. Proses pembuatan
tablet dengan metoda granulasi basah diawali dari penimbangan terhadap bahan
baku kemudian dilakukan mixing dengan menggunakan mixer. Sebelum itu, bahan
harus diayak terlebih dahulu dengan mesh tertentu.Pencampuran pada mesin
Mixer dilakukan dengan penambahan bahan pengikat yang sebelumnya telah
dilarutkan. Kemudian massa yang dihasilkan dikeringkan. Massa granul yang
telah kering kemudian diayak dengan ukuran mesh tertentu menggunakan
Hammer Granulator. Selanjutnya dilakukan lubrikasi dalam double cone mixer
dengan penambahan bahan pelincir. Setelah semua selesai, dilakukan proses
pencetakan tablet. Sementara itu, untuk proses kempa langsungmembutuhkan
waktu yang lebih singkat, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga, alat dan
ruang produksi. Pada proses kempa langsung, bahan baku yang sudah ditimbang
dilakukan mixing dengan menggunakan mixer. Seteleh dilakukan mixer, massa
langsung dicetak sehingga menjadi tablet.
Proses kempa langsung diawali dengan penimbangan bahan baku yang
dilakukan oleh petugas gudang. Kemudian dilanjutkan dengan proses mixing
dengan menggunakan v-mixer, lalu hasil mixing tersebut dicetak dengan
menggunakan mesin pencetak tablet JCMCO atau CADMACH.
3.3.7.2 Proses Produksi Tablet Salut
Penyalutan yang digunakan di PT. Guardian Pharmatama adalah
penyalutan film. Tablet inti yang akan disalut harus telah lulus uji dari
departemen QC. Pemeriksaan yang dilakukan pada tablet inti seain sesuai dengan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
51
Universitas Indonesia
persyaratan umum untuk tablet, juga perlu diperhatikan hal-hal lainnya, yaitu
permukaannnya halus, berbentuk cembung, bebas debu dan kerapuhannya
serendah mungkin. Proses penyalutan dilakukan dalam ruang coating
menggunakan mesin “Narong Rama Cota”.
3.3.7.3 Proses Produksi Kapsul
Setelah bahan baku ditimbang, bahan baku kemudian dicampur, kemudian
diperiksa kadar air dan kadar zat aktif oleh departemen QC. Bila telah dinyatakan
lulus uji, maka dilakukan proses pengisian dengan mesin filling kapsul (Chin Yi
tipe ACF-52) atau mesin filling semi otomatis Chuan Yung. Kapsul yang telah
diisi kemudian dimasukkan ke dalam mesin polishing kapsul untuk membersihkan
kapsul dari debu yang menempel dan agar kapsul menjadi mengkilap.
3.3.7.4 Proses Produksi Sirup
Proses produksi sirup diawali dengan pencucian botol dengan purified
water yang selanjutnya dibilas dengan alkohol 70%. Bahan-bahan yang telah lulus
uji oleh departemen QC kemudian ditimbang dan dilarutkan dengan menggunakan
purified water (PW). Setelah itu baru dilakukan pencampuran semua bahan dalam
tangki pencampuran dan dilakukan penambahan PW hingga volume yang
dikehendaki.Pencampuran dan pengadukan dilakukan hingga homogen.Sirup
yang telah jadi, kemudian disaring dan selanjutnya dikarantina sambil menunggu
hasil pemeriksaan dari bagian QC. Pemeriksaan pada sirup meliputi kadar zat
aktif, pH, viskositas, berat jenis dan cemaran mikroba. Jika telah dinyatakan lulus
uji kemudian dilakukan pengisian sirup ke dalam botol. Pengisian dilakukan
menggunakan mesin LF Avanty atau CVC dan dilanjutkan dengan penutupan
botol dengan capperrmachine.Hasil pengisian ini kemudian diperiksa lagi oleh
departemen QC, yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume dan kekerasan
segel atau kebocoran.
3.3.7.5 Proses Produksi Suspensi
Proses pembuatan suspensi hampir sama dengan pembuatan sediaan sirup,
hanya saja pada suspensi menggunakan suspending agent agar dapat
menghasilkan suspensi. Pada mulanya, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pembuatan suspensi ditimbang terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan sirup dalam Homogenizer hingga dihasilkan larutan sirup yang
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
52
Universitas Indonesia
homogen dan jernih.Sementara itu juga dibuat larutan suspensi dengan
mendispersikan bahan aktif dan suspending agent dalam PW, dan dilanjutkan
dengan penghalusan larutan suspensi dengan menggunakan Thorax
Homogenizer.Sirup simpex dan larutan suspensi kemudian dicampur dalam
Vacuum Emulsifier mixer. Suspensi yang telah jadi kemudian diperiksa berat
jenisnya, pH, kadar zat aktif dan viskositas, serta cemaran mikrobanya. Jika telah
dinyatakan lulus uji, suspensi akan diisikan ke dalam botol, kemudian diperiksa
lagi oleh QC yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume, kekerasan segel
dankebocoran.
3.3.7.6 Proses Produksi Sediaan Semi Solid
Tahapan dalam proses pembuatan salep atau krim diawali dengan
penimbangan bahan baku salep atau krim. Kemudian dilanjutkan dengan proses
pelelehan dan pencampuran. Proses pencampuran diawali dengan pelelehan dan
pencampuran fase air dan fase minyak sehingga menjadi basis krim. Setelah basis
salep atau krim jadi, baru dilakukan pencampuran bahan aktif dalam basis
tersebut. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin vacuum emulsifier
mixer. Fungsi dari vakum disini adalah untuk mengurangi timbulnya buih atau
busa saat proses berjalan. Salep atau krim yang telah jadi kemudian dimasukkan
ke dalam tube alumunium menggunakan mesin Kentex. Mesin ini juga melakukan
pelipatan pada ujung tube dan penomoran batch dengan emboss pada lipatan
tersebut. Selama proses produksi setengah padat, dilakukan pengawasan selama
proses (IPC) yang meliputi homogenitas pada saat pelehan dan pencampuran,
pemeriksaan kadar zat aktif dan pemeriksaan keseragaman bobot pada saat
pengisian tube.
Proses produksi dilakukan di ruang kelas E. Kondisi ruang kelas E ada PT.
Guardian Pharmatama adalah sebagai berikut:
a. Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan
langit-langit) licin, menggunakan cat epoxy, mudah dibersihkan dan tidak
membentuk sudut.
b. Bebas dari retakan dan sambungan.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
53
Universitas Indonesia
c. Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara HVAC (Heating
Ventilation Air Conditioning) yang mendukung persyaratan untuk ruang
kelasE.
Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam ruang
kelas E harus memiliki persyaratan:
a. Menggunakan pakaian pelindung, penutup kepala, sarung tangan, masker dan
sepatu khusus untuk ruang kelas E.
b. Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori dan kosmetika yang
berlebihan.
c. Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang didukung
dengan data medical check up secara periodik.
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan mengeringkannya
sebelummemasuki ruang kelas E.
Ruangan yang terdapat pada ruangan kelas E:
a. Ruang timbang
Ruang ini digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan
dalam proses produksi. Letak ruang timbang berdekatan dengan gudang bahan
baku. Tiap bahan yang akan masuk ke ruang timbang harus melewati ruang
antara. Di dalam ruang timbang tersebut terdapat alat timbang, baik untuk
kapasitas besar maupun kecil. Selain itu terdapat juga dust collector untuk
menyedot debu yang ada pada ruangan tersebut.
b. Ruang Staging
Ruang ini digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang telah ditimbang
dan menunggu untuk diolah pada proses produksi.
c. Ruang Solid Compound
Ruangan ini digunakan untuk proses pencampuran bahan-bahan yang telah
ditimbang. Ruangan ini digunakan pada proses pencampuran untuk pembuatan
sediaan solid yang menggunakan metode granulasi basah. Proses pencampuran
dilakukan dengan menggunakan mesin Diosna mixer.
d. Ruang drying
Pada ruangan ini terjadi proses pengeringan granul menggunakan Fluid
Bed Dryer (FBD).
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
54
Universitas Indonesia
e. Ruang granulator
Ruangan ini digunakan untuk proses granulasi banas ataupun kering
menggunakan mesin hammer granulator.
f. Ruang mix dry
Ruangan tersebut terdapat alat double cone mixer dan V-mixer untuk
mencampur granulat dengan bahan lubrikan atau bahan pelincir. Doublecone
mixer lebih sering digunakan untuk mixing terakhir pada proses granulasi basah,
sedangkan V-mixer lebih sering digunakan untuk mixing pada proses cetak
lansung dan pada pembuatan kapsul.
g. Ruang cetak tablet
Granul yang telah mendapat status release dari QC selanjutnya akan
dicetak menjadi tablet atau kaplet. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan
mesin JMCO atau CADMACH.
h. Ruang coating
Ruang coating merupakan tempat penyalutan tablet. Jika tablet
memerlukanpenyalutan film, maka tablet akan disalut menggunakan mesin
penyalutNarong Rama Cota.
i. Ruang filling kapsul
Ruangan ini digunakan untuk melakukan pengisian granul ke dalam
cangkang kapsul.Pengisisan dilakukan dengan menggunakan mesin Chin Yi tipe
ACF-52 atau mesin filling semi otomatis Chuan Yung.
j. Ruang Stripping
Ruangan ini digunakan untuk mengemas tablet, kaplet, kapsul dalam
bentukstrip dengan menggunakan mesin ACCEDE, Kung Long atau Chuan Yung.
k. Ruang Blistering
Ruangan ini digunakan untuk mengemas kaplet dalam bentuk blister
menggunakan mesin Lenze atau Ulhmann.
l. Ruang Liquid Compound
Ruangan ini digunakan untuk pencampuran semua bahan yang digunakan
untuk pembuatan sediaan cair. Proses pencampuran dilakukan dengan
menggunakan mesin Thorax Homogenizer.
m. Ruang filling liquid
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Ruangan ini digunakan untuk melakukan proses pengisian sediaan cair ke
dalam botol sekaligus menutup botol dengan cap. Pengisian sediaan cair dalm
botol dilakukan dengann menggunakan alat LF Avanty atau CVC, sedangkan
untuk penutupan botol (capping) dilakukan dengan cappermachine.
n. Ruang compound setengah padat
Ruang ini digunakan untuk membuat sediaan setengah padat. Proses
pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin Vacuum Emulsifiermixer.
o. Ruang filling tube
Ruang ini digunakan untuk memasukkan sediaan setengah padat ke dalam
tube alumunium.Filling dilakukan dengan menggunakan mesin Kentex.
p. Ruang clean bottle
Pada ruang ini terdapat oven double door yang menghubungkan ruang
kelas E dan kelas F. Botol-botol yang akan digunakan dicuci dengan PW dan
kemudian dibilas dengan alkohol 70%. Pencucian botol ini dilakukan di ruang
kelas F. Botol yang telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam oven double
door dari ruangan kelas F. Botol kemudian disterilisasi pada suhu 120°C selama 3
jam, setelah botol kering kemudian diambil dan disimpan diruang kelas E.
q. Ruang WIP
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk antara dan produk
ruahan yang menunggu untuk proses selanjutnya.
r. Ruang IPC (In Process Control)
Ruangan ini digunakan untuk mengawasi dan mengontrol kualitas produk
selama proses produksi. Dalam ruangan ini terdapat alat timbangan, disintegration
test, hardness tester sekaligus alat pengukur dimensi tablet dan friability tester.
s. Ruang washing
Ruangan ini digunakan untuk mencuci alat yang telah digunakan untuk
proses produksi.
t. Ruang equipment
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan alat atau spare part dari mesin.
u. Ruang R&D
Ruangan ini digunakan oleh bagian R&D untuk melakukan trial dalam
pilot project.Dalam ruangan ini terdapat alat super-mixer mini, FBD mini, thorax
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
56
Universitas Indonesia
homogenizer mini, mesin cetak tablet mini dan alat uji tap density.Pengontrolan
ruang kelas E dilakukan dengan sedemikian rupa agarsenantiasa memenuhi
persyaratan untuk ruang kelas E. Pengendalian hama atau pest control dilakukan
dengan bekerja sama dengan pihak ketiga. Pengendaliandilakukan terhadap
serangga , nyamuk dan tikus. Pengendalian dilakukan dengancara foggingsetiap1
bulan sekali, sedangkan pengendalian terhadap partikel danmikrobiologi udara
dilakukan dengan pemasangan HEPA (High EfficacyParticulate Air) filter dengan
efisiensi 99,95% pada sitem AHU (Air Handling Unit) dan melakukan desinfeksi
udara (air borne desinfectan). Desinfeksiterhadap udara dalam ruang proses
produksi dilakukan 2 bulan sekali. Desinfektanyang digunakan merupakan derivat
formaldehid.Ruangan produksi disemprot menggunakan cairan desinfektan
(aplikasinya selama ± 5 menit tergantung volume ruangan dan kecepatan
penyemprotan), kemudian udara yang ada di ruang produksi ditarik keluar
menggunakan blower. Sisa residu di udara dapat diantisipasi dengan
mengosongkan ruangan selama 3 jam (tidak ada aktifitas dan tidak ada personil).
Alur Proses Pengemasan
Pengemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk
jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk
berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan
kekuatan, nomor batch, nama pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal
kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapt melindungi
produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat,
melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi.
Proses pengemasan dilakukan di ruang kelas E dan F. Pengemasan primer
dilakukan ada ruang kelas E sedangkan pengemasan sekunder dan tersier
dilakukan di ruang kelas F. PT. Guardian Pharmatama melakukan pengkodean
yang meliputi HET, waktu kadaluarsa dan nomor batch dilakukan dengan 2 cara,
yaitu emboss (cetak timbul langsung pada kemasan primer) dan ink jet.
Pencetakan dengan sistem emboss dilakukan di ruang kelas E, sedangkan sistem
ink jet dilakukan di ruang kelas F pada stiker label untuk kemasan botol, pada
bagian luar kemasan yang telah melewati proses stripping, blistering,
danfillingtube alumunium.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
57
Universitas Indonesia
Ruang kelas F di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 2 ruang, yaitu
ruang secondary packaging preparation dan ruang packaging.Ruang secondary
packaging preparation digunakan untuk melakukan coding pada stiker
label/etiket, dos, strip, blister dan tube.Coding yang dilakukan pada ruang ini
menggunakan sistem ink jet.Ruang packaging digunakan untuk penempelan etiket
pada botol atau labeling, pengemasan sekunder, pengemasan tersier serta
penimbangan hasil pengemasan.In Process Control (IPC) pada proses
pengemasan dilakukan oleh QC.
Pemeriksaan pada saat pengemasan sekunder meliputi uji kebocoran
kemasan dan estetika. Pada penyelesaian proses pengemasan produk, dilakukan
pemeriksaan akhir oleh QC. Pemeriksaan meliputi kelengkapan kemasan, adanya
etiket, leaflet, sendok takar, nomor batch, waktu kadaluarsa, jenis dan nama
produk serta segel pada box (kemasan sekunder) dan shipper (kemasan tersier).
Setelah produk diperiksa, produk dikemas dalam shipper.Shipper yang telah
disegel kemudian ditimbang dan disimpan dalam ruang karantina produk jadi
sebelum akhirnya dikirim dan disimpan dalam gudang finishing goods setelah
ditetapkan release oleh QA.
3.3.8 Departemen Engineering
Departemen Engineering dipimpin oleh seorang Manager Engineering
yang bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.SupervisorEngineering
dan membawahi dua bagian, yaitu maintenancemanager dan utility
manager.Maintenance manager membawahi supervisor mintenance, planner, dan
production.Utility manager membwahi supervisor utility dan HVAC (lampiran
10).
Managermengontrol tugas yang dikerjakan oleh staf dibawahnya agar
sesuai dengan syarat dan peraturan yang berlaku. Supervisor bertugas menangani
masalah administrasi (membuat laporan bulanan, jadwal preventif, logbook),
dokumentasi, penanganan masalah mendesak yang berhubungan dengan QC dan
proses produksi, serta persiapan audit internal (tiap 6 bulan sekali). Staf bertugas
menangani permasalahan yang berkaitan dengan subdivisi mereka.Akan tetapi,
staf antar divisi saling berintegrasi dalam menangani masalah peralatan yang ada
dalam divisi mereka.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
58
Universitas Indonesia
3.3.8.1 Maintenance
Maintenance merupakan suatu fungsi di dalam perusahaan manufacture
yang sama pentingnya dengan produksi. Konsep dasar yang dimiliki oleh
maintenance adalah pemeliharaan, yaitu aktivitas yang diperlukan untuk menjaga
atau mempertahankan peralatan/ mesin agar selalu dalam kondisi seperti
awal.Maintenance manager bertanggung jawab pada supervisor maintenance,
planner, dan production.Bagian planner bertanggung jawab mengatur jadwal
perawatan maupun pemeliharaan.Bagian production merupakan jembatan antara
departemen produksi dengan engineering.Bagain tersebut berkaitan langsung
dengan protokol terutama alat baru, training mesin, dan
analisistroublesetting.Bagain maintenance bertanggung jawab pada perawatan
mesin untuk menghilangkan corrective dan melakukan preventif.
Maintenance dilakukan bertujuan sebagai berikut.
a. Peralatan atau mesin dapat beroperasi memenuhi kebutuhan sesuai dengan
perencanaan produksi (troubleshooting)
b. Menjaga kualitas peralatan atau mesin
c. Memperpanjang umur peralatan atau mesin akibat usia pakai (preventive)
d. Menjaga modal investasi perusahaan
e. Mengurangi line stop atau downtime pada proses produksi.
Konsep pemeliharaan yang diterapkan pada PT. Guardian Pharmatama
adalah TPM (TotalProductive Maintenance).TPM merupakan yang diikuti oleh
seluruh karyawan yang terlibat dalam suatu perusahaan untuk menghilangkan
breakdown, mengurangi downtime, serta memaksimalkan utilisasi, produksi, dan
kualitas produksi yang dihasilkan.Faktor yang menyebabkan TPM perlu dilakukan
adalah sebagai berikut.
a. Makin ketatnya persaingan antara dunia usaha
b. Tuntutan konsumen akan kualitas semakin tinggi
c. Makin menguatnya tuntutan waktu pengiriman yang singkat dan kebutuhan
konsumen yang bervariasi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
59
Universitas Indonesia
d. Lingkungan kerja yang manusiawi, memperpendek jam kerja, dan mengarah
ke industri negara berkembang.
Preventivemaintenance salah satunyadengan melakukan pencucian sistem
HVAC setelah fogging. Sanitasi total dilakukan untuk pembasmian sisa hasil
fogging. Selanjutnya departemen QC melakukan pengecekan mikroba.Sanitasi
tidak dilakukan terhadap mesin produksi karena merupakan tugas dari bagian
produksi. Selain dengan melakukan fogging, tindakan preventive yang dilakukan
juga meliputi monitoring unit sirkulasi dan unit motor fresh air, pelumasan,
monitoring pendingin baling-baling yang ada di sistem HVAC, memeriksa
tekanan liquid, serta instalasi listrik.
3.3.8.2 Utility
Bagian Utility bertugas menangani mesin-mesin pendukung (seperti
Genset, dust collector, compressor) dan juga bertanggung jawab terhadap
pengolahan limbah pabrik yang bekerja sama dengan departemen QC, kelancaran
sarana penunjang, perawatan bangunan pabrik termasuk HVAC (operator).
Lingkup kegiatan di bagian Engineeringmeliputi :
a. Pengontrolan mesin dan sistem HVAC di area produksi
HVAC system di PT Guardian Pharmatama terbagi menjadi 2 zona, yaitu
zona A, dengan ruang lingkup proses produksi sediaan tablet, kaplet, dan kapsul,
dan zona B, dengan ruang lingkup proses produksi sediaan solid dan semi solid.
Penggunaan 2 zona ini dimaksudkan untuk memperketat pencegahan kontaminasi.
HVAC system dilengkapi dengan 3 filter khusus, yaitu washable filter (efisiensi
penyaringan 80-85%), medium filter (efisiensi penyaringan 95%), dan High
Efficiency Particulate Air (HEPA) filter (efisiensi penyaringan 99,997%). Pada
tiap unit HVAC, terdapat unit sirkulasi dan fresh air. Pengontrolan mesin-mesin
dilakukan dengan cara menginspeksi jalannya pengontrolan dengan acuan sesuai
dengan ketetapan CPOBseperti :
i. perbedaan tekanan antara ruang bagian dalam tempat produksi dengan
bagian luar ruangan koridor antara 5-20 Pascal,
ii. pertukaran udaranya 5-20 kali tiap jam untuk ruangan produksi,
iii. suhu ruangan antara 20-27ºC,
iv. Relatif humidity maksimal 70%.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
60
Universitas Indonesia
b. Kalibrasi mesin
Alat-alat yang dikalibrasi antara lain thermometer, termograf, pressure
grid, vacuum grid, timer pengukuran rpm. Semua alat dikalibrasi menggunakan
kalibrator yang telah tersedia.
c. Sistem Pengendalian Udara
Sistem pengendalian udara dilakukan dengan menggunakan unit AC
sentral yang dialirkan ke ruang-ruang yang memerlukan sirkulasi udara (seperti
ruang produksi) melalui saluran pipa (ducting) mencegah terjadinya kondensasi
(lapisan air yang menempel di saluran pipa AC sentral).Saluran (ducting) tersebut
didistribusikan ke ruangan-ruangan melewati atap ruangan (ductingsupply).
Perbedaan tekanan udara antara ruang produksi dengan koridor diukur
antar 10-15 Pa dengan suhu 20-27o C dan kelembapan (RH) maksimal
70%.Pertukaran udara dalam ruangan sebanyak 5-20 kali per jam.Sistem udara di
ruang produksi menganut sistem koridor bersih, yaitu sistem dengan tekanan
koridor lebih tinggi daripada tekanan di ruangan.Udara dari sistem HVAC masuk
dari atas koridor dan keluar dari bawah.Hal ini dimaksudkan agar seluruh partikel
dapat tersaring.Pengawasan jumlah partikel dilakukan oleh bagian produksi dan
TSS.
d. Purified Water System
Merupakan suatu sistem pengolahan air yang digunakan untuk proses
produksi. Pada proses pengolahan air ini, air yang digunakan adalah air yang
terdapat pada sumur penampungan air. Kemudian air tersebut diproses dengan
menggunakan sistem pemurnian air atau yang dikenal dengan Purified Water
System. Adapun proses yang dilalui dalam pengolahan air tersebut adalah:
1) Pretreatment
Proses ini digunakan untuk menyisihkan mineral-mineral yang terlarut
yang terjadi didalam R/O (Reverse Osmosis) dapat lebih optimum dan membrane
R/O tidak cepat rusak. Proses yang dilalui dalam fase pretreatment adalah:
i. Klorinasi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Air sumur dipompakan masuk ke raw meter storage tank yang terlebih
dahulu telah diinjeksi dengan Na Hipoklorida. Na Hipoklorida ini dalam raw
water storage tankakan melepaskan klorin. Klorin akan memutuskan ikatan
organik, mengoksidasi besi dan oksidan lainnya dan sekaligus sebagai desinfektan
untuk membunuh bakteri yang ada.
ii. Multimedia filter
Berisi anthracite dan silica gravel sebagai media pendukung. Fungsi dari
filter ini adalah mengurangi kotoran dan partikel-partikel yang terdapat dalam air.
Proses penyaringan ini akan berjalan secara terus-menerus. Bila terjadi perbedaan
tekanan pada multimedia filter, hal ini menandakan adanya penumpukan
kotoran/partikel di atas media filter. Maka pada saat ini perlu dilakuka pencucian
terhadap filter. Proses pencucian filter terdiri dari dua tahap yaitu backwash (cuci
balik) dan rinsing (pembilasan).
iii. Activated carbon filter
Fungsi dari filter ini adalah menyerap bau, warna organik dan sisa klorin
yang ada pada air saat melalui media filter. Prinsip penyerapan klorin pada air ini
dengan cara absorbsi. Media utama Activated Carbon Filter adalah karbon aktif
dan silica gravel sebagai media pendukung. Mekanisme kerja dari filter ini adalah
air akan mengalir dari bagian atas filter, melewati media filter dan pori filter,
keluar dari bagian bawah filter, sehingga menyebabkan partikel-partikel dalam air
akan tertahan pada filter bagian atas. Hingga nantinya air yang keluar melalui
filtertersebut akan jernih dan pada saat yang sama media carbon active menyerap
sisa klorin yang masih terdapat pada air. Namun, adanya kotoran yang tertahan
pada pori tersebut akan menyebabkan naiknya tekanan masuk dan menghambat
penyerapan klorin, sehingga proses penyaringan dan pengabsorbsian tidak
berlangsung dengan tidak baik.
Pada saat ini lah perlu dilakukan pencucian terbalik atau backwash
terhadap filter.Aliran yang seharusnya berjalan dari atas kebawah diubah menjadi
dari bawah ke atas. Sehingga partikel yang melekat pada filter dapat dilepaskan
dan pada saat yang sama klorin yang terkandung didalam air dapat membunuh
bakteri yang mulai tumbuh pada bagian bawah filter. Kemudian filter dibilas
dengan tujuan untuk membuang sisa kotoran dan sisa klorin yang terdapat
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
62
Universitas Indonesia
didalam tabung filter. Proses ini dilakukan secara berkala untuk menghindari
kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme pada media filter.
iv. Water softener
Pada water softener proses yang terjadi adalah pertukaran ion. Kandungan
hardness (kesadahan) yang terdapat dalam air sumur (Ca hardness dan Mg
hardness) ini akan diikat oleh resin kation. Sedangkan resin kation akan
melepaskan Na+ ke dalam air. Proses pertukaran ion Ca
2+ dan Mg
2+ dengan
Na+akan berlangsung terus menerus selama proses sehingga muatan Na
+ akan
berlangsung terus menerus selama proses, sehingga muatan Na+ dalam resin
habis. Pada saat inilah softener memerlukan proses pengaktifan kembali
(regenerasi). Pada waktu regenerasi, ion kalsium dan magnesium yang terikat di
dalam resin akan dilepas dan ditukar kembali dengan ion Na+ dan NaCl sebagai
regeneran, sehingga resin aktif kembali dan siap untuk mengikat ion kalsium dan
magnesium.
2) Reverse osmosis
Setelah proses pretreatment dilakukan, air telah diolah sudah memenuhi
standar sebagai air baku untuk sistem R/O.
i. Antiscalant Dosing System
Pendosisan anti scalant dilakukan untuk membantu menjaga agar
membran tidak mudah rusak oleh adanya oksidator yang masuk kedalam
membran dan mengurangi kecenderungan terjadinya pengendapan pada
permukaan membran.
ii. Cartridgefilter
Berfungsi untuk menyaring sisa partikel yang berukuran diatas 5 mikron
yang masih terdapat di dalam air sehingga tidak mengakibatkan penyumbatan
pada membran R/O.
iii. Reverse osmosis membrane
Sistem penyaringan air dengan menggunakan membran semipermeabel
dengan tekanan tinggi (sesuai spesifikasi). Membran semipermeabel ini
mempunyai pori yang sangat kecil (sekitar 0,0001 mikron) sehingga dapat
memisahkan zat-zat yang terlarut, logam berat, organik, pirogen, koloidal dan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
63
Universitas Indonesia
bakteri. Pencemaran ini akan terkonsentrasi dan harus disalurkan sebagai
konsetrat atau reject. Proses ini akan menghasilkan air dengan kandungan mineral
yang rendah. Concentrate outlet harus disambungkan ke saluran pembuangan atau
ditampung dalam tangki penampung untuk digunakan bagi keperluan lain yang
tidak memerlukan kualitas air yang tinggi. Saluran konsetrat ini tidak boleh
tertutup rapat sehingga air dapat megalir dengan lancer tanpa adanya penghambat
aliran.
iv. Reverse osmosis circulation system
Sistem sirkulasi digunakan untuk mencegah tumbuhnya biofilm di dalam
membran R/O karena tidak terjadinya aliran air pada saat reverse osmosis tidak
bekerja. Tangki penampungan dan pompa sirkulasi yang berfungsi untuk
menampung air R/O terlebih dahulu dan kemudian digunakan untuk keperluan
sirkulasi dan juga digunakan pada saat chemical cleaning untuk pembersihan
mebran R/O.
v. Reverse osmosis storage
Tangki penampungan air produksi reverse osmosis sebelum dilakukan
proses mixed bed polisher dan ultrafiltration untuk menghasilkan purified water
sesuai standar USP. Tangki R/O ini juga berfungsi untuk sirkulasi pada mixed
bedfilter untuk mencegah terjadinya biofilm, mempertahankan konduktivitas air
sehingga siap untuk pengisian ke purified water storage tank apabila diperlukan.
3) Polisher
i. Mixed Bed Exchanger
Mixed bed exchanger merupakan ion removal polisher untuk mendapatkan
kualitas akhir air murni yang tinggi dengan daya hantar listrik dibawah
1,3microsimens/cm2. Kolom mixed bed exchanger ini berisi resin kation dan anion
yang tercampur secara merata untuk mendapatkan kualitas air yang tinggi.
Resin kimia yang terjadi pada kolom ini dengan cara menukar ion-ion
yang terkandung dalam air, ion positif diikat oleh resin kation sedangkan resin
kation akan melepaskan ion hydrogen dan ion negatif diikat oleh resin anion
sedangkan resin anion melepaskan ion hidroksida.
Jika ion hydrogen dan ion hidroksida yang terdapat pada resin telah habis
tertukar dengan ion-ion positif dan negatif yang terkandung dalam air yang
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
64
Universitas Indonesia
dialirkan ke dalam kolom mixed bed exchanger. Perlu dilakukan regenerasi untuk
mendapatkan hasil kualitas yang baik lagi.
Proses regenerasi terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Backwash
Dilakukan untuk membuang kotoran sekaligus terjadi proses pemisahan
resin kation dan anion. Resin kation akan berada pada bagian bawah dan resin
anion akan berada pada bagian atas karena adanya perbedaan berat jenis. Saat
pemisahan ini akan terbentuk rongga antara resin menjadi lebih besar sehingga
proses regenerasi dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, air mengalir dari
bawah ke atas lalu keluar menuju saluran buangan umum.
b) Settle
Pada tahap ini tidak ada aliran dalam kolom, sehingga resin kation akan
turun keagian bawah dan resin anion akan berada pada bagian atas.
c) Regenerasi resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari atas ke bawah
(concurrent) melewati resi anion dan keluar melalui kolektor tengah menuju bak
penampungan limbah.
d) Pembilasan resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran air dari atas ke bawah dan keluar dari
kolektor tengah menuju tangki penampung limbah tanpa adaya regeneran masuk.
e) Regenerasi resin kation
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari bawah ke atas
(counter current) melewati resin kation lalu keluar dari kolektor tengah menuju
bak penampungan lumbah untuk dinetralkan tanpa adanya regeneran yang masuk.
f) Fast rinse
Proses pembilasan ini berlangsung dengan aliran air dari atas dan dari
bawah bersamaan melewati resin anion dan kation lalu keluar melalui kolektor
tengah menuju tangki penampungan limbah tanpa adanya regeneran yang masuk.
g) Drain down
Tahap ini merupakan persiapan pencampuran resin kation dan resin anion
dengan membuang sebagian air yang ada pada tabung mixed bed hingga diatas
permukaan resin agar dapat melakukan proses pencampuran dengan baik.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
65
Universitas Indonesia
h) Pencampuran
Tahap ini merupakan tahap pencampuran kembali resin kation dan resin
anion yang telah diregenerasi dengan menggunakan udara yang bebas dari minyak
dengan kapasitas aliran dan tekanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Pada proses ini udara bertekanan dialirkan dari bagian bawah resin
agar resin kation dapat tercampur dengan anion secara merata.
i) Pembilasan akhir
Pada tahap ini air mengalir dari bagian atas ke bagian bawah lapisan resin
yang telah tercampur lalu keluar dari bagian bawah.
i. Cartridgefilter
Filter yang digunakan untuk menjaga agar tidak ada partikel resin yang
lolos pada saat mixed bedfilter bekerja (dapat juga disebut resin trap). Bagian ini
harus diganti secara berkala untuk memperoleh hasil yang maksimal.
ii. Ultra filter
Merupakan filter akhir sebelum air masuk kedalam ultraviolet sterilizer.
Ukuran porinya sangat kecil 1,1-0,01 micron yang digunakan untuk memastikan
bahwa partikel kotoran yang terkontaminasi dalam tangki penampungan tersaring
dengan baik dan ultraviolet sterilizer dapat bekerja maksimal.
iii. Ultra violet sterilizer
Sinar ultra violet telah dikenal dapat membunuh mikroorganisme.Sinar
UV dapat mebunuh kelompok mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, alga
dan protozoa. Ketika mikroorganisme dihadapkan ke sinar ultra violet, asam
nuklida dari mikroorganisme menyerap energi dan akan merusak DNA dari
mikroorganisme dan menghambat reproduksi dari mikroorganisme tersebut.
Intensitas penyinaran dari sistem ini adalah 30.000 microwatt detik/cm2 dimana
standar pemakaian sinar UV untuk air minum 16.000 microwatt detik/cm2. Selain
intensitas penyinaran yang besar, sistem ini juga perlu didukung filter untuk
menyaring suspended solid yang kemungkinan dapat digunakan sebagai tempat
berlindung bagi mikroorganisme saat dipaparkan dengan UV. Setelah dilewatkan
dalam UV sterilizer ini, air diharapakn benar-benar telah memenuhi persyaratan
secara fisik, kimia dan biologi untuk digunakan sebagai air baku sesuai standar
USP.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
66
Universitas Indonesia
e. Pengolahan Limbah
Sistem pengolahan air limbah di PT. Guardian Pharmatama dilakukan
terhadap pengolahan limbah cair yang berasal dari produksi (pencucian alat
produksi) dan limbah domestik.Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT.
Guardian Pharmatama didesain pada kapasitas 15 m3 /hari.Ada beberapa
parameter pemeriksaan air limbah di PT Guardian Pharmatama.
1) BOD5 (Biological Oxygent Demand)
BOD5 adalah senyawa-senyawa pencemar yang dapat diurai secara ilmiah
oleh mikroorganisme pengurai.
2) COD (Chemical Oxygent Demand)
COD meliputi semua pencemar yang mengonsumsi oksigen dan dapat
dioksidasi seperti garam-garam mineral serta sebagian besar senyawa organik.
3) TSS (Total Suspended Solid)
4) Total Nitrogen
Nitrogen merupakan zat yang berguna bagi tumbuhan.Akan tetapi nitrogen
yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroorganisme di dalam
sistem.
5) Fenol Total
Fenol merupakan zat beracun yang dihasilkan dari pemecahan zat-zat
karboksil.
6) pH
pH normal yang dapat diterima di lingkungan adalah 6-7.
Proses yang terdapat dalam pengolahan limbah adalah proses fisika dan
kimia sebagai berikut.
1) Proses penyaringan (screening)
Air limbah yang berasal dari limbah pencucian alat-alat produksi masuk ke
penyaringan I, sedangkan air limbah domestik masuk ke penyaringan
II.Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan air limbah dengan benda padat
terapung seperti daun, plastik, tutup botol, dan lainnya.Dengan tersaringnya
benda-benda padat yang mengapung ini dapat menjaga keawetan peralatan seperti
pompa, mixer dan lain-lain.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Fasilitas Desain, yaitu berupa bak saringan terdiri atas 2 bak yang
dilengkapi dengan saringan stainless steel. Ukuran bak 1,5 m, 1,4 m, dan 2 m
(panjang x lebar x kedalaman). Masing-masing bak disekat.
2) Proses Equalisasi
Proses equalisasi yaitu proses penyeragaman karakteristik parameter air
limbah seperti COD, BOD, TSS, pH dan parameter lainnya. Biasanya air limbah
yang masuk ke bak equalisasi ini fluktuatif kandungan parameternya dari setiap
pencucian. Pencucian pertama kali akan lebih tinggi dibanding pencucian kedua
(pembilasan). Air limbah ini berasal dari bak screening atau bak penyaringan
sebagai alat penyalur dengan menggunakan pompa penyalur.
3) Proses Kimia (Koagulasi, Flokulasi dan Netralisasi)
Air yang berasal dari bak equalisai pertama (penampungan hasil cucian
alat produksi) masuk ke bak pengolahan kimia. Pada proses ini disertai
penambahan kapur hingga pH mencapai 9-11 kemudian ditambahkan PAC (Poly
Alumunium Chloride) dengan kecepatan 100-140 rpm atau reducer kontrol berada
di angka nol. Setelah 5-10 menit baru ditambahkan dengan bahan kimia polimer
(flokulen) dengan kekentalan seperti minyak, Kecepatan pengaduk pada proses
flokulasi ini yaitu 40-70 rpm, kebutuhan PAC 400-600 ml/m3 sedangkan flokulan
300-700 mL/m3, dan pH pada proses ini dijaga pada angka 7-8.
4) Bak netralisasi
Air limbah yang sudah diolah dengan proses kimia akan terbentuk agregat-
agregat yang lebih besar, sehingga apabila diendapkan akan lebih mudah
mengendap. Proses pengendapan ini juga terjadi pada koagulasi, flokulasi yang
didiamkan kira-kira 15-30 menit. Lumpurnya dialirkan ke drying bed, sedangkan
air yang beningnya dialirkan ke bak sedimentasi, di bak sedimentasi inilah terjadi
pengendapan yang lebih sempurna. Sistem pengalirannya dengan cara gravitasi
yaitu dengan cara membuka valve di drying bed pertama atau kedua. Setelah
lumpurnya dialirkan ke drying bed seluruhnya kemudian katup ditutup dan dibuka
valve ke bak sedimentasi untuk mengalirkan air limbah yang beningnya.
Untuk mengatur supaya pH mencapai netral 7 (tujuh),maka dilakukan
penambahan kapur. Pada dasarnya air limbah yang didapat pHnya sudah
mendekati 7. Namun karena terjadi proses koagulasi (terjadi penurunan pH
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
68
Universitas Indonesia
bersifat asam), sehingga pH bisa turun drastis. Oleh sebab itu terlebih dahulu pH
dinaikkan menjadi 9-11 (dengan kapur), kemudian dengan penambahan PAC pH
akan kembali normal 7-8. Penanmbahan kapur ini juga akan mempermudah
proses sedimentasi (pengendapan).
5) Proses Aerasi
Air limbah yang berasal dari equalisasi dua (limbah domestik), langsung
mengalir ke bak aerasi I, kemudian masuk ke bak aerasi II. Pada tahap ini terjadi
penambahan oksigen ke dalam air dengan menggunakan blower.Bak ini
dilengkapi dengan difuser sehingga oksigen yang dimasukkan ke dalam limbah
dapat merata. Pada proses ini juga dimanfaatkan bakteri / lumpur aktif untuk
mengurai bahan organik limbah, sehingga dapat menurunkan BOD5 dan COD
hingga mencapai 90%.
6) Proses Clarifier (Pengendapan Biologi)
Air limbah yang sudah melalui proses aerasi kemudian lumpur aktifnya
diendapkan di clarifier. Dari clarifier ini lumpur aktif ini ada yang di recycledan
ada juga yang akan dibuang melalui drying bed. Secondary clarifier berfungsi
untuk menjaga tersedianya konsentrasi lumpur aktif dalam jumlah yang cukup
pada bak aerasi, sehingga derajat pengolahan yang diperlukan dapat dipenuhi
dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.
7) Proses filtrasi
Proses filtrasi ini berfungsi untuk menyaring endapan yang terbawa dan
menurunkan kadar besi dan mangan serta menghilangkan bau.
8) Drying Bed
Drying Bed adalah bak pengering lumpur, bak ini menyaring lumpur yang
berasal dari proses kimia. Pada bak ini dilengkapi media batu kali, batu koral,
pasir, ijuk, dan karung goni.Bak ini diatapi oleh atap transparan sehingga cahaya
matahari dapat menembus lumpur.Air saringannya dialirkan ke bak sedimentasi
kimia.
9) Bak Stabilisasi
Bak stabilisasi merupakan bak indikator dari hasil pengolahan air limbah.
Indikator yang digunakan merupakan ikan mas dan lele. Jika hasil pengolahan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
69
Universitas Indonesia
limbah baik, maka ikan akan tetap hidup. Jika hasil pengolahan buruk, maka ikan
akan mati.
10) Flow Meter
Agar hasil pengolahan limbah lebih sempurna maka instalasi pengolahan
air limbah ini dilengkapi dengan flow meter berukuran 2 inchi sehingga air limbah
yang diolah setiap harinya dapat terukur.Penambahan zat-zat kimia ke dalam
limbah dilakukan secara manual. Limbah baik hasil pengolahan yang berbentuk
padat, akan dikirimkan ke PT Wastek untuk mengalami pengolahan lebih lanjut.
Sedangkan limbah cair dibuang ke lingkungan setelah memenuhi parameter yang
digunakan.
3.3.9 Departemen Information System
Information System merupakan sistem pendukung proses transaksi yang
terjadi di industri farmasi. Departemen ini bertanggung jawab terhadap semua
sistem komputer yang ada di PT. Guardian Pharmatama untuk menjaga integritas
jaringan dan database, sehingga semua data dari setiap departemen dapat diproses
dengan baik agar dapat memberikan informasi yang diperlukan.
Departemen IS ini dikepalai oleh seorang Manager IS yang membawahi
assistant managertechnical support dan assistant managerprogrammer. Masing-
masing asisten membawahi supervisor dan staff (lampiran 11).
Tugas dan tanggung jawab dari departemen IS antara lain;
a. Maintanance yaitu merawat atau menjaga hardware dan software komputer
yang digunakan di pabrik.
b. Development yaitu mengembangkan sistem komputer yang telah ada di
pabrik.
c. Troubleshooting yaitu memperbaiki kesalahan yang terjadi di pabrik baik
hardware maupun software. Serta membantu user menyelesaikan masalah
yang ada di komputer.
d. Backup data yaitu membuat copy dari databse terakhir, sehingga jika terjadi
kerusakan pada database yang digunakan, backup data dapat digunakan.
e. Mengatur jaringan lokal agar setiap komputer yang masuk dalam jaringan
dapat terhubung dengan baik antara yang satu dengan yang lain.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
70
Universitas Indonesia
PT. Guardian Pharmatama memiliki suatu aplikasi program khusus yang
membantu jalannya beberapa transaksi di pabrik yaitu GIS Application dan GIS
report.
3.3.10 Departemen PPIC
Departemen PPIC di PT. Guardian Pharmatamadikepalaiseorangmanager
yang membawahidua orang assistant manager PPIC, yaitu PPIC I
untuksediaansoliddanliquidjuga PPIC II untuksediaansemisoliddanmakloon (toll
manufacturing), dimanamasing-masingmembawahisatu orang supervisor
inventory control.
3.3.10.1 Production Planning
Marketing mengeluarkan forecast berdasarkan pada data penjualan selama
3 bulan terakhir. Dengan mempertimbangkan lewat stok finished goods yang ada
di gudang dan produk WIP (work in process) yang masih belum masuk gudang
dan lead time dari produk tersebut, maka produk yang perlu diproduksi dapat
dikalkulasi dan ditentukan. Lead time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengolah suatu produk yaitu sejak bahan awal keluar dari gudang untuk
ditimbang hingga produk jadi masuk gudang. Lead time untuk suatu produk
berbeda-beda.
Rencana produksi dibuat pertama kali lewat estimasi rencana produksi 6
bulanan, kemudian akan dibuat lebih spesifik lagi yaitu rencana produksi bulanan
dan kemudian rencana produksi per minggu sesuai dengan lead time dari masing-
masing produk. Rencana produksi bulanan memiliki ketepatan sekitar 80-90%
untuk dijalankan pada proses produksi. Rencana produksi bulanan ini dikeluarkan
satu minggu sebelum bulan berjalan. Rencana produksi per minggu tersebut akan
dibuat semakin spesifik lagi oleh departemen produksi yaitu rencana produksi
harian oleh scheduler dengan mempertimbangkan lead time produk, satuan batch
size, dan tanggal butuh masuk gudang. Rencana packing bulanan merupakan
sebagai penandaan akhir yang digunakan sebagai panduan barang memasuki
gudang dan diberikan setiap awal bulan. Rencana produksi mingguan memiliki
tingkat ketepatan 99% untuk dijalankan sebagai proses produksi. Rencana
produksi mingguan ini disesuaikan dengan kedatangan material yang biasanya
dikeluarkan setiap hari kamis.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Untuk batch file formula pengolahan batch, formula pengemasan batch,
manufacturing direction, dan packaging direction dibuat oleh departemen R&D
formulasi dan salinannya diberikan ke PPIC. Copy MFD dan PAD diberikan
kepada bagian produksi 1 hari sebelum penimbangan dan FPB dan FKB dibuat 3
salinan yaitu untuk bagian accounting, gudang dan melekat pada batch
file.Batchfile ini dikeluarkan sesuai dengan schedule harian yang ditentukan oleh
bagian produksi (scheduler).
Departemen PPIC bertanggung jawab dalam mengendalikan tenggat waktu
proses produksi dengan tanggal butuh. Tanggal butuh merupakan waktu deadline
ketika produk jadi harus masuk ke gudang.Informasi tersebut diberikan oleh
departemen PPIC ke departemen produksi berupa rencana packing bulanan.
Rencana produksi bulanan akan direkap selama 1 tahun ke dalam GIS (Guardian
Information System).
3.3.10.2 Inventory Control
Pengendalian stok bahan yang ada di gudang dilakukan oleh supervisor
inventory control.Setiap produk yang diproduksi PT. Guardian Pharmatama telah
memiliki bill of material tersendiri.Bill of material adalah dokumen yang
mengandung informasi bahan-bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan
untuk proses produksi utnuk setiap produk. Berdasarkan bill of material tersebut
dibuat suatu laporan yang mengandung informasi tentang jenis bahan yang akan
dibeli (laporan requirement), jumlah dari bahan tersebut dan waktu disaat bahan
tersebut dibutuhkan. Laporan requirement material tersebut kemudian diberikan
ke departemen purchasing. Laporan tersebut akan ditinjau oleh purchasing dan
akan dibuat ratingnya berdasarkan kualitas dan harga dari bahan. Hasil tinjauan
tersebut akan diberikan kembali ke departemen PPIC dan berdasarkan hasil rating
maka PPIC akan membuat permohonan pembelian (PP) dan purchasing akan
membuat Purchasing Order (PO) ke pemasok. Laporan material requirement
dibuat berdasarkan pertimbangan :
a. Jumlah bahan yang ada di gudang.
b. Outstanding PP atau bahan yang telah dipesan tapi belum sampai.
Supervisor IC juga bertanggung jawab atas review outstanding PP yitu jika
sales dari produk turun, maka outstanding PP dapat diundur atau dibatalkan.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Kemudian supervisor IC juga bertugas untuk memonitor outstanding PP yaitu
memastikan jadwal kedatangan bahan baku sama dengan waktu kedatangan yang
sesungguhnya. Materi atau bahan baku yang dibutuhkan per produk mengacu
pada FPB (Formula Pengolahan Batch) dan FKB (Formula Pengemasan Batch)
yang telah dibuat oleh departemen R&D (Research and Development). Sedangkan
jadwal produksi mempertimbangkan MFD (Manufacturing Direction) dan PAD
(Packaging Direction).
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
73
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
PT. Guardian Pharmatama sebagai industri farmasi yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegitan pembuatan
bahan obat atau obat. Pengendalian secara menyeluruh pada pembuatan obat
merupakan hal yang sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima
produk obat yang bermutu tinggi. Produk jadi harus lulus dari serangkaian
pengujian, juga mutu dapat dipertanggungjawabkan hingga dikonsumsi oleh
konsumen. Mutu obat tersebut bergantung pada bahan awal, bahan pengemas,
proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan
personil yang terlibat. Oleh sebab itu, industri farmasi membutuhkan pedoman
sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. Pedoman ini
mencakup seluruh kegiatan penerimaan bahan, produksi, pengemasan ulang,
pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu, pelulusan, penyimpanan, dan
distribusi obat serta pengawasan terkait.
Selama pelaksanaan, proses, hingga terbentuknya bahan obat maupun
produk obat, PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek yang telah diatur
dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Adapun aspek CPOB
yang telah diterapkan oleh PT. Guardian Pharmatama meliputi aspek menejemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap
produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi,
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi, dan validasi.
PT. Guardian Phamatama memproduksi obat-obat ethical dan Over the
Counter (OTC). PT. Guardian Pharmatama memproduksi obat dalam bentuk
sediaan solid, semisolid, maupun liquid. Untuk produk steril, antibiotik dan sirup
kering, PT. Guardian Pharmatama melakukan kerjasama dan/atau makloon
dengan perusahaan farmasi lainnya. Produk yang diproduksi oleh PT. Guardian
Pharmatama diklasifikasikan bedasarkan efektivitas farmakologinya antara lain
73
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
74
Universitas Indonesia
golongan obat anti alergi, anti piretik dan analgetik, antibiotik, obat kulit, obat
saluran pencernaan, obat serebrovaskular, suplemen, vitamin, dan lain-lain.
Kualitas obat yang diproduksi oleh suatu perusahaan farmasi dapat terjamin dan
ditingkatkan kualitasnya melalui penerapan CPOB. Hal tersebut telah dibuktikan
dan diterapkan oleh PT. Guardian Pharmatama yang sesuai dengan visi dan misi
perusahaan ini.
4.1 Manajemen Mutu
PT. Guardian Pharmatama merupakan industri farmasi yang harus
membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi), dan
tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya. Dalam hal tersebut,
manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan melalui suatu “Kebijakan
Mutu” yang memerlukan partisipasi dan komitmen di semua departemen dalam
perusahaan, juga pemasok dan distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara
konsisten diperlukan sistem manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh
dan diterapkan secara benar sesuai dengan CPOB.
Unsur dasar manajemen mutu adalah infrastruktur atau sistem mutu yang
mencakup organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, juga tindakan sistematis
yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang
tinggi. Produk obat yang dihasilkan harus selalu memenuhi persyaratan yang
merupakan tanggung jawab pemastian mutu yang didukung oleh pengawasan
mutu dan departemen lain yang terkait. PT. Guardian Pharmatama didukung
dengan tersedianya personil berkompeten, bangunan, sarana, serta peralatan yang
memadai dalam menjalankan sistem pemastian mutu. PT. Guardian Pharmatama
merupakan perusahaan yang mengutamakan mutu dan menerapkan pemastian
mutu secara konsisten. Selain berpedoman kepada CPOB, PT. Guardian
Pharmatama juga mengadopsi standar dari ISO 9001:2008 dalam manajemen
mutunya.
Sejak Januari 2012, bagian pemastian mutu dan pengawasan mutu PT.
Guardian Pharmatama dipisah, sebelumnya kedua bagian ini digabung dalam
departemen pemastian mutu. Per Januari 2014, departemen pemastian mutu
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
75
Universitas Indonesia
terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemastian mutu dan technical support
service (TSS). Hal tersebut dilakukan agar kualitas produk yang dihasilkan lebih
maksimal dengan tanggung jawab lebih detail dan terspesifikasi per departemen.
4.2 Personalia
Sumber daya manusia merupakan hal penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu dan pembuatan obat sesuai dengan persyaratan
CPOB. PT. Guardian Pharmatama berusaha menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai. PT. Guardian Pharmatama memiliki
personalia yang tersebar pada kantor Head Office dan pabrik. Karyawan tesebut
berasal dari berbagai tingkat pendidikan, ketrampilan, dan kemampuan sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing. Pembagian bidang karyawan didasarkan
pada lokasi tempat dibutuhkannya bidang tersebut. Sebagai contoh adalah bagaian
pemastian mutu, pengawasan mutu, juga produksi, bagian tersebut terdapat di
pabrik PT. Guardian Pharmatama Tangerang agar lebih mudah untuk memastikan
poduk yang dihasilkan memang sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Berdasarkan CPOB, sebuah industri farmasi sekurang-kurangnya memiliki
tiga orang apoteker, yaitu sebagai manajer produksi, manajer pemastian mutu, dan
manajer pengawasan mutu. Syarat tersebut telah dipenuhi oleh PT. Guardian
Pharmatama, bahkan pada beberapa departemen memiliki lebih dari satu orang
apoteker agar lebih dapat menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan. Di
pabrik PT. Guardian Pharmatama terdiri dari sebelas departemen, yaitu Quality
Assurance, Quality Control Bahan Awal & IPC, Quality Control Bahan Kemas,
Technical Support Service (TSS), Research and Development Analisa dan
Registrasi, Research and Development Formulasi, Production Planning and
Inventory Control (PPIC), Production, Warehouse, Information System, dan
Enginering.
PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan pelatihan mengenai CPOB
untuk karyawan di setiap bagian. Tugas spesifik dan kewenangan setiap personil
pada posisi penanggung jawab telah tercantumkan dalam uraian tugas tertulis,
sehingga karyawan mempunyai job description yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kecakapan setiap karyawan selalu dimonitor oleh
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
76
Universitas Indonesia
masing-masing manajer pada tiap departemen terkait sehingga kesalahan yang
dilakukan oleh karyawan dapat ditelusuri dan segera diatasi dengan CAPA
(Corrective Action Preventive Action).
4.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan PT. Guardian Pharmatama memiliki desain, konstruksi, seta
letak yang memadai agar memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan
pemeliharaan. Tata letak dan desain dibuat sedemikian lupa sehingga
memperkecil resiko terjadinya kekeliruan maupun pencemaran silang. Letak
bangunan dibuat sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan
sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, dan air serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan.
Bangunan ruang produksi dibuat per unit berhubungan yang dipisahkan
dengan sekat dari kaca bening dan tertutup, sehingga menghindari kontaminasi
silang. Lantai, dinding, dan langit-langit di seluruh ruangan bagian dalam
produksi dilapisi epoksi dibuat dengan permukaan yang rata, halus, dan kedap air,
tidak terdapat celah atau sambungan, langit-langit kokoh, sisi sudut setiap ruangan
melengkung (coving) sehingga debu tidak mudah menempel dan mudah
dibesihkan. Tindakan pencegahan terhadap kontaminan juga dilakukan dengan
membedakan antara jalur barang dengan personil.
Area produksi pada PT. Guardian Pharmatama terpisah dengan area
penyimpanan, area pengawasan mutu, dan area pemastian mutu. PT. Guardian
Pharmatama hanya memiliki dua area produksi, yaitu area kelas E (Grey area)
dan area kelas F (Black area) sehingga PT. Guardian Pharmatama hanya dapat
memproduksi sediaan non steril, baik solid, semisolid, maupun likuid. Sedangkan,
sediaan steril dan antibiotika ß-laktam diproduksi dengan cara bekerja sama
dengan perusahaan lain (Toll Manufacturing). Area penyimpanan harus
mempunyai kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur
berbagai macam bahan dan produk. Kondisi penyimpanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kestabilan produk, baik suhu maupun kelembaban. Area
pengawasan mutu, yaitu area pengujian sampel dan mikrobiologi terpisah antar
area. Hal tersebut diperlukan untuk melindungi instrumen terhadap gangguan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
77
Universitas Indonesia
listrik, getaran, kelembaban, atau gangguan lain yang mempengaruhi hasil
pengujian produk. Area pemastian mutu bergabung dengan area registrasi dan
PPIC karena semua dokumen dikumpulkan pada ruangan tersebut.
4.4 Peralatan
Peralatan di PT. Guardian Pharmatama telah didesain dan dikonstruksikan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Peralatan mempunyai ukuran yang
memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat
terjamin seragam dari batch ke batch. Peralatan telah dikualifikasi, baik
kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja, serta dikalibrasi.
Kalibrasi peralatan dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal atau terprogram
untuk menjamin keseragaman produk yang dihasilkan. Pembersihan dan
perawatan peralatan untuk mencegah kontaminasi silang dan penumpukan debu
atau kotoran turut menentukan mutu produk yang dihasilkan.
Peralatan yang digunakan PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi
persyaratan CPOB, yaitu terbuat dari stainless steel, kaca, atau bahan inert untuk
mencegah terjadinya reaksi kimia. Peralatan produksi ditempatkan dalam ruang
produksi yang sesuai dan dalam satu ruangan hanya digunakan untuk pengolahan
satu macam produksi pada satu waktu, sehingga resiko tercampur antara
komponen obat ataupun terjadi komunikasi silang dapat dihindarkan. Setiap
peralatan mempunyai prosedur tetap pengoperasian, pembersihan, dan kalibrasi
sebagai pedoman untuk menghasilkan produk obat yang terjamin dari batch ke
batch.
4.5 Sanitasi dan Higiene
Obat digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh, sehingga obat tersebut
harus bebas dari segala pencemaran. Sumber pencemaran dapat dibagi dua, yaitu
partikulat asing dan mikroba. Untuk menjaga higienitas tersebut, maka setiap
orang yang memasuki daerah produksi dan laboratorium harus menaati peraturan
sanitasi, termasuk tamu, teknisi, untuk perbaikan dan perawatan, staf manajemen,
pemerintah dan inspektur mutu, tenaga lepas, dan personalia instruktur.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
78
Universitas Indonesia
PT. Guardian Pharmatama telah memberikan pelatihan untuk sanitasi dan
higiene dari karyawan. Sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan atau
ruangan, dan peralatan. Pada personalia, higiene diterapkan pada semua karyawan
yang bekerja dalam pabrik, mulai dari adanya pemeriksaan kesehatan sebelum dan
sesudah diterima bekerja sebagai karyawan pabrik secara berkala (karyawan yang
memiliki tugas yang berhubungan dengan visual atau penglihatan dilakukan tes
buta warna, karyawan yang memiliki penyakit infeksi pernafasan, penyakit kulit
atau luka tidak boleh menangani bahan baku, bahan pengemas, dan proses
pembuatan obat sampai penyakit atau luka sembuh).
Setiap karyawan di bagain produksi pada saat memasuki ruang produksi
harus mencuci tangan dengan desinfektan dan menggunakan pakaian khusus yang
bersih dilengkapi dengan penutup rambut dan sepatu khusus. Untuk tamu
disediakan pakaian khusus, kain penutup rambut, dan sepatu khusus. Karyawan
yang akan melakukan proses pengolahan produk harus menggunakan sarung
tangan untuk menghindari kontak langsung antara tangan dengan bahan baku
maupun produk yang dihasilkan. Bagi setiap karyawan baru dilakukan
pemeriksaan kesehatan, sedangkan bagi karyawan lama pemeriksaan kesehatan
dilakukan satu tahun sekali.
Sanitasi untuk bangunan atau ruangan, misalnya pada ruangan produksi
dilakukan setiap kali proses produksi berlangsung yang meliputi kebersihan ruang
dan peralatan setiap kali selesai digunakan. Setiap akan memulai proses produksi
maka peralatan dan ruangan harus dilengkapi dengan label bersih dari departemen
QC. Sanitasi ruangan produksi dilakukan setiap hari sesuai dengan prosedur tetap
sanitasi. Guna menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang
penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara grey area dan black area.
Alur barang yang akan masuk runag produksi harus melalui ruang penyangga
yang terpisah dengan ruang penyangga personil. Sistem pest control juga
dilakukan dalam rangka pemeliharaan bangunan untuk menghindari adanya
binatang kecil, tikus, lalat, semut, cicak, atau binatang lainnya dalam bangunan
pabrik.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
79
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Departemen produksi di PT. Guardian Pharmatama melaksanakan
produksi sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat oleh PPIC berdasarkan
forecast bagian marketing dan stok produk jadi yang tersedia. Produk obat yang
dihasilkan oleh PT. Guardian Pharmatama antara lain seperti sediaan tablet, tablet
salut selaput, kaplet, kapsul, krim, sirup, suspensi, balsem, dan shampo; serta
sediaan injeksi, produk yang mengandung ß-laktam dan sefalosporin dikerjakan di
tempat toller.
Pelaksanaan produksi di PT. Guardian Pharmatama ini mengikuti prosedur
yang tecantum dalam manufacturing direction dan packaging direction yang
memuat semua catatan yang berhubungan dengan produksi seperti penimbangan,
prosedur pengolahan sampai dengan pengemasan. Proses produksi dilakukan
dalam ruang dan kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB, juga sistem
serta peralatan yang senantiasa divalidasi. Saat produksi skala pabrik pertama kali
untuk satu produk, depatemen R&D, QC, dan produksi bekerja sama untuk
menentukan parameter-parameter untuk mengoptimalkan pembuatan produk
tersebut.
Proses produksi dilaksanakan oleh operator produksi yang telah
mengalami training terlebih dahulu dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan, hingga distribusi dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi
tertulis dan dilakukan dokumentasi dengan pencatatan. Pada saat proses,
dilakukan pemeriksaan hasil produk yang dikenal dengan in process control (IPC)
untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat. Prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian, atau pemeriksaan yang dilakukan
selama proses pada setiap bets produk, PT. Guardian Pharmatam melaksanakan
sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pemastian Mutu.
Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi
kinerja operator dari poses produksi yang memungkinkan menjadi penyebab
variasi karakteristik produk dalam proses.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
80
Universitas Indonesia
4.7 Penjaminan Mutu atau Quality Assurance ( QA )
Sistem penjaminan mutu yang diterapkan PT. Guardian Pharmatama sudah
mencakup seluruh aspek yang diisyaratkan dalam CPOB untuk mengawasi dan
memastikan tiap produk yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Wewenang departemen QA antara lain
meluluskan obat jadi untuk didistribusikan ke pasaran bila produk tersebut telah
sesuai dengan spesifikasinya atau menolaknya bila tidak cocok dengan
spesifikasinya. Sebelum produk diluluskan untuk didistribusikan maka QA akan
melakukan evaluasi terhadap batch file meliputi penimbangan bahan baku, proses
pengolahan, proses pengemasan dan hasil pengujian QC. Bila hasil evaluasi
memenuhi syarat maka produk dapat diluluskan untuk selanjutnya didistribusikan.
Tugas dan tanggung jawab QA lainnya yaitu melakukan Cleaning validation
(validasi pembersihan), yaitu suatu kegiatan pembuktian yang terdokumentasi
dnegan tujuan untuk memastikan bahwa jumlah kontaminan atau residu zat aktif,
mikrobiologi dan sisa deterjen telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Validasi proses dilakukan terhadap parameter-parameter uji yang
dilakukan selama proses berlangsung hingga menghasilkan produk jadi. Sebelum
melaksanakan validasi proses, perlu dipastikan bahwa seluruh vasilitas, peralatan
dan sistem penunjang berada dalam pengawasan dan terkualifikasi, kemudian
validasi dilaksanakan selama produksi rutin dan validasi proses terhadap produk
yang sudah beredar di pasaran. Validasi ulang diperlukan apabila teradapat
perubahan yang bersifat kritis (penggantian alat atau mesin, reformulasi, dll).
Stabilitas on going dilakukan untuk membuktikan apakah obat tetap stabil
sampai masa expired date habis. Stabilitas ini dilakukan sebagai monitoring untuk
produk existing maupun produk pengolahan ulang (rework) yang berada di
pasaran. Sampel disimpan dalam climatic chamber suhu 30 ± 2°C, RH 75 ± 5%.
Pengujian dilakukan setiap satu tahun untuk produk existing (diambil satu batch
per tahun) sampai dengan ED ditambah satu tahun dan 6 bulan sekali untuk
rework.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
81
Universitas Indonesia
4.8 Pengawasan Mutu atau Quality Qontrol ( QC )
Bagian pengawasan mutu di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari bagian
pengawasan mutu bahan awal dan IPC. Bagian pengawasan mutu bahan awal
telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan melakukan pengujian terhadap
bahan awal sesuai dengan spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruangan
dan produk jadi. Obat yang diproduksi olah PT. Guardian Pharmatama telah
memenuhi beberapa kriteria yang dipersyaratkan dalam CPOB 2012 yaitu:
1. Mengandung bahan aktif sesuai yang dipersyaratkan
2. Bebas dari zat asing
3. Ketersediaan hayati (Bioavaibilitas)
4. Bekerja atau mempunyai efek sesuai yang diinginkan.
Bagian pengawasan mutu memiliki wewenang antara lain untuk
meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan yang sesuai dengan
spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya termasuk
bila tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang
ditentukan. Bagian pengawasan mutu juga berwenang dalam melakukan
pengambilan contoh atau sampel barang yang akan diuji serta dalam hal proses
pengujiannya. Personil yang bertugas dalam pengambilan sampel telah
memperoleh pelatihan awal dan berkelanjutan secara teratur tentang cara
pengambilan sampel yang benar. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan In
Process Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Bagian pengawasan
mutu PT.Guardian Pharmatama telah sesuai dengan CPOB 2012 dimana telah
memiliki otoritas tunggal untuk meluluskan atau menolak bahan awal dan produk
jadi tersebut. Selain itu, karena tidak merupakan bagian dari departemen produksi,
maka dapat dipastikan bahwa departemen pengawasan mutu ini telah berdiri
sendiri atau independen.
PT. Guardian Pharmatama menggunakan metode analisis yang dianjurkan
dalam FI, USP, GP, BP, JP, dan EP serta disesuaikan dengan fasilitas analisa yang
ada dalam laboratorium dalam hal pengendalian mutu baku, bahan pengemas, dan
produk yang dihasilkan. Metode analisis tersebut sebelumnya telah divalidasi atau
diverifikasi oleh bagian analitical research and development. Setiap perubahan
atau modifikasi pada metode tersebut harus divalidasi kembali. Alat-alat analisa
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
82
Universitas Indonesia
dikalibrasi secara berkala sesuai dengan prosedur yang telah baku. Hal yang
diharapkan dari pelaksanaan tersebut adalah bahwa setiap metode setiap metode
dan analisa memberikan hasil yang sensitif, teliti, dan akurat sehingga dapat
memberikan data yang sesungguhnya. Maka mutu bahan baku, bahan kemas, dan
produk yang dihasilkan selalu dapat dikontrol sesuai spesifikasi yang ditentukan.
Secara aspek bangunan, laboratorium pengawasan mutu PT. Guardian
Pharmatama telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) 2012. Ruangan laboratorium untuk pengujian dibuat terpisah dari
ruangan produksi dan telah dilengkapi dengan perlengkapan yang memadai untuk
menunjang pemeriksaan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi terhadap produk
yang diuji. Secara aspek personel, tiap karyawan berkewajiban untuk memakai
pakaian pelindung, yaitu jas laboratorium dan alat pengaman seperti masker dan
sarung tangan yang sesuai dengan keperluan tugasnya.
4.9 Inspeksi diri dan Audit Mutu
Inspeksi diri dau audit mutu merupakan aspek yang penting untuk
dilakukan oleh setiap industri termasuk industri farmasi. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan
mutu suatu perusahaan farmasi telah memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) 2012 atau belum. Inspeksi diri dan audit mutu dapat mencegah
maupun memperbaiki kekeliruan serta ketidak disiplinan proses produksi sedini
mungkin. PT. Guardian Pharmatama telah melaksanakan inspeksi diri dan audit
mutu sesuai dengan ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 2012
secara rutin. Program kegiatan inspeksi diri PT. Guardian Pharmatama dirancang
dan dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang terkait baik proses
produksi, maupun fasilitas dan infrastrukturnya. Inspeksi diri mencakup aspek
manusia, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) serta
mencakup sistem manajemennya.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
83
Universitas Indonesia
4.10 Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk,
dan produk kembalian
Untuk penanganan keluhan produk biasanya keluhan terhadap produk
berasal dari dokter, apotek, maupun pasien. Keluhan tersebut bisa terhadap
kualitas produk, efek yang merugikan, maupun efek terapeutik dari produk
tersebut. Keluhan produk tersebut diterima oleh marketing kemudian disampaikan
kepada departemen QA, kemudian dengan bantuan R&D akan menganalisa
produk yang dikeluhkan. Setelah itu, QA akan memberikan surat jawaban ke
marketing yang berisi alasan dan tindak lanjut terhadap keluhan tersebut. Secara
garis besar, pelaksanaan penanganan keluhan adalah berupa: pendataan (asal
keluhan); investigasi, sampel dan sampel pertinggal; investigasi batch lain; dan
kemungkinan pemalsuan.
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi.
Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak
memenuhi syarat kualitas atau atas dasar penimbangan adanya efek samping yang
tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat
jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat
jadi yang bersangkutan.
PT. Guardian Pharmatama membagi produk kembalian menjadi dua jenis,
yaitu obat kadaluarsa dan obat yang cacat atau rusak. Produk kembalian diterima
PT. Guardian Pharmatama melalui melalui distributor-distributornya. Pabrik akan
menerima melalui gudang obat jadi. Obat yang diterima akan diperiksa
kelengkapannya, kemudian bagian pengawasan mutu akan melakukan
pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Barang yang diterima
diperiksa jumlahnya, nomor batch, dan dibandingkan dengan retained sample
(contoh pertinggal). Jika obat tersebut sudah kadaluarsa maka akan dimusnahkan,
sedangkan jika dikembalikan ke PT. Guardian Pharmatama tiga bulan sebelum
tanggal kaadaluarsanya, maka produk akan diganti dengan produk yang baru.
Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dapat dimanfaatkan atau
dikembalikan sebagai stock. Jika yang rusak hanya kemasannya saja, maka akan
dilakukan proses pengemasan ulang. Prosedur pemusnahan harus dapat mencegah
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
84
Universitas Indonesia
terjadinya pencemaran lingkungan dan kemungkinan dimanfaatkan oleh orang
yang tidak bertanggung jawab.
4.11 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen untuk
perencanaan, pelaksanaan atau penerapan, penyelidikan atau penerapan dan
evaluasi.dalam seluruh aktivitas pembuatan produk (obat). Dokumentasi
menunjukkan bahwa apakah seluruh prosedur, metode, spesifikasi, instruksi,
perencanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan
obat telah dilaksanakan dengan baik yang digambarkan dengan suatu riwayat
lengkap dan terperinci dari setiap batch sehingga memungkinkan untuk
penyelidikan serta penelusuran terhadap batch yang bersangkutan maupun untuk
memonitor dan mengendalikan bangunan, fasilitas, peralatan dan personil.
Setiap proses yang dilakukan di PT. Guardian Pharmatama memiliki
prosedur yang tetap (standart operating prosedure) yang harus dilaksanakan
dengan baik dan benar oleh setiap karyawan. Seluruh tahap dalam rangkaian
produksi baik manufacturing document maupun laboratorium document
dikumpulkan dalam batch file yang disimpan oleh departemen QA. Batch file
merupakan dokumen yang berisikan semua hal yang berhubungan dengan proses
produksi dan hasil laboratorium dan semua pihak yang melaksanakan proses
tersebut dan hal-hal yang menyimpang. Seluruh kegiatan kalibrasi alat dan
validasi yang dilakukan selalu didokumentasikan. Penanganan semua dokumen
tersebut dilakukan oleh departemen QA.
4.12 Instalasi Pengolahan Air Limbah
Proses pengolahan limbah yang dilakukan di PT. Guardian Pharmatama
hanya untuk limbah domestik (yang berasal dari dapur, kantor, toilet) dan limbah
produksi (yang berasal dari pencucian alat), sedangkan untuk limbah padat
misalnya sisa granul dari proses produksi, barang kembalian dari distributor
dimusnahkan oleh pihak ketiga. Pada proses pengolahan limbah laboratorium,
limbah reagen atau pelarut dikumpulkan lalu disimpan di dalam gudang
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
85
Universitas Indonesia
penyimpanan limbah dan kemudian dibuat permintaan ke purchasing untuk
dipanggilkan pihak ketiga untuk memusnahkannya.
PT. Guardian Pharmatama telah melakukan pengolahan limbah, namun
masih memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain pada
proses filtrasi yang tidak menggunakan karbon aktif, sehingga akibatnya limbah
outlet hasil pengolahan masih berbau dan sedikit berwarna. Kelemahan lainnya,
yaitu pada bak indikator tidak menggunakan indikator yang dipersyaratkan (ikan
mas). Indikator ikan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa limbah yang telah
diolah telah layak untuk dibuang karena telah dianggap aman. Ikan mas yang
dapat hidup di dalam limbah menandakan adanya oksigen yang cukup sehingga
dapat dikatakan satara dengan air. Namun, dari hasil pemeriksaan QC, kadar
Chemical Oxygen Demand (COD), Biologycal Oxygen Demand (BOD), Total
Dissolved Solid (TDS), dan parameter lain masih memenuhi persyaratan.
4.13 Kualifikasi dan Validasi
PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan CPOB dalam setiap
kegiatannya, salah satunya adalah melaksanakan validasi. Validasi merupakan
suatu tindakan pembuktian yang sesuai dengan prinsip-prinsip CPOB bahwa
prosedur, proses, peralatan, bahan-bahan, aktivitas, atau sistem telah berfungsi
sesuai yang dipersyaratkan. Validasi ini digunakan sebagai bukti pengendalian
terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Selain itu, validasi juga
bertujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas
yang konsisten. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian kegiatan untuk
melakukan validasi terhadap prosedur tersebut sehingga proses produksi dapat
menghasilkan produk yang berkualitas secara terus menerus dan reproducible.
Setiap enam bulan bagain tim validasi menyusun rencana validasi induk
(RIV). Rencana induk validasi ini mencakup informasi tentang vasilitas, peralatan
atau proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa format protokol,
laporan validasi dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi, acuan dokumen
yang digunakan dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi
tersebut.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
86
Universitas Indonesia
Selain melakukan validasi proses, PT. Guardian Pharmatama juga
melakukan validasi pembersihan dan validasi metode analisa. Validasi metode
analisa dilakukan oleh bagian R&D analisa. Selain validasi, PT. Guardian
Pharmatama juga melakukan kualifikasi alat. Kualifikasi alat di PT. Guardian
Pharmatama dilakuakn oleh masing-masing departemen. Kualifikasi yang
dilakuakn diantaranya adalah kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan
kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut memastikan bahwa alat yang dipasang
dapat dioperasikan dengan baik serta telah mencapai kinerja yang diinginkan.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
87
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek-aspek CPOB dalam
rangka menghasilkan produk yang berkualitas, meliputi aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk
kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
kualifikasi dan validasi. Semua proses dan prosedur telah dilaksanakan
berdasarkan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Aspek-
aspek CPOB telah diimplementasikan serta terdokumentasi dengan baik
dan teratur.
2. Profesi Apoteker memiliki peranan yang penting dalam suatu industri farmasi
yaitu menduduki posisi kunci sebagai tenaga profesional farmasi khususnya
dalam bidang produksi, pengawasan mutu serta pemastian mutu. Hal ini
bertujuan untuk menjamin kualitas produk obat yang dihasilkan.
5.2 Saran
1. Meningkatkan produksi obat baik secara kualitas maupun kuantitas dengan
mengikuti perkembangan teknologi farmasi yang semakin berkembang.
2. Umtuk mempertahankan sekaligus meningkatkan mutu produk, aspek
CPOB dilaksanakan dengan standar kualifikasi lebih tinggi dan/atau ketat.
3. Membuat sarana produksi steril sehingga tidak perlu lagi melakukan toll
manufacturing ke perusahaan lain sehingga dapat meningkatkan
kemandirian dan lebih menjaga dan mengontrol kualitas obat tesebut.
4. Peningkatan disiplin personil khususnya dibagian produksi dalam rangka
menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja serta menjaga kualitas
obat yang dihasilkan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
87 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM
RI.
Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Kefarmasian.
Jakarta: ISFI.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
88
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
89
Daftar Lampiran
Lampiran Nomor
Lampiran Gambar 1-23
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
90
Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
91
Lampiran 2. Struktur organisasi Departemen Quality Assurance
Lampiran 3. Struktur organisasi Departemen Technical Support Services
Technical Support Services Manager
Assistant Validasi & Stabilitas
Manager
Spv. Validasi proses
Analis validasi proses
Spv. Validasi pembersihan dan stabilitas
Analis validasi
pembersihan dan stabilitas
Assistant GMP
compilance
Spv. GMP compilance
Inspektor GMP
compilance 1
Spv. GMP compilaance
II
Inspektor GMP
compliance 2
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
92
Lampiran 4. Struktur Organisasi Departemen R&D Formulasi
Lampiran 5. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Kemas
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
93
Lampiran 6. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Awal dan IPC
Lampiran 7. Struktur organisasi Departemen Warehouse
Plant Manager
Manager QC Bahan Awal dan IPC
Ass. Man QC Bahan Awal
Spv QC Bahan Awal
Analis
Ass. Man Produk Jadi
Spv Pengolaha
n
Analis
Spv QC Analisa
Analis
Spv QC Mikrobiologi
Analis
SPV Protap
Leader protap
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
94
Lampiran 8. Struktur organisasi Departemen Engineering
Lampiran 9. Struktur organisasi Departemen R&D Analisa & Registrasi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
95
Lampiran 10. Struktur Organisasi Departemen Produksi PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
96
Lampiran 11. Struktur organisasi Departemen PPIC
Plant Manager
PPIC Manager
Ass. Manager PPIC II Ass. Manager PPIC I
Spv. Inventory
Control I
Spv. Inventory
Control II
Administrasi PPIC
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
97
Lampiran 12. Tahapan pelulusan produk jadi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
98
Lampiran 13. Alur penelusuran kalibrasi alat
Alat di Industri
Standar kerja yang disimpan oleh bagian kalibrasi di
Industri
Contoh: termometer standar, stopwatch standar
Standar primer (dimiliki oleh laboratorium kalibrasi
yang terakreditasi oleh KAN)
Standar nasional
Standar Internasional
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
99
Lampiran 14. Alur proses produksi sediaan solid
Penemasan
Penimbangan
Pencampuran
KempaLangsung
Slugging
Penghancuran
Penambahanfase
luar (lubrikasi)
Penambahan
pengikat
(mixing awal)
Penambahan fase
luar (mixing akhir)
Granulating
/ Pengayakan
Pengeringan
Massa granul
Granulasi
kering
Granulasi basah
Coating
Pengayakan
Pencetakan
tablet
Pengemasan primer
Pengemasan
sekunder
tersier
Coding
Pengemasan tersier
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
100
Lampiran 15. Alur proses produksi sediaan krim
Lampiran 8. Alur Proses Produksi Sediaan Krim
Penimbangan
Pembuatan
basis cream
Pendinginan
Pencampuran
bahan aktif
Pengisian dalam tube (tube filling)
dan embossing tube
Pengemasan
sekunder
Pengemasan
tersier
Fase minyak Fase air
Pencampuran bahan
yang larut dalam air
Peleburan dan pencampuran
fase minyak
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
101
Lampiran 16. Alur proses produksi sediaan salep
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
102
Lampiran 17. Label “karantina” PT. Guardian Pharmatama
Lampiran 18. Label “Release” PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
103
Lampiran 19. Label “Reject” PT. Guardian Pharmatama
Lampiran 20. Label “Telah disampling” PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
104
Lampiran 21. Label “Hold” PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
105
Lampiran 22. Alur sistem pengolahan air (purified water system)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
106
Lampiran 23. Alur sistem pengolahan limbah
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA TANGERANG
PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014
PROTOKOL VALIDASI PROSES PENGOLAHAN DAN
PENGEMASAN PADA SEDIAAN TABLET NON SALUT,
TABLET SALUT, DAN KRIM
TRIANI DIAN ANGGRAINI, S. Farm.
1306344330
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
FEBRUARI 2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
2.1. Technical Support Services (TSS) ............................................................................... 4
2.2. Kualifikasi .................................................................................................................... 4
2.3. Validasi Proses ............................................................................................................ 5
2.4. Protokol Validasi ......................................................................................................... 7
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 9
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................................. 9
3.2. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 9
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................................... 10
BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN ............................................................................... 15
5.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 15
5.2. Saran ............................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 17
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Protokol Validasi (Proses Pengolahan) .......................................................... 18
Lampiran 2. Protokol Validasi (Proses Pengemasan .......................................................... 23
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat menurut BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012
merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Menurut pengertian
tersebut, obat tidak hanya dibutuhkan sebagai penyembuh saja tetapi juga sebagai
peningkat kesehatan hingga memperbaiki penampilan dan merawat tubuh.
Perkembangan obat yang bervariasi dan selalu mengikuti tren menjadi daya tarik
bagi industri farmasi untuk mengembangkan produk-produknya. Industri Farmasi
sendiri menurut BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 merupakan
badan usaha yang memiliki izin dari Mentri Kesehatan dan memiliki sertifikat
CPOB untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Dalam
produksinya, industri farmasi harus menjamin bahwa obat yang diproduksi aman,
bermutu, dan berkhasiat. Untuk mencapai tujuan aman (safety), bermutu (quality),
dan berkhasiat (efficacy) maka dibutuhkan pedoman yang dapat menjadi
persyaratan dari setiap industri farmasi yaitu CPOB.
CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar
mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
CPOB adalah bagian dari pemastian mutu dan mencakup produksi dan
pengawasan mutu. Industri Farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan
pembuatan obat dan/ atau bahan obat wajib menerapkan pedoman CPOB yang
terdiri dari 12 aspek. 12 aspek yang terdapat didalam CPOB yaitu manajemen
mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene;
produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan
pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk;
dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan
validasi menurut peraturan BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012
mengenai penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Salah satu hal yang penting dalam penerapan CPOB adalah pengendalian
mutu produk yaitu salah satunya dengan kualifikasi dan validasi. Kualifikasi
adalah suatu pembuktian bahwa perlengkapan/mesin yang digunakan dalam suatu
proses akan selalu memberikan hasil yang memenuhi kriteria yang diinginkan
secara konsisten. Sedangkan, validasi merupakan suatu tahap untuk mendapatkan
bukti terdokumentasi yang menjamin bahwa suatu proses spesifik akan
menghasilkan produk dengan spesifikasi yang ditetapkan secara konsisten. Suatu
sistem harus dikualifikasi agar berfungsi dalam proses yang tervalidasi, sedangkan
suatu proses harus divalidasi.
Pada PT. Guardian Pharmatama, salah satu validasi yang dilakukan adalah
validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer yang ditujukan untuk
mendapatkan mutu obat yang memenuhi standar dan konsisten. Validasi proses
adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan
dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel
untuk memproduksi produk antara atau BAO (Bahan Aktif Obat) yang memenuhi
spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
pelaksanaan validasi proses dibutuhkan suatu protokol validasi proses agar
validasi yang dilakukan dapat terjamin. Protokol validasi proses merupakan
dokumen yang menguraikan metode kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
rangka validasi suatu sistem atau proses, termasuk metode pengujian dan kriteria
penerimaan atas hasil validasi dengan kata lain protokol merupakan dokumen
kunci bagaimana validasi proses akan dilaksanakan. PT. Guardian Pharmatama
secara konsisten melakukan validasi ulang setiap 5 tahun sekali, namun jika
terjadi perubahan seperti perubahan cara kerja dan mesin yang digunakan pada
proses pengolahan obat, perubahan produsen bahan aktif dan bahan tambahan
yang digunakan, perubahan besar batchsize ≥ 10 kali dari bets sebelumnya serta
perubahan komposisi formula maka produk tersebut harus segera dilakukan
revalidasi, sesuai pedoman yang termuat dalam protokol revalidasi proses. Hal
tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan
memberikan khasiat dan mutu yang konsisten.
Setiap bentuk sediaan, memiliki protokol validasi proses yang berbeda-
beda. Dalam tugas khusus ini akan dijabarkan mengenai perbandingan protokol
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
3
Universitas Indonesia
validasi proses sediaan solid (tablet dan tablet selaput), dan sediaan semisolid
(krim). Pembuatan protokol validasi proses mengacu pada master bets (Dokumen
proses produksi yang terdiri dari Formula Pengolahan Bets,Manufacturing
Direction/Proses Pengolahan Induk, Formula Pengemasan Bets dan Packaging
Direction/Proses Pengemasan Induk).
1.2. Tujuan
1.2.1. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penyusunan protokol validasi proses dari tiga bentuk sediaan yang
berbeda.
1.2.2. Memahami pelaksanaan dan proses pembuatan protokol validasi proses di
PT. Guardian Pharmatama.
1.2.3. Memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
4 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Technical Support Services
Departemen Technical Support Services (TSS) merupakan departemen
pecahan dari Departemen QA (Quality Assurance). TSS dipimpin oleh manager
TSS yang membawahi dua asisten manager yaitu assisten manager validasi dan
stabilitas serta asisten manager GMP compliance. Tanggung jawab dan wewenang
dari setiap asisten manager berbeda-beda.
Assistant Manager Validation and Stability membawahi Supervisor
Validasi Proses dan Supervisor Validasi Pembersihan & Stabilitas, masing-
masing Supervisor membawahi dua orang analis. Tugas Assistant Manager
Validation and Stability diantaranya:
1. Validasi
a. Validasi Proses
b. Validasi Pembersihan
2. Stabilitas
Assistant Manager GMP Compliance membawahi Supervisor GMP
Compliance yang membawahi inspektor GMP Compliance dan bagian Document
Controller. Assistant Manager GMP Compliance memiliki 4 tugas utama:
1. Kalibrasi dan kualifikasi
2. Document Controller
3. Mengadakan pelatihan bagi karyawan
4. Pengendalian perubahan
5. Sertifikasi
2.2. Kualifikasi
Sebelum dilakukan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap
peralatan kritis dan sistem penunjang harus dilaksanakan. Kualifikasi biasanya
dilaksanakan dengan melakukan beberapa kualifikasi, yaitu Kualifikasi Desain
(KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi
Kinerja (KK).
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Kualifikasi Desain (KD) merupakan dokumen yang memverifikasi bahwa
dari fasilitas, sistem dan peralatan yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan, yang
telah memenuhi ketentuan CPOB. Kualifikasi Instalasi (KI) adalah dokumentasi
yang memverifikasi bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem
telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan
oleh industri pembuat. Yang termasuk kedalam KI adalah instalasi peralataan,
pipa dan sarana penunjang serta instrumentasi yang sesuai dengan spesifikasi dan
gambar teknik yang didesain; pengumpulan dan penyusunan dokumen
pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan
dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi serta verifikasi bahan
konstruksi. Kualifikasi Operasional (KO) adalah dokumentasi yang
memverifikasikan bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan
difungsikan, dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang,
berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Untuk melakukan KO,
sebelumnya telah dilaksanakan KI, telah dikaji dan disetujui. KO mencakup
pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem
dan peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup
batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk (worst
case). Kualifikasi Kinerja (KK) adalah verifikasi terdokumentasi, dengan
peralatan dan sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat bekerja
secara efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang
disetujui. KK dilaksanakan setelah dilakukan KI dan KO, yang telah dikaji dan
disetujui. KK mencakup pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan
pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan
berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.
2.3. Validasi Proses
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Didalam buku Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012,
Validasi proses (VP) adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa
proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana
secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara atau bahan aktif
obat (BAO) yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Terdapat tiga pendekatan validasi, yaitu validasi prospektif, validasi
retrospektif dan validasi konkuren. Validasi prospektif adalah pendekatan yang
diutamakan, tetapi ada pengecualian jika pendekatan lain dapat digunakan.
Validasi prospektif dilaksanakan pada proses pembuatan BAO sebelum distribusi
komersial dari produk akhir obat yang dibuat dari BAO tersebut. Validasi
konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk
dijual. Validasi retrospektif adalah validasi dari suatu proses untuk suatu produk
yang telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan
pengendalian bets.
Pendekatan validasi retrospektif dapat digunakan untuk atribut mutu dan
parameter proses kritis telah diidentifikasi; kriteria penerimaan dan pengawasan
selama proses telah ditetapkan dengan tepat; tidak ada kegagalan proses/ produk
bermakna yang bukan disebabkan olek kesalahan operator atau kegagalan
peralatan yang tidak berhubungan dengan kesesuaian peralatan dan profil
impuritis BAO telah ditetapkan. Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif
merupakan representasi untuk semua bets yang diproduksi selama periode
pengkajian, termasuk bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan jumlahnya cukup
untuk menunjukkan konsistensi proses. Sampel pertinggal dapat diuji untuk
memperoleh data untuk memvalidasi proses secara retrospektif. Validasi
konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk
dijual.
Validasi konkuren dapat diterapkan jika data dari replikasi produksi yang
sudah dibuat tidak tersedia karena jumlah bets BAO yang telah diproduksi
terbatas, bets BAO yang jarang diproduksi atau bets BAO yang diproduksi dengan
proses tervalidasi yang telah dimodifikasi.
Sebelum melakukan validasi, terlebih dahulu melakukan perencanaan
kegiatan validasi dengan terperinci serta mendokumentasikan rencana kegiatan
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
7
Universitas Indonesia
validasi ke dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen sementara. RIV
merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas, yaitu mencakup kebijakan
validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan
dan proses yang akan divalidasi; format dokumen, format protokol dan laporan
validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan
acuan dokumen yang digunakan.
Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil
yang diperoleh, memberikan evaluasi terhadap penyimpangan yang ditemukan
dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi
perubahan untuk memperbaiki kekurangan.
2.4. Protokol Validasi
Salah satu kebijakan mutu yang dikeluarkan oleh QA dalam sebuah
industri farmasi adalah protokol validasi yang merupakan rencana tertulis yang
menguraikan bagaimana validasi akan dilaksanakan yang meliputi parameter
pengujian, karakterisitik produk, peralatan produksi dan ketentuan nilai-nilai hasil
pengujian yang dapat diterima. Protokol validasi proses merupakan suatu panduan
untuk melakukan validasi proses pengolahan sediaan farmasi, meliputi
pengawasan parameter kritis pada proses pembuatan, pengambilan sampel yang
tepat, kriteria penerimaan sampel, pengujian selama pengolahan serta rincian
kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol validasi ini selanjutnya
dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Protokol validasi merinci langkah proses kritis dan kriteria penerimaan
serta tipe validasi yang akan dilaksanakan (misal retrospektif, prospektif,
konkruen) dan jumlah proses produksi. Isi dari protokol validasi proses antara lain
adalah pendahuluan; tujuan; lembar persetujuan; daftar isi; ruang lingkup;
tanggung jawab tim validasi; komposisi formula, besar bets, dan spesifikasi;
informasi dan referensi pemeriksaan bahan awal; peralatan dan ruangan serta
Protap peralatan yang digunakan; alur proses produksi; parameter kritis; pola
pengambilan sampel; analisa data dan kriteria penerimaan.
Dalam suatu protokol validasi proses, lembar persetujuan harus
ditandatangani dari personil dan departemen yang menyiapkan (tim pelaksana)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
8
Universitas Indonesia
dan yang melakukan kaji-ulang serta persetujuan (manajemen). Selain itu,
protokol validasi proses juga harus dilengkapi dengan nomor dokumen, nama
produk dan nomor identitas/referensi. Setelah lembar persetujuan, dalam protokol
validasi terdapat ruang lingkup yang harus spesifik untuk produk, terdiri dari
ukuran bets, proses, serta tipe validasi. Informasi bahan awal dalam protokol
validasi juga dicantumkan dari ukuran partikel, densitas, informasi supplier dan
manufacture serta informasi karakteristik kritis lainnya. Peralatan, ruangan, dan
protap yang digunakan juga dicantumkan dengan dilengkapi nomor protap, judul
dan tanggal berlaku. Pada parameter kritis dalam validasi proses, harus
dicantumkan tahapan dan, alat yang digunakan, setting mesin secara teoritis,
setting mesin secara operasional, dan parameter kritis seperti pemerian dan
homogenitas. Setelah itu dicantumkan pola pengambilan sampel dan dicantumkan
tahapnya, jumlah, analisa, posisi pengambilan, dan keterangannya seperti
metodenya analisa kadar zat aktifnya.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
9 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian
Penulisan literatur tentang perbandingan protokol validasi proses pada
sediaan tablet non salut, tablet salut, krim pada tanggal 06 Januari – 28 Februari
2014, bertempat di bagian Technical Support Services, PT. Guardian Pharmatama.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan perbandingan protokol validasi
proses pada sediaan tablet salut, non salut, krim yakni melalui penulusuran/ studi
literatur dari PT. Guardian Pharmatana dan literatur lainnya.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
10 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Validasi merupakan salah satu aspek dari CPOB yang harus ada dalam
suatu industri farmasi. Validasi dilakukan berdasarkan protokol yang telah
disusun sebelumnya. Pada protokol validasi proses tercantum semua personel
yang terlibat beserta tanggung jawabnya masing-masing untuk memastikan bahwa
prosedur dijalankan sesuai dengan protokol dan seluruh data terdokumentasi
dengan baik. Protokol validasi proses disusun oleh Departemen Tech. Support
Services. Dalam pelaksanaan validasi proses melibatkan beberapa departemen,
antara lain Departemen Engineering, Warehouse, Departemen Pengawasan Mutu
dan Departemen Pemastian Mutu. Pembuatan protokol validasi proses disahkan
oleh Manager Produksi, Manager QA, Manager R&D dan Plant Manager.
PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses untuk setiap produk
baru dan produk existing. Validasi proses dilakukan secara continue dengan
revalidasi setiap 5 tahun sekali. Produk baru yang akan diproduksi dibuat master
bets oleh departemen R&D yang berisi formula pengolahan dan pengemasan bets
serta proses pengolahan induknya. Dari master bets tersebut akan dibuat protokol
validasi proses oleh Departemen Tech. Support Services yang berisi tahapan
proses produksi, mesin dan ruangan proses produksi yang digunakan serta berisi
spesifikasi-spesifikasi produk antara dan produk ruahan yang ditentukan sesuai
persyaratan. Pembuatan protokol selain mengacu pada master bets juga akan
mengacu pada lembar SPOJ (Spesifikasi Pemeriksaan Obat Jadi) yang dibuat oleh
Departemen R&D Formulasi yang berisi spesifikasi pemerian fisik produk antara
dan produk ruahan serta spesifikasi yang tidak tercantum dalam master bets ,
seperti spesifikasi kadar, disolusi serta keseragaman kandungan (untuk sediaan
dengan zat aktif ≤ 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan).
Protokol tersebut akan dipakai untuk melakukan validasi proses dan tidak boleh
diubah selama kegiatan validasi proses berlangsung. Validasi proses yang
dilakukan mulai dari proses pengolahan sampai proses pengemasan.
Validasi proses pengolahan merupakan tindakan pembuktian bahwa
dengan prosedur pengolahan yang digunakan akan senantiasa menghasilkan obat
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
11
Universitas Indonesia
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Pendekatan validasi yang digunakan adalah validasi konkuren. Validasi ulang
dilakukan jika terjadi perubahan seperti perubahan cara kerja dan mesin yang
digunakan pada proses pengolahan obat, perubahan produsen bahan aktif dan
bahan tambahan yang digunakan, perubahan besar batchsize ≥ 10 kali dari bets
sebelumnya serta perubahan komposisi formula maka produk tersebut harus
segera dilakukan revalidasi, sesuai pedoman yang termuat dalam protokol
revalidasi proses.. Jika tidak terjadi perubahan yang signifikan maka validasi
ulang akan dilakukan setiap 5 tahun.
Selama kegiatan validasi proses berlangsung, setiap tahapan proses
produksi, mesin yang digunakan dan spesifikasi yang tercantum dalam protokol
akan disesuaikan dengan yang sebenarnya terjadi selama proses produksi dan
dilakukan pencatatan jika ditemukan ketidaksesuaian maupun penyimpangan
yang terjadi selama pengamatan berlangsung.
Validasi proses akan dilakukan pada 3 bets berturut-turut. Hasil dari
pengamatan validasi akan dimasukkan dalam laporan validasi proses oleh
Departemen Tech. Support Services. Validasi proses bertujuan untuk
membuktikan bahwa proses pengolahan sampai dengan pengemasan primer
produk obat yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja
secara efektif dan memberi hasil konsisten. Pada protokol validasi proses
tercantum tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, deskripsi produk dan proses,
komposisi formula, jadwal validasi, kriteria penerimaan, kegagalan pengujian,
validasi ulang dan laporan validasi.
Protokol validasi memiliki isi yang berbeda-beda pada setiap bentuk
sediannya. Perbedaannya berada pada beberapa bagian dan urutannya seperti
parameter kritis dalam proses pembuatan pada setiap sediaan. Pada proses
pembuatan tablet non salut, tablet salut, dan krim parameter kritis hampir sama,
yaitu meliputi tahap pencampuran pada saat pencampuran awal (kecepatan
pengadukan dan waktu pengadukan), serta tahap pencampuran dan pemerian dari
sediaan. Pada proses pembuatan tablet salut, selain parameter kritis yang telah
disebutkan diatas, juga terdapat parameter kritis lain seperti pemerian larutan
penyalut, viskositas larutan penyalut, pemerian penyalut, temperatur yang
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
12
Universitas Indonesia
digunakan untuk coating, suhu aliran udara masuk, suhu aliran udara keluar,
tekanan kompresor, kecepatan putar “coating pan”, lubang pipa semprot (nozzle),
jarak sprayer dengan tablet, kecepatan pompa.
Pengambilan sampel untuk ketiga bentuk sediaan berbeda. Pada tablet non
salut, protokol untuk pengambilan sampel dilakukan di setiap tahap proses
pembuatan mulai dari tahap pencampuran , pencetakan, proses blistering/stripping
dan codding. Pada tahap pencampuran dilakukan pengambilan sampel setelah
lubrikasi yaitu dengan menguji distribusi partikel untuk mengetahui homogenitas
granul, uji bulk/tapped density untuk mengetahui kemampuan dalam pengempaan,
dan uji kadar zat aktif. Pada proses blistering/stripping dilakukan pengambilan
sampel untuk mengetahui adanya kebocoran strip/blister dan kerusakan pada
strip/blister, sedangkan untuk codding untuk mengetahui kesesuaian nomer bets ,
ED, dan HET yang tercetak. Hal ini dilakukan karena pada setiap tahapan proses
yang mengasilkan produk antara dan produk ruahan harus memenuhi spesifikasi
pemerian & parameter fisik (warna, bentuk tablet, diameter, ketebalan, waktu
hancur, kekerasan, keregasan), kadar, disolusi zat aktif yang telah ditetapkan
dalam spesifikasi produk obat jadi. Untuk tablet salut, protokol untuk
pengambilan sampel sama dengan non salut tetapi terdapat penambahan dalam
pengambilan sampel ketika tahap pembuatan larutan penyalut untuk menentukan
viskositas larutan penyalut dan ketika penyalutan tablet. Pada saat validasi proses
pengemasan, tablet salut dan non salut akan dilakukan proses pengambilan sampel
sesuai ANSI (American National Standard Institute) yang telah dijadikan
pedoman dalam CPOB yang ditentukan dari tingkat inspeksi berdasarkan jumlah
dari blister/strip yang akan digunakan. Jika blister yang digunakan terdapat 5.000
blister, tingkat inspeksinya adalah tingkat II dengan kode L, dengan unit sampel
yang harus diambil ada 200 blister.
Pengambilan sampel untuk sediaan krim hanya dilakukan saat
pencampuran akhir dan proses pengisian. Saat pengisian krim ke dalam tube,
jumlah sampel yang diambil mengacu pada jumlah tube yang direncanakan untuk
dibuat dalam satu bets , kemudian akan ditentukan tingkat inspeksi berdasarkan
jumlah tube tersebut dan akan diketahui jumlah unit sampel yang akan diambil
sama dengan pengambilan sampel pada proses pengemasan bilstering/stripping.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Misalnya rencana jumlah tube yang akan dibuat sebanyak 3.921 tube.
Berdasarkan CPOB, tingkat inspeksi untuk jumlah tersebut adalah tingkat II
dengan kode L, maka dapat dilihat dengan kode L total jumlah unit sampel yang
harus diambil adalah 200 tube selama proses pengisian.
Kriteria penerimaan proses pembuatan pada protokol validasi proses
ketiga sediaan berbeda berdasarkan pada rencana pengambilan sampel. Sediaan
tablet non salut dan krim, kriteria penerimaan ditentukan mulai dari proses
pencampuran setiap bahan. Pada tablet kriteria penerimaan di mulai dari yaitu
tahap pencampuran, tahap lubrikasi dan tahap pencetakan tablet non salut,
sedangkan untuk krim mulai dari tahap pembuatan fase minyak, pembuatan fase
air, pembuatan basis krim, pembuatan suspensi bahan aktif sampai tahap
pencampuran akhir dan homogenisasi.
Kriteria penerimaan untuk validasi proses pengemasan primer untuk ketiga
sediaan berbeda berdasarkan jumlah unit sampel yang diambil dalam satu bets dan
mengacu pada ketentuan CPOB. Protokol validasi untuk proses pengemasan
untuk ketiga sediaan berbeda.
Pada sediaan tablet non salut dan salut, protokol pengemasan tercantum
proses stripping dengan spesifikasi mesin, suhu dan lama proses penyetripan,
bahan, jumlah dan ukuran stripping yang digunakan dan proses codding dengan
spesifikasi mesin, dan lama proses codding, sedangkan untuk pengemasan krim,
protokol proses pengemasannya hanya tercantum proses pengisian yang meliputi
spesifikasi mesin, bahan pengemas, lama proses pengisian dan berat krim per
tube. Proses pengisian krim dilakukan setelah tube di emboss sehingga pada
validasi proses pengemasan krim, spesifikasi yang divalidasi hanya pada proses
pengisian.
Pada protokol validasi proses pengemasan, pola untuk pengambilan
sampel untuk validasi pada proses pengisian dari ketiga bentuk sediaan tersebut
juga berbeda. Pada sediaan tablet yang dikemas dengan strip, pola yang dilakukan
adalah dengan mengambil sampel pada bagian luar, tengah dan dalam stripping
tergantung dari panjang strip yang dipakai. Pola pengambilan sampel untuk krim
diambil dari setiap holder pada mesin pengisian yang dilakukan pada setiap menit
yang ditentukan.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Validasi proses tablet non salut, salut, dan krim akan dilakukan revalidasi
kembali apabila terjadi perubahan yang berkaitan dengan perubahan supplier/
manufacture bahan baku, perubahan proses, perubahan mesin yang digunakan
serta perubahan bahan kemas. Berdasarkan hal diatas, PT Guardian Pharmatama
telah melakukan salah satu persyaratan CPOB yaitu melakukan validasi proses
dengan menggunakan protokol sebagai acuan dalam melakukan validasi proses
yang sudah ditanda tangani dan disetujui oleh pihak-pihak yang terlibat.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
15 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 PT. Guardian Pharmatama telah melakukan validasi proses pengolahan
dan proses pengemasan primer sesuai dengan persyaratan dalam CPOB.
5.1.2 PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses pengolahan dan
proses pengemasan primer dilakukan untuk produk baru dan produk
existing.
5.1.3 Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses produk tablet salut ,
tablet non salut, krim dan adalah Departemen Produksi, Departemen R&D,
Warehouse, Departemen QC, Departemen QA dan Departemen
Engineering.
5.2 Saran
Sebaiknya peserta PKPA juga membuat protokol validasi proses
pengolahan dan pengemasan untuk produk yang pengolahannya dilakukan di luar
pabrik atau produk maklon.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
16 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2009. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara
pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2012. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tahun 2010 tentang industri
farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
18
Lampiran 1. Protokol Validasi (Proses Pengolahan)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
19
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
20
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
21
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
22
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
23
Lampiran 2. Protokol Validasi (Proses pengemasan primer)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
24
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
25
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
26
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
27
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
28
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014