99
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG TERATAI V SELATAN RSUP FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR NERS FALLAH ADI WIJAYANTI, S.Kep 0806457035 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

  • Upload
    lyhanh

  • View
    238

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN

DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG TERATAI V

SELATAN RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

FALLAH ADI WIJAYANTI, S.Kep

0806457035

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN

DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG TERATAI V

SELATAN RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners

FALLAH ADI WIJAYANTI, S.Kep

0806457035

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

ii

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,

karena atas rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. Saya menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa praktik sampai pada penyusunan Karya Ilmiah Akhir

ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Oleh

karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ibu Lestari Sukmarini, S.Kp., M.N selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir;

2) Ibu Ns. Aat Djanatunisah, S.Kep selaku pembimbing praktik di RSUP

Fatmawati yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan saya selama praktik di RSUP Fatmawati

3) Sivitas Akademika FIK UI yang telah memberikan dorongan secara moril

kepada saya dalam menjalankan Karya Ilmiah Akhir;

4) Seluruh pihak RSUP Fatmawati, khususnya perawat di Teratai V Selatan yang

telah membantu dan membimbing selama perjalanan praktik;

5) Pasien kelolaan dan keluarga di ruang Teratai V Selatan RSUP Fatmawati

yang telah kooperatif dalam menjalankan asuhan keperawatan;

6) Keluarga saya yang selalu setia memberikan bantuan luar biasa baik secara

moril terlebih dalam hal materil yaitu Papa, Mama, Dini, Ida, Hani, dan Nisa;

7) Teman-teman satu pembimbing saya Eny, KD, Melati, Ponsinah, Agnes,

Heni, Indida, yang telah bekerja sama dalam penyelesaian Karya Ilmiah

Akhir.

8) Sahabat saya Rizki, Asty, Dara, Nanda, Priska, Lisa, Fiza, Andreas, Adit,

Ghunarsa, dan Andi yang telah banyak saya repotkan, sahabat yang selalu

memberikan semangat dan membantu saat proses mengerjakan Karya Ilmiah

Akhir;

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

v

9) Teman-teman FIK UI khususnya FIK UI 2008 teman seperjuangan, teman

berbagi semangat, dan teman senasib yang selalu menyemangati setiap proses

dalam mengerjakan Karya Ilmiah Akhir ini;

10) Segenap keluarga besar EKSPRESIF yang telah memberi bantuan dan

semangat saat saya menghadapi kesulitan dan kebosanan; dan

11) Seluruh pihak yang telah membantu saya dari awal sampai akhir penyelesaian

Karya Ilmiah Akhir ini sehingga semua proses dapat saya jalani.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan kedepannya.

Depok, 08 Juli 2013

Penulis

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

vi

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Fallah Adi Wijayanti, S.Kep

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan pada Pasien dengan Diabetes

Melitus di Ruang Teratai V Selatan RSUP Fatmawati

Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien

dengan masalah diabetes melitus (DM) melalui pendekatan Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) dalam seting Keperawatan Medikal

Bedah (KMB). DM merupakan keadaan dimana kadar gula darah tinggi karena

gangguan produksi atau penggunaan insulin. DM tipe 2 pada masyarakat

perkotaan disebabkan gaya hidup yang tidak sehat meliputi pola makan yang tidak

sehat, stres, dan aktifitas fisik yang kurang. Pendekatan promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif diperlukan untuk mencegah dampak yang lebih parah dari

masalah DM. Komplikasi ulkus kaki diabetik merupakan salah satu dampak dari

ketidakpatuhan pasien terhadap penatalaksanaan DM. Penatalaksanaan holistik

kaki diabetes yang dilakukan meliputi kontrol mekanik, kontrol metabolik, kontrol

vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi. Asuhan keperawatan

secara kontinu dilakukan pada pasien DM. Praktikan merekomendasikan

dilakukannya edukasi kesehatan seperti perawatan kaki dan perawatan luka

kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kata kunci :

Diabetes melitus, edukasi, gaya hidup, Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan, stres, ulkus kaki diabetik

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name :Fallah Adi Wijayanti,S.Kep

Study program : Nursing Science

Title : Analysis of Clinical Practice Public Health Nursing in

Urban on Patient Diabetes Melitus in Teratai V Selatan

RSUP Fatmawati.

The aim of this paper was to analyze the nursing care in patient with diabetes

mellitus (DM) problems through Public Health Nursing in Urban approach in

Medical surgical Nursing setting. DM is a condition in which high blood sugar

levels due to impaired production or use of insulin. DM type 2 in urban

community is caused unhealthy lifestyle including unhealthy diet, stress, and lack

of physical activity. Promotive, preventive, curative, and rehabilitative approach

was necessary to prevent more severe impact of the DM problem. Complications

of diabetic foot ulcers is one of the impacts of patient noncompliance to diabetes

management. Holistic management of diabetic foot including mechanical control,

metabolic control, vascular control, wound control, infection control, and

education control. Nursing care is given to the DM patient continuously.

Practitioner recommends that health education such as foot care and wound care

for patient and family should be addressed to improve patient’s quality of life.

Key words:

Diabetes melitus, diabetic foot ulcer, education, life style, public health nursing in

urban, stress

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... . iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................... 4

1.2.1 Tujuan umum ............................................................... 4

1.2.2 Tujuan khusus .............................................................. 5

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Pelayanan kesehatan .................................................... 5

1.3.2 Pendidikan .................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............ 6

2.1.1 Konsep Urban (Perkotaan) ........................................... 6

2.1.2 Konsep Epidemiologi ................................................... 7

2.1.3 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .......... 8

2.2 Konsep Diabetes Melitus ............................................................ 10

2.2.1 Definisi diabetes melitus .............................................. 10

2.2.2 Klasifikasi diabetes melitus ......................................... 11

2.2.3 Etiologi dan faktor risiko diabetes melitus .................. 11

2.2.4 Patofisiologi diabetes melitus ...................................... 13

2.2.5 Tanda dan gejala diabetes melitus ............................... 13

2.2.6 Komplikasi diabetes melitus ........................................ 14

2.2.7 Pemeriksaan diagnosis diabetes melitus ...................... 16

2.2.8 Penatalaksanaan diabetes melitus ................................ 17

2.3 Konsep Ulkus Kaki Diabetik ...................................................... 20

2.3.1 Pengkajian ulkus kaki diabetik .................................... 20

2.3.2 Penatalaksanaan ulkus kaki diabetik ............................ 22

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian ................................................................................... 26

3.2 Analisis Data ............................................................................... 38

3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 40

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

x Universitas Indonesia

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................... 41

3.5 Implementasi dan Evaluasi ......................................................... 43

BAB 4 ANALISIS SITUASI

4.1 Profil lahan praktek ..................................................................... 56

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan

konsep kasus terkait ................................................................... 56

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait

..................................................................................................... 62

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan .............................. 66

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan .................................................................................... 68

5.2 Saran ......................................................................................... 69

5.2.1 Perawat ............................................................................ 69

5.2.2 Pasien .............................................................................. 70

5.2.3 Pelayanan Kesehatan ...................................................... 70

5.2.4 Institusi Pendidikan ......................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...... .. 71

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Insulin berdasarkan Lama Kerja ..................................... 19

Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik dari Etiologi Ulkus Kaki Diabetik .... 20

Tabel 3.1 Obat Ny. F selama dirawat di RSUP Fatmawati ...................... 34

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. F ................................... 36

Tabel 3.3 Analisis Data ............................................................................ 38

Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. F .............................. 41

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Ny. F ............... 43

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Ulkus Pedis Sinistra Plantar pada Ny. F................................... 32

Gambar 3.2 Gangren Pedis Sinistra Dorsal Digiti II pada Ny. F ................. 32

Gambar 3.3 Hasil Rontgen Thorax Ny. F .................................................... 37

Gambar 3.4 Hasil Rontgen Pedis Ny. F ....................................................... 37

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Diabetes Melitus

Lampiran 2 : Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Perawatan Kaki

Lampiran 3 : Biodata Penulis

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk Indonesia berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk tahun 2011 adalah

sebesar 241.182.182 jiwa (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia/ KEMENKES

RI, 2012). Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak tidak diiringi dengan

penyebaran yang merata disetiap wilayah. Perpindahan masyarakat dari desa ke kota

terus mengalami peningkatan (Allender, Rector, & Warner, 2010). Di Indonesia,

berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) urbanisasi akan mencapai 68%

pada tahun 2025. Proyeksi urbanisasi tahun 2025 di provinsi Jawa dan Bali masih

merupakan yang tertinggi yaitu diatas 80%. Urbanisasi yang terjadi seiring dengan

makin menariknya kehidupan di kota (Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional/BAPPENAS, 2013).

Urbanisasi merupakan isu yang sangat kompleks dan meliputi banyak sektor

(Soetomo, 2009). Urbanisasi merupakan suatu proses adanya perubahan persebaran

penduduk di suatu wilayah (BAPPENAS, 2013). Urbanisasi dapat memberikan

dampak terhadap masalah-masalah kesehatan. Perubahan gaya hidup, kondisi penuh

stresor, dan perubahan kondisi lingkungan membuat munculnya berbagai masalah

kesehatan di masyarakat perkotaan. Masalah kesehatan yang dipengaruhi karena gaya

hidup dan stresor salah satunya adalah diabetes melitus (PERKENI, 2011).

Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan peningkatan gula darah diatas normal

karena gangguan dalam produksi atau penggunaan insulin (ADA, 2013). DM dapat

terjadi karena beberapa faktor risiko seperti gaya hidup tidak sehat, kurang aktifitas,

dan stres. World Health Organization (WHO) memproyeksikan akan adanya

kenaikan jumlah penduduk yang terkena diabetes melitus pada tahun 2030. Indonesia

merupakan jumlah penderita diabetes terbanyak ke 4 setelah India, Cina, dan USA.

Pertumbuhan diabetes melitus di Indonesia sebesar 152% atau dari 8.426.000 orang

pada tahun 2.000 menjadi 21.257.000 orang di tahun 2030 (PERKENI, 2011).

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

2

Universitas Indonesia

World Health Organization (WHO) memproyeksikan pada tahun 2030, diabetes

melitus sebagai urutan ke tujuh penyebab kematian di dunia (WHO, 2013). Hasil

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, pada daerah perkotaan

proporsi DM menyebabkan kematian sebesar 14,7%. Prevalensi DM di daerah urban

pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat inap RS di

seluruh Indonesia pada tahun 2009, diabetes tertinggi pada kelompok usia 45-65

tahun (KEMENKES RI, 2012). Jumlah penderita DM yang meningkat juga dapat

menyebabkan peningkatan komplikasi diabetes diantaranya luka pada bagian kaki.

Kasus ulkus dan gangren diabetik menjadi kasus DM terbanyak yang membuat

pasien dirawat di rumah sakit. Angka kematian akibat ulkus dan gangren sekitar 17-

23% (PERKENI, 2011).

Penduduk sebagai determinan pembangunan kesehatan harus mendapat perhatian

yang serius, termasuk dalam pembangunan kesehatan. Upaya yang dilakukan dalam

pembangunan kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

(KEMENKES RI, 2012). KEMENKES RI juga memperhatikan DM yang terjadi di

Indonesia dengan membuat program pengendalian DM. Pengendalian DM dilakukan

agar terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan

penanggulangan faktor risiko penyakit DM (PERKENI, 2011). Program pengendalian

diabetes melitus dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh antara pemerintah,

masyarakat, profesi, dan perguruan tinggi (KEMENKES RI, 2012).

Fakultas Ilmu Keperawatan ikut serta dalam mengembangkan program pengendalian

masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan salah satunya melalui praktik

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP). KKMP merupakan mata

ajar yang menjadi unggulan Fakultas Ilmu Keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan yang sering terjadi pada masyarakat perkotaan. KKMP menekankan

pada permasalahan kesehatan perkotaan dan faktor yang mempengaruhi masalah

individu, kelompok, dan masyarakat yang utama pada perkotaan. Praktik KKMP juga

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

3

Universitas Indonesia

dapat masuk pada seting pelayanan kesehatan salah satunya Keperawatan Medikal

Bedah (KMB).

Mahasiswa program profesi Fakultas Ilmu Keperawatan menjalani praktik KKMP

peminatan KMB di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP Fatmawati). RSUP

Fatmawati merupakan rumah sakit pendidikan kelas A yang memiliki pelayanan

spesialis dan subspesialis penyakit dalam. Pelayanan rawat inap penyakit dalam salah

satunya terdapat di teratai lantai V selatan. Ruangan di lantai V selatan dibagi

berdasarkan subspesialisasi penyakit dalam, salah satunya ruangan endokrin. Hasil

rekapitulasi jumlah pasien yang dirawat inap di ruang penyakit dalam lantai V selatan

selama April-Mei 2013 didapatkan diabetes melitus sebagai kasus terbanyak kedua di

ruangan setelah gagal ginjal yaitu sebanyak 35 kasus. Pasien diabetes melitus yang

datang ke RSUP Fatmawati dan harus dirawat inap biasanya merupakan pasien

dengan diabetes melitus beserta komplikasi.

Praktikan saat praktik di RSUP Fatmawati mengelola 5 orang pasien dengan diabetes

melitus tipe 2 beserta komplikasi. Praktikan melakukan asuhan keperawatan melaui

pendekatan KKMP dalam seting KMB. Pasien yang dikelola merupakan pasien yang

sudah lama terdiagnosa DM. Pasien dirawat karena gaya hidup yang tidak sehat

seperti kurang memperdulikan makanan, stres karena tuntutan kehidupan, dan kurang

olahraga. Keadaan tersebut merupakan penyebab dan faktor risiko yang terjadi

didalam masyarakat perkotaan. Ketidakpatuhan terhadap program pengobatan dan

terapi juga merupakan menyebabkan timbulnya komplikasi pasien dirawat, salah

satunya luka ulkus. Komplikasi lebih lanjut dapat dicegah dengan perawatan yang

tepat dan efektif.

Penatalaksanaan holistik harus dilakukan pada pasien ulkus kaki diabetik.

Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi kontrol mekanik, kontrol metabolik, kontrol

vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi (PERKENI, 2011). Kunci

untuk mengatasi pasien dengan ulkus diabetik menurut Wound International (2013)

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

4

Universitas Indonesia

adalah melalui kontrol diabetes yang optimal, perawatan luka dan kontrol infeksi,

strategi mengurangi beban tekanan, dan meningkatkan aliran pulsasi. Pengontrolan

diabetes yang optimal dapat dilakukan dengan melakukan empat pilar

penatalaksanaan diabetes melitus yaitu: edukasi; nutrisi; aktivitas; dan pengobatan

(PERKENI, 2011). Konsep penatalaksanaan luka menurut The Eroupean Wound

Management Association (EWMA) tahun 2004 dengan debridemen jaringan, kontrol

inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi. Pemilihan balutan

yang mempertimbangkan lokasi luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe

eksudat, kondisi luka, dan mencegah nyeri dan trauma juga dapat mempengaruhi

proses penyembuhan luka. Kerjasama antara pasien dengan tim kesehatan profesional

dalam merawat pasien DM sangat berperan mempercepat masa perawatan.

Masyarakat urban yang mengalami perubahan gaya hidup dan kondisi stresor

merupakan bagian dari faktor risiko terjadinya DM. Kesadaran yang rendah dan

ketidakpatuhan masyarakat terhadap dampak negatif penyakit DM membuat angka

kejadian diabetes menjadi meningkat dikalangan masyarakat perkotaan.

Penatalaksanaan DM termasuk komplikasi yang terjadi merupakan hal penting yang

perlu diperhatikan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat DM dan

komplikasinya. DM juga merupakan penyakit kedua terbanyak di lantai V selatan

RSUP Fatmawati. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas asuhan

keperawatan pada pasien diabetes melitus di ruang penyakit dalam lantai V selatan

RSUP Fatmawati dan menganalisis masalah terkait konsep KKMP dalam seting

KMB.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan

khusus.

1.2.1 Tujuan umum

Menggambarkan analisis praktik asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

diabetes melitus melalui pendekatan KKMP dalam seting KMB.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

5

Universitas Indonesia

1.2.2 Tujuan khusus

1.2.2.1 Menggambarkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien diabetes melitus.

1.2.2.2 Menggambarkan analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP

dan konsep kasus terkait diabetes melitus

1.2.2.3 Menggambarkan analisis salah satu intervensi pada pasien diabetes melitus

dengan konsep dan penelitian terkait

1.3 Manfaat Penulisan

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1.3.1 Pelayanan kesehatan

Penulisan ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan kepada pelayanan

kesehatan terkait asuhan keperawatan pada pasien dengan pendekatan KKMP pada

berbagai seting pelayanan kesehatan seperti KMB.

1.3.2 Pendidikan

Penulisan ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan yang ada terkait

asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus. Penulisan karya ilmiah ini

juga dapat bermanfaat sebagai bahan acuan ilmiah berdasarkan pengalaman dalam

menerapkan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan diabetes melitus secara

langsung berdasarkan pendekatan KKMP.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

6 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)

2.1.1 Konsep Urban (Perkotaan)

Perkotaan menurut BAPPENAS (2005) merupakan wilayah yang memiliki

karakteristik kepadatan penduduk mencapai atau lebih 50 jiwa per ha, dimana

mayoritas penduduknya berusaha bekerja pada wilayah industri, perdagangan, dan

jasa. Bintarto melihat kota sebagai sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai

dengan penduduk yang padat dan karakteristik sosial ekonomi yang beranekaragam

(Sumardjito, 2000). Perkotaan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemerintahan

dan pusat perekonomian. Perpindahan masyarakat dari desa ke kota terus mengalami

peningkatan.

Urbanisasi merupakan persentase dari jumlah penduduk di kota (BAPPENAS, 2013).

Urbanisasi merupakan proses perubahan yang diinginkan manusia untuk

mempertahankan hidup dan menuju perbaikan nasib (Soetomo, 2009). Urbanisasi

terjadi karena adanya pertumbuhan alami penduduk kota, perpindahan penduduk dari

desa ke kota, dan reklasifikasi desa menjadi kota (BAPPENAS, 2013). Jadi,

urbanisasi merupakan proses terbentuknya kehidupan perkotaan.

Urbanisasi terjadi karena adanya daya tarik di daerah seperti terdapatnya pusat

pemerintahan, pusat pertumbuhan sosial, dan ekonomi (BAPPENAS, 2013). Faktor

yang menjadi daya tarik terjadinya urbanisasi adalah kehidupan kota yang lebih

modern, sarana dan prasarana yang lebih lengkap, dan ketersedian lapangan

pekerjaan (Soetomo, 2009). Kondisi yang terjadi adalah mayoritas populasi dunia

tinggal di kota-kota yang dulunya merupakan daerah rural dan akhirnya telah mampu

berkembang untuk menjadi sebuah kota (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Urbanisasi yang terjadi juga dapat menimbulkan berbagai dampak baik terhadap

kesehatan, lingkungan kota, masyarakat, maupun keadaan sekitar. Urbanisasi akan

menimbulkan masalah seperti penyakit menular dan tidak menular, semakin

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

7

Universitas Indonesia

sedikitnya lahan kosong diperkotaan, dan meningkatnya polusi udara (Soetomo,

2009).

2.1.2 Konsep Epidemiologi

Epidemiologi merupakan ilmu tentang distribusi dan faktor yang menentukan

kesehatan di suatu negara berhubungan dengan peristiwa dalam populasi tertentu dan

aplikasi ilmu untuk meningkatkan kesehatan. Segitiga epidemiologi merupakan

pandangan tentang kesehatan dan perkembangan dari penyakit yang terdapat di

masyarakat (Anderson & McFarlane, 2011):

2.1.2.1 Pejamu (Host)

Pejamu merupakan populasi yang berisiko untuk berkembangnya penyakit. Pejamu

merupakan faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi

timbulnya penyakit (Anderson & McFarlane, 2011). Faktor-faktor tersebut seperti

umur, jenis kelamin, ras, genetik, pekerjaan, nutrisi, status kekebalan, adat istiadat,

gaya hidup, dan kondisi psikologis.

2.1.2.2 Bibit penyakit (Agent)

Bibit penyakit merupakan organisme yang memungkinkan terjadinya penyakit.

A. Penyebab primer

1. Agen biologis : virus, bakteri, jamur, protozoa, mikroba.

2. Agen nutrient : protein, lemak, karbohidrat.

3. Agen kimiawi : bersifat endogenous seperti asidosis, hiperglikemia, uremia dan

eksogenous seperti zat kimia, allergen, gas, debu.

4. Agen Fisika : panas, dingin, kelembaban, radiasi, tekanan

5. Agen Mekanis : Gesekan, benturan, dan pukulan.

6. Agen Psikis : kehidupan sosial yang bersifat penyebab proses kejadian penyakit

maupun gangguan kejiwaan.

B. Penyebab sekunder

Penyebab sekunder merupakan unsur penambah dalam proses terjadinya penyakit.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

8

Universitas Indonesia

2.1.2.3 Lingkungan (Environment)

Lingkungan merupakan kombinasi faktor fisik, biologi, dan sosial yang

mempengaruhi agent dan host (Anderson & McFarlane, 2011). Secara umum

lingkungan dibagi atas:

A. Lingkungan fisik bersifat abiotik seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, panas,

dan radiasi. Lingkungan yang penuh polusi baik air, udara, dan suara sering

menimbulkan penyakit yang umum dialami masyarakat kota seperti asma,

serangan jantung, hipertensi, gangguan pendengaran, ISPA, dan penyakit-

penyakit lainnya (Galea & Vlahov, 2005). Perubahan iklim secara langsung dan

tidak langsung mempengaruhi kesehatan individu (Haines, Kovarts, Campbell-

Lendrum, & Corvalan, 2006). Perubahan iklim dapat mempengaruhi pola iklim

regional dan lokal. Di daerah perkotaan, temperatur yang tinggi dapat

meningkatkan efek kesehatan yang terkait polusi udara (Anderson & McFarlane,

2011).

B. Lingkungan biologis bersifat biotik seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan

mikroorganisme yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit .

C. Lingkungan sosial berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama,

sikap, nilai dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, dan organisasi

sosial politik. Lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat kota lebih cenderung

ke arah individualis walaupun sebenarnya penduduk yang ada cenderung

beragam. Sifat individualis masyakat kota akhirnya berdampak pada kesenjangan

terutama masalah ekonomi antara orang yang kaya dan orang yang miskin (Galea

& Vlahov, 2005).

2.1.3 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Keperawatan masyarakat menurut Allender dan Spradley (2011) merupakan lahan

keperawatan, kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik, berfokus

pada populasi, menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya

peningkatan kesehatan dan kesejahteraan diri, meningkatkan tanggung jawab klien

terhadap perawatan diri, menggunakan penilaian dan analisa, menggunakan prinsip

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

9

Universitas Indonesia

teori organisasi, dan melibatkan kolaborasi antar profesi. Perawat kesehatan

masyarakat harus dapat memahami faktor yang mempengaruhi promosi, pengelolaan

kesehatan, kecendrungan dan bentuk pengaruh kejadian penyakit, faktor lingkungan

yang terkait dengan kesehatan dan penyakit, dan proses politik yang digunakan untuk

mempengaruhi peraturan masyarakat (Potter & Perry, 2009).

Fokus pada keperawatan kesehatan masyarakat membutuhkan pemahaman akan

kebutuhan perkumpulan individu yang memiliki satu atau lebih karakteristik atau

lingkungan (Stanhope& Lancaster, 2006). Delapan prinsip dari keperawatan

kesehatan masyarakat menurut American Nurses Association (ANA) tahun 2007:

A. Klien merupakan populasi keperawatan yang unik

B. Kewajiban utama adalah untuk mencapai kebaikan terbesar untuk sejumlah orang

dan populasi secara keseluruhan

C. Proses keperawatan kesehatan masyarakat bekerjasama dengan klien sebagai

partner yang sama

D. Pencegahan primer adalah prioritas yang dipilih untuk aktifitas yang sesuai

E. Pemilihan strategi untuk menciptakan kesehatan lingkungan, sosial, kondisi

ekonomi mungkin berkembang menjadi fokus dalam populasi

F. Kewajiban yang ada harus secara aktif menjangkau semua orang yang mungkin

mendapat manfaat dari kegiatan atau pelayanan yang spesifik

G. Penggunaan yang optimal dari sumber daya yang tersedia untuk menjamin

peningkatan terbaik dalam kesehatan penduduk merupakan elemen kunci dari

praktik

H. Kolaborasi dengan profesi, organisasi, atau lembaga lainnya yang efektif untuk

meningkatkan dan menjaga kesehatan sesorang.

Pelayanaan kesehatan masyarakat dapat dilakukan berdasarkan kerangka kerja

menurut Association of State and Territorial Directors of Nursing tahun 2000

(Anderson & McFarlane, 2011):

A. Monitor status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

10

Universitas Indonesia

B. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan bahaya yang ada di komunitas

C. Informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat tentang isu kesehatan

D. Kerjasama untuk identifikasi dan mengatasi masalah kesehatan

E. Mengembangkan kebijakan dan perencanaan yang dapat mendukung individu dan

usaha kesehatan komunitas

F. Menegakkan hukum dan kebijakan untuk melindungi kesehatan

G. Menjaring orang-orang untuk kebutuhan kesehatan diri dan memastikan

ketentuan perawatan kesehatan saat jalan yang lain tidak tersedia

H. Memastikan tenaga kerja kesehatan yang kompeten

I. Mengevaluasi keefektifan, aksebilitas, dan kualitas individu dan populasi dalam

pelayanan kesehatan

J. Meneliti wawasan baru dan inovasi yang dapat menjadi solusi masalah kesehatan.

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat (Potter & Perry, 2009; DeLaune &

Ladner, 2002):

A. Promotif yaitu upaya meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat

B. Preventif yaitu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap

kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

C. Kuratif yaitu upaya untuk merawat dan mengobati masalah kesehatan individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat

D. Rehabilitatif yaitu upaya pemulihan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat.

E. Resosialitatif yaitu upaya mengembalikan atau memfungsikan kembali individu,

keluarga, dan kelompok ke masyarakat.

2.2 Konsep Diabetes Melitus (DM)

2.2.1 Definisi Diabetes Melitus (DM)

Diabetes melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2013

adalah keadaan kadar glukosa darah tinggi karena terjadinya gangguan dalam

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

11

Universitas Indonesia

menghasilkan dan menggunakan insulin. DM merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

(Smeltzer & Bare, 2002). DM adalah penyakit metabolik kronik dimana tubuh tidak

dapat memetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein karena gangguan,

ketidakefektifan penggunaan insulin (Doenges, 2010). DM merupakan suatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Sudoyo, 2006). DM

menurut Lilly (2005) merupakan gangguan insulin yang membuat glukosa tidak dapat

masuk kedalam sel, sehingga kadar gula darah meningkat. Jadi, DM merupakan

penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat

adanya gangguan dalam penggunaan atau produksi insulin.

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)

Klasifikasi diabetes melitus yang utama adalah (ADA, 2013; PERKENI, 2011;

Smeltzer & Bare, 2002):

A. DM tipe 1 yang merupakan DM dengan ketiadaan insulin.

B. DM tipe 2 yang merupakan DM karena ketidakadekuatan insulin atau resistensi

insulin

C. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya, misalnya

karena malnutrisi

D. DM gestasional yang terjadi saat kehamilan, biasanya pada minggu ke 24.

2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus (DM)

Faktori Risiko terjadianya DM :

A. Usia: usia diatas 40 tahun (Lilly, 2005) dan ≥ 45 tahun (ADA, 2013; PERKENI,

2011)

B. Jenis kelamin: jenis kelamin wanita lebih berisiko mengalami diabetes (Lilly,

2005)

C. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus (ADA, 2013; Lilly, 2005; PERKENI,

2011; Smeltzer & Bare, 2002)

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

12

Universitas Indonesia

D. Ras/Etnik tertentu seperti Afrika Amerika, Hispanik Amerika,

Penduduk asli Amerika, Asia Amerika, Kepulauan Pasifik (ADA, 2013; Lilly,

2005; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002)

E. Tekanan darah yang tinggi, diatas 140/90 mmHg (ADA, 2013)

F. Aktifitas fisik yang kurang atau jarang berolahraga dapat menurunkan sensitivitas

insulin, penurunan toleransi glukosa, dan peningkatan lemak adiposa (Smeltzer &

Bare, 2002).

G. IMT ≥ 27 terjadi Obesitas (Hardiman, 2013; Lilly, 2005)

H. Kadar kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL atau trigliserida ≥ 250 mg / dL

I. Riwayat diabetes gestational (Lilly, 2005)

J. Pernah memiliki bayi yang memiliki berat lebih dari 4 kilogram (Lilly, 2005)

K. Stres yang dapat merangsang hipotalamus anterior untuk memproduksi

adenocorticoroid hormone (ACTH) terutama kortisol yang akan merangsang

glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan gula darah (Smeltzer & Bare, 2002;

Wetherill, 2001).

L. Pola makan atau gaya hidup tidak sehat (ADA, 2013; Hardiman, 2013; Lilly,

2005; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002)

Etiologi dan faktor risiko berdasarkan tipe diabetes (Doenges, 2010; PERKENI,

2011).

A. DM tipe 1 terjadi karena defisiensi insulin akut dikarenakan destruksi sel beta

yang disebabkan faktor genetik, faktor imunologi yang berupa respon autoimun,

dan faktor lingkungan seperti virus atau toksin tertentu yang memicu proses

terjadinya autoimun

B. DM tipe 2 terjadi ketika hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi

dengan semestinya karena gangguan produksi insulin, resistensi terhadap insulin,

atau berkurangnya sensitivitas sel dan jaringan tubuh terhadap insulin. Resistensi

ini sering terjadi karena faktor obesitas, gaya hidup, riwayat keluarga, usia > 30

tahun, dan kelompok etnis tertentu (ADA, 2013; PERKENI, 2011).

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

13

Universitas Indonesia

2.2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus (DM)

DM tipe 1 terjadi ketika tidak adanya insulin yang menyebabkan sel- sel tidak

mendapatkan glukosa. Insulin yang tidak ada menyebabkan glukosa yang dibutuhkan

untuk menghasilkan energi tidak dapat disimpan di sel. Sel untuk menghasilkan

energi akhirnya memecah protein dan lemak. Pembentukan energi yang berasal dari

asam lemak dapat menyebabkan produksi benda keton. Keton bersifat asam sehingga

pH plasma turun dan terjadi ketoasidosis (ADA, 2013; PERKENI, 2011; Smeltzer &

Bare, 2002).

DM tipe 2 dimana insulin masih diproduksi oleh sel-sel β pulau Langerhans, tetapi

produksi insulin tersebut tidaklah adekuat atau tidak sensitif dalam memenuhi

aktivitasnya. Resistensi insulin yang terjadi, membuat glukosa dalam darah tidak

dapat masuk ke sel. Tingginya glukosa darah memicu kelebihan sekresi insulin oleh

pankreas. Lama-lama terjadi kerusakan sel-sel β pulau Langerhans dan dapat terjadi

defisiensi insulin. Defisiensi insulin yang terjadi membuat glukosa darah semakin

tidak dapat dimasukkan ke dalam jaringan sehingga terjadilah hiperglikemia (ADA,

2013; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.5 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Gejala klinis yang terjadi pada pasien DM (ADA, 2013; Doenges, 2010; PERKENI,

2011; Smeltzer & Bare, 2002):

A. Poliuria

Glukosa sangat mempengaruhi tekanan osmotik cairan ekstraselular. Konsentrasi

glukosa yang melebihi ambang batas ginjal membuat glukosa tidak direabsorpsi

kembali. Konsentrasi glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan keadaan

hiperosmotik yang dapat menyebabkan air keluar bersama glukosa dalam urin.

Kondisi tersebut membuat diuresis osmotik oleh ginjal yang meningkatkan

pengeluaran urin (poliuria).

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

14

Universitas Indonesia

B. Polidipsi

Polidipsi atau banyak minum terjadi karena respon tubuh yang timbul akibat

peningkatan pengeluaran urin.

C. Polifagia

Polifagia terjadi akibat kehilangan kalori. Ketiadaan atau resistensi insulin membuat

glukosa yang terdapat pada darah tidak dapat masuk ke dalam sel dan tidak dapat

diubah menjadi kalori. Selain itu, glukosa juga hilang bersama urine, maka pasien

mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang.

Gejala tambahan yang dapat muncul pada penderita DM yaitu luka yang sukar

sembuh (Lilly, 2005; PERKENI 2011), penglihatan berkurang atau menjadi buram

(PERKENI, 2011), kesemutan atau kebas (PERKENI, 2011), dan kelelahan (Lilly,

2005; PERKENI, 2011).

2.2.6 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi yang terjadi pada pasien DM yaitu komplikasi akut dan komplikasi

menahun (ADA, 2013; Doenges, 2010; Hardiman, 2013; PERKENI, 2011; Smeltzer

& Bare, 2002)

a. Komplikasi akut

1) Hipoglikemi

Hipoglikemi merupakan keadaan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.

Hipoglikemki dapat disebabkan karena penggunaan insuli atau obat oral yang

berlebihan, konsumsi makan yang sedikit, dan aktivitas yang berat. Gejala-gejala

hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik dan sistem saraf pusat. Gejala adrenergik

seperti berkeringat, gemetar, berdebar,dan rasa lapar. Gejala sistem saraf pusat seperti

pusing, gelisah, penurunan kesadaran sampai koma.

2) Ketoasidosis diabetik (KAD)

KAD terjadi ketika kadar glukosa tinggi (300-600 mg/dL), asidosis metabolik,

osmolalitas plasma meningkat (300-320 mOsm/ mL), peningkatan anion gap, dan

ketonemia atau ketonuria.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

15

Universitas Indonesia

3) Hiperglikemia, Hiperosmolar, Koma Nonketotik (HHNK)

HHNK merupakan kondisi peningkatan glukosa darah (600-1200 mg/dL),

Osmolaritas plasma meningkat (330-380 mOsm/mL), plasma keton (+/-), dan anion

gap normal atau sedikit meningkat.

b. Komplikasi menahun

Komplikasi menahun atau jangka panjang yang dapat dialami oleh pasien DM (ADA,

2013; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002):

1) Makroangiopati

a) Penyakit arteri koroner

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah arteri koroner yang dapat

menyebabkan peningkatan insiden infark miokard.

b) Vaskular perifer

Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio

intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Gangguan vaskuler perifer

lama kelamaan dapat menyebabkan gangren.

c) Serebrovaskular

Penderita diabetes berisiko dua kali lipat untuk terkena penyakit serebrovaskuler

seperti TIA (Transient Ischemic Attack) dan stroke.

2) Mikroangiopati

a) Retinopati diabetik

Retinopati terjadi karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada

retinaRetinopati diabetik dapat menyebabkan penglihatan kabur yang diakibatkan

oleh perubahan mendadak glukosa darah. Penyebab terjadinya retinopati pada

penderita diabetes ialah hipoksia kronik pada retina.

b) Nefropati diabetik

Nefropati diabetik disebabkan oleh hipertensi dan kadar glukosa plasma yang tinggi,

sehingga terjadi kerusakan kapiler glomerulus dan penebalan membran, serta

pembesaran glomerulus.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

16

Universitas Indonesia

c) Neuropati diabetik

Neuropati terjadi karena hilangnya sensasi pada bagian terjauh. Risiko tinggi

terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Neuropati terjadi karena ada penebalan membran

basalis kapiler dan demielinisasi saraf karena hiperglikemi sehingga hantaran saraf

terganggu.

2.2.7 Pemeriksaan Diagnosis Diabetes Melitus (DM)

Diagnosis DM dapat ditegakan melalui tiga cara (ADA, 2013; PERKENI 2011):

a. Keluhan klasik dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL

b. Keluhan klasik dan kadar glukosa plasma 126 mg/dL (saat 8 jam terakhir tidak

ada kalori yang masuk)

c. Kadar glukosa plasma 200 mg/dL (saat 2 jam setelah pemberian glukosa pada

OGTT/Oral Glucose Tolerance Test)

ADA pada tahun 2011 menambahkan HbA1c sebagai pemeriksaan diagnostik untuk

DM dimana HbA1c ≥ 6,5% (PERKENI, 2011).

Pemeriksaan penunjang DM (Doenges, 2010):

a. Gula darah : standar untuk diagnosa diabetes adalah peningkatan level gula darah

setelah puasa. Nilai diatas 140 mg/dl sedikitnya dua kali pemerikasaan. Level

gula darah puasa normal 70- 110 mg/dl.

b. asam lemak : peningkatan asam lemak karena adanya pemecahan asam lemak

yang digunakan untuk menghasilkan energi

c. Osmalaritas serum : mengukur konsentrasi dari partikel yang ditemukan didalam

bagian cairan dari darah untuk mengevaluasi keseimbangan cairan. Nilai normal

280 - 303 mOsm/K.

d. Hemoglobin A1c (HbA1c) : Melihat kualitas pengontrolan gula darah dalam 3

bulan terkahir. level yang dianjurkan 7%

e. Insulin serum: hormon peptida yang memungkinkan tubuh memetabolisme

penggunaan glukosa

f. Elektrolit:

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

17

Universitas Indonesia

1) Na: mungkin normal, meningkat atau menurun

2) K : normal atau peningkatan semu(perpindahan seluler), selanjutnya akan

menurun

3) F : lebih sering menurun

4) AGD: biasanya menunjukan penurunan pH dan HCO3- (asidosis metabolik)

5) Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin

meningkat.

6) kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,

infeksi pernafasan, dan infeksi luka

2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penatalaksanaan DM dilakukan untuk meningkatkan kualitas pasien DM. Target yang

dilakukan dalam penatalaksanaan DM meliputi pengendalian gula darah,

pengendalian penyakit penyerta, dan pengelolaan komplikasi (PERKENI, 2011;

Sutedjo, 2013). Penatalaksanaan DM edukasi, nutrisi, latihan, pengobatan, dan

monitoring (Smeltzer & Bare, 2002). Penatalaksanan terpadu pada DM meliputi 4

pilar yaitu edukasi, nutrisi, latihan fisik, dan pengobatan (PERKENI, 2011; Sutedjo,

2013).

A. Edukasi DM

Edukasi dilakukan untuk mendukung perubahan perilaku pasien (PERKENI, 2011).

Edukasi pada pasien diabetes meliputi pemahaman tentang perjalanan penyakit DM,

perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, komplikasi DM

dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes (Sutedjo, 2013). Studi yang

dilakukan Allaida S.R.SpRM edukasi yang diberikan terus menerus meningkatkan

pengetahuan dan perilaku penderita kaki diabetes (PERKENI, 2011).

B. Nutrsi

Pola makan sehat dan seimbang sesuai dengan jadwal, jam, dan jumlah (3J) dalam

pemberian nutrisi pasien (Lilly, 2005; PERKENI, 2011). Makanan sehari-hari

hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh, kolesterol,

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

18

Universitas Indonesia

sedangkan natrium dan gula secukupnya. Komposisi yang dainjurkan dalam

penyusunan menu yaitu karbohidrat yang dianjurkan 45-65%, lemak 20-25%, protein

10-20% (PERKENI, 2011). Jumlah kalori dihitung berdasarkan kebutuhan basal

individu ditambah atau dikurangi bergantung dengan faktor lain seperti jenis kelamin,

umur, aktivitas, berat badan, dan kondisi stres (PERKENI, 2011).

C. Latihan

Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu selama

kurang lebih 30 menit (Sutedjo, 2013). Latihan dilakukan untuk menjaga stamina,

menurunkan berat badan, dan meningkatkan kepekaan insulin. Latihan jasmani yang

dianjurkan (Lilly, 2005; PERKENI, 2011) . Latihan jasmani yang bersifat aerobi

seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang (Sutedjo, 2013).

Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak (ADA, 2013; PERKENI, 2011).

D. Pengobatan

Pasien yang mengalami diabetes melitus juga memerlukan tambahan pengobatan

berupa obat hipoglikemi oral ataupun insulin sesuai dengan keadaan pasien (Lilly,

2005; PERKENI, 2011)

1) Obat hipoglikemi oral

Obat hipoglikemik oral berdasarkan cara kerja (Lilly, 2005; PERKENI, 2011):

a) Golongan insulin sekretorik yang merupakan pemicu sekresi insulin. Jenis obat

yaitu sulfonilurea dan glinid.

b) Golongan biguanid yang meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Jenis obat

yaitu metformin. Obat ini kontraindikasi pada pasien yang memiliki penyakit

fungsi ginjal dan hati. Metformin sebaiknya diberikan setelah makan karena obat

akan memberikan efek samping mual.

c) Penghambat glukoneogenesis seperti metformin

d) Penghambat absorpsi glukosa

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

19

Universitas Indonesia

e) Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor yang akan menghambat pelepasan

glukagon sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin, menurunkan

pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa.

2) Insulin

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di dalam pankreas dan

digunakan untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Sekresi insulin dibagi menjadi dua yaitu insulin basal dan insulin prandial. Insulin

basal atau insulin saat puasa atau sebelum makan merupakan jumlah insulin

eksogen per unit waktu yang diperlukan untuk mencegah hiperglikemia puasa

akibat glukoneogenesis dan mencegah ketosis yang tidak terdeteksi. Insulin

prandial atau insulin setelah makan merupakan insulin yang dibutuhkan untuk

mengkonversi bahan makanan kedalam bentuk energi cadangan sehingga tidak

terjadi hiperglikemi postprandial. Insulin dapat dibedakan berdasarkan lama

kerjanya akan dijabarkan pada tabel 2.1 (PERKENI, 2011):

Tabel. 2.1 Jenis Insulin berdasarkan Lama Kerja

Sedian Insulin Awitan Puncak Durasi

Insulin Short acting

Reguler

(Actrapid, Humulin R)

½- 1 jam ½- 1 ½ jam 3-5 jam

Insulin Analog Rapid Acting

Insulin Lispro (Humalog) 5-15 menit ½- 1 ½ jam 3-5 jam

Insulin Gluisine (Apidra) 5-15 menit ½- 1 ½ jam 3-5 jam

Insulin Aspart (Novorapid) 5-15 menit ½- 1 ½ jam 3-5 jam

Insulin Intermediate Acting

NPH (Insultard, Humuli N) 2-4 jam 4-10 jam 10-16 jam

Insulin Long Acting

Insulin Glargine (Lantus) 2-4 jam No peak 18-26 jam

Insulin Detemir (Levemir) 2-4 jam No peak 22-24 jam

Insulin Campuran

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

20

Universitas Indonesia

70% NPH 30% Reguler

(Mixtard, humulin 30/70)

½ - 1 jam Dual 10-16 jam

70% Insulin Aspart Protamin

30% Insulin Aspart (Novomix 30)

10-20 menit Dual 15-18 jam

75% Insulin Lispro Protamin

30% Insulin Lispro (Humalog Mix)

5- 15 menit Dual 16-18 jam

2.3 Konsep Ulkus Kaki Diabetik

2.3.1 Pengkajian Ulkus Kaki Diabetik

Ulkus kaki diabetik menurut International Working Group on the Diabetic Foot

(2011) dapat disebabkan disebabkan karena neuropati perifer dan penyakit arteri

perifer. Neuropati perifer yang menyebabkan ulkus pada kaki merupakan dampak

dari gangguan saraf sensorik, motorik, dan otonom. Saraf sensorik mengalami

kehilangan sensasi terhadap perlindungan cedera. Kehilangan sensasi ini membuat

individu menjadi rentan terhadap bahaya fisik, kimia, dan termal. Neuropati motorik

menyebabkan terjadinya deformitas pada kaki. Neuropati otonomik berhubungan

dengan kulit yang kering yang dapat menyebabkan fisura ataupun kalus. Penyakit

arteri perifer ditandai dengan ketiadaan suplai arteri dan menurunya perfusi pada kaki

diabetik.

Ulkus kaki diabetik menurut International Working Group on the Diabetic Foot

(2011) diklasifikasikan menjadi neuropati, iskemi, atau neuroiskemi. Perbedaan

klasifikasi akan dijabarkan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik dari Etiologi Ulkus Kaki Diabetik

Karakteristik Neuropati Iskemi Neuroiskemi

Sensasi Kehilangan sensorik Nyeri Penurunan sensorik

Kalus/ Nekrosis Kalus ada dan tipis Terjadi nekrosis Minimal kalus dan

Nekrosis

Luka Pink dan granulasi,

diikuti kalus

Pucat dan granulasi

yang buruk

Granulasi buruk

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

21

Universitas Indonesia

Suhu kaki dan pulsasi Hangat dan pulsasi

terbatas

Dingin dan tidak ada

pulsasi

Dingin dan tidak ada

pulsasi

Lokasi Area penekanan kaki

seperti tumit dan

telapak kaki

Jari, kuku, antara jari,

dan batas samping

kaki

Penyatuan kaki dan

jari

Pasien dengan ulkus kaki diabetik membutuhkan pengkajian yang holistik untuk

mengkaji faktor yang menyebabkan terjadinya ulkus. Pengkajian ulkus kaki

merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan keputusan dalam terapi

(Asep, 2009). Pengkajian meliputi riwayat pasien yang lengkap meliputi riwayat

medikasi, komorbiditas, dan status diabetes (Mulder, Amstrong, & Seaman, 2003).

Pengkajian yang juga perlu dilakukan terhadap riwayat luka, ulkus kaki diabetik

sebelumnya, amputasi, dan gejala yang menunjukan neuropati atau penyakit arteri

perifer (Boulton, Armstrong, & Albert, 2008). Pengkajian keadaan ulkus kuki, tes

untuk sensasi dengan menggunakan monofilament, tes untuk vaskularisasi dengan

pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI), Identifikasi infeksi dengan melakukan

pengkajian tanda infeksi dan kultur pus luka, Inspeksi kaki terhadap deformitas, dan

klasifikasi ulkus kaki diabetik yang dapat menggunakan sistem klasifikasi Wagner,

University of Texas, PEDIS, atau SINBAD (Wound International, 2013).

Klasifikasi ulkus diabetik menurut Lipsky (2012) berdasarkan PEDIS yaitu mengkaji

Perfusion, Extent (size), Depth (tissue loss), Infection and Sensation (neuropathy).

Klasifikasi derajat lesi kaki diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan menurut

Wagner berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan derajat gangren (PERKENI,

2011):

a. Derajat 0:Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai

kelainan bentuk kaki.

b. Derajat I :Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

c. Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

22

Universitas Indonesia

e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

2.3.2 Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetik

Penatalaksanaan holistik kaki diabetik (PERKENI, 2011): Kontrol mekanik, kontrol

metabolik, kontrol vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi.

Kontrol mekanik dengan mengistirahatkan kaki, mengurangi tekanan pada kaki, dan

menggunakan bantalan pada kaki. Kontrol metabolik seperti pengendalian kadar gula

darah, pengandalian penyakit penyerta, dan perencanaan asupan nutrisi yang adekuat.

Kontrol vaskular meliputi pemeriksaan ABI, trans cutaneous oxygen tension, toe

pressure, atau angiografi. Kontrol luka dengan debridemen dan balutan luka yang

lembab. Kontrol infeksi dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan keadaan

pasien. Kontrol edukasi meliputi edukasi pasien dan keluarga mengenai kondisi,

rencana terapi, dan perkembangan selanjutnya (Salim, 2013).

Komponen penting dalam manajemen luka adalah mengatasi penyakit yang terjadi,

memastikan aliran darah yang adekuat, perawatan luka lokal dan kontrol infeksi, dan

pengurangan tekanan (Wound International, 2013). Penyakit yang dialami harus

diatasi seperti melakukan penatalaksanaan diabetes atau pengontrolan faktor risiko.

Aliran darah harus adekuat, jika tidak lakukan revaskularisasi (Apelqvist, 2012).

Perawatan luka yang optimal dengan melakukan debridemen jaringan, kontrol

inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi (EWMA, 2004).

Beban tekanan dikurangi dengan menggunakan alat bantu yang dapat mengurangi

penekanan pada area kaki (Cavanagh & Bus, 2010).

Perawatan luka yang optimal dengan melakukan debridemen jaringan, kontrol

inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi (EWMA, 2004).

Debridemen jaringan dapat dilakukan dengan berbagai metode bedah, larval,

autolitik, dan hydrosurgery. Debridemen dilakukan dengan membuang jaringan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

23

Universitas Indonesia

nekrotik untuk mempercepat terjadinya granulasi. Kontrol inflamasi dan infeksi

dilakukan dengan menggunakan antibiotik yang sesuai dengan keadaan pasien.

Keseimbangan dalam kelembaban dapat dilakukan dengan memilih balutan yang

optimal (Wound International, 2013).

Balutan yang dipilih dapat memberikan hasil tergantung dengan keadaan ulkus

diabetik. Pemilihan balutan mempertimbangkan (Wound International, 2013): lokasi

luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah

nyeri dan trauma. Hal yang perlu dipertimbangkan praktikan dalam pemilihan balutan

yaitu kenyamanan, cocok untuk mempercepat durasi penyembuhan, mudah

dilepaskan, mudah diterapkan, dan harga efektif (World Union of Wound Healing

Societies, 2013). Perawatan yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan

lingkungan yang lembab pada luka. Kelembaban luka merupakan hal yang dapat

mempengaruhi proses penyembuhan luka (Ismail, 2009). Gitarja (2008), luka harus

dengan suasana lembab karena mempercepat fibrinolisis, mempercepat angiogenesis,

menurunkan risiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor, dan

mempercepat pembentukan sel aktif.

Balutan banyak yang diciptakan untuk memberikan kelembaban bagi lingkungan luka

untuk mempercepat proses penyembuhan luka (Asep, 2009). Pramana (2012), Nacl

0,9% merupakan cairan yang aman untuk merawat luka. Nacl 0,9% merupakan cairan

yang bersifat fisiologis, non toksik, dan tidak mahal. Nacl dalam setiap liternya

mempunyai komposisi natrium klorida 0,9 gram dengan osmolalitas 308 mOsm/l

sehingga aman digunakan. Nacl 0,9% memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik

daripada pasien lain. Cairan normal salin/ Nacl 0,9% sangat direkomendasikan

sebagai cairan pembersih dalam semua jenis luka. Cairan ini bersifat isotonis, tidak

toksik terhadap jaringan, tidak menghambat proses penyembuhan, dan tidak

menyebabkan alergi (Huda, 2010). Penelitian Ismail (2009), penggunaan balutan

konvensional dengan menggunakan Nacl 0,9% dapat dilakukan dan sebaiknya

ditetapkan prosedur perawatan luka diabetes dengan mengganti balutan 2 kali sehari

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

24

Universitas Indonesia

Penelitian Situmorang (2009), balutan madu memberikan perubahan yang baik dalam

penyembuhan luka. Penelitian Suranto (2007), madu memiliki kandungan yang dapat

menyembuhkan infeksi kaki diabetikum. Madu yang memiliki kandungan air kurang

dari 18% yang dapat menarik nanah di daerah yang diolesi madu. Enzim katalase

pada madu juga dapat digunakan sebagai antibakteri. Madu memiliki manfaat

mengangkat jaringan mati, antibakteri. Penelitian Pramana (2012), penggunaan madu

alami dengan kandungan air <18 % dan Nacl lebih efektif dibanding dengan yang

hanya menggunakan Nacl.

Penelitian yang dilakukan oleh Robson, Dodd, dan Thomas (2008) dengan judul

Standardized antibacterial honey (Medihoney) with standard therpay in wound care:

randomized clinical trial memberikan hasil penyembuhan luka dengan madu lebih

cepat dalam waktu penyembuhan luka dibandingkan dengan perawatan luka yang

dilakukan secara konvensional. Madu memiliki manfaat klinis dalam penyembuhan

luka. Hal tersebut diyakini karena madu merupakan pencegah inflamasi,

pembengkakan pada luka, menurunkan rasa nyeri dan bau, meningkatkan granulasi

dan epitelisasi, dan meminimalkan terjadinya jaringan parut. Gethin dan Cowman

(2008) melakukan penelitian dengan judul Manuka honey vs hydrogel- a prospective,

open label, multicenter, randomised controlled trial to compare desloughing efficacy

and healing outcomes in venous ulcers. Penelitian yang dilakukan memberikan hasil

penggunaan madu lebih berkhasiat dan mempunyai kadar infeksi yang lebih rendah

dibandingkan dengan hidrogel.

Penyembuhan luka juga dipengaruhi beberapa faktor (Bryant & Nix, 2007):

1. Perfusi jaringan dan oksigenasi

Oksigen memiliki peranan penting dalam penyembuhan luka. Oksigen sangat

dibutuhkan terutama dalam fase inflamasi. Perpindahan leukosit dan makan bakteri

membutuhkan oksigen lebih dari 30 mmHg (Whitney, 2003).

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

25

Universitas Indonesia

2. Nutrisi

Nutrisi memberikan unsur bagi aktivitas sel dalam proses penyembuhan luka

(MacKay & Miller, 2003; Williams & Barbul, 2003). Nutrisi yang adekuat penting

untuk sistem imun dan mencegah infeksi. Pasien memerlukan diet kaya protein,

karbohidrat, vitamin C, vitamin A, dan mineral seperti Fe dan Zn dibutuhkan dalam

membantu sintesis kolagen.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan luka. Infeksi dapat memperpanjang fase

inflamasi, menghambat sintesis kolagen, dan mencegah epitelisasi.

4. Diabetes

Pasien diabetes memiliki risiko tinggi terhadap penyakit mikrovaskular. Hambatan

terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah yang dapat

menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel.

5. Obesitas

Obesitas meningkatkan risiko gangguan penyembuhan luka. Obesitas menyebabkan

jaringan adiposa memiliki vaskularisasi yang buruk.

6. Pengobatan

Pengobatan yang dijalani ada yang menyebabkan efek negatif dalam penyembuhan

luka.

7. Usia

Penuan menyebabkan penurunan respon inflamasi, penurunan produksi cytokines

atau growth factor, dan mengurangi reseptor cytokines.

8. Stres

Stres dapat meningkatkan level kortikosteroid yang berdampak pada fungsi sistem

imun yang menyebabkan vasokontriksi pada aliran darah.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

26 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2013. Pasien bernama Ny. F 49 tahun,

lahir di Tegal pada tanggal 12 Juni 1963. Ny. F tinggal di Jalan Peninggaran RT

010 RW 02, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Ny. F masuk ke rumah sakit

pada tanggal 03 Mei 2013 dengan diagnosa mdis DM tipe 2 dan ulkus pedis

sinistra. Ny. F masuk ke rumah sakit karena luka pada bagian jari telunjuk kaki

kiri yang mengeluarkan nanah sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit,

merasa mual, dan badan lemas. Ny. F mengatakan luka awalnya hanya berbentuk

lentingan kemudian pecah dan mengeluarkan nanah.

Ny. F memiliki riwayat penyakit diabetes melitus yang diketahui sejak 2 tahun

yang lalu saat periksa di klinik dekat rumah. Ny. F mengalami penurunan

penglihatan sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Ny. F pernah mengalami

luka juga pada bagian ibu jari kaki kiri 6 bulan sebelum masuk rumah sakit dan

luka dibersihkan menggunakan rivanol dan sembuh sendiri. Ny. F mengatakan

berobat rutin ke klinik dekat rumah dan diberikan obat metformin 2x sehari,

namun 1 bulan sebelum masuk rumah sakit sibuk dengan acara keluarga sehingga

sering lupa minum obat. Ny. F saat 3 minggu sebelum masuk rumah sakit berhenti

minum obat karena diberikan obat herbal oleh tetangganya dan dianjurkan jalan di

krikil yang panas. Ny. F saat berjalan diatas kerikil tidak merasakan sakit, tapi

tiba-tiba timbul lepuhan pada kakinya. Kedua orang tua Ny. F tidak ada yang

menderita sakit diabetes melitus, jantung, ataupun hipertensi.

3.1.1 Hasil Pengkajian

3.1.1.1 Aktivitas/Istirahat

A. Gejala/subjektif

Pasien sebelumnya merupakan pedagang soto mie, pasien bekerja dari pagi

sampai sore hari. Aktivitas berdagang membuat istirahatnya kurang dan mudah

terasa lelah. Pasien juga jarang berolahraga karena padatnya aktivitas berdagang.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

27

Universitas Indonesia

Pasien biasanya saat berdagang dan udara yang panas membuat sering minum es

teh manis. Pasien mengatakan saat mengalami penyakit diabetes melitus tubuhnya

sering terasa lemas, sehingga kegiatan berdagang mulai ditinggalkan dan

dilakukan oleh anaknya. Pasien sehari-hari saat sakit hanya beristirahat sambil

menonton tv di rumah. Pasien sering merasa bosan dengan aktivitas sehari-hari

yang dilakukan karena keterbatasan kondisi fisik yang dialami.

Pasien tidur tidak teratur, tidur hanya sekitar 6 jam saat malam hari dan tidak

pernah tidur siang. Pasien sering mengalami insomnia karena rasa sakit pada luka

di kaki yang dialami. Pasien juga memiliki kebiasaan sebelum tidur harus dipijat

terlebih dahulu. Pasien saat bangun tidur terkadang tidak merasa segar dan masih

lemas. Pasien selama dirawat dirumah sakit sering merasa lemas namun kesulitan

untuk tidur karena kepikiran penyakitnya.

B. Tanda/objektif

Respon terhadap aktivitas yang teramati: tekanan darah: 130/70 mmmHg, nadi:

88x/menit, frekuensi nafas: 18x/menit. Status mental: compus mentis. Pengkajian

neuromuskular, tonus otot lemas, postur tegap, rentang gerak aktif kecuali pada

area kaki kiri terbatas, tremor pada ekstremitas atas, dan kekuatan otot

5555 5555

5555 5555

3.1.1.2 Sirkulasi

A. Gejala (Subjektif)

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, masalah jantung, demam

rematik, dan edema mata kaki/ kaki, klaudikasi, dan flebitis. Pasien mengalami

penyembuhan lambat pada luka di bagian kaki kiri. Pasien sering merngalami

kesemutan dan kebas pada ekstremitas atas dan bawah. Pasien mengalami

peningkatan frekuensi dalam berkemih terutama dimalam hari bisa lebih dari 6

kali.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

28

Universitas Indonesia

B. Tanda (Objektif)

Tekanan darah saat berbaring 130/70 mmHg, Nadi radialis 88x/menit, JVP 5-

2cmH20, getaran tidak ada, dorongan tidak ada. BJ I/II (N), gallop (-), murmur (-),

suara napas vesikuler (+), ronkhi -/-, whezing -/-, distensi vena jugularis (-).

Ekstremitas hangat, warna pucat, CRT < 3 detik. Bagian ekstremitas tidak ada

tanda homan’s, varises, dan abnormalitas kuku. Penyebaran rambut normal dan

merata. Warna membran mukosa pucat, bibir pucat, konjungtiva anemis, sklera

non ikterik, dan diaforesis positif. Pemeriksaan ABI sinistra 1 dan ABI dextra 1.

3.1.1.3 Integritas Ego

A. Gejala (Subjektif)

Faktor stres yang dialami pasien karena tuntutan ekonomi yang tinggi namun

penghasilan yang kurang dan penyakit yang dialami. Sakit yang dialami sering

membuat pasien merasa bosan karena keterbatasan aktivitas dan mudah lelah.

Pasien merasa sedih karena tidak dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan

finansial keluarga karena keterbatasan kondisi saat ini. Faktor-faktor budaya yang

dimiliki adalah Jawa. Agama yang dianut adalah Islam dengan melakukan

kegiatan sholat lima waktu. Pasien dalam mengatasi masalah hanya bisa diam dan

terkadang menangis. Ketidakberdayaan dirasakan karena kondisi fisik yang lemas

dan terdapat luka pada kaki.

B. Tanda (Obyektif)

Pasien tampak banyak berdiam diri dan berbaring ditempat tidur. Pasien saat

menceritakan masalahnya sambil menangis. Pasien terlihat cemas terhadap

keadaan penyakit yang dialami. Pasien mengalami kecemasan tingkat sedang

dimana pasien memikirkan keadaannya namun tidak mengalami penyempitan

fokus.

3.1.1.4 Eliminasi

A. Gejala (Subjektif)

Pola BAB teratur 1 x sehari tanpa menggunakan laksatif. Karakter feses lunak,

BAB terakhir 8 Mei 2013. Pasien tidak memiliki riwayat hemoroid maupun

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

29

Universitas Indonesia

perdarahan. Pasien tidak mengalami konstipasi dan diare. Pasien mengalami

peningkatan BAK terutama dimalam hari terbangun > 6x. Pasien tidak mengalami

inkontinensia dan retensi urine. BAK berwarna kuning dan jernih. Nyeri dan

kesulitan BAK tidak ada. Pasien juga tidak menggunakan diuretik.

B. Tanda (Objektif)

Nyeri tekan abdomen pada bagian kuadran atas terutama tengah dan kiri.

Abdomen lunak, masa tidak ada, bising usus positif 3x/menit, hemoroid tidak ada,

perubahan kandung kemih tidak ada, dan BAK dari tampung urin 24 jam pada

tanggal 08 Mei sampai 09 Mei 2013 yaitu 1800 ml.

3.1.1.5 Makanan/ Cairan

A. Gejala (Subjektif)

Pasien saat dirumah makan tidak teratur dan makan semaunya. Pasien senang

mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis. Makanan yang disajikan

sehari-hari juga sering menggunakan gula merah. Pasien senang makan gorengan.

Pasien selama di RS mendapatkan diet DM 1700 kal, 60 gr Protein, 40 gr lemak.

Pola diet selama di rumah sakit makanan porsi besar 3x dan porsi kecil 2-3x,

rendah karbohidrat dan tinggi protein. Pasien makan 3x sehari, namun tidak

pernah habis. Pasien makan siang terakhir hanya habis ½ porsi dari 510 kalori.

Pasien mengatakan merasa kurang selera makan. Pasien sering terasa mual,

muntah, dan nyeri ulu hati. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap

makanan. Pasien tidak mengalami masalah mengunyah dan menelan. Gigi graham

bawah kiri bolong dan terdapat karies pada bagian gigi seri bawah. Pasien

mengatakan terdapat perubahan berat badan selama sakit, turun dari 55 kg

menjadi 43 kg dalam waktu 6 bulan. Asupan cairan oral 900 ml, parenteral 1400

ml total intake cairan 2300. Output cairan BAK 1800 ml dan IWL 500 ml. Pasien

tidak menggunakan diuretik.

B. Tanda (Objektif)

Berat badan sekarang 43 kg, tinggi badan 153 cm, IMT 18,3, dan bentuk tubuh

kurus. Edema ekstremitas dan asites tidak ada. Pasien tidak mengalami distensi

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

30

Universitas Indonesia

vena jugularis, pembesaran tiroid. Kondisi gigi/gusi terdapat gigi berlubang pada

bagian graham bawah dan terdapat karies gigi seri bawah. Penampilan lidah

bersih. Membran mukosa kering. Bising usus positif. Pasien tampak mual dan

muntah 2x.

3.1.1.6 Higine

A. Gejala (Subjektif)

Aktivitas kebersihan diri seperti mandi, menggosok gigi, dan mengganti pakaian

selama di RS dibantu oleh keluarga ataupun perawat. Pasien mengalami hambatan

mobilitas karena luka pada bagian kaki kiri dan harus menggunakan infus.

B. Tanda/objektif

Penampilan umum pasien bersih dan cara berpakaian sesuai. Kebiasaan pasien

mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, cuci rambut 3 hari sekali. Pasien kulit

kepala bersih dan tidak ada bau badan.

3.1.1.7 Neurosensori

A. Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan sering merasakan ingin pingsan dan pusing. Pasien sering

mengalami kesemutan/kebas/kelemahan pada bagian ekstremitas. Pasien tidak

pernah mengalami stroke ataupun kejang. Penglihatan pasien berkurang dan

terlihat buram sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Telinga tidak mengalami

kekurangan pendengaran.

B. Tanda objektif

Status mental pasien tenang, kesadaran compus mentis, dan GCS 15. Pasien

terorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang. Memori saat ini dan masa lalu

baik. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata atau

lensa kontak. Pasien juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Pupil

bereaksi terhadap cahaya, facial drop tidak ada, kemampuan menelan baik. Pasien

dapat melakukan lepas dan genggam tangan dengan baik. Postur tubuh tegap,

refleks tendon dalam +/+, paralisis tidak terjadi.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

31

Universitas Indonesia

3.1.1.8 Nyeri/ Ketidaknyamanan

A. Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan terasa terasa nyeri pada pedis sinistra digiti II, skala 4,

intensitas sering, kualitas sedang, nyeri seperti tertusuk, durasi 5-10 menit, nyeri

terasa saat bergerak dan tertekan. Pasien juga mengatakan nyeri pada bagian ulu

hati. Pasien biasanya istirahat dan minum obat pengurang rasa nyeri .

B. Tanda (Objektif)

Pasien tampak mengerutkan muka dan menjaga area yang sakit. Pasien menarik

kaki jika disentuh.

3.1.1.9 Pernapasan

A. Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan kadang batuk namun tidak mengalami sesak nafas. Pasien

tidak memiliki riwayat bronkitis, asma, tuberkulosis, emfisema, dan pneumonia

kambuhan. Pasien sewaktu berdagang sering terpajan dengan polusi udara dari

asap kendaraan dan asap rokok dari pedagang lainnya. Pasien tidak menggunakan

alat bantu pernapasan

B. Tanda (Objektif)

Pasien bernafas 18x/ menit, irama teratur, kedalaman normal, simetris, tidak ada

nafas cuping hidung, tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Pasien tidak

mengalami sesak. Bunyi nafas vesikuler, bronkial, dan bronkovesikuler positif.

Bunyi nafas abnormal whezing dan ronkhi tidak ada. Pasien tidak mengalami

sainosis, jari tubuh normal. Fungsi mental baik. Hasil rontgen torax tanggal 04

Mei 2013 kesan: CTR < 50%, infiltrat tidak ada

3.1.2.10 Keamanan

A. Gejala (Subjektif)

Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan penyakit hubungan seksual. Pasien tidak

mengalami perubahan sistem imun sebelumnya. Pasien tidak pernah ditransfusi

darah. Pasien tidak memiliki riwayat cedera kecelakaan, fraktur/dislokasi, artritis/

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

32

Universitas Indonesia

sendi tak stabil, masalah punggung, perubahan pada tahi lalat, dan pembesaran

nodus. Pasien mengatakan jarang menggunakan alas kaki. Pasien sering merasa

buram pada penglihatan. Pasien tidak memiliki masalah pada pendengaran. Pasien

tidak menggunakan alat bantu dan melakukan aktifitas dibantu oleh anak ataupun

perawat.

B. Tanda (Objektif)

Suhu tubuh 36,8 0C dan diaforesis positif. Integritas kulit: ulkus pedis sisnistra

plantar dan gangren pedis sinistra dorsal digiti II. Ulkus pedis sinistra plantar

kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, pus (+), sensorik menurun (gambar 3.1).

Gangren pedis sinistra dorsal digiti II, kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),

hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+) (gambar 3.2), dan perabaan hangat.

Kekuatan umum lemas, tonus otot lemas, cara berjalan tegap, ROM aktif, paralisis

(-). Hasil biakan pus luka pada tanggal 08 Mei 2013: terdapat bakteri gram positif

cocous ditemukan yaitu staphylococus epidermidis. Sensitiv terhadap antibiotik

no IV golongan Carbapenem yaitu Imipenem, meropenem dan no VIII Antibiotik

jenis lain Tetracycline dan Fosfomycin. Nilai Fall Morse Scale 35 risiko rendah.

Gambar 3.1 Ulkus Pedis Sinistra Plantar pada Ny. F

Gambar 3.2 Gangren Pedis Sinistra Dorsal Digiti II pada Ny. F

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

33

Universitas Indonesia

3.1.2.11 Seksualitas

A. Gejala (Subyektif)

Pasien tidak aktif melakukan hubungan seksual sejak 5 tahun yang lalu karena

suaminya telah meninggal. Pasien menarke pada usia 14 tahun, lamanya siklus 28

hari, durasi 7 hari, dan menstruasi teratur. Periode menstruasi terakhir pada usia

46 tahun. Pasien sudah mengalami menopouse. Pasien tidak mengalami rabas

vagina. Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan mamogram dan PAP smear.

B. Tanda (objektif)

Pasien tidak ada luka, lecet, ataupun kemerahan pada bagian vagina. Tidak ada

masa abnormal pada bagian payudara.

3.1.2.12 Interaksi sosial

A. Gejala (Subjektif)

Pasien merupakan seorang janda sejak 5 tahun yang lalu karena suaminya telah

meninggal. Pasien tinggal bersama anaknya yang ke 3. Masalah diantara keluarga

atau stres tidak ada. Komunikasi didalam keluarga baik. Keluarga selalu merawat

pasien saat sakit, seperti merawat luka pasien sebelumnya. Orang lain yang

menjadi pendukung pasien selain keluarga adalah saudara kandung pasien. Peran

pasien sebagai ibu. Masalah terkait penyakit yang dialami adalah tidak bisa

mengurus anak seperti biasa dan aktifitas terganggu. Pasien juga merasa hanya

merepotkan anaknya dan tidak bisa membantu mencari penghasilan tambahan

karena sakitnya. Pasien tidak mengalami perubahan bicara.

B. Tanda (Objektif)

Pasien berbicara jelas dan bahasa mudah dimengerti. Pasien tidak mengalami

afasia dan kerusakan bicara. Pasien tidak menggunakan alat bantu bicara.

Komunikasi verbal dan nonverbal dengan keluarga atau orang terdekat baik.

Pasien saat berkomunikasi juga melakukan kontak mata.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

34

Universitas Indonesia

3.1.2.13 Penyuluhan/Pembelajaran

A. Gejala (Subjektif)

Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia. Pasien melek huruf

dan tingkat pendidikan SD. Pasien mengalami keterbatasan kognitif terkait

penyakit yang dialami. Pasien saat ini, penglihatannya semakin berkurang

sehingga tidak bisa membaca dengan jelas. Keyakinan kesehatan yang dilakukan

adalah mengkonsumsi herbal dan berobat kedokter. Faktor resiko keluarga:

diabetes melitus (-), hipertensi (-), dan penyakit jantung (-).

Obat yang diresepkan akan dijabarkan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Obat Ny. F selama dirawat di RSUP Fatmawati

Obat Dosis Waktu Cara Keterangan

Paracetamol 500mg 3x Oral

Ambroxol 15cc 3x Oral

Sucralfat 15cc 4x Oral

Ascardia 80mg 1x Oral

Laxadin 1 sendok takar 3x Oral

Gabapentin 100mg 3x Oral

Humulin R 8 unit 3x Subkutan, ½ jam

sebelum makan

Ceftriaxon 4gr 2x IV Stop tanggal

14 Mei 2013

Metronidazol 500mg 3x IV

Ranitidin 500mg 2x IV

Ondancentron 8mg 3x IV

Tramadol 100mg 2x Drip bila VAS > 4

Lantus 12 unit 1x Subkutan Stop tanggal

17 Mei 2013

Lantus 16 unit 1x Subkutan Stop tanggal

24 Mei 2013

Lantus 10 unit 1x Subkutan

15 Mei 2013

Meropenem

1gram

3x

IV

Stop tanggal

24 Mei 2013

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

35

Universitas Indonesia

20 Mei 2013

Metformin

500mg 2x Oral Stop tanggal

27 Mei 2013

24 Mei 2013

Clindamycin 300mg 4x IV Stop tanggal

27 Mei 2013

Levofloxacin 500mg 1x IV

Metformin 500mg 3x Oral

IVFD

NaCl 0,9%

500cc 8 jam IV

Diagnosa saat masuk adalah diabetes melitus tipe II dengan ulkus pedis sinistra.

Pasien dirawat karena luka yang sulit sembuh sejak 3 minggu sebelum masuk

rumah sakit pada bagian kaki sinistra, mual, muntah, dan kadar gula darah tinggi.

Riwayat keluhan terakhir pasien adalah lemas, mual, nafsu makan berkurang,

nyeri pada bagian luka kaki kiri. Harapan pasien terhadap perawatan/pembedahan

sebelumnya agar cepat sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti sebelumnya.

Pemeriksaan fisik lengkap terakhir: 10 Mei 2013

Tanggal pulang yang diantisipasi belum dapat diprediksi, melihat perkembangan

dari penyembuhan luka. Sumber yang tersedi anak, keuangan berasal dari anak,

pembiayaan rumah sakit menggunakan bantuan Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Perubahan yang diantisipasi dalam hal pola makan, perawatan luka, aktivitas, dan

pengontrolan gula darah. Area yang membutuhkan bantuan yaitu aktivitas,

perawatan luka, penyiapan makanan, ambulasi, obat, dan perawatan diri.

Gambaran fisik rumah memiliki ventilasi yang cukup, bersih, dan terang.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

36

Universitas Indonesia

3.1.2 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium Ny. F akan dijabarkan dalam tabel 3.2

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. F

Hematologi 06 Mei 2013 AGD 05 Mei 2013

Hb 11,3 pH 7,233

Ht 36 pCO2 40

Leuko 16,8 pO2 69,9

Trombosit 575 BP 751

Eritrosit 4,02 HCO3 16,5

VER/HER/KHER/RDW 06 Mei 2013 O2 sat 91

VER 88,7 BE -10,4

HER 28,2 TCO2 17,7

KHER 31,8 Hitung Jenis 08 Mei 2013

RDW 14,3 Basofil 0

Fungsi Hati 03 Mei 2013 Eosinofil 1

SGOT 9 Neutrofil 84

SGPT 11 Limfosit 8

Fungsi ginjal 05 Mei 2013 Monosit 4

Ureum darah 64 Luc 2

Kreatinin darah 0,9 Fungsi Hati 06 Mei 2013

Elektrolit darah 06 Mei 2013 Protein total 5,30

Natrium 137 Albumin 2,60

Kalium 2,84 Globulin 2,70

Klorida 116 Fungsi Ginjal 06 Mei 2013

Keton 0,80 Asam urat darah 3,6

Diabetes 06 Mei 2013 Homeostasis 07 Mei 2013

GDP 140 APTT 41,1

GD2PP 181 Kontrol APTT 34,2

GDS 233 PT 16,9

HbA1c 9,1 Kontrol PT 13,7

Lemak 06 Mei 2013 INR 1,32

Trigliserida 47 KGDH 06 Mei 2013

Kolestrol total 71 Jam 06 245

Kolestrol HDL 24 Jam 12 233

Kolestrol LDL 37 Jam 16 337

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

37

Universitas Indonesia

3.1.2.1 Pemeriksaan Rontgen

Hasil rontgen thorax: CTR < 50%, infiltrat tidak ada (gambar 3.3)

Gambar 3.3 Hasil Rontgen Thorax Ny. F

Hasil rontgen pedis: gambaran osteomilitis digiti 2 pedis sinistra

Gambar 3.4 Hasil Rontgen Pedis Ny. F

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

38 Universitas Indonesia

3.2 Analisis Data

Tabel 3.3 Analisis Data

Data Etiologi/ Faktor Risko Masalah Keperawatan

DS: Luka pada jari telunjuk kaki kiri 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, luka awalnya

berbentuk lenting kemudian pecah sendiri dan mengeluarkan nanah

DO:

- Pasien riwayat diabetes melitus 2 tahun yang lalu

- Ulkus pedis Sinistra plantar kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+). Gangren

pedis sinistra dorsal digiti II, kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+), hiperemesis

(+), hematome (+), bengkak (+), dan perabaan hangat.

- Hasil lab: Hb= 11,3 g/dl, Ht: 36%, Leukosit= 16.800 /ul, Trombosit= 575.000/ ul,

Eritrosit= 575.000

- Hasil biakan pus luka pada tanggal 08 Mei 2013: terdapat bakteri gram positif

cocous ditemukan yaitu staphylococus epidermidis

- Gangguan metabolik

- Neuropati

- Hiperglikemi

Kerusakan Integritas Kulit

DS:

- Pasien merasakan mual dan muntah

- Pasien merasa lemas dan nafsu makan menurun

- Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan dari 55 kg menjadi 43 kg

dalam waktu 6 bulan

DO:

- BB 43 kg, TB: 153 cm IMT: 18,3, kurus

- Lab: HB 11,3 g/dl, GDS = 233 mg/dl, GDP= 140mg/dl, GD2PP = 181 mg/dl,

- Penurunan asupan

oral

- Ketidakseimbangan

insulin

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

39 Universitas Indonesia

HbA1c = 9,1%

- Albumin= 2,6 g/dl

- Tonus otot lemah, konjungtiva anemis, mukosa kering

- Gigi graham bolong dan terdapat karies pada bagian gigi

- Makan hanya habis ½ porsi dari 510 kalori makan siang

- Mual (+), muntah (+) 2 x

DS:

- Pasien mengatakan berobat rutin ke klinik dekat rumah dan diberikan obat

metformin 2x sehari, namun 1 bulan sebelum masuk rumah sakit sibuk dengan acara

keluarga sehingga sering lupa minum obat.

- Pasien 3 minggu sebelum masuk rumah sakit berhenti minum obat karena diberikan

obat herbal oleh tetangganya dan dianjurkan jalan dikrikil yang panas dan tiba-tiba

timbul lepuhan.

- Pasien makan semaunya dan seadanya, pasien sebelum terkena DM senang minum

manis dan makanan gorengan.

- Pasien jarang berolahraga dan menggunakan alas kaki terutama didalam rumah.

DO:

- Terjadi komplikasi diabetes melitus berupa ulkus pedis Sinistra plantar kedalaman

otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+). Gangren pedis sinistra dorsal digiti II,

kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+), hiperemesis (+), hematome (+), bengkak

(+), dan perabaan hangat.

- Kurang informasi

- Keterbatasan

ekonomi

Ketidakpatuhan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

40 Universitas Indonesia

DS:

- Luka pada jari telunjuk kaki kiri 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, luka

awalnya berbentuk lenting kemudian pecah sendiri dan mengeluarkan nanah

DO:

- Pasien riwayat diabetes melitus 2 tahun yang lalu

- Ulkus pedis Sinistra plantar kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+).

Gangren pedis sinistra dorsal digiti II, kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),

hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+), dan perabaan hangat.

- Hasil lab: Leukosit= 16.800 /ul, neutrofil= 84

- Hasil biakan pus luka pada tanggal 08 Mei 2013: terdapat bakteri gram positif

cocous ditemukan yaitu staphylococus epidermidis

- Ulkus kaki kaki

diabetik

Risiko penyebaran infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada Ny. F adalah:

3.3.1 Risiko penyebaran infeksi

3.3.2 Kerusakan integritas kulit

3.3.3 Ketidakseimbangan nurtrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.3.4 Ketidakpatuhan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

41 Universitas Indonesia

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. F

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas

kulit

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 14x24 jam

tercapainya proses

penyembuhan luka

- Tidak adanya edema

disekitar luka

- Pus berkurang

- Adanya jaringan

granulasi

- Bau busuk berkurang

- Observasi keadaan luka

- Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril menggunakan Nacl 0,9%

- Lakukan debridement pada jaringan nekrotik

- Lindungi penonjolan tulang dengan bantalan lunak

- Observasi keadaan luka setelah perawatan

- Anjurkan nurtrisi yang seimbang

Kolaborasi:

- Pantau hasil lab pemeriksaan kultur pus

- Berikan antibiotik sesuai terapi

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 7x24 jam

kebutuhan nutrsi pasien

dapat terpenuhi

- Asupan makan perhari

1500-1700kalori

- Tonus otot baik

- Mukosa lembab

- Mual (-), Muntah (-)

- Konjungtiva non anemis

- Nyeri abdomen (-)

- Hasil lab: Hb> 10 g/dl

Albumin 3,4-4,8 g/dl

GDS 80-140 mg/dl

- Monitor intake nutrisi pasien

- Timbang berat badan pasien

- Motivasi pasien untuk menghabiskan makanan

Kolaborasi

- Lakukan pemeriksaan gula darah

- Monitor hasil laboratorium : Hb, GDS, albumin, dan protein

- Berikan insulin sesuai dengan program terapi

- Berikan obat hipoglikemi oral sesuai dengan program terapi

- Konsul dengan ahli gizi terkait diet

- Berikan obat antiemetik sesuai dengan program terapi

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

42 Universitas Indonesia

Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 7x24 jam

pasien mematuhi program

penanganan diabetes

melitus

- Pasien memiliki

komitmen untuk

menjalankan program

terapi

- Pasien mematuhi

program terapi selama

dirawat di RS

- Eksplorasi tentang apa yang diketahui pasien tentang diabetes

- Edukasi kesehatan terkait apa itu diabetes melitus

- Edukasi perawatan kaki diabetes

- Edukasi pengaturan nutrisi pada pasien diabetes melitus

- Edukasi cara perawatan luka pasien diabetes melitus saat di rumah

- Edukasi pengobatan seperti penggunaan insulin

- Motivasi pasien menjalankan program terapi

- Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan

- Monitoring kepatuhan klien

Risiko Penyebaran

infeksi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 7x24 jam

tidak terjadi penyebaran

infeksi

- Ulkus tidak lebih meluas

- Gula darah dapat

dikontrol

- Produksi Pus minimal

- Jaringan granulasi

mendominasi luka

- Leukosit dalam 5.000-

10.000 ul

- Suhu tubuh dalam

rentang 36- 37 ° C

- Observasi daerah luka dan sekitarnya peradangan, spt: demam,

kemerahan, adanya pus pada luka

- Tingkatkan upaya pencegahan perluasan infeksi dengan melakukan cuci

tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien

termasuk pasiennya sendiri

- Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik secara teratur,

- Jaga kulit tetap kering dan linen kering

- Pertahankan tekhnik aseptic pada prosedur invasif

Kolaborasi

- Lakukan pemeriksaan kultur sensitivitas sesuai indikasi

- Berikan obat antibiotik yang sesuai

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

43 Universitas Indonesia

3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Ny. F Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

09/05/2013

Jam 07.00 s/d

jam 15.00

Risiko perluasan infeksi - Mengobservasi daerah luka dan sekitarnya

terhadap peradangan, spt: demam,

kemerahan, adanya pus pada luka

- Mencuci tangan sebelum dan sesuadah

kontak dengan pasien

- Melakukan perawatan luka dengan prinsip

steril menggunakan Nacl 0,9%

- Menjaga kulit tetap kering dan linen

kering

- mempertahankan tekhnik aseptic pada

prosedur invasif

Kolaborasi

- Memantau hasil pemeriksaan lab dan

pemeriksaan kultur pus

- Memberikan antibiotik

Metronidazol 500mg via IV

S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti

balutan luka

O:

- Suhu tubuh= 36,8

- Ulkus pedis sinistra plantar kedalaman otot,

ukuran 10x4 cm, dan pus (+), warna luka

kemerahan didalamnya kehitaman sisi luka

dengan sedikit warna putih kekuningan.

Gangren pedis sinistra dorsal digiti II,

kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),

hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+),

dan perabaan hangat.

- Hasil kultur Pus: gram positif cocus

ditemukan dalam biakan pus luka. Sel epitel =

0-1/ LPK, leukosit = 10-15 / LPB

- Hasil lab: Leukosit 16.800 ul, hitung jenis:

basofil=0, eosinofil=1, netrofil= 84,

limfosit=8, monosit=4

A: Risiko perluasan infeksi terkontrol

P: Lanjutkan Intervensi

- Observasi tanda-tanda infeksi

- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip steril

dengan Nacl 0,9% dan pertahankan kelembaban

luka

- Pertahankan tindakan aseptik selama prosedur

invasif

- Pantau hasi pemeriksaan lab

- Kolaborasi antibiotik

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

44 Universitas Indonesia

09/05/2013

Jam 07.00 s/d

jam 15.00

Kerusakan integritas kulit - Mengobservasi keadaan luka

- Melakukan perawatan luka dengan prinsip

steril menggunakan Nacl 0,9%

- Melakukan debridement pada jaringan

nekrotik

- Mengobservasi keadaan luka setelah

perawatan

Kolaborasi:

- Memantau hasil lab pemeriksaan kultur

pus

S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti

balutan luka

O:

- Ulkus pedis sinistra plantar kedalaman otot,

ukuran 10x4 cm, dan pus (+), warna luka

kemerahan didalamnya kehitaman sisi luka

dengan sedikit warna putih kekuningan.

Gangren pedis sinistra dorsal digiti II,

kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),

hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+),

dan perabaan hangat.

- Hasil kultur Pus: gram positif cocus

ditemukan dalam biakan pus luka. Sel epitel =

0-1/ LPK, leukosit = 10-15 / LPB

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip steril

dengan Nacl 0,9% dan pertahankan kelembaban

luka

- Kolaborasi antibiotik

09/05/2013

Jam 07.00 s/d

jam 15.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Menimbang berat badan pasien

- Memotivasi pasien untuk menghabiskan

makanan

Kolaborasi

- Melakukan pemeriksaan gula darah

- Memonitor hasil laboratorium : Hb, GDS,

albumin, dan protein

- Memberikan insulin Humulin R 8 unit ½

jam sebelum makan

- Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi

terkait diet DM 1700 kalori + 60gr protein

+ 40 gr lemak + 275 karbohidrat

S: Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang,

namun mual sudah mulai berkurang

O:

- Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (+), muntah(-), makan pagi

habis sekitar 170 kalori, cemilan 170 kalori,

makan siang 250 kalori. Konjungtiva anemis,

tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri ulu hati

(-).

- Hasil pemeriksaan lab:

Hb= 11,3 g/dl

HbA1c = 8,8%

GDS = 165 mg/dl

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

45 Universitas Indonesia

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50 mg via IV jam12

Ondancentron 8 mg via IV jam 12

Albumin = 2,8 g/dl

Protein total = 5,8 g/dl

A: masalah masih terjadi

P: lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau hasil

lab

- Kolaborasi gizi

10/05/ 2013

Jam 22.00 s/d

jam 07.00

Kerusakan integritas kulit dan

Risiko perluasan Infeksi

- Mengobservasi balutan luka

- Melindungi penonjolan tulang

denganbantalan lunak

- Menganjurkan masukan nutrisi yang

seimbang

Kolaborasi:

- Memantau hasil lab pemeriksaan

- Memberikan obat sesuai program :

Ceftriaxon 2 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

S: Pasien mengatakan panas mulai berkurang dan

lebih enakan.

O:

- Luka ulkus pedis sinistra terbungkus verban,

tidak ada rembesan, nyeri (-).

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

- Persiapan debridement diruang operasi

10/05/ 2013

Jam 22.00 s/d

jam 07.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Memotivasi pasien untuk menghabiskan

makanan

Kolaborasi

- Melakukan pemeriksaan gula darah

- Memonitor hasil laboratorium :

Hb, GDS, albumin, dan protein

Memberikan insulin Humulin R 8 unit ½

jam sebelum makan

- Memberikan insulin Lantus 12 unit jam.

22.00

- Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi

terkait diet DM 1700 kalori+60gr protein+

40 gr lemak+275 karbohidrat

S: Pasien mengatakan nafsu makan mulai

meningkat, mual sudah mulai berkurang dan tidak

muntah

O:

- Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (<), muntah(-), makan pagi

habis sekitar 255 kalori, cemilan 170 kalori,

makan siang 400 kalori, cemilan sore 170

kalori, makan sore 255 kalori, cemilan malam

170 kalori total asupan kalori satu hari 1420

kalori dari kebutuhan 1700 kalori. Konjungtiva

anemis, tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri

ulu hati (-).

- Hasil pemeriksaan lab:

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

46 Universitas Indonesia

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50mg via IV jam 02.00

Ondancentron 8mg via IV jam 02.00

Hb= 11.3 g/dl

HbA1c = 8,8%

GDS = 281 mg/dl

Albumin = 2,8 g/dl

Protein total = 5,8 g/dl

A: masalah teratasi sebagian

P:

lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau hasil

lab

- Kolaborasi gizi

11/05/2013 Ketidakpatuhan - Mengeksplorasi apa yang diketahui pasien

dan keluarga tentang diabetes melitus

- Mengeksplorasi apa yang menyebabkan

ketidakpatuhan

- Melakukan edukasi kesehatan tentang

diabetes melitus:

- Menjelaskan definisi diabetes melitus

- Menjelaskan penyebab Diabetes Mellitus

- Menjelaskan tanda dan gejala diabetes

melitus

- Menjelaskan akibat diabetes melitus

- Menjelaskan cara penanganan diabetes

melitus

- Memberikan kesempatan pasien dan

keluarga untuk bertanya

- Memberikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

S: pasien mengatakan akan menjalani program yang

diberikan untuk mengatasi sakitnya. Pasien juga

mengatakan menjadi lebih paham tentang penyakit

yang dialami.

O:

- Pasien dapat menyebutkan kembali apa itu

diabetes, penyebab, tanda dan gejala, akibat,

dan cara penanganan diabetes melitus.

- Pasien kooperatif dan aktif selama diskusi

- Pasien tampak ingin menjalankan program yang

diberikan

- pasien mau minum obat secara teratur saat

dirumah sakit dan kooperatif dalam tindakan

yang dilakukan.

A: Masalah teratasi

P:

- Motivasi pasien untuk menjalani terapi sesuai

program

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

47 Universitas Indonesia

- Lakukan monitoring terhadap pasien selama

dirawat di rumah sakit

- Lakukan evaluasi pengetahuan secara berkala

13/ 05/2013

Jam 16.00 s/d

21.00

Kerusakan integritas kulit dan

Risiko perluasan infeksi

- Mengobservasi balutan luka post

debridement pedis sinistra plantar dan

Post amputasi digiti II pedis dorsal sinistra

H+1

- Melindungi penonjolan tulang dengan

bantalan lunak

- Menganjurkan masukan nutrisi yang

seimbang

Kolaborasi:

- Memantau hasil lab pemeriksaan

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

S: Pasien mengatakan sakit sedikit pada bagian

luka.

O:

- Luka post debridement dan amputasi

terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri

(+).

- Suhu tubuh= 37

- Hasil lab: Leukosit 11,2

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Observasi balutan

- Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril

1x sehari dengan Nacl 0,9%

- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan

seimbang

13/ 05/2013

Jam 16.00 s/d

21.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Memotivasi pasien untuk

menghabiskan makanan

Kolaborasi

- Melakukan pemeriksaan gula darah

- Memonitor hasil laboratorium :

Hb, GDS, albumin, dan protein

- Memberikan insulin Humulin R 8

unit ½ jam sebelum makan

- Melakukan kolaborasi dengan ahli

gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr

protein+ 40 gr lemak+275

karbohidrat, dan extra putih telur 3

buah

- Memberikan obat antiemetik

S:

Pasien mengatakan nafsu makan sudah meningkat

namun belum habis semua, mual dan muntah sudah

tidak

O:

Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan pagi habis

sekitar 255 kalori, cemilan 170 kalori, makan siang

500 kalori, cemilan sore 170 kalori, makan sore 255

kalori, cemilan malam 170 kalori total asupan

kalori satu hari 1520 kalori dari kebutuhan 1700

kalori. Konjungtiva anemis, tampak lemas, tonus

otot lemas, nyeri ulu hati (-).

Hasil pemeriksaan lab:

Hb= 11.3 g/dl

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

48 Universitas Indonesia

Ranitidin 50mg via IV jam 18.00

Ondancentron 8mg via IV jam 18.00

HbA1c = 8,8%

GDS = 267 mg/dl

Albumin = 2,8 g/dl

Protein total = 5,8 g/dl

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau

hasil lab

- Kolaborasi gizi

14/03/2013

Jam 22.00 s/d

07.00

Kerusakan integritas kulit dan

Risiko perluasan infeksi

- Mengobservasi balutan luka post

debridement pedis sinistra plantar

dan Post amputasi digiti II pedis

dorsal sinistra H+2

- Melindungi penonjolan tulang

dengan bantalan lunak

- Menganjurkan masukan nutrisi yang

seimbang

Kolaborasi:

- Memantau hasil lab pemeriksaan

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

S: Pasien mengatakan sakit sudah mulai berkurang.

O:

- Luka post debridement dan amputasi H-2

terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri

(<).

- Suhu tubuh = 36,9

- Hasil lab: leukosit= 9.500 ul, hitung jenis:

basofil=0, eosinofil=2, netrofil= 77,

limfosit=15, monosit=4

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Observasi balutan

- Lakukan perawatan luka dengan prinsip

steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%

- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan

seimbang

14/03/2013

Jam 22.00 s/d

07.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Menimbang berat badan pasien

- Memotivasi pasien untuk

menghabiskan makanan

Kolaborasi

- Melakukan pemeriksaan gula darah

S:Pasien mengatakan nafsu makan mulai meningkat

dan makan habis

O:

Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (<), muntah(-), makan pagi habis

sekitar 340 kalori, cemilan 170 kalori, makan siang

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

49 Universitas Indonesia

- Memonitor hasi laboratorium :

Hb, GDS, albumin, dan protein

- Memberikan insulin Humulin R ½

jam sebelum makan

- Memberikan insulin Lantus 12 unit

jam. 22.00

- Melakukan kolaborasi dengan ahli

gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr

protein+ 40 gr lemak+275

karbohidrat + extra putih telur 3

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50mg via IV jam 02.00

Ondancentron 8mg via IV jam 02.00

510 kalori, cemilan sore 170 kalori, makan sore 340

kalori, cemilan malam 170 kalori total asupan

kalori satu hari 1700 kalori. Konjungtiva anemis,

tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri ulu hati (-).

Hasil pemeriksaan lab:

Hb= 8,8 g/dl

GDS = 267 mg/dl

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau

hasil lab

- Kolaborasi gizi

16/05/2013

Jam 16.00 s/d

jam 21.00

Kerusakan integritas kulit - Mengobservasi balutan luka post

debridement pedis sinistra plantar

dan Post amputasi digiti II pedis

dorsal sinistra H+4

- Melindungi penonjolan tulang

dengan bantalan lunak

- Menganjurkan masukan nutrisi yang

seimbang

Kolaborasi:

- Memantau hasil lab pemeriksaan

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

S: Pasien mengatakan sudah berkurang rasa sakit

pada bagian luka.

O:

- Luka post debridement dan amputasi H+4

terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri

(+).

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Observasi balutan

- Lakukan perawatan luka dengan prinsip

steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%

- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan

seimbang

16/05/2013

Jam 16.00 s/d

jam 21.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Memotivasi pasien untuk

menghabiskan makanan

Kolaborasi

S:Pasien mengatakan makan habis dan nafsu makan

sudah mulai meningkat

O:

Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

50 Universitas Indonesia

- Melakukan pemeriksaan gula darah

- Memonitor hasil laboratorium :

Hb, GDS, albumin, dan protein

- Memberikan insulin Humulin R 8

unit ½ jam sebelum makan

- Melakukan kolaborasi dengan ahli

gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr

protein+ 40 gr lemak+275

karbohidrat+ extra putih telur 3

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50mg via IV jam 18.00

Ondancentron 8mg via IV jam 18.00

IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan satu hari

1700 kalori. Konjungtiva anemis, tampak lemas,

tonus otot lemas, nyeri ulu hati (-).

Hasil pemeriksaan lab:

Hb= 8,8 g/dl

GDS jam 16.00= 222 mg/dl

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau

hasil lab

- Kolaborasi gizi

17/05/2013

Jam 21.00

s/d jam 07.00

Kerusakan integritas kulit dan

Risiko perluasan infeksi

- Mengobservasi balutan luka post

debridement pedis sinistra plantar

dan Post amputasi digiti II pedis

dorsal sinistra H+5

- Melindungi penonjolan tulang

dengan bantalan lunak

- Menganjurkan masukan nutrisi yang

seimbang

Kolaborasi:

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

S: Pasien mengatakan sudah berkurang sakit

lukanya.

O:

- Luka post debridement dan amputasi H+5

terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri

(<).

- Suhu tubuh= 36,5

- Hasil lab: 8.200 ul,

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Observasi balutan

- Lakukan perawatan luka dengan prinsip

steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%

- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan

seimbang

17/05/2013

Jam 21.00

s/d jam 07.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Memotivasi pasien untuk

menghabiskan makanan

Kolaborasi

- Memberikan insulin Humulin R 8

S:Pasien mengatakan makan sudah habis, tidak ada

mual dan muntah.

O:

Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan total asupan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

51 Universitas Indonesia

unit ½ jam sebelum makan

- Memberikan insuli Lantus 12 unit

jam. 22.00

- Melakukan kolaborasi dengan ahli

gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr

protein+ 40 gr lemak+275

karbohidrat + extra putih telur 3

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50mg via IV jam 02.00

Ondancentron 8mg via IV jam 02.00

kalori satu hari 1700 kalori. Konjungtiva anemis,

tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri ulu hati (-).

Hasil pemeriksaan lab:

Hb= 10,7 g/dl

GDS jam 11.00= 145 mg/dl

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau

hasil lab

- Kolaborasi gizi

20/05/2015

Jam 07.00 s/d

14.00

Ketidakpatuhan - Mendiskusikan tentang pentingnya

pengaturan makan pada diabetes

- Memeberikan informasi tentang

pengaturan makan untuk pasien

diabetes dengan menerapkan 3 J

(Jenis, Jumlah, dan Jam)

- Memotivasi pasien untuk

menerapkan pengaturan makanan

saat dirumah

S:Pasien mengatakan akan mengatur makananya

seuai yang telah diajarkan saat dirumah

O:

- Pasien kooperatif

- Pasien aktif selama diskusi

A:

- Masalah teratasi

P:

Motivasi pasien dan keluarga untuk menerapkan

pengaturan makanan sesuai dengan yang diajarkan

20/05/2013

Jam 07.00 s/d

14.00

Kerusakan integritas kulit - Mengobservasi keadaan luka

- Melakukan perawatan luka dengan

prinsip steril menggunakan Nacl

0,9%

- Mengobservasi keadaan luka setelah

perawatan

Kolaborasi:

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti

balutan luka

O:

- ulkus pedis Sinistra plantar warna luka

kemerahan, granulasi 25%, Pus minimal,

pedis dorsal digiti II post amputasi H+8.

bengkak (-).

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip

steril dengan Nacl 0,9% dan pertahankan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

52 Universitas Indonesia

kelembaban luka

- Kolaborasi antibiotik

20/05/2013

Jam 07.00 s/d

14.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Memotivasi pasien untuk

menghabiskan makanan

Kolaborasi

- Melakukan pemeriksaan gula darah

- Memberikan insulin Humulin R 8

unit ½ jam sebelum makan

- Melakukan kolaborasi dengan ahli

gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr

protein+ 40 gr lemak+275

karbohidrat + 3 extra putih telur

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50mg via IV jam12.00

Ondancentron 8mg via IV jam 12.00

S:Pasien mengatakan nafsu makan meningkat dan

makan habis

O:

Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan pagi habis

sekitar 340 kalori, cemilan 170 kalori, makan siang

300 kalori. Konjungtiva non anemis, tampak lebih

segar, tonus otot meningkat, nyeri ulu hati (-).

Hasil pemeriksaan lab:

GDS jam 11.00= 145 mg/dl

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau

hasil lab

- Kolaborasi gizi

22/05/2013

Jam 21.00 s/d

jam 07.00

Kerusakan integritas kulit dan

Risko Perluasan Infeksi

- Mengobservasi balutan luka post

debridement pedis sinistra plantar

dan Post amputasi digiti II pedis

dorsal sinistra H+10

- Melindungi penonjolan tulang

dengan bantalan lunak

- Menganjurkan masukan nutrisi yang

seimbang

Kolaborasi:

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

S: Pasien mengatakan sudah tidak sakit lukanya.

O:

- Luka post debridement dan amputasi H+10

terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri

(-).

- Suhu tubuh = 37

- Hasil lab: leukosit= 6.700 ul, hitung jenis:

basofil=1, eosinofil=3, netrofil= 56,

limfosit=32, monosit=6

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Observasi balutan

- Lakukan perawatan luka dengan prinsip

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

53 Universitas Indonesia

steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%

- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan

seimbang

22/05/2013

Jam 21.00 s/d

jam 07.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Memotivasi pasien untuk

menghabiskan makanan

Kolaborasi

- Melakukan pemeriksaan gula darah

- Memberikan insulin Humulin R 8

unit ½ jam sebelum makan

- Melakukan kolaborasi dengan ahli

gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr

protein+ 40 gr lemak+275

karbohidrat + 3 extra putih telur

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50mg via IV jam 02.00

Ondancentron 8mg via IV jam 02.00

- Memberikan obat hipoglikemi oral:

Metformin 500 mg

S:Pasien mengatakan nafsu makan meningkat dan

makan habis

O:

Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan habis 1700

kalori 170 kalori, makan siang 300 kalori.

Konjungtiva non anemis, tampak lebih segar, tonus

otot meningkat, nyeri ulu hati (-).

Hasil pemeriksaan lab:

Hb= 10,7 g/dl

GDS= 172 mg/dl

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

- Monitoring asupan makanan

- Motivasi pasien menghabiskan makanan

- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau

hasil lab

- Kolaborasi gizi

24/05/2013

Jam 07.00 s/d

jam 15.00

Ketidakpatuhan - Menjelaskan tentang cara perawatan

kaki

- Menjelaskan tentang tujuan

perawatan kaki

- Melakukan demonstrasi perawatan

kaki pada kaki kanan

- Memotivasi pasien dan keluarga

untuk melakukan perawatan kaki

S: pasien mengatakan terasa nyaman dan enak

setelah dilakukan perawatan kaki dan akan

mencoba saat dirumah

O:

- Pasien kooperatif

- Kaki sebelah kanan tampak bersih, tidak

terdapat luka.

A: masalaha teratasi

P: Anjurkan pasien melakukan perawatan kaki

dirumah secra teratur

24/05/2013

Jam 07.00 s/d

Kerusakan integritas kulit dan

Risiko Perluasan Infeksi

- Mengobservasi keadaan luka

- Melakukan perawatan luka dengan

S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti

balutan luka

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

54 Universitas Indonesia

jam 15.00 prinsip steril menggunakan Nacl

0,9%

- Mengobservasi keadaan luka setelah

perawatan

Kolaborasi:

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

Clindamycyn 300 mg IV

O:

- ulkus pedis Sinistra plantar warna luka

kemerahan, granulasi >50%, Pus minimal,

pedis dorsal digiti II post amputasi H+12.

bengkak (-).

- Suhu tubuh= 36,7

- Hasil lab: leukosit= 7.000 ul, hitung jenis:

basofil=0, eosinofil=5, netrofil= 54,

limfosit=33, monosit=6

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip

steril dengan Nacl 0,9% dan pertahankan

kelembaban luka

- Kolaborasi antibiotik

- Jadwalkan STSG

24/05/2013

Jam 07.00 s/d

jam 15.00

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

- Memonitor intake nutrisi pasien

- Memotivasi pasien untuk

menghabiskan makanan

Kolaborasi

- Memonitor hasil laboratorium

Hb, GDS, albumin

- Memberikan insulin Humulin R 8

unit ½ jam sebelum makan

- Melakukan kolaborasi dengan ahli

gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr

protein+ 40 gr lemak+275

karbohidrat + 3 extra putih telur

- Memberikan obat antiemetik

Ranitidin 50mg via IV jam 12.00

Ondancentron 8mg via IV jam 12.00

- Memberikan obat hipoglikemi oral:

Metformin 500 mg

S:

Pasien mengatakan nafsu makan meningkat dan

makan habis

O:

Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan habis.

Konjungtiva non anemis, tampak lebih segar, tonus

otot meningkat, nyeri ulu hati (-).

Hasil pemeriksaan lab:

Hb= 10,9 g/dl

GDS jam 11.00= 123mg/dl

Albumin : 3,4 g/dl

A: masalah teratasi

P:

Motivasi pasien menghabiskan makanan dan

mengatur makan dengan 3 J

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

55 Universitas Indonesia

25/05/2013

Jam 07.00 s/d

15.00

Kerusakan integritas kulit dan

Risiko perluasan infeksi

- Mengobservasi keadaan luka

- Melakukan perawatan luka dengan

prinsip steril menggunakan Nacl

0,9%

- Mengobservasi keadaan luka setelah

perawatan

Kolaborasi:

- Memberikan obat sesuai program :

Meropenem 1 gram via IV

Metronidazole 500 mg via IV

Clindamycyn 300 mg IV

S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti

balutan luka

O:

- ulkus pedis Sinistra plantar warna luka

kemerahan, granulasi >75%, Pus minimal,

bengkak (-), pedis dorsal digiti II post

amputasi H+13. bengkak (-).

- Suhu tubuh 36,6

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip steril

dengan Nacl 0,9% dan pertahankan kelembaban

luka

- Kolaborasi antibiotik

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

56 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktek

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan rumah sakit pendidikan kelas A

yang memiliki pelayanan spesialis dan subspesialis penyakit dalam. Pelayanan rawat

inap penyakit dalam salah satunya terdapat di ruang Teratai lantai V Selatan. Ruang

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati merupakan ruang perawatan yang

memberikan asuhan keperawatan dengan kasus penyakit dalam (hepatologi, endokrin

metabolik, ginjal hipertensi, hematologi, tropik infeksi, dan keperawatan kritis).

Kapasitas ruang penyakit dalam lantai V selatan terdiri dari 46 tempat tidur terdiri

dari 6 tempat tidur HCU dan 40 tempat tidur kelas III. Ruangan di lantai V selatan

dibagi berdasarkan subspesialisasi penyakit dalam, salah satunya ruangan endokrin.

Hasil rekapitulasi jumlah pasien yang dirawat inap di ruang penyakit dalam lantai V

selatan selama bulan April dan Mei tahun 2013 didapatkan diabetes melitus sebagai

kasus terbanyak kedua di ruangan setelah gagal ginjal dengan jumlah 35 kasus.

Ruangan lantai V selatan juga memiliki ruangan edukasi diabetes melitus yang

digunakan untuk edukasi diabetes melitus oleh tim edukator yang sudah terlatih.

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep

kasus terkait

Ny. F merupakan penduduk Indonesia yang melakukan urbanisasi. Ny. F pindah dari

Tegal ke Jakarta. Ny. F pindah ke Jakarta karena ketertarikannya terhadap kehidupan

di Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Hal ini didukung oleh Soetomo

(2009) dimana urbanisasi terjadi karena adanya daya tarik di daerah seperti

terdapatnya pusat pemerintahan, pusat pertumbuhan sosial dan ekonomi. Urbanisasi

merupakan proses perubahan yang diinginkan manusia untuk mempertahankan hidup

dan menuju perbaikan nasib (Soetomo, 2009). Perpindahan Ny. F ke Jakarta

merupakan bagian dari peningkatan urbanisasi melalu perpindahan dari desa ke kota.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

57

Universitas Indonesia

Hal ini sesuai dengan konsep urbanisasi yang terjadi karena perpindahan penduduk

dari desa ke kota (BAPPENAS, 2013).

Ny. F dalam menjalani kehidupan di perkotaan memiliki tuntutan kehidupan yang

tinggi. Penduduk yang banyak tidak diiringi dengan jumlah lapangan kerja yang

tersedia, sehingga banyak pengangguran yang terjadi. Masyarakat perkotaan harus

bekerja keras untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan masyarakat

perkotaan semakin individualis karena kesibukan masing-masing masyarakat dalam

memenuhi tuntutan hidup. Hal ini sesuai dengan kondisi kesehatan masyarakat kota

yang dipengaruhi faktor lingkungan sosial menurut dimana masyarakat kota lebih

cenderung ke arah individualis walaupun sebenarnya penduduk yang ada cenderung

beragam (Galea & Vlahov, 2005). Padatnya penduduk juga dapat menyebabkan

kemacetan. Kemacetan yang terjadi juga terkadang membuat stres dalam menjalani

kehidupan. Kondisi perkotaan dengan segala masalahnya dapat meningkatkan stres

pada masyarakat.

Lingkungan yang semakin padat dengan penduduk dan berkurangnya lapangan hijau

membuat perubahan iklim yang dapat meningkatkan suhu lingkungan. Konsumsi

minuman dingin dan manis merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam

mengatasi rasa haus akibat panas dan kepadatan aktvitas. Hal ini sesuai dengan

Haines, Kovarts, Campbell-Lendrum, & Corvalan (2006), perubahan iklim secara

langsung dan tidak langsung mempengaruhi kesehatan individu. Perubahan iklim

dapat mempengaruhi pola iklim regional dan lokal. Di daerah perkotaan, temperatur

yang tinggi dapat meningkatkan efek kesehatan yang terkait polusi udara (Anderson

& McFarlane, 2011). Suku jawa yang masih melekat pada Ny. F berpengaruh

terhadap masakan Ny. F yang suka menambahkan gula merah dan manis. Makanan

cepat saji juga menjadi pilihan karena padatnya aktivitas. Padatnya aktivitas juga

membuat masyarakat perkotaan jarang melakukan olahraga. Keadaan yang penuh

dengan tekanan membuat lupa akan kesehatan diri dengan makan yang tidak teratur,

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

58

Universitas Indonesia

istirahat kurang, dan jarang berolahraga. Kebiasan yang ada tersebut merupakan gaya

hidup yang tidak sehat yang dapat berisiko terhadap masalah kesehatan.

Kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat perkotaan seperti gaya hidup yang

tidak sehat meliputi pola makan yang tidak sehat, stres, dan tidak ada waktu untuk

olahraga merupakan bagian dari faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya

penyakit DM tipe 2. Hal ini didukung oleh PERKENI (2011), ADA (2013), dan Lilly

(2005) dimana faktor risiko terjadinya DM yaitu karena gaya hidup tidak sehat seperti

pola makan yang tidak sehat, kondisi stres, dan aktivitas yang kurang. Stres dapat

merangsang hipotalamus anterior untuk memproduksi adenocorticoroid hormone

(ACTH). ACTH terutama akan memproduksi kortisol yang akan merangsang

glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan gula darah (Smeltzer & Bare, 2002;

Wetherill, 2001). Aktifitas fisik yang kurang dapat menurunkan sensitivitas insulin,

penurunan toleransi glukosa, dan peningkatan lemak adiposa (Smeltzer & Bare,

2002).

Ny. F memiliki penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu. Penyakit diabetes

melitus tipe 2 yang dialami Ny. F disebabkan beberapa faktor risiko yaitu pola makan

yang tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan manis dan berlemak, jarang

berolahraga, dan stres karena kehidupan yang dialami. Ny F walaupun memiliki DM

masih suka mengkonsumsi makanan yang manis dan berlemak. Aktivitas sehari-hari

Ny. F kurang gerak dan jarang olahraga membuat diabetes melitus bertambah parah.

Saat aktivitas fisik, otot akan menggunakan glukosa yang dibakar menjadi energi.

Aktifitas fisik dapat meningkatkan produksi insulin yang membuat glukosa dapat

masuk ke dalam sel untuk dibakar menjadi tenaga. Aktifitas fisik dapat juga

menghambat perkembangan DM tipe 2. Mekanisme yang terjadi yaitu aktifitas fisik

dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas insulin, peningkatan toleransi glukosa,

penurunan lemak adiposa, pengurangan lemak sentral, dan perubahan jaringan otot

(Smeltzer & Bare, 2002).

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

59

Universitas Indonesia

Usia Ny. F juga sudah 49 tahun, dimana usia diatas 45 tahun berisiko mengalami

diabetes melitus. Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011), usia diatas 45 tahun

berisiko diabetes. DM terjadi semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Ny. F yang sekarang berusia 49 tahun memiliki peningkatan risiko terjadi DM tipe 2.

Peningkatan usia yang terjadi disebabkan penurunan jumlah insulin akibat

menurunnya kinerja dari pankreas. Hal ini didukung oleh penelitian Mihardja (2009),

semakin lanjut usai pengeluaran insulin semakin berkurang. Ketidakpatuhan Ny. F

dalam menjalani program pengobatan juga terlihat dari hasil pemeriksaan HbA1C

pada tanggal 06 Mei 2013 sebesar 9,1%, dimana terlihat kualitas pengontrolan DM

dalam 3 bulan terakhir kurang. Hal ini dikuatkan dengan konsep ADA (2013) dimana

HbA1C > 6,5% menunjukan kualitas pengontrolan yang kurang. Pengetahuan dan

kepatuhan pada Ny. F perlu selalu diingatkan karena pendidikan Ny. F yang rendah

yaitu SD. Pengetahun tentang diet, aktifitas, dan pengobatan penting dilakukan

dengan mengadakan edukasi kesehatan. Pendidikan kesehatan pada pasien dengan

tingkat pendidikan rendah sebaiknya melibatkan keluarga. Hal ini didukung oleh

penelitian Mihardja (2009) dimana prevalensi DM pada pasien dengan pendidikan

rendah sbesar 56,3%.

Penatalaksanaan DM 4 pilar juga tidak dijalankan Ny. F dengan baik, Ny. F tidak

menjalankan diet DM, aktifitas kurang gerak, dan tidak patuh dalam program

pengobatan yang dijalankan. Semua penyebab diabetes tipe 2 umumnya karena gaya

hidup yang tidak sehat. Hal ini membuat metabolisme dalam tubuh tidak sempurna

sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon

insulin dapat diserap oleh lemak dalam tubuh, sehingga pola makan dan gaya hidup

tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin (Hardiman, 2013)

Ny. F sering merasa mual, lemas, luka sukar sembuh, penglihatan berkurang, BAK

banyak terutama malam hari, sering kesemutan dan kebas pada ekstresmitas, dan

berat badan turun merupakan tanda dan gejala terjadinya diabetes melitus. Hal ini

sesuai dengan tanda dan gejala pada diabetes mellitus luka yang sukar sembuh (Lilly,

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

60

Universitas Indonesia

2005; PERKENI, 2011), penglihatan berkurang atau menjadi buram (PERKENI,

2011), kesemutan atau kebas (PERKENI, 2011), dan kelelahan (Lilly, 2005). Ny. F

juga mengalami komplikasi retinopati diabetik dan neuropati diabetik. Ny. F

mengalami penglihatan yang mulai berkurang sejak 6 bulan sebelum masuk rumah

sakit dan mengalami ulkus pedis sinistra plantar dan gangren digiti 2 pedis sinistra

dorsal. Ny. F mengalami hilangnya sensasi dari tubuh dan dan sering merasa kebas,

sehingga luka yang terjadi tidak terasa. Hal ini sesuai dengan International Working

Group on the Diabetic Foot (2011), ulkus kaki diabetik dapat disebabkan salah

satunya gangguan saraf sensorik. Gangguan saraf sensorik menyebabkan hilanganya

sensasi yang dapat membuat individu menjadi rentan terhadap bahaya fisik, kimia,

dan termal.

Kelemahan dan penurunan penglihatan pada Ny. F menyebabkan keterbatasan pada

Ny. F. Pengaruh masyarakat perkotaan yang heterogen membuat informasi yang

diberikan beragam. Informasi praktik kesehatan misalnya dengan terapi-terapi non

medis yang dijalankan, seperti penggunaan obatan herbal. Ny. F lebih banyak

mempercayai informasi dari orang terdekat tanpa melakukan akses informasi yang

lebih valid. Ny. F melakukan saran dari tetangga yaitu jalan diatas kerikil yang panas

tanpa alas kaki sebagai terapi pada kaki. Penggunaan obat herbal juga dilakukan Ny.

F dan menghentikan obat medis. Ny. F juga tidak rutin melakukan perawatan kaki

dan jarang menggunakan alas kaki. Ny. F sebelumnya juga pernah mengalami luka

pada kaki kiri bagian ibu jari namun tidak berkunjung ke pelayanan kesehatan hanya

dilakukan perawatan luka di rumah dengan penggunaan rivanol. Kondisi kaki yang

tidak diperhatikan, menurunnya sensitivitas terhadap rangsangan, penurunan

penglihatan, dan ketidakpatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus dapat

menyebabkan komplikasi yaitu terjadinya ulkus kaki diabetik.

Masalah kesehatan yang terjadi pada Ny.F dilakukan pendekatan promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif oleh semua tim kesehatan. Hal ini sesuai dengan ruang

lingkup praktik keperawatan kesehatan masyarakat yaitu promotif, preventif, kuratif,

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

61

Universitas Indonesia

dan rehabilitatif (Potter & Perry, 2009). Upaya promotif dengan melakukan edukasi

tentang penyakit diabetes melitus, pengaturan nutrisi, aktifitas, dan pengobatan. Ny. F

diberikan edukasi cara perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka. Edukasi

perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka dilakukan oleh tim kesehatan

terutama perawat selama pasien menjalani rawat inap. Edukasi dilakukan untuk

mendukung perubahan perilaku pasien.

Edukasi tentang cara perawatan kaki dan penggunaan alas kaki yang tepat merupakan

salah satu cara yang dilakukan praktikan untuk melakukan perubahan perilaku pada

Ny.F. Studi yang dilakukan Allaida S.R.SpRM edukasi yang diberikan terus menerus

meningkatkan pengetahuan dan perilaku penderita kaki diabetes (PERKENI, 2011).

Edukasi yang diberikan kepada Ny. F membuat Ny. F lebih mengetahui tentang

manfaat dan cara dari perawatan kaki. Upaya preventif untuk mencegah dampak yang

lebih parah pada kasus ulkus kaki diabetik adalah memotivasi pasien untuk mengatur

nutrisi, melakukan aktifitas teratur, dan menjalankan pengobatan. Pasien dianjurkan

untuk melakukan pengkajian harian terhadap kaki, melakukan perawatan kaki,

penggunaan alas kaki yang tepat, dan senam kaki. Ny.F selama di rumah sakit dalam

melakukan perawatan kaki dibantu oleh perawat atau keluarga. Perawatan kaki

terutama dilakukan pada kaki yang tidak terdapat luka. Upaya kuratif dengan

melakukan perawatan luka rutin dan pemberian pengobatan yang sesuai kondisi

pasien.

Penatalaksanaan kaki diabetik pada Ny. F dengan melakukan penatalaksanaan

holistik kaki diabetik sesuai dengan PERKENI (2011) yaitu kontrol metabolik,

kontrol vaskular, kontrol mekanik, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi.

Kontrol metabolik dilakukan dengan melakukan pengaturan gula darah. Ny.F selama

dirumah sakit mendapatkan terapi insulin Humulin R dan Lantus yang dosisnya

dievaluasi berdasarkan hasil gula darah harian. Kontrol metabolik juga meliputi

perencanaan asupan nutrisi pada Ny.F. Perencanan nutrisi pada Ny.F yaitu diet DM

1700 kalori, 60gr protein, 40 gr lemak, 275 karbohidrat, dan 3 extra putih telur.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

62

Universitas Indonesia

Kontrol mekanik yang dilakukan pada Ny. F dengan mengistirahatkan, mengurangi

penekanan pada luka, dan menggunakan bantal pada kaki. Kontrol vaskular dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan ABI. Hasil pemeriksaan ABI pada Ny.F untuk ABI

sinistra 1 dan ABI dextra 1. Kontrol luka dengan melakukan debridement bedah dan

perawatan luka dengan teknik steril menggunakan Nacl 0,9%. Kontrol infeksi

dilakukan dengan memberikan antibiotik pada Ny.F dan mempertahankan teknik

aseptik selama prosedur invasif. Kontrol edukasi ditekankan pada pemeriksaan kaki

mandiri setiap hari, perawatan kaki, dan penggunaan alas kaki yang tepat.

Monitoring kaki selama di rumah sakit kaki Ny.F bagian dextra mulai lembab, tidak

ada kalus, dan luka. Praktikan melakukan montoring terhadap kepatuhan pasien

dengan melakukan kontak telepon dengan keluarga pasien. Praktikan menanyakan

perkembangan keadaan pasien selama dirumah. Hasil pantauan praktikan melalui

kontak telepon pada tanggal 05 Juli 2013 dengan keluarga saat di rumah didapatkan

informasi keluarga rutin melakukan perawatan kaki pada Ny. F 1x sehari dan pada

kaki kanan sudah mulai lembab, tidak ada kalus, dan tidak ada luka. Praktikan

memberikan motivasi terhadap keluarga untuk meningkatkan kepatuhan terhadap

program yang dijalankan.

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait

Praktikan dalam melakukan perawatan luka mengacu terhadap komponen penting

manajemen luka menurut Wound International (2013) yaitu mengatasi penyakit yang

terjadi, memastikan aliran darah yang adekuat, perawatan luka lokal dan kontrol

infeksi, dan pengurangan tekanan. Praktikan memulai dengan mengidentifikasi

penyebab terjadinya ulkus kaki diabetik pada pasien. Ulkus diabetikum yang terjadi

pada pasien Ny. F dikarenakan adanya penurunan sensasi pada ekstremitas akibat

neuropati perifer. Penurunan sensori disebabkan karena adanya gangguan

mikrovaskuler pada pembuluh darah Ny. F akibat penurunan perfusi perifer.

Penurunan perfusi perifer disebabkan karena tingginya kadar gula darah pada Ny. F.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

63

Universitas Indonesia

Penyakit yang mendasari terjadinya ulkus kaki diabetik pada Ny. F adalah diabetes

melitus. Penyakit diabetes melitus dilakukan dengan melakukan 4 pilar

penatalaksanaan diabetes. Aliran darah harus adekuat, jika tidak adekuat harus

dilakukan revaskularisasi (Apelqvist, 2012). Pada Ny. F nilai ABI sinistra 1 dan ABI

dextra 1 yang menandakan belum terjadi oklusi aliran darah pada ekstremitas bawah

Ny. F. Pasien Ny. F pada pengkajian tanggal 08 Mei 2013 terdapat ulkus pedis

sinistra plantar kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+), bau (+), warna luka

kemerahan didalamnya kehitaman sisi luka dengan sedikit warna putih kekuningan.

Luka yang terjadi pada Ny. F kemudian dilakukan perawatan luka.

Perawatan luka yang optimal dengan melakukan debridemen jaringan, kontrol

inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi (EWMA, 2004).

Perawatan luka yang dilakukan pada Ny. F salah satunya dilakukan debridemen

bedah pada tanggal 13 Mei 2013 untuk membuang jaringan nektrotik pada ulkus

pedis sinistra plantar. Perawatan luka juga dengan pertimbangan sesuai dengan

prinsip balutan luka. Prinsip dalam balutan luka yaitu menjaga kelembaban,

kehangatan, dan mencegah trauma (Ismail, 2009). Kelembaban sebagai hal yang

penting dalam proses penyembuhan luka. Gitarja (2008), luka harus dengan suasana

lembab karena mempercepat fibrinolisis, mempercepat angiogenesis, menurunkan

risiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor, dan mempercepat

pembentukan sel aktif.

Praktikan selama perawatan luka pada pasien DM dengan komplikasi kaki diabetik

menggunakan Nacl 0,9 %. Praktikan menggunakan Nacl 0,9 % karena sifatnya yang

aman, tidak iritan, dan mudah didapat, dan murah. Nacl 0,9% juga dapat menyerap

pus yang ada pada luka. Nacl merupakan larutan isotonis, tidak menimbulkan iritasi,

melindungi granulasi jaringan, menjaga kelembaban, mudah didapat, dan murah

(Huda, 2010). Pramana (2012), Nacl 0,9% merupakan cairan yang aman untuk

merawat luka. Nacl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 0,9

gram dengan osmolalitas 308 mOsm/l sehingga aman digunakan. Pramana (2012),

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

64

Universitas Indonesia

Nacl 0,9% memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik daripada pasien dengan

menggunakan cairan lain. Penelitian Ismail (2009), penggunaan balutan konvensional

dengan menggunakan Nacl 0,9% dapat dilakukan dan sebaiknya ditetapkan prosedur

perawatan luka diabetes dengan mengganti balutan 2 kali sehari

Pemilihan jenis balutan dapat menjadi alternatif dalam melakukan perawatan luka.

Pemilihan balutan mempertimbangkan lokasi luka, luas dan kedalaman luka, jenis

dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah nyeri dan trauma (Wounds

International, 2013). Hal yang perlu dipertimbangkan praktikan dalam pemilihan

balutan yaitu kenyamanan, cocok untuk mempercepat durasi penyembuhan, mudah

dilepaskan, mudah diterapkan, dan harga efektif (World Union of Wound Healing

Societies, 2013).

Perkembangan jenis perawatan luka dan balutan sudah mulai berkembang. Balutan

dengan menggunakan madu dan cara modern sudah banyak diterapkan. Penelitian

Situmorang (2009), balutan madu memberikan perubahan yang baik dalam

penyembuhan luka. Penelitian Suranto (2007), madu memiliki kandungan yang dapat

menyembuhkan infeksi kaki diabetikum. Madu yang memiliki kandungan air kurang

dari 18% yang dapat menarik nanah di daerah yang diolesi madu. Enzim katalase

pada madu juga dapat digunakan sebagai antibakteri. Madu memiliki manfaat

mengangkat jaringan mati dan antibakteri. Penelitian Pramana (2012), penggunaan

madu alami dengan kandungan air <18 % dan Nacl lebih efektif dibanding dengan

yang hanya menggunakan Nacl.

Penelitian yang dilakukan oleh Robson, Dodd, dan Thomas (2008) dengan judul

Standardized antibacterial honey (Medihoney) with standard therpay in wound care:

randomized clinical trial memberikan hasil penyembuhan luka dengan madu lebih

cepat dalam waktu penyembuhan luka dibandingkan dengan perawatan luka yang

dilakukan secara konvensional. Madu memiliki manfaat klinis dalam penyembuhan

luka. Hal tersebut diyakini karena madu merupakan pencegah inflamasi,

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

65

Universitas Indonesia

pembengkakan pada luka, menurunkan rasa nyeri dan bau, meningkatkan granulasi

dan epitelisasi, dan meminimalkan terjadinya jaringan parut. Gethin dan Cowman

(2008) melakukan penelitian dengan judul Manuka honey vs hydrogel- a prospective,

open label, multicenter, randomised controlled trial to compare desloughing efficacy

and healing outcomes in venous ulcers. Penelitian yang dilakukan memberikan hasil

penggunaan madu lebih berkhasiat dan mempunyai kadar infeksi yang lebih rendah

dibandingkan dengan hidrogel.

Balutan yang digunakan juga harus didukung dengan faktror- faktor penyembuhan

luka seperti perfusi jaringan dan oksigenasi, nutrisi, kontrol infeksi, dan kontrol

diabetes (Bryant & Nix, 2007). Praktikan selama mengelola pasien melihat nutrisi

merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi proses penyembuhan luka.

Nutrisi yang adekuat dan seimbang dapat membantu proses penyembuhan luka yang

terjadi. MacKay & Miller, 2003; Williams & Barbul (2003), nutrisi memberikan

unsur bagi aktivitas sel dalam proses penyembuhan luka. Motivasi Ny. F selama

dirawat untuk menghabiskan makan sesuai dengan diet sesuai dengan kebutuhan Ny.

F. Diet yang diberikan pada Ny. F adalah diet DM 1700 kalori, 60gr protein, 40 gr

lemak, 275 karbohidrat, dan 3 extra putih telur. Nutrisi yang adekuat penting untuk

meningkatkkan sistem imun dan mencegah infeksi (Bryant & Nix, 2007).

Hasil pengelolaan asuhan keperawatan terutama untuk masalah gangguan integritas

kulit didapatkan hasil akhir luka Ny. F sudah mengalami granulasi, pus minimal, dan

tidak ada jaringan nekrotik. Perkembangan luka pada pasien Ny. F setelah dilakukan

tindakan pengontrolan gula darah, nutrisi, aktivitas, debridement bedah, dan

perawatan luka dengan menggunakan Nacl 0,9 % pada tanggal 25 Mei 2013 pada

ulkus pedis sinistra plantar warna luka kemerahan, granulasi >75%, pus minimal, dan

tidak ada bengkak. Praktikan melihat selama asuhan keperawatan pada Ny. F, balutan

Nacl 0,9% mudah kering. NaCl 0,9% yang menguap membuat kasa yang digunakan

dalam membalut luka menjadi kering. Keadaan Nacl yang mudah mengering

membuat praktikan harus menyiram terlebih dahulu perban sebelum dibuka karena

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

66

Universitas Indonesia

lengket. Perawatan luka dilakukan dengan Nacl perlu monitoring yang sering dan

mengganti balutan yang sering untuk mempertahankan kelembaban luka. Keadaan

tersebut membuat praktikan merekomendasikan pemilihan balutan berdasarkan

evidence based nursing sebagai alternatif yang dapat menunjang percepatan proses

penyembuhan luka.

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan

Masalah kesehatan seperti diabetes melitus membutuhkan pendekatan promotif,

preventif , kuratif, dan rehabilitatif oleh semua tim kesehatan. Pasien dan keluarga

juga dilibatkan dalam penatalaksaan masalah diabetes melitus. Upaya promotif

dengan melakukan edukasi tentang penyakit diabetes melitus, pengaturan nutrisi,

aktifitas, pengobatan. Pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus kaki diabetik

perlu diberikan edukasi cara perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka.

Edukasi perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka perlu dilakukan oleh tim

kesehatan terutama perawat selama pasien menjalani rawat inap. Edukasi yang

diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien dan mempertimbangkan keadaan

saat pasien pulang kerumah. Edukasi juga sebaiknya melibatkan pasien dan keluarga.

Upaya preventif untuk mencegah dampak yang lebih parah pada kasus ulkus kaki

diabetik adalah memotivasi pasien untuk mengatur nutrisi, melakukan aktifitas

teratur, menjalankan pengobatan, mengontrol gula darah. Pasien dianjurkan untuk

melakukan pengkajian harian terhadap kaki, melakukan perawatan kaki, penggunaan

alas kaki yang tepat, dan senam kaki. Upaya kuratif dengan melakukan perawatan

luka rutin dan pemberian pengobatan yang sesuai kondisi pasien.

Manajemen luka dilakukan dengan mengatasi penyakit yang terjadi, memastikan

aliran darah yang adekuat, perawatan luka lokal dan kontrol infeksi, dan pengurangan

tekanan (Wound International, 2013). Pemilihan balutan mempertimbangkan lokasi

luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah

nyeri dan trauma. Penggunaal Nacl 0,9% harus tetap menjaga kondisi lembab pada

luka misalnya dengan monitoring balutan dan sering mengganti balutan, misalnya 2x

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

67

Universitas Indonesia

perhari. Penggunaan balutan alternatif juga dapat digunakan untuk menunjang proses

penyembuhan luka seperti penggunaan madu dan balutan modern. Faktor- faktor

yang mempengaruhi proses penyembuhan luka juga perlu diperhatikan seperti perfusi

jaringan dan oksigenasi, nutrisi, kontrol infeksi, dan kontrol diabetes. Upaya

rehabilitatif dengan kontrol tekanan dan kontrol gula darah.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

68 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

5.1.1 Pasien yang menjadi kelolaan utama adalah Ny. F usia 49 tahun. Ny. F

merupakan pasien diabetes melitus (DM) tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik

sinistra. Asuhan keperawatan dilakukan pada Ny. F dari tanggal 08 Mei 2013-

25 Mei 2013. Pengkajian Ny. F dilakukan melalui pendekatan Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) dalam seting Keperawatan

Medikal Bedah (KMB). Pengkajian yang didapatkan dari hasil wawancara,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik kemudian dianalisis masalah yang

terjadi pada Ny. F. Diagnosis keperawatan pada Ny. F yang didapatkan dari

hasil analisis data yaitu risiko penyebaran infeksi, kerusakan integritas kulit,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan ketidakpatuhan.

Rencana keperawatan dibuat untuk mengatasi diagnosis: ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko penyebaran infeksi,

ketidakpatuhan, dan kerusakan integritas kulit. Perencanaan dilakukan dengan

menentukan prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil, dan tindakan dari setiap

diagnosis. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. F kemudian

dilakukan evaluasi. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh teratasi. Masalah risiko penyebaran infeksi terkontrol. Ketidakpatuhan

dilakukan monitoring secara kontinu selama pasien dirawat dan pulang

kerumah.

5.1.2 Hasil analisis masalah DM terkait KKMP dikarenakan kebiasaan-kebiasan

yang terjadi dimasyarakat perkotaan. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada

masyarakat perkotaan seperti gaya hidup yang tidak sehat meliputi pola

makan yang tidak sehat, stres, dan tidak ada waktu untuk olahraga merupakan

bagian dari faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit DM

tipe 2. Stres dapat merangsang hipotalamus anterior untuk memproduksi

adenocorticoroid hormone (ACTH). ACTH terutama akan memproduksi

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

69

Universitas Indonesia

kortisol yang akan merangsang glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan

gula darah. Aktifitas fisik yang kurang dapat menurunkan sensitivitas insulin,

penurunan toleransi glukosa, dan peningkatan lemak adiposa. Ketidakpatuhan

pasien dalam menjalankan penatalaksanaan diabetes melitus juga dapat

menyebabkan komplikasi diabetes melitus salah satunya ulkus kaki diabetik.

5.1.3 Analisis intervensi dengan menggunaan Nacl 0,9% dalam perawatan luka

dapat dilakukan karena Nacl 0,9% bersifat isotonis, tidak iritan, dapat

menjaga kelembaban, mudah didapat, dan murah. Penggunaan Nacl 0,9%

harus tetap menjaga kondisi lembab pada luka misalnya dengan monitoring

dan sering mengganti balutan. Penggunaan balutan alternatif dapat dilakukan

untuk menunjang proses penyembuhan luka seperti penggunaan madu dan

balutan modern. Pemilihan balutan mempertimbangkan lokasi luka, luas dan

kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah nyeri dan

trauma.

5.2 Saran

5.2.1 Perawat

Perawat sebaiknya memberikan edukasi kesehatan terkait diabetes melitus,

pencegahan diabetes melitus, dan penatalaksanaan diabetes melitus kepada pasien

dan keluarga. Edukasi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

mempertimbangkan keadaan saat pasien pulang ke rumah. Pemberian edukasi

kesehatan sebaiknya selama pasien dirawat sehingga dapat dievaluasi. Perawat juga

perlu memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi

penatalaksanaan untuk penyakit diabetes melitus. Edukasi kesehatan seperti

perawatan kaki dan perawatan luka perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

kehidupan pasien dengan diabetes melitus disertai ulkus kaki diabetik.

Perawat dalam melakukan perawatan luka sebaiknya dapat menggunakan terapi

alternatif atau kombinasi berdasarkan evidence based nursing yang dapat

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

70

Universitas Indonesia

meningkatkan proses penyembuhan luka pada pasien diabetes seperti penggunaan

madu ataupun balutan modern. Pemilihan balutan juga mempertimbangkan lokasi

luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah

nyeri dan trauma.

5.2.2 Pasien

Pasien sebaiknya mengubah gaya hidup lebih sehat, aktifitas fisik yang teratur, pola

makan yang teratur, mematuhi program pengobatan, rutin melakukan perawatan kaki,

dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.

5.2.3 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dapat mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

pendekatan KKMP pada berbagai seting pelayanan kesehatan seperti KMB.

Pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit dalam perawatan luka kaki diabetik

dapat menerapkan terapi pengganti atau terapi kombinasi dalam perawatan luka,

seperti penggunaan madu ataupun balutan modern.

5.2.4 Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan sebaiknya mengembangkan materi asuhan keperawatan pada

pasien diabetes melitus dengan pendekatan KKMP dalam seting KMB dan

berdasarkan evidence based nursing.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

71 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., Rector, C., Warner, K.D. (2010). Community health nursing:

promoting and protecting the public’s health. (7th

edition). Philadelphia

Lippincott: Williams & Wilkins.

Allender, J. A., Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: concept and

practice. (5th

edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

American Diabetes Association (ADA). (2013). Diabetes basic.

http://www.diabetes.org/diabetes-basics/ diakses tanggal 24 Juni 2013.

American Nurses Association. (2007). Public health nursing: scope and standarts of

practice. Spring: ANA

Anderson, E., McFarlane, J. (2011). Comumunity as partner: theory and practice in

nursing. (6th

edition). Philadelphia: Lippincott williams & Wilkins

Apelqvist, J. (2012). Diagnostic and treatment of the diabetic foot. Endocrine, 41(3),

384-97.

Asep. (2009). Kaki diabetik.Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas

Tarumanegara

Association of State and Teritorial Directors of Nursing. (2000). Public health

nursing: a partner for healthy population. Washington DC: ANA

Badan Pusat Statistik. (2011). Tabel hasil sensus penduduk 2010.

http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0 diunduh tanggal 24 Juni 2013.

BAPPENAS. (2005). Urbanization. http://www.datastatistik-

indonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task=view&id=923&

Itemid=939 diunduh tanggal 24 Juni 2013.

BAPPENAS. (2013). Proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025. http://bappenas.go.id/

diakses tanggal 24 Juni 2013.

Boulton, AJ., Armstrong, DG., Albert, SF. (2008). Comprehensive foot examination

and risk assesment. Diabetes Care, 31, 1679-85.

Bryant, R., Nix, D. (2007). Acute and chronic wounds current management concepts

(3rd edition). St. Louis Missouri: Mosby Elsevier.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

72

Universitas Indonesia

Cavanagh, P.R., Bus, S.A. (2010). Offloading the diabetic foot ulcer prevention and

healing. J Vasc Surg, 52, 37S-43S.

DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of nursing: standars & practice.

(2nd

edition). Delma: Thomson Learning, Inc.

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2010). Nursing care plan:

Guidelines for individualizing client care across the life span. (8th

edition.).

Philadelphia: F. A Davis Company.

Doenges, M. (2010). Nursing care plan. Philadelphia: F.A davis Company.

Europan Wound Management Association (EWMA). (2004). Position document:

wound bed preparation in practice. London: MEP.

Galea, S., Vlahov, D. (2005). Handbook of urban health: populations, methods, and

practice public health. USA: Springer.

Gethin, V., Cowman, S. (2008). Manuka honey vs hydrogel- a prospective, open

label, multicenter, randomised controlled trial to compare desloughing efficacy

and healing outcomes in venous ulcers. Journal of Clinical Nursing, 18, 466-

474.

Gitarja, W. (2008). Perawatan luka diabetes. Edisi 2. Bogor: Wocare Publishing.

Haines, A., kovats, R., Campbell-Lendrum, D., Corvalan, C. (2006). Climate change

and human health: impact, vulnerability, and mitigation. Lancet, 367, 2301-

2309.

Hardiman, D. (2013). Diabetes komplikasinya mengintai kelengahan kita. Surakarta:

RS Dr. OEN.

Herdman, T. (2012). NANDA International nursing diagnoses definition and

clasification 2012-2014. Oxford: John Wiley & Son.

Huda, N. (2010). Pengaruh hiperbarik oksigen terhadap perfusi perifer luka gangren

pada penderita DM. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

73

Universitas Indonesia

International Working Group on The Diabetic Foot (IWGD). (2011). International

consensus on the diabetic foot and practical guidelines on the management and

the prevention of the diabetic foot. Amsterdam: IWGD.

Ismail, Dina (2009). Penggunaan balutan modern memperbaiki proses penyembuhan

luka. Jurnal Kedokteran Brawijaya, XXV(1), 32-35.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES). (2012). Profil kesehatan

Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Lilly. (2005). Bersahabat dengan diabetes. Jakarta: CMPMedica.

MacKay, D., Miller, AL. (2003). Nutritional support for wound healing. Alterm Med

Rev, 8(4), 359.

Mihardja, L. (2009). Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada

penderita diabetes melitus di perkotaan Indonesia. Jurnal Kedokteran

Indonesia, 59 (9).

Mulder, G., Armstrong, D., Seaman, S. (2003). Standard, appropiate, and advanced

care and medical- legal consideration: part one- diabetic foot ulceration.

Wounds, 15(4): 92-106.

PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2

di Indonesia 2011. Jakarta: PERKENI.

Potter, & Perry. (2009). Fundamental nursing : Concept, proses, and practice. (6th

edition). St. Louis: Mosby Year Book.

Pramana, Radiant. (2012). Efektivitas pengobatan madu alami terhadap

penyembuhan luka infeksi kaki diabetik. http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id

diunduh tanggal 24 Juni 2013.

Robson, V., Dodd, S., Thomas, S. (2008). Standardized antibacterial honey

(Medihoney) with standard therpay in wound care: randomized clinical trial.

Journal of advanced nursing 65(3), 565-575.

Rustiadi, E. (2009). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent

Press.

Salim, I. (2013). Kaki diabetes. Surakarta: RS Dr. OEN.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

74

Universitas Indonesia

Situmorang, L. (2009). Efektivitas madu terhadap penyembuhan luka gangren

diabetes melitus. SKRIPSI. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran USU.

Smeltzer, S.C., Bare, G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC.

Soetomo, S. (2009). Urbanisasi dan morfologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stanhope, M., Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. St Louis:

The Mosby Year Book.

Suranto, A. (2007). Terapi madu. Jakarta: KDT.

Sutedjo, I. (2013). Penatalaksanaan terpadu diabetes mellitus. Surakarta: RS Dr.

OEN.

Suyono, S. (2006). Masalah diabetes mellitus di Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit

dalam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wetherill, D.M., Kereiakes, D.J. (2001). Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Diabetes.

Jakarta: Alex Media Komputindo.

Whitney, J.D. (2003). Suplemental perioperative oxygen and fluids to improve

surgical wound outcomes: translating evidence into practice. Wound Rep

Regen, 11(6), 462.

Williams, J.Z., Barbul A. (2003). Nutrition and wound healing. Surg Clin North Am,

83, 571.

World Health Organization (WHO). (2013). Facts and figure about diabetes.

http://www.who.int/diabetes/en/ diakses tanggal 24 Juni 2013.

World Union of Wound Healing Societies (WUWSH). (2007). Principles of best

practice: wound exudate and the role of dressing. London: MEP.

Wound International. (2013). International best practice guidelines: wound

management in diabetic foot ulcers. London: Wound International.

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 1

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

“Diabetes Mellitus”

Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus

Sub Pokok Bahasan : Pentingnya mengenal Diabetes Mellitus

Sasaran : Ny. F (49Tahun)

Tempat : Ruang 530 Teratai V Selatan RSUP fatmawati

Hari/ tanggal : Rabu, 11 Mei 2013

Waktu : 11.00 – 11.45

A. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang diabetes melitus, Ny. F

diharapkan mampu mengenal diabetes mellitus dan memahami pentingnya

cara perawatan dan pencegahan terjadinya diabetes mellitus.

B. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x45menit diharapkan klien

mampu :

1. Mengetahui pengertian Diabetes Mellitus

2. Mengetahui penyebab Diabetes Mellitus

3. Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus

4. Mengetahui akibat dari Diabetes Mellitus

5. Memahami cara perawatan pasien dengan Diabetes Mellitus

6. Mengetahui cara pencegahan Diabetes Mellitus

C. Materi pengajaran

1. Pengertian Diabetes Mellitus

2. Penyebab Diabetes Mellitus

3. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus

4. Akibat lanjut Diabetes Mellitus

5. Cara penanganan Diabetes Mellitus

7. Cara Perawatan kaki Diabetes Mellitus

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 1

D. Metode

1. Ceramah dan diskusi

2. Demonstrasi

3. Tanya Jawab

E. Media dan Alat

1. Lembar balik

2. Booklet

3. Alat dan bahan perawatan kaki (Waskom,Waslap, Sabun, lotion, gunting

kuku, handuk)

7. Proses Penyuluhan

No Waktu Tahapan

Kegiatan

Kegiatan

Pengajar Klien

1 5 menit Pembukaan 1. Memberi salam

2. Menjelaskan tujuan

dan materi yang

akan diberikan

3. Evaluasi awal

tentang materi

yang akan

diberikan

1. Menjawab salam

2. Memperhatikan dan

mendengarkan

3. Menjawab

2 30

menit

Kegiatan Inti

(Penyampaian

materi )

A. Penjelasan

materi

1. Mahasiswa

menjelaskan:

a. pengertian

diabetes mellitus

b. penyebab

diabetes mellitus

c. tanda dan gejala

1. Memperhatikan

dan mendengarkan

dengan sungguh-

sungguh

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 1

diabetes mellitus

d. akibat lanjut dari

diabetes mellitus

e. cara penanganan

dan perawatan

klien dengan

diabetes mellitus

2. Mahasiswa

mendemonstrasikan

cara perawatan kaki

diabetes mellitus

B. Tanya Jawab

1. Mahasiswa

memberikan

kesempatan pada

klient untuk

menanyakan hal

yang belum

diketahui mengenai

perawatan dan

penanganan diabetes

mellitus

2. Mahasiswa

menjawab

pertanyaan dari

klien

2. Memperhatikan

demonstrasi yang

dilakukan

mahasiswa

1. Klien menanyakan

hal yang belum

dimengerti

2. Klien merasa puas

dan mengetahui

jawaban dari

pertanyaan yang

diajukan

1. Klien menjawab

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 1

C . Evaluasi hasil

1. Mahasiswa

menanyakan

tentang:

a. pengertian

diabetes mellitus

b. penyebab

diabetes mellitus

c. tanda dan gejala

diabetes mellitus

d. akibat lanjut

diabetes mellitus

e. cara perawatan

dan penanganan

pada diabetes

mellitus

pertanyaan yang

diajukan

mahasiswa

3 5 menit Penutup 1. Mahasiswa

menyimpulkan isi

penyuluhan yang

telah disampaikan

2. Mahasaiswa

mengucapkan terima

kasih

3. Salam Penutup

1. Klien memahami

isi penyuluhan dan

menyamakan

persepsi tentang

perawatanklien

yang diabetes

mellitus

2. Klien membalas

3. Klien membalas

salam

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 1

8. Kriteria Evaluasi

1. Struktur

- LP dan Media telah dibuat sebelum melakukan penkes

- Mahasiswa telah melakukan kontrak waktu dan tempat dengan klien

2. Proses

- Penyuluhan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

- Klien aktif mengikuti pendkes yang disampaikan oleh mahasiswa

- Mahasiswa mampu menyampaikan materi dengan baik.

3. Hasil

- 80 % dari materi yang disampaikan dapat dipahami oleh klien

- Klien mampu menerapkan perawatan kaki yang telah diajarkan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 2

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

Sub Pokok Bahasan : Perawatan Kaki Pada Klien Diabetes Melitus

Sasaran : Ny F (49 Tahun) dan keluarga

Hari/tanggal : Jumat, 24 Mei 2013

Waktu : 10 s/d 10.30 WIB (30 menit)

Tempat : Ruang 530 Teratai V Selatan RSUP Fatmawati Jakarta

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit tentang perawatan kaki pada

klien Diabetes Melitus diharapkan Ny F dan keluarga dapat memahami

perawatan kaki di rumah.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah diberikan penjelasan tentang perawatan kaki Diabetes Melitus, klien

mampu:

1. Menyebutkan masalah yang sering terjadi pada klien dengan Diabetes

Melitus

2. Menyebutkan tujuan dilakukan perawatan kaki Diabetes Melitus

3. Menyebutkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan untuk menghindari

bahaya pada kaki pada klien Diabetes Melitus

4. Menjelaskan bahaya yang ditimbulkan jika perawatan kaki tidak

dilaksanakan secara teratur dan benar

5. Menjelaskan kapan harus kontrol ke sarana pelayanan kesehatan

III. MATERI PENYULUHAN

1. Masalah yang sering terjadi pada klien dengan Diabe

2. Tujuan dilakukan perawatan kaki Diabetes Melitus

3. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan untuk menghindari bahaya pada kaki

pada klien Diabetes Melitus

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 2

4. Bahaya yang ditimbulkan jika perawatan kaki tidak dilaksanakan secara

teratur dan benar

5. Kapan harus kontrol ke sarana pelayanan kesehatan

IV. METODE PENYULUHAN

1. Ceramah dan demonstrasi

2. Tanya jawab

V. MEDIA

1. Alat-alat perawatan kaki: sabun, lotion/pelembab, gunting kuku, handuk,

pengalas, waskom berisi air bersih.

2. Leaflet.

VI. BAGAN RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN

No. Tahapan &

Waktu

Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien

1. Pembukaan

(5 menit)

- Memberi salam

- Menjelaskan tujuan dan

materi yang akan

diberikan

- Evaluasi Awal tentang

perawatan kaki

- Menjawab salam

- Memperhatikan

dan mendengarkan

- Menjawab

2. Kegiatan

(20 menit)

- Menjelaskan masalah yang

sering terjadi pada klien

dengan Diabetes

- Menjelaskan tujuan

dilakukan perawatan kaki

Diabetes Melitus

- Menjelaskan hal-hal yang

- Memperhatikan

dan mendengarkan

- Memperhatikan

dan mendengarkan

- Memperhatikan

dan mendengarkan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 2

tidak boleh dilakukan

untuk menghindari bahaya

pada kaki pada klien

Diabetes Melitus

- Menjelaskan bahaya yang

ditimbulkan jika

perawatan kaki tidak

dilaksanakan secara teratur

dan benar

- Menjelaskan kapan harus

kontrol ke sarana

pelayanan kesehatan

- Demonstrasi cara

perawatan kaki

- Memperhatikan

dan mendengarkan

- Memperhatikan

dan mendengarkan

- Klien mampu re-

demostrasi cara

perawatan kaki

3. Penutup

(5 menit)

- Menyimpulkan bersama-

sama

- Mengucapkan salam

penutup

- Menyimpulkan

bersama perawat

- Menjawab salam

-

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 2

Selalu gunakan sepatu yang pas dan pilih sepatu yang bagian depan tidak sempit

serta terbuat dari kulit

Periksa sepatu sebelum digunakan apakah ada yang rusak, ada kerikil, sisa potongan kuku atau benda-benda lain yang dapat

melukai kulit

Hal-Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan 1. Jangan menggunakan sabun yang keras saat

mencuci kaki 2. Jangan menggunakan handuk yang keras

dan tidak menyerap air 3. Jangan berjalan tanpa alas kaki,

menggunakan sepatu berhak tinggi atau sepatu yang didepannya lancip.

4. Jangan merawat luka kaki anda dengan menggunakan betadin

Hal Yang Mungkin Terjadi Bila Kaki Tidak Dirawat

1. Timbul mata ikan yang tidak diketahui 2. Bisa terjadi luka akibat dari:

a. Sepatu yang sempit/menekan, b. Tidak menggunakan alas kaki c. Air yang digunakan terlalu hangat/dingin d. Kesalahan memotong kuku, dll.

3. Luka dapat bertambah besar dan merambat sehingga perlu di amputasi

Kapan Perlu Ke Pelayanan Kesehatan

ika terjadi luka bersihkan dengan kasa steril lalu tutup dengan kasa steril yang dapat dibeli diapotik dan jangan menggunakan betadin. Segera konsultasi kepada perawat/dokter pribadi atau langganan anda

untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Rawatlah kaki anda dan ikuti petunjuk Berjalan kaki cepat setiap hari, memperlancar sirkulasi darah dan membuat anda lebih sehat

Selamat mencoba semoga bermanfaat

Terima kasih

PERAWATAN KAKI BAGI PENDERITA DIABETES

Fallah Adi Wijayanti, S.kep

NPM. 0806457035

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

2013

8

9

J

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 2

enderita diabetes harus merasa perlu untuk merawat kakinya secara baik. Merawat kaki dengan cermat dan mamilih sepatu yang sesuai dapat mencegah gangguan yang bisa timbul pada penderita diabetes, seperti luka yang tidak terasa.

Tujuan Perawatan Kaki 1. Melancarkan peredaran darah ke kaki 2. Mencegah kaki tetap kering 3. Mencegah terjadinya pengerasan dan pecah-

pecah pada kaki 4. Mencegah terjadi luka 5. Mencegah dilakukan amputasi

Cara Perawatan Kaki

Cucilah kaki anda setiap hari dengan air hangat kuku dan sabun yang lembut.

Karingkan kaki anda dengan baik sampai sela-sela jari benar-benar kering (gunakan handuk yang lembut dan menyerap air)

Jika menggunting kuku, gunting kuku merata melintang.

Oleskan lotion agar kulit tetap lembut, tetapi jangan dioleskan pada sela-sela jari kaki

Gantilah setiap hari kaos kaki dan pilihlah kaos kaki yang terbuat dari kaos/katun

Usahakan kaki tetap hangat dan kering

Jangan berjalan tanpa alas kaki baik di dalam maupun di luar rumah

P

1

2

3

4

5

6

7

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351581-PR-Fallah Adi.pdf · pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat

Lampiran 3

Biodata Penulis

Nama : Fallah Adi Wijayanti (Fallah)

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta,17 Juli 1990

Alamat : Jalan Flamboyan Nomor 55 RT 005 RW 02,

Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan,

Jakarta Barat 11630

No. Hp : 085692214140

Email : [email protected]/

[email protected]

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan Formal

TK Qaryah Thayibah 1994-1996

SD Negeri 01 Kebon Jeruk 1996-2002

SMP Negeri 75 Kebon Jeruk 2002-2005

SMA Negeri 78 Kemanggisan 2005-2008

S1 Reguler FIK UI 2008-2012

Profesi Ners FIK UI 2012-2013

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013