82
PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT DALAM KASUS GUGAT CERAI DENGAN ALASAN KDRT ( Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP ) Oleh : Rina Septiani NIM : 105044101425 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430/2009

UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

  • Upload
    buiminh

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT DALAM

KASUS GUGAT CERAI DENGAN ALASAN KDRT

( Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP )

Oleh :

Rina Septiani

NIM : 105044101425

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430/2009

Page 2: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG

PKDRT DALAM KASUS GUGAT CERAI DENGAN ALASAN KDRT ( Studi Analisis

Putusan Pegadilan Agama No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP ) telah diujikan dalam sidang

Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 17 September 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah ( Pidana Islam ).

Jakarta, September 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. H.A.Basiq Djalil, S.H. MA ( …..…… )

NIP. 1950 0306 1976 0310 01

2. Sekretaris : Kamarusdiana,S.Ag,M.Hum ( …….…. )

NIP. 1972 0224 1998 0310 03

3. Pembimbing : Dr. Afifi FAuzi Abbas, MA ( …..…… )

NIP. 1956 0906 1982 0310 04

4. Penguji I : Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM ( …..…… )

NIP. 1955 0505 1982 0310 12

5. Penguji II : Drs. Noryamin Aini, MA (…...…… )

NIP. 1963 0305 1991 0310 02

Page 3: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

PENERAPAN UNDANG-UNDANG PKDRT DALAM KASUS GUGAT CERAI DENGAN

ALASAN KDRT

( Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)

Oleh :

Rina Septiani

NIM : 105044101425

Pembimbing

Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA.

NIP. 150 210 421

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 4: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Juni 2009

Rina Septiani

Page 5: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

ABSTRAK

Banyaknya kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan terus meningkat dari tahun ke

tahun membuat LSM khususnya Komnas Perempuan prihatin dan mengusulkan RUU PKDRT

ke DPR. Setelah melalui beberapa tahap, akhirnya undang-undang PKDRT disahkan pada

Tanggal 22 September 2004, namun kekerasan tetap terus meningkat bahkan data di Komnas

Perempuan menyatakan bahwa Pengadilan Agama lebih banyak menangani kasus KDRT

dibandingkan lembaga lainnya. Ironisnya hakim Pengadilan Agama banyak yang belum

mengetahui atau menggunakan Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT sebagai

rujukan atau pertimbangan dalam memutuskan perkara perceraian yang mengandung unsur

KDRT. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya wawasan hakim-hakim Pengadilan Agama

padahal Komnas Perempuan sudah mengadakan pelatihan bagi hakim Pengadilan Agama untuk

menyelesaikan kasus percerain yang mengandung unsur KDRT.

Terlepas dari itu semua tidak semua hakim Pengadilan Agama tidak mengetahui dan

menggunakan undang-undang PKDRT. Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat sudah

mengetahui dan menggunakan undang-undang PKDRT walaupun undang-undang tersebut tidak

dijadikan sebagai dasar hukum melainkan hanya sebagai pemberitahuan. Hal tersebut dapat

dilihat pada putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP dalam perkara

ini ada unsur kekerasan baik fisik maupun psikis yang dilakukan suami dan dalam putusannya

hakim menggunakan undang-undang PKDRT sebatas pemberitahuan atau informasi bukan

sebagai dasar hukum dalam memutuskan perkara tersebut.

Page 6: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….. 6

D. Review Studi Terdahulu …………………………………………... 7

E. Metode Penelitian ……………………………….…………………. 9

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 12

Bab II TINJAUAN UMUM UU No. 23 TAHUN 2004 MENGENAI PKDRT.

A. Sejarah Pembentukan Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 Mengenai PKDRT

………………………………………………………….... 14

B. Dasar dan Tujuan Pembentukan UU PKDRT ……………………. 19

C. Pengertian Kekerasan …………………………………..……….... 19

D. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga …......………… 23

Bab III KASUS GUGAT CERAI DENGAN NO. PERKARA 078 / Pdt.G / 2007 / PAJP.

A. Duduk Perkara ………………………………………………….. 28

B. Temuan Fakta Di Persidangan………………………………….... 39

C. Sumber dan Pertimbangan Hukum Hakim ……………………… 44

Page 7: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

D. Putusan Hakim……...…………………………………………… 56

Bab IV ANALISIS KASUS GUGAT CERAI DENGAN NO. PERKARA 078/Pdt.G/2007/PA.JP

DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

A. Analisis Duduk Perkara …………………………………………… 58

B. Analisis Sumber dan Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP…………………. 62

C. Analisis Tentang Putusan Hakim…………………………………... 69

D. Penerapan UU PKDRT dalam Perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan

Agama Jakarta Pusat…………………………………... 74

Bab V PENUTUP

A. Kesimpulan...………………………………………………………. 78

B. Saran……………………………………………………………….. 78

DAFTAR PUSTAKA …….……………………………………………...…….. 80

LAMPIRAN …………………………………………………………………..... 83

Page 8: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Allah menciptakan semua makhluk hidup di muka bumi ini selalu berpasangan-pasangan,

tak terkecuali manusia yang pada dasarnya mempunyai sifat zoon politicon, yaitu selalu mencari

manusia lainnya untuk hidup bersama, oleh karena itu manusia akan selalu berusaha untuk

mewujudkan suatu bentuk jalinan kehidupan bersama dalam masyarakat, keinginan untuk selalu

berkumpul dan berkomunikasi merupakan hukum agama yang tersirat, yang diatur dalam suatu

ikatan perjanjian yang suci dan kokoh untuk membentuk suatu keluarga bahagia dan kekal,

masyarakat lebih mengenal perjanjian tersebut dengan istilah perkawinan.1

Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, perkawinan adalah suatu ikatan lahir

batin antara seorang pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Pada hakikatnya seorang yang

melakukan akad pernikahan saling berjanji serta berkomitmen untuk saling membantu

menghargai dan menghormati satu dengan lainnya, sehingga tercapailah kebahagiaan dan cita-

cita yang diinginkan. Adapun tujuan perkawinan tersebut adalah untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah.3

1 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Mazhab, ( Jakarta : PT.

Prima Heza Lestari ), h. 4.

2 A. Ghani Abdullah, Himpunan Per-Undang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama, ( Jakarta : PT.

Intermasa,1991 ), Cet Ke-1 h. 187.

3 Abdurrahman, KHI di Indonesia, ( Jakarta : Akademika Pressindo, 2004 ), Edisi Pertama h. 144.

Page 9: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Namun, tidak jarang tujuan yang dicita-citakan sebelum perkawinan tidak tercapai,

karena biasanya setelah perkawinan berlangsung barulah tampak sifat asli dari pasangannya,

suami yang dulunya baik dan penyabar, berubah menjadi pemarah dan ringan tangan, kesalahan-

kesalahan kecil yang dilakukan isteri menjadi alasan bagi suami untuk melampiaskan

kemarahannya.

Persoalan rumah tangga yang muncul dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang

datang dari dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Biasanya penganiayaan suami terhadap

isteri dilandasi atas dasar ketergantungan ekonomi si isteri kepada suami sehingga dengan alasan

tersebut suami dapat merendahkan dan melakukan kekerasan terhadap isterinya.4

Saat permasalahan rumah tangga tidak dapat lagi diselesaikan dan saat amarah suami

semakin membutakan mata sehingga kekerasan terus dilakukan terhadap isterinya maka Islam

memberikan solusi dengan dibolehkannya perceraian. Hukum perkawinan di Indonesia telah

memberikan perlindungan bagi isteri atas penganiayaan yang dilakukan suami terhadap isteri.

Penganiayaan atau kekerasan serta kekejaman dapat dijadikan alasan untuk memutuskan tali

perkawinan sehingga ia akan bebas dari penganiayaan yang dialaminya.

Perlindungan tersebut terdapat dalam KHI pasal 116 point (d) dan PP No. 9 tahun 1975

pasal 19.

“Bahwa salah satu alasan perceraian adalah salah satu pihak melakukan kekejaman

atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain”.

Tapi ternyata KHI dan PP No. 9 tahun 1975 tidak cukup memberikan keberaniaan

terhadap isteri untuk keluar dari belenggu suami yang menganiaya dan melakukan kekerasan

terhadap dirinya.

4 Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, ( Yogyakarta : LKIS ), h. 2.

Page 10: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Fakta-fakta kekerasan dalam rumah tangga (domestik) yang ditemukan oleh beberapa

lembaga yang peduli terhadap perempuan menunjukkan jumlah yang jauh lebih besar dari pada

jumlah kekerasan terhadap perempuan di lingkungan lainnya, bahkan dikatakan bahwa

kekerasan terhadap perempuan hampir seusia dengan sejarah panjang peradaban umat manusia.5

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan semakin tahun semakin meningkat, temuan

pertama, angka KTP terus meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Ketika pertama kali

Komnas Perempuan melakukan kompilasi data KTP pada tahun 2001, tercatat kasus 3.160,

tahun 2002 meningkat menjadi 5.163, tahun 2003 menjadi 7.787, dan tahun 2004 lalu tercatat

13.968 kasus. Dari jumlah 13.968 ini, 4.310 kasus terjadi di dalam rumah, 2.160 kasus terjadi

dalam komunitas, 6.634 kasus terjadi di dalam rumah atau komunitas (data tak

memungkinkan penilaian yang jelas), 562 merupakan kasus trafiking, dan 302 kasus yang

pelakunya aparat negara.6

Semakin meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dari tahun ke tahun menimbulkan

keprihatinan sebagian masyarakat terutama kaum perempuan dan relawan lembaga swadaya

masyarakat, serta lembaga bantuan hukum yang tergerak hatinya untuk melakukan perlindungan

terhadap perempuan dengan mengajukan rancangan undang-undang penghapusan kekerasan

dalam rumah tangga yang pada akhirnya melahirkan Undang-undang No. 23 Tahun 2004

Tentang PKDRT (Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) pada tanggal 22 September

2004.

Awalnya yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga hanya pasrah menerima

keadaannya. Pada umumnya, kaum perempuan beranggapan kekerasan yang dilakukan suami

5 Jurnal Perempuan, Hukum itu Seksi ? edisi ke- 10 Februari – April 1999, h. 113.

6 Komnas Perempuan,, “ Lokus Kekerasan Terhadap Perempuan 2004 Rumah, Pekarangan, dan Kebun,

Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan 2005”, Komnas Perempuan, (Jakarta), 8 Maret 2005, h.

2.

Page 11: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

terhadap dirinya merupakan hal yang lumrah dan biasa, tetapi setelah disahkannya Undang-

undang No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT, isteri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah

tangga sudah mulai berani untuk melaporkan suaminya kepada pihak yang berwajib bahkan sang

isteripun berani untuk menggugat cerai suaminya, sebagaimana data yang tercatat pada jurnal

komnas perempuan pada tahun 2006 Pengadilan Agama menangani kasus-kasus KDRT dalam

porsi yang cukup besar, yaitu 8643 kasus.7

Kelahiran Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT seolah memberikan

semangat kepada isteri untuk meminta perlindungan kepada pihak yang berwajib dan membuat

para isteri berani untuk menggugat cerai suaminya terbukti dengan adanya kasus gugat cerai

karena kekerasan dalam rumah tangga yang masuk di Pengadilan Agama, khususnya di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Seperti kasus yang menimpa NMP yang menggugat cerai suaminya karena merasa rumah

tangganya sudah tidak dapat lagi dipertahankan dengan alasan sang suami selalu membuat

masalah kecil menjadi besar dan diakhiri dengan ucapan kasar serta pemukulan ( ringan tangan )

dan sang suami mempunyai tempramen sangat tinggi bahkan setiap hari timbul perselisihan dan

percekcokan terus menerus sehingga membuat psikis isterinya tertekan sampai akhirnya sang

iseri menggugat cerai suaminya.

Kasus di atas merupakan contoh penganiayaan atau kekerasan yang sering kali menimpa

isteri sehingga isteri berani untuk menggugat cerai suaminya, melihat fakta dan kenyataan di atas

penulis selaku mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum berusaha untuk meneliti kasus gugat

cerai dengan alasan KDRT khususnya kekerasan yang menimpa NMP serta apakah hakim

menggunakan Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PDKRT dalam menyelesaikan

7 Jurnal Perempuan, Di Rumah, Pengungsian dan Peradilan : KTP dari wilayah ke wilayah, Jakarta : 7

Maret, 2007, h. 32

Page 12: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

perkara tersebut. Untuk itu penulis ingin mengangkat ke dalam skripsi yang berjudul

PENERAPAN UNDANG-UNDANG PKDRT DALAM KASUS CERAI GUGAT DENGAN

ALASAN KDRT DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT ( STUDI ANALISIS

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NO. 078/Pdt.G/2007/PAJP).

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Seperti telah penulis uraikan dalam latar belakang masalah, agar dalam pembahasan

skripsi ini tidak melebar dan keluar dari pokok pembahasan di samping keterbatasan yang

penulis miliki maka penulis membatasi masalah Penerapan Undang-undang PKDRT dalam

Kasus Gugat Cerai dengan Alasan KDRT studi kasus di Pengadilan Agama Jakarta Pusat dengan

merujuk serta mengkaji putusan gugat cerai No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, karenanya dalam karya

tulis ini, penulis mengambil judul mengenai Penerapan Undang-undang PKDRT dalam Kasus

Gugat Cerai Dengan Alasan KDRT di Pengadilan Agama Jakarta Pusat ( Studi Analisis Putusan

No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP )

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penyusunan skripsi

ini, penulis merumuskan masalah yang hendak diteliti sebagai berikut :

a) Apa pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat ?

b) Bagaimana Putusan Hakim dalam Perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP ?

c) Apakah pertimbangan hukum hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta

Pusat dalam memutuskan Perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP sudah tepat dan sejalan

dengan perundang-undangan yang berlaku dengan menggunakan undang-undang

PKDRT ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Page 13: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan undang-undang PKDRT, berdasarkan sejarah

pembentukannya

b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara no.

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

c. Untuk mengetahui putusan hakim dalam perkara no. 078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan

Agama Jakarta Pusat.

d. Untuk mengetahui apakah pertimbangan hukum hakim dan putusan hakim Pengadilan

Agama Jakarta Pusat dalam memutuskan perkara gugat cerai dengan no. perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat sudah tepat dan sejalan dengan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis adalah dapat menamah khazanah keilmuan dalam kasus gugat cerai dengan

alasan KDRT, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan hukum islam dan positif tentang

kasus gugat cerai dengan alasan KDRT, khususnya dalam penyelesaian kasus gugat cerai

dengan no. perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi

kalangan pelajar, mahasiswa, dan akademisi lainnya.

b. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa,

akademisi lainnya dan terutama bagi para penegak hukum.

c. Manfaat Kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para

penegak hukum khususnya hakim, dalam menyelesaikan kasus gugat cerai dengan alasan

KDRT.

D. Review Studi Terdahulu.

Page 14: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Setelah penulis telusuri pada perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, penulis

mendapatkan skripsi terdahulu yang hampir mendekati judul penulis. Skripsi pertama ditulis oleh

Farhan Hilaluddin Jurusan Peradilan Agama tahun 2008 mengenai Efektifitas Pelaksanaan

Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT ( Studi di wilayah kotamadya Jakarta

Selatan ). Skripsi ini membahas mengenai pelaksanaan Undang-undang no. 23 tahun 2004

tentang PKDRT oleh aparat penegak hukum di wilayah kotamadya Jakarta Selatan serta putusan

hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam menyelesaikan Kasus KDRT. Temuan penting

dalam skrispi ini adalah pelaksanaan Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT sudah

berjalan efektif, skripsi ini menggunakan jenis penelitian empiris dan normatif melalui

pendekatan kualitatif.

Skripsi kedua ditulis oleh Mimi Maftuha jurusan Peradilan Agama tahun 2006 mengenai

Efektivitas Pelaksanaan Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga Sebagai Perlindungan Sosial Terhadap Perempuan ( Studi pada Kota

Bekasi Jawa Barat). Skripsi ini membahas tentang penaggulangan kekerasan dalam rumah

tangga oleh Kepolisian Resort Metro Bekasi, serta dijelaskan pula mengenai hakim Pengadilan

Negeri Bekasi yang baru menggunakan Undang-undang PKDRT sebagai rujukan dalam

mengambil keputusan dalam kasus KDRT padahal undang-undang tersebut sudah lama berlaku.

Temuan penting dalam skripsi ini adalah pelaksanaan undang-undang PKDRT belum efektif

secara maksimal, butuh kerjasama dari berbagai kalangan masyarakat baik pemerintah,

agamawan serta insan akademisi khususnya di wilayah Bekasi.

Skripsi ketiga ditulis oleh Halimatus Sa’adah jurusan Administrasi Keperdataan Islam

tahun 2008 mengenai Cerai Gugat Karena Penganiayaan Suami ( Studi Kasus di Pengadilan

Agama Tanggerang ). Skripsi ini membahas mengenai pengertian kekerasan dalam rumah tangga

Page 15: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

dan cerai gugat karena penganiayaan suami di Pengadilan Agama Tanggerang, dari tahun 2003-

2007 yang berujung pada cerai gugat. Temuan penting dalam skripsi ini adalah alasan tertinggi

terjadinya penganiayaan dari tahun 2003-2007 yang berujung pada cerai gugat adalah karena

penelantaran ekonomi yang menempati urutan tertinggi sebanyak 26 kasus. Metode yang

digunakan dalam skripsi ini menggunakan penelitian hukum non doktrinal melalui observasi di

lapangan dan studi kepustakaan.

Ketiga skripsi tersebut berbeda dengan skripsi yang akan penulis bahas karena penulis

akan membahas mengenai Penerapan Undang-undang PKDRT dalam Kasus Gugat Cerai

Dengan Alasan KDRT ( Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP )

yang didalamnya akan membahas mengenai apa yang di maksud dengan Undang-undang

PKDRT, apa pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan perkara no.

078/Pdt.G/2007/PA.JP, bagaimana putusan hakim dalam memutuskan perkara tersebut, apakah

pertimbangan hukum hakim dan putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam

memutuskan perkara tersebut serta analisis penerapan undang-undang PKDRT dalam perkara

tersebut.

E. Metode Penelitian.

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat normatif dan empiris, penelitian

normatif yaitu dengan mempelajari data berupa buku-buku dan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan penelitian empiris yang diperoleh

dari hasil lapangan.

2. Pendekatan Masalah.

Page 16: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Kualitatif berasal

dari konsep kualitas “mutu” atau bersifat mutu. Pendekatan kualitatif berarti upaya

menemukan kebenaran dalam wilayah-wilayah konsep mutu,8 yaitu dengan melakukan

analisa isi, menganalisis dengan cara menguraikan, dan mendeskripsikan isi dari putusan yang

penulis dapatkan. Kemudian menghubungkannya dengan masalah yang dianjurkan, sehingga

ditemukan kesimpulan yang obyektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan

yang dikehendaki penulis dalam penelitian ini.

3. Sumber Data.

a. Data Primer

Didapatkan dari Pengadilan Agama Jakarta Pusat berupa putusan cerai gugat

mengenai cerai gugat dengan alasan KDRT yang didalam putusannya mengandung

penerapan undang-undang PKDRT dengan nomor perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP. Penulis

memilih perkara tersebut karena hanya perkara tersebut merupakan perkara gugat cerai

yang mengandung unsur KDRT dan didalam putusannya hakim menggunakan Undang-

undang no. 23 tahun 2004 tentang PKDRT. Wawancara terhadap hakim, kemudian data

tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan dengan masalah yang

dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi kepustakaan

atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan, dokumen-

dokumen yang dimaksud adalah Al-Qur’an, Hadits, buku-buku ilmiah, Undang-undang,

8 Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ( Jakarta : UIN Jakarta Press,

2006 ), cet. 1, h. 37.

Page 17: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Kompilasi Hukum Islam (KHI), serta peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan

masalah yang diajukan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

a. Menganalisis terhadap putusan cerai gugat dengan alasan KDRT yang didalam

putusannya mengandung undang-undang PKDRT pada Pengadilan Agama Jakarta Pusat

dengan nomor putusan 078/Pdt.G/2007/PA.JP.

b. Interview atau wawancara, adalah suatu percakapan dengan tujuan.9

Interview yang sering disebut juga wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog

yang dilakukan oleh pewawancara ( interviewer ) untuk memudahkan informasi dari

terwawancara ( interviewee ).10

Dalam hal ini penulis mengadakan dialog langsung

dengan satu orang hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang menangani kasus gugat

cerai dengan alasan KDRT.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkip

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan temuannya kepada

orang lain.11

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa

kualitatif, yaitu menganalisis dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan putusan perkara

cerai gugat dengan alasan KDRT yang di dalam putusannya hakim mengandung undang-

9 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, ( Malang :

Kalimasahada Press, 1994 ), cet 1, h.63.

10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996 ), cet. X, h. 144.

11 Imron Arifin,Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, h. 77.

Page 18: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

undang PKDRT yaitu putusan dengan nomor 078/Pdt.G/2007/PA.JP dan menghubungkan

dengan hasil interview pihak yang menyelesaikan perkara ini, dalam hal ini yaitu hakim

Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang obyektif, logis,

konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan.

Sistematika penulisan dalam skripsi yang penulis buat akan dibagi menjadi lima bab

yakni :

Bab I Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang permasalahan, Pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review, metode penelitian

dan sistematika penulisan.

Bab II Menjelaskan tentang Tinjauan Umum Undang-undang No. 23 tahun 2004 Mengenai

PKDRT yang diantaranya menjelaskan mengenai Sejarah, dasar dan tujuan

Pembentukan Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Mengenai PKDRT, Pengertian

Kekerasan, Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Bab III Menguraikan mengenai kasus cerai gugat dengan No. Perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP, yang diantaranya menjelaskan mengenai, duduk perkara,

pertimbangan hukum hakim, putusan hakim.

Bab IV Menjelaskan mengenai analisis kasus cerai gugat dengan No. Perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP di Pengadilan Agama Jakarta Pusat baik mengenai duduk

perkara, pertimbangan hukum hakim, putusan hakim serta penerapan Undang-

undang PKDRT dalam perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP.

Bab V Bab terakhir yang memuat kesimpulan yang diperoleh dari teori kemudian dianalisa

dan diinterpretasikan pada bab ke empat, kesimpulan menggambarkan secara umum

Page 19: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

tentang permasalahan yang dibahas, dalam bab ini juga mencakup saran-saran dari

peneliti atas permasalahan yang di teliti sehingga upaya mencapai tujuan dari

penelitian yang dilakukan.

Page 20: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

BAB II

TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG No. 23 TAHUN 2004 MENGENAI PKDRT

A. Sejarah, Dasar dan Tujuan Pembentukan Undang-undang No. 23 Tahun 2004

Mengenai PKDRT.

Tanggal 22 September 2004 bisa jadi merupakan tanggal bersejarah bagi kalangan

feminis di Indonesia. Setidaknya, satu dari sekian banyak agenda perjuangan mereka yang terkait

dengan isu perempuan, yakni upaya pencegahan dan penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga akhirnya membuahkan hasil. Pemerintah dan DPR RI akhirnya sepakat untuk

mengesahkan Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga atau dikenal dengan undang-undang PKDRT.

Kelahiran Undang-undang No. 23 Tahun 2004 ini dipelopori oleh sejumlah LSM / Ormas

Perempuan yang tergabung dalam Jangkar ( 1998-1999). LSM ini terdiri dari LBH APIK Jakarta

(Sebagai penggagas dan pembuat draft awal sejak tahun 1997), Rifka An-Nisa, Kalyanamitra,

Mitra Perempuan, Fatayat dan Muslimat NU, Gembala Baik, Savy Amira, SPeAK, LBH-Jakarta

dan Derapwarapsari. Selanjutnya ketika melebur menjadi jangka PKTP ( Jaringan Advokasi

Kebijakan Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan ) (2000-2004), anggota jaringan

semakin bertambah menjadi 92 LSM/Ormas Perempuan, lembaga-lembaga Profesional seperti

lembaga advokat juga turut terlibat dalam mengadvokasikan undang-undang PKDRT ini.12

Pada tahun 2001, Rencana Aksi Nasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap

Perempuan (RAN-PKTP) dicanangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Dan pada

12 Ratna Batara Munti, M.Si, Suara Apik : Lahirnya UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

“Sebuah Bentuk Terobosan Hukum dan Implikasinya Terhadap Hukum Nasional”. (LBH-APIK Jakarta ), 2005,

Edisi Ke-2, h. 3.

Page 21: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

tahun 2002, ditandatangani sebuah Surat Kesepakatan Bersama ( SKB ) antara Menteri

Pemberdayaan Perempuan RI, Menteri Kesehatan RI dan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Kesepakatan ini menyangkut pelayanan terpadu bagi korban kekerasan terhadap

perempuan dan anak-anak yang dilaksanakan bersama dalam bentuk pengobatan dan perawatan

fisik, psikis, pelayanan sosial dan hukum.13

Di tingkat daerah, Gubernur Provinsi Bengkulu mengeluarkan Surat Keputusan ( SK )

No. 751 tahun 2003 tentang pembentukan tim penanganan terpadu bagi perempuan dan anak

korban kekerasan. SK tersebut ditandatangani pada tanggal 10 Desember 2003. Ini pada intinya

membentuk tim penanganan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang

mempunyai cakupan kerja di bidang pencegahan, penanganan dan pemulihan, serta pendidikan

dan advokasi. Tim ini beranggotakan wakil-wakil dari lingkungan pemerintah, LSM dan

Lembaga Professional lainnya.

Di tingkat regional, Menteri Luar Negeri Negara-negara ASEAN menandatangani

Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2004.

Deklarasi ini berisi dorongan kerjasama regional dalam mengumpulkan dan mendeseminasikan

data untuk memerangi kekerasan terhadap perempuan. Promosi pendekatan holistik dan

terintegrasi dalam mengeliminasi kekerasan terhadap perempuan, dorongan untuk melakukan

pengarusutamaan gender, dan membuat serta mengubah undang-undang domestik untuk

mencegah kekerasan terhadap perempuan.14

Adapun yang menjadi gagasan dan latar belakang pentingnya pembentukan sebuah

undang-undang PKDRT didasarkan atas pengalaman para perempuan korban kekerasan yang

13 Komnas Perempuan,, “ Lokus Kekerasan Terhadap Perempuan 2004 Rumah, Pekarangan, dan Kebun,

Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan 2005”, Komnas Perempuan, (Jakarta), 8 Maret 2005, h.

17.

14 Ibid, h. 17.

Page 22: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

terjadi di ranah domestik, rumah tangga ataupun keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga

semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan dari hari kehari, baik kekerasan dalam

bentuk fisik, psikologis, maupun kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi. Bentuk-bentuk

kekerasan tersebut sudah menjurus dalam bentuk tindak pidana penganiayaan dan ancaman

kepada korban, yang dapat menimbulkan rasa tidak aman, rasa ketakutan atau penderitaan psikis

berat bahkan kegilaan pada seseorang.

Berdasarkan catatan tahunan tentang kekerasan terhadap perempuan yang disampaikan

oleh Komnas Perempuan, tercatat angka kekerasan terhadap perempuan mulai dari tahun 2001

hingga 2004 terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2001 tercatat 3.160 kasus

dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 5.163 kasus, tahun 2003 meningkat menjadi 7.787

kasus, dan tahun 2004 mengalami peningkatan hampir seratus persen menjadi 13.968 kasus, dari

jumlah 13.968 kasus ini, 4.310 kasus terjadi di dalam rumah tangga.15

Tahun 2002, RUU diajukan ke komisi VII DPR RI dan diseminarkan di DPR.

Perkembangan penting itu muncul setelah Rapat Paripurna DPR lalu memutuskan membahas

RUU KDRT ke dalam bamus DPR. Puncaknya pada tanggal 13 Mei 2003, melalui sidang

paripurna di DPR, RUU Anti KDRT yang diusulkan kelompok perempuan secara resmi menjadi

RUU Inisiatif DPR.16

Meskipun bermula dari desakan aktivis perempuan, selanjutnya menjadi penting untuk

dipahmi oleh berbagai kalangan di negeri ini bahwa legislasi RUU Anti KDRT merupakan

keharusan bagi Indonesia sebagai Negara yang telah meratifikasi beberapa konvensi

Internasional tentang perempuan, terutama setelah disetujuinya konvensi tentang Penghapusan

15 Ibid, h. 2.

16 Ratna Batara Munti, Suara Apik, h.5.

Page 23: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan tahun 1979, yang diratifikasi oleh Undang-

undang No. 7 Tahun 1984 dan bukan karena desakan aktivis perempuan.

Sebagai konsekuensi dari ratifikasi ini Indonesia harus melakukan :

1. Pembentuk hukum dan atau harmonisasi hukum sesuai kaidah hukum yang terdapat dalam

konvensi tersebut. Kewajiban ini dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang –

undangan atau membuat peraturan perundangan baru berdasarkan konvensi yang telah

diratifikasi.

2. Penegakan hukum mengenai hak- hak perempuan melalui pengadilan nasional dan lembaga

pemerintah lainnya.

Pembahasan RUU anti KDRT di DPR ( Pansus Komisi VII ) yang mulai pada tanggal 22

Agustus 2004 berlangsung cepat ( tidak sampai 1 bulan), namun cukup alot. Khususnya karena

penolakan beberapa anggota dewan terhadap terobosan hukum yang menjadi dasar munculnya

RUU, seperti ruang lingkup, bentuk/ jenis KDRT yang mencakup marital rape ( perkosaan dalam

perkawinan), hukum acara tentang pembuktian dan peran – peran aparat. Pemerintah juga

mempunyai versi tandingan mengenai draft RUU KDRT, namun draft tersebut dianggap

mengecewakan, bisa dikatakan hampir memangkas semua hal- hal krusial yang menjadi ruh dari

RUU tersebut. Alsannya karena semua usulan baru dalam RUU pada dasarnya sudah diatur

dalam KUHP/ KUHAP. Beberapa catatan dari RUU versi pemerintah, yang tidak responsive

antara lain :

1. Judul dan keseluruhan pengaturan undang-undang, terbatas hanya mengatur soal perlindungan

terhadap korban. Judul RUU sandingan pemerintah adalah RUU perlindungan korban KDRT.

2. Tidak mengakui dua bentuk kekerasan : kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual yang

terjadi dalam lingkup perkawinan ( diskualifikasi terhadap marital rape dan inses ).

Page 24: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

3. Mengembalikan hampir semua terobosan hukum acara pada KUHAP, seperti “ satu saksi

adalah saksi “.

4. Tidak menerima ketentuan tentang kompensasi dan saksi alternative.17

Meskipun demikian, upaya loby ke pemerintah untuk memperbaiki draftnya terus

dilakukan secara intensif melalui forum pertemuan (Posko Informasi ) yang diselenggarakan di

rumah Menteri Pemberdayaan Perempuan. Pada akhirnya berjalan efektif dalam menjembatani

perbedaan pendapat antara kelompok perempuan dan pemerintah.

Setelah melalui sidang pleno, RUU KDRT tersebut dilanjutkan ke sidang paripurna

melalui pendapat dari berbagai fraksi dalam rangka memutuskan apakah DPR menolak atau

mengesahkan RUU KDRT menjadi Undang-undang.

B. Dasar dan Tujuan dari disahkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT

1. Dasar dari Undang-undang

PKDRT adalah :

a. Penghormatan Terhadap HAM.

b. Keadilan dan kesetaraan gender.

c. Non Diskriminasi, dan

d. Perlindungan Korban.

2. Sedangkan tujuan UU PKDRT

ialah :

a. Mencegah segala bentuk KDRT.

17 Ibid, h.5.

Page 25: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

b. Melindungi Korban KDRT.

c. Menindak Pelaku KDRT.

d. Memelihara keutuhan rumah

tangga yang harmonis dan sejahtera.18

C. Pengertian Kekerasan.

Kekerasan adalah kata yang biasa diterjemahkan dari violence, yang dalam bahasa latin

disebut violentia. Violence erat berkaitan dengan gabungan kata latin “vis” (daya, kekuatan) dan

“latus” yang berasal dari ferre ( membawa ) yang kemudian berarti membawa kekuatan.19

R. audi seperti dikutip Galtung merumuskan “violence” sebagai serangan atau

penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang, atau serangan, penghancuran, perusakan

yang sangat keras, kasar, kejam dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial dapat

menjadi milik seseorang.20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kekerasan adalah perihal atau yang bersifat,

berciri keras, paksaan, atau dapat diartikan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang

menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang

orang lain.21

18 Nursyahid, Lima Undang-undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Saksi dan Korban,

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Perlindungan Anak, Hak Asasi Manusia & Pengadilan Anak, (

Jakarta : BP. Panca Usaha, 2007), h. 34.

19 Johan Galtung, Kekuasaan dan kekerasan menurut Johan Galtung, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius),

1992, cet .1, h. 62.

20 Ibid, h. 63.

21 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ( Jakarta : Balai Pustaka), 2005, Edisi Ketiga, h.

550.

Page 26: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Menurut Kamus Bahasa Arab, kekerasan diambil dari akar kata ���– ���� – ا��� yang

berarti keras, bertindak, bengis dan kejam.22

Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman

atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang

mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar / trauma atau perampasan hak.23

Adapun pengertian kekerasan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kekerasan yang

terjadi dalam lingkup rumah tangga atau lebih dikenal dengan sebutan kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT). Kekerasan ini sering kali tidak terungkap karena berada di wilayah ranah

domestik yang tidak boleh dicampuri oleh lingkaran luar. Namun, kekerasan ini sering terjadi di

lingkungan keluarga yang biasanya perempuan dan anak-anak adalah korbannya. Dalam

penulisan skripsi ini penulis memfokuskan kekerasan yang biasa dialami oleh kaum perempuan

(isteri). Oleh karena itu perlu kiranya penulis mendefinisikan tentang kekerasan terhadap

perempuan.

Kekerasan terhadap perempuan baik di luar maupun di dalam rumah tangga telah

berlangsung sejak manusia menyalah artikan tujuan penciptaan ke dua jenis kelamin manusia itu

sendiri. Ketika manusia harus menggunakan otot untuk mempertahankan kehidupannya, maka

mulailah terbentuk citra kekuasaan, penguasa dan dikuasai, dipelihara sampai kepada masyarakat

modern, hanya dikemas dalam bungkus yang lebih bervariasi. Kekuasaan otot menjadi alat dari

berbagai kekuasaan lain yaitu uang, status sosial dan jabatan yang dikemas dengan norma-norma

dan nilai-nilai budaya bentukan manusia itu sendiri. Demikian intens pewarisan nilai-nilai dan

22 Ahmad Warson Munawwir, al – Munawir Kamus Arab – Indonesia, ( Surabaya : Pustaka Progressif,

1997 ), Cet XIV, h. 1119.

23 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, Pemetaan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

melalui kerangka alur kerja analisis gender dan anak sebagai data pembuka : laporan penelitian, Pemprop DKI

Jakarta dengan Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, ( Jakarta : 2004), h. 21.

Page 27: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

norma-norma tersebut sehingga bahkan perempuanpun tidak menyadari bahwa dirinya telah

selalu menjadi barang milik laki-laki.

Terdapat beberapa pengertian tentang kekerasan terhadap perempuan, antara lain

sebagaimana disampaikan oleh Sita Aripurnami yaitu pada dasarnya kekerasan terhadap

perempuan adalah segala bentuk perilaku yang dilakukan oleh pihak pelaku kekerasan yang

memunculkan perasaan tidak nyaman dan bahkan rasa takut.24

Dalam deklarasi PBB mengenai hak-hak perempuan, secara eksplisit ditegaskan

kekerasan terhadap perempuan sebagai berikut :

Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat, atau mungkin

berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikologis

termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara

sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. ( pasal 1

Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, 1992).25

Kantor Menteri Negara Pemberdayaan perempuan, mendefinisikan kekerasan terhadap

perempuan yaitu :

“Setiap tindakan yang melanggar, menghambat, meniadakan kenikmatan, dan

mengabaikan hak asasi perempuan atas dasar gender. Tindakan tersebut mengakibatkan (

dapat mengakibatkan) kerugian dan penderitaan terhadap perempuan dalam hidupnya, baik

secara fisik, psikis, maupun seksual. Termasuk didalamnya ancaman, paksaan, atau

perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik dalam kehidupan individu,

berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara”.26

Sedangkan definisi kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-

undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, yaitu :

24 Sita Aripurnami, Kekerasan Terhadap Aspek-Aspek sosial Budaya dan pasal 5 Konvensi Perempuan

dalam buku Pemahaman Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahnnya, penyunting Achie

Sudiarti Luhulima, ( Bandung : PT. Alumni 2000 ), h. 116.

25 Faqihuddin Abdul Kodir dan Ummu Azizah Mukarnawati, ed. Ismail Hasani, Referensi bagi Hakim

Peradilan Agama tentang Kekerasan dalam rumah tangga, ( Komnas Perempuan : 2008), h. 20.

26 Kantor Meneg PP, 2000, Pengetahuan Praktis Tentang Perlindungan Terhadap Perempuan Korban

Kekerasan.

Page 28: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup

rumah tangga.

D. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Kekerasan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu kekerasan fisik dan

kekerasan psikis. Kekerasan fisik merupakan kekerasan nyata yang dapat dilihat dan dapat

dirasakan oleh tubuh yang biasanya berupa penghilangan kemampuan normal tubuh bahkan bisa

sampai penghilangan nyawa seseorang. Sedangkan kekerasan psikis berupa kekerasan terhadap

jiwa atau rohani yang berakibat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa.

Zaitunah subhan dalam bukunya yang berjudul Kekerasan Terhadap Perempuan,

membagi bentuk-bentuk kekerasan dalam dua kategori, yaitu kekerasan yang bersifat fisik dan

non fisik. Kekerasan fisik antara lain berupa pelecehan seksual seperti perabaan, colekan yang

tidak diinginkan, pemukulan, penganiayaan, serta pemerkosaan. Termasuk dalam kategori ini

adalah terror dan intimidasi, kawin paksa (kawin di bawah umur ), kawin dibawah tangan,

pelacuran paksa, stigma negative, eksploitasi tenaga kerja dan pemaksaan penggunaan alat

kontrasepsi.

Sedangkan kekerasan nonfisik antara lain berupa pelecehan seksual, seperti sapaan,

siulan, colekan, atau bentuk perhatian yang tidak diinginkan, direndahkan, dianggap selalu tidak

mampu, dan (istri yang) ditinggal suami tanpa kabar berita.27

Didalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, kekerasan dibagi dalam empat bentuk, yaitu : kekerasan fisik, kekerasan psikis,

kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga.

27 Zaitunah Subhan, Kekerasan Terhadap Perempuan, (Yogyakarta : Pusaka Pesantren, 2004 ), h. 40.

Page 29: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

1. Kekerasan Fisik.

“Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka

berat” (Pasal 6).

Sesungguhnya kekerasan yang dialami seorang isteri memiliki dimensi yang tidak

tunggal. Seseorang yang menjadi korban kekerasan fisik, biasanya ia telah mengalami

kekerasan psikis sebelum dan sesudahnya. Tidak sedikit juga yang mengalami kekerasan dan

penelantaran ekonomi.28

Kekerasan fisik bisa muncul dalam berbagai bentuk dan rupa.

Berdasarkan pasal 6 Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT sebagaimana

tersebut di atas, kekerasan fisik dapat dibagi menjadi dua kategori,29

yaitu :

a. Kekerasan fisik berat berupa penganiayaan berat seperti menendang, memukul,

membenturkan kebenda yang lain, bahkan sampai melakukan percobaan pembunuhan atau

melakukan pembunuhan dan semua perbuatan yang dapat mengakibatkan sakit yang

menimbulkan ketidakmampuan menjalankan kegiatan sehari-hari, pingsan, luka berat pada

tubuh korban, luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan kematian, kehilangan

salah satu panca indera, luka yang mengakibatkan cacat, dan kematian korban.

b. Kekerasan fisik ringan seperti menampar, menarik rambut, mendorong, dan perbuatan lain

yang mengakibatkan cidera ringan dan rasa sakit serta luka fisik yang tidak termasuk dalam

kategori berat

2. Kekerasan Psikis.

28 Faqihuddin, Referensi Bagi Hakim Peradilan Agama, h. 32.

29 DKI Jakarta, Pemetaan Permasalahan Kekerasan dalam rumah tangga, ( KDRT : Laporan Penelitian),

h. 30.

Page 30: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Kekerasan psikis atau kekerasan mental adalah kekerasan yang mengarah pada serangan

terhadap mental/psikis seseorang, bisa berbentuk ucapan yang menyakitkan, berkata dengan

nada yang tinggi, penghinaan dan ancaman.30

Sedangkan di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dijelaskan

bahwa

“Kekerasan Psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa

percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau

penderitaan psikis berat pada seseorang”. (Pasal 7).

3. Kekerasan seksual

Di dalam pasal 8 Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dijelaskan bahwa

Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c meliputi, pemaksaan

hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga

tersebut, dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah

tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan / atau tujuan tertentu.

Kata pemaksaan hubungan seksual disini lebih diuraikan untuk menghindari penafsiran

bahwa pemaksaan hubungan seksual hanya dalam bentuk pemaksaan fisik semata ( harus

adanya unsur penolakan secara verbal atau tindakan ), tetapi pemaksaan juga dapat terjadi

dalam tataran psikis (dibawah tekanan sehingga tidak bisa melakukan penolakan dalam

bentuk apapun ).

4. Kekerasan Ekonomi.

Pasal 9 menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan penelantaran rumah tangga atau

dapat diartikan sebagai kekerasan ekonomi terhadap rumah tangga, yaitu :

30 Faqihuddin, Referensi Bagi Hakim Pengadilan Agama, h. 32.

Page 31: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

1. Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya padahal

menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian, dia

wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.

2. Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang

mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan atau melarang

untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah

kendali orang tersebut.

Dalam buku kekerasan terhadap isteri, bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan

dalam rumah tangga meliputi :

a. Kekerasan ekonomi adalah setiap perbuatan yang membatasi isteri untuk bekerja

didalam atau diluar rumah yang menghasilkan uang atau barang dan atau membiarkan

isteri bekerja untuk dieksploitasi, atau menelantarkan anggota keluarga, dalam arti

tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

b. Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang menyebabkan rasa sakit, cidera, luka

atau cacat pada tubuh seseorang, dan atau menyebabkan kematian.

c. Kekerasan psikologis atau psikis adalah setiap perbuatan dan ucapan yang

mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak

dan rasa tidak berdaya serta rasa ketakutan pada isteri.

d. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang mencakup pelecehan seksual,

memaksa isteri baik secara fisik untuk melakukan hubungan seksual dan/atau

melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan dan di saat isteri tidak menghendaki,

melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak disukai isteri, maupun

menjauhkan atau tidak memenuhi kebutuhan seksual isteri.31

31 Fathul Djannah, et.al, Kekerasan Terhadap Isteri, (Yogyakarta : LKIS,2003), h. 14-15

Page 32: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk kekerasan terhadap

perempuan dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non fisik,

sedangkan bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga dapat dikategorikan menjadi empat,

yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis ( psikologis ), kekerasan seksual, dan penelantaran rumah

tangga (kekerasan ekonomi ).

Page 33: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

BAB III

KASUS CERAI GUGAT DENGAN NO. PERKARA 078/Pdt.G/2007/PA.JP.

A. Duduk Perkara.

Berdasarkan keterangan para pihak dan saksi, dalam putusan no 078/Pdt.G/2007/PA.JP.

disebutkan bahwa Pengugat adalah NMP, umur 26 tahun, agama Islam, Pekerjaan P.N.S,

bertempat tinggal di Jalan KH.Mas Mansyur 25.A Blok 44-2-1 Rt.006 Rw.011, Kelurahan

Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Kodya Jakarta Pusat, dengan Tergugat DNA, umur 26

tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Jalan Rumah Susun Karet

Pasar Baru Barat (Karet Tengsin) Blok A305 Rt …… Rw ….., Kelurahan Karet Tengsin,

Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.32

Penggugat telah mengajukan gugatannya pada tanggal 12 Januari 2007 yang didaftarkan

di Kepaniteraan Pengadilan Agama di Jakarta Pusat dengan register nomor :

078/Pdt.G/2007/PA.JP yang pada pokoknya menyatakan sebagai berikut.

Pada tanggal 08 Januari 2004, NMP dan DNA melangsungkan perkawinan. Setelah

pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat bertempat tinggal di rumah kediaman bersama

di rumah orang tua Penggugat di alamat Penggugat tersebut di atas. Selama pernikahan tersebut

Penggugat dengan Tergugat telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami isteri dan dikaruniai

1 orang anak bernama MMK, lahir tanggal 28 September 2004.

Adapun duduk perkaranya dijelaskan dalam putusan halaman 2 bahwa Kurang lebih

sejak bulan Januari tahun 2004 ketentraman rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai

goyah, disebabkan karena:

32 Putusan Pengadilan Agama ( PA ) Jakarta Pusat tentang gugat cerai No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP, h. 1

Page 34: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

a. Suaminya di dalam rumah tangga kalau ada masalah kecil selalu menjadi besar dan diakhiri

dengan ucapan kasar serta pemukulan ( ringan tangan ) dan tergugat bertempramen sangat

tinggi, bahkan setiap hari timbul perselisihan dan percekcokan terus menerus membuat

pshikis Penggugat tertekan.

b. Suami cemburu terhadap isteri padahal yang dicemburuinya hanya sebatas teman, akan tetapi

suaminya selalu tidak percaya bahkan suka mengeluarkan kata-kata yang tidak seronoh

seperti selingkuh/berzinah.

c. Sejak menikah sang suami kurang memperhatikan masalah kebutuhan dalam rumah tangga

seperti masalah keuangan yang diberikan hanya semaunya dan tidak pernah mencukupi

untuk keperluan sebulan.

d. Sang suami setelah menikah 2 hari pernah mengucapkan kata-kata cerai 3 kali dan juga

pernah mengembalikan Penggugat kepada orang tua dengan tujuan untuk menceraikan.

Selain hal tersebut diatas NMP dan DNA telah berpisah rumah sejak tanggal 9 Februari

2007 dimana DNA telah pergi ke rumah keluarganya dengan membawa anak serta pembantu

tanpa kompromi dan sejak awal Februari 2007 tidak memberikan nafkah batin sedangkan nafkah

lahir sudah tidak diberikan sejak bulan Januari 2007. Selama DNA pergi bekerja keluar negeri,

DNA hanya memberikan nafkah lahir sebanyak Rp. 750.000,- perbulan untuk keperluan

anaknya.

Sehubungan dengan hal itu, pada tanggal 12 Januari 2007 NMP mengajukan gugat cerai

terhadap DNA ke Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Penggugat dalam surat gugatan

mengajukan tuntutan ( petitum ) primair dan subsidar. Dalam tuntutan primair, dimohonkan agar

hakim mengambil keputusan sebagai berikut :

Page 35: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

1. Mengabulkan gugatan Penggugat;

2. Menceraikan Penggugat dari Tergugat;

3. Menyatakan dan menetapkan anak hasil perkawinan Penggugat dan Tergugat yang

bernama MMK, lahir tanggal 28 September 2004 berada dalam asuhan dan

pemeliharaan Penggugat;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah anak tersebut di atas sebesar Rp.

5.000.000,-(lima juta rupiah) setiap bulannya kepada Penggugat;

5. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat;

Kemudian apabila majelis hakim berpendapat lain, Penggugat dalam tuntutan subsidair

memohon putusan yang seadil-adilnya ( ex aequo et bono).

Atas gugatan tersebut, Tergugat mengajukan jawabannya secara tertulis sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI

1. Bahwa Penggugat didalam mengajukan gugatan aquo terhadap Tergugat adalah

terlalu Premature, karena Penggugat adalah seorang Pegawai Negeri pada

Departemen Agama, sehingga apabila seorang Pegawai Negeri akan mengajukan

gugatan perceraian, maka harus terlebih dahulu mendapatkan ijin persetujuan dari

atasan Penggugat (Vide Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang Izin

Perkawinan & Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil & Peraturan Pemerintah No. 45

tahun 1990 tentang Izin Perkawinan & Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil );

2. Bahwa karena didalam gugatan aquo, Penggugat belum memperoleh Ijin dari atasan

Penggugat, maka sudah selayaknya Ketua Majelis Hakim yang memeriksa dan

Page 36: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

mengadili perkara aquo berkenan untuk menyatakan gugatan yang diajukan oleh

Penggugat, tidak dapat diterima;

II. DALAM POKOK PERKARA.

1. Bahwa apa yang telah disampaikan oleh Tergugat didalam Eksepsi, maka mohon

juga dianggap telah termasuk didalam pokok perkara ini;

2. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat,

kecuali mengenai hal-hal yang secara tegas telah diakui kebenarannya oleh

Tergugat;

3. Bahwa memang benar pada tanggal 8 Januari 2004, telah dilangsungkan pernikahan

antara Penggugat dengan Tergugat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah

Abang Jakarta Pusat berdasarkan Akta Nikah No. 26/2/I/2004 tanggal 8 Januari

2004;

4. Bahwa benar dari hasil perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat telah

dikaruniai 1 ( satu ) orang anak laki-laki yaitu bernama MMK yang lahir pada

tanggal 28 September 2004;

5. Bahwa dalil Penggugat dalam point 2 yang menyatakan selama pernikahan

Penggugat dan Tergugat tersebut telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami

isteri namun pada point 3 (d) didalam dalil Penggugat menyatakan setelah 2 hari

menikah Tergugat pernah mengucapkan kata-kata cerai 3 kali, dan dalil penggugat

yang demikian adalah sangat kontradiktif, oleh karenanya tergugat mensomier

Penggugat untuk membuktikan dalilnya tersebut;

Page 37: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

6. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil Penggugat dalam point 3 (a) yang

menyebutkan bahwa Tergugat didalam rumah tangga kalau ada masalah kecil selalu

menjadi masalah besar dan diakhiri dengan ucapan kasar serta pemukulan dan

Tergugat bertempramen sangat tinggi, serta setiap hari timbul perselisihan dan

percekcokan yang terus menerus merupakan suatu dalil Penggugat tidak berdasarkan

hukum untuk dipertimbangkan berdasarkan alasan hukum sebagai berikut :

6.1. Pada tahun pertama pernikahan justru tidak terlihat adanya pertengkaran di

antara Tergugat dan Penggugat, bahkan pada waktu itu telah disepakati oleh

Tergugat dengan Penggugat untuk merealisasikan pembelian rumah tinggal

yang pada nantinya akan ditempati oleh Tergugat dan Penggugat, maka untuk

mencapai maksud tersebut, maka Tergugat dengan persetujuan Penggugat

meninggalkan isteri untuk mencari pekerjaan di luar negeri dengan harapan

akan mendapatkan uang yang lebih besar;

6.2. Pada tahun kedua perkawinan saat Tergugat cuti yang pertama dari

pekerjaannya di luar negeri pada Januari 2005, itupun tidak terjadi percekcokan

seperti yang didalilkan oleh Penggugat bahkan mereka hidup secara harmonis

selama Tergugat menjalankan cuti dari pekerjaannya tersebut;

6.3. Pertengkaran yang besar terjadi antara Tergugat dan Penggugat ketika Tergugat

cuti liburan pada tanggal 11 Januari 2007, dimana Tergugat mendapatkan

informasi kalau Penggugat di duga telah berselingkuh dengan pria lainnya, serta

Penggugat sering pulang larut malam selama Tergugat berada di luar negeri

sehingga anak mereka, yang bernama MMK ditelantarkan oleh Penggugat. Oleh

Page 38: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

karena itu, Tergugat pergi meninggalkan rumah, serta membawa MMK pada

tanggal 13 Februari 2007;

7. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil Penggugat dalam point 3 (b) yang

menyatakan Tergugat sangat cemburuan, dalil Penggugat tersebut adalah merupakan

dalil yang tidak berdasarkan hukum untuk dipertimbangkan, kalaupun Tergugat

cemburu terhadap Penggugat itu merupakan suatu hal yang sangat manusiawi dan itu

hal yang sangat wajar-wajar saja, itu menunjukkan suatu sikap dari Tergugat yang

mencintai dan menyayangi Penggugat;

8. Bahwa dalil Tergugat pada poin 3 ( c ) yang menyebutkan bahwa Tergugat sejak

menikah kurang memperhatikan masalah kebutuhan rumah tangga seperti masalah

keuangan yang diberikan hanya semaunya dan tidak pernah mencukupi untuk

keperluan sebulan adalah merupakan dalil yang mengada-ada dan tidak berdasarkan

hukum untuk dipertimbangkan karena Tergugat selalu mengirimkan uang pada

setiap bulannya, mengenai tidak mencukupi uang yang diberikan Tergugat kepada

Penggugat, itu berarti menunjukkan Penggugat tidak bisa mengelola keuangan

rumah tangga secara baik;

9. Bahwa dalil Tergugat pada point 3 ( e ) merupakan dalil yang tidak berdasarkan

hukum untuk dipertimbangkan yang menyebutkan Tergugat tidak memberikan

nafkah batin dan lahir, karena pada tanggal 11 Januari 2007 dimana saat Tergugat

kembali ke Indonesia untuk cuti liburan Tergugat menyerahkan sejumlah uang dan

membelikan sebuah handphone serta sejumlah perhiasan, dan bahkan Tergugat

masih memberikan nafkah bathin;

Page 39: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

10. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil yang disampaikan Penggugat di point 3

( f ) menyebutkan bahwa Tergugat hanya memberikan uang sebanyak Rp. 750.000,-

( tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ) perbulannya adalah merupakan dalil yang tidak

benar dan mengada-ada, karena Tergugat pada setiap bulannya mengirimkan uang

kepada Penggugat lebih dari Rp. 750.000 ( tujuh ratus lima puluh ribu rupiah );

11. Bahwa Tergugat tidak sependapat dan menolak dengan tegas, dalil penggugat point

4, yang menyebutkan anak yang dilahirkan dari perkawinan antara Tergugat dengan

Penggugat yang bernama MMK yang lahir pada tanggal 28 September 2004, untuk

berada dibawah perwalian Penggugat, adalah merupakan permohonan yang tidak

berdasarkan hukum untuk dipertimbangkan. Karena Penggugat sebagai ibu dari anak

yang bernama MMK tidak pernah bertanggung jawab karena berdasarkan fakta-fakta

yang terungkap bahwa Penggugat sering pulang hingga larut malam hingga

pengasuhan MMK hanya diserahkan kepada pembantu saja, serta Penggugat sering

pulang hingga larut malam dikarenakan Penggugat sering pergi dengan

selingkuhannya;

Dan berdasarkan hal-hal yang telah Tergugat uraikan, maka Tergugat memohon

kehadapan Yth. Bapak Ketua Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk tidak

mengabulkan permohonan yang diajukan oleh Penggugat untuk diberikan hak perwalian atas

anak yang bernama MMK namun menyatakan perwalian atas anak yang bernama MMK berada

di bawah perwalian Tergugat sebagai ayahnya;

III. DALAM REKONPENSI

1. Bahwa apa yang telah diuraikan oleh Tergugat, didalam pokok perkara, maka

mohon juga dianggap telah termasuk didalam gugatan Rekonpensi ini;

Page 40: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

2. Bahwa memang benar pada tanggal 8 Januari 2004, telah dilangsungkan

pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat berdasarkan Akta Nikah No. 26/26/I/2004

tanggal 8 Januari 2004;

3. Bahwa benar dari hasil perkawinan antara Penggugat dan telah dikaruniai 1 (satu)

orang anak laki-laki yaitu bernama MMK yang lahir pada tanggal 28 September

2004;

4. Bahwa karena sejak Penggugat telah bekerja di Departemen Agama maka sebagai

seorang ibu yang seharusnya memberikan waktunya bagi anaknya dalam

mendidik dan membesarkan anak dari hasil perkawinan antara, Penggugat dengan

Tergugat yang bernama MMK, Tergugat Rekonpensi tidak memiliki waktu lagi

dan sering pulang hingga larut malam dari tempat bekerjanya, ditambah lagi

Tergugat Rekonpensi telah melakukan selingkuh dengan pria lainnya;

5. Bahwa tindakan Tergugat Rekonpensi yang sering pulang larut malam itu dan

berselingkuh dengan pria lainnya yang berakibat tidak diperolehnya perhatian

sang anak dari hasil perkawinan Penggugat Rekonpensi dan Tergugat Rekonpensi

oleh Tergugat Rekonpensi adalah merupakan bukti bahwa Tergugat Rekonpensi

tidak mempunyai tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membesarkan

anak yang bernama MMK yang masih berusia kurang dari 3 tahun;

6. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka adalah patut dan wajar

apabila Ketua Majelis Hakim untuk menyatakan anak yang bernama MMK yang

Page 41: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

lahir di Jakarta pada tanggal 28 September 2008, berada di bawah perwalian

Penggugat Rekonpensi;

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan Tergugat didalam pokok perkara dan didalam

gugatan rekonpensi ini, maka dengan ini mohon kehadapan Yth. Bapak Ketua Majelis Hakim

yang memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut ;

I. DALAM EKSEPSI

Mengabulkan eksepsi yang diajukan oleh Tergugat Konpensi untuk seluruhnya;

II. DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak gugatan Penggugat Konpensi, sepanjang menyangkut pengasuhan

perawatan dan perwalian anak laki-laki yang bernama MMK yang lahir di

Jakarta 28 September 2004, untuk berada dibawah asuhan perawatan dan

perwalian Penggugat Konpensi.

2. Menghukum Penggugat Konpensi untuk membayar biaya perkara yang

timbul;

III. DALAM REKONPENSI

1. Mengabulkan gugatan Rekonpensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonpensi

Tergugat Konpensi untuk seluruhnya;

2. Menetapkan anak laki-laki yang bernama MMK, yang lahir di Jakarta pada

tanggal 28 September 2004 dari hasil perkawinan antara Penggugat

Rekonpensi dan Tergugat Rekonpensi berada di bawah asuhan, perawatan,

dan perwalian Penggugat;

3. Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar biaya perkara;

Page 42: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Apabila Pengadilan Agama Jakarta Pusat berpendapat lain mohon putusan yang seadil-

adilnya Ex Aequo Et Bono;

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berkesimpulan bahwa pihak-pihak berperkara

adalah NMP selaku Penggugat, umur 26 tahun, agama Islam, Pekerjaan P.N.S, bertempat tinggal

di Jalan KH.Mas Mansyur 25.A Blok 44-2-1 Rt.006 Rw.011, Kelurahan Kebon Kacang,

Kecamatan Tanah Abang, Kodya Jakarta Pusat, dengan Tergugat DNA, umur 26 tahun, agama

Islam, pekerjaan Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Jalan Rumah Susun Karet Pasar Baru

Barat (Karet Tengsin) Blok A305 Rt …… Rw ….., Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah

Abang, Jakarta Pusat. Dalam duduk perkaranya Penggugat menggugat cerai Tergugat,

menginginkan hak pengasuhan anak jatuh ke tangan Penggugat dan Nafkah Anak sebesar Rp.

5.000.000,- ( lima juta rupiah ) setiap bulannya.

B. Temuan Fakta dipersidangan.

Di persidangan Penggugat mengajukan 16 bukti foto copy surat bermaterai dan didukung

oleh dua orang saksi. Ada 16 macam alat bukti foto copy surat bermaterai yang diajukan oleh

Penggugat, yaitu :

1. Buku kutipan Akta Nikah Nomor 26/26/I/2004 tanggal 8 Januari 2004 yang dikeluarkan

oleh Kantor Urusan Agama Kec. Tanah Abang Jakarta Pusat. (P-1);

2. Akta Kelahiran No.AL.500.0128730 tanggal 11 Februari 2005 atas nama Muhammad

Maulana Khoir. (P-2);

Page 43: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

3. Surat Tugas No.Dj.II/Ser Dj II/2/Kp.07.5/476/06 tertanggal 8 Juni 2006; (P-3);

4. Surat Tugas Menjalankan Lembur tertanggal 20 September 2006; (P-4);

5. Surat Penggugat kepada Tergugat tertanggal 7 Maret 2005. (P-5);

6. Participation Certificate Female Teachers National Workshop on Letarcy Methods

Adequate for Girls and Women tanggal 24 s/d 29 Juli 2006; (P-6).

7. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam o.Dj.II/Set.DjII/4/400/2006

(Perjalanan Dinas Luar Kota) (P-7);

8. Surat Perjalanan Dinas Luar Kota tertanggal 8 September 2006 di Yogyakarta tanggal 14

s/d 16 September 2006;(P-8);

9. Surat Perjalanan Dinas Luar Kota tertanggal 01 November 2006 tujuan Semarang tanggal

07 s/d 09 November 2006 (P-9);

10. Surat Tugas menjalankan lembur tertanggal 13 Desember 2006 dikuatkan dengan Surat

Keputusan Direktur jenderal pendidikan Islam No.Dj.II/set.DJ.II/314B/2006 tanggal 28

Agustus 2006;(P-10);

11. Surat Tugas Menjalankan Lembur tertanggal 1 Desember 2006 dikuatkan dengan surat

Keputusan Direktur jenderal Pendidikan Islam No.Dj.II/set.Dj.II/314B/2006 tanggal 28

Agustus 2006;(P-11);

12. Surat Perjalanan Dinas Luar Kota tertanggal 15 Januari 2007 Tujuan Puncak, Bogor.

Tanggal 18 s/d 22 Januari 2007; (P-12);

13. Pengiriman uang Tergugat kepada Penggugat (P-13);

Page 44: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

14. Surat Pernyataan Tergugat kepada Penggugat untuk mengembalikan MMK kepada

Penggugat yang dikuatkan pernyataan para saksi-saksi atas nama Abdul Haris Mugni dan

Suparno; (P-14);

15. Surat Rekomendasi BFLN untuk TKI Cuti yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga

Kerja dan Tansmigrasi RI Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI Balai Pelayanan Penempatan Tenaga kerja Indonesia tertanggal 21 Februari 2006; (P-

16);

16. Asli Surat izin atasan Nomor : DJ.I/HK.03.4/340/2007 tanggal 9 April 2007 dari Direktur

Jenderal Pendidikan Islam; (P-16).

Foto copy dari keenambelas surat itu sudah diperiksa keasliannya oleh Majelis Hakim.

Berdasarkan alat bukti tersebut dapat diketahui bahwa Penggugat terikat perkawinan yang sah

dengan Tergugat sesuai dengan akta nikah yang diterbitkan pada tanggal 08 Januari 2004 ( vide

bukti Pg. 1 ).

Keterangan dari dua orang saksi yang diajukan saling bersesuaian dan mendukung dalil-

dalil yang dikemukakan oleh Penggugat dalam surat gugatan. Kedua orang saksi itu orang tua

Penggugat. Saksi pertama adalah ibu kandung Penggugat dan saksi kedua adalah mertua

penggugat yang juga merupakan ibu tiri dari Tergugat. Fakta yang diperoleh dari keterangan

kedua orang saksi tersebut adalah :

- Setelah menikah Tergugat dan Penggugat tinggal dirumah ibunya Penggugat.

- Pengugat dan Tergugat telah dikarunia anak 1 ( satu ) orang dan sekarang dibawa

oleh Tergugat sejak tanggal 9 Februari dan sebelumnya anak tersebut bersama

Penggugat.

Page 45: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

- Penggugat akan bercerai dengan Tergugat.

- Saksi sudah berusaha mendamaikan Penggugat dengan Tergugat tetapi tidak berhasil.

- Penggugat dan Tergugat sering bertengkar, Penggugat suka dipukul sama Tergugat,

Tergugat pernah mencekik Penggugat dan menendang Penggugat sampai Penggugat

tersungkur.

- Tergugat datang ke rumah saksi dengan membawa anaknya yang akan di bawa ke

Benhil karena pada waktu itu Tergugat ribut dengan Penggugat. Dan setahu saksi

masalahnya sepele, karena Tergugat cemburu kepada Penggugat yang waktu itu ada

telfon dari teman Penggugat kemudian Penggugat juga pernah bercerita kepada saksi

bahwa Tergugat mau memukul Penggugat dan kemudian membawa anaknya yang

waktu itu masih berumur sekitar 5 bulanan dan saat itu hujan besar;

Berkenaan dengan keterangan kedua orang saksi tersebut, Penggugat tidak berkeberatan

dan menambahkan bahwa anak yang dibawa oleh Tergugat masih berumur 2 tahun bukan 5

tahun;.

Selain dari pihak Penggugat, pihak Tergugat melalui kuasa hukumnya juga mengajukan

dua orang saksi untuk mendukung dalil dari pihak Tergugat, saksi pertama merupakan pembantu

atau bekerja di rumah Penggugat dan saksi kedua merupakan om Tergugat, fakta yang terungkap

dipersidangan dari kedua orang saksi tersebut adalah :

- Penggugat bekerja di Depag kalau berangkat kadang jam 9 kadang jam 10, dan kalau

pulang terkadang jam 9 malam, jam 10 pernah juga jam 12 malam, bahkan pernah

jam 1 ;

- Kalau Penggugat belum pulang anaknya terkadang dititipkam dengan orang tua

Penggugat atau sama pamannya

Page 46: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

- Anak dititipkan dengan saksi, dan dijemput jam 20,21,22,23 malam terkadang jam

1.30 malam pada tahun 2005;

- Penggugat pulang kerja diantar temannya dan itu-itu saja;

- Nama anak Penggugat dan Tergugat adalah MMK;

- Saksi pernah bertanya kepada Penggugat kenapa pulang terlambat dijawab Penggugat

karena banyak pekerjaan; bahkan Penggugat pernah pulang jam 1 malam

- Penggugat sering pulang malam sejak Tergugat berangkat ke luar negeri awal

Februari 2005

- Tergugat pernah mengirim uang, saksi tahu karena sering berkomunikasi dari

Tergugat langsung

- Dalam sebulan dua kali Tergugat mengirim uang, uang yang dikirim 750 real

terkadang 1000 real;

Berkenaan dengan keterangan kedua orang saksi tersebut Penggugat memberikan

tanggapan, adapun tanggapan Penggugat atas keterangan saksi yang pertama adalah sebagai

berikut :

- Bahwa saksi yang merupakan pembantu yang bekerja di rumah Penggugat, selama

bekerja dengan Penggugat sering jarang masuk kerja dan saksi bekerja dengan

Penggugat tahun 2006 bukan tahun 2005;

- Bahwa Penggugat keberatan dengan saksi karena tidak mengetahui kehidupan

penggugat;

Page 47: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Atas tanggapan Penggugat tersebut Majelis Hakim memberikan pertanyaan kepada saksi,

kemudian saksi memberikan keterangan sebagai berikut:

- Bahwa saksi selama satu bulan tidak masuk bekerja 3 hari tetapi memang pada bulan

Desember saksi sering tidak masuk, karena itu saksi mengundurkan diri, dalam

seminggu 2 kali tidak masuk kerja;

Selanjutnya atas keterangan dari saksi kedua Penggugat memberikan tanggapan sebagai

berikut :

- Bahwa Penggugat keberatan dengan saksi, karena saksi tinggal tidak sesuai dengan

KTP, tetapi di rusun karet;

- Bahwa Tergugat berangkat ke Dubai bukan tahun 2005 tetapi 3 Maret 2006;

- Bahwa Penggugat sering membawa anak kerumah om nya untuk menghindari fitnah,

frekuensinya hari selasa saja seminggu sekali, kadang 2 minggu sekali;

- Bahwa mengenai keuangan, Tergugat hanya mengirim sekali sebulan 750 real bukan

dua kali sebulan;

- Bahwa Penggugat tetap perhatian dengan anak, dan waktu dengan Penggugat,

Penggugat selalu memberikan vitamin yang mahal;

Berkenaan dengan hal tersebut Penggugat dan Tergugat telah menyampaikan kesimpulan

secara tertulis, yang dalam kesimpulannya Penggugat menyatakan bahwa Penggugat

menginginkan bercerai dengan Tergugat.

C. Sumber dan Pertimbangan Hukum Hakim.

Alasan-alasan yang dijadikan pertimbangan hukum bagi Majelis Hakim untuk

mengambil keputusan adalah sebagai berikut :

Page 48: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

a. Bahwa berdasarkan bukti berupa asli surat izin atasan Nomor :

DJ.I/HK.03.4/340/2007 tanggal 9 April 2007 dari Direktur Jenderal Pendidikan

Islam; ( P-16 ) atas nama Penggugat, eksepsi Tergugat ditolak.

b. Bahwa berdasarkan bukti P-1 dihubungkan dengan bukti P-2 dan pengakuan

Penggugat terbukti Penggugat dan Tergugat terikat perkawinan sah yang menikah

pada tanggal 8 Januari 2004 di hadapan PPN Kecamatan Tanah Abang sebagaimana

ternyata dalam Bukti Kutipan Akta Nikah Nomor: 28/05/I/2001 oleh karenanya

keduanya mempunyai kualitas hukum untuk bertindak sebagai pihak-pihak dalam

perkara ini.

c. Bahwa upaya memberikan penasehatan kepada Penggugat agar rukun membina

rumah tangga kembali dengan Tergugat sesuai dengan ketentuan pasal 82 ayat 1 dan

4 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 sebagaimana telah di ubah oleh Undang-undang

No. 3 Tahun 2006 Jo pasal 31 ayat 1 dan 2 PP No 9 Tahun 1975 telah dilakukan,

tetapi Penggugat tetap pada gugatannya.

d. Bahwa dari keterangan keluarga atau orang yang dekat dengan Penggugat dan

keluarga atau orang yang dekat dengan Tergugat dihubungkan dengan keterangan

Penggugat dan kuasa hukum Tergugat maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut :

- Penggugat Konpensi dan Tergugat adalah isteri dan suami sah belum pernah

bercerai ;

- Bahwa dari Perkawinan Penggugat dengan Tergugat telah dikaruniai seorang

anak bernama MMK (lahir tanggal 28 September 2004 );

Page 49: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

- Pada saat rukun Penggugat dengan Tergugat pernah tinggal di rumah kontrakan;

- Penggugat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sedangkan Tergugat bekerja

sebagai TKI dan saat ini berada di Dubai, dan pengawasan dan pemeliharaan

seorang anak saat Penggugat dan Tergugat bekerja dibantu seorang pembantu

rumah tangga dan terkadang peran serta dari keluarga Penggugat maupun

keluarga Tergugat turut menjaga dan mengasuh anak tersebut ;

- Antara Penggugat dengan Tergugat adanya sikap saling menyalahkan yang

menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang berimbas hubungan antara dua

keluarga tidak baik; dan puncak ketidakharmonisan Penggugat dengan Tergugat

keduanya sudah tidak melakukan hubungan suami isteri dan Tergugat pergi ke

Dubai sebagai TKI;

- Penggugat tetap bertekad untuk berpisah dengan Tergugat; sedangkan Tergugat

juga menginginkan perceraian.

e. Bahwa ikatan perkawinan tidak hanya terbatas pada hubungan fisik dan materiil, tapi

sekaligus lebih menitik beratkan pada ikatan batin atau ikatan jiwa yang mendalam

yang terhunjam ke dalam sanubari sebagaimana ditekankan dalam surat Ar-ruum

ayat 21 yang berbunyi,

������ ������ ��� ���� ������ ����� ����� ����� !�"�� #☯���&'��

(�)*,�� �.�/� 0�1&2��34 56�7�8�� �!9�,�:�� ,;<2�*<�

=�☺��?�� @ <�34 A3B �C���D EF�� G� HI�*�4�/� ���JK�⌧���

MNOP } ٢١ :٣٠ /ا��وم {

Page 50: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Artinya :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-

isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. ( Ar-ruum /

30 : 21 )

bahwa perkawinan adalah bukan tindakan iseng, melainkan guna mewujudkan

sakinah, mawaddah dan rahmah. Allah menciptakan bagi manusia pasangan jodoh (

suami-isteri ) dan perkawinan itu hendaklah membawa kesenangan dalam

kebersamaan ( sakinah ), bahkan lebih jauh Al-Qur’an mengibaratkan lekatnya

hubungan ikatan jiwa anatra suami isteri harus sampai pada pencapaian

keharmonisan, tak ubahnya seperti pakaian, seperti yang tersirat dalam surat Al-

Baqarah ayat 187, yang berbunyi.

<6�Q� ��!9�� �R��&S�� �I0�2�8T�0� V�WXJ�0� @A�Y34 ����[\0] 3^ @

_�7` a<0�9�� ����K� ��."���� a<0�9�� _�1K� � c�3��d e\0� ��!9f"�� gh�i jk*"0�.& ��

��!9] !�"�� cl0��W ����&S���d 0⌧���� ����h� ( c���m&�00�W

_�7`�n�o��� (�*��.��0��� 0�� ]��.5p e\0� ������ @ (�*7��i��

(�*��nr0��� @ast� �B<u�C;v� ����� �w&S� &x0� yz�S��.�0� c���

�w&S� &x0� �2�*{.�0� c��� |J�}⌧�&�0� ( ~g7g (�*?☺���

��0�S�8T�0� A�Y34 P6&2K�0� @ 5��� ��7`�n�o��C7 g."����

��*!����� A3B ���}�] �☺&�0� � �CW�� 2��� m\0� 5⌧�W

Page 51: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

0�`*��J&4� � �C��⌧S⌧i ��3�u�9 e\0� ����� ���

<0<h��� g1f��7�� jk*!4�� MO�P } ٢ : ١٨٧/ ة ا����{

Artinya:

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-

isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi

mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena

itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang

campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan

makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.

Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu

campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah,

Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepada manusia, supaya mereka bertakwa”. ( Al-Baqarah / 2 : 187 )

f. Bahwa menurut kaidah fiqhiyah memberikan petunjuk bahwa dalam menghadapi

kedua madhorot yang mungkin timbul, agar diambil yang lebih ringan sebagaimana

tercantum dalam kitab Al-Asybah wan Nadhoir yang selanjutnya pendapat tersebut

dijadikan pendapat hukum

�� ر ��� ا ذ ا �� ! ��' &%� ا $# و ر ن Artinya :

“Apabila terjadi dua mudhorot harus diambil mudhorot yang lebih ringan..”

g. Bahwa berdasarkan hal-hal yang dipertimbangkan tersebut di atas, harus dinyatakan

telah terbukti bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan

pertengkaran terus menerus dan Majelis berpendapat pertengkaran dalam suatu rumah

tidaklah selalu digambarkan adanya pertengkaran secara fisik maupun melalui kata-

kata yang terucap sebagaimana yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat dan

Tergugat melainkan dapat saja pertengkaran itu berupa adanya saling acuh / tidak

Page 52: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

ada komunikasi dan mendiamkan satu sama lain yang menunjukkan tidak ada

harapan lagi keduanya akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga (onheelbaare

tweespalt) oleh karena Majelis Hakim berpendapat perkawinan Penggugat dan

Tergugat telah pecah (marriage breakdown) sesuai pasal 39 ayat (2) undang-undang

No. 1 Tahun 1974 jo pasal 19 huruf (f) PP No. 9 Tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f)

KHI.

h. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim

berkesimpulan bahwa gugatan Penggugat dapat dikabulkan dengan menjatuhkan talak

1 (satu) bain shugro;

i. Bahwa berdasarkan keterangan Penggugat dihubungkan pula dengan keterangan

saksi-saksi diperoleh fakta-fakta sebagai berikut :

- Bahwa berdasarkan bukti P-2 Kutipan Akta Kelahiran dari perkawinan Penggugat

dengan Tergugat telah dikaruniai seorang anak bernama MMK ( lahir tanggal 28

September 2004 );

- Bahwa anak yang bernama MMK ( lahir tanggal 28 September 2004 ) belum

mumayyiz;

- Bahwa anak tersebut telah dibawa oleh Tergugat dan sebelumnya dibawah asuhan

dan pemeliharaan Penggugat dan sekarang anak yang bernama MMK ( lahir tanggal

28 September 2004 ) tidak diketahui lagi keberadaannya dikarenakan disembunyikan

oleh Tergugat;

- Bahwa Tergugat saat ini menjadi TKI di Dubai;

Page 53: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

- Bahwa Penggugat seorang karyawati Pegawai Negeri Sipil pada Depag R.I

sedangkan Tergugat karyawan swasta dan terakhir sebagai TKI di Dubai;

j. Bahwa Majelis Hakim berpendapat bahwa pada saat mereka menikah Penggugat

berstatus sebagai wanita karier bekerja pada Depag R.I dan sudah menjadi kondisi

logis bila seorang wanita bekerja perhatiannya terhadap anak sedikit berkurang,

namun dalam hal ini yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah

menggunakan jasa pengasuh anak dan keterlibatan keluarga lainnya baik dari

keluarga Penggugat maupun keluarga Tergugat untuk membantu menjaga dan

mengasuh anak mereka yang bernama MMK ( lahir tanggal 28 September 2004 ) dan

berdasarkan bukti P-2, P-3, P-4, P-7, P-8, P-9, P-10, P-11, dan P-12, yang bukti-bukti

tersebut menjelaskan Penggugat memang benar-benar lembur bekerja dan pulangnya

Penggugat sampai larut malam adalah beralasan dan dalam rangka menunjang karier

dan prestasi bekerja Penggugat dan tentunya untuk menunjang kebutuhan rumah

tangga Penggugat dan Tergugat; dan berdasarkan bukti P-15 terbukti Tergugat saat

ini sebagai TKI di Dubai;

k. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim

berpendapat anak Penggugat masih di bawah umur / kecil dilihat secara psikologis

maupun biologis anak yang masih kecil masih memerlukan belaian kasih sayang

ibunya dan biasanya lebih dekat dengan ibunya dan sesuai dengan ketentuan pasal

105 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam anak yang bernama MMK ( lahir tanggal 28

September 2004 ) harus ditetapkan berada dalam asuhan dan pemeliharaan Penggugat

sampai anak tersebut dapat menentukan pilihannya sendiri;

Page 54: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

l. Bahwa Majelis Hakim berpendapat untuk mencapai kemaslahatan anak, masing-

masing pihak perlu mengendalikan dirinya. Pihak yang dinyatakan tidak berhak

melakukan hadonah tidak perlu merasa dikalahkan bilamana putusan ini memang

untuk mendukung tegaknya kemaslahatan anak. Sebaliknya, pihak yang dinyatakan

berhak melakukan hadonah tidak pula merasa menang sehingga memandang putus

hubungan anak dengan pihak yang dinyatakan tidak berhak melakukan hadonah.

Janganlah sengketa anak seolah-olah sama dengan sengketa harta, dalam sengketa

harta pihak yang menang ia menjadi pemilik penuh dari harta tersebut dan pihak yang

kalah tidak berhak lagi atas harta tersebut hal ini berbeda dengan sengketa hadonah

dimana pihak yang melakukan hadonah sama sekali tidak menggambarkan bahwa

anak-anak yang menjadi miliknya. Hak hadonah hanya semata-mata menunjukkan

kepada hak yang sekaligus merupakan kewajiban untuk memelihara serta mendidik

anak-anak untuk mengantarkan mereka kepada masa depan yang cemerlang sesuai

yang dikehendaki dalam ketentuan pasal 3 Undang-undang No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan anak bahwa perlindungan anak bertujuan untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang

berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera semata-mata untuk kepentingan yang

terbaik bagi anak tersebut;

m. Bahwa Majelis Hakim berpendapat, Tergugat selaku ayah kandungnya masih

memiliki ikatan batin dengan anaknya sampai kapanpun tidak pernah putus dan untuk

menjaga keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak, Tergugat

Page 55: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

dapat berkunjung untuk memberikan kasih sayang kepada anaknya dengan tidak

mengganggu waktu dan kegiatan anak-anak sesuai pasal 41 huruf (a) Undang-undang

No. 1 Tahun 1974;

n. Bahwa berdasarkan keterangan Penggugat dihubungkan dengan penggakuan kuasa

hukum Tergugat yang menyatakan bahwa anak di bawah / dikuasai oleh Tergugat dan

saat ini Tergugat berada di Dubai dan tidak mengetahui keberadaan anak yang

bernama MMK ( lahir tanggal 28 September 2004 ) oleh karena pihak Penggugat

telah ditetapkan sebagai pemegang hadlin ( pengasuh dan pemelihara anak )

dihubungakan dengan bukti P-14 bahwa Tergugat akan mengembalikan anak yang

bernama MMK ( lahir tanggal 28 September 2004 ) kepada Penggugat ternyata

sampai perkara tersebut diputuskan Tergugat belum juga menyerahkan anak tersebut;

o. Bahwa Majelis Hakim perlu mengetengahkan hal-hal sebagaimana diatur dalam

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Rumah

Tangga sebagai berikut :

Pasal 1

Angka (1) :

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seorang terutama

perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup

rumah tangga;

Pasal 2

Angka (1):

Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi :

a. Suami, isteri dan anak;

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud

pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian,

yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau.

Page 56: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

c. Orang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga;

Pasal 5

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam

lingkup rumah tangganya, dengan cara :

a. Kekerasan Fisik.

b. Kekerasan Psikis.

c. Kekerasan Seksual.

d. Penelantaran Rumah Tangga.

Pasal 7

“Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk

bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang”;

Pasal 9

(1) “Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal

menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib

memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut”;

Pasal 45

(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling

lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 9.000.000.-(Sembilan Juta Rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap

isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,-

(tiga juta rupiah);

Pasal 49

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.

15.000.000,-(lima belas juta rupiah), setiap orang yang :

Page 57: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

a. Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam

pasal 9 ayat (1);

b. Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2);

z. Bahwa dengan mengetengahkan hal tersebut di atas Majelis Hakim bukan mendramatisir

suasana seperti itu namun yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat

adalah memang demikian adanya yakni Penggugat sebagai seorang ibu yang melahirkan

anak tidak dapat bertemu / tidak dipertemukan dengan anaknya maka berdasarkan hal

tersebut di atas agar putusan tersebut mempunyai kepastian hukum, menghukum kepada

Tergugat atau pihak keluarga Tergugat yang menguasai anak yang bernama MMK (lahir

tanggal 28 September 2004) untuk menyerahkan kepada Penggugat;

aa. Bahwa mengenai tuntutan Penggugat berupa nafkah anak yang harus ditanggung oleh

Tergugat perbulan sebesar Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah), dan untuk kemaslahatan

anak meraih masa depan yang cemerlang perlu ditetapkan biaya pengasuhan dan

pemeliharaan anak;

bb. Bahwa Majelis Hakim berpendapat, setiap orang tua manapun menginginkan yang

terbaik bagi putra-putrinya begitu pula apa yang diinginkan oleh Penggugat, namun

demikian keinginan yang terbaik tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan

penghasilan Tergugat sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Talak ayat 7 :

����hS�� �7D C=�7�{ ���� ���.�7�{ ( ����� �?��7# �&S��� �7#&'? ����hSW��W \0_☺�� ����� e\0� @ 5� ������ e\0� 0� &��" ��34 \0�� 0�1����� @

6�7�}�2�{ e\0� ���7�� �n�_ �,n�_� M�P } ٧ : ە٦/ ق �() ا {

Artinya :

Page 58: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang

yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah

kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang

Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (

At-Talak / 65 : 7 )

cc. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas sesuai pasal 41 huruf (b)

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 jo pasal 105 huruf (c) KHI adalah dipandang patut

dan layak untuk nafkah dua orang anak sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu

rupiah) perbulan mengingat Tergugat usia produktif dan biaya tersebut dipandang dapat

memenuhi kebutuhan hidup minimal di Jakarta;

dd. Bahwa Majelis Hakim perlu mengetengahkan pasal 77 huruf (b) Undang-undang No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang menyebutkan bahwa “ setiap orang yang

dengan sengaja melakukan tindakan “penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan

anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial dipidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda Rp. 100.000.000,-(seratus juta

rupiah)”, oleh karenanya Majelis Hakim memerintahkan kepada para pihak untuk

mentaati apa yang telah diputuskan dalam perkara ini;

ee. Bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka sesuai pasal 89 ayat (1)

Undang – undang No. 7 Tahun 1989 sebagaimana yang telah diubah oleh Undang –

undang No. 3 Tahun 2006 semua biaya yang ditimbulkan oleh perkara ini dibebankan

kepada Penggugat mengingat dan memperhatikan segala ketentuan peraturan perundang

– undangan yang berlaku dan hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini;

D. Putusan Hakim

Page 59: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Pertimbangan hukum di atas melandasi putusan majelis hakim yang amarnya sebagai

berikut :

DALAM EKSEPSI

1. Menolak eksepsi Tergugat Konpensi / Penggugat Rekonpensi

DALAM KONPENSI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Konpensi / Tergugat Rekonpensi sebagian ;

2. Menjatuhkan thalak satu bain shugro Tergugat Konpensi / Penggugat Rekonpensi ( DNA

bin AB ) kepada Penggugat Konpensi / Tergugat Rekonpensi ( NMP binti AR W.A ).

3. Menetapkan seorang anak bernama MMK ( lahir tanggal 28 September 2004) berada dalam

asuhan dan pemeliharaan Penggugat dengan tidak mengurangi hak Tergugat sebagai ayah

kandungnya.

4. Menghukum Tergugat untuk memberikan nafkah anak kepada Tergugat untuk memberikan

kepada Penggugat setiap bulannya sebesar Rp. 750.000,- ( Tujuh ratus lima puluh ribu

rupiah );-

5. Memerintahkan kepada panitera Pengadilan Agama Jakarta Pusat untuk mengirimkan

salinan putusan ini kepada KUA kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat untuk mencatat

perceraian tersebut.

DALAM REKONPENSI

6. Menolak gugatan yang diajukan oleh Penggugat rekonpensi

DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI

7. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara

ini sebesar Rp. 295.000,- ( dua ratus sembilan puluh lima ribu rupiah ),-

Page 60: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

BAB IV

ANALISIS KASUS CERAI GUGAT DENGAN NO. PERKARA 078/Pdt.G/2007/PA.JP DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

A. Analisis Terhadap Duduk Perkara.

Dalam menganalisis duduk perkara, penulis mencoba menguraikan mengenai

kewenangan absolute dan relatif Pengadilan Agama yang menyangkut perkara no

078/Pdt.G/2007/PA.JP, dan menyimpulkan permasalahan yang timbul antara NMP ( Penggugat )

dengan DNA ( Tergugat ). Wewenang ( kompetensi ) Peradilan Agama diatur dalam pasal 49

sampai dengan pasal 53 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang sudah

diamandemen dengan Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama, wewenang

tersebut terdiri atas wewenang relatif dan wewenang absolute. Adapun yang dimaksud dengan

kompetensi absolut adalah kewenangan atau kekuasaan untuk memeriksa, memutus dan

menyelesaikan suatu perkara bagi Pengadilan yang menyangkut pokok perkara itu sendiri.

Sedangkan kompetensi relatif adalah kewenangan atau kuasa untuk memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan yang berhubungan dengan wilayah atau domisili

pihak atau para pihak pencari keadilan.

Kompetensi absolut Peradilan Agama dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 3

Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, pada pasal 49 meliputi juga perkara-perkara di bidang ekonomi syariah, secara lengkap

Page 61: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

bidang-bidang yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama, meliputi perkawinan, waris,

wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, sedekah, dan ekonomi syariah.33

Kompetensi Relatif Pengadilan Agama, dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang nomor 7

tahun 1989 yang sudah di amandemen menjadi undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang

Pengadilan Agama dinyatakan.

“Bahwa Pengadilan Agama berkedudukan di Kotamadya (kota) atau di ibukota

Kabupaten yang daerah hukumnya meliputi wilayah Pemerintah Kota atau Kabupaten”.

Berdasarkan wilayah hukum suatu Pengadilan Agama, maka tempat Penggugat /

pemohon mengajukan gugatan / permohonan cerai gugat yang diajukan ke Pengadilan Agama

yang daerah hukumnya mengikuti tempat kediaman Pengggugat kecuali apabila Penggugat

dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin Tergugat ( suami ), maka

gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal

Tergugat, apabila Penggugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan perceraian

diajukan Penggugat kepada Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi tempat

kediaman Tergugat, apabila Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka

gugatan Penggugat diajukan kepada Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi tempat

perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.34

Berbicara mengenai kompetensi absolute dan relatif, maka menurut penulis dalam duduk

perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP sudah memenuhi kompetensi absolute maupun relatif Pengadilan

Agama Jakarta Pusat, karena jika di lihat dari kompetensi absolutnya perkara no

078/Pdt.G/2007/PA.JP adalah perkara gugat cerai yang di dalam penjelasan pasal 49 Undang-

undang no. 3 tahun 2006 termasuk ke dalam perkawinan, selain memenuhi kompetensi absolute

33 Sulaikin lubis, Wismar’ain Marzuki, Gemala Dewi, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di

Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006 ), Cet ke-2, h.106.

34 Chatib Rasyid, Syaifuddin, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktik Pada Peradilan Agama, (

Yogyakarta : UII Press, 2009 ), Cet-1, h.59.

Page 62: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

perkara tersebut juga sudah memenuhi kompetensi relatifnya karena jika dilihat dari perkaranya,

perkara tersebut adalah perkara gugat cerai maka tempat Penggugat / pemohon mengajukan

gugatan / permohonan cerai gugat di ajukan ke Pengadilan Agama yang daerah hukumnya

mengikuti tempat kediaman Pengggugat, jika di lihat dari tempat tinggal NMP selaku Penggugat

yang bertempat tinggal di Jalan KH.Mas Mansyur 25.A Blok 44-2-1 Rt.006 Rw.011, Kelurahan

Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Kodya Jakarta Pusat, maka gugatan Penggugat sudah

benar sesuai dengan kompetensi relatifnya yaitu di ajukan ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Selain membahas mengenai kompetensi absolute dan relatif, dalam analisis duduk

perkara ini penulis menyimpulkan permasalahan yang timbul antara NMP ( Penggugat ) dengan

DNA ( Tergugat ) sebagai berikut dalam hal atau dalil-dalil yang mendasari gugatan ( posita )

yaitu sifat Tergugat yang selalu membesar-besarkan masalah kecil, ringan tangan dan

bertempramen sangat tinggi sehingga menimbulkan perselisihan dan percekcokan terus menerus

yang membuat pshikis Penggugat tertekan selain itu Tergugat juga cemburuan sehingga

menimbulkan kata-kata yang tidak sepatutnya dikeluarkan seperti selingkuh/berzinah, dan juga

sikap Tergugat yang kurang memperhatikan masalah kebutuhan dalam rumah tangga baik dalam

hal nafkah lahir maupun nafkah batin.

Setelah penulis mengamati alur cerita dari duduk perkara serta mengikuti alur perkara

dan kasus hukum diatas berikut posita yang ada, dengan ini penulis mengamati beberapa hal

yang menarik untuk dianalisa dan diurai lebih lanjut dalam duduk perkaranya. Sikap suami yang

cenderung kasar membesar-besarkan masalah kecil, dan bertempramen sangat tinggi sehingga

Page 63: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

menimbulkan perselisihan dan percekcokan terus menerus disebabkan fitrahnya untuk berkuasa,

sombong dan ingin menjadi pemimpin.35

Islam bersikap memerangi terhadap tindakan kasar dan semena-mena terhadap orang

lain, termasuk kepada isteri dan anak-anak. Islam memerintahkan untuk berlaku santun kepada

segala sesuatu sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 159, yang berbunyi

�*���� ]Fh�i 0�!�W ⌧�S3�⌧� ��W��4&�0� (�*?�⌧�"V� ���� �C���*� MO3�P }ا ال�%$

} ���: �/ ن

Artinya ;

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu”.

Menurut penulis seorang suami ataupun isteri harus saling menjaga rumah tangga mereka

masing-masing agar tidak terjadi gugat cerai seperti di Pengadilan Agama Jakarta Pusat dengan

no. 078/Pdt.G/2007/PA.JP dan untuk menghindari kecemburuan dari pihak suami, seorang isteri

yang shalehah harus menjaga dirinya ketika suami tidak di rumah, dewasa dalam berfikir, dan

sangat terpercaya dan mengenai kebutuhan rumah tangga baik lahir maupun batin adalah

kewajiban seorang suami, karena ketika seseorang sudah berstatus sebagai suami maka ia tidak

boleh mementingkan dirinya sendiri, karena ini akan menanamkan kebencian di hati isteri dan

memutuskan tali cinta kasih antara suami isteri.

B. Analisis Sumber dan Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Memutuskan Perkara No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP.

35 Iman Sulaiman, Problematika Rumah Tangga & Kunci Penyelesaiannya. Penerjemah Nabil

Muhammad, ( Jakarta : Qisthi Press, 2005 ), Cet ketiga, h.171.

Page 64: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Berdasarkan asas-asas, peraturan hukum Islam, hukum acara, serta doktrin dapat

digunakan sebagai pisau analisis terhadap sumber dan pertimbangan hukum hakim Peradilan

Agama Jakarta Pusat dalam memutus perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP. sebagaimana akan

penulis uraikan dibawah ini.

Menurut penulis Pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan perkara gugat cerai

tersebut terdapat sedikit kekurangan dan kesalahan dalam pengambilan kaidah fiqhiyah yang

tercantum dalam kitab Al-Ashbah wan Nadhoir, menurut penulis kaidah fiqhiyah yang lebih

tepat digunakan terdapat dalam buku Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqh yaitu qa’idah

furu yang kedua atau cabang kedua dari qa’idah fiqhiyyah yang keempat :

'304� �2 ال ب��/� ر ا0 ا را �/� Artinya :

“ Dlarar yang lebih besar dihilangkan dengan dlarar yang lebih ringan”.36

Qaidah tersebut menegaskan bahwa untuk menghilangkan suatu bahaya disyaratkan

harus tidak menimbulkan bahaya yang. Suatu bahaya dapat dihilangkan dengan menimbulkan

bahaya yang lain, jika kadar bahaya yang ditimbulkannya tidak seimbang dan tidak lebih besar

dari pada bahaya yang dihilangkan. Oleh karenanya, seorang yang hendak menghilangkan suatu

bahaya, harus memperhitungkan terlebih dahulu dampak yang akan ditimbulkannya.

Apabila dampaknya seimbang atau bahkan lebih besar dari pada bahaya yang hendak

dihilangkan, maka ia harus mengurungkan niatnya, namun apabila dampak yang ditimbulkan

lebih kecil daripada bahaya yang dihilangkan maka ia bebas meneruskan niatnya menurut

penulis Qaidah ini terkait dengan perkara gugat cerai, no perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP yaitu

apabila pihak isteri dan pihak suami disatukan pernikahannya, maka akan menimbulkan

36Ahmad Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Persfektif Fiqh, ( Jakarta : Radar Jaya Offset, 2004

), Cetakan Pertama, h.140.

Page 65: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

mudhorot yang lebih besar dalam kehidupan pernikahan selanjutnya, yaitu rumah tangga yang

tidak dapat harmonis lagi, sedangkan bila pihak isteri dan suami dipisahkan dengan perceraian

kehidupan kedua belah pihak akan menjadi lebih baik.

Selain itu seharusnya hakim juga mempertimbangkan Pasal 39 ayat 2 Undang - undang

Perkawinan pada huruf d yaitu “salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

terhadap pihak yang lain”,37

dan pelanggaran taklik talak poin ( 3 ) , karena di dalam gugatan

Penggugat menjelaskan bahwa Tergugat di dalam rumah tangga kalau ada masalah kecil selalu

menjadi besar dan diakhiri dengan ucapan kasar serta pemukulan dan dikuatkan dengan

keterangan dari ibu kandung Penggugat selaku saksi pernah melihat di depan rumahnya Tergugat

pernah mencekik Penggugat dan menendang sampai Penggugat Tersungkur sesuai dengan

alasan-alasan perceraian yang tercantum dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 huruf d Undang-

undang Perkawinan dan diulang lagi dalam pasal 19 Peraturan Pelaksana.

Selain menginginkan perceraian dengan suaminya di dalam gugatannya Penggugat juga

menginginkan pengasuhan anak jatuh ke tangannya, dan Majelis Hakim mengabulkan gugatan

Penggugat dengan menetapkan pengasuhan anak kepada Penggugat selaku ibunya, menurut

penulis keputusan tersebut sudah tepat dengan mempertimbangkan pasal 105 huruf (a) dan pasal

3 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002, mengingat anak dari hasil perkawinan antara Tergugat

dan Penggugat masih sangat kecil dan belum mumayyiz. Selain itu keterangan Majelis Hakim

yang menjelaskan bahwa Tergugat selaku ayahnya dapat berkunjung untuk memberikan kasih

sayang kepada anaknya dengan tidak mengganggu waktu dan kegiatan anak dengan

mempertimbangkan pasal 41 huruf ( a ) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yang berbunyi

37 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, ( Jakarta : Direktorat

Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 2001 ), h.140.

Page 66: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

“Akibat Putusnya perkawinan karena perceraian ialah baik bapak atau ibu tetap

berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan

anak bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi

keputusannya”.38

Adalah sudah tepat karena walaupun sudah bercerai, tanggung jawab atas pemeliharaan

anak tetap berada pada tangan kedua orang tuanya.

Anak yang bernama MMK tidak diketahui keberadaannya karena dibawa oleh Tergugat

sampai putusan tersebut diputus maka Majelis Hakim menguhukum kepada Tergugat ataupun

keluarga Tergugat untuk menyerahkan anak tersebut kepada Penggugat dengan

mempertimbangkan Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT Pasal 1 angka 1 Pasal

2 angka 1, pasal 5, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 49. Menurut penulis putusan Majelis Hakim untuk

menghukum kepada Penggugat dengan mempertimbangkan Undang-undang No. 23 Tahun 2004

Pasal 1 angka 1 Pasal 2 angka 1, pasal 5, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 49 sudah tepat karena seorang

ibu ketika dipisahkan dan tidak dapat bertemu dengan anaknya akan tersiksa dan hal tersebut

bisa mengganggu psikologi Penggugat sebagai seorang ibu sebagaimana di jelaskan dalam

Undang-undang No. 23 tahun 2004 pada pasal 5 poin b bahwa kekerasan tidak hanya ada

kekerasan fisik tapi kekerasan psikis juga diatur dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004

tentang PKDRT.

Tuntutan lain dari Penggugat adalah berupa nafkah anak yang harus ditanggung oleh

Tergugat perbulan sebesar Rp.5.000.000,-(lima juta rupiah ) dan Majelis Hakim hanya

mengabulkan setengah dari gugatan Tergugat yaitu biaya nafkah anak sebesar Rp. 750.000,- (

tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ) perbulan. Berdasarkan hal tersebut penulis menyatakan

bahwa keputusan Majelis Hakim mengabulkan setengah dari gugatan Penggugat mengenai

38 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, h.141.

Page 67: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

nafkah anak dengan pertimbangan surat At-Talak ayat 7 pasal Pasal 41 huruf (b) Undang-undang

No. 1 Tahun 1974, Pasal 105 KHI huruf (c) adalah hal yang tepat, karena jika Majelis Hakim

mengabulkan tuntutan dari Penggugat berupa nafkah anak sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta

rupiah) menurut penulis terlalu berlebihan untuk ukuran satu orang anak dan memberatkan

Tenggugat apalagi Allah di dalam surat At-Talak ayat 7 menjelaskan bahwa “Hendaklah orang

yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya”.

Mengenai tuntutan Penggugat agar Putusan pengasuhan anak dapat dilaksanakan terlebih

dahulu dan permohanan putusan sela, Majelis Hakim berpendapat permohonan putusan sela

tidak sesuai dengan hukum acara gugatan Penggugat dan tentang putusannya dapat dilaksanakan

terlebih dahulu, mengenai hal tersebut penulis tidak sependapat dengan Majlis Hakim karena

menurut penulis keputusan Majelis hakim tidak sesuai dengan ketentuan hukum acara di

Pengadilan Agama seharusnya apabila Penggugat menginginkan tuntutan pengasuhan anak dan

nafkah terhadap anak dapat dilaksanakan terlebih dahulu. Penggugat harus membuat gugatan

provisi sesuai dengan hukum acara yang berlaku yaitu pasal 180 ayat 1 HIR dan Pasal 191 ayat 1

R.Bg, dan Majelis Hakim dapat memutuskan gugatan provisi tersebut dengan putusan sela

provisionil.

Dalam hal rekonpensi dari pihak Tergugat ditolak karena majelis hakim telah

menetapkan dalam konpensi bahwa seorang anak yang bernama MMK berada dalam asuhan dan

pemeliharaan Penggugat konpensi menurut penulis Majelis Hakim sudah melakukan hal yang

benar dengan mempertimbangkan kondisi anak yang masih kecil lebih dekat kepada ibunya dan

memerlukan belaian kasih sayang dari ibunya. Sesuai dengan pendapat para ulama bahwa

seorang ibu berhak menjadi pemeliharaan atas seorang anak lelaki sampai tujuh tahun dan anak

perempuan sampai usia puber.

Page 68: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Selain itu di dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 105 huruf (a) juga dijelaskan

bahwa dalam hal terjadi perceraian pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum

berumur 12 tahun adalah hak ibunya.

Mengenai Eksepasi yang diajukan Tergugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa ijin

atasan bagi seorang Pegawai Negeri Sipil bukan merupakan suatu syarat formal atau hukum

acara bagi pengadilan agama dan tidak menghalangi seorang Pegawai Negeri Sipil untuk

menyelesaikan perceraiannya, karena izin atasan langsung bisa diperoleh sebelum maupun

sesudah perkara didaftarkan.

Majelis hakim berpendapat bahwa adalah sangat bertentangan dengan asas kebebasan

hakim apabila pemeriksaan perkara perceraian harus diberhentikan hanya karena tidak ada izin

pejabat, hal itu merupakan campur tangan pihak extra judicial. Maka berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tersebut diatas dihubungkan dengan bukti P-16 ( Asli Surat izin atasan Nomor :

DJ.I/HK.03.4/340/2007 tanggal 9 April 2007 dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam).

Penggugat telah memperoleh izin atasan yang bersangkutan, oleh karenanya Eksepsi Tergugat di

tolak.39

Dalam hal ini penulis tidak sependapat dengan keputusan Majelis hakim serta

pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim karena Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 10 tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil pada

pasal 3 ayat 1 yang menjelaskan bahwa

“Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin lebih

dahulu”.40

39 Putusan Putusan Pengadilan Agama ( PA ) Jakarta Pusat tentang gugat cerai No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP, h.17.

40 Undang-undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Khusus Untuk Anggota ABRI Anggota POLRI

Pegawai Kejaksaan Pegawai Negeri Sipil, ( Jakarta : Sinar Grafika ), h.130.

Page 69: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Telah diubah oleh Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1990 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi

Pegawai Negeri Sipil dalam pasal 1 dijelaskan mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan

Pemerintah nomor 10 tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri

Sipil yaitu :

Mengubah ketentuan Pasal 3 sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut :

1. Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin

atau surat keterangan lebih dahulu dari pejabat;

2. Bagi Pegawai Negeri sipil yang berkedudukan sebagai penggugat atau bagi

pegawai negeri sipil yang berkedudukan sebagai tergugat untuk memperoleh izin atau

surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mengajukan permintaan

secara tertulis;

3. Dalam surat permintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan perceraian untuk

mendapatkan surat keterangan, harus dicantumkan alasan yang lengkap yang

mendasarinya.41

Maka berdasarkan hal tersebut seharusnya sebelum Penggugat mengajukan

gugatannya, Penggugat harus memperoleh izin atau surat keterangan lebih dahulu dari pejabat

sesuai dengan pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1990 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi

Pegawai Negeri Sipil.

Mengenai putusan Majelis hakim yang membebankan biaya perkara kepada Penggugat

adalah hal yang sudah tepat karena dalam lingkup Peradilan Umum untuk berperkara pada

asasnya dikenakan biaya ( pasal 4 ayat 2, 5 ayat 2 UU 14/1970, 121 ayat 4, 182,183 HIR, 145

41

Badan Kepegawaian Negara, “ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian

Bagi Pegawai Negeri Spil”, artikel ini diakses pada 1 Juni 2009 dari http://www.bkn.go.id/peraturan-pp-

isi.php?news_id=411.

Page 70: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

ayat 4, 192-194 Rbg); biaya perkara ini meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk panggilan,

pemberitahuan para pihak serta biaya materai.42

Sedangkan dalam lingkup Peradilan Agama sesuai dengan pasal 54 yang berbunyai

“Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dan lingkungan Peradilan Agama adalah

Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Pengadilan Umum

kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini”.

Maka Pasal 89 ayat 1 ini yang bersifat khsusus yaitu “biaya perkara dalam bidang

perkawinan dibebankan kepada Penggugat atau Pemohon”.43

C. Analisis Tentang Putusan Hakim.

Ada tiga pilar utama dalam hukum yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengukur

suatu putusan hakim, yaitu :

a. Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai keadilan hukum;

b. Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai kegunaan hukum;

c. Apakah putusan tersebut mengandung nilai-nilai kepastian hukum;

Untuk itu dalam menganalisis putusan hakim Pengadilan Agama No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP , penulis akan mengacu pada tiga tolak ukur di atas, sebagaimana penulis

uraikan di bawah ini

Secara hakiki sifat dari keadilan itu dapat dilihat dalam 2 ( dua ) arti pokok, yakni dalam

arti formal yang menuntut bahwa hukum itu berlaku secara umum, dan dalam arti materiil yang

menuntut agat setiap hukum itu harus sesuai dengan cita-cita keadilan masyarakat. Keadilan itu

42 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ( Yogyakarta : Liberty Yogyakarta), edisi

kelima, h.16.

43 Husni rahmi, Achmad Syafi’I, Peradilan Agama di Indonesia Sejarah Perkembangan dan Proses

Pembentukan Undang-undangnya ( Jakarta : Departemen Agama RI, 2001 ), h.154.

Page 71: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

dapat berubah-ubah isinya, tergantung dari pihak siapa yang menentukan isi keadilan itu,

termasuk juga faktor-faktor lainnya yang turut membentuk konteks keadilan itu, seperti tempat

maupun waktunya, namun secara umum ada unsur-unsur formal dari keadilan sesuai dengan

pembagian aliran keadilan Hans Kelsen dan John Rawls pada dasarnya terdiri dari :

- Keadilan merupakan nilai yang mengarahkan setiap pihak untuk memberikan perlindungan

atas hak-hak yang dijamin oleh hukum ( unsur hak ).

- Perlindungan ini pada akhirnya harus memberikan manfaat kepada setiap individu ( unsur

manfaat ).

Dengan unsur nilai keadilan yang demikian, yang dikaitkan dengan unsur hak dan

manfaat ditambah bahwa dalam disursus hukum, perihal realisasi hukum itu berwujud lahiriyah,

tanpa mempertanyakan terlebih dahulu itikad moralnya, maka nilai keadilan disini mempunyai

aspek empiris juga, di samping aspek idealnya. Maksudnya adalah apa yang dinilai adil, dalam

konteks hukum, harus dapat diaktualisasikan secara konkret menurut ukuran manfaat. Dengan

adanya ukuran manfaat nilai keadilan ini pada akhirnya keadilan dapat dipandang menurut

konteks yang empiris juga.44

Berdasarkan fakta yang ada dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat nomor

078/Pdt.G/2007/PA.JP, salah satu pertimbangan hakim adalah, bahwa Penggugat selama

persidangan telah menunjukkan sikap dan tekadnya untuk bercerai, hal mana berarti tidak mau

lagi mempertahankan perkawinannya, selain itu telah terjadi perselisihan dan pertengkaran

secara fisik yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat sehingga permohonan

Penggugat dapat dikabulkan dengan menjatuhkan talak satu bain shugro.

44 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Jurnal Yudicial Kajian Kehormatan, keluhuran Martabat dan

Perilaku Hakim, h. 198.

Page 72: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Dilihat dari aspek keadilan hukum, putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim dapat

dikatakan tidak memenuhi sisi keadilan hukum bagi Tergugat karena Majelis Hakim hanya

mempertimbangkan dan melihat sikap dan tekad dari Penggugat tanpa mempertimbangkan sikap

dan tekad dari Tergugat, apakah Tergugat masih mau mempertahankan keutuhan rumah

tangganya dengan bersedia merubah sikapnya atau tidak.

Selain melihat kepada aspek keadilan hukum penulis juga akan menganalisis putusan

hakim dengan menggunakan aspek kegunaan hukum. Aspek kegunaan hukum adalah

terwujudnya ketertiban. Untuk mewujudkan ketertiban manusia memunculkan keharusan-

keharusan berperilaku dengan cara tertentu yang dirumuskan dalam kaidah.45

Dalam hal pengasuhan anak Penggugat menginginkan hak asuh anak jatuh ketangan

Penggugat atas permohonan tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan usia anak Penggugat

dan Tergugat yang masih dibawah umur, dilihat dari psikologis maupun biologis anak yang

masih kecil, masih memerlukan belaian kasih sayang ibunya dan biasanya lebih dekat dengan

ibunya dan sesuai dengan ketentuan pasal 105 huruf ( a ) Kompilasi Hukum Islam anak yang

bernama MMK ( lahir tanggal 28 September 2004 ) harus ditetapkan berada dalam asuhan dan

pemeliharaan Penggugat sampai anak tersebut dapat menentukan pilihannya sendiri, selain itu

Majelis Hakim juga berpendapat bahwa Tergugat selaku ayah kandungnya masih memiliki

ikatan batin dengan anaknya sampai kapanpun tidak pernah putus dan untuk menjaga

keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak, Tergugat dapat berkunjung

untuk memberikan kasih sayang kepada anaknya dengan tidak mengganggu waktu dan kegiatan

anak sesuai pasal 41 huruf ( a ) Undang-undang No. 1 Tahun 1974.

45 Ibid, h.200.

Page 73: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Berdasarkan Pertimbangan Tersebut Majelis Hakim menetapkan seorang anak yang

bernama MMK ( lahir tanggal 28 September 2004 ) berada dalam asuhan dan pemeliharaan

Penggugat dengan tidak mengurangi hak Tergugat sebagai ayah kandungnya. Menurut penulis

dari keputusan Majelis Hakim tersebut sudah memenuhi aspek kegunaan hukum karena

keputusan Majelis hakim dengan menetapkan seorang anak yang bernama MMK ( lahir tanggal

28 September 2004 ) berada dalam asuhan dan pemeliharaan Penggugat dengan tidak

mengurangi hak Tergugat sebagai ayah kandungnya sudah terwujud ketertiban hukum dan sudah

memenuhi ketentuan dalam undang-undang No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.

Selain itu, keputusan Majelis Hakim tersebut juga berguna bagi pemeliharaan dan pendidikan

anak, karena dalam hal penetapan hak pengasuhan dan pemeliharaan anak setelah perceraian

baik bapak atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, walaupun anak

berada dalam pengasuhan dan pemeliharan ibunya setelah putusnya perkawinan bapakpun masih

diperbolehkan berkunjung untuk memberikan kasih sayang kepada anaknya dengan tidak

mengganggu waktu dan kegiatan anak.

Aspek terakhir dalam menganalisis putusan hakim dengan no. perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP adalah aspek kepastian hukum. Kepastian memiliki arti ketentuan,

ketetapan, sedangkan kepastian hukum memiliki arti perangkat hukum suatu Negara yang

mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga Negara.46

Berdasarkan fakta yang terungkap

dalam persidangan pada putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP

mengenai Tuntutan Penggugat berupa nafkah anak yang harus ditanggung oleh Tergugat

perbulan sebesar Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah ), Majelis Hakim mempertimbangkan hal

tersebut dengan pertimbangan bahwa berdasarkan pasal 41 huruf ( b ) undang-undang No. 1

46 Ibid, h. 202.

Page 74: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Tahun 1974 jo pasal 105 huruf ( c ) KHI adalah dipandang patut dan layak untuk nafkah seorang

anak sebesar Rp.750.000,-( tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ) perbulan mengingat Tergugat

usia produktif dan biaya tersebut dipandang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal di

Jakarta.

Berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim Menghukum Tergugat untuk

memberikan nafkah anak kepada Penggugat setiap bulannya sebesar Rp. 750.000,- ( Tujuh ratus

lima puluh ribu rupiah ).

Menurut penulis keputusan Majelis Hakim dalam hal nafkah anak telah memenuhi aspek

kepastian hukum karena sebagai perangkat hukum Majelis hakim telah mampu menjamin hak

Penggugat untuk mendapatkan nafkah bagi anaknya dan kewajiban bagi Tergugat untuk

memberikan nafkah anak sesuai dengan kemampuan Tergugat dalam usia produktif yang hidup

di Jakarta dan telah memenuhi asas legalitas, yaitu dengan menerapkan undang-undang no 1

tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam dalam hal penetapan nafkah anak.

Berdasarkan analisis yang sudah penulis uraikan di atas penulis berkesimpulan bahwa

keputusan Majelis Hakim tidak memenuhi nilai-nilai keadilan hukum baik bagi Penggugat

maupun Tergugat tetapi terlepas dari aspek tersebut keputusan Majelis Hakim sudah memenuhi

nilai-nilai yang lainnya, seperti nilai-nilai kegunaan dan kepastian hukum.

D. Analisis Penerapan Undang-undang PKDRT dalam Perkara No. 078/Pdt.G/2007/PA.JP di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Ada Anggapan, bahwa konflik atau kekerasan dalam rumah tangga merupakan urusan

intern rumah tangga, sehingga harus diselesaikan di dalam keluarga, secara kekeluargaan, bukan

diselesaikan melalui Pengadilan, sehingga jika perempuan atau istri yang berani mengadu ke

aparat penegak hukum, oleh keluarga sering didesak untuk mencabut kembali perkaranya dan

Page 75: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

menyelesaikan masalahnya melalui musyawarah keluarga. Usaha perempuan ( istri ) membuka

rahasia mengenai tindakan kekerasan yang dilakukan suami terhadap dirinya, justru sering

menimbulkan kekerasan baru yang dilakukan suami terhadap dirinya, serta yang dilakukan oleh

anggota keluarga lainnya.

Tidak jarang seorang istri menerima pemukulan dari suaminya selama bertahun-tahun

karena orangtuanya melarang dia mengajukan kasusnya ke Pengadilan, disamping itu dalam

persepsi masyarakat, seseorang yang dipandang gagal menjaga harmoni dalam rumah tangga

akan menjadi ancaman terhadap harmoni rumah tangga lain dan pada gilirannya menjadi

ancaman terhadap masyarakatnya. Keengganan isteri mengadukan tindakan kekerasan suami

terhadap dirinya justru semakin memperpanjang deretan kekerasan yang dialaminya. Dengan

demikian, sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, berbagai kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri tidak

memperoleh penegakan hukum secara pasti, karena itu setelah hampir tujuh tahun lamanya

memperjuangkan hadirnya sebuah undang-undang yang mampu melindungi korban kekerasan

yang berlangsung di dalam rumah tangga, para aktivis kelompok perempuan dari 72 organisasi

perempuan ditanah air kini bisa bernafas lega. Pada 14 September 2004, RUU tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga selanjurnya disingkat Undang-undang

Penghapusan KDRT akhirnya disetujui DPR RI dan pemerintah untuk disahkan sebagai undang-

undang.47

Setelah penulis melakukan penelitian di seluruh Pengadilan Agama di DKI Jakarta

ternyata penulis hanya menemukan satu kasus gugat cerai dengan alasan KDRT yang didalam

putusannya hakim menggunakan Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT sebagai

47 La Jamaa, Hadidjah, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (

Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2008 ), cet-1, h. 37.

Page 76: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

acuan salah satunya yaitu putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat dengan No perkara

078/Pdt.G/2007/PA.JP. Menurut bapak Abduh hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan,

Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT bukan merupakan kompetensi absolut

Pengadilan Agama tetapi Undang-undang tersebut merupakan kompetensi absolute Pengadilan

Negeri, karena apabila Undang-undang tersebut dipakai di Pengadilan Agama bukan saja

menyalahi kompetensi absolute tetapi juga ada kendala pidana berupa pembuktian yang harus

dilakukan selain itu menurutnya Pengadilan Agama sudah memiliki Undang-undang No. 1

Tahun 1974 dan KHI yang di dalamnya juga telah mengatur mengenai alasan perceraian yang

mengandung unsur penganiyaan atau kekerasan.48

Tidak jauh berbeda dengan penuturan bapak

Abduh, bapak Edward, panitera Pengadilan Agama Jakarta Timur menyatakan hal serupa.49

Sedangkan menurut bapak Drs. H. Nuheri. SH. MH, hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat

sudah mengetahui dan menerapkan Undang-undang No 23 tahun 2004 tentang PKDRT sejak

disahkannya Undang-undang tersebut, tetapi memang dalam memutuskan perkara yang ada

unsur KDRTnya hakim lebih melihat kepada ketentuan yang ada di dalam kompilasi hukum

islam dan hanya menggunakan undang-undang PKDRT secara eksplisit, menurut bapak Nuheri

ada kendala pidana berupa pembuktian yang harus dilakukan kalau undang-undang PKDRT

dijadikan sebagai dasar hukum dalam memutuskan perkara yang ada unsur KDRTnya, selain itu

di dalam Pengadilan Agama sudah ada KHI yang mengatur mengenai alasan-alasan perceraian,

kebanyakan hakim hanya menggunakan dalil tersebut dalam memutuskan perkara gugat cerai

dengan alasan KDRT.

48 Bapak Abduh, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 29 Maret 2009.

49 Bapak Edward, Panitera Pengadilan Agama Jakarta Timur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 2 April 2009.

Page 77: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Sebagian hakim Pengadilan Agama lebih spesifik melihat KDRT sebagai pelangggaran

taklik talak, padahal Komnas perempuan di dalam pelatihan hakim agama tentang KDRT telah

menghimbau supaya para hakim agama menggunakan Undang-undang No. 23 Tahun 2004

Tentang PKDRT, selain itu seluruh ketua Pengadilan Agama di Jakarta khususnya hakim ketua

Pengadilan Agama Jakarta Pusat dan MA juga sudah memerintahkan para hakim yang

menangani kasus gugat cerai karena ada unsur KDRTnya menggunakan Undang-undang No. 23

tahun 2004 sebagai rujukannya.50

Salah satu contoh kasus gugat cerai yang mengandung unsur KDRT adalah kasus dengan

No perkara 078/Pdt.G/2007/PA.JP. Dalam kasus ini hakim menggunakan Undang-undang No.

23 Tahun 2004 Tentang PKDRT hanya sebagai informasi bahwa Tergugat telah melakukan

psikis terhadap Penggugat dengan membawa anak hasil perkawinan Tergugat dan Penggugat,

sehingga membuat Penggugat merasa tertekan karena tidak dapat bertemu dengan anaknya.

Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Undang-undang No. 23

Tahun 2004 tentang PKDRT sudah diterapkan sebagai salah satu pertimbangan dalam

memutuskan perkara gugat cerai dengan alasan KDRT.

50 H. Nuheri, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta, 28 April 2009.

Page 78: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-karim

Abdullah,A. Ghani. Himpunan Per-Undang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama. Jakarta

: PT. Intermasa, 1991.

Abdul Kodir, Faqihuddin dan Azizah Mukarnawati, Ummu. Referensi bagi Hakim Peradilan

Agama tentang Kekerasan dalam rumah tangga, Jakarta :Komnas Perempuan, 2008.

Abdurrahman. KHI di Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo, 2004 .

Amandemen Undang-undang Peradilan Agama undang-undang RI No. 3 Tahun 2006. Jakarta :

Sinar Grafika.

Arifin, Imron. Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang :

Kalimasahada Press, 1994.

Aripurnami, Sita. “Kekerasan Terhadap Aspek-aspek Sosial Budaya dan pasal 5 Konvensi

Perempuan”. Dalam buku Pemahaman Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan

Alternatif Pemecahannya. penyunting Achie Sudiarti Luhulima. Bandung : PT. Alumni,

2000.

Badan Kepegawaian Negara, “ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin

Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Spil”, artikel ini diakses pada 1 Juni

2009 dari http://www.bkn.go.id/peraturan-pp-isi.php?news_id=411.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta : Balai Pustaka, 2005.

Djannah, Fathul. Dkk. Kekerasan Terhadap Isteri. Yogyakarta : LKIS.

Galtung, Johan. Kekuasaan dan kekerasan menurut Johan Galtung. Yogyakarta : Kanisius,

1992.

Hilaluddin, Farhan. “ Efektifitas Pelaksanaan Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang

PKDRT ( Studi di wilayah kotamadya Jakarta Selatan ).” Skripsi S1 Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, 2008.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta :

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 2001.

Iman, Sulaiman. Problematika Rumah Tangga & Kunci Penyelesaiannya. Penerjemah Nabil

Muhammad. Jakarta : Qisthi Press, 2005.

Jurnal Perempuan, Hukum itu Seksi ? .edisi ke- 10 Februari – April, 1999.

Jurnal Perempuan, Di Rumah, Pengungsian dan Peradilan : KTP dari wilayah ke wilayah,

Jakarta : 7 Maret, 2007

Page 79: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Kantor Meneg PP. Pengetahuan Praktis Tentang Perlindungan Terhadap Perempuan Korban

Kekerasan. Jakarta : Meneg, 2000.

Komisi Yudisial Republik Indonesia, Jurnal Yudicial Kajian Kehormatan, keluhuran marabat

dan Perilaku Hakim. Vol-I/No-03/Desember/2007.

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Catatan Tentang Kekerasan Terhadap

Perempuan Di Rumah, Pengungsian dan Peradilan KTP dari Wilayah Ke Wilayah.

Jakarta, 7 Maret 2007.

Komnas Perempuan. Lokus Kekerasan Terhadap Perempuan, 2004.

Maftuha, Mimi. “Efektivitas Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Sebagai Perlindungan Sosial terhadap Perempuan (

Studi pada Kota Bekasi Jawa Barat).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, 2006.

Munti, Ratna Batara. Suara Apik : Lahirnya UU Penghapusan dalam Rumah Tangga “Sebuah

bentuk terobosan hukum dan implikasinya terhadap hukum nasional”. LBH-APIK

Jakarta 2005.

Nursyahid. 5 Undang-undang Republik Indonesia. Jakarta : BP. Panca Usaha, 2007.

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Pemetaan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) melalui kerangka alur kerja analisis gender dan anak sebagai data pembuka :

laporan penelitian, Pemprop DKI Jakarta dengan Lembaga Penelitian Universitas

Padjajaran. Jakarta, 2004.

Putusan Pengadilan Agama ( PA ) Jakarta Pusat tentang gugat cerai No.

078/Pdt.G/2007/PA.JP

Sa’adah, Halimatus.” Cerai Gugat Karena Penganiayaan Suami (Studi Kasus di PA

Tanggerang)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidatullah Jakarta, 2008.

Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986 .

Subhan , Zaitunah. Kekerasan Terhadap Perempuan. Yogyakarta : Pusaka Pesantren, 2004.

Sudirman Abbas, Ahmad. Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Mazhab. Jakarta :

PT. Prima Heza Lestari.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996.

Suma, Amin. Hukum Keluarga Islam Modern. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2004.

Page 80: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

Warson Munawwir, Ahmad. al – Munawir Kamus Arab – Indonesia. Surabaya : Pustaka

Progressif, 1997.

Wawancara Pribadi dengan Abduh. Jakarta, 29 Maret 2009.

Wawancara Pribadi dengan Nuheri. Jakarta, 28 April 2009.

Wawancara Pribadi dengan Edward. Jakarta, 2 April 2009.

Page 81: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN

LAMPIRAN

Page 82: UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PKDRT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18537/1/RINA... · PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi berjudul PENERAPAN