View
811
Download
109
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN APOTEK
Citation preview
PROPOSAL
RANCANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN APOTEK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PELAYANAN KEFARMASIAN
DISUSUN OLEH :
HERFINA TRI KUSUMASTUTI
(3351141415)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Kini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sudah menjadi kebutuhan bagi
setiap lapisan masyarakat dan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia pada umumnya.
Hal ini sangat mendukung keberlangsungan kehidupan manusia, khususnya dalam
membantu kelancaran kinerja suatu instansi atau perusahaan. Khususnya untuk proses
pengolahan data, penyajian data, pengambilan keputusan dan penyampaian informasi.
Banyaknya data dan informasi yang harus diolah dan disajikan tidak memungkinkan apabila
diproses secara manual. Pengolahan data yang jumlahnya sangat banyak memerlukan suatu
alat bantu yang memiliki kecepatan kerja, perhitungan dan penyampaian data yang tinggi.
Alat bantu tersebut dapat berupa perangkat keras (hardware) atau perangkat lunak (software).
Teknologi informasi dan komunikasi digunakan untuk mengolah data di perusahaan,
instansi-instansi pemerintahan, sekolah dan kini pun sudah menjadi bagian penting dari
penyelenggaraan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan nasional untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Untuk mendapatkan pelayanan dan informasi mengenai
pemahaman kesehatan, diperlukan suatu tempat yang dapat digunakan untuk menyalurkan
dan memberikan informasi obat yang lengkap kepada masyarakat. Beberapa institusi
kesehatan seperti rumah sakit, klinik, laboratorium, puskesmas, yayasan kesehatan telah
menggunakan teknologi ini. Apotek, sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan pun
diharapkan dapat menerapkan teknologi ini demi pelayanan yang maksimal terhadap
masyarakat.
Apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No.51
tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker.
Kemudahan, kecepatan dan kepuasan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan
menjadi hal yang sangat penting dalam usahanya memperoleh keuntungan. Oleh karena itu
untuk mendorong berkembangnya sistem pelayanan kesehatan tersebut, maka suatu apotek
harus melakukan perbaikan di segala aspek dan salah satu wujud perbaikan tersebut adalah
dengan menggunakan sistem komputerisasi atau sistem manajemen informasi di beberapa
bagian persediaan obat, penjualan obat dan sistem pelaporan sehingga dapat memberikan
pelayan yang cepat, efisien dan tepat sasaran.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah :
a. Untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pengembangan apotek
b. Untuk meningkatkan pelayanan demi kepuasan konsumen (pasien) dan kemajuan apotek
c. Untuk memudahkan proses pemasukan dan pencarian data obat maupun alkes yang dijual
di apotek
1.3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana strategi diterapkan oleh apotek dalam rangka meningkatkan mutu dan
pelayanan kepada konsumen serta untuk meningkatkan omset penjualan?
b. Apakah sistem informasi manajemen apotek yang akan diterapkan dapat memecahkan
kendala-kendala yang sering ditemui di apotek?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Apotek
Definisi apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 1332/MENKES/SK/X/2002,
apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran pekerjaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pengertian terbaru mengenai
definisi apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009,
apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009,
pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional. Sedangkan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika. Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, maka dalam
pelayanannya apotek harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam
pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
2.1.1 Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek meliputi :
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat,
bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.
Tugas dan fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 tersebut sangat jelas
mengacu pada kewajiban apotek kepada setiap orang sehingga tercipta kenyamanan dalam
pelayanan obat. Melalui adanya peraturan ini diharapkan fungsi apotek dapat menjadi lebih
maksimal dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
2.2. Sistem Informasi Manajemen Farmasi
Sistem informasi farmasi adalah sebuah sistem yang diorganisir untuk pengumpulan,
pengolahan, pelaporan, dan penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan. Informasi
diperoleh dari pengumpulan dokumen atau catatan farmasi. Sistem informasi farmasi dapat
merupakan alat yang berguna untuk pengawasan serta menyediakan data untuk
memonitoring. Sistem informasi manajemen farmasi yang baik, efektif digunakan untuk
pengolahan data, yang meliputi:
1. Pengolahan data dengan meringkas data.
2. Penyajian informasi dalam bentuk grafis, yang memudahkan pemahaman.
3. Pemahaman informasi untuk mengidentifikasi kecenderungan dan masalah-masalah
potensial.
4. Langkah dalam merespon hasil baik positif maupun negatif.
2.3. Penerapan Sistem Informasi Manajemen di Apotek
Sistem informasi manajemen apotek merupakan sistem informasi pencatatan obat dan
alat kesehatan di apotek. Dengan menggunakan sistem informasi manajemen apotek alur obat
mulai dari penerimaan, pencatatan di gudang obat dan penjualan ke pasien terekam dalam
database sehingga stok opname dapat dilakukan secara otomatis dan real time.
SIM apotek dibuat untuk menangani bagian point of sales kasir dan inventori dari
suatu apotek, yaitu dengan cara menyediakan kemampuan untuk menangani transaksi beli
dan jual secara resep dan non resep. Juga untuk menyajikan laporan laporan sehingga
keputusan yang diambil manajer lebih tepat sasaran. Sistem aplikasi ini dirancang untuk
digunakan secara mudah baik dengan keyboard dan mouse atau dengan barcode scanner
sebagai alat memasukkan data. Sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat.
Perbedaan apotek dengan SIM dan apotek tanpa SIM adalah sebagai berikut:
Apotek dengan SIM Apotek tanpa SIM
Membutuhkan waktu yang lebih singkat
dalam melayani transaksi pembayaran,
karena SIM atau mesin kasir dapat
menghitung secara automatis
Membutuhkan waktu lebih lama dalam
melayani transaksi pembayaran, karena
harus dihitung secara manual atau dengan
kalkulator.
Pemantauan inventori / stok obat yang
ada dapat dilakukan secara cepat
Memerlukan waktu untuk memantau
inventori stok obat yang ada (stock
opname).
Pengambilan keputusan yang lebih tepat
sasaran, misalnya pemilihan produk /
obat obat mana saja yang lebih
diperbanyak karena dengan
menggunakan laporan statistik, bisa
diketahui produk / obat obat mana saja
yang paling diminati masyarakat (paling
laris).
Memerlukan waktu dalam pembuatan
laporan – laporan, karena karyawan harus
membuka kembali data-data yang ada,
sehingga pekerjaan menjadi kurang
efektif.
BAB III
PEMBAHASAN
Sistem informasi manajemen di apotek diterapkan untuk memberikan kemudahan
dalam pengolahan barang yang dijual dan tersedia di apotek, karena proses pengolahan data
yang secara manual nyatanya sungguh tidak efektif mengingat begitu banyaknya data barang
yang ada di apotek. Sistem informasi manajemen apotek pula dapat mengangani setiap
transaksi yang terjadi di apotek, baik transaksi dengan menggunakan resep ataupun non
resep. Diharapkan, proses manajerial dengan sistem informasi ini juga akan memudahkan
pengelola apotek untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat demi kemajuan dan
berkembangnya apotek.
Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh pengelolaan dengan menggunakan sistem
informasi manajemen antara lain :
Stok obat dan alkes yang dijual di apotek akan dapat dipantau, sehingga dapat
meminimalisir kejadian kosongnya barang
Waktu yang singkat untuk melayani transaksi dengan konsumen karena sistem
informasi manajemen dapat digunakan sebagai mesin kasir dan secara langsung
mencatat barang yang keluar dari apotek sehingga terhubung langsung dengan data
stok barang yang ada di apotek
Pelayanan informasi obat dapat dilakukan kepada konsumen (pasien) dengan sistem
yang dibuat dapat menampilkan informasi-informasi penting yang perlu diketahui
pasien terkait dengan obat ataupun alkes yang dibeli
Mempermudah bagi pengelola apotek untuk mengambil keputusan, karena sistem
informasi manajemen menyajikan data yang akurat tentang obat atau barang yang
perlu disediakan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan konsumen
Memberikan kesempatan bagi apoteker pengelola apotek untuk menjalankan tugasnya
memberikan konseling dan informasi obat kepada konsumen, sehingga apoteker dapat
menjalankan tugas keprofesionalitasnya dengan baik
3.1. Strategi Pengembangan Apotek
3.1.1. Non komputerisasi
Hal-hal yang akan dilakukan dalam rangka memajukan apotek tanpa
menggunakan sistem komputerisasi, antara lain :
a. Melakukan promosi, baik dalam bentuk spanduk, brosur, promosi harga (diskon)
untuk mengenalkan apotek yang dikelola kepada masyarakat.
b. Melakukan kerja sama atau sistem bagi hasil dengan dokter ataupun rumah sakit.
c. Menjaga stok obat agar tidak terjadi kekosongan maupun kekurangan pada saat
konsumen membutuhkan.
d. Menjaga kualitas pelayanan, antara lain dengan apoteker yang stand by untuk
memberikan konseling kepada konsumen, menjaga agar seluruh staf di apotek selalu
bersikap ramah dan berpenampilan menarik.
e. Menjaga kerapihan, kebersihan dan kondisi yang kondusif di apotek agar pasien
(konsumen) merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan.
f. Memilih PBF yang memberikan potongan harga cukup besar sehingga apotek dapat
mendapatkan keuntungan yang lebih besar pula atau mengusahakan membayar lunas
ke PBF sehingga diharapkan akan diberikan potongan harga yang lebih banyak.
3.1.2. Sistem Komputerisasi
a. Self service (penjualan non resep)
Konsumen dapat memilih sendiri obat yang akan dibeli dengan komputer atau
gadget yang disediakan oleh apotek, sambil didampingi oleh staf atau apoteker.
Disini, apoteker dapat menjalankan tugasnya untuk memberikan pengetahuan obat
kepada pasien.
b. Layanan antar obat
Dibuat sistem informasi obat dengan basis web yang dapat diakses oleh
konsumen dari rumah atau tempat konsumen yang berada dalam radius tidak
terlampau jauh dari apotek. Pemesanan obat atau alkes yang termasuk obat bebas,
obat bebas terbatas dan alkes yang dapat dibeli tanpa menggunakan resep. Di dalam
web, sudah tercantum harga dan informasi yang perlu diketahui pasien terkait dengan
obat dan alkes yang dipilih.
Ketika pasien sudah memesan obat atau alkes, data tersebut langsung
terhubung dengan sistem informasi di apotek, sehingga faktur atau struk dapat
dicetak. Pembayaran obat dapat dilakukan dengan sistem transfer bank ataupun COD
(Cash on Delivery).
Obat dihantarkan kepada pasien. Apoteker diharapkan dapat turut serta
menghantarkan obat tersebut kepada pasien, sehingga konseling dan pelayanan
informasi obat dapat tetap dilakukan kepada pasien.
Pasien yang datang ke apotek dapat memilih obatnya sendiri dengan menggunakan sistem
komputer atau gadget
Apoteker atau staff apotek mendampingi dan memberikan
pengarahan dan informasi tentang obat yang akan dipilih konsumen
Obat dipilih. Terhubung dengan kasir, dilakukan pencetakan faktur /
struk obat
Apoteker memberikan konseling terkait dengan obat
yang dibeli oleh konsumen
c. Pelayanan obat dengan resep
Pasien menyerahkan resep kepada staff apotek dan data resep dimasukkan ke
sistem informasi manajemen untuk mengecek ketersediaan serta harga obat yang
diminta. Apabila obat yang diminta tersedia, pasien diberikan informasi tentang harga
obat.
Jika pasien setuju, data obat ditransfer ke komputer atau gadget yang dipegang
oleh apoteker pengelola apotek dan pasien diberikan konseling mengenai obat yang
dipesan.
d. Peresepan elektronik
Dokter yang membuka praktik di apotek atau dengan kata lain melakukan
kerja sama, peresepan obat dilakukan dengan sistem elektronik. Resep obat untuk
pasien, di-input oleh dokter ke sistem komputerisasi yang akan terhubung dengan
kasir apotek.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Sistem informasi manajemen apotek merupakan suatu sistem yang diorganisir untuk
pengumpulan, pelaporan, pengolahan dan pengambilan keputusan yang dapat diterapkan di
apotek untuk mendukung pelayanan kefarmasian yang efektif, efisien dan tepat sasaran.
b. Pengembangan apotek dilakukan dengan sistem dengan komputerisasi ataupun non-
komputerisasi.
c. Sistem informasi manajemen apotek diharapkan dapat mengubah orientasi apoteker dari
drug oriented menjadi patient oriented.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan No.51 Tahun 2009. Depkes RI. Jakarta
Sistem Informasi Manajemen Apotek 2012 .http://gustiborneo.blogspot.com/2012/04/sistem-
informasi-manajemen-sim-apotek-html.