Upload
ahadinarahma
View
24
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ghgjkg
Citation preview
TUMBUH KEMBANG ANAKPerkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997).Perkembangan Menurut Denver II
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.a. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugasAda 4 sektor perkembangan yang dinilai:1) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
b. Alat yang digunakanØ Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular
tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
Ø Lembar formulir DDST IIØ Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan9-12 bulan18-24 bln3 tahun4 tahun5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
d. PenilaianJika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
CARA PEMERIKSAAN DDST II
§ Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
§ Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
§ Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.§ Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.§ Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1) Abnormala) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukana) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebihb) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal usia.3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:
Contoh perhitungan anak dengan prematur:An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula!Diketahui:Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006Tanggal periksa : 1-4-2008Prematur : 32 mingguDitanyakan:Berapa usia kronologis An. Lula?Jawab:2008 – 4 – 1 An. Lula prematur 32 minggu2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu_________ - Maka 37 – 32 = 5 minggu1 – 7 -26Ø Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau1 tahun 8 bulan atau 20 bulanUsia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:Ø 1 tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hariAtau
1 tahun 7 bulan atau 19 bulanInterpretasi dari nilai Denver IIØ Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
Ø OKMelewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75
Ø CautionGagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90
Ø DelayGagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu
Interpretasi tesØ Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaanØ Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaanØ Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/perkembangan-menurut-denver-ii-ddst-ii.html
Tahap Tumbuh Kembang Anak 0-2 tahunhttp://www.ayahbunda.co.id Memahami Tahapan Perkembangan Sosial-Emosi BayiMeliana Simarmata
Setiap aspek dalam tahap perkembangan bayi kecil Anda pasti amat menarik untuk diperhatikan. Entah itu saat dia mulai bisa tersenyum, tertawa, merangkak, duduk, berdiri, berespon ketika diajak bicara, ataupun menunjukkan kemampuan lain yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Tentunya, Anda pun ingin menjadi saksi pertama atas seluruh kebisaannya itu.
Walaupun setiap bayi memiliki keunikannya sendiri, namun pada umumnya, setiap bayi memiliki tahapan perkembangan emosi yang dapat diprediksi polanya. Berikut kami berikan panduannya untuk Anda.
Usia 0-3 bulan Bayi yang berusia 0-3 bulan sudah mulai dapat beraksi terhadap pandangan dan suara. Untuk beberapa detik, bayi sudah mulai bisa melihat dan menatap Anda, bahkan memberikan respon jika diajak bicara atau tersenyum. Bayi mungil Anda mungkin seringkali menangis, namun biasanya bisa segera diatasi dengan memberinya rasa nyaman melalui pelukan, diberi makan, diganti popoknya, digendong ataupun diajak bicara. Selain itu mereka juga sudah mulai dapat mengenali orang-orang yang sering dilihat atau berada di dekatnya.
Karena pada 3 bulan pertama ini bayi sepenuhnya bergantung pada Anda, maka kebutuhannya untuk mengatasi perasaan negatif yang dialaminya, seperti stres, takut, frustrasi dan lain sebagainya juga sepenuhnya berada pada tangan Anda. Pada saat ini, yang terpenting baginya adalah merasakan bahwa orangtuanya selalu ada untuknya, setiap kali ia membutuhkan. Dengan begitu, kepercayaannya terhadap Anda pun mulai terbentuk. Rene Brummage, pakar perkembangan anak mengatakan, Lingkungan anak memegang peranan yang penting dalam membentuk kepribadiannya. Lingkungan yang penuh kasih sayang akan mendorongnya memiliki emosi yang stabil. Sebaliknya, lingkungan yang penuh dengan tekanan akan membuatnya tumbuh dalam ketakutan.
usia 3-6 bulan Pada masa ini, bagian otak bayi yang membantunya mengatasi dan mengontrol emosi mulai tumbuh. Dia pun menikmati interaksi dengan orang lain dan menunjukkan minat yang sangat besar dalam melihat wajah orang lain. Para ahli meyakini, ekspresi dan aneka simbol yang ditunjukkan oleh wajah tak hanya dapat membantunya membangun hubungan dengan dunia tetapi juga dapat menolongnya membangun ikatan emosi yang kuat dengan orang-orang yang menyayanginya, terutama Anda orangtuanya. Dari setiap respon yang diberikan orang-orang dewasa di sekitarnya, ia belajar bahwa senyuman, tangisan, dan hal-hal lain yang dilakukannya dapat memberinya respon emosional balik.
Untuk membantu perkembangannya, cobalah untuk melakukan permainan kata atau mencoba membuat bunyi-bunyian bersama. Kemudian doronglah dia untuk mencoba menirukan bunyi-bunyian yang disukainya. Walaupun dia belum mengerti, Anda harus berusaha untuk terus berinteraksi dengannya melalui obrolan, membacakan cerita ataupun bernyanyi untuknya. Cara lain yang bisa Anda lakukan adalah bermain si kecil di depan kaca. Rene mengatakan, ?Cara ini tak hanya dapat memberinya pandangan yang lebih baik tentang dirinya tapi juga dapat mendorong perkembangan emosi yang positif terhadap sosok yang dilihatnya di cermin.?
Untuk menunjukkan perasaan tidak senang, bayi mungil Anda kini sudah mulai dapat menunjukkannya dengan mengeluarkan suara-suara lain selain menangis. Jika ia merasa senang, ia pun dapat menunjukkannya dengan senyum, tertawa atau memperdengarkan suara-suara menyenangkan lainnya. Intinya, bayi Anda sangat suka diperhatikan dan tersenyum pada orang-orang yang dikenalnya. Sebaliknya ia pun bisa menunjukkan rasa takut jika berada dekat dengan orang-orang baru.
usia 6-9 Bulan Selama tahap ini, bayi yang diasuh dengan penuh cinta dan kasih sayang yang konsisten sudah memiliki ikatan sosial emosi yang kuat dengan orangtua dan pengasuh lain yang penting dalam hidupnya. Semakin kuat ikatan, semakin kuat pula kepercayaan si kecil. Dalam memorinya, ia pun telah membeda-bedakan orang di sekitarnya menjadi dua yaitu, orang yang disukainya atau orang asing. Karena itu, ia pun mulai menunjukkan rasa kehilangan dan protes yang kuat (separation anxiety) jika berada jauh dari orang yang dekat dengannya.
Hillary Kruger MD, pakar perkembangan dan perilaku anak menambahkan, bayi pada periode ini sudah dapat mengetahui jika orangtuanya meninggalkan ruangan lalu kemudian mencarinya. Ketakutan dan ketidaksukaannya terhadap orang asing pung semakin kuat ditunjukkan (stranger anxiety), misalnya dengan menangis atau dengan berlindung pada Anda. Mereka juga sudah mulai menunjukkan penolakan terhadap sesuatu hal yang tidak disukai. Saat terbangun di malam hari, beberapa bayi pada usia ini berusaha mengatasi ketidaknyamanannya dengan memegang atau menggigit mainan yang disukai atau bahkan jarinya sendiri. Menginjak usia 8 bulan ke atas, bayi Anda mulai menyukai permaian petak umpet. Sembunyikanlah mainan kesukaannya di bawah selimut, dan lihatlah bagaimana ia berusaha untuk menemukannya.
usia 9-12 Bulan Pada tahap ini rasa takut terhadap orang asing dan kelekatan terhadap orang-orang yang memiliki arti khusus buatnya masih akan terus berlanjut tapi akan berangsur-angsur berkurang. Ekspresi, gerakan tubuh dan suara untuk menunjukkan perasaannya pun sudah berkembang semakin kompleks. Interaksi sosialnya pun makin berkembang. Hal ini ini ditunjukkan dengan ketertarikannya untuk mulai bermain dengan orang lain.
Hillary mengatakan, mendekati usia satu tahun anak mulai menikmati permainan yang bersifat resiprokal (berbalasan), seperti menggelindingkan dan menangkap kembali bola. Sejalan dengan pertumbuhan fisiknya yang memungkinkan dia untuk bergerak lebih bebas ke sana-ke mari, ketertarikannya pun tumbuh semakin besar untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya. Menurut Hillary, hal itu biasanya ditunjukkannya dengan menunjuk suatu objek yang menarik agar orangtuanya pun ikut memberikan fokus dan perhatiannya.
Tumbuh Kembang Anak 13-15 bulanSonya TampubolonRasanya memang tidak pernah membosankan mengikuti perkembangan si kecil. Apalagi saat dia sudah memasuki tahun-tahun pertamanya. Begitu banyak hal baru yang mulai dilakukannya, terutama berkaitan dengan fungsi motorik kasarnya.
Kebebasan Menjelajah Salah satu hal baru yang mulai dilakukan anak pada usia di atas 1 tahun ialah keterampilan berjalan. Grafik Milestone mencatat pada umumnya anak memulai proses belajar berjalan sejak usianya minimal 9 bulan sampai maksimal 18 bulan.
Usia 13 bulan: Proses anak belajar berjalan antara lain ditandai dengan anak merangkak, berjongkok, berdiri sendiri, menjaga keseimbangan dan mulai berjalan sedikit demi sedikit. Namun jangan terkejut bila salah satu implikasi dari proses ini anak akan sangat sulit digendong, dipangku atau ditahan di satu tempat. Hal ini wajar, karena ia baru saja merasakan kebebasan untuk menjelajah.
Tidak perlu terlalu panik apabila anak sering terjatuh, tahanlah keinginan untuk segera bergegas mengangkat dan mengobatinya, kecuali jika dia memang benar-benar terluka. Terjatuh sesungguhnya merupakan bagian dari proses belajar berjalan itu sendiri. Bersabarlah dan sediakan tempat yang aman bagi si kecil untuk bereksplorasi dalam kebebasan barunya.
Anda juga tidak perlu terlalu buru-buru membelikan sepatu. Berjalan telanjang kaki di atas rumput atau pasir sebenarnya baik untuk batita, karena hal tersebut membantu perkembangan otot telapak kaki, juga mengasah rasa untuk keseimbangan tubuh. Namun jika anak sudah mulai mampu dan mau berjalan ke tempat-tempat yang bisa melukai kakinya, Anda juga perlu memakaikannya sepatu. Sepatu yang baik tidak harus mahal, yang penting perhatikan bahan dan ukuran yang pas.
Usia 14 bulan: ketika anak sudah bisa berjalan selama beberapa minggu atau bahkan bulan, maka kepercayaan diri dan kemapanan anak pun semakin bertambah tiap harinya. Biasanya pada usia ini anak mulai senang memindahkan objek dari satu tempat ke tempat lain, sepertinya mereka tidak pernah lelah mendorong kotak atau ember mengelilingi ruangan. Bahkan anak akan mulai memanjat ke kursi atau meja. Antusiasmenya dalam menjelajah bisa saja melebihi kemampuannya, jadi Anda perlu memonitor eksplorasinya dengan lebih waspada.
Usia 15 bulan: Meski mungkin belum dapat menapakkan kaki dengan sempurna, batita Anda semakin ingin mencoba berbagai cara berbeda dalam bergerak. Ia akan mencoba memanjat, berlari kecil, meloncat, melompat sampai berlari kencang.
Pekerjaan TanganUsia 13 bulan:
Anak mulai membiasakan diri menggunakan tangannya. Umumnya pada usia ini anak menyukai pekerjaan tangan berupa memasukkan dan mengeluarkan, misalnya meletakkan mainan ke dalam kotak lalu melemparkannya kembali ke luar. Atau terkadang anak akan menyusun menara kecil dari 2-3 kotak kecil kemudian meruntuhkannya.
Usia 14 bulan: Anak sedang mengasah indera perabanya terhadap berbagai macam sentuhan. Mereka ingin menyentuh dan merasakan apapun dengan tangan mereka: hewan peliharaan, tanaman di halaman rumah, atau kucuran air dari keran. Hal ini penting bagi batita, sebagai salah satu cara untuk mengingat karakteristik dan detail dari berbagai objek yang berbeda. Anda dapat pula membantu proses belajar sentuhan, melalui berbagai permainan dan aktivitas yang menggunakan berbagai macam benda yang karakteristiknya berbeda-beda.
Usia 15 bulan: Lipstik, jam tangan, sisir, atau pensil bisa menjadi objek yang luar biasa dan sangat menarik bagi si anak 15 bulan. Bukan hanya karena objek-objek tersebut menarik untuk dilihat, tapi karena dia melihat Anda menggunakannya dan dia ingin melakukan hal yang sama. Masalahnya, Anda mungkin tidak mau batita Anda mencoba lipstik Anda! Oleh sebab itu tantangan bagi orangtua adalah mencari cara untuk meniru apa yang Anda lakukan tapi secara aman. Mungkin Anda dapat menyediakan satu set perlengkapan miliknya sendiri, seperti sisirnya sendiri untuk digunakan saat dia ingin meniru Anda merapikan rambut.
Tumbuh Kembang Anak 16 -18 bulanSonya Tampubolon Memasuki usia 16-18 bulan tentunya akan ada hal-hal baru yang dialami dan dipelajari oleh anak. Bukan hanya anak yang harus siap menghadapinya, orangtua pun harus memahami dan mempersiapkan diri.
Ambisi Berpetualang Anak pada usia 16-17 bulan rasa ingin tahunya sangat besar, umumnya mereka akan merebut benda apa saja yang ada di sekitarnya, mengamati dengan cermat, memasukkan ke dalam mulut atau membantingnya ke lantai. Umumnya anak juga berambisi untuk menguji kemampuan mereka sendiri.
Menyadari dirinya sudah bisa berjalan, anak kemudian berusaha untuk berjalan sambil membawa beban. Begitu pula jika anak sudah yakin dia bisa memanjat ke atas sofa, ia akan berusaha memanjat ke kursi atau meja yang letaknya lebih tinggi.
Jika ambisi petualangannya ini tidak diawasi dengan cermat, anak bisa terancam bahaya. Misalnya saat dia mencoba berpetualang di dapur dan mengambil pisau yang tergeletak di meja, atau memutar tombol kompor gas. Akan tetapi petualangannya tersebut juga sebaiknya jangan dihalang-halangi, sebab hal tersebut bermanfaat untuk mengasah keahlian anak dalam bergerak.
Untuk itu, langkah yang paling bijaksana ialah memberi kesempatan dan tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk memenuhi ambisi petualangannya. Pada usia ini anak juga dapat Anda ajak dalam permainan jongkok, berdiri dan melompat-lompat.
Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pada rentang usia ini balita Anda mulai menunjukkan kecenderungannya, lebih sering menggunakan tangan kanan atau tangan kiri. Oleh sebab itu, pada usia ini pula Anda dapat mulai melatihnya membedakan fungsi tangan kanan dan kiri. Yang perlu diingat, orangtua jangan terlalu keras menegur dan memaksa anak untuk menggunakan tangan yang benar, misalnya tangan kanan saat memegang makanan. Proses pemilihan tangan untuk melakukan suatu aktivitas akan berjalan secara natural meskipun pola pembiasaan juga berpengaruh. Tidak perlu bereaksi berlebihan kalaupun anak Anda ternyata kidal dan lebih nyaman menggunakan tangan kiri.
Belajar Letak dan Arah Atas, bawah, depan, belakang, di luar, atau di dalam, anak akan mulai belajar hal-hal ini sekitar usia 17 bulan. Untuk semakin menstimulasinya, Anda dapat membuat berbagai permainan sederhana, misalnya menyuruh anak mencari suatu benda yang letaknya di bawah meja di dalam kamar kemudian memintanya untuk memindahkan benda itu ke atas kursi di bawah lukisan di ruang tamu, dan seterusnya.
Siapkah untuk Toilet Training?
Sebagian dokter dan ahli perkembangan anak menyatakan bahwa usia 18 bulan masih terlalu muda untuk dilatih dalam hal toilet training. Sebaliknya, orang tua jaman dulu umumnya sudah melatih anak menggunakan toilet sejak anak usianya 1 tahun. Yang mana yang benar dan ideal?
Sebenarnya hal ini tergantung pada kesiapan si anak. Untuk mengajar dan melatih anak mengenali sensasi ingin pipis kemudian menahannya sampai dia tiba di kamar mandi memang membutuhkan kesiapan anak secara kognitif dan psikologis. Umumnya keteraturan ini dapat dicapai saat anak berusia 2 tahun (meskipun ada pula yang sebelum atau sesudahnya).
Untuk menilai kesiapan anak bisa dilakukan dengan menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut: bisakah anakku mengikuti instruksi sederhana, misalnya untuk membuka celana, Bisakah dia tidak mengompol setidaknya 2 jam dalam sehari? Bisakah dia pergi ke toilet sendiri kemudian membuka dan memakai celananya sendiri?
Jika sebagian besar jawabannya ya atau bisa artinya Anda sudah bisa mencoba mulai melakukan toilet training. Langkah selanjutnya adalah menunjukkan pada si kecil apa yang seharusnya dia lakukan dalam kamar mandi. Sebaiknya anak laki-laki melihat ayahnya dan sebaliknya anak perempuan melihat ibu, agar mereka tidak dibingungkan dengan perbedaan jenis kelamin.
Tumbuh Kembang Anak 19-21 bulanSonya TampubolonAnak 19-21 bulan sepertinya semakin sulit dikendalikan, terutama dengan kesukaannya memanjat serta mencorat-coret, tapi sebenarnya dia sedang mulai melatih keseimbangan dan motorik halus.
Semangat yang tak terkendaliUsia 19 bulan: Anak sedang melanjutkan pengujian terhadap daya penggeraknya. Dia akan semakin semangat berjalan ke belakang (backward), menyamping, menaiki dan menuruni tangga. Dia juga akan berusaha berlari ke sama kemari. Gerakan-gerakannya cenderung antusias sehingga bisa terkesan grasak-grusuk dan membuat Anda tidak tenang.
Akan tetapi hal ini sesungguhnya normal, termasuk jika ia sedikit demi sedikit tersandung dan jatuh. Yang penting Anda menyediakan tempat yang cukup nyaman dan aman baginya untuk berlari ke sana kemari, mengingat kemampuannya untuk mengendalikan belum sempurna, dia belum bisa memperkirakan kecepatan dan jarak yang ideal untuk berlari maupun berhenti.
Usia 20 bulan:Yang sulit dikendalikan umumnya adalah kesukaannya untuk mencorat-coret. Biasanya pada usia ini anak tertarik menggambar garis-garis vertical dan horizontal, juga lingkaran. Meski terlihat sebagai bentuk-bentuk sederhana, namun hal ini juga memiliki pengaruh baik bagi perkembangan anak. Menggenggam krayon saat menggambar melibatkan kerja motorik halus, serta koordinasi mata dan tangan, serta melatih imajinasi anak.
Anda mungkin sebenarnya tidak memiliki keberatan apapun untuk mendukung hobi baru anak ini, akan tetapi masalahnya seringkali anak sangat suka mencorat-coret tembok dan wajar saja bila Anda merasa keberatan pada hal tersebut. Anda dapat memberi penjelasan secara perlahan pada anak bahwa tembok bukanlah tempatnya dia berkreasi, sediakan kertas, kanvas atau white board sebagai gantinya. Atau Anda juga bisa menyediakan space khusus di tembok (misalnya Anda berikan batas bingkai dengan kayu atau kain) sebagai tempat anak bergraffiti.
Usia 21 bulan:Anda akan direpotkan dengan kebiasaan barunya yakni memanjat dan menguji keseimbangan tubuh. Meski hal ini pasti membuat Anda khawatir, namun dengan menyediakan tempat yang aman baginya untuk berlatih memanjat dan melatih keseimbangan sesungguhnya sangat baik untuk menyalurkan energi anak dan mendukung perkembangan balita secara fisik.
Belajar bagian-bagian tubuh dan membedakan rasaDi antara rasa ingin tahunya, balita Anda pada usia ini akan mulai bertanya-tanya mengenai seluruh bagian tubuhnya. Saat masih bayi, anak baru menemukan tangan dan kaki, lalu tidak berhenti memainkannya. Hal yang kurang lebih sama akan terjadi pada balita, dan umumnya pada usia ini anak akan penasaran dengan alat kelaminnya. Jika Anda melihat anak sedang memainkan kelaminnya, jangan panik! Hal ini wajar dan sesuai dengan perkembangannya. Balita usia 19-21 tahun pun biasanya mulai mengalami kerewelan saat makan, tidak semudah biasanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan baru anak, yakni mengenal rasa, tekstur dan warna makanan yang dikonsumsinya. Yang terbaik untuk dilakukan
pada saat ini adalah memperkenalkan sebanyak mungkin jenis makanan, namun jangan memaksanya untuk mencicipi. Sebaiknya Anda pun memakan makanan itu seperti biasa, justru hal ini akan membuatnya ingin tahu dan mau mencicipinya.
Sekalipun balita Anda termasuk yang sudah mahir mengunyah, ada baiknya Anda menyediakan makanan dengan potongan-potongan yang lebih kecil untuk mencegah anak tersedak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan alat-alat makan. Pada usia ini sudah cukup baik untuk membiasakan anak makan sendiri, karena memang dia sedang melatih kemampuan motorik halusnya. Akan tetapi keahlian anak mengkoordinasi alat-alat makan memang masih sangat terbatas, sehingga mungkin dia masih akan menabrak sana-sini hingga berantakan. Alat makan dari plastik akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk menghindari anak terluka.
Tumbuh Kembang Anak 22-24 bulanSonya TampubolonMenjelang dan memasuki usia 2 tahun beberapa hal ini dapat Anda temukan dalam tumbuh kembangnya. Jari-jari tangannya akan semakin cekatan, dia akan belajar berpakaian sendiri, dan dia akan siap untuk Toilet Training.
Jari-jari Kecil yang Cekatan Pada usia 22 bulan kemampuan motorik halus anak akan semakin dilatih dan disempurnakan. Batita Anda akan sangat bersemangat menggunakan jari-jari kecilnya untuk menyusun balok, merangkai beads menjadi kalung, atau memasukkan dan mengeluarkan tali sepatu dari lubangnya seperti sedang menjahit. Untuk mendukung perkembangan ini, Anda dapat menyediakan berbagai mainan dengan bahan empuk yang mudah dibentuk seperti bahan-bahan dough, clay atau lilin mainan. Si kecil akan menikmati aktivitas yang menyibukkan jarinya seperti menekan, meremas, atau menggulung. Lebih jauh lagi, bukan hanya jari-jarinya yang akan terlatih. Seluruh otot tangan dan pergelangan akan turut bergerak. Selain meningkatkan kemampuan motorik halusnya, hal ini juga mendukung pertumbuhan fisik dan mental anak. Misalnya saat akan menyusun balok menjadi suatu bangunan, maka sebelumnya batita Anda akan terlatih untuk berpikir kreatif dalam menentukan bentuk bangunan yang akan disusun.
Belajar berpakaian sendiri Sekitar usia 23 bulan, batita Anda akan mulai ingin berpakaian sendiri. Biasanya dia akan mulai dengan mencoba menepis tangan Anda dan membuka pakaiannya sendiri. Biarkan anak melakukannya, meskipun dia akan menghabiskan waktu lebih lama. Perhatikan cara anak saat melepaskan pakaiannya, karena dia bisa saja mengalami beberapa kesulitan. Setelah bisa membuka pakaian, biasanya anak juga akan mencoba memakai pakaiannya sendiri. Untuk memudahkan dia (dan Anda juga sebenarnya), pilih pakaian yang relatif lebih sederhana dan mudah, misalnya dengan kancing yang besar dan tidak terlalu banyak, atau dengan retsleting. Kaus dan t-shirt yang loose atau siap pakai sebaiknya agak longgar agar tidak menyusahkan saat digunakan. Bukan hanya baju, batita Anda juga dapat bereksperimen dan bereksplorasi dengan berbagai aksesoris sederhana seperti topi yang lucu-lucu atau scarf.
Toilet Training Memang tidak ada patokan umur bagi seorang anak harus mulai melakukan toilet training. Namun umumnya sekitar usia 2 tahun bisa menjadi usia yang ideal untuk mencoba mengajari anak mengontrol BAB dan BAK-nya, serta belajar menggunakan toilet untuk buang air. Jangan terburu-buru dan terlalu memaksakan si kecil, karena toilet training adalah proses yang memerlukan waktu yang tidak sama pada masing-masing anak. Sebaliknya, Anda justru harus memperhatikan kesiapan si kecil. Karena bagaimanapun, itulah kunci utama keberhasilan toilet training. Semakin siap anak maka akan semakin mudah juga untuk melatihnya. Langkah paling sederhana bagi batita dalam belajar ialah melalui imitasi. Biarkan anak mengamati Anda saat ke kamar mandi dan menggunakan toilet. Sebaiknya anak laki-laki melihat ayahnya dan sebaliknya anak perempuan melihat ibu, agar mereka tidak dibingungkan dengan perbedaan jenis kelamin. Sekali-kali Anda juga dapat mendudukkannya di atas toilet, membukakan celananya dan memberitahunya bahwa nanti dia akan bisa menggunakan toilet sendiri untuk pipis, sama seperti Anda. Jangan ada unsur paksaan dan ekspektasi berlebihan, anggap hal ini sebagai permainan yang mendidik baginya. Agar anak lebih mudah untuk mengontrolnya, bantulah ia untuk mengenali timbulnya keinginan untuk buang air. Pada beberapa anak, tanda-tanda bisa berupa: muka memerah, mengejan, berhenti bermain sejenak dan lain-lain. Permudah proses belajar toilet training si kecil dengan membelikannya celana dan pakaian yang mudah dibuka. Bahkan Anda juga dapat menyediakan potty chair dan membacakan potty books baginya.
http://www.rumahcerdas-depok.com/?Artikel:Tahap_Tumbuh_Kembang_Anak_0-2_tahun
Perkembangan mental dari bayi hingga dewasa
oleh : Dr. Martin Leman
Menjadi dewasa adalah proses yang cukup panjang. Kita bisa bayangkan begitu banyaknya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, dari saat baru lahir dengan berat sekitar 2- 3 kg saja sampai ia tumbuh dewasa dengan berat bisa sampai 50-60 kg. Proses yang terjadi ini meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan, yaitu dua hal yang berbeda namun sangat berkaitan.
Konsep yang terkandung dalam “pertumbuhan” adalah perubahan ukuran. Misalnya dari berat badan 3 kilogram menjadi 50 kilogram. Dari tinggi hanya 50 cm, hingga tinggi badan mencapai 160 centimeter, dsb. Jadi di sini perubahan secara fisik yang kasat mata, sebab memang ukurannya berubah.
Sedangkan konsep yang ada dalam “perkembangan” adalah proses menjadi sempurnanya fungsi dari seluruh organ tubuh, termasuk di sini adalah kematangan emosi, kematangan dalam interaksi sosial, dan kemampuan intelektual. Dalam proses perkembangan ini, anak kecil yang semula tidak bisa apa-apa, menjadi mampu berdiri sendiri, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, mampu berhitung, dan lain sebagainya.
Proses pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor genetik dari kedua orang tuanya sudah jelas akan memberi kontribusi yang besar dalam hal ini. Selain itu ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun trauma yang pernah dialami oleh anak. Demikian pula faktor lain yang sifatnya tidak langsung, misalnya status ekonomi orang tua, yang berpengaruh pada kecukupan gizi dan kesejahteraan anak. Bahkan pada masyarakat yang masih memiliki akar budaya yang kuat, perkembangan karakter anak juga akan terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut.
Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan di mana ukuran tubuh menjadi lebih besar. Dalam hal perkembangan fisik, anak menjadi terampil dalam menggunakan tangan dan jari-jarinya, kakinya, dapat berdiri, berlari, dapat makan sendiri, dapat menelan dengan baik, dan berbagai kemampuan lain yang sifatnya berupa keterampilan.
Intelektualitas juga mengalami perkembangan. Anak berkembang menjadi mampu berkomunikasi dengan sekitarnya, dapat menyampaikan pikirannya, dan dapat memahami hal-hal abstrak dan simbolis. Perilaku anak juga mengalami proses perkembangan, mengikuti norma-norma yang ada di lingkungan di mana ia dibesarkan.
Dari segi emosional, anak akan berkembang untuk mampu membangun ikatan perasaan, emosi dan kasih sayang. Ia akan semakin mampu mengatasi kecemasannya, mengendalikan agresivitas dan emosi. Interaksi sosialnya juga akan berkembang. Ia akan memiliki ikatan yang semakin kuat dengan orang tua, saudara dan lingkungan kesehariannya.
Proses perkembangan sebenarnya merupakan proses belajar. Seperti halnya proses perkembangan perilaku, di mana anak belajar dari bagaimana tindakan atau sikapnya dihargai oleh orang lain. Ia akan mengembangkan perilaku yang membuahkan balasan positif dari orang sekitarnya. Sebaliknya bila orang di sekitarnya memberi respons yang negatif, perilaku itu tidak akan berkembang. Kadang orang tua perlu memberi ketegasan pada anak, apa yang tidak boleh anak lakukan, maka orang tua dapat memberinya respons negatif berupa hukuman. Hukuman di sini merupakan respons negatif dan keadaan yang tidak menyenangkan, yang dibuat agar anak tidak mengembangkan lagi perilaku itu. Walaupun demikian, ternyata penelitian mengatakan bahwa lebih efektif memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif , daripada memberi hukuman terhadap perilaku negatif.
Pembentukan dan modifikasi dari perilaku anak ini banyak dipengaruhi oleh adanya penghargaan dari lingkungan sekitarnya. Semakin ia diberi respons positif, semakin kuat perkembangannya. Selain itu yang menjadi acuan dari anak dalam bertingkah laku adalah perilaku dari orang sekitanya. Anak yang masih kecil memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan orang tua dan kakak-kakaknya sebagai contoh model dalam berperilaku.
Semakin besar anak, ia akan semakin memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Ia tidak hanya belajar dari mencoba sesuatu, tetapi juga dari melihat dan memperhatikan orang lain melakukannya. Model yang dijadikannya contoh berperilaku juga makin meluas dan tidak hanya dari yang ada di sekitarnya secara langsung. Media massa dan televisi akan ikut memberi pengaruh dalam pembentukan karakter dan perilakunya. Skala nilai dan norma-norma yang dianut juga akan tidak jauh berbeda dengan dunianya ini. Semakin besar anak, ia akan semakin melihat nilai dan norma apa yang diajarkan oleh orang tuanya, dan
bagaimana kenyataan orang tua menjalaninya secara nyata dalam keseharian. Di sini penting sekali bahwa perilaku orang tua sehari-hari harus sesuai dengan yang mereka ajarkan pada anaknya. Justru bila apa yang dilakukan dan diajarkan oleh orang tua berbeda, akan berakibat anak tidak memahami dan mengerti tentang perilaku yang seharusnya.
Hal lain yang perlu juga diingat adalah bahwa tiap anak memiliki pola perilaku yang unik dan bervariasi. Jadi bagaimana pun anak akan tetap memiliki tabiat dan perilakunya sendiri, bahkan pada anak kembar sekalipun. Kita sebagai orang tua tidak akan bisa menentukan 100 % bagaimana perilaku anak itu. Tetapi kita sebagai orang tua harus dapat memahami karakteristik tiap anak, sehingga dari situ kita dapat membimbing dan mengajarkan esensi perilaku yang baik padanya.
Bayi baru lahir sangat tergantung dengan lingkungannya. Untuk memenuhi keperluannya ia masih harus dibantu oleh orang lain. Sedangkan orang dewasa, sudah dapat mempengaruhi lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhannya. Kemampuan untuk berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya ini diperoleh dari suatu proses perkembangan sejak bayi hingga dewasa. Proses perkembangan dan perubahan pada bayi yang baru lahir hingga bisa berdiri sendiri saat dewasa ini, terjadi dalam beberapa tahap :
Bayi usia 0 – 1 tahun (bayi yang masih menyusu)
Di usia ini bayi belum dapat membedakan dirinya dengan lingkungan luarnya. Ia masih dalam taraf mulai belajar untuk membedakan antara dirinya dan dunia luarnya. Pada usia ini kebutuhan bayi memang masih sedikit, tetapi harus terpenuhi dengan baik. Dunia luarnya akan dimulai dari ibu atau orang yang memenuhi kebutuhannya dan merawatnya sehari-hari. Anak pun akan jauh lebih menyukai bila mendengar suara ibunya, yang dikenalnya sejak ia lahir.
Pada usia 2 - 6 minggu, ia mulai kenal dan akrab dengan anggota keluarga yang ada di sekitarnya. Ia sudah merasa nyaman dan senang terhadap lingkungannya dan juga atas perhatian yang diberikan akan kehadirannya. Perasaan senangnya ini akan tercermin dari kontak sosialnya yang pertama, berupa ekspresi senyuman, yang disebut social smile.
Di usia 4 bulan, anak akan semakin dapat menikmati kontak sosial. Ia sudah dapat memberi ekspresi tertawa pada orang yang melihatnya. Ia pun sudah mulai dapat membedakan ekspresi muka orang yang ada dihadapannya, walau kadang belum mengerti benar. Seiring dengan kontak-kontak sosial yang ia buat, ia pun mengembangkan ikatan emosionalnya. Di usia sekitar 6 bulan, bahkan ia sudah dapat memilih untuk melakukan kontak sosial dengan seseorang yang lebih disenanginya. Karena berkembangnya ikatan emosional dalam kontak sosialnya inilah, maka anak di usia 6 sampai 8 bulan kadang mengalami separation anxiety. Anak cemas, bila orang yang secara emosional dekat dengannya tidak ada di dekatnya lagi. Untuk melatih anak agar mampu mengatasi keterpisahannya dengan orang tua ini, sering kali anak diajak bermain “cilukba” . Secara tak langsung anak dilatih untuk bisa mengatasi keadaan walau ia tak melihat ada orang tua di sekitarnya.
Dengan perkembangan kemampuan melihat ekspresi wajah orang yang ada di hadapannya, bayi yang berusia 7 bulan mulai mengerti ekspresi wajah, terutama orang yang sudah lama ia kenal. Perilaku yang ia lakukan hingga sekitar usia 12 bulan, masih berupa imitatif dari apa yang ia lihat. Ia melakukan apa yang ia lihat orang lain lakukan, walau ia sendiri belum mengerti maksud tingkah laku itu.
Dalam hal berkomunikasi, di usia sekitar 8 bulan ia sudah familiar dengan namanya sendiri. Ia sudah mengerti bahwa jika ia mendengar namanya itu, berarti ia dipanggil. Di usia 9 bulan, bayi mulai mengerti bila seseorang pergi dari hadapannya, tidak berarti tidak akan kembali, dan ia mulai mengerti “bye-bye” atau “da-daah..” sebagai ucapan untuk berpisah sementara.
Ibu yang bisa merawat bayinya dengan baik, dengan peka, dan memenuhi kebutuhan si bayi, akan menjadikan bayi memiliki kepercayaan pada dunia luar, dan tidak menjadi takut. Bila bayi berkenalan dengan dunia luar dengan baik, di mana lingkungan itu mau menerimanya, ia akan memiliki kepercayaan untuk membuka kontak sosial dengan dunia luar yang lebih luas. Dunia luar tidak menjadi momok baginya, dan ia akan terus memperluas dunia luarnya itu. Sebaliknya, ibu yang kaku, keras, tidak peka akan kebutuhan si bayi, akan menjadikan bayi tegang dan tentunya akan memberi efek kurang baik bagi perkembangan si bayi.
Jadi perlu diingat bahwa hubungan baik dan rasa percaya pada dunia luar ini selain dipengaruhi oleh bakat anak itu sendiri, juga dipengaruhi oleh sikap orang disekitarnya, terutama dalam tahun pertamanya.
Umur 1 – 4 tahun
Pada usia ini tingkat ketergantungan mulai berubah. Aktivitas yang semula serba dependen perlahan beralih menjadi independen. Seiring dengan kemajuan dalam kemampuan bahasa, gerak, dan kemampuan komunikasi dengan dunia luarnya, ia
akan lebih mudah mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya. Perbendaharaan kata yang dimiliki semakin banyak, dan anak mulai pandai menirukan kata yang didengarnya. Orang tua yang mengasuhnya pun lebih mudah mengerti apa yang dikehendaki si anak, karena anak sudah dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Dengan kemampuannya itu, ditambah dengan keterampilan motoriknya yang mulai dapat memegang, memeriksa , dan mencoba sesuatu, ia akan semakin banyak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Ia akan senang untuk membongkar-bongkar dan mengobrak-abrik semua tempat.
Semakin ia besar dan mengerti perbedaan dirinya dengan dunia luar, disini akan timbul pertentangan. Pertentangan terjadi karena si anak belum mengenal kepentingan lain selain kepentingan dirinya sendiri, sehingga kerapkali akan terjadi pertentangan dengan kepentingan orang tuanya.
Dalam usia 2-3 tahun anak memasuki fase gemar memprotes segala hal. Setiap ajakan akan ditolak dan diprotesnya. Masa ini disebut masa kopigheid’s periode (masa keras kepala), atau ada pula yang menyebutnya sebagai masa negativistik. Anak seperti berusaha berpegang pada suatu pendirian, walau setelah itu ia juga akan menentang ajakan sebaliknya.
Dalam usia 4 tahun, anak senang bermain-main dengan anak lain. Keingintahuannya meluas dan ia sudah dapat berfantasi akan kesenangannya. Pola interaksi dengan orang tua juga mulai agak berubah. Orang tua sudah melihatnya sebagai anak yang agak besar, bukan anak bayi lagi, yang tidak lagi harus ditunggui setiap saat oleh ibunya. Di sinilah anak kadang kembali mengalami separation anxiety, karena ia tak lagi selalu di dekat ibunya. Hal ini juga sering terjadi bila ibu melahirkan adiknya, di mana perhatian seluruh keluarga lebih banyak tercurah bagi si adik bayi yang baru lahir.
Aktifitas juga akan meningkat. Anak seperti tidak bisa diam, maunya naik turun tempat tidurnya, mencoba jalan-jalan, dan lain sebagainya. Pada masa ini orang tua sering terlalu khawatir dan akhirnya semakin keras dan melarang anaknya untuk banyak bermain. Sebenarnya hal ini dapat memberi pengaruh kurang baik, sebab anak yang semula aktif dan bersemangat menjelajahi dunianya, menjadi berkurang minatnya karena takut dimarahi kalau-kalau ia melakukan sesuatu yang ternyata dilarang orang tuanya. Akhirnya anak yang semula aktif menjadi anak yang pasif, dan akhirnya perkembangannya melambat.
Faktor lain yang berpengaruh adalah perubahan sikap dari orang tuanya, di saat si anak memiliki adik. Si sulung dituntut untuk jadi panutan bagi sang adik. Terhadap sang adik yang baru lahir, biasanya sikap orang tuanya tidak sama seperti waktu si sulung masih sendiri. Kekuatiran orang tua sudah berkurang, dan sang adik memperoleh lebih banyak kebebasan.
Selain dari orang tua, kakak dari seorang anak juga turut mempengaruhi perkembangan anak. Dengan adanya seorang kakak, bagi sang adik bisa menjadi pemacu untuk berkompetisi dan berusaha untuk menyainginya. Namun sebaliknya, bisa juga si adik bisa menjadi manja, sebab selalu terlindungi oleh kakaknya. Seorang adik bungsu yang bedanya jauh dengan kakaknya, kadangkala akan dibiarkan memiliki ketergantungan yang berlebihan terhadap kakak-kakaknya, atau terhadap orang tuanya.
Umur 5 – 7 tahun
Usia ini adalah usia sekolah awal. Anak mulai masuk Taman Kanak-kanak. Ia memulai untuk berusaha berdiri sendiri di dunia luarnya. Ia tidak lagi berada di sisi ibunya terus-menerus. Di TK ia akan mulai berlatih berbagai keterampilan. Kemampuan melihat, menerima pengertian, berpikir, berbahasa, yang masih sederhana akan dikembangkan dengan berhadapan langsung dengan dunia luar. Hal-hal yang dialaminya secara langsung akan semakin banyak dan semakin bervariasi.
Aktifitasnya akan meningkat, dan porsi waktu yang semula ia habiskan dalam rumah saja bergeser menjadi banyak di luar rumah. Dan ia juga akan melihat dunia yang melibatkan lebih banyak orang, dengan berbagai perilakunya. Di sinilah orang tua sering menjadi cemas, sebab khawatir perilaku orang lain akan memberi pengaruh yang tidak baik bagi anak.
Dalam proses mengasah ketrampilan ini, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda, walaupun anak itu sebenarnya normal. Di sinilah peran ibu / orang tua cukup besar. Kadang kala ibu merasa cemas dan “senewen” melihat anaknya kurang cepat dibanding anak lain, dan akhirnya menyuruh anak untuk lebih cepat. Ini kadang malah berakibat anak menjadi semakin tegang dan bertentangan dengan ibunya.
Hal lain yang sering dilakukan ibu adalah mengambil alih tugas mengerjakan pekerjaan rumah atau prakarya yang diberikan gurunya. Pengambilalihan ini bisa juga berupa menyuruh kakaknya yang lebih besar untuk mengerjakannya. Memang akhirnya si anak akan mengumpulkan hasil karya yang baik, mungkin malah paling baik di kelasnya, dan memperoleh nilai yang tinggi, akan tetapi hal ini sebenarnya malah berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan menjadi tidak bertambah terampil (malah ibu atau kakaknya yang tambah terampil), dan secara tidak sadar akan menanamkan pada anak bahwa ia tidak perlu repot-repot karena akan selalu dibantu ibunya. Fungsi sekolah yang bertujuan untuk membentuk tanggung jawab,kewajiban,
dan keterampilan pun tidak tercapai sebagaimana direncanakan. Hal yang mungkin terjadi juga, si anak dapat menjadi terbiasa menyalahgunakan kasih ibunya itu dengan berlambat-lambat dalam melakukan suatu tugas, dengan harapan akan diambil alih oleh ibunya.
Pertentangan lain yang sering terjadi juga di usia ini adalah pertentangan antara pengaruh ayah dan pengaruh ibu. Pada usia ini, di mana dunia si anak sudah mulai meluas dan ia mulai bisa membedakan banyak orang, ia akan dapat melihat ayah dan ibunya sebagai orang yang berbeda. Jika ia melihat bahwa ayahnya mengharapkan lain dengan apa yang ibunya harapkan, ia akan mengalami pertentangan, sebab tidak mungkin baginya memenuhi harapan keduanya sekaligus. Hal ini dapat memberikan pengaruh buruk pada usahanya untuk melepaskan diri dari ketergantungan dan berdiri sendiri.
Umur 7 – 11 tahun
Keseimbangan antara ketergantungan dan mampu berdiri sendiri mulai tampak. Anak (terutama anak laki-laki) akan semakin senang bermain sendiri / bersama temannya di luar rumah. Pada saat anak ini bermain, ia secara tak sadar sebenarnya sedang berusaha melepaskan ketergantungannya dengan ibunya di rumah, dan berdiri sendiri bersama teman-temannya di sekitar rumah. Seorang anak laki-laki di usia ini, jika masih memperlihatkan ketergantungan secara terang-terangan terhadap ibunya, malah merupakan hal yang tidak normal dan harus diwaspadai.
Di saat seorang anak masuk Sekolah Dasar, ia mengalami peralihan antara bermain dengan “bekerja”. Perkembangan yang terjadi selain berusaha berdiri sendiri, juga sudah mulai rasa tanggung jawab dan memiliki kewajiban terhadap tugas belajarnya di sekolah. Di sini peranan sekolah selain mengajarkan ilmu pengetahuan ,adalah memberi tugas-tugas yang merangsang perkembangan tanggung jawab dan rasa punya kewajiban . Tugas dari sekolah diarahkan untuk merangsang inisiatif dan kemampuan berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Kadangkala orang tua ingin memberikan anak suatu masa kanak-kanak yang menyenangkan, sehingga akibatnya mereka malah terlalu melonggarkan anak dari kewajiban dan tugas yang diberikan dari sekolah. Orang tua kadangkala malah mengajak anak bermain-main dan tidak mengharuskan si anak mengerjakan tugas sekolah. Ini malah berakibat anak tidak dapat belajar disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Sering terjadi juga orang tua mengerjakan tugas sekolah si anak, dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan agar si anak tidak terlalu repot, atau agar si anak punya nilai yang bagus, dan lain sebagainya. Hal ini tidaklah baik, sebab malah akan mengakibatkan si anak terhambat perkembangannya.
Selain itu, anak juga akan mulai banyak bergaul dengan teman sebayanya. Mulanya ia akan tetap berbaur dengan laki-laki dan perempuan, tapi lama-kelamaan mereka akan berkelompok sejenis. Anak laki-laki akan banyak melakukan aktifitas yang dilarang, misalnya bermain di tempat yang dilarang. Hal ini mereka lakukan karena mau menunjukkan sikap jantannya. Hal ini tidak perlu menjadi kekuatiran yang berlebihan selama kenakalan mereka tidak keterlaluan dan tidak membahayakan. Akan tetapi tentunya juga tidak berarti orang tua bisa melepas begitu saja.
Usia 11 – 19 tahun
Perkembangan psikologi yang normal selama masa remaja, meliputi 4 aspek . Pertama adalah kemampuan emosional untuk terlepas dari keluarga dan mampu menerima tanggung jawab. Kedua, perkembangan seksual dan nilai moralitas. Di sini selain pematangan fungsi seksual dari organ tubuh, juga pematangan akan nilai-nilai seksualitas. Ketiga, menemukan keinginan dan minat yang ada dalam dirinya dan usaha pencapaiannya. Dan yang keempat, adalah menemukan jati diri (ego) yang sebenarnya.
Pada tahap ini terjadilah proses pematangan seksual. Selain secara fisik, juga secara mental. Perilakunya akan semakin menunjukkan ciri-ciri kelakuan anak laki atau perempuan dalam pergaulannya, terutama dalam pergaulan dengan lawan jenis.
Pada masa awal remaja, anak sering membandingkan diri dengan teman-teman sebayanya. Tingkah laku dari orang yang mereka jadikan model atau idola, akan mereka tiru dan ikuti. Rasa ingin tahu tentang hal seksual akan meningkat, dan biasanya mereka mencari segala sumber untuk mengetahuinya. Peran orang tua dan sekolah dalam hal ini adalah untuk memberikan sex education yang benar, sehingga anak mendapat informasi yang benar tentang seksualitas. Dari segi hubungan sosial dengan dunia sekitarnya, anak akan mulai menyadari kedudukan dan status orang tua dalam masyarakat. Dengan berinteraksi dengan masyarakat, anak melihat bagaimana orang lain memandang dirinya dan keluarganya. Dari sini ia akan belajar untuk membentuk dan memahami identitas sosialnya.
Pada saat ini orang tua sebaiknya memperhatikan apakah anaknya memiliki perilaku yang sesuai dengan kelaminnya. Pada saat ini diperlukan petunjuk dan bimbingan dari orang tuanya tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma –
norma ini tidak hanya untuk masalah seksual saja, tetapi juga untuk sopan santun dan norma-norma dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam masa pertengahan remaja (15-16 tahun) anak mulai memperhatikan penampilan dirinya. Ia mulai merisaukan tentang body image-nya. Anak ingin lebih bebas dalam memilih aktifitasnya, dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Minat akan aktifitas tertentu akan lebih menonjol, dan anak mulai menemukan kegemaran-kegemarannya. Rasa ingin tahu, khususnya tentang seksualitas semakin besar, dan mereka saling berbagi informasi tentang hal ini, entah benar atau salah. Dalam hubungan sosial, anak lebih berani untuk interaksi dengan lingkungannya, dan mengatasi isolasi emosional. Ia akan berusaha mengatasi ketakutan terhadap penolakan oleh lingkungan dan menjadi akrab dengan teman yang paling dipercayanya. Dalam masa ini, pengaruh teman dan kelompoknya jauh lebih besar dari pada pengaruh orang tua. Anak akan jauh merasa lebih nyaman untuk berada dalam lingkungan teman-teman sebayanya, ketimbang berada dekat dengan orang tuanya. Kematangan emosional juga mulai berkembang, misalnya dengan mampu berbagi perasaan dengan teman – teman akrabnya.
Orang tua memberi peranan penting dengan mulai memberikan persamaan hak pada anak. Ini sangat penting bagi proses akhir keseimbangan antara ketergantungan dan kemampuan berdiri sendiri. Dengan perlahan menghapus kedudukan anak yang lebih rendah, anak akan semakin berkembang karena ia juga akan memperoleh ruang yang lebih luas untuk berkembang dan berdiri sendiri, menerima tanggung jawab dan kewajiban. Seorang remaja ingin mencoba segala sesuatu, mencoba membuat keputusan sendiri, dan mereka perlu diberi kesempatan membuat kesalahan. Di sini masa kecilnya banyak memberi pengaruh. Jika pada usia kecilnya ia banyak mengalami kegembiraan, persahabatan, dan kesuksesan, ia akan menjalani masa remaja dan dewasa dengan penuh percaya diri. Sebaliknya bila masa kecilnya ia tidak pernah menerima penghargaan atas usahanya, ia bisa menjadi rendah diri dan kurang percaya diri.
Pubertas berasal dari kata pubercere yang artinya menjadi matang. Sedangkan adolesen berasal dari kata adolescere yang berarti menjadi dewasa. Proses ini sudah pasti akan menimbulkan konflik. Orang tua sebaiknya tidak usah takut akan konflik ini, selama konflik tak hebat dan tidak mengarah pada perpecahan anggota keluarga. Yang perlu diingat adalah konflik hanyalah aspek yang diperlukan dalam perkembangan anak yang sehat. Malahan, jika sama sekali tidak dijumpai adanya konflik, orang tua harus curiga jangan-jangan si anak hanya pura-pura mampu berdiri sendiri.
Anak juga akan lebih terikat dengan teman sebayanya, dalam kelompok tertentu. Mereka merasa lebih aman dan memperoleh kepastian akan eksistensi dirinya. Sebenarnya dalam tahap inipun mereka bukannya tidak tergantung sama sekali dengan orang lain, mereka masih tergantung dengan orang tua dan teman-temannya dalam kadar tertentu. Perkembangan akan kemampuan diri sendiri di sini meliputi berbagai aspek, termasuk ilmu pengetahuan, moral, emosional, dan berbagai macam lainnya.
Akhir masa remaja, keinginan untuk keluar dari lingkungan rumah menjadi semakin besar lagi. Mereka semakin terdorong dengan keinginan untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi di tempat lain, atau bekerja di tempat yang baru. Dalam bersosialisasi mereka umumnya sudah cukup nyaman dengan kemampuan dirinya dan sudah mulai menemukan identitas dirinya. Dalam berinteraksi dengan orang lain bahkan mereka sudah berani untuk lebih serius, misalnya dengan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya dalam bentuk berpacaran.
Dalam diri anak bagaimanapun akan masih terjadi pertentangan antara keinginan berdiri sendiri dengan masih ingin berada dalam naungan orang tua. Anak sering mengalami kekuatiran apakah dirinya sudah cukup siap untuk mengambil sebuah keputusan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Di sini orang tua harus tetap memberinya arah , bimbingan, dan tetap membukakan pintu selebar-lebarnya bagi anak bila ia membutuhkan bantuan orang tua……namun tetap harus ingat untuk tidak lagi memperlakukan anak yang sudah dewasa sebagai anak kecil
Majalah 'Anakku' ed.4, thn 2000.