15
UJI AKTIVITAS AMILASE Mega Trinova D, Rico S, Nur Fitriatuzzakiyyah, Ani Hanifah, Hendita F Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran [email protected] ABSTRAK Enzim merupakan molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Salah satunya adalah amilase yang dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan aktivitas amilase dari fraksi protein. Dalam percobaan ini bahan yang digunakan berupa fraksi protein, kalium iodide, HCl, Iodin, Kalium dihidrogen fosfat dan dikalium hydrogen fosfat. Pengukuran aktivitas amilase dilakukan berdasarkan kepada kemampuan enzim tersebut dalam mengurai substrat (polisakarida) menjadi monosakarida dalam bentuk gula pereduksi, pada satuan waktu tertentu. Proses pengujian aktivitas amilase dilakukan dengan pembuatan kurva standar pati (duplo),uji aktivitas amilase pada variasi suhu (duplo) dan uji aktivitas amilase pada variasi pH (duplo). Hasil yang didapatkan berupa suhu lingkungan dan pH sangat mempengaruhi aktivitas enzim amilase, dari percobaan aktivitas amilase yang optimal terdapat pada suhu 27 0 C dengan konsentrasi pati terbesar berada pada fraksi 3 yaitu 1,1257 sedangkan pada variasi pH aktivitas amilase optimal terdapat pada pH 4,5 dengan konsentrasi pati terbesar berada pada fraksi 3 yaitu 1,780. Kata kunci : Absorbansi, aktivitas amilase, kurva standar, pati

Uji Aktivitas Amilase_Kelompok 2_Kamis 10

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mikrobiologi

Citation preview

  • UJI AKTIVITAS AMILASE

    Mega Trinova D, Rico S, Nur Fitriatuzzakiyyah, Ani Hanifah, Hendita F

    Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

    [email protected]

    ABSTRAK

    Enzim merupakan molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino

    dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Salah satunya adalah

    amilase yang dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.

    Percobaan ini bertujuan untuk menentukan aktivitas amilase dari fraksi protein.

    Dalam percobaan ini bahan yang digunakan berupa fraksi protein, kalium iodide,

    HCl, Iodin, Kalium dihidrogen fosfat dan dikalium hydrogen fosfat. Pengukuran

    aktivitas amilase dilakukan berdasarkan kepada kemampuan enzim tersebut dalam

    mengurai substrat (polisakarida) menjadi monosakarida dalam bentuk gula pereduksi,

    pada satuan waktu tertentu. Proses pengujian aktivitas amilase dilakukan dengan

    pembuatan kurva standar pati (duplo),uji aktivitas amilase pada variasi suhu (duplo)

    dan uji aktivitas amilase pada variasi pH (duplo). Hasil yang didapatkan berupa suhu

    lingkungan dan pH sangat mempengaruhi aktivitas enzim amilase, dari percobaan

    aktivitas amilase yang optimal terdapat pada suhu 270C dengan konsentrasi pati

    terbesar berada pada fraksi 3 yaitu 1,1257 sedangkan pada variasi pH aktivitas

    amilase optimal terdapat pada pH 4,5 dengan konsentrasi pati terbesar berada pada

    fraksi 3 yaitu 1,780.

    Kata kunci : Absorbansi, aktivitas amilase, kurva standar, pati

  • ABSTRACT

    Enzymes are molecules composed of a series biopolymer amino acids in the

    composition and arrangement of chain constant and regular. One is the amylase that

    can break bonds in the starch to form maltose. This experiment aims to determine the

    amylase activity of the protein fraction. In this experiment, the materials used in the

    form of a protein fraction, potassium iodide, HCl, iodine, potassium dihydrogen

    phosphate and hydrogen phosphate dikalium. Measurement of amylase activity is

    based on the ability of these enzymes in breaking down the substrate

    (polysaccharides) into monosaccharides in the form of a reducing sugar, at a certain

    time unit. Amylase activity test process is done by making the standard curve starch

    (Duplo), amylase activity test at temperature variations (Duplo) and amylase activity

    test at various pH (Duplo). Results obtained in the form of environmental temperature

    and pH affect the activity of the enzyme amylase, amylase activity of optimal

    experiment contained at a temperature of 270C with the largest starch concentrations

    are in the third fraction is 1.1257 while the optimum pH variation contained amylase

    activity at pH 4.5 with starch concentration is highest in fraction 3 is 1.780.

    Keywords: Absorbance, amylase activity, standard curves, starch

  • PEDAHULUAN

    Enzim merupakan protein yang

    berfungsi sebagai biokatalis dalam sel

    hidup. Kelebihan enzim dibandingkan

    katalis biasa adalah (1) dapat

    meningkatkan produk beribu kali lebih

    tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif

    netral dan suhu yang relatif rendah;

    dan (3) bersifat spesifik dan selektif

    terhadap subtrat tertentu. Enzim telah

    banyak digunakan dalam bidang

    industri pangan, farmasi dan industri

    kimia lainnya. Dalam bidang pangan

    misalnya amilase, glukosa-isomerase,

    papain, dan bromelin, sedangkan

    dalam bidang kesehatan contohnya

    amilase, lipase, dan protease. Enzim

    dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan

    dan mikroorganisme (Azmi, 2006).

    Enzim bekerja dengan cara

    menempel pada permukaan molekul

    zat-zat yang bereaksi dan dengan

    demikian mempercepat proses reaksi.

    Percepatan terjadi karena enzim

    menurunkan energi pengaktifan yang

    dengan sendirinya akan mempermudah

    terjadinya reaksi. Sebagian besar

    enzim bekerja secara khas, yang

    artinya setiap jenis enzim hanya dapat

    bekerja pada satu macam senyawa atau

    reaksi kimia. Hal ini disebabkan

    perbedaan struktur kimia tiap enzim

    yang bersifat tetap. Sebagai contoh,

    enzim -amilase hanya dapat

    digunakan pada proses perombakan

    pati menjadi glukosa (Taufik, 2007).

    Beberapa enzim membutuhkan

    baik koenzim maupun satu atau lebih

    ion logam bagi aktivitasnya. Pada

    beberapa enzim, koenzim atau ion

    logam hanya terikat secara lemah atau

    dalam waktu sementara pada protein,

    tetapi pada enzim lain senyawa ini

    terikat kuat, atau terikat secara

    permanen yang dalam hal ini disebut

    gugus prostetik. Enzim yang

    strukturnya sempurna dan aktif

    mengkatalisis, bersama-sama dengan

    koenzim atau gugus logamnya disebut

    holoenzim. Koenzim dan ion logam

    bersifat stabil sewaktu pemanasan,

    sedangkan bagian protein enzim akan

    terdenaturasi oleh pemanasan

    (Lehninger, 1982).

    Fungsi suatu enzim adalah

    sebagai katalis untuk proses biokimia

    yang terjadi dalam sel maupun luar sel.

    Suatu enzim dapat mempercepat reaksi

  • 108 sampai 1011 kali lebih cepat

    apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa

    katalis. Jadi enzim dapat berfungsi

    sebagai katalis yang sangat efisien, di

    samping itu mempunyai derajat

    kekhasan yang tinggi. Seperti juga

    katalis lainnya, maka enzim dapat

    menurunkan energi aktivasi suatu

    reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang

    membutuhkan enenrgi (reaksi

    endergonik) dan ada pula yang

    menghasilkan energi atau

    mengeluarkan energi (eksergonik)

    (Poedjiadi, 2005).

    Menurut Poedjiadi (2005),

    faktor-faktor yang mempengaruhi kerja

    enzim, antara lain :

    1. Konsentrasi enzim, seperti pada

    katalis lain kecepatan suatu reaksi

    yang menggunakan enzim

    bergantung pada konsentrasi enzim

    tersebut. Pada suatu konsentrasi

    substrat tertentu, kecepatan reaksi

    bertambah dengan bertambahnya

    konsentrasi enzim.

    2. Konsentrasi substrat, pada

    konsentrasi substrat rendah, bagian

    aktif enzim ini hanya menampung

    substrat sedikit. Bila konsentrasi

    substrat diperbesar, makin banyak

    substrat yang dapat berhubungan

    dengan enzim pada bagian aktif

    tersebut.

    3. Suhu, enzim merupakan suatu

    protein sehingga kenaikan suhu

    dapat menyebabkan terjadinya

    proses denaturasi. Apabila terjadi

    denaturasi, maka bagian aktif

    enzim akan terganggu dan dengan

    demikian konsentrasi efektif enzim

    menjadi berkurang dan kecepatan

    reaksinya menurun.

    4. Pengaruh pH, struktur ion enzim

    bergantung pada pH

    lingkungannya. Perubahan pH

    lingkungan akan berpengaruh

    terhadap efektivitas bagian aktif

    enzim dalam membentuk kompleks

    enzim substrat. Di samping

    pengaruh terhadap struktur ion

    pada enzim, pH rendah atau tinggi

    dapat pula menyebabkan

    menurunnya aktivitas enzim.

    5. Pengaruh inhibitor, molekul atau

    ion yang yang dapat menghambat

    reaksi dinamakan inhibitor.

    Hambatan merupakan mekanisme

    pengaturan reaksi-reaksi yang

  • terjadi dalam tubuh kita. Inhibitor

    ini dapat menyebabkan

    menurunnya aktivitas enzim.

    Di dalam sel dan lingkungan

    sel sekelilingnya, pH dalam keadaan

    normal harus tetap sebab adanya

    perubahan akan menyebabkan

    pergeseran aktivitas enzim. Hal ini

    akan mempengaruhi dan mengacaukan

    sistem katabolik dan anabolik dalam

    sel jaringan (Girindra, 1993).

    METODE

    Alat dan Bahan

    a. Alat

    Tabung reaksi, beaker glass 100

    mL, batang pengaduk, gelas ukur

    25 mL, pipet tetes.

    b. Bahan

    Pati larut, Kalium dihidrogen

    fosfat, Dikalium hidrogen fosfat,

    HCl, Iodin, Kalium iodide

    Prosedur

    1. Gelatinisasi pati larut

    Ditambahkan 40 mL pati larut 1%

    pada 50 mL aquades mendidih

    dalam beaker glass, sambil

    diaduk. Digenapkan hingga 100

    mL dengan air. Larutan pati

    tergelatinisasi dibiarkan dingin

    pada suhu kamar (konsentrasi pati

    4 mg/mL). Diambil 1 mL larutan

    pati tergelatinisasi, diencerkan

    hingga 100 mL dengan aquades.

    Larutan ini digunakan sebagai

    larutan stok (substrat) untuk

    pengujian (konsentrasi 0,04

    mg/mL = 40 g/mL).

    2. Pembuatan kurva standar pati

    (duplo)

    Tabung reaksi diisi 2,5 mL larutan

    stok, 1,75 mL dapar fosfat 0,1 M

    pH 5,6 dan 0,75 mL aquades.

    Diambil campuran reaksi (variasi

    volume, lihat tabel) dan pindahkan

    ke tabung reaksi lain berisi 1,5 mL

    HCl 10% untuk menghentikan

    reaksi. Ditambahkan 1,5 mL

    indikator (larutan iodin-kalium

    iodida). Absorbansi dibaca pada

    620 nm. Blanko dibuat dengan

    komposisi yang sama dengan

    campuran reaksi kecuali tanpa

    penambahan indikator.

    3. Uji aktivitas amilase pada

    variasi suhu (duplo)

    Tabung reaksi diisi 2,5 mL larutan

    stok, 1,75 mL dapar fosfat 0,1 M

  • pH 5,6 dan 0,75 mL ekstrak

    amilase. Diinkubasi campuran

    reaksi pada 27 dan 57C selama

    30 menit. Diambil 1 mL campuran

    reaksi dan pindahkan ke tabung

    reaksi lain berisi 3 mL HCl 10%

    untuk menghentikan reaksi.

    Ditambahkan 3 mL indikator

    (larutan iodin-kalium iodida).

    Absorbansi dibaca pada 620 nm,

    konsentrasi pati terhidrolisis

    dikalikan dengan faktor

    pengenceran. Blanko dibuat.

    Jumlah pati terhidrolisis per

    satuan waktu ditentukan dari

    kurva standar konsentrasi pati

    (substrat) terhadap absorbansi.

    4. Uji aktivitas amilase pada

    variasi pH (duplo)

    Tabung reaksi diisi 2,5 mL larutan

    stok, 1,75 mL dapar pH 4,5; 5,6

    dan 0,75 mL ekstrak amilase.

    Diinkubasi campuran reaksi pada

    37 C selama 30 menit.3. Diambil

    1 mL campuran reaksi dan

    pindahkan ke tabung reaksi lain

    berisi 3 mL HCl 10% untuk

    menghentikan reaksi.

    Ditambahkan 3 mL indikator

    (larutan iodinkalium iodida).

    Absorbansi dibaca pada 620 nm,

    konsentrasi pati terhidrolisis

    dikalikan dengan faktor

    pengenceran. Blanko dibuat.

    Jumlah pati terhidrolisis per

    satuan waktu ditentukan dari

    kurva standar konsentrasi pati

    (substrat) terhadap absorbansi.

    PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini

    praktikan hanya melakukan tiga

    prosedur yaitu pembuatan kurva

    standar pati (duplo),uji aktivitas

    amilase pada variasi suhu (duplo) dan

    uji aktivitas amilase pada variasi pH

    (duplo).Untuk bahannya sendiri antara

    prosedur satu dengan prosedur lainnya

    sama ,yang berbeda hanya dalam

    berbagai pengujiannya.Yang pertama

    mengenai pembuatan kurva standar

    pati dimana tabung reaksi diisi dengan

    larutan stok,larutan stok adalah larutan

    yang berisi satu atau lebih komponen

    media yang konsentrasinya lebih besar

    dari konsentrasi komponen tersebut

    dalam formulasi media akan dibuat

    (Manullang et al 2006). Lalu

  • ditambahkan dapar fosfat dimana

    sangat berguna dalam cairan

    intraseluler sebab besarnya konsentrasi

    fosfat dalam cairan ini beberapa kali

    besarnya konsentrasi fosfat dalam

    cairan ekstraseluler, dan juga oleh

    karena besarnya pH cairan intraseluler

    biasanya lebih dekat ke besarnaya pK

    sistem dapar fosfat daripada ke

    besarnya pH cairan ekstraseluler

    (Guyton, 2012) lalu menambahkan

    aquades setelah itu di ambil campuran

    reaksi dengan variasi volum yang

    berbeda dan dipindahkan ke tabung

    reaksi lain yang telah berisi HCL 10%

    untuk menghentikan reaksi. Suatu

    enzim amylase akan terhenti

    aktivitasnya sebab enzim memiliki

    gugus protein. HCl yang ditambahkan

    kedalam larutan sampel akan

    mempengaruhi gugus karboksil dalam

    enzim sehingga H+ pada HCl akan

    mengikat gugus karboksil dan

    meningkatkan asam. Berdasarkan hal

    tersebut struktur protein yang

    seharusnya memiliki gugus yang

    berlawanan yaitu negative dan positif.

    Dari penambahan H+ ini akan

    membuat muatan pada struktur protein

    tersebut akan cenderung keduanya

    positif maka rantai atau struktur

    protein tersebut akan pecah.Dengan

    begitu enzim akan inaktif atau tidak

    memiliki aktivitas.Lalu di tambahkan

    indikator yaitu iodin-kalium iodida

    dimana nama lain untuk indikator ini

    adalah Larutan iodium Lugol yang

    mana sering digunakan sebagai

    antiseptik dan desinfektan, untuk

    desinfeksi darurat air minum, dan

    sebagai reagen untuk melacak pati

    dalam uji rutin laboratorium dan

    medis. Penggunaan tersebut mungkin

    karena larutan ini merupakan sumber

    dari unsur iodium bebas yang efektif,

    yang mudah dihasilkan dari ekuilibrasi

    antara molekul-molekul unsur iodium

    dan ion triodida dalam larutan

    tersebut.Selain itu, metode yang

    digunakan untuk uji amylase ini yaitu

    metode caraway-somogyi dimana

    menggunakan iodine atau kalium

    iodide. Metode ini menggunakan

    spektrofotometer dalam pengukuran

    penurunan absorbansi pati yang terjadi

    karena aktivitas amylase yang

    mendegradasi pati pada ikatan

    glikosidiknya. Setelah penambahan

  • iodine-kalium iodide ke dalam larutan

    maka iodine-kalium iodide akan

    berikatan dengan sisa pati yang tidak

    terhidrolisis. Sehingga pada

    spektrofotometer dapat terbaca

    absorbansinya.Lalu absorbansi dibaca

    pada 620 nm.Setelah itu dibuatkanlah

    blanko dimana fungsi dari blanko itu

    sendiri adalah untuk mengoreksi

    serapan yang disebabkan pelarut

    pereaksi, sel ataupun pengaturan alat

    (febrianto,2013).

    Prosedur yang kedua adalah uji

    aktivitas amilase terhadap variasi suhu

    dimana hanya digunakan dua variasi

    suhu saja yaitu suhu 27 dan 57C.

    Aktivitas enzim sangat dipengaruhi

    oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu

    optimal antara 35C dan 40C, yaitu

    suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di

    bawah optimalnya, aktivitas enzim

    berkurang. Di atas suhu 50C enzim

    secara bertahap menjadi inaktif karena

    protein terdenaturasi. Pada suhu 100C

    semua enzim rusak. Pada suhu yang

    sangat rendah, enzim tidak benar-

    benar rusak tetapi aktivitasnya sangat

    banyak berkurang (Gaman &

    Sherrington, 1994). Enzim memiliki

    suhu optimum yaitu sekitar 180-230C

    atau maksimal 400C karena pada suhu

    450C enzim akan terdenaturasi karena

    merupakan salah satu bentuk protein.

    (Tranggono & Setiadji, 1989).

    Suhu yang tinggi akan

    menaikkan aktivitas enzim namun

    sebaliknya juga akan mendenaturasi

    enzim (Martoharsono, 1994).

    Peningkatan temperatur dapat

    meningkatkan kecepatan reaksi karena

    molekul atom mempunyai energi yang

    lebih besar dan mempunyai

    kecenderungan untuk berpindah.

    Ketika temperatur meningkat, proses

    denaturasi juga mulai berlangsung dan

    menghancurkan aktivitas molekul

    enzim. Hal ini dikarenakan adanya

    rantai protein yang tidak terlipat

    setelah pemutusan ikatan yang lemah

    sehingga secara keseluruhan kecepatan

    reaksi akan menurun (Lee, 1992).

    Yang terakhir adalah pengujian

    amilase dengan variasi pH dimana

    variasi pH yang di gunakan adalah 4,5

    dan 5,6.Salah satu lingkungan yang

    berpengaruh terhadap kerja enzim

    adalah pH. pH optimal enzim adalah

    sekitar pH 7 (netral) dan jika medium

  • menjadi sangat asam atau sangat

    alkalis enzim mengalami inaktivasi

    (Gaman & Sherrington, 1994).

    Suasana yang terlalu asam atau

    alkalis menyebabkan denaturasi

    protein dan hilangnya secara total

    aktivitas enzim. Pada sel hidup,

    perubahan pH sangat kecil. Enzim

    hanya aktif pada kisaran pH yang

    sempit. Oleh karena itu media harus

    benar-benar dipelihara dengan

    menggunakan buffer (larutan

    penyangga). Jika enzim memiliki lebih

    dari satu substrat, maka pH

    optimumnya akan berbeda pada suatu

    substrat (Tranggono & Sutardi, 1990).

    Tiap enzim memiliki karakteristik pH

    optimal dan aktif dalam range pH yang

    relatif kecil, dalam banyak kasus,

    bentuk kurva menandakan dari

    keaktifan enzim berbanding pH yang

    terkandung di dalamnya (Almet &

    Trevor, 1991).

    Pengukuran aktivitas amilase

    dilakukan berdasarkan kepada

    kemampuan enzim tersebut dalam

    mengurai substrat (polisakarida)

    menjadi monosakarida dalam bentuk

    gula pereduksi, pada satuan waktu

    tertentu. Akurasi pengukuran dapat

    dicapai bila proses deteksi gula

    pereduksi berlangsung optimum. Oleh

    karena itu dalam menentukan aktivitas

    amilase dan glukanase diperlukan

    reagen yang bisa menjaga kestabilan

    produk hidrolisisnya, dalam percobaan

    ini digunakan kalium iodide.

    .Kandungan pati pada fraksi

    protein merupakan gambaran kuantitas

    enzim amilase yang terkandung, dan

    berfungsi untuk menentukan aktivitas

    enzim amilase dari fraksi protein.

    Konsentrasi pati ditetapkan

    berdasarkan larutan pati tergelatinisasi

    (kurva baku). Kurva standar dibuat

    dari larutan pati tergelatinisasi

    ditambah dapar posfat, HCl dan

    indikator, kemudian absorbansidibaca

    pada panjang gelombang 620 nm.

    Sampel diukur dengan cara yang sama

    dengan mengganti larutan pati

    tergelatinisasi dengan sampel.

    Absorbansi dan konsentrasi larutan

    pati tergelatinisasi (kurva baku)

    No. Konsentrasi Absorbansi

    1 0.4 1.183

  • 2 0.6 1.2411

    3 0.8 1.4075

    4 1 1.7355

    Kurva baku

    Dari kurva baku di atas didapatkan

    a = 0.91195

    b = 0.75341

    r = 0.9486832981

    Persamaan garis

    Y = ax + b

    y = 0.91195x + 0.75341

    a. Pengaruh suhu

    Aktivitas enzim dipengaruhi

    oleh suhu lingkungannya. Suhu

    optimum aktivitas amilase adalah

    sekitar 25 C - 30 C. Suhu yang

    optimal bagi aktivitas amilase diikuti

    dengan semakin efisiennya pengikatan

    gula pereduksi oleh kalium iodida.

    Absorbansi dan konsentrasi larutan

    pati terhidrolisis pada variasi suhu

    Suh

    u

    (oC)

    Fraks

    i

    Konsentra

    si pati

    Absorban

    si

    27o

    C

    1 0.577 1.280

    2 0.866 1.543

    3 1.154 1.806

    57o

    C

    1 0.687 1.380

    2 0.655 1.351

    3 0.808 1.490

    Perhitungan konsentrasi pati variasi

    suhu

    Suhu 27oC

    Fraksi 1

    y = 1.280

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.280 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.52659

    X = 0.577

    Fraksi 2

    y = 1.543

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    0.4 0.6 0.8 1

    Absorbansi

    Absorbansi

  • y = 0.91195x + 0.75341

    1.543 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.78959

    X = 0.866

    Fraksi 3

    y = 1.806

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.806 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 1.05259

    X = 1.154

    Suhu 57oC

    Fraksi 1

    y = 1.380

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.380 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.62659

    X = 0.687

    Fraksi 2

    y = 1.351

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.351 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.59759

    X = 0.655

    Fraksi 3

    y = 1.490

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.490 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.73659

    X = 0.808

    Jika dilihat dari grafik diatas,

    aktivitas amilase cenderung menurun

    dengan adanya peningkatan suhu dan

    dari ketiga fraksi, fraksi 3

    menunjukkan konsentrasi pati tertinggi

    jadi kemungkinan kadar amilase

    tertinggi terdapat pada fraksi ke 3.

    Suhu lingkungan yang lebih

    tinggi dari suhu optimal suatu enzim

    dapat menyebabkan aktivitas enzim

    amilase terhambat. Penurunan aktivitas

    pada suhu tinggi terjadi karena struktur

    molekul enzim tersebut mengalami

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    1.6

    1.8

    2

    fraksi 1fraksi 2fraksi 3

    Ab

    sorb

    ansi

    aktivitas amilase variasi suhu

    suhu27oC

    suhu57oC

  • denaturasi. Akibatnya sisi aktif enzim

    tidak sesuai lagi dengan substratnya.

    Selain itu, struktur molekul dari

    substrat pun dapat mengalami

    perubahan konformasi, sehingga

    mengalami hambatan untuk mencapai

    lokasi aktif enzim.

    Hal lain yang menyebabkan

    penurunan aktivitas diduga karena

    ekskresi enzim protease yang dapat

    menyebabkan autolisis protein enzim,

    sehingga afinitasnya terhadap substrat

    mengalami penurunan dan mungkin

    pada akhirnya hilang.

    b. Pengaruh pH

    Umumnya enzim memiliki

    efektifitas maksimum pada pH

    optimum, yang lazimnya berkisar

    antara pH 4,5 - 8.0. Tetapi ada

    beberapa enzim yang kisaran pHnya

    sempit, misalnya peptin yang kisaran

    pHnya 1,8 dan arginase yang

    mempunyai pH optimum 10,0. Pada

    pH yang terlalu tinggi atau terlalu

    rendah umumnya enzim menjadi non

    aktif secara irreversibel karena

    menjadi denaturasi protein

    Absorbansi dan konsentrasi larutan

    pati terhidrolisis pada variasi pH

    pH Fraksi Konsentrasi

    pati Absorbansi

    4.5

    1 0.576 1.279

    2 0.9196 1.592

    3 1.0785 1.737

    5.6

    1 0.575 1.278

    2 1.052 1.713

    3 1.1257 1.780

    Perhitungan konsentrasi pati

    variasi pH

    pH 4.5

    Fraksi 1

    y = 1.279

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.279 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.52559

    X = 0.576

    Fraksi 2

    y = 1.592

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.592 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.83859

    X = 0.9196

    Fraksi 3

    y = 1.737

  • y = 0.91195x + 0.75341

    1.737 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.98359

    X = 1.0785

    pH 5.6

    Fraksi 1

    y = 1.278

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.278 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.52459

    X = 0.575

    Fraksi 2

    y = 1.713

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.713 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 0.95959

    X = 1.052

    Fraksi 3

    y = 1.780

    y = 0.91195x + 0.75341

    1.780 = 0.91195x + 0.75341

    0.91195x = 1.02659

    X = 1.1257

    Berdasarkan grafik dari hasil

    percobaan dapat dilihat bahwa

    aktivitas amilase menjadi lebih efektif

    pada ph lebih tinggi yaitu pada pH 5.6

    dan pada ph yang lebih rendah yaitu

    pada Ph 4.5 aktivitasnya menurun.

    Hal ini sesuai dengan literature

    yang menyatakan bahwa pH optimum

    untuk aktivitas amilase terjadi pada

    daerah dengan pH asam rendah (nilai

    pH berkisar antara 5,5 dan 6,5),

    walaupun aktivitas amilase total juga

    kemungkinan dapat terjadi pada nilai

    pH dengan interval yang lebih luas

    (5,5 7,0), yaitu sesuai dengan data

    dari literatur ydimana pH untuk

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    Ab

    sorb

    ansi

    kurva aktivitas amilase

    variasi pH

    pH 4.5

    pH 5.6

  • amilase signifikan berada antara 4,5

    dan 8,0.

    Pada seluruh kelompok

    percobaan (variasi suhu dan variasi

    pH) aktivitas amilase tertinggi

    ditunjukkan oleh fraksi 3, dengan

    konsentrasi pati sebesar 1.1257 pada

    pH 5.6; 1.0785 pada pH 4,5; pada

    suhu 270C 1.154 dan pada suhu 570C

    0.808.

    SIMPULAN

    Suhu lingkungan dan pH sangat

    mempengaruhi aktivitas enzim

    amilase, dari percobaan aktivitas

    amilase yang optimal terdapat pada

    suhu 270C dengan konsentrasi pati

    terbesar berada pada fraksi 3 yaitu

    1,1257 sedangkan pada variasi pH

    aktivitas amilase optimal terdapat pada

    pH 4,5 dengan konsentrasi pati

    terbesar berada pada fraksi 3 yaitu

    1,780.

    Daftar Pustaka

    Azmi, J. 2006. Penentuan Kondisi

    Optimum Fermentasi

    Aspergillus oryzae Untuk

    Isolasi Enzim Amilase Pada

    Medium Pati Biji Nangka

    (Arthocarphus heterophilus

    Lmk). Tersedia online di

    http://www.kimiawan.org/journ

    al [diakses tanggal 25 Oktober

    2010, pukul 17.03 WITA].

    DWI NUGRAHA FEBRIANTO.

    2013. Tugas Penkom. Tersedia

    online di

    http://dwinf11s.student.ipb.ac.id/

    [diakses tanggal 28 april 2015

    pukul 22.34]

    Girindra, A. 1993. Biokimia 1.

    Gramedia Pustaka Utama.

    Jakarta.

    Guyton. 2012. Buku Ajar Fisiologi

    Kedokteran. Penerbit Buku

    Kedokteran: Jakarta.

    Lee, J. M. 1992. Biochemical

    Engineering. Prentice Hall Inc.

    New Jersey.

    Lehninger, A. L., 1995, Dasar-Dasar

    Biokimia jiid 1, diterjemahkan

    oleh Maggy Thenawidjaja,

    Erlangga, Jakarta.

    Manullang, I.N., Ellok D.S., dan N.

    Suswantini. 2006. Respon

    Pertumbuhan Jahe Putih

    (Zingiber officinale

  • var.officinale) Secara In-Vitro

    pada Media Murashige-Skoog

    dengan Penambahan NAA dan

    BAP.Jurnal Budidaya Pertanian

    No. 2 : 88 97.

    Martoharsono, S. 1994. Biokimia jilid

    1. Gadjah Mada University

    Press. Yogyakarta.

    Poedjiadi, A.. 2005. Dasar-Dasar

    Biokimia, UI Press, Jakarta.

    Taufik, H. 2007. Laporan Aktivitas

    Enzim (online),

    (http://www.x3-

    prima.com/2009/09/laporan-

    aktivitas-enzim.html), diakses

    25 Oktober 2010, pukul 16.08

    WITA.

    Tranggono, B. S. 1989. Petunjuk

    Laboratorium Biokimia Pangan.

    Pusat Antar Universitas Pangan

    dan Gizi. Yogyakarta.