Tugas Mata Kuliah Pelestarian Kawasan

Embed Size (px)

Citation preview

Tugas Mata Kuliah Pelestarian Kawasan Nama : Antusias Nurzukhrufa NIM : I0609003

Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Konservasi adalah segenap proses pemeliharaan dan pengelolaan suatu tempat secara berkesinambungan untuk mempertahankan kandungan makna dan signifikansi budaya tempat tersebut. SASARAN KONSERVASI 1. Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian 2. Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini 3. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian 4. Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Kategori obyek : 1. Lingkungan Alami (Natural Area) 2. Kota dan Desa (Town and Village) 3. Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor) 4. Kawasan (Districts) 5. Wajah Jalan (Street-scapes) 6. Bangunan (Buildings) 7. Benda dan Penggalan (Object and Fragments) Manfaat : 1) Memperkaya pengalaman visual 2) Memberi suasana permanen yang menyegarkan 3) Memberi kemanan psikologis 4) Mewariskan arsitektur 5) Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Contoh kasus : Gapura Gladag Sejarah : Pada awalnya, Gapura Gladag adalah pintu masuk wilayah Karaton Surakarta dari arah Utara yang didesign dalam bentuk gapura melengkung dan dibuat dari besi yang dihias berbagai gambar binatang buruan. Pada jaman dahulu, space-area disekitar Gapura Gladag dan Gapura kedua dipakai sebagai tempat menyimpan binatang hasil buruan sebelum digladag (dipaksa) dan disembelih ditempat penyembelihan. Space area tersebut, setelah tidak dipakai untuk tempat binatang hasil buruan. Seperti telah disinggung didepan, wujud arsitektur pada kawasan Gladag ini adalah mengandung arti simbolis ajaran langkah pertama dalam usaha seseorang untuk mencapai tujuan ke arah Manunggaling Kawulo Gusti. Arti simbolistis dari wujud fisik Gapura & Kawasan Gladag ini adalah : 1. Dua arca Pandita Yaksa, mengandung simbol bahwa siapapun yang bermaksud melaksanakan laku Manunggaling Kawulo Gusti, pasti akan menghadapi banyak rintangan yang menakutkan, sehingga si pelaku harus benar-benar sadar, siap dengan semangat baja dan penuh percaya diri. 2. Arca Raksasa maupun Gambar Binatang, merupakan simbol dari agama Sumbo 3. Gapura Gladag, yang berupa gapura kembar dikiri kanan jalan masuk adalah merupakan wujud kreatifitas dari Candi Bentar, yang pada jaman dahulu dikenal sebagai ciri khas gapura masuk kawasan suci pusat budaya bathin yang banyak dijumpai di daerah pegunungan. 4. Kawasan Gapura Gladag secara menyeluruh mengandung arti simbolistis ajaran Kebatinan Jawa dan ke-Islam-an bahwa seseorang yang akan melaksanakan keutamaan lahir batin, harus dapat menguasai hawa nafsu pribadinya yang bagaikan nafsu hewani, yang didalam ke Islaman dikenal dengan istilah nama nafsu luamah. Pamurakan adalah merupakan bagian ruang antara gapura kedua dan gapura ketiga. Tempat ini berfungsi sebagai tempat penyembelihan (murak) binatang hasil buruan, dimana daging tersebut kemudian dibagikan secara adil kepada para putra sentana dan abdi dalem yang saat itu berada dilokasi penyembelihan. Di tepi jalan daerah Pamurakan terdapat bangunan bangsal yang diberi nama Bangsal Pamurakan.

Bangsal ini adalah bangunan tempat menyembelih binatang buruan. Selain terdapat gambar api berkobar dan gambar matahari, di dalam Bangsal Pamurakan. itu juga terdapat dua batu centeng besar berbentuk persegi, dengan lubang persegi ditengahnya (figure 3.18), yang berfungsi sebagai tempat membakar dupa pada saat mengadakan upacara penyembelihan hewan buruan. Kondisi Eksisting : Kondisi masa kini Gapura Gladag tersebut akhirnya berbentuk candi bentar dengan ornamen hias yang berjumlah 48 dan jeruji tembok yang juga berjumlah 48. Hal ini merupakan angka peringatan ulang tahun PB X pada saat pembangunan gapura ini. Di depan Gapura Gladag terdapat dua arca raksasa kembar dikiri dan kanan jalan yang disebut ARCA PANDITA YAKSA (sekarang lebih dikenal dengan arca gladag). Pamukaran dan bangsal Pamukaran (tempo dulu), sekarang telah menjadi trotoar yang di huni para pedagang kaki lima (sekarang telah dibersihkan dari PKL) serta jalan ke arah alun-alun utara yang sampingnya tetap ada pohon beringin lebat dan teduh. Dari perkembangannya hingga saat ini memang terdapat perubahan alih fungsi kegiatan pada saat dulu dan sekarang serta terdapat perubahan bentuk yang lebih fresh daripada dulu akan tetapi tidak menghilangkan nilai sejarah dari bangunan Gapura Gladag sendiri yang masih mempunyai filosofi design bangunannya yang baru dan masih terdapat 2 ARCA PANDITA YAKSA yang terkenal dengan sebutan reco gladag. Gapura Gladag saat ini telah menjadi ikon kota Solo yang terletak di pusat kota serta menjadi tempat ciri khas utama kota solo daripada tempat lain bagi para wisatawan yang berkunjung ke Solo. Perawatan masih terjaga dengan baik dan masih terlihat bersih, rapi, indah serta dapat menarik visual walau dengan sedikit perubahan design dari tempo dulu akan tetapi masih menjaga nilai history dan heritage Gapura Gladag.