Upload
vanphuc
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI TOKSISITAS FRAKSI DARI SPONGS LAUT Xestospongia DENGAN METODE BRINE SHRIMP
TEST (BST)
Oleh:
FRANSISCHA GALUH KARTIKASARI
1506100002
Dosen Pembimbing:
Awik Puji Dyah Nurhayati S.Si, M.Si
Drs. Agus Wahyudi M.S
LATAR BELAKANG
keanekaragaman hayati
laut Indonesia
melimpah
Spons Genus Xestospongia metabolit sekunder
Alkaloid, polycyclic Quinones dan
hydroquinones, derivate
polyacetylenic, aminoalkohol, dan
sterol (aragusterol) (Laurent et
al,2006), oxaquinoleridinesl, β-
Carbdine, terpenoid, laktones
(Kondracki et al,1992)
mempertahankan
diri dari predator
memiliki aktivitas farmakologis
dapat dipisahkan melalui metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Fraksi-fraksi
Diuji ketoksikannya
dengan metode Brine
Shrimp Test (BST)
Menggunakan
Artemia salinaUji pendahuluan
antikanker
Menguji toksisitas dari fraksi yang didapat dari ekstrak
Xestospongia dengan metode Brine Shrimp Test (BST)
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. menguji secara kualitatif senyawa Xestospongia
2. menguji toksisitas dari fraksi dari hasil KLT pada Xestospongia
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. untuk mengetahui jenis senyawa dari Xestospongia secara kualitatif
2. untuk mengetahui toksisitas dari fraksi Xestospongia dengan menggunakan metode
Brine Shrimp Test (BST)
Permasalahan
Batasan masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pengembangan alternatif
pengobatan antikanker dengan menggunakan
produk dari spons laut.
Manfaat Penelitian
METODOLOGI
Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2010. UjiKromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi lapisTipis Preparatif (KLTP) dilakukan di labolatorium KimiaSintesis Fakultas Farmasi UNAIR, Uji kualitatifdilakukan diLabolatorium Farmakognosis FakultasFarmasi UNAIR dan uji Brine Shrimp Test (BST)dilakukan di Labolatorium Zoologi Biologi ITS.
Cara Kerja
1. Isolasi Senyawa Bioaktif
Ekstrak kasar
Xestospongia dari
labolatorium zoologi
biologi ITS yang
telah kering diambil 1
gr
dilarutkan
etanol ±2
ml
Larutan ekstrak dalam etanol, ditotolkan pada
pelat KLT menggunakan pipa kapiler dengan
jarak ± 1 cm dari dasar
Setelah totolan kering,lempengan dimasukkan ke
dalam bejana dan dielusi hingga jarak ± 1 cm dari
tepi atas dengan fase gerak yang sesuai
kemudian di deteksi dengan sinar UV 254 nm dan
UV 365 nm
2. Uji Kualitatif
disemprot dengan anisaldehid, uap amoniak, besi
(III) klorida, Lieberman-Buchard dan
Dragendorff.
Dihitung nilai Rf (Retardation Factor) dengan menggunakan rumus:
Rf = Jarak yang ditempuh substansi
Jarak yang ditempuh oleh pelarut
senyawa yang terpisahkan.
3. Isolasi Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis
Preparatif (KLTP)
Ekstrak Xestospongia
sp. yang dilarutkan
dalam ethanol
dielusi dengan fase
gerak yang didapat dari
Kromatografi lapis
Tipis (KLT) hingga
jarak ± 2 cm dari tepi
atas
ditotolkan pada Plat KLTP
berupa garis lurus
menggunakan pipa kapiler
dengan jarak ± 2 cm dari dasar
Senyawa yang berupa fraksi
dikerok dengan menggunakan
spatula berdasarkan nilai Rf yang
didapat dari KLT
dilarutkan dalam etanol
dan disaring dengen
kertas saring
Hasil penyaringan
dikeringkan dalam aeratorHasil berupa fraksi
2. Uji Toksisitas
Fraksi yang didapat dari hasil
Kromatografi Lapis Tipis
Preparatif (KLTP)
dibuat dalam konsentrasi 1000
ppm, 500 ppm, 250 ppm, 100
ppm, 10 ppm dan 0 ppm (kontrol)
1000 ppm 500 ppm 250 ppm 100 ppm 10 ppmkontrol
25 ml+75 ml
50 ml+50 ml
10 ml+90 ml
1 ml+99 ml
ditimbang
Telur Artemia salina
ditetaskan dalam wadah yang berisi 500
ml air laut
dengan kepadatan 5 g/L
diaerasi
selama 48 jam
Setelah menetas, diberi pakan berupa ragi
dengan konsentrasi 3 mg dalam 5 ml air
laut sebanyak 1 tetes
Telur menetas dalam jangka waktu 24-36 jam
Larva umur 48 jam
Digunakan dalam uji BST
3. Uji Brine Shrimp Test (BST)
kontrol 1000 ppm 500 ppm 250 ppm100 ppm 10 ppm
diambil
1 ml
diambil
1 ml
diambil
1 ml
diambil
1 ml
diambil
1 ml
diambil
1 ml
Pada fraksi hasil Kromatografi lapis Tipis (KLT)
5 ml air
laut
5 ml air
laut
5 ml
air laut
5 ml
air
laut5 ml air
laut
5 ml air
laut
masing-masing tabung reaksi
dimasukkan 10 ekor larva
Artemia salina umur 48 jam
diamati jumlah Artemia salina yang mati
dengan kaca pembesar selama 24 jam
dilakukan 3 kali ulangan
dihitung % kematian
Rumus yang digunakan:Jumlah Larva yang mati
%Kematian = x 100%
Jumlah hewan yang diuji(Meyer et al.,1982)
Rumus yang digunakan:Jumlah larva yang mati – jumlah larva yang mati pada kontrol
%kematian = x 100%
Jumlah Hewan uji
(Meyer et al.,1982)
ditentukan besarnya LC50 yang dihitung
dengan analisis probit menggunakan
MINITAB
hasil
Bila pada kontrol ada larva yang
mati
Bila pada kontrol tidak ada larva
yang mati
Rancangan Penelitian dan Analisis Data
Penelitian menggunakan rancangan eksploratif dengan memberi perlakuan
konsentrasi ekstrak spons sebesar 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 100 ppm,10
ppm dan 0 ppm sebagai kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3
kali.
Data Hasil
Tabel Analisa Kualitatif Jenis Senyawa
Jenis Senyawa Warna
terpenoid Merah atau ungu
steroid biru
fenolik biru ungu
flavonoid warna jingga sampai merah
alkaloid orange sampai merah bata
Persentase kematian A. salina kemudian dilakukan analisis probituntuk mengetahui nilai LC50. Analisis probit menggunakan programMINITAB. Suatu ekstrak dianggap memiliki aktivitas toksik danberpotensi untuk diteliti lebih lanjut jika harga LC50 < 1000 ppm (Meyeret al.,1982).
Analisa Data
Hasil KLT diperoleh spot fraksi sebanyak 4, dengan pelarut kloroform dan aseton (5:1) (v/v)
Kloroform memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dari pada aseton sehingga gabungan keduanya menghasilkan kepolaran yang berbeda Kepolaran yang dihasilkan dari gabungan kedua pelarut rendah sehingga senyawa yang dapat larut pada pelarut tersebut juga memiliki tingkat kepolaran yang rendah
Plat KLT yang telah dielusi dengan pelarut kloroform dan aceton (5:1) (v/v) berpendar ketika diamati dengan UV pada panjang gelombang 254 nm memiliki energi relatif lebih kuat daripada 365 nm
Hasil Dan pembahasan
Spot noda (fraksi) berpendar pada panjang
gelombang 254 nm
Spot noda (fraksi) tidak berpendar pada
panjang gelombang 365 nm
Fraksi 4
Fraksi 3
Fraksi 2
Fraksi 1
Hasil pada Kromatografi Lapis Tipis(KLT)
Jenis senyawa pada spot fraksi yang telah diperoleh adalah senyawa terpenoid yang ditandai dengan adanya warna ungu setelah dilakukan penyemprotan dengan reagen anisaldehid (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Hasil kualitatif jenis senyawa
Hasil pada Kromatografi Lapis Tipis(KLT)
Jenis Senyawa Warna Hasil Uji
terpenoid Merah atau ungu +
steroid biru -
fenolik biru ungu -
flavonoid warna jingga sampai merah -
alkaloid orange sampai merah bata -
Hasil pada Kromatografi Lapis Tipis(KLT)
Hasil
penyemprotan
dengan Liberman
Buchart
Hasil
penyemprotan
dengan
Dragendroff
Hasil
penyemprotan
dengan
anisaldehid
Hasil
penyemprotan
dengan besi (III)
klorida
Hasil
penyemprotan
dengan uap
amonia
Dari harga Rf yang di dapat dari KLT yaitu ½
Nilai Rf yang didapat dari KLT sama dengan Nilai Rf pada Kromatografi lapis Tipis preparatif (KLTP) yang digunakan untuk mengambil senyawa pada KLTP
Rf menunjukkan perjalanan senyawa yang dipisahkan relative terhadap perjalanan pelarut
Hasil pada Kromatografi Lapis Tipis(KLT)
Hasil uji toksisitas fraksi spons laut Xestospongia menujukkan % kematian terhadap larva
Artemia salina yang ditunjukkan dalam Tabel 4.2
Tabel 4.2. Hasil Uji Brine Shrimp Test (BST) untuk fraksi yang didapat dari Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)
Konsentrasi Pengulangan
Jumlah larva Artemia
yang diuji
Jumlah Larva
Artemia yang Mati jumlah rata-rata
%
kematian
0
0
0
1
2
3
10
10
10
0
1
2
3 1.00 10
10
10
10
1
2
3
10
10
10
2
5
3
10 3.33 23.3
100
100
100
1
2
3
10
10
10
3
4
4
11 3.67 26.7
250
250
250
1
2
3
10
10
10
5
4
4
13 4.33 33.3
500
500
500
1
2
3
10
10
10
6
4
4
14 4.67 36.67
1000
1000
1000
1
2
3
10
10
10
5
6
6
17 5.67 46.67
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Grafik 4.1 Probability plot untuk jumlah larva Artemia yang mati
Konsentrasi
Pe
rce
nt
7500500025000-2500-5000
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Table of Statistics
Mean 692.329
StDev 1027.53
Median 692.329
IQ R 1386.11
Probability Plot for Jumlah Larva Artemia yang Mati
Probit Data - ML Estimates
Normal - 95% CI
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Larva Artemia yang mati pada kontrol larva pada kondisi yang lemahtidak dapat beradaptasi saat dipindahkan dari media air laut dari
tempat penetasan ke dalam media air laut di botol ampul.
Larva Artemia yang mati pada kontrol mengalami penurunan aktivitas.Semakin lama, Artemia dalam kontrol semakin lemah dan terus berada
di dasar tabung.
Larva Artemia dengan perlakuan fraksi (ppm) mengalami disorientasigerak (gerakannya tidak teratur)
Semakin tinggi nilai konsentrasi fraksi ekstrak mortalitas Artemia jugasemakin tinggi (Tabel 4.1)
Harbourne (1994) semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka sifat toksiknyaakan semakin tinggi.
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Dari hasil perhitungan Analisa Probit dengan menggunakan MINITAB,
didapat nilai LC50 pada ekstrak fraksi Xestospongia ini adalah 692.329
ppm.
Meyer (1982) suatu ekstrak bersifat toksik bila nilai LC50 ≤1000 ppm
sehingga ekstrak dari fraksi Xestospongia dapat dikatakan toksik.
Terpenoid bersifat toksik pada sebagian besar komponen terpenoid memiliki
struktur lipofilik menyebabkan kerusakan membran sel sehingga
menyebabkan kematian sel.
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Sifat nonpolar terpenoid mudah menembus membran sel ataumembran organel dalam sel pada sisi hidrofobik membentukstruktur misel terbentuknya ikatan antara senyawa nonpolar(terpenoid) dengan bagian nonpolar dari membran sel
menyebabkan permeabilitas membran sel terganggu.
Terpenoid memiliki efek sinergis bagi toksin lain denganbertindak sebagai solven untuk memfasilitasi toksin bergerakmelalui membran (Dudareva dan Gershenzon, 2007 dalam Imaria,2008).
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Terpenoid merusak DNA merusak ikatan dalam DNA menjadiDNA Single-strand dan dapat menghambat proses mitosis sel (Sladić dan
Gašić, 2006)
Senyawa bioaktif sebagai zat toksik dapat masuk melalui membransel larva Artemia (secara difusi), membran sel : untuk mengaturperpindahan zat ke dalam dan keluar sel pada organela sel
Senyawa toksik masuk menyebabkan terjadinya perusakanatau modifikasi permeabilitas membrane dan mengacaukan systemperpindahan zat dengan cara turut campur dalam pembawa danproduksi ATP mengganggu proses biokimiawi dan fisiologi (Connell dan
Miller,1995)
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan Artemia bersifatpenyaring tidak selektif (non selective filter feeder) sehingga apa sajayang dapat masuk mulut artemia seakan-akan menjadi makanannya(Isnansetyo dan Kurniastuty,1995 dalam Widyastuti,2005)
Senyawa yang masuk dapat berinteraksi dengan target (misalnya enzim,lemak, membran sel, asam nukleat) mempengaruhi mekanisme tubuh yang akhirnya dapat menyebabkan kematian (Connell dan
Miller,1995)
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Masuknya senyawa toksik melalui pernafasan saat pertukarangas melewati permukaan permeable pada bagian tengah tempatkeluarnya di thoraciz appendages
Metabolisme sekunder yang bersifat polar relatif lebih toksik daripada yang bersifat non polar (Nurhayati et al.,2006)
Senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar alkaloid dan flavonoid
Senyawa yang bersifat non polar terpenoid dan steroid (Sastroamidjojo
dalam Nurhayati et al.,2006)
Hasil uji Toksisitas Fraksi Xestospongia sp. dengan Metode
Brine Shrimp Test (BST)
Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil kualitatif
pada Rf ½ merupakan terpenoid. Fraksi tersebut mempunyai
nilai LC50 sebesar 692.329 ppm
Saran
Perlu diadakan penelitian terhadap sel kanker untuk mengetahui
potensi senyawa tersebut sebagai anti kanker
Kesimpulan dan Saran