Upload
vuongdang
View
230
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga
Thunberg.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) PADA TIKUS
PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY
SKRIPSI
NIHAYATUL MARDLIYAH MS 1112102000096
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2017
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga
Thunberg.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) PADA TIKUS
PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY
SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
NIHAYATUL MARDLIYAH MS 1112102000096
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA JULI 2017
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Nihayatul Mardliyah MS NIM : 1112102000096 Tanda Tangan : Tanggal : Juli 2017
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Nihayatul Mardliyah MS
NIM : 1112102000096
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Sarang Burung
Walet (Collocalia fuciphaga Thunberg.) terhadap
Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley.
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Lina Elfita, M.Si., Apt NIP. 19731212 201101 2 002
Pembimbing II
Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D NIP. 19690511 200312 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt NIP. 19740430 200501 2 003
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama : Nihayatul Mardliyah MS
NIM : 1112102000096
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Sarang Burung Walet
(Collocalia fuciphaga Thunberg.) terhadap Aktivitas Enzim
Superoksida Dismutase (SOD) pada Tikus Putih Jantan Galur
Sprague Dawley.
Telah berhasil mempertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Lina Elfita, M.Si., Apt. ( )
Pembimbing II : Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D ( )
Penguji I : Hendri Aldrat, M.Si., Ph.D ( )
Penguji II : Nurlaely M.Rachmawati, M.Biomed, Ph.D ( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : Juli 2017
vi
ABSTRAK
Nama : Nihayatul Mardliyah MS
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Sarang Burung Walet
(Collocalia fuciphaga Thunberg.) terhadap Aktivitas Enzim
Superoksida Dismutase (SOD) pada Tikus Putih Jantan
Galur Sprague Dawley.
Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan dalam tubuh. Pembentukan radikal bebas berlangsung sepanjang hidup menjadi penyebab utama dari berbagai penyakit degeneratif. Antioksidan mempunyai manfaat yang besar untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya penyakit degeneratif. Kandungan asam amino dalam sarang burung walet dapat menjadi pilihan alternatif dalam pencegahan penyakit degeneratif. Penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok dosis yang diberikan ekstrak air sarang burung walet dengan dosis 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, dan 40 mg/kgBB. Kelompok dosis diberikan ekstrak air sarang burung walet selama 30 hari. Pada hari ke-31 dan 32, diberikan ekstrak kemudian dilakukan penginduksian dengan hidrogen peroksida (1% v/v, 1 ml/kgBB). Parameter yang diamati adalah perubahan aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD). Analisis data dilakukan menggunakan uji Paired Sample T-test dan One-Way ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air sarang burung walet pada dosis 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, dan 40 mg/kgBB dapat meningkatkan aktivitas enzim superoksida dismutase yang menurunkan jumlah superoksida dalam tubuh. Kata kunci : Sarang burung walet, antioksidan, superoksida dismutase,
superoksida
vii
ABSTRACT
Name : Nihayatul Mardliyah MS
Study Program : Pharmacy
Title : Antioxidant Activity Test of Edible Bird Nest Water Extract
(Collocalia fuciphaga Thunberg.) toward Superoxide
Dismutase (SOD) Enzyme Activity In Sprague Dawley
Male Rats
Most diseases are preceded by excessive oxidation reactions in the body. The formation of free radicals lasting throughout life become the main cause of various degenerative diseases. Antioxidants have great benefits to improve a quality of life and prevent the onset of degenerative diseases. Amino acid content in edible bird nest can be an alternative choice in the prevention of degenerative diseases. This study used 6 treatment groups. The treatment group consisted of normal control, negative control, positive control, and dosage group given a water extract of edible bird nest at dose of 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, and 40 mg/kgBB. The dose group was given water extract of edible bird nest for 30 days. On days 31 and 32, extracts were induced with hydrogen peroxide (1% v/v, 1 ml/kgBB). The parameters which was observed were changes in superoxide dismutase (SOD) enzyme activity. Data analysis use to testing Paired Sample T-test and One-Way ANOVA test which continued with LSD test. The results of the study showed that administration of edible bird nest water extract at doses of 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, and 40 mg/kgBB that could increase the activity of superoxide dismutase enzymes that decrease the superoxide amount in the body.
Keywords : Edible bird nest, antioxidant, superoxide dismutase,
superoxide
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat
iman, Islam, kesehatan dan kekuatan, serta kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Iringan shalawat dan salam
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Penyusunan skripsi berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Sarang
Burung Walet (Collocolia fuciphago) Terhadap Aktivitas Enzim Superoksida
Dismutase (SOD) Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley” bertujuan
untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata-1
(S1) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari, penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan dan dukungan.
Maka pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Lina Elfita, M.Si., Apt dan Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed., Ph.D
selaku pembimbing atas seluruh waktu, tenaga, pikiran, saran, solusi, dan
terlebih atas kesabaran yang diberikan kepada penulis mulai dari awal
hingga akhir penelitian.
2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S. KM., M. Kes, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M. Si., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terkhusus untuk Program Studi Farmasi. Terima kasih atas ilmu
pengetahuan, bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
selama menempuh pendidikan.
ix
5. Pihak Kementerian Agama RI yang telah memberikan bantuan beasiswa
kepada penulis sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S1.
6. Kedua orang tua, Abah dan Ibu yang tidak pernah berhenti memberikan
limpahan perhatian, kasih sayang, dan doa kepada penulis. Terima kasih
untuk selalu menjadi pihak terbaik yang mendukung penulis di saat
bahagia maupun susah, doa yang mengalir dari Abah dan Ibu selalu
menjadi sumber kekuatan baru bagi penulis dalam menjalani kehidupan.
I love you beyond words. Terkhusus untuk Abah, I believe you are always
beside me.
7. Teruntuk Emak Kemisah, Matursuwun engkang katah sekabean
pandonganipun, tangise njenengan kekuatan kangge kulo. Dan untuk 3
Srikandiku (Lek Sri, Lek Ika, dan Lek Umi ) yang selalu memberikan
perhatian dan motivasi, serta saudara-saudara penulis yang senantiasa
memberikan semangat dan menghibur penulis. Memiliki kalian adalah
sebuah anugerah.
8. Mas Gunawan Wibisono, sahabat terkasih yang menemani selama
pembuatan skripsi. Terima kasih atas pengertian, kesabaran dan segala
bantuan serta dukungan yang diberikan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat CSSMoRA khususnya Farmasi 2012 (Ikhda, Zulfa,
Fakhrun, Eha, Nuha, Anis, Amel, Nana, dan Ghilman). Terima kasih atas
kebersamaan, kebaikan hati, serta dengan lapang dada mendengarkan dan
memahami setiap peluh tangis dari penulis selama ini.
10. Teman-teman penelitian (Endang, Abang, dan Ardo) yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian. Harus tetap semangat untuk hasil
yang terbaik.
11. Teman-teman organisasi Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Jakarta
Periode 2016 khususnya (Nirma, Neng Ova, Eka, Zainal, Khotib dan
Abun). Terima kasih untuk pelajaran organisasi yang kalian berikan lewat
kebersamaan selama ini.
12. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2012 atas kebersamaan dan
kenangan yang tak terlupakan selama kuliah.
x
13. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan keterbasan, oleh sebab itu penulis dengan terbuka menerima segala saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas setiap jengkal kebaikan
semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat khususnya
terhadap pengembangan ilmu.
Ciputat, 15 Juni 2017
Penulis
xi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nihayatul Mardliyah MS
NIM : 1112102000096
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya
ilmiah saya, dengan judul:
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR SARANG BURUNG
WALET (Collocalia fuciphaga Thunberg.) TERHADAP AKTIVITAS
ENZIM SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) PADA TIKUS PUTIH
JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullan Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undangan Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat: Ciputat
Pada tanggal: Juli 2017
Yang menyatakan,
(Nihayatul Mardliyah MS)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
1.5. Hipotesis .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1. Radikal Bebas ........................................................................... 5
2.1.1. Sumber Radikal Bebas .................................................. 5
2.1.2. Reactive Oxygen Species (ROS) .................................. 6
2.1.3. Mekanisme Pembentukan ROS ................................... 7
2.2. Antioksidan ............................................................................... 10
2.3. Superoksida Dismutase ............................................................. 12
2.4. Sarang Burung Walet ............................................................... 13
xiii
2.4.1. Morfologi Sarang Burung Walet ................................. 14
2.4.2. Klasifikasi Burung Walet ............................................ 15
2.4.3. Kandungan Kimia Sarang Burung Walet .................... 16
2.4.4. Khasiat dan Kandungan Sarang Burung Walet ........... 16
2.5. Hidrogen Peroksida .................................................................. 18
2.5.1. Sifat Fisik dan Kimiawi ............................................... 18
2.5.2. Konsentrasi .................................................................. 18
2.5.3. Efek Merugikan ........................................................... 19
2.5.4. Peran Hidrogen Peroksida dalam Jaringan Tubuh
Manusia ........................................................................ 19
2.6. Tikus Putih Sprague Dawley .................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 23
3.1. Lokasi dan waktu penelitian .................................................... 23
3.1.1. Lokasi Penelitian ......................................................... 23
3.1.2. Waktu Penelitian ......................................................... 23
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................ 23
3.2.1. Alat .............................................................................. 23
3.2.2. Bahan ........................................................................... 23
3.2.3. Hewan Uji .................................................................... 23
3.2.4. Besar Sempel Hewan Uji ............................................ 24
3.3. Prosedur Penelitian .................................................................. 24
3.3.1. Determenasi Sample .................................................... 24
3.3.2. Penyiapan Sarang Burung Walet ................................ 24
3.3.3. Ekstraksi Sarang Burung Walet .................................. 24
3.3.4. Uji Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet .............. 24
3.3.5. Penyiapan Reagen Untuk Pengukuran Aktivitas
Enzim Superoksida Dismutase ..................................... 25
3.3.6. Penyiapan Na CMC 0,5% ........................................... 25
3.3.7. Penyiapan Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet dan
Hidrogen Paroksida ..................................................... 26
3.3.8. Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet ........................... 26
xiv
3.3.9. Persiapan Hewan Uji ................................................... 26
3.3.10. Pengambilan Sempel Darah Hewan Uji ...................... 26
3.3.11. Pengukuran Superoksida Dismutase ........................... 26
3.4. Uji Penelitian Konsentrasi Hidrogen Peroksida ....................... 27
3.4.1. Desain Uji Penentuan Konsentrasi H2O2 .................... 27
3.4.2. Penyiapan Reagen untuk Pengukuran Kadar
Malonaldehida (MDA) ................................................ 28
3.4.3. Pengambilan Sempel Darah ....................................... 28
3.4.4. Pengukuran Kadar Malonaldehid (MDA) ................... 28
3.5. Desain Penelitian ...................................................................... 29
3.6. Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................... 30
3.7. Etika Penelitian ......................................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 31
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................ 31
4.1.1. Determinasi Sempel ...................................................... 31
4.1.2. Elstrak Sarang Burung Walet ........................................ 31
4.1.3. Analisa Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet ......... 31
4.1.4. Hasil Uji Penentuan Konsentrasi Hidrogen Peroksida .. 32
4.1.5. Hasil Pengukuran Aktifitas Enzim Superoksida
Dismutase (SOD) ...................................................... 33
4.2. Pembahasan .............................................................................. 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 51
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 51
5.2. Saran ........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
LAMPIRAN .................................................................................................... 57
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Kimia Sarang Burung Walet ..................................... 16
Tabel 2.2 Kandungan Asam Amino Sarang Burung Walet ......................... 17
Tabel 3.1 Desain Percobaan pada Uji Pendahuluan ..................................... 27
Tabel 3.2 Desain Penelitian .......................................................................... 29
Tabel 4.1 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet ......................... 32
Tabel 4.2 Uji Penentuan Konsentrasi H2O2 ................................................. 32
Tabel 4.3 Rata-rata Aktivitas SOD (inhibition rate %) ................................ 33
Tabel 4.4 Rata-rata Aktivitas SOD (Serapan) .............................................. 33
Tabel 4.5 Presentase Perubahan Aktivitas SOD (inhibition rate %) ........... 35
Tabel 4.6 Presentase Perubahan Serapan dari Aktivitas SOD (A) ............... 35
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalur pembentukan ROS .......................................................... 7
Gambar 2.2 Morfologi Sarang Walet .......................................................... 15
Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Aktivitas SOD .............................................. 34
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Serapan Aktivitas SOD ................................ 34
Gambar 4.3 Hasil Reaksi Uji Biuret ............................................................ 39
Gambar 4.4 Hasil Reaksi Uji Molish .......................................................... 40
Gambar.4.5 Hasil Reaksi Uji Xantoprotein.................................................. 41
Gambar 4.6 Mekanisme Reaksi Hambat SOD ............................................ 45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Sarang Burung Walet ................................ 57
Lampiran 2. Alur Ekstraksi Sampel ............................................................. 58
Lampiran 3. Skema Perlakuan Hewan Uji ................................................... 59
Lampiran 4. Dokumentasi Alat dan Bahan serta Kegiatan Penelitian ......... 60
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Air Sarang Burung Walet .... 61
Lampiran 6. Perhitungan Volume Administrasi (VAO) .............................. 62
Lampiran 7. Data Absorbansi Uji Aktivitas Enzim SOD ............................ 63
Lampiran 8. Distribusi Asam Amino Penyusun Enzim SOD dengan
Kandungan Asam Amino Sarang Burung Walet ..................... 64
Lampiran 9. Hasil Analisa Statistik Data Serapan Aktivitas SOD Ekstrak
Air Sarang Burung Walet ........................................................ 65
Lampiran 9. Hasil Analisa Statistik Aktivitas SOD Ekstrak Air Sarang
Burung Walet ........................................................................... 86
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang
radikal bebas (free radical) dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar
penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh
(Winarsi, 2007). Pembentukan radikal bebas dan reaksi oksidasi pada biomolekul
akan berlangsung sepanjang hidup. Inilah penyebab utama dari proses penuaan dan
berbagai penyakit degeneratif. Adanya radikal bebas di dalam tubuh menyebabkan
terbentuknya peroksidasi lipid yang menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas
juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni
kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak, dan penyakit degeneratif
syarat seperti parkinson (Silalahi, 2006). Reaksi oksidasi terjadi setiap saat. Ketika
bernafas juga terjadi reaksi oksidasi. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal
bebas yang sangat aktif dan dapat merusak struktur serta fungsi sel. Akan tetapi
reaktivitas radikal bebas tersebut dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang
melengkapi sistem kekebalan tubuh (Winarsi, 2007)
Tubuh manusia memiliki sistem pertahanan berupa antioksidan yang terdiri
dari enzimatik alami dan non-enzimatik yang kompleks, dimana antioksidan ini
dapat melawan radikal bebas dan oksidan lain yang berada dalam tubuh (Alam, et
al., 2012). Antioksidan enzimatik meliputi superoksida dismutase, glutation
peroksidase, dan katalase. Sedangkan antioksidan non-enzimatik, yaitu asam urat,
glutation, melatonin, vitamin C, dan vitamin E (Lobo, et al., 2010). Superoksida
dismutase (SOD) merupakan salah satu antioksidan enzimatik yang berasal dari
tubuh dan pertahanan primer dalam mengatasi stres oksidatif karena superoksida
yang mencetuskan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh (Rajkumar, et al., 2008).
Pemindahan elektron tunggal ke O2 (oksigen) membentuk radikal bebas anion
superoksida (O2-) yang berpotensi merusak. Pembentukan superoksida terbentuk dari
oksigen di jaringan dan keberadaan enzim superoksida dismutase (SOD)
bertanggung jawab untuk membersihkan zat di semua organisme aerob (Murray, et
al., 2009)
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Peningkatan prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia, memotivasi para
peneliti di Indonesia untuk mengeksplorasi senyawa-senyawa antioksidan yang
berasal dari sumber alami (Simanjuntak, 2012). Di sisi lain, terjadi booming produk
makanan dan minuman yang berlabel antioksidan dan dikatakan dapat melawan kerja
radikal bebas. Padahal, komponen antioksidan terdapat di alam secara melimpah
(Winarsi, 2007). Perlindungan terhadap radikal bebas dapat ditingkatkan dengan
asupan yang cukup dari antioksidan. Bukti substansial menunjukkan bahwa makanan
yang mengandung antioksidan dan khususnya nutrisi antioksidan merupakan hal
yang penting dalam pencegahan penyakit. Antioksidan mempunyai manfaat yang
besar untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mencegah atau menunda timbulnya
penyakit degeneratif (Alam et al., 2012).
Di Asia sarang burung walet (edible bird’s nest) secara tradisional banyak
dimanfaatkan untuk memelihara kesehatan. EBN dihasilkan dari spesies burung
walet (Collocalia fuciphaga) yang banyak ditemukan di Asia seperti Thailand,
Indonesia, dan Malaysia (Hamzah, et al., 2013). Indonesia merupakan negara
pengekspor sarang walet. Tujuh puluh lima persen dari sarang walet yang beredar di
dunia berasal dari produksi Indonesia (Panduan Lengkap Walet, 2011). Dengan ini
dapat dikatakan bahwa sarang walet merupakan komoditi ekspor yang menjanjikan
dan kesempatan untuk meneliti efek farmakologi dari sarang walet terbuka lebar.
Namun, di Indonesia belum banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efek
farmakologi dari sarang burung walet.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa sarang
burung walet mempunyai aktivitas yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ekstrak
sarang burung walet bermanfaat sebagai penginduksi proliferasi jaringan adiposa
(Roh, et al., 2011) dan agen pelindung kondrosit pada pasien osteoatritis (Chua, et
al., 2013). Selain itu, ekstrak sarang burung walet juga mempunyai aktivitas sebagai
hepatoprotektor (Aiman, 2015), antiinflamasi dan antioksidan (Yida, et al., 2015).
Berdasarkan hasil tersebut, protein diperkirakan sebagai faktor utama, karena protein
merupakan senyawa utama yang berperan dalam aktivitas kehidupan. Selain itu,
protein merupakan komponen utama dari sarang burung walet, dimana
kandungannya lebih dari 60% dari masa sarang burung walet (Liu, et al., 2012 dalam
Aiman, 2015). Menurut Hamzah et al. (2013) sarang burung walet dari Indonesia
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu sekitar 59,8%-65,8%. Salah satunya
adalah peptida yang dihasilkan dari pencernaan makanan yang mengandung protein
telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan (Power, et al., 2012).
Protein diketahui dapat membantu sintesis antioksidan enzimatik dan
meningkatkan konsentrasi antioksidan di jaringan serta meminimalkan terjadinya
stres oksidatif (Fang, et al., 2002). Protein mempunyai aktivitas sebagai antioksidan,
namun protein tidak akan memberikan efek antioksidan jika tidak dihirolisis terlebih
dahulu menjadi peptida. Peptida terdiri dari rangkaian asam amino, dimana asam
amino berperan sebagai antioksidan karena adanya gugus fenol pada asam amino
(Liu, et al., 2011). Superoksida dismutase (SOD) yang merupakan antioksidan
enzimatik dan sebagai pertahanan primer dari stres oksidatif menjadi parameter
utama dalam penelitian ini. Enzim SOD terdapat dalam semua organisme aerob dan
sebagian besar berada dalam tingkat subseluler (intraseluler). Organisme aerob
membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup, namun dalam setiap aktivitasnya dapat
menimbulkan senyawa oksigen reaktif atau ROS. SOD mempuyai efek yang sangat
kuat sebagai pertahanan tubuh primer dalam melawan radikal bebas. SOD
merupakan enzim antioksidan intraseluler utama yang dapat digunakan untuk
menetralisir aktivitas O2-. Secara umum SOD yang berikatan dengan ion metal
membantu mengkatalisa dismutasi O2- melalui mekanisme oksidasi reduksi.
Superoksida dismutase menetralisir O2- menjadi oksigen dan hidrogen peroksida
(H2O2) (Winarsi, 2007). Tingginya kandungan protein dalam sarang burung walet,
dan belum ada penelitian mengenai aktivitas antioksidan enzimatik yaitu enzim
superoksida dismutase pada ekstrak air sarang burung walet, membuat peneliti
tertarik untuk melakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak air sarang burung walet
(Collocalia fuciphago) terhadap aktivitas enzim superoksida dismutase yang
diinduksi dengan hidrogen peroksida pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak air sarang burung walet memiliki aktivitas antioksidan
terhadap tikus putih jantan?
2. Apakah peningkatan dosis eksrak air sarang burung walet dapat
meningkatkan aktivitas enzim superoksida dismutase?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak air
sarang burung walet yang dilihat dari aktivitas enzim superoksida dismutase pada
tikus putih jantan yang diinduksi dengan hidrogen peroksida.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
sarang burung walet sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas
dalam tubuh
b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna menjadi bahan acuan unuk
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
masyarakat untuk menggunakan sarang burung walet sebagai obat alternatif
untuk mencegah tejadinya penyakit degeneratif dan penuaan dini yang
disebabkan oleh radikal bebas.
1.5. Hipotesis
Ekstrak air sarang burung walet memiliki aktivitas antioksidan pada tikus
putih jantan galur Sprague Dawley.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Radikal Bebas
Menurut Soeatmaji (1998), yang dimaksud radikal bebas (free radical) adalah
suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak
berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan
menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara
menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya. Ketika hal
tersebut terjadi di dalam tubuh, maka dapat terjadi kerusakan pada sel, asam nukleat,
protein dan lemak dikarenakan serangan terhadap molekul biologi akan
menyebabkan kerusakan jaringan dan sistem imun. Radikal bebas menyebabkan
peroksidasi lipid yang memudahkan proses penuaan (Vimala, et al., 2003 dalam Arif,
2013). Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai
penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak,
dan penyakit degeneratif syarat seperti parkinson (Silalahi, 2006).
2.1.1 Sumber Radikal Bebas
a. Sumber Endogen
Di dalam tubuh, radikal bebas sering diproduksi selama proses aerob seperti
metabolisme, reaksi biokimia di sel, detoksifikasi di liver dan pembentukan energi
oleh mitokondria. Semua diproduksi di mitokondria selama proses metabolisme
aerob ketika oksigen digunakan untuk mengoksidasi makanan yang kita makan untuk
memproduksi energi. Sumber radikal bebas dan hidrogen peroksida juga dihasilkan
oleh tubuh sebagai bagian dari sistem imun untuk melawan dan membunuh bakteri.
Sehingga tubuh membutuhkan dan menggunakan beberapa radikal bebas. Akan
tetapi kelebihan radikal bebas, seperti yang kita ketahui, dapat menyebabkan
kematian sel dan kerusakan jaringan (Vimala, et al., 2003 dalam Arif, 2013).
b. Sumber Eksogen
Produksi radikal bebas dipertinggi oleh kadar lemak tinggi, minyak jenuh, daging
panggang, makanan siap saji dan makanan basi. Selain itu juga diperparah oleh gaya
hidup tidak sehat seperti merokok, minuman beralkohol, stres dan radiasi yang akan
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mempertinggi produksi radikal bebas. Radikal bebas juga masuk ke dalam tubuh dari
bahan kimia pada pewarna makanan, bahan pengawet dan perasa dengan kadar
tinggi, polusi lingkungan dan pestisida (Vimala, et al., 2003 dalam Arif, 2013)
Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas adalah salah satu
bentuk senyawa oksigen reaktif, yang diketahui sebagai senyawa yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Senyawa ini terbentuk di dalam tubuh, dipicu oleh
bermacam-macam faktor. Radikal bebas terbentuk terbentuk dari metabolisme
normal sel-sel tubuh, fagositosis sebagai bagian dari reaksi inflamasi, radiasi, polusi,
merokok, dan lain-lain. Seperti ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk
energi melalui proses metabolisme. Selama berjalannya metabolisme, terjadi
pembentukan beberapa oksidan kuat, baik di sel darah maupun di kebanyakan sel
lain tubuh. Oksidan ini mencakup superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2),
radikal peroksil (ROO•), dan radikal hidroksil (OH•). Berbagai oksidan ini disebut
sebagai spesies oksigen reaktif (SOR) atau reactive oxygen species (ROS) (Winarsi,
2007; Murray, et al., 2009).
2.1.2 Reactive oxygen species (ROS)
Reactive oxygen species (ROS) adalah produk normal dari metabolisme
seluler. ROS memiliki efek menguntungkan dan efek merugikan. Efek
menguntungkan ROS terjadi pada konsentrasi rendah hingga sedang yang merupakan
proses fisiologis dalam respon seluler terhadap bahan-bahan yang merugikan, seperti
dalam pertahanan diri terhadap infeksi, dalam sejumlah fungsi sistem sinyal seluler,
dan induksi respon mitogenik (Valko, et al., 2005).
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3 Mekanisme Pembentukan ROS
Gambar 2.1 Jalur pembentukan ROS (Valko, et al., 2007)
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembentukan ROS, melibatkan proses peroksidasi lipid dan peran glutathion
(GSH) serta antioksidan lainnya (Vitamin E, Vitamin C, asam lipoat) dalam
pengelolaan stres oksidatif.
• Reaksi 1: Radikal anion superoksida dibentuk oleh proses reduksi molekul
oksigen yang dimediasi oleh NAD(P)H oksidase dan xantin oksidase atau
non-enzimatik oleh senyawa reaktif redoks seperti senyawa semi-ubiquinone
dari rantai transpor elektron mitokondria.
• Reaksi 2: Radikal superoksida mengalami dismutasi oleh superoksida
dismutase (SOD) menjadi hidrogen peroksida.
• Reaksi 3: Hidrogen peroksida sangat mudah dibersihkan oleh enzim
glutation peroksidase (GPx) dengan bantuan GSH sebagai donor elektron.
• Reaksi 4: glutathion teroksidasi (GSSG) direduksi kembali menjadi GSH
oleh enzim glutation reduktase (Gred) yang menggunakan NADPH sebagai
donor elektron.
• Reaksi 5: Beberapa logam transisi (misalnya Fe2+, Cu2+ dan lain-lain) dapat
merusak hidrogen peroksida menjadi radikal hidroksil reaktif (reaksi Fenton).
• Reaksi 6: Radikal hidroksil dapat tidak terbentuk dengan elektron dari asam
lemak tak jenuh ganda (LH) menjadi radikal karbon lipid (L•).
• Reaksi 7: Radikal lipid (L•) berinteraksi dengan molekul oksigen untuk
membentuk radikal peroksida lipid (LOO•). Jika radikal peroksida lipid
LOO• tidak direduksi oleh antioksidan, akan terjadi proses peroksidasi lipid
(reaksi 18-23 dan 15-17).
• Reaksi 8: Radikal peroksidasi lipid (LOO•) tereduksi dalam membran oleh
reduksi yang dibentuk vitamin E (T-OH) yang mengakibatkan pembentukan
hidroperoksida lipid dan radikal vitamin E (TO•).
• Reaksi 9: Regenerasi Vitamin E dengan Vitamin C: Vitamin E radikal (TO•)
direduksi kembali menjadi vitamin E (T-OH) oleh asam askorbat
(pembentukan fisiologis askorbat adalah askorbat monoanion, Asch) yang
meninggalkan radikal ascorbyl (Asc•-).
• Reaksi 10: Regenerasi vitamin E dengan GSH: oksidasi radikal vitamin E
(TO) yang direduksi dengan GSH.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• Reaksi 11: Glutathion teroksidasi (GSSG) dan radikal askorbil (Asc•-)
direduksi kembali menjadi GSH dan askorbat monoanion, AscH-. Masing-
masing asam dihidrolipoat (DHLA) mengkonversi dirinya sendiri menjadi
asam α-lipoat (ALA).
• Reaksi 12: Regenerasi DHLA dari ALA menggunakan NADPH.
• Reaksi 13: Lipid hidroperoksida direduksi menjadi alkohol dan dioksigen
oleh GPx menggunakan GSH sebagai donor elektron.
• Reaksi 14: Proses peroksidasi lipid. Lipid hidroperoksida dapat bereaksi
cepat dengan Fe2+ untuk membentuk radikal alkoksi lipid (LO•), atau
bereaksi lebih lambat dengan Fe untuk membentuk radikal peroksida lipid
(LOO•).
• Reaksi 15: Derivat radikal alkoksi lipid (LO•) misalnya dari asam arakidonat
mengalami reaksi siklisasi untuk membentuk enam cincin hidroperoksida
(Valko, et al., 2007).
ROS juga dapat diproduksi oleh sel dalam kondisi stres maupun tidak stres,
pada kondisi tidak stres, terdapat keseimbangan antara proses pembentukan dan
pemusnahan ROS. Sementara pada keadaan stres, pembentukan ROS lebih tinggi
dibandingkan dengan pemusnahannya. Akibatnya sistem pertahanan tubuh terpacu
untuk bekerja keras untuk memusnahkan ROS. Antioksidan enzimatik dan non-
enzimatik adalah sistem pertahanan yang bekerja menekan ROS yang berlebihan
(Mitchel dan Cotran, 2008 dalam Putra, 2004).
Senyawa dan reaksi kimia yang dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif
yang berpotensi toksik dapat disebut sebagai pro-oksidan. Di sisi lain, senyawa dan
reaksi yang menyingkirkan (membersihkan) spesies-spesies ini, menekan
pembentukannya, atau melawan efeknya disebut antioksidan. Pada sel normal,
terdapat keseimbangan antara pro-oksidan dan antioksidan. Namun, keseimbangan
ini dapat bergeser ke arah pro-oksidan jika pembentukan spesies oksigen meningkat
dengan pesat, misalnya setelah ingesti bahan kimia atau obat tertentu atau jika kadar
antioksdan dalam tubuh berkurang, misalnya akibat inaktivasi enzim yang berperan
dalam pembersihan spesies oksigen serta akibat berbagai keadaan yang
menyebabkan turunnya kadar antioksidan. Keadaan ini disebut stres oksidatif dan
dapat menyebabkan kerusakan sel yang serius jika stres berlangsung secara masif
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atau berkepanjangan (Murray, et al., 2009). Sehingga stres oksidatif dapat
didefinisikan sebagai gangguan keseimbangan antara produksi radikal bebas dengan
antioksidan yang menyebabkan kerusakan jaringan. Stres oksidatif dapat diakibatkan
oleh pengurangan level antioksidan dan peningkatan produksi radikal bebas
(Winarsi, 2007).
2.2. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat memberikan elektron (electron
donors) atau reduktan. Antioksidan mampu menangkal atau meredam dampak
negatif radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan
satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat radikal bebas, sehingga aktivitas
senyawa tersebut dapat dihambat. Antioksidan juga dapat mengahmbat reaksi
oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga
kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007).
Berkaitan dengan reaksi oksidasi di dalam tubuh, status antioksidan adalah
parameter utama untuk memantau tingkat kesehatan seseorang. Tubuh memiliki
sistem antioksidan untuk menangkal reaktivitas radikal bebas yang secara kontinu
dibentuk sendiri oleh tubuh. Bila jumlah ROS melebihi jumlah antioksidan dalam
tubuh, akan menyerang komponen lipid, protein, maupun DNA, sehingga
mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang disebut stres oksidatif. Reaktivitas radikal
bebas dapat dihambat dengan berbagai cara, yaitu dengan mencegah atau
menghambat pembentukan radikal bebas baru, menginaktivasi atau menangkap
radikal bebas dan memotong propagasi (pemutusan rantai), dan memperbaiki
kerusakan karena radikal bebas (Winarsi, 2007).
Menurut Lobo, et al (2010) berdasarkan jenisnya antioksidan dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu antioksidan enzimatik dan antioksidan non-
enzimatik. Antioksidan enzimatik meliputi SOD, glutation peroksidase, dan katalase.
Antioksidan non-enzimatik meliputi vitamin C, vitamin E, melatoin dan asam urat.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan mekanisme kerjanya antioksidan digolongkan menjadi tiga
(Winarsi, 2007) :
1. Antioksidan Primer (Endogen)
Bekerja dengan mencegah pembentukan radikal bebas baru serta
mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak berbahaya. Superoksida
dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase merupakan antioksidan
primer yang sering disebut dengan antioksidan enzimatik.
2. Antioksidan Sekunder (Eksogen)
Bekerja dengan menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi
berantai. Yang termasuk dalam antioksidan sekunder adalah vitamin E,
vitamin C, β karoten, asam urat, bilirubin dan albumin.
3. Antoksidan Tersier
Bekerja dengan memperbaiki biomolekuler yang disebabkan oleh radikal
bebas. DNA repair enzym dan metionin sulfoksida reduktase termasuk dalam
antioksidan tersier.
Berdasarkan sumbernya antioksidan digolongkan menjadi dua, yaitu (Triyem,
2010) :
1. Antioksidan Alami
Antioksidan alami adalah antioksidan yang diperoleh dari bahan alam.
Senyawa antioksidan yang termasuk ke dalam antioksidan alami antara lain
ialah tokoferol. Tokoferol yang di sebut juga dengan vitamin E, merupakan
antioksidan alami yang paling banyak ditemukan dalam minyak nabati dan
terdapat dalam bentuk α, β, γ, dan σ tokoferol. Tokoferol mempunyai banyak
ikatan rangkap sehingga akan melindungi lemak dari proses oksidasi.
Fungsi paling nyata dari vitamin E adalah sebagai antioksidan dan anti-
free radical, terutama untuk asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam
membran sel. Diperkirakan bahwa perlindungan terhadap oksidasi merupakan
dasar aktivitas vitamin E. Pada proses terbentuknya radikal dimana
melibatkan reaksi berantai panjang dalam dinding sel yang melibatkan asam
lemak tidak jenuh dan fosfolipid, dalam proses inilah vitamin E memainkan
perannya sebagai penghambat (Linder, 1992)
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Martin, et al., (1987), dalam Triyem (2010) mengatakan bahwa
vitamin E memiliki paling sedikit dua peranan metabolik, yaitu sebagai
antioksidan dalam yang paling kuat dan larut dalam lemak serta memainkan
peranan spesifik dalam metabolisme selenium. Tokoferol bekerja sebagai
antioksidan pemutus rantai sebagai akibat kemamampuannya memindahkan
hidrogen fenolin ke radikal peroksil. Radikal fenoksi yang terbentuk
merupakan resonant-stabilized dan relatif tidak beraksi kecuali dengan
radikal peroksil lain.
2. Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik yang sering digunakan adalah butylated
hydroxyanisole (BHA), butylated hidroxytoluene (BHT), propylgalate (PG),
tert-bulyl hydroquinone (TBHQ) dan nordihydroquaretic acid (NDGA).
Antioksidan sintetik tersebut bisa ditambahkan ke dalam lemak atau bahan
pangan dengan tujuan untuk mencegah ketengikan. BHA biasanya digunakan
sebagai antioksidan dalam bahan pangan. BHA ini sangat mudah mengalami
degradasi oleh panas dan iradiasi oleh sinar UV. BHT biasanya ditambahkan
pada bahan pangan dengan tujuan mencegah terjadinya proses autooksidasi.
BHT ini merupakan salah satu antioksiidan monofenolik. Sedangkan tert-
butyl hydroqunone (TBHQ) merupakan antioksidan difenolik yang bisa
ditambah pada makanan.
2.3. Superoksida Dismutase
Superoksida dismutase (SOD) merupakan enzim yang mengkatalisis radikal
superoksid menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Termasuk kedalam antioksidan
endogen atau dapat disebut dengan antioksidan enzimatik yang terdapat di dalam
tubuh. SOD berikatan dengan mangan (Mn), seng (Zn) dan tembaga (Cu) (Winarsi,
2007; Linder, 1992). Terdapat beberapa jenis SOD, yaitu copper-zinc-SOD (Cu-Zn-
SOD) yang terdapat di dalam sitosol terutama di lisosom dan nukleus, manganese-
SOD (Mn-SOD) yang terdapat di dalam mitokondria, ekstraseluler SOD (EC-SOD)
dan besi-SOD (Fe-SOD) yang hanya ditemukan pada tumbuhan (Putra, 2014).
Enzim SOD terdapat dalam semua organisme aerob dan sebagian besar
berada dalam tingkat subseluler (intraseluler). Organisme aerob membutuhkan
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
oksigen untuk bertahan hidup, namun dalam setiap aktivitasnya dapat menimbulkan
senyawa oksigen reaktif atau ROS. SOD dapat dikatakan sebagai enzim antioksidan
pencegah, yang merupakan antioksidan metalloenzim. SOD mempuyai efek yang
sangat kuat sebagai pertahanan tubuh primer dalam melawan radikal bebas. SOD
merupakan enzim antioksidan intraseluler utama yang dapat digunakan untuk
menetralisir aktivitas O2-. Secara umum SOD yang berikatan dengan ion metal
membantu mengkatalisa dismutasi O2- melalui mekanisme oksidasi reduksi.
Superoksida dismutase menetralisir O2- menjadi oksigen dan hidrogen peroksida
(H2O2). Selanjutnya H2O2 diubah menjadi molekul air (H2O) oleh enzim katalase
dan glutation peroksidase (Winarsi, 2007) :
• 2 O2- + 2H+ → O2 + H2O2 (SOD)
• 2 H2O2 → 2 H2O + O2 (katalase)
• 2GSH + H2O2 → GSSG + 2H2 (glutation peroksidase)
2.4. Sarang Burung Walet
Sarang burung walet terbuat dari saliva burung walet yang diekskresikan oleh
kelenjar ludah burung walet (Liu et al., 2012). Burung walet (Collcalia fuciphaga T.)
berukuran seperti burung gereja dengan lebar sayap yang lebih luas dari merpati
(Lim & Cranbrook, 2002). Salah satu jenis burung pemakan serangga yang bersifat
aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna coklat tua kehitaman dengan bagian
dada berwarna coklat muda, dapat terbang dengan cepat yang memiliki ukuran tubuh
sedang atau kecil (Effendy, 2015). Mereka membangun sarang mereka dengan rantai
pati kental seperti air liur yang dihasilkan oleh sepasang besar kelenjar ludah
dibawah lidah mereka (Goh et al., 2001). Sarang yang dihasilkan tersebut bersifat
edible nest atau sarang yang dapat dimakan dan bisa disebut dengan edible bird’s
nest (EBN) (Nuroini, 2013).
Sejak lebih dari seratus tahun yang lalu, diketahui bahwa sarang dari
beberapa jenis walet dapat dikonsumsi manusia dan bahkan diyakini memiliki
khasiat penyembuhan beberapa jenis penyakit dan meningkatkan kesehatan tubuh
(Mardiastuti, 1997). Sebagai bahan makanan, sarang walet mengandung gizi yang
lengkap dengan nilai yang tinggi. Sarang burung walet mengandung kalori, protein,
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lemak, karbohindrat, kalsium, fosfor, vitamin, dan mineral. Asam amino yang
terkandung dalam sarang walet juga lengkap, mulai dari asam amino esensial, asam
amino semi esensial, dan asam amino non esensial. Sarang walet juga berkhasiat
sebagai obat. Zat yang terkandung dalam sarang walet antara lain ODA (9- asam
oktadesenoat) dan HAD (asam heksadesenoat). Zat ini digunakan tubuh untuk
meningkatkan stamina (Panduan Lengkap Walet, 2011 dalam Aiman, 2015).
2.4.1 Morfologi Sarang Burung Walet
Sarang burung walet terdiri dari beberapa bagian, yaitu kaki sarang, fondasi
sarang, dinding sarang, bibir sarang, dan dasar sarang. Kaki sarang terletak di kedua
ujung sarang walet. Jarak antar kaki berkisar 6-10 cm, tergantung ukuran sarang.
Kaki sarang dibangun dari air liur yang bertumpuk-tumpuk dan tidak beraturan
karena berfungsi sebagai paku yang menempel pada papan sirip dan tempat sarang
yang menggantung. Kedua kaki sarang dihubungkan oleh fondasi sarang. Fondasi
sarang juga menempel pada papan sirip. Fungsi fondasi adalah untuk mendukung
kaki dalam memperkuat sarang (Panduan Lengkap Walet, 2011 dalam Arsih, 2014).
Dasar sarang merupakan bagian alas sarang sebagai tempat untuk bertelur,
mengeram, dan kasur bagi anak walet (piyik). Pada bagian ini, terdapat rongga yang
suhunya lebih hangat dan berguna saat pengeraman. Akan tetapi, bagian dari rongga
ini sering dijadikan oleh kutu busuk atau kepinding untuk berkembang biak. Di dasar
sarang walet ini pula, banyak pecahan cangkang telur yang terselip (Panduan
Lengkap Walet, 2011 dalam Arsih, 2014).
Dinding sarang terbentuk lekukan, seperti mangkuk dan berfungsi untuk
menampung telur atau piyik. Ukuran dinding sarang bervariasi, berkisar 2-5 cm
dengan ketebalan 1-2 mm. Dinding sarang dibangun dari serat-serat air liur yang
sejajar dan melekat satu sama lain. Oleh karena serat yang sejajar dan jalina serat
padat dan kuat maka dinding sarang mampu menampung telur atau piyik (Panduan
Lengkap Walet, 2011 dalam Arsih, 2014).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Morfologi Sarang Walet (Arsih, 2014)
2.4.2 Klasifikasi Burung Walet
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi burung walet penghasil sarang walet
putih adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Apodiformes
Famili : Apodidae
Genus : Aerodramus
Species : Aerodramus fuchipagus (sinonim : Collocalia fuciphago)
(Panduan Lengkap Walet, 2011).
Kaki sarang
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.3 Kandungan Kimia Sarang Burung Walet
Tabel 2.1 Kandungan Kimia Sarang Burung Walet (Marcone, 2005 dalam Elfita,
2014)
Kadungan (%)
Kadar air Kadar abu
Lemak Protein
Karbohidrat
7,5 2,1 0,14 62
27,26
Analisa unsur (ppm)
Natrium 650 Kalium 110 Kalsium 1298 Magnesium 330 Fosfor 40 Besi 30
Analisa asam lemak
(%)
Palmitat 23 Stearat 29 Linoleat 22 Linelolenat 26
2.4.4 Khasiat dan Kandungan Sarang Burung Walet
Sarang burung walet merupakan makanan berkhasiat yang dihormati oleh
bangsa Cina yang telah terbukti memiliki nutrisi yang baik (protein larut air,
karbohidrat, besi, garam inorganik, dan serat) dan manfaat dari sisi medis (anti-
aging, antikanker dan meningkatkan imunitas). Sarang walet dari genus Aerodramus
mengandung lemak (0,14-1,28%), abu (2,1%), karbohidrat (25,62-27,26%), dan
protein (62-63%) (Marcone, 2005 dalam Elfita, 2014).
Sarang walet mengandung gizi yang lengkap dengan nilai yang tinggi. Sarang
burung walet mengandung kalori, protein, lemak, karbohindrat, kalsium, fosfor,
vitamin, dan mineral. Asam amino yang terkandung dalam sarang walet juga
lengkap, mulai dari asam amino esensial, asam amino semi esensial, dan asam amino
non esensial. Sarang walet juga berkhasiat sebagai obat. Zat yang terkandung dalam
sarang walet antara lain ODA (9- asam oktadesenoat) dan HAD (asam
heksadesenoat). Zat ini digunakan tubuh untuk meningkatkan stamina (Panduan
Lengkap Walet, 2011 dalam Aiman, 2015). Kandungan asam amino dalam sarang
burung walet sebagai berikut : (Elfita, 2014)
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.2 Kandungan Asam Amino Sarang Burung Walet
Asam amino esensial
Histidin Leusin Treonin Valin
Metionin Isoleusin
Fenil alanine
2,309% 3,839% 3,819% 3,931% 0,482% 1,796% 4,486%
Asam amino non esensial
Asam serin 4,556% Aspartat 4,480% Arginin 3,292% Lisin 2,343% Prolin 3,637% Asam glutamat 3,647% Glisin 1,868% Alanin 1,309% Tirosin 3,918%
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa sarang
burung walet mempunyai aktivitas yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ekstrak
sarang burung walet bermanfaat sebagai penginduksi proliferasi jaringan adiposa
(Roh, et al., 2011) dan agen pelindung kondrosit pada pasien osteoatritis (Chua, et
al., 2013). Selain itu, ekstrak sarang burung walet juga mempunyai aktivitas sebagai
hepatoprotektor (Aiman, 2015), antiinflamasi dan antioksidan (Yida, et al., 2015).
Berdasarkan hasil tersebut, protein diperkirakan sebagai faktor utama, karena protein
merupakan senyawa utama yang berperan dalam aktivitas kehidupan. Selain itu,
protein merupakan komponen utama dari sarang burung walet, dimana
kandungannya lebih dari 60% dari masa sarang burung walet (Liu, et al., 2012 dalam
Aiman, 2015). Menurut Hamzah et al. (2013) sarang burung walet dari Indonesia
memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu sekitar 59,8%-65,8%. Salah satunya
adalah peptida yang dihasilkan dari pencernaan makanan yang mengandung protein
telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan (Power, et al., 2012).
Sarang burung walet mengandung 3 asam amino yang membentuk tioksi dan
alami dalam tubuh, glutathione. Glutathione adalah organ osulfurtri-peptide (γ-
glutamyl-cysteinyl-glycine) yang dibentuk dari penggabungan asam amino, yaitu
sistein, glutamat dan glisin. Glutathione adalah thiol non protein yang paling banyak
berada pada sel mamalia. Glutathione berbentuk sebagai agen reduksi utama dan
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pertahanan antioksidan dengan mempertahankan tight control dari status redoks.
Karena kandungan antioksidan inilah sarang burung walet dapat menjadi antikanker
seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Rashed dan Nazaimoon pada sel Caco-2
yang merupakan sel dari adeno karsinoma kolon (Effendy, 2015).
2.5 Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) pertama kali diisolasi melalui reaksi barium
peroksida dan asam mitrat oleh Louis Jacques Thenard pada tahun 1818. Proses ini
digunakan untuk menghasilkan H2O2 sejak akhir abad ke-19 sampai pertengahan
abad ke-20. H2O2 murni ditemukan pertamakali oleh Richard Wolffenstein pada
tahun 1894 melalui destilasi vakum. Nama lainnya adalah dioksida dihidrogen,
dihidrogen dioksida, hydrogen diokida, atau dioksidan. H2O2 sangat melimpah di
alam, terutama terbentuk oleh rangasangan cahaya matahari pada air dan ditemukan
pada air hujan dan salju (Handoko dan Wiro, 2015).
2.5.1 Sifat fisik dan kimiawi
Hidrogen piroksida mempunyai sifat fisik antara lain berat molar 34,0147
g/mol, densitas 4 g/cm3 (cair), titik cair -11oC (262,15K), titik didih 150,2oC
(423,35K) keasaman (pKa) 11,65, viskositas 1,245cP pada suhu 20oC, dengan
organoleptis tidak berwarna dan tidak berbau. Hidrogen piroksida adalah oksidan
yang lebih kuat dari klorin, klorin dioksida, dan kalium permanganate (Handoko dan
Wiro, 2015).
2.5.2 Konsentrasi
Menurut Handoko dan Wiro (2015) menyebutkan terdapat berbagai macam
variasi konsentrasi H2O2, yaitu :
1. 3-3,5% (kadar farmasi) sediaan degan konsentrasi ini banyak di jual di
apotek, took obat dan supermarket. Sediaan ini mengandung sejumlah
stabilisator seperti asutanilit, fenol, natrium sanat, dan tetra nartium fosfat
yang bersifat toksik, sehingga tidak direkomendasikan untuk pemakaian
dalam tubuh.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 6% (kadar kecantikan) banyak digunakan di salon kecantikan sebagai
pelarut zat warna rambut. Tidak direkomendasikan untuk pemakaian
dalam tubuh.
3. 30% (kadar reagen) digunakan dalam percobaan di laboratorium dan
biasanya mengandung stabilisator.
4. 30-32% (kadar elektronik) digunakan untuk membersihkan kadar
elektronik.
5. 35% (kadar teknik) biasanya digunakan bersama dengan fosfor untuk
menetralisir klorin dalam air.
6. 35% (kadar makanan) biasanya digunakan dalam produk makanan seperti
keju dan telur. Juga terdapat dalam lapisan kertas alumunium
pembungkus aseptik untuk makanan seperti produk jus buah dan susu.
Merupakan kadar yang direkomendasikan untuk pemakaian dalam tubuh.
7. 90% digunakan sebagai sumber oksigen dalam bahan bakar roket.
2.5.3 Efek Merugikan
Hidrogen Peroksida adalah suatu senyawa yang iritan terhadap mata,
membrane murkosa dan kulit. Pemaparan singkat pada mata mengakibatkan rasa
perih dan mata berair. Kontak kulit akan menyebabkan pemutihan kulit sementara.
Inhalasi pada kadar tinggi akan menyebabkan iritasi yang berat pada hidung dan
saluran nafas. Bila tertelan, makan akan terjadi iritasi sampai kerusakan berat pada
saluran cerna. Keracunan sistemik akan mengakibatkan sakit kepala, pusing, muntah,
diare, tremor, matirasa, kejang, edema paru, kehilangan kesadaran, sampai syok
(Handoko dan Wiro, 2015).
2.5.4 Peran Hidrogen Peroksida dalam Jaringan Tubuh Manusia
Hidrogen Peroksida berperan pada proses luka yang terdapat pada pembuluh
darah kecil yang mengakibatkan permeabilitas endotel. Hal ini menunjukan bahwa
hidrogen peroksida bersifat toksik pada endotel. Selain itu dapat menghambat
transport anion merangsang aktivitas pompa nantrium-kalium membran sel dan
kerusakan DNA.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hubungan peroksida dalam jaringan tubuh manusia terdapat pada;
1. Rongga mulut, esophagus dan lambung. Hidrogen peroksida yang ada di
minuman seperti teh hijau dan kopi instant, konsentrasinya dapat
mencapai di atas 100 mikro-M dan bila tertelan, maka akan segera
berdifusi ke dalam sel. Hidrogen peroksida terdapat pada air liur akan
mengoksidasi teosianat dengan enzim peroksidase, menghasilkan produk
toksik yang akan menghambat pertumbuhan beberapa bakteri.
2. Sistem respirasi hidrogen peroksida juga ditemukan dalam udara
ekspirasi, terutama pada penderita penyakit paru, akibat proses fagositosis
yang dilepaskan oleh makrofag alveolar dan netrofil.
3. Ginjal dan saluran kemih. Hidrogen peroksida dapat terdeteksi di urin
dengan konsentrasi mencapai 100 mikro-M. Hal ini diperkirakan akibat
autoksidasi sel.
4. Endotel vaskuler dan sel darah sirkulasi. Dalam beberapa studi
menegaskan telah ditemukannya beberapa kadar yang cukup banyak
dalam plasma darah. Dimana dapat bereaksi dengan protein heme,
askorbat, dan kelompok protein-SH. Hidrogen peroksida dalam plasma
dapat berdifusi ke dalam eritrosit, leukosit, endotel, dan platelet untuk
proses metabolisme (Handoko dan Wiro, 2015).
2.6 Tikus Putih Sprague Dawley
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari
dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau
pengamatan laboratorium. Tikus termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu
dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda dibanding mamalia
lainnya. Selain itu, penggunaan tikus sebagai hewan percobaan juga didasarkan atas
pertimbangan ekonomis dan kemampuan hidup tikus yang hanya 2-3 tahun dengan
lama reproduksi 1 tahun (Maula, 2014).
Kelompok tikus laboratorium pertama dikembangkan di Amerika Serikat
antara tahun 1877 dan 1893. Keunggulan tikus putih dibandinkan tikus liar antara
lain lebih cepat dewasa, tidak memperlihatkan kawinan musiman, dan umumnya
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lebih cepat berkembang biak. Kelebihan lainnya adalah sangat mudah ditangani,
dapat ditinggal sendirian dalam kandang asal dapat mendengar suara tikus lain dan
berukuran cukup besar sehingga memudahkan pengamatan. Berat badan tikus
laboratorium lebih ringan dibandingkan tikus liar. Pada umur empat minggu beratnya
mencapai 35-40 g, dan berat dewasa rata-rata 200-250 g. Tetapi variasi bergantung
pada jenis galur dari tikus. Galur Sprague Dawley merupakan galur yang paling
besar diantara galur lain (Maula, 2014).
Menurut Krinke (2000) dalam Maula (2014), klasifikasi tikus putih (Rattus
norvegicus) adalah sebagi berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rhodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Tikus laboratorium merupakan strain albino dari tikus putih. Tikus memiliki
beberapa galur yang merupakan hasil pembiakan sesama jenis persilangan. Dalam
Aiman (2015) galur yang paling sering digunakan untuk penelitian menurut Inglis
(1980) dalam Adnan (2007), yaitu :
1. Sprague Dawley (albino)
Galur ini berasal dari peternakan Sprague Dawley, Madison, Wisconsin.
Ciri-ciri galur ini yaitu bertubuh panjang dengan kepala lebih sempit.
Ekornya yang panjang sebagai ciri-ciri yang paling tampak. Bobot badan
jantan pada umur 12 minggu mencapai 240 g, sedangkan betina mencapai
200 g. Galur ini mempunyai pertumbuhan yang cepat, temperamen yang baik
dan kemampuan laktasi yang baik (Robinson, 1979 dalam Adnan, 2007).
Selain itu merupakan tikus terbesar dibandingkan dengan yang lain dan
hampir sebesar tikus liar (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987 dalam Adnan,
2007).
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Wistar (albino)
Galur ini berasal dari Institut Wistar, Philadelphia, Pennsylvania. Hewan
ini mempunyai telinga yang panjang dan kepala yang lebih lebar. Ekornya
tidak sama dengan panjang tubuh seperti galur Sprague Dawley.
3. Long Evans (hooded)
Galur ini mempunyai kepala, bahu, dan terkadang bagian dorsal berwarna
sebagai tanda. Warnanya bisa bervariasi dari hitam sampai krem. Hewan ini
lebih kecil dari kedua galur diatas.
Tikus laboratorium telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah
dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian
(Malole dan Pramono, 1989 dalam Adnan, 2007).
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, Laboratorium
Farmakologi, Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Penelitian II, Laboratorium
Kimia Obat, dan Laboratorium Biokimia/Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat-Tangerang Selatan.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2015 hingga Agustus 2015
3.2 ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Alat
Timbangan hewan, kandang hewan percobaan, neraca analitik, tabung reaksi,
gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, sentrifuge, tabung sentrifuge, microtube,
tabung ependorf, vortex, pipet tetes, mikropipet, sonde oral, spuit, hot plate, dan
Microplate Reader.
3.2.2 Bahan
Sarang burung walet putih diperoleh dari Painan, Sumatera Barat, kontrol
positif dengan vitamin E yang dibeli di Universitas Pancasila, penginduksi radikal
bebas digunakan hidrogen peroksida, hewan percobaan berupa tikus putih galur
Sprague Dawley yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor, makanan hewan
percobaan (pelet), air PAM. Bahan kimia yang digunakan tween 80, pereaksi Biuret,
pereaksi Molish, HNO3 pekat, kit Superoxide Dismutase Assay, dan aqua bidestilata.
3.2.3 Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
galur Sprague Dawley yang sehat, berjenis kelamin jantan, berusia 3 bulan dengan
berat badan 150-250 gram yang diperoleh dari Animal Facility and Modeling
Provider Institut Pertanian Bogor (IPB).
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.4 Besar Sampel Hewan Uji
Jumlah sampel ditentukan menurut WHO, yaitu minimal lima ekor tikus
untuk setiap kelompok. Penelitian ini menggnakan enam kelompok tikus tiap
masing-masing terdiri dari lima ekor. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan
metode randomisasi sederhana dari populasi yang ada.
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
3.3.1 Determinasi Sampel Ekstrak
Sampel sarang burung walet putih yang diperoleh dari Painan, Sumatra Barat,
kemudian dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi
LIPI Kebon Raya, Bogor, Jawa Barat.
3.3.2 Penyiapan Sarang Burung Walet
Sampel yang telah dideterminasi, kemudian dibersihkan dari bulu burung
walet yang menempel pada sampel dengan menggunakan pinset. Selanjutnya sarang
burung walet dibersihkan dibawah air mengalir selama ± 5 menit, kemudian
dikeringkan pada suhu ruang. Setelah bersih, sampel dihaluskan dengan
menggunakan blender.
3.3.3 Ekstraksi Sarang Burung Walet
Sebanyak 500 gram sampel dicampurkan dengan 15 L aquadest bidestilata,
kemudian dipanaskan pada suhu 60oC selama 30 menit, lalu dihomogenkan dengan
kecepatan 800 rpm selama 15 menit. Setelah homogen, campuran tersebut disonikasi
selama 30 menit, dan kemudian disaring untuk memisahkan ampas sarang walet.
Ekstrak yang diperoleh dilakukan freeze dry dan disimpan pada suhu -20oC (Aiman,
2015).
3.3.4 Uji Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet
a. Reaksi Biuret
Sebanyak 2 ml larutan uji ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M,
kocok perlahan. Lalu tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M. Amati
perubahan yang terjadi. Reaksi positif terjadi perubahan warna menjadi
warna ungu (Auterhoff, 2002)
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Reaksi Molish
Sebanyak 2 ml larutan zat ditambahkan 5 tetes larutan naftol 3%
dalam etanol, kocok perlahan selama 5 detik, miringkan tabung dan
ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara hati-hati,
kemudian tegakkan kembali tabung. Hasil positif bila terlihat adanya cincin
ungu diperbatasan kedua cairan (Auterhoff, 2002).
c. Reaksi Xantoprotein
Sebanyak 2 ml larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati
ke dalam larutan protein, dikocok dan amati perubahan warnanya. Setelah
dicampur akan terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan (Sutresna, 2007 dalam Aiman, 2015).
3.3.5 Penyiapan Reagen untuk Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida
Dismutase
a. WST Working Solution
Mengencerkan 1 mL larutan WST dengan 19 mL Larutan Buffer Assay.
Larutan ini stabil sampai 2 bulan penyimpanan pada suhu 4oC.
b. Enzyme Working Solution
Larutan enzim disentrifugasi selama 5 detik. Campurkan secara
sempurna dengan pipet (tahap ini perlu dilakukan karena enzim mempunyai
dua layer dan harus bercampur dengan sempurna sebelum dilakukan
pengenceran). 15 µl larutan enzim di encerkan dengan 2,5 mL larutan buffer.
Hasil pengenceran larutan enzim stabil sampai 3 minggu penyimpanan pada
suhu 4oC.
3.3.6 Penyiapan Na CMC 0,5%
Mulanya disiapkan Na CMC sebanyak 0,5 gram kemudian didispersikan
dengan 10 mL aquabidest 60oC. Homogenkan menggunakan lumpang alu sampai
terbentuk mucilago. Tambahkan aquabidest hangat hingga 100 mL dengan
menggunakan lumpang alu.
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.7 Penyiapan Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet dan Hidrogen Peroksida
Ekstrak sarang burung walet dalam Na CMC 0,5% dengan dosis yang di
bedakan dalam 3 dosis yaitu, 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, dan 40 mg/kgBB. Dosis
hidrogen peroksida dengan konsentrasi 1% yang diberikan sebagai penginduksi
oksidan adalah 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal (i.p) (Okonkwo dan Chinedu,
2009).
3.3.8 Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet
Dosis ekstrak air sarang burung walet yang digunakan berdasakan pada
skrining dosis yaitu 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, dan 40 mg/kgBB. Vitamin E 40
mg/kgBB sebagai kontrol positif diberikan pada dosis berdasarkan konversi dosis
dari manusia ke tikus.
3.3.9 Persiapan Hewan Uji
Tikus diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (ITB). Lalu tikus diadaptasikan
(aklimatisasi) selama 14 hari di Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian dilakukan penimbangan berat
badan tikus untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan selama 21 hari
(Murthy, et al., 2002).
3.3.10 Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji
Pengambilan darah pada hewan percobaan dilakukan pada hari ke-0, 22, dan
24. Pada hari ke 22, pengambilan darah dilakukan setelah pemberian ekstrak sarang
burung walet. Darah di ambil sebanyak 0,5 – 1 ml melalui pleksus retro-orbitalis.
Sedangkan pada saat terminasi, darah di ambil melalui vena cava inferior. Darah di
tampung dalam tabung sentrifugasi dan ditambahkan EDTA kemudian sampel darah
di sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC. Diambil
bagian supernatant, sehingga didapatkan plasma darah.
3.3.11 Pengukuran Superoksida Dismutase
Menambahkan 20 µl sampel darah pada well sampel dan blako 2.
Menambahkan H2O pada well blanko 1 dan blanko 3. Kemudian ditambahkan 200 µl
WST Working Solution pada setiap well. Menambahkan 20 µl larutan buffer ke
dalam well blanko 2 dan blanko 3. Menambahkan 20 µl Enzyme Working Solution
pada well sampel dan blanko 1, campurkan secara sempurna. Inkubasi plate well
pada suhu 37oC selama 20 menit. Menganalisis absorbansi dengan microplate reader
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada panjang gelombang 450 nm. Menghitung aktivitas SOD (inhibition rate %)
menggunakan rumus sebagai berikut :
SOD Activity (inhibition rate%) = (𝑨𝟏−𝑨𝟑)−(𝑨𝒔−𝑨𝟐)
(𝑨𝟏−𝑨𝟑) 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan :
A1 : Absorbansi blanko 1 A3 : Absorbansi blanko 3
A2 : Absorbansi blanko 2 As : Absorbansi sampel
3.4 UJI PENENTUAN KONSENTRASI HIDROGEN PEROKSIDA
3.4.1 Desain Uji Penentuan Konsentrasi H2O2
Pengujian dilakukan selama dua hari pada dua tikus pada masing-masing
pemberian konsentrasi H2O2, parameter yang diamati pada uji penentuan ini adalah
kadar malonaldehida (MDA). Rancangan untuk uji penentuan konsetrasi H2O2 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Desain Percobaan pada Uji Pendahuluan
Konsentrasi Hari ke-
1 2 3
0,5% P P ---
1% P P ---
1,5% P P ---
Keterangan :
P : Diberikan H2O2 variasi konsentrasi yang berbeda pemberian dosis
sebesar 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal (i.p)
--- : Tidak diberi hidrogen peroksida
a. Pada hari ke-1 dilakukan pengambilan darah melalui pleksus retro-
orbitalis untuk mengetahui kadar MDA sebelum perlakuan (hari ke-
0). Setelah dua jam pengambilan darah, kemudian tikus diberikan
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
H2O2 0,5%, 1%, dan 1,5% dengan dosis 1,0 ml/kgBB secara
intraperitoneal (i.p).
b. Pada hari ke-2 dilakukan pengambilan darah melalui pleksus retro-
orbitalis untuk mengetahui kadar MDA setelah pemberian hidrogen
peroksida pada hari sebelumnya. Setelah dua jam pengambilan darah,
kemudian tikus diberikan larutan H2O2 0,5%, 1%, dan 1,5% dengan
dosis 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal (i.p).
c. Pada hari ke-3 dilakukan pengambilan darah melalui vena cava
inferior untuk mengetahui kadar MDA setelah pemberian hidrogen
peroksida pada hari ke-1 dan hari ke- 2.
3.4.2 Penyiapan Reagen untuk Pengukuran Kadar Malonaldehida (MDA)
Reagen yang digunakan pada uji pendahuluan yaitu a). TCA 20%, dibuat
dengan menimbang 20 gram TCA kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest. b).
TBA 0,67%, dibuat dengan menimbang 0,67 gram TBA yang kemudian dilarutkan
dalam 100 ml aquadest. c). Larutan standar MDA, dibuat dari standar MDA hasil
hidrolisis 1,1,3,3-tetrametoksipropan (Rahman, 2016).
3.4.3 Pengambilan Sampel Darah
Darah yang didapatkan ditampung dalam tabung mikrosentrifugasi.
Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm pada suhu 4oC selama 10 menit. Diambil
bagian supernatant, sehingga didapatkan serum darah.
3.4.4 Pengukuran Kadar Malonaldehid (MDA)
Menambahkan 200 µl serum darahn pada tabung reaksi, lalu ditambahkan 1
mL TCA 20% dan 2 mL TBA 0,67%. Campuran kemudian divortex dan dipanaskan
di atas water bath selama 10 menit agar homogen. Setelah homogen kemudian
disentrifugasi kembali dengan keceptan 3000 rpm selama 10 menit. Filtrat diukur
serapan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 532 nm. Untuk
mengetahui kadar MDA dilakukan perhitungan menggunakan persamaan kurva
kalibrasi dengan memasukkan nilai absorban pada nilai (Y) dan didapat nilai kadar
pada nilai (X).
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5 DESAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah The Pre and Post Test Control Group
Design. Uraian lebih lanjut mengenai pelakuan pada hewan percobaan, yakni:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan (hari ke-)
0 1 sampai dengan 30 31 32 33
KO - C A A -
KN - A A→H A→H -
KP - E E→H E→H -
DR - u1 u1→H u1→H -
DS - u2 u2→H u2→H -
DT - u3 u3→H u3→H -
Keterangan :
KO : Tikus normal E : Vitamin E dosis 40mg/kgBB KN : Kontrol negatif C : Na CMC 0,5% (1,0 ml/kgBB) KP : Kontrol positif u1 : Ekstrak EBN dosis 10 mg/kgBB DR : Kelompok dosis rendah u2 : Ekstrak EBN dosis 20 mg/kgBB DS : Kelompok dosis sedang u3 : Ekstrak EBN dosis 40 mg/kgBB DT : Kelompok dosis tinggi A : Aquadestilata
- : Tanpa perlakuan apapun H : H2O2 1 %v/v dosis 1,0 ml/kgBB : Terminasi, pengambilan sampel : Pengambilan sampel darah untuk
darah untuk uji aktivitas SOD uji aktivitasSOD
a. KO : Sebagai kontrol normal, diberi Na CMC 0,5% selama 33 hari.
Pemberian Na CMC secara per oral (p.o) 1 kali sehari, dosis 1,0
ml/kgBB. Hari ke 0, 30, 33 diambil darah dan dianalisis untuk mengamati
aktivitas SOD.
b. KN : Sebagai kontrol negatif diberi aquadest selama 30 hari. Pada hari ke 31
dan 32, diberikan H2O2 1% v/v dosis 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal
(i.p). Hari ke 0, 30, 33 diambil darah dan dianalisis untuk mengamati
aktivitas SOD.
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. KP : Sebagai kontrol positif diberi vitamin E yang diperoleh dari dengan
dosis 40 mg/kgBB (p.o) selama 30 hari. Pada hari ke-31 dan 32 diberi
H2O2 1% v/v dosis 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal (i.p). Hari ke 0,
30, 33 diambil darah dan dianalisis untuk mengamati aktivitas SOD.
d. DR : Sebagai kelompok dosis rendah, diberikan ekstrak sarang burung walet
dengan dosis 10 mg/kgBB (p.o) selama 30 hari. Pada hari ke-31 dan 32
diberi H2O2 1% v/v dosis 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal (i.p). Hari
ke 0, 30, 33 diambil darah dan dianalisis untuk mengamati aktivitas SOD.
e. DS : Sebagai kelompok dosis sedang, diberikan ekstrak sarang burung walet
dengan dosis 20 mg/kgBB (p.o) selama 30 hari. Pada hari ke-31 dan 32
diberi H2O2 1% v/v 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal (i.p). Hari ke 0,
30, 33 diambil darah dan dianalisis untuk mengamati aktivitas SOD.
f. DT : Sebagai kelompok dosis tinggi, diberikan ekstrak sarang burung walet
dengan dosis 40 mg/kgBB (p.o) selama 30 hari. Pada hari ke-31 dan 32
diberi H2O2 1% v/v dosis 1,0 ml/kgBB secara intraperitoneal (i.p). Hari
ke 0, 30, 33 diambil darah dan dianalisis untuk mengamati aktivitas SOD.
3.6 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA
Data yang di dapat dianalisis secara statistik dengan SPSS (statistical Product
and Service Solution) versi 22. Uji statistik yang dilakukan meliputi uji normalitas,
uji homogenitas, uji parametrik (One-Way ANOVA) atau uji non parametrik
(Kruskal Wallis) yang dilanjutkan dengan uji multiple comparison tipe LSD (Least
Significant Different) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan diantara kelompok
perlakuan dan uji Paired Sample T-test untuk mengetahui perbedaan aktivitas SOD
perhari pada satu kelompok ketika penelitian pada satu kelompok.
3.7 ETIKA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dengan uji tikus yang akan dimatikan. Untuk itu
sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu meminta izin atau persetujuan dari
komisi etik penelitian biomedik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan hewan diperlakukan secara layak.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian
4.1.1. Determinasi Sampel
Sampel sarang burung walet putih yang diperoleh dari Painan, Sumatera
Barat dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI
Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel adalah
sarang burung walet putih dari burung walet putih spesies Collocalia fuciphaga
Thunberg. Hasil determinasi terdapat di lampiran 1.
4.1.2. Ekstraksi Sarang Burung Walet
Sebanyak 532 gram sarang burung walet dibersihkan dari bulu dan kotoran,
kemudian dibersihkan dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu ruangan.
Sarang walet yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan blender sehingga di
peroleh 511,75 gram serbuk sarang burung walet. Sebanyak 511,75 serbuk sarang
walet ditambahkan 15, 34 L aquabidest dan dipanaskan pada suhu 60 oC selama 30
menit. Setelah pemanasan, kemudian ekstrak dihomogenkan menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 800 rpm selama 15 menit. Setelah ekstrak
dihomogenkan dilakukan sonikasi selama 30 menit. Hasil sonikator kemudian di
saring dengan kain kasa untuk memisahkan ampas dan memperoleh filtrat (ekstrak).
Filtrat (ekstrak) diperoleh sebanyak 8,6 L yang kemudian dikeringkan dengan
metode freeze dry selama 10 hari yang dilakukan di LIPI Biologi. Dari hasil ekstraksi
diperoleh 26,607 gram serbuk ekstrak air sarang burung walet dengan rendemen
5,2%.
4.1.3. Analisis Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui kandungan protein dan
karbohidrat yang terdapat pada sarang walet setelah proses ekstraksi. Hasil uji
kualitatif ekstrak air sarang burung walet dapat dilihat pada tabel 4.1
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Uji Kualitatif Hasil Keterangan Reaksi Biuret Terjadi perubahan warna dari
bening menjadi ungu Positif adanya protein
Reaksi Molish Terbentuk cincin violet di kedua cairan
Positif adanya karbohidrat
Reaksi Xantoprotein Terdapat endapan putih setelah dipanaskan menjadi endapan kuning
Positif adanya asam amino bergugus benzene
4.1.4. Hasil Uji Penentuan Konsentrasi Hidrogen Peroksida
Pada uji penentuan konsetrasi hidrogen peroksida telah dirancang beberapa
konsentrasi H2O2 yang berbeda mulai dari konsentrasi 1%, 5%, dan 10%. Uji
penentuan konsentrasi ini bertujuan agar didapatkan konsetrasi H2O2 terbaik yang
mampu menginduksi terbentuknya radikal bebas namun tidak merusak hati hewan
uji.
Tabel 4.2. Uji Penentuan Konsentrasi H2O2
Konsetrasi Tikus Hari ke- MDA (µL/ml)
1%
1
0 0,019 1 0,026 2 0,041
2
0 0,0096 1 0,024 2 0,058
5%
1
0 0,051 1 0,053 2 0,170
2 0 0,015 1 0,037 2 0,049
10%
1
0 0,011 1 0,032 2 0,069
2 0 0,0096 1 0,015 2 0,045
Berdasarkan hasil pengujian hidrogen peroksida yang diberikan dengan kadar 1%
selama dua hari telah menunjukkan kadar yang signifikan.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.5. Hasil Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD)
Pengukuran aktivitas SOD dilihat dari hasil serapan (absorbansi) aktivitas
SOD dan dikalkulasi dalam persen aktivitas SOD (inhibition rate %). Hasil
pengukuran aktivitas SOD plasma darah yakni pada kelompok dosis rendah (10
mg/kgBB), kelompok dosis sedang (20 mg/kgBB), kelompok dosis tinggi (40
mg/kgBB), kelompok positif, kelompok negatif, dan kelompok normal dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 4.3. Rata-rata Aktivitas SOD (inhibition rate %)
Keterangan : DR (Dosis Rendah), DS (Dosis Sedang), DT (Dosis Tinggi), P (Positif), N (Negatif),
O (Normal)
Tabel 4.4. Rata-rata Aktivitas SOD (Serapan)
Keterangan : DR (Dosis Rendah), DS (Dosis Sedang), DT (Dosis Tinggi), P (Positif), N (Negatif),
O (Normal)
Kelompok Tikus
Rata-rata SOD (%) ± SD Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke-33
DR 0,122 ± 0,998 1,034 ± 0,597 1,528 ± 1,763 DS 0,549 ± 0,549 1,423 ± 0,582 0,467 ± 2,065 DT -0,098 ± 0,634 0,962 ± 0,668 -0,322 ± 2,548 P 0,508 ± 1,206 0,478 ± 1,529 0,284 ± 1,506 N 0,020 ± 0,452 0,993 ± 1,026 0,688 ± 1,052 O -0,020 ± 0,249 1,101 ± 0,921 1,240 ± 0,686
Kelompok Tikus
Rata-rata SOD (A) ± SD Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke-33
DR 0,235 ± 0,034 0,137 ± 0,033 0,172 ± 0,085 DS 0,216 ± 0,028 0,149 ± 0,051 0,218 ± 0,143 DT 0,213 ± 0,061 0,152 ± 0,046 0,221 ± 0,135 P 0,263 ± 0,060 0,209 ± 0,107 0,262 ± 0,102 N 0,199 ± 0,016 0,204 ± 0,037 0,212 ± 0,010 O 0,244 ± 0,045 0,157 ± 0,052 0,195 ± 0,054
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil pengukuran aktivitas SOD menunjukkan adanya penurunan dan
peningkatan aktivitas SOD antara hari ke-0, hari ke-30, dan hari ke-33 untuk setiap
kelompok.
Keterangan : DR (Dosis Rendah), DS (Dosis Sedang), DT (Dosis Tinggi), P (Positif), N
(Negatif), O (Normal) Gambar 4.1. Grafik Rata-rata Aktivitas SOD
Keterangan : DR (Dosis Rendah), DS (Dosis Sedang), DT (Dosis Tinggi), P (Positif), N
(Negatif), O (Normal) Gambar 4.2. Grafik Rata-rata Serapan Aktivitas SOD
DR DS DT P N Ohari ke-0 0.2352 0.2164 0.2134 0.2632 0.1988 0.2436hari ke-30 0.137 0.1492 0.152 0.2092 0.2044 0.157hari ke-33 0.1726 0.2188 0.2214 0.2622 0.2128 0.1958
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Abso
rban
si S
OD
ℷ 4
50 n
m
Serapan Aktivitas SOD
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
H A R I K E - 0 H A R I K E - 3 0 H A R I K E - 3 3
Pres
enta
se In
hibi
si
AKTIVITAS ENZIM SOD DR DS DT P N O
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Presentase perubahan aktivitas SOD (inhibition rate %) pada hari ke-0, hari
ke-30, dan hari ke-33 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.5. Presentase Perubahan Aktivitas SOD (inhibition rate %)
Tabel 4.6. Presentase Perubahan Serapan dari Aktivitas SOD (A)
Kelompok Tikus
% perubahan aktivitas SOD (inhibition rate %) setelah
pemberian ekstrak
% perubahan aktivitas SOD (inhibition rate %) setelah
pemberian H2O2 DR ↓ 0,417 ↑ 0,206 DS ↓ 0,310 ↑ 0,466 DT ↓ 0,404 ↑ 0,456 P ↓ 0,205 ↑ 0,253 N ↑ 0,028 ↑ 0,041 O ↓ 0,551 ↑ 0,247
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan
menggunakan uji Paired Samples T-Test dengan nilai signifikansi p≤0,05. Analisis
statistik dilakukan dengan membandingkan aktivitas SOD dari kelompok yang sama
di hari yang berbeda, yaitu hari ke-0 (sebelum pemberian ekstrak dan vitamin E),
hari ke-30 (setelah pemberian ekstrak dan vitamin E) dan hari ke-33 (dua hari setelah
pemberian H2O2). Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan aktivitas SOD yang
tidak signifikan (p≥0,05) pada data terhadap kelompok dosis rendah (10 mg/kgBB)
pada semua perbandingan hari. Kelompok dosis sedang (20 mg/kgBB) mengalami
perbedaan aktivitas SOD yang signifikan (p≤0,05) antara hari ke-0 dan hari ke-30,
dengan perbedaan aktivitas SOD yang tidak signifikan (p≥0,05) antara hari ke-30
dan hari ke-33, dan antara hari ke-0 dan hari ke-33. Kelompok dosis tinggi (40
Kelompok Tikus
% perubahan aktivitas SOD (inhibition rate %) setelah
pemberian ekstrak
% perubahan aktivitas SOD (inhibition rate %) setelah
pemberian H2O2 DR ↑ 7,474 ↑ 0,478 DS ↑ 1,592 ↓ 0,671 DT ↑ 10,793 ↓ 1,334 P ↑ 0,051 ↓ 0,404 N ↑ 47,926 ↓ 0,307 O ↑ 55,270 ↑ 1,366
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mg/kgBB) menunjukkan perbedaan aktivitas SOD yang tidak signifikan (p≥0,05)
pada semua perbandingan hari. Kelompok positif terdapat perbedaan aktivitas yang tidak signifikan (p≥0,05)
pada semua perbandingan hari. Kelompok negatif menunjukkan perbedaan aktivitas
SOD yang signifikan (p≤0,05) antara hari ke-0 dan hari ke-30, namun mengalami
perbedaan aktivitas SOD yang tidak signifikan (p≥0,05) antara hari ke-30 dan hari
ke-33, dan antara hari ke-0 dan hari ke-33. Kelompok normal terdapat perbedaan
aktivitas yang tidak signifikan (p≥0,05) pada semua perbandingan hari.
Data hasil pengukuran aktivitas enzim SOD dianalisis secara statistik
menggunakan software SPSS 22. Uji statistik dimulai dari uji normalitas dan
homogenitas. Data yang memenuhi syarat normalitas dan homogenitas dilanjutkan
dengan uji parameterik One-Way ANOVA, namun jika tidak memenuhi syarat
normalitas dan homogenitas maka dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis untuk
melihat ada atau tidak adanya perbedaan data di seluruh kelompok perlakuan. Uji
dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk melihat kelompok
mana yang memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok perlakuan lainnya.
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan homogenitas Levene aktivitas enzim
SOD hewan uji menunjukkan bahwa data aktivitas enzim SOD hewan uji pada hari
ke-0 tidak terdistribusi secara normal (p≤0,05) dan bervariasi secara homogen
(p≥0,05) sehingga uji statistik dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji yang
dilakukan pada tiap kelompok perlakuan menunjukan nilai (p≥0,05) yang berarti
terdapat hubungan aktivitas yang signifikan antara semua kelompok perlakuan,
sehingga uji dilanjutkan dengan uji parameter One-Way ANOVA. Hasil uji
parameter One-Way ANOVA yang dilakukan terhadap aktivitas enzim SOD pada
tiap kelompok perlakuan menunjukan nilai (p≥0,05) dimana tidak terdapat perbedaan
aktivitas yang signifikan antara semua kelompok perlakuan. Kemudian uji
dilanjutkan dengan uji LSD menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan secara
signifikan (p≥0,05) antara semua kelompok.
Pada hari ke-30 hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan homogenitas Levene
aktivitas enzim SOD menunjukan bahwa data aktivitas enzim SOD hewan uji tidak
terdistribusi secara normal (p≤0,05) dan bervariasi secara homogen (p≥0,05)
sehingga uji statistik dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji yang dilakukan
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tiap kelompok perlakuan menunjukan nilai (p≥0,05) yang berarti terdapat
hubungan aktivitas yang signifikan antara semua kelompok perlakuan, sehingga uji
dilanjutkan dengan uji parameter One-Way ANOVA. Hasil uji parameter One-Way
ANOVA yang dilakukan terhadap aktivitas enzim SOD pada tiap kelompok
perlakuan menunjukan nilai (p≥0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara semua kelompok perlakuan. Kemudian uji dilanjutkan dengan uji
LSD menunjukan bahwa terdapat tidak perbedaan secara signifikan (p≥0,05) antara
semua kelompok.
Pada hari ke-33 hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan homogenitas Levene
aktivitas enzim SOD menunjukan bahwa data aktivitas enzim SOD hewan uji tidak
terdistribusi secara normal (p≤0,05) dan bervariasi secara homogen (p≥0,05)
sehingga uji statistik dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji yang dilakukan
pada tiap kelompok perlakuan menunjukan nilai (p≥0,05) yang berarti terdapat
hubungan aktivitas yang signifikan antara semua kelompok perlakuan, sehingga uji
dilanjutkan dengan uji parameter One-Way ANOVA. Hasil uji parameter One-Way
ANOVA yang dilakukan terhadap aktivitas enzim SOD pada tiap kelompok
perlakuan menunjukan nilai (p≥0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara semua kelompok perlakuan. Kemudian uji dilanjutkan dengan uji
LSD menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p≥0,05) pada
seluruh kelompok.
4.2 Pembahasan
Sarang burung walet (edible bird’s nest) di Asia secara tradisional
dimanfaatkan untuk memelihara kesehatan. EBN dihasilkan dari spesies burung
walet (Collocolia fuciphaga) banyak ditemukan di Asia seperti Thailand, Indonesia,
dan Malaysia (Hamzah, et al., 2013). Tujuh puluh lima persen dari sarang walet yang
beredar di dunia berasal dari produksi Indonesia (Panduan Lengkap Walet, 2011).
Dengan ini dapat dikatakan bahwa sarang walet merupakan komodiri ekspor yang
menjanjikan dan kesempatan untuk meneliti terbuka lebar, sehingga penelitian ini
menggunakan sarang burung walet .
Sarang burung walet putih yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari
Painan, Sumatera Barat dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bidang Zoologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan
bahwa sampel adalah sarang burung walet putih dari burung walet putih spesies
Collocalia fuciphaga Thunberg. Determinasi dilakukan untuk mengidentifikasi
kebenaran sampel yang digunakan selama penelitian.
Proses ekstraksi diawali dengan penyiapan simplisia yang dilakukan di
Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Ekstraksi dilakukan setelah sarang burung walet dibersihkan dari bulu dan
kotoran. 532 gram sarang burung walet dibersihkan dari bulu dan kotoran
mengunakan pinset, kemudian dibersihkan dengan air mengalir. Setelah bersih,
sarang burung walet yang telah bersih dikeringkan pada suhu ruangan kemudian
dihaluskan dengan blender. Proses penghalusan bertujuan untuk memperkecil ukuran
yang mana akan memperbesar luas permukaan sarang burung walet, jika luas
permuakaan lebih besar maka proses ekstraksi lebih optimal karena permukaan yang
terkena pelarut lebih besar. Hasil selama proses pembersihan, pengeringan hingga
penghalusan diperoleh 511,75 gram serbuk sarang burung walet.
Sebanyak 511,75 serbuk sarang walet ditambahkan 15, 34 L aquabidest
(1:30), penggunaan aquabidest yang steril untuk ekstraksi bertujuan meminimalisir
bakteri dan logam-logam yang dapat bereaksi dengan protein yang ada dalam
ekstrak, kemudian dipanaskan pada suhu 60 oC selama 30 menit untuk isolasi dan
pemurnian protein yang terdapat dalam sarang burung walet (Ma dan Daicheng,
2012). Setelah pemanasan, kemudian ekstrak dihomogenkan menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 800 rpm yang bertujuan untuk optimalisasi ekstraksi.
Setelah ekstrak dihomogenkan dilakukan sonikasi selama 30 menit, cara kerja
sonikator yang memberikan gerataran lewat gelombang ultrasonik akan memecah
ikatan antar molekul dan merusak sel sehingga isi sel akan terekstraksi (Lacoma,
2009; Liu et al, 2012). Hasil sonikator kemudian di saring dengan kain kasa untuk
memisahkan ampas dan memperoleh filtrat yang telah melalui proses ekstraksi.
Filtrat diperoleh sebanyak 8,6 L yang kemudian dikeringkan dengan metode freeze
dry selama 10 hari yang dilakukan di LIPI Biologi. Dari hasil ekstraksi diperoleh
26,607 gram serbuk ekstrak air sarang burung walet dengan rendemen 5,2%.
Telah diketahui bahwa kandungan utama sarang burung walet adalah
glikoprotein dimana sarang burung walet mengandung protein dan karbohidrat
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Marcone, 2005; Ma dan Daicheng, 2012). Untuk memastikan kandungan protein
dan karbohidrat yang terdapat pada sarang walet setelah proses ekstraksi maka
dilakukan uji kualitatif yang meliputi uji reaksi biuret, uji reaksi molish, dan uji
reaksi xantoprotein.
a. Reaksi Biuret
Reaksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan
peptida yang ada dalam suatu protein. Sarang walet mengandung protein
dimana merupakan senyawa yang memiliki ikatan peptida. Reaksi biuret
merupakan rekasi warna untuk peptida dan protein (Poedjiadi dan Titin,
2012).
Uji kualitatif biuret dari ekstrak sarang burung walet menunjukkan
hasil yang positif. Hasil dapat dilihat pada gambar berikut.
Jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan larutan natrium
hidroksida ditambah dengan beberapa tetes tembaga sulfat encer, larutan
tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai violet. Reaksi ini disebut
reaksi biuret sebab warna senyawa yang terbentuk sama dengan warna
senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida dengan tembaga
sulfat. Reaksi biuret positif untuk semua jenis protein dan hasil antara
hidrolisisnya jika masih mempunyai dua atau lebih ikatan peptida, dan negatif
untuk asam amino (Sumadjo, 2009).
Gambar 4.3. Hasil reaksi uji biuret. Perubahan warna untuk hasil positif (kiri), kontrol (kanan)
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Reaksi Molish
Menurut Marcone (2005) dan Ma dan Daicheng (2012), telah
diketahui bahwa kandungan utama sarang burung walet adalah glikoprotein
dimana sarang burung walet mengandung protein dan karbohidrat. Maka
selain dilakukan uji terhadap protein, dilakukan juga uji karbohidrat
menggunakan uji molish.
Uji kualitatif yang dilakukan pada ekstrak sarang burung walet menunjukkan
hasil positif. Hasil dapat dilihat pada gambar berikut
Larutan protein majemuk yang mempunyai radikal prostetik
karbohidrat, yaitu glikoprotein atau mukoprotein, pada penggojlokannya
secara hati-hati dengan larutan afanaftol dalam alkohol dan asam sulfat pekat
akan membentuk larutan berwarna violet. Pada proses ini, glikoprotein dan
muko protein akan mengalami hidrolisis menjadi protein sederhana dan
karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk dengan alfa naftol dalam alkohol
dan asam sulfat pekat memberikan warna violet (Sumardjo, 2009).
c. Reaksi Xantoprotein
Uji xantoprotein dilakukan berdasarkan Marcone (2005) dalam Ma
dan Diacheng (2012), yang mengatakan bahwa sarang burung walet putih
kaya akan dua sama amino bergugus aromatik, yaitu fenilalanin dan tirosin.
Uji kualitatif menunjukkan hasil positif. Hasil dapat dilihat pada
gambar berikut
Gambar 4.4. Hasil reaksi uji molish
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a b
Protein yang mengandung residu asam amino dengan radikal fenil
dalam struktur kimianya, seperti asam amino fenilalanin dan tirosin yang jika
ditambahkan dengan asam nitrat pekat akan terbentuk endapan warna putih.
Pada pemanasan, warna endapan putih akan berubah menjadi kuning, yang
akhirnya akan berubah menjadi jingga bila ditambah dengan larutan basa.
Proses ini merupakan nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun protein
tersebut (Sumardjo, 2009).
Hasil analisa kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak air sarang burung walet
mengandung protein, karbohidrat, dan asam amino yang mempunyai gugus benzene
seperti fenilalanine dan tirosin. Sarang walet dari genus Aerodramus mengandung
lemak (0,14-1,28%), abu (2,1%), karbohidrat (25,62-27,26%) dan protein (62-63%).
Sarang burung walet memiliki kandungan terbanyak asam amino bergugus benzene
yaitu fenilalanin dan tirosin (Marcone, 2005). Kandungan asam amino dalam sarang
burung walet yaitu histidin, leusin, treonin, valin, metionin, isoleusin, fenilalanin,
asam serin, aspartat, arginin, lisin, prolin, asam glutamat, glisin, alanin, dan tirosin
(Elfita, 2014).
Tikus jantan galur Sprague Dawley digunakan sebagai hewan uji dalam
penelitian. Tikus dengan galur tersebut dipilih berdasarkan penelitian pendahulu
yang merupakan bagian dari penelitian berkelanjutan yang menggunakan galur ini.
Tikus galur Sprague Dawley juga memiliki keuntungan dimana lebih tenang
sehingga lebih mudah dalam penanganannya, mudah didapat, harga lebih terjangkau
serta pertumbuhannya yang cepat. Tikus kelamin jantan dipilih dikarenakan tidak
memiliki hormon estrogen, jika ada hanya dalam jumlah relatif sedikit serta kondisi
hormonal pada tikus jantan relatif lebih stabil dibanding betina. Pada tikus betina
Gambar 4.5. Hasil reaksi uji xantoprotein. (a) Sebelum pemanasan, (b) Setelah pemanasan
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengalami perubahan hormonal pada masa-masa tertentu seperti masa siklus etrus,
masa kehamilan dan menyusui dimana kondisi tersebut dapat mempengaruhi kondisi
psikologis hewan uji tersebut. Selain itu tingkat stress tikus betina lebih tinggi
dibandingkan dengan tikus jantan yang mungkin dapat mengganggu saat pengujian
(Suhendi, et al., 2011 dalam Oktiwilianti, 2015).
Sebelum perlakuan, hewan uji membutuhkan penyesuaian fisiologis, prilaku,
dan nutrisi melalui aklimatisasi (Obernier dan Baldwin, 2006). Menurut Guideline :
Acclimation period for Received Animal Transfer/Shipment (2013) saat periode
aklimatisasi, hewan uji diharapkan dapat menyesuaikan diri secara bertahap dengan
lingkungan barunya, seperti perubahan suhu, kelembaban, dan lain-lain (Ghasani,
2016). Aklimatisasi dilakukan selama 14 hari sampai tikus berbobot 150-250 gram.
Selama periode aklimatisasi, dilakukan pengamatan kesehatan terhadap hewan uji
dengan cara menimbang bobot badan dan mengamati tingkahlakunya serta
penambahan nutrisi dengan memberkan pakan yang sesuai dan mempu meingkatkan
bobot badan. Semua hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sehat
dan lolos dalam periode aklimatisasi karena penurunan beobot badan tidak melebihi
10% dan tidak menunjukan adanya perubahan tingkah laku.
Tikus dibagi menjadi 6 kelompok diantaranya kelompok normal (diberi
pembawaan Na CMC 0,5%), kelompok negatif (diinduksi dengan hidrogen
peroksida), kelompok positif (diberi vitamin E), kelompok dosis rendah (diberi
ekstrak air sarang burung walet 10 mg/kgBB), kelompok sedang (diberi ekstrak air
sarang burung walet 20 mg/kgBB), kelompok dosis tinggi (diberi ekstrak air sarang
burung walet 40 mg/kgBB). Setiap kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor
tikus., yang ditentukan berdasarkan Word Health Organization (WHO). Menurut
Aiman (2015) dosis pemberian ekstrak air sarang burung walet terhadap tikus
sebesar 100 mg/kgBB dapat merusak jaringan hati. Penggunaan dosis dalam
penelitian ini masih di bawah dosis tersebut, sehingga diharapkan aman untuk
diberikan pada tikus. Alasan pemilihan Na CMC sebagai pembawa adalah karena
ekstrak air sarang burung walet dapat terdispersi dengan baik dalam Na CMC. Selain
itu Na CMC tidak bersifat toksik dan tidak memberi pengaruh pada sistem tubuh
tikus. Uji toksisitas akut Na CMC menunjukan bahwa pemberian secara oral
sebanyak 3g/kg pada tikus, hamster, dan kelinici tidak memberikan efek toksik
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(FDA, 1973). Penggunaan Na CMC untuk oral solution dalam HOPE (2009) adalah
pada konsentrasi 0,1-1%. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ekstrak air sarang
burung walet terdispersi dengan baik pada Na CMC 0,5% sehingga digunakan Na
CMC sebagai pembawa ekstrak. Pemberian ekstrak sarang burung walet dilakukan
secara oral dengan alat bantu pencekok oral atau sonde. Perlakuan dilakukan selama
30 hari, sebelum perlakuan dengan memberikan ekstrak, hewan uji diambil darah
lewat pleksus retro orbitalis. Setiap hari sebelum pemberian ekstrak, tikus uji
ditimbang terlebih dahulu untuk menyesuaikan dosis ekstrak yang akan diberikan.
Hewan uji yang telah diberi perlakuan selama 30 hari diambil darah lewat
pleksus retro orbitalis yang kemudian diinduksi dengan hidrogen peroksida selama 2
hari. Hidrogen peroksida (H2O2) dipilih sebagai zat penginduksi radikal bebas dalam
penelitian ini karena H2O2 termasuk dalam ROS yang dapat memicu terjadinya OS,
selain itu H2O2 bekerja menginduksi secara perlahan dalam jangka waktu yang
panjang dan tidak memicu kerusakan hati pada dosis rendah. Hidrogen peroksida
merupakan zat yang banyak digunakan dalam bidang medis, digunakan sebagai obat
pencuci luka, pembersih telinga, sebagai baking soda pada pasta gigi dan sebagainya.
Hidrogen peroksida aman digunakan sesuai dengan kadar yang semestinya dan
merupakan oksidan yang lebih lebih kuat dari klorin, klorin oksida, dan kalium
permanganat (Handoko dan Wiro, 2015). Kadar H2O2 yang dipergunakan pada
penelitian ini adalah sebesar 1% dengan jumlah pemberian 1 ml/kgBB diberikan
selama dua hari. Perlakuan ini berdasarkan pada uji pendahuluan dimana dilakukan
penentuan konsentrasi H2O2 dengan variasi konsentrasi 1%, 5%, dan 10%.
Berdasarkan hasil uji penentuan konsentrasi hidrogen peroksida hasil terbaik dengan
dengan hasil yang signifikan pada kadar 1% selama dua hari. Uji penentuan
konsentrasi hidrogen peroksida dilakukan untuk menentukan konsetrasi H2O2 terbaik
yang mampu menginduksi terbentuknya radikal bebas namun tidak merusak hati
hewan uji. Pengujian dilakukan selama dua hari pada dua hewan uji dengan masing-
masing konsentrasi H2O2. Pada uji penentuan ini malonaldehid (MDA) yang
dijadikan tolak ukur karena minimnya reagen kit yang digunakan terbatas. Sehingga
dipilih MDA sebagai parameter pada penentuan konsentrasi H2O2. MDA merupakan
salah satu produk akhir peroksidasi lipid yang terbentuk setelah aksi senyawa radikal
yang dapat digunakan sebagai indikator keberadaan radikal bebas dalam tubuh
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Astuti, et al., 2009). Pengukuran kadar MDA menggunakan metode Wills, dengan
mereaksikan 200 µl serum darah tikus ditambah 1 ml TCA 20% untuk
mengendapkan protein serum yang dapat menggangu pembacaan dengan
spektrofotometri UV-Vis. Ditambahkan 2 ml TBA 0,67% untuk mengikat MDA
pada serum agar pembacaan kadar MDA menjadi lebih akurat. Kemudian diukur
serapan dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 532 nm. Untuk
mengetahui kadar MDA dilakukan penghitungan dengan menggunakan persamaan
kurva kalibrasi dengan memasukkan nilai absorbansi pada nilai (Y) dan didapat nilai
kadar pada nilai (X) (Rahman, 2016).
Penilaian aktivitas antioksidan dilihat dari persentase aktivitas enzim SOD.
Enzim SOD merupakan enzim yang mengkatalisis radikal superoksid menjadi
hidrogen peroksida dan oksigen. Termasuk ke dalam antioksidan endogen atau dapat
disebut sebagai antioksidan enzimatik yang terdapat di dalam tubuh (Winarsi, 2007).
Menurut Halliwell (2006) dalam Suarsana, et al. (2013) enzim superoksida
dismutase sebagai salah satu enzim antioksidan intrasel bekerja dengan cara
membersihkan radikal bebas atau ROS dengan reaksi enzimatis dan mengubahnya
menjadi produk yang stabil. Aktivitas enzim SOD meningkat dengan jumlah
superoksida yang terkontrol, namun jika jumlah oksidan melampaui batas aktivitas
enzim SOD untuk mendismutasi maka presentase kadar enzim ini akan menurun
(Wijeratne, 2005).
Pada hari ke-0 (sebelum perlakuan), hari ke-30 (saat perlakuan diberikan
ekstrak air sarang burung walet maupun vitamin E), dan hari ke-33 (setelah induksi
dengan H2O2). Perlakuan ini berdasarkan pada metode percobaan yang telah
dilakukan oleh Aiman (2015). Tujuan dari pelakuan tersebut adalah untuk melihat
kemampuan ekstrak sarang burung walet dalam melindungi sel dari kerusakan yang
diinduksi oleh hidrogen peroksida. Pengambilan darah dilakukan pada pleksus retro
orbitalis yang ditampung pada tabung darah berisi EDTA, sampel darah kemudian
disimpan selama ± 12 jam pada suhu 4 oC untuk memisahkan plasma dan sel darah.
Setelah ± 12 jam, darah disentrifugasi agar pemisahan terjadi secara sempurna.
Supernatan yang merupakan plasma diambil sesuai dengan protokol reagen kit SOD
Activity Assay. Campuran larutan kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 20
menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 450 nm.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengukuran aktivitas enzim SOD dilakukan dengan metode enzimatis
menggunakan reagen kit SOD Activity Assay dari Biovision. Berikut reaksi yang
terjadi saat sampel direaksikan dengan reagen kit :
Gambar 4.6. Mekanisme reaksi hambat SOD (www.dojindo.com)
WST-1 (Water Soluble Tetrazolium) atau dalam struktur kimia (2-(4-iodophenyl -3-
(4-nitrophenyl)-5-(2,4-disulfo-phenyl)-2H-tetrazolium, monosodium salt) yang
menghasilkan pewarna formazan yang larut dalam air pada reduksi dengan anion
superoksida. Nilai reduksi WST-1 dari anion superoksida berhubungan linier dengan
aktivitas xantin oksidase dan aktivitas tersebut dihambat oleh SOD. Sehingga
aktivitas hambat dari SOD dapat ditentukan dengan metode kolorimetri. Adapun
prinsip dari pengukuran superoksida dismutase adalah radikal bebas atau superoksida
yang dihasilkan akan bereaksi dengan WST-1 sehingga menghasilkan pewarna
WST-1 formazan yang berwarna kuning. Di sisi lain pula SOD mendismutase
superoksida yang akan menghambat reduksi WST-1 menjadi WST-1 formazan.
Dengan kata lain, SOD berlomba dengan WST-1 untuk bereaksi dengan superoksida
sehingga menghambat pembentukan zat warna. Aktivitas SOD diukur melalui derajat
penghambatan (inhibisi) pembentukan zat warna pada panjang gelombang 450 nm
(Widowati, et al., 2005). Dalam buku Stem Cell Nanoengineering dituliskan bahwa
panjang gelombang 450 nm merupakan panjang gelombang yang dapat menganalisis
serapan warna yang dihasilkan dari reaksi WST-1 menjadi WST-1 formazan
(Baharvand, 2015). Pengukuran aktivitas enzim SOD ditandai dengan peningkatan
kadar SOD. Deteksi kadar SOD menggunakan microplate reader karena dianggap
dapat mendeteksi jumlah sampel yang sedikit secara akurat.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan
menggunakan uji Paired Samples T-Test dengan nilai signifikansi p≤0,05. Analisis
statistik dilakukan dengan membandingkan aktivitas SOD dari kelompok yang sama
di hari yang berbeda, yaitu hari ke-0 (sebelum pemberian ekstrak dan vitamin E),
hari ke-30 (setelah pemberian ekstrak dan vitamin E) dan hari ke-33 (sehari setelah
pemberian H2O2). Hasil analisa uji Paired Samples T-Test menunjukkan data persen
hambatan dari aktivitas SOD untuk kelompok normal, positif, negatif, dosis rendah,
kelompok dosis sedang dan dosis tinggi tidak menunjukkan peningkatan maupun
penurunan aktivitas yang signifikan (p≥0,05). Analisa uji Paired Samples T-Test
pada data serapan menunjukkan kelompok dosis rendah dan kelompok dosis sedang
menunjukkan kenaikan aktivitas SOD dengan perbedaan yang signifikan (p≤0,05)
antara hari ke-0 dan hari ke-30.
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan homogenitas Levene aktivitas enzim
SOD menunjukan bahwa pada data persen hambatan dan serapan dari aktivitas enzim
SOD hewan uji pada hari ke-0 tidak terdistribusi secara normal (p≤0,05) dan
bervariasi secara homogen (p≥0,05). Sedangkan pada hari ke-30 tidak terdistribusi
secara normal (p≤0,05) dan bervariasi secara homogen (p≥0,05) dan hari ke-33 tidak
terdistribusi secara normal dan tidak bervariasi secara homogen (p≤0,05). Sehingga
uji statistik pada hari ke-0 dan hari ke-33 dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil uji yang dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-33 disetiap kelompok perlakuan
menunjukan nilai (p≥0,05) yang berarti terdapat hubungan aktivitas yang signifikan
antara semua kelompok perlakuan. Sehingga uji dilanjutkan dengan uji parameter
One-Way ANOVA. Hasil uji parameter One-Way ANOVA yang dilakukan terhadap
aktivitas enzim SOD pada hari ke-0, hari ke-30, dan hari ke-33 disetiap kelompok
perlakuan menunjukan nilai (p≥0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara semua kelompok perlakuan. Oleh karena itu, uji dilanjutkan dengan
uji LSD untuk menentukan beda nyata terkecil antara kelompok percobaan.
Hasil analisa statistik dengan uji LSD pada data persen hambatan dari
aktivitas enzim SOD menunjukan hari ke-0 tidak ada perubahan secara signifikan
antara semua kelompok percobaan dan data serapan dari aktivitas meberikan
perubahan signifikan antara kelompok negatif dengan positif. Hal ini tidak
berpengaruh karena aktivitas enzim SOD dari hewan uji masih dalam kondisi awal
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tiap kelompok. Pada hari ke-30 menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara
signifikan (p≥0,05) antara semua kelompok. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada pengaruh nyata yang terjadi setelah pemberian ekstrak air sarang burung
walet terhadap aktivitas enzim SOD pada seluruh kelompok dosis terhadap kontrol,
begitu sebaliknya. Sedangkan pada hari ke-33 menunjukkan tidak terdapat perbedaan
secara signifikan (p≥0,05) antara semua kelompok. Hasil tersebut menunjukkan tidak
terjadi perubahan aktivitas enzim SOD yang signifikan setelah induksi dengan
hidrogen peroksida dari semua kelompok dosis terhadap kontrol, begitu sebaliknya.
Berdasarkan grafik 4.1 dan tabel 4.2 memperlihatkan bahwa aktivitas enzim
SOD yang diukur dari pembentukan superoksida pada hewan uji mengalami
peningkatan dan penurunan yang tidak beraturan pada interval waktu yang berbeda
serta hasil rata-rata aktivitas SOD (inhibition rate %) terdapat data minus (-) pada
kelompok dosis tinggi dihari ke-0 dan hari ke-33 dan kelompok normal pada hari ke-
0. Hal ini disebabkan oleh rumus perhitungan dari aktivitas SOD (inhibition rate %)
dimana pengurangan blanko yang mempunyai nilai serapan yang rendah dengan
sampel yang nilai lebih tinggi sehingga menghasilkan data minus (-) atau sebaliknya.
Berbeda dengan grafik 4.2 memperlihatkan bahwa aktivitas enzim SOD yang
diukur dari pembentukan superoksida pada hewan uji mengalami peningkatan dan
penurunan yang signifikan pada interval waktu yang berbeda. Kelompok normal
selama 30 hari diberikan Na CMC 0,5%, bertujuan untuk membuktikan bahwa
pemberian Na CMC 0,5% tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas enzim SOD
hewan uji. Namun hasil menunjukkan adanya pengaruh pemberian Na CMC 0,5%
terhadap aktivitas enzim SOD yakni pada hari 0-30 (selama pemberian Na CMC)
terjadi penurunan superoksida sebesar 0,55% dari keberadaan superoksida hari ke-0
dan hari 31-33 (tidak diberikan Na CMC) mengalami kenaikan sebesar 0,20%
dimana masing-masing tidak signifikan. Hal ini tidak dapat disimpulkan karena
belum ada penelitian lebih lanjut yang membuktikan bahwa Na CMC memberikan
pengaruh terhadap aktivitas enzim SOD.
Kelompok negatif selama 30 hari diberikan aquadest, bertujuan untuk
membuktikan bahwa pemberian aquadest tidak memberikan pengaruh terhadap
aktivitas enzim SOD hewan uji, namun hasil menunjukkan adanya pengaruh
pemberian aquadest terhadap aktivitas enzim SOD yakni pada hari 0-30 terjadi
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
peningkatan superoksida sebesar 0,02% dari keadaan awal hewan uji. Pada hari ke-
33 setelah diinduksi secara intraperitoneal dengan H2O2 terjadi kenaikan superoksida
sebesar 0,04%. Berdasarkan hasil tersebut induksi H2O2 secara intraperitoneal dapat
mengakibatkan kenaikan superoksida. Dalam kondisi fisiologis, superoksida dan
enzim SOD dalam keadaan stabil, ketika diinduksi dengan H2O2 jumlah superoksida
dalam tubuh bertambah dan memicu enzim SOD untuk bekerja lebih keras
mendismustase superoksida menjadi oksigen yang stabil. Sesuai dengan uji
pendahuluan pada penentuan konsentrasi H2O2, membuktikan bahwa induksi H2O2
1% selama 2 hari akan mengalami peningkatan kadar MDA sebesar 0,68% yang
diharapkan dengan konsentrasi H2O2 1% dan waktu induksi selama 2 hari dapat
memberikan pengaruh aktivitas SOD yang signifikan.
Kelompok positif selama 30 hari diberikan vitamin E, bertujuan sebagai
kontrol positif yakni diharapkan vitamin E berpengaruh menurunkan jumlah
superoksida hewan uji yang menangkal terbentuknya ROS. Berdasarkan hasil yang
didapat, terjadi penurunan jumlah superoksida sebesar 0,2% dari aktivitas SOD hari
ke-0 dan meningkat pada hari ke-33 setelah diinduksi secara intraperitoneal dengan
H2O2 sebesar 0,25%. Vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang
mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty
Acid), DNA, dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril) pada protein. Vitamin
E akan bertindak sebagai reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E
dalam hal ini berperan sebagai scavenger (Traber, 2002 di dalam Cadenas dan
Packer, 2002).
Kelompok dosis rendah selama 30 hari diberikan ekstrak air sarang burung
walet dengan dosis 10 mg/kgBB terjadi penurunan jumlah superoksida sebesar
0,41% dan pada hari ke-33, setelah diinduksi secara intraperitoneal dengan H2O2
tetap terjadi peningkatan superoksida sebesar 0,2%.
Kelompok dosis sedang selama 30 hari diberikan ekstrak air sarang burung
walet dengan dosis 20 mg/kgBB terjadi penurunan jumlah superoksida sebesar
0,31% dan pada hari ke-33, setelah diinduksi secara intraperitoneal dengan H2O2
mengalami peningkatan superoksida sebesar 0,46%.
Kelompok dosis tinggi (40 mg/kgBB) selama 30 hari diberikan ekstrak air
sarang burung walet mengalami penurunan jumlah superoksida sebesar 0,4% dan
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada hari ke-33, setelah diinduksi secara intraperitoneal dengan H2O2 mengalami
peningkatan superoksida sebesar 0,45%.
Kelompok dosis (rendah, sedang dan tinggi) secara keseluruhan terjadi
penurunan terhadap jumlah superoksida selama diberikan ekstrak air sarang burung
walet pada hari 0-30 dan terjadi kenaikan superoksida setelah diinduksi secara
intraperitoneal dengan H2O2 pada hari 31-33. Pada hari ke-30 setelah pemberian
ekstrak air sarang burung walet jumlah superoksida dari keseluruhan kelompok dosis
mengalami penurunan. Dilihat dari presentase distribusi asam amino penyusun enzim
SOD dengan kandungan asam amino dari sarang burung walet pada lampiran 8,
menunjukkan asam amino prolin dan arginin memiliki distribusi yang sebanding
dengan asam amino yang terkandung dalam sarang walet dan asam amino penyusun
SOD dalam tubuh. Adapun distribusi dari asam amino ini belum diketahui lebih
lanjut.
Pada hari ke-33 setelah diinduksi secara intraperitoneal dengan H2O2 terjadi
peningkatan superoksida. Jumlah superoksida yang bertambah dikarenakan
penambahan radikal bebas lewat induksi dengan H2O2, proses perbaikan luka dari
pengambilan darah yang terletak pada pleksus retro orbitalis serta kondisi stres yang
dipicu dari induksi intraperitoneal dan pemberian oral ekstrak selama berturut-turut.
Menurut penelitian Suarsana, et al. (2013), menyatakan bahwa aktivitas fisik
berlebihan dan stres psikis dapat menurunkan aktivitas enzim SOD dari hewan uji.
Penelitian lain dari Rahman (2016), menyatakan beban aktivitas fisik maksimal yang
diberikan terhadap hewan uji mengakibatkan stres oksidatif yang meningkatkan
kadar MDA hewan uji. Pemberian ekstrak sarang burung walet selama masa induksi
tidak dapat memberikan perubahan yang berarti terhadap meningkatnya jumlah
superoksida dalam tubuh hewan uji karena ekstrak sarang burung walet belum
tercerna sempurna.
Kelompok positif dengan pemberian vitamin E memberikan pengaruh
terhadap jumlah superoksida dalam tubuh hewan uji namun kemampuan vitamin E
untuk melindungi dari ROS H2O2 lebih rendah dari pada kelompok dosis (rendah,
sedang, dan tinggi). Efektivitas vitamin E dalam mencegah oksidatif stress
ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan Acker et al., (2003) terhadap
indikator stres oksidatif seperti pengukuran kerusakan DNA, bahwa pemberian
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vitamin E dosis 400 IU selama 48 hari dapat membantu menurunkan kerusakan otot
oleh radikal bebas. Diduga dosis vitamin E yang digunakan pada penelitian ini hanya
50 IU selama 32 hari sehingga efektifitas vitamin E yang dihasilkan lebih rendah.
Menurut Power, et al. (2012) Protein terbukti memiliki aktivitas antioksidan.
Protein diketahui dapat membantu sintesis antioksidan enzimatik dan meningkatkan
konsentrasi antioksidan di jaringan serta meminimalkan terjadinya stres oksidatif
(Fang, et al., 2002). Liu, et al., (2011) menyatakan bahwa protein mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan, namun protein tidak akan memberikan efek
antioksidan jika tidak dihirolisis terlebih dahulu menjadi peptida. Peptida terdiri dari
rangkaian asam amino, dimana asam amino berperan sebagai antioksidan karena
adanya gugus fenol pada asam amino. Asam amino yang berpotensi sebagai
antioksidan yakni tirosin, histidin, dan fenilalanin, serta asam amino hidrofobik yaitu
valin, alanin, prolin, dan leusin, juga metionin dilaporkan dapat menagkal senyawa
radikal bebas (Rajapakse, et al., 2005). Diprediksikan mekanisme kerja ekstrak air
sarang burung walet putih terdapat pada kandungan asam amino yang berperan
sebagai antioksidan dan membantu meningkatkan sintesis protein dari enzim SOD di
dalam tubuh yang dapat menetralisir radikal superoksida tubuh dan menjadikannya
dalam keadaan fisiologis.
Pada penelitian ini, ekstrak air sarang burung walet dapat mempengaruhi
aktivitas enzim SOD pada seluruh variasi dosis (10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB dan 40
mg/kgBB) yang mampu menurunkan terbentuknya radikal superoksida fisiologis
dalam tubuh. Dari hasil penelitian ini maka ekstrak air sarang burung walet dapat
berpotensi sebagai antioksidan eksogen dan agen stimulator antioksidan endogenous
enzimatik yang dapat dikembangkan.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
ekstrak air sarang burung walet mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, dengan
pemberian dosis rendah (10 mg/kgBB), dosis sedang (20 mg/kgBB) dan dosis tinggi
(40 mg/kgBB) memiliki pengaruh terhadap peningkatan aktivitas enzim superoksida
dismutase yang berefek menurunkan radikal superoksida pada tikus putih jantan
galur Sprague Dawley.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut tentang aktivitas spesifik dari sarang
burung walet terhadap aktivitas enzim superoksida dismutase
2. Perlu dilakukan hidrolisis protein pada ekstrak air sarang burung walet untuk
memberikan efek antioksidan lebih baik.
3. Perlu diberikan fase istirahat kepada hewan uji antara masa induksi dengan
pengambilan darah. Hal ini untuk menstabilakan kondisi hewan uji sehingga
meminimalkan kejadian stres oksidatif.
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Acker S, Koymansm LM, and Bast A. 2003. Molecular Pharmacology of Vitamin E
Structural Aspects of Antioxidant Activity. Ncbi.nlm.com . 213-217.
Adnan, Nurul Farida. 2007. Tampilan Anak Tikus (Rattus novergicus) dari Induk
yang Diberi Bovine Somatotropin (BST) Pada Awal Kebuntingan. Fakultas
Kedokteran Hewan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Aiman, Rahmi Sertiana N. 2015. Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang
Burung Walet (Collocolia fuciphaga T.) pada Tikus Putih Jantan Terhadap
Aktivitas ALP dan Gambaran Histologi Hepar. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah.
Alam, Md. Nur, Nursat Jahan Bristi, Md. Rafiquzzaman. 2013. Review on in vivo
and in vitro methods evaluation of antioxidant activity. Saudi Pharmaceutical
Journal (21) : 143-152.
Arif, Muhammad. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% dan EKstrak
Air dari Jamur Kuping Merah (Auricularia auricular) dan Jamur Kuping
Hitam (A. polytricha) dengan Metode DPPH. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Astuti, Sussi., Deddy Muchtadi, Made Astawan, et al. 2009. Pengaruh Pemberian
Tepung Kedelai Kaya Isoflavon Terhadap Kadar Malonaldehid, Aktivitas
Superoksida dismutase testis dan Profil Cu, Zn-SOD Tubuli Seminiferi Testis
Tikus Jantan. J.Teknol dan Industri Pangan, Vol 20 (2): 129-134
Auterhoff, Harry. 2002. Identifikasi Obat, terbitan ke-5. Bandung : Penerbit ITB
Baharvand, Hossein dan Naseer Aghdami. 2015. Stem-Cell Nanoengineering.
Canada : Wiley-Blackwell
Berau of Food FDA, 1973. Evaluation of The Health Aspects of Cellulose and
Certain Cellulose Derivates as Food Ingridients. Washington DC: FDA
Cadenas & Packer. 2002. Senyawa Fenolik Pada Sayuran Indegenous. Diunduh pada
tanggal 17 Februari 2017 melalui www.ipb.ac.id.
Chua, Kien-Hui. et al. 2013. Edible Bird’s nest extract as a chondro-protective agent
for human chondrocytes isolated from osteoarthritic knee : in vitro study.
BioMed Central : Malaysia.
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dojindo Molecular Technologies, Inc. SOD Assay Kit-WST. Diakses dari
: http://www.dojindo.com/store/p/203-SOD-Assay-Kit-WST.html pada
tanggal 7 Juni 2017.
Elfita, Lina. 2014. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang Burung Walet
(Collocalia fuciphaga) Asal Painan. Valensi (4) : 61-69.
Fang, Yun-Zhong, Sheng Yang, and Guoyao Wu. 2002. Free Radicals, Antioxidant,
and Nutrition. Nutrition. (18) : 872-879.
Ghasani, Afina Almas. 2016. Uji Aktivitas Esktrak Etanol 90% Daun Kelor
(Moringa oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi
Spermatozoa, dan Diameter Tubulus Seminiferus pada Tikus Jantan Galur
Sprague Dawley. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Goh DLM, et al. 2001. Immunochemical characterization of edible bird’s nest
allergens. J Allergy Clinical Immunol 107(6) : 1082-1088.
Hamzah, Zainab, Nur H.I., Sarojini J., Kamaruddin H., Othman H., dan Boon Beeng
Lee. 2013. Nutritional properties of edible bird nest. Journal of Asian
Scientific Research, 3(6), 600-607.
Handoko, Edi dan Wiro Anton Sumilat. 2015. Metabolisme Hidrogen Peroksida dan
Peranannya pada Infeksi Telinga. Malang : Universitas Brawijaya.
IACUC. 2013. Guideline: Acclimation Period for Received Animal
Transfer/Shipment. University Policy Development, Approval, and
Publication. Version 1: pp.1-3
Lacoma, Tyler. How Does Sonication Work?. Diakses dari
: http://www.ehow.com/how-does_5171302_sonication-work_.html pada
tanggal 17 Oktober 2016
Lim CK & Earl of Cranbrook. 2002. Swiflets of Borneo : Builders of Edible Nests.
Borneo : Natural History Publications.
Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara
Klinis. Jakarta : UI Press
Liu, Jian-Hua, Ying-Gang Tian, Yong Wang, et al. 2011. Characterization and In
Vitro Antioxidation of Papain Hydrolysate From Black Bone Silky Fowl
(Gallus gallus domesticus Brisson) Muscle and Its Fractions. Food Research
International, (44) 133-138.
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Liu, Xiaoqing. et al. 2012. Proteomic Profile of Edible Bird Nest Proteins. Journal of
Agricultural and Food Chemistry, 60, 12477-12481.
Lobo, V., A Patil, A. Phatak, N. Chandra. 2010. Free radicals, antioxidants and
functional foods : Impact on human health. Pharmacognosy Reviews. (4) :
118-126.
Ma, Fucui dan Daicheng Liu. 2012. Sketch of the edible bird’s nest and its important
bioactivities. Elsivier : China
Marcone, M.F. 2005. Characterization of edible bird’s nest the “caviar of the east”.
Food Research International, 38(11), 25-1134.
Mardiastuti, Ani. 1997. Pemanfaatan Sarang Burung Walet Secara Lestari. Makalah
pada Seminar Pendayagunaan Potensi Burung Untuk Menunjang
Pembangunan Nasional. Jakarta, 29 April 1997.
Maula, Indah Fadlul. 2014. Uji Antifertilitas Ekstrak N-Heksana Biji Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur
Sprague Dawley Secara In Vivo. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Murray R. K., Granner D. K, Mayes P. A., Rodwel V. W. 2009 Biokimia Dasar
Harper edisi 27. Jakarta : EGC.
Murthy, Kotamballi N. Chidambara, et al. 2002. Studies on Antioxidant Activity of
Pomegranate (Punica granatum) Peel Extract Using in Vivo Models. Journal
of Agricultural and Food Chemistry (50) : 4791-4795.
Nuroini, Fitria. 2013. Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Sarang Burung Walet
(Collocalia fuciphaga Thunberg, 1812) pada Mencit (Mus musculus L, 1758)
yang Diinduksi Karagenan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Obernier, JA and RL Baldwin. 2006. Establishing an appropriate period of
acclimation following transportation of laboratory animals. National
Research Council. ILAR J. 47(4) : PP.364-369
Okonkwo, Touchukwu JN and Chinedu JO Okonkwo. 2009. Antioxidant Properties
of Diospyros Preussi (Ebenaceae Gurke) Seed Oil. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research. (6) : 551-55.
Oktiwilianti, Winda. 2015. Uji Aktivitas Anti Inflamasi dari Ekstrak Etanol Daun
dan Buah Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.) serta Kombinasinya
Terhadap Tikus Wistar Jantan. Bandung : Universitas Islam Bandung.
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Poedjiadi, Anna dan Titin Supriyanti. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Press
Power, Olive, P. Jakeman, R.J. FitzGerald. 2013. Antioxidative peptides : enzymatic
production, in vitro and in vivo antioxidant activity and potential applications
of milk-derivated antioxidative peptides. Amino Acid. (44) : 797-820.
Putra, I Putu Rustama. 2014. Penurunan Kadar Superoksida Dismutase Lensa
Berubungan dengan Peningkatan Derajat Kekeruhan Lensa pada Katarak
Senilis. Tesis. Universitas Udayana.
Rajapakse, R. G. A. S., et al. 2005. Studies On Fruit Diseases Of Uguressa. Annual
Report On Exploration, Collection, Conservation Andcharacterization Of
Underutilized Fruits. Pp 41.
Rajkumar, Sankaranarayanan., et al. 2008. Activity of superoxide dismutase
isoenzymes in lens epithelial cells derived from different types of age-related
cataract. J Cataract Refract Surg. (34) : 470-474.
Roh, Kyung-Baeg, et al. 2012. Mechanisms of Edible Bird’s Nest Extract-Induced
Proliferation of Human Adipose-Derived Stem Cells. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine : Hindawi Publishing Corporation.
Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, dan Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient 6th Edition. Washington DC: Pharmaceutical Press
and American Pharmacist Association
Silalahi, Jansen. 2006. Makanan fungsional. Yogyakarta : Kanisius.
Simanjuntak, Kristina. 2012. Peran Antioksidan Flavonoid dalam Meningkatkan
Kesehatan. Bina Widya Vol. 23 Nomor 3 : 135-140. Jakarta : UPN Veteran.
Squence protein SOD-1 in Human (Homo sapiens) and Mouse (Mus musculus)
diakses dari www.ensembl.org pada tanggal 3 Juli 2017
Suarsana, Wresdiyati, dan Suprayogi. 2013. Respon Stress Oksidatif dan Pemberian
Isoflavon Terhadap Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase dan Peroksidasi
Lipid pada Hati Tikus. JITV 18(2): 146-152
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. EGC : Jakarta
Tim penulis PS. 2011. Panduan Lengkap Walet. Jakarta : Penebar Swadaya.
Triyem. 2010. Aktivitas Antioksidan dari Batang Manggis Hutan (Garcinia cf.
bacana Miq). Tesis. Universitas Indonesia
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Valko, Marian, et al. 2007. Free radicals and antioxidant in normal physiological
functions and human disease. The International Journal of Biochemistry &
Cell Biology. (39) : 44-84.
Vimala S., Ilham, Adenan Mohd, Rashin, Ahmad Abdul, Rohana, Skahdan. 2003.
Nature’s Choice To Wellness : Antioxidant Vegetables/Ulam. Malaysia,
Kuala Lumpur : Forest Research Institut.
Widowati, Wahyu., Ratu Safitri, Rymond Rumumpuk, dan Marlinda Siahaan. 2005.
Penapisan Aktivitas Superoksida Dismutase pada Berbagai Tanaman. JKM
Vol. 5 (1): 33-47
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas : Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius.
Yida, Zhang, et al. 2015. Edible Bird’s Nest attenuates high fat diet-induced
oxidative stress and inflammation via regulation of hepatic antioxidant and
inflammatory genes. BioMed Central :Malaysia.
Yida, Zhang, Mustapha Umar Imam, and Maznah Ismail. 2014. In vitro
bioaccessibility and antioxidant properties of edible bird’s nest following
simulated human gastro-intestinal digestion. BioMed Central : Malaysia.
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Hasil Determinasi Sarang Burung Walet
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Alur Ekstraksi Sampel
Sarang burung walet dibersihkan dari bulu burung
walet menggunakan pinset
Dibersihkan dibawah air
mengalir selama 5 menit
Dikeringkan pada suhu ruangan
Dihaluskan menggunakan
blender
Serbuk dilarutkan dalam aquabidest
dengan perbandingan 1 : 30
Dipanaskan pada suhu 60oC
Dihomogenkan dengan kecepatan
800 rpm selama 15 menit
Disonikasi selama 30 menit
Ekstrak yang diperoleh di freeze
dry
Ekstrak kering ditimbang dan
dicatat beratnya Analisa kualitatif
protein
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Skema Perlakuan Hewan Uji
Hari ke 1-30 diberi Na
CMC
Hari ke 1-30 diberi
Vitamin E
Hari ke 1- 30 diberi
ekstrak dosis
Ambil darah pada hari ke 0, kemudian ukur aktivitas SOD
Pada hari ke 31 diambil darah, kemudian di analisis aktivitas SOD
Hari ke 31-32 diberi Na CMC
Hari ke 1- 30 diberi ekstrak
dosis 20
Hari ke- 31-32 diberi aquades, ekstrak dan vitamin E, 2 jam setelahnya di beri larutan H2O2 1% dengan dosis 1,0 mg/KgBB
Pada hari ke 33 dilakukan terminasi, diambil darah dari pleksus retro orbitalis
Hari ke 1- 30 diberi ekstrak
dosis 40
Analisis dan Pengolahan Data
Tikus di aklimatisasi selama 14 hari
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Kelompok Dosis rendah
Kelompok Dosis Sedang
Kelompok Dosis Tinggi
Hari ke 1-30 diberi
aquadest
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Dokumentasi Alat dan Bahan serta Kegiatan Penelitian. Sarang burung walet
Proses pembersihan sarang burung walet
Proses pengeringan sarang burung walet
Penghalusan sarang burung walet
Hasil serbuk sarang burung walet
Proses ekstraksi panas sarang burung walet
Proses homogenizer
Hasil freeze dry ekstrak sarang burung walet
Suspensi ekstrak burung walet dalam Na CMC 0,5%
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Berat ekstrak = 26,607 gram
Berat simplisisa = 511,76 gram
Rendemen % = 26,607511,76
x 100%
= 5,199%
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Perhitungan Volume Administrasi (VAO)
VAO (mL) = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥𝐵𝐵
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
a. Dosis Rendah (10 mg/kgBB)
3 ml =
10𝑚𝑔𝑘𝑔𝐵𝐵𝑥 0,3(𝑘𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑔𝑚𝑙
Konsentrasi = 1 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang dibutuhkan sebanyak : Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL) Ekstrak = 1 mg/mL x 50 mL
= 50 mg b. Dosis Sedang (20 mg/kgBB)
3 ml =
20 𝑚𝑔𝑘𝑔𝐵𝐵𝑥 0,3(𝑘𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑔𝑚𝑙
Konsentrasi = 2 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang dibutuhkan sebanyak : Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL) Ekstrak = 2 mg/mL x 50 mL
= 100 mg c. Dosis Tinggi (40 mg/kgBB)
3 ml =
40 𝑚𝑔𝑘𝑔𝐵𝐵𝑥 0,3(𝑘𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑔𝑚𝑙
Konsentrasi = 4 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang dibutuhkan sebanyak : Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL) Ekstrak = 4 mg/mL x 50 mL
= 200 mg
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Data Absorbansi Uji Aktivitas Enzim SOD
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Distribusi Asam Amino Penyusun Enzim SOD dengan Kandungan Asam Amino Sarang Burung Walet (www.ensembl.org dan Elfita, 2014)
Asam Amino Manusia (%)
Tikus (%)
Sarang Burung Walet
(%) Alanin 6,493 6,493 1,309 Sistein 2,597 1,948 0
Aspartat 7,143 5,195 4,48 Glutamat 6,493 6,493 3,647
Fenilalanin 2,597 1,948 4,486 Glisin 16,234 16,883 1,868
Histidin 5,195 6,493 2,309 Isoleusin 5,844 5,195 1,796
Lisin 7,143 5,844 2,343 Leusin 5,844 4,545 3,839
Metionin 0,649 1,948 0,482 Asparagin 4,545 3,896 0
Prolin 3,247 3,248 3,637 Glutamin 1,948 5,195 0 Arginin 2,597 2,597 3,292 Serin 6,493 6,493 4,556
Treonin 5,195 5,844 3,819 Valin 9,091 9,091 3,931
Triptopan 0,649 0 0 Tirosin 0 0,649 3,918
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18Al
anin
Sist
ein
Aspa
rtat
Glut
amat
Feni
lala
nin
Glisi
nHi
stid
inIs
oleu
sinLi
sinLe
usin
Met
ioni
nAs
para
gin
Prol
inGl
utam
inAr
gini
nSe
rinTr
eoni
nVa
linTr
ipto
pan
Tiro
sin
Pres
enta
se A
sam
Am
ino
Asam Amino
Presentase Asam Amino Enzim SOD dengan Sarang Burung Walet
Manusia
Tikus
Sarang Burung Walet
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Hasil Analisa Statistik Data Serapan Aktivitas SOD Ekstrak Air Sarang Burung Walet
A. Paired t-test
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan aktivitas SOD pada kelompok yang sama
disetiap hari yang berbeda secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
1. Kelompok Dosis Rendah
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30
,0982
0 ,03813 ,01705 ,05085 ,14555 5,758 4 ,005
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis rendah pada
hari ke-0 dan ke-30 berbeda secara signifikan
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33
,0626
0 ,09350 ,04182 -,05350 ,17870 1,497 4 ,209
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis rendah pada
hari ke-0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_30 -
hari_33 -,03560 ,11581 ,05179 -,17940 ,10820 -,687 4 ,530
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis rendah pada
hari ke-30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
2. Kelompok Dosis Sedang
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30 ,06720 ,03246 ,01452 ,02689 ,10751 4,629 4 ,010
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis sedang pada
hari ke-0 dan ke-30 berbeda secara signifikan
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 -,00240 ,14377 ,06429 -,18091 ,17611 -,037 4 ,972
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis sedang pada
hari ke-0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
c. Hari ke-30 dan ke-33
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis sedang pada
hari ke-30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 hari_30 -
hari_33 -,06960 ,12049 ,05388 -,21921 ,08001
-
1,292 4 ,266
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Kelompok Dosis Tinggi
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30 ,06140 ,08493 ,03798 -,04406 ,16686 1,616 4 ,181
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis tinggi pada
hari ke-0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
b. Hari ke-0 dan ke-33
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis tinggi pada
hari ke-0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pai
r 1
hari_0 -
hari_33 -,00800 ,15403 ,06889 -,19926 ,18326 -,116 4 ,913
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 hari_30 -
hari_33 -,06940 ,13546 ,06058 -,23760 ,09880 -1,146 4 ,316
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis tinggi pada
hari ke-30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
4. Kelompok Positif
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30 ,05400 ,11034 ,04935 -,08301 ,19101 1,094 4 ,335
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 ,00100 ,14255 ,06375 -,17600 ,17800 ,016 4 ,988
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_30 -
hari_33 -,05300 ,12840 ,05742 -,21243 ,10643 -,923 4 ,408
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Kelompok Negatif
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30 -,00560 ,05141 ,02299 -,06943 ,05823 -,244 4 ,820
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok negatif pada hari ke-
0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 -,01400 ,02324 ,01039 -,04285 ,01485 -1,347 4 ,249
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok negatif pada hari ke-
0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference Sig. (2-tailed) Lower Upper
Pa
ir 1
hari_30 -
hari_33 -,00840 ,03809 ,01703 -,05569 ,03889 -,493 4 ,648
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
6. Kelompok Normal
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
P
air
1
hari_0 -
hari_30 ,08660 ,08044 ,03598 -,01328 ,18648 2,407 4 ,074
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok normal pada hari ke-
0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 ,04780 ,08410 ,03761 -,05662 ,15222 1,271 4 ,273
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok normal pada hari ke-
0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_30 -
hari_33 -,03880 ,06491 ,02903 -,11940 ,04180 -1,337 4 ,252
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok normal pada hari ke-
30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
B. One-Way ANOVA
1. Hari ke-0
a. Uji Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data aktivitas SOD
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi normal
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hari_0 ,174 30 ,021 ,927 30 ,042
a. Lilliefors Significance Correction
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok tidak terdistribusi
normal (p≤ 0,05). Maka analisis data dilanjutkan menggunakan
Kruskal-Wallis.
b. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data aktivitas
SOD yang signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdapat hubungan yang signifikan
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test Statisticsa,b
hari_0
Chi-Square 6,232
df 5
Asymp. Sig. ,284
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: dosis
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan.
Maka analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA.
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk melihat data aktivitas SOD homogen atau tidak homogen
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
hari_0 Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,092 5 24 ,390
• Keputusan : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen. Maka
analisis data dilanjutkan dengan One-Way ANOVA.
d. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan data aktivitas SOD
secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
e. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : Untuk menentukan data aktivitas SOD yang abnormal pada
setiap kelompok dengan kelompok lain yang memberikan nilai
yang berbeda secara signifikan.
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hari_0 LSD
(I) dosis (J) dosis
Mean
Difference (I-
J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis rendah dosis
sedang ,01880 ,02794 ,507 -,0389 ,0765
dosis tinggi ,02180 ,02794 ,443 -,0359 ,0795
Positif -,02800 ,02794 ,326 -,0857 ,0297
Negative ,03640 ,02794 ,205 -,0213 ,0941
Normal -,00840 ,02794 ,766 -,0661 ,0493
dosis dosis rendah -,01880 ,02794 ,507 -,0765 ,0389
ANOVA
hari_0 Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,014 5 ,003 1,401 ,259
Within Groups ,047 24 ,002 Total ,060 29
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedang dosis tinggi ,00300 ,02794 ,915 -,0547 ,0607
Positif -,04680 ,02794 ,107 -,1045 ,0109
Negative ,01760 ,02794 ,535 -,0401 ,0753
Normal -,02720 ,02794 ,340 -,0849 ,0305
dosis tinggi dosis rendah -,02180 ,02794 ,443 -,0795 ,0359
dosis
sedang -,00300 ,02794 ,915 -,0607 ,0547
Positif -,04980 ,02794 ,087 -,1075 ,0079
Negative ,01460 ,02794 ,606 -,0431 ,0723
Normal -,03020 ,02794 ,290 -,0879 ,0275
positif dosis rendah ,02800 ,02794 ,326 -,0297 ,0857
dosis
sedang ,04680 ,02794 ,107 -,0109 ,1045
dosis tinggi ,04980 ,02794 ,087 -,0079 ,1075
Negative ,06440* ,02794 ,030 ,0067 ,1221
Normal ,01960 ,02794 ,490 -,0381 ,0773
negatif dosis rendah -,03640 ,02794 ,205 -,0941 ,0213
dosis
sedang -,01760 ,02794 ,535 -,0753 ,0401
dosis tinggi -,01460 ,02794 ,606 -,0723 ,0431
Positif -,06440* ,02794 ,030 -,1221 -,0067
Normal -,04480 ,02794 ,122 -,1025 ,0129
normal dosis rendah ,00840 ,02794 ,766 -,0493 ,0661
dosis
sedang ,02720 ,02794 ,340 -,0305 ,0849
dosis tinggi ,03020 ,02794 ,290 -,0275 ,0879
Positif -,01960 ,02794 ,490 -,0773 ,0381
Negative ,04480 ,02794 ,122 -,0129 ,1025
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
• Keputusan : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan (p≤0,05)
pada kelompok positif dengan kelompok normal.
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Hari ke-30
a. Uji Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data aktivitas SOD
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi normal
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok tidak
terdistribusi normal (p≤0,05). Maka analisis data dilanjutkan
menggunakan Kruskal-Wallis.
b. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data aktivitas
SOD yang signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdapat hubungan yang signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hari_30 ,153 30 ,072 ,908 30 ,014
a. Lilliefors Significance Correction
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Test Statisticsa,b
hari_0
Chi-Square 6,232
df 5
Asymp. Sig. ,284
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: dosis
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang
signifikan. Maka analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA
c. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk melihat data aktivitas SOD homogen atau tidak homogen
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
hari_30 Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,359 5 24 ,274
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen. Maka
analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA.
d. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan data aktivitas SOD
secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
ANOVA
hari_30 Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,024 5 ,005 1,314 ,291
Within Groups ,086 24 ,004 Total ,110 29
• Keputusan : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
e. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : Untuk menentukan data aktivitas SOD yang abnormal pada
setiap kelompok dengan kelompok lain yang memberikan nilai
yang berbeda secara signifikan.
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD bebrbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hari_30 LSD
(I) dosis (J) dosis
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis rendah dosis sedang -,01220 ,03788 ,750 -,0904 ,0660
dosis tinggi -,01500 ,03788 ,696 -,0932 ,0632
Positif -,07220 ,03788 ,069 -,1504 ,0060
Negative -,06740 ,03788 ,088 -,1456 ,0108
Normal -,02000 ,03788 ,602 -,0982 ,0582
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis sedang dosis rendah ,01220 ,03788 ,750 -,0660 ,0904
dosis tinggi -,00280 ,03788 ,942 -,0810 ,0754
Positif -,06000 ,03788 ,126 -,1382 ,0182
Negative -,05520 ,03788 ,158 -,1334 ,0230
Normal -,00780 ,03788 ,839 -,0860 ,0704
dosis tinggi dosis rendah ,01500 ,03788 ,696 -,0632 ,0932
dosis sedang ,00280 ,03788 ,942 -,0754 ,0810
Positif -,05720 ,03788 ,144 -,1354 ,0210
Negative -,05240 ,03788 ,179 -,1306 ,0258
Normal -,00500 ,03788 ,896 -,0832 ,0732
positif dosis rendah ,07220 ,03788 ,069 -,0060 ,1504
dosis sedang ,06000 ,03788 ,126 -,0182 ,1382
dosis tinggi ,05720 ,03788 ,144 -,0210 ,1354
Negative ,00480 ,03788 ,900 -,0734 ,0830
Normal ,05220 ,03788 ,181 -,0260 ,1304
negatif dosis rendah ,06740 ,03788 ,088 -,0108 ,1456
dosis sedang ,05520 ,03788 ,158 -,0230 ,1334
dosis tinggi ,05240 ,03788 ,179 -,0258 ,1306
Positif -,00480 ,03788 ,900 -,0830 ,0734
Normal ,04740 ,03788 ,223 -,0308 ,1256
normal dosis rendah ,02000 ,03788 ,602 -,0582 ,0982
dosis sedang ,00780 ,03788 ,839 -,0704 ,0860
dosis tinggi ,00500 ,03788 ,896 -,0732 ,0832
Positif -,05220 ,03788 ,181 -,1304 ,0260
Negative -,04740 ,03788 ,223 -,1256 ,0308
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok pada hari ke-30
tidak berbeda secara signifikan (p≥ 0,05).
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Hari ke-33
a. Uji Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data aktivitas SOD
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi normal
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hari_33 ,141 30 ,132 ,918 30 ,024
a. Lilliefors Significance Correction
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok tidak terdistribusi
normal (p≤ 0,05). Maka analisis data dilanjutkan menggunakan
Kruskal-Wallis.
b. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk melihat data aktivitas SOD homogen atau tidak homogen
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
hari_33 Levene Statistic df1 df2 Sig.
4,384 5 24 ,006
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• Keputusan : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen. Maka
analisis data dilanjutkan menggunakan Kruskal-Wallis.
c. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data aktivitas
SOD yang signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdapat hubungan yang signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan.
Maka analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA
d. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan data aktivitas SOD
secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test Statisticsa,b
hari_33
Chi-Square 2,481
df 5
Asymp. Sig. ,779
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: dosis
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ANOVA
hari_33 Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,022 5 ,004 ,447 ,812
Within Groups ,239 24 ,010 Total ,261 29
• Keputusan : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
e. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : Untuk menentukan data aktivitas SOD yang abnormal pada
setiap kelompok dengan kelompok lain yang memberikan nilai
yang berbeda secara signifikan.
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD bebrbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hari_33 LSD
(I) dosis (J) dosis
Mean
Difference (I-
J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis rendah dosis sedang -,04620 ,06312 ,471 -,1765 ,0841
dosis tinggi -,04880 ,06312 ,447 -,1791 ,0815
Positif -,08960 ,06312 ,169 -,2199 ,0407
negatif -,04020 ,06312 ,530 -,1705 ,0901
normal -,02320 ,06312 ,716 -,1535 ,1071
dosis sedang dosis rendah ,04620 ,06312 ,471 -,0841 ,1765
dosis tinggi -,00260 ,06312 ,967 -,1329 ,1277
Positif -,04340 ,06312 ,498 -,1737 ,0869
negatif ,00600 ,06312 ,925 -,1243 ,1363
normal ,02300 ,06312 ,719 -,1073 ,1533
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis tinggi dosis rendah ,04880 ,06312 ,447 -,0815 ,1791
dosis sedang ,00260 ,06312 ,967 -,1277 ,1329
Positif -,04080 ,06312 ,524 -,1711 ,0895
negatif ,00860 ,06312 ,893 -,1217 ,1389
normal ,02560 ,06312 ,689 -,1047 ,1559
positif dosis rendah ,08960 ,06312 ,169 -,0407 ,2199
dosis sedang ,04340 ,06312 ,498 -,0869 ,1737
dosis tinggi ,04080 ,06312 ,524 -,0895 ,1711
negatif ,04940 ,06312 ,442 -,0809 ,1797
normal ,06640 ,06312 ,303 -,0639 ,1967
negatif dosis rendah ,04020 ,06312 ,530 -,0901 ,1705
dosis sedang -,00600 ,06312 ,925 -,1363 ,1243
dosis tinggi -,00860 ,06312 ,893 -,1389 ,1217
Positif -,04940 ,06312 ,442 -,1797 ,0809
normal ,01700 ,06312 ,790 -,1133 ,1473
normal dosis rendah ,02320 ,06312 ,716 -,1071 ,1535
dosis sedang -,02300 ,06312 ,719 -,1533 ,1073
dosis tinggi -,02560 ,06312 ,689 -,1559 ,1047
Positif -,06640 ,06312 ,303 -,1967 ,0639
negatif -,01700 ,06312 ,790 -,1473 ,1133
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok pada hari ke-33
tidak berbeda secara signifikan (p≥ 0,05).
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Hasil Analisa Statistik Aktivitas SOD Ekstrak Air Sarang Burung Walet
A. Paired t-test
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan aktivitas SOD pada kelompok yang sama
disetiap hari yang berbeda secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
1. Kelompok Dosis Rendah
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pai
r 1
hari_0 -
hari_30 -,91186 1,53675 ,68725 -2,81999 ,99626 -1,327 4 ,255
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis rendah pada
hari ke-0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 -1,40678 1,86360 ,83343 -3,72074 ,90718 -1,688 4 ,167
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis rendah pada
hari ke-0 dan ke-33 berbeda secara signifikan
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_30 -
hari_33 -,49492 2,15172 ,96228 -3,16663 2,17680 -,514 4 ,634
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis rendah pada
hari ke-30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Kelompok Dosis Sedang
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30
-
,87458 ,98178 ,43906 -2,09362 ,34446 -1,992 4 ,117
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis sedang pada
hari ke-0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 ,08136 2,29708 1,02728 -2,77084 2,93355 ,079 4 ,941
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis sedang pada
hari ke-0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pai
r 1
hari_30 -
hari_33 ,95593 2,08855 ,93403 -1,63735 3,54921 1,023 4 ,364
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis sedang pada
hari ke-30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
3. Kelompok Dosis Tinggi
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30
-
1,06102 1,02241 ,45724 -2,33051 ,20848 -2,320 4 ,081
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis tinggi pada
hari ke-0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 ,22373 2,74779 1,22885 -3,18810 3,63556 ,182 4 ,864
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis tinggi pada
hari ke-0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pai
r 1
hari_30 -
hari_33 1,28475 2,47206 1,10554 -1,78472 4,35422 1,162 4 ,310
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok dosis tinggi pada
hari ke-30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Kelompok Positif
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30 ,03051 1,87935 ,84047 -2,30301 2,36403 ,036 4 ,973
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 ,22373 1,21830 ,54484 -1,28899 1,73645 ,411 4 ,702
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_30 -
hari_33 ,19322 2,07797 ,92930 -2,38692 2,77336 ,208 4 ,845
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
5. Kelompok Negatif
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30 -,97288 1,15668 ,51729 -2,40910 ,46333 -1,881 4 ,133
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok negatif pada hari ke-
0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33 -,66780 ,85224 ,38113 -1,72599 ,39040 -1,752 4 ,155
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok negatif pada hari ke-
0 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_30 -
hari_33 ,30508 1,02343 ,45769 -,96567 1,57584 ,667 4 ,542
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok positif pada hari ke-
30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Kelompok Normal
a. Hari ke-0 dan ke-30
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference Sig. (2-tailed) Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_30 -1,12203 1,10556 ,49442 -2,49477 ,25070 -2,269 4 ,086
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok normal pada hari ke-
0 dan ke-30 tidak berbeda secara signifikan
b. Hari ke-0 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
hari_0 -
hari_33
-
1,261
02
,84895 ,37966 -2,31512 -,20691 -
3,321 4 ,029
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok normal pada hari ke-
0 dan ke-33 berbeda secara signifikan
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Hari ke-30 dan ke-33
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pai
r 1
hari_30 -
hari_33 -,13898 1,07580 ,48111 -1,47476 1,19680 -,289 4 ,787
• Keputusan : Data aktivitas SOD untuk kelompok normal pada hari ke-
30 dan ke-33 tidak berbeda secara signifikan.
B. One-Way ANOVA
1. Hari ke-0
a. Uji Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data aktivitas SOD
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi normal
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hari_0 ,170 30 ,027 ,871 30 ,002
a. Lilliefors Significance Correction
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok tidak terdistribusi
normal (p≤ 0,05). Maka analisis data dilanjutkan menggunakan
Kruskal-Wallis
b. Uji Kruskal-Wallis
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data aktivitas
SOD yang signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdapat hubungan yang signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test Statisticsa,b
hari_0
Chi-Square 4,147
df 5
Asymp. Sig. ,528
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: dosis
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan.
Maka analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA
c. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk melihat data aktivitas SOD homogen atau tidak homogen
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Test of Homogeneity of Variances
hari_0 Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,281 5 24 ,305
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen. Maka analisis
data dilanjutkan dengan One-Way ANOVA.
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan data aktivitas SOD
secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
• Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
e. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : Untuk menentukan data aktivitas SOD yang abnormal pada
setiap kelompok dengan kelompok lain yang memberikan nilai
yang berbeda secara signifikan.
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
ANOVA
hari_0 Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,953 5 ,391 ,684 ,640
Within Groups 13,705 24 ,571 Total 15,658 29
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hari_0 LSD
(I) dosis (J) dosis
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper
Bound
dosis
rendah
dosis sedang -,42712 ,47793 ,380 -1,4135 ,5593
dosis tinggi ,22034 ,47793 ,649 -,7661 1,2067
Positif -,38644 ,47793 ,427 -1,3728 ,6000
Negative ,10169 ,47793 ,833 -,8847 1,0881
Normal ,14237 ,47793 ,768 -,8440 1,1288
dosis
sedang
dosis rendah ,42712 ,47793 ,380 -,5593 1,4135
dosis tinggi ,64746 ,47793 ,188 -,3389 1,6338
Positif ,04068 ,47793 ,933 -,9457 1,0271
Negative ,52881 ,47793 ,279 -,4576 1,5152
Normal ,56949 ,47793 ,245 -,4169 1,5559
dosis
tinggi
dosis rendah -,22034 ,47793 ,649 -1,2067 ,7661
dosis sedang -,64746 ,47793 ,188 -1,6338 ,3389
Positif -,60678 ,47793 ,216 -1,5932 ,3796
Negative -,11864 ,47793 ,806 -1,1050 ,8677
Normal -,07797 ,47793 ,872 -1,0644 ,9084
positif dosis rendah ,38644 ,47793 ,427 -,6000 1,3728
dosis sedang -,04068 ,47793 ,933 -1,0271 ,9457
dosis tinggi ,60678 ,47793 ,216 -,3796 1,5932
Negative ,48814 ,47793 ,317 -,4983 1,4745
normal ,52881 ,47793 ,279 -,4576 1,5152
negatif dosis rendah -,10169 ,47793 ,833 -1,0881 ,8847
dosis sedang -,52881 ,47793 ,279 -1,5152 ,4576
dosis tinggi ,11864 ,47793 ,806 -,8677 1,1050
positif -,48814 ,47793 ,317 -1,4745 ,4983
normal ,04068 ,47793 ,933 -,9457 1,0271
normal dosis rendah -,14237 ,47793 ,768 -1,1288 ,8440
dosis sedang -,56949 ,47793 ,245 -1,5559 ,4169
dosis tinggi ,07797 ,47793 ,872 -,9084 1,0644
positif -,52881 ,47793 ,279 -1,5152 ,4576
negatif -,04068 ,47793 ,933 -1,0271 ,9457
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok pada hari ke-0
tidak berbeda secara signifikan (p≥ 0,05).
2. Hari ke-30
a. Uji Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data aktivitas SOD
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi normal
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hari_30 ,183 30 ,012 ,877 30 ,002
a. Lilliefors Significance Correction
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok tidak
terdistribusi normal (p≤ 0,05). Maka analisis data dilanjutkan
menggunakan Kruskal-Wallis
b. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data aktivitas
SOD yang signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdapat hubungan yang signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Test Statisticsa,b
hari_30
Chi-Square 1,450
df 5
Asymp. Sig. ,919
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: dosis
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan.
Maka analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA
c. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk melihat data aktivitas SOD homogen atau tidak homogen
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen. Maka
analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA.
d. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan data aktivitas SOD
secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Test of Homogeneity of Variances
hari_30 Levene Statistic df1 df2 Sig.
,805 5 24 ,557
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
ANOVA
hari_30 Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,325 5 ,465 ,518 ,760
Within Groups 21,539 24 ,897 Total 23,864 29
• Keputusan : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
e. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : Untuk menentukan data aktivitas SOD yang abnormal pada
setiap kelompok dengan kelompok lain yang memberikan nilai
yang berbeda secara signifikan.
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD bebrbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hari_30 LSD
(I) dosis (J) dosis
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
dosis rendah dosis sedang -,38983 ,59915 ,521 -1,6264 ,8468
dosis tinggi ,07119 ,59915 ,906 -1,1654 1,3078
positif ,55593 ,59915 ,363 -,6807 1,7925
negatif ,04068 ,59915 ,946 -1,1959 1,2773
normal -,06780 ,59915 ,911 -1,3044 1,1688
dosis dosis rendah ,38983 ,59915 ,521 -,8468 1,6264
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedang dosis tinggi ,46102 ,59915 ,449 -,7756 1,6976
positif ,94576 ,59915 ,128 -,2908 2,1823
negatif ,43051 ,59915 ,479 -,8061 1,6671
normal ,32203 ,59915 ,596 -,9146 1,5586
dosis tinggi dosis rendah -,07119 ,59915 ,906 -1,3078 1,1654
dosis sedang -,46102 ,59915 ,449 -1,6976 ,7756
positif ,48475 ,59915 ,426 -,7518 1,7213
negatif -,03051 ,59915 ,960 -1,2671 1,2061
normal -,13898 ,59915 ,819 -1,3756 1,0976
positif dosis rendah -,55593 ,59915 ,363 -1,7925 ,6807
dosis sedang -,94576 ,59915 ,128 -2,1823 ,2908
dosis tinggi -,48475 ,59915 ,426 -1,7213 ,7518
negatif -,51525 ,59915 ,398 -1,7518 ,7213
normal -,62373 ,59915 ,308 -1,8603 ,6129
negatif dosis rendah -,04068 ,59915 ,946 -1,2773 1,1959
dosis sedang -,43051 ,59915 ,479 -1,6671 ,8061
dosis tinggi ,03051 ,59915 ,960 -1,2061 1,2671
positif ,51525 ,59915 ,398 -,7213 1,7518
normal -,10847 ,59915 ,858 -1,3451 1,1281
normal dosis rendah ,06780 ,59915 ,911 -1,1688 1,3044
dosis sedang -,32203 ,59915 ,596 -1,5586 ,9146
dosis tinggi ,13898 ,59915 ,819 -1,0976 1,3756
positif ,62373 ,59915 ,308 -,6129 1,8603
negatif ,10847 ,59915 ,858 -1,1281 1,3451
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok pada hari ke-30
tidak berbeda secara signifikan (p≥ 0,05).
3. Hari ke-33
a. Uji Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data aktivitas SOD
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi normal
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi normal
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hari_33 ,141 30 ,133 ,910 30 ,015
a. Lilliefors Significance Correction
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok tidak terdistribusi
normal (p≤ 0,05). Maka analisis data dilanjutkan menggunakan
Kruskal-Wallis.
b. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data aktivitas
SOD yang signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdapat hubungan yang signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdapat hubungan yang signifikan.
Maka analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA
Test Statisticsa,b
hari_33
Chi-Square 4,353
df 5
Asymp. Sig. ,500
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: dosis
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk melihat data aktivitas SOD homogen atau tidak homogen
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen
Ha : Data aktivitas SOD tidak terdistribusi homogen
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
hari_33 Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,160 5 24 ,093
• Keputusan : Data aktivitas SOD terdistribusi homogen. Maka
analisis dilanjutkan dengan One-Way ANOVA.
d. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan data aktivitas SOD
secara signifikan
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
• Ha : Data aktivitas SOD berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ANOVA
hari_33 Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 11,171 5 2,234 ,756 ,590
Within Groups 70,883 24 2,953 Total 82,053 29
• Keputusan : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
e. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : Untuk menentukan data aktivitas SOD yang abnormal pada
setiap kelompok dengan kelompok lain yang memberikan nilai
yang berbeda secara signifikan.
Hipotesis :
Ho : Data aktivitas SOD tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data aktivitas SOD bebrbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan :
• Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
• Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hari_33 LSD
(I) dosis (J) dosis
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
dosis rendah dosis sedang 1,06102 1,08691 ,339 -1,1823 3,3043
dosis tinggi 1,85085 1,08691 ,102 -,3924 4,0941
positif 1,24407 1,08691 ,264 -,9992 3,4873
negatif ,84068 1,08691 ,447 -1,4026 3,0840
normal ,28814 1,08691 ,793 -1,9551 2,5314
dosis sedang dosis rendah -1,06102 1,08691 ,339 -3,3043 1,1823
dosis tinggi ,78983 1,08691 ,474 -1,4534 3,0331
positif ,18305 1,08691 ,868 -2,0602 2,4263
negatif -,22034 1,08691 ,841 -2,4636 2,0229
normal -,77288 1,08691 ,484 -3,0162 1,4704
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis tinggi dosis rendah -1,85085 1,08691 ,102 -4,0941 ,3924
dosis sedang -,78983 1,08691 ,474 -3,0331 1,4534
positif -,60678 1,08691 ,582 -2,8501 1,6365
negatif -1,01017 1,08691 ,362 -3,2534 1,2331
normal -1,56271 1,08691 ,163 -3,8060 ,6806
positif dosis rendah -1,24407 1,08691 ,264 -3,4873 ,9992
dosis sedang -,18305 1,08691 ,868 -2,4263 2,0602
dosis tinggi ,60678 1,08691 ,582 -1,6365 2,8501
negatif -,40339 1,08691 ,714 -2,6467 1,8399
normal -,95593 1,08691 ,388 -3,1992 1,2873
negatif dosis rendah -,84068 1,08691 ,447 -3,0840 1,4026
dosis sedang ,22034 1,08691 ,841 -2,0229 2,4636
dosis tinggi 1,01017 1,08691 ,362 -1,2331 3,2534
positif ,40339 1,08691 ,714 -1,8399 2,6467
normal -,55254 1,08691 ,616 -2,7958 1,6907
normal dosis rendah -,28814 1,08691 ,793 -2,5314 1,9551
dosis sedang ,77288 1,08691 ,484 -1,4704 3,0162
dosis tinggi 1,56271 1,08691 ,163 -,6806 3,8060
positif ,95593 1,08691 ,388 -1,2873 3,1992
negatif ,55254 1,08691 ,616 -1,6907 2,7958
• Keputusan : Data aktivitas SOD seluruh kelompok pada hari ke-33
tidak berbeda secara signifikan (p≥ 0,05).