Upload
shufiyahnuraini
View
40
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
agama
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya,
yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar
al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena
manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang
sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti
dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir
dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia juga
memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.
Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting
psikologis situasi emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya.
Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang
menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan
teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya
dengan melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat
fundamental. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari
pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah
berbagai macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan
rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof.
Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah
pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui
simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain
menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah
hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia
memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan
1
“mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak
lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus
menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat
disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan
mengungguli mahluk yang lain. Manusia juga dikatakan sebagai homo faber
hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan
menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai
homo ludens (mahluk yang senang bermain). Manusia dalam bermaian
memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat fun. Fun disini
merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan. Permaianan dalam sejarahnya
juga digunakan untu memikat dewa-dewa dan bahkan ada suatu kebudayaan
yang menganggap permainan sebagai ritus suci. (K. Bertens, Panorama
Filsafat Modern, 2005)
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang
membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, yang menccari unsur
pokok yang menentujkan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan
materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme, atau dualisme
yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus
yang keduanya tidak saling menafikan nyaitu materi dan rohani, nyakni
pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai
unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco
kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada
kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralism yang meletakkan hakekat pada
kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Manusia secara individu tidak
pernah menciptakan dirinya , kan tetapi bukan berarti bahwea ia tidak dapat
menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam
kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan
memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan
perannya dalam kehidupan yang ia hadapi. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam,
1999)
2
II. Rumusan Masalah
1. Siapakah sebenarnya manusia itu?
2. Apa perbedaan dan persamaan antara manusia dengan makhluk lainnya?
3. Apa tujuan diciptakannya manusia?
4. Apa fungsi dan peran yang diberikan oleh Allah kepada manusia?
5. Apa tanggung jawab manusia kepada Allah?
6. Apa tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah?
III. Tujuan
1. Untuk mengetahui siapakah sebenarnya manusia itu.
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan antara manusia dengan makhluk
lainnya.
3. Untuk menjelaskan tujuan diciptakannya manusia.
4. Memberikan pemaparan tentang fungsi dan peran yang diberikan Allah
kepada manusia.
5. Untuk mengetahui apa tanggung jawab manusia kepada Allah.
6. Untuk mengetahui apa tanggung jawab manusia sebagai khalifah.
3
BAB II
ISI
I. Konsep Manusia
A. Siapakah manusia itu?
Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban
hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan
terhadap manusia. Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan
kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan.
Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka
manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001).
Bagi Iqbal ego adalah bersifat bebas unifed dan immoratal dengan dapat
diketahui secara pasti tidak sekedar pengandaian logis. Pendapat tersebut
adalah membantah tesis yang dikemukanakn oleh Kant yang mengatakan
bahwa diri bebas dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman konkit
namun secara logis harus dapat dijatikan postulas bagi kepentingan moral.
Hal ini dikarenakan moral manusia tidak masuk akal bila kehidupan manusia
yang tidak bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. Iqbal
memaparkan pemikiran ego terbagi menjadi tiga macam pantheisme,
empirisme dan rasionalisme. Pantheisme memandang ego manusia sebagai
non eksistensi dimana eksistensi sebenarnya adalah ego absolut. Tetapi bagi
Iqabal bahwa ego manusia adalah nyata, hal tersebut dikarenakan manusia
berfikir dan manusia bertindak membuktikan bahwa aku ada. Empirisme
memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti
dan sekedar penanaman yang real adalah pengalaman. Benak manusia dalam
pandangan ini adalah bagaikan pangging teater bagai pengalaman yang silih
berganti. Iqbal menolak empirisme orang yang tidak dapat menyangkal
tentang yang menyatukan pengalaman. Iqbal juga menolak rasionalisme ego
yang diperoleh memlalui penalaran dubium methodicum (semuanya bisa
diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti
mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat diketahui
dengan menggunakan intuisi. Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya
adalah berupa aktivitas kehendak. Baginya hidup adalah kehendak kreatif
4
yang bertujuan yang bergearak pada satu arah. Kehendak itu harus memiliki
tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan tersebut tidak
ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia
kehendak bebas dan berkreatif. (Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika
Barat, 2001)
Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri,
ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual,
kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada
dalam perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih
jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena
manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia
ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada kotauhid
hakekat manusai dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan
kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada
tahapan nafs secara aktual. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya
tidak dapat dilepaskan dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu
dikaitkan dengan dunia dimana ia berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat
tersendiri, dikarenakan manusia dapat mempersepsinya kenyataan diluar
dirinya sekaligus mempersepsikan keberadaan didalam dirinya sendiri.
Manusia dalam kehadirannya tidak pernah terpisah dari dunidan
hungungganya dengan dunia manusia bersifat unik. Status unik manusia
dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasistasnya dapat mengetahui,
mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan orientasi manusia
terhdap dunia. Dari sini memunculkan kesadaran atau tindakan otentik,
dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi penjelasan manusia
didunia. Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas serta kemapuan
pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia
sebagaiu suatu proses dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang
dan waktu. Manusia memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat dalam
5
proses sejarah dengan cara untuk menjadi lebih. (Siti Murtiningsih,
Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004)
Manusia dalam konsep al Quran mengunakan kensep filosofis,
seperti halnya dalam proses kejadian adam mengunakan bahasa metaforis
filosofis yang penuh makna dan simbol. Kejadian manusia yakni esensi
kudrat ruhaniah dan atributnya, sebagaimana dilukiskan dalam kisah adam
dapat diredusir menjadi rumus;
Manusia adalah kausa alam semesta. Tubuh manusia adalah alam
kecil yang di dalamnya terdapat alam besar. Manusia ialah sesempurna-
sempurnanya makhluk, yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk teragung
menurut kualifikasi-Nya, yang di dalam dirinya termuat seluruh alam
semesta.
Manusia adalah makhluk termulia, yang pada dirinya tersembunyi
tulisan-tulisan agung yang sangat rahasia, yang berbentuk atribut-atribut
Tuhan.
Jikalau kita hanya memperhatikan diri kita secara lahir maka diri kita
yang mulia ini hanyalah berupa tulang dan daging. Itulah yang kita miliki dan
kita pahami. Jikalau memang demikian maka berarti kita telah melihat diri
kita itu seperti Iblis melihat Adam secara lahir, yaitu melihat bentuk tanah
liatnya Nabi Adam a.s saja akan tetapi tidak melihat Adam secara spiritual.
Pendapat pertama: manusia adalah makhluk rabbani, tiupan yang
suci, ruh yang termasuk urusan Allah, diciptakan dengan tangan-Nya, dan
meniupkan-Nya ke dalam tubuh manusia, kemudian Allah memerintahkan
malaikat untuk sujud kepada manusia, mengajari semua nama, membebani
amanah yang disanggupi, menganugerahkan nikmat baik yang lahir maupun
batin, menundukkan semua yang ada di langit dan di bumi, dan memuliakan
dengan pemuliaan yang besar. Dia menciptakan manusia dalam bentuk yang
terbaik, dilengkapi dengan bekal paling sempurna, dianugerahi pendengaran,
penglihatan dan hati, dijelaskan dua jalan dan ditunjuki dua arah yang
6
dimudahkan. Manusia dengan izin Allah dapat menyelam di air, terbang di
udara, menemukan arus listrik, zat atom, dan dianugerahi dengan pikiran dan
kemampuan untuk mengarungi penjuru langit.
Usai kehidupan di dunia ini, manusia adalah makhluk abadi yang
tidak hancur, manusia akan dihidupkan dan dibangkitkan, akan memulai
kehidupan mulia di negeri kenikmatan dan penuh kesenangan. Kematian yang
ditakutkan hanyalah sebuah perpindahan dari kehidupan dunia menuju
kehidupan akhirat. Jasad ini hanyalah sebuah sangkar, sebuah pakaian yang
akan lepas suatu ketika lalu berjumpa dengan hari pembalasan.
Pendapat kedua: kaum materialis dan para pengingkar menyatakan,
manusa adalah bagian dari tanah, cairan yang dipancarkan dari tulang
punggung dan dilemparkan dari rahim. Orang-orang sebelumnya menyatakan
"Dan mereka berkata, 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia
saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain
masa'. Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah
menduga-duga saja". (QS. Al-Jaatsiyah: 24). Ungkapan yang sama
dinyatakan oleh para pengekornya di zaman ini. Manusia adalah hasil
pencampuran unsur materi, perkembangan psikologi, perasaan dan kalbu,
pemikiran dan pemahaman, tekad dan kehendak. Semua itu adalah dampak
materi belaka, hasil percampuran tanah dan air. Kehidupan ini adalah hari-
hari yang terbilang untuk digunakan sepuas-puasnya guna mencapai
kelezatan. Kehidupan ini hanyalah makanan, minuman, dan impian.
Inilah persoalan kehidupan apabila kita menajamkan pandangan,
mencurahkan pemikiran, orang yang lalai dan meremehkan kemanusiaan
tidak akan bermanfaat. (dari buku Hasan Al Bana).
Beberapa Definisi Manusia :
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk
natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat
yg mulia.
7
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa
dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah
masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas –
kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya
bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan
bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial,
kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia
adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas
kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan
menilai dirinya.
4. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya
ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya
di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-
semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati
parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan
kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu
posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
5. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini
berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk
mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama
dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan
kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan
inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan,
menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan
ruhaniah.
6. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan
penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan
setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi
daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci,
8
karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk
membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
7. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai
esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala
yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam
alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil
dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini
memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti
kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
B. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lainnya
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya,
yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan
didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya
terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki
manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi
merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik
tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan
dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan
makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.
Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai
kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang
hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang
9
bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan
tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk
lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70.
Diantara karakteristik manusia adalah :
1. Aspek Kreasi
2. Aspek Ilmu
3. Aspek Kehendak
4. Pengarahan Akhlak
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan
kenyataan faktual dan kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak
berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037)
untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan faktual. Al
Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat
perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing.
Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda
mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan
tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain
mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak
secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan
mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang
menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga
mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia
juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan
dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis
makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan
untuk berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip
yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al
insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda manusia dari segala
makhluk lainnya.
10
II. Eksistensi dan Martabat manusia
A. Tujuan Penciptaan Manusia
Allah SWT berfirman dalam surat Ad-dzariyat:56
bahwasannya:”Allah tidak menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi
kepadanya”mengabdi dalam bentuk apa?ibadah dengan menjalankan
perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum dalam Al-qur’an
“Sesungguhnya telah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah.”
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia
dalam beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju
kepada hal yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-
qur’an dan hadist didalam menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan
larangan-la
rangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia
namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat
menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus
kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu
sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah
pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua
memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali
orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih
tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-
larangannya.Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai
manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah.Oleh karenanya,mereka
tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
11
Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya
mencapai perjumpaan kembali dengan Penciptanya. Perjumpaan kembali
tersebut seperti kembalinya air hujan kelaut. Kembalinya manusia sesuai
dengan asalnya sebagaimana dalam dimensi manusia yang berasal dari
Pencipta maka ia kembali kepada Tuhan sesuai dengan bentuknya misalkan
dalam bentuk imateri maka kembali kepada pencinta dalam bentuk imateri
sedangkan unsur mteri yang berada dalam diri manusia akan kembali kepada
materi yang membentuk jasad manusia. Perjumpaan manusi dengan Tuhan
dalam tahapan nafs, yang spiritual dikarenakan nafs spiritual yang sangat
indah dan Tuhan akan memanggilnya kembali nafs tersebut bersamanya. Nafs
yang dimiliki oleh manusia merupakan nafs yang terbatas akan kembali
bersama nafs yang mutlak dan tak terbatas, dan kembalinya nafs manusia
melalui ketauhidan antara iman dan amal sholeh. Pertemuan nafs manusia
dengan nafs Tuhan merupakan perjumpaan dinamis yang sarat muatan
kreatifitas dalam dimensi spiritualitas yang bercahaya. Kerjasama kreatifitas
Tuhan dengan manusia dan melalui keratifitasnya manusia menaiki tangga
mi’raj memasuki cahaya-Nya yang merupakan cahaya kreatifitas abadi.
(Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
Proses bertemunya nafs manusia dengan Tuhan dalam kondisi
spiritual tercapai jika manusai berusaha membersihkan diri dari sifat yang
buruk yang ada padanya. Perjumpaan nafs tersebut dapat dilihat pada sufi
yang memenculkan berbagai macam ekspresi dalam perjumpaannya.
Sebagaimana yang terjadi pada al Halaj, Yazid al Bustami Rabiah al
Adawiyah dan yang lain mereka memiliki ekspreasi dan kelakuan yang
berbeda ketika meresakan berteumnya dengan Pencipta. Tetapi dari sini
manusai mendaki tangga mi’raj menuju nafs Tuhan dengan cinta dan karena
cinta pula terbentuknya alam serta manusia. Setelah menyatunya manusia
dalam dimensi spiritual dengan Pencipta, lantas tak memperdulikan dengan
yang lain dengan menyatu terus dengan pencipta. Tetapi manusia setalah
menyatu, memahami cinta pada Pencita itu dimanifestasikan cinta tersebut
untuk sesama manusia dan alam. Proses penebaran cinta tersebut menjadikan
manusia dapat bermanfaat pada yang lain menjadika diri sebagai cerminan
12
Tuhan dalam muka bumi. Pencitraan Tuhan dalam diri manusia menjadikan
ia sebagai insan kamil dan dalam ajaran agama dapat menjadi rahmat bagi
yang lain baik sesama manusia ataupun alam.
B. Fungsi dan Peranan yang Diberikan Allah Kepada Manusia
Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan
kedudukan yang sangat mulia. Tetapi sebelum membahas tentang peran dan
kedudukan, pengulangan kembali tentang esensi dan eksistensi manusia.
Manusia yang memiliki eksistensi dalam hidupnya sebagai abdullah, an-nas,
al insan, al basyar dan khalifah. Kedudukan dan peran manusia adalah
memerankan ia dalam kelima eksistensi tersebut. Misalkan sebagai khalifah
dimuka bumi sebagai pengganti Tuhan manusia disini harus bersentuha
dengan sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan esensi ingin
tahu menjadikan ia bersifat kreatif dan dengan di semangati nilai-nilai
trasendensi. Manusia dengan Tuhan memiliki kedudukan sebagai hamba,
yang memiliki inspirasi nilai-nilai ke-Tuhan-an yang tertanam sebagai
penganti Tuhan dalam muka bumi. Manusia dengan manusia yang lain
memiliki korelasi yang seimbang dan saling berkerjasama dala rangka
memakmurkan bumi. Manusia dengan alam sekitar merupakan sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap Tuhan dan bertugas
menjadikan alam sebagai subjek dalam rangka mendekatkan diri kepada
Tuhan. Setiap apa yang dilakukan oleh manusia dalam pelaksana pengganti
Tuhan sesuai dengan maqasid asy-syari’ah. Maqasid asy-syari’ah merupakan
tujuan utama diciptanya sebuah hukum atau mungkin nilai-esensi dari hukum,
dimana harus menjaga agama, jiwa, keturunan, harta, akal dan, ekologi.
Manusia yang memegang amanah sebagai khalifah dalam melakukan
keputusan dan tindakannya sesuai dengan maqasid asy-syari’ah.
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang
dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam
membudayakan ajaran Allah.
13
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diridan
keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang
telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)
Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah
mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang
dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.
3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada
orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas
kehendak Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan
yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan
Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun
hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas
pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita
hanya tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan
penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting
adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan
kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
14
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu
iba diri Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka
manusia manusia adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas
panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah
bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan
perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau
tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang
sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau
rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik
Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia
lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya
direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa
mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa
yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang
Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya
pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya
terdapat malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa
yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang
diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam
menjalankan peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri
sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara
tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk
orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara
terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi
telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk
15
orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang
pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada
saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya
kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam
kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa
membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih
besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu
membangun diri kita.
III. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah
A. Tanggung jawab manusia kepada Allah
Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman
yang dimiliki dan bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist
Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat
dan terkadang berkurang atau melemah).
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari
tanggungjawab terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an
dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan
keluargamu, dengan iman dari neraka).
Allah dengan ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul,
memerintahkan hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh
karena itu, tanggung jawab hamba Allah adlah menegakkan keadilanl, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan
ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan
kenungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu,
Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat dalam rangka menghindarkan
diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaa’iwalmunkar). Hamba-hamba
Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga
diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan mencegah
kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah
16
yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah
Rasul.
B. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan
harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul
manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan ,
wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat
Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan
memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang
dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan
tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia
bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan
dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu
hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-
Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil
yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati
kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang
artinya adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi.
Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak
17
lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian
mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai
hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan
yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian
kepada allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap
muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh
ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang
artinya
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”.
18
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an
banyak sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan
dengan mahluk yang lainnya.Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat
utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia menjadikannya
makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di
muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala
apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.
Tugas utama manusia adalah beribadah kepada Allah SWT.Semua
ibadah yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali
kepada kita dan bukan untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi
khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-hal lainnya dari hal besar sampai hal
kecil yang termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang ringan yang bisa
dikerjakan dengan cara bermain-main terlebih apabila seseorang sampai
mengingkarinya.Perlu usaha yang keras,dan semangat yang kuat ketika
keimanan dalam hati melemah,dan pertanggungjawaban yang besar dari diri
kita kelak di hari Pembalasan nanti atas segala apa yang telah kita lakukan di
dunia
19
20