Upload
adi-prasetya-anak-agung
View
12
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Seminar Pajak Kelompok IV Kelas 9
Citation preview
0
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TUGAS SEMINAR PAJAK
SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI LUAR NEGERI
Disusun oleh:
Anak Agung Adi Prasetya (144060006065) / 06
Ari Kuswantoro (144060005999) / 09
Dimas Guntoro (144060005997) / 13
Dwiki Riwanto (144060005827) / 16
Rinda Septiani (144060005753) / 28
Wuyung Mutoha (144060005865) / 34
Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus
Kelas 9D
Tahun 2015
1
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber pendapatan Negara Indonesia dari sektor
pajak telah menjadi unsur utama dalam menunjang kegiatan perekonomian, menggerakkan
roda pemerintahan dan penyediaan fasilitas umum bagi masyarakat. Bahkan secara persentase,
setidaknya pajak memenuhi lebih dari 70% pos penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) beberapa tahun terakhir. Salah satu jenis pajak yang menopang
perekonomian negara adalah Pajak Penghasilan (PPh). Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan
terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak.
Dalam pemungutan Pajak Penghasilan (PPh), penentuan subjek pajak menjadi sangat
penting untuk dipahami untuk menentukkan siapa saja yang dapat atau tidak dikenakan pajak.
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat
subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi
wajib pajak apabila telah memenuhi syarat-syarat objektif. Berdasarkan UU PPh No. 36 tahun
2008, Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.
Batasan pembahasan paper ini adalah mengenai subjek pajak luar negeri. Berdasarkan UU PPh
No. 36 tahun 2008, Subjek pajak luar negeri adalah (a) orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan (b) orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Munculnya istilah wajib pajak luar negeri ini dilatar belakangi oleh adanya asas
pengenaan pajak yang dianut Indonesia. Berdasarkan UU PPh No. 36 tahun 2008, Asas
pengenaan pajak yang dianut di Indonesia adalah asas domisili dan asas sumber sekaligus,
khususnya dalam ketentuan yang mengatur mengenai siapa penerima penghasilan (subjek
pajak) dan juga penghasilan itu sendiri (objek pajak). Selain itu, Indonesia juga menganut asas
2
kewarganegaraan yang parsial, khususnya dalam ketentuan yang mengatur mengenai
pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi.
Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence principle),
berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan yang berdomisili di wilayah negara atau apabila badan yang
bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana
penghasilan yang akan dikenakan pajak itu berasal. Sehingga muncul adanya subjek pajak
dalam negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Ayat (3) UU PPh.
Asas sumber, negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan
yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang
bersangkutan dari sumbersumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi
persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan
tersebut sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau
berasal dari negara itu.Sehingga muncul adanya subjek pajak luar negeri sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 Ayat (4) UU PPh.
Paper ini akan menjelaskan mulai dari pengertian subjek pajak secara umum, subjek
pajak luar negeri, serta contoh-contoh pengaplikasian subjek pajak di negara asing.
3
SUBJEK PAJAK
Berdasarkan pasal 2 Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 36 tahun 2008,
disebutkan mengenai hal-hal sebagai berikut:
Yang menjadi subjek pajak adalah:
a. 1. Orang Pribadi,
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukkan warisan
yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan
pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
b. Badan;
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisai lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah,
merupakan Subjek Pajak, tanpa memperhatikan nama dan bentuknya, sehingga setiap
unit dari badan pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh
pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.
c. Bentuk Usaha Tetap.
BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
4
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:
1) Tempat kedudukan manajemen;
2) Cabang perusahaan;
3) Kantor perwakilan;
4) Gedung kantor;
5) Pabrik;
6) Bengkel;
7) Gudang;
8) Ruang untuk promosi dan penjualan;
9) Pertambangan dan penggaian sumber alam;
10) Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
11) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
12) Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
13) Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orag lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60(enam puluh) hari dalam jangka waktu 12(dua belas) bulan;
14) Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang berkedudukan tidak bebas;
15) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia;
16) Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.
Subjek Pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri
sesuai dengan ketentuan pada pasal 2 ayat (2) Undang-undang nomor 36 tahun 2008.
Kelompok kami akan membahas secara lebih rinci mengenai subjek pajak luar negeri yang
akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
5
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh), Subjek Pajak luar negeri
adalah:
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,yang yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.
Dalam rangka memberikan kepastian atas perlakuan Pajak Penghasilan bagi orang
pribadi Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal pajak Nomor PER-2/PJ/2009 tentang Perlakuan
Pajak Penghasilan bagi Pekerja Indonesia di Luar Negeri. Peraturan tersebut mengatur tentang
hal-hal sebagai berikut:
1. Yang dimaksud Pekerja Indonesia di Luar Negeri adalah orang pribadi WNI yang bekerja di
luar negeri >183 hari dalam jangka waktu 12 bulan sehingga ditetapkan sebagai Subjek Pajak
Luar Negeri (SPLN);
2. Penghasilan dari luar negeri sehubungan dengan pekerjaan di luar negeri dan telah dikenai
pajak di luar negeri, tidak dikenai PPh di Indonesia,
3. Dalam hal Pekerja Indonesia menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, maka
penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai ketentuan yang berlaku.
Orang pribadi ini sebagaimana yang dimaksud di atas tetap merupakan subjek pajak
dalam negeri apabila tidak memiliki atau tidak dapat menunjukkan salah satu dokumen tanda
pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk di luar negeri. Dokumen tersebut antara
lain :
1. green card,
6
2. identity card,
3. student card,
4. pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh Kantor Perwakilan Republik
Indonesia diluar negeri,
5. surat keterangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Kantor Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri, atau
6. tertulis resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi negara setempat.
Dengan begitu, jika TKI bekerja di Luar Negeri lebih dari 183 hari maka jadi subjek
pajak luar negeri. Dengan para TKI menjadi WPLN, maka administrasi perpajakan Indonesia
tidak dapat menjangkau mereka karena administrasi perpajakan Indonesia hanya menjangkau
Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN). Menurut Pasal 2A UU PPh kewajiban subjektif dari
orang pribadi subjek pajak dalam negeri akan berakhir pada saat meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya. Sedangkan untuk TKI, kemungkinan
mereka untuk meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya juga masih belum pasti
sehingga terjadi kerancuan apakah mereka termasuk WPDN atau WPLN.
Untuk menyikapi kerancuan antara WPLN dan WPDN pada TKI, maka TKI
disarankan untuk mengajukan permohonan WP non-efektif sesuai dengan Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak No.SE -89/PJ/2009. Dalam surat edaran tersebut disebutkan bahwa
salah satu syarat untuk menjadi WP NE yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat
tinggal atau berada atau bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan. Status NE tidak akan menghapus NPWP tetapi ada keuntungan bagi Wajib
Pajak NE yang tidak menyampaikan SPT yaitu tidak diterbitkan Surat Teguran.
Di sisi lain, Peraturan Direktur Jenderal pajak Nomor PER-2/PJ/2009 ini membuat
ketentuan baru dengan membuat batas baru antara subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak
luar negeri. Di UU PPh, time test 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan digunakan untuk
menguji warga negara asing apakah dia sudah termasuk subjek pajak dalam negeri. Akan tetapi,
time test 183 hari pada peraturan ini digunakan untuk menguji WNI apakah dia sudah termasuk
subjek pajak luar negeri.
7
BENCHMARK DENGAN NEGARA LAIN
I. Subyek Pajak Penghasilan Amerika Serikat
Warga negara Amerika dan penduduk asing adalah subjek pajak atas pendapatannya
yang diperoleh di seluruh dunia. Warga negara Amerika dan penduduk asing dapat
dikecualikan dari pengenaan pajak bila memiliki penghasilan paling tinggi $97.600
(untuk tahun 2013) dari pendapatan diluar negeri ditambah biaya perumahan jika mereka
memenuhi tes kualifikasi yang ditentukan dan jika mereka mengajukan pengembalian pajak
untuk mengklaim pengecualian.
Penduduk asing yang tidak bertempat tinggal di amerika merupakan subjek pajak
Amerika atas penghasilan yang secara efektif diperoleh sehubungan dengan perdagangan
atau hubungan bisnis dengan Amerika dan atas penghasilan tetap atau ditentukan di Amerika,
pendapatan tahunan atau periodik, laba atau penghasilan (penghasilan investasi umum
termasuk dividen royalti dan pendapatan sewa). Penghasilan investasi di Amerika dikenakan
pajak pada gross basis dengan tarif tetap 30%.
Status Kependudukan Untuk Kepentingan Perpajakan
Kependudukan untuk tujuan pajak penghasilan umumnya tidak dipengaruhi oleh status
imigrasi seseorang. Umumnya, warga asing dapat dianggap penduduk asing jika mereka
penduduk tetap sah (pemegang green card) atau jika secara fisik telah berada cukup lama
berada di Amerika dengan tes kehadiran subtansial. Dengan adanya tes kehadiran
substansial, warga asing dianggap menjadi penduduk Amerika jika memenuhi kondisi
dibawah ini:
Seseorang berada di Amerika Serikat untuk paling tidak 31 hari selama tahun berjalan.
Seseorang dianggap berada untuk paling tidak 183 hari selama 3 tahun berturut-turut
pada masa periode tes termasuk tahun berjalan, menggunakan formula tertimbang
dengan persentase sebagai berikut:
o Tahun berjalan 100%
o 1 tahun sebelumnya 33,33%
o 2 tahun sebelumnya 16,67%
Ada beberapa pengecualian atas keberadaan seseorang saat pelaksanaan tes:
8
Hari dimana keberadaan seseorang di US sebagai pelajar, pengajar atau pelatih,
atau jika ada kondisi kesehatan yang menghambat keberangkatan, tidak dihitung.
Seseorang mungkin diakui sebagai bukan penduduk Amerika berdasarkan
kedekatan hubungan (seperti tax home) dengan negara lain.
Perjanjian pajak penghasilan bilateral dapat membatalkan aturan pajak domestik
Amerika bagi penduduk ganda.
Pada situasi tertentu, akan menjadi bermanfaat bagi seseorang untuk dianggap
penduduk amerika dengan tujuan pajak penghasilan.
Keringanan Pajak Berganda dan Pajak Penghasilan
Kredit pajak luar negeri adalah sarana yang digunakan oleh individu di Amerika
Serikat untuk menghindari atas pengenaan pajak dua kali dari Negara asing dan dari Amerika
Serikat. Umumnya, kredit pajak luar negeri memungkinkan WP AS untuk mengurangi
pajaknya sesuai jumlah pajak penghasilan yang telah dibayar ke pemerintah asing atau sesuai
pada batasan-batasan sesuai ketentuan berlaku.
Kredit pajak luar negeri umumnya terbatas dan jumlahnya lebih rendah dari pajak yang
telah sebenarnya dibayar atau yang masih harus dibayar ke pemerintah asing. Keterbatasan ini
karena ada pengklasifikasian menjadi 2 kategori pendapatan yaitu kategori pendapatan
pasif dan kategori pendapatan umum , yang meliputi pendapatan dari jasa pribadi.
Aturan khusus berlaku bagi orang asing non-residen yang merupakan penduduk dari
negara-negara yang memiliki perjanjian pajak penghasilan dengan Amerika Serikat. Amerika
Serikat telah menandatangani perjanjian pajak ganda dengan 58 negara salah satunya dengan
Indonesia yang ditandatangani pada 11 Juli 1988 tentang Persetujuan Antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Amerika Untuk Penghindaran Pajak Berganda
Dan Pencegahan Pengelakan pajak berkenaan dengan pajak penghasilan.
Perjanjian Pajak Berganda antara Indonesia dengan Amerika Serikat
Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat, maka
ketentuan mengenai penduduk asing tidak lagi mengikuti ketentuan yang ditetapkan AS akan
tetapi mengikuti perjanjian pajak berganda yang telah ditandatangani oleh kedua negara
tersebut.
Sesuai pasal 4 perjanjian pajak Indonesia-AS, penduduk suatu Negara pihak pada
perjanjian ialah setiap orang/badan, yang menurut Negara tersebut dapat dikenakan pajak di
9
negara tersebut berdasarkan domisili, tempat kehadiran, tempat pendirian, tempat kedudukan
manajemen, atau dasar lainnya yang sifatnya serupa. Untuk kepentingan perpajakan Amerika
Serikat, dalam hal partnership, estate atau trust, istilah penduduk suatu Negara pihak pada
perjanjian yang hanya berlaku sepanjang penghasilan yang diperoleh partnership, estate, atau
trust tersebut dapat dikenakan pajak AS sebagaimana penghasilan yang diperoleh penduduk,
baik penghasilan tersebut ada ditangannya maupun penghasilan tersebut ada di tangan pihak
lain.
Orang pribadi menjadi penduduk dikedua Negara pihak pada perjanjian maka :
a) Ia akan dianggap sebagai penduduk Negara Pihak pada Perjanjian di mana ia
mempunyai tempat tinggal tetap. Apabila ia mempunyai tempat tinggal tetap di
kedua Negara Pihak pada Perjanjian atau sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal
tetap di salah satu Negara tersebut, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara Pihak
pada Perjanjian di mana ia mempunyai hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yang
lebih erat (tempat yang menjadi pusat perhatiannya);
b) jika Negara Pihak pada Perjanjian yang menjadi pusat perhatiannya tidak dapat
ditentukan,ia akan dianggap sebagai penduduk Negara Pihak pada Perjanjian di
mana ia mempunyai tempat yang biasa ia gunakan untuk berdiam;
c) jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara Pihak pada Perjanjian
atau sama sekali tidak mempunyainya di salah satu Negara tersebut, ia akan dianggap
sebagai penduduk Negara Pihak pada Perjanjian di mana ia menjadi warga negara; dan
d) jika ia menjadi warga negara dari kedua Negara Pihak pada Perjanjian atau sama sekali
tidak menjadi warga negara salah satu Negara tersebut, maka pejabat-pejabat yang
berwenang dari Negara Pihak pada Perjanjian akan menyelesaikan masalahnya
berdasarkan persetujuan bersama.Tempat tinggal tetap dalam hal ini adalah tempat di
mana orang pribadi menetap bersama keluarganya.
10
CONTOH KASUS
Contoh Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan PPh Terutang Bagi Bentuk Usaha Tetap
Untuk Tahun Pajak 2013 Diuraikan Berikut Ini:
- Peredaran bruto Rp10.000.000.000
- Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara Penghasilan Rp 8.000.000.000 (-)
Rp 2.000.000.000
- Penghasilan bunga Rp 50.000.000
- Penjualan langsung barang yang sejenis
dengan barang yang dijual bentuk usaha
tetap oleh kantor pusat Rp 2.000.000.000
- Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan Rp 1.500.000.000(-)
Rp 500.000.000
- Dividen yang diterima atau diperoleh kantor pusat yang
mempunyai hubungan efektif dengan bentuk usaha tetap Rp 1.000.000.000(+)
Rp 3.550.000.000
- Biaya-biaya menurut Pasal 5 ayat (3) Undang-undang PPh Rp 450.000.000(-)
- Penghasilan Kena Pajak Rp 3.100.000.000
- PPh badan terutang (Corporate Income Tax) = 25%xRp3.100.000.000 Rp 775.000.000
Berdasarkan Pasal 26 ayat (4) Undang-undang PPh, selain dikenai PPh atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak, bentuk usaha tetap berkewajiban melakukan
pemotongan pajak atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
tetap di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
Melanjutkan contoh di atas, maka besarnya PPh Pasal 26 ayat (4) adalah :
- Penghasilan Kena Pajak Rp 3.100.000.000
- PPh terutang Rp 775.000.000
- Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi PPh terutang Rp 2.325.000.000
- PPh Pasal 26 ayat (4) = 20% x Rp2.325.000.000 Rp 465.000.000
11
Pemotongan PPh Pasal 26 Atas Pembayaran Premi Asuransi Ke Luar Negeri
Suatu perusahaan penyewaan gedung kantor, PT A, mengasuransikan bangunan bertingkat
langsung ke perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar jumlah premi selama tahun 1995
sebesar Rp. 1 milyar. Besarnya perkiraan penghasilan neto perusahaan asuransi luar negeri adalah :
50% x Rp 1 milyar = Rp. 500.000.000,00.
Sehingga besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong oleh PT A selama tahun 1995 adalah :
20% x Rp. 500.000.000,00 = Rp. 100.000.000,00 (10% x Rp. 1 milyar).
Jika PT A mengasuransikan kepada perusahaan asuransi di dalam negeri, PT B, dengan membayar
jumlah premi yang sama sebesar Rp. 1 milyar, dan kemudian PT.B mere-asuransikan sebagian polis
asuransi tersebut kepada perusahaan asuransi luar negeri dengan membayar premi sebesar Rp. 500 juta,
maka besarnya perkiraan penghasilan neto perusahaan asuransi di luar negeri adalah :
10% x Rp. 500 juta = Rp. 50.000.000,00 dan
PPh Pasal 26 yang wajib dipotong oleh PT B adalah :
20% x Rp. 50 juta = Rp. 10.000.000,00 (2% x Rp. 500.000.000,00).
Pemotongan PPh Pasal 26 Atas Penjualan atau Pengalihan Harta di Indonesia yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
Jason Bourne wajib pajak luar negeri melakukan transaksi penjualan jam tangan mewah di
Indonesia seharga Rp 12.000.000.000,00. Besarnya perkiraan penghasilan neto Jason Bourne adalah :
25% x Rp 12 milyar = Rp. 3.000.000.000,00.
Sehingga besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong oleh PT A selama tahun 1995 adalah :
20% x Rp. 3.000.000.000,00 = Rp. 600.000.000,00 (5% x Rp. 12 milyar).
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 26 Atas Penghasilan Pegawai Dengan Status Wajib Pajak
Luar Negeri Yang Memperoleh Gaji Sebagian Atau Seluruhnya Dalam Mata Uang Asing
Russel Fredriksen adalah pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari. Dia
berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Dia memperoleh gaji pada bulan Maret sebesar US $
2,500 sebulan. Kurs menteri keuangan pada saat pemotongan adalah Rp 11.500,00 untuk US $ 1.00.
Maka penghitungan gaji Russel Fredriksen adalah :
Penghasilan bruto berupa gaji sebulan = US $ 2,500 x Rp 11.500,00 = Rp 28.750.000,00
PPh Pasal 26 terutang sebesar = 20% x Rp 28.750.000,00 = Rp 5.750.000,00
12
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 26 Atas Hadiah yang Diterima Atlet Wajib Pajak Luar
Negeri
Rojer Feder adalah atlet wajib pajak luar negeri yang memenangkan sebuah turnamen di Indonesia dan
berhak atas hadiah senilai US $ 10,000. Kurs menteri keuangan pada saat pemotongan adalah Rp
11.500,00 untuk US $ 1.00.
Maka atas hadiah yang diperoleh Rojer Feder tersebut dikenakan PPh Pasal 26 sebesar :
20% x penghasilan bruto = 20% x (US $ 10,000 x Rp 11.500,00)
= 20% x Rp 115.000.000,00
= Rp 23.000.000,00
13
SIMPULAN
Dari pemaparan makalah mengenai subjek pajak orang pribadi luar negeri, dapat
diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Istilah wajib pajak luar negeri ini dilatar belakangi oleh adanya asas pengenaan pajak
yang dianut Indonesia yang diatur dalam UU PPh No. 36 tahun 2008, yaitu asas
domisili dan asas sumber sekaligus, khususnya dalam ketentuan yang mengatur
mengenai siapa penerima penghasilan (subjek pajak) dan juga penghasilan itu sendiri
(objek pajak). Selain itu, Indonesia juga menganut asas kewarganegaraan yang parsial,
khususnya dalam ketentuan yang mengatur mengenai pengecualian subjek pajak untuk
orang pribadi.
2. Berdasarkan pasal 2 Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 36
tahun 2008, disebutkan bahwa Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat
tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
3. Subjek Pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia. Dan Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,yang yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
4. Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat, maka
ketentuan mengenai penduduk asing tidak lagi mengikuti ketentuan yang ditetapkan
AS akan tetapi mengikuti perjanjian pajak berganda yang telah ditandatangani oleh
kedua negara tersebut. Sesuai pasal 4 perjanjian pajak Indonesia-AS, penduduk suatu
Negara pihak pada perjanjian ialah setiap orang/badan, yang menurut Negara tersebut
dapat dikenakan pajak di negara tersebut berdasarkan domisili, tempat kehadiran,
tempat pendirian, tempat kedudukan manajemen, atau dasar lainnya yang sifatnya
serupa. Untuk kepentingan perpajakan Amerika Serikat, dalam hal partnership, estate
atau trust, istilah penduduk suatu Negara pihak pada perjanjian yang hanya berlaku
14
sepanjang penghasilan yang diperoleh partnership, estate, atau trust tersebut dapat
dikenakan pajak AS sebagaimana penghasilan yang diperoleh penduduk, baik
penghasilan tersebut ada ditangannya maupun penghasilan tersebut ada di tangan pihak
lain.
5. Untuk menghindari pajak berganda, pajak penghasilan yang telah dibayarkan di luar
negeri dapat dikreditkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 24 UU PPh. Untuk
mengkreditkan pajak penghasilan yang telah dibayar diluar negeri, wajib pajak harus
mengetahui tata cara dan ketentuan yang mengatur hal tersebut. Untuk penghasilan
atas dividen dari luar negeri, apabila belum ada pajak yang secara nyata dibayarkan di
luar negeri atas dividen yang ditetapkan saat perolehannya, maka pajak atas dividen
tersebut tidak boleh diperhitungkan sebagai kredit pajak luar negeri.
15
DAFTAR REFERENSI
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
Peraturan Direktur Jenderal pajak Nomor PER-2/PJ/2009 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan
bagi Pekerja Indonesia di Luar Negeri
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-43/PJ/2011 Tentang Penentuan Subjek Pajak
Dalam Negeri Dan Subjek Pajak Luar Negeri
TKI di Luar Negeri. http://pajaktaxes.blogspot.com/2011/03/tki-di-luar-negeri.html, diakses
5 April 2015
PPh atas TKI di Luar Negeri. http://dudiwahyudi.com/pajak/pajak-penghasilan/pph-atas-tki-
di-luar-negeri.html, diakses 5 April 2015
Pajak Internasional, http://ekonomister.blogspot.com/2009/05/pajak-internasional.html,
diakses 03 April 2015
Perpajakan Internasional, http://adithpurnama04.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-
false- false.html diakses tanggal 03 April 2015
Swiling, John. When Two Countries Claim an Individual as Resident, What's the Recourse?
.http://www.us.kpmg.com/microsite/tax/ies/tea/summer2003/stories/article06.htm
diakses 03 April 2015
Worldwide personal tax guide 2013 2014 United States of America. ,
http://www.pajakonline.com/engine/treaty/view.php?id=71&l=id