Upload
hoangcong
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L.
SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA
ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Maria Andreina Niken A. S
NIM: 131434055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L.
SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA
ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Maria Andreina Niken A. S
NIM: 131434055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
MOTTO
ORA ET LABORA
DO THE BEST AND LET GOD DO THE REST
“But you, be strong and do not let your hands be weak, for your work shall be
rewarded!”
2 Chronicles 15:7 (NKJV)
SUCCESS DOES NOT LIE IN “RESULT” BUT IN “EFFORTS”, “BEING”
THE BEST IS NOT SO IMPORTANT, “DOING” THE BEST IS ALL THAT
MATTERS...
~Quote about Success~
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberi kekuatan kepada saya
Kedua Orang Tua dan Adik-Adik saya
Keluarga besar saya
Dosen Pembimbing
Sahabat dan Teman-Teman yang selalu mendukung
Seluruh keluarga besar Pendidikan Biologi Angkatan 2013
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L.
SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA
ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)
Maria Andreina Niken A. S
NIM: 131434055
Universitas Sanata Dharma
Ulat P. xylostella merupakan hama tanaman yang menyerang tanaman
kubis-kubisan yang menyebabkan kerusakan kubis pada bagian daunnya. Pada
umumnya petani menggunakan insektisida kimiawi yang ampuh tetapi sangat
berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar. A. conyzoides merupakan
tanaman gulma yang dapat dimanfatkan sebagai insektisida nabati dikarenakan
kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman tersebut dapat dijadikan
sebagai insektisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh toksisitas
ekstrak tanaman A. conyzoides sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas
hama ulat kubis (P. xylostella) dan mengetahui nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari
ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat
kubis (P. xylostella).
Penelitian ini terdiri dari 1 kontrol (0%) , 3 perlakuan (2%, 6%, 10%), dan
dilakukan 3 kali pengulangan. Pada setiap pengulangan diujikan 10 ulat P.
xylostella instar IV. Pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Data yang diambil adalah tingkat
mortalitas ulat kubis (P. xylostella) selama 24 jam setelah aplikasi dan dilanjutkan
sampai 48 jam dari perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis probit LC50. Dari hasil analisis probit diperoleh
nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan LC50 48 jam sebesar 1,93%. Uji kuantitatif
juga dilakukan utuk mengetahui kandungan flavonoid dan alkaloid pada ekstrak
tanaman A. conyzoides. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides maka semakin tinggi tingkat mortalitas
ulat kubis (P. xylostella).
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data disimpulkan bahwa
ekstrak tanaman A. conyzoides terbukti berpengaruh toksik terhadap mortalitas
hama ulat kubis (P. xylostella).
Kata Kunci: ulat kubis (P. xylostella), insektisida nabati, tanaman A. conyzoides,
mortalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
THE TOXICITY TESTS OF PLANTS EXTRACT Ageratum conyzoides L. AS
PHYTO-INSECTICIDE TO MORTALITY OF CABBAGE CATERPILLARS
PEST (Plutella xylostella L.)
Maria Andreina Niken A. S
Student Number: 131434055
Sanata Dharma University
Caterpillar P. xylostella is plants pest which aggresses cabbage plants
that causing detriment to cabbage on its leaf. In a general way, farmer uses the
effective chemical insecticide, but it is very dangerous for healthiness and
surrounding environment. A. conyzoides is weed plants which can be used as
phyto-insecticide because of secondary metabolite compounds on these plants that
can be used as insecticide. This experiment has purposes to know the effect of
toxicity of A conyzoides plant extract as phyto-insecticide to mortality of cabbage
caterpillars pest (P. xylostella) and to know LC50 24 hours and 48 hours’ value of
plants extract A. conyzoides which has influence to mortality of cabbage
caterpillars pest (P. xylostella).
This experiment consisted of 1 control (0%), 3 handlings (2%, 6%, 10%),
and 3 rehashes. Each rehashes was tested by 10 caterpillar P. xylostella instar IV.
The productions of plants extract A. conyzoides were made by maceration method
using ethanol solvent. The data taken was mortality of cabbage caterpillars level
(P. xylostella) for 24 hours after application until 48 hours from the handling of
plants extract A. conyzoides. From the data, it was analyzed by using probit LC50
analysis. The result of probit analysis was obtained LC50 24 hours value in the
amount of 2, 35% and LC50 48 hours in the amount of 1, 93%. Quantitative test
also was done in order to know the content of flavonoids and alkaloids in plants
extract A. conyzoides. The experiment result showed that the higher
concentrations of plants extract A. conyzoides, the higher the mortality rate of
cabbage caterpillars pest (P. xylostella).
Based on observation and data analysis, plants extract A. conyzoides is
proven have a toxic effect to mortality of cabbage caterpillars pest (P. xylostella).
Keyword: cabbage caterpillar (P. xylostella), phyto-insecticide, A. conyzoides
plant, mortality
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L.
SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA
ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah
satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan
Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan
baik berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan
rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi, menyertai dan memberi
kekuatan kepada saya
2. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi dan selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran, menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk memberikan masukan, pengarahan, serta perbaikan-perbaikan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Ignantius Yulius Kristio Budiasmoro, S.Si., M.Si. dan Ibu Dra.
Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan
saran dan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Ignantius Yulius Kristio Budiasmoro, S.Si., M.Si. selaku Dosen
Pembimbing Akademik.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf Program Studi Pendidikan Biologi
Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Pak Agus selaku laboran dan Pak Marsono selaku karyawan di Laboratorium
Pendidikan Biologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
9. Laboratorium Chem-Mix Pratama sebagai tempat peneliti menguji kandungan
senyawa flavonoid dan alkaloid.
10. Kedua orang tua saya Bapak Yochanan Indroyono dan Ibu M. C. N. Elok H.
Ekosari atas segala pengorbanan yang selalu memberi semangat, dukungan
motivasi dan mendoakan saya.
11. Adik-adik saya Sarah Andreina Nimas A.S dan Andreas Wisanggeni yang
memberi dukungan semangat dan mendoakan saya.
12. Keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan semangat dan mendoakan
saya.
13. Teman-teman Disciples dan Connect Group GMS Miracle Yogyakarta, terima
kasih atas dukungan semangat, perhatian, dan doa kalian.
14. Pak Min, Pak Suparno dan Mbak Dinda yang telah membantu selama
penelitian dan memberikan dukungan motivasi dan doa.
15. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Angkatan 2013, terima kasih atas kerja sama, dukungan, motivasi, dan
bantuannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat terwujud.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
diterima dengan terbuka demi perbaikan skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .............. vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
1. Bagi Peneliti ................................................................................ 8
2. Bagi Masyarakat.......................................................................... 8
3. Bagi Dunia Pendidikan ............................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9
A. Hama Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .......................................... 9
1. Klasifikasi ................................................................................... 9
2. Daur Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .......................... 10
3. Kerusakan yang disebabkan Ulat Kubis
(Plutella xylostella L.) ................................................................ 13
B. Insektisida ......................................................................................... 14
1. Pengertian Insektisida ................................................................. 14
2. Sasaran Racun Insektisida ........................................................... 15
3. Jenis Insektisida .......................................................................... 16
4. Insektisida Nabati ........................................................................ 19
C. Tanaman Ageratum conyzoides L. .................................................... 23
1. Klasifikasi ................................................................................... 23
2. Nama Daerah Tanaman Ageratum conyzoides L. ....................... 24
3. Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L. ............................. 24
4. Ekologi dan Penyebaran Tanaman Ageratum
conyzoides L. ............................................................................... 25
5. Manfaat Tanaman Ageratum conyzoides L. ................................ 25
6. Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Ageratum
conyzoides L. ............................................................................... 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
7. Potensi Tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai
Insektisida Nabati ........................................................................ 31
D. Lethal Concentration (LC50) ............................................................. 33
E. Hasil Penelitian Relevan ................................................................... 34
F. Kerangka Berpikir ............................................................................. 38
G. Hipotesa............................................................................................. 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 40
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 40
B. Desain Penelitian ............................................................................... 40
C. Batasan Penelitian ............................................................................. 41
D. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 42
E. Alat dan Bahan .................................................................................. 42
1. Alat .............................................................................................. 42
2. Bahan........................................................................................... 43
F. Cara Kerja ......................................................................................... 43
1. Pembuatan Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. .............. 43
2. Penyiapan dan Pemeliharaan Ulat Kubis
(Plutella xylostella L.) ................................................................. 45
3. Pengamatan Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .... 47
4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian ......................................... 51
5. Pengujian Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L.
terhadap Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .............. 51
6. Pengambilan Data ....................................................................... 52
G. Metode Analisis Data ........................................................................ 53
H. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam
Pembelajaran ..................................................................................... 57
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 58
A. Hasil .................................................................................................. 58
B. Pembahasan ....................................................................................... 64
1. Pengaruh Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L.
terhadap Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
berdasarkan Hasil Pengamatan Data .......................................... 64
2. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Ulat Kubis
(Plutella xylostella L.) ................................................................. 69
a. Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Tanaman
Ageratum conyzoides L. ........................................................ 69
b. Waktu Aplikasi Penyemprotan Insektisida ........................... 70
c. Aktivitas Makan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) ............ 71
d. Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) .................. 72
3. Faktor Pendukung Proses Penelitian ........................................... 73
4. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian ............................ 74
BAB V. IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN
UNTUK PEMBELAJARAN ............................................................. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 79
A. Kesimpulan ....................................................................................... 79
B. Saran .................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81
LAMPIRAN ....................................................................................................... 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan pada Pengamatan Mortalitas P. xylostella ....... 41
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kandungan Flavonoid dan Alkaloid Ekstrak
Tanaman Ageratum conyzoides L. ...................................................... 58
Tabel 4.2 Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan
24 Jam sampai 48 Jam ........................................................................ 58
Tabel 4.3 Analisis Probit LC50 Pengamatan 24 Jam ........................................... 61
Tabel 4.4 Analisis Probit LC50 Pengamatan 48 Jam ........................................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ulat Plutella xylostella L................................................................. 9
Gambar 2.2 Telur P. xylostella ...........................................................................10
Gambar 2.3 Ulat P. xylostella .............................................................................11
Gambar 2.4 Pupa P. xylostella ............................................................................12
Gambar 2.5 Ngengat P. xylostella.......................................................................12
Gambar 2.6 Tanaman Ageratum conyzoides L. ..................................................23
Gambar 2.7 Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L. .................................25
Gambar 2.8 Bagan Literature Map .....................................................................37
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir ...........................................................................39
Gambar 3.1 Hasil Pengenceran Ekstrak Tanaman A. conyzoides
dengan Akuades ..............................................................................46
Gambar 3.2 Stoples Pemeliharaan Ulat dan Ngengat .........................................48
Gambar 3.3 Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) ............................53
Gambar 3.4 Stadium Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) ....................................54
Gambar 4.1 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10
Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum
conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat
Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam................63
Gambar 4.2 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10
Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum
conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat
Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 48 Jam................63
Gambar 4.3 Diagram Perbedaan Persentase Mortalitas ulat kubis (Plutella
xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam .................65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Hasil Data Observasi ......................................................................87
Lampiran 2: Perhitungan Analisis Probit LC50 ...................................................88
Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian ..................................................................93
Lampiran 4: Hasil Analisa Lab. Chem-Mix Pratama..........................................99
Lampiran 5: Prosedur Analisa Flavonoid ...........................................................100
Lampiran 6: Prosedur Analisa Alkaloid ..............................................................101
Lampiran 7: Silabus ............................................................................................102
Lampiran 8: RPP .................................................................................................109
Lampiran 9: Lembar Diskusi Siswa ....................................................................117
Lampiran 10: Instrumen Penilaian ......................................................................125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanaman sayuran mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia,
sebab sayuran sangat berguna bagi pemenuhan gizi manusia dan juga bagi
pembangunan pertanian. Oleh sebab itu peningkatan produksi sayuran
merupakan salah satu syarat mutlak untuk mencapai kesejahteraan umat
manusia (Satsijati, et al., 1987). Contoh komoditas sayuran yang banyak
dibudidayakan adalah kubis (Brassica oleracea L.).
Kubis (Brassicae oleracea L.) merupakan komoditi sayuran yang
memiliki nilai gizi dan ekonomi yang cukup tinggi. Budidaya kubis
memberikan pendapatan bagi petani, di samping itu kubis juga mengandung
nilai gizi penting, yaitu vitamin A dan C (Sastrosiswojo et al., 2005).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal
Hortikultura, produksi sayuran kubis dalam skala nasional selalu menempati
urutan teratas. Pada tahun 2015 produksi tanaman kubis mencapai 1.443.232
ton. Banyaknya hasil produksi ini juga didukung oleh luas lahan yang
mencapai 64.625 Ha. Hal ini menunjukan bahwa tanaman kubis merupakan
sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan secara
terus-menerus.
Sehubungan dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat
terhadap komoditas sayuran ini dan didiukung oleh kondisi iklim yang sesuai,
maka banyak iklim yang sesuai, maka banyak petani tertarik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
membudidayakan kubis. Namun demikian dalam budidaya tanaman ini
masalah hama merupakan salah satu masalah yang sangat berpengaruh
terhadap produksi kubis baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Menurut
Permadi dan Sastrosiswojo (1993) beberapa serangga hama telah dilaporkan
dapat menimbulkan kerusakan pada pertanaman kubis di antaranya ulat daun
kubis (Plutella xylostella L.), ulat jantung kubis (Crocidolomia pavonana
Fab.), ulat grayak (Spadoptera litura Fab.), ulat tanah (Agrotis ipsilon
Hufnagel), ulat jengkal (Crysodeixis orichalcea L.), Helicoverpa armigera
(Hubner), Hellula undalis Fab., dan kutu daun.
Ulat kubis (Plutella xylostella L.) merupakan hama utama pada tanaman
kubis dataran tinggi dengan tingkat serangan mulai dari sedang hingga berat.
Pada serangan berat bisa mengakibatkan kerugian yang sangat signifikan,
terutama menurunnya kualitas produksi. Ulat ini dikenal juga dengan nama
ulat tritip, dan menjadi salah satu hama yang paling ditakuti oleh petani kubis.
Ulat berukuran kecil ini biasanya bersembunyi di balik daun, dan menyerang
jaringan daun sehingga jaringan daun kosong, hanya tersisa epidermis saja.
Daun yang terserang ditandai dengan bercak-bercak putih (Tanijogonegoro,
2015). Berdasarkan informasi yang didapat hama Plutella xylostella L.
menyerang sejumlah lahan pertanian di Desa Wangunharja, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Akibatnya, tanaman seperti kubis,
brokoli, kol, dan sawi milik para petani banyak yang mengalami kerusakan
dan gagal panen. Serangan hama tersebut membuat para petani sangat
terpukul, karena tingkat kerusakan tanamannya bisa sampai 90%. Dampaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
harga sejumlah komoditas kubis-kubisan mengalami penurunan. Harga sawi
yang biasanya Rp 2.500-4.000 per kilogram jadi Rp 1.000 (Husodo, 2017).
Selain itu, pertanian sayuran di Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah juga sedang dilanda musibah karena sayuran kubis yang petani panen
terserang hama ulat tritip. Hama tersebut menyebabkan kualitas dan kuantitas
kubis hasil panen pertanian setempat menurun. Akibatnya, harga kubis
Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah turun sekitar 50% dari kondisi
normal (Putra, 2017). Akibat yang ditimbulkan oleh hama tersebut dapat
menurunkan produksi tanaman kubis dan mengakibatkan kerugian bagi para
petani yang membudidayakan tanaman kubis tersebut. Oleh karena itu petani
perlu untuk memperhatikan permasalahan dan bagaimana untuk pengendalian
hama ulat daun pada tanaman tersebut.
Petani kubis masih cenderung menggunakan insektisida kimiawi. Metode
tersebut dipandang lebih efektif dan efisien mengendalikan serangga hama.
Sekitar 30% dari total biaya produksi digunakan untuk membeli insektisida
kimiawi (Sastrosiswojo et al., 2005).
Penggunaan pestisida kimia sintesis untuk mengendalikan hama
mempunyai dampak negatif terhadap komponen ekosistem lainnya seperti
terbunuhnya musuh alami, resurgensi dan resistensi hama serta pencemaran
lingkungan karena residu yang ditinggalkan (Kishi et al., 1995). Catatan WHO
(Organisasi Keseatan Dunia) mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya
terjadi keracunan pestisida antara 44.000 – 2.000.000 orang dan dari angka
tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Alternatif yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan
insektisida nabati (bioinsektisida). Menurut Setiawati dkk. (2008) penggunaan
insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangan hama.
Insektisida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran
dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping.
Insektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku tumbuhan
yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang mampu
memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada aspek
fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman (Dadang dan Prijono,
2008).
Sifat insektisida nabati yang aman bagi organisme non target dan aman
bagi lingkungan merupakan salah satu keunggulan dari insektisida nabati.
Selain itu pemanfaatan insektisida nabati dapat mengurangi ketergantungan
petani pada insektisida sintetik, lebih ramah lingkungan, serta berkelanjutan.
Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang
merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan
sebagai alat pertahanan dari serangan OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman). Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 235
famili dilaporkan mengandung bahan pestisida. Oleh karena itu, jika dapat
mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida, maka akan membantu
masyarakat petani untuk menggunakan pengendalian yang ramah lingkungan
dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang ada disekitarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
(Kardinan, 2004). Menurut Syahputra (2001) lebih dari 1500 jenis tumbuhan
dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Famili tumbuhan yang
dianggap merupakan potensial insektisida nabati adalah Meliaceae,
Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae.
Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai insektisida nabati
yaitu tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri. Properti minyak atsiri
tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari
golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol,
sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid (Burt, 2007). Selain itu,
Rodriguez & Levin (1975) dalam Sukandar dkk., (2007:1) mengemukakan
bahwa minyak atsiri memiliki pengaruh sebagai penarik, atau sebagai
insektisida serangga. Selain minyak atsiri, senyawa aktif pada tumbuhan
seperti saponin, alkaloid, dan flavonoid juga sangat berpengaruh sebagai
insektisida serangga.
Tanaman Ageratum conyzoides L. yang banyak ditemui di sekitar lahan
pertanian dan merupakan gulma yang dapat menimbulkan kerugian bagi
pertumbuhan tanaman pertanian, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati. Dengan perkembangan teknologi penggunaan insektisida
nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap
makhluk hidup, sehingga relatif aman untuk digunakan. Tidak beresiko
menimbulkan keracunaan pada tanaman, sehingga tanaman yang diaplikasikan
insektisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia
berbahaya. Selain itu, penggunaan insektisida nabati tidak menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian insektisida nabati aman bagi
keseimbangan ekosistem dan hasil petanian yang dihasilkan lebih sehat serta
terbebas dari residu insektisida kimiawi.
Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan sejenis gulma pertanian
anggota famili Asteraceae yang lebih dikenal sebagai babadotan (Pujowati,
2006). Bagian tanaman Ageratum conyzoides L. yang digunakan untuk
dijadikan insektisida nabati adalah daunnya, karena di dalam daun babadotan
terdapat kandungan senyawa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
yang ternyata cukup beracun bagi serangga, sehingga mampu menghambat
pertumbuhan serangga menjadi kepompong (Kardinan, 2004).
Meskipun dianggap sebagai tumbuhan pengganggu oleh petani, akhir-
akhir ini Ageratum conyzoides L. menjadi topik penelitian yang gencar
terutama karena potensinya sebagai insektisida nabati pengganti insektisida
sintetik yang ramah lingkungan. Insektisida nabati merupakan hasil ekstraksi
bagian tertentu dari tumbuhan/tanaman baik dari daun, buah, biji atau akarnya
yang memiliki senyawa aktif atau metabolit sekunder yang dapat digunakan
untuk mengendalikan organisme penggangu tanaman (OPT) dan bersifat tidak
merusak lingkungan.
Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik memanfaatkan tanaman
Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati untuk mengatasi
permasalahan hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) dengan melakukan uji
toksisitas berbagai macam konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
L. terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) yang dilakukan
dalam stoples pemeliharaan.
Dalam penelitian ini untuk menguji toksisitas ekstrak tanaman Ageratum
conyzoides L. sebagai insektisida nabati diuji menggunakan analisis probit
LC50 untuk mencari nilai LC50 24 jam dan 48 jam dalam mematikan hama ulat
kubis (Plutella xylostella L.). Metode LC50 ini digunakan untuk mengetahui
kadar toksik dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. melalui analisa
konsentrasi zat tersebut dalam mematikan 50% ulat uji.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L.
sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella
xylostella L.)?
2. Berapakah nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman Ageratum
conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis
(Plutella xylostella L.)?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L.
sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella
xylostella L.).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Mengetahui nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman Ageratum
conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis
(Plutella xylostella L.).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan terkait pemanfaatan tanaman gulma Ageratum
conyzoides L. sebagai insektisida nabati.
b. Dapat mengetahui cara pembuatan insektisida nabati yang mudah dan
sederhana.
2. Bagi Masyarakat
a. Menambah pengetahuan mengenai manfaat tanaman gulma Ageratum
conyzoides L. sebagai insektisida nabati.
b. Tanaman gulma Ageratum conyzoides L. menjadi bahan alternatif bagi
petani untuk pengendalian hama selain insektisida kimiawi.
3. Bagi Dunia Pendidikan
a. Sebagai sumber informasi terkait manfaat dari tanaman gulma
Ageratum conyzoides L. sebagai pengendali hama.
b. Sebagai sumber bahan ajar untuk kelas X SMA bab ruang lingkup
biologi pada materi cabang, manfaat ilmu biologi dan metode ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
1. Klasifikasi
Klasifikasi ulat kubis (Plutella xylostella L.) menurut Kalshoven
(1981) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
Dulu hama ini bernama Plutella maculipennis. Kadang-kadang
disebut juga sebagai hama putih, karena kubis yang telah diserangnya
menjadi putih (tinggal epidermisnya saja). Ulat makan daun kubis, sawi
atau petsai yang muda dan tua. Pada setiap pertanaman kubis selalu
dijumpai hama ini, sehingga terkenal juga dengan sebutan ulat kubis
(Tjahjadi, 2002).
Ulat ini juga disebut ulat tritip, atau ngengat punggung berlian.
Tersebar di seluruh dunia, di daerah tropis, subtropis dan daerah sedang
Gambar 2.1 Ulat
Plutella xylostella L.
(Dok. Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(temperate). Ulat tritip itu kecil tetapi sangat merugikan tanaman kubis.
Kubis yang terserang menjadi rusak hebat (Pracaya, 1993).
Hama ini bersifat kosmopolitan dan di Indonesia umumnya dapat
ditemukan di pertanaman kubis di dataran tinggi, pegunungan, atau
perbukitan. Namun, karena akhir-akhir ini kubis juga ditanam di dataran
rendah, P. xylostella juga dapat ditemukan pada pertanaman kubis di
dataran rendah (Sastrosiswojo, et al., 2005).
2. Daur Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
Ulat kubis (P. xylostella) mengalami 4 kali perubahan bentuk dalam
hidupnya yaitu stadium telur, ulat, pupa/ kepompong dan ngengat/ imago.
Umur tritip di daerah dingin lebih panjang daripada di daerah panas.
Berikut 4 kali perubahan bentuk ulat P. xylostella:
a. Telur
Gambar 2.2 Telur P. xylostella (Dok. Pribadi)
Telur P. xylostella berbentuk oval dan rata, ukurannya 0,44 mm
dan 0,26 mm. Telur berwarna hijau kuning atau pucat, dan disimpan
sendiri atau dalam kelompok kecil dari dua sampai delapan telur pada
cekungan di permukaan dedaunan, atau kadang-kadang pada bagian
tanaman lainnya (Capinera, 2012). Di daerah panas sampai ketinggian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
250 m dpl, stadium telurnya 2 hari, ulat 9 hari, pupa 4 hari dan kupu-
kupu 7 hari. Sedang di dataran tinggi sampai di ketinggian 1.100 –
1.200 m dpl, stadium telurnya 3 – 4 hari, ulat 12 hari, pupa 6 – 7 hari
dan kupu-kupu 20 hari (Pracaya, 1993).
b. Ulat
Gambar 2.3 Ulat P. xylostella (Dok. Pribadi)
Ulat yang baru menetas warnanya hijau pucat sedang yang telah
dewasa lebih tua dengan warna kepala lebih pucat dengan bintik-bintik
atau garis cokelat (Pracaya, 1993). Fase ulat P. xylostella terdiri atas
empat instar yaitu, instar I, instar II, instar III, dan instar IV. Ulat instar
I memiliki panjang 1 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-
kuningan, dan berlangsung selama 4 hari. Ulat instar II memiliki
panjang 2 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan
berlangsung selama 2 hari. Ulat instar III memiliki panjang tubuh 4 – 6
mm, lebar 0,75 mm, berwarna hijau, dan berlangsung selama 3 hari.
Ulat instar IV memiliki panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna
hijau, dan berlangsung selama 3 hari (Rukmana, 1994 dalam Purba,
2007). Ulat lincah dan jika tersentuh akan menggantungkan diri
dengan benang halus. Ulat jantan dapat dibedakan dari ulat betina
karena memiliki sepasang calon testis yang berwarna kuning
(Sastrosiswojo, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Pupa (Kepompong)
Gambar 2.4 Pupa P. xylostella (Dok. Pribadi)
Pada akhir instar ke IV, ulat membuat kokon yang berwana putih
sebagai pelindung sehingga tampak seperti jala dan berbentuk silinder
pada permukaan bawah daun. Pembentukan kepompong mula-mula
dibuat dasarnya, sisi, kemudian tutupnya, yang masih terbuka pada
bagian ujung untuk keperluan pernapasan (aerasi). Pembuatan
kepompong ini diselesaikan dalam waktu 24 jam, setelah selesai ulat
berubah menjadi pupa (Pracaya, 1993). Pupa pada mulanya berwarna
hijau, selanjutnya berwarna kuning pucat, dengan warna kecoklatan
pada bagian punggungnya. Panjang pupa 5 – 6 mm, dengan diameter
1,2 – 1,5 mm. Pupa tertutup oleh kokon, dengan masa pupa 3 – 6 hari
(Sudarmo, 1994). Kulit ulat biasanya diletakkan dalam kepompong
tetapi kadang-kadang juga diletakkan di luar kepompong. (Pracaya,
1993).
d. Ngengat (Imago)
Gambar 2.5 Ngengat P. xylostella (Dok. Pribadi)
Ngengat berwarna abu-abu sampai coklat kelabu dan pada saat
sayap dilipat nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
(diamond) atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya.
Ngengat beristirahat pada siang hari. Umur ngengat 2 – 4 minggu.
Ngengat betina mampu menghasilkan telur 180 – 320 butir (Deptan,
2008). Ngengat memiliki panjang tubuh 5 – 9 mm. waktu ngengat
istirahat, antena lurus ke depan. Ngengat jantan kelihatan lebih kecil
dibanding dengan betina, demikian pula warnanya lebih cerah
(Sudarmo, 1994). Ngengat punggung berlian ini hidupnya dari
menghisap madu dari bunga yang termasuk keluarga Cruciferae.
Warna sayapnya abu-abu kecoklatan, yang betina berwarna lebih
pucat. Dalam keadaan istirahat empat sayapnya menutup tubuhnya dan
seakan-akan ada gambaran seperti jajaran genjang yang warnanya
putih seperti berlian. Oleh karena itu hama ini disebut ngengat
punggung berlian. Yang betina dapat bertelur 180 sampai 320 butir.
Pada umumnya telur diletakkan di balik daun satu persatu, kadang-
kadang dua-dua atau tiga-tiga. Telurnya mengelompok dalam satu
daun atau daun yang berlainan tanaman, sehingga satu ngengat dapat
bertelur pada banyak tanaman kubis (Pracaya, 1993).
3. Kerusakan yang disebabkan Ulat Kubis Pluetella xylostella L.
Bagian tanaman yang diserang adalah daun. Ulat memakan daging
daun, sehingga hanya tersisa tulang-tulang daunnya dan bagian epidermis
daun bagian atas saja. Ulat ini menyerang segala tingkatan umur. Ulat juga
menyerang fisik tumbuh yang dapat menyebabkan terhentinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pertumbuhan. Kerugian akibat ulat ini adala antara 58% - 100% (Mulyono,
2009).
Ciri khas dari ulat tritip bila merasa ada bahaya akan menjatuhkan
diri dengan mengeluarkan benang untuk menyelamatkan diri. Ulat
bersembunyi di balik daun, sambil makan. Biasanya yang dimakan hanya
daging daun tetapi kulit ari bagian luar permukaan daun sebelah atas tidak
hingga daun kelihatan bercak-bercak putih. Karena itulah maka hama ini
juga disebut hama putih (hama bodas). Apabila kulit ari yang terserang
menjadi kering, maka akan sobek dan kelihatan berlubang-lubang. Apabila
serangan menghebat yang tertinggal hanyalah tulang-tulang daun,
sehingga bentuk daun seperti wayang kulit. Sebab itu, ada yang menyebut
hama ini sebagai hama wayang. Selain menyerang kubis juga menyerang
lobak, sawi, kohlrabi, kubis bunga, kubis kale, kubis tunas, dan tanaman
lainnya yang termasuk keluarga Cruciferae (Pracaya, 1993).
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menggunakan musuh
alami (Ordo: Odonata), melakukan penyemprotan dengan menggunakan
insektisida, rotasi tanaman, sanitasi lahan, dan secara mekanis (Pracaya,
2008)
B. Insektisida
1. Pengertian Insektisida
Kata insektisida secara harafiah berarti pembunuh serangga yang
berasal dari kata insekta = serangga dan kata Latin cida yang berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pembunuh. Pestisida adalah pembunuh hama yang berasal dari kata pest =
hama dan cida = pembunuh. Insektisida merupakan salah satu kelompok
pestisida, sedangkan kelompok pestisida lainnya antara lain rodentisida
(pembunuh roden/ tikus), acarisida (pembunuh tungau), dan nematisida
(pembunuh nematoda).
Dalam penggunaanya di bidang pengendalian hama bila digunakan
istilah pestisida sering yang dimaksudkan adalah insektisida. Meskipun
ada alat-alat yang dapat kita gunakan untuk membunuh serangga seperti
alat pemukul namun alat tersebut tidak kita namakan pestisida karena yang
diartikan pestisida di sini adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh hama (Untung,1993).
Menurut Soeparwan Soeleman dan Donor Rahayu (2013) pestisida
atau insektisida paling baik diaplikasikan pada pagi hari atau sore hari.
Lakukan penyemprotan di bagian bawah dan atas daun. Penyemprotan
pada siang hari dapat menyebabkan daun terbakar atau rusak.
2. Sasaran Racun Insektisida
Berdasarkan cara masuknya insektisida ke dalam jasad sasaran,
Hudayya dan Jayanti (2012) menggolongkan menjadi:
1. Racun perut/ lambung, adalah insektisida yang mampu membunuh
serangga dengan cara masuk ke saluran pencernaan melalui makanan
yang dimakan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga
dan diserap oleh usus kemudian ditranslokasikan ke organ sasaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang mematikan seperti pusat syaraf, organ respirasi, dan sel-sel
lambung.
2. Racun kontak, insektisida ini membunuh serangga dengan cara masuk
kedalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh
atau langsung mengenai mulut serangga. serangga akan mati apabila
kontak langsung dengan insektisida tersebut.
3. Racun nafas, insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam
bentuk partikel mikro yang melayang diudara berupa gas, asap,
maupun uap dari insektisida. Serangga akan mati apabila menghirup
partikel dari insektisida tersebut dalam jumlah tertentu.
4. Racun saraf, merupakan insektisida yang cara kerjanya mengganggu
sistem saraf jasad sasaran.
5. Racun protoplasmik, merupakan insektisida yang bekerja dengan cara
merusak protein dalam sel tubuh jasad sasaran.
6. Racun sistemik, merupakan insektisida yang masuk ke dalam sistem
jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman,
sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa
meracuni.
3. Jenis Insektisida
Tarumingkeng (1992) membagi insektisida menjadi 3 jenis
berdasarkan mekanisme dalam meracuni makanan serangga, yaitu:
1. Insektisida sistemik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Insektisida sistemik adalah insektisida yang diserap oleh bagian-
bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan
celah-celah alami yang terdapat di permukaan tanaman. Insektisida ini
akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut dan akan
meninggalkan residunya pada sel-sel yang dilewatinya. Melalui
pembuluh angkut insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian
tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah
(basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati
apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu
insektisida.
2. Insektisida non-sistemik
Insektisida non-sistemik adalah insektisida yang tidak dapat
diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian
luar tanaman. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman
yang permukaannya terkena insektisida.
3. Insektisida sistemik lokal
Insektisida sistemik lokal adalah insektisida yang mampu diserap
oleh jaringan daun, tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan
bagian tanaman lainnya. Misalnya insektisida yang jatuh ke permukaan
atas daun akan menembus epidermis atas kemudain masuk ke jaringan
parenkim pada mesofil dan menyebar ke seluruh mesofil daun hingga
mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang tersebar
insektisida.
Menurut Untung (1993) insektisida dapat dibagi lagi menurut sifat
dasar senyawa kimianya yaitu:
(1) Insektisida anorganik yang tidak mengandung unsur Karbon.
(2) Insektisida organik yang mengandung unsur Karbon. Insektisida
organik masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami dan
insektisida organik sintesis. Insektisida organik alami merupakan
insektisida yang terbuat dari tanaman (insektisida botanik) dan
bahan alami lainnya. Sedangkan insektisida sintetik merupakan
hasil buatan pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi.
Insektisida modern pada umumnya merupakan insektisida organik
sintetik. Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan
kimia bahan aktif (senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari
4 kelompok besar yaitu organoklorin (OK), organofosfat (OP),
karbamat, dan piretroid sintetik. Sedangkan, insektisida botanik
(insektisida nabati) diambil secara langsung dari tanaman atau dari
hasil tanaman. Insektisida jenis ini termasuk insektisida yang
paling tua dan banyak digunakan untuk pengendalian hama
sebelum insektisida organik sintetik ditemukan. Karena
kesulitannya dalam mengadakan ekstraksi dan memperoleh bahan
dasar (tanaman), maka penggunaannya semakin lama semakin
berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4. Insektisida Nabati
Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami berasal
dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang
mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat
kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan
ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh
terhadap fotosintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya,
namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
(Deptan, 1994).
Menurut Setiawati dkk. (2008) insektisida nabati adalah bahan aktif
tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan
untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Sifat
insektisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas
(pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Insektisida nabati diartikan
sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang
relatif murah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas.
Oleh karena terbuat dari bahan alami/ nabati maka jenis insektisida ini
bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari
lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena
residu mudah hilang. Banyak jenis tumbuhan telah diketahui secara luas
memproduksi berbagai jenis metabolit/ senyawa sekunder seperti
flavonoid, terpenoid, alkaloid, saponin, dan lain-lain yang berguna sebagai
sarana pertahanan diri yang dapat merugikan organisme yang tumbuhan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
hal ini membuktikan bahwa metabolit sekunder tumbuhan digunakan
sebagai agen perlindungan tanaman.
Sedangkan menurut Indriani (2006) insektisida nabati adalah herbal
dari bahan tumbuhan yang diekstraksi menjadi konsentrat dengan tidak
mengubah struktur kimianya. Insektisida ini mudah terurai atau
terdegradasi sehingga tidak persisten di alam ataupun pada bahan
makanan. Insektisida nabati aman bagi lingkungan, untuk mendukung
pertanian organik dalam upaya mengurangi penggunaan insektisida
sintesis dan harganya pun lebih murah.
Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat
membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara
kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara
tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu:
1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
2. Menghambat pergantian kulit.
3. Mengganggu komunikasi serangga.
4. Menyebabkan serangga menolak makan.
5. Menghambat reproduksi serangga betina.
6. Mengurangi nafsu makan.
7. Memblokir kemampuan makan serangga.
8. Mengusir serangga (Repellent).
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sedangkan menurut Sonyaratri (2006) peranan insektisida alami
dalam mematikan serangga adalah sebagai:
1. Repellent, merupakan senyawa yang dapat menolak kehadiran
serangga. Senyawa ini memiliki bau yang menyengat, sehingga dapat
menolak kehadiran serangga dan mencegah serangga meletakkan telur
serta menghentikan proses penetasan telur.
2. Antifeedant, merupakan senyawa yang dapat mencegah serangga untuk
memakan tanaman yang telah disemprot. Hal ini dikarenakan tanaman
yang telah disemprot oleh insektisida alami menjadi terasa pahit.
3. Racun syaraf.
4. Atractant, merupakan senyawa yang mampu memikat kehadiran
serangga, sehingga senyawa ini dapat digunakan sebagai perangkap
serangga.
Dadang dan Prijono (2008) menyatakan bahwa pilihan penggunaan
insektisida nabati tentunya harus didasari oleh alasan-alasan yang kuat dan
tepat yang berkaitan dengan sifat dasar insektisida nabati itu sendiri.
Secara umum insektisida nabati bersifat:
a) Mudah terurai di alam (biodegradable) sehingga diharapkan tidak
meninggalkan residu pada produk pertanian.
b) Relatif aman terhadap organisme bukan sasaran termasuk musuh alami
hama (selectivity) sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem
dan menjaga bioversitas organism pada suatu ekosistem pertanian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c) Dapat dipadukan dengan komponen pengendalian lainnya
(compatibility) yang memungkinkan penerapan teknologi atau strategi
lain yang dapat dilakukan secara bersama-sama sehingga tidak ada
komponen pengendalian yang mendominan.
d) Dapat memperlambat laju resistensi yang sangat penting dalam rangka
manejemen resistensi (insect pest resistant management).
e) Dapat menjamin ketahanan dan keberlanjutan dalam usaha tani
(sustainability) karena dapat menjamin semua komponen dalam
ekosistem berjalan dengan baik.
Menurut Naria (2005) kelemahan dari pemakaian insektisida nabati,
antara lain:
1. Frekuensi penggunaan insektisida nabati lebih tinggi dibandingkan
dengan insektisida sintesis. Tingginya frekuensi penggunaan
insektisida botani adalah karena sifatnya yang mudah terurai di
lingkungan sehingga harus lebih sering diaplikasikan.
2. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active
ingredient) dan kadang kala tidak semua bahan aktif dapat dideteksi.
3. Tanaman insektisida nabati yang sama, tetapi tumbuh di tempat yang
berbeda, umur tanaman berbeda, iklim berbeda, jenis tanah berbeda,
umur tanaman berbeda, dan waktu panen yang berbeda
mengakibatkan bahan aktifnya menjadi sangat bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
C. Tanaman Ageratum conyzoides L.
1. Klasifikasi
Klasifikasi tanaman Ageratum conyzoides L. menurut Planmor
(2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.
Tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan yang mengeluarkan aroma
mirip dengan kambing, sehingga dalam bahasa daerah disebut Babadotan/
Bandotan/ Wedusan. Nama ilmiah babadotan adalah Ageratum conyzoides
L. berasal dari bahasa Yunani (“a geras” berarti tumbuhan berumur
panjang seperti Dewi Konyz). Memiliki kemampuan untuk beradaptasi
pada berbagai kondisi ekologi, bijinya sangat kecil dan ringan, bersifat
positif photoblastik (biji yang memerlukan cahaya yang cukup), viabilitas
biji bisa bertahan hingga 12 bulan dengan suhu optimum untuk
perkecambahan 20-50°C. Keistimewaan tersebut menyebabkan tumbuhan
Gambar 2.6 Tanaman
Ageratum Conyzoides L.
(Dok. Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ini sangat mudah tumbuh, berkembang dan tersebar luas. Jika tumbuh di
sekitar pertanaman atau pekarangan sering dianggap sebagai gulma yang
menurunkan hasil dan menimbulkan kerugian pada usaha tani
(Mildaerizanti, 2015).
2. Nama Daerah Tanaman Ageratum conyzoides L.
Bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa,
rumput tahi ayam (Sumatera); babadotan, babadotan leutik, babandotan,
babadotan beureum, babadotan hejo, jukut bau, ki bau (Sunda); bandotan,
berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak (Jawa); dan
dawet, lawet, rukut manooe, rukut weru, sopi (Sulawesi) (Agromedia,
2008).
3. Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L.
Habitus berupa tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian
bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm dan bercabang. Batang
berbentuk bulat berbulu tebal. Daun tunggal bertangkai, letaknya saling
berhadapan dan bersilang, helaian daun bulat telur dengan pangkal
membulat dan ujung meruncing, tepi bergerigi, panjangnya 1-10 cm, lebar
0,5-7 cm, kedua permukaan daun meroma dengan kelenjar yang terletak di
permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3
atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, biasanya
berwarna biru hingga ungu, terkadang putih. Panjang bonggol bunga 6-8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mm, dengan tangkai yang berambut. Buah bulat panjang berwarna hitam
dan bentuknya kecil (Badan POM RI, 2008).
4. Ekologi dan Penyebaran Tanaman Ageratum conyzoides L.
Bandotan (Ageratum conyzoides L.) merupakan herba 1 tahun.
Bandotan berasal dari daerah tropis di Amerika. Di Indonesia, bandotan
merupakan salah satu tumbuh-tumbuhan pengganggu yang terkenal.
Bandotan tumbuh di ladang, semak belukar, halaman kebun, tepi jalan dan
tepi air. Tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-2.100 m di atas
permukaan laut (Steenis, 1997).
5. Manfaat Tanaman Ageratum conyzoides L.
Tanaman ini dikenal secara luas sebagai tanaman obat juga dapat
digunakan sebagai pestisida nabati. Sebagai tanaman obat di Indonesia,
bagian akar dari tumbuhan ini digunakan untuk menurunkan demam,
sedangkan bagian daunnya digunakan sebagai pencuci mata serta
mengobati sakit perut dan luka. Di Malaysia, daun A. conyzoides
digunakan untuk mengurangi sakit gigi, keseluruhan tumbuhan digunakan
Gambar 2.7 Morfologi Tanaman Ageratum conyzoides L.: (a) Akar
(b) Batang (c) Daun (Dok. Badan POM RI, 2008).
a b c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
untuk mengobati asma dan akarnya digunakan untuk mengobati batuk. Di
Brazil larutan ekstrak daun atau keseluruhan tanaman ini digunakan untuk
mengobati kolik, demam, flu, diare, rematik, kejang-kejang atau sebagai
tonik. Sebagai pestisida nabati, ekstrak kloroform tanaman ini telah diuji
toksisitasnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kloroform A.
conyzoides mempunyai efek toksik terhadap larva Artemia salina. Ekstrak
metanol daun dan akar tanaman juga dapat menghambat bakteri S.
Pyogenes. Daun yang diekstrak dengan metanol pada konsentrasi 1%
beracun terhadap serangga. Tepung daunnya yang dicampur dengan
tepung terigu mampu menghambat pertumbuhan larva sehingga menjadi
pupa, seperti nyamuk, hama pascapanen (Sitophilus sp. dan Callosobuchus
sp.), nematoda (Meloidogyne incognita) dan sebagainya (Wijayanto,
2016). Sedangkan, menurut Agromedia (2008) herba bandotan berasa
sedikit pahit, pedas, dan sifatnya netral. Karena itulah bandotan dapat
digunakan sebagai penolak serangga (insect repellent).
6. Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Ageratum conyzoides L.
Berikut kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman
Ageratum conyzoides L. :
a. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan di alam terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
ini merupakan produk metabolik sekunder yang terjadi dari sel dan
terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat racun (Robinson, 1995).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan
mengecualikan alga. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar,
bunga, buah, dan biji. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan
tumbuhan yang terbesar, yaitu angiospermae. Selain itu, flavonoid
merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus hidroksil yang tak
tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid cukup larut dalam pelarut
polar seperti etanol, metanol, butanol, dan air (Markham, 1988).
Menurut Dinata (2009) flavonoid merupakan senyawa kimia yang
memiliki sifat insektisida. Flavonoid menyerang bagian syaraf pada
beberapa organ vital serangga sehingga timbul suatu perlemahan
syaraf, seperti pernapasan dan menimbulkan kematian. Flavonoid juga
dapat menghambat daya makan serangga (antifeedant). Bila senyawa
ini masuk dalam tubuh serangga, maka alat pencernaannya akan
terganggu. Senyawa ini juga bekerja dengan menghambat reseptor
perasa pada daerah mulut serangga. Hal ini mengakibatkan serangga
gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali
makanannya. Akibatnya serangga mati kelaparan.
b. Alkaloid
Menurut Harbone (1996) alkaloid sekitar 5500 telah diketahui
merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen. Sedangkan, menurut Sjamsul Arifin Achmad (1986)
alkaloid adalah golongan senyawa organik yang banyak ditemukan di
alam. Sebagian besar alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luar
dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit sebuah atom nitrogen yang biasanya bersifat basa. Sebagian
besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Definisi tentang alkaloid harus dibatasi karena asam amino, peptida
dan nukleotida bukanlah suatu alkaloid.
Bagi tumbuhan, alkaloid berfungsi sebagai senyawa racun yang
melindungi tumbuhan dari serangga atau herbivora (hama dan
penyakit), pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk
mempertahankan keseimbangan ion (Sudarma, 2014). Umumnya
alkaloid merupakan senyawa padat, berbentuk kristal, tidak berwarna
dan mempunyai rasa pahit. Menurut Harborne (1996) alkaloid
umumnya tidak ditemukan pada gymnospermaae, paku-pakuan, lumut
dan tumbuhan rendah lainnya. Alkaloid juga mampu menghambat
pertumbuhan serangga, terutama tiga hormon utama dalam serangga
yaitu hormon otak (brain hormone), hormon edikson, dan hormon
pertumbuhan (juvenile hormone). Tidak berkembangnya hormon
tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorphosis.
Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit dari
tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10 –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
15 %. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat
berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna,
sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi
hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar
(Sabirin, et al., 1994). Berdasarkan penelitian Janzen et.al (1977) pada
konsentrasi 0,1% alkaloid telah bersifat toksik dan berpengaruh secara
farmakologi terhadap hewan.
c. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun
glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisa sel darah mupun glikosida
steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti
sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk
busa dan menghemolisa sel darah merah (Harborne, 1996).
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadaan
saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal
dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil.
Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan dapat
menyebabkan bersin dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin,
banyak di antaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Saponin termasuk ke dalam senyawa terpenoid. Aktivitas saponin
ini di dalam tubuh serangga adalah mengikat sterol bebas dalam
saluran pencernaan makanan dimana sterol itu sendiri adalah zat yang
berfungsi sebagai perkusor hormon edikson, sehingga dengan
menurunnya jumlah sterol bebas dalam tubuh serangga akan
mengakibatkan terganggunya proses pergantian kulit (moulting) pada
serangga. Saponin memiliki efek lain menurunkan tegangan
permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding
traktus digestivus larva menjadi korosif (Aminah dkk., 2001). Menurut
Marfu’ah (2005) saponin dapat merusak sistem saraf hama, efeknya
nafsu makan hilang. Hal tersebut menyebabkan hama kurang makan
dan akhirnya mati.
d. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak
esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial
dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya.
Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak
berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam
bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta
disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani,
2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Properti minyak atsiri berhubungan dengan senyawa yang
dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan
fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat,
dan perilaldehid (Burt, 2007). Selain itu, Rodriguez & Levin (1975)
dalam Sukandar dkk., (2007:1) mengemukakan bahwa minyak atsiri
memiliki pengaruh sebagai penarik, atau sebagai insektisida pada
serangga.
Menurut Sudaryani dan Sugiharti (1998) pada tanaman, minyak
atsiri mempunyai tiga fungsi, yaitu: (1) membantu proses penyerbukan
dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, (2) mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan (3) sebagai
cadangan makanan bagi tanaman.
Menurut Hartati (2012) minyak atsiri juga mempunyai peluang
untuk dikembangkan menjadi produk-produk derivat lainnya seperti
pestisida. Pengembangan produk-produk derivat dari minyak atsiri
diharapkan dapat mengurangi atau menggantikan produk-produk yang
berasal dari bahan kimia sintetik.
7. Potensi Tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai Insektisida Nabati
Seperti halnya tanaman beracun lainnya, babadotan juga memiliki
kemampuan sebagai insektisida nabati (racun serangga), karena dalam
daun dan bunga babadotan terkandung senyawa penting atau senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
metabolit yang bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid, flavonoid,
kumarin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri (Kardinan, 2004).
Menurut Agromedia (2008) herba bandotan mengandung asam
amino, organacid, pectic substance, minyak atsiri, kumarin,
ageratochromene, friedelin, β-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan
pottasium kloida.
Menurut Badan POM RI (2008) daun dan bunga Ageratum
conyzoides mengandung saponin, flavonoid, terpen dan polifenol, di
samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri.
Samsudin (2008) menyatakan bahwa babadotan (Ageratum
conyzoides L.) memiliki senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
insektisida dan nematisida. Kandungan senyawa bioaktif di antaranya
saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri yang mampu mencegah
hama mendekati tanaman (penolak) dan menghambat pertumbuhan larva
menjadi pupa.
Menurut Marfu’ah (2005) dalam Damayanti (2006) daun babadotan
dapat berfungsi sebagai repellent (zat penolak) pada serangga karena
memiliki aroma menyengat dan kandungan minyak atsiri yang berguna
untuk menggempur hama. Selain itu, daun babadotan juga mengandung
zat antifeedant yang disebabkan oleh adanya kandungan minyak atsiri
sehingga nafsu makan serangga berkurang. Saponin yang ada pada daun
babadotan juga tidak disukai oleh serangga karena rasanya yang pahit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. juga menghasilkan
beberapa minyak yang berpotensi sebagai insektisida. Komposisi yang
terkandung dalam minyak-minyak tersebut adalah prococene I dan
prococene II, beta-caryophyllene, gamma-bisabolene, 3,3-dimethyl-5-
tertbutilindone dan fenil asetat. Selain itu juga diidentifikasi adanya
senyawa 2-(2’-methylethyl)-5,6-dimethoxybenzofuran dan asam 6-methyl-
12-heptadecenoic (Amelot et all., 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat racun dari insektisida
khususnya dari daun Ageratum conyzoides L. adalah toksisitas dari
senyawa insektisida, dosis insektisida khususnya konsentrasi, lama terkena
insektisida dan cara pestisida masuk dalam tubuh serangga (Prijono dalam
Latif, 2001). Sistem kerja zat aktif pestisida nabati masuk melalui oral
maupun kulit hama. Racunnya akan menyerang sistem saraf maupun
pencernaan sehingga dapat melumpuhkan dan mematikan hama
(Marfu’ah, 2005).
D. Lethal Concentration (LC50)
LC50 (Lethal Concentration) merupakan konsentrasi yang menyebabkan
kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang diestimasi dengan grafik dan
perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam,
LC50 96 jam (Dhahiyat dan Djuangsih, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Menurut Meyer et.al (1982) suatu bahan kimia dinyatakan berkemampuan
toksik akut bila aksi langsungnya mampu membunuh 50% atau lebih populasi
uji dalam selang waktu yang pendek, missal 24 jam, 48 jam s/d 14 hari.
Penentuan LC50 biasanya banyak digunakan dalam uji toksisitas pada
farmakologi. LC50 adalah suatu perhitungan untuk menentukan keaktifan dari
suatu ekstrak atau senyawa. Makna LC50 adalah pada konsentrasi berapa
ekstrak dapat mematikan 50 % dari organisme uji, misalnya larva Artemia
salina (brine shrimp) (Fadhillah, 2013).
E. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan Damayanti (2006) mengenai pengaruh ekstrak
babadotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai insektisida botani terhadap
mortalitas dan perkembangan ulat kubis (Plutella xylostella L.) dari hasil
ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan berpengaruh sangat
signifikan (P<0,01) terhadap mortalitas dan perkembangan Plutella xylostella
L. Pada pengamatan mortalitas 24 jam dan 48 jam mortalitas paling tinggi
adalah konsentrasi 4,50%. Dari hasil analisis probit diperoleh LC50-24 jam
sebesar 1,9916% dan LC90-24 jam sebesar 6,2706%. Sedangkan untuk LC50-
48 jam sebesar 1,3443% dan LC90-48 jam sebesar 4,2325%. Persamaan
dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan tanaman A. conyzoides
sebagai alternatif insektisida nabati terhadap ulat P. xylostella. Perbedaannya
adalah pada penelitian Damayanti (2006) ini hanya menggunakan ekstrak
daun A. conyzoides, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
ekstrak daun dan bunga A. conyzoides. Selain itu, proses maserasi penelitian
ini menggunakan pelarut methanol untuk membuat ekstraknya, sedangkan
penelitian yang dilakukan menggunakan pelarut etanol sebagai pelarut
maserasi simplisia dikarenakan lebih aman serta ramah lingkungan dibanding
methanol. Dalam pengaplikasian penelitian ini menggunakan metode
pencelupan, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan metode
penyemprotan menggunakan handsprayer.
Penelitian yang dilakukan Lumowa (2011) mengenai efektivitas ekstrak
babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap tingkat kematian larva
Spodoptera litura F. menunjukkan bahwa pada uji pendahuluan dengan
perlakuan konsentrasi 10% ekstrak babadotan menghasilkan tingkat kematian
larva uji sebesar 60% , sedangkan uji lanjutan dengan perlakuan konsentrasi
20% ekstrak babadotan menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 100%
dengan lama kematian larva uji 26-60 menit. Persamaan dengan penelitian ini
adalah menggunakan ekstrak dari tanaman gulma babadotan (Ageratum
conyzoides L.) yang diuji efektivitasnya sebagai alternatif pengendali hama.
Perbedaannya adalah pada penelitian ini target hamanya adalah larva
Spodoptera litura F., sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan ulat
kubis (Plutella xylostella L.). Penelitian ini tidak menggunakan metode LC50
sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan LC50. Berdasarkan
penelitian Lumowa (2011) membuktikan bahwa ekstrak babadotan (Ageratum
conyzoides L.) bersifat sebagai insektisida botanis terhadap larva instar IV S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
litura. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak babadotan yang diberikan maka
ekstrak babadotan semakin tinggi tingkat mortalitas larva uji.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2010) mengenai perbedaan
toksisitas ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L.) dan ekstrak daun
sereh wangi (Andropogon nardus L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes
aegypti L. membuktikan bahwa ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides
L.) lebih efektif digunakan sebagai larvasida. Hal ini berdasaran pada
besarnya LC50 dan LC90 dari ekstrak daun babadotan pada masa dedah 24 jam
dan 48 jam membutuhkan konsentrasi yang lebih rendah apabila dibandingkan
dengan ekstrak daun sereh wangi (Andropogon nardus L.). Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan ekstrak
tanaman babadotan (Ageratum conyzoides L.) dan perbedaannya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2010) juga menggunakan ekstrak
daun sereh wangi (Andropogon nardus L.) sebagai pembanding dan
diaplikasikan pada larva nyamuk Aedes aegypti L., sedangkan pada penelitian
yang dilakukan diaplikasikan pada ulat kubis (Plutella xylostella L.).
Penelitian ini hanya menggunakan ekstrak daun tanaman A. conyzoides,
sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan ekstrak daun dan bunga
tanaman A. conyzoides.
Berikut adalah gambar 2.8 yang menunjukkan kebaharuan penelitian ini
terhadap penelitian-penelitian relevan yang telah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Gambar 2.8 Bagan Literature Map
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
F. Kerangka Berpikir
Hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) merupakan hama tanaman yang
menyerang tanaman kubis-kubisan yang menyebabkan kerusakan kubis pada
bagian daunnya dan membuat para petani kubis mengalami gagal panen dan
penurunan produksi kubis akibat hama ulat tersebut. Dalam pengendaliannya,
Petani cenderung menggunakan insektisida kimiawi yang ampuh tetapi sangat
berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai insektisida nabati dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L.
yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang bersifat sebagai
insektisida seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri. Dengan
bahan baku berupa daun dan bunga Ageratum conyzoidez L. yang dijadikan
insektisida nabati, maka hal tersebut dapat dijadikan suatu alternatif bagi para
petani dalam pengendalian hama dan kualitas tanaman pun tidak berkurang.
Bagan kerangka berpikir dari penelitian yang dilakukan ditampilkan pada
Gambar 2.9:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir
G. Hipotesa
1. Ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. berpengaruh toksik terhadap
mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).
2. Konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. pada tingkat
konsentrasi tertentu berperan sebagai nilai LC50 24 jam dan 48 jam yang
berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh toksisitas ekstrak tanaman A. conyzoides sebagai insektisida nabati
terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) dan mengetahui nilai LC50
24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh
terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella).
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain:
1. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides
2. Variabel terikat : tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella)
3. Variabel kontrol : tanaman A. conyzoides, ulat P. xylostella, daun
kubis, penyemprotan
B. Desain Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 1 kontrol (0%) dan 3 perlakuan (2%, 6%, 10%)
dengan ekstrak tanaman A. conyzoides, yang dilakukan pengulangan sebanyak
3 kali. Pada setiap pengulangan menggunakan 10 ulat P. xylostella instar IV
berwarna hijau yang berumur 10 hari dan merupakan fase terakhir dari
stadium ulat. Penelitian ini dilakukan dalam stoples pemeliharaan dan
menggunakan metode penyemprotan daun. Berikut kombinasi perlakuan pada
pengamatan mortalitas P. xylostella:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan pada Pengamatan Mortalitas P. xylostella
Keterangan:
P0 = konsentrasi 0% (Kontrol dengan akuades)
P1 = Perlakuan dengan konsentrasi 2%
P2 = Perlakuan dengan konsentrasi 6%
P3 = Perlakuan dengan konsentrasi 10%
C. Batasan Penelitian
1. Penelitian ini berfokus pada penggunaan ekstrak tanaman A. conyzoides
terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) yang dilakukan dalam
stoples pemeliharaan
2. Tanaman A. conyzoides yang digunakan sebagai insektisida nabati adalah
bagian daun dan bunganya yang dicampur secara acak
3. Pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol
4. Pengujian esktrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan konsentrasi
0%, 2%, 6%, 10% dan 3 kali pengulangan
5. Ulat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat P. xylostella instar
IV memiliki panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau, dan
berumur 10 hari (Rukmana, 1994 dalam Purba, 2007)
6. Untuk setiap pengulangan pada masing-masing perlakuan diujikan P.
xylostella sebanyak 10 ekor
Ulangan Konsentrasi (%)
P0 P1 P2 P3
U1 P0U1 P1U1 P2U1 P3U1
U2 P0U2 P1U2 P2U2 P3U2
U3 P0U3 P1U3 P2U3 P3U3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
7. Pengamatan mortalitas yang terjadi diamati selama 24 jam setelah aplikasi
dan dilanjutkan sampai 48 jam dari perlakuan ekstrak daun A. conyzoides
(waktu dedah aplikasi ekstrak A. conyzoides sampai 48 jam)
8. Mortalitas adalah tingkat kematian pada suatu populasi
9. Metode analisis data menggunakan analisis probit LC50
10. LC50 merupakan salah satu metode untuk mengetahui kadar toksik dari
suatu zat melalui analisa konsentrasi zat tersebut dalam mematikan 50%
populasi hewan uji.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juni 2017, bertempat di
Laboratorium Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai tempat
peminjaman alat lab, Kos Zusiarib Paingan Maguwoharjo sebagai tempat
pembuatan ekstrak A. conyzoides dan budidaya ulat P. xylostella, Kavling
Sawahan, Kedu, Temanggung sebagai tempat perlakuan, dan di Laboratorium
Chem-Mix Pratama Bantul sebagai tempat pengujian secara kuantitatif
senyawa alkaloid dan flavonoid dari ekstrak tanaman A. conyzoides.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitan ini, yaitu gelas ukur 100 ml
dan 5 ml, gelas beker 1 L, erlenmeyer 1 L, timbangan digital, batang
pengaduk, corong gelas 100 mm, pipet tetes, blender, baskom, nampan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
stoples plastik, kertas saring, alumunium foil, kapas, gunting/ cutter, kain
kasa, kipas angin, mangkuk kaca, kardus, label, karet gelang, alat tulis, dan
kamera digital.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu daun dan bunga
A. conyzoides, ulat P. xylostella, daun kubis, serbuk gergaji, larutan madu
10%, akuades, larutan etanol
F. Cara Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L.
Tanaman A conyzoides diambil di sekitar Kampus III Universitas
Sanata Dharma dan Kebun Percobaan Biologi Universitas Sanata Dharma.
Cara membuat ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan dengan memetik
helaian daun dan bunga A. conyzoides sebanyak-banyaknya, lalu
dibersihkan sampai bersih dicuci dengan air, kemudian dikeringkan atau
dijemur sampai kering selama lebih kurang 1 minggu, kemudian diblender
dan ditimbang berat kering 368 gram. Bubuk simplisia tanaman A.
conyzoides dilakukan maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 90%
di dalam Erlenmeyer dengan perbandingan 1 (simplisia) : 4 (pelarut
etanol) sampai simplisia terendam semua. Selama 3 hari simplisia
direndam dan sesekali diaduk dengan menggunakan batang pengaduk.
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan
larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar (Ditjen
POM, 2000).
Setelah 3 hari hasil rendaman tersebut disaring dengan menggunakan
kertas saring dan corong ke dalam gelas beker. Dilakukan maserasi
kembali dengan menggunakan larutan etanol 96% dari sisa ampas
maserasi sebelumnya hingga ekstraksi yang dihasilkan jernih. Kemudian
hasil larutan ekstraksi maserasi tersebut diuapkan sampai kering
menggunakan kipas angin. Mangkuk kaca yang berisi larutan hasil
ekstraksi maserasi diletakkan di dalam kardus. Selanjutnya, kipas angin
diletakkan di depan mangkuk kaca berisi larutan hasil ekstraksi maserasi
yang berfungsi untuk mengeringkan hasil penyaringan atau membantu
penguapan larutan hasil maserasi. Pengeringan dilakukan selama 2 sampai
3 hari hingga didapatkan ekstrak kental (wujudnya menyerupai pasta).
Kemudian disimpan dalam lemari es dengan suhu 4°C sampai saatnya
digunakan dan dilakukan pengenceran dengan akuades sesuai konsentrasi
perlakuan, sebagai berikut:
P0 = Konsentrasi 0% (0 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades)
P1 = Konsentrasi 2% (1 gr ekstrak A. conyzoides + 50ml akuades)
P2 = Konsentrasi 6% (3 gr ekstrak A.conyzoides + 50 ml akuades)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
P3 = Konsentrasi 10% (5 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades)
(a) (b)
(c)
Gambar 3.1 Hasil Pengenceran Ekstrak Tanaman A. conyzoides dengan
Akuades (a) P1 (konsentrasi 2%) (b) P2 (konsentrasi 6%) (c) P3
(konsentrasi 10%)
2. Penyiapan dan Pemeliharaan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
Penyiapan ulat uji dilakukan dengan mengumpulkan ulat uji P.
xylostella dari lapangan, kemudian ulat-ulat yang dikumpulkan dan di
pindahkan ke dalam stoples plastik berdiameter 9 cm, kemudian ditutup
dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang. Ulat-ulat kubis (P.
xylostella) tersebut dipelihara hingga ulat-ulat tersebut berubah menjadi
stadium pupa. Selama pemeliharaan ulat-ulat diberi makanan setiap hari
dengan daun kubis segar. Kemudian pupa akan berubah menjadi ngengat.
Ngengat yang sudah muncul dipindahkan ke dalam stoples pemeliharaan
ngengat dan diberi makanan berupa larutan madu 10%. Ngengat dibiarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
berkopulasi dan meletakkan telurnya pada kertas atau daun kubis yang
telah disediakan sampai telur yang diletakkan cukup banyak, kemudian
telur yang telah dikumpulkan tersebut dipindahkan ke dalam stoples
pemeliharaan ulat yang telah diisi serbuk gergaji dengan daun kubis segar
sampai sekitar 3 – 4 hari telur menetas menjadi ulat. Selanjutnya ulat-ulat
tersebut terus dipelihara dengan diberikan makanan berupa daun kubis
segar hingga memasuki hari ke-10 yang berlangsung selama 3 hari (ulat
instar IV) yang merupakan fase terakhir larva P. xylostella yang
digunakan dalam penelitian. Ulat-ulat P. xylostella instar IV tersebut
kemudian dipindahkan ke dalam stoples sesuai perlakuan konsentrasi
ekstrak tanaman A. conyzoides. Stoples diberi label sesuai dengan
konsentrasi larutan ekstrak tanaman A. conyzoides yang disemprotkan
pada masing-masing perlakuan.
(a) (b)
Gambar 3.2 Stoples Pemeliharaan Ulat (a) dan Ngengat (b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3. Pengamatan Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
Siklus hidup ulat kubis (P. xylostella) memiliki 4 siklus, yaitu
meliputi telur, ulat, pupa/ kepompong, dan ngengat/ imago. Sebelum
dilakukan pengujian ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. pada ulat
kubis (P. xylostella), maka dilakukan penyiapan ulat uji yang digunakan
terlebih dahulu. Penyiapan ulat uji dilakukan dengan mengembangbiakan
ulat uji terlebih dahulu yang diambil dari lapangan sehingga diperoleh
dalam jumlah ulat yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan usia
yang sama. Ulat uji yang diambil dari lapangan merupakan ulat P.
xylostella instar IV yang memiliki ciri-ciri panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5
mm dan berwarna hijau. Setelah 3 – 4 hari ulat tersebut berubah menjadi
pupa dengan membuat kokon yang berwarna putih sebagai pelindung
sehingga tampak seperti jala dan berbentuk silinder. Pembentukan
kepompong mula-mula dibuat dasarnya, sisi, kemudian tutupnya,
kemudian pada bagian ujungnya dibiarkan terbuka untuk keperluan
pernapasan (aerasi). Pembuatan kepompong (pra pupa) ini diselesaikan
dalam waktu 24 jam dan pupa masih berwarna hijau, setelah selesai ulat
akan berubah menjadi pupa yang berwarna kecoklatan. Stadium pupa
berlangsung sekitar 4 – 6 hari kemudian berubah menjadi ngengat/ imago.
Berikut gambar siklus hidup dari ulat kubis (P. xylostella) yang terdiri dari
stadium ulat, pra pupa, pupa, ngengat/ imago, dan telur:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 3.3 Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) : ulat (a) pra
pupa (b), pupa (c), ngengat/ imago (d), telur (e)
Ngengat akan mengakhiri stadium pupanya dengan melepaskan diri
dari kokon pupa yang berbentuk jala. Sesuai dengan pernyataan Deptan
(2008) ngengat berbentuk abu-abu sampai coklat kelabu dan pada
sayapnya nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian
(diamond) atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya. Maka
dari itu, hama ini juga disebut ngengat punggung berlian. Ngengat
beristirahat pada siang hari dan aktif pada malam hari. Stadium ngengat
sekitar 7 – 14 hari. Ngengat memiliki panjang tubuh sekitar 5 – 9 mm.
(b) (a)
(e) (c)
(d)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Waktu ngengat istirahat, antenna lurus ke depan. Sesuai dengan
pernyataan Sudarmo (1994) ngengat jantan kelihatan lebih kecil dibanding
dengan betina, demikian pula warnanya lebih cerah. Ngengat betina dapat
menghasilkan telur sekitar 180 – 320 butir. Ngengat betina akan
meletakkan telurnya secara mengelompok dalam satu daun ke daun
lainnya, sehingga satu ngengat dapat bertelur pada banyak tanaman kubis.
Telur P. xylostella berwarna kuning pucat, berbentuk oval dan rata,
ukurannya seitar 0,44 – 0,26 mm. Telur P. xylostella disimpan sendiri atau
secara berkelompok kecil dari dua sampai delapan telur pada cekungan di
permukaan dedaunan. Telur tersebut akan menetas setelah 3 – 4 hari. Ulat
yang baru menetas berwarna hijau pucat sedang yang telah dewasa ulat
berwarna hijau lebih tua. Telur yang baru menetas akan masuk ke dalam
jaringan daun dan memakannya sehingga hanya menyisakan bagian
epidermisnya saja yang terlihat bercak putih dan apabila diterawang akan
nampak seperti lubang.
Gambar 3.4 Stadium Ulat Kubis (Plutella xylostella L.): instar I (a), instar
II (b), instar III (c), instar IV (d)
(b) (a)
(d) (c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Stadium ulat P. xylostella terdiri dari empat instar, yaitu instar I,
instar II, instar III, dan instar IV. Ulat instar I memiliki ciri-ciri panjang 1
mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan pucat, dan berumur
selama 4 hari. Ulat instar II memiliki ciri-ciri panjang 2 mm, lebar 0,5 mm,
berwarna hijau kekuning-kuningan, dan berumur selama 2 hari. Ulat instar
III memiliki ciri-ciri panjang 4 – 6 mm, lebar 0,75 mm, berwarna hijau,
dan berumur selama 3 hari. Ulat instar IV memiliki ciri-ciri panjang 6 – 8
mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau lebih tua, dan berumur selama 3
hari.
Ciri khas dari ulat P. xylostella bila merasa ada bahaya akan
menjatuhkan diri dengan mengeluarkan benang untuk menyelamatkan diri.
Ulat bersembunyi di balik daun, sambil makan. Biasanya yang dimakan
hanya daging daun tetapi kulit ari bagian luar permukaan daun sebelah atas
tidak hingga daun kelihatan bercak-bercak putih. Apabila kulit ari yang
terserang menjadi kering, maka akan sobek dan kelihatan berlubang-
lubang. Apabila serangan menghebat yang tertinggal hanyalah tulang-
tulang daun, sehingga bentuk daun seperti wayang kulit.
Jadi, dalam satu siklus hidup ulat P. xylostella terdiri dari 4 tahap,
yaitu ulat akan berubah menjadi pupa/ kepompong, kemudian pupa/
kepompong tersebut berubah menjadi ngengat/ imago, ngengat dewasa
akan bertelur, dan telur akan menetas menjadi ulat kembali. Sehingga satu
siklus hidup ulat P. xylostella berlangsung selama sekitar 36 hari. Ulat P.
xylostella pada penelitian ini menggunakan ulat instar IV yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
ukuran panjang 6 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau lebih tua, dan
berumur selama 3 hari.
4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Pengambilan sampel penelitian dengan cara mengambil ulat P.
xylostella yang diperoleh dari hasil penangkaran dengan mengambil ulat
P. xylostella dari lapangan langsung, yaitu tanaman kubis-kubisan yang
terserang hama ulat P. xylostella. Ulat yang digunakan adalah ulat instar
IV yang merupakan fase terakhir dari stadium ulat/ larva, berwarna hijau
dan berumur 10 hari. Jumlah sampel penelitian adalah 120 ulat instar IV
P. xylostella dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol. Setiap pengamatan
dilakukan 3 kali ulangan dan setiap pengulangan pada masing-masing
perlakuan diujkan sebanyak 10 ulat P. xylostella instar IV.
5. Pengujian Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap
Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
Ulat P. xylostella instar IV dari hasil penangkaran diletakkan dalam
stoples plastik berdiameter 9 cm sesuai perlakuan. Sebelum diberi
perlakuan ulat P. xylostella dipuasakan terlebih dahulu selama 6 jam.
Penyemprotan daun kubis dengan handsprayer dilakukan pada pagi pukul
07.00 WIB. Setelah ulat P. xylostella selesai dipuasakan selama 6 jam,
lembaran dari daun kubis dilepas dan dipilih dengan ukuran diameter
sekitar 13 cm untuk pakan ulat P. xylostella, kemudian daun disemprot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sebanyak 50 ml larutan ekstrak tanaman A. conyzoides sesuai perlakuan
konsentrasi dan dipastikan daun tersemprot rata, kemudian
dikeringanginkan 2-3 menit, lalu dimasukkan ke dalam stoples sebagai
makanan ulat P. xylostella. Kemudian stoples ditutup dengan kain kasa
yang diikat dengan karet gelang. Untuk perlakuan kontrol daun hanya
disemprot dengan 50 ml akuades. Aplikasi dilakukan hanya satu kali.
Setelah 24 jam diamati mortalitas ulat P. xylostella. Setelah itu pakan
diganti dengan daun segar tanpa perlakuan. Kemudian diamati sampai 48
jam dari perlakuan dihitung jumlah mortalitas ulat pada tiap perlakuan.
Tingkat mortalitas ulat uji dinyatakan dalam persentase mortalitas
ulat uji menggunakan rumus berikut (Hidayati, 2013):
Keterangan:
P = Persentase mortalitas ulat P. xylostella
a = Jumlah total ulat P. xylostella yang mati di setiap pelakuan
b = Jumlah total ulat P. xylostella di setiap perlakuan
6. Pengambilan Data
Pengambilan data mortalitas ulat P. xylostella diambil setiap pagi
pukul 07.00 WIB. Pengambilan data mortalitas dilakukan pada
pengamatan jam ke-24 dan jam ke-48 dengan mencatat jumlah mortalitas
ulat P. xylostella.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
G. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh adalah persentase mortalitas hasil pengamatan pada
setiap pengambilan data untuk setiap perlakuan. Data yang diperoleh akan
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan persentase mortalitas total pada
akhir pengamatan. Kemudian data dianalisis dengan analisis probit LC50 untuk
menentukan nilai LC50 24 Jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman A. conyzoides
yang berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Untuk
menentukan nilai LC50 ulat uji (P. xylostella) dari beberapa konsentrasi
ekstrak tanaman A. conyzoides dianalisis menggunakan analisis probit dengan
melihat tabel probit menurut Finney (1971) dan mencari kurva grafik regresi
linier dengan Microsoft Office Excel 2007.
Berikut contoh perhitungan penentuan LC50 pada Uji BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test) ekstrak Bakteri asal Spons (Fadhillah, 2013). Berikut Langkah-
langkahnya:
1. Buatlah tabel seperti berikut, kemudian masukkan nilai konsentrasi yang
dilakukan, Log10 konsentrasi dan Jumlah larva yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Jika sudah melakukan BSLT, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap
kolom Jumlah larva mati sesuai dengan konsentrasinya.
3. Hitung % mortalitasnya dengan cara = ((Jumlah yang mati / Jumlah total
Larva) × 100 %)
4. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol. Jika
terdapat yang mati maka hitung mortalitas terkoreksi, sesuai ulangan.
5. Setelah % mortalitas terkoreksi didapatkan untuk setiap ulangan maka
rata-ratakan dengan membagi total mortalitas terkoreksi dengan jumlah
ulangan yang dilakukan. Masukkan hasil rata-rata tersebut ke kolom rata-
rata % mortalitas terkoreksi.
6. Cari nilai probit (probability unit) dari rerata mortalitas terkoreksi yang
didapatkan dan masukkan ke kolom probit. Mencari nilai probit tinggal
mencocokkan dengan tabel probit menurut Finney (1971).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
7. Jika nilai probit sudah ada, dibuat grafik hubungan antara nilai probit
mortalitas (sb.y) dan Log10 konsentrasi (sb.x) di Microsoft Office Excel.
Pilih insert kemudian pilih chart dan pilih model XY scatter yang
pertama. Masukkan nilai probit di sumbu Y dan nilai log10 konsentrasi di
sumbu X. Kemudian klik kanan pada titik birunya, pilih add trendline.
Setelah itu, klik Display Equation on Chart untuk memunculkan
persamaan y.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
8. Jika persamaannya sudah ada, tinggal dimasukkan nilai untuk LC50 adalah
bernilai 5, karena nilai 5 mewakili 50% nilai probit atau 50% kematian
larva. Nilai x dicari dengan memasukkan nilai 5 ke persamaan yang
didapatkan. Kemudian tentukan LC50 dengan antilog(x) atau 10x.
Untuk mengetahui hubungan (korelasi) regresi linear antara variabel bebas
dan terikatnya adalah dengan melihat nilai koefisien diterminasi R square
(R2). Menurut Raharjo (2017) besarnya nilai koefisien determinasi R square
(R2) hanya antara 0 – 1. Sementara jika dijumpai R Square bernilai minus (-),
maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas
(X) terhadap variabel terikatnya (Y). Semakin kecil nilai koefisien determinasi
R Square, maka ini artinya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikatnya semakin lemah. Sebaliknya, jika nilai R square semakin mendekati
1, maka pengaruh tersebut akan semakin kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Untuk memudahkan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel, Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai R square:
0 : tidak ada korelasi antara dua variabel
>0 – 0,25 : korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5 : korelasi cukup
>0,5 – 0,75 : korelasi kuat
>0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat
1 : korelasi sempurna
H. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Sekolah
Menengah Atas (SMA) kelas X semester ganjil pada bab mengenai ruang
lingkup biologi, yaitu pada materi cabang, manfaat ilmu biologi dan metode
ilmiah, dengan menggunakan kurikulum 2013 revisi terbaru yang mengacu
pada lampiran 7 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Biologi SMA/MA
kelas X dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016. Kompetisi Dasar (KD)
yang digunakan adalah KD 3.1: Menjelaskan ruang lingkup biologi
(permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan),
melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja dan KD 4.1:
Menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada
berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berikut merupakan hasil analisa kandungan senyawa metabolit sekunder
flavonoid dan alkaloid ekstrak tanaman A. conyzoides yang dilakukan di
laboratorium Chem-Mix Pratama, Kretek Jambidan, Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta.
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kandungan Flavonoid dan Alkaloid Ekstrak Tanaman
Ageratum conyzoides L.
No Kode Sample Analisa Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-Rata
1 Bandotan
(Ageratum
conyzoides L.)
Flavonoid
Alkaloid
0,5032%
0,0475%
0,5044%
0,0435%
0,5038%
0,0455%
Berdasarkan hasil analisa kandungan flavonoid dengan metode
Spectrofotometry (lampiran 5) dan alkaloid dengan metode Gravimetri
(lampiran 6) diketahui bahwa kandungan flavonoid ekstrak tanaman A.
conyzoides sebesar 0,5038% dan kandungan alkaloid ekstrak tanaman A.
conyzoides sebesar 0,0455%.
Berikut merupakan hasil mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada
pengamatan 24 jam sampai 48 jam.
Tabel 4.2 Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24
Jam sampai 48 Jam
Perlakuan
Konsen-
trasi (%)
Ulangan
Perla-
kuan
Jumlah
Ulat Uji
Jumlah
Mortalitas Ulat
Uji
Persentase
Mortalitas Ulat
Uji (%)
24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam
P0
1 10 0 0 0% 0%
2 10 0 0 0% 0%
3 10 0 0 0% 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Rata-Rata 0 0 0% 0%
P1
1 10 5 6 50% 60%
2 10 5 7 50% 70%
3 10 5 6 50% 60%
Rata-Rata 5 6,33 50% 63,3%
P2
1 10 10 10 100% 100%
2 10 6 7 60% 70%
3 10 7 7 70% 70%
Rata-Rata 7,67 8 76,7% 80%
P3
1 10 10 10 100% 100%
2 10 10 10 100% 100%
3 10 10 10 100% 100%
Rata-Rata 10 10 100% 100%
Keterangan :
P0 = Kontrol
P1 = Konsentrasi 2% (1 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades)
P2 = Konsentrasi 6% (3 gr ekstrak A.conyzoides + 50 ml akuades)
P3 = Konsentrasi 10% (5 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml akuades)
Berdasarkan hasil mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada Tabel 4.2
pengamatan 24 jam sampai 48 jam diketahui bahwa pada perlakuan
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides konsentrasi P1 (2%), P2 (6%), dan
P3 (10%) menunjukkan adanya mortalitas ulat uji, sedangkan pada P0 (kontrol)
menunjukkan tidak ada mortalitas ulat uji.
Berdasarkan hasil pengamatan mortalitas ulat kubis (P. xylostella)
menunjukkan perbedaan persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada
pengamatan 24 jam sampai 48 jam. Secara keseluruhan rata-rata persentase
mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam perlakuan P0
(kontrol) sebesar 0%, P1 (konsentrasi 2%) sebesar 50%, P2 (konsentrasi 6%)
sebesar 76,7%, dan P3 (konsentrasi 10%) sebesar 100%, sedangkan
keseluruhan rata-rata persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada
pengamatan 48 jam perlakuan P0 (kontrol) sebesar 0%, P1 (konsentrasi 2%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sebesar 63,3%, P2 (konsentrasi 6%) sebesar 80%, dan P3 (konsentrasi 10%)
sebesar 100%.
Berdasarkan tabel persentase mortalitas ulat uji pada perlakuan konsentrasi
P1 (konsentrasi 2%) sampai P2 (konsentrasi 6%) mengalami peningkatan pada
pengamatan 24 jam setelah aplikasi sampai 48 jam, sedangkan pada
konsentrasi P0 (kontrol) dan P3 (10%) tidak mengalami peningkatan pada
pengamatan 24 jam setelah aplikasi sampai 48 jam. Pada P0 (kontrol)
persentase mortalitas ulat uji pengamatan 24 jam sampai 48 jam nilainya tetap
sebesar 0% dan P3 (konsentrasi 10%) persentase mortalitas ulat uji
pengamatan 24 jam sampai 48 jam nilainya tetap sebesar 100%.
Dari hasil pengamatan 24 jam sampai 48 jam menunjukkan bahwa tingkat
mortalitas ulat kubis (P. xylostella) yang paling tinggi konsentrasi ekstrak
tanaman A. conyzoides dengan maserasi menggunakan pelarut etanol terjadi
pada perlakuan P3 dengan konsentrasi 10% dengan perbandingan pengenceran
5 gram ekstrak tanaman A. conyzoides dan 50 ml akuades dengan tingkat
mortalitas sebesar 100% pada semua ulangan, sedangkan tingkat mortalitas
ulat kubis (P. xylostella) paling rendah ekstrak tanaman A. conyzoides terjadi
pada perlakuan P1 dengan konsentrasi 2% yaitu sebesar 56,65% dan tidak
terjadi mortalitas sama sekali terjadi pada P0 (kontrol) yang tidak diberi
perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides dengan tingkat mortalitas sebesar
0% pada semua ulangan, sedangkan pada penelitian Damayanti (2006)
konsentrasi tertinggi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan maserasi
menggunakan pelarut methanol pada konsentrasi 4,5% dengan perbandingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
pengenceran 4,5 gram ekstrak tanaman A. conyzoides dan 50 ml akuades
dengan waktu pengamatan selama 48 jam yaitu sebesar 100% pada semua
ulangan dan mortalitas terkecil pada konsentrasi 0,75% dengan waktu
pengamatan 24 jam yaitu sebesar 20%.
Berikut merupakan hasil analisis probit LC50 pengamatan 24 jam dan 48
jam dengan melihat tabel probit (Lampiran 2 Tabel 1).
Tabel 4.3 Analisis Probit LC50 Pengamatan 24 Jam Konsen
-trasi
(%)
Log10
Konsen-
trasi
Ulang
-an
To-
tal
Ul-
at
Jum
-lah
Ulat
mati
%
Morta
-litas
%
Morta
-litas
Terko
-reksi
Rerata
%
Morta
-litas
Terko
-reksi
Ni-
lai
Pro-
bit
Nilai
LC50
(%)
0
-
1
2
3
10
10
10
0
0
0
0
0
0
-
-
-
2,35
2
0,30
1
2
3
10
10
10
5
5
5
50
50
50
50
50
50
50
5,00
6
0,77
1
2
3
10
10
10
10
6
7
100
60
70
100
60
70
76,7
5,71
10
1
1
2
3
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
100
8,09
Tabel 4.4 Analisis Probit LC50 Pengamatan 48 Jam Konsen
-trasi
(%)
Log10
Konsen-
trasi
Ulang
-an
To-
tal
Ul-
at
Jum
-lah
Ulat
mati
%
Morta
-litas
%
Morta
-litas
Terko
-reksi
Rerata
%
Morta
-litas
Terko
-reksi
Ni-
lai
Pro-
bit
Nilai
LC50
(%)
0
-
1
2
3
10
10
10
0
0
0
0
0
0
-
-
-
1,93
2
0,30
1
2
3
10
10
10
6
7
6
60
70
60
60
70
60
63,33
5,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
6
0,77
1
2
3
10
10
10
10
7
7
100
70
70
100
70
70
80
5,84
10
1
1
2
3
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
100
8,09
Berdasarkan hasil analisis probit LC50 pengamatan 24 jam dan 48 jam
pada Tabel 4.3 dan 4.4 log10 konsentrasi 2% adalah 0,30, log10 konsentrasi 6%
adalah 0,77, dan log10 konsentrasi 10% adalah 1.
Pada pengamatan 24 jam, rerata mortalitas terkoreksi 50% pada
konsentrasi 2% menghasilkan nilai probit 5,00, rerata mortalitas terkoreksi
76,7% pada konsentrasi 6% menghasilkan nilai probit 5,71, dan rerata
mortalitas terkoreksi 100% pada konsentrasi 10% menghasilkan nilai probit
8,09. Pada pengamatan 48 jam, rerata mortalitas terkoreksi 63,33% pada
konsentrasi 2% menghasilkan nilai probit 5,33, rerata mortalitas terkoreksi
80% pada konsentrasi 6% menghasilkan nilai probit 5,84, dan rerata mortalitas
terkoreksi 100% pada konsentrasi 10% menghasilkan nilai probit 8,09.
Berikut merupakan hasil kurva grafik regresi linier hubungan log10
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan nilai probit dari mortalitas
ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam dan 48 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 4.1 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak
Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat
Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam
Gambar 4.2 Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak
Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit dari Mortalitas Ulat
Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 48 Jam
Dari kurva grafik diatas pada Gambar 4.1 dan 4.2 didapatkan persamaan
garis lurus y = 3,9855x + 3,5167 dan R2
= 0,7719 pada pengamatan 24 jam
dan didapatkan persamaan garis lurus y = 3,5208x + 3,9906 dan R2 = 0,7317
pada pengamatan 48 jam.
Berdasarkan hasil perhitungan penentuan LC50 dari persamaan garis lurus
y (Lampiran 2) didapat nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan nilai LC50 48 jam
y = 3.9855x + 3.5167
R² = 0.7719
0
2
4
6
8
10
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Pro
bit
Log10 Concentration
Probit of Mortality
Linear (Probit of
Mortality)
y = 3.5208x + 3.9906
R² = 0.7317
0
2
4
6
8
10
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Pro
bit
Log10 Concentration
Probit of Mortality
Linear (Probit of
Mortality)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sebesar 1,93%, sedangkan besar koefisien determinasi R square (R2) pada
pengamatan 24 jam adalah sebesar 0,7719 dan besar koefisien determinasi R
square (R2) pada pengamatan 48 jam adalah sebesar 0,7317.
Pada penelitian Damayanti (2006) persamaan regresi pada pengamatan 24
jam (y = 19,643x + 3,6607) dengan nilai LC50 24 jam sebesar 1,9916% dan
besar koefisien determinasi R square (R2) sebesar 0,9933. Pada pengamatan
48 jam (y = 21,429x + 10,337) dengan nilai LC50 48 jam sebesar 1,3443% dan
besar koefisien determinasi R square (R2) sebesar 0,9677.
B. Pembahasan
1. Pengaruh Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap Mortalitas
Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) berdasarkan Hasil Pengamatan Data
Dari hasil pengamatan mortalitas ulat kubis (P. xylostella)
menunjukkan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides yang telah diujikan
berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Hal ini
dibuktikan berdasarkan hasil data pengamatan pada 24 jam sampai 48 jam
pada perlakuan konsentrasi P1 (konsentrasi 2%), P2 (konsentrasi 6%), dan
P3 (konsentrasi 10%) terjadi mortalitas ulat kubis (P. xylostella),
sedangkan pada konsentrasi P0 (kontrol) menunjukkan tidak ada mortalitas
ulat uji.
Berdasarkan hasil pengamatan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak
tanaman A. conyzoides, maka persentase mortalitas ulat kubis (P.
xylostella) juga semakin meningkat. Sesuai dengan apa yang dinyatakan
oleh Damayanti (2006) dari hasil penelitian tentang mortalitas P. xylostella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
yang diberi perlakuan ekstrak A. conyzoides menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak A. conyzoides maka mortalitas P. xylostella juga
semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin lama waktu
pengamatan semakin tinggi pula mortalitas yang ditimbulkan. Hal ini juga
sesuai dengan pernyataan Sianipar, M.S., Sumarto, T., dan Susanto, A.
(2004) bahwa semakin tinggi konsentrasi insektisida maka kandungan
senyawa aktifnya juga semakin tinggi sehingga mortalitas yang
ditimbulkan semakin besar. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak tanaman
A. conyzoides berpengaruh positif terhadap mortalitas ulat kubis (P.
xylostella).
Diagram perbedaan persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella)
pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Diagram Perbedaan Persentase Mortalitas ulat kubis (Plutella
xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam
Keterangan:
P0 = 0% (kontrol)
P1 = 2%
P2 = 6%
P3 = 10%
0
20
40
60
80
100
120
0 2 6 10
Mo
rtal
itas
(%
)
Perlakuan konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L.
(%)
Persentase 24 Jam
persentase 48 Jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Berdasarkan diagram Gambar 4.3 tersebut menunjukkan bahwa
persentase mortalitas ulat kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam
sampai 48 jam semakin meningkat pada perlakuan P1 (konsentrasi 2%)
dan P2 (konsentrasi 6%), sedangkan pada P0 (kontrol) dan P3 (konsentrasi
10%) tidak mengalami peningkatan mortalitas ulat uji. Pada pengamatan
24 jam sampai 48 jam pada P0 (kontrol) persentase mortalitasnya tetap,
yaitu 0%. Begitu juga dengan P3 (konsentrasi 10%) pada pengamatan 24
jam sampai 48 jam persentase mortalitasnya tetap, yaitu 100%.
Dari hasil pengamatan pada 24 jam setelah aplikasi pada perlakuan
P1 dengan konsentrasi 2% ekstrak tanaman A. conyzoides sudah
menunjukkan persentase mortalitas ulat uji sebesar 50%, maka dapat
diketahui bahwa pada konsentrasi 2% ekstrak tanaman A. conyzoides
dengan waktu pengamatan 24 jam efektif mematikan sebesar 50% ulat uji,
sedangkan pada perlakuan P3 dengan konsentrasi 10% ekstrak tanaman A.
conyzoides pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi sudah mematikan
sebesar 100% ulat uji. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tanaman A.
conyzoides terbukti efektif terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella).
Berdasarkan hasil analisis probit LC50 pengamatan 24 jam dan 48
jam pada Tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka semakin tinggi nilai
persentase mortalitas/ kematian ulat kubis (P. xylostella). Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil log10 konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides
dengan hasil nilai probit dari mortalitas ulat uji. Semakin tinggi log10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka semakin tinggi nilai
probit dari mortalitas ulat uji.
Berdasarkan hasil perhitungan penentuan LC50 dengan ekstrak etanol
tanaman A. conyzoides didapatkan nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan
nilai LC50 48 jam sebesar 1,93%. Artinya, pada 24 jam konsentrasi sebesar
2,35% efektif membunuh 50% ulat kubis (P. xylostella) dan pada 48 jam
konsentrasi sebesar 1,93% efektif membunuh 50% ulat kubis (P.
xylostella). Jika, dirata-rata keseluruhan nilai LC50 dari 24 jam sampai 48
jam didapatkan nilai LC50 24 jam – 48 jam adalah sebesar 2,14%. Hal ini
membuktikan bahwa pada konsentrasi 2,14% efektif membunuh 50% ulat
kubis (P. xylostella) pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam, sedangkan
pada penelitian Damayanti (2006) ekstrak methanol tanaman A.
conyzoides pada pengamatan 24 jam nilai LC50 24 jam sebesar 1,99% dan
pada pengamatan 48 jam niai LC50 48 jam sebesar 1,34%.
Dari hasil penentuan LC50 tersebut membuktikan bahwa ekstrak
tanaman A. conyzoides berpengaruh toksik dan terbukti memenuhi harapan
petani kubis, karena dari hasil penentuan LC50 tersebut dapat menentukan
pada konsentrasi berapa ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh toksik
membunuh sebesar 50% ulat uji, sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides
dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati.
Berdasarkan nilai koefisien determinasi R square (R2) ekstrak etanol
A.conyzoides pada pengamatan 24 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A.
conyzoides berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
sebesar 0,7719. Nilai koefisien determinasi R square (R2) pada
pengamatan 48 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides
berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella) sebesar 0,7317.
Jika, dirata-rata keseluruhan nilai koefisien determinasi R square (R2) dari
24 jam sampai 48 jam didapatkan nilai koefisien determinasi R square
(R2) sebesar 0,7518. Artinya, pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam,
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh terhadap ulat
kubis (P. xylostella) sebesar 0,7518, sedangkan R square (R2) pada
penelitian Damayanti (2006) ekstrak methanol A. conyzoides dihasilkan
sebesar 0,9933 pada pengamatan 24 jam dan R square (R2) sebesar 0,9677
pada pengamatan 48 jam.
Dari hasil nilai koefisien determinasi R square (R2) tersebut
membuktikan bahwa adanya hubungan antara dua variabel, yakni variabel
bebas dan variabel terikatnya. Variabel bebasnya adalah konsentrasi
ekstrak tanaman A. conyzoides, sedangkan variabel terikatnya adalah
mortalitas ulat kubis (P. xylostella).
Dari hubungan kedua variabel tersebut terbukti bahwa ekstrak
tanaman A. conyzoides pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam memiliki
hubungan (korelasi) yang kuat terhadap mortalitas ulat kubis (P.
xylostella), sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides dengan menggunakan
pelarut etanol pada proses pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides
terbukti bersifat toksik/ racun terhadap ulat kubis (P. xylostella). Hal ini
juga dibuktikan dari penelitian Damayanti (2006) dari hasil R square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang sangat kuat antara
variabel bebas (konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan
menggunakan pelarut methanol pada proses pembuatan ekstrak tanaman A.
conyzoides) dan variabel terikatnya (mortalitas ulat P. xylostella).
2. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
a. Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Tanaman Ageratum
conyzoides L.
Tingkat mortalitas pada ulat kubis (P. xylostella) yang dihasilkan
dari pemberian ekstrak tanaman A. conyzoides disebabkan karena
adanya kandungan metabolit sekunder seperti senyawa flavonoid dan
alkaloid pada ekstrak tanaman A. conyzoides yang dibuktikan dari hasil
analisa laboratorium Chem-Mix Pratama, Kretek Jambidan,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta (Lampiran 4).
Dari hasil uji analisa kandungan senyawa flavonoid dan alkaloid,
dapat diketahui bahwa senyawa flavonoid pada ekstrak tanaman A.
conyzoides lebih tinggi dibandingkan senyawa alkaloidnya.
Senyawa flavonoid menyerang bagian syaraf pernafasan hingga
menimbulkan kematian. Selain itu, senyawa flavonoid menghambat
daya makan (antifeedant) ulat kubis (P. xylostella) dengan
mengganggu alat pencernaannya. Senyawa flavonoid juga bekerja
dengan menghambat reseptor perasa pada daerah mulut, sehingga tidak
mampu mengenali makanannya, sedangkan pada senyawa alkaloid
dapat menghambat aktivitas makan ulat kubis (P. xylostella) karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
rasanya yang pahit, serta menghambat pertumbuhan ulat kubis (P.
xylostella), sehingga menyebabkan kegagalan pada metamorfosis.
Selain flavonoid dan alkaloid, senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada ekstrak tanaman A. conyzoides adalah senyawa saponin
yang dibuktikan dari buih yang dihasilkan dari pengenceran ekstrak
tanaman A. conyzoides dengan larutan akuades ketika larutan dikocok.
Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Gunawan dan Mulyani
(2004) yang menyatakan bahwa saponin sangat mudah ditandai dengan
pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok
menimbulkan buih yang stabil. Selain itu, senyawa minyak atsiri yang
dibuktikan dari bau yang tercium dari hasil ekstrak tanaman A.
conyzoides yang menyengat.
b. Waktu Aplikasi Penyemprotan Insektisida
Mortalitas ulat kubis (P. xylostella) juga dapat dipengaruhi oleh
waktu aplikasi penyemprotan insektisida. Pada penelitian ini
penyemprotan dilakukan pada pagi hari dan disemprot pada bagian
bawah dan atas daun, sehingga seluruh permukaan daun bagian bawah
dan atas daun tersemprot semua. Aplikasi penyemprotan pada pagi hari
dilakukan karena stomata pada daun sedang terbuka sehingga ekstrak
tanaman A. conyzoides akan bisa masuk/ terserap melalui stomata yang
terbuka. Senyawa metabolit sekunder pada ekstrak tanaman A.
conyzoides akan masuk/ terserap oleh jaringan daun, tetapi tidak dapat
ditranslokasikan ke jaringan bagian tanaman lainnya, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
senyawa metabolit sekunder tersebut akan diedarkan ke semua bagian
jaringan daun yang telah disemprot. Hal inilah yang akan membuat
hama ulat kubis (P. xylostella) mati jika memakan bagian daun yang
telah tersemprot ekstrak tanaman A. conyzoides.
Insektisida nabati ekstrak tanaman A. conyzoides termasuk ke
dalam jenis insektisida sistemik lokal. Ketika disemprot ke bagian
permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk
ke jaringan parenkim pada mesofil dan menyebar ke seluruh mesofil
daun hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun
bagian bawah. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman
yang tersebar insektisida tersebut, sehingga tidak berpengaruh terhadap
fotosintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun
berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
c. Aktivitas Makan Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
Tingkat aktivitas makan ulat kubis (P. xylostella) juga
mempengaruhi mortalitas ulat kubis (P. xylostella). Pada perlakuan
konsentrasi rendah, intensitas kerusakan daun cenderung tinggi
dibanding dengan perlakuan pada konsentrasi tinggi. Apalagi pada
konsentrasi kontrol yang tidak diperlakukan dengan ekstrak tanaman
A. conyzoides, kerusakan daun cenderung lebih tinggi dibanding
dengan kerusakan daun yang diperlakukan dengan ekstrak tanaman A.
conyzoides (Lampiran 3, Gambar 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Hal ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder
ekstrak tanaman A. conyzoides pada konsentrasi rendah lebih sedikit
dibanding dengan konsentrasi yang tinggi. Sehingga, semakin rendah
konsentrasinya ulat yang hidup lebih banyak dan aktivitas makan ulat
P. xylostella semakin meningkat, apalagi pada konsentrasi kontrol
yang tidak dberi perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides, maka
aktivitas makan tersebut meningkat, sehingga tingkat mortalitas ulat P.
xylostella menjadi rendah, sedangkan semakin tinggi konsentrasinya,
intensitas kerusakan lebih rendah dan aktivitas makan ulat tersebut
menjadi menurun. Akibatnya tingkat mortalitas ulat P. xylostella
menjadi meningkat. Hal inilah yang menyebabkan tingkat mortalitas
ulat P. xylostella.
d. Siklus Hidup Ulat Kubis (Plutella xylostella L.)
Siklus hidup juga mempengaruhi mortalitas ulat P. xylostella. Pada
pengamatan siklus hidup pada perlakuan kontrol tidak terjadi
mortalitas ulat yang ditandai dengan ulat yang masih hidup dan ada
beberapa ulat yang berubah menjadi kepompong. Sedangkan, pada
perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides terjadi mortalitas ulat yang
ditandai dengan ulat yang mati. Ciri-ciri ulat yang mati pada
pengamatan pertama yaitu, pada 24 jam setelah aplikasi awalnya badan
ulat terlihat lembek dan mengeluarkan cairan, dan menghasilkan bau
yang tidak enak. Kemudian pada pengamatan yang kedua yaitu, pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
48 jam ciri-ciri ulat berwarna hitam kecoklatan dan tidak bergerak bila
disentuh (Lampiran 3, Gambar 9).
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides,
mortalitasnya semakin meningkat. Sehingga, mempengaruhi siklus
hidup ulat P. xylostella yang seharusnya ulat instar IV tersebut menjadi
pupa/ kepompong tetapi terhambat siklus hidupnya sehingga
mengakibatkan ulat mati dan tidak berkembang menjadi pupa/
kepompong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudarmo (2005) yang
menyatakan bahwa salah satu cara kerja pestisida nabati sangat
spesifik yaitu dapat merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
Sehingga siklus hidup/ metamorfosis ulat P. xylostella akan terganggu
dan terputus siklus hidupnya.
3. Faktor Pendukung Proses Penelitian
Faktor pendukung proses penelitian adalah saat pembuatan ekstrak
tanaman A. conyzoides dengan proses maserasi menggunakan pelarut
etanol yang bersifat polar dan lebih aman serta ramah lingkungan
dibanding methanol. Pada proses maserasi dilakukan perendaman selama 3
hari dan proses maserasi dilakukan berulang-ulang hingga ekstraksi yang
dihasilkan jernih, agar senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar
pada tanaman A. conyzoides banyak terserap oleh larutan etanol yang
bersifat polar, sehingga berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis (P.
xylostella).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian
Hambatan dalam penelitian ini adalah saat pemeliharaan/ budidaya
ulat kubis (P. xylostella) mengalami kegagalan saat pemeliharaannya,
sehingga pertumbuhannya terhambat dan ada beberapa ulat instar IV
dalam waktu sehari sudah menjadi pra pupa. Hal ini dikarenakan faktor
lingkungan yang kurang sesuai dan stress setelah diambil dari lapangan
langsung ditaruh ditempat baru sehingga terjadi perubahan adaptasi
lingkungan yang baru, atau juga bisa disebabkan karena ulat instar IV
yang diambil dari lapangan umurnya sudah waktunya menjadi pupa.
Selain itu, saat pengenceran ekstrak tanaman A. conyzoides dengan
akuades tidak tercampur rata, masih ada sisa-sisa ekstrak yang tidak
tercampur dengan akuades, sebaiknya akuades dipanaskan terlebih dahulu
agar ekstrak dan akudes dapat dengan mudah tercampur rata.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian
lapangan untuk para petani kubis bahwa tanaman A. conyzoides dapat
digunakan sebagai alternatif insektisida nabati. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut uji efektivitas (EC50) ekstrak tanaman A. conyzoides pada
dosis atau konsentrasi letal yang sudah diteliti (LC50). Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak tanaman A. conyzoides
terhadap jenis hama atau pada tanaman budidaya lain. Perlu dilakukan uji
untuk metabolit sekunder yang paling toksik pada tanaman A. conyzoides
dengan senyawa yang lebih non polar dari etanol. Perlu dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
penimbangan berat basah dan memperhitungkan proporsi atau komposisi
dari tanaman A. conyzoides sebelum dilakukan pembuatan ekstraknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN
Hasil penelitian tentang uji toksisitas tanaman Ageratum conyzoides L.
sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas ulat kubis (Plutella xylostella L.)
dapat menambah pengetahuan baru bagi siswa dalam mendukung proses belajar
mengajar di sekolah. Siswa dapat diajarkan untuk membuat insektisida nabati
dengan memanfaatkan bahan-bahan organik, seperti tanaman Ageratum
conyzoides L. dan dapat mengajarkan tentang permasalahan pada berbagai obyek
biologi dan tingkat organisasi kehidupan seperti permasalahan hama pada
tanaman atau OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Berbagai aspek dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar di
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester ganjil pada bab mengenai ruang
lingkup biologi, yaitu pada materi cabang, manfaat ilmu biologi dan metode
ilmiah. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah, keterampilan berproses secara
ilmiah dengan merancang dan melakukan sendiri penelitian dan percobaan biologi
secara sederhana.
Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait
penelitian yang dilakukan menggunakan kurikulum 2013 revisi terbaru yang
mengacu pada lampiran 7 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Biologi
SMA/MA kelas X dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016. Tujuan
kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu kompetensi sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui
proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual (KI 1), yaitu menghayati dan
mengajarkan agama yang dianutnya, sedangkan rumusan Kompetensi Sikap
Sosial (KI 2), yaitu menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bansa dalam pergaulan dunia. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
Rumusan Kompetensi Pengetahuan (KI 3), yaitu memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prodsedural berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatya untuk memecahkan
masalah, sedangkan rumusan Kompetensi Keterampilan (KI 4), yaitu mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kompetensi Dasar (KD) yang digunaan adalah KD 3.1, yaitu menjelaskan
ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat
organisasi kehidupan), melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan
kerja dan KD 4.1, yaitu menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang
permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan.
Sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru harus
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Diskusi Siswa (LDS), dan Lembar
Penilaian. Perangkat Pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 7-10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak tanaman A. conyzoides terbukti berpengaruh toksik terhadap
mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella).
2. Nilai LC50 24 jam dari ekstrak tanaman A. conyzoides yang berpengaruh
terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) sebesar 2,35%,
sedangkan nilai LC50 48 jam ekstrak tanaman A. conyzoides yang
berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (P. xylostella) sebesar
1,93%.
B. Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lapangan untuk para petani kubis bahwa
tanaman A. conyzoides dapat digunakan sebagai alternatif insektisida
nabati.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut uji efektivitas (EC50) ekstrak
tanaman A. conyzoides pada dosis atau konsentrasi letal yang sudah diteliti
(LC50)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak
tanaman A. conyzoides terhadap jenis hama atau pada tanaman budidaya
lain.
4. Perlu dilakukan uji untuk metabolit sekunder yang paling toksik pada
tanaman A. conyzoides dengan senyawa yang lebih non polar dari etanol.
5. Perlu dilakukan penimbangan berat basah dan memperhitungkan proporsi
atau komposisi dari tanaman A. conyzoides sebelum dilakukan pembuatan
ekstraknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A., 1986, Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam,
Universitas Terbuka, Jakarta.
Agromedia, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, 431 Jenis Tanaman Penggempur
Aneka Penyakit, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Amelot, M.E.A, et al., 2003, Repellency and Feeding Deterence Activity of
Ageratum conyzoides L. Againts the Stored Grain Pest Tribolium
castaneum and Sitophilus oryzae, Diunduh dari
http://www.serbi.luz.edu.ve/pdf/cien/v11n1/art_pdf, Diakses tanggal 1
Maret 2017.
Aminah, N.S., et al., 2001, S. Rarak, D. Metel, dan E. Prostata sebagai Larvasida
Aedes aegypti, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta.
Badan POM RI, 2008, Ageratum conyzoides L., Badan POM RI, Direktorat Obat
Asli Indonesia, Jakarta.
Burt, S., 2007, “Antibacterial Activity of Essential Oils: Potential Application in
Food”, Thesis, Institute for Risk Assesment Sciences, Division of
Veterinary Medicie, Public Health, Utrecht University.
Capinera J.L., 2012, Diamondback Moth, Plutella xylostella (Linnaeus) (Insecta:
Lepidoptera: Plutellidae), Diunduh dari
http://entnemdept.ufl.edu/creatures/veg/leaf/diamondback_moth.htm,
Dikases tanggal 5 April 2017.
Deptan, 1994, Pedoman Pengenalan Pestisida Botani, Departemen Pertanian
Direktorat Jendral Perkebunan, Direktorat Bina Perlindungan Tanaman
Perkebunan, Jakarta.
Deptan, 2008, Kebijakan Teknis Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Ditjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Pertama, Departemen Kesehatan RI, Hal 3-5, 10-11, Jakarta.
Dinata, A., 2009, Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol, Diunduh dari
http://arda.students-blog.undip.ac.id/2009/10/18/atasi-jentik-bd-dengan-
kulit-jengkol, Diakses tanggal 22 Maret 2017.
Dadang dan Prijono, 2008, Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan
Pengembangan, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Damayanti, E., 2006, Pengaruh Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides
L.) sebagai Insektisida Botani terhadap Mortalitas dan Perkembangan Ulat
Kubis (Plutella xylostella L.), Skripsi, Prodi Pendidikan Biologi, JPMIPA,
FKIP Univ, Jember.
Dhahiyat, Y. dan Djuangsih., 1997, Uji Hayati (Bioassay); LC50 (Acute Toxicity
Tests) Menggunakan Daphina dan Ikan, Laporan Hasil Penelitian,
PPSDAL LP Universitas Padjajaran, Bandung.
Fadhillah, 2013, Perhitungan LC50 dari BSLT, Diunduh dari
https://www.mfadhillah.com/2013/03/22/perhitungan-lc-50-dari-bslt/,
Diakses tanggal 19 Juni 2017.
Finney, D.J., 1971, Probit Analysis, Cambridge Univ. Press, Cambridge, 333 pp.
Gunawan dan Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam, Penebar Swadaya: Bogor.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Terjemahan Dr. Kosasih Padmawinata dan Dr. Iwang Soediro
Bandung, ITB, Bandung.
Harborne, JB., 1996, Phytochemical Methods, diterjemahkan oleh Padmawinata
K., Soediro I., Penerbit ITB, Bandung.
Hartati, S.R., 2012, Prospect of Essential Oils Developed as Biotanical
Pesticides, Perspektif, 11, 45-58.
Hidayati, N.N., Yuliani, dan Kuswanti, N., 2013, Pengaruh Ekstark Daun Suren
dan Daun Mahoni terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan Ulat Daun
(Plutella xylostela) pada Tanaman Kubis, Jurnal Penelitian Lentera Bio,
Vol. 2, No. 1, Januari 2013: 95-99, UNESA, Surabaya.
Hudayya dan Jayanti, 2012, Pengelompokan Pestisida Berdasarkan Cara
Kerjanya (Mode of Action), Penerbit Yayasan Bina Tani Sejahtera,
Lembang, Bandung Barat.
Husodo, 2017, Ulat Daun Kubis Serang Lahan Pertanian di KBB, Diunduh dari
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/01/20/ulat-daun-kubis-
serang-lahan-pertanian-di-kbb-391172, Diakses tanggal 1 Maret 2017.
Indriani, T., 2006, Kemanjuran Beberapa Jenis Tumbuhan Rawa yang Berpotensi
sebagai Insektisida Nabati terhadap Ulat Buah (Diaphania indica), Temu
Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian, Kalimantan Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Janzen, D.H., Jester, H.B., dan Bill, F.A., 1977, “Toxicity of Secondary
Compounds to the Seed Eating Larvae of the Bruchid Beetle
Callosobruchus maculates J.”, Phytochemistry, Vol (16): 223-227.
Kalshoven, L.G.E., 1981, Pest of Crops in Indonesia, PT. Ictiar Bani-Van Boeve,
Jakarta.
Kardinan, A., 2004, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Kishi, M., Hirschhorn, N., Djajadisastra, M., Satterlee, L.N., Strowman, S., and
Dilts, R., 1995, “Relationship of Pesticide Spraying to Signs and
Symptoms in Indonesian Farmers”, Scand. J. Works Envion, Health, Vol
21, 124-133.
Lumowa, S.V.V., 2011, Efektivitas Ekstrak Babadotan (Ageratum conyzoides L.)
terhadap Tingkat Kematian Larva Spodoptera litura F., Jurnal Eugenia,
Vol. 17, No. 3, Prodi Pendidikan Biologi, FKIP Univ. Mulawarman
Samarinda.
Marfu’ah, P., 2005, Perisai itu Bernama Kambing Jantan, Majalah Trubus 425
Th. XXXVI, Jakarta.
Mahendra, H., 2010, Perbedaan Toksisitas Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum
conyzoides L.) dan Ekstrak Daun Sereh Wangi (Andropogon nardus L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L., Skripsi, Prodi
Pendidikan Biologi, JPMIPA, FKIP Univ. Jember.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikassi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Koasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.
Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putman, J.E., Jasben, L.B., Nicols, D.E., and
McLaughlin, J.L., 1982, Brine Shrimp : a convinient general bioassay for
active plant constituent, Plant Medica XLV.
Mildaerizanti, 2015, Mengenal Babadotan (Ageratum conyzoides) sebagai
Tumbuhan Sumber Pestisida Nabati Multiguna, Artikel, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi, Badan Litbang Pertanian, Jambi.
Mulyono, E., 2009, Permasalahan Penanganan dan Pengolahan Pala, Balai
Penelitian Tanaman dan Obat, Bogor.
Naria, E., 2005, Insektisida Nabati untuk Rumah Tangga, Jurnal, Vol. 9, No. 1,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU, Medan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Permadi, A.H. dan Sastrosiswojo, S., 1993, Kubis, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Hortikultura Lembang,
Lembang.
Planmor, 2012, Klasifikasi Tanaman Babadotan (Ageratum conyzoides L.),
Diunduh di http://www.plantmore.com, Diakses tanggal 1 Maret 2017.
Pracaya, 1993, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Pracaya, 2008, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik,
Penerbit Kanisisus, Yogyakarta.
Pujowati, 2006, Pengenalan Ragam Tanaman Lanskap Asteraceae (Compositae),
Laporan Praktikum Tanaman dan Sistem Ruang Terbuka Hijau, Sekolah
Pasca Sarjana Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Purba, S., 2007, Uji Efektifitas Exstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia)
terhadap Plutella xylostella (Lepidoptera : Plutelidae) di Laboratorium,
Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Putra, A.P., 2017, Pertanian Getasan Kabupaten Semarang diganggu Hama,
Diunduh dari http://www.harianjogja.com/baca/2017/02/05/ pertanian-
semarang-duh-kubis-getasan-diserang-ulat-tritip-790217, Diakses tanggal
27 Maret 2017.
Raharjo, S., 2017, Makna Koefisien Determinasi [R Square] dalam Analisis
Regresi Linear, Diunduh dari
http://www.spssindonesia.com/2017/04/makna-koefisien-determinasi-r-
square.html, Diakses tanggal 5 Juli 2017.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi ke-4
Terjemahan Koasasih Padmawinata, ITB Press, Bandung.
Rodriguez & Levin, 1975, Biochemical Pararellism of Repellents and Attractans
in Higher Plants and Anthropods, In: Recent Advance in Phytochemistry
Biochemichal Interaction Between Plants and Insects pp, 215-270,
Wallace, J.M and R.L Mansel (eds), Plenum Press New York, pp.425.
Rukmana, R., 1994, Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli, Kanisius, Yogyakarta.
Sabirin, M., Hardjono S., dan Respati S., 1994, Pengantar Praktikum Kimia
Organik II, UGM, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Samsudin, 2008, Virus Patogen Serangga: Bioinsektisida Ramah Lingkungan,
Diunduh dari http://Lembaga_pertanian_sehat/, Diakses tanggal 1 Maret
2017.
Sarwono, J., 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Sastrosiswojo, 1993, Hama-Hama Tanaman Kubis dan Cara Pengendalian,
dalam A. H. Permadi & S. Sastrosiswojo, Kubis, Edisi Pertama: 39-50,
Kerjasama Balithort Lembang dengan Program Nasional PHT,
BAPPENAS.
Sastrosiswojo, S., Uhan, T.S., dan Sutarya, R., 2005, Penerapan Teknologi PHT
pada Tanaman Kubis, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat
Penelitian dan Penembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Lembang, Bandung.
Satsijati, S., Makka, N., dan Sutater, T., 1987, Pengaruh Tumpangsari terhadap
Poduksi dan Serangan Hama pada Tanaman Kubis, Buletin Penelitian
Hortikultura 6(2): 7-13.
Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N., dan Rubiati, T., 2008, Tumbuhan
Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian
Organisme Pengganggu Tuumbuhan (OPT), Prima Tani Balista, Bandung.
Sianipar, M.S., Sumarto, T., dan Susanto, A., 2004, Uji Toksisitas Ekstrak Kasar
Daun Cocor Bebek Terhadap Ulat Daun Tembakau Spodoptera litura F. di
Laboratorium, Majalah Agrikultura Vol. 15 (3) : 185-190.
Soeleman, S., dan Rahayu, D., 2013, Halaman Organik: Mengubah Rtaman
Rumah Menjadi Taman Sayuran Organik untuk Gaya Hidup Sehat, PT.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sonyaratri, D., 2006, Kajian Daya Insektisida Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha
indica A. Juss) dan Ekstrak Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap
Perkembangan Serangga Hama Gudang (Sitophilus zeamais motsch),
Skripsi, IPB, Bogor.
Steenis, 1997, Flora, Pradnya Paramita, Jakachta inicarta.
Sudarma, I Made., 2014, Kimia Bahan Alam, FMIPA Press, Mataram.
Sudarmo, S., 1994, Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija,
Kanisius, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Sudarmo, S., 2005, Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya, Kanisius,
Yogyakarta.
Sudaryani dan Sugiharti, 1998, Budidaya dan Penyulingan Tanaman Nilam,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sukandar, D., Hermanto, S., dan Nurichawati, S., 2007, Distilasi dan
Karakterisasi Minyak Atsiri Tumbuhan Pandan Wangi (P. amarylliofolius
Roxb.), Prisiding Semirata BKS MIPA Wilayah Barat, FST UIN Syarif
Hidayahtullah, Jakarta.
Suryanto, E., 2007, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Flavanoid Dari Buah
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Pada Ikan Mas (Cyperinus
carpio L.), Jurnal Sains, UNSRAT, Manado.
Syahputra, 2001, Hutan Kalbar Sumber Pestisida Botani:Dulu, Kini dan Kelak,
Diunduh dari http://tumboutou.net/3_sem1_012/-edi_syahputra.htm,
Diakses tanggal 11 Mei 2017.
Tanijogonegoro, 2015, Ulat Kubis (Plutella xylostella), Diunduh dari
www.tanijogonegoro.com/2015/04/ulat-kubis-plutella-xylostella.html,
Diakses tanggal 1 Maret 2017.
Tarumingkeng, R.C., 1992, Insektisida: Sifat, Mekanisme Kerja, dan Dampak
Penggunaanya, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta.
Tjahjadi, N., 2002, Hama dan Penyakit Tanaman, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Untung, K., 1993, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Wijayanto, R., 2016, Peran Positif Gulma dan Pemanfaatan Gulma, Diunduh dari
https://www.scribd.com/doc/305508807/Peran-Positif-Gulma-Dan-
Pemanfaatan-Gulma, Diakses tanggal 1 Maret 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 1: Hasil Data Pengamatan
Tabel 1 : Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam
sampai 48 Jam
Perlakuan
Konsentrasi
(%)
Ulangan
Perlakuan
Jumlah
Ulat Uji
Jumlah
Mortalitas Ulat
Uji
Persentase
Mortalitas Ulat
Uji (%)
24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam
P0 (0%)
Kontrol
1 10 0 0 0% 0%
2 10 0 0 0% 0%
3 10 0 0 0% 0%
Rata-Rata 0 0 0% 0%
P1 (2%)
1 gr + 50 ml
1 10 5 6 50% 60%
2 10 5 7 50% 70%
3 10 5 6 50% 60%
Rata-Rata 5 6,33 50% 63,3%
P2 (6%)
3 gr + 50 ml
1 10 10 10 100% 100%
2 10 6 7 60% 70%
3 10 7 7 70% 70%
Rata-Rata 7,67 8 76,7% 80%
P3 (10%)
5 gr + 50 ml
1 10 10 10 100% 100%
2 10 10 10 100% 100%
3 10 10 10 100% 100%
Rata-Rata 10 10 100% 100%
Keterangan :
Perlakuan
Konsentrasi
(%)
Ulangan
Perlakuan
24 Jam
48 Jam
P0 (0%)
Kontrol
1 7 ulat, 3 kepompong 5 ulat, 5 kepompong
2 5 ulat, 5 kepompong 5 ulat, 5 kepompong
3 5 ulat, 5 kepompong 1 ulat, 9 kepompong
P1 (2%)
1 gr + 50 ml
1 5 ulat, 5 mati 3 ulat, 1 kepompong, 6 mati
2 5 ulat, 5 mati 3 kepompong, 7 mati
3 5 ulat, 5 mati 2 ulat, 2 kepompong, 6 mati
P2 (6%)
3 gr + 50 ml
1 10 mati 10 mati
2 4 ulat, 6 mati 2 ulat, 2 kepompong, 6 mati
3 3 ulat, 7 mati 3 ulat, 7 mati
P3 (10%)
5 gr + 50 ml
1 10 mati 10 mati
2 10 mati 10 mati
3 10 mati 10 mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 2: Perhitungan Analisis Probit LC50
Tabel 1 : Tabel Probit (Finney, 1971)
Persentase
(%)
Probit
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 - 2,67 2,95 3,12 3,25 3,36 3,45 3,52 3,59 3,66
10 3,72 3,77 3,82 3,87 3,92 3,96 4,01 4,05 4,08 4,12
20 4,16 4,19 4,23 4,26 4,29 4,33 4,36 4,39 4,42 4,45
30 4,48 4,50 4,53 4,56 4,59 4,61 4,64 4,67 4,69 4,72
40 4,75 4,77 4,80 4,82 4,85 4,87 4,90 4,92 4,95 4,97
50 5,00 5,03 5,05 5,08 5,10 5,13 5,15 5,18 5,20 5,23
60 5,25 5,28 5,31 5,33 5,36 5,39 5,41 5,44 5,47 5,50
70 5,52 5,55 5,58 5,61 5,64 5,67 5,71 5,74 5,77 5,81
80 5,84 5,88 5,92 5,95 5,99 6,04 6,08 6,13 6,18 6,23
90 6,28 6,34 6,41 6,48 6,55 6,64 6,75 6,88 7,05 7,33
99 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
7.33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,65 7,75 7,88 8,09
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel 2 : Data Analisis Probit LC50 Pengamatan 24 Jam
Konsentrasi
(%)
Log10
Konsentrasi
Ulangan Total
Ulat
Jumlah
Ulat
mati
%
Mortalitas
% Mortalitas
Terkoreksi
Rerata %
Mortalitas
Terkoreksi
Nilai Probit Nilai
LC50
(%)
0
-
1
2
3
10
10
10
0
0
0
0
0
0
-
-
-
2,35
2
0,30
1
2
3
10
10
10
5
5
5
50
50
50
50
50
50
50
5,00
6
0,77
1
2
3
10
10
10
10
6
7
100
60
70
100
60
70
76,7
5,71
10
1
1
2
3
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
100
8.09
Keterangan:
Rumus % Mortalitas Terkoreksi:
% Mortalitas Terkoreksi =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Gambar 1 : Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit
dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 24 Jam
Dari grafik hubungan antara log10 konsentrasi (sumbu x) dengan nilai probit (sumbu y) didapatkan persamaan y = 3,9855x + 3,5167
dan R2 = 0,7719
Penentuan LC50 (konsentrasi yang menyebabkan kematian sebesar 50%)
50% nilai probit (y) = 5 (dilihat dari tabel probit), x = log konsentrasi.
Perhitungan LC50 dari persamaan regresi y = 3,9855x + 3,5167 dan R2 = 0,7719 adalah sebagai berikut:
5 = 3,9855x + 3,5167
X = (5-3,5167) / 3,9855
X = 0,372174131
Antilog dari x = 0,372174131
LC50 = 2,35%
y = 3.9855x + 3.5167 R² = 0.7719
0
2
4
6
8
10
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Pro
bit
Log10 Concentration
Probit of Mortality
Linear (Probit of Mortality)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel 3 : Data Analisis Probit LC50 Pengamatan 48 Jam
Konsentrasi
(%)
Log10
Konsentrasi Ulangan Total
Ulat Jumlah
Ulat
mati
%
Mortalitas % Mortalitas
Terkoreksi Rerata %
Mortalitas
Terkoreksi
Nilai Probit Nilai
LC50 (%)
0
-
1
2
3
10
10
10
0
0
0
0
0
0
-
-
-
1,93
2
0,30 1
2
3
10
10
10
6
7
6
60
70
60
60
70
60
63,33
5,33
6
0,77 1
2
3
10
10
10
10
7
7
100
70
70
100
70
70
80
5,84
10
1
1
2
3
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
100
8,09
Keterangan:
Rumus % Mortalitas Terkoreksi:
% Mortalitas Terkoreksi =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 2 : Kurva Grafik Regresi Linier Hubungan Log10 Konsentrasi Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. dengan Nilai Probit
dari Mortalitas Ulat Kubis (Plutella xylostella L.) pada Pengamatan 48 Jam
Dari grafik hubungan antara log10 konsentrasi (sumbu x) dengan nilai probit (sumbu y) didapatkan persamaan y = 35208x + 3,9906
dan R2 = 0,7317
Penentuan LC50 (konsentrasi yang menyebabkan kematian sebesar 50%)
50% nilai probit (y) = 5 (dilihat dari tabel probit), x = log konsentrasi.
Perhitungan LC50 dari persamaan regresi y = 3520x + 3,990 dan R2 = 0,731 adalah sebagai berikut:
5 = 3,5208x + 3,9906
x = (5-3,9906) / 3,5208
x = 0,286696205
Antilog dari x = 0,286696205
LC50 = 1,93%
y = 3.5208x + 3.9906
R² = 0.7317
0
2
4
6
8
10
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Pro
bit
Log10 Concentration
Probit of Mortality
Linear (Probit of
Mortality)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 : Denah Penelitian
P0U1 P1U1 P2U1 P3U1
P0U2 P1U2 P2U2 P3U2
P0U3 P1U3 P2U3 P3U3
Keterangan :
P0 = Konsentrasi 0% (0 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml
akuades)
P1 = Konsentrasi 2% (1 gr ekstrak A. conyzoides + 50ml akuades)
P2 = Konsentrasi 6% (3 gr ekstrak A.conyzoides + 50 ml akuades)
P3 = Konsentrasi 10% (5 gr ekstrak A. conyzoides + 50 ml
akuades)
Gambar 2 : Tanaman Ageratum conyzoides L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3 : (a) Proses pencucian daun dan bunga A. conyzoides (b) Proses
penjemuran (c) Proses pemblenderan (d) Bubuk simplisia A. conyzoides
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4 : (a) Proses maserasi dengan pelarut etanol (b) Proses penguapan hasil
ekstraksi (c) Ekstrak kental A. conyzoides (d) Ekstrak kental A. conyzoides yang
digunakan untuk perlakuan sesuai konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar 5 : Hasil pengenceran ekstrak tanaman A. conyzoides dan kontrol
(a) (b)
Gambar 6 : (a) Daun kubis sebagai makanan ulat P. xylostella (b) Proses
penyemprotan daun kubis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Gambar 7 : Pengambilan ulat P. xylostella dari lapangan
Gambar 8 : Stoples yang digunakan untuk pengujian ekstrak tanaman A.
conyzoides pada ulat P. xylostella
(a) (b) (c)
Gambar 9 : (a) Ulat P. xylostella yang masih hidup (b) Ulat P. xylostella yang
mati terlihat lembek dan mengeluarkan cairan (c) Ulat P. xylostella yang sudah
mati memiliki ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan dan tidak bergerak bila disentuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
(a)
(b)
Gambar 10 : (a) Kerusakan daun kubis akibat aktivitas makan ulat P. xylostella
pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi (b) Kerusakan daun kubis akibat
aktivitas makan ulat P. xylostella pada pengamatan 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 4: Hasil Analisa Lab. Chem-Mix Pratama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 5: Prosedur Analisa Flavonoid
Prosedur Analisa Flavonoid Metode Spectrofotometry,Worotikan Dalam
Suryanto, 2007
1. Timbang sampel 5 gr,larutkan dalam 100 ml aquadest
2. Saring atau centrifuge larutan
3. Ambil 1 ml larutan jernih,tambahkan 3 ml larutan AlCl3 5 %
4. Tambahkan aquadest hingga volume 10 ml
5. Baca absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 420 nm
6. Buat kurva standarnya menggunakan Quercetein
% Kadar Flavonoid =
x =
Timbang 15 mgr Quercetin encerkan menjadi 100 Ml =0,15 Mgr/Ml
Absorbansi Konsentrasi
S 0,0 0.00 0.00
S 0,1 0.060 0.015
S 0,2 0.115 0.030
S 0,3 0.170 0.045
S 0,4 0.218 0.060
S 0,5 0.270 0.075
y = b x + a y = 3.579x + 0.004
R² = 0.998
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi
Standart Flavonoid
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 6: Prosedur Analisa Alkaloid
Prosedur Analisa Alkaloid Metode Gravimetri, J.B Harboune, 1987
1. Timbang sampel yang sudah di haluskan sebanyak 5 gram ke dalam
erlenmayer 100ml.
2. Tambahkan 25 ml asam acetat 10 % dalam ethanol,kemudian gerus
menggunakan lumpang porcelain.
3. Diamkan selama 2 jam kemudian saring atau centrifuge larutan.
4. Ambil fitrat jernih kemudian tambahkan tetes demi tetes NH4OH,jika
mengandung alkaloid maka akan terbentuk endapan putih.
5. Endapan di saring menggunakan kertas saring yang sudah diketahui
beratnya.
6. Residu dikeringkan dalam oven sampai konstan.
Kadar Alkaloid ( % ) =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 7: Silabus
SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kelas/ Semester : X/ 1
Materi Pokok : Ruang Lingkup Biologi
KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan social dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bansa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prodsedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Media, Alat,
Bahan
Pembelajaran
1.1
Mengagumi
keteraturan dan
kompleksitas
ciptaan Tuhan
tentang ruang
lingkup, obyek,
dan permasalahan
biologi menurut
agama yang
dianutnya
Ruang Lingkup
Biologi:
Permasalahan
biologi pada
berbagai objek
biologi dan tingkat
organisasi
kehidupan
Cabang-cabang
ilmu dalam biologi
dan kaitannya
dengan
pengembangan
karir di masa
depan
Manfaat
mempelajari
biologi bagi diri
sendiri dan
lingkungan, serta
masa depan
pendapatan bangsa
Metode Ilmiah
Keselamatan Kerja
Mengamati
Mengamati kehidupan
masa kini yang
berkaitan dengan
biologi seperti ilmu
kedokteran, gizi,
lingkungan, makanan,
penyakit, dan lain-lain
di mana semua
berhubungan dengan
biologi
Menanya
Melalui pengamatan
tersebut, siswa termotivasi
untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
Apakah kaitan
kegiatan-kegiatan
tersebut dengan
biologi?
Apakah yang
dimaksud biologi?
Tugas
Laporan
tertulis tentang
permasalahan
biologi dan
cabang-cabang
biologi, serta
aspek metode
ilmiah dan
keselamatan
kerja
Observasi
Sikap ilmiah
saat mengamati
dalam
melakukan
penelitian,
melaporkan
secara lisan
dan saat
diskusi dengan
lembar
pengamatan
3 x 45
menit Laboratorium
biologi dan
sarananya
(peralatan
yang akan
digunakan
selama satu
tahun ajaran)
Buku
panduan
kerja
laboratorium
(LKS) dalam
satu tahun
Viewer LCD
dan laptop
Berbagai
gambar dan
video tentang
fenomena
ilmu biologi
dan
keselamatan
kerja
2.1 Berprilaku
ilmiah: teliti,
tekun, jujur
terhadap data dan
fakta, disiplin,
tanggung jawab,
dan peduli dalam
observasi dan
eksperimen,
berani dan santun
dalam
mengajukan
pertanyaan dan
berargumentasi,
peduli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Media, Alat,
Bahan
Pembelajaran
lingkungan,
gotong royong,
bekerja sama,
cinta damai,
berpendapat
secara ilmiah dan
kritis, responsif
dan proaktif
dalam setiap
tindakan dan
dalam melakukan
pengamatan di
dalam kelas/
laboratorium
maupun di luar
kelas/
laboratorium
Apa yang dipelajari
dalam biologi?
Bagaimana
mempelajari biologi?
Apa metode ilmiah,
keselamatan kerja, dan
karir berbasis biologi?
Mengumpulkan Data
Melakukan
pengamatan terhadap
permasalahan biologi
pada obyek biologi
dan tingkat organisasi
kehidupan di alam dan
membuat laporannya
Melakukan studi
literature tentang
cabang-cabang
biologi, obyek biologi,
obyek biologi,
permasalahan biologi
dan profesi yang
berbasis biologi
Portofolio
Kompetensi
membuat
laporan terdiri
dari format, isi
laporan,
kesesuaian isi,
dan aspek
komunikatif
dan berbahasa
Tes
Tertulis
mengerjakan
soal tentang
ruang lingkup
biologi, kerja
ilmiah (sikap
dan metode
ilmiah), dan
keselamatan
kerja
Artikel
ilmiah atau
laporan
ilmiah
tentang
cabang-
cabang ilmu
biologi dan
manfaatnya
Laporan
ilmiah
tentang
bagaimana
ilmuwan
bekerja
(dibahas
tentang cara
kerja
ilmuwan,
sikap
perilaku, dan
objek yang
diteliti)
Contoh
3.1 Menjelaskan
ruang lingkup
biologi
(permasalahan
pada berbagai
obyek biologi dan
tingkat organisasi
kehidupan),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Media, Alat,
Bahan
Pembelajaran
melalui
penerapan metode
ilmiah dan prinsip
keselamatan kerja
(distimulir dengan
contoh-contoh dan
diperdalam dengan
penugasan/ PR)
Diskusi tentang kerja
seorang peneliti
biologi dengan
menggunakan metode
ilmiah dalam
mengamati bioproses
dan melakukan
percobaan dengan
menentukan
permasalahan,
membuat hipotesis,
merencanakan
percobaan dengan
menentukan variable
percobaan, mengolah
data pengamatan dan
percobaan dan
menampilkannya
dalam
tabel/grafik/skema,
mengkomunikasikann
laporan
tertulis
(jurnal
ilmiah)
Daftar
peralatan di
lab biologi
Lembar tata
tertrib
keselamatan
laboratorium
biologi
Lembar
kesepakatan
yang
ditandatanga
ni bersama
oleh setiap
siswa untuk
keselamatan
kerja
4.1 Menyajikan data
hasil penerapan
metode ilmiah
tentang
permasalahan
pada berbagai
obyek biologi dan
tingkat organisasi
kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Media, Alat,
Bahan
Pembelajaran
ya secara lisan dengan
berbagai media dan
secara tulisan dengan
format laporan ilmiah
sederhana
Diskusi aspek-aspek
keselamatan kerja
laboratorium biologi
dan menyepakati
komitmen bersama
untuk melaksanakan
secara tanggung jawab
aspek keselamatan
kerja di laboratorium
Mengamati contoh
laporan hasil
penelitian biologi
dalam jurnal ilmiah
berbahasa indonesia
atau bahasa inggris
tentang komponen
atau format laporan
Mengamati
komponennya dan
mengaitkannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Media, Alat,
Bahan
Pembelajaran
dengan ruang lingkup
biologi sebagai mata
pelajaran kelompok
ilmu alam
Mengasosiasikan
Mendiskusikan hasil-
hasil pengamatan yang
didapat dan kegiatan
tentang ruang lingkup
biologi, cabang-
cabang biologi,
pengembangan karir
dalam biologi, metode
ilmiah dan
keselamatan kerja
untuk membentuk/
memperbaiki
pemahaman tentang
ruang lingkup biologi
Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan
secara lisan tentang
ruang lingkup biologi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Media, Alat,
Bahan
Pembelajaran
metode ilmiah dan
keselamatan kerja,
serta rencana
pengembangan karir
masa depan berbasis
biologi
Membuat laporan
hasil-hasil
pengamatan, hasil
penelitian, metode
ilmiah tentang
fenomena kehidupan
masa kini dan tingkat
organisasi kehidupan
untuk pengembangan
karir dalam biologi,
metode ilmiah dan
keselamatan kerja
untuk membentuk/
memperbaiki
pemahaman tentang
ruang lingkup biologi
serta
mempresentasikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kelas/ Semester : X/ 1
Materi : Ruang Lingkup Biologi (Cabang dan Manfaat Ilmu
Biologi, Metode Ilmiah)
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bansa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prodsedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatya untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Menjelaskan ruang
lingkup biologi
(permasalahan pada
berbagai obyek biologi
dan tingkat organisasi
kehidupan), melalui
penerapan metode ilmiah
dan prinsip keselamatan
kerja
3.1.1 Mengidentifikasi ruang lingkup
biologi dan permasalahan pada
berbagai obyek biologi dan tingkat
organisasi kehidupan berdasarkan
cabang-cabang dan manfaat ilmu
biologi
3.1.2 Menyebutkan langkah-langkah
penerapan metode ilmiah dalam
suatu penelitian
4.1 Menyajikan data hasil
penerapan metode ilmiah
tentang permasalahan
pada berbagai obyek
biologi dan tingkat
organisasi kehidupan
4.1.1 Membuat rancangan penelitian
sederhana untuk mengatasi
masalah hama sesuai dengan
penerapan metode ilmiah dalam
suatu penelitian
4.1.2 Mempresentasikan hasil rancangan
penelitian sederhana untuk
mengatasi masalah hama dalam
bentuk laporan tertulis
C. Tujuan Pembelajaran
3.1.1.1 Melalui studi pustaka, siswa dapat mengidentifikasi cabang dan
manfaat ilmu biologi.
3.1.1.2 Melalui artikel ilmiah, siswa dapat mengidentifikasi permasalahan
pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan.
3.1.2.1 Melalui video pembelajaran, siswa dapat menyebutkan langkah-
langkah metode ilmiah dalam suatu penelitian.
4.1.1.1 Melalui artikel ilmiah, siswa dapat membuat rancangan penelitian
sederhana untuk mengatasi masalah hama sesuai dengan penerapan
metode ilmiah dalam suatu penelitian.
4.1.2.1 Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mempresentasikan hasil
rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama
dalam bentuk laporan tertulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
D. Materi Pembelajaran
Bab : Ruang Lingkup Biologi
Sub Bab : - Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi
- Metode Ilmiah
E. Pendektan, Model dan Metode Pembelajaan
Pendekatan : Saintifik
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Achievement Divisions)
Metode Pembelajaran : Tanya jawab, diskusi kelompok, dan observasi
F. Media, Alat/Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media:
Power point
Gambar/ foto
Video
White board
2. Alat/Bahan:
Laptop
Viewer/ LCD
Spidol
Lembar Diskusi Siswa
3. Sumber Belajar:
Buku paket biologi kelas X (kurikulum 2013)
Artikel/ jurnal ilmiah
Internet
Lingkungan sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I ( 1 x 45 menit)
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Kegiatan Pendahuluan:
Apersepsi
- Guru mengucap salam dan mempersilahkan
salah satu anak memimpin doa (sebagai
implementasi nilai religius)
- Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas
- Pengkondisian kelas (sebagai nilai disiplin)
- Guru mengajukan pertanyaan tentang pengertian
ilmu biologi, apa yang dapat dipelajari dalam
biologi, dan manfaat dalam mempelajari biologi
Motivasi
- Menayangkan beberapa gambar tentang
permasalahan pada berbagai obyek biologi yang
merupakan fenomena yang terjadi di kehidupan
sehari-hari
- Guru mengajukan pertanyaan mengenai gambar
yang ditampilkan, misalnya dari gambar tersebut
apa yang dapat siswa amati, dan apakah dari
gambar tersebut memiliki kesamaan atau tidak
Orientasi - Menjelaskan secara singkat mengenai materi
yang akan dibahas
- Menyampaikan materi yang akan dipelajari dan
menampilkan tujuan pembelajaran hari ini
Mengorganisasi
- Membagi siswa dalam beberapa kelompok
secara heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4
sampai 5 siswa
7 menit
Kegiatan Inti:
Mengamati
- Siswa mengamati video yang ditampilkan oleh
guru mengenai permasalahan pada berbagai
obyek biologi yang merupakan fenomena yang
terjadi di kehidupan sehari-hari
- Guru memberi tugas pada tiap kelompok untuk
mengerjakan LDS terkait artikel ilmiah tentang
cabang-cabang ilmu biologi dan manfaatnya
30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Menanya
- Siswa mengajukan pertanyaan berdasarkan video
yang ditampilkan tentang dampak apa saja yang
akan dihasilkan dari permasalahan tersebut
- Siswa diminta untuk mencari tentang cabang
ilmu biologi dan manfaatnya
Mengumpulkan Data
- Siswa dengan kelompok membaca dan mengkaji
LDS dan artikel jurnal ilmiah yang dibagikan
oleh guru tentang permasalahan pada berbagai
obyek biologi yang merupakan fenomena yang
terjadi di kehidupan sehari-hari
Mengasosiasikan
- Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dan
bertanya jawab dalam kelompoknya
- Siswa dengan kelompok berdiskusi tentang
cabang dan manfaat ilmu biologi berdasarkan
artikel ilmiah
Mengkomunikasikan
- Siswa dengan kelompok mempresentasikan
laporan hasil kerja dalam LDS
- Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk
memberi pertanyaan atau pendapatnya
- Guru mengklarifikasi jika ada yang belum tepat
dan memberikan penguatan tentang jawaban dari
siswa
Kegiatan Penutup:
Merangkum
- Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
dan merangkum pembelajaran hari ini
Evaluasi
- Guru memberi pertanyaan kepada masing-
masing siswa secara lisan dan siswa lain tidak
boleh memberi tahu kepada siswa lainnya
- Guru memberi reward kepada siswa dan
kelompok yang memperoleh skor tertinggi
Refleksi
- Siswa diminta untuk mengungkapkan manfaat
apa yang diperoleh setelah mengikuti pelajaran
hari ini
8 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Tindak Lanjut
- Siswa diminta untuk mempelajari tentang
metode ilmiah dan merangkum mengenai
metode ilmiah
- Siswa diminta untuk menemukan sebuah
permasalahan di lingkungan sekitar
Pertemuan II (2 x 45 menit)
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Kegiatan Pendahuluan:
Apersepsi
- Guru mengucap salam dan mempersilahkan
salah satu anak memimpin doa (sebagai
implementasi nilai religius)
- Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas
- Pengkondisian kelas (sebagai nilai disiplin)
- Guru mengingatkan kembali tentang tugas
membaca materi hari ini dan tugas rangkuman
yang diberikan
- Guru mengajukan pertanyaan terkait metode
ilmiah
Motivasi
- Guru menayangkan video tentang proses
penelitian yang terkait metode penelitian yang
digunakan peneliti
- Mengajukan pertanyaan tentang apa saja
langkah-langkah dalam penelitian dalam video
tersebut?
Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat mengenai
materi yang akan dibahas hari ini tentang metode
ilmiah
- Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
dan menampilkan tujuan pembelajaran hari ini
Mengorganisasi
- Membagi siswa dalam beberapa kelompok
secara heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4
sampai 5 siswa
7 menit
Kegiatan Inti:
Mengamati
- Guru mengajak siswa melakukan kegiatan
menganalisis suatu permasalahan di lingkungan
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
pertanian yaitu permasalahan tentang hama
tanaman
- Guru memberi tugas pada tiap kelompok untuk
mengerjakan LDS terkait metode ilmiah
Menanya
- Siswa mengajukan pertanyaan mengenai apa
yang siswa dapatkan dari suatu permasalahan di
lingkungan pertanian yaitu permasalahan tentang
hama tanaman
Mengumpulkan Data
- Siswa dengan kelompok mengerjakan LDS yang
dibagikan oleh guru
- Siswa membaca dan mengkaji sumber artikel
ilmiah yang berkaitan dengan metode ilmiah
Mengasosiasikan
- Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dan
bertanya jawab dalam kelompoknya
- Siswa berdiskusi bersama dengan kelompok
mengenai langkah-langkah metode ilmiah
- Siswa dibantu oleh guru membuat rancangan
penelitian sederhana
Mengkomunikasikan
- Siswa bersama kelompok mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas dan
mempresentasikan rancangan peneltian
sederhana
- Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk
memberi pertanyaan atau pendapatnya
- Guru mengklarifikasi jika ada yang belum tepat
dan memberikan penguatan tentang jawaban dari
siswa
Kegiatan Penutup:
Merangkum
- Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
dan merangkum pembelajaran hari ini
Evaluasi
- Guru memberi soal evaluasi terkait pembelajaran
- Guru memberi reward kepada siswa dan
kelompok yang memperoleh skor tertinggi
18 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Refleksi
- Siswa diminta untuk mengungkapkan manfaat
apa yang diperoleh setelah mengikuti pelajaran
hari ini
Tindak Lanjut
- Guru memberikan tugas kepada siswa secara
berkelompok untuk melaporkan dalam bentuk
laporan tertulis (portofolio)
H. Penilaian Hasil Belajar
Aspek yang
dinilai
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Kognitif Tes tertulis (Essay), LDS, dan
Portofolio (non tes)
Kisi-kisi soal, soal, kunci
jawaban, lembar penilaian
kognitif, rubrik penilaian
soal, lembar penilaian
portofolio, dan rubrik
penilaian portofolio
(terlampir)
Afektif Lembar Observasi Lembar penilaian afektif
dan rubrik penilaian afektif
(terlampir)
Psikomotorik Presentasi kelompok Lembar penilaian
psikomotorik dan rubrik
penilaian psikomotorik
(terlampir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 9: Lembar Diskusi Siswa
Lembar Diskusi Siswa
Pertemuan I
Judul : Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi
Tujuan : Melalui studi pustaka siswa dapat mengidentifikasi cabang dan manfaat
ilmu biologi
Cara Kerja :
1. Bacalah artikel ilmiah di bawah ini!
EFEKTIVITAS EKSTRAK BABADOTAN (Ageratum conyzoides L.)
TERHADAP TINGKAT KEMATIAN LARVA Spodoptera litura F.
Serangga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia
mendapatkan banyak manfaat dari kehadiran serangga. Beberapa jenis
serangga bermanfaat sebagai pollinator atau serangga penyerbuk, penghasil
madu dan sutera. Sebaliknya banyak jenis serangga yang dapat merugikan
manusia, seperti serangga perusak tanaman, serangga vektor baik yang
menyebabkan penyakit pada tanaman maupun pada manusia.
Setiap jenis tanaman pertanian tidak akan pernah terhindar dari gangguan
hama dan penyakit. Serangga hama dapat menyebabkan tunas tanaman
meranggas, daunnya berlubang atau semua daunnya habis hingga tersisa
tulang daun atau serat daunnya saja. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kuantitas maupun kualitas hasil tanaman pertanian.
Usaha pengendalian hama yang dilakukan oleh petani di Indonesia masih
sering menggunakan insektisida sintesis sehingga menyebabkan efek samping
yang serius seperti terjadinya pencemaran udara, tanag dan air, matinya
organism non sasaran (musuh alami), dan terjadinya resurjensi hama.
Sejak berdirinya Pusat Ilmu Pengetahuan Botani oleh Belanda pada tahun
1888, banyak dilakukan penelitian tentang tanaman beracun di Indonesia dan
sejak tahun 1950-an telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tanaman
seperti tanaman tuba, bunga krisan liar sebagai pestisida nabati. Di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Family tumbuhan yang
dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae,
Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae. Seperti halnya tanaman
beracun lainnya, babadotan juga memiliki kemampuan sebagai insektisida
nabati (racun serangga), karena dalam babadotan terkandung senyawa penting
atau senyawa metabolit yang bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid,
flavonoid, kumarin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri.
S. litura merupakan serangga hama yang menyerang atau memakan
tanaman pada bagian daun sehingga meninggalkan lubang. Larva biasanya
menyerang tanaman padi, kubis, sawi, kacang-kacangan, kentang, cabai,
bawang merah dan tanaman lainnya. Kemampuan merusak serangga hama ini
tergantung pada perkembangan stadianya. Larva instar I ulat memakan
epidermis daun hingga menyisakan serat-serat daun. Larva instar II dan III
memakan helaian daun dengan meninggalkan tulang-tulang daunnya.
Sedangkan larva instar IV dan V dapat memakan seluruh daun sampai
ketulang-tulang daunnya sehingga akan sangat mengganggu pertumbuhan
tanaman yang diserangnya.
Berbagai cara dilakukan untuk mengendalikan hama S. litura, diantaranya
memanfaatkan tanaman babadotan dengan cara membuat ekstrak dari tanaman
tersebut, dan telah diketahui bahwa pengendalian dengan cara ini ramah
lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya yang dapat
merusak komponen tanah mapun organisme yang ada di sekitar tanaman.
Pembuatan insektisida nabati dari tanaman babadotan ini dibuat dengan
cara ekstraksi dengan pelarut etanol. Tanaman yang digunakan untuk
pembuatan insektisida adalah bagian daunnya. Daun babadotan terlebih
dahulu dikeringkan kemudian diblender menjadi bubuk simplisia yang
kemudian di rendam dengan menggunakan pelarut etanol. Hasil ekstraksi
tersebut, dilakukan pemekatan larutan dengan menggunakan rotary
evaporator dan dimasukkan ke dalam oven vakum hingga wujudnya menjadi
agak kental seperti menyerupai pasta. Kemudian, dilakukan pengenceran
dengan akuades sesuai konsentrasi perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pada konsentrasi
20% sebesar 10 gram/ 50 ml efektif sebagai insektisida nabati dengan
menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 100% dengan lama kematian
larva uji 26-60 menit.
(Sumber : Lumowa, Sonja V.V., 2011, Efektivitas Ekstrak Babadotan
(Ageratum conyzoides L.) terhadap Tingkat Kematian Larva
Spodoptera litura F., Jurnal Eugenia, Vol. 17, No. 3, Desember
2011, Prodi Pendidikan Biologi, FKIP Univ. Mulawarman
Samarinda.)
2. Dari artikel ilmiah di atas, jawablah pertanyaan berikut ini :
a. Termasuk dalam cabang ilmu biologi apakah artikel ilmiah di atas?
Mengapa?
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
b. Apa manfaat dari cabang ilmu biologi tersebut?
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
c. Serangga apakah yang menjadi hama dalam penelitian yang dilakukan
tersebut?
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
d. Apa nama cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang serangga?
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Kunci Jawaban LDS
Pertemuan I
a. - Ilmu Botani karena merupakan ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-
tumbuhan, dimana dalam artikel ilmiah tersebut membahas mengenai
tumbuhan yang berpotensi sebagai alternatif insektisida nabati.
- Ilmu Toksikologi karena merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme hidup atau zat toksik
(racun), dimana dalam artikel ilmiah tersebut membahas mengenai
tumbuhan babadotan yang mengandung senyawa penting atau senyawa
metabolit yang bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid, flavonoid,
kumarin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri.
b. Manfaat mempelajari botani terutama dalam bidang pertanian adalah
mengetahui berabagi macam tumbuhan termasuk jenis-jenis, ciri morfologi
dan anatomi, cara perkembangan, mengidentifikasi dan mengelompokkan
tumbuhan, serta mengetahui fungsi dan kandungan yang terdapat dalam
tumbuhan. Sedangkan manfaat mempelajari toksikologi untuk mengetahui
zat-zat toksik dalam berbagai bidang.
c. Larva Spodoptera litura F. (ulat grayak).
d. Entomologi ilmu yang mempelajari serangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lembar Diskusi Siswa
Pertemuan II
Judul : Metode Ilmiah
Tujuan :
- Melalui artikel ilmiah, siswa dapat membuat rancangan
penelitian sederhana untuk mengatasi masalah hama sesuai
dengan penerapan metode ilmiah dalam suatu penelitian.
- Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mempresentasikan
hasil rancangan penelitian sederhana untuk mengatasi
masalah hama dalam bentuk laporan tertulis.
Cara Kerja :
1. Analisislah artikel ilmiah yang berjudul:
“UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum
conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI
TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS
(Plutella xylostella L.)” (Niken, 2017)
2. Tuliskan permasalahan biologi terkait hama tanaman atau
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang kalian temukan
pada artikel!
3. Buatlah rancangan penelitian sederhana dari artikel tersebut
yang terdiri dari:
a. Judul
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Hipotesis
e. Metodologi
4. Presentasikan hasil rancangan penelitian sederhana yang
kalian buat dan buat dalam bentuk laporan tertulis!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
ARTIKEL ILMIAH
“UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L.
SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS HAMA
ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)”
Oleh: Niken, 2017
Ulat Plutella xylostella L. merupakan hama tanaman yang menyerang
tanaman kubis-kubisan yang menyebabkan kerusakan kubis pada bagian
daunnya. Pada umumnya petani menggunakan insektisida kimiawi yang
ampuh tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar.
Ageratum conyzoides L. merupakan tanaman gulma yang dapat dimanfatkan
sebagai insektisida nabati dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder
pada tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai insektisida. Berbagai cara
dilakukan untuk mengendalikan hama Plutella xylostella L., diantaranya
memanfaatkan tanaman Ageratum conyzoides L. dengan cara membuat
ekstrak dari tanaman tersebut, dan telah diketahui bahwa pengendalian dengan
cara ini ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia yang
berbahaya yang dapat merusak komponen tanah mapun organisme yang ada di
sekitar tanaman.
Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik memanfaatkan tanaman
Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati untuk mengatasi
permasalahan hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) dengan melakukan uji
toksisitas berbagai macam konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides
L. terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.) yang dilakukan
dalam stoples pemeliharaan.
Dalam penelitian ini untuk menguji toksisitas ekstrak tanaman Ageratum
conyzoides L. sebagai insektisida nabati diuji menggunakan analisis probit
LC50 untuk mencari nilai LC50 24 jam dan 48 jam dalam mematikan hama ulat
kubis (Plutella xylostella L.). Metode LC50 ini digunakan untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
kadar toksik dari ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. melalui analisa
konsentrasi zat tersebut dalam mematikan 50% ulat uji.
Pembuatan insektisida nabati dari tanaman Ageratum conyzoides L. ini
dibuat dengan cara ekstraksi dengan pelarut etanol. Tanaman yang digunakan
untuk pembuatan insektisida adalah bagian daun dan bunga. Daun dan bunga
Ageratum conyzoides L. terlebih dahulu dikeringkan kemudian diblender
menjadi bubuk simplisia yang kemudian di rendam dengan menggunakan
pelarut etanol. Hasil ekstraksi tersebut, dilakukan pemekatan larutan dengan
menggunakan kipas angin hingga wujudnya menjadi agak kental seperti
menyerupai pasta. Kemudian, dilakukan pengenceran dengan akuades sesuai
konsentrasi perlakuan, yaitu 2%, 6%, dan 10%.
Dari hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 24 jam sebesar 2,35% dan
LC50 48 jam sebesar 1,93%. Uji kuantitatif juga dilakukan utuk mengetahui
kandungan flavonoid dan alkaloid pada ekstrak tanaman Ageratum conyzoides
L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
tanaman Ageratum conyzoides L. maka semakin tinggi tingkat mortalitas ulat
kubis (Plutella xylostella L.).
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data disimpulkan bahwa
ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. terbukti berpengaruh toksik terhadap
mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Kunci Jawaban LDS
Pertemuan II
Contoh rancangan penelitian :
a. Judul : “UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum
conyzoides L. SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP
MORTALITAS HAMA ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.)”
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides
L. sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis
(Plutella xylostella L.)?
2. Berapakah nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman
Ageratum conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama
ulat kubis (Plutella xylostella L.)?
b. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak tanaman Ageratum conyzoides
L. sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas hama ulat kubis
(Plutella xylostella L.).
2. Mengetahui nilai LC50 24 jam dan 48 jam dari ekstrak tanaman
Ageratum conyzoides L. yang berpengaruh terhadap mortalitas hama
ulat kubis (Plutella xylostella L.).
c. Hipotesis
1. Ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. berpengaruh toksik terhadap
mortalitas hama ulat kubis (Plutella xylostella L.).
2. Konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. pada tingkat
konsentrasi tertentu berperan sebagai nilai LC50 24 jam dan 48 jam
yang berpengaruh terhadap mortalitas hama ulat kubis (Plutella
xylostella L.).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
d. Metodologi
A. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di laboratorium sekolah
B. Jenis Penelitian dan Variabel
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai
insektisida nabati untuk hama ulat kubis (Plutella xylostella L.). Dalam
penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain:
1. Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides
2. Variabel terikat : Tingkat mortalitas ulat kubis (P. xylostella)
3. Variabel kontrol : Tanaman A. conyzoides, ulat kubis, daun
kubis, penyemprotan
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas ukur
b. Gelas beker
c. Erlenmeyer
d. Timbangan digital
e. Batang pengaduk
f. Corong
g. Pipet tetes
h. Baskom
i. Nampan
j. Stoples plastik
k. Blender
l. Kertas saring
m. Kain saring
n. Alumunium foil
o. Kapas
p. Gunting atau cutter
q. Kain kasa
r. Kipas Angin
s. Mangkuk kaca
t. Kardus
u. Label
v. Karet
w. Alat tulis
x. Kamera digital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
2. Bahan
a. Daun dan Bunga
Ageratum
conyzoides
b. Ulat Plutella
xylostella
c. Daun kubis
d. Serbuk gergaji
e. Larutan madu
10%
f. Akuades
g. Larutan Etanol
D. Cara Kerja
1. Menangkap hama ulat P. xylostella
2. Memelihara hama ulat P. xylostella
3. Member maakanan berupa daun kubis
4. Membuat ekstrak tanaman A. conyzoides dengan cara
mengeringkan daunnya kemudian di blender menjadi bubuk
5. Melakukan maserasi dengan pelarut etanol
6. Hasil ekstraksi diuapkan dengan kipas angin sampai menjadi
ekstrak kental
7. Membuat konsentrasi dengan cara diencerkan
8. Pengujian ekstrak tanaman A. conyzoides pada hama ulat kubis (P.
xylostella) dengan cara disemprotkan
9. Penyemprotan ekstrak tanaman A. conyzoides dilakukan pagi hari
10. Pengambilan data dilakukan sampai 24 jam setelah aplikasi dan
dilanjutkan sampai 48 jam dari perlakuan ekstrak daun A.
conyzoides dengan mencatat jumlah mortalitas ulat P. xylostella
11. Hitunglah persentase hama ulat kubis (P. xylostella) yang mati
12. Data yang didapat dibuat dalam bentuk tabel dan diagram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 10: Instrumen Penilaian
KISI-KISI SOAL
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/ Semester : X/ 1
Materi : - Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi
- Metode Ilmiah
Bentuk Soal : Essay
Jumlah Soal : 6
Indikator
Soal
Jumlah C1
(Ingatan)
C2
(Pemahaman)
C3
(Penerapan)
C4
(Analisis)
C5
(Evaluasi)
3.1.1 Mengidentifikasi ruang lingkup biologi dan
permasalahan pada berbagai obyek biologi
dan tingkat organisasi kehidupan
berdasarkan cabang-cabang dan manfaat
ilmu biologi
3.1.2 Menyebutkan langkah-langkah penerapan
metode ilmiah dalam suatu penelitian
1
3
2
4, 6
5
2
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Soal Evaluasi
Mata Pelajaran : Biologi
Bentuk Soal : Essay
Kelas/ Semester : X/ 1
Materi : - Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi
- Metode Ilmiah
Waktu : 15 menit
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ilmu biologi dan manfaat dari
mempelajari ilmu biologi! (10)
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan: (6)
a. Botani
b. Toksikologi
c. Entomologi
3. Sebutkan langkah-langkah metode ilmiah! (14)
4. Dalam melakukan eksperimen, kita tidak lepas dari pembuatan hipotesis.
Hipotesis itu dibagi menjadi dua. Sebutkan dan jelaskan! (20)
5. Judul Penelitian: “Uji Efektivitas Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
sebagai Bahan Pestisida Nabati terhadap Mortalitas Hama Ulat Tritip (Plutella
xylostella L.).”
Dari judul tersebut tentukan: (20)
a. Variabel bebas
b. Variabel terikat
6. Dalam budidaya tanaman sawi permasalahan yang sering muncul ialah hama
yang menyerang tanaman tersebut. Akibatnya banyak petani sayuran sawi
mengalami kerugian akibat menurunnya produksi tanaman sawi akibat hama
tanaman. Pada umumnya petani menggunakan pestisida kimiawi yang
memiliki efek buruk bagi lingkungan. Maka dari itu petani perlu
menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan sehingga tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
menimbulkan efek buruk bagi lingkungan dan tidak menyebabkan resistensi
terhadap hama.
Dari permasalahan diatas buatlah: (30)
a. Judul
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
d. Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Kunci Jawaban Soal
1. Ilmu biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Manfaat
mempelajari ilmu biologi salah satunya adalah membantu para petani untuk
melakukan perkembangan melalui bioteknologi, budidaya, dan rekaya
genetika serta kultur jaringan.
2. Botani : ilmu yang mempelajari tumbuhan
Toksikologi : ilmu yang mempelajari tentang racun (zat toksik)
Entomologi : ilmu yang mempelajari tentang serangga
3. Langkah-langkah metode ilmiah:
1) Merumuskan masalah
2) Menyusun kerangka berpikir
3) Menyusun hipotesis
4) Melakukan eksperimen
5) Menganalisis data hasil eksperimen
6) Menarik kesimpulan
7) Mempublikasikan data
4. Hipotesis dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Hipotesis alternatif adalah dugaan yang menyatakan ada pengaruh
2) Hipotesis nol adalah dugaan yang menyatakan tidak ada pengaruh
5. Judul Penelitian: “Uji Efektivitas Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
sebagai Bahan Pestisida Nabati terhadap Mortalitas Hama Ulat Tritip (Plutella
xylostella L.).”
a. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak daun bandotan
b. Variabel terikat : tingkat mortalitas ulat tritip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
6. Dari permasalahan tersebut dapat dibuat:
a. Judul:
Pengaruh Pemberian Pestisida Nabati Sebagai Pengendalian Hama Pada
Tanaman Sawi
b. Rumusan Masalah:
Apakah ada pengaruh pemberian pestisida nabati sebagai pengendalian hama
pada tanaman sawi?
c. Tujuan:
Mengetahui pengaruh pemberian pestisida nabati sebagai pengendalian hama
pada tanaman sawi
d. Hipotesis:
Adanya pengaruh pemberian pestisida nabati terhadap pengendalian hama
pada tanaman sawi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Penilaian Kognitif
Materi : - Cabang dan Manfaat Imu Biologi
- Metode Ilmiah
Kelas/ Semester : X/ 1
No
Nama
Siswa
Butiran Soal Jumlah
Skor
Nilai
Siswa 1 2 3 4 5 6
Skor
1
2
Dst
Rubrik Penilaian Soal (Kognitif)
Soal Skor Aspek
1
10 Menjelaskan pengertian ilmu biologi dan manfaat mempelajari
ilmu biologi dengan tepat dan benar
5 Menjawab pengertian ilmu biologi dan manfaat mempelajari ilmu
biologi tapi kurang tepat dan benar
2 Menjawab pengertian ilmu biologi dan manfaat mempelajari ilmu
biologi tapi salah
0 Tidak menjawab sama sekali
2
2 Menjelaskan satu soal dengan benar (total 5 substansi sehingga
total skor 6)
0 Tidak menjawab sama sekali
3
2 Menjawab dengan tepat dan benar satu langkah metode ilmiah
secara berurutan (total 7 substansi sehingga total skor 14)
0 Tidak menjawab sama sekali
4
10 Menyebutkan dan menjelaskan dengan tepat dan benar satu
macam hipotesis (total 2 substansi sehingga total skor 20)
0 Tidak menjawab sama sekali
5
20 Menjawab variabel bebas dan variabel terikat dengan tepat dan
benar
10 Menjawab dengan tepat dan benar salah satu variabel saja
0 Tidak menjawab sama sekali
6 7,5 Jka menjawab dengan tepat dan benar dari 4 substansi (total 4
substansi sehingga total skor 30)
0 Tidak menjawab sama sekali
Keterangan:
Jumlah skor maksimum = 100
Nilai yang diperoleh:
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Penilaian Portofolio
Materi : Metode Ilmiah
Kelas/ Semester : X/ 1
No Nama
Kelom
-pok
Kriteria Jum-
lah
Skor
Ni-
lai
Sis-
wa
Ju-
dul
Tuju
-an
Landa
-san
Teori
Hasil Pemba-
hasan
Kesim
-pulan
1
2
Dst
Rubrik Penilaian Portofolio
Kriteria Skor Indikator
Judul 10 - Menarik
- Memberi informasi tentang
aspek yang diteliti
5 - Kurang menarik
- Kurang memberi informasi
tentang aspek yang diteliti
Tujuan 10 - Sesuai dengan permasalahan
5 - Kurang sesuai dengan
permasalahan
Landasan Teori 20 - Mencakup semua aspek yang
ada di judul
- Penulisan benar dan
menggunakan sumber yang jelas
(buku dan jurnal/ artikel ilmiah)
15 - Mencakup semua aspek yang
ada di judul
- Penulisan benar namun kurang
dalam menggunakan sumber
yang jelas (buku dan jurnal/
artikel ilmiah)
10 - Mencakup semua aspek yang
ada di judul
- Penulisan kurang benar dan
kurang dalam menggunakan
sumber yang jelas (buku dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
jurnal/ artikel ilmiah)
5 - Hanya mencakup beberapa
aspek yang ada di judul
- Penulisan kurang benar dan
kurang dalam menggunakan
sumber yang jelas (buku dan
jurnal/ artikel ilmiah)
Hasil 20 - Penyajian data (tabel dan grafik)
sangat sesuai dengan apa yang
diteliti
- Penjelasan hasil data sangat
lengkap dan mudah dimengerti
15 - Penyajian data (tabel dan grafik)
sesuai dengan apa yang diteliti
- Penjelasan hasil data kurang
lengkap dan mudah dimengerti
10 - Penyajian data (tabel dan grafik)
hanya beberapa yang sesuai
dengan apa yang diteliti
- Penjelasan hasil data kurang
lengkap
5 - Penyajian data kurang lengkap
hanya menyajikan tabel atau
grafik saja dan kurang sesuai
dengan apa yang diteliti
- Penjelasan hasil data kurang
lengkap
Pembahasan 30 - Analisis secara kualitatif
mencakup semua hasil
penelitian
- Mampu mengaitkan antara hasil
dengan kajian pustaka
20 - Analisis secara kualitatif
mencakup semua hasil
penelitian
- Hanya beberapa yang kurang
mampu mengaitkan antara hasil
dengan kajian pustaka
10 - Analisis secara kualitatif kurang
mencakup semua hasil
penelitian
- Hanya beberaa yang kurang
mampu mengaitkan antara hasil
dengan kajian pustaka
Kesimpulan 10 - Kesimpulan ditulis singkat
- Menjawab tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
- Mudah dipahami
7 - Kesimpulan ditulis panjang dan
berbelit-belit
- Menjawab tujuan
- Mudah dipahami
5 - Kesimpulan ditulis panjang dan
berbelit-belit
- Kurang menjawab tujuan
- Kurang mudah dipahami
Keterangan:
Jumlah skor sesuai dengan indikator, dimana setiap indikator memiliki skor 10
Jumlah skor maksimum = 100
Nilai yang diperoleh :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Penilaian Afektif
Materi : - Cabang dan Manfaat Imu Biologi
- Metode Ilmiah
Kelas/ Semester : X/ 1
No. Nama
Siswa
Aspek yang dinilai Jum-
lah
Skor
Nilai Disiplin
Berpikir
kritis
Kerja
sama Jujur
Tnggung
jawab
1.
2.
Dst.
Kategori Skor:
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Rubrik Penilaian Afektif
No.
Aspek
yang
dinilai
Skor Indikator penilaian
1. Disiplin 3 Masuk kelas tepat waktu, berpakaian rapi dan sopan,
serta menyelesaikan tugas tepat waktu
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
2. Berpikir
kritis
3 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap hal baru
kepada guru maupun teman sejawat, menjawab
pertanyaan guru maupun teman sejawat dengan
antusias, dan mengklarifikasi jawaban/pendapat
teman maupun guru
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
3. Kerjasama 3 Berkontribusi dalam penyelesaian tugas kelompok,
mengahargai pendapat teman, dan mematuhi
keputusan diskusi kelompok
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
4. Jujur 3 Tidak melakukan plagiarisme, melaporkan hasil
diskusi apa adanya, dan tidak menyontek
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
5 Tanggung
Jawab
3 Bertanggungjawab dalam kelompoknya,
mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
bertanggungjawab dengan apa yang dikerjakan
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
Keterangan:
Jumlah skor maksimum = 15
Kriteria nilai:
- 76 – 100 = A (Sangat Baik)
- 51 – 75 = B (Baik)
- 26 – 50 = C (Cukup)
- 1 – 25 = D (Sangat Kurang)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Penilaian Psikomotorik
Materi : - Cabang dan Manfaat Imu Biologi
- Metode Ilmiah
Kelas/ Semester : X/ 1
No
Nama
Aspek yang dinilai
Skor
Nilai Ber-
tanya
Mengi-
dentifikasi
Meran-
cang
Presen-
tasi
Kekom-
pakkan
kelom-
pok
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
Dst
Kategori Skor:
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Rubrik Penilaian Psikomotorik
Aspek yang dinilai Skor Indikator
Bertanya 3 Sangat kritis, berani dalam bertanya,
pertanyaanya mudah dimengerti
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 yang terlihat
Mengidentifikasi 3 Sangat rinci ketika mengidentifikasi, benar
ketika mengidentifikasi, teliti
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
Merancang 3 Terampil ketika merancang, merancangkan
sesuatu yang menarik, runtun dalam
merancang
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
Presentasi 3 Materi presentasi lengkap, kalimat mudah
dipahami, runtut, menarik
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
Kekompakkan
Kelompok
3 Pembagian materi presentasi secara merata,
pembagian tugas untuk menjawab pertanyaan
secara merata, dan semua anggota kelompok
memiliki pemikiran yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
2 Jika hanya 2 indikator yang terlihat
1 Jika hanya 1 indikator yang terlihat
Keterangan:
Jumlah skor maksimum = 15
Kriteria nilai:
- 76 – 100 = A (Sangat Baik)
- 51 – 75 = B (Baik)
- 26 – 50 = C (Cukup)
- 1 – 25 = D (Sangat Kurang)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI