Upload
npuspasari
View
264
Download
31
Embed Size (px)
DESCRIPTION
metode pelaksanaan bangunan
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proyek
Kota Banjarmasin merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Selatan
dengan luas wilayah 72 km² secara geografis seluruh wilayahnya berada pada
dataran rendah berawa, yaitu daerah yang selalu tergenang air.
Kota Banjarmasin dipersiapkan sebagai kota perdagangan, berusaha untuk
mencukupi berbagai fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas sosial, seperti
sarana dan pasarana jalan, sarana air bersih, dan lain-lain sehingga diharapkan
dalam waktu dekat dapat menjadi kota metropolitan.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi untuk dapat
menjangkau daerah-daerah lain yang merupakan sentra produksi pertanian, hasil
bumi dan bahan baku industri.
Pertumbuhan lalu lintas di daerah Kalimantan Selatan dapat dilihat dari
parameter berikut:
a. Laju pertumbuhan penduduk
b. Peningkatan taraf hidup masyarakat
c. Aktifitas perekonomian meningkat
d. Hasil-hasil produk berbagai jenis komoditi semakin meningkat
Jalan Akhmad Yani merupakan salah satu jalan utama di kota
Banjarmasin dan juga sebagai pintu gerbang kota Banjarmasin. Sebagai Pintu
Gerbang tentu saja beban jalan semakin hari semakin meningkat.
Sebagaimana gambaran di atas maka Dinas Permukiman dan Prasarana
Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan memandang perlu untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
1.2 Data dan Item Pekerjaan Lapangan
Pada umumnya Penyelenggaraan Proyek dapat dilakukan secara
swakelola atau dikontrakkan. Pada dasarnya penyelenggaraan Proyek yang
dikontrakkan mengikuti disiplin segitiga fungsional :
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
1. Pemimpin Bagian Pelaksanaan/Pengguna Barang/Pemimpin Proyek
menyelenggarakan pengendalian pelaksanaan proyek dan bertindak
sebagai kuasa penuh bangunan.
2. Konsultan pengawas teknis, melaksanakan pengawasan atas mutu
pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana fisik.
3. Kontraktor pelaksana fisik, melaksanakan semua pekerjaan fisik.
Adapun data umum pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1. Bagian Pelaksana : Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan
Perkotaan Kalimantan Selatan
2. Paket : Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
3. Tahun Anggaran : 2006
4. Sumber Dana : APBN
5. Nomor Kontrak : 907/04/KTR/BANG.H/2006
6. Tanggal Kontrak : 7 April 2006
7. Nilai Kontrak : Rp. 1.950.002.202,57
(Satu milyar sembilan ratus lima puluh juta dua
ribu dua ratus dua rupiah lima puluh tujuh sen)
8. Masa Pelaksanaan : 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
9. Masa Pemeliharaan : 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
10. Pelaksana : PT. PARTNER KEMENANGAN
11. Konsultan Pengawas : PT. ADIYA WIDYAJASA
12. Nomor SPMK : 90/SPMK/07/BANG.H/2006
13. Tanggal : 17 April 2006
Item Pekerjaan Lapangan pada pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad
Yani Banjarmasin yaitu :
1. Mobilisasi
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Perkerasan Aspal
4. Pekerjaan Struktur
5. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
II. PERMASALAHAN
2.1 Skedul/Jadwal Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad Yani
Banjarmasin, adapun waktu pelaksanaan adalah 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender terhitung sejak SPMK tanggal 7 April sampai dengan 4 Oktober 2006.
Masa pemeliharaan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender setelah
serah terima pertama (PHO) apabila pemborong/rekanan yang melaksanakan
pekerjaan tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang sudah
disepakati maka kepada pelaksana kegiatan akan diberi sanksi ketentuan yang
telah disepakati. Jadwal pelaksanaan pada paket pekerjaan dimaksud dapat dilihat
dari tabel 2.1
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
2.2 Kendala Pelaksanaan Dilapangan
Dalam pelaksanaan dilapangan sering terjadi keterlambatan pekerjaan
yang disebabkan:
1. Terjadinya kerusakan pada alat-alat berat yang digunakan untuk
pengaspalan.
2. Banyaknya tenaga ahli/terampil yang libur saat menjelang lebaran.
3. Pelaksanaan pengaspalan hanya dapat dilaksanakan pada malam hari dan
waktu efektif pekerjaan hanya sekitar 6 jam.
4. Tanah galian terdapat bangunan permanen baik berupa jembatan/jalan
beton, halte, papan reklame maupun tanaman.
5. Pada lokasi bahu jalan yang akan ditingkatkan dibawah permukaan
sedalam kurang lebih 30 cm ditemukan beberapa jenis kayu/akar pohon
yang sudah lapuk, saat kayu/akar tersebut terbongkar dan dibuang
sehingga permukaan hasil galian tidak rata/bergelombang dan berlobang.
6. Lambatnya bahan aspal tiba dilokasi.
Hal-hal yang mempercepat pelaksanaan pekerjaan antara lain:
1. Tersedianya bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan, baik utuk beton
pracetak maupun untuk beton struktur (ready mix)
2. Pelaksanaan pekerjaan ditepi jalan, sehingga arus lalu lintas tidak begitu
mengganggu pekerjaan.
3. Pondasi dari beton sehingga tidak terlalu banyak peralatan dan
bahan/meterial yang menumpuk.
4. Banyaknya tenaga/tukang yang digunakan sehingga dapat dibagi-bagikan
dalam beberapa kelompok.
2.3 Acuan Kerja untuk Pelaksanaan
Acuan Kerja untuk pelaksanaan memacu pada spesifikasi teknis pekerjaan
Peningkatan Jalan Akhamad Yani Banjarmasin sesuai kontrak
1. Mobilisasi
Penyedia jasa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
a. Mampu memobilisasi sumber daya manusia dan sumber daya
fasilitas dan peralatan
b. Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor
lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang dan sebagainya.
2. Pekerjaan Tanah
a. Galian Biasa sebagai bahan buangan
Bahan galian yang yang tidak memenuhi persyaratan sebagai
bahan timbunan atau material galian yang dianggap sebagai tidak
diperlukan dalam konstruksi.
b. Galian Perkerasan Beraspal
Mencakup galian pada perkerasan lama termasuk agregat base
atau jalan beton dan pembuangan bahan perkerasan beraspal yang
dibongkar dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin
pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti dalam
gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
pekerjaan.
3. Pekerjaan Perkerasan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut :
- Aspal emulsi mantap sedang atau mantap lambat yang
memenuhi SNI 03-4798-1998. Aspal emulsi harus mengandung
residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak
kurang dari 57 % dan mempuyai penetrasi aspal tidak kurang dari
100 (0,1 mm) untuk aspal emulsi jenis CSS serta tidak kurang dari
65 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 100 (0,1
mm) umtuk aspal jenis emulsi jenis CMS. Takaran pemakaian
aspal emulsi untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A (0,4 – 1,3 )
liter per meter persegi, untuk Lapis Pondasi Semen Tanah (0,2 –
1,0) liter per meter persegi.
- Aspal Keras Pen.60 atau Pen.80 yang memenuhi RSNI S-01-
2003, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporrsi
minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan direksi
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
setelah percobaan diatas lapis pondasi atas yang telah selesai,
perbandingan minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 70
bagian minyak per 100 bagian aspal keras. Takaran pemakaian
aspal emulsi untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A (0,4 – 1,3 )
liter per meter persegi, untuk Lapis Pondasi Semen Tanah (0,2 –
1,0) liter per meter persegi.
b. Lapis Perekat
- Aspal emulsi jenis mantap cepat yang memenuhi ketentuan SNI
03- 4798-1998. Takaran pemakaian Permukaan Baru atau aspal
lama yang licin 0,20 liter per meter persegi, permukaan porous
0,20 – 0,50 liter per meter persegi. Untuk perkerasan kaku
permukaan baru 0,20 liter per meter persegi, permukaan aus atau
licin 0,20 – 0,35 liter per meter persegi.
- Aspal Keras Pen.60 atau Pen.80 memenuhi ketentuan RSNI S-
01-2003 diencerkan dengan 25 bagian premium per 100 bagian
aspal. Campuran tersebut harus memenuhi spesifikasi aspal cair
menguap cepat. Takaran pemakaian Permukaan Baru atau aspal
lama yang licin 0,15 liter per meter persegi, permukaan porous
0,15 – 0,35 liter per meter persegi. Untuk perkerasan kaku
permukaan baru 0,15 liter per meter persegi, permukaan aus atau
licin 0,15 – 0,25 liter per meter persegi.
c. Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dan Lataston Lapis Pondasi (HRS-
Base)
Lapisan Tipis Aspal Beton atau LATASTON adalah suatu
lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran
aspal keras dan agregat yang bergradasi tidak terus-menerus,
dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.
LATASTON ( HRS ) pada pekerjaan jalan ini terdiri dari dua
macam campuran yaitu Hot Rolled Sheet Wearing Course ( HRS -
WC ) dan Hot Rolled Sheet Base ( HRS - BASE ) dimana ukuran
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
maksimum agregat untuk masing-masing campuran adalah 19
mm.
Pada campuran HRS BASE mempunyai ciri yaitu tidak bergradasi
menerus melainkan bergradasi senjang dan dimana ukuran
maksimum agregatnya adalah 19 mm atau lolos pada saringan
ukuran 1½, dua kunci utama dalam mendapatkan hasil yang
sungguh memuaskan maka campuran harus memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan , yaitu :
- Gradasi harus benar-benar senjang
- Sisa rongga udara yang ada pada kepadatan harus memenuhi
ketentuan yang telah ditunjukkan didalam spesifikasi , agar
diperoleh gradasi senjang, maka selalu dilakukan pencampuran
pasir halus dengan menggunakan agregat pecah mesin.
Bilamana pasir ( alam ) halus tidak tersedia untuk mendapatkan
gradasi senjang maka campuran boleh menggunakan Aspal Beton
( Asphalt Concrete ).
Spesifikasi Teknis HRS – WC dan HRS - BASE
Agregat Umum
Agregat umum adalah sekumpulan butir-butir batu pecah,
kerikil, pasir atau mineral lainnya, baik itu berukuran besar
maupun berukuran kecil.
Agregat yang mempunyai kualitas yang baik sangat
dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang berhubungan langsung
dalam memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan
bawahnya, sifat dan kualitas dari agregat tersebut menentukan
kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas.
Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan
konstruksi dalam perkerasan jalan dapat dikelompokkan dalam 3
( tiga ) kelompok yaitu :
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
1. Kekuatan dan keawetan lapis perkerasan dipengaruhi oleh
gradasi ukuran maksimum, kadar lempung, kekerasan dan
ketahanan bentuk butir serta tekstur permukaan.
2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik dipengaruhi oleh
porositas, kemungkinan basah dan jenis agregat.
3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan
yang nyaman serta aman, dipengaruhi oleh tahanan geser ,
campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan.
Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan
agregat baik itu kasar maupun halus untuk campuran HRS –WC
dan HRS – BASE adalah :
Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %
Berat jenis agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda
lebih dari 0,2.
Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang tahanan pada saringan
No. 8 atau 2,38 mm.
Fraksi agregat kasar haruslah bersih, keras, awet dan bebas
dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus
memnuhi ketentuan yang telah ditetapkan.
Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil
pecah dan harus dipersiapkan dalam ukuran nominal.tunggal
dimana ukuran maksimum, ukuran nominal maksimum adalah
satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama dengan
tertahan kurang dari 10 %.
Untuk agregat kasar yang kotor dan berdebu yang
mempunyai partikel lolos dari ayakan No. 200 dan lebih besar
dari 1 % tidak dapat digunakan.
Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin los angeles
pada 500 putaran, harus mempunyai nilai maksimum 40 %.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari bahan-bahan yang berbutir kasar,
bersudut tajam, bersih, kering, kuat, bebas dari gumpalan-
gumpalan lempung dan bahan-bahan lain yang mengganggu
dan lolos dari ayakan No. 8.
Agregat halus yang berasal dari pemecahan batu, harus
berasal dari batuan induk.
Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir ditumbuk
terpisah dari agregat kasar.
Dalam segala hal, pasir kotor dan berdebu serta
mempunyai partikel lolos ayakan No. 200 lebih dari 8 % dan
pasir yang digunakan dalam campuran LATASTON
maksimum 15 %.
Gradasi Agregat Campuran
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal,
ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat dan harus
memenuhi batas-batas yang telah ditentukan dan berada diluar
Daerah Larangan, seperti dalam tabel berikut :
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Tabel 2.2
Gradasi Agregat untuk Campuran Aspal
Ukuran Ayakan % Berat Lolos
LATASTON
ASTM ( mm ) WC BASE
1½"
1
¾
½
3⅛
No. 8
No. 16
No. 30
No. 200
37.5
25
19
12.5
9.5
2.36
1.18
0.600
0.025
100
90 – 100
75 – 85
50 – 72
35 – 60
6 - 12
100
90 – 100
65 – 100
35 – 55
15 – 35
2 - 9
Sumber : Spesifikasi Proyek Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
Bahan Aspal untuk Campuran Aspal
Aspal adalah material yang berwarna hitam atau coklat tua,
yang berbentuk pada temperature ruang yang padat sampai agak
padat dan jika dipanaskan pada suatu temperatur suhu tertentu
aspal akan menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus
partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton itu sendiri dan
dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan /
penyiram pada perkerasan macadam atau pelaburan.
Apabila untuk membantu pelekatan / anti pengelupasan dan
dipandang perlu bahan tambahan kedalam aspal serta diaduk
secara seksama sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
pabriknya sehingga diperoleh campuran yang seragam.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Kadar aspal yaitu persentase berat aspal terhadap campuran
yang berkisar antara 4 sampai 8 persen ( % ). Kadar aspal yang
tepat harus ditentukan berdasarkan pengujian cara marshall
sehingga didapatkan campuran yang memenuhi persyaratan.
Campuran Aspal Panas
1. Komposisi Umum Campuran
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler dan bahan
aditif yang ditambahkan bilamana diperlukan untuk menjamin
sifat-sifat campuran memenuhi ketentuan yang disyaratkan
2. Kadar Aspal dalam Campuran
Kadar Bitumen dari campuran harus ditetapkan sedemikian
rupa sehingga kadar aspal efektif ( yaitu setelah kehilangan
akibat absorsi agregat) tidak boleh kurang dari nilai
maksimum yang dipersyaratkan.
Persentase aspal yang aktual ditambahkan kedalam campuran
akan bergantung pada penyerapan agregat yang digunakan.
Nilai kadar aspal yang ditetapkan akan berdasarkan atas data
uji yang diberikan oleh kontraktor dan harus lebih besar dari
batasan yang disyaratkan.
3. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Aspal
Untuk menunjukkan bahwa campuran aspal memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan dalam tabel berikut :
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Tabel 2.3
Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston
Sifat-sifat Campuran Lataston HRS
WC Base
Penyerapan Aspal Max 1,7
Jumlah tumbukkan perbidang 75
Rongga dalam Campuran
( % )
Min 3,0
Max 6,0
Rongga Dalam Agregat ( VMA ) ( % ) Min 18 17
Rongga Terisi Aspal ( % ) Min 68
Srabilitas Marshall ( % ) Min 800
Pelelehan ( mm ) Min 3
Marshall Quotient ( kg/mm ) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa ( % ) Setelah Perendaman
Selama 24 Jam, 60°C
Min 75
Rongga Dalam Campuran ( % ) pada Kepadatan
Membal ( Refusal )
Min 2
Sumber : Spesifikasi Proyek Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
4. Pekerjaan Struktur
Pekerjaan Struktur dalam hal ini Beton tak bertulang K – 225
digunakan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Atas.
Persyaratan bahan:
a. Semen
Semen yang digunakan harus jenis semen portland yang
memenuhi SNI-15-2049-1994
b. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan atau pemakaian
lainnya harus bersih dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji
sesuai dengan dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-
2002.
c. Agregat
Agregat yang digunakan untuk beton harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan PBBI 1989, yakni :
- Ketentuan dan persyaratan SII 0052-80, tentang :
“Mutu dan cara uji agregat beton”. Bila tidak tercakup dalam SII
0052-80, maka harus memenuhi ketentuan “Specification For
Concrete Agregates”.
- Ketentuan dan persyaratan ASTM C330, tentang “Specification
For Lighweight Agregate For Structural Concrete” untuk beton
ringan.
Agregat yang tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan
di atas, tetapi telah dibuktikan berdasarkan pengujian khusus atau
pemakaian yang nyata dapat menghasilkan beton yang
kekuatannya dan keawetannya mencukupi syarat, maka atas
persetujuan Pejabat bangunan agregat tersebut boleh
dipergunakan.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Tabel 2.4 Syarat Mutu Agregat
Uraian Agregat Halus Agregat Kasar
1. Modulus kehalusan
2. Kadar lumpur
3. a. Kadar zat organik ditentukan dengan larutan
Na - Sulfat 3%
4. Kadar bagian yg lemah dgn goresan batang
tembaga
5. a. Kekerasan butir dibanding pasir Kwarsa
Bangka
5. b. Kekerasan dgn Bejana Rudeloff/Los Angeles
6. Sifat kekal benda uji dengan larutan jenuh garam
sulfat
a. Natrium Sulfat
b. Magnesium Sulfat
7.Tidak bersifat reaktif terhadap alkali, bila
semen Na2O > 0,6 %
8. Butiran panjang dan pipih
9. Susunan grading
1,5 – 3,8
Mak. 5 %
warna standar
-
2,2
-
Mak. 10 %
Mak. 15 %
-
-
BS 882-1983
6,0 – 7,1
Mak. 1 %
-
Mak. 5 %
-
Tabel 3
Mak. 12%
Mak. 18%
Na2O < 0,6 %
Mak. 20 %
BS 882-1983
(Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1989)
Kekerasan agregat diperlukan karena pada waktu pembuatan
beton bahan-bahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang
keras dalam mixer, demikian juga harus menerima gesekan pada
saat pengecoran dan pemadatan.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Tabel.2.5 Syarat Kekerasan Agregat
Kelas dan Mutu beton
(PBI – 1971)
Kekerasan dengan bejana tekan
Rudolf bagian hancur
menembus ayakan 2 mm,
maksimum %.
Kekerasan dengan
bejana geser Los
Angeles bagian hancur
tembus ayakan 1,7
mm, maksimum %.Fraksi butir
19 – 30 mm
Fraksi butir
9,5 – 19 mm
Beton Kelas I dan mutu B0
serta mutu B1
22 – 30 24 - 32 40 – 50
Beton Kelas II dan atau
beton mutu K-125, K-175
dan K-225
14 – 22 16 – 24 27 – 40
Beton Kelas III dan atau
beton mutu K>225 / beton
pratekan
< 14 < 16 <27
Syarat-syarat mutu agregat menurut ASTM C33-86 :
(Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1989)
5. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Lapis pondasi klas A (Patching),
Marka jalan dan Kerb beton pracetak.
Pekerjaan ini harus sesuai dengan spesifikasi dan sesuai dengan
garis elevasi yang ditunjukan pada gambar dan sebagaimana yang
diperlukan oleh direksi pekerjaan.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
2.4 Standar Metode dan Teknologi Pelaksanaan konstruksi
Bagan alir Metode Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad
Yani Banjarmasin.
Gambar 2.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jalan A. Yani
Banjarmasin
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
MULAI
Pekerjaan PersiapanSurvey dan PengukuranMobilisasiPekerj Persiapan lainnya
Pekerjaan Provisonal:Pelengkap Jalan Lainnya
LPA Klas A (Patching)
Pemasangan Pipa PVC dan Paving Stone
Pekerjaan Beton K- 125 dan K- 225
Pemasanagan Kerb Type A & B
PembuatanKerb Type A & B
Gailian Aspal & Galian Biasa (Patching)
Lapis Resap PengikatDan HRS-Base
Lapis Perekat dan HRS-Base
Pekerjaan Minor:LPA Kelas A & Camp
Aspal Panas
Galian Biasa
Lapis Pengikat dan HRS WC (Pengaspalan/Overlay)
Pekerjaan Marka
SELESAI
III. PENYELESAIAN MASALAH
Sesuai dengan Metode Pelaksanaan kerja yang diberikan oleh Pihak
Kontraktor, Pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin, terbagi
dalam tiga bagian besar, yaitu :
1. Penambahan Perkerasan Jalan
Pelaksanaannya dimulai dengan melakukan penggalian aspal dan galian
biasa yang kondisinya sudah rusak, hasil galian tersebut dibuang dan
digantikan dengan bahan yang lebih baik (Lapis Pondasi Atas Kelas A)
dan selanjutnya dilakukan Lapis Resap Pengikat dan HRS-Base.
2. Pelebaran Jalan
Karena semakin meningkatnya jumlah lalu lintas pada Jalan Akhmad
Yani Banjarmasin, yaitu pada Sta 0 + 643 sampai dengan Sta 1 + 143,
maka perlu dilakukan pelebaran jalan.
Pada pelebaran jalan ini menggunakan teknik konstruksi perkerasan
komposit, yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan
lentur.
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan melakukan
penggalian biasa dan penggalian berbatu, lebar penggalian sekitar ± 2 x 3
m, dan kedalam galian ± 30 cm. Selanjutnya galian tersebut diisi dengan
± 5 cm untuk beton K-125 sebagai lantai kerja dan beton K-225 sebagai
struktur pondasi. Selanjutnya dilakukan Lapis Perekat dan HRS-Base.
3. Pembuatan Kerb dan Garis Pengaman Beton Semen Pra Cetak
Type A
Kerb beton Pra Cetak Type A dibawa dari base camp, kemudian
dilakukan pemasangan pada median jalan.
3.1. Tinjauan Khusus Pekerjaan.
Dari sekian banyaknya item-item pekerjaan dan keterbatasan waktu
didalam pelaksanaan dan pengamatan maka menyesuaikan kegiatan
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
dilapangan yang sedang berlangsung, di dalam laporan ini di khususkan pada
tinjauan Pelebaran Jalan Akhmad Yani Banjarmasin.
Sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, terlebih dahulu dilakukan
pekerjaan persiapan yang meliputi :
a. Melakukan pengukuran-pengukuran mengenai jalan dan batas-batas
tanah yang akan dibersihkan.
b. Pembersihan terhadap lokasi pekerjaan dari semua benda-benda tajam,
akar/kayu yang sudah lapuk yang dapat mengurangi kekuatan lapisan
pondasi beton tersebut.
c. Melakukan penggalian sesuai ukuran yang diinginkan dengan tenaga
manusia sebagai tempat untuk melakukan pekerjaan lapisan pondasi
beton.
Langkah-langkah pelaksanaan Peningkatan Jalan Akhmad Yani
Banjarmasin dengan melakukan pelebaran jalan adalah sebagai berikut :
1. Setelah melakukan penggalian sekitar ± 2 x 3 m, dan kedalam galian ±
30 cm. Kemudian di isi beton yang didatangkan dari base camp dengan
mobil pengangkut. Untuk tahap pertama beton K-125 ± 5 cm digunakan
sebagai lantai kerja dan selanjutnya digunakan beton K-225 sebagai
konstruksi beton pada pondasi pelebaran. Pekerjaan ini dilakukan secara
bertahap sepanjang 0,5 Km.
2. Setelah pekerjaan pelebaran jalan dengan konstruksi beton selesai, baru
dilakukan penambahan lapis perekat dan HRS-Base di atas konstruksi
beton tersebut.
3. Pencampuran dan pemasangan lataston lapis pondasi dan lataston
lapis aus.
Pencampuran aspal dilakukan di base camp (AMP) sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan setelah itu diangkut dengan
menggunakan dump truck ke tempat yang akan dilakukan pemasangan
aspal di lokasi proyek, pemasangan dilakukan dengan menggunakan
finisher.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
4. Pada permukaan yang akan dipasang lataston lapis pondasi dan lataston
lapis aus disiapkan untuk lapisan resap pengikat.
5. Setelah lapis pondasi atas telah dibersihkan dari segala kotoran dan debu
maka dilakukan pemasangan lapis resap pengikat dengan menggunakan
peralatan (Compressor), setelah itu dipasang lataston lapis pondasi
(HRS-Base)
6. Setelah lataston lapis pondasi (HRS-Base) selesai dikerjakan maka
dilakukan pemasangan lapis perekat dengan menggunakan peralatan
(Compressor).
7. Selanjutnya akan dilakukan Lapis Pengikat dan HRS-WC (pengaspalan /
Overlay )
8. Pemadatan aspal
Pemadatan aspal atau disebut dengan penggilasan, penggilasan
dikerjakan dengan menggunakan vibro roller dilanjutkan dengan tyre
roller.
3.2 Pengendalian Mutu Dilapangan
Umum
Lapis Tipis Aspal Beton merupakan salah satu jenis dari lapis
perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan
campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
suhu tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat cairan
yang cukup dari aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk
mencampurnya, maka kedua material harus dipanaskan dulu sebelum
dicampur. Pekerjaan pencampuran dilakukan di pabrik pencampur,
kemudian dibawa kelokasi dan dihampar dengan mempergunakan alat
penghampar sehingga diperoleh lapisan lepas yang seragam dan merata
untuk selanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat.
3.3 Rencana Campuran Di AMP
Asphalt Mixing Plant
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Asphalt Mixing Plant (AMP) atau Instalasi Pencampur Beton Aspal
adalah tempat mencampur agregat, aspal, dan tanpa atau dengan bahan
tambahan pada temperatur antara 140o – 160oC.
Sesuai dengan komponen-komponen yang dimilikinya AMP dapat
dibedakan atas alat pencampur dengan sistem penakaran (Batch Plant) dan
alat pencampur menerus, tanpa penakaran (Continus Plant). Kedua jenis
alat pencampur ini mempunyai kapasitas sekitar 500 Kg – 1000 Kg,
sehingga dapat melayani mesin-mesin penghampar (finisher) secara terus
menerus pada waktu penghamparan dan pemadatan campuran.
Pada proyek ini AMP yang digunakan adalah dengan sistem
penakaran (Batch Plant) dengan kapasitas 800 Kg.
Proses Pembuatan Rencana Campuran Aspal Panas di AMP
a. Langkah pertama adalah pemasokan dan penimbunan agregat di
lokasi AMP. Masalah segregasi selama proses penimbunan atau
pemasokan agregat sangat perlu diperhatikan. Tempat pemasok
untuk masing-masing fraksi agregat terpisah oleh sekat
sehingga tak mungkin tercampur dan pada umumnya tempat
pemasok dapat menampung 3 atau 4 fraksi agregat.
b. Kemudian agregat dari tempat penimbunan dimasukkan ke
dalam bin dingin dengan menggunakan loader. Bin dingin
adalah tempat meletakkan agregat langsung dari tempat
penimbunan
c. Agregat dialirkan sesuai proporsi dari masing-masing bagian
bin dingin melalui elevator / conveyor masuk ke tempat
pengering. Pengeringan agregat dilakukan agar pencampuran
dan pengikatan agregat oleh aspal dapat berlangsung dengan
baik. Alat pengering (drier/blower) berputar mengeringkan dan
memanaskan agregat yang berada di dalamnya.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
d. Agregat panas diangkut oleh elevator/conveyor untuk disaring.
Agregat yang terlalu besar dan yang melebihi kapasitas
dibuang. Agregat panas yang lolos saringan ditempatkan sesuai
ukurannya di dalam masing-masing bagian bin panas.
e. Debu yang dihasilkan akibat pemanasan dikumpulkan di tempat
tertentu untuk dipergunakan secukupnya, atau dibuang.
f. Agregat ditimbang melalui kotak penimbang sesuai JMFnya,
dicampur dengan semen aspal yang telah berbentuk cair karena
dipanaskan, jika dibutuhkan dapat ditambah bahan pengisi dan
atau bahan tambahan di dalam unit pencampur (pugmill)
sehingga menjadi campuran panas yang homogen.
g. Campuran panas yang homogen dicurahkan ke dalam truk
pengangkut untuk dibawa kelokasi penghamparan.
Bagian-bagian instalasi pencampur dengan penakar ( batch Plant ) :
Bin dingin
Bin dingin ( cold bin ), adalah tempat meletakkan agregat
langsung dari tempat penimbunan, agregat yang ada didalam bin
dingin diusahakan tidak kena hujan
Elevator
Elevator dingin berfungsi untuk mengangkut agregat dari bin
dingin ke tempat pengeringan agregat.
Alat pengering ( Drier )
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Agregat yang masuk dari bin dingin dikeringkan dan dipanaskan
di dalam alat yang berputar. Alat pengering ini juga disebut drier atau
blower.
Pengumpul debu
Udara panas yang keluar dari pengering mengandung debu-debu
yang dapat menimbulkan polusi dan mengotori bagian-bagian lainnya,
oleh karena itu udara panas yang mengandung debu dialirkan ke
bagian pengumpul debu yang berfunsi mengumpulkan debu dan
membuang udara panas.
Pengendali gradasi
Agregat panas yang diangkut oleh elevator panas dari bagian
pengering, disaring dengan menggunakan saringan di bagian
pengendali gradasi. Agregat dengan ukuran lebih besar ( oversize )
dari yang diisyaratkan dibuang, sedangkan agregat yang lolos saringan
pengendali gradasi masuk ke dalam bin panas.
Bin panas
Bin panas adalah tempat menyimpan sementara agregat panas
yang telah disaring, sebelum dicampur ke dalam bagian pencampur
( pugmill ). Bin panas disekat menjadi 3 atau 4 bagian dan berpintu.
Kotak penakar
Pada AMP dengan penakar terdapat penimbang untuk
menimbang agregat dan aspal yang akan dimasukkan ke dalam alat
pencampur ( pugmill ) sesuai proporsi campurannya
Alat pencampur ( mixer/pugmill )
Agregat panas dan bahan pengisi dimasukkan sesuai rumus
campuran kerja (JMF ) ke dalam alat pencampur. Bahan pengisi tidak
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
dipanaskan. Agregat dicampur dalam keadaan kering selam kurang
dari 4 detik, dan selanjutnya disemprotkan aspal panas dengan kadar
aspal panas dengan kadar aspal sesuai rumus campuran kerja (JMF ).
Agregat dan aspal panas diaduk kembali selama tak kurang dari 30
detik dan tak lebih dari 75 detik.
Komposisi Campuran
Dalam penentuan komposisi campuran agregat gabungan
dapat dilakukan dengan metode analitis dan grafis atau dengan cara
Triall & Error .
Pengujian Campuran Aspal Panas di AMP
- Sifat-Sifat Campuran Aspal Panas di AMP
Test Marshall , Flow
- Extraksi
Adapun teori cara pelaksanaan ekstraksi adalah sebagai
berikut :
a. Pertama-tama campuran aspal panas digoreng didalam wajan
sampai suhu yang sudah ditetapkan sampai merata kemudian
diangkat dan ditimbang dengan berat ± 500 gr.
b. Timbanglah kertas Filter.
c. Setelah kertas filter ditimbang kemudian kertas tersebut
dimasukkan kedalam alat yang berbentuk kerucut.
d. Kemudian masukkan campuran aspal tadi kedalam kertas
filter yang sudah berbentuk kerucut.
e. Setelah semua campuran aspal dimasukkan lalu dimasukkan
lagi kedalam tabung yang berbentuk silinder setelah itu baru
dimasukkan bensin ± 800 ml.
f. Campuran aspal yang didalam tabung tersebut dipanaskan
minimal 8 jam.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
g. Setelah selesai dipanaskan campuran aspal diangkat lalu
ditimbang begitu juga dengan kertas filternya. Kemudian
dimasukkan kedalam oven ± 1 hari.
h. Setelah dimasukkan baru disaring dan timbang berat yang
tertahan dimasing-masing saringan.
- Core Drill
Adalah alat untuk menentukan ketebalan dan kepadatan
lapisan aspal. Dengan cara sebagai berikut :
1. Letakkan mesin pada lokasi yang akan diambil contohnya.
2. Kokohkan kedudukan mesin dengan bantuan baut statis,
turunkan semua bautnya hingga mengikat kuat pada
permukaan jalan.
3. Isi tangki bahan bakar dengan bensin.
4. Periksa oli mesin apakah oli menunjuk maksimum, bila oli
berada dibawah minimum tambah oli mesin dengan oli SAE
30 hingga mencapai batas maksimum.
5. Lumasi sekrup pengangkat dan as pelurus dengan gemuk.
6. Pasang mata bor dengan kunci yang tersedia.
7. Sipkan air pada tempat air, letakkan pada tempat yang lebih
tinggi dari mesin dan alirkan air melalui selang menuju mata
bor, hal ini menjaga supaya mata bor tidak cepat aus.
8. Hidupkan mesin dengan jalan menarik tali handel starter
dengan kuat dan atur gas agar mata bor dapat berputar
dengan stabil.
9. Putar hander pemutar dengan arah berlawanan dengan arah
jarum jam sehingga mata bor dapat turun pada kedalaman
yang diinginkan.
10. Bila kedalaman yang diingini sudah tercapai putar handel
engkol searah jarum jam untuk menaikkan mata bor.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
11. Setelah selesai matikan mesin dengan menekan tombol dan
baut pengunci statis dinaikkan kembali dan mata bor
dilepas.
3.4 Permasalahan dan Alternatif Penyelesaian
Untuk kegiatan Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
permasalahan yang kami temui dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara
lain :
1. Banyaknya lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut dikarenakan
pekerjaan tersebut berada di dalam kota Banjarmasin.
2. Lebar badan jalan dua jalur yang ada tidak sama, untuk jalur badan
jalan kiri arah keluar kota existing perkerasan aspal lama lebar jalan
yang ada rata-rata 9,0 meter sedangkan untuk jalur badan jalan kanan
arah kedalam kota existing perkerasan aspalnya lebar rata-rata 7,0
meter.
3. Kondisi permukaan bahu badan jalan pada jalan efektif perkerasan
yang ada bervariasi yakni tanah biasa dan perkerasan berbatu serta
perkerasan beton ( oprit jembatan / jalan masuk ruko/rumah ),
sehingga apabila termasuk jalur pelebaran maka penggalian
mempunyai macam jenis galian sesuai dengan kondisi perkerasan
yang akan digali.
4. Sesuai dengan survey pada lokasi bahu badan jalan yang akan
ditingkatkan menjadi badan jalan dibawah permukaan sedalam
kurang lebih 25 cm ditemukan beberapa jenis kayu/akar pohon yang
sudah lapuk, dimana kayu./akar tersebut dibongkar dan dibuang
sehingga permukaan hasil galian tidak rata/bergelombang dan
berlubang.
5. Sebagian pada lokasi yang terkena jalur pelebaran ada terdapat
pasilitas umum seperti Halte angkot, Taman-taman kecil / trotoar
yang letaknya agak ketengah jalan. Dimana hal ini akan
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
mempersempit jalan dan membahayakan arus lalu lintas dan
pengendara lainnya yang lewat pada jalur jalan tersebut.
6. Hasil yang didapat dari Bengkelman Beam test pada ruas jalan
efektif sepanjang 500 meter. Perkerasan aspal lama yang akan
dilapis ulang ( overlay ) dikerjakan dengan dan lapis perkerasan
aspal, HRS-Base dan lapis aus permukaan HRS-WC dengan
ketebalan sama yakni 4,0 cm.
Alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah dilakukan antara lain :
1. Agar perkerjaan berjalan lancar dan aman, perlu menugaskan pengatur
lalu lintas dan diberi rambu-rambu.
2. Pelaksanaan pengaspalan dilakukan pada saat sepi lalu lintas atau pada
malam hari.
3. Salah satu jalur lalu lintas ditutup sementara pada saat pemasangan
aspal yang pasti jalur yang terkena proyek pemasangan aspal, dan lalu
lintas dipindahkan ke jalur yang lain.
4. Perubahan Design lebar badan jalan tersebut diatas dimasukan dalam
Perhitungan Daftar Kualitas per item Pekerjaan, terutama pada kondisi
pelebaran pada kondisi pelebaran yang ada disesuaikan dengan lebar
badan jalan akhir design 11,5 meter tanpa pembatas jalur lambat.
5. Untuk mencapai kondisi permukaan yang rata sesuai dengan
persyaratan pemasangan kontruksi Beton pada pondasi pelebaran maka
diperlukan pekerjaan lantai kerja yakni dengan pemasangan lantai kerja
beton k-125 setebal 5 cm.
6. Biaya untuk penanganan pembokaran dan perbaikan fasilitas tersebut
diatas diperlukan pekerjaan harian untuk tenaga kerja dan peralatannya.
7. Dengan pertimbangan Skala Prioritas penanganan pondasi pada
pelebaran dan Dana Kontrak yang ada sehingga penanganan untuk
perkuatan perkerasan aspal lama cukup dengan tahapan pelaksanaan
overlay satu lapis dengan lapis aus permukaan HRS-WC tebal 3,0 cm
dengan design Kontrak asal.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dilapangan, pada Kegiatan Pembangunan Jalan
dan Jembatan Perkotaan Paket Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
Kalimantan Selatan dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut :
Pada pelebaran Jalan Paket Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
ini merupakan teknik konstruksi perkerasan komposit, yaitu perkerasan
kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur.
Didalam pelaksanaan agar pekerjaan berjalan lancar dan aman perlu
penugasan pengatur lalu lintas dan diberi rambu-rambu
Dimana lokasi pekerjaan ini terletak pada pertigaan jalan yang merupakan
daerah padat lalu lintas maka akan menimbulkan kemacetan pada saat
kegiatan pekerjaan tersebut.
Setiap pelaksanaan kegiatan proyek perlu dilakukan Perencanaan,
Pengorganisasian dan Pengawasan proyek agar proyek tersebut dapat
berhasil dengan baik.
4.2. Saran
Berdasarkan pengamatan dilapangan dengan Kondisi permukaan bahu
badan jalan pada jalan efektif perkerasan kondisi jalan yang ada
peningkatan untuk lapis pondasi sebenarnya cukup menggunakan
material Agregat Klas A dibandingkan menggunakan beton .
Setiap pelaksana kegiatan/proyek perlu memperhatikan disiplin kerja
guna menjamin kelancaran kerja dan tidak terjadi pemborosan waktu,
tenaga dan biaya.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Setiap pelaksana kegiatan/proyek perlu memperhatikan Planing/ rencana
kerja sehingga pelaksanaan tiap-tiap pekerjaan sesuai dengan jadwal dan
pekerjaan selesai tepat pada waktunya.
Dalam pelaksanaan status. pekerjaan perla didukung dengan statu
perencanaan yang matang, selalu berkoordinasi dengan pihak yang
berkepentingan sehingga apabila terdapat kesalahan dan hambatan statu
pekerjaan dapat segera diketahui dan dilakukan langkah penanganannya.
Dalam pelaksanaan pelebaran badan jalan perla adanya sosialisasi lepada
masyarakat dan melakukan koordinasi lepada pihak PDAM dan PT.
Telkom.
Sebaiknya dalam pelaksanaan perla adanya pengendalian mutu lataston
baik diquary maupun di lapangan agar tercapai hasil yang optimum.
Kontraktor sebaiknya menyediakan suku cadang peralatan dan mekanik
yang cukup berpengalaman.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Untung Soedarsono. Ir, 1987. Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit PU, Jakarta
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, 2006. Spesifikasi Teknis Paket Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah. Jakarta.
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004. Perubahan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah. Jakarta.
Politeknik Negeri Banjarmasin, 2006. Bahan Kuliah RBPTL Bidang Jalan dan Jembatan.
Purwo Setianto. Ir, 1996. Teknik Jalan Raya, Erlangga, Jakarta.
Silvia Sukirman, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. NOVA. Bandung.
Silvia Sukirman, 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. NOVA, Bandung.
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
FHOTO FISUAL
PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN
FHOTO FISUAL
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Pekerjaan Penggalian dan pembersihan lokasi pekerjaan
Pekerjaan Penggalian dan pembersihan lokasi pekerjaan
PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN
FHOTO FISUAL
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Kondisi Di Lapangan Pada Saat Pekerjaan Penggalian
Kondisi Di Lapangan Pada Saat Pekerjaan Penggalian
PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN
FHOTO FISUAL
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Kendala di Lapangan pada saat Pekerjaan Penggalian
Kendala di Lapangan pada saat Pekerjaan Penggalian
PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN
FHOTO FISUAL
PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Pekerjaan Pondasi Beton K-125 dan K-225 yg telah selesai
Pekerjaan Pondasi Beton K-125 dan K-225 yg telah selesai
FHOTO FISUAL
PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Papan Proyek Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin
Lokasi Proyek Jalan Akhmad Yani Banjarmasin Kondisi 0 %
FHOTO FISUAL
PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Lokasi Proyek Jalan Akhmad Yani Banjarmasin Kondisi 0 %
Lokasi Proyek Jalan Akhmad Yani Banjarmasin Kondisi 0 %
Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan Test Benklement Beam
Pelaksanaan Test Benklement Beam