96

Click here to load reader

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

  • Upload
    vunga

  • View
    291

  • Download
    21

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL

SEMPROT EKSTRAK ETANOL TUMBUHAN PAKU

(Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.)

SKRIPSI

KHOIRUN NISAK

1112102000069

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2016

Page 2: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL

SEMPROT EKSTRAK ETANOL TUMBUHAN PAKU

(Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

KHOIRUN NISAK

1112102000069

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2016

Page 3: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

iii

Page 4: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

iv

Page 5: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

v

Page 6: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

vi

ABSTRAK

Nama : Khoirun Nisak

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Gel Semprot

Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.)

C. Chr.)

Ekstrak metanol dari tumbuhan paku spesies Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

memiliki potensi aktivitas antiinflamasi yang signifikan dengan adanya

kandungan senyawa flavonoid dan fenolat (Komala, dkk.,2015). Pada penelitian

ini ekstrak etanol Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. diformulasi menjadi sediaan

gel semprot dengan variasi konsentrasi bahan pembentuk gel karbopol yaitu F1

(0,2%), F2 (0,3%), dan F3 (0,4%). Dilakukan evaluasi stabilitas fisik pada

penyimpanan suhu ruang selama 21 hari, yaitu hari ke-0, 7, 14, dan 21. Gel

semprot dievaluasi fisik meliputi organoleptik, homogenitas, viskositas, pH, pola

semprot, daya sebar lekat, uji sentrifugasi, dan cycling test. Evaluasi stabilitas

kimia dilakukan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil evaluasi

fisik menunjukkan semua formula stabil dari segi organoleptik, homogenitas, pH

berada pada kisaran 7,20-7,29 , bobot per semprot seragam serta relatif stabil pada

pengujian sentrifugasi dan cycling test. Viskositas pada formula 1 dan 2 berturut-

turut sebesar 700 dan 3410, dimana masih memenuhi kisaran viskositas untuk

sediaan gel semprot, dengan pola semprot menyebar. Sedangkan formula 3,

viskositas tidak memenuhi syarat. Hasil evaluasi stabilitas kimia menunjukkan

pola kromatogram formula 1, 2, dan 3 terdapat perubahan pola pada hari ke-21

dan berdasarkan besarnya perubahan luas area puncak pada hari ke-21 yang

terjadi pada semua formula menunjukkan adanya penurunan stabilitas.

Kata kunci : ekstrak etanol Nephrolepis falcata, gel semprot, karbopol,

kromatografi cair kinerja tinggi.

Page 7: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

vii

ABSTRACT

Name : Khoirun Nisak

Title : Stability Test of Physical and Chemical Spray Gel Ethanol

Extracts Fern (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.)

Methanol extract of fern Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. showed significant

anti-inflammatory because it contains flavonoid and phenolic compounds

(Komala, et al.,2015). In this research ethanolic extract of Nephrolepis falcata was

formulated into spray gel in a variation of carbophol as a gelling agent, F1 (0,2%),

F2 (0,3%), and F3 (0,4%). Physical stability testing was conducted by keeping

those three concentrations of spray gel at room temperature during 21 days, and

monitoring was scheduled at day 0, 7th day, 14th day, and 21st day. Evaluation of

physical characteristics was carried out based on an organoleptic test,

homogeneity, viscosity, pH, spray pattern, spread-stick properties, mechanical test

(centrifugation) and cycling test. Evaluation of chemical characteristics was

evaluated by using high-performance liquid chromatography. The results showed

that all formulas are stable in term of organoleptic, homogeneity, have a pH range

7,20-7,29, it has similar of weight per spray and relatively stable in the centrifuge

test and a cycling test. The viscosity of the formula 1 and 2 are 700 and 3410

respectively. This condition is still within the range of viscosity for spray gel

formulation, and have a spread pattern. While the formula 3, the viscosity is not

eligible. The chemical stability results showed that there is a change in the

chromatogram pattern of formula 1, 2, dan 3 at day 21st and based on the

magnitude of changes in the area of the peak on day 21st which occurs in all

formulas showed a decrease in stability.

Keywords : ethanol extract Nephrolepis falcata, spray gel, carbophol, high-

performance liquid chromatography.

Page 8: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Gel Semprot

Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.)”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

Rasulullah SAW. Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini

tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis secara khusus

mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda A.Mirza, Ibunda Asmawati yang

senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, nasihat, serta dukungan

baik moral maupun materil.

2. Kakak dan Adik Tercinta, Nurbaiti araswati, Muhammad Dzikri serta

Muhammad Gholib yang dengan doa serta dukungan yang diberikan.

3. Ibu Nelly Suryani, Ph.D. Apt, dan Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D. Apt,

selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, ilmu,

masukan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

4. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Supandi, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing dan menerima keluh kesah selama perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan yang telah bersedia memberikan ilmunya kepada penulis

selama masa perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan di laboratorium Putri Wulandari, Risha

Natasha, Annisa Fadillah, Nisa Utami, Fenny, Nurul, Elsa, Echa, Ani,

Addina, Rifa, Fakhrun yang telah memberikan motivasi dan bantuan

selama penelitian.

9. Muh. Tsabit Al-Mutawally yang telah memberi motivasi, dukungan, pelajaran

dan doa dalam setiap kegiatan hingga membantu dalam selesainya penelitian ini.

10. Ismi Febriani dan Inayah Maula, sahabat tersayang yang telah memberikan

motivasi, dukungan dan doa kepada penulis.

Page 9: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

ix

11. Sahabat Cera Alba : Pepew, Risha, Ibu Nunud, Icha, Jeki, Laila, Ami,

Endang, Muti, Dian, Intan, Lilis, Teh Afina dan Windi yang telah menjadi

sahabat sejak awal perkuliahan hingga membantu dalam selesainya

penelitian ini.

12. Kawan-kawan Kos Al-Muna : Kresna (partner sekamar tersayang), Dimut,

Icha, Hana, Nusa, Teh Put, Intan, dan Azizah yang telah menemani

keseharian penulis selama dikosan, memberikan motivasi, dan doa.

13. Teman-teman dari Cibeng diantaranya Rico, Cory, Astrid, Widy, Nopaco,

Agin beserta Lukman juga Lina

14. Sahabat Twellepp : Iis bulet, Yuly, Tanis, Indri, Lulu, Tiwi, Melvin,

Manda, Atul, Arin, dan Afifah

15. Teman-teman program studi Farmasi UIN Jakarta angkatan 2012

(khususnya kelas AC) atas persaudaraan dan kebersamaan yang telah

terjalin dan memotivasi penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun

selama di bangku perkuliahan.

16. Seluruh laboran Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Jakarta atas kerjasamanya selama melakukan penelitian di

laboratorium.

17. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan dan dukungan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran

serta kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis dan pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Ciputat, Agustus 2016

Penulis

Page 10: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

x

Page 11: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4

2.1. Tumbuhan Paku .......................................................................... 4

2.1.1. Habitat Tumbuhan Paku .................................................. 4

2.1.2. Penggunaan Tumbuhan Paku .......................................... 5

2.2. Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr .............................................. 5

2.2.1. Klasifikasi Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr................. 6

2.2.2. Sinonim Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr .................... 6

2.2.3. Kandungan Kimia dan Aktivitas Biologi ........................ 6

2.3. Simplisia ...................................................................................... 7

2.4. Ekstraksi dan Ekstrak .................................................................. 7

2.4.1. Metode Ekstraksi ............................................................. 8

2.5. Penapisan Fitokimia .................................................................... 9

2.5.1. Alkaloid ........................................................................... 10

2.5.2. Flavonoid ......................................................................... 10

2.5.3. Tanin ................................................................................ 11

2.5.4. Saponin ............................................................................ 11

2.5.5. Fenol ................................................................................ 11

2.5.6. Terpen .............................................................................. 12

2.5.7. Kuinon ............................................................................. 12

2.6. Gel ............................................................................................... 12

2.7. Gel Semprot (Spray Gel) ............................................................. 14

2.8. Stabilitas ...................................................................................... 16

2.9. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ................................ 18

2.9.1. Prinsip Kerja KCKT ........................................................ 18

2.10. Studi Preformulasi Sediaan Gel Semprot .................................... 19

2.10.1. Karbopol .......................................................................... 19

2.10.2. Poloxamer ........................................................................ 21

Page 12: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

xii

2.10.3. Trietanolamin .................................................................. 24

2.10.4. Propilenglikol .................................................................. 25

2.10.5. Etanol ............................................................................... 25

2.10.6. Metil Paraben................................................................... 26

2.10.7. Propil Paraben ................................................................. 27

2.10.8. Vitamin E......................................................................... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 29

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 29

3.2. Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 29

3.2.1. Alat .................................................................................... 29

3.2.2. Bahan ................................................................................. 29

3.3. Prosedur Kerja ............................................................................... 30

3.3.1. Determinasi Tumbuhan Paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ................................... 30

3.3.2. Penyiapan Simplisia Paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ................................... 30

3.3.3. Pembuatan Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku (EETP)

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ................................... 30

3.3.4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum EETP ........... 31

3.3.5. Pemeriksaan Profil Kromatogram EETP Menggunakan

KCKT .............................................................................. 31

3.3.6. Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ............................ 32

3.3.7. Evaluasi Fisik Gel Semprot EETP Selama Penyimpanan . 33

3.3.7.1. Pemeriksaan Organoleptik .................................. 33

3.3.7.2. Pemeriksaan Homogenitas.................................. 33

3.3.7.3. Pemeriksaan pH .................................................. 33

3.3.7.4. Pemeriksaan Viskositas ...................................... 33

3.3.7.5. Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan

Bobot per Semprot ............................................. 34

3.3.7.6. Pemeriksaan Daya Sebar Lekat .......................... 34

3.3.7.7. Uji Sentrifugasi ................................................... 34

3.3.7.8. Cycling Test ........................................................ 34

3.3.8. Pemeriksaan Pola Kromatogram EETP dalam

Sediaan Gel Semprot Selama Penyimpanan .................... 35

3.3.8.1. Pembuatan Larutan Sampel ................................ 35

3.3.8.2. Analisis EETP dalam Gel Semprot .................... 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 36

4.1. Ekstraksi Tumbuhan Paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ...... 36

4.2. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum EETP .............. 38

4.3. Hasil Pemeriksaan Pola Kromatogram EETP

Menggunakan KCKT .................................................................. 38

4.4. Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ........................................ 40

4.5. Hasil Evaluasi Fisik Gel Semprot EETP Selama Penyimpanan .... 42

4.5.1. Hasil Pemeriksaan Organoleptik ....................................... 42

4.5.2. Hasil Pemeriksaan Homogenitas ....................................... 45

4.5.3. Hasil Pemeriksaan pH ....................................................... 45

4.5.4. Hasil Pengukuran Viskositas ............................................. 46

Page 13: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

xiii

4.5.5. Hasil Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan

Bobot per Semprot ........................................................... 48

4.5.6. Hasil Pemeriksaan Daya Sebar Lekat ................................ 49

4.5.7. Hasil Pengujian Sentrifugasi ............................................. 50

4.5.8. Hasil Cycling Test.............................................................. 50

4.5.9. Hasil Pemeriksaan Pola Kromatogram EETP dalam

Sediaan Gel Semprot Selama Penyimpanan .................... 53

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 61

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 61

5.2. Saran .............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62

LAMPIRAN ....................................................................................................... 67

Page 14: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tipe Poloxamer ................................................................................ 22

Tabel 3.1 Tabel Formulasi Gel Semprot EETP ................................................ 32

Tabel 4.1 Hasil Rendemen dan Kadar Air Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr .................................................... 37

Tabel 4.2 Tabel Komposisi Formula Gel Semprot EETP ................................ 40

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Organoleptik ...................................................... 42

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kekeruhan dan Gelembung Udara .................... 43

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan pH ...................................................................... 45

Tabel 4.6 Hasil Pemerikaan Viskositas ............................................................ 47

Tabel 4.7 Tabel Bobot per Semprot ................................................................. 49

Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Organoleptis metode Cycling Test .................... 50

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kekeruhan dan Gelembung Udara

metode Cycling Test ......................................................................... 51

Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan pH metode Cycling Test .................................... 52

Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Viskositas metode Cycling Test ........................ 52

Tabel 4.12 Profil Kromatogram Sediaan Gel Semprot EETP Formula 1 .......... 53

Tabel 4.13 Profil Kromatogram Sediaan Gel Semprot EETP Formula 2 .......... 55

Tabel 4.14 Profil Kromatogram Sediaan Gel Semprot EETP Formula 3 .......... 57

Tabel 4.15 Perbandingan Komponen Senyawa

Berdasarkan Luas Puncak Area........................................................ 59

Page 15: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ............................................... 5

Gambar 2.2 Struktur Karbopol ........................................................................ 19

Gambar 2.3 Dispersi Karbopol dalam Air ....................................................... 20

Gambar 2.4 Struktur Poloxamer ...................................................................... 21

Gambar 2.5 Fase Miselar Poloxamer dengan Peningkatan Suhu .................... 23

Gambar 2.6 Ilustrasi Mekanisme Miselar dari Poloxamer .............................. 23

Gambar 2.7 Struktur Trietanolamin ................................................................ 24

Gambar 2.8 Struktur Propilenglikol ................................................................ 25

Gambar 2.9 Struktur Etanol............................................................................. 25

Gambar 2.10 Struktur Metil Paraben ................................................................ 26

Gambar 2.11 Struktur Propil Paraben ............................................................... 27

Gambar 2.12 Struktur Vitamin E ...................................................................... 28

Gambar 4.1 Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ............................................... 37

Gambar 4.2 Panjang Gelombang Maksimum EETP ....................................... 38

Gambar 4.3 Pola Kromatogram Blanko (tanpa ekstrak) ................................. 39

Gambar 4.4 Profil Kromatogram EETP Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ... 39

Gambar 4.5 Grafik Nilai pH Rata-rata ............................................................ 46

Gambar 4.6 Grafik Nilai Viskositas ................................................................ 47

Gambar 4.7 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 1

pada Hari ke-0 ............................................................................. 54

Gambar 4.8 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 1

pada Hari ke-7 ............................................................................. 54

Gambar 4.9 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 1

pada Hari ke-14 ........................................................................... 54

Gambar 4.10 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 1

pada Hari ke-21 ........................................................................... 55

Gambar 4.11 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 2

pada Hari ke-0 ............................................................................. 55

Gambar 4.12 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 2

pada Hari ke-7 ............................................................................. 56

Gambar 4.13 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 2

pada Hari ke-14 ........................................................................... 56

Gambar 4.14 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 2

pada Hari ke-21 ........................................................................... 56

Gambar 4.15 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 3

pada Hari ke-0 ............................................................................. 57

Gambar 4.16 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 3

pada Hari ke-7 ............................................................................. 57

Gambar 4.17 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 3

pada Hari ke-14 ........................................................................... 58

Gambar 4.18 Pola Kromatogram Sediaan Gel Semprot Formula 3

pada Hari ke-21 ........................................................................... 58

Gambar 4.19 Grafik Profil Kromatogram Selama Penyimpanan...................... 59

Page 16: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Alur Penelitian ............................................................................... 67

Lampiran 2 Gambar Hasil Pemeriksaan Organoleptik ..................................... 68

Lampiran 3 Gambar Hasil Pemeriksaan Homogenitas ..................................... 69

Lampiran 4 Evaluasi Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot ................... 70

Lampiran 5 Gambar Pola Penyemprotan Formula 1......................................... 72

Lampiran 6 Gambar Pola Penyemprotan Formula 2......................................... 73

Lampiran 7 Gambar Pola Penyemprotan Formula 3......................................... 74

Lampiran 8 Evaluasi Daya Sebar Lekat ............................................................ 75

Lampiran 9 Gambar Hasil Uji Sentrifugasi ...................................................... 76

Lampiran 10 Surat Determinasi Tumbuhan Paku ............................................... 77

Lampiran 11 Sertifikat Analisa Karbopol ........................................................... 78

Lampiran 12 Sertifikat Analisa Poloxamer ......................................................... 79

Lampiran 13 Sertifikat Analisa Methanol HPLC Grade .................................... 80

Page 17: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan

tumbuhan yang sering dijumpai hampir diseluruh wilayah di Indonesia.

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormophyta berspora yang dapat

hidup di mana saja (kosmopolitan) (Ewusie, 1990). Berdasarkan hasil

penelitian fitokimia, dilaporkan bahwa terdapat beberapa spesies tumbuhan

paku yang mengandung berbagai macam senyawa bioaktif golongan

terpenoid, steroid, fenilpropanoid, poliketida, flavonoid, alkaloid, stilben,

santon, turunan asam benzoat, lipid dan senyawa belerang. Sehingga dapat

diketahui tumbuhan paku memiliki potensi sebagai sumber bahan kimia

yang dapat dikembangkan sebagai bahan obat-obatan, bahan agrokimia serta

bahan-bahan lain yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Pranoto, 1999).

Beberapa tumbuhan paku juga telah dilaporkan memiliki aktivitas biologis

seperti antiinflamasi dan antinosiseptif (Zakaria, dkk., 2006). Hasil

penelitian fitokimia terhadap tumbuhan paku yang berasal dari spesies

Nephrolepis seperti N. exaltata dan N. occidentalis, telah dilaporkan

keduanya mengandung C-glycosyl xanthones, mangiferin, dan iso-

mangiferin (Richardson, 1983)

Dalam penelitian sebelumnya, skrining fitokimia dari ekstrak

metanol Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. mengandung flavonoid, fenol,

dan saponin. Peneliti juga telah melaporkan bahwa ekstrak metanol dari

tumbuhan paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. menunjukkan potensi

aktivitas antiinflamasi yang signifikan. Aktivitas antiinflamasinya dilihat

dari persentase inhibisi terhadap denaturasi BSA assay, dimana nilai

persentase inhibisi ekstrak metanol 10 μg/ml (48,192%) tidak berbeda

bermakna (p > 0,05) dengan persen inhibisi natrium diklofenak 10 μg/ml

(Komala, dkk., 2015).

1

Page 18: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perkembangan bentuk sediaan farmasi yang memiliki khasiat

antiinflamasi semakin pesat, mulai dari bentuk sediaan topikal sederhana

seperti salep, krim, maupun gel hingga pada pemanfaatan polimer

pembentuk film untuk membalut sekaligus penetrasi ke dalam kulit. Bentuk

pengembangan sediaan topikal untuk penggunaan pada kulit ini, salah

satunya sediaan gel semprot, dimana bentuk sediaan gel semprot ini

memiliki kelebihan diantaranya lebih aman karena tingkat kontaminasi

mikroorganisme lebih rendah, waktu kontak obat yang relatif lebih lama

dibanding sediaan lainnya dan lebih praktis dalam penggunaannya (Shafira,

dkk., 2015).

Sediaan topikal atau sediaan setengah padat relatif tidak stabil zat

aktifnya dibandingkan sediaan padat. Stabilitas sediaan setengah padat

tergantung pada beberapa faktor antara lain, sifat fisika kimia zat aktif dan

basis yang digunakan, sistem dispersi zat aktif-pembawa, bahan pendispersi

zat aktif, penyimpanan, kemasan, dan bahan tambahan lain (Cartensen dan

Rhodes, 2000). Bahan tambahan ini dapat mengalami degradasi secara

perlahan dan bahkan bisa sampai menghilangkan aktivitasnya kerena adanya

proses oksidasi, terjadinya reaksi dengan komponen yang ada dalam sistem

sehingga dapat membatasi bioavailabilitas, atau mengubah warna dan rasa

produk, dimana hal ini akan mempengaruhi keamanan dan efektivitas dari

sediaan yang dibuat (Achouri, Zamani, dan Boye., 2012).

Dalam penelitian ini, dilakukan studi preformulasi dan pengujian

stabilitas komponen senyawa pada ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata

(Cav.) C. Chr ketika diformulasi menjadi sediaan gel semprot berdasarkan

sifat fisik dan sifat kimia sediaan melalui perubahan komponen penyusun

ekstrak yang terkandung dalam sediaan. Kestabilan ini merupakan salah satu

hal penting untuk mengetahui kualitas dari suatu produk obat (Lopez, dkk.,

2012).

Page 19: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana evaluasi fisik dari studi preformulasi sediaan gel semprot

yang mengandung ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata (Cav.) C.

Chr?

2. Bagaimana stabilitas fisik gel semprot ekstrak etanol paku Nephrolepis

falcata (Cav.) C. Chr?

3. Bagaimana stabilitas kimia gel semprot ekstrak etanol paku Nephrolepis

falcata (Cav.) C. Chr selama waktu penyimpanan 21 hari pada suhu

ruang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji stabilitas fisik dan

komponen kimia dari ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

dalam sediaan gel semprot.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui stabilitas fisik

dan komponen kimia zat aktif yang terkandung di dalam ekstrak etanol paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. dalam sediaan gel semprot.

Page 20: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan

tumbuhan yang banyak dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia.

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormophyta berspora yang dapat

hidup di mana saja (kosmopolitan) (Ewusie, 1990). Dari sekitar 10.000

spesies tumbuhan paku yang terdapat di dunia, diperkirakan sebanyak

1.300 spesies di antaranya tumbuh di kawasan Indonesia (Sastrapradja,

1980).

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi tumbuhan yang memiliki

sistem pembuluh sejati (kormus), tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi

tiga bagian pokok yaitu akar, batang dan daun (Tjitrosoepome,2005).

Tumbuhan paku secara taksonomi berada diantara tumbuhan lumut

(bryophyta) dan tumbuhan tingkat tinggi (gimnosperma dan angiosperma).

Tidak seperti ganggang dan bryophytes, tumbuhan paku (pteridophytes)

memiliki jaringan vaskular dan jaringan pengangkut seperti xilem dan

floem, tetapi tidak menghasilkan biji dalam sistem reproduksinya (Pooja,

2004).

2.1.1 Habitat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dalam jumlah besar terdapat baik di daerah hutan

tropis maupun subtropis (Dudani, dkk., 2012). Habitat tumbuhan paku di

kawasan hutan hujan tropis dikelompokkan mulai dari hutan dataran rendah,

hutan ketinggian sedang, sampai hutan dataran tinggi. Di hutan hujan tropis

beberapa jenis tumbuhan paku ditemukan pada bagian lantai hutan tetapi

sebagian besar lainnya ditemukan sebagai epifit pada batang atau

percabangan (Jones dalam Hariyadi, 2000). Sehingga tumbuhan paku dapat

memperoleh cahaya, dimana bagian akarnya melilit di batang untuk

menyerap nutrien dan kelembaban dari permukaan sekitarnya akan tetapi

bukan sebagai parasit.

4

Page 21: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keberagaman tumbuhan paku lebih banyak di daerah pegunungan daripada

di dataran rendah. Beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban yang

tinggi, kadar aliran air yang banyak, adanya kabut dan curah hujan yang

tinggi mempengaruhi banyaknya jumlah tumbuhan paku yang tumbuh

(Sastrapradja, dkk.,1980).

2.1.2 Penggunaan Tumbuhan Paku

Manfaat tumbuhan paku terhadap alam dalam memelihara ekosistem

hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap

erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan. Berbagai jenis

spesies tumbuhan paku telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat

Indonesia sebagai tanaman hias, tanaman pelindung, pupuk hijau, hingga

bahan obat. (Arini, dan Julianus, 2012).

Hasil penelitian fitokimia terhadap beberapa spesies tumbuhan paku

dilaporkan bahwa tumbuhan ini memiliki potensi sebagai sumber bahan-

bahan kimia yang masih dapat dikembangkan sebagai bahan obat-obatan,

bahan agrokima serta bahan-bahan lain yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Telah ditemukan berbagai macam senyawa bioaktif golongan

terpenoid, steroid, fenilpropanoid, poliketida, flavonoid, alkaloid, stilben,

santon, turunan asam benzoat, lipid dan senyawa belerang pada tumbuhan

paku (Pranoto, 1999). Beberapa tumbuhan paku juga dilaporkan memiliki

aktivitas biologis seperti antiinflamasi dan antinosiseptif (Zakaria, dkk.,

2006).

2.2 Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

Gambar 2.1 Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

Page 22: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.1 Klasifikasi Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

Domain : Eukaryota

Kingdom : Plantae

Phylum : Pteridophyta

Class : Filicopsida

Family : Nephrolepidaceae

Genus : Nephrolepis

Species : Nephrolepis falcata

(CABI, 2016)

2.2.2 Sinonim Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

Berdasarkan The Invasive Compendium (2016),

Nama lain :Fishtail swordfern

Nama tanaman asal :Aspidium biserratum var. Furcans

Nephrolepis barbata Copel.

Nephrolepis biserrata var. furcans Hort. ex Bailey

Nephrolepis falcata f. Furcans

Tectaria falcata Cav

2.2.3 Kandungan Kimia dan Aktivitas Biologi

Hasil penelitian fitokimia terhadap tumbuhan paku yang berasal dari

spesies Nephrolepis seperti N. exaltata dan N. occidentalis, telah dilaporkan

keduanya mengandung C-glycosyl xanthones, mangiferin, dan iso-

mangiferin (Richardson, 1983).

Berdasarkan hasil penelitian, skrining fitokimia dari Nephrolepis

falcata (Cav.) C. Chr. dilaporkan bahwa ekstrak metanol dari daun tersebut

mengandung flavonoid, fenol, dan saponin, serta menunjukkan aktivitas

biologi berupa aktivitas antiinflamasi yang signifikan pada konsentrasi 1

dan 10 μg/ml, dan menjadi tidak aktif pada konsentrasi 100 μg/ml, aktivitas

antiinflamasi nya dilihat dari persentase inhibisinya terhadap denaturasi

BSA assay. Nilai persentase inhibisi ekstrak metanolnya 10 μg/ml

(48,192%) tidak berbeda bermakna (p > 0,05) dengan persen inhibisi

natrium diklofenak 10 μg/ml. Peneliti juga melaporkan bahwa ekstrak

Page 23: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

etanol dari daun Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. menunjukkan aktivitas

antioksidan yang sangat kuat dengan nilai aktivitas antioksidan indeks

(AAI) sebesar 3,8±0,5 dan nilai IC50 sebesar 25,8±3,5 µg/ml (Komala, dkk.,

2015).

2.3 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain

berupa bahan yang dikeringkan (Dirjen POM, 1999).

Menurut Materia Medika (Depkes RI, 1995), simplisia dapat

digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:

a. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan

keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari

tanamannya dan belum berupa zat kimia.

b. Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan

zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia

murni.

c. Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral)

yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa zat kimia.

2.4 Ekstraksi dan Ekstrak

Ekstraksi adalah pemisahan bahan aktif obat dari jaringan tanaman

(dan hewan) menggunakan pelarut yang selektif melalui prosedur standar

(Tiwari, et al., 2011). Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa

polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar

(Harborne, 1996).

Page 24: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (Depkes RI, 1995), ekstrak

merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan.

Senyawa aktif yang terkandung dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan ke dalam berbagai golongan seperti minyak atsiri, alkaloid,

flavonoid, dan lain-lain. Sehingga dapat mempermudah pemilihan pelarut

dan cara ekstraksi yang tepat dengan diketahuinya senyawa aktif yang

dikandung simplisia (Ditjen POM, 2000).

Beberapa parameter yang mempengaruhi kualitas dari sebuah

ekstrak, sebagai berikut (Tiwari, et al., 2011) :

a. Bagian dari tumbuhan yang digunakan

b. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi

c. Prosedur ekstraksi

2.4.1 Metode Ekstraksi

Pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) terbagi menjadi

dua, yaitu :

1) Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut yang sesuai dengan beberapa kali pengocokan

atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, sehingga zat aktif akan larut, karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar

sel maka larutan terpekat didesak keluar.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses

Page 25: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perkolasi ini terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara,

dan tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat). Perkolasi ini merupakan prosedur yang paling sering

digunakan untuk mengekstraksi bahan aktif dalam penyusunan tingtur

dan ekstrak cairan (Tiwari et a.l, 2011).

2) Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan dengan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru dan

umumnya cara ini dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah ekstraksi dengan cara maserasi kinetik (dengan

pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC.

d. Infundasi

Infundasi adalah cara ekstraksi yang umumnya dilakukan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan

nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90ºC selama 15 menit.

e. Dekok

Dekok adalah proses ekstraksi seperti infus hanya saja pada waktu yang

lebih lama dan temperatur sampai titik didih air, yaitu pada suhu 90-

100ºC selama 30 menit.

2.5 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen

bioaktif yang terdapat pada suatu ekstrak kasar yang memiliki efek racun

maupun efek farmakologi lainnya yang bermanfaat bila diujikan terhadap

sistem biologi atau bioassay. Penapisan fitokimia merupakan pemeriksaan

Page 26: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kandungan kimia secara kualitatif untuk mengetahui adanya kandungan

golongan senyawa dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan diarahkan terhadap

senyawa metabolit sekunder yang memiliki manfaat/ khasiat bagi kesehatan

seperti, alkaloid, flavonoid, terpen, tanin, saponin, glikosida, kuinon, dan

antraquinon (Harborne, 1987). Namun, pada penelitian ini tidak dilakukan

kembali penapisan fitokimia terhadap ekstrak etanol daun paku Nephrolepis

falcata (Cav.) C. Chr. karena sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

yaitu Komala, dkk., (2015) yang menguraikan bahwa ekstrak metanol nya

mengandung metabolit sekunder seperti, flavonoid, fenol, dan saponin.

Sedangkan ekstrak etil asetat nya mengandung flavonoid dan triterpenoid.

2.5.1 Alkaloid

Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pda

tumbuhan tingkat tinggi, yang bersifat basa, mengandung satu atau lebih

atom nitrogen biasanya berbentuk siklik, alkaloid memiliki efek fisiologis

yang menonjol, sehingga sering digunakan untuk pengobatan, serta senyawa

ini dapat dideteksi dengan cara pengendapan menggunakan pereaksi Mayer,

Dragendorff, dan Bouchardat. Sebagian besar alkaloid berbentuk kristal dan

berbentuk cairan pada suhu kamar, dan memiliki rasa yang pahit. Alkaloid

dapat berfungsi sebagai pengatur tumbuh dan penghalau atau penarik

serangga pada tumbuhan (Harborne, 1987).

2.5.2 Flavonoid

Flavoniod merupakan senyawa metabolit sekunder yang disintesis dari

asam piruvat melalui metabolisme asam amino. Penamaan flavonoid berasal

dari bahasa latin yang menunjukan warna kuning dan sebagian besar

senyawa flavonoid berwarna kuning, sering ditemukan sebagai pigmen dan

ko-pigmen. Flavonoid adalah golongan pigmen organik yang tidak

mengandung unsur nitrogen, kombinasi pigmen ini membentuk pigmentasi

pada daun, bunga, buah dan biji tanaman. Pigmen ini memiliki manfaat

atraktan bagi serangga dan sebagai antioksidan (Bhat, dkk., 2009).

Dalam tumbuhan, flavonoid sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.

Umumnya yang bagian yang diperiksa dalam analisis flavonoid adalah

aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah dihidrolisis. Proses ekstraksi

Page 27: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

senyawa flavonoid dilakukan dengan etanol mendidih untuk menghindari

terjadinya oksidasi enzim (Harborne, 1987). Deteksi senyawa flavonoid

dilakukan dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau

etanol sehingga tebentuknya warna hijau atau hitam kuat (Susanti, 2012).

2.5.3 Tanin

Tanin merupakan senyawa yang umum terdapat dalam tumbuhan

berpembuluh, memiliki gugus fenol, dengan rasa sepat dan memiliki zat

penyamak kulit. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer

mantap yang tak larut dalam air. Tanin dikelompokkan menjadi dua

golongan yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin

terkondensasi secara biosintesis terbentuk dengan cara kondensasi katekin

tunggal membentuk senyawa dimer dan membentuk oligomer yang lebih

tinggi. Sedangkan tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang akan

terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida encer (Harbone, 1987).

Deteksi senyawa tanin dengan cara pengendapan menggunakan pereaksi

besi (III) klorida, larutan gelatin 10%, campuran natrium klorida-gelatin,

dan timbal (II) asetat 25 % (Susanti, 2012).

2.5.4 Saponin

Saponin merupakan golongan senyawa aktif permukaan glikosida

triterpen yang dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air atau dalam

tumbuhan ditunjukan dengan pembentukan busa yang mantap sewaktu

mengekstraksi tumbuhan atau memekatkan ekstrak. Banyak saponin yang

mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum yaitu asam

glukuronat (Harborne, 1987). Identifikasi senyawa saponin dilakukan

dengan mengocok ekstrak dengan air hangat dalam tabung reaksi sehingga

timbul busa yang dapat bertahan lama, setelah penambahan asam klorida 2

N busa tidak hilang (Susanti, 2012).

2.5.5 Fenol

Fenol merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan yang

mengandung cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil.

Senyawa ini cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula

sebagai glikosida atau terdapat dalam vakuola sel tumbuhan (Harborne,

Page 28: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1987). Senyawa fenol disintesis melalui jalur sikimat dan metabolisme fenil

propanoid (Apak, dkk., 2007).

2.5.6 Terpen

Terpen merupakan suatu senyawa yang terdiri dari isopren

CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan meiliki kerangka karbon yang dibangun oleh

gabungan dua atau lebih satuan unit isopren ini. Terpenoid terdiri atas

berbagai macam senyawa seperti monoterpen dan seskuiterpen yang mudah

menguap, diterpen yang sukar menguap dan yang tidak menguap, triterpen,

dan sterol. Triterpenoid adalah senyawa tidak berwarna yang berbentuk

kristal, yang mempunyai titik leleh tinggi. Umumnya terpen larut dalam

lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Senyawa ini diekstraksi

menggunakan eter dan kloroform (Harborne, 1987). Identifikasi senyawa

terpen menggunakan reaksi Lieberman-Bouchardat (anhidrat asetat-asam

sulfat) sehingga menghasilkan warna hijau kehitaman sampai biru (Susanti,

2012).

2.5.7 Kuinon

Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai gugus

kromofor dasar. Kuinon untuk tujuan identifikasi terbagi menjadi empat

kelompok, yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan isoprenoid.

Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan memiliki siat senyawa

fenol serta terdapat dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida

atau dalam bentuk kuinon tanpa warna dan dapat juga dalam bentuk dimer,

sehingga diperlukan hidrolisis asam untuk dapat melepaskan kuinon

bebasnya. Sedangkan kuinon isoprenoid terlibat dalam proses respirasi sel

dan fotosintesis yang memerlukan cara khusus untuk memisahkannya.

Umumnya senyawa kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan

terdeteksi dalam tumbuhan bersamaan dengan senyawa karotenoid dan

klorofil (Harborne, 1987).

2.6 Gel

Gel adalah suatu sediaan semipadat yang jernih, yang dapat di tembus

cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai

kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase

Page 29: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdispersi (Ansel, 1989). Gel membentuk sistem satu fasa dimana

makromolekul disebarkan ke seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas

di antaranya (Ansel, Howard C., 2011).

Sistem dispersi gel merupakan sistem koloid, yang terbagi menjadi gel

sistem fasa tunggal dan gel sistem fasa rangkap. Suatu gel digolongkan

sebagai sistem dua fasa apabila massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil

yang terpisah. Pada sistem dua fasa, ukuran partikel dari fase terdispersi

relatif besar, sehingga massa gel terkadang disebut sebagai magma.

Sedangkan gel fasa tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar

rata dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan

antara molekul makro yang terdispersi dalam cairan. Gel fasa tunggal dapat

dibuat dari suatu makromolekul sintetik atau dari gom alam. Gel dapat

digunakan sebagai obat yang diberikan secara topikal pada kulit atau

dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Depkes, 1995).

Struktur yang kaku yang dihasilkan dari pembentukan gel disebabkan

terbentuknya jaringan tiga dimensi melalui penjeratan medium pendispersi

oleh fase terdispersi. Perubahan suatu menjadi bentuk sol atau bentuk

cairnya dapat terjadi dengan adanya perubahan temperatur. Disamping itu,

adanya pengocokan juga dapat mempengaruhi bentuk gel menjadi bentuk

yang mudah mengalir atau memadat kembali setelah dibiarkan untuk

beberapa waktu (Ansel, Giward, 1989). Berdasarkan sifat pelarutnya, gel

terbagi menjadi organel gel (pelarut bukan air/pelarut organik), hidrogel

(pelarut air), xerogel dan gel yang dengan konsentrasi pelarut yang rendah

telah membentuk massa padat. Contoh: gelatin kering (Lachman, 1993).

Berikut beberapa sifat gel yang utama, antara lain:

a. Hidrasi

Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk

awalnya, tetapi sebaliknya, gel yang elastis yang terdehidrasi dapat

diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair

(Nurdiani, dkk., 2011).

Page 30: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Menggembung (swelling)

Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air jika dicelupkan

ke dalam zat cair. Sehingga volume gel akan bertambah dan

menggembung (Nurdiani, dkk., 2011).

c. Sineresis

Gel organik akan mengerut jika dibiarkan dan tambahkan penetesan

pelarut, proses ini disebut sineresis (Nurdiani, dkk., 2011).

Kelebihan bentuk gel dibandingkan dengan sediaan lainnya antara lain

bentuk gel tidak lengket, gel memiliki aliran tiksotropik dan pseudoplastik,

dimana gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair

apabila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel hanya sedikit yang

dibutuhkan untuk membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak

mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Lieberman,

1989).

2.7 Gel semprot (Spray Gel)

Menurut Holland, Troy, dkk., (2002), gel semprot berdasarkan pada

dua istilah, yaitu istilah “gel atau hidrogel” yang merupakan suatu sistem

berbasis fase berair dengan setidaknya 10% sampai 90% dari berat sediaan,

dan istilah “spray atau semprot” merupakan suatu komposisi yang

dikabutkan, yang terdiri dalam bentuk tetesan cairan berukuran kecil atau

besar yang diterapkan menggunakan aplikator, seperti aerosol atau pompa

semprot.

Selama ini bentuk sediaan semprot yang telah banyak diketahui yaitu

seperti sediaan aerosol yang menggunakan hidrokarbon fluorida (seperti

Freon) sebagai propelan, kemudian menggunakan alat yang dioperasikan

sehingga menyemprotkan larutan berisi zat aktif tertentu. Namun,

penggunaan propelan dalam aerosol memiliki kekurangan, dimana

penghantaran obat ke kulit tidak maksimal karena sifat lekatnya dan zat

aktif obat yang larut dalam lemak belum dapat digunakan dalam bentuk

sediaan aerosol, serta penggunaan propelan dapat menghasilkan dampak

negatif terhadap lapisan ozon. Sedangkan, suatu sediaan semprot bukan

Page 31: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aerosol yang tidak menggunakan propelan didalamnya juga memiliki

beberapa kekurangan yaitu menyebabkan sifat lekat yang berlebihan pada

kulit dan pada saat penggunaan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman

karena ketika disemprotkan, larutan yang berisi zat aktif akan menetes atau

tidak menetap di tempat penyemprotan. Sehingga untuk mengatasi

kekurangan dari bentuk sediaan aerosol maupun sediaan semprot lainnya

seperti yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dibuat suatu sediaan gel

semprot yang mengandung komposisi bahan peningkat viskositas larutan

dan tanpa penggunaan propelan yang berbahaya (Kamishita, dkk., 1992).

Bentuk sediaan gel semprot (spray gel) dapat menjadi pilihan sebagai

bentuk pengembangan sediaan farmasi terutama bentuk sediaan topikal

untuk penggunaan pada kulit, dimana bentuk sediaan gel semprot ini

memiliki kelebihan diantaranya lebih aman karena tingkat kontaminasi

mikroorganisme lebih rendah, waktu kontak obat yang relatif lebih lama

dibanding sediaan lainnya dan lebih praktis dalam penggunaannya (Shafira,

dkk., 2015). dan juga dapat meminimalisir limbah, serta mengurangi trauma

pasien. Hal ini yang menyebabkan sediaan topikal dengan teknik semprot

lebih disukai dibandingkan salep atau gel, dengan cara pengolesan, terutama

untuk luka di kulit (Jáuregui, dkk., 2009).

Formulasi sediaan gel semprot dapat mengandung obat yang larut

maupun tidak larut dalam air. Dalam memformulasikan gel semprot yang

terdapat obat yang tidak larut dalam air, dengan cara mendispersikan zat

aktif terlebih dahulu dalam pelarut organik atau pelarut yang dapat

melarutkan zat aktif tersebut, namun pelarut organik yang digunakan harus

dapat larut dalam air (water-soluble organic solvent), seperti surfaktan,

alkohol dengan rumus molekul rendah (misal etanol dan isopropanol), dan

golongan glikol (propilen glikol, 1-2 butilen glikol, polietilen glikol dengan

berat molekul 300-500) (Kamishita, dkk., 1992).

Teknik penyemprotan secara mekanik dapat menyebabkan penurunan

viskositas dari formulasi sediaan yang menimbulkan keadaan stress atau

dibawah tekanan. Setelah sediaan selesai disemprotkan, konsistensi sediaan

Page 32: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kembali ke bentuk semula karena keadaan kembali bebas dari stress atau

tekanan (Porzio, dkk., 1998).

Pemilihan polimer dan plasticizer dalam formulasi gel semprot

merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan formulasi

sehingga menghasilkan film yang kontinu, elastis, mudah kering dan tidak

lengket (Shafira, dkk., 2015). Selain itu, vikositas juga merupakan hal

penting pada formulasi sediaan spray gel. Viskositas yang dimiliki oleh

sediaan ini harus cukup rendah agar dapat disemprotkan menggunakan

aplikator semprot (Holland, Troy, dkk., 2002). Beberapa polimer yang

digunakan sebagai basis gel semprot seperti hidroksipropil metil selulosa,

hidroksipropil selulosa, polivinil alkohol, polivinilpirolidon, gelatin, natrium

alginat, hingga karbopol. Namun, sediaan gel semprot yang dihasilkan dari

polimer karbopol belum optimal ketika disemprotkan karena viskositas yang

dimiliki tinggi, yaitu berada pada kisaran 1000 hingga 11000 cPs

(Kamishita, dkk., 1992; Suyudi, 2014). Menurut Kamishita, dkk., (1992),

viskositas untuk basis gel semprot berkisar dari 500-5000 cPs, dimana

distribusi ukuran partikel sediaan gel semprot ketika disemprotkan adalah

lebih dari 80% serta mempunyai daya sebar yang bagus.

Penggunaan gel semprot ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata

(Cav.) C. Chr. ini berkhasiat untuk digunakan dalam sistem penghantaran

obat sediaan topikal sebagai antioksidan dan anti inflamasi sehingga juga

berpotensi digunakan dalam sediaan untuk mempercepat proses

penyembuhan luka bakar (Hamalainen, dkk., 2007).

2.8 Stabilitas

Stabilitas sediaan farmasi merupakan kemampuan suatu

produk/sediaan untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan selama periode

penyimpanan dan penggunaan, sifat, dan karakteristiknya sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat (Vadas, 2010).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas produk

farmasi, seperti stabilitas dari bahan aktif, interaksi antara bahan aktif

dengan bahan tambahan, proses pembuatan, proses pengemasan, serta

Page 33: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kondisi lingkungan selama pengangkutan produk, penyimpanan,

penanganan, dan jangka waktu produk antara pembuatan hingga pemakaian.

Faktor lingkungan seperti temperatur, radiasi, cahaya, dan udara (khususnya

oksigen, karbon dioksida, dan uap air) juga mempengaruhi stabilitas.

Demikian juga faktor formulasi seperti ukuran partikel, pH, sifat dari air dan

sifat pelarutnya yang dapat mempengaruhi stabilitas produk farmasi (Vadas,

2010; USP, 1990).

Ketidakstabilan produk obat dapat menyebabkan penurunan hingga

hilangnya khasiat, obat dapat berubah menjadi toksis, atau terjadi perubahan

penampilan dari sediaan farmasi (warna, bau, rasa, konsistensi, dan lain-

lain) sehingga dapat merugikan pengguna. Ketidakstabilan suatu sediaan

farmasi dapat dideteksi melalui perubahan fisika, kimia serta penampilan

dari suatu sediaan farmasi. Kisaran perubahan kimia yang terjadi ditentukan

dari laju penguraian obat melalui hubungan antara kadar obat dengan waktu,

atau berdasarkan derajat degradasi suatu obat yang jika dilihat dari segi

kimia, stabilitas obat dapat diketahui dari ada atau tidaknya penurunan kadar

selama penyimpanan (Lachman dkk, 1986; Ansel, 1989).

Selain perubahan kimia, perlu juga menentukan perubahan suatu

sediaan secara fisika. Faktor-faktor fisika seperti panas, cahaya, dan

kelembaban, mungkin akan menyebabkan atau mempercepat reaksi kimia.

Stabilitas fisika merupakan evaluasi perubahan sifat fisika dari suatu produk

yang tergantung waktu (periode penyimpanan). Evaluasi dari uji stabilitas

fisika meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pH, bobot jenis

(Vadas, 2010). Sedangkan stabilitas mikrobiologi adalah keadaan tetap

dimana suatu sediaan bebas dari mikroorganisme atau memenuhi syarat

batas mikroorganisme hingga batas waktu tertentu. Ada berbagai macam zat

aktif obat, zat tambahan serta berbagai bentuk sediaan memiliki sifat

fisikokimia masing-masing dan umumnya rentan terhadap kontaminasi

mikroorganisme atau memang sudah mengandung mikroorganisme yang

dapat mempengaruhi mutu sediaan karena berpotensi menyebabkan

penyakit, efek yang tidak diharapkan pada terapi atau penggunaan obat dan

kosmetik. Sehingga stabilitas ini diperlukan untuk menjaga atau

Page 34: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mempertahankan jumlah dan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang

terdapat dalam sediaan tersebut hingga jangka waktu tertentu yang

diharapkan.

2.9 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Teknik pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi

molekul-molekul komponen diantara dua fasa (fasa gerak dan fasa diam)

yang memiliki kepolaran berbeda. Apabila interaksi antara molekul-molekul

dengan fasa diam lemah maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat

meninggalkan fasa diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung

pada daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan

fasa gerak (Effendy, 2004).

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) adalah sistem pemisahan

yang memiliki kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh

kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi dan detektor

yang sangat sensitif dan beragam sehingga mampu menganalisis berbagai

analit baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan dalam komponen

tunggal maupun campuran (Depkes, 1995).

Umumnya KCKT digunakan unuk pemisahan sejumlah senyawa

organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian

(impurities) dan analisis senyawa- senyawa yag tidak mudah menguap

(nonvolatile). Penggunaan KCKT seringkali untuk menetapkan kadar

senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat

dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa aktif

obat dan lain-lain (Rohman, 2007).

2.9.1 Prinsip Kerja KCKT

Teknik pemisahan kromatografi dimana analit atau zat-zat terlarut

dapat terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan analit-analit

tersebut melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan analit diatur

melalui distribusi dalam fase gerak da fase diam. Aagar didapatkan hasil

analisis yang baik, diperlukan penggabungan secara tepat dari kondisi

Page 35: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom,

kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan ukuran sampel (Rohman, 2007).

Pada prinsipnya fase gerak cair dialirkan dengan bantuan pompa

melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan ke dalam aliran fase gerak

dengan cara penyuntikkan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-

komponen cairan. Adanya perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut

terhadap fasa diam, sehingga solut-solut yang kurang kuat interaksinya

dengan fase diam akan keluar dari kolom lebih dahulu dan sebaliknya.

Setiap komponen yang keluar dari kolom akan dideteksi oleh detektor

kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Jumlah kromatogram atau

peak menggambarkan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan

konsentrasi komponen dalam campuran (Lestari,Sri., 2014).

2.10 Studi Preformulasi Sediaan Gel Semprot

2.10.1 Karbopol

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.2 Struktur karbopol

Karbopol atau karbomer merupakan serbuk berwarna putih, fluffy,

asam, bersifat higroskopis dengan sedikit memiliki bau yang khas. Karbopol

stabil dan dapat dipanaskan dibawah 104ºC selama sampai 2 jam tanpa

mempengaruhi efisiensinya sebagai thickening agent, tetapi paparan suhu

yang berlebih dapat menyebabkan perubahan warna dan menurunkan

stabilitasnya. Karbopol dapat mengembang dan stabil dalam air, gliserin,

setelah dinetralkan, dan dalam etanol 95%. Karbopol merupakan mikrogel

silang tiga dimensi sehingga bersifat tidak melarut tetapi mengembang.

Umumnya karbopol digunakan dalam sedian farmasi dalam bentuk cairan

Page 36: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

maupun setengah padat sebagai agen pensuspensi atau peningkat viskositas,

seperti dalam sediaan krim, gel, salep dalam sediaan mata, rektal dan topikal

lainnya. Karbopol dapat digunakan sebagai material bioadesif, controlled-

release agent, agen pengemulsi, penstabil emulsi, agen modifikasi reologi,

zat penstabil, agen pensuspensi, dan bahan pengikat tablet. Konsentrasi

karbomer sebagai zat pengemulsi sebesar 0,1-0,5%, sebagai gelling agent

0,5-2,0%, zat pensuspensi sebesar 0,5-1,0%, sebagai bahan pengikat tablet

sebesar 0,75-3,0%, dan sebagai controlled release agent 4,0-30,0%. (Rowe,

R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Karbopol adalah asam poliakrilik hidrofilik dan gugus karboksinya

menjadi mudah terionisasi setelah dinetralisasi, membentuk gel selama

reaksi elektrostatik di antara perubahan rantai polimer (Flory,1953 cit Lu

dan Jun, 1998). Karbopol bersifat asam lemah sehingga dinetralkan

menggunakan basa seperti amina organik sebagai agen penetral,

ketercampuran suatu polimer seperti karbopol dengan pelarut yang

digunakan bergantung pada formasi dari pasangan ion dengan amina (Islam,

Mohammad T, dkk., 2004). Adanya gaya tolak menolak antara gugus

karboksil yang terionisasi pada saat dinetralkan dengan basa, menyebabkan

ikatan hidrogen pada gugus karboksilnya menjadi meregang sehingga

terjadi peningkatan viskositas (Florence dan Attwood, 1998 dalam Tristiana,

Erawati., 2005)

(Jeon, Frau Im-Jak, 2007)

Gambar 2.3 Dispersi karbopol dalam air. (a) Struktur sebelum dinetralisasi

(b) Struktur setelah dinetralisasi

Page 37: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Umumnya karbomer yang sering digunakan sebagai peningkat

viskositas dalan sediaan kosmetik dan toiletries adalah karbomer 941,

karbomer 934, dan karbomer 940 (Knowlton, John dan Steven Pearce,

1993). Karbopol 941 dan alternatif kosolvennya yaitu karbopol 981

mempunyai kemampuan untuk menstabilisasi suspensi dengan viskositas

rendah dan dapat membentuk gel yang bening. Karbopol 941 dan karbopol

981 menghasilkan sediaan dengan viskositas yang lebih tinggi daripada

karbopol 934 dan karbopol 940/980 pada konsentrasi 0,1% dalam sistem

cair dan konsentrasi 1,5% dalam sistem pelarut. Karbopol 934 sangat efektif

untuk meningkatkan viskositas suatu sediaan seperti, gel, emulsi, dan

suspensi. Sedangkan karbopol 940 dan alternatif kosolvennya yaitu

karbopol 980 dapat membentuk gel yang sangat jernih atau gel

hidroalkohol, dan juga merupakan thickener agent yang paling efisien dari

seluruh jenis karbopol, serta mempunyai sifat alir yang pendek (tidak

menetes) yang sesuai pada penggunaan dengan disemprot (Anonim, 2011).

2.10.2 Poloxamer

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.4 Struktur poloxamer (a, gugus etilen oksida b, gugus propilen

oksida)

Poloxamer mempunyai sinonim seperti, lutrol, monolan, pluronic,

poloxalkol, polietilenpropilen glikol kopolimer, supronic, synperonic,

kolliphor P (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009). Poloxamer

umumnya berwarna putih, lilin, berbentuk granul yang mudah mengalir,

atau berbentuk padatan, tidak berbau dan tidak berasa. Poloxamer

merupakan kopolimer polioksietilen-polioksipropilen nonionik yang biasa

digunakan dalam sediaan farmasi sebagai zat pengemulsi dan solubilizing

Page 38: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

agent. Poloxamer juga merupakan material yang stabil, termasuk di dalam

larutan berair dengan adanya asam, basa, dan ion metal, walaupun larutan

berair rentan ditumbuhi jamur. Disimpan dalam wadah tertutup rapat di

tempat dengan udara sejuk maupun kering. Penggunaan poloxamer dalam

sediaan farmasi seperti dalam salep, basis suppositoria, dan gel, juga sebagai

zat pembasah dan sebagai bahan pengikat dan salut dalam tablet.

Konsentrasi poloxamer sesuai dengan penggunaannya sebagai gelling agent

sebesar 15-50%, agen penyebaran 1%, zat penstabil 1-5%, dan sebagai zat

pembasah 0,01-5% (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2006).

Tabel 2.1 Tipe poloxamer

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Berdasarkan BASF (2013), Penggunaan poloxamer 188 dan

poloxamer 237 sebagai agen pembasah, agen pengemulsi dan solubilizer.

Keduanya cocok dalam pembuatan sediaan dispersi padat, dan untuk

meningkatkan kelarutan, absorbsi dan bioavailabilitas zat yang kelarutannya

rendah dalam sediaan solid oral. Poloxamer 188 juga digunakan sebagai ko-

emulsifier dalam krim dan emulsi. Poloxamer 338 dan poloxamer 407 biasa

digunakan sebagai pembentuk gel dan thickening agent, tetapi juga

digunakan sebagai ko-emulsifier dan peningkat konsistensi dalam sediaan

krim dan emulsi cair. Poloxamer 407 sesuai dalam formulasi sediaan dengan

zat aktif yang mempunyai kelarutan rendah dan stabilitas rendah yang

diakibatkan dari netralisasi sediaan gel. Berdasarkan kemampuannya dalam

mempengaruhi viskositas, poloxamer 338 dan poloxamer 407 sesuai

digunakan sebagai stabilizer untuk sediaan suspensi topikal. Pada penelitian

ini digunakan poloxamer 407 sebagai bahan pembentuk gel dan pembentuk

film.

Page 39: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Poloxamer 407 (Lutrol F 127) juga digunakan sebagai solubilizer pada

beberapa zat aktif. Sifatnya yang halus (non greasy), memungkinkan

poloxamer berfungsi sebagai pembentuk film/lapisan yang mudah dicuci

pada kulit. Poloxamer 407 mempunyai nilai HLB 18-23 dan pH 6-7,4 di

dalam 2,5% larutan berair (Nagariya, K, dkk., 2010).

Terdapat peningkatan stabilitas dari formulasi gel yang menggunakan

poloxamer dengan pelarut organik seperti, etanol, propilen glikol, gliserol,

dan PEG 400. Adanya poloxamer 407 dalam pelarut organik ini

menyebabkan terbentuknya dua struktur kristal cair yang disebut struktur

kubik misel dan struktur heksagonal yang secara termodinamik stabil.

Kisaran stabilitas fase gel yang terbentuk berbeda tergantung dari pelarut

organik yang digunakan (Devi, D.Ramya, dkk., 2013).

(Chavez, J.J Escobar, dkk., 2006)

Gambar 2.5 Fase miselar poloxamer dengan peningkatan suhu

(Devi, D.Ramya, dkk., 2013)

Gambar 2.6 Ilustrasi mekanisme miselar dari poloxamer

Polimer pluronic F-127 (Poloxamer 407) ini diproduksi dengan

kondensasi dari etilen oksida dan propilen oksida. PF-127 lebih larut dalam

air dingin daripada air panas, yang dapat meningkatkan solvasi dan

pengikatan hidrogen pada tempertur rendah. Larutan cair 20-30% w/w PF-

Page 40: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

127 mempunyai karakteristik khusus berdasarkan pada gelasi termal,

misalnya ia berbentuk cair pada suhu rendah (4-5ºC), tetapi menjadi gel jika

dihangatkan pada suhu ruangan. Proses gelasi ini reversibel terhadap

pendinginan. PF-127 banyak disarankan dalam formulasi gel karena

potensinya sebagai sistem penghantaran obat topikal, dimana lebih mudah

diaplikasikan dan mempunyai karakteristik pelepasan obat, seperti dalam

formulasi sediaan topikal yang mengandung obat analgesik atau

antiinflamasi. Beberapa tahun sebelumnya dilaporkan PF-127 menarik

perhatian dalam desain sistem penghantaran dermal dan transdermal dengan

tujuan mempromosikan, meningkatkan atau memperlambat permeasi obat

melalui kulit (Chavez, J.J Escobar, dkk., 2006). Poloxamer 407 ini juga

dilaporkan menunjukkan karakteristik yang sesuai untuk penggunaan

sebagai penutup luka (burn dressing) (Patel, Hitesh R, dkk., 2009).

2.10.3 Trietanolamin (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.7 Struktur Trietanolamin

Trietanolamin merupakan cairan kental jernih, tidak berwarna sampai

berwarna kuning pucat dengan sedikit berbau amoniak. Trietanolamin

digunakan sebagai agen pembasa dan agen pengemulsi. Terjadinya

perubahan warna menjadi kecoklatan jika terpapar udara dan cahaya.

Penyimpanan trietanolamin dalam wadah kedap udara, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk dan kering. Trietanolamin dapat bercampur dengan

air, metanol, karbon tetraklorida, aseton, dan dapat larut di dalam benzena

dengan perbandingan 1:20, etil eter dengan perbandingan 1:63 pada suhu

20ºC. Trietanolamin juga banyak digunakan dalam sediaan farmasi lainnya

antara lain sebagai buffer, pelarut, polymer plasticizer dan sebagai

humektan.

Page 41: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.10.4 Propilen glikol (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.8 Struktur Propilen glikol

Propilen glikol (C3H8O) dengan berat molekul 76,09 merupakan

cairan kental yang jernih, cairan yang praktis tidak berbau, dengan rasa

manis, dan memiliki rasa yang sedikit tajam menyerupai gliserin. Pada suhu

dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup rapat, tetapi pada suhu

yang tinggi, keadaan terbuka, akan cenderung teroksidasi. Secara kimia

stabil jika dicampur dengan etanol 95%, gliserin, atau air. Propilen glikol

bersifat higroskopis dan seharusnya disimpan dalam wadah tertutup rapat,

terlindung dari cahaya, disimpan ditempat sejuk atau kering. Tidak

kompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti kalium permanganat.

Propilenglikol biasa digunakan sebagai pengawet antimikroba, desinfektan,

humektan, plasticizer, pelarut, dan zat penstabil. Sebagai humektan,

konsentrasi propilenglikol yang biasa digunakan adalah 15%, sedangkan

sebagai pelarut atau kosolven pada sediaan topikal konsentrasi yang dapat

digunakan adalah 5-80%. Viskositas dari propilen glikol yaitu 58,1 cPs.

Propilen glikol larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan

air; larut pada 1 pada 6 bagian eter, tidak larut dengan minyak mineral,

tetapi dapat melarutkan beberapa minyak esensial.

2.10.5 Etanol (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.9 Struktur Etanol

Etanol atau Alkohol (C2H6O) dengan berat molekul sebesar 46,07

merupakan cairan bening, tidak berwarna, mudah mengalir, dan sedikit

mudah menguap, memiliki bau yang khas dan rasa terbakar. Etanol dapat

Page 42: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bercampur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan kenaikan suhu

dan kontraksi volume). Penggunaan etanol dalam formulasi sediaan farmasi

dengan berbagai konsentrasi telah secara luas digunakan, salah satunya

sebagai pelarut dalam produk kosmetik. Selain itu, etanol juga dapat

digunakan sebagai disinfektan dan dalam bentuk larutan sebagai pengawet

antimikroba. Larutan etanol topikal digunakan dalam pembuatan sistem

penghantaran transdermal sebagai peningkat permeasi. Penyimpanan dalam

wadah kedap udara ditempat sejuk. Pada kondisi asam, larutan etanol dapat

bereaksi dengan material pengoksidasi. Pencampuran dengan alkali dapat

menyebabkan penggelapan warna karena reaksi dengan sejumlah residu

aldehid.

2.10.6 Metil Paraben

(Rowe, dkk., 2009)

Gambar 2.10 Struktur metil paraben

Metil paraben (C8H8O3) atau dengan nama lain nipagin dan nama

kimia metil-4-hidroksibenzoat memiliki berat molekul sebesar 152,15,

berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal berwarna putih, tidak

berbau dan memiliki rasa sedikit terbakar. Metil paraben umumnya

digunakan sebagai bahan pengawet antimikroba di dalam kosmetik, produk

makanan, dan formulasi sediaan farmasi lainya. Biasa digunakan dalam

bentuk tunggal ataupun kombinasi dengan paraben lain atau bahan

pengawet lainnya. Golongan paraben ini efektif pada kisaran pH yang luas,

yaitu pada pH 4-8 dan mempunyai aktivitas antimikroba spektrum luas.

Efikasi nya menurun seiring peningkatan pH, karena adanya pembentukan

anion fenolat. Lebih aktif terhadap jamur dan kapang daripada terhadap

bakteri. Aktivitas antimikroba dari metil paraben ini menurun dengan

Page 43: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sehingga membentuk

misel. Akan tetapi dengan adanya propilen glikol berpotensi untuk

menunjang aktivitas antimikroba dari nipagin dan mencegah terjadinya

interaksi dengan adanya surfaktan nonionik. Metil paraben larut dalam dua

bagian etanol, dalam tiga bagian etanol (95%) dan dalam 5 bagian propilen

glikol (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

2.10.7 Propil Paraben

(Rowe, dkk., 2009)

Gambar 2.11 Struktur Propil Paraben

Propil paraben (C10H12O3) nipasol memiliki nama kimia propil 4-

hidroksibenzoat memiliki berat molekul sebesar 180,20 berbentuk serbuk

kristal berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Propil paraben

umumnya digunakan sebagai bahan pengawet antimikroba di dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi lainya. Biasa

digunakan dalam bentuk tunggal ataupun kombinasi dengan paraben lain

atau bahan pengawet lainnya. Golongan paraben ini efektif pada kisaran pH

yang luas, yaitu pada pH 4-8 dan mempunyai aktivitas antimikroba

spektrum luas. Efikasi nya menurun seiring peningkatan pH, karena adanya

pembentukan anion fenolat. Lebih aktif terhadap jamur dan kapang daripada

terhadap bakteri. Paling sering digunakan dalam sediaan kosmetik.

Kombinasi propil paraben (0,02% b/v) bersama dengan metil paraben

(0,18% b/v) sudah banyak digunakan sebagai bahan pengawet. Aktivitas

antimikroba propil paraben menurun dengan adanya surfaktan nonionik

karena terjadinya pembentukan misel. Larutan propil paraben pada pH 3-6

stabil (kurang dari 10% dekomposisi) selama 4 tahun pada penyimpanan

suhu ruang (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

Page 44: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.10.8 Vitamin E

(Rowe, dkk., 2009)

Gambar 2.12 Struktur Vitamin E

Vitamin E atau Alfa tokoferol (C29H50O2) memiliki berat molekul

sebesar 430,72 merupakan produk alami berupa cairan kental berminyak

bening, tidak berwarna atau coklat kekuningan. Alfa tokoferol merupakan

sumber vitamin E yang memiliki efek antioksidan, komponen lipofilik

yang tinggi dan dapat berfungsi sebagai pelarut untuk obat yang memiliki

kelarutan yang rendah. Biasa digunakan pada kisaran konsentrasi sebesar

0,001-0,05% v/v. Memiliki titik didih sebesar 235ºC dan profil kelarutan

yaitu, praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, etanol, eter,

dan minyak sayur. Tokoferol teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer.

Tokoferol tidak kompatibel dengan adanya peroksida dan ion logam,

terutama besi, baja, dan perak, serta tokoferol dapat terabsorbsi dalam

plastik (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

Page 45: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bertempat di Laboratorium Penelitian I,

Laboratorium Penelitian II, Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia,

Laboratorium Formulasi Sediaan Padat dan Laboratorium Biologi,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada bulan Februari 2016 hingga Juli 2016.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : blender

(Philip), timbangan analitik (AND GH-202), seperangkat alat vaccum

rotary evaporator (Eyela), alummuium foil, kertas saring, kapas, pH

meter (Horiba F-52), viskometer (Haake), oven (Eyela NDO-400),

refrigerator (Sanyo Medicool), centrifuge 5417R (Eppendorf),

homogenizer (IKA RW 20 digital), dry vacuum pump/ compressor

(Welch), kromatografi cair kinerja tinggi (Dionex LC-10 ATVP),

spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu), object glass (Ground edges),

syringe filter (Sartorius), waterbath sonicator (Bransonic), botol semprot,

wadah kaca, plastik mika, kertas berlabel, dan alat-alat gelas yang biasa

digunakan di laboratorium seperti, gelas kimia, gelas ukur, labu ukur,

corong, kaca arloji, spatula, sudip, batang pengaduk, pipet tetes.

3.2.2 Bahan

a. Sampel Tumbuhan

Sampel tumbuhan yang digunakan adalah bagian batang dan daun

paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr yang diperoleh dari Balitro

Bogor pada bulan Desember 2015, yang selanjutnya dideterminasi di

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor. Pelarut yang

digunakan adalah etanol 70%.

29

Page 46: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Bahan

Bahan yang digunakan adalah karbopol 940, poloxamer 407

(BASF), propilenglikol, trietanolamin, metil paraben, propil paraben,

vitamin E, aquadest, dan etanol 96% (Teknis).

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Determinasi Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr)

Untuk memastikan kebenaran simplisia yang digunakan dalam

penelitian ini, maka dilakukan determinasi di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor.

3.3.2 Penyiapan Simplisia Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr)

Bahan yang digunakan sebagai simplisia dalam penelitian ini

adalah batang dan daun Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. yang

diperoleh dari Balitro, Bogor. Sampel batang dan daun Nephrolepis

falcata (Cav.) C. Chr. sebanyak 3 kg, disortasi basah dan dilakukan

pencucian dengan menggunakan air mengalir hingga bersih. Selanjutnya

sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan dihindarkan dari

cahaya matahari, pengeringan dilakukan hingga sampel benar-benar

kering. Sampel yang telah kering, disortasi kering kemudian dihaluskan

dengan blender hingga menjadi serbuk, serbuk simplisia yang didapat

sebanyak 736,55 gram, kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat

dan terhindar dari cahaya matahari.

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku (EETP) (Nephrolepis

falcata (Cav.) C. Chr)

Prosedur ekstraksi menggunakan metode ekstraksi cara dingin

dengan teknik maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%.

Serbuk simplisia sebanyak 736,55 gram dimasukkan ke dalam wadah

gelap sehingga terhindar dari cahaya matahari. Selanjutnya diekstraksi

dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% (polar)

sebanyak 5 L sampai serbuk terendam oleh pelarut, proses maserasi

tumbuhan dibagi dalam 3 botol maserasi gelap. Penggantian pelarut

etanol 70% dilakukan selama 1-3 hari, dengan sesekali pengadukan atau

Page 47: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan cara wadah digoyang-goyangkan. Setelah proses ekstraksi

selesai, kemudian filtrat disaring dengan menggunakan kapas dan kertas

saring. Lalu dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator hingga

diperoleh ekstrak kental sebanyak 58,75 gram. Kemudian ekstrak yang

diperoleh dihitung persentase kadar ekstrak dan persentase kadar air.

- Penetapan kadar ekstrak/ rendemen ekstrak

- Penetapan Kadar Air (Metode Gravimetri) (Depkes, 2000)

Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dalam wadah yang telah ditara.

Kemudian dikeringkan pada suhu 105ºC selama 5 jam di dalam oven

dan setelah itu ditimbang kembali. Kadar air dihitung dalam persen

terhadap berat sampel awal.

Ket : A = Bobot sampel sebelum dipanaskan (g)

B = Bobot sampel setelah dipanaskan (g)

(Selawa, W., 2013)

3.3.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum EETP

Penentuan panjang gelombang maksimum ekstrak daun paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. dilakukan dengan metode

spektrofotometer UV-Vis. Dispersikan ekstrak sebanyak 50 mg dalam 50

mL metanol (1000 ppm), Kemudian diencerkan hingga didapatkan

konsentrasi 200 ppm. Panjang gelombang maksimum didapatkan dari

hasil absorbansi yang memberikan puncak maksimum (Abdalrahim F. A.

Aisha, 2013).

3.3.5 Pemeriksaan Profil Kromatogram EETP Menggunakan KCKT

a. Pembuatan Larutan Sampel

Ekstrak etanol daun paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.)

dibuat larutan induk konsentrasi 2500 ppm. 25 mg ekstrak etanol daun

% kadar ekstrak =

% Kadar Air =

Page 48: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

paku didispersikan dalam metanol HPLC grade hingga garis batas 10 mL

pada labu ukur. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan syringe

dengan mikrofilter.

b. Analisis Menggunakan KCKT

Sampel yang telah disiapkan di suntikkan ke dalam alat KCKT

sebanyak 20 µL, dengan metode elusi isokratik menggunakan fase gerak

metanol, laju alir 1 mL/menit dan diamati pada panjang gelombang 286,5

nm.

3.3.6 Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP

Tabel 3.1 Tabel Formulasi Gel Semprot EETP

Bahan Formula

Komposisi (%) 1 2 3

Ekstrak Nephrolepis falcata 0,25 0,25 0,25

Karbopol 940 0,20 0,30 0,40

Poloxamer 407 0,30 0,30 0,30

Propilen glikol 0,35 0,35 0,35

TEA 0,20 0,30 0,40

Metil paraben 0,18 0,18 0,18

Propil paraben 0,02 0,02 0,02

Vitamin E 0,02 0,02 0,02

Etanol 96% 20,00 20,00 20,00

Ad Aquadest 100,00 100,00 100,00

(Sumber : Shafira, dkk., 2015)

Cara pembuatan :

a. Karbopol didispersikan dalam aquadest, kemudian diaduk hingga

terdispersi seluruhnya dan ditambahkan TEA, diaduk sehingga

membentuk gel yang bening (M1).

b. Poloxamer didispersikan dalam aquadest, kemudian diaduk hingga

terdispersi seluruhnya (M2).

c. Ekstrak didispersikan dalam etanol 96%, lalu aduk hingga terdispersi

seluruhnya (M3).

Page 49: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Metilparaben dan Propilparaben didispersikan dalan etanol 96% (M4)

e. Masukan M2 ke dalam M1, lalu aduk menggunakan homogenizer

f. Tambahkan M3 dan M4 kedalamnya, tambahkan propilenglikol dan

vitamin E, lalu campuran didispersikan menggunakan homogenizer

hingga terdispersi seluruhnya

g. Sediaan yang telah homogen, kemudian ditambahkan dengan sisa

aquadest yang sudah ditimbang sediaan mencapai bobot yang sudah

ditentukan sebelumnya.

h. Gel semprot yang dihasilkan kemudian ditempatkan dalam wadah yang

tertutup rapat dan disimpan pada suhu ruang selama 21 hari untuk

evaluasi sifat fisik dan uji stabilitas komponen kimianya.

3.3.7 Evaluasi Fisik Gel Semprot EETP Selama Penyimpanan

3.3.7.1 Pemeriksaan Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan cara mengamati

tampilan fisik dari sediaan, meliputi bentuk, warna, dan bau pada hari ke

0, 7, 14, dan 21 pada suhu ruang (Depkes RI, 1995).

3.3.7.2 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan

pada preparat kaca, lalu diratakan dengan menempelkan preparat kaca

yang lain, kemudian diamati. Pengamatan dilakukan dengan melihat ada

atau tidaknya partikel yang belum tercampur secara homogen.

Pemeriksaan homogenitas dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21

(Depkes RI, 1995).

3.3.7.3 Pengukuran pH

Sediaan diukur pH nya menggunakan pH meter yang telah

dikalibrasi. Pengukuran pH dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21

(Depkes RI, 1995).

3.3.7.4 Pengukuran Viskositas

Sediaan disiapkan dalam gelas beker 100 ml, kemudian dilakukan

pemilihan spindel yang sesuai pada masing-masing formula, lalu

Page 50: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kecepatan 30 rpm disetel dan dicelupkan ke dalam sediaan sampai alat

menunjukkan nilai viskositas sediaan. Nilai viskositas (cPs) yang

ditunjukkan pada alat viskometer Haake merupakan nilai viskositas

sediaan (Septiani, dkk., 2011). Pengukuran viskositas dilakukan pada

hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Depkes RI, 1995).

3.3.7.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot

Sediaan gel semprot disemprotkan dari botol dengan jarak 3, 5, 10,

dan 15 cm pada selembar plastik mika. Pengujian dilakukan sebanyak

tiga kali dan diamati pola pembentukan semprotan, diameter dari pola

semprot yang terbentuk dan bobot per semprotan (Sukhbir, Kaur, dkk.,

2013).

3.3.7.6 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat

Sediaan disemprotkan sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan

atas dari jarak 3 cm. Setelah disemprotkan, kemudian dihitung selama 10

detik untuk melihat apakah sediaan menempel atau tetesan dari hasil

semprotan menetes ke bawah (Suyudi, 2014).

3.3.7.7 Uji Sentrifugasi

Sediaan dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf, kemudian

dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm

selama 30 menit. Setelah dilakukan sentrifugasi, diamati kondisi fisik

sediaan, seperti apakah terjadi sineresis sesudah pengujian (Budiman,

2012).

3.3.7.8 Cycling Test

Sediaan disimpan pada suhu (4 ± 2ºC) selama 48 jam dan

dilanjutkan dengan menyimpan sediaan pada suhu (40 ± 2ºC) selama 48

jam (1 siklus). Pengujian dilakukan sebanyak 3 siklus dan diamati

terjadinya perubahan fisik dari sediaan pada awal dan akhir pengujian

yang meliputi organoleptik, homogenitas, viskositas dan pH

(Djajadisastra, dkk., 2009).

Page 51: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.8 Pemeriksaan Pola Kromatogram EETP dalam Sediaan Gel Semprot

Selama Penyimpanan

3.3.8.1 Pembuatan Larutan Sampel

Sediaan gel semprot yang mengandung ekstrak etanol tumbuhan

paku ditimbang sebanyak 1 gr, kemudian dicampurkan dalam metanol

hingga 10 ml. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan syringe

dengan mikrofilter.

3.3.8.2 Analisis EETP dalam Gel Semprot

Sampel yang telah disiapkan kemudian dianalisis sebelum dan

setelah penyimpanan. Analisis dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21.

Kestabilan dilihat berdasarkan pola kromatogram dari gel semprot yang

mengandung ekstrak etanol daun paku selama penyimpanan pada suhu

ruang (27-28ºC), berdasarkan persen area dari beberapa komponen

senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak.

Sampel disuntikkan ke dalam alat KCKT sebanyak 20 µL,

menggunakan fase gerak metanol, laju alir 1 mL/menit dan diamati pada

panjang gelombang 286,5 nm. Diperoleh pola kromatogram yang muncul

pada waktu retensi tertentu.

Page 52: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi Tumbuhan Paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr

Tumbuhan paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr yang diperoleh

dari Balitro, Bogor, pada bulan Desember 2015, kemudian dilakukan

determinasi di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor.

Determinasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kebenaran asal dari

simplisia yang digunakan dalam penelitian sebelum dilakukan penelitian.

Hasil determinasi yang diperoleh menunjukkan bahwa daun tersebut adalah

benar tumbuhan paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr. (Lampiran 10).

Setelah mendapatkan hasil determinasi, dilakukan preparasi sampel

batang dan daun paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr sebanyak 3 kg

disortasi basah dan dilakukan pencucian menggunakan air mengalir hingga

bersih agar terpisah dari kotoran serta kontaminan lainnya. Selanjutnya

sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan serta dihindarkan dari

cahaya matahari, hal ini bertujuan untuk meminimalisir pemanasan yang

dapat merusak komponen senyawa yang terkandung di dalamnya. Sampel

yang telah kering, disortasi kering kemudian dihaluskan menggunakan

blender hingga berbentuk serbuk kering. Adapun tujuan dilakukan

penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel sampel batang dan

daun sehingga meningkatkan luas permukaan daun yang kontak dengan

pelarut yang digunakan, hal ini dapat memaksimalkan saat proses ekstraksi.

Selanjutnya dilakukan proses pembuatan ekstrak dengan

menggunakan metode ekstraksi cara dingin, yaitu metode maserasi. Metode

maserasi ini cocok digunakan dalam mengekstraksi senyawa termolabil

serta pemilihan metode ini agar meminimalisir pemanasan terhadap

senyawa Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr yang tidak tahan terhadap panas

(Tiwari, dkk., 2011).

Serbuk simplisia yang dimaserasi sebanyak 736,55 gram

menggunakan pelarut etanol 70%, yang merupakan pelarut polar. Dimana

36

Page 53: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstrak methanol (polar) paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr

dibandingkan dengan pelarut yang non polar dan semi polar, memiliki nilai

persentase inhibisi tertinggi dari hasil aktivitas antiinflamasi sebagai

antidenaturasi protein yang bermakna sehingga berpotensi sebagai obat

antiinflamasi (Ni’mah, M., 2014). Hasil ekstraksi diperoleh ekstrak kental

berwarna hijau kehitaman dengan bau khas lemah. Warna hijau yang

dihasilkan ekstrak berasal dari warna simplisia daun yang juga berwarna

hijau.

Gambar 4.1 Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr

Tabel 4.1 Hasil Rendemen dan Kadar Air Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr

Bobot Awal Bobot Akhir Perolehan

Rendemen 736,55 g (simplisia) 58,75 g (simplisia) 7,97 %

Kadar Air 36,10 g 33,77 g 6,45 %

Dari perhitungan hasil rendemen ekstrak dari 736,55 gram serbuk

tumbuhan paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr yang diekstraksi

diperoleh 58,75 gram (7,97 %) ekstrak etanol. Menurut Komala, dkk.,

(2015), Hasil penapisan ekstrak metanol paku Nephrolepis falcata (Cav.) C.

Chr positif mengandung saponin, fenol, tanin, dan flavonoid. Berdasarkan

hasil penentuan kadar air ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata (Cav.) C.

Chr diketahui mengandung persentase kadar air sebesar 6,45 %. Hal ini

memenuhi persyaratan dari buku Materia Medika Indonesia yaitu tidak lebih

Page 54: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari 10%. Kadar air yang melebihi persyaratan memungkinkan terjadinya

pertumbuhan jamur (Depkes, 1986).

4.2 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum EETP

Panjang gelombang maksimum adalah pengukuran panjang

gelombang dengan absorbansi maksimum. Hal ini ditujukan untuk

mendapatkan nilai absorbvisitas yang memberikan sensitivitas pengukuran

tertinggi. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dari ekstrak

etanol paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr ditunjukkan pada Gambar 4.2

, dimana absorbansi maksimum ekstrak tercapai pada panjang gelombang

286,5 nm. Panjang gelombang maksimum 286,5 nm digunakan untuk

pengukuran selanjutnya.

Gambar 4.2 Panjang Gelombang Maksimum EETP

4.3 Hasil Pemeriksaan Profil Kromatogram EETP Menggunakan KCKT

Pemeriksaan profil kromatogram ekstrak etanol tumbuhan paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr menggunakan kromatografi cair kinerja

tinggi (KCKT) bertujuan untuk melihat profil kromatogram dari komponen

kimia senyawa yang terkandung di dalam ekstrak. Analisis dengan metode

elusi isokratik menggunakan fase gerak metanol, laju alir 1 mL/menit dan

diamati pada panjang gelombang 286,5 nm.

Page 55: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil interpretasi KCKT yang didapatkan menunjukkan bahwa pola

kromatogram dari ekstrak muncul pada puncaknya pada waktu retensi ke-

1,663 menit, yang juga muncul pada waktu retensi ke- 4,407 menit. Dimana

dengan luas area pada puncaknya sebesar 56,891 , lalu diikuti peak lainnya

yang hanya sebesar 1,854 yang terbaca pada panjang gelombang 286,5 nm

tersebut. Hasil kromatogram ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata (Cav.)

C. Chr dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.3 Pola kromatogram blanko (tanpa ekstrak)

Gambar 4.4 Profil Kromatogram EETP Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr

Page 56: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari pola kromatogram diatas dibandingkan antara pola kromatogram

dari blanko (metanol) (Gambar 4.3) dengan pola kromatogram ekstrak, pada

pola kromatogram blanko tidak terlihat adanya peak, hanya saja terdapat

pengotor. Berdasarkan hal ini dapat terlihat bahwa ekstrak memang

mengandung komponen senyawa kimia tertentu. Hasil kromatogram dari

ekstrak digunakan untuk tahap selanjutnya dimana melihat stabilitas ekstrak

secara kimia di dalam sedian gel semprot berdasarkan pola

kromatogramnya.

4.4 Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP

Dalam penelitian ini dilakukan formulasi sediaan gel yang dapat

disemprotkan yang stabil dengan adanya komponen ekstrak etanol paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr sebagai zat aktif sediaan. Adapun

komponen yang digunakan adalah karbopol 940 sebagai pembentuk gel,

poloxamer 407 sebagai pembentuk film, trietanolamin sebagai pembasa,

propilen glikol sebagai plastisizer, metil dan propil paraben sebagai

pengawet, etanol sebagai pelarut dan agen mempercepat penguapan, vitamin

E sebagai antioksidan sediaan, serta aquadest sebagai pelarut.

Tabel 4.2 Tabel komposisi formula gel semprot EETP

Bahan

Komposisi (%)

Formula

1 2 3

Ekstrak Nephrolepis falcata 0,25 0,25 0,25

Karbopol 940 0,20 0,30 0,40

Poloxamer 407 0,30 0,30 0,30

Propilen glikol 0,35 0,35 0,35

TEA 0,20 0,30 0,40

Metil paraben 0,18 0,18 0,18

Propil paraben 0,02 0,02 0,02

Vitamin E 0,02 0,02 0,02

Etanol 96% 20,00 20,00 20,00

Ad Aquadest 100,00 100,00 100,00

Page 57: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembuatan sediaan gel semprot dibuat konsentrasi karbopol 940

divariasikan menjadi tiga seri konsentrasi yaitu, 0,2%; 0,3%; dan 0,4%.

Dasar pemilihan konsentrasi ini adalah hasil uji pendahuluan yang

dilakukan sebelumnya dengan rentang seri konsentrasi 0,05% sampai 0,6%,

dimana pada konsentrasi karbopol kurang dari 0,2 sediaan gel semprot

menjadi terlalu encer sehingga kurang melekat pada kulit dan langsung

mengalir, sedangkan pada konsentrasi karbopol diatas 0,4 sediaan gel

semprot menjadi terlalu kental sehingga sukar untuk disemprotkan dari

aplikator semprot.

Perbedaan konsentrasi karbopol sebagai bahan pembentuk gel

mempengaruhi kekentalan atau viskositas dari sediaan, sehingga didapatkan

konsistensi sediaan gel yang berbeda-beda pula. Hal ini ditujukan untuk

mengetahui pada formula berapakah diperoleh viskositas sediaan yang

optimal, dimana viskositas yang dihasilkan tetap rendah sehingga tetap

dapat disemprotkan dari aplikator semprot atau sesuai dengan kisaran

viskositas untuk sediaan gel semprot serta stabil baik secara fisik maupun

kimia. Perbedaan konsentrasi trietanolamin (TEA) sebagai pembasa

ditujukan untuk membantu proses pengembangan karbopol menjadi bentuk

gel dan menjaga pH sediaan tetap dalam kisaran pH kulit, yaitu 4,5-7,0.

Pada proses pengembangan karbopol dengan menggunakan

trietanolamin, karbopol mengembang menjadi gel bening yang kaku, hal ini

dikarenakan karbopol merupakan polimer anionik yang bersifat asam bebas

dalam media air, karbopol mula-mula terdispersi secara seragam di dalam

air kemudian gel dinetralkan menggunakan basa sehingga terjadinya

kerenggangan muatan negatif sepanjang rantai polimer dan menyebabkan

polimer menjadi terurai lalu mengembang menjadi bentuk sediaan

semipadat (Mulyono, Tri Suseno., 2010).

Adanya penambahan media air, baik aquadest maupun zat tambahan

berupa larutan lainnya ke dalam karbopol, maka volume menjadi lebih

banyak namun gel tetap mempertahankan konsistensinya. Hal ini

dikarenakan karbopol terdiri dari jaringan rantai cross-linked ketika kontak

Page 58: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan air dan terbongkar dalam pH netral, sehingga karbopol dapat

mengembang hingga 1000 kali dari volumenya (Hagerstom, H., 2003).

Disamping itu dengan adanya poloxamer 407 sebagai pembentuk

lapisan film dapat mempertahankan konsistensi gel setelah disemprotkan

dari aplikator sehingga sediaan tidak menetes serta dapat bertahan lama

menempel pada permukaan kulit. Perubahan warna gel menjadi kuning

kecoklatan terjadi ketika penambahan ekstrak etanol paku Nephrolepis

falcata (Cav.) C. Chr, terlihat ekstrak dapat terdispersi secara merata

didalam sediaan gel semprot ini.

4.5 Hasil Evaluasi Fisik Gel Semprot EETP Selama Penyimpanan

4.5.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptik

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Organoleptik

Hari Warna Bau Bentuk

Formula 1

Ke-0 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-7 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-14 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-21 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Formula 2

Ke-0 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-7 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-14 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-21 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Formula 3

Ke-0 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-7 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-14 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Ke-21 Kuning kecoklatan Khas ekstrak Cairan kental

Hasil pemeriksaan organoleptik (Tabel 4.3 dan Lampiran 2)

menunjukkan bahwa penambahan ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata

Page 59: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Cav.) C. Chr pada ketiga formula menghasilkan sediaan gel berwarna

kuning kecoklatan, memiliki bau berupa bau khas ekstrak, serta memiliki

bentuk sediaan berupa cairan gel kental. Ketiga formula sediaan gel ini

menghasilkan gel yang stabil secara organoleptik dalam suhu ruang (27º-

28ºC) baik pada hari ke-0, 7, 14, dan 21.

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kekeruhan dan Gelembung Udara

Hari Kekeruhan Gelembung Udara

Formula 1

Ke-0 + +++

Ke-7 + +++

Ke-14 + ++

Ke-21 + +

Formula 2

Ke-0 + +++

Ke-7 + +++

Ke-14 + +++

Ke-21 + +++

Formula 3

Ke-0 + +++

Ke-7 + +++

Ke-14 + +++

Ke-21 + +++

Keterangan :

Kekeruhan

+ = Bening atau transparent

++ = Perubahan dari bening menjadi keruh

+++ = Keruh berwarna putih

Gelembung Udara

+ = Gelembung udara yang terperangkap berjumlah sangat sedikit

++ = Gelembung udara yang terperangkap berjumlah kurang lebih setengah dari

sediaan

+++ = Gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan penuh

Page 60: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil pemeriksaan kekeruhan (Tabel 4.4), sediaan gel semprot dari

ketiga formula dalam suhu ruang (27º-28ºC) baik pada hari ke-0, 7, 14, dan

21 tidak terdapat adanya kekeruhan, hal ini menunjukkan bahwa komponen-

komponen yang terkandung di dalam formula dapat tercampur menjadi satu

fasa sehingga sediaan gel semprot terlihat bening atau transparan (lampiran

2). Sedangkan pada hasil pemeriksaan gelembung udara menunjukkan

formula 1 terdapat perubahan dari hari ke-0 dan hari ke-7 terlihat

gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan penuh (+++), pada hari

ke-14 terlihat adanya pengurangan jumlah gelembung udara menjadi kurang

lebih setengah dari sediaan (++), dan pada hari ke-21 terlihat pada formula 1

kembali terdapat pengurangan gelembung udara menjadi berjumlah sangat

sedikit. Pada formula 2 dan 3, dari hari ke-0, hari ke- 7, hari ke-14, sampai

hari ke-21 terlihat gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan tidak

berkurang secara signifikan, hanya berkurang sangat sedikit.

Pada pemeriksaan suhu ruang (27-28ºC) dari ketiga formula yang

diamati dapat dilihat banyaknya jumlah gelembung udara pada formula 1 <

formula 2 < formula 3. Pada formula 1 adanya pengurangan jumlah

gelembung udara lebih cepat dibandingkan dengan formula 2 dan 3, hal ini

dapat dikarenakan viskositas dari sediaan formula 1 merupakan yang paling

rendah diantara ketiga formula, sehingga gelembung udara yang

terperangkap lebih mudah keluar dari sediaan selama penyimpanan.

Sedangkan pada formula 2 dan formula 3 selama penyimpanan 21 hari juga

terdapat sedikit pengurangan gelembung udara yang terperangkap walaupun

pengurangan jumlahnya tidak sampai setengah dari sediaan (++). Adanya

gelembung udara yang terbentuk dapat berpengaruh terhadap viskositas dari

sediaan serta tampilan fisik dari sediaan gel semprot. Namun menurut

Sihombing, dkk., (2007) semakin lama periode penyimpanan, jumlah

gelembung udara yang terperangkap akan semakin berkurang.

Banyaknya gelembung udara dalam sediaan terbentuk setelah

karbopol dinetralkan dengan menggunakan basa. Hal ini disebabkan

penambahan basa terhadap karbopol dilakukan segera setelah karbopol

Page 61: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdispersi dalam air, sehingga ketika dinetralkan, gel akan menjerat udara

dan membentuk gelembung didalamnya (Lin, Tong Joe., 1968). Adapun

upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir pembentukan gelembung

udara dalam sediaan dengan cara mendispersikan karbopol secara perlahan

pada saat pembuatan, mengatur pelepasan gelembung udara sebelum

dinetralisasi, serta menggunakan alat pencampur dengan kecepatan yang

lambat.

4.5.2 Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Homogen merupakan salah satu syarat sediaan gel. Syarat

homogenitas tidak boleh mengandung bahan kasar yang bisa diraba

(Syamsuni, 2006). Homogenitas sediaan gel dapat dilihat secara visual

dengan hasil pemeriksaan homogenitas sediaan gel semprot dengan

menggunakan preparat kaca (Lampiran 3) menunjukkan masing-masing

formulasi dari ketiga gel menunjukkan tetap homogen pada suhu ruang (27-

28ºC) selama hari ke-0, 7, 14, hingga hari ke-21. Tidak terdapat partikel

padat yang terdapat di dalam gel serta tidak terdapat pembentuk gel yang

masih menggumpal atau tidak merata dalam sediaan.

4.5.3 Hasil Pemeriksaan pH

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan pH

Hari pH

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Ke-0 7,214 ± 0,003 7,205 ± 0,004 7,206 ± 0,002

Ke-7 7,246 ± 0,008 7,238 ± 0,001 7,233 ± 0,004

Ke-14 7,264 ± 0,005 7,280 ± 0,005 7,271 ± 0,006

Ke-21 7,293 ± 0,002 7,279 ± 0,006 7,273 ± 0,002

Page 62: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7

7,1

7,2

7,3

7,4

7,5

0 7 14 21

pH

Hari ke-

Nilai pH Rata-rata

Formula 1

Formula 2

Formula 3

Gambar 4.5 Grafik Nilai pH Rata-rata

Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 dapat dilihat perbandingan nilai

pH dari ketiga formula sediaan gel semprot sebelum dan sesudah

penyimpanan selama 21 hari. Dari grafik terlihat bahwa nilai pH gel

semprot semakin meningkat dengan lamanya waktu penyimpanan.

Peningkatan nilai pH gel semprot ekstrak etanol paku Nephrolepis falcata

(Cav.) C. Chr dari hari ke-0 sampai hari ke-21 hanya sebesar 0,22±0,006.

Dari tabel diatas dapat terlihat nilai pH sediaan berkisar 7,20 – 7,29 ,

sedangkan nilai pH kulit berkisar 4,5-7,00 (Lukman,dkk., 2012). Apabila

pH sediaan terlalu asam dapat menyebabkan kulit mengkerut dan menjadi

rusak, bila sediaan terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit mengelupas

serta kering (Ansari, 2009). Hasil tersebut menunjukkan bahwa gel semprot

ekstrak etanol paku memiliki nilai pH yang masih berada pada kisaran pH

netral hanya sedikit lebih tinggi dari pH normal kulit. Sehingga diharapkan

masih diterima oleh kulit dan tidak menimbulkan iritasi.

4.5.4 Hasil Pengukuran Viskositas

Viskositas atau kekentalan adalah suatu istilah dari resistensi zat cair

untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas aliran akan semakin besar

resistensinya (Kuncari, dkk., 2014). Viskositas pada sediaan gel semprot

menunjukkan mudah tidaknya gel tersebut dapat dihantarkan melalui

aplikator semprot atau dituangkan dalam wadah.

Page 63: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Viskositas

Hari Viskositas (cPs)

Formula 1 Formula 2 Fromula 3

Ke-0 710 3470 9500

Ke-7 710 3460 9500

Ke-14 710 3450 9500

Ke-21 700 3410 9300

0

2000

4000

6000

8000

10000

0 7 14 21

cPs

Hari Ke-

Nilai Viskositas

Formula 1

Formula 2

Formula 3

Gambar 4.6 Grafik Nilai Viskositas

Pengukuran viskositas dari ketiga formula sediaan dilakukan dengan

menentukan terlebih dahulu spindel yang sesuai untuk digunakan pada

masing-masing fomula sediaan. Hal ini dikarenakan masing-masing formula

sediaan memiliki komposisi komponen pembentuk gel yang berbeda-beda

untuk mengetahui berapa nilai viskositas yang sesuai untuk sediaan ini agar

sediaan dapat dengan mudah disemprotkan serta memiliki pola

penyemprotan dan daya sebar lekat yang baik. Masing-masing komponen

karbopol pada formula 1, 2, dan 3 adalah sebanyak 0,2% ; 0,3% ; dan 0,4%.

Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan viskositas antara ketiga formula.

Meningkatnya viskositas dari formula 1, 2, dan 3 sebanding dengan

peningkatan konsentrasi polimer yang digunakan (Dhanekula, dkk., 2013).

Pada formula 1 dapat terdeteksi menggunakan spindel R3, formula 2 dapat

Page 64: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdeteksi menggunakan spindel R4, sedangkan formula 3 menggunakan

spindel R6.

Terjadinya penurunan viskositas dapat disebabkan oleh kondisi

lingkungan penyimpanan seperti cahaya dan kelembaban udara. Kemasan

yang kurang kedap dapat menyebabkan gel menyerap uap air dari luar,

sehingga menambah volume air dalam gel, serta semakin lama periode

penyimpanan, jumlah gelembung udara yang terperangkap semakin

berkurang (Sihombing, dkk., 2007). Pada formula 1 dan formula 2 (Tabel

4.6), viskositas sediaan masih memenuhi kisaran viskositas yang

diperbolehkan, yaitu antara 500-5000 cPs, sedangkan formula 3 tidak

memenuhi kisaran viskositas. Apabila viskositas kurang dari 500 cPs, akan

menyebabkan sediaan langsung menetes ketika disemprotkan dari aplikator

semprot dan apabila viskositas lebih dari 5000 cPs, akan menyebabkan

ukuran partikel sediaan yang disemprotkan menjadi tidak beraturan dan

besar sehingga kurang menyebar pada permukaan kulit atau membran

mukosa (Kamishita, dkk.,1992)

4.5.5 Hasil Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot

Pola penyemprotan merupakan salah satu faktor penting untuk

mengevaluasi kualitas dari alat semprot yang digunakan. Hal yang dapat

mempengaruhi pola penyemprotan adalah karakteristik dari formulasi

sediaan (Center for Drug Evaluation and Research (CDER), 2002).

Hasil pemeriksaan pola penyemprotan dari formula 1, 2, dan 3

bervariasi seperti yang terlihat pada lampiran 5, 6, dan 7. Adanya variasi

pola penyemprotan yang terbentuk dari sediaan gel semprot dipengaruhi

oleh jarak penyemprotan serta viskositas dari sediaan (Suyudi, 2014). Pada

lampiran dapat terlihat jarak penyemprotan berbanding lurus terhadap

besarnya diameter pola penyemprotan dari sediaan, semakin besar jarak

penyemprotan maka semakin besar pula pola penyemprotan yang

dihasilkan. Pola penyemprotan pada formula 1 dan 2 cenderung

menghasilkan bentuk pola yang memanjang dan menyebar. Sedangkan pola

penyemprotan pada formula 3 cenderung tidak menyebar dan hanya berada

Page 65: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada satu titik lurus dari semprotan, berbentuk kecil dengan rata-rata

diameter 1 – 3 cm. Hal ini dikarenakan pada formula 3 dengan konsentrasi

karbopol 0,4%, memiliki viskositas diatas 5000 cPs, dimana viskositas

sediaan sudah terlalu tinggi untuk sediaan gel semprot. Pengaruh

peningkatan konsentrasi karbopol akan meningkatkan viskositas dan

meningkatkan tekanan yang dibutuhkan untuk menyemprotkan gel dari alat

semprot bahkan mungkin sulit untuk disemprotkan (Kamishita, dkk., 1992).

Tabel 4.7 Tabel Bobot per Semprot

Formula Bobot Rata-Rata/Semprot ± SD

(g)

1 0,135 ± 0,003

2 0,136 ± 0,001

3 0,136 ± 0,002

Hasil pemeriksaan bobot penghantaran sediaan setiap semprot

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara masing-

masing formula. Hal ini menunjukkan efektivitas dari aplikator yang

digunakan dalam menghantarkan jumlah yang reprodusibel dari formula

sediaan gel setiap penyemprotan (Rajab, Nawal., 2013).

4.5.6 Hasil Pemeriksaan Daya Sebar Lekat

Hasil pemeriksaan daya sebar lekat dari ketiga formula (Lampiran 8)

menunjukkan sediaan dapat melekat setelah disemprotkan dikulit lengan

bagian atas selama waktu pengujian 10 detik dan dapat membentuk lapisan

yang kuat menempel pada kulit yang tidak mengalir. Dapat terlihat pada

lampiran 8, formula 1 dan formula 2 menunjukkan daya sebar yang merata,

sedangkan formula 3 menunjukkan sediaan tidak menyebar tetapi hanya

menumpuk pada satu titik semprotan saja. Hal ini dikarenakan pada formula

3 memiliki viskositas yang paling tinggi sehingga kurang sesuai untuk

ditujukan sebagai sediaan gel yang disemprotkan.

Page 66: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5.7 Hasil Pengujian Sentrifugasi

Uji sentrifugasi atau uji mekanik dilakukan untuk mengetahui adanya

pemisahan fase dari sediaan. Perlakuan sampel dengan cara disentrifugasi

pada kecepatan 5000 rpm selama 30 menit sama seperti besarnya pengaruh

gaya gravitasi terhadap penyimpanan sediaan selama setahun. Hasil dari

pengujian sentrifugasi pada formula 1, 2, dan 3 (Lampiran 9) didapatkan

bahwa tidak adanya cairan yang keluar dari gel dan membentuk lapisan

diatas gel. Hal ini menunjukkan ketiga formulasi sediaan gel semprot stabil

sehingga sineresis tidak terjadi. Sineresis merupakan keadaan dimana ketika

gel didiamkan dalam waktu tertentu, gel akan mengerut secara alamiah dan

sebagian cairannya terperas secara alamiah (Martin, A, dkk., 1993).

4.5.8 Hasil Cycling Test

Metode cycling test merupakan salah satu pengujian stabilitas sebagai

simulasi adanya perubahan suhu setiap tahun bahkan setiap harinya. Oleh

karena itu uji ini dilakukan pada suhu dan atau kelembaban pada interval

waktu tertentu sehingga produk dalam kemasannya akan mengalami stress

yang bervariasi. Uji stabilitas fisik ini berhubungan dengan daya tahan

sediaan gel selama penyimpanan.

Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Organoleptis metode Cycling Test

Formula Warna Bau Bentuk

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

1 Kuning

kecoklatan

Tidak

berubah

Khas

ekstrak

Tidak

berubah

Cairan

kental

Tidak

berubah

2 Kuning

kecoklatan

Tidak

berubah

Khas

ekstrak

Tidak

berubah

Cairan

kental

Tidak

berubah

3 Kuning

kecoklatan

Tidak

berubah

Khas

ekstrak

Tidak

berubah

Cairan

kental

Tidak

berubah

Page 67: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kekeruhan dan Gelembung Udara metode Cycling

Test

Formula Kekeruhan Gelembung udara

Awal Akhir Awal Akhir

1 + + +++ +++

2 + + +++ +++

3 + + +++ +++

Keterangan :

Kekeruhan

+ = Bening atau transparent

++ = Perubahan dari bening menjadi keruh

+++ = Keruh berwarna putih

Gelembung Udara

+ = Gelembung udara yang terperangkap berjumlah sangat sedikit

++ = Gelembung udara yang terperangkap berjumlah kurang lebih setengah dari

sediaan

+++ = Gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan penuh

Pemeriksaan organoleptik metode cycling test (Tabel 4.8 dan

Lampiran 2) menunjukkan bahwa penambahan ekstrak etanol paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr pada ketiga formula menghasilkan

sediaan gel berwarna kuning kecoklatan, memiliki bau berupa bau khas

ekstrak etanol, serta memiliki bentuk sediaan berupa cairan gel kental. Serta

hasil pemeriksaan kekeruhan dan gelembung udara (Tabel 4.9), tidak

menunjukkan adanya kekeruhan, tetapi terdapat gelembung udara yang

terperangkap dalam sediaan pada ketiga formula. Secara organoleptik

sediaan masih sama atau tidak terjadi perubahan yaitu berupa cairan kental

yang bening atau transparan dan banyaknya jumlah gelembung udara yang

terperangkap dalam sediaan penuh. Perpindahan suhu yang berbeda-beda

yaitu pada suhu 4 ºC dan suhu 40 ºC menyebabkan gelembung udara tetap

dan tidak berkurang selama pengujian. Ketiga formula sediaan gel ini

menghasilkan gel yang stabil secara organoleptik.

Page 68: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemeriksaan homogenitas sediaan (Lampiran 3) menunjukkan ketiga

formulasi sediaan gel semprot tetap homogen. Tidak terdapat partikel padat

yang terdapat di dalam gel serta tidak terdapat pembentuk gel yang masih

menggumpal atau tidak merata dalam sediaan baik sebelum maupun

sesudah pengujian (cycling test). Hal ini menunjukkan bahwa komponen

dalam ketiga formula terdispersi secara merata dan stabil selama pengujian

(cycling test).

Tabel 4.10 Hasil pemeriksaan pH metode cycling test

Formula pH

Awal Akhir

1 7,289 ± 0,003 7,290 ± 0,002

2 7,319 ± 0,002 7,322 ± 0,004

3 7,335 ± 0,003 7,350 ± 0,003

Dari tabel diatas (Tabel 4.10) dapat terlihat nilai pH sediaan berkisar

7,28 – 7,35 , sedangkan nilai pH kulit berkisar 4,5-7,00 (Lukman,dkk.,

2012). Hasil tersebut menunjukkan bahwa gel semprot ekstrak etanol paku

memiliki nilai pH yang masih berada pada kisaran pH netral hanya sedikit

lebih tinggi dari pH normal kulit baik sebelum maupun setelah pengujian

(cycling test). Sehingga diharapkan masih diterima oleh kulit dan tidak

menimbulkan iritasi.

Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan viskositas metode cycling test

Formula Viskositas (cPs)

Awal Akhir

1 950 990

2 3460 3650

3 9000 9400

Viskositas pada ketiga formula mengalami peningkatan sebelum dan

setelah penyimpanan pada suhu yang berubah-ubah yaitu suhu 4ºC dan

40ºC, terlihat adanya peningkatan viskositas setelah pengujian. Adapun

peningkatan viskositas kemungkinan dapat dikarenakan oleh menguapnya

Page 69: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

etanol di dalam sediaan gel (Kuncari, dkk., 2014). Viskositas pada formula

1 dan 2 tetap dalam kisaran viskositas gel semprot yaitu 500-5000 cPs,

sedangkan pada formula 3 tidak memenuhi kisaran.

Berdasarkan pengujian metode cycling test yang meliputi

organoleptik, homogenitas, pH, dan viskositas sediaan didapatkan bahwa

tidak terjadi perubahan fisik pada sediaan gel semprot, dimana ketika berada

dalam lemari pendingin (4ºC) dan di dalam oven (40ºC) semua formulasi

sediaan gel semprot (formula 1, 2, dan 3), seperti tidak adanya perubahan

terhadap warna, kekeruhan, atau gelembung udara yang terperangkap, serta

homogenitas di dalam sediaan. Namun, terjadi perubahan viskositas dan pH,

dimana terjadi peningkatan dialami oleh semua formula sediaan gel.

4.5.9 Hasil Pemeriksaan Pola Kromatogram EETP dalam Sediaan Gel

Semprot Selama Penyimpanan

Uji stabilitas sediaan gel semprot yang telah dibuat dilakukan melalui

evaluasi fisik dan berdasarkan pola dari kromatogram KCKT yang

dihasilkan sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari. Evaluasi fisik

dan pola kromatogram dilakukan pada hari ke- 0, 7, 14, dan 21.

Dari kromatogram dapat dilihat puncak dari kandungan senyawa

metabolit sekunder yang terkandung di dalam ekstak etanol paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr dan gel semprot pada ketiga formula

sediaan baik sebelum dan setelah penyimpanan. Dari puncak tersebut dapat

dilihat apakah ada senyawa yang persen areanya menurun, naik, atau

bahkan terbentuk senyawa baru (Indayanti, 2014).

Tabel 4.12 Profil kromatogram gel semprot EETP formula 1

No

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

1 1,747 0,662 1,620 0,632 - - 1,507 0,778

2 2,003 31,993 1,937 56,171 2,240 40,793 1,943 39,644

3 4,787 0,778 4,347 1,261 5,063 0,736 4,530 7,709

Page 70: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.7 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 1 pada hari ke-0

Gambar 4.8 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 1 pada hari ke-7

Gambar 4.9 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 1 pada hari ke-14

Page 71: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.10 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 1 pada hari ke-21

Tabel 4.13 Profil kromatogram gel semprot EETP formula 2

No

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

1 1,750 0,393 - - - - - -

2 2,027 32,026 1,923 35,686 2,147 41,574 1,930 34,967

3 4,750 1,135 4,333 1,122 4,867 1,459 4,480 3,988

Gambar 4.11 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 2 pada hari ke-0

Page 72: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.12 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 2 pada hari ke-7

Gambar 4.13 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 2 pada hari ke-14

Gambar 4.14 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 2 pada hari ke-21

Page 73: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.14 Profil kromatogram gel semprot EETP formula 3

No

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

Waktu

retensi

Luas

area

1 1,743 0,478 - - 1,670 0,591 - -

2 2,010 29,360 1,900 35,553 2,080 40,566 1,930 36,074

3 4,723 0,969 4,300 1,153 4,717 1,581 4,470 2,528

Gambar 4.15 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 3 pada hari ke-0

Gambar 4.16 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 3 pada hari ke-7

Page 74: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.17 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 3 pada hari ke-14

Gambar 4.18 Pola kromatogram gel semprot EETP formula 3 pada hari ke-21

Berdasarkan profil kromatogram KCKT sediaan gel semprot EETP

pada hari ke-0, 7, 14, dan 21 pada penyimpanan suhu kamar formula 1, 2,

dan 3. Apabila profil kromatogram dari ekstrak dalam sediaan gel semprot

dibandingkan dengan profil kromatogram dari ekstraknya saja (Gambar 4.4)

dapat dilihat pada profil kromatogram ekstrak etanol tumbuhan paku

(Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.) dalam gel semprot terlihat ada tiga

komponen yang muncul pada waktu retensi tertentu sedangkan profil

kromatogram ekstraknya saja terdapat hanya dua komponen yang muncul

pada waktu retensi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pada profil

kromatogram ekstrak dalam gel semprot terdapat komponen dari gel

semprot yang muncul pada panjang gelombang maksimum ekstrak.

Page 75: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk mengetahui stabilitas dari sediaan berdasarkan profil

kromatogram menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), maka

dibuat perbandingan luas area puncak terhadap masing-masing komponen

yang muncul dalam kromatogram. Pada pola kromatogram menunjukkan

terdapat tiga komponen yang muncul pada waktu retensi tertentu dan

menunjukkan pola yang sama pada formula 1, 2, dan 3 selama waktu

penyimpanan hari ke-0, 7, 14, dan 21, akan tetapi hanya dua komponen

yang konsisten menunjukkan adanya luas area puncak selama pemeriksaan

pola kromatogram menggunakan KCKT, yaitu dua komponen yang sama

dengan komponen yang juga muncul pada profil kromatogram dari

ekstraknya saja. Sehingga dibuat perbandingan antara kedua komponen

senyawa tersebut.

Tabel 4.15 Perbandingan komponen senyawa berdasarkan luas puncak area

Hari Formula 1 Formula 2 Formula 3

Ke-0 41 : 1 28 : 1 30 : 1

Ke-7 44 : 1 32 : 1 30 : 1

Ke-14 55 : 1 28 : 1 25 : 1

Ke-21 5 : 1 9 : 1 14 : 1

0

20

40

60

0 7 14 21

Hari ke-

Profil kromatogram

Formula 1

Formula 2

Formula 3

Gambar 4.19 Grafik profil kromatogram selama penyimpanan

Hasil uji stabilitas sediaan gel semprot ekstrak etanol paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr selama waktu penyimpanan menunjukkan

bahwa profil kromatogram sediaan gel semprot hari ke-0, 7, 14, dan 21 pada

Page 76: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

formula 1 terjadi peningkatan hingga puncaknya pada hari ke- 14 lalu

kemudian terjadi penurunan pada hari ke 21. Pada formula 2 terlihat adanya

peningkatan pada hari ke-7 kemudian turun pada hari ke-14 hingga hari ke-

21. Pada formula 3 terlihat konsisten pada hari ke-0 dan ke-7, lalu terjadi

penurunan pada hari ke-14 dan juga hari ke-21.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil kromatogram EETP dalam sediaan

gel semprot pada hari ke-0, 7, 14, dan 21 baik formula 1, formula 2, maupun

formula 3 terlihat mengalami penurunan stabilitas yang ditandai dengan

terjadinya perubahan pola peak pada hari ke-21 dan berdasarkan besarnya

perubahan luas area puncak pada hari ke-21 (Gambar 4.19) yang terjadi

pada semua formula menunjukkan adanya penurunan stabilitas. Perubahan

pola peak pada hari ke-21 dapat terlihat dari peak masing-masing formula.

Pada formula 1 (Gambar 4.10), formula 2 (Gambar 4.14) dan formula 3

(Gambar 4.18) terlihat perubahan besar dari peak formula 1 lebih besar

daripada formula 2 dan besar dari peak pada formula 2 lebih besar daripada

formula 3. Berdasarkan perbandingan komponen senyawa dilihat dari luas

puncak area yang muncul dari formula 1, 2, dan 3 menunjukkan semakin

tinggi viskositas sediaan gel semprot, maka komponen senyawa kimia yang

terkandung di dalamnya semakin stabil. Pada penelitian ini menunjukkan

formula 1 memiliki viskositas yang paling rendah, sedangkan formula 3

memiliki viskositas yang paling tinggi.

Page 77: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Gel semprot ekstrak etanol tumbuhan paku Nephrolepis falcata (Cav.)

C. Chr yang dihasilkan pada semua formula (formula 1, 2, dan 3) selama

penyimpanan 21 hari pada suhu ruang diketahui stabil secara fisik dari segi

organoleptik, homogenitas, memiliki pH yang masih sesuai kisaran pH

kulit, bobot per semprot seragam serta relatif stabil pada pengujian

sentrifugasi dan cycling test karena sediaan gel tidak mengalami sineresis.

Pada formula 1 dan 2, viskositas yang dihasilkan masih memenuhi kisaran

viskositas untuk sediaan gel semprot, sehingga dapat disemprotkan dan

membentuk pola menyebar. Sedangkan pada formula 3, viskositas yang

dihasilkan tidak memenuhi.

Pada pemeriksaan stabilitas kimia, hasil kromatogram sediaan gel

semprot EETP pada formula 1, 2, dan 3 terdapat perubahan pola pada hari

ke-21 dan berdasarkan besarnya perubahan luas area puncak pada hari ke-21

yang terjadi pada semua formula menunjukkan adanya penurunan stabilitas.

5.2 Saran

1. Perlu dipelajari lebih lanjut mengenai karakterisasi ekstrak etanol paku

Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bentuk sediaan farmasi

yang cocok dengan ekstrak etanol tumbuhan paku Nephrolepis falcata

(Cav.) C. Chr. sebagai antiinflamasi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat aktif atau

komponen utama yang sesuai dengan formula sediaan gel semprot ini.

61

Page 78: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Achouri, Allaoua, Youness Zamani, dan Joyce Irene Boye. 2012. Stability and

physical properties of emulsions prepared with and without soy proteins.

Agriculture and Agri-Food Canada. Vol. 1, No.1.

Aiache, 1982, Biofarmasetika, diterjemahkan oleh Widji Soeratri, Edisi II, 438-460,

Airlangga Press, Jakarta.

Anonim. 2011. Polymers for Pharmaceutical Applications. Pharmaceutical bulletin 1,

The lubrizol corporation, Ohio

Anonim. 2013. Kolliphor P Grades: Technical Information. BASF laboratories, USA

Ansari, S.A. (2009). Skin pH and Skin Flora. In Handbook of Cosmetics Science and

Technology. Edisi Ketiga. New York: Informa Healthcare USA. Hal. 222-223

Ansel Giward Cm, 1989. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.

Penerjemah Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta

Ansel, Howard C., dkk., 2011. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery

Systems Ninth Edition. Philadelpia: Lippincott Williams & Willkins, a Wolter

Kluwer business.

Arini, Diah dan Julianus Kinho. 2012. Keanekaragaman Jenis Daun Paku

(Pterydophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Manado:

BPK Manado Volume 2 No.1.

Baht, S. V., B. A. Nagasampagi and S. Meenakshi. 2009. Natural Products :

Chemistry and Application. Narosa Publishing House, New Delhi. India.

Budiman, Muhammad Haqqi. 2008. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan

Sediaan Krim. Depok: Universitas Indonesia.

CABI, 2016. Fallopia japonica. In: Invasive Species Compendium. Wallingford, UK:

CAB International. www.cabi.org/isc. Diakses melalui

http://www.cabi.org/isc/datasheet/115773 pada tanggal 2016-01-28, 00:40 pm

Cartensen, Jens T. Dan Christopher Rhodes. 2000. Drug Stability Principles and

Practices Third Edition. United State : CRC Press

Chavez, J.J Escobar, dkk., 2006. Applications Of Thermoreversible Pluronic F-127

Gels In Pharmaceutical Formulations. J Pharm Pharmaceut Sci, kanada.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV.Departemen Kesehatan Republik

Indonesia: Jakarta.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.

Devi, D.Ramya, dkk., 2013. Poloxamer: A Novel Functional Molecule For Drug

Delivery And Gene Therapy. J. Pharm. Sci. & Res. Vol. 5(8), 159-16.

62

Page 79: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ditjen POM, 1999, Farmakope Indonesia, Edisi ke-4. Jakarta : Departemen

Kesehatan Repiblik Indonesia

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Depkes RI.

Djajadisastra, Joshita, dkk., 2009. Formulasi Gel Topikal Dari Ekstrak Nerii Folium

Dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 4 (4)

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, 1999. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi ke

tiga cetakan keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta ;

405 – 409.

Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta

Dudani, S. Chandran, S, M, D. Ramachandra, T, V. 2012. Pteridophytes of Western

Ghats. Energy & Wetland Research group, Center of Ecological Sciences,

Indian Institute of Science, Bangalore –50 012.

Effendy. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi. USU.

Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Penerjemah Usman Tanuwidjaja.

Penerbit ITB, Bandung. Hlm. 249, 273.

Flory, P. J., 1953, The Principles Of Polymer Chemistry, Cornel University

Press,Ithica, New York, in : Lu, G. and Jun, H. W., 1998, Diffusion Studies

Of Methotrexate In Carbopol and Poloxamer Gels, International Journal of

Pharmaceutics, 1 (1) :1-6.

Hagerstom, H., 2003. Polimer Gels as Pharmaceutical Dosage Forms : Rheological

Performance and Phsycochemical Interactions at the Gel-Mucus Interface for

Formulations Intended for Mucosal Drug Delivery. Comphrehensive

Summaries of Uppsala Dissertations, Acta Universitatis Upsaliensis.,

German.

Hamalainen, M., R. Nieminen., Vuorela, P., Heinonen, Marina, & Eva M. 2007. Anti-

Inflammatory Effects of Flavonoids: Genistein, Kaempferol, Kuersetin, and

Daidzein Inhibit STAT-1 and NF-κB Activations,Whereas Flavone,

Isorhamnetin, Naringenin, and Pelargonidin Inhibit only NF-κB Activation

along with Their Inhibitory Effect on iNOS Expression and NO Production in

Activated Macrophages. Hindawi Publishing Corporation Mediators Of

Inflammation : Finland.

Harborne, J.B. (1987). Metode fitokimia. (Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro,

Penerjemah). Bandung: Penerbit ITB

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Terbitan ke-II. a.b. Kosasih Padmawinata.

Penerbit ITB. Bandung.

Holland, Troy, Hassan Chaouk, Bruktawit Aswaf, Stephen Goodrich, Adrian Hunter,

dan Vimala Francis. 2002. Spray Hydrogel Wound Dressing. United State

Patent Application Publication.

Page 80: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indayanti, Deisy. 2014. Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa L.) dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak dalam Air

Menggunakan GCMS. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Islam, Mohammad T., Nai´r Rodri´guez-Hornedo, Susan Ciotti, dan Chrisita

Ackermann. 2004. Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels

Neutralized to Different pH. Pharmaceutical Research, Vol. 21 (7).

Jáuregui K. M., dkk. 2009. A New Formulated Stable Papin-Pectin Aerosol Spray for

Skin Wound Healing. Biotechnology and Bioprocess Engineering, Vol. 14 :

450-456.

Jeon, Frau Im-Jak. 2007. Development and Formulation of Carbomer 934P-

containing Mucoadhesive pellets by Fluid-bed Techniques. Munkyung, Korea

Kamishita, Takuzo, dkk., 1992. Spray Gel Base and Spray Gel Preparation Using

Thereof. United State Patent Application Publication.

Knowlton, John dan Steven Pearce. 1993. Handbook of Cosmetic Science and

Technology 1st Edition. Elsevier Advance Technology, UK.

Komala, dkk., 2015. Antioxidant and Anti-inflammatory Activity of The Indonesian

Ferns, Nephrolepis Falcata and Pyrrosia Lanceolata. International Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol 7, Issue 12.

Kuncari, Emma Sri, Iskandarsyah, dan Praptiwi. 2014. Evaluasi, Uji Stabilitas Fisik

dan Sineresis Sediaan Gel yang Mengandung Minidoksil, Apigenin, dan

Perasan Herba Seledri (Apium graveolens L.). Bul. Penelit. Kesehat,Vol. 42,

No. 4, Desember 2014: 213-222.

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan kanig, J.L. (1989). Teori dan Praktek Farmasi

Industri I, Edisi III, terjemahan Siti Suyatmi, Penerbit Universitas Indonesia,

Jakarta, 760-779, 1514-1587.

Lieberman., Rieger dan Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse

System. Vol ke-2. New York: Marcel Dekker Inc. 495-498

Lu, Guangwei dan Jun, H. Won, 1998, Diffusion studies of methotrexate in Carbopol

and Poloxamer gels, International Journal of Pharmaceutics.

Lukman, A, Susanti, E., & Oktaviana, R., 2012. Formulasi Gel Minyak Kulit Kayu

Manis (Cinnamomum burmanii BI) Sebagai Sediaan Antinyamuk, Jurnal

Penelitian Farmasi Indonesia, 1 (1), 24-29.

Mulyono, Tri Suseno., 2010. Pembuatan Etanol Gel sebagai Bahan Bakar Padat

Alternatif. Laporan Tugas Akhir. UNS.

Nagariya, K, dkk., 2010. Formulation Development and Characterization of

Aceclofenac Gel Using Poloxamer 407. J. Chem. Pharm. Res., 2(4): 357-363

Nurdiani, Dian, Herliani. (2011). Mata Diklat 2: Aplikasi Koloid, Larutan dan

Suspensi dalam Bidang Pertanian. Kementrian Pendidikan Nasional Pusat

Page 81: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Pertanian.

Patel, Hitesh R, dkk., 2009. Poloxamers: A pharmaceutical excipient with therapeutic

behaviors. International Journal of PharmTech Research Vol. 1, No.2, pp

299-303.

Pooja. 2004. Pterrdophyta Discovery Publishing House. India: di dalam, Komala, I.

2012. Uji Aktivitas Tumbuhan Paku Indonesia. Program Studi Farmasi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pranoto, G. 1999. Potensi dan Strategi Industrialisasi Obat Tradisional Indonesia,

dalam seminar Nasional Pendayagunaan Potensi Obat Tradisional Indonesia

sebagai unsur dalam sistem kesehatan. BPPT: 9 Maret 1999.

Rajab, Nawal A. 2013. Preparation and Evaluation of Ketoprofen as Dermal Spray

Film. Kerbala Journal of Pharmaceutical Sciences Number 6.

Richardson P. C-glycosyl xanthones in the fern genera Davalia,Humata and

Nephrolepis. Phytochemistry 1983;22:309-11.

Rowe, R.C, Paul J.S, dan Marian, 2006. Handbook Of Pharmaceutical Science 5th

Edition. New York

Rowe, R.C, Paul J.S, dan Marian, 2009. Handbook Of Pharmaceutical Science 6th

Edition. New York

Sastrapradja, S. 1980. Jenis Paku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Septiani, Santi, Nasrul Wathoni, Soraya R. Mita. 2012. Formulasi Sediaan Masker

Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn.).

Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Selawa, W., 2013. Kandungan Flavonoid dan Kapasitas Kandungan Total Ekstrak

Etanol Daun Binahong (Andera cordifolia (Ten.) Steenis. Jurnal Ilmiah

Farmasi Pharmacon, Universitas Sam Ratulangi.

Shafira, U., Gadri, A., Lestari, F., 2015. Formulasi Sediaan Spray Gel Serbuk Getah

Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifida Linn.) dengan Variasi Polimer

Pembentuk Film dan Jenis Plasticizer. Jakarta: Unisba

Sihombing, C. N., Nasrul, W., dan Rusdiana, T., 2007, Formulasi Gel Antioksidan

Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan Menggunakan Basis

Aqupec HV-505, Jurnal Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran,

Jawa Barat.

Sudjono, T. A., dkk. 2012. Pengaruh Konsentrasi Gelling Agent Carbomer 934 dan

HPMC Pada Formulasi Gel Lender Bekicot (Achatina fulica) Terhadap

Kecepatan Penyembuhan Luka Baka Pada Punggung Kelinci. PHARMACON:

Jurnal Farmasi Indonesia, Vol 13 (1).

Sukhbir, Kaur, dkk., 2013. Development of modified transdermal spray formulation

of psoralen extract. Scholars Researce Library. Der Pharmacia Lettre, 5

(2):85-94.

Page 82: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Susanti, Aprilya Tri. 2012. Penapisan Fitokimia dan Uji Penghambatan Aktivitas α-

Glukosidase dari Fraksi Paling Aktif Ekstrak Metanol Herba Meniran

(Phyllanthus niruri L.). Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Indonesia.

Suyudi, Salsabiela Dwiyudrisa. 2014. Formulasi Gel Semprot Menggunakan

Kombinasi Karbopol 940 Dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) Sebagai

Pembentuk Gel. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Syarifah, F, dkk., 2015. Formula Edible Film Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.)

dan Uji Aktivitasnya terhadap Bakteri Klebsiella Pneumoniae dan

Staphylococcus Aureus. Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba.

Tiwari, dkk., 2011. Phytochemical Screening and Extraction: A Review.

Department of Pharmaceutical sciences: India

Tjitrosoepomo,G. 2005. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,

Bryophyta, Pteridophyta). Cet. Ke-7. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta. P.219-307.

Tortora, G.J., dan Derrickson, B.H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology.

12th ed. Asia: John Wiley and Sons, Inc: 620-628.

Tristiana, Erawati., Noorma Rosita, Wing Hendroprasetyo, Dien Rina Juwita. 2005.

Pengaruh Jenis Basis Gel dan Penambahan NaCl (0,5% b/b) terhadap

Intensitas Echo Gelombang Ultrasonik Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan USG

(Acoustic Coupling Agent). Majalah Farmasi Airlangga, Vol.5 (2).

Vadas, E. B. 2010. Stability of Pharmaceutical Products. The Science and Practice of

Pharmacy Vol. 1 : 988-989

Wasitaatmadja, S. M. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Penerbit

Universitas Indonesia.

Zakaria, dkk., 2006. Antinociceptine and Anti-inflamatory Activities of Dicranopteris

Linearis Leaves Chloroform Extract in Experimental Animals. Yajugaju

zasshi, 126, 1197-1203.

Page 83: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Penelitian

Dimasukkan dalam

Botol semprot

Evaluasi

Ekstraksi Sampel

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak

Hari ke-0, 7, 14, dan 21

Pola Kromatogram

Viskositas

pH

Homogenitas

Organoleptik Sentrifugasi

Cycling Test

Pola Penyemprotan dan

Bobot per Semprot

Daya Sebar Lekat

Pemeriksaan Pola Kromatogram Ekstrak

Pembuatan Sediaan Gel Semprot

67

Page 84: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Gambar Hasil Pemeriksaan Organoleptik

Hari ke-0 Hari ke-7

Hari ke-14 Hari ke-21

Awal : Sebelum Cycling Test Akhir : Setelah Cycling Test

Formula 1, 2, dan 3

Formula 1, 2, dan 3

Formula 1, 2, dan 3

Formula 1, 2, dan 3

Formula 1, 2, dan 3 Formula 1, 2, dan 3

Page 85: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Gambar Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Hari ke-0 Hari ke-7

Hari ke-14 Hari ke-21

Awal : Sebelum Cycling Test Akhir : Setelah Cycling Test

Formula 1, 2, dan 3

Formula 1, 2, dan 3 Formula 1, 2, dan 3

Formula 1, 2, dan 3

Formula 1, 2, dan 3 Formula 1, 2, dan 3

Page 86: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Evaluasi Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot

No Formula Jarak Diameter hasil

semprot (cm)

Bobot per

Semprot (g)

Total

Bobot

Bobot rata –

Rata per jarak

1

1

3 cm

4,5 4,0 0,137

0,409 0,136 2 4,6 4,2 0,138

3 4,6 4,2 0,134

4

5 cm

6,5 6,0 0,134

0,412 0,137 5 7,2 7,2 0,141

6 6,5 6,1 0,137

7

10 cm

11,5 11,4 0,137

0,408 0,136 8 11,1 11,4 0,136

9 11,2 10,7 0,135

10

15 cm

15,0 15,1 0,130

0,392 0,131 11 15,8 13,4 0,130

12 14,0 15,0 0,132

13

2

3 cm

5,8 5,6 0,136

0,405 0,135 14 5,5 5,5 0,135

15 6,0 6,1 0,134

16

5 cm

6,2 8,3 0,131

0,405 0,135 17 7,8 7,5 0,138

18 7,0 8,4 0,136

19

10 cm

16,4 14,6 0,134

0,408 0,136 20 13,3 9,5 0,136

21 14,1 13,8 0,138

22

15 cm

19,2 15,4 0,140

0,412 0,137 23 20,5 16,4 0,135

24 20,2 18,1 0,137

25

3 3 cm

1,9 1,5 0,131

0,400 0,133 26 1,3 1,3 0,133

27 1,3 1,2 0,136

Page 87: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28

5 cm

2,0 1,4 0,141

0,409 0,136 29 1,5 1,3 0,130

30 2,2 1,4 0,138

31

10 cm

2,5 2,0 0,142

0,418 0,139 32 3,0 1,5 0,138

33 2,4 1,5 0,138

34

15 cm

3,0 2,0 0,136

0,409 0,136 35 3,5 3,2 0,138

36 2,7 1,9 0,135

Page 88: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Gambar Pola Penyemprotan Formula 1

Formula 1 Jarak 3 cm

Formula 1 Jarak 5 cm

Formula 1 Jarak 10 cm

Formula 1 Jarak 15 cm

Page 89: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Gambar Pola Penyemprotan Formula 2

Formula 1 Jarak 3 cm

Formula 1 Jarak 5 cm

Formula 1 Jarak 10 cm

Formula 1 Jarak 15 cm

Page 90: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Gambar Pola Penyemprotan Formula 3

Formula 1 Jarak 3 cm

Formula 1 Jarak 5 cm

Formula 1 Jarak 10 cm

Formula 1 Jarak 15 cm

Page 91: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Evaluasi Daya Sebar Lekat

Formula 3

Formula 1 Formula 2

Page 92: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Gambar Hasil Uji Sentrifugasi

Formula 2

Formula 3

Formula 1

Page 93: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Surat Determinasi Tumbuhan Paku

Page 94: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Sertifikat Analisa Karbopol

Page 95: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Sertifikat Analisa Poloxamer

Page 96: UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN GEL · PDF fileStudi Preformulasi Sediaan Gel Semprot..... 19 2.10.1. Karbopol ... Pembuatan Sediaan Gel Semprot EETP ..... 40 4.5. Hasil Evaluasi

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Sertifikat Analisa Methanol HPLC Grade