Upload
mega-trinova
View
34
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mikrobiologi
Citation preview
UJI AKTIVITAS AMILASE
Mega Trinova D, Rico S, Nur Fitriatuzzakiyyah, Ani Hanifah, Hendita F
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Enzim merupakan molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino
dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Salah satunya adalah
amilase yang dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan aktivitas amilase dari fraksi protein.
Dalam percobaan ini bahan yang digunakan berupa fraksi protein, kalium iodide,
HCl, Iodin, Kalium dihidrogen fosfat dan dikalium hydrogen fosfat. Pengukuran
aktivitas amilase dilakukan berdasarkan kepada kemampuan enzim tersebut dalam
mengurai substrat (polisakarida) menjadi monosakarida dalam bentuk gula pereduksi,
pada satuan waktu tertentu. Proses pengujian aktivitas amilase dilakukan dengan
pembuatan kurva standar pati (duplo),uji aktivitas amilase pada variasi suhu (duplo)
dan uji aktivitas amilase pada variasi pH (duplo). Hasil yang didapatkan berupa suhu
lingkungan dan pH sangat mempengaruhi aktivitas enzim amilase, dari percobaan
aktivitas amilase yang optimal terdapat pada suhu 270C dengan konsentrasi pati
terbesar berada pada fraksi 3 yaitu 1,1257 sedangkan pada variasi pH aktivitas
amilase optimal terdapat pada pH 4,5 dengan konsentrasi pati terbesar berada pada
fraksi 3 yaitu 1,780.
Kata kunci : Absorbansi, aktivitas amilase, kurva standar, pati
ABSTRACT
Enzymes are molecules composed of a series biopolymer amino acids in the
composition and arrangement of chain constant and regular. One is the amylase that
can break bonds in the starch to form maltose. This experiment aims to determine the
amylase activity of the protein fraction. In this experiment, the materials used in the
form of a protein fraction, potassium iodide, HCl, iodine, potassium dihydrogen
phosphate and hydrogen phosphate dikalium. Measurement of amylase activity is
based on the ability of these enzymes in breaking down the substrate
(polysaccharides) into monosaccharides in the form of a reducing sugar, at a certain
time unit. Amylase activity test process is done by making the standard curve starch
(Duplo), amylase activity test at temperature variations (Duplo) and amylase activity
test at various pH (Duplo). Results obtained in the form of environmental temperature
and pH affect the activity of the enzyme amylase, amylase activity of optimal
experiment contained at a temperature of 270C with the largest starch concentrations
are in the third fraction is 1.1257 while the optimum pH variation contained amylase
activity at pH 4.5 with starch concentration is highest in fraction 3 is 1.780.
Keywords: Absorbance, amylase activity, standard curves, starch
PEDAHULUAN
Enzim merupakan protein yang
berfungsi sebagai biokatalis dalam sel
hidup. Kelebihan enzim dibandingkan
katalis biasa adalah (1) dapat
meningkatkan produk beribu kali lebih
tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif
netral dan suhu yang relatif rendah;
dan (3) bersifat spesifik dan selektif
terhadap subtrat tertentu. Enzim telah
banyak digunakan dalam bidang
industri pangan, farmasi dan industri
kimia lainnya. Dalam bidang pangan
misalnya amilase, glukosa-isomerase,
papain, dan bromelin, sedangkan
dalam bidang kesehatan contohnya
amilase, lipase, dan protease. Enzim
dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan
dan mikroorganisme (Azmi, 2006).
Enzim bekerja dengan cara
menempel pada permukaan molekul
zat-zat yang bereaksi dan dengan
demikian mempercepat proses reaksi.
Percepatan terjadi karena enzim
menurunkan energi pengaktifan yang
dengan sendirinya akan mempermudah
terjadinya reaksi. Sebagian besar
enzim bekerja secara khas, yang
artinya setiap jenis enzim hanya dapat
bekerja pada satu macam senyawa atau
reaksi kimia. Hal ini disebabkan
perbedaan struktur kimia tiap enzim
yang bersifat tetap. Sebagai contoh,
enzim -amilase hanya dapat
digunakan pada proses perombakan
pati menjadi glukosa (Taufik, 2007).
Beberapa enzim membutuhkan
baik koenzim maupun satu atau lebih
ion logam bagi aktivitasnya. Pada
beberapa enzim, koenzim atau ion
logam hanya terikat secara lemah atau
dalam waktu sementara pada protein,
tetapi pada enzim lain senyawa ini
terikat kuat, atau terikat secara
permanen yang dalam hal ini disebut
gugus prostetik. Enzim yang
strukturnya sempurna dan aktif
mengkatalisis, bersama-sama dengan
koenzim atau gugus logamnya disebut
holoenzim. Koenzim dan ion logam
bersifat stabil sewaktu pemanasan,
sedangkan bagian protein enzim akan
terdenaturasi oleh pemanasan
(Lehninger, 1982).
Fungsi suatu enzim adalah
sebagai katalis untuk proses biokimia
yang terjadi dalam sel maupun luar sel.
Suatu enzim dapat mempercepat reaksi
108 sampai 1011 kali lebih cepat
apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim dapat berfungsi
sebagai katalis yang sangat efisien, di
samping itu mempunyai derajat
kekhasan yang tinggi. Seperti juga
katalis lainnya, maka enzim dapat
menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang
membutuhkan enenrgi (reaksi
endergonik) dan ada pula yang
menghasilkan energi atau
mengeluarkan energi (eksergonik)
(Poedjiadi, 2005).
Menurut Poedjiadi (2005),
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja
enzim, antara lain :
1. Konsentrasi enzim, seperti pada
katalis lain kecepatan suatu reaksi
yang menggunakan enzim
bergantung pada konsentrasi enzim
tersebut. Pada suatu konsentrasi
substrat tertentu, kecepatan reaksi
bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
2. Konsentrasi substrat, pada
konsentrasi substrat rendah, bagian
aktif enzim ini hanya menampung
substrat sedikit. Bila konsentrasi
substrat diperbesar, makin banyak
substrat yang dapat berhubungan
dengan enzim pada bagian aktif
tersebut.
3. Suhu, enzim merupakan suatu
protein sehingga kenaikan suhu
dapat menyebabkan terjadinya
proses denaturasi. Apabila terjadi
denaturasi, maka bagian aktif
enzim akan terganggu dan dengan
demikian konsentrasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan
reaksinya menurun.
4. Pengaruh pH, struktur ion enzim
bergantung pada pH
lingkungannya. Perubahan pH
lingkungan akan berpengaruh
terhadap efektivitas bagian aktif
enzim dalam membentuk kompleks
enzim substrat. Di samping
pengaruh terhadap struktur ion
pada enzim, pH rendah atau tinggi
dapat pula menyebabkan
menurunnya aktivitas enzim.
5. Pengaruh inhibitor, molekul atau
ion yang yang dapat menghambat
reaksi dinamakan inhibitor.
Hambatan merupakan mekanisme
pengaturan reaksi-reaksi yang
terjadi dalam tubuh kita. Inhibitor
ini dapat menyebabkan
menurunnya aktivitas enzim.
Di dalam sel dan lingkungan
sel sekelilingnya, pH dalam keadaan
normal harus tetap sebab adanya
perubahan akan menyebabkan
pergeseran aktivitas enzim. Hal ini
akan mempengaruhi dan mengacaukan
sistem katabolik dan anabolik dalam
sel jaringan (Girindra, 1993).
METODE
Alat dan Bahan
a. Alat
Tabung reaksi, beaker glass 100
mL, batang pengaduk, gelas ukur
25 mL, pipet tetes.
b. Bahan
Pati larut, Kalium dihidrogen
fosfat, Dikalium hidrogen fosfat,
HCl, Iodin, Kalium iodide
Prosedur
1. Gelatinisasi pati larut
Ditambahkan 40 mL pati larut 1%
pada 50 mL aquades mendidih
dalam beaker glass, sambil
diaduk. Digenapkan hingga 100
mL dengan air. Larutan pati
tergelatinisasi dibiarkan dingin
pada suhu kamar (konsentrasi pati
4 mg/mL). Diambil 1 mL larutan
pati tergelatinisasi, diencerkan
hingga 100 mL dengan aquades.
Larutan ini digunakan sebagai
larutan stok (substrat) untuk
pengujian (konsentrasi 0,04
mg/mL = 40 g/mL).
2. Pembuatan kurva standar pati
(duplo)
Tabung reaksi diisi 2,5 mL larutan
stok, 1,75 mL dapar fosfat 0,1 M
pH 5,6 dan 0,75 mL aquades.
Diambil campuran reaksi (variasi
volume, lihat tabel) dan pindahkan
ke tabung reaksi lain berisi 1,5 mL
HCl 10% untuk menghentikan
reaksi. Ditambahkan 1,5 mL
indikator (larutan iodin-kalium
iodida). Absorbansi dibaca pada
620 nm. Blanko dibuat dengan
komposisi yang sama dengan
campuran reaksi kecuali tanpa
penambahan indikator.
3. Uji aktivitas amilase pada
variasi suhu (duplo)
Tabung reaksi diisi 2,5 mL larutan
stok, 1,75 mL dapar fosfat 0,1 M
pH 5,6 dan 0,75 mL ekstrak
amilase. Diinkubasi campuran
reaksi pada 27 dan 57C selama
30 menit. Diambil 1 mL campuran
reaksi dan pindahkan ke tabung
reaksi lain berisi 3 mL HCl 10%
untuk menghentikan reaksi.
Ditambahkan 3 mL indikator
(larutan iodin-kalium iodida).
Absorbansi dibaca pada 620 nm,
konsentrasi pati terhidrolisis
dikalikan dengan faktor
pengenceran. Blanko dibuat.
Jumlah pati terhidrolisis per
satuan waktu ditentukan dari
kurva standar konsentrasi pati
(substrat) terhadap absorbansi.
4. Uji aktivitas amilase pada
variasi pH (duplo)
Tabung reaksi diisi 2,5 mL larutan
stok, 1,75 mL dapar pH 4,5; 5,6
dan 0,75 mL ekstrak amilase.
Diinkubasi campuran reaksi pada
37 C selama 30 menit.3. Diambil
1 mL campuran reaksi dan
pindahkan ke tabung reaksi lain
berisi 3 mL HCl 10% untuk
menghentikan reaksi.
Ditambahkan 3 mL indikator
(larutan iodinkalium iodida).
Absorbansi dibaca pada 620 nm,
konsentrasi pati terhidrolisis
dikalikan dengan faktor
pengenceran. Blanko dibuat.
Jumlah pati terhidrolisis per
satuan waktu ditentukan dari
kurva standar konsentrasi pati
(substrat) terhadap absorbansi.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini
praktikan hanya melakukan tiga
prosedur yaitu pembuatan kurva
standar pati (duplo),uji aktivitas
amilase pada variasi suhu (duplo) dan
uji aktivitas amilase pada variasi pH
(duplo).Untuk bahannya sendiri antara
prosedur satu dengan prosedur lainnya
sama ,yang berbeda hanya dalam
berbagai pengujiannya.Yang pertama
mengenai pembuatan kurva standar
pati dimana tabung reaksi diisi dengan
larutan stok,larutan stok adalah larutan
yang berisi satu atau lebih komponen
media yang konsentrasinya lebih besar
dari konsentrasi komponen tersebut
dalam formulasi media akan dibuat
(Manullang et al 2006). Lalu
ditambahkan dapar fosfat dimana
sangat berguna dalam cairan
intraseluler sebab besarnya konsentrasi
fosfat dalam cairan ini beberapa kali
besarnya konsentrasi fosfat dalam
cairan ekstraseluler, dan juga oleh
karena besarnya pH cairan intraseluler
biasanya lebih dekat ke besarnaya pK
sistem dapar fosfat daripada ke
besarnya pH cairan ekstraseluler
(Guyton, 2012) lalu menambahkan
aquades setelah itu di ambil campuran
reaksi dengan variasi volum yang
berbeda dan dipindahkan ke tabung
reaksi lain yang telah berisi HCL 10%
untuk menghentikan reaksi. Suatu
enzim amylase akan terhenti
aktivitasnya sebab enzim memiliki
gugus protein. HCl yang ditambahkan
kedalam larutan sampel akan
mempengaruhi gugus karboksil dalam
enzim sehingga H+ pada HCl akan
mengikat gugus karboksil dan
meningkatkan asam. Berdasarkan hal
tersebut struktur protein yang
seharusnya memiliki gugus yang
berlawanan yaitu negative dan positif.
Dari penambahan H+ ini akan
membuat muatan pada struktur protein
tersebut akan cenderung keduanya
positif maka rantai atau struktur
protein tersebut akan pecah.Dengan
begitu enzim akan inaktif atau tidak
memiliki aktivitas.Lalu di tambahkan
indikator yaitu iodin-kalium iodida
dimana nama lain untuk indikator ini
adalah Larutan iodium Lugol yang
mana sering digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan, untuk
desinfeksi darurat air minum, dan
sebagai reagen untuk melacak pati
dalam uji rutin laboratorium dan
medis. Penggunaan tersebut mungkin
karena larutan ini merupakan sumber
dari unsur iodium bebas yang efektif,
yang mudah dihasilkan dari ekuilibrasi
antara molekul-molekul unsur iodium
dan ion triodida dalam larutan
tersebut.Selain itu, metode yang
digunakan untuk uji amylase ini yaitu
metode caraway-somogyi dimana
menggunakan iodine atau kalium
iodide. Metode ini menggunakan
spektrofotometer dalam pengukuran
penurunan absorbansi pati yang terjadi
karena aktivitas amylase yang
mendegradasi pati pada ikatan
glikosidiknya. Setelah penambahan
iodine-kalium iodide ke dalam larutan
maka iodine-kalium iodide akan
berikatan dengan sisa pati yang tidak
terhidrolisis. Sehingga pada
spektrofotometer dapat terbaca
absorbansinya.Lalu absorbansi dibaca
pada 620 nm.Setelah itu dibuatkanlah
blanko dimana fungsi dari blanko itu
sendiri adalah untuk mengoreksi
serapan yang disebabkan pelarut
pereaksi, sel ataupun pengaturan alat
(febrianto,2013).
Prosedur yang kedua adalah uji
aktivitas amilase terhadap variasi suhu
dimana hanya digunakan dua variasi
suhu saja yaitu suhu 27 dan 57C.
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi
oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu
optimal antara 35C dan 40C, yaitu
suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di
bawah optimalnya, aktivitas enzim
berkurang. Di atas suhu 50C enzim
secara bertahap menjadi inaktif karena
protein terdenaturasi. Pada suhu 100C
semua enzim rusak. Pada suhu yang
sangat rendah, enzim tidak benar-
benar rusak tetapi aktivitasnya sangat
banyak berkurang (Gaman &
Sherrington, 1994). Enzim memiliki
suhu optimum yaitu sekitar 180-230C
atau maksimal 400C karena pada suhu
450C enzim akan terdenaturasi karena
merupakan salah satu bentuk protein.
(Tranggono & Setiadji, 1989).
Suhu yang tinggi akan
menaikkan aktivitas enzim namun
sebaliknya juga akan mendenaturasi
enzim (Martoharsono, 1994).
Peningkatan temperatur dapat
meningkatkan kecepatan reaksi karena
molekul atom mempunyai energi yang
lebih besar dan mempunyai
kecenderungan untuk berpindah.
Ketika temperatur meningkat, proses
denaturasi juga mulai berlangsung dan
menghancurkan aktivitas molekul
enzim. Hal ini dikarenakan adanya
rantai protein yang tidak terlipat
setelah pemutusan ikatan yang lemah
sehingga secara keseluruhan kecepatan
reaksi akan menurun (Lee, 1992).
Yang terakhir adalah pengujian
amilase dengan variasi pH dimana
variasi pH yang di gunakan adalah 4,5
dan 5,6.Salah satu lingkungan yang
berpengaruh terhadap kerja enzim
adalah pH. pH optimal enzim adalah
sekitar pH 7 (netral) dan jika medium
menjadi sangat asam atau sangat
alkalis enzim mengalami inaktivasi
(Gaman & Sherrington, 1994).
Suasana yang terlalu asam atau
alkalis menyebabkan denaturasi
protein dan hilangnya secara total
aktivitas enzim. Pada sel hidup,
perubahan pH sangat kecil. Enzim
hanya aktif pada kisaran pH yang
sempit. Oleh karena itu media harus
benar-benar dipelihara dengan
menggunakan buffer (larutan
penyangga). Jika enzim memiliki lebih
dari satu substrat, maka pH
optimumnya akan berbeda pada suatu
substrat (Tranggono & Sutardi, 1990).
Tiap enzim memiliki karakteristik pH
optimal dan aktif dalam range pH yang
relatif kecil, dalam banyak kasus,
bentuk kurva menandakan dari
keaktifan enzim berbanding pH yang
terkandung di dalamnya (Almet &
Trevor, 1991).
Pengukuran aktivitas amilase
dilakukan berdasarkan kepada
kemampuan enzim tersebut dalam
mengurai substrat (polisakarida)
menjadi monosakarida dalam bentuk
gula pereduksi, pada satuan waktu
tertentu. Akurasi pengukuran dapat
dicapai bila proses deteksi gula
pereduksi berlangsung optimum. Oleh
karena itu dalam menentukan aktivitas
amilase dan glukanase diperlukan
reagen yang bisa menjaga kestabilan
produk hidrolisisnya, dalam percobaan
ini digunakan kalium iodide.
.Kandungan pati pada fraksi
protein merupakan gambaran kuantitas
enzim amilase yang terkandung, dan
berfungsi untuk menentukan aktivitas
enzim amilase dari fraksi protein.
Konsentrasi pati ditetapkan
berdasarkan larutan pati tergelatinisasi
(kurva baku). Kurva standar dibuat
dari larutan pati tergelatinisasi
ditambah dapar posfat, HCl dan
indikator, kemudian absorbansidibaca
pada panjang gelombang 620 nm.
Sampel diukur dengan cara yang sama
dengan mengganti larutan pati
tergelatinisasi dengan sampel.
Absorbansi dan konsentrasi larutan
pati tergelatinisasi (kurva baku)
No. Konsentrasi Absorbansi
1 0.4 1.183
2 0.6 1.2411
3 0.8 1.4075
4 1 1.7355
Kurva baku
Dari kurva baku di atas didapatkan
a = 0.91195
b = 0.75341
r = 0.9486832981
Persamaan garis
Y = ax + b
y = 0.91195x + 0.75341
a. Pengaruh suhu
Aktivitas enzim dipengaruhi
oleh suhu lingkungannya. Suhu
optimum aktivitas amilase adalah
sekitar 25 C - 30 C. Suhu yang
optimal bagi aktivitas amilase diikuti
dengan semakin efisiennya pengikatan
gula pereduksi oleh kalium iodida.
Absorbansi dan konsentrasi larutan
pati terhidrolisis pada variasi suhu
Suh
u
(oC)
Fraks
i
Konsentra
si pati
Absorban
si
27o
C
1 0.577 1.280
2 0.866 1.543
3 1.154 1.806
57o
C
1 0.687 1.380
2 0.655 1.351
3 0.808 1.490
Perhitungan konsentrasi pati variasi
suhu
Suhu 27oC
Fraksi 1
y = 1.280
y = 0.91195x + 0.75341
1.280 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.52659
X = 0.577
Fraksi 2
y = 1.543
0
0.5
1
1.5
2
0.4 0.6 0.8 1
Absorbansi
Absorbansi
y = 0.91195x + 0.75341
1.543 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.78959
X = 0.866
Fraksi 3
y = 1.806
y = 0.91195x + 0.75341
1.806 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 1.05259
X = 1.154
Suhu 57oC
Fraksi 1
y = 1.380
y = 0.91195x + 0.75341
1.380 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.62659
X = 0.687
Fraksi 2
y = 1.351
y = 0.91195x + 0.75341
1.351 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.59759
X = 0.655
Fraksi 3
y = 1.490
y = 0.91195x + 0.75341
1.490 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.73659
X = 0.808
Jika dilihat dari grafik diatas,
aktivitas amilase cenderung menurun
dengan adanya peningkatan suhu dan
dari ketiga fraksi, fraksi 3
menunjukkan konsentrasi pati tertinggi
jadi kemungkinan kadar amilase
tertinggi terdapat pada fraksi ke 3.
Suhu lingkungan yang lebih
tinggi dari suhu optimal suatu enzim
dapat menyebabkan aktivitas enzim
amilase terhambat. Penurunan aktivitas
pada suhu tinggi terjadi karena struktur
molekul enzim tersebut mengalami
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
fraksi 1fraksi 2fraksi 3
Ab
sorb
ansi
aktivitas amilase variasi suhu
suhu27oC
suhu57oC
denaturasi. Akibatnya sisi aktif enzim
tidak sesuai lagi dengan substratnya.
Selain itu, struktur molekul dari
substrat pun dapat mengalami
perubahan konformasi, sehingga
mengalami hambatan untuk mencapai
lokasi aktif enzim.
Hal lain yang menyebabkan
penurunan aktivitas diduga karena
ekskresi enzim protease yang dapat
menyebabkan autolisis protein enzim,
sehingga afinitasnya terhadap substrat
mengalami penurunan dan mungkin
pada akhirnya hilang.
b. Pengaruh pH
Umumnya enzim memiliki
efektifitas maksimum pada pH
optimum, yang lazimnya berkisar
antara pH 4,5 - 8.0. Tetapi ada
beberapa enzim yang kisaran pHnya
sempit, misalnya peptin yang kisaran
pHnya 1,8 dan arginase yang
mempunyai pH optimum 10,0. Pada
pH yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah umumnya enzim menjadi non
aktif secara irreversibel karena
menjadi denaturasi protein
Absorbansi dan konsentrasi larutan
pati terhidrolisis pada variasi pH
pH Fraksi Konsentrasi
pati Absorbansi
4.5
1 0.576 1.279
2 0.9196 1.592
3 1.0785 1.737
5.6
1 0.575 1.278
2 1.052 1.713
3 1.1257 1.780
Perhitungan konsentrasi pati
variasi pH
pH 4.5
Fraksi 1
y = 1.279
y = 0.91195x + 0.75341
1.279 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.52559
X = 0.576
Fraksi 2
y = 1.592
y = 0.91195x + 0.75341
1.592 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.83859
X = 0.9196
Fraksi 3
y = 1.737
y = 0.91195x + 0.75341
1.737 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.98359
X = 1.0785
pH 5.6
Fraksi 1
y = 1.278
y = 0.91195x + 0.75341
1.278 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.52459
X = 0.575
Fraksi 2
y = 1.713
y = 0.91195x + 0.75341
1.713 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 0.95959
X = 1.052
Fraksi 3
y = 1.780
y = 0.91195x + 0.75341
1.780 = 0.91195x + 0.75341
0.91195x = 1.02659
X = 1.1257
Berdasarkan grafik dari hasil
percobaan dapat dilihat bahwa
aktivitas amilase menjadi lebih efektif
pada ph lebih tinggi yaitu pada pH 5.6
dan pada ph yang lebih rendah yaitu
pada Ph 4.5 aktivitasnya menurun.
Hal ini sesuai dengan literature
yang menyatakan bahwa pH optimum
untuk aktivitas amilase terjadi pada
daerah dengan pH asam rendah (nilai
pH berkisar antara 5,5 dan 6,5),
walaupun aktivitas amilase total juga
kemungkinan dapat terjadi pada nilai
pH dengan interval yang lebih luas
(5,5 7,0), yaitu sesuai dengan data
dari literatur ydimana pH untuk
0
0.5
1
1.5
2
Ab
sorb
ansi
kurva aktivitas amilase
variasi pH
pH 4.5
pH 5.6
amilase signifikan berada antara 4,5
dan 8,0.
Pada seluruh kelompok
percobaan (variasi suhu dan variasi
pH) aktivitas amilase tertinggi
ditunjukkan oleh fraksi 3, dengan
konsentrasi pati sebesar 1.1257 pada
pH 5.6; 1.0785 pada pH 4,5; pada
suhu 270C 1.154 dan pada suhu 570C
0.808.
SIMPULAN
Suhu lingkungan dan pH sangat
mempengaruhi aktivitas enzim
amilase, dari percobaan aktivitas
amilase yang optimal terdapat pada
suhu 270C dengan konsentrasi pati
terbesar berada pada fraksi 3 yaitu
1,1257 sedangkan pada variasi pH
aktivitas amilase optimal terdapat pada
pH 4,5 dengan konsentrasi pati
terbesar berada pada fraksi 3 yaitu
1,780.
Daftar Pustaka
Azmi, J. 2006. Penentuan Kondisi
Optimum Fermentasi
Aspergillus oryzae Untuk
Isolasi Enzim Amilase Pada
Medium Pati Biji Nangka
(Arthocarphus heterophilus
Lmk). Tersedia online di
http://www.kimiawan.org/journ
al [diakses tanggal 25 Oktober
2010, pukul 17.03 WITA].
DWI NUGRAHA FEBRIANTO.
2013. Tugas Penkom. Tersedia
online di
http://dwinf11s.student.ipb.ac.id/
[diakses tanggal 28 april 2015
pukul 22.34]
Girindra, A. 1993. Biokimia 1.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Guyton. 2012. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta.
Lee, J. M. 1992. Biochemical
Engineering. Prentice Hall Inc.
New Jersey.
Lehninger, A. L., 1995, Dasar-Dasar
Biokimia jiid 1, diterjemahkan
oleh Maggy Thenawidjaja,
Erlangga, Jakarta.
Manullang, I.N., Ellok D.S., dan N.
Suswantini. 2006. Respon
Pertumbuhan Jahe Putih
(Zingiber officinale
var.officinale) Secara In-Vitro
pada Media Murashige-Skoog
dengan Penambahan NAA dan
BAP.Jurnal Budidaya Pertanian
No. 2 : 88 97.
Martoharsono, S. 1994. Biokimia jilid
1. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Poedjiadi, A.. 2005. Dasar-Dasar
Biokimia, UI Press, Jakarta.
Taufik, H. 2007. Laporan Aktivitas
Enzim (online),
(http://www.x3-
prima.com/2009/09/laporan-
aktivitas-enzim.html), diakses
25 Oktober 2010, pukul 16.08
WITA.
Tranggono, B. S. 1989. Petunjuk
Laboratorium Biokimia Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Yogyakarta.