18
TUMBUH KEMBANG ANAK Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing- masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997). Perkembangan Menurut Denver II Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit. a. Aspek Perkembangan yang dinilai Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai: 1) Personal Social (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. 3) Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan 4) Gross motor (gerakan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. b. Alat yang digunakan Ø Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa). Ø Lembar formulir DDST II Ø Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya. c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: 3-6 bulan 9-12 bulan 18-24 bln 3 tahun 4 tahun 5 tahun 2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. d. Penilaian Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ghgjkg

Citation preview

Page 1: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

TUMBUH KEMBANG ANAKPerkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola 

yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel  tubuh,  jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi   fungsinya.   Termasuk   juga   perkembangan   emosi,   intelektual   dan   tingkah   laku   sebagai   hasil   interaksi   dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997).Perkembangan Menurut Denver II

Denver  II adalah revisi  utama dari  standardisasi  ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.a. Aspek Perkembangan yang dinilai

Terdiri dari 125 tugas perkembangan.Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugasAda 4 sektor perkembangan yang dinilai:1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

b. Alat yang digunakanØ Alat  peraga:  benang wol  merah,  kismis/  manik-manik,  Peralatan makan,  peralatan gosok gigi,  kartu/  permainan ular 

tangga,  pakaian,  buku gambar/  kertas,  pensil,  kubus warna merah-kuning-hijau-biru,  kertas  warna  (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

Ø Lembar formulir DDST IIØ Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:

3-6 bulan9-12 bulan18-24 bln3 tahun4 tahun5 tahun

2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

d. PenilaianJika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

CARA PEMERIKSAAN DDST II

§ Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.

§ Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

§ Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.§ Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.§ Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.

1) Abnormala) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

Page 2: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

2) Meragukana) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebihb) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak 

yang berpotongan dengan garis vertikal usia.3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:

Contoh perhitungan anak dengan prematur:An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula!Diketahui:Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006Tanggal periksa : 1-4-2008Prematur : 32 mingguDitanyakan:Berapa usia kronologis An. Lula?Jawab:2008 – 4 – 1 An. Lula prematur 32 minggu2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu_________ - Maka 37 – 32 = 5 minggu1 – 7 -26Ø Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau1 tahun 8 bulan atau 20 bulanUsia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:Ø 1 tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hariAtau

1 tahun 7 bulan atau 19 bulanInterpretasi dari nilai Denver IIØ Advanced

Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)

Ø OKMelewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75

Ø CautionGagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90

Ø DelayGagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu

Interpretasi tesØ Normal

Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaanØ Suspect

Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaanØ Untestable

Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%

Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/perkembangan-menurut-denver-ii-ddst-ii.html

Page 3: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

Tahap Tumbuh Kembang Anak 0-2 tahunhttp://www.ayahbunda.co.id Memahami Tahapan Perkembangan Sosial-Emosi BayiMeliana Simarmata

Setiap aspek dalam tahap perkembangan bayi kecil Anda pasti amat menarik untuk diperhatikan. Entah itu saat dia mulai bisa tersenyum, tertawa, merangkak, duduk, berdiri,  berespon ketika diajak bicara, ataupun menunjukkan kemampuan lain yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Tentunya, Anda pun ingin menjadi saksi pertama atas seluruh kebisaannya itu. 

Walaupun setiap bayi memiliki keunikannya sendiri, namun pada umumnya, setiap bayi memiliki tahapan perkembangan emosi yang dapat diprediksi polanya. Berikut kami berikan panduannya untuk Anda. 

Usia 0-3 bulan Bayi yang berusia 0-3 bulan sudah mulai dapat beraksi terhadap pandangan dan suara. Untuk beberapa detik, bayi sudah mulai bisa melihat dan menatap Anda, bahkan memberikan respon jika diajak bicara atau tersenyum. Bayi mungil  Anda mungkin seringkali  menangis,  namun biasanya bisa  segera  diatasi  dengan memberinya  rasa  nyaman melalui  pelukan,  diberi  makan, diganti popoknya, digendong ataupun diajak bicara. Selain  itu mereka juga sudah mulai  dapat mengenali  orang-orang yang sering dilihat atau berada di dekatnya. 

Karena pada 3 bulan pertama ini  bayi  sepenuhnya bergantung pada Anda,  maka kebutuhannya untuk mengatasi  perasaan negatif yang dialaminya, seperti stres, takut, frustrasi dan lain sebagainya juga sepenuhnya berada pada tangan Anda. Pada saat ini, yang terpenting baginya adalah merasakan bahwa orangtuanya selalu ada untuknya, setiap kali ia membutuhkan. Dengan begitu,   kepercayaannya   terhadap   Anda   pun  mulai   terbentuk.   Rene   Brummage,   pakar   perkembangan   anak  mengatakan, Lingkungan anak memegang peranan yang penting dalam membentuk kepribadiannya. Lingkungan yang penuh kasih sayang akan mendorongnya memiliki emosi yang stabil. Sebaliknya, lingkungan yang penuh dengan tekanan akan membuatnya tumbuh dalam ketakutan.

usia 3-6 bulan Pada masa  ini,  bagian  otak  bayi  yang  membantunya  mengatasi  dan  mengontrol  emosi  mulai   tumbuh.  Dia  pun menikmati interaksi dengan orang lain dan menunjukkan minat yang sangat besar dalam melihat wajah orang lain. Para ahli meyakini, ekspresi dan aneka simbol yang ditunjukkan oleh wajah tak hanya dapat membantunya membangun hubungan dengan dunia tetapi juga dapat menolongnya membangun ikatan emosi yang kuat dengan orang-orang yang menyayanginya, terutama Anda orangtuanya. Dari setiap respon yang diberikan orang-orang dewasa di sekitarnya, ia belajar bahwa senyuman, tangisan, dan hal-hal lain yang dilakukannya dapat memberinya respon emosional balik. 

Untuk  membantu   perkembangannya,   cobalah   untuk  melakukan   permainan   kata   atau  mencoba  membuat   bunyi-bunyian bersama. Kemudian doronglah dia untuk mencoba menirukan bunyi-bunyian yang disukainya. Walaupun dia belum mengerti, Anda harus berusaha untuk terus berinteraksi dengannya melalui obrolan, membacakan cerita ataupun bernyanyi untuknya. Cara   lain   yang   bisa   Anda   lakukan   adalah   bermain   si   kecil   di   depan   kaca.   Rene  mengatakan,   ?Cara   ini   tak   hanya   dapat memberinya pandangan yang lebih baik tentang dirinya tapi juga dapat mendorong perkembangan emosi yang positif terhadap sosok yang dilihatnya di cermin.? 

Untuk menunjukkan perasaan tidak senang, bayi mungil Anda kini sudah mulai dapat menunjukkannya dengan mengeluarkan suara-suara   lain   selain  menangis.   Jika   ia  merasa   senang,   ia   pun   dapat  menunjukkannya   dengan   senyum,   tertawa   atau memperdengarkan suara-suara menyenangkan lainnya. Intinya, bayi Anda sangat suka diperhatikan dan tersenyum pada orang-orang yang dikenalnya. Sebaliknya ia pun bisa menunjukkan rasa takut jika berada dekat dengan orang-orang baru. 

usia 6-9 Bulan Selama tahap ini, bayi yang diasuh dengan penuh cinta dan kasih sayang yang konsisten sudah memiliki ikatan sosial emosi yang kuat dengan orangtua dan pengasuh lain yang penting dalam hidupnya. Semakin kuat ikatan, semakin kuat pula kepercayaan si kecil. Dalam memorinya, ia pun telah membeda-bedakan orang di sekitarnya menjadi dua yaitu, orang yang disukainya atau orang asing. Karena itu, ia pun mulai menunjukkan rasa kehilangan dan protes yang kuat (separation anxiety) jika berada jauh dari orang yang dekat dengannya. 

Page 4: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

Hillary Kruger MD, pakar perkembangan dan perilaku anak menambahkan, bayi pada periode ini sudah dapat mengetahui jika orangtuanya meninggalkan ruangan lalu kemudian mencarinya. Ketakutan dan ketidaksukaannya terhadap orang asing pung semakin kuat ditunjukkan (stranger anxiety), misalnya dengan menangis atau dengan berlindung pada Anda. Mereka juga sudah mulai menunjukkan penolakan terhadap sesuatu hal yang tidak disukai. Saat terbangun di malam hari, beberapa bayi pada usia ini  berusaha  mengatasi   ketidaknyamanannya  dengan  memegang  atau  menggigit  mainan  yang  disukai   atau  bahkan   jarinya sendiri. Menginjak usia 8 bulan ke atas, bayi Anda mulai menyukai permaian petak umpet. Sembunyikanlah mainan kesukaannya di bawah selimut, dan lihatlah bagaimana ia berusaha untuk menemukannya. 

usia 9-12 Bulan Pada tahap ini rasa takut terhadap orang asing dan kelekatan terhadap orang-orang yang memiliki arti khusus buatnya masih akan terus berlanjut tapi akan berangsur-angsur berkurang. Ekspresi, gerakan tubuh dan suara untuk menunjukkan perasaannya pun   sudah   berkembang   semakin   kompleks.   Interaksi   sosialnya   pun  makin   berkembang.   Hal   ini   ini   ditunjukkan   dengan ketertarikannya untuk mulai bermain dengan orang lain. 

Hillary mengatakan, mendekati usia satu tahun anak mulai menikmati permainan yang bersifat resiprokal (berbalasan), seperti menggelindingkan dan menangkap kembali bola. Sejalan dengan pertumbuhan fisiknya yang memungkinkan dia untuk bergerak lebih bebas ke sana-ke mari,  ketertarikannya pun tumbuh semakin besar  untuk mengeksplorasi  dunia sekitarnya.  Menurut Hillary, hal itu biasanya ditunjukkannya dengan menunjuk suatu objek yang menarik agar orangtuanya pun ikut memberikan fokus dan perhatiannya.

Tumbuh Kembang Anak 13-15 bulanSonya TampubolonRasanya memang tidak pernah membosankan mengikuti perkembangan si kecil. Apalagi saat dia sudah memasuki tahun-tahun pertamanya. Begitu banyak hal baru yang mulai dilakukannya, terutama berkaitan dengan fungsi motorik kasarnya.

Kebebasan Menjelajah Salah satu hal baru yang mulai dilakukan anak pada usia di atas 1 tahun ialah keterampilan berjalan. Grafik Milestone mencatat pada umumnya anak memulai proses belajar berjalan sejak usianya minimal 9 bulan sampai maksimal 18 bulan.

Usia 13 bulan: Proses anak belajar berjalan antara lain ditandai dengan anak merangkak, berjongkok, berdiri sendiri, menjaga keseimbangan dan mulai berjalan sedikit demi sedikit. Namun jangan terkejut bila salah satu implikasi dari proses ini anak akan sangat sulit digendong, dipangku atau ditahan di satu tempat. Hal ini wajar, karena ia baru saja merasakan kebebasan untuk menjelajah.

Tidak perlu terlalu panik apabila anak sering terjatuh, tahanlah keinginan untuk segera bergegas mengangkat dan mengobatinya, kecuali jika dia memang benar-benar terluka. Terjatuh sesungguhnya merupakan bagian dari proses belajar berjalan itu sendiri. Bersabarlah dan sediakan tempat yang aman bagi si kecil untuk bereksplorasi dalam kebebasan barunya.

Anda juga tidak perlu terlalu buru-buru membelikan sepatu. Berjalan telanjang kaki di atas rumput atau pasir sebenarnya baik untuk batita, karena hal tersebut membantu perkembangan otot telapak kaki, juga mengasah rasa untuk keseimbangan tubuh. Namun   jika   anak   sudah  mulai  mampu  dan  mau  berjalan   ke   tempat-tempat   yang   bisa  melukai   kakinya,   Anda   juga   perlu memakaikannya sepatu. Sepatu yang baik tidak harus mahal, yang penting perhatikan bahan dan ukuran yang pas.

Usia 14 bulan: ketika anak sudah bisa berjalan selama beberapa minggu atau bahkan bulan, maka kepercayaan diri dan kemapanan anak pun semakin bertambah tiap harinya. Biasanya pada usia ini anak mulai senang memindahkan objek dari satu tempat ke tempat lain, sepertinya mereka tidak pernah lelah mendorong kotak atau ember mengelilingi ruangan. Bahkan anak akan mulai memanjat ke kursi atau meja. Antusiasmenya dalam menjelajah bisa saja melebihi kemampuannya, jadi Anda perlu memonitor eksplorasinya dengan lebih waspada.

Usia 15 bulan: Meski mungkin belum dapat menapakkan kaki dengan sempurna, batita Anda semakin ingin mencoba berbagai cara berbeda dalam bergerak. Ia akan mencoba memanjat, berlari kecil, meloncat, melompat sampai berlari kencang. 

Pekerjaan TanganUsia 13 bulan:

Page 5: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

Anak  mulai  membiasakan  diri  menggunakan   tangannya.  Umumnya pada  usia   ini  anak  menyukai  pekerjaan   tangan  berupa memasukkan dan mengeluarkan,  misalnya meletakkan mainan ke dalam kotak  lalu melemparkannya kembali  ke  luar.  Atau terkadang anak akan menyusun menara kecil dari 2-3 kotak kecil kemudian meruntuhkannya.

Usia 14 bulan: Anak sedang mengasah indera perabanya terhadap berbagai macam sentuhan. Mereka ingin menyentuh dan merasakan apapun dengan tangan mereka: hewan peliharaan, tanaman di halaman rumah, atau kucuran air dari keran. Hal ini penting bagi batita, sebagai salah satu cara untuk mengingat karakteristik dan detail dari berbagai objek yang berbeda. Anda dapat pula membantu proses   belajar   sentuhan,   melalui   berbagai   permainan   dan   aktivitas   yang   menggunakan   berbagai   macam   benda   yang karakteristiknya berbeda-beda.

Usia 15 bulan: Lipstik, jam tangan, sisir, atau pensil bisa menjadi objek yang luar biasa dan sangat menarik bagi si anak 15 bulan. Bukan hanya karena objek-objek tersebut menarik untuk dilihat, tapi karena dia melihat Anda menggunakannya dan dia ingin melakukan hal yang sama. Masalahnya, Anda mungkin tidak mau batita Anda mencoba lipstik Anda! Oleh sebab itu tantangan bagi orangtua adalah  mencari   cara  untuk  meniru  apa  yang  Anda  lakukan  tapi   secara  aman.  Mungkin  Anda dapat  menyediakan  satu  set perlengkapan miliknya sendiri, seperti sisirnya sendiri untuk digunakan saat dia ingin meniru Anda merapikan rambut.

Tumbuh Kembang Anak 16 -18 bulanSonya Tampubolon Memasuki usia 16-18 bulan tentunya akan ada hal-hal baru yang dialami dan dipelajari oleh anak. Bukan hanya anak yang harus siap menghadapinya, orangtua pun harus memahami dan mempersiapkan diri.

Ambisi Berpetualang Anak pada usia 16-17 bulan rasa ingin tahunya sangat besar,  umumnya mereka akan merebut benda apa saja yang ada di sekitarnya,  mengamati dengan cermat,  memasukkan ke  dalam mulut  atau membantingnya  ke  lantai.  Umumnya anak   juga berambisi untuk menguji kemampuan mereka sendiri.

Menyadari dirinya sudah bisa berjalan, anak kemudian berusaha untuk berjalan sambil membawa beban. Begitu pula jika anak sudah yakin dia bisa memanjat ke atas sofa, ia akan berusaha memanjat ke kursi atau meja yang letaknya lebih tinggi.

Jika   ambisi   petualangannya   ini   tidak   diawasi   dengan   cermat,   anak   bisa   terancam   bahaya.   Misalnya   saat   dia   mencoba berpetualang   di   dapur   dan  mengambil   pisau   yang   tergeletak   di  meja,   atau  memutar   tombol   kompor   gas.   Akan   tetapi petualangannya tersebut juga sebaiknya jangan dihalang-halangi, sebab hal tersebut bermanfaat untuk mengasah keahlian anak dalam bergerak.

Untuk  itu,   langkah yang paling bijaksana  ialah memberi  kesempatan dan tempat yang aman dan nyaman bagi  anak untuk memenuhi ambisi petualangannya. Pada usia ini anak juga dapat Anda ajak dalam permainan jongkok, berdiri dan melompat-lompat.

Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pada rentang usia ini balita Anda mulai menunjukkan kecenderungannya, lebih sering menggunakan tangan kanan atau tangan kiri. Oleh sebab itu, pada usia ini pula Anda dapat mulai melatihnya membedakan fungsi tangan kanan dan kiri. Yang perlu diingat, orangtua jangan terlalu keras menegur dan memaksa anak untuk menggunakan tangan yang benar, misalnya tangan kanan saat memegang makanan. Proses pemilihan tangan untuk melakukan suatu aktivitas akan berjalan secara natural meskipun pola pembiasaan juga berpengaruh. Tidak perlu bereaksi berlebihan kalaupun anak Anda ternyata kidal dan lebih nyaman menggunakan tangan kiri.

Belajar Letak dan Arah Atas, bawah, depan, belakang, di luar, atau di dalam, anak akan mulai belajar hal-hal ini sekitar usia 17 bulan. Untuk semakin menstimulasinya, Anda dapat membuat berbagai permainan sederhana, misalnya menyuruh anak mencari suatu benda yang letaknya di bawah meja di dalam kamar kemudian memintanya untuk memindahkan benda itu ke atas kursi di bawah lukisan di ruang tamu, dan seterusnya.

Siapkah untuk Toilet Training? 

Page 6: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

Sebagian dokter dan ahli perkembangan anak menyatakan bahwa usia 18 bulan masih terlalu muda untuk dilatih dalam hal toilet training. Sebaliknya, orang tua jaman dulu umumnya sudah melatih anak menggunakan toilet sejak anak usianya 1 tahun. Yang mana yang benar dan ideal?

Sebenarnya hal ini tergantung pada kesiapan si anak. Untuk mengajar dan melatih anak mengenali sensasi ingin pipis kemudian menahannya sampai dia tiba di kamar mandi memang membutuhkan kesiapan anak secara kognitif dan psikologis. Umumnya keteraturan ini dapat dicapai saat anak berusia 2 tahun (meskipun ada pula yang sebelum atau sesudahnya).

Untuk menilai kesiapan anak bisa dilakukan dengan menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut: bisakah anakku mengikuti instruksi sederhana, misalnya untuk membuka celana, Bisakah dia tidak mengompol setidaknya 2 jam dalam sehari? Bisakah dia pergi ke toilet sendiri kemudian membuka dan memakai celananya sendiri?

Jika   sebagian  besar   jawabannya  ya  atau  bisa  artinya  Anda   sudah  bisa  mencoba  mulai  melakukan   toilet   training.   Langkah selanjutnya adalah menunjukkan pada si kecil apa yang seharusnya dia lakukan dalam kamar mandi. Sebaiknya anak laki-laki melihat ayahnya dan sebaliknya anak perempuan melihat ibu, agar mereka tidak dibingungkan dengan perbedaan jenis kelamin.

 Tumbuh Kembang Anak 19-21 bulanSonya TampubolonAnak  19-21 bulan  sepertinya semakin sulit dikendalikan, terutama dengan kesukaannya memanjat serta mencorat-coret, tapi sebenarnya dia sedang mulai melatih keseimbangan dan motorik halus.

Semangat yang tak terkendaliUsia 19 bulan:  Anak   sedang   melanjutkan   pengujian   terhadap   daya   penggeraknya.   Dia   akan   semakin   semangat   berjalan   ke   belakang (backward), menyamping, menaiki dan menuruni tangga. Dia juga akan berusaha berlari ke sama kemari. Gerakan-gerakannya cenderung antusias sehingga bisa terkesan grasak-grusuk dan membuat Anda tidak tenang.

Akan   tetapi  hal   ini   sesungguhnya  normal,   termasuk   jika   ia   sedikit  demi   sedikit   tersandung  dan   jatuh.  Yang  penting  Anda menyediakan tempat yang cukup nyaman dan aman baginya untuk berlari ke sana kemari, mengingat kemampuannya untuk mengendalikan belum sempurna, dia belum bisa memperkirakan kecepatan dan jarak yang ideal untuk berlari maupun berhenti.

Usia 20 bulan:Yang sulit dikendalikan umumnya adalah kesukaannya untuk mencorat-coret. Biasanya pada usia ini anak tertarik menggambar garis-garis vertical dan horizontal, juga lingkaran. Meski terlihat sebagai bentuk-bentuk sederhana, namun hal ini juga memiliki pengaruh   baik   bagi   perkembangan   anak.  Menggenggam   krayon   saat  menggambar  melibatkan   kerja  motorik   halus,   serta koordinasi mata dan tangan, serta melatih imajinasi anak.

Anda mungkin sebenarnya tidak memiliki  keberatan apapun untuk mendukung hobi  baru anak  ini,  akan tetapi  masalahnya seringkali anak sangat suka mencorat-coret tembok dan wajar saja bila Anda merasa keberatan pada hal tersebut. Anda dapat memberi penjelasan secara perlahan pada anak bahwa tembok bukanlah tempatnya dia berkreasi, sediakan kertas, kanvas atau white board sebagai gantinya. Atau Anda juga bisa menyediakan space khusus di tembok (misalnya Anda berikan batas bingkai dengan kayu atau kain) sebagai tempat anak bergraffiti.

Usia 21 bulan:Anda   akan  direpotkan  dengan   kebiasaan  barunya   yakni  memanjat  dan  menguji   keseimbangan   tubuh.  Meski   hal   ini   pasti membuat  Anda  khawatir,  namun  dengan  menyediakan   tempat   yang  aman  baginya  untuk  berlatih  memanjat  dan  melatih keseimbangan sesungguhnya sangat baik untuk menyalurkan energi anak dan mendukung perkembangan balita secara fisik.

Belajar bagian-bagian tubuh dan membedakan rasaDi antara rasa ingin tahunya, balita Anda pada usia ini akan mulai bertanya-tanya mengenai seluruh bagian tubuhnya. Saat masih bayi, anak baru menemukan tangan dan kaki, lalu tidak berhenti memainkannya. Hal yang kurang lebih sama akan terjadi pada balita, dan umumnya pada usia ini anak akan penasaran dengan alat kelaminnya. Jika Anda melihat anak sedang memainkan kelaminnya, jangan panik! Hal ini wajar dan sesuai dengan perkembangannya. Balita usia 19-21 tahun pun biasanya mulai mengalami kerewelan saat makan, tidak semudah biasanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan baru anak, yakni mengenal rasa, tekstur dan warna makanan yang dikonsumsinya. Yang terbaik untuk dilakukan 

Page 7: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

pada   saat   ini   adalah  memperkenalkan   sebanyak  mungkin   jenis   makanan,   namun   jangan  memaksanya   untuk  mencicipi. Sebaiknya Anda pun memakan makanan itu seperti biasa, justru hal ini akan membuatnya ingin tahu dan mau mencicipinya.

Sekalipun balita Anda termasuk yang sudah mahir mengunyah, ada baiknya Anda menyediakan makanan dengan potongan-potongan yang lebih kecil untuk mencegah anak tersedak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan alat-alat makan. Pada usia   ini  sudah cukup baik  untuk  membiasakan anak makan sendiri,  karena memang dia  sedang melatih kemampuan motorik halusnya. Akan tetapi keahlian anak mengkoordinasi alat-alat makan memang masih sangat terbatas, sehingga mungkin dia masih akan menabrak sana-sini  hingga berantakan.  Alat  makan dari  plastik akan menjadi  pilihan yang  lebih baik  untuk menghindari anak terluka.

Tumbuh Kembang Anak 22-24 bulanSonya TampubolonMenjelang dan memasuki usia 2 tahun beberapa hal ini dapat Anda temukan dalam tumbuh kembangnya. Jari-jari tangannya akan semakin cekatan, dia akan belajar berpakaian sendiri, dan dia akan siap untuk Toilet Training.

Jari-jari Kecil yang Cekatan Pada   usia   22   bulan   kemampuan  motorik   halus   anak   akan   semakin   dilatih   dan   disempurnakan.   Batita  Anda   akan   sangat bersemangat menggunakan jari-jari kecilnya untuk menyusun balok, merangkai beads menjadi kalung, atau memasukkan dan mengeluarkan tali sepatu dari lubangnya seperti sedang menjahit. Untuk mendukung perkembangan ini, Anda dapat menyediakan berbagai mainan dengan bahan empuk yang mudah dibentuk seperti bahan-bahan dough, clay atau lilin mainan. Si kecil akan menikmati aktivitas yang menyibukkan jarinya seperti menekan, meremas, atau menggulung. Lebih jauh lagi, bukan hanya jari-jarinya yang akan terlatih. Seluruh otot tangan dan pergelangan akan turut bergerak. Selain meningkatkan kemampuan motorik halusnya, hal ini juga mendukung pertumbuhan fisik dan mental anak. Misalnya saat akan menyusun balok menjadi suatu bangunan, maka sebelumnya batita Anda akan terlatih untuk berpikir kreatif dalam menentukan bentuk bangunan yang akan disusun.

Belajar berpakaian sendiri Sekitar usia 23 bulan, batita Anda akan mulai ingin berpakaian sendiri. Biasanya dia akan mulai dengan mencoba menepis tangan Anda dan membuka  pakaiannya  sendiri.  Biarkan anak  melakukannya,  meskipun  dia  akan menghabiskan  waktu   lebih   lama. Perhatikan cara anak saat melepaskan pakaiannya, karena dia bisa saja mengalami beberapa kesulitan. Setelah bisa membuka pakaian, biasanya anak juga akan mencoba memakai pakaiannya sendiri. Untuk memudahkan dia (dan Anda juga sebenarnya), pilih pakaian yang relatif lebih sederhana dan mudah, misalnya dengan kancing yang besar dan tidak terlalu   banyak,   atau   dengan   retsleting.   Kaus   dan   t-shirt   yang   loose   atau   siap   pakai   sebaiknya   agak   longgar   agar   tidak menyusahkan saat digunakan. Bukan hanya baju, batita Anda juga dapat bereksperimen dan bereksplorasi dengan berbagai aksesoris sederhana seperti topi yang lucu-lucu atau scarf.

Toilet Training Memang tidak ada patokan umur bagi seorang anak harus mulai melakukan toilet training. Namun umumnya sekitar usia 2 tahun bisa menjadi usia yang ideal untuk mencoba mengajari anak mengontrol BAB dan BAK-nya, serta belajar menggunakan toilet untuk buang air. Jangan terburu-buru dan terlalu memaksakan si kecil, karena toilet training adalah proses yang memerlukan waktu yang tidak sama pada masing-masing anak. Sebaliknya, Anda justru harus memperhatikan kesiapan si kecil. Karena bagaimanapun, itulah kunci utama keberhasilan toilet training. Semakin siap anak maka akan semakin mudah juga untuk melatihnya. Langkah paling sederhana bagi batita dalam belajar ialah melalui imitasi. Biarkan anak mengamati Anda saat ke kamar mandi dan menggunakan toilet. Sebaiknya anak laki-laki melihat ayahnya dan sebaliknya anak perempuan melihat ibu, agar mereka tidak dibingungkan dengan perbedaan jenis kelamin. Sekali-kali Anda juga dapat mendudukkannya di atas toilet, membukakan celananya dan memberitahunya bahwa nanti dia akan bisa menggunakan toilet sendiri untuk pipis, sama seperti Anda. Jangan ada unsur paksaan dan ekspektasi berlebihan, anggap hal ini sebagai permainan yang mendidik baginya. Agar anak lebih mudah untuk mengontrolnya, bantulah ia untuk mengenali timbulnya keinginan untuk buang air. Pada beberapa anak, tanda-tanda bisa berupa: muka memerah, mengejan, berhenti bermain sejenak dan lain-lain. Permudah proses belajar toilet training si kecil dengan membelikannya celana dan pakaian yang mudah dibuka. Bahkan Anda juga dapat menyediakan potty chair dan membacakan potty books baginya.

Page 8: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

http://www.rumahcerdas-depok.com/?Artikel:Tahap_Tumbuh_Kembang_Anak_0-2_tahun

Perkembangan mental dari bayi hingga dewasa

oleh : Dr. Martin Leman

    Menjadi dewasa adalah proses yang cukup panjang.  Kita bisa bayangkan begitu banyaknya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, dari saat  baru lahir dengan berat sekitar 2- 3 kg saja sampai ia tumbuh dewasa dengan berat bisa sampai 50-60 kg. Proses yang terjadi ini  meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan, yaitu dua hal yang berbeda  namun sangat berkaitan. 

     Konsep yang terkandung dalam “pertumbuhan” adalah perubahan ukuran. Misalnya dari berat badan 3 kilogram menjadi 50 kilogram. Dari tinggi hanya 50 cm, hingga tinggi badan mencapai 160 centimeter, dsb. Jadi di sini perubahan secara fisik yang kasat mata, sebab memang ukurannya berubah.

     Sedangkan konsep yang ada dalam “perkembangan” adalah proses  menjadi sempurnanya  fungsi dari seluruh organ tubuh, termasuk di   sini  adalah kematangan emosi,  kematangan dalam  interaksi  sosial,  dan kemampuan  intelektual.  Dalam proses perkembangan   ini,   anak   kecil     yang   semula   tidak   bisa   apa-apa,  menjadi    mampu   berdiri   sendiri,  memiliki     kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, mampu  berhitung, dan lain sebagainya.

    Proses pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor genetik dari kedua orang tuanya sudah jelas akan memberi  kontribusi  yang besar dalam hal  ini.    Selain  itu ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun trauma yang pernah dialami oleh anak. Demikian pula faktor lain yang sifatnya tidak langsung, misalnya status ekonomi orang tua, yang berpengaruh pada kecukupan gizi dan kesejahteraan anak. Bahkan pada masyarakat yang masih memiliki akar budaya yang  kuat, perkembangan karakter anak juga akan terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut.

     Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan di mana ukuran tubuh menjadi lebih besar. Dalam hal perkembangan fisik, anak menjadi   terampil   dalam menggunakan   tangan  dan   jari-jarinya,   kakinya,  dapat  berdiri,   berlari,  dapat  makan   sendiri,  dapat menelan dengan baik, dan berbagai kemampuan lain yang sifatnya  berupa keterampilan.

     Intelektualitas juga mengalami perkembangan. Anak berkembang menjadi mampu berkomunikasi  dengan sekitarnya, dapat menyampaikan   pikirannya,   dan   dapat   memahami   hal-hal   abstrak   dan   simbolis.   Perilaku   anak   juga   mengalami   proses perkembangan, mengikuti norma-norma yang ada di lingkungan di mana ia dibesarkan.

       Dari segi emosional, anak akan berkembang untuk mampu membangun ikatan perasaan, emosi dan kasih sayang. Ia akan semakin mampu mengatasi kecemasannya, mengendalikan agresivitas dan emosi. Interaksi sosialnya juga akan berkembang. Ia akan memiliki ikatan yang semakin kuat dengan orang tua, saudara dan lingkungan kesehariannya.

       Proses perkembangan sebenarnya merupakan proses belajar. Seperti halnya proses perkembangan  perilaku, di mana anak belajar dari bagaimana tindakan atau sikapnya dihargai oleh orang lain. Ia akan mengembangkan perilaku yang membuahkan balasan positif dari orang sekitarnya. Sebaliknya bila orang di sekitarnya memberi respons yang negatif,  perilaku itu tidak akan berkembang.  Kadang orang tua perlu memberi ketegasan pada anak, apa yang  tidak boleh anak lakukan, maka orang tua dapat memberinya   respons   negatif   berupa   hukuman.   Hukuman   di   sini   merupakan   respons   negatif     dan   keadaan   yang   tidak menyenangkan,   yang     dibuat   agar   anak  tidak  mengembangkan   lagi   perilaku   itu.  Walaupun  demikian,   ternyata   penelitian mengatakan bahwa lebih efektif memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif , daripada memberi hukuman terhadap perilaku negatif.

    Pembentukan  dan modifikasi dari perilaku anak ini banyak dipengaruhi oleh  adanya penghargaan dari lingkungan sekitarnya. Semakin ia diberi respons positif, semakin kuat perkembangannya. Selain itu yang menjadi acuan dari anak dalam bertingkah laku adalah perilaku dari orang sekitanya. Anak yang masih kecil memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan orang tua dan kakak-kakaknya sebagai contoh model dalam berperilaku.

       Semakin besar anak, ia akan semakin memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Ia tidak hanya belajar dari   mencoba sesuatu, tetapi juga dari melihat dan memperhatikan orang lain melakukannya. Model yang   dijadikannya contoh berperilaku juga makin meluas dan tidak hanya dari yang ada di sekitarnya secara langsung.  Media massa dan televisi akan ikut memberi pengaruh dalam pembentukan karakter dan perilakunya. Skala nilai dan norma-norma yang dianut juga akan tidak jauh berbeda dengan dunianya ini. Semakin besar anak, ia akan  semakin melihat nilai dan norma apa yang diajarkan oleh orang tuanya, dan 

Page 9: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

bagaimana kenyataan orang tua menjalaninya secara nyata dalam keseharian. Di sini penting sekali bahwa perilaku orang tua sehari-hari harus sesuai dengan yang mereka ajarkan pada anaknya.  Justru bila apa yang dilakukan dan diajarkan oleh orang tua berbeda, akan berakibat anak tidak memahami  dan mengerti  tentang perilaku yang seharusnya.

     Hal lain yang perlu juga diingat adalah bahwa tiap anak memiliki pola perilaku yang unik dan bervariasi. Jadi bagaimana pun anak  akan tetap memiliki tabiat dan perilakunya sendiri, bahkan pada anak kembar sekalipun. Kita sebagai orang tua tidak akan bisa menentukan 100 %  bagaimana perilaku anak itu. Tetapi kita sebagai orang tua  harus dapat memahami karakteristik tiap anak, sehingga dari situ  kita dapat  membimbing  dan mengajarkan esensi perilaku yang baik padanya.

    Bayi baru lahir sangat tergantung dengan lingkungannya. Untuk  memenuhi keperluannya ia masih harus dibantu oleh orang lain.  Sedangkan  orang  dewasa,   sudah  dapat  mempengaruhi   lingkungannya  dalam pemenuhan  kebutuhannya.  Kemampuan untuk berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya ini diperoleh dari suatu proses perkembangan   sejak bayi hingga dewasa. Proses perkembangan dan perubahan pada bayi yang baru lahir hingga bisa berdiri  sendiri  saat dewasa ini,  terjadi dalam beberapa tahap :

Bayi usia 0 – 1 tahun (bayi yang masih menyusu)

       Di usia ini bayi belum dapat membedakan dirinya dengan lingkungan luarnya. Ia masih dalam taraf mulai belajar   untuk membedakan antara dirinya dan dunia luarnya. Pada usia ini kebutuhan bayi memang masih   sedikit, tetapi harus terpenuhi dengan baik. Dunia luarnya akan dimulai dari ibu atau orang yang memenuhi kebutuhannya dan merawatnya sehari-hari. Anak pun akan jauh lebih menyukai bila mendengar suara ibunya, yang dikenalnya sejak ia lahir.

    Pada usia 2 - 6 minggu,  ia mulai kenal dan akrab dengan  anggota keluarga  yang ada di sekitarnya.  Ia  sudah merasa nyaman dan senang  terhadap lingkungannya dan juga atas perhatian yang diberikan akan kehadirannya.  Perasaan senangnya ini akan tercermin dari kontak sosialnya yang pertama, berupa ekspresi senyuman, yang disebut social smile.

    Di usia 4 bulan, anak akan semakin dapat menikmati kontak sosial. Ia sudah dapat memberi ekspresi tertawa pada orang yang melihatnya. Ia pun sudah mulai dapat membedakan ekspresi muka orang yang ada dihadapannya, walau kadang belum mengerti benar. Seiring dengan kontak-kontak sosial yang ia buat, ia pun mengembangkan  ikatan emosionalnya. Di usia sekitar 6 bulan, bahkan   ia   sudah   dapat   memilih   untuk   melakukan   kontak   sosial   dengan   seseorang   yang   lebih   disenanginya.     Karena berkembangnya   ikatan  emosional  dalam kontak   sosialnya   inilah,  maka  anak  di  usia  6   sampai  8  bulan  kadang  mengalami separation anxiety.  Anak cemas, bila orang yang secara emosional dekat dengannya  tidak ada di dekatnya lagi.  Untuk melatih anak agar  mampu mengatasi  keterpisahannya dengan orang tua  ini,  sering kali  anak diajak bermain “cilukba”  .  Secara tak langsung anak dilatih untuk  bisa mengatasi keadaan walau ia tak melihat ada orang tua di sekitarnya.

    Dengan perkembangan kemampuan melihat ekspresi wajah  orang yang ada di hadapannya, bayi yang berusia  7 bulan mulai mengerti ekspresi wajah, terutama orang yang sudah lama ia kenal. Perilaku yang ia lakukan hingga sekitar usia 12 bulan, masih berupa imitatif dari apa yang ia lihat. Ia melakukan apa yang ia lihat orang lain lakukan, walau ia sendiri belum mengerti maksud tingkah laku itu.

    Dalam hal berkomunikasi, di usia sekitar 8 bulan ia sudah familiar dengan namanya sendiri. Ia sudah mengerti bahwa  jika ia mendengar  namanya itu, berarti ia dipanggil. Di usia 9 bulan, bayi mulai mengerti bila seseorang pergi dari hadapannya, tidak berarti tidak akan kembali, dan ia mulai mengerti “bye-bye” atau “da-daah..” sebagai ucapan untuk berpisah sementara.

    Ibu yang bisa merawat bayinya dengan baik, dengan peka, dan memenuhi kebutuhan si bayi, akan menjadikan bayi memiliki kepercayaan pada dunia luar, dan tidak menjadi takut. Bila bayi berkenalan dengan dunia luar dengan baik, di mana lingkungan itu mau menerimanya, ia akan memiliki kepercayaan untuk membuka kontak sosial dengan dunia luar yang lebih luas. Dunia luar tidak menjadi momok baginya, dan ia akan terus memperluas dunia luarnya itu.   Sebaliknya, ibu yang kaku, keras,   tidak peka akan kebutuhan si bayi, akan menjadikan bayi tegang dan tentunya akan memberi efek kurang baik bagi perkembangan si bayi.

      Jadi perlu diingat bahwa hubungan baik dan rasa percaya pada dunia luar ini selain dipengaruhi oleh bakat anak itu sendiri, juga dipengaruhi oleh sikap orang disekitarnya, terutama dalam tahun pertamanya.

Umur 1 – 4 tahun

        Pada  usia   ini  tingkat  ketergantungan  mulai  berubah.  Aktivitas  yang   semula   serba  dependen  perlahan  beralih  menjadi independen. Seiring dengan kemajuan  dalam kemampuan  bahasa, gerak, dan kemampuan komunikasi dengan dunia luarnya, ia 

Page 10: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

akan lebih mudah mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya. Perbendaharaan kata yang dimiliki semakin banyak, dan anak mulai pandai menirukan kata yang didengarnya.  Orang tua yang mengasuhnya pun lebih mudah mengerti apa yang dikehendaki si anak, karena anak sudah dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Dengan kemampuannya itu, ditambah dengan keterampilan motoriknya yang mulai dapat memegang, memeriksa , dan mencoba sesuatu, ia akan semakin banyak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Ia akan senang untuk membongkar-bongkar dan mengobrak-abrik  semua tempat.

      Semakin ia besar dan mengerti perbedaan dirinya dengan dunia luar, disini akan timbul pertentangan. Pertentangan terjadi karena   si   anak   belum   mengenal   kepentingan   lain   selain   kepentingan   dirinya   sendiri,   sehingga   kerapkali   akan   terjadi pertentangan dengan kepentingan orang tuanya.

    Dalam usia 2-3 tahun anak memasuki fase  gemar memprotes segala hal. Setiap ajakan akan ditolak dan diprotesnya. Masa ini  disebut masa kopigheid’s periode (masa keras kepala), atau ada pula yang menyebutnya sebagai masa negativistik.  Anak seperti berusaha berpegang pada suatu pendirian, walau setelah itu ia juga akan menentang ajakan sebaliknya.

      Dalam usia 4 tahun, anak senang bermain-main dengan anak lain. Keingintahuannya meluas dan  ia sudah dapat berfantasi  akan kesenangannya.  Pola interaksi dengan orang tua juga mulai agak berubah. Orang tua sudah melihatnya  sebagai anak yang agak besar,  bukan anak bayi   lagi,  yang tidak  lagi    harus ditunggui  setiap saat  oleh  ibunya.  Di  sinilah anak kadang kembali mengalami separation anxiety, karena ia tak lagi selalu di dekat ibunya.  Hal ini juga sering terjadi bila ibu melahirkan adiknya, di mana perhatian seluruh keluarga lebih banyak tercurah  bagi si adik bayi yang baru lahir.

    Aktifitas juga akan meningkat. Anak seperti tidak bisa diam, maunya naik turun tempat tidurnya, mencoba jalan-jalan, dan lain sebagainya. Pada masa  ini orang tua sering terlalu khawatir dan akhirnya  semakin keras dan melarang anaknya untuk banyak bermain. Sebenarnya hal ini dapat memberi pengaruh kurang baik, sebab anak yang semula aktif dan bersemangat menjelajahi dunianya, menjadi berkurang minatnya karena takut dimarahi kalau-kalau ia melakukan sesuatu yang  ternyata dilarang orang tuanya. Akhirnya anak yang semula aktif menjadi anak yang pasif, dan akhirnya perkembangannya melambat.

    Faktor lain yang berpengaruh adalah perubahan sikap dari orang tuanya, di saat si anak memiliki adik. Si  sulung dituntut untuk jadi panutan bagi sang adik. Terhadap sang adik yang baru lahir, biasanya sikap orang tuanya tidak sama seperti waktu si sulung masih sendiri. Kekuatiran orang tua sudah berkurang, dan sang adik memperoleh lebih banyak kebebasan.

    Selain dari orang tua, kakak dari seorang anak juga turut mempengaruhi perkembangan anak. Dengan adanya seorang kakak, bagi sang adik bisa menjadi pemacu untuk berkompetisi dan berusaha untuk menyainginya. Namun sebaliknya, bisa juga si adik bisa  menjadi  manja,   sebab   selalu   terlindungi   oleh   kakaknya.   Seorang   adik   bungsu   yang   bedanya   jauh   dengan   kakaknya, kadangkala akan dibiarkan memiliki ketergantungan yang berlebihan terhadap kakak-kakaknya, atau terhadap orang tuanya.

Umur 5 – 7 tahun

     Usia ini adalah usia sekolah awal. Anak mulai masuk Taman Kanak-kanak. Ia memulai untuk berusaha berdiri sendiri di dunia luarnya.   Ia tidak  lagi  berada di  sisi   ibunya terus-menerus.  Di  TK  ia akan mulai  berlatih berbagai  keterampilan.  Kemampuan melihat, menerima pengertian, berpikir, berbahasa, yang masih sederhana akan dikembangkan dengan berhadapan langsung dengan dunia luar.  Hal-hal yang dialaminya secara langsung akan semakin banyak dan semakin bervariasi.

       Aktifitasnya akan meningkat, dan porsi waktu yang semula ia habiskan dalam rumah saja bergeser menjadi banyak di luar rumah. Dan ia juga akan melihat dunia yang melibatkan lebih banyak orang, dengan berbagai perilakunya. Di sinilah orang  tua sering menjadi cemas, sebab khawatir  perilaku orang lain akan memberi pengaruh yang tidak baik bagi anak.

     Dalam proses mengasah ketrampilan ini, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda, walaupun anak itu sebenarnya normal. Di sinilah peran ibu / orang tua cukup besar. Kadang kala ibu merasa cemas dan “senewen” melihat anaknya kurang cepat dibanding anak lain, dan akhirnya menyuruh anak untuk lebih cepat. Ini kadang malah berakibat anak menjadi  semakin tegang dan bertentangan dengan ibunya.

     Hal lain yang sering dilakukan ibu adalah mengambil alih tugas mengerjakan  pekerjaan rumah atau prakarya yang diberikan gurunya. Pengambilalihan ini bisa juga berupa menyuruh kakaknya yang lebih besar untuk mengerjakannya. Memang akhirnya si anak akan mengumpulkan hasil karya yang baik, mungkin malah paling baik di kelasnya, dan memperoleh nilai yang tinggi, akan tetapi hal ini sebenarnya malah berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan menjadi tidak bertambah terampil (malah ibu atau kakaknya yang tambah terampil), dan secara tidak sadar akan menanamkan pada anak   bahwa ia tidak perlu repot-repot karena akan selalu dibantu ibunya.   Fungsi sekolah yang bertujuan untuk membentuk tanggung jawab,kewajiban, 

Page 11: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

dan keterampilan  pun tidak tercapai sebagaimana direncanakan. Hal yang mungkin terjadi juga, si anak dapat menjadi terbiasa menyalahgunakan kasih ibunya itu dengan berlambat-lambat dalam melakukan suatu tugas, dengan harapan akan diambil alih oleh ibunya.

    Pertentangan lain yang sering terjadi juga di usia ini adalah pertentangan antara pengaruh ayah dan pengaruh ibu. Pada usia ini, di mana dunia si anak sudah mulai meluas dan ia mulai bisa membedakan banyak orang, ia akan dapat melihat ayah dan ibunya sebagai orang yang berbeda. Jika ia melihat bahwa ayahnya mengharapkan lain dengan apa yang ibunya harapkan, ia akan mengalami pertentangan, sebab tidak mungkin baginya memenuhi harapan keduanya sekaligus. Hal ini dapat memberikan pengaruh buruk  pada usahanya untuk melepaskan diri dari ketergantungan dan berdiri sendiri.

Umur 7 – 11 tahun

    Keseimbangan antara ketergantungan dan mampu berdiri sendiri mulai tampak. Anak (terutama anak laki-laki) akan semakin senang bermain sendiri / bersama temannya di luar rumah. Pada saat anak ini bermain, ia secara tak sadar sebenarnya sedang berusaha melepaskan ketergantungannya dengan  ibunya di  rumah,  dan berdiri  sendiri  bersama teman-temannya di  sekitar rumah. Seorang anak laki-laki di usia ini, jika masih memperlihatkan ketergantungan  secara terang-terangan terhadap ibunya, malah merupakan hal yang tidak normal dan harus diwaspadai.

       Di saat seorang anak masuk Sekolah Dasar, ia mengalami peralihan antara bermain dengan “bekerja”. Perkembangan yang terjadi selain berusaha berdiri sendiri, juga sudah mulai rasa tanggung jawab dan memiliki kewajiban terhadap tugas belajarnya di   sekolah.  Di   sini   peranan   sekolah   selain  mengajarkan   ilmu  pengetahuan   ,adalah  memberi   tugas-tugas   yang  merangsang perkembangan    tanggung  jawab dan rasa punya kewajiban  .  Tugas  dari   sekolah diarahkan untuk  merangsang  inisiatif  dan kemampuan berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Kadangkala orang tua ingin memberikan anak suatu masa kanak-kanak yang menyenangkan, sehingga akibatnya mereka malah terlalu melonggarkan anak dari kewajiban  dan tugas yang diberikan dari sekolah.  Orang   tua  kadangkala  malah  mengajak  anak  bermain-main    dan  tidak  mengharuskan   si   anak  mengerjakan   tugas sekolah.   Ini  malah    berakibat  anak  tidak  dapat  belajar  disiplin  dalam mengerjakan   sesuatu.   Sering   terjadi   juga  orang   tua mengerjakan tugas sekolah si anak, dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan agar si anak tidak terlalu repot, atau agar si anak punya nilai yang bagus, dan lain sebagainya.   Hal ini tidaklah baik, sebab malah akan mengakibatkan   si anak terhambat perkembangannya.

    Selain itu, anak juga akan mulai banyak bergaul dengan teman sebayanya. Mulanya ia akan tetap berbaur dengan laki-laki dan perempuan,   tapi   lama-kelamaan  mereka   akan   berkelompok   sejenis.   Anak   laki-laki   akan   banyak  melakukan   aktifitas   yang dilarang, misalnya bermain di tempat yang dilarang. Hal ini mereka lakukan karena mau menunjukkan sikap jantannya. Hal ini tidak perlu menjadi kekuatiran yang   berlebihan selama kenakalan mereka tidak keterlaluan dan tidak membahayakan. Akan tetapi tentunya juga tidak berarti orang tua bisa melepas begitu saja.

Usia 11 – 19 tahun

    Perkembangan  psikologi yang normal selama masa remaja, meliputi  4 aspek . Pertama adalah kemampuan emosional  untuk terlepas dari keluarga dan mampu menerima tanggung jawab. Kedua, perkembangan seksual dan nilai moralitas. Di sini selain pematangan fungsi seksual dari organ tubuh, juga pematangan akan nilai-nilai seksualitas. Ketiga, menemukan keinginan dan minat  yang ada dalam dirinya dan usaha pencapaiannya. Dan yang keempat, adalah menemukan jati diri (ego) yang sebenarnya.

       Pada tahap  ini   terjadilah proses pematangan seksual.  Selain secara fisik,   juga secara mental.  Perilakunya akan semakin menunjukkan ciri-ciri kelakuan anak laki atau perempuan dalam pergaulannya, terutama dalam pergaulan dengan lawan jenis.

       Pada masa  awal remaja, anak sering membandingkan diri dengan teman-teman sebayanya.   Tingkah laku dari orang  yang mereka jadikan model atau idola, akan mereka tiru dan ikuti. Rasa ingin tahu tentang hal seksual akan meningkat, dan biasanya mereka mencari segala sumber untuk mengetahuinya.   Peran orang tua dan sekolah dalam hal ini adalah untuk memberikan sex education   yang benar, sehingga anak mendapat informasi yang benar tentang seksualitas.   Dari segi hubungan sosial dengan dunia sekitarnya, anak akan mulai menyadari kedudukan dan status orang tua dalam masyarakat. Dengan berinteraksi dengan masyarakat, anak melihat bagaimana orang lain memandang dirinya dan keluarganya. Dari sini ia akan belajar untuk membentuk dan memahami identitas sosialnya.

       Pada saat ini orang tua sebaiknya memperhatikan apakah anaknya memiliki perilaku yang sesuai dengan kelaminnya. Pada saat ini diperlukan petunjuk dan bimbingan dari orang tuanya tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma –

Page 12: Tumbuh Kembang Anak Psikiatri

norma ini tidak hanya untuk masalah seksual saja, tetapi juga untuk sopan santun dan norma-norma dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

    Dalam masa  pertengahan remaja (15-16 tahun) anak mulai memperhatikan penampilan dirinya. Ia mulai merisaukan tentang body image-nya.   Anak ingin lebih bebas dalam memilih aktifitasnya, dan menerima tanggung jawab  yang lebih besar.   Minat akan aktifitas tertentu akan lebih menonjol, dan anak mulai menemukan kegemaran-kegemarannya. Rasa ingin tahu, khususnya tentang  seksualitas   semakin  besar,  dan  mereka  saling  berbagi     informasi   tentang  hal   ini,  entah  benar  atau  salah.    Dalam hubungan  sosial, anak lebih berani untuk interaksi  dengan lingkungannya, dan mengatasi isolasi emosional.  Ia  akan berusaha mengatasi ketakutan terhadap penolakan oleh lingkungan  dan menjadi akrab dengan teman yang paling dipercayanya. Dalam masa ini,  pengaruh teman dan kelompoknya jauh lebih besar dari pada pengaruh orang tua. Anak akan jauh   merasa lebih nyaman  untuk berada  dalam lingkungan teman-teman sebayanya, ketimbang berada dekat dengan orang tuanya. Kematangan emosional juga mulai berkembang, misalnya dengan mampu berbagi perasaan dengan teman – teman akrabnya.

       Orang tua memberi peranan penting dengan mulai memberikan persamaan hak pada anak. Ini sangat penting bagi proses akhir keseimbangan antara ketergantungan dan kemampuan berdiri sendiri. Dengan  perlahan menghapus kedudukan anak yang lebih rendah, anak akan semakin berkembang karena ia juga akan memperoleh ruang yang lebih luas untuk berkembang dan berdiri sendiri, menerima tanggung jawab dan kewajiban. Seorang remaja ingin mencoba segala sesuatu, mencoba membuat keputusan sendiri, dan mereka perlu diberi kesempatan membuat kesalahan. Di sini masa kecilnya banyak memberi pengaruh. Jika pada usia  kecilnya ia banyak mengalami kegembiraan, persahabatan, dan kesuksesan, ia akan menjalani masa remaja dan dewasa dengan penuh percaya diri. Sebaliknya bila masa kecilnya ia tidak pernah menerima penghargaan atas usahanya, ia bisa menjadi rendah diri dan kurang percaya diri.

       Pubertas berasal dari kata pubercere yang artinya menjadi matang. Sedangkan adolesen berasal dari kata adolescere yang berarti menjadi dewasa. Proses ini sudah pasti akan menimbulkan konflik. Orang tua sebaiknya tidak usah takut akan konflik ini, selama konflik tak hebat dan tidak mengarah pada perpecahan anggota keluarga.   Yang perlu diingat adalah konflik hanyalah aspek yang diperlukan  dalam perkembangan anak yang sehat. Malahan, jika sama sekali tidak dijumpai adanya konflik, orang tua harus curiga jangan-jangan si anak hanya pura-pura mampu berdiri sendiri.

        Anak   juga   akan   lebih   terikat   dengan   teman   sebayanya,   dalam   kelompok   tertentu.  Mereka  merasa   lebih   aman   dan memperoleh kepastian akan eksistensi dirinya. Sebenarnya dalam tahap inipun mereka bukannya tidak tergantung sama sekali dengan orang lain, mereka masih tergantung dengan orang tua dan teman-temannya dalam kadar tertentu. Perkembangan akan kemampuan diri sendiri di sini meliputi berbagai aspek, termasuk ilmu pengetahuan, moral, emosional, dan berbagai macam lainnya.

       Akhir masa remaja, keinginan untuk keluar dari lingkungan rumah menjadi semakin besar lagi. Mereka semakin terdorong dengan keinginan  untuk  melanjutkan  sekolah  yang   lebih  tinggi  di   tempat   lain,  atau  bekerja  di   tempat  yang  baru.    Dalam bersosialisasi  mereka umumnya sudah cukup   nyaman dengan kemampuan dirinya dan sudah mulai  menemukan  identitas dirinya.  Dalam berinteraksi    dengan orang  lain  bahkan mereka sudah berani  untuk  lebih  serius,  misalnya dengan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya dalam bentuk berpacaran.

    Dalam diri anak bagaimanapun akan masih terjadi pertentangan antara keinginan berdiri sendiri  dengan masih ingin berada dalam naungan  orang   tua.  Anak   sering  mengalami  kekuatiran  apakah  dirinya   sudah   cukup   siap  untuk  mengambil   sebuah keputusan  dan    memilih   jalan  hidupnya   sendiri.  Di   sini  orang   tua  harus   tetap  memberinya  arah   ,  bimbingan,    dan   tetap membukakan pintu selebar-lebarnya bagi anak bila ia membutuhkan  bantuan orang tua……namun tetap harus ingat untuk tidak lagi memperlakukan anak yang sudah dewasa  sebagai anak kecil

Majalah 'Anakku' ed.4, thn 2000.