9
  Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 92 PRODUKSI EPIGAL LOCATECHIN GAL LA TE PADA KULTUR IN VITRO  KALUS CAM ELL IA SI NENSIS SEBAGAI KANDIDAT PANGAN FUNGSIONAL PRODUCTION Epigallocatechin gallate in Vitro Camellia sinensi s Culture Callus as Functional Food Substitute Sutini*)  Agrotechnolo gy Department of Ag riculture Faculty UPN ”Veteran” East Java Email :[email protected] ABSTRACT Epigallocatechin gallate (EGCG) were secondary metabolite in tea (Camellia sinenis) as anti obecity dan degenerative syndrom. EGCG in tea act as bioactive by hydroxyl group and galoil that could act as functional food substitute. Problem to find epigallocatechin gallate from tea were season dependent, need a large area, and low productivity. By these mean epigallocatechin gallate production by in vitro culture. These technique could overcaming all that problem above. General purpose of these research were to find invitro EGCG production technique. Method to gain these purpose were : (1) Callus induction by explant sprout tea leaves in media with many variance grown culture (2) Sub culture callus by using same media in induction method (3) qualitative analisys EGCG callus compound. Result of these research; callus hand retention time (tR) on High Performance Liquid Chromatography for 6 minutes, same as EGCG standart. EGCG had potential as aditive functional food and baverage that had as tringent or bi tter taste Key words : Epigallo catechin gallate, HPLC, retention time, Camellia sinensis ABSTRAK Epigallocatechin gallate (EGCG) adalah metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman teh (Camellia sinensis ) sebagai bahan anti obesitas dan penyakit degeneratif . EGCG dalam teh bertindak sebagai senyawa bioaktif karena memiliki gugus hidroksil dan galoil yang dapat sebagai kandidat pangan fungsional. Kendala memperoleh epigallocatechin gallate dari tanaman teh diantaranya: sangat tergantung musim, me merlukan l ahan ya ng luas, d an tingkat prod uksinya rel atif rendah. Oleh karena itu produksi epigallocatechin gallate perlu dikembangkan dengan teknik kultur in vitro. Teknik ini dapat mengatasi kendala-kendala tersebut di atas. Tujuan pe nelitian secara umum adalah memperoleh teknik prod uksi EGCG secara invitro melalui teknik kultur kalus . Metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah: (1) induksi kalus dengan menanam eksplan potongan pucuk daun teh pada media dengan berbagai zat pengatur tumbuh, (2) Sub kultur kalus mengguna kan media yang sa ma seperti saat in duksi (3) Analisis kualitati f senyawa EGCG kalus. Hasil penelitian ini berupa kalus yang memiliki waktu retensi (t R ) pada High-Perfo rmance Liquid Chromatogra phy selama 6 menit yang sama dengan waktu retensi EGCG standar. Senyawa EGCG berpotensi sebagai bahan adtif pada minuman-makanan fungsional terkait dengan rasa kelat atau pahit. Kata kunci: Epigallo catechin gallate, HPLC, waktu retensi , Camellia sinensis

TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 1/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 92

PRODUKSI EPIGALLOCATECHIN GALLATE PADA KULTUR IN VITRO  KALUS

CAMELL IA SINENSIS SEBAGAI KANDIDAT PANGAN FUNGSIONAL

PRODUCTION Epigallocatechin gallate in Vitro Camellia sinensi s Culture Callus asFunctional Food Substitute

Sutini*) Agrotechnology Department of Agriculture Faculty UPN ”Veteran” East Java

Email :[email protected]

ABSTRACT

Epigallocatechin gallate (EGCG) were secondary metabolite in tea (Camelliasinenis) as anti obecity dan degenerative syndrom. EGCG in tea act as bioactive byhydroxyl group and galoil that could act as functional food substitute. Problem to find

epigallocatechin gallate from tea were season dependent, need a large area, and lowproductivity. By these mean epigallocatechin gallate production by in vitro culture.These technique could overcaming all that problem above. General purpose of theseresearch were to find invitro EGCG production technique. Method to gain thesepurpose were : (1) Callus induction by explant sprout tea leaves in media with manyvariance grown culture (2) Sub culture callus by using same media in inductionmethod (3) qualitative analisys EGCG callus compound. Result of these research;callus hand retention time (tR) on High Performance Liquid Chromatography for 6minutes, same as EGCG standart. EGCG had potential as aditive functional food andbaverage that had astringent or bitter taste

Key words : Epigallocatechin gallate, HPLC, retention time, Camellia sinensis

ABSTRAK

Epigallocatechin gallate  (EGCG)  adalah metabolit sekunder yang terdapatpada tanaman teh (Camellia sinensis ) sebagai bahan anti obesitas dan penyakitdegeneratif. EGCG dalam teh bertindak sebagai senyawa bioaktif karena memilikigugus hidroksil dan galoil yang dapat sebagai kandidat pangan fungsional. Kendalamemperoleh epigallocatechin gallate  dari tanaman teh diantaranya: sangattergantung musim, memerlukan lahan yang luas, dan tingkat produksinya relatifrendah. Oleh karena itu produksi epigallocatechin gallate perlu dikembangkandengan teknik kultur in vitro. Teknik ini dapat mengatasi kendala-kendala tersebut di

atas. Tujuan penelitian secara umum adalah memperoleh teknik produksi EGCGsecara invitro melalui teknik kultur kalus. Metode yang dilakukan untuk mencapaitujuan tersebut adalah: (1) induksi kalus dengan menanam eksplan potongan pucukdaun teh pada media dengan berbagai zat pengatur tumbuh, (2) Sub kultur kalusmenggunakan media yang sama seperti saat induksi (3) Analisis kualitatif senyawaEGCG kalus. Hasil penelitian ini berupa kalus yang memiliki waktu retensi (tR) padaHigh-Performance Liquid Chromatography selama 6 menit yang sama dengan wakturetensi EGCG standar. Senyawa EGCG berpotensi sebagai bahan adtif padaminuman-makanan fungsional terkait dengan rasa kelat atau pahit.

Kata kunci: Epigallocatechin gallate, HPLC, waktu retensi , Camellia sinensis

Page 2: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 2/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 93

PENDAHULUAN

Senyawa Epigallocatechingallate (EGCG) adalah senyawametabolit sekunder yang ada dalampucuk daun teh muda, berkerangkadasar C6-C3-C6 termasuk struktur 2- phenylbenzopyran yang mudahdioksidasi pada cincin B (Marais 2007),menyebabkan pembukaan atom oksigen(Caffin dkk., 2004) sehingga bersifatmeningkatkan reaktivitas terhadap: (1)ikatan polimer biologi (2) ikatan denganlogam berat (3) mengkatalis transportasielektron (4) menangkap radikal bebas.

Keempat sifat tersebut membuat EGCGbersifat bioaktif, memiliki kasiat antiobesitas yang berperan sebagai zatuntuk menghancurkan lemak (Rahardjo,2005), juga antioksidan yangmemberikan efek penetralisasi kuatterhadap senyawa radikal bebasendogen dan eksogen (Murphy Coman,1999). Radikal bebas tersebutmenyerang sistem intraseluler dalamberbagai jaringan tubuh sehinggamenyebabkan munculnya tumor,

kanker, dan berbagai penyakitdegeneratif lainnya.

Melalui Kementrian PertanianRepublik Indonesia Rencana StrategisKementrian 2010 ditetapkan teh sebagaisalah satu Komoditas UnggulanNasional. Menurut Julian 2008,Indonesia adalah negara pengeksporteh yang mendapat peringkat ke 3 ditingkat internasional dengan kontribusisebesar 5 %  dari produk teh dunia,namun kontribusi ini masih di bawah

kontribusi Cina dan Vietnam. Namunnenurut Nurunisa 2011, subsistembudidaya agribisnis teh Indonesiasedang dihadapkan oleh kondisipenurunan luas area perkebunan. Halini tentu berpengaruh terhadap volumeproduksi teh Indonesia. Selama periode2000-2009 telah terjadi penurunan luasarea perkebunan teh sebesar 2,18persen setiap tahun. Penurunan luasareal ini kemudian berdampak padapenurunan produksi teh nasional,dimana selama tahun 2000 hinggatahun 2010 terjadi penurunan produksi

rata-rata sebesar 0,83 persen. Di sisilain, penurunan kinerja di subsistembudidaya tersebut juga mempengaruhisubsistem pemasaran teh Indonesia.Pangsa pasar teh Indonesia cenderungterus menurun akibat adanyakecenderungan penurunan volumeekspor teh dari tahun ke tahun.Berbagai kendala yang dihadapi olehpara produsen teh nasional nyatanyasaling terkait antar subsistem. Olehkarena itu produksi metabolit sekunderepigallocatechin gallate (EGCG) perludikembangkan salah satu alternatifnya

dengan teknik kultur in vitro melaluikultur kalus.Kultur kalus adalah biakan dari

bagian atau jaringan tanaman yangtelah dipisahkan dari tanaman asalnyayang ditumbuhkan dalam keadaan sterilpada suatu media buatan, denganpenambahan nutrisi sehingga sel-selnyamampu tumbuh dan mengadakanpembelahan menjadi masa sel yangtidak terdeferensiasi yang disebut kalus.Kalus adalah kumpulan sel-sel yang

terbentuk dari sel-sel parenkhim yangmembelah secara terus menerus dantidak terorganisir. Di alam (in vivo) fenomena pembentukan kalus terjadipada penyakit tumor tanaman yangdisebabkan infeksi oleh mikroorganismebakteri Agrobacterium tumefaciens padabagian tanaman yang terluka akibatgigitan serangga atau nematoda. Kalusyang diinisiasi dan dipelihara dalammedia secara in vitro dapat digunakanuntuk tujuan mempelajari pertumbuhan

dan perkembangan tanaman atau untukmendapatkan metabolit sekunder

Kultur in vitro  tanaman yangdipelihara di bawah kondisi lingkungannutrisi, dan zat pengatur tumbuh yangterkontrol dijamin menghasilkanmetabolit yang kontinyu (Mondal dkk.,2004). Alasan penggunaan Kultur invitro  yang berbentuk kalus dalamproduksi metabolit sekunderepigallocatechin gallate diantaranya: (a) jaringan kalus tidak berbentuk, tidakterorganisasi, (b) dapat digunakan padakegiatan kultur selanjutnya tanpa harus

Page 3: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 3/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 94

menginisiasi ulang, (c) dapat disimpanpada keadaan tertentu/sesuaikebutuhan kalus tersebut misal untuk plantlet hingga tanaman dewasa, (d)pembelahan sel terus menerus terjadisehingga berpotensi tinggi untukdiproduksi. Produksi senyawa EGCGpada kultur in vitro  tercapai tertinggipada kondisi kalus tua (umur 4 bulan)dan pada umur kalus 4 bulan inidiperoleh kadar yang tertinggi. Kondisiini menunjukkan bahwa kultur in vitro mempunyai prospek untukdikembangkan menjadi sebuah

teknologi produksi EGCG (Sutini,2009).Penelitian ini bertujuan seperti

tersebut berikut: 1) Mendapatkankondisi pertumbuhan kalus teh untukproduksi senyawa epigallocatechingallate. 2) Mendapatkan kondisi optimaluntuk memperoleh konsentrasi ZPTdalam media produksi kalus secara invitro. 3)  Memperoleh kondisi optimaluntuk produksi senyawaepigallocatechin gallate, kemudian

mengisolasi, mengidentifikasi kalus (invitro) secara kualitatif sebagai upayauntuk mendapatkan produk metabolitsekunder EGCG yang berperan untukmenunjang keberadaan zat aditifmakanan-minuman fungsional yangberguna untuk meningkatkankesehatan.

Substansi organik metabolitsekunder EGCG ini dapat diisolasi darikultur kalus (Mulabagal dkk., 2004), dandapat diidentifikasi menggunakan High-

Performance Liquid Chromatography(HPLC).

BAHAN METODE Bahan

Bahan yang digunakan yaitu:bahan jaringan pucuk daun muda dankalus Cameliia sinensis L, standarEGCG, bahan kimia kultur in vitro:media Murashige & Skoog diantaranya:makronutrien, mikronutrien, myoinositol,Vitamin B5, dan sukrosa. 2.4-Diklorofenoksi-asetat (2,4D), kinetin,fenilalanin, asam salisilat, etanol, Na-

hypoklorit, akuades steril, larutanbanlate 5%. Untuk ekstraksi: metanol,akuades, kloroform,etil asetat. UntukHPLC: asam asetat, metanol-aqua proinjeksi( 15:85).Alat-alat:

1. High-performance liquidchromatography (HPLC) Agilent 1100series low pressure gradient dengandetektor Spektrofotometer UV-STdiode array, kolom RP 18  Waters µBondapak 10 µm, 3.3 x 300mm

2. Pengaduk Vortex (Vortex Mixer)3. Ultrasonik (Julabo Labortechnik

GMBH)4. Sentrifuge (Hettich)5. Neraca analitik Direct Reading micro

Balance (Shimadzu), kepekaan 0,001mg dan “ Nylon membran  filter “ 0,2μm (Whatman).

METODE PENELITIAN

1. Optimasi penumbuhan kalus padamedium MS, dengan komposisimedium MS dengan berbagai jenis

ZPT dan variasi konsentrasi ZPT:NAA:K masing 0,5 ppm, 2,4-D:Kmasing-masing 1 ppm, NAA:2IPmasing masing 0,5 ppm dan 2,4-D:BAP masing masing 0,5:1 ppm.

2. Subkultur (subkultur pertama) padamedia baru.

Subkultur dilakukan dengancara memindahkan kalus pada mediabaru secara aseptis diinkubasi dalamruang kultur pada suhu 25 C selama 4minggu dengan pencahayaan untuk

pemeliharaan kalus dan perbanyakaneksplan sehingga mendapatkan materiyang cukup untuk analisis senyawaflavan-3-ol. Kalus yang disubkulturkandipilih bagian yang berwarna putihkehijauan karena pada bagian tersebutsel-selnya masih aktif mengalamipembelahan. Kalus hasil subkulturdiinkubasi lagi digunakan sebagaibahan ekstraksi.

3. EkstraksiEkstraksi adalah suatu metode

pemisahan didasarkan dari dua cairanyang tidak saling campur bila

Page 4: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 4/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 95

ditambahkan zat yang dapat larut dalamkeduanya, maka zat tersebut akanterdistribusi dalam kedua sistem denganperbandingan yang tetap padatemperatur tertentu. Ekstraksidipengaruhi oleh koefisien distribusi,volume cairan dan jumlah pengulanganekstraksi. Untuk mendapatkanepigallocatechin gallate ekstraksidilakukan menurut metode Shirai et al., (1994). Hasil ekstraksi yang diperolehdiamati menggunakan HPLC.

Ekstraksi kalus teh dilakukandengan cara kalus dihaluskan

kemudian ditimbang dengan teliti(kalus telah ditentukan kadar airnyadengan metode gravimetri) danditambah aquades panas temperatur70-80 ºC, didiamkan selama ± 30 menit.Setelah dingin disaring, lalu dimasukanke dalam labu ukur 50,0 mL. Ampaskalus teh dibilas dengan 10 mL airpanas sebanyak 2 kali, didiamkan ± 30menit kemudian disaring. Hasil ekstrakkedua dan ketiga dikumpulkan padalabu ukur yang sama, kemudian

ditambahkan aquades sampai 50,0 mL.Larutan ekstrak teh, diambil 25,0 mLkemudian dikocok pelan dengan 25 mLkloroform dalam corong pisah makaakan terbentuk fase air. Dari fase airyang didapat, diambil sebanyak 25,0 mLkemudian diekstraksi dengan 25 mL etilasetat sebanyak 3 kali terbentuk faseetil asetat. Fase etil asetat ditampungdan diuapkan di dalam almari asamsampai kering, maka  akan diperolehekstrak EGCG dari fraksi etil asetat.

Ekstrak EGCG dilarutkan dalam 5.0 mLmetanol (Karlina 2006).4. Identifikasi kalus EGCG dengan

HPLCIdentifikasi epigallocatechin

gallate  kalus teh dengan High-Performance Liquid Chromatography(HPLC), mekanismenya berdasarkanproses adsorbsi dan partisi, yaitupemisahan ditentukan oleh distribusisolut dalam dua fase gerak atauditentukan oleh kelarutan solut.Optimalisasi kondisi HPLC seperti: (1)penentuan fase gerak berdasar sifat

fisika kimia epigallocatechin gallate yaitu bersifat polar sehinggaepigallocatechin gallate  sangat mudahlarut dalam air. Untuk itu digunakan fasegerak yang relatif polar seperti asamasetat/air (98:2 v/v) dalam reservoir A,dan asetonitril dalam reservoir B, asamasetat berguna untuk menghilangkanekor dari peak/puncak. Fase gerak lainseperti metanol : air : asam asetat = 20: 75 : 5 v/v/v juga dapat digunakan(Sakata et al ., 2001). (2) Penggunaankolom yang relatif non polar, sepertikolom µbondapak C18, (3) pengukuran

dengan detektor foto diode array (PDA)dengan panjang gelombang antara 200dan 500 nm, karena biasanyaEpigallocatechin gallate  panjangmaksimum yang digunakan sekitar UV280 nm. (4) Penentuan gradien elusipada kecepatan aliran 1ml/menit padatemperatur 35°C. 

Setelah kondisi optimal, sampeldiinjekkan pada HPLC sesuai kondisipada saat optimasi sehingga diperolehkromatogram, yang terdiri dari profil

puncak-puncak komponen sampel yangdisuntikkan. Dari puncak-puncaktersebut, diperoleh data waktu retensidan tinggi puncak atau area puncak.Waktu retensi (tR) yaitu waktu yangdiperlukan sampel mulai saat injeksisampai keluar dari kolom dengansinyal/kromatogram spesifik yangterdeteksi oleh detektor. Waktu retensidapat digunakan untuk analisis kualitatif.

Kondisi operasional HPLC: (1)temperatur diseting 30ºC, (2) panjang

gelombang 274,8 nm, (3) fase gerakterdiri dari metanol: air : asam asetat =20:75:5 (4) laju alir fase gerak 1 mL/menit. (5) Pembuatan larutan standarEGCG dengan berbagai macamkonsentrasi dengan kadar 5, 10, 15, 20,dan 25 ppm, kemudian masing-masingkonsentrasi disuntikkan sebayak 100 µLpada instrumen HPLC dengan kondisioperasional yang sudah di seting, makaakan didapat kromatogram denganwaktu retensi(t

R). (6) Pembuatan larutan

ekstrak kalus EGCG dalam metanoldisonikasi selama 5 menit untuk

Page 5: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 5/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 96

menghilangkan gas-gas yang terdapatdalam larutan agar tidak menyumbatkolom, kemudian larutan disaringdengan kertas saring Whatmann 0,2

m. Untuk memperjelas puncakkromatogram, pada larutan ekstrakkalus ditambahkan standar 15 ppmkemudian disuntikkan sebayak 100 µLpada instrumen HPLC dengan kondisioperasional yang sudah di seting, makaakan didapat kromatogram denganwaktu retensi. Identifikasi dapatdilakukan dengan cara membandingkanwaktu retensi standar EGCG dengan

ekstrak kalus EGCG.

HASIL dan PEMBAHASAN

Hasil

Hasil optimasi responpertumbuhan kalus dari berbagaiberbagai jenis ZPT dan variasikonsentrasi ZPT: NAA:K masing 0,5ppm, 2,4-D:K masing-masing 1 ppm,NAA:2IP masing masing 0,5 ppm dan2,4-D :BAP masing masing 0,5:1 ppmterdapat pada Tabel 1.

Hasil Induksi kalus teh padaumur empat minggu setelah induksi,kalus terbentuk pada bagian tepi yangdipotong kemudian melebar sampaiseluruh permukaan eksplan membentukkalus semua. Hasil induksi kalus tehseperti tersebut pada Gambar 1(a-b)

Hasil subkultur kalus hasilsubkultur pertama menampakkanperubahan diameter yang mudahdiamati diameter kalus mencapai ± 1cm pada umur empat minggu setelah

tanam (Gambar 2)

Tabel 1. Respon pertumbuhan kalus ekplanpucuk daun dengan variasi ZPT dankonsentrasi

ZPT(ppm) Respon minggu ke

1 2 3 42,4-D:K(1:1)

2,4-D:K(1:1)

NAA:2IP(0.5:0.5)

2,4-D :BAP(0.5:1)

Hijau menggembung

Hijau menggembung

Hijau pucat

Hijau menggembung

Luka tepi muncul kalus

Luka tepimuncul kalus

Luka tepimuncul kalus

Luka tepi muncul kalus

kalusø0.1cm

kalus ø0.5 cm

Kecoklatan

kalus ø0.5 cm

Membusuk

kalusØ1 cm

Menge

ring

kalus

ø0.5 cm

Gambar: 1a. kalus terbentuk padabagian tepi yangdipotong

Gambar: 1b. Kalus melebar sampaiseluruh permukaaneksplan membentuk kalussemua

.

Page 6: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 6/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 97

Gambar 2. diameter kalus mencapai ±

1 cm pada umur empatminggu setelah tanam

Hasil isolasi dan identifikasikalus EGCG dengan HPLC dilakukandengan cara membandingkan wakturetensi (tR) standar EGCG, dan ekstrakkalus. Hasil identifikasi standar EGCGdapat dilihat pada Tabel 2 dankromatogram standar EGCG dapatdilihat pada Gambar 3. Hasil identifikasiekstrak kalus EGCG dapat dilihat pada

Tabel 3 dan kromatogram ekstrak kalusEGCG dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 2.Waktu retensi (tR) standarEGCG

Tabel 3.Waktu retensi (tR) ekstrak kalusEGCG

No KonsentrasiEGCGstandar

waktu retensi(tR) EGCGstandar

1

2

3

15ppm

20ppm

25ppm

6.38

6.32

6.36

Rata-rata 6.37

No KonsentrasiEGCGekstrak kalus

waktu retensi(tR) EGCGekstrak kalus

1

2

3

15ppm

20ppm

25ppm

6.07

6.06

6.17

Rata-rata 6.07

Gambar 3. Kromatogram EGCG standar  

Page 7: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 7/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 98

PEMBAHASAN Pada Tabel 1, respon

pertumbuhan kalus ekplan pucuk daundengan variasi ZPT dan konsentrasipada umur satu sampai umur 3 minggupertumbuhan kalus mencapai diameterkalus ± 0.1-0.5 cm. Namun setelah umur4 minggu pertumbuhan kalus sangatlambat bahkan kalus dari media yang

ditambah ZPT 2,4-D:K (1:1) membusuk.Sedangkan media yang ditambahNAA:2IP (0.5:0.5) mengering.Selanjutnya eksplan dipilih dari pucukdaun dengan medium MS ditambahdengan 2,4-D 1 ppm + Kinetin 1 ppm.

Pada Gambar 1a-b, eksplandari pucuk daun pertumbuhan kalusditandai dengan proses berturut-turutdari penggembungan eksplan (1a),kemunculan kalus pada tepi eksplanyang terpotong hingga mencapai keseluruh permukaan eksplan (1b).Gambar 1a-b ini menunjukkan bahwa

 jaringan parut/kalus terbentuk darirespon perlindungan tanaman untukmemperbaiki jaringan yang terluka.Data ini relevan dengan pendapatEvans et al.,  (2003) ketika jaringantanaman dilukai kemudian ditempatkandiatas media padat, kalus akanterbentuk pada permukaan organ yangterpotong untuk merespon/melindungisebagai respon perlindungan tanamanuntuk memperbaiki jaringan yang rusak.

Pada Gambar 2, kalus mulaiterbentuk dengan terjadi diferensiasi selditandai dengan perkembangan kalus.

Relevan dengan penelitian Aoshima, Y.(2005) penggunaan eksplan darikecambah pucuk daun teh dapatmeningkatkan deferensiasi kalus hinggamencapai 43%.

Menurut Evans et al.,  (2003),induksi kalus diawali denganmenempatkan eksplan pada mediakultur padat secara aseptis, kemudianberproliferasi mulai dari permukaanyang terluka/terpotong melebar keseluruh permukaan kalus.

Menurut peneliti apabila kalussudah mulai berproliferasi dengan luas±1-2 cm sebaiknya segera dilakukanperbanyakan/sub kultur untukmendapatkan masa yang lebih banyak,menghindari kontaminasi dan kematiansel (Sutini, 2010).

Perbanyakan kalus pada mediabaru disebut subkultur. Kalus hasilsubkultur pertama setelah umur empatminggu terlihat diameter kalus mencapai± 1 cm. Pada umur 12 minggu terlihat

kalus tumbuh dengan diameter kalusmencapai ± 2 cm (Gambar 18).

Pada Tabel 2, diperoleh databahwa waktu retensi (tR) EGCG standarantara 6.32-6.38 sehingga rata-ratadiperoleh 6.37, data ini diperkuatdengan Gambar 3.

Pada Tabel 3 diperoleh databahwa waktu retensi (tR) ekstrak kalusEGCG rata-rata 6.07, data ini terdapatperbedaan 0.30 dari standar, hal inidikarenakan kalus selain mengandungEGCG diduga terdapat senyawa lain

Gambar 4. Kromatogram EGCG kalus

yang diadisi standar EGCG 15,20,25

 ppm, dengan HPLC Agilent 1100

Page 8: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 8/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 99

sehingga waktu retensi terdapatperbedaan yang kurang bermakna.

Pada Tabel 2 & 3, diperolehinformasi bahwa waktu retensi (tR) daristandar EGCG, ekstrak kalus padakisaran 6, hal ini menunjukkan bahwasampel ekstrak kalus mengandungEGCG. Hasil analisa kualitatifkromatogram ekstrak daun teh yangdisuntikkan pada HPLC dengan kolom µbodapak C18, dengan fase gerakmetanol : air : asam asetat = 20 : 75 : 5v/v/v, terlihat ada beberapa puncakdengan (tR) yang berbeda. Puncak

kromatogram yang sesuai denganstandar EGCG yaitu 6.60 menit.Kromatogram dengan puncak 6.60menit ini menunjukkan bahwa ekstrakdaun teh mengandung EGCG (Sutini,2010).

Hasil penelitian menunjukkanwaktu retensi (tR) dari standar EGCG,ekstrak kalus, ekstrak daun the padakisaran 6, yang sama dengan padaekstrak daun the maka kalusmengandung EGCG

Senyawa metabolit sekunderEGCG yang terkandung dalam daun thedan ekstrak kalus dapat sebagai zataditif makanan-minuman fungsionalyang berguna untuk meningkatkankesehatan. Seperti yang ditulis olehNurunisa 2011, manfaat yang dapatdiperoleh dari meminum teh secarateratur diantaranya adalah dapatmenurunkan munculnya risikopenyakitkanker dan radiovaskular, menurunkanberat badan, mencegah osteoporosis

dan merupakan sumber mineral danvitamin. Sangat dianjurkan meminumteh secara teratur sebanyak 4-5 kalisehari, masing-masing 100 ml untukdapat memperoleh manfaat darisenyawa yang terkandung dalam the.

Lesschaeve I. dan Noble C.2005, dalam penelitiannyamenyebutkan bahwa senyawa EGCGpada the/ coklat murni dapat digunakansebagai senyawa aditif padamakanan/minuman terkait dengan sifatadstringen/kekelatan dan rasakepahitan, tetapi untuk masing-masing

orang tingkat preferensi kekelatan danrasa kepahitan senyawa EGCGbervariasi.

Sebagai minuman fungsionaldosis oral sehari untuk menurunkankolesterol bervariasi adalah antara 1-10cangkir. Untuk orang Asia dosis yangumum dikonsumsi sebanyak 3 cangkirper hari the yang setara dengan 90 mgEGCG (A. Qasheesh, 2004

KESIMPULAN

Diperoleh waktu retensi standar EGCGdan ekstrak kalus antara 6.07- 6.37,

dapat disimpulkan bahwa ekstrak kalusmegandung EGCG.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada: 1. DP2M Ditjen Diktitelah mendanai Hibah bersaing ini TH2006/2009. 2. Laboratorium F. FarmasiUnair. 3. Laboratorium F.PertanianUnibraw.

DAFTAR PUSTAKA

 A. Qasheesh, M.M.2004. Herbs used for

treatment of obesity. College ofPharmacy Department ofPharmacognosy. King SaudUniversity: 50-61.

Caffin, N., B. D’Arcy, L. Yao, and G.Rintoul. 2004. Developing anindex of quality for Australiantea, Rural Industries Researchand Development Corporation,http://www.rirdc.gov.au. 

Evans, D.E., J.O.D. Coleman, and A.Kearns. 2003. Plant Cell

Culture, Bio Scientific Publishers,New York.

Julian. 2008. Peran jakarta Tea Auctionbelum Optimal, Agro Indonesia.2-8 September 2008. P. 21.

Karlina 2006. Penetapan KadarEpigallocatechin Gallate(EGCG) Dalam Daun TehDengan Metode KCKT, SkripsiFakultas Farmasi Unair.Surabaya

KementrianPertanianRepublikIndonesia.2010. Rencana StrategisKementrianPertanian 2010-

Page 9: TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

7/21/2019 TUGAS_KULTUR JARINGAN.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tugaskultur-jaringanpdf 9/9

 Produksi Epigallocatechin gallate Pada Kultur In Vitro Kalus ..(Sutini) 100

2014. Kementrian PertanianRepublik Indonesia.

Lesschaeve I. dan Noble C. 2005.Polyphenols: factors influencingtheir sensory properties and theireffects on food and beveragepreferences.

Marais, J.P.J., B.E. Deavours, R.A.Dixon, and D. Ferreira. 2007. The stereochemistry offlavonoids. In The Science ofFlavonoids (ed), E. Grotewold,Springer, in press. Ohio. p. 1-47.

Mondal TK, A. Bhattacharya, M.

Laxmikumaran, P.S. Ahuja.2004. Recent advances of tea(Camellia sinensis)biotechnology, Plant Cell, Tissueand Organ Culture,76: 195 –254.

Mulabagal V, C. Lee, S. Lo, M.N. Satish,Y. L. Chien, and H. Tsa. 2004.Studies on the production ofsome important secondarymetabolites from medicinalplants by plant tissue cultures,Botanical Bulletin of Academia

Sinica45:1-22.http://ejournal.sinica.edu.tw/bbas/content/2004/1/bot45101.pdf#search=%22elicitation%20review%20plant%20camellia%20sinensis%2Bpdf%22. 

Murphy Coman Marjorie. 1999. PlantProducts as Antimicrobial AgentsClinical, 12 (4): 564-582.

Nurunisa, V. A. 2011. Dayasaing danStrategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia.

Skripsi Fakultas Ekonomi danManajemen Institut PertanianBogor.

Rahardjo dan Hermani. 2005. TanamanBerkasiat Anti Oksidan, PenebarSwadaya. Jakarta. p.82.

Sakata, I., M. Ikeuchi, I. Maruyarna. andT.Okuda. 2001. Quantitative Analysis of (-) EpigallocatechinGallate in Tea Leaves by High-Performance LiquidChromatography, YakugakuZasshi, 111 (12) : 790-793.

Sutini, 2009. Studi pembentukankultur kalus Camellia sinensis Ldan deteksi kandunganEpigallocatechin gallate-nya.Journal of Biological Research.Unair. Surabaya.

Sutini, 2010. ProduksiEpigallocatechin GallateMelalui Kalus CamelliaSinensis  L,  Dengan InduksiElisitor, Cu2+, Asam SalisilatDan Prekursor Fenilalanin.Disertasi. ProgramPascasarjana Fakultas

PertanianUniversitaBrawijayaMalang.Shirai, T., Sato. A., and Hara Y.

1994. Epigallocatechin gallate:the Major Causative Agentof Green Tea- Induced Asthma,Chest. 106 (18): 01-05. J. American Society for ClinicalNutrition: 330S –5S.