Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK METANOL KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TIKUS JANTAN
STRAIN SPRAGUE DAWLEY SECARA IN VIVO
SKRIPSI
FARITZ AZHAR
108102000031
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
MEI 2013
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Uji Antifertillitas Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L) pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Farmasi
FARITZ AZHAR
108102000031
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
MEI 2013
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Faritz Azhar
NIM : 108102000067
Tanda Tangan :
Tanggal : Mei 2013
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Faritz Azhar
NIM : 108102000031
Program Studi : Strata-1 Farmasi
Judul : UJI ANTIFERTILLITAS EKSTRAK METANOL
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L)
PADA TIKUS JANTAN STRAIN SPRAGUE
DAWLEY SECARA IN VIVO
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
DR. Hj. Azrifitria, M.Si, Apt Puteri Amelia, M.Farm, Apt NIP. 197211272005012004 NIP. 198012042011012004
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Faritz Azhar Program studi : Strata-1 Farmasi Judul Skripsi : Uji Antiferitillitas Ekstrak Metanol Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana. L) Pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang dipelukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : DR. Hj. Azrifitria, M.Si.,Apt ( )
Pembimbing II : Puteri Amelia, M.Farm, Apt. ( )
Penguji I : Nurmeilis, M.Si, Apt ( )
Penguji II : Eka Putri, M.Si, Apt ( )
Penguji III : Yardi. Ph.D, Apt ( )
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 27 Mei 2013
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp. And
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Faritz Azhar
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Antifertillitas Esktrak Metanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) Pada Tikus Jantan Strain
Sparague Dawley Secara In Vivo
Pada penelitian ini, dilakukan uji antifertillitas kulit buah manggis pada tikus jantan galur Sprague Dawley (SD) secara in vivo. Kulit buah manggis diambil pericarpnya dan dimaserasi selama 3 hari dengan menggunakan pelarut metanol setelah itu diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 45 oC sebanyak 4 kali. Kelompok perlakuan pada hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Pada kelompok perlakuan ekstrak kulit manggis diberikan dosis 350 mg/kg BB, 700 mg/ kg BB dan 1400 mg/ kg BB. Kelompok perlakuan diberikan ekstrak kulit buah manggis dalam bentuk suspensi CMC 0.5%. Setelah diberi perlakuan selama 48 hari tikus dibedah dan diambil organ testis dan kauda epididimis. Parameter antifertillas yang diuji pada penelitian ini adalah konsentrasi spermatozoa, bobot testis, diameter tubulus seminiferus dan jumlah pakiten per sel Sertoli. Hasil penelitian menunjukan terjadi penurunan konsentrasi spermatozoa dan jumlah pakiten per sertoli secara bermakna (P ≤ 0.05) pada dosis 700 mg/ kg BB dan 1400 mg/kg BB, bila dibandingkan dengan kontrol. Pada dosis 1400 mg/kg BB, terjadi penurunan yang signifikan pada semua parameter antifertilitas yang diuji. Ekstrak metanol kulit buah manggis dapat menurunkan fertillitas tikus SD jantan. Kata Kunci : Ekstrak kulit manggis, tikus jantan Sprague Dawley, parameter
antifertillitas
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Faritz Azhar
Major : Farmasi
Title : Antifertillity effect of Methanolic Extract of Mangosteen
Pericarp (Garcinia mangostana L.) On Male Rats Strain
Sparague Dawley in vivo
In this study, it was conducted examining or testing the antifertility of mangosteen’s pericarp towards male rat Sparague Dawley strain (SD) by using in vivo method. The mangosteen’s pericarp is taken from its rind and macerated for three days by using a solvent methanol, and then it was evaporated with rotary evaporator at 45 oC for four times. The testing groups towards experimental animals were divided into 4 groups and each group consisted of 5 rats. On the testing group of mangosteen pericarp extract was given350 mg/kg BB dose, 700 mg/kgBB, and 1400mg/kgBB. The testing group was given mangosteen pericarp extract in a 0.5% of CMC suspension. After 48 days, the rats were given the surgical operation, and taken the testis organ and cauda epididymis. The parameter of antifertility which was tested in this study is spermatozoa concentration, testis weight, tubulus seminiferus diameter, and amount of parkiten value per sertoli cell. The finding of this study showed that there was a decreasing in spermatozoa consentration, tubulus seminiferus diameter, testis balance, and the amount of parkiten value per sertoli significally (p ≤ 0,05) on 700 mg/kg BB dose and 1400 mg/kgBB, if it is compared to the control. Meanwhile on the dose 1400 mg/kgBB there was not any significant differences (p ≥ 0,05) to all tested fertility. Mangosteen pericarp extract can decrease fertility on SD male rats. Meanwhile on the dose 1400 mg/kgBB there was significant decrease to all tested fertility. Mangosteen pericarp can decrease fertility on SD male rats. Keyword : Mangosteen peel extract, male rats strain sparague dawley,
antifertillity parameters
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil`alamiin, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
ridho-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Antifertillitas Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis Pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In
Vivo�. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
Saya ucapkan terima kasih kepada ibu DR. Hj. Azrifitria, M. Si.
Apt selaku dosen pembimbing I dan ibu Puteri Amelia, M. farm, Apt
selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktunya
untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan saran yang berharga selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ditujukan pula kepada:
1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M. Sc, Apt., selaku ketua Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Eka Putri, M. Si., Apt selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan selama masa perkuliahan.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Farmasi yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
ix
5. Para laboran yang telah membantu dan memberikan ilmunya
kepada penulis selama penelitian.
6. Bapak Buchori Muslim dan ibu Jumiatini selaku orang tua
yang telah memberikan kasih sayangnya, dukungan berupa
moral dan material serta senantiasa mendoakan penulis.
7. Kepada Fikry Ghazali dan Yayik Yuli selaku kakak yang telah
memberikan nasihat, dukungan dan semangat kepada penulis.
8. Rekan satu penelitian Alvira Wijaya, Widya Dwi Arini dan
Jidin Abdullah yang telah membantu dan membagi ilmunya
kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat: Resky Yuliandari, Dwiyanti Atmajasari, Andi
Kurniajaturiatama, Adam Dzulfaqih Amri, Ali Aridhi,
Muhamad Bima Muria, Ogi dan Edriansyah yang telah
membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
10. Teman-teman alcoolique dan beta lactam atas semangat dan
kebersamaan kita selama ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian
dan penulisan.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan
penulis nantikan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Ciputat. 30 Maret 2013 Penulis
x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Faritz Azhar
Program studi : Strata-1 Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi / karya ilmiah saya, dengan judul :
UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK METANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TIKUS JANTAN STRAIN SPRAGUE
DAWLEY SECARA IN VIVO
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu digital library perpustakaan Universitas Islam Negri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan undang – undang hak cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : Maret 2013
Yang menyatakan
( Faritz Azhar )
SURAT PERNYATAAN PROGRAM STUDI
Ketua/ Seketaris Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta Menyatakan Mahasisiwa :
NAMA : Faritz Azhar
NIM : 108102000031
PRODI : Farmasi
SEMESTER : X (Sepuluh)
Benar telah menyelesaikan semua program akademik sesuai ketentuan yang berlaku,
kepada yang bersangkuan diberi hak untuk memenuhi ujian skripsi.
Jakarta, Mei 2013
Mengetahui,
Penasehat Akademik Ketua Program Studi
Eka Putri, M.Si, Apt Drs. Umar Mansur, M.Sc
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ............................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kontrasepsi ......................................................................... 5
2.1.1 Definisi Kontrasepsi ................................................................. 5
2.1.2 Macam-Macam Metode Kontrasepsi ......................................... 5
2.2 Sistem Reproduksi Pria .................................................................... 7
2.2.1 Ruang Lingkup Sistem Reproduksi Pria ................................... 7
2.2.2 Organ Reproduksi Pria.............................................................. 7
2.2.3 Hormon Reproduksi Pria .......................................................... 9
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.4 Spermatogenesis Pada Pria ....................................................... 10
2.2.5 Peran Hormon Dalam Spermatogenesis .................................... 11
2.3 Hewan Percobaan............................................................................. 11
2.3.1 Karakteristik Tikus Strain Sprague Dawley............................... 11
2.3.2 Spermatogenesis Pada Tikus Jantan .......................................... 13
2.4 Manggis ........................................................................................... 15
2.4.1 Taksonomi ................................................................................ 15
2.4.2 Morfologi ................................................................................. 15
2.4.3 Ekologi dan Penyebaran ........................................................... 16
2.4.4 Kandungan Kimia ..................................................................... 16
2.4.5 Khasiat dan Kegunaan .............................................................. 16
2.5 Ekstraksi .......................................................................................... 17
2.5.1 Definisi Ekstraksi ..................................................................... 17
2.5.2 Metode Ekstraksi ...................................................................... 17
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ........................................................................... 19
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 19
3.2.1 Alat .......................................................................................... 19
3.2.1 Bahan ....................................................................................... 19
3.3 Prosedur Penelitian .......................................................................... 20
3.3.1 Identifikasi Manggis ................................................................. 20
3.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia..................................................... 20
3.3.3 Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis ............................................ 20
3.3.4 Uji Penapisan Fitokimia ............................................................ 21
3.3.5 Uji Parameter Spesifik Ekstrak ................................................. 24
3.3.6 Uji Parameter Non Spesifik ...................................................... 24
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.7 Penentuan Dosis ....................................................................... 25
3.3.8 Tahap Persiapan Hewan Coba................................................... 25
3.3.9 Tahap Perlakuan Hewan Coba .................................................. 26
3.3.10 Pembuatan Preparat ................................................................ 26
3.3.11 Pengukuran Bobot Testis ........................................................ 27
3.3.12 Pengukuran Konsentrasi Spermatozoa .................................... 27
3.3.13 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus ............................ 28
3.3.14 Perhitungan Perbandingan Jumlah Spermatosit Pakiten Terhadap
Jumlah Sel Sertoli ............................................................................ 28
3.3.15 Analisis Data .......................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 30
4.1.1 Hasil Determinasi ..................................................................... 30
4.1.2 Karakterisasi Sampel ................................................................ 30
4.1.3 Hasil Penapisan Fitokimia ........................................................ 30
4.1.4 Hasil Uji Parameter Spesifik Dan Non Spesifik ....................... 31
4.1.5 Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus ........................................ 32
4.1.6 Hasil Pengukuran Bobot Testis ................................................. 34
4.1.7 Konsentrasi Spermatozoa Tikus Sprague Dawley ..................... 35
4.1.8 Diameter Tubulus Seminiferus.................................................. 37
4.1.9 Perhitungan Perbandingan Jumlah Spermatosit Pakiten
Terhadap Jumlah Sel Sertoli .............................................................. 38
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 41
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 49
5.2 Saran ................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Sistem Reproduksi Pria ................................................... 9
Gambar 2. Tikus Putih Galur Sparague Dawley .............................................. 12
Gambar 3. Tahapan Siklus Spermatogenesis Pada Tikus ................................. 14
Gambar 4. Buah Manggis................................................................................ 15
Gambar 5. Grafik Rata-Rata Berat Badan Tikus Kelompok Kontrol ................ 32
Gambar 6. Grafik Rata-Rata Berat Badan Tikus Kelompok Dosis Rendah ...... 33
Gambar 7. Grafik Rata-Rata Berat Badan Tikus Kelompok Dosis Sedang ....... 33
Gambar 8. Grafik Rata-Rata Berat Badan Tikus Kelompok Dosis Tinggi ........ 33
Gambar 9. Grafik Rata-Rata Bobot Testis ....................................................... 35
Gambar 10. Grafik Rata-Rata Konsentrasi Spermatozoa ................................. 36
Gambar 11. Grafik Rata-Rata Diameter Tubulus Seminiferus Tikus ................ 37
Gambar 12. Grafik Penurunan Jumlah Pakiten Per Sel
Sertoli Pada Tubulus Seminiferus Tahap II, VII dan XII ............ 39
Gambar 13. Grafik Rata-Rata Jumlah Spermatosit Pakiten .............................. 40
Gambar 14. Grafik Rata-Rata Jumlah Sel Sertoli Tikus ................................... 41
Gambar 15. Hasil Penapisan Fitokimia............................................................ 57
Gambar 16. Buah Manggis .............................................................................. 58
Gambar 17. Pericarp Kulit Buah Manggis ....................................................... 58
Gambar 18. Serbuk Kulit Manggis .................................................................. 58
Gambar 19. Proses Maserasi ........................................................................... 58
Gambar 20. Maserat ........................................................................................ 59
Gambar 21. Rotary Evaporator ....................................................................... 59
Gambar 22. Ekstrak Kulit Buah Manggis ........................................................ 59
Gambar 23. Proses Penimbangan Ekstrak ....................................................... 59
xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 24. Proses Penimbangan CMC 0.5 % ................................................. 60
Gambar 25. Proses Pencampuran Ekstrak Dengan CMC 0.5 % ....................... 60
Gambar 26. CMC 0.5 % dan Suspensi Ekstrak Dalam Labu Ukur ................... 60
Gambar 27. Suspensi Ekstrak Dalam Botol Vial ............................................. 60
Gambar 28. Kelompok Tikus Sprague Dawley ................................................ 64
Gambar 29. Proses Penyondean Tikus ............................................................. 64
Gambar 30. Proses Pembedahan Tikus ............................................................ 64
Gambar 31. Epididimis .................................................................................. 64
Gambar 32. Testis Tikus ................................................................................. 65
Gambar 33. Spermatozoa Yang Telah Diencerkan
Larutan George .......................................................................... 65
Gambar 34. Proses Homogenisasi Spermatozoa Dengan Vortex...................... 65
Gambar 35. Kamar Hitung Hemasitometer...................................................... 65
Gambar 36. Preparat Testis ............................................................................. 66
Gambar 37. Proses Penghitungan Spermatozoa ............................................... 66
Gambar 38. Proses Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus ...................... 66
Gambar 39. Kontrol Stage II Perbesaran 400................................................... 108
Gambar 40. Kontrol StageVII Perbesaran 400 ................................................. 108
Gambar 41. Kontrol Stage XII Perbesaran 400 ................................................ 108
Gambar 42. Stage II Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 350 mg/kg BB ............................................ 109
Gambar 43. Stage VII Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 350 mg/kg BB ............................................ 109
Gambar 44. Stage XII Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 350 mg/kg BB ............................................ 109
Gambar 45. Stage II Perlakuan Ekstrak Metanol
xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kulit Buah Manggis 700 mg/kg BB ............................................ 110
Gambar 46. Stage VII Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 700 mg/kg BB ............................................ 110
Gambar 47. Stage XII Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 700 mg/kg BB ............................................ 110
Gambar 48. Stage II Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 1400 mg/kg BB .......................................... 111
Gambar 49. Stage VII Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 1400 mg/kg BB .......................................... 111
Gambar 50. Stage XII Perlakuan Ekstrak Metanol
Kulit Buah Manggis 1400 mg/kg BB .......................................... 111
xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengenceran Yang Dilakukan Dan Kotak Yang Dihitung .................. 27
Tabel 2. Cara Pengenceran .............................................................................. 27
Tabel 3. Hasil Uji Penapisan Fitokimia ........................................................... 31
Tabel 4. Hasil Uji Parameter Spesifik Dan Non Spesifik ................................. 31
Tabel 5. Rata-Rata Pengukuran Bobot Testis .................................................. 34
Tabel 6. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa ...................................... 36
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rata-Rata
Diameter Tubulus Seminiferus .......................................................... 37
Tabel 8. Hasil Perhitungan Rata-Rata
Jumlah Sel Spermatosit Per Sel Sertoli Stage II, VII dan XII ............. 38
Tabel 9. Rata-Rata Jumlah Spermatosit Pakiten .............................................. 39
Tabel 10. Rata-Rata Jumlah Sel Sertoli ........................................................... 40
Tabel 11. Perbandingan Luas Permukaan
Hewan Percobaan Untuk Konversi Dosis.......................................... 61
Tabel 12. Volume Administrasi Obat .............................................................. 61
Tabel 13. Data Berat Badan Tikus Kelompok Kontrol..................................... 67
Tabel 14. Data Berat Badan Tikus Kelompok Perlakuan
Ekstrak Metanol Kulit Manggis (350 mg/kg BB) ............................... 69
Tabel 15. Data Berat Badan Tikus Kelompok Perlakuan
Ekstrak Metanol Kulit Manggis (700 mg/kg BB) ............................... 71
Tabel 16. Data Berat Badan Tikus Kelompok Perlakuan
Ekstrak Metanol Kulit Manggis (1400 mg/kg BB) ............................. 74
Tabel 17. Rata-Rata Berat Badan Tikus ........................................................... 76
Tabel 18. Data Bobot Testis ............................................................................ 77
xix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 19. Data Konsentrasi Spermatozoa ........................................................ 78
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan Tikus .................................. 79
Tabel 21. Hasil Uji Homogenitas Data Berat Badan Tikus .............................. 80
Tabel 22. Hasil Uji ANOVA Data Berat Badan Tikus ..................................... 81
Tabel 23. Hasil Uji BNT Data Berat Badan Tikus ........................................... 82
Tabel 24. Hasil Uji Normalitas Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus ............. 83
Tabel 25. Hasil Uji Homogenitas Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus .......... 84
Tabel 26. Hasil Uji Anova Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus .................... 85
Tabel 27. Hasil Uji BNT Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus ....................... 86
Tabel 28. Hasil Uji Normalitas Data Bobot Testis Tikus ................................. 87
Tabel 29. Hasil Uji Homogenitas Data Bobot Testis Tikus ............................. 88
Tabel 30. Hasil Uji Kruskal -Wallis Data Bobot Testis Tikus ......................... 89
Tabel 31. Hasil Uji BNT Data Bobot Testis Tikus ........................................... 90
Tabel 32. Hasil Uji Normalitas Data Diameter Tubulus Seminiferus Tikus ..... 91
Tabel 33. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Diameter Tubulus Seminiferus Tikus 92
Tabel 34. Hasil Uji BNT Data Diameter Tubulus Seminiferus Tikus ............... 93
Tabel 35. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Pakiten Per Sel Sertoli Tikus ...... 96
Tabel 36. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Pakiten Per Sel Sertoli Tikus... 97
Tabel 37. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Jumlah
Pakiten Per Sel Sertoli Tikus ............................................................. 98
Tabel 38. Hasil Uji BNT Data Jumlah Pakiten Per Sel Sertoli Tikus ............... 99
Tabel 39. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus .......... 100
Tabel 40. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus ...... 101
Tabel 41. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus .... 102
Tabel 42. Hasil Uji BNT Data Jumlah Spermatosit
Spermatosit Pakiten Tikus ................................................................. 103
xx UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 43. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Sel Sertoli Tikus ......................... 104
Tabel 44. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Sel Sertoli Tikus ..................... 105
Tabel 45. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Jumlah Sel Sertoli Tikus ................. 106
Tabel 46. Hasil Uji BNT Data Jumlah Sel Sertoli Tikus .................................. 107
xxi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dari LIPI ............................................................................................ 56
Lampiran 2. Hasil Penapisan Fitokimia ........................................................... 57
Lampiran 3. Proses Pembuatan Suspensi Ekstrak Metanol Kulit Manggis ....... 58
Lampiran 4. Perhitungan Dosis ....................................................................... 59
Lampiran 5. Perlakuan Pada Tikus Sprague Dawley ....................................... 64
Lampiran 6. Data Berat Badan Tikus Dan Jumlah Ekstrak yang diberikan ..... 67
Lampiran 7. Data Bobot Testis ........................................................................ 77
Lampiran 8. Data Konsentrasi Spermatozoa .................................................... 78
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan Tikus ............................. 79
Lampiran 10. Hasil Uji Homogenitas Data Berat Badan Tikus ....................... 80
Lampiran 11. Hasil Uji ANOVA Data Berat Badan Tikus .............................. 81
Lampiran 12. Hasil Uji BNT Data Berat Badan Tikus .................................... 82
Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas Data Konsentrasi Spermatozoa ................ 83
Lampiran 14. Hasil Uji Homogenitas Data Konsentrasi Spermatozoa ............. 84
Lampiran 15. Hasil Uji ANOVA Data Konsentrasi Spermatozoa ................... 85
Lampiran 16. Hasil Uji BNT Konsentrasi Spermatozoa................................... 86
Lampiran 17. Hasil Uji Normalitas Data Bobot Testis ..................................... 87
Lampiran 18. Hasil Uji Homogenitas Data Bobot Testis ................................. 88
Lampiran 19. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Bobot Testis............................... 89
Lampiran 20. Hasil Uji BNT Data Bobot Testis .............................................. 90
Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas Data Diameter Tubulus Seminiferus ......... 91
Lampiran 22. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Diameter Tubulus Seminiferus ... 92
Lampiran 23. Hasil Uji BNT Data Diameter Tubulus Seminiferus .................. 93
xxii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 24. Data Perbandingan Jumlah Spermatosit Pakiten
Terhadap Jumlah Sel Sertoli .............................................................. 94
Lampiran 25. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten
Per Sel Sertoli ................................................................................... 96
Lampiran 26. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten
Per Sel Sertoli ................................................................................... 97
Lampiran 27. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Jumlah Spermatosit Pakiten
Per Sel Sertoli ................................................................................... 98
Lampiran 28. Hasil Uji BNT Data Jumlah Spermatosit Pakiten
Per Sel Sertoli ................................................................................... 99
Lampiran 29. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten ............. 100
Lampiran 30. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten .......... 101
Lampiran 31. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Jumlah Spermatosit Pakiten ....... 102
Lampiran 32. Hasil Uji BNT Data Jumlah Spermatosit Pakiten ....................... 103
Lampiran 33. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Sel Sertoli ............................ 104
Lampiran 34. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Sel Sertoli ......................... 105
Lampiran 35. Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Jumlah Sel Sertoli ...................... 106
Lampiran 36. Hasil Uji BNT Data Jumlah Sel Sertoli...................................... 107
Lampiran 37. Gambaran Histologi Diameter Tubulus Seminiferus
Tikus Kelompok Kontrol ................................................................... 108
Lampiran 38. Gambaran Histologi Diameter Tubulus Seminiferus
Tikus Kelompok Dosis Rendah ......................................................... 109
Lampiran 39. Gambaran Histologi Diameter Tubulus Seminiferus
Tikus Kelompok Dosis Sedang .......................................................... 110
Lampiran 40. Gambaran Histologi Diameter Tubulus Seminiferus
Tikus Kelompok Dosis Tinggi ........................................................... 111
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar
nomor empat di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Pada tahun
2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk mencapai 1.49 % setiap tahunnya (BPS, 2010).
Dampak negatif yang terjadi akibat padatnya penduduk, yaitu
meningkatnya kemiskinan di Indonesia karena biaya hidup yang semakin
besar dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit sehingga terjadinya
resiko kekurangan gizi dan turunnya kualitas pendidikan di Indonesia
(Anggraini dan Martini, 2012). Salah satu usaha pemerintah untuk
mengendalikan jumlah penduduk di Indonesia, yaitu dengan adanya
program KB yang berorientasi pada kesetaraan gender (Ekarini, 2008).
Meskipun pemerintah telah mulai menjalankan pembangunan yang
berorientasi pada kesetaraan gender, namun masalah utama yang dihadapi
saat ini adalah rendahnya partisipasi pria dalam program KB (BKKBN,
2001). Kurangnya partisipasi pria dalam pelaksanaan keluarga berencana
dapat disebabkan karena kondisi lingkungan yang menganggap partisipasi
pria belum atau tidak penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria
dalam ber-KB masih rendah, kurangnya sarana kontrasepsi dan adanya
anggapan yang salah tentang penggunaan kontrasepsi merupakan
tanggung jawab perempuan (BKKBN, 2004).
Kontrasepsi pria yang paling umum digunakan adalah kondom dan
vasektomi. Namun di Indonesia penggunaan kondom dan vasektomi oleh
pria masih sangat rendah. Menurut survey demografi dan kesehatan
Indonesia tahun 2002-2003, penggunaan kontrasepsi kondom 0.9 % dan
vasektomi 0.4 % total partisipasi suami sebagai peserta KB hanya 1.3 %
(BKKBN, 2007). Agar lebih mendorong kaum pria untuk berperan aktif
dalam mengikuti program KB, maka sangatlah tepat untuk lebih banyak
menyediakan sarana kontrasepsi untuk kaum pria, sehingga kaum pria
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mempunyai alternatif sesuai dengan pilihannya (Rusmiati, 2007). Oleh
karena itu pemanfaatan tanaman masih merupakan prioritas utama
mengingat bahan obat –obatan yang berasal dari tumbuhan mempunyai
keuntungan, yaitu toksisitasnya rendah, mudah diproleh, murah dan
kurang menimbulkan efek samping (Nurhuda dkk. 1995).
Indonesia menempati peringkat kedua setelah Brazil dalam hal
keanekaragaman hayati. Beberapa tanaman telah dilakukan penelitian
eksperimental untuk digunakan sebagai kontrasepsi, seperti beluntas
(Pluchea indica L.), pare (Momordica charantia L.) dan manggis
(Garcinia mangostana L.) (Winarno, 1997).
Kulit buah manggis telah dilakukan penelitian mengandung
alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid atau triterpenoid dan glikosida
(Ardiani, 2012). Dari hasil penelitian (Susetyarini, 2009) dilaporkan
bahwa senyawa-senyawa seperti alkaloid, flavonoid dan tanin dapat
mempengaruhi fertilitas tikus jantan. Mekanisme dari senyawa metabolit
sekunder tersebut, yaitu dengan cara: menggumpalkan semen (tanin),
menekan sekresi hormon reproduksi yang diperlukan untuk
berlangsungnya spermatogenesis (alkaloid) dan menghambat enzim
aromatase, yaitu enzim yang mengkatalis konversi androgen menjadi
estrogen yang akan meningkatkan produksi hormon testosteron
(flavonoid) (Winarno, 1997).
Secara empiris daun manggis digunakan oleh masyarakat
dibeberapa daerah sebagai kontrasepsi tradisional (Winarno, 1997).
Penelitian yang dilakukan oleh Adnan (1992) menunjukan bahwa senyawa
mangostin dalam kulit buah manggis bersifat estrogenik, dapat
mengganggu kehamilan bila diberikan pada periode praimplantasi dan
pasca implantasi, serta mengganggu laktasi pada mencit Swiss Webster
betina. Penelitian dilakukan oleh Akbar (2004) menunjukan bahwa
manggis mampu menurunkan fertilitas tikus putih (Rattus norvegicus)
betina. Penelitian yang dilakukan Palupi (2008) bahwa ekstrak metanol
kulit buah manggis peroral dapat menghambat pertumbuhan folikel de
Graaf pada ovarium mencit. Suatu substansi tanaman yang dapat
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menunjukan aktifitasnya sebagai antifertilitas pada hewan betina,
umumnya berkaitan dengan gangguan sistem hormon reproduksi, organ-
organ hipotalamus, organ hipofisis anterior dan ovarium. Hal yang sama
akan terjadi pada hewan jantan, karena baik fungsi maupun sistem hormon
kedua makhluk ini hampir sama (Amir, 1992).
Hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa
kulit buah manggis dapat mempengaruhi fertilitas pada hewan jantan. Hal
ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan uji antifertilitas kulit
buah manggis pada hewan jantan, yang akan peneliti coba tuangkan
kedalam suatu penelitian yang berjudul “Uji Antifertilitas Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Tikus Putih Jantan Strain
Sprague Dawley Secara in vivo”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
Apakah pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dapat mempengaruhi bobot testis dan konsentrasi
spermatozoa pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley secara
in vivo.
Apakah pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dapat mempengaruhi diameter tubulus seminiferus
dan tahapan spermatogenesis
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian Uji Antifertilitas Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley Secara In
Vivo, bertujuan untuk:
Menguji aktivitas ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap bobot testis dan konsentrasi spermatozoa
pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley secara in vivo.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menguji aktivitas ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap diameter tubulus seminiferus dan tahapan
spermatogenesis pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley
secara in vivo.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari Penelitian Uji Antifertilitas Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley
Secara in vivo, adalah :
Ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
dapat menurunkan bobot testis dan konsentrasi spermatozoa pada
tikus putih jantan galur Sprague Dawley secara in vivo.
Ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
dapat menurunkan diameter tubulus seminiferus dan mengganggu
tahapan spermatogenesis pada tikus putih jantan galur Sprague
Dawley secara in vivo.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam
pelaksanaan program keluarga berencana (KB), karena kaum pria juga
ikut serta dalam pelaksanaan keluarga berencana (KB) sehingga
pelaksanaan keluarga berencana menjadi lebih optimal.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk mahasiswa
farmasi yang ingin melakukan penelitian tentang aktivitas antifertilitas
dari tanaman lain atau bahan lain yang mempunyai aktivitas
farmakologi sebagai antifertilitas.
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga Berencana (KB)
2.1.1 Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian
masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera (Undang-undang No. 10/1992). Keluarga berencana (Family
Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan
atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi (Anggraini dan Martini, 2012).
Definisi keluarga berencana menurut WHO (World Health
Organisations) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk :
Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
Mengatur interval diantara kehamilan.
Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami isteri.
Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2.1.2 Macam-Macam Metode Kontrasepsi (Hartanto, 2010)
Metode kontrasepsi secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu metode sederhana dan metode modern.
A. Metode Kontrasepsi Sederhana
1. Tanpa Alat (KB Alamiah)
Pada Wanita :
Metode Kalender.
Metode Suhu Badan Basal.
Metode Lendir Serviks.
Metode Simpto-Termal.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada Pria :
Coitus interruptus
2. Dengan Alat
a. Mekanis (Barrier)
Pada Wanita :
Diafragma.
Kap Serviks.
Spons.
Kondom Wanita.
Pada Pria :
Kondom.
b. Kimiawi
Pada Wanita :
Spermisid (Vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly,
vaginal suppositoria, vaginal tablet, vaginal solube film).
B. Kontrasepsi Modern
1. Kontrasepsi Hormonal
Pada Wanita :
Per-oral yaitu pil oral, mini pil, morning after pill.
Injeksi yaitu DMPA, NET-EN, Microspheres).
Implant dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
implant non-biodegradable (Norplant, Norplant, ST-1435,
Implanon).
Implant biodegrable (capronor, pellets).
2. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR) hanya untuk wanita.
3. Kontrasepsi mantap
Pada Wanita :
Penyinaran (radiasi sinar-X, radium, cobalt dan lain-lain).
Operatif (tubektomi).
Penyumbatan tuba faloppi dan vas deferens secara mekanik.
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada Pria :
Operatif (vasektomi).
Penyumbatan vas deferens.
2.2 Sistem Reproduksi Pria
2.2.1 Ruang Lingkup Sistem Reproduksi Pria
Sistem reproduksi merupakan sistem yang memungkinkan manusia
untuk berkembang biak, sistem reproduksi manusia terdiri atas sistem
reproduksi pria dan sistem reproduksi wanita (Heffner dan Schust, 2006).
Menurut Irianto (2010) ruang lingkup sistem reproduksi pada pria
terdiri dari :
Organ-organ reproduksi pria
Hormon reproduksi
Spermatogenesis
2.2.2 Organ Reproduksi Pria
Sistem reproduksi pria terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian luar dan
bagian dalam. Dimana bagian luar terdiri dari penis dan skrotum (Heffner
dan Schust, 2006). Sedangkan bagian dalam terdiri atas testis, saluran
pengeluaran dan kelenjar asesoris (Irianto, 2010).
A. Organ Reproduksi Bagian Luar
Organ reproduksi bagian luar terdiri dari penis dan skrotum. Secara
garis besar penis mempunyai 3 bagian yaitu akar, badan dan glans penis.
Fungsi dari penis adalah penetrasi pada vagina wanita yang
memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus (Heffner
dan Scust, 2006). Skrotum adalah kantung yang membungkus testis atau
buah zakar. Fungsi dari skrotum adalah menjaga suhu testis agar tetap
optimal yaitu dibawah suhu tubuh (Turman dan Rich, 2010).
B. Organ Reproduksi Bagian Dalam
Organ reproduksi dalam terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan
kelenjar asesoris. Saluran pengeluaran terdiri dari epididimis, vas
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
deferens, saluran ejakulasi dan uretra sedangkan kelenjar asesoris terdiri
dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper (Irianto,
2010).
Testis merupakan sepasang sturuktur berbentuk oval, agak gepeng,
dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Bersama
epididimis, testis berada didalam skrotum yang merupakan sebuah
kantung ekstraabdomen tepat di bawah penis. Testis memiliki 2 fungsi,
yaitu sebagai tempat spermatogenesis dan produksi androgen (Heffner
dan Schust, 2006).
Epididimis merupakan struktur yang berbentuk koma yang
menahan batas posterolateral testis (Heffner dan Schust, 2006).
Epididimis mempunyai 4 fungsi utama yaitu transportasi spermatozoa,
tempat pematangan spermatozoa, tempat penyimpanan sperma dan
melindungi spermatozoa (Neill et al, 2006).
Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis yang
mempunyai panjang 45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis
kemudian naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk
gulungan-gulungan bebas. Setelah meninggalkan bagian belakang testis,
vas deferens melewati korda spermatika menuju abdomen. Setelah masuk
ke dalam abdomen, vas deferens melengkung ke arah medial menyilang
arteri ilika eksterna menuju pelvis. Dari sana, vas deferens menyilang
saraf dan pembuluh darah obturator dan pembuluh vesikular. Vas
deferens kemudian menyilang ureter untuk menuju vesikula seminalis.
Vas Deferens berfungsi mengalirkan sperma (Heffner dan Schust, 2006).
Vesikula seminalis merupakan sepasang struktur berongga dan
berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan rectum.
Vesikula seminalis berfungsi memproduksi kurang lebih 50-60% dari
total cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari
vesikula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin (Heffner dan
Schust, 2006).
Kelenjar prostat merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50
kelenjar yang terbagi atas 4 lobus, yaitu lobus posterior, lobus lateral,
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lobus anterior dan lobus medial. Fungsi dari kelenjar prostat adalah
menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk
menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terdapat pada uretra
dan vagina (Heffner dan Schust, 2006).
Kelenjar cowper (kelenjar bulbouteral) merupakan kelenjar yang
salurannya langsung menuju uretra. Fungsi kelenjar cowper yaitu
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
Gambar 1. Anatomi Sistem Reproduksi Pria
Sumber : Irianto, 2010 2.2.3 Hormon Reproduksi Pria
Hormon adalah substansi kimia yang dibuat oleh tubuh yang
mengontrol berbagai fungsi tubuh (Sendel, 2011). Berikut ini adalah
hormon yang berperan pada sistem reproduksi pria:
A. Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)
Gonadotropin releasing hormon (GnRH) merupakan hormon yang
disekresi oleh hipotalamus (Singh et al, 2010). GnRH berfungsi
menstimulasi kelenjar pituitary anterior untuk mensekresi gonadotropin
(Philips et al, 1987). Gonadotropin terdiri dari FSH dan LH yang sangat
penting dalam proses reproduksi (Mills et al, 2007).
B. Folikel Stimulating Hormon (FSH)
Folikel stimulating hormon (FSH) merupakan hormon yang
diproduksi oleh kelenjar pituitary anterior yang berfungsi merangsang
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
produksi sperma (Sendel, 2011). FSH akan menstimulasi sel sertoli
sehingga spermiasi dapat terjadi (Irianto, 2010).
C. Luteinizing Hormon (LH)
Luteinizing hormon (LH) merupakan hormon yang disekresikan
oleh kelenjar pituitary anterior. LH berfungsi menstimulasi sel leydig
untuk mengsekresi testosteron (Irianto, 2010).
D. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
Sel-sel sertoli juga juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya kedalam
cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk
pematangan sperma (Irianto, 2010).
E. Testosteron
Testosteron adalah hormon seks pria yang berfungsi untuk
membantu mempertahankan masa tulang dan otot, distribusi lemak,
meningkatkan libido dan memproduksi sperma pada pria dewasa (Lo,
2009). Testosteron disekresi oleh sel leydig. Hormon ini penting bagi
tahap pembelahan sel germinal untuk membentuk sperma, terutama
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder (Irianto,
2010).
F. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan
pembelahan awal pada spermatogenesis (Irianto, 2010).
2.2.4 Spermatogenesis Pada Pria
Spermatogenesis adalah perubahan spermatogonium menjadi
spermatozoa selama jangka waktu tertentu yang terjadi di tubulus
seminiferus di dalam testis (Cheng, 2008). Proses spermatogenesis dibagi
menjadi 3 fase yaitu: A. Perbanyakan spermatogonia melalui pembelahan
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mitosis, B. Meiosis yang mengurangi jumlah kromosom dari diploid
menjadi haploid dan dimulai dari spermatogonia tipe B yang
menduplikasi kromosom menjadi spermatosit primer kemudian
Spermatosit primer melakukan pembelahan meiosis pertama menjadi
spermatosit sekunder kemudian spermatosit sekunder membelah lagi
secara meiosis menjadi spermatid yang bersifat haploid, C. Perubahan
spermatid menjadi spermatozoa yang disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terdiri dari 4 fase yaitu fase golgi, fase cap, fase akrosom
dan fase maturasi (Hess dan Franca, 2008).
2.2.5 Peran Hormon Pada Spermatogenesis
Proses spermatogenesis diatur oleh mekanisme hormonal yang
berpusat di hipotalamus dan hipofise. Kelenjar hipotalamus mensekresi
GnRH yang akan menstimulasi kelenjar pituitary anterior untuk
mensekresi FSH dan LH (Singh, 2010). FSH akan menuju sel sertoli dan
merangsang sel sertoli untuk mengsekresi estrogen dan ABP (Androgen
Binding Protein), selain itu FSH juga berfungsi merangsang
pembentukan sperma secara langsung. ABP berperan untuk memacu
spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis sedangkan estrogen
berperan dalam tahap spermiogenesis (perubahan spermatid menjadi
spermatozoa). Sedangkan LH melalui pembuluh darah akan merangsang
sel leydig untuk menghasilkan testosteron yang berperan pada tahap
pembelahan spermatogonia menjadi spermatosit (Irianto, 2010).
2.3 Hewan Percobaan
2.3.1 Karakteristik Tikus Strain Sprague Dawley
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang
sengaja dipelihara dan diternakan untuk digunakan sebagai hewan model
guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu
dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik (Hau dan Hoosier Jr.,
2003).
Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan
dalam penelitian dan percobaan antara lain mempelajari pengaruh obat-
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari
tingkah laku (Malole dan Pramono, 1989).
Pada penelitian ini hewan yang digunakan adalah tikus putih galur
Sprague Dawley. Tikus putih galur Sprague Dawley mempunyai ciri-ciri
berwarna putih, berkepala kecil, dan ekornya lebih panjang daripada
badannya (Malole dan Pramono, 1989). Siklus hidup tikus Sprague
Dawley tidak jauh berbeda dengan tikus putih galur lain, yaitu jarang
lebih dari 3 tahun. Berat badan pada umur 4 minggu dapat mencapai 35-
40 g dan setelah dewasa rata-rata berat tikus antara 200-250 g. Tikus
jantan tua dapat mencapai bobot badan 500 g, tetapi tikus betina jarang
lebih dari 350 g (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Gambar 2. Tikus Putih Galur Sprague Dawley Sumber : Koleksi pribadi
Kelebihan tikus Sprague Dawley sama seperti tikus putih lainnya
dibandingkan dengan tikus liar, yaitu lebih cepat dewasa, tidak
memperlihatkan perkawinan musiman, umumnya lebih cepat
berkembang biak dan sangat mudah ditangani (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988). Rata-rata pemberian pakan pada tikus Sprague
Dawley selama periode pertumbuhan dan reproduksi mendekati 15-20 g
untuk jantan dan 10-15 g untuk betina (National Research Council,
1978).
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.3 Spermatogenesis Pada Tikus Jantan
Spermatogenesis adalah suatu proses pembelahan dan diferensiasi
sel sehingga dihasilkan spermatozoa pada testis. Spermatogenesis pada
tikus terdiri dari 3 fase, yaitu mitosis, meiosis dan spermiogenesis (Hess
dan Franca, 2008). Pada tikus perkembangan spermatogonium,
spermatosit atau spermatid saling terintegrasi dan terorganisasi dengan
baik pada daerah yang sama dalam tubulus. Siklus epitel seminiferus
dengan asosiasi sel yang jelas disebut “stage of the cycle” yang
dilambangkan dengan huruf romawi I - XIV dan spermiogenesis dibagi
atas 1-19 tahap (Krinke, 2000).
Secara umum spermatogonium dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe A,
Intermediate, dan tipe B. Spermatogonium tipe A dibagi lagi menjadi A0
(yang disebut juga stem sel) dan tipe A1-A4. Spermatogonium tipe A0
terdapat di membran basal pada tubulus seminiferus dan mempunyai
kemampuan untuk membelah menjadi 2 sel anak, yang salah satunya
menjadi A1 spermatogonium. Pada tikus, A1 spermatogonia kemudian
mengalami 6 tahap mitosis dan kemudian menjadi preleptotene
spermatosit. Spermatosit kemudian bermeiosis, dimana spematosit
berkembang dari leptotene, zygotene dan pakiten untuk menjadi
spermatosit sekunder pada komponen adluminal dari sel sertoli pada
tubulus seminiferus. Selama fase meiosis, setiap spermatosit membelah
menjadi 4 spermatid yang bersifat haploid (Krinke, 2000).
Spermiogenesis terdiri dari 4 fase yaitu fase golgi, fase cap, fase
akrosom dan fase maturasi (Hess dan Franca, 2008). Fase golgi (tahap 1-
3) terdapat granul akrosom, fase cap (tahap 4-7) adanya head cap pada
granul akrosom yang membesar yang menutupi 1/3 bagian nukleus, fase
akrosom (8-14) nukleus dan head cap memanjang, sedangkan pada tahap
13 dan 14 nukleusnya menjadi lebih pendek dan sitoplasma
terkondensasi di sepanjang ekor serta terlihat ekor memanjang, fase
maturasi (15-19) terlihat pada tahap 19 spermatozoa dilepaskan ke arah
lumen dan ekor mengarah ke lumen. Pada tikus membutuhkan waktu
yang dibutuhkan untuk satu siklus epitel seminiferus adalah 12 hari, jadi
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diperlukan waktu 48 hari untuk menyelesaikan seluruh tahap
spermatogenik (Krinke, 2000).
Gambar 3. Tahapan siklus spermatogenesis pada tikus, dimulai dari A, spermatogonium tipe A; In, spermatogonium tipe intermediet; B, spermatogonium tipe B; R, spermatosit primer fase istirahat; L, spermatosit leptoten; Z, spermatosit zigoten; P, spermatosit pakiten P(II), P (VII) dan P (XII); Di, diploten; II, spermatosit sekunder; 1-19, tahapan spermiogenesis. Tabel diatas menunjukan komposisi sel dari tiap tahapan pada siklus epitel seminiferus (I-XIV). Sumber : Krinke, 2000
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
2.4.1 Taksonomi
Gambar 4. Buah Manggis Sumber : koleksi pribadi
Taksonomi Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sebagai
berikut (Jones dan Luchsinger, 1987) :
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Theales
Suku : Clusiaceae
Marga : Garcinia
Jenis : Garcinia mangostana L.
2.3.2 Morfologi
Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk marga Garcinia.
Jenis-jenis utama kelompok marga Garcinia antara lain G. atroviridis. G.
dulcis dan G. xanthochymus. Garcinia mangostana merupakan pohon
berbuah, memiliki tinggi sampai 25 meter dan memiliki besar batang 45
cm. Pohon ini mengeluarkan getah berwarna kuning dari batang,
lembaran daun berbentuk lonjong atau jorong berukuran (15-25) cm × (7-
13) cm, bunga menyendiri atau berpasangan. Buah berbentuk bola
tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua, dengan kelopak tetap, dinding
buah tebal dan berdaging (arilus). Biji1-3, diselimuti oleh selaput biji
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang tebal dan berair, berwarna putih (arilus) (juga ada biji yang gagal
tumbuh sempurna). Buah masak pada awal musim hujan yaitu pada bulan
Juni hingga Januari (Heyne, 1987; Steenis, 1987).
2.4.3 Ekologi dan Penyebaran
Manggis termasuk salah satu jenis tumbuhan tahunan yang hidup
dihutan tropis teduh dikawasan asia tenggara dapat ditemukan di
kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand (Hasanah, 2012). Dari Asia Tenggara tanaman Manggis
menyebar sampai ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya
seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Madagaskar, Honduras,
Brazil dan Australia Utara (Prihatman, 2000; ICUC, 2003). Pertumbuhan
buahnya di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam terjadi
pada bulan Mei hingga Januari, sedangkan di Australia pada bulan
November hingga April (Osman dan Milan, 2006).
2.4.4 Kandungan Kimia
Buah manggis banyak mengandung serat dan karbohidrat, serta
mengandung banyak sekali vitamin A, B2, B6 dan vitamin C dan
mengandung berbagai mineral seperti zat besi, kalsium, dan kalium.
Kandungan stilbenes pada buah manggis juga dapat bermanfaat sebagai
antifungi. Kandungan yang terdapat pada daging buah manggis antara
lain gula sakarosa, dekstrosa dan levulosa (Yunitasari, 2011).
Kulit buah manggis mengandung air 62,05%, lemak 0,63%, protein
0,71%, total gula 1,17%, dan karbohidrat 35,61%. Berbagai penelitian
menunjukan kulit buah manggis kaya akan antioksidan, terutama
antosianin, xanthone, tanin dan asam fenolat (Yunitasari, 2011). Ekstrak
etanol kulit manggis mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,
steroid atau triterpenoid dan glikosida (Ardiani, 2012).
2.4.5 Khasiat dan Kegunaan
Xanton polioksigenasi termasuk mangostin dan gartanin
memberikan aktivitas sebagai antibakteri. Mangostin, komponen utama
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada kulit manggis dapat menghambat fungi Trichophyton
mentagrophytes, Microsporum gypseum dan Epidermophyton floccosum,
tetapi tidak memberi efek pada Candida albican (Gopalakrishnan et al.,
1997). Mangostin juga dapat digunakan sebagai antiinflamasi dan
antiulserasi, menurunkan tekanan darah, efek kardiotonik, antimikroba dan
antihepatotoksik dan xanton dapat menghambat terjadinya artritis pada
tikus sebagai model (Osman dan Milan, 2006).
2.5 Ekstraksi
2.5.1 Definisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
Ragam ekstraksi tergantung pada jenis dan kandungan senyawa yang
diisolasi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut organik terhadap bahan
segar atau bahan kering. Pada prinsipnya senyawa polar diekstraksi
dengan pelarut polar, sedangkan senyawa non polar diekstraksi dengan
pelarut non polar. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat
dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari langsung (Depkes RI, 2000).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).
2.5.2 Metode Ekstraksi (Depkes, 2000)
Metode ekstraksi secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu cara
panas dan cara dingin
. A. Cara dingin, yaitu:
1. Maserasi
Adalah pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Prinsip dasarnya
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan yang secara teknologi
termasuk ekstraksi.
2. Perkolasi
Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur yang selalu
baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan.
B. Cara panas, yaitu:
1. Refluks
Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendinginan baik.
2. Soxhlet
Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan pendinginan
baik
3. Digesti
Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.
4. Infusa
Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalan penangas air mendidih),
temperatur terukur 96o-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).
19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium PNA (Pharmacy Natural
Product), PBB (Pharmacy Bioavailabilty and Bioequivalensi), PMC
(Pharmacy Medicinal Chemistry), PDR (Phamacy Drugs and Research
Development) dan Animal House di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, waktu pelaksanaan
penelitian 5 bulan dan dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai dengan
Febuari 2013.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender
(Philips), beaker glass (Schott Duran), gelas ukur (Schott Duran), corong
(Schott Duran), erlenmeyer (Schott Duran), pipet tetes, batang pengaduk,
kertas saring, timbangan hewan, timbangan analitik, rotary evaporator
(Eyela), sonde, botol gelap, botol vial, spatula, alat bedah minor,
hemasitometer (Nesco), mikroskop (motic).
3.2.2 Bahan Penelitian
A. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan
strain Sprague Dawley yang terbukti fertil setelah dikawinkan dengan
tikus betina. Berat badan tikus antara 200-250 gram dan usia 2-3 bulan
yang diperoleh dari FKH (Fakultas Kedokteran Hewan) Institut Pertanian
Bogor.
B. Bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak metanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) yang buahnya berasal dari Wanayasa,
Purwakarta, Jawa Barat. Buah manggis yang digunakan untuk penelitian
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ini adalah buah manggis usia 108 hari sejak bunga mekar (SBM) dengan
diameter 55-60 mm.
C. Bahan Kimia
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaCl
fisiologis, CMC (Carboxy Methyl Cellulose), alkohol 70%, 80% dan
95%, metanol teknis, amoniak 1%, larutan HCl, kloroform, pereaksi
Dragendroff, pereaksi Mayer, serbuk Mg, amil alkohol, larutan NaOH,
FeCl3, eter, larutan hematoksilin, larutan Beouin (asam pikrat,
formaldehid, 4%, asam asetat), larutan xilol, larutan Eosin, Larutan
George, paraffin.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Identifikasi Manggis
Dilakukan determinasi terhadap organ daun dari tumbuhan tempat
manggis (Garcinia mangostana L.) dipetik. Determinasi dilakukan di
Herbarium Bogoriense LIPI-Cibinong.
3.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia
Sebanyak 10 kg buah manggis dicuci dan dibersihkan dari
pengotor. Kemudian buah manggis dipotong menjadi dua bagian dan
dipisahkan dari daging buahnya. Setelah itu diambil kulit pada bagian
pericarpnya dengan menggunakan sendok, setelah itu pericarp
dikeringkan dengan cara dikering-anginkan di dalam ruangan hingga
kering, setelah kering pericarp dari kulit manggis tersebut dihaluskan
hingga menjadi serbuk dengan menggunakan blender.
3.3.3 Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode maserasi, dimana 750 mg serbuk kulit buah manggis dimasukan
kedalam 3 botol gelap, masing-masing botol terdiri dari 250 gram serbuk
manggis dan kemudian sampel di setiap botol direndam dengan pelarut
metanol sebanyak 700 mL selama 3 hari. Maserat kemudian disaring
dengan kertas saring dan diuapkan dengan menggunakan rotary
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
evaporator pada suhu 45 oC. Maserasi dilakukan sebanyak 4 kali
pengulangan. Pada tahap pengulangan maserasi pelarut metanol yang
digunakan sebanyak 300 mL untuk setiap botol.
3.3.4 Uji Penapisan Fitokimia (Farnsworth, 1966)
Penapisan fitokimia dilakukan pada ekstrak kental untuk
mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam ekstrak.
A. Identifikasi Golongan Alkaloid
Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 mL ammonia
25%, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 mL etil asetat dan
digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas
saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A),
sebagian dari larutan A (10 mL) diekstraksi dengan 10 mL larutan HCl
1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian
atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas
saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna
merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan adanya
senyawa golongan alkaloid dalam sampel.
Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-
masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah
bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi
Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.
B. Identifikasi Golongan Flavonoid
Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 50 mL air panas, dididihkan
selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan
digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 mL larutan percobaan
(dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium
secukupnya dan 1 mL HCl pekat, serta 5 mL butanol, dikocok dengan
kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan
butanol (lapisan atas) maka hal itu menunjukkan adanya senyawa
golongan flavonoid.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. Identifikasi Golongan Saponin
Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b
(identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama
10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika
ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan
adanya senyawa golongan saponin.
D. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid
Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan dengan 20 mL eter,
dibiarkan selama 2 jam dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring
dan diambil filtratnya. 5 mL dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan
penguap hingga diperoleh residu/sisa. Ke dalam residu ditambahkan 2
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi
Libermann-Burchard). Jika terbentuk warna hijau atau merah maka hal
itu menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid
dalam simplisia tersebut.
E. Identifikasi Golongan Tanin
Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 100 mL air, dididihkan
selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring,
filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat
pertama ditambahkan 10 mL larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru
tua atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa
golongan tanin.
Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 mL pereaksi Stiasny
(formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas
air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah
muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring,
filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa
tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tinta maka
menunjukkan adanya tanin galat.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
F. Identifikasi Golongan Kuinon
Diambil 5 mL larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi
golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna
merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon.
G. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri
Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi (volume 20 ml),
ditambahkan 10 mL pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang
diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung,
dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu
disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam
cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan
pelarut alkohol sebanyak 5 mL lalu disaring dengan kertas saring.
Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu berbau
aromatik/menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya senyawa
golongan minyak atsiri.
H. Identifikasi Golongan Kumarin
Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(volume 20 ml), ditambahkan 10 mL pelarut kloroform dan dipasang
corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada
mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan
didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh
diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu
ditambahkan air panas sebanyak 10 mL lalu didinginkan. Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 mL
larutan ammonia (NH4OH) 10 %. Lalu diamati dibawah sinar lampu
ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika terjadi flouresensi
warna biru atau hijau maka hal tersebut menunjukan adanya golongan
kumarin
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.5 Uji Parameter Spesifik (Depkes RI, 2000)
A. Parameter Identitas Ekstrak
Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten),
nama latin tumbuhan (sistematika botani), bagian tumbuhan yang
digunakan.
B. Parameter Organoleptis Ekstrak
Pengujian organoleptis ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dilakukan dengan menggunakan panca indera
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.
3.3.6 Uji Parameter Non Spesifik (Depkes RI, 2000)
A. Uji Kadar Abu
Sejumlah zat kurang lebih 2 gram sampai 3 gram ekstrak
ditimbang dan dimasukan kurs yang telah dipijarkan dan ditara.
Kemudian dimasukan kedalam tanur dan dipijarkan hingga bobot tetap.
Sampel diangkat, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Jika
dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas lalu
saring dengan kertas saring bebas abu. Residu dan kertas saring dalam
kurs, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap, lalu ditimbang. Kadar
abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
% Kadar Abu = 1− x 100%
Keterangan :
A= berat ekstrak + wadah awal (gram)
B= berat ekstrak + wadah akhir (gram)
C= berat ekstrak (gram)
B. Uji Susut Pengeringan
Kurang lebih 1–2 gram ekstrak dimasukkan dan ditimbang
seksama dalam wadah yang telah ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
105oC selama 30 menit dan ditimbang. Sebelum ditimbang, ekstrak
diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Kemudian
dimasukan ke dalam oven, dibuka tutupnya, dikeringkan pada suhu105ºC
hingga bobot tetap. Botol dalam keadaan tertutup dibiarkan dalam
deksikator hingga suhu kamar.
% Susut Pengeringan =
x 100%
3.3.7 Penentuan Dosis
Penelitian yang dilakukan Palupi (2008) dosis ekstrak metanol
kulit manggis pada mencit betina, yaitu 4.55 mg/20 gram BB, 9.1 mg/20
gram BB, 13.65/20 gram BB mg, 18.2 mg/20 gram BB. Pada penelitian
ini ekstrak metanol kulit buah manggis ini akan diberikan pada tikus
jantan Strain Sparague Dawley. Dosis mencit tersebut akan dimodifikasi
menjadi 10 mg/20 gram BB, 20 mg/20 gram BB dan 40 mg/20 gram BB
dan akan dikonversi ke dosis tikus dengan metode (Paget dan Barnes,
1964) sehingga dosis yang diberikan pada tikus, yaitu:
Kontrol diberikan CMC 0.5%.
Dosis rendah ekstrak metannol kulit manggis dengan dosis 350
mg/kg BB.
Dosis sedang ekstrak metannol kulit manggis dengan dosis 700
mg/kg BB.
Dosis tinggi ekstrak metannol kulit manggis dengan dosis 1400
mg/kg BB.
3.3.8 Tahap Persiapan Hewan Coba
Tikus jantan yang digunakan harus terbukti fertil dan uji fertil
dilakukan dengan mengawinkan tikus jantan dengan tikus betina. Hanya
tikus yang terbukti fertil yang dapat digunakan sebagai hewan coba.
Hewan coba sebelum dilakukan penelitian di aklimatisasi selama 1
minggu di laboratorium Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama aklimatisasi hewan
coba diberi makan dan minum ad libitum dan tikus ditimbang berat
badannya setiap 4 hari sekali selama diberi perlakuan.
3.3.9 Tahap Perlakuan Hewan Coba
Pada penelitian ini perlakuan pada hewan coba dibagi menjadi 4
kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 tikus (WHO, 2000) yang
diambil secara acak. Kelompok I sebagai kontrol diberikan CMC 0.5%
(Carboxy Methyl Cellulose), sedangkan kelompok II – IV merupakan
kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan dosis yang berbeda dan diberikan
ekstrak kulit buah manggis dalam bentuk suspensi CMC 0.5%. (Palupi,
2008). Pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) pada tikus strain Sprague Dawley dilakukan secara oral
menggunakan sonde sekali dalam sehari selama 48 hari pada pagi hari
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
3.3.10 Pembuatan Preparat
Setelah 48 hari, masing-masing hewan percobaan dikorbankan
untuk diambil organ testisnya. Tikus dibius dengan eter, kemudian
dibedah. Diambil bagian cauda epididimis dan dihitung konsentrasi
spermatozoa kemudian testis diambil untuk ditimbang dan dibuat
preparat.
Pembuatan sediaan mikroanatomi testis dilakukan di Laboratorium
Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pembuatan preparat
dilakukan dengan cara : testis yang telah diambi, difiksasi dalam larutan
Bouin, kemudian didehidrasi dengan etanol seri bertingkat dan akhirnya
ditanamkan dalam parafin wax. Blok paraffin dipotong dengan ketebalan
5µm dan dilakukan pewarnaan dengan hematoksiklin-eosin (Yotarlai et
al, 2011).
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.11 Pengukuran Bobot Testis
Setelah tikus diterminasi diambil testisnya dan ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik. Kemudian hasil dari penimbangan
testis tersebut dibandingkan antara kelompok perlakuan ekstrak kulit
manggis dengan kontrol.
3.3.12 Pengukuran Konsentrasi Sperma (Azrifitria, 2012)
Pengukuran konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara
mengambil spermatozoa pada epididimis. Spermatozoa yang didapat
diletakan pada kaca arloji yang berisi cairan NaCl sebanyak 500 µL.
Spermatozoa dimasukan kedalam bilik hitung (Hemasitometer) sampai
kamar Neubauer terisi rata. Kemudian dihitung jumlah spermatozoa pada
salah satu kamar hitung Neubauer dan selanjutnya ditentukan
pengenceran yang akan dilakukan dan jumlah kotak yang akan hitung
(Tabel 1).
Tabel. 1 Pengenceran yang dilakukan dan kotak yang dihitung.
No Jumlah Spermatozoa Pengenceran Kotak yang dihitung 1 >40 50 kali 5 2 15-40 20 kali 10 3 <15 10 kali 25
Cara untuk melakukan pengenceran berdasarkan jumlah
spermatozoa berdasarkan jumlah spermatozoanya dapat kita lihat pada
(Tabel 2)
Tabel. 2 Cara Pengenceran
No Pengenceran Pembuatan Pengenceran
1 50 kali a. 980 µL larutan George + 20 µL spermatozoa
b. 2450 µL larutan George + 50 µL spermatozoa
2 20 kali 980 µL larutan George + 20 µL spermatozoa
3 10 kali a. 900 µL larutan George + 20 µL spermatozoa
a. 450 µL larutan George + 20 µL spermatozoa
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perhitungan spermatozoa pada kamar hitung Neubauer sesuai
dengan rumus pada Tabel 1. Setelah didapatkan jumlah spermatozoa
yang dihitung secara manual pada kamar hitung Neubauer, maka
dihitung konsentrasi spermatozoa per mL dengan rumus :
Konsentrasi Spermatozoa (Juta/mL) = n x 10000 x FP x x V NaCl
Keterangan :
n = Jumlah spermatozoa pada kamar Neubauer
FP = Faktor pengenceran (Tabel. 1)
k = Jumlah kotak yang dihitung dalam kamar Neubauer (Tabel. 1)
3.3.13 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus
Preparat tubulus seminiferus tikus diamati dibawah mikroskop di
laboraturium PDR dengan perbesaran (10x10), kemudian diambil
gambarnya dan dilakukukan pengukuran diameter pada 100 tubulus
seminiferus untuk 1 tikus dalam suatu kelompok. Kemudian dari 100
tubulus seminiferus tersebut dihitung rata-ratanya sehingga didapat 20
data diameter tubulus seminiferus.
3.3.14 Perhitungan Perbandingan Jumlah Spermatosit Pakiten Terhadap
Jumlah Sel Sertoli
Preparat histologi testis tikus diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400 kali (40x10). Perhitungan dilakukan pada 20 tubulus
seminiferus yang dipilih secara acak (Yotarlai et al, 2011). Analisis
kuantitatif dilakukan dengan menghitung jumlah spermatosit pakiten,
jumlah sel Sertoli, jumlah pakiten per jumlah sel Sertoli per tubulus.
Perhitungan dilakukan hanya pada tubulus seminiferus yang mengalami
spermatogenesis tahap II, VII dan XII (Vachrajani, 2005). Menurut
Azrifitria (2012), cirri-ciri khas masing-masing dari tiap tahapan
spermatogenesis sebagai berikut :
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahapan I-VI : membran menuju lumen terdapat spermatogonium,
fase transisis, pakiten dan spermatid fase golgi (1-3) dan cap (4-7)
serta spermatid fase maturasi (15 dan 19).
Tahap VII-VIII : spermatogonium, pakiten, spermatid (round
spermatid, cap 2/3 dari inti sel) dan spermatozoa dilepaskan ke
lumen dengan ekor mengarah ke lumen.
Tahapan IX-XI : terdapat spermatogonium, pakiten, dan spermatid
fase 9, 10, 11 dengan head cap dan nucleus mulai memanjang.
Tahapan XII-XIV : spermatogonium, pakiten dan diakenesis,
spermatid fase akrosom (12-14) terlihat nukleus memanjang dan
akrosom 2/3 dari sitoplasma
3.3.15 Analisis Data
Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16
dengan menggunakan metode ANOVA. Uji ANOVA memeliki 2
persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas Kolmogrov-Smirnov
dan uji homogenitas Levene (p ≥ 0.05).
Jika salah satu dari persyaratan uji anova tidak terpenuhi yaitu nilai
signifikan uji homogenitas dan uji normalitas (p ≤ 0.05) maka uji ANOVA
tidak dapat dilakukan sehingga harus dilakukan uji non parametik Kruskal
Wallis. Apabila uji ANOVA atau Kruskal Wallis menunjukan perbedaan
yang bermakna (p ≤ 0.05), maka analisis data dilanjutkan dengan
menggunakan uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant
Difference) untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan.
30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Determinasi
Berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bogoriense LIPI-
Cibinong pada tanggal 11 Mei 2012 menunjukan bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah spesies Garcinia mangostana L
dengan familia Clusiaceae.
4.1.2 Karakterisasi Sampel
Kulit buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari Wanayasa, Purwakarta. Bagian dari kulit manggis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bagian pericarp dengan karaktersasi berwarna
ungu merah dangan diameter 55-60 mm. Pericarp kulit manggis
dikeringkan pada suhu kamar 20-25 oC di dalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari dan dikeringkan dengan cara di angin-anginkan
selama ± 3 hari. Setelah dikeringkan kulit manggis dihaluskan dengan
menggunakan blender hingga halus dan serbuk diayak dengan ayakan
mess 40 dan didapatkan serbuk kulit manggis sebanyak 1 kg dari 10 kg
buah manggis dengan warna coklat. Setelah itu sebanyak 750 gram
serbuk kulit manggis dimaserasi selama 3 hari sebanyak 4 kali. Setelah
maserat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 45 oC, bobot
ekstrak yang didapat sebesar 139.4 gram.
4.1.3 Hasil Uji Penapisan Fitokimia
Kandungan metabolit sekunder pada ekstrak metanol kulit buah
manggis diidentifikasi dengan cara penapisan fitokimia. Kandungan
senyawa metabolit sekunder yang diuji antara lain golongan alkaloid,
golongan flavonoid, golongan saponin, golongan steroid dan triterpenoid,
golongan tannin, golongan minyak atsiri dan golongan kumarin.Hasil
penapisan fitokimia ekstrak metanol kulit buah manggis dapat dilihat
pada tabel 3.
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 3 Hasil Uji Penapisan Fitokimia
Golongan Hasil Flavonoid + Alkaloid -
Tanin + Tanin Katekuat +
Saponin + Kuinon +
Steroid dan Triterpenoid + Minyak Atsiri -
Kumarin - 4.1.4 Hasil Uji Parameter Spesifik dan Non Spesifik
Uji Parameter spesifik dan non spesifik pada ekstrak metanol kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.) dilakukan setelah uji penapisan
fitokimia. Hasil uji parameter spesifik dan parameter non spesifik ekstrak
metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4 Hasil Uji Parameter Spesifik dan Parameter Non Spesifik
Karakteristik Hasil
Uji Parameter Spesifik
Identitas Garcinia mangostana L.
Famili : Clusiacea
Organoleptis Warna Coklat tua
Bau Tidak aromatis
Rasa Pahit
Bentuk Kental
Uji Parameter Non Spesifik
Kadar Abu 1.19 %
Susut Pengeringan 8.19 %
Rendemen 18.59 %
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Uji parameter non spesifik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
uji kadar abu dan uji susut pengeringan. Tujuan dari uji susut
pengeringan, yaitu untuk memberikan batasan maksimal (rentang)
tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan
(DEPKES, 2000). Persentase susut pengeringan tidak boleh lebih dari 10
% (Manjang, 1993). Uji kadar abu bertujuan untuk memberikan
gambaran kandungan mineral internal dan eksternal. Persentase kadar
abu total tidak boleh lebih dari 16.6 % (Depkes, 2000). Berdasarkan hasil
uji parameter non spesifik pada ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.), didapatkan persentase susut pengeringan,
yaitu 8.19 % sesuai dengan persyaratan, yaitu tidak lebih dari 10 % dan
persentase kadar abu, yaitu 1.19 % sesuai dengan persyaratan, yaitu
tidak lebih dari 16.6 %.
4.1.5 Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus
Hasil pengukuran berat badan rata-rata tikus pada kelompok
kontrol maupun kelompok perlakuan ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 5. Grafik Rerata Berat Badan Tikus Kelompok Kontrol
050
100150200250300350
BB T
ikus
Tanggal
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 6. Grafik Rerata Berat Badan Tikus Kelompok Dosis Rendah
Gambar 7. Grafik Rerata Berat Badan Tikus Kelompok Dosis Sedang
Gambar 8. Grafik Rerata Berat Badan Tikus Dosis Tinggi
Berat rata-rata tikus didapat dengan cara menimbang berat badan
tikus setiap 4 hari sekali dan hitung rata-ratanya untuk setiap kelompok.
Data berat badan tikus tersebut dianalisis dengan SPSS 16. Hasil uji
normaladas Kolmogrov-Smirnov menunjukan bahwa data berat badan
250260270280290300310320
BB T
ikus
Tanggal
220230240250260270280290
BB T
ikus
Tanggal
050
100150200250300
BB T
ikus
Tanggal
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tikus terdistribusi normal (p ≥ 0.05). Setelah dilakukan uji normalitas,
dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene. Hasil uji homogenitas
menunjukan bahwa data berat badan tikus bervariasi homogen (p ≥ 0.05).
Setelah dilakukan uji homogenitas, dilanjutkan dengan uji ANOVA.
Hasil uji ANOVA yang dilakukan pada data berat badan tikus
menunjukan nilai signifikan 0.013 (p ≤ 0.05). Setelah dilakukan uji
ANOVA, dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil uji BNT menunjukan bahwa
pada perlakuan dosis rendah (350 mg/kg BB) dan dosis sedang (700
mg/kg BB) tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p ≥ 0.05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan pada dosis tinggi
(1400 mg/kg BB) memiliki perbedaan yang bermakna (p ≤ 0.05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
4.1.6 Hasil Pengukuran Bobot Testis
Hasil rata-rata pengukuran bobot testis tikus pada kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Hasil Rerata Pengukuran Bobot Testis
No Kelompok Rata-Rata Bobot Testis
(Gram)
1 Kontrol (CMC 0.5 %) 2.08 ± 0.14
2 Dosis Rendah (350 mg/kg BB) 2.11 ± 0.33
3 Dosis Sedang (700 mg/kg BB) 1.56 ± 0.06
4 Dosis Tinggi (1400 mg/kg BB) 1.32 ± 0.4
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 9. Grafik Rata-Rata Pengukuran Bobot Testis
Setelah tikus diterminasi diambil organ testisnya dan ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik dan dihitung rata-rata bobot
testis untuk setiap kelompok. Data bobot testis dianalisis dengan
menggunakan SPSS 16. Hasil uji normalitas Kolmogrov-Smirnov
menunjukan bahwa data bobot testis tikus terdistribusi normal (p ≥ 0.05).
Setelah dilakukan uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas
Levene. Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa data bobot testis tikus
tidak bervariasi homogen (p ≤ 0.05). Karena syarat homogenitas tidak
terpenuhi sehingga data bobot testis harus dianalisis dengan statistik non
parametik Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukan nilai
signifikan 0.002 (p ≤ 0.05). Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil
uji BNT menunjukan bahwa pada perlakuan dosis rendah (350 mg/kg
BB) dan dosis sedang (700 mg/kg BB) tidak memiliki perbedaan yang
bermakna (p ≥ 0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan
pada dosis tinggi (1400 mg/kg BB) memiliki perbedaan yang bermakna
(p ≤ 0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
4.1.7 Konsentrasi Spermatozoa Tikus Sprague Dawley
Setelah spermatozoa dikeluarkan dari kauda epididimis dan
dilakukan pengenceran sesuai dengan (Tabel 2 Cara Pengenceran),
spermatozoa dihitung dalam kamar hitung Neubauer pada hemasitometer
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Kontrol Dosis Rendah
Dosis Sedang
Dosis Tinggi
Bobo
t Tes
tis
(gra
m)
Kelompok Perlakuan
Bobot Testis
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
secara manual dan hasilnya dihitung dengan menggunakan rumus untuk
mengetahui konsentrasi spermatozoa.
Hasil Perhitungan rata-rata konsentrasi spermatozoa tikus jantan
strain Sprague Dawley dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Rata-Rata Konsentrasi Spermatozoa
Perlakuan Rata-Rata (juta/mL)
Kontrol 60.25 ± 10.17
Dosis Rendah (350 mg/kg BB) 67.50 ± 13.2
Dosis Sedang (700 mg/kg BB) 27.88 ± 6.46
Dosis Tinggi (1400 mg/kg BB) 26.96 ± 2.22
Gambar 10. Grafik Rerata Konsentrasi Spermatozoa
Data konsentrasi spermatozoa yang diproleh dilakukan uji
normalitas Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas Levene. Hasil uji
normalitas dan homogenitas menunjukan bahwa data konsentrasi
spermatozoa terdistribusi normal (p ≥ 0.05) dan bervariasi homogeny (p
≥ 0.05). Data konsentrasi spermatozoa selanjutnya dilakukan uji one way
ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukan nilai signifikan 0.000 (p ≤
0.05). Kemudian data konsentrasi spermatozoa dilakukan uji BNT. Hasil
uji BNT menunjukan bahwa pada dosis rendah (350 mg/kg BB) tidak
memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol (p ≥ 0.05)
sedangkan pada dosis sedang (700 mg/kg BB gram) dan dosis tinggi
01020304050607080
kontrol Dosis Rendah
Dosis Sedang
Dosis Tinggi
Kons
entr
asi S
perm
atoz
oa(J
uta/
mL)
Kelompok Perlakuan
Konsentrasi Spermatozoa
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(1400 mg/kg BB) memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol
(p ≤ 0.05).
4.1.8 Diameter Tubulus Seminiferus
Data diameter tubulus seminiferus didapat dengan mengukur
diameter tubulus seminiferus dibawah mikroskop dengan perbesaran 100
kali (10x10). Data diameter tubulus seminiferus yang didapat dihitung
rata-ratanya untuk setiap kelompok.
Hasil pengukuran rata-rata diameter tubulus seminiferus tikus baik
pada kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi perlakuan ekstrak
metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rerata Diameter Tubulus Seminiferus Tikus
Jantan Strain Sprague Dawley
Perlakuan Rata-Rata ± SD
Kontrol 198.92 ± 9.26
Dosis Rendah (350 mg/kg BB) 194.58 ± 8.13
Dosis Sedang (700 mg/kg BB) 187.9 ± 9.57
Dosis Tinggi (1400 mg/kg BB) 165.47 ± 11.44
Gambar 11. Grafik Rerata Diameter Tubulus Seminiferus Tikus
0
50
100
150
200
250
Kontrol Dosis Rendah
Dosis Sedang
Dosis Tinggi
Dia
met
er T
ubul
us
Sem
inife
rus (
nm)
Kelompok Perlakuan
Diameter Tubulus Seminiferus
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data diameter tubulus seminiferus dilakukan uji normalitas
Kolmogrov-Smirnov . Hasil menunjukan bahwa data diameter tubulus
tidak terdistribusi normal (p ≤ 0.05), sehingga dilakukan uji statistik non
parametik Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukan nilai
signifikan 0.006 (p ≤ 0.05). Kemudian data diameter tubulus seminiferus
dilakukan uji BNT. Hasil uji BNT menunjukan bahwa dosis rendah (350
mg/kg BB) dan dosis sedang (700 mg/kg BB) tidak menujukan
perbedaan yang bermakna terhadap kontrol (p ≥ 0.05), sedangkan pada
dosis tinggi (1400 mg/kg BB) terdapat perbedaan yang bermakna
terhadap kontrol (p ≤ 0.05).
4.1.9 Perhitungan Perbandingan Jumlah Spermatosit Pakiten Terhadap
Jumlah Sel Sertoli
Hasil perhitungan perbandingan jumlah spermatosit pakiten
terhadap jumlah sel sertoli pada tikus kelompok kontrol maupun
kelompok yang diberi perlakuan ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Perhitungan Rerata Jumlah Pakiten per Sertoli Pada
Tubulus Seminiferus Stage II, VII dan XII
Kelompok Perlakuan Tahap II
(I-VI)
Tahap VII
(VII-VIII)
Tahap XII
(XII-XIV)
Kontrol 3.1 ± 0.64 3.02 ± 0.52 2.68 ± 0.33
Dosis Rendah 2.75 ± 0.32 2.71 ± 0.36 2.45 ± 0.41
Dosis Sedang 1.88 ± 0.2 1.83 ± 0.16 1.87 ± 0.32
Dosis Tinggi 1.73 ± 0.3 1.71 ± 0.15 1.64 ± 0.3
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 12. Grafik Penurunan Jumlah Pakiten Per Sel Sertoli Pada Tubulus
Seminiferus Tahap II, VII dan XII
Data diproleh dengan menghitung jumlah spermatosit pakiten per sel
sertoli diberbagai tahapan spermatogenesis dalam tubulus seminiferus, yaitu
tahap II, VII dan XII. Data jumlah spermatosit pakiten per sel sertoli ini
dilakukan uji Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas Levene. Hasil
menunjukan bahwa data jumlah spermatosit pakiten per sel sertoli pada
tahap II, VII dan XII terdistribusi normal (p ≥ 0.05) tetapi tidak bervariasi
homogen (p ≤ 0.05), sehingga harus dilakukan uji non parametik Kruskal-
Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukan nilai signigfikan masing-
masing 0.001, 0.001 dan 0.001 (p ≤ 0.05). Kemudian data jumlah
spermatosit pakiten per sel sertoli dilakukan uji BNT. Hasil uji BNT
menunjukan bahwa dosis rendah (350 mg/kg BB) tidak memiliki perbedaan
yang bermakna terhadap kontrol (p ≥ 0.05) pada tahap II, VII dan XII
sedangkan pada dosis sedang (700 mg/kg BB) dan dosis tinggi (1400 mg/kg
BB) memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol (p ≤ 0.05) pada
tahap II, VII dan XII.
Tabel 9. Rerata Jumlah Spermatosit Pakiten
Kelompok Rata-Rata ± SD Kontrol (CMC 0.5 %) 87.03 ± 13.15
Dosis Rendah (350 mg/kgBB) 62.98 ± 6.52 Dosis Sedang (700 mg/kg BB) 51.29 ± 1.98 Dosis Tinggi (1400 mg/kg BB) 48.2 ± 3.6
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Kontrol Dosis Rendah Dosis Sedang Dosis Tinggi
Paki
ten
Per
Sert
oli
Perlakuan
Tahap II
Tahap VII
Tahap XII
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 13. Grafik Rerata Jumlah Spermatosit Pakiten
Data diproleh dengan menghitung jumlah spermatosit pakiten pada
20 tubulus seminiferus secara acak yang mengalami berbagai tahapan
spermatogenesis (tahap II, VII dan XII). Data jumlah spermatosit pakiten ini
dilakukan uji Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas Levene. Hasil uji
normalitas dan homogenitas menunjukan bahwa data jumlah spermatosit
pakiten terdistribusi normal (p ≥ 0.05) tetapi tidak bervariasi homogen (p ≤
0.05) Sehingga harus dilakukan uji non parametik Kruskal-Wallis. Hasil uji
Kruskal-Wallis menunjukan nilai signifikan 0.001 (p ≤ 0.05). Kemudian
data jumlah spermatosit pakiten dilakukan uji BNT. Hasil menunjukan
adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan ekstrak metanol kulit buah manggis (p ≤ 0.05).
Tabel 10. Rerata Jumlah Sel Sertoli
Kelompok Rata-Rata ± SD Kontrol (CMC 0.5 %) 30.26 ± 2.32
Dosis Rendah (350 mg/kg BB) 25.22 ± 2.99 Dosis Sedang (700 mg/kg BB) 27.3 ± 0.84 Dosis Tinggi (1400 mg/kg BB) 28.37 ± 1.06
0102030405060708090
100
Kontrol Dosis Rendah
Dosis Sedang
Dosis Tinggi
Jum
lah
Rata
-Rat
a Sp
erm
atos
it Pa
kite
n
Kelompok Perlakuan
Spermatosit Pakiten
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 14. Grafik Rerata Jumlah Sel Sertoli Tikus
Data diproleh dengan menghitung jumlah sel sertoli pada 20 tubulus
seminiferus secara acak yang mengalami berbagai tahapan spermatogenesis
(tahap II, VII dan XII). Data jumlah spermatosit pakiten ini dilakukan uji
Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas Levene. Hasil uji normalitas dan
homogenitas menunjukan bahwa data jumlah sel sertoli terdistribusi normal
(p ≥ 0.05) tetapi tidak bervariasi homogen (p ≤ 0.05) Sehingga harus
dilakukan uji non parametik Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis
menunjukan nilai signifikan 0.018 (p ≤ 0.05). Kemudian data jumlah sel
sertoli dilakukan uji BNT. Hasil uji BNT menunjukan dosis rendah (70
mg/200 gram) dan dosis sedang (700 mg/kg BB) tidak memiliki perbedaan
yang bermakna terhadap kontrol (p ≤ 0.05), sedangkan dosis tinggi (1400
mg/kg BB) memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol (p ≤ 0.05).
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini uji antifertilitas didasarkan pada pengaruh ekstrak
terhadap konsentrasi spermatozoa, bobot organ testis dan pemeriksaan
histologi tubulus seminferus. Senyawa yang mempunyai efek antifertilitas
pada prinsipnya bekerja dengan 2 cara, yaitu melalui efek sitotoksik atau
sitostatik dan melalui efek hormonal yang menghambat laju metabolisme sel
kelamin dengan cara mengganggu keseimbangan sistem hormon
(Herdiningrat, 2002).
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Kontrol Dosis Rendah Dosis Sedang Dosis Tinggi
Jum
lah
Rata
-Rat
a Se
l Se
rtol
i
Kelompok Perlakuan
Sel Sertoli
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebelum diberi perlakuan tikus diaklimatisasi selama 1 minggu agar
dapat menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan yang baru. Selama
aklimatisasi diamati kondisi umum serta ditimbang berat badannya. Adanya
peningkatan berat badan menunjukan bahwa tikus telah mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Setelah di akimatisasi tikus diberi
perlakuan selama 48 hari dan ditimbang berat badannya setiap 4 hari sekali
tujuannya untuk memantau kondisi kesehatan tikus dan untuk mengetahui
pengaruh ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
terhadap berat badan tikus.
Pada hari ke-49, tikus dikorbankan dengan cara dibius dengan eter
dan diambil organ testis dan kauda epididimis. Setelah itu dilakukan
pengamatan pada beberapa parameter, yaitu bobot testis, konsentrasi
spermatozoa, diameter tubulus seminiferus serta pengamatan perbandingan
jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli. Data yang didapat
dianalisis dengan metode ANOVA dimana sebelum dianalisis data
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Jika salah satu dari uji
normalitas atau homogenitas menunjukan nilai signifikan (p ≤ 0.05) maka
dilakukan uji Kruskal Wallis. Setelah dilakukan uji ANOVA atau Kruskal
Wallis, dilakukan uji BNT (LSD).
Spermatogenesis dipengaruhi oleh tiga hormon, yaitu FSH, LH dan
testosteron. FSH berfungsi menstimulasi sel sertoli untuk menghasilkan
ABP (androgen binding protein) sedangkan LH berfungsi untuk
menstimulasi sel Leydig untuk mensekresi testosteron. ABP berfungsi untuk
mengikat testosteron yang merupakan golongan androgen untuk
menstimulasi spermatogonium yang terdapat didalam testis untuk
melakukan spermatositogenesis yaitu pembentukan spermatogonium
menjadi spermatid. Jika terjadi gangguan pada ketiga hormon tersebut
(FSH, LH dan testosteron) maka proses spermatogenesis akan terganggu.
Menurut (Winarno, 1997) senyawa metabolit sekunder yang dapat
mempengaruhi fertilitas mempunyai mekanisme: dengan menggumpalkan
semen sehingga menurunkan motilitas dan daya hidup sperma akibatnya
sperma tidak bisa mencapai sel telur (tanin), menekan sekresi hormon
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
reproduksi yang diperlukan untuk berlangsungnya spermatogenesis
(alkaloid), prekusor hormon estrogen yang dapat menurunkan sekresi FSH
(steroid), menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang mengkatalis
konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan kadar
testosteron (flavonoid).
Berdasarkan hasil uji penapisan fitokimia terhadap ekstrak metanol
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) menunjukan bahwa ekstrak
metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) positif mengandung
senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, kuinon dan saponin.
Pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dengan dosis 700 mg/kg BB gram dan 1400 mg/kg BB.
gram BB selama 48 hari dapat menurunkan bobot testis. Grafik rerata bobot
testis menunjukan bahwa terjadi penurunan bobot testis seiring dengan
besarnya dosis ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana
L.). Semakin besar dosis ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) yang diberikan, maka bobot testis akan semakin menurun.
Penurunan bobot testis mengindikasikan berkurangnya konsentrasi
spermatozoa di dalam testis. Hal ini diperjelas dengan data konsentrasi
spermatozoa yang menunjukan bahwa penurunan konsentrasi spermatozoa
berbanding lurus dengan besarnya dosis yang diberikan. Pada dosis 700
mg/kgBB dan 1400 mg/kgBB terjadi penurunan konsentrasi spermatozoa
secara bermakna dibandingkan dengan kontrol.
Penurunan bobot testis ini diduga karena adanya senyawa yang
bersifat estrogenik, yaitu mangostin (Adnan, 1992) dan saponin (Rusmiati,
2010) yang terkandung dalam kulit manggis (Garcinia mangostana L.).
Saponin digunakan untuk bahan baku sintetis hormon steroid dan digunakan
sebagai estrogen kontraseptif (Robinson, 1991). Menurut Rusmiati (2010)
kadungan flavonoid dan saponin kulit kayu durian memiliki aktifitas seperti
hormon estrogen dan diduga saponin ikut aktif meningkatkan kadar estrogen
didalam darah. Penelitian yang dilakukan Wahyuni (2012) menyatakan
bahwa pemberian senyawa isoflavon yang bersifat estrogenik dan
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
antiandrogenik pada dosis tinggi dapat menurunkan bobot testis. Senyawa
mangostin dan isoflavonoid merupakan senyawa golongan flavonoid.
Penyusutan bobot testis juga berbanding lurus dengan penyusutan
diameter tubulus seminiferus sebagai tempat utama terjadinya proses
spermatogenesis untuk menghasilkan spermatozoa (Fritz, 2003), karena
tubulus seminiferus merupakan bagian utama massa testis, yaitu sekitar 80
% (Sherwood, 2001). Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diameter
tubulus seminiferus, grafik menunjukan bahwa terjadi penurunan diameter
tubulus seminiferus seiring dengan besarnya dosis ekstrak metanol manggis
Garcinia mangostana L.) yang diberikan. Semakin besar dosis yang
diberikan, maka rata-rata diameter tubulus seminiferus akan berkurang.
Terbukti dengan adanya hasil uji BNT bahwa pemberian ekstrak metanol
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada dosis 1400 mg/kg BB
memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol (p ≤ 0.05).
Penurunan diameter tubulus seminiferus diduga karena senyawa
mangostin dan saponin yang bersifat estrogenik, sehingga mampu berikatan
dengan reseptor estrogen yang terdapat di hipofisis anterior.
Pada pria testis juga memproduksi estrogen dalam jumlah sedikit
tetapi bermakna, tetapi sebagian besar hormon estrogen dihasilkan dari
reaksi aromatisasi perifer hormon testosteron dan androstenedion. Hormon
ini berperan serta dalam pengaturan FSH sebagai Inhibin (Murray, 2003).
Secara fisiologis hipolatalamus mensekresi GnRH untuk
menstimulus hipofisis anterior mengsekresi FSH dan LH, namun karena
mangostin dan saponin berikatan dengan reseptor estrogen menyebabkan
sekresi FSH dan LH oleh hipofisis anterior menurun.
Akibat dari menurunnya sekresi LH oleh hipofisis anterior
menyebabkan terjadinya penurunan sekresi hormon testosteron oleh sel
Leydig. Setelah disekresikan testosteron akan diikat oleh ABP (androgen
binding protein) yang disekresikan oleh sel sertoli masuk ke lumen tubulus
seminiferus untuk proses spermatogenesis (Sherwood, 2001).
Selain itu penurunan sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior
menyebabkan terjadinya penurunan sekresi ABP oleh sel Sertoli. Akibatnya
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jumlah testosteron yang diikat untuk masuk ke tubulus seminiferus juga
berkurang. Penurunan kadar FSH dan testosteron menyebabkan
terganggunya proses spermatogenesis bahkan dapat menyebabkan atropi
pada sel-sel spermatogenik (Wahyuni, 2012).
Pernyataan ini didukung oleh Hafez (2000) yang menyatakan bahwa
hormon yang paling berperan dalam sistem reproduksi jantan adalah
testosteron. Secara umum testosteron berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan spermatogonium, perkembangan spermatosit primer dan
sekunder serta diferensiasi spermatid menjadi spermatozoa atau dengan kata
lain hormon testosteron mempunyai peran utama dalam proses
spermatogenesis.
Berkurangnya pasokan hormon testosteron menyebabkan proses
proliferasi sel spermatogonium manjadi terhambat, sehingga spermatozoa
tidak dapat mencapai pendewasaan yang baik dan dapat memicu terjadinya
apoptosis (kematian sel yang terprogram). Akibatnya terjadi penurunan
jumlah sel-sel spermatogenik.
Berkurangnya jumlah sel-sel spermatogenik ini menyebabkan
penurunan diameter tubulus seminiferus. Pernyataan ini didukung oleh
penelitian Gulkesen dkk (2002) yang menyatakan bahwa berkurangnya
produksi spermatozoa di tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya
penurunan diameter tubulus seminiferus. Penurunan diameter tubulus
seminiferus menyebabkan terjadinya penurunan bobot testis karena tubulus
seminiferus merupakan bagian utama massa testis.
Terjadinya penurunan sel-sel spermatogenik dapat dilihat dari
perbandingan jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel sertoli. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) dosis 350 mg/kg BB tidak ada
penurunan rasio jumlah sel spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli
dalam setiap tahapan, sedangkan dosis 700 mg/kg BB gram dan 1400 mg/kg
BB. gram BB dapat menurunkan rasio jumlah spermatosit pakiten terhadap
jumlah sel Sertoli secara bermakna dalam setiap tahapan.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dengan demikian perubahan histopatologi pada testis dapat
dijadikan dasar perubahan histologi fungsi spermatogenesis terutama di
dalam tubulus seminiferus. Pada mikroanatomi tubulus seminiferus yang
normal menunjukan asosiasi sel spermatogenik tersusun berlapis sesuai
dengan tahapan perkembangannya dimulai dari membran basalis,
spermatogonium, spermatosit primer (non pakiten dan pakiten) dan
spermatid. Ciri lain dari tubulus seminiferus yang normal adalah lumen
yang terisi penuh oleh spermatozoa.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa tubulus seminiferus pada
kelompok kontrol menunjukan spermatogenesis normal yang
menggambarkan susunan sel germinal yang dimulai dari spermatogonium,
spermatosit primer (non pakiten dan pakiten), spermatid dan lumen terisi
penuh oleh spermatozoa (pada stage VII).
Pada mikroanatomi tubulus seminiferus tikus yang diberi perlakuan
ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) menunjukan
gambaran susunan sel spermatogenik yang tidak teratur dan sel-sel yang
tersusun lebih jarang. Hal ini terjadi pada mikroanatomi tubulus seminiferus
kelompok perlakuan dosis 700 mg/kg BB gram dan 1400 mg/kg BB.
Sedangkan pada mikroanatomi dosis 350 mg/kgBB belum terlihat
penurunan jumlah sel spermatogenik namun sudah mulai terlihat gangguan
pada susunan sel spermatogenik. Terjadinya gambaran sel spermatogenik
yang tidak teratur pada tubulus seminiferus mengindikasikan adanya
gangguan spermatogenesis di tubulus seminiferus.
Dilaporkan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) pada dosis 1400 mg/kg BB menyebabkan
kematian pada tikus. Terjadi kematian pada 3 ekor tikus dari 5 ekor setelah
pemberian ekstrak.
Penyebab dari kematian tikus tersebut belum diketahui secara pasti
dikarenakan banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kematian pada tikus, sehingga sulit untuk dipastikan penyebab kematian
tikus. Namun diduga penyebab kematian tikus disebabkan karena konsumsi
saponin yang berlebihan. Menurut Suparjo (2008) penurunan konsumsi
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pangan yang mengandung saponin disebabkan karena rasa saponin,
penurunan motilitas intestinal, penurunan kecernaan protein, kerusakan
membran intestinal dan penghambatan pengangkutan nutrien. Penelitian
yang dilakukan Xu dkk (2005) menyatakan bahwa senyawa saponin yang
terdapat pada Platycodi radix dapat menghambat aktifitas lipase pankreas
dan berpotensi sebagai antiobesitas.
Hal ini didukung dari data berat badan tikus yang semakin hari
semakin berkurang selain itu tikus mengalami lemas dan terjadi penurunan
nafsu makan yang ekstrim terbukti tikus tidak pernah menghabiskan pakan
yang telah diberikan. Hasil uji BNT menyatakan bahwa pemberian ekstrak
metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada dosis 1400
mg/kg BB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol (p ≤ 0.05).
Dengan demikian pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dengan dosis 1400 mg/kg BB dapat menurunkan berat
badan dan nafsu makan tikus.
Bila dibandingkan dengan penelitian uji antifertilitas yang dilakukan
Wijaya (2013) pada biji delima (Punica granatum L.) dan Arini (2013)
pada biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) menunjukan bahwa efek
antifertilitas yang terjadi pada tikus jantan Sprague Dawley seiring dengan
besarnya dosis ekstrak yang diberikan. Pada penelitian Wijaya (2013) dosis
ekstrak yang diberikan pada tikus yaitu 7.5 mg/kg BB, 75 mg/kg BB dan
750 mg/kg BB, sedangkan penelitian Arini (2013) dosis ekstrak yang
diberikan pada tikus yaitu 5 mg/kg BB, 55 mg/kg BB dan 50 mg/kg BB.
Hasil menunjukan bahwa penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa,
diameter tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli
yang paling besar pada penelitian Wijaya dan Arini (2013) masing-masing
terjadi pada dosis 750 mg/kg BB dan 50 mg/kg BB.
Hal ini terjadi juga pada ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) yang menunjukan bahwa dari ketiga dosis
ekstrak yang diberikan (350 mg/kg BB, 700 mg/kg BB, 1400 mg/kg BB),
penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus
seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli yang paling besar
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terjadi pada dosis 700 mg/kg BB dan 1400 mg/kg BB, sedangkan pada dosis
350 mg/kg BB penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter
tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli belum
menunjukan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol. Hal ini disebabkan
karena kandungan saponin dan mangostin yang terkandung dalam kulit buah
manggis pada dosis 350 mg/kg BB belum dapat mengganggu keseimbangan
hormonal pada sistem reproduksi tikus sebab estrogen dalam darah belum
mencapai jumlah yang dapat menekan hipofisis anterior untuk mensekresi
FSH dan LH.
Dengan demikian pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa,
bobot testis, diameter tubulus seminiferus dan menghambat
spermatogenesis.
49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian “Uji Antifertilitas Ekstrak Metanol Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Tikus Strain Sprague Dawley
Secara In Vivo” dapat disimpulkan bahwa pada dosis 1400 mg/kg BB
semua parameter uji (bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter
tubulus seminiferus dan rasio jumlah spermatosit pakiten per sel Sertoli)
terdapat penurunan yang signifikan (p ≤ 0.05), sedangkan pada dosis 700
mg/kg BB hanya dapat menurunkan 2 parameter saja (p ≤ 0.05), yaitu
konsentrasi spermatozoa dan rasio jumlah spermatosit pakiten per sel
Sertoli.
5.2 Saran
Untuk mengetahui efektifitas dari ekstrak metanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai agen antifertilitas, disarankan
untuk mengawinkan tikus jantan yang telah diberi ekstrak metanol kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan tikus betina dan
disarankan pula untuk memeriksa parameter antifertilitas pada tikus jantan
setelah pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dihentikan untuk mengetahui apakah ekstrak metanol kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.) bersifat reversibel atau tidak.
50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 1992. Pengaruh Mangostin Terhadap Fungsi Reproduksi Mencit (Mus
musculus) Swiss Webster Betina. Tesis. Institut Teknologi Bandung.
Diakses di http://digilib.itb.ac.id/
Akbar B. 2004. Pengawasan Mangostin Terhadap Fertilitas Tikus (Rattus
norvegicus) “Wistar” Betina. Tesis. . Institut Teknologi Bandung.
Diakses di http://digilib.itb.ac.id/
Amir, Arni. 1992. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Biji Pepaya Gandul (Carica
papaya L.) Terhadap Sel-Sel Spermatogenik Mencit dan Jumlah Anak
Hasil Perkawinannya. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia
Anggraeni, Yetti dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana Cetakan
Pertama.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman : 4-14
Ardiani, Rani. 2012. Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji
Antimutagenik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Pada Mencit Jantan Menggunakan Metode
Mikronukleus. Skripsi. Medan: Program Ekstensi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara
Arini, W.D. 2013. Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70 % Biji Jarak Pagar pada
Tikus Jantran Strain Sprague Dawley. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah
Azrifitria. 2012. Formulasi Microemulsi Kombinasi Testosteron Undekanoat (TU)
dan Medroksi Progesterone Asetat (MPA) untuk Kontrasepsi Pria serta
Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Tikus Jantan Strain
Sprague Dawley. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. Diakses di sp2010.bps.go.id
Barnes, J.M., Paget, G.E. 1964. Toxicity test. Di dalam : Laurence DR, Bacharach,
Editor. Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics. London:
Academic Pr. Halaman : 161-162
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BKKBN. 2001. Fakta, Data dan Kesenjangan Gender di Indonesia: Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BKKBN. 2004. Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BKKBN. 2007. Peningkatan Akses Dan Kualitas Pelayanan KB. Bandung: Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Cheng, C.Y. 2008. Moleculer Mechanism In Spermatogenesis. Landes Bioscience
and Springer Science+Business Media.
Ekarini, S.M.B. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali. Semarang: Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro
Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemi Screening of Plants. Journal
of Pharmaceutical Sciences
Fritz, WA dkk. 2002. Dietery Genistein Down-Regulates Androgen and Estrogen
Receptor Expession in The Rat Prostate, Moll Cell Endocrinol
Gopalakrishnan, G., Banumathi, B., dan Suresh, G. 1997. Evaluation of the
Antifungal Activity of Natural Xanthones from Garcinia mangostana and
Their Synthetic Derivative. Journal of Natural Product. 60 : 519-524.
Gulkesen, KH dkk. 2002. Expression of Extracelluler matrix protein and vimentin
in testes of azoospermic ; an immunohistochemical and morphometric
study. Asian J Androl (serial on line). Available from:
http://www.asiaandro.com/1008-682X/4/55.htm
Hafez, E. 1996. Human Semen and Fertility Regulation in Men. The CV.
Mosbyuni
Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Cetakan ke-VII.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman: 42-43
Hasanah, Nur. 2012. Khasiat Istimewa Manggis. Jakarta: Dunia Sehat
Hau, Jann dan Hoosier Jr. G.L. 2003. Handbook of Laboratory Animal Science
Second Edition. Boca Raton: CRC Press
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Herdiningrat, S. 2002. Efek Pemberian Infusa Buah Manggis Muda (Garcinia
mangostana L.) Terhadap Spermatozoa Mencit (Mus musculus). Majalah
Andrologi Indonesia
Hess, A dan Franca. 2008. Spermatogenesis and Cycle of the Seminiferous
Epithelium. USA : Departement of Veterinary Biosciences
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III (Badan Litbang
Kehutanan, Penerjemah). Jakarta : Departemen Kehutanan
ICUC. 2003. Fruit to the Future Mangosteen, Facsheet No 8. International Centre
for Underutilized Crops
Irianto, Sanco. 2010. Buku Pegangan Mahasiswa Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Reproduksi Pria. Manokwari: Program Studi D III
Keperawatan
J. Heffner, Linda dan J. Schust Danny. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi Ed.
II. Jakarta: Erlangga. Halaman: 24-27
Jones, B.J., Luchsinger, A.E. 1987. Plant Systematics, Edisi ke-2. Singapore: B &
Jo Enterprise Pte Ltd. Halaman: 293-335
Krinke, J. G. 2000. The Laboratory Rat 1st Edition. United States: Academic Press
Lo, Yungtai. 2009. Estimating Age-spesific Prevalence of Testosterone Deficiency
in Men Using Normal Mixture Models. New York: Departement of
Community and Preventive Medicine Mount Sinai School of Medicine
Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan di
Laboraturium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral dan Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi Institut Pertanian Bogor
Mills, S.C et al. 2008. Gonadotropin Hormon Modulation of Testosterone,
Immune, Function, Performance and Behavioral Trade-Offs among Male
Morphs of the Lizard Uta Stansburiana. California: Departement of
Earth and Marine Sciences
Murray, K. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta:
EGC
National Research Council. 1978. Nutrient Requirement of Laboratory Animals.
3rd Revised Edition. National Academy of Science. Washington, D.C
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Neill, J.D et al. 2006. Knobil And Neill’s Physiology Of Reproduction Third
Edition. Elsevier. Halaman: 1081-1089
Nurhuda, dkk. 1995. Pengaruh Pemberian Buah Pare Terhadap Jumlah Dan
Motilitas Spermatozoa Tikus Jantan Strain LMR. Jurnal Kedokteran
YARSI, Vol 3. No 2, Mei 1995
Osman, M., dan Milan, A.R. 2006. Mangosteen – Garcinia mangostana L.
England : RPM Printed and Design
Palupi, Jenie. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana.L) Per Oral Terhadap Folikulogenesis Ovarium Mencit
(Mus musculus). Jurnal Kesehatan: Volume VI, No. 2
Philips , J.A., F. Frye., A. Bercovitz., P. Calle., R. Millar., J. Rivier dan B.L.
Lesley. 1987. Exogenous GnRH Overrides The Endogenous Annual
Reproductive Rhythm in Green Iguana. Journal of Experimental Zoology
Prihatman, K. 2000. Manggis (Garcinia mangostana L.). Jakarta: Kantor Deputi
Magneristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi BPP Teknologi
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB
Rusmiati, 2010. Pengaruh Ekstrak Metanol Kulit Kayu Durian (Durio zibethinus
Murr) Pada Struktur Mikroanatomi Ovarium dan Uterus Mencit (Mus
musculus L.) Betina. Banjarbaru: Program Studi Biologi MIPA
Universitas Lambung Mangkurat
Rusmiati. 2007. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus musculus L.).
Banjarbaru: Program Studi Biologi MIPA Universitas Lambung
Mangkurat
Sendel, T. 2011. Anatomy, Physiology and Reproduction in the Stallion.
OMAFRA Factsheet Anatomy
Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC
Singh, R., Hamada, A.J., Agarwal, A. 2010. Tyroid Hormones In Male
Reproduction and Fertillity. Lucknow: Central Drug Research Institute
India
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Smith J.B dan Soesanto M. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press
Steenis, C.G. 1987. Flora. Jakarta: P.T. Pradya Paramita, Halaman: 305-306.
Suparjo. 2008. Saponin: Peran dan Pengaruhnya bagi Ternak dan Manusia.
Jambi : Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Jambi
Susetyarini, Eko. 2009. Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas Terhadap Kadar
Testosteron Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan. Malang: Universitas
Muhamadiyah Malang. Halaman: 1-11.
Turman, E.J dan Rich, T.D. 2010. Reprodutive Tract Anatomy And Physiology Of
The Bull. Oklahoma: Product of Extension Beef Cattle Resource
Committee.
Vachrajani, K.D. 2005. Damage to Late Pachytene Spermatocytes in Responsible
for Subsequent Inhibition. Journal of Cell and Tissue Research Vol. 5.
Halaman: 309-311
Wahyuni, R.S. 2012. Pengaruh Isoflavonoid Kedelai Terhadap Kadar Hormon
Testosteron, Berat Testis, Diameter Tubulus Seminiferus, dan
Spermatogenesis Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus). Tesis. Program
Studi Ilmu Biomedik
Wijaya, Alvira. 2013. Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70 % Biji Delima (Punica
granatum L.) Pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Winarno. W dan Dian S. 1997. Informasi Tanaman Obat Untuk Kontrasepsi
Tradisional. Cermin Dunia Kesehatan. Halaman 25-28
World Health Organization. 2000. General Guidelines for Metodologies on
Research and Evaluation of Traditional Medicine Geneva : World Health
Organization
Xu, B.J dkk. 2005. In vitro Inhibitory Effect of Triterpenoidal, Saponin from
Platycody radix on Pancreatic Lipase. Arch Pharm. Halaman : 180-185
Yotarlai, Sudawadee., Chaisuksunt, Vivavadee., Saenphet, Kanokporn., Sudwan,
Paiwan. 2011. Effect of Boesenbergia rotunda Juice on Sperm Qualities
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
in Male Rats. Thailand: Departement Anatomy Faculty of Medicine
Chiangmai University
Yunitasari, Liska. 2012. Gempur 41 Penyakit Dengan Buah Manggis.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
56 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dari LIPI
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Hasil Penapisan Fitokimia
(-) Alkaloid
Dragendorff dan
Mayer.
(+) Saponin
HCl 1%
(+) Kuinon
NaOH 1 N
(+) Tanin
FeCl3 1%
(+) Tanin Katekuat
Pereaksi Stiasny
(+) Flavonoid
Butanol
(+) Triterpenoid
Libermann-
Burchard
(-) Kumarin
Flouresensi
Gambar 15. Hasil Penapisan Fitokimia
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Proses Pembuatan Suspensi Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis
Gambar Proses Kegiatan Keterangan
Gambar 16. Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) yang telah dideterminasi di LIPI dicuci sampai bersih dan diambil bagian pericarpnya dan dibersihkan hingga tidak ada daging buah yang menempel pada pericarp.
Gambar 17. Pericarp yang didapat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering.
Gambar 18. Pericarp yang sudah kering dibuat serbuk dengan cara diblender hingga didapat serbuk yang halus. Kemudian serbuk diayak dengan menggunakan ayakan dengan nomer mess 40.
Gambar 19. Serbuk kulit manggis dimaserasi dengan metanol selama 3 hari.
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 20. Maserat disaring dengan menggunakan kertas saring hingga tidak terdapat serbuk kulit manggis dalam maserat.
Gambar 21. Maserat diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapat ekstrak yang kental.
Gambar 22. Ekstrak metanol kulit buah manggis siap untuk dibuat suspensi ekstrak. Didapat bobot total ekstrak 139.4 gram. %Rendemen =
௧ ௦௧௧ ௦௨
x 100%
= ଵଷଽ.ସ ହ
x 100 = 18.59 %
Gambar 23. Ekstrak ditimbang masing-masing sebanyak 2.5 gram, 5 gram dan 10 gram.
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 24, Kemudian membuat larutan CMC 0.5% dengan menimbang serbuk CMC sebanyak 500 mg dan dilarutkan dalam air panas dan ditara didalam labu ukur 100 mL.
Gambar 25. Ekstrak yang sudah ditimbang disuspensikan dengan CMC 0.5% dengan menggunakan magnetic stirer. Setelah itu ditara didalam labu ukur 50 mL dengan larutan CMC 0.5%. Labu ukur dikocok hingga CMC 0.5% dan larutan ekstrak tercampur homogen.
Gambar 26. Larutan CMC 0.5% yang sudah ditara dalam labu ukur 100 mL, dan suspensi ekstrak yang sudah ditara dengan CMC 0.5% didalam labu ukur 50 mL.
Gambar 27. Setelah itu suspensi ekstrak dimasukan kedalam botol vial dan siap untuk digunakan pada tikus.
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Perhitungan Dosis
Tabel 11. Perbandingan Luas Permukaan Hewan Percobaan Untuk Konversi
Dosis (Paget dan Barnes, 1964).
Dicari
Dik Mencit
(20 g)
Tikus
(200
g)
Marmot
(400 g)
Kelinci
(1,5
kg)
Kucing
(2 kg)
Kera
(4
kg)
Anjing
(12 kg)
Manus
ia (70
kg)
Mencit
(20 g) 1,0 7,0 12,29 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Tikus
(200 g) 0,14 1.0 1,74 3,3 4,2 9,2 17,8 58,0
Marmot
(400 g) 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci
(1,5 kg) 0,04 0,25 0,44 2,4 1,06 2,4 4,0 14,2
Kucing
(2 kg) 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera
(4 kg)
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing
(12 kg) 0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia
(70 kg) 0,0026 0,18 0,31 0,07 0,013 0,16 0,32 1,0
Tabel 12. Volume Administrasi Obat
Hewan Batas volume maksimum (ml) per ekor untuk cara pemberian
Iv Im Ip sc Oral
Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1
Tikus 1 0.1 3 2 5
Marmot 2 0,2 3 3 10
Kelinci 3-10 0,5 10 3 20
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada penelitian (Palupi, 2008) dosis yang digunakan pada mencit
betina adalah 4.55 mg/20 gram BB, 9.1 mg/20 gram BB, 13.65 mg/20 gram
BB dan 18.2 mg/20 gram BB dan volume CMC 0.5% yang digunakan untuk
melarutkan ekstrak kulit buah manggis yaitu 0,2 mL.
Pada Penelitian ini dosis tersebut dimodifikasi menjadi 10 mg/20
gram BB, 20 mg/20gram BB dan 40 mg/20 gram BB. Kemudian dosis
modifikasi tersebut akan dikonversi ke dosis tikus dengan metode (Paget
dan Barnes, 1964).
Untuk mengetahui dosis tikus (200 gram) bila dosis mencit 10
mg/0.02 kg BB, maka dicari terlebih dahulu dosis absolut pada mencit. Jika
berat mencit 20 gram, maka dosis absolutnya adalah 10 mg/0.02 kg BB x
0.02 kg =10 mg. Dengan mengambil faktor koreksi dari tabel diperoleh
dosis untuk tikus 10 x 7 = 70 mg.
Dengan demikian dapat diperkirakan efek farmakologi suatu ektrak
metanol kulit buah manggis pada mencit dengan dosis 10 mg/20 g BB sama
dengan yang timbul pada tikus dengan dosis 70 mg/200 g BB.
Untuk mengetahui besarnya volume CMC 0.5% yang dibutuhkan
untuk melarutkan ekstrak dapat dihitung dengan rumus volume administrasi
obat (VAO). Pada penelitian
VAO = ୈ୭ୱ୧ୱ ୠୱ୭୪୳୲
୭୬ୱୣ୬୲୰ୟୱ୧
0,2 mL = ଵ ୫/୭୬ୱୣ୬୲୰ୟୱ୧
Konsentrasi = 50 mg/ml.
Maka Volume CMC 0.5% yang dibutuhkan untuk melarutkan
ekstrak kulit buah manggis pada tikus yaitu:
VAO = ୈ୭ୱ୧ୱ ୠୱ୭୪୳୲୭୬ୱୣ୬୲୰ୟୱ୧
VAO = ୫ହ ୫/୫
= 1,4 mL
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan:
- CMC 0.5% dibuat dengan mengembangkan 500 mg serbuk CMC
dengan 100 mL air panas didalam labu ukur 100 mL
- Untuk membuat 50 mL suspensi ekstrak menggunakan rumus VAO
sehingga jumlah ekstrak kulit manggis yang harus ditimbang adalah 2.5
gram, 5 gram dan 10 gram.
- Ekstrak kulit manggis yang sudah ditimbang dilsuspensikan dengan
CMC 0.5% dan ditara menggunakan labu ukur 50 mL.
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Perlakuan Pada Tikus Sparague Dawley
Gambar Proses Kegiatan Keterangan
Gambar 28. Tikus putih galur Sprague Dawley yang siap untuk diberi suspense ekstrak.
Gambar 29. Proses pemberian suspensi ekstrak pada tikus melalui oral dengan menggunakan sonde.
Gambar 30. Proses pembedahan tikus diambil organ testis dan epididimis.
Gambar 31. Epididimis diambil dan dibersikan dengan alkohol 70%
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 32. Testis tikus yang sudah dimasukan kedalam wadah berisi BNF 10%. Sebelumnya testis ditimbang sehingga didapat bobot testis. Setelah ditimbang testis dibilas dengan alkohol 70% dan dimasukan kedalam wadah berisi BNF 10%.
Gambar 33. Sperma dikeluarkan dari kauda epididimis dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis. Setelah itu diambil 20 µL dan dimasukan kedalam tabung reaksi dan diencerkan dengan larutan George sebanyak 980 µL.
Gambar 34. Larutan divortex agar sperma tikus dan larutan George tercampur homogen.
Gambar 35. Kemudidan larutan diambil dan diteteskan pada kamar hitung hemasitometer, setelah itu ditutup dengan kaca objek dan diamati dengan dibawah mikroskop.
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 36. Preparat testis tikus sparague dawley. Preparat diamati dengan mikroskop dan dihitung diameter tubulus seminiferus dan dihitung jumlah sel spermatosit pakiten per sel sertoli.
Gambar 37. Proses perhitungan spermatozoa didalam kamar hitung hemasitometer.
Gambar 38. Proses pengukuran diameter tubulus seminiferus tikus Sprague Dawley.
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Data Berat Badan Tikus Dan Jumlah Ekstrak Yang Diberikan (mL)
Tabel 13. Data Berat Badan Tikus Kelompok Kontrol
Tanggal No Tikus Berat Badan Tikus
(gram)
Jumlah Ekstrak
Yang Diberikan
(mL)
21 Novenmber 2012 1 257 1.8
2 278 2.0
3 260 1.8
4 270 1.9
5 296 2.1
25 November 2012 1 258 1.8
2 280 2.0
3 254 1.8
4 271 1.9
5 294 2.1
29 November 2012 1 253 1.8
2 269 1.9
3 255 1.8
4 262 1.8
5 286 2.0
03 Desember 2012 1 257 1.8
2 275 1.9
3 254 1.8
4 265 1.9
5 301 2.1
07 Desember 2012 1 261 1.8
2 294 2.1
3 269 1.9
4 279 1.9
5 321 2.1
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 Desember 2012 1 245 1.7
2 266 1.9
3 251 1.8
4 253 1.8
5 295 2.1
15 Desember 2012 1 270 1.9
2 303 2.1
3 279 1.9
4 282 1.9
5 322 2.2
19 Desember 2012 1 276 1.9
2 312 2.2
3 289 2.0
4 281 2.0
5 325 2.3
23 Desember 2012 1 278 1.9
2 311 2.2
3 279 1.9
4 285 2.0
5 329 2.3
27 Desember 2012 1 280 2.0
2 320 2.2
3 290 2.0
4 337 2.3
5 338 2.4
31 Desember 2012 1 289 2.0
2 325 2.3
3 325 2.3
4 297 2.1
5 351 2.5
04 Januari 2013 1 290 2.0
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 325 2.3
3 323 2.3
4 298 2.1
5 355 2.5
08 Januari 2013 1 295
2 327
3 327
4 300
5 360
Tabel 14. Data Berat Badan Tikus Kelompok Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit
Manggis (350 mg/kg BB tikus)
Tanggal No Tikus Berat Badan Tikus
(gram)
Jumlah Ekstrak
Yang Diberikan
(mL)
22 November 2012 1 295 0.1
2 277 1.9
3 264 1.9
4 291 2.0
5 261 1.8
26 November 2012 1 293 2.1
2 273 2.9
3 259 1.8
4 293 2.1
5 251 1.8
30 November 2012 1 299 2.1
2 282 2.0
3 265 1.9
4 298 2.1
5 254 1.8
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
04 Desember 2012 1 320 2.2
2 274 1.9
3 257 1.8
4 307 2.1
5 268 1.9
08 Desember 2012 1 321 2.2
2 264 1.8
3 255 1.8
4 310 2.2
5 268 1.9
12 Desember 2012 1 318 2.2
2 276 1.9
3 271 1.8
4 315 2.2
5 269 1.9
16 Desember 2012 1 317 2.2
2 285 2.0
3 256 1.8
4 327 2.3
5 271 1.9
20 Desember 2012 1 322 2.3
2 295 2.1
3 253 1.8
4 330 2.3
5 275 1.9
24 Desember 2012 1 323 2.3
2 287 2.0
3 285 1.8
4 322 2.3
5 277 1.9
28 Desember 2012 1 324 2.3
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 286 2.0
3 271 1.9
4 317 2.2
5 280 2.0
01 Januari 2013 1 345 2.4
2 298 2.1
3 288 2.0
4 318 2.2
5 286 2.0
05 Januari 2013 1 346 2.4
2 297 2.1
3 290 2.0
4 320 2.2
5 290 2.0
09 Januari 2013 1 348
2 299
3 295
4 318
5 295
Tabel 15. Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis (700 mg/kg BB tikus)
Tanggal No Tikus Berat Badan Tikus
(gram)
Jumlah Ekstrak
Yang Diberikan
(mL)
23 November 2012 1 263 1.8
2 294 2.1
3 316 2.2
4 287 2.0
5 266 1.9
27 November 2012 1 260 1.8
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 284 2.0
3 311 2.2
4 280 2.0
5 262 1.8
01 Desember 2012 1 267 1.9
2 275 1.9
3 318 2.2
4 287 2.0
5 266 1.9
05 Desember 2012 1 266 1.8
2 279 1.9
3 305 2.1
4 287 1.9
5 266 1.9
09 Desember 2012 1 260 1.8
2 264 1.8
3 265 1.9
4 283 2.0
5 256 1.8
13 Desember 2012 1 243 1.7
2 244 1.7
3 254 1.8
4 263 1.8
5 233 1.6
17 Desember 2012 1 266 1.9
2 274 1.9
3 266 1.9
4 283 2.0
5 255 1.8
21 Desember 2012 1 270 1.9
2 278 1.9
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 292 2.0
4 293 2.0
5 253 1.8
25 Desember 2012 1 250 1.7
2 286 2.0
3 284 2.0
4 296 2.0
5 251 1.7
29 Desember 2012 1 266 1.9
2 300 2.1
3 275 1.9
4 264 1.8
5 260 1.8
02 Januari 2013 1 275 1.9
2 309 2.0
3 280 2.0
4 285 2.0
5 266 1.9
06 Januari 2013 1 270 1.9
2 305 2.1
3 285 2.0
4 288 2.0
5 270 1.9
10 Januari 2013 1 271 -
2 300 -
3 288 -
4 288 -
5 275 -
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 16. Data Berat Badan Tikus Kelompok Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit
Manggis (1400 mg/kg BB tikus)
Tanggal No Tikus Berat Badan Tikus
(gram)
Jumlah Ekstrak
Yang Diberikan
(mL)
20 November 2012 1 303 2.0
2 282 2.0
3 286 2.0
4 261 1.8
5 251 1.8
24 November 2012 1 303 2.1
2 251 1.8
3 288 2.0
4 251 1.8
5 251 1.8
28 November 2012 1 298 2.1
2 245 1.7
3 246 1.7
4 249 1.7
5 229 1.6
2 Desember 2012 1 266 1.7
2 243 1.6
3 Mati pada tanggal
1 Desember 2012
-
4 Mati pada tanggal
1 Desember 2012
-
5 227 1.6
6 Desember 2012 1 230 1.6
2 238 1.7
3 - -
4 - -
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 221 1.5
10 Desember 2012
1 204 1.4
2 Mati pada tanggal
7 Desember 2012
-
3 - -
4 - -
5 195 1.4
14 Desember 2012 1 236 1.6
2 - -
3 - -
4 - -
5 218 1.5
18 Desember 2012 1 251 1.8
2 - -
3 - -
4 - -
5 218 1.5
22 Desember 2012 1 247 1.7
2 - -
3 - -
4 - -
5 208 1.5
26 Desember 2012 1 239 1.6
2 - -
3 - -
4 - -
5 197 1.3
30 Desember 2012 1 258 1.8
2 - -
3 - -
4 - -
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 198 1.4
3 Januari 2013
1 256 1.8
2 - -
3 - -
4 - -
5 191 1.3
7 Januari 2013 1 250 -
2 - -
3 - -
4 - -
5 195 -
Tabel 17. Rata-Rata Berat Badan Tikus
Rata-Rata Berat Badan Tikus
Tanggal I Tanggal II Tanggal III Tanggal IV
21-11-2012 272.2 22-11-2012 277.6 23-11-2012 285.2 20-11-2012 276.6
25-11-2012 271.4 26-11-2012 273.8 27-11-2012 279.4 24-11-2012 268.8
29-11-2012 265 30-11-2012 279.6 01-12-2012 282.6 28-11-2012 253.4
03-12-2012 270.4 04-12-2012 285.2 05-12-2012 280.6 02-12-2012 245.3
07-12-2012 284.8 08-12-2012 283.6 09-12-2012 265.6 06-12-2012 229.7
11-12-2012 262 12-12-2012 289.8 13-12-2012 247.4 10-12-2012 199.5
15-12-2012 291.2 16-12-2012 291.2 17-12-2012 268.8 14-12-2012 227
19-12-2012 296.6 20-12-2012 295 21-12-2012 277.2 18-12-2012 234.5
23-12-2012 296.4 24-12-2012 287.4 25-12-2012 273.4 22-12-2012 227.5
27-12-2012 313 28-12-2012 297.6 29-12-2012 273 26-12-2012 218
31-12-2012 317.4 01-01-2013 307 02-01-2013 283 30-12-2013 228
04-01-2013 318.2 05-01-2013 308.6 06-01-2013 283.6 03-01-2013 223.5
08-01-2013 321.8 09-01-2013 311 10-01-2013 284.4 07-01-2013 222.5
Keterangan:
I : Kontrol (CMC 0.5 %) II : Dosis rendah (350 mg/kg BB) III : Dosis sedang (700 mg/kg BB) IV : Dosis tinggi (1400 mg/kg BB)
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Data Bobot Testis
Tabel 18. Data Bobot Testis
Perlakuan Bobot Testis (gram) Rata-Rata
Kanan Kiri
Kontrol 1 2.0567 2.0324 2.0446
Kontrol 2 1.932 1.9255 1.9288
Kontrol 3 1.9565 2.0202 1.9884
Kontrol 4 2.2354 2.2564 2.2459
Kontrol 5 2.2031 2.2133 2.2082
Rata-rata 2.0767 2.0896 2.0832
Rendah 1 2.1382 2.1006 2.1006
Rendah 2 2.6596 2.4541 2.5569
Rendah 3 1.8228 1.8106 1.8167
Rendah 4 1.79 1.7256 1.7578
Rendah 5 2.2966 2.3047 2.3007
Rata-rata 2.1414 2.0791 2.1065
Sedang 1 1.5201 1.6388 1.5795
Sedang 2 1.6266 1.5970 1.6118
Sedang 3 1.4454 1.4840 1.4647
Sedang 4 1.5502 1.5748 1.5625
Sedang 5 1.5568 1.6460 1.6014
Rata-rata 1.5398 1.5881 1.564
Tinggi 1 1.5553 1.5393 1.5473
Tinggi 2 1.5683 1.5625 1.5654
Tinggi 3 - -
Tinggi 4 - -
Tinggi 5 0.7031 1.0112 0.8572
Rata-rata 1.2756 1.371 1.3233
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Data Konsentrasi Spermatozoa
Tabel 19. Data Konsentrasi Spermatozoa
Kelompok
Perlakuan
Jumlah Sperma
Dalam Bilik Hitung
Rata-Rata Konsentrasi Sperma
(Juta/mL)
Kanan Kiri
Kontrol 1 45 51 46 57.5
Kontrol 2 36 36 36 45
Kontrol 3 67 37 52 65
Kontrol 4 54 62 58 72.5
Kontrol 5 46 51 49 61.25
Rata-Rata 48.2 60.25
Rendah 1 60 36 48 60
Rendah 2 79 38 59 73.75
Rendah 3 44 34 39 48.75
Rendah 4 67 64 66 82.5
Rendah 5 61 55 58 72.5
Rata-Rata 54 67.5
Sedang 1 18 43 30.5 38.13
Sedang 2 18 28 23 28.75
Sedang 3 9 29 19 23.75
Sedang 4 20 14 17 21.25
Sedang 5 23 21 22 27.5
Rata-Rata 22.3 27.88
Tinggi 1 29 18 23.5 29.37
Tinggi 2 26 14 20 25
Tinggi 3 - - - -
Tinggi 4 - - - -
Tinggi 5 23 19 21 26.5
Rata-Rata 21.5 26.96
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat data berat badan terdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data berat badan terdistribusi normal.
Ha : Data berat badan tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Data berat badan Tikus Strain Sprague Dawley
Keputusan : Data berat badan tikus putih strain Sprague Dawley terdistribusi
normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
BBTikus
N 20
Normal Parametersa Mean 2.7726E2
Std. Deviation 2.50518E1
Most Extreme Differences Absolute .140
Positive .140
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .628
Asymp. Sig. (2-tailed) .826
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Hasil Uji Homogenitas Data Berat Badan Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat data berat badan tikus homogen atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data berat badan bervariasi homogen.
Ha : Data berat badan tidak bervariasi homogen.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 21. Hasil Uji Homogenitas Data Berat Badan Tikus Strain Sprague Dawley
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.685 3 16 .574
Keputusan : Data berat badan tikus strain Sprague Dawley bervariasi
homogen.
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Hasil Uji ANOVA Data Berat Badan Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data berat badan.
Hipotesis :
Ho : Data berat badan tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data berat badan berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.
Tabel 22. Hasil Uji ANOVA Data Berat Badan Tikus Strain Sprague Dawley
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5710.564 3 1903.521 4.901 .013
Within Groups 6213.703 16 388.356
Total 11924.267 19 Keputusan : Data berat badan tikus strain Sprague Dawley berbeda secara
bermakna.
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Hasil Uji BNT Data Berat Badan Tikus Strain Sprague Dawley
Tabel 23. Hasil Uji BNT Data Berat Badan Tikus Strain Sprague Dawley
Multiple Comparisons
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Dosis Rendah -1.03400 12.46365 .935 -27.4558 25.3878
Dosis Sedang 15.31800 12.46365 .237 -11.1038 41.7398
Dosis Tinggi 40.80600* 12.46365 .005 14.3842 67.2278
Dosis Rendah Kontrol 1.03400 12.46365 .935 -25.3878 27.4558
Dosis Sedang 16.35200 12.46365 .208 -10.0698 42.7738
Dosis Tinggi 41.84000* 12.46365 .004 15.4182 68.2618
Dosis Sedang Kontrol -15.31800 12.46365 .237 -41.7398 11.1038
Dosis Rendah -16.35200 12.46365 .208 -42.7738 10.0698
Dosis Tinggi 25.48800 12.46365 .058 -.9338 51.9098
Dosis Tinggi Kontrol -40.80600* 12.46365 .005 -67.2278 -14.3842
Dosis Rendah -41.84000* 12.46365 .004 -68.2618 -15.4182
Dosis Sedang -25.48800 12.46365 .058 -51.9098 .9338
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas Data Konsentrasi Spermatozoa Strain Sprague
Dawley
Tujuan : Untuk melihat data konsentrasi spermatozoa terdistribusi normal
atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data konsentrasi spermatozoa terdistribusi normal.
Ha : Data konsentrasi spermatozoa tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 24. Hasil Uji Normalitas Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Strain
Sprague Dawley
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kanan kiri
N 20 20
Normal Parametersa Mean 46.2500 44.3750
Std. Deviation 2.89623E1 2.52439E1
Most Extreme Differences Absolute .135 .148
Positive .135 .148
Negative -.133 -.118
Kolmogorov-Smirnov Z .604 .664
Asymp. Sig. (2-tailed) .859 .770
Keputusan : Data konsentrasi spermatozoa tikus putih strain Sprague Dawley
terdistribusi normal.
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Hasil Uji Homogenitas Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Strain
Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat data konsentrasi spermatozoa homogen atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data konsentrasi spermatozoa bervariasi homogen.
Ha : Data konsentrasi spermatozoa tidak bervariasi homogen.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 25. Hasil Uji Homogenitas Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Strain
Sprague Dawley
Keputusan : Data konsentrasi spermatozoa tikus Strain Sprague Dawley
bervariasi homogen.
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kanan 1.816 3 16 .185
Kiri .768 3 16 .529
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Hasil Uji ANOVA Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Strain
Sprague Dawley
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data konsentrasi
spermatozoa.
Hipotesis :
Ho : Data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.
Tabel 26. Hasil Uji ANOVA Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Strain Sprague
Dawley
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9385.234 3 3128.411 23.486 .000
Within Groups 2131.250 16 133.203
Total 11516.484 19
Keputusan : Data konsentrasi spermatozoa tikus galur sparague dawley
berbeda secara bermakna.
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Hasil Uji BNT Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Strain Sprague
Dawley
Tabel 27. Hasil Uji BNT Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Galur Sparague
Dawley Multiple Comparisons
KonsentrasiSperma
LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Dosis Rendah -7.25000 7.29940 .335 -22.7240 8.2240
Dosis Sedang 33.50000* 7.29940 .000 18.0260 48.9740
Dosis Tinggi 44.00000* 7.29940 .000 28.5260 59.4740
Dosis Rendah Kontrol 7.25000 7.29940 .335 -8.2240 22.7240
Dosis Sedang 40.75000* 7.29940 .000 25.2760 56.2240
Dosis Tinggi 51.25000* 7.29940 .000 35.7760 66.7240
Dosis Sedang Kontrol -33.50000* 7.29940 .000 -48.9740 -18.0260
Dosis Rendah -40.75000* 7.29940 .000 -56.2240 -25.2760
Dosis Tinggi 10.50000 7.29940 .170 -4.9740 25.9740
Dosis Tinggi Kontrol -44.00000* 7.29940 .000 -59.4740 -28.5260
Dosis Rendah -51.25000* 7.29940 .000 -66.7240 -35.7760
Dosis Sedang -10.50000 7.29940 .170 -25.9740 4.9740
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Hasil Uji Normalitas Data Bobot Testis Tikus Strain Sprague
Dawley
Tujuan : Untuk melihat data bobot testis terdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data bobot testis terdistribusi normal.
Ha : Data bobot testis tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 28. Hasil Uji Normalitas Data Bobot Testis Tikus Strain Sprague Dawley
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
BobotTestis
N 20
Normal Parametersa Mean 1.636920
Std. Deviation .6744028
Most Extreme Differences Absolute .249
Positive .112
Negative -.249
Kolmogorov-Smirnov Z 1.115
Asymp. Sig. (2-tailed) .167
Keputusan : Data bobot testis tikus Strain Sprague Dawley terdistribusi
normal.
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 18. Hasil Uji Homogenitas Data Bobot Testis Tikus Strain Sprague
Dawley
Tujuan : Untuk melihat data bobot testis homogen atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data bobot testis bervariasi homogen.
Ha : Data bobot testis tidak bervariasi homogen.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 29. Hasil Uji Homogenitas Data Bobot Testis Tikus Strain Sprague Dawley
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
10.375 3 16 .000
Keputusan : Data bobot testis tikus Strain Sprague Dawley tidak bervariasi
homogen, sehingga dilakukan uji non parametik Kruskal-Wallis.
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Bobot Testis Tikus
Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data bobot testis.
Hipotesis :
Ho : Data bobot testis tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data bobot testis berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.
Tabel 30. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Bobot Testis Tikus Strain
Sprague Dawley
Test Statisticsa,b
BobotTestis
Chi-Square 15.332
Df 3
Asymp. Sig. .002
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
Keputusan : Data bobot testis tikus strain Sprague Dawley berbeda secara
bermakna.
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 20. Hasil Uji BNT Data Bobot Testis Tikus Strain Sprague Dawley
Tabel 31. Hasil Uji BNT Data Bobot Testis Tikus Strain Sprague Dawley
Multiple Comparisons
LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
kontrol negatif dosis rendah -.0233600 .2722025 .933 -.600404 .553684
dosis sedang .5192000 .2722025 .075 -.057844 1.096244
dosis tinggi 1.2892000* .2722025 .000 .712156 1.866244
dosis rendah kontrol negative .0233600 .2722025 .933 -.553684 .600404
dosis sedang .5425600 .2722025 .064 -.034484 1.119604
dosis tinggi 1.3125600* .2722025 .000 .735516 1.889604
dosis sedang kontrol negative -.5192000 .2722025 .075 -1.096244 .057844
dosis rendah -.5425600 .2722025 .064 -1.119604 .034484
dosis tinggi .7700000* .2722025 .012 .192956 1.347044
dosis tinggi kontrol negatif -1.2892000* .2722025 .000 -1.866244 -.712156
dosis rendah -1.3125600* .2722025 .000 -1.889604 -.735516
dosis sedang -.7700000* .2722025 .012 -1.347044 -.192956
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas Data Diameter Tubulus Seminiferus Tikus
Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat data diameter tubulus seminiferus terdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data diameter tubulus seminiferus terdistribusi normal.
Ha : Data diameter tubulus seminiferus tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 32. Hasil Uji Normalitas Data Diameter Tubulus Seminiferus Tikus Strain
Sprague Dawley
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Diameter
N 20
Normal Parametersa Mean 170.8990
Std. Deviation 60.19716
Most Extreme Differences Absolute .329
Positive .240
Negative -.329
Kolmogorov-Smirnov Z 1.469
Asymp. Sig. (2-tailed) .027
Keputusan : Data diameter tubulus seminiferus tikus Strain Sprague Dawley
tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan uji non parametik
Kruskal-Wallis.
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 22. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Diameter Tubulus
Seminiferus Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data diameter
tubulus seminiferus.
Hipotesis :
Ho : Data diameter tubulus seminiferus tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data tubulus seminiferus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.
Tabel 33. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Diameter Tubulus
Seminiferus Tikus Strain Sprague Dawley
Test Statisticsa,b
Diameter
Chi-Square 12.404
df 3
Asymp. Sig. .006
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
Keputusan : Data diameter tubulus seminiferus tikus Strain Sprague Dawley
berbeda secara bermakna.
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 23. Hasil Uji BNT Data Diameter Tubulus Seminiferus Tikus Strain
Sprague Dawley
Tabel 34. Hasil Uji BNT Data Diameter Tubulus Seminiferus Tikus Strain
Sprague Dawley
Multiple Comparisons
(I)
Perlakuan
(J)
Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Rendah 7.23400 29.22930 .808 -54.7293 69.1973
Sedang 13.89400 29.22930 .641 -48.0693 75.8573
Tinggi 102.53200* 29.22930 .003 40.5687 164.4953
Rendah Kontrol -7.23400 29.22930 .808 -69.1973 54.7293
Sedang 6.66000 29.22930 .823 -55.3033 68.6233
Tinggi 95.29800* 29.22930 .005 33.3347 157.2613
Sedang Kontrol -13.89400 29.22930 .641 -75.8573 48.0693
Rendah -6.66000 29.22930 .823 -68.6233 55.3033
Tinggi 88.63800* 29.22930 .008 26.6747 150.6013
Tinggi Kontrol -102.53200* 29.22930 .003 -164.4953 -40.5687
Rendah -95.29800* 29.22930 .005 -157.2613 -33.3347
Sedang -88.63800* 29.22930 .008 -150.6013 -26.6747
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampitan 24. Data Perbandingan Jumlah Spermatosit Pakiten Terhadap Jumlah Sel Sertoli
No Kontrol 1 Kontrol 2 Kontrol 3 Kontrol 4 Kontrol 5 P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST
1 94 33 2.84 12 76 32 2.38 7 68 21 2.9 12 96 42 2,29 2 111 30 3.7 2 2 96 28 3.42 12 99 44 2.25 12 53 20 2.65 12 76 32 2.38 7 99 44 2.25 12 3 105 36 2.91 7 63 26 2.42 12 85 38 2.18 7 63 28 2.25 12 102 31 3.29 2 4 96 30 3.2 7 100 28 3.57 7 69 27 2.55 7 99 44 2.25 12 127 46 2.76 2 5 107 26 4.1 2 66 28 2.36 12 87 36 2.61 12 70 26 2.69 2 56 17 3.29 7 6 114 28 4.07 2 103 37 2.78 12 85 37 2.3 12 63 26 2.42 12 126 44 2.86 2 7 100 25 4 7 89 30 2.96 2 62 19 3.26 12 50 20 2.5 12 84 31 2.71 2 8 101 30 3.36 7 100 31 3.23 7 58 23 2.52 2 100 28 3.57 7 98 36 2.72 7 9 103 37 2.78 12 131 34 3.85 2 82 41 2 2 53 20 2.65 12 123 28 4.39 2
10 100 28 3.57 7 100 25 4 7 53 20 2.65 12 66 28 2.36 12 93 28 3.32 12 11 99 44 2.25 12 109 31 3.52 2 69 33 2.09 12 53 20 2.65 2 63 22 2.86 7 12 127 46 2.76 2 114 28 4.07 2 53 20 2.65 12 103 37 2.78 12 139 46 3.02 7 13 126 44 2.86 2 68 24 2.83 12 80 32 2.5 7 57 20 2.85 2 64 23 2.78 7 14 98 36 2.72 7 107 26 4.1 2 50 20 2.5 2 89 30 2.96 2 81 31 2.61 12 15 93 28 3.32 12 59 29 2.03 7 84 27 3.11 2 69 27 2.55 7 61 23 2.63 12 16 139 46 3.02 7 96 30 3.2 7 70 26 2.69 2 62 19 3.26 12 116 36 3.22 2 17 81 31 2.61 12 93 27 3.44 7 56 23 2.43 12 58 23 2.52 2 102 27 3.78 7 18 116 36 3.22 2 105 36 2.91 7 63 28 2.25 12 131 34 3.85 2 73 32 2.28 12 19 73 32 2.28 12 60 24 2.5 12 107 41 2.61 2 81 28 2.89 7 73 24 3.04 12 20 87 27 3.22 12 94 33 2.84 12 96 42 2.29 2 69 20 3.28 12 87 27 3.22 12 x 102.75 33.55 3.13 91.6 30.15 3.06 71.5 28.7 2.54 75.4 27.6 2.77 93.9 31.3 3.04
No Rendah 1 Rendah 2 Rendah 3 Rendah 4 Rendah 5 P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST
1 58 27 2.07 2 56 21 2.67 12 57 25 2.28 7 67 26 2.58 2 57 54 2.37 2 2 55 28 196 12 62 27 2.29 7 67 64 2.79 7 35 15 2.33 12 64 27 2.37 7 3 36 17 2.12 12 78 35 2.23 7 67 64 2.79 7 56 23 2.43 2 100 32 3..13 2 4 30 18 1.67 12 101 33 3.06 2 59 26 2.26 2 34 12 2.83 12 78 33 2.36 2 5 70 25 2.8 7 94 31 3.03 7 59 25 2.36 12 32 13 2.46 12 53 24 2.21 2 6 60 23 2.61 12 98 32 3.06 2 63 27 2.33 2 54 20 2.7 12 62 23 2.69 2 7 56 24 2.33 7 93 25 3.72 2 58 28 2.07 7 51 16 319 12 54 19 2.84 12 8 58 24 2.42 2 56 19 2.94 12 108 34 3.17 2 77 26 2.96 2 65 29 2.24 2 9 64 28 2.28 2 33 13 2.54 12 53 24 2.21 12 61 24 254 2 101 30 3.67 7
10 53 19 2.78 7 63 27 2.33 7 69 27 2.56 2 54 17 3.18 12 77 35 2.2 7 11 39 19 2.05 12 75 25 3 7 89 29 3.07 2 65 22 295 7 67 26 2.58 2 12 80 26 3.08 2 91 26 3.5 2 52 25 2.08 7 59 22 268 2 35 15 2.33 12 13 63 22 2.86 7 67 24 2.79 2 57 20 2.85 12 84 31 2.71 2 56 23 2.43 2 14 80 34 2.35 2 85 27 3.15 2 60 25 2.4 7 71 27 3.38 2 34 12 2.83 12 15 57 21 3.09 2 91 26 3.5 2 64 24 2.67 7 79 21 3.76 2 32 13 2.46 12 16 55 21 2.62 12 101 31 3.25 2 70 33 2.12 7 41 18 2.78 12 54 20 2.7 12 17 58 27 2.15 2 61 27 2.25 12 61 27 2.26 12 97 34 2.85 2 51 16 3.19 12 18 55 28 1.96 12 53 22 2.41 12 62 23 2.68 7 44 26 1.69 12 77 26 2.96 2 19 63 23 2.73 2 66 26 2.54 2 64 28 2.29 2 52 21 1.92 12 61 24 2.54 2 20 55 21 2.62 7 44 19 2.31 12 53 19 2.79 12 48 22 2.18 12 54 17 3.18 12 x 57.25 23.75 2.43 73.4 25.8 2.83 64.6 29.85 2.5 58.05 21.8 2.71 61.6 24.9 2.64
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Sedang 1 Sedang 2 Sedang 3 Sedang 4 Sedang 5
P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST 1 63 28 2.25 2 62 30 2.07 7 71 31 2.29 2 52 30 1.73 2 58 38 1.53 2 2 47 28 1.68 7 30 18 1.56 12 44 24 1.83 12 49 28 1.75 12 47 25 1.88 7 3 45 26 1.73 2 43 22 1.95 2 65 34 1.91 7 35 18 1.94 12 67 35 1.91 7 4 59 36 1.64 2 38 21 1.81 12 58 29 2 7 61 34 1.79 7 49 26 1.88 12 5 44 24 1.83 12 55 34 1.62 7 67 34 1.97 2 39 26 1.5 12 60 31 1.94 12 6 50 23 2.17 2 63 39 1.62 2 47 28 1.68 7 56 34 1.65 7 41 22 1.86 2 7 52 14 3.71 2 62 32 1.72 7 50 23 2.17 2 43 27 1.59 2 58 28 2.07 7 8 48 23 2.09 12 68 36 1.89 2 67 34 1.97 2 63 32 1.96 2 31 21 1.48 12 9 53 28 1.89 2 54 29 1.86 2 51 26 1.96 7 52 32 1.63 2 43 24 1.79 12
10 36 19 1.89 2 48 28 1.71 7 62 30 2.07 2 52 27 1.93 7 53 29 1.83 7 11 43 22 1.95 2 31 18 1.72 12 57 30 1.9 7 41 22 1.86 2 38 21 1.81 12 12 62 30 2.07 7 49 26 1.88 2 53 33 1.61 2 67 25 2.68 12 50 24 2.08 2 13 30 18 1.67 7 36 19 1.89 2 45 25 1.8 7 65 34 1.91 7 52 30 1.73 2 14 54 26 2.08 2 67 25 2.68 12 27 22 1.23 12 58 29 2 7 55 30 1.83 12 15 35 21 1.52 12 47 28 1.68 7 35 23 1.52 12 67 34 1.97 2 37 29 1.27 2 16 47 28 1.68 7 54 24 2.25 7 40 23 1.74 12 47 28 1.68 7 45 24 1.86 2 17 51 30 1.7 2 67 34 1.97 2 65 31 2.1 7 50 24 2.08 2 55 29 1.89 2 18 58 32 1.81 7 47 28 1.68 7 67 33 2.03 2 40 21 1.91 2 46 28 1.64 2 19 64 36 1.78 2 86 38 2.26 2 45 24 1.88 2 51 26 1.96 7 47 22 2.13 7 20 54 29 1.86 2 50 23 2.17 2 39 22 1.77 12 62 30 2.07 2 40 21 1.91 12 x 49.75 26.05 1.95 52.85 27.6 1.9 52.75 27.95 1.87 52.5 28.05 1.88 48.6 26.85 1.82
No Tinggi 1 Tinggi 2 Tinggi 3 Tinggi 4 Tinggi 5 P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST P S P/S ST
1 47 33 1.42 2 48 26 1.77 2 52 33 1.58 7 2 46 26 1.78 12 41 25 1.64 7 55 30 1.83 7 3 56 29 1.93 7 62 35 1.77 2 58 31 1.87 2 4 56 30 1.87 7 49 26 1.88 12 46 30 1.53 7 5 56 34 1.65 2 65 35 1.86 12 28 20 1.4 12 6 44 27 1.63 2 61 31 1.97 2 31 21 1.48 12 7 43 35 1.23 2 59 27 2.19 12 54 30 1.8 2 8 35 29 1.21 12 60 34 1.76 2 46 28 1.64 12 9 44 30 1.47 2 69 31 2.23 12 31 17 1.82 12
10 64 32 2 2 54 28 1.93 12 31 26 1.19 12 11 79 31 2.55 2 56 29 1.78 7 28 20 1.4 12 12 38 24 1.58 12 56 34 1.65 2 31 21 1.48 12 13 71 34 2.09 2 44 27 1.63 2 52 30 1.73 7 14 44 24 1.83 12 31 17 1.82 12 53 35 1.51 7 15 58 35 1.65 2 31 26 1.19 12 44 28 1.57 12 16 43 23 1.87 12 37 30 1.23 12 30 19 1.58 12 17 47 25 1.88 12 34 29 1.17 2 58 31 1.87 2 18 50 33 1.52 12 44 30 1.47 2 46 30 1.53 7 19 42 22 1.91 7 64 32 2 2 52 33 1.58 7 20 40 25 1.6 2 43 26 1.65 7 55 30 1.83 7 x 50.15 29.05 1.73 50.4 28.9 1.73 44.05 27.15 1.61
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 25. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Per Sertoli
Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat jumlah spermatosit pakiten per sertoli terdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli terdistribusi normal.
Ha : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 35. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Per Sertoli
Tikus Strain Sprague Dawley
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Stage2 Stage7 Stage12
N 20 20 20
Normal Parametersa Mean 2.1996 2.1489 2.0104
Std. Deviation .95832 .90986 .80501
Most Extreme Differences Absolute .197 .188 .191
Positive .090 .112 .166
Negative -.197 -.188 -.191
Kolmogorov-Smirnov Z .879 .841 .855
Asymp. Sig. (2-tailed) .422 .480 .458
Keputusan : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tikus strain Sprague
Dawley terdistribusi normal.
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 26. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Per Sertoli
Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat data jumlah spermatosit pakiten per sertoli
homogen atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli bervariasi homogen.
Ha : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tidak bervariasi
homogen.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 36. Hasil Uji Homogenitas jumlah spermatosit pakiten per sertoli Testis
Tikus Strain Sprague Dawley
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Stage2 28.528 3 16 .000
Stage7 29.801 3 16 .000
Stage12 34.224 3 16 .000
Keputusan : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tikus strain Sprague
Dawley tidak bervariasi homogen.
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 27. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Jumlah Spermatosit
Pakiten Per Sertoli Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data jumlah
spermatosit pakiten per sertoli.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli berbeda secara
bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.
Tabel 37. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Jumlah Spermatosit
Pakiten Per Sertoli Tikus Strain Sprague Dawley
Test Statisticsa,b
TahapI TahapVII TahapXII
Chi-Square 16.292 15.812 16.107
df 3 3 3
Asymp. Sig. .001 .001 .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
Keputusan : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tikus strain Sprague
Dawley berbeda secara bermakna
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 28. Tabel Hasil Uji BNT Data Jumlah Spermatosit Pakiten Per Sertoli
Tikus Strain Sprague Dawley
Dependent Variable
(I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Stage2 kontrol rendah .44858 .34187 .208 -.2761 1.1733
sedang 1.24926* .34187 .002 .5245 1.9740
Tinggi 2.09514* .34187 .000 1.3704 2.8199
rendah kontrol -.44858 .34187 .208 -1.1733 .2761
sedang .80068* .34187 .032 .0759 1.5254
Tinggi 1.64656* .34187 .000 .9218 2.3713
sedang kontrol -1.24926* .34187 .002 -1.9740 -.5245
rendah -.80068* .34187 .032 -1.5254 -.0759
Tinggi .84588* .34187 .025 .1212 1.5706
tinggi kontrol -2.09514* .34187 .000 -2.8199 -1.3704
rendah -1.64656* .34187 .000 -2.3713 -.9218
sedang -.84588* .34187 .025 -1.5706 -.1212 Stage7 kontrol rendah .17426 .32515 .599 -.5150 .8635
sedang 1.08584* .32515 .004 .3966 1.7751 Tinggi 1.88969* .32515 .000 1.2004 2.5790
rendah kontrol -.17426 .32515 .599 -.8635 .5150 sedang .91158* .32515 .013 .2223 1.6009 Tinggi 1.71543* .32515 .000 1.0261 2.4047
sedang kontrol -1.08584* .32515 .004 -1.7751 -.3966 rendah -.91158* .32515 .013 -1.6009 -.2223 Tinggi .80385* .32515 .025 .1146 1.4931
tinggi kontrol -1.88969* .32515 .000 -2.5790 -1.2004 rendah -1.71543* .32515 .000 -2.4047 -1.0261 sedang -.80385* .32515 .025 -1.4931 -.1146
Stage12 kontrol rendah .16378 .29988 .593 -.4719 .7995 sedang .80607* .29988 .016 .1703 1.4418 tinggi 1.67980* .29988 .000 1.0441 2.3155
rendah kontrol -.16378 .29988 .593 -.7995 .4719 sedang .64229* .29988 .048 .0066 1.2780 tinggi 1.51602* .29988 .000 .8803 2.1517
sedang kontrol -.80607* .29988 .016 -1.4418 -.1703 rendah -.64229* .29988 .048 -1.2780 -.0066 tinggi .87373* .29988 .010 .2380 1.5095
tinggi kontrol -1.67980* .29988 .000 -2.3155 -1.0441 rendah -1.51602* .29988 .000 -2.1517 -.8803 sedang -.87373* .29988 .010 -1.5095 -.2380
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 29. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Strain
Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat jumlah spermatosit pakiten terdistribusi normal
atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah spermatosit pakiten terdistribusi normal.
Ha : Data jumlah spermatosit pakiten tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 39. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Strain
Sprague Dawley
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jml.Pakiten
N 20
Normal Parametersa Mean 57.5550
Std. Deviation 25.62726
Most Extreme Differences Absolute .213
Positive .093
Negative -.213
Kolmogorov-Smirnov Z .954
Asymp. Sig. (2-tailed) .322
a. Test distribution is Normal. Keputusan : Data jumlah spermatosit pakiten tikus strain Sprague Dawley
terdistribusi normal.
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 30. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus
Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat data jumlah spermatosit pakiten homogen atau
tidak.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah spermatosit pakiten bervariasi homogen.
Ha : Data jumlah spermatosit pakiten tidak bervariasi homogen.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 40. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Strain
Sprague Dawley
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
24.371 3 16 .000
Keputusan : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tikus strain Sprague
Dawley tidak bervariasi homogen.
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 31. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Jumlah Spermatosit
Pakiten Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data diameter
tubulus seminiferus.
Hipotesis :
Ho : Data diameter tubulus seminiferus tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data tubulus seminiferus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.
Tabel 41. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Jumlah Spermatosit
Pakiten Tikus Strain Sprague Dawley
Test Statisticsa,b
Jml.Pakiten
Chi-Square 16.635
df 3
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan
Keputusan : Data Jumlah Spermatosit Pakiten tikus strain Sprague Dawley
berbeda secara bermakna.
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 32. Hasil Uji BNT Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Strain
Sprague Dawley
Tabel 42. Hasil Uji BNT Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Strain Sprague
Dawley
Multiple Comparisons
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Dosis Rendah 24.05000* 9.60634 .024 3.6855 44.4145
Dosis Sedang 35.74000* 9.60634 .002 15.3755 56.1045
Dosis Tinggi 58.11000* 9.60634 .000 37.7455 78.4745
Dosis Rendah Kontrol -24.05000* 9.60634 .024 -44.4145 -3.6855
Dosis Sedang 11.69000 9.60634 .241 -8.6745 32.0545
Dosis Tinggi 34.06000* 9.60634 .003 13.6955 54.4245
Dosis Sedang Kontrol -35.74000* 9.60634 .002 -56.1045 -15.3755
Dosis Rendah -11.69000 9.60634 .241 -32.0545 8.6745
Dosis Tinggi 22.37000* 9.60634 .033 2.0055 42.7345
Dosis Tinggi Kontrol -58.11000* 9.60634 .000 -78.4745 -37.7455
Dosis Rendah -34.06000* 9.60634 .003 -54.4245 -13.6955
Dosis Sedang -22.37000* 9.60634 .033 -42.7345 -2.0055
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 33. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Sel Sertoli Tikus Sprague
Dawley
Tujuan : Untuk melihat data jumlah sel sertoli terdistribusi normal atau
tidak.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah sel Sertoli terdistribusi normal.
Ha : Data jumlah sel Sertoli tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak.
Tabel 43. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Strain
Sprague Dawley
Keputusan : Data jumlah sel Sertoli tikus strain Sprague Dawley terdistribusi
normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jml.Sertoli
N 20
Normal Parametersa Mean 24.6750
Std. Deviation 8.85230
Most Extreme Differences Absolute .301
Positive .177
Negative -.301
Kolmogorov-Smirnov Z 1.344
Asymp. Sig. (2-tailed) .054
a. Test distribution is Normal.
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 34. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Sel Sertoli Tikus Strain
Sprague Dawley
Tujuan : Untuk melihat data jumlah spermatosit pakiten per sertoli
homogen atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli bervariasi homogen.
Ha : Data jumlah spermatosit pakiten per sertoli tidak bervariasi
homogen.
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak
Tabel 44. Hasil Uji Homogenitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Strain
Sprague Dawley
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
60.944 3 16 .000
Keputusan : Data jumlah sel Sertoli tikus strain Sprague Dawley tidak
bervariasi homogen.
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 35. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data Jumlah Sel Sertoli
Tikus Strain Sprague Dawley
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data diameter
tubulus seminiferus.
Hipotesis :
Ho : Data jumlah sel Sertoli tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data jumlah sel Sertoli berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.
Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.
Tabel 45. Hasil Uji Nonparametik Kruskal-Wallis Data tubulus seminiferus Tikus
Galur Sparague Dawley
Test Statisticsa,b
Jml.Sertoli
Chi-Square 10.121
df 3
Asymp. Sig. .018
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan
Keputusan : Data jumlah sel Sertoli tikus strain Sparague Dawley berbeda
secara bermakna.
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 36. Hasil Uji BNT Data Jumlah Sel Sertoli Tikus Strain Sprague
Dawley
Tabel 46. Hasil Uji BNT Data Jumlah Sel Sertoli Tikus Strain Sprague Dawley
Multiple Comparisons
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
kontrol Dosis rendah 6.14000 5.00987 .238 -4.4805 16.7605
Dosis sedang 2.96000 5.00987 .563 -7.6605 13.5805
Dosis Tinggi 13.24000* 5.00987 .018 2.6195 23.8605
Dosis rendah kontrol -6.14000 5.00987 .238 -16.7605 4.4805
Dosis sedang -3.18000 5.00987 .535 -13.8005 7.4405
Dosis Tinggi 7.10000 5.00987 .176 -3.5205 17.7205
Dosis sedang kontrol -2.96000 5.00987 .563 -13.5805 7.6605
Dosis rendah 3.18000 5.00987 .535 -7.4405 13.8005
Dosis Tinggi 10.28000 5.00987 .057 -.3405 20.9005
Dosis Tinggi kontrol -13.24000* 5.00987 .018 -23.8605 -2.6195
Dosis rendah -7.10000 5.00987 .176 -17.7205 3.5205
Dosis sedang -10.28000 5.00987 .057 -20.9005 .3405
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
108
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 37. Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus Tikus Kontrol
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 39. Kontrol Stage II, Perbesaran 400 Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatozoa
6. Lumen
Gambar 40. Kontrol Stage VII, Perbesaran 400
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 41. Kontrol Stage XII, Perbesaran 400
109
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 38. Gambaran Histologis Tubulus Seminiferus Tikus Dosis Rendah
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 42. Stage II Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 350 mg/kg BB, Perbesarn 400
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatozoa
6. Lumen
Gambar 43. Stage VII Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 350 mg/kg BB, Perbesarn 400
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 44. Stage XII Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 350 mg/kg BB, Perbesarn 400
110
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 39. Gambaran Histologis Tubulus Seminiferus Tikus Dosis Sedang
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 45. Stage II Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 700 mg/kg BB, Perbesarn 400
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatozoa
6. Lumen
Gambar 46 . Stage VII Perlakuan Ekstrak Metanol 700 mg/kg BB, Perbesarn 400
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 47. Stage XII Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 700 mg/kg BB, Perbesarn 400
111
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 40. Gambaran Histologis Tubulus Seminiferus Tikus Dosis Tinggi Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 48. Stage II Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 1400 mg/kg BB, Perbesarn 400
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatozoa
6. Lumen
Gambar 49. Stage VII Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 1400 mg/kg BB, Perbesarn 400
Keterangan :
1. Membran Basalis
2. Spermatogonium
3. Spermatosit Pakiten
4. Sel Sertoli
5. Spermatid
6. Lumen
Gambar 50. Stage XII Perlakuan Ekstrak Metanol Kulit Manggis 1400 mg/kg BB, Perbesarn 400