41
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa racemosa DAN Caulerpa lentilifera TERHADAP BAKTERI SALURAN AKAR GIGI ANAK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Diajukan oleh : SITI HARDIANTI AZHARI BAHAR J111 14 012 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 1. 23. · UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa racemosa

    DAN Caulerpa lentilifera TERHADAP BAKTERI SALURAN AKAR GIGI

    ANAK

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran gigi

    Diajukan oleh :

    SITI HARDIANTI AZHARI BAHAR

    J111 14 012

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • ii

    UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa

    racemosa DAN Caulerpa lentilifera TERHADAP BAKTERI SALURAN

    AKAR GIGI ANAK

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran gigi

    Diajukan oleh :

    SITI HARDIANTI AZHARI BAHAR

    J111 14 012

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • iii

  • iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Siti Hardianti Azhari Bahar

    NIM : J111 14 012

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar

    yang telah melakukan penelitian dengan judul Uji Daya Hambat Ekstrak Alga

    Hijau Spesies Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera terhadap Bakteri

    Saluran Akar Gigi Anak dalam rangka menyelesaikan studi Program Pendidikan

    Strata Satu.

    Dengan ini menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya

    yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

    Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

    yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

    diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Makassar, November 2017

    SITI HARDIANTI AZHARI BAHAR

  • v

    SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini menyatakan bahwa yang di bawah ini:

    Nama : Siti Hardianti Azhari Bahar

    NIM : J11114012

    Judul : Uji Daya Hambat Ekstrak Alga Hijau Spesies Caulerpa

    racemosa dan Caulerpa lentilifera terhadap Bakteri

    Saluran Akar Gigi Anak

    Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul baru dan tidak

    terdapat di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.

    Makassar, November 2017

    Koordinator Perpustakaan FKG-UNHAS

    Amirullah, S.Sos

    196611211992011003

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menciptakan

    semesta alam dengan segala kesempurnaannya dan menjadikan manusia sebagai

    khalifah di dalamnya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada khalifah

    terbaik di muka bumi Rasulullah Nabi Muhammad SAW, keluarganya,

    sahabatnya, serta orang-orang yang senantiasa istiqamah di jalannya.

    Atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya selku penulis skripsi yang

    berjudul “Uji Daya Hambat Ekstrak Alga Hijau Caulerpa racemosa dan

    Caulerpa lentilifera terhadap Bakteri Saluran Akar Gigi Anak” dapat

    menyelesaikannya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

    menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

    Hasanuddin Makassar.

    Disadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini, penulis mendapat banyak

    bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan

    ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

    1. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin atas bantuan morilnya selama

    penulis mengikuti pendidikan.

    2. Prof. Dr. drg. Sherly Horax, MS selaku dosen pembimbing skripsi bagian

    Ilmu Kedokteran Gigi Anak yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran

    dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasihat kepada

    penulis selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

  • vii

    3. drg. Adam Malik Hamudeng, M. MedEd dan drg. Rahmat selaku

    penasehat akademik atas bimbingan, dukungan dan nasihat yang diberikan

    kepada penulis selama perkuliahan.

    4. Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc yang telah bersedia meluangkan waktu,

    pikiran dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasihat

    kepada penulis serta ikut turun langsung membantu selama proses penelitian.

    5. Kedua orang tua tercinta ayahanda Baharuddin dan ibunda Hj. Suriati, SE

    yang senantiasa memberikan doa, motivasi, semangat, dukungan serta

    bantuan materil.

    6. Saudara penulis Nur Hikmah Fajrianti Bahar, Annisa Azahra Bahar, dan

    Haerani Putri Bahar, kakak sepupu Ranti Ekasari, Hj. Jumiati,

    H.Halwatif,S.Sos, M.M, Hj. Idawati, serta keluarga besar penulis yang

    senantiasa memberikan doa, motivasi dan semangat.

    7. Staff Lab. Mikrobiologi RS Pendidikan UNHAS dan Laboran Lab.

    Fitokimia Fakultas Farmasi UNHAS meluangkan waktu, pikiran dan

    tenaga untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasihat kepada

    penulis serta ikut turun langsung membantu selama proses penelitian.

    8. Teman seperjuangan semasa preklinik INTRUSI 2014, terkhusus Nirmawati

    Musa, Mardiana, Nur Hasnah Sari, Sitti Nurhazanah Syam, Nitya

    Anugrah, Annisa Rahmah Said, Ayu Masyhita Liyu, Putri Khairunnisa,

    dan Andi Eka Asdiana Warti yang senantiasa memberikan support dan setia

    mendampingi selama penelitian penulis.

  • viii

    9. Keluarga besar KSR PMI UNHAS, PAGUYUBAN KSE UNHAS, HMI

    KOM KEDOKTERAN GIGI UNHAS, d’L, teman KKN Posko Dulumai

    yang telah memberikan support kepada penulis.

    10. Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebut namanya satu persatu.

    Terima kasih telah memberikan bantuan baik moril maupun materil hingga

    skripsi ini dapat terselesaikan

    Penulis menyadari bahwa apa yang penulis paparkan dalam skripsi ini

    masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segenap kerendahan hati penulis

    mengharapkan kepada pembaca aran dan kritik yang membangun demi

    kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi salah satu

    bahan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran

    Gigi kedepannya.

    Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

    Makassar, November 2017

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa racemosa

    dan Caulerpa lentilifera TERHADAP BAKTERI SALURAN AKAR GIGI

    ANAK

    1Siti Hardianti A B, 2Sherly Horax 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS

    2 Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS

    Latar belakang: Alga hijau spesies Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera tumbuh

    secara alami di perairan Indonesia. Beberapa komponen dalam alga laut berperan sebagai

    antibakterial terhadap berbagai jenis bakteri. Berbagai jenis bakteri dapat menyebabkan

    infeksi rongga mulut dan infeksi saluran akar gigi anak yang dapat dieliminasi dengan

    bahan antibakterial. Tujuan: Mengidentifikasi bakteri pada saluran akar gigi anak dan

    mengetahui daya hambat ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera

    dibandingkan dengan klorheksidin terhadap bakteri saluran akar gigi anak. Metode:

    Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain post-testonly with control group

    design. Ekstrak C.racemosa dan C.lentillifera diencerkan dalam konsentrasi 25, 50 dan

    75%, Klorheksidin 2% sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif. Uji

    daya hambat dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan sumur pencadang.

    Setelah diinkubasi selama 24, 48, dan 72 jam, zona hambat diukur menggunakan jangka

    sorong. Analisis statistik dilakukan dengan uji One Way ANOVA dilanjutkan Uji Post

    Hoc dengan LSD. Hasil: Ada hubungan signifikan antara diameter zona inhibisi pada

    uji One Way ANOVA. Uji LSD menunjukkan perbedaan yang signifikan antrara

    Klorheksidin 2% dengan ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa dan ekstrak alga

    hijau Caulerpa lentilifera, dan akuades. Sedangankan hasil uji LSD akuades

    dengan ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera

    menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan kecuali untuk Klorheksidin 2%.

    Kesimpulan: Ekstrak C.lentillifera dan C.racemosa tidak efektif digunakan sebagai

    bahan medikamen saluran akar, sedangkan Klorheksidin 2% efektif digunakan terhadap

    Staphylococcus epidermidis.

    Kata kunci: Ekstrak alga hijau C.lentillifera, Ekstrak alga hijau C.racemosa,

    Staphylococcus epidermidis, bakteri saluran akar gigi anak. Klorheksidin 2%.

  • x

    ABSTRACT

    INHIBITION TESTS OF GREEN ALGAE EXTRACT SPECIES Caulerpa

    racemosa AND Caulerpa lentilifera ON CHILDREN'S ROOT CANAL

    BACTERIA

    1Siti Hardianti Azhari Bahar, 2Sherly Horax 1Student of Faculty of Dentistry UNHAS

    2Lecturers of Faculty of Dentistry UNHAS

    Background: Green algae species Caulerpa racemosa and Caulerpa lentilifera

    grow naturally in Indonesian seas. Some components in the sea algae act as

    antibacterial to various types of bacteria. Different types of bacteria can cause

    infections of the oral cavity and root canal infections of children's teeth that can be

    eliminated with antibacterial agents. Objective: Identify bacteria in the Children’s

    root canal and know the inhibitory power of green algae Caulerpa racemosa and

    Caulerpa lentilifera compared with 2% chlorhexidine to root canal bacteria.

    Methods: Laboratory experimental research with post-testonly design with

    control group design. The extracts of C.racemosa and C.lentillifera is diluted in

    concentrations of 25, 50 and 75%, Chlorhexidine 2% as positive controls, and

    aquades as negative controls. The inhibitory test is carried out by diffusion

    method using well. After incubation for 24, 48, and 72 hours, the inhibition zone

    is measured using caliper. Statistical analysis is performed by One Way ANOVA

    test followed by Post Hoc Test with LSD. Results: There is a significant

    relationship between inhibition zone diameter in One Way ANOVA test. The

    LSD test showed significant differences between 2% Chlorhexidine and

    C.lentilifera extract, C.racemosa extract and aquadest. The LSD test result for

    aquadest with Caulerpa racemosa extract and Caulerpa lentilifera extract showed

    no significant difference except for 2% chlorhexidine. Conclusions: C.lentillifera

    and C.racemosa extracts were not effectively used as root canal medicaments,

    while 2% chlorhexidine was effectively used against Staphylococcus epidermidis.

    Keywords: C.lentillifera extract, C.racemosa extract, Staphylococcus

    epidermidis, Children’s root canal bacteria, Chlorhexidine 2%.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................

    LEMBAR ORISINALITAS………………………………………………………...

    SURAT PERNYATAAN …………………………………………………………..

    KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..

    ABSTRAK …………………………………………………………………………

    ABSTRACT ……………………………………………………………………….

    DAFTAR ISI .............................................................................................................

    DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..

    DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….

    DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………...

    DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................

    1.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................

    1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................

    1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Alga .................................................................................. .....................

    2.1.1 Sejarah Alga................................................................................

    i

    iii

    iv

    v

    vi

    ix

    x

    xi

    xvi

    xvii

    xviii

    xix

    1

    5

    5

    5

    5

    7

    8

  • xii

    2.1.2 Klasifikasi Alga ..........................................................................

    2.1.3 Kandungan Alga ........................................................................

    2.1.4 Manfaat Alga .............................................................................

    2.2 Alga Hijau ……………………………………………………………..

    2.2.1 Caulerpa racemosa ……............................................................

    2.2.2 Caulerpa lentilifera …...............................................................

    2.3 Infeksi Saluran Akar Gigi Anak …......................................................

    2.3.1 Jalur Infeksi …………………………………………………...

    2.4 Bakteri Saluran Akar Gigi Anak ….....................................................

    2.4.1 Bakteri Anaerob ………………………………………………

    2.4.2 Bakteri Aerob ………………………………………………….

    2.5 Klorheksidin…........................................................................................

    2.5.1 Sifat Klorheksidin ……………………………………………..

    2.5.2 Manfaat Klorheksidin ………………………………………...

    BAB III KERANGKA TEORI dan KERANGKA KONSEP

    3.1 Kerangka Teori ………..........................................................................

    3.2 Kerangka Konsep ……………………………………………………..

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………..

    4.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………..

    4.2 Rancangan Penelitian …………………………………………………

    4.3 Lokasi Penelitian ……………………………………………………...

    4.4 Waktu Penelitian ……………………………………………………...

    4.5 Variabel Penelitian ……………………………………………………

    8

    8

    10

    13

    14

    15

    16

    17

    19

    21

    21

    21

    21

    22

    23

    24

    25

    25

    25

    25

    25

  • xiii

    4.5.1 Variabel bebas ………………………………………………...

    4.5.2 Variabel terikat ………………………………………………..

    4.5.3 Variabel kontrol ……………………………………………….

    4.6 Defenisi Operasional ………………………………………………….

    4.7 Kriteria Penelitian …………………………………………………….

    4.7.1 Kriteria sampel manusia ……………………………………..

    4.7.2 Kriteria sampel bakteri ………………………………………...

    4.8 Alat dan Bahan ………………………………………………………..

    4.8.1 Alat……………………………………………………………..

    4.8.2 Bahan …………………………………………………………..

    4.9 Prosedur Kerja …………………………………………………………

    4.9.1 Pembuatan ekstrak alga hijau spesies Caulerpa racemosa ……

    4.9.2 Pembuatan ekstrak alga hijau spesies Caulerpa lentilifera …...

    4.9.3 Identifikasi bakteri saluran akar gigi anak …………………….

    4.9.4 Uji efek antibakteri ekstrak alga hijau spesies Caulerpa

    racemosa dan Caulerpa lentilifera…………………………...…

    4.10 Data …………………………………………………………………

    4.11 Alur Penelitian ……………………………………………………..

    BAB V HASIL

    5.1 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Alga Hijau ……………………………

    5.2 Hasil Identifikasi Bakteri Saluran Akar Gigi Anak ……………….

    5.3 Hasil Uji Efektivitas Klorheksidin 2%, Ekstrak Alga Hijau Spesies

    Caulerpa racemosa dan Ekstrak Alga Hijau Spesies Caulerpa

    25

    25

    26

    26

    27

    27

    28

    28

    28

    28

    28

    28

    29

    31

    32

    33

    34

    35

    35

  • xiv

    lentilifera terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis ……………...

    5.4 Hasil Uji Sifat Bakteriostatik dan Bakterisid Klorheksidin 2%, Ekstrak

    Alga Hijau Spesies Caulerpa racemosa, dan Ekstrak Alga Hijau

    Spesies Caulerpa lentilifera …………………………………………...

    BAB VI PEMBAHASAN ………………………………………………………….

    BAB VII PENUTUP ………………………………………………………………..

    7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..

    7.2 Saran ……………………………………………………………………

    DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Penugasan ………………………………………………

    Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Pengambilan Data ………………………

    Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Pembimbing …………………………….

    Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab. Fitokimia Farmasi

    ………………………………………………………...............

    Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab.Mikrobiologi RS

    Pendidikan UNHAS ………………………………………….

    Lampiran 6 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa racemosa ………………………

    Lampiran 7 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa lentilifera ………………………

    Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis …………..............................................

    Lampiran 9 Kartu Kontrol Skripsi ………………………………………….

    Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ……………………………………...

    Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan Ikut Penelitian ………………………..

    38

    45

    47

    54

    54

    54

    55

    58

    59

    60

    61

    62

    63

    64

    65

    66

    67

    69

    75

  • xv

    Lampiran 12 Informed Consent Penelitian ………………………………... 79

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1.3.1 Pigmen pada Rumput Laut .................................................................

    Tabel 5.1.1 Hasil Uji Polifenol Ekstrak Alga Hijau Spesies Caulerpa racemosa

    dan Caulerpa lentilifera ……………………………………………...

    Tabel 5.2.1 Hasil Uji Identifikasi Bakteri Saluran Akar Gigi Anak………………...

    Tabel 5.2.2 Persentase Bakteri dari Identifikasi Bakteri Saluran Akar Gigi Anak ...

    Tabel 5.2.4 Hasil Pengukuran Zona Inhibisi ……………………………………….

    Tabel 5.3.1 Hasil Uji Anova ………………………………………………………..

    Tabel 5.3.2 Hasil Uji LSD ………………………………………………………….

    Tabel 5.4.1 Hasil Uji Sifat Bakteriostatik dan Bakterisid ………………………….

    10

    35

    36

    38

    41

    43

    44

    46

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.2.1.1 Caulerpa racemosa .........................................................................

    Gambar 2.2.2.1 Caulerpa lentilifera ………………………………………………..

    Gambar 5.2.1 Hasil Identifikasi Bakteri dengan Metode Hemolisis pada Blood

    Agar ………………………………………………………………...

    Gambar 5.3.1 Hasil Uji Daya Hambat pada Staphylococcus epidermidis dalam

    waktu inkubasi 24 jam pada pengulangan pertama ………………...

    Gambar 5.3.2 Hasil Uji Daya Hambat pada Staphylococcus epidermidis dalam

    waktu inkubasi 48 jam pada pengulangan pertama ………………...

    Gambar 5.3.3 Hasil Uji Daya Hambat pada Staphylococcus epidermidis dalam

    waktu inkubasi 72 jam pada pengulangan pertama ………………...

    14

    15

    37

    39

    40

    40

  • xviii

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 5.3.1 Diameter rata-rata zona inhibisi bakteri berdasarkan perlakuan dalam

    waktu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam ………………………………….

    42

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Penugasan ………………………………………………………

    Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Pengambilan Data ……………………………….

    Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Pembimbing ……………………………………..

    Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab. Fitokimia Farmasi ……

    Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab.Mikrobiologi RS

    Pendidikan UNHAS …………………………………………………...

    Lampiran 6 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa racemosa ………………………………

    Lampiran 7 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa lentilifera ………………………………

    Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis …………...........................................................

    Lampiran 9 Kartu Kontrol Skripsi ………………………………………………….

    Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ……………………………………...............

    Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan Ikut Penelitian ………………………………..

    Lampiran 12 Informed Consent Penelitian ………………………………................

    59

    60

    61

    62

    63

    64

    65

    66

    67

    69

    75

    79

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia adalah negara yang dikelilingi oleh lautan, dengan panjang

    pantai sekitar ± 81.000 km dengan luas perairannya mencapai ± 6.846.000 km².

    Alga laut termasuk salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di

    perairan Indonesia. Luas wilayah yang menjadi habitat alga laut di Indonesia

    mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia.1 Alga laut dari kelas alga merah

    (Rhodophyceae) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di

    perairan laut Indonesia yaitu sekitar 452 jenis, setelah itu alga hijau

    (Chlorophyceae) sekitar 196 jenis dan alga coklat (Phaeophyceae) sekitar 134.2

    Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk

    mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya kekayaan lautnya. Diantara

    semua jenis alga laut, alga hijau jenis Caulerpa racemosa dan Caulerpa

    lentilifera adalah jenis alga hijau yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia.

    Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera atau di Sulawesi Selatan dikenal

    dengan nama Lawi-lawi telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat Sulawesi

    Selatan sebagai sayuran segar maupun lalapan.3 Caulerpa racemosa dan Caulerpa

    lentilifera yang hanya dikenal masyarakat hanya sebagai bahan makanan, menurut

    beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan efek antibakteri terhadap

    berbagai jenis bakteri.

  • 2

    Beberapa komponen dalam alga laut berperan sebagai antibakterial yang

    dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme lain. Alga

    laut memproduksi kompleks metabolit sekunder sebagai respon terhadap tekanan

    ekologis seperti serangan predator. Organisme laut seperti alga memproduksi

    berbagai macam senyawa yang mempunyai aktivitas farmakologis, termasuk

    digunakan sebagai antimikrobial, antifungal, antiinflamasi, dan senyawa-senyawa

    lain yang yang berpotensi sebagai bahan terapuetik lainnya.3

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pattama dkk, Caulerpa

    lentillifera memiliki kandungan protein, mineral, vitamin, asam lemak, dan

    komposisi asam amino.4 Perez, M dalam penelitiannya pada tahun 2016

    menunjukkan Caulerpa racemosa menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E.

    coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., dan Salmonella sp. Penelitian

    lainnya menunjukkan bahwa terdapat kandungan antibakteri pada Caulerpa

    lentillifera yang dapat menghambat pertumbuhan baketri S. aureus dan

    S.mutans.5,6 Singkoh, M (2011) menunjukkan efek antibakteri Caulerpa racemosa

    terhadap bakteri E. tarda, Y. enterocolitics, dan P. stuartii. Dari hasil penelitian

    Dimara, L et all juga menunjukkan efek antibakteri dari Caulerpa racemosa

    terhadap Staphylococcus aureus dan Escheria coli.8

    Pemanfaatan alga laut dalam bidang kedokteran gigi saat ini masih sangat

    kurang terutama sebagai bahan antibakteri, sedangkan potensi alga di Indonesia

    khususnya Sulawesi Selatan cukup besar. Dalam dunia kedokteran gigi infeksi

    rongga mulut dan maksilofasial adalah masalah kesehatan yang umum di seluruh

  • 3

    dunia yang dialami oleh semua usia disebabkan oleh invasi bakteri. Perawatan

    infeksi dilakukan melalui eliminasi bakteri dengan pemberian bahan antibakteri.9

    Infeksi rongga dapat mempengaruhi kualitas hidup anak, kesehatan rongga mulut

    yang buruk menunjukkan kualitas hidup anak yang rendah. Dalam masa

    pertumbuhan anak-anak membutuhkan nutrisi yang cukup melalui asupan

    makanan. Kesehatan gigi sulung anak menjadi penting karena pencernaan

    makanan secara mekanis dilakukan dengan bantuan gigi sulung.

    Gigi sulung tidak hanya berfungsi dalam proses mastikasi, namun juga

    sebagai pemandu erupsi bagi gigi-geligi permanen dan berperan pada

    perkembangan rahang, menyiapkan makanan untuk proses pencernaan dan

    asimilasi nutrisi, oleh karena itu gigi sulung berperan penting selama masa kanak-

    kanak. Berbagai fungsi gigi sulung tersebut seringkali terganggu akibat terjadinya

    berbagai permasalahan gigi dan mulut, salah satunya adalah infeksi saluran akar

    yang sering sekali terjadi pada anak sehingga menyebabkan perforasi pulpa.

    Perforasi pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula disebabkan

    oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas. Perforasi pulpa

    disebabkan oleh karies lebih sering terjadi pada gigi sulung dibanding gigi

    permanen. Karies gigi menjadi penyebab utama masuknya bakteri ke dalam

    sistem saluran akar-periapikal. 7,9,10,11

    Bakteri adalah penyebab utama dari infeksi sistem saluran akar gigi.

    Infeksi saluran akar melibatkan agen polimikrobial yang merupakan kombinasi

    dari bakteri gram positif, gram negative, fakultatif anaerob, dan obligat anaerob.8

    Beberapa penelitian menunjukkan komposisi bakteri pada pulpa gigi yang

  • 4

    nekrotik dan menginfeksi saluran akar gigi. Bakteri fakultatif anaerob terindikasi

    terdapat dalam infeksi saluran akar yang merupakan bakteri umum dalam

    lingkungan rongga mulut.7

    Untuk mempertahankan gigi sulung yang mengalami infeksi saluran akar

    tetap pada lengkung rahang maka dilakukan perawatan terhadap saluran akar gigi

    anak. Keberhasilan perawatan infeksi saluran akar tergantung dari berkurangnya

    jumlah mikroorganisme pada saluran akar gigi.12 Perawatan infeksi saluran akar

    gigi diharapkan dapat menjaga fungsi gigi sulung hingga waktu erupsi gigi

    permanen.

    Perawatan infeksi bakteri ditentukan oleh eliminasi bakteri dengan

    pemberian bahan antibakteri. Klorheksidin 2% merupakan bahan edodontik

    kimiawi yang telah banyak digunakan pada perawatan saluran akar. Klorheksidin

    memilki spectrum aktivitas antibakteri yang luas dan memilki sifat substantivity,

    sifat substantivity membuat klorheksidin mempunyai efek terapuetik berlanjut

    yang dapat mengeliminasi bakteri secara stabil dalam waktu yang berlanjut.13

    Pada anak-anak dibutuhkan bahan antibakteri yang bersifat tidak toksik

    oleh karena itu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan alam berupa alga

    hijau spesies Caulerpa racemosa dan alga hijau spesies Caulerpa lentilifera

    sebagai salah satu potensi kekayaan alam yang berlimpah di wilayah Indonesia

    yang memiliki efek antibakteri dan membandingkannya dengan klorheksidin 2%

    sebagai bahan yang umum digunakan dalam praktek kedokteran gigi.

  • 5

    Berdasarkan uraian di atas tentang potensi alga maka penelitian ini

    dilakukan untuk menguji daya hambat Caulerpa racemosa dan Caulerpa

    lentilifera terhadap bakteri saluran akar gigi anak.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa saja bakteri yang terdapat dalam saluran akar gigi anak?

    2. Apakah esktrak alga hijau spesies Caulerpa racemosa dan ekstrak alga

    hijau spesies Caulerpa lentilifera memiliki daya hambat terhadap bakteri

    saluran akar gigi anak?

    1.3 Hipotesis Penelitian

    Alga hijau spesies Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera memilki daya

    hambat terhadap bakteri saluran akar gigi anak.

    1.4 Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengidentifikasi bakteri yang terdapat dalam saluran akar gigi

    anak.

    2. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa

    dan ekstrak alga hijau Caulerpa lentilifera dibandingkan dengan

    klorheksidin terhadap bakteri saluran akar gigi anak.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1. Mengetahui bakteri yang terdapat dalam saluran akar gigi anak.

  • 6

    2. Mengetahui efek daya hambat bahan alam ekstrak alga hijau Caulerpa

    racemosa dan Caulerpa lentilifera yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

    antibakteri terhadap bakteri saluran akar gigi anak.

    3. Mengetahui efektivitas alga hijau Caulerpa racemosa dan Caulerpa

    lentilifera dibandingkan dengan Klorheksidin 2%sebagai bahan

    medikamen saluran akar gigi anak.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Alga

    2.1.1 Sejarah Alga

    Alga laut sudah dikenal manusia, lama sejak manusia belum memasuki

    abad Masehi, yaitu sekitar 2.700 tahun SM. Saat itu bangsa Cina di bawah

    kekuasaan Dinasti Shen Nung telah mengenal serta memanfaatkan alga laut

    sebagai salah satu bahan baku pembuatan obat-obatan tradisional. Bangsa

    Romawi yang terkenal sebagai bangsa berkebudayaan tinggi masa itu, baru

    menjelang awal abad Masehi, yaitu sekitar 65 tahun SM, mengenal alga laut.

    Mereka memanfaatkan alga laut sebagai bahan baku pembuatan kosmetika.

    Sejalan dengan kemajuan pengetahuan manusia yang dipelopori negara-negara di

    Eropa, maka pemanfaatan rumput laut pun terus berkembang dan

    menyebar, terutama ke negara-negara Eropa Barat. Memanfaatkan alga laut

    sebagai bahan baku pembuatan gelas dan pupuk organik.12

    Pendayagunaan dan usaha budidaya secara ekonomis dan teknis alga

    laut baru dimulai pada akhir abad XVII. Pelopor usaha ini adalah negara Cina dan

    Jepang. Hal ini tidak mengherankan, karena kedua negara tersebut sudah mulai

    memanfaatkan rumput laut sejak 4.300 tahun silam. Sehingga sampai

    saat ini mereka, yaitu negara Cina dan Jepang masih dianggap unggul

    dalam masalah pemanfaatan serta usaha budidaya alga laut.12

  • 8

    2.1.2 Klasifikasi Alga12

    Alga atau ganggang dapat dibagi, dikelompokkan, atau diklasifikasikan

    menjadi 7 (tujuh) divisi. Pembagian atau klasifikasi tersebut umumnya

    didasarkan pada pigmentasi yang ada di dalam tubuh alga, yaitu :

    1. Divisi alga biru (Cyanophyta)

    2. Divisi alga hijau (Chlorophyta)

    3. Divisi (Euglenophyta)

    4. Divisi alga api (Pyrophy)

    5. Divisi alga keemasan (Chrysophyta)

    6. Divisi alga coklat (Phaeophyta)

    7. Divisi alga merah (Rhodophyta)

    2.1.3 Kandungan alga3,12

    2.1.3.1 Polisakarida dan turunan oligosakarida

    Polisakarida adalah komponen utama dari alga hijau, cokelat, dan merah,

    yang menjadi tempat penyimpanan dan fungsi struktural. Dinding sel alga terdiri

    atas berbagai jenis polisakarida termasuk asam alginik dan alginate, karagenan,

    agar, laminaran, fucoidans, ulvans, dan turunannya. Efek antimkroba bergantung

    pada beberapa faktor seperti distribusi, berat molekul, densitas, kandungan sulfat,

    serta struktural dan konformasi alga.

  • 9

    2.1.3.2 Lipid, asam lemak, sterol

    Kandungan lipid pada alga berkisar antara 0.12%-6.73%, dan utamanya

    terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan gliserolipid non-polar (lemak netral). Sterol

    adalah komponen struktural pada membran sel alga dan berfungsi untuk regulasi

    cairan dan permeabilitas membran. Sterol utama pada makroalga adalah kolestrol,

    fokusterol, isofukosterol, dan klionasterol.3,12

    2.1.3.3 Komponen fenolik

    Komponen fenolik pada alga adalah metabolit sekunder karena tidak

    terlibat langsung pada proses primer seperti fotosintesis, divisi sel atau reproduksi

    alga. Kandungan fenolik dicirikan dengan cincin aromatic dengan satu atau lebih

    gugus hidroksil. Keberadaan komponen fenolik sederhana seperti

    hidroksisinnamik dan asam benzoit dan trurunannya, dan flavonoid dilaporkan

    pada alga hijau, namun alga cokelat mempunyai komponen fenolik lebih banyak

    disbanding alga hijau dan merah. Efek antimkrobial merupakan akibat alterasi

    dari permeabilitas dinding sel mikroorganisme dan hilangnya makromolekul

    internal atau melalui interfensi fungsi membrane dan integritas seluler dan

    kematian sel periodik.

    2.1.3.4 Komponen lain

    Alga memilki kemampuan untuk memproduksi metabolit sekunder dengan

    efek antifungal, antiviral, antibakterial, antimacrofouling, dan antiprotozoal yang

    kuat. Metabolit sekunder tersebut contohnya adalah terpen, alkaloid, dan

    komponen halogen.

  • 10

    2.1.3.5 Pigmen

    Alga sebagai organisme yang berfotosintesis dapat mensintesis tiga

    pigmen dasar yang biasa ditemukan dalam alga laut seperti klorofil, karotenoid,

    dan pikobiliprotein. Ketiga jenis pigmen pada alga laut tersebut digunakan untuk

    mengklasifikan alga laut seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1.3.1 Pigment pada alga laut

    Jenis Alga laut Pigment

    Hijau (Chlorophyta)

    Klorofil a,klorofil b dan

    karotenoid (siponaxantin, siponein,

    lutein, violaxatin, dan zeaxantin)

    Merah ( Rhodophyta)

    Klorofil a, klorofil d dan

    pikobiliprotein (pikoeritrin dan

    pikosianin)

    Coklat (Phaeophyta)

    Klorofil a, klorofil c

    (c1 dan c2) dan karotenoid

    (fukoxantin, violaxantin, zeaxantin)

    Mekanisme antimikrobial dapat terlihat pada karotenoid yang diperoleh

    dari akumulasi lisosim dalam alga yang dapat menyebabkan lisisnya dinding sel

    bakteri. Karotenoid dapat ditemukan dalam alga hijau, alga merah, dan alga

    cokelat.3

    2.1.4 Manfaat Alga

    2.1.4.1 Farmasi

    Kandungan gizi alga sangat penting bagi tubuh manusia yang menjadikan

    alga tidak hanya sebagai bahan pangan saja tetapi juga dimanfaatkan dalam

    bidang farmasi untuk pertumbuhan, kesehatan, dan pengobatan manusia. Alga

    telah dimanfaatkan sebagai obat antiseptik dan pemeliharaan kulit. Selain itu

  • 11

    juga dimanfaatkan pada pembuatan pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan

    lain-lain.

    Di Indonesia terdapat 21 jenis dari 12 genus alga yang bisa dimanfaatkan

    sebagai obat, yang terdiri dari 11 jenis dari tujuh genus dari alga merah

    (Rhodophyceae), tujuh jenis dari empat genus alga hijau (Chlorophyceae), dan

    tiga jenis dari satu genus alga coklat (Phaeophyceae).12

    2.1.4.2 Kosmetik

    Saat ini penggunaan alga sudah digunakan dalam bidang kosmetik dan

    kesehatan. Berbagai jenis produk alga tidak hanya untuk mmpercantik diri tetapi

    juga untuk menjaga kesehatan. Alga merupakan salah satu biota akuatik yang

    mengandung nutrisi penting bagi tubuh manusia sehingga dapat dikonsumsi dan

    digunakan untuk merawat kulit dan tubuh. Pada industri kosmetik, olahan alga

    telah digunakan dalam produk salep, krem, losion, lipstik, dan sabun. 3,12

    2.1.4.3 Pangan

    Alga telah dimanfaatkan sebahai bahan makanan sejak lama, walaupun

    pemanfaatannya masih terbatas untuk konsumsi langsung. Sekitar 70 jenis alga

    laut telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan terutama di negara-negara

    Asia, seperti Cina, Jepang, Taiwan Filipina, Indonsia serta Negara-negara

    Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara, dan sebagian kecil negara di Afrika dan

    Amerika Selatan.

  • 12

    Karbohidrat yang terdapat pada alga merupakan vegetabel gum, yaitu

    karbohidrat yang banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa sehingga tidak

    dapat dicerna seluruhnya oleh enzim di dalam tubuh sehingga alga dapat

    dimanfaatkan menjadi makanan diet dengan sedikit kalori, berkadar serat tinggi.12

    2.1.4.4 Karaginan

    Karaginan (carrageenan) merupakan senyawa hidrokoloid yang

    merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diestraksi dari alga

    karaginofit (penghasilan karaginan), seperti Eucheuma sp, Kappaphycus sp,

    Chondrus sp, Hypnea sp..3

    2.1.4.5 Kesehatan Manusia

    Potensi alga sebagai komponen aktif dalam melawan mikroorganisme

    pathogen telah banyak diteliti diantaranya adalah sebagai antibakteri, antifungal,

    antiacne, terapi periodontitis, antiprotozoal, dan antiviral.3,15

    Potensi alga sebagai senyawa antibakteri telah teruji dalam berbagai

    penelitian. Lebih dari 80% alga telah diteliti untuk melihat efek antibakterial. 70%

    alga dapat digunakan sebagai antibakteri. Komponen alga seperti polisakarida,

    asam lemak polyunsaturated, phlorotannins, karotenoid, dan senyawa fenolik lain

    yang merupakan hasil matabolit dan bioaktif natural dapat dijadikan antibakteri.

    Beberapa penelitian telah menunjukkan potensi berbagai jenis alga laut terhadap

    berbagai jenis bakteri diantaranya adalah E. coli, Staphylococcus aureus,

    Streptococcus sp., dan Salmonella sp.3,10,12

  • 13

    2.1.4.6 Alginat

    Alginat merupakan senyawa hidrokoloid yang diesktraksi dari alga coklat

    (Phaeophyceae). Algin yang berbentuk asam alginik (alginic acid) merupakan

    getah berbentuk selaput tipis (membrane missilage) yang banyak digunakan oleh

    industri- industri besar maupun kecil.3.12

    2.2 Alga Hijau (Chlorophyceae)

    Jenis alga laut dari kelas Chlorophyceae umumnya berwarna hijau karena

    mengandung klorofil yang lebih dominan dibandingkan dengan alga dari kelas

    lainnya serta berbentuk talur berupa lembaran, batangan atau bulatan yang bersifat

    lunak, keras satau siphonous, terdiri atas uniseluler atau multiseluler. terdapat 15

    ordo dengan 11 ordo di antaranya hidup di laut dan hanya 3 ordo yang dominan

    hidup di pantai Indonesia yaitu Ulvales, Cladophorales, Caulerpales

    (Siphonales).12

    Dinding sel alga hijau sebagian besar terbat dari selulosa dengan beberapa

    penggabungan hemiselulosa dan kalsium karbonat pada beberapa spesies.

    Cadangan makanan dari alga hijau adalah pati dan sel-sel alga hijau dapat

    memiliki dua atau lebih organel yang dikenal sebagai flagella, yang digunakan

    dalam sebagai media pergerakan. Pigmen fotosintetik dari alga hijau adalah

    klorofil a dan b dan pigmen aksesorisnya yaitu karotenoid dan xanthophylls.3

  • 14

    2.2.1 Caulerpa racemosa

    Caulerpa racemosa adalah jenis alga laut hijau yang tumbuh secara alami

    di Indonesia dan banyak ditemukan serta dimanfaatkan masyarakat. Caulerpa

    racemosa telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran segar atau

    lalapan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ejstrak etil asetat dari Caulerpa

    racemosa adalah ekstrak dengan daya hmbat bakteri paling tinggi diantara

    delapan jenis alga lain.1 Penelitian Singkoh, M (2011) menunjukkan efek

    antibakteri Caulerpa racemosa terhadap bakteri E. tarda, Y. enterocolitics, dan P.

    stuartii. Dari hasil penelitian Dimara, L et all juga menunjukkan efek antibakteri

    dari Caulerpa racemosa terhadap Staphylococcus aureus dan Escheria coli.4,14

    Gambar 2.2.1.1 Caulerpa racemosa

    Taksonomi alga hijau Caulerpa racemosa adalah sebagai berikut: 1

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Viridiplantae

    Divisi : Chlorophyta

    Subdivisi : Chlorophytina

    Kelas : Ulvophyceae

  • 15

    Family : Caulerpaceae

    Genus : Caulerpa

    Spesies : Caulerpa racemosa

    2.2.2 Caulerpa lentillifera

    Caulerpa adalah kelompok alga hijau yang cukup cepat pertumbuhannya.

    Caulerpa lentillifera merupakan salah satu alga hijau jenis Caulerpa yang

    dimanfaatkan sebagai bahan makanan, misalnya sayuran oleh masyarakat lokal.

    Taksonomi alga hijau Caulerpa lentillifera sebagai berikut:15

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Chlorophyta

    Kelas : Chlorophyceae

    Ordo : Siphonales

    Famili : Caulerpaceae

    Genus : Caulerpa

    Spesies : Caulerpa lentillifera

    Gambar 2.2.2.2 Caulerpa Lentillifera

  • 16

    Secara keseluruhan alga disebut sebagai talus. Warna talus dari Caulerpa

    adalah hijau tua menyerupai warna daun. Hal ini disebabkan oleh terdapat plastida

    di dalam sel Caulerpa yang mengandung pigmen klorofil a dan b seperti pada

    warna hijau daun tumbuhan tingkat tinggi.16

    Caulerpa lentillifera memiliki thallus yang membentuk akar (berwarna

    hijau tua) dan ramuli. Ramuli berupa bulat-bulatan kecil yang teratur menutupi

    percabangan sepanjang 3-5 cm dan stolon dengan diameter 1-2 cm.Thallus

    tersebut memiliki tekstur lunak keras.15

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pattama dkk, Caulerpa

    lentillifera memiliki kandungan protein, mineral, vitamin, asam lemak, dan

    komposisi asam amino.4 Perez, M dalam penelitiannya pada tahun 2016

    menunjukkan Caulerpa lentilifera menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E.

    coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., dan Salmonella sp. Penelitian

    lainnya menunjukkan bahwa terdapat kandungan antibakteri pada Caulerpa

    lentillifera yang dapat menghambat pertumbuhan baketri S. aureus dan

    S.mutans.4,17

    2.3 Infeksi Saluran Akar Gigi Anak

    Infeksi saluran akar sebagian besar merupakan kelanjutan dari proses

    karies, trauma atau crack pada mahkota, kebocoran tepi restorasi yang tidak

    adekuat yang menyebabkan perforasi pulpa. Perforasi jaringan pulpa ke

    lingkungan rongga mulut akan memberikan akses bagi mikroorganisme untuk

  • 17

    masuk ke dalam saluran akar yang secara bertahap menyebabkan inflamasi dan

    bila berlanjut mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis.8,10,18,19

    Perforasi pulpa terutama disebabkan oleh karies terjadi lebih sering pada

    gigi susu daripada gigi permanen karena gigi susu mempunyai rongga pulpa yang

    relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol dan email serta dentin yang lebih

    tipis.18 Karakteristik fisiologis dan anatomis gigi sulung membuat akses masuk ke

    dalam saluran akar sulit. Pada beberapa bagian saluran akar, infeksi saluran akar

    terletak lebih dalam, di dalam kanal lateral, ramifikasi apikal, dan tubulus

    dentinalis sehingga perawatan saluran akar menjadi lebih rumit dilakukan.19

    Infeksi saluran akar terdiri atas dua jenis infeksi. Infeksi saluran akar

    primer adalah infeksi pada saluran akar yang tidak dilakukan perawatan, dimana

    mikroorganisme telah memilki akses untuk membentuk koloni di dalam jaringan

    pulpa dan menyebabkan disfungsi. Infeksi saluran akar sekunder adalah infeksi

    pada saluran akar yang timbul akibat kegagalan prawatan saluran akar yang

    menyebabkan infeksi yang persisten pada sistem saluran akar.11

    Perawatan pada infeksi endodontik berdasar kepada eliminasi infeksi

    saluran akar.8 Kontrol infeksi saluran akar dilakukan untuk mencegah penyebaran

    infeksi ke dalam medulla tulang dan juga mencegah infeksi mengenai benih gigi

    permanen yang terletak sangat dekat dengan akar gigi sulung.20

    2.3.1 Jalur Infeksi

    Ada berbagai jalur agar mikroorganisme bisa mencapai pulpa. Berikut

    adalah berbagai jalur mikroorganisme dapat mencapai pulpa:

  • 18

    2.3.1.1 Tubulus dentinalis

    Setelah terjadi karies gigi atau selama prosedur perawatan gigi

    berlangsung, mikroorganisme dapat masuk ke dalam arah sentripetal untuk

    mencapai pulpa. Bakteri mendapat akses menuju ke pulpa jika terdapat jarak

    antara lesi karies dan pulpa adalah 0.2 mm.21

    2.3.1.2 Kavitas yang terbuka

    Perforasi pulpa secara langsung akibat trauma seperti fraktur mahkota atau

    kesalahan iatrogenik selama prosedur operatif, menyebabkan rusaknya barrier

    fisik antara struktur gigi dan menyebabkan pulpa berkontak dengan lingkungan

    septik rongga mulut.21

    2.3.1.3 Membran periodontal

    Mikroorganisme dari sulkus gingival bisa mencapai kamar pulpa melalui

    membran periodontal, menggunakan jalur lateral atau foramen apikal. Jalur

    tersebut menjadi jalur yang yang bisa digunakan mikroorganisme selama

    profilaksis dental, luksasi gigi, dan sebagai hasil migrasi epitelial selama

    pembentukan poket periodontal.21

    2.3.1.4 Aliran darah

    Bakteremia sementara dapat muncul akibat berbagai alasan. Munculnya

    bakteri dalam darah akan tertarik menuju pulpa gigi akibat trauma atau prosedur

    operatif yang bisa menghasilkan inflamasi tanpa adanya pulpa yang terbuka.

  • 19

    Masuknya bakteri melalui darah atau limfe dikenal sebagai anakoresis, yang

    menjadi jalur infeksi endodontik.21

    2.3.1.5 Restorasi yang gagal

    Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kontaminasi saliva dari

    aspek oklusal dapat mencapai area periapikal kurang dari enam minggu setelah

    obturasi dengan gutta-percha dan sealer. Jika tambalan sementara rusak atau

    struktur gigi fraktur sebelum restorasi permanen, atau jika restorasi permanen

    tidak adekuat, bakteri dapat tertarik menuju jaringan periapikal dan menghasilkan

    infeksi.21

    2.3.1.6 Migrasi

    Mikroorganisme dapat mencapai kanal lateral atau kanal utama dari gigi

    yang terinfeksi menuju pulpa sebagai hasil dari reaksi jaringan, melalui jalur itu

    infeksi dapat menyebar ke gigi sekitarnya.18

    2.3.1.7 Resorpsi Gigi Sulung

    Melalui resorpsi internal dan eksternal dari gigi sulung yang dapat

    menyebabkan tereksposnya pulpa. 22

    2.4 Bakteri Saluran Akar Gigi Anak

    Bakteri saluran akar gigi anak terdiri dari berbagai jenis spesies yang

    kompleks. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri pada saluran akar gigi

  • 20

    yang asimptomatik berbeda dengan bakteri saluran akar gigi yang simptomatik.

    Bakteri tersebut terdiri atas bakteri aerob mauun bakteri anaerob.22

    Pada penelitian awal ditemukan beberapa spesies diantaranya

    Streptococci, Micrococci, dan sejumlah kecil bakteri anaerob pada infeksi saluran

    akar maupun penyakit periradikular. Bakteri anaerob meliputi 90% dari bakteri

    penyebab infeksi saluran akar. Berdasarkan temuan tersebut, ternyata penyebab

    infeksi saluran akar tidak hanya satu macam bakteri tetapi berbagai macam bakteri

    yang terlibat termasuk organisme anaerob seperti Porphyromonas, Bacterioides

    gingivalis, Phorphyromonas, Bacterioides endodontalis, dan Prevotella

    bacterioides buccae yang dinamakan Bacterioides spesies.23

    Penelitian Kutllovcki (2015), menunjukkan 202 jenis bakteri yang terdapat

    pada infeksi saluran akar gigi anak. Bakteri aerob sebesar 60,6%, 38% bakteri

    anaerob, 2% spesies Candida, dan sekitar 0,5% tidak dapat diidentifikasi.24

    Pada infeksi saluran akar primer black-pigmentes bacteria (BPB) adalah

    bakteri yang paling banyak ditemukan di dalam saluran akar gigi sulung.

    Prevotella dan Porphyromonas sp. adalah spesies dari black-pigmentes bacteria

    (BPB) adalah yang paling sering dikaitkan dengan infeksi saluran akar primer.

    Pada infeksi saluran akar spesies Prevotella seperti P. intermedia dan P.

    nigrescens adalah yang paling sering ditemukan25. Beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa alpha hemolytis Streptococcus juga banyak ditemukan dari

    saluran akar.26

  • 21

    2.4.1 Bakteri Anaerob 22,24

    1. Gram positif kokus, Peptostreptococcus

    2. Gram positif batang, Laktobasilus, Propionobakterium, Actinomyces,

    Eubakterium

    3. Gram negatif kokus, Veilonella parvula

    4. Gram negative batang, Bacteroides, Fusobakterium

    2.4.2 Bakteri Aerob 22,24

    1. Streptococcus, S. mitis, S. oralis, S. pyogenes

    2. Staphylococcus, Staphylococcus epidermidis

    3. Diphteroids

    2.5 Klorheksidin

    Klorheksidin glukonat telah digunakan selama lebih dari 50 tahun sebagai

    pencegah karies, terapi periodontal, dan pencuci mulut antispetik.

    Sifat Klorheksidin

    Klorheksidin merupakan basa kuat dan paling stabil dalam bentuk

    garam klorheksidin diglukonat yang larut dalam air. Struktur formula dari

    Kloreksidin terdiri dari dua rantai simetrik cincin 4-kloropenil dan kelompok

    biguanida yang dihubungkan oleh rantai sentral hexametilen.5,11,27,28

  • 22

    Manfaat

    Kloreksidin memilki daya antibakteri berspektrum luas, toksisitasnya

    rendah, dan larut dalam air. Serta merupakan antiseptik kuat yang berbentuk

    larutan dan digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar dengan konsentrasi

    sebesar 0,12% dan konsentrasi 2% untuk sterilisasi saluran akar. Sebagai bahan

    desinfeksi saluran akar Kloreksidin efektif terhadap Enterococcus faecalis

    maupun biofilmnya yang merupakan bakteri dominan pada infeksi sekunder

    perawatan saluran akar sehingga menyebabkan kegagalan perawatan saluran

    akar.5,27

    Efektivitas klorheksidin berkurang dengan adanya protein dan matriks

    dentin organik. Kloreksidin tidak dapat melarutkan substansi organik dan

    keberadaan jaringan nekrotik pada saluran akar. Klorheksidin dapat ditemukan

    dalam bentuk larutan berbasis air, gel dan kombinasi larutan dengan bahan aktif

    lain.11,29